sop non bedah

91
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL MEMASANG INFUS (Untuk Tifus Abdominalis, Dispepsia, DBD, Hepatitis Virus, Diabetes Mellitus, Hipertensi, Malaria, Sirosis Hati, Abses Hati, Hematemesis Melena) STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No Dokumen 02.01.01.227 No. Revisi - Halaman 1/2 Tanggal terbit 27- 01-2011 Ditetapkan oleh, Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan Dr. Bakti Simanjuntak, SpB Pengertian Memasukkan cairan atau obat ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah sedikit/banyak dengan menggunakan infus set. Tujuan 1. Sebagai tindakan pengobatan 2. Mencukupi kebutuhan tubuh aka n cairan dan elektrolit 3. Memenuhi kebutuhan nutrisi Kebijakan SK Direktur Nomor Prosedur Perawat mempersiapkan alat 01. Infus set steril 02. Cairan infus yang diperlukan 03. Abocath sesuai dengan nomor yang diperlukan (No.22 & 24 untuk Balita dan No 18 & 20 untuk Dewasa) 04. Kapas alkohol 70% dalam container khusus 05. Plester dan gunting 06. Kasa 2x2 07. Bethadin salep 08. Standard infus 09. Kidney basin untuk tempat sampah 10. Torniquet standard 11. Spalk dan verban (bila perlu) 12. Alas/perlak kecil 13. Kom steril tempat meletakkan infus kateter yang sudah terbuka bila ada 2x tusuk 14. Semua alat diatas ditempatkan pada satu tray khusus. Pelaksanaan 1. Dokter memberitahukan pasien/keluarga prosedur yang akan dilakukan. 2. Perawat mencuci tangan. 3. Perawat membebaskan pakaian pasien pada 1

Upload: fikri-jafar

Post on 12-Dec-2015

94 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SOP Non Bedah

TRANSCRIPT

Page 1: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

MEMASANG INFUS(Untuk Tifus Abdominalis, Dispepsia, DBD, Hepatitis

Virus, Diabetes Mellitus, Hipertensi, Malaria, Sirosis Hati, Abses Hati, Hematemesis Melena)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.227

No. Revisi-

Halaman1/2

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Memasukkan cairan atau obat ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah sedikit/banyak dengan menggunakan infus set.

Tujuan 1. Sebagai tindakan pengobatan2. Mencukupi kebutuhan tubuh aka n cairan dan elektrolit3. Memenuhi kebutuhan nutrisi

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

Perawat mempersiapkan alat01. Infus set steril02. Cairan infus yang diperlukan03. Abocath sesuai dengan nomor yang diperlukan (No.22 & 24

untuk Balita dan No 18 & 20 untuk Dewasa)04. Kapas alkohol 70% dalam container khusus05. Plester dan gunting06. Kasa 2x207. Bethadin salep08. Standard infus09. Kidney basin untuk tempat sampah10. Torniquet standard11. Spalk dan verban (bila perlu)12. Alas/perlak kecil13. Kom steril tempat meletakkan infus kateter yang sudah terbuka

bila ada 2x tusuk14. Semua alat diatas ditempatkan pada satu tray khusus.

Pelaksanaan 1. Dokter memberitahukan pasien/keluarga prosedur yang akan

dilakukan.2. Perawat mencuci tangan.3. Perawat membebaskan pakaian pasien pada daerah vena yang

akan ditusuk.4. Perawat meletakkan alas dibawah anggota tubuh yang akan

ditusuk.5. Perawat menyiapkan botol cairan infus dan gantungan pada

standar infus.6. Perawat membuka tutup botol cairan infus lalu ditusukkan selang

infus dengan steril tehnik.7. Perawat mengalirkan cairan infus agar udara dalam selang infus

keluar semua, sambil ujung selang infus diangkat keatas, tangan perawat yang lain mengatur klem agar cairan infus tidak terbuang keluar.

1

Page 2: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALMEMASANG INFUS

(Untuk Tifus Abdominalis, Dispepsia, DBD, Hepatitis Virus, Diabetes Mellitus, Hipertensi, Malaria, Sirosis Hati,

Abses Hati, Hematemesis Melena)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.227

No. Revisi-

Halaman2/2

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

8. Perawat memilih vena yang besar dan bending bagian atasnya dengan tourniquet.

9. Perawat melakukan desinfeksi daerah vena yang akan ditusuk dengan kapas beralkohol.

10. Perawat menusuk vena dengan abocath posisi jarum 15 – 20 derajat secara hati-hati agar madrin tidak bergeser.

11. Darah akan keluar apabila abocath masuk dalam vena, lepaskan madrinnya dan sambungkan pada infus set.

12. Perawat membuka klem dan alirkan cairan infus masuk dalam vena, kemudian cek tetesan cairan sesuai dengan orderan dokter.

13. Perawat memperhatikan apakah ada pembengkakan pada daerah yang ditusuk atau bila cairan infus tidak lancar mengalir.

14. Perawat memberi betadin salep pada daerah bekas tusukan, fiksasi dan tusuk dengan kasa 2x2 serta hipavix dan plester coklat.

15. Perawat memasang spalk jika diperlukan, terutama pada anak/bayi.

16. Untuk iv catheter no 22 dan 24 sebaiknya gunakan treeway yang kecil, bila tidak ada gunakan needle 26 untuk menyuntikkan cairan obat agar selang infus tempat penyuntikan tidak mudah bocor.

17. Perawat merapikan peralatan lingkungan dan pasien. 18. Perawat menulis nomor kamar, botol keberapa, jumlah tetesan,

tanggal dan jam pemberian cairan infus pada botol cairan infus. 19. Perawat mencuci tangan.20. Perawat mencatat pada catatan perawatan, dan melengkapi

pemakaian pada billings report.

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat Instalasi Rawat InapInstalasi Kamar Bedah Instalasi Kamar BersalinDPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

2

Page 3: Sop Non Bedah

TES TUSUK (SKIN PRICK TEST)(Untuk Tifus Abdominalis, Dispepsia, DBD, Hepatitis Virus, Diabetes Mellitus, Hipertensi, Malaria, Sirosis

Hati, Abses Hati, Hematemesis Melena)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.228

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Test tusuk (skin prick test) adalah test kulit yang pada umumnya dilakukan dibagian volar lengan bawah dengan memasukkan allergen melalui tusukan jarum di kulit.

Tujuan Mengetahui tujuan adanya sensitisasi terhadap allergen.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Perawat mempersiapkan alat dan bahan.2. Perawat mempersiapkan pasien dengan tidak minum antihistamin

dan steroid, test dilakukan setelah wash out period (3 hari - 1 bulan tergantung dari jenis obat yang diminum).

3. Test dilakukan divoler lengan bawah.4. Perawat membersihkan bagian bawah yang akan di test dengan

alkohol 70% dan ditunggu sampai kering. 5. Gambar batas tiap allergen dengan pulpen sebanyak jumlah

allergen yang akan di test.6. Allergen diteteskan ditempat yang telah ditandai. 7. Jarak tiap tetesan allergen 1,5 – 2,5 cm untuk menghindari

bercampurnya dua allergen yang kemungkinan bereaksi positif.8. Test dibaca setelah 15 menit.Penilaian : (-) Tidak ada reaksi(+) Indurasi 1-2 mm(++) Indurasi 3-5 mm(+++) Indurasi 3-9 mm(++++) Indurasi > 9 mm

Unit Terkait Instalasi Kamar BedahInstalasi Gawat DaruratDPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

3

Page 4: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP(Untuk Tifus Abdominalis, DBD, Diabetes Mellitus, Ensevalitis, Kejang Demam, Tetanus Neonatorum)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.229

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian

Micros 60 adalah : suatu alat auto analyzer yang dirancang untuk pemeriksaan pada hematology klinik yang menggunakan prinsip-prinsip elektronik, sinar lazer dan sitometer arus. Parameter yang diukur meliputi hitung Leucocyt, hitung Erytrocyt, Haemoglobin, Haematocryt, MCV, MCH, MCHC, Trombocyt. Hitung jenis leucocyt dan pelengkap- pelengkapnya.

Tujuan 1. Diagnosis2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Pemeriksaan dasar bagi penderita yang menjalani pengobatan di rumah sakit (pengobatan rutin) yang dilakukan secara automatik.

Kontra indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang Analis2. Alat : - Seperangkat Alat Micros 60

- Kapas Alcohol- Spuit 3cc

3. Reagensia : - Mini clean- Minidil- Minilyse - Botol EDTA

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis mengambil darah vena dengan spuit 3 cc.2. Lalu memasukkan dalam botol EDTA, dikocok hingga homogen.3. Analis menyambungkan kabel listrik ke stop kontak. 4. Analis menekan tombol disisi belakang alat.5. Alat akan bekerja otomatis hingga ready (alat siap dipakai).6. Analis menghomogenkan sample. 7. Analis memasukkan sample keselang alat, lalu menekan start.8. Analis menunggu beberapa detik, alat akan menghisap darah hingga alat

berbunyi klik 2x, alat akan menganalisa darah secara otomatis.9. Tunggu alat mengeluarkan hasil dengan menggunakan kertas printer.10. Setelah hasil keluar alat kembali ready, analis memasukkan sample

yang lain secara bergantian hingga sample terakhir sesuai dengan nomor botol EDTA.

11. Bila alat tidak digunakan lagi, matikan alat dengan menekan tombol (shut down) ketika alat sedang ready.

12. Analis mencatat hasil.Unit Terkait Intansi Gawat Darurat (IGD), Intansi Rawat Jalan, Intansi Rawat Inap

(IRNA), Obstetric (OB), Intensive Care Unit (ICU), Operation Room (OR), DPJP.

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

4

Page 5: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN BILIRUBIN DIREK(Untuk Tifus Abdominalis, Dispepsia, Hepatitis Virus,

Diabetes Mellitus, Malaria, Hematemesis Melena, Sirosis Hati, Abses Hati, Stroke)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.230

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar bilirubin secara keseluruhan (total) dalam bahan pemeriksaan serum.

Tujuan 1. Diagnosa 2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi - Untuk uji fungsi hati pada general chek up.- Penderita dengan persangkaan penyakit hepar.- Penderita yang diduga mengalami hemolisis sel darah merah.

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1.Personalia : Seorang analis2.Alat : Sapphire 120 Tabung reaksi Clinipette 1.000 ul, 100 ul 3.Reagensia : Bilirubin Kid

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memipet kedalam tabung reaksi B P Asam sulfanilic R1 1 ml 1 ml Natrium nitrit R2 - 1 tts Accelerator R3 1 ml 1 ml Serum 0,1 ml 0,1 ml

2. Analis mencampur baik – baik, dan menginkubasi selama 10 menit pada suhu kamar lalu analis membaca hasil pada alat Sapphire 120.

Nilai Normal < 0,3 mg / dl

Unit Terkait

Intansi Gawat Darurat (IGD)Intansi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intensive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

5

Page 6: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN SGOT

(Untuk Tifus Abdominalis, Dispepsia, Hepatitis Virus, Diabetes Mellitus, Malaria, Hematemesis Melena, Sirosis

Hati, Abses Hati, Stroke)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.231

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan aktifitas enzim aspartat transferase (Glubomat Oxaloacetat Transaminase) dalam pemeriksaan bahan serum/plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Untuk uji fungsi hati pada general chek up Penderita dengan persangkaan menderita penyakit hepar Pada beberapa kasus infark miocard

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : Sapphire 120 Tabung reaksi Clinipette 1000 ul, 100 ul 3. Reagensia : SGOT Kid (2 Reagensia)

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memipet kedalam tabung reaksi P Reagensia (Rl + R2 4 : 1) 1.000 ul Serum/Plasma 1.00 ul 2. Analis mencampurkan baik-baik, lalu menginkubasi selama 1 menit pada

suhu 37 0C, lalu analis membaca hasil pada alat dialab DTN-410.

Nilai Normal < 25 ul

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

6

Page 7: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN SGPT(Untuk Tifus Abdominalis, Dispepsia, Hepatitis Virus,

Diabetes Mellitus, Malaria, Hematemesis Melena,Sirosis Hati, Abses Hati, Stroke)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.232

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan aktifitas enzim alanin transferase (Glutamate Pyruvat Transaminase) dalam pemeriksaan bahan serum/plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Untuk uji fungsi hati pada general chek up Penderita dengan persangkaan menderita penyakit hati Pada beberapa kasus gangguan system biliari

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : Sapphire 120

Tabung reaksi Clinipette 1000 ul, 100 3. Reagensia : SGPT Kid (2 Reagensia)

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memipet kedalam tabung reaksi PReagensia (Rl + R2 4 : 1) 1000 ulSerum/Plasma 100 ul

2. Analis mencampurkan baik-baik, lalu menginkubasikan selama 1 menit pada suhu kamar, lalu analis membaca hasil pada alat dialab sapphire 120.

