soal morfologi januari

47
: Morfologi Mata Kuliah Pokok Bahasan : PROSES MORFOLOGIS Pertemuan Ke-6 Pembahasan BAB 6 PROSES MORFOLOGIS Pada bagian ini, akan ditemukan paparan tentang: 1) pengertian proses morfologi; 2) macam-macam proses morfologis pada bahasa-bahasa di dunia; 3) afiksasi bahasa Indonesia; 4) reduplikasi bahasa Indonesia; dan 5) komposisi bahasa Indonesia. A. Proses Morfologis, Apa Itu ? Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan yang lain (Samsuri, 1982:190). Atau, proses yang dialami bentuk-bentuk lingual dalam menyusun kata-kata (Ahmadslamet, 1982:58). Lebih jelas, proses morfologis ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 1983:44). Perhatikanlah satuan-satuan berikut!

Upload: anaspisces

Post on 14-Dec-2014

235 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

kjtuguityicoytvuilyvioyuop;bi oui opuopuyou opu ou op uopuouop uo

TRANSCRIPT

Page 1: Soal Morfologi Januari

: Morfologi Mata Kuliah      Pokok Bahasan : PROSES MORFOLOGIS Pertemuan Ke-6 Pembahasan

BAB 6 PROSES MORFOLOGIS

 

Pada bagian ini, akan ditemukan paparan tentang:

1)      pengertian proses morfologi;

2)      macam-macam proses morfologis pada bahasa-bahasa di dunia;

3)      afiksasi bahasa Indonesia;

4)      reduplikasi bahasa Indonesia; dan

5)      komposisi bahasa Indonesia.

 

A. Proses Morfologis, Apa Itu ?

Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem

yang satu dengan yang lain (Samsuri, 1982:190). Atau, proses yang dialami bentuk-bentuk

lingual dalam menyusun kata-kata (Ahmadslamet, 1982:58). Lebih jelas, proses morfologis

ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya

(Ramlan, 1983:44).

Perhatikanlah satuan-satuan berikut!

perumahan

rumah rumah-rumah

rumah makan

Page 2: Soal Morfologi Januari

Dari skema di atas terlihatlah dengan jelas bahwa bentuk dasar rumah bisa menghasilkan

kata-kata baru perumahan, rumah-rumah, dan rumah makan. Kata perumahan dihasilkan

dengan cara melekatkan afiks per-an pada bentuk dasar rumah, kata rumah-rumah dihasilkan

dengan cara mengulang bentuk dasar rumah, dan kata rumah makan dengan cara

menggabungkan bentuk dasar rumah dengan makan. Proses pelekatan afiks, pengulangan

bentuk dasar, dan penggabungan bentuk dasar dengan bentuk lain sepetti itulah merupakan

contoh proses morfologis. Jadi proses morfologis dapat dilakuakn dengan berbagai cara.

 

 

 

B. Macam-macam Proses Morfologis

Samsuri (1982:190) menuliskan bahwa proses morfologis itu ada lima macam, yakni:

(1) afiksasi, (2) reduplikasi, (3) perubahan intern, (4) suplisi, dan (5) modifikasi kosong.

Sedangkan Verhaar (1984:64) dan Ramlan (1983:46) menambahkan satu lagi yaitu komposisi

atau pemajemukan. Keenam proses morfologis tersebut terjadi pada bahasa-bahasa yang ada

di dunia. Pada bagian ini, penulis hanya akan memaparkan kilas. Sedangkan pada bagian lain,

akan dipaparkan secara rinci yakni proses morfologis yang ada pada bahasa Indonesia. Agar

lebih jelas, secara sekilas akan dipaparkan satu persatu.

1) Afiksasi

Afiksasi atau proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara

melekatkan afiks pada bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata

berimbuhan. Contohnya: ber- pada berkembang, -el- pada telunjuk, -an pada lemparan, dan

per-an pada perjanjian. Paparan lebih rinci akan dibahas pada afiksasi bahasa Indonesia.

2) Reduplikasi

Reduplikasi ialah proses pembentukan kata dengan cara suatu bentuk dasar. Proses

morfologis semacam ini merupakan salah satu cara pembentukan kata yang paling banyak

pada bahasa-bahasa di dunia. Sebagai contoh: buku menjadi buku-buku, bali menjadi bola-

Page 3: Soal Morfologi Januari

bali (bahasa Jawa), adanuk menjadi adadanuk ‘panjang’ (bahasa Agta). Paparan reduplikasi

ini juga lebih jauh dan rinci akan dibahas pada reduplikasi bahasa Indonesia.

3) Perubahan Intern

Perubahan intern ialah pembentukan kata dengan cara mengubah struktur fonem dasar

sehingga menghasilkan bentuk baru, sebagai contoh perhatikanlah satuan-satuan berikut!

Tunggal

/fut/

/mæn/

 

Waktu Sekarang

/ran/

/teyk/

Jamak

/fiyt/

/mεn/

 

Waktu Lampau

/ræn/

/tuk/

Arti

‘kaki’

‘laki-laki’

 

Arti

‘lari’

‘mengambil’

 

Bentuk jamak (kata benda) maupun waktu lampau (kata kerja) tidak dapat kita ambil

bagian mana yang menyatakan makna tersebut. Namun dari contoh di atas, kita dapat

mengambil suatu kesimpulan bahwa yang menyatakan makna jumlah ialah perubahan /u/

menjadi /iy/ dan /æ/ menjadi /δ/ pada kata foot menjadi feet dan man menjadi men atau /a/

menjadi /æ/ dan /ey/ menjadi /u/ pada kata run menjadi ran atau teek menjadi took. Oleh

karena itu, proses morfolois seperti itu disebut perubahan intern (intern modification).

4) Suplisi

Suplisi merupakan salah satu proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk yang

sama sekali baru. Bentuk dasar dan bentuk turunannya tidak terdapat persamaan sedikitpun. Untuk

contoh ini, kita ambil dari bahasa Inggris.

Waktu Kini Waktu Lampau Arti

Page 4: Soal Morfologi Januari

/gow/

/æ/

/wεnt/

/w∂z/‘pergi’

‘adalah’

Dari dua contoh di atas kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa bentuk go dan am

untuk waktu kini (sekarang) berubah menjadi went dan was untuk menyatakan waktu

lampau. Bentuk lampau tersebut seoolah-olah bukan perubahn dari bentuk kini, seolah-olah

begitulah adanya. Proses morfologis seperti itu dinamakan suplisi.

5) Modifikasi Kosong

Komposisi atau pemajemukan adalah proses pembentukan kata dengan cara

menggabungkan dua buah bentuk atau satuan dasar(bentuk asal) atau lebih. Sebagai contoh

perhatikanlah bentuk-bentuk berikut.

flower + sun sunflower

mata + sapi mata sapi (telur)

Masalah komposisi ini akan lebih terinci dipaparkan pada komposisi dalam bahasa

Indonesia.

Setelah macam-macam proses morfologis dipaparkan secara sekilas, berikut ini akan

dipaparkan secara sekilas, berikut ini akan dipaparkan proses morfologis yang ada dalam

bahasa Indonesia secara terinci. Proses morfologis yang dimaksudkan ialah afiksasi (proses

pembubuhan afiks), reduplikasi (proses pengulangan), dan komposisi (proses pemajemukan).

