laporan asam cuka

47
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang dalam pembelajarannya sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan ilmu kimia dibangun dengan metode ilmiah. Melalui tahapan metode ilmiah, maka diperoleh produk-produk ilmiah ilmu kimia, seperti konsep, prinsip, aturan, hukum, dan teori. Dengan demikian ilmu kimia mencakup pengertian kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Konsekuensi dari kedua cakupan di atas, maka dalam mempelajari ilmu kimia seharusnya siswa tidak hanya disuguhi dengan produk-produk ilmiah tersebut, tetapi harus diarahkan untuk melakukan proses penemuan produk ilmiah sehingga mereka memiliki keterampilan dan sikap seperti yang dimiliki oleh para ilmuwan ketika menemukan / mengembangkan produk ilmiah tersebut. Oleh karena itu proses pembelajaran ilmu kimia harus diusahakan meng-arah kepada kegiatan yang mendorong mahasiswa belajar lebih aktif, baik secara fisik, sosial, maupun psikis dalam memahami konsep. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai, yaitu pendekatan keterampilan proses (Conny Semiawan, dkk, 1986 : 16). Pendekatan ini menekankan 1

Upload: ade-vianis-plester

Post on 12-Aug-2015

117 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kfkdk

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Asam Cuka

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Ilmu Kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang

dalam pembelajarannya sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum

maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan ilmu kimia dibangun

dengan metode ilmiah. Melalui tahapan metode ilmiah, maka diperoleh produk-

produk ilmiah ilmu kimia, seperti konsep, prinsip, aturan, hukum, dan teori.

Dengan demikian ilmu kimia mencakup pengertian kimia sebagai produk dan

kimia sebagai proses.

Konsekuensi dari kedua cakupan di atas, maka dalam mempelajari ilmu

kimia seharusnya siswa tidak hanya disuguhi dengan produk-produk ilmiah

tersebut, tetapi harus diarahkan untuk melakukan proses penemuan produk ilmiah

sehingga mereka memiliki keterampilan dan sikap seperti yang dimiliki oleh para

ilmuwan ketika menemukan / mengembangkan produk ilmiah tersebut.

Oleh karena itu proses pembelajaran ilmu kimia harus diusahakan meng-

arah kepada kegiatan yang mendorong mahasiswa belajar lebih aktif, baik secara

fisik, sosial, maupun psikis dalam memahami konsep. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan guru adalah dengan menerapkan suatu pendekatan pembelajaran

yang sesuai, yaitu pendekatan keterampilan proses (Conny Semiawan, dkk, 1986 :

16). Pendekatan ini menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh

pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya.

Metode praktikum adalah salah satu bentuk pendekatan keterampilan

proses. Bagi siswa SMA diadakannya praktikum selain dapat melatih bagaimana

penggunaan alat dan bahan kimia yang tepat, juga membantu pemahaman siswa

terhadap materi kimia yang diajarkan di kelas. Selain itu, bagi siswa yang

1

Page 2: Laporan Asam Cuka

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, maka melalui praktikum mereka

dapat memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya secara nyata.

Namun demikian tidak semua SMA memiliki laboratorium yang memadai,

sehingga tidak semua konsep yang diajarkan diikuti praktikum di laboratorium.

Salah satu materi pokok kimia yang ada di kelas XI pada Kurikulum Kimia 2004

adalah Reaksi Netralisasi dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai

“melakukan titrasi asam-basa untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau

basa”. Untuk melaksanakan praktikum yang berkaitan dengan materi pokok ini

diperlukan seperangkat alat dan bahan untuk titrasi. Salah satu bahan yang

diperlukan adalah indikator asam-basa yang digunakan untuk menentukan titik

akhir titrasi (titik ekivalensi), yaitu penunjuk bahwa antara asam dan basa tersebut

sudah ekivalen jumlahnya. Indikator yang digunakan untuk keperluan titrasi ini

biasanya memiliki harga kisaran pH yang disebut dengan trayek pH.

Salah satu indikator yang biasa digunakan dalam titrasi asam kuat oleh

basa kuat atau titrasi yang mempunyai titik ekivalen pada pH lebih dari 7 adalah

fenolptalin (pp) yang memiliki trayek pH antara 8,0 – 9,6. Namun jika sekolah

tidak memiliki indikator pp tidak berarti praktikum titrasi asam-basa tidak dapat

dilaksanakan, karena sebenarnya kita dapat membuat indikator sendiri dengan

bahan dasar yang dapat diperoleh di sekitar kita. Indikator yang demikian disebut

indikator alami.

Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna, misalnya

kelopak bunga sepatu, daun kubis ungu ungu, daun rhoeo discolor, bunga bou-

genvil, daun bayam merah, kayu secang, dan kunyit. Sebenarnya hampir semua

tumbuhan berwarna dapat dipakai sebagai indikator tetapi kadang-kadang

perubahan warnanya tidak jelas. Oleh karena indikator alami daun kubis ungu

ungu memiliki warna spesifik dalam suasana asam maupun basa, maka tentunya

dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan titik akhir titrasi. Pada

penelitian ini akan dilihat ketepatan dan kecermatan berbagai indikator alami,

yaitu daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang sebagai indikator

dalam menentukan kadar asam cuka dengan pembanding indikator pp. Bila

ternyata semua indikator alami tersebut memiliki ketepatan dan kecermatan yang

2

Page 3: Laporan Asam Cuka

tinggi, maka dapat digunakan sebagai indikator alternatif pengganti indikator pp

yang biasa digunakan dalam praktikum titrasi asam-basa di SMA.

B. PEMBATASAN MASALAH

Mengingat luasnya permasalahan dan untuk menghindari kesalahan

persepsi, maka penelitian ini dibatasi pada :

1. Kadar asam cuka ditentukan dengan titrasi asam-basa, sebagai titran

adalah basa (NaOH) yang telah distandardisasi dengan larutan asam oksalat

(H2C2O4)

2. Asam cuka yang digunakan untuk uji coba ketepatan dan kecermatan

sudah ditentukan kadarnya secara tepat, yaitu 5% v/v.

3. Indikator alami yang akan diuji ketepatan dan kecermatannya dalam

penen-tuan kadar asam cuka, yaitu daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan

kayu secang.

