skripsi fitri ayu namadullah

106
KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN ULKUS DIABETIK DI RSUD DR. M. HAULUSSY AMBON TAHUN 2011-2013 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OLEH: FITRI AYU NAMADULLAH NIM. 2010-83-002 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON 2015

Upload: fitri-ayu-qabil

Post on 03-Sep-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

2010-83-002

TRANSCRIPT

  • KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN

    ULKUS DIABETIK DI RSUD DR. M. HAULUSSY AMBON

    TAHUN 2011-2013

    SKRIPSI

    Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

    OLEH:

    FITRI AYU NAMADULLAH

    NIM. 2010-83-002

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS PATTIMURA

    AMBON

    2015

  • iv

  • iii

    SURAT PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Fitri Ayu Namadullah

    NIM : 2010-83-002

    Fakultas : Kedokteran

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:

    KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN ULKUS

    DIABETIK DI RSUD DR. M. HAULUSSY AMBON

    TAHUN 2011-2013

    Adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari skripsi

    orang lain. Apabila kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya

    bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan

    gelar kesarjanaannya).

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya

    Ambon, 15 Juni 2015

    Pembuat Pernyataan

    Fitri Ayu Namadullah

    NIM. 2010-83-002

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan hanya kepada ALLAH SWT, karena atas

    rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi

    ini dengan judul Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus dengan Ulkus

    Diabetik di RSUD dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2011-2013 sebagai suatu

    syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran

    Universitas Pattimura Ambon.

    Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat adanya bantuan,

    bimbingan, dan dorongan dari dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini

    penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Prof. DR. Th. Pentury, M.Si selaku Rektor Universitas Pattimura

    2. DR. dr. J. Manuputty, MPH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

    Pattimura yang telah mengajar dan mendidik penulis selama kuliah di

    Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura serta telah memberikan izin

    kepada penulis untuk melakukan penelitian.

    3. DR. Maria Nindatu, Dra, M.Kes selaku pembantu dekan I, Prof. DR. F.

    Leiwakabessy, M.Pd selaku pembantu dekan II, dan dr. Johan B. Bension,

    M.Med.Ed selaku pembantu dekan III, yang telah mengajar dan mendidik

    penulis selama kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura.

    4. dr. Farah Ch. Noya, MHPEd, selaku Ketua Program Studi Fakultas

    Kedokteran Universitas Pattimura sekaligus sebagai pembimbing II yang

  • v

    telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan yang

    berguna dalam penulisan skripsi ini.

    5. dr. Denny Jolanda, Sp.PD, FINASIM selaku pembimbing I yang telah

    meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dimulai

    dari perencanaan judul sampai skripsi ini selesai.

    6. dr. Jacky Tuamelly, Sp.B(K), Trauma, FICS, FINACS selaku penguji I,

    dr. Ivanmorl Ruspanah selaku penguji II dan dr. Vebiyanti, M.Sc selaku

    penguji III, yang telah bersedia menjadi penguji dan memberikan masukan

    serta saran guna kelengkapan dari skripsi ini.

    7. Direktur, kepala instalasi rekam medis serta kepala ruang paviliun, ruang

    Cendrawasih, ruang rawat inap interna pria, ruang rawat inap interna wanita

    RSUD Dr. M. Haulussy Ambon serta segala pihak yang sudah membantu

    penulis dalam proses penelitian.

    8. dr. Inggrid A. Hutagalung, Sp.PK., M.Kes selaku pembimbing akademik

    yang senantiasa membimbing dan memberi dukungan bagi penulis.

    9. Dra. Fatma Haitami selaku kepala tata usaha dan staf yang telah membantu

    seluruh pengurusan administrasi dari awal kuliah sampai skripsi ini selesai.

    10. Ayahanda Drs. Sabtu Namadullah, M.Pd dan Ibunda Maimuna Muin orang

    tua tercinta yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu memberikan

    dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tak putus-putusnya

    untuk penulis menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Kedokteran, terima

    kasih yang sedalam-dalamnya atas perhatian kasih sayang dan kebanggaan

    yang selama ini telah diberikan.

  • vi

    11. Adik-adik tersayang Razan Ibnu Syam Namadullah dan Nur Nyai Shabrina

    Putri Namadullah yang telah memberikan dukungan dan bantuan bagi

    penulis untuk tetap berusaha menyelesaikan perkuliahan di Fakultas

    Kedokteran.

    12. Suami tercinta Abdul Kadir Tuanany dan anakku Qabil Umar Ar Rizky

    Tuanany yang selalu setia berdoa dan memberikan dorongan moral yang

    sangat besar bagi penulis.

    13. Keluarga Besar Namadullah Muin yang selalu memberikan dukungan dan

    bantuan kepada penulis selama kuliah di Fakultas Kedokteran.

    14. Rekan-rekan seangkatan (PIAMATER. 2010) atas kebersamaan,

    kekompakan, bantuan, dukungan yang telah diberikan. Semoga kita semua

    menjadi orang yang berguna kedepannya.

    15. Teman-teman terbaik GONAGONA (meli, nunu, mila, rosida, oji, ida,

    nuning, wina, ninik, sekar, widy) yang selalu semangat dan saling

    mendukung dalam berbagai aktifitas selama kuliah.

    16. Kepada senior angkatan 2008 dan 2009 yang selama ini memberikan

    semangat, dukungan dan berbagi ilmu serta pengalaman selama menyusun

    proposal, melakukan penelitian hingga selesainya skripsi ini.

    17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

    memberikan bantuan saran, semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi

    ini.

  • vii

    Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari

    sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

    dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini

    dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya terutama dalam

    bidang ilmu pengetahuan.

    Ambon, 15 Juni 2015

    Penulis

  • viii

    KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN

    ULKUS DIABETIK DI RSUD DR. M. HAULUSSY

    TAHUN 2011-2013

    ABSTRAK

    Diabetes Mellitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang serius karena

    berkaitan dengan tingginya kejadian mobiditas, mortalitas, disabilitas dan

    penurunan produktifitas. International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan

    jumlah penderita DM di Indonesia akan terus bertambah mencapai 11,8 juta pada

    tahun 2030. DM menyebabkan berbagai macam komplikasi penyakit, salah

    satunya ulkus diabetik. Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi menahun

    (kronis) dari DM. Menurut beberapa penelitian, pasien yang telah menderita DM

    selama lebih dari 8 tahun sangat rentan terhadap komplikasi ulkus diabetik.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakteristik penderita

    diabetes mellitus dengan ulkus diabetik di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun

    2011-2013. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif menggunakan data

    sekunder bersumber dari rekam medis penderita diabetes mellitus dengan ulkus

    diabetik di RSUD Dr. M. Haulussy tahun 2011-2013 sebanyak 52 sampel. Teknik

    pengambilan sampel adalah total sampling. Dalam penelitian ini didapatkan

    prevalensi penderita DM dengan ulkus diabetik di RSUD Dr. M Haulussy pada

    tahun 2011 adalah 0,10%, pada tahun 2012 adalah 0,09% dan pada tahun 2013

    adalah 0,14%. Penderita DM dengan ulkus diabetik dominan pada kelompok usia

    > 60 tahun (48%), jenis kelamin terbanyak perempuan (52%), telah menderita

    DM 11-15 tahun (46%), suku Maluku (71%), memiliki riwayat keluarga dengan

    DM (54%), kadar glukosa darah puasa yang tertinggi 126 mg/dL (77%), derajat

    ulkus terbanyak adalah grade 3 (38%) dan lokasi ulkus terbanyak pada jari-jari

    kaki (42%).

    Kata kunci: ulkus diabetik, Diabetes Mellitus (DM), RSUD Dr. M. Haulussy.

  • ix

    CHARACTERISTICS OF DIABETES MELLITUS PATIENTS WITH

    DIABETIC ULCERS IN DR. M.HAULUSSY HOSPITAL AMBON

    PERIOD 2011-2013

    ABSTRACT

    Diabetes Mellitus (DM) is a serious public health problem because it was

    associated with a high incidence of morbidity, mortality, disability and decreased

    productivity. International Diabetes Federation (IDF) estimates the number of

    patients with DM in Indonesia will continue to grow reaching 11.8 million in

    2030. Diabetes Mellitus has many complications of the disease, one of which

    diabetic ulcers. Diabetic ulcers is one of the chronic complications of DM.

    According to some studies, patients who had suffered from diabetes for more than

    8 years are particularly vulnerable to complications of diabetic ulcers. This study

    aimed to know the characteristic of diabetes mellitus patients with diabetic ulcers

    in dr. M. Haulussy Hospital Ambon period 2011-2013. This study used

    descriptive retrospective method based on secondary data from medical record of

    diabetes mellitus patients with diabetic ulcers in Dr. M. Haulussy Hospital

    Ambon period 2011-2013 much as 52 samples. Samples in this study were taken

    using total sampling. The result of this study shows that prevalence rate of

    diabetes mellitus with diabetic ulcers patients in Dr. M. Haulussy Hospital Ambon

    in 2011 is 0,10%, in 2012 is 0,09% and in 2013 is 0.14%. DM patients with

    diabetic ulcers are dominant the age group > 60 years (48%), most female (52%),

    contracting diabetes mellitus for 11-15 years (46%), Maluku tribes (71%), had a

    family history of DM (54%), with highest fasting blood glucose levels 126

    mg/dL (77%), the highest degree of ulcers was grade 3 (38%) and the location of

    most ulcers are on the toes (42%).

    Keywords: diabetic ulcers, Diabetes Mellitus (DM), Dr. M. Haulussy Hospital.

