laporan akuntabilitas kinerja direktorat mutu dan ... · direktur mutu dan akreditasi pelayanan...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
TAHUN ANGGARAN 2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke khadirat Allah SWT berkat dan rahmat-Nya, Laporan Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2019 dapat tersusun.
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan media
pertanggung jawaban kinerja dan salah satu cara
Evaluasi yang obyektif, efisien dan efektif. Diharapkan laporan ini dapat
menjadi bahan masukan dalam pengambilan kebijakan pimpinan dan
perencanaan pada tahun mendatang serta dapat memberikan kontribusi
kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dan Kementerian
Kesehatan dalam mewujudkan penyelenggaraan kinerja yang bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi serta nepotisme.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
64/Menkes/Per/IX/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, maka Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan diharapkan dengan transformasi
pelaporan kinerja ini dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
dengan lebih baik.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Masukan, saran
dan umpan balik sangat kami harapkan guna penyempurnaan dan
perbaikan kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan di
masa mendatang di waktu yang akan datang.
Jakarta, Januari 2020
Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan,
drg. Farichah Hanum, M.Kes NIP 196412101994032002
2
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) ini merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggung-jawaban Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan beserta seluruh satuan kerja dilingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan sebagai sumber informasi untuk perbaikan perencanaan ke depan serta peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Secara keseluruhan hasil capaian kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2019 hampir memenuhi target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja. Pencapaian presentase pada Indikator Kinerja utama program berjalan efektif sebesar 96,68% sebagaimana tercantum pada capaian e-monev DJA, selain dari pada itu indikator kinerja kegiatan memenuhi target dari yang ditetapkan. Upaya yang telah dilakukan untuk mencapai indikator kinerja diatas adalah dengan melakukan Sosialisasi, Advokasi, Bimbingan Teknis, Peningkatan Kemampuan SDM pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, Pendampingan Akreditasi Internasional pada Rumah Sakit Pemerintah, serta pengalokasian anggaran sesuai prioritas. Permasalahan yang dihadapi adalah keterbatasan waktu pelaksanaan kegiatan dan koordinasi karena adanya revisi anggaran, kesesuaian persepsi antara evaluator LAKIP dengan satker terhadap kertas kerja evaluasi.
Realisasi anggaran sampai dengan tanggal 31 Desember 2019 sebesar 92,13% dari alokasi Rp. 33.109.814.000,-. Sesuai tugas Direktorat Mutu dan Akreditasi yaitu pembinaan pelayanan kesehatan dilingkungan lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan - Kementerian Kesehatan, maka dana tersebut dialokasikan untuk mendukung pencapaian indikator kinerja serta pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................. ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ................................................................................................... iv DAFTAR GRAFIK ................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vi
BAB. I PENDAHULUAN
A. Umum .............................................................................................. 6
B. Organisasi direktorat mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan ..... 7
1. Sumber Daya Manusia ............................................................... 8
2. Sumber Daya Anggaran ............................................................. 8
C. Aspek strategis organisasi dan isu strategis yang dihadapi ............. 9
BAB. II PERENCANAAN KINERJA
A. Rencana Aksi Program .................................................................. 11
1. Rencana Aksi Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Primer ................................................... 15
2. Rencana Aksi Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Rujukan ................................................ 15
3. Rencana Aksi Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Lainnya ................................................. 16
B. Perjanjian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Tahun 2019 .................................................................. 16
BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan ................................................................... 27
1. Capaian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan tahun 2019 ............................................................... 27
2. Perbandingan Pencapaian Kinerja Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2019 dan tahun 2018 .. 37
3. Perbandingan Pencapaian Kinerja Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2019 dan Capaian
RPJMN 2015 s.d 2019 ............................................................... 40
4. Analisa Penyebab Keberhasilan Pencapaian Target Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2019 ............ 42
5. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ........................................ 46
6. Kinerja Inisiatif Percepatan Upaya Peningkatan Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2019 ............................ 47
7. Program/Kegiatan yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target . 49
4
8. Permasalahan dan Upaya Penyelesaian Masalah .................... 75
B. Realisasi Anggaran ........................................................................ 87
BAB. IV PENUTUP ..............................................................................................
5
LAMPIRAN :
1. Perjanjian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Taun 2019
2. Dokumen Analisa dan Kertas Kerja Penetapan Target Tahun 2019
3. Laporan Capaian Target Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
4. Data Capaian Akreditasi Puskesmas Tahun 2015 – 2019
5. Data Capaian Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2015 – 2019
6. Dokumen Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor hasil evalusi
Capaian Akreditasi Puskesmas dan Rumah Sakit Tahun 2019
7. Data Pegawai Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
8. Data Bukti Lapor LHKPN Pejabat di Lingkungan Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
9. Dokumen Tindak Lanjut hasil audit
10. Monitoring pencapaian Indikator Kinerja Eselon 3 dan 4 di lingkungan
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
11. Data Pemantauan Evaluasi capaian Output pada e-monev Bappenas
tahun 2019 dan data evaluasi pelaksanaan anggaran prioritas nasional
tahun anggaran 2019
12. Ikhtisar hasil reviu Laporan Keuangan Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
13. Data hasil evaluasi LAKIP Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Tahun 2018
6
BAB I PENDAHULUAN
A. UMUM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun
2019 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja atas
pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan. Amanat penyusunan Laporan Kinerja telah ditetapkan
dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang
mewajibkan bagi setiap Instansi Pemerintah untuk menyusun dokumen
perencanaan strategis berupa Rencana Strategis, Rencana Kinerja
Tahunan, Penetapan Perjanjian Kinerja dan Laporan Akuntabilitas
Kinerja. Secara teknis, tata cara penyusunan Laporan Akuntabilitas
Kinerja berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Adapun penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2019 disusun untuk
memberikan informasi mengenai pencapaian kinerja dalam mencapai
sasaran strategisnya melalui pelaksanaan program dan kegiatan
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan selama periode
Tahun 2019 dan sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas dan fungsi, Laporan Kinerja merupakan bentuk akuntabilitas
kepada publik sesuai dengan tuntutan reformasi birokrasi. Laporan
Akuntabilitas Kinerja juga bermanfaat sebagai bahan dalam rangka
pemantauan, penilaian, evaluasi dan pengendalian atas kualitas kinerja
sekaligus menjadi pendorong perbaikan kinerja dalam rangka
terciptanya tata kelola kepemerintahan yang baik.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan tahun 2019 merupakan bentuk pertanggung
jawaban secara tertulis yang memuat keberhasilan maupun hambatan
pelaksanaan kegiatan Tahun Anggaran 2019 yang harus di
pertanggung jawabkan oleh Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
7
Kesehatan kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
B. ORGANISASI DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN
KESEHATAN
Berdasarkan Pasal 487 Peraturan Menteri Kesehatan nomor
64/Menkes/Per/IX/2015 Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, dan pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan di bidang mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 488 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 487, Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang mutu dan akreditasi
pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan pelayanan kesehatan
lainnya;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang mutu dan akreditasi
pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan pelayanan kesehatan
lainnya;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan primer, rujukan,
dan pelayanan kesehatan lainnya;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang mutu
dan akreditasi pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan pelayanan
kesehatan lainnya;
e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang mutu dan akreditasi
pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan pelayanan kesehatan
lainnya; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat
8
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
64/Menkes/Per/IX/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan.
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
Grafik 1.1 Struktur Organisasi Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
1. Sumber Daya Manusia
Guna kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi, Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan didukung oleh kekuatan
9
Sumber Daya Manusia sebanyak 78 (Tujuh puluh Delapan) orang,
yang terdiri dari:
a. Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan (Eselon II),
membawahi 3 (tiga) Kepala Sub Direktorat Mutu dan Akrediatsi
Pelayanan Kesehatan (Eselon III), 6 (Enam) orang Kepala Seksi
Sub. Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
(Eselon IV), dan 1 (satu) Kepala Subag.Usaha Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
b. Staf ASN sebanyak : 59 orang
c. Staf Honorer (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak
Kerja) sebanyak : 19 orang.
2. Sumber Daya Anggaran
Dalam rangka peningkatan dan penajaman serta percepatan
prioritas program dan kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan guna mendukung upaya pencapaian sasaran
strategis, maka dialokasikan anggaran pada DIPA Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan sebesar Rp. 30.070.280.000,-
(Tiga puluh Milyar Tujuh Puluh Juta Dua Ratus Delapan Puluh
Ribu Rupiah). Anggaran tersebut mengalami penambahan hasil
revisi pada anggaran Komite Nasional Keselamatan Pasien (KNKP)
pada tanggal 20 Juni 2019 menjadi Rp. 31.070.280.000,- (Tiga
puluh Satu Milyar Tujuh Puluh Juta Dua Ratus Delapan Puluh
Ribu Rupiah), dan mendapatkan penambahan dari revisi kegiatan
Klinik Pratama pada tanggal 25 November menjadi Rp.
32.385.680.000,- (Tiga puluh Dua Milyar Tiga Ratus Delapan
Puluh Lima Juta Enam Ratus Delapan Puluh Ribu Rupiah) yang
pada akhirnya setelah revisi pencatatan anggaran PHLN WHO dan
UNICEF menjadi Rp. 33.109.814.000,- (Tiga puluh Tiga Milyar
Seratus Sembilan Juta Delapan Ratus Empat Belas Ribu
Rupiah).
C. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI DAN ISU STRATEGIS YANG
DIHADAPI
10
Program Pembinaaan Pelayanan Kesehatan pada kegiatan Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan bertujuan untuk meningkatnya akses pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat sesuai dengan
program target sebagaimana tercantum pada Rencana Strategis
Kementrian Kesehatan dari tahun 2015-2019.
Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan di Puskesmas, saat
ini telah terakreditasi sebanyak 9.153 Puskesmas (dari total 10.099
Puskemas) yang tersebar di 6.212 kecamatan di 506 kabupaten/kota di
seluruh Indonesia. Sedangkan jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1
(satu) RSUD yang tersertifikasi akreditasi Nasional sampai akhir tahun
2019 sebanyak 486 Kabupaten/Kota (dari 514 Kabupaten/Kota), dengan
743 RS Daerah Terakreditasi Nasional (dari total 788 RS Daerah).
Rumah Sakit Daerah tersebut terakreditasi dengan menggunakan
instrumen penilaian akreditasi tahun 2012 atau Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1.
Tabel 1.1 Perbandingan Target dan Capaian Renstra Serta RPJMN
Kecamatan Yang Memiliki Minimal 1 Puskesmas Tersertifikasi Akreditasi Tahun 2015-2019
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
T R T R T R T R T R
Renstra: Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
350
93
(27%)
700
1.308
(187%)
2.800
3.447
(123%)
4.900
5.385
(119%)
5.600
6.212
(111%)
RPJMN: Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
350
93
(27%)
700
1.308
(187%)
1.400
3.447
(246%)
2.800
5.385
(192%)
5.600
6.212
(111%)
11
Grafik 1.2 Tren Peningkatan Jumlah RS Terakreditasi Tahun 2015-2019
(Sumber: RS Online, KARS per 31 Desember 2019) Pada grafik 1.2. menunjukkan peningkatan jumlah RS di Indonesia yang
setiap tahun diikuti peningkatan persentase jumlah RS yang terakreditasi.
Tahun 2015-2019 terdapat peningkatan persentase RS terakreditasi
berturut-turut yaitu 2,37%, 31,83%, 53,76%, 70,03% dan 85,65%.
Peningkatan tersebut dicapai melalui kegiatan pendampingan akreditasi,
bimbingan teknis mutu dan akreditasi, lokakarya percepatan mutu dan
akreditasi, lokakarya implementasi akreditasi, lokakarya Kebijakan dan
Strategi Mutu Nasional, serta pendampingan evaluasi yang dilakukan
oleh Subdit Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan,
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan yang berjalan
dengan baik, serta koordinasi lintas program dan lintas sektor dengan
pihak terkait antara lain unit kerja di Kementerian Kesehatan,
Kementerian Pertahanan, POLRI, KARS, PERSI, ARSADA, ARSSI,
ADINKES, BPJS Kesehatan, Organisasi Profesi, Pemerintah Daerah,
WHO, dan UNICEF).
Pencapaian peningkatan akreditasi Puskesmas dan Rumah Sakit
mendukung implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 Tahun
2015 tentang Perubahan Atas Permenkes Nomor 71 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional. Dalam
peraturan tersebut ditetapkan persyaratan kredensial bagi Fasilitas
2,490 2,6012,755 2,813 2,878
59
828
1,481
1,970
2,465
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah RS
RS Terakreditasi
12
Kesehatan yang akan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Persyaratan tersebut antara lain memiliki sertifikat akreditasi.
Tantangan dan Isu strategis yang dihadapi oleh Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan :
Sebagaimana tertuang di dalam Rencana Aksi Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan kesehatan tahun 2016-2019 adalah sebagai
berikut:
1. Perlunya penguatan mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan primer,
rujukan dan pelayanan kesehatan lain.
2. Data tentang gambaran mutu pelayanan kesehatan di FKTP, RS, dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain secara detail belum ada.
3. Pengusulan survei akreditasi yang tidak sesuai dengan roadmap
yang telah diusulkan.
4. Tenaga pendamping akreditasi di kab/kota yang sudah terlatih
dimutasi/alih fungsi/tugas.
5. Jumlah surveior terbatas dan kompetensi surveior yang bervariasi.
6. Kinerja Komisi Akreditasi FKTP dan Komite Akreditasi Laboratorium
Kesehatan belum optimal.
7. Pembiayaan Akreditasi yang terkesan mahal
a. Kondisi sub standar (tdk sesuai dg persyaratan perundang2an
dan standar akreditasi), mengeluarkan biaya untuk memenuhi
SDM, sarana, prasarana dan alat kesehatan
b. Pendamping kurang percaya diri dalam melakukan perbaikan
dengan pendamping Dinas Kesehatan yang ada sehingga
memanfaatkan lembaga Konsultan swasta
c. Surveior dari luar provinsi
8. Penerapan Standar belum menjadi budaya
9. Persiapan akreditasi perdana menyita waktu dalam penyiapan
dokumen, sehingga mempengaruhi pelayanan
10. Puskesmas terkesan lebih berfokus pada UKP dan kurang
mendukung perbaikan pelayanan promotivf preventif.
