sp dan lp rbd

13
LAPORAN PENDAHULUAN I. Kasus (masalah utama) Resiko bunuh diri II. Proses terjadinya masalah a. Definisi Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006). b. Klasifikasi Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006): Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara

Upload: rizka-yunita

Post on 08-Aug-2015

1.383 views

Category:

Documents


133 download

TRANSCRIPT

Page 1: SP DAN LP RBD

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (masalah utama)

Resiko bunuh diri

II. Proses terjadinya masalah

a. Definisi

Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang

dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri

karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku

bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan

dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang

digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu

mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga

tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena

kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang

berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan

hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,

2006).

b. Klasifikasi

Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):

Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa

seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang

yang ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal

bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau

mengomunikasikan secara non verbal.

Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang

dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika

tidak dicegah.

Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan

terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan

yang tidak bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada

waktunya.

Page 2: SP DAN LP RBD

Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh

diri, meliputi:

Bunuh diri anomik

Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari

oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga

mendorong seseorang untuk bunuh diri.

Bunuh diri altruistik

Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan

dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan

tugasnya.

Bunuh diri egoistik

Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan

faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

c. Faktor predisposisi

Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang

perilaku resiko bunuh diri meliputi:

Diagnosis psikiatri

Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh

diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan

skizofrenia.

Sifat kepribadian

Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan

resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.

Lingkungan psikososial

Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian,

kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial

merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.

Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan

faktor resiko untuk perilaku resiko bunuh diri

Faktor biokimia

Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat

menimbulkan perilaku resiko bunuh diri.

Page 3: SP DAN LP RBD

d. Stressor pencetus

Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadia yang

memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum,

kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui

seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh

media untuk bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untuk

melakukan perilaku bunuh diri.

e. Penilaian stressor

Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap tindakan. Oleh

karena itu, perawat harus mengkaji faktor resiko bunuh diri pada pasien

f. Sumber koping

Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam

kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali pasien

secara sadar memilih untuk bunuh diri.

g. Mekanisme koping

Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang

berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah

penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.

h. Rentang respon

RENTANG RESPON RESIKO BUNUH DIRI

Respon adaptif respon maladaptif

peningkatan

diri

pengambilan

resiko yang

meningkatkan

pertumbuhan

perilaku

destruktif-diri

tidak

langsung

pencederaan

diri

bunuh diri

Page 4: SP DAN LP RBD

III. a. Pohon Masalah

Resiko bunuh diri

Isolasi sosial

Harga diri rendah

Koping keluarga tidak efektif kegagalan perpisahan

b. Data yang perlu dikaji

Subjektif Objektif

memiliki riwayat penyakit mental mengalami depresi, cemas, dan

perasaan putus asa

menyatakan pikiran, harapan, dan

perencanaan bunuh diri

respon kurang dan gelisah

menyatakan bahwa sering

mengalami kehilangan secara

bertubi-tubi dan bersamaan

menunjukkan sikap agresif

menderita penyakit yang

prognosisnya kurang baik

tidak koperatif dalam menjalani

pengobatan

menyalahkan diri sendiri, perasaan

gagal dan tidak berharga

berbicara lamban, keletihan,

menarik diri dari lingkungan sosial

menyatakan perasaan tertekan penurunan berat badan

IV. Diagnosa Keperawatan

Resiko Bunuh Diri

Page 5: SP DAN LP RBD

V. Rencana tindakan keperawatan

Kriteria hasil:

Pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik

Tujuan Intervensi Rasional

pasien tidak melakukan

aktivitas yang

mencederai dirinya

pindahkan benda yang

membahayakan

prioritaskan tertinggi

diberikan pada

aktivitas penyelamatan

hidup pasien

observasi dengan ketat perilaku pasien harus

diawasi sampai kendali

diri memadai untuk

keamanan

siapkan lingkungan

yang aman

memberikan

kenyamanan pada

pasien

pasien dapat

mengidentifikasi aspek

positif pada dirinya

identifikasi kekuatan

pasien

perilaku bunuh diri

mencerminkan depresi

yang mendasar dan

terkait dengan harga

diri rendah serta

kemarahan terhadap

diri sendiri

ajak pasien untuk

berperan serta dalam

aktivitas yang disukai

dan dapat dilakukannya

dijadikan sebagai salah

satu cara

mengendalikan

perilaku ingin bunuh

diri

pasien akan

mengimplementasikan

respons protektif-diri

yang adaptif

bantu pasien mengenal

mekanisme koping

yang tidak adaptif

mekanisme koping

maladaptive harus

diganti dengan

mekanisme koping

yang sehat untuk

mengatasi stress dan

ansietas

Page 6: SP DAN LP RBD

identifikasi alternatif

cara koping

untuk menumbuhkan

dan meningkatkan

mekanisme koping

pasien

pasien akan

mengidentifikasi sumber

dukungan sosial yang

bermanfaat

bantu orang terdekat

untuk berkomunikasi

secara konstruktif

dengan pasien

isolasi sosial

menyebabkan harga

diri rendah dan

depresi, mencetuskan

perilaku destruktif-diri

tingkatkan hubungan

keluarga yang sehat

meningkatkan

kepercayaan diri

pasien dan mencegah

perilaku destruktif-diri

pasien akan mampu

menjelaskan rencana

pengobatan dan

rasionalnya

libatkan pasien dan

orang terdekat dalam

perencanaan asuhan

pemahaman dan peran

serta dalam

perencanaan

pelayanan kesehatan

meningkatkan

kepatuhan

jelaskan karakteristik

dari kebutuhan

pelayanan kesehatan

yang telah diidentifikasi,

kebutuhan asuhan

keperawatan, diagnosis

medis, pengobatan,

dan medikasi yang

direkomendasikan

pemahaman dalam

proses perawatan dan

pengobatan

meningkatkan

kepatuhan dan

mendukung proses

penyembuhan

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Page 7: SP DAN LP RBD

STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi pasien:

2. Diagnosa keperawatan

Resiko bunuh diri

3. Tujuan khusus

Mengamankan pasien dari tindakan bunuh diri

Pasien dapat mengendalikan dorongan untuk bunuh diri

4. Tindakan keperawatan

Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien

Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien

Melakukan kontrak treatment

Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri

Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN

ORIENTASI

1. Salam terapeutik

“ assalamualaikum, selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya Rizka

Yunita, mbak dapat memanggil saya Rizka. Saya perawat di ruang ini

yang akan merawat mbak”.

“Nama mbak siapa? Senang dipanggil siapa?”

2. Evaluasi/ validasi

“Bagaimana kabar mbak hari ini?“

“Mbak sepertinya terlihat bingung dan gelisah. Apakah mbak mau

menceritakan pada saya apa yang mbak rasakan?”

“Saya dapat menjamin kerahasiaan dari setiap informasi yang mbak

ceritakan kepada saya”.

Page 8: SP DAN LP RBD

3. Kontrak: Topik, waktu, dan tempat

Topik:

“Baik mbak, hari ini kita akan mendiskusikan tentang kondisi kesehatan

mbak. Bagaimana mbak, apakah mbak setuju dengan topik kita kali ini? “

Waktu:

“Untuk pertemuan kita pertama kali ini, mbak bisa berdiskusi berapa lama?

Sesuai dengan permintaan mbak, kita berdiskusi mengenai keadaan mbak

selama 15 menit ya, jadi nanti kita akan selesai berdiskusi pada pukul jam

09.45”.

Tempat:

“ Mbak ingin kita berdiskusi dimana? Baik mbak, mari kita berdiskusi di

ruangan ini ya”

KERJA

“Bagaimana perasaan mbak setelah peristiwa ini terjadi? Apakah dengan

adanya masalah ini, mbak merasa paling menderita di dunia ini? Apakah

mbak merasa kehilangan percaya diri? Apa merasa tidak berharga?”

“Apakah mbak merasa sulit untuk berkonsentrasi? Apakah mbak, berniat

untuk mencederai diri? Apa yang mbak rasakan?”

(Jika pasien menyampaikan keinginan bunuh diri,segera lakukan tindakan

keperawatan untuk melindungi pasien)

“Saya akan memeriksa seluruh isi kamar mbak ya, untuk memastikan

tidak ada benda-benda yang membahayakan diri mbak”.

“Karena mbak, tampak memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup, maka

saya tidak membiarkan mbak sendiri ya”.

“Apa yang mbak lakukan saat keinginan untuk bunuh diri muncul? Kalau

keinginan untuk bunuh diri muncul, mbak langsung minta bantuan

perawat di ruangan atau keluarga untuk menemani mbak diruangan

sehingga mbak tidak sendirian di ruangan. Jadi, mbak jangan sendirian di

kamar ya”.

Page 9: SP DAN LP RBD

TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan:

Subyektif:

“Bagaimana perasaan mbak sekarang setelah mengetahui cara

mengendalikan perasaan ingin bunuh diri?”

Obyektif:

“Coba mbak sebutkan kembali cara tersebut?”

“Bagus sekali mbak, sekarang mbak sudah mengerti cara mengendalikan

perasaan ingin bunuh diri.”

2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil

tindakan yang telah dilakukan):

“Baik mbak, tadi kita sudah berdiskusi iya mbak tentang cara

mengendalikan perasaan ingin bunuh diri. Tugas untuk mbak yaitu

berlatih cara mengendalikan perasaan bunuh diri ya mbak. Nanti pada

pertemuan selanjutnya, saya akan melihat jadwal kegiatan latihan mbak

ya. Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya ya mbak”.

3. Kontrak yang akan datang (topic, waktu, dan tempat)

“Sudah 15 menit ya mbak, kita berdiskusi. Baiklah mbak, topik pertemuan

kita selanjutnya akan mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki mbak”.

“Untuk pertemuan selanjutnya, mbak mau kita berdiskusi jam berapa?”

“Nanti mbak mau kita berdiskusi dimana?”

“Baik mbak, kita akan bertemu lagi bsok ya, jam 09.00 di ruangan ini”.

“Terima kasih ya mbak” (sambil menjabat tangan pasien).