soal morfologi januari
DESCRIPTION
kjtuguityicoytvuilyvioyuop;bi oui opuopuyou opu ou op uopuouop uoTRANSCRIPT
: Morfologi Mata Kuliah Pokok Bahasan : PROSES MORFOLOGIS Pertemuan Ke-6 Pembahasan
BAB 6 PROSES MORFOLOGIS
Pada bagian ini, akan ditemukan paparan tentang:
1) pengertian proses morfologi;
2) macam-macam proses morfologis pada bahasa-bahasa di dunia;
3) afiksasi bahasa Indonesia;
4) reduplikasi bahasa Indonesia; dan
5) komposisi bahasa Indonesia.
A. Proses Morfologis, Apa Itu ?
Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem
yang satu dengan yang lain (Samsuri, 1982:190). Atau, proses yang dialami bentuk-bentuk
lingual dalam menyusun kata-kata (Ahmadslamet, 1982:58). Lebih jelas, proses morfologis
ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya
(Ramlan, 1983:44).
Perhatikanlah satuan-satuan berikut!
perumahan
rumah rumah-rumah
rumah makan
Dari skema di atas terlihatlah dengan jelas bahwa bentuk dasar rumah bisa menghasilkan
kata-kata baru perumahan, rumah-rumah, dan rumah makan. Kata perumahan dihasilkan
dengan cara melekatkan afiks per-an pada bentuk dasar rumah, kata rumah-rumah dihasilkan
dengan cara mengulang bentuk dasar rumah, dan kata rumah makan dengan cara
menggabungkan bentuk dasar rumah dengan makan. Proses pelekatan afiks, pengulangan
bentuk dasar, dan penggabungan bentuk dasar dengan bentuk lain sepetti itulah merupakan
contoh proses morfologis. Jadi proses morfologis dapat dilakuakn dengan berbagai cara.
B. Macam-macam Proses Morfologis
Samsuri (1982:190) menuliskan bahwa proses morfologis itu ada lima macam, yakni:
(1) afiksasi, (2) reduplikasi, (3) perubahan intern, (4) suplisi, dan (5) modifikasi kosong.
Sedangkan Verhaar (1984:64) dan Ramlan (1983:46) menambahkan satu lagi yaitu komposisi
atau pemajemukan. Keenam proses morfologis tersebut terjadi pada bahasa-bahasa yang ada
di dunia. Pada bagian ini, penulis hanya akan memaparkan kilas. Sedangkan pada bagian lain,
akan dipaparkan secara rinci yakni proses morfologis yang ada pada bahasa Indonesia. Agar
lebih jelas, secara sekilas akan dipaparkan satu persatu.
1) Afiksasi
Afiksasi atau proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara
melekatkan afiks pada bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata
berimbuhan. Contohnya: ber- pada berkembang, -el- pada telunjuk, -an pada lemparan, dan
per-an pada perjanjian. Paparan lebih rinci akan dibahas pada afiksasi bahasa Indonesia.
2) Reduplikasi
Reduplikasi ialah proses pembentukan kata dengan cara suatu bentuk dasar. Proses
morfologis semacam ini merupakan salah satu cara pembentukan kata yang paling banyak
pada bahasa-bahasa di dunia. Sebagai contoh: buku menjadi buku-buku, bali menjadi bola-
bali (bahasa Jawa), adanuk menjadi adadanuk ‘panjang’ (bahasa Agta). Paparan reduplikasi
ini juga lebih jauh dan rinci akan dibahas pada reduplikasi bahasa Indonesia.
3) Perubahan Intern
Perubahan intern ialah pembentukan kata dengan cara mengubah struktur fonem dasar
sehingga menghasilkan bentuk baru, sebagai contoh perhatikanlah satuan-satuan berikut!
Tunggal
/fut/
/mæn/
Waktu Sekarang
/ran/
/teyk/
Jamak
/fiyt/
/mεn/
Waktu Lampau
/ræn/
/tuk/
Arti
‘kaki’
‘laki-laki’
Arti
‘lari’
‘mengambil’
Bentuk jamak (kata benda) maupun waktu lampau (kata kerja) tidak dapat kita ambil
bagian mana yang menyatakan makna tersebut. Namun dari contoh di atas, kita dapat
mengambil suatu kesimpulan bahwa yang menyatakan makna jumlah ialah perubahan /u/
menjadi /iy/ dan /æ/ menjadi /δ/ pada kata foot menjadi feet dan man menjadi men atau /a/
menjadi /æ/ dan /ey/ menjadi /u/ pada kata run menjadi ran atau teek menjadi took. Oleh
karena itu, proses morfolois seperti itu disebut perubahan intern (intern modification).
4) Suplisi
Suplisi merupakan salah satu proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk yang
sama sekali baru. Bentuk dasar dan bentuk turunannya tidak terdapat persamaan sedikitpun. Untuk
contoh ini, kita ambil dari bahasa Inggris.
Waktu Kini Waktu Lampau Arti
/gow/
/æ/
/wεnt/
/w∂z/‘pergi’
‘adalah’
Dari dua contoh di atas kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa bentuk go dan am
untuk waktu kini (sekarang) berubah menjadi went dan was untuk menyatakan waktu
lampau. Bentuk lampau tersebut seoolah-olah bukan perubahn dari bentuk kini, seolah-olah
begitulah adanya. Proses morfologis seperti itu dinamakan suplisi.
5) Modifikasi Kosong
Komposisi atau pemajemukan adalah proses pembentukan kata dengan cara
menggabungkan dua buah bentuk atau satuan dasar(bentuk asal) atau lebih. Sebagai contoh
perhatikanlah bentuk-bentuk berikut.
flower + sun sunflower
mata + sapi mata sapi (telur)
Masalah komposisi ini akan lebih terinci dipaparkan pada komposisi dalam bahasa
Indonesia.
Setelah macam-macam proses morfologis dipaparkan secara sekilas, berikut ini akan
dipaparkan secara sekilas, berikut ini akan dipaparkan proses morfologis yang ada dalam
bahasa Indonesia secara terinci. Proses morfologis yang dimaksudkan ialah afiksasi (proses
pembubuhan afiks), reduplikasi (proses pengulangan), dan komposisi (proses pemajemukan).
C. Afiksasi dalam Bahasa Indonesia
Afiksasi sering pula disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks. Seperti telah
dijelaskan, afiksasi merupakan salah satu proses morfologis. Afiksasi dalam bahasa Indonesia
sangat memegang peranan penting. Hal itu didasarkan pada suatu kenyataan, bahwa bahasa
Indonesia termasuk rumpun bahasa aglutinatif.
Afiksasi yaitu penggabungan akar (istilah lain untuk morfem bebas) atau pokok kata
dengan afiks (Samsuri, 1982:190). Namun Ramlan (1983:47) lebih lanjut menyebut afiksasi
itu sebagai pembubuhan afiks pada suatu satuan (bentuk), baik tunggal maupun kompleks
untuk membentuk kata. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan. Lubis
(1954:39) dan Anshar (1969:9) menyebutkan dengan istilah kata bersambungan.
