skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. supiaty, m.kes, selaku...

52
FREKUENSI TERJADINYA KARIES SEKUNDER TUMPATAN SEWARNA GIGI PADA SISWA KELAS 1 SEKOLAH MENENGAH ATAS KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi ANDI FADLIA ANNISA SRI SUKMAL J111 13 035 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Upload: dotruc

Post on 04-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

i

FREKUENSI TERJADINYA KARIES SEKUNDER TUMPATAN

SEWARNA GIGI PADA SISWA KELAS 1

SEKOLAH MENENGAH ATAS

KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Kedokteran Gigi

ANDI FADLIA ANNISA SRI SUKMAL

J111 13 035

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 2: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

ii

FREKUENSI TERJADINYA KARIES SEKUNDER TUMPATAN

SEWARNA GIGI PADA SISWA KELAS 1

SEKOLAH MENENGAH ATAS

KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ANDI FADLIA ANNISA SRI SUKMAL

J111 13 035

BAGIAN KONSERVASI GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 3: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Frekuensi Terjadinya Karies Sekunder Tumpatan Sewarna Gigi pada

Siswa Kelas 1 Sekolah Menengah Atas Kecamatan Pangkajene Kab

upaten Pangkep.

Oleh : Andi Fadlia Annisa Sri Sukmal / J 111 13 035

Telah Diperiksa dan Disahkan

Pada Tanggal 2 November 2016

Oleh :

Pembimbing

Dr. drg. Indrya Kirana Mattulada, MS

NIP : 19530523 198403 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin

Dr.drg. BahruddinThalib, M.Kes, Sp.Pros

NIP. 19640814 199103 1 002

Page 4: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

iv

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan mahasiswa yang tercantum dibawah ini :

Nama : Andi Fadlia Annisa Sri Sukmal

NIM : J 111 13 035

Judul Skripsi : “Frekuensi Terjadinya Karies Sekunder Tumpatan Sewarna

Gigi pada Siswa Kelas 1 Sekolah Menengah Atas Kecamatan

Pangkajene Kabupaten Pangkep”

menyatakan bahwa judul skripsi yang diajukan adalah judul yang baru dan tidak

terdapat di Perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Makassar, 2 November 2016

Staf Perpustakaan FKG UNHAS

Nuraeda, S. Sos

Page 5: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

v

Frekuensi Terjadinya Karies Sekunder Tumpatan Sewarna Gigi pada Siswa

Kelas 1 Sekolah Menengah Atas Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep

ABSTRAK

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Latar belakang: Karies gigi merupakan suatu penyakit yang terletak pada gigiyang dapat disebabkan karena aktivitas suatu mikroorganisme. Berdasarkan hasildata WHO tahun 2012 di seluruh dunia 60-90% anak sekolah memiliki karies.Karies sekunder adalah karies terjadi pada gigi setelah pengisian bahan tumpatanyang telah digunakan pada waktu tertentu, biasanya terdapat celah antara gigidengan tumpatan sehingga mikroorganisme, cairan, molekul dan ion bisa masuk kedalam tumpatan. Tumpatan sewarna gigi merupakan tumpatan yang paling seringdigunakan dalam kalangan masyarakat, karena dapat menyesuaikan warnatumpatan dengan gigi sehingga akan menghasilkan estetik yang baik. Tujuan:Untuk mengetahui frekuensi terjadinya karies sekunder tumpatan sewarna gigipada siswa kelas 1 Sekolah Menengah Atas Kecamatan Pangkajene KabupatenPangkep. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif. Penelitiandilaksanakan bulan Agustus 2016. Karies sekunder diperiksa menggunakan sondasidan menggunakan zat pewarna yaitu karies detektor. Analisis data menggunakananalisis data deskriptif. Hasil: Terdapat 71 gigi dari 40 siswa yang mengalamikaries sekunder tumpatan sewarna gigi

Kata kunci: Karies sekunder, Tumpatan sewarna gigi.

Page 6: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

vi

The Frequency of Secondary Caries tooth-colored Fillings in First GradeStudents of Senior High School in Pangkajene District, Pangkep Regency

ABSTRACT

Faculty of Destistry Hasanuddin University

Background : Dental caries is a disease located on the teeth that can be caused dueto the activity of a microorganism. Based on WHO data in 2012, 60-90% of childrenworld wide have dental caries. Secondary caries is caries which occurs in dentalfilling after the filling material that has been used at a given time. Usually there is agap between the teeth with fillings so that the microorganism, fluids, molecules andions can enter into fillings. Tooth-colored fillings are most commonly used fillings inthe society. It can adjust the color of fillings with tooth so it will produce goodesthetic. Purposes : To determine the frequency of secondary caries tooth-coloredfillings in first grade Senior High School in Pangkajene district. Methods : The typeof this research is descriptive observational. Research is conducted in August 2016.Secondary caeies is checked by using caries detector-dyes. Data analysis isdescriptive. Result : There are 71 teeth of 40 students who have secondary cariestooth - colored fillings.

Keywords : Secondary caries, tooth-colored fillings

Page 7: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat - Nya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Frekuensi Terjadinya

Karies Sekunder Tumpatan Sewarna Gigi pada Siswa Kelas 1 Sekolah Menengah

Atas Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep” sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak dapat menyelesaikan tanpa

adanya bantuan dari pihak lain, yang membantu peneliti memberikan petunjuk –

petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka

yang telah membantu peneliti baik langsung maupun tidak langsung, memberi

dukungan moril dan bantuan dalam bentuk apapun yang dirasakan amat sangat

membantu peneliti, yakni :

1. Andi Kamaluddin dan Andi Sukwati (almh), atas doanya, seluruh cinta, kasih,

perhatian, pengorbanan, kesabaran dalam membesarkan, mengasuh, mendidik

peneliti selama ini. Tak lupa pada kakakku Andi Fadlan Sukmal dan Andi

Fadhlilah Dwi Sukmal yang telah membantu, mendoakan dan memberi

motivasi kepada peneliti dalam proses pembuatan skripsi.

2. Dr. drg. Indrya Kirana Mattulada, MS, selaku pembimbing yang telah

menyisihkan waktu dan tenaga serta memberikan nasihat dan arahan kepada

Page 8: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

viii

peneliti dalam proses pembuatan skripsi ini.

3. Dr. drg. Bahruddin Thalib M. Kes, Sp. Pros, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan

dukungan dan arahan kepada penulis dari awal sampai menyelesaikan jenjang

studi.

5. Seluruh Dosen, Staf Akademik, dan Staf Tata Usaha Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Hasanuddin, terkhusus seluruh Dosen Bagian Konservasi

yang telah memberikan saran-saran dan kritik dalam pembuatan skripsi ini.

6. Pihak sekolah yaitu SMAN 1 Pangkajene, SMAN 2 Pangkajene dan SMA

Muhammadiyah Pangkajene atas bantuan tenaga dan waktu yang telah

diberikan dalam penelitian ini.

7. Guru – guru SDN 3 Sambung Jawa, SMPN 1 Pangkajene dan SMAN 2

Pangkajene yang telah mengajar peneliti.

8. Teman-teman pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa FKG Unhas periode

2015-2016, HmI Komisariat Kedokteran Gigi Unhas.