13
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. RENCANA AKSI PROGRAM
Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan
tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan
sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Dalam rencana
kinerja (Renja) Kementerian/Lembaga Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan tahun 2018, sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan dan target masing-masing indikator
untuk mencapai sasaran strategis organisasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 52 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-
2019 yang telah direvisi dengan Keputusan Menteri Kesehatan
No.HK.01.07/MENKES/422//2017 tentang Revisi Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan melaksanakan program pembinaan upaya
kesehatan dan berdasarkan Permenkes 64 tahun 2015 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan yang di
dalamnya mengatur tupoksi Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan.
Sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai
selama kurun waktu 5 (lima) tahun sebagaimana ditetapkan dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
14
Tabel 2.1.
Sasaran Program Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Tahun 2015-2019
No Sasaran Program
Indikator Kinerja Target
2015 2016 2017 2018 2019
1 Meningkatnya Akses Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan yang berkualitas bagi masyarakat
Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi Akreitasi
350 700 2800 4900 5600
Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
94
190
287
384
481
1. Renaksi Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Primer
a. Mewujudkan tersedianya regulasi dan NSPK dalam peningkatan mutu
dan pelaksanaan akreditasi Puskesmas.
b. Menguatkan tugas dan fungsi Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota
c. Penguatan Komisi Akreditasi FKTP
d. Peningkatan Kompetensi SDM Kesehatan dalam pelaksanaan
akreditasi Puskesmas dan FKTP lainnya
e. Penguatan dukungan Stakeholder terkait
2. Renaksi Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Rujukan
a. Mendorong RS melaksanakan Akreditasi.
b. Memfasilitasi, pemantauan dan evaluasi pemanfaatan DAK Nonfisik
dan Dana Dekonsentrasi.
c. Memfasilitasi dan berperan aktif dalam penyusunan Kebijakan dan
Strategi Mutu Nasional.
d. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga akreditasi Independen.
e. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan konsistensi implementasi
standar akreditasi.
15
f. Koordinasi Lintas K/L utk percepatan upaya peningkatan mutu dan
akreditasi.
g. Meningkatkan pemantauan dan evaluasi terpadu di Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan (Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Sekretariat Jenderal
Pelayanan Kesehatan).
h. Meningkatkan peran Pemda untuk mendukung akreditasi melalui
komitmen dan alokasi APBD untuk akreditasi, serta koordinasi
pencairan DAK Nonfisik Akreditasi di Daerah.
i. Meningkatkan dukungan RS, KARS, BPJS Kesehatan, dan Pemda
untuk pelaksanaan sistem informasi data mutu dan akreditasi RS
terintegrasi.
j. Memfasilitasi upaya peningkatan budaya mutu dan keselamatan
pasien.
3. Renaksi Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Lainnya
a. Mewujudkan tersedianya regulasi dan NSPK dalam peningkatan mutu
dan pelaksanaan akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya.
b. Menguatkan tugas dan fungsi Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota
c. Penguatan Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan
d. Peningkatan Kompetensi SDM Kesehatan dalam pelaksanaan
akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya.
e. Penguatan dukungan Stakeholder terkait
B. PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI
PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2019
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014, Perjanjian Kinerja pada
dasarnya adalah pernyataan komitmen pimpinan yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan
terukur dalam rentang waktu satu tahun dengan mempertimbangkan
sumber daya yang dikelolanya.
16
Perjanjian kinerja yang diwujudkan dalam penetapan kinerja merupakan
dokumen pernyataan kinerja atau kesepakatan kinerja atau perjanjian
kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja
tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki. Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan menyusun perjanjian kinerja tahun
2019 mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun
2015-2019. Target kinerja ini menjadi komitmen bagi Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun 2019.
(Revisi I Renstra 2017 Kepmenkes No.HK.01.07/MENKES /422/ 2017)
Pada tahun 2019 Kementerian Kesehatan mengalokasikan anggaran
pada DIPA Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan sebesar
Rp. 30.070.280.000,- (Tiga puluh Milyar Tujuh Puluh Juta Dua Ratus
Delapan Puluh Ribu Rupiah) dan setelah penajaman serta percepatan
prioritas program pada kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan guna mendukung upaya pencapaian sasaran
strategis, maka terjadi penambahan alokasi anggaran pada DIPA
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan menjadi sebesar
Rp. 33.109.814.000,- (Tiga Puluh Tiga Miliar Seratus Sembilan Juta
Delapan Ratus Empat Belas Ribu Rupiah)
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI DIREKTORAT MUTU DAN
AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
1. Capaian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2019
Tahun 2019 adalah tahun kelima dalam pelaksanaan Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015 - 2019, serta tahun
keempat pelaksanaan SOTK baru Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi
capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator
program dalam Rencana Strategis, sehingga diperoleh gambaran
tingkat keberhasilan masing-masing indikator. Berdasarkan
pengukuran kinerja tersebut dapat diperoleh informasi pencapaian
indikator kinerja, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan
program di masa yang akan datang, agar setiap program yang
direncanakan ke depan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.
Dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat, Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan mendapat tugas dalam
melakukan pembinaan pelayanan kesehatan dengan tujuan
meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang
berkualitas bagi masyarakat, dan Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan sebagaimana yang
tercantum pada Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (RENJA K/L)
TAHUN 2019, adalah :
a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang
tersertifikasi akreditasi
b. Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang
tersertifikasi akreditasi Nasional.
c. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang siap di akreditasi
27
d. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi
Standar mutu Pemantapan Mutu Eksternal Tingkat Nasional.
Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk mengetahui capaian masing-
masing target indikator kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
khususnya dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan di awal
tahun. Manfaat hasil pengukuran kinerja ini dapat memberikan
informasi/gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang
pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka mewujudkan tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis
(RENSTRA) Kementerian Kesehatan dan Rencana Kinerja
Kementerian/Lembaga.
Untuk mendukung pencapaian Indikator Kinerja pada Sasaran
Program Kegiatan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan telah memberikan Dana
Dekosentrasi dan Dana Alokasi Khusus Non Fisik pada 34 Provinsi
dan 514 Kabupaten/Kota.
Secara umum pencapaian kinerja pelaksanaan program di lingkungan
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dilaporkan
berdasarkan pengelompokan indikator dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3.1 Capaian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan tahun 2019
No Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja
Target Tahun 2019
Capaian Target 2019
Target Kumulatif
2019
Capaian
Kumulatif 2019
1. Puskesmas yang siap di akreditasi
Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
2008 Kecamatan
1.958 (97,5 %)
5600 Kecamatan
6.212 (111 %)
28
a. “Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas
yang tersertifikasi akreditasi”
Definisi Operasional dari kecamatan yang memiliki satu
Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi yaitu kecamatan yang
memiliki minimal satu Puskesmas yang telah memiliki sertifikat
akreditasi yang dikeluarkan oleh Lembaga independen
penyelenggara akreditasi atau Komisi Akreditasi FKTP sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar akreditasi.
Permenkes No. 46 tahun 2015
Cara perhitungan adalah dengan menjumlah seluruh kecamatan
yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi pada
tahun berjalan dibandingkan dengan target dikalikan 100%.
Sedangkan cara mengukur adalah dengan dibuktikan adanya
sertifikat akreditasi untuk Puskesmas yang dikeluarkan oleh
Komisi Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
2. Rumah Sakit yang siap di akreditasi
Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi Nasional
47 Kab/Kota
46 (98 %)
481 Kab/Kota
486 (101 %)
3. Fasyankes Lain yang Siap Diakreditasi
Jumlah Fasyankes Lain yang Siap Diakreditasi
120 Fasyankes
127 (106 %)
320 Fasyankes
330 (103 %)
4. Fasyankes Lain yang Siap Memenuhi Standar Mutu Pemantapan Mutu Eksternal (PME) Nasional
Jumlah Fasyankes Lain yang Siap Memenuhi Standar Mutu Pemantapan Mutu Eksternal (PME) Nasional
300 Fasyankes
520 (173%)
- -
29
Jumlah kumulatif kecamatan yang memiliki minimal
1 Puskesmas yang terakreditasi pada tahun 2019
Target kecamatan yang memiliki minimal
1 Puskesmas yang terakreditasi pada tahun 2019
Capaian kinerja tahun 2019 untuk kecamatan yang memiliki
minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi adalah sebanyak
1.958 Kecamatan dari 2.008 Kecamatan (97,5 %) karena
banyaknya permohonan permintaan pendampingan survei
akreditasi sehingga terjadi penumpukan di akhir tahun dan capaian
secara kumulatif pada tahun 2019 adalah sebanyak 6.212
Kecamatan dari target 5.600 Kecamatan (111 %). Capaian ini
terdistribusi di 9.153 Puskesmas, 506 Kabupaten/Kota, 34 Provinsi
(Komisi Akreditasi FKTP per 31 Desember 2019).
Dari 9.153 Puskesmas yang terakreditasi pada tahun 2019, masih
di dominasi oleh status kelulusan madya dan dasar, dengan rincian
dasar 2.176 (24%), 5.072 madya (55%), 1.664 utama (18%), dan
241 paripurna (3%).
Grafik 3.1 Distribusi Status Kelulusan Akreditasi Puskesmas Tahun 2019
Untuk distribusi capaian indikator per provinsi pada tahun 2019
dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 3.2 Capaian Akreditasi Puskesmas Per Provinsi Tahun 2019
X 100%
30
Berdasarkan capaian akhir pada tahun 2019 yaitu sebanyak
6.212 Kecamatan sebagaimana tercantum pada tabel dan
gambar diatas dapat disimpulkan (1) target indikator IKU tahun
2019 telah tercapai, dan (2) terdapat peningkatan jumlah baik
Puskesmas, Kecamatan, maupun Kabupaten/Kota yang
terakreditasi.
b. Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD yang
Tersertifikasi Akreditasi Nasional
Definisi Operasional
RSUD adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit yang
penyelenggaraannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah
(kabupaten, kota atau propinsi).
Yang dimaksud kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD
yang tersertifikasi akreditasi nasional yaitu kabupaten/kota yang
memiliki minimal satu RSUD yang telah memiliki sertifikat
akreditasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Independen
penyelenggara akreditasi yaitu Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS), dengan tingkat kelulusan akreditasi yaitu perdana,
dasar, madya, utama dan paripurna sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Cara Perhitungan
Cara perhitungan capaian indikator ini adalah dengan
menjumlahkan Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD
yang tersertifikasi akreditasi nasional. Sedangkan cara
Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi.
Permenkes No. 34 tahun 2017
31
pengukuran hasil adalah dengan menghitung jumlah
Kabupaten/Kota yang memiliki RSUD yang tersertifikasi
akreditasi nasional berdasarkan data RSUD terakreditasi dari
KARS atau melalui website KARS. Untuk Kabupaten/Kota
dengan lebih dari 1 RSUD terakreditasi, maka hanya dihitung
sebagai satu Kabupaten/Kota.
Capaian kinerja pada jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki
minimal 1 RSUD tersertifikasi akreditasi nasional tahun 2019
adalah 46 Kabupaten/Kota dari 47 Kabupaten/kota (98 %), hal ini
antara lain disebabkan oleh RSUD yang belum terakreditasi
adalah RS kelas C, D atau D pratama sehingga masih
memerlukan pemenuhan sarana, prasarana, alat kesehatan dan
SDM yang lebih baik. Komitmen dan dukungan Pemerintah
Daerah sangat diperlukan dalam pemenuhan standar pelayanan.
Capaian kumulatif Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 1
RSUD tersertifikasi akreditasi nasional pada tahun 2019
sebanyak 486 kabupaten/kota dari 481 kabupaten/kota (101 %).
Data capaian berasal dari laporan Komisi Akreditasi Rumah Sakit
per 31 Desember 2019.
Grafik 3.3
Distribusi Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD Terakreditasi Berdasarkan Provinsi
Tahun 2019
Sumber : KARS, 31 Desember 2019 (telah diolah)
Berdasarkan grafik 3.3 di atas, maka di Provinsi Jawa Timur
terdapat 38 Kabupaten/Kota yang memiliki RSUD tersertifikasi
akreditasi nasional. Jumlah tersebut paling banyak jika
dibandingkan dengan provinsi lainnya, sedangkan di Kalimantan
32
Utara paling sedikit yaitu 4 Kabupaten/Kota yang memiliki RSUD
tersertifikasi akreditasi nasional.
Pada tahun 2019 terdapat 712 RSUD yang telah terakreditasi di
486 Kab/Kota. Adapun tingkat kelulusannya bervariasi, yaitu 137
RS lulus perdana (19%), 62 RS lulus dasar (9%), 127 RS lulus
madya (18%), 139 RS lulus utama (19%) dan 247 RS lulus
paripurna (35%). Adapun proporsi tingkat kelulusan akreditasi
dapat dilihat dalam grafik 3.4 berikut ini:
Grafik 3.4 Tingkat Kelulusan Akreditasi 743 RS Pemerintah Tahun 2019
Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2019
Pada tahun 2019 di Indonesia terdapat 2.465 rumah sakit baik
milik pemerintah maupun swasta yang telah terakreditasi nasional
versi 2012 atau SNARS Edisi 1, yang terdiri dari 904 (36,7%) RS
Pemerintah yaitu RS UPT Kemenkes, RS Kementerian lain, RS
Pemprov/Pemkab/Pemkot, RS TNI/POLRI dan 1.561 (63,3%) RS
swasta. Adapun proporsi tingkat kelulusan dapat dilihat dalam
grafik 3.5 sebagai berikut:
Grafik 3.5 Tingkat Kelulusan Akreditasi RS di Indonesia Tahun 2019
Sumber : KARS, RS online tanggal 31 Desember 2019 (telah diolah)
743 RS
33
Capaian akreditasi RS tahun 2016-2019 mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan peningkatan jumlah RS
terakreditasi rata-rata 145% karena berbagai upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah untuk percepatan akreditasi RS.