Dari dua pernyataan di atas, kita dapat mengambil satu perbedaan pengertian yang
dilontarkan oleh Samsuri dan Ramlan. Perbedaan bukan terletak pada peristiwa afiksasinya,
tetapi terletak pada bentuk dasarnya. Samsuri menyebutkan bahwa bentuk dasar yang dilekati
afiks berupa akar (bentuk tunggal bebas atau morfem bebas) dan pokok kata, sedangkan
Ramlan, menyebutnya bentuk tunggal maupun kompleks. Dalam hal ini, penulis sependapat
dengan Ramlan, bahwa pada dasarnya afiksasi dalam bahasa Indonesia.tidk ahanya dibentuk
dari bentuk dasar yang bermorfem tunggal, tetapi bisa pula bentuk kompleks. Agar lebih jelas
perhatikanlah korpus berikut.
AfiksBentuk Dasar
HasilTunggal Kompleks
peN-
peN-an
per-an
ber-
-an
di-kan (?)
meN-kan (?)
temu
tampil
-
-
makan
-
-
-
-
-
tanggung jawab
pakaian
-
berhenti
satu padu
ke samping
penemu
penampilan
pertanggungjawaban
berpakaian
makanan
diberhentikan
menyatupadukan
mengesampingkan
Dengan memeprhatikan contoh yang berada dalam korpus, nyatalah bahwa bentuk
dasarkata berafiks bahasa Indonesia mungkin berupa bentuk tunggal (temu, tampil, makan),
mungkin kompleks (tanggung jawab, pakaian, berhenti, satu padu, ke samping). Bentuk dasar
kata berafiks mungkin berupa: morfem bebas atau istilah Samsuri akar, seperti makan,
mungkin berupa pokok kata seperti juang; mungkin berupa kata berafiks seperti pakaian,
berhenti; mungkin gabungan kata seperti tanggung jawab; atau mungkin frase seperti ke
samping.
Berdasarkan kenyataan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa afiksasi atau
pembubuhan afiks ialah pembentukan kata baru dengan carameletakkan afiks atau imbuhan
pada suatu bentuk dasar, baik bentuk tunggal maupun kompleks.
Proses afiksasi dalam bahasa Indonesia, dibedakan menjadi empat macam. Pertama,
proses pelatakkan afiks di muka bentuk dasar yang bisa disebut prefiksasi (prefixation; proses
pembubuhan awalan); contoh: ke- + kasih menjadi kekasih. Kedua, proses pelatakkan afiks di
tengah-tengah bentuk dasar yang biasa biasa disebut infiksasi (infixation; proses pembubuhan
sisipan); contoh –el- + tunjuk menjadi telunjuk. Ketiga, proses peletakkan aiks pada akhir
bentuk dasar yang biasa disebut sufiksasi (suffxation; proses pembubuhan akhiran); contoh: -
an + genang menjadi genangan. Keempat, proses pembubuhan afiks dengan cara
membubuhkan afiks di awal dan di akhir (mengapit) bentuk dasar sekaligus disebut
konfiksasi ambifikasi (konfixation; ambifixation; proses pembubuhan imbuhan gabungan),
seperti: ke-an + mati menjadi kematian (Verhaar, 1984:60).
1) Afiks atau Imbuhan
Jika kita membicarakan afiksasi, maka kita tidak bisa memisahkannya dengan afiks
atau imbuhan itu sendiri. Artinya, pembicaraan afiksasi atau proses pengimbuhan harus selalu
diikuti oleh pembicaraan afiks atau imbuhan itu sendiri. Keraf (1982:93) menyebutnya,
hubungan keduanya seperti ikan dengan air.
Pada bagian terdahulu, telah dijelaskan bahwa afiks disebut bentuk ikat secara
morfologis (baca kembali bentuk bebas dan bentuk ikat). Ahmadslamet (1981:59)
mendefinisikan afiks sebagai satuan atau bentukan yang merupakan morfem ikat yang selalu
hadir dengan keadaan bergabung dengan bentukan lainnya dalam membentuk bentukan
lainnya yang lebih besar. Afiks ialah satuan (ter-)ikat yang dalam suatu kata merupakan unsur
yang bukan kata dan bukan pokok kata yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan lain
untuk membentuk kata.untuk menjelaskan pengertian di atas, perhatikanlah contoh berikut!
Afiks Bentuk Dasar Kata Berafiks
ber-
di-
-an
-i
-kan
-el-
peN-an
jalan
tendang
kunjung
duduk
masuk
tapak
nanti
berjalan
ditendang
kunjungan
duduki
masukkan
telapak
penantian
Berdasarkan tebel di atas jelas terlihat bahwa afiks (ber-, di-, -an, -i, -kan, -el-, peN-
an; dan banyak lagi) kalau berdiri sendiri tidak mempunyai arti apa-apa. Bentuk tersebut
(afiks) tidak dapat beriri sendiri dalam tuturan biasa. Afiks baru mempunyai arti atau makna
jika mereka digabungkan pada bentuk lain seperti terlihat pada korpus di atas.
Dapat dilihat pada korpus di atas, afiks berfungsi membentuk kata-kata baru. Bahkan
menurut Ramlan, afiks pun selain membentuk kata, juga membentuk pokok kata seperti pada
duduki dan masukkan. Oleh karena itu ada pula yang menyebut bentuk-bentuk seperti itu
dengan istilah pokok kata kompleks. Ahmadslamet (1982:90) tidak sependapat dengan istilah
pokok kata untuk contoh seperti itu sebab pokok kata diartikan sebagai morfem ikat. Bentuk-
bentuk seperti itu bisa hadir dalam tuturan biasa atau dalam kalimat secara bebas, seperti:
“Buku itu sudah saya masukkan ke dalam tas.” Atau “Jangan anda duduki kursi itu.”. bentuk
seperti itu beliau namakan kata kerja yang memiliki cirri khusus.
Ada bentuk lain yang mirip afiks seperti di-, ke-, dari, -lah pada di pinggir (jalan), ke
sudut, dari kota, makanlah; juga bentuk-bentuk seperti: ku-, -ku, -mu, -nya, -isme pada
kutarik, bajuku, dagumu, hidungnya, patriotisme. Golongan pertama disebut morfem ikat
secara sintaksis dan yang kedua disebut klitik. Coba kaji ulang bahasan bentuk bebas dan
bentuk ikat 2.4.
Berdasarkan paparan di atas, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa afiks atau
imbuhan merupakan bentuk satuan terikat yang jika dilekatkan pada bentuk dasar akan
mengubah makna bentuk tersebut.
2) Macam-macam Afiks
Afiks dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam. Hal itu akan sangat
bergantung pada segi tinjauannya. Macam afiks dapat ditinjau dari posisi atau letaknya,
asalnya, serta produktif tidaknya.
a) Macam Afiks Ditinjau dari Letaknya
Dari letak atau posisi melekatnya, afiks dapat dibagi menjadi empat macam yaitu
prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau imbuhan
gabungan (ada pula yang menyebutnya ambifiks, imbuhan ganda).
Prefiks atau awalan ialah afiks atau imbuhan yang dilekatkan pada awal bentuk dasar.
