standarisasi larutan naoh 0,1 m dan penggunaannya dalam penentuan kadar asam cuka perdagangan

17
Laporan Praktikum Kimia Dasar II Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan Oleh: Kelompok : I (satu) Nama : Ardinal Nim : F1D113002 Prodi : Teknik Pertambangan

Upload: ardinal

Post on 28-Dec-2015

2.583 views

Category:

Documents


68 download

DESCRIPTION

laporan praktikum standarisasi larutan NaOH dalam penentuan kadar asam cuka perdagangan

TRANSCRIPT

Page 1: Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

Laporan Praktikum Kimia Dasar II

Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam

Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

Oleh:

Kelompok : I (satu)

Nama : Ardinal

Nim : F1D113002

Prodi : Teknik Pertambangan

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2014

Page 2: Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

Standarisasi Larutan 0,1 M dan Penggunaannya dalam

Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

I. Tujuan

1. Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat.

2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan.

II. Landasan Teori

Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion

hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa

untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan

sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa).

(Shochichah,2010).

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan

baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan

menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai

titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat

dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya

sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur

volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen

adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam

prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya merupakan titik akhir

teoritis atau titik akhir stoikiometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator

asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir

titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran)

akan menyebabkan perubahan warna indikator (Anonim,2009).

Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan

untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titik ekivalen

antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam tau basa

Page 3: Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan

disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa, pH larutan berubah

secara khas. pH berubah secara drastis bila volume titrasinya mencapai titik

ekivalen.

Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan

mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah

diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan

larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar)

adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan

konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).

(Shochichah,2010).

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi

telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan

warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik

dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan

larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna

pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis

dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu

diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi

sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. (Shochichah,2010).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric

adalah sebagai berikut :

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan

reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.

3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik

secara kimia maupun secara fisika.

4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau

fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.

Page 4: Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk

membakukan larutan standar misalnya arsen trioksida pada pembakuan larutan

iodium. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku

primer, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar, misalnya

larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.

Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan

dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer

sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara

stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai

“titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan,

kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan

tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer

maka kita bisa menghitung kadar titrant.

Cara Mengetahui Titik Ekuivalen.

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi

dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk

memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah

“titik ekuivalent”.

2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum

proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik

ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.

Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih

sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih

indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan

dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut

sebagai “titik akhir titrasi”.

Page 5: Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

III. Prosedur Kerja

III.1 alat dan bahan

1. Labu ukur 100 ml : 1 buah

2. Buret 50 ml : 2 buah

3. Erlenmeyer 100 mL : 3 buah

4. Erlenmeyer 150 mL : 2 buah

5. Pipet ukur 10 mL : 1 buah

6. Klem dan Standar

7. Batang pengadung : 1 buah

8. Gelas ukur 100 mL : 1 buah

9. Gelas ukur 50 mL : 1 buah

10. Kaca arloji : 1 buah

11. Pipet tetes : 5 buah

12. Spatula : 1 buah

III.2 skema kerja

a. penentuan molaritas NaOH

dimasukkan dalam labu ukur 100 mL

ditambah air suling hingga volume tepat 100 mL

dituang kedalam buret

dimasukkan ke dalam erlenmeyer

ditambah 10 mL air suling dan 1-2 tetes indikator PP

dititrasi dengan larutan asam oksalat

1,26 g asam oksalat

10 mL larutan NaOH

Hasil

Hasil

Page 6: Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

b. Penetapan kadar asam cuka perdagangan

Diambil dengan pipet tetes

Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL

Diencerkan hingga volume 100 mL

Dimasukkan 10 mL larutan encer

Dimasukkan kedalam erlenmeyer ukuran 125 mL

Ditambah 2 tetes indikator pp

Dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan warna

Titrasi dilakukan 3 kali

10 mL larutan cuka perdagangan

Hasil

Page 7: Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

IV. Hasil dan Pembahasan

IV.1 Data Pengamatan dan Perhitungan

Pengamatan 1

Titrasi I Titrasi II Vrata-rata

V NaOH 10 Ml 10 mL 10 mL

V H2C2O4.2H2O 22 mL 21,5 mL 21,75 mL

Pengamatan 2

Merk asam cuka yang dipakai : ………………..

