case stomatitis kuuu.docx

29
ILMU KESEHATAN NO RM : 2 6 5 5 7 4 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANAMNESIS Nama : An. N.W Jenis Kelamin : Laki- Laki Umur : 3 tahun 1 bulan Ruang : Melati Kelas : III Nama lengkap : An. N.W Jenis Kelamin : Laki-Laki Tempat dan tanggal lahir : Karanganyar, 01 / 01 / 2010 Umur : 3 tahun 1 bulan Nama Ayah : Tn. T (Alm) Umur : - Pekerjaan ayah : - Pendidikan ayah : SD Nama ibu : Ny. S Umur : 39 tahun Pekerjaan ibu : Buruh Pendidikan ibu : SD Alamat : Dawung 4/1 kemiri kebakramat Masuk RS tanggal : 4 Februari 2013 Jam : 18:20 Diagnosis masuk : Stomatitis Dokter yang merawat : dr. A. Septiarko, Sp.A, Ko Asisten : Zahrotul Aimah Tanggal : 5 februar 2013 (Alloanamnesis) di Bangsal Melati KELUHAN UTAA : Sariawan di bibir dan mulut KELUHAN TAMBAHAN : Demam, Muntah, Batuk, Lemas 1. Riwayat penyakit sekarang 5 HSMRS 1

Upload: aim-aimma

Post on 10-Aug-2015

82 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANAMNESISNama : An. N.W

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 3 tahun 1 bulan

Ruang : Melati

Kelas : III

Nama lengkap : An. N.W Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat dan tanggal lahir : Karanganyar, 01 / 01 / 2010 Umur : 3 tahun 1 bulan

Nama Ayah : Tn. T (Alm) Umur : -

Pekerjaan ayah : - Pendidikan ayah : SD

Nama ibu : Ny. S Umur : 39 tahun

Pekerjaan ibu : Buruh Pendidikan ibu : SD

Alamat : Dawung 4/1 kemiri kebakramat

Masuk RS tanggal : 4 Februari 2013 Jam : 18:20 Diagnosis masuk : Stomatitis

Dokter yang merawat : dr. A. Septiarko, Sp.A, Ko Asisten : Zahrotul Aimah

Tanggal : 5 februar 2013 (Alloanamnesis) di Bangsal Melati

KELUHAN UTAA : Sariawan di bibir dan mulut

KELUHAN TAMBAHAN : Demam, Muntah, Batuk, Lemas

1. Riwayat penyakit sekarang

5 HSMRS

Pasien batuk pilek , demam, pasien diberi obat penurun panas ( obat didapatkan dari bayi yang di

jaga ibu pasien yang sedang demam dan sariawan) tidak ada keluhan lain

4 HSMRS

Muncul bintik – bintik kecil di mulut dan bibir, selaput warna keputihan,dan sariawan, nafsu

makan mulai menurun, pasien demam, pasien batuk pilek,

3 HSMRS

Bintik – bintik kecil pecah, mulut kemerahan, bengkak, Sariawan makin banyak, hampir pada

semua bibir, pasien tidak mau makan sama sekali karena kesakitan saat membuka mulut, minum

hanya sedikit, demam, pasien muntah setiap kali habis minum atau menangis,lemas, belum BAB

sejak dua hari yang lalu. Dibawa berobat ke Puskesmas, keluhan tidak berkurang.

HMRS

Sariawan penuh pada mulut dan bibir, pasien tidak mau makan dan minum sama sekali, pasien

kesakitan saat membuka mulut agak lebar, luka sariawan pecah dan berdarah saat pasien

membuka mulut agak lebar, menangis atau tertawa, pasien demam, mual dan muntah, batuk,

1

Page 2: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

pasien lemas karena tidak mau makan dan minum.BAK menurun (dari pagi hanya 1 x), belum

BAB sejak empat hari yang lalu.

2. Riwayat penyakit dahulu

• Riwayat sakit serupa : diakui

• Riwayat batuk pilek sebelumnya : disangkal

• Riwayat batuk lama : disangkal

• Riwayat asma : disangkal

• Riwayat kejang tanpa demam : disangkal

• Riwayat kejang dengan demam : disangkal

• Riwayat alergi : diakui

Kesan : terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang.

