skripsi rancang bangun spasial bencana alam...
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
RANCANG BANGUN SPASIAL WEB SERVICE ANCAMAN DAN RESIKO
BENCANA ALAM (STUDI KASUS : WILAYAH PEMANTAUAN BADAN
NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh :
PUTRI UTAMI
109093000113
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H
ii
HALAMAN JUDUL
RANCANG BANGUN SPASIAL WEB SERVICE ANCAMAN DAN RESIKO
BENCANA ALAM (STUDI KASUS : WILAYAH PEMANTAUAN BADAN
NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negri Syariaf Hidayatullah Jakarta
Oleh:
PUTRI UTAMI
109093000113
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H
iii
iv
v
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
JAKARTA, OKTOBER 2014
PUTRI UTAMI
vi
ABSTRAK
PUTRI UTAMI, Rancang Bangun Web Service Ancaman dan Resiko Bencana Alam
(Studi KAsus: Daerah Pemantauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana) di
bawah bimbingan ZAINUL ARHAM dan EVA KHUDZAEVA.
Indonesia adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek geografis,
klimatologis dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua
samudera menyebabkan Indonesia mempunyai potensi yang cukup bagus dalam
perekonomian sekaligus juga rawan dengan bencana.Kombinasi antara berbagai
risiko ancaman, kondisi kerentanan, ketidakmampuan atau kelemahan dalam
bertindak untuk mengurangi potensi konsekuensi negatif yang ada. Kompleksitas
penyelenggaran penanggulangan bencana memerlukan suatu penataan dan
perencanaan yang matang, terarah dan terpadu.Penyelarasan arah penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada suatu kawasan membutuhkan dasar yang kuat dalam
pelaksanaannya dan kebutuhan ini terjawab dengan kajian risiko bencana. Kajian
risiko bencana merupakan perangkat untuk menilai kemungkinan dan besaran
kerugian akibat ancaman yang ada. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran
kerugian. Oleh karena itu untuk membantu penyelenggaraan penanggulangan
bencana dibutuhkan sebuah sistem informasi spasial yang mempunyai kemampuan
memberikan informasi tentang daerah ancaman dan resiko bencana alam di
Indonesia. Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah Object Oriented
Analysis and Design dengan model Rapid Application Development (RAD).
Perancangan system dilakukan dengan notasi Unified Modelling Language (UML).
Tahap pengkodean sistem dilakukan dengan menggunakan Java, PHP, dan MYSQL.
Kata Kunci: Resiko Bencana,Ancaman Bencana, Object Oriented Analysis and
Design, Rapid Application Development, Unified Modelling Language
Bab I-V+203 Halaman+ vi Halaman+93 Gambar+31 Tabel+Pustaka +5 Lampiran + 5 Daftar Simbol Pustaka Acuan(30, 2000-2013)
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Rancang Bangun Spasial Web Service Ancaman dan Resiko Bencana
Alam (Studi Kasus : Badan Nasional Penanggulangan Bencana)”. Shalawat dan
salam tak lupa tersirah untuk Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali pihak yang terlibat yang
membantu penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Zulfiandri, MMSI, selaku Ketua Program Studi Jurusan Sistem Informasi.
3. Bapak Zainul Arham, M.Si, dan Ibu Eva Khudzaeva, M.Si, selaku dosen
pembimbing yang secara bijaksana dan kooperatif telah memberikan bimbingan,
bantuan, dan dukungan baik secara moral maupun teknis.
4. Bapak Agus dan Mas Iwan selaku pihak dari Badan Nasional Penanggulangan
Bencana dan Mas Satria Selaku pihak dari Badan Meteorologi dan Klimatologi.
5. Kedua Orangtuaku, Bapak Soenaryo SE yang telah berjuang untuk memberikan
semangat hidup kepada keluarga dan menjadi motivasi saya dalam melakukan
setiap pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Mama tercinta Sri Rahayu S.Pd. Do’a
viii
dan harapan tak pernah lepas dari ucapanmu, untuk keberhasilan putera-
puterimu. Ucapan terima kasih tidak akan cukup membalas semua jasamu. I
Love You and I will never let you down Pa, ma.
6. Adik-adikku tersayang Imam Baharuddin dan Aziz Rizkyan yang selalu
memotivasi saya dengan cara yang tidak terduga untuk menjadi kaka yang baik
dan bijaksana.
7. Sahabat tersayang “Nona-nona” Pramitha Dwi Larasati, Firza yenti dan Rizka
Hidayanti, My beloved groups “Gank Arisan” Abdu, Tantowi, Rizky, Deni,
Diki, Mawan, Fahrul yang selalu memberikan semangat persahabatan yang tak
terlupakan, terima kasih atas persahabatan kita ,grazie amici per il support che
mi date, ti amo.
8. Teman seperjuangan SIC 2009 dan GIS 2009 terima kasih atas kebersamaannya
dikelas maupun diluar kelas. Dan semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini, maaf jika saya tidak bisa menyebutkan satu per satu.
Akhir kata, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat, baik sebagai bahan
karya tulis berupa informasi, perbandingan maupun dasar untuk penelitian materi
lebih lanjut.
Jakarta, Juli 2014
Penulis
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN
Pada kesempatan ini, penulis ingin mempersembahkan skripsi ini kepada seluruh
pihak yang telah membantu baik moril maupun materil, terutama kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Soenaryo S.E dan Sri Rahayu S.Pd yang selama ini
telah bersabar menunggu kelulusan Peneliti, yang tanpa henti mendoakan
kelancaran proses skripsi ini. Dan adikku Imam Baharuddin, Aziz Rizkyan yang
selalu memberikan dorongan untuk Peneliti segera menyelesaikan skripsi ini.
2. Guru sekaligus motivatorku Bapak Zainul Arham, Ibu Eva Khudzaeva, Bapak Eri
Rustamaji, yang telah memberikan gagasan, arahan serta semangat selama
penulisan skripsi ini. Dosen Sistem Informasi yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat kepada penulis. Dan Keluarga Besar Sistem Informasi khususnya
Sistem Informasi C angkatan 2009, Sistem Informasi Geografis angkatan 2009
dan keluarga besar HIMSI.
3. Sahabat-sahabatku Rizka Hidayanti, Pramitha Dwi Larasati, Firza Yenti, Rizky
Adhi, Diky Wardani, Fahrul Rozi, Ahmad Tantowi, Denny Ramadhan, Harnanda
Himawan, Abdu Rifai, Wara Gilang, Nuranita Permatasari, Hasan Kiana Aji,
Endang Soenarya.
Desember 2014
Putri Utami NIM 109093000113
x
DAFTAR ISI
LEMBAR SAMPUL ................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................iii
PENGESAHAN UJIAN...........................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR.............................................................................................. vii
LEMBAR PERSEMBAHAN..................................................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................xvii
DAFTAR TABEL....................................................................................................xxii
DAFTAR SIMBOL................................................................................................xxiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………...………….....................................1
1.2 Rumusan
Masalah……………………………………………………..9
1.3 Batasan Masalah……………………………………………………..10
1.4 Tujuan………………………………………………………………..11
1.4.1 Tujuan Umum………………………………………………..11
1.4.2 Tujuan Khusus……………………………………………….11
xi
1.5 Manfaat………………………………………………………………12
1.5.1 Bagi Penulis………………………………………………….12
1.5.2 Bagi Universitas……………………………………………..12
1.5.3 Bagi Pengguna Sistem……………………………………….12
1.6 Metode Penelitian……………………………………………………13
1.6.1 Metode pengumpulan
data…………………………………...13
1.6.2 Metode Perancangan sistem…………………………………14
1.7 Sistematika Penulisan………………………………………………..15
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Rancang Bangun……………………………………..17
2.2 Konsep Sistem
Informasi……...……………………………………..17
2.3 Konsep Sistem Informasi Geografis (SIG)………………………….18
2.3.1 Pengertian SIG……………………………………………….18
2.3.2 Komponen SIG………………………………………………20
2.4 Konsep Spasial Web Service………………………………………...21
2.5 Konsep Ancaman dan Resiko Bencana Alam………….……………22
2.5.1 Pengertian Bencana Alam…………………………………...22
2.5.2 Ancaman Bencana…………………………………………..23
xii
2.5.3 Resiko Bencana……………………………………………..24
2.6 Konsep Mitigasi dan Spasial Web Service………….………………25
2.6.1 Kesiapsiagaan…………………………………..……………25
2.6.2 Web Geographic Information System……………………….26
2.6.3 Orientasi Mitigasi Bencana dan Islam….……………………32
2.7 Peta dan Pemetaan…………………………………………………...36
2.7.1 Skala Peta……………………………………………………36
2.8 Konsep Pengembangan Sistem Informasi………………..…………37
2.8.1 Object Oriented……………………………………………...37
2.8.2 Rapid Application Development (RAD)..................................38
2.8.2.1 Model RAD menurut Kendall & Kendall…………...38
2.8.2.2 Model RAD menurut Pressman……………………...39
2.8.3 UML (Unified Modelling Language)………………………..40
2.8.3.1 Tujuan UML…………………………………………41
2.8.3.2 Diagram dalam UML………………………………..41
2.9 Telepon Pintar (Smartphone)………………………………………..43
2.9.1 Android..…………………………………………..…………45
2.10 KML/KMZ…………………………………………………………..46
2.11 Tools Pembuat Aplikasi……………………………………………...47
2.11.1 Bahasa Pemrograman………………………………………..47
2.11.1.1 Java…………………………………………………47
xiii
2.11.1.2 PHP (Hypertext Preprocessor)………………….....48
2.11.2 Perangkat Pengembang Software……………………………48
2.11.2.1 Android SDK (Software Development Kit)……….48
2.11.2.2 Eclipse……………………………………………...49
2.11.2.3 ArcGIS ESRI……………………………………….50
2.11.3 Database……………………………………………………………50
2.11.3.1MySQL……………………………………………...52
2.11.3.2 Database Management System (DBMS)…………...52
2.11.3.3 XAMPP…………………………………………….53
2.12 Metodologi Penelitian……………………………………………….53
2.12.1 Metode Pengumpulan Data………………………………….53
2.12.1.1Metodologi Pengembangan Sistem Menggunakan
Rapid Application Development (RAD)
………………………………………………………53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………56
3.2 Data dan Perangkat Penelitian………………………………………56
3.2.1 Data Penelitian………………………………………………56
3.2.2 Perangkat Penelitian………………………………………...57
3.3 Metode Penelitian…………………………………………………...58
xiv
3.3.1 Metode Pengumpulan Data…………………………………58
3.3.1.1 Observasi…………………………………………….58
3.3.1.2 Wawancara…………………………………………..59
3.3.1.3 Studi Pustaka………………………………………...59
3.3.2 Metode Pengembangan Sistem………………………………70
3.3.2.1 Perencanaan Syarat (Requirements Planning)……....70
3.3.2.2 Proses Desain (Workshop Design)………………..…71
3.3.2.3 Fase Implementasi…………………………………...72
3.3 Kerangka Penelitian………………………………………………….76
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan Syarat (Requirement Planning)………………………..77
4.1.1 Gambaran Umum Institusi…………………………………..77
4.1.1.1 Badan Nasional Penanggulangam Bencana…………77
4.1.1.2 Tugas BNPB dalam Penanggulangan Bencana…….81
4.1.1.3 Struktur Organisasi BNPB…………………………82
4.1.1.4 Sturktur Organisasi BNPB bagian Data Informasi dan
Humas………………………………………………83
4.1.1.5 Struktur Organisasi BMG Balai Besar II………….83
4.1.1.6 Tugas Pokok dan Fungsi BMG……………………...83
4.1.1.7 Struktur Organisasi BMG …………………………...85
xv
4.1.2 Tujuan Perancangan Sistem…………………………………85
4.1.3 Analisis Proses Bisnis dan Sistem yang Berjalan…………....86
4.1.3.1 Kelebihan Sistem Berjalan…………………………..88
4.1.3.2 Kelemahan Sistem Berjalan…………………………88
4.1.4 Identifikasi Masalah…………………………………………...89
4.1.4.1 Tujuan Pengembangan Sistem……………………...90
4.1.5 Analisis Sistem Usulan………………………………………91
4.1.5.1 Ruang Lingkup Sistem………………………………93
4.1.6 Kebutuhan Perancangan Sistem………………..……………...94
4.2 Proses Design………………………………………………………..98
4.2.1 Perancangan Sistem………………………………………….99
4.2.1.1 Use Case Diagram…………………………………..99
4.2.1.1.1 Narasi Use Case…………………………..104
4.2.1.2 Activity Diagram…………….……………………..131
4.2.1.3 Sequence Diagram……………………………….....150
4.2.1.5 Perancangan Class Diagram………………..…………160
4.2.1.5.1 Tabel Daftar Objek Potensial…….160
4.2.1.5.2 Class Diagram…………………....162
4.2.1.5.2.1 Mapping Diagram ….……….....163
4.2.2 Perancangan Database……………………………………...164
xvi
4.2.2.1 Struktur Database…………………………………..164
4.2.3 Perancangan Layout………………………………………...169
4.3 Fase Implementasi………………………………………………….181
4.3.1 Coding Program…………………………………………….181
4.3.1.1 Kajian Ancaman dan Risiko Bencana……………...181
4.3.1.2 Penentuan Tingkat Ancaman dan Resiko…………..186
4.3.1.3 Pemrograman (Coding)……………………………188
4.3.2 Pengujian Sistem…………………………………………...189
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………194
5.2 Saran………………………………………………………………..195
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………xxix
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Kejadian Bencana……..……………..…………..………………...1
Gambar 1.2 daftar korban bencana…………………………………..………………..2
Gambar 1.3 Peta Pacific Ring of Fire…………………………………………………3
Gambar 2.1 Komponen SIG…………………………………………….…………...20
Gambar 2.2 Kesiapsiagaan dalam Model Siklus Pengelolaan Bencana………...…...26
Gambar 2.3 Sistem Federated Web GIS…………......………………………………31
Gambar 2.4 Siklus Penanggulangan Bencana dalam prespektif Islam………….......35
Gambar 2.5 Use case Diagram………………………………………………………41
Gambar 2.6 Class Diagram……………………………………………………….....42
Gambar 2.7 Activity Diagram………………………………….………………….....42
Gambar 2.8 Sequence Diagram……………………………………………………...43
Gambar 2.9 Arsitektur Android.……………………………………………………..46
Gambar 3.1 Tahapan RAD…………………………………………………………..70
Gambar 3.2 Contoh Peta Resiko bencana…………………………………………...74
Gambar 3.3 Kerangka Berfikir Penelitian…………………………………………...75
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BNPB……………………………………………...82
Gambar 4.2 Struktur organisasi BNPB bagian Data,informasi dan Humas…………83
Gambar 4.3 struktur organisasi BMG Balai Besar II………………………….......84
xviii
Gambar 4.4 Rich Picture Analisis Sistem Berjalan………………………………….86
Gambar 4.5 Sistem usulan…………………………………………………………...92
Gambar 4.6 Use case diagram…………………………………………………..…...99
Gambar 4.7 Activity Diagram Lihat Home……………………………………..….131
Gambar 4.8 Activity lihat ancaman bencana…………………………………….....132
Gambar 4.9 Activity lihat resiko bencana……………………………………..……133
Gambar 4.10 Activity lihat pantauan bencana………………………………..…….134
Gambar 4.11 Activity lihat data kejadian bencana……………………………..…..135
Gambar 4.12 Activity lihat prakiraan cuaca………………..……………………….136
Gambar 4.13 Activity lihat kerentanan bencana………………………………...….137
Gambar 4.14 Activity lihat pengetahuan bencana…………………………….……138
Gambar 4.15 Activity lihat tentang……………………………………………..…..139
Gambar 4.16 Activity lihat berita…………………………………………………...140
Gambar 4.17 Activity mengunduh data .…………………………………………...141
Gambar 4.18 Activity Diagram lihat buku dan poster……………………………...142
Gambar 4.19 Activity login…………………………………………………….…...143
Gambar 4.20 Activity Diagram Logout…………………………………….……....144
Gambar 4.21 Activity Diagram manjemen peta……………………………………145
Gambar 4.22 Activity Diagram Manajemen Berita...................................................146
Gambar 4.23 Activity Diagram manajemen data bencana…………….…………...147
Gambar 4.24 Activity Diagram manajemen buku dan poster………………………148
xix
Gambar 4.25 Activity Diagram validasi peta.…………………………………..….149
Gambar 4.26 Squence diagram peta………………………………………………..150
Gambar 4.27 Squence diagram data kejadian bencana..…………………………...151
Gambar 4.28 Squence diagram pengetahuan bencana……………………………..152
Gambar 4.29 Squence diagram buku dan poster…………………………….……..153
Gambar 4.30 Squence diagram login…………………………………….………....154
Gambar 4.30 Sequence Diagram Logout…………………………………………..155
Gambar 4.31 Sequence berita…………………………………….………………...156
Gambar 4.32 Sequence Diagram Manajemen peta………………………………..157
Gambar 4.33 Sequence Diagram Mengunduh Data………………………………..158
Gambar 4.34 Sequence Diagram validasi peta……………………..…………........159
Gambar 4.35 Class diagram……………………………………..………………....162
Gambar 4.36 Mapping Class ……..……………………………..………………....163
Gambar 4.37 Halaman Awal……………………………………………………….169
Gambar 4.38 Halaman Home Mobile Version……………………………………...170
Gambar 4.39 Halaman Ancaman dan Resiko Bencana…………………...……......170
Gambar 4.40 Halaman Pantauan Bencana………………………………………....171
Gambar 4.41 Halaman Data Kejadian Bencana……………………………………171
Gambar 4.42 Halaman Prakiraan Cuaca…………………………………………...172
Gambar 4.43 Halaman Kerentanan Bencana…………………………………….....172
Gambar 4.44 Halaman Pengetahuan Bencana……………………………………...173
xx
Gambar 4.44 Halaman awal pengunjung…………………………………………..173
Gambar 4.45 Halaman profil pengunjung………………………………………….174
Gambar 4.46 Halaman buku…………………………………...…………………...174
Gambar 4.47 Halaman poster………………………………………………………175
Gambar 4.48 Halaman gallery……………………………………………………...175
Gambar 4.49 Halaman pengetahuan bencana……………………………………...176
Gambar 4.50 Halaman kerjasama…………………………………………………..176
Gambar 4.51 Halaman geospasial………………………………………………….177
Gambar 4.52 Halaman data dan informasi…………………………………………177
Gambar 4.53 Halaman pantauan bencana………………………………………….178
Gambar 4.54 Halaman login admin…………………………………………..…….178
Gambar 4.55 Halaman awal admin…………………...……………………………179
Gambar 4.56 Halaman manage buku………………………………………………179
Gambar 4.57 Halaman manage peta……………………………………………….180
Gambar 4.58 Halaman manage berita…………………………………………...…180
Gambar 4.59 Halaman berita……………..………………………………………...181
Gambar 4.60 Konversi raster di ArcToolBox……………………………………...182
Gambar 4.61 Query Builder……………………………………………………..…183
Gambar 4.62 Identity Overlay……………………………………………………...183
Gambar 4.63 contoh syntac SRTM………………………………………………...184
Gambar 4.64 Contoh feature yang telah diexport……………………………….....184
xxi
Gambar 4.65 Contoh Peta Ancaman Tsunami……………………………………..186
Gambar 4.66 Penentuan Warna Tingkat Ancaman………………………………...187
Gambar 4.67 Penentuan Warna Tingkat Resiko…………………………………...187
xxii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Kemampuan GIS dalam disaster management…………………………..28
Tabel 4.1 Kebutuhan Hardware Server……………………………………………...95
Tabel 4.2 Kebutuhan Hardware Client ……………………………………………..96
Table 4.3 Deskripsi Aktor………………………………………………………….100
Tabel 4.4 Deskripsi usecase ……………………………………………………….100
Tabel 4.5 Narasi Use Case Lihat Ancaman bencana ……………………………...104
Tabel 4.6 Narasi Use Case Lihat Resiko bencana …………………………………107
Tabel 4.7 Narasi Use Case Lihat Pantauan bencana ………………………………109
Tabel 4.8 Narasi Use Case Data kejadian bencana ………………………………..112
Tabel 4.9 Narasi Use Case lihat prakiraan cuaca ………..………………………...113
Tabel 4.10 Narasi Use Case lihat kerentanan bencana …………………………….114
Tabel 4.11 Narasi Use Case lihat pengetahuan bencana …………………………..115
Tabel 4.12 Narasi Use Case lihat tentang …………………………………………117
Tabel 4.13 Narasi Use Case login …………………………………………………118
Tabel 4.14 Narasi Use Case logout ………………………………………………..119
Tabel 4.15 Narasi Use Case Manajemen peta ……………………………………..120
Tabel 4.16 Narasi Use Case Manajemen data bencana ……………………………122
Tabel 4.17 Narasi Use Case Manajemen berita …………………………………...123
Tabel 4.18 Narasi Use Case Lihat Berita ………………………………………….125
Tabel 4.19 Narasi Use Case mengunduh data ……………………………………..126
xxiii
Tabel 4.20 Narasi Use Case Manajemen buku dan poster ………………………...127
Tabel 4.21 Narasi Use Case lihat buku dan poster ………………………………...129
Tabel 4.22 Narasi Use Case Validasi peta………………………………………....130
Tabel 4.23 Daftar Objek Potensial ………………………………………………...160
Tabel 4.24 Tabel Berita …………………………………………………………....162
Tabel 4.25 Tabel Admin …………………………………………………………...165
Tabel 4.26 Tabel Kep_Pusdatin……………………………………………………165
Tabel 4.27 Tabel Buku …………………………………………………………….166
Tabel 4.28 Tabel Poster…………………………………………………………….166
Tabel 4.29 Tabel data kejadian bencana …………………………………………...167
Tabel 4.30 Tabel bencana ………………………………………………………….167
Tabel 4.30 Tabel Peta ……………………………………………………………...168
Tabel 4.31 Tabel black-box testing admin ………………………………………...189
Tabel 4.32 Tabel black-box testing pengunjung …………………………………...192
xxiv
DAFTAR SIMBOL
Simbol Use Case Model Diagram
(Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004)
Simbol Keterangan
Aktor
Use Case
Association
Includes
Extends
System boundary
aktor
Use Case
<<include>>
<<extend>>
System
xxv
Simbol Activity Diagram
(Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004)
Simbol Keterangan
State
Control Flow
Initial State
Final State
Transition
Decision
Swimlane
Activity1
Swimlane1
(Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004)
Simbol
Object1
: aktor
: Form Login
Simbol Sequence Diagram
(Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004)
Simbol Keterangan
Object lifeline
Aktor
Non object lifeline
Stimulus
Self Stimulus
Activation
Object1
: aktor
: Form Login
xxvi
Non object lifeline
xxvii
Simbol Clas Diagram
(Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004)
Simbol Keterangan
Class: 1. Class name
2. Attribute 3. Operation
Association
Generalization
Agregation
class name
+Attribute1
+Operation1()
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan wilayah
yang mempunyai keunikan dan keistimewaan yang khas di dunia. Dengan jumlah
pulau lebih dari 17.000 buah dan panjang garis pantai lebih dari 80.000 km
merupakan jumlah pulau terbesar dan garis pantai terpanjang di dunia. Di pulau
Jawa, 120 juta orang tinggal di dalam bayang-bayang lebih dari 30 gunung berapi.
Gambar 1.1 Data Kejadian Bencana
(sumber : BNPB)
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa
selama kurun waktu tahun 1815 – 2011 telah terjadi ± 5.500 kejadian bencana,
2
dengan porsi kejadian terbanyak adalah banjir sebanyak 3.450 kejadian disusul oleh
tanah longsor sebanyak 1.282 kejadian. Sedangkan bencana geologi yang meliputi
gempa bumi, tsunami dan erupsi gunung berapi hanya menyumbang sekitar 4 % dari
seluruh kejadian bencana di Indonesia. Akan tetapi walaupun kecil, bencana geologi
ini telah menimbulkan korban fatalitas mencapai ±265.431 jiwa, serta nilai kerugian
yang sangat besar.
Dalam sepuluh tahun terakhir bencana gempa dan tsunami yang terjadi di
Aceh (2004), Yogyakarta (2006), Tasikmalaya (2009), Sumatra Barat (2010), gempa
dan tsunami Mentawai (2010), tanah longsor Wassior di Papua Barat (2010) dan
letusan Gunung Merapi Yogyakarta (2010) menyebabkan korban ratusan jiwa dan
ratusan triliun rupiah dalam nilai ekonomi.
Gambar 1.2 daftar korban bencana
(Sumber : BNPB)
Fakta menyebutkan, tanah air Indonesia akan terus berada di kawasan cincin
api pasifik (Ring of fire), tempat bertemunya lempeng-lempeng tektonik utama dunia,
yang juga ditandai oleh ratusan gunung berapi, yang secara bergiliran akan meletus
dari waktu ke waktu yang berarti
Indonesia akibat kondisinya tersebut
sekejap bisa terjadi sejumlah besar manusia kehilangan tempat tinggal, sebagian di
antaranya mengalami luka
kerugian fisik (material), bencana juga mendatangkan kerugian sosial seperti
kehilangan mata pencaharian, trauma, penyebaran wabah penyakit, serta berbagai
konflik sosial pasca-bencana.
(
Dengan melihat besarnya akibat bencana sebagaimana terlihat pada contoh
contoh peristiwa di atas, pengetahuan dan informasi tentang kebencanaan ataupun
antisipasi terhadap datangnya bencana mutlak diperlukan. Waktu pers
bencana alam tidak dapat diprediksikan, namun kawasan atau wilayah yang
yang juga ditandai oleh ratusan gunung berapi, yang secara bergiliran akan meletus
dari waktu ke waktu yang berarti ancaman bencana akan senantiasa mengintai
akibat kondisinya tersebut. Bisa dibayangkan bila terjadi bencana. dalam
sekejap bisa terjadi sejumlah besar manusia kehilangan tempat tinggal, sebagian di
antaranya mengalami luka-luka atau bahkan meninggal dunia. Selain membawa
kerugian fisik (material), bencana juga mendatangkan kerugian sosial seperti
kehilangan mata pencaharian, trauma, penyebaran wabah penyakit, serta berbagai
bencana.
Gambar 1.3 Peta Pacific Ring of Fire
(Sumber : National geographic, 2011)
Dengan melihat besarnya akibat bencana sebagaimana terlihat pada contoh
contoh peristiwa di atas, pengetahuan dan informasi tentang kebencanaan ataupun
antisipasi terhadap datangnya bencana mutlak diperlukan. Waktu pers
bencana alam tidak dapat diprediksikan, namun kawasan atau wilayah yang
3
yang juga ditandai oleh ratusan gunung berapi, yang secara bergiliran akan meletus
ancaman bencana akan senantiasa mengintai
Bisa dibayangkan bila terjadi bencana. dalam
sekejap bisa terjadi sejumlah besar manusia kehilangan tempat tinggal, sebagian di
gal dunia. Selain membawa
kerugian fisik (material), bencana juga mendatangkan kerugian sosial seperti
kehilangan mata pencaharian, trauma, penyebaran wabah penyakit, serta berbagai
Dengan melihat besarnya akibat bencana sebagaimana terlihat pada contoh-
contoh peristiwa di atas, pengetahuan dan informasi tentang kebencanaan ataupun
antisipasi terhadap datangnya bencana mutlak diperlukan. Waktu persis datangnya
bencana alam tidak dapat diprediksikan, namun kawasan atau wilayah yang
4
berpotensi dilanda bencana (khususnya gempa, letusan gunung api, dan banjir
musiman) dapat dikenali berdasarkan kondisi geografis dan geologis, serta catatan
empirik peristiwa-peristiwa sebelumnya.
