statistik deskriptif : data statistik · pdf filepertemuan ii dan iii) 2 data statistik_ig....
TRANSCRIPT
JURUSAN TERAPI WICARA POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2013
Statistik Deskriptif : Data Statistik
Dodiet Aditya Setyawan e-mail : [email protected] http://adityasetyawan.wordpress.com
(Pertemuan II dan III)
2 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
BBAABB IIII :: DDAATTAA SSTTAATTIISSTTIIKK
KOMPETENSI DASAR :
1. Mampu memahami pengertian data statistik, jenis dan skala ukur data
dalam statistik.
2. Mampu memahami teknik-teknik pengumpulan dan penyajian data
statistik dengan instrumen penelitian.
A. PENGERTIAN DATA
efinisi Data secara Etimologis merupakan bentuk jamak dari DATUM yang
berasal dari Bahasa Latin dan berarti "Sesuatu Yang Diberikan". Dalam
pengertian sehari-hari DATA dapat berarti Fakta dari suatu objek yang diamati,
yang dapat berupa angka-angka maupun kata-kata. Sedangkan jika dipandang
dari sisi Statistika, maka DATA merupakan Fakta-fakta yang akan digunakan
sebagai bahan penarikan kesimpulan. (Siswandari, 2009).
DATA merupakan Kumpulan fakta yang diperoleh dari suatu pengukuran. Suatu
pengambilan keputusan yang baik merupakan hasil dari penarikan kesimpulan
yang didasarkan pada Data/Fakta yang akurat. Untuk mendapatkan Data yang
akurat diperlukan suatu Alat Ukur atau yang disebut Instrumen yang baik. Alat
Ukur atau Instrumen yang baik adalah Alat Ukur/Instrumen yang VALID dan
RELIABEL. (Amin, dkk., 2009).
Selanjutnya, agar DATA dapat dianalisis dan ditafsirkan dengan Baik, maka harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Obyektif
Data yang diperoleh dari lapangan/hasil pengukuran, harus ditampilkan
dan dilaporkan apa adanya.
2. Relevan
Dalam mengumpulkan dan menampilkan Data harus sesuai dengan
permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti.
D
3 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
3. Up to Date (Sesuai Perkembangan)
Data tidak boleh usang atau ketinggalan jaman, karena itu harus selalu
menyesuaikan perkembangan.
4. Representatif
Data harus diperoleh dari sumber yang tepat dan dapat menggambarkan
kondisi senyatanya atau mewakili suatu kelompok tertentu atau populasi.
B. JENIS DATA
Menurut Jenisnya, DATA secara umum dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Data KUANTITATIF
Yaitu Data yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka atau jumlah dan dapat
diukur besar kecilnya serta bersifat obyektif sehingga dapat ditafsirkan sama
oleh orang lain.
Contoh : harga Buku Rp. 45.000, ; berat badan ; tinggi badan ; suhu tubuh, dsb.
2. Data KUALITATIF
Yaitu Data yang berhubungan dengan kategorisasi atau karakteristik dalam
bentuk Sifat (Bukan Angka) yang tidak dapat diukur besar kecilnya.
Contoh : Jenis kelamin, Bahasa, Pekerjaan, Pengetahuan, Sikap, dsb.
C. SKALA PENGUKURAN DATA
‘SKALA PENGUKURAN DATA’ = ‘SKALA DATA’ pada dasarnya dimaksudkan untuk
mengklasifikasikan Variabel yang akan diukur agar tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan teknik analisis data dan tahapan penelitian selanjutnya. ‘SKALA
PENGUKURAN DATA’ = ‘SKALA DATA’ dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Skala NOMINAL
Skala Nominal disebut juga SKALA KALSIFIKASI.
Skala Nominal Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau
Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala
Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang
lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu
lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain. Fungsi Bilangan atau Angka
dalam Skala Nominal HANYA sebagai SIMBOL untuk membedakan sebuah
4 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
karakteristik dengan karakteristik lainnya. Skala Nominal merupakan Skala
Kualitatif yang paling rendah tingkat pengukurannya dibandingkan skala –
skala yang lain, karena Skala ini Hanya Mampu MENGKLASIFIKASIKAN suatu
Variabel. Dengan Skala ini hanya dapat dikatakan SAMA atau TIDAK SAMA,
sehingga Tanda Matematis yang dapat diterapkan pada Skala ini hanyalah “ = “
dan “ ≠ “. Dan Skala Nominal TIDAK memiliki Nilai NOL ABSOLUT.
