skripsi 2017 gambaran hasil pemeriksaan ekg
TRANSCRIPT
SKRIPSI
2017
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN EKG (ELEKTROKARDIOGRAFI)
TERHADAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
HASANUDDIN BERDASARKAN KATEGORI IMT (INDEKS MASSA TUBUH)
Oleh :
Mutia Ilyas
C111 14 512
PEMBIMBING :
Dr.dr. Muzakkir Amir, Sp.JP (K)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Departemen Kardiologi dan
Kedokteran Vaskuler Gedung Pusat Jantung Terpadu (PJT) RSWS Makassar dengan
judul:
"GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN EKG (ELEKTROKARDIOGRAFI)
TERIIADAP MAHASIS\ilA FAKULTAS KEDOKTERAN TJNIVERSITAS
IL{SANUDDIN BERDASARI{AN KATEGORI IMT (INDEKS MASSA TUBUH)"
Hari/ Tanggal
Waktu
Tempat
Senin, 1i Desember2017
11.00 WITA- selesai
I)epartemen Kardiologi d;, Kedokteran
Vaskuler Gedung PJT RSV/S Makassar
Makassar, 11 Desember 2017
NrP. 19710810 200012 I 003
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Skripsi dengan judul, ..GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN EKG
(ELSKTROKARI}IOGRATI) TERIIADAP MAI{ASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAI{ UNIVERSITAS HASANUDDII{ BERDASARKAN KATEGORI
IMT (INDEKS MASSA TUBUH)' telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di
hadapan Tim Penguji Skripsi di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler
Gedung Pusat Jantung Terpadu (PiT) RSWS Makassar pada
Hari/Tanggal : Senin, 11 Desember2}lT
Waktu : 11.00 WITA- selesai
Tempat : Departemen Kardiologi dan Kedokteran
Vaskuler Gedung PJT RSWS Makassar
Pemtrimbing,
Prof.Dr.dr.Peter Kabo, Ph.D SpFK. Sp.JP(K). FIHA, FasCC
NIP 19500329 197612 1 001
\
Dr.dr. Muzhkkir Amir. Sp.JP (K)
NIP. 19710810 200012 I 003
EuJlr
DEPARTEMEN KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERtsANYAK
Skripsi dengan.iudui:
.. GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAI\ EKG (ELEKTROKARI}I OGRATDTERIIADAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
HASANUDDIN BERDASARKAN I{*ATEGORI IMT (INDEKS 1VIASSA
TUBUII,"
Makassar, 1I Desember Z0l7
Pemtrimtring,
NIP. 19710810 200012 I 003
Lembar Pernyataan Anti Plagiarisme
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya saya. Apabila
ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain baik berupa tulisan, data, gambar
atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi, telah direferensi sesuai dengan ketentuan
akademis.
Saya menyadari plagiarism adalah kejahatan akademik, dan melakukannya akan
menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan sanksi akademik yang
lain.
Makassar, 11 Desember 2017
Mutia Ilyas
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
MUTIA ILYAS C111 14 512
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN EKG (ELEKTROKARDIOGRAFI)
TERHADAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS
BERDASARKAN KATEGORI IMT (INDEKS MASSA TUBUH)
ABSTRAK
Latar Belakang : Banyak variasi mengenai EKG normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi
adalah habitus tubuh, sumbu listrik jantung, ukuran dada dan keadaan lain seperti obesitas dan
penyakit paru. Kriteria yang dipakai di bawah ini hanyalah sebagai pegangan, namun diagnosis
akhir apakah jantung normal atau abnormal harus dibuat berdasarkan gambaran klinis secara
keseluruhan . Hubungan antara obesitas dan EKG telah diteliti dalam penelitian sebelumnya.
Obesitas berhubungan erat dengan berbagai kelainan EKG. Seseorang dengan indeks massa tubuh
yang besar cenderung memiliki tebal lemak yang lebih besar sehingga memperbesar jarak tempuh
gelombang untuk mencapai sadapan EKG. Gelombang yang diterima pun akan lebih lemah
dibandingkan dengan orang yang memiliki indeks massa tubuh normal.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan EKG pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin berdasarkan kategori IMT.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Sampel diambil sebanyak 100 orang dengan metode purposive
sampling dari populasi Mahasiswa FK UNHAS yang telah memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Hasil EKG dianalisa dan dideskripsikan berdasarkan klasifikasi IMT. Data dianalisis
menggunakan Uji-korelasi Pearson dengan SPSS 17.0 for Windows. Angka signifikansi yang
digunakan adalah α<0,05.
Hasil Penelitian : Sebagian besar mahasiswa memiliki status IMT normal (48%).Tinggi dan
lebar gelombang P memiliki nilai rerata tertinggi pada kelompok mahasiswa yang memiliki status
IMT Obes II. Untuk penilaian kriteria hipertrofi ventrikel kiri berdasarkan kriteri voltase QRS,
mahasiswa yang paling banyak masuk ke dalam kriteria abnormal adalah mahasiswa yang
memiliki status IMT diatas normal atau berat badan berlebih dibandingkan dengan kelompok
status IMT normal dan berat badan kurang. Namun, tidak ada satupun ditemukan hubungan yang
signifikan antara parameter EKG yang diukur pada penelitian ini terhadap status IMT mahasiswa.
Kesimpulan : Simpulan penelitian yang diperoleh adalah bahwa terdapat perbedaan gambaran
hasil EKG pada mahasiswa berdasarkan klasifikasi Indeks Massa Tubuh
Kata kunci : Gambaran Hasil Pemeriksaan EKG, Mahasiswa, Indeks Massa Tubuh
v
SKRIPSI
MEDICAL FACULTY
HASANUDDIN UNIVERSITY MAKASSAR
MUTIA ILYAS C111 14 512
ECG RESULTS IN MEDICAL STUDENTS OF HASANUDDIN UNIVERSITY
BASED ON BODY MASS INDEX CATEGORY
ABSTRACT
Background: Many variations regarding normal ECG. Factors that affect the body's habitus, the
heart's electrical axis, the size of the chest and other circumstances such as obesity and lung
disease. The criteria used below are merely a grip, but the final diagnosis of whether a normal or
abnormal heart has to be made is based on the overall clinical picture. The relationship between
obesity and ECG has been investigated in previous studies. Obesity is closely related to various
ECG abnormalities. A person with a large body mass index tends to have a greater fat thickness
thus enlarging the wave distance to reach the EKG lead. Accepted waves will be weaker than
those with normal body mass index.
Objectives : To find out the ecg results in medical students of hasanuddin university.
Methods : This is an observational descriptive research with cross sectional approach. Samples
were taken as many as 100 people with purposive sampling method from medical students
population that has fulfilled inclusion and exclusion criteria. The ECG results are analyzed and
described by the BMI category. Data were analyzed using Pearson-Correlation Test with SPSS
17.0 for Windows. The significance number used is α <0,05
Results : Most of the students had normal BMI status (48%) .The height and width of wave P had
the highest mean value in the group of students who had BMI status Obes II. For the assessment
of left ventricular hypertrophy criteria based on the QRS voltage criterion, most students go into
abnormal criteria are students who had excess body weight compared with normal BMI group
and underweight. However, none were found to have a significant relationship between ECG
parameters measured in this study on BMI category.
Conclusion : The conclusion of the research is that there are differences ECG results in the
students based on the classification of Body Mass Index
Keywords : ECG results, Students, Body Mass Index
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang atas segala karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul : Gambaran Hasil Pemeriksaan EKG
(Elektrokardiografi) Terhadap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Berdasarkan Kategori IMT (Indeks Massa Tubuh)
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan untuk
memenuhi kurikulum di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar dan
untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Pendidikan
Kedokteran di Universitas Hasanuddin Makassar.
Penulis skripsi ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Khususnya kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada penulis
sehubungan dengan terselesaikannya skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu :
1. Orang Tua, Ayah dan Ibu beserta keluarga penulis tercinta, terima kasih atas doa
dan dukungan.
2. Prof. DR. A. Asadul Islam Sp.BS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar
3. Dr.dr.Muzakkir Amir, Sp.JP (K) selaku Pembimbing Skripsi sekaligus sebagai
Penasehat Akademik yang telah memberikan bantuan, bimbingan, nasehat,
pengarahan dan motivasi
vii
bagi penulis dan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. dr. Paskal selaku residen bagian kardiologi yang telah memberikan masukan,
saran dan bimbingan kepada penulis.
5. Orang-orang terdekat penulis yang telah membantu dan selalu memberikan
dukungan, motivasi, cinta dan kasih kepada penulis.
6. Teman-teman seperjuangan skripsi sesama bagian kardiologi, yang selama ini
telah saling tolong menolong, bekerja sama dan saling memberikan semangat
demi kelancaran skripsi
7. Rekan-rekan sejawat Neutroflavine 2014 dan teman-teman junior mahasiswa
Fakultas Kedokteran Unhas atas kesediaannya menjadi subjek penelitian.
8. Pihak-pihak lain yang telah membantu yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan
oleh keterbatasan waktu, tenaga, pengetahuan dan pengalaman serta kemampuan penulis
sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran membangun.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari Allah
SWT. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 5 Desember 2017
Penulis
Mutia Ilyas
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Indeks Massa Tubuh 5
2.1.1 Definsi Indeks Massa Tubuh 5
2.1.2 Kategori Indeks Massa Tubuh 6
2.2 Elektrofisiologi Jantung 7
2.2.1 Aktivitas Listrik Pada Otot Jantung 7
2.3 Elekrokardiogram 8
2.3.1 Definisi EKG 8
2.3.2 Teknik Pemeriksaan EKG 9
2.3.3 Konfigurasi dan Karakteristik Gambaran EKG Normal 14
2.4 Pengaruh IMT (Indeks Massa Tubuh) Terhadap 19
Gambaran EKG
ix
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori 23
3.1.2 Kerangka Konsep 24
3.2 Definisi Operasional 24
3.2.1 Indeks Massa Tubuh (IMT) 24
3.2.2 Gambaran EKG 25
3.3 Hipotesis Penelitian 25
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Tipe dan Desain Penelitian 26
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 26
4.3 Variabel 26
4.3.1 Variabel Dependen 26
4.3.2 Variabel Independen 26
4.4 Populasi dan Sampel 27
4.4.1 Jumlah Sampel 27
4.4.2 Jumlah Populasi 27
4.4.3 Metode Sampling 27
4.5 Kriteria Seleksi 27
4.6 Instrumen Penelitian 28
4.7 Teknik Analisis Data 28
4.8 Prosedur Penelitian 29
4.8.1 Tahap Persiapan 29
4.8.2 Tahap Pelaksanaan 29
4.8.3 Tahap Pelaporan 30
4.9 Bagan Alur Penelitian 31
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian 32
5.1.1 Distribusi Frekuensi Mahasiswa berdasarkan Jenis Kelamin, 33
Usia, Status IMT dan Variabel EKG
x
5.1.2 Distribusi Karakteristik Dasar Sampel Berdasarkan Variabel 38
Numerik
5.2 Analisis Hasil Penelitian 40
5.2.1 Perbandingan Nilai Rata-Rata Parameter EKG Pada 40
Kelompok Status IMT
5.2.2 Korelasi Antara Status IMT dan Parameter EKG 42
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Perbedaan Morfologi Gelombang P Berdasarkan Klasifikasi 45
Indeks Massa Tubuh
6.2 Perbedaan Hasil Penilaian Terhadap Kriteria Pembesaran 46
Atrium Berdasarkan Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
6.3 Perbedaan Hasil Penilaian Terhadap Kriteria Voltase QRS 48
Berdasarkan Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
6.4 Perbedaan Nilai Rata-Rata Axis QRS Berdasarkan Klasifikasi 50
Indeks Massa Tubuh
6.5 Perbedaan Hasil Penilaian Terhadap Kriteria Axis QRS 51
Berdasarkan Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
6.6 Perbedaan Hasil Nilai Rata-Rata Interval PR Berdasarkan 52
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh 53
6.7 Korelasi Status Indeks Massa Tubuh Terhadap Parameter EKG 53
6.8 Keterbatasan Penelitian 53
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 55
7.1.1 Kesimpulan Umum 55
7.1.2 Kesimpulan Khusus 55
7.2 Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 58
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Internasional Orang Dewasa Berdasarkan Indeks 6
Massa Tubuh (IMT)
Tabel 2.2 Klasifikasi Internasional Orang Asia Dewasa Berdasar Indeks 7
Massa Tubuh (IMT)
Tabel 5.1 Tabel Karakteristik Dasar Variabel Kategori 32
Tabel 5.2 Tabel Karakteristik Dasar Variabel Numerik 37
Tabel 5.3 Perbandingan Nilai Rata-Rata Parameter EKG Pada Kelompok 39
Status IMT
Tabel 5.4 Korelasi Status IMT dan Parameter EKG 41
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tiga Sadapan Bipolar 10
Gambar 2.2 Tiga Sadapan Unipolar 11
Gambar 2.3 Sadapan Prekordial 13
Gambar 2.4 Cara Menghitung Aksis Jantung 19
Gambar 5.1 Persentase Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan 34
Jenis Kelamin
Gambar 5.2 Persentase Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia 34
Gambar 5.3 Persentase Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Kategori 35
Status IMT
Gambar 5.4 Persentase Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Variabel 35
EKG (Axis QRS)
Gambar 5.5 Persentase Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Variabel 36
EKG (Kriteria Voltase QRS)
Gambar 5.6 Persentase Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Variabel 36
EKG (Gelombang P)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Permohonan Penelitian
2. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik
3. Lembar Persetujuan Penjelasan(Inform Consent)
4. Lembar Data Responden
5. Data Responden (Excel)
6. Output Hasil SPSS
7. Biodata Peneliti
xiv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Secara global PTM(Penyakit Tidak Menular) penyebab kematian nomor satu
setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit
yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung
koroner, penyakit gagal jantung atau payah jantung, hipertensi dan stroke (Kemenkes RI,
2014).
Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60
tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian “dini” yang disebabkan oleh penyakit
jantungterjadi berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42%
terjadi di negara berpenghasilan rendah (Kemenkes RI, 2014).
Di Indonesia,prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah (ICD 120-199)
berdasarkan wawancara dan pemeriksaan fisik oleh dokter umum hasil studi morbiditas
dan disabilitas (SKRT 2001) menunjukkan 4,2% pada populasi semua umur. Lebih tinggi
pada perempuan (4,9% vs 3,4%) dan lebih tinggi di pedesaan (4,4% vs 4,0%) (Tim
Surkesnas, 2001).
Banyak jenis pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan
jantung, di antaranya yaitu elektrokardiografi (EKG), exercise stress testing,
ekokardiografi dan radiologi (Braunwald, 2001). EKG merupakan pemeriksaan yang
paling sering digunakan untuk menegakkan diagnosis kelainan jantung. Walaupun
anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang tetap harus dilakukan,
2
pemeriksaan jantung tanpa pemeriksaan EKG dianggap kurang lengkap (Pratanu dkk,
2006).