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    TANDA PENGESAHAN ................................................................................ ii

    SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

    ABSTRAK ....................................................................................................... viii

    ABSTRACT ....................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI .................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Diabetes Mellitus 2.1.1 Definisi ..................................................................................... 9

    2.1.2 Epidemiologi ............................................................................ 9

    2.1.3 Etiologi ..................................................................................... 10

    2.1.4 Faktor Risiko ............................................................................ 11

    2.1.5 Klasifikasi ................................................................................. 15

    2.1.6 Patofisiologi .............................................................................. 16

    2.1.7 Manifestasi Klinis ..................................................................... 17

    2.1.8 Diagnosis .................................................................................. 18

    2.1.9 Penatalaksanaan ........................................................................ 19

    2.1.10 Komplikasi ............................................................................... 24

    2.2. Ulkus Diabetik 2.2.1 Definisi ..................................................................................... 26

    2.2.2 Epidemiologi ............................................................................ 27

    2.2.4 Faktor Risiko ............................................................................ 27

    2.2.5 Klasifikasi ................................................................................. 31

    2.2.6 Patofisiologi .............................................................................. 32

    2.2.7 Manifestasi Klinis ..................................................................... 35

    2.2.8 Diagnosis .................................................................................. 35

    2.2.9 Penatalaksanaan ........................................................................ 36

    2.3. Kerangka Teori ....................................................................................... 45

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Metode Penelitian ................................................................................... 46 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 46 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 46 3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi .................................................................. 47

  • xi

    3.5. Kerangka Konsep ............................................................................... 48 3.6. Variabel Penelitian ............................................................................... 48 3.7. Definisi Operasional ............................................................................... 49 3.8. Manajemen Data Penelitian .................................................................... 50 3.9. Alur Penelitian ........................................................................................ 51 3.10. Etika Penelitian ....................................................................................... 52 3.11. Jadwal Penelitian .................................................................................... 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Penelitian ....................................................................................... 53 4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 53

    4.1.2. Analisis Deskriptif .................................................................... 54

    4.2. Pembahasan ............................................................................................ 63 4.3. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 72 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 73 5.2. Saran .................................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 76

    LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1. Klasifikasi nilai IMT (Indeks Massa Tubuh) .................................. .. 14

    Tabel 2.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus .. ............................... 16

    Tabel 2.3. Etiologi, Klasifikasi dan Manifestasi Klinis

    Diabetes Mellitus ............................................................................ 18

    Tabel 2.4. Kategori diagnostik GPT, TGT & DM ........................................... 19

    Tabel 2.5. Gambaran Klinis 5 P pada Ulkus Diabetik .................................... 35

    Tabel 2.6. Kriteria pengendalian Diabetes Mellitus

    untuk mencegah komplikasi kronik ................................................ 36

    Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian ...................................................... 49

    Tabel 3.2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... ................................ 52

    Tabel 4.1. Prevalensi penderita diabetes mellitus dengan ulkus diabetik

    di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2011-2013..................... 54

    Tabel 4.2. Pola distribusi penderita diabetes mellitus dengan ulkus diabetik

    berdasarkan karakteristik umur di RSUD Dr. M. Haulussy

    Ambon tahun 2011-2013 ............................................................... 56

    Tabel 4.3. Pola distribusi penderita diabetes mellitus dengan ulkus diabetik

    berdasarkan karakteristik jenis kelamin di RSUD

    Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2011-2013 .................................... 57

    Tabel 4.4. Pola distribusi penderita diabetes mellitus dengan ulkus diabetik

    berdasarkan karakteristik lama menderita DM di RSUD

    Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2011-2013 .................................... 58

    Tabel 4.5. Pola distribusi penderita diabetes mellitus dengan ulkus diabetik

    berdasarkan karakteristik suku di RSUD Dr. M. Haulussy

    Ambon tahun 2011-2013 ............................................................... 59

    Tabel 4.6. Pola distribusi penderita diabetes mellitus dengan ulkus diabetik

    berdasarkan karakteristik riwayat keluarga dengan DM di

    RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2011-2013 ........................ 60

    Tabel 4.7. Pola distribusi penderita diabetes mellitus dengan ulkus diabetik

    berdasarkan karakteristik kadar glukosa darah puasa di

    RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2011-2013 ........................ 60

    Tabel 4.8. Pola distribusi penderita diabetes mellitus dengan ulkus diabetik

    berdasarkan karakteristik derajat ulkus di RSUD

    Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2011-2013 .................................... 62

    Tabel 4.9. Pola distribusi penderita diabetes mellitus dengan ulkus diabetik

    berdasarkan karakteristik lokasi ulkus di RSUD

    Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2011-2013 .................................... 62

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1. Grafik perkiraan jumlah penderita

    Diabetes pada negara berkembang tahun 2030 ........................... 10

    Gambar 2.2. Ulkus Diabetik............................................................................. 26

    Gambar 2.3. Bagan patofisiologi Ulkus Diabetik ............................................ 34

    Gambar 2.4. Algoritma Penatalaksanaan Luka (1) .......................................... 43

    Gambar 2.5. Algoritma Penatalaksanaan Luka (2) .......................................... 44

    Gambar 2.6. Kerangka Teori ............................................................................ 45

    Gambar 3.1. Rumus deskriptif kategorik ......................................................... 47

    Gambar 3.2. Kerangka Konsep ........................................................................ 48

    Gambar 3.3. Kerangka Alur Penelitian ............................................................ 51

    Gambar 4.1. Prevalensi penderita diabetes mellitus dengan ulkus diabetik

    di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2011-2013 ................. 55

    Gambar 4.2. Pola distribusi penderita diabetes mellitus dengan

    ulkus diabetik berdasarkan karakteristik jenis kelamin

    di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2011-2013 ................. 57

    Gambar 4.3. Pola distribusi penderita diabetes mellitus dengan

    ulkus diabetik berdasarkan karakteristik lama menderita DM

    di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2011-2013 ................. 58

    Gambar 4.4. Pola distribusi penderita diabetes mellitus dengan

    ulkus diabetik berdasarkan karakteristik suku di

    RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2011-2013 ..................... 59

    Gambar 4.5. Pola distribusi penderita diabetes mellitus dengan

    ulkus diabetik berdasarkan karakteristik kadar glukosa

    darah puasa di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

    tahun 2011-2013 ......................................................................... 61

    Gambar 4.6. Pola distribusi penderita diabetes mellitus dengan

    ulkus diabetik berdasarkan karakteristik lokasi ulkus

    di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon tahun 2011-2013 ................. 63

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Rekomendasi Persetujuan Etik

    Lampiran 2. Surat Permohonan untuk Penelitian

    Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

    Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Meneliti

    Lampiran 5. Surat Pengembalian Penelitian

    Lampiran 6. Data Penelitian

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Sistem Kesehatan Nasional menyatakan bahwa segala upaya dalam

    pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan

    yang lebih tinggi yang memungkinkan orang hidup lebih produktif baik sosial

    maupun ekonomi.1 Dengan meningkatnya status sosial dan ekonomi, pelayanan

    kesehatan masyarakat, perubahan gaya hidup, bertambahnya umur harapan hidup,

    maka Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit menular

    menjadi penyakit tidak menular, hal ini di kenal dengan transisi epidemiologi.2

    Kecenderungan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular salah satunya

    adalah diabetes mellitus (DM).2

    Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,

    hal ini berkaitan dengan urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola

    hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang. Diabetes

    mellitus perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah

    penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan.3

    Menurut survei yang dilakukan oleh International Diabetes Federation (IDF)

    pada tahun 2012 penderita DM sebanyak 371 juta jiwa dengan 50% penderita

    diabetes berusia 20-79 tahun yang tidak terdiagnosis dan 4,8 juta penderita

    diabetes yang meninggal dunia. Di Eropa terdapat penderita diabetes mellitus

    sebanyak 55 juta jiwa, dan 21,2 juta jiwa diantaranya bahkan tidak mengetahui

  • 2

    bahwa mereka mengidap DM. Berdasarkan data dari IDF, jumlah penderita DM di

    Indonesia pada tahun 2011 mencapai 7,3 juta orang. Indonesia menempati urutan

    ketujuh setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brasil, Rusia dan Meksiko dengan

    jumlah penderita 7,6 juta orang dengan 4 ribu kasus yang tidak terdiagnosis dan

    angka kematian yang mencapai 155 ribu jiwa pada tahun 2012. Diprediksikan

    jumlah penderita DM di Indonesia akan terus bertambah mencapai 11,8 juta pada

    tahun 2030.4

    Di Indonesia berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi

    DM sebesar 1,5 2,3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan di daerah

    urban prevalensi DM sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%.3

    Prevalensi

    tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan negara maju, sehingga diabetes

    mellitus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius.5

    Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 20136, penderita DM di

    Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5% dan

    diabetes mellitus terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1%. Angka kejadian

    diabetes mellitus yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta

    2,6%, DKI Jakarta 2,5%, Sulawesi Utara 2,4% dan Kalimantan Timur 2,3%,

    sedangkan diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di

    Sulawesi Tengah 3,7%, Sulawesi Utara 3,6%, Sulawesi Selatan 3,4% dan Nusa

    Tenggara Timur 3,3%. Dilihat dari kecenderungan penyakit tidak menular (PTM)

    yaitu diabetes mellitus dari tahun 2007 ke tahun 2013, angka kejadian diabetes

    mellitus pada tahun 2013 adalah 2,1% lebih tinggi dibanding tahun 2007 1,1 %.

