strategi dakwah pengurus viking dalam aktivitas...
TRANSCRIPT
STRATEGI DAKWAH PENGURUS VIKING DALAM
AKTIVITAS KEAGAMAAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
OLEH:
RENDY ADITYAWARMAN
1110051000193
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli sendiri saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skirpsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bawa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Jakarta, 1 Desember 2014
Penulis,
Rendy Adityawarman
i
Nama : RENDY ADITYAWARMAN
1110051000193
Strategi Dakwah Pengurus Viking Dalam Aktivitas Keagamaan
ABSTRAK
Strategi dakwah pada umumnya digunakan untuk organisasi Islam
namun tidak menutup kemungkinan digunakan dalam sebuah kelompok suporter
yang ada di Indonesia seperti apa yang dilakukan kelompok suporter Persib
Bandung yaitu Viking yang dikenal masyarakat sebagai salah satu kelompok
suporter yang di cap negatif karena fanatik berlebihan dalam mendukung tim
Persib Bandung.
Merujuk latar belakang diatas perlu kiranya kita membahas lebih dalam
mengenai strategi dakwah yang dilakukan para pengurus Viking untuk merubah
stigma negatif di masyarakat. Adapun pertanyaan utamanya adalah bagaimana
strategi dakwah pengurus Viking dalam aktivitas keagamaan? Lalu bagaimanakah
perumusan strategi dakwah pengurus Viking?
Dari berbagai aktivitas keagamaan yang dilakukan pengurus Viking,
ternyata pengurus Viking melaksanakan pengajian rutin dan tentunya harus
memiliki strategi dalam menjalankan aktivitas keagamaannya. Karena strategi ini
berpengaruh terhadap keberhasilan pengurus Viking dalam menjalankan aktivitas
keagamannya.
Teori yang digunakan adalah teori Fred R David tentang Management
Strategi Konsep yangmenjelaskan bahwa dalam sebuah proses strategi ada
tahapan-tahapan yang harus ditempuh untuk mencapai sebuah tujuan termasuk
dijelaskannya harus melewati tahapan perumusan strategi, implementasi strategi,
dan evaluasi strategi.
Perumusan strategi dalam hal ini adalah suatu proses merancang dan
menyeleksi strategi yang pada akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan
tujuan organisasi. Melalui perumusan strategi dakwah juga ditentukan sikap untuk
memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam
proses kegiatan dakwah. Adapun langkah-langkah dalam perumusan strategi
dakwah pengurus Viking adalah melalui pengenalan sasaran dakwah, pengkajian
tujuan, efektifitas dan efisiensi dakwah.
Strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan
management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai tujuan
tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya
secara tekhnik (taktik) harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan
(approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.
Kata kunci: Strategi, Dakwah, Aktivitas, Viking dan Tujuan,
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan nikmat-Nya berupa hidayah, inayah, serta rahmat kepada semua
mahkuk-Nya. Salah satu nikmat-Nya yaitu diberikan ide, kekuatan, dan kasih
sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini sesuai yang penulis
harapkan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, pembawa risalah agung, penebar rahmat bagi seluruh alam.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya banyak sekali bantuan yang
penulis dapatkan dari berbagai pihak. Baik itu dukungan materil, maupun non
materil. Sebab itu, sudah pasti sepantasnya Penulis mengucapkan terima kasih tak
terhingga kepada beliau semua atas bantuannya. Terutama kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat,
beserta para pembantu Rektor. Walaupun saya kurang mengenal dengan
akrab satu sama lain, namun hal itu tidak mengurangi rasa hormat dan
terima kasih saya kepada mereka.
2. Bapak Dr. Arif Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Rachmat Baihaky, MA dan Ibu Fita Faturahma, M.Si selaku Ketua
dan Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Study Rizal, LK, MA yang telah memberikan banyak ilmu,
meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing Penulis dari awal
sampai selesainya skripsi ini.
iii
5. Untuk semua Dosen (yang tidak bisa saya sebut satu per satu) yang dengan
kesabaran dan kesungguhannya telah mengajar dan mendidik Penulis
selama proses belajar mengajar di kampus.
6. Seluruh staff yang ada di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah membantu memberikan dorongan spirit kepada penulis dari
setiap nasihat dan masukannya.
7. Kepada semua jajaran pengurus perpustakaan utama UIN Syarif
Hidayatullah dan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
8. Segenap pengurus dari Viking Persib Club yaitu Kang Tobi, Kang Hengki,
Kang Dovi dan khususnya kang Heru Joko selaku ketua Viking Persib Club
yang sudah bersedia untuk Penulis wawancarai dan telah memberi banyak
masukan dan informasi. Saya ucapkan banyak terima kasih atas bantuan
kalian semua. Karena tanpa bantuan kalian skripsi ini tidak mungkin bisa
terselesaikan.
9. Untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta, Achmar Rahman dan Kalsum yang
kasih dan sayangnya tidak pernah berkurang kepada Penulis dan ingin
melihat anaknya menjadi sarjana, terima kasih atas dukungan
kepercayaannya, pengorbanannya, serta doanya selama ini. Semoga engkau
tetap berada dalam ridho Allah SWT dan diperpanjang umurnya untuk
selalu taat beribadahnya kepada-Nya.
10. Untuk kedua adik kandungku tersayang, Ghifari Riyadhana dan Adrian
Rahadi yang telah membantu memotivasi dan mendoakan selama ini.
Semoga engkau tetap berada dalam ridho Allah SWT dan diperpanjang
umurnya untuk selalu taat beribadahnya kepada-Nya.
iv
11. Untuk Fifi Indriani kekasih tercinta yang telah terus menerus memotivasi
dan mendoakan penulis selama ini. Dukungan doa, perhatian dan kasih
sayang yang diberikan sehingga penulis dapat meraih gelar strata satu ini.
Semoga Allah membalas kebaikan dan diperpanjang umurnya untuk selalu
taat beribadahnya kepada-Nya.
12. Untuk Robby Fajar Subhandika yang telah membantu dan menemani
Peniliti saat melakukan penelitian. Terima kasih banyak.
13. Teman seperjuanganku KPI F angkatan 2010, Aris Suyitno, Sulastri
Damayanti, Sadam Husein, Sendy Darlis, Mochammad Kahfi, Muhammad
Yusra Nur Yazmi, Muhammad Fahmi Al-Mansuri, Ahmad Ziaul F, Sonny
Iskandar, Maria Syafitri dan semua teman-teman KPI F 2010 yang tidak
bisa disebutkan satu per satu, terima kasih semua!!.
Akhirnya, saat ini Penulis hanya bisa membalas dengan doa dan doa,
semoga semua pihak yang telah memberi perhatian dan membantu atas kelancaran
studi penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan balasan yang setimpal dari
Allah SWT, serta hajadnya dikabulkan, dan mohon maaf apabila ada kata-kata
atau penulisan dalam skripsi ini yang salah. Penulis mengakui banyak sekali
kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritikan dan masukan yang
konstruktif sangat penulis harapkan bagi siapa saja yang mau membantu untuk
menyempurnakan. Wassalam.
Jakarta, 1 Desember 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................... 4
C. Tujuan Penelitian.......................................................... 5
D. Manfaat Penelitian........................................................ 5
E. Metodologi Penelitian .................................................. 6
F. Tinjauan Pustaka .......................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................... 14
A. Strategi
1. Pengertian Strategi ............................................... 14
2. Tahapan-Tahapan Strategi .................................... 15
3. Faktor-Faktor Strategi .......................................... 16
4. Tujuan dan Manfaat Strategi ................................ 17
B. Dakwah
1. Pengertian Dakwah............................................... 19
2. Unsur-Unsur Dakwah ........................................... 21
C. Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi Dakwah ............................. 29
2. Asas-Asas Strategi Dakwah ............................. 31
3. Prinsip-Prinsip Strategi Dakwah ...................... 34
vi
D. Aktivitas Keagamaan
1. Pengertian Aktivitas Keagamaan ..................... 35
2. Bentuk-Bentuk Aktivitas Keagamaan .............. 38
BAB III PROFIL VIKING PERSIB CLUB ................................... 41
A. Sejarah Berdirinya Viking Persib Club ........................ 41
B. Visi, Misi dan Tujuan Viking Persib Club ................... 42
C. Struktur Organisasi dan Kegiatan Viking Persib Club 42
D. Biodata Viking Persib Club ......................................... 45
E. Peta Lokasi Penelitian .................................................. 49
F. Aktivitas Suporter Viking ............................................ 50
G. Aktivitas Viking Di Jejaring Sosial.............................. 51
BAB IV ANALISIS DAN HASIL TEMUAN ................................. 52
A. Strategi Dakwah Pengurus Viking ............................... 52
B. Perumusan Strategi Dakwah Pengurus Viking ............ 53
C. Implementasi Strategi Dakwah Pengurus Viking ........ 58
D. Evaluasi Strategi Dakwah ............................................ 61
E. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengurus Viking . 63
BAB V PENUTUP .......................................................................... 66
A. Kesimpulan................................................................... 66
B. Saran ............................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 70
LAMPIRAN .................................................................................................... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning)
dan kepemimpinan dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai
tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara teknik (taktik) harus dilakukan, dalam arti kata bahwa
pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi
dan kondisi.1
Untuk mantapnya strategi dakwah, maka segala sesuatunya harus
dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap
pertanyaan dalam rumus Lasswell, yaitu:
a. Who?(Siapa da'i atau penyampai pesan dakwahnya?)
b. Says What? (Pesan apa yang disampaikan?)
c. In Which Channel? (Media apa yang digunakan?)
d. To Whom? (Siapa Mad'unya atau pendengarnya?)
e. With what Effect? (Efek apa yang diharapkan?)2
Strategi dakwah memang tidak secara langsung berhubungan dengan
komponen-komponen komunikasi yang merupakan jawaban terhadap
pertanyaan dalam rumus Lasswell namun berbicara tentang dakwah adalah
berbicara tentang komunikasi. Karena komunikasi adalah kegiatan informatif,
1Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet 1, h.95. 2Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001) ), cet ke-2,
hlm 47-48
2
yakni agar orang lain mengerti, mengetahui dan kegiatan persuasif, yaitu agar
orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu
faham atau keyakinan, melakukan suatu kegiatan atau perbuatan dan lain-
lain.3Dalam aktivitasnya dakwah haruslah memiliki strategi yang sesuai
dengan keadaan lingkungan sosiologis, psikologis, pendidikan dan ekonomi.
Menurut Mohammad Ali Aziz, dengan strategi dakwah, baik individu
maupun kelompok yang menyampaikan dakwah dapat berfikir secara
konseptual dan bertindak secara sistematik, sehingga timbul pada diri mad’u
efek efektifitas, efek kognitif dan efek konatif atau behavioral.4 Kemudian ada
pendapat dari Asmuni Syukir yaitu, strategi dakwah harus mempertimbangkan
asas efektifitas dan efisiensi yaitu dalam berdakwah harus ada usaha untuk
mengembangkan antara biaya, waktu, maupun tenaga yang dikeluarkan
dengan pencapaian hasil yang semaksimal mungkin.5
Terlebih, kini dalam aktivitasnya dakwah tidak hanya dalam sebuah
ruang lingkup organisasi Islam namun dalam aktivitasnya dakwah sudah
merambah ke dalam kelompok suporter sepakbola yang ada di Indonesia.
Pengertian suporter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
orang-orang yang memberikan dukungan, sokongan dalam berbagai bentuk
disuatu situasi.6 Kelompok suporter di Indonesia dikenal fanatik dalam
mendukung tim kebanggaannya. Misalnya saja klub sepak bola Arema
Malang dengan nama suporternya Aremania, Persija Jakarta dengan nama
suporternya The Jakmania, Persib Bandung dengan nama suporternya Viking,
dan masih banyak lagi nama supporter ataupun pendukung tim sepakbola
lainnya di Indonesia.
3Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), h.9. 4Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2004), h. 139 5Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 33. 6http://kamusbahasaindonesia.org/suporter
3
Viking merupakan kelompok suporter fanatik yang mendukung tim
Persib Bandung dan awal lahirnya Viking bermula saat sekelompok penonton
fanatik Persib yang biasa menghuni tribun selatan mencetuskan ide untuk
menjawab totalitas sang idola Persib Bandung di lapangan dengan sebuah
totalitas dalam memberi dukungan, maka setelah melalui beberapa kali
pertemuan yang cukup alot dan memakan waktu, akhirnya terbentuk sebuah
kesepakatan bersama.7
Menurut kang Heru Joko ketua Viking Persib Club, jumlah anggota
yang memiliki kartu anggota resmi sampai saat ini lebih dari 70 ribu lebih
yang tersebar di seluruh distrik Indonesia dan distrik luar negeri.8
Viking sendiri tak dapat dipungkiri memiliki catatan hitam sepanjang
perjalanannya. Image yang melekat dari supporter sepakbola termasuk Viking
adalah negatif dengan segala tindak anarkis yang sangat merugikan banyak
orang.
Seperti yang diberitakan tribunnews, salah satu hal negatif yang
dilakukan oleh pendukung Viking adalah mengamuk dan melempari berbagai
benda ke tengah lapangan karena merasa wasit yang memimpin pertandingan
berlaku tidak adil kepada pihak Persib.9
Dalam hal ini peneliti melihat bahwa pada fanatisme Viking yang
sering berlebihan dalam mendukung tim kesayangan menjadikan Viking
mendapatkan citra negatif dari masyarakat sebagai tukang rusuh, yang
menjadikan sebuah problem sosial yang hadir ditengah-tengah masyarakat.
Hal ini menunjukan krisis moral yang terjadi dikalangan anggota
Viking pada saat ini. Krisis moral terjadi karena sebagian besar orang tidak
mau lagi mengindahkan tuntunan agama, yang secara normatif mengajarkan
7http://bola.viva.co.id/news/read/322273-sejarah-lahirnya-viking-persib-fans-club 8Hasil wawancara dengan Kang Heru Joko pada tanggal 7 Agustus 2014 9http://m.tribunnews.com/superball/2011/01/24/polisi-akan-tinjau-ulang-izin-
pertandingan-persib
4
kepada pemeluknya untuk berbuat baik, meninggalkan perbuatan-perbuatan
maksiat dan munkarat.10
Tentunya hal ini menjadi suatu permasalahan yang harus diselesaikan.
Dalam mengantisipasi hal ini perlu wadah kegiatan dakwah di lingkungan
anggota Viking. Jika dilihat dari sisi positifnya ataupun aspek aktivitas
keagamaan, ternyata Viking mengadakan beberapa agenda acara yang bersifat
aktivitas keagamaan seperti acara santunan anak yatim, acara sahur on the
road, buka puasa bersama dengan anak yatim piatu, isra mi’raj,dan pengajian
rutin yang dilakukan sebulan sekali.11
Seperti kegiatan pengajian rutin
dilakukan sebagai bentuk dukungan untuk langkah Persib baik dalam stadion
maupun melalui do’a dan diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai
keagamaan.12
Sebagai salah satu dari aktivitas keagamaan, sebuah pengajian
tentunya harus memiliki strategi dalam menjalankan aktivitas keagamaannya.
Karena strategi ini berpengaruh terhadap keberhasilan pengurus Viking dalam
aktivitas keagamannya.
Maka dari penjabaran latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang: “Strategi Dakwah Pengurus Viking
Dalam Aktivitas Keagamaan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang masalah yang telah peneliti jabarkan di
atas dan agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat
10Amir Said az-Zaibari, Manajemen Qolbu: Resep Sufi mengehentikan Kemaksiatan
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), h, 5-6. 11Hasil wawancara dengan Kang Heru Joko pada tanggal 7 Agustus 2014 12http://m.inilah.com/read/detail/1880870/viking-frontline-akan-rutinkan-pengajian
5
membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam
penelitian ini.
