isi pasca stroke

42
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan utama di dunia karena menjadi penyebab kematian ketiga di dunia dan menjadi penyebab pertama kecacatan. Kemajuan teknologi kedokteran telah berhasil menurunkan angka kematian akibat stroke, namun angka kecacatan akibat stroke tetap bahkan cenderung meningkat. Kecacatan pasca stroke dapat berupa gangguan motorik, sensorik, otonom, maupun kognitif. Gangguan kognitif pasca stroke seringkali kurang diperhatikan pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol atau kurang bisa dikenali dibandingkan dengan defisit neurologis lainnya, namun demikian gangguan kognitif secara signifikan menurunkan kualitas hidup penderita stroke. Gangguan kognitif juga menyebabkan program rehabilitasi medis tidak berjalan dengan baik dengan keluaran indeks aktivitas sehari-hari lebih buruk. Frekuensi gangguan kognitif pasca stroke iskemik berkisar antara 20- 30%, dan makin meningkat risikonya, bahkan sampai 2 tahun pasca stroke. i

Upload: yanuar-pranata

Post on 25-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Pasca Stroke

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Pasca Stroke

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan masalah kesehatan utama di dunia karena menjadi

penyebab kematian ketiga di dunia dan menjadi penyebab pertama kecacatan.

Kemajuan teknologi kedokteran telah berhasil menurunkan angka kematian

akibat stroke, namun angka kecacatan akibat stroke tetap bahkan cenderung

meningkat. Kecacatan pasca stroke dapat berupa gangguan motorik,

sensorik, otonom, maupun kognitif. Gangguan kognitif pasca stroke

seringkali kurang diperhatikan pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan

yang merawat, karena tidak menonjol atau kurang bisa dikenali dibandingkan

dengan defisit neurologis lainnya, namun demikian gangguan kognitif

secara signifikan menurunkan kualitas hidup penderita stroke.

Gangguan kognitif juga menyebabkan program rehabilitasi medis tidak

berjalan dengan baik dengan keluaran indeks aktivitas sehari-hari lebih

buruk. Frekuensi gangguan kognitif pasca stroke iskemik berkisar antara

20- 30%, dan makin meningkat risikonya, bahkan sampai 2 tahun pasca

stroke.

Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf

pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan

pembuluh darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses degenerative

system saraf tampaknya sedang merambah naik di Indonesia. Walaupun

belum didapat data secara konkrit mengenai hal ini namun dari pengalaman

terlihat sangat mencolok adanya perubahan ini. Kemungkinan yang menjadi

factor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan

ekonomi dan perubahan gaya hidup terutama msayarakat perkotaan.

Kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin

mudah sehingga meningkatkan hasratmereka untuk terus berjuang mencapai

tujuan dengan penuh persaingan dalam perjuangan tersebut, mereka

mendapatkan benturan-benturan fisik maupun psikologis akibatnya mereka

tidak lagi memikirkan efek bagi kesehatan jangka panjang. Usia harapan

i

Page 2: Isi Pasca Stroke

hidup di Indonesia sekarang kian meningkat sehingga semakin banyak

terdapat lansia. Dengan bertambahnya usia maka permasalahan kesehatan

yang terjadi akan semakin kompleks. Salah satu penyakit yang sering dialami

oleh lansia adalah stroke. Usia merupakan factor resiko yang paling penting

bagi semua jenis stroke. Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan

bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud pasca stroke ?;

1.2.2 Apa epidemiologi dari pasca stroke ?;

1.2.3 Apa etiologi dari pasca stroke ?;

1.2.4 Apa tanda dan gejala dari pasca stroke ?;

1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari pasca stroke ?;

1.2.6 Apa komplikasi dan prognosis dari pasca stroke ?;

1.2.7 Bagaimana pengobatan dari pasca stroke ?;

1.2.8 Bagaimana pencegahan dari Ppasca stroke ?;

1.2.9 Bagaimana pathways dan asuhan keperawatan dari pasca stroke ?

1.3 Tujuan

Pembahasan tentang “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Pasca stroke”,

memiliki tujuan antara lain:

1.3.1 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari pasca stroke;

1.3.2 Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi dari pasca stroke;

1.3.3 Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dari pasca stroke;

1.3.4 Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala dari pasca stroke;

1.3.5 Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari pasca stroke;

1.3.6 Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis pasca stroke;

1.3.7 Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan pasca stroke;

1.3.8 Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan dari pasca stroke;

