asuhan keperawatan stomatitis

43
ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

Upload: auroraa-widya-olivia

Post on 13-Jul-2016

53 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS 

 

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stomatitis” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk melengkapi serta memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik 3B yang telah diberikan oleh dosen pembimbing dan penanggung jawab mata kuliah.Penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

                                                                              Jember, Maret 2015                                                                              Penulis

                                                                                                                                                          

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………………..  HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..   iKATA PENGANTAR………………………………………………………….  iiDAFTAR ISI…………………………………………………………………..   iiiBAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………..  11.1  Latar Belakang…………………………………………………………   11.2  Tujuan………………………………………………………………….    21.3  Manfaat…………………………………………………………………  21.4  Implikasi Keperawatan…………………………………………………   3BAB 2 TINJAUAN TEORI……………………………………………………. 42.1 Pengertian Stomatitis…………………………………………………..  42.2 Epidemiologi…………………………………………………………..   52.3 Etiologi………………………..……………………………………….   52.4 Tanda dan Gejala………………………………………………………  62.5 Patofisiologi…..……………………………………………………….   92.6 Komplikasi dan Prognosis……………………………………………..   10

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

2.7 Pengobatan…………………………………………………………….   122.8 Pencegahan……………………………………………………………    13BAB 3. PATHWAY……………………………………………………………  14BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN…………….………………………….   154.1  Pengkajian…………………………………………………………….     154.2  Diagnosa………….……………………………………………………    254.3  Perencanaan……………………………………………………………    274.4  Pelaksanaan…………………………………………………………….   324.5  Evaluasi…………………………………………………………………  35BAB 5. PENUTUP……………………………………………………………..  385.1  Kesimpulan…………………………………………………………….    385.2  Saran……………………………………………………………………   38DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….   39

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1    Latar BelakangMulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak. Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan kondisi herediter. Pada keadaan normal di dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada flora mulut dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Jika daya tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi. Daya tahan mulut dapat menurun karena gangguan mekanik (trauma, cedera), gangguan kimiawi, termik, defisiensi vitamin, kekurangan darah (anemi).Mulut bukan sekedar pintu masuk makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Orang tua dan anak-anak akan sadar pentingnya kesehatan gigi dan mulut ketika terjadi masalah atau ketika terkena penyakit. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang. Jika rongga mulut kotor, maka sistem pencernaan juga akan terganggu.Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada mukosa mulut, begitu juga dengan faktor psikis dan hormonal. Ini semua dapat terjadi pada suatu gangguan mulut yang disebut stomatitis. Stomatitis  atau sariawan dapat menyerang segala usia termasuk pada anak. Kesadaran anak dalam menjaga kesehatan rongga mulutnya tentu masih sangat rendah, dimana faktor peran orangtua merupakan hal yang dominan. Peran serta orangtua sangat diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu, orangtua mempunyai peran yang cukup besar dalam mencegah terjadinya berbagai penyakit gigi dan mulut pada anak. Maka perlu diketahui gejala klinik secara dini dari stomatitis, maupun komplikasi neurologisnya dengan harapan angka kejadian stomatitis pada anak-anak dapat ditekan dan mengurangi angka kejadian penyakit tersebut. Dari uraian di atas, penulis menuliskan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stmatitis” dengan harapan dapat memberikan informasi dan pemahaman terhadap tenaga kesehatan serta para pembaca agar dapat waspada dan lebih mengenali sejak dini tenatang penyakit stomatitis.                                          1.2    Tujuan1.3.1        Dapat mengetahui apa itu stomatitis1.3.2        Dapat mengetahui apa saja penyebab terjadinya penyakit stomatitis1.3.3        Dapat mengetahui apa saja tanda dan gejala penyakit stomatitis1.3.4        Dapat mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan penyakit stomatitis1.3.5        Dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit stomatitis.

1.3    Manfaat1.4.1        Manfaat Bagi Pembaca

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

            Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penyakit sistema pencernaan yaitu stomatitis

1.4.2        Manfaat Bagi MahasiswaMenambah wawasan dan keterampilan mahasiswa calon perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien stomatitis.

1.4.3        Manfaat Bagi PerawatDapat digunakan sebagai bahan observasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan menambah keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien stomatitis.

1.4.4        Manfaat Bagi Institusi            Dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan bacaan dalam perpustakaan.

1.4    Implikasi KeperawatanSistem mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan.. pencernaan terdiri dari saluran pencernaan yaitu tuba muskular panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu, dan pankreas. Sebagai perawat kita harus mampu untuk memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada pasien. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien meliputi: pengkajian, diagnosa, perencanaan, intervensi dan evaluasi. Jika asuhan keperawatan dilakukan dengan baik dan tepat maka kita akan dapat membantu kesembuhan pasien. Ketika kita menemui pasien yang mengalami tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya gangguan pada sistem pencernaannya, kita dapat melakukan pengkajian kemudian menganalisanya. Setelah menganalisa kita dapat mengambil masalah keperawatan apa saja yang terjadi pada pasien. Kemudian kita dapat memunculkan diagnosa keperawatan.Setelah diagnosa ini kita rumuskan, perawat dapat membuat rencana asuhan keperawatan yang mempunyai tujuan dan kriteria hasil. Diharapkan dengan adanya pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan tersebut, masalah pasien dapat teratasi sebagian maupun teratasi sepenuhnya. Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan diaplikasikan, perawat lalu membuat evaluasi yang berguna untuk mengetahui efektivitas tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dari evaluasi, kita dapat mengkaji lagi data-data kesehatan pasien yang dapat meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Ketika perawat melakukan asuhan keperawatan secara holistic maka masalah kesehatan yang dialami pasien dapat tertangani dengan baik. Lalu pasien dapat kembali pada kondisinya yang optimal.

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1    Pengertian StomatitisStomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur, dan penggunaan obat kemoterapi (Potter & Perry, 2005). Menurut Donna L.Wong dkk stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, angit-langit dan dasar mulut.

