skripsi widya ayu lestari

73
PENGARUH LAMA PERENDAMAN PLAT GIGITIRUAN AKRILIK DALAM EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA TERHADAP KEKUATAN TRANSVERSA PLAT GIGITIRUAN SKRIPSI WIDYA AYU LESTARI J 111 09 259 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI MAKASSAR 1

Upload: rianggarosyepetraden

Post on 06-Dec-2014

139 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Widya Ayu Lestari

PENGARUH LAMA PERENDAMAN PLAT GIGITIRUAN AKRILIK DALAM

EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA TERHADAP KEKUATAN

TRANSVERSA PLAT GIGITIRUAN

SKRIPSI

WIDYA AYU LESTARI

J 111 09 259

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

MAKASSAR

2012

1

Page 2: Skripsi Widya Ayu Lestari

PENGARUH LAMA PERENDAMAN PLAT GIGITIRUAN AKRILIK DALAM

EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA TERHADAP KEKUATAN

TRANSVERSA PLAT GIGITIRUAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

WIDYA AYU LESTARI

J 111 09 259

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

MAKASSAR

2012

2

Page 3: Skripsi Widya Ayu Lestari

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Lama Perendaman Plat Gigitiruan Akrilik Dalam Ekstrak

Kelopak Bunga Rosella Terhadap Kekuatan Transversa Plat Gigitiruan

Oleh : Widya Ayu Lestari / J 111 09 259

Telah Diperiksa dan Disahkan

Pada Tanggal 24 November 2012

Oleh :

Pembimbing

Prof.drg.Moh.Dharmautama,Ph.D, Sp.Pros (K)

NIP : 19610220 198702 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin

Prof.drg.H. Mansjur Nasir,Ph.D

NIP. 19540625 198403 1 001

3

Page 4: Skripsi Widya Ayu Lestari

KATA PENGANTAR

Puji syukure kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Lama Perendaman Plat Gigitiruan

Akrilik Dalam Estrak Kelopak Bunga Rosella Terhadap Kekuatan Transversa Plat

Gigitiruan”. Teriring salam dan taslim atas junjungan Nabi besar Muhammad

SAW, sebagai suri tauladan umat, pembawa cahaya kebenaran dan penyempurna

akhlak manusia dari kebiadaban dak kekufuran nikmat..

Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat yang harus dipenuhi

untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, karena tak ada

manusia yang sempurna di dunia ini. Oleh karena itu, apabila ada kesalahan dari

penyusunan skripsi ini penulis minta maaf. Saran dan kritik yang bersifat

membangun, penulis harapkan dari pembaca demi sempurnanya penulisan

selanjutnya.

Dalam skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Hasanuddin.

4

Page 5: Skripsi Widya Ayu Lestari

2. Prof.drg.Moh.Dharmautama, Ph.D, Sp.Pros(K) selaku dosen

pembimbing dan penasehat akademik yang telah bersedia meluangkan

banyak waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi nasehat

penulis dalam membuat skripsi ini dan perkuliahan.

3. drg. Harun Achmad selaku penasehat akademik atas bimbingan,

dukungan, dan nasehat bagi penulis selama perkuliahan.

4. Kedua Orang Tua , Drs. Ahmad Asri Rowa dan dr. Chandrawaty

Husain Sp.B yang selalu memberikan dorongan dan motivasi dalam

segala hal. Serta memberikan motivasi agar penulis lebih semangat lagi

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Saudaraku satu-satunya Wawan Satriawan. Terimakasih atas dorongan

untuk selalu semangat untuk mengerjakan skripsi ini.

6. Seluruh dosen yang telah bersedia memberikan ilmu, serta staf

karyawan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

7. Teman – teman Insisal 09, Teman seperjuangan dari ketika masih maba

hingga sekarang.

8. Sahabatku Genggong Faradhillah, Dwi Rezki, Siti Fatimah, Mufidah

Al’amri, Aswar Sandi, Fakhira K, Sri Dian yang membantu jalannya

penelitian dan memberikan dongan agar lebih semangat kepada penulis.

9. Seluruh keluarga besar mahasiswa fakultas Kedokteran Gigi

10. Teman-teman KKN Unhas Gel.82 terutama posko Kanie yang telah

membantu selama KKN.

5

Page 6: Skripsi Widya Ayu Lestari

11. Seluruh pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun

materil dalam penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

Makassar, 24 November 2012

Penulis

6

Page 7: Skripsi Widya Ayu Lestari

ABSTRAK

Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama perendaman plat gigitiruan akrilik dalam ekstrak kelopak bunga rosella terhadap kekuatan transversa plat gigitiruan.Bahan dan metode: penelitian ini termasuk penelitian eksperimental laboratoris. Sampel yang digunakan adalah 25 lempengan akrilik dengan kriteria panjang 65 mm, lebar 10 mm, tebal 2 mm, permukaaan halus, tidak porous, dan tidak ada perubahan bentuk. Sampel dibagi menjadi 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 sampel. Tiap kelompok dilakukan perendaman ke dalam larutan ekstrak bunga rosella dengan lama perendaman 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, dan 25 menit. Waktu penelitian dimulai pada September 2012Hasil: nilai sig. 0,009 < α = 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat pengaruh antara lama perendaman plat gigitiruan akrilik dalam ekstrak kelopak bunga rosella terhadap kekuatan transversa plat gigitiruan.Kesimpulan: berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara lama perendaman plat gigitiruan akrilik dalam ekstrak kelopak bunga rosella terhadap kekuatan transversa plat gigitiruan. pada kelompok perendaman 10 menit memiliki kekuatan transversa yang paling besar dibandingkan kelompok perendaman yang lain

Kata kunci: rosella, plat akrilik, kekuatan transversa

7

Page 8: Skripsi Widya Ayu Lestari

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................

.......................................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR...................................................................................

.......................................................................................................................

iii

ABSTRAK ………………………………………………………………………

vi

SURAT PERNYATAAN .............................................................................

.......................................................................................................................

vii

DAFTAR ISI..................................................................................................

.......................................................................................................................

viii

8

Page 9: Skripsi Widya Ayu Lestari

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................

.......................................................................................................................

xi

DAFTAR TABEL..........................................................................................

.......................................................................................................................

xii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 5

2.1 Plat Gigitiruan...................................................................... 5

2.2 Rosella.................................................................................. 9

BAB III KERANGKA KONSEP.....................................................................

21

BAB IV METODE PENELITIAN...................................................................

22

4.1 Rancangan Penelitian...................................................................

22

9

Page 10: Skripsi Widya Ayu Lestari

4.2 Sampel .........................................................................................

22

4.3 Variabel Penelitian.......................................................................

23

4.4 Definisi Operasional.....................................................................

23

4.5 Alat dan bahan Penelitian.............................................................

24

4.6 Lokasi Penelitian .........................................................................

25

4.7 Waktu Penelitian ..........................................................................

25

4.8 Prosedur Kerja..............................................................................

25

4.9 Analisis Data................................................................................... 29

4.10 Alur Penelitian............................................................................

30

BAB V HASIL PENELITIAN........................................................................