Elektrokardiografi adalah suatu alat yang sederhana, relatif murah, praktis dan
dapat dibawa kemana-mana, tetapi harus diingat bahwa walaupun alat ini sangat berguna,
banyak pula keterbatasannya. Dalam usaha menginterpretasikan gambaran EKG normal
belum tentu menunjukkan jantung normal, sebaliknya gambaran EKG abnormal belum
tentu menunjukkan jantung yang tidak normal (Munawar dkk, 2002).
Banyak variasi mengenai EKG normal. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah
habitus tubuh, sumbu listrik jantung, ukuran dada dan keadaan lain seperti obesitas dan
penyakit paru. Kriteria yang dipakai di bawah ini hanyalah sebagai pegangan, namun
diagnosis akhir apakah jantung normal atau abnormal harus dibuat berdasarkan gambaran
klinis secara keseluruhan (Munawar dkk, 2002).
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan pengukuran sederhana untuk menentukan
status gizi orang dewasa. Klasifikasi yang digunakan oleh WHO (2006) adalah berat
badan rendah, berat badan berlebih dan obes. Indeks massa tubuh ini didapat dengan
membagi angka berat badan dalam kilogram dengan kuadrat angka tinggi badan dalam
meter. Seseorang dengan indeks massa tubuh yang besar cenderung memiliki tebal lemak
yang lebih besar sehingga memperbesar jarak tempuh gelombang untuk mencapai
sadapan EKG. Gelombang yang diterima pun akan lebih lemah dibandingkan dengan
orang yang memiliki indeks massa tubuh normal (Okin, 2000; Seyfeli, 2006).
Obesitas adalah faktor risiko independen yang kuat terhadap angka terjadinya
kematian pada penyakit kardiovaskular dan obesitas merupakan faktor predisposisi
pasien terhadap berbagai komplikasi jantung, termasuk hipertensi, penyakit jantung
3
koroner, gagal jantung, stroke dan kematian mendadak (Poirier P, Giles TD, Bray GA, et
al, 2006).
Hubungan antara obesitas dan EKG telah diteliti dalam penelitian sebelumnya.
Obesitas berhubungan erat dengan berbagai kelainan EKG, termasuk pengamatan
gambaran iskemik pada EKG, pergeseran ke kiri pada sumbu(axis) EKG, penanda
terhadap hipertrofi ventrikel kiri dan datarnya gelombang T. Tingginya denyut jantung
pada saat istirahat dan perpanjangan interval PR dan durasi QRS adalah perubahan
interval elektrokardiografi akibat obesitas (Zhe Sun, 2013).
Oleh karena itu, berdasarkan pernyataan diatas peneliti ingin mengetahui
bagaimana gambaran hasil pemeriksaan EKG pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin berdasarkan kategori IMT yang berbeda. Peneliti hanya akan
terfokus pada gelombang P, interval PR, kompleks QRS, axis QRS agar dapat terbahas
secara lebih spesifik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran hasil pemeriksaan EKG pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin berdasarkan kategori IMT yang berbeda?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan EKG pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin berdasarkan kategori IMT.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a) Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan EKG dengan kategori IMT berat
badan rendah
b) Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan EKG dengan kategori IMT
normal
c) Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan EKG dengan kategori IMT berat
badan berlebih
1.4 MANFAAT PENELITIAN
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang gambaran
hasil pemeriksaan EKG Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
berdasarkan klasifikasi IMT dan menjadi langkah awal untuk penelitian lebih
lanjut mengenai bagaimana hubungan IMT seseorang terhadap risiko penyakit
jantung
b) Informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan pada
pengobatan penyakit kardiovaskuler
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Indeks Massa Tubuh
2.1.1 Definisi Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator
atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak
tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan
pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-
ray absorbtiometry. IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh
karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan
(Grummer-Strawn LM et al., 2002).
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Menurut rumus metrik:
[Berat badan (Kg)]
IMT = -------------------------------------------------------
[Tinggi badan (m)]2
Atau menurut rumus Inggeris:
IMT = Berat badan (lb) / [Tinggi badan (in)]2
x 703
6
2.1.2 Kategori Indeks Massa Tubuh
Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, IMT diinterpretasi
menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk semua umur bagi
pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah spesifik mengikut
usia dan jenis kelamin (CDC, 2009).
Saat ini, beberapa negara memiliki standar sendiri dalam menentukan status gizi
sesuai dengan indeks massa tubuhnya. Standar klasifikasi IMT orang Asia berbeda
dengan standar klasifikasi IMT secara internasional. Perbedaan tersebut dapat dilihat
dalam Tabel 2.1 dan Tabel 2.2
Tabel 2.1. Klasifikasi Internasional Orang Dewasa Berdasarkan Indeks
Massa Tubuh (IMT)
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan rendah: < 18,5
Sangat Kurus < 16
Kurus 16 – 16,99
Kurus Ringan 17 – 18,49
Normal 18,5 – 24,99
Berat badan berlebih: ≥ 25
Pra-obes 25 – 29,99
Obes I 30 – 34,99
Obes II 35 – 39,99
Obes III ≥ 40
(WHO, 2000)
7
Tabel 2.2 Klasifikasi Internasional Orang Asia Dewasa Berdasarkan
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan rendah < 18,5
Normal 18,5 – 22,99
Berat badan berlebih: ≥ 23
Berisiko 23 – 24,99
Obes I 25 – 29,99
Obes II ≥ 30
(WHO, 2000)
2.2 Elektrofisiologi Jantung
2.2.1 Aktivitas Listrik Pada Otot Jantung
Jantung berfungsi sebagai pompa yang menyalurkan darah ke seluruh tubuh.
Fungsi ini diperankan oleh kontraksi sel-sel otot jantung. Sel-sel otot jantung memiliki
sifat yang unik, yaitu dapat menghasilkan muatan listrik (Karim dan Kabo, 2007).
Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh adanya potensial aksi yang dihantarkan
sepanjang membran sel otot jantung. Jantung akan berkontraksi secara ritmik, akibat
adanya impuls listrik yang dibangkitkan oleh jantung itu sendiri yang disebut
“autorhytmicity”. Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung, yaitu: sel kontraktil dan sel
otoritmik (Karim dan Kabo, 2007).
8
Kontraksi sel otot jantung dalam siklus di picu oleh aksi potensial yang menyebar
ke seluruh membran sel otot. Terdapat dua jenis sel otot jantung yaitu:
- Sel kontraktil yang membentuk 99% dari sel-sel otot jantung, melakukan kerja mekanis
memompa darah. Dalam keadaan normal, sel ini tidak membentuk sendiri potensial
aksinya.
- Sel otoritmik, yang tidak berkontraksi tapi khusus memulai dan menghantarkan
potensial aksi yang menyebabkan kontraksi sel-sel jantung kontraktil (Sherwood, 2010).
Sel kontraktil melakukan kerja mekanis, yaitu memompa, sedangkan sel otoritmik
mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi
sel-sel pekerja. Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka yang memiliki potensial
membran istirahat. Sel-sel khusus jantung tidak memiliki potensial membran istirahat,
tetapi memperlihatkan aktivitas “pacemaker” (picu jantung), berupa depolarisasi lambat
yang diikuti oleh potensial aksi apabila potensial membran tersebut mencapai ambang
tetap. Dengan demikian, timbulah potensial aksi secara berkala yang akan menyebar
keseluruh jantung dan menyebabkan jantung berdenyut secara teratur tanpa adanya
rangsangan melalui saraf (Guyton, 2006).
2.3 Elektrokardiogram
2.3.1 Definisi EKG
Elektrokardiograf merupakan merupakan alat bantu dokter untuk mengetahui
aktivitas listrik jantung, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.
Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: elektro, karena berkaitan dengan
elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti
9
"menulis". Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi
menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
Adapun fungsi dari elektrokardiogram, yaitu (Lusiana, 2016) :
a. Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung.
b. EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark
otot jantung akut.
c. EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan
hipokalemia).
d. EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang berkas
kanan dan kiri).
e. EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres
jantung.
f. EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis.
emboli paru atau hipotermia).
2.3.2 Teknik Pemeriksaan EKG
Terdapat tiga teknik yang digunakan dalam elektrokardiografi meliputi, (Lusiana,
2016):
1. Standart clinical ECG ini menggunakan teknik 10 elektrode dengan 12 lead yang
ditempatkan pada titik - titik tubuh tertentu. Teknik ini digunakan untuk
menganalisa pasien.
2. Vectorcardiogram, teknik ini menggunakan tiga elektroda yang ditempatkan pada
titik-titik tubuh tertentu. Teknik ini menggunakan pemodelan potensial tubuh
10
vektor tiga dimensi dengan menggunakan sandapan baku bipolar (Einthoven).
Dari sini akan dihasilkan gambar grafis dari eksitansi jantung.
3. Monitoring ECG, teknik ini menggunakan 1 atau 2 elektroda yang ditempatkan
pada titik - titik tubuh tertentu. Teknik ini digunakan untuk memonitor pasien
dalam jangka panjang.
Teknik pemeriksaan EKG dengan 12 sadapan merupakan teknik yang paling
sering digunakan para klinisi untuk mendiagnosis adanya kelainan jantung (Adam and
Osborne, 2007). Keduabelas elektroda tersebut terdiri atas tiga sadapan standar, tiga
sadapan termo difikasi dan enam sadapan prekordial. Sedangkan elektrodanya terdiri dari
10 elektroda, yaitu empat elektroda ekstremitas dan enam elektroda prekordial. Dua
elektroda dipasang di kedua pergelangan tangan dan satu elektroda di pergelangan kaki
kiri. Ketiganya mewakili sadapan standar dan sadapan termodifikasi. Elektroda keempat
dipasang di pergelangan kaki kanan sebagai penyeimbang EKG yang dihubungkan
dengan bumi tetapi bukan salah satu dalam formasi sadapan EKG (Davis, 2001; Pratanu
dkk, 2007).
Tiga sadapan standar seperti yang terlihat pada Gambar 2.1 dibawah ini disebut
sebagai sadapan bipolar karena terdiri dari dua elektroda (positif dan negatif) yang akan
direkam perbedaan potensial di antara keduanya.
11
Gambar 2.1. Tiga Sadapan Bipolar
(Williams dan Wilkins, 2011)
Ketiga sadapan tersebut antara lain, (Davis, 2001; Karim dan Kabo, 2007;
Guyton, 2007; Pratanu dkk, 2007) :
a) Sadapan I : lengan kanan (-) – lengan kiri (+)
b) Sadapan II : lengan kanan (-) – kaki kiri (+)
c) Sadapan III : lengan kiri (-) – kaki kiri (+)
Ketiga sadapan di atas membentuk segitiga dan dapat dituliskan secara matematis ke
dalam persamaan Einthoven, yaitu:
II = I + III
(Davis, 2001; Karim dan Kabo, 2007; Munawar dan Sutandar, 2003)
Persamaan tersebut bermakna bahwa jumlah amplitudo (tinggi atau kedalaman)
sadapan I dan III hasilnya sama dengan amplitude sadapan II. Hukum Einthoven berlaku
mutlak pada rekaman denyut jantung yang sama, tetapi berlaku relatif pada denyut
jantung yang berbeda. Apabila hasil pemeriksaan EKG tidak sesuai dengan hukum
12
Einthoven, maka harus dipikirkan kesalahan penempatan elektroda (Karim dan Kabo,
2007).
Gambar 2.2 Tiga Sadapan Unipolar
(Williams & Wilkins, 2011)
Sadapan unipolar terdiri dari tiga sadapan termodifikasi dan enam sadapan
precordial yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 diatas. Tiga sadapan termodifikasi disebut
demikian karena merupakan modifikasi dari sadapan standar Einthoven yang dilakukan
oleh Wilson dan disempurnakan kembali oleh Goldberger (Karim dan Kabo, 2007).
Sadapan ini diletakkan sama dengan sadapan standar dengan ketentuan kedua elektroda
digabungkan menjadi elektroda negative sedangkan satu elektroda sisanya merupakan
elektroda positif. Ketiga sadapan tersebut adalah, (Davis, 2001; Karim dan Kabo, 2007;
Guyton, 2007; Pratanu dkk, 2007) :
a) aVR : elektroda positif di lengan kanan
b) aVL : elektroda positif di lengan kiri
c) aVF : elektroda positif di kaki kiri
13
Selanjutnya, sadapan prekordial yang diletakkan menurut letak anatomis jantung.
Elektroda-elektroda positifnya diletakkan mengelilingi jantung sedangkan elektroda
negatifnya dihubungkan dengan terminal sentral. Terminal sentral merupakan titik pusat
dari sistem triaksial Einthoven. Sadapan ini akan merekam aktivitas listrik jantung pada
bidang horizontal.
Pada Gambar 2.3 dibawah ini dapat dilihat letak dari keenam sadapan tersebut
berdasarkan letak anatomis.
Gambar 2.3 Sadapan Prekordial
(Williams & Wilkins, 2011)
Keenam sadapan tersebut antara lain, (Davis, 2001; Karim dan Kabo, 2007; Guyton,
2007; Pratanu dkk, 2007) ::
a) V1 : di sela iga IV, di sebelah kanan sternum
b) V2 : di sela iga IV, di sebelah kiri sternum
14
c) V3 : di antara V2 dan V4
d) V4 : di sela iga V, di garis midklavikular kiri
e) V5 : di sela iga V, di garis aksilaris anterior kiri
f) V6 : di sela iga V, di garis midaksilaris kiri
2.3.3 Konfigurasi dan Karakteristik Gambaran EKG Normal
Kompleks EKG mewakili aktivitas listrik yang terjadi dalam satu siklus
jantung. Kompleks tersebut terdiri dari lima bentuk gelombang berlabel huruf P, Q, R, S,
dan T. Tiga huruf tengah -Q, R, dan S-disebut sebagai unit, kompleks QRS. Rekaman
EKG memperlihatkan konduksi impuls list rik dari atrium ke ventrikel (Williams dan
Wilkins, 2011).
1. Gelombang P
Gelombang P adalah komponen pertama dari bentuk gelombang EKG normal.
Gelombang ini terekam sebagai bentuk depolarisasi atrium-konduksi impuls listrik
melalui atrium. Pada saat mengevaluasi gelombang P, perhatikan dari dekat pada
karakteristiknya, terutama lokasinya, konfigurasi, dan defleksi Gelombang P normal
memiliki karakteristik sebagai berikut, (Halkhoree, 2011):
a) Lokasinya mendahului kompleks QRS
b) Tinggi 2-3 mm (2-3 kotak kecil di atas kertas EKG)
c) Memiliki durasi = 0,06-0,12 detik (1,5-3 kotak kecil lebar)
d) Biasanya bulat dan lurus
e) Memiliki defleksi positif atau tegak pada semua lead kecuali lead aVR dimana
gelombang P selalu negatif atau terbalik.
