40311571 skripsi b indo efektivitas penggunaan audiovisual

Upload: anipanzai

Post on 06-Jul-2015

937 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunkasi untuk menyampaikan gagasan atau ide, perasaan serta suatu hal kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Abdullah Ambari (2003 : 6) bahwa bahasa adalahlambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap indra manusia yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Ditinjau dari karakteristiknya, bahasa merupakan sarana ekspresi diri dan interaksi sosial. Sebagai sarana ekspresi diri bahasa digunakan untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, perasaan seseorang. Sebagai sarana interaksi sosial, bahasa merupakan alat komunikasi dan bekerja sama dengan sesamanya. Karena itu pula dapat kita katakan fungsi utama bahasa adalah untuk komunikasi sosial. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Gorys Keraf (1979 : 3), bahwa fungsi bahasa lebih ditinjau dari sejarah pertumbuhannya garis besarnya dapat untuk menyatakan ekspresi diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial.

Kurikulum Bahasa Indonesia kelas XI semester I KTSP SMA 2006, mengisyaratkan kepada kita tentang adanya pembelajaran Bahasa Indonesia

1

secara terpadu. Keterpaduan itu meliputi aspek menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterpaduan itu harus tergambar pada keterampilan berbahasa yang meliputi unsur kebahasaan, pemahaman, penggunaan. Semua aspek pembelajaran harus tetap mengacu kepada hakikat dan prinsip bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran mengarang di SMP yang tertuang dalam aspek menulis merupakan bagian pembelajaran Bahasa Indonesia. Kurikulum Bahasa Indonesia KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006, yang dituangkan pada salah satu tujuan pembelajaran adalah agar siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi menggunakan dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan. Tujuan umum di atas dijabarkan menjadi dua yaitu : 1. Siswa mampu menyampaikan informasi secara lisan dan tertulis sesuai dengan konteks dan keadaan.

2. Siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman dan pesan secara lisan dan tertulis (Debdikbud, 2006 : 02)

2

Gambaran tujuan pembelajaran ini juga dinyatakan dengan jelas dalam tujuan pembelajaran drama Siswa mampu memerankan drama dengan memperhatikan lafal, intonasi, mimik dan gerak-gerik yang tepat sesuai dengan watak tokoh dalam pementasan drama. (Debdikbud, 2006 : 11) Menurut Tarigan (1998 : 93) drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas, dengan menggunakan percakapan dan gerak di hadapan penonton. Pendapat lain mengemukakan drama ialah sebuah cerita yang ditulis oleh pengarangnya dengan maksud untuk dimainkan atau dipentaskan, (Debdikbud, 1974 : 64). Sejalan dengan pendapat di atas, Ajib Hamzah (2005 : 204) menyatakan bahwa agar siswa mampu memerankan lakon drama. Dalam pementasan drama maka siswa dituntut untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut : 1. Memiliki kemampuan memahami pementasan drama dalam kemampuan bermain peran. 2. Memiliki pengetahuan bermain peran dengan gerak atau akting sesuai dengan skenario yang telah ditentukan naskah drama. 3. Memiliki kemampuan mengamati tata bahasa, tata panggung, tata musik, tata lampu yang ada di dalam pementasan.

3

Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam memerankan drama siswa harus memiliki pengetahuan dan keterampilan serta adanya kemampuan untuk berlatih baik secara lisan maupun tetulis. Henry Guntur Tarigan mengemukakan bahwa seseorang mempelajari bahasa agar terampil berkomunikasi dan menggunakan bahasa sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Bahasa seseorang mencerminkan pikiran. Semakin terampil seseorang berbahasa, maka semakin jelasl dan cerah pula pikirannya. Keterampilan diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan latihan-latihan, melatih keterampilan berbahasa berarti berfikir (2004 : 1) Dengan demikian melalui latihan, siswa diharapkan mampu bermain drama secara optimal dan berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada siswa kelas XI semester I SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran 2008/2009, ditemukan hal-hal sebagai berikut : 1. Guru pengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia telah sesuai dengan keahliannya.. 2. Buku paket, buku penunjang dan perpustakaan cukup tersedia. 3. Pemberian materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 4. Waktu dan tempat belajar mengajar sudah cukup memadai.

Dengan situasi belajar mengajar yang kondusif seperti ini akan diperoleh kemampuan bermain drama dengan hasil belajar yang maksimal. Namun kenyataan yang ada kemampuan siswa dalam bermain drama masih rendah.

4

Informasi ini didapat dari guru bidang studi atau mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI semester I SMA Budi Utama Pajaresuk tahun pelajaran 2008/2009 pada tabel di bawah ini : Tabel I : Nilai Tes Kemampuan Bermain Drama Siswa Kelas XI Semester I SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran 2008/2009 Interval Nilai Jumlah Siswa

Presentase Kategori Kemampuan Kemampuan 1 60 > 10 31,25 % Tuntas 2 < 59 22 68,75 % Tidak tuntas Jumlah 32 100 % Sumber : Buku Nilai Buru Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI. No Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa dari 32 siswa yang memperoleh tuntas 10 siswa (31,25 %) dan yang tidak tuntas 22 siswa (68,75 %). Nilai KKM untuk bermain peran 60. jadi dari prapenelitian penulis di SMA Budi Utama Pajaresuk di dapat data dari 32 siswa, siswa yang belum mampu atau belum tuntas dalam kemampuan bermain drama sebanyak 22 siswa (68,75 %). Maka dari itulah penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut permasalahan tersebut.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan, maka masalahan dalam penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut :

5

Apakah Penggunaan Media Audiovisual Efektif Digunakan dalam Pembelajaran Drama Kelas XI Semester I SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran 2008/2009

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis menuangkan ke dalam judul penelitian sebagai berikut : EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AUDIOVISUAL PADA PEMBELAJARAN DRAMA SISWA KELAS XI SEMESTER I SMA BUDI UTAMA PAJARESUK KABUPATEN TANGGAMUS 2008/2009. C. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi agar materi penelitian ini tidak melampaui batas, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah : 1. Objek Penelitian

Penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama dalam meningkatkan kemampuan bermain drama tragedi komedi.

2.

Subjek Penelitian

Siswa kelas XI SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran 2008/2009. 3. Waktu Penelitian

6

Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009. 4. Tempat Penelitian

SMA Budi Utama Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kab. Tanggamus.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui efektifitas penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama siswa kelas XI semester I SMA Budi Utama Pajaresuk Tahun Pelajaran 2008/2009. 2. a. Manfaat Penelitian Sebagai informasi atau masukan bagi guru penelitian media

yang tepat dalam pembelajaran drama. b. bahan Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai masukan guna meningkatkan kemampuan siswa dalam

pembelajaran drama.

c.

Bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman

serta menambah cakrawala berpikir dan khususnya dalam bermain drama.

7

d.

Bagi siswa untuk memperoleh informasi tentang kemampuan

bermain drama siswa dengan menggunakan media audiovisual.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

8

A. Tinjauan Pustaka 1. a. Media Audiovisual Penyediaan Media Pembelajaran

Dalam penyediaan pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dalam perkembangan media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audiovisual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro prosesor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif (Seels & Richey, 1994). Berdasarkan teknologi tersebut, media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu : 1) Teknologi cetak adalah cara yang menghasilkan atau

penyampaian materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau fotografi. 2) Teknologi audiovisual cara menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual.

9

Pengajaran melalui audiovisual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tipe recorder dan proyektor visual yang lebar. 3) Teknologi berbasis komputer merupakan cara

menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor. 4) Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan

dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Perpaduan beberapa jenis teknologi ini dianggap teknik yang paling canggih apabila

dikendalikan oleh komputer yang memiliki kemampuan hebat seperti jumlah random acces memory yang besar, hard disk yang besar dan monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan periperal (alat-alat tambahan seperti video disc player player, perangkat keras untuk

bergabung dalam satu jaringan, dan sistem audio.

b.

Pengertian Media Audiovisual

Kata media berasal dari bahasa latin, medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau tengah. Dalam bahasa arab, media adalah perantara

10

(wasaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Elly (1971) mengatakan bahwa media adalah manusia materi yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khususnya pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fhotografis, atau elektris untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali visual dan verbal. Gague dan briggs (1975) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri buku, tipe, recorder, kaset, vidio, film, televisi, foto, gambar (slide), grafik dan komputer. Sells dan Richey (1994) mengemukakan pengertian audiovisual adalah perangkat keras yang menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesinmesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Jadi media audiovisual adalah menyampaikan materi yang menggabungkan dua bentuk teknologi yaitu audio (dengar) dan visual (pandang). Dalam pembahasan ini audiovisual yang akan disajikan dalam pembelajaran kepada siswa XI semester I SMA Budi Utama Pajaresuk Kabupaten Tanggamus Tahun Ajaran 2008/2009 adalah berupa visual

11

dinamis yang diproyeksikan melalui televisi, yang berperangkat lunak drama dan ditampilkan dalam bentuk vidio. c. Teknologi Karakteristik Pembelajaran Media Audiovisual media audiovisual adalah cara menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pembelajaran media audiovisual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama selama proses belajar, misalnya mesin proyektor film dan proyeksi film layar lebar. Jadi pengajaran melalui media audiovisual adalah produksi dan penggunaan materi yang menyerapnya melalui pandangan serta tidak seluruhnya tergantung pada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa. Lebih jelasnya uaraian karakteristik media audiovisual sebagai berikut : 1) 2) Bersifat linier Menyajikan visual yang dinamis 3) Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

perancang atau pembuatnya. 4) 5) Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme atau kognitif

12

6)

Berorientasi kepada guru dengan tingkat perlibatan interaktif

murid yang rendah Karakteristik media audiovisual ketika proses belajar mengajar peneliti hanya bertindak sebagai fasilitator, selebihnya siswa yang lebih aktif dan mandiri. Proses penyajianpun lebih dinamis secara berulang-ulang. Sehingga gambar atau lambang visual dapat mengubah emosi dan tingkah laku siswa (psikologi behaviorisme atau kognitif), misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial dan ras ( Levie dan Lenz, 1982 : 16). d. Strategi Menggunakan Media Audiovisual

Sebelum menggunakan media audiovisual sangat perlu dibuat rancangan yang sistematis melalui berbagai langkah pengembangan melibatkan berbagai tenaga terampil dan ahli, serta menggunakan berbagai macam jenis peralatan. Sebelum diuraikan strategi menggunakan media audiovisual terlebih dahulu penulis uraikan pola pemanfaatan media pembelajaran yaitu sebagai berikut : 1) Pemanfaatan media dalam situasi kelas (classroom setting). Dalam tatanan ini media media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatanya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas. Media

13

pembelajaran yang dipilih sesuai dengan ketiga hal yaitu tujuan materi, dan strategi pembelajaran. 2). Pemanfaatan Media di luar kelas Dapat dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu : a) Pemanfaatan secara bebas yaitu media

digunakan tanpa dikontrol atau diawasi. b) Pemanfaatan media secara terkontrol yaitu

media digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematis untuk mencapai tujuan. Berdasarkan uraian di atas pemakaian pemanfaatan akan dilakukan di dalam kelas, karena penelitian yang akan dilakukan penulis di dalam kelas dengan menggunakan media audiovisual. Agar media

audiovisual dapat digunakan secara efektif dan efesien, ada tiga strategi utama yang harus diikuti dalam penggunaan media audiovisual, yaitu sebagai berikut : Pemanfaatan sebelum menggunaan media Media audiovisual yang akan penulis gunakan adalah televisi sebagai perangkat keras dan CD berisikan film pementasan sebagai perangkat lunak. Televisi dan VCD ditempatkan di

14

dalam ruangan yang cukup luas agar anggota kelompok dapat memperoleh kesempatan yang sama dalam mendengarkan atau melihat bayangan dalam pementasan drama dengan jelas. 2) Semua Kegiatan selama menggunakan Media siswa bersiap-siap menyaksikan tayangan dalam

pementasan drama. Selama kegiatan menggunakan media berlangsung yang perlu dijaga adalah suasana ketenangan. Gangguan-gangguan yang dapat menganggu perhatian dan konsentrasi harus dihindarkan. Apabila telah siap, peneliti memberikan beberapa petunjuk yang harus dikerjakan oleh siswa. Kemudian memulai menghidupkan media audiovisual (televisi dan CD). 3) Kegiatan Tindak Lanjut

Maksud kegiatan tindak lanjut ialah untuk penjajakan apakah tujuan telah tercapai? Selain itu juga menetapkan pemahaman terhadap materi interuksional yang disampaikan melalui media audiovisual. Penggunaan media televisi memiliki ciri-ciri tersendiri yaitu : 1) Dituntun oleh instruktur

15

2) Sistematis 3) Teratur dan berurutan 4) Terpadu . Televisi sebagai media audiovisual yang ekonomis untuk menjangkau sejumlah besar siswa dan cara tepat agar siswa dapat menguasai mata pelajaran dengan mudah karena tidak membosankan. (Azhar Arsyad,1996:51) 2. Pembelajaran Drama

Pembelajaran Drama Pembelajaran drama di sekolah dapat ditafsirkan dua macam yaitu :

pembelajaran teori drama atau pembelajaran apresiasi drama. Masingmasing juga terdiri atas dua jenis yaitu pengajaran teori tentang teks (naskah) drama, dan pengajaran teori pementasan drama.

Moody menyatakan bahwa drama merupakan bentuk kebudayaan yang melekat erat pada kebudayaan dan kebiasaaan manusia di seluruh dunia. Drama dapat mengantarkan murid-murid kedewasaannya dengan melatih siswa mengalami berbagai macam hidup manusia. Dalam naskah yang dibawakan dengan mementaskan drama, siswa dapat mengerti manusia lain dengan lebih nyata.

16

Dalam pembelajaran drama Guru hendaknya mampu memperkenalkan drama kepada siswa, kemudian membimbing apresiasi drama membuat mereka menyenangi, menggemari dan menjadikan drama sebagai salah satu bagian yang menyenangkan dalam kehidupan mereka. Dalam pembelajaran drama di sekolah dapat dikalsifikasikan ke dalam dua golongan yaitu pembelajaran teks drama termasuk sastra dan pementasan drama yang termasuk bidang teater. Dalam pembelajaran teks drama ini penulis hanya memberikan satu pementasan drama yang sederhana dengan menggunakan audiovisual. Dalam penelitian ini calon guru dalam pembelajaran drama harus mampu mengajarkan drama, baik itu dalam teori maupun dalam hal apresiasi, baik itu dalam naskah ataupun dalam hal pementasan. Lewat dramatisasi, dimungkinkan suatu pengetahuan, dapat menjadi sikap dan kemudian menjadi tingkah laku. b. Pengertian Drama

Drama adalah karangan yang ditulis untuk dipentaskan. Drama disebut juga sandiwara, tonil, atau lakon (Suroso, dkk, 2000 : 131). Senada dengan pendapat tersebut di atas, Tarigan (2004 : 70) mengatakan bahwa,

17

drama ialah suatu karangan dalam prosa atau puisi yang menyajkan dalam dialog atau pantonim suatu cerita yang mengandung konflik atau kontras seorang tokoh. Terutama sekarang suatu cerita yang diperuntuhkan buat di pentaskan atas panggung suatu lakon. Sedangkan menurut Rahmanto (2005 : 75) bahwa drama adalah suatu teks yang bersifat dialog dan isinya membentang sebuah alur untuk dilakonkan di pentas. Dari tiga pendapat di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa drama adalah suatu karangan yang mengandung konflik atau kontras seorang tokoh, terutama sekali sesuatu cerita yang diperuntukkan yang dipentaskan.

c.

Macam Macam Drama

Macam-macam drama menurut Tarigan (2001 : 394) sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) Drama tragedi Drama komedi Drama tragedi komedi Melodrama

Dari pendapat di atas penulis jelaskan bahwa :

18

1)

Drama tragedi Drama tragedi adalah lakon yang disajikan berakhir dengan duka cita. Tokoh utama dijemput maut dalam lakon tersebut. Ada beberapa cara syarat yang harus dipenuhi dalam lakon ini yaitu : a) Suatu lakon tragis haruslah

berhubungan erat dengan subjek yang serius. b) Sang pahlawan pelaku utama

dalam tragedi haruslah merupakan orang penting yang herois. c) Tidak ada keyakinan kuat yang

ditempatkan pada perbuatan atau koinseden, segala inseden yang terdapat dalam tragedi haruslah wajar. Apa yang harus terjadi maka tetap harus terjadilah. d) Rasa ikhlas, kasihan, sedih,

atau takut merupakan emosi-emosi utama pada karya tragedi. Akan tetapi dari penderitaan muncullah kata riris (perbaikan,

penjernihan) emosi-emosi ini ditujukan pada para penonton. 2) Drama Komedi Drama komedi adalah jenis drama yang mengandung unsur ringan dan berkesan kocak cemerlang. Dalam ceritanya berakhir dengan suka ria. Kita lihat saja apakah anggapan itu benar atau tidak, dapat dilihat

19

dalam ciri karya Drama komedi adalah jenis drama yang mengandung unsur ringan dan berkesan kocak cemerlang. Dalam ceritanya berakhir dengan suka ria. Kita lihat saja apakah anggapan itu benar atau tidak, dapat dilihat dalam ciri karya komedi di bawah ini yaitu sebagai berikut : a) Drama komedi yang memerankan suatu subjek yang ringan,

tetapi selamanya memperlakukan subjeknya itu dalam suatu tendesi yang ringan atau cerah. b) Drama komedi memerankan kejadian-kejadian yang

mungkin seakan-akan terjadi. c) Segala cerita yang terjadi muncul dari tokoh bukan dari

situasi d) Kelucuan yang dihasilkan merupakan sejenis humor yang

serius, kelucuan yang tidak dibuat-buat.

3)

Drama Tragedi Komedi Drama tragedi komedi adalah yang pada cerita kejadian yang lucu. Drama ini merupakan perpaduan antara ciri tragedi dan ciri komedi. Benturan-benturan nilai jenis ini disusun dalam jalinan cerita di dalamnya. Jenis ini memang merupakan salah satu jenis drama yang

20

unik. Karena memberontak kepada konversi dan nilai-nilai jenis drama yang ada. Salah satu contoh karya ini yaitu Jas Panjang Kayu Wolf Monkowizt terjemahan Jin Lin dan Suyatra Anirun (Muchlisan, 2001 : 395). 4) Melo Drama Melo drama merupakan asal usul drama jenis ini yaitu alur yang dicakapkan dengan bantuan irama musik. Tapi mungkin juga tanpa adanya dialog dan emosinya dibantu oleh musik. Adapun ciri-ciri utama lakon melo drama yaitu sebagai berikut : a) Memerankan suatu objek yang serius, tetapi para tokohnya

tidak seotentik yang terdapat dalam tragedi. b) c) Unsur-unsur perubahan ada masuk ke dalam melo drama. Rasa kasihan memang ada ditonjolkan, tetapi cenderung ke

arah sentimentalis, rasa tersebut sedikit muncul, bila ada rasa sedih ditimbulkan. d) Sang pahlawan atau tokoh utama biasanya memang dalam

perjuangan. (Tarigan, 2001 : 395) d. Unsur-unsur Membangun Drama

21

Ajib Hamzah (2005 : 96) menyatakan bahwa unsur-unsur yang membangun drama adalah : 1) Plot adalah serangkaian peristiwa yang terbangun dalam

sebab akibat yang bergerak dari awal hingga akhir. Tiap skenario mempunyai bagian awal, tengah dan akhir. Di bagian awal dikemukakan penjelasan suasana atau eksposisi. Antara lain terdapat antecedent action, peristiwa awal, atau disebut juga preliminary situation. Suasana awal ini merupakan upaya pengarang dalam mematangkan jiwa penonton. Untuk siapa penerima ilusi pertunjukan drama? Dalam eksposisi terdapat pernyataan-pernyataan yang berkisar pada siapa pelakunya, dimana peristiwa terjadi, kapan terjadi, dan bagaimnan sampai terjadi. Pada bagian awal ini khusus untuk televisi dan film, ada tiga yang ditempuh dengan teaser thiriller. Yang dimaksud dengan teaser adalah penyajian peristiwa-peristiwa yang menumbuhkan tanda tanya. Thiriller adalah penggalan-penggalan adegan menumbuhkan ngeri, takut dan lain-lain.

2)

Perwatakan adalah peran dalam cerita. Perwatakan drama

adalah protogonis, antagonis dan tritogonis. Tritogonis adalah pelaku

22

utama yang berjuang untuk mencapai cita-cita protogonis. Sedangkan tritogonis adalah pihak ketiga. 3) Tema adalah pikiran pokok yang terdapat dalam skenario.

Tema disebut juga thought, root idea, premise, aim, central idea, goal, driving farce. Ia merupakan pikiran pokok skenario yang secara jelas dapat dinyatakan atau hanya secara implinsit saja. Contoh tema : Cinta tanah air memandang mati tak berarti. Babak adalah penyekat kaitan yang tempat dan waktunya berbeda. Adegan merupakan kesatuan yang lebih kecil dari babak. Babak terjadi pada satu tempat dan satu waktu yang sama. Perubahan adegan ditandai dengan keluar masuknya peran baru yang membawa suasana lain. 4) Dialog yaitu percakapan dalam skenario. Dialog adalah kata-

kata yang diucapkan oleh para pemain. (Contance Nash dan Virginia Oakey) membagi dialog ke dalam empat bagian. Pertama dialog yang mengemukakan permasalahan secara langsung, kedua menjelaskan prihal peran, ketiga menggerakkan plot dan keempat eksposisi.

23

5)

Konflik merupakan pertentangan antara seseorang dengan

yang lain, diikuti clenovement atau penyelesaian. Krisis ialah pucuk plot dalam adegan, merupakan arah tiap action. 6) Bentuk Drama yang pokok adalah tragedi dan komedi.

Tragedi berisi suka duka cerita. Sedangkan komedi kebalikan dari tragedi. Melo drama adalah misteri. Farce ialah drama ringan, lucu, dengan gerak laku, sering tak masuk akal. Satire adalah drama lucu yang ditanggapi dengan kesungguhan. 7) Gaya adalah suatu mutu khusus dari cara pengekspresian atau

ekspresi atau cara penampilan, demikian Oscar Brocett (1971) dalam buku Gorys Keraf (2003 : 43) bahwa gaya itu dapat dilahirkan sebagai akibat adalah dari jiwa jaman atau karena gerakan. Gaya yang

dilahirkan oleh gerakan natularisme, ekspesionisme, dan lain-lain. e. Teori Bermain Drama

Teori bermain drama, sangatlah penting dalam pembelajaran drama. Dimana dalam teori siswa dapat memahami bagaimana bermain drama. Di dalam bermain drama ada 8 hal yang siswa perlu perhatikan yaitu : 1) Memerankan Drama disertai gerak-gerik yang Tepat

24

Dalam gerak-gerik bermain drama, saat gerak di atas panggung terbagi menjadi dua yakni gerak yang dipersiapkan dan gerak spontan. Gerak yang dipersiapkan harus dilatih sesuai cerita dan tokoh yang diperankan. Gerak spontan (improvisasi) ialah gerak yang dilakukan tanpa persiapan terlebih dahulu. Gerak ini merupakan gerak refleks terhadap suatu hal. 2) Memerankan Drama dengan Lafal, Intonasi, Nada yang Jelas Untuk melakukan naskah drama, siswa harus dapat menghasilkan suara dengan artikulasi yang jelas. Suara pemain dengan lafal, artikulasi dan intonasi yang tepat dan jelas akan mempermudah penonton menikmati dan memahami drama yang dimainkan. Suara tidak dapat dipisahkan dari gerak atau lakuan. Suara akan memperjelas lakuan atau gerak dan memperjelas rangkaian cerita. 3) Mengekspresikan Watak Tokoh dengan Mimik yang Tepat Dalam mengekspresikan watak tokoh biasanya kemampuan akting bertolak dari latihan mimik (ekspresi wajah). Selain itu siswa juga dapat menggunakan apa yang disebut bermain dari dalam. Maksudnya adalah jika seorang pemeran dapat menghayati gejolak batin yang sedang dialami oleh tokoh dengan sendirinya akan lahir

25

ekspresi wajah yang sesuai dengan perasaannya saat itu. Jika seorang pemeran dapat merasakan kesedihan ataupun kegembiraan tokoh yang dimainkan, dengan sendirinya perasaan tersebut akan tercermin dalam ekspresi wajahnya. Ekspresi wajah yang sedih akan lahir dari rasa sedih. Sedangkan ekspresi wajah gembira akan lahir dari rasa gembira. Oleh karena itu , seorang pemeran dituntut untuk benar-benar menghayati dan merasakan gejala yang dialami oleh tokoh yang diperankan. f. Audiovisual Dalam proses pembelajaran drama siswa harus mampu memahami materi tentang drama dengan mampu menggunakan teknik bermain peran. Teknik dalam bidang pembelajaran bersifat apa yang sesungguhnya Proses Pembelajaran Bermain Drama Dengan Media

terjadi antara siswa dan guru. Ia merupakan strategi khusus (Anthony, 1963 : 96). Bahkan Richards dan Radgers (1982 : 154) menjelaskan pula bahwa teknik adalah prosedur dan praktek yang sesungguhnya dalam kelas. Dalam pembelajaran bermain drama dengan media audiovisual dalam teknik bermain peran secara implisit mengatakan bahwa media

26

pembelajaran bisa menggunakan alat yang secara fisik yang digunakan untuk penyampaian isi materi pembelajaran bermain drama bisa melalui buku, sedangkan dengan media audiovisual bisa melalui kaset, televisi dan sebagainya. Dalam pembelajaran bermain drama dengan media audiovisual bisa

diterapkan sebagai berikut : 1) Dalam Persiapan persiapan pembelajaran bermain drama, guru bisa

menyampaikan bahan berupa materi dan naskah drama yang akan dimainkan oleh siswa 2) Pelaksanaan

Dimana pelaksanaan dalam pembelajaran bermian drama dengan prosedur dan praktek dalam kelas bisa juga di luar kelas dengan menggunakan media vidio kamera dan kaset dalam teknik bermain peran. 3) Penilaian

Pada pembelajaran bermain drama guru memperhatikan siswa dalam bermain drama dengan cara memperhatikan siswa dalam bermain peran. Kemudian guru bisa menilai mana siswa yang bisa berperan

27

dengan baik dan mana siswa yang berperan kurang baik. Guru bisa menilai dari memerankan drama dengan gerak-gerik yang tepat. Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas, mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat. B. Kerangka Pikir Efektivitas adalah suatu tindakan yang berpengaruh dan dapat menghasilkan atau tindakan yang tepat guna. Sedangkan kemampuan adalah kesanggupan untuk melakukan sesuatu, apabila orang tersebut sanggup melakukannya dengan baik. Dalam hal ini siswa dituntut untuk sanggup atau mampu penggunaan audiovisual dalam pembelajaran drama untuk meningkatkan bermain drama. Drama adalah suatu karangan yang mengandung dialog, pantomim suatu cerita yang mengandung konflik atau kontras seorang tokoh, terutama sekali suatu cerita yang diperuntukkan di atas panggung. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pementasan bermain drama adalah : 1. Memerankan drama dengan memperhatikan lafal, intonasi, mimik, gerakgerik yang tepat sesuai dengan watak tokoh. 2. Siswa mampu mengekspresikan naskah drama yang akan diperankan.

28

Agar kerangka pikir di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut ini. DIAGRAM KERANGKA PIKIR Efektivitas Penggunaan Audiovisual Pada Pembelajaran Drama Dalam Kemampuan Bermain Drama 1. Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas. 2. Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat. 3. Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat.

29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada saat siswa duduk di kelas XI semester I Tahun Ajaran 2008/2009. 2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Budi Utama Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten Tanggamus. 3. Subjek Penelitian

Subjek Penilitian adalah siswa kelas XI sebanyak 32 siswa yang terdiri dari 13 laki-laki dan 19 perempuan. B. Prosedur Penelitian 1. Faktor yang diteliti

Faktor yang diteliti adalah efektivitas pembelajaran drama. 2. Data Penelitian

Data penelitian berupa data kualitatif data kuantitatif.

30

3.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data selama pelaksanaan penelitian teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : a. Observasi

Selama observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. b. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk memeperoleh data objektif yang tidak terungkap pada lembar observasi meliputi : prilaku-prilaku khusus yang ada pada diri siswa, juga termasuk permasalahan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan langkah selanjutnya, serta sebagai masukan terhadap keberhasilan yang ingin dicapai. c. Tes

Tes dilakukan pada awal dan akhir proses pembelajaran tes awal untuk mengetahui kemampuan siswa yang nantinya digunakan untuk

mengetahui penguasaan siswa terhadap materi setelah dilakukan pembelajaran drama. 4. Pertemuan Keempat

Instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa tes bermain drama.

31

Perangkat Tes Perangkat tes berupa tes awal digunakan sebagai skor awal untuk menentukan kemampuan siswa sebelum menggunakan audiovisual hasil tes akhir digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap konsep materi yang telah diberikan kepada setiap siklus. Catatan lapangan berupa catatan kecil yang dilakukan oleh peneliti selama pelaksanaan penelitian. 5. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini melaksanakan dalam beberapa tahap yaitu : a. Tahap Penelitian

Hasil tes awal nantinya akan dijadikan skor dasar untuk menentukan poin peningkatan hasil belajar. b. Tahap pelaksanaan tindakan

Tindakan penelitian ini akan dilaksanakan dalam 3 siklus. Dimana tiap siklus juga terdiri 4 tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Siklus I 1. Pengertian penelitian a. Menyusun RPP perbaikan b. Mengecek urutan kegiatan yang akan dilakukan.

32

c. Mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan d. Memeriksa hal-hal yang mungkin dapat mengganggu pembelajaran dan merancang cara mengantisipasinya. e. Memeriksa ketersediaan lembar observasi. 2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan mencakup tiga kegiatan yaitu kegiatan awal kegitan awal. Kegiatan inti dan kegiatan penutup. Subtansi tindakan adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal 1) Mengungkapkan salam dan menanyakan keadaan siswa. 2) Guru memberikan materi pembelajaran drama kemudian siswa bermain drama. 3) Melaui bermain drama siswa harus memerankan dengan

memperhatikan lafal, intonasi, mimik, dan watak tokoh dalam kegiatan topik pelajaran hari ini. b. Kegiatan Inti 1) Peneliti menjelaskan materi pembelajaran drama sambil memberi contoh-contoh bermain drama.

33

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas. 3) Melakukan observasi dan bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan. c. Kegiatan Penutup 1) Merangkum materi pembelajaran 2) Melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut proses pembelajaran yang telah dilakukan. 3) Observasi/ Evaluasi Setelah pembelajaran usai, peneliti melatih bermain drama dan merangkum hasilnya. Melihat bermain drama yang dilakukan siswa selama pembelajaran. 4) Refleksi Berdasarkan hasil observasi penelitian melakukan refleksi dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri : a) b) c) Apakah siswa telah mampu mengatasi situasi kelas? Apakah saya telah mampu mengatasi situasi kelas? Apakah siswa mampu bermain drama dengan baik.

34

Siklus II 1. Persiapan

Setelah mengakomodasi masukan dari siklus I dalam RPP. Perbaikan siklus II peneliti melaksanakan perbaikan siklus II. Topik pembelajaran adalah lanjutan dari topik yang lalu karena masih terdapat 29 siswa yang belum tuntas dalam materi. Tujuan perbaikan mampu bermain drama dengan baik. Persiapan untuk siklus II ini adalah : a. b. c. 2. Menyiapkan materi yang akan ditangkap siswa. Menyiapkan skenario atau naskah drama. Mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan. Pelaksanaan Tindakan Setelah mengucapkan salam dan memberikan materi pembelajaran drama kepada siswa, peneliti memberikan gambaran bermain drama kemudian meminta siswa bermain drama dengan menghayati lafal, intonasi, mimik dan watak tokoh. Kemudian peneliti mengamati siswa dalam bermain drama. a. b. 1) 2) 3) Siswa mampu bermain drama dengan baik. Siswa mampu memerankan dengan memperhatikan : lafal intonasi mimik

35

4) 5) 3.

gerak-gerik Watak Tokoh. Observasi/ Evaluasi Setelah pembelajaran selesai peneliti melihat catatan yang dibuat selama mengajar. 4. Refleksi Berdasarkan hasil observasi, peneliti melakukan refleksi dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri. a. b. Siklus III Pada siklus III pelaksanaannnya berdasarkan refleksi dari siklus ke II dan pelaksanaannyapun sama. Dan pada siklus ke III diakhiri proses kegiatan pembelajaran diadakan tes akhir dengan cara memerankan atau bermain drama dengan baik melalui audiovisual. Apakah semua siswa mampu bermain drama dengan baik. Mengapa masih terdapat siswa yang tidak tuntas.

36

C. Teknik Analisis Data 1. Data pertama adalah siswa memerankan naskah drama

sesuai kelompok yang telah ditentukan (siswa belum diberikan materi atau contoh bermain drama) waktu 30 menit. 2. Data kedua adalah siswa memerankan naskah drama

sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan (siswa sudah diberi materi pembelajaran drama dalam bermain peran). 3. Data pertama dan data kedua penilaiannya

menggunakan rumus penilaian sebagai berikut : Nilai akhir :jumlah nilai perolehan siswa x 100 % jumlah nilai maksimal

(Ngalim Purwanto, 2001 : 352) D. Tolak Ukur Penelitian Tolak ukur yang dipergunakan penulis untuk memberikan penilaian kepada siswa dalam meningkatkan kemampuan bermain drama adalah : Tabel 2 : Tolak Ukur Kemampuan Bermain Drama No Presentase Nilai 1 85 % - 100 % 2 75 % - 84 % 3 60 % - 74 % 4 40 % - 59 % 5 0 % - 39 % (Burhan Nurgiantoro, 2005 : 393) Kategori T T T T. T T. T

37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian

Hasil aktivitas belajar siswa dari hasil observasi selama penelitian yang dilakukan sebanyak tiga siklus diperoleh data bahwa untuk menggunakan media audiovisual dalam pembelajaran drama pada bermain drama mengalami peningkatan baik dari segi aktivitas maupun dari hasil tes setiap akhir pada proses pembelajaran. B. 1. Pembahasan Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 November 2008 dan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Kompetensi dasar yang diajarkan pada pembelajaran drama kegiatan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut : a. Perencanaan Dalam kegiatan perencanaan hal-hal yang dilakukan antara lain : 1) Menyusun rencana pembelajaran. 2) Menyususn bahan ajaran. 3) Membuat instrumen penilaian hasil kerja siswa. 4) Menyusun skenario tindakan.

38

b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dalam siklus I dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu : Kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Rincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : Tujuan Pembelajaran Siswa dapat : 2. Mampu memerankan drama dengan baik Waktu (menit) 5 Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Penahuluan 1. Salam dan apersepsi 2. Siswa diberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan Inti : 1. Siswa diberikan penjelasan tentang pembelajaran drama 2. Siswa diberikan kesempatan untuk melihat film di televisi. 3. Guru memberikan bimbingan siswa yang mengalami kesulitan 4. Setelah selesai siswa bermain drama dengan menggunakan media audiovisual kemudian siswa dinilai. Penutup Refleksi dengan cara siswa menghayati suatu peran yang telah diperankan atau diperlihatkan di televisi atau diperankan oleh siswa itu sendiri.

3. Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas. 4. Memerankan drama disertai gerak-gerak yang tepat. 5. Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat.

50

5

39

c. Observasi Hasil observasi yang dilakukan penelitian ketika proses pembelajaran berlangsung adalah siswa kurang mampu drama dengan memperhatikan lafal, intonasi, mimik, gerak-gerik dan watak tokoh. d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut : 1) Siswa kebingungan dalam bermain drama dengan

memperhatikan lafal, intonasi, mimik, gerak-gerik dan watak tokoh. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa kurang paham dalam bermain drama. 2) Guru kurang tanggap terhadap situasi kelas, terutama

ketika pembelajaran berlangsung. Siswa yang bersikap diam semakin pasif. 3) sangat sedikit. Jumlah siswa yang mampu bermain drama masih

2. Siklus II

40

Silkus kedua dilaksanakan 15 November 2008 dan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Kompetensi yang diajarkan adalah menjelaskan tentang bermain drama. Kegiatan dalam siklus kedua dapat diuraikan sebagai berikut :

a.

Perencanaan

Perencanaan kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengacu pada refleksi siklus pertama. 2) Membuat instrumen penilaian tugas. b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam siklus II dilakukan dalam tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Rincian ketiga kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : Tujuan Pembelajaran Siswa, dapat : 1.Mampu memerankan drama dengan baik Waktu (menit) 5 Kegiatan Pembelajaran Kegiatan, Pendahuluan 1. Salam dan apersepsi 2. Siswa diberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.

41

2. Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas. 3. Memerankan drama disertai gerak-gerak yang tepat. 4. Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat.

50

Kegiatan Inti : 1. Siswa diberikan penjelasan tentang pembelajaran drama. 2. Siswa diberikan kesempatan untuk melihat film di televisi. 3. Guru memberikan bimbingan siswa yang mengalami kesulitan 4. Setelah selesai siswa bermain drama dengan menggunakan media audiovisual kemudian siswa dinilai. Penutup Refleksi dengan cara siswa menghayati suatu peran yang telah diperankan atau diperlihatkan ditelevisi atau diperankan oleh siswa itu sendiri.

5

c.

Hasil Observasi

Hasil observasi yang dilakukan peneliti ketika proses pembelajaran berlangsung adalah proses perbaikan pada berjalan efektif setelah melalui proses perbaikan pada siklus I terjadi peningkatan kategori kemampuan siswa dalam bermain drama. d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut :

42

1) Jumlah siswa yang mampu bermain drama masih kurang. 2) Guru masih kurang tanggap terhadap siswa yang pasif. C. Hasil dan Pembahasan Kaji Tindak 1. Hasil Kaji Tindak

Hasil yang diperoleh dari kaji tindak ini hasil tes pertama tanpa menggunakan media audiovisual dan tes kedua dan ketiga menggunakan media audiovisual dalam bermain drama, ketiga tes tersebut dipaparkan pada bagan berikut : a. Hasil Tes Pertama

Setelah dilakukan tes pertama yaitu sebelum menerapkan teknik bermain drama, diperoleh nilai, tentang kemampuan bermain drama seperti tertera pada tabel berikut ini :Tabel 3: Skor hasil tes pertama dalam memerankan drama Indikator Penilaian 1 2 3 23 23 19 20 30 15 19 28 18 14 18 19 17 16 17 10 15 10 9 9 17 20 15 20 8 8 19 11 11 23 7 17 11 20 10 10 20 23 12 15 19 21 7 7 16

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Nama Siswa Ali Akbar Aphani Anggara Febriani Bekti Prastyo Cahya Arifin Damar Mukti Desti Andreani Dian Tri Wahyuni Eka Wardana Fahmi ali 2 Hisyam Fahtoni Indah Sartika intan Anggraini Ivantri Lia Istiqomah M. Nurhari adi

Skor 65 65 65 55 50 35 35 55 35 45 35 40 55 55 25

Persentase 65% 65% 65% 55% 50% 35% 35% 55% 35% 45% 35% 40% 55% 55% 25%

Kategori T T T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T

43

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Mutiara Permata P Nofa Setiani Novita Sari Nunik Utami Putri Lince Rahmat Toni Rara Ayu Nuraini Riyan suseno Riski Firmansyah R. Irwan wicaksono Selviana Susanti Susiana Tasripah Wal Iman yuni sulasniwati Yusuf Arifin Jumlah Rata-Rata

15 10 17 18 8 9 14 6 17 18 17 1 7 18 10 10 15

15 8 7 4 16 9 12 4 18 18 19 3 9 18 10 4 17

10 7 6 18 16 17 14 5 10 14 19 1 4 19 20 11 13

45 25 40 40 40 35 40 15 45 50 55 5 20 55 40 25 45 1335 45.71

45% 25% 40% 40% 40% 35% 40% 15% 45% 50% 55% 5% 20% 55% 40% 25% 45%

T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T

Keterangan Indikator : 1) yang jelas. 2) 3) tepat. Berdasarkan tabel 3 tersebut tampak bahwa jumlah skor dari 32 siswa sebesar 1335. Hal ini berarti bahwa penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama dalam meningkatkan bermain drama skor rata-rata adalah 41,71 yang berarti bahwa kemampuan siswa menggunakan audiovisual bermain drama rata-rata tergolong rendah. Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat. Mengepresikan watak tokoh dengan mimik yang Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada

44

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4 distribusi hasil tes dalam bermain drama.Rentang Skor 85 100 75 100 60 74 40 59 0 39 Jumlah Frekuensi Jumlah Siswa Persentase 4 12,5 % 7 53,12 % 11 34, 37 % 100 % Keterangan T T T T.T T.T

b.

Hasil tes kedua

Setelah dilakukan tes kedua, yaitu sesudah menerapkan teknik audiovisual dalam bermain drama seperti tertera pada tabel 5 sebagai berikut : Tabel 5. skor kedua penggunaan teknik audiovisual dalam meningkatkan bermain drama.No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Nama Siswa Ali Akbar Aphani Anggara Febriani Bekti Prastyo Cahya Arifin Damar Mukti Desti Andreani Dian Tri Wahyuni Eka Wardana Fahri ali 2 Hisyam Fahtoni Indah Sartika Intan Anggraini Ivantri Lia Istiqomah M. Nurhari adi Mutiara Permata P Nofa Setiani Novita Sari Nunik Utami Indikator Penilaian 1 2 3 24 28 18 25 31 19 28 27 15 20 30 15 35 25 35 38 38 19 10 15 15 20 35 10 25 15 35 30 20 15 17 18 5 27 28 15 12 18 15 22 28 10 12 8 20 27 28 15 18 12 10 34 31 20 16 14 15 Skor 70 75 70 65 75 95 40 65 75 65 40 70 45 60 40 70 40 85 45 Persentase 70% 75% 70% 65% 75% 95% 40% 65% 75% 65% 40% 70% 45% 60% 40% 70% 40% 85% 45% Kategori T T T T T T T.T T T T T.T T T.T T T.T T T.T T T.T

45

20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Putri Lince Rahmat Toni Rara Ayu Nuraini Riyan suseno Riski Firmansyah R. Irwan W Selviana Susanti Susiana Tasripah Wal Iman Yuni sulasniwati Yusuf Arifin Jumlah Rata-Rata

17 27 20 7 12 9 8 8 8 27 20 25 17

18 28 28 5 13 7 18 17 7 28 30 13 18

15 15 12 13 20 19 19 5 18 15 15 25 12

50 70 70 25 45 35 35 30 30 70 65 50 60 1970 61,56

50% 70% 70% 25% 45% 35% 35% 30% 30% 70% 65% 50% 60%

T.T T T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T T T.T T T

Keterangan Indikator : 1) 2) 3) Memerankan drama dengan lafal, intonasi, nada yang jelas. Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat. Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang tepat.

Berdasarkan tabel 5 tersebut, tampak bahwa jumlah skor dari 32 siswa adalah sebesar 1970. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama, yang kedua skor rata-ratanya adalah sebesar 61, 56 %. Dengan skor rata-rata 61,50 % tersebut menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata menggunakan teknik bermain drama dalam kemampuan bermain drama yang kedua masih tergolong sedang.. Jika dikaitkan dengan tolak

46

ukur penilaian maka akan diperoleh distribusi hasil tes kedua seperti terlihat dalam tabel 6 berikut ini : Tabel 6. Distribusi hasil tes kedua penggunaan teknik audiovisual dalam bermain dramaRentang Skor 85 - 100 75 100 60 74 40 59 0 39 Jumlah Frekuensi Jumlah Siswa Persentase 2 6,26 % 4 12,50 % 10 34, 37 % 11 31, 25 % 5 15, 65 % 32 100 % Keterangan T T T T.T T.T

c.

Hasil Tes Ketiga

Setelah dilakukan tes ketiga, yaitu sudah menerapkan teknik penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain drama seperti tertera pada tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Skor tes ketiga efektivitas penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama dalam meningkatkan bermain drama.No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nama Siswa Ali Akbar Aphani Anggara Febriani Bekti Prastyo Cahya Arifin Damar Mukti Desti Andreani Dian Tri Wahyuni Eka Wardana Fahri ali 2 Hisyam Fahtoni Indah Sartika intan Anggraini Ivantri Indikator Penilaian 1 2 3 24 35 16 38 37 20 35 24 16 38 38 19 39 37 19 40 37 18 37 18 15 35 33 17 25 36 14 36 25 14 27 38 15 30 26 19 34 33 18 Skor 75 95 75 95 95 95 70 85 75 75 70 75 85 Persentase 75% 95% 75% 95% 95% 95% 70% 85% 75% 75% 70% 75% 85% Kategori T T T T T T T T T T T T T

47

14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Lia Istiqomah M. Nurhari adi Mutiara Permata P Nofa Setiani Novita Sari Nunik Utami Putri Lince Rahmat Toni Rara Ayu Nuraini Riyan suseno Riski Firmansyah R. Irwan w Selviana Susanti Susiana Tasripah Wal Iman yuni sulasniwati Yusuf Arifin Jumlah Rata-Rata

37 40 35 35 40 22 30 32 25 25 25 20 37 26 37 27 38 32 25

38 13 24 34 36 28 18 32 36 18 25 25 33 24 38 38 35 28 28

15 12 16 16 19 10 12 16 14 12 15 15 20 15 15 15 17 20 17

90 60 75 75 95 65 65 80 75 65 65 65 80 65 90 70 90 80 70 2495 77,96

90% 60% 75% 75% 95% 65% 65% 80% 75% 65% 65% 65% 80% 65% 90% 70% 90% 80% 70%

T T.T T T T T T T T T T T T T T T T T T T

Keterangan Indikator : 1) yang jelas. 2) 3) tepat. Berdasarkan tabel 7 tersebut di atas, tampak bahwa jumlah skor untuk 32 siswa adalah sebesar 2495. Hal ini menunjukkan skor rata-ratanya kemampuan bermain drama sesudah menerapkan teknik penggunaan Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat. Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang Memerankan drama dengan lafal,intonasi, nada

48

audiovisual pada pembelajaran drama dalam meningkatkan kemampuan bermain drama adalah 77,96 dengan rata-rata tersebut berarti kemampuan bermain drama dengan menggunakan teknik audiovisual lebih efektif. Untuk lebih dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 8 Distribusi hasil tes ketiga penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama dalam kemampuan bermain drama.Rentang Skor 85 100 75 100 60 74 40 59 0 39 Jumlah Frekuensi Jumlah Siswa Persentase 11 34,37 % 7 21, 87 % 13 40, 65% 1 3,12 % 0 0 32 100 % Keterangan T T T T.T T.T

Selanjutnya dilihat dari kemampuan rata-rata pada tes ketiga adalah 77,96 berarti kemampuan bermain drama dengan menggunakan media audiovisual termasuk kategori tinggi. 2. Pembahasan Kaji Tindak

Data dianalisis berdasarkan berhasil tidaknya penggunaan media audiovisual dalam meningkatkan kemampuan bermain drama. Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan, kaji tindak ini dapat dibahas sebagai berikut :

49

a. Pada

tes

pertama

sebelum

menggunakan

audiovisual

pada

pembelajaran drama dalam kemampuan bermain drama siswa tergolong rendah dengan bukti diperoleh nilai rata-rata 41, 94. b. Pada tes kedua siswa diberi penjelasan dan pelatihan dalam pembelajaran drama dari hasil ini diperoleh nilai rata-rata siswa 61, 56 tergolong sedang. Hal ini berarti dengan menggunakan audiovisual terdapat peningkatan kemampuan bermain drama yakni dari kategori tidak tuntas menjadi tuntas. c. Pada tes ketiga siswa diberi penjelasan dan pelatihan. Pada tes ketiga ini juga dilakukan dengan media audiovisual dan dari hasil tersebut terlihat bahwa kemampuan siswa dalam bermain drama makin meningkat menjadi kategori tinggi dengan rata-rata nilai 77, 96. Peningkatan yang terjadi pada evaluasi kedua dan ketiga membuktikan bahwa penggunaan media audiovisual memiliki peran yang cukup baik dalam meningkatkan kemampuan bermain drama. Perolehan nilai rata-rata tes kedua lebih besar dari pada tes pertama yaitu 61, 56 dengna 18 siswa tuntas dan 14 siswa tidak tuntas dibandingkan pada tes pertama yang hanya mencapai nilai rata-rata 41,71 dengan 3 siswa tuntas dan 29 siswa tidak tidak tuntas. Sedangkan nilai rata-rata tes ketiga lebih besar dari tes kedua rata-rata nilai mencapai 77, 96 dengan 31

50

siswa tuntas dan tidak tuntas hanya satu orang hal ini dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9 Nilai tes bermain drama dengan menggunakan audiovisual.Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Ali Akbar Aphani Anggara Febriani Bekti Prastyo Cahya Arifin Damar Mukti Desti Andreani Dian Tri Wahyuni Eka Wardana Fahri ali 2 Hisyam Fahtoni Indah Sartika intan Anggraini Ivantri Lia Istiqomah M. Nurhari adi Mutiara Permata P Nofa Setiani Novita Sari Nunik Utami Putri Lince Rahmat Toni Rara Ayu Nuraini Riyan suseno Riski Firmansyah R. Irwan Wicaksono Selviana Susanti Susiana Nilai 65 65 65 55 50 35 35 55 35 45 35 40 55 25 45 25 40 40 40 35 40 15 45 50 55 5 20 55 Tes 1Kategori

Tes II Nilai 70 75 70 65 75 95 40 65 75 65 40 70 45 60 40 70 40 85 45 50 70 70 25 45 35 35 30 30Kategori

T T T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T T.T

T T T T T T T.T T T T T.T T T.T T T.T T T.T T T.T T.T T T T.T T.T T.T T.T T.T T.T

Tes III Nilai Kategori 75 T 95 T 75 T 95 T 95 T 95 T 70 T 85 T 75 T 75 T 70 T 75 T 85 T 90 T 60 T.T 75 T 75 T 95 T 65 T 65 T 80 T 75 T 65 T 65 T 65 T 80 T 65 T 90 T

51

29 30 31 32

Tasripah Wal Iman yuni sulasniwati Yusuf Arifin Jumlah Rata-rata

55 40 25 45 1335 41,71

T.T T.T T.T T.T

70 65 50 60 1970 61,56

T T T.T T T

70 90 80 70 2495 77,96

T T T T T

Keterangan Indikator : 1) yang jelas. 2) 3) tepat Peningkatan nilai rata-rata tes pertama (sebelum menggunakan media audiovisual dalam drama) dengan tes kedua. (sesudah bermain drama dengan menggunakan teknik audiovisual). Sekitar 14, 64 % yaitu dihitung dari selisih antara skor rata-rata tes pertama dan skor rata-rata tes kedua terhadap tes sedangkan peningkatan skor rata-rata tes kedua terhadap tes ketiga adalah sekitar 19, 39 % yaitu dihitung dari selisih antara skor ratarata tes kedua dan skor rata-rata ketiga . Berdasarkan hasil dari tes pertama ke tes kedua terdapat peningkatan dari rendah menjadi sedang. Sementara itu hasil tes kedua ke tes ke ketiga adalah dari kategori sedang menjadi kategoi tinggi. Memerankan drama disertai gerak-gerik yang tepat. Mengekspresikan watak tokoh dengan mimik yang Memerankan drama dengan lafal,intonasi, nada

52

Berdasarkan dari hasil analisis di atas ketiga tes dapat dikatakan bahwa penggunaan audiovisual pada pembelajaran drama siswa kelas XI semester I SMA Budi Utama tahun pelajaran 2008/2009 lebih efektif.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan Dari analisis data dan pembahasan kaji tindak ini, penulis mengemukakan simpulan sebagai berikut : 1. audiovisual pada pembelajaran drama secara lebih Penggunaan efektif dalam

meningkatkan bermain drama siswa kelas XI semester I SMA Budi Utama. 2. Bila proses

menggunakan media audiovisual dalam bermain drama dilakukan dengan baik, maka akan memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dibuktikan oleh skor rata-rata hasil tes ketiga sebesar 77, 95 yang tergolong lebih tinggi. 3. Dengan

efektifitas penggunaan audivisual pada pembelajaran drama ternyata dapat

53

menunjukkan peningkatan sebesar 34, 75 % yaitu dihitung dari selisih antara skor rata-rata hasil tes pertama (tes awal) dan skor rata-rata tes ketiga (tes akhir).

B.

Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Untuk mengefektifkan pembelajaran drama hendaknya sudah dapat memiliki media yang tepat. 2. Efektifitas penggunaan audivisual pada pembelajaran drama hendaknya lebih ditingkatkan dalm pelatihan bermain drama agar siswa terampil dalam bermain drama.

54