    Dua provinsi, yaitu Papua Barat dan Nusa Tenggara Barat terlihat ada

  • 3

    kecenderungan menurun, 31 provinsi lainnya menunjukkan kenaikan penderita

    diabetes mellitus yang cukup berarti seperti Maluku 0,5% menjadi 2,1%, Sulawesi

    Selatan 0,8% menjadi 3,4%, dan Nusa Tenggara Timur 1,2% menjadi 3,3%.6

    Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku menyebutkan jumlah kasus

    diabetes mellitus pada tahun 2012 di Maluku Tenggara terdapat 159 kasus dan di

    Maluku Barat Daya terdapat 26 kasus.7 Di kota Ambon terdapat 69 kasus pada

    tahun 2011. Diabetes mellitus merupakan penyebab kematian nomor tiga di kota

    Ambon setelah penyakit serebrovaskular dan penyakit jantung iskemik.8

    Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. M. Haulussy

    Ambon tercatat penderita DM pada tahun 2010 sebanyak 238 orang dengan angka

    kematian 28 orang, tahun 2011 sebanyak 240 orang dengan angka kematian 26

    orang dan tahun 2012 sebanyak 342 orang dengan angka kematian 57 orang.9

    Peningkatan penyakit DM yang cepat dan komplikasi DM berupa

    komplikasi akut maupun kronis menyebabkan morbiditas yang mengganggu

    kualitas hidup bahkan dapat menyebabkan kematian10

    . Komplikasi DM yang

    muncul secara akut atau timbul secara mendadak seperti hipoglikemia dan

    ketoasidosis diabetik. Sedangkan komplikasi kronis (menahun) DM seperti

    neuropati, penyakit jantung koroner, ulkus diabetik, retinopati, dan nefropati.10

    Diabetes mellitus dibandingkan dengan penderita non diabetes mellitus

    mempunyai kecenderungan 2 kali lebih mudah mengalami trombosis serebral, 25

    kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit jantung koroner, 17 kali terjadi gagal

    ginjal kronik, dan 50 kali menderita ulkus diabetik.11

  • 4

    Ulkus diabetik adalah salah satu komplikasi menahun (kronis) DM yang

    merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian pada orang dewasa.11

    Ulkus

    diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan adanya

    makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati.11

    Ulkus

    diabetik mudah berkembang menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri

    dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk

    pertumbuhan kuman.12

    Prevalensi penderita ulkus diabetik di Amerika Serikat adalah 15-20%,

    dengan risiko amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita non

    diabetes mellitus.13

    Prevalensi penderita ulkus diabetik di Indonesia sebesar 15%

    dari penderita diabetes mellitus dengan risiko tertinggi pada perempuan yang

    berusia lanjut ( 60 tahun).12,14

    Angka kematian dan angka amputasi masih tinggi,

    masing-masing sebesar 32,5% dan 23,5%.14

    Prognosis penderita diabetes mellitus

    paska amputasi masih sangat buruk. Sebanyak 14,3% akan meninggal dalam

    setahun paska amputasi dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun paska

    amputasi.12

    Menurut Penelitian Zahtamal15

    , angka terjadinya ulkus diabetik pada pasien

    DM lebih banyak terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 2 dan mayoritas berusia

    lanjut. Proses penuaan secara degeneratif berdampak pada perubahan secara

    keseluruhan, dengan adanya proses penuaan disertai kondisi penyakit. Penderita

    DM harus lebih memperhatikan kesehatannya untuk mencegah terjadinya

    komplikasi. Lamanya diabetes melitus 8 tahun, adanya deformitas kaki karena

    kadar glukosa darah yang tidak terkontrol dan adanya gangguan penglihatan

  • 5

    mempengaruhi penatalaksanaan dalam pencegahan terjadinya ulkus seperti

    sulitnya melakukan perawatan kaki atau inspeksi kaki. Penderita DM dengan

    riwayat ulkus sebelumnya berisiko terjadinya ulkus berulang. Hal tersebut dapat

    disebabkan karena banyaknya penderita DM yang mengatakan tidak paham dalam

    melakukan pencegahan terhadap terjadinya ulkus berulang.15

    Data dari RSUD dr. M. Haulussy Ambon menyebutkan jumlah kasus

    diabetes mellitus pada tahun 2010 terdapat 238 kasus dan pada tahun 2011

    terdapat 240 kasus, diantaranya menderita ulkus diabetik pada tahun 2010

    sebanyak 24 penderita dan pada tahun 2011 sebanyak 16 penderita.9

    Berdasarkan uraian di atas, serta mengingat banyaknya komplikasi yang

    dapat menyebabkan diabetes mellitus dan melihat tendensi kenaikan angka

    kejadian diabetes mellitus secara global dan komplikasi yang ditimbulkan akibat

    diabetes mellitus salah satunya ulkus diabetik, maka perlu dilakukan suatu

    penelitian tentang karakteristik penderita diabetes mellitus dengan ulkus diabetik

    di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat diidentifikasi

    permasalahan berikut: bagaimana karakteristik penderita diabetes mellitus dengan

    ulkus diabetik di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tahun 2011-2013 ?

  • 6

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita diabetes

    mellitus dengan ulkus diabetik di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tahun

    2011-2013.

    1.3.2. Tujuan Khusus

    1) Untuk mengetahui prevalensi Penderita Diabetes Mellitus dengan Ulkus

    Diabetik di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tahun 2011-2013.

    2) Untuk mengetahui karakteristik Penderita Diabetes Mellitus dengan Ulkus

    Diabetik di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tahun 2011-2013

    berdasarkan usia.

    3) Untuk mengetahui karakteristik Penderita Diabetes Mellitus dengan Ulkus

    Diabetik di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tahun 2011-2013

    berdasarkan jenis kelamin.

    4) Untuk mengetahui karakteristik Penderita Diabetes Mellitus dengan Ulkus

    Diabetik di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tahun 2011-2013

    berdasarkan lamanya menderita DM.

    5) Untuk mengetahui karakteristik Penderita Diabetes Mellitus dengan Ulkus

    Diabetik di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tahun 2011-2013

    berdasarkan suku.

    6) Untuk mengetahui karakteristik Penderita Diabetes Mellitus dengan Ulkus

    Diabetik di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tahun 2011-2013

    berdasarkan riwayat keluarga dengan DM.

  • 7

    7) Untuk mengetahui karakteristik Penderita Diabetes Mellitus dengan Ulkus

    Diabetik di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tahun 2011-2013

    berdasarkan kadar glukosa darah puasa.

    8) Untuk mengetahui karakteristik Penderita Diabetes Mellitus dengan Ulkus

    Diabetik di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tahun 2011-2013

    berdasarkan derajat ulkus.

    9) Untuk mengetahui karakteristik Penderita Diabetes Mellitus dengan Ulkus

    Diabetik di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tahun 2011-2013

    berdasarkan lokasi ulkus.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1 Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi atau masukan dalam

    meningkatkan pelayanan Rumah Sakit khususnya pada penderita Diabetes

    mellitus dengan Ulkus Diabetik yang mempunyai fatalitas kasus yang

    tinggi.

    1.4.2 Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan Fakultas Kedokteran

    Universitas Pattimura Ambon dan sebagai media pembelajaran dan dapat

    mengaplikasikannya dalam ilmu pendidikan terkait.

    1.4.3 Dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu kesehatan, khususnya ilmu

    epidemiologi dan sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian

    selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan

    penulis sekaligus mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta

    mengasah kemampuan analisis penelitian.

  • 8

    1.4.4 Dapat memberikan pembelajaran untuk meningkatkan wawasan,

    pengetahuan dan pengembangan diri peneliti di bidang penelitian dan

    sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di

    Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Diabetes Mellitus

    2.1.1 Definisi

    Diabetes mellitus adalah kelainan yang ditandai dengan kadar glukosa

    darah yang melebihi normal (hiperglikemia) dan gangguan metabolisme

    karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin

    secara relatif maupun absolut, apabila dibiarkan tidak terkendali dapat terjadinya

    komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang yaitu

    mikroangiopati dan makroangiopati.16,17

    2.1.2 Epidemiologi

    Diabetes mellitus adalah satu di antara penyakit tidak menular yang angka

    kejadiannya akan terus meningkat dimasa depan.1 The International Diabetes

    Federation (IDF) memprediksi bahwa jumlah penyandang diabetes akan

    meningkat dari 366 juta pada tahun 2011 menjadi 552 juta pada tahun 2030.4

    IDF mencatat pada tahun 2012 penderita diabetes mellitus dunia sebanyak

    371 juta jiwa. Di Indonesia, prevalensi diabetes mellitus mencapai 5,1% dengan

    jumlah penderita sebanyak 7,3 juta orang pada tahun 2011.4 Menurut hasil

    penelitian antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok didapatkan prevalensi

    diabetes mellitus tipe II sebesar 14,7%, ini merupakan suatu angka yang tinggi.1

    Demikian juga di Makassar, prevalensi diabetes mellitus tahun 2005 mencapai

  • 10

    12,5%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wild et al17

    , Indonesia

    menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia

    setelah India, Cina dan Amerika Serikat dengan jumlah penderita diabetes

    mellitus sebanyak 21,3 juta orang pada tahun 2030. Masih dengan penelitian yang

    sama, bahwa di negara-negara berkembang mayoritas penderita diabetes berada

    pada rentang usia 45-64 tahun. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

    Gambar. 2.1 Grafik perkiraan jumlah penderita diabetes pada negara berkembang tahun

    2030.

    Sumber: Wild S, Roglic G, Green A: Global burden of diabetes, 20002030: prevalence,

    numerical estimates, and projections. Diabetes Care 21:14141431, 2004.