15
2. Interval PR
Interval PR membawa impuls atrium dari atria sampai ke nodus AV, berkas
His, dan cabang dari berkas His kanan dan kiri. Saat mengevaluasi interval PR, lihat
terutama pada durasi. Perubahan dalam interval PR menunjukkan formasi impuls yang
berubah atau penundaan konduksi, seperti yang terlihat pada blok AV.
Interval PR biasa memiliki karakteristik sebagai berikut (amplitudo, konfigurasi, dan
defleksi tidak diukur), (Williams dan Wilkins, 2011):
a) lokasi - dari awal gelombang P sampai awal kompleks QRS
b) durasi-0,12 sampai 0,20 detik
3. Gelombang kompleks QRS
Setelah terjadi depolarisasi atrium, impuls akan berlanjut ke nodus Atrio-Ventrikular dan
menyebar ke seluruh dinding ventrikel jantung melalui serabut-serabut Purkinje .
Akibatnya, akan terjadi depolarisasi ventrikel yang tercatat sebagai gelombang kompleks
QRS. Karakteristik kompleks QRS adalah, (Williams dan Wilkins, 2011) :
a) Lokasi-mengikuti interval PR
b) Amplitudo- tinggi 5 sampai 30 mm(2-3 kotak kecil) tetapi berbeda untuk setiap
lead
c) Durasi-0,06 sampai 0,10 detik, atau setengah dari interval PR. Lamanya diukur
dari awal gelombang Q sampai akhir gelombang S atau dari awal gelombang R
jika gelombang Q tidak tampak
d) Konfigurasi-terdiri dari gelombang Q (defleksi negatif pertama setelah gelombang
P), gelombang R (defleksi positif pertama setelah gelombang P atau gelombang
Q), dan gelombang S (negatif pertama defleksi setelah gelombang R). Gelombang
16
QRS ketiganya mungkin tidak selalu nampak. Depolarisasi ventrikel terjadi begitu
cepat, meminimalkan waktu kontak antara stylus dan kertas EKG, jadi kompleks
QRS biasanya tampak lebih tipis/sempit dari komponen EKG lainnya. Bisa juga
terlihat berbeda di setiap lead.
e) Defleksi positif pada lead I, II, III, aVL, aVF, dan V4 ke V6 dan negatif pada
aVR dan V1 ke V3
4. Segmen ST
ST segmen adalah garis zero line atau isoelektrik antara akhir gel S sampai awal
gelombang T, atau tepatnya di mulai dari titik "J" atau junctinal point sampai awal
dimulanya gelombang T. Titik J junctional adalah titik berakhirnya gelombang S.
Perhatikan secara khusus defleksi segmen ST. Normal Segmen ST memiliki karakteristik
sebagai berikut (amplitudo, durasi, dan konfigurasi tidak diperhatikan), (Williams dan
Wilkins, 2011) :
a) lokasi-memanjang dari gelombang S ke awal gelombang T
b) defleksi - biasanya isoelektrik (tidak positif maupun negatif);
dapat bervariasi dari -0,5 sampai +1 mm pada beberapa lead precordial.
5. Gelombang T
Gelombang T menggambarkan repolarisasi otot ventrikel. Saat mengevaluasi
gelombang T, lihat amplitude, konfigurasi dan defleksi. Gelombang T normal memiliki
karakteristik berikut, . (Williams dan Wilkins, 2011) :
a) Lokasi-mengikuti gelombang S
b) Amplitudo- 0,5 mm pada lead I, II, dan III dan sampai 10 mm pada lead
precordial
17
c) Konfigurasi- biasanya bulat
d) Defleksi- biasanya tegak lurus pada lead I, II dan V3 sampai V6; terbalik pada
lead aVR.
6. Interval QT
QT interval adalah waktu yang diperlukan untuk mendepolarisasi otot venrikel
sampai dengan mengadakan repolarisasi kembali. Panjang interval QT bervariasi
tergantung pada frekuensi jantung. Semakin cepat detak jantung, semakin pendek interval
QT. Ketika memeriksa interval QT, perhatikan durasinya.
Interval QT normal memiliki karakteristik sebagai berikut (amplitude, konfigurasi, dan
defleksi tidak diamati), (Williams dan Wilkins, 2011) :
a) Lokasi- memanjang dari awal kompleks QRS ke lokasi akhir gelombang T
b) Durasi- bervariasi menurut usia, jenis kelamin, dan denyut jantung; biasanya
berlangsung selama 0,36 sampai 0,44 detik.
7. Gelombang U
Gelombang U, gelombang kecil dengan tegangan rendah, kadang terlihat
mengikuti gelombang T. Gelombang U paling sering terlihat pada lead V3. Gelombang
U memiliki karakteristik normal sebagai berikut (amplitudo dan durasi tidak diukur),
(Williams dan Wilkins, 2011) :
a) Lokasi- mengikuti gelombang P
b) Konfigurasi- biasanya tegak lurus dan bulat
c) Defleksi- tegak
18
Gelombang U mungkin tidak muncul pada EKG. Sebuah gelombang U muncul
bisa disebabkan karena adanya hiperkalsemia, hipokalemia, atau toksisitas digoksin .
(Williams dan Wilkins, 2011)
8. Axis
Sumbu jantung (aksis) ditentukan dengan menghitung jumlah resultan defleksi
positif dan negative kompleks QRS rata-rata di sadapan I sebagai sumbu X dan sadapan
aVF sebagai sumbu Y (gambar 15). Aksis normal berkisar antara -30ᵒ sampai +110ᵒ.
Beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk menentukan aksis jantung adalah,
(Williams dan Wilkins, 2011) :
a) Bila hasil rsultan sadapan I positif dan aVF positif, maka sumbu jantung (aksis)
berada pada posisi normal.
b) Bila hasil resultan sadapan I positif dan aVF negative, jika resultan sadapan II
positif: aksis normal, tetapi jika sadapan II negative maka deviasi aksis ke kiri
(LAD=left axis deviation), berada pada sudut -30ᵒ sampai -90ᵒ.
c) Bila hasil resultan sadapan I negative dan aVF positif, maka deviasi aksis ke
kanan (RAD=right axis deviation), berada pada sudut +110ᵒ sampai +180ᵒ.
d) Bila hasil resultan sadapan I negative dan aVF negative, maka deviasi aksis kanan
atas, berada pada sudut -90ᵒ sampai +180ᵒ. Disebut juga daerah no man’s land.
19
Pada Gambar 2.4 dibawah ini dapat dilihat bagaiaman cara menghitung aksis
jantung. Resultan defleksi positif dan negative di sadapan I adalah +8 dan di sadapan aVF
adalah -8. Absis dan ordinat dihubungkan sehingga didapat titik potong. Titik garis dari
titik 0 ke titik potong tersebut. Aksis berada pada sudut -45ᵒ (deviasi aksis ke kiri)
Gambar 2.4. Cara Menghitung Aksis Jantung.
(Dharma, 2010)
2.4 Pengaruh IMT (Indeks Massa Tubuh) Terhadap Gambaran EKG
IMT merupakan salah satu alat pengukur status gizi seseorang dan IMT dapat
digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena risiko penyakit
tertentu yang disebabkan karena berat badannya. Indeks massa tubuh (IMT) atau Body
Mass Index (BMI) merupakan cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan
20
(obesitas). Indeks massa tubuh secara signifikan berhubungan dengan kadar lemak tubuh
total sehingga dapat dengan mudah mewakili kadar lemak tubuh. (Darwanto, 2014)
IMT secara bermakna berhubungan dengan Kolesterol LDL; penurunan berat
badan akan menurunkan kadar Kolesterol LDL, sehingga penting untuk mempertahankan
berat badan dalam kondisi normal/ ideal untuk mencegah tinggiya kadar Kolesterol LDL
(Prasetya, 2015).
Banyak jenis pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan
jantung, di antaranya yaitu elektrokardiografi (EKG), exercise stress testing,
ekokardiografi dan radiologi (Braunwald, 2001). EKG merupakan pemeriksaan yang
paling sering digunakan untuk menegakkan diagnosis kelainan jantung. Walaupun
anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang tetap harus dilakukan,
pemeriksaan jantung tanpa pemeriksaan EKG dianggap kurang lengkap (Pratanu dkk,
2006).
EKG merupakan bagian dari pemeriksaan rutin pada subjek yang memiliki
kelebihan jaringan adipose dan menderita obesitas. EKG dengan 12 sadapan sangat
dianjurkan. Namun, EKG dapat dipengaruhi oleh perubahan antropometri dan oleh
karena itu mungkin menunjukkan hasil abnormal pada hasil gambaran EKG (Iacobellis,
2009).
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi gambaran EKG pada
penderita obesitas, yaitu (Iacobellis, 2009):
a) Perpindahan posisi anatomi jantung disebabkan oleh pergeseran diafragma ke
atas pada posisi telentang.
b) Peningkatan beban kerja jantung sehubungan dengan hipertrofi ventrikel
21
c) Meningkatnya jarak antara jantung dan rekaman elektroda karena kelebihan
jaringan adiposa subkutan. Orang yang gemuk mempunyai dinding dada yang
tebal, sehingga amplitudo semua komplek EKG lebih kecil, sebab voltase
berbanding berbalik dengan kuadrat jarak elektroda dengan sel otot jantung.
Tegangan QRS yang rendah, axis yang condong deviasi ke kiri dan tidak
spesifiknya datarnya gelombang T pada lead inferolateral mungkin disebabkan oleh
perpindahan posisi jantung ke arah horizontal, hal ini merupakan perubahan pada EKG
yang paling sering diamati. Individu yang mengalami obesitas dengan bertumpuknya
jaringan adipose pada daerah perut mungkin akan menunjukkan positif palsu pada
kriteria infark miokard inferior (Iacobellis, 2009).
Perubahan pada gambaran hasil pemeriksaan EKG yang paling sering diamati
pada penderita obesitas adalah, (Iacobellis, 2009) :
a) Peningkatan denyut jantung
b) Perpanjangan interval PR
c) Peningkatan disperse gelombang P
d) Perpanjangan interval QRS
e) Tegangan QRS meninggi atau rendah
f) Perpanjangan Interval QTc
g) Peningkatan disperse QT
h) Abnormalitas morfologi pada segmen ST dan gelombang T
i) ST depresi
j) Deviasi aksis ke kiri
k) Datarnya gelombang T (pada lead inferolateral)
22
Sedangkan pada IMT kategori berat badan rendah dengan IMT <18,5 juga
memiliki abnormalitas pada gambaran EKG. Sebuah penelitian yang dilakukan pada
remaja dan dewasa muda pada usia 13-21 tahun dengan rata-rata IMT yang didapatkan
adalah 15,9. Pada penelitian ini didapatkan hasil gambaran EKG terhadap sampel pada
umumnya adalah sinus bradikardi. Penurunan denyut jantung kemungkinan disebabkan
oleh meningkatnya vagal tone dan usaha dari tubuh untuk menghemat energi sebagai
respon terhadap rasa lapar. Penurunan asupan nutrisi secara akut dan penurunan berat
badan yang cepat memiliki efek yang lebih mendalam pada regulasi metabolik pada
denyut jantung daripada malnutrisi yang kronik. Selanjutnya didapatkan gambaran EKG
pada penelitian ini terjadi perpanjangan QT interval yang didapatkan sampai 45% pada
sampel (E.Walls dkk, 2010).
23
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
3.1.1 Kerangka Teori
Penumpukan
lemak
subkutan dan
jaringan
adiposa
Dinding
dada
menebal
Nilai IMT
Meningkat
≥23 - ≥30
Peningkatan
jarak
tempuh
gelombang
untuk
mencapai
sadapan
EKG
Peningkatan
beban kerja
jantung
Nilai
IMT
Rendah
<18,5
Vagal tone
meningkat
Penurunan
denyut
jantung/bra
dikardi
Nilai
IMT
Normal
(18,5-
22,9)
Peningkatan
volume
darah
Otot
jantung
mengalami
perubahan
(hipertrofi
ventrikel)
Perbedaan
Gambaran EKG
24
3.1.2 Kerangka Konsep
Ket: : variabel independen
: variabel dependen
3.2 Definisi Operasional
3.2.1 IMT (Indeks Massa Tubuh)
Definisi :Indeks Massa Tubuh merupakan pengukuran sederhana untuk
menentukan status gizi orang dewasa. Diperoleh dengan membagi angka
berat badan dalam kilogram dengan kuadrat angka tinggi badan dalam
meter (WHO, 2006).
Alat ukur : Timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan
Skala data : Kategorik
Kategori : 1) Berat Badan Rendah
2) Normal
3) Berat Badan Berlebih:
Berisiko
Obes I
Obes II
IMT (Indeks Massa Tubuh)
Berat badan rendah
Normal
Berat badan berlebih:
Berisiko
Obes I
Obes II
Parameter EKG :
Gelombang P
Gelombang QRS
Axis QRS
Interval PR
25
3.2.2 Gambaran EKG
Definisi : Gambaran EKG adalah Interpretasi hasil pemeriksaan EKG mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, meliputi:
a) Gelombang P
b) Segmen PR
c) Interval PR
d) Gelombang kompleks QRS
e) Segmen ST
f) Interval QT
g) Gelombang T
h) Gelombang U
Cara pengukuran : Mesin EKG 12 Sadapan
Skala data : Kontinyu
3.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapatnya perbedaan gambaran EKG
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin berdasarkan
klasifikasi Indeks Massa Tubuh yang berbeda.
26
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Tipe dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara observasional deskriptif dengan menggunakan
metode cross sectional. Penelitian ini akan memberikan beberapa gambaran hasil
pemeriksaan EKG berdasarkan klasifikasi dari IMT yang didapatkan.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2017 sampai Desember 2017.
Pengumpulan sampel dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
4.3 Variabel
4.3.1 Variabel dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Parameter EKG yang diukur
berdasarkan hasil pemeriksaan EKG
4.3.2 Variabel independen
Variabel independen pada penelitian ini adalah Indeks Massa Tubuh (IMT)
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
27
4.4 Populasi dan Sampel
4.4.1 Jumlah Populasi
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil populasi yakni mahasiswa/mahasiswi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Sedangkan sampel penelitian adalah
mahasiswa/mahasiswi preklinik di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang
dipilih sesuai kriteria inklusi.
4.4.2 Jumlah Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa/mahasiswi fakultas kedokteran unhas
yang dipilih secara tertentu sesuai kriteria inklusi. Peneliti tidak menggunakan jumlah
sampel minimal oleh karena pengambilan sampel sesuai dengan tujuan dan berdasarkan
krtiteria tertentu.
4.4.3 Metode sampling
Sampel dipilih dengan metode sampling purposive. Proses pengambilan sample
dilakukan secara tidak acak (nonprobability sample).