Nilai Normal < 42 ul

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

7

Page 8: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN ALKALI PHOSPHATASE(Untuk Tifus Abdominalis, Dispepsia, Hepatitis Virus,

Diabetes Mellitus, Malaria, Hematemesis Melena,Sirosis Hati, Abses Hati, Stroke)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.233

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan aktifitas alkali phosphatase dari bahan serum/plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi

Untuk uji fungsi hati pada general chek up Penderita dengan persangkaan menderita penyakit hepar terutama

system saluran Pada beberapa kasus gangguan matriks tulang (karena keganasan) Pada beberapa kasus dengan kelainan usus, uterus (Isoenzim Alkali Phosphat)

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : Sapphire 120 Tabung reaksi Clinipette 1.000 ul, 20 ul3. Reagensia : Alkali Photosphatase kit (2 Reagensia)

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memipet kedalam tabung reaksi PReagensia (Rl + R2 4 : 1) 1000 ulSerum/Plasma 100 ul

2. Analis mencampurkan baik-baik, lalu menginkubasikan selama 1 menit pada suhu kamar

3. Analis membaca hasil pada alat dialab sapphire 120

Nilai Normal 65 – 306 u/l

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

8

Page 9: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN IgG DAN IgM ANTI DENGUE( Untuk DBD )

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.234

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan IgG/IgM Anti Dengue adalah pemeriksaan laboratorium untuk menentukan keberadaan anti body IgG dan IgM untuk virus dengue.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Penderita yang diduga demam berdarah dengue.

Kontra Indikasi Mutlak tidak adaPersiapan 1. Personalia : Seorang analis

2. Alat : Clinipette 10 ul, 5 ul 3. Reagensia : Reagensia dengue

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memipet kedalam tabung reaksi cassette pemeriksaan dengue darah, EDTA 10 ul dimasukkan kedalam cassette lokasi yang diberi tanda huruf S.

2. Analis menambahkan 6 tts buffer yang dimasukkan kedalam cassette lokasi yang diberi tanda huruf S dengan perlahan-lahan.

3. Analis menunggu 5-30 menit.4. Analis membaca hasil/adanya garis merah dilokasi C dan T.

Penilaian

Garis 1 dilokasi C = NegatifGaris 2 dilokasi C,T (bag IgG) = Positif Dengue IgGGaris 2 dilokasi C,T (bag IgG) = Positif Dengue IgMGaris 3 dilokasi C,T (bag IgG dan IgM) = Positif Dengue IgG dan IgM Tidak dijumpai garis merah pada lokasi C & T = Invalid

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

9

Page 10: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN HDL CHOLESTEROL

(Untuk Diabetes Mellitus, Hipertensi)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.235

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar fraksi cholesterol yang terikat dalam HDL Cholesterol dari bahan pemeriksaan serum plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi 1. Penderita dengan persangkaan gangguan metabolism lemak2. Penderita hipertensi3. Penderita dengan penyakit jantung.

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : Sapphire 120

Tabung reaksi Clinipette 500 ul, 200 ul, 100 ul

3. Reagensia : HDL Cholesterol kid Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memipet kedalam tabung reaksi a. Larutan pengendap 500 ul b. Serum 200 ul

2. Analis mencampurkan dan didiamkan selama 10 menit, lalu analis memutar dengan kecepatan 1500 rpm, lalu analis memipet kedalam tabung reaksi : Supernatan 100 ul Larutan pereaksi 1000 ul

3. Analis mencampurkan dan menginkubasi selama 5 menit pada suhu 37ºC

4. Analis membaca hasil dengan alat sapphire 120

Penilaian Pria : 30 - 60 mg/dlWanita : 40 - 70 mg/dl

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

10

Page 11: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN CHOLESTEROL TOTAL(Untuk Diabetes Mellitus, Hipertensi)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.236

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan cholesterol adalah pemeriksaan untuk menetapkan kadar cholesterol total dalam bahan pemeriksaan serum/plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit / pengobatan

Indikasi 1. Penderita dengan persangkaan gangguan metabolism lemak2. Penderita hipertensi3. Penderita dengan penyakit jantung.

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan 1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : Sapphire 1203. Reagensia : Cholesterol Kid ( Mono reagensia + Standart )

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memipet kedalam tabung reaksi B S P Larutan pengendap 1.000 ul 1.000 ul 1.000 ul Standart - 10 ul - Serum/Plasma - - 10 ul Aguadest 10 ul - -2. Analis mencampurkan baik-baik, dan diinkubasi selama 10 menit pada

suhu kamar3. Analis membaca hasil dengan sapphire 120

Penilaian < 200 mg/dl

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

11

Page 12: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN TRIGLYCERIDA

(Untuk Diabetes Mellitus, Hipertensi)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.237

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar triglyceride dalam bahan serum/plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi 1. Penderita dengan persangkaan gangguan metabolism lemak2. Penderita hipertensi3. Penderita dengan penyakit jantung.

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : Sapphire 120

Tabung reaksi Clinipete 1.000 ul, 10 ul

3. Reagensia : Triglycerida Kid (Mono reagensia + Standart) Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memipet kedalam tabung reaksi B S P Larutan pengendap 1.000 ul 1.000 ul 1.000 ul Standart - 10 ul - Serum/Plasma - - 10 ul Aguadest 10 ul - -2. Analis mencampurkan baik-baik, dan diinkubasi selama 10 menit pada

suhu kamar kemudian analis membaca hasil dengan Sapphire 120

Penilaian < 150 mg/dl

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

12

Page 13: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN HbA1C

(Untuk Diabetes Mellitus)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.238

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Nyco card adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar HBA1C didalam darah.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Persiapan 1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : Nycocard 3. Reagensia : Reagensia HBA1C

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memasukkan 5 ul sample kedalam R1 lalu dikocok baik.2. Analis menginkubasikan minimum 2 menit dan maximum 3 menit,

dengan menggunakan timer.3. Analis mengocok larutan sample kembali, lalu mengambil 25 ul larutan

sample, dimasukkan kedalam test device dan biarkan meresap sempurna.4. Analis menunggu lebih kurang 15 – 20 detik.5. Analis menambahkan 25 ul R2/washing solution, lalu membiarkan

meresap sempurna.6. Analis menunggu lebih kurang 10 detik7. Analis membaca hasil dengan menggunakan Nycocard Rader II dalam

waktu kurang dari 5 menit.Kalibrasi Setiap melakukan pemeriksaan

Pemeliharaan Setelah alat selesai digunakan, bersihkan alat dengan kain lap basah. Jaga layar monitor jangan sampai basah.

Nilai Normal < 6,3 ul

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

13

Page 14: Sop Non Bedah

THORACAL(Untuk Diabetes Mellitus, Hipertensi)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.239

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian

Melihat FrakturMelihat adanya ScholiosisMelihat adanya KyposisiMelihat adanya SpondylosisMelihat adanya OsteofitMelihat adanya OsteoporosisMelihat adanya Listesis

Tujuan Menegakkan diagnose pasien dalam perawatan

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Petugas Radiology mempersiapkan alat/kaset2. Cara kerja : Posisi Pemotretan ada 2 :

Posisi AP- Pasien tidur telentang- Kedua tangan disamping tubuh

Sinar FFD : 90 cm CR : Vertical dan tegak lurus terhadap kasetCP : Thoracal V1

Posisi LATERAL

- Pasien tidur miring kesalah satu sisi- Kedua tangan diatas kepala- Kedua kaki ditekuk

Sinar FFD : 90 cm CR : Vertical dan tegak lurus terhadap kasetCP : Thoracal V1

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

14

Page 15: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALTEKNIK PEMASANGAN EKG MONITOR

(Untuk Diabetes Mellitus, Hipertensi)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.240

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian EKG monitor adalah suatu pemeriksaan cepat dan ekonomis yang bias memberi informasi tentang suatu fungsi jantung melalui gambaran pada EKG monitoring.

Tujuan Untuk memonitoring hantaran listrik dari otot-otot jantung secara terus-menerus sehingga dapat diketahui dengan cepat bila terdapat kelain an terutama gangguan irama (arytmia).

Kebijakan SK Direktur Nomor

Persiapan

Perawat ICU membuat persiapan pasien1. Memberitahu pada pasien tentang fungsi dari pemasangan alat EKG

monitoring, bila pasien sadar.2. Bersihkan daerah tempat pemasangan elektroda, bila perlu cukur dan

bersihkan dengan kapas alkohol.Perawat ICU mempersiapkan alat1. EKG monitor yang telah siap dipakai2. Elektroda 3 buah (merah,kuning,hitam)3. Jelly EKG

Prosedur Pelaksanaan

1. Perawat ICU melekatkan Elektroda di daerah dada sebelah kiri setelah diberikan jelly sebagai penghantar arus. Dengan posisi kabel mengarah ke mesin EKG serta letak lead sebagai berikut :- Elektroda warna merah posisinya diatas 5V (diatas intercosta 4 kanan)- Elektroda warna kuning posisinya diatas 5V (diatas intercosta 5 kiri)- Elektroda warna hitam/hijau posisinya sejajar dengan elektroda warna

merah pada intercosta sebelah kiri2. Setelah elektroda terpasang mesin EKG dihidupkan oleh perawat ICU dan

gambaran EKG akan terlihat dilayar EKG.

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN UREUM

15

Page 16: Sop Non Bedah

(Untuk Hipertensi, Malaria)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.241

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan urea adalah pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar urea dari bahan serum/plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Penderita dengan persangkaan gagal ginjal

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : Dialab DTN-410 Tabung reaksi Clinipete 1000 ul, 10 ul3. Reagensia : Urea Kid (3 reagensia + Standart)

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Pipet kedalam tabung reaksi B S PReagensia ( R1 + R3)10:0,1 1000 ul 1000 ul 1000 ul

Standart - 10 ul - Serum/Plasma - - 10 ul

2. Dicampur lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar3. Reagensia 2 1000 ul 1000 ul 1000 ul4. Dicampur baik-baik selama 10 menit pada suhu kamar 5. Kemudian analis membaca hasilnya pada alat dialab DTN-410

Penilaian Serum/Plasma = 10 – 50 mg/dl

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

16

Page 17: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN CREATININ(Untuk Hipertensi, Malaria)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.242

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan creatinin adalah pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar creatinin dalam bahan pemeriksaan serum/plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Penderita dengan persangkaan gagal ginjal

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : Dialab DTN – 410 Tabung reaksi Clinipete 1.000 ul, 50 ul3. Reagensia : Creatinin Kit (2 reagensia + Standart)

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memipet kedalam tabung reaksi B S P- Reagensia 1 1000 ul 1000 ul 1000 ul- Reagensia 2 250 ul 250 ul 250 ul - Standart - 50 ul -- Serum/Plasma - - 5 ul

2. Analis mencampurkan baik-baik, lalu diinkubasi 1 menit pada suhu kamar, analis membaca hasil dengan dialab DTN – 410

Penilaian -Pria : 0,9 – 1,3 mg / ul-Wanita : 0,6 – 1,1 mg / ul

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN GLUCOSE

17

Page 18: Sop Non Bedah

(Untuk Diabetes Mellitus, Hipertensi,Malaria, Ensevalitis)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.243

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar glucosa dari bahan pemeriksaan darah/cairan pleura/acites.

Tujuan 1.Diagnosa2.Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi

Penderita dengan persangkaan penyakit hepar. Penderita dengan persangkaan gangguan nutrisi. Penderita dengan persangkaan gagal jantung. Penderita dengan persankaan gagal ginjal.

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan 1.Personalia : Seorang analis2.Alat : Optium Xced 1 Set3.Reagensia : Reagensia Optium

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memasukkan stik glukosa kedalam alat (posisi dibawah alat)2. Analis menusuk jari pasien yang sudah diserahkan dengan alcohol

70% atau 96% dengan menggunakan lancet. 3. Analis meneteskan darah 1 tetes kedalam stik Optium Xced setelah

ada tanda tetesan darah pada layar alat. 4. Analis menunggu beberapa detik, secara otomatis alat akan

menganalisa tetesan darah, lalu analis mencatat hasil yang ada pada layar monitor alat.

5. Analis mengambil Stik Optium yang sudah dipakai dari alat kemudian membuangnya.

6. Analis mematikan alat dengan menekan power.

Nilai Normal

KGD puasa : 50 – 110 mg/dlKGD 2 jam PP : 50 Thn 145 mg/dl

: 60 – 70 thn 160 mg/dl: > 70 thn 180 mg/dl

KGD adrandom : 70 – 150 mg/dl

Unit Terkait

Instalansi Gawat Darurat (IGD)Instalansi Rawat JalanInstalansi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intensive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

18

Page 19: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN ASAM URAT(Untuk Hipertensi, Stroke, Kardiovaskular, GGK)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.244

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar asam urat dari bahan pemeriksaan serum/plasma.

