somatisasi

7
BAB DEFINISI Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak gejala somatic yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somtoform lainnya karena banyaknya keluhan dan melibatkan sistem organ yang multiple (sebagai contoh, gastrointestinal dan neurologis). Gangguan ini adalah kronis (dengan gejala ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai sebelum usia 30 tahun) dan disertai dengan penderitaan psikologis yang bermakna, dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan. Gangguan somatisasi telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Nama awal unyuk gangguan somatisasi adalah hysteria, suatu keadaan yang secara tidak tept diperkirakan hanya mengenai wanita. Pada abad ke-17, Thomas Syndenham menemukan bahwa factor psikologis, yang dinamakannya penderitaan yang mendahului adalah terlibat dalam pathogenesis gejala. Tahun 1859, Paul Briquet, seorang dokter Prancis, mengamati banyaknya gejala dan sistem organ yang terlibat dan perjalanan penyakit yang biasanya kronis. Karena pengamatan klinis yang tajam tersebut, gangguan ini dinamakan sindrom Briquet selama periode waktu terntu.

Upload: ari-andriyanto

Post on 10-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

BABDEFINISI

Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak gejala somatic yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somtoform lainnya karena banyaknya keluhan dan melibatkan sistem organ yang multiple (sebagai contoh, gastrointestinal dan neurologis). Gangguan ini adalah kronis (dengan gejala ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai sebelum usia 30 tahun) dan disertai dengan penderitaan psikologis yang bermakna, dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan.Gangguan somatisasi telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Nama awal unyuk gangguan somatisasi adalah hysteria, suatu keadaan yang secara tidak tept diperkirakan hanya mengenai wanita. Pada abad ke-17, Thomas Syndenham menemukan bahwa factor psikologis, yang dinamakannya penderitaan yang mendahului adalah terlibat dalam pathogenesis gejala. Tahun 1859, Paul Briquet, seorang dokter Prancis, mengamati banyaknya gejala dan sistem organ yang terlibat dan perjalanan penyakit yang biasanya kronis. Karena pengamatan klinis yang tajam tersebut, gangguan ini dinamakan sindrom Briquet selama periode waktu terntu.

BABFAKTOR PENCETUS

Adapun faktor pencetus gangguan somatisasi adalah peristiwa atau keadaan dalam pengalaman hidupnya yang mengakibatkan stress. Stress sendiri merupakan keadaan atau peristiwa yang menganggu jiwa dan menyebabkan individu beradaptasi. Stress yang menimpa individu tersebut bisa berupa sebuah tekanan, dimana adanya target yang harus dicapai pasien, krisis dimana terjadi sebuah peristiwa yang mendadak yang mengejutkan, frustasi dimana dalam perjalanan mencapai sebuat target ada halangan, maupun konflik dimana pasien tidak bisa memilih diantara dua atau lebih pilihan.

BABPATOFISIOLOGI

Menurut teori psikodinamika, simptom histerikal memiliki fungsi : Memberikan orang tersebut keuntungan primer dan keuntungan sekunder. Keuntungan primer, yang didapat adalah memungkinkan individu untuk mempertahankan konflik internal direpresi. Orang tersebut sadar akan simtom fisik yang muncul namun bukan konflik yang diwakilinya. Dalam kasus-kasus seperti itu, simtom merupakan simbol dari, dan memberikan orang tersebut pemecahan sebagian untuk konflik yang mendasarinya.

BABPERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

Gangguan somatisasi adalah suatu gangguan yang kronis dan sering menyebabkan ketidakmampuan. Menurut definisinya, gejala harus mulai ada sebelum usia 0 tahun dan ada selama beberapa tahun. Episode peningkatan keparahan gejala dan perkembangan gejala yang baru diperkirakan berlangsung selama enam sampai Sembilan bulan dan dapat dipisahkan oleh periode yang kurang simptomatik yang berlangsung 9 sampai 12 bulan. Tetapi, jarang seorang pasien dengan gangguan somatisasi berjalan lebih dari satu tahun tanpa encari suatu perhatian media. Sering kali terdapat hubungan antara periode peningkatan stress atau stress baru dn eksaserbasi gejala somatik.

BAB TERAPI

Pasien dengan gangguan somatisasi paling baik dionati jika mereka memiliki seorang dokter tunggal sebagai perawat kesehatan utamanya. Jika terlihat lebih dari satu klinisi, pasien memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan keluhan somatic. Klinisi primer harus memeriksa pasien selama kunjungan terjadwal yang teratur, biasanya dengan interval satu bulan. Kunjungan harus related singkat, walaupun pemeriksaan fisik sebagian harus dilakukan sebagai respons terhadap masing-masing keluhan somatic yang baru, pemeriksaan loratorium dan diagnostic tambahan biasanya harus dihinari. Jika gangguan somatisasi telah didiagnosis, dokter yang mengobati pasien harus mendengarkan keluhan somatic sebagai eksprsi emosional, bukannya sebagai keluhan medis. Tetapi, pasien dengan gangguan simatisasi juga dapat memiliki penyakit fisik, dengan demikian dokterharus selalu menggunakan pertimbangannya mengenai gejala mana yang perlu diperiksa dan sampai sejauh mana. Strategi luas yang baik bagi dokter perawatan primer adalah meningkatkan kesadaran pasien tentang kemungkinan bahwa factor psikologis terlibat di dalam gejala sampai pasien mau mengunjungi klinisi kesehatan mental, kemungkinan seorang dokter psikiatri secara teratur.Psikoterapi baik individual dan kelompok menurunakn biaya perawatan kesahatan penderita gangguan somatisasi sebesar 50%, sebagian beesar karena penurunan jumlah perawatan di rumah sakit. Dalam lingkungan psikoterapetik, pasien dibantu untuk mengatasi gejalanya untuk mengekspresikan emosi yang mendasari dan untuk mengembangkan strategi alternative untuk mengekspresikan perasaan mereka.Memberikan medikasi psikotropik bilamana gangguan somatisasi ada bersama-sama dengan gangguan mood atau kecemasan adalah selalumemiliki resiko, tetapi pengobatan psikofarmakologis dan juga pengobatan psikoterapeutik, pada ganggua penyerta adalah diindikasikan. Medikasi harus dimonitor, karena pasien dengan gangguan somatisasi cenderung menggunakan obat secara berlebihan dan tidak dapat dipercaya. Pada pasien tanpa gangguan mental penyerta, sedikit data yang menyatakan bahwa terapi farmakologis adalah efektif.