makalah gingivitis dan stomatitis

51
MAKALAH MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GINGIVITIS DAN STOMATITIS DISUSUN OLEH : 1. ANGGA FARID FIRMANSYAH (1111B0078) 2. ABILIO BARRETO (1211B0001) 3. AFIF TRI ATMOKO (1211B0004) 4. DADANG PRADANA (1211B0013) 5. ENIK SEPTIANI (1211B0020) 6. ERNA EKA PUSPITA (1211B0021) 7. IDOLINA ANUNUT (1211B0029) 8. IIN OKTA VIANI (1211B0030) 9. JOICE DELSRYANI (1211B0031) 10. MARSELINA HATI (1211B0039) 11. OTAFIANUS MANEK (1211B0043) 12. SITI NUR AZIZAH (1211B0051) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Upload: ssi-temmbemm-azizah

Post on 05-Dec-2015

345 views

Category:

Documents


46 download

DESCRIPTION

Gingivitis Dan Stomatitis

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

MAKALAH

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

GINGIVITIS DAN STOMATITIS

DISUSUN OLEH :

1. ANGGA FARID FIRMANSYAH (1111B0078)

2. ABILIO BARRETO (1211B0001)

3. AFIF TRI ATMOKO (1211B0004)

4. DADANG PRADANA (1211B0013)

5. ENIK SEPTIANI (1211B0020)

6. ERNA EKA PUSPITA (1211B0021)

7. IDOLINA ANUNUT (1211B0029)

8. IIN OKTA VIANI (1211B0030)

9. JOICE DELSRYANI (1211B0031)

10. MARSELINA HATI (1211B0039)

11. OTAFIANUS MANEK (1211B0043)

12. SITI NUR AZIZAH (1211B0051)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SURYA MITRA HUSADA

KEDIRI

2014

Page 2: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan, yang mana atas berkat rahmat, nikmat dan

hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyusun makalah yang berjudul “Manajemen Asuhan Keperawatan Gingivitis dan

Stomatitis “ ini karena ada sangkut pautnya antara ilmu keperawatan dengan  Ilmu Keperawatan

khususnya Sistem Pencernaan. Penulis berharap makalah ini akan berguna dalam menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di bidang Ilmu Keperawatan.

                Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari akan segala kekurangan dan

kemampuan yang sangat terbatas dimiliki oleh penulis, sehingga dalam penulisan, penyusunan

kalimat dan dalam mencari sumber buku serta internet masih kurang dan teramat sulit. Namun

penulis sudah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini dapat diselesaikan untuk memenuhi

tugas yang  telah diberikan oleh dosen pembimbing dan berusaha untuk menjadikan yang terbaik.

Dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran saran yang

sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini. Dan penulis berharap semoga makalah ini

dapat memenuhi harapan kita semua.

Kediri, 12 Desember 2014

Penyusun

Page 3: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

DAFTAR ISI

Halaman Sampul........................................................................................................ i

Kata Pengantar........................................................................................................... ii

Daftar Isi..................................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................

1.5 Luaran yang Diharapkan.................................................................................

BAB II Tinjauan Teori

2.1 Pengertian Penyakit Gingivitis dan Stomatitis...............................................

2.2 Etiologi Penyakit Gingivitis dan Stomatitis...................................................

2.3 Patofisiologi dan Web of Caution Gingivitis dan Stomatitis.........................

2.4 Manifestasi Klinis Penyakit Gingivitis dan Stomatitis..................................

2.5 Klasifikasi Penyakit Gingivitis dan Stomatitis..............................................

2.6 Penatalaksanaan Penyakit Gingivitis dan Stomatitis.....................................

2.7 Pemeriksaan Penunjang Penyakit Gingivitis dan Stomatitis.........................

2.8 Pencegahan Penyakit Gingivitis dan Stomatitis.............................................

2.9 Komplikasi Penyakit Gingivitis dan Stomatitis.............................................

BAB III Skenario Kasus

3.1 Contoh Ilustrasi Kasus Penyakit Stomatitis....................................................

BAB IV Pembahasan

4.1 Pembahasan Ilustrasi Kasus sesuai dengan Konsep Asuhan Keperawatan....

BAB V Penutup

5.1 Kesimpulan.....................................................................................................

5.2 Saran................................................................................................................

Daftar Pustaka............................................................................................................

Page 4: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi gingival, dapat terjadi pada anak-

anak, orang dewasa, dan juga dapat terjadi pada masa remaja. Secara klinis gingivitis ditandai

dengan adanya inflamasi gingival berupa perubahan wama, konsistensi, perubahan tekstur

permukaan, perubahan ukuran, perubahan bentuk, pendarahan pada probing dan perubahan pada

tipe saku. Sedangkan Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah radang yang terjadi di daerah

mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung,

bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. Stomatitis aphtosa atau sariawan

merupakan penyakit yang dapat diakibatkan oleh jamur pada mulut dan saluran kerongkongan.

Stomatitis sering terjadi di beberapa bagian di dalam rongga mulut seperti pipi, di sekitar bibir,

lidah, atau mungkin juga terjadi di tenggorokan dan langit-langit mulut (Anonim 2010).

Gingivitis adalah suatu inflamasi pada gingiva yang biasanya disebabkan oleh akumulasi

plak. Menurut profil kesehatan Indonesiatahun 2001 kelainan periodontal pada tahun 2001

terjadi sebesar 61%. Penyakit periodontal salah satunya gingivitis yang disebabkan infeksi

bakteri, secara langsung melalui aliran darah (hematogen), maupun tidak langsung dari respon

imun sistemik infeksi melalui peningkatan mediator infeksi (PGE2, IL1, IL6 dan TNFα) oleh

pertahanan tubuh. Jaringan periodonsium adalah jaringan penyokong gigi, terdiri atas gingiva,

sementum, ligamentum periodontal dan tulang alveolar. Jaringan ini dapat mengalami kelainan

akibat interaksi faktor pejamu, mikroba dan lingkungan misalnya gingivitis. Pada sariawan atau

stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih

kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Sariawan dapat

menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit

dalam rongga mulut.

Penatalaksanaan gingivitis dilakukan pengukuran keparahan gingival. Untuk mengetahui

prevalensi dari gingivitis diperlukan indeks gingival, indeks pendarahan papilla, dan indeks titik

pendarahan. Dokter gigi menjalankan profesinya sebagai dokter gigi haras mendiagnosa

gingivitis sedini mungkin dan melakukan perawatan yang adequat. Perawatan inisial merupakan

satu-satunya prosedur perawatan periodontal yang dibutuhkan, perawatan inisial mencakup

prosedur-prosedur yaitu instruksi kontrol plak, penskeleran dan penyerutan akar, perbaikan

restorasi yang cacat, penumpatan lesi karies dan pemolesan. Untuk sariawan sendiri meskipun

tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu. Ada pula yang mengatakan

bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal pada rongga mulut.

Page 5: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

Metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek yang dapat

menentukan kualitas “asuhan keperawatan” (askep) yang diberikan yang secara langsung

maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional dalam

pelayanan pasien gangguan gingivitis dan stomatitis. Pemberian asuhan keperawatan pada

tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen

asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi

perawat khususnya.