1.3.9 Mahasiswa mampu menjelaskan pathways dan asuhan keperawatan pada

klien dengan pasca stroke.

ii

Page 3: Isi Pasca Stroke

1.4 Implikasi Keperawatan

Implikasi keperawatan pada makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada

Klien dengan Pasca stroke”, yaitu:

1.4.1 Membaca makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Pasca stroke akan dapat menambah pengetahuan perawat

mengenai patologi pasca stroke;

1.4.2 Membaca makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Pasca stroke akan mampu mengambil segala segi positif dari

makalah ini dan dapat menerapkannya dalam kegiatan asuhan

keperawatan;

1.4.3 Membaca makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Pasca stroke akan mendorong perawat untuk melakukan asuhan

keperawatan secara prefentif untuk mencegah terjadinya stroke.

iii

Page 4: Isi Pasca Stroke

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Stroke secara umum merupakan defisit neurologis yang mempunyai

serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari terganggunya

pembuluh darah otak (Hudak dan Gallo, 1997). Menurut WHO stroke adalah

adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak

fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau

lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vaskuler. (Hendro Susilo, 2000).

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak yang

berlangsung 24 jam atau lebih atau menimbulkan kematian dan semata-mata

disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).

Stroke adalah gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari proses

patologis pada pembuluh darah serebral, misal: Trombosis, embolis, ruptura

dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar (Prince, 1995 : 964).

2.2 Klasifikasi

Berdasarkan atas jenisnya, stroke dibagi menjadi :

1. Stroke Iskemik / Non Hemorogik

Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak terhenti karena

aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh

darah.

2. Stroke Hemorogik

Diakibatkan karena pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran

darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan

merusaknya. ( Fatimah Detty N, 2009 )

iv

Page 5: Isi Pasca Stroke

2.3 Epidemiologi

Insiden stroke bervariasi di berbagai negara Eropa, diperkirakan terdapat 100-

200 kasus stroke baru per 100.000 penduduk per tahun (Hacke dkk, 2003). Di

Amerikadiperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke per tahun, dengan

4,8 juta penderita yang bertahan hidup (Goldstein dkk, 2006). Di Amerika Selatan

rata-ratainsiden stroke pertahun 0, 35-1,83 per 1000 penduduk (Saposnik, 2003).

Di antara penduduk asli Amerika, Indian/ Alaska yang berumur diatas usia 18

tahun, 5,1%mengalami stroke. Diantara orang Amerika yang berkulit hitam atau

Afrika angkanya 3,2% pada mereka yang berkulit putih 2,5% dan pada orang-

orang Asia 2,4%. Prevalensi infark serebri diantara umur 55-64 tahun kira-kira

11%. Prevalensi ini meningkatmenjadi 22% diantara umur 65-69 tahun, 28%

diantara umur 70-74 tahun, 32% diantara umur 75-79 tahun, 40% diantara umur

80-85 tahun dan 43% pada umur diatas 85 tahun.Bila angka ini digunakan pada

tahun 1998 pada perkiraan populasi di Amerika makadiperkirakan 13 juta

penduduk mengalami stroke. (Rosamond dkk, 2007)

Penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke yag menyerang kelompok usia

diatasusia 40 tahun adalah setiap kelainan otak akibat proses patologi pada sistem

pembuluhdarah otak. Proses ini dapat disebabkan penyumbatan lumen pembuluh

darah olehtrombosis dan emboli, pecahnya dinding pembuluh darah dan

perubahan viskositasmaupun kualitas darah sendiri. Perubahan dinding pembuluh

darah otak serta komponenlainnya dapat bersifat primer karena kelainan

kongenital maupun degeneratif atau akibat proses lain seperti peradangan,

atherosclerosis, hipertensi, dan diabetes mellitus(Misbach, 1999).

2.4 Etiologi

Banyak kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stroke, tetapi pada awalnya

adalah dari pengerasan arteri atau yang disebut juga sebagai arteriosklerosis.

Karena arteriosklerosismerupakan gaya hidup modern yang penuh stress, pola

makan tinggi lemak, dan kurang berolahraga. Ketiganya sebenarnya tergolong

dalam faktor risiko yang dapatdikendalikan. Selain itu, ada pula faktor-faktor lain

yang tidak dapat dikendalikan, yaitu antara lain :

v

Page 6: Isi Pasca Stroke

1. Faktor Risiko Tidak Terkendali

a. Usia

Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia 55

tahun,risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua pertiga

darisemua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun.