Titrasi I Titrasi II

Skala awal buret 50 mL 50 mL

Skala akhir buret 25,7 mL 16,5 mL

Vol. NaOH (mL) 24,3 mL 33,5 mL

Volume rata-rata NaOH yang digunakan : 24,3+33,5

2 = 28,9 mL

Page 8: Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

perhitungan

A. Penentuan Molaritas NaOH

Diketahui: G = gr = 1,26 gram

V pelarut = 100 mL

Mr NaOH = 40

Ditanya : M NaOH = ...?

Jawab : gr = V .M .BM

1000

= V .M .Mr

1000

M = grMr

1000v

= 1,26 .1000

40 .100

M = 0,3 M

Jadi, konsentrasi NaOH adalah 0,3 M

B. Penetapan kadar asam cuka perdagangan

Diketahui: G = 10 mL

V pelarut = 100 mL

Mr CH3COOH = 60

Ditanya : konsentrasi CH3COOH = ...?

Jawab : gr = V .M .BM

1000

= V .M .Mr

1000

M = grMr

1000v

= 10 .100060 .100

M = 1,67 M

Jadi, konsentrasi NaOH adalah 1,67 M

N C2H2O4 = mol . valensi

= grMr

1000v

x 1

= 0,3

Voksalat . N oksalat = VNaOH . N NaOH

1,26 . 0,3 = 10 . NNaOH

NNaOH = 1,26 .0,3

10

Page 9: Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

NNaOH = 0,04

IV.2 Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan analisa kuantitatif untuk menstandarisasi larutan

baku sekunder dengan larutan baku. dimana pada percobaan kali ini larutan baku

yang digunakan adalah NaOH (natrium hidroksida) dan larutan baku primer

C2H2O4 (asam oksalat).

Sebelum digunakan untuk mentitrasi asam cuka, larutan NaOH distandarisasi

terlebih dahulu karena NaOH merupakan zat yang mudah terkontaminasi, bersifat

higroskopis sehingga mudah menarik uap air dari udara dan juga mudah bereaksi

dengan CO2 dalam udara. Dengan demikian apabila menggunakan NaOH sebagai

pereaksi dalam suatu titrasi maka zat tersebut harus distandarisasi sebelumnya.

Untuk menstandarisasi larutan NaOH ini digunakan 21,75 ml larutan asam

oksalat, larutan ini digunakan sebagai larutan standar primer karena larutan ini

tidak bersifat higroskopis dan memiliki berat ekuivalen yang tinggi sehingga

dapat mengurangi kesalahan dalam penimbangan zat.

Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan titrasi menggunakan 2 tetes

indikator fenolftalein. Pemilihan indikator felnolftalein karena pada standarisasi

ini merupakan titrasi asam lemah (C2H2O4) dan basa kuat (NaOH) sehingga titik

ekivalennya diatas 7 dan berada pada trayek indikator fenolftalein.

Pada standarisasi ini NaOH digunakan sebagai titran sementara asam

oksalatnya sebagai titrat karena mengingat indikator yang digunakan adalah

fenolftalein sehingga ketika PP ditambahkan pada asam oksalat, akan

menunjukkan warna bening. Ketika pada titik ekivalen, akan terjadi perubahan

dari bening menjadi merah muda. Jika asam oksalat yang digunakan sebagai titran

dan NaOH sebagai titrat maka akan terjadi perubahan warna dari merah muda ke

Page 10: Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

bening. Pada dasarnya, perubahan warna dari bening ke merah muda lebih mudah

diamati daripada perubahan warna dari merah muda ke bening. Setelah terjadi

perubahan warna untuk yang pertama kali, titrasi langsung dihentikan dan NaOH

yang berkurang langsung dicatat. NaOH yang berkurang pada percobaan kali ini

adalah 10 mL, sehingga konsentrasi NaOH dapat diketahui sebesar 3,14 M.

