universitas indonesia laporan praktek kerja profesi ... yanuarti-laporan... · adalah intravena,...

405
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI CILANDAK, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SANTI YANUARTI UTAMI, S.Farm. 1206330072 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Upload: others

Post on 14-Nov-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

CILANDAK, JAKARTA SELATANPERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SANTI YANUARTI UTAMI, S.Farm.1206330072

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

CILANDAK, JAKARTA SELATANPERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

SANTI YANUARTI UTAMI, S.Farm.1206330072

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

iii

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

iv

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan Kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan

laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan Periode 2 September – 25

Oktober 2013.

Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana

untuk mengembangkan wawasan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan sebelum melakukan

pengabdian sebagai Apoteker dan merupakan salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi,

Universitas Indonesia, Depok.

Pada penyelesaian penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini,

penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan

mengarahkan, yaitu kepada:

1. Dr. Mahdi Jufri M.Si, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia, Depok.

2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt selaku Pjs. Fakultas Famasi Universitas

Indonesia, Depok sampai dengan 20 Desember 2013.

3. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi,

Universitas Indonesia.

4. Dr. Retnosari Andrajati, M.Si, Ph.D., Apt selaku dosen pembimbing yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis

dalam penyusunan laporan ini.

5. Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt selaku Pembimbing PKPA yang telah

membimbing dengan sabar dan mengarahkan penulis dengan penuh

kesungguhan hati selama PKPA berlangsung.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

vi

6. Seluruh karyawan Rumah Sakit Umum Fatmawati yang telah memberikan

bantuan dan kerjasama yang baik selama penulis melaksanakan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA)

7. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada

penulis.

8. Papa dan mama, sang perpanjangan tangan-Nya yang paling dekat dan nyata.

Terima kasih atas ruahan kasih sayang, doa yang tak pernah putus, seluruh

motivasi dan dukungan, serta dekapan dan pelukan, yang telah dan akan selalu

menemani Santi dari kecil hingga kini dan nanti. Kakak, Ika Reny Retnowati

dan Adik, Sinta Yanuarti Dewi yang selalu memberikan motivasi dan

dukungan, serta mau mendengarkan keluhan selama penyusunan laporan

Praktek Kerja Profesi Apoteker. Ravi Rays Chaudhary atas kesediaannya

mendengarkan keluhan penulis, memberikan saran, dan menyemangati penulis

selama penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker.

9. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 dan 77 atas semangat, dukungan dan

kerjasama selama ini.

10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Semoga laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini menjadi amal ibadah

yang dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan seluruh pihak yang

membacanya. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita

bimbingan dan balasan kebaikan atas amal ibadah kita. Amin.

Penulis

2014

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

vii

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

viii

ABSTRAK

Nama : Santi Yanuarti Utami, S. FarmNPM : 1206330072Program Studi : Profesi ApotekerJudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati Periode 2 September – 25 Oktober2013

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawatibertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker di Rumah Sakit UmumPusat Fatmawati dan memahami kegiatan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawatibaik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Tugas khususyang diberikan berjudul Pedoman Pemberian Sediaan Parenteral. Tujuan daritugas khusus ini adalah untuk memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalampencampuran dan pemberian sediaan parenteral.

Kata kunci : Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati; bagian Farmasi KlinikTugas umum : xii + 99 halaman; 16 lampiranTugas khusus : ii + 292 halamanDaftar Acuan Tugas Umum : 12 (2003 - 2013)Daftar Acuan Tugas Khusus : 17 (1979 - 2013)

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

ix

ABSTRACT

Name : Santi Yanuarti Utami, S.FarmNPM : 1206330072Program Study : Apothecary professionTitle : Pharmacist Internship Program at General Hospital Center

Fatmawati Period September 2th - October 25th 2013

Pharmacists Professional Practice at General Hospital Center Fatmawati aims tounderstand the duties and functions of pharmacists in General Hospital CenterFatmawati and pharmacist understand the activities in both technical and non-technical pharmacy activity. Given a special task entitled Guidelines forParenteral Preparations. The purpose of this special task is to understand thethings that must be considered in the mixing and administration of parenteralpreparations.

Keywords : General Hospital Center Fatmawati, Pharmacy ClinicalGeneral Assignment : xii + 99 pages; 16 appendicesSpecific Assignment : ii + 292 pagesBibliography of General Assignment: 12 (2003 - 2013)Bibliography of Specific Assignment: 17 (1979 - 2013)

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... iiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………. iiiHALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ivKATA PENGANTAR....................................................................................... vHALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGASAKHIR UNTUK KEPENTINGA AKADEMIS…………….…..………... viiABSTRAK…………………………………………………………………… viiiDAFTAR ISI....................................................................................................... xDAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 11.1 Latar Belakang................................................................................. 11.2 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM ............................................................................ 32.1 Definisi Rumah Sakit..................................................................... 32.2 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit ................................................... 32.3 Klasifikasi Rumah Sakit................................................................ 3

2.3.1 Berdasarkan Jenis Pelayanan ............................................ 32.3.2 Berdasarkan Pengelolaan .................................................. 5

2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati............................ 52.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati................................. 7

2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati ......................................... 72.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati ................................................... 7

2.6 Visi dan Misi.................................................................................. 72.6.1 Motto dan Falsafah ............................................................. 82.6.2 Nilai .................................................................................... 82.6.3 Tujuan................................................................................... 9

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS........................................................... .............. 103.1 Instalasi Farmasi ............................................................................. 10

3.1.1 Bagan Organisasi .................................................................. 103.1.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan FRS ......................... 103.1.3 Analisa Kebutuhan Tenaga ................................................... 113.1.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ........................................... 123.1.5 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alkes 14

3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati................................................ 153.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi ........................... 163.2.2 Visi Instalasi Farmasi ............................................................. 173.2.3 Misi Instalasi Farmasi ............................................................. 173.2.4 Tujuan Instalasi Farmasi ......................................................... 183.2.5 Nilai – nilai Instalasi Farmasi .................................................. 183.2.6 Kegiatan Farmasi Klinik ........................................................... 18

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

xi

3.2.7 Ruang Lingkup Kegiatan Farmasi ........................................... 293.3 Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati................................... 54

BAB 4. PEMBAHASAN .................................................................................. 56

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 795.1 Kesimpulan ..................................................................................... 795.2 Saran ............................................................................................... 79

DAFTAR ACUAN............................................................................................. 81LAMPIRAN....................................................................................................... 84

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi RSUP Fatmawati....................................... 84Lampiran 2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati........ 85Lampiran 3 Alur Pengkajian Resep................................................................. 86Lampiran 4 Alur Pemantauan Efek Samping Obat......................................... 87Lampiran 5 Alur Kegiatan Pemantauan Interaksi Obat................................. 88Lampiran 6 Alur Penyimpanan Resep dan Arsip ........................................ 89Lampiran 7 Alur Pemusnahan Resep dan Arsip........................................... 90Lampiran 8 Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi......................................... 91Lampiran 9 Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi oleh Tim Penerima..... 92Lampiran 10 Alur Masuk ke Ruang Produksi Aseptik .................................. 93Lampiran 11 Alur Pelayanan Obat Sitostatika Rawat Jalan dan Rawat Inap 94Lampiran 12 Prosedur Penyiapan Obat Rawat Jalan Secara Individual

Prescription.................................................................................. 95Lampiran 13 Alur Pelayanan Resep di Depo Askes ...................................... 96Lampiran 14 Alur Distribusi Obat secara Dosis Unit di Instalasi Farmasi

RSUP Fatmawati ......................................................................... 97Lampiran 15 Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan di Depo

Instalasi Bedah Sentral........................................................... 98Lampiran 16 Alur Program Pelayanan Informasi Obat................................... 99

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kegiatan farmasis rumah sakit adalah menyediakan dan/ atau

membuat sediaan obat sesuai dengan standar teknis pembuatan yang sudah

dikenal, termasuk di dalamnya teknik pencampuran sediaan-sediaan parenteral,

serta menempatkannya dalam wadah yang tepat. Famasis rumah sakit

bertanggung jawab terhadap seluruh proses pembuatan sampai penyerahan

sediaan obat, termasuk sediaan obat parenteral pada pasien atau tenaga kesehatan

lain (Linden, Ellyana. et al., 2009).

Sediaan parenteral merupakan sediaan steril yang biasa diberikan dengan

berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk

sediaan obat yang lain karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran

mukosa ke bagian dalam tubuh. Rute pemberian parenteral yang paling umum

adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya

(Potter, Perry., 2006). Pada umumnya, pemberian obat secara parenteral dilakukan

Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita

tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan menerima

pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain

(Ansel, H.C., 1989)

Hal penting yang perlu diperhatikan seorang farmasis dalam pencampuran

dan pemberian sediaan parenteral pada pasien adalah masalah stabilitas bahan

obat. Ketidakstabilan suatu bahan obat dalam sediaan parenteral dapat berakibat

obat menjadi tidak aktif secara farmakologi dan/atau menjadi berbahaya bagai

pasien. Oleh karena itu, seorang farmasis rumah sakit perlu mempunyai

pengetahuan mengenai stabilitas bahan obat (Linden, Ellyana. et al., 2009).

Selain itu, farmasis perlu mempunyai pengetahuan tentang

ketercampuran/ketidakcampuran suatu sediaan parenteral, baik dalam larutan

infus, pemberian melalui syringe, Y-site, maupun aditif (Linden, Ellyana. et al.,

2009). Ketidakcampuran suatu sediaan parenteral adalah reaksi yang tidak

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

2

Universitas Indonesia

diinginkan terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan melalui IV atau larutan

parenteral. Dalam hal ini, seorang farmasis harus mampu menangani masalah

fisik, kimia, dan kecocokan/ketidakcocokan terapi untuk merancang alternatif

suatu sediaan parenteral yang cocok ketika masalah tersebut muncul (Deb, Ratul.,

2012).

Dalam penulisan laporan ini, terdapat dosis setiap sediaan parenteral serta

pelarut yang kompatibel untuk melarutkan atau mengencerkan suatu sediaan

parenteral. Laporan ini diharapkan dapat diterapkan sebagai pedoman dalam

pemberian obat secara parenteral.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami pedoman dalam pemberian obat secara

parenteral.

2. Mengetahui dan memahami informasi tentang sediaan parenteral

dengan merek dagang tertentu.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

3 Universitas Indonesia

BAB 2TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Rumah Sakit

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009,

rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit (UU RI No. 44/2009)

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit

mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit;

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009, rumah sakit dapat diklasifikasikan

berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.

2.3.1 Berdasarkan jenis pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan

dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

4

Universitas Indonesia

2.3.1.1 Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit Umum

terdiri dari:

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis

dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain, dan

13 (tiga belas) subspesialis.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis

dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2

(dua) subspesialis dasar.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis

dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis

dasar.

2.3.1.2 Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin

ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Klasifikasi

Rumah Sakit Khusus terdiri atas :

a. Rumah Sakit Khusus Kelas A

Rumah Sakit Khusus Kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan

pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

5

Universitas Indonesia

b. Rumah Sakit Khusus Kelas B

Rumah Sakit Khusus Kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik

spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas.

c. Rumah Sakit Khusus Kelas C

Rumah Sakit Khusus Kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan

pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.

2.3.2 Berdasarkan pengelolaan

Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi Rumah

Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat.

2.3.2.1 Rumah Sakit Publik

Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik

yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan

pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik yang

dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah

Sakit Privat.

2.3.2.2 Rumah sakit privat

Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum

dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

Pendirian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati bermula dari

gagasan Ibu Fatmawati Soekarno untuk mendirikan rumah sakit tuberkulose anak

yang dikhususkan untuk penderita TBC anak dan rehabilitasinya. Dengan dana

yang dihimpun oleh Yayasan Ibu Soekarno dan bantuan dari Yayasan Dana

Bantuan Kementerian Sosial RI dilaksanakan pembangunan Gedung Rumah Sakit

Ibu Soekarno.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

6

Universitas Indonesia

Pada tanggal 15 April 1961, status dan fungsi rumah sakit tersebut berubah

menjadi rumah sakit umum dan penyelenggaraan serta pembiayaannya diserahkan

kepada Departemen Kesehatan RI sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai

hari jadi Rumah Sakit Ibu Soekarno. Pada tanggal 20 Mei 1967, nama RSU Ibu

Soekarno diganti menjadi RSU Fatmawati. Selanjutnya pada tahun 1984

RSU Fatmawati ditetapkan sebagai pusat rujukan wilayah Jakarta Selatan dan

tahun 1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B Pendidikan.

Dalam perkembangan Rumah Sakit Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit

Unit Swadana Bersyarat pada tahun 1992 dan dua tahun berikutnya yakni tahun

1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat. Pada tahun

1997 sesuai dengan diberlakukannya UU No.27 Tahun 1997, rumah sakit

mengalami perubahan kebijakan dari swadana menjadi PNBP (Penerimaan

Negara Bukan Pajak), selanjutnya pada tahun 2000 Rumah Sakit Fatmawati

ditetapkan sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.117 tahun

2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada

tanggal 11 Agustus 2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

No.1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).

Dalam penilaian Tim Akreditasi Rumah Sakit, tahun 1997 RS Fatmawati

memperoleh Status Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP

Fatmawati memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12

pelayanan. Kemudian pada tahun 2004 RSUP Fatmawati terakreditasi 16

Pelayanan dan pada tahun 2007 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat

Lengkap 16 Pelayanan. RSUP Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan

oleh Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan

Unggulan Orthopaedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri

Kesehatan No.424/MENKES/SK/V/2008. Pada tahun 2011, RSUP Fatmawati

telah menyandang sertifikat Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001 :

2007 dan saat ini (Mei 2013) sedang menuju untuk mendapatkan sertifikat JCI

(Joint Commission International).

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

7

Universitas Indonesia

2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati

2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati

RSUP Fatmawati Jakarta mempunyai tugas pokok menyelenggarakan upaya

penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi,

terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan

pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan dan menyelenggarakan

pendidikan, pelatihan, dan penelitian.

2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati

Fungsi RSUP Fatmawati adalah menyelenggarakan:

a. Pelayanan medis

b. Pelayanan penunjang medis dan non medis

c. Pelayanan dan asuhan keperawatan

d. Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit

e. Pelayanan rujukan

f. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan

g. Penelitian dan pengembangan

h. Administrasi umum dan keuangan

2.6 Visi dan Misi

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki visi terdepan,

paripurna dan terpercaya di Indonesia. Menurut Keputusan Direktur Utama RSUP

Fatmawati Nomor: HK.03.05/II.1/2468/2012 tentang organisasi dan tata kerja

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, yang dimaksud dengan terdepan,

paripurna, dan terpercaya di Indonesia ialah rumah sakit pelopor yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian dengan:

a. Terdepan karena ketersediaan sumber daya yang lengkap;

b. Paripurna karena memberikan pelayanan kesehatan promotif, preventif,

kuratif, rehabilitatif, dan pelayanan berkesinambungan (continuum of care)

serta tuntas;

c. Terpercaya karena senantiasa mengikuti kaidah - kaidah IPTEK terkini;

d. Menjangkau seluruh lapisan masyarakat; dan

e. Berorientasi kepada para pelanggan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

8

Universitas Indonesia

Misi dari RSUP Fatmawati adalah:

a. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan

penelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi dan

rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen resiko klinis.

b. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

c. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel serta

berdaya saing tinggi.

d. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini.

e. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber daya

manusia.

2.6.1 Motto dan Falsafah

Motto RSUP Fatmawati adalah “Percayakan Pada Kami” sedangkan

falsafah yang dianut sebagai pegangan dalam menjalankan organisasi adalah:

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai - nilai luhur kemanusiaan

c. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama

d. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan

e. Kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan

2.6.2 Nilai

Nilai yang diterapkan di RSUP Fatmawati adalah jujur, profesional,

komunikatif, dan ikhlas, serta peduli dalam melaksanakan tugas.

2.6.2.1 Jujur

Menerapkan transparansi dalam melaksanakan tugas.

2.6.2.2 Profesional

Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi (pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan peka budaya).

2.6.2.3 Komunikatif

Mampu melaksanakan hubungan interpersonal yang asertif dan responsif.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

9

Universitas Indonesia

2.6.2.4 Ikhlas

Selalu memegang teguh ketulusan dalam memberikan pelayanan kepada

pelanggan.

2.6.2.5 Peduli

Selalu tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.

2.6.3 Tujuan

Tujuan RSUP Fatmawati adalah:

a. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi

kaidah keselamatan pasien (patient safety)

b. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang

terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

c. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi

pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian.

d. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan

pelanggan.

e. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber daya

manusia rumah sakit.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

10 Universitas Indonesia

BAB 3TINJAUAN KHUSUS

3.1 Instalasi Farmasi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit

atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan

dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau

fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta

pelayanan kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri

(Siregar, 2003).

3.1.1 Bagan organisasi

Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas,

koordinasi, kewenangan, dan fungsi. Kerangka organisasi minimal

mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi

klinik dan manajemen mutu, dan selalu harus dinamis sesuai perubahan yang

dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan. Struktur

organisasi RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.1.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi Rumah Sakit

3.1.2.1 Panitia Farmasi dan Terapi

Panitia Farmasi dan Terapi merupakan badan yang membantu pimpinan

rumah sakit dalam menetapkan kebijakan tentang obat dan penggunaan obat di

rumah sakit. Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili

hubungan komunikasi antara para staf medik dengan staf farmasi, sehingga

anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi - spesialisasi yang ada di

rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan

lainnya. Panitia Farmasi dan Terapi sekurang - kurangnya terdiri dari 3 (tiga)

orang yaitu dokter, apoteker dan perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga

dokter bisa lebih dari tiga orang yang mewakili semua staf medik fungsional

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

11

Universitas Indonesia

yang ada. Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena

semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di

seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini.

Salah satu fungsi Panitia Farmasi dan Terapi adalah mengembangkan

formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Formularium adalah himpunan

obat yang diterima/ disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di

rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan.

3.1.2.2 Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit

Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit adalah organisasi yang terdiri

dari staf medik, apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit dan tenaga kesehatan

lainnya.

3.1.2.3 Panitia lain yang terkait dengan tugas farmasi rumah sakit

Apoteker juga berperan dalam tim/ panitia yang menyangkut dengan

pengobatan antara lain:

a. Panitia mutu pelayanan kesehatan rumah sakit

b. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri

c. Tim penanggulangan AIDS

d. Tim transplantasi

e. Tim PKMRS, dan lain - lain.

3.1.3 Analisa kebutuhan tenaga

3.1.3.1 Jenis ketenagaan

a. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga apoteker, sarjana farmasi,

dan asisten apoteker (AMF, SMF)

b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga operator komputer atau

teknisi yang memahami kefarmasian dan tenaga administrasi

c. Pembantu pelaksana

3.1.3.2 Beban kerja

Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor - faktor yang

berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:

a. Kapasitas tempat tidur dan BOR

b. Jumlah resep atau formulir per hari

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

12

Universitas Indonesia

c. Volume perbekalan farmasi

d. Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian rawat

inap)

3.1.3.3 Jenis pelayanan

a. Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)

b. Pelayanan rawat inap intensif

c. Pelayanan rawat inap

d. Pelayanan rawat jalan

e. Penyimpanan dan pendistribusian

f. Produksi obat

3.1.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaam perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan

dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta

evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

3.1.4.1 Pemilihan

Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah

kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan

dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,

standardisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan

seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi

untuk menetapkan kualitas dan efektifitas serta jaminan pada transaksi

pembelian.

3.1.4.2 Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,

dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk

menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat

dipertanggungjawabkan dan dasar - dasar perencanaan yang telah ditentukan

antara lain metode konsumsi, metode morbiditas atau epidemiologi, dan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

13

Universitas Indonesia

metodekombinasi konsumsi dan mobirditas. Metode konsumsi dan

epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

3.1.4.3 Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, produksi atau pembuatan

sediaan farmasi, maupun sumbangan atau droping atau hibah.

3.1.4.4 Produksi

Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan

mengemas kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi

kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

3.1.4.5 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi

yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian

langsung, tender, konsinyasi (penitipan barang dari pemilik kepada suatu pihak

untuk dijualkan) atau sumbangan.

3.1.4.6 Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi

menurut persyaratan yang ditetapkan dan disertai dengan sistem informasi

yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

3.1.4.7 Pendistribusian

Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan

farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi

pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medik.

a. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap

Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan

kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pasien rawat inap di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan

atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem

resep perorangan, sistem unit dosis, dan sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

14

Universitas Indonesia

b. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan.

Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan merupakan

kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pasien rawat jalan di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi

dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotik rumah

sakit.

c. Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja

Pendistibusian perbekalan farmasi di luar jam kerja merupakan kegiatan

pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar

jam kerja yang diselenggarakan oleh:

1) Apotik rumah sakit/ satelit farmasi yang dibuka 24 jam

2) Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi

3.1.5 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

Merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam

menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman

dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian,

keterampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan

profesi kesehatan lainnya. Kegiatan yang dilakukan antara lain:

3.1.5.1 Pengkajian resep

Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari

seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik

untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

3.1.5.2 Dispensing

Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap

validasi, interpretasi, menyiapkan/ meracik obat, memberikan label/ etiket,

penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem

dokumentasi.

3.1.5.3 Pemantauan dan pelaporan efek samping obat

Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan kegiatan

pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

15

Universitas Indonesia

yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan

profilaksis, diagnosis dan terapi.

3.1.5.4 Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat merupakan pelayanan yang dilakukan oleh

Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini

kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

3.1.5.5 Konseling

Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk

mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan

pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

3.1.5.6 Pemantauan kadar obat dalam darah

Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan dengan cara melakukan

pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang

merawat karena indeks terapi yang sempit.

3.1.5.7 Ronde atau visite

Ronde atau visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat

inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

3.1.5.8 Pengkajian penggunaan obat

Pengkajian pengguanaan obat merupakan program evaluasi penggunaan

obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang

digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.

3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan satuan kerja (satker) satu-

satunya di Rumah Sakit yang menjalankan fungsi pengelolaan perbekalan

farmasi dengan sistem satu pintu. Instalasi Farmasi berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Medik dan

Keperawatan RSUP Fatmawati. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang

kepala dengan sebutan Kepala Instalasi Farmasi dan satu orang Wakil Kepala

Instalasi yang membawahi 15 (lima belas) orang Penyelia, yaitu:

a. Penyelia Depo IRJ (Lantai 1, 2, dan 3)

b. Penyelia Depo Askes

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

16

Universitas Indonesia

c. Penyelia Depo IGD dan IRI

d. Penyelia Depo IBS

e. Penyelia Depo Teratai - IRNA A

f. Penyelia Depo Teratai - IRNA B

g. Penyelia Depo Griya Husada

h. Penyelia Depo Gedung Prof. Soelarto

i. Penyelia Gudang Farmasi

j. Penyelia Produksi Farmasi

k. Penyelia Sistem Informasi

l. Penyelia Distribusi dan Penerimaan

m.Penyelia Perencanaan Perbekalan Farmasi

n. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan

o. Penyelia Tata Usaha dan SDM Farmasi

Instalasi Farmasi mempunyai struktur organisasi sebagaimana tercantum

dalam Lampiran 2.

3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi

Tugas Pokok Instalasi Farmasi adalah:

a. Menjalankan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati.

b. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi dengan kegiatan perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan

farmasi di RSUP Fatmawati.

c. Menjalankan integrasi dan sinkronisasi terkait dengan pelaksanaan tugas

pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati.

d. Turut serta menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan

kefarmasian di RSUP Fatmawati.

e. Melaksanakan kegiatan penelitian dan ikut serta dalam uji klinik obat.

f. Turut serta menyelenggarakan pembinaan etika dan pengembangan profesi

kefarmasian.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

17

Universitas Indonesia

Fungsi instalasi farmasi adalah:

a. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaan tugas

pelayanan kefarmasian dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP

Fatmawati dengan pihak - pihak terkait.

b. Melaksanakan pengawasan mutu pelayanan kefarmasian di RSUP

Fatmawati.

c. Turut serta dalam pengembangan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati

berdasarkan perkembangan kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan dan

teknologi.

d. Menetapkan indikator pencapaian kinerja dan pelaksanaan evaluasi serta

tindak lanjut terkait dengan pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di

RSUP Fatmawati.

3.2.2 Visi Instalasi Farmasi

Visi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah “Terdepan, Paripurna,

Terpercaya dalam Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian di Indonesia.”

3.2.3 Misi Instalasi Farmasi

Misi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

a. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien.

b. Mengupayakan pencapaian rasionalisasi penggunaan obat di RSUP

Fatmawati.

c. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi rumah sakit secara efektif dan

efisien.

d. Meningkatkan dan mengembangkan pelayanan farmasi terutama bidang

orthopedi dan rehabilitasi medik.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

18

Universitas Indonesia

3.2.4 Tujuan Instalasi Farmasi

Tujuan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

a. Menjamin pelayanan farmasi rumah sakit yang profesional dan

bertanggung jawab atas semua penggunaan perbekalan farmasi di rumah

sakit.

b. Mewujudkan kerasionalan pengobatan yang berorientasi kepada pasien.

c. Mewujudkan farmasi rumah sakit sebagai pusat informasi obat bagi

seluruh masyarakat rumah sakit.

d. Meningkatkan peran instalasi farmasi sebagai bagian integral dari tim

pelayanan kesehatan untuk mewujudkan manfaat yang maksimal dari

pelayanan farmasi.

e. Ikut menjamin keamanan dan keselamatan kerja seluruh staf rumah sakit,

masyarakat, serta lingkungan.

f. Meningkatkan kemampuan tenaga kefarmasian melalui pendidikan dan

pelatihan.

g. Menjamin pelayanan bermutu melalui pemantauan, analisa dan evaluasi

pelayanan.

h. Mengadakan penelitian dan peningkatan metode di bidang farmasi.

3.2.5 Nilai - nilai Instalasi Farmasi

Nilai - nilai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:

a. Profesional

b. Benar dan aman (safety)

c. Penuh tanggung jawab

d. Jujur

e. Ramah dan peduli (care)

3.2.6 Kegiatan Farmasi Klinik

3.2.6.1 Pengkajian Resep

Pengkajian resep adalah tata cara dan urutan proses kegiatan analisa dan

skrining resep untuk mengetahui kesesuaian resep dengan persyaratan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

19

Universitas Indonesia

administratif, farmasetis dan klinis. Pengkajian peresepanobat dilakukan terhadap

resep pasien dengan menggunakan prosedur pengkajian resep. Untuk resep yang

telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel

keterangan “Resep atau Obat telah di review Farmasi” pada resep pasien. Untuk

resep yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan komunikasi dengan

Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) untuk menemukan solusi permasalahan

yang ditemukan terkait dengan pengobatan pasien. Prosedur:

a. Penerimaan resep oleh petugas depo farmasi dengan ketentuan:

1) Depo Farmasi Rawat Inap hanya melayani resep pasien rawat inap internal

dari RSUP Fatmawati

2) Depo Farmasi IGD dan Rawat Jalan melayani dari poli rawat jalan RSUP

Fatmawati

b. Pelaksanaan skrining resep oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi

untuk menilai kelengkapan:

1) Persyaratan administrasi resep dengan menilai ada atau tidak:

a) Nama dokter

b) Tanggal penulisan resep

c) Tanda tangan / paraf dokter penulis resep

d) Nomor rekam medik pasien

e) Nama pasien

f) Umur pasien

g) Jenis kelamin pasien

h) Berat badan pasien

i) Nama obat

j) Jumlah yang diminta dalam resep obat

k) Aturan pemakaian obat

2) Persyaratan Farmasetis dengan menilai:

a) Bentuk sediaan

b) Kekuatan sediaan

c) Kompatibilitas / ketercampuran farmasetis

d) Stabilitas sediaan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

20

Universitas Indonesia

e) Cara penyimpanan obat

3) Persyaratan Klinis dengan menilai:

a) Indikasi obat

b) Riwayat alergi obat

c) Duplikasi pengobatan

d) Interaksi obat dengan obat

e) Interaksi obat dengan makanan

f) Kontra indikasi obat

g) Biaya obat

c. Pelaksanaan kegiatan komunikasi oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi

Farmasi dengan dokter penulis resep

1) Untuk konfirmasi bila ditemukan

a) Ketidaklengkapan pada aspek administratif resep

b) Ketidaklengkapan pada aspek farmasetis resep

c) Ketidaklengkapan pada aspek klinis resep

d) Resep tidak terbaca

e) Obat tidak tersedia

f) Temuan masalah resep lainnya

2) Klarifikasi dan problem solving

a) Klarifikasi dan komunikasi verbal langsung ke dokter penulis resep

b) Apabila terjadi hambatan jarak untuk komunikasi langsung, dilakukan

dengan komunikasi melalui telepon

d. Pelaksanaan pencatatan hasil komunikasi dengan dokter oleh Apoteker atau

Penyelia Instalasi Farmasi untuk penyempurnaan dan pembenaran resep.

e. Pelaksanaan penandaan resep yang telah di skrining oleh Apoteker atau

Penyelia Instalasi Farmasi dengan melakukan:

1) Untuk resep yang telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda”

berupa stempel keterangan “Resep telah di review Farmasi” pada resep

pasien.

2) Penandaan cap stempel HETIP yaitu:

a) Harga (billing)

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

21

Universitas Indonesia

b) Etiket

c) Timbang

d) Isi

e) Penyerahan dan pemeriksaan

3) Untuk resep yang tidak dapat dipenuhi dan tidak dapat diklarifikasi

kebenarannya atau resep tidak setuju dibeli, resep dikembalikan kepada user

(pemilik resep)

3.2.6.2 Pengkajian penggunaan obat

Menurut Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pengkajian

penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur

dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang digunakan sesuai

indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuan pengkajian penggunaan

obat adalah:

a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada

pelayanan kesehatan/ dokter tertentu.

b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/ dokter satu

dengan yang lain.

c. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik.

d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

Faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian

penggunaan obat antara lain:

a. Indikator peresepan

b. Indikator pelayanan

c. Indikator fasilitas

Berdasarkan Standar Prosedur Operasional RSUP Fatmawati, pengkajian

penggunaan obat secara prospektif merupakan kegiatan penilaian (assessment)

terhadap pengobatan pasien selama pasien menjalani pengobatan. Kegiatan

pengkajian penggunaan obat secara retrospektif dilakukan dengan mengumpulkan

data dari catatan rekam medik pasien pada periode tertentu. Kegiatan pengkajian

penggunaan obat dilakukan dengan menggunakan Standar Prosedur Operasional

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

22

Universitas Indonesia

(SPO) pengkajian penggunaan obat. Kegiatan dilakukan oleh apoteker dengan

menilai adanya potensial drug related problem (DRP), yaitu:

a. Kesesuaian indikasi obat dengan diagnosa

b. Ketepatan pemilihan obat

c. Dosis terlalu tinggi

d. Dosis terlalu rendah

e. Efek samping obat

f. Interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan uji

laboratorium.

g. Ketidakpatuhan pasien, misalnya karena obat tidak tersedia, pasien tidak

mampu mendapatkan obat yang diinginkan, pasien tidak bisa menelan obat,

pasien tidak mengerti instruksi pemberian obat, pasien lebih suka tidak

mendapatkan pengobatan atau pasien lupa dalam pengobatan.

h. Pasien menerima terapi obat yang tidak diperlukan

Apoteker yang dapat melakukan kegiatan review pengobatan adalah

apoteker yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdaftar sebagai tenaga apoteker di RSUP Fatmawati

b. Mempunyai Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

c. Telah selesai mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam orientasi internal

Pada pasien rawat inap, pengkajian resep dan penggunaan obat ditujukan

untuk evaluasi terhadap resep dan pengobatan pasien. Untuk pengobatan yang

telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel

keterangan “Resep atau Obat telah di review Farmasi” pada Rekam Medik (RM)

pasien. Untuk obat yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan

komunikasi dengan DPJP untuk menemukan solusi permasalahan yang ditemukan

terkait dengan pengobatan pasien. Alur pengkajian resep pada Lampiran 3.

3.2.6.3 Visite

Pelayanan kefarmasian saat ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan

obat, namun telah berkembang orientasinya pada pelayanan kepada pasien

(pharmaceutical care). Hal ini juga berlaku bagi apoteker yang berada dalam

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

23

Universitas Indonesia

lingkup rumah sakit. Apoteker rumah sakit diharapkan mampu memberikan

pelayanan kefarmasian kepada setiap individu pasien untuk memastikan bahwa

pengobatan yang diberikan kepada setiap pasien adalah pengobatan yang rasional.

Salah satu contoh kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada

pasien adalah praktek apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite

sebagai salah satu aktivitasnya.

Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan

apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang

lebih baik. Aktivitas ini dapat dilakukan secara mandiri atau kolaborasi secara

aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya dalam proses penetapan

keputusan terkait terapi obat pasien. Praktek visite yang dilakukan oleh apoteker

bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,

perkembangan kondisi klinik , dan rencana terapi secara komprehensif

b. Memberikan informasi mengenai farmakologi farmakokinetika, bentuk sediaan

obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pasien

c. Memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam

pemilihan terapi, implementasi dan monitoring terapi

d. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait penggunaan obat

akibat keputusan klinik yang sudah ditetapkan sebelumnya

Sebelum memulai praktek visite di ruang rawat, seorang apoteker perlu

membekali diri dengan berbagai pengetahuan minimal: patofisiologi, terminologi

medik, farmakokinetika, farmakologi, farmakoterapi, farmakoekonomi,

farmakoepidemiologi, interpretasi data laboratorium, dan data penunjang

diagnostik lainnya. Di dalam melakukan pelayanan visite maka hal lain

yang harus dipertimbangkan adalah jumlah sumber daya manusia

(apoteker). Terkait keterbatasan jumlah apoteker, maka dilakukan pembatasan

pasien yang menerima pelayanan visite oleh apoteker. Beberapa kriteria pasien

yang dapat menerima pelayanan visite oleh apoteker adalah sebagai berikut:

a. Pasien baru (dalam 24 jam pertama);

b. Pasien dalam perawatan intensif;

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

24

Universitas Indonesia

c. Pasien yang menerima ≥ 5 macam obat;

d. Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama organ hati dan ginjal;

e. Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai nilai kritis (critical

value), misalnya: ketidakseimbangan elektrolit, penurunan kadar albumin;

f. Pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit akan berpotensi

menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) yang fatal.

Setelah melakukan seleksi terhadap pasien yang akan mendapatkan

pelayanan visite maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengumpulkan

informasi penggunaan obat. Informasi tersebut dapat diperoleh dari rekam medik,

wawancara dengan pasien atau keluarga. Setelah informasi didapatkan maka

selanjutnya dilakukan pengkajian masalah terkait obat. Pengkajian yang dilakukan

yaitu pengkajian bagi pasien dengan terapi obat yang memiliki risiko mengalami

masalah terkait penggunaan obat baik yang aktual (nyata terjadi) maupun yang

potensial (mungkin terjadi).

Kegiatan visite dapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau bersama

dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan situasi dan kondisi. Kegiatan visite

mandiri dimulai dengan melakukan perkenalan diri kepada pasien, mendengarkan

respon yang disampaikan oleh pasein setelah itu apoteker mengidentifikasi

masalah lalu memberikan rekomendasi berbasis bukti berkaitan dengan masalah

terkait penggunaan obat. Untuk kegiatan visite tim dimulai dengan

memperkenalkan diri kepada pasien dan atau tim, mengikuti dengan seksama

presentasi kasus yang disampaikan, memberikan rekomendasi berbasis bukti

berkaitan dengan masalah terkait penggunaan obat, melakukan pemantauan

pelaksanaan rekomendasi dan melakukan pemantauan efektivitas serta keamanan

penggunaan obat.

Setelah melakukan praktek visite, maka tahapan yang harus dilakukan

adalah melakukan dokumentasi yang bertujuan untuk menjamin akuntabilitas dan

kredibilitas, sebagai dasar untuk evaluasi dan perbaikan mutu kegiatan serta

sebagai materi pendidikan dan penelitian kegiatan.

a. Monitoring efek samping obat

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

25

Universitas Indonesia

Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping.

Pengertian efek samping menurut WHO adalah tiap respon terhadap obat, pada

dosis lazim untuk manusia, yang merugikan atau tidak diharapkan untuk tujuan

profilaksis, diagnosis dan terapi. Efek samping dapat dicegah dengan

menghindari faktor-faktor resiko. Adanya efek samping obat dapat

meningkatkan morbiditas sehingga meningkatkan penderitaan, lama perawatan

serta kematian. Alur pemantauan efek samping obat dapat dilihat pada

Lampiran 4. MESO berguna bagi badan pengawas obat, perusahaan obat dan

juga akademisi. Tujuan diadakannya MESO diantaranya adalah :

1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin, terutama yang berat, tidak

dikenal dan frekuensinya jarang

2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang baik yang

sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan.

3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau

mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka

kejadian dan hebatnya efek samping obat

4) Memberi umpan balik adanya interaksi pada petugas kesehatan

5) Membuat peraturan yang sesuai

6) Memberi peringatan pada masyarakat umum bila dibutuhkan

7) Membuat data esensial yang tersedia sesuai sistem yang dipakai WHO

MESO dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

1) Laporan insidentil

Jenis laporan ini biasanya dikemukakan pada pertemuan di rumah sakit atau

laporan kasus di majalah.

2) Laporan sukarela

Biasa disebut dengan laporan spontan dan dikoordinir oleh pusat

3) Laporan intensif di RS.

Data yang diperoleh untuk laporan ini berasal dari data yang

terkumpul kelompok tim di rumah sakit (dokter, perawat, ahli farmasi, dan

lain - lain). Data yang terkumpul selanjutnya dianalisa oleh tim.

4) Laporan wajib

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

26

Universitas Indonesia

Adalah peraturan yang mewajibkan setiap petugas kesehatan melaporkan

efek samping obat di tempat tugas atau praktek sehari-hari.

5) Laporan lewat catatan medik

Data yang dikumpul melalui riwayat penyakit serta pengobatan yang

diterima.

b. Pelayanan informasi obat

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

kegiatan pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang

dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak

bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya

dan pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat bertujuan untuk menyediakan

informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan

rumah sakit serta untuk membuat kebijakan – kebijakan yang berhubungan

dengan obat (terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang

terapi obat yang rasional. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan

informasi obat adalah:

1) Rumah sakit dengan kapasitas 200 tempat tidur : 20 m2

2) Rumah sakit dengan kapasitas 400 – 600 tempat tidur : 40 m2

3) Rumah sakit dengan kapasitas 1300 tempat tidur : 70 m2

Peralatan yang terdapat di ruang informasi obat meliputi kepustakaan atau

sumber referensi yang memadai, meja, kursi, rak buku, komputer, telepon,

lemari arsip dan kartu arsip. Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan

informasi obat adalah :

1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif

dan pasif.

2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui

telepon, surat atau tatap muka.

3) Membuat buletin, leaflet serta label obat.

4) Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan

dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

27

Universitas Indonesia

5) Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien

rawat jalan dan rawat inap.

6) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga

kesehatan lainnya.

7) Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan

kefarmasian.

c. Monitoring interaksi obat

Program pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati meliputi tata cara

melakukan pemantauan serta pencegahan terhadap interaksi antara obat dengan

obat maupun antara obat dengan makanan yang digunakan oleh pasien di rawat

inap RSUP Fatmawati. Kegiatan pemantauan interaksi obat dilakukan dengan

tahapan dari proses penilaian interaksi obat hingga pemberian rekomendasi

penanggulangan interaksi obat kepada dokter penanggung jawab pasien. Pada

saat mengevaluasi interaksi obat, hal yang perlu dipertimbangkan adalah level

signifikan dari interaksi yang sedang atau akan terjadi. Beberapa alternatif

pemecahan masalah yang dapat digunakan adalah :

1) Penggantian dengan obat yang lebih aman.

2) Pengaturan jadwal penggunaan.

3) Penurunan dosis obat.

4) Pemberian antidot/ pramedikasi sebelum penggunaan obat.

Alur kegiatan pemantauan interaksi obat menurut SPO yang ada dapat

dilihat pada Lampiran 5.

3.6.2.4 Konseling obat

Konseling obat adalah suatu proses yang sistematis untuk menjelaskan

dan memberikan pemahaman bagi pasien tentang pengobatan yang mereka

gunakan serta untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan pasien

berkaitan dengan penggunaan obat. Sehingga dapat meningkatkan kepatuhan

pasien dalam penggunaan obat. Prosedur konsultasi obat adalah tata cara dalam

pemberian pemahaman kepada pasien tentang cara penggunaan obat yang benar

dan aman. Seluruh penyerahan obat kepada pasien, baik rawat inap maupun rawat

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

28

Universitas Indonesia

jalan harus dilengkapi dengan informasi yang memadai dan dapat menjelaskan

kepada pasien atau keluarga pasien tentang obat yang digunakan sehingga dapat

menghindari kesalahan dalam penggunaan obat. Pelaksanaan kegiatan tersebut

dilakukan dengan menggunakan prosedur konsultasi obat atau pelayanan

informasi obat (PIO). Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap

dilakukan oleh apoteker pada pasien dengan kriteria:

a. Pasien dengan rujukan dokter untuk konsultasi obat dengan apoteker.

b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi obat dengan apoteker.

c. Pasien yang akan pulang. Apoteker mendapatkan informasi pasien yang akan

pulang dari perawat ruangan atau petugas depo farmasi rawat inap.

Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh apoteker di

ruang perawatan pasien. Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat jalan

dilakukan oleh apoteker berdasarkan kriteria pasien tertentu diantaranya:

a. Pasien dengan rujukan dokter untuk berkonsultasi dengan apoteker.

b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi dengan apoteker.

c. Pasien dengan penggunaan obat khusus seperti:

1) Pasien dengan pengobatan lebih dari 4 macam obat (poli farmasi).

2) Pasien dengan pengobatan kronis.

3) Pasien dengan riwayat alergi.

4) Pasien dengan penggunaan antibiotik tunggal maupun kombinasi.

5) Pasien dengan pengobatan khusus seperti pengobatan Kemoterapi,

pengobatan HIV/ AIDS, pengobatan Tuberkulosis.

Pengisian data pasien dan data informasi obat dalam formulir konsultasi

dilakukan oleh apoteker secara lengkap dan benar. Pelaksanaan konsultasi obat

oleh apoteker dengan tahapan berikut:

a. Perkenalan.

b. Penilaian pemahaman pasien terhadap obatnya.

c. Pemberian penjelasan dan konsultasi obat secara lengkap. Penjelasan obat

meliputi indikasi obat, cara kerja obat, dosis penggunaan obat, cara pemakaian

obat yang benar, waktu pemakaian obat, efek samping obat yang mungkin

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

29

Universitas Indonesia

terjadi, cara pemakaian obat yang benar, interaksi antara obat dan makanan

baik yang potensial maupun aktual, dan informasi lain yang mendukung.

d. Pengujian pemahaman pasien atas informasi yang telah diberikan.

e. Penutup.

3.6.2.5 Edukasi farmasi

Program edukasi farmasi adalah rangkaian proses pendidikan dan

penyampaian informasi tentang obat kepada pasien, keluarga pasien dan

masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman yang benar

mengenai obat, terwujudnya kepatuhan terkait dengan penggunaan obat secara

benar. Prosedur program edukasi farmasi dilakukan dengan pembuatan jadwal

apoteker untuk kegiatan edukasi berdasarkan topik bahasan tentang obat pada tiap

bulan oleh penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi. Pelaksanaan

sosialisasi kepada petugas yang telah ditentukan namanya dalam jadwal oleh

penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi tentang waktu pelaksanaan dan

tema edukasi yang telah dibuat melalui telepon atau copy lembar jadwal.

Pelaksanaan pengumpulan materi edukasi oleh penyelia administrasi dan SDM

Instalasi Farmasi dalam bentuk power point atau makalah atau lainnya dalam

softcopy atau hardcopy dari apoteker pembicara minimal dua hari sebelum

pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan edukasi oleh apoteker ditentukan

dengan metode:

1. Penyampaian materi presentasi terbuka dan diskusi (tanya jawab) antara

pembicara dan peserta selama waktu yang telah disepakati (minimal selama 60

menit).

2. Seluruh peserta yang hadir mengisi daftar hadir yang akan digunakan sebagai

materi evaluasi pelaksanaan kegiatan.

3.2.7 Ruang Lingkup Kegiatan Farmasi

3.2.7.1 Tata Usaha Farmasi

Kegiatan yang dilakukan di Tata Usaha Farmasi adalah seluruh kegiatan

administrasi dan pelaporan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. Terdapat 2

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

30

Universitas Indonesia

penyelia Tata Usaha Farmasi, yaitu Penyelia Pencatatan dan Pelaporan serta

Penyelia Tata Usaha (TU) dan SDM Farmasi. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan

bertanggung jawab dalam pencatatan seluruh surat masuk dan surat keluar,

pembuatan laporan dan penyimpanan arsip. Penyelia Tata Usaha dan SDM

Farmasi bertanggung jawab dalam administrasi seluruh pegawai Instalasi Farmasi

RSUP Fatmawati, dari absensi atau kehadiran sampai cuti dan lembur pagawai.

Penyelia Tata Usaha dan SDM juga bertanggung jawab dalam pengurusan klaim

untuk seluruh pasien dengan jaminan sosial.

Pengiriman surat keluar Instalasi Farmasi dalam lingkup rumah sakit

ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi, sedangkan pengiriman surat

keluar untuk lingkungan eksternal rumah sakit melalui Sub Bagian Tata Usaha

Rumah Sakit. Pembuatan laporan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati yang

dilakukan oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan adalah sebagai berikut:

a. Pengambilan dan perekapan data untuk penyusunan laporan

1) Pengambilan data dari gudang farmasi berupa catatan permintaan

barang floor stock atau pemakaian perbekalan farmasi dari semua satuan

kerja berdasarkan formulir permintaan barang setiap akhir bulan untuk

pembuatan laporan keuangan dan catatan permintaan obat atau alkes depo

farmasi ke gudang farmasi untuk pembuatan laporan pengeluaran

perbekalan farmasi per depo farmasi.

2) Pengambilan data jumlah pemasukan dan pengeluaran obat - obat

narkotika dan psikotropika di gudang farmasi dan seluruh depo farmasi

oleh Kepala Perbekalan Instalasi Farmasi setiap akhir bulan untuk

narkotika dan setiap akhir tahun untuk psikotropika untuk pembuatan

laporan masing-masing penggunaannya.

3) Pengambilan data jumlah penulisan resep obat dengan nama generik

dan non generik dari catatan pemantauan penulisan resep obat generik di

depo - depo farmasi setiap akhir bulan untuk pembuatan laporan

pemantauan penulisan resep obat generik.

4) Pengambilan data catatan tagihan obat pasien per depo farmasi untuk

pembuatan laporan tagihan obat pasien per depo farmasi.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

31

Universitas Indonesia

5) Pengambilan data dari catatan lembar resep dan jumlah resep depo farmasi

dari pasien rawat jalan (poliklinik) dan pasien rawat inap (ruangan) di

depo - depo farmasi untuk pembuatan laporan kegiatan instalasi farmasi.

6) Pengambilan data kwitansi dan faktur pembelian perbekalan farmasi

dari catatan pemakaian kas kecil instalasi farmasi untuk pembuatan

laporan pemakaian kas kecil instalasi farmasi.

b. Penyusunan laporan bulanan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati oleh

Penyelia Pencatatan dan Pelaporan.

1) Penyusunan laporan keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi

tiap depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik dan non

generik, laporan tagihan obat pasien tiap depo farmasi, laporan

kegiatan instalasi farmasi, dan laporan pemakaian kas kecil instalasi

farmasi setiap bulan.

2) Pembuatan laporan pemakaian obat narkotika setiap bulan dan laporan

pemakaian obat psikotropika setiap akhir tahun oleh Kepala Instalasi

Farmasi.

Pengiriman laporan pemakaian obat narkotika dan psikotropika

dilakukan ke Bagian Umum RSUP Fatmawati untuk dibuatkan surat

pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Medik dan Keperawatan, lalu

dikirim ke Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Pengiriman laporan

keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi per depo farmasi,

laporan pemantauan penulisan obat generik dan non generik, laporan

tagihan obat pasien per depo farmasi, dan laporan kegiatan instalasi

farmasi ditujukan kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan Kepala

Instalasi Rekam Medik dan Informasi Kesehatan. Pemisahan arsip yang

akan disimpan oleh Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati didasarkan atas:

a) Arsip surat masuk, surat keluar, SK Direktur RSUP Fatmawati dan SK

Kemenkes. Alur ini dapat dilihat pada lampiran 6 yaitu alur

penyimpanan arsip.

b) Arsip Kepegawaian yang terdiri dari map masing-masing pegawai

Instalasi Farmasi

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

32

Universitas Indonesia

c) Arsip laporan – laporan

d) Arsip resep rawat jalan dan rawat inap. Alur penyimpanan resep dapat

dilihat pada lampiran 6.

e) Arsip catatan kehadiran pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati.

f) Arsip catatan lembur pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati.

g) Arsip catatan rekapitulasi rencana pengadaan bulanan.

h) Arsip rekapitulasi rencana pengadaan bulanan.

Untuk pemusnahan arsip di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dilakukan

pada awal tahun untuk arsip laporan dan resep yang berumur lebih dari 3 tahun

serta arsip surat masuk dan keluar yang berumur labih dari 5 tahun. Alur

pemusnahan resep dan arsip dapat dilihat pada lampiran 7.

3.2.7.2 Gudang

Kegiatan yang dilakukan di Gudang Farmasi merupakan proses kegiatan

pengelolaan perbekalan farmasi. Dalam menjalankan kegiatannya, terdapat empat

penyelia di gudang farmasi yaitu: penyelia gudang farmasi, penyelia perencanaan

perbekalan farmasi, penyelia distribusi dan penerimaan dan penyelia sistem

informasi farmasi. Kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi RSUP Fatmawati

antara lain:

a. Perencanaan

Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan

dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan dari

perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah

perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan

kesehatan di rumah sakit (Dirjen Binfar Alkes, 2008).

Perencanaan dilakukan setiap bulan yaitu pada tanggal 10-20 tiap bulan untuk

memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi bulan berikutnya. Perencanaan

dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi

dan usulan masing-masing depo farmasi. Dalam metode komsumsi, data yang

digunakan adalah analisa penjualan masing-masing depo dan penggunaan obat

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

33

Universitas Indonesia

dan alkes floor stock masing-masing ruangan selama 3 bulan terakhir; terutama 1

bulan sebelumnya, melihat data stok obat yang ada dan anggaran yang tersedia.

Perencanaan yang dibuat oleh penyelia gudang farmasi diantaranya adalah

perencanaan obat, alkes habis pakai, gas medik, reagen, bahan baku, dan

kebutuhan untuk instalasi radiologi seperti film rontgen. Dasar perencanaan

merujuk pada daftar obat dalam formularium, DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) ,

DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), obat bebas dan generik. Perencanaan

yang telah dibuat akan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi

b. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan dan disetujui. Tujuan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan

farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang

terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga dan

waktu berlebihan (Dirjen Binfar Alkes, 2008).

Perencanaan yang telah ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi

kemudian dikirimkan ke Direksi RSUP Fatmawati untuk mendapatkan

persetujuan pengadaan. Pertama, perencanaan dikirimkan ke Direktur Medik

dan Keperawatan yang selanjutnya dikirimkan ke Direktur Keuangan. Direktur

Keuangan mengirimkan ke Bagian Anggaran dan dikirim kembali ke Direktur

Keuangan. Direktur Keuangan selanjutnya mengirimkan ke Direktur Utama

sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. Setelah mendapat persetujuan pengadaan,

data perencanaan disampaikan ke PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). PPK

akan mengirimkan ke Sekretariat PPK untuk dibuatkan Harga Perkiraan Sendiri

(HPS). HPS dikirimkan kembali ke PPK dan dikirim ke Direktur Keuangan,

yang selanjutnya dikirim ke Bagian Anggaran untuk disetujui dan dikirim

kembali ke Direktur Keuangan. Oleh Direktur Keuangan, HPS akan dikirimkan

ke PPK. Bila perencanaan di bawah 200 juta, maka diberikan kepada Pejabat

Pengadaan Medik untuk dilakukan pemilihan harga. Bila perencanaan di atas

200 juta, maka harus ke ULP untuk dilakukan lelang secara LPSE (Layanan

Pengadaan Secara Elektronik). Sekretariat PPK akan membuatkan Surat Pesanan

(SP) untuk perencanaan di bawah 50 juta, atau membuatkan Surat Perintah

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

34

Universitas Indonesia

Kerja (SPK) untuk perencanaan antara 50 juta sampai 200 juta, dan

mengirimkan ke distributor terkait. Alur pengadaan perbekalan farmasi dapat

dilihat pada Lampiran 8.

Obat-obat cito dapat diadakan dengan cara pembelian langsung, syarat

pembelian langsung obat-obat cito adalah kurang dari 20 juta. Pengadaannya

dilakukan dengan membuat disposisi untuk meminta persetujuan Direktur Medik

dan Keperawatan untuk menggunakan kas kecil Pejabat Pengadaan Medik,

sedangkan bila di luar jam kerja menggunakan kas kecil Duty Manager.

Pengadaan obat juga dilakukan untuk obat gratis atau hibah dari pemerintah,

yaitu obat HIV, obat TBC dan Metadon. Pengadaan obat-obat ini dilakukan oleh

masing-masing penanggung jawab obat pemerintah, berdasarkan laporan

pemakaian obat yang disusun setiap bulannya.

c. Penerimaan

Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

diadakan sesuai aturan kefarmasian. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin

perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah

maupun waktu kedatangan (Dirjen Binfar Alkes, 2008).

Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Tim Penerima Barang

berdasarkan Surat Pesanan (SP) yang dibuat oleh ULP (Unit Layanan Penyedia),

tender, konsinyasi atau sumbangan pada. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada

lampiran 9 yaitu alur penerimaan perbekalan farmasi oleh tim penerima. Prosedur

penerimaan perbekalan farmasi ialah sebagai berikut:

1) Perbekalan farmasi yang berasal dari distributor atau rekanan atau rumah sakit

atau apotik atau donatur diterima oleh Tim Penerima Barang Medik,

selanjutnya diserahkan ke gudang farmasi untuk disimpan. Penerimaan

perbekalan farmasi di luar jam kerja dilakukan oleh Tim Penerima Barang

Medik untuk obat atau alkes yang termasuk dalam pengadaan rutin. Untuk

obat-obat cito yang datang di luar jam kerja, maka diserahkan ke Depo IGD

untuk selanjutnya diserahterimakan ke Tim Penerima Barang Medik.

2) Serah terima perbekalan farmasi yang diterima dari Tim Penerima Barang

Medik dengan Petugas Gudang Farmasi disesuaikan dengan:

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

35

Universitas Indonesia

a) Faktur perbekalan farmasi;

b) Kesesuaian nama perbekalan farmasi dengan Surat Pesanan atau SPK;

c) Kondisi perbekalan farmasi;

d) Jumlah perbekalan farmasi;

e) Tanggal kadaluwarsa minimal 2 tahun, kecuali untuk perbekalan farmasi

tertentu (vaksin atau reagensia) dapat kurang dari 2 tahun dengan

persetujuan user;

f) Certificate of analysis untuk bahan baku obat; Certificate of origin untuk

alat kesehatan sedangkan Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan

berbahaya.

3) Pelaksanaan verifikasi administrasi penerimaan barang oleh Penyelia Gudang

Farmasi berdasarkan Bukti Penyerahan Barang dari Tim Penerima Barang

Medik yang disesuaikan dengan faktur barang datang.

4) Pembuatan Bukti Penerimaan Barang oleh Penyelia Gudang Farmasi yang

akan diserahkan ke Bagian Akuntansi.

5) Pembuatan Berita Acara Penerimaan Barang oleh Tim Penerima Barang

Medik, Penyelia Gudang Farmasi, dan Kepala Instalasi Farmasi.

6) Penyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi.

d. Penyimpanan

Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara

menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman

dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Dirjen Binfar

Alkes, 2008). Prosedur penyimpanan perbekalan farmasi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati adalah:

1) Pelaksanaan penyimpanan perbekalan farmasi oleh petugas farmasi dengan

memperhatikan faktor - faktor sebagai berikut:

a) Jenis perbekalan farmasi harus disimpan pada tempat yang terpisah

sesuai dengan pengelompokannya, yaitu dikelompokan berdasarkan

bentuk sediaan serta jenisnya dan disusun secara alfabetis.

P enyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi RSUP Fatmawati

dibedakan menjadi empat ruang besar yakni :

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

36

Universitas Indonesia

i. Ruang penyimpanan alat kesehatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan

kegunaan (fungsi) dan ukurannya.

ii. Ruang penyimpanan cairan atau elektrolit (infus). Cairan disimpan di

ruang yang terpisah dengan sediaan injeksi dan alat kesehatan.

Disusun di dalam dus dan diletakkan di atas pallet.

iii. Ruang penyimpanan sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid sediaan

tablet, obat injeksi dan semisolid disusun berdasarkan suhu kestabilan,

bentuk sediaan dan alfabetis.

iv. Ruang penyimpanan gas medik. Gas medik disimpan di gedung

terpisah, terletak dibelakang gedung teratai. Penyimpanannya

disusun berdasarkan jenis gas medik dan ukurannya.

b) Penyusunan perbekalan farmasi

i. Penyusunan perbekalan farmasi dengan metode FIFO (First In First

Out) berdasarkan waktu kedatangan perbekalan farmasi atau FEFO

(First Expired First Out) berdasarkan waktu kadaluwarsa. Metode

FIFO dan FEFO akan meletakkan perbekalan farmasi di muka atau

di depan perbekalan farmasi yang datang kemudian atau kadaluwarsa

lebih lama.

ii. Perbekalan farmasi yang mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka

penyimpanan memperhatikan sistem FEFO. Perbekalan farmasi yang

tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka penyimpanan

memperhatikan sistem FIFO.

iii. Penyimpanan obat memperhatikan LASA (Look Alike Sound Alike)

untuk patient safety. Perbekalan farmasi yang bentuknya mirip dan

nama atau pengucapannya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan

walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama, harus diselingi

dengan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya dan pada

rak atau tempat obat diberikan stiker LASA.

iv. Penempatan perbekalan farmasi yang mudah pecah di rak yang

kondisinya masih layak pakai, disusun dengan rapi sehingga tidak

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

37

Universitas Indonesia

ada kemungkinan jatuh karena tersenggol dan diberikan tanda

peringatan “Awas Hati - Hati Perbekalan Farmasi Mudah Pecah”

v. Penempatan perbekalan farmasi mudah pecah atau perbekalan farmasi

masih dalam kemasan besar tidak boleh pada posisi rak yang tinggi

untuk mencegah resiko jatuh dan menimpa petugas.

vi. Penempatan perbekalan farmasi dalam kemasan besar yang berat

diletakkan di lantai menggunakan alas pallet plastik atau kayu untuk

menghindari kelembaban.

c) Suhu selama penyimpanan

i. Penyimpanan pada suhu kamar (25oC) untuk obat - obat, cairan infus,

alat kesehatan, pembalut, dan gas medik.

ii. Penyimpanan suhu dingin (dalam lemari pendingin) pada suhu 2- 8

oC untuk obat – obat tertentu, produk biologis, dan reagensia yang

membutuhkan suhu dingin untuk mempertahankan stabilitasnya sesuai

dengan persyaratan penyimpanan pada etiket. Setiap hari ada petugas

yang mencatat suhu lemari pendingin pada “kartu monitor suhu”.

iii. Sediaan vaksin membutuhkan “pharmaceutical refrigerator” khusus

dan harus dilindungi dari kemungkinan matinya aliran listrik

menggunakan alarm yang akan berbunyi jika aliran listrik mati.

d) Kelembaban

Kelembaban dipantau menggunakan alat termohigrometer atau pemantau

kelembaban udara di ruang penyimpanan perbekalan farmasi antara 65 % -

98 %.

e) Cahaya matahari

Penyimpanan obat tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.

f) Sirkulasi udara

Tempat penyimpanan perbekalan farmasi harus mempunyai ventilasi yang

cukup untuk pertukaran udara di ruangan penyimpanan.

g) Resiko kebakaran

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

38

Universitas Indonesia

Bahan berbahaya mudah terbakar atau mudah meledak harus disimpan

pada Gudang Tahan Api yang dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam

Api Ringan).

h) Kebersihan tempat dan sarana penyimpanan dari debu atau kotoran lainnya.

i) Pengaturan tata ruang gudang farmasi dengan memperhatikan kemudahan

bergerak dan mobilisasi perbekalan farmasi.

j) Pengawasan dan monitoring tempat dan fasilitas penyimpanan untuk

menjamin mutu perbekalan farmasi yang ada.

k) Obat narkotika dan psikotropika yang sudah diterima dari Tim Penerima

Barang Medik RSUP Fatmawati, dicatat pada kartu stok sesuai jenis,

jumlah, expire date, dan nama distributor khusus obat narkotika, yaitu

PT. Kimia Farma. Prosedur Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika:

i. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang sudah dicatat/

dokumentasi dengan ketentuan:

i). Menggunakan lemari sesuai ketentuan, yaitu lemari double lock

(kunci ganda) pada dua pintu dengan susunan berlapis.

ii). Kondisi kunci kedua pintu dapat berfungsi dengan baik dan dalam

kondisi terkunci guna pembatasan akses pengambilan obat.

iii). Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak

dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya.

iv). Dilengkapi dengan kartu stok.

ii. Pengaturan penyimpanan obat narkotika dan psikotropika berpedoman

kepada beberapa ketentuan dan persyaratan sebagai berikut:

i). Menurut bentuk sediaan dan jenisnya.

ii). Menurut suhu dan kestabilan sediaan:

Obat disimpan dalam lemari dingin, yaitu suhu 2 - 8oC

Obat disimpan dalam suhu kamar, yaitu 15 - 25oC

iii). Menurut sifatnya mudah terbakar

iv). Menurut ketahanan terhadap cahaya

iii. Penyusunan penyimpanan berdasarkan sistem FIFO (First In First

Out) atau berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out).