Infiks atau sisipan yaitu afiks atau imbuhan yang dilekatkan di tengah-tengah bentuk dasar.
Sufiks atau akhiran yaitu afiks atau imbuhan yang dilekatkan sesudah bentuk dasar. Konfiks
atau imbuhan gabungan yaitu afik atau imbuhan yang mengapit bentuk dasar dengan cara
melekat secara bersama-sama yang membentuk satu fungsi dari satu arti. Untuk dapat
mengetahui afiks-afiks bahasa Indonesia secara jelas, lihatlah korpus berikut.
Prefiks Infiks Sufiks Konfiks
meN- -el- -kan meN-kan
Ber-b
di-
peN-
pe-
per-
se-
ke-
ter-
a-
maha-
para
pra-
-er-
-em-
-an
-i
-nya
-wan
-man
-wati
-is
ber-an
ber-kan
se-nya
per-an
peN-an
di-kan
ke-an
meN-i
b) Macam Afiks Ditinjau dari Asalnya
Ditinjau dari asalnya, afiks bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu afiks asli dan afiks dari bahasa asing. Afiks asli ialah afiks-afiks yang emmang
merupakan bentukan atau afik dari bahasa Indonesia itu sendiri, sedangkan afiks asing ialah
afiks yang berasal atau hasil pungutan dari bahasa asing yang kini telah menjadi bagian
sistem bahasa Indonesia.
Untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah diterima menjadi afiks bahasa
Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari lingkungan bahasa asing dan
sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia. Ramlan (1983:52) memberikan
gambaran afiks –in dan –at pada kata muslimin dan muslimat merupakan afiks bahasa Arab,
belum dapat digolongkan ke dalam afiks bahasa Indonesia, meskipun di samping muslimin
dan muslimat ada bentuk muslim. Namun demikian, kedua afiks tersebut belum mampu
melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia lainnya. Kedua afiks tersebut hanya mampu
melekat pada bentuk dasar bahasa Arab. Berbeda dengan afiks maha- yang berasal dari
bahasa Sangsekerta misalnya, ia mampu melekatkan diri pada bentuk-bentuk dasar bahasa
Indonesia seperti: murah, besar, adil, bijaksana, pengasih, pengampun, guru, siswa.
Afiks-afiks yang berasal dari bahasa asing dapat kita kelompokan: pra-, para-, -
wan, -wati, -man, a-, -is, -nda/-da. Afiks-afiks sepeti: meN-, ber-, di-, peN-, pe-, per-, se-,
ke-, ter-, -el-, -er-, -em-, -kan, -an, -i, -nya, meN-kan, meN-i, ber-an, ber-kan, se-nya, peN-an,
per-an, di-kan, ke-an merupakan afiks-afiks asli bahasa Indonesia.
c) Macam Afiks Ditinjau dari Produktifitasnya
Jika kita perhatikan afiks-afiks yang telah yang telah diuraikan pada bagian terdahulu,
ada afiks terbatas sekali penggunaannya dan ada yang memiliki kemampuan melekat pada
satuan lain yang lebih besar. Afiks –da, misalnya, hanya melekat secara terbatas pada bentuk-
bentuk yang menyatakanmakna kekeluargaan, seperti: ayahanda, ibunda, pamanda, adinda,
kakanda. Contoh lain afiks-afiks –el-, -er-, dan –em- hanya melekat pada bentuk-bentuk yang
sudah ada, tidak mampu menghasilkan bentuk atau kata-kata baru. Di lain pihak seperti afiks
meN-, secara distributive mampu menghasilkan kata-kata baru begitu produktif, seperti
terlihat pada kata-kata, melayar, melebar, melangkah, menjadi, membengkak, membisu,
menjawab, mencabik-cabik, mengangkat, mengangkut, menyanyi, menyapu, menyisir,
menghunus, mengintai, mengebom, mengecat, mengetik, dan banyak lagi. Golongan afiks
yang pertama disebut afiks yang improduktif, sedangkan golongan yang kedua afiks yang
produktif.
Berdasarkan contoh di atas, dapatlah disimpulkan bahwa afiks improduktif ialah afiks
yang tidak distributive, yang tidak memiliki kemampuan untuk melekatkan diri pada bentuk
lain yang lebih banyak, terbatas pada satuan-satuan tertentu, sedangkan afiks produktif
merupakan kebalikan afiks improduktif ialah afiks yang distributive yang besar
kesanggupannya melekatkan diri pada morfem-morfem lain lebih banyak.
Ramlan (1983:55) menyatakan afiks-afiks pra-, a-, -el-, -er-, -em-, -is, -man, dan -wi
merupakan afiks-afiks yang improduktif. Afiks-afiks yang tergolong produktif yaitu peN-,
meN-, ber-, di-, ke-, ter-, per-, se-, maha-, para-, -kan, -an, -i, -wan, meN-kan, ber-kan, per-
an, peN-an, di-kan, ke-an, ber-an, se-nya.
D. Reduplikasi atau Proses Pengulangan dalan Bahasa Indonesia
Proses pengulangan atau reduplikasi merupakan proses morfo1ogis yang banyak
terjadi pada bahasa-bahasa di dunia. Reduplikasi ialah proses pengulangan bentuk yang
terjadi pada keseluruhan bentuk dasar atau sebagian saja, mungkin diikuti oleh variasi fonem
atau pun tidak. Bentukan yang terjadi dari hasil reduplikasi disebut kata ulang
(Ahmadslamet, 1980:61; Pamlan,1983:55) sedangkan bentuk (satuan) yang diulang disebut
bentuk dasar (Ramlan, 1983:55).
Sebagai gambaran untuk mempertegas definisi di atas, perhatikan korpus di bawah ini.
Bentuk Dasar
duduk
berjalan
anak
lauk
Kata Ulang
duduk-duduk
berjalan-jalan
anak-anakan
lauk pauk
1) Masalah Bentuk Dasar Kata Ulang
Kalau kita tinjau berbagai buku tata bahasa, di antara mereka terdapat perbedaan
dalam mengklasifikasikan atau membagi-bagi kata. Sebagai contoh, kata berjalan-jalan oleh
Gorys Keraf (1982:120) dan Alisahbana (l954:68) dimasukan ke dalam macam kata ulang
berimbuhan, sedangkan Slametmulyana (1957:38), Ramlan (1983:57), dan Ahmadslamet
(1982:61) menggolongkannya ke dalam kata ulang sebagian.
Perbedaan pengklasifikasian atau penggolongan sperti di atas disebabkan oleh
bedanya sistem konsepsi (Parera, 1980:40). Keraf dan Aliisjahbana berdsarkan pada konsepsi
kata dasar, sedangkan Slametulyana, Ramlan, dan Ahmadslamet. berlandaskan pada bentuk
dasar. Kata dasar merupakan istilah dalam tata bahasa tradisional yang maknanya hampir
sama dengan bentuk bebas yakni kata yang belum mengalami perubahan atau penambahan.
(Alisahbana, 1954:6). Umumnya kata dasar bahasa Indonesia dan juga semua bahasa yang
sekeluarga dengan bahasa Indonesia terjadi dari dua suku kata (Keraf,1982:51) .