Pengurangan resiko bencana sangat prioritas bagi Negara-negara rawan
bencan dan Indonesia menduduki peringkat pertama untuk bencana tsunami dan
longsor dengan jumlah orang terdampaknya (Kompas, 2011)
Dalam kaitan ini, pemerintah berkewajiban dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana, baik mencegah,meredam, mencapai kesiapan maupun
menanggapi dampak buruk dari kejadian bencana itu sendiri yang dijelaskan dalam
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana (UU
24/2007). Pemerintah juga menjamin terselenggaranya penanggulangan secara
terpadu dan terkoordinasi, yang artinya pemerintah harus memberikan informasi
tentang bencana alam kepada masyarakat untuk pengurangan risiko bencana dan
pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan. Oleh sebab
itu Pemerintah melalui BNPB melaksanakan kesiapsiagaan penanggulangan bencana
untuk memastikan terlaksananya tindakan yang cepat dan tepat pada saat terjadi
bencana seperti yang tertera dalam peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2008.
Pengurangan risiko bencana oleh Pemerintah melalui BNPB atau BPBD dilakukan
melalui pengenalan dan pemantauan mengenai risiko dan ancaman bencana, juga
melakukan perencanaan partisipatif penanggulangan bencana dan pengembangan
budaya sadar bencana, juga penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan
5
penanggulangan bencana.
Dalam National progress report on the implementation of the Hyogo
Framework for action (2009-2011), Indonesia telah melakukan beberapa pencapaian
terhadap parameter strategic goals yang telah ditentukan. Pada tahapan pencapaian
strategis yang menyangkut kebijakan pembangunan berkelanjutan, perencanaan, dan
program dengan penekanan pada pencegahan bencana, mitigasi dan kesiapsiagaan,
Indonesia telah melakukan kemajuan dalam pengurangan resiko bencana ke dalam
proses pembanguna nasional.
Meskipun upaya penanggulangan bencana telah dilakukan, baik oleh
Pemerintah melalui departemen/lembaga/instansi terkait serta lembaga/organisasi non
pemerintah serta masyarakat, namun kejadian bencana tetap menunjukkan
peningkatan baik intensitasnya maupun dampak kerugiannya. Untuk itu upaya-upaya
pengurangan resiko bencana harus tetap dilakukan dan selalu ditingkatkan. Salah satu
upaya tersebut adalah dengan memberikan pengetahuan praktis tentang karakteristik
bencana dan upaya-upaya mitigasinya kepada seluruh pemangku kepentingan (stake
holder).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana disingkat BNPB adalah sebuah
Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas membantu Presiden
Republik Indonesia dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu,serta melaksanakan penanganan
bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum, pada saat, dan setelah terjadi bencana
6
yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat, dan pemulihan. BNPB
dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 (BNPB).
Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat,
rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara. Menetapkan standardisasi dan
kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana
kepada masyarakat. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi
darurat bencana. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.sebagai salah satu badan pemerintahan
yang berhubungan langsung dengan masalah penanggulangan bencana baik
pencegahan atapun pasca bencana adalah tugas pokok dari BNPB (indonesia.go.id).
Menurut Rika Dwi Kurniasih (2012) ; sistem manajemen rute evakuasi
bencana tsunami di kota Palu dengan menggunakan Arccasper, memberi kemudahan
masyarakat sekitar untuk mencari rute evakuasi jika terjadi bencana tsunami dengan
menyiapkan sistem peringatan dini untuk menuju tempat evakuasi.kelemahan dari
system ini adalah terbatasnya informasi hanya untuk wilayah kota Palu dan tidak
menampilkan daerah ancaman dan resiko bencana. Adapun penelitian yang saya
kembangkan adalah daerah jangkauan yang menyeluruh yaitu seluruh Indonesia,
7
adanya informasi spasial ancaman dan resiko bencana, informasi spasial sudah dapat
diakses melalui mobile/smartphone.
Menurut Argo Mulyanto (2011); Pengembangan model SIG untuk
menentukan rute evakuasi yang menyajikan menyusun model sistem informasi
geografis (SIG) untuk menentukan rute evakuasi bencana. Di dalam penelitian Argo
Mulyanto masih sangat terbatas dan belum berbasis web dan mobile. sedangkan
penelitian yang saya kembangkan sudah berbasikan Web dan Mobile .
Menurut Fadri Mustofa (2013): Mitigasi bencana di kawasan rawan Bencana
(krb) III gunung merapi, Upaya mitigasi bencana di Dusun Kalitengah Lor,
Kalitengah Kidul dan Srunen, Desa 13 Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tindakan mitigasi bencana yang
dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman
di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen seperti pendampingan
perumusan Standard Operating Procedure (SOP), aktivasi kembali Tim
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) serta pembangunan sarana fisik. kelemahan
sistem ini belum menampilkannya peta spasial ancaman dan resiko bencana maupun
ancaman bencana yang membantu dalam memberikan informasi tentang mitigasi
bencana. sedangkan penelitian yang saya kembangkan memberikan informasi spasial
tentang ancaman dan resiko bencana maupun pantauan bencana, mencakup wilayah
yang lebih luas dan menyeluruh sehingga dapat digunakan oleh semua pihak di
Indonesia, tidak terbatas di suatu daerah tertentu .
8
Menurut Pramadhi Dharma, Arna Fariza, Rizki Yuniar Haqqun (2012) Sistem
informasi geografis daerah bencana lumpur lapindo Sidoarjo menggunakan j2me.
Pada Aplikasi ini dapat menampilkan Peta Daerah Bencana Lumpur Lapindo beserta
Informasinya, Informasi pusat evakuasi terdekat dengan pusat lumpur yang meliputi
rumah sakit, daerah penyebaran lumpur dan informasi-informasi pendukung lainnya.
Peneliatian ini sebatas mengetahui daerah bencana lumpur lapindo, sistem informasi
ini berbasis mobile J2ME sebagai pembangun sistem. Sedangkan penelitian yang
saya kembangkan meliputi keseluruhan bencana dan berbasis mobile berplatform
android.
Dari penelitian mengenai bencana yang terjadi di Indonesia maupun upaya
mitigasi penanganan bencana yang telah dilakukan sebelumnya, dijelaskan bahwa
upaya penyampaian informasi tentang kebencanaan yang merupakan upaya
pencegahan dan penanggulangan adalah hal pasti yang harus dilakukan dan
dikembangan dengan benar. BNPB yang merupakan lembaga resmi Indonesia yang
menangani kebencanaan ataupun upaya mitigasi secara tidak langsung membutuhkan
sistem informasi yang bisa bersinergi dalam upaya penanggulagan bencana, guna
memberikan informasi tentang ancaman dan resiko bencana kepada masyarakat
Indonesia secara terpadu, efektif dan interaktif .
Dan teknologi saat ini yang bisa digunakan sebagai alternatif untuk
menyampaikan informasi adalah teknologi mobile, teknologi dapat menampilkan
informasi yang berguna, inovatif dan efisien, dan dengan teknologi mobile itu sendiri
9
dapat memberikan kemudahan dalam mengakses informasi. Jadi sistem informasi
berbasis mobile bisa menjawab akan kebutuhan dari BNPB akan faktor-faktor
bencana diatas.
Pada masa saat ini vendor-vendor dari telepon genggam pintar atau
smartphone kebanyakan memproduksi smartphone berbasis android. Hal ini karena
android itu adalah sistem operasi yang open source sehingga bebas didistribusikan
dan dipakai oleh vendor manapun. (Safaat: 2011) Android juga mampu teintegrasi
dengan berbagai layanan Google seperti Googlemaps, dalam menampilkan sebuah
informasi lokasi secara peta visual.
Dilihat dari latar belakang diatas, ada ketertarikan untuk melakukan penelitian
dalam rangka merancang bangun spasial web service ancaman dan resiko bencana
alam yang interaktif agar BNPB dapat memberikan informasi yang tepat kepada
masyarakat terhadap ancaman bencana. Peneliti mengusulkan sebuah sistem yang
mampu memberikan informasi spasial ancaman dan resiko bencana kepada pengguna
dan masyarakat. Refleksi atas bencana alam boleh jadi anakronis tapi jelas bukan
anathema, karena ancaman bencana akan terus ada, seperti kata orang bijak, gempa
tak menimbulkan bencana, tapi bangunan yang robohlah yang menimbulkan bencana.
Gunung berapi juga tidak menimbulkan bencana, tapi kelambanan kita menjauhinya
saat ia murkalah yang mendatangkan bencana.
Peneliti mengusulkan sebuah sistem yang mampu memberikan informasi dan
menampilkan peta daerah ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia.
10
memberikan layanan untuk masyarakat tentang informasi terbaru bencana yang
terjadi. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti mengajukan judul skripsi “RANCANG
BANGUN SPASIAL WEB SERVICE ANCAMAN DAN RESIKO BENCANA
(Studi kasus: Daerah Pantauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapati perumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana menganalisis dan merancang bangun sistem informasi spasial
yang dapat menyajikan informasi ancaman dan resiko bencana alam di
Indonesia?
2. Bagaimana membangun aplikasi broadcast service yang mampu
menampilkan informasi spasial ancaman dan resiko bencana alam berbasis
smartphone ?
1.3 Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam pembuatan
aplikasi ini penulis mencoba untuk mengidentifikasikan masalah yang hanya dibatasi
pada:
1. Dalam sistem ini saya selaku penulis membatasi jenis bencana yang
ditampilkan yaitu bencana yang di awasi oleh pihak BNPB.
11
2. Informasi yang ditampilkan merupakan informasi pendukung dalam
pantauan bencana Indonesia Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
yaitu : Sistem Informasi Spasial (SIS) pantauan bencana, ancaman Bencana
alam di Indonesia, dan resiko bencana alam di Indonesia, Sistem Informasi
pendukung mitigasi kebencanaan.
3. Metode yang digunakan adalah object oriented - RAD (Rapid Application
Development) hingga pada tahapan testing aplikasi prototype.
4. Spasial broadcast service dengan platform android.
5. Platform smartphone pada sistem ini adalah android. Tools yang digunakan
dalam membangun sistem ini adalah ArcView versi 3.3, ArcGIS 9.0,
bahasa pemrogramman PHP, XAMPP untuk web server, MySQL untuk
penyimpanan database non spasial, Java, program aplikasi Google Android
untuk menampilkan data spasial, Sistem Operasi mobile minimal froyo 2.2
sebagai interface berbasis mobile .
6. Data spasial yang digunakan memiliki format Shapefile (.Shp) , Keyhole
Markup Language (.kml/ .kmz) .
7. Data yang dibutuhkan di dalam system ini adalah data kondisi fisik alam
pada daerah bencana rawan gempa, daerah rawan bencana, ancaman dan
resiko bencana, data Pengguna Android di kalangan masyarakat
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
12
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menyediakan sebuah
sistem informasi spasial web service yang terintegrasi mobile mengenai
daerah ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia sehingga dapat
memberikan broadcast informasi tentang daerah ancaman dan resiko bencana
alam kepada pengguna sistem.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisa dan membuat sistem informasi spasial ancaman bencana
alam di Indonesia, yang menjadi salah satu parameter untuk membuat peta
resiko bencana alam di Indonesia.
2. menganalisis dan membuat peta resiko bencana alam di Indonesia dari
perhitungan antara peta ancaman dan peta kerentanan bencana ditambah
peta kapasitas (kesiapsiagaan).
3. Membangun aplikasi berbasis mobile android.
4. Mengkonversi data spasial ke dalam mobile base.
5. Membangun implementasi sistem informasi spasial berbasis mobile.
6. Membangun spasial broadcast service dengan platform android.
1.5 Manfaat
Penelitian ini memiliki manfaat yaitu:
1.5.1 Bagi Penulis
a. Menerapkan ilmu-ilmu yang didapat selama mengikuti kuliah
13
b. Mengetahui lebih dalam tentang system operasi android
c. Mengetahui lebih dalam mengenai pengembangan aplikasi pada android
dan menerapkan langsung dengan mengembangkan aplikasi tersebut.
d. Menambah wawasan system informasi spasial.
1.5.2 Bagi Universitas
a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi teori yang
diperoleh selama kuliah
b. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya dan
sebagai bahan evaluasi
1.5.3 Bagi Pengguna Sistem
a. Tim Penanggulangan Bencana : mengetahui tentang kebencanaan di
Indonesia sehingga mudah dalam upaya mitigasi ketika ada bencana
b. Masyarakat dan wisatawan : bisa melihat peringatan dini sebelum
terjadinya bencana alam,dan dapat mengetahui data bencana apa saja yang
ada pada suatu daerah. Dan juga untuk meningktkan pengetahuan tentang
kebencanaan, upaa penyegahan dan resiko yang terjadi agar tidak ada
kepanikan berlen\bihan ketika terjadi bencana alam.
c. BNPB : dengan adanya sistem informasi pantauan bencana yang lebih
lengkap dan berbasis mobile yang terupdate, akan lebih mudah dalam
mensosialisasikan mitigasi bencana kepada masyarakat, karena
kebanyakan masyarakat Indonesia ataupun wisatawan pasti menggunakan
14
perangkat mobile bahkan smartphone.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian adalah
sebagai berikut.
1.6.1 Metode pengumpulan data
a. Metode kepustakaan
Pengumpuan data yang dilakukan untuk memperoleh keterangan dan data
dari literature berupa buku, skripsi, thesis, jurnal, ebook, artikel-artikel
dan situs-situs internet yang berkaitan dengan pembahasan skripsi.
Dengan melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk
mendapatkan informasi, melakukan wawancara mendalam dengan pihak-
pihak terkait. Mengajukan daftar pertanyaan yang cukup terperinci dan
lengkap dan juga mempelajari buku-buku literatur yang mendukung dan
berkaitan dengan topik penelitian ini.
b. Metode wawancara
Dilakukan dengan wawancara seseorang yang ahli dala bidanngnnya
atau melakukan diskusi degan oang-orang yang mengerti terhadap materi
bahasan supaya mendapatkan bahan masukan dan data pendukung untuk
penyusunan skripsi. Dengan melakukan wawancara terstruktur yaitu
15
memberikan beberapa pertanyaan secara sistematis dan pertanyaan yang
diajukan disusun sebelumnya.
c. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan langsung
melihat kegiatan yang dilakukan oleh user (Sutabri, 2012).
1.6.2 Metode Perancangan sistem
Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan adalah metode object
oriented dengan menggunakan pemodelan RAD Rapid Application
Development, merupakan salah satu metode prototyping yang memiliki
tahapan-tahapan berikut (Kendall and Kendall, 2008) :
1. Requirements Planning (PerencanaanSyarat)
Dalam fase ini akan diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan
system yaitu dengan mengidentifikasi kebutuhuan informasi dan
masalah yang dihadapi untuk menentukan tujuan, batasan-batasan
sistem, kendala dan juga alternative pemecahan masalah. Analisis
digunakan untuk mengetahui perilaku system dan juga untuk
mengetahui aktifitas apas aja yang ada dalam system tersebut.
2. Workshop Design (Proses Desain)
Fase ini adalah fase untuk merancang dan memperbaiki sistem yang
dapat digambarkan sebagai workshop. Selama proses desain RAD,
16
pengguna merespon working prototype yang ada dan menganalisis,
memperbaiki modul-modul yang dirancang menggunakan perangkat
lunak berdasarkan tanggapan pengguna.
3. Implementation (penerapan)
Analis bekerja secara intens dengan pengguna selama proses desain
untuk merancang aspek-aspek bisnis dan non-teknis dari perusahaan.
Segera setelah aspek-aspek ini disetujui dan system dibangun, sub-sub
system diuji coba dan diperkenalkan kepada perusahaan
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, pembahasan yang disajikan dibagi dalam lima
bab, yang secara singkat akan diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode pengumpulan data, metode
perencanaan strategis sistem informasi, waktu penelitian,
tempat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi teori-teori yang digunakan sebagai
landasan teori dan studi kepustakaan dari penelitian yang
17
penulis buat, dimana berisi teori-teori dari konsep, software,
dan aplikasi dari penelitian ini.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang objek yang diteliti dan metode-
metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan
mengembangkan sistem dalam penelitian tersebut.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil yang didapatkan dari
pengembangan sistem yang dilakukan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menguraikan simpulan dari uraian yang sudah
diterangkan pada bab-bab sebelumnya dan juga berisi saran-
saran untuk perbaikan.
BAB II
18
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Rancang Bangun
Rancang atau merancang dapat diartikan sebagai mengatur atau merencanakan
segala sesuatu (sebelum bertindak, mengerjakan, atau melakukan sesuatu), yang akan
menghasilkan sebuah rancangan dalam bentuk aplikasi. Bangun dapat diartikan
sebagai cara dalam menyusun atau susunan yang merupakan suatu wujud, struktur,
dan sebagainya (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
Jadi rancang bangun merupakan pengaturan dan perencanaan segala sesuatu
untuk membangun dan menyusun suatu struktur yang ada yang bertujuan
menghasilkan rancangan yang baru.
2.2 Konsep Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu entity ( kesatuan ) formal yang terdiri dari
berbagai sumber daya fisik maupun logika ( Prahasta, 2005 ).
sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data
dikelompokkan, diproses menjadi informasi, dan di distribusikan kepada pemakai (
Kadir, 2003). Definisi lain menyatakan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan
komponen – komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk
mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi terkait
19
untuk mendukung proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengendalian (
Prahasta, 2009 ).
Menurut Barus (1996), sistem informasi adalah suatu jaringan perangkat keras
dan lunak yang dapat menjalankan operasioperasi dimulai dari perencanaan,
pengamatan dan pengumpulan data, kemudian untuk penyimpanan dan analisi data,
termasuk penggunaan informasi yang diturunkan ke beberapa proses pembuatan
keputusan.
Dari berbagai definisi/pengertian mengenai sistem informasi, dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sistem gabungan yang berbasis komputer
yang digunakan untuk pengambilan keputusan berdasarkan informasi dari data-data
yang telah diolah sebelumnya.
2.3 Konsep Sistem Informasi Geografis (SIG)
2.3.1 Pengertian SIG
Sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang dirancang untuk
bekerja dengan data yang terefernsi secara spasial atau koordinat geografi.
Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan
khusus dalam menangani data yang tereferensi secara spasial, selain
merupakan sekumpulan operasi – operasi yang dikenakan terhadap data
tersebut ( Prahasta, 2002) . Model data spasial dalam sistem informasi
20
geografis di representasikan kedalam dua bentuk yaitu model data raster dan
model data vektor.
a. Model Data Raster
Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan
spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel – piksel yang
membentuk grid. Akurasi model data ini tergantung pada resolusi atau
ukuran piksel (sel grid) di permukaan bumi. Entity spasial raster disimpan
dalam layer yang secara fungsionalitas direalisasikan dengan unsur –
unsur peta. Koordinat – koordinat yang ada dalam sekumpulan data raster
diperlukan untuk mengikatkan ( me – register ) sistem grid ini terhadap
suatu sistem koordinat yang dikehendaki.(Prahasta, 2005 ).
b. Model Data Vektor
Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan titik – titik , garis – garis atau kurva , atau
poligon beserta atribut – atributnya . Model data vektor, didefinisikan oleh
sistem koordinat kartesian dua dimensi ( x, y ). Garis – garis atau kurva (
busur atau arcs ) merupakan sekumpulan titik – titik terurut yang
dihubungkan. Sedangkan luasan atau poligon disimpan dalam sekumpulan
data atau objek yang saling terkait secara dinamis dengan pointer. (
Prahasta, 2005 )
21
2.3.2 Komponen SIG
Menurut Gistus dalam Prahasta (2005), komponen SIG dibagi menjadi
empat komponen, diantaranya perangkat keras, manajemen, data dan
informasi, serta perangkat lunak.
Komponen perangkat keras dalam SIG yang umum digunakan adalah
CPU, RAM, storage, input device, output device, dan peripheral lainnya.
Sedangkan komponen perangkat lunak, merupakan suatu sistem untuk
mengolah data dan informasi geografis, seperti ERDAS, ArcView, MapInfo,
dan lain-lain. Data dan Informasi, merupakan data atribut dari tabel-tabel dan
laporan yang digunakan, dan manajemen merupakan komponen yang
berkaitan dengan perkembangan dan penguasaan teknologi. Kombinasi yang
benar antara ke empat (4) komponen utama ini akan menentukan kesuksesan
suatu proyek pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Gambar 2.1 Komponen SIG
(Sumber : Prahasta, 2005)
22
2.4 Konsep Spasial Web Service
Terdapat sebuah definisi layanan web yang bagus yaitu sebuah web service
adalah berbagai layanan yang tersedia di internet menggunakan standar sistem
pemesanan xml dan tidak terikat oleh sistem operasi dan bahasa pengembang.
Layanan web mengacu pasa satu protocol komunikasi internet yaitu http yang
digunakan untuk menghubungkan antara aplikasi aplikasi yang ada. Layanan web
bersifat penting karena dapat memainkan bagian integral dari interoperability antara
aplikasi-aplikasi sehingga aplikasi-aplikasi ini dapat saling berhubungan. Layanan
web ini menyediakan suatu metode komunikasi antara aplikasi-aplikasi dapat dengan
mudah digunakan. (Lukfi Halim, 2008)
Layanan web dalam bidang geografi untuk tujuan pemetaan dating dari
sebuah badan bernama OGC (Open Geospatial Consortium). OGC telah
mengembangkan standar atau spesifikasi untuk layanan web pemetaan . tujuan dari
badan ini adalah untuk meningkatkan interoperability (suatu keadaan dimana bagian-
bagian sistem sukses disatukan) antara aplikasi dengan menyediakan bahasa
pertukaran umum melalui standar yang umum. WMS atau Web Map Service adalah
suatu cara standar untuk meminta sebuah peta ke suatu aplikasi, dan aplikasi tersebut
menghasilkan tampilan peta dengan keterangan features. (Lukfi Halim,2008)
23
2.5 Konsep Ancaman dan Resiko Bencana Alam
2.5.1 Pengertian Bencana Alam
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan menggagu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan ,
baik oleh factor alam dan/atau factor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dampak psikologis. (PerKa BNPB no.8 tahun 2011)
Bencana tidak dapat di elakkan tetapi tidak demikian halnya dengan
kematian yang disebabkan adanya bencana. Adalah suatu tantangan untuk kita
bagaimana mengupayakan untuk meminimalkan dampak dari bencana itu
sendiri, dengan memperkirakan datangnya bencana bahkan mencegah
terjadinya suatu bencana. Kita mengenal ada dua macam bencana yaitu
bencana alam dan bencana yang disebabkan oleh manusia.
Sutjirat, Sumadi (1999) bencana alam merupakan getaran-getaran
yang terjadi melalui permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan atau
patahan lempengen bumi, letusan gunung berapi, pukulan-pukulan gelombang
laut, mesin pabrik, lalu-lintas yang tercatat oleh alat-alat gempa yang halus.
Sedangkan menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana yang menjelaskan bahwa “Wilayah Negara
Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan
demografis yang memungkinkan terjadinya bencana baik yang disebabkan
24
oleh faktor alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat
pembangunan nasional”. Dari pengertian tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bencana alam merupakan suatu getaran-getaran yang
merambat melalui permukaan bumi serta menembus bumi sehingga
menimbulkan goncangan besar yang kadang kala disusul dengan terjadinya
tsunami yang menyebabkan kerusakan rumah masyarakat dan fasiltas umum
serta hilangnya harta benda bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.
2.5.2 Ancaman Bencana
Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bias
menimbulkan bencana. (Handa S. Habidin, 2012)
Indonesia secara garis besar memiliki 13 Ancaman Bencana. Ancaman
tersebut adalah :
1. Gempabumi
2. Tsunami
3. Banjir
4. Tanah Longsor
5. Letusan Gunung Api
6. Abrasi
7. Putting Beliung
8. Kekeringan
25
9. Kebakaran Hutan dan Lahan
10. Kebakaran Gedung dan Pemukiman
11. Epidemi dan Wabah Penyakit
12. Gagal Teknologi
13. Konflik Sosial
2.5.3 Resiko Bencana
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa
kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Risiko
bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat
ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat
dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan
berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Secara mendasar pemahaman
tentang konsep bencana menjadi dasar yang kuat dalam melakukan pemetaan
risiko bencana yang dapat diaplikasikan kedalam Sistem Informasi Geografis
(SIG) yang dapat ditampilkan secara spasial dan menghasilkan peta ancaman,
peta kerentanan, peta kapasitas dan peta risiko bencana.(Petrasa
Wacana,2011)
26
2.6 Konsep Mitigasi dan spasial web service
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang
berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang
dilakukan untuk megurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun
harta. Bahaya (hazard) adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi untuk
menyebabkan terjadinya kecelakaan, cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta
benda. Bahaya ini bisa menimbulkan bencana maupun tidak. Bahaya dianggap
sebuah bencana (disaster) apabila telah menimbulkan korban dan kerugian.(Badan
Nasional Penanggulangan Bencana,2007)
2.6.1 Kesiapsiagaan
Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi melalui pengorganisasian
yang tepat dan berdaya guna. Kesiapan bencana mencakup peramalan dan
pengambilan keputusan tindakan-tindakan pencegahan sebelum munculnya
ancaman, didalamnya meliputi pengetahuan tentang gejala munculnya
bencana, gejala awal bencana, pengembangan dan pengujian secara teratur
terhadap sistem peringatan dini, rencana evakuasi atau tindakan lain yang
harus diambil selama periode waspada untuk meminimalisir kematian dan
kerusakan fisik yang mungkin terjadi. (Randolph Kent, 1994)
27
Gambar 2.2 Kesiapsiagaan dalam Model Siklus Pengelolaan Bencana
(sumber : ikatan geografi Indonesia)
2.6.2 Web Geographic Information System
GIS merupakan sistem infomasi berbasis komputer yang
menggabungkan antara unsur peta (geografis) dan informasi data atribut yang
dirancang untuk mengolah, memanipulasi, menganalisa, memperagakan dan
menampilkan data spatial untuk suatu perencanaan, pengolahan data dan
penelitian bidang terkait. Menurut McKenna (1998), GIS itu telah dikenal
sebagai teknologi yang tepat untuk aplikasi sipil dan militer, termasuk di
dalamnya masalah emergency response. GIS adalah alat yang berkemampuan
tinggi dalam mendukung disaster management untuk “collecting, storing,
analysis, modeling and displaying large amount of data”, kata Saydi, Zoej
dan Mansourian (2004) : “Integration of the GIS and the Internet technology
can be used to significantly increase the usage and accessibility of the spatial
28
data, which is a key requirement before, during and after any disaster”
(Raheja, Ojha dan Mallik, Cinque, Crowe dan Davies, Saydi, Zoej dan
Mansourian, 2004).
Johnson (2000) mengungkapkan bahwa SIG dapat digunakan dalam
emergency management untuk menunjukkan data yang spatial nature dalam
bentuk satu buah peta. Pada masa sebelum terjadinya disaster, SIG dapat
digunakan untuk pembuatan peta resiko dengan analisa senario (Raheja,
Ojha, Mallik, 2000). Sedangkan pada masa setelah terjadinya disaster, GIS itu
dapat : “Membuat ketersediaan informasi terkini yang berhubungan dengan
koordinat spasial orang-orang yang terkena dampak dan ketersediaan sumber
pertolongan dan penyelamatan, daerah terluas dari bencana dan geoposisikan
lfelines supply air dn jaringan transportasi ”
Menurut Levine dan Landis (1989), kemampuan GIS dapat digunakan
dalam disaster management sebagai fungsi dari data display, Land
Information Storage and Retrieval, Zone and District Management, Site
Selection, Hazard Impact Assessment dan Development/Land Suitability
Modeling. Table dibawah menunjukkan penggunaan GIS di berbagai negara
Amerika Selatan untuk menangani bencana.
29
Tabel 1.1 : Kemampuan GIS dalam disaster management
(Sumber : Levine dan Landis , 1989)
FUNCTION POTENTIAL
APPLICATIONS
EXAMPLES
Data display
- Aid in the analysis of
spatial distribution of
socio-economic
infrastructure and
natural hazard
phenomena
- What lifeline elements lie in
high-risk areas?