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, dan palatum lunak dan mukosa orofaring.SAR merupakan ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda adanya penyakit lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa mulut yang paling menyakitkan terutama sewaktu makan, menelan dan berbicara. Penyakit ini ringan karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular. Tetapi bagi orang-orang yang menderita SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi akan merasa sangat terganggu. Apalagi jika SAR dialami oleh bayi dan atau anak-anak dengan frekuensi yang tinggi akan akan membuat bayi dan atau anak tersebut akan mengalami komplikasi yang berbahaya. Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran beberapa keadaan patologis dengan gejala klinis yang sama.Klasifikasi Stomatitis:1.        Stomatitis apthous Reccurent terjadi akibat tergigit atau luka benturan dengan sikat gigi, stomatitis ini terdiri atas:a.      Rekuren apthous stomatitis minorb.      Rekuren Apthous Stomatitis Majorc.       Herpetiformis apthous stomatitis2.        Oral thrush disebabkan jamur candida albicans, banyak dijumpai di lidah;3.        Stomatitis Herpetik disebabkan virus herpes simpleks dan berlokasi di bagian belakang tenggorokan.

2.2    EpidemiologiPenyakit infeksi pencernaan pada anak yaitu stomatitis dialami 15-20 % pada masyarakat dan 80% pada usia > 30 tahun, bila di atas usia  tersebut kemungkinan besar penyebabnya merupakan suatu yang lebih kompleks. Di Amerika terdapat 29,6 % dari perokok mengalami stomatitis. Sedangkan SAR (Stomatitis Aftosa Rekuren ) lebih banyak terjadi pada wanita.Prevalensi stomatitis bervariasi tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Dari penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan pada umumnya, prevalensi stomatitis berkisar 15-25% dari populasi. Di Amerika, prevalensi tertinggi ditemukan pada mahasiswa keperawatan 60%, mahasiswa kedokteran gigi 56% dan mahasiswa profesi 55%. Resiko terkena stomatitis cenderung meningkat pada kelompok sosioekonomi menengah ke atas, ini berhubungan dengan meningkatnya beban kerja yang dialami kalangan profesi atau jabatan-jabatan yang memerlukan tanggung jawab yang cukup besar, pada wanita dan individu yang stres, seperti mahasiswa yang sedang menghadapi ujian.

2.3    EtiologiStomatitis dapat terjadi pada anak dan bayi. Pada anak sariawan dapat disebabkan oleh:1.    daya tahan tubuh anak yang rendah;2.    kondisi mulut anak seperti kebersihan mulut yang buruk;3.    luka pada mulut karena tergigit atau makanan dan minuman yang terlalu panas;4.    kondisi tubuh seperti adanya alergi atau infeksi;5.    luka akibat menyikat gigi terlalu keras atau bulu sikat gigi yang sudah mengembang;6.    kekurangan vitamin c dan vitamin b;7.    faktor psikologis (stress);

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

8.    pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan. pambentukan stomatitis aphtosa yang dahulunya perokok;9.    disebabkan karena jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno). berasal dari kadar imunoglobin abnormal; gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita.

2.4    Tanda dan GejalaMenurut Williams dan Wilkins pada tahun 2008 membagi stomatitis berdasarkan tanda dan gejalanya, yaitu:a.       Stomatitis hipertik akut1)   Nyeri sperti terbakar di mulut2)   Gusi membengkak dan mudah berdarah, selaput lendir terasa perih3)  Ulse papulovesikular di dalam mulut dan tenggorokan; akhirnya menjadi lesi berkantung keluar disertai areloa ynag memerah, robek, dan membertuk sisik.4)   Limfadenitis submaksilari5)   Nyeri hilang 2 sampai 4 hari sebelum ulser sembuh secara keseluruhanb.      Stomatitis aftosis1)    Selaput lendir terasa terbakar, kesemutan, dan sedikit membengkak2)    Ulser tunggal ataupun multipel, berbentuk kecil dengan pusat berwarna keputihan dan berbatas merah3)   Nyeri berlangsung 7 samapi 10 hari, dan sembuh total dalam 1 sampai 3 minggu.1.      Stomatitis apthous ReccurentStomatitis yang sifatnya berulang atau Reccurent Apthous Stomatitis dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinis yaitu ulser minor, ulser major, dan ulser herpetiforma.      Rekuren apthous stomatitis minorSebagian besar klien (80%) yang menderita bentuk minor ditandai dengan ulser berbentuk bulat atau oval dan dangkal dengan diameter yang kurang dari 5 mm serta pada bagian tepinya terdiri dari eritematous. Ulserasi bisa tunggal ataupun merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas. Ulkus ini mempunyai kecendrungan untuk terjadi pada mukosa bergerak yang terletak pada kelenjar saliva minor

 

Gambar 1. Minor apthous ulcerSumber : Laskaris G. Pocket atlas of oral desease.

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

Second Edition. New York: Thieme; 2006.

Ulkus yang berkelompok dapat menetap dalam jangka waktu beberapa bulan. Ulserasi yang menetap seringkali sangat sakit dan biasanya mempunyai gambaran tak teratur. Frekuensi SAR lebih sering pada laki-laki daripada wanita dan mayoritas penyakit terjadi pada usia antara 10 dan 30 tahun. Pasien dengan ulser minor mengalami ulserasi yang berulang dan lesi individual dapat terjadi dalam jangka waktu pendek dibandingkan dengan tiga jenis yang lain. Ulser ini sering muncul pada mukosa non keratin. Lesi ini didahului dengan rasa terbakar, gatal dan rasa pedih dan adanya pertumbuhan makula eritematus. Ulserasi berdiameter  3-10 mm dan sembuh tanpa luka dalam  7-14 hari.

b.    Rekuren Apthous Stomatitis MajorRekuren apthous stomatitis major diderita kira-kira 10% dari penderita SAR dan lebih hebat dari bentuk minor. Secara sederhana, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm dan berlangsung selama empat minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut termasuk daerah-daerah yang berkeratin. Dasar ulser lebih dalam, melebihi 0,5 cm dan seperti ulser minor, hanya terbatas pada jaringan lunak tidak sampai ke tulang.

Gambar 2.  Mayor apthous ulcerSumber : Laskaris G. Pocket atlas of oral desease.Second Edition. New York: Thieme; 2006.

Ulser mayor dikenal sebagai periadenitis mukosa nekrosis yang rekuren atau disebut juga penyakit Sutton. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun banyak bukti yang berhubungan dengan defek imun. Tanda adanya ulser seringkali dilihat pada penderita bentuk mayor. Jaringan parut terbentuk karena keparahan dan lamanya lesi terjadi. Awal dari ulser mayor terjadi setelah masa puberti dan akan terus menerus tumbuh hingga 20 tahun atau lebih.

c.         Herpetiformis apthous stomatitisIstilah herpertiformis digunakan karena bentuk klinis dari ulserasi herpetiformis (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer tetapi virus-virus herpes tidak mempunyai peranan dalam etiologi ulserasi herpertiformis atau dalam setiap bentuk ulserasi aptosa.