1.1 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka rumusan masalah

dari makalah yang berjudul “ Manajemen asuhan keperawatan Gingivitis dan Stomatitis “

adalah sebagai berikut :

a. Apa pengertian dari penyakit gingivitis dan stomatitis ?

b. Apa etiologi dari penyakit gingivitis dan stomatitis ?

c. Bagaimana patofisiologi dan WOC dari penyakit gingivitis dan stomatitis ?

d. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit gingivitis dan stomatitis?

e. Apakah klasifikasi dari penyakit gingivitis dan stomatitis ?

f. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit gingivitis dan stomatitis?

g. Pemeriksaan penunjang apa yang digunakan dalam mendeteksi penyakit gingivitis

dan stomatitis?

h. Bagaimana pencegahan penyakit gingivitis dan stomatitis?

i. Komplikasi apa yang bisa terjadi jika pasien menderita penyakit gingivitis dan

stomatitis ?

1.2 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah yang telah ditulis, maka tujuan penulisan dari makalah yang

berjudul tentang “ Manajemen Asuhan Keperawatan Gingivitis dan Stomatitis “ adalah sebagai

berikut :

a. Mengetahui pengertian dari penyakit gingivitis dan stomatitis

b. Mengetahui penyebab penyakit gingivitis dan stomatitis

c. Mengetahui patofisiologi dan web of caution dari penyakit gingivitis dan stomatitis

d. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit gingivitis dan stomatitis

e. Mengetahui klasifikasi penyakit gingivitis dan stomatitis

f. Mengetahui penatalaksanaan dari penyakit gingivitis dan stomatitis

g. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan penyakit

gingivitis dan stomatitis

h. Mengetahui pencegahan penyakit gingivitis dan stomatitis.

Page 6: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

i. Mengetahui komplikasi yang dapat disebabkan dari penyakit gingivitis dan

stomatitis

1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat secara teoritis yaitu dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan penyakit gingivitis dan stomatitis,

sementara manfaat praktis untuk mahasiswa adalah dapat menambah wawasan dan

pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit

gingivitis dan stomatitis.

1.4 Luaran yang Diharapkan

Luaran yang diharapkan pada pembuatan makalah ini adalah mengacu pada Panduan

Pembuatan Makalah yang telah diberikan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Sistem

Pencernaan.

Page 7: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gingivitis dan Stomatitis

Radang gusi adalah peradangan pada gingiva yang menunjukkan adanya penyakit/ kelainan

pada gingiva (Depkes, R.I., 1996). Radang gusi adalah reaksi gingiva terhadap rangsangan

dari plak, dari sulkus keluar cairan yaitu eksudat yang diperlukan untuk pertumbuhan

bakteri (Konig, dkk., 1982).

Stomatitis merupakan infeksi umum yang bisa meluas ke mukosa bukal, bibir dan palatum

(William dan wilkins, 2008).

Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi seperti

tembakau;defisiensi vitamin; infeksi oleh bakteri, virus atau jamur;atau penggunaan obat

kemoterapi (Potter & Perry,2005).

2.2 Etiologi Gingivitis dan Stomatitis

Etiologi Gingivitis

Secara umum penyebab penyakit gingiva dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:

A. Faktor Lokal

Faktor lokal adalah faktor yang berada di sekitar gigi dan jaringan periodontium :

a. Faktor Pencetus/utama: Plak bakteri

Plak bakteri sering juga disebut sebagai plak dental. Yang di maksudkan dengan plak

dental secara umum adalah bakteri yang berhubungan dengan permukaan gigi.

b. Faktor Pendorong /predisposisi

Beberapa faktor yang berperan sebagai faktor lokal pendorong :

- Materia alba

Materia alba adalah deposit lunak dan transparan, terdiri dari mikroorganisme,

leukosit, protein saliva, sel-sel epitel dan deskuamasi dan partikel-partikel makanan.

Materi ini bisa melekat ke permukaan gigi maupun restorasi dan gingiva,

- Debris Makanan

Debris makanan harus dibedakan dari impaksi makanan. Debris makanan adalah

partikel makanan yang bersisa di mulut akibat tidak tuntas terlarutkan oleh enzim

bakteri atau mekanis lidah, bibir dan pipi.

- Stein Dental

Stein dental adalah deposit berpigmen yang melekat pada permukaan gigi. Beberapa

bakteri kromogenik menyebabkan stein seperti: stein hitam (black stein) stein hijau

(green stein) dan stein jingga (orange stein)

Page 8: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

- Kalkulus

Kalkulus atau yang dikenal juga sebagai karang gigi adalah plak bakteri yang telah

mengalami mineralisasi atau kalsifikasi.

- Karies

Karies terutama yang berada dekat margin gingiva, karena daerah ini mudah terjadi

penumpukan plak bakteri dan deposit lunak lainnya.

- Merokok

Beberapa ahli mengatakan dampak merokok terhadap periodontal beragam, terdiri

dari: stein, panas dan asap yang timbul pada waktu menghisap rokok. Stein tembakau

akibat merokok dianggap mempermudah penumpukan plak.

- Impaksi makanan (food impaction)

Peranan impaksi makanan karena partikel makanan yang terjepit tersebut merupakan

suatu lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan plak dan merupakan

iritasi mekanis terhadap periodontium

- Kesalahan prosedur kedokteran gigi (faulty dentistry)

Bentuk kesalahan yang sering dijumpai adalah seperti : tambalan yang terlalu tinggi

(over hanging). Restorasi dengan kontak proksimal yang terbuka, tepi mahkota tiruan

yang tidak baik, restorasi yang overkontur, gigi tiruan lepasan atau cekat yang tidak

baik kedudukannya, dan piranti orthodonti.

- Kontrol plak inadequat

Kontrol plak yang dilakukan secara inadequat menyebabkan plak dan deposit lunak

lainnya lebih mudah menumpuk dan tidak tersingkirkan dari perlekatannya.

- Makanan berkonsistensi lunak dan mudah melekat

Makanan yang lunak dan melekat dipermukaan gigi merupakan lingkungan yang

menguntungkan bagi perkembangbiakan bakteri plak. Sebaliknya makanan yang

kenyal dan berserat menghalangi penumpukan plak.

- Trauma mekanis

Trauma mekanis menyebabkan cedera pada ginggiva sehingga lebih mempermudah

timbulnya inflamasi akibat serangan bakteri plak. Trauma mekanis ini bisa disebabkan

oleh cara menyikat gigi yang salah atau kebiasaan menggaruk-garuk gingiva dengan

kuku.

- Trauma kimiawi

Tablet aspirin atau obat puyer yang sering diaplikasikan secara lokal pada gusi sebagai

usaha pasien menghilangkan nyeri sakit gigi maupun obat kumur yang keras serta

obat-obatan yang bersifat bisa menyebabkan trauma kimiawi pada gingiva.

Page 9: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

Faktor lokal fungsional:

Gigi yang hilang tanpa diganti, mal oklusi /mal posisi, kebiasaan bemapas dari mulut

dan mendorong-dorong dengan lidah, kebiasaan para fungsional serta oklusi yang

traumatik

B. Faktor Sistemik

Faktor sistemik adalah faktor yang dihubungkan dengan kondisi tubuh, yang dapat

mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab lokal. Faktor-faktor sistemik

tersebut adalah : Faktor-faktor endokrin (hormonal) meliputi : pubertas, kehamilan dan

menopouse, gangguan dan defisiensi nutrisi meliputi: defisiensi vitamin dan defisiensi

protein serta obat-obatan meliputi : Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperplasia

gingiva non inflamatoris dan kontrasepsi hormonal. Faktor-faktor psikologis

(emosional), penyakit metabolisme : Diabetes Melitus, gangguan penyakit hematologis :

leukimia dan anemia, Penyakit-penyakit yang melemahkan (debilatating disease)

Etiologi Stomatitis

Etiologi yang berasal dari keadaan dalam mulut seperti :

a. Kebersihan mulut yang kurang

Kebersihan mulut berhubungan dengan keadaan gigi pasien. Apabila higiene gigi pasien

buruk, sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.

b. Makanan atau minuman yang panas dan pedas

Makanan atau minuman yang pedas atau panas dapat berpengaruh terhadap mukosa yang

ada didalam mulut yang berfungsi sebagai alat pertahanan dalam melawan infrksi. Selain

itu, juga bserpengaruh terhadap bermacam-macam kuman yang merupakan bagian

daripada “flora mulut” dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen.

