skripsi kekuatan otot pada pasien pasca stroke …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf ·...

141
i SKRIPSI PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK DI RSUD DR. HARJONO PONOROGO DISUSUN OLEH : ANNISA’USH SHOLIHAH NIM 201302059 PRODI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

i

SKRIPSI

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

DI RSUD DR. HARJONO PONOROGO

DISUSUN OLEH : ANNISA’USH SHOLIHAH

NIM 201302059

PRODI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2017

Page 2: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

ii

SKRIPSI

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

DI RSUD DR. HARJONO PONOROGO

Dianjukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

DISUSUN OLEH : ANNISA’USH SHOLIHAH

NIM 201302059

PRODI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2017

Page 3: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

iii

Page 4: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

iv

Page 5: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

v

Page 6: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

vi

RIWAYAT HIDUP

Nama : Annisa’ush Sholihah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Ngawi, 24 Januari 1996

Agama : Islam

Alamat : Dsn. Ngale RT 012 RW 01 Ds. Ngale

Kec. Paron Kab. Ngawi

No. Hp/Wa : 085735788823

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. MI PSM NGALE

2. SMP Negeri 4 NGAWI

3. SMA Negeri 1 KEDUNGGALAR

4. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Riwayat Pekerjaan : Belum pernah bekerja

Page 7: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

vii

MOTTO

Tak selamanya kau berada dalam keadaan seperti ini Berdiri tegap dan terlihat sangat kokoh, tetapi Suatu saat kau akan merasakan rasanya terjatuh Tinggal tindakan apa yang akan kau pilih Bangkit atau terpuruk! Hidup itu adalah pilihan Live is choise

Page 8: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

viii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT atas segala nikmat serta kelimpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada junjungan Nabi Muhammad Saw.

Dengan terselesainya skripsi ini, penulis persembahkan skripsi ini untuk : Alm. Mbah Kung, yang selalu mengatakan ingin melihat salah satu cucunya

menjadi petugas kesehatan. Terimakasih mbah kung atas dukungannya, semoga selalu ditempatkan tempat sebaik-baiknya disisi Allah SWT. Aamiin.

Kedua orang tuaku, Babe dan Ibu yang telah memberikan kesempatan untuk sekolah kejenjang lebih tinggi ini, terima kasih yang tak terhingga atas segala do’a, dukungan dan kasih sayang yang telah engkau berikan, sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan dengan gelar sarjana.

Kakakku : Mas Alfan, Mbak Tika , tiada hal yang paling indah saat berkumpul, yang selalu di selingi oleh pertengkaran-pertengkaran kecil, dan selalu memberi ejekan ”anak hansip” karena anak nomer 3 yang tidak diakui negara gara-gara dua anak cukup hehe. Terima kasih atas do’a dan dukungan, dan bantuannya selama ini, hanya karya tulis ini yang aku persembahkan untuk kalian.. Maaf belum bisa menjadi adek yang baik untuk kalian, dan selalu membuat jengkel kalian.

Made Yudi Setiawan, terima kasih atas do’a, dukungan, kasih sayang, perhatian dan kesabaranmu yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga selalu menjadi sesuatu yang aku semogakan. Aamiin.

Ibu Sesaria Betty, S.Kep., M. Kes dan Ibu Sunarsih S.ST., MM. Kes, selaku dosen pembimbing yang tak sekedar membimbing, tapi memberikan semanagt dan motivasi yang sangan besar sehingga skripsi ini terselesaikan. Terima kasih banyak atas kesabaran ibu selama membimbing saya yang banyak kekurangan dan kelalaian

Seluruh Dosen Keperawatan dan staf Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun. Terima kasih banyak semua ilmu, pengalaman, dan bantuan yang telah kalian semua berikan kepada kami.

Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2013 dan khususnya Siela, Eka, Zefri, dan Ari cucuk atas kerja sama dan motivasinya. Serta Teman-teman geng Nusa Indah, terimakasih banyak telah memberikan motivasi dan dukungannya. Selamat berjuang untuk masa depan dan cita-cita kalian. Fighting!

Page 9: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang

telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehinggga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap

Peningkatan Kekuatan Otot di RSUD Dr Harjono Ponorogo”. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai gelat Sarjana

Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Bhakti

Husada Mulia Madiun.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa rangka kegiatan

penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan

tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak

bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis. Untuk itu, dalam

kesesmpatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

:

1. Dr. Made Jeren, Sp. THT selaku direktur RSUD Dr. Harjono

Ponorogo yang telah meemberikan ijin selama proses pengambilan

data.

2. Tohari, S. Kep., Ns selaku kepala ruangan dan seluruh perawat yang

telah memberikan ijin serta kerjasamanya selama proses pengambilan

data.

3. Zaenal Abidin, SKM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun.

4. Mega Arianti P, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

5. Sesaria Betty M, S.Kep., M.Kes selaku pembimbing I yang telah

meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan

bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

Page 10: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

x

Page 11: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

xi

ABSTRAK

Annisa’ush Sholihah

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN

OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK DI RSUD Dr. HARJONO PONOROGO

Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit

neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak secara mendadak, keluhan kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh yang disertai kesemutan. Oleh karena itu, pasien stroke memerlukan rehabilitasi yang tepat dan cepat yaitu mobilisasi dini dengan latihan rentang gerak sendi/latihan ROM. Sehingga dapat mencegah kelemahan otot-otot, mempertahankan/memelihara kekuatan otot dan mencegah kekakuan sendi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan pra-eksperiment (one grups pra-post test) design. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 16 responden. Analisa yang digunakan Uji Paired Sample T Test.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh mobilisasi dini terhadap peningkatan kekuatan otot berupa peningkatan kekuatan otot dimana rata-rata kekuatan otot sebelum diberikan mobilisasi dini 1,75 menjadi 3,31 setelah diberikan mobilisasi dini. Analisa uji Paired Sample T Test didapat nilai Significancy 0,000 (p < 0,1).

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan mobilisasi dini dapat menjadi salah satu upaya dalam peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik.

Kata Kunci : Stroke, mobilisasi dini, kekuatan otot

Page 12: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

xii

ABSTRACT

Annisa’ush Sholihah

EFFECT OF EARLY MOBILIZATION TO ENHANCEMENT MUSCLE

STRENGTH IN ISCHEMIC POST-STROKE PATIENTS IN Dr. HARJONO PONOROGO HOSPITAL

Stroke is a disorder of the blood circulation of the brain that causes sudden

neurological deficits as a result of abrupt ischemia or hemorrhage of cerebral nerve circulation, paralysis complaints on one side of the body or paralysis on one side of the body accompanied by tingling. Therefore, stroke patients require prompt and rapid rehabilitation ie early mobilization with exercise range of motion joints/ROM exercises. So as to prevent muscle weakness, maintain muscle strength and prevent joint stiffness. The purpose of the research was to the influence of early mobilization to increase muscle strength in patients post-stroke ischemic in Dr. Harjono Ponorogo Hospital.

The kind of research was quantitative analytisc with pra eksperiment (one group pre-post test) design. The sampling technique was total sampling, the number of the samples were 16 respondents. The data analysis used was Paired Sample T test analysis.

The results of this research showed that there was significant influence of early mobilization to increase muscle strength. The mean of muscle strength before given early mobilization 1,75 and after given early mobilization 3,31. Paired Sample T test analysis average significancy 0,000 (p < 0,1).

Based on the research result, it is expected early mobilization can be one means in creasing enhancement muscle strength in patients post-stroke ischemic. Keywords : Stroke, early mobilization, enhancement muscle strength

Page 13: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

xiii

DAFTAR ISI

Sampul Depan ......................................................................................................... i Sampul Dalam ........................................................................................................ ii Lembar Persetujuan ............................................................................................... iii Lembar Pengesahan .............................................................................................. iv Lembar Pernyataan .................................................................................................. v Riwayat Hidup ...................................................................................................... vi Motto .................................................................................................................... vii Persembahan ....................................................................................................... viii Kata Pengantar ...................................................................................................... xi Abstrak ................................................................................................................ xiii Daftar isi ............................................................................................................. xvi Daftar Tabel ....................................................................................................... xvii Daftar Gambar ................................................................................................... xviii Daftar Lampiran .................................................................................................. xix Daftar Singkatan .................................................................................................... xx BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 6

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 7

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 7

1.5 Keaslian Penelitian ........................................................................................... 8

1.6 Perbedaan Penelitian ........................................................................................ 8

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA 2.1 Konsep Mobilisasi Dini ................................................................................... 9

2.1.1 Pengertian ............................................................................................... 9

2.1.2 Jenis Mobilisasi .................................................................................... 10

2.1.3 Rentang Gerak ...................................................................................... 11

2.1.4 Manfaat Mobilisasi Dini ....................................................................... 22

2.1.5 Tujuan Mobilisasi Dini ......................................................................... 22

2.1.6 Indikasi ................................................................................................. 23

2.1.7 Kontraindikasi ....................................................................................... 23

2.1.8 Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi Dini ................................ 23

2.1.9 Faktor-faktor Mempengaruhi Mobilisasi .............................................. 24

Page 14: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

xiv

2.2 Fisiologi Otot Rangka ...................................................................................... 25

2.2.1 Mekanisme Kontraksi Otot ................................................................... 25

2.2.2 Kontraksi Otot pada Kekuatan Berbeda-beda ...................................... 26

2.2.3 Remodelling Otot untuk Penyesuaian Fungsi ....................................... 27

2.3 Konsep Kekuatan Otot .................................................................................... 30

2.3.1 Pengertian Kekuatan Otot ..................................................................... 30

2.3.2 Memeriksa dan Menentukan Derajat Kekuatan Otot ........................... 30

2.4 Konsep Stroke ................................................................................................. 33

2.4.1 Pengertian Stroke .................................................................................. 33

2.4.2 Etiologi ................................................................................................. 34

2.4.3 Manifestasi Klinik ................................................................................ 36

2.4.4 Patofisiologi .......................................................................................... 38

2.4.5 Klasifikasi Stroke .................................................................................. 41

2.4.6 Penatalaksanaan Medis ......................................................................... 41

2.4.7 Penatalaksanaan Keperawatan .............................................................. 42

2.4.8 Pemeriksaan Diagnosis ......................................................................... 43

2.4.9 Dampak Stroke ..................................................................................... 44

2.4.10 Rehabilitasi ......................................................................................... 46

2.5 Kerangka Teori ................................................................................................ 48

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ...................................................................................... 49 3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 50

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 51 4.2 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 52

4.2.1 Populasi ................................................................................................ 52

4.2.2 Sampel .................................................................................................. 52

4.2.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi .................................................................. 55

4.3 Teknik Sampling ............................................................................................. 54

4.4 Kerangka Kerja Penelitian .............................................................................. 54

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................................. 56

4.6 Instrumen Penelitian ........................................................................................ 58

Page 15: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

xv

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 60

4.8 Prosedur Penelitian Data ................................................................................. 60

4.9 Teknik Analisa Data ........................................................................................ 62

4.10 Etika Penelitian ............................................................................................. 65

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian .................................................................... 67 5.2 Karakteristik Responden ................................................................................. 68

5.2.1 Karakteristik Pasien Pasca Stroke Iskemik Berdasarkan Umur ........... 68

5.2.2 Karakteristik Pasien Pasca Stroke Iskemik Berdasarkan Jenis

Kelamin ................................................................................................ 68

5.2.3 Karakteristik Pasien Pasca Stroke Iskemik Berdasarkan Pendidikan ... 69

5.2.4 Karakteristik Pasien Pasca Stroke Iskemik Berdasarkan Pekerjaan .... 70

5.3 Hasil Penelitian ............................................................................................... 70

5.3.1 Skala Kekuatan Otot Pada Pasien Pasca Stroke Iskenik Sebelum

Tindakan ............................................................................................... 71

5.3.2 Skala Kekuatan Otot Pada Pasien Pasca Stroke Iskenik Setelah

Tindakan ............................................................................................... 71

5.3.3 Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot

Pada Pasien Pasca Stroke Iskemik ........................................................ 72

5.4 Pembahasan ..................................................................................................... 73

5.4.1 Skala Kekuatan Otot Sebelum Tindakan .............................................. 74

5.4.2 Skala Kekuatan Otot Setelah Tindakan ................................................ 76

5.4.1 Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada

Pasien Pasca Stroke Iskemik ................................................................. 78

5.5 Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 82

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 84 6.2 Saran ................................................................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 16: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penilaian skala kekuatan otot ........................................................... 32 Tabel 4.1 Definisi operasional variabel .......................................................... 57 Tabel 5.1 Tendensi sentral berdasarkan umur pasien stroke di RSUD

Dr. Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017 ............................. 68 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin pasien stroke di

RSUD Dr. Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017 ................. 69 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan pasien stroke di

RSUD Dr. Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017 ................. 69 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan pasien stroke di

RSUD Dr. Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017 ................. 70 Tabel 5.5 Tendensi sentral berdasarkan skala kekuatan otot pada pasien

pasca stroke iskemik sebelum pemberian mobilisasi dini pada responden di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017 .............................................................................. 71

Tabel 5.6 Tendensi sentral berdasarkan skala kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik setelah pemberian mobilisasi dini pada responden di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017 .................................................................................... 71

Tabel 5.7 Uji Normalitas Data Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Pasca Stroke Iskemik di RSUD Dr Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017 ................................................................................... 72

Tabel 5.8 Analisa Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Pasca Stroke Iskemik di RSUD Dr Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017 ................................................ 73

Page 17: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan .................................... 14 Gambar 2.2 Fleksi dan Ekstensi Siku ............................................................. 14 Gambar 2.3 Pronasi dan Supnasi Lengan Bawah ........................................... 15 Gambar 2.4 Pronasi dan Fleksi Bahu .............................................................. 15 Gambar 2.5 Abduksi dan Adduksi Bahu ......................................................... 16 Gambar 2.6 Rotasi Bahu ................................................................................. 17 Gambar 2.7 Fleksi dan Ekstensi Jari-Jari ........................................................ 17 Gambar 2.8 Inversi dan Eversi Kaki ............................................................... 18 Gambar 2.9 Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki ......................................... 19 Gambar 2.10 Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan .................................. 19 Gambar 2.11 Rotasi Pangkal Paha Lutut ........................................................ 20 Gambar 2.12 Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha ......................................... 20 Gambar 2.12 Kerangka Teori .......................................................................... 48 Gambar 3.1 Gambar Kerangka Konsep .......................................................... 49 Gambar 4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 51 Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian .......................................................... 54

Page 18: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Pencarian Data Awal Lampiran 2 : Surat Jawaban Pencarian Data Awal Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Lampiran 4 : Surat Jawaban Izin Penelitian Lampiran 5 : Lembar Permohonan Responden Lampiran 6 : Lembar Persetujuan Responden Lampiran 7 : Lembar Data dan Observasi Lampiran 8 : SOP Mobilisasi Lampiran 9 : Tabulasi Data Lampiran 10 : Data Tendensi Sentral dan Distribusi Frekuensi Lampiran 11 : Hasil Uji Normalitas Lampiran 12 : Hasil Uji Peired T test Lampiran 13 : Dokumentasi Lampiran 14 : Jadwal Penyusunan Skripsi Lampiran 15 : Lembar Revisi Proposal Skripsi Lampiran 16 : Lembar Revisi Skripsi Lampiran 17 : Lembar Konsul Skripsi

Page 19: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

xix

DAFTAR SINGKATAN

AHA : American Heart Asosiation EEG : Electroencephalography MMT : Manual Muscle Testing MRI : Magnetic Resonance Imaging Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar ROM : Range Of Motion RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah TIA : Transient Ischemia Attack TIK :Tekanan Intrakranial WHO : World Health Organization

Page 20: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

xx

DAFTAR ISTILAH Abduksi : Gerakan mendekati tubuh. Adduksi : Gerakan menjauhi tubuh. Afasia : Tidak dapat berbicara (gangguan berbicara). Aneurisma : Pelebaran abnormal pada pembuluh darah. Angiografi serebral : Pemeriksaan terhadap pembuluh darah. Ankilosa : Kekakuan pada sendi (gangguan pada sendi). Anoksia cerebral : Kurangnya suplai oksigen pada otak. Anonimity : Tanpa nama. Antikoagulan : Obat yang dipakai untuk menghambat pembekuan

darah. Antitrombotik : Obat untuk menghambat pembentukan trombi

(gumpalan darah). Aparaksia : Suatu kondisi dimana seseorang tidak bisa

melakukan gerakan yang kita minta. Atherosklerotis : Penyempitan dan pengerasan di dalam pembuluh

darah arteri akibat pengendapan kolestrol dan zat lemak lainnya.

Atrofi : Proses fisiologi umum penyerapan kembali dan kerusakan jaringan.