    2.1.3 Etiologi

    Diabetes mellitus diklasifikasikan berdasarkan etiologinya yaitu diabetes

    mellitus tipe I dan diabetes mellitus tipe II. DM tipe I merupakan diabetes mellitus

    yang tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus), sedangkan DM

    tipe II merupakan diabetes mellitus yang tidak tergantung dengan insulin (Non

    Insulin Dependent Diabetes Mellitus).19

  • 11

    DM tipe I yang dikenal dengan nama insulin dependent diabetes mellitus

    (IDDM) atau diabetes mellitus yang tergantung insulin merupakan suatu penyakit

    akibat ketiadaan insulin absolut.20

    Keadaan ini disebabkan oleh lesi pada sel beta

    pankreas karena mekanisme autoimun. DM tipe I biasanya dijumpai pada individu

    yang tidak gemuk, berusia kurang dari 30 tahun akan tetapi diabetes tipe I dapat

    ditemukan pada semua kelompok usia.21

    DM tipe II atau non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) atau

    diabetes mellitus yang tergantung insulin merupakan hiperglikemia yang

    disebabkan resistensi insulin disertai penurunan kadar insulin yang disekresi.22

    Hal ini dikarenakan pankreas tetap menghasilkan insulin, akan tetapi kadang

    kadarnya lebih tinggi dari normal. Namun tubuh tetap membentuk kekebalan

    terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif. Sebelumnya DM

    tipe II disebut sebagai diabetes dengan onset dewasa dan sekitar 90% dari

    penderita diabetes dunia mengalaminya. Sebagian besar penderita DM tipe II

    memiliki berat badan berlebih atau obesitas, obesitas itu sendiri menyebabkan

    beberapa derajat resistensi insulin. Obesitas terjadi karena disposisi genetik,

    asupan makanan yang terlalu banyak dan aktifitas fisik yang terlalu sedikit.21,23

    2.1.4 Faktor Risiko

    Ada beberapa faktor risiko diabetes mellitus yang tidak dapat dimodifikasi

    dan yang dapat dimodifikasi, yaitu:

    1) Faktor risiko DM yang tidak dapat dimodifikasi

  • 12

    a. Ras/etnik

    Beberapa golongan etnik mempunyai semacam proteksi terhadap efek buruk

    pengaruh barat, antara lain bangsa Melanesia dan Eskimo. Di Samudera Pasifik,

    diabetes mellitus sangat jarang terdapat pada orang Polinesia yang masih dengan

    gaya hidup tradisional, beda dengan daerah urban seperti Mikronesia, Guam,

    Nauru dan negara-negara Polinesia seperti Tonga, Hawai, Tahiti dengan jumlah

    pasien diabetes sangat tinggi.1

    b. Usia

    Usia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pengaruhnya

    terhadap prevalensi diabetes melitus. Diabetes mellitus dapat terjadi pada semua

    kelompok umur, terutama diatas 40 tahun karena resiko DM akan meningkat

    dengan bertambahnya usia. DM tipe I biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada

    usia < 40 tahun sedangkan DM tipe II biasa terjadi pada usia 40 tahun.24

    c. Jenis kelamin

    Pada diabetes mellitus seorang pria muda sedikit lebih banyak dibanding

    wanita, walaupun pada usia pertengahan wanita sering terkena. Kehamilan

    menambah kemungkinan berkembangnya diabetes mellitus.16

    d. Riwayat keluarga dengan DM

    DM tipe II merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik

    yang akan mempercepat fenotipe diabetes, riwayat penyakit untuk timbulnya DM

    tipe II terjadi interaksi antara predisposisi genetik dan lingkungan. Pada penelitian

    yang dilakukan oleh The framingham of spring study diabetes, risiko DM tipe 2

  • 13

    yaitu 3,5 kali lebih tinggi pada keturunan salah satu orang tua diabetes, dan 6 kali

    lebih tinggi pada keturunan yang kedua orang tua menderita diabetes.25

    e. Riwayat pernah menderita diabetes mellitus gestasional (DMG)

    Diabetes Mellitus Gestational (DMG) adalah suatu bentuk diabetes yang

    berkembang pada beberapa wanita selama kehamilan. DMG terjadi karena

    kelenjar pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk

    mengontrol gula darah (glukosa) wanita hamil tersebut pada tingkat yang aman

    bagi dirinya maupun janin yang dikandungnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan

    pemeriksaan darah yang menunjukkan wanita hamil tersebut mempunyai kadar

    gula yang tinggi dalam darahnya dimana ia tidak pernah menderita diabetes

    sebelum kehamilannya, DMG berbeda dengan diabetes lainnya dimana gejala

    penyakit ini akan menghilang setelah bayi lahir. Di Indonesia insiden DMG

    sekitar 1-14% dan sekitar 56,6% wanita yang pernah mengalami DMG pada

    pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau

    gangguan toleransi glukosa.26

    2) Faktor risiko DM yang dapat dimodifikasi

    a. Obesitas

    Risiko DM tipe II meningkat dengan obesitas yang diukur dengan indeks

    massa tubuh (IMT) baik pada pria maupun wanita.24

    Obesitas menunjukkan

    adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh, ditandai dengan

    peningkatan nilai masa indeks tubuh diatas normal, orang yang mengalami

    penumpukan lemak yang lebih banyak dalam jangka waktu yang lama akan

    menjadi risiko tinggi DM.27

  • 14

    Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai IMT (Indeks Massa Tubuh)

    Sumber: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan

    dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni. 2011.

    b. Kurangnya aktivitas fisik

    Olahraga juga berperan dalam kontrol kadar gula darah. Otot yang

    berkontraksi atau aktif kurang memerlukan insulin untuk memasukan glukosa ke

    dalam sel karena otot yang aktif lebih sensitif terhadap insulin sehingga kadar

    glukosa darah menjadi turun. Untuk kedua tipe diabetes melitus, olahraga terbukti

    dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel sehingga glukosa darah turun.28

    Penelitian yang dilakukan di USA selama 5 tahun menemukan bahwa kasus

    DM tipe II lebih tinggi pada kelompok yang melakukan aktivitas fisik kurang dari

    1 kali per minggu dibanding dengan kelompok yang melakukan olahraga 5 kali

    seminggu. Penelitian lain yang dilakukan selama 8 tahun pada 87.535 perawat

    wanita yang melakukan olahraga ditemukan penurunan risiko penyakit DM tipe II

    sebesar 33%.29

    c. Hipertensi

    Terjadinya hipertensi pada penderita DM dikaitkan dan hampir sama proses

    terjadi keduanya yaitu melalui suatu keadaan yang disebut sindroma metabolik.

    Satu penelitian memperoleh hasil dimana dari 427 pasien hipertensi yang diteliti,

    46 persen diantaranya adalah pasien DM, pasien cenderung berusia lebih tua,

    IMT (kg/m2) Kategori

  • 15

    indeks massa tubuh yang lebih tinggi dan cenderung akan mengalami komplikasi

    kardiovaskular dan gagal ginjal.27

    d. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL)

    Dislipidemia yaitu gangguan metabolisme lipid berupa peningkatan kadar

    kolesterol total, trigliserida (TG), low density lipoprotein (LDL) dan penurunan

    kadar high density lipoprotein (HDL). Gambaran dislipidemia pada DM tipe II

    yang paling sering ditemukan adalah peningkatan kadar TG dan penurunan kadar

    HDL. Walaupun kadar LDL tidak selalu meningkat, tetapi partikel LDL akan

    mengalami penyesuaian perubahan (modifikasi) menjadi bentuk kecil dan padat

    yang bersifat aterogenik.30

    2.1.5 Klasifikasi

    Berdasarkan beberapa kepustakaan,22,31,38

    DM diklasifikasikan atas empat

    kategori utama, yaitu:

    1) Diabetes mellitus tipe I, merupakan kondisi dimana ketiadaan insulin absolut.

    2) Diabetes mellitus tipe II, merupakan suatu keadaan resistensi insulin disertai

    penurunan kadar insulin yang disekresi.

    3) Diabetes mellitus tipe III, merupakan tipe spesifik lainnya yang dapat

    disebabkan oleh defek genetik kerja insulin, neoplasma, defek akibat obat

    atau bahan kimia dan sindrom genetik lainnya.

    4) Diabetes mellitus tipe IV, merupakan diabetes mellitus gestasional yang

    terjadi pada masa kehamilan akibat resistensi insulin.

  • 16

    Tabel 2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

    Tipe Etiologi

    Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin

    absolut

    Autoimun

    Idiopatik

    Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai

    defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi

    insulin.

    Tipe lain Defek genetik fungsi sel beta

    Defek genetik kerja insulin

    Penyakit eksokrin pankreas

    Endokrinopati

    Karena obat atau zat kimia

    Infeksi

    Sebab imunologi yang jarang

    Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

    DM Gestasional Peningkatan kebutuhan metabolik

    Sumber: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes

    mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni. 2011.

    2.1.6 Patofisiologi

    Diabetes disebabkan oleh kekurangan insulin yang bersifat absolut atau

    relatif dan diantara beberapa akibatnya menyebabkan peningkatan konsentrasi

    glukosa plasma. Insulin bekerja untuk menghasilkan cadangan energi. Insulin

    meningkatkan ambilan asam amino dan glukosa, terutama di otot dan sel lemak.

