stomatitis
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
STOMATITIS
Oleh:Wafa Azwaruddin Nur
2051210053
KEPANITERAAN KLINIK ILMU FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISMA/LAB FARMASI RSUD DR MOEWARDI
S U R A K A R T A
2013
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESA
a. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. T
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kleco, Surakarta
b. Keluhan Utama : sakit pada bibir sebelah atas
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih 2 hari yang lalu pasien sering mengeluh sakit pada bibir sebelah
atas. Pasien merasa kesulitan saat memakan sesuatu, pada bibir atas terasa sangat perih
sekali.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat sakit jantung : disangkal
b. Riwayat stroke : disangkal
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat batuk lama : disangkal
e. Riwayat sakit liver : disangkal
f. Riwayat alergi : disangkal
g. Riwayat mondok : disangkal
e. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : disangkal
b. Riwayat minum jamu : disangkal
c. Riwayat minum obat pegal linu : disangkal
d. Riwayat minum minuman keras : disangkal
e. Riwayat olah raga teratur : disangkal
f. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga
a. Riwayat sakit gula : disangkal
b. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
c. Riwayat sakit gula : disangkal
d. Riwayat asma : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat batuk lama : disangkal
II. PEMERIKSAAN FISIK
A
.
Keadaan Umum Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda Vital
Status Gizi
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 72 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Heart rate : 72 x/ menit, irama reguler
Frekuensi Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.8 0C
BB=49 kg
TB=155 cm
C
.
Kulit Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-),
kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-),
ekimosis (-), pucat (-)
D
.
Kepala Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban
(-), mudah rontok (-), luka (-)
E
.
Mata Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema
palpebra (-/-), strabismus (-/-)
F
.
Telinga Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan
mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
G
.
Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi
penghidu baik
H
.
Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+), bibir
kering (+), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-),
stomatitis (+), luka pada sudut bibir (-)
I. Leher JVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di tengah, simetris,
pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi
cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-)
J. Thorax Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =
kiri, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan
torakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB
axilla (-/-)
Jantung :
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Palpasi Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial linea
medioclavicularis
Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis
dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea
medioklavicularis sinistra
Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra
→ konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi HR : 72 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni,
intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-). Bunyi
jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V 1 cm medial linea
medioklavikula sinistra dan SIC IV linea parasternal
sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi jantung I di SIC II linea
parasternal dextra et sinistra.
Pulmo :
Inspeksi Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar
(-). Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar,
retraksi intercostal (-)
Palpasi Simetris. Pergerakan dada ka = ki, peranjakan dada ka = ki,
fremitus raba kanan = kiri
Perkusi Sonor / Sonor
Auskultasi Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus
basal paru (-/-), krepitasi (-/-)
K
.
Punggung kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertebra (-),
L
.
Abdomen :
Inspeksi Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-),
venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)
Auscultasi Peristaltik (+) normal
Perkusi Timpani, pekak alih (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (-). Hepar tidak teraba. Lien tidak teraba.
M Genitourinaria Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
N
.
Ekstremitas Kuku pucat (+), spoon nail (-)
Akral dingin Odem
_ _
_ _
_ _
_ _
III.DIAGNOSIS
Stomatitis
VII. TUJUAN PENGOBATAN
menghilangkan rasa sakit yang timbul akibat luka pada bibir atas.
VIII. PENGOBATAN
1. Nonmedikamentosa
- Hindari stress yang berlebihan, dan tingkatkan kualitas tidur minimal 8 jam sehari.
- Perbaiki pola makan.
- Jaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut.
2. Medikamentosa
R/ Bethadine Gargle Fl. No. I
S 8 dd tab 1 spatio 3 hora
R/ Amoxicillin tab mg 500 No.XXI
S 3 dd tab 1
R/ Vit. B12 tab mg 50 No. XXI
S 3 dd tab 1
STOMATITIS APTHOUS RECCURENT/SAR (SARIAWAN)
1. Definisi
Stomatitis Aphtous Reccurent atau yang di kalangan awam disebut sariawan adalah luka
yang terbatas pada jaringan lunak rongga mulut. Istilah recurrent digunakan karena memang
lesi ini biasanya hilang timbul. Luka ini bukan infeksi, dan biasanya timbul soliter atau di
beberapa bagian di rongga mulut seperti pipi, di sekitar bibir, lidah, atau mungkin juga terjadi
di tenggorokan dan langit-langit mulut.
2. Penyebab
Hingga kini, penyebab dari sariawan ini belum dipastikan, tetapi ada faktor-faktor yang
diduga kuat menjadi pemicu atau pencetusnya. Beberapa diantaranya adalah:
- Trauma pada jaringan lunak mulut (selain gigi), misal tergigit, atau ada gigi yang
posisinya di luar lengkung rahang yang normal sehingga menyebabkan jaringan lunak
selalu tergesek/tergigit pada saat makan/mengunyah
- Kekurangan nutrisi, terutama vitamin B12, asam folat dan zat besi.