31

BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................

35

10

Page 11: Skripsi Widya Ayu Lestari

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN................................................................

40

7.1 Simpulan.......................................................................................

41

7.2 Saran.............................................................................................

41

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

42

LAMPIRAN............................................................................................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Alat universal testing machine (Tensile Testing Machine Type PM

100 GALDABINI......................................................................................................

24

Gambar 4.2 Pengujian kekuatan transversa.............................................................

28

Gambar 4.3 Setelah dilakukan uji kekuatan trnsversa.............................................

28

Gambar 5.1 Grafik besar kekuatan transversa lempeng akrilik...............................

32

11

Page 12: Skripsi Widya Ayu Lestari

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi rerata kekuatan transversa lempeng akrilik yang direndam....

31

Tabel 5.2 Hasil uji ANOVA 1 jalur perbandingan rerata kekuataan transversa

lempeng akrilik yang direndam ekstrak bunga rosella............................................

32

12

Page 13: Skripsi Widya Ayu Lestari

Tabel 5.3 Hasil uji LSD perbandingan rerata kekuatan transversa plat akrilik yang

direndam di dalam ekstrak bunga rosella................................................................

33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

13

Page 14: Skripsi Widya Ayu Lestari

Menurut Stoll, gigi merupakan sumber dari berbagai gangguan, baik fisik

maupun mental.Kehilangan gigi merupakan penyebab utama dari perubahan

nutrisi seseorang. Selain itu, kehilangan gigi juga akan mempengaruhi cara

berbicara seseorang , karena tanpa gigi kemungkinan besar ia akan mengalami

kesulitan dalam mengucapkan kata-kata. Tidak dapat dipungkiri bahwa

kelhilangan gigi merupakan suatu keadaan yang sering ditemukan di mana saja,

dan melihat akibatnya jika tidak diganti cukup beresiko seperti yang telah

disebutkan di atas, maka sudah seharusnya gigi yang hilang diganti dengan

gigitiruan.1

Gigitiruan adalah piranti untuk menggantikan permukaan pengunyahan

dan struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan

bawah. Gigitiruan tersebut terdiri dari gigi-gigi buatan yang dilekatkan pada basis.

Basis gigitiruan mendapatkan dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan

mulut di bawahnya. 2

Meskipun basis gigitiruan dapat dibuat dari logam atau campuran logam,

kebanyakan basis gigitiruan dibuat menggunakan polimer. Polimer tersebut

dipilih berdasarkan keberadaanya, kestabilan dimensi, karakteristik penanganan

harganya relatif murah, mudah direparasi, proses pembuatan gigi tiruan mudah

dan menggunakan peralatan sederhana, warna stabil, dan mudah dipulas.3

Kelemahan yang dimiliki resin akrilik heat cured salah satu adalah mudah

terjadi porus. Porus dapat menjadi tempat akumulasi sisa-sisa makanan dan

14

Page 15: Skripsi Widya Ayu Lestari

mikroorganisme yang dapat mengganggu kebersihan dan kesehatan rongga mulut.

Hal ini dapat memicu terjadinya denture stomatitis yang disebabkan oleh infeksi

Candida albicans.4 Penutupan mukosa oleh basis gigitiruan dapat mengurangi efek

pembersihan oleh saliva, akibatnya sisa makanan semakin menumpuk sehingga

prevalensi candida albicans meningkat.

Denture stomatitis dapat dicegah dengan cara rutin membersihkan gigi

tiruan baik secara mekanik menggunakan sikat gigi maupun secara kimia

menggunakan denture cleanser. Penggunaan denture cleanser terbukti efektif

mengurangi plak dan kolonisasi C. albicans pada denture. Oleh karena itu upaya

untuk mendapatkan denture cleanser yang ideal terus dilakukan.4

Pemakaian denture cleanser sehari-hari dapat mempengaruhi sifat resin

akrilik seperti perubahan warna, kekasaran, permukaan, kekerasan, dan kekuatan

transversa.4 Denture cleanser yang ada di pasaran rata- rata berasal dari bahan

impor. Saat ini pemerintah Indonesia sedang menggalakkan pemakaian bahan-

bahan tradisional sebagai bahan alternative pengobatan karena Indonesia kaya

akan tanaman berkhasiat obat, salah satu tanaman yang dapat digunakan adalah

tumbuhan rosella (Hibiscus Sabdariffa L). Selain itu berdasarkan dari hasil

penelitian Asviana (2011) ekstrak rosella memiliki efek antifungi terhadap koloni

Candida albicans sehingga larutan ekstrak kelopak bunga rosella mampu menjadi

anti mikroba dan anti fungi yang sangat baik pada plat gigitiruan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud untuk

15

Page 16: Skripsi Widya Ayu Lestari

melakukan penelitian tentang pengaruh lama perendaman plat gigitiruan dalam

ekstrak kelopak bunga rosella terhadap kekuatan transversa plat gigitiruan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh lama perendaman plat gigitiruan akrilik dalam

ekstrak kelopak bunga rosella terhadap kekuatan transversa plat

gigitiruan ?

2. Berapa lama perendaman yang mempengaruhi kekuatan transversa

gigitiruan

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah :

16

Page 17: Skripsi Widya Ayu Lestari

1. Untuk mengetahui adakah pengaruh lama perendaman plat gigitiruan

akrilik dalam ekstrak kelopak bunga rosella terhadap kekuatan

transversa plat gigitiruan

2. Untuk mengetahui seberapa lama perendaman yang mempengaruhi

kekuatan transversa plat gigitiruan

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini :

1. Dapat memberikan informasi mengenai seberapa besar pengaruh lama

perendaman plat gigitiruan terhadap kekuatan transversa gigitruan.

2. Dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

17

Page 18: Skripsi Widya Ayu Lestari

2.1 PLAT GIGITIRUAN

2.1.1 BASIS GIGITIRUAN

Selama bertahun-tahun berbagai bahan telah digunakan untuk membuat

basis gigi tiruan. Bahan yang paling umum digunakan adalah polimer seperti

polimetil metakrilat (PMMA) atau resina krilik. Polimetilmetakrilat memiliki sifat

mekanik dan estetika baik, dan mudah dikerjakan. Proses polimerisasi dari

PMMA melibatkan konversi dari molekul monomer rendah kemolekul polimer

tinggi.5

Basis gigi tiruan resin dibentuk oleh proses polimerisasi tambahan melalui

pelepasan radikal bebas. Reaksi melewati tiga tahap, yaitu aktivasi daninisiasi,

propagasi, dan akhirnya, penghentian. Inisiator seperti benzoyl peroxide

menghasilkan radikal bebas, yang memicu reaksi berantai. Aktivasi ini siator

dapat dicapai melalui aktivasi panas, bahan kimia, seperti aminatersier, atau

dengan sumber energi lainnya, seperti visible light-activated (VLA) uretan

dimethacrylate, atau melalui radiasi elektromagnetik seperti aktivasi microwave.5

2.1.2 RESIN AKRILIK

Menurut American Dental Association (ADA,1974) terdapat dua jenis

akrilik, yaitu heat cured polymer dan self cured polymery, yang masing-masing

terdiri dari bubuk yang disebut polimer dan cairan yang disebut monomer. Sejak

pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis gigitiruan dibuat menggunakan

resin polimetil metakrilat. Resin tersebut merupakan plastik lentur yang dibentuk

18

Page 19: Skripsi Widya Ayu Lestari

oleh rangkaian gugus molekul metil metakrilat.