 

C. Afiksasi dalam Bahasa Indonesia

Afiksasi sering pula disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks. Seperti telah

dijelaskan, afiksasi merupakan salah satu proses morfologis. Afiksasi dalam bahasa Indonesia

sangat memegang peranan penting. Hal itu didasarkan pada suatu kenyataan, bahwa bahasa

Indonesia termasuk rumpun bahasa aglutinatif.

Page 5: Soal Morfologi Januari

Afiksasi yaitu penggabungan akar (istilah lain untuk morfem bebas) atau pokok kata

dengan afiks (Samsuri, 1982:190). Namun Ramlan (1983:47) lebih lanjut menyebut afiksasi

itu sebagai pembubuhan afiks pada suatu satuan (bentuk), baik tunggal maupun kompleks

untuk membentuk kata. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan. Lubis

(1954:39) dan Anshar (1969:9) menyebutkan dengan istilah kata bersambungan.

Dari dua pernyataan di atas, kita dapat mengambil satu perbedaan pengertian yang

dilontarkan oleh Samsuri dan Ramlan. Perbedaan bukan terletak pada peristiwa afiksasinya,

tetapi terletak pada bentuk dasarnya. Samsuri menyebutkan bahwa bentuk dasar yang dilekati

afiks berupa akar (bentuk tunggal bebas atau morfem bebas) dan pokok kata, sedangkan

Ramlan, menyebutnya bentuk tunggal maupun kompleks. Dalam hal ini, penulis sependapat

dengan Ramlan, bahwa pada dasarnya afiksasi dalam bahasa Indonesia.tidk ahanya dibentuk

dari bentuk dasar yang bermorfem tunggal, tetapi bisa pula bentuk kompleks. Agar lebih jelas

perhatikanlah korpus berikut.

 

AfiksBentuk Dasar

HasilTunggal Kompleks

peN-

peN-an

per-an

ber-

-an

di-kan (?)

meN-kan (?)

temu

tampil

-

-

makan

-

-

-

-

-

tanggung jawab

pakaian

-

berhenti

satu padu

ke samping

penemu

penampilan

pertanggungjawaban

berpakaian

makanan

diberhentikan

menyatupadukan

mengesampingkan

 

Page 6: Soal Morfologi Januari

Dengan memeprhatikan contoh yang berada dalam korpus, nyatalah bahwa bentuk

dasarkata berafiks bahasa Indonesia mungkin berupa bentuk tunggal (temu, tampil, makan),

mungkin kompleks (tanggung jawab, pakaian, berhenti, satu padu, ke samping). Bentuk dasar

kata berafiks mungkin berupa: morfem bebas atau istilah Samsuri akar, seperti makan,

mungkin berupa pokok kata seperti juang; mungkin berupa kata berafiks seperti pakaian,

berhenti; mungkin gabungan kata seperti tanggung jawab; atau mungkin frase seperti ke

samping.

Berdasarkan kenyataan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa afiksasi atau

pembubuhan afiks ialah pembentukan kata baru dengan carameletakkan afiks atau imbuhan

pada suatu bentuk dasar, baik bentuk tunggal maupun kompleks.

Proses afiksasi dalam bahasa Indonesia, dibedakan menjadi empat macam. Pertama,

proses pelatakkan afiks di muka bentuk dasar yang bisa disebut prefiksasi (prefixation; proses

pembubuhan awalan); contoh: ke- + kasih menjadi kekasih. Kedua, proses pelatakkan afiks di

tengah-tengah bentuk dasar yang biasa biasa disebut infiksasi (infixation; proses pembubuhan

sisipan); contoh –el- + tunjuk menjadi telunjuk. Ketiga, proses peletakkan aiks pada akhir

bentuk dasar yang biasa disebut sufiksasi (suffxation; proses pembubuhan akhiran); contoh: -

an + genang menjadi genangan. Keempat, proses pembubuhan afiks dengan cara

membubuhkan afiks di awal dan di akhir (mengapit) bentuk dasar sekaligus disebut

konfiksasi ambifikasi (konfixation; ambifixation; proses pembubuhan imbuhan gabungan),

seperti: ke-an + mati menjadi kematian (Verhaar, 1984:60).

 

1) Afiks atau Imbuhan

Jika kita membicarakan afiksasi, maka kita tidak bisa memisahkannya dengan afiks

atau imbuhan itu sendiri. Artinya, pembicaraan afiksasi atau proses pengimbuhan harus selalu

diikuti oleh pembicaraan afiks atau imbuhan itu sendiri. Keraf (1982:93) menyebutnya,

hubungan keduanya seperti ikan dengan air.

Pada bagian terdahulu, telah dijelaskan bahwa afiks disebut bentuk ikat secara

morfologis (baca kembali bentuk bebas dan bentuk ikat). Ahmadslamet (1981:59)

mendefinisikan afiks sebagai satuan atau bentukan yang merupakan morfem ikat yang selalu

Page 7: Soal Morfologi Januari

hadir dengan keadaan bergabung dengan bentukan lainnya dalam membentuk bentukan

lainnya yang lebih besar. Afiks ialah satuan (ter-)ikat yang dalam suatu kata merupakan unsur

yang bukan kata dan bukan pokok kata yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan lain

untuk membentuk kata.untuk menjelaskan pengertian di atas, perhatikanlah contoh berikut!

Afiks Bentuk Dasar Kata Berafiks

ber-

di-

-an

-i

-kan

-el-

peN-an

jalan

tendang

kunjung

duduk

masuk

tapak

nanti

berjalan

ditendang

kunjungan

duduki

masukkan

telapak

penantian

 

Berdasarkan tebel di atas jelas terlihat bahwa afiks (ber-, di-, -an, -i, -kan, -el-, peN-

an; dan banyak lagi) kalau berdiri sendiri tidak mempunyai arti apa-apa. Bentuk tersebut

(afiks) tidak dapat beriri sendiri dalam tuturan biasa. Afiks baru mempunyai arti atau makna

jika mereka digabungkan pada bentuk lain seperti terlihat pada korpus di atas.

Dapat dilihat pada korpus di atas, afiks berfungsi membentuk kata-kata baru. Bahkan

menurut Ramlan, afiks pun selain membentuk kata, juga membentuk pokok kata seperti pada

duduki dan masukkan. Oleh karena itu ada pula yang menyebut bentuk-bentuk seperti itu

dengan istilah pokok kata kompleks. Ahmadslamet (1982:90) tidak sependapat dengan istilah

pokok kata untuk contoh seperti itu sebab pokok kata diartikan sebagai morfem ikat. Bentuk-

bentuk seperti itu bisa hadir dalam tuturan biasa atau dalam kalimat secara bebas, seperti:

“Buku itu sudah saya masukkan ke dalam tas.” Atau “Jangan anda duduki kursi itu.”. bentuk

seperti itu beliau namakan kata kerja yang memiliki cirri khusus.

Page 8: Soal Morfologi Januari

Ada bentuk lain yang mirip afiks seperti di-, ke-, dari, -lah pada di pinggir (jalan), ke

sudut, dari kota, makanlah; juga bentuk-bentuk seperti: ku-, -ku, -mu, -nya, -isme pada

kutarik, bajuku, dagumu, hidungnya, patriotisme. Golongan pertama disebut morfem ikat

secara sintaksis dan yang kedua disebut klitik. Coba kaji ulang bahasan bentuk bebas dan

bentuk ikat 2.4.

Berdasarkan paparan di atas, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa afiks atau

imbuhan merupakan bentuk satuan terikat yang jika dilekatkan pada bentuk dasar akan

mengubah makna bentuk tersebut.