4. Baik tidaknya indikator alami sebagai penentu titik akhir titrasi asam-basa

ditentukan dengan cara menentukan kecermatan dan ketepatan hasil pengu-

kuran. Indikator pembanding yang digunakan adalah pp.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahan

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ketiga indikator alami tepat digunakan dalam penentuan kadar

asam cuka ?

2. Apakah ketiga indikator alami cermat digunakan dalam penentuan kadar

asam cuka ?

3. Adakah perbedaan kadar asam cuka hasil pengukuran secara titrasi asam-

basa antara yang menggunakan ketiga indikator alami dengan indikator pp ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. tepat tidaknya ketiga indikator alami digunakan dalam penentuan kadar asam

cuka.

3

Page 4: Laporan Asam Cuka

2. cermat tidaknya ketiga indikator alami digunakan dalam penentuan kadar asam

cuka.

3. ada tidaknya perbedaan kadar asam cuka hasil pengukuran secara titrasi asam-

basa antara yang menggunakan ketiga indikator alami dengan indikator pp.

E. KEGUNAAN PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi guru-guru kimia SMA

dalam memperkenalkan indikator alami dan manfaatnya dalam pelaksanaan

praktikum, khususnya pada materi titrasi asam-basa. Selain itu, diharapkan guru

mampu mencari dan mengembangkan sendiri jenis-jenis bahan alami yang

terdapat di sekitarnya sehingga mudah diperoleh untuk dapat digunakan sebagai

indikator alami.

4

Page 5: Laporan Asam Cuka

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. TITRASI ASAM-BASA

Titrasi adalah penentuan konsentrasi suatu larutan (misal larutan A)

berdasarkan reaksinya dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya

(misal larutan B). Untuk mengetahui banyaknya volum larutan B yang tepat dapat

bereaksi dengan larutan A (disebut titik ekivalen), maka digunakan indikator

tertentu yang dapat menandai titik akhir titrasinya. Salah satunya indikator pp,

yang ketika digunakan dapat menandai titik ekivalen ketika larutan berubah warna

menjadi pink atau sebaliknya. Dengan titrasi dapat ditentukan konsentrasi dalam

larutan analit yang dicari.

Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu cara analisis kuantitatif

volumetrik berdasarkan reaksi asam-basa secara titrasi. Kedua analisis tersebut

dibedakan pada larutan standar yang digunakan. Asidimetri merupakan penentuan

konsentrasi / kadar suatu larutan basa dengan larutan standar yang digunakan

asam, sebaliknya alkalimetri merupakan penentuan konsentrasi / kadar suatu

larutan asam dengan larutan standar yang digunakan basa.

Titrasi asam asetat atau asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium

hidroksida (NaOH) sebagai larutan standar akan menghasilkan garam CH3COONa

yang berasal dari sisa asam lemah dan basa kuat yang kemudian terhidrolisis.

Reaksi hidrolisis ini merupakan reaksi keseimbangan yang dapat ditulis sebagai

berikut :

CH3COOH (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + H2O (l)

Pada titrasi ini sebagian asam asetat (asam cuka) dan basanya akan tinggal

dalam larutan. Saat titik ekivalen (titik akhir titrasi) terjadi, banyaknya asam asetat

(asam cuka) dan NaOH bebas adalah sama, tetapi karena asam asetat termasuk

elektrolit lemah maka ion H+ yang dibebaskan sangat sedikit, dan akan lebih

banyak tinggal sebagai molekul CH3COOH. Sedangkan basa bebasnya (NaOH)

5

Page 6: Laporan Asam Cuka

merupakan elektrolit kuat yang hampir terionisasi sempurna, membebaskan ion

hidroksil (OH-) dalam larutan. Hal ini mengakibatkan titrasi akan berakhir pada pH

di atas 7.

Adanya asam dan basa yang bersifat kuat dan lemah menyebabkan garam

yang dihasilkan dari reaksi netralisasi tidak selalu bersifat netral (pH 7), tetapi

tergantung pada sifat asal dari asam dan basa yang membentuk garam. Hanya

garam yang berasal dari asam dan basa kuat yang dapat menghasilkan garam yang

bersifat netral. Bila garam terbentuk dari asam kuat dan basa lemah, maka garam

yang dihasilkan bersifat asam, dan sebaliknya (J. Basset, 1978 : 236-247).

B. INDIKATOR ASAM - BASA

Indikator asam basa adalah zat-zat warna yang warnanya bergantung pada

pH larutan, atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa, dan netral. Sebagai

contoh kertas lakmus merah atau biru, berwarna merah dalam larutan yang pHnya

lebih kecil dari 5,5 dan berwarna biru dalam larutan yang pHnya lebih besar dari

8. Dalam larutan yang pHnya 5,5 sampai 8 warna lakmus adalah kombinasi warna

merah dan biru. Batas-batas pH dimana indikator mengalami perubahan warna

disebut trayek indikator. Jadi, trayek indikator lakmus adalah 5,5 – 8. Trayek

dari berbagai indikator asam-basa yang lain ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Perubahan Warna dan Trayek pH dari Berbagai Indikator

Nama Indikator Interval pH Perubahan WarnaMetil ungu (mu) 0 – 2 Kuning – unguMetil kuning (mk) 1,0 – 2,3 Merah – kuningMetil jingga (mj) 2,9 – 4,0 Merah – kuningMetil merah (mm) 4,2 – 6,3 Merah – kuningBrom timol biru 6,0 – 7,6 Kuning – biruTimol biru 8,0 – 9,6 Kuning – biruPhenolptialin (pp) 8,3 - 10 Tidak berwarna – daduAlizarin kuning G 10,1 – 12,0 Kuning - merah

Mengapa warna indikator itu tergantung pada pH larutannya ? Indikator

asam-basa adalah asam atau basa organik yang lemah yang memiliki warna

berbeda dalam bentuk molekul dan dalam bentuk terion. Sebagai contoh, phenol

6

Page 7: Laporan Asam Cuka

ptialin (pp) adalah suatu asam lemah yang dalam bentuk molekul tidak berwarna

dan dalam bentuk terion berwarna merah. Dalam air pp bereaksi sebagai berikut :

Hind (aq) + H2O (l) Ind- (aq) + H3O+ (aq)

tidak berwarna merah

Hind adalah untuk melambangkan molekul indikator, sedangkan Ind-

untuk ion indikator. Pada penambahan asam, reaksi kesetimbangan di atas akan

bergeser ke kiri dan warna akan memudar (menjadi tidak berwarna). Sebaliknya

pada penambahan basa, reaksi kesetimbangan bergeser ke kanan dan warna akan

makin merah.