    Di hati dan otot insulin meningkatkan sintesis glikogen menghambat

    pemecahannya, merangsang glikolisis dan menghambat glukoneogenesis dari

    asam amino. Di hati insulin juga meningkatkan pembentukan trigliserida dan

    lipoprotein serta pelepasan VLDL (very low density lipoprotein). Pada defisiensi

    insulin akan terjadi hiperglikemia karena pengaruh insulin pada metabolisme

    glukosa tidak ada.32

    Apabila di dalam tubuh terjadi kekurangan insulin, maka dapat

    mengakibatkan:

  • 17

    1. Menurunnya transport glukosa melalui membran sel, keadaan ini

    mengakibatkan sel-sel kekurangan makanan sehingga meningkatkan

    metabolisme lemak dalam tubuh. Manifestasi yang muncul adalah penderita

    DM selalu merasa lapar atau nafsu makan meningkat yaitu polifagia.29

    2. Menurunnya glikogenesis, dimana pembentukan glikogen dalam hati dan otot

    terganggu.29

    3. Meningkatnya pembentukan glikolisis dan glukoneogenesis, karena proses ini

    disertai nafsu makan meningkat atau polifagia sehingga dapat mengakibatkan

    terjadinya hiperglikemia. Kadar gula darah tinggi mengakibatkan ginjal tidak

    mampu lagi mengabsorbsi dan glukosa keluar bersama urin, keadaan ini yang

    disebut glukosuria. Manifestasi yang muncul yaitu penderita sering berkemih

    atau poliuria dan selalu merasa haus atau polidipsi.29,33

    2.1.7 Manifestasi Klinis

    Diabetes mellitus dapat menimbulkan berbagai gejala, antara lain poliuria

    (peningkatan pengeluaran urin), polidipsi (peningkatan rasa haus), rasa lelah dan

    kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian

    besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi, polifagia (peningkatan rasa

    lapar) dan sering terjadi penurunan berat badan. DM tipe I mungkin disertai mual

    dan muntah yang parah.22,23,35

    Selain gejala-gejala tersebut, individu dengan DM tipe II sering

    memperlihatkan satu atau lebih gejala non-spesifik antara lain peningkatan angka

    infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus dan gangguan

  • 18

    fungsi imun, gangguan penglihatan, dan pada kasus yang lebih berat terjadi

    kerusakan retina.22,23,35

    Tabel 2.3 Etiologi, klasifikasi, dan manifestasi klinis diabetes mellitus

    Tipe I:

    Diabetes mellitus tergantung

    insulin

    Bisa terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering pada usia muda (< 30 tahun).

    Bertubuh kurus, dengan penurunan berat badan yang baru saja terjadi.

    Penyebabnya mencakup faktor genetik, maupun imunologi atau lingkungan (misalnya virus)

    Ditemukan antibodi sel pulau Langerhans. Sering memiliki antibodi terhadap insulin sekalipun belum

    pernah mendapatkan terapi insulin.

    Endokrin insulin sangat sedikit, bahkan tidak ada sedikitpun.

    Cenderung mengalami ketosis.

    Tipe II:

    Diabetes mellitus tidak

    tergantung insulin

    Bisa terjadi di semua umur, biasanya diatas 30 tahun. Biasanya bertubuh gemuk pada saat terdiagnosis.

    Penyebabnya biasa mencakup faktor obesitas, herediter atau lingkungan.

    Tidak ada antibodi sel pulau Langerhans.

    Terjadi resistensi insulin, atau penurunan sekresi insulin.

    Pada penderita obesitas, dengan penurunan berat badan, kadar glukosa darah dapat terkendali.

    Agen hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah bila modifikasi diet dan latihan tidak

    berhasil.

    Ketosis jarang terjadi, kecuali bila dalam keadaan stress atau menderita infeksi.

    Tipe III:

    Diabetes mellitus yang

    berkaitan dengan keadaan atau

    sindrom lain

    Disertai dengan keadaan yang diketahui atau dicurigai dapat menyebabkan penyakit: pankreatitis, kelainan

    hormonal, obat-obatan, seperti glukokortikoid dan

    preparat yang mengandung estrogen menyandang

    diabetes.

    Bergantung pada kemampuan pankreas untuk menghasilkan insulin.

    Tipe IV:

    Diabetes mellitus gestasional Terjadi selama kehamilan, biasanya terjadi pada trimester

    kedua atau ketiga.

    Disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta dan menghambat kerja insulin.

    Diatasi dengan diet, dan insulin (jika diperlukan).

    Terjadi pada sekitar 2-5% dari seluruh kehamilan.

    Sumber: Meigs J, Couple LA, Wilson P. Parentral transmition of diabetes, The Framingham of

    Spring Study Diabetes. 2000. 49: 2201-7.

    2.1.8 Diagnosis

    Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita DM. Kecurigaan adanya

    DM perlu dipikirkan apabila dari anamnesis ditemukan keluhan klasik DM berupa

  • 19

    poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat

    dijelaskan sebabnya serta keluhan lain yang dapat berupa lemah badan,

    kesemutan, gatal dan mata kabur.34,35

    Menurut WHO, penegakan diagnosis diabetes mellitus berdasarkan

    ditemukannya minimal dua diantara hal berikut:36

    1) Gejala klasik diabetes dan ditambah dengan kadar glukosa plasma

    sewaktu > 11,1 mmol/L

    2) Glukosa plasma puasa > 7,0 mmol/L

    3) Diabetes postprandial > 11,1 mmol/L (setelah pemberian glukosa oral

    7,5 gram)

    Pada tabel 2.4 berikut ini, dapat dilihat kategori diagnostik glukosa puasa

    terganggu (GPT), toleransi glukosa terganggu (TGT) dan diabetes mellitus (DM).

    Tabel 2.4 Kategori diagnostik GPT,TGT & DM

    Sumber: Inzucchi SE, Sherwin RS. Type 2 diabetes mellitus. In: Goldman L, Ausiello D,

    Elsevier S, editor. Cecil Medicine. 23rd

    Edition. Philadelphia: Elsevier Inc. 2007.chap.248.

    2.1.9 Penatalaksanaan

    Modalitas pada penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari: pertama,

    terapi non farmakologis yang meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan

    pengaturan pola makan yang dikenal dengan terapi gizi medis, meningkatkan

    aktivitas jasmani dan edukasi berbagai masalah yang berkaitan dengan penyakit

    diabetes yang dilakukan secara terus menerus. Kedua, terapi farmakologis yang

    meliputi pemberian obat anti diabetes oral dan injeksi insulin.37

    Level Glukosa

    Plasma Puasa

    Hasil 2 jam (75-g) TTGO

    < 140 mg/Dl 140-199 mg/dL 200 mg/Dl

    < 100 mg/dL Normal TGT DM

    100-125 mg/dL GPT TGT dan GPT DM

    126 mg/dL DM DM DM

  • 20

    1) Terapi Gizi Medis

    Terapi gizi medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes

    secara total. Kunci keberhasilan terapi gizi medis adalah keterlibatan secara

    menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan

    pasien itu sendiri). Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TGM sesuai

    dengan kebutuhan guna mencapai sasaran.16

    TGM pada prinsipnya adalah

    melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi diabetisi dan

    melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual.37

    Jumlah kalori yang disarankan untuk pasien diabetes bervariasi, bergantung

    pada kebutuhan apakah untuk mempertahankan, menurunkan atau meningkatkan

    berat tubuh. Sebagai contoh, pada pasien obesitas dapat ditentukan diet dengan

    kalori yang dibatasi hingga berat badan pasien turun sampai ke kisaran optimal

    untuk pasien tersebut. Sebaliknya, pada pasien muda dengan diabetes tipe I berat

    badannya dapat menurun selama keadaan dekompensasi. Pasien ini harus

    menerima kalori yang cukup untuk mengembalikan berat badan ke keadaan

    semula dan untuk pertumbuhan.38

    Untuk mencegah hiperglikemia postprandial dan glikosuria, pasien-pasien

    diabetes tidak boleh makan karbohidrat berlebihan. Umumnya karbohidrat

    merupakan 50% dari jumlah total kalori per hari yang diizinkan. Karbohidrat ini

    harus dibagi rata sedemikian rupa sehingga apa yang dimakan oleh pasien sesuai

    dengan kebutuhannya sepanjang hari.38

  • 21

    2) Edukasi

    Diabetes mellitus tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan

    perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes

    memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan

    mendampingi pasien menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan

    perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya

    peningkatan motivasi.16

    3) Latihan Fisik

    Latihan fisik mempermudah transport glukosa ke dalam sel dan

    meningkatkan sensitifitas atau kepekaan terhadap insulin. Pada individu sehat,

    pelepasan insulin menurun selama latihan fisik sehingga hipoglikemia dapat

    dihindarkan. Namun, pasien yang mendapat suntikan insulin tidak mampu untuk

    memakai cara ini dan peningkatan ambilan glukosa selama latihan fisik dapat

    menimbulkan hipoglikemia. Dengan menyesuaikan waktu pasien dalam

    melakukan latihan fisik, pasien mungkin dapat meningkatkan pengontrolan kadar

    glukosa mereka.38

    4) Terapi Farmakologis

    a. Sulfonilurea

    Merupakan golongan sekretagok insulin atau pemicu sekresi insulin. Obat ini

    digunakan sebagai terapi farmakologis pada awal pengobatan diabetes dimulai,

    terutama bila konsentrasi glukosa tinggi dan sudah terjadi gangguan pada sekresi

  • 22

    insulin. Golongan obat ini bekerja dengan merangsang sel beta pankreas untuk

    melepaskan insulin yang tersimpan, sehingga hanya bermanfaat pada pasien yang

    masih mampu mensekresi insulin dan tidak dapat dipakai pada diabetes mellitus

    tipe I.16

    b. Glinid

    Merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, perbedaannya

    dengan sulfonilurea adalah pada masa kerjanya yang lebih pendek sehingga

    digunakan sebagai obat prandial.39

    Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu

    repaglinid (derivate asam benzoat) dan nateglinid (derivate fenilalanin).16

    Obat ini

    diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat

    melalui hati sehingga diberikan dua sampai tiga kali sehari.39

    c. Metformin

    Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati

    (glukoneogenesis), disamping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer.

    Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk.16

    Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal

    (serum kreatinin >1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan

    hipoksemia (misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis, gagal jantung). Metformin

    dapat memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat

    diberikan pada saat atau sesudah makan.16

    d. Acarbose

    Merupakan golongan penghambat alfa glukosidase. Obat ini memperlambat

    pemecahan dan penyerapan karbohidrat kompleks dengan menghambat enzim alfa

  • 23

    glukosidase yang terdapat pada dinding enterosit yang terletak pada bagian

    proksimal usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah

    sesudah makan.39

    Akarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. Efek

    samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan flatulens.16

    5) Terapi Insulin

    Insulin diklasifikasikan sebagai insulin masa kerja pendek, masa kerja

    sedang, atau masa kerja panjang, berdasarkan waktu yang digunakan untuk

    mencapai efek penurunan glukosa plasma yang maksimal yaitu waktu untuk

    meringankan efek yang terjadi setelah pemberian suntikan.38

    Sebagian besar

    penderita diabetes mellitus di Inggris diterapi menggunakan insulin manusia.