Cleaning : Pembersihan data. Coding : Pemberian kode pada data. Cofidentiality : Kerahasiaan Dekubitus : Kematian kulit sampai jaringan bawah kulit. Diabilitas : Keterbatasan diri. Disartria : Kesulitan mengendalikan atau mengkoordinasi

otot yang di gunakan. Disfagia : Kesulitan menelan. Dislokasi : Cidera pada sendi (tulang bergeser dari posisi

normal). Diuretik : Obat untuk meningkatkan pengeluaran urine. Edema serebral : Peningkatan jumlah air yang terkandung di dalam

otak. Editing : Pemeriksaan data Ekstensi : Gerakan untuk meluruskan. Embolisme : Penyumbatan pembuluh darah di berbagai bagian

tubuh. Ensefalitis : Peradangan pada jaringan otak setempat (lokal)

atau seluruhnya (difus) Eversi : Gerakan memiringkan telapak kaki ke luar tubuh Fleksi : Gerakan menekuk atau membengkokkan. Frontal : Kepala bagian depan (kening). Hemiparese : Kondisi dimana terjadi kelemahan pada

sebelah atau sebagian kanan/kiri tubuh (tak sepenuhnya lumpuh).

Page 21: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

xxi

Hemiplegi : Kondisi dimana terjadi kelemahan pada sebelah atau sebagian kanan/kiri tubuh (tak dapat bergerak).

Herniasi : Kondisi jaringan otak berubah atau berpindak di karenakan peningkatan tekanan intrakranial.

Hipoksia : Kondisi jaringan kekurangan oksigen. Hipoperfusion sistemik : Penurunan aliran darah ke seluruh tubuh. Infark serebral : Kurangnya suplai darah ke otal. Informed consent : Lembar persetujuan. Intelektual kortikal : Kerusakan memori otak. Intraserebral : Perdarahan yang berasal dari parenkim otak dan

bukan disebabkan oleh trauma. Inversi : Gerakan memiringkan telapak kaki ke dalam tubuh Iskemia : Ketidakcukupan suplai darah ke jaringan atau

organ tubuh. Kongesif : Kegagalan jantung dalam memompa darah yang

dibutuhkan tubuh. Nekrosis : Kematian jaringan. Non hemoragik : Terhentinya aliran darh kebagian otak akibat

tersumbatnya pembluh darah. Non reversibel : Tidak dapat dirubah Poliomeilitis : Penyakit yang di sebabkan oleh virus dan

menyebabkan kelumpuhan otot. Pra-Eksperimental : Salah satu rancangan penelitian. Pronasi : Gerakan menelungkupkan tangan. Processing atau entry data : Proses untuk mengubah data menjadi informasi. Purposive sampling : Teknik pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu yang telah dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Range Of Motion : Latihan rentang gerak Reversible : Dapat diubah. Rotasi : Gerakan dengan cara memutar. Significancy : Penerimaan kesalahan. Supinasi : Gerakan menengadahkan tangan. The silent killer : Penyakit yang timbul hampir tanpa adanya gejala

awal namun menyebabkan kematian. Ultrasonografi Doppler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena. Volunteer : Gerakan yang terjadi secara sadar.

Page 22: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal

dan/atau global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi

syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.

Gangguan syaraf tersebut menimbulkan gejala antara lain : kelumpuhan wajah

atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), mungkin

perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain. Didefinisikan sebagai

stroke jika pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan

(dokter/perawat/bidan) atau belum pernah didiagnosis menderita penyakit stroke

oleh pelayan kesehatan tetapi pernah mengalami secara mendadak keluhan

kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh yang

disertai kesemutan atau baal satu sisi tubuh atau mulut menjadi mencong tanpa

kelumpuhan otot mata atau bicara pelo atau sulit bicara/komunikasi dan atau tidak

mengerti pembicaraan (Kementrian Kesehatan, 2013).

Stroke di bagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik (non hemoragik) dan

stroke hemoragik. Klasifikasi stroke, proporsi stroke iskemik lebih besar dari pada

stroke hemoragik, yaitu 80-86% stroke iskemik dan 15-20% stroke hemoraik

(Price; Wilson, 2006). Peneliti hanya akan meneliti jenis stroke iskemik (non

hemoragik) adalah tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah

ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurarif; Hardhi, 2015). Bagi yang

bertahan hidup memerlukan perhatian besar baik pasien, keluarga dan masyarakat,

Page 23: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

2

pasien akan mengalami hambatan kemampuan fungsional mulai dari aktivitas

untuk bergerak, kegiatan sehari-hari, berkomunikasi dan mengurus diri sendiri.

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya permasalahan pascaserangan stroke

diperlukan usaha rehabilitasi secara terus menerus yang sudah bisa dimulai dari

tahap dini. Makin cepat dilakukan rehabilitasi makin besar kemungkinan

pengembangan fungsinya, juga menghindari kemungkinan komplikasi akibat

imobilisasi (Harun; Saiful, 2013).

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit

jantung koroner dan kanker baik di negara maju maupun negara berkembang.

Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga

meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen (Stroke forum, 2015).

Stroke merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat dicegah (American

Heart Association, 2014).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013,

prevalensi stroke di Indonesia mencapai 12,1%. Diantara semua jenis penyakit

yang tinggi prevalensinya, stroke merupakan penyakit yang datanya paling pesat

peningkatannya. Pada tahun 2007 prevalensinya berkisar pada angka 8,3%.

Jumlah ini meningkat tajam pada tahun 2013 menjadi 12,1%. Provinsi dengan

prevalensi stroke tertinggi yaitu DI Yogyakarta (16,9%). Sulawesi Tengah

(16,6%), dan disusul oleh Jawa Timur dengan prevalensi (16,0%) (Kementrian

Kesehatan, 2013). Tahun 2014 prevalensi stroke di Kabupaten Ponorogo 4,23%

(Dinkes Ponorogo, 2015). Berdasarkan data rekam medis di RSUD Dr. Harjono

Ponorogo pada tahun 2012 jumlah pasien stroke 2098, pada tahun 2013 jumlah

Page 24: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

3

pasien stroke 2494, pada tahun 2014 jumlah pasien stroke 5530. Dan data yang

diperoleh peneliti bulan Januari sampai Februari 2017 terdapat pasien stroke rawat

inap 120 orang (rekam medis di RSUD Dr. Harjono Ponorogo, 2017).

Stroke adalah gangguan perfusi jaringan otak yang diakibatkan oklusi

(sumbatan), embolisme serta perdarahan (patologi dalam otak itu sendiri bukan

karena faktor luar) yang mengakibatkan gangguan permanan atau semantara.

Berat ringannya tergantung pada pembuluh darah yang terkena dan organ yang

divaskularisasi. Demikian juga tanda dan gejala juga tergantung pusat mana yang

mengalami gangguan perfusi, iskemia, atau nekrosis. Persoalan pokok pada stroke

adalah gangguan peredaran darah pada regio otak tertentu. Gangguan bisa di

akibatkan oleh karena hambatan atau oleh karena perdarahan. Apapun

penyebabnya apakah trombosis, emboli atau perdarahan akan menimbulkan

permasalahan yang sama yaitu iskemia. Dari ke empat penyebab tersebut

menimbulkan masalah yang sama, yaitu penghentian suplai darah ke otak, yang

menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berfikir, memori,

bicara, sensasi atau sesuai pusat mana yang mengalami kerusakan (Harun; Saiful,

2013).

Penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan

sementara gerakan. Penderita stroke membutuhkan program rehabilitas untuk

meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan pascaserangan stroke, salah satu

bagian rehabilitasi adalah melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini dengan

latihan pasif dan aktif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya atrofi dan

mencegah terjadinya gangguan pada mobilitas persendian yang diakibatkan oleh

Page 25: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

4

kontraktur dan perlengketan jaringan dan mempercepat kemampuan gerak dan

fungsi yang dapat mengakibatkan peningkatan kemampuan fungsional pasca

stroke. Mobilisasi secara pasif yaitu : mobilisasi dimana pasien dalam

menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau

keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh

dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain. Stroke mungkin

menampakkan gejala, mungkin juga tidak (stroke tanpa gejala disebut silent

stroke), tergantung pada tempat dan ukuran kerusakan. Sekitar 90% pasien yang

terserang stroke tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan setengah badan

mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,

teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk

kemandirian (Kozier, 2005).

Dengan memberikan mobilisasi dini dapat meningkatkan kekuatan otot

karena dapat menstimulasi motor unit yang terlibat maka akan terjadi peningkatan

kekuatan otot, dan kerugian pasien hemiparese bila tidak segera di tangani maka

akan terjadi kecacatan yang permanen (Potter; Perry, 2009). Kekuatan otot

menurut Wuest and Bucher merupakan komponen dasar untuk dapat melakukan

aktivitas fisik sehari-hari secara fungsional. Kekuatan menurut Lubis adalah

sebagai kemampuan sistem neuromuskular untuk menghasilkan sejumlah tenaga,

sehingga mampu melawan tahanan eksternal. Otot yang kuat memberi dukungan

stabilisasi dan keseimbangan di samping akan mampu melakukan gerakan yang

spesifik, sehingga untuk memperoleh kekuatan otot yang optimal diperlukan

program latihan tertentu yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan tujuan latihan

Page 26: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

5

(Wuest and Bucher, 2009; Lubis, 2012 dalam Bambang, 2016). Program latihan

fisik yang disusun bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot sebab kekuatan

otot menurut Lubis akan menentukan kemampuan biomotor lain seperti daya

tahan, keseimbangan, kecepatan dan koordinasi gerak, sehingga secara fungsional

tingkat kekuatan otot tertentu akan mempengaruhi kemampuan fungsional

motorik sehari-hari (Lubis, 2012 dalam Trisnowiyanto, 2016).

Tujuan rehabilitasi dini pada kasus stroke adalah dapat memperbaiki dan

mengembalikan kemandirian dari pasien stroke seperti aktivitas fungsional,

mental dan fungsi emosional (Elizabeth Lee et al, 2010 dalam Kusumawardana,

2011). Salah satu rehabilitasi yang dilakukan adalah mobilisasi dini yang dapat

dilakukan setelah pasien dirawat dalam kurun waktu 24 jam sampai 14 hari pasca

serangan, dikarenakan pada masa ini tingkat kerusakan yang terjadi belum parah.

Mobilisasi dini bertujuan agar kecacatan akibat serangan stroke dapat seminimal

mungkin dan fungsional yang masih tersisa pada penderita dilatih untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien dan yang terbaik adalah dapat bekerja

kembali, dengan pola gerak yang mendekati normal. Mobilisasi dini yang

dilakukan dengan benar akan memberikan hasil yang baik pasca serangan stroke

(Bernhardt J et al, 2010 dalam Kusumawardana, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aini (2013), untuk mengetahui

pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan kekuatan otot pasien hemiparese

post stroke di RSUD Moewardi Surakarta. Rata-rata perbaikan MMT (Manual

Muscle Testing) berkisar antara 1.025 sampai 1.308 (IK 95%). Analisis uji Paired

Sample T Test didapatkan nilai Significancy 0,005 (p<0,05), menunjukkan bahwa

Page 27: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

6

ada perbedaan nilai kekuatan otot antara sebelum dan setelah dilakukan latihan

ROM selama 7 hari dengan frekuensi latihan 1 kali sehari.

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka peneliti mengangkat judul

“pengaruh mobilisasi dini terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca

stroke iskemik”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

“Adakah Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada

Pasien Pasca Stroke Iskemik Di RSUD dr. Harjono Ponorogo?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan

Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Iskemik Di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik sebelum

di berikan mobilisasi dini di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

2) Mengidentifikasi kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik setelah di

berikan mobilisasi dini di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

3) Untuk menganalisis pengaruh antara mobilisasi dini terhadap peningkatan

kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik.

Page 28: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

7

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

1) Bagi Civitas Akademika Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Dari segi pengamban ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan untuk

kemajuan profesi keperawatan dalam bidang pengetahuan dan teknologi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Pasien Stroke

Memberikan informasi tentang mobilisasi dini kepada pasien stroke agar

dapat melaksanakan praktik mobilisasi dan dapat menghindari

kemungkinan komplikasi akibat imobilisasi.

2) Bagi Perawat RSUD dr. Harjono Ponorogo

Memberikan masukan pada profesi keperawatan untuk meningkatkan

Sumber Daya Manusia (SDM) perawat dengan memperbanyak pelatihan –

pelatihan tentang mobilisasi dini pada pasien stroke.

3) Bagi Peneliti

Dapat digunakan sebagai data dasar, acuan, atau informasi untuk

penelitian selanjutnya sebagai refrensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu :

1) Aini (2013) yang berjudul “Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan

Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post Stroke di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta”. Desain penelitian pre eksperiment, menggunakan sampel

Page 29: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

8

pasien hemiparese post stroke 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada perbedaan nilai kekuatan otot antara sebelum dan setelah

dilakukan latihan ROM selama 7 hari dengan frekuensi latihan 1 kali

sehari.

2) Roechana (2014) yang berjudul “Perbedaan Tingkat Kekuatan Otot Pasien

Stroke Yang Diberikan ROM Dengan Terapi Oukup di RSUD Ambarawa

Kabupaten Semarang”. Desain penelitian pre eksperiment, menggunakan

sampel 15 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan

tingkat kekuatan otot penderita stroke yang diberi ROM dengan terapi

oukup.

1.6 Perbedaan Penelitian

Perbedaan dari dua penelitian diatas yaitu perbedaan tempat penelitian,

perbedaan salah satu variabel dalam penelitian diatas. Pada pebelitian ini variabel

independen mobilisasi dini dan variabel dependen peningkatan kekuatan otot pada

pasien pasca stroke iskemik. Tempat penelitian di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

Desain penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan pra-eksperimental (one

grups pra-post test), teknik sampling yang digunakan purposive sampling. Tujuan

penelitian ini untuk mengidentifikasi kekuatan otot pada pasien pasca stroke

iskemik sebelum dan setelah di berikan mobilisasi dini di RSUD Dr. Harjono

Ponorogo selama 7 hari dengan frekuensi latihan 2 kali sehari.

Page 30: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Mobilisasi Dini

2.1.1 Pengertian Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing

penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin

berjalan. Menurut Carpenito (2000 dalam Marlitasari 2010), mobilisasi dini

merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu

esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari defenisi diatas dapat

disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah upaya mempertahankan kemandirian

sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan

fungsi fisiologis.

Aktivitas dan mobilsasi didefinisikan sebagai suatu aksi energrtik atau

keadaan bergerak. Semua manusia yang normal memerlukan kemampuan untuk

dapat bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak walaupun dalam waktu yang

singkat memerlukan tindakan tertentu yang tepat, baik oleh pasien maupun

perawat. Dalam keperawatan untuk menjaga keseimbangan pergerakan, yang

perlu diketahui oleh perawat, antara lain : gerakan setiap persendian, postur tubuh,

latihan dan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas (Heriana,

2014).

Page 31: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

10

2.1.2 Jenis Mobilisasi

Jenis mobilisasi menurut Heriana (2014) yaitu :

1. Mobilisasi Penuh

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas

sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.

Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik

untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

2. Mobilisasi Sebagian

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan

tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf

motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus

cidera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat

mengalami mobilisasi sebagian pada ekstermitas bawah karena kehilangan

kontrol motorik dan sensorik. Mobilisasi sebagian di bagi menjadi dua jenis

yaitu :

a. Mobilisasi sebagian temporer : merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat

disebabkan oleh trauma yang reversibel pada sistem muskuloskeletal,

contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.

b. Mobilisasi sebagian permanen : merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasanyang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan

oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadinya

Page 32: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

11

hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cidera tulang belakang,

poliomeilitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

2.1.3 Rentang Pergerakan

Rentang pergerakan (range of motion) sendi adalah pergerakan maksimal

yang mungkin dilakukan oleh sendi tersebut. Rentang pergerakan sendi bervariasi

dari individu ke individu lain dan ditentukan oleh susunan genetik, pola

perkembangan, ada atau tidaknya penyakit, dan jumlah aktivitas fisik yang

normalnya dilakukan seseorang. Memberikan latihan ROM apabila seseorang

sakit, mereka mungkin perlu melakukan latihan ROM sampai mereka dapat

memperoleh kembali tingkat aktivitas normalnya (Kozier, 2010). Latihan ROM

adalah latihan yang diberikan bila seseorang dalam bahaya gangguan gerak sendi

akibat proses penyakit atau kelemahan. Pasien yang mobilisasi sendinya terbatas

karena penyakit, diabilitas, atau trauma memerlukan latihan sendi untuk

mengurangi bahaya imobilisasi. Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan

mempertahankan kekuatan otot serta memelihara mobilisasi sendi (Heriana,

2014).

Tujuan mobilisasi menurut Heriana (2014) :

1. Mencegah kelemahan otot-otot serta mempertahankan / memelihara kekuatan

otot.

2. Mencegah kekakuan sendi (ankilosa).

3. Mempersiapkan masa sembuh.

4. Mencegah dekubitus.

Page 33: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

12

Latihan ROM aktif adalah latihan isotonik yaitu klien menggerakkan

setiap sendi tubuh dengan serangkaian pergerakan yang komplet, peregangan

secara maksimal semua kelompok otot dalam setiap bidang sendi. Latihan ini

mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot dan membantu

mempertahankan fungsi kardiorespiras pada klien yang mengalami imobilisasi.

