risalah ekg

14
1 Risalah Elektrokardiografi Ibnu Kharisman Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UNS Assalamu’alaikum, sebelum mulai membahas tentang elektrokardiografi, hendaknya kita terlebih dahulu memahami tentang fisiologi dari jantung. Namun dalam rangkuman ini saya hanya akan mengulas sedikit tentang fisiologi jantung, yang sekiranya sesuai untuk pemahaman awal mengenai elektrokardigrafi (EKG). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam silakan baca buku ajar fisiologi saja. Saya sarankan bacalah buku fisiologi manusia yang disusun Sherwood, karena bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami. Untuk interpretasi dari hasil pemeriksaan EKG juga hanya akan saya bahas yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan OSCE saja, karena interpretasi dari hasil EKG sangatlah luas dan kompleks. Dalam rangkuman ini saya juga menyertakan beberapa keadaan patologis pada jantung yang dapat diindentifikasi dengan EKG dan pernah ditanyakan oleh penguji dalam OSCE angkatan 2010 dan bisa jadi keluar juga di OSCE kalian. Oke, kita mulai... yang tadi lupa berdoa sekarang berdoa dulu ya, biar gampang belajarnya. A. Kelistrikan Jantung Jantung memiliki sistem konduksi yang khusus. Hal ini dikarenakan jantung harus bekerja terus menerus dan tidak boleh berhenti kecuali kalau emang udah gak pengen hidup lagi hehe. Sistem konduksi ini berasal dari otot-otot jantung yang punya “keistimewaan” karena dapat berfungsi sebagai pemacu (pacemaker), yang disebut juga sebagai sel otoritmik. Sistem konduksi berawal dari nodus sinoauricular (nodus SA) yang berada pada atrium dextrum , kemudian dilanjutkan ke nodus atrioventricular (nodus AV) yang berada pada septum atrioventricularis dextrum , dari nodus AV ini lalu konduksi dilanjutkan lagi ke bundel HIS yang berada di septum interventricularis , dan kemudian dilanjutkan lagi ke serabut purkinje yang tersebar di seluruh bagian jantung . Selain diarahkan ke cabang-cabang utama tadi, konduksi jantung juga disalurkan ke myocardium yang berada disekitar nodus itu sendiri yang kemudian dari myocardium tersebut disalurkan ke myocardium yang lain melalui gap junction. Konduksi dari kelistrikan jantung ini dapat ditangkap gelombangnya oleh alat EKG. Gambar 1.1. sistem konduksi jantung.

Upload: mahardika-frityatama

Post on 26-Dec-2015

202 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

EKG

TRANSCRIPT

Page 1: Risalah EKG

1

Risalah Elektrokardiografi

Ibnu Kharisman

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UNS

Assalamu’alaikum, sebelum mulai membahas tentang elektrokardiografi, hendaknya kita terlebih

dahulu memahami tentang fisiologi dari jantung. Namun dalam rangkuman ini saya hanya akan mengulas

sedikit tentang fisiologi jantung, yang sekiranya sesuai untuk pemahaman awal mengenai elektrokardigrafi

(EKG). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam silakan baca buku ajar fisiologi saja. Saya

sarankan bacalah buku fisiologi manusia yang disusun Sherwood, karena bahasa yang digunakan mudah

untuk dipahami. Untuk interpretasi dari hasil pemeriksaan EKG juga hanya akan saya bahas yang sekiranya

sesuai dengan kebutuhan OSCE saja, karena interpretasi dari hasil EKG sangatlah luas dan kompleks.

Dalam rangkuman ini saya juga menyertakan beberapa keadaan patologis pada jantung yang dapat

diindentifikasi dengan EKG dan pernah ditanyakan oleh penguji dalam OSCE angkatan 2010 dan bisa jadi

keluar juga di OSCE kalian. Oke, kita mulai... yang tadi lupa berdoa sekarang berdoa dulu ya, biar gampang

belajarnya.