Kekuatan asam atau basa dinyatakan dengan derajat keasaman,

dilambangkan dengan pH. Asam yang makin kuat memiliki pH yang makin kecil,

sedangkan basa yang makin kuat memiliki pH yang makin besar. Untuk

mengukur besarnya pH suatu larutan secara tepat dipakai alat pH meter, tetapi bila

pengukuran pH tidak menuntut ketepatan yang tinggi dapat menggunakan

indikator universal, atau kertas pH. Peralatan pengukur pH ini bekerja pada

rentangan antara 1 – 14. Larutan netral memiliki pH 7, sedangkan larutan asam

memiliki pH < 7 dan basa memiliki pH >7.

Berbagai macam indikator dapat digunakan sebagai penunjuk asam, basa,

atau garam. Berikut ini satu-persatu akan diuraikan macam-macam indikator

dengan berbagai kekhasannya.

1. Kertas Lakmus

Ada 2 macam kertas lakmus, yaitu merah dan biru. Kertas lakmus biru

biasanya digunakan untuk menunjukkan asam, yaitu jika dicelupkan dalam larutan

dan ternyata berubah menjadi warna merah, berarti larutan tersebut bersifat asam.

Sebaliknya jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam suatu larutan dan warna

kertas berubah menjadi biru, berarti larutan tersebut bersifat basa. Jika kertas

lakmus merah atau biru dicelupkan ke dalam suatu larutan dan ternyata kedua

kertas tidak mengalami perubahan warna, berarti larutan tersebut bersifat netral.

Bila di sekolah tidak memiliki dua-duanya, maka salah satu yang dimiliki

sudah cukup digunakan untuk mengidentifikasi sifat asam dan basa suatu larutan.

Dengan kertas lakmus merah saja, kita dapat mengetahui larutan yang bersifat

7

Page 8: Laporan Asam Cuka

asam, yaitu bila warna tidak berubah, basa bila berubah menjadi biru. Namun

untuk larutan yang bersifat netral agak sulit untuk menyimpulkannya, karena

dengan kertas lakmus merah warnanya akan tetap, padahal untuk larutan asam

juga demikian. Untuk mengetahui sifat netral diperlukan dua kertas lakmus

(merah dan biru), dimana dengan keduanya larutan netral tidak dapat mengubah

warnanya, artinya merah tetap merah dan biru tetap biru.

Gambar 1. Indikator Kertas Lakmus Merah dan Biru

2. Larutan Indikator

Beberapa contoh larutan indikator antara lain adalah fenolptalin (pp) yang

memberikan warna pink dalam lingkungan basa dan tidak berwarna dalam

lingkungan asam, dan metil orange (mo) yang memberikan warna merah dalam

lingkungan asam dan kuning dalam lingkungan basa. Perubahan warna indikator

ini terjadi dalam rentangan pH tertentu yang disebut trayek pH. Sebagai contoh,

indikator pp memiliki trayek pH : 8,0 – 9,6, dan indikator mo memiliki trayek

pH : 3,1 – 4,4 (Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A, 1998 : 229)

8

Page 9: Laporan Asam Cuka

Gambar 2. Beberapa macam larutan indikator asam basa dengan warna-warnanya pada derajat keasaman 1 sampai 11

3. Indikator Universal

Indikator ini dapat berupa kertas, tetapi ada juga yang berupa larutan, yang

dapat menunjukkan harga jangkauan pH suatu larutan yang lebar. Jika kertas

indikator ini dicelupkan ke dalam larutan akan memberikan warna tertentu yang

kemudian dibandingkan dengan warna standar yang tertera dalam wadahnya

untuk mengetahui pH larutan yang sebenarnya.

Gambar 3. Indikator pH Universal

C. INDIKATOR ALAMI

Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna, misalnya

kelopak bunga sepatu, daun kubis ungu, daun bayam merah, kayu secang, dan

kunyit. Sebenarnya hampir semua tumbuhan berwarna dapat dipakai sebagai indi-

kator tetapi terkadang perubahan warnanya tidak jelas. Oleh karena itu hanya

beberapa saja yang sering dipakai, misalnya daun kubis ungu yang memberikan

warna merah dan hijau, daun bayam merah yang memberikan warna merah dan

kuning.

Beberapa indikator alami tersebut dapat dibuat secara cepat, mudah, dan

sederhana. Namun dalam bentuk larutan ia tidak tahan lama, mudah rusak, dan

menimbulkan bau yang tidak sedap. Untuk mengatasi hal itu kita dapat membuat-

nya dalam bentuk indikator kertas, yaitu dengan melarutkan bahan indikator alami

dalam alkohol setelah sebelumnya dikeringkan, kemudian kertas saring yang telah

dibentuk seperti kertas pH Universal (ukuran ½ x 5 cm) kita celupkan satu-persatu

dan dibiarkan kering di udara. Kertas indikator alami ini akan bertahan lama bila

disimpan di plastik yang tertutup.

9

Page 10: Laporan Asam Cuka

Berikut ini adalah beberapa contoh indikator alami yang dapat diperoleh

dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

1. Daun Kubis Ungu (Brassica oleracea L.)

Daun kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi

masyarakat kita. Namun daun kubis ungu merupakan jenis yang tidak banyak

dikonsumsi, selain jenisnya yang langka juga tidak semua orang menyukainya

karena rasanya sedikit berbeda dengan daun kubis biasa yang berwarna putih

kehijauan.

Daun kubis ungu bila dilarutkan dalam air panas akan mengeluarkan zat

kimia yang berwarna biru atau biru keunguan bila terlalu pekat. Zat kimia inilah

yang bila bercampur dengan asam akan berubah warna menjadi merah dan bila

bercampur dengan basa berubah menjadi hijau. Oleh karena ada perbedaan warna

dalam suasana asam dan basa, maka daun kubis ungu dapat digunakan sebagai

indikator alami.

Gambar 4. Indikator Daun Kubis Ungu

2. Daun Rhoeo Discolor

Rhoeo discolor merupakan tanaman herba yang kuat dengan batang tegak,

tinggi 0,3 – 0,6 m, bunga muncul dari ketiak daun, bertangkai, bercabang / tidak.

Daun pelindung berbentuk segitiga lebar, ujung runcing, daun yang meng-hadap

ke bawah berwarna ungu tua, dengan posisi antar daun saling mene-lungkup.