 

2) Macam-macam Afiks

Afiks dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam. Hal itu akan sangat

bergantung pada segi tinjauannya. Macam afiks dapat ditinjau dari posisi atau letaknya,

asalnya, serta produktif tidaknya.

 

a) Macam Afiks Ditinjau dari Letaknya

Dari letak atau posisi melekatnya, afiks dapat dibagi menjadi empat macam yaitu

prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau imbuhan

gabungan (ada pula yang menyebutnya ambifiks, imbuhan ganda).

Prefiks atau awalan ialah afiks atau imbuhan yang dilekatkan pada awal bentuk dasar.

Infiks atau sisipan yaitu afiks atau imbuhan yang dilekatkan di tengah-tengah bentuk dasar.

Sufiks atau akhiran yaitu afiks atau imbuhan yang dilekatkan sesudah bentuk dasar. Konfiks

atau imbuhan gabungan yaitu afik atau imbuhan yang mengapit bentuk dasar dengan cara

melekat secara bersama-sama yang membentuk satu fungsi dari satu arti. Untuk dapat

mengetahui afiks-afiks bahasa Indonesia secara jelas, lihatlah korpus berikut.

 

Prefiks Infiks Sufiks Konfiks

meN- -el- -kan meN-kan

Page 9: Soal Morfologi Januari

Ber-b

di-

peN-

pe-

per-

se-

ke-

ter-

a-

maha-

para

pra-

-er-

-em-

-an

-i

-nya

-wan

-man

-wati

-is

ber-an

ber-kan

se-nya

per-an

peN-an

di-kan

ke-an

meN-i

 

b) Macam Afiks Ditinjau dari Asalnya

Ditinjau dari asalnya, afiks bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua macam

yaitu afiks asli dan afiks dari bahasa asing. Afiks asli ialah afiks-afiks yang emmang

merupakan bentukan atau afik dari bahasa Indonesia itu sendiri, sedangkan afiks asing ialah

afiks yang berasal atau hasil pungutan dari bahasa asing yang kini telah menjadi bagian

sistem bahasa Indonesia.

Untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah diterima menjadi afiks bahasa

Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari lingkungan bahasa asing dan

sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia. Ramlan (1983:52) memberikan

Page 10: Soal Morfologi Januari

gambaran afiks –in dan –at pada kata muslimin dan muslimat merupakan afiks bahasa Arab,

belum dapat digolongkan ke dalam afiks bahasa Indonesia, meskipun di samping muslimin

dan muslimat ada bentuk muslim. Namun demikian, kedua afiks tersebut belum mampu

melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia lainnya. Kedua afiks tersebut hanya mampu

melekat pada bentuk dasar bahasa Arab. Berbeda dengan afiks maha- yang berasal dari

bahasa Sangsekerta misalnya, ia mampu melekatkan diri pada bentuk-bentuk dasar bahasa

Indonesia seperti: murah, besar, adil, bijaksana, pengasih, pengampun, guru, siswa.

Afiks-afiks yang berasal dari bahasa asing dapat kita kelompokan: pra-, para-, -

wan, -wati, -man, a-, -is, -nda/-da. Afiks-afiks sepeti: meN-, ber-, di-, peN-, pe-, per-, se-,

ke-, ter-, -el-, -er-, -em-, -kan, -an, -i, -nya, meN-kan, meN-i, ber-an, ber-kan, se-nya, peN-an,

per-an, di-kan, ke-an merupakan afiks-afiks asli bahasa Indonesia.

 

c) Macam Afiks Ditinjau dari Produktifitasnya

Jika kita perhatikan afiks-afiks yang telah yang telah diuraikan pada bagian terdahulu,

ada afiks terbatas sekali penggunaannya dan ada yang memiliki kemampuan melekat pada

satuan lain yang lebih besar. Afiks –da, misalnya, hanya melekat secara terbatas pada bentuk-

bentuk yang menyatakanmakna kekeluargaan, seperti: ayahanda, ibunda, pamanda, adinda,

kakanda. Contoh lain afiks-afiks –el-, -er-, dan –em- hanya melekat pada bentuk-bentuk yang

sudah ada, tidak mampu menghasilkan bentuk atau kata-kata baru. Di lain pihak seperti afiks

meN-, secara distributive mampu menghasilkan kata-kata baru begitu produktif, seperti

terlihat pada kata-kata, melayar, melebar, melangkah, menjadi, membengkak, membisu,

menjawab, mencabik-cabik, mengangkat, mengangkut, menyanyi, menyapu, menyisir,

menghunus, mengintai, mengebom, mengecat, mengetik, dan banyak lagi. Golongan afiks

yang pertama disebut afiks yang improduktif, sedangkan golongan yang kedua afiks yang

produktif.

Berdasarkan contoh di atas, dapatlah disimpulkan bahwa afiks improduktif ialah afiks

yang tidak distributive, yang tidak memiliki kemampuan untuk melekatkan diri pada bentuk

lain yang lebih banyak, terbatas pada satuan-satuan tertentu, sedangkan afiks produktif

merupakan kebalikan afiks improduktif ialah afiks yang distributive yang besar

kesanggupannya melekatkan diri pada morfem-morfem lain lebih banyak.

Page 11: Soal Morfologi Januari

Ramlan (1983:55) menyatakan afiks-afiks pra-, a-, -el-, -er-, -em-, -is, -man, dan -wi

merupakan afiks-afiks yang improduktif. Afiks-afiks yang tergolong produktif yaitu peN-,

meN-, ber-, di-, ke-, ter-, per-, se-, maha-, para-, -kan, -an, -i, -wan, meN-kan, ber-kan, per-

an, peN-an, di-kan, ke-an, ber-an, se-nya.

 

D. Reduplikasi atau Proses Pengulangan dalan Bahasa Indonesia

Proses pengulangan atau reduplikasi merupakan proses morfo1ogis yang banyak

terjadi pada bahasa-bahasa di dunia. Reduplikasi ialah proses pengulangan bentuk yang

terjadi pada keseluruhan bentuk dasar atau sebagian saja, mungkin diikuti oleh variasi fonem

atau pun tidak. Bentukan yang terjadi dari hasil reduplikasi disebut kata ulang

(Ahmadslamet, 1980:61; Pamlan,1983:55) sedangkan bentuk (satuan) yang diulang disebut

bentuk dasar (Ramlan, 1983:55).

Sebagai gambaran untuk mempertegas definisi di atas, perhatikan korpus di bawah ini.

Bentuk Dasar

duduk

berjalan

anak

lauk

Kata Ulang

duduk-duduk

berjalan-jalan

anak-anakan

lauk pauk

 

1) Masalah Bentuk Dasar Kata Ulang

Kalau kita tinjau berbagai buku tata bahasa, di antara mereka terdapat perbedaan

dalam mengklasifikasikan atau membagi-bagi kata. Sebagai contoh, kata berjalan-jalan oleh

Gorys Keraf (1982:120) dan Alisahbana (l954:68) dimasukan ke dalam macam kata ulang

berimbuhan, sedangkan Slametmulyana (1957:38), Ramlan (1983:57), dan Ahmadslamet

(1982:61) menggolongkannya ke dalam kata ulang sebagian.