4.5 Kriteria Seleksi
4.5.1 Kriteria inklusi :
Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a) Ras Melayu Indonesia, Melayu Malaysia dan Chinese
b) Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
c) Usia 17 – 25 tahun
28
d) Memiliki index massa tubuh <18,50 – ≥30
e) Tekanan darah hipotensi, normotensi dan hipertensi
2. Kriteria ekslusi :
a) Mahasiswa/mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang tidak
bersedia melakukan pengambilan sampel.
b) Mahasiswa/mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang tidak
bisa dilakukan pengambilan sampel (dalam keadaan tidak sakit/tidak sehat secara
jasmani)
c) Mahasiswa/mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang tidak
hadir.
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Lembar informasi data sampel sebagai acuan untuk menentukan sampel yang
memenuhi kriteria inklusi/eksklusi
2. Sphygmomanometer
3. Stetoskop
4. Termometer
5. Timbangan berat badan
6. Alat pengukur tinggi badan
7. Mesin EKG 12 sadapan
8. Kertas EKG
9. Kapas
29
10. Alkohol 70%
11. Gel EKG
12. Ruang periksa
13. Tempat tidur
14. Alat dokumentasi
4.7 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan Microsoft Excel.
4.8 Prosedur Penelitian
4.8.1 Tahap persiapan
Tahap persiapan penelitian terdiri dari enam langkah, yaitu :
1. Penyusunan proposal penelitian.
2. Pengajuan proposal kepada pembimbing.
3. Pengusulan perizinan berupa surat peminjaman alat EKG (Elektrokardiografi) dan
ruangan CSL di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin kepada MEU dan
bagian CSL untuk melaksanakan penelitian.
4. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam analisis penelitian.
4.8.2 Tahap pelaksanaan
1. Peneliti melakukan identifikasi data terhadap sampel
2. Peneliti melakukan informed consent terhadap sampel
3. Peneliti mengukur berat badan dan tinggi badan
30
4. Peneliti mengelompokkan beradasarkan kategori IMT yang didapat pada sampel
setelah pengukuran
5. Peneliti melakukan pemeriksaan EKG, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Sampel beristirahat minimal 30 menit sebelum pemeriksaan sementara peneliti
membersihkan dan memeriksa kesiapan alat,
b. Sampel melepas pakaian bagian atas dan berbaring di atas tempat tidur yang
telah disediakan,
c. Peneliti membersihkan bagian-bagian tubuh yang akan dipasangi alat sadap
dengan menggunakan kapas dan alkohol,
d. Peneliti mengoleskan gel EKG pada bagian-bagian tubuh yang telah
dibersihkan,
e. Peneliti memasangkan alat-alat sadap pada bagian tubuh yang telah ditentukan,
f. Peneliti menyalakan mesin EKG dan menekan tombol cetak hingga kertas EKG
keluar,
g. Peneliti mematikan kembali mesin EKG dan melepas alat sadapan dari tubuh
sampel
6. Peneliti melakukan analisis gambaran EKG yang tercatat di kertas EKG berdasarkan
klasifikasi IMT yang telah dicatat
4.8.2.1 Pengolahan data
Setelah dilakukan pemeriksaan EKG, selanjutnya melakukan pengolahan data hasil
pemeriksaan gambaran EKG sebagai berikut:
1. Peneliti mengumpulkan data hasil pemeriksaan EKG berdasarkan kelompok IMT
yang telah dicatat
31
2. Peneliti melakukan pengolahan dan penyajian data hasil penelitian.
3. Peneliti merekapitulasi dan mengarsipkan seluruh hasil penelitian yang telah
terkumpulkan untuk disusun menjadi laporan penelitian.
4. Peneliti melakukan evaluasi hasil data bersama pembimbing
5. Peneliti melakukan penarikan kesimpulan dari penelitian.
4.8.3 Tahap pelaporan
Tahap pelaporan penelitian berupa :
1. Penulisan hasil analisis dan kesimpulan penelitian
2. Penyusunan laporan penelitian
3. Pencetakan hasil penelitian
4. Publikasi penelitian
4.9 Bagan Alur Penelitian
Populasi Mahasiswa
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Pemilihan sampel sesuai
dengan kriteria inklusi
Sampel
Pemeriksaan EKG
Pengamatan terhadap
gambaran hasil EKG
beradsarkan kategori IMT
32
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
selama bulan November 2017. Sampel diambil dari populasi Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar yang telah memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi dengan cara pengisian data responden. Sebanyak 100 lembar pengisian data
responden disebarkan oleh peneliti dan 100 yang terisi oleh responden. . Dari jumlah
tersebut, diperoleh 100 mahasiswa yang memenuhi kriteria.
Pemeriksaan EKG dilakukan terhadap seluruh sampel. Sebelum pemeriksaan
dilakukan, sampel diminta untuk mengisi lembar informed consent. Hasil Pemeriksaan
tersebut kemudian dideskripsikan sesuai dengan gambaran EKG yang diamati.
Melalui beberapa tahapan penelitian mengenai gambaran hasil pemeriksaan EKG
terhahadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 2014,
2015, 2016 dan 2017 berdasarkan kategori IMT mahasiswa diperoleh data sebagai
berikut :
33
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Status IMT
dan Variabel EKG
Tabel 5.1 Tabel Karakteristik Dasar Variabel Kategori
Variabel N %
Jenis Kelamin Laki-laki 89 89
Perempuan 11 11
Usia
17-19 18 18
20-22 71 71
23-25 11 11
IMT
BB Kurang 15 15
Normal 48 48
Berisiko 12 12
Obes I 17 17
Obes II 8 8
EKG
Axis QRS
Normal 98 98
LAD 1 1
RAD 1 1
Kriteria
Voltase
QRS
Normal 78 78
Abnormal 22 22
Morfologi
gelombang
P
Normal 95 95
Abnormal 5 5
(Data primer, 2017)
34
89%
11%
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
18%
71%
11%
Usia
17-19 tahun
20-22 tahun
23-25 tahun
Gambar 5.1 Persentase Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 5.2 Persentase Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia
35
15%
48%
12%
17%
8%
IMT
BB Kurang
Normal
Berisiko
Obes I
Obes II
Gambar 5.3 Persentase Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Kategori Status
IMT
Gambar 5.4 Persentase Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Variabel EKG
(Axis QRS)
98%
1% 1%
AXIS QRS
Normal
LAD
RAD
36
78%
22%
Kriteria Voltase QRS
Normal
Abnormal
95%
5%
Morfologi Gelombang P
Normal
Abnormal
Gambar 5.5 Persentase Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Variabel EKG
(Kriteria Voltase QRS)
Gambar 5.6 Persentase Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Variabel EKG
(Morfologi Gelombang P)
37
Pada Tabel 5.1, pada kolom jenis kelamin dapat dilihat keadaan responden
berdasarkan jenis kelamin, dimana dari total 100 responden, terdapat responden
perempuan yaitu berjumlah 11 orang (11%) dan laki-laki berjumlah 89 orang (89%).
Pada kolom usia menunjukkan, distribusi kelompok mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, sebagian besar responden berada pada
rentang usia 20-22 tahun yaitu sebanyak 71 orang (71%). Pada rentang usia 17-19 tahun
berjumlah 18 orang (18%), sedangkan pada rentang usia tertua, 23-25 tahun jumlah
responden yaitu 11 orang (11%) .
Distribusi karakteristik variabel berdasarkan kategori status IMT, jumlah
responden terbanyak terdapat pada status IMT normal berjumlah 48 orang (48%),
sementara status IMT yang menempati jumlah responden yang paling sedikit adalah Obes
II yang hanya berjumlah 8 orang (8%).
Pada Tabel 5.1 diatas, terdapat kolom variabel hasil pemeriksaan EKG. Dari segi
penilaian Axis QRS terhadap responden, sebagian besar responden memiliki hasil
pemeriksaan Axis QRS yang normal yaitu berjumlah 98 orang (98%). Sisanya, 1 orang
(1%) responden memiliki hasil pemeriksaan Axis QRS berada pada LAD (Left Axis
Deviation). Sedangkan 1 orang lainnya berada pada RAD (Right Axis Deviation) dengan
persentase yang sama yaitu 1%.
Dari segi penilaian kriteria voltase QRS, sebagian besar reponden memiliki
kriteria voltase QRS yang normal yaitu berjumlah 78 oraang (78%) dan selebihnya
memiliki kriteria voltase QRS yang abnormal yaitu berjumlah 22 orang (22%).
38
Pada Gambar 5.6 dapat dilihat, sebanyak 95 % responden memiliki morfologi
gelombang P yang normal, sisanya hanya 5 % responden yang memiliki morfologi
gelombang P yang abnormal.
5.1.2 Distribusi Karakteristik Dasar Sampel Berdasarkan Variabel Numerik
Tabel 5.2 Tabel Karakteristik Dasar Variabel Numerik
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Usia 100 17 25 20.69 1.802
IMT (kg/m2) 100 15.22 38.65 22.7280 4.56109
Tinggi Gelombang P
(Amplitudo (mv)) 100 0.05 0.25 0.1260 0.05099
Lebar Gelombang P
(Durasi (m/s)) 100 40 120 76.60 16.589
Interval PR (m/s) 100 120 200 144.40 21.942
Axis QRS (derajat) 100 -61 152 66.75 25.437
(Data primer, 2017)
Dari tabel diatas dapat dilihat, dari segi usia mahasiswa yang menjadi responden,
rata-rata memiliki usia kurang lebih 20 tahun ( minimum usia 17 tahun sampai dengan
maksimum 25 tahun).
Untuk status IMT, rata-rata mahasiswa memiliki hasil pengukuran IMT yaitu 22.7
kg/m2
(minimum 15.2 kg/m2 sampai dengan maksimum 38.65 kg/m
2).
Dari segi penilaian hasil pemeriksaan EKG pada table diatas, berdasarkan
penilaian tinggi gelombang P, rata-rata mahasiswa memiliki hasil tinggi gelombang P
atau amplitudo yaitu 0.12 mV (minimum 0.05 mV sampai dengan maksimum 0.25 mV).
Sedangkan untuk lebar gelombang P, rata-rata mahasiswa memiliki hasil durasi lebar
gelombang P yaitu 76.60 m/s (minimum 40 m/s sampai dengan maksimum 120 m/s).
39
Untuk penilaian Interval PR, berdasarkan hasil pemeriksaan EKG, rata-rata
mahasiswa memiliki interval PR 144.40 ms (minimum 120 m/s sampai dengan
maksimum 200 m/s).
Dari segi penilaian Axis QRS, rata-rata mahasiswa memiliki hasil pemeriksaan
yaitu 66.75 derajat (minimum -61 derajat sampai dengan maksimum 152 derajat).
40
5.2 Analisis Hasil Penelitian
5.2.1 Perbandingan Nilai Rata-Rata Parameter EKG Pada Kelompok Status IMT
Dari hasil pemeriksaan EKG, data yang dianalisis meliputi panjang gelombang P,
lebar gelombang P, penilaian Grup Atrium, Grup SR, Grup Axis QRS beserta interval
PR.
Tabel 5.3 Perbandingan Nilai Rata-Rata Parameter EKG Pada Kelompok Status IMT
IMT
Tinggi
Gel. P
Amplitudo
(mV)
Lebar
Gel. P
Durasi
(m/s)
Grup Atrium Grup SR Axis
QRSᵒ
Grup Axis QRS Interval
PR
(m/s)
Mean Mean Normal Abnormal Normal Abnormal
Mean Normal LAD RAD
Mean Count Count Count Count Count Count Count
BB
Kurang 0.13 79 15 0 11 4 59 14 1 0 139
Normal 0.13 76 45 3 40 8 68 47 0 1 150
Berisiko 0.10 72 12 0 8 4 73 12 0 0 133
Obes 1 0.11 79 15 2 12 5 62 17 0 0 139
Obes 2 0.14 80 8 0 7 1 72 8 0 0 150
(Data primer, 2017)
Dari tabel di atas, pada kolom penilaian hasil pemeriksaan EKG untuk tinggi
gelombang P, berdasarkan status IMT pada kelompok Obes II memiliki hasil rata-rata
tertinggi yaitu 0.14 mv. Sementara untuk nilai rata-rata terendah berada pada status IMT
berisiko yaitu 0.10 mV.
Pada kolom lebar gelombang P dapat dilihat nilai rata-rata tertinggi berada pada
kelompok Obes II yaitu 80 m/s. Sedangkan untuk status IMT pada kelompok yang
berisiko, memiliki nilai rata-rata terendah untuk lebar gelombang P yaitu 72 m/s.
41
Dari segi penilaian grup atrium, dari tabel 5.3 dapat dilihat semua responden yang
berada pada kelompok status IMT BB kurang, berisiko dan Obes II semuanya masuk
dalam kriteria normal. Sementara untuk responden yang termasuk dalam kelompok status
IMT normal terdapat 3 orang yang masuk kriteria abnormal dan responden yang
termasuk dalam kelompok status IMT berisiko terdapat 2 orang yang masuk kriteria
atrium abnormal.
Dari segi penilaian grup SR, responden yang memiliki status IMT berisiko, Obes I
dan Obes II, terdapat 10 orang yang masuk kriteria abnormal dari total 27 responden.
Sedangkan untuk status IMT berat badan kurang, terdapat 4 orang yang masuk dalam
kriteria abnormal, selebihnya normal. Pada kelompok status IMT normal terdapat 8 orang
yang masuk dalam kriteria abnormal dari total 48 responden.
Untuk penilaian Grup Axis QRS pada tabel 5.3 dapat dilihat semua responden
yang berada pada kelompok status IMT berisiko, obes I dan obes II memiliki kriteria
Axis normal. Sedangkan untuk kelompok status IMT berat badan kurang terdapat 1 orang
yang memiliki axis deviasi ke kiri (LAD) dan untuk kelompok status IMT yang normal
juga terdapat 1 orang yang memiliki axis deviasi ke kanan (RAD).
Parameter EKG terakhir, untuk interval PR dari hasil pemeriksaan EKG pada
kelompok status IMT normal dan obes II memiliki nilai rata-rata interval PR tertinggi
yaitu masing-masing 150 m/s. Sedangkan untuk nilai rata-rata interval PR terendah
berada pada kelompok status IMT berisiko yaitu 133 m/s. Sementara untuk nilai rata-rata
interval PR pada kelompok status IMT BB kurang dan obes I memiliki nilai rata-rata
yang sama yaitu 139 m/s.
42
5.2.2 Korelasi Antara Status IMT dan Parameter EKG
Tabel 5.4 Korelasi Status IMT dan Parameter EKG
Uji Korelasi Pearson
Pada tabel diatas dapat dilihat korelasi antara variabel parameter EKG dan
variabel status IMT. Pada kolom tinggi gelombang P atau amplitudo gelombang P
mempunyai angka koefesien korelasi Pearson yang positif sebesar 0.042 atau sangat
lemah dan searah . Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara status IMT dan
tinggi gelombang P tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar 0.697 > 0.05 . Hal
ini berarti bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara Status IMT dan Tinggi
Gelombang P dan hubungan antara keduanya sangat lemah.