3. Riwayat penyakit pada keluarga

• Riwayat sakit serupa : diakui (ibu, saudara sepupu pasien dari ibu)

• Riwayat batuk pilek : disangkal

• Riwayat asma : disangkal

• Riwayat alergi : diakui

4. Riwayat penyakit pada lingkungan

• Riwayat sakit serupa : diakui ( balita yang di asuh ibu pasien)

• Riwayat batuk pilek : diakui

• Riwayat kontak dengan penderita dengan gejala yang sama : diakui

Kesan : terdapat riwayat penyakit yang sama yang ditularkan dari keluarga dan lingkungan

kepada pasien

2

Page 3: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

RIWAYAT KELUARGA

Keterangan :

: Laki – laki : Meninggal

: Perempuan : Menderita sakit yang sama

: Pasien

RIWAYAT PRIBADI

1. Riwayat kehamilan dan persalinan

a. Riwayat kehamilan ibu pasien

Ibu G1P0A0 Hamil saat usia 35 tahun. Ibu memeriksakan kehamilannya rutin ke bidan, Ibu

tidak pernah mual dan muntah berlebihan, tidak ada riwayat trauma maupun infeksi saat

hamil, sesak saat hamil (-), Merokok saat hamil (-), kejang saat hamil (-). Ibu hanya minum

obat penambah darah dan vitamin dari bidan. Tekanan darah ibu dinyatakan normal. Berat

badan ibu dinyatakan normal dan mengalami kenaikan berat badan selama kehamilan.

Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.

b. Riwayat persalinan ibu pasien

Ibu melahirkan pasien dibantu oleh dokter kandungan, umur kehamilan 9 bulan, persalinan

secara SC akibat air ketuban hampir habis, bayi menangis spontan, bayi lahir dengan berat

lahir 3000 gram, tidak ditemukan cacat bawaan saat lahir.

c. Riwayat paska lahir pasien

Bayi laki-laki BB 3000 gram, setelah lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit

kemerahan, bayi mulai dilatih menetek segera setelah lahir

Kesan : Riwayat ANC baik, riwayat persalinan baik, riwayat PNC baik.

3

Page 4: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2. Riwayat makan

0 - 6 bulan : ASI

6 - 9 bulan : ASI + bubur

9 bulan – 12 bulan : ASI + nasi tim 1 piring , 2-3 kali/hari

1 tahun – 2 tahun : ASI + nasi, sayur, tahu, tempe

2 tahun – sekarang : Nasi, kuah sayur, tahu, tempe, daging (ayam, sapi, dsb) ikan ,

sayuran,tidak mau, makan 3 – 4 kali 1 piring/hari. Pasien tidak minum susu formula

Kesan : Pasien mendapat ASI ekslusif, kuantitas makanan cukup, kualitas makanan kurang

3. Perkembangan dan kepandaian :

Motorik Kasar Motorik Halus Bahasa Personal SosialTengkurap (3 bulan)

Memegang benda (4 bulan)

Menoleh ke sumber suara (4 bulan)

Tersenyum(3 bulan)

Duduk tanpa bantuan (6 bulan)

Menaruh benda di mulut (5 bulan)

Berteriak ( 5 bulan)Takut kepada orang asing (7 bulan)

Berdiri dengan pegangan (10

bulan)

Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain (8 bulan)

Mengucap kata ma (8 bulan)

Bermain sendiri ( 9 bulan)

Berjalan dengan baik (15 bulan)

Mencoret-coret (17 bulan)

Berbicara baik (1,5 tahun)

Kesan : Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial sesuai usia. Kepandaian dalam

rata-rata

4. Vaksinasi

Jenis I II III IV V VI

HEPATITIS B 0 bulan 2 bulan 6 bulan - - -

BCG 2 bulan - - - - -

DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -

POLIO 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 18 bulan -

CAMPAK 9 bulan - - - - -

Kesan : Imunisasi dasar sesuai PPI lengkap dengan ulangan, sesuai usia pasien saat ini

4

Page 5: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

5. Sosial, ekonomi, dan lingkungan:

Sosial dan ekonomi

Ibu (39 tahun, buruh), penghasilan keluarga tidak menentu (keluarga merasa kurang cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari)

Lingkungan

Pasien tinggal bersama ibu, dan saudara sepupu pasien. Rumah terdiri dari ruang tamu, dapur,

kamar mandi dan 2 kamar tidur. WC terpisah dengan kamar mandi. Sumber air berasal dari air

sumur. Air minum menggunakan sumber air yang direbus, Atap terbuat dari genteng, dinding dari

semen, lantai rumah dari semen. Sumur ada namun ditutup dan berjarak ± 20 meter dari septic

tank. Ventilasi udara dan penerangan cukup. Sampah dibakar langsung tiap hari.

Kesan : keadaan sosial ekonomi kurang & kondisi lingungan rumah cukup.