Bila daun rhoeo discolor diiris-iris dan dikeringkan lalu dilarutkan dalam

alkohol, maka akan diperoleh larutan dengan warna kuning kemerahan. Dalam

suasana asam warnanya berubah menjadi merah muda (pink) dan dalam suasana

basa berubah menjadi hijau. Dengan demikian larutan daun rhoeo discolor juga

dapat digunakan sebagai indikator alami.

10

Page 11: Laporan Asam Cuka

Gambar 5. Indikator Daun Rhoeo Discolor

3. Kayu Secang (Caesalpinia sappan)

Pohon ini berbatang kecil, tumbuh di dataran rendah, dan banyak ditanam

sebagai pagar hidup, batang dan cabangnya dipenuhi dengan duri. Kayu secang

disebut juga kayu sapang, kebanyakan digunakan sebagai bahan pengecat. Hasil

potongan kayu secang banyak dijual di toko-toko obat tradisional. Di pasar

tradisional kayu secang juga banyak dijumpai dengan warna merah, terkadang

dijual dalam bentuk serutan. Saat ini kayu secang banyak diolah sebagai minuman

yang berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit (Hembing, dkk., 1993 : 120).

Bila kayu secang diiris tipis-tipis dan dikeringkan (sebaiknya di oven agar

cepat keringnya), lalu dilarutkan dalam alkohol, maka akan diperoleh larutan

berwarna merah orange. Dalam suasana asam akan berubah warna menjadi

kuning, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Dengan demikian larutan

kayu scang ini juga dapat digunakan sebagai indikator alami.

Gambar 6. Indikator Kayu Secang

D. KERANGKA BERPIKIR

Sesuai dengan karakteristik ilmu kimia yang terdiri dari kimia sebagai

produk dan sebagai proses, maka dalam pembelajaran kimia sangat dianjurkan

11

Page 12: Laporan Asam Cuka

untuk diikuti dengan kegiatan praktikum agar selain memahami konsep tersebut

secara teoretis juga memahaminya secara empiris. Dengan praktikum diharapkan

siswa dapat memahami ilmu kimia secara lebih mendalam dan lebih lama melekat

dalam pikirannya.

Selama ini praktikum kimia yang dilakukan di SMA tidak menyertai

seluruh konsep kimia yang diajarkan di kelas. Hal ini karena keterbatasan alat dan

bahan kimia yang dimiliki oleh setiap SMA, sehingga yang dipraktikkan hanya

mengikuti apa saja bahan dan alat yang tersedia. Padahal setiap konsep kimia

SMA sebenarnya dapat diikuti dengan suatu mata praktikum yang sesuai.

Salah satu materi pokok (konsep) kimia di SMA menurut Kurikulum

Kimia 2004 adalah Reaksi Netralisasi dengan kompetensi dasar yang ingin

dicapai “melakukan titrasi asam-basa untuk menentukan konsentrasi larutan asam

atau basa”. Untuk melaksanakan praktikum titrasi asam-basa diperlukan suatu

indikator sebagai penentu titik akhir titrasi. Pada umumnya indikator yang diguna-

kan adalah indikator pp, tetapi seringkali ketiadaan indikator pp, praktikum titrasi

asam-basa ini akhirnya tidak dilakukan.

Berdasarkan hal itulah, maka perlu dicari indikator asam-basa lain yang

sekiranya dapat diperoleh atau dibuat dengan mudah, baik oleh guru maupun

siswa itu sendiri. Indikator yang dimaksud adalah indikator alami, yaitu indikator

yang dibuat dari bahan tanaman yang biasanya berasal dari tanaman yang

berwarna. Untuk keperluan titrasi asam-basa, diperlukan indikator alami yang

memiliki perubahan warna yang tajam ketika berada dalam suasana asam ke basa

atau sebaliknya. Beberapa diantara indikator alami adalah daun kubis ungu, daun

rhoeo discolor, dan kayu secang yang memiliki warna spesifik pada suasana asam

dan basa, sehingga diharapkan mampu menentukan titik akhir titrasi.

Penelitian ini dilakukan dalam rangka mengetahui ketepatan dan kecer-

matan ketiga indikator alami sebagai penentu titik akhir titrasi untuk menentukan

kadar asam cuka yang telah diketahui kadarnya dengan pembanding indikator pp.

Bila penelitian ini berhasil menunjukkan ketepatan dan kecermatan ketiga

indikator alami tersebut, maka dapat digunakan sebagai alternatif pelaksanaan

praktikum titrasi asam-basa di SMA.

12

Page 13: Laporan Asam Cuka

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain tiga sampel

dan dua variabel, yaitu jenis indikator alami yang digunakan sebagai penentu titik

akhir titrasi (terdiri dari tiga sub-variabel) dan kadar asam cuka. Sebagai variabel

kontrol adalah indikator pp.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Variabel pertama dalam penelitian ini adalah variabel bebas berupa jenis

indikator yang digunakan sebagai penentu titik akhir titrasi (terdiri dari tiga sub-

variabel), variabel terikat berupa kadar asam cuka hasil titrasi, dan variabel

kontrol berupa indikator pp. Adapun definisi operasional variabel-variabel

tersebut adalah :

1. Indikator daun kubis ungu yaitu indikator alami yang dibuat dari daun

kubis ungu dimana dalam suasana asam berwarna merah dan dalam suasana

basa berwarna hijau, sehingga ketika digunakan titrasi asam cuka dengan

pentiter NaOH titik akhir titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna

hijau.

2. indikator daun rhoeo discolor yaitu indikator alami yang dibuat dari daun

rhoeo discolor dimana dalam suasana asam berwarna merah muda (pink) dan

dalam suasana basa berwarna hijau, sehingga ketika digunakan titrasi asam

cuka dengan pentiter NaOH titik akhir titrasinya ditunjukkan dengan timbul-

nya warna hijau.

3. Indikator kayu secang yaitu indikator alami yang dibuat dari kayu secang

dimana dalam suasana asam berwarna kuning dan dalam suasana basa

berwarna merah, sehingga ketika digunakan titrasi asam cuka dengan pentiter

NaOH titik akhir titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna merah.

4. Indikator fenolptalin (pp) yaitu indikator yang berupa larutan dimana

dalam suasana asam tidak berwarna dan dalam suasana basa berwarna merah,

13

Page 14: Laporan Asam Cuka

sehingga ketika digunakan titrasi asam cuka dengan pentiter NaOH titik akhir

titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna merah muda.