Dengan berbedanya konsepsi dalam membahas pengulangan, maka jelaslah hasilnya
pun akan berbeda. Berdasarkan hasil teori, saya cenderung terhadap pendapat yang
menggunakan bentuk dasar sebagai konsepsi penggolongan pengulangan. Dengan perkataan
lain, bentuk dasar pengulangan mungkin merupakan bentuk (satuan) yang bermorfem tunggal
mungkin pula jamak.
2) Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang
Untuk mementukan bentuk dasar suatu kata ulang, Ramlan, (1983:57) rnenggunakan
dua prinsip. Kedua prinsip tersebut ialah:
1) Reduplikasi (pengulangan) pada dasarnya tidak mengubah golongan atau jenis
kata. Dengan berpegang pada prinsip tersebut dapatlah ditentukan jika kata ulang itu
termasuk jenis kata kerja, maka bentuk dasarnya pun kata kerja. Jika kata ulang tersebut
termasuk kata benda, maka bentuk dasarnya pun kata benda. Perhatikan contoh-contah
berikut!
berkata-kata (k. kerja): bentuk dasarnya berkata (kata kerja) bukan kata (kata benda)
gunung-gunung (k. benda): bentuk dasarnya gunung (kata benda)
kemerah-merahan (k. sifat): bentuk dasarnya merah (k. sifat )
melemparkan (k. kerja): bentuk dasarnya melempar (k. kerja)
pemikiran-pemikiran (k. benda) : bentuk dasarnya pemikiran (k. benda)
2) Bentuk dasar kata ulang selalu berupa bentuk (satuan) yang terdapat dalam
penggunaan bahasa. Contohnya:
mempertahan-tahankan : bentuk dasarnya mempertahankan bukan memertahan
karena tidak terdapat di dalam pemakaian bahasa
rnengata-ngatakan : bentuk dasarnya mengatakan
berdesak-desakkan : bentuk dasarnya berdesakkan
Pada kata ulang menulis-nuliskan, ada dua kemungkinan sebagai bentuk dasarnya.
Pertama bentuk dasarnya mungkin menulis diulang menjadi menulis-nulis, setelah itu
mendapat afiks -kan menjadi menulis-nuliskan. Kedua, bentuk dasarnya mungkin menuliskan
diulang menjadi menulis-nuliskan.
3) Macam-macam Pengulangan
Pengulangan dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi empat macam.
Pembedaan ini ditinjau dari cara mengulang suatu bentuk dasarnya. Berikut ini paparan
keempat macam pengulangan tersebut.
1) Pengulangan Utuh atau Pengulangan Seluruhnya
Pengulangan utuh atau pengulangan seluruhnya yaitu pengulangan seluruh bentuk
dasar, tanpa perubahan fonem dan juga tidak berkombinasi dengan proses afiksasi. Hasilnya
disebut kata ulang seluruhnya atau kata ulang utuh, istilah Keraf (1982:119) dwilingga,
sedangkan Parera (1982:52) menyebutnya bentuk ulang simetris.
Contohnya:
tong → tong-tong
buku → buku-buku
kebaikan → kebaikan-kebajkan
pembangunan → pembangunan-pembangunan
2) Pengu1angan Sebagian
Pengulangan sebagian ialah proses pembentukan kata dengan cara mengulang
sebagian bentuk dasarnya, Perhatikanlah contoh berikut!
tamu → tetamu
laki → lelaki
ditarik → ditarik-tarik
dilemparkan → dilempar-lemparkan
tumbuhan → tumbuh-tumbuhan
Berdasarkan contoh-contoh di atas, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa
pengulangan sebagian pada bentuk dasar bermorfem tunggal, yang diulang hanya suku kata
awalnya (lelaki, tetangga). Vokal suku kata yang diulang mengalami pelemahan dan bergeser
ke posisi tengah menjadi é pepet (contoh lain: luasa menjadi leluasa; luhur menjadi leluhur).
Pengulangan sebagian yang, bentuk dasarnyab bentuk kompleks, cenderung hanya
mengulang bentuk asalnya (ditarik-tarik, dilempar-lemparkan, tumbuh-tumbuhan, yang
diulang tarik, lempar, tumbuh).
Parera (1982:53) memperkenalkan istilah lain, yaitu bentuk ulang regresif dan bentuk
ulang progresif. Pengertian itu akan menjadi jelas dengan melihat korpus berikut.
Bentuk Ulang
Regresif Bentuk Dasar Progresif
dorong
sepak
tolong
−
−
−
mendorong
menyepak
menolong
mendorong
menyepak
terbatuk
berbeda
berganti
perlahan
pertama
−
−
−
−
−
−
−
dorong
nyepak
batuk
beda
ganti
lahan
tama
Jadi apakah bentuk ulang regresif dan bentuk ulang progresif? Sebuah bentuk ulang
disebut bentuk ulang regresif, jika dalam bentuk ulang tersebut dapatt ditemukan atau tampak
“dasar kata” (bentuk asal, pen.). Sedangkan bentuk ulang progresif adalah sebuah bentuk
ulang yang mengulang sebagian bentuk dasar dan bentuk itu terikat kepada bentuk dasar.
Tampak jelas dari contoh-contoh di atas, bentuk dasar yang berafiks meN- pada umumnya
mengalami bentuk ulang regresif dan kadang-kadang progresif. Bentuk dasar yang berafiks
ter-, ber-, dan per- pada umumnya mengalami bentuk ulang progresif (Parera, 1982:53). Pada
bentuk ulang regresif, tampaklah bahwa bentuk dasar yang diulang letaknya di belakang
“morfem ulang”, sedangkan bentuk ulang progresif bentuk dasar yang diulang terletak di
depan “morfem ulang”.
3) Pengu1anan Serempak dengan Afiksasi
Pengulangan golongan ini dilakukan dengan cara mengulang seluruh bentuk dasar
sekaligus dengan afiksasi dan bersama-sama mendukung satu fungsi dan satu arti. Misalnya
kata anak-anakan. Berdasarkan prinsip ke-2, yang menyatakan bahwa ”bentuk dasar kata
ulang merupakan satuan atau bentuk yang terdapat dalam bahasa,” kita dapat menentukan
bahwa bentuk dasarnya anak, bukan anakan. Anakan tidak terdapat dalam penggunaan
bahasa Indonesia,
Berdasarkan penjelasan di atas, kita mencoba mencari proses terbentuknya kata anak-
anakan. Pertama bentuk dasar anak-anakan mungkin anak-anak, lalu mendapat imbuhan
menjadi anak-anakan. Kedua bentuk dasar anak-anakan bentuk dasarnya anak diulang
dengan mendapat afiks -an sekaligus.