Secara klinis, kekuatan, dan toleransi penderita. Resin banyak digunakan

sebagai bahan basis gigitiruan meskipun belum memenuhi persyaratan ideal.

Sekarang banyak digunakan jenis polimetil metakrilat atau lebih sering disebut

resin akrilik atau akrilik. Bahan ini disukai karena dapat diwarnai sesuai dengan

warna yang dikehendaki dan tidak membutuhkan alat khusus atau relatif tidak

mahal untuk memrosesnya.3

Pada beberapa pasien yang menggunakan gigitiruan resin akrilik, kadang-

kadang terlihat mukosa di bawahnya menunjukkan perubahan yaitu peradangan

kronis yang disebabkan oleh gigitiruan yang kurang dijaga kebersihannya. Sifat

fisik resin basis gigitiruan adalah penting untuk ketepatan dan fungsi gigitiruan

lepasan. Sifat yang perlu diperhatikan termasuk pengerutan polimerisasi,

keporusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses, dan retakan atau

goresan.3

2.1.3 DESINFEKSI TERHADAP RESIN AKRILIK

Permukaan basis gigitiruan resin akrilik yang menghadap mukosa adalah

bagian yang tidak dipoles, sehingga bagian tersebut permukaannya lebih kasar dan

mudah ditempeli oleh plak. Penumpukan plak dan sisa makanan menyebabkan

kepadatan koloni candida albicans meningkat. Peningkatan koloni ini, diikuti

oleh peningkatan produksi toksin candida albicans akan berpenetrasi ke

membrane mukosa dan menyebabkan keradangan. Pendapat ini didukung oleh

19

Page 20: Skripsi Widya Ayu Lestari

beberapa peneliti yang menyatakan bahwa sifat bahan gigitiruan, pelikel, candida

albicans memberikan kontribusi yang besar terhadap terjadinya denture

stomatitis.6

Salah satu cara untuk merawat gigitiruan adalah dengan merendam dalam

pembersih gigitiruan yang mengandung larutan desinfektan. Berbagai bentuk

pembersih gigitiruan yang beredar dipasaran antara lain ada yang berbentuk pasta,

tablet, cairan dan lain-lain. Prosedur pemakaiannya harus disesuaikan dengan

petunjuk pabrik. Lempeng resin akrilik yang direndam pembersih gigitiruan

dalam jangka waktu yang terus–menerus dapat terjadi perubahan warna. Sodium

hipoklorit sebagai desinfektan dapat mengurangi mikroorganisme yang melekat

pada gigitiruan. Sedangkan bahan desinfektan sebagai bahan pembersih seperti

klorhexidin glukonat atau salisilat dapat mengurangi plak pada gigi. 7

Penggunaan pembersih gigitiruan dapat dilakukan dengan dua kelompok

utama yaitu mekanik dan kimia. Metode mekanik dapat diklasifikasikan menyikat

(menyikat dengan menggunakan air, pasta gigi, sabun, dan bahan yang

mempunyai sifat abrasi). Sedangkan Metode kimia seperti menggunakan obat

kumur. 8

2.1.4 KEKUATAN TRANSVERSA PLAT AKRILIK

Bahan basis gigitiruan dalam pemakaiannya harus dapat menahan beban

yang terjadi pada waktu proses pengunyahan. Basis tersebut diharapkan

mempunyai ketahanan terhadap suatu beban pada saat gigitiruan difungsikan.

20

Page 21: Skripsi Widya Ayu Lestari

Pengujian beban yang akan mengakibatkan defleksi dan patahnya basis resin

akrilik ialah dengan uji terhadap kekuatan transversanya.9 Kekuatan transversal

atau flexural adalah beban yang diberikan pada sebuah benda berbentuk batang

yang ditumpu pada kedua ujungnya dan beban tesebut diberikan di tengah-

tengahnya, selama batang ditekan maka beban akan meningkat secara beraturan

dan berenti ketika batang uji patah. 10

Uji kekuatan transversa dapat memberikan gambaran tentang ketahanan

benda dalam menerima beban pada waktu pengunyahan. Sifat fisik dan mekanik

bahan mempengaruhi kenyamanan pemakai gigi tiruan dan alat piranti ortodonsia

pada saat pengunyahan. Uji kekuatan transversal lebih banyak digunakan daripada

uji kekuatan tarik, karena uji kekuatan transversal dapat mewakili tipe – tipe

kekuatan yang diterima alat dalam mulut selama pengunyahan.10

Pengukuran kekuatan transversal ini merupakan sekumpulan pengukuran

tekanan tarik, kompresi dan geseran secara simultan. Bila beban diberikan, bahan

akan melengkung. Regangan yang dihasilkan diwakili oleh berkurangnya panjang

permukaan atas ( regangan kompresi) dari batangan contoh ( penurunan diameter

lempeng) dan kenaikan panjang atau diameter permukaan bawah ( regangan

tarik ). Akibatnya, tekanan utama pada permukaan atas adalah kompresi,

sedangkan pada permukaan bawah adalah tarikan. 11

Kekuatan transversal dari resin akrilik dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti berat molekul, ukuran partikel polimer, residual monomer, komposisi

21

Page 22: Skripsi Widya Ayu Lestari

plasticizer, jumlah dari cross-linking agent, porositas dan ketebalan dari bahan. 12

Suatu basis gigi tiruan haruslah mempunyai kekuatan transversal yang

cukup adekuat untuk menahan tekanan mastikasi dan tekanan lain dari dalam

rongga mulut. Akan tetapi, basis juga haruslah dapat dibuat setipis mungkin untuk

memberi kenyamanan dan estetik pada pasien. 12

Terdapat 2 jenis penyebab fraktur prostesa yaitu :13

1. Dari luar mulut : jatuh pada tempat yang keras

2. Dari dalam mulut : fatique maupun occlusal forces

Kekuatan transversa dirumuskan sebagai berikut :13

S =

3 IP

2 b d2

Dengan ketentuan :

S : kekuatan transversa (kg/mm2)

P : gaya atau beban (kg)

l : jarak pendukung (cm)

b : lebar lempeng uji (cm)

d : tebal lempeng uji (cm)

Pengujian kekuatan trasversa dilakukan dengan alat Galdabini.