    Insulin disuntikkan dan kecepatan absorbsinya dapat diperpanjang dengan cara

    memperbesar ukuran partikel.40

    Insulin masa kerja pendek mencapai kerja maksimal dalam waktu beberapa

    menit hingga 6 jam setelah penyuntikan dan digunakan untuk mengontrol

    hiperglikemia postprandial. Insulin masa kerja pendek juga digunakan untuk

    pengobatan intravena pada penatalaksanaan pasien dengan ketoasidosis diabetik.38

    Insulin masa kerja sedang mencapai kerja maksimal antara 6 hingga 8 jam

    setelah penyuntikan dan digunakan untuk pengontrolan harian pasien dengan

    diabetes. Insulin masa kerja panjang mencapai kadar puncaknya dalam waktu 14

    hingga 20 jam setelah pemberian dan jarang digunakan untuk pemakaian rutin

    pada pasien-pasien diabetes.38

  • 24

    Pengendalian glukosa darah pada pasien-pasien diabetes yang memerlukan

    insulin dapat dicapai dengan pemberian insulin masa kerja sedang sebelum

    sarapan dan makan malam dengan dosis yang lebih besar diberikan sebelum

    sarapan. Insulin dengan masa kerja singkat sering dikombinasikan dengan insulin

    masa kerja sedang untuk pengaturan fisiologis dari glukosa pada fase

    postprandial, khususnya pada pasien DM tipe I.38

    2.1.10 Komplikasi

    Komplikasi-komplikasi pada diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua

    yaitu :

    1) Komplikasi Metabolik Akut

    Komplikasi akut terdiri dari dua bentuk yaitu hipoglikemia dan

    hiperglikemia. Hiperglikemia dapat berupa, Ketoasidosis Diabetik (KAD),

    Hiperosmolar Non Ketotik (HNK) dan Asidosis Laktat (AL). Hipoglikemia yaitu

    apabila kadar gula darah lebih rendah dari 60 mg % dan gejala yang muncul yaitu

    palpitasi, takikardi, mual muntah, lemah, lapar dan dapat terjadi penurunan

    kesadaran sampai koma. Hiperglikemi yaitu apabila kadar gula darah lebih dari

    250 mg % dan gejala yang muncul yaitu poliuria, polidipsi, pernafasan kussmaul,

    mual muntah, penurunan kesadaran sampai koma.41

    KAD menempati peringkat pertama komplikasi akut disusul oleh

    hipoglikemia. Komplikasi akut ini masih merupakan masalah utama karena angka

    kematiannya cukup tinggi. Kematian akibat KAD pada penderita DM tahun 2003

    di negara maju berkisar 9-10%. Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester

  • 25

    dikutip oleh Soewondo menunjukkan bahwa insidens KAD sebesar 8 per 1000

    pasien Diabetes mellitus per tahun untuk semua kelompok umur. Hasil

    pengamatan di Bagian Penyakit Dalam RSCM selama 5 bulan (Januari-Mei)

    tahun 2002, terdapat 39 pasien KAD yang dirawat dengan angka kematian 15%.41

    2) Komplikasi Metabolik Kronik

    Komplikasi kronik pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di

    seluruh bagian tubuh (Angiopati diabetik). Angiopati diabetik untuk memudahkan

    dibagi menjadi dua yaitu: makroangiopati (makrovaskuler) dan mikroangiopati

    (mikrovaskuler), yang tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak

    terjadi sekaligus bersamaan.42

    Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler

    dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik) dan

    saraf-saraf perifer (neuropati diabetik), otot-otot serta kulit. Dipandang dari sudut

    histokimia, lesi-lesi ini ditandai dengan peningkatan penimbunan glikoprotein.

    Selain itu, karena senyawa kimia dari membran dasar dapat berasal dari glukosa

    maka hiperglikemia menyebabkan bertambahnya kecepatan pembentukan sel-sel

    membran dasar.38

    Makroangiopati mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis.

    Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat

    menjadi penyebab jenis penyakit vaskular ini. Pada akhirnya, makroangiopati

    diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskular. Jika mengenai arteri-

    arteri perifer, maka dapat mengakibatkan insufisiensi vaskular perifer dan gangren

    pada ekstremitas serta insufisiensi serebral dan stroke. Jika yang terkena adalah

  • 26

    arteri koronaria dan aorta, maka dapat mengakibatkan angina dan infark

    miokardium.38

    2.2 Ulkus Diabetik

    2.2.1 Definisi

    Ulkus diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes

    mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya

    kematian jaringan setempat.13

    Luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya

    komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati

    yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan

    dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun

    anaerob.43,44

    Gambar 2.2 Ulkus Diabetik

    Sumber: Watkins PJ. ABC of Diabetes. Fifth edition. London: BMJ publishing. 2003.

  • 27

    Berdasarkan penelitian Stole45

    , lokasi ulkus tersering adalah di permukaan

    jari dorsal dan plantar (52%), daerah plantar (metatarsal dan tumit: 37%) dan

    daerah dorsum (11%).

    2.2.2 Epidemiologi

    Prevalensi penderita ulkus diabetik di Amerika Serikat adalah 15-20%,

    dengan risiko amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita non

    diabetes mellitus.13

    Prevalensi penderita ulkus diabetik di Indonesia sebesar 15%

    dari penderita diabetes mellitus. Angka kematian dan angka amputasi masih

    tinggi, masing-masing sebesar 32,5% dan 23,5%.14

    Prognosis penderita diabetes

    mellitus paska amputasi masih sangat buruk. Sebanyak 14,3% akan meninggal

    dalam setahun paska amputasi dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun paska

    amputasi.12

    2.2.3 Faktor Risiko

    Faktor risiko terjadi ulkus diabetik pada penderita diabetes mellitus terdiri

    atas faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat

    dimodifikasi.

    1) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

    a. Umur

    Usia > 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetik karena pada usia

    tua fungsi tubuh secara fisiologis menurun akibat proses penuaan terjadi

  • 28

    penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh

    terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal.46

    b. Jenis Kelamin

    Jenis kelamin perempuan berisiko terhadap terjadinya ulkus diabetik. Hal

    ini disebabkan karena adanya perubahan hormonal pada perempuan yang

    memasuki masa menopause. Proses penuaan dapat mempengaruhi sensitivitas sel-

    sel tubuh terhadap insulin dan dapat memperburuk kadar gula darah sehingga

    dapat menyebabkan komplikasi diabetes dari waktu ke waktu.47

    c. Lama menderita DM 10 tahun

    Ulkus kaki diabetes terutama terjadi pada penderita diabetes mellitus yang

    telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali

    akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami

    makroangiopati dan mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati

    yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada

    kaki penderita diabetes mellitus yang sering tidak dirasakan karena terjadinya

    gangguan neuropati perifer.48

    2) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

    a. Obesitas

    Pada obesitas dengan IMT 23 kg/m2 (wanita) dan IMT 25 kg/m

    2 (pria)

    atau berat badan ideal yang berlebih akan sering terjadi resistensi insulin. Apabila

    kadar insulin melebihi 10 U/ml, keadaan ini menunjukkan hiperinsulinemia yang

    dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati sehingga

  • 29

    terjadi gangguan sirkulasi darah sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan

    tungkai akan mudah terjadi ulkus/gangren sebagai bentuk dari kaki diabetes.49

    b. Hipertensi

    Hipertensi (Tekanan darah > 130/80 mmHg) pada penderita diabetes

    mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya

    aliran darah sehingga terjadi defisiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan

    darah lebih dari 130/80 mmHg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada

    endotel. Kerusakan pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati

    melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi

    sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya

    ulkus.47

    c. Kebiasaan merokok

    Pada penderita diabetes mellitus yang merokok 12 batang per hari

    mempunyai risiko 3 kali untuk menjadi ulkus kaki diabetes dibandingkan dengan

    penderita diabetes mellitus yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akibat dari

    nikotin yang terkandung di dalam rokok akan dapat menyebabkan kerusakan

    endotel kemudian terjadi penempelan dan agregasi trombosit yang selanjutnya

    terjadi kebocoran sehingga lipoprotein lipase akan memperlambat clearance

    lemak dalam darah dan mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis

    berakibat insufisiensi vaskuler sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis,

    poplitea, dan tibialis juga akan menurun.47

  • 30

    d. Kurangnya aktivitas fisik

    Aktivitas fisik sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah,

    menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin sehingga

    akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah terkendali

    maka akan mencegah komplikasi kronik diabetes mellitus. Olahraga rutin (lebih 3

    kali dalam seminggu selama 30 menit) akan memperbaiki metabolisme

    karbohidrat, berpengaruh positif terhadap metabolisme lipid dan sumbangan

    terhadap penurunan berat badan. Aktivitas fisik yang dilakukan termasuk senam

    kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat

    otot - otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (deformitas),

    selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis dan otot paha (Gastrocnemeus,

    Hamstring, Quadriceps) dan juga mengatasi keterbatasan gerak sendi.49

    e. Neuropati (sensorik, motorik, perifer)

    Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan

    mikrosirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf

    yang mengakibatkan degenerasi pada serabut saraf yang lebih lanjut akan terjadi

    neuropati. Saraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik,

    sehingga penderita dapat kehilangan indera perasa selain itu juga kelenjar keringat

    menjadi berkurang, kulit kering dan mudah robek. Neuropati perifer berupa

    hilangnya sensasi rasa yang berisiko tinggi menjadi penyebab terjadinya lesi yang

    kemudian berkembang menjadi ulkus diabetik.46

  • 31

    f. Ketidakpatuhan diet DM

    Kepatuhan diet diabetes mellitus merupakan upaya yang sangat penting

    dalam pengendalian kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida mendekati

    normal sehingga dapat mencegah komplikasi kronik, seperti ulkus diabetik.