A. Kelistrikan Jantung

Jantung memiliki sistem konduksi yang khusus. Hal ini dikarenakan jantung harus bekerja terus

menerus dan tidak boleh berhenti kecuali kalau emang udah gak pengen hidup lagi hehe. Sistem konduksi

ini berasal dari otot-otot jantung yang punya “keistimewaan” karena dapat berfungsi sebagai pemacu

(pacemaker), yang disebut juga sebagai sel otoritmik. Sistem konduksi berawal dari nodus sinoauricular

(nodus SA) yang berada pada atrium dextrum, kemudian dilanjutkan ke nodus atrioventricular (nodus AV)

yang berada pada septum atrioventricularis dextrum, dari nodus AV ini lalu konduksi dilanjutkan lagi ke

bundel HIS yang berada di septum interventricularis, dan kemudian dilanjutkan lagi ke serabut purkinje

yang tersebar di seluruh bagian jantung. Selain diarahkan ke cabang-cabang utama tadi, konduksi jantung

juga disalurkan ke myocardium yang berada disekitar nodus itu sendiri yang kemudian dari myocardium

tersebut disalurkan ke myocardium yang lain melalui gap junction. Konduksi dari kelistrikan jantung ini

dapat ditangkap gelombangnya oleh alat EKG.

Gambar 1.1. sistem konduksi jantung.

Page 2: Risalah EKG

2

Dalam EKG kita mengenal adanya gelombang P, kompleks QRS, gelombang T, dan gelombang U.

Kenapa namanya PQRSTU? Gak ada alasan khusus sih, itu cuma biar mudah diinget aja (kata buku sih

gitu). gelombang-gelombang tersebut terbentuk karena adanya aktivitas listrik jantung yang ditangkap oleh

EKG. Untuk lebih jelasnya silakan simak gambar 1.2. berikut ini:

Gambar 1.2. ilustrasi dari gelombang-gelombang EKG dan standar pengukuran waktu serta voltase dari

kertas EKG.

Keterangan dari gambar di atas:

Gelombang P : depolarisasi sekuensial dari atrium cordis dextrum et sinistrum

Kompleks QRS : depolarisasi dari ventriculus cordis dextrum et snistrum

Segmen ST-gelombang T : repolarisasi ventriculus

Gelombang U : mekanisme elektrik yang terjadi pada permulaan diastole

Interval PR : interval waktu mulai dari dimulainya depolarisasi (gelombang P)

sampai depolarisasi ventriculus (kompleks QRS)

Durasi QRS : durasi dari depolarisasi ventriculus (dapat diukur dari lebarnya

kompleks QRS)

Interval QT : durasi dari depolarisasi dan repolarisasi ventriculus

Interval PP : lama dari siklus atrial

Interal RR : lama dari siklus ventriculus

Yang dimaksud dengan depolarisasi adalah perubahan potensial membran dari potensial istirahat

yang elektronegatif (sekitar -55 sampai -60 milivolt) menjadi lebih postif yaitu sekitar -40 milivolt

seihngga menyebabkan potensial aksi listrik sehingga menyebabkan myocardium berkontraksi.

Page 3: Risalah EKG

3

Sedangkan repolarisasi adalah perubahan potensial membran menjadi potensial istirahat kembali

(elektronegatif kembali) atau dengan kata lain myocardium mengalami relaksasi. Pada EKG, repolarisasi

atrium normalnya tidak muncul karena tertutupi oleh besarnya kompleks QRS (depolarisasi ventriculus).

Depolarisasi dan repolarisasi jantung ini diatur sedemikian rupa interval waktunya agar jantung tetap

dapat memompa darah tanpa mengalami kram. Aktivitas jantung meningkat pada pengaruh persarafan

simpatis dikarenakan adanya pelepasan hormon norephinephrine. Sedangkan persarafan parasimpatis

(melalui Vagus) mengurangi aktivitas jantung karena pengeluaran hormon acetyl choline. Keadaan

patologis seperti irama ektopik, infark myocard, dsb. dapat teridentifikasi dengan pemeriksaan EKG.

Bagaimana? Paham atau masih bingung? Mending baca textbooknya aja deh biar mantap. Kalaupun

sekarang nggak paham, bisa dilanjutin lagi belajarnya pas Blok Kardiologi di semester depan.

B. Lead pada EKG

Setelah membahas secara singkat (banget) tentang teori dasar penggunaan EKG, sekarang mari

kita bahas tentang Lead (Sadapan) yang ditempelkan di tubuh sebagai “penangkap gelombang” yang

dihasilkan oleh jantung. Lead EKG yang ada sekarang merupakan pengembangan lead dari yang

ditemukan oleh Willem Einthoven, pria berkebangsaan Belanda kelahiran Semarang pada jaman

kompeni dulu. Lead standar yang digunakan jumlahnya ada 12, terdiri dari 3 lead ekstremitas

(bipolar), 3 lead augmented (unipolar), dan 6 lead precordial (yang ditempelkan pada thorax). Kenapa

saya sebut lead standar? Karena sekarang sudah dipakai 3 lead tambahan yaitu lead V7, V8, dan V9

yang dipasang di bagian posterior thorax. Gunanya untuk melihat infark myocard pada jantung bagian

posterior yang selama ini gak bisa dilihat dengan menggunakan lead standar, atau istilahnya the dark

side of the moon. Oke, lead tambahannya buat sekedar info tambahan aja soalnya buat OSCE besok kita

cuma pakai 12 lead standar. Untuk lebih mudah memahami letak lead standar, silakan lihat gambar 2.1.

berikut:

Ada cara gampang buat membedakan pengaruh persarafan simpatis sama parasimpatis. Kita

umpamakan kita itu lagi jatuh cinta nih.. nah pas kita jatuh cinta itu kita kan punya simpati sama lawan

jenis. Saat ketemu sama “dia” itu jantung kita jadi berdebar lebih kenceng, pupil jadi dilatasi,

keringet bercucuran, perut jadi gak enak soalnya motilitas usus menurun. Dan pada saat jatuh cinta

itu kita ada dalam kondisi fight to fight, pokoknya kalau ada yang coba deketin “dia” itu tandanya ada

bahaya, kita harus siap fighting buat mempertahankan “dia” hahaha. Nah, kalau efek persarafan

parasimpatis itu kebalikan dari simpatis. Persarafan parasimpatis itu bekerja pada saat kondisi rest

and digest. Jadi, pencernaan itu bisa efektif kalau kita tenang. Makanya orang stress bisa kurus soalnya

pencernaannya bermasalah, kecuali pas stress dia makan terus.

Page 4: Risalah EKG

4

Gambar 2.1. Lead ekstremitas standar

Lead tersebut dipasang dengan tujuan untuk menangkap gelombang listrik yang dipancarkan oleh

jantung. Letaknya disusun seperti segitiga agar dapat mengidentifikasi resultan dari potensial listrik yang

disadap oleh lead-lead tersebut (perhatikan segitiga yang ada di tengah gambar). Resultan gaya tersebut

menunjukkan axis jantung, yang nantinya penting juga dalam proses interpretasi hasil. Adanya

penyimpangan axis menunjukkan adanya hipertrofi dan atau dilatasi jantung. Pada gambar di atas lead RA

dan LA dipasang pada regio brachii, namun pada prakteknya (termasuk juga dalam cara kerja di Skills Lab

FK UNS) sering dipasang pada pergelangan tangan. Begitu pula dengan lead LL yang pada gambar terlihat

dipasang pada regio cruris, namun pada prakteknya sering juga dipasang di pergelangan kaki. Lead

augmented atau unipolar (aVR, aVL, aVF) dan lead bipolar (I, II, III) pada alat EKG yang ada di Skills Lab

sudah tergabung dalam satu kabel, jadi jangan bingung mencari-cari dimana letak lead augmented.

Selain lead ekstremitas, ada juga lead precordial. Lead precordial inilah yang menggambarkan jantung

secara tiga dimensi, karena letaknya yang mengelilingi jantung. Berikut merupakan gambar dari lead

precordial:

Page 5: Risalah EKG

5

Gambar 2.2. Pemasangan lead precordial

Bagian tubuh yang akan ditempeli lead hendaknya tidak berambut, karena dapat mempengaruhi hasil

yang terbaca pada EKG sebab rambut memiliki potensial listrik juga (ingat percobaan penggaris kertas pas

SD dulu). Oleh karena itu idealnya rambut pada tangan, kaki, dan dada yang akan ditempeli lead harus

dicukur. Bagian tubuh yang akan dipasangi lead harus dibersihkan terlebih dahulu dengan kapas alcohol

dengan arah sirkuler. Kemudian bagian tersebut diolesi dengan gel khusus EKG untuk menghindari

kemungkinan adanya sengatan listrik. Bersihkan dan olesi semua tempat dengan gel baru setelah itu lead

dipasang sesuai tempatnya. Setelah semua lead terpasang, barulah dimulai pemasangan kabel. Pemasangan

kabel hendaknya satu arah yang sama agar tidak terjadi kekacauan penangkapan potensial listrik. Perlu

diingat juga warna-warna kabel yang digunakan. Hal itu dapat mempermudah kita saat memasangnya pas

OSCE besok.