Tujuan 1.Diagnosa 2.Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Penderita dengan kemungkinan gangguan metabolisme Penderita dengan kemungkinan gangguan fungsi ginjal Penderita dengan keluhan rematik

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1.Personalia : Seorang analis 2.Alat : - Sapphire 120 - Tabung reaksi - Clinipette 1.000 ul, 20 ul3.Reagensia : Asam urat kit ( 2 reagernsia + standar )

Kebijkan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memipetkan ke dalam tabung reksi B S P Reagensia ( R1+R2=4:1 ) 1.000 ul 1.000 ul 1.000 ul Standart - 20 ul - Serum/plasma - - 20 ul2. Analis mencampurkan baik-baik, lalu menginkubasikan 10 menit

pada suhu kamar3. Analis membaca hasil pada alat Sapphire 120

Nilai Normal - Pria : 2,3 – 6.1- Wanita : 3,6 – 8,2

Unit Terkait

Instalansi Gawat Darurat (IGD)Instalansi Rawat JalanObstetic (OB)Intensive Care Unit (ICU)Operation Room (RO)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALULTRA SOUND GRAFF (USG)

19

Page 20: Sop Non Bedah

(Untuk Dispepsia, Abses Hati, Sirosis Hati, Hematemesis Melena, Hipertensi, DBD)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.245

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Alat yang digunakan untuk melihat keadaan didalam abdomen pasien

Tujuan Sebagai acuan untuk mendapatkan diagnosa penyakit

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1.Petugas radiologi mempersiapkan alat - Jelly USG - USG 2.Cara kerja : -Petugas menghidupkan/menyalakan terlebih dahulu alat USG -Petugas menulis nama dokter pengantar/nama pasien -Petugas mengintruksikan pasien tidur -Petugas membuka pakaian pasien sebatas daerah pemeriksaan -Petugas membuat jelly USG kedaerah pemeriksaan -Setelah pasien dipersiapkan, dokter melakukan pemeriksaan USG

sesuai dengan diagnosa pasien/permintaan dokter yang mengirim USG

-Hasil diagnosa/USG yang didapat diprint out dan dilampirkan pada status pasien/kartu rekam medis

Unit Terkait

Instalasi RadiologiInstalasi Rawat Inap (IRNA)Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rekam MedisDPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL20

Page 21: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN PLASMODIUM/MALARIA

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.246

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan plasmodium/malaria adalah pemeriksaan Laboratorium untuk menentukan dan mengidentifikasi jenis plasmodium penyebab penyakit malaria dari bahan pemeriksaan darah

Tujuan Untuk diagnosa

Indikasi Penderita dengan gejala demam dengan cirri-ciri malaria

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

A.Personalia : Seorang analisB.Persiapan alat :

Kapas alcohol Lancet Sput dan jarumnya Botol EDTA Cat giemsa atau wright dan buffernya Obyek glass Imersi oil Mikroskop

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Darah diambil analis dari vena atau perifer memasukkannya kedalam botol yang berisi anticoagulant EDTA atau langsung dibuat preparat apus kemudian dikeringkan

2. Kemudian analis mengpixasi dengan methanol atau langsung dicat dengan wright atau giemsa

3. Setelah dicat dan kering analis melihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan dengan imersi oil . kemudian analis mencari plasmodium nya diantara sel darah atau didalam eritrosit

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Obstetric (OB)Instalasi Rawat JalanIntensive Care Unit (ICU)Instalasi Rawat Inap (IRNA)Operation Room (OR)DPJP

21

Page 22: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPELAYANAN TRANFUSI DARAH

(Untuk Hematemasis Melena)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.247

No. Revisi-

Halaman1/2

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Tindakan memindahkan darah manusia atau bagian – bagiannya dari donor yang sehat ke penerima yang sakit atau luka

Tujuan Untuk meningkatkan haemoglobin darah dalam tubuh penderita

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

A. Cara tranfusi dan komplikasinya : Sebelum darah ditranfusikan perawat memperhatikan hal-hal

Sebagai berikut : - Memeriksa keadaan darah, plasma harus tetap jernih kekun

ingan dan tidak beku- Memeriksa kantong darah yang sudah dicross match dan telah

diberi label.- Suhu darah pada saat diberikan tidak terlampau dingin karena

dapat menyebabkan aritmia jantung meskipun demikian tindakan menghangatkan darah secara aktif tidak dianjurkan karena dapat merusak eritrosit dan mempercepat pertumbuhan bakteri.

Tehnik transfusi yang dilakukan perawat :- Perawat memeriksa kembali sifat dan jenis darah serta

kecocokan donor penderita - Tranfusi dilakukan dengan menggunakan selang infus yang

mempunyai saringan dengan jarum yang cukup besar, dan untuk membilasnya perawat menggunakan cairan NaCl Fisiologik.

- Dalam keadaan darurat perawat melakukan vena seksi untuk menjamin kelancaran dan kecepatan tranfusi.

- Perawat menyelimuti penderita dan mengawasinya terutama dalam 15 menit pertama terhadap kemungkinan komplikasi. Bila tanda-tanda tersebut muncul, perawat segera menghentikan tranfusi.

- Sebaiknya setiap 500 ml darah dalam waktu tidak lebih dari 2 jam, dan jangan menangguhkan tranfusi dari botol yang telah dipasang karena memperbesar kemungkinan kontaminasi bakteri

- Untuk setiap 1000 ml darah yang diberikan, perwat memberikan 10 cc Ca-glukonat 10 % iv perlahan – lahan agar tidak terjadi pembekuan darah.

22

Page 23: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPELAYANAN TRANFUSI DARAH

(Untuk Hematemasis Melena)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.247

No. Revisi-

Halaman2/2

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Beberapa hal yang perlu diperhatikan perawat : - Jangan mengeluarkan darah dari lemari es lebih dari 30 menit kecuali,

bila akan digunakan - Bila telah dibuka atau ditusuk jarum darah harus digunakan dalam

waktu 24 jam - Bila darah sudah dibuka atau ditusuk jarum darah harus digunakan

dalam waktu 24 jam - Darah tidak boleh dibekukan atau membeku cairan, plasma diatas

harus tetap jernih kekuningan, kekeruhan atau perubahan warna menandakan kontaminasi bakteri atau hemolisis.

Penanganan komplikasi tranfusi : 1. Perawat segera menghentikan tranfusi, perawat menggantikan dengan

cairan NaCl 0,9 % dan dengan blood set yang baru.2. Perawat segera menghubungi dokter 3. Perawat segera memeriksa kembali darah/komponen darah yang

diberikan seperti : identitas, jenis darah, tes kompetibilitas darah 4. Jika dokter curiga reaksi infeksi, dokter menganjurkan petugas

laboratorium memeriksa kultur darah pasien, dan sisa darah dikantong tranfusi.

5. Perawat mencatat reaksi tranfusi yang terjadi pada pasien berupa keluhan dan tanda yang ditemukan.

6. Jika perawat menemukan reaksi urtikaria : perawat melaporkan pada dokter, dan dokter akan memberikan antihistamin dan kortikosteroid dan perawat menunggu hasil pengobatan. Jika terapi berhasil, perawat dapat melanjutkan tranfusi.

7. Jika ada reaksi menggigil, perawat memberikan antipiretik. 8. Jika reaksi hemolitik, perawat memberikan infuse Dex 5 %, NaCl 0,9

% , usahakan dieresis 100 ml / jam.9. Jika pasien hipertensi persisten, dokter memikirkan kemungkinan

infeksi gram negative, mungkin perlu antibiotic.

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat PMILaboratoriumInstalasi Rawat InapDPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

23

Page 24: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN ELEKTROLIT(Untuk Hematemesis Melena, Hipertensi,

Kejang Demam, Ensevalitis)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.248

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpBPengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar Natrium, Kalium,

klorida dari bahan pemeriksaan serum.

Tujuan 1.Diagnosa 2.Pemantauan penyakit / pengobatan

Persiapan 1.Personalia : Seorang analis2.Alat : Electrolite analyzer 91803.Reagensia : Reagensia Elektrolit

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis melakukan vena punksi terhadap pasien yang akan diambil darahnya sebanyak 2 ml darah

2. Analis memisahkan serum dari darah dengan menggunakan centifuger.

3. Analis memasukkan serum kedalam tabung sebanyak 500 ul4. Analis menyiapkan alat hingga posisi alat dalam keadaan ready. 5. Analis menekan tombol YES, kemudian masukkan serum melalui

jarum sample hingga terdengtar bunyi klik.6. Analis memberrsihkan jarum sample dengan menggunakan tissue. 7. Analis menutup jarum sample seperti posisi semula 8. Secara otomatis alat akan menganalisa sample9. Analis menunggu 45 detik hingga proses analisa selesai. 10. Analis mencatat hasil yang keluar melalui kertas printer.

Nilai Normal Natrium : 136 - 145Kalium : 3,5 – 5,1Clorida : 97 – 111

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intensive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPENGIRIMAN SAMPLE DAN PASIEN

24

Page 25: Sop Non Bedah

KELUAR RUMAH SAKIT ESTOMIHI MEDAN

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.249

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian

Tata cara pengiriman pasien/sample kerumah sakit lain yaitu : Serologi, Kultur darah, Amylase, Lipase, Sero marker, Albuminuri mikro, Fundus copi, Protrombin, Endoskopi, Biopsy hati, Analisis cairan acites, Kultur cairan pus.

Tujuan Untuk melengkapi pemeriksaan dilaboratorium dan radiologi

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan laboratorium (karena pemeriksaan yang dimintakan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan tidak bisa dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan membuat surat pengantar kerumah sakit yang dituju dan sample darah yang dikirim keluar sudah ada konfirmasi dengan petugas laboratorium luar, dan hasilnya diantar kembali oleh petugas laboratoriumnya.

2. Bagi pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan radiologi (karenapemeriksaan yang diminta tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan menyerahkan surat pengantar kepada perawat ruangan untuk dibawa bersama pasien keluar Rumah Sakit Estomihi dengan diantar oleh ambulance.

3. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan radiologi seperti yang tertulis dilembaran permintaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan maka pasien dibawa perawat pulang ke Rumah Sakit Estomihi dengan mobil ambulance dan hasilnya diambil sore hari oleh supir ambulance dan diserahkan kepada suster ruangan dimana pasien menginap .

Unit Terkait

LaboratoriumInstalansi Rawat Inap (IRNA)RadiologiAmbulansPerawatDPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN WIDAL

25

Page 26: Sop Non Bedah

(SALMONELLA)(Untuk Diare, Tipoid)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.250

No. Revisi-

Halaman1/2

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan keberadaan kuman salmonella typhi atau paratyphi dalam bahan pemeriksaan darah.

Tujuan 1.Diagnosa 2.Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi -Penderita yang diduga demam typoid-Individu yang pembawa kuman (carrier)

Kontra indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1.Personalia : Seorang analis2.Alat :

Plat kaca untuk pemeriksaan widal Tangkai pengaduk Micro pipet Tabung reaksi

3.Reagensia : Tydal O Antigen Tydal H Antigen Para tidal AO, BO, CO, AH, BH, CH Antigen

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

a) Analis melakukan vena fungtio mengambil 3 cc darah.b) Dari darah diambil analis serum/plasma.c) Analis memipetkan serum/plasma 20 ul diletakkan pada sumur-sumur

yang ada dalam plat kaca sesuai dengan jumlah tidal antigen (8 sumur).

d) Analis meneteskan 1 tts widal antigen masing-masing 1 tts kedalam sumur yang telah berisi serum/plasma (1 sumur untuk 1 tts widal antigen).

e) Analis mencampurkan hingga rata dengan menggunakan tangkai pengaduk.

f) Analis menggoyang campuran tadi selama 2-5 menit. g) Analis membaca dengan melihat adanya aglutinasi. h) Jika ada campuran tersebut didapati aglutinasi analis melakukan

pengenceran dengan serum 10 ul, 5 ul hingga tidak dijumpai lagi adanya aglutinasi.

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

26

Page 27: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN WIDAL(SALMONELLA)(Untuk Diare, Tipoid)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.250

No. Revisi-

Halaman2/2

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Nilai Normal

Typoid O : 1/60H : 1/60

Para Typoid AO : 1/60AH : 1/60BO : 1/60BH : 1/60CO : 1/60CH : 1/60

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intensive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPOTO THORAX

27

Page 28: Sop Non Bedah

(Untuk Keganasan Primer Diservik Uteri,Mitral Stenosis, Karsinoma Mamae)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.251

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian

1. Pemeriksaan terhadap Paru – paru 2. Pemeriksaan terhadap Jantung 3. Pemeriksaan terhadap Hematho Thorax 4. Pemeriksaan terhadap Pleural efusi5. Pemeriksaan akibat kecelakaan

Tujuan 1. Menegakkan diagnosa pasien 2. Melanjutkan terapi

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Petugas Radiologi mempersiapkan alat/kaset2. Cara kerja : Posisi PA

a. Pasien dipersilahkan membuka bajub. Pasien diposisikan c. Pasien berdiri menghadap standar kaset/meja d. Kedua tangan dipinggang e. Pada saat expose pasien disuru tarik napasdan

menahan napas. f. CR : tegak lurusg. CP : thoracal IV h. FFD: 90 – 100 cm

3. Posisi lateral : a. Pasien berdiri menyamping terhadap standar

buky/kasetb. Kedua tangan keatas c. CR : Menembus Axilla d. CP : Tegak lurus menghadap kasete. FFD : 90 – 100 cm

Unit Terkait

Instalasi RadiologiInstalansi Rekam MedisInstalasi Rawat Inap (IRNA)Instalasi Rawat JalanDPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

28

Page 29: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN FAECES RUTIN(Untuk Diare Kronik, Kejang Demam)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.252

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan faeces adalah pemeriksaan lab untuk memeriksa ciri-ciri fisik, kimiawi, biologi dan mikroskopik dari bahan pemeriksaan tinja.