2.2 ROSELLA

22

Page 23: Skripsi Widya Ayu Lestari

2.2.1 KARAKTERISTIK14

Rosela merupakan tumbuhan semak umur satu tahun, tinggi tumbuhan

mencapai 2,4 m. Batang berwarna merah, berbentuk bulat dan berbulu; daun

berseling 3-5 helai dengan panjang 7,5-12,5 cm berwarna hijau, ibu tulang daun

kemerahan, tangkai daun pendek. Bentuk helaian daun bersifat anisofili

(polimorfik), helaian daun yang terletak di bagian pangkal batang tidak berbagi,

bentuk daun bulat telur, tangkai daun pendek.

Daun-daun di bagian cabang dan ujung batang berbagi, menjadi 3 toreh,

lebar toreh daun 2,5 cm, tepi daun beringgit, daun penumpu bentuk benang;

panjang tangkai daun 0,3- 12 cm, hijau hingga merah; pangkal daun meruncing,

tepi daun beringgit, pangkal daun tumpul hingga meruncing, sedikit berambut.

Bunga tunggal, kuncup bunga tumbuh dari bagian ketiak daun, tangkai

bunga berukuran 5-20 mm; kelopak bunga berlekatan, tidak gugur, tetap

mendukung buah, berbentuk lonceng; mahkota bunga berlepasan, berjumlah 5

petal, mahkota bunga berbentuk bulat telur terbalik, warna kuning, kuning

kemerahan; benang sari terletak pada suatu kolom pendukung benang sari,

panjang kolom pendukung benang sari sampai 20 mm, kepala sari berwarna

merah, panjang tangkai sari 1 mm; tangkai putik berada di dalam kolom

pendukung benang sari, jumlah kepala putik 5 buah, warna merah. Buah kapsul,

berbentuk bulat telur, ukuran buah 13-22 mm x 11-20 mm, tiap buah berisi 30-40

biji. Ukuran biji 3-5 mm x 2-4 mm, warna coklat kemerahan.

23

Page 24: Skripsi Widya Ayu Lestari

2.2.2 KLASIFIKASI

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae

Bangsa : Malvales

Suku : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Species : Hibiscuc sabdariffa Linn14

2.2.3 KANDUNGAN KIMIA ROSELLA (HIBISCUS SABDARIFFA)14

Kandungan kimia tanaman ini adalah (+)-alohidroksi asam sitrat lakton,

asam malat dan asam tartrat. Antosian yang menyebabkan warna merah pada

tanaman ini mengandung delfinidin-3- siloglukosida, delfinidin-3-glukosida,

sianidin-3-siloglukosida, sedangkan flavonoidnya mengandung gosipetin dan

mucilago (rhamnogalakturonan, arabinogalaktan, arabinan).

Sterol minyak biji rosela terdiri atas 61,3% β-sitosterol, 16,5%

kampasterol, 5,1% kolesterol, dan 3,2% ergosterol.7Karkade (bunga kering tanpa

ovari) mengandung 13% campuran asam sitrat dan asam malat, dua antosianin;

gosipetin (hidroksiflavon) dan hibiskin, asam askorbat 0,004-0,005%. Mahkota

bunga mengandung glikosida-flavon hibiskritin, yang mengandung aglikon

hibisketin. Bunga rosela juga mengandung fitosterol. Bunga kering mengandung

15,3% asam hibiskat. Akar rosela mengandung saponin dan asam tartrat

24

Page 25: Skripsi Widya Ayu Lestari

2.2.4 EFEK FARMAKOLOGI ROSELLA (HIBISCUS SABDARIFFA) 14

a. Antihipertensi

Uji in vivo menggunakan ekstrak metanol kelopak bunga rosela

yang dibuat dengan soxhletasi serbuk kelopak bunga rosela menggunakan

pelarut metanol dengan dosis antara 10 g-1mg/mL menunjukkan efek

vasodilatasi pada aorta tikus hipertensif spontan melalui jalur vasodilatasi

yang tergantung dan tidak tergantung endotelium. Vasodilatasi yang

tergantung endotelium dihasilkan melalui jalur relaksasi nitrit

oksida/cGMP yang diturunkan dari endotelium, sedangkan vasodilatasi

yang tidak tergantung endotelium dapat disebabkan oleh penghambatan

masuknya Ca2+. Hasil ini menunjukkan efek menurunkan tekanan darah

dari rosela in vivo yang dapat dikembangkan sebagai obat hipertensi.

Efek menurunkan tekanan darah ini juga ditunjukkan oleh

beberapa peneliti lain. Injeksi intravena ekstrak air rosela pada kucing dan

tikus yang dianastesi dapat menurunkan tekanan darah hewan uji tersebut

dengan tingkatan efek tergantung dosis. Sebagian efek hipotensif dapat

diblok oleh atropin dan antihistamin. Oleh karena itu efek hipotensif

kemungkinan dimediasi setidaknya sebagian oleh mekanisme

histaminergik dan atau kolinergik.

Kemungkinan penghambatan aktivitas enzim pengkonversi

angiotensin.Percobaan pada anjing yang diberi10% ekstrak air bunga

25

Page 26: Skripsi Widya Ayu Lestari

rosela secara intravena memperlihatkan penurunan yang cepat pada rata-

rata tekanan darah.10Pada uji klinik yang melibatkan 54 orang penderita

hipertensi moderat, yang meminum seduhan rosela (dibuat dari 2 sendok

makan rosela) setiap hari selama 12 hari dapat menurunkan 11 % tekanan

darah sistolik dan diastolik.

b. Antiobesitas

Pemberian ekstrak air mahkota bunga rosela dengan dosis 120 mg/

kgBB/hari per oral selama 60 hari secara bermakna mengurangi berat

badan mencit yang digemukkan, meningkatkan asupan cairan, dan

menurunkan kadar alanin aminotransferase (ALT).

c. Antiinflamasi

Efek antiinflamasi rosela ditunjukkan oleh senyawa polifenol hasil

ekstraksi rosela. Pada kadar 0,01-0,5 mg/mL, senyawa ini dapat

menghambat enzim ksantin oksidase sampai 93% dengan EC50= 0,742

mg/mL. Dosis 0,5 mg/mL dapat menghambat nitrat dan produksi PGE2

dan aktivitas iNOS protein pada makrofag sampai 20% pada mencit yang

diinduksi lipopolisakarida (LPS). Dosis 10- 40 mg/kg dapat menurunkan

perubahan patologi hati hewan uji. Pada mencit yang diberi LPS, polifenol

secara bermakna menurunkan kadar alanin dan aspartat aminotransferase

26

Page 27: Skripsi Widya Ayu Lestari

dalam serum. Ekstrak metanol dengan kadar polifenol tinggi dapat

menurunkan enzim lipid peroksidase dan radang pada hati dan

meningkatkan aktivitas katalase dan glutation.

