skripsi hubungan penggunaan alat pelindung diri (apd) dengan kejadian penyakit...

93
SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT Tinea Pedis (KUTU AIR) TERHADAP PEMULUNG DI TPA MRICAN KABUPATEN PONOROGO Oleh : NGESTI PUTRI RAHAYU NIM : 201503030 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019

Upload: others

Post on 22-Nov-2020

11 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

DENGAN KEJADIAN PENYAKIT Tinea Pedis (KUTU

AIR) TERHADAP PEMULUNG DI TPA MRICAN

KABUPATEN PONOROGO

Oleh :

NGESTI PUTRI RAHAYU

NIM : 201503030

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2019

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

DENGAN KEJADIAN PENYAKIT Tinea Pedis (KUTU AIR)

TERHADAP PEMULUNG DI TPA MRICAN

KABUPATEN PONOROGO

Diajukan untuk memenuhi

Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Oleh :

NGESTI PUTRI RAHAYU

NIM : 201503030

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2019

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

iii

Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

iv

Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

v

PERSEMBAHAN

Puji Syukur Alhamdulillah atas nikmat dan shalawat pada Nabi Muhammad

SAW. Teriring do’a dan dzikir penuh Khauf dan Roja’ kepada Allah SWT,

sebagai penuntut ilmu atas seruan-Nya dan atas segala Ridho-Nya yang telah

memberiku kekuatan dan senantiasa mengiringi dalam setiap langkahku. Proposal

skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Ayahanda tercinta dan Ibunda tersayang yang telah menorehkan segala kasih

sayangnya dengan penuh rasa ketulusan yang tidak kenal lelah dan batas

waktu, yang selalu mendukungku, memberiku motivasi dalam segala hal serta

memberikan kasih sayang yang teramat besar, juga selalu mengerti semua

keluh kesahku.

2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes, yang saya sayangi selaku

dewan penguji yang selama delapan semester memberikan ilmu di bidang

kesehatan lingkungan.

3. Bapak Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid), yang saya sayangi selaku dosen

pembimbing yang senantiasa membimbing saya untuk menyusun skripsi ini.

4. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes, yang saya sayangi selaku dosen

pembimbing yang senantiasa dengan sabar membimbing saya mengerjakan

skripsi ini sampai selesai.

5. Segenap dosen yang telah mengajarkan saya selama delapan semester di

Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima

kasih atas ilmu yang telah diberikan.

6. Teman-temanku yang sama-sama berjuang, memberi semangat dalam

terselesaikannya skripsi ini.

7. Semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya skripsi ini terutama

Mba Rani dan tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

8. Almamaterku tercinta STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

vi

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ngesti Putri Rahayu

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Ponorogo, 5 Juni 1996

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sunan Kalijaga, Desa Kepuhrubuh, RT. 01

RW.01, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo.

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan : 1. TK Muslimat Kepuhrubuh (2002)

2. SDN Kepuhrubuh (2003-2009)

3. SMP Negeri 1 Siman (2009-2012)

4. MAN 2 Ponorogo (2012-2015)

5. Tahun 2014 diterima di STIKES BHAKTI

HUSADA MULIA MADIUN jurusan S1

Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan

Kesehatan Lingkungan.

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Kejadian

Penyakit Tinea Pedis (Kutu Air) terhadap Pemulung di TPA Mrican Kabupaten

Ponorogo”.Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan tugas akhir Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan

penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa

adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,

arahan, dan motivasi kepada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

2. IbuAvicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi

S1 Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat dan selaku dewan

penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk

menguji skripsi yang telah dibuat oleh penulis.

3. Ibu Riska Ratnawati,S.KM., M.Kes, selaku pembimbing II yang telah

meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Keluarga tercinta yang telah memberikan do’a, nasehat-nasehat dan

semangat yang tiada hentinya.

5. Sahabat-sahabat dan teman-teman Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

angkatan 2015 atas kerja sama danmotivasinya yang selalu menyemangati

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

ix

disaat semangat penulis mulai goyah dan selalu menemani disaat suka dan

duka.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan

dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.

Madiun, Juli 2019

Ngesti Putri Rahayu

NIM. 201503030

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

x

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun 2019

ABSTRAK

Ngesti Putri Rahayu

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

DENGAN KEJADIAN PENYAKIT Tinea Pedis (KUTU AIR)

TERHADAP PEMULUNG DI TPA MRICAN

KABUPATEN PONOROGO

75 hal + 8 tabel + 10 lampiran + 4 gambar

Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2015 yang menunjukkan bahwa

penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga dari 10 penyakit

terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit se- Indonesia berdasarkan

jumlah kunjungan yaitu sebanyak 192.414 kunjungan, kunjungan kasus baru

122.076 kunjungan sedangkan kasus lama 70.338 kunjungan (Kemenkes RI,

2016).Prevalensi penyakit kulit di dunia dimana Tinea pedistermasuk didalamnya

menunjukkan angka 20-25% (WHO, 2013). Faktor penyebab terjadinya kutu air

adalah lingkungan dan kebiasaan sehari-hari yang buruk, virus, dan penggunaan

APD yang kurang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian penyakit kutu air terhadap

pemulung.

Jenis penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan

pendekatan crossectional. Teknik sampling dalam penelitian adalah simple

random sampling. Data kemudian dianalisa dengan menggunakan uji chi-square.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemulung di TPA Mrican

Kabupaten Ponorogo dalam penggunaan alat pelindung diri sebagian besar buruk

(64,4%), sebagian besar pemulung sudah menggunakan APD tetapi masih sakit

(82,2%)dan ada hubungan penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian

penyakit kutu air (Tinea Pedis) terhadap pemulung di TPA Mrican Kabupaten

Ponorogo dengan p value= 0,017 (RP= 1,006-2,205).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharapkan pemulung selalu menjaga

personal hygiene, mencuci kaos kaki dan sarung tangan setelah digunakan,

menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal pemulung serta mencuci kaki

dengan sabun sebelum dan sesudah memakai kaos kaki dan sepatu boots, lalu

dikeringkan dengan kain yang bersih.

Kata Kunci : Kejadian Kutu Air, Alat Pelindung Diri, Pemulung.

Kepustakaan = 34 ( 2003 – 2017 )

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

xi

PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH

STIKES BHAKTI HUSADAMULIAMADIUN 2019

ABSTRACT

Ngesti Putri Rahayu

RELATIONSHIP BETWEEN THE USE OF SELF PROTECTIVE

EQUIPMENT (SPE) AND THE EVENT OF TINEA PEDIS

(ATHLETE' S FOOT) ON THE SCAVENGERS IN TPA MRICAN

PONOROGO REGENCY.

75 pages + 8 tables + 10 appendixes + 4 pictures

According to Indonesia ' s health profile in 2015 which showed that skin

disease and subcutaneous tissue were ranked third out of 10 most diseases in

outpatients in hospitals throughout Indonesia. The prevalence of skin diseases in

the world where Tineapedis is included shows 20-25% (WHO, 2013). Factorsthat

cause Athlete' s foot are bad environment and daily habits, viruses, and poor use

of SPE. The purpose of this study is to determine the relationship between the use

of self protective equipment and the event of Athlete' s foot towards scavengers.

This type of research uses an observational analytic method with a

crossectional approach. The sampling technique in the study is simple random

sampling. Data is analyzed by using the chi-square test.

The results of this study indicate that the scavengers in TPA

MricanPonorogo Regency are mostly poor in the use self protective equipment

(64.4%), most of the scavengers have already used SPE but are still sick (82.2%)

and there is a connection between the use of self protective equipment and the

event of Athlete' sfoot disease (TineaPedis) towards scavengers in TPA Mrican,

Ponorogo Regency with p value = 0.017 (RP = 1.006-2.205).

Based on the results of the study , it is expected that scavengers always

maintain personal hygiene, wash socks and gloves after use, maintain the

cleanliness of the scavengers' living environment and wash their feet with soap

before and after wearing socks and boots, then dry with a clean cloth.

Keywords: Athlete' s Foot Event, Self ProtectiveEquipment, Scavengers.

Literature : 34 ( 2003 – 2017 )

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN .............................................................................................. i

SAMPUL DALAM ............................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................ v

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

ABSTRAK .......................................................................................................... x

ABSTRACT .......................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvii

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................xviii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 6

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Pelindung Diri (APD) .......................................................... 8

2.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri ........................................ 8

2.1.2 Syarat-syarat APD ........................................................... 9

2.1.3 Jenis Alat Pelindung Diri ................................................. 10

2.1.4 Jenis APD Bagi Pemulung .............................................. 12

2.1.5 Alat Pelindung Diri yang Digunakan Pemulung ............. 15

2.2 Tinea Pedis .................................................................................. 17

2.2.1 Pengertian Tinea Pedis .................................................... 17

2.2.2 Epidemiologi .................................................................. 18

2.2.3 Patofisilogi ...................................................................... 18

2.2.4 Faktor Resiko Tinea Pedis .............................................. 21

2.3 Kerangka Teori ............................................................................ 26

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 27

3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 28

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 29

4.2 Populasi dan Sampel .................................................................... 29

4.2.1 Populasi ........................................................................... 29

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

xiii

4.2.2 Sampel ............................................................................. 30

4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 32

4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 33

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............... 34

4.5.1 Variabel Penelitian........................................................... 34

4.5.2 Definisi Operasional Variabel ......................................... 34

4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 35

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 36

4.7.1 Lokasi Penelitian ............................................................. 36

4.7.2 Waktu Penelitian .............................................................. 36

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 37

4.8.1 Cara Pengumpulan Data .................................................. 37

4.8.2 Jenis Data ......................................................................... 37

4.9 Teknik Analisis Data ................................................................... 37

4.10 Analisa Data ................................................................................ 39

4.11 Etika Penelitian ............................................................................ 40

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian ................................................. 42

5.1.1 Keadaan Geografis Desa Mrican .................................... 42

5.1.2 Kependudukan dan Luas Daerah/wilayah ....................... 43

5.2 Hasil Penelitian ............................................................................ 43

5.2.1 Hasil Analisa Univariat ................................................... 44

5.2.2 Hasil Analisis Bivariat ..................................................... 46

5.3 Pembahasan ................................................................................. 47

5.3.1 Gambaran Alat Pelindung Diri Pemulung di TPA

Mrican Kabupaten Ponorogo ........................................... 47

5.3.2 Gambaran Penyakit Tinea pedis (Kutu Air) terhadap

Pemulung di TPA Mrican Kabupaten Ponorogo ............. 48

5.3.3 Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

dengan Kejadian Penyakit Kutu Air (Tinea Pedis)

Terhadap Pemulung di TPA Mrican Kabupaten

Ponorogo .......................................................................... 50