Page 12: Soal Morfologi Januari

Perbedaan pengklasifikasian atau penggolongan sperti di atas disebabkan oleh

bedanya sistem konsepsi (Parera, 1980:40). Keraf dan Aliisjahbana berdsarkan pada konsepsi

kata dasar, sedangkan Slametulyana, Ramlan, dan Ahmadslamet. berlandaskan pada bentuk

dasar. Kata dasar merupakan istilah dalam tata bahasa tradisional yang maknanya hampir

sama dengan bentuk bebas yakni kata yang belum mengalami perubahan atau penambahan.

(Alisahbana, 1954:6). Umumnya kata dasar bahasa Indonesia dan juga semua bahasa yang

sekeluarga dengan bahasa Indonesia terjadi dari dua suku kata (Keraf,1982:51) .

Dengan berbedanya konsepsi dalam membahas pengulangan, maka jelaslah hasilnya

pun akan berbeda. Berdasarkan hasil teori, saya cenderung terhadap pendapat yang

menggunakan bentuk dasar sebagai konsepsi penggolongan pengulangan. Dengan perkataan

lain, bentuk dasar pengulangan mungkin merupakan bentuk (satuan) yang bermorfem tunggal

mungkin pula jamak.

 

2) Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang

Untuk mementukan bentuk dasar suatu kata ulang, Ramlan, (1983:57) rnenggunakan

dua prinsip. Kedua prinsip tersebut ialah:

1) Reduplikasi (pengulangan) pada dasarnya tidak mengubah golongan atau jenis

kata. Dengan berpegang pada prinsip tersebut dapatlah ditentukan jika kata ulang itu

termasuk jenis kata kerja, maka bentuk dasarnya pun kata kerja. Jika kata ulang tersebut

termasuk kata benda, maka bentuk dasarnya pun kata benda. Perhatikan contoh-contah

berikut!

berkata-kata (k. kerja): bentuk dasarnya berkata (kata kerja) bukan kata (kata benda)

gunung-gunung (k. benda): bentuk dasarnya gunung (kata benda)

kemerah-merahan (k. sifat): bentuk dasarnya merah (k. sifat )

melemparkan (k. kerja): bentuk dasarnya melempar (k. kerja)

pemikiran-pemikiran (k. benda) : bentuk dasarnya pemikiran (k. benda)

Page 13: Soal Morfologi Januari

2) Bentuk dasar kata ulang selalu berupa bentuk (satuan) yang terdapat dalam

penggunaan bahasa. Contohnya:

mempertahan-tahankan : bentuk dasarnya mempertahankan bukan memertahan

karena tidak terdapat di dalam pemakaian bahasa

rnengata-ngatakan : bentuk dasarnya mengatakan

berdesak-desakkan : bentuk dasarnya berdesakkan

 

Pada kata ulang menulis-nuliskan, ada dua kemungkinan sebagai bentuk dasarnya.

Pertama bentuk dasarnya mungkin menulis diulang menjadi menulis-nulis, setelah itu

mendapat afiks -kan menjadi menulis-nuliskan. Kedua, bentuk dasarnya mungkin menuliskan

diulang menjadi menulis-nuliskan.

 

3) Macam-macam Pengulangan

Pengulangan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi empat macam.

Pembedaan ini ditinjau dari cara mengulang suatu bentuk dasarnya. Berikut ini paparan

keempat macam pengulangan tersebut.

 

1)      Pengulangan Utuh atau Pengulangan Seluruhnya

Pengulangan utuh atau pengulangan seluruhnya yaitu pengulangan seluruh bentuk

dasar, tanpa perubahan fonem dan juga tidak berkombinasi dengan proses afiksasi. Hasilnya

disebut kata ulang seluruhnya atau kata ulang utuh, istilah Keraf (1982:119) dwilingga,

sedangkan Parera (1982:52) menyebutnya bentuk ulang simetris.

Contohnya:

tong → tong-tong

Page 14: Soal Morfologi Januari

buku → buku-buku

kebaikan → kebaikan-kebajkan

pembangunan → pembangunan-pembangunan

 

2) Pengu1angan Sebagian

Pengulangan sebagian ialah proses pembentukan kata dengan cara mengulang

sebagian bentuk dasarnya, Perhatikanlah contoh berikut!

tamu → tetamu

laki → lelaki

ditarik → ditarik-tarik

dilemparkan → dilempar-lemparkan

tumbuhan → tumbuh-tumbuhan

 

Berdasarkan contoh-contoh di atas, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa

pengulangan sebagian pada bentuk dasar bermorfem tunggal, yang diulang hanya suku kata

awalnya (lelaki, tetangga). Vokal suku kata yang diulang mengalami pelemahan dan bergeser

ke posisi tengah menjadi é pepet (contoh lain: luasa menjadi leluasa; luhur menjadi leluhur).

Pengulangan sebagian yang, bentuk dasarnyab bentuk kompleks, cenderung hanya

mengulang bentuk asalnya (ditarik-tarik, dilempar-lemparkan, tumbuh-tumbuhan, yang

diulang tarik, lempar, tumbuh).

Parera (1982:53) memperkenalkan istilah lain, yaitu bentuk ulang regresif dan bentuk

ulang progresif. Pengertian itu akan menjadi jelas dengan melihat korpus berikut.

Page 15: Soal Morfologi Januari

Bentuk Ulang

Regresif Bentuk Dasar Progresif

dorong

sepak

tolong

mendorong

menyepak

menolong

mendorong

menyepak

terbatuk

berbeda

berganti

perlahan

pertama

 

 

 

 

 

 

dorong

nyepak

batuk

beda

ganti

lahan

tama

 

Jadi apakah bentuk ulang regresif dan bentuk ulang progresif? Sebuah bentuk ulang

disebut bentuk ulang regresif, jika dalam bentuk ulang tersebut dapatt ditemukan atau tampak

“dasar kata” (bentuk asal, pen.). Sedangkan bentuk ulang progresif adalah sebuah bentuk

ulang yang mengulang sebagian bentuk dasar dan bentuk itu terikat kepada bentuk dasar.

Tampak jelas dari contoh-contoh di atas, bentuk dasar yang berafiks meN- pada umumnya

mengalami bentuk ulang regresif dan kadang-kadang progresif. Bentuk dasar yang berafiks

ter-, ber-, dan per- pada umumnya mengalami bentuk ulang progresif (Parera, 1982:53). Pada

bentuk ulang regresif, tampaklah bahwa bentuk dasar yang diulang letaknya di belakang

“morfem ulang”, sedangkan bentuk ulang progresif bentuk dasar yang diulang terletak di

depan “morfem ulang”.

 

3) Pengu1anan Serempak dengan Afiksasi

Page 16: Soal Morfologi Januari

Pengulangan golongan ini dilakukan dengan cara mengulang seluruh bentuk dasar

sekaligus dengan afiksasi dan bersama-sama mendukung satu fungsi dan satu arti. Misalnya

kata anak-anakan. Berdasarkan prinsip ke-2, yang menyatakan bahwa ”bentuk dasar kata

ulang merupakan satuan atau bentuk yang terdapat dalam bahasa,” kita dapat menentukan

bahwa bentuk dasarnya anak, bukan anakan. Anakan tidak terdapat dalam penggunaan

bahasa Indonesia,

Berdasarkan penjelasan di atas, kita mencoba mencari proses terbentuknya kata anak-

anakan. Pertama bentuk dasar anak-anakan mungkin anak-anak, lalu mendapat imbuhan

menjadi anak-anakan. Kedua bentuk dasar anak-anakan bentuk dasarnya anak diulang

dengan mendapat afiks -an sekaligus.