1. Pembatasan Masalah
Dalam peneltian ini peneliti membatasi masalah yang
mencangkup pada unsur-unsur strategi dakwah, masalah yang timbul
(masalah yang dihadapi anggota Viking), metode yang digunakan,
materi yang disampaikan, media yang digunakan dalam dakwahnya, dan
efek dakwah. Jadi peneliti membatasinya pada: Strategi dakwah,
masalah yang dihadapi, metode, materi, media yang digunakan, dan efek
dakwah. Periode pengurus Viking 2010-2014.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan permasalahan
dalam penelitian ini secara umum adalah bagaimana strategi dakwah
yang dilakukan pengurus Viking dalam aktivitas keagamaan?
Rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Bagaimana Perumusan strategi dakwah pengurus Viking?
b. Bagaimana Implementasi strategi dakwah pengurus Viking?
c. Bagaimana Evaluasi strategi dakwah pengurus Viking?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada sebagaimana tersebut di atas, maka
tujuan tulisan sebagai berikut:
a. Peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi dakwah pengurus
Viking dalam aktivitas keagamaan.
6
b. Peneliti ingin mengetahui bagaimana perumusan strategi dakwah
pengurus Viking.
c. Peneliti ingin mengetahui bagaimana implementasi strategi dakwah
pengurus Viking.
d. Peneliti ingin mengetahui bagaimana evaluasi strategi dakwah
pengurus Viking.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan berguna untuk memperdalam tentang
teori strategi dakwah. Serta menjadi referensi bagi pengembangan
Ilmu komunikasi di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi masukan dan menambah wawasan
kepada khususnya pengurus Viking untuk menerapkan strategi dakwah
yang tepat dalam menyampaikan dakwahnya kepada anggota Viking.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian dan Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa
angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,
catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi
7
lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah
ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam,
rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam
penelitian ini adalah dengan mencocokan antara realitas empirik dengan
teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.
Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan
perilaku seseorang, di samping itu juga tentang peranan organisasi
pergerakan sosial atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat
dihitung sebagaimana data sensus, analisisnya bersifat kualitatif.13
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara
yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk
tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-
pengaruh dari suatu fenomena.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan,
beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi
di Sekretariat Viking jalan Gurame no 2A Bandung dan di Fans Shop
Original jalan Banda Bandung dengan pertimbangan bahwa kedua tempat
ini merupakan keberadaan para pengurus Viking berkumpul dan
diharapkan dapat memberikan data yang lebih lengkap dan akurat.
13Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar 2009), h-4.
8
Penelitian ini telah dimulai pada awal bulan Juli-Oktober 2014,
dari mulai pengurusan perizinan sampai tahap pengumpul data yang
dilakukan sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat
diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian.14
Sedangkan
menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan.15
Kata-kata dan tindakan merupakan
sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau
mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan
informasi langsung tentang sejarah lahirnya Viking, strategi dakwah
pengurus Viking, yaitu dengan cara wawancara dengan ketua pengurus
Viking yaitu Heru Joko dan yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber
bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-
surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai
dokumen-dokumen Viking. Data sekunder juga dapat berupa majalah,
buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran, hasil-
hasil studi, tesis, hasil survey, studi historis, dan sebagainya.
14S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara 2004) 15J. Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya 2009), h.
157.
9
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui
wawancara langsung.16
4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam
mengumpulkan data agar mendapat data yang valid. Pengumpulan data
adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan.
a. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan
menggunakan indra tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu
menggunakan indra untuk mengamati sesuatu. Observasi ini digunakan
untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang
bagaimana strategi dakwah pengurus Viking dalam aktivitas
keagamaan.
Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal,
perilaku, perkembangan, dan sebagainya tentang strategi dakwah
pengurus Viking, sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak
menggantungkan data dari ingatan seseorang. Observasi langsung juga
dapat memperoleh data subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi
secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
16J. Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya 2009), h.
159.
10
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitan dengan tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya
dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan
panduan wawancara.17
Tujuan penulis menggunakan metode ini adalah, untuk
memperoleh secara jelas dan konkret tentang strategi dakwah pengurus
Viking. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara
dengan Ketua Viking, Ketua distrik Viking Frontline, dan Sumber
terkait lainnya karena untuk menguatkan hasil observasi dan dokumen
yang penulis kumpulkan.
c. Dokumen
Dokumen adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan,
penyimpanan informasi di bidang pengetahuan, pengumpulan bukti
dan keterangan seperti gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan
referensi lainnya.18
Dari uraian di atas maka metode dokumen adalah pengumpulan
data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat
hubungannya dengan objek penelitian.
Tujuan digunakannya metode ini untuk memperoleh data
secara jelas dan konkret tentang strategi dakwah pengurus Viking.
17J. Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya 2009), h.
186. 18http://kbbi.web.id/dokumen
11
E. Tinjauan Pustaka
Setelah peneliti melihat dan mencari judul skripsi yang ada dalam
perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan
perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, peneliti
menemukan ada beberapa skripsi yang membahas tentang strategi dakwah.
Namun yang diteliti mahasiswa sebelumnya berbeda dengan isi atau
konten permasalahan yang diteliti peneliti. Oleh karena itu, untuk
menghindari dari hal-hal plagiat atau menjiplak karya seseorang, maka
peneliti mempertegas perbedaan antara masing-masing judul masalah yang
akan diteliti.
1. Skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah Majelis Az-Zikra Dalam
Menciptakan Keluarga Sakinah” Skripsi ini disusun oleh mahasiswa
yang bernama Bobby Rahman Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2010. Dalam skripsi ini si peneliti terfokus pada strategi
dakwah yang digolongkan kepada dua aspek yang dinilai menjadi hal
yang sangat penting untuk menciptakan keluarga yang sakinah yaitu
Aspek Fikriyah dan Aspek Ruhiyah yang baik digunakan dalam
sebuah keluarga atau rumah tangga dalam menciptakan keluarga
sakinah mawaddah warahmah yang dilakukan majelis Az-Zikra
melalui Titian Keluarga Sakinah. Kemudian si penulis menyertakan
faktor penghambat dan pendukung dakwah dalam keluarga dan
konsep keluarga sakinah. Berbeda dengan skripsi yang peneliti buat,
yaitu terfokus pada unsur-unsur di antaranya: masalah yang timbul
12
(masalah yang dihadapi anggota Viking), metode yang digunakan,
materi yang disampaikan, dan media yang digunakan dalam
dakwahnya. Namun ada kesamaan dalam hal definisi tentang dakwah
dan sama-sama menyertakan faktor pendukung dan penghambat.
2. Skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah Front Pembela Islam (FPI)
Dalam Menanggulangi Dampak Negatif Globalisasi”. Skripsi ini
disusun oleh mahasiswa yang bernama Dodiana Kusuma Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010. Dalam
skripsi ini si peneliti terfokus pada menganalisis strategi dakwah FPI
dengan konsep, serta ruang lingkup dakwah seperti apa yang
dilakukan FPI dalam menanggulangi dampak globalisasi. Berbeda
dengan skripsi yang peneliti buat, yaitu terfokus pada unsur-unsur
diantaranya: strategi dakwah, masalah yang timbul (masalah yang
dihadapi anggota Viking), metode yang digunakan, materi yang
disampaikan, dan media yang digunakan dalam dakwahnya. Namun
ada persamaan dari beberapa teori dan definisi tentang dakwah dan
strategi dakwah.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini bersifat teratur dan sistematis, maka dari itu
dapat memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, peneliti membagi skirpsi
ini kedalam lima bab, yang pada tiap-tiap bab terbagi dari sub-sub bab. Isi
masing-masing bab secara singkat adalah sebagai berikut :
13
BAB 1 PENDAHULUAN merupakan bab berisi tentang latar belakang
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan.
BAB 2 LANDASAN TEORI membahas tentang pengertian strategi, konsep
strategi Fred R David, pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah, strategi
dakwah, dan aktifitas keagamaan.
BAB 3 PROFIL SUPORTER VIKING PERSIB CLUB membahas tentang
profil suporter Viking Persib Club, Visi dan Misi, Sejarah singkat Viking,
Struktur dan Keanggotaan Viking Persib Club, danKegiatan-Kegiatan Viking
Persib Club.
BAB 4 TEMUAN DAN ANALISIS DATA membahas tentang Strategi
Dakwah Pengurus Viking, Implementasi strategi dakwah pengurus Viking,
Evaluasi strategi pengurus Viking, Faktor pendukung dan penghambat dalam
strategi dakwah yang dilakukan oleh pengurus Viking yang isi penelitian
secara rinci di mana data-data yang telah dikumpulkan dipaparkan oleh
peneliti dan menganalisis data yang sudah diperoleh.
BAB 5 PENUTUP merupakan bab terakhir dari skripsi yang dibuat oleh
peneliti yang membahas tentang hasi keseluruhan penelitian yang
menguraikan tentang kesimpulan dari semua uraian yang ada pada bab-bab
sebelumnya. Dalam bab ini, peneliti juga akan memberikan kesimpulan dan
saran sebagai hasil dari penelitian yang telah dilakukan tentang Strategi
Dakwah Pengurus Viking Dalam Akivitas Keagamaan.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi
Sebelum jauh membahas strategi dakwah, penulis akan menguraikan
ruang lingkup strategi dakwah dan dakwah secara umum, yakni sebagai
berikut:
1. Pengertian Strategi
Istilah strategi sering didengar di dalam dunia bisnis, manajemen
ekonomi bahkan tidak jarang dalam dunia politik. Karena keluwesannya,
istilah ini belakangan digunakan juga oleh bermacam-macam bidang,
termasuk juga dalam bidang dakwah.
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos” (status
yakni militer atau memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu
yang dikerjakan oleh para jendral perang dalam membuat rencana perang.1
Kata strategi pula banyak diadopsi dan diartikan lebih luas sesuai
bidang ilmu atau kegiatan yang menempatkannya. Pengertian strategi
tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang jendral di masa perang
saja, akan tetapi sudah berkembang pada tanggung jawab seorang
pemimpin.2
Namun secara terminologi strategi dipaparkan oleh beberapa ahli,
agar lebih jelasnya penulis coba mengambil beberapa definisi strategi dari
beberapa pakar. Di antaranya Onong Uchjana Effendi menjelaskan
1Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management; Back to Basic Approach,
(Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2004) Cet, ke-2, h. 5. 2Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep
pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas UI, 1999), h.10.
15
Strategi pada dasarnya adalah perencanaan manajemen untuk mencapai
tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja melainkan
harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.3 Selanjutnya
Imam Mulyana menjelaskan bahwa strategi adalah ilmu seni
menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan lingkungan secara
efektif yang terbaik.4 Dan terakhir menurut Kardiman, strategi adalah
penentuan tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu
perusahan atau organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan
mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan
tersebut.5
Setelah melihat pemaparan beberapa ahli di atas yang menjabarkan
definisi tentang strategi, pada dasarnya peneliti mengambil kesimpulan
strategi hampir sama yakni sebuah cara atau taktik untuk meraih atau
mencapai tujuan yang hendak dicapai.
2. Tahapan-Tahapan Strategi
Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada
tahapan-tahapan yang harus ditempuh, yaitu:
a. Perumusan Strategi
Hal-hal yang termasuk dalam perumusan strategi adalah
pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,
penetapan kekuatan dan kelemahan secara internal, menghasilkan
3Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktik (Bandung: PT. Remaja
Rodakarya, 1992), cet 1, h, 32. 4Imam Mulyana, Mengupas konsep Strategi, Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rodakarya, 1992), h, 32. 5A. M. Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen (Jakarta: Pronhalindo), h. 58.
16
strategi alternatif, serta memilih strategi untuk dilaksanakan. Pada
tahap ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi
yang akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi.
b. Implementasi Strategi
Disebut juga sebagai tindakan dalam strategi, karena
implementasi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang
dirumuskan menjadi suatu tindakan. Kegiatan yang termasuk dalam
implementasi strategi adalah pengembangan budaya dalam mendukung
strategi adalah pengembangan budaya dalam mendukung strategi,
menciptakan struktur yang efektif, mengubah arah, menyiapkan
anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang
masuk. Agar tercapai kesuksesan dalam implementasi strategi, maka
dibutuhkan adanya disiplin, motivasi dan kerja keras.
c. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah proses dimana manager
membandingkan antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat
pencapai tujuan. Tahap akhir dalam strategi adalah mengevaluasi
strategi yang telah dirumuskan.6
3. Faktor-Faktor Strategi
Sebuah strategi menurut S. P. Siagian haruslah efektif dan jelas,
karena ia mengarahkan organisasi pada tujuannya, untuk itu konsep suatu
strategi harus memperhatikan faktor-faktor strategi diantaranya:
6 Fred R. David, Management Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h.5
17
a. Lingkungan
Lingkungan tidak pernah berada pada kondisi yang sama dan
selalu berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada
sendi kehidupan manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya
cara berfikir tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan, dan
pandangan kehidupan.
b. Lingkungan Organisasi
Lingkungan organisasi yang meliputi segala sumber daya dan
kebijakan organisasi yang ada.
c. Kepemimpinan
S. P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan
yakni seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam mengambil
keputusan. Oleh karena itu, setiap pemimpin dalam menilai
perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eskternal atau internal
berbeda.7
4. Tujuan dan Manfaat Strategi
Tujuan dan manfaat dari sebuah strategi menurut Khotler Philip adalah:
a. Mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sehingga dapat
digunakan untuk mengarahkan organisasi tersebut kearah yang baik.
Mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam organisasi sangatlah
penting. Karena informasi tersebut akan digunakan untuk membuat
sebuah formula sasaran, strateginya hingga program penunjang tujuan
yang akan dijalankan.
7S.P . Siagian, Manajemen Modern (Jakarta: Masagung, 1994), cet ke-2, h.9
18
b. Mengetahui langkah strategis yang akan digunakan oleh organisasi
tersebut dalam merealisasikan tujuan yang diinginkan. Langkah
strategis yang telah disusun akan digunakan untuk mempermudah dan
mempercepat proses terwujudnya tujuan-tujuan yang diinginkan
organisasi. Oleh karena itu, tujuan dengan formulasi strategi harus
berhubungan agar sinergitas yang dijalin juga membantu proses
percepatan tersebut.
c. Memprediksi keadaan yang akan terjadi pada organisasi di waktu yang
akan datang, setelah persaingan dengan organisasi lain dimulai.
Prediksi dalam sebuah organisasi sangat penting dilakukan untuk
diadikan bahan persiapan terhadap setiap hal-hal yang terjadi pada
masa yang akan datang. Selain itu, prediksi juga akan dijadikan sebuah
sandaran dalam mengambil keputusan dalam organisasi.
d. Mengetahui hambatan-hambatan yang kemungkinan akan dilalui oleh
organisasi dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. Hambatan
merupakan sebuah kerikil tajam yang dapat menghambat laju
perkembangan dari sebuah organisasi. Apabila ia tidak dibersihkan ia
akan menjadi tembok besar dalam merealisasikan tujuan-tujuan yang
diinginkan oleh para pendiri dari organisasi tersebut. Jadi untuk
memperlancar proses realisasi tujuan, maka hambatan harus dengan
dihilangkan dari organisasi beraktifitas.8
Itulah beberapa tujuan yang bisa didapat ketika sebuah organisasi
memiliki sebuah strategi dalam mengaplikasikan tujuan mereka. Apalagi
8Khotler Philip, Manajemen Pemasaran, New Jersey, Indeks kelompok Gramedia, 2005
19
strategi tidak dimiliki oleh sebuah organisasi, maka eksistensi organisasi
tersebut akan terancam oleh yang lain. Karena persaingan akan terus
berjalan.
B. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dakwah secara perspektif etimologi atau asal kata (bahasa) berasal
dari bahasa Arab al-Munawir yang berarti doa, panggilan, undangan,
permintaan, ajakan atau seruan.9 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah Penyiaran atau propaganda, penyiaran agama
dan pengembangannya dikalangan masyarakat, seruan untuk memeluk,
mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.10
Sedangkan ditinjau dari segi terminologi, definisi tentang dakwah
yang dikemukakan oleh para cendekiawan Muslim antara lain adalah dari
Ali Mahfud dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin mengatakan dakwah
adalah mendorong manusia untuk berbuat kebijakan dan mengikuti
petunjuk agama,yaitu menyeru mereka kepada kebaikan dan mencegah
mereka dari perbuatan kemungkaran agar memperoleh kebahagiaan dunia
dan akhirat.11
Selanjutnya oleh Muhammad Khidir Husain dalam bukunya
al-Dakwah Ila al-Islah mengatakan dakwah adalah upaya memotivasi
orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan
amar ma’ruf nahi munkar dengan tujuan medapatkan kesuksesan dan
9A. W. Munawir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Lengkap, (Jakarta: Pustaka
Progresif, 1997), Cet Ke-14, edisi 2, h. 407. 10Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1997), Cet. Ke-14, edisi 2, h. 407 11Ali Mahfud, Hidayah Al-Mursyidin ila Thuruq al-Wa’ziwa al-Khitabah, (Beirut: Darul
Ma’arif, tt,). hlm.17
20
bahagia dunia dan akhirat.12
Kemudian dalam buku yang berjudul ad
Dakwah al Islamiyah, M. Munir dan Wahyu Ilahi mengatakan bahwa,
ilmu dakwah adalah ilmu yang dipakai untuk mengetahui berbagai seni
menyampaikan isi kandungan ajaran islam, baik itu akidah, syari’at,
maupun akhlak.13
Dan Quraish Shihab mendefinisikan sebagai seruan atau
ajakan kepada keinsafan, atau mengubah situasi yang tidak baik menjadi
situasi yang lebih baik dan sempurna baik dan sempurna baik terhadap diri
pribadi maupun masyarakat.14
Asmuni Syukir juga mendefinisikan
beberapa pengertian Dakwah, yaitu:
a. Dakwah adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat
menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk
mengamalkan ajaran Islam.
b. Dakwah adalah suatu proses penyampaian ajaran Islam
yang dilakukan secara sadar dan sengaja.
c. Dakwah adalah suatu aktivitas yang pelaksananya dapat
dilakukan dengan berbagai cara atau metode.
Yang mana usaha-usaha tersebut dilakukan tidak lain adalah
dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni hidup bahagia di dunia dan
akhirat.15
Betapapun definisi-definisi diatas terlihat dengan redaksi yang
berbeda, namun peneliti dapat menyimpulkan bahwa esensi dakwah
12M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006).
hlm. 19 13M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006).
hlm. 20 14Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 194. 15Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm
21
21
merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu
maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih
baik.
2. Unsur-unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah menurut M. Munir dan Wahyu Ilahi adalah:
a. Subjek Dakwah (Da’i)
Subjek dakwah adalah pelaku dakwah (Da’i atau mubaligh).16
Subjek dakwah ialah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang
berusaha mengubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individu maupun
berbentuk kelompok (organisasi), sekaligus sebagai pemberi informasi
dan pembawa misi.
Kata da’i ini secara umum sering disebut dengan sebutan
mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam) namun sebenarnya
sebutan ini konotasinya sangat sempit karena masyarakat umum
cenderung mengartikan sebagai orang yang menyapaikan ajaran Islam
melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (orang yang
bekhutbah) dan sebagainya.
Sehubung dengan hal tersebut terdapat pengertian para pakar
dalam bidang dakwah, yaitu dari Hasjmy menjelaskan tentang juru
dakwah adalah para penasihat para pemimpin dan pemberi peringatan,
yang memberi nasihat dengan baik, yang mengarang dan berkhutbah,
yang memusatkan kegiatan jika raganya dalam wa’ad dan wa’id (berita
16Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV Toha Putra, tt),
hlm. 47
22
pahala dan berita siksa) dan dalam membicarakan tentang kampung
akhirat untuk melepaskan orang-orang yang karam dalam gelombang
duniawi.17
Dan M. Natsir menjelaskan bahwa pembawa dakwah
merupakan orang yang memperingatkan atau memanggil supaya
memilih, yaitu memilih jalan yang membawa pada keuntungan.18
Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah esensial, sebab
tanpa da’i ajaran Islam hanyalah ideologi yang tidak berwujud dalam
kehidupan masyarakat.
Sungguhpun demikian, sudah barang tentu tidak mudah
berdakwah dengan baik dan sempurna karena pengetahuan dan
kesanggupan setiap orang berbeda-beda pula. Namun bagaimanapun,
mereka wajib berdakwah menurut ukuran kesanggupan dan
pengetahuan yang dimilikinya.
Sejalan dengan keterangan tersebut yang berperan sebagai
muballigh dalam berdakwah dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Secara umum; adalah setiap muslim atau muslimat yang
mukallaf dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan
suatu yang melekat tidak terpisahkan dari missionnya sebagai
penganut Islah.
2. Secara khusus; adalah mereka yang mengambil keahlian
khusus (mutakhassis) dalam bidang agama Islam yang dikenal
dengan ulama.19
17A. Hasjmy, Dutur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Jakarta, Bulan Bintang 1994) hlm 16. 18M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta, Gema Insani 1999)hlm. 119. 19H. Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama 1997), cet ke-2,
hlm 41-42
23
Anwar Masy’ari dalam bukunya Butir-Butir Problematika
Dawah Islamiyah menyatakan syarat-syarat seorang da’i harus
memiliki keadaan khusus yang merupakan syarat baginya agar dapat
mencapai sasaran dan tujuan dakwah dengan sebaik-baiknya. Syarat-
syarat seorang Da’i menurut Anwar Masy’ari dalam bukunya Butir-
Butir Problematika Dawah Islamiyah itu ialah:
Pertama, mempunyai pengetahuan agama secara mendalam,
berkemampuan untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan
keterangan yang memuaskan.
Syarat kedua yaitu tampak pada diri da’i keinginan/kegemaran
untuk melaksanakan tugas-tugas dakwah dan penyuluhan semata-mata
untuk mendapatkan keridhaan Allah dan demi memperjuangkan di
jalan yang diridhainya.
Syarat ketiga, harus mempelajari bahasa penduduk dari suatu
negeri kepada siapa dakwah itu akan dilancarkan. Sebabnya dakwah
baru akan berhasil bilamana da’i memahami dan menguasai prinsip-
prinsip ajaran Islam dan punya kemampuan untuk menyampaikan
dengan bahasa lain yang diperlukan sesuai dengan kemampuannya
tadi.
Harus mempelajari jiwa penduduk dan alam lingkungan
mereka, agar kita dapat menggunakan susunan dan gaya bahasa yang
dipahami oleh mereka, dan dengan cara-cara yang berkenan di hati
para pendengar. Sudahlah jelas bahwa setiap sikon ada kata-kata dan
ucapan sesuai untuk diucapkan; sebagaimana untuk setiap kata-kata
dan ucapan ada pula sikonnya yang pantas untuk tempat
menggunakannya.
Syarat keempat, harus memiliki perilaku, tindak tanduk dan
perbuatan sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan suri-teladan bagi
orang-orang lain.20
Hamka berpandangan tentang standar seorang da’i dalam
delapan kriteria sebagai berikut:
a. Hendaklah seorang da’i melihat dirinya sendiri apakah niatnya
sudah bulat dalam berdakwah. Kalau kepentingan dakwahnya
adalah untuk kepentingan diri sendiri, popularitas, untuk
20Anwar Masy’ari, Butir-Butir Problematika Dawah Islamiyah, (Surabaya: Bina Ilmu
1993)
24
kemegahan dan pujian orang, ketahuilah bahwa pekerjannya
itu akan berhenti ditengah jalan. Karena sudah pasti bahwa di
samping orang yang menyukai akan banyak pula yang tidak
menyenangi.
b. Seorang da’i mengerti benar soal yang akan diucapkannya.
c. Seorang da’i harus mempunyai kepribadian yang kuat dan
teguh,tidak mudah terpengaruh oleh pandangan orang banyak
ketika memuji,dan tidak tergoncang, ketika orang-orang
melotot karena tidak senang. Jangan ada cacat pada perangai,
meskipun ada cacat jasmani.
d. Pribadinya menarik, lembut tetapi bukan lemah, tawadhu tetapi
bukan rendah diri, pemaaf tetapi disegani.
e. Seorang da’i harus mengerti pokok pegangan kita ialah Al-
Qur’an dan As Sunnah, di samping itu pun harus mengerti
ilmu jiwa (Ilmu Nafs), dan mengerti adat-istiadat orang yang
hendak didakwahi.
f. Jangan membawa sikap pertentangan, jauhkan dari sesuatu
yang membawa perdebatan, sebab hal itu akan membuka
masalah khalafiyah.
g. Haruslah diinsyafi bahwa contoh teladan dalam sikap hidup,
jauh lebih berkesan kepada jiwa umat dari pada ucapan yang
keluar dari mulut.
25
h. Hendaklah seorang da’i itu menjaga jangan sampai ada sifat
kekurangan yang akan mengurangi gengsinya dihadapan
pengikutnya.21
b. Objek Dakwah (Mad’u)
Objek dakwah adalah setiap orang atau sekelompok orang yang
dituju atau menjadi sasaran suatu kegiatan dakwah. Berdasarkan
pengertian tersebut maka setiap manusia tanpa membedakan jenis
kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, warna kulit, dan lain sebagainya
adalah sebagai objek dakwah.22
Objek dakwah adalah manusia yang
menjadi audiens yang akan diajak ke dalam Islam secara khaffah..23
Mereka adalah orang-orang yang telah memiliki atau setidak-tidaknya
telah tersentuh oleh kebudayaan aslo atau kebudayaan selain Islam.
Karena itu, objek dakwah senantiasa berubah karena perubahan aspek
sosial kultural, sehingga objek dakwah ini akan senantiasa mendapat
perhatian dan tanggapan khusus bagi pelaksanaan dakwah.
Berdasarkan keterangan tersebut dapat juga dikatakan bahwa unsur
dakwah yang kedua adalah mad’, yaitu manusia yang menjadi sasaran
dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak;
atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Sesuai dengan
firman Allah QS. Saba’ 28:
21 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikasi, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-
1 h. 21 22A. Karim Zaidan, Asas al-Dakwah, diterjemahkan. M. Asywadie Syukur dengan judul
Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1979), hlm. 68 23Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: pustaka pelajar off, 2000),
hlm. 32
26
Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui.
c. Materi Dakwah (Maddah)
Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh Da’i
kepada mad’u, yakni ajaran agama Islam sebagaimana tersebut di
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist. Yang mana ajaran agama Islam
adalah diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok yaitu: Masalah
akidah (keimanan), masalah syari’ah, masalah akhlak dan masalah
mu’amalah.24
d. Metode Dakwah (Thariqah)
Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan pada
objek dakwah, baik itu individu, kelompok ataupun masyarakat agar
pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini dan diamalkan.25
Dalam
menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting
peranannya, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan
lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja ditolak oleh si
penerima pesan. Ketika membahas tentang metode dakwah, maka pada
umumnya merujuk pada surat an-Nahl ayat 125:
24M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006).
Hlmhlm 24-31 25Salahudin Sanusi, Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip Dakwah Islam, (Semarang:
Ramadhoni, 1964), hlm. 111
27
Artinya : “Serualah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapatkan petunjuk ”.
e. Media Dakwah (Wasilah)
Media dakwah dalam arti sempit adalah alat dakwah. Alat
dakwah berarti media dakwah yang memiliki peranan atau kedudukan
sebagai penunjang tercapainya tujuan. 26
media dakwah yang dimaksud
adalah sarana untuk merealisasikan materi dakwah terhadap mad’u.
Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam yaitu:
Lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, akhlak.27 Media merupakan salah
satu syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh seorang da’i saat
berdakwah. Karena pemilihan media memiliki peranan penting dalam
menentukan bagaimana aktifitas dakwah yang dilakukan seseorang
da’i. Media dakwah dapat memudahkan para juru dakwah untuk
menyampaikan pesan pada khalayak atau komunikannya dengan cepat
dan pesan yang disampaikan dapat tersebar dengan luas.28
26Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),hlm.
164 27M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006).
hlm. 32 28M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikasi, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-1
h. 12
28
f. Efek Dakwah (atsar)29
Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan efek
atau reaksi. Artinya jika dakwah telah dilakukan oleh seorang dai
dengan materi dakwah, Wasilah dan Thariqah tertentu maka akan
timbul respon dan efek pada si Mad’u.
Efek dakwah sering disebut dengan Feedback atau umpan balik
dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi
perhatian para da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah
berdakwah, maka selesailah dakwah,. Padahal, atsar sangat besar
artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya.
Hubungan Antar Unsur-Unsur Dakwah supaya proses dakwah berjalan
dengan sempurna maka seorang dai harus menggunakan metode,
materi serta Media yang tepat.
Seorang Dai harus mempunyai Materi yang sesuai dengan
situasi dan kondisi mad’u, yang mana dalam Penyampaian materi, si
Dai hendaklah menggunakan metode-metode pokok bagi seorang Dai.
Setelah proses penentuan materi serta metode-metodenya
terlaksana maka seorang Dai bisa melaksanakan dakwahnya melalui
media, baik itu media lisan tulisan dan sebagainya. Apabila seorang dai
telah melakukan tahapan-tahapan di atas maka yang terakhir adalah
Proses Evaluasi terhadap dakwah yang di sampaikannya, bagaimana
respon ataupun Feedback dari madu.
29M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006).
Ed.1. Cet. 2. Hlm 33
29
Evaluasi dan koreksi terhadap efek dakwah harus dilaksanakan
secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial atau
setengah-setengah. Seluruh kompenen sistem (unsur-unsur) dakwah
harus di evaluasi secara keseluruhan. Para dai harus mempunyai jiwa
terbuka untuk melakukan pembaharuan dan perubahan. Jika proses
evaluasi telah menghasilkan beberapa keputusan, maka segera diikuti
dengan tindakan korektif (corrective action). Dan jika proses ini telah
dapat terlaksana dengan baik, maka terciptalah mekanisme perjuangan
dalam bidang dakwah, dan inilah yang di sebutkan dalam agama
dengan sebutan ikhtiar insani .
Jadi, dalam proses penyampaian ajaran agama islam maka si
Dai harus sangat memperhatikan unsur-unsur dakwah guna
mewujudkan efektifitas dalam penyampaian supaya si madu bisa
menerima dan mengaplikasikan ajaran-ajaran agama yang telah di
sampaikan oleh si Dai tersebut dalam kehidupannya.
C. Strategi Dakwah
Setelah membahas pengertian strategi dan dakwah. Maka langkah
selanjutnya yang perlu dibahas adalah strategi dakwah, yaitu penggabungan
dari strategi dan dakwah.
1. Pengertian Strategi Dakwah
Strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan manajemen. Karena
orietasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama mengarah pada sebuah
keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh individu maupun
organisasi. Pengertian manajemen strategi adalah suatu proses kegiatan
30
manajerial yang berdasar dan menyeluruh dala mendayagunakan sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan visi dan
misi yag telah ditentukan.