Tetapi,itu tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia karena

strokedapat menyerang semua kelompok umur. 

b. Jenis kelamin

Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian

menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke.

Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi serangan stroke pada

pria terjadi diusia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih

tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih jarang terkena stroke, pada umumnya

wanita terserang pada usia lebih tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih

besar.

c. Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga

Nampaknya, stroke terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang

sangat berperan antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes

dancacat pada bentuk pembuluh darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga

jugadapat mendukung risiko stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil)

mungkin merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan

faktor risiko stroke yang lain.

d. Ras dan etnik 

2. Faktor Risiko Terkendali

a. Hipertensi

Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama

yangmenyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi

memilikifaktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat dibandingkan orang

yang tanpahipertensi dan sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke ternyata

menderitahipertensi sebelum terkena stroke. Secara medis, tekanan darah di atas

vi

Page 7: Isi Pasca Stroke

140 — 90tergolong dalam penyakit hipertensi. Oleh karena dampak hipertensi

padakeseluruhan risiko stroke menurun seiring dengan pertambahan umur, pada

oranglanjut usia, faktor-faktor lain di luar hipertensi berperan lebih besar

terhadaprisiko stroke. Pada orang yang tidak menderita hipertensi, risiko stroke

meningkatterus hingga usia 90, menyamai risiko stroke pada orang yang

menderitahipertensi. Sejumlah penelitian menunjukkan obat-obatan anti hipertensi

dapatmengurangi risiko stroke sebesar 38 persen dan pengurangan angka

kematiankarena stroke sebesar 40 persen.

b. Penyakit Jantung

Setelah hipertensi, faktor risiko berikutnya adalah penyakit jantung,

terutama penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni penyakit jantung dengan

denyut jantung yang tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri

inimencapai empat kali lebih cepat dibandingkan di bagian-bagian lain jantung.

Inimenyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara insidentil

terjadi pembentukan gumpalan darah. Gumpalangumpalan inilah yang kemudian

dapatmencapai otak dan menyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia di atas

80tahun, atrial fibrilation merupakan penyebab utama kematian pada satu di

antaraempat kasus stroke. Faktor lain dapat terjadi pada pelaksanaan operasi

jantungyang berupaya memperbaiki cacat bentuk jantung atau penyakit jantung.

Tanpadiduga, plak dapat terlepas dari dinding aorta (batang nadi jantung), lalu

hanyutmengikuti aliran darah ke leher dan ke otak yang kemudian menyebabkan

stroke.

c. Diabetes Melitus

Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan

mencapaitingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan

menurun. Namun, ada factor penyebab lain yang dapat memperbesar risiko stroke

karenasekitar 40 persen penderita diabetes pada umumnya juga mengidap

hipertensi.

vii

Page 8: Isi Pasca Stroke

d. Kadar kolesterol darah

Penelitian menunjukkan bahwa makanan kaya lemak jenuh dan kolesterol

sepertidaging, telur, dan produk susu dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam

tubuhdan berpengaruh pada risiko aterosklerosis dan penebalan pembuluh.

Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas 240

mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit

jantung danstroke. Memperbaiki tingkat kolesterol dengan menu makan yang

sehat danolahraga yang teratur dapat menurunkan risiko aterosklerosis dan stroke.

Dalamkasus tertentu, dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan

kolesterol.

e. Merokok 

Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling mudah

diubah.Perokok berat menghadapi risiko lebih besar dibandingkan perokok

ringan.Merokok hampir melipatgandakan risiko stroke iskemik, terlepas dari

faktor risiko yang lain, dan dapat juga meningkatkan risiko subaraknoid

hemoragik hingga 3,5 persen. Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke,

yang lebih banyak terjadi pada usia dewasa muda ketimbang usia tengah baya

atau lebih tua.Sesungguhnya, risiko stroke menurun dengan seketika setelah

berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti

merokok. 

f. Alkohol berlebih

Secara umum, peningkatan konsumsi alkohol meningkatkan tekanan

darahsehingga memperbesar risiko stroke, baik yang iskemik maupun

hemoragik.Tetapi, konsumsi alkohol yang tidak berlebihan dapat mengurangi

daya penggumpalan platelet dalam darah, seperti halnya asnirin. Dengan

demikian,konsumsi alkohol yang cukup justru dianggap dapat melindungi tubuh

dari bahaya stroke iskemik.

g. Obat-obatan terlarangPenggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan

senyawa olahannya dapatmenyebabkan stroke, di samping memicu faktor risiko

yang lain sepertihipertensi, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah.