9. Teman-teman seperjuangan Restorasi yang selalu menyemangati peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini, teman-teman Strong Intelek Ainun, Aisyah, Lia,

Wirna, Ina, Ayu, Fasal, Fira, Galuh, Ibe, Indah, Oza, Sustia dan Wani yang

telah menghibur dan menyemangati peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman Bagian Konservasi: Chessia, Soraya, Amelia Sebon, Nengsi

Yusuf, Fikriyah, Dwayne, Nur Indah Sari, Andi Annisa, Wirna Regina dan

A. Tenri Ummu. Terima kasih untuk kebersamaan, semangat, dan segala

Page 9: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

ix

bantuan dalam proses penelitian ini.

11. Teman yang telah membantu membantu peneliti dalam penelitian : Nur Indah

Sari dan Wirna Regina Hafsari.

12. Sahabat PCA yang selalu memberikan motivasi dan menghibur peneliti dalam

menyusun skripsi Nurul Fajriah Istiqamah dan Riski Fitriani.

13. Teman – teman Acceleration Syafii, Tias, Naning, Isti, Kiki, Cawa’, Al

Ma’rupi, Nunu, Fitriah, Jalil, Iccang, Rahidt, Ince, Yasin, Wira, Amuba,

dan Liscun yang telah menjadi tempat berbagi suka dan duka.

14. Teman Nepoleon yang selalu menghibur peneliti: Fajrin, Haikal, Nap, Zakia,

Dewi, Ipah, Fiqri, Parcom, dan Bebeth

Peneliti juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada semua pihak

yang berkenan memberikan bantuan, baik moril mapun material hingga skripsi ini

dapat selesai.

Akhir kata peneliti mengucapkan kiranya pembaca berkenan memberikan

saran konstruktif agar dapat semakin diperbaiki mutunya. Semoga tulisan ini dapat

bermanfaat bagi segala pihak yang membutuhkan.

Makassar, 2 November 2016

Peneliti

Page 10: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i

SAMPUL DALAM............................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................iii

SURAT PERNYATAAN .................................................................................iv

ABSTRAK .........................................................................................................v

ABSTRACT .....................................................................................................vi

KATA PENGANTAR .....................................................................................vii

DAFTAR ISI......................................................................................................x

DAFTAR TABEL .........................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .......................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................3

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................4

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karies .....................................................................................................5

2.2. Klasifikasi Karies menurut Month and Hume .......................................7

2.3. Resin Komposit......................................................................................8

Page 11: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

xi

2.3.1 Komposisi Resin Komposit .....................................................8

2.3.2. Sifat Resin Komposit ...............................................................9

2.3.3. Klasifikasi Resin Komposit....................................................10

2.3.3. Mekanisme Perlekatan Komposit dan Struktur Gigi .............11

2.4. Glass Ionomer Cement.........................................................................14

2.4.1. Komposisi Glass Ionomer .......................................................15

2.4.2. Sifat Kimia Glass Ionomer......................................................15

2.4.3. Klasifikasi Glass Ionomer .......................................................16

2.5. Karies Sekunder ...................................................................................17

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka teori ......................................................................................19

3.2.Kerangka konsep...................................................................................20

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian ....................................................................................21

4.2. Tempat dan waktu penelitian ..............................................................21

4.3. Populasi penelitian ..............................................................................21

4.4. Sampel Penelitian ................................................................................21

4.4.1. Sampel.........................................................................................21

4.4.2. Teknik Pemilihan Sampel ...........................................................21

4.4.3. Kriteria Sampel ..........................................................................21

Page 12: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

xii

4.5. Variabel penelitian ...............................................................................22

4.6. Defenisi operasional variabel ...............................................................22

4.7. Alat dan bahan .....................................................................................22

4.8. Prosedur penelitian...............................................................................23

4.9. Data ......................................................................................................24

4.9.1. Jenis Data ...................................................................................24

4.9.2. Pengolahan Data ........................................................................24

4.9.3. Penyajian Data ...........................................................................24

4.9.4. Analisis Data ..............................................................................24

4.10. Alur penelitian....................................................................................25

BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................26

BAB VI PEMBAHASAN ...............................................................................31

BAB VII PENUTUP .......................................................................................35

7.1 Kesimpulan ..........................................................................................35

7.2 Saran......................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................36

LAMPIRAN.....................................................................................................37

Page 13: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi sampel berdasarkan lokasi penelitian..............................27

Tabel 5.2. Frekuensi karies sekunder berdasarkan letak gigi............................28

Tabel 5.3. Disitribusi sampel berdasarkan jenis kelamin..................................29

Tabel 5.4. Distribusi sampel berdasarkan lamanya tumpatan di dalam mulut..29

Tabel 5.5. Distribusi sampel berdasarkan klasifikasi karies ............................30

Page 14: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian penting dari kesehatan

secara menyeluruh karena dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang.

Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling umum terjadi yaitu karies.

Karies gigi merupakan suatu penyakit yang ditemukan di gigi yang dapat

disebabkan karena aktivitas suatu mikroorganisme. Berdasarkan data World

Health Organisation (WHO) tahun 2012 di seluruh dunia 60-90% anak

sekolah dan hampir 100% orang dewasa memiliki karies yang sering

menimbulkan rasa sakit serta dapat memengaruhi kualitas hidup.

Berdasarkan hasil Survei Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) Nasional tahun

2013 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang mengalami karies

gigi sebesar 43,4% dan prevalensi karies gigi pada provinsi Sulawesi

Selatan yaitu 50,4%.1,2,3

Karies berdasarkan mulai terjadinya terbagi menjadi dua, yaitu karies

primer dan karies sekunder. Karies primer merupakan karies yang terjadi

pada lokasi yang belum pernah memiliki riwayat karies sebelumnya,

sedangkan karies sekunder merupakan karies yang timbul di tepi tambalan

yang sudah ada. Karies sekunder dapat disebabkan oleh penumpukan plak

Page 15: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

2

yang pada umumnya terletak di antara tambalan dan gigi yang

menyebabkan terbentuknya kebocoran tepi.4,5

Bahan restorasi merupakan suatu bahan yang digunakan untuk

memperbaiki gigi geligi yang mengalami karies. Bahan restorasi terbagi

menjadi 2 yaitu direk (langsung) dan indirek (tidak langsung). Bahan

restorasi direk terdiri dari amalgam, resin komposit, glass ionomer cement,

dan glass ionomer modifikasi resin. Bahan restorasi indirek terdiri dari

ceramic, metal-ceramic, cast-gold (high noble) alloy, dan base metal alloy

(non-noble). Bahan restorasi direk yang sering digunakan pada gigi anterior

dan posterior yaitu resin komposit dan glass ionomer atau bisa disebut

tumpatan sewarna gigi.6,7,8

Tumpatan sewarna gigi merupakan tumpatan yang paling sering

digunakan dalam kalangan masyarakat, karena dapat menyesuaikan warna

tumpatan dengan gigi sehingga akan menghasilkan estetik yang baik. Bahan

tumpatan sewarna gigi yang banyak digunakan yaitu resin komposit dan

glass ionomer cement. Resin komposit merupakan suatu material restorasi

yang dapat berikatan dengan jaringan keras gigi melalui sistem bonding.