Latihan ROM pasif harus dilakukan pada setiap pergerakan lengan, tungkai, dan

leher yang tidak dapat dilakukan oleh klien secara aktif. Seperti latihan ROM

aktif, latihan ROM pasif harus dilakukan sampai ke titik sedikit mendapat

tahanan, tetapi tidak nyaman. Pergerakan harus sistematik dan urutan yang sama

harus dilakukan selama setiap sesi latihan. Setiap latihan harus diulang sebanyak

tiga kali dan seri latihan harus dilakukan dua kali sehari (Kozier, 2010).

Latihan ROM ada dua jenis menurut Heriana (2014) :

1. Latihan gerak pasif

Latihan gerak pasif yaitu suatu latihan dimana energi dan gerakan disiapkan

oleh orang lain (perawat, ahli fisioterapi). Latihan gerak pasif biasanya

dilakukan pada :

a. Pasien semikoma dan tidak sadar.

b. Pasien usia lanjut dengan mobilisasi terbatas.

c. Pasien bedrest total-pasca operasi.

d. Pasien dengan paralisis ekstermitas total.

2. Latihan gerak aktif

Latihan gerak aktif yaitu suatu latihan dimana penderita mampu

menggerakkan sendiri tubuhnya. Perawat berperan mengajarkan dan

Page 34: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

13

menganjurkan pasien untuk menggerakkan sendi mi imal empat kali sehari.

Latihan aktif biasanya dilakukan pada :

a. Pasien dengan paralisis ekstermitas sebagian.

b. Pasien bedrest / tirah baring (tanpa kontraindikasi).

Bagian bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan pada ROM adalah : leher,

jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, pergelangan kaki. Latihan seringkali

diprogramakan oleh dokter dan dikerjakan oleh para terapis fisik. Agar lebih

memahami tentang latihan ROM, perhatikan teknik pelaksanaan tindakan di sertai

gambar :

1. Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

a. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk

dengan lengan.

b. Pegang tangan pasien dengan satu tang dan tangan yang lain memegang

pergelangan tangan pasien.

c. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.

Gambar 2.1 Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

Page 35: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

14

2. Fleksi dan ekstensi siku

a. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak

mengarah ke tubuhnya.

b. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat bahu.

c. Tekuk siku pasien sehingga tangan pasien mendekat ke bahu.

d. Kembalikan ke posisi sebelumnya.

Gambar 2.2 Fleksi dan ekstensi siku

3. Pronasi dan supinasi lengan bawah

a. Atur posisi Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku

menekuk.

b. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan

pasien dengan tangan lainnya.

c. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.

Page 36: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

15

d. Kembalikan ke posisi sebelumnya.

Gambar 2.3 Pronasi dan supinasi lengan bawah

4. Pronasi dan fleksi bahu

a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b. Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.

c. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien

dengan tangan lainnya.

d. Angkat lengan pasien pada posisi semula.

e. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 2.4 Pronasi dan fleksi bahu

5. Abduksi dan adduksi bahu

a. Atur posisi Atur posisi lengan pasien di samping badannya.

Page 37: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

16

b. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien

dengan tangan lainnya.

c. Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat (Abduksi).

d. Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)

e. Kembalikan ke posisi semula (awal).

f. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 2.5 Abduksi dan adduksi bahu

6. Rotasi bahu

a. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.

b. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang

tangan pasien dengan tangan yang lain.

c. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak

tangan menghadap ke bawah.

d. Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.

e. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,

telapak tangan menghadap ke atas.

f. Kembalikan lengan ke posisi semula.

Page 38: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

17

g. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 2.6 Rotasi bahu

7. Fleksi dan ekstensi jari-jari

a. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tangan lain

memegang kaki erat-erat.

b. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah

c. Luruskan jari-jari kaki kemudian dorong ke belakang.

d. Kembalikan ke posisi semula.

Gambar 2.7 Fleksi dan ekstensi jari-jari

Page 39: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

18

8. Inversi dan eversi kaki

a. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu tangan dan pegang

pergelangan kaki dengan tangan satunya.

b. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki yang lain.

c. Kembalikan ke posisi semula

d. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.

e. Kembalikan ke posisi semula.

Gambar 2.8 Inversi dan eversi kaki

9. Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki

a. Letakkan satu tangan pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di

atas pergelangan kaki, jaga kaki lurus dan rileks.

b. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.

c. Kembalikan ke posisi semula.

d. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.

Gambar 2.9 Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki

Page 40: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

19

10. Fleksi dan ekstensi lutut

a. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien

dengan tangan yang lain.

b. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.

c. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.

d. Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas.

Kembali ke posisi semula.

Gambar 2.10 Fleksi dan ekstensi lutut

11. Rotasi pangkal paha

a. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang

lain di atas lutut.

b. Putar kaki menjauhi dari anda.

c. Putar kaki mengarah ke anda.

Page 41: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

20

d. Kembalikan ke posisi semula.

Gambar 2.11 Rotasi pangkal paha

12. Abduksi dan adduksi pangkal paha

a. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit.

b. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat

tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien.

c. Gerakkan kaki mendekati badan pasien.

d. Kembalikan ke posisi semula.

Gambar 2.12 Abduksi dan adduksi pangkal paha

Adapun cara memberikan latihan bila pasien mampu mengerjakannya (latihan

gerak aktif) adalah sebgai berikut :

1. Selagi duduk di tempat tidur tanpa penyangga

a. Gerakkan kepala ke arah leher sehingga leher menjadi tertarik benar-benar.

Page 42: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

21

b. Gerakkan tubuh meliuk ke kiri dan ke kanan.

c. Gerakkan tubuh memutar.

d. Gerakkan tangan menekuk di atas kepala.

e. Luruskan lengan ke samping dan gerakkan berputar-putar.

2. Selagi berbaring tengkurap di tempat tidur

a. Luruskan benar-benar tulang belakang dengan mengangkat kepala serta

lepas dari tempat tidur tanpa di bantu oleh perawat.

b. Luruskan lengan benar-benar dengan mengangkatnya sampai lepas dari

tempat tidur ke arah atas luruskan tungkai benar-benar dengan

mengangkatnya dari tempat tidur ke arah atas.

3. Selagi berbaring terlentang

a. Tekuk lutut dengan menarik paha sampai ke perut.

b. Putar pergelangan kaki ke dalam dan ke luar.

c. Tekuk dan luruskan bergantian jari-jari kaki.

4. Selagi berdiri dengan berpegangan pada sandaran kursi

a. Ayunkan tungkai ke depan dan ke belakang secara berputar.

b. Angkat beban di ats jari-jari kaki dan balik ke tumit.

Evaluasi keperawatan yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk

mengatasi gangguan mobilisasi dini adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan fungsi sistem tubuh.

2. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot.

3. Peningkatan fleksibilitas sendi.

Page 43: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

22

4. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasein, dan ekspresi

pasien menunjukkan keceriaan.

2.1.4 Manfaat Mobilisasi Dini

Manfaat dilakukannya mobilisasi adalah untuk mencegah cacat berat atau

ringan sehingga fungsi optimal dari kaki serta tangan yang lumpuh dapat normal

kembali (Nur, 2013).

Manfaat dari mobilisasi dini (Potter; Perry, 2005) :

1. Mencegah terjadinya kekakuan sendi.

2. Memperlancar sirkulasi darah.

3. Memperbaiki tonus otot.

4. Meningkatkan mobilisasi sendi.

5. Memperbaiki toleransi otot.

2.1.5 Tujuan Mobilisasi Dini

Tujuan dari mobilisasi dini untuk meningkatkan atau mempertahankan

fleksibilitas dan kekuatan otot, mempertahankan fungsi jantung dan kekakuan

pada sendi (Nur, 2013).

Tujuan dari mobilisasi dini (Hoeman, 1996 dalam Sri; Maliya, 2008) :

1. Mempertahankan range of motion.

2. Memperbaiki fungsi pernafasan dan sirkulasi.

3. Menggerakkan seseorang secara dini pada fungsi aktifitas meliputi gerakan di

tempat tidur, duduk, berdiri, dan berjalan.

4. Mencegah masalah komplikasi.

5. Meningkatkan kesadaran diri dari bagian hemiplegi.

Page 44: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

23

6. Meningkatkan kontrol dan keseimbangan duduk dan berdiri.

7. Memaksimalkan aktifitas perawatan diri.

2.1.6 Indikasi Mobilisasi Dini

Adapun indikasi dalam mobilisasi sebagai berikut :

1. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran.

2. Kelemahan otot.

3. Fase rehabilitasi fisik.

4. Klien dengan tirah baring lama.

2.1.7 Kontraindikasi Mobilisasi Dini

Adapun kontraindikasi dalam mobilisasi sebagai berikut :

1. Trombus/emboli pada pembuluh darah.

2. Kelainan sendi atau tulang.

3. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung).

2.1.8 Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi

Memberikan mobilisasi dini dapat meningkatkan kekuatan otot karena

dapat menstimulasi motor unit yang terlibat maka akan terjadi peningkatan

kekuatan otot, kerugian pasien hemiparese bila tidak segera di tangani maka akan

terjadi kecacatan yang permanen (Potter; Perry, 2009).

2.1.9 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

Mobilisasi dini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kozeir (dalam

Ikhsan, 2015) mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mobilisasi

dini adalah sebagai berikut :

Page 45: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

24

1. Gaya Hidup

Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat

meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan

tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara

yang sehat misalnya seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan

seorang pramugari atau seorang pemambuk.

2. Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi

mobilitasnya misalnya seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk

mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi.

Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada

kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena mederita penyakit tertentu

misalnya stroke yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit

kardiovaskuler.

3. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas

misalnya seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berbeda

mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala

keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan

seorang wanita madura dan sebagainya.

Page 46: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

25

4. Tingkat energi

Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi

sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi

dengan seorang pelari.

5. Usia dan status perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan

dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya

akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang

sering sakit.

2.2 Fisiologi Otot Rangka

Otot rangka dan kerangka berfungsi bersama-sama pada sistem

muskuloskeletal. Otot rangka kadang disebut juga otot volunter karena bekerja

dibawah kontrol kesadaran. Otot rangka menggunakan sekitar 25% konsumsi

oksigen pada saat istirahat dan bisa meningkat 20 kali lipat selama berolahraga.

2.2.1 Mekanisme Kontraksi Otot Rangka

Setiap mototneuron yang meninggalkan medula spinalis akan

mempersarafi beragam serabut otot, dan jumlahnya bergantung pada jenis otot.

Semua serabut otot yang dipersarafi oleh satu serabut saraf disebut unit motorik.

Pada umumnya, otot-otot kecil yang bereaksi dengan cepat dan yang

pengaturannya harus tepat mempunyai lebih banyak serabut saraf untuk otot yang

lebih sedikit jumlahnya (misalnya, hanya dua sampai tiga serabut otot per unit

motorik pada beberapa otot laring). Sebaliknya, otot besar yang tidak memerlukan

pengaturan halus, seperti otot dalam satu unit motorik.

Page 47: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

26

Serabut-serabut otot dalam setiap unit motorik tidak seluruhnya terkumpul

bersama-sama dalam satu otot tetapi menumpang tindih unit motorik lain dalam

suatu berkas. Pertautan ini menyebabkan unit motorik yang terpisah akan

berkontraksi untuk membantu unit yang lain dan bukan secara keseluruhan

sebagai segmen sendiri.

2.2.2 Kontraksi Otot pada Kekuatan yang Berbeda-beda

Sumasi kekuatan, sumasi berarti penjumlahan setiap kontraksi kedutan

otot untuk meningkatkan intensitas keseluruhan kontaksi otot. Sumasi terjadi

dalam dua cara : 1) dengan mengingkatkan jumlah unit motorik yang berkontraksi

secra bersama-sama, yang disebut sumasi serabut multipel, dan 2) dengan

meningkatkan frekuensi kontraksi, yang disebut sumasi frekuensi dan dapat

menimbulkan tetanisasi.

1. Sumasi serabut multipel

Bila sistem saraf pusat mengirimkan sinyal yang lemah untuk

menimbulkan kontraksi otot, yang lebih sering terangsang adalah unit motorik

dalam otot yang mengandung serabut otot yang lebih kecil daripada unit

motorik yang lebih besar. Kemudian, ketika kekuatan sinyal meningkat, unit

motorik yang mulai terangsang juga semakin besar, hal ini disebut prinsip

ukuran. Peristiwa tersebut bersifat penting, karena dapat menghasilkan gradasi

kekuatan otto untuk menimbulkan kontraksi lemah pada tahap kecil,

sementara tahap-tahap ini secara progresif akan menjadi semakin besar saat

diperlukan sejumlah besar daya. Penyebab dari prinsip ukuran ini adalah unit

motorik yang kecil, dan motoneuron kecil dalam medula spinalis lebih mudah

Page 48: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

27

terangsang daripada motoneuron besar, sehingga secara alami motoneuron

kecil yang pertama kali akan terangsang.

Gambaran penting lainnya dari sumasi serabut multipel adalah bahwa

berbagai unit motorik dirangsang secara tidak sinkron oleh medula spinalis,

sehingga terjadi kontraksi yang saling bergantian di antara satu unit mottorik

dan unit motorik lainya, sehingga menimbulkan kontraksi yang halus bahkan

pada frekuensi sinyal saraf yang rendah.

2. Frekuensi sumasi dan tetanisasi

Memperlihatkan prinsip-prinsip frekuensi sumasi dan tetanisasi. Ke arah

kiri terihat masing-masing kontraksi kedutan yang terjadi satu setelah yang

lain pada frekuensi yang rendah. Kemudian, ketika frekuensi meningkat,

sampailah pada suatu titik ketika kontraksi yang baru timbul sebelum

kontraksi yang terdahulu berakhir. Sebagai akibatnya, sebagian kontraksi yang

kedua akan ditambahkan pada kontraksi yang pertama, sehingga kekuatan

kontraksi total meningkat secara progresif bersama dengan peningkatan

frekuensi.

2.2.3 Remodelling Otot untuk Penyesuaian Fungsi

Semua otot tubuh secara terus menerus dibentuk kembali untuk

menyesuaikan fungsi-fungsi yang dibutuhkan mereka, antara lain :

Page 49: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

28

1. Hipertrofi Otot dan Atrofi Otot

Bila massa total suatu otot meningkat, peristiwa ini disebut hipertrofi otot.

Bila massanya menurun, peristiwa ini di sebut atrofi otot. Semua hipertrofi

otot adalah akibat dari suatu peningkatan jumlah filamen aktin dan miosin

dalam setiap serabut otot, menyebabkan pembesaran masing-masing serabut

otot. Bila suatu otot tidak digunakan selama berminggu-minggu, kecepatan

penghancuran protein kontraktil akan berlangsung lebih cepat daripada

kecepatan penggangtiannya, karena itu terjadi atrofi otot.

2. Penyesuain Panjang Otot

Bila otot diregangkan panjangnya melebihi normal, dapat terjadi jenis

hipertrofi yang lain. Peristiwa ini menyebabkan bertambahnya sarkomer-

sarkomer baru pada ujung-ujung serabut otot, tempat otot melekat pada

tendon. Bahkan, sarkomer-sarkomer baru ini dapat ditambahkan dengan

kecepatan beeberapa sarkomer per menit pada otot yang baru berkembang,

yang melukiskan kecepatan jenis hipertrofi ini.

Apabila sebaliknya, sarkomer-sarkomer pada ujung-ujung serabut otot dapat

benar-benar menghilang. Melalui proses inilah otot secara kontinu dibentuk

kembali untuk mencapai panjang yang sesuai bagi kontraksi otot tertentu.

3. Hiperplasia Serabut Otot

Pada kondisi yang jarang yaitu pada pembentukan kekuatan otot yang

ekstrem, selain proses hipertrofi serabut, telah diamati pula terjadinya

peningkatan jumlah serabut, telah diamati pula terjadinya peningkatan jumlah

Page 50: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

29

serabut otto yang sesungguhnya (tetapi hanya beberapa persen saja).

Peningkatan jumlah serabut ini disebut hiperplasia serabut.

4. Pengaruh Denervasi Otot

Bila suatu otot kehilangan suplai sarafnya, otot tersebut tidak lagi

menerima sinyal kontraksi yang dibutuhkan untuk mempertahankan ukuran

otot yang normal. Karena itu, atrofi otot hampir segera terjadi. Setelah sekitar

2 bulan, perubahan degeneratif juga mulai tampak pada serabut tumbuh

kembali dengan cepat, pengembalian seluruh fungsi otot secara sempurna

dapat terjadi dalam waktu sekurang-kurangnya 3 bulan, kemampuan

fungsional otot menjadi semakin berkurang, dan setelah 1 sampai 2 tahun

tidak lagi terjadi pengembalian fungsi lebih lanjut.

Pada tahap akhir dari atrofi akibat denervasi, sebagian besar serabut otot

akan rusak dan digantikan oleh jaringan fibrosa dan jaringan lemak. Serabut-

serabut yang tersisa hanya terdiri dari membran sel panjang dengan barisan

inti sel otot tetapi dengan beberapa atau tanpa disertai sifat kontraksi dan

sedikit atau tanpa kemampuan untuk membentuk kembali miofibril jika saraf

tumbuh kembali.