Misalnya :
Jenis Kelamin : dibedakan antara 1). Laki – laki ; 2). Perempuan
Pekerjaan : dapat dibedakan 1). Petani, 2). Pegawai, 3). Pedagang
Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
2. Skala ORDINAL
Skala ORDINAL merupakan skala yang didasarkan pada Ranking, yang
diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi ke jenjang terendah atau sebaliknya.
Sifat Skala Ordinal tidak hanya membedakan tetapi juga menunjuukan adanya
tingkatan. Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi
nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan
hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang
lain. Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke
variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah
nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain.
Skala Ordinal juga merupakan Skala Kualitatif seperti Skala Nominal, tetapi
tingkatannya lebih tinggi, karena dengan Skala ini selain dapat dibedakan
objek yang satu dengan yang lainnya, juga dapat Menentukan mana yang
LEBIH BESAR atau LEBIH KECIL, bahkan dapat diurutkan dari yang Paling
Rendah ke yang Paling Tinggi. Kalau dalam Skala Nominal semua Objek
dianggap sama tingkatannya, maka dalam Skala Ordinal ada JENJANG
TINGKATAN yang tidak sama, dan Tanda Matematis yang dapat dipakai pada
Skala Ordinal adalah “ = “ ; “ ≠ “ ; “ < “ dan “ > “
Contoh :
Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
5 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal
ini dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan
Stadium III lebih berat daripada Stadium II.
Kepangkatan dalam ABRI : Kopral, Sersan, Letnan, Kapten
Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan
keparahan itu.
Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak
Setuju. Dsb.
3. Skala INTERVAL
Skala Interval merupakan Skala yang menunjukkan jarak antara satu data
dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Skala Interval sudah
termasuk dalam Skala Kuantitatif dan dengan Skala ini, disamping dapat
Membedakan Satu Objek dengan yang lain, Menentukan mana yang Lebih
Besar dan Lebih Kecil, juga dapat menentukan Jarak (Interval) antara satu
objek dengan objek yang lain. Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang
batas variasi nilai satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya
dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan
antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat
diketahui secara pasti. Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat
dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih
Kecil..dsb); tetapi Nilai Mutlaknya TIDAK DAPAT DIBANDINGKAN secara
Matematis, oleh karena itu batas – batas Variasi Nilai pada Skala Interval
bersifat ARBRITER (ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut).
Contoh :
Temperature atau Suhu: sebagai skala interval, suhu 360Celcius jelas lebih
panas daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu
360 Celcius 1½ kali lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Alasannya :
Penentuan skala 00 Celcius Tidak Absolut (=00 Celcius tidak berarti Tidak
Ada Suhu/Temperatur sama sekali).
Tingkat Kecerdasan,
Waktu (menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun), dsb.
6 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
4. Skala RASIO
Skala Rasio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi
nilainya mempunyai batas yang tegas dan mutlak atau mempunyai nilai NOL
ABSOLUT. Skala Rasio merupakan Skala Kuantitatif yang tertinggi derajatnya,
semua sifat yang ada pada Skala Interval ada dalam Skala Rasio yang
membedakannya adalah adanya Nilai 0 Absolut atau Nilai 0 Sejati dalam Skala
Rasio, dimana “ 0 (NOL) “ berarti “TIDAK ADA”.
Misalnya :
Tinggi Badan : sebagai Skala Ratio, tinggi badan 180 Cm dapat
dikatakan mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal
ini JUGA dapat dikatakan Bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari
tinggi badan 120 Cm.
Denyut Nadi : Nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan Tidak Ada
Sama Sekali denyut nadinya.
Ukuran Berat
Jarak
Ukuran Panjang
Dosis Obat, dsb.
ari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal
berturut –turut memiliki nilai kuantitatif dari yang Paling Rinci ke yang
Kurang Rinci. Skala Ratio mempunyai sifat – sifat yang dimiliki Skala Interval,
Ordinal dan Nominal. Skala Interval memiliki ciri – ciri yang dimiliki Skala Ordinal
dan Nominal, sedangkan Skala Ordinal memiliki sifat yang dimiliki Skala Nominal.
Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya Transformasi
Skala Ratio dan Interval menjadi Ordinal atau Nominal. Transformasi ini dikenal
sebagai Data Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat
menerapkan metode statistik tertentu, terutama yang menghendaki skala data
dalam bentuk Ordinal atau Nominal. Sebaliknya, Skala Ordinal dan Nominal
TIDAK DAPAT diubah menjadi Interval atau Ratio. Skala Nominal yang diberi
label 0, 1 atau 2 dikenal sebagai Dummy Variable (Variabel Rekayasa). Misalnya :
Pemberian label 1 untuk laki – laki dan 2 untuk perempuan tidak mempunyai arti
DDD
7 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya kode). Dengan demikian, perempuan
tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak dari laki – laki. Pemberian label tersebut
dimaksudkan untuk mengubah kategori huruf (Alfabet) menjadi kategori Angka
(Numerik), sehingga memudahkan analisis data.
D. PENGUMPULAN DATA
Dalam proses pengumpulan Data Statistik, terdapat beberapa Prinsip yang harus
diperhatikan dalam Pengumpulan Data Statistik, antara lain :
1. Mengumpulkan Data selengkap-lengkapnya. (TIDAK sebanyak-
banyaknya).
2. Mempertimbangkan Ketepatan Data, meliputi :
Jenis data,
Waktu pengumpulan data,
Kegunaan data,
Relevansi data.
3. Kebenaran Data(data yang dapat dipercaya kebenarannya baik sumbernya
maupun data itu sendiri.
E. METODE dan INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Metode Pengumpulan Data adalah Teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Sedangkan Instrumen Pengumpulan
Data adalah Alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan
pengumpulan data agar menjadi lebih mudah dan sistematis. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian akan digunakan untuk menguji hipotesis atau
menjawab pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan, dan yang pada
akhirnya akan dipergunakan sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan atau
keputusan. Oleh karena itu, Data harus merupakan Data yang baik dan benar.
Agar Data yang dikumpulkan baik dan benar, maka Instrumen atau Alat Bantu
Pengumpulan Datanya juga harus Baik dan Benar.
8 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
Tabel Metode dan Instrumen Pengumpulan Data :
NO JENIS METODE JENIS INSTRUMEN
1 ANGKET (KUESIONER)
1. Angket (Kuesioner) 2. Daftar Cocok (Checklist) 3. Skala 4. Inventory
2 WAWANCARA (INTERVIEW)
1. Pedoman Wawancara (Interview Guide) 2. Daftar Cocok (Checklist)
3 PENGAMATAN/OBSERVASI (OBSERVATION)
1. Lembar Pengamatan 2. Panduan pengamatan 3. Panduan Observasi 4. Daftar Cocok (Checklist)
4 UJIAN (TEST) 1. Soal Ujian (Soal Tes)
2. Inventory
5 DOKUMENTASI 1. Daftar Cocok (Checklist) 2. Tabel
Sumber : Arikunto (1995) dalam Riduwan (2010)
Keterangan :
1. Angket / Kuesioner (Questionnaire)
Angket merupakan teknik mengumpulkan data melalui formulir yang berisi
pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada sekelompok
orang/responden untuk mendapatkan keterangan tentang masalah yang akan
diteliti. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pertanyaan
kuesioner/angket antara lain :
a) Siapkan dan rencanakan baik-baik segala seustu yag
diperlukan, seperti bahan-bahan, tenaga dan biaya.
b) Pertanyaan-pertanyaan harus singkat, jelas dan mudah
dimengerti.
c) Fokuskan pertanyaan-pertanyaan dengan obyek atau
masalah yang akan diteliti.
d) Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang pantas, sopan dan tidak
menyinggung perasaan calon responden.
9 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
Pada umumnya Angket/Kuesioner dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a) Angket Terbuka (angket tidak terstruktur)
Adalah angket yang disusun dalam bentuk sederhana sehingga responden
dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya.
Contoh :
Bagaimanakah pendapat Saudara tentang Pelayanan di Klinik “Y”.....?
Apakah Saudara pernah mengikuti pelatihan kader....?
Pendidikan apa saja yang pernah Bapak/Ibu ikuti ? Tuliskan dengan
sebenarnya pada daftar isian berikut :
No Tingkat Pendidikan Tempat Tahun Lulus
1.
2.
3.
4.
5.
b) Angket Tertutup (angket berstruktur)
Angket yang berisi pertanyaan yang disusun dengan menyediakan pilihan
jawaban sehingga responden dapat menjawab hanya dengan memilih salah
satu jawaban yang sesuai dengan dirinya.