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

39

Universitas Indonesia

iv. Penyusunan urutan pada lemari penyimpanan dilakukan secara

alfabetis, yaitu berdasarkan urutan abjad, dimulai dari huruf “A” dan

seterusnya.

v. Pencatatan obat narkotika dan psikotropika, yaitu jumlah keluar, jumlah

stok awal, jumlah stok akhir, dan petugas yang mengambil.

vi. Monitoring selama proses penyimpanan dengan melakukan pengecekan

fasilitas penyimpanan dan pengecekan kondisi fisik sediaan dan jumlah

stok narkotika dan psikotropika setiap hari.

l) Prosedur Identifikasi, Penandaan, dan Penyimpanan Obat High Alert:

i. Penerimaan obat high alert oleh Gudang Farmasi dari distributor

melalui Tim Penerima Barang Medik RSUP Fatmawati.

ii. Pemeriksaan kebenaran obat high alert yang diterima dengan memeriksa

nama, jumlah, tanggal kadaluwarsa, dan kondisi fisik obat high alert,

serta kondisi penyimpanan khusus obat high alert bila dipersyaratkan.

iii. Pemberian penanda khusus (sticker) obat high alert golongan

elektrolit konsentrasi tinggi yang diterima oleh Gudang Farmasi

dilakukan pada kardus terluar obat high alert.

iv. Pencatatan stok obat high alert yang diterima oleh Gudang Farmasi

dilakukan dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan kartu stok

gudang farmasi sebagai penambahan jumlah.

v. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan obat yang

bertanda khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat

lainnya.

vi. Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan dengan metode

FIFO dan FEFO berdasarkan urutan alfabetis dengan cara:

i). Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu

dingin, yaitu antara 2 – 8OC, maka disimpan pada lemari

pharmaceutical refrigerator dengan suhu terkendali.

ii). Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu

ruangan, yaitu 25OC, maka disimpan dalam lemari yang telah

diberikan penanda khusus.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

40

Universitas Indonesia

iii). Untuk obat high alert yang memenuhi kriteria LASA (Look Alike

Sound Alike), maka obat tersebut diletakkan secara terpisah dengan

memberikan selingan minimal 2 obat non kategori LASA di

antaranya.

e. Pendistribusian

Proses pendistribusian yang terdapat pada gudang farmasi adalah distribusi

perbekalan dari gudang ke depo farmasi dan ke ruang- ruang rawat (floor stock).

Distribusi perbekalan farmasi ke depo-depo secara sistem komputerisasi yang

dilakukan setiap hari. Pada pagi hari staf gudang farmasi akan mengecek

permintaan dari masing-masing depo, kemudian akan dinilai secara keseluruhan

pembagian stok ke depo – depo farmasi agar manajemen persediaan di gudang

farmasi tetap baik. Setelah perbekalan farmasi disiapkan oleh petugas gudang

farmasi, maka akan dilakukan serah terima dengan petugas depo. Saat serah

terima dilakukan pengecekan volume dan tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi

Petugas menandatangani bila telah dilakukan pengecekan dan telah sesuai,

kemudian dilakukan proses pemasukkan data (input) ke sistem kemudian dicetak

untuk mendapatkan print out. Setelah itu, petugas gudang farmasi mengecek

pengeluaran sesuai atau tidak. Stok gudang farmasi akan berpindah ke depo

farmasi bila telah diverifikasi.

Proses distribusi obat dan alkes floor stock dilakukan setiap bulan sesuai

jadwal pemgambilan barang masing-masing ruang satuan medik. Permintaan

perbekalan farmasi dilakukan secara manual atau dengan mengisi formulir

permintaan dan penerimaan barang, untuk kemudian diambil oleh petugas

ruangan.

f. Pelaporan

Pelaporan perbekalan farmasi di gudang farmasi, antara lain:

1) Rekapitulasi penerimaan barang

2) Rekapitulasi pengeluaran barang

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

41

Universitas Indonesia

3) Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran gas medis

4) Laporan stok opname

5) Laporan persediaan floor stock

6) Laporan narkotik (setiap bulan) dan psikotropik (setiap tahun)

7) Laporan barang sumbangan

3.2.7.3 Produksi

a. Produksi Non Steril

Kegiatan yang dilakukan di produksi non steril adalah pembuatan sediaan

farmasi, pengenceran sediaan, dan pengemasan kembali. Bentuk sediaan yang

diproduksi mencakup bentuk sediaan padat, sediaan cair, dan sediaan semipadat.

Semua bentuk sediaan dibuat berdasarkan master formula RSUP Fatmawati. Di

ruang produksi RSUP Fatmawati saat ini terdapat 43 master formula sebagai

panduan pelaksanaan produksi farmasi. Tujuan dilakukannya produksi di RSUP

Fatmawati antara lain adalah untuk penghematan anggaran, terdapat sediaan

dengan formula khusus dan sediaan obat dibutuhkan segar seperti rekonstitusi

obat suntik dan obat kanker.

Bahan baku yang digunakan di produksi non steril diperoleh dari gudang

farmasi. Perencanaan dilakukan setiap bulan berdasarkan laporan bulanan

sebelumnya kemudian perencanaan ini dikirimkan ke gudang farmasi untuk

dilanjutkan dengan proses pengadaan. Produksi non steril mendistribusikan

produknya ke gudang farmasi. Penyimpanan di produksi non steril terbagi

menjadi 2, yaitu penyimpanan bahan baku (disusun berdasarkan kegunaannya)

dan penyimpanan produk (berdasarkan alfabetis). Pelaporan yang dilakukan oleh

produksi non steril adalah laporan jumlah perbekalan farmasi, laporan produk

yang rusak, dan laporan produk yang kadaluwarsa.

b. Produksi steril

Produksi steril merupakan bagian dari Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Kegiatan yang melakukan rekonstitusi obat kemoterapi. Untuk sediaan steril,

preparasi dilakukan di ruang produksi steril dengan menggunakan SPO (Standar

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

42

Universitas Indonesia

Prosedur Operasional) Aseptic dispensing preparation. Salah satu kebijakan yang

berkaitan dengan produksi steril yaitu seluruh pencampuran atau rekonstitusi obat

kemoterapi dilakukan dengan menggunakan SPO handling cytotoxic. Kegiatan

pencampuran obat kemoterapi ini hanya dilakukan di Instalasi Farmasi RSUP

Fatmawati di ruang steril/semi steril dengan menggunakan BSC. BSC atau

Biological Safety Cabinet merupakan sebuah alat kerja untuk pencampuran obat

kemoterapi yang mempunyai sistem sirkulasi udara melalui HEPA filter

sedemikian rupa sehingga dapat melindungi petugas, lingkungan serta menjaga

terhindarnya produk steril dari paparan kontaminan. Kegiatan ini dilakukan oleh

tenaga kefarmasian yang telah melakukan pelatihan internal. APD (Alat

Pelindung Diri) wajib digunakan dengan tujuan tercapainya perlindungan petugas

dari paparan obat dan bahan berbahaya saat kegiatan pelarutan obat dilakukan,

terjaganya mutu dan sterilitas produksi injeksi.

Untuk menjaga mutu sterilitas alat BSC dan LAF (Laminar Air Flow) maka

perlu dilakukan desinfeksi BSC dan LAF agar menghilangkan kontaminan

infeksius organik. Prosedur ini rutin dilakukan baik sebelum dan sesudah BSC

dan LAF digunakan. Desinfeksi ini menggunakan alkohol 95%. Sedangkan

dekontaminasi BSC dan LAF dilakukan rutin setiap 2 minggu sekali. Tujuan

dekontaminasi ini adalah untuk membersihkan BSC atau LAF tempat

dilakukannya pelarutan atau peracikan obat injeksi guna menghilangkan segala

bentuk kontaminasi pada BSC atau LAF baik organik (mikroba) maupun organik

(partikel sisa obat) pada BSC atau LAF.

Petugas produksi steril diharuskan memeriksakan kondisi fisiologisnya secara

klinik di Instalasi Patologi klinik dan Poli pegawai untuk menilai tingkat

kesehatan fisik dan mental petugas secara keseluruhan. Ini dilakukan agar kondisi

kesehatan operator terkontrol dan terjamin dalam keadaan normal tanpa adanya

kelainan akibat paparan obat kanker maupun pengaruh stress lainnya. Serta agar

tercapainya peningkatan motivasi operator/ petugas rekonstitusi bekerja secara

hati - hati dan disiplin.

Untuk alur masuk ke ruang produksi aseptic dispensing dan pelayanan obat

sitostatika dapat dilihat pada Lampiran 10 dan lampiran 11. Pembuangan limbah

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

43

Universitas Indonesia

kemoterapi merupakan kegiatan membuang limbah atau sisa barang tidak terpakai

sepetri vial, ampul, syringe setelah dilakukan proses pelarutan atau pencampuran

obat kemoterapi. Pengelolaan limbah ini meliputi persiapan kontainer sampah

hingga sampah kemoterapi di kirim ke Bagian Instalasi Sanitas dan Pertamanan

(ISP) untuk dimusnahkan dengan incenerator.

3.2.7.4 Depo Rawat Jalan

Gedung Instalasi Rawat Jalan terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 terdapat

poliklinik bedah, poliklinik OK minor, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik

ortopedi, poliklinik pegawai, poliklinik medik umum dan poliklinik jantung.

Lantai 2 terdapat poliklinik penyakit dalam, poliklinik bedah saraf, poliklinik

kebidanan dan kandungan, poliklinik edukasi, poliklinik diabetes melitus,

poliklinik gizi dan poliklinik rehabilitasi medik. Lantai 3 terdapat poliklinik

paru, poliklinik Pusat Pelayanan Kanker Terpadu (PPKT), poliklinik anestesi

anak, poliklinik akupuntur, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik mata dan

poliklinik THT (Telinga Hidung Tenggorokan). Prosedur penyiapan obat rawat

jalan secara individual dapat dilihat dalam lampiran 12. Depo farmasi terdapat di

setiap lantai gedung Instalasi Rawat Jalan. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan

lantai 1 berjumlah 5 orang yang terdiri dari 1 Apoteker, 2 Tenaga Teknis

Kefarmasian, dan 1 Juru Racik. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2

terdiri atas 1 Apoteker, 3 Tenaga Teknis Kefarmasian, 1 Juru Racik dan 1 bagian

Administrasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 hanya terdiri dari 1 Apoteker

dan 2 Tenaga Teknis Kefarmasian.

Setiap pagi masing - masing lantai depo farmasi melakukan permintaan

ke gudang farmasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 melayani pasien

tunai, jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2

melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS). Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3

melayani pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok, Jamkesda Tangerang, dan pasien

TBC.

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien Jamkesmas,

Jamkesda Depok, dan Jamkesda Tangerang Selatan serta pasien KJS yaitu: resep

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

44

Universitas Indonesia

asli, SJP asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 IRJ lantai 1, fotocopy

bukti pendaftaran, dan surat rujukan asli puskesmas yang ditujukan untuk RSUP

Fatmawati.

Depo Instalasi Rawat Jalan menerapkan sistem distribusi obat rawat jalan

secara individual prescription. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara

individual prescription merupakan tata cara dan urutan proses kegiatan

menyiapkan obat pasien rawat jalan berdasarkan resep pasien. Jumlah obat

diberikan seluruhnya sesuai yang tertera dalam resep yang telah melalui kajian

peresepan oleh Apoteker. Tujuan prosedur penyiapan obat rawat jalan secara

individual prescription adalah agar:

a. Tercapainya jaminan kebenaran dan keamanan dalam proses dispensing obat

pada pasien rawat jalan.

b. Tercapainya peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keamanan dalam

penggunaan obat.

Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription Lampiran

12 :

a. Penerimaan resep dari dokter / perawat ruangan oleh petugas farmasi.

b. Pelaksanaan skrining resep untuk menilai kesesuaian penulisan resep.

c. Pelaksanaan pelayanan obat pasien yang telah memenuhi persyaratan pada

skrining resep.

d. Pemeriksaan berkas kelengkapan resep untuk pasien jaminan / asuransi: pasien

Jamkesmas, pasien Jamkesda, atau pasien KJS.

e. Pembuatan billing transaksi untuk resep yang telah memenuhi persyaratan dari

skrining dan kajian peresepan obat.

f. Pembayaran resep berdasarkan billing resep untuk pasien tunai. Pembayaran

dilakukan di kasir RSUP Fatmawati.

g. Pelaksanaan permohonan izin prinsip:

1) Resep pasien Jamkesmas dengan verifikasi oleh penjamin Jamkesmas, atau

2) Resep pasien KJS dengan verifikasi oleh penjamin KJS, atau

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

45

Universitas Indonesia

3) Verifikasi izin prinsip Direktur RSUP Fatmawati untuk perbekalan

farmasi yang tidak terjamin dalam paket pembiayaan atau menjadi beban

RSUP Fatmawati.

h. Pembuatan etiket obat dengan pemilihan etiket:

1) Etiket warna putih untuk penggunaan melalui enteral (oral / sublingual /

dan lain - lain).

2) Etiket warna biru untuk penggunaan melalui parenteral dan topikal.

Pembuatan etiket obat dengan mencantumkan nomor rekam medik, nama

pasien, nama obat, dosis obat, waktu dan frekuensi pemberian, rute

pemberian, dan tanggal kadarluwarsa.

i. Pelaksanaan pembuatan copy resep untuk obat yang tidak jadi dibeli pasien

atau obat yang tidak terlayani oleh depo farmasi.

j. Pengecekan obat tentang kebenaran obat yang sudah disiapkan dengan

klarifikasi 7 benar, yaitu benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi

pemberian, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi, dan benar

dokumentasi.

k. Pelaksanaan penyerahan obat yang sudah disiapkan kepada pasien.

Pemanggilan nama pasien rawat jalan melalui pengeras suara untuk menuju

loket pengambilan obat. Pelaksanaan penyerahan obat kepada pasien rawat

jalan dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian dengan kriteria:

1) Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

2) Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang telah mendapatkan Surat

Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK)

3) Terdaftar sebagai tenaga kefarmasian di RSUP Fatmawati

4) Selesai mengikuti masa orientasi

l. Pelaksanaan konseling obat apabila pasien membutuhkan penjelasan lebih

lanjut.

m. Pendokumentasian resep dan bukti print out dalam file sesuai dengan status

pembiayaan pasien.

3.2.7.5 Depo Askes

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

46

Universitas Indonesia

Depo Askes adalah depo farmasi yang khusus melayani semua pasien

rawat jalan peserta Askes. Sumber daya manusia yang terdapat di depo Askes

terdiri dari 1 orang apoteker sebagai penyelia, 6 orang asisten apoteker, 2 orang

juru resep, dan 3 orang petugas administrasi. Pengadaan obat dilakukan setiap hari

langsung dari Gudang Farmasi dengan menggunakan formulir permintaan barang

melalui komputer secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Penyimpanan barang

disusun berdasarkan obat DPHO Askes dan non DPHO Askes, bentuk sediaan,

dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam

lemari tersendiri dan terkunci (double lock) (RSUP Fatmawati, 2012b). Obat -

obat fast moving diletakkan terpisah di meja. Penyimpanan barang menggunakan

sistem FIFO dan FEFO.

Persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien untuk

mendapatkan pelayanan pengobatan pasien Askes di Depo Farmasi Askes adalah

(PT. Askes, 2004) :

a. Resep Asli

b. Surat rujukan asli dari Puskesmas dengan 2 lembar fotokopi surat rujukan

c. Fotokopi kartu Askes

d. Surat Jaminan Pasien (SJP) yang didapat dari gedung Askes

Dalam melayani pasien, Depo Askes mengacu pada pedoman – pedoman

yang disesuaikan dengan status pasien. Pedoman yang digunakan di depo askes

adalah Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes merupakan acuan obat bagi

pasien peserta Askes. Dalam DPHO terdapat dua daftar obat yang dapat diberikan

kepada pasien Askes yaitu, obat peresepan umum dan obat khusus untuk penyakit

kanker. Dalam DPHO juga terdapat daftar obat dengan batasan jumlah peresepan

maksimal yang dapat diberikan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan

Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2009).

Alur pelayanan pasien di depo Askes dimulai dari masuknya resep ke

bagian penerimaan resep (bagian sortir). Pada bagian ini petugas depo Askes akan

memeriksa kelengkapan berkas yang menjadi persyaratan yang harus dibawa oleh

pasien. Apabila persyaratan yang diperlukan sudah lengkap, selanjutnya dilakukan

skrining resep. Setelah itu, pasien akan mendapatkan nomor pengambilan obat

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

47

Universitas Indonesia

yang sama dengan nomor yang ada pada resep. Kemudian resep distempel dan

datanya dimasukkan ke komputer. Setelah data dimasukkan ke komputer,

selanjutnya resep diberikan kepada petugas untuk dibuatkan etiketnya. Setelah itu

resep diberikan kepada petugas penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat

racikan. Obat yang telah siap dikemas dan diserahkan ke pasien disertai

pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat. Alur pelayanan resep

depo Askes dapat dilihat pada lampiran 13.

Laporan - laporan yang dibuat oleh depo Askes, yaitu (RSUP Fatmawati,

2012c):

a. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.

b. Laporan penulisan obat generik dan non generik.

c. Laporan penulisan obat yang masuk DPHO Askes dan non DPHO Askes.

d. Laporan analisa penjualan.

e. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

f. Laporan jumlah lembar resep dan jumlah resep.

Depo Askes memiliki pasien terbanyak dengan jumlah 200 – 300 resep per

hari. Obat yang paling sering diresepkan adalah obat untuk penyakit jantung dan

penyakit dalam. Pembayaran pasien Askes dapat diklaim ke PT Askes

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri

Republik Indonesia, 2009)

3.2.7.6 Depo Rawat Inap (Teratai A dan B)

Depo farmasi rawat inap (Depo Teratai) berada tepat di tengah lantai

pertama gedung teratai. Gedung ini terdiri dari enam lantai dan memiliki kapasitas

516 tempat tidur. Dengan rincian tiap lantai sebagai berikut :

a. Lantai pertama yaitu ruangan kebidanan (emergency kebidanan, contohnya

pada kondisi pre eklampsia berat), high care unit di selatan Teratai, ruang

Thalasemia dan ruang kemoterapi.

b. Lantai kedua yaitu ruangan perawatan khusus kebidanan dan high care unit di

selatan Teratai.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

48

Universitas Indonesia

c. Lantai ketiga yaitu ruangan khusus pasien anak – anak (< 18 tahun) dan yang

belum menikah, ruang isolasi serta high care unit di selatan Teratai.

d. Lantai keempat yaitu ruangan pasien pasca bedah dan high care unit di utara

Teratai.

e. Lantai kelima yaitu ruangan pasien penyakit dalam (internis) dan high care

unit di selatan Teratai.

f. Lantai keenam yaitu ruangan untuk pasien penyakit saraf dan high care unit

di selatan Teratai.

Penanggung jawab depo farmasi rawat inap terdiri dari dua penyelia.

Penyelia pertama bertanggung jawab terhadap IRNA A yang terdiri dari lantai 1,

2 dan 3, sedangkan penyelia kedua bertanggung jawab pada IRNA B yang

terdiri dari lantai 4, 5 dan 6. Jumlah SDM di depo teratai adalah sebanyak 29

orang, dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang, petugas perincian (billing)

sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan 17 orang merupakan

tenaga teknis kefarmasian.

Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari

Instalasi Farmasi. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat perincian

kebutuhan yang diinput ke komputer yang online dengan sistem di gudang

farmasi. Perbekalan farmasi di depo rawat inap, disimpan terpisah berdasarkan

bentuk sediaan, obat generik, dan non generik yang disusun berdasarkan alfabetis

dan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). Obat

LASA (Look Alike Sound Alike) penyusunannya diberi jarak 2 box antar obat

LASA dan diberikan stiker LASA. Terdapat pharmaceutical refrigerator untuk

penyimpanan obat - obat yang membutuhkan suhu dingin untuk kestabilannya.

Obat – obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari dengan

double lock dan setiap obat - obat tersebut diambil maka dilakukan

pencatatan di buku penggunaan.

Sistem distribusi yang diterapkan di depo farmasi rawat inap beragam,

diantaranya adalah sistem distribusi dosis unit atau dikenal dengan UDD (unit

dose dispensing). Dalam sistem UDD petugas menyiapkan sejumlah obat

dengan dosis sekali pakai dan disiapkan untuk keperluan pasien selama 24

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

49

Universitas Indonesia

jam per hari selama pasien menjalani rawat inap. Alur sistem distribusi dosis

unit tertera Lampiran 14.

Sistem selanjutnya yaitu sistem floor stock dan sistem resep individual

berupa resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem resep individual

ini diterapkan di lantai dua dan lantai tiga untuk pasien anak - anak yang masih

mendapatkan puyer. Depo Rawat Inap terdapat beberapa paket untuk

penanganan pasien. Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama

halnya dengan depo - depo farmasi lain, di antaranya adalah:

a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.

b. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika yang dibuat setiap bulan.

c. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap

bulan.

d. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.

e. Laporan barang rusak dan kadaluwarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

3.2.7.7 Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)

Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan dari Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati melayani kegawatdaruratan medik selama 24 jam.

Didukung oleh tenaga profesional dan tenaga ahli yang berpengalaman lebih dari

40 orang yang bertugas secara shift dan akan memberikan pelayanan secara

maksimal mengatasi kegawatdaruratan medik. IGD memiliki pelayanan

pendukung seperti laboratorium Instalasi Gawat Darurat 24 jam, radiologi (USG,

CT Scanning), kamar operasi, bank darah, apotik, dan ambulance 24 jam (RSUP

Fatmawati, 2009). IGD terdiri dari beberapa ruangan:

a. Ruang resusitasi (ruang merah)

Di ruang ini terdapat delapan tempat tidur, lemari emergency, dan paket

resusitasi. Lemari emergency sangat penting keberadaannya dalam ruang ini

dikarenakan pasien - pasien yang masuk ruang ini merupakan pasien dengan

kondisi yang cukup parah, sehingga jika pasien mengalami kegawatdaruratan dan

butuh penanganan segera, perawat tidak perlu berlari ke depo farmasi di IGD

untuk mengambil obat maupun alat kesehatan sehingga dapat menghemat waktu

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

50

Universitas Indonesia

dalam menolong pasien. Lemari emergency di cek setiap hari pada pagi hari dan

dilengkapi jumlahnya sesuai dengan daftar yang ditetapkan oleh RSUP

Fatmawati.

b. Ruang P2 (Ruang kuning)

Ruang ini dibagi menjadi ruang bedah dan ruang non bedah dimana di ruang

ini terdapat paket, namun tidak disediakan lemari emergency.

c. Ruang Triase

Pasien yang masuk ruangan ini dalam kondisi yang tidak terlalu parah sehingga

tidak mendapat tindakan dan tidak ada paket di ruang ini.

d. Ruang Intermediate Ward

Ruang ini digunakan pada pasien yang menunggu untuk dipindahkan ke ruang

rawat inap atau ruang lainnya.

Depo IGD dan IRI memiliki 1 orang apoteker penyelia, 1 orang

administrasi, dan 14 orang asisten apoteker. Depo IGD dan IRI buka 24 jam

dengan 3 shift dan melayani pasien rawat inap serta pasien rawat jalan. Pasien

rawat inap terdiri dari pasien yang masuk ruang Intensive Care Unit (ICU),

Neonatus Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU),

Intensive Cardiac Care Unit (ICCU). Sedangkan pasien rawat jalan merupakan

pasien yang masuk ruang IGD seperti ruang resusitasi, ruang P2, ruang triase,

maupun poli IGD.

Paket-paket yang ada di depo IGD antara lain :

a. Paket Alat Kesehatan (Alkes) ICU

b. Paket Alat Kesehatan (Alkes) NICU / PICU

c. Paket Infus Dewasa

d. Paket Resusitasi Anak

e. Paket Resusitasi Dewasa

Depo farmasi IGD dan IRI melakukan permintaan obat dan alat kesehatan

ke gudang farmasi setiap hari secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Obat -

obatan disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan menurut jenis sediaan. Untuk

obat - obat yang tidak stabil pada suhu ruang maka penyimpanannya di lemari

pendingin. Obat - obat jenis narkotika dan psikotropika ditempatkan di lemari

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

51

Universitas Indonesia

khusus tersendiri dengan double lock pada dua pintu dengan susunan berlapis.

Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat

dipindahkan kecuali dengan membongkarnya (RSUP Fatmawati, 2012b). Alat

kesehatan ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama pada tempat atau box alat

kesehatan tersebut. Jenis sediaan obat yang sering digunakan di Depo IGD dan

IRI adalah sediaan injeksi. Laporan - laporan yang disiapkan oleh Depo Farmasi

IGD adalah (RSUP Fatmawati, 2012c):

a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.

b. Laporan pemakaian obat – obat narkotika yang dibuat setiap bulan.

c. Laporan pemakaian obat – obat psikotropika yang dibuat setiap bulan.

d. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap

bulan.

e. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.

f. Laporan barang rusak dan kadaluarsa yang dibuat setiap 3 bulan.

g. Laporan jumlah resep dan lembar resep setiap bulan.

3.2.7.8 Depo Instalasi Bedah Sentral

Lantai 1 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Cito sebanyak 2 kamar.

Pasien yang masuk ke OK Cito merupakan pasien yang tidak direncanakan jadwal

operasinya atau yang sifatnya cito. Pada OK Cito terdapat Paket obat dan alkes

OK Cito dan lemari emergensi. Lemari emergensi terdiri dari lemari emergensi

bedah dan lemari emergensi anestesi. Lemari emergensi bedah berisi antibiotik,

sedangkan lemari emergensi anestesi berisi obat anestesi dan alat kesehatan. Saat

pasien masuk ke OK Cito, maka penata anestesi mengambil Paket obat dan alkes

OK Cito yang telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Bila obat dan alat

kesehatan dalam paket kurang, maka penata anestesi dapat mengambilnya di

lemari emergensi dan mencatatnya di Lembar Pemakaian. Setelah selesai operasi,

Lembar Pemakaian dimasukkan ke dalam Paket obat dan alkes OK Cito yang

telah terpakai oleh pasien. Lemari emergensi akan dicek jumlah pemakaian dan

pemakai, serta diisi kembali oleh petugas depo farmasi.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

52

Universitas Indonesia

Lantai 2 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Elektif sebanyak 8 kamar

dan 1 Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral. Pasien yang masuk ke OK Elektif

telah memiliki jadwal operasi. Sehari sebelum operasi, depo farmasi menerima

jadwal operasi pasien dan permintaan anestesi umum atau spinal. Depo farmasi

kemudian menyiapkan paket anestesi dan memberi label nama pasien pada paket

tersebut, sehingga pada hari operasi penata anestesi cukup meminta paket

berdasarkan nama pasien. Penata bedah akan mencatat permintaan di buku pada

hari operasi, kemudian paket bedah akan disiapkan oleh petugas depo farmasi.

Bila terdapat kekurangan obat dan alat kesehatan saat operasi sedang

berlangsung, maka penata bedah atau penata anestesi dapat meminta secara

langsung ke depo farmasi dengan menyebutkan nama pasien dan kamar operasi.

Petugas depo farmasi akan mencatat permintaan obat dan alat kesehatan. Bila

pasien telah selesai dioperasi, maka paket akan dikembalikan ke depo farmasi dan

petugas depo farmasi akan merekapitulasi semua penggunaan obat dan alat

kesehatan ke administrasi perincian. Perincian selanjutnya akan dikirimkan ke

depo farmasi di mana pasien dirawat. Depo Instalasi Bedah Sentral juga

menyiapkan Paket Bedah Prima yang merupakan sistem paket untuk pasien tunai.

Sebelum operasi, pasien tunai harus melunasi pembayaran terlebih dahulu. Pasien

tunai dengan Paket Bedah Prima dapat menjalankan operasi di OK Elektif atau

OK Cito. Alur pelayanan obat dan alat kesehatan di depo instalasi bedah sentral

dapat dilihat Lampiran 15.

Obat - obatan disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan menurut jenis

sediaan. Untuk obat - obat yang tidak stabil pada suhu ruang maka

penyimpanannya di lemari pendingin. Obat - obat jenis narkotika dan psikotropika

ditempatkan di lemari khusus tersendiri dengan double lock pada dua pintu

dengan susunan berlapis. Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding

sehingga tidak dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya (RSUP

Fatmawati, 2012b). Alat kesehatan ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama

pada tempat atau box alat kesehatan tersebut.

SDM yang ada di Depo Instalasi Bedah Sentral berjumlah 1 Penyelia dan

2 Asisten Apoteker. Paket anestesi spinal terdiri dari Spinocan (spinal and

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

53

Universitas Indonesia

diagnostic puncture) 27G x 3”, bupivacain HCl 5 mg / ml, ondansetron 4 mg / 2

ml, klonidin HCl 150 μg / ml, dan ketolorac 3%. Paket anestesi umum terdiri dari

propofol 10 mg / ml, atracurium besilat, fentanyl, ondansetron 4 mg / 2ml, dan

ketolorac 3%.

3.2.7.9 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

kegiatan pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang

dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias

dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan

pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat bertujuan untuk menyediakan

informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan

rumah sakit serta untuk membuat kebijakan - kebijakan yang berhubungan

dengan obat (terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang terapi

obat yang rasional. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi

obat adalah:

a. 200 tempat tidur : 20 m2

b. 400 - 600 tempat tidur : 40 m2

c. 1300 tempat tidur : 70 m2

Peralatan yang terdapat di ruang informasi obat meliputi kepustakaan yang

memadai, meja, kursi, rak buku, komputer, telepon, lemari arsip, kartu arsip.

Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan informasi obat adalah:

a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan

pasif.

b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,

surat atau tatap muka.

c. Membuat buletin, leaflet, label obat.

d. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan

penyusunan Formularium Rumah Sakit.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

54

Universitas Indonesia

e. Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat

jalan dan rawat inap.

f. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga

kesehatan lainnya.

g. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

b. Alur program pelayanan informasi obat dapat dilihat pada Lampiran 16.

3.3 Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati

Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah suatu unit kerja yang dibentuk

untuk membantu Direktur Rumah Sakit dalam hal membuat kebijakan tentang

penggunaan obat dan pengelolaan obat di Rumah Sakit. Tujuan dibentuknya

TFT adalah :

a. Menjamin tersedianya obat dan alat kesehatan (alkes) habis pakai yang

bermutu untuk kebutuhan pasien di RSUP Fatmawati.

b. Tersusunnya standar obat yang berlaku di RSUP Fatmawati.

c. Terwujudnya pelaksanaan kebijakan penggunaan obat dan pengelolaan yang

baik bagi pengguna maupun penyedia obat di RSUP Fatmawati.

d. Terselenggaranya penggunaan obat yang rasional dan aman di RSUP

Fatmawati.

e. Terlaksananya pengawasan, pengendalian, dan evaluasi penggunaan dan

pengelolaan obat dan alkes di RSUP Fatmawati.

Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di bawah koordinasi dan bertanggung

jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati. Struktur

organisasi TFT terdiri dari:

a. Ketua : Dokter

b. Sekretaris : Apoteker

c. Anggota : Dokter, Apoteker, dan Perawat

Tugas pokok dari TFT adalah:

a. Melaksanakan uji coba dan memberikan rekomendasi dalam pemilihan

penggunaan obat dan alkes habis pakai.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

55

Universitas Indonesia

b. Menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes

habis pakai di Rumah Sakit dan apabila perlu dapat diadakan perubahan secara

berkala.

c. Menyusun Antibiotic Guideline bersama-sama dengan Komite Pengendalian

Penyakit Infeksi.

d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi penulisan resep dan

penggunaan obat generik serta alkes habis pakai bersama-sama Instalasi

Farmasi.

e. Melaksanakan edukasi pada staf farmasi, profesi lainnya tentang obat dan

perbekalan kesehatan lainnya .

Formularium Obat RSUP Fatmawati adalah daftar dari seluruh item obat

yang ada di RSUP Fatmawati dalam periode waktu tertentu, yaitu maksimal 3

tahun. Daftar obat di Formularium Obat disusun berdasarkan kelas terapi dan

berisi nama generik produk (1 item), nama merek original dari pabrik tertentu (1

item), nama merek dagang dari pabrik tertentu (2 item), serta keterangan

mengenai bentuk sediaan, kekuatan produk dalam kemasan, dan nama pabrik

pembuat. Formularium Obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun

1990, kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada

tahun 1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Pembuatan revisi

formularium RSUP Fatmawati tidak dilakukan setiap tahun, dikarenakan kendala

biaya untuk mencetak formularium baru dan kesulitan untuk mengumpulkan

anggota TFT.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

56 Universitas Indonesia

BAB 4PEMBAHASAN

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk

melakukan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan dan atau upaya

kesehatan penunjang, salah satunya RSUP Fatmawati. Dalam upaya

memberikan pelayanan kesehatan, RS tidak dapat dipisahkan dari pelayanan

kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Untuk menunjang hal tersebut

maka dibentuk suatu badan organisasi yaitu IFRS (Instalasi Farmasi Rumah

Sakit). IFRS dipimpin oleh seorang Kepala IFRS yaitu Apoteker dan

bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan – peraturan

farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi barang farmasi.

Salah satu tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) RSUP Fatmawati adalah

menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes

habis pakai di Rumah Sakit. Salah satu cara untuk mengetahui berjalan atau

tidaknya TFT rumah sakit adalah dengan melihat formularium yang disusunnya.

Pada tiap 6 bulan atau maksimal 1 tahun dilakukan evaluasi atau review untuk

penyempurnaan Formularium. Di RSUP Fatmawati, formularium obat tidak

dapat direvisi tiap setahun sekali karena masalah biaya untuk mencetak

Formularium terbaru dan kesulitan untuk mengumpulkan anggota TFT. Revisi

formularium obat yang dilakukan oleh TFT RSUP Fatmawati adalah setiap 3

tahun sekali. Formularium obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun

1990, kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada

tahun 1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Dengan adanya

kesinambungan proses revisi, dapat dikatakan bahwa TFT RSUP Fatmawati

sudah berjalan dengan baik.

Salah satu tugas pokok farmasi klinik RSUP Fatmawati ialah

meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan melaksanakan farmasi

klinik. Berikut ini merupakan pembahasan dari pelaksanaan kegiatan farmasi

klinik.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

57

Universitas Indonesia

a. Pengkajian Resep

Pengkajian resep merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencegah

terjadinya kesalahan dalam pelayanan obat pasien. Selain itu, pengkajian resep

juga dilakukan agar tercapainya rasionalisasi penggunaan obat. Kegiatan dalam

pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan

farmasetis, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat

jalan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian resep tidak sepenuhnya dilakukan. Hal ini

terlihat dari masih adanya resep yang tidak lengkap. Misalnya pada resep untuk

pasien bayi atau anak, berat badan dan umur pasien sering kali tidak tertera pada

lembar resep, padahal hal tersebut diperlukan terutama untuk menghitung dosis

maksimal pada pasien bayi atau anak. Sering kali hanya nama pasien yang tertera

pada lembar resep. Pada lembar instruksi pemberian obat pada pasien rawat inap,

terkadang tidak semua lembar ada penanda berupa stempel keterangan “Resep

telah di review Farmasi”.

Pengkajian resep yang tidak sepenuhnya dilakukan disebabkan oleh

banyaknya resep atau pasien yang harus dilayani oleh petugas farmasi di RSUP

Fatmawati. Selain itu, untuk melakukan pengkajian resep secara keseluruhan

cukup membutuhkan waktu sementara pelayanan obat pasien harus dilakukan

secara cepat karena banyaknya pasien yang harus dilayani terutama untuk pasien

rawat jalan.

b. Pengkajian Penggunaan Obat

Pengkajian penggunaan obat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengetahui gambaran pengobatan yang diberikan kepada pasien. Pengkajian

penggunaan obat juga dilakukan untuk menilai ada tidaknya drug related problem

selama pasien menjalani pengobatan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian

penggunaan obat dilakukan terhadap pasien rawat jalan dengan melihat instruksi

pemberian obat yang terdapat pada rekam medik pasien. Data yang diperoleh dari

rekam medik pasien dipindahkan ke dalam lembar Formulir Terapi Pasien untuk

selanjutnya dinilai ada tidaknya masalah - masalah yang terkait dengan

pengobatan pasien.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

58

Universitas Indonesia

c. Visite

Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker

kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang lebih baik.

Apoteker melakukan praktik di ruang rawat sesuai dengan kompetensi dan

kemampuan farmasi klinik yang dikuasai. Visite pasien yang dilakukan di RSUP

Fatmawati diaplikasikan kepada pasien yang berada dalam perawatan intensif dan

memiliki resiko mengalami terjadinya kesalahan obat (medication errors).

Beberapa tempat dilakukannya praktik apoteker ruang rawat di RSUP Fatmawati

contohnya pada ruang perawatan pasien Intensive Care Unit (ICU), Neonatal

Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive

Cardiac Care Unit (ICCU), High Care Unit (HCU), dan ruang perawatan pasien

pra operasi dan post operasi.

Kegiatan visite yang dilakukan apoteker di RSUP Fatmawati dilakukan secara

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan disesuaikan dengan situasi dan

kondisi. Tipe visite ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah dapat

memperoleh informasi terkini dan komprehensif, dapat dijadikan sebagai fasilitas

pembelajaran, serta dapat langsung dikomunikasikan masalah terkait penggunaan

obat dan mengimplementasikan rekomendasi yang dibuat. Namun, kegiatan visite

ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah jadwal visite harus

disesuaikan dengan jadwal tim dan waktu pelaksanaan terbatas sehingga diskusi

dan penyampaian informasinya kurang lengkap.

Visite yang dilakukan di RSUP Fatmawati sebagian besar terjadwalkan dan

umumnya dilakukan setiap seminggu sekali contohnya pada ruang perawatan

Rehabilitasi Medik dan High Care lantai 6 Selatan Teratai. Sedangkan untuk

pasien Intensive Care Unit (ICU) umumnya dilakukan 3-4 kali dalam seminggu,

hal ini disebabkan kondisi pasien pada ruang perawatan tersebut merupakan

pasien yang menderita penyakit komplikasi sehingga memungkinkan pasien

menerima bermacam - macam jenis obat. Hal ini memungkinkan terjadinya

masalah terkait obat yang dapat mempengaruhi outcome pasien sehingga

diperlukan visite yang lebih sering untuk memastikan terapi obat yang diterima

oleh pasien.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

59

Universitas Indonesia

Dalam kegiatan visite, sebelum apoteker memberikan rekomendasi maka

apoteker berdiskusi dengan anggota tim secara aktif untuk saling mengklarifikasi,

mengkonfirmasi, dan melengkapi informasi penggunaan obat. Pada saat visite

secara tim rekomendasi lebih ditujukan kepada dokter yang merawat pasien.

Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa pertanyaan atau rekomendasi yang

diminta oleh tim visite kepada apoteker diantaranya adalah pemilihan terapi obat,

misalnya dalam pemilihan jenis dan regimen, obat pengganti yang dapat diberikan

kepada pasien, efek samping obat, interaksi obat, segi cost effectiveness, dan lain -

lain.

Setelah rekomendasi yang diberikan oleh apoteker disetujui, selanjutnya

apoteker melakukan pemantauan pelaksanaan rekomendasi dari sisi efektifitas dan

keamanan. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rekomendasi yang

diterima aman bagi pasien. Tahap akhir dari visite adalah melakukan dokumentasi

praktik visite yang dikelola dengan baik dan terjaga kerahasiaannya. Dengan

adanya pendokumentasian yang baik dapat dijadikan sebagai jaminan

terlaksananya kegiatan visite, serta sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan

mutu pelayanan.

d. Monitoring Efek Samping Obat

Prosedur program monitoring efek samping obat (MESO) adalah tata cara

menganalisa kejadian efek samping obat yang terjadi pada pasien. Proses ini

merupakan kegiatan kolaboratif yang melibatkan semua tenaga kesehatan baik

dokter, perawat, apoteker dan semua tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit

termasuk pasien dan keluarga pasien. Di RSUP Fatmawati kegiatan monitoring

penggunaan obat dilakukan untuk mengetahui efek terapi dari proses pengobatan

serta kemungkinan terjadinya efek terapi dari proses pengobatan serta

kemungkinan terjadinya efek samping obat. Setiap temuan efek samping obat

dilakukan pengkajian oleh tenaga kesehatan. Seluruh kronologis kejadian efek

samping obat dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya harus

terdokumentasi dalam catatan rekam medik pasien dan dibuatkan laporan untuk

disampaikan pada Komite Mutu dan Manajemen Risiko (KMMR) dalam waktu

maksimal 48 jam.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

60

Universitas Indonesia

Prosedur pemantauan efek samping obat meliputi :

1) Pelaksanaan kegiatan pemantauan oleh tenaga kesehatan terhadap timbulnya

efek samping obat.

2) Pelaksanaan penerimaan laporan kejadian efek samping obat tenaga

kesehatan, keluarga pasien atau petugas lainnya.

3) Pelaksanaan kegiatan penyusunan laporan temuan kejadian efek samping obat

dalam formulir pelaporan.

4) Pelaksanaan kegiatan komunikasi atau interview oleh tim kerja (tim

monitoring efek samping obat) yang terdiri dari DPJP, perawat ruangan,

apoteker ruangan.

5) Pelaksanaan kegiatan analisa oleh tim monitoring efek samping obat terhadap

hasil interview maupun laporan efek samping obat dari semua sumber.

6) Pelaksanaan kegiatan diskusi setara komprehensif sebagai media problem

solving oleh tim monitoring efek samping obat atas hasil analisa yang telah

dilakukan.

7) Pencatatan di rekam medik pasien oleh DPJP atau tim monitoring efek

samping obat tentang kejadian efek samping obat pasien. Pencatatan terkait

bentuk kejadian efek samping obat, tindakan pengatasian efek samping obat

yang terjadi dan tindakan pencegahan efek samping obat yang akan datang.

8) Pembuatan formulasi rekomendasi oleh tim monitoring efek samping obat.

Pilihan rekomendasi antara lain menghentikan pengobatan, mengganti obat

dengan yang lebih aman, mengatur jadwal penggunaan, menurunkan dosis

obat, memberikan antidot atau premedikasi sebelum penggunaan obat, dan

membuat laporan kejadian insiden dengan mengisi formulir laporan insiden

(internal).

9) Pelaksanaan implementasi rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi

efek samping obat.

10) Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi tingkat keberhasilan

intervensi yang dilakukan.

11) Pelaksanaan diskusi lanjutan oleh tim monitoring efek samping obat jika

diperlukan guna mencapai hasil intervensi yang telah diberikan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

61

Universitas Indonesia

12) Pendokumentasian rekomendasi penanganan efek samping obat pada formulir

laporan MESO Nasional.

Penyampaian laporan efek samping obat yang terjadi segera

ditindaklanjuti oleh tim monitoring efek samping obat menjadi laporan ke Tim

Farmasi dan Terapi (TFT) dan Komite Mutu dan Manajemen Resiko (KMMR)

dalam waktu 48 jam; bila kejadian efek samping obat masuk dalam kategori

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Sentinel.

e. Pelayanan Informasi Obat

RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang dilakukan

oleh apoteker selama 24 jam atau on call. Berbagai bentuk kegiatan pelayanan

informasi obat seperti yang ada pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi

telah dilakukan di RSUP Fatmawati. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan

meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga, efek

samping, dosis, interaksi, kompatibilitas, ketersediaan, kontraindikasi,

farmakokinetik, farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan,

indikasi, dan keracunan dari suatu obat, serta pertanyaan lain-lain. Untuk dapat

menjawab setiap pertanyaan dengan tepat, maka dilakukan usaha penggalian

informasi penanya mengenai identitas pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat

pengobatan pasien, dan riwayat alergi atau efek samping obat yang pernah dialami

pasien. Literatur yang digunakan di pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati

adalah literatur tersier.

Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga dilakukan

dokumentasi yang bertujuan untuk:

1) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam

menjawab pertanyaan dengan lengkap.

2) Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.

3) Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.

4) Sebagai media pelatihan tenaga farmasi.

5) Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan.

6) Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan

informasi obat.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

62

Universitas Indonesia

Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat mencakup

penilaian atau pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat dengan cara

membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan

pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada pimpinan dalam

membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012, sempat terjadi

penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi obat. Sekalipun

demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh apoteker. Kecepatan

menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera dijawab (< 1 jam).

Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi

obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up to

date), apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan jumlah

pertanyaan yang masih sedikit.

f. Monitoring Interaksi Obat

Kegiatan pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati telah dilakukan

seiring dengan dilakukannya pemantauan terapi obat untuk menemukan masalah

yang berkaitan dengan penggunaan obat. Menurut Standar Prosedur Operasional

(SPO) yang ada, kegiatan pemantauan interaksi obat dilakukan dengan

menggunakan software interaksi obat, namun pada pelaksanaannya kegiatan

analisis masih menggunakan literatur pustaka sehingga membutuhkan waktu yang

lebih lama dalam menemukan interaksi obat yang berpotensi terjadi. Kegiatan

pemantauan interaksi obat juga tidak dilakukan rutin karena kesibukan apoteker di

pelayanan kefarmasian lainnya sehingga seringkali kegiatan pemantauan interaksi

obat yang dilakukan tidak sampai pada pemberian rekomendasi penanggulangan.

g. Konsultasi Obat

Konsultasi obat diawali dengan memperkenalkan diri kepada pasien.

Kemudian, apoteker mulai menanyakan masalah yang dihadapi pasien terkait

penggunaan obatnya. Apoteker mulai menjelaskan obat-obat yang diterima pasien

dengan memberitahukan nama obat dan indikasi obat. Dalam menjelaskan atau

memecahkan masalah pasien, apoteker menggunakan alat tulis untuk

memudahkan pasien dalam memahami penjelasan dari apoteker, misalnya

masalah waktu dan frekuensi penggunaan obat pada pasien yang mendapat

polifarmasi. Pasien yang mendapat polifarmasi sering mengalami kesulitan dalam

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

63

Universitas Indonesia

hal waktu penggunaan obat. Pasien sering menanyakan apakah semua obat yang

diberikan harus diminum bersamaan atau harus diberi jarak waktu. Pasien juga

menanyakan obat mana yang harus diminum sebelum dan sesudah makan. Setelah

pasien mendapat penjelasan tentang obatnya, apoteker akan meminta pasien untuk

mengulangi penjelasan yang dipaparkan tadi untuk menguji pemahaman pasien.

Jika pasien masih kurang jelas dengan penjelasan yang diberikan, apoteker akan

mengulangi penjelasan tersebut dan meminta pasien untuk mengulangi penjelasan

dari apoteker tersebut. Setelah pasien memahami yang dijelaskan apoteker,

apoteker akan menanyakan masalah lainnya yang dialami pasien yang dapat

dibantu penanganannya oleh apoteker.

Dalam melakukan konsultasi obat, apoteker kurang menggali informasi

dari pasien seperti obat, vitamin, atau jamu apa saja yang pernah atau sedang

dikonsumsi pasien. Apoteker juga tidak menanyakan apakah pasien memiliki

riwayat alergi. Apoteker hanya memberikan informasi tentang obat yang

ditanyakan oleh pasien, informasi lain seperti aturan pakai obat, efek samping

yang mungkin terjadi dan cara mengatasinya, interaksi yang mungkin terjadi

antara obat dengan obat lain termasuk vitamin dan jamu atau interaksi antara obat

dengan makanan.

h. Edukasi Farmasi

Program edukasi farmasi dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah orang

dalam ruangan tertentu guna mendengarkan penjelasan dari apoteker mengenai

tema tertentu misalnya tema tentang penggunaan dan penyimpanan obat yang

benar. Kegiatan tersebut dilaksanakan kurang lebih satu jam, dimulai dengan

presentasi dari apoteker kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta

diperkenankan bertanya mengenai obat berupa cara pakai, penyimpanan obat, dan

masalah-masalah terkait obat lainnya. Untuk melakukan kegiatan program

edukasi farmasi di rumah sakit diperlukan fasilitas penunjang seperti infocus,

layar, laptop, microphone, dan lain-lain. Pada saat kegiatan, dilakukan pembagian

questioner mengenai tanggapan peserta terhadap kegiatan tersebut. Hasil

questioner tersebut berguna untuk perbaikan dan koreksi terhadap kegiatan

edukasi selanjutnya. Peserta program edukasi banyak yang tidak mengisi

questioner dikarenakan tidak membawa alat tulis. Saat dilaksanakan program

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

64

Universitas Indonesia

edukasi di Depo Askes, perhatian peserta edukasi terbagi antara mendengarkan

pemaparan presenter dengan mendengarkan panggilan petugas depo farmasi yang

akan memberikan obat.

Dalam melaksanakan kegiatannya, Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

dibagi menjadi beberapa sub bagian, antara lain:

1) TU Farmasi dan SDM Farmasi serta Pencatatan dan Pelaporan

Seluruh kegiatan administrasi dan pelaporan Instalasi Farmasi RSUP

Fatmawati dilakukan di Tata Usaha Farmasi. Tujuan kegiatan administrasi dan

pelaporan dalam pelayanan kefarmasian adalah:

a) Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi

b) Tersedianya informasi yang akurat

c) Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan

d) Tersedianya data yang lengkap untuk perencanaan.

Selain itu, kegiatan administrasi dan pelaporan merupakan dasar dari

akreditasi yang dilakukan di rumah sakit. RSUP Fatmawati sebagai RS

pemerintah wajib melaporkan seluruh kegiatan yang dilakukan, pengawasan dari

pemerintah dilakukan dengan melakukan audit-audit baik secara internal maupun

eksternal. Jika proses administrasi dan pelaporan yang dilakukan baik, akan

mempermudah audit.

Salah satu laporan yang dilakukan adalah laporan penggunaan obat narkotika

dan psikotropika. Laporan penggunaan obat narkotika dilakukan setiap bulan dan

laporan penggunaan obat psikotropika dilakukan setiap tahun, namun tetap

dilakukan perekapan penggunaan obat psikotropika setiap bulannya.

2) Gudang Farmasi

Gudang Farmasi melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan kesehatan di

RSUP Fatmawati dari perencanaan sampai pembuatan laporan. Perencanaan

dibuat berdasarkan analisa penjualan masing-masing depo dan pemakaian obat

serta alkes floor stock tiap ruang, selain itu perencanaan juga dibuat berdasarkan

data epidemiologi di RSUP Fatmawati. Data epidemiologi bisa didapat dari

laporan 10 besar penyakit di RSUP Fatmawati yang selalu diberikan IRMIK ke

TU Farmasi setiap bulan. Dalam perencanaan pengadaan perbekalan farmasi,

usulan-usulan dari depo-depo farmasi juga bisa menjadi rujukan perencanaan,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

65

Universitas Indonesia

untuk mengetahui obat apa saja yang belum terlayani atau untuk mengetahui obat

yang banyak diresepkan oleh dokter. Pemilihan perbekalan farmasinya

berdasarkan DOEN, DPHO Askes, dan Formularium RSUP Fatmawati. Tahap

perencanaan merupakan tahap yang krusial dimana perencanaan harus dibuat

sebaik mungkin untuk menjamin ketersediaan perbekalan farmasi di RSUP

Fatmawati.

Pengadaan yang dilakukan oleh RSUP Fatmawati dengan cara pembelian

telah sesuai dengan ketentuan dalam Perpres No. 70 tahun 2012 tentang

Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah karena sebagai rumah sakit pemerintah aset

yang ada di RSUP Fatmawati merupakan aset pemerintah. Kegiatan produksi di

RSUP Fatmawati juga merupakan salah satu kegiatan pengadaan. Selain dengan

pembelian dan produksi, pengadaan juga dilakukan untuk obat-obat program

pemerintah yang gratis. Syarat pengadaan obat-obat ini adalah pengajuan

permohonan kepada Dinas Kesehatan dan pembuatan laporan penggunaan obat

program tersebut secara periodik. Obat program ini juga hanya dapat

dipergunakan bagi pasien tertentu yang sesuai dengan kriteria.

Setelah barang datang, dilakukan proses penerimaan barang oleh tim

penerima. Ruang tim penerima sudah strategis karena terletak di bagian depan

gudang farmasi sehingga pengecekan barang bisa langsung dilakukan. Jika semua

syarat yang harus dicek sudah lengkap dan sesuai dengan faktur, tim penerima

menyerahkan barang ke gudang farmasi untuk disimpan. Penyerahan barang

dilakukan dengan membuat Berita Acara Penerimaan barang sebagai bukti bahwa

barang yang diterima terjamin kesesuaiannya. Penyimpanan seluruh perbekalan

farmasi dilakukan di gudang famasi secara terpisah sesuai dengan

pengelompokannya. Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun masih ada atau

sebagian ditempatkan bersama dengan ruang penyimpanan obat. Seluruh label

untuk obat karsinogen, bahan berbahaya dan beracun telah ditempelkan sesuai

dengan tempatnya. Begitu pula dengan lembar MSDS untuk bahan B3, tidak

seluruhnya ditempel di dinding, tetapi ada juga berupa buku yang diletakkan di

dekat bahan B3 tersebut. Penyimpanan gas medis dilakukan di tempat yang

terpisah dari gudang induk, gas medis yang terdapat di RSUP Fatmawati antara

lain O2 kecil (1 m3) dan O2 besar (6 m3), N2O 25 kg dan CO2 25 kg disimpan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

66

Universitas Indonesia

berdasarkan ukuran dan pada tabung terdapat tanda B3 mudah meledak. Tempat

dan sarana penyimpanan perbekalan farmasi secara keseluruhan terlihat bersih.

Petugas melaksanakan pencatatan pemasukan, pengeluaran, dan stok perbekalan

farmasi ke dalam kartu persediaan dan dalam Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit (SIRS).

3) Produksi Farmasi

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati memiliki ruang produksi farmasi untuk

sediaan farmasi non steril dan steril. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan

merupakan produksi untuk keperluan rumah sakit itu sendiri, sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Kegiatan produksi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pengadaan obat tertentu (mendapatkan obat dengan harga yang lebih murah

sehingga pasien tidak membayar terlalu mahal untuk suatu obat dan lebih

menjamin kualitas obat yang dihasilkan). Selain itu, produksi juga memudahkan

penerimaan obat oleh pasien atau tenaga kesehatan lainnya karena sudah dikemas

kembali menjadi sediaan yang telah sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan

produk yang tidak dijual di pasaran seperti pembuatan kapsul NaCl dan kapsul

Natrium Bikarbonat.

Sebenarnya terdapat 73 formula standar yang terdapat di ruang produksi

RSUP Fatmawati, namun hanya 43 item yang masih diproduksi sampai saat ini.

Artinya, hanya 58,9 % item obat yang masih diproduksi. Setiap kali petugas akan

melakukan produksi, petugas harus mengisi formulir master formula baik untuk

pembuatan atau pengenceran atau pengemasan kembali pada setiap tahapan

kegiatan produksi. Formulir master formula berfungsi sebagai dokumentasi dari

kegiatan produksi yang dilakukan dan juga merupakan bukti bahwa produksi yang

dilaksanakan sesuai dengan CPOB.

Setelah produk dihasilkan, produk dikemas dan diberi etiket serta tanggal

kadaluwarsa. Penyimpanan produk jadi masih dilakukan di ruang produksi sendiri

karena keterbatasan sumber daya, sementara obat-obat hasil produksi merupakan

persediaan gudang. Petugas depo farmasi yang membutuhkan produk dari

produksi non steril datang ke gudang farmasi untuk mendapatkan formulir bon

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

67

Universitas Indonesia

obat lalu datang ke produksi farmasi non steril untuk mendapatkan produknya

kemudian melaporkannya ke gudang farmasi dengan membawa formulir bon

obat. Pendistribusian obat seperti ini memiliki kekurangan karena dapat

menyebabkan timbulnya kesalahan pencatatan stok produk.

Peran apoteker sangat penting dalam mempersiapkan rekonstitusi obat kanker,

diantaranya memastikan dosis yang sesuai dengan luas permukaan tubuh pasien.

Walaupun dalam prakteknya rekonstitusi dilakukan oleh tenaga teknis

kefarmasian, akan tetapi di RSUP Fatmawati diberlakukan kebijakan agar semua

tenaga teknis kefarmasian bisa melakukan rekonstitusi termasuk apoteker. Ini

dilakukan karena paparan obat kanker secara terus menerus akan membahayakan

petugas, serta perlu tenaga kesehatan yang paham akan ketelitian dosis,

melakukan teknis aseptis dan melakukan semua prosedur secara hati-hati. Sebagai

apoteker yang bertugas di produksi steril ini, harus mampu menghitung dosis yang

tepat dari suatu zat anti kanker, serta dikaji apakah obat tersebut sesuai dengan

diagnosis pasien. apoteker juga harus dapat menentukan macam pelarut serta

mengetahui dari literatur tentang kestabilan zat aktif obat kanker.

Bagi pasien kanker, pelaksanaan kegiatan penitipan obat sitostatika

dilakukan minimal 3 hari sebelum obat digunakan untuk perawatan. Pada saat

obat diperlukan untuk perawatan, maka dilakukan permintaan pencampuran obat

sitostatika dari ruang kemoterapi pasien ke produksi farmasi steril. Obat

sitostatika harus disiapkan selalu baru karena pada umumnya, obat sitostatika

memiliki waktu kadaluwarsa selama 24 jam sehingga obat yang telah disiapkan

harus segera digunakan. Setelah obat selesai disiapkan, petugas produksi farmasi

akan membawa obat tersebut ke ruang kemoterapi pasien.

Beberapa waktu terakhir ini, pasien dengan diagnosa kanker payudara dan

serviks merupakan pasien yang paling banyak ditemui. Petugas biasanya

merekonstitusi 12 hingga 15 resep. Beberapa temuan yang diperoleh dari

kegiatan orientasi produksi steril adalah tidak dilakukan pemantauan atau

monitoring lingkungan seperti jumlah mikroba dan pemantauan jumlah partikel

di BSC misalnya dengan metode settle plate (cawan papar) atau menggunakan

alat particle counter dikarenakan keterbatasan waktu serta SDM untuk

melakukannya.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

68

Universitas Indonesia

4) Depo Instalasi Rawat Jalan

Depo Instalasi Rawat Jalan telah melakukan prosedur penyiapan obat rawat

jalan secara individual prescription dengan baik. Depo Instalasi Rawat Jalan

lantai 1 khusus melayani pasien tunai, jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo

Instalasi Rawat Jalan lantai 2 khusus melayani pasien Kartu Jakarta Sehat

(KJS). Sedangkan depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 khusus melayani pasien

Jamkesmas, Jamkesda Depok dan Tangerang Selatan, serta pasien TBC. Obat-

obatan HIV dan TBC merupakan obat-obatan program pemerintah yang

pengeluarannya dipantau oleh tim HIV dan tim TBC untuk kemudian dilaporkan

setiap bulannya ke Departemen Kesehatan RI.

Berdasarkan pengamatan penyimpanan obat-obat LASA di Depo Instalasi

Rawat Jalan lantai 1, 2 dan 3 masih ada beberapa obat yang belum ditempel label

LASA serta pada penyusunannya tidak diselingi dengan minimal 2 obat non

kategori LASA di antaranya, hal ini disebabkan karena keterbatasan luas

ruangan dan kendala kesulitan untuk mencari obat karena penyusunan obat

secara alfabetis akan terganggu oleh banyaknya obat-obatan yang termasuk

LASA. Pada depo farmasi IRJ lantai 1, 2 dan 3 juga ditemukan beberapa obat

keras yang terpajang di etalase depan umumnya berupa sediaan sirup dan topikal,

seharusnya obat keras ini disimpan di dalam depo. Selain itu, pada depo farmasi

IRJ lantai 1, 2, dan 3 persyaratan lemari narkotika telah sesuai dengan ketentuan

yang berlaku yaitu terdiri dari dua pintu dengan kunci terpisah, namun dalam hal

ini penyimpanan narkotika dan psikotropika berada di dalam satu lemari

narkotika, hal ini dikarenakan jumlah sediaan narkotika yang sedikit sehingga

pada pelaksanaannya di dalam salah satu lemari terdapat pintu lagi di dalamnya

dengan kunci terpisah dari dua kunci pintu yang ada di depan.

Pembayaran di IRJ lantai 1 berdasarkan harga obat dengan persyaratan hanya

berupa resep asli, sedangkan pembayaran pada IRJ lantai 2 dan 3 berdasarkan

jaminan INA-CBGs (Indonesia Case Based Groups). Besarnya jaminan INA-

CBGs per hari yaitu sebesar Rp 350.000 – Rp 400.000,- untuk keseluruhan

pelayanan kesehatan dengan pembatasan farmasi sebesar Rp 150.000,-. Jika

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

69

Universitas Indonesia

jumlah obat yang harus diberikan kepada pasien lebih dari Rp 150.000,- maka

pasien akan diberi copy resep yang dapat dilayani dikemudian hari beserta

persyaratan SJP asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 yang terdapat

pada IRJ lantai 1, fotokopi pendaftaran dan rujukan asli dari puskesmas yang

ditujukan untuk RSUP Fatmawati.

5) Depo Askes

Pasien Askes merupakan pasien yang paling banyak di RSUP Fatmawati.

Mulai tanggal 1 April 2013, pasien Askes yang semula dilayani di lantai 2 dan 3

gedung Instalasi Rawat Jalan, sekarang dilayani di Depo Askes. Depo farmasi

instalasi rawat jalan lantai 2 melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS),

sedangkan depo farmasi instalasi rawat jalan lantai 3 melayani pasien Jamkesmas

dan Jamkesda (seperti Jamkesda Tangerang, Jamkesda Bogor, Jamkesda Depok,

dan lain-lain). Acuan yang dapat digunakan dalam melayani pasien Askes adalah

DPHO Askes. Acuan tersebut digunakan untuk mengetahui obat-obat apa saja

yang dapat diberikan kepada pasien Askes beserta batasan jumlah maksimal yang

dapat diberikan.

Alur pelayanan resep dimulai dari pasien membawa resep beserta berkas-

berkas yang diperlukan sebagai persyaratan dan diberikan kepada petugas.

Petugas akan melakukan pengecekan kelengkapan berkas dan pengecekan obat-

obat dalam resep (apakah obat-obat tersebut sesuai dengan pedoman dan dapat

diserahkan kepada pasien). Kemudian, resep diinput untuk pemotongan stok obat,

lalu dilakukan pembuatan etiket, penyiapan obat, dan penyerahan. Masing-masing

tahap dikerjakan oleh orang yang berbeda. Pada masing-masing tahap akan

dilakukan pemberian stempel HETIP (Harga Etiket Timbang Isi Penyerahan).

Pemberian stempel tersebut dimaksudkan agar dapat dilakukan pengecekan

kembali apabila terjadi kesalahan.

Sebelum pembuatan etiket, petugas terlebih dahulu memeriksa kartu rujukan

dan menuliskan keterangan tanggal dan obat-obat yang diberikan pada kartu

rujukan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat dilakukan pengecekan apabila

pasien sebelumnya telah mendapatkan obat yang sama atau pasien sebelumnya

telah menebus obat tersebut dengan jumlah maksimal. Pada bagian ini, petugas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

70

Universitas Indonesia

akan membuatkan salinan resep untuk obat-obat yang tidak terdapat di Depo

Askes sehingga pasien dapat menebusnya di apotek lain.

Setelah etiket dibuat, selanjutnya petugas akan melakukan penyiapan obat,

baik obat jadi maupun obat racikan. Penyiapan obat jadi dilakukan dengan

memasukkan obat ke dalam etiket sesuai dengan jumlah yang tertera di etiket.

