smart tourism: aksentuasi kesiapan homestay di … · 2020. 5. 12. · sistem syaraf. tujuan utama...

12
ISSN 16935969 M https://amptajurnal.ac.id/index.p Doi: 10.36275/mws SMART TOURISM: AK EKONOMI KHUSUS N 1,2 Sekolah Tinggi Pari Penelitia gambara dalam k Lesung penelitia data dila terlibat, penelitia program regional utama p Lesung adalah untuk mengg Implementasi pengembangan Lesung dilakukan secara berta konversi, renovasi, revitalisa Tanjung Lesung dilakukan pemasaran digital seperti onl wisata percontohan dalam prog Kata Kunci: Smart Tourism, SMART TOURISM: ACCE LESUNG SPECIAL This study intends to obtain a within the Smart Tourism dev This study uses a qualitative collection was carried out by study area and studying docum The results of the study show in Tanjung Lesung is based o Implementation of the homes Tanjung Lesung is carried out development; 3) The applicati technology through marketing pilot tourism villages in the In Keywords : Smart Tourism, Sm Histori Artikel Submitted: 01 Februari 2020 Reviewed: 24 Februari 2020 Accepted: 05 Maret 2020 Published: 15 Mei 2020 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 php/MWS KSENTUASI KESIAPAN HOMESTAY DI S TANJUNG LESUNG, PANDEGLANG - Nurdin Hidayah 1 dan Herlan Suherlan 2 riwisata Bandung, Indonesia, email: nurdin@stp-bandu ABSTRAK an ini bermaksud untuk memperoleh in an yang komprehensif mengenai kesiapan kerangka pengembangan Smart Tourism di Pandeglang Banten. Penelitian ini me an kualitatif dengan pendekatan fenomenogr akukan dengan wawancara ke para pemagku observasi ke homestay-homestay yang ada an, serta studi terhadap dokumen-dokumen y m homestay dan digitalisasi pariwisata, bai l maupun lokal. Hasil penelitian menunjukam program homestay dalam kerangka smart to gerakan ekonomi dan kesejahteraan masyar sarana homestay dalam kerangka smart to ahap, melalui skema pembangunan homestay asi, dan pembangunan baru; (3) Penerapan melalui penggunaan teknologi informasi line market place; internet marketing; Pokd ogram Indonesia Tourism Exchange (ITX). Smart Destination, Pariwisata Digital, Touris ENTUATION OF HOMESTAY READINES L ECONOMIC ZONE, PANDEGLANG B ABSTRACT comprehensive information about Homestay velopment framework in Tanjung Lesung Pa e research design with a phenomenograph interviewing existing stakeholders, observin uments related to the Homestay program and that 1) The homestay program within smart on driving the economy and welfare of the h stay facilities development within smart tou t in four stages: conversion, renovation, revi ion of smart tourism in Tanjung Lesung is don g programs such as online market places; ndonesia Tourism Exchange Program (ITX). mart Destination, Digital Tourism, Tourism 4 EISSN 26858436 I KAWASAN - BANTEN ung.ac.id nformasi mengenai n sarana Homestay Kawasan Tanjung enggunakan disain rafi. Pengumpulan u kepentingan yang a di sekitar wilayah yang terkait dengan aik ditingkat pusat, m bahwa: (1) dasar ourism di Tanjung rakat setempat; (2) ourism di Tanjung dengan pendekatan n smart tourism di i melalui program darwis dan 10 desa sm 4.0, Homestay SS IN TANJUNG BANTEN y facilities readiness andeglang, Banten. hic approach. Data ng homestays in the d tourism digitizing. tourism framework host community; 2) urism framework in italization, and new ne with information Pokdarwis and 10 4.0, Homestay

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWSDoi: 10.36275/mws

    SMART TOURISM: AKSENTUASI KESIAPAN HOMESTAY DI KAWASANEKONOMI KHUSUS TANJUNG LESUNG, PANDEGLANG - BANTEN

    Nurdin Hidayah1 dan Herlan Suherlan21,2Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Indonesia, email: [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh informasi mengenaigambaran yang komprehensif mengenai kesiapan sarana Homestaydalam kerangka pengembangan Smart Tourism di Kawasan TanjungLesung Pandeglang Banten. Penelitian ini menggunakan disainpenelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenografi. Pengumpulandata dilakukan dengan wawancara ke para pemagku kepentingan yangterlibat, observasi ke homestay-homestay yang ada di sekitar wilayahpenelitian, serta studi terhadap dokumen-dokumen yang terkait denganprogram homestay dan digitalisasi pariwisata, baik ditingkat pusat,regional maupun lokal. Hasil penelitian menunjukam bahwa: (1) dasarutama program homestay dalam kerangka smart tourism di Tanjung

    Lesung adalah untuk menggerakan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat; (2)Implementasi pengembangan sarana homestay dalam kerangka smart tourism di TanjungLesung dilakukan secara bertahap, melalui skema pembangunan homestay dengan pendekatankonversi, renovasi, revitalisasi, dan pembangunan baru; (3) Penerapan smart tourism diTanjung Lesung dilakukan melalui penggunaan teknologi informasi melalui programpemasaran digital seperti online market place; internet marketing; Pokdarwis dan 10 desawisata percontohan dalam program Indonesia Tourism Exchange (ITX).

    Kata Kunci: Smart Tourism, Smart Destination, Pariwisata Digital, Tourism 4.0, Homestay

    SMART TOURISM: ACCENTUATION OF HOMESTAY READINESS IN TANJUNGLESUNG SPECIAL ECONOMIC ZONE, PANDEGLANG – BANTEN

    ABSTRACT

    This study intends to obtain a comprehensive information about Homestay facilities readinesswithin the Smart Tourism development framework in Tanjung Lesung Pandeglang, Banten.This study uses a qualitative research design with a phenomenographic approach. Datacollection was carried out by interviewing existing stakeholders, observing homestays in thestudy area and studying documents related to the Homestay program and tourism digitizing.The results of the study show that 1) The homestay program within smart tourism frameworkin Tanjung Lesung is based on driving the economy and welfare of the host community; 2)Implementation of the homestay facilities development within smart tourism framework inTanjung Lesung is carried out in four stages: conversion, renovation, revitalization, and newdevelopment; 3) The application of smart tourism in Tanjung Lesung is done with informationtechnology through marketing programs such as online market places; Pokdarwis and 10pilot tourism villages in the Indonesia Tourism Exchange Program (ITX).