Resin komposit memiliki kelebihan yaitu sifat estetik yang baik, relatif

mudah dimanipulasi, dan tidak larut dalam cairan mulut. Glass Ionomer

Cement adalah bahan restorasi sewarna gigi yang dapat digunakan untuk

merestorasi kavitas dengan tekanan kunyah yang rendah. Sifat glass

ionomer cement gampang rapuh, daya tahan terhadap fraktur dan keausan

rendah sehingga tidak digunakan untuk merestorasi gigi dengan beban yang

besar.1,6,9,10

Page 16: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

3

Pangkajene merupakan kota di Kabupaten Pangkep yang memiliki

beberapa sekolah. SMA di Kecamatan Pangkajene terdiri dari 3 sekolah

yaitu SMAN 1 Pangkajene, SMA Muhammadiyah Pangkajene dan SMAN 2

Pangkajene. Siswa kelas 1 SMA merupakan kelompok usia 14-15 tahun,

yang mulai mengalami perubahan sikap dari saat tidak peduli akan

penampilan menjadi ingin tampak lebih menarik. WHO merekomendasikan

umur 15 tahun dianggap sebagai umur dimana gigi permanen sudah

menyatu dengan lingkungan mulut selama 3-9 tahun, sehingga pemeriksaan

dianggap lebih bermakna dibandingkan umur 12 tahun.

Mengingat sampai saat ini belum ada data tentang karies sekunder di

siswa kelas 1 SMA Kecamatan Pangkajene, sesuai dengan pemamaparan

diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

Frekuensi Karies Sekunder Tumpatan Sewarna Gigi pada Siswa Kelas 1

Sekolah Menengah Atas Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalahnya

yaitu :

1. Apakah ada karies sekunder tumpatan sewarna gigi pada siswa kelas 1

Sekolah Menengah Atas Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep?

2. Bagaimana frekuensi karies sekunder tumpatan sewarna gigi siswa

kelas 1 Sekolah Menengah Atas Kecamatan Pangkajene Kabupaten

Pangkep?

Page 17: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

4

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui adanya karies sekunder tumpatan sewarna gigi pada

siswa kelas 1 Sekolah Menengah Atas Kecamatan Pangkajene

Kabupaten Pangkep

2. Untuk mengetahui frekuensi karies sekunder tumpatan sewarna gigi

siswa kelas 1 Sekolah Menengah Atas Kecamatan Pangkajene

Kabupaten Pangkep.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Memberi informasi kepada siswa mengenai karies sekunder

tumpatan sewarna gigi.

2. Memberi tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti

mengenai karies sekunder tumpatan sewarna gigi.

3. Menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.

Page 18: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karies

Karies gigi atau gigi berlubang merupakan suatu penyakit progresif

yang reversibel dari jaringan keras gigi, yang jika dibiarkan akan semakin

parah dan jika segera ditangani akan membaik . Keadaan ini disebabkan

kerja bakteri dari karbohidrat yang terfermentasi. Biasanya bakteri tersebut

terdapat pada biofilm plak di permukaan gigi. Bakteri ini akan

menyebabkan terjadinya suasana asam dan akan mendemineralisasikan

jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan

organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri yang lama kelamaan

menyebabkan kematian pulpa serta menyebarnya infeksi ke jaringan

periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.11

Aktivitas karbohidrat yang terfermentasi oleh bakteri akan

membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam

waktu 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang – ulang dalam waktu tertentu

akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi dan proses karies pun

dimulai.4

Proses terjadinya karies pada gigi melibatkan beberapa faktor yang

saling bekerja sama. Adapun faktor penting yang saling berinteraksi dalam

pembentukan karies, yaitu:12

Page 19: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

6

1. Mikroorganisme

Mikroorganisme merupakan suatu bakteri yang sangat berperan

dalam pembentukan karies. Bakteri utama penyebab terjadinya karies

yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacillus yang merupakan 2 dari

500 bakteri yang terdapat pada plak gigi. Plak gigi merupakan

kumpulan bakteri berupa massa padat yang tidak terkalsifikasi, melekat

pada permukaan gigi, tidak bisa terlepas saat berkumur maupun

gerakan fisiologis jaringan lunak. Plak dapat terbentuk pada semua

permukaan gigi dan tambalan. Plak dapat berkembang pada daerah

yang sulit dibersihkan, seperti daerah tepi gingival dan pada permukaan

proksimal.

2. Host

Bentuk dan ukuran gigi setiap manusia berbeda-beda. Ada yang

ukuran besar, sedang, dan kecil. Ada yang bentuk permukaan oklusal

gigi memiliki lekuk dan fisur yang bermacam-macam dengan

kedalaman yang berbeda. Gigi dengan permukaan oklusal yang

memiliki lekuk yang dalam sangat sulit dibersihkan dari sisa makanan

yang melekat, sehingga plak dapat berkembang dan dapat menyebabkan

terjadi karies gigi.

3. Makanan

Sisa makanan dalam mulut berupa karbohidrat merupakan

substrat yang difermentasikan oleh bakteri untuk mendapatkan energi.

Sukrosa dan glukosa dimetabolismekan sedemikian rupa sehingga

Page 20: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

7

terbentuk polisakarida intrasel dan ekstrasel sehingga bakteri melekat

pada permukaan gigi.

4. Waktu

Karies merupakan suatu penyakit dari jaringan keras gigi yang

perkembangannya lambat karena adanya saliva yang mendepositkan

kembali mineral, menandakan bahwa proses karies terdiri atas tahap

perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Secara umum karies

dianggap sebagai penyakit kronis pada rongga mulut yang berkembang

dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang

dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup

bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.

2.2. Klasifikasi Karies Menurut Mount dan Hume

Ada beberapa klasifikasi kavitas/restorasi dalam bidang kedokteran

gigi. Menurut G.J Mount dan Hume, karies dapat diklasifikasikan

berdasarkan site (lokasi) dan size (ukuran). 13

Berdasarkan lokasinya yaitu :

1. Site 1 : pada daerah pit dan fissure,

2. Site 2 : pada area kontak gigi proksimal, dan

3. Site 3 yaitu pada daerah servikal.

Berdasarkan ukurannya yaitu :

1. size 0 merupakan lesin dini hanya berupa spot berwarna putih,

Page 21: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

8

2. size 1 ukuran kavitasnya minimal mengenai lapisan email dan

keterlibatan dentin yang minimal,

3. size 2 ukuran kavitasnya sedang, karies mengenai dentin,

4. size 3 ukuran kavitas besar dengan keterlibatan dentin yang telah

mendekati pulpa, dan

5. size 4 ukuran kavitas luas dengan mengenai pulpa dan melibatkan

cusp/sudut insisal.

2.3. Resin Komposit

Bahan restorasi yang baik dan dapat mengembalikan estetik

merupakan kebutuhan masyarakat. Saat ini resin komposit menjadi pilihan

utama dalam berbagai perawatan di bidang kedokteran gigi karena memiliki

beberapa keunggulan seperti estetik yang baik dan tidak mudah larut dalam

saliva.9

Resin komposit adalah bahan restorasi estetik plastis yang terdiri atas

rantai berbasis co-polymerized methacrylate yang mengandung partikel filer

yang inert (yang memberikan kekuatan dan ketahanan terhadap keausan)

dan membutuhkan suatu adesif yang terpisah (bonding agent) untuk

mengikatnya secara mikro-mekanis pada email dan nano-mekanis pada

dentin.11

2.3.1. Komposisi Resin Komposit

Bahan yang belum disinari terdiri dari beberapa jenis monomer

resin metakrilat misalnya UDMA-urethane dimethacrylate. Monomer

dasar yaitu Bis-GMA-bisphenol A glycidyl methacrylate atau Bowen’s.

