skrining fitokimia

12
Alam tumbuhan Indonesia sangat kaya akan sumber daya plasma nutfah untuk bahan baku obat-obatan. Keadaan ini dapat membantu upaya mengatasi semakin berkembangnya berbagai jenis penyakit yang mengancam kehidupan manusia. Salah satu tumbuhan obat Indonesia yang sangat populer saat ini adalah mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa L.) dari suku Thymelaceae. Mahkota dewa tergolong tanaman perdu yang tumbuh dari dataran rendah hingga ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Phaleria macrocarpa adalah tanaman yang berasal dari Pulau Papua dan banyak digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan kanker dan diabetes melitus. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta mahkota dewa telah menjadi populer dan banyak dijual secara komersial di toko-toko obat, apotik dan di rumah sakit. Mahkota dewa bahkan telah menjadi tanaman primadona sebagai obat serba guna. Penampilan tumbuhan ini sangat menarik, terutama saat buahnya mulai tua sehingga banyak dipelihara sebagai tanaman hias. Buah mahkota dewa sesungguhnya dapat dimakan, meskipun bijinya mengandung racun. Buah mahkota dewa yang bulat, berwarna hijau ketika muda dan merah marun ketika tua, dengan ukuran yang bervariasi dari sebesar bola pingpong sampai sebesar apel dengan ketebalan kulit 0,1-0,5 mm. Akhir-akhir ini, mahkota dewa banyak digunakan sebagai obat tradisional, baik secara tunggal maupun dicampur dengan obat-obatan tradisional lainnya. Hal tersebut disebabkan karena tumbuhan mahkota dewa mengandung senyawa-senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, resin, tanin dan sebagainya yang berkhasiat untuk antihistamin, antioksidan, obat asam urat, liver, rematik, kencing manis, ginjal, tekanan darah tinggi sampai kanker. Didalam kulit buah mahkota dewa terkandung senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid. Sementara dalam daunnya terkandung alkaloid, saponin serta polifenol. Senyawa saponin diklasifikasikan berdasarkan struktur aglikon ke dalam triterpenoid dan steroid saponin. Kedua senyawa tersebut mempunyai efek anti inflamasi, analgesik dan sitotoksik. Skrining fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian pengujian dengan menggunakan

Upload: tia-riesta

Post on 03-Oct-2015

62 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skrining

TRANSCRIPT

Alam tumbuhan Indonesia sangat kaya akan sumber daya plasma nutfah untuk bahan baku obat-obatan. Keadaan ini dapat membantu upaya mengatasi semakin berkembangnya berbagai jenis penyakit yang mengancam kehidupan manusia. Salah satu tumbuhan obat Indonesia yang sangat populer saat ini adalah mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa L.) dari suku Thymelaceae.Mahkota dewa tergolong tanaman perdu yang tumbuh dari dataran rendah hingga ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Phaleria macrocarpa adalah tanaman yang berasal dari Pulau Papua dan banyak digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan kanker dan diabetes melitus. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Yogyakarta mahkota dewa telah menjadi populer dan banyak dijual secara komersial di toko-toko obat, apotik dan di rumah sakit. Mahkota dewa bahkan telah menjadi tanaman primadona sebagai obat serba guna.Penampilan tumbuhan ini sangat menarik, terutama saat buahnya mulai tua sehingga banyak dipelihara sebagai tanaman hias. Buah mahkota dewa sesungguhnya dapat dimakan, meskipun bijinya mengandung racun. Buah mahkota dewa yang bulat, berwarna hijau ketika muda dan merah marun ketika tua, dengan ukuran yang bervariasi dari sebesar bola pingpong sampai sebesar apel dengan ketebalan kulit 0,1-0,5 mm. Akhir-akhir ini, mahkota dewa banyak digunakan sebagai obat tradisional, baik secara tunggal maupun dicampur dengan obat-obatan tradisional lainnya. Hal tersebut disebabkan karena tumbuhan mahkota dewa mengandung senyawa-senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, resin, tanin dan sebagainya yang berkhasiat untuk antihistamin, antioksidan, obat asam urat, liver, rematik, kencing manis, ginjal, tekanan darah tinggi sampai kanker.Didalam kulit buah mahkota dewa terkandung senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid. Sementara dalam daunnya terkandung alkaloid, saponin serta polifenol. Senyawa saponin diklasifikasikan berdasarkan struktur aglikon ke dalam triterpenoid dan steroid saponin. Kedua senyawa tersebut mempunyai efek anti inflamasi, analgesik dan sitotoksik.Skrining fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian pengujian dengan menggunakan pereaksi tertentu. Beberapa jenis pereaksi yang dapat digunakan untuk skrining fitokimia antara lain:Penapisan fitokimia dilakukan sebagai pemeriksaan kimia pendahuluan dari simplisia sebelum dilakukan tahap isolasi lebih lanjut. Pemeriksaan terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tergantung kepada sensitivitas dari prosuder analisis dan banyaknya kandungan kimia senyawa yang diidentifikasi. Tahap-tahap kerja pada analisa fitokimia dari simplisia tumbuhan dapat dilalui dengan tahapan berikut ini, A. Penyiapan simplisiaa. Panen, pengumpulan organ tumbuhan- teknik pengumpulan- jenis organ tumbuhanb. Pencucian dan sortasi basahc. Perajangan, untuk memperkecil ukuran simplisia terutama organ seperti: rhizoma, umbi/tuber, bulbus, dll.d. Pengeringan dengan cara:- pengeringan alamiah- pengeringan buatane. Sortasi keringf. Pewadahan dan penyimpanan