Contoh :
Berapa jumlah anak Bapak/Ibu/Saudara ?
a. Tidak punya
b. 1 orang
c. 2 orang
d. Lebih dari 2 orang
Apakah Ibu mengikuti program ASI Eksklusif ?
a. Ya b. Tidak
Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah program beasiswa perlu
dilestarikan ?
a) Ya b) Tidak.
10 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
2. Wawancara
Adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh
informasi langsung dari sumbernya dengan cara dialog secara lisan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi Arus Informasi dalam wawancara adalah :
a) Pewawancara
Petugas pengumpul informasi yang diharapkan dapat menyampaikan
pertanyaan dengan jelas dan membuat responden mau menjawab
semua pertanyaan dengan benar serta mencatat semua informasi yang
dibutuhkan.
b) Responden
Pemberi informasi yang diharapkan dapat menjawab semua
pertanyaan dengan jelas dan lengkap.
c) Pedoman Wawancara
Uraian penelitian yang dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan
agar proses wawancara dapat berjalan dengan lancar.
d) Situasi Wawancara
Hal-hal yang berhubungan dengan Waktu dan Tempat wawancara.
Waktu dan tempat wawancara yang tidak tepat dapat menjadikan
proses wawancara tidak berjalan dengan baik.
Secara teknis, Wawancara dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a) Wawancara Bebas/ Tidak Terstruktur (High Degree of Flexibility =
Unstructured).
Pada wawancara seperti ini, pewawancara tidak menggunakan
pedoman wawancara, sehingga tidak ada alat bantu dalam wawancara.
Kemungkinan menyebabkan arah wawancara menjadi tidak fokus dan
melebar kemana-mana, kecuali pewawancara sudah sangat
berpengalaman dan memahami betulu tujuan wawancara sesuai
dengan tujuan penelitiannya.
b) Wawancara Terpimpin/ Terstruktur (Low Degree of Flexibility =
Structured).
Wawancara dilakukan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan dalam
pedoman wawancara atau kuesioner yang telah disusun sebelumnya.
11 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
Dengan cara seperti ini, hasil wawancara akan lebih cermat dan lebih
terarah.
3. Pengamatan (Observasi)
Merupakan tindakan pemusatan perhatian secara langsung terhadap gejala
nyata dari objek penelitian yang sedang diamati. Alat bantu yang biasa
digunakan untuk Observasi dapat berupa Checklist atau Daftar Cek, yaitu :
Suatu Daftar yang berisi tentang subjek dan gejala-gejala yang harus diamati
beserta penilaiannya.
Contoh :
No Pernyataan Jawaban
SS S TS STS 1 Administrasi akademik akan dilaksanakan
dengan menggunakan Teknologi Informasi √
2 Mahasiswa yang berprestasi akan diberikan beasiswa
√
3 Dst.
4. Tes
Tes sebagai instrumen pengumpulan data merupakan serangkaian pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok. Bentuk-bentuk Tes sebagai instrumen pengumpul data antara
lain : Tes Kepribadian, Tes Bakat, Tes Prestasi, Tes Inteligensi dan Tes Sikap.
5. Dokumentasi
Dalam upaya untuk mengumpulkan data dengan cara Dokumentasi, peneliti
melakukan penelusuran terhadap berbagai macam dokumen seperti buku,
notulen, catatan riwayat perkembangan pasien atau catatan rekam medik
pasien, peraturan-peraturan, catatan harian dan sumber informasi lain yang
sesuai dengan kebutuhan data penelitian. Hasil dari proses pengumpulan data
dengan cara Dokumentasi ini biasanya dicatat dalam bentuk Checklist.
12 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
F. PENYAJIAN DATA
Data populasi atau sample yang sudah terkumpul selanjutnya diatur, disusun dan
disajikan dalam bentuk yang jelas dan komunikatif. Secara umum terdapat
beberapa cara penyajian data statistik, yaitu dengan menggunakan Narasi, Tabel,
Grafik dan Diagram. Cara-cara penyajian Data Statistik tersebut secara skematik
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar : Cara Penyajian Data
1. TABEL
a) Tabel Biasa
Penyajian data statistik ataupun data hasil penelitian dengan
menggunakan tabel lebih efisien dan komunikatif, sehingga banyak
digunakan. Setiap tabel berisi Judul Tabel, Judul Tiap Kolom, Nilai Data
dalam Setiap Kolom, dan Sumber Data dari mana data tersebut diperoleh.