5. Kadar asam cuka adalah banyaknya volum asam cuka yang ekivalen

dengan volum NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi yang

masing-masing menggunakan indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor,

kayu secang, dan indikator pp, yang dinyatakan dalam % v/v, yaitu banyaknya

volum asam cuka dalam 100 ml larutan.

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Populasi penelitian ini adalah indikator alami yang dibuat dari bahan alam,

sedangkan sampel yang digunakan adalah tiga indikator alami, yaitu indikator

daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang yang dibuat segar ketika

akan digunakan.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Pada penelitian ini digunakan seperangkat bahan dan alat sebagai berikut :

1. Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Kristal asam oksalat dihidrat (H2C2O4. 2H2O) f. Kayu secang

b. Kristal NaOH p.a buatan E. Merck g. Indikator pp

c. Asam cuka pekat p.a E. Merck h. Alkohol 70%

d. Daun kubis ungu i. Akuades

e. Daun rhoeo discolor

2. Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Labu Erlenmeyer g. Labu ukur

b. Pipet volum h. Timbangan analitik

c. Buret i. Gelas arloji

d. Statif dan klem j. Kuvet

e. Pipet tetes k. Spektrofotometer sinar tampak

f. Tabung reaksi

14

Page 15: Laporan Asam Cuka

E. PROSEDUR PENELITIAN

1. Standarisasi Larutan NaOH dengan Larutan Standar Primer Asam

Oksalat (H2C2O4)

a. Menimbang 1,26 gram H2C2O4. 2H2O, melarutkan dalam 10 ml akuades.

Kemudian memasukkan dalam labu ukur 100 ml dan menambahkan

akuades dengan pipet tetes sampai tanda batas.

b. Menimbang 2,1 gram NaOH, melarutkannya dalam akuades, memasukkan

ke dalam labu ukur 500 mL dan mengencerkannya dengan akuades sampai

tanda batas.

c. Memasukkan 5 ml larutan NaOH ke dalam Erlenmeyer dan menambahkan

1 tetes indikator pp lalu titrasi dengan larutan asam oksalat 0,1 M hingga

warna pink hilang.

d. Melakukan prosedur 1.c sebanyak 5 kali dan mencatat volum asam oksalat

yang diperlukan untuk mengubah warna pink menjadi tidak berwarna.

2. Pembuatan Larutan Asam Asetat 5% (0,87427 M)

Mengambil 5 mL asam asetat pekat ( 1,05 kg/L, kadar 100% atau 17,4854 M)

dan mengencerkannya dengan akuades sampai tanda batas.

3. Pembuatan Indikator Daun Kubis Ungu (Janice van Cleave, 1991 : 192).

a. Mengisi botol gelas bertutup dengan 10 gram daun kubis ungu yang sudah

dipotong kecil-kecil.

b. Memanaskan akuades hingga mendidih, lalu mengangkat dan menuang 100

mL akuades panas ke dalam botol gelas yang berisi potongan-potongan

daun kubis ungu tadi.

c. Menutup botol gelas & membiarkan sampai dingin (mencapai suhu kamar).

d. Menyaring dengan kertas saring ke wadah bertutup lainnya. Indikator kubis

ungu siap digunakan.

e. Menguji warna indikator daun kubis ungu tersebut dengan cara meneteskan

pada larutan buffer universal dalam berbagai pH. Catat warna yang terjadi.

15

Page 16: Laporan Asam Cuka

4. Pembuatan Indikator Daun Rhoeo discolor

a. Membersihkan daun rhoeo discolor dari kotoran. Mengiris kecil-kecil

dengan pisau sebanyak yang diperlukan.

b. Mengeringkan dalam oven, setelah kering dimasukkan dalam botol gelas

dan menuangkan alkohol 70% ke dalamnya. Tutup botol rapat-rapat.

c. Membiarkan semalam. Saring dengan saringan teh untuk mendapatkan

filtratnya. Bila kurang bersih disaring dengan kertas saring. Filtrat siap

digunakan sebagai indikator.

d. Menguji warna indikator daun rhoeo discolor dengan cara meneteskan

pada larutan buffer universal dalam berbagai pH. Catat warna yang terjadi.

5. Pembuatan Indikator Kayu Secang

a. Mengiris kecil-kecil kayu secang dengan pisau sebanyak yang diperlukan.

b. Memasukkan ke dalam botol gelas dan menuangkan alkohol absolut ke

dalamnya. Tutup botol rapat-rapat.

c. Membiarkan semalam. Saring dengan saringan teh untuk mendapatkan

filtratnya. Bila kurang bersih disaring dengan kertas saring. Filtrat siap

digunakan sebagai indikator.

d. Menguji warna indikator kayu secang tersebut dengan cara meneteskan

pada larutan buffer universal dalam berbagai pH. Catat warna yang terjadi.

6. Titrasi Asam Asetat dengan Titran NaOH

a. Mengambil 5 ml larutan asetat 5% (0,87427 M) dengan pipet transfer.

b. Memasukkan dalam labu ukur 25 ml lalu menambahkan akuades hingga

tanda batas.

c. Mengambil 5 ml larutan asam cuka yang sudah diencerkan dengan pipet

volum dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml dan menambahkan 1

tetes indikator pp.

d. Mentitrasi larutan tersebut dengan larutan standar NaOH sampai tepat

terbentuk warna pink.

16

Page 17: Laporan Asam Cuka

e. Melakukan percobaan sebanyak 10 kali dan mencatat volum NaOH yang

diperlukan hingga terbentuk warna pink.

f. Mengulangi percobaan a - e, tetapi indikator pp diganti berturut-turut

dengan indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, kayu secang.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data penelitian yang diperoleh berupa volum asam oksalat yang

digunakan untuk standarisasi larutan NaOH dan volum NaOH yang digunakan

untuk titrasi sampel asam cuka. Adapun data yang diperoleh sebagai data dasar

dalam peneli-tian ini disajikan pada Tabel 2 dan 3 berikut ini :

Tabel 2. Volum H2C2O4 yang Diperlukan dalam Standarisasi NaOH

Percobaan Volum NaOH (mL) Volum H2C2O4 (mL)1 5,00 2,402 5,00 2,503 5,00 2,404 5,00 2,405 5,00 2,40

Rata-rata 5,00 2,42

Berdasarkan perhitungan diperoleh konsentrasi NaOH berdasarkan standarisasi

sebesar 0,0968 M (lihat Lampiran ....) ???? Saya tdk ngerti asal ngitungnya !