Peningkatan ini sebagaimana grafik 3.6 berikut ini:
Grafik 3.6 Peningkatan Capaian Akreditasi RS Tahun 2016-2019
Sumber : KARS 2016 - 2019 (telah diolah)
Berdasarkan capaian akreditasi Rumah Sakit dari tahun 2016 –
2019, terjadi pergeseran status kelulusan akreditasi dari perdana
ke paripurna pada tahun 2019. Hal ini dapat disebabkan oleh
pendampingan dan bimbingan teknis secara intensif dari Subdit
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes
sehingga tingkat pemahaman dan komitmen Rumah Sakit untuk
mewujudkan budaya mutu dan keselamatan pasien semakin
meningkat. Pada tahun 2016-2018 status kelulusan perdana masih
mendominasi disebabkan oleh adanya akreditasi Program Khusus
yang diperuntukkan bagi Rumah Sakit dengan jumlah tempat tidur
kurang dari 120 dan tidak ada pelayanan dokter subpesialis.
Distribusi tingkat kelulusan RS tahun 2016-2019 ditunjukkan pada
grafik di bawah ini:
Grafik 3.7 Tingkat Kelulusan Akreditasi RS pada Tahun 2016 – 2019
2601 2776 2813 2877
828
1481
1970
2465
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
2016 2017 2018 2019
Jumlah RS
RS Terakreditasi
34
Sumber : KARS 2016 - 2019 (telah diolah)
c. Jumlah Fasyankes Lain yang Siap Diakreditasi
Definisi Operasional dari fasilitas pelayanan kesehatan lain yang
siap diakreditasi adalah fasilitas pelayanan kesehatan lain, dalam
hal ini laboratorium kesehatan yang siap untuk di survei oleh
Lembaga Independen penyelenggara akreditap[[lsi laboratorium
kesehatan atau Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan
(KALK) sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Akreditasi Laboratorium kesehatan adalah suatu pengakuan formal oleh departemen kesehatan RI kepada laboratorium Kesehatan, telah memenuhi standar yang ditentukan.
(Kepmenkes RI Nomor 298/Menkes/SK/III/2008)
Capaian indikator jumlah fasilitas pelayanan kesehatan lain yang
siap diakreditasi pada tahun 2019 adalah 127 Fasyankes dari
120 Fasyankes (106 %) dan capaian kumulatif pada akhir tahun
2019 adalah 330 Fasyankes dari 320 Fasyankes (103 %), terdiri
dari 212 laboratorium kesehatan terakreditasi, 118 laboratorium
kesehatan telah selesai survey tahun 2019, jadi totalnya adalah
330 laboratorium kesehatan. Capaian ini digambarkan dengan
grafik sebagai berikut:
Grafik 3.8 Capaian Akreditasi Laboratorium Kesehatan
(Kalk, 29 Desember 2019)
332
644
908
677
31 33 44
194
50 83 125
368
88141 170
348327
580
723
878
0
200
400
600
800
1000
2016 2017 2018 2019
Perdana
Dasar
Madya
Utama
Paripurna
212 118330
Terakreditasi Selesai Survei TA2019
Total
35
Bila dibandingkan dengan keseluruhan jumlah laboratorium
kesehatan yaiti 1271, maka perbandingan jumlah laboratorium
kesehatan Terakreditasi dan Tidak Terakreditasi Tahun 2019
adalah sebagai berikut:
Grafik 3.9 Perbandingan Jumlah Laboratorium Kesehatan Terakreditasi dan
Tidak Terakreditasi Tahun 2019
Berdasarkan status kepemilikan laboratorium kesehatan, maka
jumah laboratorium kesehatan milik pemerintah yang terakreditasi
adalah 181 dan milik swasta adalah 149, digambarkan oleh grafik
sebagai berikut:
Grafik 3.10 Laboratorium Kesehatan Terakreditasi berdasarkan
status Kepemilikan
d. Jumlah Fasilitas Kesehatan Lain Yang Memenuhi Standar
Mutu Pemantapan Mutu Eksternal Tingkat Nasional
Definisi Operasional
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang
diselenggarakan secara periodik, serentak dan
330 (26%)
941 (74%)
TerakreditasiTidak terakreditasi
Jumlah Total Labkes = 1271
36
berkesinambungan oleh pihak lain diluar laboratorium kesehatan
yang bersangkutan untuk memantau dan menilai laboratorium
dalam pemeriksaan tertentu dengan membandingkan hasil
laboratorium kesehatan peserta dengan nilai target.
Jumlah Fasilitas Kesehatan Lain Yang Memenuhi Standar Mutu
Pemantapan Mutu Eksternal Tingkat Nasional adalah
Laboratorium Kesehatan Mandiri yang mengikuti Pemantapan
Mutu Eksternal Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh
Penyelenggara Pemantapan Mutu Eksternal Tingkat Nasional
sesuai KMK No. 400 tahun 2016.
Cara Perhitungan:
Penyelenggara PME Tingkat Nasional adalah 4 Balai Besar
Laboratorium Kesehatan (BBLK) yaitu DKI Jakarta, Surabaya,
Palembang dan Makasar sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 400 Tahun 2016. Peserta PME yang dihitung
adalah laboratorium kesehatan mandiri yang mengikuti PME oleh
BBLK.
Capaian kinerja fasyankes lain yang mengikuti PME tingkat
nasional pada tahun 2019 adalah 520 fasyankes (laboratorium
kesehatan mandiri) dari 300 Fasyankes (173%)
2. Perbandingan Pencapaian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan tahun 2018 dan tahun 2019
a. Pada tahun 2018 capaian kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan pada indikator kecamatan yang memiliki
minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi adalah sebanyak
5.385 Kecamatan (119%) dari target 4.900 Kecamatan dan pada
tahun 2019 sebanyak 6.212 Kecamatan (111%) dari target 5.600
Kecamatan. Perbandingan capaian indikator tahun 2019 dan tahun
2018 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.2
Perbandingan Target dan Capaian Kecamatan Yang Memiliki Minimal 1 Puskesmas Tersertifikasi Akreditasi Tahun 2019 dan Tahun 2018
37
Indikator IKU 2019 2018
Target Realisasi Target Realisasi
Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
5.600
6.212 (111%)
4.900
5.385 (119%)
Untuk perbandingan capaian Puskesmas, Kecamatan,
Kabupaten/Kota dan Provinsi yang terakreditasi pada tahun 2019
dan tahun 2018 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 3.11
Perbandingan Capaian Puskesmas, Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi Tersertifikasi AkreditasiTahun 2019 dan Tahun 2018
b. Pencapaian indikator jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki
minimal 1 RSUD tersertifikasi akreditasi nasional pada tahun 2019
sebanyak 486 kab/kota apabila dibandingkan dengan target tahun
2019 (481 kab/kota), maka persentase capaiannya sebesar 101%.
Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2018 (440 kab/kota),
maka pencapaian tahun 2019 meningkat. Jika dibandingkan
dengan target akhir jangka menengah (481 kab/kota), maka telah
mencapai 101%, namun masih perlu upaya yang keras untuk
peningkatan mutu dan keselamatan pasien berkesinambungan
Tabel 3.3 Pencapaian Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD yang
Tersertifikasi Akreditasi Nasional Tahun 2018-2019
38
Indikator 2018 2019
T R T R
Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
434
440
(101,4%)
481
486
(101%)
Sumber : Renstra Kemenkes, KARS 31 Desember 2019 (telah diolah)
c. Capaian indikator fasyankes lain yang siap diareditasi pada tahun
2018 adalah 203 laboratorium kesehatan (101 %) dari target 200
laboratorium kesehatan dan pada tahun 2019 sebanyak 330
laboratorium kesehatan (103 %) dari target 320 laboratorium
kesehatan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.4
Perbandingan Target dan Capaian Fasyankes Lain yang Siap Diakreditasi Tahun 2018 dan Tahun 2019
NO
INDIKATOR
2018 2019
TARGET CAPAIAN TARGET CAPAIAN
1 Jumlah Fasyankes Lain yang Siap Diareditasi
200
203
(101%)
320
330
(103%)
Untuk perbandingan capaian Fasyankes Lain yang Siap pada
tahun 2018 dan tahun 2019 dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 3.12 Perbandingan Target dan Capaian
Fasyankes Lain Yang Siap Diareditasi Tahun2018 dan Tahun 2019
2018 2019
TARGET 200 320
CAPAIAN 203 330
PERSETASE 101% 103%
39
d. Jumlah total laboratorium kesehatan mandiri per Desember 2019
sebanyak 1271 Labkes. Peserta PME Tingkat Nasional tahun 2019
adalah sebanyak 520 Labkes (173%) mengalami kenaikan
dibandingkan pada tahun 2018 yaitu 274 Labkes (21,56%).
Grafik 3.13
Perbandingan Target dan Capaian Fasyankes Lain Yang Mengikuti PME Tingkat Nasional
Tahun2018 dan Tahun 2019
3. Perbandingan Pencapaian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan tahun 2019 dan Capaian RPJMN 2015 s.d
2019
a. Indikator Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas
yang tersertifikasi akreditasi.
Pada tabel dibawah ini menggambarkan perbandingan antara target
dan capaian Renstra serta RPJMN indikator jumlah kecamatan
yang memiliki minimal satu Puskesmas tersertifikasi akreditasi sejak
tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
Tabel 3.5
Capaian Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
T R T R T R T R T R
Renstra: Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
350
93
(27%)
700
1.308
(187%)
2.800
3.447
(123%)
4.900
5.385
(119%)
5.600
6.212
(111%)
0
200
400
600
800
1000
1200
2018 2019
Trend Peserta PME Tingkat Nasional Labkes Tahun 2018-2019
Labkes yang belum mengikutiPME
Labkes yang telah mengikutiPME
40
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
T R T R T R T R T R
RPJMN: Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
350
93 (27%)
700
1.308 (187%)
1.400
3.447 (246%)
2.800
5.385 (192%)
5.600
6.212 (111%)
Adapun trend capaian indikator dibandingkan dengan target RPJMN
dan Renstra dari tahun 2015 s.d 2019 disajikan dalam grafik berikut
ini:
Grafik 3.14 Trend Capaian Akreditasi Puskesmas Tahun 2015-2019
Dari grafik 3.14 diatas menunjukan bahwa baik capaian Renstra
Kemenkes 2015 – 2019 maupun capaian RPJMN 2015 – 2019 masih
on the track sesuai target yang telah ditetapkan.
Grafik 3.15
Distribusi Status Kelulusan Akreditasi Tahun 2015 - 2019
41
Pada grafik 3.15 diatas menunjukan tren persentase status kelulusan
akreditasi mulai dari tahun 2015 sampai dengan 2019. Untuk dasar
mengalami penurunan rata-rata pertahun sebesar 9%, madya
mengalami kenaikan rata-rata pertahun sebesar 5% dan utama 4%,
sedangkan paripurna stabil.
4. Analisa Penyebab Keberhasilan Pencapaian Target Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2019
a. Keberhasilan capaian kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan dalam pencapaian target indikator
Kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi
akreditasi tahun 2019, dikarenakan:
1) Penyiapan regulasi dan NSPK tahun 2019 dilakukan melalui
revisi Permenkes 46 tahun 2015, revisi standar dan instrumen
puskesmas, penyusunan indikator mutu pelayanan di
Puskesmas, pedoman pembinaan terpadu puskesmas oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Hal ini dilakukan dalam
rangka mengakomodir adanya perbaikan sistem, kebutuhan
pengguna, perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan
kebijakan untuk peningkatan mutu dan pelaksanaan akreditasi
Puskesmas.
2) Kegiatan pertemuan koordinasi, bimbingan teknis dan
monitoring evaluasi tahun 2019 dilakukan dalam rangka
memperoleh dukungan sekaligus penguatan peran dari
42
stakeholder terkait meliputi Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, FKTP, Organisasi Profesi, swasta.
Hal ini dilakukan karena akreditasi Fasyankes termasuk dalam
program prioritas nasional yang tercantum sebagai indikator
Renstra dan RPJMN sehingga dalam pencapaian targetnya
perlu kerjasama dengan stakeholder terkait.
3) Kegiatan pertemuan koordinasi, bimbingan teknis, monitoring
evaluasi tahun 2019 juga dilakukan dalam upaya percepatan
akreditasi FKTP baik puskesmas maupun klinik pratama. Hal ini
dilakukan karena akreditasi fasyankes merupakan salah satu
persyaratan kredensialing dan rekredensialing dalam
bekerjasama dengan BPJS sebagaimana tercantum dalam
Permenkes Permenkes No. 71 tahun 2013 dan Permenkes No.
99 tahun 2015 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN.
4) Kegiatan pelatihan dan lokakarya TOT pendamping dan
surveior tahun 2019 dilakukan dalam upaya pemenuhan
kebutuhan SDM dan peningkatan kompetensi SDM dalam
pelaksanaan akreditasi.
5) Pemberdayaan tenaga TOT pendamping, pendamping dan
surveior dalam memenuhi kebutuhan akan narasumber, proses
pendampingan dan survei akreditasi dengan menggunakan
dana DAK dan DEKON.
6) Adanya Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dengan Universitas Binus
dalam rangka pengembangan Sistem Informasi Akreditasi FKTP
(SIAF) untuk memperkuat Komisi Akreditasi FKTP dalam
mempercepat penyelenggaraan survei akreditasi.