Sedangkan pengertian dakwah sebagaimana djelaskan terdahulu
secara singkat adalah upaya yang dilakukan individu maupun kelompok
(kolektif, lembaga, organisasi). Dalam meealisasikan ajaran Islam di
tengah-tengah manusia melalui metode-metode tertentu dengan tujuan
agar terciptanya kepribadian dan masyarakat yang menerapkan ajaran
Islam secara utuh (kaffah)dalam mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.
Oleh karena itu, dakwah sebagai proses kegiatan yang universal
dan tidak hanya sekedar bentuk ritual keagamaan, tetapi meliputi segala
aktifitas hidup manusia, bahkan dakwah juga dituntut untuk menjadi
problem solving bagi persolan-persoalan yang bekembang dimasyarakat,
juga mengadopsi istiah manajemen dan stratgi untuk menjelaskan
rangkaian kegiatan akwa yang dapat membantu pencapaian tujuan dakwah
itu sendiri.
Pengertian Strategi dakwah menurut Asmuni adalah metode siasat,
taktik atau manuver yang dipergunakan dalam aktivitas dakwah.30
Menurut Abu Zahra mengatakan bahwa strategi dakwah islam adalah
perencanaan, penyerahan kegiatan dan operasi dakwah Islam yang dibuat
30Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
51.
31
secara rasional untuk mencapai tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh
dimensi kemanusiaan.31
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
strategi dakwah adalah cara, siasat, taktik untuk melakukan suatu rencana
yang telah disesuaikan dengan sasaran secara cermat guna mencapai
tujuan dakwah.
2. Asas-asas Strategi Dakwah
Menurut Asmuni Syukir strategi yang digunakan dalam usaha
dakwah harus memperhatikan beberapa asas strategi dakwah, antara lain:
1. Asas Filosofis, yaitu asas yang membicarakan tentang hal-hal
yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai
dalam proses atau dalam aktifitas dakwah;
2. Asas Psikologis, yaitu asas yang membahas tentang masalah yang
erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah
manusia, begitu juga sasaran dakwahnya yang memiliki karakter
kejiwaan yang unik, yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Apalagi masalah agama, yang merupakan masalah ideologi atau
kepercayaan (ruhaniah)yaitu input dari masalah-masalah
psikologis sebagai asas (dasar) dakwahnya.
Secara psikologis segala macam ajakan atau seruan kebaikan,
sebelum disampaikan kepada orang lain, sebaiknya dipraktikan
sendiri terlebih dahulu, apa yang akan diserukan atau disampaiakn
31Acep Aripudin & Syukriadi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar
Budaya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-1, h. 138
32
kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT QS.
Al-Baqarah, ayat: 8-9 yang berbunyi:
Artinya:
“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada
Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman. Hari kemudian ialah: mulai dari waktu
mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada
batasnya”.
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak
sadar”.
3. Asas Sosiologis, yaitu asas yang membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah, misalnya
politik masyarakat setempat, mayoritas agama di daerah setempat,
filosofi sasaran dakwah, sosio-kultur dan lain sebagainya, yang
sepenuhnya diarahkan pada persaudaraan yang kokoh, sehingga
tidak ada sekat diantara elemen dakwah, baik kepada objek
(mad’u) maupun kepada sesama subjek (pelaku dakwah). Dalam
mencoba memahami keberagamaan masyarakat, antara konsepsi
psikologi, sosiologi dan religiusitas hendaknya tidak dipisahkan
secara ketat, sebab jika terjadi akan menghasilkan kesimpulan
yang fatal32
;
32Muhammad Husain Fatahullah, Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an (Cet. I; Jakarta:
Lentera, 1997),h. 4-42.
33
4. Asas Kemampuan dan Keahlian (achievement and profesional),
yaitu azas yang lebih menekankan pada kemampuan dan
profesionalisme subjek dakwah dalam menjalankan misinya. Latar
belakang subjek dakwah akan dijadikan ukuran kepercayaan
mad’u;
5. Asas Efektifitas dan Efisiensi, yaitu asas yang menekankan usaha
melaksanakan kegiatan dengan semaksimal mungkin sesuai
dengan planning yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam
aktifitas dakwah harus menyeimbangkan antara biaya dan waktu
dengan tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya,
bahkan kalau biaya, waktu dan tenaga yang sedikit dapat
memperoleh hasil yang semaksimal mungkin. Dengan kata lain
ekonomis biaya, tenaga dan waktu tetapi dapat mencapai hasil
yang maksimal atau setidak-tidaknya seimbang antara keduanya.
Melihat asas-asas strategi dakwah yang begitu luas dan saling
terkait antara satu dengan yang lainnya, maka sebagai pelaku dakwah
harus dapat menyikapi hal tersebut dengan memperkaya keilmuan dan
pengetahuan yang berkenaan dengan asas-asas tersebut.
Seluruh asas yang dijelaskan di atas termuat dalam metode
dakwah yang harus dipahami oleh pelaku dakwah. Dimana Istilah
metode atau methodos (Yunani) diartikan sebagai rangkaian,
34
sistematisasi dan rujukan tata cara yang sudah dibina berdasarkan
rencana yang matang, pasti dan logis.33
3. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah
Prinsip-prinsip strategi dakwah menurut Dr. Marwah Daud
Ibrahim yang dikutip oleh Abdul Jalil, menyebutkan lima prinsip dasar
yang harus diperhatikan dalam strategi dakwah, yaitu:34
1. Prinsip sinerji; setiap da’i haruslah mempertimbangkan bahwa apa
yang ia lakukan hanya dapat lebih bermakna bila terintegrasi
dengan yang lain.
2. Prinsip akumulasi; setiap yang ingin kita sampaikan perlu dilihat
sebagai suatu proses akumulatif kebenaran-kebenaran relatif.
3. Prinsip konvergensi; walaupun kita berangkat dari tempat yang
berbeda dalam memakai jalan beragam pada dasarnya kita menuju
titik sentripental sempurna, yaitu tauhid.
4. Prinsip totalitas; bahwa dakwah perlu dipersepsikan sebagai multi
dimensi dan semua dimensi yang harus disentuh.
5. Prinsip inklusif; kita harus melihat siapa saja sebagai bagian dari
kita. Dengan kata lain da’i dipersepsikan sebagai mediator yang
efektif menyatukan potensi-potensi umat yang selama ini
berserakan.
33H. Asep Muhiddin, Metode Pengembangan Dakwah (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia,
2002), h. 78. Dikutip dari Nurcholish Madjid, Cendekiawan dan Religiusitas Masyarakat, (Jakarta:
Paramadina, 1999), h. 100. 34Abdul Jalil, “Mekanisme Dakwah dari Proses Penyadaran Menuju Implementasi
Pelembagaan dan Pengelolaan,” Jurnal Dakwah, Vol. 2, No. 1, 2000. h. 30.
35
D. Aktivitas Keagamaan
1. Pengertian Aktivitas Keagamaan
Aktivitas keagamaan terdiri dari dua kata atau istilah yaitu aktivitas
dan “keagamaan”, istilah aktivitas berasal dari bahasa Inggris activity yang
berarti aktivitas, kegiatan, kesibukan.35
Sedangkan kata keagamaan berasal dari kata dasar agama
yangmendapat awalan ke- dan akhiran-an. Agama itu sendiri mempunyai
arti kepercayaan kepada Tuhan, ajaran kebaikan yang bertalian dengan
kepercayaan.36
Pengertian agama sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang
artinya tidak kacau. Agama diambil dari dua akar suku kata, yaitu yang
berarti tidak, dan agama yang berarti kacau.37 Jadi kalau ditelusuri dari
makna-makna artinya, maka didapati arti dari agama yang sesungguhnya
yaitu aturan atau tatanan untuk mencegah kekacauan dalam kehidupan
manusia.38
Jadi kata aktifitas keagamaan mempunyai arti segala aktifitas
dalam kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai agama, yang diyakini
agar tidak terjadi kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian agama bila ditinjau secara deskriptif sebagaimana yang
telah diungkapkan oleh George Galloway, adalah sebagai keyakinan
manusia terhadap kekuatan yang melampaui dirinya, kemana ia mencari
35John Echols dan Hasan Sadeli, Kamus Inggris Indonesia, Gramedia, Cet, X, Jakarta,
1981, hlm. 10 36Dewi S. Baharta, Kamus Bahasa Indonesia, Bintang Terang, Surabaya, 1995, hlm. 4 37Dr. H. Dadang Kahmad. M. Si., Sosiologi Agama, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung,2002, hlm. 13 38Prof. Dr. Harun Nasution, Islam; Ditinjau dari Berbagai Aspek, Penerbit UI,
Jakarta,1979, hlm. 9
36
pemuas kebutuhan emosional dan mendapat ketergantungan hidup yang
diekspresikan dalam bentuk penyembahan dan pengabdian.39
Dari pengertian di atas yang diungkapkan oleh George Galloway
dapat dijelaskan bahwa agama merupakan keyakinan yang diakui oleh
seluruh manusia dengan mempercayai akan adanya sesuatu kekuatan yang
lebih besar dari manusia, yakni kekuatan yang Maha Besar yang
menjadikan manusia bergantung kepada-Nya dan menjadikan manusia
menyembah.
Pada dasarnya agama itu lahir dan timbul dalam jiwa manusia,
karena adanya perasaan takut dan karena merupakan kebutuhan rohani
yang tidak bisa diabaikan keberadaannya, karena hal tersebut dapat
menimbulkan adanya perasaan yang menjadi pendorong utama timbulnya
rasa keberagamaan.
Menurut Hendropuspito, agama adalah suatu jenis sistem sosial
yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan
kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakan
untukmencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat umumnya.40
Dalam Kamus Sosiologi, pengertian agama ada tiga macam, yaitu
kepercayaan pada hal-hal yang spiritual, perangkat kepercayaan dan
praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri, serta
ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural.41
Sementara itu,
Thomas F.O’Dea mengatakan bahwa agama adalah pendayagunaan
39Ahmad Norman P.(ed)., Metodologi Studi Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2000,hlm. 9 40D. Hendropuspito, O.C. Sosiologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1998, hlm. 34 41Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993,hlm.
430
37
sarana-sarana supraempiris untuk maksud-maksud non-empiris atau supra-
empiris.42
Agama sebagai refleksi atas cara beragama tidak hanya terbatas
pada kepercayaan, akan tetapi merefleksikan dalam perwujudan
perwujudan tindakan kolektivitas umat (aktivitas keagamaan). Aktifitas
keagamaan suatu umat beragama bukan hanya pada tataran relasi dengan
Tuhan, namun juga meliputi relasi dengan sesama makhluk.
Aktifitas keagamaan merupakan bagian dari dimensi ritual suatu
agama, dan pada dasarnya aktivitas keagamaan itu timbul dari cara
manusia mengejewantahkan keberagamaannya.
Pengajian merupakan salah satu kegiatan dari aktifitas keagamaan.
pengajian yaitu meneliti atau mempelajari tentang ilmu-ilmu agama Islam
yang maksudnya adalah membimbing sesering mungkin terhadap umat
manusia yang sudah memeluk agama Islam pada khususnya, agar
keberagaman semakin meningkat dan menanamkan norma-norma agama
melalu media tertentu.43
Pengajian yang kita ketahui sebagai sistem
tradisional, telah menyumbangkan hasil yang tidak bisa dianggap sepele di
Indonesia, seperti aktifitas yang dilakukan oleh sejumlah Walisongo.
Karena pada dasarnya sistem yang diterapkan dalam pengajian tidak
saklek pada satu model saja. Akan tetapi guna tercapainya sebuah dakwah,
maka disesuaikan dengan kondisi sosial yang ada pada waktu itu.
42Thomas F. O’Dea, Sosiologi Agama : Suatu Pengantar Awal, CV. Rajawali, Jakarta,
1996, hlm. 13 43Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1994, hl.
431.
38
Tujuan mengkaji suatu ilmu adalah mendapatkan suatu ilmu yang
benar. Esensi dari ilmu itu akan ada bila dirinya ada iman dan amal saleh,
sehingga terwujudnya suatu kehidupan yang bahagia dan sejahtera dunia
dan akhirat dalam ridha Allah SWT.
Berpijak pada hal di atas, maka pengajian juga disebut dakwah,
bukan sekedar tabligh tetapi merupakan salah satu bentuk usaha untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
2. Bentuk-bentuk Aktivitas Keagamaan
Bentuk-bentuk aktivitas keagamaan yang dimaksud dalam
pembahasan disini adalah pada tataran implementasi atau praktek yang
dilakukan dan nilai-nilai yang terkandung dari setiap praktek dari bentuk-
bentuk aktivitas keagamaan itu adalah diterapkandalam tingkah laku
sehari-hari. Untuk kalangan umat seagama maupun antar umat beragama.
Secara etimologi, praktek keagamaan berasal dari bahasa
Indonesia, praktek dan agama. Yang dimaksud dengan praktek
adalahpelaksanaan secara nyata apa yang disebut dengan teori.44
Sedangkan yang dimaksud dengan agama adalah sistem kepercayaan
kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan itu.
Sedangkan pengertian praktek keagamaan secara terminologi
adalah pelaksanaan secara nyata apa yang terdapat dalam sistem
kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Menurut Dr. Nico
44Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2001, hlm. 785
39
Syukur Dister, Ofm, praktek kegamaan adalahpelaksanaan secara nyata
apa yang terdapat dalam sistem kepercayaankepada Tuhan karena motif
tertentu.45
Sedangkan menurut Dr. Quraish Shihab, yang dimaksud dengan
praktek keagamaan adalah pelaksanaan secara nyata apa yang terdapat
dalam sistem kepercayaan kepada Tuhan karena kebutuhan.46
Demikian
pula pengertian praktek keagamaan menurut Drs. Amsal Bachtiar, MA,
adalah pelaksanaan secara nyata apa yang terdapat dalam sistem
kepercayaan kepada Tuhan juga karena kebutuhan.47
Bentuk-bentuk aktivitas keagamaan tidak akan lepas dari adanya
partisipasi atau peran serta. Partisipasi adalah ikut sertanya satu kesatuan
untuk mengambil bagian dalam aktivitas yang dilaksanakannya oleh
susunan kesatuan yang lebih besar.48
Partisipasi mempunyai hubungan dengan kebutuhan pokok yaitu
partisipasi dalam pembangunan lembaga lembaga keagamaan dan bukan
keagamaan, misalnya tempat-tempat ibadah, sekolah-sekolah agama, dan
sekolah-sekolah umum, dan lain-lain. Selain itu, partisipasi juga
mempunyai hubungan dengan kebutuhan pokok misalnya pembangunan
sarana dan prasarana baik yang berhubungan dengan fisik dan non fisik,
memperbaiki jalan, dan lain-lain.
Dalam bidang kegiatan non fisik, adalah secara individu sebagai
bagian dari umat beragama adalah berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
45Dr. Nico Syukur Dister, Ofm., Pengalaman dan Motivasi Beragama : Pengantar
Psiokologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1988, hlm. 71 46Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1994, hlm. 21 47Drs. Amsal Bahtiar, MA., Filsafat Agama, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997, hlm. 250 48Encyclopaedia of Social Sciences, vol 12, hlm. 8-12
40
keagamaan yang dilakukan dalam tempat ibadah, yang terdiri dari
kebaktian atau misa mingguan, memperingati hari-hari besar keagamaan,
ceramah-ceramah yang berisikan persoalan yang berhubungan dengan
agama dan ibadah, dan lain-lain.
Pada hakikat nya antara partisipasi dan aktivitas tidak dapat
dipisahkan antara keduanya, karena dalam pengertian partisipasi
terkandung pula di dalamnya aktivitas atau kegiatan, dan dalam aktivitas
tercakup pula di dalamnya partisipasi jika seseorang terlibat dalam
kegiatan-kegiatan dan seseorang melakukan kegiatan (aktivitas) berarti ia
berpartisipasi aktif dalam kegiatan itu.