Contoh :
PENYAJIAN DATA
TABEL
1. Biasa
2. Distribusi Frekuensi
3. Tabel Silang (Cross tab)
DIAGRAM
1. Batang 2. Garis 3. Lingkaran 4. Pencar 5. dsb.
GRAFIK
1. Histogram
2. Poligon Frekuensi
13 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
TABEL2.1
TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK DI DESA ‘X’
No Jenis
Kelamin Tingkat Pendidikan
Jumlah SD SMP SMA D-3 S-1 S-2
1 Laki-laki 30 25 30 15 10 2 112
2 Perempuan 25 20 20 20 20 4 109
Jumlah 55 45 50 35 30 6 221
Sumber Data : BPS Kabupaten ‘X’
b) Tabel Distribusi Frekuensi
Yaitu penyusunan suatu data dalam bentuk kelompok mulai dari yang
terkecil sampai ke yang terbesar berdasarkan kelas-kelas interval atau
kategori tertentu. Tabel Distribusi Frekuensi disusun bila jumlah data yang
akan disajikan cukup banyak sehingga tidak akan efektif dan kurang
komunikatif bila disajikan dengan tabel biasa. (scr Khusus akan dibahas
di BAB III. DISTRIBUSI FREKUENSI).
Contoh Tabel Distribusi Frekuensi
TABEL 2.1
DISTRIBUSI FREKUENSI PEGAWAI MENURUT UMUR DI PT ‘X’
Umur Frekuensi 20 – 25 tahun 26 – 30 tahun 31 – 35 tahun 36 – 40 tahun 41 – 45 tahun 46 – 50 tahun 51 – 55 tahun
20 10 30 20 50 10 10
JUMLAH 150
c) Tabel Silang (Cross Tabulation)
Merupakan Tabel Distribusi Frekuensi yang disajikan dengan dua variabel
atau lebihsekaligus dalam satu tabel.
Contoh :
14 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
Tabel 2.1 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu dan
Tingkat Pengetahuan tentang Autis pada Anak
Tingkat Pendidikan Pengetahuan tentang Autis pada Anak
Baik Tidak Baik n % n %
SD 0 0 15 50 SMP 5 16,7 10 33,3 SMA 10 33,3 5 16,7 Perguruan Tinggi 15 50 0 0
JUMLAH 30 100 30 100
2. GRAFIK
Grafik adalah lukisan pasang surutnya suatu keadaan (turun naiknya hasil
statistik) dengan garis atau gambar.
a) Histogram (Batang)
b) Poligon (Garis)
0
5
10
15
20
25
60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-100
Axi
s Ti
tle
Axis Title
frekuensi
0
5
10
15
20
25
60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-100
frekuensi
15 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
3. DIAGRAM
Merupakan gambaran untuk memperlihatkan atau menerangkan sesuatu data
yang akan disajikan.
Contoh macam-macam penyajian data dengan Diagram :
Diagram Batang (Bar Chart)
Diagram Lingkaran (Pie Chart)
Diagram Garis (Line Chart)
0
50
100
150
SD SMP SMA PT
Jumlah
Tingkat Pendidikan
Distribusi Pendidikan Responden
SD
SMP
SMA
PT
58
76123
35
Distribusi Pendidikan Responden
SD
SMP
SMA
PT
0
100
200
SD SMP SMA PT
58 76123
35
Jumlah
Tingkat Pendidikan
Distribusi Pendidikan Responden
16 Data Statistik_Ig. Dodiet Aditya Setyawan Jurusan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta
DAFTAR PUSTAKA
1 Amin.I., Aswin.A., Fajar.I., Isnaeni, Iwan.S., Pudjirahaju.A., Sunindya.R..
2009. Statistika untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta. Graha Ilmu.
2 Dahlan.S.M.2012.Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta.
Salemba Medika.
3 Hadi.S. 2001. Metodologi Research. Jilid 3. Yogyakarta. Andi Offset.
4 Hadi.S. 2002. Statistik. Jilid 2. Yogyakarta. Andi Offset.
5 Hasibuan.A.A.,Supardi, Syah.D. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan.
Jakarta. Gaung Persada Press.
6 Heriyanto,A., Sandjaja. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta. Prestasi Pustaka
7 Riduwan.2010. Dasar-dasar Statistika. Bandung. Alfabeta.
8 Siswandari. 2009. Statistika (Komputer Based). Surakarta. LPP UNS dan
UNS Press.
9 Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.
10 Sugiyono.2009. Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung.
Alfabeta.