7) Pelaksanaan kegiatan pendampingan pasca survei, survei
reakreditasi setiap 3 tahun sekali dan penilaian FKTP
Berprestasi untuk memastikan perbaikan mutu secara
berkesinambungan terutama pada FKTP yang telah
terakreditasi. Hal ini dilakukan untuk menjawab tuntutan
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
43
b. Keberhasilan capaian kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan dalam pencapaian target indikator
Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD tersertifikasi
akreditasi nasional tahun 2019, dikarenakan:
1) Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 Tahun
2015 tentang Perubahan Atas Permenkes Nomor 71 Tahun
2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan
Nasional, di mana RS yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan harus memenuhi syarat antara lain terakreditasi
paling lambat akhir tahun 2018. Pada bulan November 2018
dan Januari 2019 BPJS Kesehatan menyampaikan surat
kepada Menkes terkait kerja sama dengan RS yang belum
terakreditasi dan menindaklanjuti surat tersebut maka Menteri
Kesehatan memberikan rekomendasi kepada 720 RS yang
belum terakreditasi sesuai surat Menkes Nomor
HK.03.01/Menkes/768/2018 tanggal 31 Desember 2018 tentang
Perpanjangan Kerja Sama RS Dengan BPJS sebanyak 551 RS
dan Nomor HK.03.01/Menkes/18/2019 tanggal 4 Januari 2019
perihal yang sama kepada 169 RS. Oleh karena itu RS
menindaklanjuti surat rekomendasi Menkes dengan
mengajukan permohonan jadwal survei akreditasi sebelum 30
Juni 2019.
2) Advokasi kepada Pemda melalui Surat Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan Nomor YM.02.02/VI/2641/2019 tanggal
27 Juni 2019 tentang Dukungan Pemda Terhadap
Kesinambungan Pelayanan Peserta JKN di RS yang Belum
Terakreditasi per tanggal 30 Juni 2019 agar Pemda turut
memastikan peserta JKN mendapat akses pelayanan
kesehatan di RS yang telah terakreditasi.
3) Advokasi kepada Pemda melalui surat Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan Nomor YM.02.02/VI/2799/2019 tanggal 4
Juli 2019 tentang Pemberitahuan RS yang Habis Masa Berlaku
Akreditasi Juli-Desember 2019 agar RS melaksanakan
reakreditasi sebelum masa berlaku sertifiakt akreditasi habis
44
dan Pemda melakukan pemantauan rutin terhadap status
akreditasi RS.
4) Kerja sama dan koordinasi lintas program dan lintas sektor
terkait untuk percepatan akreditasi RS dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan menuju Universal Health
Coverage (UHC).
5) Pemberdayaan tim RS yang telah terakreditasi paripurna,
asosiasi RS, dan lembaga akreditasi sebagai narasumber
dalam kegiatan pelatihan atau pendampingan akreditasi RS
melalui dana APBN atau Corporate Social Responbility (CSR).
c. Keberhasilan pencapaian target akreditasi laboratorium kesehatan
tahun 2019, melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dengan
Dana TUPOKSI DIPA Direktorat Mutu dan Akreditasi T.A 2019
sejumlah Rp.3.583.720.000; serta dengan dukungan Dana
Dekonsentrasi yang dialokasikan di 8 (delapan) provinsi sejumlah
Rp 1.739.354.000,-, dan DAK Non Fisik (DAK-NF) bidang
kesehatan T.A 2019 untuk 118 (seratus delapan belas)
laboratorium kesehatan daerah (Labkesda)/BLK di 29 (dua puluh
sembilan) provinsi (111 kab/kota).
d. Keberhasilan pencapaian target PME karena adanya dukungan
regulasi dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 411 tahun 2010
tentang Laboratorium Klinik yang didalamnya terdapat kewajiban
bagi laboratorium kesehatan untuk mengikuti pemantapan mutu
eksternal, Keputusan Menteri Kesehatan No. 298 tahun 2008
tentang Pedoman Akreditasi Labkes dimana didalamnya terdapat
peraturan bahwa laboratorium kesehatan harus mengikuti
pemantapan mutu eksternal secara berkala dan periodik yang
diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan dan Keputusan
Menteri Kesehatan No. 400 tahun 2016 tentang Penyelenggara
Pemantapan Mutu Eksternal Tingkat Nasional sehingga menjadi
daya dorong untuk meningkatkan mutu dan memperluas cakupan
kepesertaan PME Tingkat Nasional di laboratorium kesehatan.
Kemudian advokasi dan sosialisasi untuk penyelenggaraan PME
Tingkat Nasional baik melalui dana dekonsentrasi maupun APBN
45
serta adanya dukungan bagi BBLK sebagai penyelenggara PME
tingkat nasional.
5. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Efiensi penggunaan sumber daya dalam pencapaian target
2019 adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Bimtek Komisi Akreditasi FKTP dengan realisasi
anggaran sebesar Rp. 399.399.634,- dari alokasi anggaran
sebesar Rp. 440.300.000,-, sedangkan untuk output awal yang
direncanakan sebanyak 22 lokus, dapat terealisasi di 34 lokus. ada
efisiensi dari segi output kegiatan, bahwa dengan realisasi
anggaran sebesar 90,7% diperoleh output sebesar 154,5%.
b. Kegiatan Penyusunan Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan di
FKTP dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 443.480.000,-
diperoleh realisasi sebesar Rp. 341.861.756,- (77,08%). Ada
efisiensi dari segi anggaran pada biaya meeting dalam kota dan
transportasi daerah untuk pembahasan hasil uji coba indikator
mutu yang semula dianggarkan untuk 2 kali pertemuan : a)
pertemuan pertama pembahasan hasil uji coba direktorat dengan
pakar, dan b) pertemuan kedua adalah pertemuan besar dengan
mengundang pakar beserta daerah lokus uji coba. Realiasasi
kegiatan hanya menjadi 1 kali, tetapi output tetap tercapai yakni di
perolehnya masukan dari pakar dan daerah setelah pelaksanaan
ujicoba indikator. Selain itu juga ada efisiensi perjalanan dinas ke
daerah walaupun output tercapai yakni 4 lokus (100%), hal ini
disebabkan karena lokasi ujicoba yang relatif dekat sehingga biaya
transportasi lebih rendah daripada yang dianggarkan.
c. Kegiatan Bimtek Pelaksanaan Mutu dan Akreditasi Klinik di
Provinsi Terpilih dengan realisasi anggaran sebesar Rp.
437.863.400,- dari alokasi anggaran sebesar Rp. 639.200.000,-,
sedangkan untuk output awal yang direncanakan sebanyak 15
lokus dapat terealisasi 15 lokus. Ini berarti ada efisiensi dari segi
anggaran, bahwa dengan output sebesar 100%, realisasi
anggaran hanya sebesar 68,5%.
46
d. Kebijakan honor surveior akreditasi FKTP sebesar 3 jam per hari
untuk seluruh puskesmas baik di kawasan perkotaan, perdesaan
maupun terpencil/sangat terpencil, sebagaimana diatur dalam
Permenkes No. 3 tahun 2019 tentang Juknis Penggunaan DAK
Non Fisik bidang kesehatan tahun 2019. Sedangkan pada tahun
2018 honor survey dibedakan untuk puskesmas kategori
perkotaan sebesar 4 jam, perdesaan sebesar 4-6 jam dan
terpencil/sangat terpencil sebesar 4-7 jam, sebagaimana diatur
dalam Permenkes No. 61 Tahun 2017 tentang Juknis Penggunaan
DAK Non Fisik bidang kesehatan tahun 2018. Ini berarti ada
efisisensi dalam hal anggaran honor surveior.
KATEGORI PUSKESMAS TH 2018 TH 2019
Perkotaan 4 Jam 3 Jam
Perdesaan 4 – 6 Jam 3 Jam
Terpencil/Sangat Terpencil 4 – 7 Jam 3 Jam
e. Regionalisasi surveior sehingga surveior hanya bertugas di
regionalnya, dengan cara ini diharapkan dapat mengurangi
besaran biaya transportasi.
f. Menugaskan surveior untuk melaksanakan survei dua puskesmas
yang lokasinya berdekatan secara berturut turut (maraton) untuk
menghemat waktu, tenaga dan biaya.
g. Adanya Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan dengan Universitas Bina
Nusantara dalam rangka pengembangan Sistem Informasi
Akreditasi FKTP (SIAF), dimana dalam pengembangan tersebut
tidak ada honor konsultan, tetapi diganti dengan dibukanya akses
tempat magang bagi mahasiswa Universitas Bina Nusantara di
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan.
h. Kegiatan pendampingan/bimbingan akreditasi dengan narasumber
yang berasal dari daerah atau provinsi yang sama atau lokasinya
berdekatan sehingga penggunaan anggaran lebih rendah (efisien).
Alokasi anggaran bimtek akreditasi sebesar Rp 1.659.818.000,-
untuk 33 RS dapat dimanfaatkan sebesar Rp 1.518.478.163,-
untuk 47 RS.
47
i. Koordinasi dengan KARS untuk meningkatkan kemampuan SDM
RS dalam mempersiapkan akreditasi melalui penyelenggaraan
pelatihan asesor internal, sehingga SDM RS dapat melaksanakan
survei internal atau penilaian mandiri sebelum survei akreditasi.
Hal ini dapat mengurangi biaya persiapan akreditasi jika
dibandingkan dengan mendatangkan surveior dari luar RS.
j. Koordinasi dengan KARS, PERSI dan stake holder lain untuk
melaksanakan workshop SNARS dengan anggaran CSR di
regional tertentu (misalnya Papua) untuk memfasilitasi persiapan
akreditasi RS, sehingga waktu dan biaya menjadi lebih efisien.
k. Diterbitkannya Surat Dirjen Pelayanan Kesehatan Nomor
YM.02.02/VI/2223/2019 tanggal 28 Mei 2018 tentang Akreditasi
RS bahwa RS wajib melaksanakan survei akreditasi dan survei
verifikasi. Kegiatan persiapan akreditasi seperti workshop,
bimbingan dan survei simulasi tidak bersifat wajib dan dapat
dilaksanakan sesuai kebutuhan sehingga anggaran dan waktu
pelaksanaan menjadi lebih efisien.
l. Memaksimalkan anggaran dengan meminimalkan alokasi
anggaran untuk paket meeting sehingga dapat menambah jumlah
peserta pertemuan akreditasi Laboratorium Kesehatan
m. Memaksimalkan anggaran bimbingan teknis dengan menambah
lokus pelaksanaan bimtek akreditasi Laboratorium Kesehatan.
n. Advokasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk
mensosialisasikan dan mendukung penyelenggaraan pemantapan
mutu eksternal (PME) tingkat nasional bagi laboratorium
kesehatan di wilayahnya.
6. Kinerja Inisiatif Percepatan Upaya Peningkatan Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2019
a. Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan dengan Universitas Binus dalam rangka
pengembangan Sistem Informasi Akreditasi FKTP (SIAF) untuk
mempercepat penyelenggaraan survey akreditasi
48
b. Pemberdayaan tenaga TOT pendamping dan surveior dalam
memenuhi kebutuhan akan narasumber terkait akreditasi dengan
dana DAK dan DEKON
c. Melakukan koordinasi dengan komite akreditasi dan lintas sektor
terkait untuk mengembangkan program akreditasi bagi fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
d. Memberikan penghargaan kepada Dinas Kesehatan yang
mendukung akreditasi laboratorium.
e. Melaksanakan pertemuan evaluasi terkait penyelenggaraan
pemantapan mutu eksternal tingkat nasional.
1) Sertifikat akreditasi laboratorium dengan mencantumkan
parameter yang dinilai
2) Melakukan bimbingan teknis dalam persiapan survey
akreditasi laboratorium kesehatan.
f. Melaksanakan pertemuan sinkronisasi program dengan dinas
kesehatan propinsi dan stakeholder terkait tentang
penyelenggaraan PME tingkat nasional.
g. Melaksanakan pertemuan evaluasi terkait penyelenggaraan
pemantapan mutu eksternal tingkat nasional.
h. Pengunaan Sertifikat PME sebagai syarat pengajuan akreditasi
laboratorium kesehatan.
i. Penyelenggaraan PME tingkat nasional berbasis IT untuk
mempermudah akses.
j. Mempermudah peserta dalam penyelenggaraan PME
(pendaftaran, tanda terima bahan uji, input hasil, laporan hasil
peseta, survey kepuasan peserta) secara aplikasi.
k. Melakukan bimbingan teknis baik secara langsung maupun melalui
sistem webinar bagi peserta.
7. Program/Kegiatan yang Dilaksanakan untuk Mencapai Target
Upaya yang dilakukan di tingkat pusat menggunakan DIPA Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan sebesar Rp.
33.109.814.000,- (Tiga Puluh Tiga Miliar Seratus Sembilan Juta
Delapan Ratus Empat Belas Ribu Rupiah) maupun dana APBN yang
49
dikucurkan ke daerah melalui dana DAK dan Dekon T.A 2019,
meliputi:
a. Dana dekonsentrasi kegiatan akreditasi Puskesmas T.A 2019
sebagaimana ditetapkan melalui Permenkes Nomor 55 Tahun
2018 tanggal 31 Desember 2018 sebesar Rp 8.849.126.000,- bagi
33 Provinsi untuk kegiatan: (a) Pelatihan tim pendamping
akreditasi FKTP bagi tenaga kesehatan di kabupaten/kota, (b)
Lokakarya mutu dan akreditasi puskesmas bagi pemegang
program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Dukungan pelaksanaan akreditasi Puskesmas melalui dana
alokasi khusus T.A 2019 sebagaimana ditetapkan melalui
Permenkes No. 3 tahun 2019 tanggal 15 Januari 2019 dan
Kepmenkes No. HK.01.07/Menkes/194/2019 tanggal 1 April 2019
untuk kegiatan dukungan mutu dan akreditasi Puskesmas sebesar
Rp. 769.386.011.000,- di 475 Kabupaten/Kota pada 33 Provinsi
dengan rincian kegiatan : (a) Workshop pendukung akreditasi, (b)
Pendampingan prasurvei, (c) Pendampingan pasca survei, (d)
Survei perdana dan (e) Survei reakreditasi
c. Dukungan Operasional Komisi Akreditasi
Untuk Kegiatan dukungan operasional Komisi Akreditasi terdiri dari
beberapa sub kegiatan yakni:
1) Revisi Permenkes 46 tahun 2015 tentang Akreditasi FKTP
yang sudah digunakan selama 4 (empat) tahun serta review
standar dan instrumen akreditasi FKTP sebagai lampiran
revisi Permenkes tersebut.