d. Antikolesterol

Pemberian karkade (teh dari kelopak bunga rosela) dengan dosis 5

dan 10 % pada tikus hiperkolesterol selama 9 minggu menunjukkan efek

penurunan fraksi lipid dalam plasma, hati, otak, dan lambung, juga

menurunkan aktivitas enzim GOT, GPT, alkalin dan asam fosfatase dalam

plasma, yang akan kembali pada kadar semula setelah pemberian

dihentikan. Efek antikolesterol rosela dikonfirmasi dengan pemberian 0,5

atau 1% pada kelinci yang sebelumnya diberi kolesterol selama 10

minggu. Hasil penelitian ini efektif menurunkan konsentrasi trigliserida,

kolesterol total dan LDL pada serum.9 Pemberian ekstrak air mahkota

bunga rosela dengan dosis 500 dan 1000 mg/kgBB bersama-sama dengan

pemberian kolesterol selama 6 minggu kepada tikus hiperkolesterolemia

secara bermakna menurunkan kadar kolesterol serum 22 dan 26 %,

trigliserida serum 33 dan 28 %, LDL serum 22 dan 32 %. Uji klinik yang

melibatkan 42 orang, usia 18 – 75 tahun, kadar kolesterol serum 175 – 327

mg/dL menunjukkan bahwa pemberian 500 mg ekstrak air bunga kering

rosela perhari selama 4 minggu dapat menurunkan secara bermakna kadar

kolesterol sebesar 8.3 – 14.4 %.15Ekstrak rosela menghambat oksidasi

27

Page 28: Skripsi Widya Ayu Lestari

LDL, menurunkan serum trigliserida, serum kolesterol. Rasio LDL-HDL

juga berkurang dengan ekstrak rosela.

e. Hepatoprotektif

Ekstrak mahkota bunga rosela kering (kaya antosianin) dosis 100

mg/kgBB dua kali sehari terbukti mempunyai efek hepatoprotektif pada

tikus yang sebelumnya diinduksi dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin (2,4-

DNPH). Ekstrak secara bermakna menurunkan kadar enzim hati seperti

alanin dan aspartat aminotransferase dan mengurangi kerusakan hati.

Ekstrak juga secara bermakna meniadakan efek DNPH pada protein hati,

superoksida dismutase dan glutation, menghambat pembentukan

malondialdehid pada hati.

Ekstrak alkohol daun rosela dosis 250 mg/kgBB per oral secara

bermakna menormalkan kadar amonia, urea, asam urat, kreatinin dan

nitrogen non-protein dalam darah tikus yang diberi amonium klorida. Pada

penelitian ini ekstrak daun rosela menunjukkan aktivitas anti-hiperamonia

yang bermakna. Amonia adalah neurotoksin yang berimplikasi pada

enselopati hati.

f. Antioksidan

Pemberian ekstrak mahkota bunga rosela kering (kaya antosianin)

dosis 100 mg/kgBB dua kali sehari selama 14 hari pada kelinci yang

28

Page 29: Skripsi Widya Ayu Lestari

diinduksi senyawa 2,4-dinitrofenilhidrazin (2,4-DNPH) secara bermakna

mengurangi kadar produk peroksidasi lipid seperti asam tiobarbiturat dan

hiperperoksida, meningkatkan kadar antioksidan seperti katalase,

superoksida dismutase, glutation peroksidase dan glutation tereduksi di

jaringan otak tikus hiperamonia.

Ekstrak metanol rosela menunjukkan sifat antioksidan kuat

dibanding butil hidroksi anisol (BHA) dan -tokoferol. Sifat antioksidan

ini dimonitor melalui pembentukan senyawa diena-konjugasi dan senyawa

reaktif asam tiobarbiturat dalam sistem model asam linoleat. Efek proteksi

terhadap radikal beba s ini diperkirakan karena asam askorbat, 2-karoten

dan senyawa fenolik yang dikandungnya,terutama antosianin.16

Kandungan asam protokatekuat dalam ekstrak rosela menunjukkan potensi

penghambatan tumor. Studi pada tikus yang diinduksi 12- O-

tetradekanoilforbol-13-asetat memperlihatkan bahwa aplikasi topikal asam

katekuat menghambat pertumbuhan tumor. Asam protokatekuat juga

menghambat sel leukemia promiolitik (sel HL- 60) dengan menginduksi

apoptosis in vitro.

g. Antibakteri dan Antelmintik

Ekstrak air rosela berefek antibakteri dan antelmintik yang lemah.

Ekstrak menghambat pergerakan Taenia sp. pada manusia dan anjing.

Larutan 4% dapat membunuh cacing dalam waktu kurang lebih 30 menit

29

Page 30: Skripsi Widya Ayu Lestari

in vitro. Ekstrak 15% dapat menghambat pertumbuhan Mycobacterium

tuberculosis in vitro, dan 10 mL dosis ekstrak 20% menghambat

pertumbuhan Bacillus sp. pada kelinci yang terinfeksi.

h. Efek Urikosurik

Suatu studi yang melibatkan 9 orang laki–laki (tanpa riwayat

penyakit batu ginjal) dan 9 orang laki–laki (dengan riwayat batu ginjal)

menunjukkan efek urikosurik rosela. Kepada tiap responden diberi

seduhan mahkota bunga rosela (1,5 g mahkota bunga rosela), 2 kali sehari

selama 15 hari. Darah dan urin diperiksa sebelum minum seduhan, pada

hari ke-14 dan 15 setelah minum seduhan, dan 15 hari setelah periode

minum seduhan selesai. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan

ekskresi dan klirens asam urat, dan fraksi asam urat yang diekskresi ke

dalam urin.

i. Efek Laktasi

Ekstrak air biji rosela dengan dosis 100, 200, 400, 800, dan 1600

mg/kgBB yang diberikan secara oral selama 6 hari (mulai hari ke-4 sampai

ke-9 periode laktasi) memiliki efek laktogenik (meningkatkan kadar serum

prolaktin) pada tikus Wistar. Efek ini diduga melalui mekanisme antagonis

dopamin, karena pada percobaan terbukti dengan adanya dopamin dapat

30

Page 31: Skripsi Widya Ayu Lestari

menghilangkan efek laktogenik ekstrak rosela tersebut .18 Ekstrak etanol

biji rosela juga memiliki efek laktasi. Pemberian per oral dosis 200, 400,

800 dan 1600 mg/ kgBB selama 6 hari pada tikus putih menunjukkan

adanya peningkatan serum prolaktin yang tergantung dosis.19 Efek

ekstrak air rosela (0,6 g/ 100mL dan 1,8 g/ 100 mL) yang diberikan

kepada ibu menyusui terbukti mampu meningkatkan berat badan bayi.

j. Efek Laksatif

Ekstrak segar kelopak bunga rosela, dosis 400 dan 800 mg/kgBB,

menunjukkan aktivitas katartik ringan pada tikus tanpa meningkatkan

aktivitas peristaltik.

