skripsi b. indo. efektivitas penggunaan audiovisual

82
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunkasi untuk menyampaikan gagasan atau ide, perasaan serta suatu hal kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Abdullah Ambari (2003 : 6) bahwa bahasa adalah”lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap indra manusia yang berfungsi sebagai alat komunikasi”. Ditinjau dari karakteristiknya, bahasa merupakan sarana ekspresi diri dan interaksi sosial. Sebagai sarana ekspresi diri bahasa digunakan untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, perasaan seseorang. Sebagai sarana interaksi sosial, bahasa merupakan alat komunikasi dan bekerja 1

Upload: azharul-fazri-siagian

Post on 25-Jun-2015

825 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa berfungsi sebagai alat komunkasi untuk menyampaikan gagasan atau ide,

perasaan serta suatu hal kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat

Abdullah Ambari (2003 : 6) bahwa bahasa adalah”lambang bunyi suara yang

dihasilkan oleh alat ucap indra manusia yang berfungsi sebagai alat komunikasi”.

Ditinjau dari karakteristiknya, bahasa merupakan sarana ekspresi diri dan

interaksi sosial. Sebagai sarana ekspresi diri bahasa digunakan untuk

menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, perasaan seseorang.

Sebagai sarana interaksi sosial, bahasa merupakan alat komunikasi dan bekerja

sama dengan sesamanya. Karena itu pula dapat kita katakan fungsi utama bahasa

adalah untuk komunikasi sosial. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Gorys

Keraf (1979 : 3), bahwa ”fungsi bahasa lebih ditinjau dari sejarah

pertumbuhannya garis besarnya dapat untuk menyatakan ekspresi diri, sebagai

alat komunikasi, sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial”.

1

Page 2: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Kurikulum Bahasa Indonesia kelas XI semester I KTSP SMA 2006,

mengisyaratkan kepada kita tentang adanya pembelajaran Bahasa Indonesia

secara terpadu. Keterpaduan itu meliputi aspek menyimak, berbicara, membaca

dan menulis.

Keterpaduan itu harus tergambar pada keterampilan berbahasa yang meliputi

unsur kebahasaan, pemahaman, penggunaan. Semua aspek pembelajaran harus

tetap mengacu kepada hakikat dan prinsip bahwa belajar bahasa adalah belajar

berkomunikasi.

Pembelajaran mengarang di SMP yang tertuang dalam aspek menulis merupakan

bagian pembelajaran Bahasa Indonesia. Kurikulum Bahasa Indonesia KTSP

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006, yang dituangkan pada salah satu

tujuan pembelajaran adalah ”agar siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi

bentuk, makna dan fungsi menggunakan dengan tepat untuk bermacam-macam

tujuan, keperluan dan keadaan”. Tujuan umum di atas dijabarkan menjadi dua

yaitu :

1. Siswa mampu menyampaikan informasi secara lisan dan tertulis sesuai

dengan konteks dan keadaan.

2

Page 3: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

2. Siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman dan pesan

secara lisan dan tertulis (Debdikbud, 2006 : 02)

Gambaran tujuan pembelajaran ini juga dinyatakan dengan jelas dalam tujuan

pembelajaran drama ”Siswa mampu memerankan drama dengan memperhatikan

lafal, intonasi, mimik dan gerak-gerik yang tepat sesuai dengan watak tokoh

dalam pementasan drama”. (Debdikbud, 2006 : 11)

Menurut Tarigan (1998 : 93) drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk

dialog yang diproyeksikan pada pentas, dengan menggunakan percakapan dan

gerak di hadapan penonton.

Pendapat lain mengemukakan drama ialah sebuah cerita yang ditulis oleh

pengarangnya dengan maksud untuk dimainkan atau dipentaskan, (Debdikbud,

1974 : 64).

Sejalan dengan pendapat di atas, Ajib Hamzah (2005 : 204) menyatakan bahwa

agar siswa mampu memerankan lakon drama. Dalam pementasan drama maka

siswa dituntut untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut :

1. Memiliki kemampuan memahami pementasan drama dalam kemampuan bermain peran.

2. Memiliki pengetahuan bermain peran dengan gerak atau akting sesuai dengan skenario yang telah ditentukan naskah drama.

3

Page 4: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

3. Memiliki kemampuan mengamati tata bahasa, tata panggung, tata musik, tata lampu yang ada di dalam pementasan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam memerankan drama siswa harus

memiliki pengetahuan dan keterampilan serta adanya kemampuan untuk berlatih

baik secara lisan maupun tetulis.

Henry Guntur Tarigan mengemukakan bahwa ”seseorang mempelajari bahasa agar terampil berkomunikasi dan menggunakan bahasa sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Bahasa seseorang mencerminkan pikiran. Semakin terampil seseorang berbahasa, maka semakin jelasl dan cerah pula pikirannya. Keterampilan diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan latihan-latihan, melatih keterampilan berbahasa berarti berfikir” (2004 : 1)

Dengan demikian melalui latihan, siswa diharapkan mampu bermain drama

secara optimal dan berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada siswa

kelas XI semester I SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran 2008/2009,

ditemukan hal-hal sebagai berikut :

1. Guru pengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia telah sesuai dengan

keahliannya..

2. Buku paket, buku penunjang dan perpustakaan cukup tersedia.

3. Pemberian materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

4. Waktu dan tempat belajar mengajar sudah cukup memadai.

4

Page 5: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Dengan situasi belajar mengajar yang kondusif seperti ini akan diperoleh

kemampuan bermain drama dengan hasil belajar yang maksimal. Namun

kenyataan yang ada kemampuan siswa dalam bermain drama masih rendah.

Informasi ini didapat dari guru bidang studi atau mata pelajaran Bahasa Indonesia

yang mengajar di kelas XI semester I SMA Budi Utama Pajaresuk tahun pelajaran

2008/2009 pada tabel di bawah ini :

Tabel I : Nilai Tes Kemampuan Bermain Drama Siswa Kelas XI Semester I SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran 2008/2009

No Interval Nilai Jumlah SiswaPresentase

KemampuanKategori

Kemampuan1 60 > 10 31,25 % Tuntas2 < 59 22 68,75 % Tidak tuntas

Jumlah 32 100 %Sumber : Buku Nilai Buru Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI.

Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa dari 32 siswa yang

memperoleh tuntas 10 siswa (31,25 %) dan yang tidak tuntas 22 siswa (68,75 %).

Nilai KKM untuk bermain peran 60. jadi dari prapenelitian penulis di SMA Budi

Utama Pajaresuk di dapat data dari 32 siswa, siswa yang belum mampu atau

belum tuntas dalam kemampuan bermain drama sebanyak 22 siswa (68,75 %).

Maka dari itulah penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut permasalahan

tersebut.

5

Page 6: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan, maka masalahan dalam

penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut :

”Apakah Penggunaan Media Audiovisual Efektif Digunakan dalam Pembelajaran

Drama Kelas XI Semester I SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran

2008/2009”

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis menuangkan ke dalam judul

penelitian sebagai berikut :

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AUDIOVISUAL PADA PEMBELAJARAN

DRAMA SISWA KELAS XI SEMESTER I SMA BUDI UTAMA PAJARESUK

KABUPATEN TANGGAMUS 2008/2009.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi agar materi penelitian ini tidak melampaui batas, maka ruang

lingkup dalam penelitian ini adalah :

1. Objek Penelitian

Penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama dalam meningkatkan

kemampuan bermain drama tragedi komedi.

6

Page 7: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

2. Subjek Penelitian

Siswa kelas XI SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran 2008/2009.

3. Waktu Penelitian

Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009.

4. Tempat Penelitian

SMA Budi Utama Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kab. Tanggamus.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui efektifitas

penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama siswa kelas XI semester I

SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran 2008/2009.

2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai informasi atau masukan bagi guru penelitian media

yang tepat dalam pembelajaran drama.

b. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai

bahan masukan guna meningkatkan kemampuan siswa dalam

pembelajaran drama.

7

Page 8: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

c. Bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman

serta menambah cakrawala berpikir dan khususnya dalam bermain drama.

d. Bagi siswa untuk memperoleh informasi tentang kemampuan

bermain drama siswa dengan menggunakan media audiovisual.

8

Page 9: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Media Audiovisual

a. Penyediaan Media Pembelajaran

Dalam penyediaan pembelajaran merupakan komponen instruksional yang

meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dalam perkembangan media

pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi yang paling

tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan yang

bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audiovisual

yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan

pembelajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro

prosesor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif

(Seels & Richey, 1994). Berdasarkan teknologi tersebut, media

pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu :

1) Teknologi cetak adalah cara yang menghasilkan atau

penyampaian materi, seperti buku dan materi visual statis terutama

melalui proses percetakan mekanis atau fotografi.

9

Page 10: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

2) Teknologi audiovisual cara menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis

dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual.

Pengajaran melalui audiovisual jelas bercirikan pemakaian perangkat

keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tipe recorder

dan proyektor visual yang lebar.

3) Teknologi berbasis komputer merupakan cara

menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan

sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor.

4) Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan

dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa

bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Perpaduan beberapa

jenis teknologi ini dianggap teknik yang paling canggih apabila

dikendalikan oleh komputer yang memiliki kemampuan hebat seperti

jumlah random acces memory yang besar, hard disk yang besar dan

monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan periperal (alat-alat

tambahan seperti video disc player player, perangkat keras untuk

bergabung dalam satu jaringan, dan sistem audio.

10

Page 11: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

b. Pengertian Media Audiovisual

Kata media berasal dari bahasa latin, medius yang secara harfiah berarti

tengah, perantara atau tengah. Dalam bahasa arab, media adalah perantara

(wasaa’il) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Gerlach dan Elly (1971) mengatakan bahwa media adalah manusia materi

yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku

teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khususnya

pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan

sebagai alat-alat grafis, fhotografis, atau elektris untuk menangkap,

memproses, dan menyusun kembali visual dan verbal. Gague dan briggs

(1975) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi

alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi

pengajaran, yang terdiri buku, tipe, recorder, kaset, vidio, film, televisi,

foto, gambar (slide), grafik dan komputer. Sells dan Richey (1994)

mengemukakan pengertian audiovisual adalah ”perangkat keras yang

menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-

mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan

visual”. Jadi media audiovisual adalah menyampaikan materi yang

menggabungkan dua bentuk teknologi yaitu audio (dengar) dan visual

11

Page 12: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

(pandang). Dalam pembahasan ini audiovisual yang akan disajikan dalam

pembelajaran kepada siswa XI semester I SMA Budi Utama Pajaresuk

Kabupaten Tanggamus Tahun Ajaran 2008/2009 adalah berupa visual

dinamis yang diproyeksikan melalui televisi, yang berperangkat lunak

drama dan ditampilkan dalam bentuk vidio.

c. Karakteristik Pembelajaran Media Audiovisual

Teknologi media audiovisual adalah cara menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan

elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pembelajaran

media audiovisual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama

selama proses belajar, misalnya mesin proyektor film dan proyeksi film

layar lebar. Jadi pengajaran melalui media audiovisual adalah produksi

dan penggunaan materi yang menyerapnya melalui pandangan serta tidak

seluruhnya tergantung pada pemahaman kata atau simbol-simbol yang

serupa.

Lebih jelasnya uaraian karakteristik media audiovisual sebagai berikut :

1) Bersifat linier

2) Menyajikan visual yang dinamis

12

Page 13: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

3) Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

perancang atau pembuatnya.

4) Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak

5) Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme atau kognitif

6) Berorientasi kepada guru dengan tingkat perlibatan interaktif murid

yang rendah

Karakteristik media audiovisual ketika proses belajar mengajar peneliti

hanya bertindak sebagai fasilitator, selebihnya siswa yang lebih aktif dan

mandiri. Proses penyajianpun lebih dinamis secara berulang-ulang.

Sehingga gambar atau lambang visual dapat mengubah emosi dan tingkah

laku siswa (psikologi behaviorisme atau kognitif), misalnya informasi

yang menyangkut masalah sosial dan ras ( Levie dan Lenz, 1982 : 16).

d. Strategi Menggunakan Media Audiovisual

Sebelum menggunakan media audiovisual sangat perlu dibuat rancangan

yang sistematis melalui berbagai langkah pengembangan melibatkan

berbagai tenaga terampil dan ahli, serta menggunakan berbagai macam

jenis peralatan. Sebelum diuraikan strategi menggunakan media

audiovisual terlebih dahulu penulis uraikan pola pemanfaatan media

pembelajaran yaitu sebagai berikut :

13

Page 14: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

1) Pemanfaatan media dalam situasi kelas (classroom setting).

Dalam tatanan ini media media pembelajaran dimanfaatkan untuk

menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatanya dipadukan

dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas. Media

pembelajaran yang dipilih sesuai dengan ketiga hal yaitu tujuan

materi, dan strategi pembelajaran.

2). Pemanfaatan Media di luar kelas

Dapat dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu :

a) Pemanfaatan secara bebas yaitu media digunakan tanpa dikontrol

atau diawasi.

b) Pemanfaatan media secara terkontrol yaitu media digunakan dalam

suatu rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematis untuk

mencapai tujuan.

Berdasarkan uraian di atas pemakaian pemanfaatan akan dilakukan di

dalam kelas, karena penelitian yang akan dilakukan penulis di dalam

kelas dengan menggunakan media audiovisual. Agar media

audiovisual dapat digunakan secara efektif dan efesien, ada tiga

strategi utama yang harus diikuti dalam penggunaan media

audiovisual, yaitu sebagai berikut :

14

Page 15: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

1) Pemanfaatan sebelum menggunaan media

Media audiovisual yang akan penulis gunakan adalah televisi

sebagai perangkat keras dan CD berisikan film pementasan

sebagai perangkat lunak. Televisi dan VCD ditempatkan di

dalam ruangan yang cukup luas agar anggota kelompok dapat

memperoleh kesempatan yang sama dalam mendengarkan atau

melihat bayangan dalam pementasan drama dengan jelas.

2) Kegiatan selama menggunakan Media

Semua siswa bersiap-siap menyaksikan tayangan dalam

pementasan drama. Selama kegiatan menggunakan media

berlangsung yang perlu dijaga adalah suasana ketenangan.

Gangguan-gangguan yang dapat menganggu perhatian dan

konsentrasi harus dihindarkan. Apabila telah siap, peneliti

memberikan beberapa petunjuk yang harus dikerjakan oleh

siswa. Kemudian memulai menghidupkan media audiovisual

(televisi dan CD).

3) Kegiatan Tindak Lanjut

Maksud kegiatan tindak lanjut ialah untuk penjajakan apakah

tujuan telah tercapai? Selain itu juga menetapkan pemahaman

15

Page 16: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

terhadap materi interuksional yang disampaikan melalui media

audiovisual.

Penggunaan media televisi memiliki ciri-ciri tersendiri yaitu :

1) Dituntun oleh instruktur

2) Sistematis

3) Teratur dan berurutan

4) Terpadu .

Televisi sebagai media audiovisual yang ekonomis untuk menjangkau

sejumlah besar siswa dan cara tepat agar siswa dapat menguasai mata

pelajaran dengan mudah karena tidak membosankan. (Azhar

Arsyad,1996:51)

2. Pembelajaran Drama

a) Pembelajaran Drama

Pembelajaran drama di sekolah dapat ditafsirkan dua macam yaitu :

pembelajaran teori drama atau pembelajaran apresiasi drama. Masing-

masing juga terdiri atas dua jenis yaitu pengajaran teori tentang teks

(naskah) drama, dan pengajaran teori pementasan drama.

16

Page 17: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Moody menyatakan bahwa drama merupakan bentuk kebudayaan yang

melekat erat pada kebudayaan dan kebiasaaan manusia di seluruh dunia.

Drama dapat mengantarkan murid-murid kedewasaannya dengan melatih

siswa mengalami berbagai macam hidup manusia. Dalam naskah yang

dibawakan dengan mementaskan drama, siswa dapat mengerti manusia

lain dengan lebih nyata.

Dalam pembelajaran drama Guru hendaknya mampu memperkenalkan

drama kepada siswa, kemudian membimbing apresiasi drama membuat

mereka menyenangi, menggemari dan menjadikan drama sebagai salah

satu bagian yang menyenangkan dalam kehidupan mereka.

Dalam pembelajaran drama di sekolah dapat dikalsifikasikan ke dalam dua

golongan yaitu pembelajaran teks drama termasuk sastra dan pementasan

drama yang termasuk bidang teater. Dalam pembelajaran teks drama ini

penulis hanya memberikan satu pementasan drama yang sederhana dengan

menggunakan audiovisual.

Dalam penelitian ini calon guru dalam pembelajaran drama harus mampu

mengajarkan drama, baik itu dalam teori maupun dalam hal apresiasi, baik

itu dalam naskah ataupun dalam hal pementasan. Lewat dramatisasi,

17

Page 18: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

dimungkinkan suatu pengetahuan, dapat menjadi sikap dan kemudian

menjadi tingkah laku.

b. Pengertian Drama

Drama adalah karangan yang ditulis untuk dipentaskan. Drama disebut

juga sandiwara, tonil, atau lakon (Suroso, dkk, 2000 : 131). Senada

dengan pendapat tersebut di atas, Tarigan (2004 : 70) mengatakan bahwa,

drama ialah suatu karangan dalam prosa atau puisi yang menyajkan dalam

dialog atau pantonim suatu cerita yang mengandung konflik atau kontras

seorang tokoh. Terutama sekarang suatu cerita yang diperuntuhkan buat di

pentaskan atas panggung suatu lakon.

Sedangkan menurut Rahmanto (2005 : 75) bahwa drama adalah suatu teks

yang bersifat dialog dan isinya membentang sebuah alur untuk dilakonkan

di pentas.

Dari tiga pendapat di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa

drama adalah suatu karangan yang mengandung konflik atau kontras

seorang tokoh, terutama sekali sesuatu cerita yang diperuntukkan yang

dipentaskan.

18

Page 19: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

c. Macam Macam Drama

Macam-macam drama menurut Tarigan (2001 : 394) sebagai berikut :

1) Drama tragedi

2) Drama komedi

3) Drama tragedi komedi

4) Melodrama

Dari pendapat di atas penulis jelaskan bahwa :

1) Drama tragedi

Drama tragedi adalah lakon yang disajikan berakhir dengan duka cita.

Tokoh utama dijemput maut dalam lakon tersebut. Ada beberapa cara

syarat yang harus dipenuhi dalam lakon ini yaitu :

a) Suatu lakon tragis haruslah

berhubungan erat dengan subjek yang serius.

b) Sang pahlawan pelaku utama

dalam tragedi haruslah merupakan orang penting yang herois.

c) Tidak ada keyakinan kuat yang

ditempatkan pada perbuatan atau koinseden, segala inseden yang

terdapat dalam tragedi haruslah wajar. Apa yang harus terjadi

maka tetap harus terjadilah.

19

Page 20: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

d) Rasa ikhlas, kasihan, sedih,

atau takut merupakan emosi-emosi utama pada karya tragedi. Akan

tetapi dari penderitaan muncullah kata riris (perbaikan,

penjernihan) emosi-emosi ini ditujukan pada para penonton.

2) Drama Komedi

Drama komedi adalah jenis drama yang mengandung unsur ringan dan

berkesan kocak cemerlang. Dalam ceritanya berakhir dengan suka ria.

Kita lihat saja apakah anggapan itu benar atau tidak, dapat dilihat

dalam ciri karya Drama komedi adalah jenis drama yang mengandung

unsur ringan dan berkesan kocak cemerlang. Dalam ceritanya berakhir

dengan suka ria. Kita lihat saja apakah anggapan itu benar atau tidak,

dapat dilihat dalam ciri karya komedi di bawah ini yaitu sebagai

berikut :

a) Drama komedi yang memerankan suatu subjek yang ringan,

tetapi selamanya memperlakukan subjeknya itu dalam suatu

tendesi yang ringan atau cerah.

b) Drama komedi memerankan kejadian-kejadian yang

mungkin seakan-akan terjadi.

c) Segala cerita yang terjadi muncul dari tokoh bukan dari

situasi

20

Page 21: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

d) Kelucuan yang dihasilkan merupakan sejenis humor yang

serius, kelucuan yang tidak dibuat-buat.

3) Drama Tragedi Komedi

Drama tragedi komedi adalah yang pada cerita kejadian yang lucu.

Drama ini merupakan perpaduan antara ciri tragedi dan ciri komedi.

Benturan-benturan nilai jenis ini disusun dalam jalinan cerita di

dalamnya. Jenis ini memang merupakan salah satu jenis drama yang

unik. Karena memberontak kepada konversi dan nilai-nilai jenis drama

yang ada. Salah satu contoh karya ini yaitu Jas Panjang Kayu Wolf

Monkowizt terjemahan Jin Lin dan Suyatra Anirun (Muchlisan,

2001 :395).

4) Melo Drama

Melo drama merupakan asal usul drama jenis ini yaitu alur yang

dicakapkan dengan bantuan irama musik. Tapi mungkin juga tanpa

adanya dialog dan emosinya dibantu oleh musik. Adapun ciri-ciri

utama lakon melo drama yaitu sebagai berikut :

a) Memerankan suatu objek yang serius, tetapi para tokohnya

tidak seotentik yang terdapat dalam tragedi.

b) Unsur-unsur perubahan ada masuk ke dalam melo drama.

21

Page 22: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

c) Rasa kasihan memang ada ditonjolkan, tetapi cenderung ke

arah sentimentalis, rasa tersebut sedikit muncul, bila ada rasa sedih

ditimbulkan.

d) Sang pahlawan atau tokoh utama biasanya memang dalam

perjuangan. (Tarigan, 2001 : 395)

d. Unsur-unsur Membangun Drama

Ajib Hamzah (2005 : 96) menyatakan bahwa unsur-unsur yang

membangun drama adalah :

1) Plot adalah serangkaian peristiwa yang terbangun dalam

sebab akibat yang bergerak dari awal hingga akhir. Tiap skenario

mempunyai bagian awal, tengah dan akhir. Di bagian awal

dikemukakan penjelasan suasana atau eksposisi. Antara lain terdapat

antecedent action, peristiwa awal, atau disebut juga preliminary

situation. Suasana awal ini merupakan upaya pengarang dalam

mematangkan jiwa penonton. Untuk siapa penerima ilusi pertunjukan

drama? Dalam eksposisi terdapat pernyataan-pernyataan yang berkisar

pada siapa pelakunya, dimana peristiwa terjadi, kapan terjadi, dan

bagaimnan sampai terjadi. Pada bagian awal ini khusus untuk televisi

dan film, ada tiga yang ditempuh dengan teaser thiriller. Yang

dimaksud dengan teaser adalah penyajian peristiwa-peristiwa yang

22

Page 23: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

menumbuhkan tanda tanya. Thiriller adalah penggalan-penggalan

adegan menumbuhkan ngeri, takut dan lain-lain.

2) Perwatakan adalah peran dalam cerita. Perwatakan drama

adalah protogonis, antagonis dan tritogonis. Tritogonis adalah pelaku

utama yang berjuang untuk mencapai cita-cita protogonis. Sedangkan

tritogonis adalah pihak ketiga.

3) Tema adalah pikiran pokok yang terdapat dalam skenario.

Tema disebut juga thought, root idea, premise, aim, central idea, goal,

driving farce. Ia merupakan pikiran pokok skenario yang secara jelas

dapat dinyatakan atau hanya secara implinsit saja. Contoh tema :

”Cinta tanah air memandang mati tak berarti”.

Babak adalah penyekat kaitan yang tempat dan waktunya berbeda.

Adegan merupakan kesatuan yang lebih kecil dari babak. Babak

terjadi pada satu tempat dan satu waktu yang sama. Perubahan adegan

ditandai dengan keluar masuknya peran baru yang membawa suasana

lain.

4) Dialog yaitu percakapan dalam skenario. Dialog adalah kata-

kata yang diucapkan oleh para pemain. (Contance Nash dan Virginia

23

Page 24: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Oakey) membagi dialog ke dalam empat bagian. Pertama dialog yang

mengemukakan permasalahan secara langsung, kedua menjelaskan

prihal peran, ketiga menggerakkan plot dan keempat eksposisi.

5) Konflik merupakan pertentangan antara seseorang dengan

yang lain, diikuti clenovement atau penyelesaian. Krisis ialah pucuk

plot dalam adegan, merupakan arah tiap action.

6) Bentuk Drama yang pokok adalah tragedi dan komedi.

Tragedi berisi suka duka cerita. Sedangkan komedi kebalikan dari

tragedi. Melo drama adalah misteri. Farce ialah drama ringan, lucu,

dengan gerak laku, sering tak masuk akal. Satire adalah drama lucu

yang ditanggapi dengan kesungguhan.

7) Gaya adalah suatu mutu khusus dari cara pengekspresian atau

ekspresi atau cara penampilan, demikian Oscar Brocett (1971) dalam

buku Gorys Keraf (2003 : 43) bahwa gaya itu dapat dilahirkan sebagai

akibat adalah dari jiwa jaman atau karena gerakan. Gaya yang

dilahirkan oleh gerakan natularisme, ekspesionisme, dan lain-lain.

e. Teori Bermain Drama

24

Page 25: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Teori bermain drama, sangatlah penting dalam pembelajaran drama.

Dimana dalam teori siswa dapat memahami bagaimana bermain drama. Di

dalam bermain drama ada 8 hal yang siswa perlu perhatikan yaitu :

1) Memerankan Drama disertai gerak-gerik yang Tepat

Dalam gerak-gerik bermain drama, saat gerak di atas panggung terbagi

menjadi dua yakni gerak yang dipersiapkan dan gerak spontan. Gerak

yang dipersiapkan harus dilatih sesuai cerita dan tokoh yang

diperankan. Gerak spontan (improvisasi) ialah gerak yang dilakukan

tanpa persiapan terlebih dahulu. Gerak ini merupakan gerak refleks

terhadap suatu hal.

2) Memerankan Drama dengan Lafal, Intonasi, Nada yang Jelas

Untuk melakukan naskah drama, siswa harus dapat menghasilkan

suara dengan artikulasi yang jelas. Suara pemain dengan lafal,

artikulasi dan intonasi yang tepat dan jelas akan mempermudah

penonton menikmati dan memahami drama yang dimainkan. Suara

tidak dapat dipisahkan dari gerak atau lakuan. Suara akan memperjelas

lakuan atau gerak dan memperjelas rangkaian cerita.

3) Mengekspresikan Watak Tokoh dengan Mimik yang Tepat

25

Page 26: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Dalam mengekspresikan watak tokoh biasanya kemampuan akting

bertolak dari latihan mimik (ekspresi wajah). Selain itu siswa juga

dapat menggunakan apa yang disebut ”bermain dari dalam”.

Maksudnya adalah jika seorang pemeran dapat menghayati gejolak

batin yang sedang dialami oleh tokoh dengan sendirinya akan lahir

ekspresi wajah yang sesuai dengan perasaannya saat itu. Jika seorang

pemeran dapat merasakan kesedihan ataupun kegembiraan tokoh yang

dimainkan, dengan sendirinya perasaan tersebut akan tercermin dalam

ekspresi wajahnya. Ekspresi wajah yang sedih akan lahir dari rasa

sedih. Sedangkan ekspresi wajah gembira akan lahir dari rasa gembira.

Oleh karena itu , seorang pemeran dituntut untuk benar-benar

menghayati dan merasakan gejala yang dialami oleh tokoh yang

diperankan.

f. Proses Pembelajaran Bermain Drama Dengan Media

Audiovisual

Dalam proses pembelajaran drama siswa harus mampu memahami materi

tentang drama dengan mampu menggunakan teknik bermain peran.

Teknik dalam bidang pembelajaran bersifat apa yang sesungguhnya

terjadi antara siswa dan guru. Ia merupakan strategi khusus (Anthony,

1963 : 96). Bahkan Richards dan Radgers (1982 : 154) menjelaskan pula

26

Page 27: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

bahwa ”teknik adalah prosedur dan praktek yang sesungguhnya dalam

kelas”.

Dalam pembelajaran bermain drama dengan media audiovisual dalam

teknik bermain peran secara implisit mengatakan bahwa media

pembelajaran bisa menggunakan alat yang secara fisik yang digunakan

untuk penyampaian isi materi pembelajaran bermain drama bisa melalui

buku, sedangkan dengan media audiovisual bisa melalui kaset, televisi

dan sebagainya.

Dalam pembelajaran bermain drama dengan media audiovisual bisa

diterapkan sebagai berikut :

1) Persiapan

Dalam persiapan pembelajaran bermain drama, guru bisa

menyampaikan bahan berupa materi dan naskah drama yang akan

dimainkan oleh siswa

2) Pelaksanaan

Dimana pelaksanaan dalam pembelajaran bermian drama dengan

prosedur dan praktek dalam kelas bisa juga di luar kelas dengan

menggunakan media vidio kamera dan kaset dalam teknik bermain

peran.

27

Page 28: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

3) Penilaian

Pada pembelajaran bermain drama guru memperhatikan siswa dalam

bermain drama dengan cara memperhatikan siswa dalam bermain

peran. Kemudian guru bisa menilai mana siswa yang bisa berperan

dengan baik dan mana siswa yang berperan kurang baik. Guru bisa

menilai dari memerankan drama dengan gerak-gerik yang tepat.

Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas,

mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat.

B. Kerangka Pikir

Efektivitas adalah suatu tindakan yang berpengaruh dan dapat menghasilkan atau

tindakan yang tepat guna. Sedangkan kemampuan adalah kesanggupan untuk

melakukan sesuatu, apabila orang tersebut sanggup melakukannya dengan baik.

Dalam hal ini siswa dituntut untuk sanggup atau mampu penggunaan audiovisual

dalam pembelajaran drama untuk meningkatkan bermain drama.

Drama adalah suatu karangan yang mengandung dialog, pantomim suatu cerita

yang mengandung konflik atau kontras seorang tokoh, terutama sekali suatu cerita

yang diperuntukkan di atas panggung.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pementasan bermain drama adalah :

28

Page 29: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

1. Memerankan drama dengan memperhatikan lafal, intonasi, mimik, gerak-

gerik yang tepat sesuai dengan watak tokoh.

2. Siswa mampu mengekspresikan naskah drama yang akan diperankan.

Agar kerangka pikir di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram

berikut ini.

DIAGRAM KERANGKA PIKIR

Efektivitas Penggunaan Audiovisual Pada Pembelajaran Drama Dalam Kemampuan Bermain Drama

1. Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas.

2. Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat.

3. Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat.

29

Page 30: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada saat siswa duduk di kelas XI semester I

Tahun Ajaran 2008/2009.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Budi Utama Pajaresuk Kecamatan

Pringsewu Kabupaten Tanggamus.

3. Subjek Penelitian

Subjek Penilitian adalah siswa kelas XI sebanyak 32 siswa yang terdiri dari

13 laki-laki dan 19 perempuan.

B. Prosedur Penelitian

1. Faktor yang diteliti

30

Page 31: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Faktor yang diteliti adalah efektivitas pembelajaran drama.

2. Data Penelitian

Data penelitian berupa data kualitatif data kuantitatif.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data selama pelaksanaan penelitian teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah :

a. Observasi

Selama observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa selama

mengikuti proses pembelajaran.

b. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk memeperoleh data objektif yang tidak

terungkap pada lembar observasi meliputi : prilaku-prilaku khusus yang

ada pada diri siswa, juga termasuk permasalahan yang dapat dijadikan

pertimbangan bagi pelaksanaan langkah selanjutnya, serta sebagai

masukan terhadap keberhasilan yang ingin dicapai.

c. Tes

Tes dilakukan pada awal dan akhir proses pembelajaran tes awal untuk

mengetahui kemampuan siswa yang nantinya digunakan untuk

31

Page 32: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

mengetahui penguasaan siswa terhadap materi setelah dilakukan

pembelajaran drama.

4. Pertemuan Keempat

Instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa tes bermain drama.

Perangkat Tes

Perangkat tes berupa tes awal digunakan sebagai skor awal untuk menentukan

kemampuan siswa sebelum menggunakan audiovisual hasil tes akhir

digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap konsep materi yang

telah diberikan kepada setiap siklus. Catatan lapangan berupa catatan kecil

yang dilakukan oleh peneliti selama pelaksanaan penelitian.

5. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini melaksanakan dalam beberapa tahap yaitu :

a. Tahap Penelitian

Hasil tes awal nantinya akan dijadikan skor dasar untuk menentukan poin

peningkatan hasil belajar.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

Tindakan penelitian ini akan dilaksanakan dalam 3 siklus. Dimana tiap

siklus juga terdiri 4 tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,

dan refleksi.

32

Page 33: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Siklus I

1. Pengertian penelitian

a. Menyusun RPP perbaikan

b. Mengecek urutan kegiatan yang akan dilakukan.

c. Mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan

d. Memeriksa hal-hal yang mungkin dapat mengganggu pembelajaran dan

merancang cara mengantisipasinya.

e. Memeriksa ketersediaan lembar observasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan mencakup tiga kegiatan yaitu kegiatan awal kegitan

awal. Kegiatan inti dan kegiatan penutup. Subtansi tindakan adalah sebagai

berikut :

a. Kegiatan Awal

1) Mengungkapkan salam dan menanyakan keadaan siswa.

2) Guru memberikan materi pembelajaran drama kemudian siswa

bermain drama.

33

Page 34: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

3) Melaui bermain drama siswa harus memerankan dengan

memperhatikan lafal, intonasi, mimik, dan watak tokoh dalam kegiatan

topik pelajaran hari ini.

b. Kegiatan Inti

1) Peneliti menjelaskan materi pembelajaran drama sambil memberi

contoh-contoh bermain drama.

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang

kurang jelas.

3) Melakukan observasi dan bimbingan terhadap siswa yang mengalami

kesulitan.

c. Kegiatan Penutup

1) Merangkum materi pembelajaran

2) Melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut proses pembelajaran yang

telah dilakukan.

3) Observasi/ Evaluasi

Setelah pembelajaran usai, peneliti melatih bermain drama dan

merangkum hasilnya. Melihat bermain drama yang dilakukan siswa

selama pembelajaran.

4) Refleksi

34

Page 35: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Berdasarkan hasil observasi penelitian melakukan refleksi dengan

mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri :

a) Apakah siswa telah mampu mengatasi situasi kelas?

b) Apakah saya telah mampu mengatasi situasi kelas?

c) Apakah siswa mampu bermain drama dengan baik.

Siklus II

1. Persiapan

Setelah mengakomodasi masukan dari siklus I dalam RPP. Perbaikan siklus II

peneliti melaksanakan perbaikan siklus II. Topik pembelajaran adalah lanjutan

dari topik yang lalu karena masih terdapat 29 siswa yang belum tuntas dalam

materi. Tujuan perbaikan mampu bermain drama dengan baik. Persiapan

untuk siklus II ini adalah :

a. Menyiapkan materi yang akan ditangkap siswa.

b. Menyiapkan skenario atau naskah drama.

c. Mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Setelah mengucapkan salam dan memberikan materi pembelajaran drama

kepada siswa, peneliti memberikan gambaran bermain drama kemudian

35

Page 36: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

meminta siswa bermain drama dengan menghayati lafal, intonasi, mimik dan

watak tokoh. Kemudian peneliti mengamati siswa dalam bermain drama.

a. Siswa mampu bermain drama dengan baik.

b. Siswa mampu memerankan dengan memperhatikan :

1) lafal

2) intonasi

3) mimik

4) gerak-gerik

5) Watak Tokoh.

3. Observasi/ Evaluasi

Setelah pembelajaran selesai peneliti melihat catatan yang dibuat selama

mengajar.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi, peneliti melakukan refleksi dengan mengajukan

pertanyaan kepada diri sendiri.

a. Apakah semua siswa mampu bermain drama dengan baik.

b. Mengapa masih terdapat siswa yang tidak tuntas.

Siklus III

36

Page 37: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Pada siklus III pelaksanaannnya berdasarkan refleksi dari siklus ke II dan

pelaksanaannyapun sama. Dan pada siklus ke III diakhiri proses kegiatan

pembelajaran diadakan tes akhir dengan cara memerankan atau bermain drama

dengan baik melalui audiovisual.

C. Teknik Analisis Data

1. Data pertama adalah siswa memerankan naskah drama

sesuai kelompok yang telah ditentukan (siswa belum diberikan materi atau

contoh bermain drama) waktu 30 menit.

2. Data kedua adalah siswa memerankan naskah drama

sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan (siswa sudah diberi materi

pembelajaran drama dalam bermain peran).

3. Data pertama dan data kedua penilaiannya

menggunakan rumus penilaian sebagai berikut :

Nilai akhir :

(Ngalim Purwanto, 2001 : 352)

D. Tolak Ukur Penelitian

37

Page 38: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Tolak ukur yang dipergunakan penulis untuk memberikan penilaian kepada siswa

dalam meningkatkan kemampuan bermain drama adalah :

Tabel 2 : Tolak Ukur Kemampuan Bermain Drama

No Presentase Nilai Kategori1 85 % - 100 % T2 75 % - 84 % T3 60 % - 74 % T4 40 % - 59 % T. T5 0 % - 39 % T. T

(Burhan Nurgiantoro, 2005 : 393)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil aktivitas belajar siswa dari hasil observasi selama penelitian yang dilakukan

sebanyak tiga siklus diperoleh data bahwa untuk menggunakan media audiovisual

dalam pembelajaran drama pada bermain drama mengalami peningkatan baik dari

segi aktivitas maupun dari hasil tes setiap akhir pada proses pembelajaran.

B. Pembahasan

1. Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 November 2008 dan dilaksanakan

dalam satu kali pertemuan. Kompetensi dasar yang diajarkan pada

pembelajaran drama kegiatan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut :

38

Page 39: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

a. Perencanaan

Dalam kegiatan perencanaan hal-hal yang dilakukan antara lain :

1) Menyusun rencana pembelajaran.

2) Menyususn bahan ajaran.

3) Membuat instrumen penilaian hasil kerja siswa.

4) Menyusun skenario tindakan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam siklus I dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu :

Kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Rincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

Tujuan Pembelajaran Waktu (menit)

Kegiatan Pembelajaran

Siswa dapat :2.

drama dengan baik 5

Kegiatan Penahuluan 1. Salam dan

apersepsi2. Siswa diberikan penjelasan

mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.

3.dengan lafal, intonasi, nada yang jelas.

4.disertai gerak-gerak yang tepat.

5.tokoh dengan mimik yang tepat.

50

Kegiatan Inti :1. Siswa diberikan penjelasan

tentang pembelajaran drama2. Siswa diberikan kesempatan

untuk melihat film di televisi.3. Guru memberikan bimbingan

siswa yang mengalami kesulitan4. Setelah selesai siswa bermain

drama dengan menggunakan media audiovisual kemudian

39

Page 40: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

siswa dinilai.

5 PenutupRefleksi dengan cara siswa menghayati suatu peran yang telah diperankan atau diperlihatkan di televisi atau diperankan oleh siswa itu sendiri.

c. Observasi

Hasil observasi yang dilakukan penelitian ketika proses pembelajaran

berlangsung adalah siswa kurang mampu drama dengan memperhatikan

lafal, intonasi, mimik, gerak-gerik dan watak tokoh.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai

berikut :

1) Siswa kebingungan dalam bermain drama dengan

memperhatikan lafal, intonasi, mimik, gerak-gerik dan watak tokoh.

Hal ini mungkin disebabkan karena siswa kurang paham dalam

bermain drama.

40

Page 41: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

2) Guru kurang tanggap terhadap situasi kelas, terutama

ketika pembelajaran berlangsung. Siswa yang bersikap diam semakin

pasif.

3) Jumlah siswa yang mampu bermain drama masih

sangat sedikit.

2. Siklus II

Silkus kedua dilaksanakan 15 November 2008 dan dilaksanakan dalam satu

kali pertemuan. Kompetensi yang diajarkan adalah menjelaskan tentang

bermain drama. Kegiatan dalam siklus kedua dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Perencanaan

Perencanaan kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua dapat diuraikan

sebagai berikut :

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengacu

pada refleksi siklus pertama.

2) Membuat instrumen penilaian tugas.

b. Pelaksanaan Tindakan

41

Page 42: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Pelaksanaan tindakan dalam siklus II dilakukan dalam tiga tahap yaitu

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Rincian ketiga

kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

Tujuan Pembelajaran Waktu (menit)

Kegiatan Pembelajaran

Siswa, dapat :1.Mampu memerankan

drama dengan baik 5

Kegiatan, Pendahuluan 1. Salam dan apersepsi2. Siswa diberikan penjelasan

mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.

2. Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas.

3. Memerankan drama disertai gerak-gerak yang tepat.

4. Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat.

50

Kegiatan Inti :1. Siswa diberikan penjelasan

tentang pembelajaran drama.

2. Siswa diberikan kesempatan untuk melihat film di televisi.

3. Guru memberikan bimbingan siswa yang mengalami kesulitan

4. Setelah selesai siswa bermain drama dengan menggunakan media audiovisual kemudian siswa dinilai.

5 PenutupRefleksi dengan cara siswa menghayati suatu peran yang telah diperankan atau diperlihatkan ditelevisi atau diperankan oleh siswa itu sendiri.

c. Hasil Observasi

42

Page 43: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Hasil observasi yang dilakukan peneliti ketika proses pembelajaran

berlangsung adalah proses perbaikan pada berjalan efektif setelah melalui

proses perbaikan pada siklus I terjadi peningkatan kategori kemampuan

siswa dalam bermain drama.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai

berikut :

1) Jumlah siswa yang mampu bermain drama masih kurang.

2) Guru masih kurang tanggap terhadap siswa yang pasif.

C. Hasil dan Pembahasan Kaji Tindak

1. Hasil Kaji Tindak

Hasil yang diperoleh dari kaji tindak ini hasil tes pertama tanpa menggunakan

media audiovisual dan tes kedua dan ketiga menggunakan media audiovisual

dalam bermain drama, ketiga tes tersebut dipaparkan pada bagan berikut :

a. Hasil Tes Pertama

Setelah dilakukan tes pertama yaitu sebelum menerapkan teknik bermain

drama, diperoleh nilai, tentang kemampuan bermain drama seperti tertera

pada tabel berikut ini :

Tabel 3: Skor hasil tes pertama dalam memerankan drama

No  Nama Siswa Indikator Penilaian Skor Persentase Kategori

43

Page 44: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

1 2 31 Ali Akbar Aphani 23 23 19 65 65% T2 Anggara Febriani 20 30 15 65 65% T3 Bekti Prastyo 19 28 18 65 65% T4 Cahya Arifin 14 18 19 55 55% T.T5 Damar Mukti 17 16 17 50 50% T.T6 Desti Andreani 10 15 10 35 35% T.T7 Dian Tri Wahyuni 9 9 17 35 35% T.T8 Eka Wardana 20 15 20 55 55% T.T9 Fahmi ali 2 8 8 19 35 35% T.T

10 Hisyam Fahtoni 11 11 23 45 45% T.T11 Indah Sartika 7 17 11 35 35% T.T12 intan Anggraini 20 10 10 40 40% T.T13 Ivantri 20 23 12 55 55% T.T14 Lia Istiqomah 15 19 21 55 55% T.T15 M. Nurhari adi 7 7 16 25 25% T.T16 Mutiara Permata P 15 15 10 45 45% T.T17 Nofa Setiani 10 8 7 25 25% T.T18 Novita Sari 17 7 6 40 40% T.T19 Nunik Utami 18 4 18 40 40% T.T20 Putri Lince 8 16 16 40 40% T.T21 Rahmat Toni 9 9 17 35 35% T.T22 Rara Ayu Nuraini 14 12 14 40 40% T.T23 Riyan suseno 6 4 5 15 15% T.T24 Riski Firmansyah 17 18 10 45 45% T.T25 R. Irwan wicaksono 18 18 14 50 50% T.T26 Selviana 17 19 19 55 55% T.T27 Susanti 1 3 1 5 5% T.T28 Susiana 7 9 4 20 20% T.T29 Tasripah 18 18 19 55 55% T.T30 Wal Iman 10 10 20 40 40% T.T31 yuni sulasniwati 10 4 11 25 25% T.T32 Yusuf Arifin 15 17 13 45 45% T.T

  Jumlah       1335      Rata-Rata       45.71   T.T

Keterangan Indikator :

1) Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada

yang jelas.

2) Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat.

44

Page 45: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

3) Mengepresikan watak tokoh dengan mimik yang

tepat.

Berdasarkan tabel 3 tersebut tampak bahwa jumlah skor dari 32 siswa

sebesar 1335. Hal ini berarti bahwa penggunaan audiovisual pada

pembelajaran drama dalam meningkatkan bermain drama skor rata-rata

adalah 41,71 yang berarti bahwa kemampuan siswa menggunakan

audiovisual bermain drama rata-rata tergolong rendah.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4 distribusi hasil tes dalam bermain drama.

Rentang SkorFrekuensi

KeteranganJumlah Siswa Persentase

85 – 100 - - T75 – 100 - - T60 – 74 4 12,5 % T40 – 59 7 53,12 % T.T0 – 39 11 34, 37 % T.TJumlah 100 %

b. Hasil tes kedua

Setelah dilakukan tes kedua, yaitu sesudah menerapkan teknik audiovisual

dalam bermain drama seperti tertera pada tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 5. skor kedua penggunaan teknik audiovisual dalam meningkatkan bermain drama.

 No Nama SiswaIndikator Penilaian

Skor Persentase Kategori1 2 31 Ali Akbar Aphani 24 28 18 70 70% T2 Anggara Febriani 25 31 19 75 75% T3 Bekti Prastyo 28 27 15 70 70% T

45

Page 46: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

4 Cahya Arifin 20 30 15 65 65% T5 Damar Mukti 35 25 35 75 75% T6 Desti Andreani 38 38 19 95 95% T7 Dian Tri Wahyuni 10 15 15 40 40% T.T8 Eka Wardana 20 35 10 65 65% T9 Fahri ali 2 25 15 35 75 75% T

10 Hisyam Fahtoni 30 20 15 65 65% T11 Indah Sartika 17 18 5 40 40% T.T12 Intan Anggraini 27 28 15 70 70% T13 Ivantri 12 18 15 45 45% T.T14 Lia Istiqomah 22 28 10 60 60% T15 M. Nurhari adi 12 8 20 40 40% T.T16 Mutiara Permata P 27 28 15 70 70% T17 Nofa Setiani 18 12 10 40 40% T.T18 Novita Sari 34 31 20 85 85% T19 Nunik Utami 16 14 15 45 45% T.T20 Putri Lince 17 18 15 50 50% T.T21 Rahmat Toni 27 28 15 70 70% T22 Rara Ayu Nuraini 20 28 12 70 70% T23 Riyan suseno 7 5 13 25 25% T.T24 Riski Firmansyah 12 13 20 45 45% T.T25 R. Irwan W 9 7 19 35 35% T.T26 Selviana 8 18 19 35 35% T.T27 Susanti 8 17 5 30 30% T.T28 Susiana 8 7 18 30 30% T.T29 Tasripah 27 28 15 70 70% T30 Wal Iman 20 30 15 65 65% T31 Yuni sulasniwati 25 13 25 50 50% T.T32 Yusuf Arifin 17 18 12 60 60% T

  Jumlah 1970  Rata-Rata 61,56 T

Keterangan Indikator :

1) Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas.

2) Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat.

3) Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat.

46

Page 47: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Berdasarkan tabel 5 tersebut, tampak bahwa jumlah skor dari 32 siswa

adalah sebesar 1970. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan audiovisual

pada pembelajaran drama, yang kedua skor rata-ratanya adalah sebesar 61,

56 %.

Dengan skor rata-rata 61,50 % tersebut menunjukkan bahwa kemampuan

rata-rata menggunakan teknik bermain drama dalam kemampuan bermain

drama yang kedua masih tergolong sedang.. Jika dikaitkan dengan tolak

ukur penilaian maka akan diperoleh distribusi hasil tes kedua seperti terlihat

dalam tabel 6 berikut ini :

Tabel 6. Distribusi hasil tes kedua penggunaan teknik audiovisual dalam bermain drama

Rentang SkorFrekuensi

KeteranganJumlah Siswa Persentase

85 - 100 2 6,26 % T75 – 100 4 12,50 % T60 – 74 10 34, 37 % T40 – 59 11 31, 25 % T.T0 – 39 5 15, 65 % T.TJumlah 32 100 %

c. Hasil Tes Ketiga

Setelah dilakukan tes ketiga, yaitu sudah menerapkan teknik penggunaan

audiovisual pada pembelajaran drama untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam bermain drama seperti tertera pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Skor tes ketiga efektivitas penggunaan audiovisual pada

47

Page 48: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

pembelajaran drama dalam meningkatkan bermain drama.

No  Nama SiswaIndikator Penilaian

Skor Persentase Kategori1 2 31 Ali Akbar Aphani 24 35 16 75 75% T2 Anggara Febriani 38 37 20 95 95% T3 Bekti Prastyo 35 24 16 75 75% T4 Cahya Arifin 38 38 19 95 95% T5 Damar Mukti 39 37 19 95 95% T6 Desti Andreani 40 37 18 95 95% T7 Dian Tri Wahyuni 37 18 15 70 70% T8 Eka Wardana 35 33 17 85 85% T9 Fahri ali 2 25 36 14 75 75% T

10 Hisyam Fahtoni 36 25 14 75 75% T11 Indah Sartika 27 38 15 70 70% T12 intan Anggraini 30 26 19 75 75% T13 Ivantri 34 33 18 85 85% T14 Lia Istiqomah 37 38 15 90 90% T15 M. Nurhari adi 40 13 12 60 60% T.T16 Mutiara Permata P 35 24 16 75 75% T17 Nofa Setiani 35 34 16 75 75% T18 Novita Sari 40 36 19 95 95% T19 Nunik Utami 22 28 10 65 65% T20 Putri Lince 30 18 12 65 65% T21 Rahmat Toni 32 32 16 80 80% T22 Rara Ayu Nuraini 25 36 14 75 75% T23 Riyan suseno 25 18 12 65 65% T24 Riski Firmansyah 25 25 15 65 65% T25 R. Irwan w 20 25 15 65 65% T26 Selviana 37 33 20 80 80% T27 Susanti 26 24 15 65 65% T28 Susiana 37 38 15 90 90% T29 Tasripah 27 38 15 70 70% T30 Wal Iman 38 35 17 90 90% T31 yuni sulasniwati 32 28 20 80 80% T32 Yusuf Arifin 25 28 17 70 70% T

  Jumlah 2495  Rata-Rata 77,96 T

Keterangan Indikator :

48

Page 49: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

1) Memerankan drama dengan lafal,intonasi, nada

yang jelas.

2) Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat.

3) Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang

tepat.

Berdasarkan tabel 7 tersebut di atas, tampak bahwa jumlah skor untuk 32

siswa adalah sebesar 2495. Hal ini menunjukkan skor rata-ratanya

kemampuan bermain drama sesudah menerapkan teknik penggunaan

audiovisual pada pembelajaran drama dalam meningkatkan kemampuan

bermain drama adalah 77,96 dengan rata-rata tersebut berarti kemampuan

bermain drama dengan menggunakan teknik audiovisual lebih efektif.

Untuk lebih dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 8 Distribusi hasil tes ketiga penggunaan audiovisual pada

pembelajaran drama dalam kemampuan bermain drama.

Rentang SkorFrekuensi

KeteranganJumlah Siswa Persentase

85 – 100 11 34,37 % T75 – 100 7 21, 87 % T60 – 74 13 40, 65% T40 – 59 1 3,12 % T.T0 – 39 0 0 T.TJumlah 32 100 %

49

Page 50: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Selanjutnya dilihat dari kemampuan rata-rata pada tes ketiga adalah 77,96

berarti kemampuan bermain drama dengan menggunakan media

audiovisual termasuk kategori tinggi.

2. Pembahasan Kaji Tindak

Data dianalisis berdasarkan berhasil tidaknya penggunaan media audiovisual

dalam meningkatkan kemampuan bermain drama. Berdasarkan analisis data

yang penulis lakukan, kaji tindak ini dapat dibahas sebagai berikut :

a. Pada tes pertama sebelum menggunakan audiovisual pada pembelajaran

drama dalam kemampuan bermain drama siswa tergolong rendah dengan

bukti diperoleh nilai rata-rata 41, 94.

b. Pada tes kedua siswa diberi penjelasan dan pelatihan dalam pembelajaran

drama dari hasil ini diperoleh nilai rata-rata siswa 61, 56 tergolong sedang.

Hal ini berarti dengan menggunakan audiovisual terdapat peningkatan

kemampuan bermain drama yakni dari kategori tidak tuntas menjadi

tuntas.

c. Pada tes ketiga siswa diberi penjelasan dan pelatihan. Pada tes ketiga ini

juga dilakukan dengan media audiovisual dan dari hasil tersebut terlihat

bahwa kemampuan siswa dalam bermain drama makin meningkat menjadi

kategori tinggi dengan rata-rata nilai 77, 96.

50

Page 51: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Peningkatan yang terjadi pada evaluasi kedua dan ketiga membuktikan

bahwa penggunaan media audiovisual memiliki peran yang cukup baik

dalam meningkatkan kemampuan bermain drama.

Perolehan nilai rata-rata tes kedua lebih besar dari pada tes pertama yaitu

61, 56 dengna 18 siswa tuntas dan 14 siswa tidak tuntas dibandingkan

pada tes pertama yang hanya mencapai nilai rata-rata 41,71 dengan 3

siswa tuntas dan 29 siswa tidak tidak tuntas. Sedangkan nilai rata-rata tes

ketiga lebih besar dari tes kedua rata-rata nilai mencapai 77, 96 dengan 31

siswa tuntas dan tidak tuntas hanya satu orang hal ini dapat dilihat pada

tabel 9 berikut ini.

Tabel 9 Nilai tes bermain drama dengan menggunakan audiovisual.

Nama Siswa Tes 1 Tes II Tes III Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 Ali Akbar Aphani 65 T 70 T 75 T2 Anggara Febriani 65 T 75 T 95 T3 Bekti Prastyo 65 T 70 T 75 T4 Cahya Arifin 55 T.T 65 T 95 T5 Damar Mukti 50 T.T 75 T 95 T6 Desti Andreani 35 T.T 95 T 95 T7 Dian Tri Wahyuni 35 T.T 40 T.T 70 T8 Eka Wardana 55 T.T 65 T 85 T9 Fahri ali 2 35 T.T 75 T 75 T

10 Hisyam Fahtoni 45 T.T 65 T 75 T11 Indah Sartika 35 T.T 40 T.T 70 T

51

Page 52: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

12 intan Anggraini 40 T.T 70 T 75 T13 Ivantri 55 T.T 45 T.T 85 T14 Lia Istiqomah 25 T.T 60 T 90 T15 M. Nurhari adi 45 T.T 40 T.T 60 T.T16 Mutiara Permata P 25 T.T 70 T 75 T17 Nofa Setiani 40 T.T 40 T.T 75 T18 Novita Sari 40 T.T 85 T 95 T19 Nunik Utami 40 T.T 45 T.T 65 T20 Putri Lince 35 T.T 50 T.T 65 T21 Rahmat Toni 40 T.T 70 T 80 T22 Rara Ayu Nuraini 15 T.T 70 T 75 T23 Riyan suseno 45 T.T 25 T.T 65 T24 Riski Firmansyah 50 T.T 45 T.T 65 T25 R. Irwan Wicaksono 55 T.T 35 T.T 65 T26 Selviana 5 T.T 35 T.T 80 T27 Susanti 20 T.T 30 T.T 65 T28 Susiana 55 T.T 30 T.T 90 T29 Tasripah 55 T.T 70 T 70 T30 Wal Iman 40 T.T 65 T 90 T31 yuni sulasniwati 25 T.T 50 T.T 80 T32 Yusuf Arifin 45 T.T 60 T 70 T

Jumlah 1335 1970   2495  Rata-rata 41,71 61,56 T 77,96 T

Keterangan Indikator :

1) Memerankan drama dengan lafal,intonasi, nada

yang jelas.

2) Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat.

3) Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang

tepat

52

Page 53: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Peningkatan nilai rata-rata tes pertama (sebelum menggunakan media

audiovisual dalam drama) dengan tes kedua. (sesudah bermain drama

dengan menggunakan teknik audiovisual). Sekitar 14, 64 % yaitu dihitung

dari selisih antara skor rata-rata tes pertama dan skor rata-rata tes kedua

terhadap tes sedangkan peningkatan skor rata-rata tes kedua terhadap tes

ketiga adalah sekitar 19, 39 % yaitu dihitung dari selisih antara skor rata-

rata tes kedua dan skor rata-rata ketiga . Berdasarkan hasil dari tes pertama

ke tes kedua terdapat peningkatan dari rendah menjadi sedang. Sementara

itu hasil tes kedua ke tes ke ketiga adalah dari kategori sedang menjadi

kategoi tinggi.

Berdasarkan dari hasil analisis di atas ketiga tes dapat dikatakan bahwa

penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama siswa kelas XI

semester I SMA Budi Utama tahun pelajaran 2008/2009 lebih efektif.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

53

Page 54: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

Dari analisis data dan pembahasan kaji tindak ini, penulis mengemukakan

simpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan

audiovisual pada pembelajaran drama secara lebih efektif dalam

meningkatkan bermain drama siswa kelas XI semester I SMA Budi Utama.

2. Bila proses

menggunakan media audiovisual dalam bermain drama dilakukan dengan

baik, maka akan memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dibuktikan

oleh skor rata-rata hasil tes ketiga sebesar 77, 95 yang tergolong lebih tinggi.

3. Dengan

efektifitas penggunaan audivisual pada pembelajaran drama ternyata dapat

menunjukkan peningkatan sebesar 34, 75 % yaitu dihitung dari selisih antara

skor rata-rata hasil tes pertama (tes awal) dan skor rata-rata tes ketiga (tes

akhir).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengemukakan saran sebagai berikut :

54

Page 55: Skripsi b. Indo. Efektivitas Penggunaan Audiovisual

1. Untuk mengefektifkan pembelajaran drama hendaknya

sudah dapat memiliki media yang tepat.

2. Efektifitas penggunaan audivisual pada pembelajaran

drama hendaknya lebih ditingkatkan dalm pelatihan bermain drama agar siswa

terampil dalam bermain drama.

55