Review ini dibutuhkan untuk mengakomodir adanya
perubahan kebijakan pemerintah, perkembangan ilmu
pengetahuan, penguatan upaya promotif preventif, masukan
dari hasil survei, masukan dari lintas program lintas sektor
dan hasil kajian dari Badan Litbangkes tahun 2017.
Diharapkan hasil review standar dan instrumen ini dapat
menjadi acuan dalam pelaksanaan akreditasi serta menjamin
mutu layanan kesehatan ke depan yang lebih baik.
Kegiatan Bimtek Komisi Akreditasi FKTP
50
2) Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan antara lain: (1)
Survei terfokus di Puskesmas yang belum memenuhi standar
kelulusan, (2) Uji petik pelaksanaan akreditasi Puskesmas
bersama Itjen, (3) Sosialisasi budaya mutu bersama DPR RI,
(4) Konfirmasi ke lapangan terkait pelaporan surveior oleh tim
etik, dan lain-lain.
3) Kegiatan Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP
Tujuan dari kegiatan ini adalah: (1) pengenalan terhadap
hasil review standar dan instrumen akreditasi Puskesmas, (2)
memperoleh masukan dari peserta pertemuan, (3) Evaluasi
kinerja KAFKTP semester I tahun 2019, (4) rencana kerja
KAFKTP tahun 2020, dan (5) strategi peningkatan kapasitas
surveior.
Gambar 3.1 Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP Tahun 2019
d. Kegiatan Pelatihan Calon Surveior Akreditasi FKTP
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memenuhi kekurangan
Surveior untuk kebutuhan usulan survei akreditasi Puskesmas dan
Klinik Pratama. Pada tahun 2019 dianggarkan untuk 2 angkatan
total 72 orang peserta dengan prioritas pada penambahan
Surveior di pokja UKP dan dengan latar belakang tenaga medis.
51
Gambar 3.2 Pelatihan Calon Surveior Akreditasi FKTP
Angkatan I dan II Tahun 2019
Kegiatan Pelatihan Pelatih Pendamping Akreditasi FKTP
Kegiatan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan
pendamping Akreditasi khususnya Klinik Pratama. Peserta
pelatihan berjumlah 36 orang. Diharapkan dengan adanya Pelatih
Pendamping Klinik akan mempermudah dan mempercepat
akreditasi klinik pratama, baik melalui kegiatan pelatihan
pendamping, lokakarya, pendampingan klinik, dan sebagainya.
Gambar 3.3 Pelatihan Pelatih Pendamping Akreditasi Klinik Tahun 2019
e. Kegiatan Lokakarya Standar dan Intrumen Akreditasi Edisi I
Kepada Surveior. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
pengenalan terhadap hasil review standar dan instrumen akreditasi
Puskesmas sekaligus memperoleh masukan dari surveior. Untuk
mendapatkan gambaran pemahaman surveior terhadap standar
dan instrumen akreditasi Puskesmas yang baru, dilakukan uji
kompetensi secara online melalui aplikasi Sistem Informasi
Akreditasi FKTP (SIAF).
52
Gambar 3.4 LokakaryaStandar dan InstrumenAkreditasiEdisi I
KepadaSurveior Angkatan I s.d IV Tahun 2019
Lokakarya Standar dan Intrumen Akreditasi Edisi I Kepada Pelatih
Pendamping
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengenalan terhadap
hasil review standar dan instrumen akreditasi Puskesmas
sekaligus memperoleh masukan dari para pelatih pendamping.
Untuk mendapatkan gambaran pemahaman pelatih pendamping
terhadap standar dan instrumen akreditasi Puskesmas yang baru
dilakukan uji kompetensi secara online melalui aplikasi Sistem
Informasi Akreditasi FKTP (SIAF).
Gambar 3.5. Lokakarya Standar dan Instrumen Akreditasi Edisi I Kepada Pelatih Pendamping Tahun 2019
f. Peningkatan Kualitas Akreditasi Puskesmas Melalui Pembinaan
Terpadu Oleh Tim Pembina Cluster Binaan (TPCB), yang terdiri
dari beberapa sub kegiatan yakni:
1) Pertemuan Teknis Percepatan Upaya Peningkatan Mutu dan
Akreditasi di Puskesmas dan Klinik Bagi Dinas Kesehatan
53
Tujuan kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan
percepatan upaya peningkatan mutu dan akreditasi FKTP
melalui kegiatan pertemuan teknis percepatan upaya
peningkatan mutu dan akreditasi di Puskesmas dan klinik.
Gambar 3.6 Pertemuan Teknis Percepatan Upaya Peningkatan Mutu dan Akreditasi di Puskesmas dan Klinik
Bagi Dinas Kesehatan Tahun 2019
2) Kegiatan finalisasi Pedoman Pembinaan Puskesmas oleh
TPCB Dinkes Kabupaten/Kota. Kegiatan ini dilakukan dengan
tujuan: a) mendapatkan informasi bestpractice implementasi
pembinaan terpadu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di
regional barat, tengah dan timur, b) mendapatkan masukan
konsep pembinaan mutu pelayanan kesehatan secara
terpadu di Puskesmas.
Gambar 3.7 Pertemuan Pembahasan Implementasi PembinaanTerpadu Oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
54
g. Penyusunan Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan di FKTP
Untuk kegiatan penyusunan indikator mutu pelayanan kesehatan
di FKTP terdiri dari beberapa sub kegiatan yakni:
1) Penyusunan indikator mutu pelayanan kesehatan di FKTP
Kegiatan penyusunan indikator mutu pelayanan kesehatan di
FKTP ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dan tersusunnya sistem pemantauan pelayanan
puskesmas sehingga diperlukan indikator mutu terpilih yang
dapat diukur secara periodik.
Gambar 3.8 Kegiatan Penyusunan Indikator Mutu Pelayanan
Kesehatan Di FKTP Tahun 2019
2) Ujicoba Indikator Mutu Pelayanan
Tujuan dari uji coba indikator mutu pelayanan adalah untuk
melihat feasibilitas dan validitas indikator mutu yang telah pilih
apakah mampu laksana di Puskesmas atau tidak.
Gambar 3.9 Kegiatan Uji CobaIndikator Mutu Pelayanan
Kesehatan di FKTP Tahun 2019
h. Penyelenggaraan Lomba FKTP Berprestasi
Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan Permenkes No. 24 tahun
2015 tentang Penilaian FKTP Berprestasi. Kegiatan ini telah
berjalan sejak tahun 2012 sebagai rangkaian peringatan Hari
Kesehatan Nasional tahun 2019. Penghargaan Menteri Kesehatan
kepada FKTP Berprestasi merupakan pengakuan pemerintah
terhadap kinerja dan kualitas pelayanan Puskesmas secara
institusi sebagai pemberi layanan kesehatan strata pertama.
55
Tabel 3.7 Daftar Pemenang FKTP Berprestasi
Tahun 2019
JUARA PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA PROVINSI
KATEGORI PUSKESMAS PERKOTAAN
I Kedaung Wetan Kota Tangerang Banten
II Kratonan Kota Surakarta Jawa Tengah
III Karang Rejo Kota Balikpapan Kalimantan Timur
KATEGORI PUSKESMAS PERDESAAN
I Parenggean I Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah
II Jetis II Kab. Bantul DI Yogyakarta
III Dungaliyo Kab. Gorontalo Gorontalo
KATEGORI PUSKESMAS TERPENCIL/SANGAT TERPENCIL
I Teluk Belitung Kab. Kep. Meranti Riau
II Muser Kab. Paser Kalimantan Timur
III Pongok Kab. Bangka Selatan Bangka Belitung
KATEGORI KLINIK PRATAMA
I Siliwangi Kota Cimahi Jawa Barat
II Balaikota Kota Jakarta Pusat DKI Jakarta
III Kaltim Prima Coal Kab. Kutai Timur Kalimantan Timur
Diharapkan para pemenang FKTP Berprestasi ke depan bisa
diberdayakan menjadi motivator bagi FKTP di sekitarnya untuk
memiliki prestasi yang setara khususnya dalam Upaya Kesehatan
Masyarakat, mengedepankan upaya promotif, preventif dan
diagnosa dini sehingga Visi “Masyarakat Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan” dapat terwujud.
Gambar 3.10 Penyelenggaraan Lomba FKTP Berprestasi
Tahun 2019
56
i. Bimtek Pelaksanaan Mutu dan Akreditasi di Daerah Prioritas
Untuk kegiatan bimtek pelaksanaan mutu dan akreditasi di daerah
prioritas terdiri dari beberapa sub kegiatan yakni:
1) Pelaksanaan Bimtek
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk percepatan
akreditasi di daerah prioritas. Bimtek telah dilaksanakan di
beberapa daerah yakni : Kabupaten Timor Tengah Selatan,
Kab. Dogiyai, Kab. Buru Selatan, Kab. Nias Barat, Kab. Tolikara
dan Kota Ambon.
Gambar 3.11 Bimtek Pelaksanaan Mutu dan Akreditasi
di Daerah Prioritas Tahun 2019
57
2) Pertemuan koordinasi percepatan akreditasi klinik
Tujuan dari kegiatan ini adalah : (1) Tersosialisasikannya
standar dan intrumen akreditasi klinik pratama, (2) Diperolehnya
roadmap akreditasi klinik pratama tahun 2020 s.d 2022, (3)
Diperolehnya masukan terkait penyelenggaraan, pola
pembiayaan dan pengusulan survei akreditasi klinik pratama
dan (4) Kesepakatan dan RTL akreditasi klinik pratama.
Gambar 3.12 Kegiatan Koordinasi Percepatan
Akreditasi Klinik Tahun 2019
3) Bimtek Pelaksanaan Mutu dan Akreditasi Klinik di Provinsi
Terpilih.
Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu upaya percepatan
akreditasi klinik di provinsi terpilih. Adapun kriteria pemilihan
provinsi adalah 15 provinsi yang memiliki klinik pratama
terbanyak bekerja sama dengan BPJS berdasarkan data dari
Subdit Klinik per 31 Desember 2018.
Gambar 3.13 Kegiatan Bimtek Pelaksanaan Mutu dan
Akreditasi Klinik di ProvinsiTerpilihTahun 2019
Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target, pencapaian target
indikator kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD tersertifikasi
akreditasi nasional tahun 2019 meliputi:
a. Melakukan kegiatan Pendampingan Akreditasi Internasional pada
Rumah Sakit Pemerintah untuk mempersiapkan akreditasi
internasional di 7 rumah sakit yaitu :
58
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung (lulus triennial JCI);
RSUP Sanglah Denpasar (lulus triennial JCI);
RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta (lulus
triennial JCI);
RSUP dr. M. Hoesin Palembang (lulus triennial JCI 17
Januari 2020)
RS Kanker Dharmais Jakarta (lulus KARS paripurna);
RS Orthopedi Prof dr. R. Soeharso Solo (persiapan survei
JCI 2020);
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh (persiapan survei JCI
2020).
Gambar 3.14 Pendampingan Akreditasi RSUP dr. M. Hoesin
oleh Tim RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo
b. Melakukan kegiatan Bimbingan Teknis Pelaksanaan Mutu dan
Akreditasi di RS Prioritas bersama tim RS yang telah terakreditasi
paripurna dan/atau JCI. Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman RS tentang Standar Nasional Akreditasi RS agar
siap diakreditasi pada 47 RS yang terdiri dari 29 RSUD, 2 RS
paru, 1 RS kusta, 3 RS milik Kementerian lain, 7 RS TNI/POLRI
dan 5 RS swasta.
Untuk mempersiapkan materi pendampingan mutu dan akreditasi
RS dilakukan Workshop Pembimbing Teknis Mutu dan Akreditasi
di RS Prioritas yang diikuti oleh tim dari 18 RS.
59
Gambar 3.15 Workshop Pembimbing Teknis Mutu dan Akreditasi di
RS Prioritas yang diikuti perwakilan 18 RS.
c. Melakukan Lokakarya Percepatan Mutu dan Akreditasi RS yang
diikuti 57 RS penerima DAK Nonfisik Akreditasi 2019. Kegiatan
bertujuan untuk percepatan persiapan akreditasi RS dengan
menyusun komitmen jadwal survei akreditasi RS dan selanjutnya
dikoordinasikan dengan KARS.
Gambar 3.16 Peserta Lokakarya Percepatan Akreditasi RS foto
bersama Dirjen Yankes
d. Melakukan Lokakarya Implementasi Akreditasi RS untuk
meningkatkan pemahaman dan impelementasi Standar Nasional
Akreditasi RS melalui kaji banding best practice di RS yang telah
terakreditasi paripurna. Kegiatan dilaksanakan di 3 regional yaitu
Regional Barat (Jakarta) diikuti peserta dari 20 RS, Regional
Tengah (Semarang) diikuti peserta dari 22 RS, dan Regional
Timur (Denpasar) diikuti peserta dari 19 RS.
60
Gambar 3.17 Peserta Lokakarya Implementasi Akreditasi RS untuk Regional Tengah foto bersama Direktur Mutu dan Akreditasi Yankes.
e. Melakukan Lokakarya Kebijakan dan Strategi Mutu Nasional di
Wilayah Timur (Makassar, 7-9 November 2019) diikuti 58
peserta. Wilayah Tengah (Jakarta, 14-16 November 2019) diikuti
65 peserta dan Wilayah Barat (Medan, 20-22 November 2019)
diikuti 84 peserta. Kegiatan ini bertujuan agar Indonesia memiliki
kebijakan dan strategi mutu nasional yang dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Gambar 3.18 Peserta Lokakarya Penyusunan Rencana Aksi
Implementasi Kebijakan dan Strategi Mutu Nasional di Wilayah Tengah foto bersama Direktur Mutu dan Akreditasi Yankes.
f. Melakukan pendampingan evaluasi mutu dan akreditasi di 23 RS
yang terdiri dari 1 RS UPT vertikal Kemenkes, 20 RSUD, dan 2
RS milik Kementerian lain. Kegiatan bertujuan untuk melakukan
pemantauan dan evaluasi mutu pelayanan serta persiapan
akreditasi RS
61
Gambar 3.19 Pendampingan evaluasi RSUD Undata Palu
g. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait
dengan mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan rujukan
dengan unit kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan,
Kementerian Keuangan, Kementerian Pertahanan, Kementerian
Hukum dan HAM, Kementerian Pendidikan, Pusat Kesehatan
TNI, Pusat Kedokteran dan Kesehatan POLRI, Pemda dan/atau
Dinas Kesehatan, BPJS Kesehatan, KARS, PERSI, ARSADA,
ARSSI, PB IDI, organisasi profesi, RS UPT vertikal Kementerian
Kesehatan dan RS lain yang sudah terakreditasi nasional
dan/atau internasional. Koordinasi ini dilaksanakan untuk
percepatan akreditasi RS dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan menuju Universal Health Coverage (UHC).
Gambar 3.20 Rapat koordinasi Direktorat Mutu dan Akreditasi Yankes
dengan stake holder dalam upaya percepatan akreditasi RS.
h. Mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik akreditasi
rumah sakit tahun 2019 sebesar Rp 43.975.665.000,- untuk 90
Gambar … Pendampingan evaluasi RSUD Undata Palu. Gambar …
Pendampingan evaluasi RSUD
62
RS untuk melaksanakan workshop, bimbingan, survei simulasi
dan survei akreditasi.
i. Mengalokasikan dana Dekonsentrasi untuk Sosialisasi Standar
Akreditasi dan Evaluasi Mutu Pelayanan Kesehatan di RS tahun
2019 sebesar Rp 3.508.580.000,- untuk 16 Dinas Kesehatan
Propinsi.
j. Penyusunan regulasi di bidang mutu pelayanan rumah sakit
antara lain:
1) Revisi Permenkes 34 tahun 2017 tentang Akreditasi RS
untuk penyempurnaan sistem akreditasi RS dengan
melakukan sinkronisasi dan harmonisasi dengan kebijakan
perumahsakitan serta perkembangan global, kebutuhan dan
tuntutan stake holder.
2) Finalisasi Kebijakan dan Strategi Mutu Nasional
k. Melakukan finalisasi Kebijakan dan Strategi Mutu Nasional
dengan melibatkan lintas unit/program, rumah sakit, puskesmas
dan faskes lain serta Dinas Kesehatan. Dalam pertemuan
mengundang para pakar untuk memberikan masukan terhadap
draft termasuk mengundang Staf Khusus Menteri (SKM).
Kegiatan dilaksanakan di Minggu ke-3 Oktober 2019.
Gambar 3.21 finalisasi Kebijakan dan Strategi Mutu Nasional
l. Revisi Permenkes 11/2017 tentang Keselamatan Pasien
Kegiatan revisi Permenkes 11 Tahun 2017 tentang keselamatan
pasien dilakukan untuk bisa mengakomodir konsep-konsep
keselamatan pasien yang update dan mengembangkan ke
fasilitas fasilitas kesehatan selain rumah sakit.
63
Pertemuan pembahasan NSPK ini dilakukan sebanyak tiga kali
dengan rincian sebagai berikut:
(1) Pertemuan pembahasan I pada Agustus 2019 di Hotel
Fourpoint. Dalam pertemuan ini dilakukan brainstorming
untuk konsep keselamatan pasien di rumah sakit, komunitas
dan faskes lainnya.
Gambar 3.22 Penyusunan I NSPK keselamatan pasien di rumah sakit, komunitas dan faskes lainnya.
(2) Pertemuan pembahasan II pada Oktober 2019 di Hotel Ibis
Bogor. Dalam pertemuan ini dilakukan penyusunan draft
untuk revisi Permenkes tentang Keselamatan pasien namun
untuk implementasi di Rumah Sakit. Pertemuan ini
melibatkan rumah sakit dan organisasi profesi.
Gambar 3.23 Penyusunan II NSPK keselamatan pasien di rumah sakit,
komunitas dan faskes lainnya.
(3) Pertemuan Pembahasan III pada Desember 2019 di Hotel
Olympic, Bogor. Pertemuan dilakukan untuk menyusun
program keselamatan pasien sebagai lampiran permenkes.
Dalam pertemuan ini mengundang narasumber dari
64
organisasi profesi terkait keselamatan pasien dan
manajemen risiko.
Gambar 3.24 Penyusunan III NSPK keselamatan pasien di rumah sakit,
komunitas dan faskes lainnya.
(4) Penyempurnaan Pedoman Penyelenggara Mutu di Rumah
sakit dilaksanakan pada Desember 2019. Pedoman
Penyelenggaraan Mutu di Rumah Sakit, yang akan
digunakan sebagai acuan bagi RS dalam penyelenggaraan
Komite Mutu, baik bentuk organisasi, tugas dan fungsi serta
pembinaan dan pengawasan, sehingga RS dapat
melaksanakan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
secara berkesinambungan (continuous quality improvement).
Pertemuan mengundang ketua komite rumah sakit
pemerintah maupun swasta dengan berbagai level kelas.
Pertemuan dilaksanakan di Hotel Wyndham Jakarta.
Gambar 3.25 Penyusunan NSPK Mutu dan Akreditasi Rumah Sakit
(5) Finalisasi draft Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Mutu
Pelayanan RS, yang akan digunakan sebagai acuan bagi
Kementerian Kesehatan, Dinkes Provinsi / Kabupaten / Kota
65
maupun RS dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi
pelayanan di RS. Kegiatan dilaksanakan pada Desember
2019 dengan melibatkan 50 peserta dari Kementerian
Kesehatan, berbagai RS dan Dinkes di Jakarta.
Gambar 3.26 Finalisasi draft Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Mutu
Pelayanan RS
Penyusunan Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Mutu
Pelayanan RS dengan Hibah WHO.
Kegiatan penyusunan dilaksanakan dengan rangkaian
kegiatan penyusunan draft, ujicoba dan workshop
pedoman monev.
Pembahasan Pedoman Monev di Jogjakarta.
Pertemuan ini melibatkan rumah sakit dan dinas
kesehatan di Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan
jumlah peserta sebanyak 50 orang. Pada pertemuan ini
disusun draft awal pedoman monev dan instrument
monev yang diujicobakan.
Gambar 3.27 Pembahasan Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Mutu
Pelayanan RS
Workshop Pedoman dan instrument Pemantauan dan
evaluasi mutu nasional. Dilaksanakan di Jakarta dengan
menyajikan hasil ujicoba instrument monev. Dan
menambahkan masukan-masukan bagi pedoman dan
instrument. Pertemuan ini mengundang 45 peserta.
66
m. Monitoring dan Evaluasi Penerapan Point of Care of Quality
Improvement (POCQI) di 3 RS yaitu RSUD Langsa, RSUD
Palembang Bari dan RSUD Manokwari untuk melakukan
pemantauan pelaksanaan langkah-langkah peningkatan mutu
pelayanan maternal dan neonatal dalam upaya mendukung
penurunan AKI dan AKN di RS, dengan melibatkan peran Dinkes
Provinsi dan Dinkes Kab/Kota.
Gambar 3.28 Kunjungan ke Instalasi Perinatologi dalam rangka Monev
POCQI Pelayanan Maternal dan Neonatal di RSUD Manokwari.
Pembinaan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya
dalam bentuk:
a. Workshop Pelaksanaan Akreditasi
b. Pertemuan Koordinasi Dan Sinkronisasi Program AkreditasI
c. Pertemuan Lintas Sektor Komisi Akreditasi
d. Lokakarya Percepatan Akreditasi Laboratorium
e. Lokakarya Instrumen Standar Akreditasi Laboratorium
f. Bimbingan Teknis Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya
1) Pertemuan Koordinasi dan Sinkronisasi Program Akreditasi di
Yogyakarta tanggal 19 - 21 Juni 2019
Gambar 3.29 Pertemuan Koordinasi dan Sinkronisasi Program Akreditasi
67
2) Pertemuan Koordinasi dan Sinkronisasi Program Akreditasi
Gambar 3.30 Sambutan dan Arahan Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan pada acara pembukaan Pertemuan Koordinasi dan Sinkronisasi Program Akreditasi di Yogyakarta tanggal 19-21 Juni 2019
Dukungan manajemen Subbagian Tata Usaha sebagai fasilitator
dan pendukung kegiatan pada Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan.Tahun 2019, melalui 5 (lima) kegiatan antara
lain adalah :
1) Penyusunan rencana program dan Penyusunan Rencana
Anggaran
Kegiatan ini merupakan salah satu penunjang untuk menyusun
perencanaan kegiatan dan anggaran Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2020. Dalam
pelaksanaannya, kegiatan ini melibatkan internal Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan, berkoordinasi dengan
Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Biro
Perencanaan dan Anggaran Sekjen Kemenkes RI, Inspektorat
Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Bappenas, Kementerian
Keuangan dan Komisi IX DPR RI. Output dari kegiatan
Penyusunan, Penelaahan dan Reviu RKA-K/L adalah Berita
Acara Penelitian, Catatan Hasil Penelitian, Catatan Hasil Reviu
sehingga dapat diterbitkan DIPA dan RKA-K/L Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan oleh Kementerian
Keuangan RI.
68
Gambar 3.31 Sambutan dan Arahan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan pada acara pembukaan Pertemuan Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Direktorat Mutu dan Akreditasi Tahun 2020 di Hotel Aryaduta tanggal 26-28 Desember 2019
2) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
a) Evaluasi dan Pembinaan Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan
Kegiatan ini merupakan salah satu penunjang untuk
melakukan evaluasi dan bimbingan terhadap mutu dan
akreditasi pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.
Pelaksanaan kegiatan evaluasi dan pembinaan mutu dan
akreditasi pelayanan kesehatan dilakukan di 34 provinsi.
Selain itu kegiatan di atas digunakan untuk melaksanakan
penugasan yang penting dan digunakan untuk
pendampingan pimpinan
b) Menghadiri Pertemuan Lintas Sektor dan Lintas Program
Kegiatan ini merupakan salah satu penunjang dalam rangka
menghadiri undangan dari lintas sektor dan lintas program.
c) Penyusunan Laporan Keuangan dan SIMAK BMN
Kegiatan ini merupakan salah satu penunjang dalam rangka
penyusunan laporan keuangan dan SIMAK BMN pada
periode bulanan, triwulanan dan semesteran tahun 2019.
Dalam hal ini Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan melakukan koordinasi terkait penyerapan
anggaran dan updating data terkait SIMAK BMN di
69
lingkungan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan. Penataan SIMAK BMN melalui aplikasi SIMAK
DAN SIMAN
d) Evaluasi LAKIP/SAKIP/LAPTAH
Kegiatan ini merupakan salah satu penunjang dalam rangka
menyusun LAKIP/SAKIP/LAPTAH untuk menyusun laporan
Capaian Target Program, Capaian Realisasi satker selama 1
tahun anggaran
Gambar 3.32 Pemberian materi Teknik penyusunan laporan kinerja dati Inspektorat Jenderal I Kementerian Kesehatan di Hotel Wyndham tanggal 18 – 20 Desember 2019
Dari hasil evaluasi LAKIP/SAKIP/LAPTAH atas Capaian
Renja dan RKP Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Tahun 2019, dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
70
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi terhadap capaian
terhadap target Renja dan RKP Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Tahun 2019 ditindaklanjuti dengan :
(1) Akreditasi Puskesmas
Surat Direktur Mutu dan Akreditasi Nomor :
YM.02.01/VI.1/2611/2019 tanggal 30 September 2019, Surat
kepada Kadinkes Provinsi seluruh Indonesia tentang
Pemberitahuan untuk mengantisipasi mulai tahun 2020 akan
diberlakukan Sistem Kuota Pengusulan Survei Akreditasi
melalui SIAF (website: http://siaf.fktp.or.id)
(2) Akreditasi RS
Berkoordinasi dengan BPJS Kesehatan dan dikeluarkan
surat Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan Nomor
14508/III.2/1119 tanggal 14 Nov 2019 tentang
Rekomendasi Pembayaran Klaim Pelayanan Kesehatan di
Luar Masa Berlaku Akreditasi RS.
Menyampaikan kembali surat Dirjen Yankes Nomor
YM.02.02/VI/2223/2019 tanggal 28 Mei 2019 tentang
Akreditasi RS agar Dinkes melakukan pembinaan dan
pengawasan akreditasi RS.
Mendorong RS segera melaksanakan melaksanakan
kegiatan workshop, bimbingan dan survei setelah kondisi
keamanan kondusif.
(3) Akreditasi Fasyankes Lain
Advokasi Pemda untuk meningkatkan komitmen dalam
mendukung pembiayaan akreditasi Labkes.
Dukungan Pemerintah Pusat dalam penyelenggaraan
akreditasi Labkes
(4) Pelaksanaan PME tingkat Nasional
Advokasi Pemda untuk meningkatkan komitmen dalam
mendukung pembiayaan keikutsertaan Labkes dalam PME
tingkat nasional.
Dukungan Pemerintah Pusat dalam penyelenggaraan
PME tingkat nasional.
71
Sosialisasi pentingnya mengikuti program PME dalam
peningkatan mutu di labkes melalui kegiatan bimbingan
teknis dan monitoring evaluasi peningkatan mutu di labkes.
Perlunya dukungan bagi BBLK dalam pembinaan dan
Wawasan untuk penambahan peserta PME.
e) Sosialisasi Budaya Mutu dan Keselamatan Pasien di Fasilitas
Kesehatan
Pada tahun 2019 kegiatan ini merupakan pertemuan untuk
mensosialisasikan Budaya Mutu dan Keselamatan Pasien di
Fasilitas Kesehatan dengan melibatkan peserta daerah yang
berasal dari masyarakat umum, LSM, Dinas Kesehatan Kab/kota,
Puskesmas, RSUD, Labkesda, Dinas Kesehatan Provinsi.