- Stress
- Gangguan hormonal, seperti pada saat wanita akan memasuki masa menstruasi di mana
terjadi perubahan hormonal sehingga lebih rentan terhadap iritasi
- Gangguan autoimun / kekebalan tubuh, pada beberapa kasus penderita memiliki respon
imun yang abnormal terhadap jaringan mukosanya sendiri.
- Penggunaan gigi tiruan yang tidak pas atau ada bagian dari gigi tiruan yang mengiritasi
jaringan lunak
- Pada beberapa orang, sariawan dapat disebabkan karena hipersensitivitas terhadap
rangsangan antigenik tertentu terutama makanan.
Ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari SAR adalah keturunan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita SAR lebih
rentan untuk mengalami SAR juga.
3. Gejala
Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1-2 hari di daerah yang akan
menjadi sariawan. Rasa ini timbul sebelum luka dapat terlihat di rongga mulut. Sariawan
dimulai dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut yang terkena berbentuk bulat
atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti melepuh tersebut pecah dan menjadi berwarna
putih di tengahnya, dibatasi dengan daerah kemerahan. Bila berkontak dengan makanan
dengan rasa yang tajam seperti pedas atau asam, daerah ini akan terasa sakit dan perih, dan
aliran saliva (air liur) menjadi meningkat.
Berdasarkan ciri khasnya secara klinis, SAR dapat digolongkan menjadi ulser minor,
ulser mayor, dan ulser hepetiform.
- Ulser minor adalah yang paling sering dijumpai, dan biasanya berdiameter kurang dari 1
cm dan sembuh tanpa menimbulkan jaringan parut. Bentuknya bulat, berbatas jelas, dan
biasanya dikelilingi oleh daerah yang sedikit kemerahan. Lesi biasanya hilang setelah 7-
10 hari.
- Ulser mayor biasanya berdiameter lebih dari 1 cm, bulat dan juga berbatas jelas. Tipe ini
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh, dan dapat menimbulkan jaringan
parut setelah sembuh.
- Ulser herpetiform adalah yang paling jarang terjadi dan biasanya merupakan lesi
berkelompok dan terdiri dari ulser berukuran kecil dengan jumlah banyak.
4. Pemeriksaan
Selain pemeriksaan visual, pemeriksaan laboratoris diindikasikan bagi pasien yang
menderita SAR diatasi usia 25 tahun dengan tipe mayor yang selalu hilang timbul, atau bila
sariawan tidak kunjung sembuh, atau bila ada gejala dan keluhan lain yang berkaitan dengan
faktor pemicu.
Diagnosis banding
Lesi SAR bisa sangat mirip dengan manifestasi penyakit lain dan sulit dibedakan dengan
beberapa penyakit tertentu. Untuk membedakannya, ada beberapa hal yang perlu diketahui di
antaranya:
- Jumlah, bentuk, dan ukuran lesi, serta seberapa sering lesi hilang timbul (rekuren)
- Usia penderita saat pertama kali timbul sariawan
- Perubahan mukosa atau jaringan kutan
- Ada/tidaknya keterlibatan sistem organ atau adanya gejala lain
- Obat-obatan yang sedang dikonsumsi
- Faktor-faktor pada host/penderita, misalnya:
o Genetik
o Defisiensi nutrisi
o Masalah pada sistem imun
o Stress, masalah psikologis atau fisik
5. Patogenesis
Ada beberapa teori yang menyebutkan kaitan SAR dengan mikroba di dalam mulut
seperti streptococcus, Heliobacter pilori dan herpes virus, namun hingga kini teori tersebut
belum disepakati secara universal.
Faktor utama yang dikaitkan dengan SAR adalah faktor genetik, defisiensi hematologi,
kelainan imunologis, dan faktor lokal seperti trauma pada mulut dan kebiasaan merokok.
Selama 30 tahun terakhir penelitian yang dilakukan menyiratkan adanya hubungan antara
SAR dan limfotoksisitas, antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity, defek pada sel
limfosit, dan perubahan dalam rasio limfosit CD4 terhadap CD8.
Riset yang baru-baru ini dilakukan banyak berpusat pada jaringan sitokin mukosa. Salah
satu penelitian mengungkapkan bahwa adanya respon imun yang diperantarai sel secara
berlebihan pada pasien SAR, sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Selain itu,
faktor yang paling banyak didokumentasikan dalam penelitian adalah faktor herediter.