Page 22: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

9

Monomer pengencer yaitu TEGDMA-tri-ethylene glycol

dimethacrylate untuk memudahan mengalir yang sebagian besar

biasanya bersifat hidrofobik. Monomer pengisi yang bersifat penguat

seperti crystaline quarts, lithium aluminosilicate, barium

aluminoborate silica glass yang membuatnya radiopak dan tertanam di

dalam dan terikat pada matriks resin melalui suatu lapisan dari suatu

coupling agent organo-silan (methacryloxypropyltrimethoxysilane (γ-

MPTS). Bahan penghambat polimerisasi untuk membatasi terjadinya

proses polimerisasi selama penyinaran. Bahan pemula polimerisasi

(initiator), dan bahan pengaktif polimerisasi (activator).11,14

2.3.2. Sifat Resin Komposit

Beberapa sifat material komposit yang telah mengalami polimerisasi

dan dipengaruhi oleh filler adalah :11

- Karakteristik keausan

Ukuran partikel filler yang lebih besar, lebih keras, dan bentuk

yang tidak teratur akan lebih meningkatkan ketahanan terhadap

keausan karena resin yang ada di permukaan lebih sedikit.

- Polesan permukaan

Makin kecil dan makin lunak bentuk partikel filler maka makin

bagus hasil pemolesannya (tetapi makin mudah aus).

- Estetika

Makin halus partikel filernya, makin lebih baik estetika

kompositnya karena sifat optiknya dapat dicocokkan lebih akurat

dengan email

Page 23: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

10

2.3.3. Klasifikasi Resin Komposit

Van Nort mengklasifikasikan resin komposit berdasarkan ukuran

partikel sebagai berikut :7

a. Resin komposit tradisional/makrofil

Resin komposit yang berasal dari resin akrilik yang ditambah

filler anorganik seperti glass, quartz, boron glass, bahan dengan

ukuran partikel rata-rata 10-20 μm tetapi dapat tampak partikel

ukuran 40 μm.

b. Resin komposit mikrofil

Jenis resin komposit mikrofil mempunyai ukuran partikel filler

yang lebih kecil dari makrofil, dengan ukuran partikel rata-rata

0,02 μm, (0,01-0,05μm). Bahan filler komposit ini adalah senyawa

anorganik silika koloidal dengan komposisi sekitar 50% dari total

komposit.

c. Resin komposit hibrid

Resin komposit hybrid mempunyai permukaan yang halus dan

kekuatan yang baik sehingga banyak digunakan untuk merestorasi

gigi anterior, dapat juga untuk merestorasi gigi posterior yang tidak

terlalu besar serta mementingkan faktor estetik. Ukuran partikelnya

rata – rata 1-5 μm. 11,15

d. Resin komposit mikrohibrid

Resin komposit mikrohibrid mengandung partikel rata – rata

berukuran 0,6 – 1,0 μm.

Page 24: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

11

e. Resin komposit nanofiller

Resin komposit nanofiller merupakan bahan restorasi universal

yang dirancang untuk merestorasi gigi anterior dan posterior.

Memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil poles yang sangat

baik. Resin komposit nanofiller mengandung partikel rata – rata 10

– 40 nm.11,16

f. Resin komposit nanohibrid

Resin komposit nanohibrid merupakan salah satu jenis resin

komposit hibrid yang mengandung partikel filler berukuran nano

(0,005-0,01 mikron) pada matriks resinnya. Dengan ukuran partikel

yang lebih kecil, resin komposit nanohibrid mempunyai hasil akhir

yang lebih baik bila dinilai dari tekstur permukaan komposit,

shrinkage lebih sedikit, dan perubahan warna lebih sedikit.17

2.3.4. Mekanisme perlekatan resin komposit dan struktur gigi

Perlekatan resin pada struktur gigi adalah hasil dari empat

mekanisme, yaitu mekanisme mekanik, mekanisme difusi, mekanisme

adsorpsi dan kombinasi dari ketiganya.18

1. Teknik Etsa Asam

Teknik etsa asam dengan aplikasi asam fosfat 37% digunakan

untuk memperoleh ikatan mekanik antara bahan restorasi resin

komposit dengan struktur gigi. Asam fosfat 37% yang

diaplikasikan dalam waktu singkat akan menghasilkan pori-pori

kecil pada permukaan email, tempat resin akan mengalir jika

ditempatkan ke dalam kavitas sehingga memberikan tambahan

Page 25: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

12

retensi mekanis pada restorasi dan mengurangi kemungkinan

kebocoran tepi antara permukaan restorasi dan struktur gigi.

Secara mikroskopik, email terdiri dari prisma-prisma email

yang saling berkaitan dan tersusun rapih. Di antara prisma-prisma

terdapat substansi interprisma yang juga tersusun rapih, berisikan

kristal hidroksi apatit yang akan larut oleh pengetsaan, sehingga

permukaan email yang telah teretsa akan berbentuk rongga seperti

sarang lebah. Rongga ini akan menjadi retensi mekanik bagi bahan

bonding yang dikenal dengan istilah resin tag.

Email yang telah teretsa memiliki energi permukaan yang

tinggi dan memungkinkan resin dengan mudah membasahi

permukaan serta menembus sampai ke dalam mikroporus. Resin

yang masuk ke dalam mikroporus akan terpolimerisasi untuk

membentuk ikatan mekanik atau resin tag yang menembus 10-20

μm ke dalam porus email. Konsentrasi asam fosfat yang sering

digunakan berkisar 30%-40% karena dapat menghasilkan

permukaan email yang lebih retentif. Konsentrasi yang paling

banyak tersedia di pasaran adalah 37%. Efektifitas konsentrasi

bahan etsa dan waktu pemakaian akan mempengaruhi adesi antara

gigi dengan bahan restorasi.

2. Bahan Bonding

Keberhasilan restorasi membutuhkan bahan adesif, yaitu

bahan bonding yang merupakan suatu proses perlekatan bahan

restorasi pada gigi dengan cara adhesi. Perlekatan bahan resin

Page 26: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

13

komposit pada permukaan gigi sangat dipengaruhi oleh reaksi

polimerisasi bahan bonding. Semakin sempurna polimerisasinya

akan semakin kuat perlekatannya. Bahan bonding yang ideal harus

memiliki biokompatibilitas tinggi, perlekatan baik pada enamel

maupun dentin, kekuatan cukup untuk menahan beban kunyah,

ketahanan terhadap perubahan keadaan rongga mulut, mudah

dalam proses manipulasinya dan dapat meminimalisasi atau

menghilangkan sensitivitas setelah perawatan.15

- Bahan Bonding Email

Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin

Bis-GMA yang encer. Bahan bonding email dikembangkan

untuk meningkatkan kemampuan membasahi email yang

teretsa. Umumnya kekentalan bahan ini berasal dari matriks

resin yang dilarutkan dengan monomer lain untuk menurunkan

kekentalan dan meningkatkan kemampuan membasahi email.

Bahan ini cenderung meningkatkan ikatan mekanis dengan

membentuk resin tag pada email.11

- Bahan Bonding Dentin

Dentin bonding terdiri dari :11

Dentin Conditioner

Dentin conditioner berfungsi untuk memodifikasi

smear layer yang terbentuk pada dentin selama proses

preparasi kavitas. Yang termasuk dentin conditioner

adalah asam maleat, EDTA, asam oksalat, asam fosfat,

Page 27: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

14

dan asam nitrat. Pengaplikasian bahan asam kepermukaan

dentin akan menghasilkan reaksi asam basa dengan

hidroksiapatit. Hal ini akan mengakibatkan larutnya

hidroksiapatit yang menyebabkan terbukanya tubulus

dentin serta terbentuknya permukaan demineralisasi dan

biasanya memiliki kedalaman 4 mm. Semakin kuat asam

yang digunakan semakin kuat reaksi yang ditimbulkan.