Berdasarkan faktor arti, alternatif pertama tidaklah mungkin. Pengulangan anak
menjadi anak-anak mempunyai makna atau arti banyak, sedangkan pada kata anak-anakan
makna tersebut tidak ada. Yang ada adalah arti atau makna ‘menyerupai apa yang tersebut
pada bentuk dasar’. Jelaslah bahwa satu-satunya alternatif ialah kata anak-anakan terbentuk
dari bentuk dasar anak yang diulang serempak dengan melekatnya afiks –an. Contoh lainnya
lihatlah berikut ini!
kereta → kereta-keretaan
hijau → kehijau-hijauan
cantik → secantik-cantiknya
Dengan melihat contoh di atas, Prawirasumantri (1986:7) merumuskan reduplikasi
serempak dengan afiksasi tiga macam yaitu: (1) R-an (Peduplikasi + afiks -an), (2) ke-an
(Reduplikasi + afiks ke-an), dan (3) se-R-nya (Peduplikasi + afiks se-nya).
4) Pengulangan dengan Perubahan Fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem ialah pengulangan seluruh bentuk dasar
dengan disertai adanya perubahan fonem bentuk dasar yang diulangnya, baik vokal maupun
konsonan. Perhatikan contoh berikut!
gerak → gerak-gerik
serba → serba-serbi
lauk → lauk-pauk
ramah → ramah-tamah
sayur → sayur-mayur
Parera (1982:55) menyebutnya dengan istilah lain yaitu bentuk ulang vokal dan
bentuk ulang konsonan. Beliau meninjau dari segi struktur. Bentuk ulang vokal ialah
pengulangan terhadap vokal-vokal bentuk dasar sedangkan bunyi-bunyi konsonan mengalami
variasi atau berselisih dengan bunyi-bunyi konsonan bentuk dasar. Bentuk ulang konsonan
sebaliknya dan bunyi ulaing vocal yaitu pengulangan konsonan-konsonan dan bentuk dasar
dan bunyi-bunyi vokal mengalami variasi atau berselisih dengan bunyi-bunyi vokal bentuk
dasar. Agar pengertian tersebut jelas, perhatikan contoh-contoh berikut.
Bentuk DasarBentuk Ulang Bunyi yang
DiulangVokal Konsonan
serba
warna
balik
gerak
ramah
lauk
cerai
tegap
−
−
−
−
ramah-tamah
lauk-pauk
cerai-berai
tegap-begap
serba-serbi
warna-warni
bolak-balik
gerak-gerik
−
−
−
−
s, r, b
w, r, n
b, l, k
g, r, k
a, a
a, u
e, ai
e, a
Dapatlah dilihat bahwa penggolongan ini melihat apa yang diulang. Empat contoh
pertama menunjukkan bahwa yang diulang adalah bunyi-bunyi konsonan, bentuk ulangnya
disebut bentuk ulang konsonan, (yang diulang adalah a, r, b pada serba-serbi, w, r, n pada
warna-warni, b, 1, k pada bolak-balik, g r, k pada gerak-gerik), sedangkan empat contoh
berikutny memperlihatkan bahwa yang diulangnya adalah vokal-vokal bentuk dasar, itu
termauk bentuk ulang vokal (yang diulangnya ialah: a, a pada ramah-tamah, a, u pada 1auk-
pauk, e, ai pada cerai—berai, dan e, a pada tegap-begap).
4) Bentuk-bentuk Lain yang Mirip Kata Ulang
Pada suatu malam, ada seseorang yang berteriak, Maling! Maling! atau Kebakaran!
Kebakaran!. Ada seoran pedagang mengucapkan, “Pisang! Pisang! Kacang ! Rokok! Rokok!.
Dengar pula nyanyian, “Boleh, boleh, boleh, dipandang, asal jangan, jangan dipegang!”.
Jika dilihat secara sekilas, bentuk-bentuk di atas tampaknya sama dengan kata ulang
(Parera menyebutnya bentuk ulang). Memang secara struktur, bentuk-bentuk tersebut dapat
dikembalikan pada bentuk dasar masing-masing, akan tetapi ada kaitan rnakna di antara
unsur-unsurnya. Dalam hal ini kata-kata yang diulang ini mempunyai otonomi sendiri-
sendiri. Hubungan makna unsur-unsur yang diulang itu tidak ada. Bentuk-bentuk seperti
itulah yang kadang-kadang membuat kita tersesat. Bentuk-bentuk itu terdiri atas beberapa
kata, berbeda dengan kata ulang termasuk satu kata. Bentuk-bentuk itu disebut ulangan kata.
Perhatikan pula bentuk-bentuk seperti: cumi-cumi, lobi-lobi, ani-ani, kupu-kupu.
Bentuk-bentuk ini pun tampaknya seperti kata ulang. Namun kalau kita kaji lebih jauh,
bentuk-bentuk seperti ini tidak mempunyai bentuk dasar. Cumi, lobi, ani, kupu tidak ada
dalam penggunaan bahasa, oleh karena itu tidak mungkin merupakan bentuk dasar. Bentuk-
bentuk seperti teramasuk kata dasar atau kata yang bermorfem tunggal.
Bentuk lain yang sering dikacaukan dengan kata ulang antara lain bentuk-bentuk
seperti: simpang-siur, sunyi-senyap, lalu-lalang, beras-petas. Effendi (1958:44), misalnya
menyebutkan bentuk-bentuk seperti itu termasuk kata ulang berubah bunyi. Kalau kita
menyebutkan bentuk-bentuk seperti itu kata ulang, mungkinkah siur, senyap, lalang, dan
petas masing-masing perubahan dan simpang, sunyi, lalu, dann beras? Perubahan-perubahan
seperti itu sukar dijelaskan dan secara deskriptif hal itu tidak mungkin. Oleh karena itu,
Ramlan (1983:51) menggolongkan bentuk-bentuk seperti itu masuk kata majemuk yang salah
satu unsurnya berupa morfem unik, yakni morfem-morfem yang hanya mampu berkombinasi
dengan satu bentuk tertentu .
E. Komposisi atau Pemajemukan dalam Bahasa Indonesia
Pembicaraan tentang kata majemuk dan pemajemukan sampai sekarang belum pernah
memuaskan semua pihak. Faktor-faktor yang terlibat di dalamnya tidak selalu dapat
dijelaskan secara kebahasaan. Di antara penulis tata bahasa, ada yang mencoba
menjelaskannya dari sudut arti yang dikandungnya, ada pula yang rnencoba menjelaskan dari
segi struktur dengan menentukan ciri-cirinya (Ahmadslamet, 1982:65), bahkan ada pula yang
menggabungkan kedua segi tinjau tersebut.
Kalau kita membaca buku-buku tata bahasa, lebih terlihat adanya pertentangan
tentang pembahasa pemajemukan dan tata majemuk. Golongan pertama yang rnengatakan
bahwa kata majemuk itu ada dalam bahasa Indonesia seperti Slametmulyana (1957) dalam
bukunya Kaidah Bahasa Indonesia II, St. Takdir Alisyahbana (1953) dalam bukunya Tata
Bahasa Baru Bahasa Indonesia Jilid II, Gorys Keraf (1982) dalam bukunya Tata Bahasa
Indonesia untuk SLA, dan Ramlan (1983) dalam bukunya Ilmu Bahasa Indonesia, Morfologi,
Suatu Tinjauan Deskritif. Golongan kedua, A.A. Fokker (1972) dalam Sintaksis Indonesia
terjemahan Jonhar dan Jos Daniel Parera dalam bukunya Pengantar Linguistik Umum Bidang
Morfologi Seri B (Parera, 1980:59).