Tujuan Diagnosa

Indikasi 1. Penderita yang kemungkinan infeksi keganasan cacing, dan amuba, gangguan pencernaan.

2. Penderita yang mendapat pengobatan dari Rumah Sakit (pemeriksaan rutin).

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia seorang Analis 2. Persiapan alat :

a) Mikroskopb) Obyek Glassc) Deck Glass d) Larutan Eosin 1 %

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis meneteskan eosin 1 % kearah obyek glass, analis mengambil 1 pucuk lidi tinja, jika lendir dan darahnya ada ambil 1 pucuk lidi kemudian oleskan tinja pada obyek glass, kemudian analis membaca dengan mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x, analis melihat semua preparat.

2. Analis mencatat semua yang terdapat dalam sediaan tersebut (telur cacing, cacing, amuba, lekosit, eritrosit, dan lain-lain).

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Operation Room (OR)Instalasi Rawat InapInstalasi Rawat Jalan (IRNA) Obstetric (OB)Intensive Care Unit (ICU)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN URINE RUTIN

29

Page 30: Sop Non Bedah

(Untuk Kejang Demam, Tifoid, TB Paru)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.253

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menilai karakteristik fisik, kimiawi, dan mikroskopik air seni.

Tujuan Diagnosa Indikasi 1. Penderita dengan kemungkinan gangguan sistem uropoetika

2. Penderita yang menjalani perawatan dari Rumah Sakit (Pemeriksaan rutin)

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia seorang Analis 2. Reagensia : Multi stick3. Alat :

Cliniteck status Sentrifugar Tabung reaksi Mikroskop Obyek Glass Deck Glass

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Urine dalam botol penampung dikocok analis.2. Analis memasukkan urine kedalam tabung reaksi sebanyak 5 cc.3. Analis memasukkan multistick kedalam tabung reaksi yang sudah

berisi urine, kemudian memasukkan stick kedalam alat clinitek status yang sedang ready, lalu analis mencatat pemeriksaan urine yang sudah dibaca alat seperti PH, BJ, Protein, Glukosa, Keton, Bilirubin, Urobilinogen, Nitrit, D Blood.

4. Kemudian urine dalam tabung tersebut diputar analis dengan menggunakan alat centyfuger 2000 rpm selama 5 menit.

5. Lalu urine di buang analis disisakan 0,5 cc/presipitannya.6. Dituangkan diatas obyek glass 1 tts dan ditutup dengan deck glass.7. Analis melihat dengan mikroskop pembesaran 10x lalu 40x,

mencatanya/melaporkan sedimen yang ada organic maupun anorganik.

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat InapInstalasi Rawat Jalan (IRNA) Obstetric (OB)Intensive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

30

Page 31: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALLUMBAL PUNCTI (SPINAL PUNCTURE)

(Untuk Kejang Demam, Ensevalitis,Tetanus Neonatorum)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.254

No. Revisi-

Halaman1/2

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpBPengertian Memasukkan jarum kedalam rongga lumbalis (vakum arachnoidea)

Tujuan

1. Untuk mengambil bahan pemeriksaan (diagnostik).2. Untuk menyuntikkan obat-obat sebagai pengobatan terhadap

penyakit.3. Untuk menyuntikkan anesthesia local.4. Untuk menyuntikkan udara atau larutan tertentu sebelum

pengambilan sinar tembus otak atau media. 5. Untuk mengukur tekanan otak.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

A. Intruksi Umum : 1. Prasad ini dikerjakan dengan aseptik tehnik 2. Tempat untuk penyuntikan biasanya pada ruas lumbal ke IV 3. Kulit didaerah yang akan dilakukan punctie dibersihkan dengan

antiseptik, betadine, dan alkohol 95 % oleh dokter. 4. Posisi penderita tergantung dari dokter yang akan melakukan

tindakan, umumnya penderita dibaringkan diatas tempat tidur dan ditekuk agar vertebrae bisa terbuka

5. Penderita harus tetap tenang tidak boleh bergerak selama Prasad berlangsung.

6. Penderita harus diobservasi selama Prasad berlangsung, apabila ada tanda – tanda sesak napas, batuk dan lainnya, Prasad dihentikan dan dilanjutkan melihat situasi dari penderita.

7. Penderita harus berbaring tanpa bantal untuk 8 jam dan tetap berada ditempat tidur selama 24 jam.

B. Perawat mempersiapkan alat : 1. Minor tray yang berisi :

- Minor sheet (duck bolong)- Aplicator 3 buah- Gauze 4 x 4- Syringe 5 cc - Spinal needle No.22- Triway + Abocath 14

2. Beberapa botol kecil yang stering (syringe 60 cc)3. Xylocaine 2 % atau sejenisnya untuk anastesi local (phcain)4. Glove yang steril5. Alkohol spons dan alcohol 95 %6. Betadine untuk antiseptik7. Oksigen bila perlu8. Beritahu lab untuk menyiapkan cairan none dan pandi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

31

Page 32: Sop Non Bedah

LUMBAL PUNCTI (SPINAL PUNCTURE)(Untuk Kejang Demam, Ensevalitis,

Tetanus Neonatorum)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.254

No. Revisi-

Halaman2/2

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

C. Cara kerja : 1. Perawat IGD menyiapkan minor tray dan segala alat yang steril

didalamnya.2. Dokter spesialis menerangkan kepada penderita/keluarga

tentang Prasad yang akan dilakukan.3. Sebelum melakukan Prasad, kepala shift meminta kepada

keluarga mengisi surat ijin operasi.4. Perawat IGD menyiapkan penderita pada posisi yang

diinginkan.5. Perawat IGD memberikan glove ysng steril kepada dokter yang

akan melakukan. 6. Perawat IGD membuka penutup alat yang steril.7. Daerah yang akan dilakukan punctie dibersihkan oleh dokter

spesialis dengan bethadine dan alkohol untuk antiseptik.8. Setelah dokter menusukkan jarum, perawat IGD menyiapkan 2

botolkecil untuk pemeriksaan none dan pandi oleh laboratorium teknisi. Untuk none 3 tetes dan pandi 7 tetes.

9. Apabila Prasad selesai dibuat, dokter mencabut jarum dan langsung ditutup dengan gauze yang diberi betadine.

10. Perawat IGD membersihkan alat-alat yang digunakan dan disterilkan kembali.

11. Perawat IGD melakukan observasi penderita selama 24 jam setelah tindakan.

12. Dokter spesialis mencatat pada status penderita, apa yang telah dilakukan.

13. Dokter spesialis mencatat kalau ada medikasi yang dimasukkan, jenis apa dan jumlahnya.

14. Perawat IGD mencatat setiap gejalayang tidak normal terjadi selama atau sesudah dilakukan Prasad.

Unit Terkait Instalasi Gawat DaruratInstalasi Rawat Inap (IRNA)DPJPLaboratorium

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

32

Page 33: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN PROTEIN URINE( Untuk Ensevalitis )

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.255

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan protein urine cara manual adalah pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi protein urine dalam dbahan pemeriksaan.

Tujuan Diagnosa

Persiapan -Personalia: -Seorang Analis-Persiapan Alat: -Tabung Reksi -Lampu Bunsen-Reagensia: -Asam Acetate

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memasukkan urin ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 cc.2. Analis menghidupkan lampu Bunsen, kemudian mendidihkan urin

di dalam tabung reaksi.3. Analis melihat perubahan warna urin apabila terjadi kekeruhan4. Analis meneteskan 2-3 tetes asam asetat 6% ke dalam tabung

berisi urin yang sudah dididihkan.5. Analis membaca hasil dengan mengamati perubahan reaksi.

Penilaian 1. Protein urin positif (+) jika urin dalam tabung tetap keruh setelah ditetesi asam asetat 6 %.

2. Protein negatif (-) jika urin dalam tabung tetap jernih setelah ditetesi asam asetat 6 %.

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetrik (OB)Intensive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPENGIRIMAN SAMPLE DAN PASIEN

33

Page 34: Sop Non Bedah

KELUAR RUMAH SAKIT ESTOMIHI MEDAN

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.256

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Tata cara pengiriman pasien/sample kerumah sakit lain yaitu : broncoscopy, spirimetri, uji bronkodolator, bronchografi, torakosentesis, sputum ditologi, AGDA, PCWP.

Tujuan Untuk melengkapi pemeriksaan dilaboratorium dan radiologi.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan laboratorium (karena pemeriksaan yang dimintakan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan tidak bisa dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan membuat surat pengantar kerumah sakit yang dituju dan sample darah yang dikirim keluar sudah ada konfirmasi dengan petugas laboratorium luar, dan hasilnya diantar kembali oleh petugas laboratoriumnya.

2. Bagi pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan radiologi (karena pemeriksaan yang diminta tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan menyerahkan surat pengantar kepada perawat ruangan untuk dibawa bersama pasien keluar Rumah Sakit Estomihi dengan diantar oleh ambulans.

3. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan radiologi seperti yang tertulis dilembaran permintaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan maka pasien dibawa perawat pulang ke Rumah Sakit Estomihi dengan mobil ambulance dan hasilnya diambil sore hari oleh supir ambulance dan diserahkan kepada suster ruangan dimana pasien menginap .

Unit Terkait

LaboratoriumRadiologi Instalasi Rawat Inap (IRNA)AmbulansPerawatDPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALTEKNIK PEMASANGAN EKG MONITOR

34

Page 35: Sop Non Bedah

(Untuk Disritmia, Henti Jantung, Stenosis Mitralis,Jantung Paru, Temponade Jantung, Perikarditis Akut,

Perikarditis Kronik)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.257

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian EKG monitor adalah suatu pemeriksaan cepat dan ekonomis yang bias memberi informasi tentang suatu fungsi jantung melalui gambaran pada EKG monitoring.

Tujuan Untuk memonitoring hantaran listrik dari otot-otot jantung secara terus-menerus sehingga dapat diketahui dengan cepat bila terdapat kelain an terutama gangguan irama (arytmia).

Kebijakan SK Direktur Nomor

Persiapan

Perawat ICU membuat persiapan pasien1. Memberitahu pada pasien tentang fungsi dari pemasangan alat EKG

monitoring, bila pasien sadar.2. Bersihkan daerah tempat pemasangan elektroda, bila perlu cukur dan

bersihkan dengan kapas alkohol.

Perawat ICU mempersiapkan alat1. EKG monitor yang telah siap dipakai2. Elektroda 3 buah (merah,kuning,hitam)3. Jelly EKG

Prosedur Pelaksanaan

1. Perawat ICU melekatkan Elektroda di daerah dada sebelah kiri setelah diberikan jelly sebagai penghantar arus. Dengan posisi kabel mengarah ke mesin EKG serta letak lead sebagai berikut :- Elektroda warna merah posisinya diatas 5V (diatas intercosta 4 kanan)- Elektroda warna kuning posisinya diatas 5V (diatas intercosta 5 kiri)- Elektroda warna hitam/hijau posisinya sejajar dengan elektroda warna

merah pada intercosta sebelah kiri2. Setelah elektroda terpasang mesin EKG dihidupkan oleh perawat ICU

dan gambaran EKG akan terlihat dilayar EKG.

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

35

Page 36: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN GLUCOSE

(Untuk Henti Jantung, Kardiovaskular, DM)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.258

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar glucosa dari bahan pemeriksaan darah/cairan pleura/asites.

Tujuan 1.Diagnosa2.Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Penderita dengan persangkaan penyakit hepar. Penderita dengan persangkaan gangguan nutrisi. Penderita dengan persangkaan gagal jantung. Penderita dengan persankaan gagal ginjal.

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan 1.Personalia : Seorang analis2.Alat : Optium Xced 1 Set3.Reagensia : Reagensia Optium

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memasukkan stik glukosa kedalam alat (posisi dibawah alat)2. Analis menusuk jari pasien yang sudah diserahkan dengan alcohol

70% atau 96% dengan menggunakan lancet. 3. Analis meneteskan darah 1 tetes kedalam stik Optium Xced setelah

ada tanda tetesan darah pada layar alat. 4. Analis menunggu beberapa detik, secara otomatis alat akan

menganalisa tetesan darah, lalu analis mencatat hasil yang ada pada layar monitor alat.