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

Gambar 3. Multiple herpetiform ulcersSumber : Laskaris G. Pocket atlas of oral desease.Second Edition. New York: Thieme; 2006.

Herpertiformis apthous stomatitis menunjukkan lesi yang besar dan frekuensi terjadinya berulang. Pada beberapa individu, lesi berbentuk kecil dan berdiameter rata-rata 1-3 mm. Gambaran dari ulser ini adalah erosi-erosi kelabu putih yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang membesar, bergabung dan menjadi tak jelas batasnya. Pada awalnya ulkus-ulkus tersebut berdiameter 1-2 mm dan timbul berkelompok terdiri atas 10-100. Mukosa disekitar ulkus tampak eritematous dan diperkirakan ada gejala sakit.

2.      Oral thrushSariawan yang disebabkan jamur Candida Albican, biasanya banyak dijumpai di lidah. Pada keadaan normal, jamur memang terdapat di dalam mulut. Namun, saat daya tahan tubuh anak menurun, ditambah penggunaan obat antibioka yang berlangsung lama atau melebihi jangka waktu pemakaian, jamur Candida Albican akan tumbuh lebih banyak lagi.

3.      Stomatitis HerpetikSariawan yang disebabkan virus herpes simplek dan beralokasi di bagian belakang tenggorokan. Sariawan di tenggorokan biasanya langsung terjadi jika ada virus yang sedang mewabah dan pada saat itu daya tahan tubuh sedang rendah sehingga sistem imun tidak dapat menetralisir atau mengatasi virus yang masuk sehingga terjadilah ulser.

2.5    PatofisiologiStomatitis yang disebabkan berbagai macam faktor, diantaranya bakteri, jamur dan faktor traumatic seperti tergigit atau tergores sikat gigi. Penyebab oleh Candida Albicans (monilia: thrush) banyak dijumpai pada bayi. Stomatitis terlihat sebagai titik-titik putih kecil di bagian dalam pipi,lidah, dan atap mulut. Agak mirip dadih susu namun memiliki ukuran yang lebih besar dan dapat dengan mudah dilepaskan menggunakan spatula. Candida albicans dapat di kultur dalam jumlah besar dari apusan namun sering dapat di kultur dari mulut atau tenggorokan anak sehat. Stomatitis berupa reaksi inflamasi dan lesi ulseratif dangkal yang terjadi pada permukaan mukosa mulut atau orofaring. Gingigo-stomatitis herpetica (HGS) disebabkan oleh herpes virus simpleks dapat menyebabkan infeksi primer atau kekambuhan yang tidak terlalu berat. Infeksi primer di mulai dengan faring menjadi edema dan eritema, vesikula muncul pada mukosa menyebabkan nyeri berat dan bau napas khas. Penyakit ini dapat berlangsung 5 sampai 14 hari dengan berbagai keparahan.

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

2.6    Komplikasi dan Prognosis2.6.1 KomplikasiDampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia:a.       Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidakteraturb.      Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulitc.       Pola Hygine : kurang menjaga kebersihan mulutd.      Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perihStomatitis memunculkan berbagai macam komplikasi bagi tubuh kita diantaranya:1. Komplikasi akibat kemoterapiKarena sel lapisan epitel gastrointestinal mempunyai waktu pergantian yang mirip dengan leukosit, periode kerusakan terparah pada mukosa oral frekuensinya berhubungan dengan titik terendah dari sel darah putih. Mekanisme dari toksisitas oral bertepatan dengan pulihnya granulosit. Bibir, lidah, dasar mulut, mukosa bukal, dan palatum lunak lebih sering dan rentan terkena komplikasi dibanding palatum keras dan gingiva; hal ini tergantung pada cepat atau tidaknya pergantian sel epithelial. Mukosa mulut akan menjadi tereksaserbasi ketika agen kemoterapeutik yang menghasilkan toksisitas mukosa diberikan dalam dosis tinggi atau berkombinasi dengan ionisasi penyinaran radiasi.

2.    Komplikasi Akibat RadiasiPenyinaran lokal pada kepala dan leher tidak hanya menyebabkan perubahan histologis dan fisiologis pada mukosa oral yang disebabkan oleh terapi sitotoksik, tapi juga menghasilkan gangguan struktural dan fungsional pada jaringan pendukung, termasuk glandula saliva dan tulang. Dosis tinggi radiasi pada tulang yang berhubungan dengan gigi menyebabkan hypoxia, berkurangnya supplai darah ke tulang, hancurnya tulang bersamaan dengan terbukanya tulang, infeksi, dan nekrosis. Radiasi pada daerah kepala dan leher serta agen antineoplastik merusak divisi sel, mengganggu mekanisme normal pergantian mukosa oral. Kerusakan akibat radiasi berbeda dari kerusakan akibat kemoterapi, pada volume jaringan yang terus teradiasi terus-menerus akan berbahaya bagi pasien sepanjang hidupnya. Jaringan ini sangat mudah rusak oleh obat-obatan toksik atau penyinaran radiasi lanjutan, Mekanisme perbaikan fisiologis normal dapat mengurangi efek ini sebagai hasil dari depopulasi permanen seluler.

3.      Komplikasi Akibat PembedahanPasien dengan osteoradionekrosis yang melibatkan mandibula dan tulang wajah, maka debridemen sisa pembedahan dapat merusak. Usaha rekonstruksi akan menjadi sia-sia, kecuali jaringan oksigenasi berkembang pada pembedahan. Terapi hiperbarik oksigen telah berhasil menunjukkan rangsangan terhadap formasi kapiler baru terhadap jaringan yang rusak dan telah digunakan sebagai tambahan pada debridemen pembedahan.

2.6.2 PrognosisPrognosis stomatitis didasarkan pada masalah yang menyebabkan adanya gangguan ini. Infeki pada stomatitis biasanya dapat disebabkan karena pengobatan atau bila masalahnya disebabkan oleh obat-obatan maka yang harus dilakukan adalah dengan mengganti obat. Stomatitis yang disebabkan oleh iritasi lokal dapat diatasi dengan oral hygene yang bagus, memeriksakan gigi secara teratur, diet yang bermutu, dan pengobatan.