Jaringan fibrosa yang menggantikan serabut-serabut otot selama atrofi

akibat denervasi juga memiliki kecenderungan untuk terus memendek selama

berbulan-bulan, yang disebut kontraktur. Karena itu, satu masalah yang paling

penting dalam melakukan terapi fisik adalah mempertahankan otot yang

sedang mengalami atrofi ini agar tidak mengalami kelemahan (debilitating)

dan kontraktur yang merusak bentuk. Hal ini dicapai dengan melakukan

Page 51: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

30

peregangan otot-otot setiap hari atau dengan menggunkan alat-alat yang

mempertahankan otot-otot agar tetap teregang selama atrofi berlangsung.

2.3 Konsep Kekuatan Otot

2.3.1 Pengertian Kekuatan Otot

Kekuatan otot menurut Wuest and Bucher (2009) merupakan komponen

dasar untuk dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari secara fungsional.

Kekuatan menurut Lubis (2012) adalah sebagai kemampuan sistem

neuromuskular untuk menghasilkan sejumlah tenaga, sehingga mampu melawan

tahanan eksternal. Otot yang kuat memberi dukungan stabilisasi dan

keseimbangan di samping akan mampu melakukan gerakan yang spesifik,

sehingga untuk memperoleh kekuatan otot yang optimal diperlukan program

latihan tertentu yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan tujuan latihan (Wuest

and Bucher, 2009; Lubis, 2012 dalam Bambang, 2016). Program latihan fisik

yang disusun bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot sebab kekuatan otot

menurut Lubis (2012) akan menentukan kemampuan biomotor lain seperti daya

tahan, keseimbangan, kecepatan dan koordinasi gerak, sehingga secara fungsional

tingkat kekuatan otot tertentu akan mempengaruhi kemampuan fungsional

motorik sehari-hari (Lubis, 2012 dalam Trisnowiyanto, 2016).

2.3.2 Memeriksa dan Menentukan Derajat Kekuatan Otot

Pemeriksaan otot atau aktivitas (Khozier, 2010) :

1. Sternocleidomastoideus : Klien menengokkan kepalanya ke salah satu sisi

dengan melawan tahanan tangan anda. Ulangi pemeriksaan ini pada sisi lain.

2. Tranpezius : Klien menaikkan bahunya melawan tahanan tangan anda.

Page 52: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

31

3. Deltoideus : Klien mengangkat kedua lengannya dan melawan dorongan

tangan anda ke arah bawah.

4. Bisep : Klien merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan mencoba

menekuknya selagi anda mencoba menahan lengan klien agar tetap ekstensi.

5. Trisep : Klien menekuk kedua tangannya lengannya dan mencoba

merentangkannya melawan usaha anda untuk membuat lengan klien tetap

fleksi.

6. Otot pergelangan tangan dan jari-jari : Klien meregangkan kelima jarinya dan

melawan usaha anda untuk mengumpulkan kelima jari tersebut.

7. Kekuatan genggaman : Klien menggenggam jari telunjuk dan jari tengah anda

selagi anda mencoba menarik keduanya keluar dari genggaman klien.

8. Otot panggul : Klien menganggakt salah satu tungkainya selagi anda mencoba

mendororng tungkai tersebut ke bawah.

9. Abduksi panggul : Klien berasa pada posisi telentang kedua tungkai ekstensi.

Letakkan kedua tangan anda pada permukaan lateral tiap-tiap lutut klien, klien

meregangkan kedua tungkainya melawan tahanan anda.

10. Aduksi panggul : Klien berada pada posisi yang sama seperti abduksi panggul.

Letakkan tangan anda di antara kedua lutut klien, klien merapatkan kedua

tungkai melawan tahanan anda.

11. Hamstring : Klien berada pada posisi telentang, kedua lutut klien di tekuk.

Klien melawan usaha anda untuk meluruskan tungkainya.

12. Kuadrisep : Klien berada pada posisi telentang, lutut klien setengah ekstensi,

klien melawan usaha anda untuk memfleksikan lututnya.

Page 53: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

32

13. Otot mata kaki dan kaki : Klien melawan usaha anda untuk mendorsifleksikan

kakinya dan kembali melawan usaha anda untuk memfleksikan kakinya.

Cara penilaian skala kekuatan otot dengan skala 0-5 yaitu (Priharjo, 1996

dalam Harun, 2013) :

Tabel 2.1 Penilaian skala kekuatan otot

Skala Persentase Kekuatan Normal (%)

Karakteristik

0 0 Paralisis sempurna 1 10 Gerakan tidak ada kontraksi otot

positif pada palpasi atau dilihat. 2 25 Gerakan otot penuh melawan

gravitasi dengan topangan. 3 50 Gerakan normal, melawan

gravitasi. 4 75 Gerakan normal, melawan

gravitasi, tahanan minimal.

5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh.

2.4 Konsep Stroke

2.4.1 Pengertian Stroke

Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal

dan/atau global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi

syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.

Gangguan syaraf tersebut menimbulkan gejala antara lain: kelumpuhan wajah atau

anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), mungkin perubahan

kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain. Didefinisikan sebagai stroke jika

pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan

(dokter/perawat/bidan) atau belum pernah didiagnosis menderita penyakit stroke

Page 54: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

33

oleh nakes tetapi pernah mengalami secara mendadak keluhan kelumpuhan pada

satu sisi tubuh atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh yang disertai kesemutan atau

baal satu sisi tubuh atau mulut menjadi mencong tanpa kelumpuhan otot mata atau

bicara pelo atau sulit bicara/komunikasi dan atau tidak mengerti pembicaraan

(Riskesdas, 2013).

Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit

neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak

(Nurarif; Hardhi, 2015). Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang

disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Gangguan fungsi saraf tersebut

timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam

beberapa jam) dengan gejala dan tanda yang sesuai daerah fokal otak yang

terganggu. Oleh karena itu manifestasi klinis stroke dapat berupa hemiparesis,

hemiplegi, kebutaan mendadak pada satu mata, afasia atau gejala lain sesuai

daerah otak yang terganggu.

2.4.2 Etiologi

Faktor – faktor yang meyebabkan stroke (Nurarif; Hardhi, 2015):

1. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversibel)

a. Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding

wanita.

b. Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke. Setiap

manusia akan bertambah umurnya, dengan demikian kemungkinana

terjadinya stroke semakin besar. Pada umumnya resiko terjadinya stroke

mulai usia 35 tahun dan akan meningkat dua kali dalam tahun berikutnya.

Page 55: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

34

c. Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.

2. Faktor yang dapat di rubah (Reversibel)

a. Hipertensi

Faktor ini merupakan resiko utama terjadinya stroke iskemik dan

pendarahan, yang sering disebut the silent killer, karena hipertensi

meningkatkan terjadinya stroke sebanyak 4-6 kali. Makin tinggi tekanan

darah kemungkinan stroke semakin besar karena terjadinya kerusakan

pada dinding pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya

penyumbatan/perdarahan otak.

b. Penyakit Jantung

Hubungan kausal antara beberapa jenis penyakit jantung dan stroke telah

dapat dibuktikan. Gagal jantung kongestif dan penyakit jantung koroner

mempunyai peranan penting dalam terjadinya stroke. Dua pertiga dari

orang yang mengidap penyakit jantung kemungkinan akan terkena

serangan jantung.

c. Kolestrol Tinggi

Kondisi ini dapat merusak pembuluh darah dan juga menyebabkan jantung

koroner. Kolesterol yang tinggi akan membentuk plak didalam pembuluh

darah dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung maupun

diotak.

d. Obesitas

Obesitas merupakan predisposisi penyakit jantung koroner dan stroke.

Berat badan yang terlalu berlebihan menyebabkan adanya tambahan beban

Page 56: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

35

ekstra pada jantung dan pembuluh-pembuluh darah, hal ini akan semakin

meningkatkan terkena stroke.

e. Diabetes Melitus

Diabetes mellitus atau kencing manis sama bahayanya dengan hipertensi,

yaitu sering menjadi salah satu penyebab timbulnya stroke. Gula darah

yang tinggi dapat menimbulkan kerusakan endotel pembuluh darah yang

berlangsung secara progresif. Pada pria yang menderita diabetes mellitus,

cenderung berada pada posisi yang beresiko tinggi akan terkena serangan

stroke daripada mereka yng tidak menderita diabetes mellitus, sekalipun

penyakit mereka dibawah pengawasan. Pada orang yang menderita

diabetes mellitus, resiko untuk terkena stroke 1,5-3 kali lebih besar.

3. Kebiasaan hidup

a. Merokok

Merokok meningkatkan terjadinya stroke hampir dua kali lipat. Adapun

perokok pasif beresiko terkena stroke 1,2 kali lebih besar. Nikotin dan

karbondioksida yang ada pada rokok menyebabkan kelainan pada dinding

pembuluh darah, disamping itu juga mempengaruhi komposis darah

sehingga mempermudah terjadinya proses penggumpalan darah (stroke

non hemoragik)

b. Peminum Alkohol

Konsumsi alkohol dapat menggangu metabolisme tubuh, sehingga terjadi

diabetes mellitus, mempengaruhi berat badan dan tekanan darah, dapat

Page 57: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

36

merusak sel-sel darah tepi, saraf otak dan lain-lain. Peminum berat alkohol

dapat meningkatkan resiko terkena stroke 1-3 kali lebih besar.

c. Obat – obatan Terlarang

d. Aktivitas yang tidak sehat : Kurang olahraga dan makanan kolestrol.

2.4.3 Manifestasi Klinik

Menurut Nurarif; Hardhi (2015). tanda dan gejala pada pasien stroke

adalah :

1. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan.

2. Tiba-tiba hilang rasa peka.

3. Bicara cedal atau pelo.

4. Gangguan bicara dan bahasa.

5. Gangguan penglihatan.

6. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai.

7. Gangguan daya ingat.

8. Nyeri kepala hebat.

9. Vertigo.

10. Kesadaran menurun.

11. Proses kencing terganggu.

12. Gangguan fungsi otak.

Tanda dan gejala (Smeltzer dan Bare, 2001 dalam Ikhsan, 2015) :

1. Kehilangan Motorik

Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan

kontrol volunteer terhadap gerakan motorik. Disfungsi motorik paling umum

Page 58: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

37

adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak

yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah

tanda yang lain.

2. Kehilangan Komunikasi

Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.

Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan

komunikasi antara lain disartria, disfagia, aparaksia.

3. Gangguan Persepsi

Ketidakmampuan menginterprestasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan

disfungsi persepsi, yaitu :

a. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jarak sensori primer di antara

mata dan korteks visual.

b. Gangguan hubungan visual spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih

obyek dalam area spasial) sering terlihat pada pasien dengan hemiplegi

kiri.

c. Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan

atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan

untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) sertakesulitan dalam

menginterpretasikan stimulasi visual, taktil, dan auditorius.

d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik. Bila kerusakan telah terjadi

pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori, atau intelektual

kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.

Page 59: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

38

e. Disfungsi kandung kemih. Pasien pasca stroke mungkin mengalami

inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan

mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan menggunakan

urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.

2.3.4 Patofisiologi

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.

Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya

pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai

oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin

lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme

vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan

jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak,

thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area

yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.

Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai

emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang

disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti

disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada

area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-

kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai

menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak

terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus

menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi

Page 60: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

39

akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau

ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat

menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan

perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.

Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan

hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan

menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler,

karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan

intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak.

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan

perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.

Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak

di nukleus kaudatus, talamus dan pons.

Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.

Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu

4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia

serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti

jantung.

Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif

banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan

menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-

elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya

Page 61: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

40

tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan

sekitarnya tertekan lagi.

Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah

lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan

71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan

volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi

volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Misbach,

1999 dalam Muttaqin, 2008).

2.3.5 Klasifikasi Stroke

Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu (Nurarif; Hardhi, 2015):

1. Stroke Iskemik (non hemoragik)

Tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak

sebagian atau keseluruhan terhenti. 80 % stroke adalah stroke iskemik. Stroke

iskemik ini dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Stroke Trombotik : Proses terbentuknya thrombus yang membuat

pengumpalan.

b. Stroke Embolik : Tertutupnya pembuluhan arteri oleh bekuan darah.

c. Hipoperfusion Sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian

tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

2. Stroke Hemoragik

Stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70 %

kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hi4epertensi. Stroke hemoragik

ada 2 jenis, yaitu :

Page 62: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

41

a. Hemoragik Intraserebral : Perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak.

b. Hemoragik Subaraknoid : Perdarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid

(ruang sempit antara permukaaan otak dan lapisan jaringan yang menutupu

otak).

2.3.6 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis menurut Smeltzer; Bare (2010) meliputi :

1. Diuretik untuk menurunkan edema serebaral yang mencapai tingkat

maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.

2. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari

tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.

3. Antitrombotik karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam

pembentukan thrombus dan embolisasi.

2.3.7 Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Nurarif; Hardhi (2015) penatalaksanaan keperawatan yang dapat

dilakukan pada pasien stroke adalah :

1. Letakkan kepala pasien pada posisi 30˚ (kepala dan dada pada satu bidang).

2. Ubah posisi tidur setiap 2 jam.

3. Mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.

4. Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien) yaitu fisioterapi, terapi wicara,

terapi kognitif, dan terapi okupasi.

5. Edukasi keluarga.

6. Discharge Planning

a. Mencegah terjadinya luka dikulit akibat tekanan.

Page 63: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

42

b. Mencegah terjadinya kekakuan otot dan sendi.

c. Memulai latihan dengan mengaktifkan batang tubuh atau torso.

d. Mengontrol faktor resiko stroke.

e. Diet rendah lemak, garam, berhenti merokok.

f. Kelola stres dengan baik.

g. Mengetahui tanda dan gejala stroke.

2.3.8 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Smeltzer; Bare (2010) pemeriksaan diagnostik yang dapat

dilakukan pada penyakit stroke adalah :

1. Angiografi serebral : membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik

seperti perdarahan, obstruksi arteri atay adanya titik oklusi/ruptur.

2. CT-Scan : pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk evaluasi pasien

dengan stroke akut yang jelas. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk

menentukan distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi kemungkinan

adanya kelainan lain yang gejalanya mirip dengan stroke (hematoma,

neoplasma, abses).

3. Pung si lumbal : menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada

thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischemia Attack) atau

serangan iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang

mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subaraknoid atau

perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis

sehubungan dengan adanya proses inflamasi.

Page 64: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

43

4. MRI (Magnetic Resonance Imaging) : menunjukkan daerah yang mengalami

infark, hemoragik, dan malformasi arteiovena.

5. Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena.

6. EEG (Electroencephalography) : mengidentifikasi penyakit didasarkan pada

gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

7. Sinar X : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang

berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada

thrombosis serebral.

2.3.9 Dampak Stroke

Menurut (Vitahealth, 2006 dalam Ikhsan, 2015) dampak stroke tergantung

pada lokasi penyerangan stroke berada pada bagian mana di otak. Teapi memang

pasti ada perubahan-perubahan yang terjadi setelah seseorang mengalami stroke.

Beberapa dampak seseorang yang mengalami stroke :

1. Kelumpuhan (Gangguan gerak/mobilisasi)

Kelumpuhan sebelah bagian tubuh (hemiplegi) adalah cacat yang umum

akibat stroke. Bila stroke menyerang bagian kiri otak, terjadi hemiplegia

kanan. Kelumpuhan terjadi dari wajah bagian kanan hingga kaki sebelah

kanan termasuk tenggorokan dan lidah. Bila dampaknya lebih ringan,

biasanya bagian yang terkena dirasakan tidak bertenaga (hemiparasis kanan).

Bila yang terserang bagian kanna otak, yang terjadi adlah hemiplegia kiri dan

lebih ringan disebut hemiparesis kiri. Bagaimanapun pasien stroke yang

mengalami kesulitan melaksanakan kegiatan sehari-harinya seperti duduk,

Page 65: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

44

berdiri, berjalan, berpakaian, makan, dan mengendalikan buang air besar atau

kecil.

2. Perubahan Mental

Stroke tidak selalu membuat mental penderita terjadi merosot dan

beberapa perubahan biasanya bersifat sementara. Setelah stroke memang

dapat terjadi gangguan pada daya pikir, kesadaran, konsentrasi, kemampuan

belajar, dan fungsi intelektual lainnya. Semua hal tersebut dengan sendirinya

mempengaruhi penderita. Marah, sedih, dan tidak berdaya seringkali

menurunkan semangat hidupnya sehingga muncul dampak emosional yang

lebih berbahaya. Ini terutama juga disebabkan kini penderita kehilangan

kemampuan-kemampuan tertentu yang sebelumnya fasih dilakukan.

3. Gangguan Komunikasi

Paling tidak seperempat dari semua pasien stroke mengalami gangguan

komunikasi yang berhubugan dengan mendengar, berbicara, membaca,

menulis dan bahkan bahasa isyarat dengan gerak tangan. Ketidakberdayaan

ini sangat membingungkan orang yang merawatnya.

