sterilisasi postpartum

16
STERILISASI POSTPARTUM Sterilisasi tuba merupakan kontrasepsi yang cukup aman, praktis dan murah karena dikerjakan 1 kali dan bersifat permanen, sehingga sangat baik untuk mencegah kehamilan resiko tinggi, yang berdampak dalam mengurangi angka kesakitan, kematian ibu dan anak, serta berguna dalam mengendalikan pertambahan penduduk dengan cara menurunkan angka kelahiran. Sterilisasi tersebut sangat menguntungkan bila dilakukan pada saat post partum karena tekniknya mudah, alatnya yang diperlukan sederhana dan lama perawatan singkat (bersamaan dengan perawatan post partum) 1 Di Amerika Serikat, pada tahun 2002, sterilisasi tuba merupakan metode kontrasepsi yang paling umum dilakukan pada wanita dengan usia lebih dari 35 tahun, meskipun pengunaan metode kontrasepsi ini tidak menggantikan metode kontrasepsi oral sebagai pilihan utama. 2 Jumlah tindakan sterilisasi tuba yang dilakukan di Amerika Serikat masih relatif stabil sejak awal tahun 1980-an, yaitu sekitar 650.000 prosedur setiap tahunnya. Saat ini, sekitar 50% di antaranya dilakukan saat post partum. 2 Banyak tindakan yang dapat dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba fallopii terdiri atas pembedahan transabdominal seperti laparatomi, mini laparatomi, laparaskopi; dan pembedahan transvaginal, seperti kolpotomi posterior, 1

Upload: donny-heykel-madjido

Post on 28-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Health Education Tentang Sterilisasi Postpartum

TRANSCRIPT

Page 1: Sterilisasi Postpartum

STERILISASI POSTPARTUM

Sterilisasi tuba merupakan kontrasepsi yang cukup aman, praktis dan murah karena

dikerjakan 1 kali dan bersifat permanen, sehingga sangat baik untuk mencegah kehamilan resiko

tinggi, yang berdampak dalam mengurangi angka kesakitan, kematian ibu dan anak, serta

berguna dalam mengendalikan pertambahan penduduk dengan cara menurunkan angka kelahiran.

Sterilisasi tersebut sangat menguntungkan bila dilakukan pada saat post partum karena tekniknya

mudah, alatnya yang diperlukan sederhana dan lama perawatan singkat (bersamaan dengan

perawatan post partum) 1

Di Amerika Serikat, pada tahun 2002, sterilisasi tuba merupakan metode kontrasepsi yang

paling umum dilakukan pada wanita dengan usia lebih dari 35 tahun, meskipun pengunaan

metode kontrasepsi ini tidak menggantikan metode kontrasepsi oral sebagai pilihan utama.2

Jumlah tindakan sterilisasi tuba yang dilakukan di Amerika Serikat masih relatif stabil

sejak awal tahun 1980-an, yaitu sekitar 650.000 prosedur setiap tahunnya. Saat ini, sekitar 50% di

antaranya dilakukan saat post partum.2

Banyak tindakan yang dapat dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai

tuba fallopii terdiri atas pembedahan transabdominal seperti laparatomi, mini laparatomi,

laparaskopi; dan pembedahan transvaginal, seperti kolpotomi posterior, kuldoskopi; serta

pembedahan transservikal (trans-uterin), seperti penutupan lumen tuba histeroskopik.3

Di seluruh dunia dan di Amerika Serikat, pendekatan bedah yang paling umum dilakukan

untuk sterilisasi post partum adalah dengan minilaparotomy infraumbilical. Untuk wanita yang

telah melahirkan pervaginam, dapat dilakukan sayatan kecil disekitar abdomen, atau biasa disebut

dengan tindakan mililaparatomi. Tetapi pada wanita yang melahirkan melalui tindakan bedah

sesar, ligase tuba post partum dapat dilakukan pada luka sayatan yang telah dibuat untuk

mengaluarkan bayi. 2,4

Indikasi dan Kontraindikasi 2

1

Page 2: Sterilisasi Postpartum

Sterilisasi tuba post partum ditunjukkan kepada setiap pasien yang secara medis stabil

setelah melahirkan pervaginam (biasanya dalam waktu 48 jam post partum) dan keinginan

kontrasepsi permanen. Pasien wajib dikonseling tentang prosedur tentang tindakan yang akan

dilakukan beserta indikasi dan kontra indikasinya (pertimbagan pendidikan pasien dan Informed

Consent.