Yang tidak setuju mengemukakan argumentasi bahwa konsep yang diberikan
terhadap penamaan kata majemuk tidak sesuai dengan contoh-contoh fakta kebahasaan yang
dikemukakan. Contoh-contoh yang diajukan tidak mendukung definisi kata majemuk yang
berbunyi, “gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan.dan menimbulkan
pengertian baru”. Contohnya kamar mandi dan semangat juang, tidak memperlihatkan
adanya kesatuan baik secara struktur maupun semantis. Secara struktur di antara kata-kata
tersebut sebenarnya masih dapat disisipkan kata-kata lain. Di antara kamar mandi masih
dapat disisipkan kata untuk sehingga menjadi kamar untuk mandi, pada semangat juang dapat
disispkan bentuk-bentuk dalam dan bentuk ber- sehingga menjadi selamat dalam berjuang.
Secara semantis, gabungan kamar mandi dan semangat juang tidak memperlihatkan adanya
makna yang benar-benar baru yang benar-benar berbeda dengan makna dasar unsur-
unsurnya. Pada gabungan kamar mandi masih terasa makna kamar dan pada semangat juang
masih tarkandung makna semangat (Sitindoan, l984:99).
Parera (1980:60) mengemukakan alasan lain, ditilik dari segi definisi terlihat adanya
kontadiksi dalam definisi tersebut. Yang dimaksud oleh beliau yakni satu kata yang terdiri
dari dua kata atau lebih. Secara matematis, 1+1 = 1 atau 1+1+1 = 1. Dalam hal ini, definisi
tersebut kekurangan satu konsep yang lain yaitu konsepsi kata. Satu kata ditambahi satu kata
yang nilainya sama pastilah hasilnya dua kata, dan bukan satu kata seperti definisi, “kata
majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung satu pengertian”.
Keberatan lain yang dikernukakan Parera terhadap pendapat yang ada yaitu dalam
membahasa kata majemuk bahasa Indonesia, terdapat pencampuradukan aspek makna dan
aspek bentuk dalam satu definisi, karena pada akhirnya aspek makna yang akan menjadi
pedoman dan dominan dalam analisis bahasa kita. Itu berbahaya.
Di sini, penulis tidak akan mempertentangkan dua golongan secara mendetail.
Terlepas dan setuju atau tidaknya ada kata majemuk dalam bahasa Indonesia, penulis akan
mengernukakan pendapat yang menyetujui adanya pendapat kata majemuk dalam bahasa
Indonesia. Hal ini penulis lakukan karena pendapat ini banyak dikutip dan dipergunakan
sebagai pedoman bahan pengajaran di sekolah-sekolah. Berikut ini, penulis akan
memaparkan pendapat Ramlan (1983), yang ditunjang oleh Prawirasumantri (1986),
Ahmadslamet (I982), dan Badudu (1976).
1) Pengertian Pemajemukan dan Kata Majemuk
Pemajemukan yaitu proses morfologis yang berupa perangkaian (bersama-sama) dua
buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih yang menghasilkan satu kata (Prawirasumantri,
1986:10), Hasil proses pemajemukan disebut kata majemuk, Ramlan (1983:67)
mendefinisikan kata majemuk yakni kata yang terdiri dari dua kata atau lebih sebagai
unsurnya. Sedangkan Badudu (1976: 8) mendefinisikannya, gabungan dua buah morfem
dasar atau lebih yang mengandung (memberikan) suatu pengertian baru. Kata majemuk
tidaklah menonjolkan arti tiap kata, tetapi gabungan kata tersebut bersama-sama membentuk
suatu makna.
Dan definisi yang dikemukakan ada perbedaan pengertian kata majemuk menurut
Ramlan dengan Badudu, Jika Ramlan mendefinisikan kata mjemuk, “kata yang terdiri dan
dua kata atau lebih”, maka kata-kata seperti beras-petas, lalu-lalang, simpang-siur yang oleh
Ramlan dimasukkan ke dalam kata majemuk, hal itu tidak dapat dipertahankan lagi.
Benarkah petas, lalang, dan siur termasuk kata? Jelas tidak benar. Supaya kata-kata seperti itu
dapat digolongkan ke dalam kata majemuk, maka definisi kata majemuk ialah “ kata yang
dihasilkan dengan cara menggabungkan dua buah bentuk dasar atau lebih yang berbeda”.
Sedangkan proses pemajemukan atau komposisi dapat didefinisikan, proses penggabungan
dua buah bentuk dasar atau lebih yang berbeda untuk menghasilkan sebuah kata baru.
2) Ciri-ciri Kata Majemuk
Ramlan (1983:67), Prawirasumantri (1986:11), dan Ahmadslamet (1982:66)
menerangkan, sekilas kata majemuk sukar dibedakan dan bentuk lingual atau satuan gramatik
yang berupa konstruksi predikatif, yakni suatu konstruksi yang terdini atas subjek dan
predikat, dan konstruksi endosentris yang atributif yakni frase yang rnempunyai distribusi
yang sama dengan salah satu atau semua unsurnya.
Agar perbedaannya jelas, analisislah bentuk kamar mandi dan adik mandi.
Tampaknya dua bentuk tersebut sama, karena sama-sama dibangun oleh KB + KK. Akan
tetapi kalau kita analisis, kedua bentuk tersebut mempunyai sifat yang berbeda. Bentuk
kamar mandi bukanlah konstruksi predikadif atau frase endosentris yang atributif, tetapi
merupakan sebuah kata benda. Berbeda dengan bentuk adik mandi , ia merupakan sebuah
konstruksi predikatif (adik sebagai subjek dan mandi sebagai predikat). Kamar mandi
termasuk kata majemuk, sedangkan mandi bukan kata majernuk.
Berdasarkan penjelasan di atas, Ramlan (1983:69) mengemukakan ciri-ciri kata
majemuk sebagai berikut.
l) Gabungan dua buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih yang salah satu atau
semua unsurnya berupa pokok kata termasuk kata majemuk.
Pokok kata yaitu bentuk lingual atau satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri
dalam tuturan biasa dan secara gramatis tidak memiliki sifat bebas tetapi dapat dijadikan
bentuk dasar sutu kata kompleks. Bentuk yang terdiri dari bentuk dasarnya yang berupa
morfem bebas dengan pokok kata atau pokok kata semua, maka gabungan tersebut pastilah
termasuk kata majemuk. Contohnya: kolam renang, medan tempur, temu karya, tanggung
jawab.
2) Unsur-unsur kata majemuk tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah
strukturnya.
Untuk memperjelas ciri tersebut, perhatikanlah dan bandingkan bentuk-bentuk yang
berada dalam korpus.