5.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 53

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 54

6.2 Saran 54

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 57

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 60

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel ................................................ 35

Tabel 4.2 Waktu Penelitian .................................................................... 36

Tabel 4.3 Coding .................................................................................... 38

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur ................................ 44

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin................... 44

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alat Pelindung Diri .......... 45

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyakit Kutu Air ............ 45

Tabel 5.5 Tabulasi Silang Alat Pelindung Diri dengan Penyakit Kutu

Air........................................................................................... 46

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ................................................. 26

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ........................................................ 27

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................. 33

Gambar5.1 Peta Desa Mrican ............................................................... 43

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Pengajuan Judul Skripsi ............................. 60

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ........... 61

Lampiran 3 Balasan Surat Ijin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik .......................................................................................... 62

Lampiran 4 Lembar Observasi APD Pemulung ............................................. 63

Lampiran 5 Lembar Observasi Kutu Air pada Pemulung ............................... 64

Lampiran 6 Input Data .................................................................................... 65

Lampiran 7 Hasil Output SPSS ....................................................................... 66

Lampiran 8 Dokumentasi ................................................................................ 71

Lampiran 9 Kartu Bimbingan ......................................................................... 73

Lampiran 10 Lembar Perbaikan Skripsi ........................................................... 74

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

xvii

DAFTAR SINGKATAN

APD : Alat Pelindung Diri

DEPKES : Departemen Kesehatan

KEMENKES : Kementrian Kesehatan

TPA : Tempat Pembuangan Akhir

WHO : World Health Organization

SDM : Sumber Daya Manusia

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

xviii

DAFTAR ISTILAH

Aderen : Urat Nadi.

Aseksual : Reproduksi yang tidak melibatkan meiosis

ploidi pengurangan atau vertilisasi.

Bakteri : Kelompok Organisme yang tidak memiliki

membran inti sel.

Degradasi : Kemunduran, Kemrosotan dan Penurunan.

Deskuamasi : Pelepasan elemen epitel.

Dermatofit : Infeksi jamur superfisial.

Dermatofitosis : Kurap

Epidermophyton floccosum : Jamur berfilamen yang menyebabkan infeksi kulit.

Epidermis : Lapisan Jaringan.

Ferritin : Protein intraseluler universal yang menyimpan zat

besi dan melepaskannya secara terkontrol.

Fregmentasi : Bentuk reproduksi aseksual atau kloning dimana

organisme memecah diri menjadi fragmen-

fragmen.

Globulin : Protein yang tidak dapat larut dalam air, tetapi larut

dalam garam.

Interdigitale : Spesies terisolasi yang paling umum.

Invasi : Peristiwa masuknya kuman atau serangan penyakit

ke dalam tubuh.

Inflamasi : Peradangan

Korprosis : Infeksi jamur yang bisa menimbulkan ruam

melingkar kemerahan atau keperakan pada kulit.

Lipase : Enzim yang menguraikan lemak menjadi alkohol

dan asam lemak.

Maserasi : Kondisi kulit yang rusak.

Mikroorganisme : Organisme yang berukuran sangat kecil.

Mikosis : Infeksi jamur yang bisa mengenai manusia dan

juga hewan.

Onikomiosis : Kelainan kuku akibat infeksi jamur.

Patogenik : Organisme yang dapat menyebabkan penyakit.

Protease : Enzim golongan hidrolase yang akan memecah

protein menjadi molekul yang lebih sederhana.

Penetrasi : Suatu penembusan atau penerobosan

Spora : Satu atau beberapa sel yang terbungkus oleh

lapisan pelindung.

Supervisial : Terletak di dekat permukaan.

Virus : Parasit mikroskopis yang menginfeksi sel

organisme biologis.

Virulensi : takaran kemampuan suatu mikroorganisme (virus)

untuk menimbulkan penyakit.

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tinea pedis atau yang sering disebut dengan kutu air merupakan

dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari kaki dan telapak kaki.

Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari hari

banyak yang bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk. Selain

itu, sering juga di jumpai pada pekerja dengan kaki yang sering basah.

Penderita yang terinfeksi biasanya orang dewasa (Djuanda dalam Septiana,

2015).

Kulit dapat terinfeksi oleh mikroorganisme, bakteri, virus maupun

jamur. Tinea pedis merupakan infeksi dermatofit atau infeksi karena jamur

yang paling sering terjadi pada manusia, terjadi pada 70% orang dewasa.

Keseluruhan insidensi berhubungan dengan pekerjaan, sehingga sering

disebut dermatofitosis akibat kerja antara lain Tinea Pedis (Kumar et al,

2011). Prevalensi penyakit dermatofitosis di Asia mencapai 35,6% (Kumar

et al, 2011).

Tinea pedis atau yang disebut juga athlete’s foot adalah satu infeksi

jamur superfisial pada kulit kaki yang sering terjadi pada kasus

dermatofitosis umumnya saat ini (William et al., 2016). Kurangnya

kebersihan memegang peranan penting terhadap infeksi tinea pedis.

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

2

Keadaan gizi kurang akan menurunkan imunitas seseorang dan

mempermudah seseorang terjangkit tinea pedis (Napitupulu, et al., 2016).

Penelitian World Health Organization (WHO) terhadap insiden dari

infeksi dermatofit menyatakan 20% orang dari seluruh dunia mengalami

infeksi kutaneus dengan infeksi tinea korprosis merupakan tipe yang paling

dominan dan diikuti dengan tinea krusis, pedis dan onychomycosis

(Lakshmipathy, 2013). Penyakit kulit semakin banyak berkembang, hal ini

dibuktikan dari profil kesehatan Indonesia tahun 2015 yang menunjukkan

bahwa penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga dari

10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit se- Indonesia

berdasarkan jumlah kunjungan yaitu sebanyak 192.414 kunjungan,

kunjungan kasus baru 122.076 kunjungan sedangkan kasus lama 70.338

kunjungan (Kemenkes RI, 2016). Prevalensi penyakit kulit di dunia dimana

Tinea pedistermasuk didalamnya menunjukkan angka 20-25% (WHO,

2013). Di berbagai negara angka kejadian bervariasi, di negara maju seperti

Italia sebesar 20,4% sesuai data Rumah Sakit Bari Policclinio tahun 2005-

2010 (Vena dkk, 2012). Di negara berkembang seperti di Garhwal

Himalayan India sebesar 18,92% (Kainthola dkk, 2014). Prevalensi Tinea

pedis di Propinsi Bali tahun 2016 sebesar 9,11%, sedangkan kasus Tinea

pedis di Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli tahun 2016 sebanyak 1.032

kasus (Dinkes Bangli, 2017). Di Ponorogo khusunya di Puskesmas Setono

pada tahun 2018 di dapatkan penderita penyakit kulit karena jamur

sebanyak 26 yang berobat ke Puskesmas tersebut. Di Indonesia berdasarkan

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

3

data laporan di seluruh rumah sakit tahun 2010 menunjukkan angka 122,076

kasus baru untuk penyakit infeksi kulit dimana Tinea pedis termasuk

didalamnya (Kemenkes RI, 2011).

Kejadian penyakit kulit di Indonesia masih tergolong tinggi dan

menjadi permasalahan yang cukup berarti. Hal tersebut karena kurangnya

kesadaran dan ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar yang

menyebabkan penularan penyakit kulit sangat cepat. Berbagai penyakit kulit

dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti lingkungan dan kebiasaan

sehari-hari yang buruk, perubahan iklim, virus, bakteri, alergi, daya tahan

tubuh dan lain-lain (Pardiansyah, 2015).

Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita dengan tiga penyebab utama

yaitu T. Rubrum, T.interdigitale dan Epidermophyton floccosum, dimana

T.rubrum adalah penyebab tinea pedis tersering. Dermatofita memiliki

beberapa enzim keratinolitik protease dan lipase yang berperan sebagai

faktor virulensi yang mempermudah aderen (pelekatan) dan invasi pada

kulit, rambut, kuku dan juga untuk menggunakan keratin sebagai sumber

nutrisi untuk bertahan hidup. Salah satu infeksi kulit tersebut adalah infeksi

kulit pada sela jari kaki dan telapak kaki yang disebabkan oleh jamur atau

yang lebih dikenal sebagai kutu air atau Tinea pedis atau ringworm of the

foot atau Athlete’s foot. Resiko dan dampak kesehatan yang paling umum

pada pemulung sampah adalah kemungkinan terjangkitnya penyakit, dimana

penyakit tersebut adalah penyakit kulit yang disebabkan beberapa jenis

jamur mikroorganisme patogen yang hidup dan berkembang biak dalam

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

4

sampah. Penyakit kulit akibat kerja pada pemulung merupakan salah satu

penyakit berbasis lingkungan. Penyakit ini timbul akibat dari beberapa

faktor seperti faktor lingkungan, karakteristik paparan, karakteristik agen

dan faktor-faktor individu seperti umur, jenis kelamin serta hygiene

perorangan.

Hygiene perorangan yang tidak memadai dapat mengakibatkan infeksi

jamur, infeksi bakteri, virus, parasit, gangguan kulit dan keluhan lainnya.

Infeksi tersebut mengenai sela jari kaki dan telapak kaki terutama yang

memakai kaos dan sepatu yang tertutup. Keadaan yang panas dan lembab

merangsang pertumbuhan jamur. Di Tpa Mrican masih banyak pemulung

yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai. Rata-

rata pemulung tidak menggunakan sarung tangan dan hanya sebagian kecil

yang memakai sarung tangan kain dengan kondisi yang sudah tidak layak

dipakai seperti kotor, bolong-bolong. Hal tersebut dapat menyebabkan

timbulnya penyakit, salah satunya adalah penyakit kulit. Penyakit kulit

dapat terjadi karena tumpukan sampah yang ada merupakan tempat yang

baik bagi pertumbuhan jamur.

Berdasarkan observasi dengan para pemulung, sebagian banyak yang

mengalami gatal-gatal di tangan maupun kaki. Tetapi para pemulung

menganggap gatal-gatal tersebut hal yang wajar, mereka jarang

memeriksakan ke puskesmas. Alat pelindung diri harus dijaga

kebersihannya karena dapat juga menyebabkan timbulnya penyakit kulit.

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

5

Berdasarkan latar belakang diatas dan hasil studi pendahuluan dengan

mengambil 5 sampel responden pemulung sampah di TPA mrican,

diperoleh 3 responden dengan tidak menggunakan sarung tangan, kaos kaki

dan alas kaki atau sepatu menderita tinea pedis dan 2 responden

menggunakan sepatu, kaos kaki dan sarung tangan tidak menderita tinea

pedis. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui, apakah terdapat hubungan

penggunaan APD dengan kejadian Tinea pedis pada pekerja pemungut

sampah atau pemulung di TPA Mrican Kab.Ponorogo.