5. Analis mengambil Stik Optium yang sudah dipakai dari alat kemudian membuangnya.

6. Analis mematikan alat dengan menekan power.Nilai Normal KGD puasa : 50 – 110 mg/dl

KGD 2 jam PP : 50 Thn 145 mg/dl: 60 – 70 thn 160 mg/dl: > 70 thn 180 mg/dl

KGD adrandom : 70 – 150 mg/dl

Unit Terkait

Instalansi Gawat Darurat (IGD)Instalansi Rawat JalanInstalansi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intensive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPOTO THORAX

36

Page 37: Sop Non Bedah

(Untuk Tamponade Jantung,Infark Miokard Akut, Perikarditis Kronik)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.259

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian

1. Pemeriksaan terhadap Paru – paru 2. Pemeriksaan terhadap Jantung 3. Pemeriksaan terhadap Hematho Thorax 4. Pemeriksaan terhadap Pleural efusi5. Pemeriksaan akibat kecelakaan

Tujuan 1. Menegakkan diagnosa pasien 2. Melanjutkan terapi

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Petugas Radiologi mempersiapkan alat/kaset2. Cara kerja : Posisi PA

a. Pasien dipersilahkan membuka bajub. Pasien diposisikan c. Pasien berdiri menghadap standar kaset/meja d. Kedua tangan dipinggang e. Pada saat expose pasien disuru tarik napasdan menahan napas. f. CR : tegak lurusg. CP : thoracal IV h. FFD: 90 – 100 cm

3. Posisi lateral : a. Pasien berdiri menyamping terhadap standar buky/kasetb. Kedua tangan keatas c. CR menembus aksila d. CP tegak lurus terhadap kasete. FFD : 90 – 100 cm

Unit Terkait

Instalasi RadiologiInstalansi Rekam MedisInstalasi Rawat Inap (IRNA)Instalasi Rawat JalanDPJP

37

Page 38: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN DARAH LENGKAP

(Untuk Stenosis Mitralis, Jantung Paru, Cedera Kepala, Migrain, Sindroma Steven-Jhonson, Erasipelas)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.260

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian

Micros 60 adalah : suatu alat auto analyzer yang dirancang untuk pemeriksaan pada hematology klinik yang menggunakan prinsip-prinsip elektronik, sinar lazer dan sitometer arus. Parameter yang diukur meliputi hitung Leucocyt, hitung Erytrocyt, Haemoglobin, Haematocryt, MCV, MCH, MCHC, Trombocyt. Hitung jenis leucocyt dan pelengkap – pelengkapnya.

Tujuan 1. Diagnosis2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Pemeriksaan dasar bagi penderita yang menjalani pengobatan di rumah sakit (pengobatan rutin) yang dilakukan secara automatik.

Kontra indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang Analis2. Alat : - Seperangkat Alat Micros 60

- Kapas Alkohol- Spuit 3cc

3. Reagensia : - Mini clean- Minidil- Minilyse - Botol EDTA

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis mengambil darah vena dengan spuit 3 cc.2. Lalu memasukkan dalam botol EDTA, dikocok hingga homogen.3. Analis menyambungkan kabel listrik ke stop kontak. 4. Analis menekan tombol disisi belakang alat.5. Alat akan bekerja otomatis hingga ready (alat siap dipakai).6. Analis menghomogenkan sample. 7. Analis memasukkan sample keselang alat, lalu menekan start.8. Analis menunggu beberapa detik, alat akan menghisap darah

hingga alat berbunyi klik 2x, alat akan menganalisa darah secara otomatis.

9. Tunggu alat mengeluarkan hasil dengan menggunakan kertas printer.

10. Setelah hasil keluar alat kembali ready, analis memasukkan sample yang lain secara bergantian hingga sample terakhir sesuai dengan nomor botol EDTA.

11. Bila alat tidak digunakan lagi, matikan alat dengan menekan tombol (shut down) ketika alat sedang ready.

12. Analis mencatat hasil.Unit Terkait Intansi Gawat Darurat (IGD), Intansi Rawat Jalan, Intansi Rawat Inap

(IRNA), Obstetric (OB), Intensive Care Unit (ICU), Operation Room (OR), DPJP.

38

Page 39: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPENGIRIMAN SAMPLE DAN PASIEN

KELUAR RUMAH SAKIT ESTOMIHI MEDAN

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.261

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpBPengertian Tata cara pengiriman pasien/sample kerumah sakit lain yaitu : ECT, EEG,

CT-Scan dan MRI.

Tujuan Untuk melengkapi pemeriksaan dilaboratorium dan radiologi.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan laboratorium (karena pemeriksaan yang dimintakan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan tidak bisa dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan membuat surat pengantar kerumah sakit yang dituju dan sample darah yang dikirim keluar sudah ada konfirmasi dengan petugas laboratorium luar, dan hasilnya diantar kembali oleh petugas laboratoriumnya.

2. Bagi pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan radiologi (karena pemeriksaan yang diminta tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan menyerahkan surat pengantar kepada perawat ruangan untuk dibawa bersama pasien keluar Rumah Sakit Estomihi dengan diantar oleh ambulans.

3. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan radiologi seperti yang tertulis dilembaran permintaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan maka pasien dibawa perawat pulang ke Rumah Sakit Estomihi dengan mobil ambulance dan hasilnya diambil sore hari oleh supir ambulance dan diserahkan kepada suster ruangan dimana pasien menginap .

Unit Terkait

LaboratoriumRadiologi Instalasi Rawat Inap (IRNA)AmbulansPerawatDPJP

39

Page 40: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALLUMBAL PUNCTI (SPINAL PUNCTURE)(Untuk Neuropati, Epilepsy Dan Meningitis)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.262

No. Revisi-

Halaman1/2

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Memasukkan jarum kedalam rongga lumbalis (vakum arachnoidea)

Tujuan

1. Untuk mengambil bahan pemeriksaan (diagnostik).2. Untuk menyuntikkan obat-obat sebagai pengobatan terhadap

penyakit.3. Untuk menyuntikkan anesthesia local.4. Untuk menyuntikkan udara atau larutan tertentu sebelum

pengambilan sinar tembus otak atau media. 5. Untuk mengukur tekanan otak.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

A. Intruksi Umum : 1. Prasad ini dikerjakan dengan aseptik tehnik 2. Tempat untuk penyuntikan biasanya pada ruas lumbal ke IV 3. Kulit didaerah yang akan dilakukan punctie dibersihkan dengan

antiseptik, betadine, dan alkohol 95 % oleh dokter. 4. Posisi penderita tergantung dari dokter yang akan melakukan

tindakan, umumnya penderita dibaringkan diatas tempat tidur dan ditekuk agar vertebrae bisa terbuka

5. Penderita harus tetap tenang tidak boleh bergerak selama Prasad berlangsung.

6. Penderita harus diobservasi selama Prasad berlangsung, apabila ada tanda – tanda sesak napas, batuk dan lainnya, Prasad dihentikan dan dilanjutkan melihat situasi dari penderita.

7. Penderita harus berbaring tanpa bantal untuk 8 jam dan tetap berada ditempat tidur selama 24 jam.

B. Perawat mempersiapkan alat : 1. Minor tray yang berisi :

- Minor sheet (duck bolong)- Aplicator 3 buah- Gauze 4 x 4- Syringe 5 cc - Spinal needle No.22- Triway + Abocath 14

2. Beberapa botol kecil yang stering (syringe 60 cc)3. Xylocaine 2 % atau sejenisnya untuk anastesi local (phcain)4. Glove yang steril5. Alkohol spons dan alcohol 95 %6. Betadine untuk antiseptik7. Oksigen bila perlu8. Beritahu lab untuk menyiapkan cairan none dan pandi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

40

Page 41: Sop Non Bedah

LUMBAL PUNCTI (SPINAL PUNCTURE)(Untuk Kejang Demam, Ensevalitis,

Tetanus Neonatorum)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.262

No. Revisi-

Halaman2/2

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

C. Cara kerja : 1. Perawat IGD menyiapkan minor tray dan segala alat yang steril

didalamnya.2. Dokter spesialis menerangkan kepada penderita/keluarga

tentang Prasad yang akan dilakukan.3. Sebelum melakukan Prasad, kepala shift meminta kepada

keluarga mengisi surat ijin operasi.4. Perawat IGD menyiapkan penderita pada posisi yang

diinginkan.5. Perawat IGD memberikan glove ysng steril kepada dokter yang

akan melakukan. 6. Perawat IGD membuka penutup alat yang steril.7. Daerah yang akan dilakukan punctie dibersihkan oleh dokter

spesialis dengan bethadine dan alkohol untuk antiseptik.8. Setelah dokter menusukkan jarum, perawat IGD menyiapkan 2

botolkecil untuk pemeriksaan none dan pandi oleh laboratorium teknisi. Untuk none 3 tetes dan pandi 7 tetes.

9. Apabila Prasad selesai dibuat, dokter mencabut jarum dan langsung ditutup dengan gauze yang diberi betadine.

10. Perawat IGD membersihkan alat-alat yang digunakan dan disterilkan kembali.

11. Perawat IGD melakukan observasi penderita selama 24 jam setelah tindakan.

12. Dokter spesialis mencatat pada status penderita, apa yang telah dilakukan.

13. Dokter spesialis mencatat kalau ada medikasi yang dimasukkan, jenis apa dan jumlahnya.

14. Perawat IGD mencatat setiap gejalayang tidak normal terjadi selama atau sesudah dilakukan Prasad.

Unit Terkait Instalasi Gawat DaruratInstalasi Rawat Inap (IRNA)DPJPLaboratorium

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN GLUCOSE

41

Page 42: Sop Non Bedah

(Untuk Neuropati, Migrain, Epilepsy, Stroke, Cedera Kepala)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.263

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar glukosa dari bahan pemeriksaan darah/cairan pleura/asites.

Tujuan 1.Diagnosa2.Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi

Penderita dengan persangkaan penyakit hepar. Penderita dengan persangkaan gangguan nutrisi. Penderita dengan persangkaan gagal jantung. Penderita dengan persankaan gagal ginjal.

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan 1.Personalia : Seorang analis2.Alat : Optium Xced 1 Set3.Reagensia : Reagensia Optium

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memasukkan stik glukosa kedalam alat (posisi dibawah alat)2. Analis menusuk jari pasien yang sudah diserahkan dengan alkohol

70% atau 96% dengan menggunakan lancet. 3. Analis meneteskan darah 1 tetes kedalam stik Optium Xced setelah

ada tanda tetesan darah pada layar alat. 4. Analis menunggu beberapa detik, secara otomatis alat akan

menganalisa tetesan darah, lalu analis mencatat hasil yang ada pada layar monitor alat.

5. Analis mengambil Stik Optium yang sudah dipakai dari alat kemudian membuangnya.

6. Analis mematikan alat dengan menekan power.

Nilai Normal

KGD puasa : 50 – 110 mg/dlKGD 2 jam PP : 50 Thn 145 mg/dl

: 60 – 70 thn 160 mg/dl: > 70 thn 180 mg/dl

KGD adrandom : 70 – 150 mg/dl

Unit Terkait

Instalansi Gawat Darurat (IGD)Instalansi Rawat JalanInstalansi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intensive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

42

Page 43: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN UREUM

(Untuk Neuropati, Stroke, Cedera Kepala)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.264

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan urea adalah pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar urea dari bahan serum/plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Penderita dengan persangkaan gagal ginjal

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : SAPPHIRE IZO Tabung reaksi Clinipete 1000 ul, 5 ul3. Reagensia : Urea Kid (3 reagensia + Standart)

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Pipet kedalam tabung reaksi B S P Reagensia ( R1 + R3)10:0,1 500 ul 500 ul 500 ul Standart - 5 ul - Serum/Plasma - - 5 ul2. Dicampur lalu diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar3. Reagensia 2 500 ul 500 ul 500 ul4. Dicampur baik-baik selama 5 menit pada suhu 37ºC 5. Kemudian analis membaca hasilnya pada alat dialab SAPPHIRE IZO

Penilaian Serum/Plasma = 10 – 50 mg/dl

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN CREATININ

43

Page 44: Sop Non Bedah

(Untuk Neuropati, Stroke Dan Cedera Kepala)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.265

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan creatinin adalah pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar creatinin dalam bahan pemeriksaan serum/plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Penderita dengan persangkaan gagal ginjal

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : SAPPHIRE IZO Tabung reaksi Clinipete 1000 ul, 5 ul3. Reagensia : Creatinin Kit (2 reagensia + Standart)

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memipet kedalam tabung reaksi B S P- Reagensia 1 1000 ul 1000 ul 1000 ul - Standart - 50 ul -- Serum/Plasma - - 50 ul

2. Analis mencampurkan baik-baik, lalu diinkubasi 1 menit pada suhu kamar, analis membaca hasil dengan dialab SAPPHIRE IZO

Penilaian -Pria : 0,9 – 1,3 mg/dl-Wanita : 0,6 – 1,1 mg/dl

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

44

Page 45: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN ELEKTROLIT(Untuk Migrain, Epilepsy Dan Cedera Kepala)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.266

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpBPengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar Natrium, Kalium,

klorida dari bahan pemeriksaan serum.

Tujuan 1.Diagnosa 2.Pemantauan penyakit / pengobatan

Persiapan 1.Personalia : Seorang analis2.Alat : Spotchem EL SE 1520 (AKRAT)3.Reagensia : Reagensia Elektrolit

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis melakukan vena punksi terhadap pasien yang akan diambil darahnya sebanyak 2 ml darah.

2. Analis memisahkan serum dari darah dengan menggunakan centifuger.

3. Analis memasukkan serum kedalam tabung sebanyak 500 ul.4. Analis menyiapkan alat hingga posisi alat dalam keadaan ready. 5. Analis menekan tombol MEASURE, kemudian masukkan serum

dengan menggunakan Clinipette Double hingga terdengtar bunyi klik.

6. Secara otomatis alat akan menganalisa sample.7. Analis menunggu 45 detik hingga proses analisa selesai. 8. Analis mencatat hasil yang keluar melalui kertas printer.