Dalam satu penelitian yang melibatkan 1303 anak dari 530 keluarga, didapati adanya
kerentanan yang lebih meningkat terhadap SAR pada anak-anak yang orang tuanya adalah
penderita SAR. Pasien yang memiliki orang tua penderita SAR beresiko hingga 90 % untuk
terkena SAR juga, sedangkan pasien yang orang tuanya tidak pernah terkena SAR hanya
beresiko 20 %. Lebih jauh lagi, human leukocyte antigen (HLA) yang spesifik secara genetik
ternyata teridentifikasi pada pasien SAR, terutama pada kelompok etnis tertentu. Ada juga
penelitian yang mengkaitkan SAR minor dengan faktor genetik yang berkaitan dengan fungsi
imun terutama gen yang mengendalikan pelepasan Interleukin (IL)-1B dan IL-6.
Defisiensi hematologi terutama serum besi, folat, atau vitamin B12juga banyak dikaitkan
sebagai factor etiologis dari pasien SAR. Salah satu penelitian melaporkan keadaan klinis
yang membaik hingga 75 % pada pasien SAR saat defisiensi hematologis yang dideritanya
terdeteksi dan dilakukan terapi.
Faktor lainnya yang dikaitkan dengan SAR diantaranya adalah kecemasan dan stress
psikologis yang sering terjadi. Perubahan hormon seperti menstruasi, trauma pada jaringan
mukosa seperti sering tergigit secara tidak sengaja, dan alergi makanan juga dilaporkan
sebagai faktor resiko terjadinya SAR.
6. Perawatan
SAR sebetulnya dapat sembuh sendiri, karena sifat dari kondisi ini adalah self-limiting.
Obat-obatan untuk mengatasi SAR diberikan sesuai dengan tingkat keparahan lesi. Untuk
kasus ringan, jenisnya bisa berupa obat salep yang berfungsi sebagai topical coating agent
yang melindungi lesi dari gesekan dalam rongga mulut saat berfungsi dan melindungi agar
tidak berkontak langsung dengan makanan yang asam atau pedas. Selain itu ada juga salep
yang berisi anestesi topical untuk mengurangi rasa perih. Obat topikal adalah obat yang
diberikan langsung pada daerah yang terkena (bersifat lokal).
Pada kasus yang sedang hingga berat, dapat diberikan salep yang mengandung topikal
steroid. Dan pada penderita yang tidak berespon terhadap obat-obatan topikal dapat diberikan
obat-obatan sistemik.
Penggunaan obat kumur chlorhexidine dapat membantu mempercepat penyembuhan
SAR. Namun penggunaan obat ini secara jangka panjang dapat menyebabkan perubahan
warna gigi menjadi kecoklatan.
Obat-obatan tersebut didapat dengan resep dokter. Meskipun penyakit ini terbilang
ringan, ada baiknya bila ditangani oleh dokter gigi spesialis penyakit mulut (drg. Sp.PM)
7. Pengobatan
Sebagian besar sariawan sembuh sendiri, karenanya pengobatan hanya untuk mengurangi
keluhan, kecuali jika ada infeksi sekunder ke jaringan sekitarnya. Obat-obat yang lazim
digunakan, antara lain:
- Analgesik lokal (tablet hisap atau obat kumur), misalnya Benzydamine (Tanflex,
Tantum). Tablet hisap dapat digunakan setiap 3-4 jam (maksimum 12 tablet perhari)
hingga sembuh (maksimum 7 hari). Sedangkan obat kumur digunakan berkumur selama
1 menit, setiap 3 jam hingga sembuh (maksimum 7 hari)
- Anestesi lokal ( cairan atau gel oles), misalnya Lidokain, benzokain, dioleskan pada
sariawan (sering dioleskan karena efek anestesi berlangsung singkat).
- Antiseptik (obat kumur), misalnya iodin povidon (bethadin, septadine, molexdine),
klorheksidin (minosep), heksetidin (bactidol, hexadol).
- Kortikosteroid, misalnya: triamsinolon (ketricin, kenalog in orabase), dioleskan 2-3 kali
sehari sesudah makan (maksimal 5 hari).
8. Pencegahan
- Hindari stress yang berlebihan, dan tingkatkan kualitas tidur minimal 8 jam sehari. Tidur
yang berkualitas bukan hanya dilihat dari lamanya waktu tidur. Tidur dalam kondisi
banyak beban pikiran atau stress dapat menurunkan kualitas tidur.
- Perbaiki pola makan. Pola makan dan diet yang sehat tidak hanya akan mencegah
sariawan namun juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Perbanyak
sayuran hijau dan buah yang kaya akan asam folat, vitamin B-12 dan zat besi. Bila
sedang menderita SAR, hindari makanan yang pedas dan asam.
- Jaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut.