e-riset.litbang.kemkes.go.id...vi susunan tim peneliti yang terlibat no nama kedudukan dalam tim...

206
i LAPORAN PENELITIAN STUDI KESEHATAN JIWA PADA BEBERAPA DAERAH DI INDONESIA PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN LITBANG KESEHATAN 2017

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    LAPORAN PENELITIAN

    STUDI KESEHATAN JIWA PADA BEBERAPA

    DAERAH DI INDONESIA

    PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

    BADAN LITBANG KESEHATAN

    2017

  • ii

    SK PENELITIAN

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    SUSUNAN TIM PENELITI YANG TERLIBAT

    No Nama Kedudukan dalam

    tim Uraian tugas

    1. Drg. Agus Suprapto, M.Kes Pengarah I Memberikan pengarahan dan

    bimbingan serta mengamati

    perkembangan penyelenggaraan

    penelitian

    2. Dr. dr. Felly P. Senewe, M.Kes Pengarah II Mengarahkan pelaksanaan kegiatan penelitian

    3. Ketua PPI Puslitbang UKesMas Pengarah Memberikan arahan metodologi penelitian

    4. Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes

    Pengarah Memberikan arahan metodologi penelitian

    5. Rofingatul Mubasyiroh, SKM, M.Epid

    Ketua Pelaksana Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan penelitian

    6. Dr. dr. Sri Idaiani, Sp.KJ, M.Kes Peneliti Utama Bertanggung jawab dalam metodologi Penelitian, pengumpulan data dan laporan.

    7. Dr. Nunik Kusumawardani, Msc. PH

    Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam metodologi penelitian, pengumpulan data dan laporan

    8. Dr. Natalingrum Sukmarini, SpKJ, M.Kes

    Anggota peneliti Bertanggungjawab dalam pembuatan instrumen penelitian

    9. Dra.Siti Isfandari, MPH Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam metodologi Penelitian dan laporan.

    10. Indri Yunita Suryaputri,S.Psi,M.Si

    Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam pengumpulan data dan laporan.

    11. Kartika Handayani, S.Psi M.Si Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam pengumpulan data dan laporan.

    12. Dr. Ir. Anies Irawati, M.Kes Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam metodologi Penelitian dan laporan.

    13. Dr Dr. Inswiasri, M.Kes Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam

    pengumpulan data dan laporan.

    14. Dr. Dwi Hapsari, SKM, M.Kes Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam pengumpulan data dan laporan.

    15. Nikson Sitorus, SKM, M.Epid Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam pengumpulan data dan laporan.

  • vii

    16. Ir. Salimar, M.Si Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam pengumpulan data dan laporan.

    17. Lely

    Lely Indrawati, S.Sos, MKM Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam pengumpulan data dan laporan.

    18. Bhaskarani Widjiastuti, SKM Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam

    pelaksanaan pengumpulan data.

    19. Siti Masitoh, SKM Anggota peneliti Bertanggungjawab dalam

    manajemen data dan laporan

    20. Fachrudin Ali, S.Kom, M.Kes Anggota peneliti Bertanggungjawab dalam

    dokumentasi penelitian

    21. Enung Nurchotimah, SKM, MKM Anggota peneliti Bertanggung jawab dalam

    pengumpulan data dan laporan.

    22. dr. Myra, Sp.KJ Pembantu Penelitian I

    Membantu koordinasi dan

    persiapan teknis penelitian

    23. dr. Antina Nevi Hidayati, Sp.KJ Pembantu Penelitian I

    Membantu koordinasi dan

    persiapan teknis penelitian

    24. dr. Olvianne Soraya Santi, Sp.KJ Pembantu Penelitian II

    Membantu pelaksanaan teknis

    penelitian

    25. dr. Fendy Hardyanto, Sp.KJ Pembantu Penelitian II

    Membantu pelaksanaan teknis

    penelitian

    26. dr.Indah Alfiah,Sp.KJ Pembantu Penelitian II

    Membantu pelaksanaan teknis

    penelitian

    27. dr. Patmawati.P, M.Kes,Sp.KJ Pembantu Penelitian II

    Membantu pelaksanaan teknis

    penelitian

    28. Ns. Fauziah, S.Kp, M.KpJ Pembantu Lapangan

    Membantu kegiatan teknis dan

    administrasi di tempat penelitian

    29. Ns. I Ketut Sudiatmika, S.Kp, M.KpJ

    Pembantu Lapangan

    Membantu kegiatan teknis dan

    administrasi di tempat penelitian

    30. Endang Susilowati, A.Md Pembantu Lapangan

    Membantu kegiatan teknis dan

  • viii

    administrasi di tempat penelitian

    31. Rahmawati Martha Putri, SE Sekretariat penelitian

    Membantu tugas-tugas

    administrasi dan keuangan

    32. Wardana, A.Md Sekretariat penelitian

    Membantu tugas-tugas

    administrasi dan keuangan

    33. Didi Prayitno, A.Md Sekretariat penelitian

    Membantu tugas-tugas

    administrasi dan keuangan

  • ix

    SURAT PERSETUJUAN ETIK

    Penelitian ini telah mendapatkan Persetujuan Etik (Athical Approval) Nomor: LB.02.01/2/

    KE.200/2017, pada tanggal 24 Mei 2017. Serta amandemen Protokol nomor:

    LB.01.02/2/KE.351/2017.

  • x

    PERSETUJUAN ATASAN

    Peneliti

    Rofingatul Mubasyiroh, SKM, M.Epid

    NIP. 198411132008012005

    Mengetahui

    Ketua PPI

    Dr. Sri Irianti, SKM, MPhl, PhD

    NIP.195804121981022001

    Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian

    Penyakit

    Dr.dr.Felly Philipus Senewe, MKes

    NIP. 196209121991031002

    Menyetujui

    Kepala Pusat/Balai Besar

    Drg. Agus Suprapto MKes

    NIP.196408131991011001

  • xi

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Alloh SWT buku laporan berjudul “

    Studi Kesehatan Jiwa pada Beberapa Daerah di Indonesia” ini secara resmi telah dapat

    kami publikasikan kepada semua pihak pemerhati masalah kesehatan khususnya, serta

    kepada masyarakat luas secara umum.

    Buku ini memberikan gambaran hasil: validasi instrumen MINI (Mini International

    Neuropsychiatric Interview) untuk deteksi dini kondisi depresi, cemas dan psikotik;

    besaran masalah dan treatmentgap depresi, cemas dan psikotik; serta gambaran program

    kesehatan jiwa berbasis masyarakat dan fasilitas kesehatan.

    Buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dan

    pemerhati kesehatan jiwa. Semoga buku ini dapat menjadi masukan dalam

    pengembangan program pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat.

    Kami ucapkan terimakasih kepada para peneliti dan semua pihak yang terlibat

    dalam penyusunan buku laporan penelitian ini. Serta kepada pembimbing yang telah

    memberikan arahan dan bimbingan mulai dari penyusunan protokol, arahan teknis, serta

    masukan dalam penyusunan laporan ini. Kami sampaikan juga penghargaan kepada RS

    dan Dinas Kesehatan yang membantu dalam proses penelitian hingga selesai dengan baik.

    Jakarta, Desember 2017

    Hormat Kami,

    Tim Penulis

  • xii

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Kesehatan jiwa merupakan bagian penting dari kesehatan dan kesejahteraan,

    seperti yang tercantum dalam definisi sehat yang ditetapkan oleh WHO: “health is a state

    of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease

    or infirmity”, yang dapat diartikan bahwa sehat mencakup aspek fisik, jiwa, dan sosial,

    serta tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan. Seperti halnya kesehatan

    secara umum, kesehatan jiwa dipengaruhi berbagai aspek termasuk lingkungan, sosial,

    ekonomi, dan budaya, selain juga aspek biologis seperti genetik.

    Terdapat sembilan ganguan jiwa yang menjadi prioritas perhatian bagi tenaga

    kesehatan terutama non spesialistik dan yang terutama bekerja di pusat pelayanan

    kesehatan primer.Ke-9 gangguan jiwa prioritas tersebut adalah depresi, psikosis, epilepsi,

    gangguan mental pada anak-anak,demensia, penyalahgunaan alcohol, penyalahgunaan

    obat terlarang dan melukai diri serta bunuh diri.

    Semakin tingginya masalah jiwa, maka diperlukan instrumen screening gangguan

    psikiatri yang cepat dan dapat digunakan di fasilitas kesehatan primer. Terdapat

    instrumen singkat wawancara terstruktur untuk diagnosa gangguan kejiwaan

    dikembangkan oleh psikiatri dan klinisi di Amerika Serikat dan Eropa untuk gangguan

    psikiatri dalam DSM-IV dan ICD-10, yaitu instrumen The Mini-International

    Nueropsychiatric Interview (M.I.N.I) (Sheehan dkk, 1998). Instrumen yang dapat

    mendiagnosis 14 jenis gangguan jiwa (termasuk depresi, cemas/anxietas, dan gangguan

    psikotik) ini memerlukan waktu yang tidak lama (sekitar 15 menit) untuk wawancara

    psikiatri dalam uji klinis multisenter ataupun penelitian epidemiologi.

    Sampai saat ini Kementerian Kesehatan belum memiliki instrumen yang dapat

    digunakan dalam survei besar guna mengukur gangguan jiwa yang spesifik dan terarah,

    yaitu depresi, cemas dan psikotik. Instrumen yang digunakan dalam survei selama ini

    (SRQ-20) hanya dapat menggambarkan gangguan mental emosional pada masyarakat.

    Sedangkan untuk kebutuhan program kesehatan jiwa diperlukan angka prevalensi

  • xiii

    gangguan jiwa yang lebih spesifik misalnya yang dapat menggambarkan depresi, cemas

    dan psikotik.

    Di samping itu, pelayanan kesehatan jiwa yang sudah dijalankan sejauh ini masih

    terfokus pada pelayanan kuratif penderita kesehatan jiwa berat. Upaya yang bersifat

    preventif promotif gangguan jiwa berat dan gangguan mental emosional masih terbatas.

    Beberapa upaya yang telah mulai dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir adalah

    upaya pengendalian kesehatan jiwa berbasis masyarakat serta fasilitas kesehatan primer.

    Berkaitan dengan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini

    dimaksudkan untuk mengembangkan instrumen kesehatan jiwa yang spesifik dan dapat

    memberikan gambaran permasalahan kesehatan jiwa yang lebih spesifik dan terarah.

    Penelitian ini bertujuan: mendapatkan validitas dan reliabilitas instrumen deteksi

    dini depresi, cemas dan psikotik; mendapatkan proporsi gangguan depresi , cemas dan

    psikotik; mendapatkan proporsi ‘treatment gap’ pada gangguan jiwa; mendapatkan

    gambaran program kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat dan fasilitas kesehatan.

    Instrumen yang diujikan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam survei

    kesehatan jiwa di masyarakat. Besaran masalah dan gambaran upaya kesehatan jiwa akan

    memberikan dukungan berbasis bukti untuk perbaikan program kesehatan jiwa.

    Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain kros seksional (pontong lintang)

    untuk informasi yang bersifat kuantitatif. Penelitian ini akan menerapkan pendekatan

    kuantitatif dan kualitatif (mix method). Populasi untuk studi kuantitatif adalah penduduk

    usia 15 tahun ke atas pada satu desa/kelurahan di Kota Bogor (Provinsi Jawa Barat),

    kabupaten Jombang (Provinsi Jawa Timur), dan Kabupaten Tojo Una-Una (Provinsi

    Sulawesi Tengah). Sampel yang akan diwawancara untuk uji validasi adalah sejumlah 978

    individu yang terdiri dari 431 orang penderita dan 547 orang normal yang akan

    diwawancara dengan instrumen MINI dan oleh psikiater. Dan sampel untuk survey adalah

    761 orang per kabupaten/kota.

    Untuk sampel uji instrumen, sampel diambil secara purpossive dari daftar pasien RS

    Jiwa pemerintah yang memenuhi kelompok umur < 65 tahun dan >= 65 tahun, kelompok

    pendidikan rendah (= SMA), dan kelompok laki-laki dan

  • xiv

    perempuan. Dan juga sampel dari penduduk masyarakat umum yang berasal dari wilayah

    tempat tinggal (kecamatan) yang sama dari sampel yang diperoleh dari daftar RS.

    Pengambilan sampel gambaran proporsi dilakukan secara stratified random

    sampling. Dilakukan pengelompokkan kecamatan di masing – masing kabupaten kota

    berdasarkan proporsi penderita ODGJ di masing-masing kecamatan, yaitu kecamatan

    dengan ODGJ di atas rata-rata kabupaten dan kecamatan dengan proporsi di bawah rata-

    rata. Dari masing-masing kelompok kecamatan, dipilih secara acak sejumlah kecamatan

    secara proporsional. dari masing-masing kecamatan tersebut, dipilih lagi secara acak satu

    desa. Di setiap desa dihitung secara proporsional penduduk untuk mendapatkan jumlah

    sampel di setiap desa. Dari tiap desa dipilih lima Rukun Tetangga secara acak. Dari setiap

    Rukun Tetangga diperoleh daftar (sampling frame) Rumah Tangga, dan dipilih secara acak

    sejumlah Rumah Tangga. Sampel responden di setiap Rukun Tetangga dihitung dari

    jumlah sampel untuk setiap desa dibagi rata dalam lima rukun tetangga. Seluruh individu

    berusia >= 15 tahun di Rumah tangga terpilih, diambil sebagai sampel.

    Informan masyarakat diambil secara purpossive dari keluarga responden yang

    positif menderita gangguan jiwa serta dari tokoh masyarakat. Adapun informan dari

    fasilitas adalah tenaga kesehatan pelaksana program kesehatan jiwa serta pimpinan

    fasilitas kesehatan.

    Untuk validasi, sampel diwawancara dengan MINI- Depresi (dalam 2 minggu

    terakhir, 10 pertanyaan Ya/Tidak),MINI-Cemas (dalam 6 bulan terakhir, 23 pertanyaan

    Ya/Tidak),MINI-Psikotik (seumur hidup, 7 pertanyaan Ya/Tidak), SRQ (menggambarkan

    gangguan mental emosional umum, dalam 2 minggu terakhir, 20 pertanyaan Ya/Tidak),

    Instrumen wawancara oleh psikiatri (sebagai gold standard penilaian validitas instrumen

    SRQ, depresi, cemas, psikotik).

    Nilai Validitas instrumen MINI untuk depresi adalah Sensistivitas 60,68%,

    Spesifisitas 80,8%; untuk cemas adalah Sensistivitas 68,94%, Spesifisitas 80,36%; dan

    untuk psikotik adalah Sensistivitas 79,28%, Spesifisitas 82,15%. Nilai reliabilitas instrumen

    MINI untuk depresi adalah 0,472; untuk cemas adalah 0,399; dan untuk psikotik adalah

    0,577.

  • xv

    Proporsi gangguan jiwa pada keseluruhan sampel penelitian untuk cemas adalah

    6,7%; proporsi depresi adalah 8,5%; dan proporsi psikotik adalah 7,1%. Secara terinci

    proporsi gangguan jiwa pada sampel responden di Kota Bogor adalah: cemas sebesar

    5,2%; depresi sebesar 7,7%; dan psikotik sebesar 13,3%. Proporsi gangguan jiwa pada

    sampel responden di Kabupaten Jombang adalah: cemas sebesar 3,5%; depresi sebesar

    3,7%; dan psikotik sebesar 5,2%. Proporsi gangguan jiwa pada sampel responden di

    Kabupaten Tojo Una-una adalah: cemas sebesar 11,6%; depresi sebesar 13,2%; dan

    psikotik sebesar 2,8%.

    Treatment gap gangguan jiwa pada keseluruhan sampel penelitian untuk cemas

    adalah 63,7%; depresi sebesar 66,3%; dan psikotik sebesar

    Program kesehatan jiwa berbasis masyarakat dan fasilitas mencakup dukungan dari

    pemerintah di sektor kesehatan setempat untuk kegiatan di masyarakat, peran sektor

    non-kesehatan. Dukungan dari pemerintah, terutama di sektor kesehatan baik di tingkat

    puskesmas, dinas kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi pada umumnya adalah dalam

    bentuk pembinaan atau peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, dukungan ketersedian

    sarana medis untuk pelayanan penderita gangguan jiwa, dukungan kebijakan dan regulasi

    terkait, serta pemberdayaan masyarakat setempat. Pemberdayaan masyarakat dalam

    upaya ataupun kegiatan terkait kesehatan jiwa masih belum terlihat di kota Bogor

    maupun Kabupaten Touna. Sementara Kabupaten Jombang sudah dapat menunjukkan

    keberhasilan upaya rehabiliasi penderita gangguan jiwa dan pelepasan pasung melalui

    peran serta aktif dari masyarakat setempat.

    Nilai reliabilitas instrumen dianggap masih kategori sedang. Diharapkan dalam

    pelaksanaan penggunaan instrumen MINI depresi, cemas dan psikotik ini dilakukan oleh

    tenaga kesehatan yang telah berpengalaman dalam program kesehatan jiwa, seperti

    minimal tenaga perawat jiwa atau perawat yang sudah terlibat dalam prograam

    kesehatan jiwa. Hal ini terkait pendalaman interpretasi istilah atau makna dalam

    instrumen.

    Program kesehatan jiwa memerlukan banyak dukungan dari semua pihak, baik

    sektor kesehatan maupun non-kesehatan. Sektor kesehatan diharapkan dapat berperan

    lebih aktif dalam menjalin komunikasi dan koordinasi sehingga dapat dampak positif bagi

  • xvi

    keberlanjutan program kesehatan jiwa. Dukungan Karakteristik spesifik lokal juga

    merupakan tonggak keberhasilan keberlangungan program kesehatan jiwa berbasis

    masyarakat.

  • xvii

    ABSTRAK

    Kesehatan jiwa merupakan bagian penting dari kesehatan dan kesejahteraan. Semakin

    tingginya masalah kesehatan jiwa, maka diperlukan instrumen screening gangguan

    psikiatri yang cepat dan dapat digunakan di fasilitas kesehatan primer. Serta perlunya

    penguatan program layanan kesehatan jiwa. Penelitian ini bertujuan mengembangkan

    instrumen deteksi dini gangguan jiwa dengan menilai validitas dan reliabilitas, dan

    mendapatkan gambaran program kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat dan fasilitas

    kesehatan. Penelitian ini menggunakan disain crosssectional dengan pendekatan

    kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Kota Bogor, Kabupaten Jombang dan

    Kabupaten Tojo Una-una pada tahun 2017. Nilai Validitas instrumen MINI untuk depresi

    adalah Sensistivitas 60,68%, Spesifisitas 80,8%; untuk cemas adalah Sensistivitas 68,94%,

    Spesifisitas 80,36%; dan untuk psikotik adalah Sensistivitas 79,28%, Spesifisitas 82,15%.

    Nilai reliabilitas instrumen MINI untuk depresi adalah 0,472; untuk cemas adalah 0,399;

    dan untuk psikotik adalah 0,577. Dukungan bagi program kesehatan jiwa dari pemerintah

    berupa pembinaan tenaga kesehatan, sarana medis untuk penderita gangguan jiwa,

    kebijakan dan regulasi, pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sendiri

    baru terlihat di Kabupaten Jombang.

    Kata kunci : kesehatan jiwa, validasi instrumen, program

  • xviii

    DAFTAR ISI

    SK PENELITIAN ................................................................................................................. ii

    SUSUNAN TIM PENELITI YANG TERLIBAT ....................................................................... vi

    SURAT PERSETUJUAN ETIK ............................................................................................. ix

    PERSETUJUAN ATASAN ................................................................................................... x

    KATA PENGANTAR .......................................................................................................... xi

    RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. xii

    ABSTRAK ...................................................................................................................... xvii

    DAFTAR ISI .................................................................................................................. xviii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xxii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xxv

    DAFTAR GRAFIK ...........................................................................................................xxvi

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah Penelitian ............................................................................. 4

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 5

    C.1. Tujuan Umum ......................................................................................................... 5

    C.2. Tujuan Khusus ......................................................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 6

    BAB II METODE ................................................................................................................ 7

    A. Kerangka Teori ....................................................................................................... 7

    B. Kerangka Konsep ................................................................................................... 9

    C. Tempat dan Waktu .............................................................................................. 10

    D. Disain Penelitian .................................................................................................. 11

    E. Populasi dan Sampel ............................................................................................ 11

    F. Besar Sampel dan Pemilihan Sampel .................................................................. 12

    G. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................................. 16

    H. Variabel ................................................................................................................ 16

  • xix

    I. Definisi Operasional ............................................................................................. 17

    J. Instrumen dan Pengumpulan Data ...................................................................... 18

    K. Prosedur Kerja ..................................................................................................... 19

    L. Manajemen dan Analisis Data ............................................................................. 22

    BAB III HASIL PENELITIAN .............................................................................................. 24

    A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ................................................................. 24

    A1. Kota Bogor .............................................................................................................. 24

    a. Keadaan Geografis ............................................................................................... 24

    b. Keadaan Demografi .............................................................................................. 25

    c. Situasi Derajat Kesehatan ................................................................................... 26

    d. Kecamatan Tempat Penelitian ........................................................................... 27

    A2. Kabupaten Jombang .......................................................................................... 28

    a. Keadaan Geografis ............................................................................................... 28

    b. Keadaan Demografi .............................................................................................. 30

    c. Situasi Derajat Kesehatan ................................................................................... 31

    d. Kecamatan Tempat Penelitian ........................................................................... 31

    A3. Kabupaten Tojo Una-una ..................................................................................... 32

    a. Keadaan Geografis Touna ................................................................................... 32

    b. Keadaan Demografi .............................................................................................. 33

    c. Situasi Derajat Kesehatan ................................................................................... 36

    B. Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen MINI .................................................. 37

    C. Proporsi dan Treatmentgap Gangguan Jiwa Cemas, Depresi dan Psikosis ......... 44

    C.1. Proporsi Tiga Wilayah .......................................................................................... 44

    C.2. Kota Bogor ............................................................................................................. 54

    C.3. Kabupaten Jombang ............................................................................................ 63

    C.4. Kabupaten Tojo Una-una .................................................................................... 73

    D. Program Kesehatan Jiwa Yang Berbasis Masyarakat Dan Fasilitas Kesehatan ... 82

    D.1. Kualitatif Kota Bogor ............................................................................................ 93

    1. Pemahaman tentang gangguan kesehatan jiwa (depresi, cemas, psikotik) dari

    perspektif ............................................................................................................... 94

    2. Tradisi dan budaya terkait kesehatan jiwa (depresi, cemas, psikotik) ......... 96

  • xx

    3. Program dan kebijakan yang ada terkait kesehatan jiwa : ............................. 97

    a. Pelaksanaan ..................................................................................... 97

    b. Kendala ............................................................................................ 99

    c. Rencana ke depan .......................................................................... 100

    d. Kebutuhan ...................................................................................... 101

    4. Peran dan kebutuhan pelayanan dan pencegahan kesehatan jiwa ............ 102

    5. Stigma dan persepsi terkait gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik)

    103

    6. Upaya pelayanan gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik) ..... 105

    a. Nakes.............................................................................................. 105

    b. Masyarakat dan toma .................................................................... 111

    c. Pasien ............................................................................................. 111

    7. Upaya pencegahan gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik) terkait

    kegiatan dan sumber daya ................................................................................ 112

    a. Nakes.............................................................................................. 112

    b. Masyarakat (kasus dan normal), kader dan toma ......................... 113

    D2. Hasil Kualitatif Kabupaten Jombang ................................................................. 116

    1. Masalah Kesehatan Jiwa .................................................................................... 116

    2. Kebijakan .............................................................................................................. 117

    3. Perencanaan dan Pembiayaan .......................................................................... 118

    4. Pelaksanaan Program ......................................................................................... 121

    5. Lintas Sektor ......................................................................................................... 124

    6. Sumber Daya ........................................................................................................ 126

    7. Peran Serta Masyarakat ..................................................................................... 127

    8. Saran/ Harapan .................................................................................................... 131

    9. Kendala ................................................................................................................. 132

    D3. Hasil Kualitatif Kab. Tojo Una-Una .................................................................... 136

    1. Pemahaman tentang gangguan kesehatan jiwa (depresi, cemas, psikotik)137

    2. Tradisi dan budaya terkait kesehatan jiwa (depresi, cemas, psikotik) ....... 142

    3. Program dan kebijakan yang ada terkait kesehatan jiwa : ........................... 143

    4. Peran dan kebutuhan pelayanan dan pencegahan kesehatan jiwa ............ 148

  • xxi

    5. Stigma dan persepsi terkait gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik)

    149

    6. Upaya pelayanan gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik) ..... 150

    7. Upaya pencegahan gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik) terkait

    kegiatan dan sumber daya ................................................................................ 152

    BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................. 154

    KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 159

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 161

    LAMPIRAN ............................................................................................................................... 164

  • xxii

    DAFTAR TABEL

    Tabel A-1. Data 10 penyakit utama yang dirawat jalan di Puskesmas untuk golongan 5-44

    tahun di Kota Bogor tahun 2016 ........................................................................... 26

    Tabel A-2. Data jumlah kunjungan pasien jiwa yang berkunjung di puskesmas dan rumah

    sakit Kota Bogor tahun 2016 ................................................................................. 27

    Tabel A-3. Data 10 Penyakit Terbanyak di Kabupaten Jombang Tahun 2016 ................ 31

    Tabel A-4. Jumlah Penduduk di Atas 15 Tahun yang Bekerja menurut Jenis Kelamin. .. 34

    Tabel A-5. Jumlah Pendidikan Tertinggi yag Ditamatkan Penduduk menurut Angkatan

    Kerja. ...................................................................................................................... 35

    Tabel A-6. Jenis Sarana Kesehatan Kabupaten Tojo Una-Una Tahun 2016 .................... 35

    Tabel A-7. Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Tojo Una-Una Tahun 2016 ............ 36

    Tabel A-8. Jumlah kasus 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Tojo Una-Una ............... 36

    Tabel B-1. Responden validasi berdasarkan hasil wawancara klinis dan instrumen MINI40

    Tabel B-2. Penilaian Validitas kriteria depresi, cemas, dan psikotik menurut Instrumen

    MINI dengan hasil wawancara psikiatrik ............................................................... 40

    Tabel B-3. Penilaian Validitas kriteria depresi dan cemas menurut Instrumen SRQ dengan

    hasil wawancara psikiatrik ..................................................................................... 42

    Tabel B-4. Penilaian reliabilitas instrumen MINI dan SRQ .............................................. 44

    Tabel C-1. Proporsi Kondisi gangguan jiwa cemas .......................................................... 45

    Tabel C-2. Proporsi Kondisi gangguan jiwa depresi ........................................................ 46

    Tabel C-3. Proporsi kondisi gangguan jiwa psikotik ........................................................ 47

    Tabel C-4. Proporsi Kondisi Normal (tidak cemas, tidak depresi, tidak psikotik) ........... 48

    Tabel C-5. Proporsi Kondisi Depresi di masa lalu (seumur hidup) .................................. 49

    Tabel C-6. Proporsi Kondisi gangguan mental emosional satu bulan terakhir ............... 50

    Tabel C-7. Proporsi Pengalaman menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap mati

    berdasarkan karakteristik (N=2173) ...................................................................... 51

    Tabel C-8. Proporsi Pengobatan medis saat ini .............................................................. 52

  • xxiii

    Tabel C-9. Proporsi Alasan tidak berobat ....................................................................... 53

    Tabel C-10. Proporsi Kondisi gangguan jiwa cemas di Kota Bogor tahun 2017 ............. 54

    Tabel C-11. Proporsi Kondisi gangguan jiwa depresi di Kota Bogor tahun 2017 ............ 55

    Tabel C-12. Proporsi Kondisi gangguan jiwa psikotik di Kota Bogor tahun 2017 ........... 56

    Tabel C-13. Proporsi Kondisi depresi masa lalu di Kota Bogor tahun 2017 .................... 57

    Tabel C-14. Proporsi Kondisi normal di Kota Bogor tahun 2017 .................................... 58

    Tabel C-15. Proporsi Kondisi gangguan mental emosional satu bulan terakhir di Kota

    Bogor, tahun 2017 ................................................................................................. 59

    Tabel C-16. Proporsi Pengobatan medis saat ini pada gangguan jiwa di Kota Bogor, Tahun

    2017 ....................................................................................................................... 60

    Tabel C-17. Proporsi Alasan tidak berobat pada gangguan jiwa di Kota Bogor, Tahun 2017

    ............................................................................................................................... 61

    Tabel C-18. Proporsi Pengalaman menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap

    mati berdasarkan karakteristik (N=731) ................................................................ 62

    Tabel C-19. Proporsi Kondisi gangguan jiwa cemas di Kabupaten Jombang, Tahun 201763

    Tabel C-20 Proporsi Kondisi gangguan jiwa depresi di Kabupaten Jombang, Tahun 2017 . 65

    Tabel C-21Proporsi Kondisi gangguan jiwa psikotik di Kabupaten Jombang, Tahun 201766

    Tabel C-22. Proporsi Kondisi depresi masa lalu di Kabupaten Jombang, Tahun 2017 ... 67

    Tabel C-23Proporsi Kondisi gangguan mental emosional satu bulan terakhir di Kabupaten

    Jombang, Tahun 2017 ............................................................................................ 68

    Tabel C-24 Proporsi Kondisi normal di Kabupaten Jombang, Tahun 2017 ..................... 69

    Tabel C-25.Proporsi Pengobatan medis saat ini ............................................................. 70

    Tabel C-26. Proporsi Alasan tidak berobat ..................................................................... 71

    Tabel C-27.Proporsi Pengalaman menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap

    mati berdasarkan karakteristik (N=724) di Kabupaten Jombang, Tahun 2017 ..... 71

    Tabel C-28 Proporsi Kondisi gangguan jiwa cemas di Kabupaten Tojo Una-una, Tahun 2017

    ............................................................................................................................... 73

  • xxiv

    Tabel C-29 Proporsi Kondisi gangguan jiwa depresi di Kabupaten Tojo Una-una, Tahun

    2017 ....................................................................................................................... 74

    Tabel C-30. Proporsi Kondisi gangguan jiwa psikotik di Kabupaten Tojo Una-una, Tahun

    2017 ....................................................................................................................... 75

    Tabel C-31. Proporsi Kondisi normal di Kabupaten Tojo Una-una, Tahun 2017 ............ 76

    Tabel C-32. Proporsi Kondisi depresi masa lalu di Kabupaten Tojo Una-una, Tahun 201777

    Tabel C-33. Proporsi Kondisi gangguan mental emosional di Kabupaten Tojo Una-una,

    Tahun 2017 ............................................................................................................ 78

    Tabel C-34. Proporsi Pengobatan medis saat ini ............................................................ 79

    Tabel C-35. Proporsi Alasan tidak berobat ..................................................................... 80

    Tabel C-36. Proporsi Pengalaman menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap

    mati berdasarkan karakteristik di Kabupaten Tojo Una-una, Tahun 2017 (N=718)80

    Tabel D-1. Topik Utama Hasil Penggalian Informasi tentang Program Kesehatan Jiwa di

    tiga wilayah (Bogot, Jombang, Touna) dari perspektif penyelenggara kesehatan.86

  • xxv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Kerangka teori ................................................................................................. 7

    Gambar 2. Kerangka Konsep ............................................................................................. 9

    Gambar 3. Disain Penelitian ............................................................................................ 11

    Gambar 4. Alur/Prosedur Penelitian ............................................................................... 20

    Gambar 5. Peta wilayah Kabupaten Jombang ................................................................ 28

    Gambar 6. Peta wilayah Kabupaten Tojo Una-Una ........................................................ 32

    Gambar 7. Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Tojo Una-Una................... 33

    Gambar 8. Piramid penduduk Kabupaten Tojo Una-Una Tahun 2016 ........................... 34

  • xxvi

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 1. Persentase Responden Validasi berdasarkan jenis kelamin ........................... 38

    Grafik 2. Persentase Responden Validasi berdasarkan kelompok umur ....................... 39

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Secara global, kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan

    masyarakat yang menjadi masalah utama di berbagai negara. Kesehatan jiwa

    merupakan bagian penting dari kesehatan dan kesejahteraan, seperti yang tercantum

    dalam definisi sehat yang ditetapkan oleh WHO: “health is a state of complete physical,

    mental and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity”, yang

    dapat diartikan bahwa sehat mencakup aspek fisik, jiwa, dan sosial, serta tidak semata-

    mata terbebas dari penyakit atau kecacatan. Seperti halnya kesehatan secara umum,

    kesehatan jiwa dipengaruhi berbagai aspek termasuk lingkungan, sosial, ekonomi, dan

    budaya, selain juga aspek biologis seperti genetik. Dengan demikian, pendekatan

    intervensi harus menyeluruh mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif,

    disamping juga melibatkan multi disiplin ilmu dan pendekatan multi setting. (WHO,

    2013)

    Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang

    secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

    kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan

    mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya(Kemenkes, 2014).

    Gangguan jiwa, secara timbal balik berkaitan dengan kondisi penyakit kronik

    tertentu seperti kanker, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, HIV/AIDS, dan

    penyakit kronik lain yang berdampak pada kondisi sosial ekonomi penderita.

    Disamping itu, penderita gangguan jiwa yang tidak terkontrol, dalam waktu yang lama

    dapat berisiko lebih tinggi untuk mengalami ketidakmampuan, penyakit tidak menular

    tertentu, kecacatan serta bunuh diri. Penderita depresi berat dan schizophrenia

    mempunyai risiko 40% sampai 60% lebih tinggi untuk mengalami kematian premature

    dibandingkan populasi umum.(WHO, 2013).

  • 2

    Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan salah satu prioritas

    pembangunan kesehatan mengingat kesehatan jiwa juga bagian dari kesehatan

    masyarakat secara keseluruhan serta keterkaitan erat dengan berbagai penyakit

    seperti penyakit tidak menular serta penyakit kronik lainnya. Hasil RISKESDAS 2013

    menunjukkan bahwa prevalensi nasional gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia)

    adalah 1.7 per mil dengan prevalensi tertinggi di DI Yogjakarta dan Aceh (2.7 per mil),

    sedangkan terendah di Kalimantan Barat (0.7 per mil).

    Disamping gangguan jiwa berat, juga dikenal gangguan mental emosional

    (GME). Gangguan mental emosional adalah istilah yang sama dengan distres

    psikologik. Kondisi ini adalah keadaan yang mengindikasikan seseorang sedang

    mengalami perubahan psikologis. Berbeda dengan gangguan jiwa berat psikosis dan

    skizofrenia, gangguan mental emosional adalah gangguan yang dapat dialami semua

    orang pada keadaan tertentu, tetapi dapat pulih seperti semula. Gangguan ini dapat

    berlanjut menjadi gangguan yang lebih serius apabila tidak berhasil ditanggulangi.

    Prevalensi nasional gangguan mental emosional pada populasi usia 15 tahun ke atas

    sebesar 6% dengan prevalensi tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah (11.6%) dan

    terendah di Lampung (1.2%). Prevalensi tertinggi setelah Sulawesi Tengah adalah

    Sulawesi Selatan (9,3%), Jawa Barat (9,3%) dan Nusa Tenggara Timur

    (7,8%).(Litbangkes, 2013)

    Program kesehatan jiwa yang sudah berjalan selama ini mencakup program

    pemerintah dan dukungan dari kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh organisasi profesi

    maupun lembaga swadaya masyarakat. Program pelayanan kesehatan jiwa telah

    diupayakan dapat terpenuhi sesuai kebutuhan baik di tingkat layanan primer maupun

    sekunder. Dari data RISKESDAS 2013 cakupan pengobatan gangguan jiwa berat sebesar

    61.7%, sementara cakupan pengobatan gangguan mental emosional (2 minggu

    terakhir) masih rendah, sebesar 11.9%. Terjadinya kesenjangan pengobatan orang

    dengan gangguan mental terjadi hampir di seluruh negara di dunia. Kesenjangan

    pengobatan (treatment gap) dihitung dari selisih prevalensi gangguan mental dengan

    proporsi pengobatan pada individu yang megalami gangguan mental. Sekitar 76% dan

    85% dari penderita gangguan jiwa berat di negara-negara berpenghasilan rendah dan

  • 3

    menengah tidak menerima pengobatan, adapun untuk negara berpenghasilan tinggi

    sekitar 35% dan 50% dalam satu tahun. Kesenjangan ini terjadi salah satunya

    diakibatkan kurangnya jumlah dan distribusi tidak merata sumber daya untuk

    kesehatan mental. Selain itu, keterlibatan masyarakat sipil untuk kesehatan mental di

    negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah kurang berjalan dengan baik.

    Hanya 49% dari negara-negara berpenghasilan rendah yang terdapat organisasi untuk

    orang dengan gangguan mental dan ketidakmampuan psikososial, sedangkan negara

    maju dengan 83%.

    Dalam rangka memperkecil kesenjangan pengobatan (treatment gap) salah

    satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan adanya deteksi awal gangguan

    mental. Gangguan mental minor seperti kecemasan, depresi atau gangguan mental

    dengan keluhan fisik sering tidak disadari sebagai gangguan mental, ketika dokter

    hanya fokus pada keluhan fisik saja maka akan terjadi pemeriksaan dan pengobatan

    yang sebenarnya tidak diperlukan.

    Terdapat sembilan ganguan jiwa yang menjadi prioritas perhatian bagi tenaga

    kesehatan terutama non spesialistik dan yang terutama bekerja di pusat pelayanan

    kesehatan primer.Ke-9 gangguan jiwa prioritas tersebut adalah depresi, psikosis,

    epilepsi, gangguan mental pada anak-anak,demensia, penyalahgunaan alcohol,

    penyalahgunaan obat terlarang dan melukai diri serta bunuh diri (WHO,2015).

    Pelayanan kesehatan jiwa yang sudah dijalankan sejauh ini masih terfokus

    pada pelayanan kuratif penderita kesehatan jiwa berat. Upaya yang bersifat preventif

    promotif gangguan jiwa berat dan gangguan mental emosional masih terbatas.

    Beberapa upaya yang telah mulai dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir

    adalah upaya pengendalian kesehatan jiwa berbasis masyarakat serta fasilitas

    kesehatan primer.

    Untuk mengetahui apa yang paling dibutuhkan oleh masyarakat, diperlukan

    survei data kesehatan jiwa di masyarakat. Bagaimana pendapat masyarakat tentang

    gangguan jiwa? Apakah keberadaan stigma gangguan jiwa di masyarakat masih

    melekat kuat? Siapa yang menjadi konsultan kesehatan jiwa sebelum pasien datang ke

    Puskesmas dan apa yang membuat mereka akhirnya datang ke Puskesmas? Lebih

  • 4

    lanjut, adalah melakukan studi untuk mengetahui apa problem kesehatan jiwa yang

    sering terjadi di masyarakat(Marchira, 2011).

    Semakin tingginya masalah jiwa, maka diperlukan instrumen screening

    gangguan psikiatri yang cepat dan dapat digunakan di fasilitas kesehatan primer.

    Terdapat instrumen singkat wawancara terstruktur untuk diagnosa gangguan kejiwaan

    dikembangkan oleh psikiatri dan klinisi di Amerika Serikat dan Eropa untuk gangguan

    psikiatri dalam DSM-IV dan ICD-10, yaitu instrumen The Mini-International

    Nueropsychiatric Interview (M.I.N.I) (Sheehan dkk, 1998). Instrumen yang dapat

    mendiagnosis 14 jenis gangguan jiwa (termasuk depresi, cemas/anxietas, dan

    gangguan psikotik) ini memerlukan waktu yang tidak lama (sekitar 15 menit) untuk

    wawancara psikiatri dalam uji klinis multisenter ataupun penelitian epidemiologi.

    B. Perumusan Masalah Penelitian

    Sampai saat ini Kementerian Kesehatan belum memiliki instrumen yang dapat

    digunakan dalam survei besar guna mengukur gangguan jiwa yang spesifik dan terarah,

    yaitu depresi, cemas dan psikotik. Instrumen yang digunakan dalam survei selama ini

    (SRQ-20) hanya dapat menggambarkan gangguan mental emosional pada masyarakat.

    Sedangkan untuk kebutuhan program kesehatan jiwa diperlukan angka prevalensi

    gangguan jiwa yang lebih spesifik misalnya yang dapat menggambarkan depresi, cemas

    dan psikotik.

    Data nasional terkait yang kesehatan jiwa yang lebih spesifik dan terarah

    masih belum memadai, sementara program pengendalian kesehatan jiwa sangat

    membutuhkan data yang spesifik dan lebih terarah untuk penerapan program yang

    lebih efektif dan berdaya ungkit besar sesuai dengan kebutuhan di masyarakat.

    Berdasarkan data RISKESDAS 2013, tampak adanya kesenjangan antara

    permasalahan yang ada dengan pelayanan kesehatan yang tersedia. Meskipun angka

    cakupan pengobatan gangguan jiwa berat relatif cukup tinggi, perlu dipertimbangkan

    adanya kemungkinan ‘over estimate’ terkait keterbatasan dalam mengumpulkan data

    gangguan jiwa berat yang terbatas pada yang bisa dipahami oleh keluarga responden.

  • 5

    Sementara itu, masalah gangguan mental emosional juga belum bisa menggambarkan

    secara spesifik terkait depresi dan cemas.

    Di samping itu, pelayanan kesehatan jiwa yang sudah dijalankan sejauh ini

    masih terfokus pada pelayanan kuratif penderita kesehatan jiwa berat. Upaya yang

    bersifat preventif promotif gangguan jiwa berat dan gangguan mental emosional

    masih terbatas. Beberapa upaya yang telah mulai dikembangkan dalam beberapa

    tahun terakhir adalah upaya pengendalian kesehatan jiwa berbasis masyarakat serta

    fasilitas kesehatan primer. Meskipun angka cakupan pelayanan untuk

    psikosis/skizofrenia sudah mencapai 61%, masih banyak upaya yang harus lebih

    ditingkatkan untuk kualitas dan keberlanjutan pengobatan. Sementara untuk gangguan

    mental emosional, angka cakupan pengobatan masih sangat rendah.

    Berkaitan dengan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini

    dimaksudkan untuk mengembangkan instrumen kesehatan jiwa yang spesifik dan

    dapat memberikan gambaran permasalahan kesehatan jiwa yang lebih spesifik dan

    terarah.

    Pertanyaan Penelitian:

    1. Bagaimana validitas dan reliabilitas instrumen depresi, instrumen cemas, dan

    instrumen psikotik yang akan dikembangkan untuk deteksi dini gangguan jiwa?

    2. Berapa proporsi penderita gangguan jiwa pada beberapa daerah di Indonesia?

    3. Berapa besar kesenjangan pengobatan (treatment gap) penderita gangguan

    jiwa?

    4. Bagaimana pelaksanaan program kesehatan jiwa berbasis masyarakat dan

    fasilitas kesehatan yang telah berjalan serta apa saja kendala dan kebutuhan ke

    depan untuk perbaikan program

    C. Tujuan Penelitian

    C.1. Tujuan Umum

    Mengetahui permasalahan kesehatan jiwa pada beberapa daerah di Indonesia.

  • 6

    C.2. Tujuan Khusus

    a. Mendapatkan validitas dan reliabilitas instrumen deteksi dini depresi, cemas

    dan psikotik

    b. Mendapatkan proporsi gangguan depresi , cemas dan psikotik

    c. Mendapatkan proporsi ‘treatment gap’ pada gangguan jiwa

    d. Mendapatkan gambaran program kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat

    dan fasilitas kesehatan

    D. Manfaat Penelitian

    a. Instrumen yang diujikan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan

    dalam survei kesehatan jiwa di masyarakat.

    b. Besaran masalah dan gambaran upaya kesehatan jiwa akan memberikan

    dukungan berbasis bukti untuk perbaikan program kesehatan jiwa.

  • 7

    BAB II

    METODE

    A. Kerangka Teori

    Gangguan kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan yang cukup

    kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor di luar kesehatan. Beberapa studi

    menunjukkan beberapa faktor yang berkaitan dengan gangguan kesehatan jiwa,

    diantaranya adalah adanya kesenjangan dalam beberap aspek, seperti pendidikan,

    sosial dan ekonomi. Disamping itu, faktor komunikasi dengan keluarga dan lingkungan

    sosial sekitarnya juga berperan dalam kesehatan jiwa seseorang.

    Gambar 1. Kerangka teori

    Sumber: Social Determinant of Mental Health, WHO, 2014.

    Kesenjangan

    ekonomi: jenis

    pekerjaan;

    penghasilan;

    pengeluaran

    Komunikasi/hubunga

    n dengan keluarga:

    Pola asuh; komunikasi

    dengan orang tua dan

    pasangan;

    Kesenjangan Sosial

    (Pendidikan,

    komunikasi di

    masyarakat)

    Periode umur tertentu:

    Remaja;lansia;masa

    kehamilan/kelahiran; masa

    pencari kerja; masa awal

    berumah tangga

    Kesehatan:

    Kecacatan; disabilitas;

    penyakit kronik tertentu;

    gangguan jiwa pada org tua

    atau anggota keluarga lain;

    Mental Health

    disorders

    Lingkungan:

    Kepadatan penduduk;

    bencana alam; musibah;

    Deteksi dini

    dan

    pencegahan

    Deteksi dini

    dan

    pencegahan

    Deteksi dini

    dan

    pencegahan

  • 8

    Sementara dalam memahami risiko gangguan jiwa serta penanganan atau

    intervensi pencegahan gangguan jiwa berkaitan erat dengan determinan sosial dan

    dapat dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut (WHO, 2014):

    a. Life course (siklus) hidup: Masa-masa kehamilan, pre-natal, masa awal anak-anak,

    remaja, masa awal berumah tangga dan lansia.

    b. Community (lingkungan masyarakat): kehidupan bertetangga, keamanan lingkungan

    rumah, partisipasi masyrakat, kekerasan/kejahatan di masyarakat, gangguan yang

    terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal (bencana alam ataupun karena

    manusia).

    c. Local services (pelayanan pemerintah setempat): ketersediaan pelayanan

    pendidikan usia dini, pelayanan remaja, pelayanan kesehatan, kesejahteraan social,

    sanitasi dan air bersih.

    d. Country level factors (Faktor di tingkat nasional)

    Penanggulanan kemiskinan, kesenjangan ekonomi dan sosial, diskriminasi,

    kepemerintahan, hak asasi manusia, konflik bersenjata, kebijakan pemerintah untuk

    meningkatkan pendidikan, kesempatan kerja, pelayanan kesehatan, perumaha dan

    pelayanan pemerintah lainnya sesuai dengan kebutuhan, kebijakan jaminan sosial

    yang universal atau menyeluruh. (WHO, 2014)

  • 9

    B. Kerangka Konsep

    Gambar 2. Kerangka Konsep

    Sosial, demografi, budaya, ekonomi,

    Kondisi Mental

    Depresi, Cemas, Psikotik

    Pelayanan Kesehatan Mental

    (Input, Proses, Output)

    Deteksi dini

    Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

    Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat

    Upaya Berbasis Masyarakat

    WAWANCARA : PSIKIATER

    PSIKIATRI

    MINI-ICD-10: ENUMERATOR

    Instrumen depresi, cemas,

    psikosis MINI ICD-10

    valid dan reliabel

    Interrater dengan

    video

  • 10

    Kesehatan jiwa di masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor: sosial,

    demografi, budaya, ekonomi, juga pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini, akan

    dilakukan uji validasi dan reliabilitas instrumen kesehatan jiwa untuk deteksi dini di

    masyarakat. Alat ukur yang akan dinilai adalah MINI (The Mini-International

    Nueropsychiatric Interview) . Sebagai standar emas adalah wawancara psikiatri oleh

    psikiater. Untuk melakukan standarisasi psikiater sebagai gold standar dengan uji

    inter-rater menggunakan cara penilaian terhadap video wawancara psikiatrik. Untuk

    dapat menilai apakah alat ini baik digunakan, dilakukan serangkaian pemeriksaan

    terhadap responden yang terdiri dari pasien gangguan jiwa (depresi, cemas, psikosis)

    dan subjek normal. Alat ukur dikatakan valid apabila memiliki sensitivitas dan

    spesifisitas yang optimal dengan keakuratan (agreement) di antara petugas wawancara

    baik psikiater dan enumerator. Adapun upaya kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh

    fasilitas kesehatan juga akan digali dari sisi input, proses, dan outputnya.

    C. Tempat dan Waktu

    Penelitian akan dilaksanakan di desa/kelurahan dengan kondisi variasi masalah

    gangguan jiwa di : Kota Bogor - Provinsi Jawa Barat (mewakili daerah perkotaan Jawa

    dengan prevalensi Gangguan Mental Emosional tinggi), Kabupaten Tojo Una-una -

    Sulawesi Tengah (mewakili daerah non-perkotaan luar Jawa dengan prevalensi

    Gangguan Mental Emosional tinggi), dan Kabupaten Jombang - Provinsi Jawa Timur

    (mewakili daerah Gangguan Mental Emosional rendah dengan program desa siaga

    kesehatan jiwa). Dan penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu tahun 2017.

  • 11

    D. Disain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain kros seksional (pontong

    lintang) untuk informasi yang bersifat kuantitatif. Penelitian ini akan menerapkan

    pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mix method).

    Metode mix method yang digunakan adalah ‘concurrent triangualation

    strategy’ yang menerapakan studi kualitatif dan kuantitatif dalam periode waktu yang

    sama dan hasilnya dianalsisi terpisah serta saling melengkapi dalam interpretasinya.

    (Creswell 2003, Terrel 2012).

    Gambar 3. Disain Penelitian

    E. Populasi dan Sampel

    Validasi dan survey

    Populasi untuk studi kuantitatif adalah penduduk usia 15 tahun ke atas pada

    satu desa/kelurahan di Kota Bogor (Provinsi Jawa Barat), kabupaten Jombang (Provinsi

    Jawa Timur), dan Kabupaten Tojo Una-Una (Provinsi Sulawesi Tengah).

    Sampel kuantitatif adalah individu berusia 15 tahun ke atas (laki-laki dan perempuan)

    yang terpilih di wilayah tersebut.

    Sumber: Terrel, 2012

    Quantitative Qualitative +

    Quantitative

    data

    collection

    Qualitative

    data

    collection

    Quantitative

    data analysis Qualitative

    data analysis Data Results Compared

  • 12

    F. Besar Sampel dan Pemilihan Sampel

    Perhitungan besar sampel individu:

    Untuk kepentingan jumlah sampel uji validasi (sensitivitas dan spesifisitas)

    instrumen.

    a. Instrumen Depresi

    Jumlah Sampel Sensitivitas (Se)

    Dengan Sensitivitas yang diharapkan dari penelitian yang pernah ada adalah 96%

    (Sheehan, 1997), dan d=0,05 dan ditambah cadangan maka diperoleh 65 individu yang

    menderita depresi.

    Jumlah Sampel Spesifisitas (SP)

    Dengan Spesifisitas yang diharapkan dari penelitian yang pernah ada adalah

    SP=88% (Sheehan, 1997) dan w=0,05 maka diperoleh 178 individu nornal.

    b. Instrumen Cemas

    Jumlah Sampel Sensitivitas (Se)

    Dengan Sensitivitas instrumen cemas yang diharapkan dari penelitian yang

    pernah ada adalah 91% (Sheehan, 1997), dan d=0,05 dan ditambah cadangan maka

    diperoleh 138 individu yang mederita cemas.

    Jumlah Sampel Spesifisitas (SP)

    Dengan Spesifisitas instrumen cemas yang diharapkan dari penelitian yang

    pernah ada adalah SP=86% (Sheehan, 1997) dan w=0,05 maka diperoleh 204 individu

    normal.

    c. Instrumen Psikotik

    2

    2 2 / 1 ) 1 (

    d

    Se Se z n

  • 13

    Jumlah Sampel Sensitivitas (SN)

    Dengan Sensitivitas instrumen psikotik yang diharapkan dari penelitian yang

    pernah ada adalah 84% (Sheehan, 1997), dan d=0,05 dan ditambah cadangan maka

    diperoleh 227 individu menderita psikotik.

    Jumlah Sampel Spesifisitas (SP)

    Dengan Spesifisitas instrumen psikotik yang diharapkan dari penelitian yang

    pernah ada adalah SP=89% (Sheehan, 1997) dan w=0,05 maka diperoleh 165 individu

    normal.

    Sehingga untuk sampel yang akan diwawancara untuk uji validasi adalah

    sejumlah 978 individu yang terdiri dari 431 orang penderita dan 547 orang normal

    yang akan diwawancara dengan instrumen MINI dan oleh psikiater.

    Sampel Se Sampel Sp

    Instrumen MINI-depresi 65 178

    Instrumen MINI-Cemas 138 204

    Instrumen MINI-Psikotik 227 165

    Jumlah sampel penderita 431 -

    Jumlah sampel normal - 547

    Sampel Survey

    2

    2

    2 / 1

    ) x deff 1 (

    d

    P P z

    n

  • 14

    Untuk kepentingan gambaran proporsi, dengan angka prevalensi cemas di

    populasi umum (Kessler, 1999) 3,2%, dengan nilai confident interval 95%, nilai absolute

    precision (d) 0.02, dan dikalikan deff=2 didapatkan jumlah sampel sebesar 595 orang.

    Dengan angka prevalensi depresi di populasi umum (Kessler, 1999) 12,2%,

    dengan nilai confident interval 95%, nilai absolute precision (d) 0.05, dan dikalikan

    deff=2 didapatkan jumlah sampel sebesar 330 orang.

    Dengan angka prevalensi psikotik di populasi umum diperkirakan 1%, dengan

    nilai confident interval 95%, nilai absolute precision (d) 0.01, dan dikalikan deff=2

    didapatkan jumlah sampel sebesar 761 orang.

    Sehingga sampel untuk survey adalah 761 orang per kabupaten/kota.

    Pemilihan sampel

    Untuk sampel uji instrumen, sampel diambil secara purpossive dari daftar pasien

    RS Jiwa pemerintah yang memenuhi kelompok umur < 65 tahun dan >= 65 tahun,

    kelompok pendidikan rendah (= SMA), dan kelompok

    laki-laki dan perempuan. Dan juga sampel dari penduduk masyarakat umum yang

    berasal dari wilayah tempat tinggal (kecamatan) yang sama dari sampel yang diperoleh

    dari daftar RS.

    Pengambilan sampel gambaran proporsi dilakukan secara stratified random

    sampling. Dilakukan pengelompokkan kecamatan di masing – masing kabupaten kota

    berdasarkan proporsi penderita ODGJ di masing-masing kecamatan, yaitu kecamatan

    dengan ODGJ di atas rata-rata kabupaten dan kecamatan dengan proporsi di bawah

    rata-rata. Dari masing-masing kelompok kecamatan, dipilih secara acak sejumlah

    kecamatan secara proporsional. dari masing-masing kecamatan tersebut, dipilih lagi

    secara acak satu desa. Di setiap desa dihitung secara proporsional penduduk untuk

    mendapatkan jumlah sampel di setiap desa. Dari tiap desa dipilih lima Rukun Tetangga

    secara acak. Dari setiap Rukun Tetangga diperoleh daftar (sampling frame) Rumah

    Tangga, dan dipilih secara acak sejumlah Rumah Tangga. Sampel responden di setiap

    Rukun Tetangga dihitung dari jumlah sampel untuk setiap desa dibagi rata dalam lima

  • 15

    rukun tetangga. Seluruh individu berusia >= 15 tahun di Rumah tangga terpilih, diambil

    sebagai sampel.

    Pemilihan sampel fasilitas kesehatan adalah dengan mengambil seluruh fasilitas

    kesehatan yang ada di wilayah terpilih, baik berupa puskesmas ataupun posyandu.

    Informan masyarakat diambil secara purpossive dari keluarga responden yang positif

    menderita gangguan jiwa serta dari tokoh masyarakat. Adapun informan dari fasilitas

    adalah tenaga kesehatan pelaksana program kesehatan jiwa serta pimpinan fasilitas

    kesehatan.

    Video Wawancara Psikiatrik

    Pembuatan video wawancara psikiatrik bertujuan sebagai sarana (tools) inter-

    rater para psikiater (gold standar). Responden untuk video wawancara psikiatrik

    sejumlah 30 orang yang terdiri dari: 3 pasien depresi berat, 2 pasien depresi sedang, 5

    orang pasien cemas, 5 orang pasien psikotik rawat inap, 5 orang pasien psikotik rawat

    jalan, 10 orang normal. Rensponden dipilih secara purpossive. Responden psikotik

    rawat inap dipilih dari bangsal perawatan stabilisasi, dimana kondisi sudah terkontrol.

    Pengumpulan data kualitatif

    Informan penelitian kualitatif

    1. Tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap program dan pelayanan

    kesehatan jiwa di tingkat puskesmas, dinkes kab/kota dan provinsi. – 6 orang per

    wilayah

    2. Tokoh masyarakat atau anggota masyrakat yang berkaitan dengan pelayanan

    kesehatan jiwa (kepala desa, PKK, anggota atau tokoh masyarakat lainnya) – 8

    orang per wilayah

    3. Kader kesehatan – 4 orang per wilayah

    4. Organisasi profesi – 2 orang per wilayah

    5. Pasien dan keluarga – 6 orang

  • 16

    G. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

    Kriteria inklusi:

    - Laki-laki dan perempuan usia 15 tahun ke atas yang tinggal sebagai penduduk

    tetap di kecamatan di provinsi terpilih.

    Kriteria eksklusi:

    - Mengalami kesulitan ingatan dan komunikasi yang parah sehingga tidak dapat

    memberikan informasi atau jawaban yang mewakili dirinya secara akurat.

    H. Variabel

    Variabel yang akan dianalisis mencakup:

    Kesehatan jiwa:

    Depresi, cemas, psikosis/schizprenia, riwayat berobat.

    Sosial ekonomi:

    Pendidikan, pekerjaan, umur, jenis kelamin, pencarian pengobatan.

    Di samping data kuantitatif primer, akan dilakukan juga pengumpulan data

    kuantitatif sekunder yang meliputi data dari Puskesmas dan posyandu setempat,

    berupa data input (tenaga kesehatan, ketersediaan obat), proses (program kesehatan

    jiwa yang berjalan), output (cakupan kegiatan).

    Data kualitatif ditujukan untuk mendapatkan gambaran aspek sosial budaya

    terkait gangguan kesehatan jiwa, peran keluarga, peran masyarakat sekitar, akses

    terhadap pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan.

    Topik yang akan digali mencakup: kebutuhan, kendala, harapan, nilai dan sikap

    terhadap kesehatan jiwa (cemas, depresi, schizrophenia).

  • 17

    I. Definisi Operasional

    No Variabel Definisi

    1. Depresi adalah salah satu gangguan suasana perasaan, terdiri dari

    sekumpulan gejala yang terutama ditandai oleh adanya: (a).

    perasaan yang sedih/murung, (b). kehilangan minat, (c). tidak

    bertenaga dan mudah lelah; yang dapat menyebabkan

    terganggunya aktivitas sampai paling tidak 2 minggu. Gejala lain

    yaitu konsentrasi dan perhatian berkurang, gangguan pola

    makan, adanya gagasan atau perbuatan membahayakan diri/

    bunuh diri, gangguan tidur, harga diri dan kepercayaan diri

    berkurang, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis,

    serta perasaan tidak berguna/ rasa bersalah.

    2. cemas adalah suatu perasaan yang tidak nyaman, khawatir, yang

    disertai dengan gejala-gejala otonom seperti sakit kepala,

    perspirasi/berkeringat, palpitasi/jantung berdebar, rasa tidak

    enak perut, atau kegelisahan motorik/fisik, yang dapat

    mengganggu aktivitas sehari hari.

    3. Psikosis/

    Schizprenia

    adalah kondisi mental/jiwa saat realitas menjadi sangat

    terdistorsi yang berakibat pada timbulnya gejala seperti waham,

    halusinasi dan gangguan pikiran. Orang dengan skizofrenia atau

    gangguan psikotik lainnya tidak hanya menderita gejala psikotik,

    tetapi juga gejala lain seperti psikomotor yang abnormal,

    gangguan mood/afek, defisit kognitif, dan perilaku yang kacau.

    4. riwayat berobat Informasi yang berkaitan dengan pengobatan gangguan jiwa

    yang pernah dijalani oleh responden

    5. Pendidikan Tingkat pendidikan tertinggi yang telah dicapai

    6. Pekerjaan Pekerjaan utama responden

    7. Kepemilikan Kepemilikan atas barang yang ada di rumah tangga

    8. Umur Umur responden sesuai ulang tahun terakhir

    9. Jenis kelamin Jenis kelamin responden

    10. Pencarian Perilaku responden dalam mengakses pelayanan kesehatan

  • 18

    pengobatan untuk mencari kesembuhan

    11. Tenaga

    kesehatan

    Tenaga kesehatan pelaksana kegiatan upaya kesehatan jiwa

    12. Ketersediaan

    obat

    Ketersediaan obat bagi penderita gangguan jiwa

    13. Program

    kesehatan jiwa

    Upaya kesehatan jiwa yang berjalan di puskesmas atau

    posyandu baik berupa penyuluhan

    J. Instrumen dan Pengumpulan Data

    Sampel akan diwawancara menggunakan instrumen :

    1. MINI- Depresi (dalam 2 minggu terakhir, 10 pertanyaan Ya/Tidak)

    2. MINI-Cemas (dalam 6 bulan terakhir, 23 pertanyaan Ya/Tidak)

    3. MINI-Psikotik (seumur hidup, 7 pertanyaan Ya/Tidak)

    4. SRQ (menggambarkan gangguan mental emosional umum, dalam 2 minggu

    terakhir, 20 pertanyaan Ya/Tidak)

    5. Instrumen wawancara oleh psikiatri (sebagai gold standard penilaian validitas

    instrumen SRQ, depresi, cemas, psikotik)

    Pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui wawancara medalam dengan topik:

    1. Pemahaman tentang gangguan kesehatan jiwa (depresi, cemas, psikotik) dari

    perspektif: Nakes, Lintas sektor terkait, Masyarakat (toma, kader, pasien dan

    keluarg, dll), Organisasi profesi terkait kesehatan jiwa

    2. Tradisi dan budaya terkait kesehatan jiwa (depresi, cemas, psikotik)

    3. Program dan kebijakan yang ada terkait kesehatan jiwa : Pelaksanaannya,

    Kendala, Rencana ke depan, Kebutuhan

    4. Peran dan kebutuhan pelayanan dan pencegahan kesehatan jiwa dari

    perspektif: lintas sector, masyarakat,

    5. Stigma dan persepsi terkait gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik)

    dari perspektif: nakes, masyarakat dan toma,aparat setempat

  • 19

    6. Upaya pelayanan gangguan kesehatan jiwa (cemas, depresi, psikotik) termasuk

    kegiatan dan sumber daya yang ada dari persepektif: Nakes, Masyarakat dan

    toma, Organisasi profesi, Pasien , Keluarga pasien

    7. Upaya pencegahan gangguan kesehtan jiwa (cemas, depresi, psikotif) terkait

    kegiatan dan sumber daya dari perspektif: Nakes, Masyarakat, kader dan toma,

    Organisasi profesi

    K. Prosedur Kerja

    1. Persiapan: pembahasan protokol, pre instrumen

    2. Finalisasi protokol dan pengajuan ethical clearens

    3. Pembahasan instrumen

    a. Pembahasan isntrumen intern tim

    b. Ujicoba kuesioner terbatas pada 10 responden

    c. Pembahasan hasil uji coba terbatas dan perbaikan instrumen

    d. Persiapan pembuatan video: 3 depresi berat, 2 depresi sedang, 5 orang

    cemas, 5 orang psikotik rawat inap, 5orang psikotik rawat jalan, 10

    orang normal)

    e. Kunjungan dan izin pembuatan video di RS Marzuki Mahdi

    4. Pembuatan video untuk rekrutment psikiater, editing video dan finalisasi

    video

    5. Rekrutmen psikiater, enumerator, pe ngurusan izin di daerah penelitian

    6. Persiapan uji validasi

    7. Pelaihan psikiater dan enumerator

    8. Uji validasi

    9. Analisis hasil uji validasi

    10. Survey untuk mendapatkan gambaran proporsi dan kualitatif gambaran

    program kesehatan jiwa berbasis masyarakat

    11. Entry data survey, cleaning dan analisis

    12. Penyusunan laporan

    13. Diseminasi

  • 20

    Gambar 4. Alur/Prosedur Penelitian

    Penyusunan laporan

    Persiapan (finalisasi protokol, pre instrumen, etik)

    Pembahasan instrumen

    (pakar psikiater, antropolog, sosial, budaya) – ujicoba terbatas

    instrumen

    Perizinan dan persiapan lapangan Kota Bogor: listing responden

    Kabupaten Jombang: listing responden Kabupaten Tojo Una-una: listing responden

    Pembuatan video sebagai alat rekrutmen psikiater

    Pelatihan Enumerator

    Pelaksanaan Uji Validasi: Kota Bogor, Kabupaten Jombang, Kabupaten Tojo

    Una-una

    Analisis proporsi dan treatment gap

    Rekrutmen tenaga psikiater (sebagai gold

    standar) dan tenaga enumerator

    Survey untuk mendapatan angka proporsi: Kota Bogor,

    Kabupaten Jombang, Kabupaten Tojo Una-una

    Analisis reliabilitas, sensitivitas dan spesivisitas

  • 21

    Penelitian ini diawali dengan finalisasi protokol dan persiapan untuk

    pengajuan etik. Dilanjutkan pembahasan instrumen deteksi dini (depersi, cemas dan

    psikosis dari instrumen MINI. Pembuatan video yang akan digunakan sebagai alat

    untuk rekrutmen psikiater. Kegiatan dilanjutkan dengan rekrutmen enumerator yang

    akan mewawancara responden menggunakan instrumen SRQ-20, MINI-cemas, MINI-

    depresi, MINI-psikosis, yaitu dari tenaga kesehatan non-spesifik jiwa. Juga dilakukan

    rekrutmen tenaga psikiater yang hasil wawancaranya akan menjadi gold standar dalam

    uji instrumen. Dalam rekrutmen psikiater dilakukan dengan metode penayangan video

    untuk selanjutnya dipilih psikiater dengan diagnosis yang sama untuk kasus video yang

    ditampilkan, sehingga antar psikiater sebagai alat ukur memiliki standar yang sama.

    Responden pasien gangguan jiwa didampingi oleh keluarga saat wawancara

    pembuatan video. Responden psikotik rawat inap dipilih dari bangsal perawatan

    stabilisasi, dimana kondisi sudah terkontrol. Saat pembuatan video berlangsung,

    responden psikotik rawat inap didampingi oleh petugas ruangan. Pembuatan video

    dilakukan dengan beberapa ketentuan:

    - Ruangan : tertutup, mempunyai pintu, bersih dan nyaman .

    - Suasana relax.

    - Psikiater mengenakan pakaian bebas rapih, dengan jas dokter

    - Mebeler : meja tulis/kerja, kursi untuk masing-masing psikiater dan subjek.

    - ATK : pulpen, kertas.

    - Responden memasuki ruangan dan mengambil tempat duduk.

    - Psikiater mengucapkan salam.

    - Setelah responden duduk dan dalam suasana relax, psikiater memperkenalkan diri

    secara singkat, menyampaikan maksud wawancara dan perekaman proses

    wawancara dengan membacakan naskah penjelasan. Psikiater meminta

    tandatangan persetujuan responden jika responden menyetujui ikut serta dalam

    pembuatan video.

    - responden diminta menyebutkan identitas umur, tempat tinggal, pendidikan,

    pekerjaan, status perkawinan dan lain-lain yang dianggap perlu.

  • 22

    - Psikiater bertanya tentang keluhan utama yaitu keluhan yang menyebabkan

    responden datang ke tempat itu.

    - Apabila diperlukan , psikiater dapat melakukan pemeriksaan vital sign.

    Selanjutnya adalah perizinan ke wilayah penelitian dan penyiapan sampel

    responden dengan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan serta puskesmas dan untuk

    mendapatkan informasi sampel yang diharapkan.

    Dalam pelaksanaan, sampel individu akan diwawancara oleh enumerator

    dengan instrumen MINI-cemas, MINI-depresi, MINI-psikosis, SRQ-20 dan juga

    diwawancara oleh psikiater menggunakan wawancara psikiatris. Hal ini bertujuan

    untuk mengukur validitas instrumen MINI terhadap hasil wawancara psikiatris psikiater

    (sebagai gold standar). Adapun untuk mengukur reliabilitas instrumen MINI, maka

    sejumlah 30 responden per kabupaten juga akan diwawancara dua kali menggunakan

    instrumen MINI yang dikembangkan dengan jeda waktu kurang lebih satu - dua hari

    dengan enumerator yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk menilai reliabilitas

    instrumen. Untuk mendapatkan gambaran proporsi dan treatment gap dilakukan

    survey di daerah yang sama.

    Untuk menggali informasi aspek sosial budaya terkait gangguan kesehatan

    jiwa, peran keluarga, peran masyarakat sekitar, akses terhadap pelayanan kesehatan,

    kualitas pelayanan kesehatan, kebutuhan, kendala, harapan, nilai dan sikap terhadap

    kesehatan jiwa (cemas, depresi, schizrophenia), maka akan dilakukan FGD dan

    wawancara mendalam bagi informan dari masyarakat, tokoh masyarakat dan tenaga

    kesehatan.

    L. Manajemen dan Analisis Data

    Untuk kepentingan uji validasi, akan dilakukan uji sensitivitas dan spesifisitas

    instrumen cemas, instrumen depresi, instrumen psikotik dan SRQ-20 terhadap hasil

    wawancara oleh Psikiater (sebagai gold standard). Serta membandingkan hasil SRQ-20

    terhadap hasil instrumen cemas, instrumen depresi, dan instrumen psikotik.

    Reliabilitas instrumen akan diukur dari hasil wawancara oleh dua enumerator yang

  • 23

    berbeda. Untuk data survey akan dianalisis gambaran proporsi serta treatment gap.

    Selain itu, juga akan dilakukan bivariate variabel gangguan jiwa dengan beberapa

    faktor risiko yang ada dikumpulkan dalam instrumen. Data akan dianalisis secara

    terpisah untuk data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif akan dianalisi secara

    tematik sesuai dengan hasil wawancara.

  • 24

    BAB III

    HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

    A1. Kota Bogor

    a. Keadaan Geografis

    Kota Bogor merupakan wilayah yang istimewa. Kota Bogor terletak 59 KM

    sebelah selatan Jakarta dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah

    Kabupaten Bogor. Bogor dikenal dengan julukan kota hujan, karena memiliki

    curah hujan yang sangat tinggi. Pada masa Kolonial Belanda, Bogor dikenal

    dengan nama Buitenzorg (pengucapan: boit'n-zôrkh", bœit') yang berarti "tanpa

    kecemasan" atau "aman tenteram".

    Kota Bogor telah lama dikenal sebagai pusat pendidikan dan penelitian

    pertanian nasional., yaitu adanya lembaga dan balai penelitian pertanian dan

    biologi serta Institut Pertanian Bogor. Selain itu Kota Bogor juga memiliki banyak

    tujuan wisata salah satunya Kebun Raya Bogor.

    Kota Bogor dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor yaitu sebagai berikut :

    Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec.

    Sukaraja Kabupaten Bogor.

    Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi,

    Kabupaten Bogor.

    Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas,

    Kabupaten Bogor.

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin,

    Kabupaten Bogor.

    Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS,

    kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor

    serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang

    strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat

    kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan

    https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bogorhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kolonial_Belanda

  • 25

    pariwisata. Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan

    maksimum 330 m dari permukaan laut.

    Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 26’ C dengan suhu

    terendah 21,8’ C dengan suhu tertinggi 30,4’ C. Kelembaban udara 70 %, Curah

    hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500 – 4000 mm dengan curah hujan

    terbesar pada bulan Desember dan Januari.

    Secara administrasi Kota Bogor memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha

    terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kemudian Secara Administratif kota

    Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31 kelurahan dan 37 desa (lima

    diantaranya termasuk desa tertinggal yaitu desa Pamoyanan, Genteng,

    Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa), 210 dusun, 623 RW, 2.712 RT.

    b. Keadaan Demografi

    Jumlah penduduk kota Bogor menurut BPS Kota Bogor tahun 2016 ialah

    sebanyak 1.064.687 orang yang terdiri dari 540.288 penduduk berjenis kelamin

    laki-laki dan sebanyak 524.399 perempuan. Kepadatan penduduk di Kota Bogor

    pada tahun 2016 mencapai 8985 orang per km2. Kecamatan yang paling padat

    penduduknya ialah kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan penduduk

    sebesar 12807/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk

    terendah ialah di Kecamatan Bogor Selatan dengan angka kepadatan sebesar

    6.302/km2.

    Berdasarkan komposisi penduduk, kelompok umur dewasa muda (30 – 34

    tahun) mendominasi jumlah penduduk yaitu sebanyak 94.246 penduduk dan

    jumlah kelompok lansia (70-74 tahun) merupakan yang terkecil sejumlah 15.851

    penduduk.

    Tingkat pendidikan di Kota Bogor yang dilihat dari lama sekolah menurut

    BPS Kota Bogor berada pada angka 10,5. Artinya lama sekolah yang ditamatkan

    rata-rata penduduk ialah selama 10.5 tahun dengan demikian ada anak yang

    masih putus sekolah atau tidak melanjutkan.

    Secara umum penduduk Kota Bogor bekerja pada lapangan pekerjaan

    perdagangan dan jasa, dengan sejumlah 120.802 orang bekerja pada lapangan

  • 26

    pekerjaan perdagangan, rumah makan dan hotel, serta sebanyak 119.126 orang

    yang bekerja di sektor jasa.

    c. Situasi Derajat Kesehatan

    Ketersediaan data amat penting penyusunan perencanaan program yang

    “evidence base” sehingga diharapkan dengan data dan informasi yang akurat

    maka upaya-upaya program yang direncanakan betul-betul dapat menyelesaikan

    permasalahan kesehatan yang muncul di masyarakat.

    Ketersediaan data di Kota Bogor diupayakan melalui pencatatan dan

    pelaporan rutin maupun yang berasal dari masyarakat. Salah satu dokumen yang

    dihasilkan dari kegiatan pengumpulan dan pengolahan data kesehatan sebagai

    salah satu prasyarat terlaksananya perencanaan kesehatan yang “evidence base”

    adalah profil kesehatan Kota Bogor Tahun 2016 berikut ini.

    Tabel A-1. Data 10 penyakit utama yang dirawat jalan di Puskesmas untuk golongan 5-44 tahun di Kota Bogor tahun 2016

    Sumber: Profil kesehatan Kota Bogor 2016

    Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit hipertensi termasuk

    penyakit tidak menular (PTM) masuk dalam 3 besar sepuluh penyakit terbanyak

    yang ditemukan dan dilayani di Puskesmas di Kota Bogor.

  • 27

    Tabel A-2. Data jumlah kunjungan pasien jiwa yang berkunjung di puskesmas dan rumah

    sakit Kota Bogor tahun 2016

    Sumber: Profil kesehatan Kota Bogor 2016

    Jumlah pelayanan yang diperiksa deteksi dini di rumah sakit di Kota Bogor

    (RS Marzuki Mahdi, BMC dan Medika Dramaga) pada tahun 2016 ialah sejumlah

    21.154 kunjungan. Sedangkan jumlah pelayanan pasien jiwa di puskesmas lebih

    banyak daripada di rumah sakit yaitu sebanyak 22.147 kunjungan. Hal ini

    menunjukkan bahwa terjadinya kepercayaan masyarakat terhadap layanan jiwa

    di puskesmas di Kota Bogor.

    d. Kecamatan Tempat Penelitian

    Penelitian ini mengambil 3 kecamatan sebagai lokasi penelitian yaitu

    Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Timur.

    Kecamatan Bogor Tengah memiliki luas wilayah 8.13 km2, memiliki sejumlah 11

    kelurahan. Jumlah penduduk sebanyak 104.682 penduduk dengan jumlah laki-

    laki 52.827 orang dan jumlah penduduk perempuan 51.855 orang. Sedangkan

    Kecamatan Tanah Sareal memiliki luas wilayah 18.84 km2, memiliki sejumlah 11

    kelurahan. Jumlah penduduk sebanyak 226.906 penduduk dengan jumlah laki-

    laki 115.053 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 111.853

    orang.Kecamatan Bogor Timur memiliki luas wilayah 10.15 km2, memiliki

  • 28

    sejumlah 6 kelurahan. Jumlah penduduk sebanyak 104.737 orang dengan jumlah

    laki-laki 52.855 orang dan jumlah penduduk perempuan 51.882 penduduk orang.

    A2. Kabupaten Jombang

    a. Keadaan Geografis

    Kabupaten Jombang mempunyai letak yang sangat strategis, karena

    berada pada bagian tengah Jawa Timur dan dilintasi Jalan Arteri Primer

    Surabaya–Madiun dan Jalan Kolektor Primer Malang–Babat. Adapun batasbatas

    wilayah Kabupaten Jombang adalah:

    Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lamongan

    Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto

    Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk

    Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Malang dan Kabupaten

    Kediri

    Gambar 5. Peta wilayah Kabupaten Jombang

  • 29

    Secara geografis, Kabupaten Jombang terbentang pada 1120 03’ 46,57”

    sampai 1120 27’ 21,26” Bujur Timur dan berada di sebelah selatan garis

    Khatulistiwa yaitu pada 07 0 20’ 37 dan 07 0 46’ 45” Lintang Selatan dan dengan

    luas wilayah 1.159,50 km2 atau sekitar 2,4 % luas wilayah Propinsi Jawa Timur.

    Ibukota Kabupaten Jombang terletak pada ketinggian ± 44 m di atas permukaan

    laut.

    Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan

    yang terdiri dari 302 desa dan 4 kelurahan serta meliputi 1.258 dusun. Ditinjau

    dari komposisi jumlah desa/kelurahan, Kecamatan Sumobito memiliki jumlah

    desa terbanyak yaitu 21 desa. Namun bila ditinjau dari luas wilayah, terdapat 3

    Kecamatan yang memiliki wilayah terluas, yaitu Kecamatan Wonosalam dengan

    luas 121,63 km2, Kecamatan Plandaan dengan luas 120,40 km2 dan Kecamatan

    Kabuh dengan luas 97,35 km2.

    Secara topografis, Kabupaten Jombang dibagi menjadi tiga sub area, yaitu :

    1. Kawasan Utara, bagian pegunungan kapur muda Kendeng yang sebagian

    besar mempunyai fisiologi mendatar dan sebagian besar berbukit,

    meliputi Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu dan Ngusikan.

    2. Kawasan Tengah, sebelah selatan sungai Brantas, sebagian besar

    merupakan tanah pertanian yang cocok bagi tanaman padi dan palawija

    karena irigasinya cukup bagus, meliputi Kecamatan Bandar Kedung

    Mulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan,

    Jombang, Megaluh, Tembelang, dan Kesamben.

    3. Kawasan Selatan, merupakan tanah pegunungan, cocok untuk tanaman

    perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno dan

    Wonosalam.

  • 30

    b. Keadaan Demografi

    Proyeksi penduduk Kabupaten Jombang berdasar sensus BPS Propinsi

    Jawa Timur tahun 2010 untuk tahun 2016 adalah 1.247.303 jiwa, dengan 368.211

    rumah tangga/KK atau rata-rata 3,39 jiwa per rumah tangga. Luas wilayah

    kabupaten Jombang 1.159 km², sehingga tingkat kepadatan penduduk mencapai

    1.076/ km². Tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Jombang

    sebesar 3647 jiwa/ km² sedangkan yang terendah adalah di Kecamatan

    Wonosalam sebesar 268 jiwa/ km².

    Rasio jenis kelamin di Kabupaten Jombang pada tahun 2016 adalah 98.96

    artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki.

    Berdasarkan komposisi penduduk, kelompok umur remaja (15 – 19 tahun)

    mendominasi persentase jumlah penduduk (8,39%) dan persentase kelompok

    umur bayi (

  • 31

    c. Situasi Derajat Kesehatan

    Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari

    masyarakat (Community Based Data) melalui studi morbiditas dan hasil

    pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan yang bersumber dari Puskesmas

    maupun dari sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) melalui sistem

    pencatatan dan pelaporan. Berdasarkan laporan dari Puskesmas diketahui bahwa

    penyakit yang paling banyak diderita masyarakat di Kabupaten Jombang tahun

    2016 meliputi penyakit infeksi dan degeneratif.

    Tabel A-3. Data 10 Penyakit Terbanyak di Kabupaten Jombang Tahun 2016

    No ICD X Jenis Penyakit Jumlah Persentase terhadap Total Penderita

    1 J00 Nasofaringitis akut (common cold) 62.754 20,16 2 J06 Infeksi akut pernafasan atas lainnya 40.738 13,09 3 I10 Hipertensi 35.130 11,29 4 M79 Gangguan jaringan ikat, otot, sinovium,

    tendon dan jaringan lunak lainnya 17.125 5,50

    5 E14 Diabetes Mellitus 16.490 5,30 6 K29 Gastritis, tidak ditentukan 16.316 5,24 7 K31 Penyakit oesophagus, lambung dan usus

    dua belas jari 14.769 4,75

    8 M25 Penyakit sendi 14.520 4,67 9 J06.9 ISPA bagian atas, tidak ditentukan 11.459 3,68 10 L30 Dermatitis dan eksem 10.774 3.46

    Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2016

    Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit hipertensi termasuk

    penyakit tidak menular (PTM) masuk dalam 3 besar sepuluh penyakit terbanyak

    yang ditemukan dan dilayani di Puskesmas. Selain hipertensi, PTM yang masuk

    sepuluh penyakit terbanyak adalah Diabetes Melitus dan penyakit sendi.

    d. Kecamatan Tempat Penelitian

    Penelitian ini mengambil dua kecamatan sebagai lokasi penelitian yaitu

    kecamatan Perak dan Kecamatan Diwek. Kecamatan Perak memiliki luas wilayah

    29,05 km2 atau 2,51% dari total wilayah Kab. Jombang, memiliki 13 desa dan 36

    dusun. Jumlah penduduk kecamatan Perak sebanyak 55.223 dan laju

    pertumbuhan penduduk 1,75%. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 26.341 dan

  • 32

    perempuan 26.882. Desa yang dijadikan lokasi penelitian adalah desa Kepuh

    Kajang.

    Sedangkan Kecamatan Diwek memiliki luas wilayah 47,70 km2 atau

    4,11%, memiliki 20 desa dan 100 dusun. Jumlah penduduk Kecamatan Diwek

    sebanyak 107.800 dan laju pertumbuhan penduduk 2,74%. Jumlah penduduk

    laki-laki sebanyak 54.378 dan perempuan 53.442. Desa yang menjadi lokasi

    penelitian adalah desa Cukir dan desa Ngudirejo.

    A3. Kabupaten Tojo Una-una

    a. Keadaan Geografis Touna

    Kabupaten Tojo Una-Una adalah salah satu dari 13 Kabupaten/Kota di

    Provinsi Sulawesi Tengah. Ibu kota kabupaten ini terletak di Ampana. Semula

    kabupaten ini masuk dalam wilayah Kabupaten Poso, pada tanggal 18 Desember

    2003 berdasarkan UU No. 32 Tahun 2003 Kabupaten ini berdiri sendiri.

    Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.726 km² dan berpenduduk sebanyak

    99.866 jiwa.

    Gambar 6. Peta wilayah Kabupaten Tojo Una-Una

    Kabupaten Tojo Una-Una memiliki batas bagian utara dengan provinsi

    Gorontalo, bagian selatan berbatasan dengan kabupaten Morowali, bagian timur

    https://id.wikipedia.org/wiki/Ibu_kotahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kabupatenhttps://id.wikipedia.org/wiki/Ampanahttps://id.wikipedia.org/wiki/Poso

  • 33

    berbatasan dengan kabupaten Banggai dan bagian barat berbatasan dengan

    kabupaten Poso. Luas wilayah Kabupaten Tojo Una-Una sebesar 9.292,36 km2,

    yang terdiri dari luas wilayah daratan 5.721,51 km2, dan wilayah lautan seluas

    3.570,83 km2. Sebagian besar merupakan kawasan pegunungan dan perbukitan,

    ketinggian wilayah 500 m dpl. Kabupaten Tojo Una-Una memiliki 12 kecamatan,

    terdiri dari 6 kecamatan wilayah daratan dan 6 kecamatan di kepulauan.

    Kecamatan yang berada di wilayah daratan yaitu Ampana Kota, Ampana Tete,

    Ratolindo, Ulubongka, Tojo dan Tojo Barat. Sedangkan kecamatan yang di

    kepulauan adalah Una-una, Togean, Batudaka, Walea Kepulauan, Talatako dan

    Walea Besar.

    Gambar 7. Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Tojo Una-Una

    b. Keadaan Demografi

    Jumlah total penduduk sebanyak 149.214 jiwa, penduduk laki-laki 76.315

    jiwa dan perempuan 72.899 jiwa. Jumlah penduduk yang bek