Untuk mempermudah penyiapan, obat-obat fast moving diletakkan di meja

tersendiri sehingga petugas akan lebih cepat dalam mengambil obat yang

dibutuhkan. Untuk obat yang tidak dikemas dalam kemasan blister, obat

dimasukkan ke dalam etiket dengan menggunakan peralatan seadanya karena

tidak tersedia alat hitung tablet. Hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi obat

apalagi jika obat dimasukkan ke dalam etiket menggunakan tangan.

Setelah obat disiapkan, obat dibawa oleh petugas ke bagian penyerahan. Alur

penyerahan obat meliputi verifikasi nomor pasien, verifikasi identitas pasien,

pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat, kemudian petugas

meminta nomor telepon pasien yang dapat dihubungi, dan meminta tanda tangan

pasien. Pemberian informasi obat dilakukan secara singkat. Informasi yang

diberikan kepada pasien hanyalah informasi mengenai indikasi dan aturan pakai

obat. Hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah pasien yang dilayani sehingga

waktu pemberian informasi obat menjadi sangat singkat. Jumlah resep yang

dilayani Depo Askes lebih kurang 200-300 resep per hari.

Dengan jumlah tersebut, terkadang tidak semua pasien dapat terlayani.

Terkadang masih terdapat pasien yang belum dilayani, meskipun jam pelayanan

telah selesai. Hal ini dikarenakan kurangnya SDM yang terdapat di Depo Askes.

Selain itu, seringkali pekerjaan yang berbeda dilakukan oleh orang yang sama,

misalnya selain melakukan penyerahan obat, petugas tersebut juga melakukan

penyiapan obat.

Obat yang sering diresepkan di Depo Askes adalah obat - obat jantung. Selain

itu, terdapat obat spesifik yang dilayani di Depo Askes yaitu obat-obat

kemoterapi. Namun, untuk obat-obat kemoterapi, yang dilayani di Depo Askes

hanya berkas-berkasnya saja, sedangkan obatnya dititipkan di ruang produksi

steril di Instalasi Farmasi. Hal ini dikarenakan hanya gudang farmasi dan produksi

farmasi steril yang boleh menyimpan obat - obat kemoterapi. Obat akan diberikan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

71

Universitas Indonesia

kepada pasien setelah direkonstitusi dan diantarkan ke ruang kemoterapi pada saat

kemoterapi akan dilakukan. Selain melayani obat DPHO Askes, Depo Askes juga

melayani obat non DPHO Askes, tetapi untuk obat-obat tersebut pasien dikenakan

biaya. Untuk obat non DPHO Askes, pembayaran dilakukan setelah penyerahan

obat. Sedangkan untuk pasien peserta Askes yang mendapatkan obat-obat DPHO

Askes, pembayaran dilakukan dengan cara melakukan klaim ke PT. ASKES.

Setelah selesai pelayanan, dilakukan input data kembali menggunakan

program yang terhubung dengan PT. ASKES. Klaim Askes dilakukan oleh

Instalasi Penagihan Pasien (IPP). Oleh karena itu, di Depo Askes disediakan

komputer yang digunakan untuk klaim Askes. Pembayaran untuk pasien peserta

Jamkesda menggunakan sistem INA CBG’s yaitu pembayaran berdasarkan paket-

paket yang telah ditentukan. Apabila tagihan pasien melebihi biaya paket yang

diberikan, selebihnya akan menjadi beban rumah sakit. Sedangkan bila tagihan

pasien kurang dari paketnya, kelebihan tersebut akan menjadi keuntungan rumah

sakit yang dapat digunakan untuk menutupi tagihan pasien yang menjadi beban

rumah sakit. Dengan demikian, terjadi subsidi silang antara pasien yang

tagihannya melebihi paket dengan pasien yang tagihannya kurang dari paket.

Penyimpanan barang di Depo Askes dilakukan berdasarkan jenis sediaannya, suhu

penyimpanan, dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika

disimpan di lemari khusus (double lock). Pelaporan yang dibuat oleh Depo Askes

antara lain laporan analisa penjualan antara lain obat generik dan non generik,

narkotika dan psikotropika, jumlah resep dan jumlah R/. Penghitungan jumlah

resep dan jumlah R/ dilakukan untuk mengetahui jumlah pasien yang dilayani dan

mengetahui beban kerja pegawai di Depo Askes.

6) Depo Teratai A dan B

Depo farmasi rawat inap merupakan depo yang menyediakan perbekalan

farmasi (obat dan alkes) bagi pasien rawat inap gedung teratai. Depo ini memiliki

SDM sebanyak 29 orang, dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang,

petugas perincian (billing) sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan

17 orang merupakan tenaga teknis kefarmasian. Kegiatan - kegiatan yang

dilakukan di depo farmasi rawat inap diantaranya pengadaan obat, penyiapan

obat, distribusi hingga dokumentasi.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

72

Universitas Indonesia

Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari

Instalasi Farmasi. IFRS bertanggung jawab terhadap obat yang beredar dan

penggunaan obat yang aman dan efektif di rumah sakit secara keseluruhan.

Tanggung jawab ini termasuk pengadaan, penyimpanan, penyiapan obat untuk

konsumsi dan distribusi obat ke unit perawatan penderita. Oleh karena itu,

sistem pendistribusian obat dari IFRS ke daerah perawatan pasien harus sesuai

untuk efisiensi penggunaan sarana, personel, waktu dan juga mencegah

kesalahan atau kekeliruan agar dapat terpenuhi persyaratan penyampaian obat

yang baik yaitu benar obat, benar waktu dan frekuensi, benar dosis, benar rute

pemberian, benar pasien, benar informasi dan benar dokumentasi.

Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan setiap

rumah sakit bervariasi, hal ini tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi

dan keberadaan fasilitas fisik, personel dan tata ruang rumah sakit. Di antara

sistem distribusi yang digunakan di depo farmasi rawat inap,

sistem dosis unit merupakan sistem distribusi yang paling menguntungkan

diantara sistem distribusi lainnya. Sistem ini memiliki beberapa keuntungan

diantaranya adalah pasien menerima pelayanan 24 jam sehari dan pasien hanya

membayar obat yang dikonsumsinya saja, semua dosis yang diperlukan pada

ruang perawat telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Hal ini membuat

perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung pasien,

sistem ini juga menghemat ruangan perawat dengan meniadakan persediaan

obat- obatan dan kemasan dosis unit dapat mengurangi kesempatan terjadinya

kesalahan obat, juga membantu penelusuran kembali kemasan apabila terjadi

penarikan obat. Namun, sistem ini juga memiliki beberapa keterbatasan

diantaranya adalah sistem ini mengharuskan obat harus sudah siap

dikonsumsi sebelum jam makan pasien sehingga perlu teknik kerja yang cepat

dan tepat, serta kebutuhan tenaga farmasi lebih banyak. Namun pada

kenyataannya, peran apoteker belum optimal, karena proses mulai dari

penerimaan resep hingga penyerahan obat ke ruang pasien lebih banyak dilakukan

oleh asisten apoteker sehingga evaluasi kerasionalan penggunaan obat pasien

masih belum dapat dilakukan secara maksimal.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

73

Universitas Indonesia

Tiap pasien memiliki map yang berisi formulir instruksi obat, kardeks, lembar

resep dan formulir pemberian obat insidentil. Formulir pemberian obat insidentil

adalah formulir untuk mencatat obat atau alat kesehatan yang diambil dari lemari

emergency yang digunakan oleh pasien. Dalam formulir ini tercantum nama,

alamat, umur pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, diagnosa, nama dan

jumlah obat yang digunakan per hari dan tanda tangan petugas administrasi

farmasi.

Pengadaan barang di depo rawat inap berasal dari gudang farmasi,

permintaan barang dilakukan setiap hari dengan menggunakan formulir

permintaan barang. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat

perincian kebutuhan yang diinput ke komputer secara online dengan sistem

di gudang farmasi dan selanjutnya permintaan perbekalan farmasi akan

disiapkan oleh petugas gudang farmasi. Setelah perbekalan farmasi yang diminta

disiapkan, petugas gudang farmasi akan mengkonfirmasi petugas depo farmasi

melalui telepon untuk pengambilan barang dan selanjutnya dilakukan serah

terima barang antara petugas gudang farmasi dan petugas depo farmasi. Pada

saat penerimaan barang, petugas depo farmasi harus mengecek barang yang

diminta untuk memastikan kesesuaian jenis atau bentuk sediaan, jumlah, tanggal

expired date, kondisi fisik barang dan kekuatan sediaan. Setelah dilakukan

verifikasi, secara otomatis maka stok barang yang diminta oleh depo farmasi

rawat inap telah menjadi stok di depo rawat inap di dalam sistem. Dengan adanya

sistem ini, maka memungkinkan stok obat di depo farmasi dan di sistem sama

besarnya (real stock). Namun, hal ini terkadang masih belum berjalan dengan

baik, stok di depo farmasi terkadang berbeda dengan stok yang ada di sistem.

Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kurangnya SDM untuk

memantau stok yang ada. Terkadang obat-obat yang sudah digunakan lupa

untuk diinput ke sistem.

Penyimpanan perbekalan farmasi yang tersedia di depo farmasi ini cukup

lengkap dan disusun dengan teratur. Obat dipisahkan antara generik dan non

generik, bentuk sediaan dan disusun berdasarkan alfabetis agar memudahkan

pengambilan sehingga mempercepat pelayanan. Obat-obat yang memerlukan

penyimpanan suhu dingin ditempatkan pada pharmaceutical refrigerator. Obat-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

74

Universitas Indonesia

obat mahal dan mudah pecah disimpan di dalam lemari kaca dan terkunci. Hal

ini bertujuan agar mencegah hilang atau pecahnya obat. Sediaan nutrisi juga

disimpan rapi dan terlindung dari cahaya dengan tujuan untuk menjaga kestabilan

sediaan tersebut.

Depo Farmasi Teratai memiliki beberapa unit lemari emergency

yang berisi obat dan alat kesehatan life saving. Lemari-lemari ini disediakan di

ruang HCU (High Care Unit) lantai 4 Utara, 5 Selatan dan 6 Selatan. Obat dan

alkes yang terdapat dalam lemari emergency dapat langsung digunakan tanpa

harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Setiap petugas mengambil obat

dan alkes dari lemari emergency harus mencatat di lembar insidentil per pasien

guna dimasukkan ke dalam tagihan pasien. Isi dari lemari emergency memiliki

standar baku. Jumlah obat yang disediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan

dalam satu malam. Setiap harinya petugas depo farmasi memiliki tugas

untuk mengecek persediaan obat dan alkes dalam lemari emergency, mencatat

pasien yang menggunakan dan mengisi kembali jika terdapat kekurangan sesuai

dengan standar baku.

Selain lemari emergency, depo farmasi juga menyiapkan kit emergency yang

disimpan di ruang perawat, dimana yang bertanggung jawab terhadap kit

emergency tersebut adalah kepala ruangan (perawat) pada masing-masing

ruangan. Kit emergency dilengkapi gembok sekali pakai dengan nomor seri yang

ditulis oleh petugas depo farmasi.

Depo farmasi rawat inap juga menyediakan paket-paket kebidanan yang

digunakan di lantai satu gedung teratai (emergency kebidanan). Paket-paket ini

disediakan agar mempercepat pelayanan obat dan alkes sampai kepada pasien

tanpa harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Paket-paket ini berisi obat

dan alkes yang dibutuhkan untuk pasien yang membutuhkan tindakan

penanganan yang cepat karena berhubungan dengan nyawa. Terdapat delapan

jenis paket yang tersedia antara lain Paket Kehamilan Ektopik Terganggu

(KET), Paket Ketuban Pecah Dini (KPD), Paket Hamil Kontraksi, Paket

Partus Sectio, Paket Abortus Curetage, Paket Haemorogic Post Partum

(HPP), Paket PreEklampsia Berat (PEB) dan Paket Partus Normal.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

75

Universitas Indonesia

Sistem distribusi yang digunakan cukup beragam diantaranya resep

individual, floor stock dan dosis unit. Sistem distribusi resep individual adalah

sistem order atau resep yang ditulis dokter untuk tiap pasien melalui perawat ke

ruang pasien tersebut. Dalam sistem ini, resep orisinil oleh perawat dikirim ke

depo farmasi, kemudian resep diproses sesuai kaidah dispensing yang baik dan

obat disiapkan untuk didistribusikan kepada pasien. Sistem ini diterapkan di lantai

tiga untuk pasien anak-anak yang masih mendapatkan puyer dan lantai 2

kebidanan. Selanjutnya, sistem distribusi floor stock merupakan suatu sistem

dengan cara kelompok obat tertentu disimpan di ruang perawatan untuk

digunakan oleh seluruh pasien, biaya penggunaan obat-obat ini dihitung sebagai

biaya perawatan. Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah obat

penggunaan umum yang terdiri atas obat yang tertera dalam daftar yang telah

ditetapkan oleh TFT dan IFRS yang tersedia di ruang perawat, seperti

kapas, alkohol, masker. Apoteker bertanggung jawab dan bekerja sama

dengan bidang keperawatan untuk menyediakan obat dan meningkatkan

pelayanan. Sistem distribusi terakhir adalah sistem distribusi dosis unit, yaitu

sistem distribusi obat yang diresepkan oleh dokter untuk penderita selama 24

jam atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit

tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.

Untuk penyediaan dosis unit, satu petugas depo farmasi bertanggung jawab

terhadap sejumlah pasien yang dirawat pada bagian utara dan selatan Teratai

di tiap lantai yang menerapkan sistem ini. Proses penyiapan dosis unit oleh

petugas dimulai dari pagi hari, dimulai dari pemilahan obat, penyiapan obat ke

dalam kemasan dosis unit, pengecekan kembali hingga peletakkan di dalam

trolley dosis unit sesuai dengan nama pasien. Selanjutnya, sore hari pukul 15.00

petugas depo farmasi yang bertanggung jawab mengantarkan obat dengan

menggunakan trolley dosis unit ke ruangan perawat untuk selanjutnya

dilakukan serah terima dan dilakukan pengecekan kembali. Hal ini sangat efektif

untuk memastikan bahwa obat yang diterima oleh pasien adalah obat yang

sesuai dengan yang diresepkan dan tidak ada duplikasi obat.

Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama halnya dengan

depo-depo farmasi lainnya, diantaranya adalah laporan analisa penjualan dan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

76

Universitas Indonesia

laporan tagihan pasien, laporan pemakaian obat-obat narkotika dan psikotropika,

laporan penulisan resep obat generik dan non generik, laporan medication

error dan stok opname setiap 3 bulan.

7) Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI)

Pasien-pasien yang masuk Instalasi Gawat Darurat dipilih atau dipisahkan

sesuai kondisi dan tingkat keparahan pasien. Pasien yang butuh penanganan

segera atau dalam kondisi parah akan masuk ruangan resusitasi untuk

mendapatkan tindakan medis sesuai yang dibutuhkan pasien. Pasien yang

membutuhkan tindakan bedah akan di bawa ke ruang P2 atau ruang kuning.

Pasien yang masuk ruang triase tidak mendapat tindakan apapun dan hanya

diperiksa tanda-tanda vital dari pasien tersebut. Pasien yang masuk ruang

Intermediate Ward (IW) merupakan pasien rawat inap yang mengantri kamar di

gedung rawat inap. Pendistribusian obat untuk pasien-pasien rawat inap dilakukan

dengan sistem unit dose, sedangkan pasien rawat jalan pendistribusiannya

dilakukan dengan sistem individual prescription. Di instalasi gawat darurat

terdapat lemari emergency yang selalu diperiksa setiap pergantian shift sebanyak

tiga kali sehari, sedangkan di ruang rawat inap seperti ruang ICU, NICU, PICU

lemari emergency hanya diperiksa satu kali sehari. Lemari emergency diperiksa

jumlahnya dan siapa yang menggunakan obat tersebut pada lembar insidentil. Jika

terjadi ketidaksesuaian antara jumlah obat yang tersisa di lemari emergency

dengan yang terdapat pada lembar insidentil maka petugas depo farmasi akan

mencatatnya dan mengkonfirmasikan hal tersebut kepada perawat.

Alur permintaan obat dan alat kesehatan di depo IGD dimulai dengan pasien

masuk IGD, kemudian pasien ditempatkan di ruang sesuai kondisi pasien. Pasien

yang masuk ruang P2 akan mendapat paket yang berisi obat maupun alat

kesehatan ke depo farmasi IGD. Pasien yang masuk ruang resusitasi akan

mendapatkan paket yang telah ada di ruang resusitasi tersebut melalui perawat.

Perawat akan mencatat nama pasien yang menggunakan paket tersebut. Barang

dalam paket yang tidak digunakan oleh pasien akan dikembalikan ke depo farmasi

IGD dan dibuat rincian penagihan untuk obat dan alat yang telah dipakai oleh

pasien.

8) Depo Instalasi Bedah Sentral

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

77

Universitas Indonesia

Lemari emergensi hanya terdapat di OK Cito karena operasi bersifat segera

dan depo farmasi berada di lantai 2. Permintaan obat dan alat kesehatan antara

penata anestesi dan penata bedah dibedakan untuk mempermudah pendistribusian

keperluan setiap penata. Pada saat perincian biaya, permintaan obat dan alat

kesehatan penata anestesi dan bedah akan digabungkan. Obat di Depo Instalasi

Bedah Sentral disimpan pada lemari yang terpisah dari alat kesehatan, namun obat

tidak disusun sesuai abjad. Menurut ketentuan yang berlaku, obat seharusnya

disusun sesuai abjad untuk mempermudah pengambilan saat diperlukan. Obat

tidak disusun sesuai abjad karena fasilitas lemari penyimpanan yang sempit. Obat

yang memerlukan suhu dingin disimpan di pharmaceutical refrigerator yang

dilengkapi dengan monitor suhu.

9) PIO

RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang

dilakukan oleh apoteker selama 24 jam atau on call dengan nomor 1382.

Berbagai bentuk kegiatan pelayanan informasi obat seperti yang ada pada

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi telah dilakukan

di RSUP Fatmawati. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan meliputi

pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga, efek samping,

dosis, interaksi, kompatibilitas, ketersediaan, kontraindikasi, farmakokinetik,

farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan, indikasi, dan

keracunan dari suatu obat, serta pertanyaan lain-lain. Pertanyaan terbanyak

adalah mengenai dosis obat. Untuk dapat menjawab setiap pertanyaan dengan

tepat, maka dilakukan usaha penggalian informasi penanya mengenai identitas

pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat pengobatan pasien, dan riwayat alergi

atau efek samping obat yang pernah dialami pasien. Literatur yang digunakan di

pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati adalah literatur tersier, paling banyak

menggunakan DIH (Drug Information Handbook).

Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga

dilakukan dokumentasi yang bertujuan untuk:

a) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam

menjawab pertanyaan dengan lengkap.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

78

Universitas Indonesia

b) Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.

c) Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.

d) Sebagai media pelatihan tenaga farmasi.

e) Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan.

f) Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan

informasi obat.

Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat

mencakup penilaian atau pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat

dengan cara membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah

dilaksanakan pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada

pimpinan dalam membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012

sempat terjadi penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi

obat. Sekalipun demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh

apoteker. Kecepatan menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera

dijawab (< 1 jam). Berdasarkan hasil perhitungan pada bulan September

2013, sebanyak 69,23 % pertanyaan dapat dijawab dalam waktu < 1 jam.

Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi

obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up

to date), tidak ada jaringan internet untuk mengupdate informasi maupun

literatur, apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan

jumlah pertanyaan yang masih sedikit.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

79 Universitas Indonesia

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh setelah melakukan praktek kerja profesi

Apoteker di RSUP Fatmawati adalah:

a. Peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

(IFRS) Fatmawati adalah melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan

farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan perbekalan farmasi

merupakan suatu s iklus , dimulai dari proses perencanaan, pengadaan,

penyimpanan hingga pendistribusian dengan menggunakan sistem satu pintu.

b. Peran dan fungsi Apoteker dalam kegiatan farmasi klinik di RSUP Fatmawati

yang bersifat profesional antara lain melakukan visite pasien, monitoring

atau review penggunaan obat, monitoring efek samping obat, pemberian dan

edukasi bagi staf farmasi.

c. Kegiatan PKPA di RSUP Fatmawati memberikan wadah bagi calon apoteker

untuk dapat mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang telah diperoleh

sebelumnya.

5.2 Saran

Kegiatan kefarmasian yang dilakukan di RSUP Fatmawati sudah berjalan

baik, namun untuk mempertahankan kinerja serta meningkatkan mutu pelayanan

kefarmasian maka penulis menyarankan beberapa upaya berikut :

a. Untuk meringankan dan memperjelas pembagian kegiatan di Instalasi

Farmasi RSUP Fatmawati, sebaiknya Wakil Kepala Instalasi dibagi menjadi

3 bagian, yaitu: Waka IFRS Pelayanan, Waka IFRS Perbekalan dan Waka

IFRS Farmasi Klinik.

b. Untuk mempermudah proses pelaporan pemakaian Narkotik dan Psikotropik,

maka IFRS dapat melakukan secara online sebagaimana yang telah diterapkan

pada fasilitas pelayanan lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

80

Universitas Indonesia

c. Pelaporan psikotropik hendaknya dilakukan setiap satu bulan sekali

bersamaan dengan pelaporan narkotik, hal ini dilakukan untuk menjamin data

yang dilaporkan tersebut.

d. Sebaiknya penyimpanan produk hasil produksi disimpan di gudang Farmasi,

untuk mempermudah akses distribusi dan memaksimalkan ruang produksi

hanya untuk kegiatan produksi saja.

e. Untuk rekonstisusi obat yang memerlukan kondisi steril, setelah pengamatan

kami menyarankan agar perlu dilakukan monitoring lingkungan pada saat

dilakukan rekonstitusi.

f. Untuk menunjang kegiatan farmasi klinik, maka perlu diaktifkan kembali

kegiatan konseling (tanpa harus diminta oleh pasien, apoteker harus berperan

aktif dalam menentukan pasien yang membutuhkan konseling).

g. Untuk depo rawat jalan, beri Label LASA pada obat-obat LASA yang belum

dilengkapi penanda untuk meminimalisir kesalahan dalam pengambilan obat,

simpan obat keras di depo bagian dalam atau bagian yang tidak terjangkau

dengan konsumen, dan sediakan lemari psikotropik terpisah.

h. Untuk depo IBS, sebaiknya ditempatkan seorang apoteker sebagai penyelia

depo IBS.

i. Hasil dari tugas yang di berikan kepada para peserta PKPA di RSUP

Fatmawati sangat baik dijadikan acuan atau evaluasi dari kegiatan pelayanan

kefarmasian

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

81 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Daris, Azwar. (2012). Pengantar Hukum dan Etika Farmasi. Tangerang : DuwoOkta.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2004).Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di RumahSakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2006)Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi diRumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (2008). PedomanPengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: DepartemenKesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam NegeriRepublik Indonesia. (2009). Pedoman Tarif Pelayanan Kesehatan BagiPeserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas,Balai Kesehatan Masyarakat, dan Rumah Sakit Daerah. Jakarta :Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian DalamNegeri Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta : SekretariatNegara RI.

PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia. (2004). Pedoman Bagi PesertaAskes Sosial. Jakarta : PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia.

RSUP Fatmawati. (2012a). Keputusan Direktur Utama No. HK.03.05/II.1/1686/2012 (025/FAR) tentang Standar Prosedur OperasionalHak Akses Sistem Informasi Farmasi. Jakarta : RSUP Fatmawati.

RSUP Fatmawati. (2012b). Keputusan Direktur Utama No. HK.03.05/II.1/779/2012 tentang Penyimpanan Narkotika Dan Psikotropika.Jakarta: RSUP Fatmawati.

RSUP Fatmawati. (2012c). Keputusan Direktur Utama No. HK.03.05/II.1/1612/2012 (025/FAR) tentang Standar Prosedur OperasionalTata Cara Persuratan, Pelaporan, Pengarsipan di Instalasi Farmasi.Jakarta : RSUP Fatmawati.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

83

Universitas Indonesia

RSUP Fatmawati. (2013) Diunduh darihttp://www.fatmawatihospital.com/konten/details/profil#sejarahsingkat.Pada : 28 Oktober 2013 Pukul 22.00 WIB.

Siregar, Charles J.P. (2003). Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Terapan. Jakarta :EGC

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

LAMPIRAN

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

84

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Universitas Indonesia

85

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 3. Alur Pengkajian Resep

90

86

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 4. Alur Pemantauan Efek Samping Obat

87

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 5. Alur Kegiatan Pemantauan Interaksi Obat

Universitas Indonesia

88

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 6. Alur Penyimpanan Resep dan Arsip (surat masuk, surat keluar, SK,Laporan-laporan dan arsip Kepegawaian)

Resep

Arsip

89

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 7. Alur Pemusnahan Resep dan Arsip

90

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 8. Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi

91

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 9. Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi oleh Tim Penerima

928

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 10. Alur Masuk ke Ruang Produksi Aseptik

Universitas Indonesia

93

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 11. Alur Pelayanan Obat Sitostatika Rawat Jalan dan Rawat Inap

Rawat Jalan

Rawat Inap

Universitas Indonesia

94

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 12. Prosedur Penyiapan Obat Rawat Jalan Secara Individual Prescription

95

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 13. Alur Pelayanan Resep di Depo Askes

Universitas Indonesia

96

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 14. Alur Distribusi Obat Secara Dosis Unit di Instalasi Farmasi RSUP

Fatmawati

Universitas Indonesia

97

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 15. Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan di Depo Instalasi Bedah

Sentral

OK Cito

OK Elektif

98

Universitas Indonesia

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Lampiran 16. Alur Program Pelayanan Informasi Obat

Tidak Ya

Ya

User (pasien/lainnya)Menyampaikan pertanyaan secara lisan/tertulis

Apoteker1. Menerima pertanyaan2. Penilaian penanya dan pertanyaan sesungguhnya

Apoteker1. Pencatatan pertanyaan pada formulir pelayanan informasi obat.2. Penelusuran jawaban atas pertanyaan dalam literatur.3. Penyusunan jawaban dalam formulir pelayanan informasi obat.4. Penyampaian jawaban kepada user.

User1. Menerima jawaban pertanyaan2. Memberi respon atas informasi yang telah diberikan

Selesai

Tidak

Universitas Indonesia

99

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI

APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI, JALAN

FATMAWATI, CILANDAK, JAKARTA SELATAN

PERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013

PEDOMAN PEMBERIAN OBAT PARENTERAL

SANTI YANUARTI UTAMI, S.Farm.

1206330072

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JANUARI 2014

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

ii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. iii

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1

1.2 Tujuan…………………………………………………………… 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………..……………………… 3

2.1 Definisi Sediaan Parenteral………………………………………. 3

2.2 Persyaratan Sediaan Parenteral…………………………………… 3

2.3 Penggolongan Sediaan Parenteral…….…………...……………... 5

2.4 Rute Pemberian Sediaan Parenteral………………………………. 5

2.5 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Sediaan Parenteral............ 7

2.6 Pedoman Pemberian Obat Parenteral.............................................. 8

2.6.1 Dosis…………..…………………………………………… 8

2.6.2 Pelarut…….………………………………………………... 9

2.6.3 Stabilitas…….……………………………………………... 9

2.6.4 Ketidakcampuran (Incompatibility)...……………………... 12

BAB 3 METODE PENGUMPULAN DATA……………………………. 13

3.1 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data…………………………. 13

3.2 Metode Pengumpulan Data……………………………………. 13

BAB 4 HASIL…………………………………………………..……………… 14

DAFTAR ACUAN……………………………………………………………… 19

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kegiatan apoteker rumah sakit adalah menyediakan dan/ atau

membuat sediaan obat sesuai dengan standar teknis pembuatan yang sudah

dikenal, termasuk di dalamnya teknik pencampuran sediaan-sediaan parenteral,

serta menempatkannya dalam wadah yang tepat. Apoteker rumah sakit

bertanggung jawab terhadap seluruh proses pembuatan sampai penyerahan

sediaan obat, termasuk sediaan obat parenteral pada pasien atau tenaga kesehatan

lain (Linden, Ellyana. et al., 2009).

Sediaan parenteral merupakan sediaan steril yang biasa diberikan dengan

berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk

sediaan obat yang lain karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran

mukosa ke bagian dalam tubuh. Rute pemberian parenteral yang paling umum

adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya

(Potter, Perry., 2006). Pada umumnya, pemberian obat secara parenteral dilakukan

Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila penderita

tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan menerima

pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan cara lain

(Ansel, H.C., 1989)

Hal penting yang perlu diperhatikan seorang apoteker dalam pencampuran

dan pemberian sediaan parenteral pada pasien adalah masalah stabilitas bahan

obat. Ketidakstabilan suatu bahan obat dalam sediaan parenteral dapat berakibat

obat menjadi tidak aktif secara farmakologi dan/atau menjadi berbahaya bagai

pasien. Oleh karena itu, seorang apoteker rumah sakit perlu mempunyai

pengetahuan mengenai stabilitas bahan obat (Linden, Ellyana. et al., 2009).

Selain itu, apoteker perlu mempunyai pengetahuan tentang

ketercampuran/ketidakcampuran suatu sediaan parenteral, baik dalam larutan

infus, pemberian melalui syringe, Y-site, maupun aditif (Linden, Ellyana. et al.,

2009). Ketidakcampuran suatu sediaan parenteral adalah reaksi yang tidak

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

2

Universitas Indonesia

diinginkan terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan melalui IV atau larutan

parenteral. Hal inilah yang mengarah seorang apoteker harus mampu menangani

masalah fisik, kimia, dan kecocokan/ketidakcocokan terapi untuk merancang

alternatif suatu sediaan parenteral yang cocok ketika masalah tersebut muncul

(Deb, Ratul., 2012).

Penulisan laporan ini terdapat dosis setiap sediaan parenteral serta pelarut

yang kompatibel untuk melarutkan atau mengencerkan suatu sediaan parenteral.

Laporan ini diharapkan dapat diterapkan sebagai acuan dalam pencampuran dan

pemberian obat secara parenteral.

1.2 Tujuan

1. Memahami pedoman pemberian obat secara parenteral.

2. Memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencampuran dan

pemberian sediaan parenteral.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sediaan Parenteral

Istilah parenteral berasal dari kata Yunani “Para” dan “Enteran, yang

berarti disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara

menyuntikkan obat dibawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau

membran mukosa. Karena rute ini di sekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi

dari tubuh yaitu kulit dan selaput/membran mukosa, maka kemurnian yang sangat

tinggi dari sediaan harus diperhatikan. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute

pemberian yaitu intramuskular, intravena, intrakutan, subkutan, intraspinal, dan

intra dermal (Ganiswara, 2005).

Sediaan parenteral dapat didefinisikan sebagai produk obat steril yang

tersedia dalam bentuk larutan, suspensi, emulsi, atau bubuk yang dapat dilarutkan

oleh pelarut kompatibel yang diberikan melalui suntikan (Ahuja, Satinder dan

Stephen Scypinsky., 2001)

2.2 Persyaratan Sediaan Parenteral

Kerja optimal dari larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya

akan diperoleh jika memenuhi persyaratan (Voight, A., 1995), yaitu :

1. Aman

Injeksi tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau menimbulkan efek

toksik.

2. Harus jernih

Injeksi berupa larutan harus jernih dan bebas dari partikel asing, serat dan

benang. Pada umumnya, kejernihan dapat diperoleh dengan penyaringan.

Alat-alat penyaringan harus bersih dan dicuci dengan baik sehingga tidak

terdapat partikel dalam larutan. Penting untuk menyadari bahwa larutan yang

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

4

Universitas Indonesia

jernih diperoleh dari wadah dan tutup wadah yang bersih, steril dan tidak

melepaskan partikel.

3. Sedapat mungkin isohidris

Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh

lain yaitu pH 7,4. Hal ini dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak

terasa sakit dan penyerapan obat dapat maksimal.

4. Sedapat mungkin isotonis

Isotonis artinya mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan tekanan

osmosa darah dan cairan tubuh yang lain, yaitu sebanding dengan tekanan

osmosa larutan natrium klorida 0,9%. Penyuntikan larutan yang tidak isotonis

ke dalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Bila larutan

yang disuntikkan hipotonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil)

terhadap cairan tubuh, maka air akan diserap masuk ke dalam sel-sel tubuh

yang akhirnya mengembang dan dapat pecah. Pada penyuntikan larutan yang

hipertonis (mempunyai tekanan osmosa yang lebih besar) terhadap cairan-

cairan tubuh, air dalam sel akan ditarik keluar, yang mengakibatkan

mengerutnya sel. Meskipun demikian, tubuh masih dapat mengimbangi

penyimpangan-penyimpangan dari isotonis ini hingga 10%. Umumnya larutan

yang hipertonis dapat ditahan tubuh dengan lebih baik daripada larutan yang

hipotonis. Zat-zat pembantu yang banyak digunakan untuk membuat larutan

isotonis adalah natrium klorida dan glukosa.

5. Tidak berwarna

Pada sediaan obat suntik tidak diperbolehkan adanya penambahan zat warna

dengan maksud untuk memberikan warna pada sediaan tersebut, kecuali bila

obatnya memang berwarna.

6. Steril

Suatu bahan dikatakan steril jika terbebas dari mikroorganisme hidup yang

patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam

bentuk tidak vegetatif (spora).

7. Bebas pirogen

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

5

Universitas Indonesia

Hal ini harus diperhatikan terutama pada pemberian injeksi dengan volume

besar, yaitu lebih dari 10 ml untuk satu kali dosis pemberian. Injeksi yang

mengandung pirogen dapat menimbulkan demam.

2.3 Penggolongan Sediaan Parenteral

Menurut USP, obat suntik dibagi dalam lima jenis yang secara umum

didefinisikan sebagai berikut (Ansel, H.C., 1989):

1. Obat larutan atau emulsi yang sesuai untuk obat suntik, memakai judul

“_______ injection.” (Contoh: Insulin Injection)

2. Bubuk kering atau larutan pekat, tidak mengandung dapar, pengencer atau zat

tambahan lain dan bila ditambah pelarut lain yang sesuai memberikan larutan

yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk obat suntik, dan ini dibedakan

dengan judul: “Sterile ________” (Contoh: Sterile Ampicillin Sodium)

3. Sediaan-sediaan seperti dijelaskan di nomor 2 kecuali bahwa mereka

mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau zat penambah lain, dan

dibedakan dengan judul: “________ for injection” (Contoh: Methicillin

Sodium for Injection)

4. Padatan yang disuspensikan di dalam media cair yang sesuai dan tidak untuk

disuntikkan intravena atau ke dalam ruang spinal, dibedakan dengan judul:

“Sterile _________ Suspension” (Contoh: Sterile Cortisol Suspension)

5. Padatan kering, yang bila ditambahkan pembawa yang sesuai menghasilkan

sediaan yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk Sterile Suspension

dan yang dibedakan dengan judul “Sterile ________ for Suspension” (contoh:

Sterile Ampicillin for Suspension).

2.4 Rute Pemberian Sediaan Parenteral

Berdasarkan cara pemberiannya, sediaan parenteral dapat digolongkan

dalam beberapa jenis(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979), yaitu :

1. Injeksi intraderma atau intrakutan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

6

Universitas Indonesia

Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah

startum korneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air, volume

yang disuntikkan sedikit (0,1 - 0,2 ml). Digunakan untuk tujuan diagnosa.

2. Injeksi subkutan atau hipoderma

Injeksi subkutan dimasukkan ke dalam jaringan lembut dibawah permukaan

kulit. Jumlah larutan yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Larutan harus

sedapat mungkin isotonis dan isohidris, dimaksudkan untukmengurangi iritasi

jaringan dan mencegah terjadinya nekrosis (mengendornya kulit).

3. Injeksi intramuskular

Injeksi intramuskular dimasukkan langsung ke otot, biasanya pada lengan atau

daerah gluteal. Sediaannya biasa berupa larutan atau suspensi dalam air atau

minyak, volume tidak lebih dari 4 ml. Penyuntikan volume besar dilakukan

dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.

4. Injeksi intravena

Injeksi intravena langsung disuntikkan ke dalam pembuluh darah, berupa

larutan isotoni atau agak hipertoni, volume 1-10 ml. Larutan injeksi intravena

harus bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler

dan menyebabkan kematian. Injeksi intravena yang diberikan dalam volume

besar, umumnya lebih dari 10 ml, disebut infus. Jika volume dosis tunggal

lebih dari 15 ml, injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan

jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen.

5. Injeksi intraarterium

Injeksi intraarterium dimasukkan langsung ke dalam pembuluh darah perifer,

digunakan jika efek obat diperlukan segera. Umumnya berupa larutan, dapat

mengandung cairan non iritan yang dapat bercampur dengan air, volume 1-10

ml. Tidak boleh mengandung bakterisida.

6. Injeksi intrakardial

Injeksi intrakardial dimasukkan langsung ke dalam otot jantung atau

ventrikulus, hanya digunakan untuk keadaan gawat. Tidak boleh mengandung

bakterisida.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

7

Universitas Indonesia

7. Injeksi intratekal atau subaraknoid

Injeksi intratekal digunakan untuk menginduksi spinal atau lumbal anestesi

dengan menyuntikkan larutan ke ruang subaraknoid, biasanya volume yang

diberikan 1-2 ml. Injeksi intratekal yang digunakan tidak boleh mengandung

bakterisida untuk wadah dosis tunggal.

8. Injeksi intraperitonial

Injeksi intraperitonial disuntikkan langsung ke dalam rongga perut.

Penyerapannya cepat, bahaya infeksi besar sehingga jarang dipakai.

9. Injeksi intraartikulus

Injeksi intraartikulus digunakan untuk memasukkan material seperti obat anti

inflamasi langsung ke luka atau jaringan yang teriritasi. Injeksi berupa larutan

atau suspensi dalam air.

10. Injeksi subkonjungtiva

Larutan atau suspensi dalam air untuk injeksi selaput lendir bawah mata,

umumnya tidak lebih dari 1 ml.

11. Injeksi intrasisternal dan peridual

Injeksi ini disuntikkan ke intrakarnial sisternal dan lapisan dura dari

spinalcord. Keduanya merupakan prosedur yang sulit dengan peralatan yang

rumit.

2.5 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Sediaan Parenteral

Pemberian melalui injeksi mempunyai beberapa keuntungan maupun

kerugian dibandingkan dengan melalui cara lain. Keuntungan pemberian secara

parenteral (Groves, M., 1988 ; Turco dan King, 1979), yakni:

(1) Obat-obat yang rusak atau diinaktifkan oleh sistem saluran cerna atau tidak

diabsorpsi dengan baik untuk memberikan respon memuaskan, dapat

diberikan secara parenteral,

(2) Sering digunakan apabila dibutuhkan absorpsi yang segera, seperti pada

keadaan darurat,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

8

Universitas Indonesia

(3) Kadar obat dalam darah yang dihasilkan jauh lebih bisa diramalkan (kadar

obat lebih besar dari pemberian oral),

(4) Memungkinkan pemberian dosis yang lebih kecil,

(5) Pemberian secara parenteral berguna dalam pengobatan pada pasien yang

tidak mau bekerjasama, kehilangan kesadaran atau sebaliknya tidak dapat

menerima obat secara oral.

Adapun kerugian pemberian secara parenteral (Groves, M., 1988 ; Turco

dan King, 1979), yakni:

(1) Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi.

Ini berarti, pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau

toksik maupun kelebihan dosis karena ketidakhati-hatian akan sukar

dilakukan,

(2) Tuntutan sterilitas untuk sediaan parenteral sangat ketat,

(3) Harga sediaannya relatif mahal,

(4) Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan pengobatan,

(5) Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan

serta sulit untuk memulihkan keadaan bila terjadi kesalahan.

2.6 Pedoman Pemberian Obat Parenteral

2.6.1 Dosis (Syamsuni, 2005)

Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat

dipergunakan atau diberikan kepada seseoarng penderita, baik untuk obat dalam

maupun obat luar.

Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dengan dosis adalah dosis

maksimum dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan, dan rektal.

Selain itu, dikenal juga istilah dosis lazim. Dalam Farmakope Indonesia Edisi III

tercantum dosis lazim untuk dewasa dan bayi atau anak yang merupakan takaran

petunjuk yang tidak mengikat.

Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek

yang diharapkan tergantung banyak faktor antara lain umur, bobot badan, luas

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

9

Universitas Indonesia

permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit, dan kondisi daya tangkis

penderita.

2.6.1.1 Macam-macam dosis (Syamsuni, 2005)

Selain dosis lazim, juga dikenal macam-macam istilah dosis yang lain,

yaitu :

1. Dosis terapi, takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat

menyembuhkan penderita.

2. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat

menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita.

3. Dosis maksimum, takaran obat terbesar yang diberikan yang masih dapat

menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan pada penderita.

4. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan

keracunan pada penderita.

5. Dosis letalis, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan

kematian pada penderita. Dosis letalis terdiri atas

a. LD 50 : takaran yang dapat menyebabkan kematian pada 50% hewan

percobaan.

b. LD 100 : takaran yang dapat menyebabkan kematian pada 100% hewan

percobaan.

2.6.2 Pelarut

Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat

lain. Umumnya, pelarut merupakan jumlah terbesar dari sistem larutan (Sunarya,

Yayan dan Agus Setiabudi, 2007). Pelarut dikenal juga sebagai zat pendispersi

yaitu tempat menyebarkannya partikel-partikel zat terlarut (Sumardjo, Damin.,

2006)

2.6.3 Stabilitas (Linden, Ellyana., et al, 2009)

Suatu sediaan memerlukan kondisi penyimpanan (suhu dan tempat) yang

tepat agar terjaga stabilitasnya

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

10

Universitas Indonesia

2.6.3.1 Suhu Penyimpanan

Beberapa suhu penyimpanan dalam hubungan stabilitas suatu sediaan

parenteral :

1. Suhu kamar adalah suhu yang berkisar antara 20-25°C dan setelah

diperhitungkan toleransi penyimpangan menjadi kisaran 15-30°C.

2. Cool temperature yang diterjemahkan menjadi suhu sejuk adalah suhu

penyimpanan antara 8-15°C.

3. Cold temperature yang diterjemahkan menjadi suhu dingin adalah suhu

penyimpanan ≥8°C (tidak lebih dingin).

4. Penyimpanan dalam lemari pendingin adalah penyimpanan pada suhu 2-8°C.

5. Penyimpanan dalam freezer (suhu beku) adalah penyimpanan pada suhu

antara -25°C dan -10°C.

Sebagian besar sediaan memiliki perbedaan kondisi penyimpanan antara

sebelum dan sesudah rekonstitusi. Perlu diperhatikan rentang waktu stabil sediaan

yang telah direkonstitusi karena seringkali suatu sediaan telah mengalami

perubahan potensi tanpa didahului perubahan stabilitas fisik (misalnya : terbentuk

endapan dan/ atau kabut).

2.6.3.2 Parameter Penilaian Stabilitas

Parameter yang biasanya digunakan untuk menilai stabilitas adalah t90

(shelf life). Shelf life merupakan waktu yang diperlukan untuk mencapai

konsentrasi 90% dari konsentrasi awal. Suatu sediaan obat dikatakan stabil apabila

konsentrasi yang tersisa minimum 90% dari konsentrasi awal atau dekomposisi

bahan obatnya tidak lebih dari 10%.

Selain shelf life, suatu obat dikatakan stabil bila hasil degradasinya tidak

melebihi spesifikasi yang sudah ditetapkan. Contoh : hasil degradasi cefepime, N-

methyl pirrolydine, merupakan senyawa yang toksik dan berdasarkan United

Stated Pharmacopoeia (USP), konsentrasi yang diperbolehkan tidak boleh

melebihi 1%. Dengan demikian, bila konsentrasi N-methyl pirrolydine dalam

larutan cefepime telah mencapai 1%, meskipun konsentrasi cefepime belum

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

11

Universitas Indonesia

mencapai 90% dari konsentrasi awal, larutan cefepime tersebut dianggap tidak

stabil.

Dua parameter diatas merupakan parameter yang umum digunakan. Akan

tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa masing-masing rumah sakit

mempunyai parameter sendiri berdasarkan konsensus bersama yang disusun,

dengan memperhatikan sifat fisika kimia tiap obat dan kondisi lingkungan.

2.6.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Bahan Obat

Stabilitas bahan obat dipengaruhi oleh antara lain :

1. pH

pH berperan penting dalam reaksi hidrolisis, terutama dalam kaitannya dengan

acid-base catalysis. Sedapat mungkin suatu larutan obat dibuat dalam pH

stabilitas maksimumnya, sehingga stabilitas obat dalam larutan lebih terjamin.

2. Suhu

Suhu berpengaruh terhadap shelf life. Umumnya dalam fase cair, semakin

tinggi sushu, semakin tinggi dekomposisinya. Contoh : shelf life larutan

meropenem 22 mg/ml dalam NS pada 4°C adalah 4,87 hari; sedangkan pada

23°C hanya 17,4 jam. Pengaruh suhu terhadap dekomposisi obat terutama

dipengaruhi energi aktivasi dan berkaitan dengan persamaan Arrhenius.

3. Pelarut

Beberapa pelarut (seperti dapar ataupun pelarut yang mengandung

karbohidrat) dapat menyebabkan efek katalisis. Contoh : ampicillin ternyata

mempunyai shelf life lebih rendah bila dilarutkan dalam %% glukosa

dibandingkan dengan dalam NS ataupun air. Hal ini disebabkan adanya reaksi

spesifik antara ampicillin dan larutan karbohidrat. Golongan beta-laktam yang

lain (seperti amoxicillin) dan golongan karbapenem (imipenem, meropenem,

dan ertapenem) juga memberikan hasil serupa.

4. Konsentrasi

Konsentrasi obat terlarut mempunyai peranan dalam mekanisme polimerisasi.

Umumnya, untuk golongan beta-laktam, semakin tinggi konsentrasi, semakin

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

12

Universitas Indonesia

tinggi pula dekomposisi yang terjadi. Contoh : pada suhu 4°C dan 23°C,

larutan meropenem 1 mg/ml dalam NS mempunyai kecepatan dekomposisi

lebih rendah dibandingkan larutan meropenem 22 mg/ml (t90 1 mg/ml vs 22

mg/ml pada 4°C ±10 hari vs ±4 hari, sedangkan pada 23°C ±22 jam vs ±17

jam).

5. Faktor-faktor lainnya : kekuatan ion, konstanta dielektrik, oksigen, cahaya,

dan lain-lain.

2.6.4 Ketidakcampuran (Incompatibility) (Linden, Ellyana., et al, 2009)

Berisi informasi tentang ketidakcampuran suatu sediaan obat, baik dalam

larutan infus, pemberian melalui syringe, Y-site maupun aditif. Informasi tentang

ketidakcampuran suatu sediaan tidak selalu diketahui karena terbatasnya

penelitian yang dilakukan. Bahkan ketidakcampuran harus dilakukan sesuai

dengan kondisi praktis saat pencampuran dua atau lebih sediaan obat dilakukan.

Oleh karena itu, sangat direkomendasikan bila memungkinkan sediaan intravena

diberikan secara terpisah dengan sediaan intravena yang lain.

Suatu campuran bahan obat akan dikategorikan sebagai ketidakcampuran

hanya apabila sudah jelas dinyatakan dalam brosur obat maupun bukti penelitian

yang terdapat dalam pustaka. Apabila terdapat perbedaan pendapat mengenai

beberapa hasil penelitian tentang ketidakcampuran, baik disebabkan perbedaan

kondisi perlakuan maupun larutan infus yang digunakan, maka tidak akan

dimasukkan dalam data ketidakcampuran dalam laporan ini. Apabila tidak

ditemukan informasi mengenai ketidakcampuran monografi obat tertentu dalam

laporan ini, bukan berarti tidak terdapat data mengenai hal tersebut, namun perlu

melakukan konsultasi dengan apoteker atau pusat informasi obat lebih lanjut.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

13 Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data

Pengkajian terhadap pedoman pemberian obat parentral dilakukan pada tanggal

27 September – 25 Oktober 2013 yang bertempat di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penyusunan pedoman pemberian obat parenteral

yaitu melalui penelusuran/studi literatur dari media cetak maupun elektronik.

Pembuatan laporan dimulai dengan melakukan studi literatur dari berbagai sumber

dengan kriteria sebagai berikut :

1. Buku teks,

2. Review artikel, dan

3. E-book.

Kemudian dilakukan penyusunan laporan berdasarkan sumber pustaka.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

4

BAB 4

HASIL

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

1. ABU 5 ml

(Serum anti

bisa ular :

ABU I (khusus

ular dari luar

Papua), ABU

II (Khusus ular

dari Papua)

Jumlah dosis yang tepat

bergantung tingkat keparahan

penderita pada saat akan

menerima serum

Dosis pertama sebanyak 2 vial

@5 mL yang bila ditambahkan

kedalam larutan fisiologis

menjadi larutan 2% dan

diberikan sebagai cairan infus

dengan kecepatan 40-80 tetes/

menit, diulang 6 jam kemudian

Apabila

diperlukan (misalnya dalam

keadaan gejala–gejala tidak

berkurang atau bertambah )

Serum Antibisa Ular Polivalen

dapat terus diberikan setiap 24

jam sampai maksimum 80 –

100 mL.

Serum Antibisa Ular Polivalen

yang tidak diencerkan dapat

500 ml

NaCl 0,9%

atau

dekstrosa

5%

Simpan

pada suhu

antara 2°C

dan 8°C.

Jangan

dibekukan

- -

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

5

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

diberikan langsung sebgai

suntikan intravena dengan

sangat perlahan-lahan.

Dosis Serum Antibisa Ular

Polivalen untuk anak-anak

sama dengan dosis untuk orang

dewasa.

Lakukan Uji Kepekaan terlebih

dahulu, jika peka lakukan

desensitisasi.

2. Actravid HM

100 IU/10 ml,

Actravid HM

100 IU/ 3 ml

[insulin short-

acting (kerja

pendek) :

Neutral sol of

human

monocompone

nt (HM)

insulin

(recombinant

DNA origin]

Dosis awal 0.5-1 U / kgBB /

hari dalam dosis terbagi.

Atau direkomendasikan juga

dengan dosis 0.2-0.4 units/

kgBB/ hari untuk mencegah

terjadinya hipoglikemia.

Amino

acids

4.25%.

Dekstrosa

25%.

NaCl

0.9%

Insulin

reguler

harus

disimpan

dalam

pendingin

dan

dilindungi

dari

pembekua

n.

Simpan

pada suhu

2 dan 8 C;

jangan

dibekukan;

hindari

pemanasan

dan cahaya.

Setelah

digunakan

vial bisa

disimpan

hingga 31

hari jika di

Larutan Insulin

dapat hilang

efektifitasnya bila

dicampur dengan

zinc and isophane

insulin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

6

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

simpan di

refrigerator

dengan

suhu 2°C

dan 8°C

3. Actilyse 50 mg

(Alteplase)

ST-elevation myocardial

infarction (STEMI) :

Pasien >67 kg : total dosis : 100

mg selama 1,5 jam; infuse 15

mg selama 1-2 menit, infuse 50

mg selama 30 menit. Infus 35

mg selama maksimal 1 jam.

Pasien ≤67 kg : infuse 15 mg IV

bolus selama 1-2 menit, lalu

infuse 0,75 mg/kg (tidak lebih

dari 50 mg) selama maksimal 30

menit diikuti 0,5 mg/kg selama

60 menit (tidak lebih 35 mg).

Emboli paru-paru akut : 100 mg

selama 2 jam.

Stroke iskemia akut :

Rekomendasi total dosis 0,9

mg/kg (maksimum total dosis :

90 mg).

Untuk

rekonstitu

si,

digunaka

n pelarut

aqua pro

injection.

Untuk

pemberia

n melalui

infus IV,

dilarutkan

dengan

Dekstrose

5% dalam

air atau

NaCl

0.9%.

Simpan

pada

temperatur

ruangan

dan

terlindungi

dari

cahaya

langsung.

Karena

alteplase

tidak

mengandun

g

bakteriostat

ik, produk

tersebut

harus

digunakan

segera.

Apabila

tidak

digunakan

dengan

segera,

dapat

disimpan

tidak lebih

Risiko perdarahan

meningkat dengan

penggunaan derivatif

kumarin, antiplatelet

agen agregasi,

heparin atau agen

lainnya yang

mempengaruhi

hemostasis

(sebelum, selama

atau dalam 24 jam

pertama setelah

pengobatan dengan

Actilyse).

Seiring pengobatan

dengan Angiotensin

Converting Enzim

(ACE) inhibitor

dapat meningkatkan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

7

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Pasien ≤ 100 kg : 0,9 mg/kg

sebagai IV bolus selama 1 menit

diikuti 0,81 mg/kg sebaga infs

lanjutan selema 60 menit.

Pasien > 100 kg : 9 mg sebagai

IV bolus selama 1 menit diikuti

81 mg sebagai infuse lanjutan

selama 60 menit.

dari 24 jam

pada suhu

2-8°C.

reaksi anafilaktoid.

Pemantauan

dianjurkan terutama

untuk pasien yang

menerima ACE

inhibitor secara

bersamaan.

4. Adona AC-17

Amp 50 mg/10

ml

(Carbazochro

me Na

Sulfonat)

1 ampul@5 ml - 2 ampul@10

ml secara IV drip infusion.

Dosis dapat dinaikkan atau

diturunkan tergantung dari usia

pasien dan gejala penyakit.

- Simpan

pada suhu

8°-15°C

dan

terlindung

dari

cahaya.

- -

5. Adrenalin

0,1%

(Adrenalin

bitartrat)

Serangan jantung: 0,5-1 g IV

tiap 5 menit jika dibutuhkan;

Asma: 0,2-1 mL larutan IM

diulang tiap 4 jam, 0,1-0,25 mg

injeksi IV lambat

NaCl

0,9%,

Dextrose

5% dalam

air

Lindungi

dari

cahaya,

panas

ektrem,

dan

pembekua

n.

Simpan

Lindungi

dari cahaya

dan udara.

Sediaan

yang sudah

mengalami

perubahan

warna

tidak boleh

Larutan alkali,

misalnya Na

bikarbonat

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

8

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

di tempat

sejuk

lagi

digunakan

6. Aethoxysklerol

kreussler Inj

3% 2 ml

(polidocanol)

Max dosis harian: 2 mg/kg

berat badan/hari. Varises

sklerosasi hingga 2 mL/lokasi.

Sklerosasi dari varises vena

kulit 0.3-0.5 mL sebagai dosis

tunggal. Sklerosasi wasir 0,5-

1,5 mL/tempat sakit. Max: 2,5

mL/sesi.

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara IV.

Simpan

pada suhu

15°-30°C.

- Alkohol, misalnya

etanol

7. Albuminar-25

Infus 25% 100

ml (Human

Albumin)

Anak : Hipovolemia 0,5-1

g/kg/dosis (10-20 ml/kg).

Dewasa : Dosis lazim 25 g.

dosis ini dapat diulang jika

dalam 15-30 menit tidak ada

respon, tetapi tidak boleh lebih

dari 250 g selama 48 jam.

Hipoprotenemia : o,5-

1g/kg/dosis. Diulang setiap 1-2

hari jika potensi hilang.

Hipovolemia : 5% albumin 0,5-

1g/kg/dosis. Diulang jika

dibutuhkan.

Dekstrose

5% dalam

air.

NaCl

0.9%.

Simpan

Antara

20°-25° C

(68-77 °

F);

Atau dapat

disimpan

pada suhu

15°-30° C

(59-86 °

F).

Tidak.

Jangan

digunakan

apabila

produk

keruh.

Karena

tidak

mengandu

ng

pengawet,

maka

dianjurkan

penggunaa

n produk

Aqua pro injeksi

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

9

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

boleh

didinginka

n atau

dibekukan

tidak lebih

dari 4 jam.

8. Alinamin – F

20 mg/10 ml

(Fursutiam

HCl 25 mg/ml,

glucose 2000

mg/ml)

10 sampai 20 ml, sehari 1

sampai 2 kali, secara intravena

dan perlahan-lahan.

Aqua pro

injeksi.

Simpan

pada

temperatu

r ruangan.

Suhu

kamar 25°-

30°C.

Tidak diketahui.

9. Amfoterisin 50

mg/10 ml

(Amfoterisin

B)

Bayi dan anak-anak : 0,1

mg/kg/dosis. Maksimum 1 mg;

infus selama 30-60 menit.

Dosis pemeliharaan : 0,25-1

mg/kg/dosis diberikan sekali

sehari; infus selama 2-6 jam.

Amfoterisin B dapat diberikan

setiap hari 1-1,5 mg/kg/dosis.

Dosis kumulatif 1,5-2 g selama

6-10 minggu.

Durasi terapi : dengan variasi

infeksi, durasi lazim 4-12

minggu atau dosis kumulatif 1-

4 g.

Untuk

rekonstitu

si,

digunaka

n aqua

pro

injeksi

tanpa

pengawet

.

Untuk

infus,

Simpan

pada suhu

2°-8° C

dan

terlindung

dari

cahaya.

Stabil

pada

temperatur

ruangan

selama 2

Amfoterisi

n B yang

direkonstit

usi dengan

aqua pro

injeksi

tanpa

pengawet

dan ditutup

stabil pada

temperatur

ruangan

selama 24

jam dan

NaCl 0,9% atau

larutan yang berisi

agen pengawet dapat

menyebabkan

presipitasi

(pengendapan)

antibiotik.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

0

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

digunaka

n

dextrosa

5%

dalam air

dengan

pH di

atas 4,2.

minggu

sampai 1

bulan.

2°-8°C

selama 1

minggu

pada suhu

10. Aminophylline

10 ml

(Aminophyllin

e)

IV Infus. Pediartik <9 tahun 1

mg/kg BB/ jam, pediatric >9

tahun dan dewasa merokok 0,8

mg/kg BB/jam , dewasa tidak

merokok 0,5 mg/kg BB/jam,

penderita dengan dekompensasi

jantung atau fungsi hati 0,2

mg/kg BB/jam.

IV intermittent. 30 menit. Laju

infuse maksimum 25 mg/menit.

IV bolus Minimum 10 menit.

Laju infus maksimum 25

mg/menit.

IV Bronkospasme akut yang

parah, Loading dose : 5 mg / kg

(berat badan ideal).

Dekstrosa

5% dalam

air

NaCl

0.9%.

Ringer’s

injection,

lacatated.

Dekstrosa

10%

dalam air.

Dekstrosa

5% dalam

ringer’s

injection,

lactated.

Simpan

pada suhu

25°-30°C

dan

terlindung

dari

cahaya.

Periksa

kemasan

terkait

pembentu

kan

partikulat

dan

Ampul

tersebut

dinyatakan

stabil tanpa

batas

waktu pada

suhu

kamar.

Stabilitas

aminophyli

n dengan

konsentrasi

tidak

melebihi

40 mg / ml

dilaporkan

Y-site : amiodaron

HCl, ceftazidime,

cimetidine HCl,

ciprofloxacin,

diltiazem HCl,

dobutamin HCl,

docetaxel,

doxorubicin HCl,

ondansetron HCl,

paclitaxel, potassium

chkoride.

Adiktif : amikacin

sulfate, ascorbic

acid, atracurium

besylate, bleomycin

sulfate, cefepime

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

1

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Pemeliharaan: 0,5 mg / kg / jam.

Dosis tidak boleh melebihi 25

mg /menit.

perubahan

warna.

Jangan

digunakan

jika

terbentuk

kristal.

Kristal

teofilin

mungkin

dapat

terbentuk

pada pH

<8.

dapat

dipertahan

kan pada

pH 3,5-8,6

selama

setidaknya

48 jam

pada suhu

25°C.

Walaupun

amonophyl

in produk

diberi label

untuk

penyimpan

an dengan

perlindung

an dari

cahaya,

salah satu

studi

aminophyli

n 50 mg /

ml tidak

HCl, ceftazidime,

ceftriaxone sodium,

chlorpromazine HCl,

ciprofloxacin,

clindamycin

phosphate, epinefrin

HCl, insulin,

meropenem,

vanncomycin HCl,

verapamil HCl,

vitamin B kompleks

dengan vitamin C,

procaine HCl.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

2

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

menemuka

n

perubahan

potensi

teofilin

setelah

delapan

minggu

penyimpan

an dengan

paparan

sinar neon.

11. Aminofluid

Infus 500 ml;

Aminofluid Inf

1000 ml (per L

: glucose 75 g;

total free

amino acids 30

g; total

nitrogen 4,7 g;

essential/non

essential a,ino

acids 1,44 g;

Dosis biasa: 500 ml infus

melalui vena perifer. Max: 2.500

mL / hari.

Infusion rate: 500 mL/120

menit, melambat pada pasien

usia lanjut & sakit kritis.

Dekstrosa

5% dalam

air,

NaCl

0.9%.

Wadah

harus

disimpan

pada suhu

25°C dan

dilindungi

dari

pembekua

n dan

cahaya

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

3

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

branched chain

amino acid

30% w/w)

kondisi

asam dan

basa. Obat

tidak larut

dalam air.

Stabilitas

aminophyli

n yang

tidak

melebihi

40 mg / ml

dilaporkan

terkontrol

pada pH

3.5 sampai

8.6

Walaupun

produk

aminophyli

n diberi

label untuk

penyimpan

an dengan

pelarutnya.

Obat dalam bentuk

kering yang

dilarutkan harus

sesuai dengan proses

pembuatan yang

direkomendasi.

Partikulat tercatat

akan terbentuk dalam

waktu dua jam

setelah

menambahkan 1 ml

aminofilin sampai 5

ml air suling steril

bersama dengan 1 ml

dari masing-masing

obat berikut:

dimenhydrinate,

hidroklorida

Hidroksizin, Fenitoin

natrium,

proklorperazin

edisylate, Promazine

hidroklorida,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

4

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

perlindung

an dari

cahaya,

salah satu

studi

menngemu

kakan

bahwa

aminophyli

n dengan

konsentrasi

50 mg / ml

tidak

mengalami

perubahan

potensi

setelah

delapan

minggu

penyimpan

an dengan

paparan

sinar neon.

hidroklorida

Prometazin,

hidroklorida

Vankomisin

12. Aminofusin L 15-60 ml/kg BB/hari. - Simpan - -

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

5

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

600 Infus 500

ml (per L :

amino acids 50

g; sorbitol 50

g; xylitol 50 g;

vit;

electrolytes)

pada suhu

2°C-8°C.

13. Aminofusin

Paed Infus 500

ml (per L :

amino acids 50

g; vit;

electrolytes)

50 mL/kg berat badan/hari, laju

infus: 2-5 mL/kg berat

badan/jam.

- Simpan

pada suhu

2°C-8°C.