B. Ekstraksi C. Metode pemisahan/IsolasiD. Uji kemurnian isolat (kristal)E. Identifikasi dan penentuan strukturPenggolongan komponen kimia dalam tumbuhan, ada beberapa macam antara lain:A. Berdasarkan biosintesis- Metabolit primer- Metabolit sekunderB. Berdasarkan Kepolaran- Senyawa non polar: steroid, lemak, minyak atsiri- Senyawa semi polar: kumarin, kuinon, alkaloid- Senyawa polar: glikosida, saponin, dll.C. Berdasarkan sifat asam-basa- Senyawa basa: alkaloid, amina, dll.- Senyawa asam: fenol, flavonoid- Senyawa netral: kumarin, kuinon, dll. SimpIisia Adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Proses pembuatan simplisia1) Pengumpulan bahan baku, dipengaruhi oleh waktu & teknik pengumpulan2) Sortasi basah, bertujuan membersihkan dari benda-benda asing seperti tanah, kerikil, rumput, bagian tanamn lain & bahan yg rusak3) Pencucian simplisia dengan menggunakan air, sebaiknya memperhatikan sumber air, agar diketahui sumber air tersebut mengalami pencemaran atau tidak4) Pengubahan bentuk simplisa seperti perajangan, pengupasan, pemecahan, penyerutan, pemotongan5) Pengeringan dilakukan sedapat mungkin tidak merusak kandungan senyawa aktif dalam simplisia. Tujuan pengeringan yaitu agar simplisia awet, dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama6) Sortasi kering, bensa-benda asing yg masih tertinggal, dipisahkan agar simplisia bersih sebelum dilakukan pengepakan7) Pengepakan dan penyimpanan untuk mencegah terjadinya penurunan mutu simplisia Parameter Standar Mutu Simplisia Mempunyai 3 parameter mutu suatu bahan:1) Kebenaran jenis (identifikasi)2) Kemurnian (bebas dr kontaminasi kimia&biologi)3) Stabil (wadah, penyimpanan, transportasi) Mempunyai 3 paradigma produk kefarmasian:1) Quality (mutu)2) Safety (aman)3) Efficacy (manfaat)Teori tentang ekstraksi maserasiEkstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari, mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Factor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antar cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut.Zat aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam alkaloid, glikosida, flavonoid, dan lain-lain. Strutur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan logam berat, udara, cahaya, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan cairan penyari dan cara penyarian yang tepat. Simplisia ada yang lunak seperti rimpang, daun, akar, kelembak, dan ada yang keras sepeti biji, kulit kayu, kulit akar. Simplisia yang lunak mudah di tembus oleh cairan penyari, karena itu pada penyarian tidak perlu diserbuk sampai halus. Sebaliknya pada simplisia yang keras perlu dihaluskan terlebih dahulu sebelum dilakukan penyarian. Ditinjau dari suhu, ekstraksi dibagi menjadi dua golongan, yaitu ekstraksi dingin dan ekstraksi panas. Ekstraksi dingin misalnya maserasi dan perkolasi. Ekstrak dingin dilakukan terhadap tumbuhan yang mengandung senyawa yang bersifat termolabil. Ekstraksi panas misalnya dengan cara infuse, dekok, soxlet dan refluks.a. Pembuatan serbukPenyarian merupakan peristiwa pemindahan zat aktif yang semula berada didalam sel ditarik oleh cairan penyari sehinggah terjadi larutan zat aktif dalam larutan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila dipermukaan serbuk simplisia yang bersentuha dengan penyari makin halus. Dengan demikian maka makin halus serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya. Tetapi dalam pelaksanaan tidak selalu demikian karena penyarian masih tergantung juga dengan sifat fisika dan kimia simplisia bersangkutan.