Pemakaian alat pelindung diri (APD) sangat penting bagi para pekerja

dalam kegiatan sehari-hari untuk perlindungan diri (Anizar, 2012).

Pemakaian alat perlindungan diri mempunyai efek positif apabila dipakai

dengan benar dan negatif apabila tidak dipakai dengan benar. Efek negatif

dari pemakaian APD inilah kemungkinan menjadi faktor resiko terjadinya

infeksi jamur Tinea pedis. Tinea pedis sering menyerang orang yang bekerja

di tempat basah seperti pemungut sampah yang harus memakai sepatu

tertutup setiap hari. Pemakaian alat perlindungan (celana panjang, kaos kaki

dan sepatu tertutup menyebabkan terjadi kaki basah dan lembab pada

pemulung. Tempat yang lembab merupakan media yang sangat bagus bagi

pertumbuhan jamur. Dengan ini peniliti memberikan solusi tenaga kerja

diharapkan agar dapat lebih meningkatkan kesadaran agar lebih patuh dalam

penggunaan APD (sepatu boots) saar bekerja karena hal ini sangat berkaitan

dengan tinea pedis, untuk instansi kebersihan diharapkan lebih tegas dan

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

6

ketat dalam pengawasan untuk penggunaan APD serta memberikan fasilitas

APD yang menyeluruh pada pemulung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti menyusun

rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu “ Hubungan penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) dengan kejadian penyakit Tinea Pedis (Kutu Air)

terhadap pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican,

Kab.Ponorogo “.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Hubungan

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan kejadian penyakit

Tinea Pedis (Kutu Air) pada pemulung di Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) Mrican, Kab.Ponorogo“.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada

pemulung.

2. Mengidentifikasi kejadian penyakit tinea pedis (kutu air) pada

pemulung.

3. Menganalisis hubungan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

dengan kejadian penyakit tinea pedis (kutu air) terhadap

pemulung.

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

7

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia

Menambah bahan pustaka perpustakaan STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun tentang hubungan penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) dengan kejadian penyakit Tinea Pedis (Kutu Air) terhadap

pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican, Kab.Ponorogo.

2. Bagi Pemulung

Sebagai informasi dan sumbangan pemikiran bagi pemulung untuk

memperhatikan personal higiene dan pemakaian APD yang lengkap dan

benar serta menambah pengetahuan para pemulung tentang resiko

terkena penyakit yang berhubungan dengan sampah khusunya kejadian

penyakit kulit.

3. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat dijadikan suatu penelitian dasar untuk

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penggunaan Alat

Pelindung Diri dengan kejadian Tinea pedis khususnya pada pemulung

di TPA Mrican.

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Pelindung Diri (APD)

2.1.1 Pengertian Pelindung Diri (APD)

Menurut Tarwaka Alat Pelindung Diri (APD) adalah

seperangkat alat keselamatan yang digunakan pekerja untuk

melindungi seluruh atau bagian tubuhnya dari kemungkinan adanya

pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan

penyakit akibat kerja.

Menurut Budiono, Alat Pelindung Diri (APD) adalah

seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi

sebagaian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau

kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat melindungi

tubuhnya, tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin

terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai

pelengkap pengendalian teknis atau pengendalian administratif.

Sedangkan menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan

Transmigrasi nomor PER.08//MEN/VII/2010 tentang alat pelindung

diri, Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat

yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang

fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi

bahaya di tempat kerja. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

9

pekerja/buruh di tempat kerja. Penggunaan Alat Pelindung Diri

merupakan hak dari pegawai dan kewajiban bagi pihak manajemen

untuk menyediakannya. Keadaan pada lingkungan kerja yang

menggunakan energi merupakan salah satu penyebab terjadinya

potensi bahaya kecelakaan kerja di lingkungan kerja (Afandi &

Desrianty,2014).Oleh sebab itu penting bagi pegawai untuk

menggunakan APD untuk meminimalisir dampak atau bahkan

mencegah terjadinya kecelakaan kerja. (Konya, Akpiri & Orji, 2013)

mengungkapkan bahwa setiap tahun, ratusan orang terluka atau

terbunuh dalam industri, tambang dan tempat kerja lain dikarenakan

tidak digunakannya APD. Penggunaan APD dapat memiliki peran

yang penting dalam menjaga kesehatan dan kenyamanan dari pekerja

dalam jenis lingkungan kerja apapun.

2.1.2 Syarat-syarat APD

Adapun syarat-syarat APD menurut Tarwaka agar dapat dipakai

dan efektif dalam penggunaan dan pemeliharaan APD sebagai

berikut :

1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan

efektif pada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi ditempat

kerja.

2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin,

nyaman dipakai dan tidak merupakan bahan tambahan bagi

pemakainya.

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

10

3. Bentuk cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu

memakainya.

4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena

jenis bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian.

5. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

6. Tidak menganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan

serta gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam

waktu yang cukup lama.

7. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda

peringatan.

8. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup

tersedia di pasaran.

9. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standart yang

ditetapkan.

2.1.3 Jenis Alat Pelindung Diri

1. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses). Berfungsi sebagai

pelindung mata ketika bekerja (misalnya memgelas).

2. Penutup telinga (EarPlug/EarMuff). Berfungsi sebagai

pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

3. Safety Helmet. Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda

yang bisa mengenai kepala secara langsung.

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

11

4. Tali keselamatan (Safety Belt). Berfungsi sebagai alat pengaman

ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain

serupa (mobil, pesawat, alat berat).

5. Sepatu karet (sepatu boot). Berfungsi sebagai alat pengaman

saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.

Kebanyakan dilapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari

benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia.

6. Sepatu pelindung (safety shoes). Seperti sepatu biasa, dari bahan

kulit dilapisi metal dengan sol dan karet tebal dan kuat.

Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki

karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan

kimia.

7. Sarung tangan. Berfungsi alat pelindung tangan saat bekerja di

tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cidera tangan.

Bahan dan bentuk sarung tangan disesuaikan dengan fungsi

masing-masing pekerjaan.

8. Tali pengaman (Safety Harness). Berfungsi sebagai pengaman

saat bekerja di ketinggian.

9. Masker (Respirator). Berfungsi sebagai penyaring udara yang

dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk

(misal berdebu, beracun).

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

12

10. Pelindung wajah (Face Shield). Berfungsi sebagai pelindung

wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pengerjaan

menggerinda).

11. Jas hujan (Rain Coat). Berfungsi melindungi dari percikan air

saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang

mencuci alat).

Pemulung sampah adalah seseorang yang memungut,

mengambil, mengumpulkan, dan mencari barang yang sudah tidak

terpakai untuk dijual kepada pengusaha yang akan mengolahnya

menjadi suatu barang komoditas atau diolah sendiri kemudian dijual

kembali, mereka adalah orang tua, muda dan anak-anak. Jumlah

anak-anak yang menjadi pemulung sampah terus meningkat. Hal ini

disebabkan karena kemiskinan orang tua sebagai buntut dari kondisi

orang tua yang tidak stabil. Anak-anak terpaksa mengikuti jejak

orang tuanya yang seharusnya waktunya digunakan untuk

mendapatkan pendidikan dibangku sekolah. Anak-anak menjadi

korban kemiskinan dan mewakili kemiskinan orang tuanya.

2.1.4 Jenis APD Bagi Pemulung

Alat pelindung kerja yang digunakan para pemulung sampah

antara lain :

1. Topi, untuk melindungi kepala dari cuaca panas, hujan, kotoran

dan benda keras.

2. Kacamata gelap, untuk melindungi mata dari cahaya matahari.

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

13

3. Masker, berupa penutup hidung dan mulut yang berguna untuk

melindungi saluran pernapasan dari debu, bahan kimia, dan

kuman penyakit.

4. Jaket atau baju lengan panjang, untuk melindungi kulit dari

sengatan matahari dan untuk menjaga kebersihan badan dari

sampah yang membawa kuman penyakit.

5. Sarung tangan, untuk perlindungan diri terhadap kontak

langsung dengan sampah dan barang tajam.

6. Sepatu laras, untuk melindungi kaki dari bahan-bahan tajam dan

dari parasit tanah (cacing).

Selain alat pelindung tubuh juga ada alat lain yang berguna

untuk mendukung pekerjaannya sebagai pemulung sampah, antara

lain :

1. Keranjang yang dipanggul di pundak yang berguna untuk

menampung barang hasil pulungnya.

2. Gancu, digunakan sebagai alat pengambil sampah untuk

mempermudah pemungutan sampah.

Penyakit gatal pada kulit dapat terjadi karena tumpukan sampah

yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan jamur. Selain

itu dalam bekerja pemulung tidak menggunakan alat pelindung diri

yang sesuai, seperti sarung tangan yang terbuat dari karet, dan sepatu

boot. Alat pelindung diri ini harus dijaga kebersihannya, hal ini

dapat menyebabkan timbulnya penyakit gatal pada kulit. Penyakit

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

14

gatal pada kulit ini timbul salah satunya karena fakor dari kebersihan

diri pemulung itu sendiri (Harahap, 1990).

Alat pelindung badan (baju pengaman, baju kerja) merupakan

salah satu jenis dari baju pengaman sebagai alat pelindung badan.

Alat ini berguna untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari

percikan api, panas, dingin, cairan kimia dan oli. Bahan baju kerja

dapat terbuat dari kain drill, kulit, plastik atau kain yang dilapisi

alumunium. Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam

pemilihan baju kerja adalah pemakainya harus fit, dan dalam

keadaan sehat. Sebaiknya tidak terlalu kencang dan kaku sehingga

tidak membatasi gerakan. Pada pemulung baju yang harus digunakan

adalah baju lengan panjang dengan ukuran dan kain yang pas ,tidak

dianjurkan menggunakan baju lengan pendek.

Jenis alat pelindung kaki seperti sepatu karet hak rendah. Alat

pelindung kaki dapat terbuat dari kulit yang dilapisi Asbes atau

Chrom. Sepatu keselamatan yang dilengkapi dengan baja diujungnya

dan sepatu karet anti listrik. Alat pelindung kaki (safety shoes)

berfungsi melindungi kaki dari benturan/tusukan/irisan/goresan

benda tajam, larutan bahan kimia, temperatur yang ekstrim baik

terlalu tinggi maupun rendah, kumparan kawat-kawat yang beraliran

listrik, dan lantai licin agar tidak jatuh (terpleset).