C. Interpretasi Hasil Perekaman EKG

Sekarang kita masuk ke bagian terpenting, yaitu interpretasi hasil. Sebelum memulainya, kita lihat lagi

gambar 1.2. Dalam interpretasi hasil EKG, poin-poin utama yang perlu kita perhatikan adalah: irama,

frekuensi, zona transisi, axis, dan dilihat apakah ada keanehan pada hasil EKG. Biasanya di hasil printout

EKG hasil untuk masing-masing lead juga disertakan, jadi ada gambar buat tiap lead. Dari sekian banyak

gambar itu, lead yang biasa digunakan untuk identifikasi adalah lead II, karena lead ini tidak isoelektrik.

Nah contoh dari hasil printout EKG saya yakin kalian udah pernah lihat semua pas bimbingan SL, jadi gak

saya sertain ya di handout ini. Marilah kita bahas satu per satu.

Penempatan Lead Precordial V1: SIC 4 pada linea sternalis dextra V2: SIC 4 pada linea sternalis sinistra

V3: diantara V2 dan V4

V4: SIC 5, pada linea midclavicularis sinistra

V5: sebelah horizontal V4; linea axillaris Anterior sinistra

V6: sebelah horizontal V4-5; linea

Midaxillaris sinistra (catatan: pada wanita , lead precordial

ditempatkan pada permukaan payudara

bukan dibawahnya agar lead tidak bergeser)

Page 6: Risalah EKG

6

Gambar 1.2. ilustrasi dari gelombang-gelombang EKG dan standar pengukuran waktu serta voltase dari

kertas EKG.

a. Irama

Irama jantung yang normal adalah irama sinus, yang dimaksud dengan irama sinus adalah

terbentuknya gelombang P diikuti dengan kompleks QRS lalu gelombang T dan gelombang U

secara normal. Contoh irama sinus dapat dilihat pada gambar 2.1. di atas. Contoh irama yang

abnormal adalah saat adanya fibrilasi atrium, fibrilasi ventriculus, irama ektopik, dsb. Lead yang

digunakan untuk identifikasi irama sinus adalah lead II.

b. Ukuran Normal

Lead yang digunakan untuk identifikasi ukuran normal adalah Lead II. Pertama kali yang perlu

diperhatikan adalah frekuensi, frekuensi jantung yang normal adalah 60-100 kali per menit.

Frekuensi kurang dari 60 kali per menit disebut bradikardia sedang irama lebih dari 100 kali per

menit disebut takikardia. Cara mengukurnya yaitu dengan membagi 1500 yaitu jumlah kotak kecil

dalam 60 detik (0,04 detik X 60 detik) dengan jarak antara puncak R ke puncak R (diukur dalam

satuan jumlah kotak kecil juga). Sebagai contoh misalkan jarak R-R adalah 15 kotak kecil, berarti

frekuensi jantung adalah 1500/15 = 100 kali per menit.

Selain frekuensi, kriteria ukuran EKG yang normal lainnya adalah:

- Interval PR = 3-5 kotak kecil

- Durasi QRS = 1-2 kotak kecil

- Interval QT >10 < 11 kotak kecil

- Gelombang P durasinya < 3 kotak kecil, amplitudonya <2,5 kotak kecil

Gimana sih caranya menentukan tinggi R, S, lebar QRS dll? Lihat gambar di bawah ini.

Page 7: Risalah EKG

7

Oke, udah lihat semua kan? Atau ada yang fotokopiannya agak blur? Kasian…

c. Zona Transisi

Lead yang digunakan untuk mengidentifikasi zona transisi adalah lead precordial. Zona transisi

terjadi disaat puncak R hampir sama panjang dengan puncak S (R/S=1), normalnya zona transisi

terbentuk pada V3 dan V4 (intermediate). Jika Zona transisi yang terbentuk pada V1 atau V2 maka

keadaan ini disebut counter clockwise rotation (berlawanan arah jarum jam). Jika Zona transisi yang

tebentuk pada V5 atau V6 maka keadaan ini disebut clockwise rotation (searah jarum jam). Baik

clockwise rotation maupun counter clockwise rotation adalah keadaan yang abnormal dimana terjadi

penyimpangan axis longitudinal.

d. Axis Jantung

Sesuai dengan system konduksi elektiknya, jantung itu punya axis. Axis jantung itu gampangnya

adalah arah dari konduksi elektrik jantung, yang kita cari adalah resultan dari gaya listrik. Kenepa

harus dicari? Soalnya gini, misalnya ada hipertrofi jantung nih, letak dari nodus SA, nodus AV,

bundle HIS, sama serabut Purkinjenya berubah. Kalau letaknya berubah arah resultan gayanya juga

berubah kan.. nah axis itu dicari buat melihat apakah ada pergeseran letak jantung apa nggak. Bisa

geser karena jantungnya tambah besar, atau bisa juga geser karena ada tumor di mediastinum. Axis

jantung yang normal adalah -30o s/d 110

0. Cara identifikasi axis ada beberapa macam, dalam skills

lab yang diajarkan pada angkatan 2010 kemarin, identifikasi axis hanya dengan cara membentuk

gambaran resultan gaya antara Lead I dengan aVF.

Misalkan lead aVF defleksi positif (ke atas) sebanyak 5 kotak kecil dan defleksi negatif

(ke bawah) 10 kotak kecil. Jadi di lead aVF dominasinya defleksi negatif ---> (-10 kotak )- (+5

kotak) = -5 kotak. Sedangkan di lead I misalkan defleksi positif 11 kotak kecil dan defleksi negatif 2

kotak kecil. Jadi di lead I dominasinya defleksi positif ---> (+11 kotak) - (-2 kotak) =

+ 9mm. Abis itu, kalian tinggal bikin garis di kertas berkotak-kotak (namanya gak tau) yang

Page 8: Risalah EKG

8

biasanya udah disediain pas OSCE, 5 kotak kearah negatif lead aVF, dan 9 mm kearah positif lead I.

Setelah itu tentukan titik pertemuan kedua lead tersebut, kemudian hubungkan titik pertemuan itu

dengan titik pusat. Terus cari deh sudutnya pake busur derajat yang biasanya udah disiapin di SL

juga. Nah segitulah aksisnya.... bingung? Besok deh saya jelasin pas asistensian.

Lanjut bos, cara identifikasi axis lainnya (yang sebenarnya sederhana juga) adalah sebgai berikut:

1. Pertama carilah dulu lead yang isoelektrik (R/S = 1).

2. Jika tidak ada lead yang isoelektrik, maka carilah yang paling mendekati.

3. Kemudian carilah lead yang tegak lurus dengan lead tersebut.

4. Karena kemungkinan ada dua lead yang tegak lurus dengan lead isoelektrik, maka harus dipilih

yang paling sesuai dengan arah gaya kompleks QRS.

Jika masih tidak paham juga, silakan lihat contoh di bawah ini, semoga bisa paham.

Axis Normal

Gambar 3.1. Axis normal

Left Axis Deviation (LAD)

Gambar 3.2. gambaran LAD

Analisis:

- Lead aVF (90o) adalah lead isoelektrik

- Yang tegak lurus dengan lead aVF adalah 0

dan 180o

- Pada lead I semuanya positif. Ingat,

potensial listrik bergerak dari positif ke

negatif

- Maka dari dua pilihan axis (0o dan 180

o),

hasil pengukuran axis pada EKG ini adalah

0o

Analisis:

- Lead aVR (-150o) adalah lead yang paling

mendekati kriteria isoelektrik

- Yang tegak lurus dengan lead aVR adalah

-60O dan 120

o

- Pada lead II, III kebanyakan negatif. Ingat,

maka axis menjauh dari lead yang positif.

- Maka dari dua pilihan axis (-60o dan 120

o),

hasil pengukuran axis pada EKG ini

adalah -60o (LAD)

Page 9: Risalah EKG

9

Right Axis Deviation (RAD)

Gambar 3.3. gambaran RAD

e. Keanehan Hasil

Keanehan pada hasil EKG biasnya dapat terlihat dengan sangat mencolok mripat.

- Gelombang P : terlalu lebar, tinggi, terlihat aneh (missal pada ektopik)

- Kompleks QRS : cari gelombang Q patologis, voltase abnormal, dsb

- Segmen ST : cari adanya ST depresi atau ST elevasi

- Gelombang T : cari apakah ada gelombang T terbalik atau T yang terlalu tinggi

- Gelombang U : cari adanya gelombang U terbalik yang prominen.

D. Gambaran Patologis pada EKG

1. Hipertrofi Ventrikular

a. Left Ventricular Hipertrophy (LVH)

Gambar 4.1. hasil EKG dari pasien dengan Left Ventricular Hipertrophy

Analisis:

- Lead aVR (-150o) adalah lead yang

paling mendekati kriteria isoelektrik

(namun cenderung lebih negatif)

- Yang tegak lurus dengan lead aVR

adalah -60O dan 120

o

- Lihat lead I lebih negatif, lead III lebih

positif.

- Maka dari dua pilihan axis (-60o dan

120o), hasil pengukuran axis pada EKG

ini adalah 120o (RAD) karena aVR lebih

positif.

Page 10: Risalah EKG

10

Penegakan diagnosis LVH selain menggunakan EKG juga dapat dengan pencitraan

radiologi. Berikut ini merupakan beberapa criteria untuk penegakan diagnosis dari LVH

Kriteria lead precordial

S pada V1 + R pada V6 ≥ 36 kotak kecil

S pada V2 + R pada V6 ≥ 35 kotak kecil

R pada V5 + R pada V6 ≥ 27 kotak kecil

Kriteria lead ekstremitas

R di aVL ≥ 11 kotak kecil, atau jika ada LAD, R di aVL ≥ 18 kotak kecil

R di lead I + S di lead III > 25 kotak kecil

R di aVF > 20 kotak kecil

S di aVR > 14 kotak kecil

Kriteria CORNELL

S di V3 + R di aVL > 28 kotak kecil (pada laki-laki)

S di V3 + R di aVL > 20 kotak kecil (pada perempuan)

Adanya left atrial enlargement (LAD)

b. Right Ventricular Hipertrophy (RVH)

Gambar 4.2. hasil pemeriksaan EKG pada pasien dengan right ventricular Hipertrophy (RVH)

dan left atrial enlargement (LAE)

Page 11: Risalah EKG

11

Berikut ini merupakan beberapa kriteria untuk penegakan diagnosis RVH:

Kriteria lead

R di V1 + S di V5 (atau V6) 10 kotak kecil

Rasio R/S di V1 > 1 kotak kecil atau rasio R/S di V6 > 1 kotak kecil

R di V5 atau V6 < 5 kotak kecil

S di V5 atau V6 > 7 kotak kecil

Kriteria khusus pada lead V1

Rasio R/S > 1 dan ada gelombang T negative

R > 7 kotak kecil, atau S < 2 kotak kecil,

Adanya right axis deviation (RAD)

Adanya ST depresi dan inverse dari gelombang T pada V1

2. Pembesaran Atrium

a. Right Atrial Enlargement (RAE)

gambar 4.3. hasil EKG pada pasien dengan right atrial enlargement

Kriteria untuk penegakan diagnosis:

Adanya P pulmonale (lancip), bias terlihat di lead II pada gambar dia atas

Amplitudo gelombang P > 2,5 kotak kecil di Lead II dan atau > 1,5 kotak kecil di V1

Adanya RAD

Adanya morfologi QR, Qr, qR, atau qRS pada lead V1 (tanpa adanya penyakit jantung

koroner)

Voltase QRS di V1 < 5 kotak kecil dan rasio voltase V2/V1 > 6

Page 12: Risalah EKG

12

b. Left Atrial Enlargement (LAE)

Gambar 4.4. left atrial enlargement

3. Infark Myocard

Iskemia myocard adalah keadaan dimana myocardium mengalami kekurangan pasokan darah

sehingga menyebabkan myocardium mengalami kerusakan bahkan kematian (infark). Diagram di

bawah ini menujukkan empat kemungkinan hasil pemeriksaan EKG dari iskemia myocardium

dalam skenario sindrom koroner akut.