6. Anamnesis sistem :

Cerebrospinal : kejang (-), delirium (-)

Kardiovaskuler : demam (+), sianosis (-), keringat dingin (-)

Respiratori : batuk (+), pilek (-), nyeri tenggorokan (-), sesak nafas (-)

Gastrointestinal : mual (+), muntah (+), nyeri perut (-), BAB (-) sejak 4 hari yang

lalu

Urogenital : BAK (+) menurun, nyeri berkemih (-)

Muskuloskeletal : deformitas (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-), bengkak (-)

Integumentum : bintik merah (-), ikterik (-)

Kesan : Terdapat masalah pada sistem kardiovaskuler, respiratori, gastrointestinal

5

Page 6: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PEMERIKSAAN

JASMANI

Nama : An. N.W

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 3 tahun 1 bulan

Ruang : Melati

Kelas : III

PEMERIKSAAN OLEH : Zahrotul Aimah Tanggal 5 Februari 2013 Jam 14.00

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : compos mentis,

TANDA VITAL :

Nadi : 120x/menit

RR : 28x/menit

Suhu : 36,8ºC

Status Gizi :

BB/TB : 20/0,962

BMI :21,7 kg/m2

Z scores : 3SD

BMI//U : obesitas

Kesimpulan : status gizi obesitas (menurut WHO)

PEMERIKSAAN KHUSUS

Kepala : ukuran normocephal, rambut warna hitam, lurus, jumlah cukup. Bentuk

mesocephal.

Mata : mata cowong (-/-), air mata (-/-), CA (-/), SI (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil

isokor, edema palpebra (-/-)

Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)

Mulut : mukosa bibir dan lidah hiperemis, terdapat lesi berwarna merah dan kekuningan,

lesi bergabung sehingga batas tidak jelas. Terdapat krusta pada mukosa bibir yang gampang berdarah

Faring : hiperemis (-), tonsil membesar (-)

Gigi : caries (+), calculus (-)

Kesan : mukosa mulut dan bibir hiperemis, terdapat lesi pada mukosa mulut dan labial. terdapat krusta pada

mukosa bibir yang gampang berdarah

Leher : pembesaran limfonodi (-)

Thorak : simetris,retraksi (-) subcosta,intercosta,dan suprasternal,ketinggalan gerak(-)

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi :

6

Page 7: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

batas kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra

batas kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra

batas kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra

batas kiri bawah : SIC IV linea midclavicula sinistra

Auskultasi : BJ I-II intensitas reguler (+), bising jantung (-)

Kesan : Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfonodi di region sub mandibula dextra dan sinistra, thorak dan

jantung dalam batas normal

Paru :

Kanan DEPAN kiri

Simetris(+),retraksi (-) subcostae, intercostae dan suprasternal

Inspeksi Simetris (+),retraksi (-) subcosta, intercosta dan suprasternal

Ketinggalan gerak (-), fremitus (+)

Palpasi Ketinggalan gerak (-), fremitus (+)

Sonor Perkusi Sonor

SD normal Auskultasi SD normal

Kanan BELAKANG kiri

Simetris (+), Inspeksi Simetris (+)

Ketinggalan gerak (-), fremitus (+)

Palpasi Ketinggalan gerak (-), fremitus (+)

Sonor Perkusi Sonor

SDV, Rh (-), Whz (-) Auskultasi SDV, Rh (-), Whz (-)

Kesan : Paru dalam batas normal

Abdomen

Inspeksi : distended (-), sikatrik (-), purpura (-)

Auskultasi : peristaltik dbn

Perkusi : hipertimpani (-), pekak beralih (-),

Palpasi : turgor kulit turun (-), nyeri tekan (-),

Hepar : tidak teraba membesar

Lien : tidak teraba membesar

Anogenital : tidak ada kelainan

Kesan : Abdomen dalam batas normal

Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-), oedema (-)

7

Page 8: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

tungkai lengan

kanan kiri kanan kiri

Gerakan : bebas bebas bebas bebas

Tonus : normal normal normal normal

Trofi : entrofi eutrofi eutrofi eutrofi

Klonus Tungkai : (-) (-) (-) (-)

Reflek fisiologis : Reflek patella (+) normal, achiles (+), normal, tricep (+) normal

Refleks patologis : Babinski (-), chaddock (-), Oppenheim (-), gordon (-)

Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinski I (-), Brudzinski II (-), kernig (-)

Sensibilitas : Dalam batas normal

Kesan : status neurologi dalam batas normal

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN

( 4 februari 2013)

No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan

1. Leukosit 9.600 uL 5000-10000 /uL

2. Eritrosit 4.720.000 uL 4,5-5,5 / uL

3. Hemoglobin 11,5 gr/dl 13,5-17,5 g/dl

4. Hematokrit 36,6 % 40-43%

5. MCV 77,5 femtoliter 82-92 fl

6. MCH 25,0 Pikograms 27-31 pg

7. MCHC 32,2 g/dl 32-36 g/dl

8. Trombosit 224.000 uL 150.000-350.000/uL

9. Limfosit 27,4 % 22-40%

10. Monosit 18,4 % 2-8%

11. N. Segmen 54,2 % 33-60%

Kesan : HB, HT, MCV, MCH dibawah normal

Monositosis.