    Keywords : Smart Tourism, Smart Destination, Digital Tourism, Tourism 4.0, Homestay

    Histori Artikel

    Submitted:01 Februari 2020

    Reviewed:24 Februari 2020

    Accepted:05 Maret 2020

    Published:15 Mei 2020

    ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWSDoi: 10.36275/mws

    SMART TOURISM: AKSENTUASI KESIAPAN HOMESTAY DI KAWASANEKONOMI KHUSUS TANJUNG LESUNG, PANDEGLANG - BANTEN

    Nurdin Hidayah1 dan Herlan Suherlan21,2Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Indonesia, email: [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh informasi mengenaigambaran yang komprehensif mengenai kesiapan sarana Homestaydalam kerangka pengembangan Smart Tourism di Kawasan TanjungLesung Pandeglang Banten. Penelitian ini menggunakan disainpenelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenografi. Pengumpulandata dilakukan dengan wawancara ke para pemagku kepentingan yangterlibat, observasi ke homestay-homestay yang ada di sekitar wilayahpenelitian, serta studi terhadap dokumen-dokumen yang terkait denganprogram homestay dan digitalisasi pariwisata, baik ditingkat pusat,regional maupun lokal. Hasil penelitian menunjukam bahwa: (1) dasarutama program homestay dalam kerangka smart tourism di Tanjung

    Lesung adalah untuk menggerakan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat; (2)Implementasi pengembangan sarana homestay dalam kerangka smart tourism di TanjungLesung dilakukan secara bertahap, melalui skema pembangunan homestay dengan pendekatankonversi, renovasi, revitalisasi, dan pembangunan baru; (3) Penerapan smart tourism diTanjung Lesung dilakukan melalui penggunaan teknologi informasi melalui programpemasaran digital seperti online market place; internet marketing; Pokdarwis dan 10 desawisata percontohan dalam program Indonesia Tourism Exchange (ITX).

    Kata Kunci: Smart Tourism, Smart Destination, Pariwisata Digital, Tourism 4.0, Homestay

    SMART TOURISM: ACCENTUATION OF HOMESTAY READINESS IN TANJUNGLESUNG SPECIAL ECONOMIC ZONE, PANDEGLANG – BANTEN

    ABSTRACT

    This study intends to obtain a comprehensive information about Homestay facilities readinesswithin the Smart Tourism development framework in Tanjung Lesung Pandeglang, Banten.This study uses a qualitative research design with a phenomenographic approach. Datacollection was carried out by interviewing existing stakeholders, observing homestays in thestudy area and studying documents related to the Homestay program and tourism digitizing.The results of the study show that 1) The homestay program within smart tourism frameworkin Tanjung Lesung is based on driving the economy and welfare of the host community; 2)Implementation of the homestay facilities development within smart tourism framework inTanjung Lesung is carried out in four stages: conversion, renovation, revitalization, and newdevelopment; 3) The application of smart tourism in Tanjung Lesung is done with informationtechnology through marketing programs such as online market places; Pokdarwis and 10pilot tourism villages in the Indonesia Tourism Exchange Program (ITX).

    Keywords : Smart Tourism, Smart Destination, Digital Tourism, Tourism 4.0, Homestay

    Histori Artikel

    Submitted:01 Februari 2020

    Reviewed:24 Februari 2020

    Accepted:05 Maret 2020

    Published:15 Mei 2020

    ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWSDoi: 10.36275/mws

    SMART TOURISM: AKSENTUASI KESIAPAN HOMESTAY DI KAWASANEKONOMI KHUSUS TANJUNG LESUNG, PANDEGLANG - BANTEN

    Nurdin Hidayah1 dan Herlan Suherlan21,2Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Indonesia, email: [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh informasi mengenaigambaran yang komprehensif mengenai kesiapan sarana Homestaydalam kerangka pengembangan Smart Tourism di Kawasan TanjungLesung Pandeglang Banten. Penelitian ini menggunakan disainpenelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenografi. Pengumpulandata dilakukan dengan wawancara ke para pemagku kepentingan yangterlibat, observasi ke homestay-homestay yang ada di sekitar wilayahpenelitian, serta studi terhadap dokumen-dokumen yang terkait denganprogram homestay dan digitalisasi pariwisata, baik ditingkat pusat,regional maupun lokal. Hasil penelitian menunjukam bahwa: (1) dasarutama program homestay dalam kerangka smart tourism di Tanjung

    Lesung adalah untuk menggerakan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat; (2)Implementasi pengembangan sarana homestay dalam kerangka smart tourism di TanjungLesung dilakukan secara bertahap, melalui skema pembangunan homestay dengan pendekatankonversi, renovasi, revitalisasi, dan pembangunan baru; (3) Penerapan smart tourism diTanjung Lesung dilakukan melalui penggunaan teknologi informasi melalui programpemasaran digital seperti online market place; internet marketing; Pokdarwis dan 10 desawisata percontohan dalam program Indonesia Tourism Exchange (ITX).

    Kata Kunci: Smart Tourism, Smart Destination, Pariwisata Digital, Tourism 4.0, Homestay

    SMART TOURISM: ACCENTUATION OF HOMESTAY READINESS IN TANJUNGLESUNG SPECIAL ECONOMIC ZONE, PANDEGLANG – BANTEN

    ABSTRACT

    This study intends to obtain a comprehensive information about Homestay facilities readinesswithin the Smart Tourism development framework in Tanjung Lesung Pandeglang, Banten.This study uses a qualitative research design with a phenomenographic approach. Datacollection was carried out by interviewing existing stakeholders, observing homestays in thestudy area and studying documents related to the Homestay program and tourism digitizing.The results of the study show that 1) The homestay program within smart tourism frameworkin Tanjung Lesung is based on driving the economy and welfare of the host community; 2)Implementation of the homestay facilities development within smart tourism framework inTanjung Lesung is carried out in four stages: conversion, renovation, revitalization, and newdevelopment; 3) The application of smart tourism in Tanjung Lesung is done with informationtechnology through marketing programs such as online market places; Pokdarwis and 10pilot tourism villages in the Indonesia Tourism Exchange Program (ITX).

    Keywords : Smart Tourism, Smart Destination, Digital Tourism, Tourism 4.0, Homestay

    Histori Artikel

    Submitted:01 Februari 2020

    Reviewed:24 Februari 2020

    Accepted:05 Maret 2020

    Published:15 Mei 2020

  • ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    102 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

    PENDAHULUAN

    Pemerintah Indonesia melalui KementerianPariwisata telah menetapkan strategipengembangan 10 (sepuluh) destinasipariwisata prioritas (DPP) dalam Renstra2015-2019. Strategi tersebut biasa disebutsebagai Ten New Bali denganmemperioritaskan akselerasi padapembangunan 7 (tujuh) Kawasan StrategisPariwisata Nasional (KSPN) dan 3 (tiga)Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).Kebijakantersebut pada dasarnya bertujuan untukmeningkatkan daya saing pariwisataIndonesia dalam index daya saing yangdikeluarkan oleh World Travel & TourismCouncil (WTTC).

    Dalam meningkatkan daya saing pariwisata,pertama yang harus dilakukan adalah denganmenciptakan proposisi nilai (valueproposition) yang mengedepankan kualitaspengalaman bagi pengunjung. Karena intidari produk wisata adalah pengalaman(experiences). Menciptakan pengalamandapat diraih dari pemahaman mengenaikebutuhan (needs), keinginan (wants) danpermintaan (demand) yang dicerminkandalam sikap dan atau perilaku pasar(Hidayah, 2019).