Primer

Primer digunakan sebagai bahan adhesif pada dentin

bonding yaitu menyatukan antara komposit dan kompomer

yang bersifat hidrofobik dengan dentin yang bersifat

hidrofilik. Oleh karena itu primer berfungsi sebagai

perantara dan terdiri dari monomer bifungsional yang

dilarutkan dalam larutan. Monomer bifungional

merupakan penggabungan antara dua material yang

berbeda.

2.4. Glass Ionomer Cement

Glass Ionomer Cement merupakan suatu bahan restorasi sewarna gigi

yang dapat digunakan untuk merestorasi kavitas dengan tekanan kunyah

rendah. Bahan ini terbentuk dari suatu reaksi asam-basa antara asam

polialkenoat dan partikel kaca aluminosilikat yang dapat menghasilkan

fluoro-kalsium (strontium) untuk mencegah karies sekunder.6,11

Page 28: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

15

2.4.1. Komposisi Glass Ionomer Cement11

- Bubuk : partikel kaca kalsium fluoro-aluminosilikat dengan

strontium (untuk radiopak), silika (SiO2 mempengaruhi

transparansi), alumina (Al2O3 mempengaruhi opasitas, waktu

pengerasan dan dapat meningkatkan tekanan kompresif semen

yang telah mengeras) dan kalsium fluorida (CaF2 yang mengurangi

suhu, meningkatkan kekuatan semen yang telah mengeras,

meningkatkan translusensi dan memiliki efek terapeutik) adalah

komponen penting.

- Liquid poliacid : larutan ko-polimer asam itakonik dalam air

ditambah dengan tartaric acid (5-15% untuk mempertahankan

waktu kerja dan membantu reaksi pengerasan). Bentuk anhydrous

mengandung asam poliakrilat kering yang melebur ke dalam bubuk

untuk melarutkan larutan tartaric acid.

2.4.2. Sifat kimia Glass Ionomer Cement10

Sifat Glass Ionomer Cement adalah mudah rapuh, kekuatan tekan

relatif tinggi, tetapi daya tahan terhadap fraktur dan keausan rendah,

sehingga tidak digunakan untuk merestorasi gigi dengan beban besar.

Daya tahan yang rendah terhadap keausan dipengaruhi oleh sifat

kekerasan permukaan.

Semen ionomer kaca berkembang sejalan dengan waktu, dengan

penambahan partikel logam pada powder untuk memperbaiki sifat

mekanik. Penggantian sebagian komponen agar dapat dikeraskan

dengan penyinaran dan banyak lagi modifikasi yang dipakai untuk

Page 29: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

16

memperbaiki sifat ionomer kaca. Semen ionomer kaca yang tidak

dimodifikasi disebut semen ionomer kaca konvensional.

2.4.3. Klasifikasi Glass Ionomer

Berdasarkan aplikasi klinisnya glass ionomer cement diklasifikasikan

menjadi tiga tipe, yaitu :15

1. Tipe 1 (luting cement)

Glass Ionomer Cement tipe 1 (luting cement) biasa digunakan

sebagai semen untuk merekatkan mahkota, jembatan, dan veneer.

GIC memiliki translusensi yang baik, warna kekuningan serupa gigi

dengan kekuatan kompresif yang tinggi dan mengurang sensitivitas

gigi karena dapat menjadi dasar restorasi komposit dan melindungi

pulpa. GIC berikatan secara mekanis dengan komposit dan

mengurangi insiden terjadinya kebocoran mikro.11,19

2. Tipe 2 (restorative cement)

Karena sifat adhesi dan estetik yang baik, GIC juga digunakan

sebagai bahan restorasi gigi, baik mahkota maupun akar.11

3. Tipe 3 (lining and base cement)

Glass Ionomer Cement mempunyai beberapa kelebihan sebagai

liner oleh karena kemampuannya berikatan dengan dentin dan

enamel serta melepaskan fluor yang tidak hanya mencegah karies

dan meminimalisir terbentuknya karies sekunder, tetapi juga

merangsang pembentukan dentin sekunder. GIC dapat digunakan

sebagai liner di bawah resin komposit dan amalgam. Base semen

merupakan lapisan isolasi berupa semen yang diletakkan pada

Page 30: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

17

bagian dalam preparasi untuk melindungi jaringan yang ada di

bawah bahan restorasi.1,11

2.5. Karies Sekunder

Karies sekunder adalah karies yang terjadi pada gigi setelah pengisian

bahan tumpatan dan telah digunakan pada waktu tertentu. Biasanya terdapat

celah antara gigi dengan tumpatan sehingga mikroorganisme, cairan,

molekul dan ion bisa masuk ke dalam tumpatan. Dalam penelitian Elderton

melaporkan bahwa separuh dari tumpatan sewarna gigi yang rutin dilakukan

dalam pelayanan kesehatan gigi hanya dapat bertahan kurang dari 5 tahun

dan perlu diganti.1,20

Karies sekunder merupakan salah satu kegagalan tumpatan karena

terbentuknya karies pada daerah jaringan sekitar tumpatan sehingga

menggagalkan penumpatan tersebut. Karies sekunder umumnya ditandai

dengan diskolorisasi pada tepi tumpatan. Perubahan warna ini disebabkan

karena matriks resin yang merupakan komponen bahan utama dari resin

komposit sangat berpengaruh pada stabilitas warna yang dipengaruhi oleh

pH larutan. Apabila pH dalam rongga mulut rendah akan merusak tumpatan

dan email sehingga membentuk lubang kecil yang biasa disebut celah mikro

(mikroleakage). Seringnya mengkonsumsi makanan atau minuman dengan

zat pewarna, misalnya seperti teh dan kopi dapat mengakibatkan

diskolorisasi.21

Pemeriksaan histologik karies sekunder memberikan beberapa

indikasi tentang terbentuknya karies sekunder. Jika telah dilakukan

Page 31: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

18

penumpatan, maka permukaan email disekitar tumpatan terbagi menjadi dua

bagian, yaitu email permukaan dan email pada dinding kavitas. Oleh karena

itu karies sekunder dapat terjadi pada dua bagian, yaitu karies luar yang

dibentuk pada permukaan gigi dan karies dinding yang dibentuk jika

adanya bakteri, cairan, molekul atau ion hidrogen diantara tumpatan dan

dinding kavitas. 20

Banyak metode yang dibuat selama 25 tahun ini untuk menguji sifat

celah mikro bahan tumpatan, baik pada pemeriksaan laboratorium maupun

pemeriksaan secara intra oral. Pemeriksaan dilakukan dengan beberapa cara

termasuk dengan cara pewarnaan, isotop radioaktif dan scanning electron

microscopy.20

Page 32: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

19

BAB III

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Teori

Glass IonomerCement

Resin Komposit

Karies Sekunder

Restorasi

Karies gigi

Faktor Penyebab Karies Sekunder

1. pH asam dalam rongga mulut

2. kebocoran tepi tumpatan

(mikroleakage)

Page 33: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

20

3.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan, maka kerangka konsep adalah

sebagai berikut :

Glass IonomerCement

Resin Komposit

Karies

Sekunder

Tumpatan sewarnagigi

1. Diskolorisasi

2. Sondasi akan tersangkut.

Page 34: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

21

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Kecamatan Pangkajene

Kabupaten Pangkep, Agustus 2016.