Berdasarkan faktor arti, alternatif pertama tidaklah mungkin. Pengulangan anak

menjadi anak-anak mempunyai makna atau arti banyak, sedangkan pada kata anak-anakan

makna tersebut tidak ada. Yang ada adalah arti atau makna ‘menyerupai apa yang tersebut

pada bentuk dasar’. Jelaslah bahwa satu-satunya alternatif ialah kata anak-anakan terbentuk

dari bentuk dasar anak yang diulang serempak dengan melekatnya afiks –an. Contoh lainnya

lihatlah berikut ini!

kereta → kereta-keretaan

hijau → kehijau-hijauan

cantik → secantik-cantiknya

Dengan melihat contoh di atas, Prawirasumantri (1986:7) merumuskan reduplikasi

serempak dengan afiksasi tiga macam yaitu: (1) R-an (Peduplikasi + afiks -an), (2) ke-an

(Reduplikasi + afiks ke-an), dan (3) se-R-nya (Peduplikasi + afiks se-nya).

 

4) Pengulangan dengan Perubahan Fonem

Pengulangan dengan perubahan fonem ialah pengulangan seluruh bentuk dasar

dengan disertai adanya perubahan fonem bentuk dasar yang diulangnya, baik vokal maupun

konsonan. Perhatikan contoh berikut!

Page 17: Soal Morfologi Januari

gerak → gerak-gerik

serba → serba-serbi

lauk → lauk-pauk

ramah → ramah-tamah

sayur → sayur-mayur

Parera (1982:55) menyebutnya dengan istilah lain yaitu bentuk ulang vokal dan

bentuk ulang konsonan. Beliau meninjau dari segi struktur. Bentuk ulang vokal ialah

pengulangan terhadap vokal-vokal bentuk dasar sedangkan bunyi-bunyi konsonan mengalami

variasi atau berselisih dengan bunyi-bunyi konsonan bentuk dasar. Bentuk ulang konsonan

sebaliknya dan bunyi ulaing vocal yaitu pengulangan konsonan-konsonan dan bentuk dasar

dan bunyi-bunyi vokal mengalami variasi atau berselisih dengan bunyi-bunyi vokal bentuk

dasar. Agar pengertian tersebut jelas, perhatikan contoh-contoh berikut.

Bentuk DasarBentuk Ulang Bunyi yang

DiulangVokal Konsonan

serba

warna

balik

gerak

ramah

lauk

cerai

tegap

ramah-tamah

lauk-pauk

cerai-berai

tegap-begap

serba-serbi

warna-warni

bolak-balik

gerak-gerik

s, r, b

w, r, n

b, l, k

g, r, k

a, a

a, u

e, ai

e, a

 

Page 18: Soal Morfologi Januari

Dapatlah dilihat bahwa penggolongan ini melihat apa yang diulang. Empat contoh

pertama menunjukkan bahwa yang diulang adalah bunyi-bunyi konsonan, bentuk ulangnya

disebut bentuk ulang konsonan, (yang diulang adalah a, r, b pada serba-serbi, w, r, n pada

warna-warni, b, 1, k pada bolak-balik, g r, k pada gerak-gerik), sedangkan empat contoh

berikutny memperlihatkan bahwa yang diulangnya adalah vokal-vokal bentuk dasar, itu

termauk bentuk ulang vokal (yang diulangnya ialah: a, a pada ramah-tamah, a, u pada 1auk-

pauk, e, ai pada cerai—berai, dan e, a pada tegap-begap).

 

4) Bentuk-bentuk Lain yang Mirip Kata Ulang

Pada suatu malam, ada seseorang yang berteriak, Maling! Maling! atau Kebakaran!

Kebakaran!. Ada seoran pedagang mengucapkan, “Pisang! Pisang! Kacang ! Rokok! Rokok!.

Dengar pula nyanyian, “Boleh, boleh, boleh, dipandang, asal jangan, jangan dipegang!”.

Jika dilihat secara sekilas, bentuk-bentuk di atas tampaknya sama dengan kata ulang

(Parera menyebutnya bentuk ulang). Memang secara struktur, bentuk-bentuk tersebut dapat

dikembalikan pada bentuk dasar masing-masing, akan tetapi ada kaitan rnakna di antara

unsur-unsurnya. Dalam hal ini kata-kata yang diulang ini mempunyai otonomi sendiri-

sendiri. Hubungan makna unsur-unsur yang diulang itu tidak ada. Bentuk-bentuk seperti

itulah yang kadang-kadang membuat kita tersesat. Bentuk-bentuk itu terdiri atas beberapa

kata, berbeda dengan kata ulang termasuk satu kata. Bentuk-bentuk itu disebut ulangan kata.

Perhatikan pula bentuk-bentuk seperti: cumi-cumi, lobi-lobi, ani-ani, kupu-kupu.

Bentuk-bentuk ini pun tampaknya seperti kata ulang. Namun kalau kita kaji lebih jauh,

bentuk-bentuk seperti ini tidak mempunyai bentuk dasar. Cumi, lobi, ani, kupu tidak ada

dalam penggunaan bahasa, oleh karena itu tidak mungkin merupakan bentuk dasar. Bentuk-

bentuk seperti teramasuk kata dasar atau kata yang bermorfem tunggal.

Bentuk lain yang sering dikacaukan dengan kata ulang antara lain bentuk-bentuk

seperti: simpang-siur, sunyi-senyap, lalu-lalang, beras-petas. Effendi (1958:44), misalnya

menyebutkan bentuk-bentuk seperti itu termasuk kata ulang berubah bunyi. Kalau kita

menyebutkan bentuk-bentuk seperti itu kata ulang, mungkinkah siur, senyap, lalang, dan

petas masing-masing perubahan dan simpang, sunyi, lalu, dann beras? Perubahan-perubahan

Page 19: Soal Morfologi Januari

seperti itu sukar dijelaskan dan secara deskriptif hal itu tidak mungkin. Oleh karena itu,

Ramlan (1983:51) menggolongkan bentuk-bentuk seperti itu masuk kata majemuk yang salah

satu unsurnya berupa morfem unik, yakni morfem-morfem yang hanya mampu berkombinasi

dengan satu bentuk tertentu .

 

E. Komposisi atau Pemajemukan dalam Bahasa Indonesia

Pembicaraan tentang kata majemuk dan pemajemukan sampai sekarang belum pernah

memuaskan semua pihak. Faktor-faktor yang terlibat di dalamnya tidak selalu dapat

dijelaskan secara kebahasaan. Di antara penulis tata bahasa, ada yang mencoba

menjelaskannya dari sudut arti yang dikandungnya, ada pula yang rnencoba menjelaskan dari

segi struktur dengan menentukan ciri-cirinya (Ahmadslamet, 1982:65), bahkan ada pula yang

menggabungkan kedua segi tinjau tersebut.

Kalau kita membaca buku-buku tata bahasa, lebih terlihat adanya pertentangan

tentang pembahasa pemajemukan dan tata majemuk. Golongan pertama yang rnengatakan

bahwa kata majemuk itu ada dalam bahasa Indonesia seperti Slametmulyana (1957) dalam

bukunya Kaidah Bahasa Indonesia II, St. Takdir Alisyahbana (1953) dalam bukunya Tata

Bahasa Baru Bahasa Indonesia Jilid II, Gorys Keraf (1982) dalam bukunya Tata Bahasa

Indonesia untuk SLA, dan Ramlan (1983) dalam bukunya Ilmu Bahasa Indonesia, Morfologi,

Suatu Tinjauan Deskritif. Golongan kedua, A.A. Fokker (1972) dalam Sintaksis Indonesia

terjemahan Jonhar dan Jos Daniel Parera dalam bukunya Pengantar Linguistik Umum Bidang

Morfologi Seri B (Parera, 1980:59).