Tabel 3. Volum NaOH yang Diperlukan pada Titrasi Asam Cuka dengan Indikator pp, Daun Kubis Ungu, Daun Rhoeo Discolor , dan Kayu Secang

No. Volum NaOH 0,1 M (mL)Indikator

ppIndikator Daun

Kubis UnguIndikator Daun Rhoeo Discolor

Indikator Kayu Secang

1. 1,70 1,65 1,70 1,602, 1,70 1,65 1,70 1,603, 1,70 1,65 1,70 1,604, 1,70 1,65 1,70 1,605, 1,70 1,65 1,70 1,606, 1,70 1,65 1,70 1,607, 1,70 1,65 1,70 1,608, 1,70 1,65 1,70 1,609, 1,70 1,65 1,70 1,6010, 1,70 1,65 1,70 1,60

17

Page 18: Laporan Asam Cuka

Rata-rata 1,70 1,65 1,70 1,60

Rerata volum NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi,

baik yang menggunakan indikator pp maupun ketiga indikator alami tersebut

digunakan untuk menghitung kadar asam cuka.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

1. Perhitungan Kadar Asam Cuka

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu

melihat ketepatan dan kecermatan ketiga indikator alami sebagai penentu titik

akhir titrasi (titik ekivalensi) dengan membandingkan kadar asam cuka yang

ditentukan dengan indikator pp. Untuk keperluan analisis ini, maka mula-mula

dihitung kadar asam cuka dalam g/100 ml untuk tiap sampel dengan rumus :

Keterangan :

Vs = volum asam cuka yang diambil dari sampel

a = volum NaOH yang diperlukan hingga titik akhir titrasi.

25/5 = faktor pengenceran

2. Penentuan Kecermatan (Presisi)

Jika suatu pengukuran diulang-ulang, sedangkan variasi hasilnya kecil,

maka dapat dikatakan bahwa kecermatan pengukuran tersebut tinggi. Kecermatan

dinyatakan dalam besar kecilnya simpangan baku. Hal ini dapat diperoleh dengan

cara melakukan analisa satu contoh secara berulang-ulang, kemudian dihitung x

dan S. Kecermatan biasanya dinyatakan dalam simpangan baku atau simpangan

pukul-rata, yaitu dihitung dengan rumus (Soekeni S & Soedigdo, 1977 : 16 – 17) :

Simpangan Baku (S) =

Simpangan pukul rata

Keterangan :

18

Page 19: Laporan Asam Cuka

x = nilai masing-masing pengamatan / pengukuran

x = nilai pukul rata setiap pengamatan / pengukuran

N = banyaknya pengamatan / pengukuran

Kecermatan dinyatakan dalam batas 95% dengan rumus : x t. S, dimana

harga t dapat dilihat pada tabel t dengan menggunakan derajat kebebasan (DB).

3. Penentuan Ketepatan (Akurasi)

Ketepatan suatu pengukuran ialah besar atau kecilnya penyimpangan yang

diberikan oleh hasil pengukuran itu dari harga yang sesungguhnya. Untuk

mengetahui ketepatan / keakuratan hasil pengukuran, dihitung nilai galat mutlak

dan galat relatif. Galat mutlak adalah selisih antara nilai kadar asam cuka dengan

indikator pp dan nilai kadar asam cuka dengan tiap-tiap indikator alami. Adapun

rumusnya sebagai berikut (Day, Underwood,1989 : 12) :

Galat relatif =

4. Uji Beda Dua Rerata Hasil Pengukuran

Untuk menguji hasil pengukuran yang diperoleh dengan metode analitik

yang baru dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil itu dengan hasil

yang diperoleh dari metode kedua (metode baku yang menjadi acuan). Bila kita

memiliki dua rataan x1 dan x2 dengan simpangan baku yang sama secara

bermakna, maka suatu taksiran gabung untuk simpangan baku dapat dihitung dari

masing-masing simpangan baku s1 dan s2 dengan menggunakan rumus (Miller, JC

& miller, JN,1991: 49 - 50) :

Berdasarkan perhitungan s gabung, maka dapat dihitung t sebagai berikut :

Bila harga t-hitung lebih kecil daripada nilai t-tabel, berarti tidak ada perbedaan

pengukuran dengan kedua metode. Hal ini berarti metode analitik yang baru dapat

19

Page 20: Laporan Asam Cuka

digunakan, karena mampu memberikan hasil yang sama dengan metode baku

yang menjadi acuan.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Setelah ketiga jenis indikator alami selesai dibuat, yaitu indikator daun

kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang, maka dilakukan uji warna

dengan cara meneteskan ketiga jenis indikator pada larutan buffer universal yang

telah dibuat sebelumnya dalam berbagai pH. Adapun pH larutan buffer yang

digunakan untuk uji warna ini berturut-turut sebesar 2,2; 3,2; 4,0; 5,0; 6,0; 6,4;

7,0; 7,8; 9,0; 10,2; dan 12,4. Hasil ujicoba warna ketiga indikator alami tersebut

dapat dilihat pada gambar berikut ini :

2,2 3,4 4,0 5,0 6,0 6,4 7,0 7,8 9,0 10,2 12,4 Indikator

Gambar 7. Warna Indikator Daun Kubis Ungu dalam Berbagai pH

2,2 3,4 4,0 5,0 6,0 6,4 7,0 7,8 9,0 10,2 12,4

Gambar 8. Warna Indikator Daun Rhoeo Discolor dalam Berbagai pH

20

Page 21: Laporan Asam Cuka

2,2 3,4 4,0 5,0 6,0 7,0 7,8 9,0 10,2 12,4 Indikator

Gambar 9. Warna Indikator Kayu Secang dalam Berbagai pHSetelah dilakukan ujicoba warna ketiga indikator pada berbagai pH, maka

selanjutnya dapat ditentukan warna yang akan dihasilkan pada titik akhir titrasi

(titik ekivalensi). Untuk lebih jelasnya berikut ini gambar warna yang terbentuk

pada suasana asam, netral, dan basa dari ketiga indikator alami tersebut.