4.3. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 Sekolah Menengah

Atas di Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep.

4.4. Sampel Penelitian

4.4.1. Sampel

Sampel penelitian yaitu siswa kelas 1 Sekolah Menengah Atas yang

memiliki tumpatan sewarna gigi dan mempunyai karies sekunder.

4.4.2. Teknik Pemilihan Sampel

Teknik pemilihan sampel yaitu dengan cara purposive sampling

4.4.3. Kriteria Sampel

Kriteria inklusi :

a. Gigi anterior dan posterior permanen

b. Karies sekunder

c. Tumpatan sewarna gigi

Page 35: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

22

d. Siswa kelas 1 SMA yang bersedia untuk diteliti

Kriteria eksklusi :

a. Gigi sulung

b. Tumpatan amalgam

c. Tumpatan yang sudah hilang

d. Siswa yang tidak bersedia untuk diteliti

4.5. Variabel Penelitian

1. Variabel sebab/bebas : Resin Komposit dan Glass Ionomer Cement

2. Variabel akibat : Karies Sekunder

4.6. Definisi Operasional Variabel

1. Resin Komposit adalah bahan restorasi sewarna gigi yang digunakan untuk

menumpat gigi.

2. Glass Ionomer Cement adalah bahan restorasi adhesif yang digunakan

untuk menumpat gigi dengan warna yang sewarna dengan gigi.

3. Karies Sekunder adalah karies yang terjadi di sekitar bahan tumpatan.

4.7. Alat dan Bahan

1. Oral Diagnostic Set

2. Nierbekken

3. Cotton roll

4. Cotton pellet

5. Karies detektor (Eviplac pastilhas 60un, Biodinamica, Brasil)

6. Air

7. Gelas Plastik

Page 36: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

23

8. Sarung tangan karet

9. Masker

10. Lembaran Kuesioner

4.8. Prosedur Penelitian

1. Sebelum penelitian, survey awal dilakukan untuk mengetahui dan

mendata jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan

Pangkajene Kabupaten Pangkep.

2. Dilakukan permohonan izin pada pihak Sekolah Menengah Atas untuk

melaksanakan penelitian.

3. Diberikan kuesioner kepada seluruh siswa kelas 1 Sekolah Menengah

Atas yang mau diteliti untuk diisi.

4. Dilakukan pemeriksaan klinis. Sonde digerakkan mengelilingi tumpatan

dengan bantuan kaca mulut untuk melihat daerah yang tidak dapat dilihat

langsung. Apabila sonde tersangkut pada tepi tumpatan, dapat dikatakan

itu karies sekunder.

5. Apabila dari pemeriksaan klinis kurang meyakinkan, dapat diaplikasikan

karies detektor dengan langkah awal mengeringkan tumpatan dan

sekitarnya dengan menggunakan cotton roll, kemudian diinstruksikan

untuk mengunyah karies detektor tablet didaerah sekitar tambalan tanpa

ditelan. Setelah 10 detik siswa diinstruksikan untuk berkumur kemudian

dilihat apakah terdapat bekas warna pada sekitar tumpatan.

Page 37: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

24

4.9. Data

4.9.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan yaitu data primer, karena diambil langsung

oleh peneliti.

4.9.2. Pengolahan Data

Data diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007

4.9.3. Penyajian Data

Penyajian data pada penelitian ini merupakan penyajian data berupa

tabel.

4.9.4. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis data deskriptif

Page 38: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

25

4.10. Alur Penelitian

PengisianKuesioner

Penetapan SampelPenelitian

Pemeriksaan tumpatanpada gigi

Hasil

Analisis Data

Kesimpulan

Page 39: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

26

BAB V

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian mengenai karies sekunder pada siswa kelas 1 Sekolah

Menengah Atas di Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep. Penelitian ini dilakukan di

tiga sekolah yang ada di Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep yaitu SMAN 1

Pangkajene, SMA Muhammadiyah dan SMAN 2 Pangkajene pada bulan Agustus 2016.

Dalam hal ini peneliti tidak menemukan adanya siswa yang mengalami karies sekunder di

SMA Muhamadiyah Pangkajene karena jumlah siswa yang sangat minim. Populasi dari

penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas 1 SMA yang mau diteliti. Teknik pemilihan

sampling yang digunakan yaitu purposive sampling dan jumlah sampel akhir mencapai 40

orang siswa yang mengalami karies sekunder tumpatan sewarna gigi. Diperoleh data 71

gigi yang mengalami karies sekunder tumpatan sewarna gigi, 25 gigi yang mengalami

karies sekunder pada gigi anterior dan 46 gigi yang mengalami karies sekunder pada gigi

posterior.

Page 40: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

27

Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel distribusi sebagai berikut.

Data sampel penelitian yang mengalami karies sekunder tumpatan sewarna gigi pada

siswa kelas 1 SMA berdasarkan lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan lokasi penelitian

Sekolah Jumlah siswa Persentase (%)

SMAN 1 Pangkajene 26 65

SMAN 2 Pangkajene 14 35

TOTAL 40 100

Pada tabel 5.1 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan lokasi penelitian yang

secara keseluruhan berjumlah 40 siswa kelas 1 SMA yang mengalami karies sekunder

tumpatan sewarna gigi (100%). Jumlah sampel di SMAN 1 Pangkajene adalah 26 orang

(65%), SMAN 2 Pangkajene adalah 14 orang (35%). Dari hasil data yang diperoleh

kebanyakan siswa SMAN 1 Pangkajene yang mengalami karies sekunder tumpatan

sewarna gigi.

Page 41: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

28

Penelitian tentang frekuensi karies sekunder tumpatan sewarna gigi pada siswa kelas

1 SMA berdasarkan letak gigi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2 Frekuensi karies sekunder berdasarkan letak gigi

Letak gigi Jumlah gigi Persentasi (%)

Anterior

I1

I2

C

25

14

11

0

35,2

19,7

15,5

0

Posterior

P1

P2

M1

M2

46

4

7

32

3

64,8

5,6

9,8

45,1

4,3

TOTAL 71 100

Pada tabel 5.2 menunjukkan frekuensi karies sekunder tumpatan sewarna gigi

berdasarkan letak gigi secara keseluruhan berjumlah 71 gigi (100%) yang mengalami

karies sekunder. Pada gigi anterior sebanyak 25 gigi (35,2%) yang mengalami karies

sekunder, sebanyak 14 gigi (19,7%) pada gigi I1, 11 gigi (15,5%) pada gigi I2, dan peneliti

tidak menemukan adanya karies sekunder pada gigi C. Gigi posterior sebanyak 46 gigi

(64,8%) yang mengalami karies sekunder, sebanyak 4 gigi (5,6%) pada gigi P1, 7 gigi

(9,8%) pada gigi P2, 32 gigi (45,1%) pada gigi M1 dan 3 gigi (4,3%) pada gigi M2. Dari

Page 42: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

29

hasil yang diperoleh frekuensi terbanyak terjadinya karies sekunder tumpatan sewarna gigi

berdasarkan letaknya yaitu daerah posterior dan pada gigi M1.