    Yahya (2017), menyatakan bahwa: “Kondisipasar sudah berubah, “Hampir 63 %transaksi jasa travel dilakukan secara onlinesehingga bila biro perjalanan tidak segeramenyesuaikan diri ke digital atau tetapkonvensional maka nasibnya akan sepertiWartel (Warung Telekomunikasi). Perubahanpasar ini dipengaruhi oleh gaya hidupwisatawan yang juga berubah. Wisatawandalam melalukan perjalanan (travelling) taklepas dari digital; mulai dari mencari danmelihat-lihat informasi (look), kemudianmemesan paket wisata yang diminati (book)hingga membayar secara online (pay).Sekitar 70 % wisman melakukan searchandshare menggunakana media digital”.

    Fenomena yang lain adalah bahwa pada eramilenial saat ini, permintaan pengunjungmemiliki kecenderungan (trends) yangmenginginkan kemudahan dan cara-carainstan. Hal tersebut salah satunya

    dikarenakan oleh perkembangan teknologiinformasi dan komunikasi (TIK) yangsemakin pesat yang telah banyakmempengaruhi seluruh tatanan kehidupansosial masyarakat. Sehingga pada saat ini,industri pariwisata sudah mulai menunjukanketergantungannya terhadap TIK dalammenciptakan, mengkomunikasikan danmenyampaikan nilai (value) kepadapengunjung agar lebih kompetitif.Kementerian Pariwisata telah menanggapiisu penggunaan TIK dalam industripariwisata ini, salah satunya denganmenerapkan digital tourism sebagai strategiprioritas. Aplikasi dari strategi ini salahsatunya adalah dengan mencanangkanTourism 4.0 yang dimulai denganmengembangkan suatu platform destinationmarketplace yang diberi nama ITX(Indonesia Tourism Exchange).

    Selain digital tourism, Yahya(2017),menegaskan bahwa kementerian pariwisatajuga tengah menggenjot program homestayuntuk mendukung sarana amenitas.Kementerian Pariwisata akan menggiringIndonesia menjadi negara dengan homestayterbesar, terbanyak, dan terbaik dunia. Targetjumlah homestay baru pada 2019 adalah100.000 yang akan tersebar di seluruhIndonesia, minimal di 10 Bali Baru, atau 10Destinasi Prioritas yang sudah ditetapkansebelumnya. Tahun ini 2017, ditargetkan20.000, tahun 2018 ditambah 30.000, dan2019 dibangun 50.000 yang bakal mencapai100.000 pada 2019. Homestay itu dikelolasecara korporasi, bukan cara koperasi.Homestay ini dijalankan dengan mesin baru,model bisnis baru, berbasis pada digital.Beliau juga menegaskan bahwa, programhomestay desa wisata yang dilaksanakanmulai tahun ini merupakan kontribusiKemenpar terhadap Program Sejuta Rumahbagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah(MBR). Pembangunan homestay mempunyainilai strategis. Terutama untuk memperkuatunsur Amenitas dalam teori 3A, yakniatraksi, amenitas, dan aksesibilitas.

    Penggunaan TIK (seperti: internet of things,cloud computing, big data dan digital

  • ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 103

    tourism) dengan tujuan untuk memberikankemudahan dan pelayanan instan serta realtime kepada pengunjung, pada industripariwisata dikenal dengan istilah smarttourism. Menurut Buhalis dan Amaranggana(2014), konsep smart tourism dapatdilakukan dengan menggunakan TIK dimana-mana pada semua organisasi danentitas yang ada di destinasi pariwisata untukmeningkatkan kualitas pengalamanpengunjung. Dari hal tersebut dapat diartikanbahwa, pengaplikasian smart tourism didestinasi pariwisata pada saat ini sudahmenjadi keniscayaan dalam usahameningkatkan daya saing destinasipariwisata.

    Dalam pengembangan 10 destinasipariwisata prioritas, KEK dibangun dengantujuan untuk memudahkan seluruh pihakyang berkepentingan dalam melakukankegiatannya, baik dari sisi supply maupundari sisi demand. Untuk itu, konsep KEKyang didukung oleh penggunaan TIK akanmenjadi destinasi pariwisata yangmenerapkan konsep smart tourism.KEKTanjung Lesung (KEK TL) merupakan salahsatu dari tiga KEK yang dikembangkan padasaat ini. Dari sisi demand, karakteristikpengunjung KEK TL menurut Anindita dkk.(2017) sangat sesuai dengan kecenderunganpasar saat ini yaitu jenis wisatawan yangmelakukan perjalanan instan yangmembutuhkan koneksi internet dan aplikasiyang dapat mempermudah mereka saattraveling. Sedangkan dari sisi supply, produkdiarahkan untuk mengoptimalkankesejahteraan masyarakat setempat, denganmengembangkan desa wisata yang identikdengan homestay.

    Untuk itu, agar KEK TL memiliki daya saingyang mumpuni, maka diperlukan penerapanstrategi yang smart, sehingga sama halnyadengan perumusan strategi lainnya, strategiyang smart memerlukan informasi mengenaipeluang dan kesiapan dari sumber dayanyaitu sendiri. Jika dari sisi peluang (marketattracetivenes), karakteristik pasar KEK TLsangat sesuai dengan penggunaan konsepsmart tourism, tetapi dari sisi kesiapan

    sumberdaya, khususnya homestay masihbelum diketahui dengan jelas.

    Atas dasar fenomena tersebut, makadiperlukan penelitian mengenai kesiapansarana homestay di KEK TL-Pandeglangdalam kerangka pengembangan SmartTourism dengan pertanyaan penelitiansebagai berikut: (1) Bagaimana programhomestay desa wisata dalam kerangkakonsep smart tourism di Tanjung LesungKabupaten Pandeglang Banten? (2)Bagaimana implementasi program homestayyang berbasis desa wisata dalam kerangkakonsep smart tourism di Tanjung LesungKabupaten Pandeglang Banten? (3)Bagaimana pemahaman para pemangkukepentingan dalam menerapkan smarttourism di Tanjung Lesung KabupatenPandeglang Banten?