Daya tahan mulut dapat menurun karena termik. Jika daya tahan mulut atau tubuh

menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan

gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi.

c. Luka pada bibir akibat tergigit/benturan.

Bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulsersehingga dapat

mengakibatkan stomatitis aphtosa.

d. Infeksi jamur

Namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh

(imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal.

e. Infeksi virus

Page 10: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

Stomatitis karena herpes simplex stomatitis (HSV) terjadi sebagai utama atau infeksi

tambahan; infeksi tambahan ini adalah sering banyak terjadi. dua tipe HSV dapat

diidentifikasikan : HSV tipe 2 dengan penyebab lesi genital dan HSV tipe 1 dengan

respon dari lesi nongenital. awal terjadinya virus merupakan hasil utama dari infeksi

HSV biasa disebut stomatitis Herpes Akut. keseragaman ukuran gelembung frekuensinya

lebih banyak terjadi dilidah, palatum dan mukosa bucal dan labial. gelembung burut

terjadi setelah nyeri luka meninggalkan areanya yang mengelilingi sekitar garis tepi

erythematous. lesi ditingkat ini biasa terjadi di luka aphathous. area yang terkena luka 10

sampai 14 hari. Gelembung mukosa umumnya disertai dengan inflamasi akut gingiva,

saat dengan lesi herpes. Karakteristik lidah dengan keputih-putihan dan klien mengatakan

adanya bau busuk di pernafasannya. infeksi HSV utama dikarakteristikkan dari gejala

yang timbul dari infeksi termasuk kelemasan, panas dan pembesaran dalam limpa.

f. Letak susunan gigi atau kawat gigi

Letak dan susunan gigi yang tidak teratur akan sanagt berpengaruh terhadap kebersihan

gigi. Dimana terjadi kesulitan dalam proses membersihkan kotoran yang tersangkut atau

melekat pada baian yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.

Etiologi yang berasal dari keadaan luar mulut seperti :

a. Rokok

Asap rokok banyak mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai

macam penyakit terutama pada stomatitis. Pada penyakit ini, asap rokok yang

mengandung zat-zat yang berbahaya masuk ke dalam tubuh melalui mulut yang banyak

terdapat mukosa sebagai alat perlindungan tubuh terhadap infeksi. Zat-zat adaptif

tersebut yang berasal dari asap rokok menyebabkan kerusakan pada mukosa-mukosa

didalam mulut. Sehingga terjadi penurunan imun terutama pada bagian mulut yang

menyebabkan mulut rentan terhadap penyakit.

b. Pada penggunaan obat kumur

Obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misalnya alkohol,

lemon/gliserin) harus dihindari. Zat-zat seperti alkohol di atas dapat menyebabkan

kerusakan yang pada sel-sel mukosa dalam mulut yang bertugas dalam menghasilkan

sekret sebagai bentuk pertahanan tubuh.

c. Reaksi alergi

Sariawan timbul setelah makan jenis makanan tertentu. Jenis

makanan ini berbeda untuk tiap-tiap penderita.

d. Alergi

Page 11: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

Bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan

dan timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita mengkonsumsi

makanan tersebut.

e. Faktor psikologis (stress)

Kortison merupakan salah satu hormon utama yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai reaksi

terhadap stres. Hormon ini menigngkatkan tekanan darah dan mempersiapkan tubuh

untuk respon melawan. Akan tetapi apabila stres berlebih akan menyebabkan hormon ini

juga dihasilkan berlebih sehingga respon tubuh dalam melawan bakteri berlebih (ada

tidaknya bakteri akan bekerja sehingga akan merusak sel-sel yang sehat).

f. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi).

Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa

penderita wanita.

g. Kekurangan vitamin C

Mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi

mudah robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan.

h.  Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat menimbulkan sariawan..

i.   Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan

Seperti Chorn disease, kolitis ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya

stomatitis apthosa.

Page 12: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

2.3 WOC Gingivitis dan Stomatitis

WOC Stomatitis

p

Internal

Kebersihan mulut berkurang Makan dan minum yang panas

dan pedas Luka pada bibir akibat gigitan

atau benturan Infeksi jamur Infeksi virus Letak susunan gigi / kawat gigi

Eksternal

Rokok Penggunaan obat kumur Alergi Reaksi alergi Stress Gangguan hormonal Kekurangan vitamin C dan

vitamin B Kelainan pencernaan

trauma

ulser

Kerusakan pada mukosa mulut

Defisiensi nutrisi

Penurunan kadar vitamin

Alergi dan sensitifitas

Allergen

Kerusakan jaringan kulit

Mukosa meradang dan edematosis

Obat-obatan

Penggunaan obat nonsteroidal

Lebih beresiko

Zat berbahaya dalam rokok

stress

Respon tubuh

Imun

Berpengaruh pada fisik dan emosi

Gangguan hormonal

Pra menstruasi

Penurunan estrogen dan progesteron

Gangguan imunologi

imun

Adanya ulser pada mukosa

genetik

Resiko terjadi SAR

Peningkatan jumlah HLA

Terjadinya stomatitis (SAR )

System lakto peroksidase rusak

saliva

Terjadinya infeksi

Adanya alergen

Mukosa mulut rusak

Di respon oleh tubuh

Secara local

Secara sistemik

Secara normal

Mengurangi peradangan

Adanya reaksi jaringan berlebih

Penurunan system imun

Kekurangan vitamin

Jaringan mukosa dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi robek

Timbul rasa gatal dan terbakar

Melepuh di jaringan mulut

Mukosa mulut rusak

Penurunan imun pada bagian mulut

Page 13: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

Ulserasi lokal

MK: perubahan mukosa oral

Reaksi pertahanan abnormal

Rusak pada jaringan mukosa mulut

Melakukan aksi fagositosis

Masa prodromal atau penyakit 1-24 jam

hipersentifitas

rasa terbakar

MK: resiko kekambuhan tidak adekuat

Stadium pre ulcerasi

edema

Peninggian 1-3 hari pada ulser

Stadium ulserasi

Rasa sakit

Terjadi nekrosis di tengah ulser

Adanya pecah dan berwarna putih

Reaksi ulser

MK: nyeri

Nafsu makan

Anorexia

Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh

Page 14: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

WOC Gingivitis

Bakteri,Jamur,Virus

Masuk ke dalam mulut bersama

Makanan,udara,dll

Kebersihan gigi dan mulut tidak

Tergaja

Bakteri/jamur/virus menginfeksi

Jaringan dalam mulut

Peradangan

Stomatitis Pulpitis Periodontitis Tonsilitis Gingivitis

Kebutuhan Dasar Manusia Terganggu

Gangguan rasa nyaman (nyeri)