Kokain jugameyebabkan gangguan denyut jantung (arrythmias) atau denyut

viii

Page 9: Isi Pasca Stroke

jantung jadi lebihcepat. Masing-masing menyebabkan pembentukan gumpalan

darah. Marijuanamengurangi tekanan darah dan bila berinteraksi dengan faktor

risiko lain, sepertihipertensi dan merokok, akan menyebabkan tekanan darah naik

turun dengancepat. Keadaan ini pun punya potensi merusak pembuluh darah.

h. Cedera kepala dan leher 

Cedera pada kepala atau cedera otak traumatik dapat menyebabkan

pendarahan didalam otak dan menyebabkan kerusakan yang sama seperti pada

strokehemoragik. Cedera pada leher, bila terkait dengan robeknya tulang

punggung atau pembuluh karotid akibat peregangan atau pemutaran leher secara

berlebihan atauadanya tekanan pada pembuluh merupakan penyebab stroke yang

cukup berperan,terutama pada orang dewasa usia muda

i. Infeksi

Infeksi virus maupun bakteri dapat bergabung dengan factor risiko lain

danmembentuk risiko terjadinya stroke. Secara alami, sistem kekebalan

tubuh biasanya melakukan perlawananan terhadap infeksi dalam bentuk

meningkatkan    peradangan dan sifat penangkalan infeksi pada darah. Sayangnya,

reaksikekebalan ini juga meningkatkan faktor penggumpalan dalam darah yang

memicurisiko stroke embolik-iskemik ( Yuli Saraswati, 2008 ).

2.5 Patofisiologi

Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di batang otak

terjadi karenakawasan perdarahan suatu arteri tidak/kurang mendapat jatah darah

lagi. Jatah darah tidak disampaikan ke daerah tersebut. Lesia yang terjadi

dinamakan infark iskemik jika arteri tersumbat dan infark hemoragik jika arteri

pecah. Maka dari itu ―Stroke dapat dibagi dalam:

1. Stroke iskemik / Non Hemorogik 

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh

thrombus atauembolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya

aterosklerosis padadinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat,

aliran darah ke areathrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian

ix

Page 10: Isi Pasca Stroke

menjadi kompleksiskemia, akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli

disebabkan oleh embolusyang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri

karotis. Terjadinya blok pada arteritersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba

berkembang cepat dan terjadi gangguanneurologis fokal. Perdarahan otak dapat

disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluhdarah oleh emboli.

2. Stroke hemoragik 

Pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau

ruangansubarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang

seharusnyakonstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat

dikompensasitubuh akan menimbulkan tingkatan TIK yang bila berlanjut akan

menyebabkanherniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu, darah yang

mengalir kesubstansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema,

spasme pembuluhdarah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan

aliran darah berkurangatau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

( Wulandari Vina, 2007 )

2.6 Tanda dan gejala

Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala

penyakitstroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah

satu sisi tubuh,   hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan

ganda atau kesulitanmelihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri

kepala mendadak tanpakausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit

memikirkan atau mengucapkan kata-katayang tepat, tidak mampu mengenali

bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuhdan hilangnya pengendalian

terhadap kandung kemih

2.7 Komplikasi dan prognosis

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer &

Bare (2002)adalah:

1. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah

adekuat ke otak.Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang

x

Page 11: Isi Pasca Stroke

dikirimkan ke jaringan.Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan

hemoglobin serta hematokrit padatingkat dapat diterima akan membantu

dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.

2. Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah

jantung, danintegritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan

intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki

aliran darah serebral. Hipertensi danhipotensi ekstrim perlu dihindari

untuk mencegah perubahan pada aliran darahserebral dan potensi

meluasnya area cedera.

3.Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi

atrium ataudapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan

menurunkan aliran darahke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran

darah serebral. Disritmia dapatmengakibatkan curah jantung tidak

konsisten dan penghentian trombus lokal. Selainitu, disritmia dapat

menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

Prognosis stroke sulit dipastikan karena ada yang sembuh dan

dapat beraktifitas semula namun ada yang cacat sisa bahkan ada juga yang

meninggal. Prognosis stroke ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : lokasi

dan luas area lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), umur, tipe stroke, cepat

lambatnya penanganan serta kerjasama tim medis dengan pasien dan keluarga.