4. Gangguan Emosional

Pada umumnya pasien stroke tidak mampu mengerjakan sesuatu secara

mandiri, maka sebagian besar penderita akan mengalami kesulitan dalam

mengendalikan emosinya. Sering merasa sedih, gelisah, takut, marah atas

kekurangannya. Perasaan seperti ini tentunya merupakan tanggapan yang

wajar sebagai trauma psikologis akibat stroke meskipun gangguan emosional

dan perubahan kepribadian tersebut bisa juga disebabkan pengaruh kerusakan

Page 66: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

45

otak secara fisik. Penderita bisa mengalami depresi, dengan tidak mau

bergaul, sulit tidur, cepat lelah, lesu dan mudah tersinggung, bahkan dapat

berakibat bunuh diri.

5. Kehilangan Indra Rasa

Penderita stroke bisa kehilangan kemampuan sensoris yaitu sentuh. Cacat

sensoris dapat mengganggu kemampuan dalam mengenali benda yang

dipegangnya. Dalam kasus yaang ekstrem, pasien bahkan mampu mengenali

anggota tubuhnya sendiri.

2.3.10 Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan bagian penting dalam proses pemulihan stroke.

Tujuan rehabilitas ini adalah untuk menolong penderita stroke untuk memperoleh

kembali apa yang mungkin dapat dipertahankan untuk memaksimalkan fungsi

tubuh pada penderita stroke (The Britsh Heart Foundation and The Stroke

Assocation, 2010 dalam Ikhsan, 2015). Tujuan utama rehabilitasi adalah untuk

mencegah komplikasi, meminimalkan gangguan, dan memaksimalkan fungsi

organ. Prioritas rehabilitasi stroke dini adalah pencegahan stroke sekunder,

management dan pencegahan penyakit penyerta dan komplikasi. Pada dasarnya

rehabilitasi pada pasien stroke iskemik maupun stroke hemoragik memilki prinsip

yang sama. Rehabilitasi tersebut meliputi terapi berbicara, terapi fisik, dan terapi

okupasi (Aminoff, 2009 dalam Agustina, 2014).

Tujuan rehabilitasi dini pada kasus stroke adalah dapat memperbaiki dan

mengembalikan kemandirian dari pasien stroke seperti aktivitas fungsional,

mental dan fungsi emosional (Elizabeth Lee et al, 2010 dalam Kusumawardana,

Page 67: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

46

2011). Salah satu rehabilitasi yang dilakukan adalah mobilisasi dini yang dapat

dilakukan setelah pasien dirawat dalam kurun waktu 24 jam sampai 14 hari pasca

serangan, dikarenakan pada masa ini tingkat kerusakan yang terjadi belum parah.

Mobilisasi dini bertujuan agar kecacatan akibat serangan stroke dapat seminimal

mungkin dan fungsional yang masih tersisa pada penderita dilatih untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien dan yang terbaik adalah dapat bekerja

kembali, dengan pola gerak yang mendekati normal. Mobilisasi dini yang

dilakukan dengan benar akan memberikan hasil yang baik pasca serangan stroke

(Bernhardt J et al, 2010 dalam Kusumawardana, 2011).

Page 68: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

47

2.5 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting (Business Reseacrh dalam Sugiyono, 2010).

Gambar 2.13 Kerangka teori pengaruh mobilisasi dini terhadap peningkatan

kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik

Faktor penyebab Riversible : 1. Hipertensi 2. Penyakit jantung

3. Kolestrol tinggi 4. Obesitas

5. Diabetes Melitus

6. Kebiasaan hidup (Merokok, Peminum alkohol, Obat-obatan terlarang, Aktivitas tidak sehat)

Faktor Penyebab Non Riversibel : 1. Jenis kelamin

2. Usia

3. Keturunan (Riwayat keluarga)

Stroke 1. Stroke Non Hemoragik

2. Stroke Hemoragik

Kehilangan motorik

Kehilangan komunikasi

Gangguan persepsi

Manifestasi Klinis

Kelemahan fungsi gerak

Penurunan kekuatan otot

Mobilisasi dini (dengan latihan ROM)

1. Latihan pasif

2. Latihan aktif

Peningkatan Kekuatan otot

Page 69: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

48

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Koseptual

Keranga konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Gambar 3.1 Kerangka konsep pengaruh mobilisasi dini terhadap

peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik

Faktor penyebab Riversible : 1. Hipertensi 2. Penyakit jantung 3. Kolestrol tinggi 4. Obesitas 5. Diabetes Melitus 6. Kebiasaan hidup (Merokok, Peminum

alkohol, Obat-obatan terlarang, Aktivitas tidak sehat)

Faktor Penyebab Non Riversibel : 1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Keturunan (Riwayat keluarga)

Stroke 1. Stroke Non Hemoragik 2. Stroke Hemoragik

Kehilangan motorik

Kehilangan komunikasi

Gangguan persepsi

Manifestasi Klinis

Kelemahan fungsi gerak

Penurunan kekuatan otot

Mobilisasi (dengan latihan ROM) 1. Latihan pasif 2. Latihan aktif

Peningkatan Kekuatan otot

Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti

: Berpengaruh

Page 70: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

49

Stroke dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari faktor non riversibel dan

dari faktor riversibel. Salah satu tanda dan gejala stroke adalah kehilangan

motorik yang dapat menyebabkan kelemahan fungsi gerak serta mengalami

penurunan kekuatan otot. Untuk mencegah penurunan kekuatan otot dilakukan

tindakan mobilisasi dini dengan cara melakukan latihan ROM pasif atau aktif.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pernyataan penelitian (Nursalam, 2016).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ada Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot

Pada Pasien Pasca Stroke Iskemik.

Page 71: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

50

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik kuantitatif dengan

menggunakan pra-eksperimental (one grups pra-post test) design. Sampel dalam

penelitian ini diobservasi terlebih dahulu dan setelah diberikan perlakuan sampel

tersebut diobservasi kembali. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui

lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi

perlakuan (Sugiyono, 2010). Bentuk rancangan pretest dan posttest dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut (Nursalam, 2016) :

Gambar 4.1 Desain penelitian

Keterangan :

K : Subjek (pascastroke)

O : Observasi kekuatan otot pretest

X : Perlakuan 2 kali sehari

O1 : Observasi kekuatan otot posttest

Subjek Pra Perlakuan Pasca-Tes

K O X O1

Page 72: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

51

4.2 Populasi Dan Sampel 4.2.1. Populasi

Populasi adalah subjek atau objek yang memenuhi kriteria yang

diharapkan. Populasi adalah keseluruhan suatu variabel yang menyangkut

masalah yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah rata - rata jumlah

pasien stroke bulan Januari sampai Februari di RSUD dr Harjono Ponorogo, yaitu

sejumlah 60 responden.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling, dimana sampling

tersebut sebagai proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang

ada (Nursalam, 2016).

Penentuan besar sampel menurut Slovin (dalam Nursalam, 2016) yaitu

sebagai berikut :

Keterangan :

n : besar sampel

N : besar populasi

d : tingkat signifikansi atau tingkat kesalahan yang dipilih

(d = 0,1)

Page 73: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

52

Dari rumus di atas diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

4.2.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Adapun kriteria inklusi dan kriteria ekslusi dalam penelitian tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi terget yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016).

Dalam penelitian ini kriteria insklusinya adalah :

a. Klien stroke iskemik (non hemoragik) dan serangan pertama.

b. Klien yang hemiparase memiliki kekuatan otot 0-3.

c. Klien yang tidak mengalami fraktur.

d. Klien dengan pasca serangan 24 jam sampai 14 hari.

e. Klien tidak terjadi resiko TIK (Tekanan Intra Kranial).

f. Bersedia menjadi responden.

g. Dengan intervensi atau perlakuan latihan pasif.

Page 74: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

53

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi karena adanya penyakit yang mengganggu,

hambatan etis dan subjek menolak berpartisipasi (Nursalam, 2016).

Dalam penelitian ini kriteria ekslusinya adalah :

a. Klien stroke hemoragik.

b. Klien yang tidak sadar.

c. Klien yang afasia (sulit berkomunikasi).

d. Klien dengan kemampuan mobilitas ketergantungan berat dan total.

4.3 Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2016).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakann accidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan

pandangan peneliti cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2010).

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja merupakan bagian kerja terhadap rancangan kegiatan

penelitian yang dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti (subjek penelitian)

Page 75: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

54

variabel yang akan diteliti dan variabel yang mempengaruhi dalam penelitian

(Hidayat, 2009).

Gambar 4.2 Kerangka Kerja pengaruh mobilitas dini terhadap peningkatan

kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik di RSUD dr Harjono Ponorogo.

Sampel Sebagian klien stroke iskemik yang rawat inap 38 responden di

RSUD dr Harjono Ponorogo

Teknik Sampling Accidental sampling

Pengumpulan Data Wawancara dan Lembar observasi : checklist

Pengolahan Data Editing, Coding, Scoring dan Tabulating

Hasil

Jenis Penelitian Analitik kuantitatif

Desain Penelitian Pra-experimental (one groups pre-post test)

Analisa Data Uji Paired sampels T test

Kesimpulan

Populasi Seluruh klien stroke iskemik yang rawat inap di RSUD dr

Harjono Ponorogo sejumlah 60 responden

Page 76: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

55

4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional 4.5.1. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah ciri atau ukuran yang melekat pada objek

penelitian baik bersifat fisik (nyata) atau psikis (tidak nyata). Pengertian lain

menyebutkan bahwa variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain

(Saryono, 2011). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2010).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah mobilisasi dini.

2. Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi, karena adanya variabel

independen (Sugiyono, 2010), bisa juga terdapat kejadian, iuaran, manfaat,

efek atau dampak (Saryono, 2011). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel adalah peningkatan kekuatan otot.

4.5.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan

mengindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel

(Saryono, 2011).

Page 77: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

56

Tabel 4.1 Definisi Operasional mobilitas dini terhadap penigkatan kekuatan otot pada pasien pasca stroke di RSUD dr. Harjono Ponorogo

Variabel Definisi Operasional

Parameter Alat Ukur Skala data

Skor

Variabel Independen: Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Dengan latihan rentang gerak (range of motion) 1. Range of

Motion Pasif 2. Range of

Motion Aktif

Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatsi gangguan mobilisasi dini : 5. Peningkatan

fungsi sistem tubuh.

6. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot.

7. Peningkatan fleksibilitas sendi.

8. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasein, dan ekspresi pasien menunjukkan keceriaan.

SOP Nominal -

Variabel dependen: Peningkatan kekuatan otot

Suatu kemampuan untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Pemeriksaan kekuatan otot dengan skala 0-5.

Penilaian kekuatan otot Menurut Priharjo, 1996 dalam Harun, 2013 1. Paralisis

sempurna 2. Gerakan tidak

ada kontraksi otot positif pada palpasi atau dilihat.

3. Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan.

4. Gerakan normal, melawan gravitasi.

5. Gerakan normal, melawan gravitasi,

Wawancara Lembar

observasi: Cheklist kekuatan otot (pre-post test)

Interval 0 = Paralisis sempurna 1 = Gerakan tidak ada kontraksi otot positif pada palpasi atau dilihat. 2 = Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan. 3 = Gerakan normal, melawan gravitasi. 4 =

Page 78: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

57

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah

(Saryono, 2011). Jenis instrumen penelitian dapat berupa : angket, checklist,

pedoman wawancara, pedoman pengamatan, alat pemeriksaan laboratorium dan

lain-lain (Saryono, 2011). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dengan lembar SOP dan skala penilaian kekuatan otot.

1. Standart Operasional Prosedur

Suatu instrumen yang memuat tenteng proses dan prosedur suatu kegiatan

yang bersifat efektif dan efisien berdasarkan suatu standart yang sudah baku

(Notoatmodjo, 2011). Peneliti memberikan intervensi mobilisasi pada pasien.

Memberikan mobilisasi dengan cara latihan ROM (range of motion) apabila

seseorang sakit, mereka mungkin perlu melakukan latihan ROM sampai

mereka dapat memperoleh kembali tingkat aktivitas normalnya. Ada dua

tahanan minimal.

6. Kekuatan normal, gerakan penuh melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh.

Gerakan normal, melawan gravitasi, tahanan minimal. 5 = Kekuatan normal, gerakan penuh melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh.

Page 79: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

58

macam latihan yaitu latihan ROM aktif dan pasif, latihan ini harus dilakukan

sampai ke titik sedikit mendapat tahanan, tetapi tidak nyaman. Pergerakan

harus sistematik dan urutan yang sama harus dilakukan selama setiap sesi

latihan. Setiap latihan harus diulang sebanyak tiga kali dan seri latihan harus

dilakukan dua kali sehari dan sesuai dengan lembar SOP selama 7 hari. Tujuan

penggunaan instrumen ini adalah sebagai pedoman dalam pemberian

intervensi yaitu mobilisasi.

2. Lembar Observasi penilaian kekuatan otot

Lembar observasi berupa format atau blanko pengamatan. Format berisi

item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.

Perlu disusun pedoman pengisian blanko pengamatan untuk memperjelas

pengamatan (Saryono, 2011). Penilaian ini di lakukan melalui wawancara dan

observasi kepada pasien mengenai skala kekuatan otot, pertama sebelum

dilakukan intervensi dan untuk mengetahui peningkatan kekuatan otot selama

proses mobilisasi berlangsung. Tujuan dari penggunaan instrumen ini adalah

mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap peningkatan kekuatan otot pada

pasien pasca stroke sebelum dan sesudah pemberian intervensi.

3. Wawancara

Merupakan suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data,

dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari

responden (Notoatmodjo, 2010). Dengan wawancara terstruktur ini setiap

responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatatnya. Tujuan dari

Page 80: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

59

penggunaan instrumen ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari

responden.

4.7 Lokasi Dan Waktu Penelitian 4.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD dr Harjono Ponorogo.

4.7.2 Waktu Penelitian Waktu pengumpulan data dan penelitian dilakukan mulai Januari sampai

Juni 2017.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data 4.8.1 Pengumpulan Data

Langkah-langkah penelitian yang ditempuh yaitu dengan cara :

1. Mengajukan permohonan izin kepada institusi pendidikan STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun.

2. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh kepada Bagian Bankesbangpol

Kabupaten Ponorogo.

3. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh kepada bagian Tata Usaha

RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

4. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh kepada bagian Rekam Medik

RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

5. Melihat data pasien stroke dua bulan terakhir (Januari sampai Februari 2017)

di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

6. Melakukan izin kepada kepala ruang untuk penelitian.

7. Menemui responden yang sudah sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Page 81: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

60

8. Menjelaskan kepada calon responden dan keluarga calon responden tentang

tujuan dan manfaat penelitian.

9. Keluarga responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar

persetujuan dilakukan penelitian.

10. Peneliti melakukan pengambilan data pertama penilaian kekuatan otot pada

responden.

11. Peneliti melakukan mobilisasi (latihan ROM pasif) selama 2 kali sehari pada

responden.

12. Peneliti mengobservasi kembali penilaian kekuatan otot pada responden

setelah 1 minggu.

4.8.2 Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan sususnan

menurut Riyanto (2011) :

1. Editing

Hasil observasi ataupengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan

(editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah kegiatan untuk

pengecekan dan perbaikan isisan lembar observasi tersebut.

2. Coding

Setelah semua lembaran observasi diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

coding atau memberi tanda kode, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau

hururf menjadi data angka atau bilangan. Pada penilaian ini diberikan kode

antara lain :

Page 82: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

61

a. Jenis kelamin

Laki-laki = 1, wanita = 2

b. Pendidikan

Tidak sekolah = 1, SD = 2, SMP = 3, SMA = 4, PT = 5

c. Pekerjaan

Tidak bekerja/RT = 1, Petani = 2, Swasta = 3, PNS = 4 ddl = 5

3. Processing atau entry data

Proses kelanjutan setelah coding data yaitu memasukkan data dari lembar

observasi ke dalam komputer.

4. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembenaran atau koreksi.

4.9 Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk memcapai

tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian

mengungkap fenomena (Nursalam, 2016).

1. Analisis Univariat

Analisa univariat adalah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau

grafik (Saryono, 2011). Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk data numerik

Page 83: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

62

digunakan nilai mean atau rata-rata, median, dan standart devisi, pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan

presentase dari tiap variabelnya (Notoatmodjo, 2010). Analisa data kategorik

meliputi jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan serangan

stroke yang ke berapa menggunakan distribusi frekuensi, sedangkan data

numerik meliputi penilaian skala kekuatan otot pada penelitian ini

menggunakan tendensi sentral yaitu mean atau rata-rata, median, dan standart

devisi (Notoatmodjo, 2010).

a. Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi dalam penelitian ini untuk data kategorik sebagai

berikut : Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan serangan stroke

yang ke berapa. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program

statistik SPSS 16.0.

b. Tendensi Sentral

Tendensi sentral merupakan angka yang menjadi pusat suatu distribusi.

Ada tiga macam tendensi sentral yaitu mean, median, modus dan standart

devisi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program statistik

SPSS 16.0.

1) Mean

Mean merupakan jumlah dari seluruh nilai data dibagi dengan

banyaknya data.