RINGKASAN ANAMNESIS

5 hari sebelum masuk rumah sakit pasien batuk, pilek dan demam

4 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai sariawan, demam, nafsu makan mulai

menurun, pasien masih demam, batuk , pilek

3 hari sebelum masuk rumah sakit, sariwan makin banyak, pasien tidak mau makan, minum

menurun, muntah, batuk

8

Page 9: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Hari masuk rumah sakit, pasien tidak mau makan dan minum, sariwan penuh di bibir dan

mulut, bibir gamoang berdarah saat membuka mulut agak lebar, muntah, batuk, belum BAB

selama 4 hari, BAK menurun.

Tidak terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang,

Terdapat riwayat penyakit pada keluarga dan lingkungan yang ditularkan pada pasien.

Pasien mendapatkan ASI eksklusif, kuantitas makanan kurang

Riwayat ANC baik, Persalinan SC, Riwayat PNC baik.

Perkembangan dan kepandaian baik

Imunisasi dasar lengkap berdasarkan PPI, sesuai usia pasien saat ini

Keadaan sosial ekonomi kurang & kondisi lingkungan rumah cukup

RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK

KU: CM, rewel, tampak lemas

Vital sign dalam batas normal

Status gizi baik menurut WHO.

Mulut : mukosa hiperemis, terdapat lesi dengan batas tidak jelas, berwarna kekuningan,

terdapat krusta pada bibir yang mudah berdarah

Pada pemeriksaan leher dan pemeriksaan thorax dalam batas normal

Abdomen: terdapat peristaltik meningkat dan turgor kulit yang sedikit menurun

Extremitas superior et inferior, dan Status neurologis dalam batas normal.

LABORATORIUM

Darah Rutin : - Anemia Ringan

- Monosit meningkat

DAFTAR MASALAH AKTIF / INAKTIF

AKTIF

Sariawan penuh pada mulut dan bibir

Tidak bisa makan dan minum

Muntah (+)

Batuk

BAB (-) sejak 4 hari

9

Page 10: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA INAKTIF

keadaan sosial ekonomi kurang

DIAGNOSA KERJA

Stomatitis aftosa rekuren

DIAGNOSA BANDING

Herpes intra oral rekurent

Kandidiasis oral

RENCANA PENGELOLAAN

Rencana Tindakan

Menurangi inflamasi,

Meminimalisir rasa sakit dan rasa tidak nyaman

Mempercepat proses penyembuhan.

Menjaga kebersihan mulut

Rencana Terapi

Terapi Suportif dan Simptomatis

Inf. RL 16 tpm

Cefotaxime 500mg/12 jam

Dexamethason 3 x ½ tablet

Paracetamol syr 3 x Cth 2 (KP)

Kenalog

Rencana Edukasi

Menasihati ibu untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi pasien

PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungsionam : ad bonam

Quo ad sanam : ad bonam

10

Page 11: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Tgl S O A P 5

Februari 2013

6 februari 2013

pasien masih tidak mau makan, minum (+) agak banyak, belum bisa membuka mulut agak lebar, bibir berdarah (+) saat tertawa atau menangis, demam (+), perut terasa perih(+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (-) sejak 6 hari

Pasien masih tidak mau makan, minum (+) agak banyak, belum bisa membuka mulut agak lebar, bibir berdarah (+) saat tertawa atau menangis, demam (-), perut terasa perih(+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (+) agak cair

Keadaan Umum : compos mentis rewelTANDA VITAL :HR : 120x/menitRR : 28x/menitSuhu : 37,5ºCS. generalisKep : Ca (-/-), Si (-/-)Leh : PKGB (-)Thorax : Cor et pulmo DBNAbdomen: DbnEkstrimitas : DbnS. LokalisMulut : mukosa mulut kemerahan, bengkak, terdapat banyak lesi dengan batas tidak jelas. mukosa bibir terdapat krusta yang mudah berdarah

Keadaan Umum : compos mentis rewelTANDA VITAL :HR : 120x/meniRR : 28x/menitSuhu : 36,8ºCS. generalisKep : Ca (-/-), Si (-/-)

Stomatitis

Stomatitis aftosa

rekuren

Terapi Suportif dan Simptomatis

Inf. RL 16 tpm

Cefotaxime 500mg/12 jam

Dexamethason 3 x ½ tablet

Paracetamol syr 3 x Cth 2 (KP)

Kenalog

Terapi Suportif dan Simptomatis

Inf. RL 16 tpm

Cefotaxime 500mg/12 jam

Dexamethason 3 x ½ tablet

Paracetamol syr 3 x Cth 2 (KP)

Kenalog

11

Page 12: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

7 februari

2013Pasien mau mencoba makan, minum (+) banyak, bisa membuka mulut agak lebar, bibir berdarah (+) saat krusta lepas, demam (-), perut terasa perih(+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal

Leh : PKGB (-)Thorax : Cor et pulmo DBNAbdomen: DbnEkstrimitas : DbnS. LokalisMulut : mukosa mulut kemerahan,bengkak, terdapat lesi berwarna kekuningan, dengan batas tidak jelas, mukosa bibir terdapat krusta yang mudah berdarah

Keadaan Umum : compos mentisTANDA VITAL :HR : 120x/menitRR : 28x/menitSuhu : 36,5ºCS. generalisKep : Ca (-/-), Si (-/-)Leh : PKGB (-)Thorax : Cor et pulmo DBNAbdomen: DbnEkstrimitas : DbnS. LokalisMulut : mukosa mulut hiperemis, terdapat lesi kekuningan, dengan pseudomembran

Stomatitis aftosa

rekuren

Terapi Suportif dan Simptomatis

Inf. RL 16 tpm

Cefotaxime 500mg/12 jam

Dexamethason 3 x ½ tablet

Paracetamol syr 3 x Cth 2 (KP)

Kenalog

12

Page 13: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

8 februari

2013

Pasien mau mencoba makan, minum (+) banyak, belum bisa membuka mulut agak lebar, bibir berdarah (-) saat tertawa atau menangis, demam (-), perut terasa perih(+), muntah (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal

Keadaan Umum : compos mentisTANDA VITAL :HR : 120x/menitRR : 28x/menitSuhu : 36,5ºCS. generalisKep : Ca (-/-), Si (-/-)Leh : PKGB (-)Thorax : Cor et pulmo DBNAbdomen: DbnEkstrimitas : DbnS. LokalisMulut : mukosa mulut terdapat lesi berwarna kekuningan, dengan pseudomembran

Stomatitis aftosa

rekuren

Terapi Suportif dan Simptomatis

Cefotaxime 500mg/12 jam

Inf. RL 16 tpm

Dexamethason 3 x ½ tablet

Paracetamol syr 3 x Cth 2 (KP)

Kenalog

13

Page 14: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DISKUSI

Stomatitis Apthousa Reccurent (SAR) merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh

ulkus rekurens pada mukosa oral dan orofaring. Lesi stomatitis dimulai sebagai gelembung yang

kemudian yang kemudian pecah meninggalkan satu erosi / ulkus yang dangkal. SAR sering

dikaitkan hubungannya dengan immunologis, defisiensi hemtologis, alergi, abnormalitas

psikologikal. SAR diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinisnya, yaitu:

1. Stomatitis Apthous Recurrent minor

Aptous minor mempunyai keceenderungan terjadi pada mukosa bergerak yang

terletak pada jaringan kelenjar saliva minor. Sering terjadi pada mukosa bibir dan pipi, dan

jarang terjadi pada mukosa berkeratin seperti palatum durum dan gusi cekat. Gejala prodormal

terkadang muncul. Apthous minor tampak sebagai ulkus oval, dangkal, berwarna kuning-

kelabu, dengan diameter sekitar 3-5 mm. Tidak ada bentuk vesicle yang terlihat pada ulkus ini.

Tepi eritematosus yang mencolok mengelilingi pseudomembran fibrinosa. Rasa terbakar

merupakan keluhan awal, diikuti rasa sakit hebat beberapa hari. Kambuh dan pola terjadinya

bervariasi. Ulkus bisa tunggal maupun multiple, dan sembuh spontan tanpa pembentukan

jaringan parut dalam waktu 14 hari. Kebanyakan penderita mengalami ulser multiple pada 1

periode dalam waktu 1 bulan

2. Stomatitis Apthous Recurrent mayor

Aptous mayor merupakan bentuk yang lebih besar dari aptous minor, dengan ukuran

diameter lebih dari 1 cm, bersifat merusak, ulser lebih dalam, dan lebih sering timbul kembali.

Umumnya terjadi pada wanita dewasa muda yang mudah cemas. Seringnya multiple, meliputi

palatum lunak, fausea tonsil, mukosa bibir, pipi, dan lidah, kadang-kadang meluas sampai ke

gusi cekat. Ulkus ini memiliki karakteristik, crateriform, asimetris dan unilateral. Bagian

tengahnya nekrotik dan cekung. Ulkus sembuh beberapa minggu atau bulan, dan

meninggalkan jaringan parut.

3. Stomatitis Apthous Recurrent herpetiform

Ulkus herpetiform ini, secara klinis mirip ulkus-ulkus pada herpes primer. Gambaran

berupa erosi kelabu yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang membesar,

bergabung dan menjadi tak jelas batasnya. Awalnya berdiameter 1-2 cm dan timbul

berkelompok 10-100 buah. Ulkus dikelilingi daerah eritematosus dan mempunyai gejala sakit.

14

Page 15: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Biasanya terjadi hampir pada seluruh mukosa oral terutama pada ujung anterior lidah, tepi-tepi

lidah dan mukosa labial. Sembuh dalam waktu 14 hari.