Selain itu pemakaian kaus kaki dengan bahan yang tidak dapat

menyerap keringat dapat menambah kelembaban di sekitar kaki yang

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

15

cenderung mendukung jamur dapat tumbuh subur. Kondisi sosial

ekonomi sertakurangnya kebersihan pribadi juga memegang peranan

penting pada infeksijamur (insiden penyakit jamur pada sosial

ekonomi lebih rendah lebih seringterjadi daripada sosial ekonomi

yang lebih baik, hal ini terkait dengan status giziyang mempengaruhi

daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit). Kebersihanpribadi

(mencuci kaki setiap hari, menjaga kaki selalu kering) yang

kurangdiperhatikan turut mendukung tumbuhnya jamur.

Menurut Courtney (2005) dan Perdoski (2001) praktik memakai

sepatu tertutup dalam waktu yang lama dapat menjadi faktor risiko

terkena Tinea pedis. Praktik memakai sepatu tertutup dalam waktu

yang lama dapat menyebabkan kulit di sekitar kaki lembab karena

produksi keringat yang berlebih. Hal inilah yang mendukung jamur

tumbuh dengan subur. praktik kebersihan diri sebelum pemulung

memakai sepatu, misalnya mencuci kaki sebelum memakai kaus

kaki, mengelap kaki sebelum memakai kaus kaki dan lain

sebagainya. Pemakaian kaus kaki yang dipakai bekerja dengan bahan

yang dapatmenyerap keringat.

2.1.5 Alat Pelindung Diri yang Digunakan Pemulung

Pemulung adalah sebuah pekerjaan meskipun keberadaannya

kurang disenangi oleh sebagian besar masyarakat. Bekerja sebagai

pemulung memiliki resiko bahaya yang cukup besar, karena tempat

kerja yang sangat berbahaya dan tidak adanya perlindungan kerja

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

16

yang maksimal diberikan oleh pemerintah. Peralatan yang digunakan

jauh dari kata aman. Peralatan yang digunakan standar, diantaranya :

1. Topi atau tudung kepala, untuk melindungi kepala dari cuaca

panas, hujan, kotoran, sampah, maupun benda-benda tajam atau

keras.

2. Pakaian panjang (baju lengan panjang dan celana panjang),

untuk melindungi kulit dari sengatan matahari dan untuk

menjaga kebersihan badan dari sampah yang membawa kuman

penyakit.

3. Sarung tangan karet, untuk melindungi kulit bagian tangan

terhadap kelembaban air, bahan-bahan zat kimia, dan agar tidak

menyentuh sampah secara langsung sehingga terhindar dari

bakteri yang terdapat pada sampah.

4. Masker, untuk melindungi kulit wajah agar tidak terkontaminasi

bakteri pada sampah. Masker pada pemulung sebaiknya terbuat

dari nahan kain sehingga dapat menyerap keringat.

5. Sepatu boot, untuk melindungi kaki dari barang-barang tajam

dan dari parasit tanah. Sepatu boot yang cocok digunakan

pemulung dari bahan karet atau kulit.

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

17

2.2 Tinea Pedis

2.2.1 Pengertian Tinea Pedis

Tinea Pedis atau athlete’s foot atau jungle rot merupakan

dermatomikosis pada kaki. Tinea pedis paling sering terjadi di sela-

sela jari dan telapak kaki. Pada umumnya sering terjadi pada orang

yang berkeringat banyak dan memakai sepatu tertutup dan ketat.

Tinea pedis diakibatkan oleh Trichophyton rubrum, Trichopyton

interdigitale, dan epidermophyton floccosum. Gejala dan tanda dari

tinea pedis adalah ruam bersisik yang menyebabkan gatal,

menyengat dan terbakar. Infeksi pada daerah lain seperti tinea crusis

biasanya berasosiasi dengan tinea pedis. Tinea pedis adalah salah

satu infeksi kulit yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum

(Viegas et al, 2013;Wollf dan Johnson, 2012). Kulit dapat terinfeksi

oleh mikroorganisme, bakteri, virus maupun jamur. Tinea pedis

merupakan infeksi dermatofit atau infeksi karena jamur yang paling

sering terjadi pada manusia, terjadi 70% pada orang dewasa.

Penyebab yang paling sering ditemukan adalah Trichophyton

rubrum. Keseluruhan insidensi berhubungan dengan pekerjaan,

sehingga sering disebut dermatofitosis akibat kerja antara lain Tinea

pedis. Tinea pedis sering menyerang orang dewasa usia 20-50 tahun

yang bekerja di tempat basah seperti tukang cuci mobil dan motor,

petani, pemungut sampah atau orang yang setiap hari harus memakai

sepatu tertutup (Kumar et al, 2011).

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

18

2.2.2 Epidemiologi

Mikosis superfisial merupakan bentuk infeksi yang paling

sering pada manusia, diperkirakan telah menginfeksi 20-25%

populasi dunia, dan insidensi terus meningkat. Mikosis superfisial

disebabkan dermatofit, penyebarannya bervariasi tergantung pada

letak geografis, populasi, iklim, gaya hidup, migrasi, kondisi

ekonomi sosial, dan terapi. Tinea pedis lebih sering menginfeksi

laki-laki daripada perempuan, dan angka prevalensinya meningkat

sesuai dengan meningkatnya umur, dan jarang sekali ditemukan pada

anak-anak. Insidensi tinea pedis meningkat pada iklim yang lembab

dan hangat, karena meningkatkan pertumbuhan jamur. Angka

prevalensi meningkat pada pemakaian sepatu yang tertutup.

2.2.3 Patofisiologi

Patofisiologi tinea pedis merupakan infeksi dermatofita dengan

tiga penyebab utama yaitu T. rubrum, T.interdigitale, dan

Epidermophyton floccosum, dimana T. rubrum adalah penyebab

tinea pedis tersering Dermatofita memiliki beberapa enzim seperti

keratinolitik protease dan lipase yang berperan sebagai faktor

virulensi yang mempermudah aderen (pelekatan) dan invasi pada

kulit, rambut, kuku dan juga untuk menggunakan keratin sebagai

sumber nutrisi untuk bertahan hidup. Langkah awal pada infeksi

dermatofita adalah aderen atau pelekatan pada keratin yang diikuti

dengan invasi dan pertumbuhan elemen miselium. Pada tahap aderen

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

19

awal, dermatofita melakukan pelekatan dari artrokonidia (spora

aseksual yang dibentuk dari hifa terfragmentasi) terhadap permukaan

jaringan terkeratinisasi.

Beberapa jam setelah pelekatan berhasil terjadi, spora mulai

tumbuh dan mempersiapkan diri untuk tahapan berikutnya yaitu

invasi. Jamur dermatofita menginvasi permukaan keratin pada kulit

dengan menggunakan keratinase. Infeksi terbatas hanya pada lapisan

keratin. Trauma dan maserasi memfasilitasi penetrasi dari

dermatofita ke dalam kulit. Keberhasilan invasi dari elemen

dermatofita dapat terjadi melalui sekresi dari produk digestif spesifik

yang juga berperan sebagai nutrisi untuk jamur seperti protease,

lipase, dan ceramidase. Dinding sel dermatofit mengandung senyawa

yang disebut mannan yang dapat menghambat respon imun pada

tubuh penderita, dan mengurangi proliferasi keratinosit sehingga

akan menurunkan kecepatan pengelupasan. Setelah invasi keratin,

terjadi degradasi keratin dan pelepasan mediator proinflamasi yang

menyebabkan respon inflamasi pada berbagai tingkatan. Suhu dan

faktor serum seperti beta globulin dan ferritin memiliki efek

penghambat pertumbuhan pada dermatofita, namun patofisiologi dari

faktor tersebut masih belum dapat dipahami sepenuhnya.

Sebum juga merupakan penghambat pertumbuhan dermatofita,

hal ini menjelaskan kecenderungan infeksi dermatofit pada kaki

dimana tidak terdapat kelenjar sebasea di sana. Beberapa kondisi

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

20

menyebabkan individu lebih rentan terhadap infeksi dermatofit

seperti orang dengan gangguan sistem imun, orang dengan kelainan

hiperhidrosis (keringat berlebih), dan pada penderita diabetes dan

dengan sirkulasi perifer yang buruk. Jamur superfisial harus

menghadapi beberapa kendala saat menginvasi jaringan keratin.

Jamur harus tahan terhadap efek sinar ultraviolet, variasi suhu dan

kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam lemak

fungistatik dan sphingosines yang diproduksi oleh keratinosit.

Setelah proses adheren, spora harus tumbuh dan menembus stratum

korneum dengan kecepatan lebih cepat daripada proses proses deskuamasi.

Proses penetrasi ini dilakukan melalui sekresi proteinase, lipase, dan

enzim musinolitik, yang juga memberikan nutrisi. Trauma dan maserasi

juga membantu terjadinya penetrasi. Mekanisme pertahanan baru muncul

setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah dicapai, termasuk

kompetisi dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi dan juga

penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron.

Di tingkat ini, derajat peradangan sangat tergantung pada

aktivasi sistem kekebalan tubuh. Keadaan basah dan hangat dalam sepatu

memainkan peran penting dalam pertumbuhan jamur. Selain itu

hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi sela jari merupakan

faktor predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit. Sekitar 60-

80% dari seluruh penderita dengangangguan sirkulasi (arteri dan

vena) kronik akibat onikomikosis dan/atau tinea pedis.

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

21

Jamur penyebab ada di mana-mana dan sporanya tetap patogenik

selama berbulan-bulan dilingkungan sekitar manusia seperti sepatu,

kolam renang, gedung olahraga, kamar mandi dan karpet.

2.2.4 Faktor Resiko Tinea Pedis

Tinea pedis yang mempunyai nama lain Athlete’s foot, ring

worm of the footatau kutu air. Beberapa faktor lain penyebab Tinea

pedis adalah pemakaian sepatu tertutup untuk waktu yang lama,

bertambahnya kelembaban karena keringat, pecahnya kulit karena

mekanis, dan paparan terhadap jamur. Selain itu pemakaian kaos

kaki dengan bahan yang tidak dapat menyerap keringat dapat

menambah kelembaban di sekitar kaki yang cenderung mendukung

jamur dapat tumbuh subur. Kondisi sosial ekonomi serta kurangnya

kebersihan pribadi juga memegang peranan penting pada infeksi

jamur (insiden penyakit jamur pada sosial ekonomi lebih rendah

lebih sering terjadi daripada sosial ekonomi yang lebih baik, hal ini

terkait denga status gizi yang mempengaruhii daya tahan tubuh

seseorang terhadap penyakit). Kebersihan pribadi (mencuci kaki

setiap hari, menjaga kaki selalu kering) yang kurang diperhatikan

turut mendukung tumbuhnya jamur. Menurut teori H.L Blum

1. Lingkungan

Lingkungan merupakan sekeliling tempat berorganisasi

beroprasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya alam, flora,

fauna, manusia, serta, hubungan diantaranya. Manusia memiliki

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

22

hubungan timbal balik dengan lingkungan, dalam hal ini menitik

beratkan pada interaksi-interaksi dengan memperkenalkan

lingkungan hidup sebagai satu sistem yang terdiri atas bagian-

bagian,diantara bagian tersebut terdapat interaksi atau hubungan

timbal balik yang membentuk satu jaringan, dan bagian-bagian

itu sendiri merupakan satu sistem.