Selanjutnya, untuk lebar gelombang P atau durasi gelombang P memiliki angka
koefisien korelasi Pearson yang positif sebesar 0.085 atau sangat lemah dan searah.
Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara status IMT dan lebar gelombang P
tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar 0.400 > 0.05 . Hal ini berarti bahwa
tidak terdapat korelasi yang signifikan antara Status IMT dan lebar gelombang P dan
hubungan antara keduanya sangat lemah.
Selanjutnya untuk Interval PR, dapat dilihat angka koefisien korelasi Pearson
yang memiliki hasil positif sebesar 0.065 atau sangat lemah dan searah. Berdasarkan pada
IMT
Tinggi
Gel.P
(Amplitudo)
Lebar
Gel. P
(Durasi)
Interval
PR
S max
V1/V2
R max
V5/V6 S+R
Axis
QRS
Status
IMT
Pearson
Correlation 1 0.042 0.085 0.065 0.007 0.014 0.013 0.054
Sig. (2-tailed) 0.697 0.400 0.523 0.942 0.891 0.898 0.595
N 100 100 100 100 100 100 100 100
43
kriteria yang ada, hubungan antara status IMT dan Interval PR tidak signifikan karena
angka signifikansi sebesar 0.523 > 0.05. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat korelasi
yang signifikan antara Status IMT dan Interval PR dan hubungan antara keduanya sangat
lemah.
Untuk parameter EKG yaitu gelombang S maksimum (jumlah kotak kecil
terbanyak di gelombang S yang dihitung pada lead V1 atau V2) memiliki angka koefisien
korelasi Pearson yang positif sebesar 0.007 atau sangat lemah dan searah. Berdasarkan
pada kriteria yang ada, hubungan antara status IMT dan gelombang S tidak signifikan
karena angka signifikansi sebesar 0.942 > 0.05. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara Status IMT dan gelombang S dan hubungan antara
keduanya sangat lemah.
Sementara untuk gelombang R maksimum ( jumlah kotak kecil terbanyak
digelombang R yang dihitung pada lead V5 atau V6) memiliki angka koefisien korelasi
Pearson yang positif sebesar 0.014 atau sangat lemah dan searah. Berdasarkan pada
kriteria yang ada, hubungan antara status IMT dan gelombang S tidak signifikan karena
angka signifikansi sebesar 0.891 > 0.05. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat korelasi
yang signifikan antara Status IMT dan gelombang S dan hubungan antara keduanya
sangat lemah.
Pada tabel 5.4 dapat dilihat pada kolom S + R yang merupakan kriteria penilaian
untuk hipertrofi ventrikel, memiliki angka koefisien korelasi Pearson yang positif
sebesar 0.013 atau sangat lemah dan searah. Berdasarkan pada kriteria yang ada,
hubungan antara status IMT dan jumlah antara gelombang S maksimum dan gelombang
44
R maksimum tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar 0.898 > 0.05. Hal ini
berarti bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara Status IMT dan kriteria
penilaian hipertrofi ventrikel (S+R) dan hubungan keduanya sangat lemah.
Parameter EKG terakhir yaitu Axis QRS, dapat dilihat angka koefisien korelasi
Pearson yang positif sebesar 0.054 atau sangat lemah dan searah. Berdasarkan pada
kriteria yang ada, hubungan antara status IMT dan Axis QRS tidak signifikan karena
angka signifikansi sebesar 0.595 > 0.05. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat korelasi
yang signifikan antara Status IMT dan Axis QRS dan hubungan antara keduanya sangat
lemah.
45
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian ini memilki hipotesis bahwa terdapat perbedaan gambaran EKG
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin berdasarkan klasifikasi
Indeks Massa Tubuh yang berbeda. Pada penelitian ini parameter EKG yang dinilai
adalah lebar dan tinggi gelombang P, interval PR, kriteria voltase QRS, dan Axis QRS.
Dari hasil penelitian, status IMT mahasiswa yang berbeda memiliki hasil gambaran EKG
yang berbeda pula.
6.1 Perbedaan Morfologi Gelombang P Berdasarkan Klasifikasi Indeks Massa
Tubuh
Gelombang P dalam EKG menandakan depolarisasi atrium dan durasi gelombang
P menunjukkan transmisi impuls jantung dari nodus SA melalui saluran intra-atrium dan
antar-atrium ke nodus AV, sehingga mendepolarisasi semua serat otot atrium kiri dan
kanan. Diketahui bahwa pasien obesitas memiliki risiko 50% atrial fibrillation (Padaki
dkk, 2017)
Dari hasil penelitian untuk penilaian morfologi gelombang P, mahasiswa yang
berada pada status IMT Obes II memiliki nilai rata-rata tinggi dan lebar gelombang P
terbesar, yaitu untuk tinggi gelombang P, rata-rata mahasiswa memiliki nilai rata-rata
0.14 mv sedangkan untuk lebar gelombang P mahasiswa memiliki nilai rata-rata 80m/s.
Sementara untuk mahasiswa yang termasuk dalam kelompok status IMT Obes I memiliki
nilai rata-rata lebar gelombang P tertinggi kedua setelah kelompok Obes II yaitu sebesar
70 m/s.
46
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di India oleh
Samata Padaki dkk (2017). Pada penelitian tersebut dilakukan perbandingan antara
kelompok obesitas orang dewasa (18-39 tahun) berjumlah 150 orang dengan indeks
massa tubuh ≥30 kg/m2 dan kelompok yang bukan obesitas berjumlah 150 orang dengan
indeks massa tubuh <25 kg/m2. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan durasi dan
dispersi gelombang P yang paling tinggi memiliki hasil yang sangat signifikan secara
statistik pada subjek yang mengalami obesitas. Namun, pada penelitian ini amplitudo
gelombang P pada subjek yang mengalami obesitas dan bukan obesitas memiliki hasil
yang tidak signifikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa durasi gelombang P dan
dispersi gelombang P lebih lama terjadi pada individu obesitas, daripada individu yang
bukan obesitas sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap atrial aritmia.
6.2 Perbedaan Hasil Penilaian Terhadap Kriteria Pembesaran Atrium
BerdasarkanKlasifikasi Indeks Massa Tubuh
Pada penelitian ini, salah satu kriteria yang dinilai berdasarkan hasil pemeriksaan
EKG adalah kriteria pembesaran atrium. Dimana yang dinilai adalah tinggi atau
amplitudo gelombang P dan lebar atau durasi gelombang P. Normalnya, tinggi
gelombang P tidak melebihi 2.5 mm (2.5 kotak kecil) atau >100m/s, jika melebihi
menandakan gambaran P Pulmonale. Ini mengindikasikan adanya pembesaran atrium
kanan. Sedangkan, jika lebar gelombang P melebihi 2.5 kotak kecil atau >0.25 mv
dikenal sebagai P mitral. Ini mengindikasikan adanya pembesaran atrium kiri (Halkhoore
dkk, 2011)
Dari hasil penelitian, dari 100 orang mahasiswa tidak terdapat mahasiswa yang
memiliki tinggi atau amplitudo gelombang P yang melebihi 0.25 mv. Ini menandakan
47
tidak ditemukannya gambaran P pulmonale pada seluruh mahasiswa. Namun, untuk lebar
atau durasi gelombang P ditemukan 5 orang mahasiswa yang memiliki durasi gelombang
P > 100 m/s. Pada kelompok status IMT normal didapatkan 3 orang masuk kriteria
abnormal untuk pembesaran atrium dan 2 orang pada kelompok Obes I juga masuk
kriteria abnormal untuk pembesaran atrium. Sementara mahasiswa yang memiliki status
IMT berat badan kurang, normal, berisiko dan Obes II, tidak ditemukan gambaran
abnormal dari lebar maupun tinggi gelombang P.
Ditemukannya kriteria abnormal untuk lebar gelombang P pada kelompok obes I
berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan di China oleh Qiaoyoun Ou dkk (2016),
memberikan pernyataan bahwa hubungan antara indeks massa tubuh dan pembesaran
atrium kiri terbukti memiliki hubungan yang paling menonjol dan sejalan dengan banyak
penelitian lainnya. Terutama penelitian yang juga dilakukan oleh Stritzke dkk.
melaporkan bahwa obesitas tampaknya merupakan faktor risiko yang paling penting
untuk kejadian pembesaran atrium kiri pada populasi umum. Sementara pada kelompok
status IMT dengan berat badan kurang tidak terdapat mahasiswa yang masuk dalam
kriteria abnormal untuk penilaian pembesaran atrium. Hal ini juga bekaitan dengan
penelitian yang dilakukan di Iran oleh Mojaver dkk (2015) bahwa diameter atrium dan
ventrikel kiri pada pasien dengan berat badan kurang memiliki diameter yang lebih kecil
daripada sampel lainnya.
Namun, pada penelitian ini, pada kelompok status IMT normal juga didapatkan 3
orang mahasiswa masuk dalam kriteria abnormal untuk penilaian pembesaran atrium. Hal
ini bisa saja terjadi, karena pembesaran atrium tidak hanya dinilai dari nilai indeks massa
tubuh seseorang, melainkan ada beberapa faktor lain yang mendukung seperti pada jenis
48
kelamin wanita, usia lanjut, tekanan darah sistolik tinggi, diabetes, indeks miokard
ventrikel kiri yang tinggi, laju filtrasi glomerulus yang rendah, fraksi ejeksi ventrikel kiri
rendah, dan denyut jantung rendah. Dan juga untuk pemeriksaan lebih lanjut bisa
dilakukan ekokardiografi untuk memastikan adanya pembesaran atrium. (Ou dkk, 2016)
6.3 Perbedaan Hasil Penilaian Terhadap Kriteria Voltase QRS Berdasarkan
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
Pada penelitian ini, kriteria selanjutnya yang dinilai berdasarkan hasil
pemeriksaan EKG adalah kriteria voltase QRS. Dalam kriteria penilaian, peneliti
menggunakan kriteria sokolow lyon. Parameter EKG yang diukur adalah gelombang S di
V1/V2 + gelombang R di V5/V6. Jika hasil penjumlahan tersebut > 35 mm maka
dimasukkan dalam kriteria abnormal dan juga menunjukkan adanya indikasi hipertrofi
ventrikel kiri (Rizkiawati dan Beti, 2015).
Dari hasil penelitian ini didapatkan pada mahasiswa yang memiliki nilai indeks
massa tubuh <18,5 kg/m2 atau status IMT BB kurang, terdapat 4 orang mahasiswa yang
masuk ke dalam kriteria abnormal dari 15 orang mahasiswa. Sedangkan untuk kelompok
status IMT normal terdapat total 48 mahasiswa dimana 8 orang diantaranya masuk ke
dalam kriteria abnormal, selebihnya masuk kedalam kriteria normal. Sementara untuk
mahasiswa yang memilki nilai indeks massa tubuh melebihi normal atau berisiko ≥ 23
kg/m2 sampai dengan ≥ 30 kg/m
2 (Obes II), terdapat 10 orang mahasiswa yang masuk
dalam kriteria abnormal dari total 27 orang mahasiswa. Ini menandakan pada kelompok
status IMT yang melebihi normal atau berat badan berlebih, terdapat jumlah mahasiswa
yang paling banyak masuk ke dalam kriteria abnormal dibandingkan dengan kelompok
49
status IMT normal dan berat badan kurang. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian
yang dilakukan oleh Okin dkk. di New York (2000). Berdasarkan hasil penelitian yang
mereka lakukan terhadap subjek yang tergolong hipertensi dan memiliki status IMT
obesitas, berat badan berlebih dan normal didapatkan hasil bahwa peningkatan IMT
memiliki hubungan yang signifikan namun berlawanan arah dengan nilai rata-rata dan
prevalensi adanya hipertrofi ventrikel kiri berdasarkan kriteria voltase linier Cornell dan
Sokolow-Lyon. Dibandingkan dengan pasien dengan berat badan normal, pasien dengan
berat badan berlebih dan obesitas memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah dari hasil
perhitungan voltase Sokolow-Lyon (Okin dkk, 2000).
Sebaliknya, dibandingkan dengan pasien dengan berat badan normal,
pasien dengan berat badan berlebih dan obesitas memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi
berdasarkan hasil perhitungan untuk kriteria Cornell.
Dari hasil penelitian tersebut diperkuat dengan penelitian yang juga dilakukan di
London oleh Antikainen et al (2003) bahwa obesitas telah terbukti terkait secara
independen dengan terjadinya pembesaran ventrikel kiri secara anatomis pada subjek
yang mengalami hipertensi dan pada populasi umum. Namun, dalam analisis mereka,
peningkatan IMT secara signifikan memiliki hubungan yang negatif terhadap kejadian
LVH berdasarkan kriteria Sokolow-Lyon. Sensitivitas perhitungan kriteria Sokolow-Lyon
untuk mengenali adanya pembesaran hipetrofi ventrikel kiri di antara subyek obesitas,
terutama di kalangan obesitas wanita, telah dikonfirmasi memiliki sensitivitas yang
rendah. Sensitivitas yang menurun pada subjek obesitas mungkin karena akumulasi
jaringan adiposa subkutan pada dinding dada. Namun pada wanita, efek jaringan
payudara ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap voltase EKG.
50
6.4 Perbedaan Nilai Rata-Rata Axis QRS Berdasarkan Klasifikasi Indeks Massa
Tubuh
Parameter EKG selanjutnya yang akan dibahas adalah Axis QRS. Terdapat
beberapa kriteria penilaian interpretasi aksis dari jantung. Aksis jantung yang normal
berkisar antara -30ᵒ sampai +110ᵒ. Bila hasil resultan sadapan I positif dan aVF negative,
jika resultan sadapan II positif: aksis normal, tetapi jika sadapan II negativ maka deviasi
aksis ke kiri (LAD=left axis deviation), berada pada sudut -30ᵒ sampai -90ᵒ. Bila hasil
resultan sadapan I negative dan aVF positif, maka deviasi aksis ke kanan (RAD=right
axis deviation), berada pada sudut +110ᵒ sampai +180ᵒ.
Dari hasil penelitian, pada tabel 5.3 pada kolom Axis QRS didapatkan nilai
rata-rata Axis QRS tertinggi terdapat pada kelompok status IMT yang berisiko yaitu 73ᵒ
dan disusul oleh kelompok status IMT Obes II dengan nilai rata-rata Axis QRS 72ᵒ.
Hasil ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan di China oleh Zhe
Sun et al (2003) dimana total subjek penelitian sebesar 5,437 siswa, dimana subjek
dikelompokkan berdasarkan klasifikasi IMT yang berbeda. Didapatkan hasil bahwa
dibandingkan dengan kelompok berat badan normal, didapatkan adanya pergeseran Axis
QRS yang lebih condong ke kiri (mengarah ke LAD) pada kelompok berat badan
berlebih dan kelompok obesitas pada subjek normotensi dan hipertensi.