Diagnosis Stomatitis apthosus recurrent ditegakan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan klinis yang teliti sehingga dapat dibedakan dengan dapat membedakan RAS dari lesi

primer akut lain seperti stomatitis viral atau dari lesi multipel kronis seperti pemphigoid, sama

halnya dari penyebab terjadinya ulser rekuren, seperti penyakit jaringan ikat, reaksi obat-obatan,

dan penyakit kulit. Anamnesis harus ditekankan pada gejala kelainan darah, keluhan-keluhan

sistemik, dan lesi yang berhubungan dengan kulit, mata, genital, atau rektal. Pemeriksaan

laboratorium harus digunakan saat ulser bertambah parah Pasien dengan ulser minor atau mayor

yang parah harus mengetahui faktor penyebab yang diperiksa, termasuk penyakit jaringan ikat dan

kadar abnormal zat besi, folat, vitamin B12, dan ferritin.

Etiologi

Penyebab pasti dari SAR masih belum diketahui, namun kemungkinan bersifat

multifaktor karena kejadiannya tidak dipastikan rekuren dari faktor yang sama. SAR timbul

karena pengaruh faktor-faktor predisposisi seperti stres, trauma, alergi, gangguan endokrin,

makanan yang bersifat asam, atau makanan yang mengandung gluten. Pemeriksaan intra oral

diperlukan untuk mengetahui sumber trauma.

1. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan kemungkinan penyebab paling tinggi dari seluruh kejadian SAR,

dengan peningkatan insidensi yang dipengaruhi keterlibatan faktor lingkungan. Sekitar 40-50%

pasien yang terkena SAR memiliki riwayat keluarga yang juga pernah terkena SAR.

Kemungkinan dipengaruhi oleh status SAR orangtua. Hubungan juga meningkat pada anak

kembar. Studi oleh Ship menunjukkan bahwa pasien dengan orang tua positif-SAR memiliki

90% kemungkinan terjadinya SAR, dimana pada pasien dengan orang tua nonpositif-SAR

hanya memiliki kemungkinan SAR sebesar 20%.

2. Trauma

Pasien SAR sering dilaporkan terkena ulser akibat trauma seperti terkena sikat gigi atau injeksi

saat anestesi lokal. Trauma akibat gigitan dan penyikatan gigi yang salah, dapat menyebabkan

robeknya mukosa dan memperparah ulser yang sudah ada.

3. Alergi

Zat deterjen pada pasta gigi, misalnya sodium lauryl sulfat, diduga sebagai pemicu terjadinya

SAR pada beberapa orang. Mekanismenya diduga akibat abnormalitas imun. Merupakan

15

Page 16: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

respon limfosit T terhadap antigen. Aksi sitotoksis dari limfosit dan monosit pada epitel

mukosa oral dapat menyebabkan ulserasi. Imunitas humoral dan cell-mediated terhadap antigen

streptokokus oral dan mukosa oral manusia tampaknya merupakan hal yang penting pada SAR.

Meskipun etiologinya tidak diketahui, berbagai studi baru-baru ini mencurigai proses

imunopatik yang melibatkan aktivitas sitolitik diperantarai sel sebagai respons terhadap HLA

atau antigen asing.

4. Stres dan menstruasi

Kedua faktor ini berperan penting sebagai penyebab kejadian SAR. Beberapa literatur

menyebutkan adanya hubungan yang erat antara SAR dengan siklus menstruasi meskipun

belum ada bukti yang menyakinkan bahwa keadaan psikologis atau stres berhubungan dengan

SAR.

Mekanisme terjadinya SAR pada stres berhubungan dengan hormon kortisol. Sekresi kortisol

yang meningkat pada respon stres meningkatkan level plasma kortisol. Hal ini akan

meningkatkan katabolisme protein sehingga penyembuhan luka menjadi lambat. Hormon

kortisol yang terbentuk dapat menghambat imunoglobulin A yang terdapat dalam saliva, yang

merupakan sistem imun dalam saliva. Sehingga apabila stres, kortisol meningkat, lalu IgA

menurun dan sistem imun turun sehingga mempermudah terjadi ulser.

5. Mikroorganisme

Beberapa mikroorganisme yang berperan terhadap terjadinya SAR diantaranya Streptococci,

HSV, Varicella Zoster dan Cytomegalovirus. Bentuk L dari streptokokus dicurigai menjadi

penyebab dalam pembentukan ulserasi aftosa.

6. Defisiensi nutrisi

Defisiensi zat besi (Fe), asam folat, vitamin B12 dan vitamin B-kompleks (vitamin B1, B2, dan

B6) dilaporkan berhubungan dengan kejadian SAR. Hubungannya biasanya karena defisiensi,

terutama vitamin B12 dan asam folat akibat malabsorpsi. Gangguan hematologik terutama

defisiensi besi, folat atau vitamin B12 khususnya serum Fe, folat, atau vitamin B12 juga

dihubungkan dengan SAR. Pada defisiensi ini, hemoglobin berada di bawah normal, dan

ditandai dengan mikrositosis atau makrositosis sel darah merah.