b. PembasahanDinding sel tumbuhan terdiri dari selulosa. Serabut selulosa pada simplisia segar dikelilingi oleh air. Jika simplisia tersebut dikeringkan lapisan air menguap sehinggah terjadi pengerutan, sehinggah terjadi pori-pori. Pori-pori pada sel tersebut diid=si oleh udara. Bila serbuk simplisia dibasahi, maka serabut selulosa tadi akan dikelilingi oleh cairan penyari sehinggah simplisia akan membengkak kembali. Pembengkakan terbesar terjadi pada pelarut yang mengandung gugus OH. Dan pembengkakan tersebut akan naik pesat bila pebandingan antara volume gugusan OH dengan volume molekul pelarut tersebut makin besar.Pembasahan serbuk sebelum dilakukan penyarian dimaksudkan memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori pada simplisia sehinggah mempermudah penyarian selanjutnya.c. Penyarian

2. Prosedur maserasia. Ekstrak cair :1. Simplisia digerus -> serbuk simplisia 2. Timbang serbuk simplisia sebanyak 500 mg3. Buat larutan alcohol4. Serbuk simplisia dimasukkan ke beaker glass besar5. Pembasahan serbuk simplisia dengan alcohol 70%, biarkan selama 5 menit6. Ad alcohol 70% sampai simplisia terendam semua -> aduk7. Tutup dengan alumunium foil -> diamkan selama 7X24 jam. Dan rendaman simplisia di aduk setiap hari selama 7 hari8. Setelah 7 hari, penyaringan dengan kain putih/kassa/kain plannel -> eksrak cair.b. Ekstak kental1. Ekstrak cair yang dihasilkan tadi dibuat menjadi ekstrak kental, dengan cara : panaskan ekstak cair diatas waterbath ad mengental.Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia nabati, hewani dan mineral. nabati, hewani dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaan simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia, cara pengepakan simplisia (Anonim,1985).