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

2.7    PengobatanStomatitis akan sembuh sendiri dalam rentang waktu 10-14 hari. Stomatitis umumnya ditandai dengan rasa nyeri seperti terbakar yang terkadang menyebabkan pederita sulit untuk menelan makanan, dan bila sudah parah dapat menyebabkan demam. Stomatitis dapat diredakan dengan menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang mengandung antibiotic dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Saat ini sudah banyak tersedia pasta gigi yang dapat mengurangi terjadinya stomatitis. Jika stomatitis sudah terlanjur parah maka dapat menggunakan antibiotic dan obat penurun panas (bila disertai demam). Stomatitis umumnya akan sembuh dalam waktu 4 hari. Namun bila stomatitis tidak kunjung sembuh, segera periksaan ke dokter karena hal itu dapat menjadi gejala awal adanya kanker mulut.Penatalaksanaan medis pasien dengan stomatitis adalah sebagai berikut.1.    Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya2.    Diet lunak atau halus3.    Pemberian antibiotikAntibiotik diberikan harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya. Selain diberikan emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2–3 ulcersi minor, pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Tetrasiklin dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada respon atau perbaikan keadaan terhadap pemberian kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson atau talidomid.4.    TerapiPengobatan stomatitis yang disebabkan oleh herpes bersifat konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan antivirus untuk menghilangkan faktor penyebab. Gejala lokal yang terjadi dapat diatasi dengan berkumur air hangat dicampur dengan air garam dan penghilang rasa sakit topikal. Penderita harus menghindari penggunaan antiseptik karena dapat mengiritasi. Pada intinya, pengobatan stomatitis ditujukan untuk menghilangkan rasa sakit topikal. Namun, apabila ingin mendapatkan hasil pengobatan jengka panjang yang efektif maka penderita harus menghindari faktor pencetus stomatitis. Terapi yang dapat digunakan antara lain adalah sebagai berikut.a.    Injeksi vitamin B12 IM. Pengobatan diberikan 1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian 1000 mcg per bulan untuk pasien dengan level serum vitamin B12 di bawah 100 pg/ml, pasien dengan neuropati peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien yang berasal dari golongan sosial ekonomi kurang mampu.b.    Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari.

2.8    PencegahanPencegahan pada stomatitis ditekankan untuk menghindari faktor pencetus yang dapat menimbulkan stomatitis. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:1.      hindari faktor etiologi;2.      pelihara kesehatan gigi dan mulut serta mengonsumsi nutrisi yang cukup terutama makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi;3.      hindari stress yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala;4.      usahakan untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut anak;5.      hati-hati saat menggosok gigi anak agar tidak menimbulkan luka pada mulut;6.      hindari memberikan makanan yang terlalu panas pada anak, berikan makanan yang lembut dan mudah ditelan;7.      hindari memberikan anak dot yang berkontur kasar dan terbuat dari karet yang keras;

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

8.      perbanyak makan yang mengandung B3 seperti serelia, hati, ayam, daging, kacang-kacangan, apukat dan lain sebagainya;9.      anjurkan  anak makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan kususnya bervitamin c;aturlah makanan agar tetap seimbang sehingga tidak kekurangan gizi.

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

BAB 3. PATHWAY

 

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS
Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN4.1    Pengkajian1.      Anamnesaa.       Data DemografiIdentitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi). Stomatitis dapat menyerang semua umur, namun mayoritas dapat menyerang pada usia antara 20-40 tahun yang lebih cenderung terjadi pada wanita.b.      Keluhan Utama: pasien dengan stomatitis biasanya nyeri karena mukosaoral mengalami peradangan dan bibir pecah-pecah.c.       Riwayat Penyakit Sekarang: Klien biasanya dibawa atau meminta bantuan ke rumah sakit setelah mengeluh nyeri seperti tertusuk-tusuk, rasa terbakar, bengkak, anoreksia, sukar menelan. Stomatitis bisa terjadi pada seseorang karena kebersihan mulut yang buruk, intoleransi dengan pasta gigi, penyakit yang beresiko menimbulkan stomatitis, misalnya faringitis, panas dalam, mengkonsumsi makanan yang berlemak, kurang vitamin C, vitamin B12 dan mineral.d.      Riwayat Penyakit Dahulu: kline pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun sehingga lebih mudah terkena stomatitis, atau memang pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit oral lainnya.e.       Riwayat Penyakit Keluarga: Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya stomatitis. Karena ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari stomatitis atau sariawan adalah keturunan. Berdasarkan hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya menderita stomatitis lebih rentan untuk mengalami stomatitis juga.f.       Pengkajian Psikososial : Kaji apakah keluarga tidak memperhatikan kebersihan mulut dan tempat bermain anak di lingkungan kumuh atau tidak, sosial stress psikologis, stress fisik, misalnya penyakit sistemik yang berat, gata hidup (alkohol, perokok), riwayat penggunaan serta pemberian obat penekan sistem imun jangka panjang seperti steroid, obat antibiotik jangka panjang.g.      Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas: lingkungan yang panas, dan sanitasi yang buruk.h.      Riwayat nutrisi : kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk, misalnya hanya mengkonsumsi karbohidrat dan protein saja.i.        Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :      Pasien yang menderita stomatitis akan lebih lama sembuhnya dikarenakan kondisi fisik yang lemah sebagai akibat intake nutrisi yang kurang (energi/kalori yang diperlukan tidak mencukupi dalam proses penyembuhan). Biasanya pasien yang menderita stomatitis mengalami penurunan berat badan karena intake nutrisi yang kurang sehingga mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan.

j.        Pengkajian 11 Pola Gordon1.      Pola Persepsi dan Penanganan KesehatanBagaimana pendapat pasien tentang penyakit yang diderita. Apakahorang tua pasien mengetahui bahwa anaknya terkena sariawan yang tidak kunjung sembuh, namun keluarga pasien tidak mengetahui bagaimana cara mengatasinya atau sebaliknya orang tua pasien langsung meminta bantuan kepada petugas pelayanan kesehatan terdekat.