Pada bagian kiri dari diagram belum terjadi nekrosis myocardium tapi sudah ada iskemia

subendokardial yang manifestasinya berupa depresi ST reversibel atau transmural iskemia yang

manifestasinya berupa elevasi ST. Pada bagian kanan dari diagram ada dua tipe infark myocardium, salah

satu bermanifestasi ST elevation Myocardial Infaction (STEMI) dan satunya non ST elevation Myocardial

Infarction (Non-STEMI). Keduanya dapat berevolusi menjadi Infark Myocardium gelombang Q patologis

atau non gelombang Q patologis. Karena gelombang Q patologis pada awalnya mungkin tidak muncul

dalam EKG, maka keputusan terapi didasarkan pada munculnya elevasi ST. Tujuan terapi adalah untuk

merevaskularisasi myocardium, jika revaskularisasi berhasil maka Q patologis tidak akan muncul. Baiklah,

Tanpa MI

subendokardial iskemia

transient ST

onset awal dari angina

Non-Q MI

Non-ST elevasi MI

ST derpresi

Perubahan gelombang T

kadang dapat pula ditemui gambaran EKG normal

Tanpa MI

iskemia transmural

transient ST

varians angina

MI dengan gelombang Q

ST elevasi MI (STEMI)

Evolusi ST-T yang tipikal

iskemia myocardium

Kriteria penegakkan diagnosis:

Durasi gelombang P ≥ 4 kotak kecil

pada lead II

Terdapat gelombang p mitrale

(ganda seperti huruf M)

Terdapat gelombang P notch (seperti

anak panah)

Gelombang P negatif (P terminal) di

lead V1

Page 13: Risalah EKG

13

mungkin materi infak myocardium ini akan kalian pelajari pada Blok Kardiologi semester depan, gapapa

belajar sekarang lah itung-itung nyolong start.

Dalam OSCE angkatan 2010 kemarin, ditanyakan adalah bagaimana evolusi dari infark myocardium

Gambar 4.5. evolusi dari infark myocard akut

Gambaran tersebut mungkin muncul pada lead II dalam keadaan infark myocardium akut. Berikut

merupakan kronologi dari evolusi tersebut:

A. Gambaran awal EKG normal, terjadi onset dari rupturnya plaque.

B. Perubahan hiperakut gelombang T – naiknya amplitude gelombang T; pemanjangan QT;

mungkin juga ditemui elevasi ST.

C. Terjadi elevasi ST dengan perubahan hiperakut gelombang T (pola “tombstone”)

D. Munculnya gelombang Q patologis (ada nekrosis), penurunan ST elevasi, gelombang T mulai

terbalik (fase ini disebut juga fase “evolusi sempurna”)

E. Gelombang Q patologis, inverse gelombang T (menandakan adanya nekrosis dan fibrosis)

F. Gelombang Q patologis, gelombang T tegak kembali (menandakan fibrosis)

(G). Gelombang Q mengecil atau bahkan menghilang (innalillahiwainnailaihiroji’un).

Saya rasa cukup itu saja rangkuman singkat mengenai EKG ini. Semoga tidak sesat dan dapat

bermanfaat. Jangan lupa (kalau sempat) pelajari kejadian-kejadian patologis pada jantung yang dapat

terekam pada EKG seperti fibrilasi, flutter, blokade jantung, dsb. Semoga sukses OSCE EKG di

semester ini dan ujian Blok Kardiologi di semester depan. Sekian, kalau ada salah saya minta maaf,

kalau ada yang kurang silakan ditambahin sendiri ya… Wassalamu’alaikum

Page 14: Risalah EKG

14

DAFTAR PUSTAKA

Guyton AC, Hall JE (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi 11. Jakarta: EGC.

Moukabary T (2007). Willem Einthoven (1860-1927): father of electrocardigraphy. Cardology Journal.

14(3). Halaman: 316-317.

Sherwood L (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, 2/E. Jakarta: EGC.

Suryawan A, Kiyatno, Balqis, Jusup SA, Suselo YH (2012). Elektrokardiografi (EKG). Dalam: Tim Skills

Lab FK UNS. Buku pedoman keterampilan klinis untuk semester 4. Surakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret.

Van Gorselen EOF, Verheugt FWA, Meursing BTJ, Ophuis AJMO (2007). Posterior myocardial infarction:

the dark side of the moon. Netherland Heart Journal 15(1). Halaman: 16-21

www.ecglibrary.com

Yanowitz FG (2012). Introduction to ECG interpretation. Salt Lake City: Intermountain Healthcare.