Perubahan pada selaput mukosa oral

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kurangnya volume cairan

Page 15: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

2.4 Manifestasi Klinis Gingivitis dan Stomatitis

Manifestasi Klinis Gingivitis

Keradangan pada gusi dapat disebabkan oleh beberapa hal, keradangan tersebut dapat

terlihat dengan tanda-tanda klinis sebagai berikut:

a.       Gusi berwarna merah terang dan mudah berdarah.

b.      Perabaan lunak.

c.       Mudah berdarah pada waktu menggosok gigi dan pada tingkatan tertentu.

d.      Terdapat luka pada gusi.

e. bau tidak sedap

Manifestasi klinis dari stomatitis secara umum yaitu:

a. Masa prodromal atau penyakit 1 – 24 jam

Hipersensitive dan perasaan seperti terbakar

b. Stadium Pre Ulcerasi

Adanya udema / pembengkangkan setempat dengan terbentuknya makula pavula serta

terjadi peninggian 1- 3 hari

c.   Stadium Ulcerasi

Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis ditengah-tengahnya, batas sisinya

merah dan udema tonsilasi ini bertahan lama 1 – 16 hari. Masa penyembuhan ini untuk

tiap-tiap individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.

2.5 Klasifikasi Gingivitis dan Stomatitis

Secara garis besar gingivitis diklasifikasikan menjadi:

1. Gingivitis Akut

Page 16: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

Gingivitis akut dibagi menjadi :

a. Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut / GUNA (Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis

IANUG). GUNA terbagi lagi menjadi:

- GUNA dengan fajctor sistemik tidak dikenal

- GUNA yang berkaitan dengan H.I.V

b. Gingivostomatitis herpetis akut (Acute Herpetic Gingivostomatitis)

2. Gingivitis kronis

Gingivitis kronis terbagi lagi menjadi:

a. Gingivitis simpel / tidak berkomplikasi (Simple unicomplicated gingivitis)

b. Gingivitis berkomplikasi (complicatedgingivitis)

c. Gingivitis deskuamatif (descuamative gingivitis)

3. Gingivitis yang tidak berkaitan dengan plak bakteri.

Klasifikasi Gingivitis menurut lokasinya :

a. Gingivitis Lokalisata

Gingivitis yang hanya terdapat pada satu gigi.

b. Gingivitis Generalisata

Gingivitis yang hampir menyeluruh pada semua gigi rahang atas atau rahang bawah.

c. Gingivitis Marginalis

Gingivitis yang terdapat pada daerah margin dan bisa mencapai daerah attached

gingiva

d. Gingivitis Dims

Gingivitis yang melibatkan gingiva margin dan attached gingiva serta papila

interdental

e. Gingivitis Papilaris

Gingivitis yang melibatkan papila interdental dan meluas ke marginal gingiva yang

berbatasan.

Ada beberapa klasifikasi stomatitis, yaitu:

a. Mycotic stomatitis

Mycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya infeksi mulut atau

rongga mulut oleh jamur Candida. Mycotic stomatitis, disebabkan oleh pertumbuhan

Candida albicans , yang merupakan penyebab stomatitis yang luar biasa pada anjing dan

kucing. Hal ini ditandai dengan adanya bercak putih kekuningan pada lidah atau

membran mukosa. Mycotic stomatitis biasanya dihubungkan dengan penyakit mulut

yang lain, penggunaan terapi antibiotik yang lama, atau pemberian immunosuppression.

Page 17: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

Pada mycotic stomatitis sering kali pada jaringan terjadi kemerahan dan timbul ulsor di

bagian rongga mulut.

b. Gingivostomatitis

Gingivostomatitis merupakan infeksi virus pada gusi dan bagian mulut lainnya, yang

menimbulkan nyeri. Gusi tampak berwarna merah terang dan terdapat banyak luka

terbuka yang berwarna putih atau kuning di dalam mulut.

c. Denture stomatitis atau Chronic stomatitis

Denture stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-

perubahan patologik pada mukosa penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut.

Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema di bawah gigi tiruan

lengkap atau sebagian baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Budtz-Jorgensenl

mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh bermacam- macam

faktor yaitu: trauma, infeksi, pemakaian gigi tiruan yang terus-menerus, oral hygiene

jelek, alergi, dan gangguan faktor sistemik. Oleh karena itu, gambaran klinis maupun

gambaran histopatologis juga bervariasi, sehingga perawatannyapun perlu dilakukan

dengan berbagai cara sesuai dengan kemungkinan penyebabnya.

d. Aphthous stomatitis

Apthous stomatitis (sariawan) adalah stomatitis yang paling umum sering terjadi.

Sariawan ini adalah jenis ulkus yang sangat nyeri pada jaringan lunak mulut, bibir, lidah,

pipi bagian dalam, pharing, dan langit-langit mulut halus. Tipe sariawan ini tidak

menular.

Stomatitis aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya:

1. Sariawan akut bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada

sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa

hari.

2.  Sariawan kronis akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa.

Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut

kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga

akan berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis

(stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan

tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif.

Adapun secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe,

diantaranya:

1. Stomatitis aphtosa minor (MiRAS)

Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor ini. Yang ditandai

oleh luka (ulser) bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm, dan

Page 18: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS cenderung

mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar

mulut. Ulserasi bisa tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau

lima dan akan sembuh dalam jangka waktu 10-14 hari tanpa meninggal bekas.

2. Stomatitis aphtosa major (MaRAS)

Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis aphtosa jenis ini. Namun

jenis stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat daripada stomatitis jenis minor

(MiRAS). Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan berlangsung

selama 4minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa

mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin. Stomatitis aphtosa major ini

meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat penderita

MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi.

3. Ulserasi herpetiformis (HU)

Istilah ’herpetiformis’ digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri

atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik

primer, tetapi virus-virus herpes initidak mempunyai peran etiologi pada HU atau

dalam setiap bentuk ulserasi aphtosa.

2.6 Penatalaksanaan Gingivitis dan Stomatitis

Perawatan inisial Gingivitis mencakup prosedur-prosedur:

a. Instruksi Kontrol Plak

Pada sesi pertama dapat diajarkan cara menyikat gigi yang benar. Penggunaan alat

pembersih interdental belum dapat dilakukan karena penggunaannya masih terhalang

oleh deposit dan cacat interproksimal yang belum tersingkirkan.

b. Penskeleran dan penyerutan akar

Apabila pada pasien dijumpai gingiva yang getas dan terinflamasi di sekitar saku

periodontal yang dalam, prosedur penskeleran supragingiva untuk menyirigkirkan

kalkulus subgihgiva harus didahulukan. Dengan pefskeleran supragingiva, gingivitis

akan mereda dan dilanjutkan perskeleran subgingiva pada sesi selanjutnya. Pada

permukaan akar dengan gingival yang tersingkap terdapat sisa toksin bakteri, pada

daerah ini harus dilakukan penyerutan akar agar jaringan nekrose tersingkap.

c. Perbaikan restorasi yang cacat

Tepi restorasi yang cacat, dapat dideteksi dengan ujung eksplorer yang halus, yaitu

dengan menggeserkan eksplorer naik turun sepanjang tepi restorasi. Apabila terdapat

tepi restorasi yang mengeper terdengar bunyi klik saat eksplorer digeser dari restorasi ke