Lingkungan berpengaruh besar untuk timbulnya penyakit,

seperti pekerjaan dengan lingkungan basah, tempat-tempat

lembab atau panas, pemakaian alat-alat yang salah. Lingkungan

memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan

terjadinya proses penyakit salah satunya tempat pembuangan

akhir (TPA), adalah tempat untuk menimbun sampah dan

merupakan bentuk akhir pengelolaan sampah. Tempat

pembuangan akhir (TPA) adalah tempat untuk memproses dan

mengembalikan sampah ke media secara aman bagi manusia

dan lingkungan. TPA merupakan tempat dimana sampah

diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan

terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga penyediaan fasilitas

dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai

dengan baik.

2. Perilaku

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani, dari kata

personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

23

Dengan demikian dapat diartikan bahwa kebersihan perorangan

atau suatu tindakan serta upaya untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun

psikisnya (Laily Isro’in dan Sulistyo Andarmono, 2012:2).

Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah

mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan ini seharusnya dapat

mengurangi potensi penyebab dermatitis akibat jenis paparan

yang menempel setelah bekerja, namun pada kenyataannya

potensi untuk terkena dermatitis itu tetap ada. Kesalahan

seseorang atau pengetahuan seseorang yang kurang terhadap

kebersihan diri sendiri menjadi penyebabnya. Dampak fisik

yang sering terjadi adalah gangguan kulit, gangguan mukosa

dalam mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta gangguan fisik

pada kuku. Kebersihan perorangan yaitu mencuci tangan, mandi

sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan diganti setiap hari,

memakai alat pelindung diri yang masih bersih. Perlu

diperhatikan dalam usaha pemberatasan dermatitis akibat kerja.

Kebiasaan seorang pemulung masih kurang dalam

memperhatikan alat pelindung diri yang digunakan, karena alat

pelindung diri dianggap remeh ataupun tidak penting oleh para

pemulung. Terutama alat pelindung diri berupa sepatu yang

digunakan oleh pemulung. Ada beberapa pemulung yang tidak

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

24

menggunakan sepatu hanya menggunakan alas kaki berupa

sandal.

3. Genetik

Dalam melakukan diagnosis dapat dilakukan dengan

berbagai cara diantaranya dengan melihat sejarah dermatologi

termasuk riwayat keluarga, riwayat alergi dan riwayat penyakit

sebelumnya. Riwayat alergi, alergi merupakan suatu pemyakit

yang berupa perubahan reaksi tubuh yang berlebihan terhadap

suatu bahan tertentu di lingkungan yang disebut alergen. Reaksi

alergi timbul segera dalam beberapa menit setelah ada

rangsangan alergen pada seseorang yang hipersensitif. Penyebab

alergi ditimbulkan oleh interaksi anatara faktor genetik dan

lingkungan.

4. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan

dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat

(Dimas, 2013). Dan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap

upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama

dalam suatu organisasi untuk memelihara dan menigkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Pemulung di TPA Mrican jarang menggunakan

pelayanan kesehatan terutama di Puskesmas, mereka lebih

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

25

memanfaatkan sarana yang berada di sekitar tempat tinggal

mereka.

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

26

2.3 Kerangka Teori

Kerangka Teori H.L Blum yang meliputi Lingkungan, Perilaku, Genetika dan Pelayanan Kesehatan.

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Teori H.L Blum

Tempat istirahat pemulung atau

basecamp pemulung yang lembab

Panas Lingkungan

Perilaku

Genetika

Pelayanan Kesehatan

Riwayat Alergi

Kurangnya kesadaran seseorang

Untuk berkunjung ke

pelayananKesehatan.

Ketersediaan dan keterjangkauan

sarana prasarana yankes dan SDM

yankes.

Kejadian Penyakit Kutu Air

Pemakaian APD yang tidak lengkap

Personal Hygiene

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

27

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah abstraksi dalam bentuk bagan agar mudah

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antara variabel (baik variabel yang diteliti maupun tidak diteliti) (Nursalam,

2011).

Keterangan :

: Diteliti

: Berhubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Dari bagan kerangka konseptual diatas dijelaskan bahwa, variabel

bebas/ independen adalah Alat Pelindung Diri (APD), peneliti ingin meneliti

apakah penggunaan APD mempengaruhi terhadap kejadian penyakit Tinea

Pedis di TPA. Sedangkan variabel terikat/dependen adalah kejadian

penyakit Tinea Pedis pada pemulung di TPA Mrican.

Variabel Dependen

Kejadian Penyakit Tinea

Pedis (Kutu Air)

Variabel Independen

1. Alat Pelindung Diri

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

28

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesa adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang

telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Adapun hipotesis dalam penelitian adalah :

Hipotesis Ha :

Ada hubungan antara penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan

kejadian penyakit Tinea Pedis pada pemulung di TPA Mrican, Kabupaten

Ponorogo.

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

29

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah perencanaan, pola dan strategi penelitian

sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian arau masalah. Desaian

penelitian merupakan prosedur perencanaan dimana peneliti dapat

menjawab pertanyaan penelitian secara valid, objektif, akurat dan hemat

ekonomis. Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga memberikan arah bagipeneliti untuk dapat

memperoleh jawaban terhadap pertanyaan atau masalah penelitian (Cholik,

2017).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode observasional

analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang

dilakukan yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah kelompok subjek yang menjadi populasi

penelitian (Cholik, 2017). Apabila seseorang ingin meneliti semua

elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010). Populasi pada

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

30

penelitian ini adalah pemulung yang ada di TPA Mrican Kabupatem

Ponorogo yang berjumlah 60 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang

dapat diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Sujarweni,

2015). Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang

memenuhi kriteria penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian

meliputi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria ini diperlukan dalam

upaya mengendalikan variabel penelitian yang tidak diteliti tetapi

memiliki pengaruh terhadap variabel independen. Kriteria inklusi

merupakan karakteristik yang dimiliki oleh subjek penelitian yang

memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria eksklusi merupakan

karakteristik dari subjek penelitian yang tidak memenuhi syarat

sebagai sampel (Hidayat, 2009). Dengan kriteria sampel sebagai

berikut :

1. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang

tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pemulung yang tidak

terdaftar di daftar pemulung tetap TPA Mraican.

Sampel minimal yang digunakan sebanyak 45 responden

yang diperoleh dari penghitungan berikut menggunakan rumus

Slovin (Sevilla, Consuelo G. et. al, 2007)

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

31

n = 𝑁

1+𝑁(𝑑)2

Keterangan :

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

d : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa

batas toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini

dinyatakan dengan persentase. Semakin kecil toleransi

kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi.

Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan 5% berarti

memiliki tingkat akurasi 95%. Penelitian dengan batas

kesalahan 10% memiliki tingkat akurasi 90%. Dengan jumlah

populasi yang sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin

besar jumlah sampel yang dibutuhkan.

n = 𝑁

1+𝑁(𝑑)2

n = 50

1+50 (0,05)2

n = 50

1+50 (0,0025)

n = 50

1+0,125

n = 50

1,125

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

32

n = 44,44

n = 45

Jadi jumlah minimal sampel adalah 45 responden.

4.3 Teknik Sampling

Sampling adalah salah satu bagian dari proses penelitian yang

mengumpulkan data dari target penelitian yang terbatas (Nursalam, 2013).

Menurut Notoatmodjo (2012), teknik sampling adalah cara atau teknik-

teknik tertentu dalam mengambil sampel penelitian sehingga sampel

tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya.

Teknikpengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara

probability sampling atau simple random sampling. Hakikat dari

pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa setiap anggota

atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi

sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018).

Cara merandom untuk menentukan sampel yaitu sebagai berikut :

1. Membuat daftar nama pemulung dan diberi nomor urut.

2. Membuat kertas undian yang diberi nama pemulung dan nomor urut.

3. Kertas tersebut digulung dan kemudian diundi sesuai dengan proporsi

masing-masing.

4. Besar sampel yang harus diambil melalui random sampling sejumlah 45

sampel.

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

33

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja adalah suatu struktur konsepsual dasar yang digunakan

untuk memecahkan atau menangani suatu masalah kompleks (Nursalam,

2013). Adapun kerangka kerja pada penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

Sampel

Pemulung di TPA yang memenuhi kriteria inklusi sejumlah 45 orang

Tehnik Sampling

simple random sampling

Instrumen Penelitian

Observasi

Pengumpulan Data

Observasi

Pengolahan data: editing, entry, coding dan tabulating

Analisa Data :

Chi Square

Hasil Penelitian

Kesimpulan

Populasi

Pemulung yang ada di TPA Mrican Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 60 orang.

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

34

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri

yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda

dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel

bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Independen atau Variabel Bebas

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (Wiratna, 2014). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah Alat Pelindung Diri (APD).

2. Variabel Dependen atau Variabel Terikat

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat,

karena adanya variabel bebas (Wiratna, 2014). Dalam penelitian

ini variabel dependen adalah kejadian penyakit tinea pedis (kutu

air).

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dan

semua istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara optimal,

sehingga mempermudah pembaca, penguji dalam mengartikan

makna penelitian (Nursalam, 2013). Adapun definisi operasional

penelitian ini akan diuraikan dalam tabel berikut :

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

35

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel

Independen

Definisi

Operasional Parameter Alat ukur Skala Kriteria Skor

Alat

Pelindung

Diri

APD adalah

suatu alat yang

mempunyai

kemampuan

untuk

melindungi

pemulung dari

potensi bahaya

di TPA Mrican

berupa sepatu

dan kaos kaki.

1. Pemakaian sepatu boots.

2. Dikatakan

baik jika

memakai

perlengkapan

alat pelindung

diri.

3. Penggunaan

kaos kaki

dengan bahan

wool/nylon.

4. Dikatakan

baik jika

menggunakan

sepatu yang

anti air.

Observasi Nominal Buruk =

<50% dari

total skor

jawaban

“Tidak”

Baik =

>50% dari

total skor

jawaban

“Ya”

0 =

Buruk

1 =

Baik

Penyakit

Kutu Air

(Tinea

Pedis)

Penyakit kutu

air merupakan

infrksi karena

jamur. Penyakit

kutu air sering

terjadi di sela-

sela jari kaki

dan telapak kaki

pada pemulung

di Tpa Mrican.