k. Toksisitas

Nilai LD50 ekstrak mahkota bunga rosela pada tikus di atas 5000

mg/kgBB. Satu laporan menyebutkan bahwa pemberian pada dosis

berlebihan pada periode yang relatif lama menyebabkan efek buruk pada

testis tikus.9 Nilai LD50 yang sama juga diperoleh untuk ekstrak air dan

ekstrak etanol biji rosela.19,20 Pada uji toksisitas subkronis ditemukan

bahwa nilai SGOT, SGPT, alkaline fosfatase, bilirubin dan albumin berada

dalam rentang nilai normal. Urea dan kreatinin sebagai indikator fungsi

ginjal juga dalam nilai normal

2.2.5 HASIL UJI EKSTRAK BUNGA ROSELLA

31

Page 32: Skripsi Widya Ayu Lestari

Hasil uji pendahuluan Asviana (2011) tentang larutan ekstrak bunga

rosella sebagai desinfektan plat gigitiruan, hasil diameter zona hambat pada

konsentrasi 40% adalah hasil yang paling mendekati diameter pada kelompok

kontrol positif, sehingga konsentrasi 40% dipakai sebagai dasar atau acuan untuk

menentukan konsentrasi ekstrak yang akan dipakai dalam uji penelitian.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak kelopak bunga

Rosella (Hibiscus sabdariffa L) memiliki efek antifungi terhadap koloni Candida

albicans. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan bahwa

konsentrasi ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) berpengaruh

terhadap pertumbuhan koloni Candida albicans. Efek antifungi ditunjukkan

dengan adanya zona hambatan yang terbentuk pada kelompok perlakuan ekstrak

kelopak bunga rosella konsentrasi 30%, 40%, 50%, 60% dan 100%.

2.2.6 SENYAWA POLIFENOL

Senyawa fenol dapat di definisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin

aromatik yang membawa satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hydroksil,

termasuk derifat fungsionalnya. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang

ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak

gugus fenol dalam molekulnya. 15

Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut

yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa

tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya. Turunan polifenol sebagai

32

Page 33: Skripsi Widya Ayu Lestari

antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan

elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai

dari pembentukan radikal bebas. Polifenol merupakan komponen yang

bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan dalam buah dan sayuran.15

2.2.7 PENGARUH POLIFENOL TERHADAP KEKUATAN

TRANSVERSA GIGI TIRUAN

Banyak hal yang mempengaruhi sifat polimer, termasuk komposisi ikatan

kimianya, derajat polimerisasi, dan jumlah cabang atau persilangan rantai polimer.

Secara umum, rantai yang lebih panjang dan berat molekul yang tinggi

menghasilkan peningkatan kekuatan, kekerasan, kelenturan, dan resistensi polimer

dari kerapuhan.16

Resin akrilik sebagai bahan basis gigitiruan sering berkontak dengan

seduhan teh bagi pemakai gigitiruan lepasan peminum teh. Senyawa yang

berpengaruh terhadap basis resin akrilik adalah polifenol dalam teh. Polifenol

yang berkontak dengan basis resin akrilik akan bereaksi dengan ester dari

polimetil metakrilat dalam basis resin akrilik. Ikatan rantai polimer dari resin

akrilik menjadi terganggu mengakibatkan sifat fisis basis resin akrilik semakin

melemah sehingga mempengaruhi kekuatan transversa. Seperti yang kita ketahui

bahan resin akrilik mempunyai salah satu sifat yaitu menyerap air secara perlahan-

lahan dalam jangka waktu tertentu, dengan mekanisme penyerapan melalui difusi

molekul air sesuai hukum difusi. 7

33

Page 34: Skripsi Widya Ayu Lestari

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. KERANGKA KONSEP

34

Bahan desinfektan ( ekstrak rosella )

Plat Gigitiruan konsentrasi

Lama perendaman

Page 35: Skripsi Widya Ayu Lestari

Keterangan garis pada kotak :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Variabel kontrol

Variabel sebab

Variabel akibat

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 RANCANGAN PENELITIAN

Berdasarkan sifatnya penelitian ini termasuk penelitian eksperimental

laboratoris.

4.2 SAMPEL

35

Kekuatan transversa plat

gigitiruan

Intensitas perendaman

Page 36: Skripsi Widya Ayu Lestari

Sampel yang digunakan adalah 25 lempengan akrilik dengan kriteria

sampel ukuran panjang = 65 mm, lebar = 10 mm dan tebal = 2,5 mm, serta

permukaan halus, tidak porus, dan tidak ada perubahan bentuk. Sampel dibagi

menjadi 5 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 sampel.

4.2.1 BESAR SAMPEL17

Menurut Supranto J (2000) untuk penelitian ekperimental dengan

rancangan acak lengkap, acak kelompok atau factorial, secara sederhana dapat

dirumuskan :

Keterangan :

r = jumlah sampel tiap kelompok perlakuan

t = banyaknya kelompok perlakuan

Dari rumus di atas dapat dilakukan perhitungan besar sampel sebagai

berikut : t = 5, maka didapatkan :

(5-1) (r-1) = 15

(4) (r-1) = 15

r-1 = 15/4 = 3,75

r = 3,75 + 1 = 4,75 ≈ 5

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, jumlah sampel yang digunakan

pada penelitian ini adalah 5 sampel per kelompok, karena jumlah

kelompok adalah 5, maka jumlah sampel seluruhnya adalah 25 sampel.

36

(t-1) (r-1) ≥ 15

Page 37: Skripsi Widya Ayu Lestari

4.3 VARIABEL PENELITIAN

4.3.1 VARIABEL BEBAS

Besarnya beban dari Tensile Testing Machine Type PM 100 GALDABINI

yang dikenakan pada lempeng akrilik

4.3.2 VARIABEL TERIKAT

kekuatan transversa basis akrilik

4.3.3 VARIABEL KONTROL

lama perendaman dalam ekstrak kelopak bunga rosella

4.4 DEFENISI OPERASIONAL

Ekstrak kelopak bunga rosella : adalah kelopak tanaman Bunga Rosella

yang di ekstrak dengan menggunakan metode maserasi di

Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.

Kekuatan transversa : kekuatan dari lempeng akrilik yang didukung

pada masing-masing ujung lempeng akrilik, terhadap tekanan yang

dikenakan pada lempeng uji.

4.5 ALAT DAN BAHAN

Alat

1. Rubber bowl

37

Page 38: Skripsi Widya Ayu Lestari

2. Spatel

3. Model studi

4. Cetakan master lempeng akrilik

5. Alat pres

6. Panci

7. Kompor

8. Alat polis

9. Cutting disc akrilik

10. Tensile testing machine type PM 100 GALDABINI

Gambar 4.1 Alat universal Testing Machine (Tensile Testing Machine Type PM

100 GALDABINI)

Bahan

a. Akrilik polimeralisasi panas (Pillon, England)

b. Vaselin (Kimia Farma)

c. Plastik selopan

d. Ekstrak Rosella konsentrasi 40 %

38

Page 39: Skripsi Widya Ayu Lestari

4.6 LOKASI PENELITIAN

Ekstrak didapatkan dari laboratorium Fakultas Farmasi Universitas

Hasanuddin dan ketahanan transversa dari lempeng uji dilakukan di

Laboratorium Mekanik Jurusan Teknik Mesin Politeknik Makassar.

4.7 WAKTU PENELITIAN

Waktu dimulai pada September 2012

d.8 PROSEDUR KERJA

d.8.1 PEMBUATAN EKSTRAK ROSELLA

a. Proses mengekstrak diawali dengan menyediakan kelopak segar bunga

rosella sebanyak 500 gr

b. Kelopak segar dikeringkan selama 10 hari dengan suhu kamar

c. Kelopak kering dimasukkan ke dalam toples kaca lalu direndam

dengan ethanol 96% dengan batas 3 cm di atas permukaan kelopak

Rosella, kemudian diaduk dan ditutup rapat dengan aluminium foil

dan tutup toples

d. Didiamkan selama 3x24 jam, tetapi tetap dilakukan pengadukan setiap

harinya.

e. Lakukanlah pemisahan ampas dan filtratnya dengan cara disaring,

untuk memperoleh ekstrak cair kelopak bunga Rosella

39

Page 40: Skripsi Widya Ayu Lestari

f. Untuk mendapatkan ekstrak kental, maka diuapkan dengan

menggunakan Rotavapor

g. Selanjutnya akan diperoleh ekstrak kental lalu ekstrak tersebut dituang

ke dalam cawan porselen dan diuapkan lagi dengan penangas

kemudian diangin-anginkan pada suhu kamar

h. Proses ekstraksi selesai dan diperolehlah ekstrak kental kelopak bunga

rosella (Hibiscus Sabdariffa L) .

4.8.2 PEMBUATAN PLAT AKRILIK

a. Menyiapkan cetakan master dengan ukuran 70x90x2 mm dengan

penutupnya.

b. Melakukan pengisian akrilik dengan perbandingan 4,8 gr bubuk akrilik

dengan 3ml liquid resin akrilik. pengadukan dilakukan pada pot

porselen samapi mencapai dough stage. Adonan dimasukkan ke dalam

cetakan master tadi, dilakukan pengepresan sehingga adonan mengalir

keluar. Penutup dibuka dan kelebihannya dipotong dengan pisau,

kemudian ditutup, lalu dipres kembali.

c. Dilakukan proses curing konvensional, sesuai dengan petunjuk pada

label bahan, yaitu mulai temperatur kamar 72⁰ selama 2 jam dan

dinaikkan sampai 100⁰C selama 2 jam kemudian dibiarkan hingga

dingin.

d. Setelah dingin, cetakan dan penutupnya dibuka dan plat akrilik

diambil.

40

Page 41: Skripsi Widya Ayu Lestari

e. Setelah dilepaskan dari cetakan, akrilik tadi dipotong hingga menjadi 9

potong dengan menggunakan cutting disc. Kelebihan akrilik dirapikan

dengan straight hand piece, menggunakan freezer bur dan dihaluskan

dengan kertas gosok, kemudian dikeringkan.

f. Sampel dibagi menjadi 5 kelompok yang masing-masing kelompok

direndam ke dalam larutan ekstrak rosella konsentrasi 40 % selama

masing-masing 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit

yang masing-masing terdiri dari 5 lempeng akrilik.

4.8.3 PENGUJIAN KEKUATAN TRANSVERSA

a. Batang uji diukur panjangnya kemudian diberi tanda pada garis

tengahnya dengan menggunakan pensil.

b. Batang uji yang telah diberi tanda diletakkan di tengah alat tekan

supaya tekanan betul-betul tertuju pada satu garis uji.

c. Mesin alat dihidupkan, pemberat alat akan turun menekan tepat pada

tengah batang uji sampai terjadi patahnya batang uji, dan secara

otomatis akan berhenti bekerja.

41

Page 42: Skripsi Widya Ayu Lestari

Gambar 4.2 Pengujian kekuatan transversa (sumber : koleksi pribadi)

Gambar 4.3 Setelah dilakukan uji kekuatan transversa

(sumber : koleksi pribadi)

42

Page 43: Skripsi Widya Ayu Lestari

Uji kekuatan transversa

Uji kekuatan transversa

Perendaman lempeng akrilik dalam ekstrak rosella 40%

Perendaman lempeng akrilik dalam ekstrak rosella 40%

Pengolahan dataPengolahan data

4.9 ANALISIS DATA

Data yang diperoleh ditabulasi ke bentuk tabel. Hasil penelitian kemudian

dianalisis melakukan uji statistik Anova satu arah. Uji Anova satu arah dipakai

untuk melihat perbedaan dari beberapa varians (α= 0,05). Selanjutnya jika

bermakna, maka dilakukan uji beda lanjut (post hoc test) yaitu least significance

difference (LSD) untuk mengetahui lebih lanjut letak perbedaan tersebut. Uji ini

dipakai untuk melihat perbedaan dari masing-masing kelompok perlakuan.

4.10 ALUR PENELITIAN

43

Pembuatan lempeng akrilik

Pembuatan lempeng akrilik

Ekstrak rosella

selama 5 menit

Ekstrak rosella

selama 10 menit

Ekstrak rosella

selama 15 menit

Ekstrak rosella

selama 20 menit

Estrak rosella

selama 25 menit

Page 44: Skripsi Widya Ayu Lestari

Kelompok

Perendaman Ekstrak

Bunga Rosella

Rerata Kekuatan Transversa Lempeng Akrilik

Setelah Direndam (N/Mm2)

5 menit 122,5000

10 menit 164,1140

15 menit 138,6960

20 menit 122,5100

25 menit 98,9520

Rerata 129,3544

BAB V

44

Page 45: Skripsi Widya Ayu Lestari

25 Menit20 Menit15 Menit10 Menit5 Menit

Kelompok

160.00

140.00

120.00

100.00

Me

an

of

KE

KU

AT

AN

_T

RA

NS

FE

RS

A

HASIL PENELITIAN

Dari hasil pengamatan, pengukuran dan perhitungan mengenai pengaruh

ekstrak bunga rosella, diperoleh kekuatan transversa lempeng akrilik yang

dilakukan terhadap 5 kelompok, yaitu perendaman selama 5 menit, 10 menit, 15

menit, 20 menit, dan 25 menit ke dalam ekstrak bunga rosella.

Tabel 5.1 Distribusi rerata kekuatan transversa lempeng akrilik yang direndam

ekstrak bunga rosella

Sumber : Data Primer

Tabel 5.1 menunjukan rerata kekuatan transversa dari lempeng akrilik

yang direndam dalam ekstrak bunga rosella. Nilai rerata kekuatan transversa

lempeng akrilik yang direndam ekstrak bunga rosella selama 10 menit

menunjukan rerata kekuatan transversa paling tinggi yaitu 164,1140 N/mm2.

45

Page 46: Skripsi Widya Ayu Lestari

Gambar 5.1 Grafik besar kekuatan transversa lempeng akrilik ( sumber: koleksi

pribadi)

Pada gambar 5.1 menunjukkan grafik kekuatan transversa lempeng akrilik

yang direndam dalam ekstrak kelopak bunga rosella selama 5 menit, 10 menit, 15

menit, 20 menit, dan 25 menit.