    LITERATUR REVIEW

    Smart Tourism

    Menurut Wang, Jin & Zhou (2012), kata“smart” mempunyai arti “bijaksana”(wisdom). Secara eksplisit, “smart” jugadapat berarti “teroptimisasi terhadapkebutuhan-kebutuhan yang spesifik”(Gretzel, Sigal dkk., 2015). Sementara ituHarrison dkk. (2010) berpendapat bahwasifat smart terbentuk ketika individu ataugrup mengeksploitasi operasi data secarareal-time, yaitu dengan menggunakananalisis yang kompleks untuk memodelkan,mengoptimisasikan, dan memvisualisasikandata yang ada sebagai dasar pembuatankeputusan yang lebih baik. Selain itu, istilah“smartness” bukan hanya selalu berkaitandengan kemajuan teknologi, tetapi jugaberkaitan erat dengan interkoneksi,sinkronisasi, dan penggunaan berbagaiteknologi secara bersamaan (Höjer &Wangel, 2015; Widjaja dkk., 2016).Kata tourism (kepariwisataan) menurutUNWTO dalam Gretzel dkk. (2015) adalahfenomena sosial, budaya dan ekonomi yangmelibatkan pergerakan manusia ke negaraatau tempat diluar kebiasaan dilingkungannya untuk tujuan personal atau

  • ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    104 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

    tujuan bisnis.Secara khusus, Werthner, Koo,Gretzel, & Lamfus (2015) mendefinisikansmart tourism sebagai penggunaan solusiteknologi, khususnya pengembangan aplikasiperangkat bergerak (mobile applications) didalam konteks tahapan perjalanan (sebelum,selama, dan sesudah perjalanan) denganmengintegrasikan data yang didapatkan dariinfrastruktur fisik seperti sensor.

    Lebih lanjut, smart tourism terfokus terhadappengaturan dan penyampaian pengalamanserta jasa kepariwisataan yang pintar(intelligent) yang dihasilkan olehstakeholders yang tergabung di dalamekosistem smart tourism seperti: produsen,distributor, wisatawan, pemerintah, agenperjalanan, dan lain-lain (Widjaja dkk.,2016).

    Menurut Nam & Pardo dalam Buhalis &Amaranggana (2014) kata smart dalambahasa pemasaran, berpusat pada perspektifpengguna, yang membuatnya lebih user-friendly daripada cerdas semata. Sementaraitu smart tourism sendiri pada dasarnyadiadopsi dari konsep smart city yang sudahberkembang sebelumnya (Hidayah, 2018).

    Konsep smart city biasanya dikaitkan denganekosistem teknologi yang disinergikandengan komponen sosial untukmeningkatkan kualitas kehidupan warga danuntuk meningkatkan efisiensi pelayanan kota(Egger, 2012 dalam Buhalis &Amaranggana, 2014). Sebuah kota bisadikategorikan sebagai smart city, ketikaekonomi tumbuh secara berkelanjutan dankualitas kehidupan yang tinggi, dimanatercapai dengan investasi pada sumber dayamanusia, tingkat partisipasi pemerintah yangmerata, dan inftrastruktur yang mendukungpenyebarluasan informasi yang tepat diseluruh kota (Caragliu dkk. Dalam Buhalis &Amaranggana, 2014).

    Smart Tourism Destination

    Menurut Buhalis & Amaranggana, (2014),menerapkan konsep smartness ke dalamdestinasi pariwisata membutuhkan parapemangku kepentingan yang saling terkaitsecara dinamis melalui platform teknologi,

    dimana informasi yang berkaitan dengankegiatan pariwisata dapat saling bertukarsecara seketika. Platform terpadu inimemiliki banyak touch point yang dapatdiakses melalui berbagai perangkat endusesrs yang akan mendukung penciptaan danfasilitasi pengalaman pariwisata secara real-time dan dapat meningkatkan efektivitasseluruh pengelolaan sumber daya pariwisata,baik pada tingkat mikro maupun tingkamakro. Selain itu, Smart TourismDestinations sebenarnyamemanfaatkan: (1)Lingkungan teknologi (contoh: Internet ofThing, sensor); (2) Kecepatan respon padatingkat makro dan mikro (contoh: intellegentservices, dll); (3) End-user devices inmultiple touch-points (smarphone); (4)Kekompakan para stakeholder dalammenggunakan platform dinamis sepertisistem syaraf.

    Tujuan utama smart tourism adalahmanfaatkan sistem untuk meningkatkanpengalaman wisata dan meningkatkanefektivitas pengelolaan sumber daya untukmemaksimalkan daya saing dan kepuasankonsumen sekaligus menunjukkankesinambungan dalam jangka waktu yangpanjang (Buhalis & Amaranggana, 2014).

    Smart tourism destinations pada prinsipnyaadalah untuk meningkatkan pengalamanpengunjung, menyediakan platform (model)cerdas untuk menyatukan danmendistribusikan informasi di dalamdestinasi, memfasilitasi pengalokasiansumberdaya yang lebih efisien,mengintegrasikan pemasok kepariwisataanpada tingkat makro dan mikro, agarkeuntungan yang didapat oleh masyarakatlokal dapat dipastikan (Rong, 2012).

    Homestay

    Definisi homestay adalah Fasilitas atauwadah pelayanan menginap atau untukistirahat bagi wisatawan di daerah wisata danmenekankan suatu ‘anti urban’ denganmemanfaatkan potensi alami untuk kegiatanrekreasi.Berdasarkan masa penggunaannya,homestay dapat ditempati kapan saja denganwaktu yang tidak terbatas sesuai dengankeinginan. Selain dapat disewakan homestay

  • ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 105

    dapat dimiliki oleh perusahaan, dan jugadapat dibeli sebagai sebuah investasi. Jadihomestay dalam penggunaannya dapatdigunakan sepanjang tahun.Berdasarkankegiatan utamanya fasilitas homestay padatempat wisata dapat berbeda-beda, karenadisesuaikan dengan potensi lingkungansetempat, missalnya homestay di daerahpegunungan akan menyediakan fasilitas yangmenunjang kegiatan wisata pegunungan,homestay di daerah situs budaya akanmenyediakan faslitas yang menunjangkegiatan wisata budaya dan homestay yangberada di daerah pantai akan menyediakanfasilitas yang menunjang kegiatan wisatapantai (Lawson dan Bouy, 1977). MenurutAmirruding (2009) dalam Jamaludin dkk.(2012) program homestay adalah bentukalternatif akomodasi yang melibatkankunjungan wisatawan dengan keluargatertentu dimana mereka dapat berinteraksidan mengalami kehidupan sehari-hari, sertamengalami budaya asli tuan rumah.

    Dalam konsep homestay yang dikemukakanoleh Lawson & Bovy serta Jamaludin dkk. diatas, terdapat kesenjangan antara konsep dankenyataan yang terlihat di KEK TanjungLesung. Dalam observasi awal yangdilakukan oleh peneliti, konsep homestayyang ada di sana sebagian besar lebih kepadakonsep hotel sederhana yang terpisah antaratuan rumah dengan tamu yang menginap,karana terlihat seperti penyewaan kamaryang terpisah antara tamu dan tuanrumahnya, sehingga faktor kedekataninteraksi untuk mempelajari kehidupan danbudaya tuan rumah sehari-hari tidak terjadi.

    METODE

    Penelitian ini menggunakan disain penelitiankualitatif dengan pendekatan fenomenografiyang berusaha memahami sudut pandang,pemikiran, pengalaman para stakeholdermengenai kesiapan homestay sebagai salahsatu sarana dalam mendukung konsep smarttourism di KEK Tanjung Lesung.

    Disain penelitian dilakukan dalam limalangkah sebagaimana yang telah

    dikemukakan oleh Denzin dan Lincoln(1998), yaitu, 1) menempatkan bidangpenelitian dengan menggunakan pendekatankualitatif; 2) pemilihan paradigma teoritisyakni eksploratif untuk menggali lebih dalamtentang kesiapan homestay sebagai salah satusarana pariwisata dalam mendukung konsepsmart tourism di KEK Tanjung Lesung; 3)menghubungkan paradigma penelitian yangdipilih dengan dunia empiris melaluimetodologi; 4) pemilihan metodepengumpulan data; dan 5) pemilihan metodeanalisis data.

    Pengumpulan data yang pertama dilakukandengan wawancara secara mendalam kepadainforman kunci yaitu: 1) Asisten Deputi TataKelola Destinasi dan PemberdayaanMasyarakat Kemenpar; 2) Ketua timpercapatan homestay Kemenpar; 3) KepalaDinas Pariwisata Provinsi Banten; 4)Administratur KEK Tanjung Lesung; 5)Pengelola Indonesia Tourism Exchange(ITX); 6) Ketua Asosiasi HomestayKabupaten Pandeglang; 7) Pemilik Homestaydi Kabupaten Pandeglang. Hasil wawancaramendalam ini selanjutnya diposisikansebagai data primer dari penelitian ini.

    Selanjutnya observasi dilakukan untukmelihat bagaimana kondisi aktual homestayyang ada, serta untuk menverifikasi berbagaiinformasi yang diperoleh dari hasilwawancara dengan berbagai informan terkaitdengan homestay berbasis desa wisata. Hasilobservasi tersebut digunakan untukmengkonfirmasi atau triangulasi terhadaphasil wawancara mendalam yang telahdilakukan.

    Studi dokumen juga dilakukan untukmengkonfirmasi (trianggulasi) hasil dariwawancara dan observasi yang telahdilakukan. Dokumen yang ditelitidiantaranya yaitu Undang-undang No. 10Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan; 2)Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 18Tahun 2016; 3) RENSTRA KementerianPariwisata; 4) Dokumen yang terkait denganProgram Homestay berbasis Desa Wisata; 5)Paparan Ketua Tim PercepatanPengembangan Homestay; dan 6) dokumen

  • ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    106 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

    lainnnya baik cetak maupun elektronik yangberkaitan dengan homestay dan digitalisasi.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Program Homestay dalam KerangkaKonsep Smart Tourism di KEK TanjungLesung

    Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi danPemberdayaan Masyarakat Kemenparmenyatakan bahwa pada dasarnyapencanangan program homestay desa wisataadalah untuk menggerakan ekonomipedesaan dengan meningkatkan occupancywisatawan pada destinasi di daerah, yangakan berdampak pada kebutuhan akomodasiyang pengadaannya mudah, murah, cepatyakni homestay sesuai dengan keunikandaerah sebagai identitas bangsa. Sebagaigambaran, bahwa pada tahun 2014,pertumbuhan wisatawan mencapai 10,3%,sedangkan pertumbuhan akomodasi hanyamencapai 8%.

    Selain itu, ketertarikan pengunjung terhadaphome sharing mengalami kenaikan 10%(2016) menjadi 15% (2010) di kota-kotabesar dunia dan dari 2% (2016) menjadi 5%(2020) di kota-kota besar di Asia Tenggara(The Fourth Industrial Revolution: TheImpact on Real Estate in SoutheastAsia.Jones Lang LaSalle, 2016).

    Dalam menjalankan program homestay,kementerian pariwisata telah membentuk timpercepatan yang bertugas untukmempercepat program homestay terlaksana.Petunjuk pelaksanaan telah disusun oleh timpercepatan yang intinya kementerian tidakmelakukan pengembangan homestay secarafisik, tetapi lebih kepada mempersiapkanjejaring dalam hal pendanaan, mekanismepembangunan, dan pendampingan dari sisiarsitektur.

    Menurut tim percepatan homestay programini belum memiliki petunjuk pelaksanaan(juklak) yang detil dan terdokumentasi, tetapibaru sebatas melalui pengenalan dan proyekpercontohan pada 10 destinasi prioritas dan10 destinasi branding, serta baru menggodok

    dan merevisi juklak program homestay yangberbasis desa wisata.

    Pemprov Banten juga memandang programini belum memiliki juklak yang resmi dariKemenpar, tetapi baru sebatas pedomanhomestay dari standar ASEAN. Oleh karenaitu Pemprov dan Pemda belum bisamengoperasionalkan juklak tersebut padatataran yang lebih teknis.

    Hal senada diungkapkan oleh administraturKEK Tanjung Lesung, bahwa belum melihatada juklak dan juknis (petunjuk teknia) yangjelas jadi hanya baru sebatas pelatihan-pelatihan awareness saja belum sampai ketingkatan juklak. Contohnya sepertisertifikasi, perijinan untuk kelas pondokwisata, atau homestay belum ada. Mungkinkarena itu indikator juklak dan jukinsnyabelum tersusun jadi mungkin klasifikasi ataupengelompokan itu belum bisa kita lakukan.

    Sama halnya dengan pandangan otoritasKEK Tanjung Lesung bahwa programhomestay berbasis desa wisata ini belummemiliki Juklak, Juknis atau SOP yang jelas,dan menurutnya indikator dalam penyusunanjuklak dan juknis ini belum tersusun,sehingga di kawasan belum bisamengimplementasikan program tersebutsecara terpadu.

    Dari hal tersebut di atas maka dapat diambilkesimpulan bahwa program homestay desawisata dalam kerangka konsep smart tourismdi Tanjung Lesung Kabupaten PandeglangBanten pada dasarnya dicanangkan untukmenggerakan ekonomi dan kesejahteraanmasyarakat, tetapi belum memiliki juklakdan juknis yang resmi.

    Implementasi Program Homestay dalamKerangka Konsep Smart Tourism di KEKTanjung Lesung

    Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi danPemberdayaan Masyarakat Kemenparmengemukakan bahwa implementasiprogram-program homestay dari kementerianpariwisata tersebut sudah berhasil untukmenjebatani dan menginisiasi salah satunyaadalah bekerjasama dengan Bank RakyaiIndonesia (BRI) untuk meminjamkan dana

  • ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 107

    dalam membangun dan merenovasihomestay. Sementara itu pinjaman tersebutdiarahkan untuk dikelola oleh BUMDES(Badan Usaha Milik Desa). Jadi kementerianPariwisata pada dasarnya tidak memberikanbantuan pinjaman langsung, tetapi lebihkepada menjembatani seperti memfasilitasi.Kementerian Pariwisata juga sedangmelakukan pendekatan untuk pemanfaatandana yang ada di Kementerian PekerjaanUmum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yangmerupakan dana stimulan sebesar Rp15.000.000 untuk merenovasi homestay-homestay yang sudah ada di daerah-daerah.Kementerian pariwisata juga telahmerumuskan empat program homestay yaitu,pertama adalah program pengembanganhomestay secara fisik (bangun baru,konversi, renovasi), kedua adalah programdata base homestay, ketiga adalah programpeningkatan kapasitas masyarakat dan ke-empat program pemasarannya.

    Tim percepatan homestay kemenparmenyatakan bahwa sejauh ini terdapat empatskema terkait pembangungan homestaysecara fisik. Skema pertama adalah konversiyaitu mengalihfungsikan rumah-rumah yangbesar dan memiliki kelebihan kamar menjadihomestay. Skema Kedua adalah renovasiyaitu memfasilitasi pencairan dana terhadaprumah yang belum layak selanjutnyadirenovasi menjadi homestay yang layakjual. Skema ketiga adalah revitalisasi yaiturumah adat yang tidak didiami olehpemiliknya selanjutnya diperbaiki dan dijualsebagai akomodasi untuk pengunjung.Skema keempat adalah bangun baru yaitumembangun homestay yang baru denganarsitektur Nusantara tetapi formatnya atauistilah arsiteknya adalah adaptive reuse. Dilapangan sejauh ini ke-empat skema tersebutmasih sebatas pengenalan (awareness) danpenjajagan sinergisitas antar pemangkukepentingan yang ada. Adapun pemangkukepentingan yang terlibat sejauh inidiantaranya adalah Kementerian PUPR,Kemendes, Bekraf, Kemensos, Pemprov,Pemda, Pengusaha Cat Propan dan lainnyayang sedang dijajaki. Dalam hal pengenalan,Kemepar telah melakukan sayembara

    homestay desa wisata bekerjasama denganBekraf dan Cat Propan untuk mendapatkanciri arsitektur homestay di Indonesia.Program ini telah ada pemenangnya danarsitektur terpilih telah dibukukan olehKemenpar.

    Sementara itu, menurut Pemprov Banten,pengimplementasian program homestayberbasis desa wisata sejauh ini sudahmelakukan kerjasama dengan Dinas Perkim,bekerjasama dengan Kementerian PUPRterkait program 100 homestay, berkoordinasidengan perbankan dalam hal pendanaan, danbekerjasama dengan Pemdes dalampenggunaan anggaran desa untukpembangunan homestay minimal limahomestay di setiap desa wisata.

    Lebih lanjut, Otoritas KEK Tanjung Lesungmemandang bahwa program homestayberbasis desa wisata sejauh ini di lapanganbaru pada tahap diseminasi pengetahuan(awareness) terhadap para pemangkukepentingan. Adapun diseminasi ini lebihkepada pengembangan konsep homestay,mekanisme pembiayaan, dan prosedur-prosedur lainnya. Dalam tahap diseminasikonsep, ini dilakukan dengan mengadakansayembara disain homestaydi 10 destinasiprioritas Kemenpar. Otoritas KEK TanjungLesung juga merasa sejauh ini perkembanganhomestay berjalan dengan mekanisme pasar,yaitu karena adanya permintaan danpenawaran secara spontan. Hal tersebutterlihat dengan mulai menjamurnyahomestay-homestay di sekitar Buffer Zoneyang kalau dari sisi konsep bukan benar-benar homestay tetapi lebih ke pondokwisata. Yang sekarang terjadi adalahmekanisme pembagian pangsa pasar, adapermintaan hunian dan masyarakatmenyikapinya dengan menyediakanhomestay, namun kenyataannya konsephomestay nya sedikit melenceng karena lebihkepada pondok wisata.Ketua asosiasi homestay Tanjung Lesungmenilai bahwa capaian program homestayyang berbasis desa wisata, sejauh ini barusebatas memberi kesadaran (awareness)kepada masyarakat dan pemilik homestay,

  • ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    108 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

    serta penyiapan SDM dalam menyambutprogram tersebut. Sejauh ini asosiasihomestay melihat bahwa masyarakat danpemilik homestay sudah melihat peluangdengan digulirkannya program ini, ditambahdengan adanya KEK Tanjung Lesung,sehingga mulai terlihat banyak yangmembuka homestay walaupun denganseadanya, karena belum ada standar dantatacara pengelolaannya.

    Dari penjelasan tersebut maka implementasiprogram homestay berbasis desa wisatadalam kerangka konsep smart tourism diKEK Tanjung Lesung dilakukan secarabertahap, melalui suatu skema pembangunanhomestay yaitu: konversi, renovasi,revitalisasi, dan bangun baru, yangimplementasinya dilakukan melaluisinergitas dengan kementerian lain danmelibatkan berbagai stakeholder.

    Pemahaman Para Pemangku Kepentingandalam Menerapkan Smart Tourism diKEK Tanjung Lesung

    Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi danPemberdayaan Masyarakat Kemenparmengatakan bahwa desa wisata yang adabelum dikembangkan secara utuh ke arahsmart destination, hal tersebut dikarenakanoleh belum siapnya produk yang ada untukdipasarkan secara smart. Oleh karena itu,kementerian pariwisata saat ini lebih fokusterhadap pembangunan 10 destinasi wisataunggulan dan tiga program utama (homestay,digital tourism dan konektivitas). jadimenurut kementerian pariwisata nantinyayang akan menjadi cikal bakal smartdestination adalah penggunaan konsepdigital tourism di destinasi. Menurutkementerian pariwisata, desa wisata yangsudah berjalan ke arah digital tourism adalahNglanggeran dan Tembi di Jogja, desa wisataKemiren di banyuwangi, dan Dieng Kulon.Untuk Kemiren di banyuwangi, kementerianpariwisata sudah menetapkannya menjadidesa wisata percontohan yang menggunakandigital tourism. Sementara desa wisata yanglain masih dalam tahap peninjauan.Kementarian pariwisata memandang KEKTanjung Lesung belum cukup baik dalam hal

    pengemasan daya tarik wisata, aksesibilitas,dan sarana prasarananya, sehingga KEKTanjung Lesung belum dijadikan kawasanprioritas pemasaran.

    Sementara itu, ketua tim percepatanhomestay mengatakan bahwa KementerianPariwisata dalam pengembangannya padadasarnya sudah mengarah kepada smarttoruism. Ketika homestay dibina otomatisnanti SDM dan desanya ikut dibina artinyaketika potensi sudah meningkat peluangmereka untuk bisa mengelola atau menerimatamu harus ditingkatkan lagi karena peluangitu bisa naik kalau digital tidak digital kangak nyampe nih karena lokasi jauhBagaimana penerbangan bingung apa jadiinformasi - informasi seperti itu nanti akanada di website-website tersebut. Kalau untukstakeholder sendiri itu nanti akandiintegrasikan melalui media-media digitalyang ada misalnya dengan industrinyadengan swasta dengan pemerintah daerahdengan akademi-akademi atau Sekolah-sekolah yang ada.

    Senada dengan pandangan ketua timpercepatan, orotitas KEK mengatakan bahwadi KEK Tanjung Lesung sendiri secaraadministratur sudah berbaiskan on-linesystem dan salah satu fungsi dariadministrator itu yaitu layanan perizinantermasuk TDUP (Tanda Daftar UsahaPariwisata), kemudian mangawasiberjalannya 1500 hektar kawasan, kemudianyang paling penting sebagai supportingsmart tourism yaitu mempromosikanpariwisata Pandeglang dan Banten melaluimedia on-line. Sehingga otoritas KEK harusselalu update mengenai perkembangan yangada dan itu semua sudah berbasisikan kepadadigitalisasi. Semua pengelolaan pariwisatapandeglang dan Banten akan lebih optimalbila sudah terkoneksi dengan administratur.

    Lebih rinci, pihak Indonesia TourismExchange (ITX) menjelaskan bahwahomestay dan desa wisata sedang digenjotuntuk diperbanyak dan dikembangkan.Ditujukan untuk dapat mengakomodir targetkunjungan dan peningkatan daya saingpariwisata khususnya dalam bidang TIK.

  • ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 109

    Dikarenakan untuk pembangunan hotelmembutuhkan waktu yang cukup lama,sedangkan homestay merupakan akomodasiberbasis komunitas/masyarakat dimanasecara bangunan itu sudah ada dan hanyaperlu pembinaan. Smart tourism adalahplatform pariwisata yang terintegrasi denganTIK. Di era digital seperti sekarang ini, TIKbisa digunakan sebagai penyampaianinformasi dan layanan bagi wisatawan secaraefektif dan maksimal. Menurut ITX,kemenpar sudah berorientasi pada smarttourism, hal tersebut terlihat dari penggunaanTIK dan digitalisasi yang digunakan untukpenyampaian informasi dan layanan bagiwisatawan secara efektif dan efisien.

    Pemilik homestay melihat implementasiprogram homstay yang dilakukan olehPemda saat ini adalah melakukan pelatihan-pelatihan dan sosialisasi kepada para pemilikhomestay. Pelatihan-pelatihan tersebutdiantaranya adalah pelatihan Bahasa Inggris,pelatihan pelayanan, pelatihan membuatkerajinan khas Tanjung lesung, yangdilakukan sebulan sekali. Sudah beberapahomestay yang sudah memiliki website untukmemasarkan homestay-nya, tetapi dari sisipengelolaannya belum konsisten. Contohnyawww.tanjunglesungbeachhomestay.blogspot.co yang sudah tidak dikelola lagi sehinggasudah tidak dapat diakses. Sementara itu,pelatihan mengenai website tersebut hanyasampai bagaimana cara membuat websitesaja, belum sampli bagaimanacarabekerjasama dengan semacam onlinetravel agent (OTA) seperti traveloka, BnB,atau airy rooms, dll.

    Dari hal tersebut, memang masih terdapatperbedaan sudut pandang tentangpemahaman stakeholder dalam menerapkansmart tourism di KEK Tanjung Lesung.Namun demikian, implementasi programhomestay yang berbasis desa wisata dalamkerangka konsep smart tourism di sanadilakukan melalui penggunaan teknologiinformasi dalam kegiatan pariwisata yaituyang berkaitan dengan pemasaran digital(digital marketing) seperti; online market

    place, internet marketing; Pokdarwis dan 10desa wisata percontohan program ITX.

    SIMPULAN

    Program homestay desa wisata dalamkerangka konsep smart tourism di KEKTanjung Lesung pada dasarnya dicanangkanuntuk menggerakan ekonomi di daerahsehingga mampu meningkatkankesejahteraan masyarakat.

    Implementasi program homestay yangberbasis desa wisata dalam kerangka konsepsmart tourism di KEK Tanjung Lesungdilakukan secara bertahap, melalui suatuskema pembangunan homestay: konversi,renovasi, revitalisasi, dan bangun baru, yangimplementasinya dilakukan melaluisinergitas dengan kementerian lain danmelibatkan berbagai stakeholder.

    Terdapat perbedaan sudut pandang tentangpemahaman pemangku kepentingan dalammenerapkan smart tourism di KEK TanjungLesung. Namun demikian, implementasiprogram homestay yang berbasis desa wisatadalam kerangka konsep smart tourism disana dilakukan melalui penggunaanteknologi informasi dalam kegiatanpariwisata yaitu yang berkaitan denganpemasaran digital (digital marketing) seperti;online market place, internet marketing;Pokdarwis dan 10 desa wisata percontohanprogram ITX.

    Bertitik tolak dari beberapa temuanpenelitian, maka beberapa rekomendasi yangbisa dikemukakan untuk stakeholders yangterkait dengan KEK Tanjung Lesung, besertasaran bagi peneliti selanjutnya yaitu:

    Penyusunan juklak dan juknis tidak hanyapada tingkat kementerian, tetapi juga padaditingkat provinsi, kabupaten, kawasan, danhomestay, sehingga terlihat peran danfungsinya masing-masing, denganmelibatkan seluruh stakeholders yang ada;

    Pemerintah menyusun masterplan mengenaipengembangan homestay yang utuh terkaitfisik dan nonfisik di Buffer Zone KEKTanjug Lesung;

  • ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    110 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

    Segera menuntaskan kerjasama dengankementerian atau lembaga lain yang terkait,dengan menyusun MOU, untukmeminimalisasi benturan peraturan denganKL yang lain;

    Kemenpar, Pemprov, Pemda, dan pihakswasta, juga perguruan tinggi untukmensosialisasikan smart tourism kepada parapengelola homestay secara utuh, tidak hanyaparsial terkait keberadaan ITX saja;

    Pusat dan Pemda bekerjasama untukmempersiapkan sarana dan prasarana terkaitdengan Teknologi Informasi seperti coveragesinyal internet dan lain-lain, karena saat ini,promosi konvensional tidak bisa terlaludiandalkan. Internet lah yang menjadi tulangpunggung baru untuk promosi pariwisatadaerah. Pengelola harus memiliki websiteyang representatif dan informatif.Masalahnya, hal ini sampai sekarang masihdiabaikan. Banyak website tentang potensi didaerah-daerah yang hanya asal ada dan tidakdiperbarui secara rutin. Padahal, websiteinilah yang menjadi salah satu rujukan utamawisatawan domestik dan mancanegarasebelum memilih destinasi wisata. Selainwebsite, media sosial dan efek word-of-mouth-nya saat ini juga menjadi faktor yangmenentukan keberhasilan promosi;

    Pemerintah pusat dan Pemda bekerjasamauntuk mempersiapkan sarana dan prasaranaterkait dengan peningkatan kualitas produkwisata seperti akses jalan, listrik, terminal,dan lain-lain. Karena, tidak ada sektorpariwisata yang sukses tanpa ditunjanginfrastruktur memadai. Infrastruktur bisadibilang merupakan pilar utama untukmencapai tujuan pariwisata yangberkelanjutan. Artinya, dengan infrastrukturyang semakin baik, maka akan semakinmembuat betah wisatawan. Apalagi kalaudestinasi wisata memiliki akses yang mudahdijangkau serta menyediakan fasilitasmemadai. Ketersediaan berbagai aspektersebut tidak hanya bertujuan untukmembuat pengunjung nyaman, namun jugaakan menambah pun menghargai estetikaobjek yang diunggulkan.

    Pemerintah untuk melakukan pelatihansecara regular kepada pemilik homestaymengenai pelayanan homestay, komputer daninternet;

    Mengembangkan daya tarik wisata berbasislaut dan pantai yang terjangkau oleh tamuhomestay;

    Pemahaman mayoritas masyarakat di desawisata tentang homestay masih beragambahkan keliru, maka Pemerintah dan pihakperguruan tinggi kapariwisataan, dan dinasterkait harus melakukan sosialisasi bentukhomestay yang benar, yang sesuai dengankonsep dan peraturan perundangan mengenaihomestay sehingga wisatawan mendapatkanpengalaman dan suasana baru setelahmenginap di homestay;

    Pemerintah menertibkan homestay-homestayyang ada, yang tidak sesuai dengan konsephomestay dengan memberikan insentif ataubantuan pemugaran; dan

    Pemerintah pusat, Pemda, dan pihak swasta,juga perguruan tinggi harus bekerjasamauntuk membuat aplikasi mobile official kota.Hal ini penting karena dalammempromosikan pariwisata di daerah, makapemerintah daerah harus memiliki aplikasimobile berbasis smartphone. Salah satucontohnya adalah mCity. Keberadaanaplikasi mobile akan memudahkanwisatawan dalam memperoleh informasi danmenjelajahi suatu daerah. Selain itu, aplikasimobile juga bisa berfungsi untukmembangun city branding. Exposuresemacam ini yang sama-sama diharapkanoleh wisatawan, pengelola, maupun investor.

    Peneliti selanjutnya disarankan untukmelakukan studi lanjutan di lokasi yang samanamun dengan pendekatan metodologi yangbersifat verifikatif terhadap hasil penelitainini. Alangkah lebih baik jika dilakukanpenelitian tentang topik yang sama denganpendekatan metodologi yang sama, namun diobjek yang berbeda, dimana konsep smarttourism sudah berjalan cukup lama danberkesinambungan dengan baik. Sehinggadengan dilakukannya penelitian yangterfokus pada topik yang sama dan dilakukan

  • ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 111

    dalam waktu yang cukup lama akandiperoleh suatu hasil penelitian yangkomprehensif.

    REFERENSI

    Anindita, M., Affia P. S., Ghivari A., GhemaG., Pratami T.S., Sherin M.N.I, RatuS., Yegar A.C.W. (2017). KebutuhanPengunjung Terhadap Aktivitas Wisatadi Kawasan Tanjung Lesung, FieldProject Study, Sekolah TinggiPariwisata Bandung.

    Buhalis, D., & Amaranggana, A.(2014). Smart Tourism Destinations.Dublin: IFITT

    Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (1998).Collecting and Interpreting QualitativeMaterial. Thousand Oaks, CA: Sage

    Gretzel, U., Sigala, M., Xiang, Z., & Koo, C.(2015). Smart Tourism: Foundationsand Developments, Electronic Markets,(25),179-188

    Harrison, C., Eckman, B., Hamilton, R.,Hartswick, P., Kalagnanam, J.,Paraszczak, J., et al. (2010).Foundations for Smarter Cities. IBMJournal of Research and Development,(54), 1-16

    Hidayah, N. (2019). Pemasaran DestinasiPariwisata, Bandung: Alfabeta

    Hidayah, N. (2018). Sekilas Mengenai SmartDestinations, Artikel Tersedia Dalam:https://pemasaranpariwisata.com/2018/01/11/sekilas-mengenai-smart-destinations/, diakses pada 28Desember 2019

    Höjer, M., & Wangel, J. (2015). SmartSustainable Cities: Definition andChallenges dalam L. M. Hilty & B.Aebischer (Eds.), ICT Innovations ForSustainability, Advances In IntelligentSystems And Computing, 333-349.

    New York: Springer

    Jamaludin, M., Norain, O. & Abdul, R.A.(2012). Community BasedHomestayProgramme: A PersonalExperience. Procedia - Social andBehavioral Sciences (42), 451-459

    Lawson, F & Boud-Bovy M. (1977).Tourism and Recreation Development,A Handbook of Physical Planning,London: Architectural Press

    Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 18Tahun 2016 Tentang PendaftaranUsaha Pariwisata

    Rencana Strategis Kementerian Pariwisata(Renstra) Periode 2015-2019

    Rong, A. (2012). China Economic Net,Tersedia Dalam:http://en.ce.cn/Insight/201204/12/t20120412_23235803.shtml

    Undang-undang No. 10 Tahun 2009 TentangKepariwisataan

    Wang, H., Jin, T., & Zhou, B. (2012). SmartTourism. Beijing: Tsinghua UniversityPress

    Werthner, H., Koo, C., Gretzel, U., &Lamfus, C. (2015). Special Issue onSmart Tourism Systems: Convergenceof Information Technologies, BusinessModels, and Experiences. Computersin Human Behavior, (50), 556-557.

    Widjaja, A.E., Hery, R.E.T. (2016).Meningkatkan Potensi PariwisataDanau Toba Melalui Konsep SmartTourism: Aplikasi Dan Tantangannya,Makalah Tersedia Dalam:https://retariganforbranding.files.wordpress.com/2016/12/makalah-andree-e-widjaja-hery-riswan-e-tarigan-meningkatkan-potensi-pariwisata-danau-toba-melalui-konsep-smart-tourism.pdf

  • ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 1, Mei 2020 EISSN 26858436

    112 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

    www.tanjunglesungbeachhomestay.blogspot.co

    Yahya, A. (2017). Top 3 Program PrioritasKementerian Pariwisata. TersediaDalam:https://article.wn.com/view/2017/04/07/Menpar_Arief_Titipkan_Top_3_Program_Prioritas_Kemenpar_2017/,diakses pada tanggal 07/08/17

    Yahya, A. (2017). Homestay Desa Wisata.Tersedia Dalam:https://bisnis.tempo.co/read/news/2017/05/18/090876586/homestay-desawisata-portofolio-baru-kembangkan-pariwisata,diakses pada tanggal07/08/17,

    BIODATA PENULIS

    Nurdin Hidayah, merupakan SeniorLecturer Jurusan Kepariwisataan SekolahTinggi Pariwisata Bandung, dengan fokusbidang kajian tourism marketing danbusiness strategy.

    Id Scholar:

    https://scholar.google.co.id/citations?hl=id&user=lCcv1nMAAAAJ

    Herlan Suherlan, merupakan AssociateProfessor Jurusan Kepariwisataan SekolahTinggi Pariwisata Bandung, dengan fokusbidang kajian education administration dantourism administration

    Id Scholar:

    https://scholar.google.co.id/citations?hl=id&user=dcUWdlkAAAAJ