Biasanya terjadi

pada pemulung

yang

berkeringat

banyak dan

memakai sepatu

tertutup dan

ketat.

1. Penyakit kutu

air dengan

gejala ruam

bersisik yang

menyebabkan

gatal,

menyengat

dan terbakar. 2. Kulit tampak

kemerahan

dan gatal. 3. Lepuh pada

kaki bisa

berkerak atau

menjadi borok

Observasi Nominal Sakit jika

hasil

observasi

positif

Tidak sakit

jika hasil

observasi

negatif

0 =

Sakit

1 =

Tidak

sakit

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010).Dalam penelitian ini

pengumpulan data menggunakan lembar obsevasi. Lembar observasi untuk

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

36

mengetahui penggunaan APD pemulung dan penyakit kutu air yang terdapat

pada kaki pemulung.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TPA Mrican Kabupaten Ponorogo.

4.7.2 Waktu Penelitian

Tabel 4.2 Waktu Penelitian

KEGIATAN TANGGAL

ACC

1. Pengajuan Judul Skripsi 4 Februari 2019

2. Penyusunan dan bimbingan

proposal skripsi 26 Februari - 12 April 2019

3. Ujian seminar proposal 16 Mei 2019

4. Revisi proposal 20 Mei – 31 Mei 2019

5. Pengumpulan data dan

Penelitian 6 Juli – 20 Juli 2019

6. Penyusunan dan bimbingan

skripsi 22 Juli – 2 Agustus 2019

7. Ujian seminar skripsi 9 Agustus 2019

8. Revisi skripsi 10 Agustus - 24 Agustus 2019

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

37

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Cara Pengumpulan Data

1. Observasi

Adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan

sistematika 5 fenomena yang diteliti. Observasi di lapangan

secara langsung melihat kejadian penyakit kutu air.

4.8.2 Jenis Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari survei ke lokasi TPA Mrican

Kabupaten Ponorogo dan wawancara langsung dengan

responden dengan menggunakan lembar kuesioner dan lembar

observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Setono Kabupaten

Ponorogo, berupa laporan data kesakitan Puskesmas.

4.9 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisis

menggunakan komputer SPSS for windows, analisa penelitian menghasilkan

informasi yang benar paling tidak ada empat tahapan yaitu :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa atau pengecekan kembali

data maupun kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

38

dilakukan pada tahap pengumpulan data, pengisian kuesioner, dan

setelah data terkumpul (Notoatmodjo, 2012).

2. Coding

Coding adalah kegiatan memberikan kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori, coding atau

mengkode data bertujuan untuk membedakan berdasarkan karakter

(Notoatmodjo,2012). Coding pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Coding

No Variabel Coding

1 Alat Pelindung Diri 0 = buruk

1 = baik

2 Penyakit Kutu Air 0 = sakit

1 = tidak sakit

3. Entry

Mengisi masing-masing jawaban dari responden dalam bentuk

“kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau

“software” komputer (Notoatmodjo, 2012).

4. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data setelah melalui editing

dan coding ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang

dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian.

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

39

4.10 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi

frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas (alat pelindung

diri), variabel terikat (kejadian penyakit tinea pedis atau kutu air).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square (x2) untuk

mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel

bebas dengan variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian

berdasarkan pada tingkat signifikan dengan derajat kepercayaan (α, <

0,05), hubungan dikatakan bermakna apabila nilai p < 0,05 (Sugiyono,

2011).

Variabel independen dan variabel dependen menggunakan uji

statistik Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% (α, < 0,05).

Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai

p < 0,05. Pada studi cross sectional estimasi resiko relatif dinyatakan

dengan rasio prevalen (RP). Syarat pembacaan hasil output chi-square

dalam SPSS yaitu :

1. Jika nilai RP > 1, artinya ada hubungan dan variabel tersebut

menjadi faktor resiko.

2. Jika nilai RP < 1, artinya ada hubungan namun variabel tersebut

tidak menjadi faktor resiko.

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

40

3. Jika nilai RP = 1, artinya variabel bebas tersebut tidak menjadi

faktor resiko.

4. Derajat kepercayaan (Confident Interval 95%), batas kemaknaan α

= 0,05 (5%).

a. Jika CI melewati angka 1 artinya faktor yang diteliti bukan

faktor resiko atau tidak berhubungan.

b. Jika CI tidak melewati angka 1 artinya faktor yang diteliti

merupakan faktor resiko atau berhubungan.

Berdasarkan hasil penelitian untuk tabel 2x2 menyatakan bahwa

nilai expected count < 5 dengan jumlah sel 0 (.0%), maka nilai p-value

dilihat dari continuity correction. Data diambil berdasarkan kunjungan

dan pengamatan langsung.

4.11 Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek

penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar

manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga

penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi

kebebasan manusia (Hidayat, 2012). Etika yang harus diperhatikan antara

lain :

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subjek penelitian,

peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan

serta manfaat dilakukanya penelitian. Setelah diberikan penjelasan,

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

41

lembar persetujuan di berikan kepada subjek penelitian. Jika subjek

penelitian bersedia di teliti maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan. Peneliti juga tidak memaksa subjek penelitian untuk

menjadi responden apabila tidak mau untuk di teliti.

2. Tanpa Nama (Anonimaty)

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden sehingga hanya

peneliti saja yang mengetahui hasil jawaban dari masing-masing

responden. Selanjutnya peneliti hanya memberikan kode berupa nomor

urut pada lembar koesioner yang urutannya hanya diketahui oleh

peneliti saja.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh responden di jamin

oleh peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil riset hanya terbatas pada

kelompok data tertentu yang terkait dengan masalah penelitian.

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

42

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan

Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Penyakit Kutu Air terhadap

Pemulung di TPA Mrican Kabupaten Magetan”. Pengumpulan data dilakukan

pada tanggal 4 Juli – 3 Agustus 2019. Dengan jumlah responden sebanyak 45

responden, sedangkan penyajian data dibagi menjadi dua yaitu data umum dan

data khusus. Data umum terdiri dari karakteristik responden meliputi nama, umur,

jenis kelamin, setelah data umum dipaparkan dilanjutkan dengan data khusus

yang didasarkan pada variabel yang diteliti, yaitu alat pelindung diri

5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian

5.1.1 Keadaan Geografis Desa Mrican

Desa Mrican Kecamatan Jenangan merupakan desa yang

terletak pada ketinggian 143 meter di atas permukaan laut.

Dengan batas desa sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Plalangan

b. Sebelah Timur : Desa Mrican

c. Sebalah Selatan : Desa Mangunsuman

d. Sebelah Barat : Desa Singosaren

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

43

Gambar 5.1 Peta Desa Mrican

Sumber: Profil Desa Mrican Kecamatan Jenangan, 2018

5.1.2 Kependudukan dan Luas Daerah/wilayah

Jumlah penduduk di Desa Mrican adalah 3.476 jiwa, laki-laki

1.752 dan perempuan 1.724. Mayoritas penduduk desa mrican

adalah petani. Luas daerah/wilayah

a. Sawah : 353,570 m2

b. Irigasi : 327,360 m2

c. Tadah Hujan : 26,210 m2

d. Tanah Kering : 129,690 m2

e. Tegalan/kebunan : 73,690 m2

5.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum

meliputinama, umur, jenis kelamin. Sedangkan data khusus meliputi

alatpelindungdiri.

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

44

5.2.1 Hasil Analisa Univariat

1. Data Umum

Data umum yang diidentifikasi dari pemulung di Tpa Mrican

Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut :

1) Karakteristik berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik umur terhadap

pemulung di TPA Mrican Kabupaten Ponorogo dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi Persen(%)

1

2

3

4

Dewasa Awal (26-35 tahun)

Dewasa Akhir (36-45 tahun)

Lansia Awal (46-55 tahun)

Lansia Akhir (56-65 tahun)

1

9

22

13

2,2

20,0

48,9

28,9

Jumlah 45 100,0

Sumber : Data Primer, 2019.

Dari tabel 5.1 terlihat sebagian besar pemulung di TPA

Mrican Kabupaten Ponorogo termasuk golongan lansia

awal (46-65 tahun) yaitu sebanyak 22 responden (48,9%).

2) Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik jenis kelamin

pada pemulung di TPA Mrican Kabupaten Ponorogo dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persen(%)

1

2

Laki-laki

Perempuan

24

21

53,3

46,7

Jumlah 45 100,0

Sumber : Data Primer, 2019.

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

45

Dari tabel 5.2 terlihat sebagian besar pemulung di TPA

Mrican Kabupaten Ponorogo adalah laki-laki yaitu

sebanyak 24 responden (53,3%).

2. Data Khusus

Setelah mengetahui data umum dalam penelitian ini maka

berikut akan ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan

data khusus dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai

berikut :

1) Alat Pelindung Diri

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alat Pelindung

Diri

No Alat Pelindung Diri Frekuensi Persen(%)

1

2

Buruk

Baik

29

16

64,4

35,6

Jumlah 45 100,0

Sumber : Data Primer, 2019.

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa sebagian

besar alat pelindung diri pemulung di Tpa Mrican

Kabupaten Ponorogo adalah buruk yaitu 29 responden

(64,4%).

2) Penyakit Kutu Air

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyakit Kutu

Air

No Penyakit Kutu Air Frekuensi Persen (%)

1

2

Sakit

Tidak Sakit

37

8

82,2

17,8

Jumlah 45 100,0

Sumber : Data Primer, 2019.

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

46

Berdasarkan tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa sebagian

besar pemulung di Tpa Mrican Kabupaten Ponorogo sakit

kutu air yaitu 37 responden (82,2%).

5.2.2 Hasil Analisa Bivariat

Pada analisis bivariat, variabel independen (alat pelindung diri)

dihubungakan dengan variabel dependen (kejadian penyakit kutu air)

yang diuji dengan Uji Chi Square. Dari hasil uji silang antara

variabel independen dengan variabel dependen akan ditunjukkan

sebagai berikut :

1. Hubungan Alat Pelindung Diri Dengan Penyakit Kutu Air

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari

tabulasi silang tentang hubungan alat pelindung diri dengan

penyakit kutu air, sebagai berikut :

Tabel 5.5 Tabulasi Silang Alat Pelindung Diri dengan Penyakit

Kutu Air

Alat

Pelindung

Diri

Kejadian Penyakit

Kutu Air

Total p-

Value

RP (95%CI)

Sakit Tidak

Sakit

N % N % N %

Buruk

Baik

27

10

93,1

62,5

2

6

6,9

37,5

29

16

100

100

0,017

1,490

(1,006-2,205)

Total 37 82,2 8 17,8 45 100

Sumber : Data Primer 2019.