Bila pasien bisa mengatasi serangan akut, mempunyai prognosis yang baik dan

dengan rehabilitasi yang aktif, banyak pasien dapat beraktifitas dengan sendiri

tanpa ketergantungan dari orang lain. 

2.8 Penatalaksanaan

1. stroke embolik dapat diterapi dengan antikoagulan

2. Stroke hemoragik diobati dengan penekanan pada penghentian perdarahan

dan pencegahan kekambuhan mungkin diperlukan tindakan bedah.

Semua stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan rangsangan

eksternal/untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebrum, dapat di lakukan

tindakan-tindakan untuk menurunkan tekanan dan edema intraktanium.

xi

Page 12: Isi Pasca Stroke

Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:

1. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat

maksimum 3sampai 5 hari setelah infark serebral.

2. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi

dari tempat laindalam sistem kardiovaskuler.

2.9 Pencegahan

Di antara sekian banyak faktor resiko stroke, hipertensi dianggap yang paling

berperan. Intervensi terhadap hipertensi dibuktikan mampu mempengaruhi

penurunan stroke dalam komuniti. Namun demikian, upaya pencegahan stroke

tidak semata ditujukan kepada hipertensi stroke. Ada pendekatan yang

menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan empat faktor utama

yang mempengaruhi penyakit (gaya hidup, lingkungan, biologis, dan pelayanan

kesehatan), (Bustan, 2007).

1. Pencegahan Primer

a. Gaya hidup: Reduksi stress, makan rendah garam, lemak dan kalori,

exercise, no smoking, dan vitamin.

b. Lingkungan: Kesadaran atas stres kerja.

c. Biologi: Perhatian terhadap faktor resiko biologis (jenis kelamin,

riwayat keluarga), efek aspirin.

d. Pelayanan kesehatan: Health Education dan pemeriksaan tensi.

2. Pencegahan Sekunder

a. Gaya hidup: Manajemen stres, makanan rendah garam, stop smoking,

penyesuaian gaya hidup.

b. Lingkungan: Penggantian kerja jika diperlukan, family counseling.

c. Biologi: Pengobatan yang patuh dan cegah efek samping.

d. Pelayanan kesehatan: Pendidikan pasien dan evaluasi penyebab

sekunder.

3. Pencegahan Tersier

a. Gaya hidup: Reduksi stres, exercise sedang, stop smoking.

xii

Page 13: Isi Pasca Stroke

b. Lingkungan: Jaga keamanan dan keselamatan (rumah lantai pertama,

pakai wheel-chair) dan familiy support.

c. Biologi: Kepatuhan berobat, terapi fisik dan speech therapy.

d. Pelayanan kesehatan: Emergency medical technic, asuransi.

xiii

Page 14: Isi Pasca Stroke

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Klien

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,

pendidikan, alamat, agama, suku/bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan

diagnosa medis.

3.1.2 Keluhan utama

Keluhan utama klien pasca stroke adalah mobilisasi masih terbatas dan

terhambat.

3.1.3 Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang

melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala,

mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan

separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

b. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes melitus,

penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,

penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan

kegemukan.

c. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,

atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

3.1.4 Riwayat Psikososial dan Spiritual

Peranan klien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi

meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan,

hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan dan apakah

klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.

xiv

Page 15: Isi Pasca Stroke

3.1.6 Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan: apakah pada klien pasca stroke

mampu menjaga kesehatannya dan menjaga pola hidupnya agar stoke

yang dialaminya tidak terjadi lagi. Selain itu, perlu di kaji juga apakah

klien juga rutin memeriksakan kesehatannya di tempat layanan

kesehatan.

2. Pola nutrisi dan metabolisme: apakah pada klien pasca stroke terjadi

adanya keluhan menelan, nafsu makan menurun.

3. Pola eliminasi: apakah pada klien pasca stroke terjadi inkontinesia urin

dan pada pola defekasi apakah terjadi konstipasi akibat penurunan

peristaltik usus

4. Pola aktivitas: apakah pada klien pasca stroke ada kesukaran untuk

beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori, mudah lelah

5. Pola istirahat dan tidur: apakah pada klien pasca stroke mengalami

kesukaran istirahat karena nyeri otot

6. Pola kognitif dan persepsi sensori: pada pola kognitif apakah terjadi

penurunan memori dan proses berpikir dan pada pola sensori apakah

pada klien pasca stroke klien mengalami gangguan

penglihatan/kekaburan pandangan.

7. Pola konsep diri: apakah pada klien pasca stroke klien merasa tidak

berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif.