Yang tidak setuju mengemukakan argumentasi bahwa konsep yang diberikan

terhadap penamaan kata majemuk tidak sesuai dengan contoh-contoh fakta kebahasaan yang

dikemukakan. Contoh-contoh yang diajukan tidak mendukung definisi kata majemuk yang

berbunyi, “gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan.dan menimbulkan

pengertian baru”. Contohnya kamar mandi dan semangat juang, tidak memperlihatkan

adanya kesatuan baik secara struktur maupun semantis. Secara struktur di antara kata-kata

tersebut sebenarnya masih dapat disisipkan kata-kata lain. Di antara kamar mandi masih

dapat disisipkan kata untuk sehingga menjadi kamar untuk mandi, pada semangat juang dapat

disispkan bentuk-bentuk dalam dan bentuk ber- sehingga menjadi selamat dalam berjuang.

Page 20: Soal Morfologi Januari

Secara semantis, gabungan kamar mandi dan semangat juang tidak memperlihatkan adanya

makna yang benar-benar baru yang benar-benar berbeda dengan makna dasar unsur-

unsurnya. Pada gabungan kamar mandi masih terasa makna kamar dan pada semangat juang

masih tarkandung makna semangat (Sitindoan, l984:99).

Parera (1980:60) mengemukakan alasan lain, ditilik dari segi definisi terlihat adanya

kontadiksi dalam definisi tersebut. Yang dimaksud oleh beliau yakni satu kata yang terdiri

dari dua kata atau lebih. Secara matematis, 1+1 = 1 atau 1+1+1 = 1. Dalam hal ini, definisi

tersebut kekurangan satu konsep yang lain yaitu konsepsi kata. Satu kata ditambahi satu kata

yang nilainya sama pastilah hasilnya dua kata, dan bukan satu kata seperti definisi, “kata

majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung satu pengertian”.

Keberatan lain yang dikernukakan Parera terhadap pendapat yang ada yaitu dalam

membahasa kata majemuk bahasa Indonesia, terdapat pencampuradukan aspek makna dan

aspek bentuk dalam satu definisi, karena pada akhirnya aspek makna yang akan menjadi

pedoman dan dominan dalam analisis bahasa kita. Itu berbahaya.

Di sini, penulis tidak akan mempertentangkan dua golongan secara mendetail.

Terlepas dan setuju atau tidaknya ada kata majemuk dalam bahasa Indonesia, penulis akan

mengernukakan pendapat yang menyetujui adanya pendapat kata majemuk dalam bahasa

Indonesia. Hal ini penulis lakukan karena pendapat ini banyak dikutip dan dipergunakan

sebagai pedoman bahan pengajaran di sekolah-sekolah. Berikut ini, penulis akan

memaparkan pendapat Ramlan (1983), yang ditunjang oleh Prawirasumantri (1986),

Ahmadslamet (I982), dan Badudu (1976).

 

1) Pengertian Pemajemukan dan Kata Majemuk

Pemajemukan yaitu proses morfologis yang berupa perangkaian (bersama-sama) dua

buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih yang menghasilkan satu kata (Prawirasumantri,

1986:10), Hasil proses pemajemukan disebut kata majemuk, Ramlan (1983:67)

mendefinisikan kata majemuk yakni kata yang terdiri dari dua kata atau lebih sebagai

unsurnya. Sedangkan Badudu (1976: 8) mendefinisikannya, gabungan dua buah morfem

dasar atau lebih yang mengandung (memberikan) suatu pengertian baru. Kata majemuk

Page 21: Soal Morfologi Januari

tidaklah menonjolkan arti tiap kata, tetapi gabungan kata tersebut bersama-sama membentuk

suatu makna.

Dan definisi yang dikemukakan ada perbedaan pengertian kata majemuk menurut

Ramlan dengan Badudu, Jika Ramlan mendefinisikan kata mjemuk, “kata yang terdiri dan

dua kata atau lebih”, maka kata-kata seperti beras-petas, lalu-lalang, simpang-siur yang oleh

Ramlan dimasukkan ke dalam kata majemuk, hal itu tidak dapat dipertahankan lagi.

Benarkah petas, lalang, dan siur termasuk kata? Jelas tidak benar. Supaya kata-kata seperti itu

dapat digolongkan ke dalam kata majemuk, maka definisi kata majemuk ialah “ kata yang

dihasilkan dengan cara menggabungkan dua buah bentuk dasar atau lebih yang berbeda”.

Sedangkan proses pemajemukan atau komposisi dapat didefinisikan, proses penggabungan

dua buah bentuk dasar atau lebih yang berbeda untuk menghasilkan sebuah kata baru.

 

2) Ciri-ciri Kata Majemuk

Ramlan (1983:67), Prawirasumantri (1986:11), dan Ahmadslamet (1982:66)

menerangkan, sekilas kata majemuk sukar dibedakan dan bentuk lingual atau satuan gramatik

yang berupa konstruksi predikatif, yakni suatu konstruksi yang terdini atas subjek dan

predikat, dan konstruksi endosentris yang atributif yakni frase yang rnempunyai distribusi

yang sama dengan salah satu atau semua unsurnya.

Agar perbedaannya jelas, analisislah bentuk kamar mandi dan adik mandi.

Tampaknya dua bentuk tersebut sama, karena sama-sama dibangun oleh KB + KK. Akan

tetapi kalau kita analisis, kedua bentuk tersebut mempunyai sifat yang berbeda. Bentuk

kamar mandi bukanlah konstruksi predikadif atau frase endosentris yang atributif, tetapi

merupakan sebuah kata benda. Berbeda dengan bentuk adik mandi , ia merupakan sebuah

konstruksi predikatif (adik sebagai subjek dan mandi sebagai predikat). Kamar mandi

termasuk kata majemuk, sedangkan mandi bukan kata majernuk.

Berdasarkan penjelasan di atas, Ramlan (1983:69) mengemukakan ciri-ciri kata

majemuk sebagai berikut.

 

Page 22: Soal Morfologi Januari

l) Gabungan dua buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih yang salah satu atau

semua unsurnya berupa pokok kata termasuk kata majemuk.

Pokok kata yaitu bentuk lingual atau satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri

dalam tuturan biasa dan secara gramatis tidak memiliki sifat bebas tetapi dapat dijadikan

bentuk dasar sutu kata kompleks. Bentuk yang terdiri dari bentuk dasarnya yang berupa

morfem bebas dengan pokok kata atau pokok kata semua, maka gabungan tersebut pastilah

termasuk kata majemuk. Contohnya: kolam renang, medan tempur, temu karya, tanggung

jawab.

2) Unsur-unsur kata majemuk tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah

strukturnya.

Untuk memperjelas ciri tersebut, perhatikanlah dan bandingkan bentuk-bentuk yang

berada dalam korpus.