Sekalipun ada banyak bentuk-bentuk aktivitas keagamaan, namun
semua itu terangkum dalam dua kategori tersebut di atas. Bentuk-bentuk
aktivitas keagamaan bisa saja berbeda pada masing-masing agama, akan
tetapi tujuannya sama, disamping sebagai bentuk konsentrasi atas
keimanan terhadap agama atau kepercayaan yang diyakininya sekaligus
perwujudan dari eksistensi agama yang mereka anut.
Bentuk-bentuk aktivitas keagamaan sangat bergantung pada latar
belakang dan kepribadian nya. Hal ini membuat adanya perbedaan tekanan
penghayatan dari satu orang ke orang lain, dan membuat agama menjadi
bagian yang amat mendalam dari kepribadian atau privaci seseorang. Oleh
karena itu, agama senantiasa bersangkutan dengan kepekaan emosional.
Namun makna yang lebih global dan makro adalah implementasi atas
nilai-nilai ajaran dari masing-masing agama sebagai makhluk Tuhan yang
individual dan sosial.
41
BAB III
PROFIL VIKING PERSIB CLUB
A. Latar Belakang Berdirinya Viking Persib Club1
1. Sejarah Kelahiran Viking Persib Club
Bermula saat sekelompok bobotoh fanatik Persib yang biasa
menghuni tribun selatan mencetuskan ide untuk menjawab totalitas sang
idola Persib Bandung di lapangan dengan sebuah totalitas dalam memberi
dukungan, maka setelah melalui beberapa kali pertemuan yang cukup alot
dan memakan waktu, akhirnya terbentuk sebuah kesepakatan bersama.
Tanggal 17 Juli 1993, disebuah rumah dibahu jalan Kancra no. 34,
diikrarkan sebuah kelompok suporter dengan nama Viking Persib Club.
Adapun pelopor dari pendiriannya antara lain; Ayi Beutik, Heru Joko,
Dodi Rokhdian, Hendra Bule, dan Aris Primat dengan dihadiri oleh
beberapa Pioner Viking Persib Club lainnya, yang hingga kini masih tetap
aktif dalam kepengurusan Viking Persib Club.
Nama Viking diambil dari nama sebuah suku bangsa yang
mendiami kawasan skandinavia di Eropa Utara. Suku bangsa tersebut
dikenal dengan sifat yang keras, berani, gigih, solid, patriotis, berjiwa
penakluk, pantang menyerah, serta senang menjelajah. Karakter dan
semangat itulah yang mendasari pengadopsian nama Viking kedalam
nama kelompok yang telah dibentuk.
1Wawancara dengan Heru Joko (Ketua Viking Persib Club), jalan Gurame no 2A ,
Bandung, 7 Agustus 2014
42
Organisasi ini mewadahi para suporter Persib supaya terus
memberikan dukungan total bagi kesebelasan Persib dan menerapkan
manajemen tersendiri termasuk mendata para anggota, serta menerapkan
fungsi kontrol dalam setiap menghadapi persoalan anggotanya.
Seiring dengan waktu dari mulai sedikit anggota, kini Viking sudah
mulai memiliki lebih dari 70 ribu anggota resmi yang tersebar di seluruh
kota dan kabupaten di Jawa Barat bahkan di hampir setiap propinsi di
Indonesia ada distrik Viking termasuk di Jakarta yang notabene
merupakan wilayah tempat bernaung seteru Viking yakni the Jakmania,
suporter Persija Jakarta.2
2. Visi dan Misi Viking Persib Club
Menjadi sebuah organisasi atau kelompok sosial yang menjaga
sportifitas dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi, baik di dalam stadion
atau diluar stadion serta menjadi leading organisasi atau kelompok sosial
yang mengedepankan tali persaudaraan dan menjunjung tinggi Bhineka
Tunggal Ika. Menjaga keamanan dan kenyamanan pada setiap
pertandingan yang diadakan, serta ikut berpartisipasi dalam segala bentuk
kegiatan sosial demi terciptanya ikatan sosial dengan kelompok lain yang
berlandaskan Bhineka Tunggal Ika.
3. Struktur Organisasi
Sebagai sebuah organisasi, Viking Persib Club memiliki susunan
organisasi resmi dimana kepengurusan tersebut akan berlangsung selama
para pengurus menginginkannya dalam arti ketika seseorang masih
2Irvan Beka, Yadi, Sejarah Lahirnya Viking Persib Fans Club, artikel diakses pada 15
Desember 2013 pukul 15.19 WIB dari http://bola.viva.co.id/news/read/322273-sejarah-lahirnya-
viking-persib-fans-club
43
menginginkan dan atau diinginkan untuk menjabat posisi tertentu maka
jabatan itu akan tetap menjadi miliknya. Struktur organisasi Viking Persib
Club periode 1993-sekarang adalah sebagai berikut :
a. Ketua : Heru Joko
b. Sekretaris Umum : Yoedi Baduy
c. Panglima : Ayi Beutik
d. Administrasi : Yana Ewok & Ucok
e. Konfigurator : Yana Bool
f. Merchandise : Dadan Gareng
g. Ticketing : Rudi Boseng & Odoy
h. Koord. Lapangan : Hendra Bule & Ketua Distrik
i. Peralatan : Deni Jeck, Harip & Ferry
44
KETUA
Heru Joko
PANGLIMA
SEKRETARIS
UMUM
Ayi Beutik
Yoedi Baduy
KONFIGURATOR ADMINISTRASI
Yana Bool
Yana Ewok & Ucok
TICKETING
MERCHANDISE
Rudi Boseng & Dadan Gareng
Odoy
KOORD.LAPANGAN
PERALATAN
Hendra Bule &
Deni Jeck, Harip &
Ferry
Ketua Distrik
Gambar 1: Struktur Organisasi Viking Persib Club
45
4. Biodata Viking Persib Club
Biodata organisasi Viking Persib Club dapat dirangkum sebagai berikut :
Nama organisasi : Viking Persib Club
Berdiri : 17 Juli 1993
Sekretariat : Jl. Gurame No 2A, Bandung
Yel-yel : Persib Nu Aing
Semboyan : Bagimu Persib Jiwa Raga Kami
Jumlah distrik : 45 distrik di kota Bandung, 17 distrik di
luar kota Bandung dan 3 distrik di luar
negeri
Gambar 2: Logo Viking Persib Club3
Anggota Viking Persib Club semakin hari semakin bertambah
banyak dengan berbagai ragam pemikiran, sikap, latar belakang ekonomi,
sosial dan pendidikan, membutukan pengaturan dan pengkoordinasian
yang tepat. Keadaan ini menjadi alasan untuk dibentuknya distrik-distrik
yang mengatur organisasi secara mandiri dengan tetap menginduk kepada
3Sumber foto www.google.co.id/logo-Viking diakses pada tanggal 15 Juli 2014 pukul
15.31 wib
46
organisasi pusat. Distrik didirikan berdasarkan wilayah komunitas anggota
Viking Persib Club. Untuk lingkungan sekolah atau kampus hanya
merupakan komunitas saja. Distrik-distrik ini diharapkan dapat
menjembatani komunikasi secara berkesinambungan dengan para anggota
yang tersebar di beberapa wilayah. Distrik resmi yang sudah tercatat,
sebagai berikut :
1. Wilayah Bandung terdiri dari : Pelita Cibangkong, Gg. Nata
Pasirluyu, Banjaran, Majalaya, Ciwidey, Cimahi, Bandung Timur,
Bandung Utara, Soreang, Batujajar, Antapani, Panghegar, Riung
Bandung, Baleendah, Bojongsoang, Sersan Bajuri, Bandung
Tengah, Bom Kill, Bandung Barat, Kebaktian, Cempaka, Nata
Endah, Independen, Jatinangor, Bonanza Rancaekek, PHC
Rancaekek, Cileunyi, Ciwastra, Geger Kalong, Sarijadi, Sukajadi,
Gedebage, Emong, Setiabudhi, Cihampelas, Lembang, Padalarang,
Cililin, Rajamandala, Cijerah, Cikalong, Cibolerang, Dago,
Pangalengan dan Margahayu Kencana.
2. Wilayah Luar Bandung terdiri dari : Jakarta, Tangerang, Bogor,
Bekasi, Depok, Cianjur, Garut, Tasik, Sumedang, Cirebon,
Kuningan, Indramayu, Bontang, Sukabumi, Medan, Subang, dan
Purwakarta.
3. Di Luar Negeri terdiri dari : Kyoto dan Nigata (Jepang), Bussan
(Korea Selatan) dan Napoli (Italia).
4. Distrik Viking diluar asal wilayah : Viking FrontLine
47
a. Sejarah singkat Viking Fronline4
Viking Frontline terbentuk pada tanggal 15 Januari
2005. Viking FrontLine merupakan satu-satu nya distrik
yang bukan berasal dari suatu daerah dan bukan dari distrik
kampus melainkan dibentuk karena kebetulan dulu belum
ada yang namanya Viking kampus, jadi terbentuklah
gabungan anak-anak dari kampus Universitas Parahyangan
dan Universitas Maranatha yang selalu nonton Persib di
Stadion dan selalu bertemu di jajaran paling depan tribun
stadion setiap menyaksikan laga Persib Bandung menjadi
sebuah distrik yaitu distrik Viking Frontline. Ketua Distrik
Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar yang mencetuskan
nama Viking Frontline yang juga merupakan salah satu
pengurus inti Viking Persib Club. Nama Viking Frontline
dipilih karena Frontline dikenal dengan istilah “garis keras”
karena berada di jajaran terdepan dalam menonton Persib,
pasti selalu berhadapan langsung dengan aparat keamanan
di dalam Stadion. Jumlah anggota sampai sekarang 500
anggota resmi.
4Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib
48
Gambar 3: Logo Viking FrontLine5
Gambar 4: Akun resmi dari Viking Frontline di jejaring sosial Twitter
5Sumber foto dari foto profile akun twitter Viking FrontLine diakses pada tanggal 15 Juli
2014 pukul 15.31 wib
49
Gambar 5: Aksi dari anggota Viking FrontLine di Stadion Si Jalak
Harupat Bandung6
5. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 6: Lokasi Penelitian Jalan Gurame 2A Bandung
6Sumber foto dari foto profile akun twitter Viking FrontLine diakses pada tanggal 15 Juli
2014 pukul 15.31 wib
50
Gambar 7: Lokasi Penelitian Jalan Gurame 2A Bandung
6. Aktivitas Suporter Viking
Sejak Viking didirikan, kegiatan rutinnya adalah nonton bareng
pertandingan Persib baik itu di Stadion maupun melalui siaran televisi.
Sedangkan fungsi Viking terhadap anggotanya adalah, sebagai agen
penjualan tiket pertandingan persib. Seiring dengan pertambahan anggota
Viking dari waktu kewaktu, maka mereka merasa perlu melakukan
aktivitas lain yang bermanfaat selain hanya menjadi suporter fanatik.
Adanya keinginan para anggota Viking untuk berkegiatan, tentu
saja perlu disalurkan demi keberlangsungan aktivitas komunitas tersebut.
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh para anggota Viking selain hanya
menjadi suporter fanatik adalah, menjadi agen ticketing pertandingan
persib, mendirikan fanshop merchandise Persib, bakti sosial jika terjadi
bencana alam didaerah, kompetisi futsal antar distrik manapun, aktifitas
keagamaan seperti santunan anak yatim, sahur on the road, buka puasa
dengan anak yatim, pengajian rutin, dan masih banyak lagi.
51
Selain itu juga Viking mendirikan Viking Records, mendirikan
sekolah sepak bola England FC, mendirikan Viking Automotive Riders
(VAR), dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.
Gambar 8: Kelompok Suporter Viking Di Stadion Si Jalak Harupat Bandung
7
7. Aktivitas Viking di Jejaring Sosial
Viking Persib Club mempunyai akun resmi dalam memberikan informasi
tentang aktivitas Viking dan aktivitas Persib Bandung di jejaring sosial
Facebook dan Twitter. Di jejaring media sosial Facebook, Viking
menggunakan nama Viking Persib dan di jejaring sosial Twitter
menggunakan nama @OfficialVPC.
Gambar 9: akun resmi Viking Persib Club di jejaring sosial Twitter
7www.simamaung.com/category/gallery/page/4 diakses pada tanggal 10 Mei 2014 pukul
17.10 wib
52
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL TEMUAN
A. Strategi Dakwah Pengurus Viking Dalam Aktivitas Keagamaan
Salah satu kelompok Suporter di Indonesia yaitu Viking Persib Club
dikutip dari portal media www.inilah.com mengadakan pengajian rutin setiap
hari jumat guna mendukung langkah persib baik didalam stadion maupun
melalui doa.1 Pengajian ini sebagai salah satu media atau wadah dakwah di
lingkup kelompok suporter Viking. Seperti yang saya kutip:
“yang melatarbelakangi dibentuknya pengajian rutin ini karena
diantara distrik-distrik Viking lainnya, Viking Frontline dikenal
dengan gila sama yang namanya minuman-minuman keras karena
setiap datang ke stadion itu banyak stok minuman kerasnya dan
anggota Viking yang ingin mencari mimunan keras tinggal mencari
anak-anak Viking Frontline. Nah berjalan beberapa tahun orang-orang
yang suka minum-minuman keras termasuk saya agak berubah sedikit
walau tidak 100 persen tapi sedikit ada pencerahan seperti ikut
pengajian ditempat lain dan tau bahwa minuman keras itu khamer
kenapa tidak kita sampaikan ke anggota lain biar kebiasaannya minum
minuman keras berubah dan dimulailah saya mencentuskan ide untuk
membuat pengajian rutin”2
Pada awal pertama, pengajian ini dipelopori oleh Tobias Ginanjar
selaku ketua distrik Viking Frontline dan termasuk jajaran pengurusan Viking
Persib Club yang sadar dan resah akan kegiatan setiap datang menonton persib
di Stadion pasti selalu membawa minuman keras dan berujung bentrokan
dengan polisi karena efek minum minuman keras.
Minuman keras sendiri bisa menurunkan efek sangat buru untuk
kesehatan mental salah satunya adalah menurunkan kemampuan indra,
1http://m.inilah.com/read/detail/1880870/viking-frontline-akan-rutinkan-pengajian
2Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib
53
menurunya fungsi otak, meningkatkan resiko depresi dan frustasi, serta
menyebabkan pola perilaku.3
Usaha untuk mengadakan pengajian rutin yang dilaksanakan dsitrik
Viking Frontline ini bekerja sama dengan Pengurus Viking Persib Club selaku
Viking pusat dimana acara pengajian rutin ini langsung dibawah tanggung
jawab Heru Joko selaku ketua Viking.