- Use of thematic maps to
enhance reports and/or
presentations
- What population could be
affected?
- Link with other
databases for more
specific information
- Where are the closest
hospitals or relief centers in
case of an event?
Land Information
Storage and
Retrieval
- Filing, maintaining, and
updating land-related
data (land ownership,
previous records of
- Display all parcels that have
had flood problems in the past
- Display all non-conforming
uses in this residential area
30
natural events,
permissible uses, etc.)
Zone and District
Management
- Maintain and update
district maps, such as
zoning maps or
floodplain maps
- List the names of all parcel
owners of areas within 30 m of
a river or fault line
- Determine and enforce
adequate land-use
regulation and building
codes
- What parcels lie in high and
extreme landslide hazard
areas?
Site Selection - Identification of
potential sites for
particular uses
- Where are the hazard-free
vacant parcels of at least x ha
lying at least y in from a major
road, which have at least z
bed-hospitals within 10 km
radius?
Hazard Impact
Assessment
- Identification of
geographically
- What units of this residential
area will be affected by a 20-
31
determined hazard
impacts
year flood?
Sedangkan web GIS merupakan suatu teknologi yang
memungkinkan informasi spasial untuk diakses oleh pengguna melalui
Internet. Disamping itu, web GIS memungkinkan dalam pembuatan data,
peng-editan data, analisis data, dan memberikan query informasi. Ada
beberapa teknologi yang dapat digunakan untuk membangun sistem Web GIS,
salah satunya adalah GeoServer yang berbasis Open Source. Konsep ini
mengacu pada standar Open Geospatial Consortium (OGC) termasuk Web
Map Service (WMS) yang memungkinkan pembuatan peta dengan beberapa
lapisan.
32
Gambar 2.3 Sistem Federated web GIS (Jack, 2008)
Saat ini, GIS diimplementasikan dalam tiga pola yang umum yaitu: desktop,
server, dan sistem federated (Jack, 2008). Sistem federated merupakan
sistem penggabungan server-server dan layanan-layanan untuk kolaborasi
antar organisasi-organisasi. Tiga pola utama ini memberi fondasi yang kuat
untuk sebuah pola baru web GIS. Web GIS melibatkan pengetahuan geografis
termasuk data, model, workflows dan peta. Kemudian sumber daya tersebut
akan dibagikan ke pengguna.Web GIS memanfaatkan kekuatan dan
jangkauan Web dan mengintegrasikan sumber daya GIS seperti otoritatif
analisis GIS database, model, dan spasial. Web GIS mempunyai
33
kemampuan visualisasi yang sangat bagus, pemetaan dan menyediakan
akses ke pengetahuan geografis secara sempurna untuk semua orang. Seiring
waktu, web GIS akan menjadi bagian penting dari infrastruktur masyarakat.(
Nasaruddin dan Khairul Munadi.2011)
2.6.3 Orientasi Mitigasi Bencana dan Islam
Dalam Alquran Surah Ali ‘Imran ayat 200 dikatakan bahwasanya
orang yang beriman untuk selalu dalam keadaan siaga sebelum akan
terjadinya suatu yang membahayakan, “Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” Lebih lanjut, dalam
Surah Al An’aam ayat 131: “Yang demikian itu adalah karenaTuhanmu
tidaklah membinasakan kota-kota secara aniaya, sedang penduduknya dalam
keadaan lengah.”, Al Quran menganjurkan untuk sebuah daerah berpenduduk
dan memiliki pemerintahan untuk memiliki perencanaan siaga yang mengarah
kepada kesiapan dan kemampuan untuk memperkirakan, mengurangi dampak,
menangani secara efektif serta melakukan pemulihan diri dari dampak, dan
jika memungkinkan dapat mencegah bencana itu sendiri. Dalam konteks
manajemen, kesiapsiagaan membutuhkan perencanaan. Perencanaan
merupakan fungsi-fungsi manajemen yang hanya dapat dilaksanakan
berdasarkan keputusan yang ditetapkan dalam rangkaian proses yang dapat
34
memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana,
mengapa, dan bagaimana, jadi perencanaan menjadi hal yang sangat penting
karena akan menjadi penentu dalam ketercapaian sebuah tujuan.
Ayat-ayat yang menjadi dasar adalah al-Hijr (15):28-29; al-Balad
(90):10 dan al-Syams (91):7-10. Teori pendidikan Islam yang tepat untuk
menghadapi bencana ialah konvergensi antara fatalis dan positif atau teori
good-active menurut pemikiran pendidikan Barat. Artinya ketika bencana
datang, manusia memperoleh pendidikan aspek kognitif, emosi dan psimotor
seperti sabar, berserah diri, pengokohan iman tauhid, dan meminimalisir sifat
sombong, berpikir, dan berbuat untuk bangkit. Setelah pasca bencana manusia
tidak boleh pasif fetapi harus aktif membuat rencana strategis dari berbagai
elemen yang dianggap dapat mengurangi kerentenan dan resiko bencana
dalam suatu komunitas, untuk merespon, mencegah (preventif) dan
mengurangi (mitigasi) dampak yang tidak diinginkan dari ancaman, dalam
konteks yang luas dari pembangunan berkelenjutan.
Paling tidak ada tiga dimensi pendidikan sebagai hasil dari kehidupan
bencana yaitu: Pertama: Dimensi pendidikan kecerdasan spiritual yaitu tauhid,
takwa, dan akhlak mulia. Termasuk kecerdasan spritual ialah kemampuan
memahami makna ( meaning ) dan nilai ( value ) dari jeritan bencana, hikmah
fundamental yang dikandungnya dan kemampuan mengatur diri menghadapi
jeritan bencana. Pendidikan spritual ini lebih terasa jika bencana itu sebagai
35
akibat alam bukan ulah manusia. Bencana yang menerpa umat manusia
bukanlah murka dan hukuman Tuhan, tetapi rahmat-Nya. Allah tidak pernah
menghukum dan menyiksa hambanya di dunia karena kelaliman dan
usahanya, tetapi hukuman dan siksaan itu ditangguhkan (al-Nahl [16]:61 dan
Fatir[35]:45). Bencana terjadi adalah sebagai konsekuensi-konsekuensi
tindakan-tindakan lalim. Hidup adalah ujian.
Kedua: Dimensi pendidikan kecerdasan intelektual dan psikomor.
Menurut Ibnu Qayyim pendidikan intelektual ialah mengerahkan daya dan
kemampuan untuk mengembangkan akal, mendidik dan meluaskan wawasan
dan cakrawala berpikir. [Manusia harus bangkit dari derita bencana dan aktif
melakukan kajian-kajian, berkreasi mengatasi masalah dan melakukan aksi
konkrit. Hal itulah inti dari al-Ra’ad(13) :11. Menurut Ja’far S. Idris, ayat ini
mengandung ada empat hal yaitu (1) Tuhanlah yang memiliki kebebasan
berkehendak mutlak; (2) Manusia hanya memiliki kebebasan berkehendak
yang terbatas; (3) Suatu perubahan dapat diupayakan oleh manusia dalam
dirinya; dan (4) Perubahan nasib pada manusia akan dilakukan oleh Allah
sesuai dengna hasil kerja keras dan usaha serius yang dilakukan oleh manusia.
Ada enam pilar pembelajaran pendidikan yang direkomendasikan oleh
UNESCO, dapat diterapkan dalam pendidikan bencana yaitu (1) learning to
know, (2) learning to do, (3) learning to be,(4) learning to live together, (5)
learn how to learn and (6) learning throughout life . Learning throughout life
36
maksudnya menuntut dan memberi pencerahan kepada para korban bencana.
Sebagai hasil olah akal budi terhadap bencana, maka Kelompok Kerja
Mitigasi dan Penanggulangan Bencana membuat Rencana Aksi Nasional
Pengurangan Resiko Bencana (RANPRB) membuat lima prioritas
pengurangan resiko bencana (PRB) yaitu (1) meletakkan PRB sebagai
prioritas nasional maupun daerah dan implementasinya harus dilaksanakan
oleh suatu institusi yang kuat, (2) mengidentifikasi, mengkaji dan memantau
resiko bencana serta menerapkan system peringatan diri, (3) memanfaatkan
pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun budaya keselamatan
dan ketahanan pada seluruh tingkatan, (4) mengurangi cakupan resiko
bencana dan (5) meningkatkan kesiapan menghadapi bencana pada semua
tingkatan masyarakat, agar tanggapan yang dilakukan lebih efektif.
Gambar 2.4 Siklus Penanggulangan Bencana dalam prespektif Islam
(sumber : Syadzili,2007)
37
2.7 Peta dan Pemetaan
Peta merupakan suatu representasi konvensional dari unsur-unsur fisik
dari sebagian atau bahkan keseluruhan permukaan bumi diatas media bidang
datar dengan skala tertentu.( Prahasta, 2009 ). Ditinjau dari peranannya, peta
adalah bentuk penyajian informasi spasial tentang permukaan bumi untuk
dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan pemetaan adalah
proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi
(terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu
sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang
berbentuk vector maupun raster. ( PTISDA – BPPT , 2003)
2.7.1 Skala Peta
Skala peta adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarangan di
peta dengan jarak horisontal kedua titik tersebut di permukaan bumi (dengan
satuan ukuran yang sama).( Arham, 2008 )
1. Skala numeris, digambarkan dalam bentuk 1 : 50.000 ( numeric skala ) atau
1 /50.000 . Artinya 1 satuan panjang di peta sama dengan 50.000
satuanpanjang di lapangan misalkan 1 cm di peta sama dengan 50.000 cm (
0.5 km ) di lapangan.
38
2. Skala dengan kalimat, biasanya digunakan untuk peta – peta buatan Inggris
atau negara – negara bekas jajahan. Bentuknya adalah 1 inch to 1 mile ( 1 :
63.660 ).
3. Skala grafis, skala yang menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan
jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak tertentu.
2.8 Konsep Pengembangan Sistem Informasi
Metode pengembangan sistem yang akan digunakan dalam penelitian
iniadalah menggunakan metode Object Oriented dengan model pengembangan RAD.
2.8.1 Object Oriented
Object Oriented Analysis (OOA) adalah sebuah teknik yang
mengintegrasikan data dan proses ke dalam konstruksi yang disebut object.
Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari objek yang sudah ada untuk
mengetahui apakah mereka dapat digunakan kembali atau diadaptasi untuk
pemakaian baru dan untuk menentukan satu objek baru atau yang
dimodifikasi yang akan digabung dengan objek yang sudah ada ke dalam
suatu aplikasi komputasi bisnis yang sangat berharga. (Whitten et al, 2004)
Object Oriented Design (OOD) merupakan proses spesifikasi yang
terperinci dari kebutuhan-kebutuhan fungsional dan persiapan untuk rancang
bangun implementasi yang menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk.
Perancangan berorientasi objek ini digunakan untuk memperbaiki definisi
39
persyaratan objek yang telah diidentifikasi lebih awal selama analisis dan
untuk mengenali objek dengan desain spesifik.
2.8.2 Rapid Application Development (RAD)
2.8.2.1 Model RAD menurut Kendall & Kendall
Menurut Kendall & Kendall (2008) RAD merupakan salah satu
metode prototyping yang memiliki tahapan-tahapan berikut:
(1) Perencanaan Syarat (Requirements Planning)
Dalam fase ini akan diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan sistem
yaitu dengan mengidentifikasi kebutuhan informasi dan masalah yang
dihadapi untuk menentukan tujuan, batasan-batasan sistem, kendala dan
juga alternatif pemecahan masalah. Analisis digunakan untuk mengetahui
perilaku sistem dan juga untuk mengetahui aktivitas apa saja yang ada
dalam sistem tersebut.
(2) Proses Desain (Workshop Design)
Fase ini adalah fase untuk merancang dan memperbaiki yang dapat
digambarkan sebagai workshop. Selama workshop design RAD, pengguna
merespon working prototype yang ada dan menganalisis, memperbaiki
modul-modul yang dirancang menggunakan perangkat lunak berdasarkan
respon pengguna.
(3) Penerapan (Implementation)
Analyst bekerja secara intens dengan pengguna selama workshop
design untuk merancang aspek-aspek bisnis dan non-teknis dari Instansi.
40
Segera setelah aspek-aspek ini disetujui dan sistem dibangun, sub-sub
sistem di ujicoba dan diperkenalkan kepada Instansi.
2.8.2.2 Model RAD menurut Pressman
Menurut Martin (Dalam Pressman, 2002), Rapid Application
Development (RAD) adalah sebuah model proses pengembangan perangkat
lunak sekuensial linier yang menekankan siklus pengembangan yang sangat
pendek. Model RAD ini merupakan sebuah adaptasi “Kecepatan tinggi” dari
model sekuensial linier dimana pengembangan cepat dicapai dengan
menggunakan model pendekatan konstruksi berbasis komponen. Jika
kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan tim
pengembang menciptakan “Sistem Fungsional yang Utuh” dalam waktu
periode yang sangat pendek (kira-kira 60 sampai 90 hari). Menurut Kerr
(Dalam Pressman, 2002), karena dipakai terutama pada aplikasi sistem
konstruksi, pendekatan RAD melingkupi fase-fase sebagai berikut :
1. Bussiness Modeling
Aliran Informasi diantara fungsi-fungsi bisnis di modelkan dengan
suatu cara untuk menjawab apa, siapa dan kemana?
2. Data Modeling
41
Aliran informasi dedefinisikan sebagai bagian dari fase business
modeling disaring kedalam serangkaian objek data yang dibutuhkan untuk
menopang bisnis tersebut
3. Proses Modeling
Aliran informasi didefinisikan di dalam face data modeling di
transformasikan untuk mencapai aliran informasi yang perlu bagi
implementasi sebuah fungsi bisnis.
4. Application Generation
RAD mengasumsikan pemakaian teknik generasi ke empat
5. Testing dan Turnover
Proses RAD menekankan pada pemakaian kembali, tetapi komponen
baru harus diuji dan semua interface harus di tes secara penuh
2.8.3 UML (Unified Modelling Language)
UML adalah salah satu alat bantu yang sangat handal di dunia
pengembangan sistem yang berorientasi objek. Hal ini disebabkan UML
menyediakan bahasa pemodelan visual yang memungkinkan bagi
pengembang sistem untuk membuat cetak biru atas visi mereka dalam bentuk
yang baku, mudah dimengerti serta dilengkapi dengan mekanisme yang
efektif untuk berbagi (sharing) dan mengkomunikasikan rancangan mereka
dengan yang lain (Munawar, 2005).
`
42
2.8.3.1 Tujuan UML
Tujuan utama UML (Suhendar dan Gunadi, 2002) di antaranya adalah untuk:
1. Memberikan model yang siap pakai, bahasa pemodelan visual yang
ekspresif untuk mengembangkan dan saling menukar model dengan
mudah dan dimengerti secara umum.
2. Memberikan bahasa pemodelan yang bebas dari berbagai bahasa
pemogramann dan proses rekayasa.
3. Menyatukan praktek-praktek terbaik yang terdapat dalam pemodelan.
2.8.3.2 Diagram dalam UML
Ada beberapa jenis diagram resmi yang digunakan dalam UML untuk
menggambarkan sebuah sistem berdasarkan objeknya (Soliq, 2006), yaitu:
1. Use case Diagram, menggambarkan sekumpulan use case dan actor dan
hubungan antara mereka. Use case diagram mempunyai peranan penting
dalam pengorganisasian dan pemodelan behavior dari sistem.
Gambar 2.5 Use case Diagram
43
2. Class Diagram terdiri atas sekumpulan class dan interface lengkap
dengan kolaborasi dan hubungan antara mereka. Class diagram
memperlihatkan hubungan antar kelas dan penjelasan detail tiap-tiap kelas
didalam model desain (dalam logical view) dari suatu sistem.
Gambar 2.6 Class Diagram
3. Activity Diagram, menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem
yang sedang dirancang.
Gambar 2.7 Activity Diagram
44
4. Sequence Diagram, diagram interaksi yang menekankan pada urutan
waktu dari pertukaran message.
Gambar 2.8 Sequence Diagram
2.9 Telepon Pintar (Smartphone)
Menurut PcMag Encyclopedia ,smartphone didefinisikan sebagai
Sebuah telepon selular dengan built-in aplikasi dan akses internet.
Smartphone menyediakan layanan suara digital serta pesan teks, e-mail, Web
browsing, dan kamera video, pemutar MP3 dan video dan bahkan smartphone
memungkinkan penggunanya menonton TV. Selain fungsi built in yang ada,
smartphone dapat menjalankan berbagai aplikasi, mengubah ponsel menjadi
komputer bergerak (mobile computer).
45
sebuah smartphone pada dasarnya seperti komputer jaringan yang
berukuran kecil dalam bentuk ponsel. dengan kemajuan luar biasa dalam
teknologi semikonduktor, ponsel dilengkapi dengan prosesor yang jauh lebih
kuat, media penyimpanan yang lebih besar, dan LCD, layar yang
memungkinkan untuk melakukan beberapa tugas komputasi lokal. Aplikasi
umum telepon selular, secara kolektif disebut sebagai aplikasi PIM, meliputi
kalender, contact person, agenda, dan fungsi kalkulator.
Sebuah smartphone biasanya mendukung satu atau lebih teknologi
nirkabel jarak pendek seperti Bluetooth dan inframerah, sehingga
memungkinkan untuk mentransfer data melalui koneksi nirkabel di samping
untuk koneksi data selular. Smartphone dapat memberikan mobilitas layaknya
sebuah komputer, akses data di mana-mana, dan kecerdasan yang menyeluruh
untuk hampir setiap aspek proses bisnis dan kehidupan sehari-hari. Selain dari
aplikasi ponsel tradisional seperti PIM, aplikasi lainnya yang menjadi khas
untuk ponsel pintar meliputi game sederhana, built-in dengan kamera,
pemutaran audio/ video dan rekaman, instant messaging, e-mail, dan akses
internet nirkabel. Selain itu, ponsel cerdas ini bisa digunakan sebagai terminal
untuk layanan e-commerce, aplikasi perusahaan, dan layanan berbasis lokasi
(Location Based Service). Singkatnya, smartphone menjadi masa depan pada
teknologi selular saat ini, karena menawarkan berbagai fitur dalam
meningkatkan kemampuan nirkabel, daya komputasi, dan penyimpanan on-
46
board. Contoh – contoh smartphone diantaranya adalah : smart-phone
berbasis operating system Android, Blackberry, iPhone, Smartphone berbasis
Symbian, Smartphone berbasis BREW dan Smartphone berbasis Windows
Mobile.
2.9.1 Android
Platform Android adalah sebuah software stack produksi Google untuk
perangkat mobile yang terdiri atas sistem operasi, middleware, dan key
applications [OHA07]. Aplikasi Android dapat dikembangkan melalui
Android Standard Development Kit (Android SDK) menggunakan sintaks
bahasa pemrograman Java. Aplikasi Android nantinya tidak akan berjalan
langsung di atas kernel sistem operasi namun berjalan diatas Dalvik, sebuah
virtual machine yang khusus dirancang untuk digunakan pada sistem
embedded.
Arsistektur sistem terdiri atas 5 layer, pemisahan layer bertujuan untuk
memberikan abstraksi sehingga memudahkan pengembangan aplikasi.
Layerlayer tersebut adalah layer aplikasi, layer framework aplikasi, layer
libraries, layer runtime, dan layer kernel.
47
Gambar 2.9 Arsitektur Android
2.10 KML/KMZ
KML singkatan dari keyhole markup language yang secara sederhana
bisa diartikan sebagai format file untuk menampilkan data geografis dengan
program penjelajah kebumian (earth browser) seperti Google Earth dan
Google Maps. Sederhananya, KML bisa menyimpan obyek utama seperti
titik, garis dan luasan dalam format tertentu sehingga bisa ditampilkan dengan
Google Earth dan Google Maps. File KML ini, seperti namanya, memiliki
ekstensi *.kml.
Misalnya, untuk obyek berupa titik, KML akan menyimpannya dalam
bentuk koordinat tunggal. Sebagai contoh, Anda memiliki file KML yang
menunjukkan posisi rumah Anda di Indonesia dalam bentuk obyek titik.
Ketika file ini dibuka dengan Google Earth atau Google Maps maka akan
48
tampil sebuah titik tepat pada posisi rumah Anda yang bisa dizoom in atau
out. Dan KMZ adalah versi kompresi file dari KML.
2.11 Tools Pembuat Aplikasi
2.11.1 Bahasa Pemrograman
2.11.1.1 Java
Java merupakan perangkat lunak produksi Sun Microsystem Inc.
Untuk pemrograman beberapa tujuan (multi purpose), dapat berjalan
dibeberapa sistem operasi (multi platform), mudah dipelajari, dan powerful
(Supardi, 2011).
Bahasa pemrograman Java merupakan multi platform, karena dapat
berjalan dibeberapa sistem operasi. Seperti sistem operasi Android, namun
Android hanya menyediakan lingkungan runtime atau sebagai interpreter.
Dimana kode sumber yang telah kita compile dengan compiler Java akan
dioptimasi dengan Delvik. Sebuah virtual machine yang memang dibuat
dengan bahasa pemrograman Java yang tentunya terbentuk sebuah Class.
Kemudian oleh dex tools (merupakan bagian dari DVM) mengubah Java
Class yang telah di compile oleh Java Compiler ke lingkungan native yang
berbentuk *.dex format (Dalvik executable), yang teroptimasi untuk
lingkungan perangkat keras dengan komputasi yang rendah (Supardi, 2011).
49
2.11.1.2 PHP (Hypertext Preprocessor)
PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam
server dan diproses di server. Hasilnya adalah yang dikirimkan ke klien,
tempat pemakai menggunakan browser (Kadir, 2005). Menurut
Paranginangin (2006), PHP singkatan dari Hypertext Preprocessor yang
digunakan sebagai bahasa script server side dalam pengembangan web
yang disisipkan pada dokumen HTML.
2.11.2 Perangkat Pengembang Software
2.11.2.1 Android SDK (Software Development Kit)
Android SDK (Software Development Kit) merupakan alat yang
digunakan untuk membuat aplikasi berbasis platform Android, dengan
menggunakan bahasa pemrograman berbasis Java (Supardi, 2011).
Android SDK adalah tools API (Application Programming Interface)
yang diperlukan untuk memulai mengembangkan aplikasi pada platform
Android menggunakan bahasa pemrograman Java (Safaat, 2011). Android
merupakan subset perangkat lunak untuk ponsel yang meliputi sistem operasi,
middleware, dan aplikasi kunci yang di keluarkan oleh Google. Saat ini
disediakan Android SDK sebagai alat bantu dan API untuk mulai
mengembangkan aplikasi pada platform Android menggunakan bahasa
pemrograman Java.
50
SDK Android mencakup proyek sampel dengan source code, alat-alat
pembangunan, sebuah emulator, dan perpustakaan yang dibutuhkan untuk
membangun aplikasi Android. Aplikasi yang ditulis menggunakan bahasa
Java dan berjalan di Dalvik, mesin virtual yang dirancang khusus untuk
penggunaan embedded yang berjalan di atas kernel Linux. Android SDK
dapat di download di situs http://www.developer.Android.com (Safaat, 2011).
2.11.2.2 Eclipse
Pada bulan November tahun 2010, IBM (International Business
Machine), membentuk konsorsium penyedia IDE (Integrated Development
Environment), dimana IDE merupakan kakas terpadu untuk menulis,
menyunting, mengompilasi serta menjalankan program komputer berbasis
bahasa pemrograman Java. Konsorsium tersebut akhirnya dinamakan sebagai
Eclipse Foundation Inc. Dalam hal ini Eclipse merupakan kakas yang bersifat
universal untuk semua platform dimana sifat universal Eclipse didapat dari
kemampuan untuk menerima berbagai modal tambahan (plug-in) (Nugroho,
2007).
Eclipse Foundation Inc membagi pekerjaannya ke dalam proyek dan
sub proyek. Proyek yang paling sering terdengar adalah proyek Eclipse,
proyek Eclipse tools, serta proyek Eclipse technology. Proyek Eclipse ini
memiliki 3 sub proyek di dalamnya yaitu sub proyek platform, sub proyek
51
Java Development Tools, dan sub proyek Plug-in Development (Nugroho,
2007).
2.11.2.3 ArcGIS ESRI
ArcGIS adalah paket perangkat lunak yang terdiri dari produk
perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG) yang diproduksi oleh Esri.
Perangkat lunak ini memiliki banyak fungsional, exstension yg sudah
terintegrasi, dan juga mengimplementasikan konsep basis data spasial.
ArcGIS dibuat untuk performance GIS yang tinggi contoh untuk Web GIS,
Server GIS, Database GIS yang besar. (Amalia Rahmah, 2010)
ArcGIS Server adalah salah satu platform untuk pembangunan aplikasi
GIS berbasis web. Beberapa contoh platform lain sebagai pembanding adalah
ArcIMS (teknologi sebelum ArcGIS Server) dan Mapserver. ArcGIS Server
merupakan solusi platform berbayar (lisensi) untuk pembangunan aplikasi
GIS berbasis web yang dikeluarkan oleh ESRI. (Amalia Rahmah, 2010)
2.11.3 Database
Basis data (database) adalah suatu pengorganisasian sekumpulan data yang
saling terkait sehingga memudahkan aktivitas untuk memperoleh informasi. Basis
data dimaksudkan untuk mengatasi problem pada sistem yang memakai pendekatan
berbasis berkas (Kadir, 2003).
52
Tujuan awal dan utama dalam pengolahan data pada sebuah basis data adalah
agar dapat mencari data dengan mudah dan cepat. Di samping itu, pemanfaatan data
untuk pengolahan data juga memiliki tujuan-tujuan tertentu. Pemanfaatan basis data
dilakukan untuk memenuhi sejumlah tujuan sebagai berikut (Simarmata dan Prayudi,
2006):
a. Kecepatan dan kemudahan (Speed)
Pemanfaatan basis data memungkinkan untuk dapat menyimpan data
atau melakukan perubahan/manipulasi terhadap data atau
menampilkan kembali data tersebut dengan cepat dan mudah.
b. Efisiensi ruang penyimpanan (Space)
Penggunaan ruang penyimpanan di dalam basis data dilakukan untuk
mengurangi jumlah pengulangan data, baik dengan melakukan
penerapan sejumlah pengkodean atau dengan membuat relasi-relasi
(dalam bentuk file) antar kelompok data yang saling berhubungan.
c. Ketersediaan (Availability)
Pertumbuhan data (baik dari jumlah maupun jenisnya) sejalan dengan
waktu akan semakin membutuhkan ruang penyimpanan yang besar.
Data yang sudah jarang atau bahkan tidak pernah lagi digunakan dapat
diatur untuk dilepaskan dari sistem basis data dengan cara
penghapusan atau dengan memindahkannya ke media penyimpanan.
53
d. Keamanan (Security)
Sistem keamanan digunakan untuk dapat menentukan siapa saja yang
boleh menggunakan basis data dan menentukan jenis operasi apa saja
yang boleh dilakukan.
2.11.3.1 MySQL
MySQL adalah software yang tergolong sebagai database server
yang sangat terkenal. Kepopulerannya disebabkan MySQL menggunakan
SQL sebagai dasar untuk mengakses database-nya. Hal menarik lainnya
adalah MySQL juga bersifat multiplatform (dapat dijalankan pada berbagai
sistem operasi). MySQL juga termasuk jenis RDBMS (Relational Database
Management System). Itulah sebabnya istilah seperti tabel, baris, dan kolom
digunakan pada MySQL (Kadir, 2005).