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

2.      Pola Nutrisi/MetabolismeBagaimana diet yang dilakukan oleh pasien. Apa saja yang dikonsumsi pasien setiap harinya. Apakah pasien kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin B12, mineral, dan zat besi serta pola makan yang buruk3.      Pola EliminasiBagaimana pengeluaran urine dan feses pasien setiap harinya4.      Pola AktivitasBagaimana pasien melakukan aktivitas sehari-harinya. Apakah dalam melakukan aktivitas, pasien mengalami gangguan akibat nyeri yang di rasa sehingga pasien akan rewel.5.      Pola Istirahat TidurApakah tidur pasien setiap harinya cukup. Apakah nyeri akibat stomatitis yang diderita pasien mengganggu pola tidurnya.6.      Pola Kognitif-PersepsiApakah pasien mengalami gangguan dengan fungsi indra. pasien merasa lebih tenang apabila berada ditengah keluarga terutama ibu yang peduli pada kondisi pasien, dan pasien sedih apabila ditinggal keluarga.7.      Pola Peran HubunganBagaimana pola dan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat disekitarnya. Apakah rasa nyeri yang dideritanya mengganggu pola dan peran tersebut. Apakah pasien lebih banyak menangis dan rewel.8.      Pola Seksualitas/ReproduksiBagaimana respon seksualitas pasien.9.      Pola Koping Toleransi StressApakah pasien menkonsumsi obat untuk menghilangkan nyeri danstres. Bagaimana keadaan emosi pasien sehari-hari.10.  Pola Keyakinan NilaiApa dan bagaimana keyakinan pasien. Apakah pasien dan keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien.11.  Pola Konsep diriBagaimana pasien menilai dirinya sendiri. Apakah pasien merasa ragu-ragu untuk berkomunikasi karena tidak dapat berbicara dengan jelas akibat adanya ulserasi lokal.

2.      Pemeriksaan Fisik Fokusa.       Keadaan umum       : lemah.b.    TTV :    Tekanan Darah  : dalam batas normal             Suhu                  : suhu tubuh tinggi, lebih dari 37o C (normal 36oC- 37o C)             Nadi                  : takikardi             RR                     : dalam batas normal (normal 20-50 x/mnt)c.       Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)1)      Kepala dan leherInspeksi : Wajah       :  simetris, dahi mengkerut                  Rambut    : lurus/keriting, distribusi merata/tidak                 Mata         : pupil miosis, konjungtiva anemis                 Hidung     : tidak terdapat pernafasan cuping hidung                 Telinga     : bersih

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

                 Mulut       : mukosa bibir agak kering, terdapat lesi pada rongga mulut, bercak putih, warna lidah merah dan keputihan karena peradangan.Kulit didalam rongga mulut tampak bengkak dan kemerahan                 Lidah       : Mukosa mulut mengalami peradangan dan ada lesi, bibir pecah-pecah, rasa kering, suatu sensasi rasa luka atau terbakar pada daerah lidah, hipersarivasi.Palpasi   : ada nyeri tekan (respon nyeri)2)  DadaInspeksi      : simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasanPalpasi        : denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri tekan (-)Perkusi       :  Jantung    : dullness                      Paru         : sonorAuskultasi  : tidak terdengar suara ronchi                      tidak terdengar bunyi wheezing3)  AbdomenInspeksi   : datarPalpasi     : tidak terdapat nyeri tekanPerkusi     : timpaniAuskultasi : ada bising usus4)  KulitTurgor kurang, pucat, kebiruan.5)  EkstremitasTidak terdapat udem pada pada daerah extremitas

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

2.      Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS: pasien mengatakan bahwa merasa nyeri di daerah rongga mulut.

DO: terdapat luka pada daerah rongga mulut

Nyeri↑kerusakan dan inflamasi membrane mukosa mulut↑Infeksi local pada mulut, orofaring

Nyeri

2. DS: keluarga mengatakan bahwa pasien tidak bisa menghitung padahal mudah

DO: pasien terlihat bingung pada saat menghitung

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan↑Nafsu makan turun↑Perubahan pola makan

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

3. DS: keluarga pasien mengatakan pasien jarang BAB karena nutrisi yang di konsumsi kurang dari kebutuhan tubuh.

DO: paien tampak pucat,urin keruh, demam

Gangguan pola eliminasi↑Konstipasi↑Perubahan pola makan

Gangguan pola eliminasi

4. DS: keluarga mengatakan bahwa luka pasien semakin meluas

DO: luka pasien sedalam 5mm

Gangguan integritas kulit↑Infeksi local pada mulut orofaring↑Agen infeksius: bakteri traumatic: tergigit

Gangguan integritas kulit

5. DS: keluarga mengatakan bahwa pasien sering rewel pada malam hari

DO: pasien tidak mau tidur

Gangguan pola tidur↑Nyeri tak terkontrol↑Kerusakan dan inflamasi membrane mukosa

Gangguan pola tidur

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

6. DS: keluarga mengatakan bahwa pasien jarang membersihkan daerah mulut.

DO: terlihat daerah mulut yang kotor

resiko infeksi↑Imunitas menurun: kerentanan↑Agen infeksius: bakteri traumatic: tergigit

Resiko infeksi

7. DS: keluarga mengatakan bahwa pasien jarang makan karena nyeri dan perih di daerah mulut

DO: pasien terlihat lebih kurus dari sebelumnya.

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh↑Nafsu makan menurun↑Perubahan pola makan

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

8. DS: pasien mengatakan malu ketika bicara sama orang lain karena bau mulut.

DO: pasien menjauh dari teman-temannya

Gangguan konsep diri↑citra dan harga diri menurun↑Sulit berkomunikasi

Gangguan konsep diri

9. DS: keluarga mengatakan bahwa pasien tidak dapat mandi sendiri.

DO: pasien terlihat kotor tubuhnya

defisit perawatan diri↑tubuh lemah↑Nafsu makan menurun

Defisit perawatan diri

10. DS: keluarga mengatakan bahwa selama pasien sakit maka anggota keluarga yang lain tidak bekerja karena harus merawat pasien.

DO: keluarga pasien selalu berada di

Perubahan proses keluarga↑Isolasi proses perawatan↑Infeksi local pada mulut orofaring

Perubahan proses keluarga

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

samping pasien

11. DS: keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau bermain sama teman sebaya

DO: terlihat pasien menghindar ketika diajak bermain sama teman sebaya.