Berdasarkan tabel 5.5 di atas, responden dengan kejadian

penyakit kutu air lebih banyak pada penggunaan alat pelindung

diri buruk (93,1%) di bandingkan dengan penggunaan alat

pelindung diri baik (62,5%). Hasil analisis bivariat diatas

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

47

didapat variabel alat pelindung diri memiliki p-value 0,017 (p <

0,05) yang artinya ada hubungan penggunaan alat pelindung diri

dengan kejadian penyakit kutu air dengan nilai RP 1,490 yang

artinya responden dengan penggunaan alat pelindung diri buruk

mempunyai resiko 1,4 kali lebih besar menderita penyakit kutu

air dibandingkan responden yang memakai alat pelindung diri

baik.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Gambaran Alat Pelindung Diri (APD) Pemulung di TPA Mrican

Kabupaten Ponorogo.

Kondisi APD yang digunakan pemulung di TPA Mrican masih

sangat kurang baik dan tidak memperhatikan dampak yang

ditimbulkan akibat APD yang buruk. Pemakaian APD yang tidak

sesuai dengan fungsi atau kaidah dari APD sesuai Permenakertrans

No.8 Tahun 2010 tentang alat pelindung diri, bahwa APD yang

buruk atau yang bekas berisiko tinggi mengandung bakteri atau

kuman yang dapat membahayakan kesehatan tangan dan kulit dan

dapat berdampak pada gangguan kesehatan misalnya gangguan kulit.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Saftarina dkk

dalam Robby (2015) yang berjudul hubungan pemakaian alat

pelindung diri dan personal hygiene terhadap kejadian dermatitis

kontak akibat kerja di TPA Bakung, diketahui bahwa penggunaan

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

48

APD yang rendah merupakan faktor resiko untuk timbulnya penyakit

dermatitis kontak akibat kerja.

Pemakaian APD sepatu sangat penting karena tidak hanya

bertujuan menghindarkan pemulung dari luka atau cidera karena

benda tajam, namun juga menjaga kebersihan dan kontak antara kulit

bagian kaki dengan berbagai macam bakteri dan parasit yang ada di

sampah. Sebagian besar pemulung juga tidak memperhitungkan jenis

sepatu yang digunakan menurut mereka yang penting selalu

menggunakan sepatu entah itu sepatu yang baik atau buruk dan

sudah cukup untuk menghindarkan dari benda tajam atau kontak

langsung dengan sampah. Banyak juga pemulung yang memakai

kaos kaki yang berlapis dan dalam kondisi yang kotor.

5.3.2 Gambaran Penyakit Tinea pedis ( Kutu Air ) terhadap Pemulung

di TPA Mrican Kabupaten Ponorogo.

Tinea pedis merupakan infeksi dermatofit atau infeksi karena

jamur yang paling sering terjadi pada manusia dan menyerang pada

sela jari kaki dan telapak kaki.

Pemulung yang mengalami gangguan kulit Tinea Pedis yaitu

gangguan kulit pada bagian kaki yang disebabkan oleh jamur.Pada

pemulung di TPA Mrican sebagian pemulung sudah mengalami

penyakit tinea pedis, dikarenakan dalam penggunaan alat pelindung

diri yang kurang baik serta kurangnya dalam menjaga kebersihan diri

pemulung. Pemulung kurang memperhatikan akan kebersihan dan

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

49

pentingnya memelihara alat pelindung diri yang baik supaya tidak

menyebabkan atau menimbulkan penyakit kulit.

Menurut Courtney (2005) praktik memakai sepatu tertutup

dalam waktu yang lama dapat menjadi faktor resiko terkena Tinea

Pedis. Praktik memakai sepatu tertutup dalam waktu yang lama

dapat menyebabkan kulit di sekitar kaki lembab karena produksi

keringat yang berlebih. Hal inilah yang mendukung jamur tumbuh

dengan subur.

Hal ini didukung ketika peneliti melakukan observasi di

lapangan.Hasil dari pernyataan di dapatkan bahwa sebagian besar

dari responden dalam penggunaan APD masih buruk. Pemakaian

sepatu boots yang masih kurang baik seperti hanya memakai sepatu

kain biasa yang bisa menyebabkan kelembaban dalam kaki,

penggunaan kaos kaki yang lembab, karena tidak dibersihkan

setelah dipakai, serta sarung tangan yang kotor kurang perawatan

tidak cuci setelah beberapa kali pakai juga bisa menjadi faktor resiko

terjadinya Tinea pedis. Selain itu juga bisa dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain kebersihan diri dan imunitas perorangan.

Alat pelindung diri baik yaitu APD yang lengkap serta dengan

kondisi yang baik tidak lusuh maupun rusak dan sesuai standart alat

pelindung diri. Penggunaan APD ( sepatu boots) dengan waktu

seharian dari pagi sampai sore hari bisa menyebabkan kelembaban

pada kaki, jika personal hygiene pemulung tidak baik atau kurang

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

50

memperhatikan kebersihan dirinya maka bisa menyebabkan penyakit

kutu air.

5.3.3 Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan

Kejadian Penyakit Kutu Air (Tinea Pedis) Terhadap Pemulung

di TPA Mrican Kabupaten Ponorogo.

Pada hasil Chi-Square menunjukkan bahwa hasil P Value Sig

0,017< 0,05 berarti ada hubungan penggunaan alat pelindung diri

dengan kejadian penyakit kutu air terhadap pemulung di TPA Mrican

Kabupaten Ponorogo.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M.

Haidzar Fathin (2016) bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pemakaian sepatu boots dengan angka kejadian Tinea pedis. Pemakaian

sepatu tertutup dengan waktu yang lama dan sering serta bertambahnya

kelembaban karena keringat, sarung tangan yang kotor dan lembab

merupakan faktor resiko terjadinya Tinea pedis. Mengingat pentingnya

kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh didalamnya, maka kebersihan

kulit perlu dijaga kesehatannya. Kebersihan kulit merupakan mekanisme

utama untuk mengurangi kontak dan transmisi terjadinya infeksi, salah

satunya infeksi jamur.

Dari komponen penggunaan APD buruk 27 responden yang

menderita penyakit kutu air, 93,1% merupakan responden menggunakan

APD yang buruk, APD yang sudah tidak layak di pakai namun tetap

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

51

dipakai serta kurangnya menjaga kebersihan diri pemulung. Penggunaan

APD baik diketahui 10 responden yang menderita penyakit kutu air

62,5% merupakan responden yang selalu memakai APD lengkap dan

baik. Dapat diketahui bahwa dari kepatuhan responden memakai APD

sudah baik namun hasil observasi diketahui bahwa sebagian besar

pemulung memakai APD yang kondisinya sudah tidak baik dan

pemulung tidak memperhatikan APD yang dipakai apa masih layak

pakai atau tidak.

Diketahui penggunaan APD buruk 2 responden dan tidak

menderita sakit kutu air 6,9% merupakan responden yang selalu

menjaga kebersihan dirinya, selalu mencuci dan membersihkan kaki

serta tangan sebelum bekerja ataupun sesudah bekerja walaupun kondisi

APD yang ia gunakan kurang baik. Penggunaan APD baik 6 responden

dengan tidak menderita kutu air 37,5% merupakan responden yang

selalu memperhatikan akan kebersihan dirinya serta memperhatihan

kebersihan APD yang digunakan, jika sudah tidak layak pakai atau

sudah rusak ia selalu meggantinya dengan yang baru jadi tidak sampai

lusuh dan menimbulkan gangguan penyakit kulit.

Pemakaian APD sepatu yang dilakukan oleh pemulung akan

sangat bermanfaat karena banyaknya tumpukan sampah dari berbagai

jenis akan berisiko tinggi menyebabkan cidera atau gangguan kesehatan.

Namun dari hasil cross tabulation diketahui sebagian responden sudah

menggunakan APD tetapi masih mengalami gangguan kulit. Hal ini

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

52

bertolak belakang dari manfaat penggunaan APD sepatu, sehingga dapat

disimpulkan bahwa sebagian responden tidak menerima manfaat secara

penuh dari pemakaian APD saat bekerja. Pemakaian APD sepatu sangat

penting karena tidak hanya bertujuan menghindarkan pemulung dari

luka atau cidera karena benda tajam, namun juga menjaga kebersihan

dan kontak antara kulit bagian kaki dengan berbagai macam bakteri dan

parasit yang ada di sampah. Sebagian besar pemulung juga tidak

memperhitungkan jenis sepatu yang digunakan menurut mereka yang

penting selalu menggunakan sepatu entah itu sepatu yang baik atau

buruk dan sudah cukup untuk menghindarkan dari benda tajam atau

kontak langsung dengan sampah. Banyak juga pemulung yang memakai

kaos kaki yang berlapis dan dalam kondisi yang kotor.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sikap

penggunaan alat pelindung diri menjadi faktor resiko kejadian penyakit

kutu air di TPA Mrican Kabupaten Ponorogo. Kelembaban pada kulit

bisa menyebabkan penyakit kutu air, terutama pada pemulung yang

kurang memperhatikan kebersihan dirinya terutama pada kebersihan

kaki. Ada sebagian pemulung selalu memperhatikan dan kebiasaan

dalam menjaga kebersihan dirinya atau personal hygiene. Dalam

penggunaan APD perlu juga diperhatikan kebersihan masing-masing

APD terutama pada kelembaban kaki yang bisa menyebabkan penyakit

kutu air. Kebersihan kaos kaki atau alas kaki, harus selalu menggantinya

dengan yang baik dan mencucinya.

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

53

5.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memilikiketerbatasan yang mungkin dapat mempengaruhi

hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Pada saat penelitian dengan observasi, terdapat responden yang tidak

mengakui atau memperlihatkan penyakit kutu air yang di derita

pemulung serta kebersihan dirinya yang kurang baik. Menggunakan

sepatu dengan bahan kain dengan kondisi lembab dan kotor. Sehingga

dapat menyebabkan pada bias penelitian tersebut masuk dalam bias

informasi. Dalam mengatasi bias tersebut untuk melakukan upaya

pemeriksaan penyakit kutu air oleh petugas kesehatan dan secara

berkala, agar informasi yang di dapatkan lebih akurat.

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

54

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada bab ini akan dibahas kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

hubungan penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian penyakit kutu air

di TPA Mrican Kabupaten Ponorogo sebagai berikut :

1. Penggunaan alat pelindung diri sebagian besar buruk (64,4%).

2. Sebagian besar pemulung sudah menggunakan APD tetapi masih sakit

Tinea pedis (kutu air ) (82,2%).