I II
kamar mati
meja makan
rumah sakit
kaki tangan
kamar kecil
tangan kanan
tikus mati
adik makan
burung sakit
kaki dan tangan
kamar yang kecil
tangan yang kanan
Bentuk-bentuk yang ada pada lajur I merurakan kata majemuk, sedangkan lajur II
bukan kata majemuk. Bentuk kamar mati tidak dapat dipisahkan. menjadi kamar yang mati,
begitu pula. dengan meja dengan meja makan, rumah sakit, kaki tangan, kamar kecil, tangan
kanan. Bentuk-bentuk itu juga tidak dapat ditukar tempatnya menjadi mati kamar, makan
meja, sakit rumah dan seterusnya. Bentuk-bentuk kaki tangan, kamar kecil, dan tangan kanan
mungkin bisa dipisahkan oleh bentuk atau satuan yang atau dan seperti terlihat pada kolorn
II, namun arti atau makna yang dikandungnya akan berubah sama sekali. Tangan kanan pada
lajur I artinya ‘orang kepercayaan’ sedangkan tanan (yang) kanan pada lajur II artinya
“anggota badan dari siku ke ujung jari yang ada di sebelah kanan’. Bentuk-bentuk yang ada
pada lajur I itulah yang disebut dengan kata majemuk.
Akhirnya, perlu disinggung lagi di sini bentuk yang terdiri atas bantuk dasar dan
morfem unik yakni morfem yang tidak pernah hadir dalam pemakaian bahasa kecuali dalam
keadaan berkombinasi dengan bentuk tertentu. Gabungan seperti itu disebut kata majemuk
yang salah satu bentuk dasarnya berupa morfem unik. Contoh kata majemuk. yang
mengandung morfem unik ialah tumpah ruah, simpang siur, sunyi senyap, terang benderang,
gelap gulita, lalu lalang, kering kerontang, tua bangka, tua renta, muda belia. Tentukan
mana yang termasuk morfem uniknya?
Lebih terinci Keraf (1982:125) menyatakn cirri-ciri kata majemuk sebagai berikut:
1) Gabungan itu membentuk suatu arti.
2) Gabungan itu dalam hubungannnya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik
keterangan-keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
3) Biasa terdiri atas kata-kata dasar.
4) Frekuensi pemakaiannya tinggi.
5) Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menueur hukum
DM (Diterargkan mendahului menerangkan).
3) Macam-macam Kata Majemuk
Kata majemuk dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kata majemuk endosentris
dan eksosentris. Kata majemuk endosentris yaitu kata majemuk yang konstruksi distribusinya
sama dengan kedua (ketiga) atau salah satu unsurnya. Kata majemuk eksosentris, sebaliknya,
yaitu kata majemuk yang konstruksinya itu berlainan distribusinya dan salah satu unsurnya
(Samsuri, 1982:200). Untuk menjelaskan hal itu, beliau mengemukakan contoh bentukan
rumah sakit dan jual beli, yang kedua-duanya merupakan kata majemuk. Yang pertama kata
majemuk endosentris, sedangkan yang kedua eksosentris. Perhatikanlah:
l) a.Rumah sakit itu baru dibangun.
b.Rumah itu baru dibangun.
Melihat contoh di atas, jelaslah bahwa rumah berdistribusi sama dengan rumah sakit,
sehingga selain kalimat l.a. kalimat 1.b. pun ada dalam bahasa Indonesia. Dengan perkatan
lain satuan rumah dapat menggantikan satuan rumah sakit.
2) a. Kedua orang itu mengadakan jual beli.
b. Kedua orang itu mengadakan jual. *)
c. Kedua orang itu mengadakan beli. *)
Tanda *) berarti kalimat 2.b. dan 2,c. tidak ada dalam bahasa Indonesia. Jelaslah distribusi
jual beli berlainan distrubusinya dengan jual ataupun beli. Itulah yang disebut kata majemuk
eksosentris.
Kata majemuk endosentris dapat dibedakan menjadi: kata majemuk koordinatif yaitu
kata majemuk yang unsur-unsurnya mempunyai hubungan yang setara atau sederajat,
misalnya: budi bahasa (Suwarso, 1979:38); kata majemuk atributif atau subordinatif yaitu
kata majemuk yang salah satu unsurnya menjadi penjelas atau atribut unsur lainnya,
misalnya: rumah sakit, orang tua (Suwarso, 1979:38) ; dan kata majemuk yang salah satu
unsurnya berupa morfem unik, misalnya: lalu lalang (Ramlan, l983:50).
F. Uji Pemahaman Materi
A.1 Untuk soal nomor 1 sampai dengan nomor 10, silanglah huruf yang berada di depan
alternatif jawaban yang paling tepat!
1) Satuan took merupakan hasil proses morfologis …
a. afiksasi
b suplisi
c. perubahan intern
d. reduplikasi
2) Suatu proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk baru yang sama sekali
berbeda dengan bentuk dasarnya disebut …
a. reduplikasi
b. suplisi
c. perubahan intern
d. afiksasi
3) Berikut ini merupakan contoh hasil komposisi …
a. mata hati
b. books
c. masing-masing
d. ran
4) Proses morfologis yang tidak terdapat pada bahasa Indonesia ialah …
a. afiksasi
b. reduplikasi
c. komposisi
d. perubahan intern
5) Bentuk dasar afiksasi ialah …
a. bentuk tunggal
b. bentuk kompleks
c. morfem bebas
d. a dan b
6) Berikut mi hasil proses prefiksasi dalam bahasa Indonesia …
a. ketua
b, makanan
c. kemauan
d. keliar
7) Berikut ini termasuk kata ulang sebagian, kecuali …
a. makan-makanan
b. tidur-tiduran
c. minum-minuman
d. melempar-lemparkan
8) Berikut ini termasuk afiks asli bahasa Indonesia, kecuali …
a. –em-
b. –an
c. se-nya
d. pra-
9) Kelompok satuan berikut ini termasuk afiks yang produktif, kecuali …
a peN-, di-, meN-kan, -wan
b. per-an, -man, se-, meN-
c. peN-an, -kan, -i, peN-
d. se-nya, ber-an, ke-an, peN-an
10) Melambai-lambaikan, bentuk dasarnya ialah …
a. melambai
b. lambai
c. lambaikan
d. melambaikan
11) Pengulangan yang bervariasi dengan afiks terjadi pada satuan …
a. kebaikan-kebaikabn
b. kuda-kudaan
c. menulis-nuliskan
d. minum-minuman
12) Berikut ini merupakan hasil pengulangan dengan perubahan fonem ialah …
a. bolak-balik
b. simpang siur
c. lalu lalang
d. tua renta
13) Berikut ini termasuk satu hasil pengulangan, kecuali …
a. kupu-kupu
b. buku-buku
c. malu-malu
d. ragu-ragu
14) Berikut ini pengertian kata majemuk yang paling tepat …
a. kata majemuk ialah kata yang dihasilkan dengan cara menggabungkan dua buah
kata atau lebih
b. kata majemuk ialah kata hasil gabungan dua kata atau lebih yang merupakan satu
kesatuan dan menimbulkan pengertian baru
c. kata majemuk ialah kata yang dihasilkan dari proses morfologis yang berupa
perangkaian (bersama-sama) dua bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih
d. kate majemuk adalah kata yang terdiri atas dua kata atau lebih
15) Benikut ini termasuk kata majemuk kecuali …
a. kereta api
b. korek api
c. api perdamaian
d. cahaya api
A.2 Untuk soal nonor 16 sampai dengan 25, pilihlah:
a. jika 1,2, dan 3 benar;
b, jika 1 dan 2 benar;
c. jka 1 dan 3 benar; atau
d, jika 1 benar
16) Proses morfologis yang banyak terjadi dalam bahasa Indonesia ialah …
1. afiksasi
2. reduplikasi
3. komposisi
17) Ditinjau dan produktivitasnya, afiks dapat dibedakan menjadi …
1. afiks produktif
2. afiks improduktif
3. afiks dan bahasa asing
18) Untuk menentukan bentuk dasar kata ulang, prinsip yang dapat dipegang ialah …
1. pengulangan pada dasarnya tidak mengubah golongan kata
2. bentuk dasar kata ulang biasanya bentuk tunggal
3. bentuk dasar kata ulang selalu berupa bentuk atau satuan yang terdapat dalam
penggunan bahasa
19) Berikut ini termasuk pengulangan sebagian tipe regresilf …
1. tendang-menendang
2. makan-nakanan
3. kuda-kudaan
20) Berikut ini termasuk pengulangan seluruhnya …
1. padi-padi
2. cumi-cumi
3. petani-petani
21) kata majemuk memiliki cirri …
1. unsur-unsur kata majemuk tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah
strukturnya
2. gabungan yang salah satu atau semuanya berurpa pokok kata
3. kata majemuk terdiri atas dua morfem atau lebih
22) Berikut ini yang termasuk kata majernuk endosentris atributif ialah ....