Pada indikator daun kubis ungu, dalam suasana asam berwarna pink, semakin

mendekati netral warna pink berubah menjadi biru, dan dalam suasana basa

berwarna hijau. Dengan demikian titik akhir titrasi asam cuka dengan titran NaOH

ditandai dengan terbentuknya warna biru muda.

Pada indikator daun rhoeo discolor, dalam suasana asam berwarna pink, semakin

mendekati netral warna pink berubah menjadi hijau, dan dalam suasana basa

berwarna hijau kekuningan. Dengan demikian titik akhir titrasi asam cuka dengan

titran NaOH ditandai dengan terbentuknya warna hijau.

21

Page 22: Laporan Asam Cuka

Pada indikator kayu secang, dalam suasana asam berwarna kuning, semakin

mendekati netral warna kuning berubah menjadi kuning orange, dan dalam

suasana basa mengarah ke warna merah. Dengan demikian titik akhir titrasi asam

cuka dengan titran NaOH ditandai dengan terbentuknya warna kuning orange.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang perubahan warna pada berbagai pH

tersebut, dapat dilihat pada Lampiran 2.

Setelah diketahui warna ketiga indikator alami pada titik akhir titrasi,

maka selanjutnya dilakukan titrasi terhadap asam cuka (asam asetat) dengan

pentitran NaOH. Setiap indikator alami digunakan untuk titrasi sebanyak 10 kali

dan sebagai kontrol dilakukan titrasi dengan inidikator pp. Adapun rerata volum

NaOH 0,1 M yang diperlukan untuk titrasi 5 mL asam cuka (asam asetat) sbb :

Tabel 4. Rerata Volum NaOH dalam Titrasi dengan Berbagai Indikator

IndikatorVNaOH

pp Daun Kubis Ungu

Daun Rhoeo Discolor

Kayu Secang

Rerata 1,70 1,65 1,70 1,60

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketepatan,

kecermatan, dan dapat tidaknya ketiga indikator alami dalam penentuan kadar

asam cuka dengan indikator pp sebagai kontrol. Berdasarkan tujuan tersebut,

maka setelah diketahui rerata volum NaOH 0,1 M yang diperlukan untuk titrasi

asam cuka dengan volum yang sudah tertentu, selanjutnya dilakukan perhitungan

kadar asam cuka yang dinyatakan dalam % v/v, dan hasilnya sebagai berikut :

Tabel 5. Kadar Asam Cuka Berdasarkan Titrasi dengan Berbagai Indikator

Indikator Kadar Asam Cuka (% v/v)ppDaun Kubis UnguDaun Rhoeo DiscolorKayu Secang

Pada penelitian ini kadar asam cuka sebenarnya sudah ditentukan secara

kuantitatif, yaitu sebesar 5% v/v. Hal ini dimaksudkan untuk melihat seberapa

tepatnya penentuan kadar asam cuka tersebut, baik menggunakan indikator pp

22

Page 23: Laporan Asam Cuka

sebagai kontrol, maupun ketiga indikator alami. Adapun asal perhitungan kadar

asam cuka tersebut adalah sebagai berikut :

Dari mbak Tutik ada perhitungan ini, saya tidak ngerti maksudnya. Jadi bagian ini

mbak Tutik yang bahas dan menguraikan ya. (Apa sebaiknya diletakkan di

Lampiran 3 sebelum perhitungan galat mutlak dan galat relatif ??)

Molaritas 1 mL asam asetat mula-mula= 0,87427 M

Molaritas 5 mL asam asetat encer = (0,87427 M)/25 = 0,034971M

Jumlah mol 5 mL asam asetat encer = 5 mL x 0,034971 M = 0,174854

mmol

Volum NaOH 0,0968 M yang dibutuhkan untuk mentitrasi 0,174854 mmol asam

asetat adalah 0,174854 mmol/0,0968 M = 1,806343 mL

(Saya tahunya, kalau titrasi asam basa, volum titran yang diperlukan untuk

mencapai titik ekivalensi, digunakan utk menentukan konsentrasi yg dititer,

dlm hal ini asam cukanya. Tp pd penelitian ini kan volum & konsentrasi

asam cuka sdh ditetapkan, saya bingung, sy dijelaskan ya mbak, error nih)

Untuk menentukan kecermatan, maka dari data hasil titrasi dengan

mengunakan ketiga indikator alami sebagai penentu titik akhir titrasi selanjutnya

dicari besarnya simpangan baku maupun simpangan pukul rata. Berdasarkan

perhitungan, ternyata harga simpangan baku dan simpangan pukul rata data volum

NaOH untuk keempat indikator adalah 0 (nol). Hal ini menyatakan bahwa

pengukuran mempunyai kecermatan yang tinggi dan hasil pengukuran tidak

bervariasi.

Penentuan ketepatan / keakuratan hasil pengukuran dilakukan dengan

menghitung nilai galat mutlak dan galat relatif. Galat mutlak adalah selisih antara

harga kadar asam cuka dengan indikator pp dan harga kadar asam cuka dengan

indikator kubis ungu. Adapun hasil pengukuran galat mutlak dan relatif ketiga

indikator alami dan indikator pp sebagai kontrol adalah :

Tabel ... Hasil Perhitungan Galat Mutlak dan Galat Relatif

Indikator Rata-rataVNaOH (mL)

VNaOH teoritis (mL)

Galat Mutlak

Galat Relatif (%)

pp 1,70 1,806343 0,106343 5.887199 Daun Kubis Ungu 1,65 1,806343 0,156343 8.655222

23

Page 24: Laporan Asam Cuka

Daun Rhoeo discolor 1,70 1,806343 0,106343 5.887199 Kayu Secang 1,60 1,806343 0,206343 11.42325

(Perhitungan selengkapnya lihat Lampiran 4)

Oleh karena harga simpangan baku dari dari ketiga indikator alami dan

juga indikator pp sebagai kontrol sama dengan o (nol), maka untuk perhitungan

uji beda tidak dapat dilakukan. Hal ini berarti data hasil pengukuran tidak

bervariasi, sehingga dengan melihat data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

pengukuran dengan ketiga indikator alami tidak berbeda secara signifikans dengan

hasil pengukuran menggunakan indikator pp.

Berdasarkan penentuan kecermatan, ketepatan, dan tidak adanya beda

antara hasil pengukuran dengan indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor,

dan kayu secang dibandingkan dengan hasil pengukuran menggunakan indikator

pp menunjukkan bahwa ketiga indikator alami tersebut dapat digunakan sebagai

pengganti indikator pp, khususnya pada penentuan kadar asam cuka secara titrasi

asam-basa.