Nilai Normal Natrium : 136 - 145Kalium : 3,5 - 5,1Clorida : 97 - 111

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intensive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALFOTO SCHAEDEL

45

Page 46: Sop Non Bedah

(Untuk Epilepsy, Meningitis, Ensevalitis,Gangguan Mental Organik, Gangguan Kepribadian)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.267

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Melihat FrakturMelihat adanya Massa

Tujuan Menegakkan diagnosa pasien dan melihat seluruh tulang kepala.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Petugas radiologi mempersiapkan alat/kaset2. Cara kerja : Posisi Pemotretan ada 2 :

Posisi AP- Pasien dalam keadaan tidur telentang- Kepala ditekuk sehingga OMBL tegak lurus- Kedua tangan disamping tubuh

Sinar FFD : 100 cm CR : Tegak lurusCP : Menembus glabella

Posisi LATERAL

- Pasien tidur terlentang diatas meja- Kepala diputar ke salah satu sisi yang sakit- Kedua tangan lurus di samping tubuh

Sinar FFD : 100 cm CR : VerticalCP : Menembus POE dan Glabella

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)

46

Page 47: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPOTO THORAX

(Untuk Stroke, Meningitis, Spondylitis TB)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.268

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian

1. Pemeriksaan terhadap paru – paru 2. Pemeriksaan terhadap jantung 3. Pemeriksaan terhadap hematho thorax 4. Pemeriksaan terhadap pleural efusi5. Pemeriksaan akibat kecelakaan

Tujuan 1. Menegakkan diagnosa pasien 2. Melanjutkan terapi

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Petugas Radiologi mempersiapkan alat/kaset2. Cara kerja : Posisi PA

a. Pasien dipersilahkan membuka bajub. Pasien diposisikan c. Pasien berdiri menghadap standar kaset/meja d. Kedua tangan dipinggang e. Pada saat expose pasien disuru tarik napasdan menahan napas. f. CR : tegak lurusg. CP : thoracal IV h. FFD: 90 – 100 cm

3. Posisi lateral : a. Pasien berdiri menyamping terhadap standar buky/kasetb. Kedua tangan keatas c. CR menembus aksila d. CP tegak lurus terhadap kasete. FFD : 90 – 100 cm

Unit Terkait

Instalasi RadiologiInstalansi Rekam MedisInstalasi Rawat Inap (IRNA)Instalasi Rawat JalanDPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

47

Page 48: Sop Non Bedah

FOTO LUMBOSAKRAL(Untuk Cedera Kepala, Spondylitis TB)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.269

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Melihat frakturMelihat spondylitisMelihat osteofitMelihat osteoporosis

Tujuan Menegakkan diagnosa pasien.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Petugas Radiologi mempersiapkan alat/kaset2. Cara kerja : Posisi PA

a. Pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaanb. Kaset berada dibawah meja pemeriksaanc. Kedua tangan lurus disamping tubuh Sinar CR : vertikal

CP : symphisis pubis FFD : 90 – 100 cm

3. Posisi lateral : a. Pasien berdiri miring sehingga betul-betul lateral di atas mejab. Kaset berada dibawah mejac. Kedua tangan dilipat di atas d. Kedua kaki ditekukSinar CR : vertikal CP : dibawah crista illiaca FFD : 90 – 100 cm

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)

48

Page 49: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALMEDIS PELAYANAN

DI RUMAH SAKIT ESTOMIHI MEDAN

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.270

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Tata cara pengiriman pasien/sample kerumah sakit lain yaitu : fungsi hormone tiroid, CT Scan, EEG, MRI PPD5TU, tes tuberculin, Mielografi, AGDA, arteriorgrafi, VDRL, TPHA, cairan otak.

Tujuan Untuk melengkapi pemeriksaan dilaboratorium dan radiologi.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan laboratorium (karena pemeriksaan yang dimintakan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan tidak bisa dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan membuat surat pengantar kerumah sakit yang dituju dan sample darah yang dikirim keluar sudah ada konfirmasi dengan petugas laboratorium luar, dan hasilnya diantar kembali oleh petugas laboratoriumnya.

2. Bagi pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan radiologi (karena pemeriksaan yang diminta tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan menyerahkan surat pengantar kepada perawat ruangan untuk dibawa bersama pasien keluar Rumah Sakit Estomihi dengan diantar oleh ambulans.

3. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan radiologi seperti yang tertulis dilembaran permintaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan maka pasien dibawa perawat pulang ke Rumah Sakit Estomihi dengan mobil ambulance dan hasilnya diambil sore hari oleh supir ambulance dan diserahkan kepada suster ruangan dimana pasien menginap .

Unit Terkait

LaboratoriumRadiologi Instalasi Rawat Inap (IRNA)AmbulansPerawatDPJP

49

Page 50: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPENGIRIMAN SAMPLE DAN PASIEN

KELUAR RUMAH SAKIT ESTOMIHI MEDAN

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.271

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Tata cara pengiriman pasien/sample kerumah sakit lain yaitu : colok inloop, biopsy, mountoux test, BTA sputum, oral kholesisto grafi, intravena kholesistografi, kholesisto grafi infus, CT-Scan abd, Atas, mamografi, sputum.

Tujuan Untuk melengkapi pemeriksaan dilaboratorium dan radiologi.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan laboratorium (karena pemeriksaan yang dimintakan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan tidak bisa dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan membuat surat pengantar kerumah sakit yang dituju dan sample darah yang dikirim keluar sudah ada konfirmasi dengan petugas laboratorium luar, dan hasilnya diantar kembali oleh petugas laboratoriumnya.

2. Bagi pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan radiologi (karena pemeriksaan yang diminta tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan menyerahkan surat pengantar kepada perawat ruangan untuk dibawa bersama pasien keluar Rumah Sakit Estomihi dengan diantar oleh ambulans.

3. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan radiologi seperti yang tertulis dilembaran permintaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan maka pasien dibawa perawat pulang ke Rumah Sakit Estomihi dengan mobil ambulance dan hasilnya diambil sore hari oleh supir ambulans dan diserahkan kepada suster ruangan dimana pasien menginap.

Unit Terkait

LaboratoriumRadiologi Instalasi Rawat Inap (IRNA)AmbulansPerawatDPJP

50

Page 51: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALACNE VULGARIS, IMPETIGO, HERPES

ZOSTER, FURUNCLE DAN CARBUNCLE

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.272

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Sebagai acuan dalam pelaksanaan penanganan akne vulgaris, impetigo, herpes zoster, furuncle dan carbuncle.

Tujuan Melakukan pemeriksaan, penegakan diagnosa hingga penatalaksanaan akne vulgaris, impetigo, herpes zoster, furuncle dan carbuncle.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Pasien mendaftar dibagian pendaftaran/rekam medis.2. Petugas rekam medis melakukan registrasi atar pasien dan mengirim

berkas rekam medis pasien ke instansi rawat jalan.3. Pasien menunggu di ruang tunggu.4. Perawat memanggil pasien, melakukan pemeriksaan tekanan darah

dan temperatur serta keluhan pasien dan mencatatkan hasilnya di rekam medis pasien.

5. Perawat menghubungi dokter spesialis kulit dan kelamin dan membawa pasien kepada dokter tersebut.

6. Dokter spesialis melakukan anamneses dan melakukan pemeriksaan pasien.

7. Dokter spesialis melakukan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.8. Dokter spesialis mendiagnosa pasien dengan akne vulgaris,

impetigo, herpes zoster, furuncle dan carbuncle.9. Dokter spesialis memberikan penjelasan tentang penyakitnya serta

rencana asuhan medis sehubungan dengan penyakit tersebut.10. Dokter spesialis menuliskan seluruh hasil anamneses, pemeriksaan

dan rencana asuhan medis pasien di dalam rekam medis pasien.11. Dokter spesialis membuat resep obat pasien serta memberikannya

kepada perawat.12. Perawat mengisi jasa pelayanan di instansi berobat jalan pada slip

berobat pasien sesuai dengan ketentuan berlaku dan menyatukannya dengan resep dokter spesialis.

13. Perawat mengarahkannya atau mendampingi pasien ke bagian instalasi farmasi untuk pengambilan obat dengan membawa resep obat spesialis.

14. Petugas instalasi farmasi menyediakan jumlah total harga obat tersebut.

15. Bila pasien setuju, pasien membayar di kasir.16. Petugas farmasi menyerahkan obat kepada pasien termasuk

memberikan tentang tata cara pemakaian obat.17. Kasir membuatkan kuitansi pembayaran atas jasa pembayaran sesuai

dengan tarif yang berlaku atau seperti yang terdapat pada slip berobat pasien, lalu pulang.

Unit Terkait Laboratorium, Radiologi, Instalasi Rawat Inap (IRNA), Ambulans, Perawat, DPJP.

51

Page 52: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPENGIRIMAN SAMPLE DAN PASIEN

KELUAR RUMAH SAKIT ESTOMIHI MEDAN

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.273

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Tata cara pengiriman pasien/sample kerumah sakit lain yaitu : Serologi, Kultur Darah, Amylase, Lipase, Sero Marker, Albuminuri Mikro, Funduscopy, Protrombin, Endoskopy, Biopsy Hati, Analisis Cairan Acites, Kultur Cairan Pus.

Tujuan Untuk melengkapi pemeriksaan dilaboratorium dan radiologi.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan laboratorium (karena pemeriksaan yang dimintakan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan tidak bisa dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan membuat surat pengantar kerumah sakit yang dituju dan sample darah yang dikirim keluar sudah ada konfirmasi dengan petugas laboratorium luar, dan hasilnya diantar kembali oleh petugas laboratoriumnya.

2. Bagi pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan radiologi (karena pemeriksaan yang diminta tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan menyerahkan surat pengantar kepada perawat ruangan untuk dibawa bersama pasien keluar Rumah Sakit Estomihi dengan diantar oleh ambulans.

3. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan radiologi seperti yang tertulis dilembaran permintaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan maka pasien dibawa perawat pulang ke Rumah Sakit Estomihi dengan mobil ambulance dan hasilnya diambil sore hari oleh supir ambulans dan diserahkan kepada suster ruangan dimana pasien menginap.

Unit Terkait

LaboratoriumRadiologi Instalasi Rawat Inap (IRNA)AmbulansPerawatDPJP

52

Page 53: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALGANGGUAN PARANOID, SUICIDUM,

GANGGUAN KEPRIBADIAN, DEPRESI, RETARDASI MENTAL

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.274

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Sebagai acuan dalam pelaksanaan penanganan gangguan paranoid, suicidum, gangguan kepribadian, depresi, retardasi mental.

Tujuan Melakukan pemeriksaan, penegakan diagnosa hingga penatalaksanaan penyakit gangguan paranoid, suicidum, gangguan kepribadian, depresi, retardasi mental.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Pasien mendaftar dibagian pendaftaran/rekam medis.2. Petugas rekam medis melakukan registrasi atar pasien dan mengirim

berkas rekam medis pasien ke instansi rawat jalan.3. Pasien menunggu di ruang tunggu.4. Perawat memanggil pasien, melakukan pemeriksaan tekanan darah

dan temperatur serta keluhan pasien dan mencatatkan hasilnya di rekam medis pasien.

5. Perawat menghubungi dokter spesialis kulit dan kelamin dan membawa pasien kepada dokter tersebut.

6. Dokter spesialis melakukan anamneses dan melakukan pemeriksaan pasien.

7. Dokter spesialis mendiagnosa pasien dengan gangguan paranoid, suicidum, gangguan kepribadian, depresi, retardasi mental.

8. Dokter spesialis memberikan penjelasan tentang penyakitnya serta rencana asuhan medis sehubungan dengan penyakit tersebut.

9. Dokter spesialis menuliskan seluruh hasil anamneses, pemeriksaan dan rencana asuhan medis pasien di dalam rekam medis pasien.

10. Dokter spesialis membuat resep obat pasien serta memberikannya kepada perawat.

11. Perawat mengisi jasa pelayanan di instansi berobat jalan pada slip berobat pasien sesuai dengan ketentuan berlaku dan menyatukannya dengan resep dokter spesialis.

12. Perawat mengarahkannya atau mendampingi pasien ke bagian instalasi farmasi untuk pengambilan obat dengan membawa resep obat spesialis.

13. Petugas instalasi farmasi menyediakan jumlah total harga obat tersebut.

14. Bila pasien setuju, pasien membayar di kasir.15. Petugas farmasi menyerahkan obat kepada pasien termasuk

memberikan tentang tata cara pemakaian obat.16. Kasir membuatkan kuitansi pembayaran atas jasa pembayaran sesuai

dengan tarif yang berlaku atau seperti yang terdapat pada slip berobat pasien, lalu pulang.

Unit Terkait Laboratorium, Radiologi, Instalasi Rawat Inap (IRNA), Ambulans, Perawat, DPJP.

53

Page 54: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPENGIRIMAN SAMPLE DAN PASIEN

KELUAR RUMAH SAKIT ESTOMIHI MEDAN

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.275

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Tata cara pengiriman pasien/sample kerumah sakit lain yaitu : broncoscopy, spirimetri, uji bronkodolator, broncografi, torakosentesis, sputum ditologi, AGDA, PWCP.