Hambatan interaksi sosial↑Isolasi, proses perawatan↑Infeksi local pada mulut orofaring

Hambatan interaksi sosial

12. DS: keluarga mengatakan bahwa tidak mengerti harus bagaimana mengatasi sakitnya pasien.

DO: terlihat luka pada daerah mulut masih belum ada proses perawatan

Kurangnya pengetahuan↑Kurang informasi↑Infeksi local pada mulut orofaring

Kurangnya pengetahuan

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

4.2    DiagnosaNo. Diagnosa Keperawatan

1.       Nyeri berhubungan dengan lesi (kerusakan membran mukosa), malaiseyang ditandai dengan pasien mengatakan bahwa merasa nyeri di daerah rongga mulut, terdapat luka pada daerah rongga mulut.

2.       

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan intake nutrisi kurang dan faktor psikologi yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa pasien tidak bisa menghitung padahal mudah, pasien terlihat bingung pada saat menghitung.

3.       

Gangguan pola eleminasi berhubungan dengan intake nitrisi kurang dan stress yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa pasien tidak bisa menghitung padahal mudah, pasien terlihat bingung pada saat menghitung

4.       Gangguan integritas kulit berhubungan dengan infeksi mukosa mulut yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa luka pasien semakin meluas, luka pada mukosa mulut pasien sedalam 5mm

5.       Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang tidak terkontrolkeluarga mengatakan bahwa pasien sering rewel pada malam hari, pasien tidak mau tidur, cemas

6.        Resiko infeksi yang berhubungan dengan pejamu yang rentan dan agen infeksius

7.        Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri pada mukosa mulut

8.       

Gangguan konsep diri berhubungan dengan citra dan harga diri menurun akibat bau mulut yang ditandai dengan pasien mengatakan malu ketika bicara sama orang lain karena bau mulut, pasien menjauh dari teman-temannya

9.       Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan tubuh yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa pasien tidak dapat mandi sendiri, pasien terlihat kotor tubuhnya

10.   

Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan anak yang menderita penyakit yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa selama pasien sakit maka anggota keluarga yang lain tidak bekerja karena harus merawat pasien, keluarga pasien selalu berada di samping pasien

11.   

Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya yang ditandai dengan keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau bermain sama teman sebaya, terlihat pasien menghindar ketika diajak bermain sama teman sebaya

12.   

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit stomatitis yang ditandai dengan keluarga mengatakan bahwa tidak mengerti harus bagaimana mengatasi sakitnya pasien, terlihat luka pada daerah mulut masih belum ada proses perawatan

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

4.3    Perencanaan

No. Diagnosa

PerencanaanTujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri pada klien dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:1.   Hilangnya rasa sakit dan perih di mukosa mulu2.   Lesi berkurang dan berangsur sembuh3.   Membran mukosa oral lembab4.   Tidak bengkak dan hiperemi5.   Suhu badan normal

1.      Kaji tingkat nyeri pada pasien2.      Berikan makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang mengandung zat kimia3.      Hindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin4.      Hindari pasta gigi yang merangsang timbulnya nyeri5.      Hindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makan6.      Anjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi buah buah dan sayuran terutama vitamin B12, Vitamin C dan zat Besi7.      Lakukan elaborasi pemberian analgesik dan kortikosteroid

2

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri pada klien dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:6.        Hilangnya rasa sakit dan perih di mukosa mulu7.        Lesi berkurang dan berangsur sembuh8.        Membran mukosa oral lembab9.        Tidak bengkak dan hiperemi10.    Suhu badan normal

1.      Kaji pemenuhan nutrisi klien, pola makan dan jumlah kalori yang didapat.2.      Ukur berat badan dan tinggi badan klien.3.      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi klien.4.      Berikan pengetahuan nutrisi kepeda keluarga klien

3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam klien terbebas dari resiko konstipasi.Kriteria hasil:1.      Menunjukkan pola eliminasi yang teratur2.      Menunjukkan perubahan perilaku, pola makan teratur

1.      Identifikasi faktor resikogangguan pola eleminasi2.      Auskultasi abdomen meliputi jumlah dan lokasi bising usus3.      Evaluasi diet dan pemenuhan cairan klien.4.      Instruksikan konsumsi serat yang cukup5.      Anjurkan meningkatkan pemenuhan cairan klien6.      Berikan pendidikan tentang

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

pentingnya BAB secara teratur

4

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri pada klien dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:1. Integritas kulit menjadi baik2. Luka pada mulut menjadi hilang

1.      Kaji Permukaan kulit pada area mulut2.      Monitor adanya kemerahan atau jejas lain3.      Berikan makanan yang tidak terlalu keras4.      Kolaborasi pemberian obat

5

Setelah dilakukan perawatan 2x 24 jam pasien Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhidengan kriteria hasil:1.    pasien yang rentan tidak mengalami penyakit Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.2.    Pasien mengungkapan sudah bisa tidur3.    Pasien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur.

1.      Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur2.      Ciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan.3.      Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur4.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat membuat klien tertidur5.      Pantau kembali kondisi pasien untuk asuhan selanjutnya

6

Setelah dilakukan perawatan 2x 24 jam pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:1.      Pasien yang rentan tidak mengalami penyakit

1.      Curigai adanya penyakit infeksi, terutama pada anak yang rentan.2.      Identifikasi anak beresiko tinggi (misalnya anak yang menderita imunodefisiensi atau penyakit hemolitik) jika penyakit menular dapat membuat fatal bagi mereka, pada kasus ledakan penyakit anjurkan orang tua untuk menjaga anaknya tetap di dalam rumah3.      Berpartisipasi dalam program edukasi dan layanan masyarakat mengenai imunisasi profilaksis, cara penyebaran penyakit menular, penyiapan dan penanganan pasokan makanan dan air yang benar, pengendalian vektor binatang sebagai reservoir penyakit (bukan faktor dalam penyakit menular masa kanak-kanak tetapi

7 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam status nutrisi terpenuhi dengankriteria hasil:

1.      Kaji status nutrisi pasien2.      Beri nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering3.      Pantau berat badan tiap hari

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

1.    Status nutrisi terpenuhi2.    Nafsu makan klien timbul kembali

4.      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi5.      Berikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat penting bagi keseimbangan metabolisme tubuh

8

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam gangguan konsep diri teratasi dengan kriteria hasil:1.     Pasien mulai percaya diri dan tidak menarik diri dari pergaulan2.     Bau mulut pasien hilang

1.    Berikan pendidikan tentang asal bau mulut2.    Berikan perawatan oral hygine3.    Anjurkan klien untuk banyak minum 8 gelas sehari4.    Libatkan keluarga dalam meningkatkan percayadiri klien5.    Ajarkan keluarga dalam perawatan oral hygine

9

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam defisit perawatan diri teratasi, dengan kriteria hasil:Pasien mampu merawat dirinya sendiri

1.    Pantau tingkat kekuatan dan toleransi terhadap aktivitas2.    Bantu pasien hanya jika diperlukan3.    Berikan keamanan dengan mempertahankan lingkungan yang teratur dan pencahayaan yang baik4.    Ajarkan keluarga tentang perawatan pada pasien.