2.11.3.2 Database Management System (DBMS)
Untuk mengelola database diperlukan suatu perangkat lunak yang
disebut DBMS (Database Management System). DBMS merupakan suatu
sistem perangkat lunak yang memungkinkan user (pengguna) untuk membuat,
memelihara, mengontrol, dan mengakses database secara praktis dan efisien
DBMS dapat digunakan untuk mengakomodasikan berbagai macam pemakai
yang memiliki kebutuhan akses yang berbeda-beda (Kadir: 2003)
54
2.11.3.3 XAMPP
XAMPP merupakan paket aplikasi yang memudahkan dalam meng-instal
modul PHP, Apache, dan MYSQL. Selain itu XAMPP dilengkapi oleh berbagai
fasilitas lain yang akan memberikan kemudahan dalam mengembangkan situs web
berbasis PHP. XAMPP merupakan aplikasi gratis dan tersedia untuk platform Linux,
Windows, MacOS, dan Solaris. (Wibowo, 2007).
2.12Metodologi Penelitian
2.12.1 Metode Pengumpulan Data
1. Studi Pustaka
Untuk menambah referensi akan teori-teori yang diperlukan,
dilakukan studi pustaka dengan membaca dan mempelajari secara
mendalam literatur-literatur yang mendukung penelitian ini.
Diantaranya buku-buku, diktat, catatan, makalah, dan artikel baik
cetak maupun elektronik dan hasil penulisan karya ilmiah lainnya
(Nazir, 2005).
2. Observasi/pengamatan
Observasi merupakan pengumpulan data dengan pengamatan
langsung yang cara pengambilan datanya dengan menggunakan mata
tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut
(Nazir, 2005)
55
3. Interview/wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, bertatap muka antara
pewawancara dengan penjawab atau responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan interview guide (Nazir, 2005).
2.12.2 Metodologi Pengembangan Sistem dengan Menggunakan Rapid
Application Development (RAD)
Metodologi pengembangan sistem adalah suatu aktivitas, metode,
praktek terbaik, dan peralatan terotomatisasi yang digunakan para stekholder
untuk mengembangkan dan secara berkesinambungan memperbaiki sistem
informasi dan perangkat lunak (Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004).
Pengembangan sistem informasi merupakan penyusunan suatu sistem untuk
menggantikan yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang
telah ada.
Rapid Application Development (RAD) merupakan sebuah strategi
yang menekankan kecepatan penggembangan melalui keterlibatan pengguna
yang ekstensif dalam konstruksi, cepat, berulang, dan bertambah serangkaian
prototype bekerja pada sebuah sistem yang pada akhirnya berkembang ke
dalam sistem final (Kendall dan Kendall, 2008).
56
Jika kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan
tim pengembangan menciptakan “sistem fungsional yang utuh” dalam periode
waktu yang sangat pendek (kira-kira 60 sampai 90 hari). Model ini
melingkupi aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
1. Fase perencanaan syarat (requirement planning), yaitu mengidentifikasi
masalah yang dihadapi dan membuat rencana untuk menyelesaikan masalah
tersebut dan membuat analisa serta memahami sistem informasi yang sedang
berjalan. Selain itu, juga dilakukan identifikasi terhadap solusi yang
diharapkan.
2. Fase workshop design, yaitu dalam fase ini, pengguna dan penganalisis
bertemu untuk mengidentifikasi solusi alternatif dan memilih solusi yang
terbaik. Kemudian membuat desain proses bisnis dan desain pemrograman
untuk data yang telah didapatkan dan dimodelkan dalam arsitektur sistem
yang akan dibuat.
3. Fase implementation, yaitu menerapkan sistem informasi yang telah dibuat
dan sebelumnya telah di uji coba terlebih dahulu.
57
BAB III
METODOLOGI PENELETIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian : 2013 Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB)
Alamat : Jl. Ir.H.Juanda No. 36 Jakarta Pusat
Waktu : 14 Februari – 20 April 2013
Tempat Penelitian : Meteorologi dan Geofisika (BMG)
Alamat : di H. Abdul Gani Street No.05 Cempaka Putih,
Kampung Bulak, Ciputat
Waktu : 14 Februari – 20 April 2013
3.2 Data dan Perangkat Penelitian
3.2.1 Data Penelitian
Data yang digunakan dalam pengembangan Sistem Informasi Geospasial pada
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
1. Data Daerah Ancaman dan Resiko Bencana Indonesia (sumber : BNPB).
2. Data Informasi Prakiraan Cuaca (sumber: BMG)
58
3. Data Kejadian Bencana di Indonesia (sumber:BNPB)
3.2.2 Perangkat Penelitian
Hardware yang dibutuhkan dalam Pengembangan Sistem Informasi
Geospasial Ancaman dan Resiko Bencana Alam di Indonesia adalah
perangkat laptop untuk merancang aplikasi, Samsung Android atau Bluestack
Emulator Android sebagai wadah untuk menjalankan Aplikasi. Rincian dan
spesifikasi dari setiap hardware adalah sebagai berikut:
1. Komputer Personal atau Laptop dengan spesifikasi :
Intel Pentium 4 1.2 GHz CPU
1 GB DDR2 RAM
120 GB hardisk
VGA Intel HD 1 GB
120 Kbps Internet speed
2. Samsung Android dan Bluestack Emulator dengan spesifikasi :
Android 2.1
800 GHz arm v7 CPU
512 RAM
20 Mb Internal Storadge
120 Kbps Internet Speed
59
3.3 Metode Penelitian
Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yang dapat mendukung penulisan, baik dalam pengumpulan data maupun informasi
yang diperlukan sehingga mendapatkan kebenaran materi uraian pembahasan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini yaitu
observasi, wawancara, kuesioner, dan studi pustaka.
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
3.3.1.1 Observasi
Pengamatan ini dilakukan dengan melihat langsung proses bisnis dan kegiatan
bisnis yang berjalan pada tanggal 1 April – 1 Juni 2013 Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), tempat di Jl. Ir.H.Juanda No. 36 Jakarta
Pusat Jalan, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG),tempat di H. Abdul
Gani Street No.05 Cempaka Putih, Kampung Bulak, Ciputat dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Tangerang Selatan (BPBD). Hasil yang
dicapai adalah melihat proses sistem penanggulangan bencana yang terjadi,
dan melihat segala kegiatan atau mencari data yang diperlukan untuk
penelitian. Kegiatan pengamatan ini dilakukan dibawah pengawasan Bapak
Agus Wibowo Selaku Bagian Pusat data dan informasi.
60
3.3.1.2 Wawancara
Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan Bapak Agus dan
Bapak Felix selaku Bagian pusat data dan informasi pada Badan Nasional
Penanggulangan Bencana dan Bapak Satria selaku bagian pusat data dan
informasi pada Badan Meteorologi Geofisika. Wawancara ini berguna untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam perancangan dan pembuatan sistem.
Dalam wawancara yang dilakukan diketahui bagaimana alur sistem informasi
bencana yang dilakukan (sistem berjalan).
3.3.1.3 Studi Pustaka
Metode studi pustaka dilakukan dengan membaca buku-buku yang
berkaitan dengan materi penelitian. Data-data dan informasi yang diperoleh
berasal dari buku-buku dan artikel guna membantu dalam penelitian sistem
informasi spasial ancaman dan resiko bencana sehingga menjadi acuan
pembahasan dalam penelitian ini. Metode ini juga dilakukan dengan
menelusuri literatur yang ada. Pada penelitian ini menggunakan referensi
beberapa skripsi dengan topik kebencanaan dan Mitigasi yang terdahulu
dengan mempelajarinya untuk memperoleh kelebihan dan kekurangan yang
terdapat dalam penelitian tersebut. Data-data dan informasi yang digunakan
dalam penelitia ini adalah standarisasi pedoman umun pengkajian resiko
bencana tahun 2012 pada PerKa BNPB nomer 02,dan menurut regulasi dalam
undang-undang Pasal 36 ayat (1) dan (2), UU No. 24 Tahun 2007 tentang
61
Penanggulangan Bencana dan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana dan Peraturan
Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.
Dengan cara yang demikian, penelitian terdahulu dapat dijadikan
referensi dalam penggunaan metode yang akan diteliti. Berikut merupakan
beberapa hasil penelitian sejenis dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis:
62
Judul, Peneliti, Tahun Kerangka berfikir/ dasar
teori yang digunakan
Permasalahan Solusi/hasil
Pengembangan Model
SIG Untuk Menentukan
RuteEvakuasi Bencana
Banjir (Studi kasus: kec.
Semarang barat, kota
semarang) oleh Argo
Mulyanto (Jurusan
perencanaan wilayah dan
kota Fakultas teknik
universitas diponegoro
Semarang 2008).
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu
metode deskriptif
kualitatif. Sedangkan
dalam melakukan analisis,
metode yang digunakan
berupa metode analisis
jaringan dan simulasi
model. Analisis jaringan
dilakukan didalam
software arcview GIS
untuk menemukan rute
evakuasi efektif dengan
cara menganalisis atribut-
atribut jalan.
Tingginya angka kerawanan korban
jiwa yang disebabkan oleh bencana
banjir, sehingga perlu adanya upaya
mitigasi bencana. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan
penentuan rute
evakuasi. Semakin pesatnya
perkembangan teknologi dan
informasi saat ini dapat dimanfaatkan
untuk membantu kita dalam
memecahkan permasalahan tersebut.
Munculnya teknologi informasi
berupa arcview GIS dapat
mempermudah kita dalam
menentukan rute evakuasi yang baik.
Hasil dari penelitian ini adalah
model SIG yang dapat
digunakan untuk menentukan
rute evakuasi
bencana banjir, yang
bermanfaat bagi korban banjir
untuk mencari rute menuju
shelter dan bagi pengguna jalan
dalam menemukan rute untuk
menghindari banjir. Model hasil
penelitian ini merupakan model
interaktif yang dapat
menemukan rute evakuasi
berbeda untuk setiap lokasi
yang berbeda.
Mitigasi bencana di
kawasan rawan Bencana
(krb) III gunung merapi,
oleh Fadri Mustofa
(Jurusan ilmu
administrasi negara
universitas gadjah mada
stakeholder analysis Upaya mitigasi bencana di Dusun
Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan
Srunen, Desa 13 Glagaharjo,
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
tindakan mitigasi bencana yang
dilakukan oleh Badan
Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten
Sleman di Dusun Kalitengah
Lor, Kalitengah Kidul dan
Srunen seperti pendampingan
63
Yogyakarta 2013)
perumusan Standard
Operating Procedure (SOP),
aktivasi kembali Tim
Pengurangan Risiko Bencana
(PRB) serta pembangunan
sarana fisik.
Analisis kesiapsiagaan
bencana bidang
kesehatan Di kecamatan
turi, pakem, dan
cangkringan kabupaten
Sleman yogyakarta oleh
Dwi Syamsiati (2013)
Penelitian ini
menggunakan metode
kualitatif dengan
wawancara terhadap
Tokoh kunci, dimana
yang mengetahui dan
bertanggung jawab
terhadap konsep
Kebencanaan di tiap
institusi dan
mengumpulkan dokumen
pendukung. Hasilnya dapat
Diketahui bahwa di sektor
kesehatan belum ada
hubungan kerjasama satu
sama lain.
proses tanggap darurat bencana
khususnya bidang kesehatan masih
belum maksimal. Kesiapsiagaan
institusi kesehatan dan peran tim-tim
kesehatan yang ada belum
terpetakan dan belum saling
mendukung satu sama lain dalam
satu lingkup kawasan rawan
bencana. Belajar dari peristiwa
erupsi Merapi 2010 maka
kesiapsiagaan dalam lingkup makro
bidang kesehatan apakah akan lebih
baik atau tidak.
Hasil dari analisis mengenai
kesiapsiagaan bidang kesehatan
dapat disimpulkan beberapa hal
berikut ini:
1. Saat Erupsi Merapi 2010
Masing-masing institusi
kesehatan ikut terlibat aktif
dalam tanggap darurat Merapi,
namun belum ada bentuk kerja
sama antarinstitusi secara
formal.
2. PascaerupsiMerapi 2010
Masing-masing institusi
kesehatan meningkatkan
kesiapsiagaannya terhadap
bencana.
64
Optimalisasi pemanfaatan
knowledge management
pada tdmrc dalam upaya
peningkatan pemahaman
masyarakat akan mitigasi
bencana tsunami oleh
Vika Oktavia (Jurusan
Sistem Informasi Bina
Nusantara, 2011)
Metode analisis yang
digunakan adalah
Regenerasi Linear
Berganda untuk
mengetahui hubungan
pemahaman masyarakat
tentang informasi
kebencanaaan dengan
variable-variable seperti
tingkat pendidikan,media
informasi,frekuensi dan
jenis kegiatan
Apakah tingkat pendidikan
mempengaruhi pemahaman
masyarakat akan mitigasi bencana
tsunami,dan apakah media yang
digunakan dalam penyebaran
informasi mempengaruhi pemahaman
masyarakat akan mitigasi bencana
Tsunami. Dan apa saja hal-hal yang
menjadi Critical Success Factor
pelaksanaan knowladge management
di TDRMC
Ada pengaruh yang cukup
signifikan dari semua variable
independent (pendidikan,media
informasi,frekuansi kegiatan
dan jumlah kegiatan) terhadap
variable dependen (pemahaman
akan mitigasi bencana
tsunami).media sebagai salah
satu dasar penyebaran mitigasi
bencana berpengaruh secara
signifikan terhadap pemahaman
atas informasi bencana.
Frekuensi kegiatan sebagai
salah satu dasar penyebaran
informasi mitigasi bencana
kurang berpengaruh terhadap
pemahaman atas informasi
mitigasi bencana.
65
Konsep jaringan jalan
pada kota yang rawan
bencana gempa dan
tsunami oleh Johannez
hansen (Program Studi
Magister Teknik
Pembangunan Wilayah
dan Kota-2006)
pencarian zona aman
terdekat dan lingkup area
zona aman baik dengan
berjalan kaki ataupun
menggunakan kendaraan
menggunakan network
aalyst
Pada kawasan pusat kota dan
permukiman pesisir pantai bisa dibuat
jalan alternatif untuk mengurangi
arus lalulintas yang melalui jalan-
jalan di pusat kota. Kondisi eksisting
dan rencana pengembangan jaringan
jalan Kota Sibolga yang
mengakomodir upaya mitigasi
bencana sesuai scenario.Simulasi
digunakan untuk pencarian rute
tercepat, pencarian zona aman
terdekat dan lingkup area zona aman
baik dengan berjalan kaki ataupun
menggunakan kendaraan
Kondisi eksisting jaringan jalan
Kota Sibolga berdasarkan
analisis belum mengakomodir
upaya mitigasi bencana
sehingga dibutuhkan
pengembangan jaringan jalan
Kota Sibolga sesuai skenario
kombinasi dengan melakukan
intervensi pengembangan pada
setiap simpul jalan. Intervensi
yang dilakukan
dengan memperhatikan kondisi
eksisting jaringan jalan,
kebutuhan
pengembangan, dan
ketersediaan lahan untuk
pengembangan jaringan jalan
Kota Sibolga. Berdasarkan hasil
simulasi setelah adanya
intervensi pengembangan
jaringan jalan maka penduduk
pada kawasan pantai dapat
bergerak ke zona aman dalam
waktu yang kurang dari 15
66
menit sehingga ada
pengurangan waktu tempuh
yang signifikan. Dengan waktu
tempuh pergerakan mitigasi
bencana yang kurang dari 15
menit maka penduduk akan
aman dari bencana.
Manajemen rute evakuasi
bencana tsunami di kota
Palu dengan
Menggunakan arccasper
(extension arcgis 10) oleh
Rika Dwi Kurniasih
(Universitas Hasanudin)
2012
Metode analisis yang
digunakan menggunakan
tools Capacity-Aware
Shortest Path Evacuation
Routing yang digunakan
untuk menghitung jarak
terpendek rute evakuasi
dari setiap pengungsi atau
kelompok pengungsi
menurut lokasi mereka
Kota Palu menjadi salah satu kota
dengan resiko bencana tsunami yang
besar. Tingkat resiko bencana
tsunami inilah yang mengharuskan
Kota Palu memiliki manajemen rute
evakuasi untuk memudahkan
melakukan evakuasi terhadap
penduduk di sekitar pantai atau
pesisir menuju kedaerah aman
Kota Palu sebagai salah satu
kota
yang memiliki tingkat
kerentanan
bahaya tsunami yang cukup
tinggi,
memerlukan manajemen
evakuasi bencana agar dapat
67
menuju area aman atau
tempat pengungsian
sementara.
meminimalisir korban,
pembagian lima area
evakuasi dan jalurnya masing-
masing dapat mempermudah
masyarakat untuk memilih
jalur evakuasi tercepat dari
lokasi tempat tinggal mereka,
hal ini perlu karena dalam
kepanikan orang akan
cenderung bertindak
secara spontan jika manajemen
rute evakuasi mereka telah di
berikan dengan mudahnya
mereka dapat memilih jalur
mana yang
terdekat dan ke tempat evakuasi
.
Zonasi kawasan pesisir
pantai makassar
Berbasis mitigasi
bencana oleh Baharuddin
Koddeng (Program studi
Analisis Kondisi
Kebencanaan ,Analisis
keruangan (GIS) ,Potensi
Bahaya (Hazard Potency),
Super Impose (Overlap
Bagaimanakah karakteristik Fisik
Spasial pantai Kota Makassar
dikaitkan dengan tingkat resiko
bencana dan Bagaimankah
Tingkat resiko bencana wilayah
studi terdiri dari dua yaitu
tingkat resiko sedang dan
tingkat resiko tinggi. Tingkat
resiko bencana yang tinggi
68
pengembangan wilayah
kota Jurusan Teknik
Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas
Hasanuddin-2011)
Map) konsep Mitigasi Bencana, Mitigasi
Bencana sesuai dengan tingkat
resiko (HaVuCa) dilihat dari
ancaman bencana.
sebanyak 59% (1,96 Km2)
sedangkan tingkat resiko sedang
sebanyak 41% (1,35 Km2
).Sehingga pemanfaatan ruang
kawasan studi memperhatikan
Daya Dukung Ekologis dan
Daya Dukung Teknis, melalui
Konsep Zonasi.
mitigasi bencana dapat
mencakup yaitu:
a) Pola Proteksi atau
Perlindungan
b) Pola Akomodasi
c) Pola Retreat atau Relokasi
Sistem informasi
geografis daerah bencana
lumpur lapindo Sidoarjo
menggunakan j2me oleh
Pramadhi Dharma, Arna
Fariza,S.Kom,M.Kom,
Rizki Yuniar
Haqqun,S.Kom2
sistem informasi ini
berbasis mobile,
menggunakan teknologi
yang sesuai yaitu SVG
(Scalhable Vector
Graphich)
dan J2ME sebagai
Pada studi ini dibuat suatu SIG
(Sistem Informasi Geografis) untuk
melakukan analisa terhadap
daerah bencana lumpur Lapindo,
dimana ruang lingkup dari analisa
yang dilakukan adalah Sidoarjo. SIG
Pada Aplikasi ini dapat
menampilkan Peta Daerah
Bencana Lumpur Lapindo
beserta Informasinya,
Informasi pusat evakuasi
terdekat dengan pusat lumpur
yang meliputi rumah sakit,
69
(Mahasiswa Jurusan
Teknik Informatika,
Institut Teknologi
Sepuluh Nopember)
pembangun sistem. ini
memberikan informasi tentang letak
geografis suatu daerah, sistem
drainase yang ada, jalan alternatif
untuk
menghindari daerah lumpur, serta
pusat pelayanan kesehatan yang ada,
kemudian dengan mengumpulkan
data history yang dimiliki oleh daerah
tersebut serta informasi yang telah
didapatkan diatas maka nantinya
dapat dilakukan analisa terhadap
daerah bencana lumpur Lapindo, dan
dari hasil analisa tersebut diharapkan
menjadi satu standard sistem
pendataan terhadap daerah bencana
lumpur Lapindo sehingga
memudahkan
untuk melakukan tindakan
penanggulangan terhadap
kemungkinan terjadinya bencana
daerah penyebaran
lumpur dan informasi-informasi
pendukung lainnya.
70
lumpur dan
memudahkan untuk melakukan
evakuasi terhadap korban jika terjadi
bencana lumpur.
Karakteristik daerah
potensi bencana alam
wilayah selat sunda oleh
Tito Latif Indra, SSi,
MSi, Drs. Supriatna, MT,
Tresvel Nazwil, SSi
(Departemen Geografi
FMIPA UI)
hubungan antara
ketinggian gelombang
tsunami dan skala kerugian
yang ditimbulkannya
dengan menggunakan teori
dan Tabel Skala Imamura
penelitian ini akan dijelaskan prediksi
rayapan (run-up) tsunami yang
kemungkinan akan terjadi di sekitar
wilayah pesisir barat Provinsi Banten.
Sehingga nantinya penelitian dapat
memberikan informasi yang berguna
terkait dengan kejadian bencana
tsunami.
Kesimpulan dalam jurnal ini,
Wilayah rawan tsunami pada
pesisir Barat Provinsi Banten,
pada bagian utara hampir
seluruh wilayah berdasarkan
ketinggian tsunami dan
morfologi pantainya yang
landai berpotensi terkena
tsunami secara langsung, serta
pemukiman yang berpotensi
terkena tsunami dianggap
rawan.
71
3.3.2 Metode Pengembangan Sistem
Adapun metode analisis dan perancangan sistem ini, adalah menggunakan
metode berorientasi objek dengan model pengembangan Rapid Application
Development (RAD) yang terdiri dari fase perencanaan syarat (requirement
planning), Proses Desain (workshop design), dan fase implementasi (Kendall dan
Kendall, 2008).
Gambar 3.1 Tahapan RAD
(Sumber : Kendall, 2008)
3.3.2.1 Perencanaan Syarat (Requirements Planning)
Dalam tahap ini akan diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan
perancangan sistem yaitu dengan menetapkan tujuan perancangan sistem,
menganalisis sistem berjalan, mengidentifikasi masalah, mengusulkan sistem
usulan, menentukan ruang lingkup sistem. Tahap ini merupakan studi domain
masalah bisnis untuk merekomendasikan perbaikan dan menspesifikasikan
72
persyaratan dan prioritas bisnis untuk solusi. Dalam fase ini peneliti
melakukan beberapa kegiatan diantaranya :
a. Peneliti mempelajari tentang Bencana alam , dampak dan cara
penanggulangannya. Semua informasi tentang Bencana alam , dampak
dan cara penanggulangannya dilakukan di perencanaan syarat.
b. Meneliti tentang website dan sistem yang berjalan. Di kegiatan ini penulis
meneliti website dan sistem yang berjalan, dengan demikian dapat
dijadikan usulan dalam aplikasi mobile yang diusulkan penulis.
3.3.2.2 Proses Desain (Workshop Design)
Tahapan ini penulis mengidentifikasi solusi alternatif dan memilih
solusi yang terbaik. Kemudian membuat desain proses dan desain
pemrograman. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menganalisis masalah
utama, membangun dasar arsitektur, menentukan rencana proyek,
mendapatkan gambaran kebutuhan umum, persyaratan, dan fungsi-fungsi
utama perangkat lunak. Tools yang digunakan dalam pemodelan sistem
adalah UML (Unified Model Language). Pada fase workshop design dibuat
beberapa perancangan yaitu, perancangan sistem, perancangan database, dan
perancangan layout. Berikut ini merupakan tahapan dalam membuat
perancangan sistem, yaitu:
73
a. Membuat Use case Diagram. Ditahap ini penulis mencoba untuk
menangkap kebutuhan sistem dan memahami sistem yang sedang
berjalan.
b. Membuat Activity Diagram. Penulis membuat sebuah alur kerja dari
satu aktifitas lainnya. Tahap ini sangat berguna ketika kita ingin
menjelaskan bagaimana perilaku dalam berbagai usecase berinteraksi
c. Membuat Sequence Diagram. Penulis menjelaskan interaksi objek
yang disusun dalam suatu urutan waktu. Penulis memperhatikan tahap
demi tahap apa yang seharusnya terjadi untuk menghasilkan sesuatu
didalam usecase.
d. Membuat Class Diagram. Penulis menggambarkan kelas dan
hubungannya, dan penjelasan detail setiap kelas didalam model desain
dari suatu sistem.
3.3.2.3 Fase Implementasi
Analyst bekerja secara intens dengan pengguna selama workshop
design untuk merancang aspek-aspek bisnis dan non-teknis dari proses bisnis
yang ada. Segera setelah aspek-aspek ini disetujui dan sistem dibangun dan
di-sharing, sub-sub sistem di uji coba stakeholder.
Dalam tahap dibawah ini akan dilakukan implementasi diantaranya:
74
1. Pengkajian Peta Ancaman dan Resiko
Peta Risiko Bencana disusun dengan melakukan overlayPeta
Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta Risiko Bencana
disusun untuk tiap-tiap bencana yang mengancam suatu daerah. Peta
kerentanan baru dapat disusun setelah Peta Ancaman selesai. Pemetaan
risiko bencana minimal memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisis di
tingkat nasional minimal hingga kabupaten/kota, kedalaman analisis di
tingkat provinsi minimal hingga kecamatan, kedalaman analisis di
tingkat kabupaten/kota minimal hingga tingkat kelurahan/desa/kam-
pung/nagari).
2. Skala peta minimal adalah 1:250.000 untuk provinsi; peta dengan skala
1:50.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Sumatera, Kalimantan dan
Sulawesi; peta dengan skala 1:25.000 untuk kabupaten/kota di Pulau
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
3. Dapat digunakan untuk menghitung jumlah jiwa terpapar bencana
(dalam jiwa).
4. Dapat digunakan untuk menghitung kerugian harta benda, (dalam
rupiah) dan kerusakan lingkungan.
5. Menggunakan 3 kelas interval tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi,
sedang dan rendah.
6. Menggunakan GIS dalam pemetaan risiko bencana.
75
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Peta Risiko telah dipersiapkan
berdasarkan grid indeks atas peta Ancaman, peta Kerentanan dan peta
Kapasitas,berdasarkan rumus: R = H * V/C
Modifikasi berikut harus dibuat untuk rumus diatasagar bisa
dipergunakan: Perkalian dengan kapasitas terbalik (1-C) dilakukan,
daripada pembagiandengan C untuk menghindari nilai yang tinggi
dalam kasus ekstrim nilai-nilai Crendah atau kesalahan dalam hal nilai-
nilai kosong C;- 4 6 - Hasil dari indeks perkalian harus dikoreksi
dengan menunjukkan pangkat 1/n,untuk mendapatkan kembali dimensi
asalnya (0.25 * 0.25 * 0.25 = 0.015625,dikoreksi: 0.015625 ^ (1/3) =
0.25). Berdasarkan koreksi diatas, persamaan yang digunakan adalah:
Gambar 3.2 Contoh Peta Resiko bencana
76
2. Coding Program
Dalam tahap ini sistem dirancang dengan menggunakan bahasa
pemrograman Android untuk pengguna.
3. Pengujian Sistem
Pada tahap ini penulis melakukan pengujian atau testing terhadap
sistem, dan melakukan pengenalan terhadap sistem. Dalam hal ini
aplikasi android diuji dan dikenalkan kepada staff BNPB sebagai
penentu kebijakan dan keputusan perusahaan. Untuk pengujian sistem
dilakukan dengan metode blackbox testing, dimana peneliti melakukan
input data pada sistem dan melihat output apakah sesuai dengan sistem
yang diharapkan.
77
3.4 Kerangka Penelitian
Gambar 3.3 Kerangka Berfikir Penelitian
78
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan Syarat (Requirement Planning)
Dalam RAD tahap ini disebut juga dengan perencanaan awal untuk sebuah
proyek. Tahapan yang dilakukan pada fase ini adalah mengidentifikasi gambaran
umum Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Meteorologi dan
Geofisika, menentukan tujuan perancangan sistem, menganalisis sistem yang
berjalan saat ini sehingga hasil analisisnya dapat digunakan sebagai dasar untuk
memperbaiki sistem, kelebihan sistem berjalan dan kelemahan sistem berjalan.
Selanjutnya dilakukan identifikasi masalah, membuat analisis sistem usulan,
menentukan ruang lingkup sistem, dan menentukan kebutuhan-kebutuhan dalam
perancangan sistem.