Page 19: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

arah gigi dan terasa ada hambatan. Penyingkiran restorasi yang mengeper sedapat

mungkin digantikan dengan restorasi yang baru. Apabila restorasinya ingin tetap

dipertahankan agar perawatan inisal bisa cepat diselesaikan, bagian yang mengeper

harus disingkirkan. Bagian restorasi alloy dan resin yang mengeper dapat disingkirkan

dengan skeler, kikir periodontal atau finishing bur. Bila menggunakan bur arahnya

adalah dari bagian restorasi yang mengeper ke arah gigi.

d. Penumpatan Lesi Karies

Karies yang lokasinya dekat ke gingiva dapat mengganggu kesehatan periodontal,

meskipun tanpa adanya kalkulus ataupun restorasi yang eacat disekitarnya. Penumpatan

sebaiknya berupa penumpatan tetap (permanen), namun pada keadaan tertentu

penumpatan sementarapun sudah memadai karena telah dapat menyingkirkan tempat

persembunyian bakteri.

e. Pemolesan

Setelah dilakukan penskeleran, perbaikan restorasi, penumpatan lesi karies, lakukan

pemolesan. Pemolesan dilakukan untuk mengkilapkan mahkota gigi dengan aberasif

yang dioles dengan brush atau rubber cup yang diputar dengan mesin.

Penatalaksanaan medis untuk mengatasi stomatitis adalah sebagai berikut:

a. Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai

b. Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya

c. Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama

makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi

d. Hindari stress

e.  Pemberian Atibiotik

Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien topikal,

seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2 – 3 ulcersi minor. Pada kasus yang

lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal,

sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetraciclin

dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulcerasi. Bila tidak ada

responsif terhadap kortikosteroid atau tetrasiklin, dapat diberikan dakson dan bila gagal

juga maka di berikan talidomid.

f. Terapi

Pengobatan stomatitis karena herpes adalah konservatif. Pada beberapa kasus diperlukan

antivirus. Untuk gejala lokal dengan kumur air hangat dicampur garam (jangan

menggunakan antiseptik karena menyebabkan iritasi) dan penghilang rasa sakit topikal.

Page 20: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

Pengobatan stomatitis aphtosa terutama penghilang rasa sakit topikal. Pengobatan jangka

panjang yang efektif adalah menghindari faktor pencetus. Terapi yang dianjurkan yaitu:

1. Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg per minggu untuk bulan pertama dan kemudian

1000 mcg per bulan) untuk pasien dengan level serum vitamin B12 dibawah 100

pg/ml, pasien dengan neuropathy peripheral atau anemia makrocytik, dan pasien

berasal dari golongan sosioekonomi bawah.

2. Tablet vitamin B12 sublingual (1000 mcg) per hari. Tidak ada perawatan lain yang

diberikan untuk penderita RAS selama perawatan dan pada waktu follow-up. Periode

follow-up mulai dari 3 bulan sampai 4 tahun.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Gingivitis dan Stomatitis

Pemeriksaan Penunjang pada Stomatitis yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur

sedangkan diagnosis pasti dengan menggunakan biopsi.

2.  Pemeriksaan laboratorium :

a. WBC menurun pada stomatitis sekunder

b.  Pemeriksaan kultur virus: cairan vesikel dari herpes simplek stomatitis

c.  Pemeriksaan cultur bakteri:  eksudat untuk membentuk vincent’s stomatitis

2.8 Pencegahan Gingivitis dan Stomatitis

Usaha untuk mencegah radang gusi atau Gingivitis, antara lain:

a. Memelihara kebersihan mulut

Yang dimaksud memelihara kebersihan mulut adalah menghilangkan plak dari

permukaan gigi dengan cara menggunakan sikat gigi yang baik, dengan syarat:

kepala sika cukup kecil, tangkainya berbentuk lurus, dan bulu sikat halus, rata.

Tujuannya adalah untuk mencegah penumpukan plak, karena hal ini terutama

menimbulkan radang gusi.

b. Membangun kebiasaan sehat

Membangun kebiasaan sehat terkadang berat untuk dilaakukan, terutama bagi orang

yang belum bisa melaksanakannya. Namun dangan niat yang kuat senantiasa

menyadari pentingnya kesehatan dan manfaatnya bagi kita.Kebiasaan sehat yang

dianjurkan yaitu biasakan berkumur sebelum dan sesudah makan hal itu akan

mencegah kuman penyakit yang dapat masuk ke rongga mulut, sehingga radang gusi

Page 21: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

yang disebabkan oleh kuman tersebut tidak terjadi, selain itu tidak mengkonsumsi

makanan yang manis secara berlebihan.

c. Ceck- up ke dokter gigi

Cara mengatasi radang gusi yaitu hendaknya kita memiliki jadwal untuk memeriksa,

mengontrol, dan mengawasi kesehatan mulut secara rutin. Berdasarkan kondisi gigi

dan gusi, dokter gigi akan menjadwalkan program kesehatan mulut kita dan akan

memberikan saran-saran yang berkaitan dengan kesehatan mulut kita, seperti

mengurangi makanan yang manis-manis (Ummusalma, 2007).

Cara mencegah penyakit ini dengan mengetahui penyebabnya, apabila kita mengetahui

penyebabnya diharapkan kepada kita untuk menghindari timbulnya sariawan ini diantaranya

dengan :

1. Menjaga kebersihan mulut

2.  Mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12,

vitamin C dan zat besi

3.  Menghadapi stress dengan efektif

4.  Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit

makananMenghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin

5. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi

alergi pada rongga mulut.

2.9 Komplikasi Gingivitis dan Stomatitis

Dampak gangguan stomatitis pada kebutuhan dasar manusia :

- Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur

- Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit

- Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut

- Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih

Stomatitis memunculkan berbagai macam komplikasi bagi tubuh kita diantaranya:

1. Komplikasi akibat kemoterapi

Karena sel lapisan epitel gastrointestinal mempunyai waktu pergantian yang mirip

dengan leukosit, periode kerusakan terparah pada mukosa oral frekuensinya berhubungan

dengan titik terendah dari sel darah putih. Mekanisme dari toksisitas oral bertepatan

dengan pulihnya granulosit. Bibir, lidah, dasar mulut, mukosa bukal, dan palatum lunak

lebih sering dan rentan terkena komplikasi dibanding palatum keras dan gingiva; hal ini

tergantung pada cepat atau tidaknya pergantian sel epithelial. Mukosa mulut akan

menjadi tereksaserbasi ketika agen kemoterapeutik yang menghasilkan toksisitas mukosa

diberikan dalam dosis tinggi atau berkombinasi dengan ionisasi penyinaran radiasi.

2.Komplikasi Akibat Radiasi

Page 22: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

Penyinaran lokal pada kepala dan leher tidak hanya menyebabkan perubahan histologis

dan fisiologis pada mukosa oral yang disebabkan oleh terapi sitotoksik, tapi juga

menghasilkan gangguan struktural dan fungsional pada jaringan pendukung, termasuk

glandula saliva dan tulang. Dosis tinggi radiasi pada tulang yang berhubungan dengan

gigi menyebabkan hypoxia, berkurangnya supplai darah ke tulang, hancurnya tulang

bersamaan dengan terbukanya tulang, infeksi, dan nekrosis. Radiasi pada daerah kepala

dan leher serta agen antineoplastik merusak divisi sel, mengganggu mekanisme normal

pergantian mukosa oral. Kerusakan akibat radiasi berbeda dari kerusakan akibat

kemoterapi, pada volume jaringan yang terus teradiasi terus-menerus akan berbahaya

bagi pasien sepanjang hidupnya. Jaringan ini sangat mudah rusak oleh obat-obatan toksik

atau penyinaran radiasi lanjutan, Mekanisme perbaikan fisiologis normal dapat

mengurangi efek ini sebagai hasil dari depopulasi permanen seluler.