8. Pola hubungan-peran: apakah pada klien pasca stroke terjadi perubahan

hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk

berkomunikasi

9. Pola seksual-seksualitas: apakah pada klien pasca stroke terjadi

penurunan seksual akibat beberapa pengobatan stroke seperti obat anti

kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.

10. Pola mekanisme koping: apakah pada klien pasca stroke mengalami

kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir

dan kesulitan berkomunikasi

xv

Page 16: Isi Pasca Stroke

11. Pola nilai dan kepercayaan: apakah pada klien pasca stroke melakukan

ibadah seperti biasanya karena keadaan keleamahan pada sisi tubuh

 

3.1.7 Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

Klien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat

operasi.

b. Mata

Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus

(nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III),

gangguan dalam memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam

menggerakkan bola mata kelateral (nervus VI).

c. Hidung

Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus

olfaktorius (nervus I).

d. Mulut

Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus,

adanya kesulitan dalam menelan.

e. Dada

1. Inspeksi                 :  Bentuk simetris

2. Palpasi                   :  Tidak adanya massa dan benjolan.

3. Perkusi                  :  Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.

4. Auskultasi            : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi,  suara

jantung I dan II murmur atau gallop.

f. Abdomen

1. Inspeksi                 :  Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.

2. Auskultasi             :  Bisisng usus agak lemah.

3. Perkusi                  : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada

xvi

Page 17: Isi Pasca Stroke

g. Ekstremitas

Pada klien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi

paralisa atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga

dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5

Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)

1) Nilai 0  : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali

2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.

3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan

gravitasi.

4) Nilai 3 : Bila dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat melawan

tekanan pemeriksaan.

5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi       

kekuatanya berkurang.

6)  Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan

penuh

3.2 Diagnosa

1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan terputusnya

aliran darah: penyakit oklusi, perdarahan serebral, edema serebral.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan heiparesis, kehilangan

keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cidera otak

3. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan gejala sisa stroke

4. Defisit perawatan diri berpakaian berhubungan dengan gejala sisa stroke

5. Defisit perawatan diri makan berhubungan dengan gejala sisa stroke

6. Defisit perawatan diri eliminasi berhubungan dengan gejala sisa stroke

xvii

Page 18: Isi Pasca Stroke

3.3 Intervensi

N

No

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1

.

Perubahan

perfusi jaringan

serebral

berhubungan

dengan

terputusnya aliran

darah: penyakit

oklusi, perdarahan

serebral, edema

serebral

NOC

1. Circulation status

2. Tissue Perfusion :

cerebral

Kriteria hasil

1. Mempertahankan tingkat

kesadaran membaik,

fungsi kognitif, dan

motorik atau sensori.

2. Mendemontrasikan

tanda-tanda vital stabil

dan tidak adanya tanda-

tanda peningkatan TIK

3. Menunjukan tidak

adanya kelanjutan

kekambuhan

4. Memperlihatkan

penurunan tanda dan

gejala kerusakan

jaringan

NIC

Peripheral Sensation

Management (Manajemen

sensasi perifer)

1. Tentukan faktor yang

berhubungan dengan

keadaan atau penyebab

khusus selama

penurunan perfusi

serebral dan potensial

terjadinya peningkatan

TIK

2. Observasi dan cacat

status neurologis

seiring mungkin dan

bandingkan dengan

keadaan normalnya

3. Observasi tanda-tanda

vital seperti

a. Adanya hipertensi atau

hipotensi, bandingkan

hasil yang terbaca

pada kedua lengan

b.  Catat pola dan irama

dari pernafasan,

seperti : periode apnea

setelah pernafasan

hiperventilasi,

xviii

Page 19: Isi Pasca Stroke

pernafasan Cheyne-

Strokes

2

.

Hambatan

mobilitas fisik

berhubungan

dengan heiparesis,

kehilangan

keseimbangan dan

koordinasi,

spastisitas dan

cidera otak

NOC

1. Joint Movement : Active

2. Mobility level

3. Self care :ADLs

4. Transfer performance

Kriteria Hasil

1. Klien meningkat dalam

aktivitas fisik

2. Mempertahankan/

menigkatkan kekuatan

dan fungsi bagian tubuh

yang terkena atau

terkompensasi

3. Mendemontrasikan

teknik atau perilaku yang

memungkinkan

melakukan aktivitas

NIC

Exercise therapy :