Penelitian tentang banyaknya siswa kelas 1 yang mengalami karies sekunder

tumpatan sewarna gigi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.3 Disitribusi sampel berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah siswa Persentasi (%)

Perempuan 29 72,5

Laki – Laki 11 27,5

TOTAL 40 100

Pada Tabel 5.3 menunjukkan jumlah siswa yang mengalami karies sekunder pada

siswa perempuan sebanyak 29 orang (72,5%) dan jumlah siswa yang mengalami karies

sekunder pada siswa laki – laki sebanyak 11 orang (27,5%). Dari hasil yang diperoleh

siswa perempuan lebih banyak mengalami karies sekunder tumpatan sewarna gigi.

Penelitian tentang durasi tumpatan berada di dalam mulut yang mengalami karies

sekunder pada siswa kelas 1 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4 Distribusi sampel berdasarkan lamanya tumpatan di dalam mulut.

Waktu Jumlah siswa Persentasi (%)

< 1 tahun 14 35

> 1 tahun 26 65

TOTAL 40 100

Page 43: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

30

Pada Tabel 5.4 menunjukkan durasi tambalan yang mengalami karies sekunder

sebanyak 14 siswa (35%) yang tambalannya kurang dari satu tahun dan sebanyak 26 siswa

(65%) yang tambalannya lebih dari 1 tahun. Dari hasil yang diperoleh tambalan yang lebih

dari 1 tahun lebih banyak terjadi karies sekunder.

Penelitian tentang jumlah gigi yang mengalami karies sekunder berdasarkan

klasifikasi karies menurut G.J Mount dan W.R Hume

Tabel 5.5 Distribusi sampel berdasarkan klasifikasi menurut Mount dan Hume

Klasifikasi Karies

(Site.Size)

Jumlah Gigi Persentasi

1.1 40 56,3

1.2 3 4,2

2.1 28 39,5

TOTAL 71 100

Pada Tabel 5.5 menunjukkan jumlah gigi yang mengalami karies sekunder

berdasarkan klasifikasi karies menurut G.J Mount dan W.R Hume sebanyak 40 gigi

(56,3%) yang mengalami karies sekunder dengan klasifikasi karies kelas 1.1, sebanyak 3

gigi (4,2%) yang mengalami karies sekunder dengan klasifikasi karies 1.2, sebanyak 28

gigi (39,5%) yang megalami karies sekunder dengan klasifikasi karies 2.1. Dari hasil yang

diperoleh karies sekunder yang paling sering terjadi berdasarkan klasifikasi karies menurut

Mount dan Hume yaitu 1.1.

Page 44: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

31

BAB VI

PEMBAHASAN

Karies sekunder merupakan keadaan lesi yang paling sering ditemukan

dalam komplikasi restorasi gigi berupa celah yang terletak diantara gigi dan

daerah sekitar restorasi. Karies sekunder dapat disebabkan oleh penumpukan plak

sehingga pH dalam rongga mulut menurun, dengan demikian plak dapat merusak

email dan membentuk lubang kecil pada gigi disekitar tumpatan gigi

(mikroleakage). Selain itu dapat juga disebabkan oleh preparasi kavitas yang tidak

tepat dan tekanan kunyah yang besar.5,21

Karies sekunder merupakan penyebab utama kegagalan restorasi. Diagnosis

pada karies sekunder tidak hanya didasarkan pada pemeriksaan klinis, melainkan

dapat melalui pemeriksaan radiografi, zat warna dan luminisensi laser dalam

menentukan karies sekunder. Pada penelitian ini dilakukan sondasi di gigi sekitar

tumpatan dan jika kurang meyakinkan digunakan zat pewarna yakni karies

detektor sebagai indikator karies sekunder.21,22

Pendistribusian sampel penelitian menunjukkan bahwa yang mengalami

karies sekunder tumpatan sewarna gigi terbanyak yaitu SMAN 1 Pangkajene. Hal

ini disebabkan karena jumlah populasi di sekolah tersebut lebih banyak. Selain itu,

kurangnya kesadaran menjaga kesehatan gigi dapat memicu terjadinya karies.

Page 45: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

32

Berdasarkan klasifikasi karies lebih banyak terdapat pada klasifikasi 1.1.

Hal ini disebabkan karena mempunyai pit dan fissure yang dalam sehingga terjadi

retensi maupun impaksi makanan yang nantinya akan menjadi penyebab

terjadinya karies sekunder.1

Dalam penelitian lain menurut Baum, dkk permukaan tumpatan yang kasar

dapat mempermudah menempelnya plak dan sisa makanan sehingga dapat

menyebabkan perubahan warna. Produk asam dari bakteri plak dapat menurunkan

pH saliva sehingga menyebabkan terjadinya demineralisasi dari gigi, dan jika

terjadi dalam waktu yang cukup lama dapat menyebabkan karies sekunder.23

Dalam penelitian lain menurut Ziyad terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya kebocoran tumpatan, yaitu penyusutan polimerisasi dan

ekspansi hidroskopik. Ziyad menjelaskan bahwa terjadinya penyusutan ketika

polimerisasi komposit merupakan salah satu faktor yang berperan langsung

menyebabkan kebocoran tepi tumpatan, karies sekunder, dan sensitivitas setelah

penumpatan. Lembab pada daerah tumpatan sebelum ditumpatan juga dapat

menyebabkan terjadinya kebocoran tepi tumpatan. Hal ini akan terjadi ketika

tumpatan terjadi kontaminasi dengan berbagai cairan dalam rongga mulut.

Penyerapan air oleh komposit dapat menyebabkan terjadinya ekspansi kemudian

terbentuk microcrack atau retakan kecil pada tumpatan komposit.24

Berdasarkan letak gigi karies sekunder lebih banyak terjadi pada gigi

posterior dan kebanyakan terjadi pada gigi molar 1. Dalam penelitian Mukuan,

dkk (2013) kebanyakan yang mengalami kebocoran tumpatan yaitu gigi molar

kemudian premolar kemudian gigi insisivus yang paling sedikit. Hal ini

Page 46: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

33

disebabkan karena pada gigi posterior sering digunakan untuk mengunyah

makanan sehingga rentan terjadinya penumpukan plak di sekitar tumpatan gigi

posterior kemudian menghasilkan karies sekunder. Dilihat dari segi anatomisnya

pada gigi molar satu terdapat pit dan fissure yang dalam, sehingga plak dan sisa

makanan mudah melekat pada gigi yang menyebabkan terjadinya karies sekunder.

Selain itu berdasarkan pertumbuhan gigi molar 1 permanen merupakan gigi

posterior yang pertama erupsi pada penggantian gigi. Maka dari itu gigi molar 1

sudah lama digunakan dalam rongga mulut.1,25

Berdasarkan waktu penambalan lebih banyak terjadi dalam waktu lebih dari

satu tahun. Dalam penelitian Mukuan, dkk (2013) kebocoran gigi yang ditemukan

pada penelitian sebagian besar telah digunakan dalam waktu yang cukup lama.