1. kamar mati
2. mesjid agung
3. bulan purnama
23) Berikut mi yang termasuk kata majemuk endosentris koordinatif ialah …
1. tua muda
2. kaki tangan
3. tangan kanan
24) Kata majemuk eksosentris terdapat pada kalimat …
1. Ayah melakukan jual beli
2. Gelak tawanya terdengar nyaring sekali
3. Tubuhnya kini lemah lunglai
25) Kata mejemuk yang salah satunya berupa morfem unik terdapat dalam kalimat …
1. Tubuhnya basah kuyup kehujanan
2. Pemuda itu tidak mengenakan baju dalam
3. Malam ini gelap gulita
A.3 Untuk soal norrior 26 sanpai dengan 30, pilihlah:
a. jika pernyatean benar alasen benar, keduanya mencerminkan hubungan sebab
akibat;
b. jika pernyataan benar, alasan benar;
c. jika pernyataan benar, alasan salah: atau
d. jika pernyataan salah, alasan benar.
26) Satuan gula merah termasuk kata majemuk endosentris atributif,
sebab
kata majemuk endosentris atributi ialah kata yang salah satu unsurnya sebagai atribut atau
penjelas unsur lainnya.
2?) Satuan-satuan, mata pencaharian, pertandingan, sepi mencekam, dan jalan-jalan
merupakan hasil proes morfologis,
sebab
proses morfologis merupakan proses pemabentukan sutu kata atau frase dalam suatu
bahasa,
28) Satuan tulang belulang termasuk kata majemuk yang salah satu unsurnya berupa
morfem unik,
sebab
morfern unik ialah morfem yang hanya melekat atau bergabung dengan morfem tertentu.
29) Ditinjau dari asalnya, afiks dapat dibedakan menjadi afiks produktif dan improduktif,
sebab
afiks produktif ialah afiks yang mampu melekat pada bentukan-bentukan lain lebih
banyak
30) Kata ulang berbeda dengan ulangan kata,
sebab
kata ulang merupakan hasil proses morfologis, sedangkan ulangan kata merupakan suatu
gejala sintaksis,
31) Bentuk dasar satuan memain-mainkan ialah mempermainkan ,
sebab
mempermainkan merupakan satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa,
32) Perbedaan konsepsi para pakar tata tradisional dengan struktural (nontradisional)
dalam membahas kata u1ang menyebabkan hasil bahasannya berbeda,
sebab
para tatabahasawan tradional menggunakan konsepsi kata dasar sedangkan para
tatabahasawan nontradisional (struktural) berlandaskan pada bentuk dasar,
33) Satuan burung-burungan termasuk kata ulang sebagian,
sebab
Bentuk dasar burung—burungan adalah burung,
34) Kata ulang seluruh ialah kata ulang yang dihasilkan dengan cara mengulang seluruh
bentuk dasar,
sebab
alun-alun, ani-ani, lobi-lobi termasuk kata ulang seluruhnya
35) Satuan-satuan, meN-, peN-, per-, di- termasuk prefiks bahasa Indonesia asli,
sebab
prefiks atau awalan adalah imbuhan atau afiks yans terletak di depan bentuk dasar.
B. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat, jelas, dan tepat. Anda bisa
menjawabnya di rumah, minggu yang akan datang ,jawaban itu anda kumpulkan sebagai
tugas terstruktur.
1) Apakah yang dimaksud dengan proses morfologis? Ada berapa macamkah proses
morfologis pada umumnya dan ada berapa macam pula proses morfologis yang ada
dalam bahasa Indonesia? Sebutkan dan jelaskan secara singkat dengan disertai contoh!
2) Apa yang dimaksud dengan afiks dan afiksasi? Ada berapa macam afiks bahasa
Indonesia ditinjau dari letak dan posisinya? Sebutkan dan jelaskan secara singkat!
3) Apa yang dimaksud dengan afiks produktif dan improduktif serta afiks asli dan afiks
yang berasal dari bahasa asing? Jelaskan secara singkat dengan disertai contoh!
4) Apa yang dimaksud dengan proses pengulangan dan kata ulang? Ada berapa
macamkah kata ulang itu? Sebutkan satu persatu, lalu jelaskan dengan contoh!
5) Bagaimana cara menentukan bentuk dasar kata ulang? Samakah kata ulang dengan
ulangan kata? Je1askan dengan disertai contoh!
6) Apa yang dimaksud dengan pemajemukan dan. kata majemuk? Sebutkan pula cirri-ciri
kata majemuk!
7) Ada berapa macamkah kata majemuk itu? Sebutkan satu persatu, kemudianr jelaskan
dengan disertai contoh!
8) Kelompokan satuan-satuan berikut ini, apakah termasuk hasil pengulangan, afiksasi,
ataukah komposisi? Keputih-putihan, perjudian, menghulubalangkan, simpang siur,
tanam-tanaman, buah-buahan, campur aduk, dilemparkan, hiruk pikuk, tunawicara,
bunga desa
9) Carilah satuan-satuan berikut yang termasuk kata ulang seluruhnya, sebagian,
bervariasi dengan afiks, dan berubah bunyi!
berdesir-desir, masak-masakan, sekali-kali, cepat-cepat, kekurangan-kekurangan, kelap-
kelip, selang-seling, bersalam-salaman, mepermain-mainkan, terguling-guling, tolong
menolong, tinju meninju, mengibas-ngibaskan, perlahan-lahan, warna-warni, dikata-
katakan, mengamat-amati.
10) Cari pula bentuk dasar kata ulang pada soal nomor 9!