7. Faktor Sistemik

Kondisi sistemik yang mempengaruhi kejadian SAR diantaranya gangguan GIT, neutropenia,

HIV, defisiensi IgA, dan penggunaan obat-obatan anti inflamasi non steroid.

16

Page 17: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Manifestasi Klinis

Tahap-tahap perkembangan ulser pada RAS:

Tahap prodormal : berlangsung 2 – 48 jam, rasa tidak enak di dalam mulut dan disertai

gejala malaise seperti demam. Tetapi tahap ini jarang terjadi pada kebanyakan pasien.

Tahap pre-ulseratif : ditandai dengan adanya mukosa yang berwarna kemerahan dan

bengkak.

Tahap ulseratif : merupakan tahap yang dominan, pasien merasakan adanya nyeri

lokal pada mukosa mulut. Terlihat lesi cekung dengan margin yang tajam dan jelas dikelilingi

daerah yang eritema dan oedem. Lesi berbentuk bulat atau oval regular. Hal ini berlawanan

dengan lesi traumatik yang berbentuk irregular.

Tahap penyembuhan : rasa nyeri menghilang, terlihat gambaran granulasi dan

pseodomembran.

Tahap remisi : tahap ini waktunya panjang / pendek, regular / irregular tergantung

dari faktor etiologi.

Patofisiologi SAR

Pada awal lesi terdapat infiltrasi limfosit yang diikuti oleh kerusakan epitel dan infiltrasi

neutrofil ke dalam jaringan. Sel mononuclear juga mengelilingi pembuluh darah (perivaskular),

tetapi vasculitis tidak terlihat. Namun, secara keseluruhan terlihat tidak spesifik.

Perjalanan stomatitis aphtous dimulai dari masa prodromal selama 1-2 hari, berupa panas

atau nyeri setempat. Kemudian mukosa berubah menjadi makula berwarna merah, yang dalam

waktu singkat bagian tengahnya berubah menjadi jaringan nekrotik dengan epitelnya hilang

sehingga terjadi lekukan dangkal. Ulkus akan ditutupi oleh eksudat fibrin kekuningan yang dapat

bertahan selama 10-14 hari. Bila dasar ulkus berubah warna menjadi merah muda tanpa eksudat

fibrin, menandakan lesi sedang memasuki tahap penyembuhan.

Terapi

Meskipun stomatitis aphthous recurrent dapat sembuh secara spontan dalam 10-14 hari

setelah onset, namun kelainan ini dapat menimbulkan rasa yang sangat sakit. Tujuan dari terapi

harus dapat mengurangi inflamasi, meminimalisir rasa sakit dan rasa tidak nyaman, serta

mempercepat proses penyembuhan. Beberapa pengobatan yang dianggap baik meliputi

penggunaan antibiotik, obat kumur antimikroba, dan suplemen makanan.

Pengobatan diberikan berdasarkan tingkat keparahan penyakit. Pada kasus yang ringan

dengan 2-3 lesi ringan dapat digunakan obat topikal seperti Orabase atau Zilactin. Sebagai pereda

17

Page 18: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

rasa sakit dapat diberikan topikal anestesi atau diklofenak. Topikal analgesik dengan sediaan obat

kumur atau spray, seperti benzydamine hidrochloride dapat digunakan untuk mengurangi

ketidaknyamanan. Penggunaan 2% gel lignocaine secara langsung atau dicairkan sebagai obat

kumur, lebih efektif untuk kasus SAR yang parah. Penggunaan jangka panjang lignocaine tidak

disarankan, karena mempunyai efek sistemik jika terabsorbsi. Obat untuk tenggorokan (Over-the-

counter throat Lozenges) yang mengandung anestesi, selalu dikombinasikan dengan antiseptik,

dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan SAR tapi kebanyakan mengandung gula.

Beberapa pasien juga membutuhkan analgesik sistemik seperti ibuprofen dan parasetamol.

Bahan antiseptik dapat sangat membantu untuk mengurangi infeksi sekunder sementara,

dengan sedian obat kumur, gel, dan pastiles. Obat kumur klorheksidin digunakan secara luas

untuk perawatan simtomatik SAR dan membantu pasien yang sulit memelihara kebersihan

mulutnya. Digunakan 3 kali sehari setelah makan dan dikumur dalam mulut sekitar 1 menit,

mengurangi durasi dan ketidaknyamanan SAR. Larutan zink sulfat dan zink klorida juga

mempunyai efek yang menguntungkan.