- -

14. Aminoleban

Infus 500 ml

(High conc of

branced chain

amino acid and

low conc of

aromatic

amino acid (no

tyrosine), Na,

Cl, other

important

Dosis dewasa : 500-1000 ml/

dosis melalui infus drip IV.

Kecepatan infus (500 ml) yang

diberikan pada orang dewasa

melalui infus perifer 180-300

menit (sekitar 25-40 tetes/

menit).

Untuk total nutrisi parenteral,

500-1000 ml injeksi harus

dicampur dengan glukosa atau

larutan laindan diberikan selama

- Endapan

kristal

dapat

terjadi

karena

perubahan

temperatur

selama

penyimpan

an.

Kocok

larutan

pada

temperatur

15°C-25°C

untuk

melarutkan

endapan

sebelum

digunakan

dan setelah

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

6

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

amino acids 24 jam melalui pembuluh darah

vena sentral.

didinginka

n.

Jangan

gunakan

produk jika

terjadi

perubahan

warna atau

endapan

yang tidak

larut

setelah

pengocoka

n.

Jangan

gunakan

jika tutup

rusak dan

larutan

keruh.

Simpan

pada

temperatur

di bawah

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

7

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

30°C,

lindungi

dari

cahaya.

15. Aminoplasmal

Infus 10% 500

ml,

Aminoplasmal

Infus 5% 500

ml (20 Amino

acids and

electrolyte)

Dosis tergantung pada

keparahan kondisi katabolik

atau kebutuhan terhadap asam

amino.

Dosis maksimum sehari 2 g

asam amino/kg BB/ tidak boleh

berlebih dalam nutrisi

parenteral.

Proporsi dari asam amino tidak

boleh lebih dari 20% dari total.

Dosis harian : 1,5-2,0 ml/kg

BB(ekuivalen dengan 3,0-4,0 g

N(2)-L-alanyl-glutamin/BB).

Sebanding dengan 100-140 ml

larutan untuk pasien dengan

berat badan 70 kg.

Dosis maksimum harian : 2,0

ml larutan /kg BB.

Untuk

pemberia

n secara

langsung,

dapat

dicampur

dengan

larutan

asam

amino

yang

dapat

tercampur

kan atau

regimen

infuse

yang

mengand

ung asam

amino

Sediaan

harus

disimpan

pada suhu

15°C-30°

C dan

terlindung

dari

cahaya

matahari

langsung.

Simpan

pada

temperatur

tidak kurang

dari 25°C.

Jangan

dibekukan.

Jangan

gunakan jika

terjadi

pemisahan

emulsi.

Periksa

kompatibilit

as dan

stabilitas

nutrisi

campuran

sebelum

digunakan.

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

8

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

16. Aminosteril

Infus 10% 500

ml (Asam

amino)

Laju infus : 1,3-1,5 mL/kg berat

badan/jam (30-35 tetes/menit

untuk 70 kg berat badan).

Maksimum laju infus: 1,25

mL/kg berat badan/jam setara

dengan 0,1 g/kg berat

badan/jam.

Dosis maksimum: 1,5 g asam

amino/kg berat badan/hari

tubuh setara dengan 1300

ml/hari untuk 70 kg berat

badan.

Dekstroa

5% dalam

air.

Fat

emulsion

10%

Simpan

pada suhu

dibawah

25°C dan

terlindungi

dari

cahaya.

Jauhkan

dari

jangkauan

anak-anak.

Jangan

digunakan

pada

tanggal

kadaluwars

a.

Tempatkan

pada

bentuk

sediaan

cair dan

botol.

Aminosteril

Infus 10%

dengan

elektrolit

tanpa

karbohidrat

yang tersisa

setelah

digunakan,

harus

dibuang.

Umur

simpan

setelah

dilarutkan

sesuai

petunjuk,

tidak ada

sehingga

harus

digunakan

dengan

segera.

Kandungan

aminosteril, misalnya

L-metionin dapat

mengurangi efek

levodopa. Jika perlu

digunakan levodopa,

obat harus

ditambahkan ke

larutan, sebelum

digunakan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

9

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

17. Aminosteril

infant Infus

6% 100 ml

(Asam amino)

Untuk infus IV : Dosis

maksimum: hingga 0,1 g asam

amino/kg BB setara dengan 1,6

mL/kg BB/jam.

Dosis harian maksimum: dosis

harus dibatasi sampai 1 g asam

amino/kg berat badan/hari.

1 tahun hidup: 1,5-2,5 g asam

amino/kg berat badan.

2 tahun-5 hidup: 1,5 g asam

amino/kg berat badan.

6 tahun-14 hidup: 1 g asam

amino/kg berat badan.

Dexstrose

5% dalam

air,

Fat

emulsion

10%

Simpan

pada suhu

dibawah

25°C dan

terlindungi

dari

cahaya.

Jauhkan

dari

jangkauan

anak-anak.

Jangan

digunakan

pada

tanggal

kadaluwars

a.

Gunakan

produk

yang

homogen.

Aminosteril

Infus 10%

dengan

elektrolit

tanpa

karbohidrat

yang tersisa

setelah

digunakan,

harus

dibuang.

Umur

simpan

setelah

dilarutkan

sesuai

petunjuk,

tidak ada

sehingga

harus

digunakan

dengan

segera.

Karena kemungkinan

kontaminasi dan

ketidakcocokan,

larutan asam amino

tidak boleh dicampur

dengan obat lain.

Selain obat dapat

mengubah sifat

fisikokimia dari

larutan, obat tersebut

dapat menghasilkan

risiko reaksi beracun.

Jika benar-benar

diperlukan untuk

menambah obat lain

ke dalam Aminosteril

Infant 6%, penting

untuk

mempertimbangkan

sterilitas dan

homogenitas produk

akhir, misalnya, saat

menambahkan

emulsi lemak, unsur

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 3

0

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

elektrolit dan vitamin

untuk nutrisi TPN.

18. Aminovel 600

infus 500 ml

(per L : L-

amino acid 50

g; sorbitol 100

g; electrolytes,

vit)

Dosis dewasa : untuk gangguan

internal atau kekurangan protein

sebelum operasi 500 ml IV drip

infus selama 4-6 jam. Diulang

tiap 12 jam selama 5-7 hari.

Untuk gangguan sintesis protein

setelah operasi 500 ml selama 4-

6 jam diikuti infus drip larutan

Darrow’s dan larutan gula 10%.

Diulangi dengan interval 24 jam

selama 5-7 hari.

Asam

amino

Glucosa

Emulsi

lemak

10%

Lindungi

cahaya

dan

temperatur

yang

ekstrem

hingga

siap

digunakan

Hindari

dari

pembekua

n atau

suhu lebih

dari 40°C.

Simpan

pada

temperatur

di bawah

30°C,

hindarkan

dari

cahaya.

Kecepatan

maksimal

infus IV 3

ml / menit.

Gunakan

segera

setelah

segel

dibuka dan

jangan

digunakan

jika

kemasan

rusak dan

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 3

1

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

larutan

keruh.

19. Amiparen

Infus 500 ml

(per L : total

free amino

acid 100 g;

nitrogen 15,7

g; Na 2 meq;

acetate 120

meq)

Infus vena sentral :

Dosis dewasa: 1000 mL/hari

dengan infus drip melalui vena

sentral.

Infus vena peripheral :

Dewasa: 500 mL/dosis dengan

infus drip melalui vena perifer.

Laju infus perifer sekitar 10 g

asam amino selama 60 menit.

Laju infuse yang lazim adalah

100 mL selama 60 menit

(sekitar 25 tetes / menit) dan

harus disesuaikan dengan kasus

anak-anak, pasien lansia dan

pasien yang sakit parah.

Dosis dapat ditingkatkan atau

diturunkan tergantung pada usia

pasien, gejala dan berat badan.

Kombinasi Amiparen dengan

larutan karbohidrat sangat

direkomendasikan untuk

penggunaan yang efisien dari

- Simpan di

tempak

sejuk.

Jauhkan

dari sinar

matahari

langsung.

- -

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 3

2

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

asam amino di dalam tubuh.

20. Amoksisilin

Inj 1 g

(Amoksisilin

trihidrat)

Injeksi intramuskular : 500 mg

setiap 8 jam; Anak 50-100

mg/kg BB sehari dalam dosis

terbagi;

Injeksi intravena atau infus : 500

mg tiap 8 jam, dapat dinaikkan

samapi 1 g tiap 6 jam pada

infeksi berat; anak : 50-100

mg/hari dalam dosis terbagi.

Listerial meningitis (dalam

kombinasi dengan antibiotik

lain), infus intravena, 2 g setiap

4 jam untuk 10-14 jam.

Endokardititis (dalam kombinasi

dengan antibiotik lain jika

diperlukan), infus intravena, 2 g

setiap 6 jam, ditingkatkan hingga

2 g setiap 4 jam seperti dalam

endokarditis enterokokus atau

jika amoksisilin digunakan

tunggal.

Aqua pro

injeksi

Simpan

pada

tempat

sejuk,

kering,

dan

terlindung

dari

cahaya

Karena

merupaka

n

golongan

beta

laktam,

produk

harus

segera

digunakan

.

Amoksisilin dapat

menurunkan

efektivitas

kontrasepsi oral yang

mengandung

estrogen.

Konsentrasi plasma

amoksisilin

ditingkatkan jika

probenesid diberikan

bersamaan.

Ada penurunan

ekskresi methotrexate

(peningkatan risiko

toksisitas).

Jangan diberikan

amoksisilin

bersamaan dengan

agen bakteriostatik

seperti kloramfenikol.

Peningkatan frekuensi

ruam kulit pada

pasien yang

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 3

3

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

menerima amoksisilin

bersama dengan

allopurinol.menerima

amoksisilin bersama

dengan allopurinol.

21. Ampicilin

serbuk i.m/i.v

250 mg/vial,

Ampicilin

serbuk i.m/i.v

500 mg/vial,

Vicillin serbuk

i.m/i.v 1000

mg/vial

sebagai garam

Na

(Ampicillin)

Bayi dan anak :

Intramuskular dan intravena : 1-

00-400mg/kg BB/hari setiap 6

jam (maksimum 12 g/hari).

Dewasa :

Intramuskular dan intravena :

250-500 mg setiap 6 jam.

Aqua pro

injeksi

NaCl

0,9%

Serbuk

injeksi

disimpan

pada

tempat

kering dan

sejuk.

Setelah

rekonstitusi

, gunakan

sesegera

mungkin

(tidak lebih

dari 1 jam

pada suhu

kamar) dan

tidak boleh

dibekukan.

Larutan infus : RL.

Dalam syringe :

gentamicin sulphate,

kanamycin sulphate,

metoklopramida,

streptomycin sulfate

stabilized.

Y-site : epinephrine

HCl, fluconazole,

midazolam HCl,

nicardipine HCl,

ondansetron,

verapamil HCl.

Adiktif : amikacin

sulfate,

chlorpromazine

HCl, dopamine HCl,

gentamicin sulfate.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 3

4

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

22. Anbacim 1 g,

Zinacef vial

250 mg,

Zinacef vial

750 mg,

Cefuroxime

750 mg

(cefuroxime

Natrioum)

Anak 3 bulan sampai 12 tahun :

75-150 mg/kg BB/hari setiap 8

jam (maksimum dosis : 6 g/

hari).

Anak ≥13 tahun dan dewasa :

750 mg-1,5 g setiap 6-8 jam

atau 100-150 mg/kg/hari setaip

6-8 jam (maksimum dosis : 6

g/hari).

Dekstrosa

5%

dalam air

NaCl

0,9%

Ringer’s

injection,

lactated.

Dekstrosa

10%

dalam air.

Simpan

serbuk

untuk

injeksi

pada suhu

15°C-30°C

dan

terlindung

dari

cahaya.

Larutan

ataupun

serbuk

kering

dapat

menjadi

gelap

tergantung

pada

kondisi

penyimpan

an, namun

perubahan

Larutan

untuk

infuse

(konsentra

si 1,5 g/50

ml) dalam

aqua pro

injeksi

stabil

selama 24

jam pada

suhu

<25°C;

dan 72 jam

pada

penyimpan

an dalam

kulkas.

Larutan IV

bolus dan

suspense

IM stabil

selama 5

jam pada

Larutan infus : Na

bikarbonat.

Dalam syringe :

pentoprazole Na.

Y-site :

azithromycin,

filgrastim,fluconazol

e, midazolam HCl.

Aditif :

ciprofloxacin,

ranitidine HCl.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 3

5

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

warna

tersebut

tidak

mengindika

sikan

terjadinya

perubahan

potensi.

suhu

<25°C dan

48 jam

pada

penyimpan

an dalam

kulkas.

23. Anexate 0,5

mg/5 ml

(Flumazenil)

Dosis pediatrik : dosis awal

0,01 mg/kg selama 15 menit.

Dosis pengulangan (maksimum

4 dosis) 0,005-0,01 mg/kg

(maksimum 0,2 mg) diulangi

setiap interval 1 menit. Total

kumulatif dosis maksimum 1

mg atau 0,05 mg/kg.

Dosis dewasa untuk

membalikkan kesadaran : dosis

awal 0,2 mg IV selama 15

menit. Dosis pengulangan

(dosis maksimum : 4 dosis) jika

tidak mengalami pembalikkan

kesadaran, maka berikan dosis

0,2 mg/hari selama 1 menit.

Dextrose

5% dalam

air.

NaCl

0,9%.

RL

Simpan

pada

temperarat

ur ruangan

yang

terkontrol

Hanya

untuk

penggunaan

24 jam pada

temperatu

r ruangan.

Tidak disebutkan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 3

6

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Total kumulatif dosis

maksimum 1 mg (dosis lazim :

0,6-1 mg). Dalam pembalikkan

kesadaran berikan setiap

interval 20 menit dengan dosis

maksimum1 mg/dosis dan 3

mg/jam.

Dosis dewasa untuk overdosis

benzodiazepin : dosis awal 0,2

mg/IV selama 30 detik. Jika

tidak mengalami perubahan,

maka diberikan 0,3 mg selama

30 menit. Dosis pengulangan :

0,5 mg selama 30 menit

diulangi setiap interval 1 menit.

Total kumulatif dosis

maksimum : 3 mg (dosis lazim

1-3 mg). Jika tidak mengalami

perubahan, maka ulangi setiap

interval 20 menit dengan dosis

maksimum 1 mg/dosis dan 3

mg/hari.

24. Antrain 500

mg/ml 2 ml

Injeksi 500 mg jika sakit timbul,

berikutnya 500 mg tiap 6 – 8

- Terlindun

g dari

Simpan di

bawah

Amidopirin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 3

7

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(Metamizol

Na)

jam.

Maks. 3 x sehari secara IM atau

IV.

cahaya. suhu 30°C

dan

terlindung

dari

cahaya.

Jangan

disimpan

dilemari

pembeku.

25. Apidra Inj 100

IU/ml 10 ml

[insulin ultra-

rapid-acting

(kerja sangat

cepat) : insulin

glulisin]

Diberikan cepat (0-15 menit

sebelum atau segera setelah

makan) melalui suntikan

subkutan atau infus pompa

subkutan, berdasarkan

penetapan dosis secara individu.

Amino

acids

4.25%,

dekstrosa

25%

NaCl

0.9%

Simpan di

lemari es

(2°-8°C).

Jangan

membekuk

an.

Lindungi

dari

cahaya.

Setelah

digunakan,

jangan

disimpan

diatas suhu

25°C.

Setelah

digunakan

vial bisa

disimpan

hingga 31

hari jika

disimpan

di

Larutan Insulin dapat

hilang efektifitasnya

bila dicampur dengan

zinc and isophane

insulin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 151: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 3

8

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

refrigerato

r dengan

suhu 2°C

dan 8°C.

26. Apidra

Solostar

[insulin ultra-

rapid-acting

(kerja sangat

cepat) : insulin

glulisin]

Dosis awal 0.5-1 U / kgBB / hari

dalam dosis terbagi.

Atau direkomendasikan juga

dengan dosis 0.2-0.4 units/

kgBB/ hari untuk mencegah

terjadinya hipoglikemia.

Tidak ada

karena

langsung

diberikan

secara

subkutan

(SC).

Insulin

reguler

harus

disimpan

dalam

pendingin

dan

dilindungi

dari

pembekua

n.

Lindungi

dari

cahaya

Simpan

pada suhu

2°-8°C;

jangan

dibekukan;

hindari

pemanasan

dan

cahaya.

Produk

yang

digunakan

sebagai

cadangan

dapat

disimpan

selama 4

minggu

dibawah

suhu 25°C.

Larutan Insulin dapat

hilang efektifitasnya

bila dicampur dengan

zinc and isophane

insulin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 152: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 3

9

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Tidak

harus

disimpan

di lemari

es.

Jangan

digunakan

setelah

periode

tersebut.

27. Apomorfin

HCl 5 mg/ml 1

ml (Apomorfin

HCl)

Dosis harian bervariasi antara

pasien, biasanya dalam kisaran

3-30 mg.

Total dosis harian apomorphine

HCl tidak boleh lebih dari 100

mg.

NaCl

0,9%

Aqua pro

injeksi.

Apomorfin

HCl harus

disimpan

dalam

pendingin

dan

dilindungi

dari

pembekua

n.

Lindungi

dari

cahaya

Jangan

digunakan

jika larutan

telah

berubah

menjadi

hijau.

Solusinya

harus

diperiksa

secara

visual

sebelum

digunakan.

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 153: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 4

0

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Terlihat

dengan

jelas dan

tidak

berwarna

kuning

pucat,

larutan

boleh

digunakan.

Untuk

penggunaan

tunggal

saja. Setiap

larutan

yang tidak

terpakai

harus

dibuang.

28. Apresoline 10

mg/10 ml

(Hydralazine

Hydrochloride)

Anak : 0,1-0,2 mg/kg/dosis

(tidak lebih dari 20 mg) setiap

4-6 jam sesuai kebutuhan,

dinaikkan sampai 1,5-3,5

mg/kg/hari setiap 4-6 jam.

Dekstrosa

5%

Dekstrosa

10%

dalam air

Simpan

pada suhu

ruangan

yang

terkontrol

Dapat

digunakan

selama 8

sampai 12

jam setelah

Hydralazine

hydrochloride

bereaksi dengan

metal yang

menyebakan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 154: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 4

1

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Dewasa : Hipertensi : Dosis

awal 10-20 mg/dosis setaip 4-6

jam sesuai kebutuhan, dapat

ditingkatkan menjadi 40

mg/dosis, lalu diganti dengan

terapi oral.

Dewasa : pre-

eklampsia/eklampsia : 5

mg/dosis lalu ditingkatkan

menjadi 5-10 mg setiap 20-30

menit sesuai kebutuhan.

NaCl

0,9%

RL

dan

terlindungi

dari

pembekuan

pencampura

n larutan

yang

disimpan

pada suhu

30°C

apabila

tidak

mengalami

perubahan

warna.

perubahan warna ,

misalnya pada

syringe. Oleh karena

itu, hydralazine

hydrochloride

sebaiknya disiapkan

sesaat sebelum

digunakan.

29. Aquadest Infus

500 ml

Sesuai kebutuhan karena

digunakan sebagai pelarut.

Tidak ada

karena

digunaka

n sebagai

pelarut.

Simpan

pada suhu

di bawah

25°C.

Tidak

boleh

dibekukan

Harus

disimpan

di suhu

ruangan

yang

terkontrol.

Dengan darah karena

dapat menyebabkan

terjadinya hemolisis

jika diberikan secara

IV.

30. Arixtra 2,5

mg/0,5 ml

(Fondaparinux

Na)

Dewasa :

DVT profilaksis : dewasa ≥50

kg : 2,5 mg sekali sehari. DVT

profilaksis dengan riwayat

penyakit HIT : 2,5 mg sekali

sehari. Durasi lazim 5-9 hari

NaCl 0,9% Simpan

pada suhu

di bawah

30°C.

Tidak

boleh

Jika Arixtra

ditambahkan

ke dalam

NaCl 0,9%

“minibag”

(volume 25

Produk obat ini tidak

boleh dicampur

dengan produk obat

lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 155: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 4

2

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(ditingkatkan menjadi 10 hari

pada operasi abdominal atau 11

hari operasi pinggul atau

operasi lutut). Profilaksis

lanjutan dapat ditingkatkan

menjadi 32 hari.

Pengobatan DVT/PE akut :

pertama kali diberikan warfarin

kemudian pengobatan harian

diberikan fondaparinux sampai

INR selama 2-3 hari (biasanya

5-7 hari) : <50 kg diberikan 5

mg sekali sehari. 50-100 kg

diberikan 7,5 mg sekali sehari.

>100 kg diberikan 10 mg sekali

sehari. Durasi harian : 5-9 hari

(maksimal 26 hari).

dibekukan ml atau 50

ml) harus

segera

digunakan,

tetapi dapat

disimpan

antara 15°-

30°C sampai

24 jam.

“Minibag”

biasanya

terdiri dari

berbagai

polimer

termasuk

PVC,

polyethylene

,

polypropyle

ne, atau

stirena-

ethylenebuta

diene secara

individu atau

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 156: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 4

3

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dalam

kombinasi.

31. Artem 80

mg/ml 1 ml

(Artemeter)

Injeksi intramuskular selama 5

hari. Dosis awal 3,2 mg/kg BB

diikuti dengan 1,6 mg/kg BB

selama 4 hari. Dosis awal untuk

dewasa 160 mg diikuti dengan

80 mg dari hari ke dua sampai

hari ke lima. Dosis untuk anak-

anak atau pasien kelebihan berat

badan harus diturunkan atau

dinaikkan berdasarkan berat

ideal dibawah pengawasan

dokter.

- - - -

32. Artesunate

Injeksi 60

mg/ml 1 ml

(Artesunat)

Injeksi intravena 2,4 mg/kg BB

pada hari pertama diikuti

dengan 1,2 mg/kg BB selama 6

hari.

Dekstrosa

5%

NaCl

0,9%

Simpan di

bawah

suhu 30°C.

Terlindung

i dari

cahaya.

Simpan di

bawah

suhu 30°C

dan harus

digunkan

dalam

waktu 1

jam.

Produk obat ini tidak

boleh dicampur

dengan produk obat

lain.

33. Asam

Traneksamat

Fibrinolisis lokal: 500 mg-1 g

injeksi IV 3x/hari. Jika

NaC l

0.9%;

Simpan

pada

Setelah

pengencera

Penicillin dan obat

yang bersifat basa

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 157: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 4

4

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

500 mg, Asam

Traneksamat

250 mg (Asam

traneksamat)

diperlukan terapi IV lebih dari 3

hari, berikan 25-50 mg/kg/hari

infus IV kontinu;

Koagulasi intravaskular

tediseminasi dengan aktivasi

predominan sistem fibrinolisis:

1 g injeksi IV; netralisasi terapi

trombolisis: 10 mg/kg BB

injeksi IV lambat;

Dosis pada gangguan ginjal: Cl

Cr >20-50 mL/menit berikan 10

mg/kg tiap 12 jam, Cl Cr 10-20

mL/menit berikan 10 mg/kg tiap

12-24 jam, Cl Cr <10 mL/menit

berikan 5 mg/kg tiap 12-24 jam

Glukosa

5%

Ringer

laktat

suhu

kamar.

n, stabil

selama 24

jam dalam

lemari

pendingin.

kuat.

34. Asering Infus

500 ml (per L :

Na 130 meq; K

4 meq; Cl 109

meq; Ca 3

meq; Asetat 28

meq), Asering

Infus 500 ml

(per L : Na 130

Dosis disesuaikan pada setiap

individu

Tidak ada

karena

digunaka

n sebagai

pelarut.

Simpan di

bawah

suhu 25°C.

Jangan

membekuk

an.

Jangan

digunakan

jika larutan

keruh.

Simpan

pada

ruangan

dengan

suhu

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 158: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 4

5

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

meq; K 4 meq;

Cl 109 meq;

Ca 3 meq;

Asetat 28 meq;

Dekstrosa

anhidrat 50 g

terkontrol

dan

terlindung

dari

pembekuan

dan

temperatur

tinggi

(40°C atau

lebih)

35. Ativan 20

mg/10 ml

(Lorazepam)

Antiemetik. Anak-anak 2-15

tahun : 0,05 mg/kg (tidak lebih

dari 2 mg/dosis). Dewasa : 0,5-

2 mg setiap 4-6 jam sesuai

kebutuhan.

Ansietas dan sedasi. Bayi dan

anak : 0,05 mg/kg/dosis (range

0,02-0,09 mg/kg) setiap 4-8

jam.

Preoperatisi dewasa : IM : 0,05

mg/kg diberikan 2 jam sebelum

operasi (maksimum 4

mg/dosis). IV : 0,044 mg/

Dextrosa

5%

“Ringer’s

injestion,

lactated

(RL).

NaCl

0,9%.

Aqua pro

injeksi

Simpan di

dalam

lemari

dingin dan

terlindungi

dari

cahaya.

Produk

dapat

disimpan

sampai 2

minggu

pada

temperatur

ruangan.

Berdasarka

n stabilitas

fisik dan

kimia,

produk

Lorazepam

inkompatibel dengan

buprenorphine

hydrochloride.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 159: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 4

6

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

20 menit sebelum operasi

(maksimum 2 mg/dosis).

Operasi amnesia dewasa :

ditingkatkan menjadi 0,05

mg/kg (maksimum 4 mg/dosis)

Sedasi. Bayi dan anak-anak :

0,05 mg/kg (range 0,02-0,09

mg/kg). Pada IV diberikan

dosis terkecil 0,01-0,03 mg/kg

setiap interval 20 menit.

dapat

diterima

sampai 60

hari pada

temperatur

ruangan.

Sebagai

produk

parenteral,

lorazepam

harus bebas

dari partikel

dan tidak

mengalami

perubahan

warna

sebelum

digunakan.

Tidak boleh

digunakan

jika

mengandun

g partikel

dan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 160: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 4

7

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

mengalami

perubahan

warna.

36. ATP 20 mg/2

ml(Adenosin

Tri Phosphate

Disodium)

Ampul : IM / SC 1 ampul sekali

sehari, IV 1 ampul sekali sehari

disuntikkan perlahan pada 10

mg/1-2 menit atau bila

dicampur dengan 10-20 mL

injeksi glukosa isotonik atau

hipertonik.

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

IM.

Simpan

pada

tempat

tertutup

dan pada

suhu

dingin.

- Larutan alkalin.

37. Atrakurium

besilat 25

mg/ml 2,5 ml,

Atrakurium

besilat 50

mg/ml 5 ml,

Notrixum 10

mg/ml 5 ml,

Tramus 10

mg/ml 2,5 ml

(Atrakurium

besilat)

Anak 1 bulan sampai 2 tahun :

dosis awal 0,2-0,4 mg/kg diikuti

dengan dosis pemeliharaan

sesuai kebutuhan untuk

pengobatan blokade

neuromuskular.

Anak >2 tahun sampai dewasa :

0,4-0,5 mg/kg, lalu 0,08-0,1

mg/kg setiap interval 20-45

menit setelah dosis awal untuk

pengobatan blokade

neuromuscular, lalu diikuti

dengan pengulangan dosis 0,08-

0,1 mg/kg setaip interval 15-25

Dextrosa

5% dalam

air.

NaCl

0,9%.

Simpan di

dalam

lemari

dingin dan

terlindungi

dari

cahaya.

Secara fisik

dan kimia,

stabil pada

suhu 5°C

selama 24

jam.

Atau secara

fisik dan

kimia,

stabil pada

suhu 25°C

selama 24

jam.

Atrakurium besilat

inkompatibel dengan

propofol

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 161: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 4

8

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

menit.

Dosis awal setelah

suksinilklorida untuk intubasi :

dewasa 0,2-0,4 mg/kg.

Infus lanjutan : Operasi. Dosis

awal 9-10 mcg/kg/menit secara

IV bolus lalu untuk

pemeliharaan 5-9 mcg/kg/menit

dengan laju infus 11-13

mcg/kg/menit selama anestesi.

ICU : bisanya diberikan dengan

laju infus 11-13 mcg/kg/menit

38. Atropin 0,25

mg/ml 1 ml

(Atropin

sulfat)

Pramedikasi: 300-600 mcg

injeksi IV segera sebelum

induksi anestesi atau 300-600

mcg injeksi SC atau IM 30-60

menit sebelum induksi;

Bradikardi intraoperatif: 300-

600 mcg injeksi IV;

Kontrol ES muskarinik atau

edroporium dalam pembalikan

blok neuromuskular kompetitif:

600 mcg-1,2 mg injeksi IV;

Bradikardi infark miokard: 500

NaCl

0,9%

Glukosa

5%

(dengan

penamba

han KCl).

Ringer’s

injection,

lactated.

Simpan

kemasan

pada

sushu

kamar.

Hindarka

n suhu

beku.

Simpan

injeksi

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol

antara

15°C-30°C

(59°F-

86°F).

Hindari

Y-site : Na

tiopental.

Dalam syringe :

Pantoprazole Na.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 162: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 4

9

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

mcg injeksi IV diulang tiap 3-5

menit, total dosis 3 mg;

CPR untuk asistol: 3 mg IV

dosis tunggal.

\ pembekuan

Terlindung

dari

cahaya.

39. ATS [Untuk

pencegahan :

ampul 1500 IU

1 ml. Untuk

pengobatan :

ampul 10.000

IU 2 ml vial

20.000 IU 4

ml] (Serum

antitetanus =

ATS), ATS 10

ml (Serum

Antitetanus

immunoglobuli

n)

Imunisasi pasif: Dosis yang

diberikan untuk orang dewasa

adalah 1500 IU per IM,

Dan untuk anak adalah 750 IU

per IM.

Aquadest

NaCl 0,9

%

Simpan di

lemari es

(2°C-8°C).

Jangan

membekuk

an.

Simpan

pada suhu

< 25oC,

lindungi

dari cahaya

dan lemari

pendingin

Obat ini tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

40. Avastin 25

mg/ml 4 ml

(Bevakizumab)

Kanker payudara : 10 mcg/kg

setiap 2 minggu (dengan

kombinasi paklitaksel).

Kanker kolorektal : 5-10

mcg/kg setiap 2 minggu

NaCl

0,9%

Jangan

gunakan

obat ini

setelah

tanggal

Larutan

infus harus

digunakan

segera

setelah

Produk obat ini tidak

boleh dicampur

dengan produk obat

lainnya kecuali NaCl

0,9%; polivinil

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 163: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 5

0

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(kopmbinasi dengan

fluorourasil).

Glioblastoma : 10 mcg/kg

setiap 2 minggu sebagai

monoterapi atau kombinasi

dengan irinotecan.

Kanker paru-paru : 15 mcg/kg

setiap 3 minggu sebagai

monoterapi atau kombinasi

dengan karboplatin atau

paklitaksel.

Kanker sel ginjal : 10 mcg.kg

setiap 2 minggu sebagai

monoterapi atau kombinasi

dengan interferon alfa.

Kanker ovarian : 15 mcg/kg

setiap 3 minggu.

kadaluwars

a yang

tertera pada

karton luar

dan pada

label botol

Simpan di

lemari es

(2°C-8°C).

Jangan

membekuk

an.

Terlindungi

dari

cahaya.

pengenceran

Jangan

gunakan

Avastin jika

terlihat ada

partikulat

atau

perubahan

warna

sebelum

pemberian.

klorida.

Konsentrasi profil

degradasi

bevacizumab diamati

bila diencerkan

dengan solusi

dextrosa 5%.

41. Bactesyn 3,0 g

[ampisilin 2 g

+ sulbaktam 1

g

(sultamisilin)],

Bactesyn 1,5 g

Dewasa 1.5-12 g/hr terbai dalam

6-8 jam, maks 4g/hr untuk

sulbactam.

Infeksi berat: s/d 12 g/hr. Anak,

bayi, neonatus 150 mg/kg BB/hr.

Profilaksis infeksi operasi: 1.5-3

NaCl

0,9%

Serbuk

berwarna

putih

sampai

hampir

putih.

Larutan

rekonstitusi

berwarna

kuning

pucat

sampai

Larutan : larutan yang

mengandung

dekstrosa dan

karbohidrat lainnya,

produk darah,

hidrolisat protein.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 164: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 5

1

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

[ampisilin 1 g

+ sulbaktam

0,5 g

(sultamisilin)]

g sebelum induksi anaestetic.

Diulang tiap 6-8 jam. Diberikan

sebelum atau sesudah makan

Simpan

vial yang

belum

dibuka

pada suhu

≤30°C.

kuning.

Untuk

memastikan

potensi obat

tetap stabil

selama

periode

infuse,

pemberian

larutan

harus

selesai

dalam 8

jam

dihitung

dari saat

merekonstit

usi larutan.

Larutan

rekonstitusi

untuk

injeksi IM

harus

digunakan

Y-site : amiodaraon

HCl, ciprofloxacin,

nicardipine HCl,

ondansetron HCl.

Aditif :

Aminoglikosida,

ciprofloxacin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 165: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 5

2

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dalam

waktu 1

jam setelah

rekonstitusi.

42. Baquinor Infus

200 mg/100

ml,

ciprofloxacin,

Jayacin Infus 2

mg/ml 100 ml,

Jayacin 200

mg/ml 10 ml

(Ciprofloxacin

HCl)

Dosis lazim anak-anak : 20-30

mg/kg /hari setiap 12 jam.

Maksimum 800 mg/hari.

Dosis lazim pada dewasa : 200-

400 mg setiap 12 jam.

Dekstrosa

5% dalam

air.

NaCl

0,9%

Dextrose

10%

dalam air.

“Ringer’s

injection,

lactated

Simpan

pada suhu

5°C-25°C,

dan

terlindung

dari

cahaya.

Setelah

botol

dibuka,

stabilitas

obat

dipengaruhi

oleh faktor-

faktor

mikrobiolo

gis dan

higienis.

Larutan

yang telah

disiapkan

harus

segera

diberikan.

Larutan

infuse

ciproxin

Dalam syringe :

Pantoprazole Na.

Y-site :

Aminophylline,

ampicillin sodium-

sulbactam sodium,

azithromycin,

cefepime HCl,

furosemida, heparin

sodium, propofol,

phenytoin sodium.

Aditif :

aminophylline,

amoxicillin sodium-

clavulanate

potassium, ampicillin

sodium-sulbactam

sodium, ceftazidime,

cefuroxime sodium,

clindamycin

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 166: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 5

3

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

peka

terhadap

cahaya.

Botol hanya

boleh

dikeluarkan

dari

pembungku

snya sesaat

sebelum

digunakan.

phosphate, heparin

sodium.

43. Benzatin

Benzil

Penicillin 1,2

juta IU/ml 20

ml, Benzatin

Benzil

Penicillin 2,4

juta IU/ml 20

ml (Benzatin

Benzil

Penisilin)

Injeksi intramuscular atau

intravena lambat atau infus, 2,4-

4,8 g sehari dalam 4 dosis

terbagi, pada infeksi yang lebih

berat dapat ditingkatkan jika

perlu (dosis tunggal diatas 1,2 g

injeksi intravena).

Bayi prematur dan neonatal

dibawah 1 minggu, 50 mg/kg

BB dalam 2 dosis terbagi; bayi

1-4 minggu, 75 mg/kg BB/hari

dalam 3 dosis terbagi; Anak 1

bulan-12 tahun 100 mg/kg

Aqua pro

injeksi

Simpan

pada suhu

ruangan

yang

terkendali

2°C

sampai

8°C.

Lindungi

dari

kelembaba

n

Simpan

pada suhu

tidak lebih

dari 30°C

pada

kemasan

kedap

udara.

Terlindung

dari cahaya.

Jika

digunakan

untuk

Tidak disebutkan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 167: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 5

4

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

BB/hari dalam 4 dosis terbagi

(dosis lebih tinggi mungkin

dibutuhkan); rute intravena

direkomendasikan pada

neonatal dan bayi.

Endokarditis (dalam kombinasi

dengan bakteri lain jika

diperlukan); infuse atau injeksi

intravena lambat 7,2 gram/hari

dalam 6 dosis terbagi,

tingkatkan jika perlu (contoh

dalam endokarditis enterokokus

atau jika benzil penisilin

digunakan tunggal) menjadi

14,4 g sehari dalm 6 dosis

terbagi.

Antraks (dalam kombinasi

dengan antibakteri lain), infuse

atau injeksi intravena lambat,

2,4 g setiap 4 jam; anak 150

mg/kg BB sehari dalam 4 dosis

terbagi.

Profilaksis infeksi streptokokus

grup B intrapartum, infuse atau

injeksi,

maka

larutan

harus bebas

dari

mikroorgani

sme.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 168: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 5

5

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

injeksi intravena lambat, dosis

awal 3 g selanjutnya 1,5 g

setiap 4 jam hingga saat

melahirkan.

Penyakit meningokokus; injeksi

intravena lambat atau infuse,

2,4 gram setiap 4 jam. Bayi

premature dan neonatal

dibawah 1 minggu, 100 mg/kg

BB/hari, dalam 2 dosis terbagi;

neonatal 1-4 minggu 150 mg/kg

BB/hari dalam 3 dosis terbagi;

anak 1 bulan -12 tahun 180-300

mg/kg BB/hari dalam 4-6 dosis

terbagi.

44. Bifotik, Cepraz

1 g, ceropid 1

g (Cefoperazon

Na)

IM/IV Dewasa : 2 - 4 gram

perhati setiap 12 jam.

Infeksi berat : 6 - 12 gram

terbagi dalam 2, 3, 4 dosis.

NS.

Aqua pro

injeksi.

Glucose

injection.

Simpan

dalam

wadah

kedap

udara.

Gunakan

larutan

rekonstitusi

sesegera

mungkin.

-

45. Biru metilen

10 mg/ml

sebagai

dihidrat (Metil

Persalinan tahap 3 : 0,5-1 mL

(0,1-0,2 mg) IM setelah

keluarnya kepala atau bahu

anterior atau segera setelah

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

Simpan

pada

temperatu

r

Sisa yang

tidak

digunakan

harus

Obat ini tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 169: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 5

6

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

thionin

klorida)

melahirkan anak.

Untuk General Anestesi:

Rekomendasi Dosis: 1 mL (0,2

mg) IV.

Uterus atonia/Perdarahan: 1 mL

IM atau 0,5-1 mL IV. Dapat

diulang sesuai kebutuhan

dengan interval tidak kurang

dari 2 jam.

Pengobatan subinvolusi,

“Lochiometra”,

perdarahan/nifas : 0,5-1 mL IM

3 kali sehari pada wanita

menyusui sebaiknya tidak lebih

dari 3 hari.

secara

IM, Intra-

artikular,

intrasinov

ial,

intralesio

nal.

ruangan

yang

terkontrol

.

dibuang.

46. Bisolvon

ampul 4 mg/2

ml

(Bromheksin

HCl)

Dalam kasus parah serta

sebelum dan sesudah intervensi

bedah, 1 ampul IV (durasi

injeksi 2 - 3 menit) 2 - 3 kali

sehari.

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

5%

dalam air.

Simpan

pada suhu

kamar dan

terlindung

dari cahaya

matahari.

Jangan

dicampur

dengan

larutan

alkali

karena sifat

asam

larutan

bisolvon

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 170: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 5

7

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(pH 2,8)

dapat

menyebabk

an

kekeruhan

atau

flokulasi.

47. Bonviva 3mg /

3ml (Asam

ibandronat)

Prefilled syringe 3mg / 3ml

secara injeksi IV bolus selama

15-30 detik, dilakukan tiap 3

bulan.

NaCl

0,9%.

Dextrosa

5%

dalam air.

Simpan

pada suhu

ruangan

yang

terkendali

15°C

sampai

30°C.

Harus

digunakan

dengan

segera.

Residu

harus

dibuang

sesuai

dengan

prosedur

kesehatan.

Larutan Bonviva

untuk injeksi tidak

boleh dicampur

dengan larutan yang

mengandung

kalsium atau produk

obat lainnya yang

diberikan secara

intravena.

48. Brainact 250

mg 2 ml,

Brainact Inj

500 mg 4 ml,

Citicoline

Injeksi 250

Untuk kehilangan kesadaran

akibat trauma kepala atau

operasi otak : biasanya 100 mg

sampai 500 mg, 1-2 kali sehari

secara drip IV atau IV biasa.

Untuk gangguan psikis atau

- Larutan

jernih dan

tidak

berwarna.

Simpan

pada

- -

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 171: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 5

8

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

mg, Neurolin

1000 mg 8 ml

(citicolin)

saraf :dalam kasus-kasus

gangguan kesadaran pada infark

serebri stadium akut ; biasanya

diberikan citicolin 1000 mg

sekali sehari secara IV selama

dua minggu berturut-turut.

Dalam kasus-kasus pasca

hemiplegia apopletik; biasanya

citicoline 1000 mg diberikan

sekali sehari secara IV selama 4

minggu berturut-turut, dan jika

tampak perbaikan, pemberian

dilanjutkan selama 4 minggu

lagi.

suhu 15°C

sampai

30°C dan

terlindung

dari

cahaya.

49. Bricasma 0,5

mg/ml 1 ml

(Terbutalin

sulfat)

Untuk meringankan

bronkospasmae akut, biasanya

atau 2 kali secara inhalasi 250

mcg setiap 4-6 jam, Maks : 8 x

inhalasi selama 24 jam.

Breath-actuated : 1 x inhalasi

500 mcg bila diperlukan, Maks :

6 x inhalasi selama 24 jam.

Bronkospasmae berat atau tidak

responsif, dosis yang biasa

Dekstros

e 5%

dalam air

NaCl

0.45%

NaCl

0.9%

Simpan

pada suhu

15°C

sampai

30°C

Lindungi

dari cahaya

Jangan

menggunaka

n larutan

yang

mengalami

perubahan

warna.

Jangan

dicampur

dengan

Y-site : insulin.

Aditif : bleomycin

sulfate.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 172: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 5

9

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

10. mg dihirup 2-4 x sehari

larutan

alkali

(pH>7,0)

50. Broadced 1000

mg, Ceftriaxon

Inj 1g, Cefxon

Injeksi

(Ceftriaxone)

Dewasa dan anak di atas 12

tahun: 1 sampai 2 gram

diberikan sekali sehari (atau

dalam dosis terbagi dua kali

sehari) tergantung pada jenis

dan beratnya infeksi. Dosis

harian total tidak boleh melebihi

4 gram.

Untuk infeksi gonokokal : 250

mg secara IM sebagai dosis

tunggal.

Bayi dan di bawah 12 tahun :

untuk infeksi serius selain

meningitis, 50 – 75 mg / kgBB /

hari (maksimum 4 gram per

hari) dalam dosis terbagi setiap

12 jam, dengan atau tanpa dosis

muatan 75 mg / kg.

Untuk penggunaan pra operasi

(profilaksis bedah), dosis

tunggal 1 gram diberikan ½

Lidokain

HCl

(tanpa

ephinefrin

e) 1%,

Aqua pro

Injeksi,

NaCl

0.9%,

Dekstrosa

5% dalam

air, Air

bakteriost

atik untuk

injeksi

(benzyl

alcohol

0,9%).

Simpan

pada suhu

30°C dan

terlindung

dari

cahaya.

Larutan

rekonstitus

i stabil

selama 6

jam pada

suhu kamar

atau 24

jam dalam

kulkas

(suhu 5°C).

Gunakan

larutan

rekonstitus

i sesegera

mungkin.

Larutan

dengan

konsentrasi

100 mg/ml

stabil

selama 3

Larutan infus :

larutan yang

mengandung

calcium (contohnya

larutan Hartmann

dan Ringer)

Y-site :

azithromycin,

filgrastim,

flukonazol.

Aditif :

aminophylline,

clindamycin

phosphate,

linezolid.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 173: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 6

0

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

sampai 2 jam sebelum operasi

dianjurkan.

hari pada

suhu kamar

atau 10

hari pada

suhu 4°C.

Warna

larutan

berkisar

antara

kuning

muda

hingga

merah

coklat,

tergantung

dari kadar

dan

lamanya

penyimpan

an.

51. BuvAnestesi

Spinal 5%

Heavy 20

mg/50ml

Dewasa 400 mg dosis tunggal

setiap hari

Bedah anesth: Lumbar epidural

(perut, panggul & bedah

NaCl

0.9%.

Lindungi

dari

cahaya.

Simpan

pada suhu

kamar

terkendali,

Bupivakain Injeksi

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 174: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 6

1

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(Bupivacaine

HCl)

ekstremitas bawah termasuk

operasi caesar) 75-150 mg (5

mg / mL); toraks epidural (atas

perut) 12,5-37,5 mg (2,5 mg /

mL), bedah dada 25-50 mg (5

mg / mL), ekor epidural 37,5-

100 mg (2,5 mg / mL) & / atau

75-125 mg (5 mg / mL), blok

lainnya (infiltrasi lokal) 12,5-

150 mg (2,5 mg / mL) atau 25-

150 mg (5 mg / mL), interkostal

(per segmen) 10-20 mg (2,5 mg

/ mL) atau 15-25 mg (5 mg /

mL); brakialis pleksus 100-150

mg (5 mg / mL ), siatik 3 in 1

(obturator femoralis & kutaneus

lateralis) 50-100 mg (5 mg /

mL), pudenda 7,5-100 mg (2,5-5

mg / mL)

Analgesia: Caudal epidural

(pengobatab nyeri pasca-op) 50-

75 mg bolus (2,5 mg / mL);

lumbar epidural (bolus & infus

kontinu) 15-60 mg bolus (2,5-5

pembekuan

harus

dihindari

Produk

yang

mengandu

ng

nfuse ri

ne harus

dilindungi

dari cahaya

selama

penyiapa

Tempat

penyimpan

an harus

bebas dari

bakteri

Larutan tidak harus

disimpan dalam

wadah logam,

misalnya jarum atau

bagian logam jarum

suntik, ion logam

akan terlarut dapat

menyebabkan

bengkak di tempat

suntikan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 175: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 6

2

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

mg / mL) diikuti oleh 12,5-

18,75 mg / jam (1,25-2,5 mg /

mL); (infus kontinu selama

pasca-op) toraks epidural 6,25-

12,5 mg / jam (1,25 mg / mL)

Anak hitung dosis berdasarkan

berat sampai dengan 2 mg / kg,

adrenalin dapat ditambahkan

untuk memperpanjang durasi

blok dengan 50-100%.

52. Calcium

glukonat 10%

10 ml, calcii

gluconas

ampul 100

mg/1 ml

(Kalsium

glukonat)

Hipokalsemia : IV: 2-15g/24

jam sebagai nfuse kontinyu

atau dalam dosis terbagi

Hipokalsemia Neonatus: 200-

800 mg / kg / hari sebagai

nfuse kontinyu atau dalam 4

dosis terbagi (maksimal 1 g /

dosis)

Hipokalsemia Bayi dan Anak-

anak: 200-500 mg / kg / hari

sebagai nfuse kontinyu atau

dalam 4 dosis terbagi

(maksimal: 2-3 g / dosis)

Hipokalsemia tetani : IV: 1-3 g /

NS

D5W

D5S

Simpan

pada suhu

kamar.

Sediaan

yang

mengandun

g endapan

tidak boleh

digunakan.

Larutan

IV/ larutan

infus IV

stabil

selama 24

jam pada

suhu

kamar.

Hindari

dari

pembekuan

.

Y-site : fluconazole,

lansoprazole.

Dalam syringe :

metoclopromide HCl,

pantoprazole Na.

Aditif : dobutamin

HCl,

Methylprednisolone

sodium succinate.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 176: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 6

3

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dosis dapat diberikan sampai

respon terapi tercapai

Hipokalsemia tetani Bayi dan

Anak-anak: 100-200 mg / kg /

dosis selama 5-10 menit; dapat

diulang setiap 6-8 jam atau

diikuti dengan nfuse 500 mg /

kg / hari

Keracunan Magnesium atau

serangan jantung dengan adanya

hiperkalemia atau hipokalsemia:

IV: 500-800 mg / dosis

(maksimal 3 g / dosis)

Keracunan Magnesium atau

serangan jantung dengan adanya

hiperkalemia atau hipokalsemia

Bayi dan Anak-anak: 60-100 mg

/ kg / dosis (maksimal 3 g /

dosis)

Pemeliharaan untuk kebutuhan

elektrolit TPN: IV: Persyaratan

Harian: 1,7-3,4 g/1000 kcal/24

jam

Overdosis Calcium channel

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 177: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 6

4

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

blocker : infuse IV : larutan 10%

0,6-1,2 mL / kg / jam atau I.V.

0,2-0,5 ml / kg setiap 15-20

menit untuk 4 dosis (maksimum:

2-3 g / dosis)

Hanya untuk pemberian secara

IV. Berikan perlahan (â ¼ 1,5

ml kalsium glukonat 10% per

menit) melalui jarum kecil ke

pembuluh darah besar untuk

menghindari terlalu cepat

meningkat serum kalsium dan

ekstravasasi

53. Cardiject 25

mg/ml 10 ml,

Dobutamine

Giulinni Infus

250 mg/5 ml,

Dobutel Inj 50

mg/ml 5 ml

(Dobutamin

HCl)

Neonatus : 2-15 mcg/kg/menit.

Anak-anak dan dewasa : 2,5-20

mcg/kg/menit, maksimum 40

mcg/kg/menit.

Dekstrosa

5% dalam

air

Simpan

pada

temperatur

ruangan

terkontrol

dan

terlindungi

dari panas

dan cahaya.

Karena

bersifat

sitotoksik,

harus

digunakan

segera

dalam waktu

24 jam.

Inkompatibel dengan

alkalin, tidak boleh

dicampur dengan Na

bicarbonate 5%,

larutan alkali lainnya,

atau obat lain, atau

larutan yang berisi

kombinasi bisulfit

dan etanol.

54. Catapres 0,15 Injeksi intravena : lambat NaCl Simpan Simpan Tidak diketahui.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 178: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 6

5

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

mg/ml

(Klonidin HCl)

perlahan 150-300 mcg;

maksimum 750 mcg dalam 24

jam.

0,9% pada

temperatur

ruangan

pada suhu

37°C

selama 10

minggu dan

terlindungi

dari

cahaya.

55. Cedantron,

Ondansetron 4

mg/2 ml,

Ondansentron

inj 8 mg/2 ml

(ondansetron)

Pengobatan mual muntah pasca

bedah : 4 mg/IM sebagai dosis

tunggal atau injeksi IV secara

perlahan.

Pemberian kemoterapi yang

sangat emetogenik : mula-mula

diberikan injeksi 8 mg/IV secara

lambat atau diinfuskan selama

15 menit segera sebelum

diberikan kemoterapi diikuti

dengan infus 1 mg

ondansentron/jam secara

kontinyu selama kurang dari 24

jam atau 2 kali injeksi 8 mg

peroral selama 5 hari.

Penderita dengan gangguan

fungsi ginjal tidak memerlukan

Dextrose

5% dalam

air,

Dekstrosa

5% dalam

air

dengan

potasium

klorida

0,3%,

Manitol

10%,

injeksi

ringer

itu,lactate

d,

NaCl

Larutan

ondansetro

n HCl

jernih dan

tidak

berwarna.

Ampul

tidak

boleh di

autoklaf.

Simpan

pada suhu

15°C-

30°C atau

di dalam

Larutan IV

infuse yang

sudah

dibuat

harus

segera

digunakan.

Larutan

ondansetro

n HCl

dalam NS,

D5W,

D5¼NS,

D5S stabil

pada suhu

kamar dan

penerangan

Y-site :

aminophylline,

ampicillin sodium,

ampicillin sodium-

sulbactam sodium,

cefepime HCl,

furosemida,

methylprednisolone

sodium succinate,

piperacillin sodium,

sodium bicarbonate.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 179: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 6

6

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

penyesuaian dosis harian,

frekuensi, ataupun cara

pemberian.

Penderita dengan gangguan

fungsi hati, dosis total harian

tidak boleh lebih dari 8 mg.

Anak berusia lebih dari 4 tahun :

5 mg/m2

IV selama 15 menit

segera sebelum diberikan

kemoterapi diikuti dengan

pengobatan oral 4 mg tiap 8 jam

selama 5 hari.

Untuk penderita lanjut usia

(lebih dari 65 tahun)

efektivitasnya dan toleransinya

ama dengan pada penderita

dewasa mula sehingga tidak

perlu dilakukan penyesuaian

dosis/ cara pemberian pada

penderita lanjut usia.

0,9%,

NaCl

0,9%

dengan

potassium

klorida

0.3%.

Lemari

pendingin

dan

terlindung

dari

cahaya.

normal

selama 48

jam.

Kombinasi

ondansetro

n dengan

obat-

obatan

bersifat

basa

menunjukk

an

terjadinya

pengendap

an.

Ondansetro

n stabil

dalam

wadah

infuse

polietilen

atau botol

gelas tipe

1. Larutan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 180: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 6

7

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

ondansetro

n dalam

NS atau

D5W juga

56. Cedocard 10

mg/10 ml

(Isosorbid

dinitrat)

Infus intravena : 2-10 mg/jam;

dosis lebih tinggi samapi 20

mg/jam mungkin diperlukan.

NaCl

0,9%

Dextrosa

5%

dalam air

Simpan

pada suhu

kamar.

Larutan

ampul atau

botol

sebelum

dibuka

tidak

berwarna.

Ampul atau

botol harus

digunakan

/diencerkan

segera

setelah

dibuka dan

sisanya

dibuang.

Lakukan

pengencera

n secara

aseptic.

PVC dapat

mengabsor

bsi

isosorbide

dinitrate,

gunakan

container

Y-site : heparin

sodium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 181: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 6

8

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dan

administrat

ion set

yang

terbuat dari

polietilen

atau gelas.

57. Cefazol 1 g

(Sefazolin

Natrium)

Anak >1 bukan : 25-100

mg/kg/hari setiap 6-8 jam,

maksimum 6 g/hari.

Dewasa : 250 mg-1,5 g setiap 6-

12 jam (biasanya 8 jam),

tergantung infeksi, maksimum

dosis 12 g/hari.

Dextrosa

5%.

NaCl

0,9%.

Aqua pro

injeksi

Sinpan

pada suhu

kamar dan

hindari

paparan

langsung

cahaya,

karena

paparan

yang lama

dapat

menyebab

kan

perubahan

warna

serbuk.

Larutan

harus

dipakai

dalam

waktu 48

jam setelah

rekonstitusi

pada suhu

kamar.

Larutan

rekonstitusi

harus

disimpan

dalam

tempat

gelap.

Presipitasi

Dalam syringe :

ascorbic acid

injection, cimetidine

HCl, lidocaine HCl,

pantoprazole

sodium.

Aditif : amikacin

sulfate, atracurium

besylate, bleomycin

sulfate, ranitidine

HCl.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 182: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 6

9

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Serbuk dan

larutan

cefazolin

dapat

berubah

menjadi

lebih gelap

karena

pengaruh

kondisi

penyimpan

an, namun

perubahan

warna

tidak

mengindik

asikan

terjadinya

perubahan

potensi.

dapat

terjadi

karena

pengaruh

perubahan

suhu,

namun

dapat

diatasi

dengan

menghanga

tkan vial

dalam air

hangat.

58. Cefotaxim Infeksi ringan sampai sedang: 1 g NaCl Serbuk

Larutan Dalam syringe :

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 183: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 7

0

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

1000 mg,

Clafaron vial

500 mg, 1 g, 2

g.

injeksi IM atau IV atau infus IV

tiap 12 jam; infeksi berat: 2 g

injeksi atau infus IV 4x/hari.

Dosis lebih tinggi sampai 12

g/hari terbagi dalam 3-4 dosis;

Gonorrhoea: 500 mg injeksi IM

atau IV dosis tunggal;

Meningitis bakterial: dewasa dan

anak-anak >12 tahun 1 g, anak di

bawah 12 tahun 50 mg/kg;

Dosis pada gangguan ginjal: Cl

Cr <5 mL/menit berikan 1 g

loading dose kemudian dosis

pemeliharaan 50% dari dosis

normal

0,9%,

Glukosa

5%,

Glukosa-

NaCl

Hartmann,

Ringer

Laktat

injeksi

stabil pada

suhu kamar

dan

terlindung

dari cahaya.

rekonstitusi

berwarna

kuning

muda

samapi

kuning

tergantung

dari pelarut,

konsentrasi,

dan

penyimpana

n. Warna

kuning

pucat dari

larutan

induk

mengindika

sikan

adanya

perubahan

potensi.

Larutan

rekonstitusi

dapat

pantoprazole.

Y-site : azithromycin,

filgrastim,

fluconazole,

gemcitabine HCl,

hetastarch dalam NS.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 184: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 7

1

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

disimpan

selama 24

jam pada

suhu 25°C

59. Cefoperazole

Sulbactam 1 g

Dewasa : 2-4 g/ hari, diberikan

tiap 12 jam dalam dosis terbagi.

Infeksi berat atau sukar

disembuhkan dosis dapat

ditingkatkan sampai 8 g/ hari.

Anak 40 mg/kgBB/hari, dosis

dapat diberikan tiap 6 - 12 jam

dalam dosis terbagi. Infeksi

berat atau sukar disembuhkan

dosis dapat ditingkatkan sampai

dengan160 mg/kgBB/hari.

Neonatus minggu pertama :

dosis maks sulbaktam : 80

mg/kgBB/hari. Bila perlu

diberikan cefoperazone > 80

mg/kgBB/hari, cefoperazone

tambahan diberikan secara

terpisah.

Pasien dengan gangguan fungsi

hati maks 2 g/ hari.

- Simpan

dalam

wadah

kedap

udara.

- -

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 185: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 7

2

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Gangguan fungsi ginjal dengan

bersihan kreatinin < 15 ml/menit

: sulbactam maks 500 mg/ 12

jam. IV pemberian infus berkala

1 g/ 20 ml diperlukan lebih dari

15-60 menit. injeksi IV 1 g/ 20

ml, diberikan minimal > 3

amenit. IM lidokain merupakan

media yang sesuai untuk

pemberian secara IM, tetapi

tidak untuk rekonstitusi awal

60. Ceftazidime

pentahydrate,

fortum 500

mg, fortum 1

g, fortum 2 g

Dosis standard: 1 g injeksi IM

atau IV tiap 8 jam atau 2 g

injeksi/infus IV tiap 12 jam;

Infeksi berat: 2 g injeksi/infus

IV tiap 8-12 jam atau 3 g tiap 12

jam;

ISK atau infeksi lebih ringan:

500 mg-1 g injeksi IM atau IV

tiap 12 jam;

Infeksi paru pseudomonal pada

sistik fibrosis: hingga 50 mg/kg

injeksi/infus IV tiap 8 jam;

Profilaksis bedah atau bedah

Dextrose

5% dalam

air;

NaCl

0,9%;

aqua steril

untuk

injeksi;

Ringer

Laktat.

Dekstrosa

10%

dalam air.

Simpan

pada suhu

25°C dan

terlindung

dari cahay.

Rentang

warna

larutan

dari

kuning

terang

Larutan

dengan

konsentrasi

1 mg/ml

dan 40

mg/ml

dalam

pelarut

yang

sesuai,

stabil

selama 18

jam pada

Larutan infus :

sodium bicarbonate

Dalam syringe :

pantoprazole

sodium.

Y-site : Amiodaron

HCl, azithromycin,

doxorubicin HCl

liposome injection,

midazolam HCl,

phenytoin sodium.

Aditif : amikacin

sulfate,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 186: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 7

3

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

prostat: 1 g pada induksi

anestesi diulang jika diperlukan

ketika kateter dilepas;

Dosis pada kelainan ginjal: Cl

Cr 31-50 mL/menit 1-2 g tiap 12

jam, Cl Cr 16-30 mL/menit 1-2

g tiap 24 jam, Cl Cr 6-15

mL/menit 500 mg-1 g tiap 24

jam, Cl Cr <5 mL/menit 500

mg-1 g tiap 48 jam

D5S. sampai

kuning

muda

tergantung

pada

konsentras

i pelarut

dan

kondisi

penyimpan

an yang

digunakan.

Perubahan

warna

menjadi

lebih gelap

tidak

mengindik

asikan

adanya

perubahan

potensi.

suhu

<25°C dan

7 hari di

dalam

lemari

pendingin.

aminophylline,

gentamicin sulfate.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 187: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 7

4

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

61. Cefriex 1 g

Dewasa dan anak-anak diatas

12 tahun: Gonorrhea : 250 mg

IM sebagai dosis tunggal.

Profilaksis infeksi perioperatif:

1 gram IV diberikan 0,5-2 jam

pada awal pembedahan.

Infeksi lain: 1-2 gram IM/IV

setiap 24 jam atau 500 mg-1 gr

setiap 12 jam. Dosis maksimal 4

gr/hari

Anak-anak dibawah 12 tahun:

Meningitis : pada pengobatan

hari pertama: 100 mg/kg BB

diberikan secara IM/IV

kemudian dilanjutkan 100

mg/kg BB setiap 24 jam atau 50

mg/kg BB setiap 12 jam.

Pengobatan diberikan selama 7-

14 hari. Dosis maksimal 4

gram/hari

Otitis media: 50 mg/kg BB IM,

maksimal 1 gram sebagai dosis

tunggal.Infeksi kulit dan

jaringan lunak: 50-75 mg/kg BB

D5W

N5

Simpan pada

suhu kamar

(25-30o C),

hindarkan

dari cahaya,

lemari

pendingin

Stabil 2

hari dalam

suhu kamar

250C

10 hari

dalam

lemari

pendingin

50C

Kalsium atau

dengan

aminoglikosida,

amsacrine,

flukonazol,

labetalol, atau

vankomisin,

atau pentamidin

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 188: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 7

5

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

IM/IV setiap 24 jam atau 25-

37,5 mg/kg BB setiap 12 jam.

Dosis maksimal 2 gram/hari.

Infeksi serius lain: 25-37,5

mg/kg BB IM/IV setiap 12 jam.

Dosis maksimal 2 gram/hari.

62. Ceftum 1 g Dewasa: 1-6 g/hari dalam 2-3

dosis terbagi Bayi > 2 bulan dan

anak-anak : 30-100 mg/kg

bb/hari, dalam 2-3 dosis terbagi.

Neonates dan bayi < 2 bulan :

25-60 mg/kg bb/hari, dalam 2

dosis terbagi. Besarnya dosis

dapat disesuaikan dengan jenis

infeksi, derajat infeksi, usia,

berat badan, dan fungsi ginjal

dari penderita.

Pada penderita dengan

gangguan fungsi ginjal, dosis

dapat disesuaikan dengan cara

menurunkan dosis dan atau

dengan memperpanjang interval

pemberian obat.

5WFI

N5

Simpan

pada suhu

< 25o C,

lindungi

dari cahaya

dan lemari

pendingin

Gunakan

segera dan

boleh

disimpan

maksimum

12 jam

pada

ruangan

atau 7 hari

di dalam

lemari

pendingin.