10

Setelah dilakukan 2x 24 jam tindakan keperawatan  klien (keluarga) mendapatkan dukungan emosi yang adekuat

1.      Informasikan kepada orang tua mengenai pilihan penatalaksanaan.2.      Dorong upaya keluarga untuk melaksanakan asuhan. Berikan bantuan jika perlu, seperti mendatangkan perawat.3.      Jaga agar keluarga tetap mewaspadai kemajuan.4.      Tekankan cepatnya pemulihan

11 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, pasien memahami alas an isolasi, pasien memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan kriteria hasil:1.      anak bergabung dengan aktivitas dan interaksi yang sesuai dan teman sebaya dapat menerima keadaan sakit anak

1.      Selalu perkenalkan diri kepada anak biarkan melihat wajah sebelum memberi pakaian pelindung bila perlu berikan aktivitas pengalihan perhatian2.      Terangkan alasan pengekangan dan penerapan tindakan kewaspadaan khusus.3.      Perbolehkan anak bermain dengan masker dan gaun (jika digunakan)4.      Dorong orang tua untuk selalu bersama anak selama hospitalisasi5.      Dorong kontak dengan teman via telepon (di rumah sakit bisa

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

menggunakan internet)6.      Persiapkan teman sebaya anak mengenai perubahan penampilan fisik seperti keadaan fisik akibat terkena stomatitis

12

setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pengetahuan klien adekuatkriteria Hasil:klien memahami informasi terkait penyakit stomatitisadanya perubahan perilaku dan berpartisipasi pada program perawatanidentifikasi dangunakan sumber informasi yang tepat terkait penyakit

1.      Validasi tingkat saat ini pemahaman, mengidentifikasi pembelajaran kebutuhan, dan menyediakan basis pengetahuan dari mana klien dapat membuat keputusan2.      Bantu identifikasi ide, sikap, rasa takut, kesalahpahaman, dan kesenjangan dalam pengetahuan tentang stomatitis3.      Tentukan persepsi klien tentang perawatan stomatitis4.      Tanyakan tentang sendiri atau sebelumnya pengalaman klien atau pengalaman dengan orang lain yang memiliki riwayat stomatitis .5.      Berikan informasi yang jelas dan akurat secara faktual.6.      Sediakan bahan-bahan tertulis tentang stomatitis, pengobatan, dan tersedia sistem pendukung.

4.4    PelaksanaanNo. Diagnosa Implementasi

1

1.      Mengkaji tingkat nyeri pada pasien2.      Memerikan makanan yang tidak merangsang, seperti makanan yang mengandung zat kimia3.      Menghindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin4.      Menghindari pasta gigi yang merangsang timbulnya nyeri5.      Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makan6.      Menganjurkan klien untuk memperbanyak mengkonsumsi buah buahdan sayuran terutama vitamin B12, Vitamin C dan zat Besi7.      Melakukan elaborasi pemberian analgesik dan kortikosteroid

2

1.      Mengkaji pemenuhan nutrisi klien, pola makan dan jumlah kalori yang didapat.2.      Mengukur berat badan dan tinggi badan klien.3.      Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi klien.4.      Memberikan pengetahuan nutrisi kepeda keluarga klien

3 1.      Mengidentifikasi faktor resiko gangguan pola eleminasi

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

2.      Melakukan auskultasi abdomen meliputi jumlah dan lokasi bising usus3.      Mengevaluasi diet dan pemenuhan cairan klien.4.      Menginstruksikan konsumsi serat yang cukup5.      Menganjurkan meningkatkan pemenuhan cairan klien6.      Memberikan pendidikan tentang pentingnya BAB secara teratur

4

1.      Mengkaji Permukaan kulit pada area mulut2.      Memonitor adanya kemerahan atau jejas lain3.      Memberikan makanan yang tidak terlalu keras4.      Berkolaborasi pemberian obat

5

1.      Menjelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur2.      Menciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan.3.      Memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur4.      Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat membuat klien tertidur5.      Memantau kembali kondisi pasien untuk asuhan selanjutnya

6

1.      Mencurigai adanya penyakit infeksi, terutama pada anak yang rentan.2.      Mengidentifikasi anak beresiko tinggi (misalnya anak yang menderita imunodefisiensi atau penyakit hemolitik) jika penyakit menular dapat membuat fatal bagi mereka, pada kasus ledakan penyakit anjurkan orang tua untuk menjaga anaknya tetap di dalam rumah3.      Berpartisipasi dalam program edukasi dan layanan masyarakat mengenai imunisasi profilaksis, cara penyebaran penyakit menular, penyiapan dan penanganan pasokan makanan dan air yang benar, pengendalian vektor binatang sebagai reservoir penyakit (bukan faktor dalam penyakit menular masa kanak-kanak tetapi

7

1.      Mengkaji status nutrisi pasien2.      Memberi nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering3.      Memantau berat badan tiap hari4.      Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi5.      Memberikan informasi tentang zat-zat makanan yang sangat penting bagi keseimbangan metabolisme tubuh

8

1.      Memberikan pendidikan tentang asal bau mulut2.      Memberikan perawatan oral hygine3.      Menganjurkan klien untuk banyak minum 8 gelas sehari4.      Melibatkan keluarga dalam meningkatkan percayadiri klien5.      Mengajarkan keluarga dalam perawatan oral hygine

9

1.      Memantau tingkat kekuatan dan toleransi terhadap aktivitas2.      Membantu pasien hanya jika diperlukan3.      Memberikan keamanan dengan mempertahankan lingkungan yang teratur dan pencahayaan yang baik4.      Mengajarkan keluarga tentang perawatan pada pasien.

10 1.      Menginformasikan kepada orang tua mengenai pilihan penatalaksanaan.