Diharapkan kegiatan ini akan memberikan informasi yang benar
kepada masyarakat umum, bahwa keselamatan pasien di
Fasilitas Kesehatan adalah tanggung jawab bersama, bukan
hanya tanggung jawab tenaga kesehatan saja.
Gambar 3.33 Sosialisasi Budaya Mutu dan Keselamatan Pasien pada Masyarakat di Nagekeo NTT pada tanggal 8 s.d 10 Maret 2019
f) Rakontek Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan di
Provinsi Sulteng dalam rangka pembinaan wilayah berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
72
HK.02.02/Menkes/221/2016 tentang pembina, pendamping dan
koordinator, serta pendukung pembina wilayah di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
Gambar 3.34 Rapat Koordinasi Teknis Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah pada tanggal 2 s.d 4 Desember 2019
3) Pengelolaan keuangan dan perbendaharaan
Pelaksanaan Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Intern atas
Pelaporan Keuangan melalui kegiatan Workshop Ketatausahaan
dan Perbendaharaan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan
73
keuangan dan perbendaharaan Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan
Gambar 3.35 Sosialisasi PIPK Kementerian Kesehatan di Hotel Harris pada tanggal 5 s.d 6 November 2019
4) Pengelolaan kepegawaian
Pelaksanaan Sosialisasi Kebijakan Kepegawaian dalam rangka
Persiapan Inpassing PNS
Gambar 3.36 Penguatan Komitmen Peningkatan Kinerja pada tahun 2020 di Hotel Aryaduta pada tanggal 26 s.d 28 Desember 2019
74
5) Pelayanan umum, Pelayanan rumah tangga, dan Perlengkapan
Pelayanan Umum, Pelayanan Rumah Tangga dan Perlengkapan
merupakan salah satu penunjang untuk mengakomodir keperluan
rutin Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan.
Penataan Arsip Pegawai berdasarakan kode penomoran surat.
Pelaksanaan Sosialisasi tentang Tata Naskah Persuratan melalui
e-Office satu pintu Bagian Kepegawaian dan Umum Setditjen
Pelayanan Kesehatan
Gambar 3.37 Sosialisasi Tata Naskah Kementerian Kesehatan di Hotel Wyndham pada tanggal 18 s.d 20 Desember 2019
8. Permasalahan dan Upaya Pemecahan masalah
a. Permasalahan yang dihadapi untuk pelaksanaan kegiatan
akreditasi FKTP pada tahun 2019 antara lain:
1) Walaupun pencapaian target nasional secara kumulatif tercapai
sebesar 111%, tapi di beberapa provinsi realisasi akreditasi
akhir tahun 2019 lebih rendah dari rencana awal di tahun 2019.
Khususnya di provinsi Papua Barat dan Papua. Untuk Papua
Barat dari rencana 51 puskesmas hanya terealisasi 33
puskesmas (64,7%), sedangkan untuk Papua dari rencana awal
68 hanya terealisasi 49 puskesmas (72,1%). Adapun alasannya
antara lain:
(a) Faktor keamanan
(b) Kekurangan SDM pendamping aktif karena mutasi pegawai
75
(c) Renovasi puskesmas yang belum selesai
(d) Keterlambatan pengajuan usulan survei di SIAF
2) Pelaksanaan survei akreditasi sebagian masih dengan pola
lama, dimana usulan survei menumpuk pada tribulan akhir 2019
antara bulan September – November 2019. Hal ini terjadi
karena waktu pendampingan dilakukan pada tahun yang sama
dengan survei akreditasi, dimana pendampingan prasurvei
umumnya membutuhkan waktu 6 – 9 bulan.
3) Walaupun telah dibuat sistem kesediaan survei melalui SIAF,
pada kenyataannya ada beberapa surveior yang membatalkan
tugas setelah keluar surat tugas. Hal ini menyebabkan
ketidakefektifan waktu penjadwalan, karena Komisi Akreditasi
FKTP harus mencari surveior pengganti dan merevisi surat
tugas.
4) Khusus surveior yang masih berstatus ASN, karena
penumpukan survei yang terjadi di akhir tahun berbarengan
dengan banyaknya kegiatan tupoksi di instansi masing-masing,
hal ini menyebabkan kesediaan survei yang rendah dari
surveior ASN.
5) Mutasi pendamping yang sangat cepat di daerah, sehingga
mengakibatkan pendamping yang telah terlatih menjadi tidak
aktif lagi. Hal ini terkadang mengganggu proses persiapan
akreditasi yang dilakukan oleh puskesmas, terutama pada
Kabupaten/Kota yang memiliki tim pendamping terbatas.
Dengan adanya masalah-masalah yang dihadapi sebagaimana di
atas, upaya pemecahan masalah yang dilakukan yakni:
1) Untuk Puskesmas yang gagal survei di tahun 2019 diharapkan
melakukan pengusulan survei akreditasi kembali pada tahun
2020. Untuk Kabupaten/Kota yang mendapatkan dana DAK
sejak tahun 2019 maka Kepala Dinas menandatangani surat
pernyataan yang berisi bahwa puskesmas yang mendapat dana
DAK memenuhi syarat sebagai berikut:
Puskesmas sudah teregistrasi di Pusdatin Kementerian
Kesehatan
76
Puskesmas telah memiliki izin untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dari pemerintah Kabupaten/Kota
Puskesmas memiliki dokter umum yang dibuktikan dengan
SK Kepala Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota
Kriteria Kepala Puskesmas sesuai Permenkes 75 tahun
2014
Puskesmas tidak sedang dilakukan rehabilitasi berat
Komitmen melaksanakan survei akreditasi pada puskesmas
yang diusulkan pada tahun anggaran berjalan
Kesanggupan untuk melakukan upaya pembinaan dalam
rangka peningkatan status akreditasi puskesmas
2) Untuk menghindari penumpukan survei akreditasi pada akhir
tahun upaya yang dilakukan:
Untuk menu DAK telah dipisahkan menu pendampingan
dan survei sejak T.A 2019. Pemisahan ini memberikan
pilihan kepada daerah agar dapat melaksanakan
pendampingan dan survei akreditasi di tahun yang berbeda
sehingga mengurangi penumpukan survei di akhir tahun
Komisi akreditasi FKTP membuat pembatasan quota survei
per bulan, sehingga diharapkan usulan dapat lebih
terdistribusi ke bulan-bulan lain
Untuk puskesmas yang akan mengajukan survei re-
akreditasi diharapkan mengusulkan survei 3 bulan sebelum
masa berlaku sertifikat habis melalui surat edaran Direktur
Jenderal Pelayanan Kesehatan No. YM.02.01/VI/2293/2019
tanggal 12 Juni 2019.
77
3) Untuk surveior yang telah menyatakan kesediaan survei, tetapi
kemudian membatalkan setelah keluar surat tugas, maka dalam
Aplikasi Sistem Informasi Akreditasi FKTP (SIAF) sudah
terhitung 1x penolakan. Hal ini menyebabkan tingkat penolakan
mengalami penurunan pada tahun 2019.
4) Untuk memenuhi tingginya permintaan survei di akhir tahun
upaya yang dilakukan:
Surveior ASN ditetapkan harus memenuhi minimal survei 4x
dalam setahun
Pemberdayaan surveior paripurna dengan penambahan
frekuensi penugasan survei dalam setahun
Dilakukan survei dua puskesmas yang lokasinya
berdekatan secara berturut-turut (maraton)
5) Untuk mengatasi kekurangan SDM pendamping akreditasi di
daerah dilakukan upaya pemberdayaan surveior akreditasi
FKTP dengan penantanganan pakta integritas. Salah satu
pointdalam pakta integritas adalah surveiorsanggap membantu
78
pembinaan puskesmas di wilayah domisili untuk memperoleh
status akreditasi minimal utama dan atau memeprtahankan
status akreditasi puskesmas paripurna dengan berkoordinasi
dan atau bekerjasama dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b. Permasalahan yang dihadapi untuk pelaksanaan kegiatan
akreditasi RS pada tahun 2019 antara lain:
1) Faktor Anggaran
Belum semua Pemerintah Daerah mengalokasikan
anggaran yang mendukung pelaksanaan akreditasi RSUD di
wilayahnya.
RKA DAK Non Fisik Akreditasi 2019 di RS memerlukan
waktu untuk disesuaikan dengan DPA Daerah, dan
keterlambatan pencairan anggaran DAK Non Fisik di
Pemerintah Daerah yang disebabkan oleh keterlambatan
penyampaian pertanggungjawaban DAK tahun sebelumnya
kepada Kementerian Keuangan.
Adanya pemotongan APBD untuk pemenuhan sarana,
prasarana dan alat kesehatan, sehingga belum mendukung
persiapan akreditasi RS.
79
RS milik Pemerintah Daerah yang belum terakreditasi belum
berstatus BLUD dan hanya menggunakan APBD dan/atau
DAK Nonfisik Akreditasi.
2) Faktor Waktu
Proses akreditasi merupakan rangkaian yang panjang dan
memakan waktu yang lama, mulai dari pelatihan atau
workshop sampai survei akreditasi agar dapat
mengimplementasikan standar akreditasi dengan baik.
Namun banyak RS yang mempersiapkan akreditasi dalam
waktu kurang dari satu tahun, sehingga persiapan survei
menjadi kurang optimal.
Pelaksanaan persiapan akreditasi RS yang menunggu
pencairan anggaran menyebabkan penumpukan jadwal
workshop dan bimbingan pada Triwulan I dan II, sedangkan
survei simulasi dan survei akreditasi pada bulan Mei-Juni
dan November-Desember 2019, sedangkan jumlah SDM
pembimbing atau surveior terbatas, sehingga RS masuk
dalam daftar tunggu untuk difasilitasi narasumber atau
surveior dari KARS. Hal ini juga dapat disebabkan oleh
batas penggunaan anggaran hingga akhir tahun 2019.
KARS belum menetapkan batas waktu pengumuman hasil
survei akreditasi RS sedangkan RS perlu segera mendapat
informasi hasil kelulusan untuk dapat bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan.
3) Faktor Sumber Daya Manusia
Komitmen Pemerintah Daerah yang masih kurang di
beberapa daerah, sehingga dukungan anggaran untuk
pelatihan SDM RS belum optimal.
Komitmen Pimpinan RS dan pegawai yang kurang sehingga
tidak terlibat aktif dalam kegiatan persiapan akreditasi dan
kurang mendukung kegiatan akreditasi.
Ketersediaan SDM tenaga kesehatan yang belum
memenuhi kebutuhan pegawai sesuai dengan kelas RS,
terutama dokter spesialis.
80
Kurangnya kesadaran pimpinan dan staf RS tentang budaya
kerja dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada peningkatan mutu dan keselamatan
pasien guna mendukung pelayanan sesuai dengan standar
akreditasi.
Masih kurangnya pemahaman SDM Rumah Sakit terhadap
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS Edisi 1).
Mutasi pegawai yang sudah terlatih akreditasi sehingga tidak
dapat berperan optimal dalam akreditasi.
Kemampuan tenaga Dinas Kesehatan Provinsi dalam
persiapan akreditasi belum cukup untuk mendorong Dinkes
dalam menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan
sesuai Permenkes Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi
RS.
Terdapat beberapa surveior yang mengharuskan pelatihan
persiapan akreditasi dari KARS, sehingga RS harus
mengalokasikan anggaran pelatihan lebih besar.
4) Faktor Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan
RS belum memiliki sarana, prasarana dan alat kesehatan
sesuai kelas RS dan belum melakukan update ASPAK dan
RS online. Sarana, prasarana dan alat kesehatan yang
belum terpenuhi menyebabkan RS belum siap untuk
melakukan survei akreditasi.
Dampak bencana dan kondisi keamanan di daerah sehingga
berpengaruh terhadap kondisi sarana, prasarana dan alat
kesehatan maupun operasional RS.
Upaya Pemecahan Masalah yang dilakukan meliputi :
1) Anggaran
Melakukan advokasi kepada Pemerintah Daerah untuk
mengalokasikan anggaran guna pemenuhan standar
akreditasi rumah sakit (termasuk sarana, prasarana dan
alkes) bersumber APBD atau BLUD melalui pertemuan
Rakerkesnas, Rakerkesda, bimbingan dan pendampingan
evaluasi mutu dan akreditasi di RS.
81
Mengalokasikan DAK Non Fisik dan Dana Dekonsentrasi RS
untuk mendukung pelaksanaan mutu dan akreditasi RS.
Melakukan advokasi kepada RS agar berkoordinasi dengan
Dinas Kesehatan dan Dinas Keuangan Daerah sehingga
penyusunan RKA sesuai dengan DPA Daerah dan
pencairannya dapat dilaksanakan lebih awal.
Berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan agar dapat
memfasilitasi pencairan DAK Non Fisik lebih awal terutama
bagi RS Daerah yang mendapat rekomendasi Menkes.
Berkoordinasi dengan stake holder terkait seperti KARS,
PERSI, ARSADA, ARSSI untuk percepatan akreditasi
melalui kegiatan Corporate Social Responbility (CSR).
2) Waktu
Melakukan advokasi kepada RS agar melakukan persiapan
akreditasi lebih terencana sehingga RS dapat memahami
dan mengimplementasikan SNARS edisi 1 dengan baik dan
tepat waktu.
Melakukan koordinasi dengan RS yang telah terakreditasi
paripurna dan/atau internasional untuk menugaskan
narasumber dalam mendukung persiapan survei akreditasi
(pendampingan atau bimbingan teknis mutu dan akreditasi
RS).
Berkoordinasi dengan KARS agar RS mendapat jadwal
survei dan pengumuman hasil akreditasi dipercepat.
Surat Menkes Nomor YM.02.02/Menkes/255/2019 tanggal 7
Mei 2019 tentang Perpanjangan Kerja Sama RS antara lain
menyebutkan bahwa RS yang sudah survei dan menunggu
penetapan kelulusan dapat memberikan pelayanan sesuai
ruang lingkup kontrak dengan BPJS Kesehatan.