Na bikarbonat,

asetilsistein,

amikasin,

amiodaron,

amfoterisin,

cisatrakurium,

klaritromisin,

dobutamin,

eritromisin

laktobionat,

flukonazol,

gentamisin,

midazolam,

pantoprazol, fenitoin

Na, propofol,

tobramisin,

vankimisin

63. Cernevit Dewasa dan anak >15 tahun: 2-5 Air steril Simpan Buang Ca glukonat, bisulfit

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 189: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 7

6

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Injeksi mL dosis tunggal melalui IM

atau IV, sebagai dosis harian

dapat diberikan hingga 10 mL;

Anak dengan BB hampir 30 kg:

dosis tunggal 0,4-1 mL

untuk

injeksi

pada suhu

4-25°C.

Lindungi

dari

cahaya

dan panas.

Jangan

disimpan

dalam

freezer.

larutan

yang tidak

terpakai.

Gunakan

segera

larutan

yang telah

disiapkan

dalam 24

jam

bleomisin.

Jangan campur

secara langsung

dengan emulsi lipid

64. Ceradolan 1 g

(cefotiam

dihydrochlorid

e)

0.5-2 g/ hari terbagi dalam 2- 4

dosis.

Aqua pro

injeksi.

Larutan

glukosa.

Larutan

elektrolit.

Larutan

asam

amino.

Simpan

pada suhu

kamar.

Gunakan

larutan

rekonstitusi

sesegera

mungkin.

Apabila

larutan

disimpan,

gunakan

dalam

waktu 8

jam.

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 190: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 7

7

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

65. Ceremax Infus

0,2 mg/ml 50

ml, Nimotop

Infus 10 mg/ml

50 ml,

Nootropil Inf

12 g/60 ml ,

Nootropil Inj

1g/5 ml

(Nimodipin)

Pengobatan, secara infuse

intravena melalui kateter sentral

awalnya 1 mg/jam (sampai 500

mg/jam jika berat badan kurang

dari 70 kg atau jika tekanan

darah tidak stabil), tingkatkan

setelah 2 jam menjadi 2 mg/jam

asalkan tidak terjadi penurunan

tekanan darah hebat dan harus

dilanjutkan paling sedikit 5 hari

(maksimal 14 hari); jika

dilakukan pembedahan selama

pengobatan, lanjutkan paling

sedikit 5 hari setelah

pembedahan; waktu

penggunaan maksimal 21 hari.

natrium

klorida

0,9%

glukosa

5%

larutan

ringer

laktat

larutan

Ringer

laktat

dengan

magnesiu

m

dekstran

40

HAES ®

(poli [O-

2-

hidroksiet

il]) pati

6%

5%

albumin

Larutan

nimodipin

berwarna

kuning

jernih.

Simpan

pada suhu

<25°C, dan

hindarkan

dari

paparan

langsung

sinar

matahari

(sejak

botol

dikeluarka

n dari

kotaknya.

Larutan

nimodipin

stabil

hingga 10

jam

terpapar

cahay

buatan atau

cahaya

matahari

langsung.

Jika

diperlukan,

pompa

infuse

dapat

dilindungi

dengan

pembungku

s yang

buram

(opaque).

Larutan

tidak boleh

Nimodipin tidak

boleh langsung

ditambahkan ke

larutan infuse atau

dicampur dengan

obat-obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 191: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 7

8

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

manusia

Darah

manitol

10%

digunakan

setelah 25

jam

dihitung

dari setelah

botol

dibuka.

66. Cetadop 200

mg/5 ml,

Dopac Amp 40

mg/ml 5 ml,

Dopamine

Giulini Inj 50

mg/5 ml,

Dopamin Inj

200 mg / 10 ml

(Dopamin

HCl)

Larutan infus harus harus

disiapkan segera sebelum

digunakan. Pembuatan infus

dengan cara mengencerkan satu

atau beberapa vial injeksi ke

dalam lartan NaCl isotonis

secara tekhnik aseptik sampai

konsentrasi larutan 0.4-1.6

mg/ml.

Infus diberikan secara IV

maksimal dalam waktu 24 jam

setelah pembuatan, dengan

kecepatan infus 2-5

mcg/kg/menit. kemudian

kecepatan dinaikkan secara

bertahap sampai 5-10

mcg/kg/menit dan jika perlu

Larutan

sodium

chlorida

0.9%,

Larutan

glukosa

5% dalam

air.

Larutan

Ringer

laktat

Simpan

pada suhu

25-30°C

dan

terlindung

dari

cahaya.

Larutan

infus

jernih,

tidak

berwarna.

Jika terjadi

perubahan

warna,

jangan

digunakan.

Larutan

infuse

harus

disiapkan

segera

sebelum

digunakan

Larutan infus :

larutan alkali (pH

>7).

Y-sote : insulin

regular, Na

Tiopental.

Aditif : ampicillin

Na.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 192: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 7

9

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dapat dinaikkan sampai 10-50

mcg/kg/menit. jika dosis

melebihi 50 mcg/kg/menit

disarankan urin yang keluar

dicek sesering mungkin. Apabila

sesuai, volume darah sebaiknnya

diperbaiki dulu sebelum

pemberian dopamin.

dan

diberikan

maksimal

dalam

waktu 24

jam setelah

pembuatan.

Larutan

infus yang

telah siap

digunakan

akan stabil

selama

periode

pemberian

infus pada

umumnya

(sekitar 24

jam),

kecuali

laruatn

infuse

dalam RL

(maksimal

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 193: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 8

0

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

6 jam).

67. Chirocaine

(Levobupivaka

in

hidroklorida)

Anestesi pembedahan : epidural

untuk pembedahan, 10-20

ml(50-150 mg) larutan 5 atau

7,5 mg/ml; bedah caesar, 15-30

ml (75-150 mg) larutan 5

mg/ml intratrakeal, 3 ml (15

mg) larutan 5 mg/ml.

Blokade saraf perifer : 1-40 ml

larutan 2,5-5,- mg/ml

(maksimal 150 mg).

Infiltrasi lokal, anak (<12

tahun) 0,25-0,5 ml/kg BB

(1,25-2,5 mg/kg BB) larutan 2,5

mg/ml atau 5 mg/ml, Dewasa

1-60 ml (maksimal 150 mg)

larutan 2,5 mg/ml.

NaCl

0,9%

Simpan

pada

emperatur

e ruangan

yang

terkontrol

20-25°C

(68-77°F),

kecuali

diizinkan

dapat

disimpan

pada suhu

15-30°C

(59-86°F)

Setelah

pengencera

n dalam

larutan

natrium

klorida

0,9%,

secara

kimia dan

fisika dapat

digunakan

selama 7

hari pada

20-22°C.

Selain itu,

secara

kimia dan

fisik,

pencampur

an dengan

klonidin,

morfin atau

fentanyl

Larutan basa,

suntikan natrium

bikarbonat.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 194: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 8

1

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dapat

digunakan

selama 40

jam pada

20-22°C.

68. Chloramex 1 g

(kloramfenikol

)

DOSIS ANAK:

- Meningitis: IV. Infant: >30 hari

dan anak : 50-100 mg/kg/hari

terbagi setiap 6 jam

- Infeksi lain: IV. Infant: >30 hari

dan anak : 50-75 mg/kg/hari

terbagi setiap 6 jam. Dosis

maksimal: 4 g/hari.

DOSIS DEWASA:

- 50-100 mg/kg/hari terbagi setiap 6

jam. Makimum dosis harian 4

g/hari.

- dapat diberikan IV kurang dari 1

menit dengan konsentrasi 100

mg/mL atau IV intermittent infuse

lebih dari 15-30 menit dengan

konsentrasi akhir <20 mcg/mL.

NaCl

0,9%

Simpan

obat pada

suhu kamar

Hasil

pencampur

an obat

dapat

bertahan

selama 30

hari;

Gunakan

hanya jika

cairan

masih

jernih;

Cairan obat

yang

dibekukan

kemungkin

an akan

dapat

bertahan

Tidak dinyatakan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 195: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 8

2

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

selama 6

bulan.

69. Cisplatin 10

mg, Cisplatin

50 mg

(Sisplatin)

Anak-anak. Jadwal dosis

intermiten : 37-75 mg/m2 sekali

setiap 2-3 minggu atau 50-100

mg/m2 selama 4-6 jam sekali

setiap 21-28 hari. Dosis harian :

15-20 mg/m2/hari untuk 5 hari

setiap 3-4 minggu. Sarkoma

osteogenik atau neuroblastoma :

60-100 mg/m2 per hari setiap 3-

4 minggu. Tumor otak yang

kambuh : 60 mg/m2 sekali

sehari per 2 hari setiap 3-4

minggu. Kanker sumsum tulang

: infuse lanjutan : dosis tinggi

55 mg/m2 per 72 jam, total

dosis 165 mg/m2.

Dewasa : Kanker kandung

kemih : 50-70 mg/m2 setiap 3-4

minggu. Kanker kepala dan

leher : 100-120 mg/m2 setiap 3-

4 minggu. “malignant pleural

mesothelioma in combination

Dekstrosa

5% dalam

air.

NaCl

0,9%

Simpan

vial pada

suhu 15-

25°C.

Lindungi

dari

cahaya.

Tidak

boleh

disimpan

di lemari

pendingin.

Karena

bersifat

sitotoksik,

maka harus

digunakan

segera

dalam

waktu 24

jam setelah

preparasi.

Hindari kontak

dengan aluminium.

Cisplatin bereaksi

dengan logam

aluminium

membentuk endapan

hitam platinum.

Cisplatin terurai

dengan larutan dalam

media dengan klorida

rendah, konsentrasi

klorida setidaknya

harus setara dengan

0,45% dari natrium

klorida.

Produk ini obat tidak

boleh dicampur

dengan produk obat

lainnya.

Antioksidan (seperti

natrium metabisulfit),

bikarbonat (natrium

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 196: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 8

3

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

with pemetrexed : 75 mg/m2 per

hari selama siklus 21 hari.

Kanker metastatic ovarian : 75-

100 mg/m2 setiap 3-4 minggu.

Kanker testicular : 10-20

mg/m2/hari setiap 3-4 minggu.

bikarbonat), sulfat,

fluorourasil dan

paclitaxel dapat

menonaktifkan

cisplatin dalam

sistem infus.

70. Clavamox IV

1000 mg

(Amoksisilin +

Asam

Klavulanat)

Pervial clavamox IV 500 :

Amoksisilin trihidrat 500 mg, K

clavulanate 100 mg.

Pervial clavamox IV 1000 :

amoksisilin trihidrat 1000 mg, K

clavulanat 200 mg.

Aqua pro

injeksi.

Simpan

serbuk

pada suhu

2-8°C.

Gunakan

larutan

rekonstitusi

sesegera

mungkin,

maksimum

20 menit

setelah

dilarutkan.

Stabilitas

menurun

dengan

peningkata

n

konsentrasi

.leh karena

itum untuk

IV Infus,

Larutan infus : NS,

D5W, RL.

Y-site : midazolam

HCl.

Aditif : ci-

rofloxacin,

metronidazole.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 197: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 8

4

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

gunakan

larutan

rekonstitusi

sesegera

mungkin.

Clavamox

IV kurang

stabil

dalam

larutan

infuse yang

mengandun

g glukosa,

dekstran,

atau

bikarbonat,

namun

dapat

diinjeksika

n ke selang

infus dalam

waktu 3-4

menit.

71. Clinimix Pasien dengan BB 60 – 70 kgBB Untuk Sediaan Larutan Zat tambahan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 198: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 8

5

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

N9G15E Infus

1 L (Amino

acids, glucose,

electrolytes)

N9G15E ; Maks : 3 ml/ kg/ jam

(40 ml/ kg/ hari).

N9G20E : Maks : 2.5 ml/ kg/

jam (40 ml/ kg/ hari).

pemberia

n secara

langsung,

dapat

dicampur

dengan

larutan

asam

amino

yang

dapat

tercampur

kan atau

regimen

infuse

yang

mengand

ung asam

amino

utama.

harus

disimpan

pada suhu

15°C-30°

C dan

terlindung

dari

cahaya

matahari

langsung.

steril dan

bebas

pirogen.

Jangan

dibekukan

Jangan

digunakan

jika larutan

tidak jernih

dan jika

wadah

serta tutup

rusak.

Jangan

gunakan

terus

menerus.

Jangan

gunakan

sebelum

dan

sesudah

transfusi

darah

mungkin tidak

tercampur.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 199: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 8

6

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dengan

mengguna

kan infus

yang sama.

gunakan

segera

setelah

segel

dibuka dan

dicampur

ke duanya.

Stabil

selama 7

hari pada

temperatur

2°C-8°C

selama 48

jam.

Jangan

gunakan

campuran

lebih dari

24 jam

pada

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 200: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 8

7

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

temperatur

2°C-8°C.

72. Cordarone

Amp 150 mg/3

ml (Amiodaron

HCl)

Infus IV : dosis biasa 5 mg/

kgBB dalam 250 ml dekstrosa

5% selama 20 menit sampai 2

jam; dosis dapat diulangi 2-3 x

selama 24 jam

Pemeliharaan : 1-20 mg / kgBB/

24 jam (biasanya 600-800/ 24

jam hingga besar dari 1200 mg/

kgBB/ 24 jam) dalam 250 ml

dekstrose 5% setelah beberapa

hari

Dekstrosa

5%.

Simpan

pada suhu

<25°C dan

hindarkan

dari

cahaya.

Pada saat

pemberian,

perlindung

an terhadap

cahaya

tidak

diperlukan,

namun

hindarkan

dari

paparan

langsung

sinar

matahari.

Amiodaron

HCl 0,6

mg/ml

dalam

D5W stabil

selama 5

hari pada

suhu

Y-site :

aminophylline,

ampicillin sodium-

sulbactam sodium,

cefazolin sodium,

ceftazidime,

digoxin, heparin

sodium, imipenem-

cilastin sodium,

sodium bicarbonate.

Dalam syringe :

patoprazole sodium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 201: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 8

8

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

±25°C.

Larutan

dengan

konsentrasi

<0,6

mg/ml

dalam

D5W tidak

stabil dan

sebaiknya

tidak

digunakan.

Data

mengenai

kompatibili

tas dengan

NS masih

belum

dapat

dipastikan.

Bila NS

hendak

digunakan,

maka

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 202: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 8

9

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

gunakan

konsentrasi

amiodaron

HCl 1,8-4

mg/ml

73. Cotrimoksazol

5 ml,

Cotrimoksazol

10 ml

(Kotrimoksazo

l DOEN III

kombinasi

sulfametoksaz

ol 80 mg/ml,

trimetoprim 16

mg/ml)

Infus intravena : 960 mg/hari

tiap 12 jam, dapat ditingkatkan

menjadi 1,44 gram tiap 12 jam

pada infeksi berat. Anak 36

mg/kg BB /hari terbagi dalam

dua dosis. Pada infeksi berat

dapat ditingkatkan menjadi 54

mg/kg BB/hari.

Dekstrosa

5%

dalam air.

Simpan vial

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol

dan tidak

boleh di

lemari

dingin.

Untuk

larutan 5

ml/125 ml

di

dekstrosa

5% dalam

air,

gunakan

selama 6

jam setelah

preparasi.

Untuk

larutan 5

ml/100 ml

di

dekstrosa

5% dalam

air,

gunakan

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 203: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 9

0

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

selama 4

jam setelah

preparasi.

Untuk

larutan 5

ml/75 ml di

dekstrosa

5% dalam

air,

gunakan

selama 2

jam setelah

preparasi.

Produk

tidak boleh

disimpan

dalam

lemari

pendingin.

74. Cravit IV 100

ml

(levofloxacin)

Infus IV lambat : 1 x sehari,

selama 7 sampai 14 hari

NaCl 0,9

%,

Glukosa

5%,

Glukosa-

Simpan

vial yang

masih

tertutup

pada suhu

Selama

pemberian

larutan IV

infuse

tidak

Larutan infus :

larutan yang

mengandung Al3+

,

Ca2+

, Cu2+

, Mg2+

,

Zn2+

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 204: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 9

1

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

NaCl

(dengan

tambaha

n KCl)

Ringer

Laktat

25°C-

30°C dan

terlindung

dari

cahaya.,

termasuk

paparan

cahay

matahari

langsung

karena

levofloxac

in

mengalam

i peruraian

bila

terkena

sinar

ultraviolet

.

diperlukan

perlindung

am

terhadap

cahaya.

Bila tutup

vial sudah

dibuka,

larutan

harus

segera

digunakan

dalam

waktu 3

jam untuk

mencegah

kontaminas

i bakteri.

Larutan

injeksi

yang tidak

terpakai

lagi harus

dibuang.

Y-site :

Azithromycin,

furosemide, heparin

sodium,

nitroglycerine,

propofol.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 205: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 9

2

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Tidak

boleh

dicampur

dengan

larutan

yang

bersifat

basa

(contohnya

Na

bikarbonat)

75. Cryptal Infus

200 mg/100

ml, Diflucan

Infus 2 mg/ml

100 ml

(Fluconazol)

Kandidiasis Orofaring 50 mg /

hari selama 7 - 14 hari.

Infeksi kandida mukosa (kecuali

kandidiasis vaginalis) 50 mg /

hari selama 14 - 30 hari. Pada

kasus berat dosis dapat

ditingkatkan sampai 100 mg /

hari.

Infeksi kandida yang lainnya

atau kandidiasis yang menyebar,

kandidemia 400 mg / hari,

diikuti dengan 200 mg hari

tergantung pada respon klinis,

Dekstrosa

5%

dalam air.

Ringer’s

injection,

lactated.

Simpan

dalam

wadah

kedap

udara pada

suhu di

bawah

30°C.

Simpan

injeksi

pada suhu

5°C sampai

25°C (41°F

sampai

77°F).

Jangan

membekuk

an.

Jangan

dibuka

sampai

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 206: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 9

3

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dapat ditingkatkan menjadi 400

mg / hari.

Meningitis Cryptococcal 400

mg 1 kali / hari, diikuti dengan

200-400 mg 1 kali perhari

selama 6-8 minggu.

siap

digunakan.

76. Cytarabine 100

mg/ml

(Sitarabin

Adenosin)

IV :75-200 mg/m2/hari untuk 5-

10 hari; atau 100 mg/m2 untuk

7 hari; atau mg/m2/dosis setiap

12 jam untuk 7 hari.

“Bacterio

static

water for

injection”

yang

berisi

benzil

alcohol.

Simpan

pada

temperatur

ruangan

terkontrol.

Simpan

pada

temperatur

ruangan

terkontrol

sampai 48

jam.

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

77. Dacarbazin

200 mg

(Dakarbazin)

Intraarterial : 50-499 mg/m2

untuk 5-10 hari.

IV. Hodgkin’s disease, ABVD :

375 mg/m2 hari 1 dan 15 setaip

4 minggu atau 100 mg/m2/hari

untuk 5 hari.

Melanoma metastatik (tunggal

atau kombinasi dengan obat

lain) : 150-250 mg/m2 hari 1-5

setiap 3-4 minggu.

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%

Simpan vial

pada suhu

2°-8°C dan

terlindungi

dari cahaya.

Simpan

pada

temperatur

Karena

bersifat

sitotoksik,

produk

harus

digunakan

segera

tidak lebih

dari 24 jam

pada

heparin,

hidrokortison, L-

cysteine and natrium

hidrogen karbonat.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 207: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 9

4

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

ruangan

yang

terkontrol

selama 4

minggu

sampai 3

bulan.

temperatur

ruangan.

78. Daktinomisin

0,5 g

(Daktinomisin)

Anak >6 bulan. Dosis lazim

: 15 mcg/kg/hari untuk 5

hari setiap 3-6 minggu atau

400-600 mcg/m2/hari untuk

5 hari setiap 3-6 minggu.

“Wilm’s tumor”,

“rhabdomyosarcoma”,

“Ewing’s sarcoma” 15

mcg/m2/hari untuk 5 hari

(dalam regimen kombinasi

dan terjadwal).

Osteosarkoma : 600

mcg/m2/dosis hari 1,2,3

sebagai bagian kombinasi

terapi.

Dewasa. Dosis lazim : 15

mcg/m2/hari untuk 5 hari

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%

Simpan

vial pada

temperatur

ruanganda

n

terlindungi

dari

cahaya

dan

kelembaba

n.

Karena

bersifat

sitotoksik,

maa harus

digunakan

segera

tidak lebih

dari 24 jam

pada suhu

4°C atau

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 208: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 9

5

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

setiap 3-6 minggu atau 400-

600 mcg/m2/hari untuk 5

hari setiap 3-6 minggu atau

1000 mcg/m2/hari pada hari

1 atau 12 mcg/m2/hari

untuk 5 hari (monoterapi)

atau 500 mcg/m2/hari pada

hari 1 atau 2 sebagai bagian

kombinasi kemoterapi.

Kanker testicular : 1000

mcg/m2/hari pada hari 1

sebagai bagian dari

kombinasi kemoterapi.

“Gestasional trophoblastic

neoplasm” : 12 mcg/m2/hari

untuk 5 hari (monoterapi)

atau 500 mcg/m2/hari pada

hari 1 atau 2 sebagai bagian

kombinasi kemoterapi.

“Wilm’s tumor”,

“rhabdomyosarcoma” ” 15

mcg/m2/hari untuk 5 hari

(dalam regimen kombinasi

dan terjadwal).

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 209: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 9

6

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Osteosarcoma : 600

mcg/m2/dosis hari 1,2,3

sebagai bagian kombinasi

terapi. Ovarian tumor : 500

mcg/m2/hari untuk 5 hari

setiap 4 minggu atau 300

mcg/m2/hari untuk 5 hari

setiap 4 minggu.

79 Darrow

Glukosa Ana

(DG Ana)

Infus 500 ml

Dosis sesuai kebutuhan pasien. Tidak ada

karena

langsung

diberikan.

Simpan

pada suhu

dibawah

25°C.

Larutan

yang

tersisa

dibuang

setelah

digunakan.

-

80. Darrow

Glukosa Half

Strength Infus

500 ml

Dosis sesuai kebutuhan pasien. Tidak ada

karena

langsung

diberikan.

Simpan

pada suhu

dibawah

25°C.

Larutan

yang

tersisa

dibuang

setelah

digunakan.

-

81. Daunorubicin

Hidroklorida

DBL 20 mg/4

ml

Anak. Total kumulatf dosis

tidak boleh lebih dari 300

mg/m2 pada anak > 2 tahun atau

10 mg/kg pada anak < 2 tahun.

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

Simpan

pada

temperatur

ruangan

Karena

bersifat

sitotoksik,

maka harus

Injeksi natrium

heparin dan

deksametason

natrium fosfat.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 210: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 9

7

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(Daunorubicin

HCl)

Anak <2 tahun atau BSA <0,5

m2, semua kombinasi terapi : 1

mg/kg/dosis per protocol

dengan frekuensi tergantung

regimen. Anak ≥2 tahun dan

BSA ≥ 0,5 m2 : semua

kombinasi terapi 25 mc/ m2

pada hari 1 setiap minggu untuk

4-6 siklus. Infus lanjutan : 30-

60 mg/ m2/ hari pada hari 1-3.

Dewasa. Total kumulatif dosis

tidak boleh dari 500 mg/m2

tanpa resiko kardiotoksisitas

dan tidak boleh lebih dari 400

mg/m2 pada pasien yang

mendapatkan radiasi dada.

Semua kombinasi terapi : 45

mg/ m2/hari untuk 3 hari.

Dewasa <60 tahun : awalnya 45

mg/ m2/hari untuk 3 hari,

kemudian menyusul 45 mg/

m2/hari untuk 2 hari. Dewasa

≥60 tahun : awalnya 30

mg/m2/hari untuk 3 hari,

0,9% yang

terkontrol.

Terlindung

dari cahaya.

digunakan

segera

sampai 24

jam pada

suhu 4°C

atau pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 211: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 9

8

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

kemudian menyusul 30

mg/m2/hari untuk 2 hari.

82. Deferoksamin

mesilat 500

mg/ml 10 ml

(Deferoksamin

mesilat)

Untuk akut. Anak ≥ 3 tahun: IM

90 mg/kg/dosis setaip 8 jam

(maksimum 6 g/24 jam).. IV 15

mg/kg/jam (maksimum 6 g/24

jam). Dewasa : IM, IV :

awalnya 1000 mg yang diikuti

500 mg setiap 4 jam sampai 2

kali dosis; kemudian dosis 500

mg diberikan setiap 4-12 jam.

Dosis maksimum rekomendasi

6 g/hari.

Untuk kronis. Anak ≥ 3 tahun :

IV 15 mg/kg/jam (maksimum

12 g/24 jam). Sub Q : 20-40

mg/kg/hari selama 8-12 jam

(maksimum dosis 1000-2000

mg/hari). Dewasa : IM, IV 500-

1000 mg/hari. Maksimum dosis

1 g/hari tanpa tranfusi, 6 g/hari

jika pasien menerima tranfusi.

SuQ : 1-2 g setiap hari atau 20-

40 mg/kg/hari selama 8-24 jam.

Air steril

untuk

injeksi.

Dextrose

5%

dalam air,

NaCl

0.9%.

Ringer’s

injection,

lactated

Simpan vial

pada suhu

tidak lebih

dari 25°C

Simpan

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol

sampai 1

minggu

dan

terlindung

dari

cahaya.

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 212: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 9

9

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

83. Dexamethason

e Amp 5

mg/ml,

Kalmethasone

Inj 5 mg / ml,

Oradexon 5

mg/ml 1 ml

(Deksametason

sodium

phosphate)

Dosis standard: 0,5-24 mg /hari

melalui IM atau injeksi/ nfuse

IV;

Edema serebral berkaitan

dengan malignansi: dosis awal

10 mg injeksi IV diikuti 4 mg

IM tiap 6 jam selama 2-4 hari;

Meningitis: 10 mg injeksi IV

tiap 6 jam untuk 4 hari;

Intraartikular, intrasinovial atau

injeksi jaringan lunak: sendi

besar 2-4 mg, sendi kecil 0,8-1

mg, bursa 2-3 mg, pelapis

tendon 0,4-1 mg, infiltrasi

jaringan lunak 2-6 mg, ganglia

1-2 mg. Injeksi dapat diulang

tiap 3-5 hari atau 2-3 minggu.

Dekstrosa

5% dalam

air,

NaCl

0.9%.

Terlindung

dari

cahaya

dan

simpan

pada suhu

2-25°C.

Dexameth

asone

sodium

phosphate

tidak tahan

terhadap

panas dan

tidak

boleh di

autoklaf.

Dari sudut

pandang

mikrobiolo

gi, harus

digunakan

segera,

namun

nfuse

yang telah

disiapkan

dapat

disimpan

pada suhu

2-8°C dan

diinfuskan

dalam 24

jam (pada

suhu

ruang)

Y-site :

ciprofloxacin,

midazolam HCl.

Dalam syringe :

difenhydramine HCl,

pantoprazole sodium.

84. Dextrose 5%

500 mL,

Dextrose 10%

500 mL,

Dextrose 40%)

Pengobatan dan pencegahan

kekurangan cairan: kebutuhan

cairan pada umumnya sekitar 40

mL/kg/24 jam, dosis tergantung

umur, BB, dan kondisi klinis

Tidak ada

karena

digunaka

n sebagai

pelarut.

Simpan di

bawah

suhu 25°C.

Jangan

digunakan

jika larutan

keruh.

Simpan

Alteplase,

amoxicillin,

caspofungin, co-

amoxiclav,

dantrolene,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 213: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

00

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

25 mL,

Dextrose 5%

100 ml

(Dextrose)

pasien;

Pengobatan hipoglikemia berat:

50 mL glukosa 20% atau 20-50

mL glukosa 50% injeksi IV

lambat

pada suhu

ruangan

yang

terkontrol

dan

terlindung

dari

pembekuan

dan

temperatur

tinggi

(40°C) atau

lebih.

daptomisin,

enoksimon,

ertapenem,

eritromisin

laktobionat,

furosemid,

hidralazin, isoniazid,

itrakonazol, fenitoin

Na, urokinase

85. Diamox 500

mg

(Asetazolamid

Natrium)

Anak. Glaukoma : IV 20-40

mg/kg/24 jam setiap 6 jam ,

tidak boleh lebih dari 1 g/hari.

Edema: IV 5 mg/kg atau 150

mg/m2

sekali setiap hari.

Dewasa. Glaukoma akut : IV

250-500 mg. diulangi dalam 2-4

jam. Maksimum 1 g/hari.

Edema : IV 250-375 mg sekali

sehari. Metabolik alkaloid : IV

250 mg setiap 6 jam untuk 4

Dekstrosa

5%

dalam air.

Nacl

0,9%.

Simpan vial

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

Karena

produk

tidak

mengandun

g

pengawet,

maka

digunakan

selama 24

jam setelah

rekonstitus.

Inkompatibel dengan

multivitamin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 214: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

01

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dosis atau 500 mg dosis

tungggal. Respiratory stimulant

in COPD : IV 250 mg dua kali

sehari.

86. Diazepam

Amp 10 mg/2

ml (Diazepam)

Sedasi pada pasien ICU: IV:

0,03-0,1 mg / kg setiap 30 menit

sampai 6 jam

Status epileptikus: IV: 5-10 mg

setiap 5-10 menit diberikan

lebih dari 5 mg / menit (dosis

maksimum: 30 mg)

Sedasi atau relaksasi otot atau

ansietas :IM, IV: Anak-anak:

0,04-0,3 mg / kg / dosis setiap

2-4 jam sampai maksimum 0,6

mg / kg dalam jangka waktu 8-

jam jika diperlukan

Status epileptikus: IV: Anak-

anak> 30 hari dan Anak-anak:

0,1-0,3 mg / kg diberikan lebih

dari 5 mg / menit; dosis dapat

diulang setelah 5-10 menit;

maksimum: 10 mg / dosis

Untuk pemberian IV, berikan

Rekonstitusi

Per

manufaktur,

jangan

mencampur

produk I.V.

dengan obat

lain

Simpan

pada suhu

200-25

0C

Lindungi

dari cahaya

Potensi

dipertahank

an sampai

3 bulan jika

disimpan

pada suhu

kamar

Paling

stabil pada

pH 4-8;

hidrolisis

terjadi

pada pH <

3.

Inkompatibel di

tempat pemberian :

Amphotericin B

cholesteryl sulfate

complex, atracurium,

cefepime,

dexmedetomidine,

diltiazem,

fluconazole,

foscarnet,

gatifloxacin, heparin,

heparin with

hydrocortisone

sodium succinate,

hetastarch,

hydromorphone,

linezolid,

meropenem,

pancuronium,

potassium chloride,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 215: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

02

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

suntikan perlahan-tidak lebih

dari 5 mg (1 ml) / menit. Injeksi

lambat mengurangi risiko

trombosis vena, flebitis, iritasi

lokal, pembengkakan dan

gangguan pembuluh darah

Pada anak-anak, berikan

suntikan perlahan-lahan selama

3 menit untuk mengurangi

risiko apnea dan

hypersomnolence. Jangan

gunakan di vena kecil dari

tangan atau pergelangan tangan

Penyesuaian dosis pada

gangguan hati: kurangi dosis

sebesar 50% pada sirosis dan

hindari di penyakit hati parah /

akut

Hindari injeksi intra-arteri atau

ekstravasasi, yang dapat

menimbulkan arteriospasm yang

dapat menyebabkan gangren.

Jangan mencampur atau

encerkan dengan larutan lainnya

propofol,

vecuronium, vitamin

B complex dengan C.

Inkompatibel dalam

syringe : Doxapram,

glycopyrrolate,

heparin,

hydromorphone,

nalbuphine,

sufentanil

Inkompatibel jika

dicampur :

Bleomycin,

buprenorphine,

dobutamine,

doxorubicin,

floxacillin,

fluorouracil,furosemi

de

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 216: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

03

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

atau obat-obatan

87 Dibekacin

Meiji 100

mg/2 ml

(Dibekasin

sulfat)

Dosis harian 100 mg untuk

orang dewasa dan 1-2 mg/kg

BB untuk bayi dan anak-anak

diberikan secara IM dibagi 1

atau 2 dosis. Dosis dapat

disesuaikan dengan usia atau

keparahan infeksi.

IV Infus Drip: Dewasa: 100 mg

sehari dibagi dalam 2 dosis

selama 30-60 menit.

NaCl

0,9%.

Air steril

untuk

injeksi.

Simpan

pada

temperatur

ruangan.

Dibekacin

sulfat

sangat

stabil.

Ketika

dilarutkan

dalam

NaCl 0,9%

atau air

steril untuk

injeksi

dapat

disimpan

pada 25°C

selama 7

hari.

Diuretik

88. Dicynone 250

mg / 2 ml

(etamsilat)

Sebelum operasi 1 tab 3 x / hari,

2 - 3 jam sebelum operasi. 1 jam

sebelum operasi 2 amp IV/IM.

Selama operasi IM atau IV/IM

bila diperlukan atau 4 amp

dalam cairan infus. Darurat,

untuk efek segera 2 amp IV dan

- Simpan di

dalam

wadah

kedap

udara, dan

lindungi

- Ethamsilate

tidakkompatibel

dengan banyak

senyawa

termasuk sejumlah

antibakteri suntik.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 217: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

04

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

2 amp IM.

Setelah operasi selama 4 hari

setelah operasi, 2 amp IM/IV

pagi dan sore atau 3 tab/hari

dalam 3 dosis. Anak ½ dosis

dewasa.

Pencegahan atau pengobatan

pendarahan kapiler darurat 2

amp 3 x / hari IM/IV.

Pencegahan dan terapi 1 tab 3 x

/ hari. Anak ½ dosis dewasa.

dari

cahaya.

89. Digoxin 0,25

mg/ml 2 ml

(Digoxin)

Pada keadaan gawat

darurat/akut, dosis muatan

diberikan secara infus

intravena, 250-500 mcg dalam

15-20 menit, diikuti dengan

sisanya dalam dosis terbagi tiap

4-8 jam (tergantung dari respon

jantung) sampai total dosis

muatan 0,5 1 mg tercapai.

Aqua pro

injeksi

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%.

Simpan

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

Terlindung

dari

cahaya.

Simpan

selam 48

jam pada

suhu 4°C

atau selama

24 jam

pada 23°C

Tidak berlaku.

90. Dilantin 250

mg/5 ml,

Phenitoin 100

Penyuntikan secara IV tidak

boleh lebih dari 50 mg per

menit.

Sodium

chlorida

0.45%

Simpan

sediaan

pada

Larutan

injeksi

yang sudah

Larutan infus : D5W,

RL, D5S.

Y-site : Cefepime

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 218: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

05

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

mg/2 ml

(Fenitoin Na)

Batas keamanan dilantin relatif

kecil.

Pada pengobatan status

epileptikus, pemberian secara IV

lebih baik dibandingkan dengan

IM karena tidak terjadi

penghambatan absorpsi.

Sodium

chlorida

0.9%

suhu

kamar

(≤25°C)

dan

terlindung

dari

cahaya.

diencerkan

(Phenytoin

dalam NS)

tidak boleh

disimpan

di dalam

kulkas.

Larutan

injeksi

yang sudah

diencerkan

harus

segera

digunakan.

HCl, ceftazidime,

ciprofloxacin,

diltiazem HCl,

heparin sodium,

propofol.

Dalam syringe :

[pantoprazole

sodium.

Aditif : amikasin

sulfate, dobutamin

HCl, insulin regular,

lidocaine HCl,

nitroglycerin.

91. Dipeptiven

Infus 100 ml,

Dipeptiven

Infus 50 ml

(per 100 ml ;

L-alanine 8,2

g; L-

glutamine13,4

6 g)

Dosis tergantung pada

keparahan kondisi katabolik

atau kebutuhan terhadap asam

amino.

Dosis maksimum sehari 2 g

asam amino/kg BB/ tidak boleh

berlebih dalam nutrisi

parenteral.

Proporsi dari asam amino tidak

boleh lebih dari 20% dari total.

Larutan

asam

amino.

Larutan

nutrisi

parenteral

Simpan

pada suhu

20°C.

Simpan

sampai 9

hari di

lemari

pendingin

atau 1 hari

pada

temperatur

ruangan

yang

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 219: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

06

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Dosis harian : 1,5-2,0 ml/kg

BB(ekuivalen dengan 3,0-4,0 g

N(2)-L-alanyl-glutamin/BB).

Sebanding dengan 100-140 ml

larutan untuk pasien dengan

berat badan 70 kg.

Dosis maksimum harian : 2,0

ml larutan /kg BB.

terkontrol.

92. Diphenhidrami

n 10 mg/ml

(Difenhidrami

n HCl)

Dewasa dan remaja : 10-50 mg

IM atau IV setiap 4-6 jam, bila

perlu. Dosis tunggal 100 mg

dapat diberikan bila perlu.

Dosis maksimal 400 mg/hr.

Usila : Mulai dengan dosis

dewasa terkecil. Usila lebih

sensitif terhadap efek

antikolinergik.

Anak-anak : 5 mg/kg/hr IM

atau IV, terbagi dalam 3-4

dosis.

Dextran

6%

dalam

dextrose,

dextran

6%

dalam

NS,

D5LR,

D51/4NS

,

D51/2NS

, D5NS,

D5W,

D10W,

emulsi

Disimpan

pada

tempat

yang sejuk

- Diatrizoate

meglumine 52% dan

diatrizoate sodium

8%, diatrizoate

sodium 60%,

haloperidol,

iodipamide

meglumine,

iodipamide

meglumine 52%,

ioxaglate

meglumine 39.3%

dan ioxaglate

sodium 19.6%,

pentobarbital,

thiopental.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 220: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

07

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

lemak

10%, LR,

1/2NS,

NS.

Amobarbital,

amphotericin B,

dexamethasone

sodium phosphate

with lorazepam and

metoclopramide,

iodipamide

meglumine,

phenytoin,

phenobarbital,

thiopental.

93. Diprivan 1%

20 ml, Recofol

20mg 10 ml,

Recofol 10mg

/ml 20 ml

(Propofol)

Induksi IV : Anak (Sehat) 3-16

tahun, ASA-PS 1 atau 2 : 2,5-

3,5 mg/kg selama 20-30 detik,

digunakan dosis terendah untuk

anak ASA-PS 3 atau 4.

Dewasa (Sehat), ASA-PS 1 atau

2, <55 tahun : 2-2,5 mg/kg (40

mg setiap 10 detik sampai onset

induksi).

Lansia, Lemah, atau ASA-PS 3

atau 4 :1-1,5 mg/kg (20 mg

setiap 10 detik samapi onset

induksi). Jangan gunakan laju

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%.

D5S

Simpan

pada suhu

antara 2°C

sampai

25°C.

Terlindung

dari cahay.

Sediaan

yang tidak

diencerkan

harus

digunakan

dalam

waktu 12

jam,

sedangkan

sediaan

yang

diencerkan

harus

Y-site : amikacin

sulpahte, atracurium

besylate, calcium

chloride,

ciprofloxacin,

diazepam, digoxin,

doxorubicin HCl,

gentamisin sulfate,

netilmycin sulfate,

verapamil HCl,

Phenytoin sodium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 221: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

08

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dosis bolus (tunggal atau

pengulangan).

Infus IV dosis pemeliharaan :

Anak (sehat) 2 bulan-16 tahun,

ASA-PS 1 atau 2: awalnya 200-

300 mcg/kg/menit; setelah 30

menit, jika tidak ada tanda

klinik anestesi, maka turunkan

laju infus; gunakan laju infus

lazim 125-150 mcg/kg/menit

(range 125-300 mcg/kg/infus);

anak ≤5 tahun membutuhkan

laju infuse yang sama dengan

anak yang lebih tua.

Dewasa (sehat), ASA-PS 1 atau

2, <55 tahun, awalnya 100-200

mcg/kg/menit untuk 10-15

menit, turunkan 30%-50%

setiap 30 menit pertama dosis

pemeliharaan; laju infuse lazim

50-100 mcg/kg/menit.

Lansia, lemah, ASA-PS 3 atau

4 : 50-100 mcg/kg/menit.

Dosis pemeliharaan infus IV

digunakan

dalam 6

jam.

Sisa

sediaan

yang tidak

digunakan

harus

segera

dibuang.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 222: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

09

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

bolus : dewasa (sehat), ASA-PS

1 atau 2, <55 tahun : 25-50 mg

sesuai kebutuhan.

94. Doksisiklin

hyclate serbuk

i.m/i.v 100;

200 mg/vial

(Doksisiklin

hidroklorida

hemietanolat

hemihidrat)

Anak <8 tahun (<45 kg) : 2-5

mg/kg/hari dalam 1-2 dosis

terbagi, tidak lebih dari 200

mg/hari.

Anak >8 tahun (>45 kg) dan

dewasa : 100-200 mg/kg/hari

dalam 1-2 dosis terbagi.

Dekstrosa

5%

dalam air.

Dekstrosa

10%

dalam air.

Normosol

M dalam

dektrosa

5%

dalam air.

Normosol

R dalam

Dekstrosa

5%

dalam air.

Plasma-

Lyte 56

dalam

dekstrosa

5%.

Simpan

pada

temperatu

r ruangan

yang

terkontrol

.

Terlindun

g dari

cahaya.

Simpan

selama 72

jam pada

lemari

pendingin

dan

terlindung

dari cahaya

langsung.

Riboflavin,

penambahan asam

misalnya garam

barbitturat, derivatif

sulfonamida,

eritromisin

alktobionat, penisilin

G Kalium, natrium

oksasilin, natrium

nafsilin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 223: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

10

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Plasma-

Lyte 148

dalam

dekstrosa

5%.

Ringer’s

injection.

NaCl

0,9%.

95. Doxorubicin

10 mg/5 ml,

Doxorubicin

50 mg/25 ml

(Doksorubisin)

Anak :

35-75 mg/m2 /dosis setiap 21

hari atau

20-30 mg/m2 /dosis sekali satu

minggu atau

60-90 mg/m2 /dosis diberikan

sebagai infuse lanjutan selama

96 jam setiap 3-4 minggu.

Dewasa :dosis lazim 60-75

mg/m2 /dosis setiap 21 hari atau

60 mg/m2 /dosis setiap 2

minggu atau

40-60 mg/m2 /dosis setiap 3-4

minggu atau

20-30 mg/m2 /dosis untuk 2-3

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%.

Simpan

pada

kemasan

asli

sampai

digunakan

Simpan

pada

lemari

dingin

dan

terlindung

dari

cahaya.

Karena

bersifat

sitotoksik,

maka

digunakan

segera

sampai 24

jam pada

temperatur

ruangan.

Fluorouracil dan

natrium heparin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 224: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

11

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

hari setiap 4 minggu atau

20 mg/m2 /dosis sekali satu

minggu.

96. Dormicum 15

mg/3 ml,

Dormicum 5

mg/5 ml

(Midazolam

hidroklorida)

Injeksi inramuskular

premedikasi sebelum operasi :

dewasa 0,07-0,1 mg/kg BB.

Anak 0,15-0,2 mg/kg BB.

Injeksi intravena premedikasi

sebelum diagnostic/intervensi

bedah 2,5-5 mg, selanjutnya 1

mg bila diperlukan.

Induksi anestesi dewasa 10-15

mg intravena dalam kombinasi

dengan narkotik 0,03-0,3 mg/kg

BB/jam. Anak 0,15-0,2 mg/kg

BB intramuscular dalam

kombinasi dengan ketamin.

Sedasi dalam unit perawatan

intensid (ICU) dosis muatan

(loading dose) 0,03-0,3 mg/kg

BB; dosis penunjang 0,03-0,2

mg/kg BB/ jam.

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%.

Simpan

pada

temperatu

r ruangan

terkontrol

dan

terlindung

i dari

cahaya.

Secara fisik

dan kimia,

stabil pada

suhu 25°C

selama 24

jam.

Larutan midazolam

injeksi atau infus

tidak harus

diencerkan dengan

6% b/v dekstran

(dengan natrium

klorida 0,9%) dalam

glukosa.

Larutan midazolam

injeksi atau infus

tidak boleh

dicampur dengan

larutan alkali.

Midazolam kan

membentuendapan

dalam larutan yang

mengandung

hidrogen karbonat.

97. Duvadilan 10

mg/2 ml

Prematur : IV 0,2-0,3 mg/menit

meningkat hingga 0,5

Dekstrosa

5%

Simpan

pada suhu

Simpan

pada

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 225: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

12

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dalam air.

NaCl

0,9%.

tidak lebih

dari 25°C

dan

terlindung

dari

cahaya.

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

(Isoksuprin

HCl)

mg/menit. Lanjutkan infus

sampai 24 jam kemudian diikuti

oleh IM 10 mg 3 kali sehari.

Gangguan peredaran darah 20

mg 3-4 kali sehari atau 10 mg 3

kali sehari IV/IA.

dalam air.

NaCl

0,9%.

tidak lebih

dari 25°C

dan

terlindung

dari

cahaya.

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

98. Eas pfrimmer

infusion Infus

250 ml(per L :

asam amino

essential 18 g;

histidin 69 g)

250 mL/hari. Max laju infus: 20

tetes/menit.

- - - -

99. Ecosol

Glucose 5%,

Ecosol

Glucose 10%

IV: kecepatan alir yang

dianjurkan 2.5

ml/70kgBB/menit

atau180ml/70kgBB/jam atau

disesuaikan dengan kondisi

penderita.

Tidak ada

karena

digunaka

n sebagai

pelarut.

Simpan di

bawah

suhu 25°C

Pada suhu

kamar atau

ruangan,

sebaiknya

pada suhu

tidak lebih.

Larutan glukosa

yang tidak

mengandung

elektrolit, tidak

boleh diberikan

bersamaan dengan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 226: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

13

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Kecepatan maksimal rata-rata

500mg/kgBB/hari selama

periode kurang dari 24 jam

dari 25°C darah melalui infus

set yang sama,

karena akan terjadi

aglomerasi.

100. Ecosol NaCl

0,9% 500 mL,

Ecosol NaCl

0,9% 100 ml,

Ecosol NaCl

1% 500 mL,

Ecosol NaCl

3% 500 mL,

Ecosol NaCl

0,9% 1000

mL, Ecosol

NaCl 0,9% 25

mL (NaCl)

Terapi dan pencegahan

kekurangan cairan: dosis

tergantung umur, BB, dan

kondisi klinis pasien, 40

mL/kg/24 jam;

Hiponatremia: untuk penurunan

Na akut yang berat, dibutuhkan

penggunaan NaCl 0,9% infus

IV.

Pada kasus sangat parah,

penggunaan NaCl 1,8%

mungkin dibutuhkan

Hipernatremia: pada kekurangan

volume yang parah, berikan

NaCl 0,9% infus IV

Infus IV 2.5 ml/kgBB/jam atau

60 tetes/ 70 kgBB/ menit atau

180 ml/ 70 kgBB/ jam atau

disesuaikan dengan kondisi

penderita.

Tidak ada

karena

digunaka

n sebagai

pelarut.

Simpan di

bawah

suhu 25°C

Harus

disimpan

pada suhu

ruangan

yang

terkendali

Hindari

dari

pembekuan

dan panas

tinngi.

Amiodaron,

amfoterisin,

dantrolene, diazepam

emulsi, filgrastim,

mycophenolate,

quinupristin dengan

dalfopristin

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 227: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

14

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

101. Ecosol Ringer

Laktat Infus

500 ml (per L :

Na laktat 3,1 g;

NaCl 6 g; KCl

0,3 g)

Dosis individu Tidak ada

karena

digunaka

n sebagai

pelarut.

Simpan di

bawah

suhu 25°C

Jangan

gunakan

jika larutan

keruh.

Simpan

pada

ruangan

dengan

suhu

terkontrol

dan

terlindung

dari

pembekuan

dan

temperatur

tinggi

(40°C atau

lebih)

-

102. Efedrin 50

mg/ml (Efedrin

hidroklorida)

3 kali sehari, 15-60 mg. Anak 3

kali sehari; anak kurang dari 1

tahun 7,5 mg, 1-5 tahun 15 mg,

6-12 tahun 30 mg.

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

5%

Simpan

pada

temperatu

r.

Simpan

pada suhu

25°C atau

4°C

Natrium

fenobarbital

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 228: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

15

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dalam air. ruangan

yang

terkontrol

dan

terlindung

dari

cahaya.

selama 60

hari.

103. Eloxatin 50 mg

(Oxaliplatin)

Dewasa. Pengobatan adjuvant :

85 mg/m2 melalui intravena,

diulangi setiap 2 minggu selama

12 siklus (6 bulan).

Pengobatan kanker kolorektal

metastatic : 85 mg/m2 melalui

intravena, diulangi setiap 2

minggu.

Dosis harus disesuaikan sebagai

fungsi tolerabilitas.

Oksaliplatin harus selalu

diberikan sebelum

fluoropirimidin.

Oksaliplatin harus diberikan

dalam infus intravena 2 hingga

6 jam dalam 250 hingga 500 ml

larutan dekstrosa 5% untuk

Dekstrosa

5%

Simpan

pada

kemasan

asli dan

terlindung

i dari

cahaya.

Hindari

pembekua

n.

Setelah

dilarutkan

ke dalam

dekstrosa

5%, secara

fisika dan

kimia,

stabil

sampai 48

jam pada

suhu 2°C-

8°C dan 24

jam pada

suhu 25°C

Secara

mikrobiolo

gi, harus

Produk obat yang

diencerkan tidak

boleh dicampur

dengan obat lain

dalam kantong infus

yang sama atau jalur

infuse, kecuali

oxaliplatin dapat

dipakai bersamaan

dengan asam folinat

melalui Y-line.

Jangan bercampur

dengan obat alkalin

atau larutan lain,

khususnya 5-

fluorouracil, asam

folinat mengandung

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 229: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

16

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

mendapatkan kadar lebih besar

dari 0,2 mg/ml. Pada banyak

kasus, oksaliplatin sudah

diberikan dalam kombinasi

dengan 5-fluorourasil dalam

infuse kontinu. Untuk

pengobatan yang diulangi setiap

2 minggu, regimen yang

mengandung 5-fluorourasil

dalam bolus dan dalam infus

kontinu telah dilakukan.

digunakan

dengan

segera.

Apabila

tidak

digunakan

dengan

segera,

maka

tanggung

jawab

pengguna.

Karena

bersifat

sitotoksik,

maka harus

digunakan

segera

sampai 24

jam pada

suhu 2°C-

8°C.

trometamol sebagai

eksipien dan garam

trometamol dalam

obat lain. Obat

Alkalin atau larutan

tersebut akan

berdampak negatif

terhadap stabilitas

oxaliplatin.

Jangan bercampur

oxaliplatin dengan

larutan saline atau

lainnya yang

mengandung ion

klorida (termasuk

kalsium, kalium atau

natrium klorida).

Jangan

menggunakan

peralatan injeksi

yang mengandung

aluminium.

104. Endoxan 0,5 g,

Endoxan 1 g,

Anak. SLE : 500-750 mg/m2

setiap bulan. Maksimum dosis 1

Aqua pro

injeksi

Produk Sediaan

rekonstitusi

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 230: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

17

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Endoxan 200

mg

(Siklofosfamid

a)

g/m2.

Anak dan dewasa. Dosis

tunggal : 400-1800 mg/m2

(30-

50 mg/kg) per pengobatan (1-5

hari) yang bisa diulang pada

interval 2-4 minggu. Dosis

lanjutan per hari : 60-120

mg/m2

(1-2,5 mg/kg) per hari.

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

5% dalam

air.

D5S.

siklofosfa

mida

tidak

boleh

disimpan

pada suhu

>25°C.

stabil

dalam

waktu 2-3

jam.

105. Epinephrine

0.1% 1 ml

(Epinefrin HCl

= Adrenalin

bitartrat)

Serangan jantung: 0,5-1 g IV

tiap 5 menit jika dibutuhkan;

Asma: 0,2-1 mL larutan IM

diulang tiap 4 jam, 0,1-0,25 mg

injeksi IV lambat

NaCl

0,9%,

Dextrose

5% dalam

air

Lindungi

dari

cahaya,

panas

ektrem,

dan

pembekua

n.

Simpan di

tempat

sejuk

Lindungi

dari cahaya

dan udara.

Sediaan

yang sudah

mengalami

perubahan

warna

tidak boleh

lagi

digunakan

Larutan alkali,

misalnya Na

bikarbonat

106. Etoposide 20

mg/ml 5 ml

(Etoposid)

Anak. IV : 60-120 mg/m2/hari

untuk 3-5 hari setiap 3-6

minggu.

AML : pengurangan induksi

150 mg/m2/hari untuk 2-3 hari

Dekstrose

5% dalam

air

NaCl

0.9%

Dapat

disimpan

sampai 6

bulan

pada

Karena

bersifat

sitotoksik,

maka harus

digunakan

Plastik ABS.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 231: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

18

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

setiap 2-3 siklus. Intensifikasi

atau konsolidasi : 250

mg/m2/hari untuk 3 hari.

Tumor otak : 150 mg/m2/hari

pada hari 2 dan 3.

Neuroblastoma 100

mg/m2/hari selama 1 jam pada

siklus 1-5.

BMT yang digunakan pasien

dengan rhabdomyosarcoma atau

neuroblastoma infuse IV

lanjutan 160 mg/m2/hari untuk

4 hari. Regimen dosis untuk

BMT : 60 mg/m2/dosis sebagai

dosis tunggal.

Dewasa. Kanker paru-paru

(kombinasi dengan obat

kemoterapi lain) : IV 35

mg/m2/hari untuk 4 hari atau 50

mg/m2/hari untuk 5 hari setiap

3-4 minggu.

Kanker testikular (kombinasi

dengan obat kemoterapi lain) :

IV 100 mg/m2 setiap hari untuk

Ringer’s

injection,

lactated.

suhu

30°C

segera

selama 24

jam pada

temperatur

ruangan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 232: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

19

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

3 dosis yang diulangi setiap 3-4

minggu.

BMT/leukemia kambuh : IV

2,4-3,5 g/m2 atau 25-70 mg/kg

selama 4-36 jam.

107. Extrace 100

mg/ml 2 ml,

Vitamin C

(Asam

Askorbat)

Profilaksi, 25-75 mg tiap hari;

terapetik tidak kurang dari 250

mg tiap hari dalam dosis

terbagi.

Dekstrosa

5% dalam

air

NaCl

0.9%

Dekstrosa

5% dalam

NaCl

0.9%.

Ringer’s

lactat

Dekstrosa

10%

dalam air.

Untuk

menghind

ari

tekanan

dalam

ampul

yang

berlebiha

n, ampul

vitamin C

harus

disimpan

dalam

kulkas

bersuhu

25°C dan

tidak

boleh

dibiarka

Simpan

pada suhu

23°C

selama 24

jam.

Sedikit

perubahan

warna pada

sediaan

tidak

mempengar

uhi efek

terapetik

vitamin C.

Y-site : etomidate,

thiopental sodium.

Dalam syringe :

cefazolin sodium.

Aditif :

aminophylline,

bleomycin sulfate,

sodium bicarbonate.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 233: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

20

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

n pada

suhu

kamar

sebelum

digunakan

. Oleh

karena

itu,

setelah

penyimpa

nan yang

lama,

ampul

harus

dibuka

secara

berhati-

hati.

108. Farmabes 5

mg/ml 5 ml

(Diltiazem

HCl)

Injeksi IV : Dewasa

supraventrikular takiaritmia 10

mg IV lambat selama 3 menit.

Manajemen peningkatan

tekanan darah normal selama

Dekstrosa

5% dalam

air

NaCl

0.9%.

Simpan

pada suhu

<30°C

Setelah

rekonstitus

i, larutan

jernih,

tidak

berwarna

Y-site : diazepam,

furosemida,

phenytoin sodium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 234: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

21

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

operasi 10 mg IV lambat selama

1 menit, diikuti dengan infus IV

pada tingkat 5 - 15 mcg / menit /

kgBB. Hipertensi darurat IV

drip infus dosis 5 - 15 mcg /

menit / kgBB. Setelah tekanan

darah menurun ke tingkat

sasaran, dosis infus disesuaikan

dengan level seperti indikasi

pemantauan tekanan daerah

yang diinginkan.

(hindarkan

suhu beku)

dan

terlindung

dari

cahaya.

Jangan

digunakan

bila terjadi

perubahan

warna atau

terdapat

endapan

setelah

dilarutkan

sampai

konsentrasi

1 mg/ml,

diltiazem

HCl

tercampur

secara fisik

dan stabil

secara kimia

pada larutan

infus (N5,

D5W,

D5½S)

selama

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 235: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

22

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

24 jam

dalam

container

yang

terbuat dari

PVC atau

gelas, pada

suhu kamar

atau pada

penyimpan

an dalam

kulkas

(refrigerato

r).

109. Farmadol Infus

10 mg/ml 100

ml (Farmadol)

Vial Dewasa & remaja dengan

BB 50 kg diberikan 100 mL

infus IV selama 15 menit

sampai 4 kali sehari. Max Dosis

harian 4 g.Dewasa & remaja

<50 kg, childn dengan BB > 33

kg berat badan (kira-kira 11 thn)

1,5 mL / kg BB sampai 4 kali

sehari. Max Dosis harian 60 mg

/ kgBB atau 3 g. Dosis harus

- Lindungi

dari

cahaya.

Simpan

pada

ruangan

dengan

suhu di

bawah

30°C, dan

hindari dari

pembekuan

.

Tidak tercampur

dengan produk medis

lainnya.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 236: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

23

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

diberikan setidaknya dengan

interval 4 jam.

110. Fenavel 75

mg/3 ml,

Voltaren 75

mg/3 ml

(Natrium

diklofenak)

Injeksi intramuskular dalam ke

dalam otot panggul, untuk nyeri

pasca bedah dan kambuhan

akutnya, 75 mg sekali sehari

(pada kasus berat dua kali

sehari) untuk pemakaian

maksimum 2 hari.

Kolik ureter, 75 mg kemudian

untuk 75 mg lagi untuk 30

menit berikutnya bila perlu.

NS

D5W

Simpan

pada suhu

<30°C,

terlindung

dari panas

dan

cahaya.

Produk

harus

dibuat

segar dan

digunakan

segera.

Setelah

pencampur

an, larutan

tidak boleh

disimpan.

Produk

tidak boleh

digunakan

apabila

membentuk

kristal atau

endapan,

-

111. Fentanyl 0,05

mg / ml 2 ml

(Fentanil)

Sedasi untuk prosedur minor /

analgesia: Dewasa: IV: 25-50

mcg; dapat diulang setiap 3-5

Dekstrose

5% dalam

aqua

Formula

injeksi ;

simpan

Lindungi

dari

cahaya,

Inkompatibel dalam

syringe :

Pentobarbital

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 237: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

24

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

menit untuk efek yang

diinginkan atau efek samping

Maksimal dosis 500 mcg/4 jam ;

dosis yang lebih tinggi

digunakan untuk prosedur utama

Pemberian I.V. sebagai infus

lambat selama 1-2 menit

Juga dapat diberikan sebagai

infus kontinyu atau PCA

(unlabeled use) rute

IV: kekakuan otot dapat terjadi

dengan pemberian cepat IV

NaCl

0,9%

pada

temperatur

e kamar

Lindungi

dari

cahaya

simpan

pada suhu

15°C dan

30°C

Shell life 3

years

sediaan

harus

digunakan

24 jam

setelah

penyiapan

Inkompatibel jika di

campur :

Fluorouracil,

methohexital,

pentobarbital,

thiopental

112. Fepiram 3 g/15

ml, Neurotam

3 g/15 ml,

Piracetam Inj 3

g/15 ml

(Piracetam)

Amp Dewasa : 1 g 3 kali sehari

IV / IM.

Infusion pada kasus Parah :

infus terus-menerus hingga 12 g

setiap hari.

- Simpan

pada suhu

15°C-

25°C.

Residu

harus

dibuang.

Tidak diketahui.

113. Fima Hes 200

Infus 500 ml

(perL : HES

200.000/0,5 60

g; NaCl 6,9 g;

0.5-1 mL SC. Tidak ada Simpan

pada suhu

kamar (25

Harus

digunakan

dengan

segera

setelah

fosfat anorganik,

hidrogen karbonat

atau oksalat

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 238: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

25

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

KCl 0,3 g;

CaCl 0,22 g;

Lar Na Laktat

4,48 g)

30°C),

hindarkan

dari

cahaya

dibuka

kemasanny

a.

Apabila

tersisa

harus

dibuang.

114. 5-fluorouracil

ebewe 0,5 g/10

ml (5-

fluorouracil)

Dewasa. IV Bolus : 500-600

mg/m2 setiap 3-4 minggu atau

425 mg/m2 pada hari 1-5 setiap

4 minggu.

Infus IV lanjutan : 1000

mg/m2/hari untuk 4-5 hari

setiap 3-4 minggu atau 2300-

2600 mg/m2 per hari setiap 1

minggu atau 300-400 mg/m2/

hari atau 225 mg/m2 untuk 5-8

minggu (dengan terapi radiasi).

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%.

Asam

amino

4,25%.

Dekstrosa

5%.

Dekstrosa

5%

dalam

ringer’s

injection,

lactated.

Dekstrosa

Simpan

pada

temperatu

r ruangan

terkontrol

.

Terlindun

gi dari

cahaya.

Hindari

dari

pembekua

n.

Sediaan

injeksi

normalnya

tidak

berwarna

hingga

berwarna

kuning

pucat.

Larutan

berwarna

kuning

muda tidak

mempengar

uhi

efektivitas

dan

Y-site : filgrastim,

ondansetron HCl.

Dalam syringe :

epirubicin HCl.

Aditif : carboplatin,

cytarabin, diazepam,

doxorubicin HCl,

epirubicin HCl,

fentanyl citrate,

leucovorin calcium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 239: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

26

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

3,3%

dalam

NaCl

0,3%.

Plasmalyt

e 3G5.

keamanan

sediaan.

Larutan

kuning tua

menunjukk

an sediaan

mengalami

dekomposi

si dan

harus

dibuang.

Sediaan

harus

disimpan

pada suhu

kamar,

terlindung

dari cahaya

dan

terhindar

dari suhu

beku.

115. Fosmicin 1 g,

Fosmicin Inj 2

Dosis lazim untuk penggunaan

IV: 2-4 g untuk dewasa dan 100-

D5W

Aqua pro

Simpan

pada

Sediaan

yang telah

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 240: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

27

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

g (Fosfomisin

Na)

200 mg/kg untuk anak-anak,

diberikan melalui infus drip

dalam 2 dosis terbagi

Pembedahan abdominal akut

dan elektif: 8 g dosis tunggal

infus IV 0,5-1 jam sebelum

operasi

Gangguan ginjal: jangan berikan

jika Cl Cr < 20 mL/menit,

interval dosis harus selama 16

jam dengan kecepatan 20-40

mL/menit

injeksi.

NaCl

0,9%.

suhu

kamar.

direkonstit

usi dalam

NS atau

D5W stabil

selama 24

jam pada

suhu

kamar.