    Kepatuhan diet penderita diabetes mellitus mempunyai fungsi yang sangat penting

    yaitu mempertahankan berat badan normal, menurunkan tekanan darah sistolik

    dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid,

    meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki sistem koagulasi

    darah.47

    2.2.4 Klasifikasi

    Klasifikasi Ulkus diabetik pada penderita diabetes mellitus menurut

    Wagner dikutip oleh Waspadji14

    , terdiri dari 6 tingkatan yaitu dari 0-5 sebagai

    berikut :

    0. Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.

    1. Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.

    2. Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.

    3. Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.

    4. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari kaki,

    bagian depan kaki atau tumit.

    5. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki.

  • 32

    2.2.5 Patofisiologi

    Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang diabetes mellitus

    adalah ulkus diabetik. Ulkus diabetik disebabkan adanya tiga faktor yang sering

    disebut Trias diabetes mellitus yaitu : Iskemik, Neuropati, dan Infeksi.50

    Pada penderita diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah tidak

    terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan

    perubahan jaringan saraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa

    sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan kecepatan induksi,

    parastesia, menurunnya refleks otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering

    dan hilang rasa, apabila penderita diabetes tidak hati-hati dapat terjadi trauma

    yang akan menjadi ulkus diabetik.38

    Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena

    kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini

    disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga

    sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut

    nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin

    dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul

    ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.10,12,51

    Aterosklerosis merupakan kondisi dimana arteri menebal dan menyempit

    karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri

    di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah,

    sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu

  • 33

    lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi

    ulkus diabetik.43,52

    Proses angiopati pada penderita diabetes mellitus berupa penyempitan dan

    penyumbatan pembuluh darah perifer sering terjadi pada tungkai bawah terutama

    kaki, akibatnya perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi berkurang

    kemudian timbul ulkus diabetik.43

    Pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali akan menyebabkan

    penebalan tunika intima (hiperplasia membran basalis arteri) pada pembuluh

    darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin keluar

    kapiler sehingga mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul nekrosis

    jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetik.43,51

    Eritrosit pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkendali akan

    meningkatkan HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan

    oksigen di jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang

    mengganggu sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian

    jaringan yang selanjutnya timbul ulkus diabetik.12,43,52

    Penderita diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL (low

    density lipoprotein), trigliserida plasma tinggi buruknya sirkulasi ke sebagian

    besar jaringan akan menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang

    reaksi peradangan yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis. Inflamasi pada

    dinding pembuluh darah akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh

    darah, konsentrasi HDL (high density lipoprotein) sebagai pembersih plak

    biasanya rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan

  • 34

    kerentanan terhadap aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu

    sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku

    menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus

    yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.12,43

    Pada penderita ulkus diabetik 50% akan mengalami infeksi akibat adanya

    glukosa darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhan bakteri yang

    subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetik yaitu kuman aerobik

    Staphylokokus atau Streptokokus serta kuman anaerob yaitu Clostridium

    perfringens, Clostridium novy, dan Clostridium septikum.11

    Gambar 2.3 Bagan Patofisiologi Ulkus Diabetik dengan modifikasi

    Sumber: Boulton AJ. The diabetic foot. Blackweel Publishing. 2002.

  • 35

    2.2.6 Manifestasi Klinis

    Tanda dan gejala ulkus diabetik seperti sering kesemutan, nyeri kaki saat

    istirahat, sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan denyut

    nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin, kuku

    menebal dan kulit kering.43

    Tabel 2.5 Gambaran Klinis 5 P pada ulkus diabetik

    Sumber: Rachmat J, Tahalele P, dkk. Jantung, pembuluh darah, dan limf. Dalam:

    Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:

    EGC. 2010.

    2.2.7 Diagnosis

    Diagnosis ulkus diabetik meliputi :

    1) Pemeriksaan Fisik : inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkus

    pada kulit atau jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa

    berkurang atau hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun

    atau hilang.14

    2) Pemeriksaan Penunjang : X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium

    untuk mengetahui apakah ulkus diabetik menjadi infeksi dan menentukan

    kuman penyebabnya.43

    No. Gambaran klinis pada ulkus diabetic

    1. Pain (nyeri)

    2. Paleness (kepucatan)

    3. Parestesia (kesemutan)

    4. Pulselessness (denyut nadi menghilang)

    5 Paralisis (lumpuh)

    Kadang ditambah dengan P keenam, yaitu prostration (kelesuan).

  • 36

    2.2.8 Penatalaksanaan

    Pengobatan ulkus diabetik terdiri atas pengendalian diabetes mellitus dan

    penanganan ulkus diabetik.54

    1) Pengendalian diabetes mellitus

    Pengendalian yang baik dapat mencegah komplikasi kronik ulkus diabetik.

    Pada penderita diabetes dapat terkendali baik tidak hanya kadar glukosa darah

    tetapi juga menyeluruh yaitu kadar glukosa darah, status gizi, tekanan darah,

    kadar kolesterol total, kadar trigliserida dan HbA1C16

    seperti pada tabel 2.6

    berikut.

    Tabel 2.6 Kriteria pengendalian diabetes mellitus untuk mencegah komplikasi kronik

    Baik Sedang Buruk

    Glukosa darah puasa

    (mg/dL)

    Glukosa darah 2 jam

    (mg/dL)

    HbA1C (%)

    Kolesterol total (mg/dL)

    Kolesterol HDL (mg/dL)

    Trigliserida (mg/dL)

    BMI=IMT (kg/m2) :

    Wanita

    Pria Tekanan Darah (mmHg)

    80-100

    80-144

    < 6,5

    < 200

    >45

    < 150

    18,5-22,9

    20-24,9

    130/80

    100-125

    145-179

    6,5-8

    200-239

    150-199

    23-25

    25-27

    130-140/80-90

    126

    180

    >8

    240

    200

    >25 / 27 / 140/90

    Sumber: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan pencegahan

    diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni. 2011.

    2) Penanganan ulkus diabetik

    Penanganan ulkus diabetik, terdiri atas debridemen, menangani beban

    tekanan (off loading), teknik dressing pada luka diabetik, penanganan infeksi, dan

    tindakan bedah.54,55

    a. Debridemen

    Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting pada kasus ulkus

    diabetik. Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya pembersihkan benda

  • 37

    asing dan jaringan nekrotik pada luka. Luka tidak akan sembuh apabila masih

    didapatkan jaringan nekrotik, debris, kalus, fistula/rongga yang memungkinkan

    kuman berkembang. Setelah dilakukan debridemen luka harus diirigasi dengan

    larutan garam fisiologis atau pembersih lain dan dilakukan dressing (kompres).55

    Ada beberapa pilihan dalam tindakan debridemen, yaitu: 55

    1. Debridemen mekanik, enzimatik, autolitik, biologik, debridemen bedah.

    2. Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka cairan fisiologis,

    ultrasonic laser, dan sebagainya dalam rangka untuk membersihkan

    jaringan nekrotik.

    3. Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian enzim eksogen

    secara topikal pada permukaan lesi. Enzim tersebut akan menghancurkan

    residu-residu protein. Contohnya, kolagenasi akan melisikan kolagen dan

    elastin. Beberapa jenis debridemen yang sering dipakai adalah papin,

    DNAse dan fibrinolisin.

    Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila seseorang terkena luka.

    Proses ini melibatkan makrofag dan enzim proteolitik endogen yang secara alami

    akan melisiskan jaringan nekrotik. Secara sintetis preparat hydrogel dan

    hydrocolloid dapat menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit

    tubuh dan bertindak sebagai agen yang melisiskan jaringan nekrotik serta memacu

    proses granulasi. Belatung (Lucilla serricata) yang disterilkan sering digunakan

    untuk debridemen biologi. Belatung menghasilkan enzim yang dapat

    menghancurkan jaringan nekrotik.45,55

  • 38

    Debridemen bedah merupakan jenis debridemen yang paling cepat dan

    efisien. Tujuan debridemen bedah adalah untuk: 55

    1. Mengevakuasi bakteri kontaminasi,

    2. Mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat penyembuhan,

    3. Menghilangkan jaringan kalus,

    4. Mengurangi risiko infeksi lokal.

    b. Mengurangi beban tekanan (off loading)

    Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban yang besar.

    Pada penderita DM yang mengalami neuropati permukaan plantar kaki mudah

    mengalami luka atau luka menjadi sulit sembuh akibat tekanan beban tubuh

    maupun iritasi kronis sepatu yang digunakan.55

    Salah satu hal yang sangat penting namun sampai kini tidak mendapatkan

    perhatian dalam perawatan kaki diabetik adalah mengurangi atau menghilangkan

    beban pada kaki (off loading).55

    Upaya off loading berdasarkan penelitian terbukti dapat mempercepat

    kesembuhan ulkus. Metode off loading yang sering digunakan adalah mengurangi

    kecepatan saat berjalan kaki, istirahat (bed rest), kursi roda, alas kaki, removable

    cast walker, total contact cast, walker, sepatu boot ambulatory. Total contact cast

    (TCC) merupakan metode off loading yang paling efektif dibandingkan metode

    yang lain. Berdasarkan penelitian Amstrong, TCC dapat mengurangi tekanan pada

    luka secara signifikan dan memberikan kesembuhan antara 73%-100%.55,56

  • 39

    TCC dirancang mengikuti bentuk kaki dan tungkai, dan dirancang agar

    tekanan plantar kaki terdistribusi secara merata. Telapak kaki bagian tengah

    diganjal dengan karet sehingga memberikan permukaan rata dengan telapak kaki

    sisi depan dan belakang (tumit).56

    c. Teknik dressing pada luka diabetik

    Teknik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan metode moist

    wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Luka akan menjadi

    cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan

    lembab, luka tidak lengket dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan

    permeabel terhadap gas. Tindakan dressing merupakan salah satu komponen

    penting dalam mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah

    bagaimana menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat

    meminimalisasi trauma dan risiko operasi. Ada beberapa faktor yang harus

    dipertimbangkan dalam memilih dressing yang akan digunakan yaitu tipe ulkus,

    ada atau tidaknya eksudat, ada tidaknya infeksi, kondisi kulit sekitar dan biaya.