3) SDM
Melakukan advokasi sesuai Surat Dirjen Pelayanan
Kesehatan Nomor YM.02.02/VI/2223/2019 tanggal 28 Mei
2018 tentang Akreditasi RS agar Dinas Kesehatan
melakukan pembinaan dan pengawasan akreditasi RS.
82
Melakukan advokasi kepada RS untuk melakukan
pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan sesuai dengan
kelas RS melalui BKD, kerja sama dengan RS terdekat atau
Program Pendayagunaan Dokter Spesialis (PGDS)
Kementerian Kesehatan.
Melaksanakan kegiatan pelatihan dengan dana
Dekonsentrasi, DAK Nonfisik Akreditasi RS dan dana CSR
lembaga/institusi lain.
Melakukan advokasi kepada RS agar tidak melakukan
mutasi pegawai yang telah mengikuti pelatihan untuk
mendukung akreditasi RS.
Melakukan advokasi kepada RS untuk menyusun anggaran
pelatihan SDM sesuai Standar Nasional Akreditasi RS yang
dilakukan eksternal maupun internal RS.
Surat Dirjen Pelayanan Kesehatan Nomor
YM.02.02/VI/2223/2019 tanggal 28 Mei 2018 tentang
Akreditasi RS bahwa RS wajib melaksanakan survei
akreditasi dan survei verifikasi. Kegiatan persiapan
akreditasi (workshop, bimbingan dan survei simulasi)
dilaksanakan sesuai kebutuhan dan sertifikat pelatihan
dapat diberikan oleh RS, KARS, PERSI dan institusi lain.
Dengan demikian Rumah Sakit dapat mendayagunakan
SDM yang dimiliki untuk aktif melaksanakan pelatihan
internal.
Melakukan sosialisasi transformasi budaya kerja untuk
meningkatkan budaya mutu dan keselamatan pasien di RS.
Berkoordinasi dengan RS yang telah terakreditasi paripurna
dan/atau internasional sebagai tim pendamping akreditasi
yang dapat memberikan bimbingan kepada RS yang
membutuhkan sesuai dengan penugasan Kemenkes.
Sosialisasi Pedoman dan Instrumen Pemantauan Mutu
Pelayanan RS bagi SDM Dinas Kesehatan Propinsi dan
Kabupaten/Kota sehingga dapat menjalankan fungsi dalam
persiapan dan pembinaan mutu dan akreditasi RS.
83
4) Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan
Mengalokasikan anggaran DAK Fisik 2019 untuk RSUD
dalam pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan
sesuai standar kelas RS.
Surat Edaran Dirjen Pelayanan Kesehatan Nomor
HK.04.01/I/2963/2019 tanggal 15 Juli 2019 tentang
Rekomendasi Penyesuaian Kelas RS sehingga RS
melakukan upaya pemenuhan sarana, prasarana dan alat
kesehatan.
Melakukan advokasi agar RS menyusun rencana perbaikan
sarana, prasarana, dan alat kesehatan sehingga lebih siap
untuk survei akreditasi.
Melakukan advokasi kepada RS yang mengalami dampak
bencana dan kondisi keamanan agar dapat melaksanakan
persiapan akreditasi seoptimal mungkin pasca tanggap
darurat atau situasi kondusif.
c. Permasalahan yang dihadapi untuk pelaksanaan kegiatan
Akreditasi Fasyankes Lain pada tahun 2019 antara lain:
1) Faktor dana
Pembiayaan akreditasi laboratorium kesehatan belum
masuk dalam menu dana DAK Non Fisik, sehingga dinas
kesehatan Kab/kota harus menganggarkan sendiri untuk
akreditasi laboratorium kesehatan melalui APBD
2) Faktor SDM
Tenaga Surveior Akreditasi Laboratorium Kesehatan yang
aktif masih kurang (hanya 38 surveior)
Kinerja Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan (KALK)
belum optimal
Kekurangan tenaga administrasi di Komite Akreditasi
Laboratorium Kesehatan (KALK)
Belum semua anggota Komite Akreditasi Laboratorium
Kesehatan (KALK) bekerja optimal
3) Sarana dan Prasarana
Masih banyak Fasilitas Kesehatan Laboratorium kesehatan
yang masih kekurangan peralatan yang memadai
84
Mekanisme pengajuan berkas kelengkapan survei masih
manual lewat surat atau email dan belum berbasis web
Sistem pencatatan dan pelaporan pelaksanaan akreditasi
pada tahun 2016 masih manual
Belum adanya kantor sekretariat, sarana dan prasarana
untuk Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan(KALK)
Upaya Pemecahan Masalah yang dilakukan adalah :
1) Melakukan Sosialisasi dan Advokasi dengan Pemerintah
Daerah, Dinas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan untuk
menganggarkan pembiayaan Akreditasi Laboratorium
Kesehatan yang sudah tidak bisa dianggarkan dalam menu
dana DAK Non Fisik
2) Melakukan Peningkatan Kemampuan Teknis Surveior
Akreditasi Laboratorium Kesehatan
3) Meningkatkan dukungan tehadap Komite Akreditasi
Laboratorium Kesehatan (KALK) melalui workshop Akreditasi
Laboratorium Kesehatan
4) Mengusulkan penambahan tenaga administrasi di Komite
Akreditasi Laboratorium Kesehatan (KALK)
5) Melakukan Sosialisasi kepada Labkes untuk melakukan
Pengusulan yang terencana dengan melakukan perencanaan
di awal tahun.
d. Permasalahan yang dihadapi untuk pelaksanaan kegiatan
Fasyankes Lain yang mengikuti PME tingkat nasional pada tahun
2019 antara lain:
1) Faktor dana
Biaya penyelenggaraan pemantapan mutu eksternal
laboratorium kesehatan dibebankan pada masing-masing
laboratorium kesehatan yang mengikuti pemantapan mutu
eksternal laboratorium kesehatan berdasarkan besaran
tarif yang berlaku di BBLK sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan dan Fasilitas
Kesehatan sebagian besar belum menganggarkan
pembiayaan keikutsertaan PME
85
Beberapa daerah yang mengalokasikan anggaran untuk
PME mengalami keterlambatan dalam pencairan dana
padahal setiap tahun hanya ada 2 siklus
2) Faktor SDM
Sebagaian Besar Dinas Kesehatan dan Labkes belum
memahami pentingnya PME untuk menjamin mutu Labkes
Komitmen Dinas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan yang
kurang sehingga tidak terlibat aktif dalam keikutsertaan
PME dan kurang mendukung kegiatan tersebut.
3) Faktor Waktu
Kesiapan Labkes dalam mengikuti PME, Sebagian besar
daerah mengalami keterlambatan dalam pengusulan
keikutsertaan PME
4) Sarana dan Prasarana
Masih banyak Fasilitas Kesehatan Laboratorium
kesehatan yang masih kekurangan peralatan yang
memadai
Upaya pemecahan masalah yang dihadapi dalam pencapaian
indikator PME adalah:
1) Melakukan Sosialisasi dan Advokasi dengan Pemerintah
Daerah, Dinas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan untuk
menganggarkan pembiayaan keikutsertaan PME
2) Sosialisasi terhadap Dinas Kesehatan dan Labkes sehingga
dapat memahami pentingnya PME untuk menjamin mutu
Labkes
3) Meningkatkan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan
Fasilitas Kesehatan untuk dapat terlibat aktif dalam
keikutsertaan PME dan mendukung kegiatan tersebut.
4) Koordinasi dengan pemerintah daerah untuk membuat
perencanaan pengusulan keikutsertaan PME
5) Melakukan Sosialisasi kepada labkes untuk melakukan
Pengusulan yang terencana dengan melakukan perencanaan
di awal tahun.
86
B. REALISASI ANGGARAN
Pada tahun 2019 alokasi sumber dana dipergunakan dari DIPA
Kantor Pusat Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Rp. 33.109.814.000,- (Tiga puluh Tiga Milyar Seratus Sembilan Juta
Delapan Ratus Empat Belas Ribu Rupiah). Adapun realisasi program
kegiatan pada tahun 2019 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.8
Realisasi Anggaran Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan TA 2019
No Kegiatan Alokasi
RealisasI Sisa Alokasi %
Setelah Revisi
5836
PROGRAM PEMBINAAN
MUTU DAN AKREDITASI
PELAYANAN KESEHATAN
33.109.814.000 30.504.585.198
2.605.228.802
92,13
501
Kecamatan dengan
Puskesmas yang Siap di
Akreditasi
11.599.113.000
10.562.421.471
1.036.691.529
91,06
502
Kabupaten/Kota dengan
Rumah Sakit yang Siap di
Akreditasi
9.720.737.000
8.948.664.713
772.072.287
92,06
503
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lain yang Siap di
Akreditasi
3.583.720.000
3.558.954.300
24.765.700 99.31
504
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lain yang
Memenuhi Standar Mutu
Pemantapan Mutu Eksternal
1.783.755.000
1.731.769.500
51.985.500
97.09
970 Layanan Dukungan
Manajemen Satker 4.904.606.000 4.244.053.934
660.552.066 86.53
994 Operasional dan
Pemeliharaan Kantor 793.749.000 734.588.000 59.161.000 92.55
Grafik 3.17 Realisasi Anggaran Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
87
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi
capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator
program dalam Rencana Strategis, sehingga diperoleh gambaran tingkat
keberhasilan masing-masing indikator. Berdasarkan hasil pemantauan
capaian output per 31 Desember 2019 pada E-Monev DJA, capaian
kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dapat dilihat
pada tampilan Dashboard dibawah ini
33,109,814,000 33,109,814,000
30,504,585,918 30,504,585,918
92.13% 92.13%0
5,000,000,000
10,000,000,000
15,000,000,000
20,000,000,000
25,000,000,000
30,000,000,000
35,000,000,000
DATAOMSPAN DATASAS
RealisasiDirektoratMAY
PAGUDIPA Realisasi Realisasi(%)
REALISASIANGGARANTA2019Per31Desember
11,599,113,000 11,599,113,00010,562,421,471 10,562,421,471
91.06% 91.06%0
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
14,000,000,000
DATAOMSPAN DATASAS
RealisasiSubditMAP
PAGUDIPA Realisasi Realisasi(%)
5,367,475,000 5,367,475,0005,290,723,800 5,290,723,800
98.57% 98.57%0
1,000,000,000
2,000,000,000
3,000,000,000
4,000,000,000
5,000,000,000
6,000,000,000
DATAOMSPAN DATASAS
RealisasiSubditMAL
PAGUDIPA Realisasi Realisasi(%)
6,422,489,000 6,422,489,0005,702,775,934 5,702,775,934
88.79% 88.79%0
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
DATAOMSPAN DATASAS
RealisasiTataUsaha
PAGUDIPA Realisasi Realisasi(%)
9,720,737,000 9,720,737,0008,948,664,713 8,948,664,713
92.06% 92.06%0
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
DATAOMSPAN DATASAS
RealisasiSubditMAR
PAGUDIPA Realisasi Realisasi(%)
REALISASIANGGARANTA2019Per31Desember
88
Gambar 3. 38 Pemantauan Capaian Output per 31 Desember 2019 pada E-Monev DJA.
Dari hasil pengukuran kinerja ini dapat diperoleh informasi pencapaian
indikator kinerja, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan
program di masa yang akan datang, agar setiap program yang
direncanakan ke depan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.
89
BAB IV PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disusun
sebagai pelaksanaan akuntabilitas kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan serta sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan kepada Ditjen
Pelayanan Kesehatan.
Tahun 2019 merupakan tahun kelima pelaksanaan Renstra Kemenkes
yang merupakan endterm dari Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dari sasaran dan kegiatan Direktorat
Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2019 secara umum
berhasil mencapai target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja antara
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dengan Direktur Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan.
Pencapaian pada tahun 2019 ini diharapkan dapat menjadi parameter
agar kegiatan-kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih
efektif dan efisien. Sedangkan hal-hal yang menghambat tercapainya target
diharapkan dapat ditemukan solusi serta alternatif penyelesaiannya dengan
mengedepankan profesionalisme di lingkungan Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan.
Untuk itu perlu dikembangkan inovasi-inovasi program yang
mendukung Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan terhadap kebijakan
Kementerian Kesehatan yang tertuang dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2020-2024, dengan melakukan inovasi diharapkan
pencapaian indikator kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan yang ada pada Renstra Kemkes 2020-2024 dapat tercapai.
Selain melakukan inovasi, yang akan dilakukan adalah melakukan
monitoring dan evaluasi secara berkala dan berjenjang dengan
mengoptimalkan sistem informasi yang saling terintegrasi baik di internal
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan maupun eksternal
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan, diharapkan dengan
adanya Monitoring dan evaluasi terhadap capaian kinerja dapat menjadi
acuan dalam menetapkan kebijakan untuk mencapai target kinerja.
90
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN :
1. Perjanjian Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Taun 2019
2. Dokumen Analisa dan Kertas Kerja Penetapan Target Tahun 2019
3. Laporan Capaian Target Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
4. Data Capaian Akreditasi Puskesmas Tahun 2015 – 2019
5. Data Capaian Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2015 – 2019
6. Dokumen Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor hasil evalusi
Capaian Akreditasi Puskesmas dan Rumah Sakit Tahun 2019
7. Data Pegawai Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
8. Data Bukti Lapor LHKPN Pejabat di Lingkungan Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
9. Dokumen Tindak Lanjut hasil audit
10. Monitoring pencapaian Indikator Kinerja Eselon 3 dan 4 di lingkungan
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
11. Data Pemantauan Evaluasi capaian Output pada e-monev Bappenas
tahun 2019 dan data evaluasi pelaksanaan anggaran prioritas nasional
tahun anggaran 2019
12. Ikhtisar hasil reviu Laporan Keuangan Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
13. Data hasil evaluasi LAKIP Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Tahun 2018