Kegiatan pengajian ini jelas ada manfaat positif untuk para anggota
Viking khususnya untuk anak-anak Viking Frontline karena dengan
diadakannya pengajian akan berdampak pada kehidupan sehari-hari seperti
memahami nilai-nilai islam dan makna-makna hidup dijalan yang benar.4
Sebuah organisasi seperti Viking pasti memiliki strategi dan tujuan
dalam melaksanakan kegiatan termasuk yang sifatnya aktifitas keagamaan
seperti pengajian. Pengajian yang diadakan oleh pengurus Viking ini harus
pula memiliki strategi dakwah yang sesuai demi tercapainya sebuah tujuan
yang positif.5
Untuk mengetahui strategi dakwah yang ditempuh pengurus Viking
peneliti menggunakan konsep Fred R. David yang dibagi kedalam beberapa
tahapan sebagai berikut:
1. Perumusan Strategi Dakwah Pengurus Viking
Perumusan strategi dalam hal ini adalah suatu proses merancang
dan menyeleksi strategi yang pada akhirnya menuntun pada pencapaian
misi dan tujuan organisasi. Melalui perumusan strategi dakwah juga
3http://m.merdeka.com/sehat/ini-4-bahaya-minuman-keras-bagi-kesehatan-tubuh.html
4Wawancara dengan Dovi (Salah satu pengurus Viking Persib Club), jalan Banda,
Bandung, 7 Agustus 2014 5Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib
54
ditentukan sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau
melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan dakwah. Adapun
langkah-langkah dalam perumusan strategi dakwah pengurus Viking
adalah:
a. Pengenalan Sasaran Dakwah
Dalam pengenalan sasaran dakwah, menurut hasil wawancara
dengan ketua Viking Frontline dan termasuk salah satu pengurus
Viking pusat yaitu Kang Tobias Ginanjar bahwa sasaran dakwah
utamanya yaitu kepada anggota distrik Viking Frontline.
“Viking Frontline sendiri di antara distrik-distrik Viking
lainnya terkenal yang paling gila sama minuman keras karena
setiap di Stadion banyak stok minuman kerasnya dan juga
dikenal sering bentrok dengan kepolisian didalam stadion.
Maka dari itu kita fokuskan ke anggota kami dulu untuk acara
pengajian rutinnya”.6
Seperti diketahui, Viking Frontline terbentuk pada tanggal 15
Januari 2005 yang merupakan satu-satu nya distrik yang bukan berasal
dari suatu daerah dan bukan dari distrik kampus melainkan dibentuk
karena selalu dipertemukan jajaran paling depan tribun stadion setiap
menyaksikan laga Persib Bandung dan paling banyak stok minuman
kerasnya setiap datang ke Stadion.7 Ketua Distrik Viking Frontline
yaitu Tobias Ginanjar juga merupakan salah satu pengurus inti Viking
Persib Club. Viking FrontLine dikenal dengan istilah “garis keras”
karena berada di jajaran terdepan dalam menonton Persib, pasti selalu
berhadapan langsung dengan aparat keamanan di dalam Stadion.
6Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib 7Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar di Bandung
pada tanggal 13/09/14 pukul 18.30 wib
55
Pada tahun 2012 menurut Tobias Ginanjar, anggota Viking
FrontLine mencapai 500 orang. Seperti kutipan wawancara dengan
Kang Tobi:
“awalnya anggota hanya ada segelintir orang, memasuki
tahun 2012 anggota kita mencapai 500 lebih sehingga sempat
kita membuat baju. Namun seiring perjalanan waktu, anggota
kami pun mulai berkurang dikarenakan memiliki kesibukan
masing-masing”8
Seperti yang telah penulis tulis di Bab 3 bahwa Viking
Frontline terbentuk pada tanggal 15 Januari 2005. Viking FrontLine
merupakan satu-satu nya distrik yang bukan berasal dari suatu daerah
dan bukan dari distrik kampus melainkan dibentuk karena kebetulan
dulu belum ada yang namanya Viking kampus, jadi terbentuklah
gabungan anak-anak dari kampus Universitas Parahyangan dan
Universitas Maranatha yang selalu nonton Persib di Stadion dan selalu
bertemu di jajaran paling depan tribun stadion setiap menyaksikan laga
Persib Bandung menjadi sebuah distrik yaitu distrik Viking Frontline.
b. Pengkajian Tujuan
Dari berbagai tema yang disajikan, peneliti mengambil contoh
tema “Viking dan Galau'ers (Orang-orang yang Galau)” yang
dilaksanakan pada tanggal Sabtu, 10 November 2012 pukul 08:00 WIB
bertempat di Geger Kalong, Bandung dan tausyiah di pimpin oleh
Ustad Erick Yusuf disampaikan kepada anggota Viking distrik Viking
FrontLine.
8Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib
56
Ustad Erick Yusuf mengambil tema galau karena tema galau
saat itu sedang ngetrend di kalangan anak-anak muda. Hampir di semua
media apalagi di sosial media tema-tema tentang galau dibahas.
Peneliti mendapatkan transkip materi dakwah yang yang
disampaikan Ustad Erick Yusuf yang dilaksanakan pada tanggal 10
November 2012 pukul 08:00 WIB bertempat di Geger Kalong,
Bandung yang bersumber dari republika online. Berikut materi dakwah
yang disampaikan Ustad Erick Yusuf:
Jika kita tela’ah kata galau di kamus besar bahasa Indonesia
galau berarti ; 1. Ber-galau, sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau
tidak keruan (pikiran); ke-galau-an sifat (keadaan hal) galau. Dikatakan
“galau” berarti kacau (tentang pikiran); “bergalau” berarti (salah satu
artinya) kacau tidak keruan (pikiran); dan “kegalauan” berarti sifat
(keadaan) galau. Merujuk ke defenisi menurut kamus keadaan galau
adalah saat pikiran sedang kacau tak keruan. Orang yang tengah galau
pikirannya berarti sedang kacau, gundah atau resah dan sebagainya.
Saya mengaitkan kata “galau’ers” atau kaum yang galau dengan
golongan orang-orang yang kacau pikirannya, resah hatinya, gundah
gulana dalam kesehariannya dengan sebuah contoh orang-orang yang
menyesali perbuatannya namun tidak bisa keluar untuk
memperbaikinya. Dalam Alquran untuk konteks orang-orang seperti ini
saya teringat surah Al Qiyamah yang menyebutkan. “Aku bersumpah
demi hari kiamat, dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali (dirinya sendiri).” (QS. Al Qiyamah, 75 : 1-2) . Masalah
galau, karenanya agar tidak galau mari memperbanyak majelis ilmu.
Dengan mengikuti taushiyah atau ceramah serta ngaji Qur’an sekaligus
Hadits. Seperti pemuda-pemuda yang tergabung di “distrik religi” nya
Viking Persib Bandung. Pengajian atau taushiyah tersebut
Alhamdulillah akan dirutinkan setiap bulannya, dengan peserta yang
semakin lama harapannya akan menjadi semakin banyak. Semoga para
penonton sepak bola menjadi sholeh, juga pemain-pemainnya, juga
pengurusnya dan semua yang terlibat di dalamnya. Agar tidak lagi
perlu slogan sportivitas dan fair play. Karena dengan kesholehan
otomatis sudah mencakup seluruh nilai-nilai kebaikan yang ada
termasuk sportivitas dan fair play. Ayo kang Heru Joko, kang Tobi dan
pemuda-pemuda harapan bangsa lainnya. Ayo kita ngaji!9
9http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/celoteh-kang-erick/12/11/12/md861a-
viking-dan-galauers-orangorang-yang-galau/
57
Berdasarkan transkip dakwah di atas, peneliti mengambil
intisari dari transkip dakwah di atas yaitu defenisi menurut kamus,
keadaan galau adalah saat pikiran sedang kacau tak keruan. Orang yang
tengah galau pikirannya berarti sedang kacau, gundah atau resah dan
sebagainya. Nah, masalah galau, karenanya agar tidak galau mari
memperbanyak majelis ilmu. Dengan mengikuti taushiyah atau
ceramah serta ngaji Qur’an sekaligus Hadits.
c. Efektifitas dan Efisiensi dakwah
Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa menurut
Asmuni Syukir, Efektif dan Efisiensi adalah di dalam aktivitas dakwah
harus diusahakan keseimbangan antara biaya, waktu, maupun tenaga
yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya sehingga hasilnya dapat
maksimal.10
Seperti kutipan wawancara berikut:
“Pada saat awal sih belum efektif pas pertama kali
masih jadi bahan lelucon dan masih dijadikan olok-olok gitu
tapi pada saat kedua dan ketiga mulai agak-agak ada yang
berubah sih sekarang anak-anak viking frontline yang sholat 5
waktu lumayan banyak yang tadinya gag pernah sholat sama
sekali semua termasuk saya cuman sekarang terakhir setelah
pengajian saat tour keluar kota mendukung Persib nyempetin
berhenti dulu di mesjid nyempetin sholat shubuh”11
Menurut observasi peneliti, belum begitu efektif dikarenakan
ketika menghadiri pengajian, belum sepenuhnya semua distrik Viking
berkumpul. Hanya sekitar 20-30 orang setiap menghadiri acara
pengajian rutin ini dan masih belum efektif juga disaat pengajian itu
10
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
33.
11Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib
58
harus dilakukan sebulan sekali dan menurut peneliti harus lebih
dirutinkan pengajiannya. Namun sudah ada perubahan walaupun
belum signifikan, tetapi setidaknya sudah ada niat untuk menjadi ke
arah yang lebih baik lagi. Dari sisi efisiensi menurut peneliti cukup
efisiensi karena antara waktu, maupun tenaga yang dikeluarkan dengan
pencapaian hasilnya sehingga terlihat maksimal. Efisiensi karena tidak
harus menyewa sebuah gedung atau ruangan karena menggunakan
rumah anggota yang agak luas ruangannya. Dan kebutuhan dalam
pengajian dalam observasi yang peneliti lakukan hanya terdapat
makanan, minuman dan sound system sebagai alat pengeras suara.
2. Implementasi Strategi Dakwah Pengurus Viking
Dalam proses pengimplementasinya, pengajian ini dijadwalkan
hanya sebulan sekali dan dipilih hanya setiap hari jumat.
“Dilaksanakannya pengajian ini setiap hari jumat dan
sebulan sekali karena menghindari kejenuhan dari anggota yang
datang ke pengajian dan menyesuaikan pula dengan agenda
pertandingan Persib”.12
Memang pengajian ini tidak seperti pengajian lain seperti
pengajian di organisasi Islam atau pengajian rutin lainnya, karena
pengajian dilingkup sebuah organisasi suporter harus menyesuaikan
jadwal pertandingan tim kesayangannya agar mampu terlaksana dan
ditambah mad’u yang hadir tidak semuanya berlatar belakang Islam yang
kuat dan berfikiran mendukung Persib adalah sebuah kewajiban sehingga
takut menimbulkan titik jenuh yang bisa menimbulkan tidak efektifnya
pengajian itu.
12
Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib
59
Dari sisi Ustadnya pun berganti-ganti setiap kali pertemuannya,
dan salah satu Ustad yang pernah mengisi pengajian rutin yang diadakan
pengurus Viking adalah Ustad Erick Yusuf.
Kebetulan saya kenal baik dengan Ustad Erick Yusuf dan
beliau pembawaan dalam berdakwahnya santai, jiwa muda dan
menyampaikan materi dakwahnya ngena kepada yang hadir dalam
pengajian termasuk saya 13
Ustad Erick Yusuf menurut roolshop.co.id yang dikutip komentar
dari Didi Petet dan Dany Jive Vokalist Java Jive Band, “ Ustad Erick
Yusuf punya latar belakang pekerja seni yang cukup berpengalaman,
sehingga dalam menyampaikan dakwahnya selalu disampaikan dengan
kreatif. Sangat dibutuhkan suatu kreatifitas untuk berkomunikasi
sehingga firman Allah dan hadist Nabi pun selalu menjadi hal aktual”.
"Setelah bergabung dengan iHAQi kekaguman saya kapada kang
Ucup (Erick Yusuf) semakin besar. Pengetahuan, pemahaman,
pendalaman ilmunya sangat baik, paling penting konsisten dan aplikatif
dalam kehidupan sehari-harinya dan selalu berusaha untuk menyelaraskan
Islam sebagai gaya hidup, bukan hanya rangkaian ritual yang rutin.
Subhanallah"14
Melihat petikan komentar di atas, peneliti menyimpulkan sosok
Ustad Erick Yusuf adalah seorang Dai yang kreatif dalam menyampaikan
dakwahnya, berjiwa muda, serta pembawaan materi dakwahnya santai dan
pemahaman materinya mudah diterima.
13
Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib 14
http://rolshop.co/news/detailbuku/RBA733113
60
Dalam halnya sifat-sifat seorang Da’i, Ustad Erick Yusuf dalam
dakwahnya harus memiliki sifat-sifat seorang Da’i menurut Syekh
Musthafa Mansyhur antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
1) Da’i harus beriman dan bertaqwa kepada Allah;
2) Da’i harus ikhlas dalam melaksanakan dakwah, dan tidak
mengedepankan kepentingan pribadi;
3) Da’i harus ramah dan penuh pengertian;
4) Da’i harus tawadhu atau rendah hati;
5) Da’i harus sederhana dan jujur dalam tindakannya;
6) Da’i harus tidak memiliki sifat egoisme;
7) Da’i harus memiliki semangat yang tinggi dalam tugasnya;
8) Da’i harus sabar dan tawakal dalam melaksakan tugas dakwah;
9) Da’i harus memiliki jiwa toleransi yang tinggi;
10) Da’i harus memiliki sifat terbuka atau demokratis;
11) Da’i tidak memiliki penyakit hati dan dengki.15
Kemudian materi dakwah yang disampaikan Ustad-ustad yang
mengisi pengajian pun menurut Tobias Ginanjar berkaitan dengan
pembahasan anak-anak muda. Seperti yang dikutip dalam wawancara:
“Saya memang menitip kepada Ustadnya jangan membahas
tentang masalah yang berat-berat dulu, ya kita bahas yang seperti
belajar ikhlas, hukumnya alkohol itu seperti apa”16
15
Secara lebih rinci dibaca dalam Syekh Musthafa Masyhur, Thariq Ad-Dakwah (Jalan
Dakwah), (Jakarta: Pustaka Ihsan, 1994, hlm. 25-29. 16
Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib
61
Secara Konseptual ada dasarnya materi dakwah Islam tergantung
pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global materi
dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:
1) Masalah keimanan (aqidah) ;
2) Masalah keislaman (syraiat) ;
3) Masalah budi pekerti (akhlaqul karimah)17
;
Menurut peneliti, apa yang dilakukan para pengurus Viking dalam
hal ini benar dikarenakan tidak semua mad’u dalam tingkat pendidikan dan
agama yang sama sehingga materi dakwah yang disampaikan hanya topik
yang ringan dan yang terpenting Mad’u mengerti apa yang disampaikan
oleh Da’i nya.
3. Evaluasi Strategi Pengurus Viking
Evaluasi strategi Pengurus Viking saya masukan ke dalam
beberapa poin di bawah ini di antaranya:
a. Sumber Daya Manusia
Dari hasil pengevaluasian, pengurus Viking menggunakan
SDM eksternal(di luar kepengurusan Viking), bukan hanya SDM
internal (Pengurus Viking). Hal ini karena mereka(pengurus Viking)
mengukur kualitas dan kuantitas SDM yang ada di dalam organisasi
Viking dan mengaggap perlunya SDM eksternal yang terlibat seperti
Da’i yang ada di wilayah tersebut yang di anggap sesuai dan pantas.
“untuk urusan pengajian, anak-anak(anggota Viking FrontLine)
sulit untuk menggerakan acara itu dan males karena pada dasarnya
17
Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet 1, h.89.