Selanjutnya dilakukan penetapan asam cuka perdagangan untuk mengetahui

apakah kadar yang tertera pada etiket cuka perdagangan sudah sesuai dengan

kadar yang sebenarnya. Analisis dilakukan secara alkalimetri yaitu dengan cara

menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan baku NaOH.

Untuk menganalisis asam cuka dalam cuka perdagangan dapat dilakukan

dengan titrasi netralisasi. Titrasi ini merupakan titrasi alkalimetri, proses titrasi

dengan larutan standar basa untuk mentitrasi asam bebas.

Setelah kita mengetahui normalitas dari larutan NaOH, maka dilakukan

langkah selanjutnya yaitu menetapkan kadar asam cuka perdagangan dengan cara

mengambil 10 ml asam cuka perdagangan dengan pipet ukur, lalu dimasukkan ke

dalam labu ukur berkapasitas 100 mL dan diencerkan hingga volume 100 mL.

Kemudian diambil 10 mL dari larutan tersebut dan dimasukkan kedalam

erlenmeyer ukuran 125 mL, kemudian ditambah dengan 2 tetes indikator PP.

Larutan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan baku NaOH hingga diperoleh

perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah jambu. Bila sudah terjadi

perubahan warna tersebut maka titrasi langsung dihentikan dan catat volume

NaOH yang digunakan, percobaan dilakukan dua kali untuk mendapatkan angka

rata-rata NaOH yang digunakan. Vrata-rata NaOH yang digunakan pada dua kali

percobaan penetapan kadar asam cuka perdagangan adalah sebesar 28,9 ml,

sehingga konsentrasi asam cuka perdagangan (CH3COOH) dapat diketahui

sebesar 16,67 M.

Angka konsentrasi asam cuka perdagangan sangatlah besar dan dirasa tidak

mungkin, kemungkinan terjadi kesalahan pada saat kami melakukan pengukuran

volume air yang ditambahkan pada saat standarisasi.

Page 11: Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

V. Kesimpulan dan Saran

V.1kesimpulan

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan

menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya

dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai

contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,

titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi

kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan

lain sebagainya.

Proses titrasi termasuk asidi-alkalimetri membutuhkan larutan baku dalam

metodenya. Larutan baku haruslah distandardisasi terlebih dahulu untuk

menentukan konsentrasi yang tepat dari calon larutan baku. Ada pula larutan baku

primer, yakni larutan yang dibuat dari bahan baku primer. Bahan baku primer

merupakan suatu bahan yang konsentrasi larutannya dapat langsung ditentukan

dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume bahan yang terjadi.

V.2Saran

Dalam praktikum ini sudah berjalan baik tapi alangkah lebih baik jika ada

beberapa alat yang digunakan untuk praktikum yang belum lengkap untuk

dilengkapi.

Page 12: Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

Daftar pustaka

Indratmoko, Septiana dan Taufan Ratri Harjanto. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Farmasi II, Cilacap : STIKES Al-Irsyad Al-Islaimyyah

Purba, Michael 1995. Ilmu Kimia untuk SMU Kelas 2 Jilid 2A. Jakarta : Erlangga.

Sutresna, Nana. 2003. Pintar Kimia Jilid 3 untuk SMU Kelas 3. Jakarta : Ganeca Exact

Pudjaatmaka, Hadyana.1989. KIMIA UNTUK UNIVERSITAS.ERLANGGA: Jakarta.

Soma, Wayan. 2004. Panduan Belajar Kimia Kelas XI semester 2 Program IlmuPengetahuan Alam. Singaraja. Anonim, 2009