116. Fraxiparine

prefilled

syringe 0,4 ml,

Fraxiparine

prefilled

syringe 0,6 ml

(Nadropin Ca)

Profilaksis gangguan

tromboemboli: General operasi

2.850 anti-XA IU (0,3 mL)

setiap hari. SC injeksi harus

diberikan 2-4 jam sebelum

operasi. Ortopedi operasi 38

anti-XA IU/kg & meningkat

50% pada hari ke 4 pasca

operasi. Dosis awal harus

diberikan 12 jam pra operasi &

12 jam pasca operasi.

Pengobatan kuratif dari “deep

Tidak ada

karena

langsung

diberikan

secara

subkutan

(SC).

Shelf life 3

tahun.

Simpan di

bawah

25°C, tetapi

tidak

membeku.

Jangan

mendingink

an sebagai

suntikan

Buang

bagian

yang tidak

terpakai

setiap

menyuntik.

Jangan

dicampur

dengan

larutan

lainnya.

Harus

Antikoagulan oral,

aspirin, non steroid-

non inflamatori,

antiplatelet,

kortikosteroid dan

dektstran.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 241: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

28

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

vein thrombosis” dosis per

injeksi adalah 86 anti-Xa/kg

diberikan 12 jam terpisah.

Pengobatan angina tidak stabil

& non-Q wave MI selama 2

hari SC injeksi 12 jam/hari.

Dosis per injeksi adalah 86 anti-

Xa/kg dalam kombinasi dengan

aspirin hingga 325 mg aspirin

setiap hari. Dosis awal

diberikan sebagai bolus IV &

dosis berikutnya diberikan oleh

SC injeksi.

Pencegahan pembekuan darah

selama hemodialisis diberikan

sebagai dosis tunggal ke jalur

arteri pada awal setiap sesi.

Untuk pasien tanpa peningkatan

risiko perdarahan dosis awal

yang disarankan sesuai dengan

berat badan & biasanya cukup

untuk sesi 4 jam. Pasien tubuh

berat <50 kg 2.850 anti-Xa (0.3

mL), 50-69 kg 3.000 anti-Xa

dingin

karena

mungkin

menyakitka

n.

Jangan

gunakan

setelah

tanggal

kadaluwars

a

ditampilkan

pada

karton.

digunakan

segera dan

dalam

keadaan

segar.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 242: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

29

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(0.4 mL) & ≥ 70 kg 5.700 anti-

Xa (0,6 mL).

117. Furosemid 20

mg/2 ml, Lasix

Inj 20 mg/2 ml

(Furosemid

Na)

Dewasa: IV: 20-40 mg / dosis,

dapat diulang dalam 1-2 jam

sesuai kebutuhan dan meningkat

sebesar 20 mg / dosis sampai

efek yang diinginkan telah

dicapai

Interval dosis biasa: 6-12 jam;

untuk edema paru akut, dosis

biasa adalah 40 mg IV selama 1-

2 menit. Jika tidak memadai,

dosis dapat ditingngkatkan

sampai 80 mg

Catatan: ACC / AHA 2005

pedoman untuk gagal jantung

kongestif kronis

merekomendasikan dosis

tunggal maksimal 160-200 mg

Gagal Jantung refraktori: oral,

IV: Dosis hingga 8 g / hari

Lansia: oral, IM, IV: awal: 20

mg / hari; perlahan ditingkatkan

untuk respon yang diinginkan

NaCl

0,9%

Dekstrose

5% dalam

aqua

Manitol

20%

Lebih

disukai

dgn

Ringer

Laktat

Simpan

pada suhu

kamar dan

terlindung

dari

cahaya.

Sebaiknya

tidak

disimpan

di dalam

lemari

pendingin

karena

dapat

menyebab

kan

terbentukn

ya kristal.

Paparan

Larutan

yang

dibuat

harus

digunakan

dengan

segera.

Jangan

gunakan

jika warna

larutan

sudah

kuning.

Y-ste : azithromycin,

chlorpromazin HCl,

ciprofloxacin,

fluconazole,

vincristine sulfate,

vinblastine sulfate.

Dalam syringe :

Doxorubicin HCl,

metoklopramide HCl,

pantoprazole sodium,

vincristine sulfate.

Aditif :

chlorpromazine HCl,

diazepam, dobutamin

HCl, metoclopramide

HCl.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 243: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

30

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Injeksi I.V. harus diberikan

perlahan-lahan

maksimum tingkat pemberian

untuk IVPB atau infuse

kontinyu: 4 mg / menit.

cahaya

dapat

menyebab

kan

perubahan

warna.

118. Gammaraas

2,5 g/50 ml

[Plasma

Immune

Globulin IV

(human) 5%]

Terapi substitusi

immunodefisiensi primer &

sekunder 2-8 mL (100-400

mg)/kg berat badan pada

interval bulan. Dapat

ditingkatkan hingga 16 mL (800

mg)/kg berat badan atau lebih

sering. Imunosupresi pasien

transplantasi digunakan

sebelum & setelah operasi.

Awalnya 10 mL (500 mg)/kg

berat badan/bulan. ITP 8 mL

(400 mg)/kg berat badan selama

5 hari berturut-turut atau 20 mL

(1.000 mg)/kg berat badan

selama 2 hari berturut-turut.

Sindrom Kawasaki 20-40 mL

(1-2 g)/kg berat badan sebagai

Dekstrosa

5%

dalam air.

Dekstrosa

15%

dalam air.

Dekstrosa

5%

dalam

NaCl

0,225%.

Simpan di

lemari

pendingin

pada suhu

2-8°C.

Hindari dari

pembekuan.

Larutan

yang beku

tidak boleh

digunakan.

Simpan

selama 24

jam di

lemari

pendingin

dan

disipakan

secara

teknik

aseptik di

laminar air

flow

(LAF).

Tidak boleh

ditambahkan atau

dicampur dengan

larutan infus obat

lain untuk

menghindari

pengendapan protein

atau denaturasi.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 244: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

31

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dosis tunggal dalam kombinasi

dengan aspirin.

119. Gansiklovir

500 mg

(Gansiklovir

natrium)

CMV renitis : anak >3 tahun

dan dewasa : Infus IV lambat

(dosis tergantung berat badan) :

Terapi awal : 5 mg/kh/dosis

setiap 12 jam untuk 14-21 hari

diikuti terapi pemeliharaan 5

mg/kg/hari sebagai dosis

tunggal per dosis harian untuk 7

hari/minggu atau 6 mg/kg/hari

untuk 5 hari/minggu.

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%

Simpan vial

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

Hindari

temperatur

diatas 40°C.

Selama 12

jam pada

temperatur

ruangan.

Inkompatibel

dengan paraben.

Rekonstitusi dengan

“bacteriostatic water

for injectin” yang

berisi paraben dapat

membentuk

endapan.

120. Gelofusine

Infus 10% 500

ml, Tetraspan

Infus 6% 500

ml

(Hydroxyethyl

starch)

Dosis, kecepatan infus, dan lama

pemberian tergantung pada

kebutuhan tiap individu dan

disesuaikan dengan kondisi

beberapa parameter. (misalnya

tekanan darah)

Untuk pertama kali infus 20-30

ml secara perlahan kepada

pasien dengan pengawasan.

NaCl

0,9%.

Simpan

pada 25°C

(77°F),

hindari

panas yang

berlebihan,

tidak

membeku.

Jangan

gunakan

jika

Produk

sebaiknya

tidak

digunakan

jika larutan

tidak

jernih,

wadah atau

kemasan

rusak.

Ketidakcampuran

dapat terjadi pada

pencampuran dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 245: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

32

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

membentu

k endapan

kristal atau

keruh

cokelat

tua.

121. Gentamycin 80

mg/2 mL

(Gentamisin

sulfat)

IM, IV :Konvensional: 1-2,5 mg

/ kg / dosis setiap 8-12 jam,

untuk memastikan konsentrasi

puncak yang cukup di awal

terapi, dosis awal yang lebih

tinggi dapat dipertimbangkan

pada pasien tertentu jika cairan

ekstraseluler meningkat (edema,

syok septik, pascaoperasi, atau

trauma)

Sekali sehari: 4-7 mg / kg / dosis

sekali sehari, beberapa dokter

merekomendasikan cara ini

untuk semua pasien dengan

fungsi ginjal normal

Intrathecal: 4-8 mg/hari

Dosis standard: 3-5 mg/kg

injeksi/infus IV tiap 6-8 jam;

NS

D5W

D10W

Sediaan

dengan

konsentras

i 10 mg/ml

disimpan

pada suhu

20-25°C.

Sediaan

dengan

konsentras

i 40 mg/ml

disimpan

Dalam NS

dan D5W,

larutan

gentamicin

stabil

selama 24

jam pada

suhu kamar

(25°C).

Dalam syringe :

ampicillin sodium,

cloxacillin sodium,

heparin sodium,

pantoprazole

sodium.

Aditif : ampicillin

sodium, cefepime

HCl, ceftazidime,

cloxacillin sodium,

heparin sodium.

Y-site :

azithromycin,

furosemida, heparin

sodium, hetastarch,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 246: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

33

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

endokarditis: 1 mg/kg tiap 8

jam; dosis gangguan ginjal: Cl

Cr >70 mL/menit berikan 80 mg

tiap 8 jam, Cl Cr >30-70

mL/menit berikan 80 mg tiap 12

jam, Cl Cr 10-30 mL/menit

berikan 80 mg tiap 24 jam, Cl

Cr <10 mL/menit berikan 80 mg

tiap 48 jam dan monitor

kadarnya

Pemberian rute IM jika

memungkinkan : Absorpsi

lambat dan konsentrasi puncak

lebih rendah, mungkin karena

sirkulasi yang buruk pada otot

atrofi, dapat terjadi setelah

injeksi IM; pada pasien lumpuh,

disarankan rute IV

pada suhu

15-30°C

propofol.

121. Glyceryl

Trinitate DBL

50 mg/10 ml 5

ml (Glyceryl

Trinitrat)

Dewasa dan lansia tergantung

kondisi klinis :

Gagal jantung kongestif tidak

responsif, infark miokard akut

dan gagal jantung sisi kiri .

Kisaran dosis normal adalah

Dekstrosa

5%

dalam air

Sebelum

pengguna

an:

Setelah

pengencera

n baik

Gliseril trinitrat

tidak kompatibel

dengan polivinil

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 247: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

34

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

10-100 mikrogram/menit

diberikan sebagai infus

intravena kontinu dengan

pemantauan tekanan darah dan

denyut jantung. Infus harus

dimulai pada tingkat yang lebih

rendah lalu ditingkatkan hati-

hati sampai respon klinis yang

diinginkan tercapai.

Pengukuran hemodinamik

lainnya sangat penting dalam

respon pemantauan terhadap

obat termasuk tekanan kapiler

pulmoner, “cardiac output” dan

elektrokardiogram prekordial.

Angina pektoris. Kecepatan

infus awal 10-15 mikrogram/

menit dianjurkan, dapat

ditingkatkan secara hati-hati

dengan penambahan sebesar 5-

10 mikrogram sampai respon

klinis yang diinginkan tercapai

NaCl

0,9%

Jangan

simpan di

atas 25°C.

Simpan

wadah

dalam

karton

luar.

Ampul

trinitrat

gliseril

harus

digunakan

segera

dan setiap

yang

tersisa

atau tidak

digunakan

harus

dibuang.

natrium

klorida

0,9%

maupun

dekstrosa

5% dalam

wadah

kaca,

stabilitas

dalam

penggunaa

n kimia dan

fisik

selama 7

hari pada

kedua 18°C

dan 4°C.

Setelah

dilarutkan

dengan

dekstrosa

5% di

polikarbon

at atau

klorida (PVC).

Poliuretan juga

menginduksi

hilangnya bahan

aktif.

Tidak boleh ada

obat lain yang

diicampur dengan

produk ini obat.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 248: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

35

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Gunakan dalam operasi.

Kecepatan infus awal 25

mikrogram/menit, ini harus

ditingkatkan secara bertahap

sampai sistolik tekanan arteri

yang diinginkan tercapai . Dosis

umum adalah 25-200

mikrogram/menit .

Anak-anak. Tidak dianjurkan

untuk digunakan pada anak-

anak .

jarum

suntik

polipropile

n pada

konsentrasi

1 mg atau 4

mg per ml,

stabilitas

penggunaa

n cahaya,

kimia dan

fisik

selama 72

jam pada

suhu

kamar.

Namun,

dari sudut

pandang

mikrobiolo

gi, produk

harus

digunakan

segera. Jika

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 249: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

36

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

tidak

segera

digunakan,

di-gunakan

waktu dan

kondisi

penyimpan

an sebelum

digunakan

adalah

tanggung

jawab

pengguna

dan

biasanya

tidak akan

lebih dari

24 jam

pada 2-8 °

C, kecuali

pelarutan

telah

terjadi

dalam

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 250: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

37

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Kondisi

septik

terkendali

dan

divalidasi.

Jangan

gunakan

jika larutan

berubah

warna.

122. Granon 1 mg

(Granisetron

hidroklorida)

Anak ≥2 tahun dan dewasa

(Profilaksis kemoterapi).

Selama kemoterapi : 10

mcg/kg/dosis (maksimum

1mg/dosis) diberikan 30 menit

untuk kemoterapi. Untuk

beberapa obat (seperti

karboplatin, siklofosfamida)

dengan aksi emesis tidak terlalu

lama, 10 mcg/kg setiap 12 jam,

jika dibutuhkan. Setelah

kemoterapi 40 mcg/kg/dosis (3

mg/dosis). Maksimum 9 mg/24

jam.

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%.

D5S.

Larutan

jernihm

tidak

berwarna

atau agak

berwarna

seperti

jerami.

Simpan

pada suhu

kamar dan

terlindung

dari

Larutan

rekonstitusi

harus

segera

digunakan.

Larutan

rekonstitusi

stabil

selama

minimum

24 jam bila

disimpan

pada suhu

kamar

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 251: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

38

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

cahaya. dengan

kondisi

penerangan

normal dan

terlindung

dari

paparan

langsung

cahaya

matahari.

Setelah itu,

larutan

tidak boleh

digunakan

lagi.

123. Haemaccel

colloidal infus

3,5% 500 ml

(poligelin)

Infus intravena, dosis awal 500-

1000 ml dari larutan 3,5-4%.

Tidak ada

karena

langsung

diberikan

secara

dosis

tunggal

dan

diberikan

Simpan

pada suhu

antara 2°C

dan 25°C.

Jika

disimpan

di atas

25°C,

Setelah

botol

infuse

dibuka, sisa

yang tidak

digunakan

langsung

dibuang.

Harus

Glikosida jantung

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 252: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

39

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

secara IV

infuse.

maka

tanggal

kadaluwar

sa

dikurangi

dua tahun.

digunakan

dalam

keadaan

segar dan

segera.

124. Haldol

Decanoat 50

mg/ml 1 ml,

Serenace 5

mg/ml 1 ml

(Haloperidol

laktat)

Anak 6-12 tahun :

sedasi/psikotik disorder IM

(Sebagai laktat) : 1-3 mg/dosis

setiap 4-8 jam sampai

maksimum 0,15 mg/kg/hari.

Dewasa. Psikosis IM (sebagai

laktat) 2-5 mg setiap 4-8 jam

sesuai kebutuhan. Delirium di

ICU IV 2-10 mg, dapat diulang

dosis bolus setiap 20-30 menit

sampai respon klinis yang

diinginkan tercapai lalu

diberikan 25% dosis maksimum

setiap 6 jam, monitor ECG dan

QTc Interval; IV Intermiten

0,003-0,15 mg/kg setiap 30

menit sampai 6 jam. Infus IV

lanjutan 100 mg/100 ml D5W,

D5W

NS

Simpan

pada suhu

15°C-

30°C dan

terlindung

dari

cahaya.

Periksa

larutan

injeksi

secara

visual

sebelum

diberikan

untuk

Apabila

terjadi

pengendap

an

sebaiknya

dibuang.

Apabila

tersisa dari

preparasi,

maka

sebaiknya

dibuang.

Y-site : Cefepime

HCl, fluconazole,

heparin sodium,

piperacillin sodium-

tazobactam sodium.

Dalam syringe :

Difenhidramin HCl,

heparin sodium,

ketorolac

tromethamine.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 253: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

40

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

laju infuse 3-25 mg/jam. mendetek

si adanya

partikel

dan

perubahan

warna.

125. Hepa-Merz 5

g/10 ml, Livola

500 mg/10 ml,

SNMC [L-

Ornitin L-

Aspartat(LOL

A)]

Pasien dapat diberikan sampai

dengan 4 ampul per hari.

Pada pra-koma atau koma,

sampai dengan 8 ampul dapat

diberikan dalam 24 jam,

tergantung pada keparahan

kondisi

Pada ampul ditambahkan ke

cairan infus sebelum digunakan.

Laju infus maksimum adalah 5

g L-ornhitine-L-aspartate

(sesuai dengan isi 1 ampul) per

jam.

Dekstrosa

5%

Simpan

pada

temperatur

e ruangan

yang

terkontrol.

Hindari

penyimpan

an pada

suhu di

bawah

25°C

Masa aktif

hingga 3

tahun.

-

126. Hicort 100

mg/ml,

Hydrocortison

e Inj 100

Injeksi intramuskular atau

injeksi intravena lambat atau

infuse 100-500 mg, 3 kali dosis

terbagi dalam 24 jam atau

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%.

Simpan

pada suhu

20°C

Setelah

rekonstitusi

, larutan

stabil pada

Dacarbazin

Dimenhidrinat.

Kanamisisn sulfat.

Promazin

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 254: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

41

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

mg/vial

(Hidrokortison

Natrium

Suksinat)

sesuai kebutuhan; anak dengan

injeksi intravena sampai dengan

umur 1 tahun 25 mg, umur 1-5

tahun 50 mg, umur 6-12 tahun

100 mg.

Dekstrosa

5%

dalam

NaCl

0,9%.

sampai

25°C

temperatur

ruangan

yang

terkontrol

dan

terlindungi

dari

cahaya.

Larutan

digunakan

jika bebas

dari

mikroorgan

isme.

Larutan

yang tidak

terpakai

dibuang

setelah 3

hari.

hidroklorida.

Prometazin

hidroklorida.

Vankomisin

hidroklorida.

Vitamin B kompleks

dengan vitamin C.

127. Humalog

cartridge 100

IU/ml 10 ml

[Insulin ultra-

Dosis awal 0.5-1 U / kgBB / hari

dalam dosis terbagi

Atau direkomendasikan juga

dengan dosis 0.2-0.4 units/

Amino

acids

4.25%,

dekstrose

Insulin

lispro

harus

disimpan.

Simpan

pada suhu

2°C dan

8°C;

Larutan Insulin dapt

hilang efektifitasnya

bila dicampur dengan

zinc and isophane

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 255: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

42

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

rapid-acting

(kerja sangat

cepat)]

kgBB/ hari untuk mencegah

terjadinya hipoglikemia

Biasanya diberikan 2x dosis per

harinya.

25%

NaCl

0.9%

dalam

pendingin

dan

dilindungi

dari

pembekua

n.

jangan

dibekukan;

hindari

pemanasan

dan cahaya

Setelah

digunakan

vial bisa

disimpan

hingga 31

hari jika di

simpan di

refrigerator

dengan

suhu 2°C

dan 8°C

insulin.

128. Humalog mix

25 cartridge

100IU/ml 3 ml

(Insulin

analog,

campuran :

Lispro

protamine susp

Dengan injeksi subkutan, 15

menit sebelum dan sesudah

makan, sesuai kebutuhan.

Tidak ada

karena

langsung

diberikan

secara

subkutan

(SC).

Sebelum

pengguna

an,

simpan

Humalog

Mix25 di

kulkas.

Jangan

Menjaga

cartridge

digunakan

pada suhu

kamar

(15°- 30°C)

dan

membuang

Dengan tidak

adanya studi

kompatibilitas,

produk obat tidak

boleh dicampur

dengan obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 256: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

43

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

75% Lispro

25%)

membeku

kan.

setelah 28

hari.

Jangan

menaruhny

a dekat

panas atau

di bawah

sinar

matahari.

Jangan

menyimpan

pena atau

cartridge

yang

digunakan

di lemari

es.

Pena

dengan

cartridge

tidak harus

disimpan

dengan

jarum

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 257: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

44

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

terpasang.

Jauhkan

dari

jangkauan

dan

penglihatan

anak-anak.

Jangan

gunakan

Humalog

Mix25

setelah

tanggal

kadaluwars

a yang

tercantum

pada label

dan karton.

Jangan

gunakan

Humalog

Mix25, jika

terdapat

gumpalan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 258: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

45

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

materi atau

jika

partikel

putih

menempel

pada

bawah atau

dinding

cartridge.

Periksa

setiap kali

Anda

menyuntik

kan sendiri.

Obat tidak

boleh

dibuang

melalui air

limbah atau

sampah

rumah

tangga.

Tanyakan

apoteker

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 259: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

46

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Anda

bagaimana

membuang

obat-obatan

tidak lagi

diperlukan.

Langkah-

langkah ini

akan

membantu

untuk

melindungi

lingkungan

129. Human tetanus

immunoglobuli

n Inj 500

IU(Human

tetanus

immunoglobuli

n)

Profilaksis tetanus 250 IU IM.

Dosis harus dua kali lipat dalam

kasus luka dengan kerusakan

jaringan atau luka yang

terinfeksi atau cedera yang

terjadi lebih dari 24 jam atau

pada orang dewasa dengan

berat lebih dari rata-rata. Terapi

klinis tetanus tunggal dosis

3,000-6,000 IU IM dalam

kombinasi dengan prosedur

Tidak ada

karena

langsung

diberikan

secara

subkutan

(SC).

Human

Tetanus

Immunogl

obulin

harus

disimpan

dalam

wadah

asli pada

2°C-8°C

sampai 2

Produk ini

harus

dibawa ke

kamar atau

suhu tubuh

sebelum

digunakan.

Jangan

gunakan

larutan

yang

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 260: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

47

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

klinis lainnya yang sesuai. tahun.

Penyimpa

nan

hingga

satu

minggu

pada suhu

kamar

(25°C)

dalam

wadah

asli.

Jangan

dibekukan

.

Simpan

dalam

botol

aslinya.

Menyimp

an botol

dalam

karton

luar untuk

mengandun

g

partikulat.

Setiap

produk

yang

digunakan

atau bahan

limbah

harus

dibuang

sesuai

dengan

kebutuhan

lokal

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 261: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

48

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

melindun

gi dari

cahaya.

130. Humulin R

100 IU dan

Cart 3 ml

[Insulin short-

acting (kerja

pendek) :

regular soluble

human insulin

(recombinant

DNA origin)

Dosis tergantung individu

Durasi kerja 4-12 jam

Amino

acids

4.25%

Dekstrose

25%

NaCl 0.9%

Insulin

reguler

harus

disimpan

dalam

pendingin

dan

dilindungi

dari

pembekua

n.

Simpan

pada suhu

2 dan 8 C;

jangan

dibekukan;

hindari

pemanasan

dan cahaya

Setelah

digunakan

vial bisa

disimpan

hingga 31

hari jika di

simpan di

refrigerator

dengan

suhu

2°Cdan

8°C

Larutan Insulin dapt

hilang efektifitasnya

bila dicampur dengan

zinc and isophane

insulin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 262: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

49

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

131. Hyperhep-B

S/D 217 IU/ml

0,5 ml (Human

Hepatitis B Ig)

Infus IV pada tingkat awal

maks 0,02 mL/kg/menit untuk

pertama kali 10 menit,

ditingkatkan secara bertahap

maks 0,04 mL/kg/menit.

Pencegahan HBV infeksi ulang

setelah transplantasi hati untuk

gagal hati, hepatitis B yang

diinduksi selama fase

pemeliharaan non-replikator

pasien dewasa 2,000-10,000

IU/bulan untuk

mempertahankan kadar

antibody >100-150 IU/L pada

pasien HBV-DNA. Pencegahan

hepatitis B dalam kasus

kecelakaan pada pasien non-

imunisasi setidaknya 500 IU,

tergantung pada intensitas

keparahan, segera setelah

terkena kecelakaan & dalam 24-

72 jam. Hepatitis B

Tidak ada

karena

langsung

diberikan

secara

intramusc

ular atau

subkutan.

Human

Tetanus

Immunogl

obulin

harus

disimpan

dalam

wadah

asli pada

2°C-8°C

sampai 2

tahun.

Penyimpa

nan

hingga

satu

minggu

pada suhu

kamar

(25°C)

dalam

wadah

asli

Produk ini

harus

dibawa ke

kamar atau

suhu tubuh

sebelum

digunakan.

Jangan

gunakan

larutan

yang

mengandun

g

partikulat.

Setiap

produk

yang

digunakan

atau bahan

limbah

harus

dibuang

sesuai

dengan

Produk obat tidak

boleh dicampur

dengan obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 263: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

50

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

immunoprofilaksis pada pasien

haemodialisa pasien 8-12 IU/kg

dengan maksimum 500 IU

setiap 2 bulan. Pencegahan

hepatitis B pada bayi baru lahir,

seorang ibu HBV-carrier, pada

saat lahir atau setelah lahir 30-

100 IU/kg.

Jangan

dibekukan.

Simpan

dalam botol

aslinya.

Menyimpa

n botol

dalam

karton luar

untuk

melindungi

dari

cahaya.

kebutuhan

lokal

132. Hypobhac 150

mg/1,5 ml,

Hypobhac Inj

300 mg/1,5 ml

(Netilmisin

sulfat)

Injeksi intramuskular, intravena

lambat atau infuse 4-6 mg/kg

BB/hari sebagai dosis tunggal

atau dosis terbagi tiap 8-12 jam.

Pda infeksi berat dosis dapat

naik sampai 7,5 mg/kg BB/hari

dalam tiga kali pemberian

Asam

amino

8,5%.

Dekstran

6%

dalam

dekstrosa

5%.

Simpan

antara 2°C

sampai

30°C.

Hindari

pembekua

n.

Larutan

jernih,

tidak

berwarna

sampai

berwarna

kuning

pucat.

Larutan

yang sudah

berwarna

Y-site : furosemida,

propofol.

Dalam syringe :

heparin sodium.

Aditif : cefepime

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 264: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

51

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(dosis segera diturunkan bila

terdapat perbaikan klinis,

biasanya setelah 48 jam).

Neonatus kurang dari 1 minggu

: 3 mg/kg BB tiap 12 jam;

diatas 1 minggu 2,5-3 mg/kg

BB tiap 12 jam; Anak 2-2,5

mg/kg BB tiap 8 jam. Infeksi

saluran kemih 150 mg/hari

(dosis tunggal) selama 5 hari.

Gonore 300 mg dosis tunggal.

Dekstran

40 10%

dalam

dekstrosa

5%.

Dekstrosa

50%.

Dekstrosa

10%

dalam air.

Dekstrosa

5%

dalam air.

Manitol

10%.

Manitol

10%.

Normosol

R

kuning tua

tidak boleh

digunakan.

HCl, furosemide

133. Induxin Inj 10

UI/ml

IV : induksi 1 ml (10 IU) / 1000

ml. Dosis awal infus : 1-4

miliunit/ menit, secara bertahap

kemudian meningkat hingga 1-2

miliunit/ menit dengan interval

Dekstran

6% dalam

Simpan

pada

Simpan

pada suhu

Induxin tidak harus

diinfus melalui

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 265: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

52

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(oksitosin) > 20 menit

Jika terjadi aborsi, dosis 10 IU /

500 ml dengan kecepatan infus

20-40 tetes/ menit

Pengendalian pendarahan

postpartum uterus : 10-40 IU /

mL 1.000 dengan infus IV atau

IM 10 IU setelah melahirkan

plasenta.

dekstrosa

5%

Dekstran

65 dalam

NaCl

0,9%

Dextrose-

ringer 's

injeksi,

kombinas

i

Dextrose

10%

dalam air

Ringer

injeksi,

Ringer

injeksi,

laktat

Sodium

klorida

0,45%

NaCl

0,9%.

wadah

kedap

udara dan

lindungi

dari

cahaya

Temperatu

r runag

penyimpan

an berkisar

antara 2°C

sampai

8°C.

ruang yang

terkontrol

dan

terlindung

dari cahaya

Jangan

digunakan

jika

sediaan

mengalami

perubahan

warna atau

membentu

k endapan.

darah atau plasma,

karena keterkaitan

peptida dengan

cepat dilemahkan

oleh oksitosin

sehingga

menonaktifkan

enzim.

Induxin tidak

kompatibel dengan

larutan yang

mengandung

natrium metabisulfit

sebagai stabilisator

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 266: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

53

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

134. Integrilin 75

mg/ 100 ml

100 ml

(Eptifibatide)

Akut koroner sindrom dengan

serum kreatinin <2 mg / dL 180

mcg / kg IV bolus sesegera

mungkin setelah diagnosis,

diikuti dengan infus kontinu dari

2 mcg / kg / min sampai dengan

72 jam atau sampai debit

Jika PCI dilakukan selama

Integrilin terapi, infus harus

dilanjutkan sampai 18-24 jam

setelah prosedur atau sampai

discharge, yang memungkinkan

96-jam terapi, 2-4 mg / dL 180

mcg / kg IV bolus sesegera

mungkin setelah diagnosis,

diikuti dengan infus kontinu dari

1 mcg / kg / min. PCI dengan

serum kreatinin <2 mg / dL 180

mcg / kg IV bolus segera

sebelum mulai dari PCI, diikuti

dengan infus kontinu dari 2 mcg

/ kg / min & bolus 180-mcg/kg 2

10 menit setelah bolus 1,

lanjutkan infus sampai 18-24

Sodium

chlorida

0.9%

Dextrose

5%

dalamsodi

um

chlorida

0.9%.

Simpan di

lemari es

(2°C-

8°C).

Simpan

dalam

kemasan

yang asli

untuk

melindun

gi dari

cahaya

Simpan di

bawah

pendingina

n dan

terlindung

dari cahaya

Obat ini

dapat

disimpan

sampai dua

bulan pada

suhu

kamar.

Furosemide

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 267: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

54

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

jam atau sampai discharge, 2-4

mg / dL 180 mcg / kg IV bolus

segera sebelum mulai dari PCI,

diikuti dengan infus kontinu dari

1 mcg / kg / min & a 2-180 mcg

/ kg bolus diberikan 10 menit

setelah bolus 1.

135. Insulatard HM

100 IU/ml 10

ml [Insulin

intermediate-

acting (kerja

menengah) :

Human

monocompone

nt isophane

insulin

(recombinant

DNA origin)]

Dengan injeksi subkutan, sesuai

kebutuhan.

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

subkutan

(SC).

Sebelum

digunakan

, disimpan

pada suhu

2-8°C.

Hindari

pembekua

n.

Selama

penggunaa

n atau

digunakan

sebagai

cadangan:

Simpan

dibawah

25°C.

Jangan

mendingin

kan.

Jangan

membekuk

an.

Menyimpa

n botol

Suspensi koloid

tidak harus

ditambahkan ke

dalam cairan infuse.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 268: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

55

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dalam

karton luar

untuk

melindungi

dari

cahaya.

136. Inviclot 5000

IU/ml 5 ml

(Heparin Na)

Hemodialisa : biasanya

diberikan 7.500-12.500 IU

(tanpa pengawaet) untuk setiap

dialisis

Pemberian IV : 5.000-10.000 IU

setiap 4 jam melalui injeksi

bolus atau infus

berkesinambungan dalam

larutan pembawa injeksi

Natrium klorida atau injeksi

Dekstrosa. Dosis harus

dimonitor dengan melakukan uji

koagulasi sebelum pemakaina

dan bervariasi tergantung pada

respon masing-masing. Waktu

pembekuan harus 2-3 kali nilai

control

Pemakaian subkutan (dosis

NaCl

0,9%

Dekstrosa

5% dalam

air

Simpan

pada suhu

15°C-

30°C

Dari sudut

pandang

mikrobiolo

gi, harus

digunakan

segera,

namun

infus yang

telah

disiapkan

dapat

disimpan

pada suhu

2-8°C dan

diinfuskan

dalam 24

jam (pada

suhu

Y-site : Amiodarone

HCl, ciprofloxacin,

diazepam,

gentamicin sulfate,

haloperidol lactate,

isosorbide dinitrate,

levofloxacin,

tramadol HCl,

phenytoin sodium.

Dalam syringe :

amikacin sulfate,

amiodarone HCl,

chlorpromazine HCl,

diazepam,

doxorubicin HCl,

gentamisin sulfate,

haloperidol lactate,

streptomycin sulfate

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 269: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

56

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

terapetik) : pemberian SC

10.000 UI dapat diberikan setiap

8 jam setelah injeksi bolus IV

sebesar 5000 UI

Cara pemberian heparin dosis

rendah : dosis lazim yang

dianjurkan adalah 5.000 UI

dengan injeksi SCsetiap 8 atau

12 jam tanpa kontrol

laboratorium. Cara ini

digunakan pada : semua pasien

yang berhubungan dengan

hemostatika yang berumur lebih

dari 40 tahun yang mengikuti

prosedur bedah thorax dan

major elektif abdominal. Injeksi

pertama dari aturan ini (yaitu

5.000 UI) dimulai 2 jam

sebelum operasi dan pengobatan

dianjurkan selama 7 hari

Pembedahan umum atau

ortopedi dengan risiko tinggi

atau VTE: 5000 unit injeksi SC

2 jam sebelum pembedahan

ruang)

Tidak

boleh

digunakan

jika

berubah

warna atau

mengandu

ng endapan

Heparin

harus

disimpan

pada suhu

kamar

terkendali

dan

lindungi

dari

pembekuan

dan suhu

melebihi

40°C

Dalam

sebuah

Aditif : atracurium

besylate,

ciprofloxacin,

cytarabine,

gentamicin sulfate,

kanamycin sulfate.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 270: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

57

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

kemudian tiap 8-12 jam sampai

pasien dapat bergerak;

profilaksis VTE pada pasien

lainnya: 5000 unit SC tiap 8-12

jam; dosis standard IV infus:

5000 unit injeksi IV diikuti 18

unit/kg/jam infus IV

studi di

rumah

sakit

pengoplosa

n natrium

heparin 1

unit / ml

dalam

natrium

klorida

0,9%,

aktivitas

antikoagul

an dapat

dipertahan

kan selama

setidaknya

12 bulan

setelah

sterilisasi

dengan

autoklaf

dan

penyimpan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 271: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

58

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

an

selanjutnya

dilakukan

pada suhu

kamar dan

terlindung

dari cahaya

matahari.

137. Iopamidol

0,612 g/ml 20

ml, Iopamidol

0,755 g/ml 20

ml,

Lumbar Myelography : Dewasa

5-10 ml. Thoraco-Cervical

Myelography dewasa 5-10 ml.

Cerebral Angiography dewasa

5-10 ml (diulangi jika penting)

dan anak-anak tergantung umur

dan berat badan. Peripheral

Arteriography dewasa 20-50 ml

(diulangi jika penting) dan

anak-anak tergantung umur dan

berat badan. Venography

Dewasa 20-50 ml dan anak-

anak tergantung umur dan berat

badan, dosis maksimum tidak

boleh lebih dari 250 ml.

Computer Tomography

- Simpan

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol

dan

terlindung

dari

cahaya.

Botol

sekali

dibuka

harus

segera

digunakan.

Larutan

yang tidak

digunakan

harus

dibuang.

Obat ini tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 272: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

59

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Enhancement Dewasa Brain

scanning 50 - 100ml dan

Dewasa Whole body

scanning 40-100ml. Intravenous

Urography Dewasa 40 - 80 ml,

jika mengalami gagal ginjal,

maka diberikan dosis lazim

sampai 1,5 mg/kg; anak-anak 1-

2,5 mg/kg atau tergantung umur

dan berat badan. Arthrography

Dewasa 1-10 ml.

138. Iopamiro 300

mg/100 ml,

Iopamiro 300

mg/50 ml,

Iopamiro 300

mg/30 ml (tiap

botol

konsentrasi

iodium 300

mg/ml

mengandung

lopamidol

61,24 g/ml)

Lumbar Myelography : Dewasa

5-10 ml. Thoraco-Cervical

Myelography dewasa 5-10 ml.

Cerebral Angiography dewasa

5-10 ml (diulangi jika penting)

dan anak-anak tergantung umur

dan berat badan. Peripheral

Arteriography dewasa 20-50 ml

(diulangi jika penting) dan

anak-anak tergantung umur dan

berat badan. Venography

Dewasa 20-50 ml dan anak-

anak tergantung umur dan berat

- Jauhkan

dari

cahaya.

Shelf life :

5 tahun.

Botol yang

telah

dibuka,

harus

segera

digunakan.

Residu

yang tidak

digunakan

harus

dibuang.

Tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Hindari penggunaan

logam.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 273: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

60

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

badan, dosis maksimum tidak

boleh lebih dari 250 ml.

Computer Tomography

Enhancement Dewasa Brain

scanning 50 - 100ml dan

Dewasa Whole body

scanning 40-100ml. Intravenous

Urography Dewasa 40 - 80 ml,

jika mengalami gagal ginjal,

maka diberikan dosis lazim

sampai 1,5 mg/kg; anak-anak 1-

2,5 mg/kg atau tergantung umur

dan berat badan. Arthrography

Dewasa 1-10 ml.

Larutan

yang

digunakan

harus bebas

dari

partikel.

139. Iopromida 300

mg 20 ml,

Iopromida 300

mg 50 ml

Intravenous urography.

Dewasa: minimum dosis

1ml/kg atau 1.3ml/kg. Anak-

anak: neonatus 4,0 ml/kg BB,

nayi 3,0 ml/kg BB, anak 1,5

ml/kg BB.

Computerised tomography.

Cranial CT 1-2ml/kg BB.

Whole-body CT dosis dan

tingkat pemberian tergantung

- Simpan di

bawah 30

° C.

Lindungi

dari

cahaya

dan sinar-

X.

Shelf life :

3 tahun.

Jika

berubah

warna atau

terdapat

partikulat

(termasuk

kristal)

atau

Antihistamin atau

kortikosteroid, agen

profilaksis.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 274: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

61

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

pada organ dalam penyelidikan,

masalah diagnostic, scan dan

hasilnya berbeda dari scanner

yang digunakan pertama kali.

Angiography: dosis tergantung

pada usia, berat badan, “cardiac

output” dan kondisi umum

pasien, masalah klinis,

pemeriksaan teknik dan sifat

dan volume daerah vaskular

harud diselidiki.

Cerebral angiography Aortic

arch angiography 50-80 ml.

Selective angiography 6-15 ml.

Retrograde carotid angiography

30-40 ml.

Thoracic aortography 50-80 ml.

Abdominal aortography 40-60

ml.

Bifemoral arteriography 40-60

ml.

Peripheral angiography.

Ekstremisitas tinggi.

Arteriography : 8-12 ml.

kemasan

rusak harus

dibuang.

Harus

digunakan

segera dan

dalam

keadaan

segar.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 275: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

62

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Venography : 15-30 ml.

Ekstremisitas rendah.

Arteriography : 20-30 ml.

Venography : 30-60 ml.

140. Isoptin Inj 2,5

mg/ml 2 ml

(Verapamil

HCl)

2,5 mg/ml (2 ml-4 ml) Dekstran

40 10%

dalam

NaCl

0,9%.

Dekstran

75 6%

dalam

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

5% in

Ringer’s

injection,

lactated.

Dekstrosa

5%

dalam

NaCl

0,45%.

Simpan

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol

dan

terlindung

dari

cahaya.

Hindari

dari

pembekua

n.

Dokter atau

perawat

harus

memeriksa

bahwa

tanggal

kadaluwars

a pada

label belum

berlalu

sebelum

Anda

diberi

suntikan.

Tidak

digunakan

setelah

tanggal

kadaluwars

a dicetak

Larutan alkalin

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 276: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

63

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Dekstrosa

5%

dalam

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

5%

dalam air.

Ringer’s

injection.

Ringer’s

injection,

lactated.

NaCl

0,45%.

NaCl

0,9%.

pada label.

141. Ivelip 20% 100

ml, Ivelip 20%

250 ml, Ivelip

20% 500 ml

(per L :

Soyben oil 200

g; egg

Injeksi IV. Dosis tergantung

pada keparahan kondisi

katabolic atau kebutuhan

terhadap asam amino.

Dosis maksimum sehari 2 g

asam amino/kg bb tidak boleh

berlebihan dalam nutrisi

Untuk

pemberia

n secara

langsung,

dapat

dicampur

dengan

Sediaan

harus

disimpan

pada suhu

15°C-30°

C dan

terlindung

Simpan

pada

temperatur

tidak kurang

dari 25°C.

Jangan

dibekukan.

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 277: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

64

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

phosphatides

12 g; glycerol

25 g; Na

Oleate 0,3 g)

parenteral.

Dosis harian :

1,5-2,0 mL/kg bb (ekuivalen

dengan 3,0-4,0 g N92)-L-

.Alanyl-glutamin/kg bb)

sebanding dengan 100-140 mL

larutan untuk pasien dengan

berat badan 70kg.

larutan

asam

amino

yang

dapat

tercampur

kan atau

regimen

infuse

yang

mengand

ung asam

amino

utama.

dari

cahaya

matahari

langsung

Jangan

gunakan

jika terjadi

pemisahan

emulsi.

Periksa

kompatibilit

as dan

stabilitas

nutrisi

campuran

sebelum

digunakan.

142. Kabivent Infus

1440 ml,

Kabivent Infus

2400 ml

[glucose

(11%), amino

acids &

electrolyte

(Vamin 18

Dewasa dan anak > 10 tahun :

27-40 ml/ kgBB/ hari

Anak 2-10 tahun : 14-28 ml/

kgBB/ hari.

Untuk

pemberia

n secara

langsung,

dapat

dicampur

dengan

larutan

asam

Sediaan

harus

disimpan

pada suhu

15°C-30°

C dan

terlindung

dari

cahaya.

Kabven

periferal

hanya

dapat

dicampur

dan

digunakan

jika larutan

jernih dan

sedikit

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 278: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

65

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Novum), fat

emulsion

(Intralipid

20%)]

amino

yang

dapat

tercampur

kan atau

regimen

infuse

yang

mengand

ung asam

amino

utama.

matahari

langsung

berwarna

atau agak

kuning dan

jika emulsi

berwarna

putih dan

homogen

Jangan

disimpan

pada

temperatur

di atas

25°C dan

jangan

dibekukan

Jangan

digunakan

jika

kemasan

rusa

Terdiri dari

3 bagian

kantung

yang

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 279: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

66

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dicampur

sebelum

penggunaa

n. Setelah

tutup

dibuka,

stabilitas

secara

fisika dan

kimia dari

3

campuran

kantung

dapat

digunakan

selama 24

jam pada

temperatur

25°C.

Buang sisa

larutan jika

tidak

terpakai.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 280: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

67

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

143. Ka-En 4 B

Infus 500 ml

(per L : Na 30

meq; K 8 meq;

Cl 28

meq;laktat 10

meq; glukosa

37,5 meq)

Ka-En 4B : Untuk bayi dan

neonatus, dosis harus

disesuaikan dengan kondisi

pasien, umur dan berat badan.

Tidak

ada

karena

diberikan

secara IV

infus.

Pada suhu

kamar,

terhindar

dari

cahaya

matahari

langsung.

Tidak

boleh

digunakan

lebih dari

tanggal

kadaluwar

sa.

Setelah

tutup

dibuka,

stabilitas

secara

fisika dan

kimia dari

3

campuran

kantung

dapat

digunakan

selama 24

jam pada

temperatur

25°C.

Buang sisa

larutan

jika tidak

terpakai.

-

144. Ka-En 1B

Infus 500 ml

(per L : Na

38,5 meq; Cl

Ka-En 1 B : dewasa 500-1000

ml dengan infus drip IV.

Kecepatan infus : Dewasa ; 300-

500 ml/ jam. Anak > 3 tahun

Tidak ada

karena

diberikan

secara IV

Pada suhu

kamar,

terhindar

dari

Setelah

tutup

dibuka,

stabilitas

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 281: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

68

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

38,5 meq;

gluksa 37,5

meq)

atau BB > 15 kg 50-100 ml/ jam infus. cahaya

matahari

langsung.

Tidak

boleh

digunakan

lebih dari

tanggal

kadaluwar

sa.

secara

fisika dan

kimia dari

3

campuran

kantung

dapat

digunakan

selama 24

jam pada

temperatur

25°C.

Buang sisa

larutan jika

tidak

terpakai.

145. Ka-En 3B

Infus 500 ml

(per L : Na 50

meq; K 20

meq; Cl 50

meq; laktat 20

meq; gluksa 27

meq)

Ka-En 3B : dewasa dan anak

usia 3 tahun atau lebih atau BB

15 kg atau lebih : 500-1000

mlpada satu kali pemberian

secara drip IV

Tidak ada

karena

diberikan

secara IV

infus.

Pada suhu

kamar,

terhindar

dari

cahaya

matahari

langsung.

Tidak

Setelah

tutup

dibuka,

stabilitas

secara

fisika dan

kimia dari

3

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 282: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

69

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

boleh

digunakan

lebih dari

tanggal

kadaluwar

sa.

campuran

kantung

dapat

digunakan

selama 24

jam pada

temperatur

25°C.

Buang sisa

larutan jika

tidak

terpakai.

146. Ka-En 3A

Infus 500 ml

(per L : Na 60

meq; K 10

meq; Cl 50

meq; laktat 20

meq; gluksa 27

meq)

Ka-En 3A : dewasa dan anak

usia 3 tahun atau lebih atau BB

15 kg atau lebih : 50-100 ml/

jam

Tidak ada

karena

diberikan

secara IV

infus.

Pada suhu

kamar,

terhindar

dari

cahaya

matahari

langsung.

Tidak

boleh

digunakan

lebih dari

tanggal

Setelah

tutup

dibuka,

stabilitas

secara

fisika dan

kimia dari

3

campuran

kantung

dapat

digunakan

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 283: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

70

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

kadaluwar

sa.

selama 24

jam pada

temperatur

25°C.

Buang sisa

larutan jika

tidak

terpakai.

147. Ka-En MG-3

Infus 500 ml

(per L : Na 50

meq; K 20

meq; Cl 50

meq; laktat 20

meq; gluksa

100 meq)

Ka-En MG3 : 500-1000 ml pada

satu kali pemberian melalui

infus drip IV

Tidak ada

karena

diberikan

secara IV

infus.

Pada suhu

kamar,

terhindar

dari

cahaya

matahari

langsung.

Tidak

boleh

digunakan

lebih dari

tanggal

kadaluwar

sa.

Setelah

tutup

dibuka,

stabilitas

secara

fisika dan

kimia dari

3

campuran

kantung

dapat

digunakan

selama 24

jam pada

temperatur

25°C.

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 284: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

71

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

148. Kalmeco 500

mcg, Lapibal

500 mcg,

Mecobalamin

500 mcg

(mekobalamin)

Injeksi IV / IM : 1 ampul 3x

sehari.

- Simpan

pada suhu

kamar

(dibawah

30°C),

terlindung

dari

cahaya.

Buang sisa

larutan jika

tidak

terpakai

Simpan

pada

ruangan

dengan

suhu di

bawah

30°C.

Asam askorbat,

dekstrosa, dan

pitomenadion, dan

5% warfarin

natrium.

149. Kaltrofen 100

ml

(Ketoprofen)

Nyeri & Dismenore : Pasien

dewasa : 25mg atau 50mg setiap

6-8 jam jika diperlukan.

Pasien dengan gangguan fungsi

ginjal & hati : Untuk Pasien

dengan kerusakan ginjal/hati

sedang, dosis tertinggi sehari

adalah 150 mg.

Dapat

langsung

digunaka

n secara

IM.

Simpan

pada suhu

<30°C

dan

terlindung

dari

cahaya.

Sediaan

harus

disimpan

dalam

wadah

tertutup

rapat,

terlindung

dari

cahaya,

panas dan

lembab

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 285: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

72

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

pada suhu

kamar

(25°C),

Masa

kadaluarsa

adalah 3

tahun sejak

diproduksi

150. Karboplatin

150 mg/15 ml

(Karboplatin)

Infus IV Anak. “Solid Tumor” :

300-600 mg/m2 sekali setiap 4

minggu. Tumor otak : 175

mg/m2 per minggu untuk 4

minggu setiap 6 minggu,

dengan 2 minggu periode

pemulihan.

Infus IV Dewasa : Kanker

ovarian : 300-600 mg/m2

setiap

4 minggu atau target AUC 5-7,5

setiap 3 minggu . “Autologous

BMT” : 150 mg/m2 (total

dosis) dibagi selama 4 hari.

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%.

Air steril

untuk

injeksi.

Simpan

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

Terlindung

i dari

cahaya.

Simpan

selama 8

jam pada

emperat

ure

ruangan

yang tidak

lebih dari

25°C.

Hindari penggunaan

metal aluminium.

151. Kedacillin 1 g

(Sulbenisilin

sodium)

Dewasa 2-4 g/hari, Anak 40-80

mg/kg BB/hari. Diberikan

secara intramuscular atau

Aqua pro

injeksi

Larutan

Simpan

pada suhu

kamar.

Pada proses

pelrutan

sediaan,

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 286: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

73

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

intravena, dibagai dalam dua

kali pemberian.

dekstrosa larutan

dapat

menjadi

hangat,

tetapi hal

ini tidak

mempengar

uhi kualitas

larutan.

Simpan

pada suhu

tidak lebih

dari 30°C

pada

kemasan

kedap

udara.

Terlindung

dari cahaya.

Jika

digunakan

untuk

injeksi,

maka

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 287: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

74

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

larutan

harus bebas

dari

mikroorgani

sme.

152. Kenacort

IA/ID 10 mg/5

ml, Trilac 10

mg/5 ml

(Triamsinolon

asetonida)

Intraartikular, intrabursal,

selubung tendon. Dewasa :

dosis lazim sendi kecil 2,5-5

mg, sendi besar 5-15 mg, dosis

untuk sendi kecil sampai 10 mg,

sedangkan untuk sendi besar

sampai 40 mg. Maksimum

dosis untuk semua sendi 20-80

mg.

Intradermal. Dewasa : dosis

lazim 1 mg.

IM. Range 2,5-100 mg/hari.

Anak : dosis lazim 0,11-0,16

mg/kg/hari dibagi 3-4 dosis.

Anak 6-12 tahun : dosis lazim

40 mg. Anak >12 tahun dan

dewasa : dosis lazim 60 mg.

Adanya alergi/asma : 40-100

mg sebagai dosis injeksi

Tidak ada

karena

langsung

diberikan

secara

intraderm

al atau

intramusk

ular.

Jangan

simpan di

atas 25 °

C.

Jangan

membeku

kan.

Simpan

dalam

posisi

tegak.

Harus

digunakan

dengan

segera dan

dalam

keadaan

segar

karena

apabila

didiamkan

lama akan

mengalami

pengendap

an.

Injeksi tidak boleh

dicampur dengan

produk obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 288: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

75

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

tunggal. Sklerosis multiple

(eksaserbasi akut) : 160 mg

sehari untuk satu minggu,

diikuti 64 setiap hari untuk 1

bulan.

153. Ketalar 100

mg/ml 10 ml,

Ketamin 10

mg/ml 20 ml

(Ketamin HCl)

Anak. IM: sedasi/analgesik 4-5

mg/kg/dosis, dosis dinaikkan

sampai 13 mg/kg. IV :

sedasi/analgesic 1-2

mg/kg/dosis, dapat diulangi

hingga mencapai efek yang

diinginkan. Infus IV lanjutan :

Sedasi 5-20 mcg/kg/menit,

diulangi hingga mencapai efek

sedasi yang diingkan.

Anak ≥16 tahun dan dewasa.

Induksi anestesi. IM : 6,5-13

mg/kg, dosis lazim untuk

menghasilkan 12-25 menit

anestesi : 10 mg/kg. IV 1-4,5

mg/kg, dosis lazim untuk

menghasilkan 5-10 menit

anestesi : 2 mg/kg. Infus IV

lanjutan 1-2 mg/kg infuse

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%.

Air steril

untuk

injeksi.

Simpan

vial pada

temperatu

r ruangan

yang

terkontrol

.

Terlindun

g dari

cahaya.

Simpan

pada suhu

25°C.

Barbiturat dan

diazepam.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 289: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

76

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

selama 0,5 mg/kg/menit yang

dikombinasi dengan diazepam

untuk mencegah reaksi

emergensi.

154. Ketesse 50

mg/2 ml

(Deksketoprof

en trometamol)

50 mg tiap 8-12 jam IM atau IV,

jika diperlukan dapat diulang

tiap 6 jam, dosis maksimal 150

mg/hari

Tidak ditujukan untuk

pemakaian jangka panjang,

harus dibatasi untuk periode

simtomatik akut.

NaCl

0,9%,

Glukosa,

Ringer

laktat

Simpan di

bawah

suhu 30°C

dan

terlindung

dari

cahaya

Larutan

harus

terlindung

dari cahaya

matahari

langsung

-

155. Ketorolac

10%,

Ketorolac 3%

(Ketorolak

trometamin)

Dewasa : mula-mula 10 mg IM

atau bolus IV, kemudian 10-30

mg setiap 4-6 jam sesuai

kebutuhan sampai total

maksimum dosis harian 90 mg

(60 mg pada pasien usia lanjut,

Pasien dengan gangguan fungsi

ginjal ringan dan pasien dengan

berat badan kurang dari 50 kg).

Pemberian injeksi IV sekurang-

Dekstrosa

5%

dalam

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%

Simpan

pada suhu

15°C-

30°C di

tempat

kering

dan

terlindung

dari

cahaya.

Gunakan

larutan

rekonstitusi

dalam 24

jam.

Larutan

injeksi

dalam

syringe

harus

Y-site :

azithromycin,

hetastarch dalam

lacatated electrolyte

injection.

Dalam syringe :

diazepam,

haloperidol lactate,

morphine sulfate,

pethidin HCl.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 290: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

77

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

kurangnya dilakukan 15 detik.

Durasi maksimum terapi tidak

boleh dari 2 hari.Penggunaan

harus dimulai dari dosis efektif

yang paling rendah dan dalam

jangka waktu sesingkat mungkin

bagi semua pasien.

D5S

Ringer’s

lakatat

Larutan

jernih dan

berwarna

sedikit

kuning.

Paparan

cahaya

dalam

waktu

lama

dapat

menyebab

kan

perubahan

warna

larutan

dan

terbentuk

endapan.

Endapan

mungkin

terjadi

pada pH

rendah.

digunakan

dalam 15

menit.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 291: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

78

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

156. Kidmin Infus

200 ml (per L :

L-amino acid

72 g; BCAA

45,8%;

EAA/NEAA

ratio 2,6 : 1;

total nitrogen

10 g)

Gagal Ginjal Kronis : Infus

Vena Perifer : Dosis Lazim

Dewasa : 200 mL/hari, diinfus

melalui vena perifer. Laju

infuse pada orang dewasa

adalah 100 mL selama 60 menit

(sekitar 25 tetes/menit ) dan

harus perlahan infus pada anak-

anak, pasien lanjut usia dan

sakit parah . Dosis dapat

disesuaikan sesuai dengan

kondisi , berat badan pasien dan

usia . Ketika diberikan selama

hemodialisis , harus diresapi

melalui vena sisi injeksi

pelabuhan sirkuit dialisis mulai

90-60 menit sebelum akhir

terapi hemodialisis . Mengenai

kalori , > 1500 kkal / hari

dianjurkan untuk diberikan

untuk efisiensi penggunaan

asam amino .

Central Vein Infusion : Biasa

Dosis Dewasa : 400 mL / hari ,

Diinfuska

n lewat

vena

perifer.

Atau

diinfuska

n lewat

vena

sentral

sebagai

total

nutrisi

parenteral

Simpan

dibawah

suhu

30°C,

lindungi

dari

cahaya.

Harus

digunakan

dengan

segera dan

dalam

keadaan

segar.

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 292: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

79

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

diinfuskan melalui vena sentral

dengan nutrisi parenteral total .

Dosis dapat disesuaikan sesuai

dengan kondisi , berat badan

pasien dan usia . Lebih dari 300

kkal kalori nonprotein harus

diberikan per 1 g nitrogen ( 100

ml Kidmin ) untuk efisiensi

penggunaan asam amino .

Gagal Ginjal Akut : Biasa Dosis

Dewasa : 600 mL / hari ,

diinfuskan melalui vena sentral

dengan nutrisi parenteral total .

Dosis dapat disesuaikan sesuai

dengan kondisi , berat badan

pasien dan usia . Lebih dari 300

kkal kalori nonprotein harus

diberikan per 1 g nitrogen ( 100

ml Kidmin ) untuk efisiensi

penggunaan asam amino

157. Klorpromazin

25 mg/ml 1 ml,

Klorpromazin

5 mg/ml 2 ml

Injeksi intramuscular yang

dalam (untuk pengobatan gejala

akut) 25-50 mg setaiap 6-8 jam.

Anak : 15 tahun 500 mcg/kg

Dekstran

6%

dalam

dekstrosa

Simpan

kemasan

pada

Simpan

larutan

pada suhu

18°C-23°C

Pentobarbital.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 293: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

80

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(Klorpromazin

HCl)

BB tiap 6-8 jam (maksimal 40

mg sehari) ; 6-12 tahun 500

mcg/kg BB tiap 6-8 jam

(maksimal 75 mg/hari).

5%.

Dekstran

6%

dalam

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

2%

dalam air.

Dekstrosa

5%

dalam air.

Dekstrosa

10 %

dalam air.

Dekstrosa

10%

dalam

NaCl

0,9%.

Fruktosa

10%

dalam

NaCl

ur

ruangan

yang

terkontrol

.

Terlindun

g dari

cahaya.

Hindari

pembekua

n.

dalam

keadaan

gelap

selama 30

hari.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 294: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

81

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

0,9%.

Fruktosa

10%

dalam air.

Ringer’s

injection,

lactated.

NaCl

0,9%.

158. Koate-DVI

250 IU 5 ml

[Faktor VIII

(Konsentrat)]

Hanya dengan IV. Perdarahan

ringan dan profilaksis dosis

tunggal 10 IU/kg. Perdarahan

sedang 15-25 IU/kg. Jika perlu,

dosis berulang 10-15 IU/kg

setiap 8-12 jam. Perdarahan

berat Dosis Awalnya 40-50

IU/kg. Pemeliharaan: 20-25

IU/kg 8-12 jam. Bedah dosis

Pra-operasi: 50 IU/kg. Untuk

mempertahankan tingkat

hemostatik, infus berulang

mungkin diperlukan 6-12 jam &

selama 10-14 hari sampai

penyembuhan selesai.

“Water

for

injection”

Simpan di

lemari es

(2°C-

8°C).

Jangan

membeku

kan.

Terlindun

g dari

cahaya.

Shelf life

30 bulan.

Dapat

disimpan

pada

Setelah

dilarutkan,

dari sudut

pandang

mikrobiolo

gi, produk

harus

digunakan

segera. Jika

tidak

segera

digunakan

dalam

penggunaa

n waktu

Produk obat tidak

boleh dicampur

dengan obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 295: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

82

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

suhu

ruangan

(hingga

25°C)

untuk

jangka

waktu 12

bulan.

dan kondisi

penyimpan

an sebelum

digunakan

adalah

tanggung

jawab

pengguna.

Namun,

selama

penelitian

in vitro,

secara

kimia dan

fisik stabil

selama 24

jam pada

30 ° C di

PVC infus.

Setelah

dilarutkan,

secara

kimia dan

fisik stabil

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 296: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

83

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

selama 3

jam di

dalam studi

in vitro.

Jangan

dibekukan.

159. Konyne 80

Vial 1000 IU +

pelarut 25 ml,

Konyne 80

Vial 500 IU +

pelarut 10 ml

(faktor IX

kompleks)

Injeksi Intravena.

Haemarthrosis awal, perdarahan

otot atau perdarahan mulut 20 –

40 IU/dl ulangi setiap 24 jam,

setidaknya 1 hari, sampai

episode perdarahan yang

ditunjukkan dengan nyeri

teratasi atau penyembuhan

dicapai. Haemarthrosis lebih

luas, perdarahan otot atau

hematoma 30 – 60 IU/dl, ulangi

infus setiap 24 jam selama 3 - 4

hari atau lebih sampai rasa sakit

dan cacat akut diselesaikan.

Pendarahan yang mengancam

jiwa 60-100 IU/dl, ulangi infus

setiap 8 sampai 24 jam sampai

ancaman teratasi. Operasi minor

“Water

for

injection”

Jangan

simpan di

atas 25 ° C.

Jangan

membekuka

n.

Simpan

pada botol

dalam

karton luar,

untuk

melindungi

dari cahaya.

Shelf life 3

tahun

Setelah

dilarutkan,

dari sudut

pandang

mikrobiolo

gi dan

produk

tidak

mengandun

g

pengawet,

produk

yang telah

dilarutkan

harus

segera

Tidak boleh

dicampur dengan

produk obat lain,

pengencer, atau

pelarut.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 297: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

84

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

termasuk pencabutan gigi 30 –

60 IU/dl setiap 24 jam,

setidaknya 1 hari, sampai

penyembuhan dicapai. Operasi

utama 80-100 IU/dl (pra-dan

pasca operasi), ulangi infus

setiap 8-24 jam sampai

penyembuhan luka, setidaknya

7 hari untuk mempertahankan

faktor aktivitas IX dari 30%

sampai 60% (IU/dl).

Infus lanjutan dalam bedah.

Tingkat yang diinginkan faktor

IX untuk hemostasis 40-100%

IU/dl. Dosis muatan awal untuk

mencapai tingkat yang

diinginkan diberikan dosis

bolus tunggal 90 IU per kg

(kisaran 75-100 IU/kg berat

badan). Frekuensi dosis Infus

IV lanjutan tergantung pada

klirens dan faktor tingkat IX.

Lama pengobatan sampai 5

hari, perawatan lebih lanjut

digunakan.

Stabilitas

fisiko-

kimia

selama 24

jam pada

suhu kamar

(maks.

25°C).

Namun,

jika tidak

diberikan

segera,

penyimpan

an harus

tidak

melebihi 8

jam pada

suhu

kamar.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 298: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

85

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

mungkin diperlukan tergantung

pada operasi.

160. Kuinin

dihidroklorida

25% 2 ml

(Kina)

Dewasa. Kina diberikan dengan

dosis muatan 20 mg garam /kg

BB dilarutkan dalam dekstrosa

5% atau NaCl 0,9% diberikan

selama 4 jm pertama.

Selanjutanya, 4 jam kedua,

hanya diberikan cairan

dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%.

Setelah itu, diberikan kina

dengan dosis pemeliharaan 10

mg/kg BB dalam larutan NaCl

0,9% atau dekstrosa 5% sampai

pasien dapat minum kina per

oral. Jika tidak memungkinkan

pemberian infuse kina, maka

dapat diberikan kina hiroklorida

10 mg/kg BB secara IM dengan

masing-masing setengah dosis

pada paha depan kiri dan kanan

(jangan diberikan pada pantat).