 

I II

kamar mati

meja makan

rumah sakit

kaki tangan

kamar kecil

tangan kanan

tikus mati

adik makan

burung sakit

kaki dan tangan

kamar yang kecil

tangan yang kanan

 

Bentuk-bentuk yang ada pada lajur I merurakan kata majemuk, sedangkan lajur II

bukan kata majemuk. Bentuk kamar mati tidak dapat dipisahkan. menjadi kamar yang mati,

begitu pula. dengan meja dengan meja makan, rumah sakit, kaki tangan, kamar kecil, tangan

kanan. Bentuk-bentuk itu juga tidak dapat ditukar tempatnya menjadi mati kamar, makan

Page 23: Soal Morfologi Januari

meja, sakit rumah dan seterusnya. Bentuk-bentuk kaki tangan, kamar kecil, dan tangan kanan

mungkin bisa dipisahkan oleh bentuk atau satuan yang atau dan seperti terlihat pada kolorn

II, namun arti atau makna yang dikandungnya akan berubah sama sekali. Tangan kanan pada

lajur I artinya ‘orang kepercayaan’ sedangkan tanan (yang) kanan pada lajur II artinya

“anggota badan dari siku ke ujung jari yang ada di sebelah kanan’. Bentuk-bentuk yang ada

pada lajur I itulah yang disebut dengan kata majemuk.

Akhirnya, perlu disinggung lagi di sini bentuk yang terdiri atas bantuk dasar dan

morfem unik yakni morfem yang tidak pernah hadir dalam pemakaian bahasa kecuali dalam

keadaan berkombinasi dengan bentuk tertentu. Gabungan seperti itu disebut kata majemuk

yang salah satu bentuk dasarnya berupa morfem unik. Contoh kata majemuk. yang

mengandung morfem unik ialah tumpah ruah, simpang siur, sunyi senyap, terang benderang,

gelap gulita, lalu lalang, kering kerontang, tua bangka, tua renta, muda belia. Tentukan

mana yang termasuk morfem uniknya?

Lebih terinci Keraf (1982:125) menyatakn cirri-ciri kata majemuk sebagai berikut:

1) Gabungan itu membentuk suatu arti.

2) Gabungan itu dalam hubungannnya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik

keterangan-keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.

3) Biasa terdiri atas kata-kata dasar.

4) Frekuensi pemakaiannya tinggi.

5) Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menueur hukum

DM (Diterargkan mendahului menerangkan).

 

3) Macam-macam Kata Majemuk

Kata majemuk dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kata majemuk endosentris

dan eksosentris. Kata majemuk endosentris yaitu kata majemuk yang konstruksi distribusinya

Page 24: Soal Morfologi Januari

sama dengan kedua (ketiga) atau salah satu unsurnya. Kata majemuk eksosentris, sebaliknya,

yaitu kata majemuk yang konstruksinya itu berlainan distribusinya dan salah satu unsurnya

(Samsuri, 1982:200). Untuk menjelaskan hal itu, beliau mengemukakan contoh bentukan

rumah sakit dan jual beli, yang kedua-duanya merupakan kata majemuk. Yang pertama kata

majemuk endosentris, sedangkan yang kedua eksosentris. Perhatikanlah:

l) a.Rumah sakit itu baru dibangun.

b.Rumah itu baru dibangun.

Melihat contoh di atas, jelaslah bahwa rumah berdistribusi sama dengan rumah sakit,

sehingga selain kalimat l.a. kalimat 1.b. pun ada dalam bahasa Indonesia. Dengan perkatan

lain satuan rumah dapat menggantikan satuan rumah sakit.

2) a. Kedua orang itu mengadakan jual beli.

b. Kedua orang itu mengadakan jual. *)

c. Kedua orang itu mengadakan beli. *)

Tanda *) berarti kalimat 2.b. dan 2,c. tidak ada dalam bahasa Indonesia. Jelaslah distribusi

jual beli berlainan distrubusinya dengan jual ataupun beli. Itulah yang disebut kata majemuk

eksosentris.

Kata majemuk endosentris dapat dibedakan menjadi: kata majemuk koordinatif yaitu

kata majemuk yang unsur-unsurnya mempunyai hubungan yang setara atau sederajat,

misalnya: budi bahasa (Suwarso, 1979:38); kata majemuk atributif atau subordinatif yaitu

kata majemuk yang salah satu unsurnya menjadi penjelas atau atribut unsur lainnya,

misalnya: rumah sakit, orang tua (Suwarso, 1979:38) ; dan kata majemuk yang salah satu

unsurnya berupa morfem unik, misalnya: lalu lalang (Ramlan, l983:50).

 

F. Uji Pemahaman Materi

A.1 Untuk soal nomor 1 sampai dengan nomor 10, silanglah huruf yang berada di depan

Page 25: Soal Morfologi Januari

alternatif jawaban yang paling tepat!

 

1) Satuan took merupakan hasil proses morfologis …

a. afiksasi

b suplisi

c. perubahan intern

d. reduplikasi

2) Suatu proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk baru yang sama sekali

berbeda dengan bentuk dasarnya disebut …

a. reduplikasi

b. suplisi

c. perubahan intern

d. afiksasi

3) Berikut ini merupakan contoh hasil komposisi …

a. mata hati

b. books

c. masing-masing

d. ran

4) Proses morfologis yang tidak terdapat pada bahasa Indonesia ialah …

a. afiksasi

Page 26: Soal Morfologi Januari

b. reduplikasi

c. komposisi

d. perubahan intern

5) Bentuk dasar afiksasi ialah …

a. bentuk tunggal

b. bentuk kompleks

c. morfem bebas

d. a dan b

6) Berikut mi hasil proses prefiksasi dalam bahasa Indonesia …

a. ketua

b, makanan

c. kemauan

d. keliar

7) Berikut ini termasuk kata ulang sebagian, kecuali …

a. makan-makanan

b. tidur-tiduran

c. minum-minuman

d. melempar-lemparkan

8) Berikut ini termasuk afiks asli bahasa Indonesia, kecuali …

a. –em-

Page 27: Soal Morfologi Januari

b. –an

c. se-nya

d. pra-

9) Kelompok satuan berikut ini termasuk afiks yang produktif, kecuali …

a peN-, di-, meN-kan, -wan

b. per-an, -man, se-, meN-

c. peN-an, -kan, -i, peN-

d. se-nya, ber-an, ke-an, peN-an

10) Melambai-lambaikan, bentuk dasarnya ialah …

a. melambai

b. lambai

c. lambaikan

d. melambaikan

11) Pengulangan yang bervariasi dengan afiks terjadi pada satuan …

a. kebaikan-kebaikabn

b. kuda-kudaan

c. menulis-nuliskan

d. minum-minuman

12) Berikut ini merupakan hasil pengulangan dengan perubahan fonem ialah …

a. bolak-balik

Page 28: Soal Morfologi Januari

b. simpang siur

c. lalu lalang

d. tua renta

13) Berikut ini termasuk satu hasil pengulangan, kecuali …

a. kupu-kupu

b. buku-buku

c. malu-malu

d. ragu-ragu

14) Berikut ini pengertian kata majemuk yang paling tepat …

a. kata majemuk ialah kata yang dihasilkan dengan cara menggabungkan dua buah

kata atau lebih

b. kata majemuk ialah kata hasil gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu

kesatuan dan menimbulkan pengertian baru

c. kata majemuk ialah kata yang dihasilkan dari proses morfologis yang berupa

perangkaian (bersama-sama) dua bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih

d. kate majemuk adalah kata yang terdiri atas dua kata atau lebih

15) Benikut ini termasuk kata majemuk kecuali …

a. kereta api

b. korek api

c. api perdamaian

Page 29: Soal Morfologi Januari

d. cahaya api

 