Tujuan Untuk melengkapi pemeriksaan dilaboratorium dan radiologi.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan laboratorium (karena pemeriksaan yang dimintakan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan tidak bisa dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan membuat surat pengantar kerumah sakit yang dituju dan sample darah yang dikirim keluar sudah ada konfirmasi dengan petugas laboratorium luar, dan hasilnya diantar kembali oleh petugas laboratoriumnya.

2. Bagi pasien yang diputuskan untuk pemeriksaan radiologi (karena pemeriksaan yang diminta tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit Estomihi) maka Dokter Penanggung Jawab Pelayanan menyerahkan surat pengantar kepada perawat ruangan untuk dibawa bersama pasien keluar Rumah Sakit Estomihi dengan diantar oleh ambulans.

3. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan radiologi seperti yang tertulis dilembaran permintaan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan maka pasien dibawa perawat pulang ke Rumah Sakit Estomihi dengan mobil ambulance dan hasilnya diambil sore hari oleh supir ambulans dan diserahkan kepada suster ruangan dimana pasien menginap.

Unit Terkait

LaboratoriumRadiologi Instalasi Rawat Inap (IRNA)AmbulansPerawatDPJP

54

Page 55: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALULTRA SOUND GRAFF (USG)

(Untuk Akut Abdomen, Traktus Biliaris, Penentuan Kehamilan, Nyeri Epigastrium

Dan Karsinoma Mamae)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.276

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Alat yang digunakan untuk melihat keadaan didalam abdomen pasien

Tujuan Sebagai acuan untuk mendapatkan diagnosa penyakit

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1.Petugas radiologi mempersiapkan alat - Jelly USG - USG 2.Cara kerja : -Petugas menghidupkan/menyalakan terlebih dahulu alat USG -Petugas menulis nama dokter pengantar/nama pasien -Petugas mengintruksikan pasien tidur -Petugas membuka pakaian pasien sebatas daerah pemeriksaan -Petugas membuat jelly USG kedaerah pemeriksaan -Setelah pasien dipersiapkan, dokter melakukan pemeriksaan USG

sesuai dengan diagnosa pasien/permintaan dokter yang mengirim USG

-Hasil diagnosa/USG yang didapat diprint out dan dilampirkan pada status pasien/kartu rekam medis

Unit Terkait

Instalasi RadiologiInstalasi Rawat Inap (IRNA)Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rekam MedisDPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

55

Page 56: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP(Untuk Stenosis Mitralis, Jantung Paru, Cedera Kepala,

Migrain, Sindroma Steven-Jhonson, Erasipelas)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.277

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian

Micros 60 adalah : suatu alat auto analyzer yang dirancang untuk pemeriksaan pada hematology klinik yang menggunakan prinsip-prinsip elektronik, sinar lazer dan sitometer arus. Parameter yang diukur meliputi hitung Leucocyt, hitung Erytrocyt, Haemoglobin, Haematocryt, MCV, MCH, MCHC, Trombocyt. Hitung jenis leucocyt dan pelengkap – pelengkapnya.

Tujuan 1. Diagnosis2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Pemeriksaan dasar bagi penderita yang menjalani pengobatan di rumah sakit (pengobatan rutin) yang dilakukan secara automatik.

Kontra indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang Analis2. Alat : - Seperangkat Alat Micros 60

- Kapas Alkohol- Spuit 3cc

3. Reagensia : - Mini clean- Minidil- Minilyse - Botol EDTA

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis mengambil darah vena dengan spuit 3 cc.2. Lalu memasukkan dalam botol EDTA, dikocok hingga homogen.3. Analis menyambungkan kabel listrik ke stop kontak. 4. Analis menekan tombol disisi belakang alat.5. Alat akan bekerja otomatis hingga ready (alat siap dipakai).6. Analis menghomogenkan sample. 7. Analis memasukkan sample keselang alat, lalu menekan start.8. Analis menunggu beberapa detik, alat akan menghisap darah hingga alat

berbunyi klik 2x, alat akan menganalisa darah secara otomatis.9. Tunggu alat mengeluarkan hasil dengan menggunakan kertas printer.10. Setelah hasil keluar alat kembali ready, analis memasukkan sample

yang lain secara bergantian hingga sample terakhir sesuai dengan nomor botol EDTA.

11. Bila alat tidak digunakan lagi, matikan alat dengan menekan tombol (shut down) ketika alat sedang ready.

12. Analis mencatat hasil.Unit Terkait Intansi Gawat Darurat (IGD), Intansi Rawat Jalan, Intansi Rawat Inap

(IRNA), Obstetric (OB), Intensive Care Unit (ICU), Operation Room (OR), DPJP.

56

Page 57: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALFOTO ABDOMEN

(Untuk Batu Traktus Biliaris)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.278

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian

Melihat invaginasiMelihat performasiMelihat obstruksiMelihat stoneMelihat massaMelihat sub ileus

Tujuan Menegakkan diagnosa pasien.Melanjutkan terapi dokter.

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Petugas Radiologi2. Cara kerja : Tehnik pemotretan ada 3 jenis :

Posisi PAa. Pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaanb. Kaset berada dibawah meja pemeriksaanc. Kedua tangan lurus disamping tubuh

Sinar CR : vertikal CP : umbilicus FFD : 90 cm

Posisi FOWLER/SETENGAH DUDUK : a. Pasien dalam setengah dudukb. Kedua tangan diletakkan di sisi tubuhc. Kaset diletakkan vertikal dengan grid

Sinar CR : tegak lurus terhadap filem CP : sedikit diatas umbilicus FFD : 90 cmPosisi LEFT LATERAL DECUBITUS

a. Pasien tidur terlentangb. Kemudian pasien dimiringkan kearah kiric. Kedua tangan lurus keatasd. Pasien miring kekiri supaya cairan dan udara di lambung terhindar

dan udara naik ke daerah sebelah hatiSinar FFD : 90 cm CR : tegak lurus terhadap film CP : pada umbilicus

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)

57

Page 58: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPOTO THORAX

(Untuk Keganasan Primer Diservik Uteri, Mitral Stenosis, Karsinoma Mamae)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.279

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian

1. Pemeriksaan terhadap paru – paru 2. Pemeriksaan terhadap jantung 3. Pemeriksaan terhadap hematho thorax 4. Pemeriksaan terhadap pleural efusi5. Pemeriksaan akibat kecelakaan

Tujuan 1. Menegakkan diagnosa pasien 2. Melanjutkan terapi

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Petugas Radiologi mempersiapkan alat/kaset2. Cara kerja : Posisi PA

a. Pasien dipersilahkan membuka bajub. Pasien diposisikan c. Pasien berdiri menghadap standar kaset/meja d. Kedua tangan dipinggang e. Pada saat expose pasien disuru tarik napasdan menahan napas. f. CR : tegak lurusg. CP : thoracal IV h. FFD: 90 – 100 cm

3. Posisi lateral : a. Pasien berdiri menyamping terhadap standar buky/kasetb. Kedua tangan keatas c. CR menembus aksila d. CP tegak lurus terhadap kasete. FFD : 90 – 100 cm

Unit Terkait

Instalasi RadiologiInstalansi Rekam MedisInstalasi Rawat Inap (IRNA)Instalasi Rawat JalanDPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

58

Page 59: Sop Non Bedah

TEKNIK PEMASANGAN EKG MONITOR(Untuk Mitral Stenosis, Gagal Nafas)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.280

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian EKG monitor adalah suatu pemeriksaan cepat dan ekonomis yang bias memberi informasi tentang suatu fungsi jantung melalui gambaran pada EKG monitoring.

Tujuan Untuk memonitoring hantaran listrik dari otot-otot jantung secara terus-menerus sehingga dapat diketahui dengan cepat bila terdapat kelain an terutama gangguan irama (arytmia).

Kebijakan SK Direktur Nomor

Persiapan

Perawat ICU membuat persiapan pasien1. Memberitahu pada pasien tentang fungsi dari pemasangan alat EKG

monitoring, bila pasien sadar.2. Bersihkan daerah tempat pemasangan elektroda, bila perlu cukur dan

bersihkan dengan kapas alkohol.

Perawat ICU mempersiapkan alat1. EKG monitor yang telah siap dipakai2. Elektroda 3 buah (merah,kuning,hitam)3. Jelly EKG

Prosedur Pelaksanaan

1. Perawat ICU melekatkan Elektroda di daerah dada sebelah kiri setelah diberikan jelly sebagai penghantar arus. Dengan posisi kabel mengarah ke mesin EKG serta letak lead sebagai berikut :- Elektroda warna merah posisinya diatas 5V (diatas intercosta 4 kanan)- Elektroda warna kuning posisinya diatas 5V (diatas intercosta 5 kiri)- Elektroda warna hitam/hijau posisinya sejajar dengan elektroda warna

merah pada intercosta sebelah kiri2. Setelah elektroda terpasang mesin EKG dihidupkan oleh perawat ICU

dan gambaran EKG akan terlihat dilayar EKG.

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

59

Page 60: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN DARAH LENGKAP

(Untuk DBD, Penyakit Kardivaskular, Diabetes Melitus, Anemia, Demam Tifoid)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.281

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian

Micros 60 adalah : suatu alat auto analyzer yang dirancang untuk pemeriksaan pada hematology klinik yang menggunakan prinsip-prinsip elektronik, sinar lazer dan sitometer arus. Parameter yang diukur meliputi hitung Leucocyt, hitung Erytrocyt, Haemoglobin, Haematocryt, MCV, MCH, MCHC, Trombocyt. Hitung jenis leucocyt dan pelengkap – pelengkapnya.

Tujuan 1. Diagnosis2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Pemeriksaan dasar bagi penderita yang menjalani pengobatan di rumah sakit (pengobatan rutin) yang dilakukan secara automatik.

Kontra indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang Analis2. Alat : - Seperangkat Alat Micros 60

- Kapas Alkohol- Spuit 3cc

3. Reagensia : - Mini clean- Minidil- Minilyse - Botol EDTA

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis mengambil darah vena dengan spuit 3 cc.2. Lalu memasukkan dalam botol EDTA, dikocok hingga homogen.3. Analis menyambungkan kabel listrik ke stop kontak. 4. Analis menekan tombol disisi belakang alat.5. Alat akan bekerja otomatis hingga ready (alat siap dipakai).6. Analis menghomogenkan sample. 7. Analis memasukkan sample keselang alat, lalu menekan start.8. Analis menunggu beberapa detik, alat akan menghisap darah hingga alat

berbunyi klik 2x, alat akan menganalisa darah secara otomatis.9. Tunggu alat mengeluarkan hasil dengan menggunakan kertas printer.10. Setelah hasil keluar alat kembali ready, analis memasukkan sample yang

lain secara bergantian hingga sample terakhir sesuai dengan nomor botol EDTA.

11. Bila alat tidak digunakan lagi, matikan alat dengan menekan tombol (shut down) ketika alat sedang ready.

12. Analis mencatat hasil.Unit Terkait Intansi Gawat Darurat (IGD), Intansi Rawat Jalan, Intansi Rawat Inap

(IRNA), Obstetric (OB), Intensive Care Unit (ICU), Operation Room (OR), DPJP.

60

Page 61: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN UREUM(Untuk Kardiovaskular, GGK)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.282

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan urea adalah pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar urea dari bahan serum/plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Penderita dengan persangkaan gagal ginjal

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : SAPPHIRE IZO Tabung reaksi Clinipete 500 ul, 5 ul3. Reagensia : Urea Kid (3 reagensia + Standart)

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Pipet kedalam tabung reaksi B S P Reagensia ( R1 + R3)10:0,1 500 ul 500 ul 500 ul Standart - 10 ul - Serum/Plasma - - 10 ul2. Dicampur lalu diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37ºC3. Reagensia 2 500 ul 500 ul 500 ul4. Dicampur baik-baik selama 5 menit pada suhu kamar 5. Kemudian analis membaca hasilnya pada alat dialab SAPPHIRE IZO

Penilaian Serum/Plasma = 10 – 50 mg/dl

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

61

Page 62: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN CREATININ(Untuk Neuropati, Stroke Dan Cedera Kepala)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.283

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan creatinin adalah pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar creatinin dalam bahan pemeriksaan serum/plasma.

Tujuan 4. Diagnosa5. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Penderita dengan persangkaan gagal ginjal

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

6. Personalia : Seorang analis 7. Alat : SAPPHIRE IZO Tabung reaksi Clinipete 1000 ul, 50 ul8. Reagensia : Creatinin Kit (2 reagensia + Standart)

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

3. Analis memipet kedalam tabung reaksi B S P- Reagensia 1 1000 ul 1000 ul 1000 ul- Reagensia 2 250 u 250 ul 250 u- Standart - 50 ul -- Serum/Plasma - - 5 ul

4. Analis mencampurkan baik-baik, lalu diinkubasi 1 menit pada suhu kamar, analis membaca hasil dengan dialab SAPPHIRE IZO

Penilaian -Pria : 0,9 – 1,3 mg/dl-Wanita : 0,6 – 1,1 mg/dl

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

62

Page 63: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN SGOT

(Untuk Kardivaskular, Hepatitis Virus, Asam Urat)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.284

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan aktifitas enzim aspartat transferase (Glubomat Oxaloacetat Transaminase) dalam pemeriksaan bahan serum/plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Untuk uji fungsi hati pada general chek up Penderita dengan persangkaan menderita penyakit hepar Pada beberapa kasus infark miocard

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : Sapphire 120 Tabung reaksi Clinipette 1000 ul, 100 ul 3. Reagensia : SGOT Kid (2 Reagensia)

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memipet kedalam tabung reaksi P Reagensia (Rl + R2 4 : 1) 1.000 ul Serum/Plasma 1.00 ul 2. Analis mencampurkan baik-baik, lalu menginkubasi selama 1 menit pada

suhu 37ºC, lalu analis membaca hasil pada alat dialab SAPPHIRE IZO.