Pada perlakuan pasca panen, tahapan tahapan pembuatan simplisia, yaitu :1. Pengumpulan bahanYang perlu diperhatikan adalah umur tanaman atau bagian tanamn pada waktu panen, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh.2. Sortasi basahSortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran kotoran atau bahan- bahan asing lainnya dari bahan simplisia sehingga tidak ikut terbawa pada proses selanjutnya yang akan mempengaruhi hasil akhir.3. PencucianPencucian dilakukan agar menghilangkan tanah dan kotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Sebaiknya air yang digunakan adalah air yang mengalir dan sumbernya dari air bersih seperti air PAM, air sumur atau mata air.4. PerajanganPerajangan tidak harus selalu dilakukan. Pada dasarnya proses ini untuk mempermudah proses pengeringan. Jika ukuran simplisia cukup kecil/tipis, maka proses ini dapat diabaikan.5. PengeringanPengeringan dilakukan agar memperoleh simplisia yang tidak mudah rusak, sehngga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan secara alami dan secara buatan. Pengeringan alami dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari baik secara langsung maupun ditutupi dengan kain hitam. Sedangkan pengeringan secara buatan dilakukan dengan oven.6. Sortasi kering Tujuan sortasi kering yaitu untuk memisahkan bahan bahan asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkandan kotoran lain yang masih ada dan tertinggal di simplisia kering.7. Pengepakan dan penyimpananPengepakan simplisia dapat menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, melindungi simplisia dari cemaran serta mencegah adanya kerusakan.Sedangka penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang kelembabannya rendah, terlindung dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga maupun tikus.8. Pemeriksaan mutuMerupakan usaha untuk menjaga keajegan mutu simplisia. Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pemberiaanya dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia. Simplisia yang bermutu adalah simplisia yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia, Materia medika indonesia.

Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam proses standarisai suatu simplisia . Parameter standardisasi simplisia meliputi parameter non spesifik dan spesifik. Parameter nonspesifik lebih terkait dengan factor lingkungan dalam pembuatan simplisia sedangkan parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang ada di dalam tanaman. Penjelasan lebih lanjut mengenai parameter standardisasi simplisia sebagai berikut:1.kebenaran simplisiaPemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia.Bahan alam (khususnya tumbuh-tumbuhan) merupakan keanekaragaman hayati yang masih sangat sedikit menjadi subjek penelitian ilmiah di Indonesia, padahal Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar didunia dengan lebih kurang 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan berikut biota lautnya. Dari sekian besar jumlah tersebut baru sekitar 940 species yang diketahui berkhasiat terapautik (mengobati) melalui penelitian ilmiah dan hanya sekitar 180 species diantaranya yang telah dimanfaatkan dalam temuan obat tradisional oleh industri obat tradisional Indonesia (DepKes, 2000). Hal ini disebabkan karena pemanfaatan tumbuhan di Indonesia untuk mengobati suatu penyakit biasanya hanya berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara turun temurun tanpa disertai data penunjang yang memenuhi persyaratan (Sirait, 2001). Dengan melihat kenyataan tersebut maka usaha-usaha untuk menggali informasi kandungan senyawa kimia dan bioaktivitas tumbuhan obat melalui penelitian ilmiah menjadi sangat penting.Bioaktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kandungan senyawa kimia yang terdapat didalamnya. Perbedaan kandungan senyawa kimia yang ada menunjukan perbedaan aktifitas farmakologis dari tanaman yang bersangkutan (Cutler and Cutler. 2000; Katzung et.al, 1995; Siswandono, 1998). Selain dipengaruhi oleh jenis senyawa kimia, metoda yang digunakan untuk melakukan uji bioaktivitas juga memegang peranan penting dalam memberikan hasil yang ingin diketahui dari aktifitas tanaman tersebut (Cassady et. al. 1980; Colegate et, al. 1993).Beberapa pendekatan : Pemilihan secara acak yg diikuti skrining kimia (random selection followed by chemical screening) Pemilihan secara acak yg diikuti dgn satu atau lebih uji biologi (random selection followed by one or biologic assay) Menindaklanjuti berbagai aktivitas biologi yg telah diketahui (follow up of biologic activity reports) Menindaklanjuti pemanfaatan tumbuhan secara etnomedisin (pengobatan tradisional) (follow up of ethnomedical (traditional medicine) uses of plants)Pemilihan secara acak yg diikuti skrining kimia Sering disebut sbg skrining fitokimia (alkaloid, flavonoid, triterpen, bufanolid, dsb) Sering menimbulkan positif palsu atau negatif palsu Sulit untuk mengaitkan antara suatu golongan senyawa kimia dgn efek biologi yg ditimbulkan : alkaloid & flavonoid >> dgn bioaktivitas yg beragamPemilihan secara acak yg diikuti dgn satu atau lebih uji biologi Skrining antikanker secara in vitro & in vivo o/ NCI thd > 35000 spesies th 1960-1981 hanya menghasilkan 2 obat yg bisa dimanfaatkan secara klinis : taxol & campothecin Skrining berbagai bioaktivitas (antibakteri, antidiabet, antijamur, antiheperkolesterolemia, antiinflamasi, antitumor, dsb) o/ CDRI hingga sekarang belum menghasilkan sesuatu yg bisa dimanfaatkan secara klinisPengembangan obat baru dari Bahan AlamSkrining senyawa alami untuk aktivitas biologis dari tanah, tumbuhan, kapang, dll. Isolasi dan purifikasi dari bahan aktif : kromatografi, freeze-drying, dll. Determinasi struktur NMR, IR, Mass spec, X-Ray kristalografi. Hubungan struktur-aktivitas : Identifikasi farmakopor. Sintesa analog : Peningkatan aktivitas, penurunan efek samping, pemakaian yang mudah dan efisien Teori reseptor : Informasi lokasi terjadinya reaksi obat. Disain dan sintesa struktur obat baru. Uji FarmakologiSimplisia diekstraksi dengan cara infus.Sebelum percobaan, hewan dipelihara selama 1 minggu dan diamati tingkah lakunya. Hanya hewan-hewan yang sehat dan naif yang digunakan untuk percobaan. Sebelum dilakukan percobaan, mencit dan tikus dipuasakan selama 16-18 jam, air minum tetap diberikan. Uji Blind ScreeningTiga puluh ekor mencit dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol diberi air suling, kelompok uji diberi ekstrak biji pronojiwo dosis 500; 707,11; 994,05; 1401,61; 1976,27 mg/kg bb secara oral. Efek diamati setelah 45 menit pemberian sediaan, meliputi uji panggung, aktivitas motorik, uji refleks, uji katalepsi, uji gelantung, uji Haffner, pengamatan lakrimasi, salivasi, midriasis, jumlah tinja, urinasi, mortilitas selama uji sampai 24 jam. Uji Automatic Hole BoardKelompok-kelopmpok mencit diadaptasi dengan kondisi ruangan percobaan 1 jam sebelumnya. Dosis yang digunakan adalah 470,22; 672,33 dan 1008,5 mg/kg bb. Diberikan secara oral 45 menit sebelum mencit ditempatkan diatas Hole Board. Kelompok kontrol diberi air suling, dan kelompok pembanding diberi kofein dosis 15,6 mg/kg bb.Mencit ditempatkan ditengah-tengah board, lalu alat dinyalakan. Percobaan dilakukan siang hari dalam ruang gelap, penerangan lampu 25 VA secara tidak langsung, tanpa pengaruh sinar matahari dan kegaduhan. Pengamatan dilakukan setiap menit selama 5 menit. Uji Tedeschis ActographKelompok-kelompok tikus diadaptasi dengan kondisi ruangan percobaan 1 jam sebelumnya. Dosis yang digunakan adalah 317,75; 470,63 dan 705,9 mg/kg bb. Diberikan secara oral 45 menit sebelum dimasukkan ke dalam kotak Tedeschis. Kelompok kontrol diberi air suling, dan kelompok pembanding diberi kofein dosis 10,9 mg/kg bb.Percobaan dilakukan siang hari dalam ruang gelap, penerangan lampu 25 VA secara tidak langsung, tanpa pengaruh sinar matahari dan kegaduhan. Pengamatan dilakukan setiap 5 menit selama 15 menit. Uji ChimneySebelum percobaan mencit dipuasakan selama 16 jam. Dosis digunakan adalah 470,22; 672,33 dan 1008,5 mg/kg bb. Kelompok kontrol diberi air suling, dan kelompok pembanding diberi kofein dosis 15,6 mg/kg bb.Mencit diletakkan di ujung tabung gelas Chimney 45 menit setelah pemberian sediaan. Jika mencit telah mencapai ujung yang lain, posis tabung yang horizontal diubah menjadi vertikal. Mencit akan mencoba memanjat tabung dengan gerakan mundur. Kecepatan gerakan mencit pada kedua posisi tabung diukur.