A.2 Untuk soal nonor 16 sampai dengan 25, pilihlah:

a. jika 1,2, dan 3 benar;

b, jika 1 dan 2 benar;

c. jka 1 dan 3 benar; atau

d, jika 1 benar

 

16) Proses morfologis yang banyak terjadi dalam bahasa Indonesia ialah …

1. afiksasi

2. reduplikasi

3. komposisi

17) Ditinjau dan produktivitasnya, afiks dapat dibedakan menjadi …

1. afiks produktif

2. afiks improduktif

3. afiks dan bahasa asing

18) Untuk menentukan bentuk dasar kata ulang, prinsip yang dapat dipegang ialah …

1. pengulangan pada dasarnya tidak mengubah golongan kata

2. bentuk dasar kata ulang biasanya bentuk tunggal

3. bentuk dasar kata ulang selalu berupa bentuk atau satuan yang terdapat dalam

Page 30: Soal Morfologi Januari

penggunan bahasa

19) Berikut ini termasuk pengulangan sebagian tipe regresilf …

1. tendang-menendang

2. makan-nakanan

3. kuda-kudaan

20) Berikut ini termasuk pengulangan seluruhnya …

1. padi-padi

2. cumi-cumi

3. petani-petani

21) kata majemuk memiliki cirri …

1. unsur-unsur kata majemuk tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah

strukturnya

2. gabungan yang salah satu atau semuanya berurpa pokok kata

3. kata majemuk terdiri atas dua morfem atau lebih

22) Berikut ini yang termasuk kata majernuk endosentris atributif ialah ....

1. kamar mati

2. mesjid agung

3. bulan purnama

23) Berikut mi yang termasuk kata majemuk endosentris koordinatif ialah …

1. tua muda

Page 31: Soal Morfologi Januari

2. kaki tangan

3. tangan kanan

24) Kata majemuk eksosentris terdapat pada kalimat …

1. Ayah melakukan jual beli

2. Gelak tawanya terdengar nyaring sekali

3. Tubuhnya kini lemah lunglai

25) Kata mejemuk yang salah satunya berupa morfem unik terdapat dalam kalimat …

1. Tubuhnya basah kuyup kehujanan

2. Pemuda itu tidak mengenakan baju dalam

3. Malam ini gelap gulita

 

A.3 Untuk soal norrior 26 sanpai dengan 30, pilihlah:

a. jika pernyatean benar alasen benar, keduanya mencerminkan hubungan sebab

akibat;

b. jika pernyataan benar, alasan benar;

c. jika pernyataan benar, alasan salah: atau

d. jika pernyataan salah, alasan benar.

26) Satuan gula merah termasuk kata majemuk endosentris atributif,

sebab

kata majemuk endosentris atributi ialah kata yang salah satu unsurnya sebagai atribut atau

penjelas unsur lainnya.

Page 32: Soal Morfologi Januari

2?) Satuan-satuan, mata pencaharian, pertandingan, sepi mencekam, dan jalan-jalan

merupakan hasil proes morfologis,

sebab

proses morfologis merupakan proses pemabentukan sutu kata atau frase dalam suatu

bahasa,

28) Satuan tulang belulang termasuk kata majemuk yang salah satu unsurnya berupa

morfem unik,

sebab

morfern unik ialah morfem yang hanya melekat atau bergabung dengan morfem tertentu.

29) Ditinjau dari asalnya, afiks dapat dibedakan menjadi afiks produktif dan improduktif,

sebab

afiks produktif ialah afiks yang mampu melekat pada bentukan-bentukan lain lebih

banyak

30) Kata ulang berbeda dengan ulangan kata,

sebab

kata ulang merupakan hasil proses morfologis, sedangkan ulangan kata merupakan suatu

gejala sintaksis,

31) Bentuk dasar satuan memain-mainkan ialah mempermainkan ,

sebab

mempermainkan merupakan satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa,

32) Perbedaan konsepsi para pakar tata tradisional dengan struktural (nontradisional)

Page 33: Soal Morfologi Januari

dalam membahas kata u1ang menyebabkan hasil bahasannya berbeda,

sebab

para tatabahasawan tradional menggunakan konsepsi kata dasar sedangkan para

tatabahasawan nontradisional (struktural) berlandaskan pada bentuk dasar,

33) Satuan burung-burungan termasuk kata ulang sebagian,

sebab

Bentuk dasar burung—burungan adalah burung,

34) Kata ulang seluruh ialah kata ulang yang dihasilkan dengan cara mengulang seluruh

bentuk dasar,

sebab

alun-alun, ani-ani, lobi-lobi termasuk kata ulang seluruhnya

35) Satuan-satuan, meN-, peN-, per-, di- termasuk prefiks bahasa Indonesia asli,

sebab

prefiks atau awalan adalah imbuhan atau afiks yans terletak di depan bentuk dasar.

 

B. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat, jelas, dan tepat. Anda bisa

menjawabnya di rumah, minggu yang akan datang ,jawaban itu anda kumpulkan sebagai

tugas terstruktur.

1) Apakah yang dimaksud dengan proses morfologis? Ada berapa macamkah proses

morfologis pada umumnya dan ada berapa macam pula proses morfologis yang ada

dalam bahasa Indonesia? Sebutkan dan jelaskan secara singkat dengan disertai contoh!

Page 34: Soal Morfologi Januari

2) Apa yang dimaksud dengan afiks dan afiksasi? Ada berapa macam afiks bahasa

Indonesia ditinjau dari letak dan posisinya? Sebutkan dan jelaskan secara singkat!

3) Apa yang dimaksud dengan afiks produktif dan improduktif serta afiks asli dan afiks

yang berasal dari bahasa asing? Jelaskan secara singkat dengan disertai contoh!

4) Apa yang dimaksud dengan proses pengulangan dan kata ulang? Ada berapa

macamkah kata ulang itu? Sebutkan satu persatu, lalu jelaskan dengan contoh!

5) Bagaimana cara menentukan bentuk dasar kata ulang? Samakah kata ulang dengan

ulangan kata? Je1askan dengan disertai contoh!

 

6) Apa yang dimaksud dengan pemajemukan dan. kata majemuk? Sebutkan pula cirri-ciri

kata majemuk!

7) Ada berapa macamkah kata majemuk itu? Sebutkan satu persatu, kemudianr jelaskan

dengan disertai contoh!

8) Kelompokan satuan-satuan berikut ini, apakah termasuk hasil pengulangan, afiksasi,

ataukah komposisi? Keputih-putihan, perjudian, menghulubalangkan, simpang siur,

tanam-tanaman, buah-buahan, campur aduk, dilemparkan, hiruk pikuk, tunawicara,

bunga desa

9) Carilah satuan-satuan berikut yang termasuk kata ulang seluruhnya, sebagian,

bervariasi dengan afiks, dan berubah bunyi!

berdesir-desir, masak-masakan, sekali-kali, cepat-cepat, kekurangan-kekurangan, kelap-

kelip, selang-seling, bersalam-salaman, mepermain-mainkan, terguling-guling, tolong

Page 35: Soal Morfologi Januari

menolong, tinju meninju, mengibas-ngibaskan, perlahan-lahan, warna-warni, dikata-

katakan, mengamat-amati.

10) Cari pula bentuk dasar kata ulang pada soal nomor 9!