Nilai Normal < 37 ul

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

63

Page 64: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN SGPT(Untuk Kardivaskular, Hepatitis Virus, Asam Urat)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.285

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan aktifitas enzim alanin transferase (Glutamate Pyruvat Transaminase) dalam pemeriksaan bahan serum/plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Untuk uji fungsi hati pada general chek up Penderita dengan persangkaan menderita penyakit hati Pada beberapa kasus gangguan system biliari

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : SAPPHIRE IZO

Tabung reaksi Clinipette 1000 ul, 100 3. Reagensia : SGPT Kid (2 Reagensia)

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

3. Analis memipet kedalam tabung reaksi PReagensia (Rl + R2 4 : 1) 1000 ulSerum/Plasma 100 ul

4. Analis mencampurkan baik-baik, lalu menginkubasikan selama 1 menit pada suhu kamar, lalu analis membaca hasil pada alat dialab SAPPHIRE IZO.

Nilai Normal < 42 ul

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)

64

Page 65: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN ALKALI PHOSPHATASE

(Untuk Tifus Abdominalis, Dispepsia, Hepatitis Virus, Diabetes Mellitus, Malaria, Hematemesis Melena,

Sirosis Hati, Abses Hati, Stroke)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.286

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan aktifitas alkali phosphatase dari bahan serum/plasma.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi

Untuk uji fungsi hati pada general chek up Penderita dengan persangkaan menderita penyakit hepar terutama

system saluran Pada beberapa kasus gangguan matriks tulang (karena keganasan) Pada beberapa kasus dengan kelainan usus, uterus (Isoenzim Alkali Phosphat)

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang analis 2. Alat : SAPPHIRE IZO

Tabung reaksi Clinipette 1000 ul, 20 ul3. Reagensia : Alkali Photosphatase kit (2 Reagensia)

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis memipet kedalam tabung reaksi PReagensia (Rl + R2 4 : 1) 1000 ulSerum/Plasma 20 ul

2. Analis mencampurkan baik-baik, lalu menginkubasikan selama 1 menit pada suhu kamar

3. Analis membaca hasil pada alat dialab SAPPHIRE IZO

Nilai Normal 65 – 306 u/l

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat JalanInstalasi Rawat Inap (IRNA)Obstetric (OB)Intesive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

65

Page 66: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN HBSAg(Untuk Kardiovaskular, Hepatitis Virus)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.287

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan ada tidaknya antigen permukaan dari virus hepatitis B dalam pemeriksaan darah.

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi 1. Penderita dengan persangkaan menderita infeksi hati karena virus2. Pra vaksinasi hepatitis B

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan 1. Personalia : Seorang analis2. Alat : Clinipete 100 ul3. Reagensia : Reagensia HBSAg

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis meneteskan 3 tts/100 ul serum/plasma ke dalam cassed yang diberi tanda S

2. Analis menunggu selama 15-30 menit3. Analis membacakn hasil/adanya garis merah dilokasi C dan T

Penilaian Garis 1 dilokasi C : Negarif ( - ) Garis 2 dilokasi C dan T : Positif ( + ) Garis 1 dilokasi T : Invalid

Unit Terkait

Instalasi Gawat Darurat (IGD)Instalasi Rawat Inap (IRNA)Instalasi Rawat JalanIntensive Care Unit (ICU)Operation Room (OR)Obstetric (OB)DPJP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

66

Page 67: Sop Non Bedah

PEMERIKSAAN ANTI HBs(Untuk Kardiovaskular, Hepatitis Virus,

Asam Urat)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.288

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kadar bilurubin secara keseluruhan (total) dalam bahan pemeriksaan serum

Tujuan 1. Diagnosa2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi - Untuk uji fungsi hati pada general check up- Penderita dengan persangkaan penyakit hepar- Penderita yang diduga mengalami hemolis sel darah merah

Kontra Indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan 1. Personalia : Seorang analis2. Alat : Clinipete 100 ul, 3. Reagensia : Reagensia Anti HBs

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis meneteskan 3 tetes/100 ul serum atau plasma kedalam slide yang di beri tanda S

2. Analis menunggu selama 15 – 30 menit 3. Analis membacakan hasil adanya garis merah dilokasi C dan T

Penilaian Garis 1 dilokasi C : Negarif ( - )Garis 2 dilokasi C,T : Positif ( + )Garis 1 dilokasi T : Invalid

Unit Terkait

1. Instalasi Gawat Darurat (IGD)2. Instalasi Rawat Inap (IRNA)3. Obstetric (OB)4. Intensive Care Unit (ICU)5. Operation Room (OR)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPOTO THORAX

67

Page 68: Sop Non Bedah

(Untuk Bronchitis Akut, Pneumonia, Asma Bronchial, Bronkiektasis, PPOK, Efusi Pleura, Hemoptisis,

Pnemotoraks, Kanker Paru,Gagal Nafas)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.289

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian

1. Pemeriksaan terhadap paru – paru 2. Pemeriksaan terhadap jantung 3. Pemeriksaan terhadap hematho thorax 4. Pemeriksaan terhadap pleural efusi5. Pemeriksaan akibat kecelakaan

Tujuan 1. Menegakkan diagnosa pasien 2. Melanjutkan terapi

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Petugas Radiologi mempersiapkan alat/kaset2. Cara kerja : Posisi PA

a. Pasien dipersilahkan membuka bajub. Pasien diposisikan c. Pasien berdiri menghadap standar kaset/meja d. Kedua tangan dipinggang e. Pada saat expose pasien disuru tarik napasdan menahan napas. f. CR : tegak lurusg. CP : thoracal IV h. FFD: 90 – 100 cm

3. Posisi lateral : a. Pasien berdiri menyamping terhadap standar buky/kasetb. Kedua tangan keatas c. CR menembus aksila d. CP tegak lurus terhadap kasete. FFD : 90 – 100 cm

Unit Terkait

Instalasi RadiologiInstalansi Rekam MedisInstalasi Rawat Inap (IRNA)Instalasi Rawat JalanDPJP

68

Page 69: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMERIKSAAN DARAH LENGKAP

(Untuk Bronchitis Akut, Pneumonia, Asma Bronchial, Hemoptisis)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.290

No. Revisi-

Halaman1/1

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian

Micros 60 adalah : suatu alat auto analyzer yang dirancang untuk pemeriksaan pada hematology klinik yang menggunakan prinsip-prinsip elektronik, sinar lazer dan sitometer arus. Parameter yang diukur meliputi hitung Leucocyt, hitung Erytrocyt, Haemoglobin, Haematocryt, MCV, MCH, MCHC, Trombocyt. Hitung jenis leucocyt dan pelengkap – pelengkapnya.

Tujuan 1. Diagnosis2. Pemantauan penyakit/pengobatan

Indikasi Pemeriksaan dasar bagi penderita yang menjalani pengobatan di rumah sakit (pengobatan rutin) yang dilakukan secara automatik.

Kontra indikasi Mutlak tidak ada

Persiapan

1. Personalia : Seorang Analis2. Alat : - Seperangkat Alat Micros 60

- Kapas Alkohol- Spuit 3cc

3. Reagensia : - Mini clean- Minidil- Minilyse - Botol EDTA

Kebijakan SK Direktur Nomor

Prosedur

1. Analis mengambil darah vena dengan spuit 3 cc.2. Lalu memasukkan dalam botol EDTA, dikocok hingga homogen.3. Analis menyambungkan kabel listrik ke stop kontak. 4. Analis menekan tombol disisi belakang alat.5. Alat akan bekerja otomatis hingga ready (alat siap dipakai).6. Analis menghomogenkan sample. 7. Analis memasukkan sample keselang alat, lalu menekan start.8. Analis menunggu beberapa detik, alat akan menghisap darah hingga

alat berbunyi klik 2x, alat akan menganalisa darah secara otomatis.9. Tunggu alat mengeluarkan hasil dengan menggunakan kertas printer.10. Setelah hasil keluar alat kembali ready, analis memasukkan sample

yang lain secara bergantian hingga sample terakhir sesuai dengan nomor botol EDTA.

11. Bila alat tidak digunakan lagi, matikan alat dengan menekan tombol (shut down) ketika alat sedang ready.

12. Analis mencatat hasil.Unit Terkait Intansi Gawat Darurat (IGD), Intansi Rawat Jalan, Intansi Rawat Inap

(IRNA), Obstetric (OB), Intensive Care Unit (ICU), Operation Room (OR), DPJP.

69

Page 70: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMASANGAN WSD

(Pneumutorax)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.291

No. Revisi-

Halaman1/2

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

Pengertian Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pemasangan WSD dengan tujuan :

Untuk mengeluarkan udara/cairan dari rongga pleura. Mencegah paru-paru kolaps.

Tujuan WSD adalah suatu Prasad memasukkan selang kedalam rongga pleura dan dilakukan oleh dokter ahli.

Kebijakan SK. Direktur Nomor

Prosedur

Perawat mempersiapkan alat :a. Informed consentb. Sarung tangan steril 2 pasangc. Doek bolongd. Novacain 2%e. Spuit steril 5 cc 1 buahf. Spuir steril 10 cc 1 buahg. Desinfektanh. Bethadine sol dan zalfi. Alkohol 70%j. Pisau no. 11 dengan gagangnyak. Pipa dada/trocarl. Jarum jahit kulit dan benangnya no. 2/cm. Satu arteri klem besarn. Satu arteri klem kecilo. Pinset chirurgisp. Kasa steril, plester, guntingq. Botol WSD dan selangnya steril, berisi sublimat atau savlon

sampai pipa terendam ± 2,5cm.Pelaksanaan : Dokter spesialis memberitahukan pasien/keluarga mengenai tindakan

yang akan dilakukan. Kepala shift meminta pasien/keluarga untuk menandatangani surat

persetujuan (informed consent). Dokter mencuci tangan.Perawat menyiapkan pasien : observasi tensi, suhu dan pernafasan. Sebelum tindakan dilakukan :1. Perawat membuka pakaian bagian atas pasien.2. Perawat membantu pasien untuk posisi duduk/setengah duduk

sesuai kemampuan pasien.3. Perawat memberikan desinfektan pada daerah yang akan ditusuk,

dengan alkohol 70%, kemudian betadine solution10%.4. Perawat mengambil dengan menggunakan syringe 5 cc lidocain

HCL 2% dalam flas dan memberikan pada dokter.

70

Page 71: Sop Non Bedah

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALPEMASANGAN WSD

(Pneumutorax)

STANDAR PROSEDUR

OPERASIONAL

No Dokumen02.01.01.291

No. Revisi-

Halaman2/2

Tanggal terbit27- 01-2011

Ditetapkan oleh,Direktur Rumah Sakit Estomihi Medan

Dr. Bakti Simanjuntak, SpB

5. Perawat menyiapkan trocar dan membuka dari bungkusannya.6. Dokter akan menyuntik dengan Lidocain pada daerah yang akan

ditusuk dengan trocar (daerah intercostals 2 atau 3 biasanya untuk mengeluarkan udara. Dan daerah intercostals 8 atau 9 untuk mengeluarkan cairan).

7. Bila rongga pleura terdapat udara dan cairan maka pipa dada ditusukkan pada kedua daerah tersebut.

8. Setelah trocar dimasukkan dalam daerah tersebut, sambungkan tube anterior maupun posterior dengan sistem WSD. Setiap sambungan harus diplester dengan kuat. Kalau ada 2 tube terpasang maka disambung dengan “y konector”. Dokter memberikan bethadine pada tusukan lalu ditutup kasa steril dan diplester.

9. Selang dari botol ke WSD harus panjang, sehingga pada saat pasien duduk atau ganti posisi tidak tercabut.

Hal-hal yang harus diperhatikan :Selama dan sesudah pemasangan WSD adalah : Menjaga sterilitas alat-alat yang dipakai. Perhatikan keadaan umum penderita. Fiksasi yang kuat agar pipa dada tidak mudah dicabut. Pehatikan jumlah dan warna cairan yang keluar. Perhatikan undulasi cairan harus selalu ada dapat di test dengan

menganjurkan pasien untuk batuk. Drain harus selalu terendam cairan desinfektan.Botol WSD dan cairan desinfektan harus diganti setiap hari. Waktu mengganti botol WSD, drain harus di klem dari 2 arah dan posisi botol harus lebih rendah dari paru-paru sehingga cairan tidak kembali ke rongga pleura.

Unit Terkait Instalasi Kamar Operasi, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat Inap (IRNA).

71