Untuk pemakaian

intramuscular, kina dapat dapat

Dekstrosa

5%.

NaCl

0,9%.

- - -

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 299: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

86

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

diencerkan dengan 5-8 ml NaCl

0,9% untuk mendapatkan kadar

60-100 mg/ml.

Anak. Infus kina HCl 25%

diberikan dengan dosis 10

mg.kg BB )bila umur <2 bulan :

6-8 mg/kg BB) diencerkan

dengan dekstrosa 5% atau NaCl

0,9% sebanyak 5-10 ml/kg BB

diberikan selama 4 jam.

Diulang setiap 8 jam sampai

penderita sadar dan dapt minum

obat.

161. Lantus 100

IU/ml 10 ml

[insulin long-

acting (kerja

panjang) :

insulin

glargine]

Diberikan subkutan berdasarkan

penetapan secara individu.

Tidak untuk diberikan secara

intravena.

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

subkutan

(SC).

Jangan

simpan di

atas 25 ° C.

Jangan

membekuka

n.

Simpan

pada botol

dalam

karton

Shelf life :

2 tahun.

Produk

obat dapat

disimpan

selama

maksimal 4

minggu

tidak lebih

dari 25°C

dan

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

produk obat lainnya.

Hal ini penting

untuk memastikan

bahwa jarum suntik

tidak mengandung

jejak bahan lainnya.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 300: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

87

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

luar, untuk

melindungi

dari cahaya.

jauhkan

dari panas

langsung

atau cahaya

langsung.

Menyimpa

n botol

dalam

karton luar

untuk

melindungi

dari

cahaya.

162. Lantus

Solostar 100

IU/ml 3 ml

[insulin long-

acting (kerja

panjang) :

insulin

glargine]

SubQ: Dewasa: diabetes tipe 2:

Pasien belum mendapat Insulin:

10 unit sekali sehari,

disesuaikan dengan respon

pasien (rentang dalam studi

klinis: 2-100 unit / hari)

Cl Cr 10 - 50 mL / menit:

diberikan sebesar 75% dari dosis

normal dan glukosa dimonitor

dengan cermat

Cl Cr <10 mL / menit: diberikan

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

subkutan

(SC).

Jangan

simpan di

atas 25 ° C.

Jangan

membekuka

n.

Simpan

pada botol

dalam

karton.

Simpan

botol

belum

dibuka,

cartridge,

dan

perangkat

insulin

sekali

pakai di

lemari es,

Jangan mencampur

atau encerkan dengan

insulin lain

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 301: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

88

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

sebesar 25% sampai 50% dari

dosis normal dan monitor

glukosa dengan cermat

Pemberian SubQ: Harus

diberikan sekali sehari, pada

setiap waktu, tetapi harus

diberikan pada waktu yang sama

setiap hari. Suntikan dingin

harus dihindari. SubQ

pemberian biasanya dilakukan

ke dalam paha, lengan, pantat,

atau perut, dengan lokasi

dirotasi

luar, untuk

melindungi

dari cahaya.

jangan

mengguna

kan jika

telah

dibekukan.

Jika tidak

didinginka

n,

mengguna

kan dalam

waktu 28

hari dan

melindungi

dari panas

dan cahaya

Setelah

dibuka

(digunakan

), botol

dapat

disimpan

dalam

lemari es

atau

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 302: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

89

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

sampai 28

hari pada

suhu kamar

Setelah

kartrid

dibuka

(OptiClikÂ

®) dan

perangkat

insulin

sekali

pakai

(SoloStarÂ

®)

(digunakan

) harus

disimpan

pada suhu

kamar dan

digunakan

dalam

waktu 28

hari,

jangan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 303: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

90

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

mendingin

kan

163. Leucovorin

calcium 250

mg,

Rescuvolin 50

mg/10 ml

(Kalsium

folinat)

Pengobatan overdosis antagonis

asam folat : diberikan 10 mg/m

luas permukaan tubuh tiap 6

jam secara IV atau IM samapai

kadar metotreksat dalam serum

dibawah 10-8

M.

Pengobatan anemia

megaloblastik : tidak melebihi 1

mg per hari diberikan secara IM

atau oral.

“Bacterio

static

water for

injection”

Aqua pro

injeksi.

Dekstrosa

5%

dalam air

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

10%

dalam air.

Dekstrosa

10%

dalam

NaCl

0,9%.

Ringer’s

injection,

lactated.

Simpan

pada

temperate

ruangan

yang

terkontrol

dan

terlindung

dari

cahaya.

Ketika

dilarutkan

dengan

pelarut

tanpa

mengandun

g

pengawet,

maka harus

segera

digunakan.

Ketika

dilarutkan

dengan

“bacteriost

atic water

for

injection”,

maka dapat

disimpan

selama 14

hari di

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 304: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

91

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dalam

lemari

pendingin

atau

temperatur

ruangan

yang

terkontrol

dan

terlindung

dari

cahaya.

164. Leunase 10000

unit (L-

asparginase)

50-200 ku/kg BB/hari dalam

infuse intravena.

Aqua pro

injeksi.

NaCl

0,9%.

Simpan di

dalam

lemari

pendingin

.

Simpan di

dalam

lemari

pendingin

dan dapat

digunakan

sampai 8

jam selama

larutan

tersebut

bebas dari

partikel.

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 305: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

92

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

165. Levemir

Flexpen

100U/ml 3 ml

[Insulin long-

acting (kerja

panjang) :

insulin

detemir]

SMPG > 10,0 mmol / l (180 mg

/ dl) : + 8 U. SMPG 9,1-10,0

mmol / l (163-180 mg / dl) : + 6

U. SMPG 8,1-9,0 mmol / l

(145-162 mg / dl) : + 4 U.

SMPG 7,1-8,0 mmol / l (127-

144 mg / dl) : + 2 U. SMPG

6,1-7,0 mmol / l (109-126 mg /

dl) : + 2 U.

Jika salah satu pengukuran

SMPG 3,1-4,0 mmol / l (56-72

mg / dl) : - 2 U; <3,1 mmol / l

(<56 mg / dl) : - 4 U

SMPG = Self Monitoring

Glukosa Plasma

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

subkutan.

Simpan di

lemari es

(2°C-

8°C).

Jauhkan

dari

elemen

pendingin

.

Jangan

membeku

kan.

Simpan

cartridge

dalam

karton

luar untuk

melindun

gi dari

cahaya.

Simpan

tutup

pada

Shelf life :

30 bulan.

Simpan

pada suhu

dibawah

30°C

maksimal 6

minggu.

Jangan

mendingin

kan.

Levemir

harus

dilindungi

dari panas

dan cahaya.

produk obat

mengandung tiol

atau sulfit dapat

menyebabkan

degradasi insulin.

Levemir tidak harus

ditambahkan ke

cairan infus.

Produk ini obat

tidak boleh

dicampur dengan

produk obat lainnya.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 306: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

93

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

FlexPen

untuk

melindun

gi dari

cahaya.

Simpan

tutup

pada

InnoLet

untuk

melindun

gi dari

cahaya.

166. Levophed 4

mg/4 ml,

Raivas 1

mg/ml 4 ml,

Vascon 1

mg/ml 4 ml

(Norepinefrin

bitartrat)

Hipotensi aku, infuse intravena,

melalui kateter vena sentral,

larutan mengandung

norepinefrin bitartrat 80 mcg/ml

(setara dengan norepinefrin

basa 40 mcg/ml) dengan

kecepatan awal 0,16-0,33

ml/menit, disesuaikan dengan

responnya.

Henti jantung, injeksi intravena

cepat atau intrakardiak 0,5-0,75

Asam

amino

4,25%.

Dekstrosa

25%.

Dekstrosa

5%

dalam

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

Simpan

pada

temperatu

r ruangan

yang

terkontrol

dan

terlindung

dari

cahaya.

Shelf life :

18 bulan.

Secara

kimia dan

fisik stabil

selama 24

jam pada

25 ° C bila

diencerkan

dengan 4

mg/liter

Zat alkali dan

oksidasi, barbiturat,

klorfeniramin,

klorotiazid,

nitrofurantoin,

novobiosin, fenitoin,

natrium bikarbonat,

natrium iodida,

streptomisin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 307: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

94

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

ml larutan mengandung

norepinefrin bitartrat 200

mcg/ml (setara dengan

norepinefrin basa 100 mcg/ml).

5%

dalam air.

Ringer’s

injection,

lactated.

NaCl

0,9%.

sampai 40

mg/liter

basis

noradrenali

n dalam

NaCl 9

mg/ml

(0,9%) atau

larutan

glukosa

5%.

Namun,

dari sudut

pandang

mikrobiolo

gi pandang,

produk

harus

digunakan

segera. Jika

tidak

segera

digunakan,

waktu dan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 308: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

95

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

kondisi

penyimpan

an adalah

tanggung

jawab

pengguna

dan

biasanya

tidak akan

lebih dari

24 jam

pada 2

sampai 8 °

C.

167. Lidocain 2% 2

ml PHP

(Lidokain HCl)

Injeksi IV pada pasien tanpa

gangguan sirkulasi yang berat,

100 mg sebagai bolus selama

beberapa menit (50 mg pada

pasien dengan BB lebih ringan

atau pasien dengan gangguan

sirkulasi yang berat), segera

diikuti dengan infuse 4

mg/menit selama 30 menit,

2 mg/menit selama 2 jam,

Dekstrosa

5%

dalam

natrium

klorida

0,45%

Dekstrosa

5% dalam

injeksi

Ringer,

Ditempat

sejuk,

hindarkan

dari

cahaya

Stabil

pada suhu

kamar.

Harus

disimpan

pada suhu

kamar

yang

terkendali

dan

dilindungi

dari panas

yang

Inkompatibel di

tempat pemberian :

Amphotericin B

cholesteryl sulfate

complex, thiopental

Inkompatibel di

dalam syringe :

Cefazolin

Inkompatibel jika

dicampur :

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 309: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

96

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

kemudian 1 mg/menit ;

kadarnya dikurangi lagi bila

infusnya dilanjutkan lebih dari

24 jam (pantauan EKG dan

supervisi dokter ahli jantung).

Setelah injeksi IV, Lidokain

masa kerjanya pendek (berakhir

dalam 15-20 menit). Bila infus

IV tidak segera tersedia, injeksi

intravena awal 50-100 mg dapat

diulangi bila perlu 1 kali atau 2

kali dengan interval tidak

kurang dari 10 menit

IV: Gunakan microdrip (60 tetes

/ mL) atau pump infus untuk

mengatur dosis yang akurat

laktat

Dekstrosa

5%

dalam

natrium

klorida

0,9%

Ringer

injection,

laktat

Dekstrosa

5% dalam

air

NaCl

0,45%

NaCl

0,9%.

berlebihan

dan

pembekuan

Larutan

berair

dilaporkan

stabil

terhadap

panas,

asam, dan

alkali.

Amphotericin B,

dacarbazine,

methohexital,

phenytoin.

168. Lipofundin

20% 100 ml,

Lipofundin

20% 500 ml

(per L :

Soyben oil 100

g; medium

Dewasa : selama 15 menit

pertama 0.25-0.5 ml/ kgBB/ jam

Bayi baru lahir sampai dengan 3

g/ kgBB/ hari dengan kecepatan

infus sampai 0.15 g/ kgBB/ jam.

Untuk

pemberia

n secara

langsung,

dapat

dicampur

dengan

Sediaan

harus

disimpan

pada suhu

15°C-30°

C dan

Jangan

gunakan

jika emulsi

tidak

homogen

setelah

dikocok.

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 310: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

97

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

chain

trigliserides

(MCT) 100 g;

egg yolk

phospholipids

12 g; glycerol

25 g)

larutan

asam

amino

yang

dapat

tercampur

kan atau

regimen

infuse

yang

mengand

ung asam

amino

utama.

terlindung

dari

cahaya

matahari

langsung.

atau botol

rusak

Jangan

disimpan

pada

temperatur

> 25°C

Jangan

dibekukan.

169. Lovenox 20

mg/0,2 ml,

Lovenox 40

mg/0,4 ml,

Lovenox pre-

filled syringe

60 mg/0,6 ml

(Enoxaparin

Na)

IV: dosis 1 mg / kg ke dalam

pembuluh, dosis ini biasanya

diberikan selama 4 jam sesi

haemodyalisis. Jika fibrin cincin

terbentuk, suntikan segar 0,5

sampai 1 mg / kg harus

dilakukan tergantung pada

waktu sebelum akhir dialisis.

Pada pasien haemodialisa itu

dengan risiko perdarahan atau

NaCl

0.9%.

Simpan

pada suhu

<25 °C

(hindarkan

suhu

beku).

Injeksi

enoxaparin

e sodium

jernih, tak

Simpan

pada suhu

di bawah

25 °C.

Injeksi

murni dari

natrium

enoxaparin

e 100 mg /

ml

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 311: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

98

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dengan disoder perdarahan

progresif, sesi dyalisis dapat

dilakukan dengan menggunakan

dosis 0,5 mg / kgBB atau 0,75

mg / kgBB.

berwarna

sampai

kuning

pucat.

menunjukk

an bahwa

injeksi

murni

tersebut

jika

dikemas

ulang

dalam

plastik

jarum

suntik akan

stabil

selama 5

hari pada

suhu

kamar.

170. Manitol Infus

20% 250 ml,

Manitol Infus

20% 500 ml,

(Manitol)

Dewasa: IV: dosis Test (untuk

menilai fungsi ginjal yang

memadai): 12,5 g (200 mg / kg)

selama 3-5 menit untuk

menghasilkan aliran urin

minimal 30-50 mL urin per jam

Jika aliran urin tidak meningkat,

Tidak ada

karena

dapat

langsung

digunaka

n.

Simpan di

suhu

kamar

Hindari

dari

pembekua

n

Harus

disimpan

pada suhu

kamar

yang

terkendali

dan

Y-site : cefepime

HCl, doxorubicin

HCl, pamtoprazole

sodium.

Aditif : meropenem.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 312: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 1

99

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Kristalisas

i dapat

terjadi

pada suhu

rendah,

jangan

mengguna

kan

larutan

yang

mengandu

ng Kristal

Pemanasa

n dalam

bak air

panas dan

goncangan

kuat dapat

digunakan

untuk

resolubiliz

ation

dilindungi

dari

pembekuan

.

Larutan

secara

kimiawi

stabil.

Manitol

20% akan

stabil

setelah

diautoklaf

pada suhu

250°F

selama 15

menit.

dosis tes kedua dapat diberikan.

Jika dosis uji tidak

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 313: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

00

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

menghasilkan output urin yang

dapat diterima, maka perlu

menilai kembali manajemen

pengobatan

Awal: 0,5-1 g / kg.

Pemeliharaan: 0,25-0,5 g / kg

setiap 4-6 jam; dosis harian

biasa: 20-200g/24 jam.

Tekanan intrakranial: edema

serebral: 0,25-1,5 g IV / kg /

dosis sebagai larutan 15%

sampai 20% dibandingkan> =

30 menit

mempertahankan osmolalitas

serum 310 sampai <320 mOsm /

kg

Pencegahan gagal ginjal akut

(oliguria): 50-100 g dosis

Pengobatan oliguria: 100 g

dosis.

171. Marcain 0.5%

20 ml, Marcain

5 mg/ml 4 ml

(Bupivakain

Dewasa 400 mg dosis tunggal

setiap hari

Bedah anestesi: Lumbar

epidural (perut, panggul &

sodium

chlorida

0.9%.

Lindungi

dari

cahaya.

Simpan

pada suhu

kamar

terkendali,

Tidak disebutkan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 314: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

01

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

HCl) bedah ekstremitas bawah

termasuk operasi caesar) 75-150

mg (5 mg/mL); toraks epidural

(atas perut) 12,5-37,5 mg (2,5

mg/mL), bedah dada 25-50 mg

(5 mg/mL), epidural 37,5-100

mg (2,5 mg/ mL) & atau 75-125

mg (5 mg/mL), blok lainnya

(infiltrasi lokal) 12,5-150 mg

(2,5 mg/mL) atau 25-150 mg (5

mg/mL), interkostal (per

segmen) 10-20 mg (2,5 mg/mL)

atau 15-25 mg (5 mg/mL);

brakialis pleksus 100-150 mg (5

mg/mL ), siatik 3 in 1 (obturator

femoralis & kutaneus lateralis)

50-100 mg (5 mg/mL), pudenda

7,5-100 mg (2,5-5 mg/mL)

Analgesia: Caudal epidural

(pengobatab nyeri pasca-op) 50-

75 mg bolus (2,5 mg/mL);

lumbar epidural (bolus & infus

kontinu) 15-60 mg bolus (2,5-5

mg/mL) diikuti

pembekuan

harus

dihindari

Produk

yang

mengandu

ng

epinephine

harus

dilindungi

dari cahaya

selama

penyiapan

Tempat

penyimpan

an harus

bebas dari

bakteri

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 315: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

02

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

oleh 12,5-18,75 mg/jam (1,25-

2,5 mg/mL); (infus kontinu

selama pasca-op) toraks epidural

6,25-12,5 mg / jam (1,25 mg

/mL).

Anak hitung dosis berdasarkan

berat sampai dengan 2 mg/kg,

adrenalin dapat ditambahkan

untuk memperpanjang durasi

blok dengan 50-100%.

172. Martos 10

Infus 10% 500

ml (Maltose)

Dewasa 500-1000 ml dengan

kecepatan tetesan infus

perlahan, 500 ml dalam 2 jam

atau 0.3 g / kgBB/ jam

Dosis disesuaikan tergantung

pada tingkat keparahan dan usia

pasien.

- Simpan

pada

kemasan

kedap

udara.

Simpan

pada suhu

ruang.

-

173. Medroksi

progesteron

asetat 50

mg/ml

(Medroksi

progesteron

asetat)

Remaja dan dewasa.

Kontrasepsi IM : 150 mg setiap

3 bulan. Kontrasepsi SubQ :

104 mg setiap 3 bulan (setiap

12-14 minggu).

Dewasa. Kanker karsinoma IM

: 400-1000 mg/minggu.

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

IM.

Jangan

disimpan

pada suhu

diatas

25°C,

Hindari

dari.

Harus

digunakan

dalam

keadaan

segar.

Sisa yang

tidak

Tidak diketahui

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 316: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

03

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

pembekuan digunakan

harus

dibuang.

174. Medroksi

progesteron

asetat 50

mg/ml

(Medroksi

progesteron

asetat)

Remaja dan dewasa.

Kontrasepsi IM : 150 mg setiap

3 bulan. Kontrasepsi SubQ :

104 mg setiap 3 bulan (setiap

12-14 minggu).

Dewasa. Kanker karsinoma IM

: 400-1000 mg/minggu.

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

IM.

Jangan

disimpan

pada suhu

diatas

25°C,

Hindari

dari

pembekuan

.

Harus

digunakan

dalam

keadaan

segar.

Sisa yang

tidak

digunakan

harus

dibuang.

Tidak diketahui

175. Medixon 125

mg, Medixon

500 mg,

Methyl

Prednisolon

125 mg (metil

prednisolon

sodium

succinate)

Dewasa : secara IV atau IM, 10-

40 mg (base), diulangi sesuai

kebutuhan

Untuk dosis tinggi ; IV, 30 mg

(base) per kgBB diberikan

sekurang-kurangnya 30 menit.

dosis dapat diulangi setiap 4-6

jam sesuai kebutuhan

Untuk eksaserbasi akut pada

sklerosis ganda ; IM/IV, 160 mg

(base) perhari selama 1 minggu,

Asam

amino

4,25%

Dekstrosa

25%

Dekstrosa

5% dalam

natrium

klorida

0,45%

Dekstrosa

Simpan

pada suhu

15°C-

30°C,

kering,

dan

terlidnung

dari

cahaya.

Sediaan

yang telah

direkonstit

usi harus

digunakan

dalam

waktu 48

jam.

Lakukan

pemeriksaa

n.

Y-site :

ciprofloxacin,

docetaxel, etoposide

phosphate,

filgrastim,

gemcitabine HCl,

ondansetron HCl,

paclitaxel, propofol.

Dalam syringe :

pantoprazole

sodium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 317: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

04

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

diikuti dengan 64 mg setiap hari

selama satu bulan.

Untuk pengobatan luka tulang

akut : IV, 30 mg(base) per kgBB

diberikan selama 15 menit,

diikuti dengan 45 menit infus,

5.4 mg per kgBB berat badan

per jam, selama 23 jam

Untuk pengobatan tambahan

pada AIDS yang berhubungan

dengan Pneomocystis carinii :

IV 30 mg (base) dua kali sehari

pada hari pertama sampai ke

lima, 30 mg sekali sehari pada

hari ke enam sampai ke sepuluh,

15 mg sekali sehari pada hari ke

sebel;as sampai dua puluh satu.

5%

natrium

klorida

0,9%

Dekstrosa

5% dalam

air

Ringger

ini

injeksi,

laktat

Sodium

klorida

0,9%,

terjadinya

pembentuk

an endapan

atau

perubahan

warna

sebelum

pemberian

Aditif : calcium

gluconate.

176. Meglumin

amidotrizoat

65% 50 ml,

Meglumin

natrium

amoditrizoat

76% 20 ml

Dewasa. Infus drip urograpi 2-

4ml/kg berat badan hingga 250

ml. “retrograde urography” 5-

10ml.

Anak-anak. Infus drip urograpi

: tidak boleh lebih dari 4 ml/kg

berat badan.

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

IV.

Terlindun

g dari

cahaya

dan X-

rays

Shelf life :

5 tahun.

Sisa yang

tidak

digunakan

harus

dibuang.

Antihistamin,

kortikosteroid

profilaksis.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 318: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

05

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(Meglumin

amidotrizoat)

177. Methergin 0,2

mg/ml 1 ml

(Metil

ergometrin,

Pospargin 0.2

mg/ml 1 ml

hydrogen

maleat)

Persalinan tahap 3 : 0,5-1 mL

(0,1-0,2 mg) IM setelah

keluarnya kepala atau bahu

anterior atau segera setelah

melahirkan anak.

Untuk General Anestesi:

Rekomendasi Dosis: 1 mL (0,2

mg) IV.

Uterus atonia/Perdarahan: 1 mL

IM atau 0,5-1 mL IV. Dapat

diulang sesuai kebutuhan

dengan interval tidak kurang

dari 2 jam.

Pengobatan subinvolusi,

“Lochiometra”,

perdarahan/nifas : 0,5-1 mL IM

3 kali sehari pada wanita

menyusui sebaiknya tidak lebih

dari 3 hari.

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

IM, Intra-

artikular,

intrasinov

ial,

intralesio

nal.

Simpan

pada

temperatu

r ruangan

yang

terkontrol

.

Sisa yang

tidak

digunakan

harus

dibuang.

Obat ini tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

178. Metokloprami

d 5 mg/ml 2 ml

(Metokloprami

Injeksi intramuscular atau

intravena lebih dari 1-2 menit,

10 mg (5 mg pada dewasa muda

Dekstrosa

5%

dalam

Larutan

injeksi

jernih, tak

Larutan

metoklopra

mida dalam

Y-site : cefepime

HCl, furosemida,

propofol.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 319: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

06

d HCl) berusisa 15-19 tahun dengan

berat di bawah 60 kg) 3 kali

sehari; Anak sampai dengan 1

tahun (berat sampai 10 kg) 1

mg 2 kali sehari, 1-3 tahun (10-

14 kg) 1 mg 2-3 kali sehari, 3-5

tahun (15-19 kg) 2 mg 2-3 kali

sehrai, 5-9 tahun (20-29 kg) 2,5

mg 3 kali sehari, 9-14 tahun (30

kg dan lebih) 5 mg 3 kali sehari.

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

5%

dalam air.

Ringer’s

injection,

lactated.

NaCl

0,9%.

Manitol

20%

berwarna.

Simpan

ampul

yang

belum

dibuka

pada suhu

kamar

dan

terhindar

dari

cahaya.

50 ml NS,

D5W, RL

stabil

selama 48

jam, bila

disimpan

pada suhu

5°C-30°C

dan

terlindung

dari

cahaya.

Pada

kondisi

penerangan

normal,

larutan

yang sudah

diencerkan

hanya

dapat

disimpan

selama 24

jam.

Ampul

yang sudah

dibuka

harus

Dalam syringe :

ampicillin sodium,

calcium gluconate,

chloramphenicol

sodium succinate,

furosemida,

pantoprazole

sodium, sodium

bicarbonate.

Aditif : furosemida.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 320: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

07

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

179. Metronidazol

Infus 500

mg/100 ml

(Metronidazol)

Infeksi anaerob (jika terapi oral

tidak cukup): 500 mg infus IV

tiap 8 jam, biasanya selama 7

hari

Profilaksis bedah: 500 mg infus

IV pada induksi dengan hingga

3 dosis 500 mg lebih lanjut

diberikan tiap 8 jam untuk

prosedur yang berisiko tinggi

Ensefalopati hepatik: 500 mg

1x/hari (umumnya hanya jika

fungsi hati sangat buruk dan

kadang jika fungsi renal

terganggu), ClCr <10 mL /

menit: diberikan 50% dari dosis

atau setiap 12 jam

NaCl

0,9%

Glukosa

5%

Glukosa-

NaCl

Larutan

jernih,

tidak

berwarna.

Simpan

pada suhu

kamar dan

terlindung

dari

cahaya.

Sediaan

tidak boleh

disimpan

di dalam

kulkas

karena

dapat

menyebabk

an

pembentuk

an kristal.

Sediaan

harus

terlindung

dibuang

dan tidak

boleh

digunakan

lagi.Setela

h dibuka,

gunakan

segera.

Buang

larutan

yang tidak

terpakai

Metronidaz

ol injeksi

harus

disimpan

pada 15°C

sampai

30°C dan

terhindar

dari

cahaya.

Larutan infus :

D10W.

Y-site : filgrastim,

pantoprazole sodium.

Aditif : amoxicillin

sodium-calvulanate

potassium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 321: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

08

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dari

paparan

langsung

cahaya

matahari.

180. Meylon 84%

25 ml

(Natrium

bikarbonat)

Infant dan anak : IV ; 0.5-1

mEq/ kgBB/ dosis dapat diulang

setiap 10 menit, dosis tidak

boleh lebih dari 10 mEq/ menit,

neonatus dan anak < 2 tahun

4.2% (0.5 mEq/ ml)

Dewasa : dosis awal : 1 mEq/

kgBB/ dosis 1 kali; dosis

pemeliharaan : 0.5 mEq/ kgBB/

dosis setiap 10 menit

Hiperkalemia : Dewasa ; IV ; 1

mEq/ kgBB setelah 5 menit.

Dekstro

sa 5%

dalam

air.

Simpan

pada suhu

kamar.

Injeksi

disimpan

pada suhu

ruangan,

terlindung

dari panas

dan

pembekuan

Hanya

digunakan

jika larutan

bersih

Y-site : amiodaron

HCl, calcium

chloride, midazolam

HCl, verapamil HCl,

ondansetron HCl.

Dalam syringe :

metoclopropamide

HCl, pantoprazole

sodium, thiopental

sodium.

Aditif ; amoxicillin

sodium, ampicillin

sodium, ascorbic acid

injectiom.

181. MgSO4 20%

25 ml, MgSO4

40% 25 ml

(Magnesium

sulfat)

Hipomagnesemia. Anak IV; IO

: 25-50 mg/kg/dosis selama 10-

20 menit, maksimum dosis

tunggal 2000 mg. Dewasa,

defisiensi rendah IM 1 g setiap

Dekstrosa

5%

dalam air.

Fat

emulsion

Simpan

pada

temperatu

r ruangan

yang

Shelf life :

36 bulan.

Setelah

dibuka,

harus.

Magnesium sulfat

tidak kompatibel

dengan alkali

hidroksida

(membentuk larutan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 322: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

09

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

6 jam untuk 4 dosis, atau

dengan level serum magnesium.

Defisiensi parah IM sampai 250

mg/kg selama periode 4 jam, IV

1-2 g/jam untuk 3-6 jam lalu

0,5-1 g/jam sesuai kebutuhan

untuk perbaikan defisiensi.

Gejala defisiensi IV 1-2 g

selama 5-60 menit, dosis

pemeliharaan infuse untuk

perbaikan defisiensi 0,5-1

g/jam. Aritmia dengan induksi

hipomagnesium 1-2 g selama 5-

20 menit (dengan serangan

jantung) atau selama 5-60 menit

(gejala aritmia tanpa serangan

jantung). Seizure dengan

induksi magnesium IV 2 g

selama 10 menit.

Asama (mengancam jiwa atau

ekserbasi parah setelah 1 jam

terapi intensif) IV. Anak 25-75

mg/kg (maksimum 2 g).

Dewasa 2 g.

10%,

]\Intraven

a.

Ringer’s

injection,

lactated.

NaCl

0,9%.

terkontrol

.

Hindari

dari

temperatu

r diatas

40°C.

Hindari

dari

pembekua

n.

digunakan

langsung.

Sisa yang

tidak

digunakan

harus

dibuang

magnesium

hidroksida),

karbonat alkali

(membentuk larutan

magnesium

karbonat) dan

salisilat.

Streptomisin sulfat

dan tetramisin sulfat

dihambat oleh ion

magnesium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 323: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

10

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

182. Mikasin

500mg 2 ml,

Mikasin 250

mg 2 ml

(Amikasin

sulfat)

Bayi, anak dan dewasa : I.M. ,

I.V. : 5 – 7,5 mg/kg BB/dosis

setiap 8 jam.

Beberapa dokter menyarankan

dosis sehari 15-20 mg/kg BB

untuk semua pasien dengan

fungsi ginjal yang normal

Dekstrose

5% dalam

air

Ringer

Laktat

NaCl 0.9%

Simpan

pada suhu

kamar

Larutan

amikacin

stabil

selama 24

jam pada

suhu

kamar,

setelah

dikeluarkan

dari kulkas

atau

dibekukan.

Amikacin

0,25 dan

5,0 mg/ml

stabil

dalam

larutan

infus yang

sesuai

selama 24

jam pada

suhu kamar

atau 60 hari

Y-site : hetastarch,

propofol.

Dalam syringe :

heparin sodium,

pantoparzole

sodium.

Aditif :

aminophylline,

ampicillin sodium,

cefazolin sodium,

ceftazidime, heparin

sodium, phenytoin

sodium, thiopental

sodium, vitamin B

kompleks dengan

vitamin C.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 324: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

11

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

bila

dimasukka

n ke dalam

kulkas

(suhu 4°C)

atau 30 hari

setelah

larutan

tersebut

dibekukan

pada suhu -

15°C

183. Morphin 10

mg (Morfin

Sulfat)

Pasien tidak pernah pakai opiat

Awal 5-10 mg. Dosis pada hari-

hari berikutnya ditingkatkan

guna mendapatkan efek pereda

nyeri selama 12 jam

Nyeri yang tidak dapat dikontrol

dengan opiat yang lebih lemah

Awal 10-20 mg tiap 12 jam.

Dosis dapat ditingkatkan guna

mendapat efek pereda nyeri

selama 12 jam.

Dekstrosa

5% dalam

air

Lindungi

dari

cahaya

Simpan

pada suhu

ruangan

yang

terkendali,

lindungi

dari cahaya

Degradasi

terhantung

kepada pH,

relatif

stabil pada

Ketidaksesuaian

morfin

mungkin tergantung

pada banyak faktor

seperti

formulasi yang

digunakan, rasio

pencampuran,

namun,

kebanyakan studi

biasanya hanya

jangka pendek dan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 325: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

12

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

pH < 4

Larutan

yang

menjadi

gelap

menandaka

n telah

terjadinya

degradasi

mengandung

beberapa rincian

pada pencampuran

obat yang sama

dalam berbagai

situasi yang berbeda

Garam morfin

sensitif terhadap

perubahan pH dan

dapat diendapkan

dalam lingkungan

alkalin.

184. MTX 5

mg/vial, MTX

Inj 50 mg/vial

[garam Na]

(Methotrexate)

Koriokarsinoma & penyakit

tropoblas 15-30 mg per hari IM

selama 5 hari. Ulangi 3-5 kali

dengan periode istirahat ≥1

minggu. Karsinoma payudara

40 mg/m2 IV pada hari 1 & hari

8. Leukemia 3,3 mg/m2 dalam

kombinasi dengan prednison 60

mg/m2 diberikan setiap hari.

Leukemia meningeal 200-500

mcg/kg berat badan intratekal

dengan interval 2-5 hari.

Asam

amino

4,25%

Dekstrosa

25%.

Dekstrosa

5%

dalam air.

Natrium

bikarbona

t 0,05 M.

NaCl

Simpan

pada

temperatu

r ruangan

yang

terkontrol

dan

terlindung

dari

cahaya.

Karena

bersifat

sitotoksik,

maka harus

digunakan

segera dan

dalam

keadaan

segar.

Dapat

disimpan

sampai 24.

Hindari penggunaan

aluminium.

Obat ini tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 326: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

13

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Psoriasis 10-25 mg / minggu

tunggal IM atau IV dosis.

0,9%. jam pada

suhu 4°C

atau pada

temperatur

e ruangan

yang

terkontrol

185. Mycamine 50

mg

(Mikafungin

Na)

Kandidemia, Kandidiasis akut,

dan Kandida peritonitis dan

abses : 100 mg per hari; durasi

terapi 15 hari (range 10-47

hari).

Kandidiasis esophageal : 150

mg per hari; durasi terapi 15

hari (range 10-20 hari).

Profilaksis Infeksi Kandida

pada transplantasi sel

hematopoetik 50 mg per hari.

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

5%.

Shelf life :

3 tahun.

Obat ini

tidak

membutuhk

an kondisi

penyimpana

n khusus.

Dilarutkan

dalam

botol:

secara

kimia dan

fisik, stabil

hingga 48

jam pada

suhu 25°C

ketika

dilarutkan

dengan

natrium

klorida 9

mg/ml

(0,9%) atau

glukosa 50

Obat ini tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 327: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

14

mg/ml

(5%).

Diencerkan

ke dalam

larutan

infus:

secara

kimia dan

fisik, stabil

selama 96

jam pada

25°C dan

terlindung

dari cahaya

bila

diencerkan

dengan

natrium

klorida 9

mg/ml

(0,9%)

untuk infus

atau

glukosa 50

mg/ml

(5%) untuk

infus .

Mycamine

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 328: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

15

tidak

mengandun

g

pengawet.

Dari sudut

pandang

mikrobiolo

gi, larutan

harus

digunakan

segera. Jika

tidak

segera

digunakan,

waktu dan

kondisi

penyimpan

an adalah

tanggung

jawab

pengguna

dan

biasanya

tidak akan

lebih dari

24 jam

pada suhu

2-8°C.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 329: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

16

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

186. Naropin 7.5

mg/ml 20 ml

(Ropivacain)

Untuk bedah anestesi, dosis

ropivacaine HCl

adalah 75 sampai

150 mg (15 sampai 30 mL).

Dosis untuk epidural thoraks

adalah 25 sampai 75 mg (5

sampai 15 mL), dosis aktual

yang digunakan tergantung pada

tingkat

injeksi

Untuk blok saraf perifer seperti

pleksus brakialis, dosis khas

adalah 175-250 mg

(35 sampai 50 mL)

Untuk infiltrasi anestesi adalah

200 mg (40 mL)

Dalam pengelolaan nyeri akut

adalah 20 sampai 40 mg (10

sampai 20 mL) sebagai dosis

awal diikuti oleh 20 sampai 30

mg

(10 sampai 15 mL) pada interval

tidak kurang dari 30 menit.

Atau, 12 sampai 20 mg (6

Aqua pro

injeksi,

NaCl

0.9%,

Natrium

hidroksid

a.

Harus

disimpan

pada suhu

ruangan

yang

terkontrol.

The dosis

tunggal

tidak

memiliki

pengawet

antimikrob

a.

Pembuatan

merekome

ndasikan

bahwa

setiap

larutan

yang

tersisa

dalam

wadah

terbuka

harus

dibuang

segera.

Botol infus

kontinu

tidak boleh

dibiarkan

selama

lebih dari

24 jam

Ampul

plastik 10

ml, 20 ml

Alkalinisasi dapat

menyebabkan

terbentuknya

endapan pada di atas

pH 6,0.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 330: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

17

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

sampai 10 mL) per

jam dapat diberikan sebagai

infus epidural terus menerus;

jika nyeri tambahan diperlukan,

dosis hingga

28 mg (14 mL) per jam dapat

diberikan

Pada neonatus, bayi, dan anak-

anak berusia sampai dengan 12

tahun, ropivakain HCl dapat

digunakan untuk

pengobatan perih dan nyeri

pasca operasdiberikan dalam

dosis 2 mg / kg

(1 mL / kg).

harus

disimpan

di bawah

suhu 30°C

selama 36

bulan,

Sedangkan

tas infus

plastik 100

ml, 200 ml,

harus

disimpan

pada suhu

30°C

selama 24

bulan.

187. Nasea 0,3

mg/2 ml

(Ramosetron

HCl)

Injeksi intravena, dewasa 0,3 mg

sekali sehari, dosis disesuaikan

bergantung umur pasien dan

gejala, bila respon yang

diharapkan tidak tercapai,

tambahan dosis 0,3 mg dapat

diberikan (dosis maksimal 0,6

mg per hari).

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

IV.

Simpan

pada suhu

dibawah

25°C.

Terlinsun

gi dari

cahaya.

Shelf life

Nasea

digunakan

sebagai

antiemetic,

maka

digunakan

sebelum

kemoterapi

Obat ini tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 331: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

18

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

: 36

bulan.

dilaksanaka

n.

188. Natrium

tiosulfat 10 ml

(Natrium

tiosulfat)

Melalui injeksi intravena

selama 5-20 menit (sebagai

injeksi natrium nitrit 30 mg/ml),

300 mg (anak 4-10 mg/kg BB)

dilanjutkan dengan natrium

tiosulfat 12,5 g (sebaga injeksi

natrium tiosulfat 500 mg/ml)

dengan injeksi intravena selama

10 menit (anak 400 mg/kg BB).

Tidak ada

karena

langsung

diinjeksik

an ke

pasien

secara

IV.

Simpan

dibawah

25ºC.

Lindungi

dari

cahaya.

Untuk

umur

simpan,

lihat label

untuk

tanggal

kadaluwar

sa.

Untuk

penggunaa

n dosis

tunggal dan

untuk satu

pasien.

Residu

harus

dibuang.

Tidak kompatibel

dengan garam-

garam dari logam

berat, agen oksidasi,

dan asam.

Terjadi dekomposisi

apabila dipansakan

dengan larutan yang

mengandung karbon

dioksida dan

oksigen.

Jika natrium tiosulat

ditriturasi dengan

klorat, nitrat, atau

permanganta, makan

akan terjadi

eksplosif.

189. Neostigmin 0,5

mg/5 ml,

Prostigmin 0,5

mg/ml

(Neostigmin

Miastenia gravis (diagnosis).

Anak 0,04 mg/kg sebagai dosis

tunggal. Dewasa 0,02 mg/kg

sebagai dosis tunggal.

Miastenia gravis (pengobtan).

NaCl

0,9%.

Aqua pro

injeksi.

Simpan

pada

temperatur

ruangan

yang

Setelah

dibuka,

langsung

diinjeksika

n.

Neostigmin dapat

diencerkan dengan

aqua pro injeksi.

Akan tetapi,

stabilitas injeksi

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 332: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

19

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

metilsulfat) Anak IM; IV; Sub Q 0,01-0,04

mg/kg setiap 2-4 jam. Dewasa

IM;IV;SubQ 0,5-2,5 mg setiap

1-3 jam sampai 10 mg/24 jam.

Pembalikan blockade

neuromuscular non depolarisasi

setelah operasi dengan

pemberian atropin. Bayi 0,025-

0,1 mg/kg/dosis. Anak 0,025-

0,08 mg/kg/dosis. Dewasa 0,5-

2,5 mg/kg/dosis, total dosis

tidak boleh melebihi 5 mg.

terkontrol.

Terlinsungi

dari cahaya.

Hindari

pembekuan.

Hindari

temperatur

diatas 40°C

Residu

harus

dibuang.

tidak dapat dijamin

setelah telah

diencerkan

190. Neurobion

5000,

Neurosanbe 3

ml, Soluvit

(Vitamin B1

100 mg, B6

100 mg, B12

5000 mg)

1 ampul per hari melalui IM

intragluteal dalam pada kasus

yang berat.

NS Simpan di

tempat

sejuk dan

terlindung

dari cahaya.

Setelah

dibuka,

langsung

diinjeksika

n.

Residu

harus

dibuang.

-

191. Nexium 40 mg

(Esomeperazol

sodium)

Anak-anak : Tidak dianjurkan

menggunakan obat ini.

Dewasa : injeksi intravena

disuntikkan sekurang-.

NaCl

0,9%

Simpan

dalam

kemasan

asli untuk

Shelf life :

2 tahun di

semua zona

iklim.

Obat ini tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 333: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

20

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

kurangnya selama 3 menit atau

melalui infus intravena,

pemyakit refluks

gastroesofagagal, 40 mg satu

kali sehari; gejala penyakit

refluks tanpa esofagitis, 20 mg

sehari, dilanjutkan dengan

pemberian oral jika mungkin

melindun

gi dari

cahaya.

Vial yang

sudah

lepas dari

kemasn

aslinya

dan

terkena

cahaya

dapat

disimpan

hingga 24

jam.

Jangan

simpan di

atas 30 °

C.

Setelah

rekonstitusi

: secara

kimia dan

fisik, stabil

selama 12

jam pada

30 ° C.

Dari sudut

pandang

mikrobiolo

gi, produk

harus

digunakan

segera.

192. Nitrocine 10

mg/10 ml

(Nitrogliserin)

Anak. Hipertensi pulmonari.

Infus lanjutan. Awalnya 0,25-

0,5 mcg/kg/menit dan

dilanjutkan dengan 1

mcg/kg/menit selama 20-60

RL

D5S

D5RL

Simpan

pada suhu

kamar

dan

hindarkan

Setelah

pengencera

n, larutan

tetap stabil

selama 24

Dalam syringe :

pantoprazole

sodium.

Aditif : phenytoin

sodium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 334: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

21

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

menit untuk mencapai efek

yang diinginkan. Dosis lazim 1-

3 mcg/kg/menit. Maksimum 5

mcg/kg.menit.

Dewasa. IV 5 mcg/kg/menit,

ditingkatkan menjadi 5

mcg/kg.menit setiap 3-5 menit

sampai 20 mcg/menit; jika tidak

ada respon pada 20 mcg/menit,

ditingkatkan menjadi 10

mcg/menit setiap 3-5 menit,

sampai 200 mcg/menit.

suhu beku jam pada

suhu

kamar.

Ampul dan

botol yang

telah

dibuka

harus

segera

digunakan

adan obat

yang

tersisa

harus

dibuang.

193. Nokoba 0,4

mg/ml

(Nalokson

HCl)

Bayi dan anak. Pemulihan

pasca operasi : 0,01 mg/kg;

dapat diulangi setiap 2-3 menit

sesuai kebutuhan berdasarkan

respon.

Anak-anak. Intoksikasi opioid

(Depresi respiratori). Bayi baru

lahir (termasuk bayi premature)

sampai 5 tahun atau <20 kg,

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%.

Aqua pro

injeksi.

Simpan

pada

temperatu

r ruangan

yang

terkontrol

.

Lindungi

dari.

Larutan

harus

dibuang

setelah 24

jam dari

preparasi.

Bisulfit, sulfit, dan

alkalin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 335: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

22

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dosis lazim 0,1 mg/kg

(maksimum dosis 2 mg), dosis

pengulangan setiap 2-3 menit

jika dibutuhkan. Anak >5 tahun

atau ≥20 kg, 2 mg/dosis, jika

tidak ada respon, amak diulangi

setiap 2-3 menit. Infus IV

lanjutan 0,04-0,16 mg/kg/jam

untuk 2-5 hari.

Dewasa. Intoksikasi opioid

(Depresi respiratori). 0,4-2 mg,

jika dibutuhkan, diulangi setiap

2-3 menit; untuk pemulihan

diberikan interval 20-60 menit.

Infus IV lanjutan 0,25-6,25

mg/jam. Pada pasien kanker

0,04-0,08 mg 940-80 mcg) IV

push lambat, diberikan setiap

30-60 detik sampai pemulihan.

Pemulihan pasca operasi 0,1-

0m2 mg setiap 2-3 menit

sampai respon yang diinginkan

tercapai. Opioid-induksi

pruritus 0,25 mcg/kg/jam.

paparan

cahaya

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 336: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

23

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

194. Norcuron 4

mg/ml,

Norcuron 10

mg

(Vekuronium

Bromida)

Dengan injeksi inravena,

intubasi, 80-100 mcg/kg BB;

pemeliharaan 20-30 mcg/kg BB

sesuai dengan reaksi pasien;

Neonatal dan bayi hingga 4

bulan, dosis awal 10-20 mcg/kg

BB kemudian dosis dinaikkan

bertahap untuk mencapai reaksi

yang diinginkan; anak diatas 5

tahun seperti dosis dewasa

(sampai usia 1 tahun, mula

kerja lebih cepat dan mungkin

tidak diperlukan dosis intubasi

yang tinggi). Dengan infuse

intravena 50-80 mcg/kg BB/jam

(setelah dosis awal injeksi

intravena 40-100 mcg/kg BB).

Aqua pro

injection.

“bacterio

static

water for

injection”

.

Simpan

pada suhu

kamar

dan

terlindung

dari

cahaya.

Serbuk

yang telah

dilarutkan

dengan

prosedur

aseptik

dapat

disimpan

24 jam

pada suhu

15°C-25°C.

Serbuk

yang telah

dilarutkan

dengan

prosedur

aseptik

hanya

dapat

disimpan

12 jam.

Sisa

sediaan

yang tidak

Y-site : diazepam,

etomidate,

furosemida,

thiopental sodium.

Dalam syringe :

pantoprazole

sodium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 337: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

24

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

terpakai

harus

dibuang.

195. Novalgin 2 ml

inj

(Metampiron)

Dewasa dan anak >15 tahun: 2-5

mL dosis tunggal melalui IM

atau IV,

Sebagai dosis harian dapat

diberikan hingga 10 mL; anak

dengan BB hampir 30 kg: dosis

tunggal 0,4-1 mL

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara IV

atau IM.

Simpan

pada suhu

ruang

Lindungi

dari

cahaya.

Simpan

pada suhu

ruangan

(15°C -

30°C)

Jangan

gunakan

lebih dari

tanggal

kadaluarsa.

Jangan campur

dengan obat lain

196. Novomix 30

flexpen 100

IU/ml 3 ml

[Insulin

analog,

campuran :

protamine

aspart 70%,

aspart 30%]

Dengan injeksi subkutan, segera

sebelum makan atau jika

diperlukan secepatnya setelah

makan, sesuai kebutuhan.

Dengan infuse subkutan, injeksi

intravena atau infuse intravena,

sesuai kebutuhan.

Tidak ada

karena

langsung

diberikan

secara

subkutan.

Simpan di

lemari es

(2°C -

8°C).

Jauhkan

dari

elemen

pendingin

.

Shelf life :

2 tahun.

Jaga tutup

pada

FlexPen

untuk

melindungi

dari

cahaya.

Setelah

pembukaan

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 338: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

25

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Jangan

membeku

kan

pertama

atau

dibawa

sebagai

cadangan:

Jangan

mendingin

kan.

Simpan di

bawah

30°C

sampai 4

minggu.

Lindungi

dari panas

dan cahaya

yang

berlebihan.

197. Novorapid Inj

100 IU/ml 10

ml, Novorapid

Flex Pen 100

(Insulin aspart)

Dosis individu tergantung dari

kondisi pasien dan saran dokter,

umumnya digunakan dalam

kombinasi dengan insulin kerja

sedang atau insulin kerja

panjang minimal 1x/hari.

Tidak ada

karena

langsung

diberikan

secara

subkutan.

Simpan

kemasan

asli pada

suhu 2°C-

8°C di

dalam

Novorapid

yang

sedang

digunakan

tidak boleh

disimpan

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 339: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

26

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Kebutuhan insulin individu

untuk dewasa dan anak-anak

biasanya 0,5-1 unit/kg/hari

lemari

pendingin,

jangan

dibekukan

Simpan

vial dalam

wadah

luarnya

untuk

melindung

i dari

cahaya

pada suhu

lebih dari

30°C lebih

dari 4

minggu,

jangan

disimpan

di lemari

pendingin.

Jangan

gunakan

lebih dari

tanggal

kadaluarsa.

Larutan

yang telah

disiapkan

stabil pada

suhu ruang

selama 24

jam

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 340: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

27

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

198. Nutriflex lipid

Peri Infus 1250

ml (Glucose,

amino acids,

electrolyte, and

lipid

MCT/LCT)

Dosis tergantung pada

keparahan kondisi katabolik

atau kebutuhan terhadap asam

amino.

Dosis maksimum sehari 2 g

asam amino/kg BB/ tidak boleh

berlebih dalam nutrisi

parenteral.

Proporsi dari asam amino tidak

boleh lebih dari 20% dari total.

Dosis harian : 1,5-2,0 ml/kg

BB(ekuivalen dengan 3,0-4,0 g

N(2)-L-alanyl-glutamin/BB).

Sebanding dengan 100-140 ml

larutan untuk pasien dengan

berat badan 70 kg.

Dosis maksimum harian : 2,0

ml larutan /kg BB.

Untuk

pemberia

n secara

langsung,

dapat

dicampur

dengan

larutan

asam

amino

yang

dapat

tercampur

kan atau

regimen

infuse

yang

mengand

ung asam

amino

utama.

Sediaan

harus

disimpan

pada suhu

15°C-

30°C dan

terlindung

dari

cahaya

matahari

langsung.

Simpan

pada

temperatur

tidak kurang

dari 25°C.

Jangan

dibekukan.

Jangan

gunakan jika

terjadi

pemisahan

emulsi.

Periksa

kompatibilit

as dan

stabilitas

nutrisi

campuran

sebelum

digunakan.

-

199. Omnipaque

300 mg/ml 100

ml,

Dosis dewasa dan anak-anak

didasarkan banyak variabel

termasuk: jenis pemeriksaan,

Tidak ada

karena

langsung

Simpan

pada

Jangan

pindahkan

ioheksol

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 341: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

28

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Omnipaque

300 mg/ml 20

ml,

Omnipaque

300 mg/ml 50

ml,

Omnipaque

350 mg/ml 20

ml (Ioheksol)

cara pemberian, umur pasien,

berat badan dan produk.

Konsultasikan informasi produk

tertentu untuk dosis rinci.

Dosis pada pasien penyakit hati

dan ginjal. Dilakukan

penyesuaian dosis pada

kerudakan parah dengan pasien

ini.

diberikan

secara

IV, intra-

arteri.

temperatu

r ruangan

yang

terkontrol

dan

lindungi

dari

cahaya.

Hindari

pembekua

n.

dari

kemasan

yang

terlindungi

dari cahaya

sampai

digunakan.

Harus

digunakan

dengan

segera.

obat lain.

200. OMZ Inj 40

mg

(Omeprazol

sodium)

Omeprazole IV hanya boleh

digunakan jika pemberian secara

per oral tidak memungkinkan,

contohnya pada pasien yang

sakit parah

Dosisnya 40 mg, sehari sekali.

Berikan dalam waktu tidak

kurang dari 2,5 menit. Berikan

dengan kecepatan tidak lebih

dari 4 ml/menit.

NS

D5W

Simpan

pada suhu

25°C-

30°C dan

terlindung

dari

cahaya.

Gunakan

larutan

rekonstitus

i dalam

waktu 4

jam.

Larutan

omeprazol

dalam NS

stabil

selama 12

jam.

Y-site : midazolam

HCl, vancomycin

HCl.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 342: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

29

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Larutan

omeprazol

dalam

D5W stabil

Selma 3-6

jam.

201. Osflex 25

mg/2,5 ml

(Hialuronat

Na)

Dewasa 1 injeksi Intraarterial

setiap minggu selama 5 minggu

berturut-turut pada lutut atau

bahu rongga sendi.

Tidak ada

pelarut

karena

diberikan

langsung

secara

intraarteri

al.

Simpan di

tempat

yang

dingin

(2°-8°C).

Lindungi

dari

cahaya.

Jangan

membeku

kan.

Setelah

dibuka,

gunakan

segera.

Residu

harus

dibuang.

-

202. Otsu-KCL

7,46% 25 ml

(Kalium

Klorida)

Intrakardiak digunakan dalam

resusitasi jantung, injeksi dapat

dilakukan ke dalam rongga

ventrikel. Jangan menyuntikkan

ke miokardium. Dosis dewasa:

200-400 mg (2-4 ml). Pediatri

Dekstrosa

5%

dalam air.

Dekstrosa

10%

dalam air

Simpan

pada

temperatu

r ruangan

yang

terkontrol

Hanya

dapat

digunakan

sampai 24

jam.

Larutan manitol

20% dan larutan

manitol 25% karena

membentuk

endapan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 343: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

30

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dosis: 0.2 ml/kg berat badan.

Infus pada gangguan

hipokalemia. Dosis Dewasa:

500 mg ke 1g (5-10 ml) pada

interval 1 sampai 3 hari,

tergantung pada respon kalsium

pasien atau serum. Diulangi jika

diperlukan. Dosis Pediatrik: 0.2

ml/kg berat badan. 1-10 ml/hari

maksimal.

Intoksikasi magnesium. Dosis

Dewasa: 500 mg (5 ml)

diberikan segera. Amati pasien

untuk tanda-tanda pemulihan

sebelum dosis lebih lanjut yang

diberikan.

Hiperkalaemia, EKG gangguan

fungsi jantung. Dosis Dewasa:

Sesuaikan dosis dengan

memonitor perubahan EKG

selama pemberian. Geriatri

dosis pasien adalah sama

sebagai orang dewasa.

Fat

emulsion

10%,

intravena

Dekstrosa

5%

dalam

NaCl

0,9%.

Dektrosa

20%

dalam air.

dan hanya

digunakan

jika bebas

dari

partikel.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 344: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

31

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

203. Ovidrel 250

mcg

(koriogonadotr

opin)

Hipogonadisme pria 2-3 kali

1000-2000 UI/minggu.

Pubertas tertunda 2 kali 1500

UI/minggu selama 6 bulan.

Infertilitas wanita 5000-10000

UI setelah terapi dengan HMG,

dilanjutkan dengan 1-3 kali

5000 UI dalam 9 hari

berikutnya.

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

subkutan,

intraarteri

al, dan

intraderm

al.

Simpan di

lemari es

(2°C-

8°C).

Simpan

dalam

kemasan

asli.

Selama

masih

dalam

masa

simpan,

disimpan

pada suhu

di bawah

25°C

selama 30

hari tanpa

didingink

an.

Jika tidak

digunakan

dalam.

Shelf life :

2 tahun.

Setelah

dibuka,

produk

obat harus

digunakan

segera.

Jika tidak

digunakan,

maka

simpan

sampai 24

jam pada

2°-8°C.

Produk obat tidak

boleh dicampur

dengan obat lain.

Desinfektan yang

mengandung garam

amonium kuartener

Deterjen dan

benzalkonium

klorida dapat

menyebabkan

larutan memiliki

penampilan seperti

susu.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 345: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

32

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

waktu 30

hari,

maka

harus

dibuang

204. Oxytetracyclin

e 250 mg/3 ml,

Oxytetracyclin

e 50 mg/3 ml

(Oksitetrasikli

n HCl)

200-500 mg tiap 6 jam - Simpan

pada

kemasan

kedap

udara dan

terlindung

dari

cahaya.

- Tidak kompatibel

dengan pH asam,

alkalin, dan larutan

yang mengandung

garam logam.

205. Paklitaksel Inj

30 mg/5 ml

(paklitaksel)

IV. Dewasa. Kanker ovarian

135-175 mg/m2 selama 3 jam

setiap 3 minggu atau 135

mg/m2 selama 24 jam setiap 3

minggu atau 50-80 mg/m2

selama 1-3 jam setiap minggu

atau 1,4-4 mg/m2/hari infus

lanjutan untuk 14 hari selama 4

minggu. Kanker payudara

metastatic 175-250 mg/m2

selama 3 jam setiap 3 minggu

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%

Dekstrosa

5%

dalam

ringer’s

injection,

lactated

Shelf life

: 18

bulan.

Jangan

simpan di

atas 25°C.

Menyimp

an botol

dalam

karton

luar untuk

Setelah

dibuka

sebelum

pengencera

n : secara

kimia dan

fisik, stabil

selama 28

hari pada

suhu 25 °

C. Dari

Polioksietil.

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 346: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

33

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

atau 50-80 mg/m2 per minggu

atau 1,4-4 mg/m2/hari infus

lanjutan untuk 14 hari setiap 4

minggu. Karsinoma paru-paru

135 mg/m2 selama 24 jam

setiap 3 minggu. AIDS

berhubungan dengan sarcoma

Kaposi 135 mg/m2 selama 3

jam setiap 3 minggu atau 100

mg/m2 selama 3 jam setiap 2

minggu.

Intraperitoneal. Karsinoma

ovarian 60 mg/m2 pada hari 8

selama 21 hari pengobatan

untuk 6 siklus, dalam

kombinasi dengan IV

paklitaksel dan intraperitoneal

cisplatin.

Dekstrosa

5%

dalam

NaCl

0,9%.

melindun

gi dari

cahaya.

Pembekua

n tidak

mempeng

aruhi

botol

yang

belum

dibuka

sudut

pandang

mikrobiolo

gi, setelah

dibuka

produk

dapat

disimpan

selama

maksimal

28 hari

pada suhu

25°C.

setelah

pengencera

n : secara

kimia dan

fisika,

stabil pada

suhu 5°C

dan pada

25°C

selama 7

hari bila

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 347: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

34

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

diencerkan

dalam

larutan

Dekstrosa

5% dan

selama 14

hari ketika

diencerkan

dalam

NaCl 0,9%.

Dari sudut

pandang

mikrobiolo

gi, produk

harus

digunakan

segera. Jika

tidak

segera

digunakan,

waktu dan

kondisi

penyimpan

an adalah

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 348: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

35

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

tanggung

jawab

pengguna

dan

biasanya

tidak akan

lebih dari

24 jam

pada 2°-

8°C.

206. Pan Amin G

500 ml (Per L :

Amino acids

29,2 g;

essential amino

acids 21,8 g;

non essential

amino acids

7,4 g; sorbitol

50 g)

Infus rata – rata yang diinginkan

: 10 g asam amino lebih dari 60

menit.

Dewasa: 500 ml lebih 60-100

menit (80-130 tetes / menit).

Emulsi

lemak

10%.

Simpan di

tempat

yang

sejuk

Jauh dari

sinar

matahari

langsung.

Wadah

larutan

harus

diperiksa

secara

visual

untuk

melihat

kabut,

perubahan

warna,

endapan,

dan retak

botol dan

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 349: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

36

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

diperiksa

keadaan

vaccum

sebelum

pencampur

an dan

sebelum

pemberian.

Hanya

larutan

yang jelas

harus

digunakan.

Sediaan

juga harus

dilindungi

dari suhu

yang

ekstrem

seperti

pembekuan

atau di atas

40°C.

Karena

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 350: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

37

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

risiko

kontaminas

i

mikrobiolo

gi,

direkomen

dasikan

untuk

menyimpa

n

campuran

larutan

nutrisi

parenteral

untuk

waktu

sesedikit

mungkin

setelah

persiapan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 351: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

38

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Administra

si botol

tunggal

tidak boleh

melebihi

24 jam.

207. Panso 40

mg/10 ml

(Pantoprazol

Na)

Reflux esophagitis dewasa 40

mg / hari dengan injeksi IV

lambat selama 2-5 menit atau

infus IV selama 15 menit

Hipersekresi patologis terkait

dengan sindrom Zollinger-

Ellison 80 mg 12 hari dengan

infus IV selama 15 menit. Dosis

dapat ditingkatkan sampai 120

mg dua kali sehari & 80 mg 3

kali sehari.

Dekstrosa

5% dalam

air

Ringer

Lactat

NaCl

0,9%.

Simpan

pada suhu

<25°C dan

terlindung

dari

cahaya.

Gunakan

larutan

rekonstitus

i dalam

waktu 3

jam.

Gunakan

larutan

infus

dengan

pelarut NS

dalam

waktu 21

jam.

Gunakan

larutan

infuse

dengan

Y-site : ampicillin

sodium, ceftriaxone

sodium, dobutamin

HCl, dopamine HCl,

epinephrine HCl,

furosemida, insulin,

manitol.

Dalam syringe :

amikasin sulfate,

amiodaron HCl,

calcium gluconate,

cefazolin sodium,

cefotaxim sodium,

cyclosporine,

epinephrine HCl,

furosemide, fentanyl

citrate.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 352: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

39

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

pelarut

D5W

dalama

waktu 12

jam.

208. Pehacain 2 ml

(per ml :

Lidokain HCl

20 mg,

adrenalin 12,5

mcg)

Injeksi intravena pada pasien

tanpa gangguan sirkulasi yang

berat, 100 mg sebagai bolus

selama beberapa menit (50 mg

pada pasien dengan BB lebih

ringan atau pasien dengan

gangguan sirkulasi yang berat),

segera diikuti dengan infus 4

mg/menit selama 30 menit, 2

mg/menit selama 2 jam,

kemudian 1 mg/menit;

kadarnya dikurangi lagi bila

infusnya dilanjutkan lebih dari

24 jam (pantauan EKG dan

supervise dokter ahli jantung).

- Simpan

pada

temperatu

r ruangan

yang

terkontrol

.

Terlindun

g dari

cahaya.

Simpan

pada

suhu 4°C

amfoterisin B,

sulfadiazine

natrium,

metoheksital

natrium, cefazolin

natrium, fenitoin

natrium.

209. Penthal 50

mg/ml,

Phenobarbital

Anak. Hipnosis IM; IV 100-320

mg/kg sebelum tidur. Sedasi

sebelum operasi IM 100-200

mg 1-1,5 jam sebelum prosedur.

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

Simpan

pada

temperatu

r ruangan

Dapat

disimpa

n pada

suhu

Inkompatibel

dengan garam

barbiturat misalnya

clindamisisn fosfat,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 353: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

40

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

50 mg/ml 1 ml,

Sibital Inj 200

mg/2 ml

(Fenobarbital

Na)

Dewasa. Sedasi IM 30-120

mg/hari dibagi 2-3 dosis.

Hipnosis IM;IV 100-320 mg

sebelum tidur. Sedasi sebelum

operasi IM 100-200 mg 1-1,5

jam sebelum prosedur.

0,9%. yang

terkontrol

dan

terlindung

dari

cahaya.

4°C

selama

28 hari.

droperidol,

pancuronium

bromida, simetidin

hidroklorida.