4.1.1 Gambaran Umum Institusi
4.1.1.1 Badan Nasional Penanggulangam Bencana
BNPB dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun
2008. Sebelumnya badan ini bernama Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 83 Tahun 2005, menggantikan Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi yang dibentuk dengan
Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2001.
Sejarah Lembaga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
79
terbentuk tidak terlepas dari perkembangan penanggulangan bencana pada
masa kemerdekaan hingga bencana alam berupa gempa bumi dahsyat di
Samudera Hindia pada abad 20. Sementara itu, perkembangan tersebut
sangat dipengaruhi pada konteks situasi, cakupan dan paradigma
penanggulangan bencana.
Melihat kenyataan saat ini, berbagai bencana yang dilatarbelakangi
kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis mendorong Indonesia
untuk membangun visi untuk membangun ketangguhan bangsa dalam
menghadapi bencana.
Menghadapi ancaman bencana, Pemerintah Indonesia berperan
penting dalam membangun sistem penanggulangan bencana di tanah air.
Pembentukan lembaga merupakan salah satu bagian dari sistem yang telah
berproses dari waktu ke waktu. Lembaga ini telah hadir sejak kemerdekaan
dideklarasikan pada tahun 1945 dan perkembangan lembaga penyelenggara
penanggulangan bencana dapat terbagi berdasarkan periode waktu sebagai
berikut.
(1945-1966) Pemerintah Indonesia membentuk Badan Penolong
Keluarga Korban Perang (BPKKP). Badan yang didirikan pada 20 Agustus
1945 ini berfokus pada kondisi situasi perang pasca kemerdekaan Indonesia.
Badan ini bertugas untuk menolong para korban perang dan keluarga korban
semasa perang kemerdekaan.
80
(1966-1979) Pemerintah membentuk Badan Pertimbangan
Penanggulangan Bencana Alam Pusat (BP2BAP) melalui Keputusan
Presiden Nomor 256 Tahun 1966. Penanggung jawab untuk lembaga ini
adalah Menteri Sosial. Aktivitas BP2BAP berperan pada penanggulangan
tanggap darurat dan bantuan korban bencana. Melalui keputusan ini,
paradigma penanggulangan bencana berkembang tidak hanya berfokus pada
bencana yang disebabkan manusia tetapi juga bencana alam. Pada tahun
1967 Presidium Kabinet mengeluarkan Keputusan Nomor 14/U/KEP/I/1967
yang bertujuan untuk membentuk Tim Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana Alam (TKP2BA).
(1979-2000) Pada periode ini Tim Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana Alam (TKP2BA) ditingkatkan menjadi Badan
Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam (Bakornas PBA) yang
diketuai oleh Menkokesra dan dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor
28 tahun 1979. Aktivitas manajemen bencana mencakup pada tahap
pencegahan, penanganan darurat, dan rehabilitasi. Sebagai penjabaran
operasional dari Keputusan Presiden tersebut, Menteri Dalam Negeri dengan
instruksi Nomor 27 tahun 1979 membentuk Satuan Koordinasi Pelaksanaan
Penanggulangan Bencana Alam (Satkorlak PBA) untuk setiap provinsi.
Melalui Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1990, lingkup tugas dari
Bakornas PB diperluas dan tidak hanya berfokus pada bencana alam tetapi
81
juga non alam dan sosial. Hal ini ditegaskan kembali dengan Keputusan
Presiden Nomor 106 Tahun 1999. Penanggulangan bencana memerlukan
penanganan lintas sektor, lintas pelaku, dan lintas disiplin yang terkoordinasi.
(2000-2008) Tragedi gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh
dan sekitarnya pada tahun 2004 telah mendorong perhatian serius Pemerintah
Indonesia dan dunia internasional dalam manajemen penanggulangan
bencana. Menindaklanjuti situasi saat iu, Pemerintah Indonesia
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005 tentang Badan
Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB). Badan ini
memiliki fungsi koordinasi yang didukung oleh pelaksana harian sebagai
unsur pelaksana penanggulanagn bencana. Sejalan dengan itu, pendekatan
paradigma pengurangan resiko bencana menjadi perhatian utama. Dalam
merespon sistem penanggulangan bencana saat itu, Pemerintah Indonesia
sangat serius membangun legalisasi, lembaga, maupun budgeting. Setelah
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan
Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB). BNPB terdiri atas kepala, unsur pengarah penanggulangan
bencana, dan unsur pelaksana penanggulangan bencana. BNPB memiliki
fungsi pengkoordinasian pelaksanaan kegiataan penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
82
4.1.1.2 Tugas BNPB dalam Penanggulangan Bencana
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) mempunyai tugas:
1. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil
dan setara;
2. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;
3. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada
masyarakat; Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana
kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap
saat dalam kondisi darurat bencana;
4. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan
nasional dan internasional;
5. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
6. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah.
83
4.1.1.3 Struktur Organisasi BNPB
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BNPB
(Sumber : BNPB)
84
4.1.1.4 Sturktur Organisasi BNPB bagian Data Informasi dan Humas
Gambar 4.2 Struktur organisasi BNPB bagian Data,informasi dan Humas
(Sumber : BNPB)
4.1.1.5 Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Besar II
Organisasi Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II
ditetapkan dengan Keputusan KepalaBadan Meteorologi dan Geofisika
Nomor : KEP 005 Tahun 2004 tanggal 5 Oktober 2004.
4.1.1.6 Tugas Pokok dan Fungsi BMG Balai Besar II
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) mempunyai tugas:
85
Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II mempunyai tugas
melaksanakan pengamatan, pengumpulan dan penyebaran data,
pengolahan analisis dan prakiraan serta riset dan kerja sama, kalibrasi
dan pelayanan meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
Koordinasi pengamatan, pengumpulan dan penyebaran data, pengolahan,
analisis dan prakiraan serta riset dan kerja sama di bidang meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
Penyusunan rencana dan program kegiatan Balai Besar.
Pelaksanaan riset dan kerjasama, serta pengamatan di bidang
meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
Pengumpulan, pengolahan, analisis dan prakiraan wilayah serta
penyebaran data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi,
kualitas udara dan geofisika.
Pemasangan, perawatan, kalibrasi dan perbaikan peralatan meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika serta komunikasi stasiun-stasiun
di wilayahnya.
Pelaksanaan urusan administrasi dan kerumahtanggaan Balai.
Pelaksanaan tugas dan kegiatan umum diimplementasikan melalui
penyediaan jasa guna mendukung keselamatan penerbangan dan
pelayaran, penanggulangan bencana alam, pengendalian pencemaran
udara, pembangunan pertanian dan pengadaan pangan, dan lain-lain
86
4.1.1.7 Struktur Organisasi BMG Balai Besar II
Gambar 4.3 Struktur organisasi BMG Balai Besar II
(Sumber: BMG)
4.1.2 Tujuan Perancangan Sistem
Perancangan sistem ini bertujuan untuk membantu pengguna ponsel
pintar baik masyarakat Indonesia maupun wisatawan asing untuk memperoleh
informasi tentang kebencanaan yang dibutuhkan seperti pengetahuan bencana,
pantauan bencana, pantauan cuaca, data kejadian bencana dan tentang BNPB.
Dalam sistem ini user dapat melihat informasi dalam bentuk peta yang
diakses melaui Google earth dan Google maps pada smartphone. Dapat juga
digunakan sebagai media untuk mengetahui perkiraan cuaca dan titik api.
87
Sistem ini dapat menyediakan monitoring data kejadian bencana yang sedang
terjadi ataupun satu bulan terakhir yang diperlukan oleh staff lapangan.
4.1.3 Analisis Proses Bisnis dan Sistem yang Berjalan
Analisis proses bisnis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
proses pantauan bencana, khususnya ancaman dan resiko bencana di
Indonesia dan bagaimana sistem yang berjalan untuk penyajian informasi
tersebut. Proses yang dimaksud dapat dijelaskan melalui rich picture berikut
ini:
Gambar 4.4 Rich Picture Analisis Sistem Berjalan
Proses yang berjalan pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana
pada proses penginputan data dimulai dari staff bagian data dan informasi
menerima data mentah dari berbagai tools yang di miliki oleh BNPB dan
88
satelite ,kemudian admin mengolah data mentah menjadi sistem informasi
spasial Ancaman dan Resiko bencana berupa peta spasial ancaman dan peta
spasial resiko bencana yang kemudian akan di upload ke dalam server BNPB
yang dapat di akses oleh pengunjung melalui website BNPB yang sudah
tersedia.
Berikut uraian sistem berjalan pada BNPB yang digunakan untuk
proses pemberian Informasi tentang Ancaman dan Resiko Bencana di
Indonesia
1. Admin menerima data ancaman dan resiko bencana berupa data Microsoft
excel.
2. Admin membuat sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana
berbentuk peta menggunakan software ArcGis.
3. Kemudian setelah itu hasil peta ancaman dan resiko di cetak admin lalu
diserahkan kepadal kepala Pusdatin untuk diperiksa dan di validasi.
4. Kepala Pusdatin memvalidasi peta dan member memo memo kepada
admin bahwa peta bisa di publish.
5. Kemudian admin mengunggah hasil peta yang sudah mendapatkan memo
ke dalam website ancaman dan resiko bencana.
6. Setelah peta tersimpan ke dalam database, informasi spasial ancaman dan
resiko bencana dapat diakses oleh pengunjung.
89
7. Admin mengelola berbagai informasi yang ada di dalam website,seperti
data kejadian bencana terbaru, informasi berita terbaru dan informasi
terkain ancaman dan rsiko bencana lainnya
8. user bisa melihat dan mengakses website BNPB dengan membuka halaman
website BNPB, di dalam website tersebut, pengunjung dapat melihat
informasi tentang BNPB, pengetahuan tentang kebencanaan maupun data
kejadian bencana yang ada dari tahun 1815.
9. Pengunjung dapat mendownload peta pantauan bencana, ancaman bencana
dan resiko bencana berekstensi .kmz yang hanya dapat diakses melalui
google earth yang harus di install terpisah.
4.1.3.1 Kelebihan Sistem Berjalan
1. Pengunjung dapat bertanya kepada staff terkait perihal informasi tentang
kebencanaan secara langsung dan mendapatkan penjelasan dari staff ahli.
2. Informasi pada website yang tersedia sudah lengkap untuk keperluan data dan
informasi kebencanaan.
4.1.3.2 Kelemahan Sistem Berjalan
1. Pengunjung harus datang ke kantor untuk mendapatkan informasi ancaman
dan resiko bencana tersebut.
2. Waktu yang diperlukan lama karena harus menjelaskan satu persatu
3. Website sudah memuat informasi kebencanaan dan data kejadian bencana
secara lengkap, hanya ketika pengunjung ingin melihat peta spasial pantauan
90
bencana, peta spasial ancaman bencana maupun peta spasial resiko bencana,
pengunjung harus terlebih dulu menginstall sejumlah software terkait seperti
Google earth yang compatible dengan peta yang akan dikses atau sejumlah
ekstensi browser.
4.1.4 Identifikasi Masalah
Dari sistem yang berjalan saat ini, terdapat beberapa masalah pokok
yang dihadapi oleh pihak perusahaan, antara lain:
1. Pengunjung tidak mudah mengakses sistem informasi spasial Ancaman dan
resiko bencana yang berupa peta spasial ancaman bencana dan peta spasial
resiko bencana dikarenakan sistem yang ada mengharuskan mengdownload
peta yang hanya bisa diakses oleh google earth yang harus di install terlebih
dahulu.
2. Permasalah software yang dapat mengakses peta spasial ancaman dan resiko
bencan yang memiliki size yang besar dan sering terjadi hang terhadapat
beberapa perangkat computer mempersulit Pengunjung mengakses informasi
tersebut.
3. Karena dua perihal diatas, membuat informasi penting yang seharusnya bisa
diakses dengan mudah oleh user menjadi sulit.
4. Beberapa menjadi kendala dalam sistem yang sedang berjalan dalam
memenuhi kebutuhan informasi tentang kebencanaan diantaranya Ancaman
dan Resiko Bencana di Indonesia untuk masyarakat guna meningkatkan
91
pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya informasi kebencanaan untuk
upaya mitigasi bencana maupun pencegahannya dan untuk melaksanakan
peraturan pemerintah mengenai hak dan kewajiban serta peran masyarakat
yang aktif dalam penanganan masalah bencana yang terjadi, yaitu sistem yang
sudah ada belum dapat menyajikan informasi mengenai sistem informasi
secara spasial berbasis mobile.
4.1.4.1 Tujuan Pengembangan Sistem
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan tujuan dari pengembangan sistem adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan sistem memberikan informasi spasial Ancaman dan
resiko bencana secara tekstual maupun spasial
2. Kemampuan sistem dalam memvisualisasikan informasi spasial
Ancaman dan resiko bencana ke dalam bentuk tampilan aplikasi
mobile yang representative dan mudah dalam penggunaannya.
3. Kemampuan dalam menampilkan informasi spasial Ancaman dan
resiko bencana dalam bentuk Visual.
4. Mempermudah pendistribusian informasi ke masyarakat yang
membutuhkannya
5. Penyajian informasi spasial tersebut yang berbasis mobile
92
4.1.5 Analisis Sistem Usulan
Dari hasil definisi sistem yang telah diuraikan di atas, maka sistem yang
diusulkan adalah membangun sebuah sistem mobile informasi spasial
ancaman dan resiko bencana Indonesia. Sistem ini memberikan manfaaat
sebagai berikut:
1. Membantu BNPB,BMG dan BPBD menginformasikan informasi spasial
pantauan bencana, ancaman bencana dan resiko bencana di Indonesia.
Juga pengetahuan wajib tentang bencana kepada user atau masyar.akat
Indonesia
2. Membantu masyarakat/wisatawan mengetahui informasi spasial pantauan
bencana, ancaman bencana dan resiko bencana di Indonesia..
3. Mempermudah masyarakat/wisatawan dalam mengakses informasi spasial
pantauan bencana, ancaman bencana dan resiko bencana Indonesia di
dalam aplikasi.
4. Sistem ini berbasis mobile sehingga dapat diakses secara cepat dan
menggunakan tampilan yang sederhana untuk memudahkan pengguna.
93
Gambar 4.5 Sistem usulan
Pada gambar 4.5 menggambarkan sistem informasi spasial ancaman dan
resiko bencana . Uraian dari sistem usulan adalah sebagai berikut iAdmin
menerima data ancaman dan resiko bencana berupa data Microsoft excel.
1. Admin membuat sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana
berbentuk peta menggunakan software ArcGis.
2. Kemudian admin mengunggah hasil ke dalam website ancaman dan resiko
bencana.
3. Setelah peta tersimpan ke dalam database, informasi spasial ancaman dan
resiko bencana dapat diakses oleh pengunjung.
4. Kepala Pusdatin memvalidasi peta melalui halaman Kepala pusdatin di dalam
website dan peta akan otomatis terpublish setelah di validasi.
94
5. Admin mengelola berbagai informasi yang ada di dalam website,seperti data
kejadian bencana terbaru, informasi berita terbaru dan informasi terkain
ancaman dan rsiko bencana lainnya
6. user bisa melihat dan mengakses website BNPB dengan membuka halaman
website BNPB, di dalam website tersebut, pengunjung dapat melihat informasi
tentang BNPB, pengetahuan tentang kebencanaan maupun data kejadian
bencana yang ada dari tahun 1815.
7. Untuk pengunjung setelah membuka aplikasi mobile maka dapat melihat
informasi home, ancaman bencana, resiko bencana, pantauan bencana,
pantauan cuaca, data kejadian bencana, pengetahuan bencana dan tentang
BNPB pada smartphone android. Pengunjung dapat mengakses informasi
ancaman dan resiko bencana berupa peta yang dapat diakses langsung melalui
aplikasi mobile.
4.1.5.1 Ruang Lingkup Sistems
Ruang lingkup sistem dilakukan untuk menentukan batasan ruang
lingkup sistem yang akan dibangun. Sistem yang akan dibangun yaitu sistem
informasi spasial ancaman dan resiko bencana berbasis smartphone dan
sistem ini mempunyai batasan sistem yaitu, aplikasi berbasis mobile yang
berfungsi sebagai media informasi yang menunjukkan pengetahuan
kebencanaan dan peta spasial ancaman dan resiko bencana guna bagian
mitigasi bencana.
95
4.1.6 Kebutuhan Perancangan Sistem
Dalam penerapan arsitektur sistem ini diperlukan kebutuhan-
kebutuhan di dalam me4mbangun sistem. Antara lain kebutuhan fungsional,
kebutuhan non fungsional, dan kebutuhan pengguna. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fungsional
Kebutuhan fungsional dari sistem ini adalah informasi apa saja yang
disediakan oleh sistem untuk memudahkan user dalam menggunakannya.
Kebutuhan fungsional yang dibangun adalah sebagai berikut:
a. Sistem menyediakan informasi yang berkaitan dengan Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia
b. Sistem menyediakan informasi spasial ancaman dan resiko bencana
c. Sistem menyediakan informasi spasial pantauan bencana
d. Sistem menyediakan informasi data kejadian bencana
e. Sistem menyediakan informasi pantauan cuaca, yang memudahkan
user untuk mengakses prakiraan cuac dan titik api.
f. Sistem menampilkan informasi pengetahuan bencana
2. Kebutuhan Non Fungsional
Adapun kebutuhan non fungsional dari sistem informasi sasial ancaman
dan resiko bencana mengidentifikasi batasan dari fasilitas yang disediakan
oleh sistem. Kebutuhan non fungsional ini mencakup kebutuhan privasi
96
sistem, kemanan sistem, perfoma sistem, bahasa pemrograman yang
digunakan dalam sistem, metode perancangan apa yang digunakan oleh
sistem, hardware dan software yang digunakan. Kebutuhan non fungsional
dari sistem yang dibangun adalah sebagai berikut:
a. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa PHP dan Java
dengan menggunakan database MySQL.
b. Metode perancangan sistem menggunakan pengembangan OOAD
(Object Oriented Analysus and Design).
c. Sistem ini diimplementasikan mobile application berbasis android
untuk nasabah.
d. Kebutuhan Hardware
1. Server
Tabel 4.1 Kebutuhan Hardware Server
Environtment Server Equipment Minimum
Requirement
Personal
Computer
Dekstop/Workstation a. Intel Pentium
4 1.2 GHz CPU
b. 1 GB DDR2
RAM
c. 120 GB hardisk
Network Internet Connection 120 Kbps
97
Internet speed
Input Devices Keyboard, Mouse
Output Devices Monitor LCD, Printer
2. Client
Tabel 4.2 Kebutuhan Hardware Client
Environtment Client Equipment Minimum
Requirement
Smartphone Mobile Device a. Android 2.1
b. 800 GHz arm v7
CPU
c. 512 MB RAM
d. 20Mb Internal
Storage
Network Mobile Broadband
Data Access
120 Kbps
Internet speed
Input Devices Touch Screen
Output Devices LCD Screen
g. Kebutuhan Software
98
Untuk kebutuhan perangkat lunak (software) yang digunakan
untuk sistem ini sebagai berikut:
1. Microsoft Windows 7
2. Microsoft office 2007
3. ArcView 3.3
4. ArcGIS 9.0
5. Google Earth dan Google Maps
6. XAMPP versi 1.7.4, Apache versi 2.2.11 dan MySQL versi
5.0.51a
7. Browser Mozila Firefox versi 26.0
8. Android versi 2.3
3. Kebutuhan Pengguna
Berikut ini adalah beberapa kebutuhan pengguna yang harus dipenuhi
oleh sistem yang akan dibangun.
a. Kebutuhan Pengunjung (Masyarakat/wisatawan)
user dapat mengakses sistem informasi spasial ancaman dan resiko
bencana.
b. Kebutuhan Admin
Mengelola sistem informasi spasial ancaman dan resiko
bencana berbasis smartphone
c. Kebutuhan kepala Pusdatin
Memvalidasi peta sebelum dipublish
99
4.2 Proses Design
Pada fase proses desain ini, dibuat desain yang merupakan solusi dari
hasil analisis pada tahap perencanaan syarat (requirement planning). Peneliti
melakukan perancangan sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana
Indonesia berdasarkan respon kebutuhan pengguna untuk mengembangkan
sistem dengan tools Unified Modelling Language (UML) yang terdiri dari
beberapa tahap berikut, antara lain:
4.2.1 Perancangan Sistem
4.2.1.1 Use Case Diagram
Use case diagram yaitu diagram yang menunjukkan interaksi antara
aktor didalam sistem. Diagram use case system yang terdapat dalam SIS
ancaman dan resiko bencana Indonesia digambarkan pada Gambar 4.6
100
Gambar 4.6 Use case diagram
Table 4.3 Deskripsi Aktor
No. Aktor Deskripsi
1. Pengunjung Pengunjung adalah masyarakat/ wisatawan
yang mengakses aplikasi SIS ancaman dan
101
Tabel 4.4 Deskripsi usecase
resiko bencana Indonesia, memiliki akses
melihat informasi, melihat peta dan
mendownload peta
2. Admin Aktor yang mengelola informasi pada
aplikasi, dan manage peta index rawan
bencana.
3. Kepala Pusdatin Actor yang memvalidasi peta sebelum
dipublish
No. Nama use case Deskripsi Aktor
1. Lihat Home Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
melihat informasi yang ada
di home.
Semua aktor
2. Lihat Ancaman Bencana Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
melihat informasi spasial
Pengunjung
102
ancaman bencana
3. Lihat Resiko Bencana Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
melihat informasi spasial
resiko bencana
Pengunjung
4. Lihat pantauan Bencana Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
melihat informasi spasial
pantauan bencana
Pengunjung
5. Lihat data kejadian
Bencana
Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
melihat informasi data
kejadian bencana
Pengunjung
6. Lihat prakiraan cuaca Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
melihat informasi spasial
prakiraan cuaca
Pengunjung
8. Lihat kerentanan
bencana
Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
kerentanan bencana
Pengunjung
9. Lihat pengetahuan Use case ini digunakan untuk pengunjung
103
bencana menggambarkan kegiatan
melihat informasi
pengetahuan bencana
10. Lihat tentang Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
melihat informasi tentang
pengembang
pengunjung
111. Login Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
login
Admin
12. Logout Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
login
Admin
13. Manajemen peta Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
admin dalam mengelola peta
admin
14. Manajemen data
bencana
Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
admin dalam mengelola data
admin
104
bencana
15. Manajemen berita Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
admin dalam mengelola
berita
admin
16. Melihat berita Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
pengunjung melihat
informasi berita
pengunjung
17 Unduh data Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
pengunjung mengunduh data
Admin,pengunjung
18 Lihat buku dan poster Menggambarkan melihat
buku dan poster
pengunjung
19 Manajemen buku dan
poster
Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
admin dalam mengelola buku
dan poster
admin
20 Validasi Peta Use case ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan
Kepala Pusdatin dalam
Kepala Pusdatin
105
4.2.1.1.1 Narasi Use Case
Berikut ini adalah beberapa narasi use case diagram yang
mendeskripsikan use case yang terbentuk dari kegiatan bisnis dan use case
diagram yang ada dalam usulan sistem.
1. Narasi Use Case Lihat Ancaman bencana
Tabel 4.5 Narasi Use Case Lihat Ancaman Bencana
Use case Name Lihat Ancaman bencana
Use case Id 1
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman
ancaman bencana
Pre condition Pengunjung membuka sistem Pantauan ancaman dan
resiko bencana
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat Ancaman
bencana
Typical course of
events
Actor Action System response
memvalidasi peta
106
1. Pilih menu ancaman
bencana
2. Menampilkan halaman
ancaman bencana
3.Pilih menu gempa
bumi
4. Menampilkan sistem
informasi spasial ancaman
bencana gempa bumi
Alternate courses 3.a Jika pengunjung Pilih menu gunung api akan
menampilkan sistem informasi spasial ancaman
bencana gunung api
3.b Jika pengunjung Pilih menu angin akan menampilkan sistem
informasi spasial ancaman bencana Angin
3.c Jika pengunjung Pilih menu banjir akan menampilkan sistem
informasi spasial ancaman bencana banjir
3.d Jika pengunjung Pilih menu longsor akan menampilkan
sistem informasi spasial ancaman bencana longsor.
3.e Jika pengunjung Pilih menu kebakaran hutan akan
menampilkan sistem informasi spasial ancaman kebakaran
hutan
3.f Jika pengunjung Pilih menu kekeringan akan menampilkan
sistem informasi spasial ancaman bencana kekeringan
3.g Jika pengunjung Pilih menu abrasi akan menampilkan sistem
informasi spasial ancaman bencana abrasi
107
3.h Jika pengunjung Pilih menu tsunami akan menampilkan
sistem informasi spasial ancaman bencana tsunami
3.i Jika pengunjung Pilih menu putting beliung akan
menampilkan sistem informasi spasial ancaman bencana
putting beliung
3.j Jika pengunjung Pilih menu konflik sosial akan menampilkan
sistem informasi spasial ancaman bencana konflik sosial
3.k Jika pengunjung Pilih menu kecelakaan industri akan
menampilkan sistem informasi spasial ancaman bencana
kecelakaan industri
Conclusion Aktor dapat melihat halaman ancaman bencana
Post condition Informasi ancaman bencana berhasil diakses
2. Narasi Use Case Lihat resiko bencana
Tabel 4.6 Narasi Use Case lihat resiko bencana
Use case Name Lihat resiko bencana
Use case Id 2
Actor Pengunjung
108
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman
resiko bencana
Pre condition Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan resiko
bencana
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat halaman
resiko bencana
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih menu resiko
bencana
2. Menampilkan halaman
resiko bencana
3.Pilih menu gempa
bumi
4. Menampilkan sistem informasi
spasial resiko bencana gempa
bumi
Alternate courses 3.a Jika pengunjung Pilih menu gunung api akan menampilkan
sistem informasi spasial resiko bencana gunung api
3.b Jika pengunjung Pilih menu angin akan menampilkan
sistem informasi spasial resiko bencana Angin
3.c Jika pengunjung Pilih menu banjir akan menampilkan
sistem informasi spasial resiko bencana banjir
3.d Jika pengunjung Pilih menu longsor akan menampilkan
sistem informasi spasial resiko bencana longsor.
109
3.e Jika pengunjung Pilih menu kebakaran hutan akan
menampilkan sistem informasi spasial resiko kebakaran
hutan
3.f Jika pengunjung Pilih menu kekeringan akan menampilkan
sistem informasi spasial resiko bencana kekeringan
3.g Jika pengunjung Pilih menu abrasi akan menampilkan
sistem informasi spasial resiko bencana abrasi
3.h Jika pengunjung Pilih menu tsunami akan menampilkan
sistem informasi spasial resiko bencana tsunami
3.i Jika pengunjung Pilih menu putting beliung akan
menampilkan sistem informasi spasial resiko bencana
putting beliung
3.j Jika pengunjung Pilih menu konflik sosial akan menampilkan
sistem informasi spasial resiko bencana konflik sosial
3.k Jika pengunjung Pilih menu kecelakaan industri akan
menampilkan sistem informasi spasial resiko bencana
kecelakaan industri
Conclusion Aktor dapat melihat halaman resiko bencana
Post condition Informasi resiko bencana berhasil diakses
3. Narasi Use Case Lihat pantauan bencana
110
Tabel 4.7 Narasi Use Case Lihat Pantauan Bencana
Use case Name Lihat pantauan bencana
Use case Id 3
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman
pantauan bencana
Pre condition Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan Resiko
Bencana
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat pantauan
bencana
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih menu pantauan
bencana
2. Menampilkan halaman
pantauan bencana
3.Pilih menu kejadian
gempa bumi terkini
4. Menampilkan sistem
informasi spasial kejadian
gempa bumi terkini
Alternate courses 3.a Jika pengunjung Pilih menu gunung api akan menampilkan
sistem informasi spasial pantauan bencana gunung api
3.b Jika pengunjung Pilih menu angin akan menampilkan
sistem informasi spasial pantauan bencana Angin
111
3.c Jika pengunjung Pilih menu banjir akan menampilkan
sistem informasi spasial pantauan bencana banjir
3.d Jika pengunjung Pilih menu longsor akan menampilkan
sistem informasi spasial pantauan bencana longsor.