3. Komplikasi Akibat Pembedahan

Pada pasien dengan osteoradionekrosis yang melibatkan mandibula dan tulang wajah,

maka debridemen sisa pembedahan dapat merusak. Usaha rekonstruksi akan menjadi sia-

sia, kecuali jaringan oksigenasi berkembang pada pembedahan. Terapi hiperbarik oksigen

telah berhasil menunjukkan rangsangan terhadap formasi kapiler baru terhadap jaringan

yang rusak dan telah digunakan sebagai tambahan pada debridemen pembedahan.

4. Komplikasi Oral

1.Mucositis/Stomatitis

Defenisi mucositis dan stomatitis sering tertukar dalam penggunaannya tetapi terdapat

perbedaan yang besar diantara keduanya. Mucositis dijelaskan sebagai suatu

inflammatory toksik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal dari mulut sampai

anus, yang dapat dihasilkan akibat dari pennyorotan radiasi sampai agen

kemoterapeutik atau radiasi ionisasi. Tipikal mucositis termanifestasi sebagai suatu

eritematous, lesi seperti terbakar atau acak, focal to diffuse, dan lesi ulseratif.

Mucositis dapat tereksaserbasi dengan factor lokal. Stomatitis merujuk pada suatu

reaksi inflamasi yang terjadi pada mukosa oral, dengan atau tanpa ulserasi dan dapat

berkembang oleh faktor lokal seperti yang teridentifikasi pada etiologi/patofisiologi

pada pembahasan ini. Stomatitis dapat menjadi berkadar ringan atau parah. Pasien

dengan stomatitis yang parah tidak akan mampu memasukkan apapun kedalam

mulutnya. Mucositis eritematous dapat terjadi 3 hari setelah pemaparan kemoterapi,

tapi secara umum berkisar 3-7 hari. Perkembangan menuju mucositis ulseratif

umumnya berlangsung 7 hari setelah kemoterapi. Dokter gigi harus waspada terhadap

Page 23: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

potensi berkembangnya toksisitas akibat peningkatan dosis atau lamanya perawatan

pada percobaan klinik yang menunjukkan toksisitas gastrointestinal. Dosis tinggi

kemoterapi seperti yang dilakukan pada perawatan leukemia dan pengaturan jadwal

obat dengan infus berlanjut, berulang dan tidak terputus (seperti bleomycin,

cytarabine, methotrexate dan fluororacil) sepertinya merupakan penyebab mucositis

dibanding obat infus satu bolus dengan dosis yang setara. Mucositis tidak akan

bertambah parah jika tidak terkomplikasi oleh infeksi dan secara normal dapat sembuh

total dalam waktu 2-4 minggu. Beberapa garis panduan untuk perawatan mulut

termasuk penilaian sebanyak dua kali sehari untuk pasien dirumah sakit dan perawatan

mulut yang sering (minimal 4 jam dan sewaktu akan tidur) malahan meningkatkan

keparahan dari mucositis.

2.Infeksi

Mucositis oral dapat berkomplikasi dengan infeksi pada pasien dengan sistim imun

yang menurun. Tidak hanya mulut itu sendiri yang dapat terinfeksi, tetapi hilangnya

epitel oral sebagai suatu protektif barrier terjadi pada infeksi lokal dan menghasilkan

jalan masuk buat mikroorganisme pada sirkulasi sistemik. Ketika ketahanan mukosa

terganggu, infeksi lokal dan sistemik dapat dihasilkan oleh indigenous flora seperti

mikroorganisme nosokomial dan oportunistik. Ketika jumlah netrofil menurun

sampai 1000/kubik/mm, insiden dan keparahan infeksi semakin meningkat. Pasien

dengan neutropenia berkepanjangan berada pada resiko tinggi buat perkembangan

komplikasi infeksi yang serius.Penggunaan antibiotik berkepenjangan pada penyakit

neutropenia mengganggu flora mulut, menciptakan suatu lingkungan favorit buat

jamur untuk berkembang yang dapat bereksaserbasi oleh terapi steroid secara

bersamaan. Dreizen dan kawan-kawan melaporkan bahwa sekitar 70 % infeksi oral

pada pasien dengan tumor solid disebabkan oleh Candida Albicans dan jamur

lainnya, 20 % disusun oleh Herpex Simplex Virus (HSV) dan sisanya disusun oleh

bakteri bacillus gram negatif. Pada pasien dengan keganasan hematologik, 50 %

infeksi oral akibat bakteri Candida Albicans, 25 % akibat HSV, dan 15 % oleh

bakteri bacillus gram negatif. HSV merupakan gejala paling umum pada infeksi oral

viral.

3. Hemorrhage

Hemorrhage dapat terjadi sepanjang perawatan akibat trombositopenia dan atau

koagulasipati. Pada lokasi terjadinya penyakit periodontal dapat terjadi perdarahan

Page 24: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

secara spontan atau dari trauma minimal. Perdarahan oral dapat berbentuk minimal,

dengan ptekiae berlokasi pada bibir, palatum lunak, atau lantai mulut atau dapat

menjadi lebih parah dengan hemorrhage mulut , terutama pada krevikular gingival.

Perdarahan gingiva spontan dapat terjadi ketika jumlah platelet mencapai paling

kurang 50.000/kubik/mm.

4. Xerostomia

Xerostomia dapat dikenali sebagai berkurangnya sekresi dari glandula saliva. Gejala

klinik tanda xerostomia termasuk diantaranya : rasa kering, suatu sensasi rasa luka

atau terbakar (khususnya melibatkan lidah), bibir retak-retak, celah atau fissura pada

sudut mulut, perubahan pada permukaan lidah, kesulitan untuk memakai gigi palsu,

dan peningkatan frekuensi dan atau volume dari kebutuhan cairan. Pengaturan

perawatan preventif oral, termasuk applikasi topikal flour harus segera dimulai untuk

mencegah kerusakan lebih lanjut. Xerostomia dapat dihasilkan melalui reaksi

inflammatory dan efek degeneratif radiasi ionisasi pada glandula saliva parenkim,

khususnya pada serous acinar. Perubahan ini biasanya sangat pesat dan bersifat

irreversible, khususnya ketika glandula saliva termasuk daerah penyorotan radiasi.

Aliran saliva mengalami penurunan 1 minggu setelah perawatan dan berkurang

secara progresif ketika perawatan terus dilanjutkan, Derajat dari disfungsi tersebut

sangat berhubungan dengan dosis radiasi dan volume jaringan glandula pada

lapangan radiasi. Glandula parotid dapat menjadi lebih rentan terhadap efek radiasi

daripada glandula submandibular, sublingual, dan jaringan glandula saliva minor.

Xerostomia mengganggu kapasitas buffer mulut dan kemampuan pembersihan

mekanis, sering berkonstribusi pada dental karies dan penyakit periodontal yang

progresif. Perkembangan dental karies berakselerasi dengan sangat cepat pada

terjadinya xerostomia akibat hilangnya immunoprotein protektif yang merupakan

komponen dari saliva. Saliva dibutuhkan untuk eksekusi normal dari fungsi mulut

seperti mengecap, mengunyah, dan berbicara. Keseluruhan kecepatan aliran saliva

yang kurang dari 0,1 ml/menit dianggap sebagai indikasi xerostomia (normal = 0,3-

0,5 ml/menit).Xerostomia menghasilkan perubahan didalam rongga mulut antara

lain:

1. Saliva tidak melakukan lubrikasi dan menjadi menebal dan atrofi, yang akan

mengganggu kenyamanan pasien.