Page 84: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

63

2) Median

Median merupakan nilai tengah dari nilai-nilai observasi yang disusun

secara teratur menurut besarnya nilai data.

3) Modus

Modus merupakan nilai yang mempunyai frekuensi terbesar dalam

suatu kumpulan data.

4) Standart deviasi

Standart deviasi merupakan akar dari ragam/variasi. Ragam adalah

jumlah kuadrat dari selisih nilai observasi rata-rata hitung dibagi

banyaknya observasi. Rumus variasi adalah sebagai berikut :

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan mengetahui normal atau tidaknya distribusi data

atau nilai, sehingga data penelitian dapat diolah dengan teknik statistik

parametrik jika data tersebut berdistribusi normal. Uji normalitas dalam

penelitian ini adalah Uji Kolmogorov Smirnov. Diperoleh hasil p value

pada kekuatan otot sebelum diberikan mobilisasi dini sebesar 0,201 (p

value > α (0,1)), sedangkan p value kekuatan otot setelah diberikan

mobilisasi dini sebesar 0,184 (p value > α (0,1)), sehingga bisa

disimpulkan bahwa data kekuatan otot sebelum dan setelah diberikan

mobilisasi dini berdistribusi normal.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa untuk mengetahui interaksi dua

variabel, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelatif (Saryono,

Page 85: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

64

2011). Dalam penelitian ini analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui

pengaruh mobilisasi dini terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien

pasca stroke iskemik di RSUD dr Harjono Ponorogo yaitu dengan uji

Paired sampels T test karena keluaran yang diinginkan adalah selisih atau

perbandingan rerata, membandingkan variabel yang diukur berulang dan

berpasangan karena memenuhi kriteria variabel yang sama dan diambil

dari subjek yang sama. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

program statistik SPSS 16.0.

Untuk uji paired sampel t-test penarikan kesimpulan menurut

perbandingan nilai probabilitas (Sig.) sebagai berikut :

a. Jika nilai probabilitas > 0,1 maka H0 di terima.

b. Jika nilai probabilitas < 0,1 maka H0 di tolak.

4.10 Etika Penelitian

Etika penelitian menurut Hidayat (2007) adalah sebagai berikut :

1. Informed Consent (Lembar persetujuan melalui responden)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan. Persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui serta lembar

persetujuan, jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati keputusan responden.

Page 86: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

65

2. Anonimity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, penelitian tidak

mencantumkan nama lengkap subyek pada lembar pengumpulan data.

Peneliti memberikan informasi kepada responden untuk

mencantumkan inisial nama saja.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Segala informasi yang didapat oleh peneliti baik dari responden

langsung maupun dari hasil pengamatan di jamin kerahasiaannya.

Page 87: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

66

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dilaksanakan pada tanggal 30 Mei sampai 30 Juni 2017 di Ruang Aster (Unit

Stroke) RSUD dr. Harjono Ponorogo melalui wawancara dan observasi tentang

pengaruh mobilisasi dini terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca

stroke iskemik di RSUD dr. Harjono Ponorogo.

Pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan yaitu pada tanggal 30 Mei

sampai dengan 30 Juni 2017. Dengan jumlah responden sebanyak 16 responden,

karena dalam satu bulan hanya mendapatkan pasien stroke iskemik (non

hemoragik) sebanyak 16 responden. Penyajian data dibagi menjadi dua yaitu data

umum dan data khusus. Data umum terdiri dari karakteristik responden di daerah

tersebut meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan serangan

stroke ke berapa. Data khusus yang didasarkan pada variabel yang diukur, yaitu

pengaruh mobilisasi dini terhadap peningkatan otot pada pasien pasca stroke

iskemik.

5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Aster (Unit Stroke) RSUD dr.

Harjono Ponorogo yang terletak di Jl. Raya Ponorogo-Pacitan, Pakunden,

Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo. Di ruang Aster (Unit Stroke) RSUD

dr. Harjono Ponorogo jumlah 16 perawat adalah orang yang terdiri atas 6 laki-

laki, 9 perempuan dan 1 orang menjadi administrasi. Ruang Aster (Unit Stroke)

Page 88: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

67

adalah ruangan khusus untuk semua pasien yang terdiagnosis stroke. Di ruang ini

juga terdapat ruang intensif untuk pasien stroke dengan kebutuhan dasar manusia

yang maksimal.

5.2 Karakteristik Responden

Data ini menyajikan karakteristik responden berdasarkan umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan serangan stroke ke berapa.

5.2.1 Karakteristik pasien pasca stroke iskemik berdasarkan umur

Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik berdasarkan umur pasien

stroke dijelaskan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 5.1 Tendensi sentral responden berdasarkan umur di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017

Sumber : Lembar Obsservasi Responden di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 2017

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rata-rata umur responden 56

tahun, median usia responden 53 tahun, umur responden paling banyak adalah 50

tahun, umur responden terendah 42 tahun dan tertinggi 74 tahun dengan standart

deviasi sebesar 10,607%. Pada tingkat kepercayaan 95% maka umur berkisar pada

nilai 50 tahun sampai 61 tahun di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

5.2.2 Karakteristik pasien pasca stroke iskemik berdasarkan jenis kelamin Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik jenis kelamin pasien pasca

stroke iskemik dijelaskan dalam tabel dibawah ini :

Umur

(tahun)

Mean Median Modus Min-Max SD CI – 95%

55,88 53,50 50 42 – 74 10,607 50,22 – 61,53

Page 89: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

68

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017

No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 Laki-laki 9 56,2 2 Wanita 7 43,8

Total 16 100 Sumber : Lembar Obsservasi Responden di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 2017

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 16 responden. Terdiri

atas 9 responden (56,2%) berjenis kelamin laki-laki dan 7 responden (43,8%)

berjenis kelamin wanita.

5.2.3 Karakteristik pasien pasca stroke iskemik berdasarkan pendidikan

Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik pendidikan pasien pasca

stroke iskemik dijelaskan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017

No Pendidikan Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 Tidak Sekolah 1 6,2 2 SD 7 43,8 3 SMP 4 25,0 4 SMA 2 12,5 5 Perguruan Tinggi 2 12,5

Total 16 100 Sumber : Lembar Obsservasi Responden di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 2017

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 16 responden sebagian

besar 7 responden (43,8%) berpendidikan SD. Dan sebagian kecil 1 responen

(6,2%) berpendidikan tidak sekolah.

Page 90: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

69

5.2.4 Karakteristik pasien pasca stroke berdasarkan pekerjaan

Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik pekerjaan pasien pasca

stroke iskemik dijelaskan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017

No Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%) 1 Tidak Bekerja 2 12,5 2 Petani 9 56.2 3 Swasta 2 12,5 4 PNS 3 18,8

Total 16 100 Sumber : Lembar Obsservasi Responden di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 2017

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 16 responden hampir

setengahnya 9 responden (56,2%) bekerja sebagai petani. Dan sebagian kecil 2

responden (12,5%) bekerja sebagai swasta dan tidak bekerja.

5.3 Hasil Penelitian

Setelah mengetahui data umum dalam penelitian ini maka berikut akan di

tampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus yang meliputi skala

kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik sebelum pemberian mobilisasi

dini (latihan ROM), skala kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik setelah

pemberian mobilisasi dini, dan pengaruh pemberian mobilisasi dini (latihan

ROM) terhadap peningkatan skala kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta uji beda variabel dependen skala

kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik sebelum dan setelah pemberian

mobilisasi dini (latihan ROM).

Page 91: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

70

5.3.1 Skala Kekuatan Otot Pada Pasien Pasca Stoke Iskemik Sebelum Tindakan

Tabel 5.5 Tendensi sentral Berdasarkan Skala Kekuatan Otot Pada Pasien Pasca Stroke Iskemik Sebelum Pemberian Mobilisasi Dini di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017

Skala Kekuatan Otot

Sebelum

Mobilisasi Dini

Mean Median Modus Min-Max SD CI-95%

1,75 2 2 1 – 3 0,683 1,39 –

2,11

Sumber : Lembar Obsservasi Responden di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 2017

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata skala

kekuatan otot pasien sebelum diberikan mobilisasi dini adalah 1,75, median skala

kekuatan otot sebelum pemberian mobilisasi dini adalah 2, skala kekuatan otot

sebelum pemberian mobilisasi dini yang paling banyak 2, skala kekuatan otot

sebelum pemberian pemberian mobilisasi dini terendah 1 dan tertinggi 3 dengan

standart deviasi sebesar 0,683%. Pada tingkat kepercayaan 95% maka perbedaan

skala kekuatan otot sebelum pemberian mobilisasi dini berkisar pada nilai 1,39 –

2,11%.

5.3.2 Skala Kekuatan Otot Pada Pasien Pasca Stroke Iskemik Setelah Tindakan

Tabel 5.6 Tendensi sentral Berdasarkan Skala Kekuatan Otot Pada Pasien Pasca Stroke Iskemik Setelah Pemberian Mobilisasi Dini di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017

Skala Kekuatan Otot

Setelah

Mobilisasi Dini

Mean Median Modus Min-Max SD CI-95%

3,31 3 3 2 – 4 0,704 2,94 –

3,69

Sumber : Lembar Obsservasi Responden di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 2017

Page 92: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

71

Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata skala

kekuatan otot pasien setelah diberikan mobilisasi dini adalah 3,31, median skala

kekuatan otot setelah pemberian mobilisasi dini adalah 3, skala kekuatan otot

setelah pemberian mobilisasi dini yang paling banyak 3, skala kekuatan otot

setelah pemberian pemberian mobilisasi dini terendah 2 dan tertinggi 4 dengan

standart deviasi sebesar 0,704%. Pada tingkat kepercayaan 95% maka perbedaan

skala kekuatan otot setelah pemberian mobilisasi dini berkisar pada nilai 2,94 –

3,69%.

5.3.3 Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada

Pasien Pasca Stroke Iskemik

Sebelum dilakukan uji statistik adanya pengaruh peningkatan kekuatan

otot pada pasien pasca stroke iskemik sebelum dan setelah di berikan mobilisasi

dini dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu.

Tabel 5.7 Uji Normalitas Data Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Pasca Stroke Iskemik di RSUD Dr Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017

Skala Kekuatan Otot Mean p-Value

Sebelum 1,75 0,201

Setelah 3,31 0,184

Sumber : Lembar Obsservasi Responden di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 2017

Berdasarkan tabel 5.7 dengan uji Kolmogorov Smirnov, diperoleh hasil p

value pada kekuatan otot sebelum diberikan mobilisasi dini sebesar 0,201 (p value

> α (0,1)), sedangkan p value kekuatan otot setelah diberikan mobilisasi dini

Page 93: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

72

sebesar 0,184 (p value > α (0,1)). Sehingga bisa disimpulkan bahwa data kekuatan

otot sebelum dan setelah diberikan mobilisasi dini berdistribusi normal.

Selanjutnya analisa pengaruh kekuatan otot sebelum dan setelah diberikan

mobilisasi dini dengan menggunakan uji beda Paired t-test.

Tabel 5.8 Analisa Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Pasca Stroke Iskemik di RSUD Dr Harjono Ponorogo 30 Mei s/d 30 Juni 2017

Skala Kekuatan Otot Mean SD p-Value

Sebelum 1,75 0,683 0,000

Setelah 3,31 0,704

Sumber : Lembar Obsservasi Responden di RSUD Dr. Harjono Ponorogo 2017

Berdasarkan tabel 5.8 hasil uji Paired t-test diperoleh bahwa rata-rata

kekuatan otot setelah diberikan mobilisasi dini lebih tinggi yaitu sebesar 3,31

dibandingkan dengan sebelum diberikan mobilisasi dini yaitu sebesar 1,75.

Analisa hasil penelitian dengan uji Paired t-test diperoleh nilai p value 0,000 < α

(0,1), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan kekuatan

otot sebelum dan setelah diberikan mobilisasi dini.

5.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara dan lembar

observasi terhadap responden pada bulan Mei sampai Juni 2017 dan setelah

diolah, maka penulis kan membahas mengenai pengaruh mobilisasi dini terhadap

peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik.

Page 94: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

73

5.4.1 Skala Otot Sebelum Pemberian Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian skala kekuatan otot sebelum pemberian

mobilisasi dini pada pasien pasca stroke iskemik di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

Pada tabel 5.5 diketahui bahwa rata-rata skala kekuatan otot pasien sebelum

diberikan mobilisasi dini adalah 1,75, hal ini disebabkan oleh kelemahan otot

yang di akibatkan oleh pembekuan darah pada otak. Hasil pengamatan terhadap

skala kekuatan otot pada responden pasca stroke iskemik sebelum dilakukan

pemberian mobilisasi dini, menunjukkan bahwa rata-rata mengalami skala

kekuatan otot 1,75.

Stroke adalah gangguan perfusi jaringan otak yang diakibatkan oklusi

(sumbatan), embolisme serta perdarahan (patologi dalam otak itu sendiri bukan

karena faktor luar) yang mengakibatkan gangguan permanan atau semantara

(Harun; Saiful, 2013). Penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan

kehilangan sementara gerakan. Penderita stroke membutuhkan program

rehabilitas untuk meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan pascaserangan

stroke, salah satu bagian rehabilitasi adalah melakukan mobilisasi dini (Kozier,

2005).

Mobilisasi dini yang dapat dilakukan setelah pasien dirawat dalam kurun

waktu 24 jam sampai 14 hari pasca serangan, dikarenakan pada masa ini tingkat

kerusakan yang terjadi belum parah. Mobilisasi dini bertujuan agar kecacatan

akibat serangan stroke dapat seminimal mungkin dan fungsional yang masih

tersisa pada penderita dilatih untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan yang

terbaik adalah dapat bekerja kembali, dengan pola gerak yang mendekati normal

Page 95: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

74

(Bernhardt J et al, 2010 dalam Kusumawardana, 2011). Aktivitas dan mobilsasi

didefinisikan sebagai suatu aksi energrtik atau keadaan bergerak. Semua manusia

yang normal memerlukan kemampuan untuk dapat bergerak. Kehilangan

kemampuan bergerak walaupun dalam waktu yang singkat memerlukan tindakan

tertentu yang tepat, baik oleh pasien maupun perawat.

Dalam keperawatan untuk menjaga keseimbangan pergerakan, yang perlu

diketahui oleh perawat, antara lain: gerakan setiap persendian, postur tubuh,

latihan dan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas (Heriana,

2014). Dengan memberikan mobilisasi dini dapat meningkatkan kekuatan otot

karena dapat menstimulasi motor unit yang terlibat maka akan terjadi peningkatan

kekuatan otot, dan kerugian pasien hemiparese bila tidak segera di tangani maka

akan terjadi kecacatan yang permanen (Potter; Perry, 2009). Mobilisasi dini

dengan latihan pasif dan aktif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya atrofi

dan mencegah terjadinya gangguan pada mobilitas persendian yang diakibatkan

oleh kontraktur dan perlengketan jaringan dan mempercepat kemampuan gerak

dan fungsi yang dapat mengakibatkan peningkatan kemampuan fungsional pasca

stroke (Kozier, 2005).

Memberikan latihan ROM apabila seseorang sakit, mereka mungkin perlu

melakukan latihan ROM sampai mereka dapat memperoleh kembali tingkat

aktivitas normalnya (Kozier, 2010). Latihan ROM adalah latihan yang diberikan

bila seseorang dalam bahaya gangguan gerak sendi akibat proses penyakit atau

kelemahan. Pasien yang mobilisasi sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas,

atau trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilisasi.

Page 96: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

75

Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot

serta memelihara mobilisasi sendi (Heriana, 2014). Mobilisasi dini yang

dilakukan dengan benar akan memberikan hasil yang baik pasca serangan stroke

(Bernhardt J et al, 2010 dalam Kusumawardana, 2011).

Menurut peneliti, bahwa ditemukan pasien pasca stroke dengan nilai rata-

rata kekuatan otot sebelum dilakukan latihan ROM adalah 2. Di harapkan dalam

memberikan latihan ROM sesuai dengan SOP serta pergerakan harus sistematik

dan urutan yang sama harus dilakukan selama setiap sesi latihan. Setiap latihan

harus diulang sebanyak tiga kali dan seri latihan harus dilakukan dua kali sehari,

sehingga kekuatan otot akan mengalami peningkatan.

5.4.2 Skala Otot Setelah Pemberian Tindakan

Berdasarkan hasil pengamatan skala kekuatan otot selama pemberian

mobilisasi dini yang diobservasi selama 7 hari pada pasien pasca stroke iskemik di

RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Pada tabel 5.6 diketahui bahwa skala kekuatan otot

rata-rata 3,31 maka hal ini disebabkan karena pasien melakukan mobilisasi sini

sesuai prosedur yang diberikan dengan benar. Selain itu kemampuan melakukan

mobilisasi dini dengan latihan ROM pasif telah dilakukan dengan cukup baik.

Hasil pengamatan terhadap skala kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik

selama dilakukan pemberian mobilisasi dini menunjukkan bahwa rata-rata skala

kekuatan otot 3,31.