ambulation

1. Monitoring vital sign

sebelum/sesudah

latihan dan liat respon

klien saat latihan

2. Konsultasikan dengan

terapi fisik tentang

rencana ambulasi

sesuai dengan

kebutuhan

3. Bantu klien untuk

menggunakan tongkat

saat berjalan dan

cegah terhadap cidera

4. Ajarkan klien untuk

teknik ambulasi

5. Kaji kemampuan klien

dalam mobilisasi

6. Latih klien dalam

pemenuhan ADLs

secara mandiri sesuai

kemampuan

7. Dampingi dan bantu

klien saat mobilisasi

dan bantu penuhi

kebutuhan ADLs

8. Ajarkan klien

xix

Page 20: Isi Pasca Stroke

bagaimana merubah

posisi dan berikan

bantuan jika

diperlukan

3

.

Defisit perawatan

diri mandi

berhubungan

dengan gejala sisa

stroke

NOC

1. Activity Intolerance

2. Mobility : physical

impaired

3. Self care Defisit Hygiene

4. Sensory perception,

auditory disturbed

Kriteria Hasil

1. Perawatan diri : aktivitas

kehidupan sehari-hari,

mampu melakukan

aktivitas perawatan fisik

secara mandiri atau

dengan alat bantu

2. Perawatan diri mandi :

mampu untuk

membersihkan tubuh

sendiri secara mandiri

dengan atau tanpa alat

bantu

3. Perawatan diri hygiene :

mampu untuk

mempertahankan

kebersihan dan

penampilan yang rapi

secara mandiri dengan

atau tanpa alat bantu

NIC\ Self care

Assistance :

Bathing/Hygiene

1. Kaji kemampuan dan

tingkat kekurangan

untuk kebutuhan

sehari-hari

2. Hindari melakukan

sesuatu untuk klien

yang dapat dilakukan

secara mandiri, tapi

berikan bantuan yang

sesuai

3. Tempat handuk,

sabun, deodoran, alat

pencukur, dan

aksesoris lainnya yang

dibutuhkan di samping

tempat tidur atau di

kamar mandi

4. Menyediakan

lingkungan yang

terapeutik dengan

memastikan hangat,

santai, pengalaman

pribadi, dan personal

5. Memfasilitasi diri

xx

Page 21: Isi Pasca Stroke

4. Mampu

mempertahankan

mobilitas yang

diperlukan untuk ke

kamar mandi dan

menyediakan

perlengkapan mandi

mandi klien

6. Memberikan bantuan

sampai klien

sepenuhnya dapat

mengasumsikan

perawatan diri

7. Berikan umpan balik

positif untuk setiap

usaha yang dilakukan

klien

4

.

Defisit perawatan

diri berpakaian

berhubungan

dengan gejala sisa

stroke

NOC

1. Self care status

2. Self care : Dressing

3. Activity Tolerance

4. Fatigue Level

Kriteria Hasil

1. Mampu melakukan tugas

fisik yang paling

mendasar dan aktivitas

perawatan pribadi secara

mandiri dengan atau

tanpa alat bantu

2. Mampu mengenakan

pakaian dan berhias

sendiri secara mandiri

atau tanpa alat bantu

3. Mampu

mempertahankan

kebersihan pribadi dan

penampilan yang rapi

secara mandiri dengan

NIC

Self care Assistance :

Dressing/Grooming

1. Pantau tingkat

kekuatan dan toleransi

aktivitas

2. Pantau peningkatan

dan penurunan

kemampuan untuk

berpakaian

3. Banti klien untuk

memilih pakaian yang

mudah dipakai dan

dilepas

4. Sediakan pakaian yang

mudah dijangkau

(disamping tempat

tidur)

5. Dukung kemandirian

dalam berpakaian,

berhias, bantu klien

xxi

Page 22: Isi Pasca Stroke

atau tanpa alat bantu jika diperlukan

6. Bantu klien untuk

menaikkan,

mengacingkan, dan

merisleting pakaian

jika diperlukan

7. Beri pujian atas usaha

untuk berpakaian

sendiri

5

.