2. Kapasitas buffer menjadi tereliminasi, pada mulut kering yang bersih pH

umumnya 4,5 dan demineralisasi dapat terjadi.

3. Flora oral menjadi patogenik.

4. Plak menjadi tebal dan berat, debris tetap bertahan akibat ketidakmampuan

Page 25: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

pasien untuk membersihkan mulut.

5. Tidak ada mineral (kalsium, fosfor, fluor) yang tersimpan pada permukaan gigi.

6. Produksi asam setelah terpapar oleh gula dihasilkan oleh demineralisasi

selanjutnya pada gigi dan kemudian dapat menimbulkan kerusakan gigi

5.Nekrosis Akibat Radiasis

Nekrosis dan infeksi pada jaringan yang telah dilakukan penyorotan radiasi

sebelumnya (osteoradionekrosis) merupakan suatu komplikasi yang serius bagi

pasien yang menjalani terapi radiasi pada tumor kepala dan leher. Komplikasi

oral akibat terapi radiasi memerlukan terapi dental yang agresif sebelum, selama

dan setelah terapi radiasi untuk meminimalisasi tingkat keparahan (xerostomia

permanent, karies ulseratif, osteomyelitis akibat radiasi dan osteoradionekrosis).

BAB III

SKENARIO KASUS

Pasien perempuan berusia 6 tahun rujukan dari puskesmas pada tanggal 15 Mei 2012 pada

pukul 08.00 WIB dengan keluhan tidak mau makan ±5 hari yang lalu, lemas dan mual serta sakit di

dalam mulut dengan diagnose medis stomatitis. Kondisi pasien saat di ruang X tampak cukup,

kesadaran composmetis, suhu badan 36,7ºC, nadi 102 x/mnt terdapat peradangan (sariawan) di

bibir, lidah, serta lapisan mukosa pipi, membrane mukosa tampak bengkak, lidah berwarna putih,

terdapat nyeri tekan. Terpasang cairan infuse D5% + ¼ NS 10 tpm/ micro. Pada usia 4 tahun An. G

pernah sakit demam dan di rawat di rumah sakit selama 3 hari. Namun belum pernah mengalami

penyakit stomatitis. An G berat badan lahir 3 kg, pendidikan yang ditempuh An G sekarang yaitu

PAUD di sekitar rumahnya. An G sudah mampu bersosialisasi dengan teman sebaya baik dirumah

atau di Posyandu PAUD. An G memiliki masalah pada pertumbuhan gigi yaitu Caries, sedangkan

hasil pemeriksaan berat badan sebelum sakit 18 kg namun saat sakit mengalami penurunan berat

badan.

Page 26: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN STOMATITIS

Pengkajian

Tanggal Pengkajian :

Nama Pengkaji :

Ruang :

Waktu Pengkajian :

A. Identitas

1. Identitas Klien

Nama : An. G

Tanggal Lahir : 15 Mei 2012

Umur : 6 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

BB/ TB : 14 kg/ 113 cm

Alamat : Jl. Budi Utomo- Cilacap

Agama : Islam

Pendidikan : PAUD

Page 27: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

Suku Bangsa : Jawa Indonesia

Tanggal Masuk : 15 Mei 2012

No. RM : 237 784

Diagnosa Medik : Stomatitis

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. F

Umur : 32 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Budi Utomo- Cilacap

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Hubungan Dengan klien : ibu

B. Riwayat Keperawatan

1. Keluhan utama

Ibu klien mengatakan klien mengeluh sakit di daerah mulut

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang rujukan dari puskesmas pada tanggal 15 Mei 2012 pada pukul 08.00 WIB

dengan keluhan tidak mau makan ±5 hari yang lalu, lemas dan mual serta sakit di dalam

mulut dengan diagnose medis stomatitis. Kondisi pasien saat di bangsal Catelya cukup,

kesadaran copos metis, suhu badan 36,7ºC, nadi 102 x/mnt terdapat peradangan (sariawan)

di bibir, lidah, serta lapisan mukosa pipi, membrane mukosa tampak bengkak, lidah

berwarna putih, terdapat nyeri tekan. Terpasang cairan infuse D5% + ¼ NS 10 tpm/ micro.

3. Riwayat penyakit dahulu

Ibu klien mengatakan pada usia 4 tahun An. G pernah sakit demam dan di rawat di rumah

sakit selama 3 hari. Namun belum pernah mengalami penyakit seperti sekarang. An. G tidak

memiliki alergi. An. G belum pernah mengalami cidera berat.

4. Riwayat penyakit keluarga

Ibu kilen mengatakan keluarga An. G tidak memiliki penyakit serius, serta tidak ada yang

pernah mengalami penyakit yang sama.

5. Riwayat kehamilan

Ibu An. G sudah hamil 2x. anak pertama sekarang berumur 8 tahun dan An. G merupakan

anak kedua. Kesehatan selama hamil baik, tidak ada keluhan.

Page 28: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

6. Riwayat persalinan

An G lahir secara normal (spontan) BB lahir 3 kg, melahirkan di bidan dekat rumah.

7. Riwayat imunisasi

Ibu klien mengatakan An G imunisasi sudah lengkap.

8. Riwayat tumbuh kembang

Ibu klien mengatakan An G berat badan lahir 3 kg. pendidikan yang ditempuh An G

sekarang yaitu PAUD di sekitar rumahnya. Ibu kilen mengatakan An G sudah mampu

bersosialisasi dengan teman sebaya baik dirumah atau di Posyandu PAUD.

An G memiliki masalah pada pertumbuhan gigi yaitu Caries, sedangkan hasil pemeriksaan

berat badan sebelum sakit 18 kg namun saat sakit mengalami penurunan berat badan.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. TTV : S 36,7ºC, Nadi 80 x/mnt, RR 28 x/mnt

2. Keadaan umum : cukup, terjadi penurunan berat badan

3. Kesadaran : composmetis

4. Kepala : bentuk bulat, simeetris, tidak ada lesi, rambut kriting pendek, tidak

ada nyeri tekan, kepala dan rambut kotor

5. Mata : simetris, bola mata normal, gerak mata normal, konjungtiva anemis,

penglihatan normal tanpa alat bantu

6. Hidung : simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada secret, bernafas normal,

tidak ada nyeri tekan

7. Telinga : simetris, bersih, lubang telinga normal, fungsi pendengaran baik

8. Mulut : terdapat stomatitis, membrane mukosa tampak bengkak, lidah

berwarna putih, terdapat nyeri tekan

9. Leher : bentuk normal, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri

tekan

10. Dada : Paru

Inspeksi : dinding dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada lesi

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : tidak ada pembesaran dinding dada, bunyi paru sonor

Page 29: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

Auskultasi : bunyi nafas vaskuler, tidak ada suara nafas tambahan

11. Abdomen :

Inspeksi : umbilicus bersih, tidak ada luka, tidak ada pembesaran abdomen

Auskultasi : bising usus 12 x/mnt

Perkusi : bunyi timpani

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

12. Genitalia : perempuan, bersih

13. Ekstermitas : terpasang infuse 10 tpm ditangan kiri, ekstermitas kanan dan kiri dapat

bergerak tanpa gangguan, ekstermitas bawah dapat bergerak normal, tidak ada odema