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

2.      Mendorong upaya keluarga untuk melaksanakan asuhan. Berikan bantuan jika perlu, seperti mendatangkan perawat.3.      Menjaga agar keluarga tetap mewaspadai kemajuan.4.      Menekankan cepatnya pemulihan

11

1.      Memperkenalkan diri kepada anak biarkan melihat wajah sebelum memberi pakaian pelindung bila perlu berikan aktivitas pengalihan perhatian2.      Menerangkan alasan pengekangan dan penerapan tindakan kewaspadaan khusus.3.      Memperbolehkan anak bermain dengan masker dan gaun (jika digunakan)4.      Mendorong orang tua untuk selalu bersama anak selama hospitalisasi5.      Mendorong kontak dengan teman via telepon (di rumah sakit bisa menggunakan internet)6.      Mempersiapkan teman sebaya anak mengenai perubahan penampilan fisik seperti keadaan fisik akibat terkena stomatitis

12

1.      Memvalidasi tingkat saat ini pemahaman, mengidentifikasi pembelajaran kebutuhan, dan menyediakan basis pengetahuan dari mana klien dapat membuat keputusan2.      Membantu identifikasi ide, sikap, rasa takut, kesalahpahaman, dan kesenjangan dalam pengetahuan tentang stomatitis3.      Menentukan persepsi klien tentang perawatan stomatitis4.      Menanyakan tentang sendiri atau sebelumnya pengalaman klien atau pengalaman dengan orang lain yang memiliki riwayat stomatitis .5.      Memberikan informasi yang jelas dan akurat secara faktual.6.      Menyediakan bahan-bahan tertulis tentang stomatitis, pengobatan, dan tersedia sistem pendukung.

4.5    EvaluasiNo. Diagnosa Evaluasi

1

S: klien mengatakan bahwa, nyeri yang di rasakan sudah agag mendingan.O: terlihat pada bibir klien sudah tidak terdapat lesi.A: Masalah nyeri teratasiP: tindakan di hentikan

2

S: keluarga klien mengatakan klien makan dengan baikO: BB= 20 kg TB=120 cmA: masalah teratasiP: hentikan tindakan keperawatan

3

 S: keluarga klien mengatakan klien BAB setiap pagiO: intake cairan klien= 1500 ml/hariA: masalah teratasiP: tindakan keperawatan dihentikan

4 S: klien mengatakan bahwa, saya ketika makan sudah agak enakanO: terlihat luka pada permukaan mulut klien sudah tidak adaA: Masalah integritas kulit teratasi

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

P: tindakan dihentikan

5

S: klien mengatakan bahwa, saya sudah bisa tidur dengan tenang dan nyamanO: terlihat pasien tertidur pulas di ruang perawatanA: Masalah pola tidur teratasiP: tindakan di hentikan

6

S: Klien mengatakan tidak merasa nyerinya sudah hilang.O: terlihat uji tes labnya tidak adanya bakteri dan virusA: Masalah Resiko infeksi teratasiP: tindakan dihentikan

7

S: Klien mengatakan nafsu makannya sudah kembali seperti sedia kala.O: pasien sudah menghabiskan makanan yang telah di berikan perawatA: Masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasiP: tindakan dihentikan

8

S: keluarga mengatakan pasien sudah mau berbicara dengan temannya lagiO: bau mulut sudah tidak tercium lagi ketika pasien berbicaraA: gangguan konsep diri berhubungan dengan citra dan harga diri menurun akibat bau mulut teratasiP: asuhan keperawatan dihentikan

9

S: keluarga mengatakan pasien telah dapat merawat dirinya sendiri, seperti berpakaian, dan menyikat giginyaO: pasien nampak dapat beraktivitas seperti semula, dan tidak lemahA: defisit perawatan diri teratasiP: asuhan keperawatan dihentikan

10

S: Klien mengatakan sejak saya sakit ibu semakin perhatianO: Selama di rumah sakit terlihat keluarga  selalu menemani klienA: Masalah perubahan proses keluarga teratasiP: tindakan dihentikan

11

S: Klien mengatakan ”teman sebayanya telah menjenguk saya hari ini”O: terlihat klien mulai percaya diri untuk berbicara dan bercanda dengan teman sebayanyaA: Masalah Hambatan interaksi sosial teratasiP: tindakan dihentikan

12

S: Klien mengatakan ”setelah perawat memberikan penyuluhan saya jadi tahu penyakit yang saya alami dan cara pencegahannya”O: Terlihat klien sudah mulai mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin CA: Masalah kurang pengetahuan teratasiP: tindakan dihentikan

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS

BAB 5. PENUTUP

5.1    KesimpulanStomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus atau jamur, dan penggunaan obat kemoterapi (Potter & Perry, 2005). Stomatitis adalah imflamasi mukosa oral, yang dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial (bibir), lidah, gusi, angit-langit dan dasar mulut. Ada 4 klasifikasi stomatitis, yaitu Mycotic stomatitis, Gingivostomatitis, Denture stomatitis, dan Aphthous stomatitis. Keluhan utama yang sering muncul pada pasien stomatitis adalah nyeri atau pedih pada bagian yang terkena stomatitis. Penatalaksanaannya dengan cara medis dan proses keperawatan, yang paling penting cara penanganannya adalah dengan cara menjaga kebersihan oral klien.Salah satu factor penyebab stomatitis yaitu perhatian yang kurang terhadap rongga mulut. Stomatitis dapat diredakan dengan menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang mengandung antibiotic dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Penyakit stomatitis dapat dihindari dengan cara menjaga kebersihan gigi dan mulut serta mengonsumsi nutrisi yang cukup terutama makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi.

5.2    SaranTugas dan peran utama perawat harus dilakukan dengan baik agar meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan juga sangat perlu dilakukan oleh seorang perawat. Pemberian asuhan keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan pasien, begitu pula dengan pasien stomatitis terutama pada anak. Maka diharapkan bagi seorang perawat untuk lebih memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam akan perkembangan penyakit stomatitis sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak serta kondisi kebutuhan anak yang harus dipenuhi.           DAFTAR PUSTAKA

Baughman,D.C& Hackley,J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGCDoengoes, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGCGanong, Mcphee, J Stephen. 2010. Patofisiologi Penyakit ed 5. Jakarta : EGCHayes, Peter C. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta : EGCKumar, dkk. 2009. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGCMansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media AesculapiusPotter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGCPrice & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGCSloane, Ethel.2004.  Anatomi dan Fisiologi untk Pemula. Jakarta:EGCSmeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC.Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUITambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGCWilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC