documentsm

29
LAPORAN KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK SPACE MAINTAINER Disusun oleh: Pramita Dyah Pangestu 10/299069/KG/08672 Bramita Beta Arnanda 10/299220/KG/08683 Pembimbing: Prof. Dr. drg. Iwa Sutardjo RS, SU, Sp. KGA (K) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Upload: bramita-beta-arnanda

Post on 15-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gljhfljhfljh

TRANSCRIPT

LAPORAN KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

LAPORAN KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAKSPACE MAINTAINER

Disusun oleh:Pramita Dyah Pangestu 10/299069/KG/08672Bramita Beta Arnanda 10/299220/KG/08683

Pembimbing:Prof. Dr. drg. Iwa Sutardjo RS, SU, Sp. KGA (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2014I. PENDAHULUAN

Gigi desidui digunakan untuk proses mekanik makanan sebagai fungsi digesti dan asimilasi. Keberadaan gigi desidui berpengaruh terhadap perkembangan rahang, erupsi gigi geligi permanen, kesehatan individu, serta perkembangan fisik dan mental anak-anak (Finn, 2003 ; Kharbanda 1994). Gigi-gigi desidui berperan sebagai space maintainer dalam lengkung gigi untuk gigi permanen (Finn, 2003). Oleh karena itu, semakin dini gigi desidui dicabut maka semakin besar kemungkinan terjadinya pergeseran gigi. Pencabutan dini pada gigi desidui yang belum saatnya tanggal dapat menyebabkan premature loss serta dapat mempengaruhi tahap perkembangan oklusal gigi-geligi (Kharbanda, 1994). Meskipun mempertahankan gigi desidui tidak akan selalu mencegah maloklusi, tetapi dapat mengurangi terjadinya keparahan dan mempertahankan kesimetrisan hubungan molar permanen (Kennedy, 1992).Pencabutan gigi yang tidak direncanakan pada periode geligi sulung dan geligi bercampur dapat menimbulkan kerugian yaitu kehilangan ruang yang dapat menimbulkan maloklusi, menurunnya fungsi pengunyahan (terutama gigi posterior), gangguan perkembangan bicara (terutama gigi anterior), dan dapat menimbulkan trauma akibat pemberian anastesi dan tindakan bedah (Whitwort dan Nunn, 1997 sit. Budiyanti, 2006).Salah satu usaha preventif untuk mencegah terjadinya pergeseran gigi yang diakibatkan oleh premature loss pada gigi desidui adalah dengan menggunakan alat space maintainer. Space maintainer yang paling baik adalah gigi desidui itu sendiri, sehingga harus dilakukan usaha mempertahankan gigi desidui dalam rongga mulut, tetapi jika tidak memungkinkan maka perlu dibuatkan space maintainer buatan. Namun, apabila terjadi kekurangan ruang atau terjadi mesial drifting pada celah yang mengalami premature loss maka digunakan alat space regainer untuk mendapatkan ruang kembali (Andlaw dan Rock, 1992).

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Premature LossPremature loss pada gigi desidui dapat terjadi akibat adanya karies, erupsi ektopik atau trauma yang menyebabkan pergerakan gigi desidui atau permanen yang tidak diinginkan dan berkurangnya panjang lengkung. Kurangnya panjang lengkung dapat berakibat meningkatnya keparahan gigi berjejal, rotasi, erupsi ektopik, crossbite, overjet dan overbite yang berlebihan serta hubungan molar yang kurang baik. Premature loss gigi desidui tipe apapun berpotensi menyebabkan berkurangnya ruang untuk menampung gigi permanen yang akan menggantikannya (Kuswandari dkk., 2007).B. Space MaintainerSpace mantainer adalah alat cekat atau lepasan yang dirancang untuk mempertahankan ruang yang ada dalam lengkung rahang (Harty dan Ogston, 1995). Sedangkan menurut Andlaw dan Rock (1992), space maintainer adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan panjang lengkung ketika terjadi pencabutan dini pada gigi desidui agar dapat mengurangi prevalensi dan keparahan maloklusi. Alat ini bersifat pasif dalam menjaga jarak mesio-distal ruangan akibat pencabutan desidui terlalu dini dan memelihara gerak fungsional gigi serta mencegah pergeseran ke mesial gigi molar pertama permanen. Alat ini akan dilepas apabila sudah tidak dipergunakan lagi untuk menghindari terhalangnya erupsi gigi permanen di bawahnya.Keberhasilan space maintainer yaitu apabila dapat mencegah berkurangnya panjang, lebar, dan perimeter lengkung dengan menjaga keberadaan posisi gigi geligi. Menurut Finn (2003), space maintainer diperlukan apabila :1. Gigi m2 dicabut sebelum gigi P2 siap menggantikan. Space maintainer tidak diperlukan ketika P2 siap erupsi atau memberi indikasi melalui roentgen bahwa akan segera erupsi.2. Gigi m1 tanggal terlalu awal tidak mutlak butuh space maintainer seperti gigi m2. Menurut penelitian, penutupan ruang akibat premature loss m1 mempunyai keparahan dan frekuensi lebih kecil daripada premature loss m2. Walaupun begitu, penelitian menambahkan bahwa pada total populasi, walaupun sederhana, sebaiknya jangan mengabaikan situasi yang dapat merugikan pada kasus individual.3. Pada kasus anodonsia P2, lebih baik membiarkan M1 menutup celah. Lebih baik membuat keputusan akhir daripada terlalu awal, karena kadang-kadang P2 tidak mempunyai waktu perkembangan yang sama simetris bilateral.4. Anodonsia I2 sering dibiarkan, agar C menempati ruang yang ada.5. Pemasangan space maintainer anterior untuk tujuan psikologis dan mencegah timbulnya bad habit.6. M1 tanggal sebelum M2 erupsi, dibiarkan agar M2 menempati ruang tersebut. Namun, apabila M2 telah erupsi maka ruangan harus dipertahankan.7. m2 dicabut menjelang erupsi M1 dibuatkan space maintainer berupa labial arch dengan gigi tiruan m2. 8. Space maintainer aktif sering digunakan untuk mendesak M1 ke distal.Kontra indikasi space maintainer menurut Snawder (1980), antara lain:1. Tulang alveolus di atas gigi tersebut sudah hilang dan ruang tersebut cukup untuk erupsi gigi pengganti.2. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui cukup untuk ruang erupsi gigi pengganti dan tidak ada kemungkinan hilangnya ruang.3. Apabila dilakukan pencabutan untuk pencarian ruang pada perawatan orthodontik.4. Apabila gigi pengganti tidak ada dan penutupan ruang diinginkan.Syarat-syarat pembuatan space maintainer, antara lain :1. Mampu mempertahankan jarak mesio-distal2. Erupsi gigi antagonis tidak terganggu3. Erupsi gigi permanen tidak terganggu4. Tersedia cukup ruang mesio-distal untuk erupsi gigi permanen pengganti5. Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan pergerakan mandibula6. Bentuk sederhana, mudah dalam perawatan, dan mudah untuk dibersihkanKeuntungan penggunaan removable space maintainer antara lain : alat dan gigi dapat dibersihkan dengan mudah, dapat menjaga vertikal dimensi, dapat dikombinasikan dengan tindakan preventif yang lain, dapat dipakai setengah hari sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi darah pada jaringan lunak, dapat dibuat dengan mudah dan estetis, dapat menstimulasi erupsi gigi permanen, tidak memerlukan bands, pemeriksaan gigi dapat dengan mudah dilakukan, dan dapat meciptakan ruang untuk erupsi gigi tanpa harus membuat alat baru. Kerugian penggunaan removable space maintainer antara lain : ada kemungkinan alat hilang, dapat patah, pasien tidak mau memakai alat, dapat menahan pertumbuhan rahang ke lateral apabila klamer tidak pas, dan dapat mengiritasi jaringan lunak (Finn, 2003).C. Space RegainerAlat space regainer digunakan untuk mendapatkan ruang pada keadaan kekurangan ruang atau terjadinya mesial drifting pada celah yang mengalami premature loss (Andlaw dan Rock, 1992).Menurut Snawder (1980), penyebab kehilangan/ penyempitan ruang adalah sebagai berikut :1. Premature loss dari gigi desidui2. Mesial drifting tendency3. Distal adjustment dari gigi anterior mandibula4. Ankylosis dan congenital missing teethIndikasi pemakaian alat space regainer adalah pada premature loss gigi molar desidui yang mengakibatkan terjadinya kekurangan ruang erupsi gigi permanen. Kontraindikasi pemakaian alat space regainer, antara lain :1. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui cukup atau lebih bagi ruang erupsi gigi pengganti2. Apabila dilakukan pencabutan untuk pencarian ruang pada perawatan ortodontik3. Apabila gigi pengganti tidak ada dan penutupan ruang diinginkan4. Pasien alergi terhadap akrilik5. Pasien tidak kooperatifSyarat-syarat pembuatan space regainer, antara lain :1. Terdapat kekurangan ruang mesio-distal untuk erupsi gigi permanen pengganti2. Mampu menciptakan jarak mesio-distal3. Erupsi gigi antagonis tidak terganggu4. Erupsi gigi permanen tidak terganggu5. Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan pergerakan mandibula6. Bentuk sederhana, mudah dalam perawatan, dan mudah untuk dibersihkan

D. Analisis Panjang lengkungAnalisis untuk memperkirakan kebutuhan ruang bagi gigi permanen yang akan erupsi: a. Nance analysis Metode ini didasarkan atas hubungan relatif antara lebar mesiodistal kelompok gigi tertentu, yang dipilih adalah gigi III, IV, V dan kelompok gigi penggantinya yaitu gigi 3,4,5. Nance menemukan adanya perbedaan ukuran lebar III,IV,V dengan 3,4,5. Selisih tersebut disebut Lee Way Space. Lee way space RA = (III + IV + V) - (3 + 4 + 5) = 0,9 satu sisiLee way space RB = (III + IV + V) - (3 + 4 + 5) = 1,7 satu sisiProsedur metode ini adalah:a. Menyiapkan model, kemudian ukurlah lebar mesiodistal III,IV,Vb. Menyiapkan foto roentgen 3,4,5 dan ukurlah (koreksi efek pembesaran dengan metode Huckabac. Bandingkan 3,4,5 dengan jumlah III, IV,Vd. Ukurlah selisihnya apakah 0,9 RA, atau lebih atau kurang, demikian pula untuk RB. Selisih tersebut (Lee way space) sebenarnya digunakan untuk molar adjustment. Jika Lee way space kurang dari 0,9 RA dan 1,7 RB maka dibutuhkan penyediaan ruang dengan serial ekstraksi.b. Moyers mixed dentition analysis Dasar pemikirannya adalah korelasi antara satu kelompok gigi dan kelompok gigi lainnya dalam satu regio. Gigi yang dipakai sebagai pedoman adalah 72,71,81,82 (Mc Donald, dkk., 1994). Berdasarkan penelitian, ukuran gigi incisivus permanen rahang bawah memiliki hubungan dengan ukuran gigi caninus dan premolar yang belum tumbuh baik rahang atas maupun bawah. Gigi incisivus rahang bawah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers karena gigi ini muncul terlebih dahulu dalam rongga mulut pada masa geligi bercampur dan mudah diukur secara akurat.Metode ini dilakukan dengan cara mengukur lebar mesiodistal terbesar keempat insivivus rahang bawah satu persatu, lalu menjumlahkannya dan menggunakannya untuk melihat kemungkinan ukuran gigi caninus, premolar pertama, dan premolar kedua yang akan erupsi untuk masing-masing rahang berdasarkan tabel probabilitas dari Moyers sebesar 75% (Moyers, 1998). Langkah-langkah analisis Moyers yaitu:a. Buatlah lengkung perimeter dengan kawat tembaga untuk RA dan RBb. Buatlah tanda dengan spidol pada kawat tadi tepat di sisi mesial gigi molar pertama permanen kanan dan kiri, luruskan kembali dan ukur panjang antara kedua tanda tadi catatlah data ini.c. Ukurlah besarnya gigi 2 1 1 2 , catat data ini.d. Bandingkan jumlah ukuran gigi 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 dengan lengkung parametere. Hasilnya bisa sama, lebih kecil, atau lebih besar.c. Kuswandari and Nishino methodDasar pemikirannya adalah memperkirakan gigi 345 yang belum erupsi melalui gigi permanen yang telah erupsi. Gigi yang digunakan sebagai pedoman yaitu gigi 6 2 2 6 d. Metode HuckabaMetode ini untuk memperkirakan besarnya gigi yang belum erupsi.Rumus : B = A x B AKeterangan :B = besar gigi yang belum erupsiB= besar gigi yang belum erupsi dalam roA = besar gigi yang sudah erupsiA= besar gigi yang sudah erupsi dalam roSetelah melakukan analisis ruang dan panjang lengkung, dapat diketahui derajat crowding lengkung gigi. Menurut Andlaw dan Rock (1992), gigi dapat digolongkan sebagai salah satu dari tipe berikut:1.Gigi tidak berjejal dengan kelebihan ruang.Ciri-cirinya adalah terdapat spacing di antara gigi-gigi insisivus; ruang yang tersedia dalam lengkung rahang melebihi ruang yang diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi.2.Gigi tidak berjejal dengan ruangan cukup.Ciri-cirinya adalah kontak normal di antara gigi-gigi insisivus; ruang yang tersedia dalam lengkung sama dengan ruang yang diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi.3.Crowding ringan.Ciri-cirinya adalah sedikit overlap pada gigi-gigi insisivus; ruang yang tersedia dalam lengkung rahang kurang sampai 4 mm dari yang diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi.4.Crowding berat.Ciri-cirinya adalah overlap rotasi atau pergeseran gigi-gigi insisivus; ruang yang tersedia dalam lengkung rahang kurang melebihi 4 mm dari yang diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi.

III. LAPORAN KASUS

A. Identitas PasienNomor Kartu: 106012Tanggal pemeriksaan: 13 November 2014Nama pasien: Shafira Dwi RamadaniTempat/ Tanggal lahir: Sleman, 28 September 2006Umur / Jenis Kelamin: 8 tahun 2 bulan / PerempuanSekolah: SD N Pogung KidulNama orang tua: TukiyemAlamat: Pogung Kidul RT 4/RW 49 No. 221 Sinduadi Mlati, Sleman YogyakartaFoto pasien: Tampak depanSimetrisTampak sampingCembung

B. Pemeriksaan SubjektifMotivasi :Pasien datang atas motivasi operator dan orangtua untuk memeriksakan giginya.

Keluhan utama (CC) :Gigi susu belakang kiri bawah sudah tanggal sebelum waktunya (premature loss) namun gigi pengganti belum tumbuh.Keadaan sakit sekarang (PI) :Pada saat ini gigi tidak terasa sakit.Riwayat gigi (PDH) : Pernah dilakukan perawatan saluran akar tahun 2011 pada gigi geraham susu kiri bawah, namun gigi sudah tanggal sekitar 1 tahun yang lalu. Sekarang gigi pengganti belum tumbuh.Riwayat kesehatan umum (PMH) :Pasien tidak dicurigai menderita penyakit sistemik yang dapat mengganggu tumbuh kembang. Pasien tidak dicurigai adanya riwayat kelainan perdarahan. Pasien tidak ada riwayat alergi.Riwayat kesehatan keluarga (FH) :a. Gigi= - Ayah: Gigi rapi- Ibu: Gigi rapib. Umum=- Ayah: sehat, tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.- Ibu: sehat, tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.Pencegahan penyakit gigi :a. Menyikat gigi:2x sehari; saat mandi pagi dan mandi sore.b.Topikal aplikasi fluor:tidakc.Tablet fluor:tidakd.Kumur-kumur:tidake.Air minum:Sumur

C. Pemeriksaan ObjektifKeadaan umum: sehat jasmani dan rohaniPenampilan: kooperatif dan komunikatifBerat badan: 22 kgTinggi badan: 118 cmStatus gizi:15,8 (Underweight)Pemeriksaan luar mulut :Bentuk muka:simetris, tidak ada kelainanBibir:simetris, tidak ada kelainanPipi:simetris, tidak ada kelainanKelenjar limfe:tidak terabaLain-lain:-Pemeriksaan dalam mulut :Jaringan LunakMukosa:normal, tidak ada kelainanLidah:normal, tidak ada kelainanGusi: normal, tidak ada kelainanLangit-langit:normal, tidak ada kelainanDasar mulut:normal, tidak ada kelainanJaringan KerasOklusi: Kelas I Angle Pemeriksaan Gigi Geligi :xoxxxo