3. Ada hubungan penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian penyakit

kutu air (Tinea Pedis) terhadap pemulung di TPA Mrican Kabupaten

Ponorogo p valueSig. 0,017, RP( 95% CI = 1,490 (1,006 - 2,205 ).

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Pemulung

Perlu memperhatikan kebersihan diri atau personal hygiene

pemulung, memperhatikan cara pemakaian dan pemeliharaan alat

pelindung diri untuk menghindari kejadian penyakit Tinea pedis.

Dengan cara :

1. Pemulung di biasakan selalu mencuci kaki dan tangan sebelum

maupun sesudah bekerja untuk menghindari penyakit kulit dan

selalu memperhatikan kebersihan dirinya.

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

55

2. Harus selalu menggunakan sepatu boots.

3. Membersihkan dan mencuci kaos kaki, sarung tangan setelah

digunakan.

4. Pemulung harus memperhatikan dan selalu membersihkan

lingkungan tempat tinggal pemulung, karena lingkungan yang

buruk juga akan menyebabkan faktor resiko penyakit.

5. Mencuci kaki dengan sabun sebelum dan sesudah memakai kaos

kaki dan sepatu boots, lalu dikeringkan dengan kain yang bersih.

6.2.2 Bagi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ponorogo

Mengoptimalkan kunjungan petugas dinas lingkungan hidup

bekerja sama dengan dinas kesehatan untuk melakukan inspeksi dan

sosialisasi tentang penggunaan alat pelindung diri yang baik dan

benar serta memberikan wawasan tentang penyakit yang ditimbulkan

oleh alat pelindung diri supaya pemulung berfikir dan sadar

pentingnya menggunakan alat pelindug diri yang lengkap supaya

selalu memperhatikan kebersihan dirinya.

6.2.3 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Meningkatkan ketersediaan sumber bacaan atau literatur tentang

penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian penyakit kutu air

(Tinea pedis)terhadap pemulung.

Page 74: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

56

6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini belum sempurna karena keterbatasan

peneliti, diharapkan peneliti lain mampu mengembangkan penelitian

lain mengenai personal hygiene pemulung ataupun masalah yang ada

pada pemulung di TPA supaya dapat dikembangkan penelitian di

masa yang akan datang.

Page 75: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

57

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sugeng Budiono, dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan

Kerja. Semarang: Universitas Diponegoro

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan

Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Budimulja, Unandar. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.

Courtney, M.R. 2005. Tinea Pedis. Diakses dari http//:www.emidicine.com, pada

30 Januari 2017.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat

Pelayanan Dasar. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Dimas.2013. Definisi pelayanan kesehatan (online).

http://definisimu.blogspot.co.id/2012/08/definisipelayanan-

kesehatan.html(diakses pada tanggal 10 maret 2019 jam 13.00).

Dinkes Bangli. 2017. Laporan SP2TP Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli Tahun

2016. Bangli: Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli.

Djuanda, A. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI.

Hidayat AA. 2012.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.

Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan TekhnikAnalisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Isro’in, Laily dan Sulistyo Andarmono. 2012. Personal Hygiene. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Johnson, B. 2012. Educational Research 4th Ed: Quantitative, qualitative, and

mix-methods approaches. California: SAGE Publication.

Page 76: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

58

Kemenkes R.I., 2011. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. http://www.kemenkes.go.id

[diakses 10 Mei 2017].

Kumar,V., R. Tilak, P. Prakash, C. Nigam, dan R Gupta. 2011. Tinea Pedis-an

update. Asian Journal of Medical Sciences 2: 134-138.

Kurniawati, R,D. 2006. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Tinea

pedis pada pemulung di TPA Jatibarang Semarang. Thesis. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Laily Isro’in dan Sulistyo Andarmoyo. 2012. Personal Hygiene. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Maharani, Ayu. 2015. Penyakit Kulit. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Mustikawati I. S, Budiman F, & Rahmawati. 2012. Hubungan Perilaku

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit di

TPA Kedaung Wetan Tangerang. Forum Ilmiah Volume 9 Nomor 3,

September 2012.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2011. Konsep dan penerapan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2011. Proses dan dokumentasi praktek. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam.2013.Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis:

Jakarta: Salemba Medika.

Perdoksi. 2001. Dermatofitosis Superfisialis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 3-5,

40-45.

Sevilla, Consuelo G. et.al 2007. “ Research Methods”. Rex Printing Company.

QuezonCity.

Sjuhada. AB. Kaki Perlu Perawatan Khusus.www.geocities.com.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Afabeta.

Sujarweni,V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah

dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sujarweni. 2015. SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Page 77: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

59

Tarwaka.2012. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi

K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Pers.

Viegas, et al. 2013. Composicao mineral e sintomas visuasis de deficiencias de

nutrientes em plantas de pimento-longa (Paper hispidinervum C. DC). ACT.

AMAZONA. 43 (1) : 43-50.

WHO (World Health Organization). 2013. Neglected Tropical Diseases.

http://www/who.int/neglected_disease/disease/ [Diakses 10 Mei 2017].

Page 78: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

60

Lampiran 1

Lembar Perserutujuan Pengajuan Judul Skripsi

Page 79: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

61

Lampiran 2

Surat Ijin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Page 80: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

62

Lampiran 3

Balasan Surat Ijin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Page 81: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

63

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

ALAT PELINDUNG DIRI PEMULUNG

NO :.................

Nama Responden :..................................

Jenis Kelamin :..................................

Umur : .................................

No. Komponen Penilaian Ya Tidak

1. Memakai Kaos Kaki

2. Kaos kaki yang digunakan berbahan woll

3. Sepatu boots yang digunakan sudah sesuai dengan ukuran

pemulung

4. APD yang pemulung gunakan sudah menutupi semua

bagian tubuh mulai dari kepala hingga kaki

5. Penggunaan APD sepatu pemulung yang pemulung

gunakan sudah sesuai kondisi di lapangan

6. Alas kaki/ sepatu yang digunakan berbahan anti air

7. Pemulung selalu menggunakan sepatu saat memungut

sampah

8. APD yang pemulung sudah lengkap

9. Kaos kaki yang basah/lembab bisa menyebabkan kutu air

10. Pemulung menggunakan sarung tangan

Page 82: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

64

Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

PENYAKIT KUTU AIR PADA PEMULUNG

NO :.................

Nama Responden :..................................

Jenis Kelamin :..................................

Umur : .................................

No. Komponen Penilaian Ya Tidak

1. Kulit ruam bersisik

2. Berwarna putih, menempel di sela jari kaki

3. Lepuh pada kaki bisa berkerak atau menjadi borok

4. Kulit kaki atau telapak kaki retak, mengelupas sering

terdapat pada sela-sela antar jari kaki atau lipatan jari kaki

5. Kemerahan pada kulit

Page 83: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

65

Lampiran 6

Input Data

No Umur Jenis Kelamin Alat Pelindung

Diri Kutu Air

1 2 0 1 0

2 2 0 0 0

3 2 0 0 0

4 2 0 1 0

5 2 1 0 0

6 2 1 1 1

7 2 0 0 0

8 2 0 1 1

9 1 1 0 0

10 1 0 1 1

11 0 0 0 0

12 1 0 1 0

13 2 0 0 0

14 2 0 1 0

15 3 1 0 0

16 2 1 0 0

17 1 1 0 0

18 3 1 1 0

19 2 1 0 1

20 1 0 0 0

21 2 1 0 0

22 3 0 1 0

23 1 1 0 1

24 3 0 1 0

25 3 1 0 0

26 3 0 0 0

27 3 1 0 0

28 2 1 1 1

29 3 0 0 0

30 1 0 1 1

31 1 0 1 1

32 2 0 0 1

33 2 0 0 1

34 2 1 1 1

35 3 1 0 1

36 1 1 0 1

37 2 0 0 1

Page 84: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

66

No Umur Jenis Kelamin Alat Pelindung

Diri Kutu Air

38 2 0 1 0

39 3 0 0 1

40 3 1 0 1

41 3 1 0 1

42 2 0 0 1

43 2 1 0 1

44 2 1 0 1

45 3 1 1 0

Page 85: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

67

Lampiran 7

Hasil Output SPSS

HASIL ANALISIS UNIVARIAT

1. Umur

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 26-35 tahun 1 2.2 2.2 2.2

36-45 tahun 9 20.0 20.0 22.2

46-55 tahun 22 48.9 48.9 71.1

55-65 tahun 13 28.9 28.9 100.0

Total 45 100.0 100.0

2. Jenis Kelamin

Sex

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 24 53.3 53.3 53.3

perempuan 21 46.7 46.7 100.0

Total 45 100.0 100.0

Page 86: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

68

3. Alat Pelindung Diri

APD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid buruk 29 64.4 64.4 64.4

Baik 16 35.6 35.6 100.0

Total 45 100.0 100.0

4. Kutu Air

KA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid sakit 37 82.2 82.2 82.2

tidak sakit 8 17.8 17.8 100.0

Total 45 100.0 100.0

Page 87: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

69

HASIL ANALISIS BIVARIAT

1. Hubungan penggunaan alat pelindung diri dengan penyakit kutu air

APD * KA Crosstabulation

KA

Total sakit tidak sakit

APD buruk Count 27 2 29

% within APD 93.1% 6.9% 100.0%

baik Count 10 6 16

% within APD 62.5% 37.5% 100.0%

Total Count 37 8 45

% within APD 82.2% 17.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.607a 1 .010

Continuity Correctionb 4.679 1 .031

Likelihood Ratio 6.395 1 .011

Fisher's Exact Test .017 .017

Linear-by-Linear Association 6.460 1 .011

N of Valid Casesb 45

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,84.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 88: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

70

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for APD (buruk /

baik) 8.100 1.398 46.944

For cohort KA = sakit 1.490 1.006 2.205

For cohort KA = tidak sakit .184 .042 .807

N of Valid Cases 45

Page 89: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

71

Lampiran 8

DOKUMENTASI

Gambar 1 observasi kepada pemulung tentang APD dan kutu air

Gambar 2 observasi kepada pemulung tentang perlengkapan APD

Gambar 3 observasi kepada pemulung tentang perlengkapan APD

Page 90: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

72

Gambar 4 observasi kepada pemulung tentang perlengkapan APD

Gambar 5 observasi penyakit kutu air di sela jari kaki pemulung

Page 91: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

73

Lampiran 9

Kartu Bimbingan

Page 92: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

74

Lampiran 10

Lembar Perbaikan Skripsi

Page 93: SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN PENYAKIT …repository.stikes-bhm.ac.id/607/1/1.pdf · 2020. 1. 6. · penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi

75