62
mereka lebih suka acara kumpul-kumpul dan hanya saya yang
berinisiatif dan menggerakan acara pengajian rutin ini”18
Disini peneliti melihat bahwa ketergantungan oleh satu orang
saja tidak cukup karena pasti akan menghambat rutinitas pengajian,
karena jika satu orang ini sedang sibuk atau sedang ada urusan penting
maka pengajian rutin ini akan tidak jalan.
b. Rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan
Rapat evaluasi kegiatan adalah tahapan dimana kegiatan yang
dilakukan bersifat efektif atau tidak. Dalam pengevaluasian kegiatan
ini tidak dilakukan rapat evaluasi melainkan hanya berkumpul sesudah
pengajian membahas bagaimana pembahasan tausyiah mudah dicerna
atau tidak.19
Hal ini menurut peneliti seharusnya diadakan rapat evaluasi
agar setiap pengajian ada peningkatan serta mengetahui apa
kekurangan yang harus diperbaiki pengurus Viking.
c. Memperbaiki Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja adalah sebuah sistem cara kerja yang sudah
terstruktur dan sistematis. Dalam sebuah organisasi mekanisme kerja
sangatlah penting. Maka, ketika mekanisme kerja tersebut dirasakan
kurang baik atau tidak menimbulkan efektifitas dan efisiensi. Karena,
jika mekanisme kerja yang dirasakan kurang baik dan tetap
dipertahankan akan menghasilkan keluaran (output) yang sama saja.
Pengurus Viking dalam hal ini melakukan perbaikan.
18
Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib 19
Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib
63
d. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Dakwah pengurus Viking
Dalam pertumbuhan suatu organisasi, pasti ada berbagai faktor
yang mendukung dan juga tidak terlepas dari berbagai faktor
hambatan. Hal itu biasa di temukan dalam perjalanan suatu lembaga
atau organisasi. Seperti halnya yang dialami oleh pengurus Viking
yang mendapat berbagai dukungan dan juga mengalami hambatan. Hal
ini mereka jadikan sebagai bahan motivator untuk tetap giat dalam
melaksanakan aktifitas keagamaan karena jika tidak ada hambatan
maka akan terasa hambar dan tidak tergugah untuk menjadi lebih baik.
Adapun dibawah ini adalah berbagai faktor pendukung dan
penghambat yang di alami oleh pengurus Viking, yaitu:
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dari strategi dakwah yang dilakukan
oleh pengurus Viking sehingga ada kemajuan yang dirasakan saat
ini adalah:
a. Pengurus Viking Menyediakan Makanan
b. Sedang Jeda Kompetisi
Pada saat pengajian awal-awal kebetulan sedang jeda
kompetisi sepakbola di Indonesia jadi pengajian ini juga dijadikan
sebagai ajang untuk berkumpul walaupun harus ditipu-tipu sedikit
berkumpul sekaligus pengajian.20
2. Faktor Penghambat
a. Mendengar Kata Pengajian Sudah Berfikiran Negatif
20
Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib
64
“Kadang kan orang mendengar kata pengajian atau tausyiah
udah resisten duluan seperti bilang “sok islami banget” “sok
religius’ “santai aja kali masih muda”21
Berdasarkan kutipan wawancara, agak terdengar lucu
karena mendengar kata pengajian saja mereka sudah takut
dan mengaggap aneh pengajian karena memang mereka
mengaggap Persib Bandung adalah tujuan dukungan
mereka dan setiap mad’u berbeda-beda tingkat
keimanannya tetapi menurut observasi peneliti ketika hadir
dalam pengajian, mad’u khusyuk dan diselangi candaan
saat mengikuti jalannya pengajian.
b. Hanya Digerakan Oleh Satu Orang Saja
Dari poin kedua yaitu, “Hanya digerakan oleh satu orang
saja”, maka dapat penulis jabarkan bahwa: para pengurus
Viking adalah manusia biasa yang mempunyai segala rutinitas
dan aktifitas diluar kepengurusan yang sangat padat yang
terkadang sulit untuk membagi waktu untuk sekedar mengurusi
aktifitas keagamaan yang dilakukan Viking. Sehingga
terkadang hanya ketua Viking kang Heru Joko saja yang
mengurusi kegiatan pengajian rutin.
c. Keterbatasan Dana22
Permasalahan klasik karena dana merupakan hal yang
sangat penting dalam setiap organisasi untuk melaksanakan suatu
21
Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib 22
Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib
65
kegiatan, meskipun kegiatan tersebut bersifat kemanusiaan dan
dalam hal berdakwah. Berdasarkan kutipan wawancara:
“anak-anak lebih mudah patungan untuk membeli minuman keras
daripada patungan untuk membantu memperingan biaya untuk
melaksanakan pengajian”23
Dari poin ketiga yaitu: “keterbatasan dana”, tidak akan
berjalan efektif apabila dana yang diperlukan tidak ada, maka tetap
saja dana merupakan hal yang penting untuk keberlangsungan
suatu kegiatan.
Demikianlah faktor-faktor yang telah penulis jabarkan
tentang perjalanan aktifitas keagamaan pengurus Viking dari mulai
faktor pendukung dan faktor penghambat, yang mereka jalankan
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
23
Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar 13/09/14
pukul 18.30 wib
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan tentang Strategi Dakwah
Pengurus Viking Dalam Aktifitas Keagamaan, penulis dapat menghasilkan
kesimpulan akhir dari penulisan karya ilmiah ini yaitu sebagai berikut:
Untuk mengetahui strategi dakwah yang ditempuh pengurus Viking
peneliti menggunakan konsep Fred R. David yang dibagi kedalam beberapa
tahapan sebagai berikut:
1. Perumusan Strategi Dakwah Pengurus Viking
Perumusan strategi dalam hal ini adalah suatu proses merancang
dan menyeleksi strategi yang pada akhirnya menuntun pada pencapaian
misi dan tujuan organisasi. Melalui perumusan strategi dakwah juga
ditentukan sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau
melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan dakwah. Adapun
langkah-langkah dalam perumusan strategi dakwah pengurus Viking
adalah:
a. Pengenalan Sasaran Dakwah
b. Pengkajian Tujuan
c. Efektifitas dan Efisiensi dakwah
2. Implementasi Strategi Dakwah Pengurus Viking
3. Evaluasi Strategi Pengurus Viking
67
Evaluasi strategi Pengurus Viking saya masukan ke dalam
beberapa poin di bawah ini di antaranya:
a. Sumber Daya Manusia
Dari hasil pengevaluasian, pengurus Viking menggunakan
SDM eksternal(di luar kepengurusan Viking), bukan hanya SDM
internal (Pengurus Viking). Hal ini karena mereka(pengurus Viking)
mengukur kualitas dan kuantitas SDM yang ada di dalam organisasi
Viking dan mengaggap perlunya SDM eksternal yang terlibat seperti
Da’i yang ada di wilayah tersebut yang di anggap sesuai dan pantas.
b. Rapat evaluasi pelaksanaan kegiatan
Rapat evaluasi kegiatan adalah tahapan dimana kegiatan yang
dilakukan bersifat efektif atau tidak. Dalam pengevaluasian kegiatan
ini tidak dilakukan rapat evaluasi melainkan hanya berkumpul sesudah
pengajian membahas bagaimana pembahasan tausyiah mudah dicerna
atau tidak.
c. Memperbaiki Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja adalah sebuah sistem cara kerja yang sudah
terstruktur dan sistematis. Dalam sebuah organisasi mekanisme kerja
sangatlah penting. Maka, ketika mekanisme kerja tersebut dirasakan
kurang baik atau tidak menimbulkan efektifitas dan efisiensi. Karena,
jika mekanisme kerja yang dirasakan kurang baik dan tetap
dipertahankan akan menghasilkan keluaran (output) yang sama saja.
Pengurus Viking dalam hal ini melakukan perbaikan.
d. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Dakwah pengurus Viking
68
Dalam pertumbuhan suatu organisasi, pasti ada berbagai faktor
yang mendukung dan juga tidak terlepas dari berbagai faktor
hambatan. Hal itu biasa di temukan dalam perjalanan suatu lembaga
atau organisasi. Seperti halnya yang dialami oleh pengurus Viking
yang mendapat berbagai dukungan dan juga mengalami hambatan. Hal
ini mereka jadikan sebagai bahan motivator untuk tetap giat dalam
melaksanakan aktifitas keagamaan karena jika tidak ada hambatan
maka akan terasa hambar dan tidak tergugah untuk menjadi lebih baik.
B. Saran
Sebuah kelompok suporter yang mengadakan agenda pengajian rutin
tentunya masih terdapat banyak kekurangan yang harus dibenahi agar apa yang di
inginkan pengurus Viking dapat terealisasi dengan sangat baik. Terlebih niat baik
para pengurus Viking untuk membuat anggota Viking ini keluar dari stigma
negatif masyarakat tentang Viking itu suporter anarkis harus didukung oleh semua
pihak sehingga sesuai dengan apa yang diinginkan pengurus Viking.
Beberapa hal yang harus dilakukan pengurus Viking untuk membenahi
program aktivitas keagamaan yang dimaksud disini adalah agenda pengajian rutin
yaitu:
1. Harus lebih banyak merangkul distrik-distrik Viking yang tersebar
di sekitaran Bandung untuk menghadiri agenda pengajian rutin ini.
Karena agar semakin banyak mad’u yang datang akan semakin
cepat pesan dakwah dapat diterima secara langsung oleh mad’u.
69
2. Harus lebih inovatif dalam membuat sebuah acara pengajian,
misalkan terus mengganti ustadnya agar tidak jenuh, mengadakan
tanya jawab dalam sesi pengajian dan materi dakwahnya harus
lebih mengarah kepada perilaku baik manusia karena membantu
untuk para penonton sepak bola menjadi sholeh-sholehah, agar
tidak lagi perlu slogan sportivitas dan fair play. Karena dengan
kesholehan otomatis sudah mencakup seluruh nilai-nilai kebaikan
yang ada termasuk sportivitas dan fair play.
3. Harus lebih sering disosialisasikan mengenai agenda pengajian
rutin ini melalui ketua distrik, jejaring sosial dan para pengurus
Viking agar bisa merangkul sebanyak-banyaknya anggota Viking
untuk datang ke pengajian rutin dan sebagai salah satu kelompok
suporter terbesar di Indonesia, Viking bisa menjadi barometer
kelompok suporter dan menjadi contoh baik untuk kelompok
suporter lain di Indonesia karena bisa berhasil mengadakan agenda
pengajian rutin yang bisa menimbulkan stigma positif dari
masyarakat.
70
DAFTAR PUSTAKA
Acep Aripudin & Syukriadi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar
Budaya, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Ali Aziz, Moh. Ilmu Dakwah, Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2004.
A. Hasjmy, Dutur Dakwah Menurut Al-Qur’an, Jakarta, Bulan Bintang 1994.
A. Karim Zaidan, Asas al-Dakwah, diterjemahkan. M. Asywadie Syukur dengan
judul Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 1979.
A. M. Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta: Pronhalindo.
A. W. Munawir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Lengkap, Jakarta: Pustaka
Progresif, 1997.
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta
: Balai Pustaka, 1997.
Dewi S. Baharta, Kamus Bahasa Indonesia, Bintang Terang, Surabaya, 1995.
D. Hendropuspito, O.C. Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1998.
Dr. H. Dadang Kahmad. M. Si., Sosiologi Agama, Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya, 2002.
Dr. Nico Syukur Dister, Ofm., Pengalaman dan Motivasi Beragama :Pengantar
Psiokologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1988.
Drs. Amsal Bahtiar, MA., Filsafat Agama, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Ghazali, M. Bahri, Dakwah Komunikasi, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
Hari Purnomo Setiawan dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah
Konsep pengantar, Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas UI,
1999.
Helmi, Masdar. Dakwah dalam Alam Pembangunan, Semarang: CV Toha Putra,
tt
Husain, Muhammad Fatahullah. Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an, Jakarta:
Lentera, 1997.
H. Asep Muhiddin, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia,
2002 h. 78. Dikutip dari Nurcholish Madjid, Cendekiawan dan
Religiusitas Masyarakat, Jakarta: Paramadina, 1999.
Jalil, Abdul. “Mekanisme Dakwah dari Proses Penyadaran Menuju Implementasi
Pelembagaan dan Pengelolaan,” Jurnal Dakwah, 2000.
71
John Echols dan Hasan Sadeli, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:Gramedia, 1981.
Masy’ari, Anwar. Butir-Butir Problematika Dawah Islamiyah, Surabaya: Bina
Ilmu 1993.
Mahfud, Ali. Hidayah Al-Mursyidin ila Thuruq al-Wa’ziwa al-Khitabah, Beirut:
Darul Ma’arif, tt.
Mulyana, Imam. Mengupas konsep Strategi, Teori dan Praktek, Bandung: PT.
Remaja Rodakarya, 1992.
Munir, Samsul. Ilmu Dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Muriah, Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: pustaka pelajar off,
2000.
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikasi, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,1997.
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Rahmat Semesta, 2006.
M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani, 1999.
Norman, Ahmad P.(ed)., Metodologi Studi Agama, Pustaka Pelajar Yogyakarta,
2000.
Philip, Khotler. Manajemen Pemasaran, New Jersey, Indeks kelompok Gramedia,
2005.
Prof. Dr. Harun Nasution, Islam; Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jakarta: UI, 1979.
Said az-Zaibari, Amir. Manajemen Qolbu: Resep Sufi mengehentikan
Kemaksiatan, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003.
Sanusi, Salahudin. Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip Dakwah Islam,
Semarang: Ramadhoni, 1964.
Secara lebih rinci dibaca dalam Syekh Musthafa Masyhur, Thariq Ad-Dakwah
(Jalan Dakwah), Jakarta: Pustaka Ihsan, 1994.
Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1992.
Soekanto, Soerjono. Kamus Sosiologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,1993
Supratikno, Hendrawan. Advanced Strategic Management; Back to Basic
Approach, Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2004.
Syukir, Asmuni.Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.
Tasmara, Toto.Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.
72
Thomas F. O’Dea, Sosiologi Agama : Suatu Pengantar Awal, Jakarta:CV.
Rajawali, 1996.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 2001.
Uchjana Effendy, Onong.Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003.
Uchjana Effendi, Onong. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktik, Bandung: PT.
Remaja Rodakarya, 1992.
Sumber Internet:
http://m.inilah.com/read/detail/1880870/viking-frontline-akan-rutinkan-
pengajianartikel diakses pada tanggal 4 Maret 2014 pukul 12.15 WIB
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/celoteh-kang-
erick/12/11/12/md861a-viking-dan-galauers-orangorang-yang-galau/artikel
diakses pada tanggal 16 Agustus 2014 pukul 10.00 WIB
http://rolshop.co/news/detailbuku/RBA733113artikel diakses pada tanggal
4 September 2014 pukul 20.05 WIB
http://m.merdeka.com/sehat/ini-4-bahaya-minuman-keras-bagi-kesehatan-
tubuh.htmlartikel diakses pada tanggal 4 September 2014 pukul 19.15 WIB
Irvan Beka, Yadi, Sejarah Lahirnya Viking Persib Fans Club, artikel
diakses pada 15 Desember 2013 pukul 15.19 WIB dari
http://bola.viva.co.id/news/read/322273-sejarah-lahirnya-viking-persib-fans-club
Sumber foto www.google.co.id/logo-Viking diakses pada tanggal 15 Juli
2014 pukul 15.31 WIB
Wawancara:
Wawancara dengan Dovi (Salah satu pengurus Viking Persib Club), jalan
Banda, Bandung, tanggal 7 Agustus 2014 pukul 14.20 WIB
Wawancara langsung dengan ketua Viking Frontline yaitu Tobias Ginanjar
tanggal 13 September 2014 pukul 18.30 WIB
Wawancara dengan Heru Joko (Ketua Viking Persib Club), jalan Gurame
no 2A , Bandung, 7 Agustus 2014pukul 16.00
NIM : 1110051000193
Perihal : Wawancara dengan Tobias Ginanjar
Tempat : Sekretariat Viking jl.Gurame no: 2A Bandung
Waktu : Sabtu, 13 September 2014 pukul 18.30 WIB
1. Peneliti : Sejarah lahirnya Viking Frontline?
Narasumber : Viking Frontline terbentuk pada tanggal 15 Januari 2005.