Kebersihan mulut : OHI-S == 6 1 6 6 1 6

DI-s= 1 1 1= 7/62 1 1 CI-s= 1 0 1= 5/61 1 1 = 2 (Sedang)Diagnose Gigi-geligi :16=terdapat fissure dalam Diagnosa : deep fissureRencana Perawatan : fissure sealant55 = terdapat kavitas kedalaman dentin dengan pulpa terbuka pada permukaan mesio-disto-oklusal Sondasi : (-)- Palpasi : (-) Perkusi : (-) - CE : (-)Diagnosa : GangrenRencana Perawatan : Endo22=Bagian mesial berputar ke labialDiagnosa : mesiolabiotorsiversiRencana Perawatan : Orto65 = terdapat kavitas kedalaman dentin dengan pulpa terbuka pada permukaan mesiooklusal Sondasi : (-)- Palpasi : (-) Perkusi : (-) - CE : (-)Diagnosa : GangrenRencana Perawatan : Endo26= terdapat fissure dalam Diagnosa : deep fissureRencana Perawatan : fissure sealant36= terdapat fissure dalam Diagnosa : deep fissureRencana Perawatan : fissure sealant75= Terdapat daerah tidak bergigi Diagnosa : Premature LossRencana Perawatan : Ortho Space Maintainer74= Terdapat daerah tidak bergigi Diagnosa : Premature LossRencana Perawatan : Ortho Space Maintainer73 = terdapat kavitas kedalaman dentin pada permukaan distal Sondasi : (-)- Palpasi : (-) Perkusi : (-) - CE : (+)Diagnosa : Karies dentinRencana Perawatan : Opdent (telah dilakukan)46= terdapat fissure dalam Diagnosa : deep fissureRencana Perawatan : fissure sealantD. Rencana Perawatan1. Endo2. Fissure sealant3. Topikal Aplikasi Flour4. Ortodonsia dan Space Maintainer5. Kontrol

IV. RENCANA PERAWATAN

A. Pembuatan Model Studi dan Model KerjaTanggal 13 November 2014 dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah untuk pembuatan model studi dan model kerjaB. Analisi Model Studia. Bentuk Lengkung Gigi Rahang Atas Rahang BawahBentuk Lengkung Gigi: USimetris

b. Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik

Klas I Angle

C. Pengukuran dan Perhitungan Pada kasus, rahang bawah memiliki ruang kosong pada area gigi 74 dan 75 akibat pencabutan. Pengukuran dan perhitungan dilakukan untuk mengetahui ketersediaan ruang erupsi gigi 5 4 3 3 4 5 .Data yang dibutuhkan adalah jumlah mesiodistal antara gigi 2 1 1 2. Kemudian, untuk mengetahui ketersediaan ruang, jumlah mesiodistal gigi 5 4 3 3 4 5 yang diketahui, digunakan metode Moyers ditambah dengan jumlah mesiodistal keempat gigi anterior dibandingkan dengan panjang lengkung gigi antara mesial 6 6 yang diketahui melalui determinasi lengkung. Jika perhitungan lebih kecil dari determinasi lengkung berarti kelebihan ruang, jika jumlah perhitungan lebih besar berarti kurang ruang, dan jika sama besar berarti cukup ruang.Pengukuran dan perhitungan jumlah mesiodistal 2 1 1 2. Lebar mesio distal 41 adalah 5,2 mm Lebar mesio distal 42 adalah 3,4 mm Lebar mesio distal 31 adalah 5,3 mm Lebar mesio distal 32 adalah 5,6 mmJumlah mesiodistal gigi 2 1 1 2 = 5,2 + 3,4 + 5,3 + 5,6 = 19,5 mm

Perhitungan jumlah ruang yang dibutuhkan untuk erupsi 345Tabel Moyers 75 % untuk jumlah mesiodistal 19,5 mm adalah 20,1 mmKebutuhan ruang erupsi menurut tabel Moyers = 21,42 mm.

Determinasi lengkung Overjet: 3,2 mmOverbite: 2,8 mm

Lengkung Perimeter Panjang lengkung dari mesial gigi 36 ke mesial gigi 46 = lengkung perimeter RB kanan + lengkung perimeter RB kiri= 31 mm + 33 mm = 64 mmRuang yang tersedia untuk erupsi gigi 3 4 5 (jarak mesial gigi 6 ke mesial gigi 3)RB kanan= panjang lengkung ideal RB kanan - ( 41 + 42)= 31 - (5,2 + 3,4) mm= 22,4 mmRB kiri= panjang lengkung ideal RB kiri ( 31 + 32 )= 33 - (5,3 + 5,6) mm= 22,1 mmPerbandingan RB kananRuang yang tersedia untuk erupsi gigi 3 4 5 adalah 22,4 mmPerhitungan untuk gigi 3 4 5 menurut metode Moyers adalah 19,5 mmRB kiriRuang yang tersedia untuk erupsi gigi 3 4 5 adalah 22,1 mmPerhitungan untuk gigi 3 4 5 menurut metode Moyers adalah 19,5 mm

Kesimpulan 1. Terdapat kelebihan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 3 4 5 sebesar 2,9 mm space maintainer2. Terdapat kelebihan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 3 4 5 sebesar 2,7 mm space maintainer