Defisit perawatan

diri makan

berhubungan

dengan gejala sisa

stroke

NOC

1. Activity intolerance

2. Mobility : physical

impaired

3. Self care defisit hygiene

4. Self care deficit feeding

Kriteria Hasil

1. Perawatan diri :

aktivivitas kehidupan

sehari-hari mampu untuk

melakukan aktivitas

perawatan fisik dan

pribadi secara mandiri

atau dengan alat bantu

2. Perawatan diri : makan :

kemampuan untuk

menyiapkan dan

memakan makana dan

cairan secara mandiri

denga atau tanpa alat

NIC

Self care assistance :

Feeding

1. Memonitor klien

kemampuan untuk

menelan

2. Ciptakan lingkungan

yang menyenangkan

selama waktu makan

3. Tempatkan klien

dalam posisi nyaman

makan

4. Menyediakan

makanan dan

minuman yang disukai

5. Memonitor status

hidrasi klien

6. Memantau berat

badan, yang sesuai

7. Memberikan isyarat

xxii

Page 23: Isi Pasca Stroke

bantu

3. Status menelan :

perjalanan makanan

padat atau cairan secara

aman dari mulut ke

lambung

4. Mampu makan secara

mandiri

dan pengawasan yang

ketat

6

.

Defisit perawatan

diri eliminasi

berhubungan

dengan gejala sisa

stroke

NOC

1. Activity intolerance

2. Mobility : physical

impaired

3. Self care deficit toileting

4. Self care deficit hygiene

5. Urinary incontinence :

functional

Kriteria Hasil

1. Perawatan diri :

aktivivitas kehidupan

sehari-hari mampu untuk

melakukan aktivitas

perawatan fisik dan

pribadi secara mandiri

atau dengan alat bantu

2. Perawatan diri hygiene :

mampu untuk

mempertahankan

kebersihan dan

penampilan yang rapi

secara mandiri dengan

atau tanpa alat bantu

NIC

Self care assistance :

Toileting

1. Membantu klien pada

saat akan ke toilet

2. Menyediakan privasi

selama eliminasi

3. Memfasilitasi

kebersihan toilet

seteleh selesai

eliminasi

4. Bantu klien mengganti

pakaian setelah

eliminasi

5. Memulai jadwal ke

toilet

6. Menyediakan alat

bantu (misalnya,

kateter eksternal)

xxiii

Page 24: Isi Pasca Stroke

3. Perawatan eliminasi :

mampu untuk melakukan

aktivitas eliminasi secara

mandiri atau tanpa alat

bantu

4. Membersihkan diri

setelah eliminasi

xxiv

Page 25: Isi Pasca Stroke

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi

otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan

Suddarth, 2002 : hal. 2131 ). Menurut WHO, stroke adalah manifestasi klinik dari

gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung

dengan cepat. Berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut tanpa

ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler. Persoalan pokok pada

stroke adalah gangguan peredaran darah pada daerah otak tertentu. Stroke juga

menjadi salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama.

Stroke dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi)

Hal ini terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah otak, dan Perdarahan

(Stroke Hemoragi) Terjadi pecahnya pembuluh darah otak.

Faktor-faktor risiko yang dapat ditemui pada klien dengan stroke yaitu

faktor risiko utama seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit Jantung,

Transient Ischemic Attack (TIA) dan faktor resiko tambahan seperti Kadar lemak

darah yang tinggi termasuk kolesterol dan trigliserida, Kegemukan atau obesitas,

Merokok, Riwayat keluarga dengan stroke, Lanjut Usia, Penyakit darah tertentu

seperti polisitemia dan leukemia, Kadar asam urat darah tinggi, Penyakit paru-

paru menahun.

4.2 Saran

Perawat harus mampu memahami tindakan pencegahan pasca stroke serta

mengetahui tentang: Faktor-faktor resiko yang dapat ditemui pada lansia dengan

kasus pasca stroke, laboratorium yang perlu dilakukan dan asuhan keperawatan

pada lansia dengan sroke.

xxv

Page 26: Isi Pasca Stroke

DAFTAR PUSTAKA

Amin & Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis

Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Medi Action Publishing

Amin & Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis

Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Medi Action Publishing

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Edisi 8 vol3. Jakarta: EGC

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :

EGC

Heather, Herdman T. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi

2012-2014. Jakarta: EGC

Hudak Gallo. 1997. Keperawatan Kritis Edisi VI Volume II. Jakarta : EGC.

Mansjoer A, Suprohaita, Wardani WI, Setiowulan W. 2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid-2. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Nancy & Judith. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Nanda,

Intervensi Nic, Kriteria Hasil Noc. Jakarta: EGC

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan. Definisi dan Klasifikasi

2012-2014. Jakarta: EGC

Price, S. A. dan Lorraine M. Wilson, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses proses Penyakit Edisi 4. Jakarta: EGC

Susilo, Hendro, 2000. Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke. Jakarta : EGC

xxvi