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi guru-

guru kimia SMA khususnya, dan guru-guru kimia pada berbagai tingkat

pendidikan tentang dapatnya indikator alami digunakan sebagai pengganti indi-

kator pp, bukan hanya sekedar penentu sifat asam, basa, dan netral suatu larutan,

tetapi lebih dari itu dapat digunakan sebagai penentu titik akhir titrasi. Selain itu,

hasil penelitian ini juga dapat membuka wawasan guru-guru kimia tentang

pemanfaatan berbagai bahan alam yang ada dalam kehidupan sehari-hari sebagai

sumber belajar. Dengan kata lain, sumber belajar kimia tidak selalu harus yang

ada di laboratorium, di kelas, tetapi dapat diambil dari alam sekitar.

Hasil penelitian ini sangat memerlukan pengembangan lebih lanjut dalam

hal penentuan senyawa apa yang sebenarnya terkandung dalam ketiga indikator

alami tersebut, sehingga ia dapat memberikan warna yang berbeda dalam suasana

asam, basa, dan netral.

24

Page 25: Laporan Asam Cuka

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga indikator

alami, masing-masing indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, kayu

secang :

1. tepat digunakan dalam penentuan kadar asam cuka.

2. cermat digunakan dalam penentuan kadar asam cuka.

3. tidak ada perbedaan kadar asam cuka hasil pengukuran secara titrasi asam-basa

yang menggunakan ketiga indikator alami dengan indikator pp.

B. SARAN

Melihat ketepatan, kecermatan, dan tidak adanya perbedaan kadar asam

cuka hasil pengukuran secara titrasi asam-basa yang menggunakan ketiga

indikator alami dengan indikator pp, maka disarankan bagi guru-guru kimia yang

sarana laboratoriumnya tidak lengkap, khususnya ketersediaan indikator tidak

mampu terpenuhi untuk mencoba menggunakan indikator alami sebagai penggan-

tinya. Selain itu diharapkan guru-guru kimia SMA (khususnya) muncul kreati-

vitasnya dengan mencoba berbagai tanaman di sekitar yang paling mudah

dijumpai yang mungkin dapat digunakan sebagai indikator alami dengan melaku-

kan ujicoba ketepatan dan kecermatannya terlebih dahulu seperti langkah-langkah

yang dilakukan dalam penelitian ini.

25

Page 26: Laporan Asam Cuka

DAFTAR PUSTAKA

Conny Semiawan, dkk. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta : Gramedia.

Day, Underwood. (1989). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Gramedia

H. M. Hembing Wijayakusuma, dkk. (1993). Tanaman Berkhasiat Obat Di Indonesia. Jakarta : Pustaka Kartini.

J. Bassett. (1978). Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. Great Britain : Longman Group.

Janice van Cleave. (1991). Gembira Bermain dengan Ilmu Kimia. Jakarta : Temprint.

Miller, JC & Miller, JN.(1991). Statistika untuk Kimia Analitik. Bandung : ITB

Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A. (1998). Contemporary Chemical Analysis. USA : Prentice-Hall Inc.

26

Page 27: Laporan Asam Cuka

27

Page 28: Laporan Asam Cuka

Lampiran 1.

PERHITUNGAN MOLARITAS ASAM OKSALAT DAN NAOH

Massa molekul relatif asam oksalat (Mr H2C2O4) = 126 g/mol

Massa asam oksalat yang ditimbang = 1,26 g

Volum larutan = 100 mL = 0,1 L

Molaritas asam oksalat (M H2C2O4) =

= 0,1 M

Berdasarkan hasil titrasi diperoleh rerata volum H2C2O4 sebesar 2,42 mL. berarti 5

mL NaOH setara dengan 2,42 mL H2C2O4 0,1 M atau 0,242 mmol

H2C2O4 (aq) + 2 NaOH (aq) Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (l)

sehingga menurut persamaan reaksi di atas, 0,242 mmol H2C2O4 bereaksi dengan

0,484 mmol NaOH. Jadi, MNaOH sebesar 0,484 mmol / 5 mL = 0,0968 M atau

dibulatkan menjadi 0,1 M.

28

Page 29: Laporan Asam Cuka

Lampiran 2.

PERUBAHAN WARNA KETIGA INDIKATOR ALAMI

PADA BERBAGAI pH

Indikator Daun Kubis Ungu

pH Warna pH Warna2,2 pink tua 6,4 pink kebiruan3,4 pink 7,0 biru ungu4,0 pink 7,8 biru ungu5,0 pink muda 9,0 biru 6,0 pink bening 10,2 biru

12,4 biru kehijauan

Indikator Daun Rhoeo Discolor

pH Warna pH Warna2,2 pink 6,4 pink kehijauan3,4 pink 7,0 hijau muda4,0 pink 7,8 hijau muda5,0 pink bening 9,0 hijau muda6,0 pink sangat bening 10,2 hijau kekuningan

12,4 hijau kekuningan

Indikator Kayu Secang

pH Warna pH Warna2,2 kuning bening 7,0 kuning orange3,4 kuning bening 7,8 orange kemerahan4,0 kuning tua 9,0 merah muda5,0 kuning tua 10,2 merah 6,0 kuning tua 12,4 merah

29

Page 30: Laporan Asam Cuka

Lampiran 3.

PERHITUNGAN VOLUM NAOH SECARA TEORETIS

30

Page 31: Laporan Asam Cuka

Lampiran 4.

PERHITUNGAN GALAT MUTLAK DAN GALAT RELATIF

Indikator Rata-rataVNaOH (mL)

VNaOH teoritis (mL)

pp 1,70 1,806343Daun Kubis Ungu 1,65 1,806343Daun Rhoeo discolor 1,70 1,806343Kayu Secang 1,60 1,806343

Galat mutlak pengukuran volum titran dengan indikator pp sebesar :

1,806343 - 1,70 = 0,106343

Galat relatif pengukuran volum titran dengan indikator pp sebesar

(0,106343 / 1,806343 ) x 100% = 5.887199 %

Perhitungan galat mutlak dan galat relatif pengukuran volum titran dengan

indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang dilakukan

dengan cara yang sama dengan perhitungan pada indikator pp (Day, Underwood,

1989 : 19).

31