14. Integumen : kulit sawo matang, suhu kulit hangat, lidah warna putih

2. Pemeriksaan Penunjang :

Kriteria Hasil Nilai Normal

WBC 12,2 . 103 / ul 4 – 10 . 103 / ul

RBC 7,8 . 106 / ul 3,8 – 6 . 106 / ul

HGB 9,9 g / dl 11 – 16,5 g / dl

HCT 34,5 % 35 – 50 %

MCV 70,4 fl 81 – 99 fl

MCH 20,2 pg 27 – 31 pg

MCHC 28,7 g / dl 33 – 37 g / dl

PLT 436 . 103 / ul 150 – 450 . 103 / ul

RDW – SD 68,4 fl 35 – 47 fl

RDW – CV 27,9 % 11,5 – 14,5 %

PDW 16,3 fl 9 – 13 fl

MPV 10,6 / fl 7,2 – 11,1 / fl

P – LCR 31,6 % 15 – 25 %

P – CT 0,46 % 0,15 – 0,40 %

NEUT ≠ 3,56 . 103 / ul 1,5 – 7 . 103 / ul

NEUT % 73,6 % 40 – 74 %

LYMPH ≠ 0,77 . 103 / ul 1 – 3,7 . 103 / ul

LYMPH % 15,9 % 19 – 48 %

Page 30: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

MONO ≠ 0,45 . 103 / ul 0,16 – 1 . 103 / ul

MONO % 9,3 % 3 – 9 %

EO ≠ 0,06 . 103 / ul 0 – 0,8 . 103 / ul

EO % 1,2 % 0 – 7 %

BASO ≠ 0 0 – 0.2 . 103 / ul

BASO % 0 0 – 1 %

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. DS :

Ibu klien mengatakan klien

mengeluh nyeri di daerah

mukosa mulut

DO :

TTV :

suhu badan 36,7ºC,

nadi 102 x/mnt

P : karena adanya peradangan

Q : Seperti terkena pisau

R : membran mukosa mulut

S : skala 3

T : terus-menerus

Adanya infasi bakteri

proses inflamasi

Merrangsang pengeluaran

bradikinin dan serotonin

Respon saraf simpatis ke otak

Nyeri Akut

Nyeri akut berhubungan

dengan proses inflamasi

Page 31: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

2. DS :

Ibu klien mengatakan klien

mengeluh sakit di sekitar

mulut

DO :

masalah pada

pertumbuhan gigi yaitu

Caries.

terdapat peradangan

(sariawan) di bibir, lidah,

serta lapisan mukosa pipi,

membrane mukosa

tampak bengkak, lidah

berwarna putih,

Adanya infeksi

Perdangan mukosa oral

Ulserasi lokal

Kerusakan membran mukosa

Kerusakan membran mukosa

oral

3. DS :

Ibu klien mengatakan klien

mengeluh mual muntah.

DO :

Klien tidak mau makan

±5 hari yang lalu,

Tampak lemas

hasil pemeriksaan berat

badan sebelum sakit 18

kg namun saat sakit

mengalami penurunan

berat badan.

Terpasang cairan infuse

D5% + ¼ NS 10 tpm/

micro.

Adanya kerusakan membran

mukosa

Nafsu makan menurun

Anoreksia

Resiko ketidakseimbangan

nutrisi

Resiko ketidakseimbangan

nutrisi

Page 32: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

2. Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan infeksi yang ditandai dengan

peradangan (sariawan) di bibir, lidah, serta lapisan mukosa pipi, membrane mukosa tampak

bengkak, lidah berwarna putih

3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan inadekuat

intake nutrisi

Page 33: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

BAB IV

PEMBAHASAN

INTERVENSI

NO. Dx NOC NIC

1. Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan dalam waktu 1 x

24 jam terjadi penurunan

tingkat nyeri dengan criteria

hasil sebagai berikut :

Nyeri pasien hilang

atau terkontrol.

Pasien tampak rileks.

Teori Intervensi :

1. Kaji kemampuan kontrol nyeri pasien

2. Lakukan manajemen nyeri keperawatan

3. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri

dan mengubungkan berapa lama yang akan

berlangsung.

4. Observasi tingkat intensitas nyeri yang dialami

pasien

5. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik.

Intervensi di lahan :

1. Anjurkan pemakaian obat kumur.

2. Berikan terapi bermain.

3. Observasi tingkat intensitas nyeri yang dialami

pasien

4. Kolaboratif pemberian antibiotik dan antiinflamasi

2. Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan dalam waktu 3 x

24 jam :

terjadi penurunan

jumlah peradangan

Edema berkurang

Teori Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang cara dan

teknik peningkatan kondisi membrane mukosa.

2. Anjurkan pemakaian obat kumur.

3. Intervensi kolaboratif pemberian antibiotik

Intervensi di lahan :

1. Anjurkan pemakaian obat kumur

2. Pantau kondisi membran mukosa

3. Kolaboratif pemberian antibiotik

Page 34: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

3. Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan dalam 2x24 jam

kebutuhan nutrisi pasien

dapat tercukupi dengan

kriteria hasil sebagai berikut :

BB terkontrol

Tidak tampak pucat

Keadaan umum

membaik.

Teori Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang cara dan

teknik peningkatan kondisi gangguan gigi dan

gusi.

2. Cari sumber yang meningkatkan penerimaan

informasi.

3. Beri informasi tentang diet dan nutrisi yang sesuai

dengan kondisi individu

4. Beri penjelasan tentang cara, dosis, dan waktu

pemakaian obat-obatan yang telah diresepkan.

5. Anjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulang

kondisi stomatis tidak sembuh setelah selesai

menghabiskan obat.

Intervensi di lahan :

1. Beri informasi tentang diet dan nutrisi yang sesuai

dengan kondisi individu.

2. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang makanan yang

mengandung kalori dan protein.

3. Catat intake dan output

Page 35: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sariawan atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut,biasanya

berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun

berkelompok. Sariawan juga dapat menyerang selaput lender pipi bagian dalam,bibir bagian

dalam,lidah,gusi,serta langit-langit dalam rongga mulut.meskipun tidak tergolong berbahaya

ternyata sariawan sangat mengganggu.

Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Stomatitis dilakukan dengan

tujuan membantu mengembalikan fungsi mukosa pada mulut dalam keadaan normal. Selain

itu perhatian terhadap kebutuhan nutrisi juga tetap dibutuhkan untuk mencegah

berkembangnya penyakit lain akibat intake nutrisi yang tidak adekuat.

5.2 Saran

Bagi perawat dan keluarga, diharapkan memperhatikan setiap penyakit yang di

derita.oleh karena itu, setiap perubahan baik itu dari perubahan dalam mukosa mulut pasien.

Karenanya dibutuhkan perhatian lebih bagi penderita Stomatitis ini.

Page 36: MAKALAH Gingivitis Dan Stomatitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Julianti et al. Tutorial gigi dan mulut. 2008. fakultas kedokteran universitas Riau. Pekanbaru

2. Mustaqimah DN.2002. Infeksi dalam bidang periodonsia. JKGUI

3. Anggraini,siti.2007. Plak gigi sumber penyakit gigi dan mulut.EGC.Jakarta