Tabel 5.2 Hasil uji ANOVA 1 jalur perbandingan rerata kekuatan transversa

lempengakrilik yang direndam ekstrak bunga rosella

JK DF RK F P

Antar kelompok 11568,149 4 2892,037 4,506 0,009

Dalam kelompok 12837,148 20 641,857

Total 24405,297 24

Sumber: Data primer

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai p = 0,009 (p<0,05) yang berarti

ada pengaruh yang bermakna antara ekstrak bunga rosella terhadap kekuatan

transversa pada plat gigitiruan.

Untuk mengetahui perbedaan rerata kekuatan transversa pada semua hasil

uji maka dilakukan uji lanjutan dengan uji LSD yang dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Hasil uji LSD perbandingan rerata kekuatan transversa plat akrilik yang

direndam di dalam ekstrak bunga rosella

46

Page 47: Skripsi Widya Ayu Lestari

Kelompok

perendaman

5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit

5 menit - 0,017* 0,324 1,000 0,157

10 menit 0,017* - 0,128 0,017* 0,001*

15 menit 0,324 0,128 - 0,324 0,22

20 menit 1,000 0,017* 0,324 - 0,157

25 menit 0,157 0,001* 0,022* 0,157 -

Sumber : data primer *p<0,05

Dengan melihat hasil dari analisis LSD Post Hoc Tests, maka diperoleh

hasil :

• Kelompok perendaman lima menit dengan sepuluh menit, p = 0,017, IK

(interval kepercayaan) 95% tidak tercakup angka 0

• Kelompok perendaman lima menit dengan lima belas menit, p = 0,324, IK

95% tidak tercakup angka 0

• Kelompok perendaman lima menit dengan dua puluh menit, p = 1,000, IK

95% tidak tercakup angka 0

• Kelompok perendaman lima menit dengan dua puluh lima menit, p =

0,157, IK 95% tidak tercakup angka 0

• Kelompok perendaman sepuluh menit dengan lima belas menit, p = 0,128,

IK 95% tidak tercakup angka 0

47

Page 48: Skripsi Widya Ayu Lestari

• Kelompok perendaman sepuluh menit dengan dua puluh menit, p = 0,017,

IK 95% tidak tercakup angka 0

• Kelompok perendaman sepuluh menit dengan dua puluh lima menit, p =

0,001, IK 95% tidak tercakup angka 0

• Kelompok perendaman lima belas menit dengan dua puluh menit, p =

0,324, IK 95% tidak tercakup angka 0

• Kelompok perendaman lima belas menit dengan dua puluh lima menit, p =

0,022, IK 95% tidak tercakup angka 0

• Kelompok perendaman dua puluh menit dengan dua puluh lima menit, p

= 0,157 , IK 95% tidak tercakup angka 0

BAB VII

PENUTUP

7.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh lama perendaman plat gigitiruan

dalam ekstrak kelopak bunga rosella terhadap kekuatan transversa plat gigitiruan dapat

disimpulkan bahwa :

1. Terdapat pengaruh lama perendaman plat gigitiruan dalam ekstrak kelopak

bunga rosella terhadap kekuatan transversa plat gigtiruan

2. Perendaman selama 10 menit memiliki kekuatan transversa yang paling besar

dibandingkan kelompok perendaman yang lain.

3. Perendaman lempeng akrilik yang terlalu lama akan mengakibatkan

penurunan kekuatan transversa

48

Page 49: Skripsi Widya Ayu Lestari

7.2 SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai intensitas perendaman

lempeng akrilik dalam ekstak kelopak bunga rosella

2. Ekstrak bunga kelopak bunga rosella dapat digunakan sebagai alternatif

bahan pembersih gigitiruan

DAFTAR PUSTAKA

1. Jubhari E. Alasan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Tidak Menggunakan

Gigi Tiruan. Dent J 2008; 7: p.124 – 131.

2. Herman B, Rahmatina. Fisiologi pencernaan. Padang : Andalas university

press ; 2004, 5, 52-3.

3. Anusavice KJ. Philips: buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Ahli bahasa:

Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.

p.197-202, 211-16.

49

Page 50: Skripsi Widya Ayu Lestari

4. Wulandari F, Rostiny, Soekobagino. Pengaruh lama perendaman resin akrilik

heat cured dalam eugenol minyak kayu manis terhadap kekuatan transversa. J

of prost 2012 ; vol. 3 no.1 : p.1-5.

5. Ecket, Jacob, Fenton, Mericske, Stern. Prosthodontic treatment for edentulous

patients. St. Louis: Mosby Inc. 2004. p. 190-205.

6. Rianti D. Daya anti mikroba ekstrak Coleus amboinicus terhadap Candida

albicans pada resin akrilik. JPB 2003 ; 5(3) : p.113-17.

7. David, Munadziroh E. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam

dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit dan klorhexidin. Maj ked gigi

(dent J) 2005 ; 38(1) : p.36-40.

8. Sorgini,silva-lovato,souza,et al. abrasiveness of conventional and specific

denture-cleaning dentifrices. Braz Dent J 2012 : 23(2) : p.154-9.

9. Jubhari E. Jaring-jaring penguat sambungan sebagai alternative penguat bahan

reparasi lempeng resin akrilik (thesis). Surabaya : Airlangga Univ ; 2001.

10. Orsi IA, Andrade VG. Effect of chemical disinfectants on the transverse

strength of heat-polymerized acrylic resins submitted to mechanical and

chemical polishing. J Prost Dent 2004 ; 92 : p.382-8.

11. Titi I. Pengaruh Perendaman Klorheksidin Sebagai Bahan Pembersih

Terhadap Kekuatan Transverse Basis Gigi Tiruan Lengkap Resin Akrilik

dengan Soft Liner. Maj Ked Gigi 2006; 13 : p.146-9.

50

Page 51: Skripsi Widya Ayu Lestari

12. Chirtoc M, Bicanic DD, Hitge ML, et al. Monitoring the Polymerization

Process of Acrylic Resins. J Prost Dent 1995; 8 : p.259-64.

13. Nirwana I. Kekuatan transversa resin akrilik hybrid setelah penambahan glass

fiber dengan metode berbeda. Maj ked gigi (Dent J) 2005 ; 38(1) : p.16-9.

14. Direktorat OAI BPOM RI. Serial data ilmiah terkini tanaman obat rosella

(Hibiscus sabdiffa L). Jakarta: Badan POM RI; 2010.

15. Hattenschwiller S, Vitousek, P. The role of polyphenols interrestrial

ecosystem nutrient cycling. J TREE : 2000 : vol. 15 no. 6.

16. Craig GR and Powers MJ. Restorative Dental Material, 11thed. Philadelphia :

CV Mosby ; 2002. p.333-40

17. Supranto J. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta : PT

Rineka Cipta ; 2000.

51