51
6.5 Perbedaan Hasil Penilaian Terhadap Kriteria Axis QRS Berdasarkan
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
Pada sub bab 6.4 diatas telah dijelaskan mengenai bagaimana kriteria penilaian
untuk Axis QRS. Dan pada tabel 5.3 di dalam bab hasil penelitian dapat dilihat pada
kolom grup axis QRS diantara total 100 orang mahasiswa, sebagian besar memiliki hasil
Axis QRS yang normal terdapat 2 orang saja tidak termasuk dalam kategori normal.
Terdapat 1 orang mahasiswa yang memiliki status IMT berat badan kurang masuk dalam
kriteria LAD (left axis deviation). Hasil ini juga berbanding terbalik seperti yang
dilakukan oleh Zhe Sun et al (2003) bahwa deviasi aksis ke kiri lebih banyak ditemukan
pada pada kelompok berat badan berlebih dan kelompok obesitas. Sementara itu, 1 orang
mahasiswa lainnya yang memiliki status IMT normal masuk dalam kriteria RAD (right
axis deviation).
Berdasarkan hasil penelitian ini, tidak ada hasil yang sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan di China. Hal ini didukung oleh pernyataan Homenta (2014)
yang memberikan kriteria perbedaan diagnosis untuk deviasi garis kiri dan deviasi garis
kanan berdasarkan Axis QRS. Untuk kriteria deviasi aksis kiri, ditemukan pada subjek
yang memiliki varian normal (orang yang pendek dan gemuk badannya). Selain itu,
ditemukan juga adanya hipertrofi ventrikular kiri pada kriteria deviasi aksis kiri. Dalam
pernyataan tersebut tidak dijelaskan bagaimana dengan status IMT orang tersebut, hanya
melihat dari perawakan.
Sementara itu, untuk kriteria deviasi aksis kanan, ditemukan pada subjek yang
memiliki varian normal (orang yang kurus dan tinggi badannya). Berdasarkan hasil
penelitian pada tabel 5.3, 1 orang mahasiswa dengan status IMT normal masuk dalam
52
kriteria RAD (right axis deviation). Mahasiswa tersebut memiliki perawakan yang tinggi
dan agak kurus tetapi status IMT-nya masih dalam kisaran normal. Hal ini tentu saja
memberikan anggapan bahwa dalam penentuan kriteria apakah seseorang masuk dalam
kriteria RAD atau LAD berdasarkan status IMT, mungkin bisa saja berpengaruh tetapi
bisa saja tidak . Berdasarkan hal ini perlu penelitian yang lebih lanjut dalam penentuan
kriteria Axis QRS dengan melihat dari status IMT seseorang.
6.6 Perbedaan Hasil Nilai Rata-Rata Interval PR Berdasarkan Klasifikasi Indeks
Massa Tubuh
Parameter EKG terakhir yang akan dibahas adalah Interval PR. Interval PR
memiliki nilai normal adalah 3-5 kotak kecil atau 120 m/s – 200 m/s (Williams and
Wilkins, 2011).
Dari hasil penelitian, pada tabel 5.3 pada bab 5 dapat dilihat nilai rata-rata
interval PR tertinggi yaitu 150 m/s ditemukan pada kelompok Obes II. Hasil ini masih
dalam kisaran normal. Hasil yang ditemukan pada kelompok status IMT normal yang
memiliki nilai rata-rata interval PR tertinggi yang menyerupai nilai rata-rata pada
kelompok obes 2 tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di China oleh
Zhe Sun et al (2003). Pada penelitian tersebut jumlah subjek penelitian sebesar 5,437
siswa, dimana subjek dikelompokkan berdasarkan klasifikasi IMT yang berbeda.
Didapatkan hasil bahwa dibandingkan dengan kelompok berat badan normal,
perpanjangan interval PR ditemukan pada kelompok berat badan berlebih dan juga pada
kelompok Obes II. Subjek yang mengalami obesitas memiliki perpanjangan PR interval
4.2 m/s lebih lama daripada subjek yang bukan obesitas.
53
6.7 Korelasi Status Indeks Massa Tubuh Terhadap Parameter EKG
Dari hasil uji korelasi Pearson, didapatkan bahwa semua parameter EKG yang
diteliti pada penelitian ini tidak satupun ada hasil yang memiliki korelasi yang signifikan
terhadap Status IMT. Padahal, jika dilihat dari hasil penelitian ini, terdapat parameter
EKG yaitu morfologi gelombang P dan hubungannya terhadap pembesaran atrium yang
jika dihubungkan dengan status IMT hasilnya sejalan dengan hasil yang dilakukan oleh
beberapa peneliti lain. Hal ini bisa terjadi oleh karena beberapa faktor, yaitu dilihat dari
jumlah sampel hanya 100 orang mahasiswa. Jika sampel yang digunakan lebih banyak,
mungkin jumlah anatara kelompok status IMT lebih bervariasi, tidak tumpang tindih
terhadap kelompok status IMT yang normal. Dan juga bisa didapatkan dari segi klinis
masing-masing mahasiswa lebih bervariasi. Sehingga hasil yang didapatkan mungkin
bisa lebih mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil dari pemeriksaan EKG.
6.8 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan
penelitian. Keterbatasan ini dapat berasal dari peneliti sendiri maupun keterbatasan
instrument yang ada. Berikut ini adalah keterbatasan yang ada pada penelitian:
1. Dari segi desain studi penelitian yang digunakan dalam penelitian (cross-
sectional) memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menjelaskan hubungan sebab
akibat, hanya menjelaskan hubungan keterkaitan. Meskipun demikian,desain ini
dipilih karena paling sesuai dengan tujuan penelitian, serta efektif dari segi waktu
dan biaya.
54
2. Pada penelitian ini mempunyai keterbatasan waktu sehingga jumlah sampel yang
diambil hanya 100 orang mahasiswa. Sehingga, hasil dari nilai status IMT tidak
bervariasi pada masing-masing kelompok status IMT.
3. Kekurangan lain yang diharapkan dapat lebih disempurnakan dengan penelitian
selanjutnya adalah pengukuran terhadap konfigurasi EKG lainnya. Setiap
konfigurasi EKG memiliki manifestasi klinis dan manfaat aplikatif yang berbeda-
beda. Dalam penelitian ini peneliti hanya terfokus pada gelombang P, interval PR,
voltase QRS dan axis QRS, agar pembasahan mengenai ke-empat konfigurasi
tersebut lebih mendalam dan terarah.
55
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Kesimpulan Umum
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 orang mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan gambaran hasil pemeriksaan EKG pada setiap kelompok status IMT
mahasiswa.
7.1.2 Kesimpulan Khusus
1. Didapatkan status IMT mahasiswa sebagian besar adalah normal. Untuk jenis
kelamin mahasiswa, pemeriksaan EKG paling banyak dilakukan terhadap jenis
kelamin laki-laki daripada perempuan. Rentang usia yang dimiliki mahasiswa
paling banyak berada pada rentang usia 20-22 tahun.
2. Didapatkan nilai rata-rata tinggi gelombang P tertinggi ditemukan pada kelompok
mahasiswa yang memiliki status IMT Obes II sedangkan untuk nilai rerata
terendah ditemukan pada kelompok status IMT berisiko.
3. Didapatkan nilai rata-rata lebar gelombang P tertinggi ditemukan pada kelompok
mahasiswa yang memiliki status IMT Obes II sedangkan untuk nilai rerata
terendah ditemukan pada kelompok status IMT berisiko.
4. Didapatkan untuk penilaian kriteria pembesaran atrium berdasarkan morfologi
gelombang P, pada kelompok status IMT normal dan Obes I terdapat mahasiswa
yang masuk dalam kriteria abnormal. Sedangkan untuk kelompok status IMT
56
berat badan kurang, berisiko dan Obes 2 didapatkan semua mahasiswa masuk
dalam kriteria normal.
5. Didapatkan untuk penilaian kriteria voltase QRS untuk menilai adanya hipertrofi
ventrikel kiri, terdapat jumlah mahasiswa yang paling banyak masuk ke dalam
kriteria abnormal adalah mahasiswa yang memiliki status IMT diatas normal atau
berat badan berlebih dibandingkan dengan kelompok status IMT normal dan berat
badan kurang
6. Didapatkan untuk nilai rata-rata Axis QRS tertinggi ditemukan pada kelompok
mahasiswa yang memiliki status IMT berisiko, sedangkan untuk nilai rata-rata
terendah ditemukan pada kelompok status IMT berat badan kurang.
7. Didapatkan untuk penelitian kriteria Axis QRS, 1 orang mahasiswa pada
kelompok status IMT normal masuk dalam kriteria RAD (right axis deviation)
dan 1 orang mahasiswa lainnya pada kelompok status IMT berat badan kurang
masuk dalam kriteria LAD (left axis deviation).
8. Didapatkan nilai rata-rata Interval PR tertinggi ditemukan pada kelompok
mahasiswa yang memiliki status IMT obes 2 dan normal, sedangkan nilai rata-
rata terendah ditemukan pada kelompok mahasiswa yang memiliki status IMT
berisiko.
57
7.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian tentang gambaran hasil pemeriksaan EKG terhadap
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar berdasarkan kategori
status IMT, maka peneliti menganjurkan:
1. Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran hasil pemeriksaan EKG
berdasarkan klasifikasi indeks massa tubuh yang berbeda dengan menggunakan
jumlah sampel yang lebih banyak.
2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan mengikut sertakan variabel-variabel lain
yang diduga berhubungan dengan status IMT dan parameter EKG yang tidak
dapat diteliti pada penelitian ini.
3. Mengadakan penelitian lebih lanjut untuk konfigurasi EKG lainnya, yaitu
gelombang, segmen ST, interval QT, gelombang T dan gelombang U.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, AB., Afshar, FS., and Balani, MRB. 2007. Cardiopulmonary effects of
Acepromazine
Antikainen, R. T Grodzicki, T. Palmer, AJ. Beevers, DG Coles, EC. Webster, J. and
Bulpit, CJ. 2003. The determinants of left ventricular hypertrophy defined by
Sokolow–Lyon criteria in untreated hypertensive patient. Journal of Human
Hypertension (2003) 17, 159–164
BraunwaldE., 2001. Unstable Angina, In heart Disease
CDC. 2009. Overweight and Obesity
Dharma, Surya. 2010. Sistematika Interpretasi EKG: Pedoman Praktis. Jakarta: EGC
E. Walls, Courtney. Divasta, Amy. Feldman, A Henry. 2010. Malnutrition and
Hemodynamic Status in Adolescents Hospitalized for Anorexia Nervosa. Arch
Pediatr Adolesc Med. 2010 Aug; 164(8): 706–713.
Grummer – Strawn LM, et al. 2002. American Journal of Clinical Nutrition, Dalam :
Centers of Disease Control and Prevention. Assessing your weight, About BMI
for Adult.
Guyton A.C. and J.E. Hall . 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC
Halkhoore, JayR. McDermott, Wanda. Melloh, Jo. Smyth, Anneke. 2011. Cardiac
Rhythm Analysis Learning Package.
Homenta, Starry. 2014. Buku Praktis Kardiologi. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
58
Iacobellis, Gianluca. 2009. Obesity and Cardiovascular Disease. Oxford University
Press. Page 137,139.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI; 2015
Lusiana, Evrita. 2016. Analisa Deteksi Gelombang QRS Untuk Menentukan Kelainan
Fungsi Kerja Jantung. Teknoin Vol. 22 No. 1 Maret 2016 : 27-37
Mojaver Barabadi, Malihe., Jalalyazdi, Majid. Jafarzadeh Esfehani, Reza. 2015.
Association between Body Mass Index and Mitral Valve Prolapse. J
Cardiothorac Med. 2016; 4(1):403-406.
Munawar M dan Sutandar H. 2002. Elektrokardiografi. Dalam (Rilantono LI, Baraas F,
Karo KS, Roebiono SP, eds). Buku ajar kardiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, p. 41-65.
Okin, P.M. 2000. Heart Rate Adjustment of ST Depression and Performance of the
Exercise ECG. Journal of the International Society for Bioelectromagnetism;
Volume 2, Number 1
Okin, P.M. Jern, Syerker. Devereux, Richard B. Kjeldsen, Syerre E. 2000. Effect of
Obesity on Electrocardiographic Left Ventricular Hypertrophy in Hypertensive
Patients The Losartan Intervention For Endpoint (LIFE) Reduction in
Hypertension Study
Ou, Qiaoyun. Chen, Yintaou. Yu, Sasha. Guo, Xiaofan.Zhao, Huijie. Sun, Yungxian.
2016. Prevalence of left atrial enlargement and its risk factors in general
Chinese population. NCBI Journals Vol. 16
Padaki, Samata K. C, Surekharani., H, Anita., Dambal A, Amrut. 2017. P wave
Morphology and Dispersion in asymptomatic obese young adults – A comparative
cross-sectional study. Indian Journal of Clinical Anatomy and
Physiology;4(1):74-76
59
Poirier P., Giles T. D., Bray G. A., et al. Obesity and cardiovascular disease:
pathophysiology, evaluation, and effect of weight loss: an update of the 1997
American Heart Association Scientific Statement on Obesity and Heart Disease
from the Obesity Committee of the Council on Nutrition, Physical activity, and
Metabolism. Circulation. 2006;113:898–918
Pratanu Sunoto. Elektrokardiografi. Noer S, Waspadji S, Rachman M, Lesmana L,
Widodo D, Isbagio H dkk . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jilid I, Edisi ketiga.
Jakarta . Balai Penerbit FKUI. 2006
Rizkiawati, Putri., Samara Laksmi, Bety. 2015. Teknik Penilaian Hipertrofi Ventrikel
Kiri Pada Pemeriksaan Uji Latih Jantung Beban Dengan Diagnosa Hipertensi.
Sherwood, L. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. 7th Ed. Canada: Yolanda
Cossio.
Sjukri Karim, Peter Kabo. 2007. EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung
Untuk Dokter Umum. Jakarta : Balai Penerbitk FKUI.
Tim Surkesnas. Survei Kesehatan Nasional 2001. Pola penyakit penyebab kematian di
Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
WHO. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Report of a WHO
consultation. Geneva, Switzerland: WHO; 2000
William, Lipincott. Wilkins. 2011. ECG interpretation made incredibly easy! 5th
ed.
Philadelpia. Wolters Kluwer H ealth.
Zhe Sun, Go. Li, Yang. Zhou, Sing-Hu. 2013. Association between obesity and ECG
variables in children and adolescents: A cross-sectional study. Exp Ther Med.