Kontraindikasi sterilisasi post partum, adalah sebagai berikut :

- Kondisi pasien tidak stabil (misalnya perdarahan, infeksi, hipertensi yang tidak terkontrol,

HELLP [hemolisis, peningkatan enzim hati, dan rendah trombosit] syndrome)

- Pasien memiliki kelainan rahim, saluran tuba, atau rongga intra-abdominal

- Pasien masih dibawah umur untuk menanda tangani persetujuan (peraturan beberapa

Negara/daerah)

- Status bayi baru lahir tidak jelas

Pencegahan komplikasi 2

Komplikasi minilaparotomy biasanya kecil, termasuk infeksi luka dan pembentukan

hernia insisional. Untuk menghindari infeksi luka kecil yang mungkin terjadi setelah operasi,

tindakan asepsis dan antisepsis pada lokasi sayatan harus dilakukan secarah menyeluruh dengan

larutan antiseptik. Tidak ada indikasi pemberian profilaksis antibiotik sebelum operasi untuk

prosedur ini.

Untuk mengurangi risiko yang terkait dengan kesulitan dalam menemukan struktur

abdominopelvic, ahli bedah harus menilai tingkat fundus sebelum memulai prosedur untuk

memastikan adneksa dapat dicapai.

Penyebab utama kegagalan sterilisasi akibat ligasi pada struktur yang salah, biasanya

dikarenakan bentuk ligamentum bulat. Oleh karena itu, identifikasi yang cermat dan isolasi tuba

falopi sebelum ligasi dilakukan. Selain itu, jika segmen tuba dipotong, konfirmasi ke ahli

patologi anatomi merupakan langkah yang penting, bila tersedia.

Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba 3

2

Page 3: Sterilisasi Postpartum

Laparotomi

Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai tindakan khusus guna tubektomi. Di sini penutupan

tuba dijalankan sebagai tindakn tambahan apabila wanita yang bersangkutan perlu dibedah untuk

keperluan lain. Misalnya, pada wanita yang perlu dilakukan seksio sesarea, kadang-kadang tuba

kanan dan kiri ditutup apabila tidak ingin hamil lagi.

Laparotomi post partum

Laparotomi ini dilakukan satu hari post partum. Keuntungannya ialah bahwa waktu perawatan

masa nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pascaoperasi, dan oleh karena uterus

masih besar, cukup dilakuukan sayatan kecil dekat fundus uteri untuk mencapai tuba kanan dan

kiri. Sayatan dilakukan dengan sayatan semi lunar (bulan sabit) digaris tengah distal dari pusat

dengan panjang kurang-lebih 3 cm dan penutupan tuba biasanya dilakukan dengan cara pomeroy.

Minilaparotomi

Minilaparotomi dilakukan dalam masa interval. Sayatan dibuat di garis tengah di ats simfisis

sepanjang 3 cm sampai menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba dimasukan alat khusus

(elevator uterus) ke dalam kavum uteri. Dengan bantuan alat ini uterus bila dalam posisi

retrofleksi dijadikan letak antefleksi dahulu dan kemudian didorong kea rah lubang sayatan.

Kemudian, dilakukan penutupan tuba dengan salah satu cara.

3

Page 4: Sterilisasi Postpartum

Sumber: http://esterfebrinasijabat.blogspot.com

Laparoskopi

Mula-mula dipasang cunam serviks pada bibir depan porsio uteri, dengan maksud supaya dapat

menggerakkan uterus jika hal itu diperlukan pada waktu laparoskopi. Setelah dilakukan persiapan

seperlunya, dibuat sayatan kulit dibawah pusat sepanjang lebih 1 cm. kemudian, ditempat luka

tersebut dilakukan pungsi sampai rongga peritoneum dengan jarum khusus (jarum veres), dan

melalui jarum itu dibuat pneumoperitoneum dengan memasukan CO2 sebanyak 1 sampai 3 liter

dengan kecepatan kira-kira 1 liter per menit. Setelah pneumoperitoneum dirasa cukup, jarum

veres dikeluarkan dan sebagai gantinya dimasukan troika (dengan tabunya). Sesudah itu, troika

diangkat dan dimasukkan laparoskop melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan uterus dan

adneks, penderita diletakan dalam posisi Trendelenburg dan uterus digerakkan melalui cunam

serviks pada porsio uteri. Kemudian, dengan cunam yang masuk dalam rongga peritoneum

bersama-sama dengan laparoskop, tuba dijepit dan dilakukan penutupan tuba dengan kauterisasi,

atau dengan memasang cincin Yoon atau cincin Falope atau clip Hulka. Berhubung dengan

kemungkinan yang lebih besar pada kauterisasi, sekarang lebih banyak digunakan cara-cara lain.

4

Page 5: Sterilisasi Postpartum

Kuldoskopi

Wanita ditempatkan pada posisi menungging (posisi genupektoral) dan setelah speculum

dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus ditarik ke luar dan agak ke atas,

tampak kavum Douglasi mekar di antara ligamentum sakro-uterinum kanan dan kiri sebagi tanda

bahwa tidak ada perlekatan. Dilakukan pungsi dengan jarum Touhy di belakang uterus, dan

melalui jarum tersebut udara masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum

diangkat, lubang diperbesar, sehingga dapat dimasukkan kuldoskop. Melalui kuldoskop

dilakukan pengamatan adneksa dan dengan cunam khusus tuba dijepit dan ditarik ke luar untuk

dilakukan penutupannya dengan cara Pomeroy, cara kroener< akuterisasi, atau dengan

pemesangan cincing Falope.