3.e Jika pengunjung Pilih menu kebakaran hutan akan
menampilkan sistem informasi spasial pantauan
kebakaran hutan
3.f Jika pengunjung Pilih menu kekeringan akan menampilkan
sistem informasi spasial pantauan bencana kekeringan
3.g Jika pengunjung Pilih menu abrasi akan menampilkan
sistem informasi spasial pantauan bencana abrasi
3.h Jika pengunjung Pilih menu tsunami akan menampilkan
sistem informasi spasial pantauan bencana tsunami
3.i Jika pengunjung Pilih menu putting beliung akan
menampilkan sistem informasi spasial pantauan bencana
putting beliung
3.j Jika pengunjung Pilih menu konflik sosial akan menampilkan
sistem informasi spasial pantauan bencana konflik sosial
3.k Jika pengunjung Pilih menu kecelakaan industri akan
menampilkan sistem informasi spasial pantauan bencana
kecelakaan industri
112
Conclusion Aktor dapat melihat halaman pantauan bencana
Post condition Informasi pantauan bencana berhasil diakses
4. Narasi Use Case lihat Data kejadian bencana
Tabel 4.8 Narasi Use Case Data kejadian bencana
Use case Name Lihat data kejadian bencana
Use case Id 4
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman
Data kejadian bencana
Pre condition Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan Resiko
Bencana
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat Data
kejadian bencana
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih menu Data
kejadian bencana
2. Menampilkan halaman
Data kejadian bencana
Alternate courses
113
Conclusion Aktor dapat melihat halaman data kejadian bencana
Post condition Informasi data kejadian bencana berhasil diakses
5. Narasi Use Case lihat prakiraan cuaca
Tabel 4.9 Narasi Use Case lihat prakiraan cuaca
Use case Name Lihat prakiraan cuaca
Use case Id 5
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman
prakiraan cuaca
Pre condition Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan Resiko
Bencana
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat prakiraan
cuaca
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih menu
prakiraan cuaca
2. Menampilkan halaman
prakiraan cuaca
114
Alternate courses
Conclusion Aktor dapat melihat prakiraan cuaca
Post condition Informasi prakiraan cuaca berhasil diakses
6. Narasi Use Case lihat Kerentanan bencana
Tabel 4.10 Narasi Use Case Lihat Kerentanan bencana
Use case Name Lihat Kerentanan bencana
Use case Id 6
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman
Kerentanan bencana
Pre condition Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan Resiko
Bencana
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat
Kerentanan bencana
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih menu 2. Menampilkan peta
115
Kerentanan bencana kerentanan bencana
Alternate courses
Conclusion Aktor dapat melihat halaman Kerentanan bencana
Post condition Informasi pantauan lainnya berhasil diakses
7. Narasi Use Case lihat pengetahuan bencana
Tabel 4.21 Narasi Use Case lihat pengetahuan bencana
Use case Name pengetahuan bencana
Use case Id 7
Actor Pengunjung
Description Use case ini melihat halaman pengetahuan bencana
Pre condition Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan Resiko
Bencana
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat
pengetahuan bencana
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih menu 2. Menampilkan halaman
116
pengetahuan bencana pengetahuan bencana
3.Pilih menu
pengetahuan gunung
api
4. Menampilkan informasi
pengetahuan gunung api
Alternate courses 3.a. Jika pengunjung Pilih menu gempa bumi akan
menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan
bencana gempa bumi
3.b Jika pengunjung Pilih menu angin akan menampilkan
sistem informasi spasial pengetahuan bencana Angin
3.c Jika pengunjung Pilih menu banjir akan menampilkan
sistem informasi spasial pengetahuan bencana banjir
3.d Jika pengunjung Pilih menu longsor akan menampilkan
sistem informasi spasial pengetahuan bencana longsor.
3.e Jika pengunjung Pilih menu kebakaran hutan akan
menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan
kebakaran hutan
3.f Jika pengunjung Pilih menu kekeringan akan
menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan
bencana kekeringan
3.g Jika pengunjung Pilih menu abrasi akan menampilkan
sistem informasi spasial pengetahuan bencana abrasi
117
3.h Jika pengunjung Pilih menu tsunami akan menampilkan
sistem informasi spasial pengetahuan bencana tsunami
3.i Jika pengunjung Pilih menu putting beliung akan
menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan
bencana putting beliung
3.j Jika pengunjung Pilih menu konflik sosial akan
menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan
bencana konflik sosial
3.k Jika pengunjung Pilih menu kecelakaan industri akan
menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan
bencana kecelakaan industri
Conclusion Aktor dapat melihat halaman pengetahuan bencana
Post condition Informasi pengetahuan bencana berhasil diakses
8. Narasi Use Case Lihat tentang
Tabel 4.12 Narasi Use Case Lihat tentang
Use case Name Lihat tentang
Use case Id 8
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman
118
tentang
Pre condition Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan Resiko
Bencana
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat halaman
tentang
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih menu tentang 2. Menampilkan halaman
tentang
Alternate courses
Conclusion Aktor dapat melihat halaman tentang
Post condition Menampilkan halaman tentang
9. Narasi Use Case login
Tabel 4.13 Narasi Use Case login
Use case Name Login
Use case Id 9
Actor Admin, Kepala Pusdatin
Description Use case ini menggambarkan kegiatan login untuk masuk
ke sistem agar aktor terkait dapat mengakses sistem.
119
Pre condition Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger Use case ini diinisiasi ketika aktor meng-input data login
diantaranya username dan password.
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Input username dan
password
2. Klik ”Sign in” 3. Mengecek data user pada
database di tabel user.
4. menampilkan halaman
utama.
Alternate courses 3. Apabila username dan password salah maka akan
menampilkan pesan kesalahan dan kembali memasukkan
username dan password
Conclusion Aktor dapat masuk ke dalam sistem
Post condition Menampilkan halaman utama
10. Narasi Use Case Logout
Tabel 4.14 Narasi Use Case Logout
Use case Name Logout
120
Use case Id 10
Actor Admin,Kepala Pusdatin
Description Use case ini menggambarkan kegiatan untuk keluar dari
sistem
Pre condition Aktor Login dalam sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger Use case ini diinisiasi saat aktor ingin keluar dai sistem
ancaman dan resiko bencana
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Klik “Logout” 2. Proses Logout
3. Menampilkan form login
Alternate courses 3. Apabila form login tidak muncul maka lakukan nomor 1
kembali
Conclusion Data berhasil diproses
Post condition Data logout tidak tersimpan dan berhasil keluar sistem
11. Narasi Use Case manajemen peta
Tabel 4.15 Narasi Use Case Manajemen peta
Use case Name Manajemen peta
Use case Id 11
121
Actor Admin
Description Proses admin untuk dapat mengelola peta yaitu tambah,
hapus, dan simpan.
Pre condition Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger Use case ini diinisiasi saat aktor ingin mengelola peta
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih menu kelola
peta
2. Menampilkan halaman
kelola peta
3. Pilih tambah 4. Menampilkan peta baru
5. Mengupload peta
terbaru
6. Klik “save” 7. Menyimpan ke database
8. Pilih peta yang
ingin di update
9. Update peta
10. Klik “update” 11. Menyimpan ke database
12. Pilih peta yang
ingin di delete
13. Menghapus berita
Alternate courses 3. Apabila tidak ingin meng-create, maka aktor memilih
no. 8 atau no. 12
122
8. Apabila tidak ingin meng-update, maka aktor memilih
no. 3 atau 12
12. Apabila tidak ingin men-delete, aktor dapat memilih no
3 atau 8
Conclusion Data berhasil dimanajemen dan disimpan
Post condition Data tersimpan dalam database peta
12. Use case Manajemen data bencana
Tabel 4.16 Narasi Use Case Mengelola data bencana
Use case Name Manajemen data bencana
Use case Id 12
Actor Admin
Description Proses admin untuk dapat mengelola data yaitu tambah,
hapus, dan simpan.
Pre condition Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger Use case ini diinisiasi saat aktor ingin mengelola peta
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih menu kelola
data bencana
2. Menampilkan halaman
kelola data bencana
3. Pilih tambah 4. Menampilkan data bencana
123
baru
5. Klik “save” 6. Menyimpan ke database
7. Pilih data bencana
yang ingin di update
8. Update data
bencana
10. Klik “update” 11. Menyimpan ke database
12. Pilih data bencana
yang ingin di delete
13. Menghapus data bencana
Alternate courses 3. Apabila tidak ingin meng-create, maka aktor memilih
no. 7 atau no. 12
8. Apabila tidak ingin meng-update, maka aktor memilih
no. 3 atau 12
12. Apabila tidak ingin men-delete, aktor dapat memilih no
3 atau 7
Conclusion Data berhasil dimanajemen dan disimpan
Post condition Data tersimpan dalam database data bencana
13. Use case manajemen berita
124
Tabel 4.17 Narasi Use Case Manajemen Berita
Use case Name Manajemen Berita
Use case Id 13
Actor Admin
Description Use case ini menggambarkan kegiatan untuk mengelola
informasi berita
Pre condition Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger Use case ini diinisiasi saat aktor ingin mengelola informasi
berita
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih menu
manajemen berita
2. Menampilkan halaman
manajemen berita
3. Pilih create 4. Menampilkan form berita
baru
5. Mengisi form berita
baru
6. Klik “save” 7. Menyimpan ke database
8. Pilih berita yang
ingin di update
9. Update berita
125
10. Klik “update” 11. Menyimpan ke database
12. Pilih berita yang
ingin di delete
13. Menghapus berita
Alternate courses 3. Apabila tidak ingin meng-create, maka aktor memilih
no. 8 atau no. 12
8. Apabila tidak ingin meng-update, maka aktor memilih
no. 3 atau 12
12. Apabila tidak ingin men-delete, aktor dapat memilih no
3 atau 8
Conclusion Data berhasil dimanajemen dan disimpan
Post condition Data tersimpan dalam database berita
14. Use case lihat berita
Tabel 4.18 Narasi Use Case Lihat Berita
Use case Name Lihat Berita
Use case Id 14
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman
Berita
Pre condition Aktor membuka sistem ancman dan resiko bencana
126
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat berita
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih menu berita 2. Menampilkan halaman
berita
Alternate courses
Conclusion Aktor dapat melihat halaman Berita
Post condition Informasi Berita berhasil di akses
15. Use case mengunduh data
Tabel 4.19 Narasi Use Case mengunduh data
Use case Name mengunduh data
Use case Id 15
Actor Pengunjung
Description Proses pengunjung untuk dapat mengunduh data
Pre condition Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger Use case ini diinisiasi saat aktor ingin mengunduh data
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih halaman data 2. Menampilkan halaman
127
dan informasi data dan informasi
3. Pilih unduh data
yang diplih
4. sistem otomatis
menyimpan data
Alternate courses
Conclusion User berhasil mengunduh data
Post condition Data berhasil terunduh dan tersimpan di local disc
16. Use case Manajemen buku dan poster
Tabel 4.20 Narasi Use Case Manajemen buku dan poster
Use case Name Manajemen buku dan poster
Use case Id 16
Actor Admin
Description Proses admin untuk dapat mengelola data yaitu tambah,
hapus, dan simpan.
Pre condition Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger Use case ini diinisiasi saat aktor ingin mengelola buku dan
poster
Typical course of
events
Actor Action System response
1. Pilih menu kelola 2. Menampilkan halaman
128
buku dan poster kelola buku dan poster
3. Pilih tambah 4. Menampilkan buku dan
poster baru
5. Klik “save” 6. Menyimpan ke database
7. Pilih buku atau
poster yang ingin di
update
8. Update buku atau
poster
10. Klik “update” 11. Menyimpan ke database
12. Pilih buku atau
poster yang ingin di
delete
13. Menghapus buku atau
poster
Alternate courses 3. Apabila tidak ingin meng-create, maka aktor memilih
no. 7 atau no. 12
8. Apabila tidak ingin meng-update, maka aktor memilih
no. 3 atau 12
12. Apabila tidak ingin men-delete, aktor dapat memilih no
3 atau 7
Conclusion Data berhasil dimanajemen dan disimpan
Post condition Data tersimpan dalam database data bencana
129
17. Use case lihat Buku dan Poster
Tabel 4.21 Narasi Use Case Lihat Buku dan Poster
Use case Name Lihat Buku dan Poster
Use case Id 17
Actor Pengunjung
Description Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman
Buku dan Poster
Pre condition Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat Buku
dan Poster
Typical course of events Actor Action System response
1. Pilih menu Buku
dan Poster
2. Menampilkan halaman
Buku dan Poster
Alternate courses
Conclusion Aktor dapat melihat halaman Buku dan Poster
Post condition Informasi Berita berhasil di akses
130
18. Use case Validasi Peta
Tabel 4.22 Narasi Use Case Validasi Peta
Use case Name Validasi Peta
Use case Id 18
Actor Kepala Pusdatin
Description Use case ini menggambarkan kegiatan memvalidasi peta
Pre condition Aktor membuka SISWERA
Trigger Use case ini diinisiasi ketika kepala pusdatin memvalidasi
peta
Typical course of events Actor Action System response
1.pilih menu validasi 2.menampilkan peta yang
belum tervalidasi
3. memvalidasi peta 3.peta tervalidasi dan publish
Alternate courses 3. Apabila validasi gagal maka menampilkan nomor 2 kembali
Conclusion Aktor memvalidasi peta
Post condition Peta tervalidasi
131
4.2.1.2 Activity Diagram
Berikut ini merupakan diagram yang menggambarkan aliran aktivitas dan
terbentuk dari Use case
1. Activity Untuk lihat home
Gambar 4.7 Activity Diagram Lihat Home
Activity diagram lihat home menggambarkan proses melihat menu
home dari sistem ancaman dan resiko bencana. Aktor hanya perlu memilih
132
menu home di pilihan menu yang tersedia, kemudian sistem akan
menampilkan halaman home.
2. Activity untuk lihat ancaman bencana
Gambar 4.8 Activity lihat ancaman bencana
Activity diagram lihat ancaman bencana menggambarkan proses melihat
sistem informasi spasial ancaman yang ada di sistem ancaman dan resiko
bencana Indonesia. Aktor memilih menu ancaman bencana di pilihan menu
maka sistem akan akan menampilkan halaman ancaman bencana.
133
3. Activity untuk lihat resiko bencana
Gambar 4.9 Activity lihat resiko bencana
Activity diagram lihat resiko bencana menggambarkan proses melihat
sistem informasi spasial resiko bencana yang ada di sistem ancaman dan
134
resiko bencana Indonesia. Aktor memilih menu resiko bencana di pilihan
menu maka sistem akan akan menampilkan halaman resiko bencana.
4. Activity untuk lihat pantauan bencana
Gambar 4.10 Activity lihat pantauan bencana
Activity diagram lihat resiko bencana menggambarkan proses melihat
sistem informasi spasial pantauan bencana yang ada di sistem ancaman dan
135
resiko bencana Indonesia. Aktor memilih menu pantauan bencana di pilihan
menu maka sistem akan akan menampilkan halaman pantauan bencana.
5. Activity untuk lihat data kejadian bencana
Gambar 4.11 Activity lihat data kejadian bencana
Activity diagram lihat data kejadian bencana menggambarkan proses
melihat sistem informasi data kejadian bencana yang ada di sistem ancaman
136
dan resiko bencana Indonesia. Aktor memilih menu data kejadian bencana di
pilihan menu maka sistem akan akan menampilkan halaman data kejadian
bencana.
6. Activity untuk lihat prakiraan cuaca
Gambar 4.12 Activity lihat prakiraan cuaca
137
Activity diagram lihat prakiraan cuaca menggambarkan proses melihat
sistem informasi prakiraan cuaca yang ada di sistem ancaman dan resiko
bencana Indonesia. Aktor memilih menu prakiraan cuaca di pilihan menu
maka sistem akan akan menampilkan halaman prakiraan cuaca.
7. Activity untuk lihat kerentanan bencana
Gambar 4.13 Activity lihat kerentanan bencana
138
Activity diagram lihat kerentanan bencana menggambarkan proses melihat
sistem informasi kerentanan bencana yang ada di sistem ancaman dan resiko
bencana Indonesia. Aktor memilih menu kerentanan bencana di pilihan menu maka
sistem akan akan menampilkan halaman kerentanan bencana.
8. Activity untuk lihat pengetahuan bencana
Gambar 4.14 Activity lihat pengetahuan bencana
Activity diagram lihat pengetahuan bencana menggambarkan proses melihat
sistem informasi pengetahuan bencana yang ada di sistem ancaman dan resiko
bencana Indonesia. Aktor memilih menu pengetahuan bencana di pilihan menu
maka sistem akan akan menampilkan halaman pengetahuan bencana.
139
9. Activity untuk lihat tentang
Gambar 4.15 Activity lihat tentang
Activity diagram lihat tentang menggambarkan proses melihat informasi
tentang pengembang dan BNPB yang ada di sistem ancaman dan resiko bencana
Indonesia. Aktor memilih menu tentang di pilihan menu maka sistem akan akan
menampilkan halaman tentang.
140
10. Activity Untuk Lihat Berita
Activity diagram lihat berita menggambarkan proses melihat berita yang
ada di sistem. Aktor memilih menu berita di pilihan menu maka sistem akan
akan menampilkan halaman berita.
Gambar 4.16 Activity Diagram Lihat Berita
141
11. Activity Untuk mengunduh data
Gambar 4.17 Activity Diagram mengunduh data
142
Activity diagram mengunduh data menggambarkan proses user mengunduh data
yang tersedia di dalam sistem. Aktor memilih menu mengunduh data pada halaman
website bagian data dan informasi atau mengunduh data peta pada halaman peta,
lalu klik download maka sistem akan memproses dan menyimpan hasil unduhan.
12. Activity Untuk Lihat Buku dan Poster
Gambar 4.18 Activity Diagram Lihat Buku dan Poster
143
Activity diagram lihat berita menggambarkan proses melihat buku dan
poster yang ada di sistem. Aktor memilih menu buku dan poster di pilihan
menu maka sistem akan akan menampilkan halaman buku dan poster.
13. Activity untuk login
Gambar 4.19 Activity login
Activity diagram untuk login menggambarkan kegiatan kegiatan input data login
untuk masuk ke sistem. admin melakukan login dengan cara meng-input data utama
yakni username dan password. Kemudian aktor klik sign in dan sistem akan
144
mengecek data user pada database di tebel user. Dan melakukan validasi user,
apakah benar user tersebut sudah terdaftar dalam sistem atau belum. Jika data
ditemukan, maka sistem akan menuju halaman utama. Namun jika tidak ditemukan
data user, maka akan tampil pesan gagal login.
14. Activity Untuk Logout
Gambar 4.20 Activity Diagram Logout
145
Activity diagram logout menggambarkan proses keluar dari sistem ancaman
dan resiko bencana. Untuk keluar dari sistem, aktor hanya perlu memilih logout dan
sistem memproses logout dan secara otomatis akan keluar sistem dan
menampilkan form login.
15. Activity Untuk Manajemen peta
146
Gambar 4.21 Activity Diagram mengelola peta
Gambar 4.21 menggambarkan aktifitas admin untuk dapat mengelola peta.
Dalam hal ini admin dapat melakukan aksi “tambah”, “lihat” dan “hapus”.
16. Activity Untuk Manajemen Berita
147
Gambar 4.22 Activity Diagram Manajemen Berita
Activity Diagram manajemen berita menggambarkan proses mengelola
berita. Aktor memilih menu manajemen berita. Setelah itu admin dapat
memilih create untuk memasukan informasi berita baru dan memilih berita
terlebih dahulu untuk melakukan update berita dan delete berita. Setelah
melakukan tindakan maka selanjutnya memilih save maka sistem akan
menyimpan data yang sudah dimanajemen di database.
148
17. Activity Untuk Manajemen Data Bencana
Gambar 4.23 Activity Diagram Manajemen Data Bencana
Activity Diagram manajemen data bencana menggambarkan proses
mengelola data bencana. Aktor memilih menu manajemen data bencana.
Setelah itu admin dapat memilih create untuk memasukan informasi data
bencana baru. Atau actor memilih update ataupun delete untuk melakukan
update berita dan delete. Setelah melakukan tindakan maka selanjutnya
149
memilih save maka sistem akan menyimpan data yang sudah dimanajemen
di database.
18. Activity Untuk Manajemen buku dan poster
Gambar 4.24 Activity Diagram manajemen buku dan poster
Activity Diagram manajemen buku dan poster menggambarkan proses mengelola buku
dan poster. Aktor memilih menu manajemen buku dan poster. Setelah itu admin dapat
memilih create untuk memasukan informasi baru dan memilih buku atau poster
terlebih dahulu untuk melakukan update berita dan delete. Setelah melakukan
150
tindakan maka selanjutnya memilih save maka sistem akan\ menyimpan data yang
sudah dimanajemen di database.
19. Activity Untuk Validasi Peta
Gambar 4.25 Activity Diagram validasi peta
Activity Diagram validasi peta menggambarkan proses mevalidasi peta oleh kepala
Pusdatin. Aktor memilih menu validasi peta, kemudian actor memilih atau mengklik
“validasi” untuk peta yang akan di validasi. Setelah tervalidasi maka peta akan publish.
151
4.2.1.3 Sequence Diagram
Sequence diagram menggambarkan secara detail hubungan objek pada
sistem seperti penjelasan berikut:.
1. Sequence Urutan Untuk Peta
Gambar 4.26 Squence diagram peta
Sequence diagram lihat peta menggambarkan melihat beberapa
peta yang dilakukan oleh pengunjung. Pengunjung memilih menu dan peta
bencana yang akan ditampilkan kemudian sistem akan memanggil peta dan
152
menjalankan peta berdasarkan kategori bencana yang dipilih.setelah itu
sistem akan menampilkan peta.
2. Sequence Urutan Untuk data kejadian bencana
Gambar 4.27 Squence diagram data kejadian bencana
Sequence diagram lihat data kejadian bencana menggambarkan
melihat data kejadian bencana yang dilakukan oleh pengunjung dan admin.
Pengunjung memilih menu data kejadian bencana, kemudian sistem akan
menampilkan halaman ancaman bencana. Dan admin mengolah data
kejadian bencan, dalam program ini admin hanya dapat memasukkan data
kejadian bencana baru dan menghapus data kejadian bencana yang ada.
3. Sequence Urutan Untuk pengetahuan bencana
153
Gambar 4.28 Squence diagram pengetahuan bencana
Sequence diagram lihat pengetahuan bencana menggambarkan
melihat pengetahuan bencana yang dilakukan oleh pengunjung.
Pengunjung memilih menu pengetahuan bencana, kemudian sistem akan
menampilkan halaman pengetahuan bencana. Memilih bencana yang akan
ditampilkan kemudian sistem akan menampilkan informasi pengetahuan
bencana.
4. Sequence Urutan Untuk buku dan poster
154
Gambar 4.29 Squence diagram buku dan poster
Sequence diagram lihat buku dan poster menggambarkan melihat
buku ataupun poster yang dilakukan oleh pengunjung dan admin.
Pengunjung memilih menu buku dan poster, kemudian sistem akan
menampilkan halaman buku dan poster. Admin mengelola buku dan poster,
dalam program ini admin hanya dapat memasukkan dan menghapus buku
dan poster.
155
5. Sequence Urutan Untuk Login
Gambar 4.29 Squence diagram login
Sequence diagram login menggambarkan kegiatan login yang
dilakukan oleh semua aktor untuk dapat masuk kedalam sistem m-
marketing. Aktor memasukan username dan password pada form
login, kemudian sistem akan mengecek data username dan password-
nya, apabila data salah makan aktor diharuskan memasukan data
156
username dan password kembali dan apabila sudah benar maka aktor
dapat masuk ke halaman utama
6. Sequence Urutan Untuk Logout
Gambar 4.30 Sequence Diagram Logout
Sequence diagram logout menggambarkan keluar sistem yang
dilakukan semua aktor. Aktor memilih klik logout apabila logout
berhasil maka sistem akan menampilkan form login.
157
7. Sequence Urutan Untuk Berita
Gambar 4.31 Sequence berita
Sequence diagram berita menggambarkan kegiatan melihat berita yang
dilakukan oleh pengunjung yang ingin melihat halaman berita. Pengunjung
memilih menu berita kemudian sistem akan menampilkan halaman berita.
158
Dan kegiatan mengelola berita oleh admin, dalam program ini admin hanya
dapat memasukkan, mengubah dan menghapus berita.
8. Sequence Diagram Manajemen Peta
Gambar 4.32 Sequence Diagram Manajemen peta
Sequence diagram Manajemen peta menggambarkan interaksi
admin untuk mengolah file Maps, dan dalam program ini admin hanya
dapat memasukkan , mengubah, menyimpan, menghapus maps, dan
mencari bencana.
159
9. Sequence Urutan Untuk mengunduh data
Gambar 4.33 Sequence Diagram Mengunduh Data
Sequence diagram Mengunduh Data mengambarkan kegiatan mengunduh
data dan informasi mengenai bencana indonesia yang dilakukan oleh
pengunjung. Pengunjung membuka halaman website dan masuk ke dalam
halaman datadan informasi kemudian sistem akan menampilkan halaman
data dan informasi kepada pengunjung. Pengunjung dapat melihat data dan
informasi mengenai bencana alam dan mengunduh data tersebut. Jika
memilih mengunduh data maka pengunjung tinggal memilih data yang ingin
160
di unduh lalu klik download. Sistem akan membaca dan kemudian data akan
terunduh dan tersimpan.
10. Sequence Diagram Validasi Peta
Gambar 4.34 Sequence Diagram Validasi Peta
Sequence Diagram validasi peta menggambarkan interaksi kepala
PUSDATIN memvalidasi peta sebelum publish.