Total 5 kerusakan tambalan pada gigi molar, 4 diantaranya telah digunakan

selama 6 tahun dan 1 lainnya selama 1 tahun. Gigi insisivus yang mengalami

kebocoran telah digunakan lebih dari 3 tahun. Hal ini disebabkan karena tipe

bahan tumpatan yang digunakan dan interaksi antara bahan tumpatan dan gigi.1,4

Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya karies sekunder pada gigi

kaninus yang sesuai dengan penelitian Mukuan, dkk (2013) juga tidak ditemukan

adanya karies sekunder pada gigi kaninus. Hal ini desebabkan karena pit dan

fissure pada gigi kaninus tidak terlalu dalam sehingga sulit terjadi penumpukan

plak pada gigi kaninus. Selain itu pada gigi anterior lebih mudah dijangkau,

sehingga mudah dibersihkan.1

Berdasarkan jenis kelamin karies sekunder lebih banyak terjadi pada

kalangan perempuan. Dilain pihak penelitian Lucaks dan Largaespada bahwa

Page 47: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

34

karies pada gigi lebih sering terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan karena faktor

hormonal. Wanita memiliki hormon estrogen yang meningkat pada siklus

menstruasi dan pubertas pada remaja sehingga terjadi penumpukan plak bakteri

kemudian mengalami karies sekunder. Selain itu wanita juga lebih sering

mengkonsumsi makanan yang manis sehingga lebih rentan terjadinya karies

sekunder.26

Page 48: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

35

BAB VII

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat 71 gigi yang mengalami karies sekunder pada siswa

SMA se-Kecamatan Pangkajene yang disebabkan karena

penumpukan plak pada sekitar tambalan.

2. Karies sekunder tumpatan sewarna gigi lebih sering terjadi pada

gigi posterior dan pada gigi molar.

3. Berdasarkan durasi tumpatan didalam mulut, karies sekunder

lebih sering terjadi pada tumpatan yang sudah lebih dari 1 tahun.

7.2. Saran

1. Perlu disampaikan pada pemerintah setempat dengan

melaksanakan DHE kepada masyarakat kabupaten Pangkep

mengenai kesehatan gigi terkhusus pada karies sekunder.

2. Perlu disampaikan pada pemerintah setempat untuk mengadakan

UKGS di setiap sekolah.

Page 49: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

36

DAFTAR PUSTAKA

1. Mukuan T, Abidjulu J, Wicaksono D.A. Gambaran Kebocoran Tepi Tumpatan

Pasca Restorasi Resin Komposit pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran

Gigi Angkatan 2005-2007. Jurnal e-Gigi : Manado. 2013. P.115-20

2. Rattu A.J.M, Wicaksono D, Wowor V.E. Hubungan antara status kebersihan

mulut dengan karies siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Manado. Manado.

2013. P.1-10

3. Ngantung R.A, Pangemanan D.H.C, Gunawan P.N. Pengaruh tingkat sosial

ekonomi orang tua terhadap karies anak di TK Hang Tuah Bitung. Jurnal e-Gigi

(eG). Vol.3 No.2. Manado. 2015. P.542-8

4. Tambahani A.M, Wicaksono D, Tumewu E. Gambaran Kerusakan Gigi Pasca

Restorasi Komposit Pada Siswa SMA Negeri 1 Manado. Jurnal e-Gigi : Manado.

2013. P.121-8

5. Fadilah R.P.N. Susilawati S, Soetardjo D. Status Kesehatan Gigi pada Karyawan

PERUM DAMRI Bandung. Artikel Kesehatan : Bandung. 2014. P.16

6. Irawan B. Material Restorasi Direk Kedokteran Gigi Saat Ini. Journal Dentistry

Indonesia:Jakarta. 2004. P.24-8

7. Schneider L.F. Cavalcante L.M. Silikas N. Review Article Shrinkage Stresses

Generated during Resin-Composite Applications: A Review. Journal of Dental

Biomechanic, Vol.10. 2010. P.1-14

Page 50: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

37

8. Suwelo I.S. Penggunaan bahan sewarna gigi untuk pencegahan karies dan

restorasi gigi. Jurnal Kedokteran gigi Universitas Indonesia. Vol. 3 No. 2 :

Jakarta. 1995. P.33-9

9. Tulenan D.M.P. Wicaksono D.A. Soewantoro J.S. Gambaran Tumpatan Resin

Komposit pada Gigi Permanen di Poliklinik Gigi Rumkital dr. Wahyu Slamet.

Jurnal e-Gigi. 2014

10. Meizarini A, Irmawati. Kekerasan permukaan semen ionomer kaca konvensional

tipe II akibat lama penyimpanan. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38: Surabaya.

2005. P.146-5

11. Banerjee A, Watson T.F. Pickard Manual Konservasi Restoratif. Ed 9. Penerbit

Buku Kedokteran EGC:Jakarta. 2014. P.2, 89, 142-7

12. Tarigan R. Karies Gigi. 2nd. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta. 2014. P.44

13. Mount G.J. Minimal intervention dentistry: Cavitty classification & preparation.

Journal of minimum intervention in dentistry vol 2 no 3. Australia. 2009. P.150-

63

14. Susanto A.A. Pengaruh ketebalan bahan dan lamanya waktu penyinaran

terhadap kekerasan permukaan resin komposit sinar. Majalah Kedokteran Gigi

(Dent.J):Surabaya. 2005. P.32-5

15. Apsari A, Munadziroh E, Yogiartono M. Perbedaan kebocoran tepi tumpatan

resin komposit hybrid yang menggunakan sistem Bonding total etch dan Self

etch. Jurnal PDGI:Surabaya. 2009. P.1-7

Page 51: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

38

16. Permatasari R, Usman M. Penutupan diastema dengan menggunakan komposit

nanofiller. Indonesian Journal of Dentistry, Vol.15 No.3: Jakarta. 2008. P.239-

46

17. Istianah, Ekoningtyas EA. Benyamin B. Perbedaan pengaruh hidrogen peroksida

35% dan karbamid peroksida 35% terhadap mikroleakage pada resin komposit

nanohibrid. ODONTO Dental Journal, Vol.2 No.1: Semarang. 2015. P.20-4

18. Sintawati J, Soemartono S.H, Suharsini M. Pengaruh Durasi Aplikasi Asam

Fosfat 37% Terhadap Kekuatan Geser Restorasi Resin Komposit Pada Email

Gigi Tetap. Indonesian Journal of Dentistry. 2008. P.97-07

19. Mount G.J, Hume W.R. Preservation and restoration of tooth structure. Ed. 2.

Knowledge book and software: Australia. 2005. P.163-96

20. Kidd E.A.M, Bechal S.J. Dasar – dasar karies penyakit dan penanggulangan.

Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. 2013. P.186-188

21. Brouwer F, Askar H, Paris S, Schwendicke F. Detecting secondary caries

lesions:A systematic review and Meta-analysis. Journal of Dental Research Vo.

95(2) : Germany. 2016. P.143-51

22. Nursasongko B. Diagnosis Karies. JKGUI (Edisi Khusus) : Depok. 2000. P.425-

29

23. Raharjo P, Rukmo M, Rulianto M. Evaluasi klinis satu tahun pada tumpatan

resin komposit kelas VI. Majalah Kedokteran Gigi (Dent.J):Surabaya. 2002. P.

11-3

24. Ziyad KMM. Microleakage in class 2 composite restoration bonded with

different adhesive system. Universiti Sains Malaysia. 2008. P.1-24.

Page 52: SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai ... · 4. drg. Supiaty, M.Kes, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan dukungan dan arahan kepada penulis dari

39

25. Sajow P, Rattu AJM, Wicaksono DA. Gambaran penggunaan restorasi resin

komposit di balai pengobatan RSGM Universitas Sam Ratulangi tahun 2011 –

2012. Manado. 2013. P.1-13

26. Lucaks JR, Largaespada LL.Explaining sex differences in dental caries

prevalence : saliva, hormone. Journal of human Biology. 2013. P.540-55