D. Gambar/Desain AlatKeterangan :a. Labial arch ( 0,7 mm)b. Adam Klamer ( 0,7 mm)c. Plat akrilikd. Buccal flange

E. Prosedur PerawatanRencana Perawatan:a. Edukasi pasien dan informed consentb. Insersi space regainer dan edukasi pasienc. KontrolJalannya Perawatan:a. Edukasi pasien dan informed consentPasien diberi penjelasan mengenai prosedur dan rencana perawatan yang akan dilakukan. Pasien juga diberi penjelasan mengenai biaya, lama perawatan, banyaknya kunjungan, kemungkinan yang dapat terjadi selama perawatan, dan hal-hal lain yang mempengaruhi perawatan.b. Insersi space maintainer dan Edukasi pasienInsersi space maintainerPada saat insersi, alat harus diperiksa apakah ada bagian plat akrilik yang menekan atau melukai jaringan lunak di rongga mulut. Labial arch, adam klamer juga diperiksa agar tidak menyebabkan traumatik oklusi atau trauma pada mukosa rongga mulut.EdukasiPasien harus dimotivasi untuk selalu memakai alat dan menjaga kebersihannya. Pasien dan orang tua pasien diminta untuk memperhatikan ruang kosong pada lengkung gigi pasien, apakah bertambah besar atau kecil dan memperhatikan apakah gigi pengganti sudah mulai tumbuh atau belum. Operator juga memberikan motivasi kepada pasien untuk selalu datang kontrol pada waktunya.c. KontrolKontrol dilakukan pada:Hari ke-2 Dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah: apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien apakah pasien kesulitan saat memakai dan melepas alat apakah pasien sudah merasa nyaman saat memakai alat apakah alat dapat digunakan pasien saat makanPemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan: jaringan lunak (adakah gingiva/mukosa yang terkena trauma/iritasi akibat pemakaian alat), retensi dan stabilisasi alat traumatik oklusi yang ditimbulkan akibat pemakaian alat (diperiksa dengan articulating paper)Hari ke-12 Dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah: apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien apakah pasien kesulitan saat memakai dan melepas alat apakah pasien sudah merasa nyaman saat memakai alat apakah alat dapat digunakan pasien saat makanPemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan: jaringan lunak (adakah gingiva/mukosa yang terkena trauma/iritasi akibat pemakaian alat), retensi dan stabilisasi alat traumatik oklusi yang ditimbulkan akibat pemakaian alat (diperiksa dengan articulating paper)Hari ke-30 Dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah: apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien apakah pasien kesulitan saat memakai dan melepas alat apakah pasien sudah merasa nyaman saat memakai alat apakah alat dapat digunakan pasien saat makanPemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan: jaringan lunak (adakah gingiva/mukosa yang terkena trauma/iritasi akibat pemakaian alat), retensi dan stabilisasi alat traumatik oklusi yang ditimbulkan akibat pemakaian alat (diperiksa dengan articulating paper) apakah benih gigi sudah mulai erupsi (diperiksa dengan palpasi pada gingiva), bila benih gigi sudah mulai erupsi maka plat akrilik harus dikurangi.

V. PROGNOSIS

Prognosis pada kasus ini adalah baik, karena:1. Pasien kooperatif2. Orang tua pasien ikut mendukung dan memotivasi anak sehingga diperkirakan perawatan akan berjalan lancar dan berhasil.

DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R.J dan Rock, W.P., 1992, Perawatan Gigi Anak (terj), edisi 2, Widya Medika, Jakarta.Budiyanti, E.A., 2006, Perawatan Endodontik pada Anak, EGC, Jakarta.Finn, S.B., 2003, Clinical Pedodontic, 4th ed, W.B. Saunders Co., Philadelphia.Finn, S.B., 1973, Clinical Pedodontic, W.B. Saunders Co., Philadelphia.Kemp, J. dan Walters, C., 2003, Gigi si Kecil, Penerbit Erlangga, Jakarta.Kharbanda, O.P., 1994, A Study Of The Etiological Factors Associated With The Development of malocclusion, J.Dent. Child.Mc.Donald, R.E dan Avery, D.R., 1994 Dentistry for The Child and Adolescent, Sixth edition, Mosby, St.Louis.Snawder, K.D., 1980, Handbook of Clinical Pedodontics, The C.V. Mosby Company, St.Louis.