Viking FrontLine merupakan satu-satu nya distrik yang bukan berasal dari
suatu daerah dan bukan dari distrik kampus melainkan dibentuk karena
kebetulan dulu belum ada yang namanya Viking kampus, jadi terbentuklah
gabungan anak-anak dari kampus Universitas Parahyangan dan Universitas
Maranatha yang selalu nonton Persib di Stadion dan selalu bertemu di
jajaran paling depan tribun stadion setiap menyaksikan laga Persib Bandung
menjadi sebuah distrik yaitu distrik Viking Frontline. Ketua Distrik Viking
Frontline yaitu Tobias Ginanjar yang mencetuskan nama Viking Frontline
yang juga merupakan salah satu pengurus inti Viking Persib Club. Nama
Viking Frontline dipilih karena Frontline dikenal dengan istilah “garis keras”
karena berada di jajaran terdepan dalam menonton Persib, pasti selalu
berhadapan langsung dengan aparat keamanan di dalam Stadion. Jumlah
anggota sampai sekarang 500 anggota resmi.
2. Peneliti: Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan pengurus dalam
aktivitas keagamaan?
Narasumber (jawaban): sebelum cerita strategi dakwah, cerita dulu sejarah
yah maksudnya suporter bola atau viking atau suporter bola pada umumnya
lah identik dengan minuman keras, karena nonton bola tanpa minuman keras
itu ibaratnya tuh apayah enggak seru gitu maksudnya dimensinya beda,
dimensi ketika kita nonton tanpa minuman keras dan ketika nonton dengan
minuman keras itu tuh beda dimensi dan itu tuh jadi rutinitas bertahun-tahun
dan dari generasi ke generasi tuh seperti itu, nah viking frontline itu sendiri di
Vikingnya diantara distrik-distrik viking itu terkenal dengan distrik yang
paling gila sama minuman maksudnya gila itu di stadion itu paling banyak
stok minumannya dan paling kuat-kuat(minumnya) dan pokoknya orang
mencari minuman keras pasti ke anak-anak frontline lah gitu. Nah berjalan
beberapa tahun, orang-orang yang suka minumnya itu termasuk saya mulai
agak berubah nih sedikit, berubah maksudnya mulai walaupun gag total
100% tapi mulai ada pencerahan-pencerahan ikut pengajian segala macem,
ya barulah kita bahwa minum minuman keras itu khamr apa segala macem,
nah ini kenapa gag kita menyampaikan ke temen-temen yang lain bira
kebiasaannya berubah. Nah dimulai lah saya ide membuat pengajian rutin,
cuman waktu itu menemui kendala, kendalanya itu diajak pengajian gag pada
mau, diajak pengajian banyak alesan gag mau ada yang ini itu lah, akhirnya
ditipu ngomongnya gag pengajian ngomongnya kita kumpul-kumpul mau
ngapainlah tau-tau pas dateng udah pada kumpul ada ustad dan segala
macem. Jadi awalnya ditipu dulu baru mau nah setelah disana mereka
merasakan pengajian itu gag se ekstrim yang mereka bayangkan, bukan yang
baca Al-Qur’an atau gimana, ternyata kita dapet ustadnya yaitu ustad Erick
Yusuf tuh yang enak lah pembawaannya gag kaku asik jadi kita benar-benar
ngobrol-ngobrol fenomena yang terjadi dalam hidup tapi disambungkan
dengan agama. Nah kita rencanakan pengajian sebulan sekali waktu itu dan
sempat berjalan 3 kali, cuman sayanya nih sayanya sibuk sebenernya kalau
ada yang mau ngurusin sih mau lanjut terus cuman kemaren saya kan jadi
caleg, sibuk setahun jadi gag ada yang ngurusin lah sedangkan anak-anak
kalau urusan pengajian mah gag ada yang mau ngurusin maunya tau bereslah
pokoknya kalau urusan lain pasti pada mau.
3. Peneliti: Sasaran Dakwah apakah semua anggota Viking atauHanya
segelintir orang?
Narasumber (jawaban): Pertamanya sih pasti ke anggota distrik kita sendiri
yaitu distrik Viking Frontline tapi pas pengajian kedua dan ketiga kita mulai
mengundang dsitrik viking lain dan yang diundang yang terdekat dulu waktu
itu pengajiannya dekat Aa Gym di Darut Tauhid, disitu ada viking upi
pokoknya yang deket deket kita undang dulu nah kalau pada saat itu kalau
sayanya gag sibuk rencana mau terus terus dan terus mungkin nanti kedepan
mau dilanjut lagi sih pengajianya.
4. Peneliti : Tujuan diadakannya pengajian?
Narasumber (jawaban):Tujuannya yah itu pengen merubah kebiasaan negatif
walaupun mungkin sulit namun sedikit banyak ada pengaruh positif biasanya
kan nonton bola kan harus kayak gitu, ya kehidupan sehari-hari pergaulan
dan segala macem mungkin dengan masukan-masukan tausyah menjadikan
mereka setidaknya walaupun tidak berhenti total tapi ada ngeremnya
sedikitlah untuk tidak minum-minuman keras.
5. Peneliti: Efektif dan Efisienkah pengajian rutin hanya sebulan sekali?
Narasumber (jawaban): Pada saat awal sih belum efektif sih pas pertama kali
masih jadi bahan lelucon dan masih dijadikan olok-olok gitu tapi pada saat
kedua dan ketiga mulai agak-agak ada yang berubah sih sekarang anak-anak
viiking frontline yang sholat 5 waktu lumayan banyak yang tadinya gag
pernah sholat sama sekali semua termasuk saya cuman sekarang terakhir
setelah pengajian saat tour keluar kota mendukung Persib nyempetin berhenti
dulu di mesjid nyempetin sholat shubuh segalam macem.
6. Peneliti: Yang menjadikan pertimbangan pengajian sebulan sekali?
Narasumber (jawaban): Ya itu tadi kan kita udah bersama-sama udah lama
dari 2005 dan sejak 2005 itu kita selalu menjadi orang seperti itulah nah
disaat 2013 itu ada kepikiran ini teh udah pada dewasa udah pada tua kapan
berubahnya sih makanya diadakan pengajian itu dan kenapa sebulan sekali?
kan pada saat itu susah diajakinnya dan mungkin kalau pengajianya sebulan
sekali masih agak mau tadinya memang kalau udah ini mau dirutinkan 2
minggu sekali.
7. Peneliti: Bagaimana cara melaksanakan pengajian ini?
Narasumber (jawaban): Pertama kita dua kali dengan ustad yang sama ketiga
ustadnya berbeda sih nah kenapa ustadnya dua kali sama karena itu
rangkaian jadi itu ceritanya belum selesai kan harus tuntas membahas sebuah
topik kalau belum selesaikan kan ngegantung dan yang ketiga baru ganti
waktu itu.
8. Peneliti: Materi yang disampaikan da’i?
Narasumber (jawaban): Inget waktu itu saya memang menitip ke ustadnya
bahwa jangan membahas yang berat-berat dulu lah maksudnya yang
membahas yang seperti belajar ikhlas terus hukumnya alkohol itu seperti apa
yang ringan-ringan aja.
9. Peneliti : Evaluasi pengurus?
Narasumber (jawaban): Gak ada evaluasi sih kita mah ngobrol-ngobrol aja
sesudah pengajian nanya-nanya kesan dan pesan gag yang serius evaluasi
cuman sekedar cerita-cerita masuk gag materinya.
10. Peneliti: Sebelum melakukan pengajian apakah ada rapat?
Narasumber (jawaban):Obrol tim kecil aja maksudnya yang menyiapkan
tempat siapa, menyiapkan soundsystem, atau menyiapkan makanan jadi
obrolannya hanya tim kecil yang menyiapkan itu aja.
11. Peneliti : Tempat pengajian?
Narasumber (jawaban): Waktu itu ada rumah anggota kita yang deket darut
tauhid rumahnya kosong dan lega luaslah pokoknya representatif buat
diadakan pengajian jadi ya disana.
12. Peneliti: Faktor pendukung diadakannya pengajian?
Narasumber (jawaban): Karna ada makanan (sambil tertawa), ya memang kan
waktu itu juga kebetulan sedang jeda kompetisi jadi anak-anak juga kangen
untuk kumpul dan ini pengajian ini juga dijadikan ajang berkumpul juga
walaupun harus ditipu-tipu dulu. Faktor rangga (yang tewas sama oknum
suporter di Jakarta)itu juga dijadikan momen juga untuk mendoakan
mendiang. Sekaligus mendoakan Persib yang pada saat itu hampir degradasi
yang di kandang beberapa kali kalah yang menjadi pikiran kita apa karna
kita-kitanya yang mabok mulu gag doain buat Persib kali aja kalau doain
Persib jadi juara (amin.).
13. Peneliti: Faktor penghambat diadakannya pengajian?
Narasumber (jawaban):Kadang kan orang mendengar kata pengajian atau
tausyiah udah resisten duluan seperti bilang “sok islami banget” “sok
religius’ “santai aja kali masih muda” dan faktor dana sedikit penghambat
dalam pengajian karena anak-anak viking lebih gampang buat beli alkohol
daripada sumbangan buat pengajian.
Peneliti Narasumber
(Rendy Adityawarman) (Tobias Ginanjar)
NIM : 1110051000193
Perihal : Wawancara dengan Heru Joko
Tempat : Fanshop Original jl.Banda Bandung
Waktu : Kamis, 07Agustus 2014 pukul14.00 WIB
1. Peneliti : Latar Belakang Berdirinya Viking Persib Club?
Narasumber : Dulu bermula saat sekelompok bobotoh yang fanatik
sama Persib yang biasa menghuni tribun selatan belum ada wadah besar
untuk menampung bobotoh yang fanatik, maka ide untuk menjawab totalitas
sang idola Persib Bandung di lapangan dengan sebuah totalitas dalam
memberi dukungan, maka setelah melalui beberapa kali pertemuan yang
cukup alot dan memakan waktu, akhirnya terbentuk sebuah kesepakatan
bersama. Tanggal 17 Juli 1993, dirumah dibahu jalan Kancra no. 34,
diikrarkan sebuah kelompok suporter dengan nama Viking Persib Club.
Adapun pelopor dari pendiriannya antara lain; alm. Ayi Beutik, saya
sendiri, Dodi Rokhdian, Hendra Bule, dan Aris Primat dengan dihadiri oleh
beberapa Pioner Viking Persib Club lainnya, yang hingga kini masih tetap
aktif dalam kepengurusan Viking Persib Club. Nama Viking sendiri kita
ambil dari nama sebuah suku bangsa yang mendiami kawasan skandinavia
di Eropa Utara. Suku bangsa tersebut dikenal dengan sifat yang keras,
berani, gigih, solid, patriotis, berjiwa penakluk, pantang menyerah, serta
senang menjelajah. Karakter dan semangat itulah yang mendasari
pengadopsian nama Viking kedalam nama kelompok yang telah dibentuk.
Organisasi ini mewadahi para suporter Persib supaya terus memberikan
dukungan total bagi kesebelasan Persib dan menerapkan manajemen
tersendiri termasuk mendata para anggota, serta menerapkan fungsi kontrol
dalam setiap menghadapi persoalan anggotanya.
2. Peneliti: Apa Visi dan Misi Viking Persib Club?
Narasumber: Menjadi sebuah organisasi atau kelompok sosial yang
menjaga sportifitas dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi, baik di dalam
stadion atau diluar stadion serta menjadi leading organisasi atau kelompok
sosial yang mengedepankan tali persaudaraan dan menjunjung tinggi
Bhineka Tunggal Ika. Menjaga keamanan dan kenyamanan pada setiap
pertandingan yang diadakan, serta ikut berpartisipasi dalam segala bentuk
kegiatan sosial demi terciptanya ikatan sosial dengan kelompok lain yang
berlandaskan Bhineka Tunggal Ika.
3. Peneliti: Bagaimana susunan struktur organisasi Viking?
Narasumber: Sebagai sebuah organisasi, Viking Persib Club
memiliki susunan organisasi resmi dimana kepengurusan tersebut akan
berlangsung selama para pengurus menginginkannya dalam arti ketika
seseorang masih menginginkan dan atau diinginkan untuk menjabat posisi
tertentu maka jabatan itu akan tetap menjadi miliknya. Struktur organisasi
Viking Persib Clubperioede 1993-sekarang adalah sebagai berikut : Ketua
itu saya Heru Joko kemudian bagian Sekretaris Umum itu Yoedi Baduy,ada
Panglima alm. Ayi Beutik, bagian administrasi Yana Ewok & Ucok,
Konfigurator Yana Bool, Merchandise Dadan Gareng, bagian yang ngurus
Ticketing Rudi Boseng & Odoy, Koord. Lapangan Hendra Bule & Ketua
Distrik dan terakhir peralatan Deni Jeck, Harip & Ferry.
4. Apa saja aktivitas Viking selain mendukung Persib?
Narasumber: Sejak Viking didirikan, kegiatan rutinnya adalah
sudah pasti nonton bareng pertandingan Persib baik itu di Stadion
maupun melalui siaran televisi. Sedangkan fungsi Viking terhadap
anggotanya adalah, sebagai agen penjualan tiket pertandingan persib.
Seiring dengan pertambahan anggota Viking dari waktu kewaktu, maka
mereka merasa perlu melakukan aktivitas lain yang bermanfaat selain
hanya menjadi suporter fanatik.Adanya keinginan para anggota Viking
untuk berkegiatan, tentu saja perlu disalurkan demi keberlangsungan
aktivitas komunitas tersebut. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh para
anggota Viking selain hanya menjadi suporter fanatik adalah, menjadi
agen ticketing pertandingan persib, mendirikan fanshop merchandise
Persib, bakti sosial jika terjadi bencana alam didaerah, kompetisi futsal
antar distrik manapun, aktifitas keagamaan seperti santunan anak yatim,
sahur on the road, buka puasa dengan anak yatim, pengajian rutin, dan
masih banyak lagi. Selain itu juga Viking mendirikan Viking Records,
mendirikan sekolah sepak bola England FC, mendirikan Viking
Automotive Riders (VAR), dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.
5. Peneliti: Berapa jumlah anggota resmi Viking hingga saat ini?
Narasumber: jumlah anggota yang memiliki kartu anggota resmi
sampai saat ini lebih dari 70 ribu lebih yang tersebar di seluruh distrik
Indonesia dan distrik luar negeri.
6. Peneliti: apa saja aktivitas yang menyangkut keagamaan yang pernah
dilakukan Viking melibatkan anggota?
Narasumber : Jika dilihat dari sisi positifnya ataupun aspek
aktivitas keagamaan, kami selaku pengurus Viking mengadakan beberapa
agenda acara yang bersifat aktivitas keagamaan seperti acara santunan
anak yatim, acara sahur on the road, buka puasa bersama dengan anak
yatim piatu, isra mi’raj,dan pengajian rutin yang dilakukan sebulan
sekali.
Peneliti
(Rendy Adityawarman)
Narasumber
(HeruJoko)
NIM : 1110051000193
Perihal : Wawancara dengan Dovi
Tempat : Fanshop Original jl.Banda Bandung
Waktu : Kamis, 07Agustus 2014 pukul16.00 WIB
Peneliti: Kira-kira adakah manfaat yang diadakannya pengajian rutin oleh
pengurus Viking?
Narasumber: Kegiatan pengajian ini jelas ada manfaat positif untuk para
anggota Viking khususnya untuk anak-anak Viking Frontline karena dengan
diadakannya pengajian akan berdampak pada kehidupan sehari-hari seperti
memahami nilai-nilai islam dan makna-makna hidup dijalan yang benar.
Peneliti Narasumber
(Rendy Adityawarman) (Dovi)
Foto dan Dokumentasi