2013 Dec; 6(6): 1455–1462.
60
Lampiran 1. Surat Izin Permohonan Penelitian
Lampiran 2. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Penjelasan (Inform Consent)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN
Sekretariat : Lantai 2 Gedung Laboratorium Terpadu
JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM. 10, Makassar
90245
Contact person dr. Agussalim Bukhari,Ph.D,Sp.GK (HP. 081241850858), email:
agussalimbukhari@ yahoo.com
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORM CONSENT)
Dalam rangka menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai salah satu persyaratan
kelulusan S1 (Sarjana Kedokteran), saya meminta saudara(i) untuk ikut berpartisipasi
pada penelitian ini secara sukarela dengan mengisi lembar informasi data yang kami
berikan.
Lembaran ini merupakan alat pengumpulan data untuk penyusunan skripsi kami
mengenai Gambaran EKG(elektrokardiografi) pada mahasiswa(i) Fakultas Kedokteran
Unhas.
Dengan mengisi lembar informasi data ini, kami harap saudara(i) bersedia menjalani
pemeriksaan EKG (elektrokardiografi) di tempat dan waktu yang akan disesuaikan.
Oleh karena itu kami mohon agar saudara dapat mengisi lembaran ini dengan sebenar-
benarnya.
Terima kasih atas perhatian saudara(i)
Bersedia Tidak bersedia
TTD
Makassar, ……………2017
(Responden)
Lampiran 4. Lembar Data Responden
DATA RESPONDEN
Beri tanda √ pada kolom □ yang tersedia
Nama :
Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki
Umur :
Suku Bangsa : Melayu
Chinese/Tionghoa
Indonesia
Negara Asal : Indonesia Malaysia
Tinggi Badan : cm
Berat Badan : cm
Tekanan Darah : mm/Hg
Lampiran 5. Data Responden (Excel)
cm m M2 SISTOL Coding Sistol UMUM DIASTOL Coding Diastol Tinggi Tinggi m/s Lebar Lebar m/s
1 Muhammad Lutfi 50.4 164 1.640 2.68960 18.73885 Normal 2 23 3 MELAYU 2 109 1 109/69 69 1 LK 1 0.5 0.05 1 40 4 160 27 8 35 1 84 1
2 Muhammad farith bin abd nasir 54 163 1.630 2.65690 20.32444 Normal 2 22 2 MELAYU 2 112 1 112/77 77 1 LK 1 1 0.1 2.5 100 4 160 8 10 18 1 72 1
3 Muhammad Azrul 63 168 1.680 2.82240 22.32143 Normal 2 25 3 MELAYU 2 115 1 115/71, 110/69, 106/69 71 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 9 12 21 1 88 1
4 Said Jamal Ali 62 151 1.510 2.28010 27.19179 Obes 1 4 24 3 MELAYU 2 102 1 102/67, 96/47, 101/49 67 1 LK 1 1.5 0.15 2 80 4 160 16 14 30 1 46 1
5 Hilman Hafiz 80 166 1.660 2.75560 29.03179 Obes 1 4 22 2 MELAYU 2 135 2 112/75, 135/101, 131/80 101 2 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 12 15 27 1 68 1
6 Ahmad Marwan 39 154 1.540 2.37160 16.44459 BB Kurang 1 22 2 MELAYU 2 110 1 110/75 75 1 LK 1 1 0.1 2 80 5 200 21 12 33 1 84 1
7 Mohammad Zhaffri 65 169 1.690 2.85610 22.75831 Normal 2 22 2 MELAYU 2 112 1 112/78 78 1 LK 1 1.5 0.15 2 80 3 120 23 11 34 1 83 1
8 Azfar Rohaizad 101.9 173 1.730 2.99290 34.04725 Obes 2 5 25 3 MELAYU 2 134 2 134/84, 124/84, 122/77 84 2 LK 1 1 0.1 3 120 5 200 15 28 43 2 51 1
9 Mohd Khairu 106.5 166 1.660 2.75560 38.64857 Obes 2 5 24 3 MELAYU 2 130 2 130/80 80 2 LK 1 0.5 0.05 2 80 4 160 21 12 33 1 76 1
10 Shahzrin Haizad 56 163 1.630 2.65690 21.0772 Normal 2 22 2 MELAYU 2 112 1 112/78 80 1 LK 1 1 0.1 1.5 60 3.5 140 19 10 29 1 93 1
11 Hafizzuddin 69.6 161 1.610 2.59210 26.85082 Obes 1 4 22 2 MELAYU 2 108 1 108/69 69 1 LK 1 0.5 0.05 2 80 3 120 21 18 39 2 70 1
12 Izz Fadhli 67 171 1.710 2.92410 22.91303 Normal 2 22 2 MELAYU 2 110 1 110/67 67 1 LK 1 1 0.1 1 40 4 160 18 11 29 1 68 1
13 Nur Afiqah Abadi 47 150 1.500 2.25000 20.88889 Normal 2 22 2 MELAYU 2 105 1 105/76, 103/65, 102/71 76 1 PR 2 1 0.1 2 80 4 160 10 9 19 1 80 1
14 Syafiqah Hakimi 58 160 1.600 2.56000 22.65625 Normal 2 22 2 MELAYU 2 108 1 108/71, 103/70, 104/64 71 1 PR 2 1.5 0.15 2 80 4 160 9 9 18 1 61 1
15 W. Nabilah Amirah 43 154 1.540 2.37160 18.13122 BB Kurang 1 22 2 MELAYU 2 111 1 101/69, 105/70, 111/75 75 1 PR 2 0.5 0.05 2 80 3 120 9 8 17 1 58 1
16 Hanis Naziha 47 150 1.500 2.25000 20.88889 Normal 2 22 2 MELAYU 2 120 1 112/75, 120/74, 116/51 74 1 PR 2 1 0.1 1 40 3 120 14 14 28 1 53 1
17 Qanitah Bin Marzuki 48 154 1.540 2.37160 20.2395 Normal 2 23 3 MELAYU 2 106 1 106/70, 104/71, 99/77 70 1 PR 2 1 0.1 2 80 4 160 9 12 21 1 62 1
18 Aisyah Bt. Mohd Lutfi 35 150 1.500 2.25000 15.55556 BB Kurang 1 22 2 MELAYU 2 106 1 97/73, 106/83, 97/70 83 1 PR 2 1 0.1 1 40 3 120 11 7 18 1 86 1
19 Nurul Alia Suhada 80 156 1.560 2.43360 32.87311 Obes 2 5 22 2 MELAYU 2 114 1 114/75, 112/84, 113/92 75 1 PR 2 1 0.1 2 80 4 160 10 14 24 1 48 1
20 Nur Farahin Shabuddin 58 162 1.620 2.62440 22.10029 Normal 2 24 3 MELAYU 2 113 1 111/70, 113/63, 107/64 63 1 PR 2 1 0.1 2 80 3 120 13 7 20 1 77 1
21 Nur Farahin Abd Jafar 50 153 1.530 2.34090 21.35931 Normal 2 24 3 MELAYU 2 118 1 116/78, 116/76, 118/71 78 1 PR 2 1 0.1 2 80 4 160 16 12 28 1 79 1
22 Amirah Binti Shiful Anwar 49 150 1.500 2.25000 21.77778 Normal 2 24 3 MELAYU 2 111 1 111/75, 109/80, 105/77 75 1 PR 2 0.5 0.05 2 80 4 160 15 10 25 1 81 1
23 Miftahul Fajri 59 173 1.730 2.99290 19.71332 Normal 2 21 2 INDO 1 126 2 120/77, 126/69, 116/67 69 1 LK 1 2 0.2 3 120 5 200 12 13 25 1 152 3
24 Adnan Naufal 85 176.5 1.765 3.11523 27.28535 Obes 1 4 21 2 INDO 1 121 2 121/80, 120/78, 119/77 80 2 LK 1 1 0.1 1 40 3 120 10 10 20 1 49 1
25 N.M. Rifai 51 168 1.680 2.82240 18.06973 BB Kurang 1 21 2 INDO 1 103 1 103/63, 102/65, 96/58 63 1 LK 1 1 0.1 1 40 3 120 8 4 12 1 78 1
26 Syaiful Islam 69 174 1.740 3.02760 22.79033 Normal 2 21 2 INDO 1 119 1 119/71, 115/57, 113/55 71 1 LK 1 0.5 0.05 1 40 4 160 19 6 25 1 87 1
27 Taufiq 108 173 1.730 2.99290 36.0854 Obes 2 5 20 2 INDO 1 135 2 135/73, 130/75, 118/70 73 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 9 12 21 1 72 1
28 A. Meidin Anugerah 85 171 1.710 2.92410 29.06877 Obes 1 4 20 2 INDO 1 122 2 118/68, 117/66, 122/70 70 1 LK 1 0.5 0.05 2 80 4 160 10 11 21 1 46 1
29 Fatur Rasyid 70 177 1.770 3.13290 22.34352 Normal 2 21 2 INDO 1 98 1 94/62, 98/57, 97/63 57 1 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 16 10 26 1 82 1
30 Moh. Nur My Tunggeng 55 163.5 1.635 2.67323 20.5744 Normal 2 20 2 INDO 1 123 2 122/75, 123/83, 113/81 83 2 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 12 15 27 1 83 1
31 Reisky Nugraha 63 167 1.670 2.78890 22.58955 Normal 2 20 2 INDO 1 113 1 102/61, 113/64, 97/62 64 1 LK 1 2.5 0.25 2 80 4 160 10 13 23 1 79 1
32 Debriansyah 68 171 1.710 2.92410 23.25502 Berisiko 3 20 2 INDO 1 126 2 126/68, 123/62, 123/62 68 1 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 9 23 32 1 70 1
33 Giordano Bandi Lolok 62 174 1.740 3.02760 20.47827 Normal 2 20 2 INDO 1 133 2 119/74, 125/92, 133/88 88 3 LK 1 1.5 0.15 1.5 60 3 120 20 19 39 2 62 1
34 Aslam Achmad 49 165 1.650 2.72250 17.99816 BB Kurang 1 21 2 INDO 1 110 1 110/70, 103/67, 110/68 70 1 LK 1 2 0.2 2 80 3 120 18 7 25 1 95 1
35 A. Moh. Roem Askari 51 170 1.700 2.89000 17.64706 BB Kurang 1 20 2 INDO 1 104 1 101/64, 101/59, 104/65 65 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 19 12 31 1 53 1
36 Qayyum Irfan 38 158 1.580 2.49640 15.22192 BB Kurang 1 20 2 INDO 1 104 1 104/70 70 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 18 14 32 1 76 1
37 Suhud Dwi Wahyudi 50 175 1.750 3.06250 16.32653 BB Kurang 1 21 2 INDO 1 110 1 107/64, 110/65, 100/56 65 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 24 7 31 1 92 1
38 Jabal Nur 54 170 1.700 2.89000 18.68512 Normal 2 20 2 INDO 1 105 1 101/68, 98/64, 105/69 69 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 10 12 22 1 87 1
39 Muh. Adam Ilhamsyah 62 168 1.680 2.82240 21.96712 Normal 2 21 2 INDO 1 2 2 127/68, 106/63, 96/45 1 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 5 15 20 1 54 1
40 Ayub Ade Yusuf 51 155 1.550 2.40250 21.22789 Normal 2 21 2 INDO 1 94 1 93/70, 94/63, 84/66 63 1 LK 1 2 0.2 1.5 60 4 160 17 15 32 1 86 1
41 Fahmi Maulana 46 163 1.630 2.65690 17.31341 BB Kurang 1 20 2 INDO 1 105 1 104/66, 105/58, 105/60 60 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 23 15 38 2 77 1
42 Verry Asward Samiun 51 173 1.730 2.99290 17.04033 BB Kurang 1 21 2 INDO 1 106 1 106/71, 106/66, 106/61 71 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 13 14 27 1 75 1
43 Anwar Hakim Bin Shamshul 90 172 1.720 2.95840 30.42185 Obes 2 5 21 2 MELAYU 2 131 2 131/77, 128/73, 125/75 77 1 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 16 14 30 1 63 1
45 Winardi Rudianto 57 168 1.680 2.82240 20.19558 Normal 2 21 2 CHINESE 3 113 1 113/69, 112/67, 110/60 69 1 LK 1 1 0.1 1.5 60 3 120 20 14 34 1 80 1
44 Grelvan 55 168 1.680 2.82240 19.48696 Normal 2 20 2 INDO 1 120 2 120/66, 112/69, 117/66 66 1 LK 1 0.5 0.05 2 80 4 160 17 18 35 1 82 1
46 Ammar Bin Moh Azhar 62 174 1.740 3.02760 20.47827 Normal 2 20 2 MELAYU 2 115 1 115/63, 107/64, 112/60 63 1 LK 1 1.5 0.15 2 80 3.5 140 12 8 20 1 87 1
47 Mohd Naim Imran 97 171 1.710 2.92410 33.1726 Obes 2 5 20 2 MELAYU 2 133 2 133/79, 133/71, 128/73 79 1 LK 1 0.5 0.05 2 80 3 120 10 19 29 1 -9 1
48 Eric Untario 57 165 1.650 2.72250 20.93664 Normal 2 20 2 INDO 1 114 1 114/64, 113/70, 110/67 64 1 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 6 13 19 1 50 1
49 Fiqih Eka Putra 94 173 1.730 2.99290 31.40766 Obes 2 5 21 2 INDO 1 127 2 127/75, 125/63, 115/63 75 1 LK 1 1 0.1 3 120 4 160 18 18 36 2 56 1
50 Muh. Arga Poetra 52 160 1.600 2.56000 20.3125 Normal 2 21 2 INDO 1 104 1 101/65, 91/66, 104/68 68 1 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 9 13 22 1 79 1
51 Musakkir 57 170 1.700 2.89000 19.72318 Normal 2 21 2 INDO 1 117 2 127/79,114/68,117/70 70 1 LK 1 2 0.2 2 80 3 120 23 13 36 2 87 1
52 Hilmy Adithya 68.5 172 1.720 2.95840 23.15441 Berisiko 3 20 2 INDO 1 128 2 126/73,128/79,122/62 79 1 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 11 10 21 1 49 1
53 Andi Rahmat 61 165 1.650 2.72250 22.40588 Normal 2 22 2 INDO 1 140 3 140/78, 131/81, 121/67 78 1 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 15 20 35 1 54 1
54 Hafiz 80 180 1.800 3.24000 24.69136 Berisiko 3 20 2 MELAYU 2 142 3 141/90, 142/79, 135/80 90 3 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 12 19 31 1 71 1
55 Ridwan 48.5 160 1.600 2.56000 18.94531 Normal 2 23 3 INDO 1 100 1 100/65, 91/61, 92/60 65 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 32 15 47 2 83 1
56 Asadul 80 165 1.650 2.72250 29.38476 Obes 1 4 21 2 INDO 1 120 1 120/71, 117/72, 118/60 71 1 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 8 14 22 1 86 1
57 Hamka 51 172 1.720 2.95840 17.23905 BB Kurang 1 21 2 INDO 1 113 1 113/74, 105/69, 107/67 74 1 1 1 0.1 1 40 3 120 30 20 50 2 83 1
58 Muh. Anugrah P 72 161 1.610 2.59210 27.77671 Obes 1 4 20 2 INDO 1 118 1 118/69, 105/67, 98/58 69 1 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 7 25 32 1 31 1