Pada kasus berat digunakan kortikosteroid topikal seperti fluocinonide, betamethasone,

atau clobetasol untuk mempercepat waktu penyembuhan dan mengurangi ukuran lesi. Gel dapat

digunakan 2 – 3 kali sehari sesudah makan dan saat akan tidur. Area lesi dikeringkan sebelum

aplikasi topikal kortikosteroid, kemudian obat diaplikasikan tanpa tekanan didaerah lesi. Pasien

diinstruksikan untuk tidak makan dan minum sekitar satu jam setelah aplikasi topikal

kortikosteroid tersebut. Obat topikal lainnnya yang dapat mengurangi waktu penyembuhan SAR

adalah tetrasiklin topikal, yang dapat digunakan sebagai obat kumur.

Pada pasien ini, melalui anamnesis didapatkan satu hari sebelum muncul sariawan, pasien

batuk pilek dan demam, kesesokan harinya muncul beberapa gelembung pada mukosa mulut dan

bibir yang akhirnya pecah menjadi ulkus, semakin lama semakin banyak, selain itu juga terdapat

selaput warna putih kekuningan, mulut dan bibir bengkak, pasien tidak mau makan, karena takut

sakit saat makan atau membuka mulut agak lebar, pasien dibawa ke puskesmas dan diberi

paracetamol dan kandistatin drop, tetapi keluhan tdak berkurang dan semakin memberat. SAR

pada stadium prodormal biasanya diawali dengan gejala rasa tidak enak di dalam mulut dan

disertai gejala malaise seperti demam, hal ini berlangsung selama 2 – 48 jam, kemudian muncul

mukosa kemerahan dan bengkak, kemudian muncul lesi yang terasa nyeri, sehingga pasien tidak

mau membuka mulutnya lebih lebar dan takut untuk makan dan minum.

18

Page 19: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Dari riwayat penyakit keluarga, didapatkan ibu dan saudara sepupu pasien pernah

mengalami sakit yang serupa, faktor genetik sendiri merupakan kemungkinan penyebab paling

tinggi dari seluruh kejadian SAR. Defisiensi zat besi (Fe), asam folat, vitamin B12 dan vitamin B-

kompleks (vitamin B1, B2, dan B6) dilaporkan berhubungan dengan kejadian SAR, sedangkan

pada pasien ini, pasien sama sekali tidak mau mengkonsumsi daging sapi, ayam, atau pun ikan,

pasien juga tidak menyukai sayuran, sehingga kemungkinan pasien mengalami defisiensi zat besi

( kadar hemoglobin dibawah normal), asam folat dan juga vitamin B, sehingga kemungkinan

terjadinya SAR pada pasien ini semakin meningkat. Dari hasil laboratorium menunjukkan angka

leukosit normal, tetapi monositnya meningkat (18%) hal ini menunjukkan adanya infeksi yang

berlangsung lama. Terapi yang diberikan adalah terapi suportif dan simtometik, tujuan dari terapi

harus dapat mengurangi inflamasi, meminimalisir rasa sakit dan rasa tidak nyaman, serta

mempercepat proses penyembuhan.

19

Page 20: case stomatitis kuuu.docx

ILMUKESEHATAN ANAK NO RM : 2 6 5 5 7 4

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DAFTAR PUSTAKA

Cawson, R.A. ; E.W. Odell. 2002. Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. 7th ed. Churchill

Livingstone : Edinburg.

Casiglia, Jeffrey M. 2010. Aphthous Stomatitis. http://emedicine.medscape.com. Diakses 12 februari

2013

Gayford, J.J and Haskell,R. 1990. Penyakit Mulut (Clinical Oral Medicine). Alih Bahasa oleh Drg.

Lilian Yuwono. Jakarta : EGC.

Gandolfo et al. 2006. Oral Medicine. Churchill Livingstone : Elsevier.

Greenberg and Glick. 2008. Burket’s Oral Medicine. Oral Medicine. 11 th edition. Ontario: BC

Decker Inc.

Lamey and Lewis. 1991. Oral Medicine in Practice. Glasgow dental hospital and school.

Langlais and Miller. 2000. Atlas Berwarna: Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta:

Hipokrates.

Little, dkk. 2002. Dental Management Of The Medically Compromised Patient. 6th ed. St. Louis:

Mosby.

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : EGC

Mosby. 2008. Mosby's Dental Dictionary, 2nd Edition. Elsevier.

Neville, B.W; Damm, D.D; Allen,C.N; and Bouquot, J.E. 1995. Oral and Maxillofacial Pathology.

Philadelphia London Toronto: Saunder Co. 295-365 pp.

Sonis, dkk. 1995. Principles and Practice of Oral Medicine. Pennsylvania : W.B. Saunders

Company.

Susanti, Harumi. 2008. Stomatitis yang sering dijumpai di klinik.. FKG UI. Jakarta

Susanto, Agus. 2007. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka

Tyldesley. 2003. Tyldesley’s Oral Medicine. 5th ed. Inggris: Oxford University Press.

20