161
4.2.1.5 Perancangan Class Diagram
1.1.1.1.1 4.2.1.5.1 Tabel Daftar Objek Potensial
Tabel 4.23 Daftar Objek Potensial
No. Objek Potensial Atribut Objek Behaviour
1. Admin *
2. Pengunjung *
3. Username *
4. Password *
5. Peta *
6. Login *
7. Berita *
8. Jenis Peta *
9. Bencana *
10. Data Kejadian Bencana *
11. Informasi lain-lain *
12. Buku *
13. Poster *
162
14. Password *
15. Username *
16. Unduh peta *
17. Unduh data *
18. Lihat peta *
19. Lihat data *
20. Jenis peta *
21. Peta Id *
22. Nama peta *
23. Judul Berita *
24. Isi Berita *
25. Jenis bencana *
26. Nama bencana *
27. Bencana Id *
28. Pengetahuan bencana *
29. Tahun *
163
30. Jumlah korban *
31. Buku Id *
32. Nama buku *
33. Poster Id *
34. Logout *
4.2.1.5.2 Class Diagram
164
Gambar 4.35 Class diagram
4.2.1.5.2.1 Mapping Diagram
165
Gambar 4.36 Mapping diagram
4.2.2 Perancangan Database
4.2.2.1 Struktur Database
Berikut ini adalah struktur database yang dikumpulkan dalam bentuk
penyajian dalam sistem
166
1. Tabel Berita
Nama Tabel : berita
Primary Key : id_berita
Foreign Key : id_admin
Tabel 4.24 Tabel Berita
no nama field jenis lebar
1 id_berita int 10
2 id_admin Int 3
3 judul_berita varchar 100
4 isi_berita text -
5 gambar_berita varchar 25
2. Tabel Admin
Nama Tabel : admin
Primary Key : id_admin
Foreign Key : -
Tabel 4.25 Tabel Admin
No nama field jenis lebar
1 id_admin Int 3
2 Username Varchar 30
167
3 Password Varchar 8
3. Tabel Kep_Pusdatin
Nama Tabel : Kep_Pusdatin
Primary Key : id_ Kep
Foreign Key : -
Tabel 4.26 Tabel Admin
No nama field jenis lebar
1 id_Kep Int 3
2 Username Varchar 30
3 Password Varchar 8
4. Tabel Buku
Nama Tabel : buku
Primary Key : id_buku
Foreign Key : id_admin
Tabel 4.27 Tabel Buku
No nama field jenis lebar
1 id_buku int 10
168
2 id_admin Int 3
3 nama_buku varchar 50
4 link_buku varchar 50
5. Tabel Poster
Nama Tabel : poster
Primary Key : id_poster
Foreign Key : id_admin
Tabel 4.28 Tabel Buku
No nama field jenis lebar
1 id_poster int 10
2 id_admin Int 3
3 nama_poster varchar 50
3 link_poster varchar 50
6. Tabel Data Kejadian Bencana
Nama Tabel : data kejadian bencana
Primary Key : id_data_kej_bencana
Foreign Key : id_admin, id_bencana
Tabel 4.29 Tabel data kejadian bencana
169
no nama field jenis lebar
1 id_kej_bencana int 10
2 id_bencana int 10
3 id_admin Int 3
4 nama_bencana varchar 25
5 Tahun int
6 jumlah_korban int 25
7 nama_daerah varchar 25
8 jumlah_kejadian int 25
7. Tabel Bencana
Nama Tabel : bencana
Primary Key : id_bencana
Foreign Key : id_admin
Tabel 4.30 Tabel bencana
no nama field jenis lebar
1 id_bencana int 10
2 id_admin Int 3
3 nama_bencana varchar 25
4 pengetahuan_bencana text -
170
8. Tabel peta
Nama Tabel : peta
Primary Key : id_peta
Foreign Key : id_admin, id_jenis_peta, id_bencana,
Tabel 4.31 Tabel Peta
No nama field jenis lebar
1 id_peta int 10
2 id_jenis_peta int 10
3 id_bencana int 10
4 id_admin int 3
5 nama_peta varchar 25
6 link_peta varchar 25
4.2.3 Perancangan Layout
Perancangan layout akan menggambarkan interface antarmuka sistem
yang nantinya akan dibuat dan tampilan layout terlampir. Perancangan layout
dibedakan menjadi beberapa halaman antara lain halaman awal, halaman
ancaman dan resiko bencana, halaman pantauan bencana, halaman data
171
kejadian bencana, halaman prakiraan cuaca, halaman AWS dan titik api,
halaman kerentanan bencana, halaman peta index rawan bencana, halaman
pengetahuan bencana dan halaman tentang pengembang.
1. Halaman pengunjung mobile version
a. Halaman awal
Gambar 4.37 Halaman Awal
b. Halaman Home Mobile version
172
Gambar 4.38 Halaman Home Mobile Version
c. Halaman ancaman dan resiko bencana
Gambar 4.39 Halaman Ancaman dan Resiko Bencana
d. Halaman pantauan bencana
173
Gambar 4.40 Halaman Pantauan Bencana
e. Halaman data kejadian bencana
Gambar 4.41 Halaman Data Kejadian Bencana
174
f. Halaman prakiraan cuaca
Gambar 4.42 Halaman Prakiraan Cuaca
g. Halaman kerentanan bencana
Gambar 4.43 Halaman Kerentanan Bencana
h. Halaman pengetahuan bencana
1. Halaman awal pengunjung
Gambar 4.
2. Halaman Profil
Gambar 4.43 Halaman Pengetahuan Bencana
Halaman awal pengunjung
Gambar 4.44 Halaman awal pengunjung
175
Halaman Pengetahuan Bencana
Gambar 4.
3. Halaman Buku
Gambar 4.45 Halaman profil pengunjung
Gambar 4.46 Halaman buku
176
4. Halaman Poster
5. Halaman Gallery
Gambar 4.47 Halaman poster
Gallery
177
6. Halaman Pengetahuan Bencana
Gambar 4.
7. Halaman Kerjasama
Gambar 4.48 Halaman gallery
Halaman Pengetahuan Bencana
Gambar 4.49 Halaman pengetahuan bencana
Halaman Kerjasama
178
8. Halaman Geospasial
Gambar 4.50 Halaman kerjasama
Halaman Geospasial
Gambar 4.51 Halaman geospasial
179
9. Halaman Data dan Informasi
Gambar 4.
10. Halaman Pantauan Bencana
Halaman Data dan Informasi
Gambar 4.52 Halaman data dan informasi
Halaman Pantauan Bencana
180
Gambar 4.
11. login admin
Gambar 4.53 Halaman pantauan bencana
Gambar 4.54 Halaman login admin
181
12. Halaman Home Admin
13. Halaman Manage
Admin
Gambar 4.55 Halaman awal admin
Manage Buku
Gambar 4.56 Halaman manage buku
182
14. Halaman Manage
15. Halaman Manage
Manage Peta
Gambar 4.57 Halaman manage peta
Manage Berita
183
Gambar 4.
16. Halaman Berita
Gambar 4.
4.3 Fase Implementasi
4.3.1 Coding Program
4.3.1.1 Kajian Ancaman dan Risiko Bencana
Analisis kajian resiko bencana dilakukan pada tahap pra
tahap sebelum pembuatan dan perancangan aplikasi sistem informasi spasial
berbasis web. Disini dijelaskan pembuatan kajian resiko tsunami. BNPB telah
mengeluarkan Pedoman Kajian Risiko Tsunami atau Tsunami Risk
Gambar 4.58 Halaman manage berita
Gambar 4.59 Halaman manage berita
Fase Implementasi
Program
Kajian Ancaman dan Risiko Bencana
Analisis kajian resiko bencana dilakukan pada tahap pra
pembuatan dan perancangan aplikasi sistem informasi spasial
berbasis web. Disini dijelaskan pembuatan kajian resiko tsunami. BNPB telah
mengeluarkan Pedoman Kajian Risiko Tsunami atau Tsunami Risk
184
Analisis kajian resiko bencana dilakukan pada tahap pra-proses yaitu
pembuatan dan perancangan aplikasi sistem informasi spasial
berbasis web. Disini dijelaskan pembuatan kajian resiko tsunami. BNPB telah
mengeluarkan Pedoman Kajian Risiko Tsunami atau Tsunami Risk
185
Assessment Guideline (TRA) untuk penentuan zonasi ancaman tsunami. Peta
inilah yang kemudian akan ditampilkan dalam web. Adapun langkah-langkah
analisis spasial degan teknik skoring ini adalah :
1. Tampilkan data tsunami (STRM) 30 m di ArcMap
2. Untuk mendapatkan nilai ketinggian dari SRTM lakukan konversi raster ke
point dengan menggunakan ArcToolbox di ArcMap.
Gambar 4.60 Konversi raster di ArcToolBox
3. Setelah anda memperoleh point srtm, pilih nilai SRTM yang bernilai positif,
lakukan pemilihan dengan menggunakan query. Query builder,
"grid_code" >=0
4. Export kembali data titik SRTM anda yang bernilai positif. Klik kanan pada
layer > data export
186
Gambar 4.61 Query Builder
5. Untuk mendapatkan wilayah kabupaten kedalam attribut titik SRTM
lakukan overlay dengan wilayah administrasi tingkat kabupaten (polygon),
gunakan Identity untuk proses overlay
Gambar 4.62 Identity Overlay
6. Lakukan pemilihan titik SRTM berdasarkan ketinggian maksimum dan
wilayah Kabupatennya. (Gunakan dokumen TRA). Perhatikan contoh syntax
yang digunakan dibawah ini
187
Gambar 4.63 contoh syntac SRTM
7. Export hasil query menjadi sebuah feature baru
8. Lakukan pengkelasan berdasarkan tinggi genangan maksimum (gunakan
dokumem TRA). Buat sebuah field baru dengan nama kelas_inundasi.
Gambar 4.64 Contoh feature yang telah diexport
9. Pengkelasan dilakukan dengan melihat tinggi genangan maksimum. Kelas
188
rendah : (tinggi genangan maksimum – 1). Kelas Tinggi (tinggi genangan
maksimum – 3). Contoh syntax yang digunakan.
"KOTA_KAB" = 'BADUNG' AND "grid_code" >=9 OR "KOTA_KAB" =
'BULELENG' AND "grid_code" >=8 OR "KOTA_KAB" = 'GIANYAR' AND
"grid_code" >=9 OR "KOTA_KAB" = 'JEMBRANA' AND "grid_code" >=5 OR
"KOTA_KAB" = 'KARANG ASEM' AND- 2 2 - "grid_code" >=6 OR "KOTA_KAB"
= 'KLUNGKUNG' AND "grid_code" >=9 OR "KOTA_KAB" = 'KOTA DENPASAR'
AND "grid_code" >=9 OR "KOTA_KAB" = 'TABANAN' AND "grid_code" >=7
10. Lakukan normalisasi nilai kelas diatas dengan membagi nilai kelas dengan
nilai
maksimum. Sehingga nilai kelas berubah menjadi 0 – 1. Buat sebuah field
baru dengan nama skor_tsunami.
11. Konversikan nilai skor tsunami menjadi data raster. Gunakan fungsi point to
raster, pastikan anda menggunakan satuan meter untuk konversi ke raster
100 x 100. Pastikan pada Value_field anda memilih skor_tsunami
12. Hasil yang diperoleh berupa peta ancaman tsunami dengan 3 kelas
ancaman yaitu rendah, sedang, dan tinggi, gunakan pewarnaan stretch
raster.
189
Gambar 4.65 Contoh Peta Ancaman Tsunami
4.3.1.2 Penentuan Tingkat Ancaman dan Resiko
Tingkat Ancaman dihitung dengan menggunakan hasil Indeks
Ancaman dan Indeks Penduduk Terpapar. Penentuan Tingkat Ancaman
dilakukan dengan menggunakan matriks. Penentuan dilaksanakan dengan
menghubungkan kedua nilai indeks dalam matriks tersebut. Warna tempat
pertemuan nilai tersebut melambangkan Tingkat Ancaman suatu bencana
pada daaerah tersebut.
190
Gambar 4.66 Penentuan Warna Tingkat Ancaman
Tingkat Risiko Bencana ditentukan dengan menggabungkan Tingkat
Kerugian dengan Tingkat Kapasitas. Penentuan Tingkat Risiko Bencana
dilaksanakan untuk setiap ancaman bencana yang ada pada suatu daerah.
Penentuan Tingkat Risiko Bencana dilakukan dengan menggunakan matriks.
Penentuan dilaksanakan dengan menghubungkan Tingkat Kerugian dan
Tingkat Kapasitas dalam matriks tersebut. Warna tempat pertemuan nilai
tersebut melambangkan Tingkat Risiko suatu bencana di kawasan tersebut.
Gambar 4.67 Penentuan Warna Tingkat Resiko
4.3.1.3 Pemrograman (Coding)
Pada tahap ini dilakukan pemrograman terhadap rancangan-
rancangan yang telah didefinisikan. Pemrograman sistem dilakukan dengan
menggunakan bahasa PHP dan MySQL sebagai basis datanya. Dalam
perancangan aplikasi spasial ini terdapat beberapa langkah pembuatan
program ( coding ) diantaranya yaitu :
191
1. Membuat modul-modul seperti login, CRUD berita, profil menggunakan
script PHP serta terhubung dengan database MySQL.
2. Membuat file *.css dan *.js untuk memberi tambahan desain pada sistem
informasi yang dibuat sehingga tampilan menjadi lebih menarik.
3. Pemrograman dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Netbeans
IDE 7.2. adapun baris coding program yang dibuat dapat dilihat pada
bagian lampiran.
4. Untuk Client Side menggunakan IDE Android Development Tools dengan bantuan
Geniemotions dan Virtual Box untuk emulator androidnya yang berbasis bahasa
pemrograman Java. Kemudian untuk menghubungkan kedua aplikasi server dan
client dibuatlah sebuah API (Application Programming Interface) dalam bahasa
PHP dengan menggunakan JSON untuk menghubungkan antara Android ke
database MYQSL server tersebut.
4.3.2 Pengujian Sistem
Dari pembangunan sistem ini, dilakukan pengujian black-box dengan
melakukan test-case secara alpha testing, yaitu dengan cara menguji sistem oleh
seorang user dengan memasukkan data ke dalam sistem dan melihat hasil
keluarannya, apakah sesuai dengan yang diharapkan.
1. Pengujian Level Admin
Tabel 4.32 Tabel black-box testing admin
192
No Rancangan Proses Hasil Yang Diharapkan Hasil
1
Login (username dan
password) salah
Muncul peringatan username atau
password salah OK
2
Login username dan
password benar
Masuk ke halaman utama admin OK
3 Logout Tampil halaman login OK
4 Pilih manajemen peta Tampil halaman kelola peta OK
5 Pilih add peta
Tampil halaman memasukkan peta
baru OK
6 Pilih simpan Menyimpan hasil addpeta baru OK
7 Pilih batal Gagal membuat berita baru OK
8 Pilih delete peta Menghapus daftar peta yang ada OK
9 Pilih manajemen berita Tampil halaman kelola berita OK
10 Pilih create berita Tampil halaman membuat berita baru OK
11 Pilih update
Tampil halaman update berita yang
sudah ada OK
12 Pilih simpan Menyimpan hasil update berita baru OK
13 Pilih batal Gagal membuat berita baru OK
14 Pilih delete berita Menghapus daftar berita yang ada OK
15 Pilih manajemen buku Tampil halaman kelola buku OK
16 Pilih add buku Tampil halaman menambah buku baru OK
193
17 Pilih simpan
Menyimpan hasil menambah buku
baru OK
18 Pilih batal Gagal memasukkan buku baru OK
19 Pilih delete buku Menghapus daftar buku yang ada OK
20
Pilih manajemen
poster Tampil halaman kelola poster OK
21 Pilih add poster
Tampil halaman menambah poster
baru OK
22 Pilih simpan
Menyimpan hasil menambah poster
baru OK
23 Pilih batal Gagal memasukkan poster baru OK
24 Pilih delete poster Menghapus daftar poster yang ada OK
25
Pilih manajemen
gallery Tampil halaman kelola gallery OK
26 Pilih add gambar
Tampil halaman menambah gambar
baru OK
27 Pilih update
Tampil halaman update gambar yang
sudah ada OK
28 Pilih simpan
Menyimpan hasil add/update gambar
baru OK
29 Pilih batal Gagal menambah gambar baru OK
194
30 Pilih deletegambar Menghapus daftar gambar yang ada OK
31
Pilih manajemen data
dan informasi
Tampil halaman kelola data dan
informasi OK
32
Pilih add data dan
informasi
Tampil halaman menambah data dan
informasi baru OK
33 Pilih edit
Tampil halaman edit data dan
informasi yang sudah ada OK
34 Pilih simpan
Menyimpan hasil add/update data dan
informasi baru OK
35 Pilih batal
Gagal menambah data dan informasi
baru OK
36
Pilih delete data dan
informasi
Menghapus daftar data dan informasi
yang ada OK
2. Pengujian Level Pengunjung
Tabel 4.33 Tabel black-box testing pengunjung
No Rancangan Proses Hasil Yang Diharapkan Hasil
1 Pilih home Tampil halaman utama OK
2 Pilih berita Tampil halaman berita OK
3 Pilih profil Tampil halaman profil OK
195
4 Pilih pengetahuan bencana Tampil Halaman Pengetahuan
bencana OK
5 Pilih pustaka Tampil halaman pustaka OK
6 Pilih buku Tampil halaman buku OK
7 Pilih download buku Pilih menyimpan buku OK
8 Pilih poster Tampil halaman poster OK
9 Pilih download poster Pilih menyimpan poster OK
10 Pilih gallery Tampil halaman gallery OK
11 Pilih Kerjasama Tampil halaman kerjasama OK
12 Pilih geospasial Tampil halaman geospasial OK
13 Pilih peta dasar Tampil halaman peta dasar OK
14 Pilih lihat peta Tampilkan peta OK
15 Pilih download peta Pilih menyimpan peta OK
16 Pilih Peta Tematik Tampil halaman peta tematik OK
17 Pilih KML Tampil halaman KML OK
18 Pilih Peta ancaman
Tampil halaman peta
ancaman OK
19 Pilih lihat peta ancaman Tampilkan peta ancaman OK
20 Pilih download
Pilih menyimpan peta
ancaman OK
21 Pilih peta resiko Tampil halaman peta resiko OK
196
22 pilih lihat peta resiko Tampilkan peta resiko OK
23 Pilih download Pilih menyimpan peta resiko OK
24 Pilih lihat data dan
informasi
Tampil halaman data dan
informasi
OK
25 Pilih download Pilih menyimpan data OK
26 Pilih pantauan bencana
Pilih halaman pantauan
bencana OK
197
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam melakukan perancangan dan pembangunan spasial web service
ancaman dan resiko bencana ini dibangun menggunakan tools UML.
Kemudian selanjutnya dilakukan tahapan implementasi sistem dengan
menggunakan tools ArcView, ArcGIS dan ArcMAp serta pemrograman
(coding) dengan bahasa PHP dan java. Output dari tahapan implementasi
adalah menghasilkan spasial web service ancaman dan resiko bencana
alam Indonesia. Tahapan terakhir dilakukan pengujian untuk memastikan
sistem sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan pada tahapan
analisis dan desain sistem yaitu tersajinya spasial web service ancaman
dan resiko bencana berbasis smartphone dengan berplatform android.
2. Rancang bangun spasial web service ancaman dan resiko bencana alam
menghasilkan sistem informasi spasial yang dapat menyajikan informasi
spasial ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia dalam bentuk yang
dapat diakses oleh tim penanggulangan bencana, masyarakat, wisatawan
dan pihak BNPB melalui desktop dan smartphone.
198
5.3 Saran
1. Pemeliharaan mobile ancaman dan resiko bencana alam indonesia agar
memaksimalkan fungsi dan kinerja sistem.
2. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangan sistem mobile ini pada
perangkat mobile platform lainnya.
3. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangan dan menambahkan fitur
early warning system (EWS) pada aplikasi mobile yang berfunsi sebagai
alert sebelum datangnya bencana alam.
4. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangan dan menambahkan fitur-
fitur penunjang mitigasi lainnya seperti menguhubungkan lokasi badan
penanggulangan bencana setempat untuk memudahkan dalam membantu
proses mitigasi ataupun pasca bencana.
199
DAFTAR PUSTAKA
Al-bahra. 2005. Analisis dan desain sistem informasi. Yogyakarta: Graha ilmu
Anonim, 2007. UURI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723.
Ardian, ym kusuma. 2012. Dengan php membuat website 30 juta rupiah. Jakarta:
Jasakom
Habidin,Handa.2012. Ketangguhan Bangsa dalam menghadapi bencana.
Jakarta:Gema
Hirin, A.M. dan Virgi. 2011. Cepat Mahir Pemrogaman Web dengan PHP dan
MySQL. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Indrajat, Eko Richardus, Prastowo, Bambang N, dan Syukri, Muhammad.2000. Buku
Pintar Linux. Aplikasi Web Database Menggunakan PHP & MySQL. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur
Teori dan Praktik Aplikasi Bisnis. Bandung: Informatika.
Kadir, Abdul. 2005. Dasar Pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP.
Yogyakarta: Andi.
Kadir, Abdul. 2005. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi.
Kendall dan Julie E. 2008. Analisis dan Perancangan Desain Sistem, Edisi 5, Jilid 1.
Jakarta: Indeks.
Ladjamudin AB. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Mathiassen, Lars, Andreas Munk-Madsen, Peter Axel Nielse dan Jan Stage.2000.
Object Oriented Analysis and Design, First Edition. Denmark: Marco
Publishing
Mulyanto, Agus. 2009. Sistem informasi konsep & aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
200
Munawar. 2005. Pemodelan Visual Dengan UML. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ciawi: Ghalia Indonesia.
Nugroho, Adi. 2007. Pemrograman java Untuk Aplikasi basis data Dengan Teknik
XP menggunakan IDE Eclipse. Yogyakarta: Andi Offset.
O’Brien, James A. Introduction to Information System, Twelfth Edition. Mc Graw-
Hill, Northen Arizona. 2005.
Peranginangin, Kasiman. 2006. Aplikasi Web dengan PHP dan MySQL. Yogyakarta:
Andi.
Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView, cetakan
kedua, Bandung: Informatika.
Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar. Bandung:
Informatika.
Probst, Gilbert, Raub Steffen, dan Kai Romhardt. Knowledge Management : Building
Block for Success. John Wiley & Sons Ltd. Baffin Lane. Chichester, England.
2000.
Riyanto dan Eka, H. 2009. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi
Georafis,Berbasis Desktop dan Web. Yogyakarta: Gava Media
Rossa dan Shalahuddin. 2011. Rekayasa Perangkat Lunak. Bandung: Modula.
Safaat, Nazaruddin. 2011. Android Pemrograman Aplikasi Mobie Smartphone dan
Tablet PC Berbasis Android. Bandung: Informatika
Simarmata dan Prayudi. 2006. Basis Data. Yogyakarta: Andi
Soekarno, Mohamad. 2006. Membangun Website Dinamis Interaktif dengan
PHPMySQL. Jakarta:Eksa Media Press.
Strauss, Judy dan Raymond Frost. 2009. E-Marketing. 5th Edition. New Jersey, USA
: Prentice-Hall, Inc.
Sugiarti, Yuni. Analisis dan Perancangan UML (Unified Model Language) Generate
VB.6 Disertai Contoh Studi Kasus dan Interface Web. Graha Ilmu,
Yogyakarta. 2013.
201
Supardi, Yuniar. 2011. Semua Bisa Jadi Programer Android. Jakarta: Elex Media.
Wacana,Petrasa.2011. Konsep Pemetaan Resiko Bencana. Jakarta: Andi.
Whitten JL, Bentley LD, Dittman KC. 2004. Metode Desain & Analisis Sistem, Edisi
6. Yogyakarta: Andi.
Wibowo, A. 2007. 16 Aplikasi Gratis untuk Pengembangan Situs Web. Yogyakarta:
Andi.
Zheng, Pei dan Ni, Lionel. 2006. Smartphone & Next Generation Mobile Computing.
San Fransisco: Morgan Kaufman.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------
Halim, Lutfi. 2008. xml web service pertukaran data. Skripsi. Bandung: Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Padjajaran.
Kurniawati, Ana dan Herdiyanti, Dita. 2013. Rancang Bangun Aplikasi Layanan
Berbasis Lokasi Mall dan Restoran di Bekasi.Skripsi.Jakarta: Fakultas Ilmu
Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma.
Nasaruddin dan Khairul Munadi.2011. Sistem informasi multi ancaman bencana
alam di aceh .Skripsi. Banda Aceh: Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Syiah Kuala Lumpur.
Setyaningrum. 2010. Persepsi Masyarakat tentang Mitigasi Bencana Kegempaan di
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------
[BMG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2012 Gempa bumi Seisme. Tersedia
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012 Bencana dalam Islam .
Tersedia: GEMA BNPB Vol.3 No.2 ISSN 2088-6527
202
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012 Tantangan dalam
penanggulangan Bencana. Tersedia: GEMA BNPB Vol.3 No.1 ISSN 2088-
6527
_____. 2010. Evaluasi Program Transmigrasi tahun 1970-2010. Jakarta: Ke-187
Arti Penting Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Mengurangi Resiko
Bencana mentrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
_____. 2006. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 tentang
Pedoman Umum Mitigasi Bencana.
_____. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di
Indonesia. Jakarta: Direktorat Mitigasi Lakhar BAKORNAS PB.
_____. 2009. Safer Communities through Disaster Risk Reduction in
Development/SC-DRR Programme. Term of Reference CFP-DRR-
UNDP/CPRU/ 8/2009
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------
Framework, Genesis. Pengertian intranet dan manfaat jaringan komputer. 12 Mei 2014.
http://www.jaringankomputer.org/intranet-pengertian-intranet-kegunaan-manfaat-
intranet/
Priatmodjo,Danang. 2004. Bencana Alam. Tersedia :
http://mpbi.org/2010/12/content/v-behaviorurldefaultvml-o.html [30
Desember 2010 5.30 PM]
Sumaatmadja,Nursid. 1991. Bencana Alam. Tersedia :
http://indahistiar.com/2010/12/v-behaviorurldefaultvml-o.html [30 Desember
2010 3.30 PM]
Walisongo. 2013. Pengertian Android. Tersedia: http://ilmukomputer.com/ [20 Mei
2013 08:43 PM
a
LAMPIRAN
b
LAMPIRAN I
PEMBOBOTAN POTENSI ANCAMAN DAN RESIKO BENCANA
NO BENCANA KOMPONEN/INDIKATOR KELAS INDEX BOBOT
TOTAL BAHAN
RUJUKAN RENDAH SEDANG TINGGI
1 Gempa 1. Peta Bahaya Gempa Rendah Sedang Tinggi 100% SNI yang
bumi Bumi (pga value (pga (pga value > merujuk pada
2. Peta Zonasi Gempa < 0.2501) value 0,70) panduan yang
Bumi 2010 (divalidasi 0,2501 – diterbitkan oleh
dengan data kejadian) 0,70 Badan Geologi
Nasional
2 Tsunami Peta Estimasi Ketinggian Rendah Sedang Tinggi 100% Panduan dari
Genangan Tsunami/ Peta (<1 m) (1-3 m) (> 3 m) Badan Geologi
Bahaya Tsunami Nasional-ESDM
dan BMKG
3 Banjir Peta Zonasi Daerah rawan Rendah Sedang Tinggi 100% Panduan dari
banjir (divalidasi dengan (<1 m) (1-3 m) (> 3 m) Kementerian PU,
data kejadian) BMKG dan
Bakosurtanal
4 Tanah Peta Bahaya Gerakan Rendah Sedang Tinggi 100% Panduan dari
Longsor Tanah (divalidasi dengan (zona (zona (zona Badan Geologi
data kejadian) kerentanan kerentan kerentanan Nasinal-ESDM
gerakan an gerakan
tanah sangat gerakan tanahtinggi)
rendah – tanahme
rendah) nengah)
5 Letusan Peta KRB (divalidasi KRB I KRB II KRB III 100% Panduan dari
Gunung dengan data kejadian) Badan Geologi
Api Nasional-ESDM
6 Kekeringan Peta Bahaya Kekeringan Zona bahaya Zona Zona bahaya 100% Panduan dari
sangat bahaya tinggi – BMKG –
rendah – Sedang Sangat Kementerian
rendah Tinggi Pertanian
7 Gel. 1. Tinggi gelombang < 1m 1-2.5 m > 2.5 m 30% Panduan dar
Ekstrim & BMKG dan
c
Abrasi Dishidros
2. Arus (current) <0.2 0.2 - 0.4 >0.4 30% Panduan dar
BMKG dan
Dishidros
3. Tutupan lahan/vegetasi > 80% 40-80% <40% 15% Panduan dari
pesisir (%) Kementerian
Kehutanan
4. Bentuk garis pantai berteluk lurus- lurus 15% panduan dari
berteluk bakosurtanal
8 Cuaca 1 Lahan terbuka Skor Bahaya=0.3333*Lahan
Terbuka+0.3333*(1-Kemiringan Lereng)+0.3333*((Curah Hujan
Tahunan)/5000)
33.33%
Ekstrim 2 Kemiringan Lereng 33.33% Panduan dari
(Angin 3 Curah Hujan Tahunan BMKG
Putting 33.33%
Beliung) Skor Bahaya < 0,34 0,34 - 0,66 > 0,67
9 Kebakaran 1 Jenis Hutan dan lahan Hutan Lahan Padang 40% Panduan dari
Hutan & Perkebunan rumput Kementerian
Lahan ering dan Kehutanan
belukar,
lahan
pertanian
2 Iklim Penghujan Penghujan- Kemarau 30% Panduan dari
kemarau BMKG
3 Jenis tanah Non Semi Organik/ 30% Panduan dari
organik/non organik gambut Puslitanah-
gambut Kementerian
Pertanian
10 Kebakaran 1. Frekuensi (sejarah < 2 % 2-5% > 5 % 100% Panduan dari
Gedung & kejadian) (60%) Damkar-
Pemukiman 2. Dampak (40 %) < Rp 1 M Rp 1 M – 3 > Rp 3 M 15% Kementerian
Kerugian Ekonomi) M Dalam Negeri
3. (Korban) : meninggal - 1 orang > 1 orang 70%
4. Luka berat < 5 orang 5-10 orang > 10 orang 15%
11 Epidemi & Kepadatan timbulnya
Skor Bahaya=(0.25*KTM/10+0.25*KTDB/5+0.