59 Fathur K 70 169 1.690 2.85610 24.50895 Berisiko 3 21 2 INDO 1 112 1 112/72, 104/65, 101/69 72 1 LK 1 1.5 0.15 2 80 3 120 22 14 36 2 81 1
60 Nanda 56 163 1.630 2.65690 21.0772 Normal 2 21 2 INDO 1 110 1 109/65, 110/60, 100/61 60 1 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 13 18 31 1 17 1
61 Rijal 52 167 1.670 2.78890 18.64534 Normal 2 21 2 INDO 1 96 1 93/60, 95/54, 96/52 52 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 7 12 19 1 -16 1
62 A.Harvan Zakariya 54 169 1.690 2.85610 18.9069 Normal 2 21 2 INDO 1 123 2 121/70, 115/72, 123/66 66 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 22 7 29 1 83 1
63 Fecky Valentino 60 171 1.710 2.92410 20.51913 Normal 2 21 2 CHINESE 3 112 1 112/65, 102/59, 104/61 65 1 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 6 9 15 1 -61 2
64 Muhammad Fakhri 69 161 1.610 2.59210 26.61934 Obes 1 4 25 3 MELAYU 2 126 2 126/72, 119/76, 119/72 72 1 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 20 17 37 2 66 1
65 Ikmal Hisyam 65 165 1.650 2.72250 23.87511 Berisiko 3 22 2 MELAYU 2 126 2 126/72, 119/76, 119/73 72 1 LK 1 1 0.1 3 120 4.5 180 6 13 19 1 68 1
66 Geraldi Tolla 61 165 1.650 2.72250 22.40588 Normal 2 21 2 INDO 1 115 1 115/73, 112/73, 113/72 72 1 LK 1 2 0.2 3 120 4 160 15 18 33 1 61 1
67 Alkautsar HF 58 172 1.720 2.95840 19.60519 Normal 2 21 2 INDO 1 102 1 102/52, 99/54, 99/56 52 1 LK 1 0.5 0.05 2 80 3 120 18 14 32 1 54 1
68 As'ad Akbar 66 160 1.600 2.56000 25.78125 Obes 1 4 21 2 INDO 1 119 1 119/67, 102/67, 107/56 67 1 LK 1 0.5 0.05 2 80 3 120 15 21 36 2 31 1
69 Priady Wira 70 172 1.720 2.95840 23.66144 Berisiko 3 20 2 CHINESE 3 120 1 113/77, 106/67, 120/59 59 1 LK 1 1 0.1 1.5 60 4 160 13 25 38 2 37 1
70 Baso Khairul Akmal 69 167 1.670 2.78890 24.74094 Berisiko 3 18 1 INDO 1 125 2 121/81, 125/78, 112/76 78 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 17 11 28 1 42 1
71 Tri Wahyu 45 160 1.600 2.56000 17.57813 BB Kurang 1 18 1 INDO 1 114 1 112/73, 114/73, 107/67 73 1 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 14 17 31 1 75 1
72 Mufiih Naufal Irfan 40 155 1.550 2.40250 16.64932 BB Kurang 1 17 1 INDO 1 103 1 102/55, 97/59, 103/59 59 1 LK 1 1 0.1 1 40 1 40 22 17 39 2 74 1
73 Nadya Eunice 53 153 1.530 2.34090 22.64086 Normal 2 20 2 INDO 1 108 1 95/55, 108/75, 102/70 75 1 PR 2 1.5 0.15 2 80 3 120 5 15 20 1 66 1
74 Mohammad Nor Radzwan 70 170 1.700 2.89000 24.22145 Berisiko 3 21 2 MELAYU 2 128 2 125/85, 128/73, 127/69 73 1 LK 1 2 0.2 2 80 3 120 11 16 27 1 55 1
75 Muhammad Syafiq Izzuddin 80 173 1.730 2.99290 26.72993 Obes 1 4 21 2 MELAYU 2 122 2 122/76, 115/71, 116/74 76 1 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 9 15 24 1 64 1
76 Muhaammad Rusydi Bin Ropli 71.8 162 1.620 2.62440 27.35863 Obes 1 4 21 2 MELAYU 2 126 2 126/74, 123/70, 120/68 74 1 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 19 22 41 2 69 1
77 Muhammad Faizul Bin Lukman 60 165 1.650 2.72250 22.03857 Normal 2 21 2 MELAYU 2 103 1 102/67, 102/68, 103/67 67 1 LK 1 1.5 0.15 2 80 3 120 9 12 21 1 60 1
78 Muhammad Fadly Hafid 50 167 1.67 2.7889 17.92822 BB Kurang 1 21 2 INDO 1 113 1 99/67, 108/69, 113/68 68 1 LK 1 2 0.2 2 80 3 120 27 21 48 2 75 1
79 Muhammad Afiq Bin Mohd T. 98.6 177 1.77 3.1329 31.47244 Obes 2 5 20 2 MELAYU 2 130 2 130/85, 124/81, 126/78 85 2 LK 1 1.5 0.15 2 80 4 160 15 18 33 1 58 1
80 Victorio Tungadi 90 181 1.81 3.2761 27.47169 Obes 1 4 21 2 CHINESE 3 118 1 118/71, 113/72, 107/60 71 1 LK 1 2 0.2 2 80 3 120 21 14 35 1 42 1
81 A. Moh. Arief Askari 56 163 1.63 2.6569 21.0772 Normal 2 22 2 INDO 1 146 3 131/87, 139/77, 146/92 92 3 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 21 15 36 2 38 1
82 Fathan 74 177 1.77 3.1329 23.62029 Berisiko 3 20 2 INDO 1 128 2 128/53, 93/59, 97/45 53 1 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 10 17 27 1 58 1
83 Kevin Colin 84 177 1.77 3.1329 26.81222 Obes 1 4 20 2 CHINESE 3 104 1 104/66, 102/53, 98/53 66 1 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 13 20.5 33.5 1 17 1
84 Iqra Alimus 56 159 1.59 2.5281 22.15102 Normal 2 21 2 INDO 1 125 2 125/78, 120/69, 121/79 78 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 28 21 49 2 80 1
85 M. Alif Fatur Rahman 67 167 1.67 2.7889 24.02381 Berisiko 3 17 1 INDO 1 146 3 146/71, 130/67, 132/70 71 1 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 25 17 42 2 80 1
86 Amrin 75 172 1.72 2.9584 25.35154 Obes 1 4 18 1 INDO 1 126 2 113/70, 111/76, 126/73 73 1 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 10 16 26 1 68 1
87 Laode Muh. Irsyad 65 163 1.63 2.6569 24.4646 Obes 1 4 18 1 INDO 1 122 2 119/75,119/79,122/62 62 1 1 1 0.1 2 80 4 160 12 16 28 1 63 1
88 Hasyimi Rafzan 76 170 1.7 2.89 26.29758 Obes 1 4 17 1 INDO 1 101 1 99/51, 94/54, 101/53 53 1 LK 1 1 0.1 1 40 3 120 19 11 30 1 77 1
89 Dmytrick ciputra 63 174 1.74 3.0276 20.80856 Normal 2 16 CHINESE 3 111 1 110/72, 111/65, 100/66 72 1 1 2 0.2 2 80 4 160 14 9 23 1 90 1
90 Diad Ahdiat 56 165 1.65 2.7225 20.56933 Normal 2 19 1 INDO 1 131 2 125/86, 131/80, 126/82 80 1 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 5 18 23 1 71 1
91 Reza Syafrul 53 165 1.65 2.7225 19.4674 Normal 2 17 1 INDO 1 119 1 119/75, 118/66, 119/64 75 1 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 21 11 32 1 106 1
92 Andika Muh. Yusuf 74 179 1.79 3.2041 23.09541 Berisiko 3 18 1 INDO 1 125 2 125/55, 113/50, 112/51 55 1 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 25 14 39 2 72 1
93 Muh. Nurhidayat 70 166 1.66 2.7556 25.40282 Obes 1 4 18 1 INDO 1 114 1 114/63, 112/63, 105/61 63 1 LK 1 1 0.1 2 80 4 160 19 22 41 2 77 1
94 Ichlasul Amal 58 180 1.8 3.24 17.90123 BB Kurang 1 18 1 INDO 1 114 1 114/66, 110/64, 103/58 66 1 LK 1 1 0.1 1 40 3 120 24 22 46 2 77 1
95 A. Zaenal Abidin 60 159 1.59 2.5281 23.73324 Berisiko 3 18 1 INDO 1 123 2 123/67, 115/59, 115/56 67 1 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 24 22 46 2 77 1
96 Muh. Faturrozi Idar 54 160 1.6 2.56 21.09375 Normal 2 19 1 INDO 1 111 1 108/72, 111/71, 105/62 71 1 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 14 17 31 1 78 1
97 Muh. Farhan nur ihsam 56 172 1.72 2.9584 18.92915 Normal 2 18 1 INDO 1 136 2 136/79, 127/28, 117/73 79 1 LK 1 1 0.1 2 80 3 120 10 8.5 18.5 1 59 1
98 Puja Muh oiqbal 57 165 1.65 2.7225 20.93664 Normal 2 18 1 INDO 1 116 1 110/73, 115/66, 116/62 62 1 LK 1 2 0.2 2 80 3 120 11 9 20 1 62 1
99 Muh. Raqib yunus 54 163 1.63 2.6569 20.32444 Normal 2 20 2 INDO 1 119 1 119/78, 119/80, 116/74 80 1 LK 1 1.5 0.15 1.5 60 3 120 22 12 34 1 86 1
100 Kurniawan 58 170 1.7 2.89 20.0692 Normal 2 18 1 INDO 1 138 2 136/85, 138/77, 133/75 77 1 LK 1 2 0.2 2 80 4 160 10 15 25 1 83 1
R max V5/V6 S+R S+R Coding Axis QRS Coding AXISS max V1/V2Coding IMT USIA Coding Usia Coding SukuSUKU
TEKANAN DARAH
JENISKELAMIN Coding JK
Gelombang P
INTERVAL PR INTERVAL PR m/sSTATUS IMTNo. Nama BB
TB
IMT
Lampiran 6. Output Hasil SPSS
codingIMT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BB kurang 15 15.0 15.0 15.0
normal 48 48.0 48.0 63.0
Berisiko 12 12.0 12.0 75.0
obese 1 17 17.0 17.0 92.0
obese 2 8 8.0 8.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
axisQRScoding
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Normal 98 98.0 98.0 98.0
LAD 1 1.0 1.0 99.0
RAD 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
TINGGI GEL.P
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid .05 11 11.0 11.0 11.0
.10 53 53.0 53.0 64.0
.15 10 10.0 10.0 74.0
.20 25 25.0 25.0 99.0
.25 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
LEBAR GEL.P
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 40 11 11.0 11.0 11.0
60 6 6.0 6.0 17.0
80 77 77.0 77.0 94.0
100 1 1.0 1.0 95.0
120 5 5.0 5.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Grupatrium
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid normal (≤25) 95 95.0 95.0 95.0
abnormal (>25) 5 5.0 5.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
numerikIMT 100 15.2 38.6 22.728 4.5611
TINGGI GEL.P 100 .05 .25 .1260 .05099
LEBAR GEL.P 100 40 120 76.60 16.589
INTERVAL PR m/s 100 120 200 144.40 21.942
Axis QRS 100 -61 152 66.75 25.437
Valid N (listwise) 100
Correlations
numerikIMT
TINGGI
GEL.P
LEBAR
GEL.P INTERVALPR
S max
V1/V2
R max
V5/V6 S+R
Axis
QRS
numerikIMT Pearson
Correlation 1 .042 .085 .065 .007 .014 .013 .054
Sig. (2-tailed) .679 .400 .523 .942 .891 .898 .595
N 100 100 100 100 100 100 100 100
TINGGI
GEL.P
Pearson
Correlation .042 1 .213
* .177 .063 -.109 -.016 .181
Sig. (2-tailed) .679 .033 .079 .536 .281 .875 .071
N 100 100 100 100 100 100 100 100
LEBAR GEL.P Pearson
Correlation .085 .213
* 1 .375
** -.230
* .200
* -.061 -.045
Sig. (2-tailed) .400 .033 .000 .021 .046 .548 .659
N 100 100 100 100 100 100 100 100
INTERVALPR Pearson
Correlation .065 .177 .375
** 1 -.038 .014 -.023 .195
Sig. (2-tailed) .523 .079 .000 .706 .889 .821 .052
N 100 100 100 100 100 100 100 100
S max V1/V2 Pearson
Correlation .007 .063 -.230
* -.038 1 .143 .830
** .327
**
Sig. (2-tailed) .942 .536 .021 .706 .155 .000 .001
N 100 100 100 100 100 100 100 100
R max V5/V6 Pearson
Correlation .014 -.109 .200
* .014 .143 1 .671
** -.204
*
Sig. (2-tailed) .891 .281 .046 .889 .155 .000 .041
N 100 100 100 100 100 100 100 100
S+R Pearson
Correlation .013 -.016 -.061 -.023 .830
** .671
** 1 .129
Sig. (2-tailed) .898 .875 .548 .821 .000 .000 .200
N 100 100 100 100 100 100 100 100
Axis QRS Pearson
Correlation .054 .181 -.045 .195 .327
** -.204
* .129 1
Sig. (2-tailed) .595 .071 .659 .052 .001 .041 .200
N 100 100 100 100 100 100 100 100
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 7. Biodata Peneliti
BIODATA PENULIS
Data Pribadi:
Nama Lengkap : Mutia Ilyas
Nama Panggilan : Mutia
NIM : C11114512
Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 24 Juli 1995
Pekerjaan : Mahasiswa
Jenis Kelamin : Perempuan
Gol Darah : O
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : Prof.Dr.dr.Muhammad Ilyas, Sp.Rad(K)
Ibu : dr. Hj. Fausiah Tamin
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : PNS
Ibu : PNS
Anak Ke : 4 dari 4 bersaudara
Alamat : Jalan AP Pettarani Komp.IDI GA7 No. 20
No Telp : 081242017771
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal
Periode Sekolah/Institusi/Universitas Jurusan
2000-2001 TK Pembina Makassar -
2001-2007 SD Inpres Baraya Makassar -
2007-2010 SMPN 6 Makassar -
2010-2013 SMAN 1 Makassar IPA
2014-sekarang Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin
Pendidikan Dokter
Riwayat Organisasi
Periode Organisasi Jabatan
2015-sekarang AMSA-UNHAS Anggota
2016-sekarang PB Medik Anggota