Fenobarbital Na

tidak boleh

dicampur dengan

pentazosin laktat

dalam satu syringe.

210. Pentothal

Transfarma 0,5

g untuk

dilarutkan

dalam 20 ml

air inj

(Tiopental Na)

Injeksi intravena sebagai

larutan 2,5% pada pasien

dewasa sehat dengan

premedikasi, awalnya 100-150

mg (dikurangi pada pasien

lansia atau sakit berat) selama

10-15 detik (lebih lama pada

pasien lansia atau sakit berat)

dilanjutkan dengan dosis

tambahan bila perlu tergantung

respon setelah 30-60 detik atau

hingga 4 mg/kg BB; anak untuk

induksi 2-7 mg/kg BB.

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%.

Normosol

R, pH 7,4

Simpan

kemasan

pada

temperatu

r ruangan

yang

terkontrol

.

Larutan

rekonstitusi

stabil

selama 3

hari pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol

dan selama

7 hari

dalam

lemari

pendingin

(5°C-6°C).

Inkompatibel

dengan obat asam.

Garam barbiturat

misalnya

klindamisin fosfat,

fentanil sitrat,

droperidol,

simetidin

hidroklorida.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 354: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

41

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Karena

tidak

mengandun

g

pengawet,

maka harus

segera

digunakan

sampai 24

jam.

211. Perdipine 10

mg/10 ml

(Nikardipin

HCl)

Hipertensi akut: IV: awal: 5 mg

/ jam meningkat sebesar 2,5 mg

/ jam setiap 15 menit sampai

maksimum 15 mg / jam;

pertimbangkan pengurangan

sampai 3 mg / jam setelah

respon dicapai

Pergantian untuk terapi oral

(perkiraan):

20 mg setiap 8 jam oral,

setara dengan 0,5 mg / jam

IV infuse

30 mg setiap 8 jam oral,

setara dengan 1,2 mg / jam

Vial:

Encerkan

25 mg

ampul

dengan

240 mL

larutan

yang

kompatib

el untuk

mendapat

kan 250

mL

volume

Simpan

pada suhu

kamar,

lindungi

dari

cahaya,

stabil

selama 24

jam pada

suhu

kamar.

Vial:

Simpan

pada suhu

kamar

terkendali

20°C

sampai

25°C

(68A° F

sampai 77°

F).

Larutan

yang

diencerkan

Dengan natrium

bikarbonat 5%,

Ringer laktat

Inkompatibel

ditempat pemberian :

Ampicillin,ampicillin

/sulbactam,

cefepime,

furosemide,

lansoprazole,

thiopental.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 355: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

42

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

IV infuse

40 mg setiap 8 jam oral,

setara dengan 2,2 mg / jam

IV infuse

Ampuls harus diencerkan

sebelum digunakan.

Pemberian sebagai infus

kontinyu lambat.

larutan

total dan

konsentra

si akhir

0,1 mg /

mL.

Dektrose

5% dalam

aqua atau

NaCl

0,9%

stabil

selama 24

jam pada

suhu

kamar.

Lindungi

dari

cahaya.

212. Pethidin 50 mg

(Petidin HCl)

Dewasa : Dosis lazim 50–150

mg setiap 3-4 jam jika perlu,

Injeksi IV lambat : dewasa 15–

35 mg/jam.

Anak-anak : 1.1–1.8 mg/kg

setiap 3–4 jam jika perlu.

Untuk sebelum pembedahan :

dosis dewasa 50 – 100 mg

IM/SK.

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

subkutan,

IM, IV.

Jangan

simpan di

atas 30 º

C.

Simpan

ampul

dalam

karton

luar untuk

melindun

gi dari

cahaya.

Simpan

pada suhu

< 40°C,

terlindung

cahaya.

Setelah

dibuka,

harus

digunakan

dengan

segera.

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 356: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

43

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

213. Phytomenadio

n 2 mg/ml,

Vitamin K Inj

(Fitomenadion/

vitamin K)

Antidot warfarin: untuk

perdarahan besar, hentikan

warfarin dan berikan

phytomenadione 5-10 mg

injeksi IV lambat;

Untuk melawan peningkatan

INR berhubungan dengan

kelainan hati: 10 mg IV

Glukosa

5%,

NaCl

0,9%

Simpan

kemasan

asli pada

suhu

ruang

Terlindun

g dari

cahaya

langsung

Hindarkan

larutan

dari

cahaya

langsung

Tidak ada.

214. Plasbumin-20

Infus 20% 100

ml, Plasbumin-

20 Infus 20%

50 ml,

Plasbumin-25

Infus 25% 20

ml (Human

Albumin)

Jumlah larutan albumin yang

diberikan akan tergantung

pada kondisi klinis pasien dan

respon

terhadap pengobatan. Dosis

berikut telah

disarankan:

• syok hipovolemik akut : dosis

awal 25 g untuk

dewasa (misalnya, 500 mL

larutan 5% atau

100 mL larutan 25%) dan

sampai sekitar 1 g / kg

untuk anak-anak

• hypoproteinaemia : maksimal

Dekstran

6%

dalam

dekstrosa

5%

Dextrose

6%

dalam

NaCl

0,9%

Kombina

si injeksi

Dextrose-

ringer

Dextrose

Harus

disimpan

dalam

wadah

kaca

berwarna

dan

terlindung

dari

cahaya.

Larutanny

a tidak

boleh

digunakan

jika keruh

atau

mengandu

ng

deposit.

Tanggal

kadaluarsa

adalah 5

tahun dan

harus

disimpan

Larutan albumin

manusia tidak boleh

dicampur dengan

produk obat lain,

darah, sel darah

merah dan aqua pro

injeksi

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 357: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

44

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

2 g / kg sehari

• neonatal hiperbilirubinemia: 1

g / kg sebelum pertukaran

transfusi

Tingkat infus harus disesuaikan

dengan

indikasi dan pasien respon,

tetapi secara umum, disarankan

kecepatan infus yang sampai 5

mL / menit (larutan 5%)

atau 1 sampai 2 mL / menit

(larutan 20%).

saline –

kombinas

i

Dekstrosa

2,5%

dalam air

Dextrose

5%

dalam air

Dextrose

10%

dalam air

Dextrose

10%

natrium

klorida

0,9%

Ringer

injeksi

Ringer

injeksi,

laktat

NaCl

0,45%

pada suhu

antara

2°C dan

8°C atau

10°C, atau

tidak lebih

dari 3

tahun

setelah

pengoplos

an dan

dapat

disimpan

pada suhu

tidak lebih

dari 30° C

atau 37

°C.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 358: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

45

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

215. Pregnyl 5000

IU (HCG)

Hipogonadisme pria 2-3 kali

1000-2000 UI/minggu.

Pubertas tertunda 2 kali 1500

UI/minggu selama 6 bulan.

Infertilitas wanita 5000-10000

UI setelah terapi dengan HMG,

dilanjutkan dengan 1-3 kali

5000 UI dalam 9 hari

berikutnya.

- Simpan di

lemari es

(2°C-

8°C).

Simpan

dalam

kemasan

asli.

Selama

masih

dalam

masa

simpan,

disimpan

pada suhu

di bawah

25°C

selama 30

hari tanpa

didingink

an.

Jika tidak

digunakan

dalam

Shelf life :

2 tahun.

Setelah

dibuka,

produk

obat harus

digunakan

segera.

Jika tidak

digunakan,

maka

simpan

sampai 24

jam pada

2°-8°C.

Produk obat tidak

boleh dicampur

dengan obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 359: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

46

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

waktu 30

hari,

maka

harus

dibuang.

216. Procain

Penicilin-G Inj

1 juta IU,

Procain

Penicilin-G Inj

3 juta IU

(Procain

Penicilin-G)

Dewasa: 300.000-900.000 unit

sekali atau dua kali sehari

dengan suntikan IM.

Dalam pengobatan sifilis, dosis

adalah 600.000 unit sekali

sehari dengan rute IM.

Dosis dapat disesuaikan

berdasarkan usia atau tingkat

keparahan infeksi.

Anak-anak: 10.000 IU / kg berat

badan setiap hari.

Administrasi: Prokain Penisilin-

G Meiji harus disuntikkan IM

ke pantat, paha, otot deltoid atau

trisep.

Dalam kasus injeksi kontinu,

tempat suntikan harus diubah

setiap waktu.

Rekonstitusi: Tambahkan

Aqua pro

injeksi.

Penyimpa

nan pada

suhu

kamar

Simpan

pada lemari

pendingin.

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 360: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

47

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

sekitar 8 mL air steril untuk

injeksi ke dalam vial dan kocok

keras untuk membuat solusi

ditangguhkan homogen

217. Propanolol 1

mg/ml 1 ml

(Propanolol

HCl)

Injeksi intravena, aritmis, dan

krisis tirotoksik, 1 mg selama 1

menit, jika perlu ulang dengan

interval 2 menit; maksimal 10

mg (5 mg dalam anestesi).

Dekstrosa

5%

dalam

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

5%

dalam

NaCl

0,45%.

Dekstrosa

5%

dalam air.

Ringer’s

injection,

lactated.

NaCl

0,45%.

NaCl

0,9%.

Simpan

pada

temperatu

r ruangan

yang

terkontrol

(sekitar

25°C).

Terlindun

g dari

cahaya

dan

panas.

Hindari

pembekua

n.

Simpan

selama 24

jam pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

Tidak ada.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 361: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

48

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

218. Protamine

sulphate 10

mg/ml 5 ml

(Protamin

sulfat)

Injeksi intravena, selama lebih

kurang 10 menit, 1 mg

menetralkan 100 unit heparin

(mukosa) atau 80 unit heparin

(paru) bila diberikan dalam

waktu 15 menit setelah heparin;

jika waktunya lebih panjang,

diperlukan protamin yang lebih

sedikit karena heparin dengan

cepat diekskresi minimal 50

mg.

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%.

Simpan di

dalam

lemari

pendingin

dan

hindari

pembekua

n.

Stabil

selama 10

hari

samapai 2

minggu

pada

temperatu

r ruangan.

Setelah

dibuka,

harus

digunakan

segera.

Residu

harus

dibuang.

Sefalosporin dan

penisilin.

219. Quelicin Inj

200 mg/10 ml

(suksinilkolin

klorida)

Anak dan dewasa IM : sampai

3-4 mg/kg, total dosis tidak

lebih dari 150 mg.

IV. Karena beresiko hipetemia

malignan, infuse lanjutan tidak

boleh digunakan pada bayi dan

anak. Anak kecil, Dosis lazim 2

mg/kg/dosis setiap satu waktu;

Dekstrosa

5%

dalam air.

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

5%

dalam

Simpan

pada suhu

2-8°C.

Dapat

disimpan

selama 3

bulan

pada suhu

Setelah

pelarutan

dengan

NaCl 0,9%,

stabil

secara

kimia

selama 4

Barbiturat dan

Nafcilin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 362: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

49

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

pemeliharaan 0,3-0,6

mg/kg/dosis setiap 5-10 menit

sesuai kebutuhan. Anak yang

lebig tua dan remaja, dosis

lazim 1 mg/kg/dosis setiap satu

waktu; pemeliharaan 0,3-0,6

mg/kg setiap 5-10 menit sesuai

kebutuhan.

IV. Dewasa. Dosis lazim untu

prosedur operasi pendek 0,6

mg/kg (range 0,3-1,1 mg/kg).

Prosedur operasi panjang, infus

lanjutan 2,5-4,3 mg/menit

berdasarkan respon pasien,

dosis lazim 0,3-1,1 mg/kg,

pemeliharaan 0,04-0,07

mg/kg/dosis sesuai kebutuhan.

NaCl

0,9%.

diatas

25°C

minggu

pada suhu

5°C dan 1

minggu

pada suhu

25°C

220. Radin 50 mg/2

ml, Ranitidin

25 mg/2 ml

(Ranitidin

HCl)

Dosis standard: 50 mg injeksi

IV, infus IV, atau injeksi IM,

diulang tiap 6-8 jam jika

diperlukan; infus kontinu:

Profilaksis perdarahan GI atas

dosis awal 50 mg injeksi IV

diikuti 125-250 mcg/kg/jam

N5

D5W

Larutan

jernih,

tidak

berwarna

sampai

kuning

muda

Gunakan

larutan

rekonstitu

si dalam

waktu 24

jam.

Y-site :

Amphotericin B

choleteryl sulfate

complex,

aztreonam,

cefazolin sodium,

cefepime HCl,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 363: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

50

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

infus IV;

Pasien berisiko teraspirasi asam:

50 mg injeksi IV atau IM 45-60

menit sebelum induksi anestesi

umum;

Dosis kelainan ginjal: Cl Cr

<50 mL/menit, turunkan dosis

individu menjadi 25 mg

Terjadiny

a

perubaha

n warna

sedikit

gelap

tidak

berpengar

uh pada

potensi

obat.

Larutan

yang

berwarna

kecoklata

n harus

dibuang.

Simpan

pada suhu

25-30°C

di tempat

kering

dan

terlindun.

ceftazidime,

cisplatin.

Dalam syringe :

chlorpromazine

HCl, diazepam,

heparin sodium,

midazolam HCl.

Aditif : Atracurium

besylat, cefazolin

sodium,

ceftazidime,

cefuroxime sodium,

clindamycin

phosphate.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 364: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

51

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dari

cahaya

221. Renxamin

Infus 9% 200

ml, Renxamin

Inj 200 ml

(Asam amino)

Dosis sesuai dengan kebutuhan

metabolik, pengeluaran energi

& status klinis pasien. Dosis

harian tanpa dialisis 0,4-0,6 g

asam amino/kg berat

badan/hari, pada dialisis 0,8-1,2

g asam amino/kg berat

badan/hari dengan IV lambat.

Fat

emulsion

10%,

intravena.

Simpan

pada suhu

tidak lebih

dari 40°C.

Hindari

pembekua

n.

Terlindun

g dari

cahaya.

Karena

tidak

mengandu

ng

pengawet,

maka harus

digunakan

dengan

segera

sampai

waktu 24

jam.

Antibiotik dan

steroid.

Gansiklovir

Insulin.

Heparin kecuali

diberikan melalui Y-

site line untuk

penggunaan infuse

TPN.

222. Reviral Infus

200 mg/10 ml

(Zidovudin)

Mencegah transmisi HIV ibu

dan janin. Neonatal, dosis harus

dimulai 6-12 jam setelah lahir

dan berlanjut untuk 6 minggu

pertama. Bayi berumur ≥30

minggu dan <35 minggu 1,5

mg/kg/dosis setiap 12 jam,

umur 2 minggu 1,5 mg/kg/dosis

setiap 8 jam. Bayi berumu <30

minggu 1,5 mg/kg/dosis setiap

Destrosa

5%

dalam

air.

Simpan

pada suhu

antara

15°C-

25°C.

Terlindun

g dari

cahaya.

Ketika

dilarutkan

dengan

dekstrosa

5% dalam

air, dapat

disimpan

selama 24

jam pada

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 365: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

52

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

12 jam; pada umu 4 minggu 1,5

mg/kg/dosis setiap 8 jam.

Selama persalinan, zidovudin

IV dengan dosis 2 mg/kg

sebagai loading dose yang

diikuti dengan infus lanjutan 1

mg/kg/jam sampai tali pusar

terlepas.

Pengobatan infeksi HIV. Anak

6 minggu sampai 12 tahun,

infus IV lanjutan 20

mg/m2/jam, Infus IV berselang

120 mg/m2/dosis setiap 6 jam.

Anak ≥12 tahun, Infus IV

berselang 1 mg/kg/dosis setiap

4 jam (5-6 dosis/hari). Dewasa

IV 1 mg/kg/dosis setiap 4 jam

(5-6 dosis/hari).

temperatur

e ruangan

yang

terkontrol

atau

selama 48

jam pada

lemari

pendingin

(2°C-8°C).

Karena

tidakmeng

andung

pengawet,

maka harus

digunakan

dengan

segera.

223. Roculax 50

mg/5 ml

(Rokuronium

Bromida)

Endotrakeal intubasi. Dewasa,

0,6-1,2 mg/kg berat badan

sebagai IV bolus. Pemeliharaan:

0,1-0,2 mg/kg berat badan

sebagai IV intermiten. Anak-

anak, Awalnya 0,6 mg/kg berat

Dekstros

a 5%

dalam

air.

Dekstros

a 5%

Simpan

vial pada

lemari

pendingin

(2°C-8°C)

dan

Stabil

selama 24

jam.

Tidak kompatibel

larutan yang

mengandung zat

aktif berikut:

amfoterisin,

amoksisilin,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 366: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

53

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

badan. Pemeliharaan: 0,075-

0,125 mg/kg berat badan.

dalam

NaCl

0,9%.

Ringer’s

injection,

lactataed.

NaCl

0,9%.

hindari

pembekua

n.

Dapat

disimpan

pada

temperatur

e ruangan

yang

terkontrol

selama 60

hari.

azathioprine,

cefazolin,

kloksasilin,

deksametason,

diazepam,

enoximone,

eritromisin,

famotidine,

furosemide,

hidrokortison

natrium suksinat,

insulin, Intralipid,

metoheksital, metil

prednisolon,

prednisolon natrium

suksinat, tiopental,

trimetoprim dan

vankomisin.

224. Sandimmun 50

mg/ml 5 ml

(Siklosporin)

Dosis lazim 5-6 mg/kg/hari

sebagai dosis tunggal, diinfus

selama 2-6 jam, diberikan pada

pasien yang tidak bisa menelan

kapsul atau larutan oral

Dekstros

a 5%

dalam

air.

NaCl

0,9%.

Simpan

pada suhu

dibawah

30°C.

Terlindun

g dari

Dapat

digunakan

ttidak lebih

dari 6 jam

apabila

digunakan

Tidak kompatibel

dengan larutan

infuse yang

mengandung

minyak jarak

polioksietil

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 367: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

54

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

cahaya.

Hindarai

pembekua

n

kemasan

PVC.

Dapat

digunakan

tidak lebih

dari 12 jam

apabila

digunakan

kemasan

gelas

Hindari dari minyak

silion dan zat lemak.

225. Serum anti

diphtheria

10.000 IU 5

ml, Serum anti

diphtheria Inj

20.000 IU 5 ml

(Serum

antidifteri

=ADS)

Profilaksis anak : 1000-3000

UI, injeksi intramuskular,

tergantung usia anak.

Profilaksi dewasa : 3000-5000

UI, injeksi intramuskular.

Tidak ada

karena

langsung

diberikan

secara

IM.

Simpan

pada suhu

2°C-8°C.

Jangan

membeku

kan.

Buang jika

tidak

terpakai.

Setelah

dibuka,

langsung

digunakan

segera.

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

226. Serum

antirabies 100

IU/ml 20 ml,

Vaksin Rabies

Kering Orang

Sebelum terkena rabies. Satu

suntikan 1 mililiter diberikan

setiap hari pada hari ke 0 , 7

dan 28 . Hari untuk mencapai

status kekebalan yang efektif

“Water

for

injection”

Simpan

pada suhu

2°C-8°C

dalam

lemari

Shelf life :

3 tahun

Setelah

dilarutkan,

vaksin.

Vaksin tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 368: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

55

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(Otak mencit)

(Serum

antirabies)

pada dosis ke-3 adalah 21 hari .

Bagi mereka yang berisiko

reguler dan berkelanjutan, satu

penguat dosis vaksin harus

diberikan pada 1 tahun. Dosis

lebih lanjut harus diberikan

pada tiga interval lima tahun

setelahnya.

Setelah terkena rabies.

Pengobatan harus dimulai

sesegera mungkin setelah

dicurigai terkena rabies, diikuti

dengan pemberian vaksin dan

imunisasi pasif. Pada orang

yang diketahui memiliki

profilaksis yang memadai,

dalam hal kontak dengan hewan

rabies, dua vaksin harus

diberikan , satu pada hari 0 dan

satu pada hari 3. Pada orang

dengan profilaksiskurang

memadai, suntikan pertama

vaksin rabies (hari 0) harus

diberikan sesegera mungkin

pendingin.

Jangan

membeku

kan.

harus

segera

digunakan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 369: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

56

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

setelah dicurigai melakukan

kontak dan diikuti oleh empat

dosis lanjutan pada hari-hari 3,

7, 14 dan 30 (ditambah dosis 5

dapat diberikan adalah 28 hari

sesuai rekomendasi WHO).

227. Sianokobalami

n 500 mcg/ml

(Sianokobalam

in/vitamin

B12)

Pemberian IM awalnya 1 mg

diulangi 10 kali dengan interval

2-3 hari, dosis pemeliharaan 1

mg setiap bulan.

dekstran

6% di

dekstrosa

, dekstran

6%

dalam

NS,

D5LR,

D51/4NS

,

D51/2NS

, D5NS,

D5W,

D10W,

D10NS,

LR,

1/2NS,

NS

Terlindun

g dari

cahaya

dan

adalam

kemasan

yang baik.

Shelf life :

24 bulan.

Setelah

dibuka,

harus

digunakan

segera.

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 370: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

57

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

TPN

228. Sodium

Nitroprusside

for injection

BP 50 mg

(Natrium

Nitropuside)

Krisis hipertensi, secara infuse

intravena, dosis awal 0,5-1,5

mcg/kg BB/menit, kemudian

ditingkatkan bertahap 500

nanogram/kg BB/menit setiap 5

menit dalam kisaran 0,5-8

mcg/kg BB/menit (dosis lebih

rendah jika sudah mendapat

antihipertensi lain); penggunaan

dihentikan jika dalam 10 menit,

respon tidak memuaskan

dengan dosis maksimal. Telah

digunakan dosis awal lebih

rendah 300 nanogram/kg

BB/menit; menjaga tekanan

darah diastolic 30-40% lebih

rendah dari sebelum terapi, 20-

400 mcg/menit (dosis lebih

rendah untuk pasien yang sudah

antihipertensi lain); mengontrol

hipotensi saat pembedahan,

dengan infuse intravena,

maksimal 1,5 mcg/kg

Dekstros

a 5%

dalam

air.

Simpan

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

Terlindun

g dari

cahaya

dan panas.

Hindari

pembekua

n.

Residu

harus

dibuang

setelah 4

jam dari

rekonstitus

i.

Larutan

rekosntitus

i dapat

digunakan

sampai 24

jam selama

terlindung

dari

cahaya.

Dobutamin,

dopamine, lidokain,

nitrogliserin.

Tidak boleh

dicampur dengan

pengawet.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 371: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

58

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

BB/menit. Gagal jantung,

dengan infus intravena, dosis

awal 10-15 mcg/menit,

ditingkatkan setiap 5-10 menit

sesuai kebutuhan; dosis lazim

10-200 mcg/menit, maksimal 3

hari.

229. Somatostatin-

Lyomark Inj 3

mg

(Somatostatin)

Awalnya 3,5 mcg/kg atau 250

mcg IV bolus lambat selama

tidak <1 menit, segera diikuti

oleh IV infus kontinu dari 3,5

mcg/kg/jam selama 12 jam.

Pemberian terus menerus:

Minimal 48 jam untuk

maksimal 5 hari.

- Simpan

pada

kemasan

kedap

udara.

Simpan

pada suhu

2°C-8°C.

Terlindun

g dari

kelembaba

n dan

cahaya.

- -

230. Streptase 1,5

juta IU,

Streptase

750.000 IU

Trombosis vena dalam,

embolisme paru,

tromboembolisme arterial akut,

vena retina pusat atau

Dekstros

a 5%

dalam

air.

Simpan

vial pada

temperatur

ruangan

Simpan

pada

lemari

pendingin

Dekstran.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 372: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

59

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(Sterptokinase) thrombosis erfecil : infuse

intravena, 250000 unit selama

30 menit, kemudian 100000

unit setiap jam selama sampai

dengan 24-72 jam menurut

kondisi. Infark miokard,

1500000 unit selama 60 menit

NaCl

0,9%.

yang

terkontrol.

sampai 24

jam.

231. Streptomycin

sulphate 1 g

(Streptomisin

sulfat)

TBC (>50 kg atau <40 tahun):

15 mg/kg/hari injeksi IM

(maksimum 1 g/hari); TBC

(<50 kg atau > 40 tahun): 10

mg/kg/hari injeksi IM

(maksimum 750 mg/hari),

ClCr 10-50 mL / menit:

diberikan setiap 24-72 jam

ClCr <10 mL / menit: diberikan

setiap 72-96 jam

Injeksi I.M. ke dalam massa

otot besar.

Pemberian IV tidak

direkomendasikan

Aqua pro

injeksi

Simpan

kemasan

asli di

bawah suhu

30°C

Terlindung

dari cahaya

Larutan

tetap stabil

selama 24

jam pada

suhu

kamar.,

terlindung

dari

cahaya.

Inkompatibel

dalam syringe :

Heparin.

Inkompatibel jika

dicampur : :

Amobarbital,

amphotericin B,

chlorothiazide,

heparin,

methohexital,

norepinephrine,

pentobarbital,

phenobarbital,

phenytoin, sodium

bicarbonate.

232. Succinyl asta

siccum Inj 100

Anak dan dewasa IM : sampai

3-4 mg/kg, total dosis tidak

Dekstrosa

5% dalam

Simpan

pada suhu

Stabil pada

suhu 5°C

Barbiturat dan

nafsilin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 373: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

60

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

mg

(Suksinilkolin

Cl)

lebih dari 150 mg.

IV. Karena beresiko hipetemia

malignan, infuse lanjutan tidak

boleh digunakan pada bayi dan

anak. Anak kecil, Dosis lazim 2

mg/kg/dosis setiap satu waktu;

pemeliharaan 0,3-0,6

mg/kg/dosis setiap 5-10 menit

sesuai kebutuhan. Anak yang

lebig tua dan remaja, dosis

lazim 1 mg/kg/dosis setiap satu

waktu; pemeliharaan 0,3-0,6

mg/kg setiap 5-10 menit sesuai

kebutuhan.

IV. Dewasa. Dosis lazim untu

prosedur operasi pendek 0,6

mg/kg (range 0,3-1,1 mg/kg).

Prosedur operasi panjang, infus

lanjutan 2,5-4,3 mg/menit

berdasarkan respon pasien,

dosis lazim 0,3-1,1 mg/kg,

pemeliharaan 0,04-0,07

mg/kg/dosis sesuai kebutuhan.

air.

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

5% dalam

NaCl

0,9%.

2°C-8°C. selama 4

minggu

taua

selama 1

minggu

pada suhu

25°C.

Residu

harus

dibuang

setelah 24

jam.

233. Succinyl asta Anak dan dewasa IM : sampai Dekstrosa Simpan Stabil pada Barbiturat dan

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 374: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

61

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

siccum 100 mg

(Suksinilkolin

Cl)

3-4 mg/kg, total dosis tidak

lebih dari 150 mg.

IV. Karena beresiko hipetemia

malignan, infuse lanjutan tidak

boleh digunakan pada bayi dan

anak. Anak kecil, Dosis lazim 2

mg/kg/dosis setiap satu waktu;

pemeliharaan 0,3-0,6

mg/kg/dosis setiap 5-10 menit

sesuai kebutuhan. Anak yang

lebig tua dan remaja, dosis

lazim 1 mg/kg/dosis setiap satu

waktu; pemeliharaan 0,3-0,6

mg/kg setiap 5-10 menit sesuai

kebutuhan.

IV. Dewasa. Dosis lazim untu

prosedur operasi pendek 0,6

mg/kg (range 0,3-1,1 mg/kg).

Prosedur operasi panjang, infus

lanjutan 2,5-4,3 mg/menit

berdasarkan respon pasien,

dosis lazim 0,3-1,1 mg/kg,

pemeliharaan 0,04-0,07

mg/kg/dosis sesuai kebutuhan.

5% dalam

air.

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

5% dalam

NaCl

0,9%.

pada suhu

2°C-8°C.

suhu 5°C

selama 4

minggu

taua

selama 1

minggu

pada suhu

25°C.

Residu

harus

dibuang

setelah 24

jam.

nafsilin.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 375: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

62

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

234. Suplasyn 2 ml

(Na

Hyaluronate)

2 mL intra-artikuler 3 kali atau

sekali/minggu. Kondisi kronis:

Sampai 5 kali.

Tidak ada

pelarut

karena

diberikan

langsung

secara

intraarteri

al.

Simpan di

tempat

yang

dingin

(2°-8°C).

Lindungi

dari

cahaya.

Jangan

membeku

kan.

Setelah

dibuka,

gunakan

segera.

Residu

harus

dibuang.

-

235. Survanta 25

mg/ml

(Beractant)

Profilasksis diberikan 100 mg

fosfolipid (4 ml/kg) intratrakeal,

jika memungkinkan, 4 dosis

selama 48 jam pertama,

frekuensi tidak lebih dari 6 jam.

Penyelamatan diberikan 100 mg

fosfolipid (4 ml/kg), dapat

diulangi jika dibutuhkan,

frekuensi tidak lebih dari 6 jam,

maksimum 4 dosis.

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

intratrake

al.

Simpan

pada

lemari

pendingin

(2°C-8°C).

Terlindung

dari

cahaya.

Shelf life :

18 bulan.

Jangan

dibekukan.

Setiap

produk

yang

dibekukan

harus

dibuang.

Tidak ada penelitian

terbaru karena

pemberian obat ini

secara khusus.

236. Sustanon

“250” Inj 250

mg/ml

IM 1 ml 3 mingguan. Tiadak

ada

karena

Simpan

dibawah

30°C.

Shelf life :

3 tahun.

Setiap

Tidak berlaku.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 376: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

63

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(Testosterone

propionate 30

mg,

testosterone

phenylpropion

ate 60 mg,

testosterone

isocaproateate

60 mg,

testosterone

decanoate 100

mg)

diberikan

langsung

secara

IM.

Jangan

mendingin

kan atau

membekuk

an.

Simpan

dalam

paket asli

untuk

melindung

i dari

cahaya.

produk

yang tidak

terpakai

atau bahan

limbah

harus

dibuang.

237. Synflorix Jadwal imunisasi untuk

Synflorix harus didasarkan pada

rekomendasi resmi.

Bayi 2-6 bulan. Jadwal

Vaksinasi Primer : 3 dosis 0,5

mL dengan interval minimal 1

bulan. Dosis penguat dianjurkan

minimal 6 bulan setelah dosis

primer terakhir antara 12-15

bulan .

Bayi >6 bulan dan Anak-anak:

12-23 bulan : 2 dosis 0,5 mL

Tidak ada

karena

langsung

diberikan

secara

IM.

Simpan

pada

lemari

pendingin

(2°C-8°C).

Terlindung

dari

cahaya.

Simpan

dalam

paket asli

untuk

Vaksin

harus

mencapai

suhu kamar

sebelum

digunakan.

Vaksin

harus

dikocok

sebelum

digunakan.

Produk obat ini tidak

boleh dicampur

dengan obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 377: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

64

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dengan interval minimal 2

bulan.

Bayi 7-11 bulan : 2 dosis 0,5

mL dengan interval minimal 1

bulan. Dosis 3 dianjurkan dalam

2 tahun dengan interval minimal

2 bulan.

melindung

i dari

cahaya.

238. Testosteron

vial dalam

minyak 200

mg/ml

(enantat)

[testosteron]

Remaja dan dewasa laki-laki.

IM. Hipogonadisme : 50-400

mg setiap 2-4 minggu; 75-100

mg/minggu atau 150-200 mg

setiap 2 minggu. Terlambat

pubertas : 50-200 mg setiap 2-4

minggu untuk durasi terbatas.

Implantasi subkutan untuk

terlambat pubertas dan

hipogonadisme 150-450 mg

setiap 3-6 bulan.

Remaja dan dewasa perempuan.

Kanker payudara metastatik

200-400 mg setaiap 2-4 minggu.

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

subkutan

(SC).

Jangan

simpan di

atas 25 °

C.

Simpan

dalam

kemasan

yang asli.

Shelf life :

5 tahun.

Setiap

produk

yang tidak

terpakai

atau bahan

limbah

harus

dibuang.

Tidak ada sampai

saat ini.

239. Tetagam 300

IU 5 ml,

Vaksin campak

Profilaksis tetanus 250 IU IM.

Dosis harus dua kali lipat dalam

kasus luka dengan kerusakan

Tidak ada

karena

diberikan

Simpan

dalam

wadah asli

Vaksin

harus

mencapai

Produk obat ini tidak

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 378: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

65

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

kering (Vaksin

Jerap Tetanus

= tetanus

adsorbed

toxid)

jaringan atau luka yang

terinfeksi atau cedera yang

terjadi lebih dari 24 jam atau

pada orang dewasa dengan

berat lebih dari rata-rata. Terapi

klinis tetanus tunggal dosis

3,000-6,000 IU IM dalam

kombinasi dengan prosedur

klinis lainnya yang sesuai.

langsung

secara

IM.

pada 2°C-

8°C.

Penyimpa

nan hingga

satu

minggu

pada suhu

kamar (25

° C) dalam

kemasan

asli.

Jangan

dibekukan.

Menyimpa

n botol

dalam

karton luar

untuk

melindung

i dari

cahaya.

suhu kamar

sebelum

digunakan.

Residu

harus

dibuang.

240. Totilac Infus

250 ml (Na-

laktat 28,25 g,

Untuk pasien hemodinamik

dosis tergantung pada

kebutuhan, dosis maksimum 10

- - - -

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 379: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

66

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

KCl 0,075 g,

CaCl2.2 H2O

0,05 g)

cc/kg BB intravena selama 12

jam, jika dosis maksimum

larutan laktat hipertonik sudah

tercapai dapat diberikan infus

6% hidroksietil starch jika

diperlukan untuk menjaga terapi

cairan.

241. Tramal 50 mg,

Tramadol 50

mg (Tramadol

HCl)

Nyeri: 50-100 mg injeksi IM

atau IV tiap 4-6 jam;

Nyeri pascaoperasi: awal 100

mg kemudian 50 mg tiap 10-20

menit jika dibutuhkan selama 1

jam pertama, kemudian 50-100

mg tiap 4-6 jam (maksimum

600 mg/hari);

Dosis pada gangguan ginjal: Cl

Cr 10-20 mL/menit berikan 50-

100 mg tiap 8-12 jam, Cl Cr

<10 mL/menit berikan 50 mg

tiap 8-12 jam

NaCl

0,9%

Dexrose

5%

dalam

air.

RL.

Simpan

pada suhu

ruangan

yang

terkontrol

yaitu

pada suhu

25°C

(77°F).

Dan

dalam

wadah

tertutup

rapat.

Larutan

jernih dan

tidak

berwarna.

Perlindun

gan dari

maupun

paparan

cahaya

tidak

berpengar

uh pada

stabilitas

larutan

infuse

tramadol

dengan

Y-site : heparin

sodium.

Dalam syringe :

heparin sodium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 380: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

67

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

konsentras

i 0,5 dan 4

mg/ml

dalam

D5W atau

NS.

Simpan

pada suhu

<30°C, di

tempat

kering,

dan

terlindung

dari

cahaya.

Stabil

selama 24

jam dalam

RL dan

4,2 %

sodium

bicarbonat

e.

242. Trifluid Infus Dosis individu - - - -

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 381: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

68

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

500 ml (per L :

glucose 60 g;

fructose 30 g;

xylitol 15 g;

Na 35 meq; K

20 meq; Mg 5

meq; Ca 5

meq; Cl 35

meq; acetate 6

meq; citrate 16

meq;

phosphate 10

mmol; Zn 5

mmol)

243. Triofusin 500

Infus 500 ml

(per L :

fructose 60 g;

glucose 33 g;

xylitol 30 g)

Maksimal :

Triofusin 500 ; 50

ml/kgBB/hari.

- - Gunakan

larutan

jernih

dalam

kemasan

utuh.

Simpan

dibawah

temperatur

25°C

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 382: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

69

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Hindari

cahaya.

244. Triofusin 1000

Infus 500 ml

(per L :

fructose 120 g;

glucose 66 g;

xylitol 60 g)

Maksimal :

Triofusin 1000; 25

ml/kgBB/hari.

- - Gunakan

larutan

jernih

dalam

kemasan

utuh.

Simpan

dibawah

temperatur

25°C

Hindari

cahaya.

-

245. Triofusin 1600

Infus 500 ml

Maksimal :

Triofusin 1600; 15

ml/kgBB/hari.

- - Gunakan

larutan

jernih dala

kemasan

utuh.

Simpan

dibawah

temperatur

25°C

Hindari

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 383: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

70

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

cahaya.

246. Triofusin – E

1000 (per L :

fructose 120 g;

glucose 66 g;

xylitol 60 g;

electrolyte, vit)

Kecepatan infus : pasien dengan

BB 70 kg 45-50 tetes/ menit.

- - Hanya

digunakan

jika larutan

dalam

kemasan

utuh.

Simpan di

bawah

25°C,

hindari

cahaya.

-

247. Triparen Infus

1 L (per L

Triparen No 1 :

anhydrous

dextrose 133 g;

fructose 67 g;

xylitol 33 g;

KCl 1,1 g; K

acetate 1 g; Ca

gluconate 1,7

g; Mg Sulfate

1 g, dibasic K

Melalui infus intravena

perlahan tergantung dari defisit

atau kebutuhan harian.

- - - -

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 384: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

71

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

phosphate 1,7

g; Zn 4,8 g;

citric acid 1,4

g; calories 933

kCal)

248. Triparen Infus

1 L (per L

Triparen No 2 :

anhydrous

dextrose 167 g;

fructose 83 g;

xylitol 42 g;

NaCl 2,2 g;

KCl 2,6 g; Na

citrate 1,5 g;

Ca gluconate

1,7 g; Mg

Sulfate 1 g,

monobasic K

phosphate 1,3

g; Zn 4,8 g;

citric acid 0,33

g; calories

1168 kCal)

Melalui infus intravena

perlahan tergantung dari defisit

atau kebutuhan harian.

- Simpan

pada

temperatu

r ruangan

yang

terkontrol

dan hanya

digunakan

jika bebas

dari

partikel.

Hanya

dapat

digunakan

sampai 24

jam.

Larutan manitol

20% dan larutan

manitol 25% karena

membentuk

endapan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 385: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

72

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

249. Tuberculin

PPD Inj 1,5 ml

@2 UT/0,1 ml

(Tuberculin

Purified

Protein

Derivative/PP

D)

Dosis Dewasa, Diagnosis

tuberkulosis, imunodefisiensi

sel sedang : intradermal 0,1 ml.

Dosis Geriatrik sama dengan

dosis dewasa.

Dosis Pediatrik sama dengan

dosis dewasa.

- Simpan

dalam

lemari

pendingin

pada suhu

2°C-8°C

(36°F-

46°F).

Tidak

membeku.

Lindungi

dari

cahaya.

Secara

mikrobiolo

gi harus

segera

digunakan.

Jika tidak

langsung

digunakan,

setelah

dibuka,

kemasan

harus

dibuang

setelah 30

hari.

-

250. Tutofusin OPS

Infus 500 ml

(per L : Na 100

meq; K 18

meq; Ca`4

meq; Mg 6

meq; Acetate

38 meq;

sorbitol 50 g)

30 mL/kg berat badan/hari

(ekuivalen dengan 1,5 g

sorbitol/kg berat badan/hari).

Pasien dengan berat 70 kg 2 L

hari dengan laju infus hingga 6

mL / menit (120 tetes / menit).

Tidak ada

karena

manitol

merupaka

n pelarut

untuk zat

lain.

Simpan di

suhu

kamar

Hindari

dari

pembekua

n

Kristalisas

i dapat

Harus

disimpan

pada suhu

kamar

yang

terkendali

dan

dilindungi

dari

Inkompatibel di

tempat pemberian :

Cefepime,

doxorubicin

liposome, filgrastim

Inkompatibel jika

dicampur :

Imipenem/cilastatin,

meropenem

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 386: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

73

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

terjadi

pada suhu

rendah,

jangan

mengguna

kan

larutan

yang

mengandu

ng Kristal

Pemanasa

n dalam

bak air

panas dan

goncangan

kuat dapat

digunakan

untuk

resolubiliz

ation

pembekuan

Larutan

secara

kimiawi

stabil.

Manitol

20% akan

stabil

setelah

diautoklaf

pada suhu

250°F

selama 15

menit.

251. Urografin 76%

20 ml (per ml :

100 mg Na

amidotrizoat,

Dewasa. Infus drip urograpi 2-

4ml/kg berat badan hingga 250

ml. “retrograde urography” 5-

10ml.

- Terlindun

g dari

cahaya

dan X-

Shelf life :

5 tahun.

Sisa yang

tidak

Antihistamin,

kortikosteroid

profilaksis.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 387: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

74

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

660 mg

meglumin

amidotrizoat)

Anak-anak. Infus drip urograpi

: tidak boleh lebih dari 4 ml/kg

berat badan.

rays digunakan

harus

dibuang.

252. Uromitexan Inj

400 mg

(Mesna)

Infus jangka pendek-dosis

ifosfamida <2,5 g/m2/hari, dosis

lazim mesna 60% dari

ifosfamida dibagi 3 dosis (0, 4,

dan 8 jam setelah dimulai

ifosfamida).

Infus lanjutan-dosis ifosfamida

<2,5 g/m2/hari, mesna diberikan

secara IV Bolus 20% dari dosis

ifosfamida, diikuti dengan

infuse lanjutan mesna 40% dari

dosis ifosfamida selama 12-24

jam setelah infuse ifosfamida.

Dosis tinggi ifosfamida (>2,5

g/m2/hari, dibutuhkan frekuensi

dan dosis tinggi mesna.

Dekstros

a 5%

dalam

NaCl

0,2%.

Dekstros

a 5%

dalam

NaCl

0,33%.

Dekstros

a 5%

dalam

NaCl

0,45%.

Dekstros

a 5%

dalam

air.

Ringer’s

injection,

Simpan

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

Ampul

yang sudah

dibuka

sebaiknya

dibuang.

Stabil pada

suhu 25°C

selama 24

jam.

Amfoterisin B

kompleks kolesterol

sulfat.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 388: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

75

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

lacatated.

NaCl

0,9%.

253. Vaksin BCG

kering Inj

0,375 mg/ml

(Vaksin BCG)

0,05 ml (1 bulan-1 tahun); 0,1

ml (1-18 tahun) dengan cara

injeksi intradermal.

saline

bebas

pengawet

Simpan di

lemari es

(2°C-

8°C).

Terlindun

g dari

cahaya.

Produk

harus

digunakan

segera

setelah

rekonstitus

i. Dalam

hal terjadi

penundaan

antara

rekosntitus

i dan

pemberian,

dapat

disimpan

hingga 2

jam pada

suhu 2°C

atau 25°C

dan

terlindung

Produk obat ini

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 389: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

76

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dari

cahaya.

254. Vaksin Jerap

Diphteria,

Tetanus, dan

Pertusis (DTP)

Inj (Vaksin

Jerap Difteri

Tetanus = DT)

Profilaksis tetanus 250 IU IM.

Dosis harus dua kali lipat dalam

kasus luka dengan kerusakan

jaringan atau luka yang

terinfeksi atau cedera yang

terjadi lebih dari 24 jam atau

pada orang dewasa dengan

berat lebih dari rata-rata. Terapi

klinis tetanus tunggal dosis

3,000-6,000 IU IM dalam

kombinasi dengan prosedur

klinis lainnya yang sesuai.

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara

IM.

Simpan

dalam

wadah asli

pada 2°C-

8°C.

Penyimpa

nan hingga

satu

minggu

pada suhu

kamar

(25°C)

dalam

kemasan

asli.

Jangan

dibekukan.

Menyimpa

n botol

dalam

karton luar

untuk

Vaksin

harus

mencapai

suhu kamar

sebelum

digunakan.

Residu

harus

dibuang.

Produk obat ini tidak

dicampur dengan

obat lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 390: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

77

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

melindung

i dari

cahaya.

255. Vaksin Polio

Oral Trivalen

(Sabin) Inj

10/20 dosis

(Vaksin polio)

Polio-0 diberikan saat

kunjungan pertama. Untuk bayi

yang baru lahir di RS/RB polio

oral diberikan saat bayi

dipulangkan (untuk

menghindari transmisi virus

vaksin kepada bayi lain)

Tidak ada

karena

langsung

diberikan

Simpan

pada

lemari

pendingin

(suhu

2°C-8°C).

Jangan

membeku

kan.

Terlindun

g dari

cahaya.

Setelah

dibuka,

harus

digunakan

segera.

Tidak boleh

dicampur dengan

obat lain.

256. Valdimex 10

mg/2 ml,

Valium 5 mg/2

ml (Diazepam)

Sedasi untuk bedah minor atau

prosedur dental: 100-200

mcg/kg injeksi IV,

Dosis dewasa 10-20 mg

Glukosa

5%; tidak

direkmon

edasi

untuk

dilarutka

n

NaCl 0,9

Simpan

kemasan

asli di

bawah

suhu

25°C.

Larutan

harus

tidak

Jika

larutan

diazepam

harus

digunaka

n melalui

infus,

gunakan

segera

Wadah PVC, KCl,

amfoterisin,

atracurium,

cisatracurium,

dobutamin,

flukloksasilin,

foscarnet,

furosemid, heparin

Na, linezolid,

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 391: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

78

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

dapat

digunakan

untuk

penggunaa

n darurat

berwarna

sampai

kuning

pucat.

Perubahan

warna

menunjuk

kan

larutan

terdegrada

si dan

tidak

boleh

digunakan

infus yang

telah

disiapkan.

Stabilitas

tergantung

dari wadah,

cairan,

konsentrasi,

dan

perangkat

pemberian

meropenem, pabrinex,

propofol, remifentanil,

vecuronium bromida

257. Vancomysin

HCl Inj 0,5 g

(Vankomisin

HCl)

Bayi >1 bulan dan anak-anak

IV : 10-15 mg/kg setiap 6 jam.

Dewasa IV : 2-3 g/hari (30-60

mg/kg/hari) setiap 8-12 jam.

Dekstros

a 5%

dalam

air.

NaCl

0,9%.

Simpan

pada

temperatur

ruangan.

Stabil

selama 14

hari di

lemari

pendingin.

Aminofilin.

Kloramfenikol

natrium suksinat.

Penisilin G kalium.

Penition Na.

Vitamin B kompleks

dengan vitamin C.

258. Vasopresin 20

IU/ml 1 ml

(Vasopresin)

IM, Sub Q. Anak-anak 2,5-10

unit 2-4 kali/hari sesuai

kebutuhan. Dewasa 5-10 unit 2-

Dekstrosa

5% dalam

air.

Simpan

kemasan

dalam

Dapat

digunakan

tidak lebih

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 392: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

79

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

4 kali/hari sesuai kebutuhan.

Infus IV lanjutan. Anak-anak,

dosis lazim 0,0005 unit/kg/jam,

ditambahkan lagi 0,0005

unit/kg./jam setiap 5-10 menit

untuk mengurangi keluarnya

urin (dosis maksimum 0,01

unit/kg/jam). Dewasa, konversi

IM atau SubQ dibutukan 1 jam

infus IV lanjutan.

NaCl

0,9%.

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

Hindari

pembekua

n.

dari 24

jam.

259. Venofer Inj

100 mg/5 ml

[Fe(OH)3

sucrose

complex]

Orang dewasa dan lebih tua :

total dosis kumulatif setara

dengan total deficit besi (mg),

ditentukan berdasarkan kadar

haemoglobin dan berat badan.

Dosis dan penjadwalan dosis

untuk iron secara individu

diperkirakan untuk masing-

masing pasien berdasarkan pada

pertimbangan dari total defisit

besi.

NaCl

0,9%.

Simpan

dalam

kemasan

aslinya.

Jangan

simpan di

atas 25 °

C.

Jangan

membekuk

an.

Shelf life :

3 tahun.

Masa

simpan

setelah

pertama

kali wadah

dibuka:

Dari sudut

pandang

mikrobiolo

gi, produk

harus

digunakan

Tidakboleh

dicampur dengan

obat lain atau agen

terapetik lain.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 393: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

80

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

segera.

Masa

simpan

setelah

direkonstit

usi dengan

NaCl 0,9%:

Dari sudut

pandang

mikrobiolo

gi, produk

harus

digunakan

segera.

260. Vinblastine 10

mg/10 ml

(Vinblastin

sulfat)

Anak-anak. Penyakit hodgkin’s,

dosis lazim 6 mg/m2, tidak

boleh diberikan lebih dari 7

hari. Penyakit Lettere-Siwe,

dosis lazim 6,5 mg/m2, tidak

boleh diberikan lebih dari 7

hari. Kanker testicular, dosis

lazim 3 mg/m2, tidak boleh

diberikan lebih dari interval 7

hari.

NaCl

0,9%.

“Bacterio

static

NaCl

0,9%

yang

berisi

benzil

alkohol.

Simpan

pada

lemari

pendingin.

Dapat

disimpan

pada

temperatur

ruangan

yang

Karena

bersifat

sitotoksik,

maka harus

digunakan

tidak lebih

dari 24 jam

pada suhu

40C atau

pada

Furosemide baik

dalam jarum sunti

maupun disuntikkan

secara berurutan ke

Y-situs dapat

membentuk

endapan.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 394: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

81

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Dewasa. Dosis lazim 3,7

mg/m2, ditambah dosis setiap 7

hari (berdasarkan respon sel

darah putih) sampai 5,5 mg/m2

(dosis kedua); 7,4 mg/m2 (dosis

ketiga); 9,25 mg/m2 (dosis

keempat); dan 11,1 mg/m2

(dosis kelima); tidak boleh

diberikan lebih dari interval 7

hari. Range dosis 5,5-7,4 mg/m2

setiap 7 hari, dosis maksimum

18,5 mg/m2.

terkontrol

hanya 14

hari atau

selama 1

bulan.

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

261. Vincristine 1

mg/ml,

Vincristine 2

mg/ml

(Vinkristin

sulfat)

Anak ≤10 kg atau BSA <1 m2,

terapi lazim 0,05 mg/kg sekali

setiap minggu.

Anak >10 kg atau BSA ≥1 m2 :

1-2 mg/m2, dapat diulangi sekali

setia[ minggu untuk 3-6

minggu, maksimum dosis

tunggal 2 mg. Neuroblastoma,

infus IV lanjutan dengan

doksorubisin 1 mg/m2/hari

untuk 72 jam.

Dewasa 0,4-1,4 mg/m2, dapat

NaCl

0,9%.

Dekstrosa

5% dalam

air.

Simpan

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

Terlindung

dari

cahaya.

Karena

bersifat

sitotoksik,

maka harus

digunakan

tidak lebih

dari 24 jam

pada suhu

40C atau

pada

temperatur

ruangan

Vincristine sulfat

tidak boleh

dicampur dengan

obat lainnya dan

tidak boleh

diencerkan ke dalam

larutan yang

meningkatkan atau

menurunkan pH di

luar kisaran 3,5-5,5.

Furosemide baik

dalam jarum sunti

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 395: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

82

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

diulangi setiap minggu atau 0,4-

0,5 mg/hari infus lanjutan untuk

4 hari setiap 4 minggu atau

0,25-0,5 mg/m2/hari untuk 5

hari setiap 4 minggu.

yang

terkontrol.

maupun disuntikkan

secara berurutan ke

Y-situs dapat

membentuk

endapan.

262. Vispaque 320

mg/50 ml

(Iodixanol)

Dosis Dewasa. Maksimum dosis

80 g. Intraarterial, Iodixanol 320

mg/ml, IV, Iodixanol 270

mg/ml-320 mg/ml

Dosis Geriatrik sama dengan

dosis dewasa.

Dosis Pediatrik, dosis

maksimum belum ditentukan.

Cerebral , ruang jantung , dan

arteri utama terkait dan visceral,

Intra arterial : Anak-anak > 1

tahun 320 mg/mL atau 1-2

mL/kg , dosis maksimum 4

mL/kg. Disertai dengan

pemeriksaan computer

tomografi atau ekskretoris

urograpi, IV Anak-anak > 1

tahun : 270 mg/mL atau 1-2

mL/kg, dosis maksimum 2

Tidak ada

karena

diberikan

langsung

secara IV

dan

intraarteri

.

Simpan

pada

temperatur

ruangan

yang

terkontrol.

Terlindung

dari

cahaya.

Hindari

pembekua

n.

Residu

harus

dibuang.

Setelah

dibuka,

harus

segera

digunakan.

Produk iodihexanol

tidak boleh

dicampur dengan

obat lain atau larutan

melalui injeksi atau

pemberian “Y-site”.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 396: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

83

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

mL/kg. Anak-anak> 12 tahun :

Lihat dosis dewasa.

Dilakukan penyesuaian dosis

pada kerusakan parah penyakit

ginjal dan hati .

263. Vitalipid-N

adult Inj

(Fitomenadion

kombinasi)

Antidot warfarin: untuk

perdarahan besar, hentikan

warfarin dan berikan

phytomenadione 5-10 mg

injeksi IV lambat;

Untuk melawan peningkatan

INR berhubungan dengan

kelainan hati: 10 mg IV

Glukosa

5%,

NaCl

0,9%

Simpan

kemasan

asli pada

suhu

ruang

Terlindun

g dari

cahaya

langsung

Hindarkan

larutan

dari

cahaya

langsung

-

264. Voluven Infus

6% 500 ml

[per 1000 ml :

hydroxyethyl

starch (HES

130/0,4) 60 g;

NaCl 9 g]

Untuk IV infus kontinu.

Dosis awal: 10-20 mL diinfus

perlahan, menjaga pasien di

bawah pengawasan ketat

(karena mungkin annafilaksis).

Dosis harian dan laju infus

tergantung pada kehilangan

darah pasien, pada

pemeliharaan atau pemulihan

hemodinamik dan hemodilusi

- Jangan

simpan di

atas

25°C.

Jangan

membeku

kan.

Shelf-

Life: 3

tahun.

- -

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 397: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

84

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

(efek dilusi).

Dosis harian maksimum adalah

50 mL/kg berat badan/hari.

Voluven dapat diberikan

berulang-ulang selama beberapa

hari sesuai dengan kebutuhan

pasien. Lamanya pengobatan

tergantung pada durasi dan

tingkat hipovolemia,

hemodinamik dan hemodilusi

tersebut.

265. Water for

injections Inj

20 ml, Water

for injections

Inj 10 ml

(Aqua pro

injeksi)

Dosis sesuai kebutuhan individu Tidak ada

karena

digunaka

n sebagai

pelarut.

Jangan

simpan di

atas 25 °

C.

Jangan

membeku

kan.

Harus

disimpan

di suhu

ruangan

yang

terkontrol.

Dengan darah karena

dapat menyebabkan

terjadinya hemolisis

jika diberikan secara

IV.

266. Widahes Infus

500 ml (per L :

hydroxyethyl

starch (HES)

200/0,5 60 g;

NaCl 9 g)

Dosis sesuai kebutuhan

individu.

Tidak ada

karena

digunaka

n sebagai

pelarut.

Jangan

simpan di

atas 25 °

C.

Jangan

- Tidak kompatibel

dengan injeksi

antibakteri.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 398: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

85

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

membeku

kan.

Shelf-

Life: 3

tahun.

267. Xylocaine 2%

2 ml,

Xylocaine 2%

20 ml,

Xylocaine

Jelly 2% 10 g

(Lignocaine

HCl)

Injeksi IV pada pasien tanpa

gangguan sirkulasi yang berat,

100 mg sebagai bolus selama

beberapa menit (50 mg pada

pasien dengan BB lebih ringan

atau pasien dengan gangguan

sirkulasi yang berat), segera

diikuti dengan infuse 4

mg/menit selama 30 menit,

2 mg/menit selama 2 jam,

kemudian 1 mg/menit ;

kadarnya dikurangi lagi bila

infusnya dilanjutkan lebih dari

24 jam (pantauan EKG dan

supervisi dokter ahli jantung).

Setelah injeksi IV, Lidokain

masa kerjanya pendek (berakhir

dalam 15-20 menit). Bila infus

IV tidak segera tersedia, injeksi

NS

D5W

D5RL

Ditempat

sejuk,

hindarkan

dari

cahaya

Stabil

pada suhu

kamar.

Simpan

larutan

(setelah

pengencera

n) pada

suhu 25°C,

tetapi

larutan

tanpa

pengencera

n dapat

disimpan

pada suhu

30°C

Dalam syringe :

cefazolin sodium,

pantoprazole sodium.

Y-site : thiopental

sodium.

Aditif : phenytoin

sodium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 399: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

86

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

intravena awal 50-100 mg dapat

diulangi bila perlu 1 kali atau 2

kali dengan interval tidak

kurang dari 10 menit

IV: Gunakan microdrip (60 tetes

/ mL) atau pump infus untuk

mengatur dosis yang akurat

268. Zovirax 250

mg (Asiklovir

Natrium)

Infus intravena (selama 1 jam) :

pengobatan herpes simpleks

pada immunocompromised,

herpes genital berat awal, dan

varicella zoster 5 mg/kg BB

setiap 8 jam biasanya untuk 5

hari, dosis digandakan menjadi

10 mg/kg BB setiap 8 jam untuk

varicella zoster pada

immunocompromised dan pada

ensefalitis simpleks (biasanya

diberikan 10 hari pada

ensefalitis, dimungkinkan untuk

memberikan selama 14-21 hari).

Profilaksis herpes simpleks

pada immunocompromised 5

mg/kg BB tiap 8 jam. Catatan :

Dekstrosa

5% dalam

air.

NaCl

0,9%.

Simpan

pada

tempearatu

r ruangan

yang

terkontrol.

Larutan

yang telah

direkonstit

usi tidak

boleh

digunakan

lebih dari

12 jam.

Tidak ada.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 400: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

87

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

untuk menghindari dosis

berlebihan pada pasien obesitas,

dosis untuk pemberian

parenteral dihitung berdasarkan

berat badan ideal.

Bayi sampai 3 bulan, dengan

herpes simpleks yang sudah

menyebar, 20 mg/kg BB setiap

8 jam selama 14 hari (21 hari

jika melibatkan sistem saraf

pusat); varicella-zoster (indikasi

tidak terlesensi) 10-20 mg/kg

BB setiap 8 jam sekurang-

kurangnya selama 7 hari.

Anak 3 bulan-12 tahun, herpes

simpleks dan varicella zoster

250 mg/m2 setiap 8 jam

biasanya 5 hari. Dosis

digandakan 500 mg/m2 untuk

varicella zoster pada

immunocompromised dan

ensefalitis simpleks (biasanya

diberika 10 hari untuk

ensefalitis, dimungkinkan untuk

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 401: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

88

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

memberikan selama 14-21 hari).

269. Zyprexa amp

10 mg

(olanzapin)

Direkomendasikan Mulai Dosis:

10 mg diberikan sebagai injeksi

IM tunggal. Dosis rendah (5

atau 7,5 mg) dapat diberikan,

atas dasar status klinis individu.

Suntikan ke-2, 5-10 mg dapat

diberikan 2 jam setelah injeksi

pertama atas dasar status klinis

individu. Dosis maksimum

olanzapin adalah 20 mg dengan

tidak lebih dari 3 suntikan

dalam periode 24 jam.

Lansia> 60 tahun:

Direkomendasikan Mulai Dosis:

2,5-5 mg. Tergantung pada

status klinis pasien, suntikan ke-

2, 2,5-5 mg dapat diberikan 2

jam setelah injeksi pertama.

Tidak lebih dari 3 suntikan

harus diberikan dalam jangka

waktu 24 jam.

Aqua pro

injeksi

Jangan

simpan di

atas 25°C.

Lindungi

dari

cahaya.

Jangan

membekuk

an.

Buang

jarum

suntik dan

setiap

larutan

yang tidak

digunakan

sesuai

dengan

prosedur

klinis yang

sesuai.

Gunakan

larutan

segera

dalam

waktu 1

jam dari

rekonstitusi

.

Jangan

simpan di

atas 25 ° C.

-

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 402: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

89

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

Jangan

membekuk

an.

Produk

obat

parenteral

harus

diperiksa

secara

visual

misalnya

pemeriksaa

n partikulat

sebelum

pemberian.

270. Zyvox Infus 2

mg/ml 300 ml

(Linezolid)

Injeksi intravena selama 30-120

menit, dewasa diatas 18 tahun,

600 mg setiap 12 jam.

- Simpan

pada

kemasan

asli hingga

digunakan.

Shelf life :

3 tahun.

Setelah

dibuka:

Dari sudut

pandang

mikrobiolo

gi, produk

harus

digunakan

segera. Jika

amfoterisin B,

klorpromazin

hidroklorida,

diazepam,

pentamidin

isetionat, eritromisin

laktobionate,

fenitoin natrium dan

sulfametoksazol/

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 403: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

Universitas Indonesia 2

90

No Obat Dosis

Pelarut

Stabilitas

Penyimpanan

Stabilitas

setelah

Penyiapan

Inkompatibilitas

tidak

segera

digunakan,

waktu

penyimpan

an dan

kondisi

adalah

tanggung

jawab

pengguna

trimetoprim,

ceftriaxon Na.

sodium.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 404: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

291 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Ahuja, Satinder dan Stephen Scypinsky. (2001). Handbook of Modern

Pharmaceutical Analysis Volume 3. London : Academic Press.

Alexander, Joseph F., et al. (2013). Drug Information Handbook 22th

Edition.

Ohio : Lexicomp.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : UI

Press.

Deb, Ratul. (2012). Parenteral Admixture And Incompatibility. Oktober 27, 2013.

http://www.authorstream.com/Presentation/iratul-1367880-parenteral-

admixture-and-incompatibility/

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi

III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ganiswara. (2005). Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Groves, M. (1988). Parenteral Technology Manual 2nd edition. USA: Interpharm

Press.

Lacy, Charles F., et al. (2010). Drug Information Handbook 15th

Edition. Ohio :

Lexicomp.

Linden, Ellyana., et al. (2009). Pedoaman Pemberian Obat Injeksi. Surabaya :

Pusat Informasi Obat dan Layanan Kefarmasian (PIOLK) Universitas

Surabaya dan Rumah Sakit Katolik St. Vincentius A. Paulo.

Potter, Perry. (2006). Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014

Page 405: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI ... Yanuarti-Laporan... · adalah intravena, intramuskular, subkutan, intra spinal, dan lain sebagainya (Potter, Perry., 2006)

292

Universitas Indonesia

Reynolds, J.E.F., et al. (1982). Martindale Twenty-Eight Edition The Extra

Pharmacopoeia. London : The Pharmaceutical Press.

Sumardjo, Damin. (2006). Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa

Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia

untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Bandung : Pt.

Setia Purna Inves.

Syamsuni. (2005). Farmasetika Dasar dan Perhitungan Farmasi. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Trissel, Lawrence A., et al. (2005). Hanbook on Injectable Drugs 13th

Edition.

Bethesda : American Society of Health-System Pharmacists.

Turco dan King. (1979). Sterile Dosage Form: Their Preparation and Clinical

Application 2nd edition. Philadelphia: Lea & Febiger.

Voight, A. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Laporan praktek….., Santi Yanuarti, FF UI, 2014