Sumber: http://howshealth.com/what-is-pouch-of-douglas-fluid-and-endometriosis/

5

Page 6: Sterilisasi Postpartum

Cara penutupan tuba 3

Cara Madlener

Bagian tengah dari tuba diangkat dengan cunam Pean, sehingga terbentuk suatu lipatan terbuka.

Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu

diikat dengan benang yang tidak dapat serap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba.

Sekarang cara Madlener tidak dilakukan lagi oleh karena angka kegagalannya relative tinggi,

yaitu 1 % sampai 3 %.

Sumber: http://www.glowm.com/resources/glowm/cd/pages/v6/ch039/framesets/002f.html

Cara Pomeroy

Cara Pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah dari tuba

sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang yang dapat

diserap, tuba diatas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba

akhirnya terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0 – 0,4 %.

6

Page 7: Sterilisasi Postpartum

Sumber: http://www.glowm.com/resources/glowm/cd/pages/v6/ch039/framesets/001f.html

Cara Irving

Pada cara ini tuba dipotong anatar dua ikatan benang yang dapat diserap; ujung proksimal dari

tuba ditanamkan kedalam myometrium, sedangkan ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum

latum.

7

Page 8: Sterilisasi Postpartum

Sumber: http://www.glowm.com/resources/glowm/cd/pages/v6/ch039/framesets/003f.html

Cara Aldridge

Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal bersama-sama

dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.

8

Page 9: Sterilisasi Postpartum

Sumber: http://www.glowm.com/resources/glowm/cd/pages/v6/ch039/framesets/006f.html

Cara Uchida

Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (minilaparotomi) di atas

simfisis pubis. Kemudian di daerah ampulla tuba dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin

dalam air garam di bawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut

mengembang. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan

dari tuba sepanjang kira-kira 4 – 5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu

digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya dibawah serosa,

sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada di luar serosa. Luka sayatan dijahit secara

kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0 %.

9

Page 10: Sterilisasi Postpartum

Sumber: http://www.glowm.com/resources/glowm/cd/pages/v6/ch039/framesets/004f.html

Cara Kroener

Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutera

dibuat melalui bagian mesosalping di bawah fimbria. Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi

tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria

dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut.

Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah sanga kecilnya

kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19 %.

10

Page 11: Sterilisasi Postpartum

Sumber: http://www.glowm.com/resources/glowm/cd/pages/v6/ch039/framesets/005f.html

Komplikasi 2

Risiko komplikasi dengan minilaparotomy dan ligasi tuba, rendah. Seperti semua operasi,

ada beberapa risiko yang terkait dengan anestesi. Risiko ini umumnya rendah, tetapi semua

tergantung pada metode anestesi yang digunakan.

Beberapa komplikasi yang paling serius terjadi selama tindakan dilakukan. Seorang

pasien dengan riwayat operasi perut atau infeksi panggul mungkin memiliki risiko lebih besar

komplikasi pada saat dilakukan pembedahan dan mengakibatkan keseluruhan operasi lebih sulit.

Selain itu, traksi yang berlebihan pada tuba fallopi dapat menyebabkan robek mesosalpingeal

atau laserasi tuba menyebabkan perdarahan intra - abdominal. Sebelum memulai prosedur, ahli

bedah harus menilai tinggi fundus, memastikan adneksa dapat diakses. Hal ini akan membantu

dalam mengurangi risiko yang terkait dengan kesulitan dalam menemukan struktur.

11

Page 12: Sterilisasi Postpartum

Tingkat kegagalan harus didiskusikan dengan mempertimbangkan kondisi pasien

sterilisasi tuba postpartum. Sepertiga dari kegagalan dari prosedur ini akan mengakibatkan

kehamilan ektopik.

Meskipun banyak laporan awal mengatakan peningkatan gangguan menstruasi pada

wanita setelah ligasi tuba, namun analisis tersebut kemudian gagal untuk menunjukkan perbedaan

yang signifikan dalam pola menstruasi pada wanita disterilkan relatif terhadap perempuan

nonsterilized.

12

Page 13: Sterilisasi Postpartum

DAFTAR PUSTAKA

1. Setiabudi A. Tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang keluarga berencana dan

hubungannya dengan penerimaan sterilisasi tuba. Thesis. Semarang: Bagian Obstetri

Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2001.

2. O’Connell NG, Chelmow D. Postpartum tubal sterilization. Medscape, 2013.

Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1848524-overview#showall

3. Albar E. Kontrasepsi. Dalam: Wiknjosastro H. Ilmu kandungan. Ed.2. Jakarta: PT.

Bina pustaka sarwono prawirohardjo. 2009. H.564-72.

4. Anonim. Postpartum sterilization. The American College of Obstetricians and

Gynecologist, 2013. Available at:

https://www.acog.org/~/media/For%20Patients/faq052.pdf?

dmc=1&ts=20140530T0518351240

13