Secara teoritis yang dikemukakan oleh Heriana (2014) yang menyatakan

bahwa latihan ROM adalah latihan yang diberikan bila seseorang dalam bahaya

gangguan gerak sendi akibat proses penyakit atau kelemahan. Pasien yang

Page 97: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

76

mobilisasi sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma memerlukan

latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilisasi. Latihan berikut dilakukan

untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara

mobilisasi sendi.

Latihan ROM di bagi menjadi dua yaitu, latihan ROM aktif adalah dimana

pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari

orang lain. Latihan ROM pasif adalah mobilisasi dimana pasien dalam

menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau

keseluruhan. Pergerakan harus sistematik dan urutan yang sama harus dilakukan

selama setiap sesi latihan. Setiap latihan harus diulang sebanyak tiga kali dan seri

latihan harus dilakukan dua kali sehari (Kozier, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi yaitu gaya hidup, proses

penyakit dan injuri, kebudayaan, tingkat energi, usia dan status perkembangan.

Salah satu dari faktor tersebut ada yang berkaitan dengan penelitan ini yaitu gaya

hidup dan usia dan status perkembangan. Gaya hidup yang didalamnya terdapat

tentang pengetahuan kesehatan yang berkaitan menurut tingkat pendidikan

menunjukkan paling banyak adalah pendidikan SD yaitu sebanyak 7 orang

(43,8%). Tingkat pendidikan sebagai faktor sosial ekonomi memang tidak

berkaitan langsung dengan kejadian stroke. Akan tetapi tingkat pendidikan

seseorang menentukan sikap orang tersebut terhadap perilaku sehat (Notoatmodjo,

2007).

Menurut Nurarif; Hardhi (2015) bahwa makin tinggi usia makin tinggi

pula resiko terkena stroke. Setiap manusia akan bertambah umurnya, dengan

Page 98: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

77

demikian kemungkinana terjadinya stroke semakin besar. Pada umumnya resiko

terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan meningkat dua kali dalam tahun

berikutnya.

Berdasarkan hasil karakteristik responden, menurut asumsi peneliti,

seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan mampu

memahami informasi kesehatan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-

hari. Sehingga penulis berpendapat bahwa dalam penelitian ini, tidak berpengaruh

antara pendidikan dengan skala kekuatan otot pasien pasca stroke iskemik.

Setelah itu usia dan status perkembangan, dari hasil penelitian menurut

karakteristik umur menunjukkan rata-rata umur responden 56 tahun, dan dengan

umur responden minimal 42 tahun dan maxsimum 74 tahun. Bahwa makin tinggi

usia makin tinggi pula resiko terkena stroke. Setiap manusia akan bertambah

umurnya, dengan demikian kemungkinan terjadinya stroke semakin besar.

5.4.3 Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada

Pasien Pasca Stroke Iskemik

Hasil analisa antara kekuatan otot pada pasien pasca stroke sebelum dan

sesudah dilakukan mobilisasi dini dengan Uji Paired T-test. Berdasatkan hasil uji

statistik diperoleh nilai p = 0,000. Artinya bahwa ada pengaruh mobilisasi dini

terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik di RSUD

Dr. Harjono Ponorogo.

Secara teoritis menurut Carpenito (2000 dalam Marlitasari 2010),

mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis

karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Kehilangan

Page 99: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

78

kemampuan bergerak walaupun dalam waktu yang singkat memerlukan tindakan

tertentu yang tepat, baik oleh pasien maupun perawat. Dalam keperawatan untuk

menjaga keseimbangan pergerakan, yang perlu diketahui oleh perawat, antara

lain: gerakan setiap persendian, postur tubuh, latihan dan kemampuan seseorang

dalam melakukan suatu aktivitas (Heriana, 2014).

Dalam bidang keperawatan memberikan latihan ROM apabila seseorang

sakit, mereka mungkin perlu melakukan latihan ROM sampai mereka dapat

memperoleh kembali tingkat aktivitas normalnya (Kozier, 2010). Latihan ROM

adalah latihan yang diberikan bila seseorang dalam bahaya gangguan gerak sendi

akibat proses penyakit atau kelemahan. Pasien yang mobilisasi sendinya terbatas

karena penyakit, diabilitas, atau trauma memerlukan latihan sendi untuk

mengurangi bahaya imobilisasi. Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan

mempertahankan kekuatan otot serta memelihara mobilisasi sendi (Heriana,

2014). Mobilisasi dini dengan latihan pasif dan aktif yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya atrofi dan mencegah terjadinya gangguan pada mobilitas

persendian yang diakibatkan oleh kontraktur dan perlengketan jaringan dan

mempercepat kemampuan gerak dan fungsi yang dapat mengakibatkan

peningkatan kemampuan fungsional pasca stroke (Kozier, 2005).

Dalam pemulihan anggota gerak yang mengalami kelemahan terdapat faktor

yang mempengaruhi peningkatan kekuatan otot. Lamanya pemberian latihan dapat

mempengaruhi hasil yang diperoleh. Lama latihan tergantung pada stamina pasien.

Terapi latihan yang baik adalah latihan yang tidak melelahkan, durasi tidak terlalu

lama namun dengan pengulangan sesering mungkin (Levine, 2008 dalam Aini Nur,

2013).

Page 100: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

79

Latihan gerak secara berulang membuat konsentrasi untuk melakukan gerakan

berulang dengan kualitas sebaik mungkin. Dalam penelitian responden juga mendapat

program terapi dari fisioterapi yang teratur sesuai tingkat kebutuhan responden.

Gerakan berulang kali dan terfokus dapat membangun koneksi baru antara motor

system dan mengaktifkan spinal motorneuron adalah dasar pemulihan pada stroke

(Lang and Beebe, 2009 dalam Aini Nur 2013).

Menurut Guyton (2007) apabila sistem saraf pusat mengirimkan sinyal

yang lemah untuk menimbulkan kontraksi otot, yang lebih sering terangsang

adalah unit motorik dalam otot yang mengandung serabut otot yang lebih kecil

daripada unit motorik yang lebih besar. Kemudian, ketika kekuatan sinyal

meningkat, unit motorik yang mulai terangsang juga semakin besar.

Remodelling otot untuk penyesuaian fungsi antara lain, hipertrofi otot dan

atrofi otot, penyesuaian panjang otot, hiperplasi serabut otot, dan pengaruh

denervasi otot. Salah satu dari remodelling otot untuk penyesuain fungsi yang

sangat berperan adalah pengaruh denervasi otot yaitu bila suatu otot kehilangan

suplai sarafnya, otot tersebut tidak lagi menerima sinyal kontraksi yang

dibutuhkan untuk mempertahankan ukuran otot yang normal. Karena itu, atrofi

otot hampir segera terjadi. Pada tahap akhir dari atrofi akibat denervasi, sebagian

besar serabut otot akan rusak dan digantikan oleh jaringan fibrosa dan jaringan

lemak. Serabut-serabut yang tersisa hanya terdiri dari membran sel panjang

dengan barisan inti sel otot tetapi dengan beberapa atau tanpa disertai sifat

kontraksi dan sedikit atau tanpa kemampuan untuk membentuk kembali miofibril

jika saraf tumbuh kembali. Jaringan fibrosa yang menggantikan serabut-serabut

otot selama atrofi akibat denervasi juga memiliki kecenderungan untuk terus

Page 101: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

80

memendek selama berbulan-bulan, yang disebut kontraktur. Karena itu, satu

masalah yang paling penting dalam melakukan terapi fisik adalah

mempertahankan otot yang sedang mengalami atrofi ini agar tidak mengalami

kelemahan (debilitating) dan kontraktur yang merusak bentuk. Hal ini dicapai

dengan melakukan peregangan otot-otot setiap hari atau dengan menggunkan alat-

alat yang mempertahankan otot-otot agar tetap teregang selama atrofi berlangsung

(Guyton, 2007).

Dengan latihan ROM, latihan ROM aktif dan latihan ROM pasif harus

dilakukan sampai ke titik sedikit mendapat tahanan, tetapi tidak nyaman.

Pergerakan harus sistematik dan urutan yang sama harus dilakukan selama setiap

sesi latihan. Setiap latihan harus diulang sebanyak tiga kali dan seri latihan harus

dilakukan dua kali sehari (Kozier, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Aini Nur (2013) tentang pengaruh latihan

ROM terhadap peningkatan kekuatan otot pasien hemiparese post stroke, dengan

hasil yang di dapatkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam pemberian

latihan ROM terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien hemiparese post

stroke. Pemberian latihan ROM terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien

hemiparese post stroke dilakukan selama 7 hari dengan frekuensi latihan satu kali

sehari. Frekuensi latihan pada peningkatan kekuatan otot, didapatkan rata-rata

masing-masing otot mengalami peningkatan 1 grade (1 skala).

Menurut asumsi peneliti, perbedaan penelitian saat ini dengan melakukan

peningkatan frekuensi latihan pada penelitian sebelumnya yaitu dua kali sehari

selama 7 hari. Dan penelitian saat ini didapatkan rata-rata masing-masing otot

Page 102: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

81

mengalami peningkatan 2 grade (2 skala). Karena ketika sistem saraf pusat

mengirimkan sinyal yang kuat meningkat, unit motorik yang mulai terangsang

juga semakin besar. Dengan demikian pemberian frekuensi dua kali sehari lebih

efektif dalam peningkatan kekuatan otot. Keterbatasan waktu di rumah sakit yang

hanya dilakukan satu kali sehari, maka peran keluarga di sini sangat dibutuhkan.

Keluarga dapat belajar melakukan latihan ROM mandiri, dengan melihat urutan-

urutan latihan ROM yang telah dilakukan oleh perawat maupun fisioterapi,

apabila ada yang belum di mengerti bisa ditanyakan langsung kepada perawat

maupun fisioterapi pada saat latihan. Dukungan keluarga mempengaruhi motivasi

penderita stroke dalam melakukan latihan juga berpengaruh besar dalam peningkatan

kekuatan otot. Fungsi keluarga sendiri dalam perawatan kesehatan anggota keluarga

yang sakit dalam menyediakan kebutuhan fisik.

5.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengakui adanya banyak kelemahan dan

kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum optimal atau bisa

dikatakan sempurna. Banyak sekali kekurangan tersebut antara lain :

1. Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan sampel karena sampel

yang diambil harus sesuai dengan kriteria inklusi yang di inginkan peneliti.

2. Dalam penelitian ini, populasi yang didapatkan tidak hanya pasien stroke

iskemik (non hemoragik) tetapi juga pasien stroke hemoragik, jadi peneliti

kesulitan dalam penentuan jumlah sampel.

Page 103: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

82

3. Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan waktu penelitian yang

hanya satu bulan, dan akhirnya pengambilan sampel sebenarnya tidak sesuai

dengan sampel yang di rancang peneliti sebelum melakukan penelitian.

4. Dalam penelitian ini, peneliti terkadang susah untuk melakukan mobilisasi

dini dikarenakan responden melakukan gerakan yang membuat ototnya kaku

(adanya tahanan) atau kurang rileks.

Page 104: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

83

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang berjudul

pengaruh mobilisasi dini terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca

stroke iskemik di RSUD Dr. Harjono Ponorogo, maka ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas intensitas kekuatan otot subjek

penelitian sebelum di berikan mobilisasi dini berada pada skala 1 – 2.

2. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas intensitas kekuatan otot subjek

penelitian setelah di berikan mobilisasi dini berada pada skala 2 – 4. Rata-rata

kenaikan kekuatan otot setelah dilakukan diberikan mobilisasi dini adalah

1,6% atau bisa dikatakan peningkatannya adalah 2 skala.

3. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000 atau sig < 0,1

maka H1 diterima, artinya ada pengaruh mobilisasi dini terhadap terhadap

peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik di RSUD Dr.

Harjono Ponorogo.

Page 105: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

84

6.2 Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan beberapa

saran, antara lain :

1. Bagi Keluarga Pasien Stroke

Bagi keluarga pasien yang mengalami pasca stroke iskemik, hasil penelitian

ini dapat diterapkan sebagai terapi untuk dilakukan di rumah.

2. Bagi Perawat RSUD dr. Harjono Ponorogo

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam meningkatkan frekuensi

latihan kepada responden untuk hasil yang lebih baik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menspesifikasikan pasien pasca stroke iskemik (non

hemoragik) yang akan diambil, dan diharapkan dapat untuk menambah

pengalaman, informasi, serta pengetahuan tentang pengaruh mobilisasi dini

terhadap terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca stroke

iskemik di RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

4. Bagi Civitas Akademika Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna atau dijadikan bahan

masukan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran untuk kemajuan

profesi keperawatan dalam bidang pengetahuan dan teknologi.

Page 106: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

85

DAFTAR PUSTAKA American Heart Association. 2014. Heart Disease and Stroke Statistics.

https://scholar.unand.ac.id. Diakses tanggal 14 Januari 2017 Aini, Nur Andarwati, Arif Widodo, dan Wiwik Setiyawati. 2013. Pengaruh

Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. https://eprints.ums.ac.id. Diakses tanggal 14 Januari 2017

Anna, Anastasia dan Hendri Heriyanto. 2015. Perbedaan Kekuatan Otot Sebelum

Dan Sesudah Dilaukan Latihan (Mirror Therapy) Pada Pasien Stroke Iskemik Dengan Hemiparesis Di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. https://journal.respati.ac.id. Diakses tanggal 14 Januari 2017

Ariyanti, Destya, Ismonah, dan Hendrajaya. 2013. Efektivitas Active Asistive

Range Of Motion Terhadap Kekuatan Otot Ekstermitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragik. https://pmb.stikestelogorejo.ac.id. Diakses tanggal 14 Januari 2017

Artati, Yuni, Wasisto Utomo dan Jumaini. 2013. Pengaruh Mobilisasi Dini Pada

Pasien Stroke Infark Terhadap Peningkatan Pemulihan Fungsional. https://repository.unri.ac.id. Diakses tanggal 14 Januari 2017

Dinas Kesehatan Ponorogo. 2015. Profil Kabupaten Kota.

http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal 16 Mei 2017 Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Harun, Cholik Rosjidi. 2013. Pedoman Pengisian Format Pengkajian Prodi D3

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Unmuh Ponorogo. Ponorogo: Unmuh Ponorogo Press

Harun, Cholik Rosjidi dan Saiful Nurhidayat. 2013. Perawatan Cidera Kepala

Dan Stroke. Ponorogo: Unmuh Ponorogo Press Hidayat, A dan Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A dan Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang

Selatan: Binarupa Aksara Publisher

Page 107: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

86

Ikhsan, Muhammad Santoso. 2015. Peran Keluarga Dalam Praktik Mobilisasi Pasien Pasca Stroke Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngariboyo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan. KTI. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Kozier, Erb, Berman, Snyder. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 7 Jilid 1. Jakarta: EGC

Kozier, Erb, Berman, Snyder. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :

Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 7 Jilid 2. Jakarta: EGC Kusumawardana. 2011. Pengaruh Mobilisasi Dini pada Stroke Non Hemoragik

Kondidi Akut Terhadap Kemampuan Aktivitas Fungsional Pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi Semarang. Skripsi. Fakultas Kedokteran (Keperawatan). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses tanggal 30 Desember 2016

Maratis, Jerry, N.T. Suryadhi dan Muhammad Irfan. 2015. Pelatihan Visual Cue

Training Tidak Berbeda Dalam Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Dan Fungsional Berjalan Daripada Pelatihan Rhytmic Auditory Stimulation Pada Pasien Pasca Stroke. https://ejurnal.esaunggul.ac.id. Diakses tanggal 24 Januari 2017

Marlitasari, Hesti, Basirun Al Ummah, dan Ning Iswati. 2010. Gambaran

Penatalaksanaan Mobilisasi Dini Oleh Perawat Pada Pasien Post Appendiktomy Di RS PKU Muhammadiyah Gombong. https://ejournal.stikesmuhgombong.acc.id. Diakses tanggal 24 Januari 2017

Mohamad, Elang A dan Engkus Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan

Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: In Media Muttaqin. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika Murtaqib. 2013. Perbedaan Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif dan Aktif

Selama 1-2 Minggu Terhadap Peningkatan Rentang Gerak Sendi Pada Penderita Stroke Di Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. https://jks.fikes.unsoed.ac.id. Diakses tanggal 14 januari 2017

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta Nur, Eka So’emah. 2014. Pengaruh Latihan ROM (Range of Motion) Pasif

Terhadap Peningkatan Kemampuan Motorik Pada Pasien CVA Infark Di

Page 108: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

87

Ruang Pajajaran RSUD Prof.Dr.Soekandar Mojosari Mojokerto. https://ejournal.stikes-ppni.ac.id. Diakses tanggal 14 Januari 2017

Nurarif, Amin H dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC NOC. Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.

Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika Price, A.S dan Wilson, M. L. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC Prima, Reni Gusty. 2012. Efektivitas Pemberian Mobilisasi Dini terhadap Tonus

Otot, Kekuatan Otot, dan Kemampuan Motorik Fungsional Pasien Hemiparise Paska Stroke Iskemik. https://jurnal.fkep.unand.ac.id. Diakses tanggal 30 Desember 2016

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Angka Kejadian Stroke

di Indonesia. https://depkes.go.id. Diakses tanggal 14 Januari 2017 Rekam Medis RSUD Dr. Harjono Ponorogo. 2017. Jumlah pasien stroke di RSUD

Dr. Harjono Ponorogo. Ponorogo : RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Tidak dipublikasikan

Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika Roechhana, Nur Yulfa. 2014. Perbedaan Tingkat Kekuatan Otot Pasien Stroke

yang Diberikan ROM Dengan Terapi Oukup Di RSUD Ambarawa. https://perpusnwu.web.id. Diakses tanggal 24 Januari 2017

Sani, Fathnur K. 2016. Metode Penelitian Farmasi Komunitas Dan

Eksperimental. Yogyakarta : Deepublish Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Sitorus, JE. 2014. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Tingkat Pemulihan Pasien

Stroke Infark. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan (Keperawatan). Universitas Esa Unggul. Diakses 30 Desember 2016

Smeltzer, S.C dan Bare, B.E. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner dan Suddart. Jakarta : EGC Sopiyudin, M. Dahlan. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan.Seri 1

Edisi 6. Jakarta: Epidemologi Indonesia

Page 109: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

88

Sri, Okti Purwanti dan Arina Maliya. 2008. Rehabilitasi Klien Pasca Stroke.

https://publikasiilmiah.ums.ac.id. Diakses tanggal 30 Desember 2016 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :

Alafabeta Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alafabeta Trinowiyanto, Bambang. 2016. Pengaruh Latihan Konvensional Dan Akuatik

Pada Pemulihan Kemampuan Motorik Penyandang Hemiparesis Pasca Stroke Infark. https://jurnal.poltekkes-solo.ac.id. Diakses tanggal 30 Desember 2016

Page 110: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

89

Lampiran 1

Page 111: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

90

Lampiran 2

Page 112: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

91

Lampian 3

Page 113: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

92

Lampiran 4

Page 114: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

93

Page 115: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

94

Lampiran 5

Page 116: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

95

Lampiran 6

Page 117: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

96

Lampiran 7

LEMBAR DATA PASIEN DAN OBSERVASI

A. Lembar Data

No. Responden : ........................... (Diisi oleh peneliti)

Petunjuk pengisian : Berikan tanda (√) pada salah satu pilihan jawaban

yang sesuai dengan kondisi anda saat ini.

Data Demografi

1. Umur Anda :

2. Jenis kelamin :

Laki-laki Wanita

3. Pendidikan :

Tidak sekolah SD SMP SMA

Perguruan Tinggi

4. Pekerjaaan :

Tidak bekerja/RT Petani Swasta PNS

Dan lain-lain

5. Saat ini merupakan serangan stroke yang ke berapa :

Pertama kali Lebih dari sekali

6. Bagian tubuh penderita stroke yang mengalami kelumpuhan atau

kelemahan

Tangan Kaki Tangan dan kaki

Page 118: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

97

B. Lembar Observasi Panduan penilaian kekuatan otot :

Skala Persentase Kekuatan Normal (%)

Karakteristik

0 0 Paralisis sempurna 1 10 Gerakan tidak ada kontraksi

otot positif pada palpasi atau dilihat.

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan.

3 50 Gerakan normal, melawan gravitasi.

4 75 Gerakan normal, melawan gravitasi, tahanan minimal.

5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh.

Tabel nilai kekuatan otot

Bagian

Nilai kekuatan otot Hari ke 1 (Sebelum Mobilisasi) 1 minggu (Setelah Mobilisasi) 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5

Ekstermitas Atas dan Bawah

Page 119: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

98

Lampiran 8

PROSEDUR PELAKSANAAN DENGAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) LATIHAN ROM PASIF DAN AKTIF

Pengertian Latihan yang diberikan bila seseorang dalam bahaya gangguan gerak sendi akibat proses penyakit atau kelemahan. Pasien yang mobilisasi sendinya terbataskarena penyakit, diabilitas, atau trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilisasi. Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara mobilisasi sendi.

Tujuan 5. Mencegah kelemahan otot-otot serta mempertahankan / memelihara kekuatan otot.

6. Mencegah kekakuan sendi (ankilosa). 7. Mempersiapkan masa sembuh. 8. Mencegah dekubitus.

Prosedur Pelaksanaan

A. Tahap Persiapan 1. Menyiapkan alat. 2. Menyapa dan menyebut nama klien. 3. Menjelaskan tujuan dan prosedur. 4. Menanyakan persetujuan dan kesepian klien. 5. Mengatur lingkungan yang tenang dan nyaman.

B. Tahap Kerja 1. Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

d. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan.

e. Pegang tangan pasien dengan satu tang dan tangan yang lain memegang pergelangan tangan pasien.

f. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin 2. Fleksi dan ekstensi siku

e. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke tubuhnya.

f. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat bahu.

g. Tekuk siku pasien sehingga tangan pasien mendekat ke bahu. h. Kembalikan ke posisi sebelumnya.

3. Pronasi dan supinasi lengan bawah e. Atur posisi Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien

dengan siku menekuk. f. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan

pegang tangan pasien dengan tangan lainnya. g. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya

menjauhinya. h. Kembalikan ke posisi sebelumnya.

4. Pronasi dan fleksi bahu

Page 120: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

99

f. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. g. Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya. h. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang

tangan pasien dengan tangan lainnya. i. Angkat lengan pasien pada posisi semula. j. Catat perubahan yang terjadi.

5. Abduksi dan adduksi bahu g. Atur posisi Atur posisi lengan pasien di samping badannya. h. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang

tangan pasien dengan tangan lainnya. i. Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah

perawat (Abduksi). j. Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi) k. Kembalikan ke posisi semula (awal). l. Catat perubahan yang terjadi.

6. Rotasi bahu h. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku

menekuk. i. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat

siku dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lain. j. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat

tidur, telapak tangan menghadap ke bawah. k. Kembalikan posisi lengan ke posisi semula. l. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh

tempat tidur, telapak tangan menghadap ke atas. m. Kembalikan lengan ke posisi semula. n. Catat perubahan yang terjadi.

7. Fleksi dan ekstensi jari-jari e. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara

tangan lain memegang kaki erat-erat. f. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah g. Luruskan jari-jari kaki kemudian dorong ke belakang. h. Kembalikan ke posisi semula.

8. Inversi dan eversi kaki f. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu tangan

dan pegang pergelangan kaki dengan tangan satunya. g. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke

kaki yang lain. h. Kembalikan ke posisi semula i. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki

yang lain. j. Kembalikan ke posisi semula.

9. Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki e. Letakkan satu tangan pada telapak kaki pasien dan satu

tangan yang lain di atas pergelangan kaki, jaga kaki lurus dan rileks.

Page 121: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

100

f. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.

g. Kembalikan ke posisi semula. h. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.

10. Fleksi dan ekstensi lutut e. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit

pasien dengan tangan yang lain. f. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha. g. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin. h. Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat

kaki ke atas. i. Kembali ke posisi semula.

11. Rotasi pangkal paha e. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu

tangan yang lain di atas lutut. f. Putar kaki menjauhi dari anda. g. Putar kaki mengarah ke anda. h. Kembalikan ke posisi semula.

12. Abduksi dan adduksi pangkal paha e. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan satu tangan

pada tumit. f. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm

dari tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien. g. Gerakkan kaki mendekati badan pasien. h. Kembalikan ke posisi semula.

Adapun cara memberikan latihan bila pasien mampu

mengerjakannya (latihan gerak aktif) adalah sebgai berikut : 1. Selagi duduk di tempat tidur tanpa penyangga

f. Gerakkan kepala ke arah leher sehingga leher menjadi tertarik benar-benar.

g. Gerakkan tubuh meliuk ke kiri dan ke kanan. h. Gerakkan tubuh memutar. i. Gerakkan tangan menekuk di atas kepala. j. Luruskan lengan ke samping dan gerakkan berputar-putar.

2. Selagi berbaring tengkurap di tempat tidur c. Luruskan benar-benar tulang belakang dengan mengangkat

kepala serta lepas dari tempat tidur tanpa di bantu oleh perawat.

d. Luruskan lengan benar-benar dengan mengangkatnya sampai lepas dari tempat tidur ke arah atas luruskan tungkai benar-benar dengan mengangkatnya dari tempat tidur ke arah atas.

3. Selagi berbaring terlentang d. Tekuk lutut dengan menarik paha sampai ke perut. e. Putar pergelangan kaki ke dalam dan ke luar. f. Tekuk dan luruskan bergantian jari-jari kaki.

Page 122: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

101

4. Selagi berdiri dengan berpegangan pada sandaran kursi c. Ayunkan tungkai ke depan dan ke belakang secara berputar. d. Angkat beban di ats jari-jari kaki dan balik ke tumit.

C. Tahap Terminasi 1. Mengevaluasi hasil latihan rom(skala kekuatan otot). 2. Menganjurkan pasien mengulangi gerakan-gerakan yang di

ajarkan pada saat dirumah. 3. Berpamitan pada pasien. 4. Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien dlalam catatan

keperawatan.

Page 123: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

102

Lampiran 9

TABULASI DATA

No Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan

1 Ny. T 52 Wanita SMP Tidak bekerja

2 Tn. B 55 Laki_laki Perguruan Tinggi PNS

3 Tn. J 57 Laki_laki SMP Petani

4 Ny. P 60 Wanita SD Tidak bekerja

5 Tn. P 68 Laki_laki SD Petani

6 Tn. S 74 Laki_laki SD Petani

7 Ny. M 43 Wanita SMA Petani

8 Tn. R 50 Laki_laki Tidak Sekolah Petani

9 Ny.J 69 Wanita Tidak Sekolah Petani

10 Tn. Pa 52 Laki_laki Perguruan Tinggi PNS

11 Ny. S 42 Wanita SMA Swasta

12 Tn. K 45 Laki_laki SMP Petani

13 Tn.Se 65 Laki_laki SD PNS

14 Tn. Sr 45 Laki_laki SD Petani

15 Ny. Sp 70 Wanita Tidak Sekolah Tidak bekerja

16 Ny.Sk 47 Wanita SMP Swasta

Page 124: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

103

TABULASI DATA

No Nama Skala Kekuatan Otot Sebelum Kekuatan Otot Setelah

1 Ny. T 3 4

2 Tn. B 1 2

3 Tn. J 2 3

4 Ny. P 2 4

5 Tn. P 2 4

6 Tn. S 1 3

7 Ny. M 2 4

8 Tn. R 2 3

9 Ny.J 2 3

10 Tn. Pa 1 2

11 Ny. S 1 3

12 Tn. K 3 4

13 Tn.Se 2 3

14 Tn. Sr 1 4

15 Ny. Sp 2 4

16 Ny.Sk 1 3

Page 125: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

104

Lampiran 10

HASIL DATA TENDENSI SENTRAL DAN DISTRIBUSI FREKUENSI

EXAMINE VARIABLES=Usia /PLOT BOXPLOT STEMLEAF /COMPARE GROUP /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL.

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia 16 100.0% 0 .0% 16 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Usia Mean 55.88 2.652

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 50.22

Upper Bound 61.53

5% Trimmed Mean 55.64

Median 53.50

Variance 112.517

Std. Deviation 10.607

Minimum 42

Maximum 74

Range 32

Interquartile Range 22

Skewness .335 .564

Kurtosis -1.296 1.091

Page 126: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

105

Usia

Page 127: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

106

FREQUENCIES VARIABLES=Jenis_Kelamin Pendidikan Pekerjaan Serangan_Stroke_Ke /NTILES=4

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

Jenis_Kelamin Pendidikan Pekerjaan

Serangan_Strok

e_Ke

N Valid 16 16 16 16

Missing 0 0 0 0

Percentiles 25 1.00 2.00 2.00 1.00

50 1.00 2.50 2.00 1.00

75 2.00 3.75 3.00 1.00

Frequency Table

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki_laki 9 56.2 56.2 56.2

Wanita 7 43.8 43.8 100.0

Total 16 100.0 100.0

Page 128: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

107

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak_Sekolah 3 18.8 18.8 18.8

SD 5 31.2 31.2 50.0

SMP 4 25.0 25.0 75.0

SMA 2 12.5 12.5 87.5

Perguruan_Tinggi 2 12.5 12.5 100.0

Total 16 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak_bekerja/IRT 3 18.8 18.8 18.8

Petani 8 50.0 50.0 68.8

Swasta 2 12.5 12.5 81.2

PNS 3 18.8 18.8 100.0

Total 16 100.0 100.0

Serangan_Stroke_Ke

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid pertama_kali 16 100.0 100.0 100.0

Page 129: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

108

EXAMINE VARIABLES=Kekuatan_Otot_Sebelum /PLOT BOXPLOT STEMLEAF /COMPARE GROUP /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kekuatan_Otot_Sebelum 16 100.0% 0 .0% 16 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Kekuatan_Otot_Sebelum Mean 1.75 .171

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.39

Upper Bound 2.11

5% Trimmed Mean 1.72

Median 2.00

Variance .467

Std. Deviation .683

Minimum 1

Maximum 3

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness .358 .564

Kurtosis -.592 1.091

Kekuatan_Otot_Sebelum

Page 130: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

109

EXAMINE VARIABLES=Kekuatan_Otot_Setelah /PLOT BOXPLOT STEMLEAF /COMPARE GROUP /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kekuatan_Otot_Setelah 16 100.0% 0 .0% 16 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Kekuatan_Otot_Setelah Mean 3.31 .176

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 2.94

Upper Bound 3.69

5% Trimmed Mean 3.35

Median 3.00

Variance .496

Std. Deviation .704

Minimum 2

Maximum 4

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness -.537 .564

Kurtosis -.643 1.091

Kekuatan_Otot_Setelah FREQUENCIES VARIABLES=Kekuatan_Otot_Sebelum Kekuatan_Otot_Setelah /NTILES=4

Page 131: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

110

/STATISTICS=STDDEV RANGE MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SKEWNESS SESKEW KURTOSIS SEKURT

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

Kekuatan_Otot_

Sebelum

Kekuatan_Otot_

Setelah

N Valid 16 16

Missing 0 0

Mean 1.75 3.31

Std. Error of Mean .171 .176

Median 2.00 3.00

Mode 2 3a

Std. Deviation .683 .704

Skewness .358 -.537

Std. Error of Skewness .564 .564

Kurtosis -.592 -.643

Std. Error of Kurtosis 1.091 1.091

Range 2 2

Minimum 1 2

Maximum 3 4

Percentiles 25 1.00 3.00

50 2.00 3.00

75 2.00 4.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Page 132: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

111

Frequency Table

Kekuatan_Otot_Sebelum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 6 37.5 37.5 37.5

2 8 50.0 50.0 87.5

3 2 12.5 12.5 100.0

Total 16 100.0 100.0

Kekuatan_Otot_Setelah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 2 12.5 12.5 12.5

3 7 43.8 43.8 56.2

4 7 43.8 43.8 100.0

Total 16 100.0 100.0

Page 133: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

112

Latihan 11

HASIL UJI NORMALITAS

NPAR TESTS /K-S(NORMAL)=Kekuatan_Otot_Sebelum Kekuatan_Otot_Setelah

/MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kekuatan_Otot_

Sebelum

Kekuatan_Otot_

Setelah

N 16 16

Normal Parametersa Mean 1.75 3.31

Std. Deviation .683 .704

Most Extreme Differences Absolute .268 .273

Positive .239 .234

Negative -.268 -.273

Kolmogorov-Smirnov Z 1.071 1.092

Asymp. Sig. (2-tailed) .201 .184

a. Test distribution is Normal.

Page 134: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

113

Latihan 12

HASIL UJI PAIRED T TEST

T-TEST PAIRS=Kekuatan_Otot_Sebelum WITH Kekuatan_Otot_Setelah (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500)

/MISSING=ANALYSIS.

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kekuatan_Otot_Sebelum 1.75 16 .683 .171

Kekuatan_Otot_Setelah 3.31 16 .704 .176

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Kekuatan_Otot_Sebelum &

Kekuatan_Otot_Setelah 16 .589 .016

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Kekuatan_Otot_Se

belum -

Kekuatan_Otot_Set

elah

-1.562 .629 .157 -1.898 -1.227 -9.934 15 .000

Page 135: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

114

Lampiran 13 DOKUMENTASI

Page 136: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

115

Lampiran 14

JADWAL PENYUSUNAN SKRIPSI

No Jadwal Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

1 Menentukan topik proposal 2 Pengajuan judul 3 Survei pendahuluan 4 Bimbingan proposal 5 Ujian proposal 6 Revisi proposal 7 Pengurusan surat dan perizinan 8 Pengumpulan data 9 Analisa data

10 Penarikan kesimpulan 11 Ujian skripsi 12 Revisi skripsi 13 Pengumpulan berkas

Page 137: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

116

Lampiran 15

Page 138: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

117

Lampiran 16

Page 139: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

118

Page 140: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

119

Lampiran 17

Page 141: SKRIPSI KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE …repository.stikes-bhm.ac.id/156/1/9.pdf · PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK

120