    Ada beberapa jenis dressing yang sering dipakai dalam perawatan luka, seperti:

    hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate, foam, kompres anti mikroba, dan

    sebagainya.55

    Ovington memberikan pedoman dalam memilih dressing yang tepat dalam

    menjaga keseimbangan kelembaban luka: 55

    1. Kompres harus mampu memberikan lingkungan luka yang lembab.

  • 40

    2. Gunakan penilaian klinis dalam memilih kompres untuk luka-luka tertentu

    yang akan diobati.

    3. Kompres yang digunakan mampu untuk menjaga tepi luka tetap kering

    sambil tetap mempertahankan luka bersifat lembab.

    4. Kompres yang dipilih dapat mengendalikan eksudat dan tidak menyebabkan

    maserasi pada luka.

    5. Kompres yang dipilih bersifat mudah digunakan dan yang bersifat tidak

    sering diganti.

    6. Dalam menggunakan dressing, kompres dapat menjangkau rongga luka

    sehingga dapat meminimalisasi invasi bakteri.

    7. Semua kompres yang digunakan harus dipantau secara tepat.

    d. Pengendalian infeksi

    Pemberian antibiotik didasarkan pada hasil kultur kuman. Namun sebelum

    hasil kultur dan sensitifitas kuman tersedia antibiotik harus segera diberikan

    secara empiris pada kaki diabetik yang terinfeksi. Antibiotik yang disarankan pada

    kaki diabetik terinfeksi pada ulkus diabetik ringan/sedang, antibiotik yang

    diberikan difokuskan pada patogen gram positif. Pada ulkus yang terinfeksi berat

    di ekstremitas maupun yang mengancam jiwa, kuman lebih bersifat polimikrobial

    (mencakup bakteri gram positif berbentuk coccus, gram negatif berbentuk batang,

    dan bakteri anaerob) antibiotik harus bersifat broadspectrum, diberikan secara

    injeksi.55

  • 41

    Pada terinfeksi berat di ekstremitas dapat diberikan beberapa alternatif

    antibiotik seperti: ampicillin/sulbactam, ticarcillin/clavulanate,

    piperacillin/tazobactam, cefotaxime atau ceftazidime+clindamycin,

    fluoroquinolone+clindamycin.55

    Sementara pada infeksi berat yang mengancam jiwa dapat diberikan

    beberapa alternatif antibiotik seperti: ampicillin/sulbactam+aztreonam,

    piperaciliin/tazobactam+vancomycin, vancomycin+metronbidazole+ceftazidime,

    imipenem/cilastatin atau fluoroquinolone+vancomycin+metronidazole. Pada

    infeksi berat pemberian antibiotik diberikan selama 2 minggu atau lebih.55

    Bila ulkus disertai osteomielitis penyembuhannya menjadi lebih lama dan

    sering kambuh. Maka pengobatan osteomielitis di samping pemberian antibiotik

    juga harus dilakukan reseksi bedah. Antibiotik diberikan secara empiris, melalui

    parenteral selama 6 minggu dan kemudian dievaluasi kembali melalui foto

    radiologi. Apabila jaringan nekrotik tulang telah direseksi sampai bersih

    pemberian antibiotik dapat dipersingkat, biasanya memerlukan waktu 2 minggu.55

    e. Tindakan bedah

    Tindakan bedah untuk kaki dapat terdiri atas tindak bedah kecil, seperti

    insisi dan penyaliran abses serta nekrotomi. Prinsipnya ialah mengeluarkan semua

    jaringan nekrotik dengan maksud eliminasi infeksi sehingga luka dapat sembuh.

    Amputasi dilakukan berdasarkan indikasi yang tepat. Tindak bedah vaskular,

    misalnya embolektomi atau rekonstruksi vaskular kadang dilakukan.54

  • 42

    3) Pencegahan ulkus diabetik

    Pencegahan ulkus diabetik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut adalah :

    a. Edukasi perawatan kaki.12

    b. Olahraga teratur dan menjaga berat badan ideal.43

    c. Menghentikan kebiasaan merokok.12

    d. Merawat kaki secara teratur setiap hari.12

    e. Penggunaan alas kaki yang tepat.14

    f. Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa fisik, kimia dan termis,

    yang biasanya berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.14

    g. Menghindari pemakaian obat yang bersifat vasokonstriktor misalnya

    adrenalin, nikotin.43

    h. Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol

    walaupun ulkus diabetik sudah sembuh.14

  • 43

    Algoritma Penatalaksanaan Luka (1)57

    Gambar 2.4 Algoritma Penatalaksanaan Luka (1)

    Anastesi lokal infiltrasi

    Cuci dengan sabun antiseptik

    Bilas dengan NaCl 0,9%

    Bersihkan luka dari jaringan mati

    & benda asing (Surgical

    Debridement) dengan pinset +

    pisau No. 10/20

    Irigasi dengan NaCl 0,9% /

    aquadest

    Keringkan dengan kasa steril

    Lakukan penutupan luka jika

    memungkinkan (Primer, Graft,

    Flap)

    Dressing luka (lembab + kasa

    Non-Adherent + Transparent

    Dressing)

    AKUT

    Cuci Tangan

    Ganti Sarung Tangan

    Buka Balutan

    Gunakan Sarung Tangan

    Desinfeksi mulai bagian tengah luka ke arah luar / ke tepi luka

    Cuci dengan sabun antiseptik

    Bilas dengan NaCl 0,9%

    Surgical Debridement jika

    memungkinkan, jika tidak

    Irigasi dengan NaCl 0,9% /

    aquadest

    Keringkan dengan kasa steril

    1. Autolytic Debridement + Antiseptik

    2. Enzymatic Debridement + Transparent Dressing

    3. Antibiotik Sistemik

    KRONIK (NEKROTIK

    HITAM, KERING)

    Cuci dengan sabun antiseptik

    Bilas dengan NaCl 0,9%

    Surgical Debridement jika

    memungkinkan, jika tidak

    Irigasi dengan NaCl 0,9% /

    aquadest

    Keringkan dengan kasa steril

    1. Autolytic Debridement atau Enzymatic Debridement

    2. Absorbent Dressing (Hydrofiber, Foam)

    3. Antibiotik Sistemik

    KRONIK (NEKROTIK

    KUNING, BASAH/SLOUGH)

  • 44

    Algoritma Penatalaksanaan Luka (2)57

    Gambar 2.5 Algoritama Penatalaksanaan Luka (2)

    Kultur pus / nanah

    Cuci dengan sabun antiseptik

    Bilas dengan NaCl 0,9%

    Surgical Debridement jika

    memungkinkan, jika tidak

    Irigasi dengan NaCl 0,9% /

    aquadest

    Keringkan dengan kasa steril

    1. Mechanical Debridement

    2. Absorbent Dressing + Antiseptik

    3. Antibiotik Sistemik

    KRONIK (MERAH DENGAN

    CAIRAN KUNING

    KEHIJAUAN/PUS INFEKSI

    Cuci Tangan

    Ganti Sarung Tangan

    Buka Balutan

    Gunakan Sarung Tangan

    Desinfeksi mulai bagian tengah luka ke arah luar / ke tepi luka

    Cuci dengan sabun antiseptik

    Bilas dengan NaCl 0,9%

    Absorbent Dressing +

    Transparent Dressing

    Atau

    Hydrofiber

    Alginate Dressing

    KRONIK (MERAH,

    BASAH/GRANULASI )

    Cuci dengan sabun antiseptik

    Bilas dengan NaCl 0,9%

    Lakukan perawatan secara lembab

    yang dapat merangsang

    epitelialisasi

    Hydrocolloid Dressing atau Kasa

    Non-Adherent + Transparent

    Dressing

    KRONIK (MERAH MUDA)

  • 45

    2.3 Kerangka Teori

    Gambar 2.6 Kerangka Teori

    Faktor risiko dapat dimodifikasi :

    Ketidakpatuhan diet

    Obesitas

    Latihan fisik

    Faktor risiko tidak dapat

    dimodifikasi :

    Usia

    Jenis kelamin

    Lama menderita

    DM

    Riwayat keluarga

    dengan DM

    DM

    Mikroangiopati

    Makroangiopati

    Retinopati

    Nefropati

    Neuropati

    Tekanan darah

    > 130/80 mmHg

    Aterosklerosis

    Kebiasaan

    Merokok

    Kadar

    trigliserida

    Kadar

    kolesterol

    Kadar

    HDL

    Kadar O2

    jaringan

    menurun

    Kematian jaringan

    Ulkus Diabetik

    Trauma

    Keringat berkurang

    Atrofi otot

  • 46

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Metode Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan

    menggunakan desain penelitian retrospektif. Studi retrospektif yaitu mengevaluasi

    peristiwa yang sudah berlangsung.58

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan di RSUD dr. M. Haulussy Kudamati, Kecamatan

    Nusaniwe Kota Ambon. Waktu penelitian dimulai pada bulan Desember 2014

    sampai bulan Januari 2015.