25* KTHIV/AIDS/(0.05)+0.25*KTC/5)*(Log(K
epadatan penduduk/0.01)/Log (100/0.01) )
Wabah malaria(KTM) 25%
Penyakit Kepadatan timbulnya
demam berdarah (KTDB) 25% Panduan dari
Kepadatan timbulnya Kementerian
HIV/AIDS (KTHIV/AIDS) 25% Kesehatan
d
Kepadatan timbulnya
campak (KTC) 25%
Kepadatan penduduk
Skor Bahaya < 0,34 0,34 - 0,66 > 0,67
12 Gagal Jenis Industri (60 %) - Industri Industri 100% Panduan dari
Teknologi manufaktur kimia BPPT, LAPAN,
Kapasitas (40 %) Industri kecil Industri Industri 100% Kementerian
menengah besar Perindustrian
dan Kementerian
Perhubungan
13 Konflik 1. Frekuensi kejadian < 2x 2-3 x > 3x 100% Panduan dari
Sosial (historical) -60% Kementerian
2. Dampak akibat < 5 org 5 - 10 >10 100% Sosial dan Polri
kejadian orang orang
(historical) (40 %)
e
LAMPIRAN
TAMPILAN APLIKASI
1. Tampilan home pengunjung
2. Tampilan Profil Pengunjung
f
3. Tampilan View Peta
a. Tampilan Peta pada WEB
b. Tampilan Peta dengan Google Earth
g
4. Tampilan Berita Pengunjung
5. Tampilan Buku dan Poster Pengunjung
6. Tampilan Login Admin
h
7. Tampilan Home Admin
8. Halaman Upload Peta Admin
i
9. Tampilan Validasi Peta Kepala Pusdatin
10. Tampilan Mobile
j
a. Home
b. Bencana
c. Peta
k
d. Pengetahuan Bencana
l
LAMPIRAN III
HASIL WAWANCARA
nama responden : Bapak Agus
Jabatan : Kepala Pusat Data dan Penelitian
Tempat : Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jl. Ir. H. Juanda No.36 Jakarta Pusat
Tanggal : 20 Februari 2013
Penulis : Begini pa dalam kesempatan ini, saya ingin menanyakan beberapa hal menyangkut penelitian yang saya lakukan di Badan Penanggulangan Bencana Nasional mengenai mitigasi bencana .
Responden : Dalam mitigasi bencana yang dilakukan biasanya memberikan informasi kepada masyarakat,menyebarkan peta-peta ancaman dan resiko kepada pemerintah setempat dan yang lainnya.
Penulis : Bagaimana selama ini menginformasikan tentang evakuasi jika terjadi bencana khususnya di daerah pantai banten terhadap wisatawan ataupun masyarakat sekitar?
Responden : Masih menggunakan peta manual dan informasi manual tetapi ada informasi-informasi tertentu sudah bias diakses di website
Penulis : apa kekurangan dari informasi tentang mitigasi bencana selama ini?
m
Responden : Begini kekurangannya adalah belum tersedianya informasi ancaman dan resiko rawan bencana yang berupa peta dan khususnya dalam smartphone seperti android, karena kita tahu masyarakat sekarang lebih suka yang praktis dan android sedang booming di Indonesia, jadi mungkin akan lebih bagus jika ada ade buat aplikasi di android tentang ancaman dan resiko bencana ini.
Penulis : apakah sudah menggunakan sistem informasi geografis, seperti membuat peta jalur evakuasi yang lebih interaktif yang bisa digunakan oleh masyarakan secara lebih mudah? Jika belum adakah keinginan?
Responden : Untuk peta kita bisa lihat gambar jpeg di dalam web yang tersedia selama ini dan mungkin akan lebih bagus jika ada versi mobilenya
Penulis : Jadi rencananya dalam penelitian saya akan membuatkan sebuah aplikasi berbasis mobile mengenai mitigas bencana gempa dan tsunami di daerah pesisir selatan banten, yang nantinya berisi informasi mengenai jalur evakuasi bencana yang ada ada, titik-tik aman, dan tempat-tempat yang memungkinkan jadi tempat pengungsian, serta informasi tentang proses evakuasi jika terjadi bencana gempa yang mungkin menyebabkan tsunami. Yang nantinya juga masyarakat bisa melihat informasi-informasi terkait bencana dan proses evakuasi secara mudah, sehingga tidak terjadi kepanikan. Dan juga untuk badan penanggulangan bencana dapat secara cepat dalam proses mitigasi bencana dan juga bisa digunakan sebagai alat dan bahan penyuluhan, juga dapat memberikan keputusan mengenai tindakan apa yang harus dilakukan jika terjadi kejadian luar biasa (KLB).
Responden : Lebih baik ade terfokus pada pembuatan sistem android yang bisa menampilkan peta ancaman dan resiko bencana alam, untuk daerahnya seluruh Indonesia, karena belum adanya informasi itu kepada masyarakat dan bisa adik membuat aplikasi di dalam android .
n
Penulis : Bagaimana saya mendapatkan informasi dan data-data untuk penelitian saya? apakah bapak memiliki data-data tersebut?
Responden : Adik bisa lakukan penelitian disini, tetapi untuk data dan informasi akan kami control sepenuhnya .
Penulis : Apa saja tampilan yang dibutuhkan Badan penanggulangan bencana nasional didalam peta ataupun aplikasi yang rencananya akan saya buat pak?
Responden : Ya menampilka peta ancaman dan peta resiko bencana itu yang pastinya, dan juga mungkin tambahan lain mengenai informasi kejadian bencana atau juga informasi tentang bencana itu sendiri
Penulis : Jika aplikasi saya selesai apakah bapak mau membantu mengkoreksi
Responden : Boleh
Penulis : Pertanyaan terakhir, apakah ada yang perlu ditambahkan?
Responden :
o
LAMPIRAN IV
Source Code
<!DOCTYPE html> <!--[if IE 8]> <html class="no-js lt-ie9" lang="en" > <![endif]--> <!--[if gt IE 8]><!--> <html class="no-js" lang="en" > <!--<![endif]--> <head> <meta charset="utf-8"> <title>BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Website </title> <meta content='Badan Nasional Penanggulangan Bencana (disingkat BNPB) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas membantu Presiden Republik Indonesia dalam: mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu; serta melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum, pada saat, dan setelah terjadi bencana yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat, dan pemulihan.'/> <meta name='robots' content='noindex, nofollow' /> <meta content='BNPB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Bencana, Gempa, Cuaca, Banjir, Gunung Api, Status Gunung' name='KEYWORDS'/> <meta http-equiv='Content-Type' content='Type=text/html; charset=utf-8'/> <meta content='Indonesia' name='geo.placename'/> <meta name="language" content="id" /> <meta content='Badan Nasional Penanggulangan Bencana (disingkat BNPB) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen' name='subject'/> <meta content='BNPB' name='Author'/> <meta content='all' name='audience'/> <meta content='general' name='rating'/> <link type="text/css" media="screen" rel="stylesheet" href="css/responsive-tables.css" /> <link rel="stylesheet" href="css/foundation.css"> <link rel="stylesheet" href="css/normalize.css" /> <link rel="stylesheet" href="css/style.css" /> <link href="css/jquery.bxslider.css" rel="stylesheet" /> <link rel="shortcut icon" href="img/icon.ico" type="image/x-icon" /> <link type="text/css" media="screen" rel="stylesheet" href="css/dropdownmenu.css" /> <link rel="stylesheet" type="text/css" href="css/datepicker.css" />
p
<link rel="stylesheet" type="text/css" href="css/bootstrap-datetimepicker.min.css" /> </head> <body> <div class="head"> <div class="row"> <div class="large-7 columns"> <img src="img/logo.png"> </div> <div class="large-5 columns" style="margin-top: 15px;"> <div class="row"> <div class="large-4 columns"> </div> </div> </div> </div> </div> <!-- Nav Wrap --> <div class="bgmenu"> <div class="menu"> <div class="row"> <div class="large-12 column"> <nav class="top-bar menu"> <section class="top-bar-section menu"> <!-- Left Nav Section --> <ul class="left menu"> <li class="menu active" style="border-right:solid 1px #F29D00;" bgcolor="#F29D00"><a href="index.html">BERANDA</a></li> <li class="menu" style="border-left:solid 1px #FFAF1C;border-right:solid 1px #F29D00;"><a href="berita.html">BERITA</a></li> <li class="menu" style="border-left:solid 1px #FFAF1C;border-right:solid 1px #F29D00;"><a href="profil.html">PROFIL</a></li> <li class="menu" style="border-left:solid 1px #FFAF1C;border-right:solid 1px #F29D00;"><a href="pengetahuan.html">PENGETAHUAN BENCANA</a></li> <li class="has-dropdown" style="border-left:solid 1px #FFAF1C;border-right:solid 1px #F29D00;"><a href="buku.html">Publikasi</a> <ul class="dropdown"> <li style="border-top:solid 1px #FFFFFF;"><a href="buku.html">PUSTAKA</a></li> <li style="border-top:solid 1px #FFFFFF;"><a href="galeri.html">GALERI</a></li> </ul>
q
</li> <li class="menu" style="border-left:solid 1px #FFAF1C;"><a href="kerjasama.html">KERJASAMA</a></li> </ul> <!-- Right Nav Section --> <ul class="right"> </ul> </section> </nav> </div> </div> </div> </div> <!-- Fokus --> <div class="padding" style='margin-top: -10px'> </div> <!--SLIDER--> <!-- Slides --> <div class="row" style="margin-top: -10px; margin-bottom: -30px;"> <ul data-orbit> <li> <img src="img/brit.jpg"/> <div class="orbit-caption"> <a href="http://bnpb.go.id/berita/2114/kunjungan-british-army-dan-tni-ad-ke-bnpb" style="line-height:30px;font-style: normal; color: white"> Kunjungan British Army dan TNI AD ke BNPB </a> </div> </li> <BR> </ul> </div> <!-- Caption --><br><br> <div class="row container"> <div class="boxgrid caption first">
r
<a href="geospasial.html"> <img src="img/geospasial.jpg" style="height:180px;"/> <!--<div class="cover boxcaption"><p class="boxcaptionp">"Layanan data spasial BNPB. Terdapat peta bencana yang siap cetak dan data siap pakai berupa map service, maupun KML kejadian bencana."</p></div>--> </a> <a href="dibi.html"> <img src="img/dibi.jpg" style="height:180px;"/> <!--<div class="cover boxcaption"><p class="boxcaptionp">"Menyajikan data dan informasi bencana Indonesia dan analisisnya sampai tingkat kabupaten/kota."</p></div>--> </a> <a href="pantauanbencana.html"> <img src="img/pantauan_bencana.jpg" style="height:180px;"/> <!--<div class="cover boxcaption"><p class="boxcaptionp">"Peta interaktif informasi kejadian bencana Indonesia dan dampaknya dalam sebulan terakhir. Input data secara realtime dan manual."</p></div>--> </a> </div> </div> <div class="clear"></div> <!-- CONTENT AREA --> <div class="row" style="margin-top: 5px; vertical-align:top;"> <!--MAIN--> <table border="0" cellspacing="0px" cellpadding="0px" width="100%"> <tr style="vertical-align:top !important;"> <td class="bgwhite" style="vertical-align:top !important;padding:10px 10px 10px 10px;"> <div class="labelorage2 small-4 columns" style="margin-bottom:10px;">Berita Terbaru</div> <div class="small-12"> <br/><br/> </div> <!--END MAIN--> <div class="small-12" style="margin-top:20px !important;padding:0px 10px !important;"> <a href="http://bnpb.go.id/berita/2183/51-pejabat-dilantik-di-lingkungan-bnpb"> <h4 class="tittle"> 51 Pejabat Dilantik di Lingkungan BNPB </h4> </a>
s
<div class="small-12 columns publisher" style='margin-left: -10px; margin-bottom:15px;'> 5 September 2014 13:02 WIB </div> <div class="paragraph"> <img src="img/pelantikan.jpg" width="150px" style="border:solid 0px #000000;margin:5px 5px 3px 0px;float:left;padding:0px 10px 0px 0px;"/> SENTUL - Pelaksana Tugas Sekretaris Utama BNPB, Ir.Dody Ruswandi,MSCE melantik 51 pejabat di lingkungan BNPB untuk jabatan eselon II, eselon III dan eselon IV, di Gedung INA-DRTG BNPB, Sentul, Jawa Barat (5/9)... <a href="http://bnpb.go.id/berita/2183/51-pejabat-dilantik-di-lingkungan-bnpb"> Selengkapnya</a> </div> </div> <BR><BR> <div class="small-12" style="margin-top:20px !important;padding:0px 10px !important;"> <a href="http://bnpb.go.id/berita/2182/info-bencana-edisi-agustus-2014"> <h4 class="tittle"> Info Bencana Edisi Agustus 2014 </h4> </a> <div class="small-12 columns publisher" style='margin-left: -10px; margin-bottom:15px;'> 5 September 2014 09:26 WIB </div> <div class="paragraph"> Bulan Agustus 2014 telah terjadi 55 kejadian bencana, dimana tanah longsor adalah yang paling banyak terjadi. Bencana tanah longsor paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Barat. Longsor yang terjadi di beberapa wilayah, yaitu Kota Bogor, Cianjur, Muna, Magelang, dan Klaten telah menimbulkan korban meninggal. Selain longsor, bencana banjir juga terjadi di banyak wilayah di Indon.. <a href="http://bnpb.go.id/berita/2182/info-bencana-edisi-agustus-2014"> Selengkapnya</a> </div> </div> </td>
t
<td class="bgwhite" style="padding:5px;width:300px; min-width:300px; vertical-align:top !important; border-left: 1px solid #cbcbcb;"> <!--SIDEBAR--> <div class="large-12 column" style="background-color:white;margin:0px 0px 10px 0px;padding:0px;">‌</div> <div class="labelmerah">Gempa Terkini</div> <a href="http://bnpb.go.id/gempa-terkini"><img src="img/intensity.jpg" width="300px" style="padding: 5px 0px;" /></a> <p style="font-size: 13px;padding: 0px 20px 5px;margin-bottom:10px;text-align:left;"> Waktu gempa: 07-09-2014 02:50:22 WIB<br/> Magnitudo: 5.0 SR, 154 km BaratDaya KAB-MALANG-JATIM<br/> Lintang: -9.6 Bujur: 112.51<br/> Kedalaman: 10 Km </p> <div class="large-12 column labelmerah" style="margin:20px 0px;">PRAKIRAAN CUACA</div> <div class="small-12 column" style="margin-left: 3px;"> <div class="small-6 column" style="text-align: left; font-size: 12px; line-height:16px;" > <div class="row" style="margin-bottom:30px;"> <div class="small-5 column"><img src="img/HujanRingan.gif" /></div> <div class="small-7 column" style="text-align:left"> <div class="row"><b>Medan</b></div> <div class="row">Hujan Ringan</div> <div class="row">23 - 33</div> </div> </div> </div> <div class="small-6 column" style="text-align: left; font-size: 12px; line-height:16px;" > <div class="row" style="margin-bottom:30px;"> <div class="small-5 column"> <img src="img/CerahBerawan.gif" /></div> <div class="small-7 column" style="text-align:left"> <div class="row"><b>Makassar</b></div>
u
<div class="row">Cerah Berawan</div> <div class="row">20 - 34</div> </div> </div> </div> <div class="small-12 column" style="text-align: left; font-size: 12px; line-height:16px;" > </div> <div class="small-6 column" style="text-align: left; font-size: 12px; line-height:16px;" > <div class="row" style="margin-bottom:30px;"> <div class="small-5 column"> <img src="img/Cerah.gif" /></div> <div class="small-7 column" style="text-align:left"> <div class="row"><b>Jakarta</b></div> <div class="row">Cerah</div> <div class="row">22 - 33</div> </div> </div> </div> <div class="small-6 column" style="text-align: left; font-size: 12px; line-height:16px;" > <div class="row" style="margin-bottom:30px;"> <div class="small-5 column"> <img src="http://bnpb.go.id/site/assets/img/CerahBerawan.gif" /></div> <div class="small-7 column" style="text-align:left"> <div class="row"><b>Surabaya</b></div> <div class="row">Cerah Berawan</div> <div class="row">23 - 33</div> </div> </div> </div> <!--div class="small-12 row column" style="font-size:12px;margin-right:10px;">Sumber: <a href="http://www.bmkg.go.id">BMKG</a></div--> </div> <div class="large-12 column" style="font-size:12px;line-height:14px;margin-top:0px;padding-right:20px;text-align:right"> <a href="http://bnpb.go.id/prakiraan-cuaca"> Selengkapnya »</a>
v
</div> <!-- <a style="font-size: 0.7em;">kota lainnya>>></a> --> </div> </td> </tr> </table> </div> <!--FOOTER BOX--> <div class="row" style="margin-top: -15px;height:60px !important;"> <div class="small-4 column" style="padding:0px 5px 0px 0px;margin:0px;" > <div class="labelorage2">Publikasi</div> <div class="small-12 column publikasi bgwhite" style="padding:15px 5px;min-height:210px;"> <div class="small-12 column publikasi-content" style="margin-bottom:5px;"> <img style="float:left; margin: 0px 5px 5px 0px;" src="img/cover.jpg"/> <!--<label style="color: orange;margin:0px 0px 10px;"><strong>TERBARU</strong></label>--> <a href="http://bnpb.go.id/uploads/publication/1056/info_bencana_Agustus_2014.pdf" style="font-size:13px;line-height:10px !important;text-align:justify;font-weight:bold;text-decoration:underline;"> Info Bencana Edisi Agustus 2014 </a> <p class="published publikasi_depan" style="font-size:13px;padding-top:15px;line-height:15px !important;"> </p> </div> <div class="small-12 column publikasi-content" style="margin-bottom:5px;"> <a href="http://bnpb.go.id/uploads/publication/1055/info bencana Juli 2014.pdf" style="font-size:13px;line-height:10px !important;text-align:justify;font-weight:bold;text-decoration:underline;"> Info Bencana Edisi Juli 2014 </a> </div>
w
<div class="small-12 column publikasi-content" style="margin-bottom:5px;"> <a href="http://bnpb.go.id/uploads/publication/1031/Gema 6-23-14 (1).pdf" style="font-size:13px;line-height:10px !important;text-align:justify;font-weight:bold;text-decoration:underline;"> GEMA BNPB Mei 2014 Volume 5 Nomor 1 </a> </div> </div> </div> <div class="small-4 column" style="padding:0px;margin:0px;" > <div class="labelorage2">Siaran Pers</div> <div class="small-12 column publikasi bgwhite" style="padding:15px 10px 0px 15px;min-height:210px;"> <ul style="list-style: none; margin-bottom:0px; padding-bottom:0px;"> <li style="margin-bottom:0px;"> <a href="http://bnpb.go.id/siaran-pers/16/gempa-56-sr-guncang-pacitan-dan-sekitarnya" style="text-align:justify;font-size:14px;font-weight:bold;text-decoration:underline;"> GEMPA 5,6 SR GUNCANG PACITAN DAN SEKITARNYA </a><br /> <p style="font-size:13px;text-align:justify;"> BMKG melaporkan bahwa telah terjadi gempa 5,6 SR pada Senin (14-7-2014) pukul 12.05 Wib di 104 km tenggara Pacitan atau 109 km bar </p> </li> <li style="margin-top:4px;"> <a href="http://bnpb.go.id/siaran-pers/15/pengungsi-sinabung-butuh-130000-lembar-seng" style="text-align:justify;font-size:14px;font-weight:bold;text-decoration:underline;"> PENGUNGSI SINABUNG BUTUH 130.000 LEMBAR SENG </a><br /> <p style="font-size:12px;text-align:justify;"> Gunung Sinabung kembali meletus disertai awan panas guguran (lava pijar) dengan jarak luncur 4 km ke arah selatan pada Sabtu (12-7) </p> </li> </ul> </div>
x
</div> <div class="small-4 column" style="padding:0px;margin:0px;" > <div class="labelorage2">Twitter</div> <div class="small-3 column" style="padding:0px 10px; margin:0px;"> <a class="twitter-timeline" href="https://twitter.com/search?q=BNPB_Indonesia" data-widget-id="460327645083746304">Tweets about "BNPB_Indonesia"</a> <script>!function(d,s,id){var js,fjs=d.getElementsByTagName(s)[0],p=/^http:/.test(d.location)?'http':'https';if(!d.getElementById(id)){js=d.createElement(s);js.id=id;js.src=p+"://platform.twitter.com/widgets.js";fjs.parentNode.insertBefore(js,fjs);}}(document,"script","twitter-wjs");</script> <!-- <a class="twitter-timeline" href="https://twitter.com/BNPB_Indonesia" data-widget-id="404834308679933952" height="150">Tweets by @BNPB_Indonesia</a> <script>!function(d,s,id){var js,fjs=d.getElementsByTagName(s)[0];if(!d.getElementById(id)){js=d.createElement(s);js.id=id;js.src="https://platform.twitter.com/widgets.js";fjs.parentNode.insertBefore(js,fjs);}}(document,"script","twitter-wjs");</script> --> </div> </div> </div> </div> </div> </div> </div> <div class="row" style="margin-top: -40px"> <div class="large-12 columns" style="border-bottom: 5px solid #003399;"> ‌ </div> </div>
y
<div class="row"> <div class="large-6 columns left" style="margin: 10px 0px;padding:0px;"> <p class="footer"> <strong>BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA</strong><br> Jl. Ir. H. Juanda No 36 Jakarta Pusat<br> Telp. 021-3442734, 3442985, 3443079<br> Fax. 021-3505075<br> Email: <a href='mailto:[email protected]'>[email protected]</a> </p> </div> <div class="large-3 columns left" style="margin: 10px 0px;padding:0px;"> <p class="footer"> <strong>PUSDALOPS BNPB</strong><br> Telp: 021-3458400<br /> Fax: 021-3458500<br /> Email: <a href='mailto:[email protected]'>[email protected]</a> </p> </div> <div class="large-3 columns left" style="margin: 10px 0px;padding:0px;"> <div style="background: white;border:solid 1px #ccc;padding:0px 20px;"> <a href="http://facebook.com/infobnpb" target="_blank"><img src="img/facebook2.png" height="50" width="50" style="padding: 10px 0 10px 10px;" /></a> <a href="http://twitter.com/BNPB_Indonesia" target="_blank"><img src="img/twitter.png" height="50" width="50" style="padding: 10px 0 10px 10px;"/></a> <a href="http://www.youtube.com/user/BNPBIndonesia/videos?view=0&flow=grid" target="_blank"><img src="img/youtube.jpg" width="95" height="100" style="padding: 10px 0 10px 0px; float: right;" /></a> </div> </div> </div> <br/><br/> <!-- Piwik --> <!-- Piwik --> <script type="text/javascript"> var _paq = _paq || []; _paq.push(["setDocumentTitle", document.domain + "/" + document.title]);
z
_paq.push(["setCookieDomain", "*.bnpb.go.id"]); _paq.push(["trackPageView"]); _paq.push(["enableLinkTracking"]); (function() { var u=(("https:" == document.location.protocol) ? "https" : "http") + "://114.134.65.70/piwik/"; _paq.push(["setTrackerUrl", u+"piwik.php"]); _paq.push(["setSiteId", "1"]); var d=document, g=d.createElement("script"), s=d.getElementsByTagName("script")[0]; g.type="text/javascript"; g.defer=true; g.async=true; g.src=u+"piwik.js"; s.parentNode.insertBefore(g,s); })(); </script> <!-- End Piwik Code --> <noscript><p><img src="http://114.134.65.70/piwik/piwik.php?idsite=1" style="border:0;" alt="" /></p></noscript> <!-- End Piwik Code --> <!-- BEGIN JAVASCRIPTS --> <!--script src="js/jquery-1.7.1.min.js"></script--> <script src="js/jquery-1.8.3.min.js"></script> <!-- bxSlider Javascript file --> <script src="js/jquery.bxslider.min.js"></script> <!-- bxSlider CSS file --> <script type="text/javascript"> $(document).ready(function() { $('.slider1').bxSlider({ slideWidth: 310, minSlides: 1, maxSlides: 3, slideMargin: 0, auto: false, nextSelector: '#slider-next', prevSelector: '#slider-prev', nextText: ' <img class="slide_next" src="img/arrow_next.png"/>', prevText: '<img class="slide_prev" src="img/arrow_prev.png"/> ' }); $('.homeslide').bxSlider({ mode: 'fade', captions: true, auto: true }) });
aa
</script> <script type="text/javascript"> document.write('<script src=' + ('__proto__' in {} ? "http://bnpb.go.id/site/assets/js/vendor/zepto" : "http://bnpb.go.id/site/assets/js/vendor/jquery") + '.js><\/script>') </script> <script type="text/javascript" src="js/foundation.min.js"></script> <script type="text/javascript" src="js/foundation.orbit.js"></script> <script type="text/javascript" src="js/foundation.topbar.js"></script> <script type="text/javascript" src="js/bootstrap.min.js"></script> <script type="text/javascript" src="js/bootstrap-datepicker.js"></script> <script type="text/javascript" src="js/bootstrap-datetimepicker.min.js"></script> <script type="text/javascript" src="js/jquery.dataTables.min.js"></script> <script type="text/javascript" src="js/DT_bootstrap.js"></script> <script type="text/javascript"> $(document).foundation(); </script> <script> jQuery(document).ready(function($) { jQuery.fn.dataTableExt.aTypes.unshift( function ( sData ) { var sValidChars = "0123456789-,"; var Char; var bDecimal = false; /* Check the numeric part */ for ( i=0 ; i<sData.length ; i++ ) { Char = sData.charAt(i); if (sValidChars.indexOf(Char) == -1){ return null; } /* Only allowed one decimal place... */ if ( Char == "," ) { if ( bDecimal ){ return null; } bDecimal = true; } }
bb
return 'numeric-comma'; } ); jQuery.fn.dataTableExt.oSort['numeric-comma-asc'] = function(a,b) { var x = (a == "-") ? 0 : a.replace( /,/, "." ); var yourAudio = document.getElementById('audio_id3245942'), ctrl = document.getElementById('audioControl'); ctrl.onclick = function () { // Update the Button var pause = ctrl.className === 'audio_on'; ctrl.className = pause ? 'audio_off' : 'audio_on'; // Update the Audio var method = pause ? 'pause' : 'play'; yourAudio[method](); // Prevent Default Action return false; }; */ $(document).ready(function() { $('.audio_control').each(function () { var ctrlID = $(this).attr('id'); var ctrlID_split = ctrlID.split('_'); var audID = $('#audio_id'+ctrlID_split[1])[0]; var ctrlAud = $('#'+ctrlID)[0]; ctrlAud.onclick = function () { var pause = ctrlAud.className === 'audio_on audio_control'; ctrlAud.className = pause ? 'audio_off audio_control' : 'audio_on audio_control'; var method = pause ? 'pause' : 'play'; audID[method](); return false; };
cc
}); // on load of the page: switch to the currently selected tab var hash = window.location.hash; $('#multitab a[href="' + hash + '"]').tab('show'); // store the currently selected tab in the hash value $("ul.nav-tabs > li > a").on("shown.bs.tab", function (e) { var id = $(e.target).attr("href").substr(1); window.location.hash = id; }); }); $(document).on('change', '.search_link_kab :text', function() { var input = $(this).val(); alert(input); }); </script> <!-- END JAVASCRIPTS --> </body> </html>
dd
LAMPIRAN V
SURAT-SURAT
ee
ff