skoring prognostik gomez ikli

Upload: tina-herrera

Post on 07-Mar-2016

249 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Skoring prognostik

TRANSCRIPT

  • 1

    KELUARAN MODEL SKORING PROGNOSTIK GOMEZ

    TERHADAP KEMATIAN DINI PADA CEDERA KEPALA BERAT

    DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

    PERIODE 1 JANUARI 2014 - 31 DESEMBER 2014

    Oleh

    EL IKLI RAISYI, dr

    130221100005

    Paper Bedah Lanjut

    Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

    Program Pendidikan Dokter Spesialis 1 Ilmu Bedah

    Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

    PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1

    BAGIAN BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    BANDUNG

    2015

  • 2

    KELUARAN MODEL SKORING PROGNOSTIK GOMEZ

    TERHADAP KEMATIAN DINI PADA CEDERA KEPALA BERAT

    DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

    PERIODE 1 JANUARI 2014 - 31 DESEMBER 2014

    El Ikli Raisyi1, Muhammad Zafrullah Arifin2

    1.Peserta PPDS Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran

    2. Pengajar Departemen Bedah Saraf, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran

    Abstrak

    Pendahuluan: Cedera kepala traumatik terutama cedera kepala berat merupakan

    penyebab utama kematian dan kecacatan di banyak negara. Cedera kepala berat

    merupakan penyebab kematian dini, sehingga sangat penting untuk menilai

    prognosa pasien. Cedera kepala berat dan kematian dini (< 48 jam) membutuhkan

    pertimbangan strategi pengelolaan penanganan pasien dengan pertimbangan

    alokasi sumber daya yang dibutuhkan.

    Metode: Terdapat 94 kasus cedera kepala berat yang memenuhi kriteria inklusi,

    data diambil dari rekam medik secara retrospektif (1 Januari 2014 31 Desember

    2014) dengan variabel usia, motorik, reaksi pupil, syok, perdarahan sub dural,

    penekanan sisternal, perdarahan epidural, kemudian data tersebut di berikan nilai

    sesuai dengan skor prognostik Pedro. Rentang skor 0 20 dengan probabiliti

    kematian dini. Data diolah secara statistik dengan menggunakan SPSS versi 18.

    analisis kesesuaian model prediksi kematian dini Gomez dengan analisis regresi

    logistik.

    Hasil: Dari 94 pasien, 30 meninggal (31,9%) dan 64 hidup (68,1%). Rata-rata skor

    seluruh pasien adalah: 4,71 2,81 dengan median 5 dan rentang skor antara 0-11.

    Pasien yang mati memiliki rata-rata skor 5,50 2,64 dengan median 6 dan rentang

    skor antara 0-11. Pasien yang hidup memiliki rata-rata skor 4,34 283 dan median

    skor 4,5 rentang skor antara 0-11. Mayoritas pasien berusia antara 15-35 tahun

    (46,8%) dengan karakteristik dominan untuk motorik: lainnya (96,8%), reaksi

    pupil: lainnya (59,6%), syok: tidak (97,9%), perdarahan subdural: tidak (60,6%),

    penekanan sisternal: ya (55,3%), dan perdarahan epidural: tidak (74,5%) . Secara

    fungsional, akurasi prediksi dari fungsi regresi logistik yang diperoleh adalah

    sebesar 72,3% dengan sensitivitas 33,3% dan spesifisitas 90,6%.

    Kesimpulan : Nilai prediksi skor prognosis Gomez mempunyai nilai sensifitas

    rendah, spesifisitas sedang dan akurasi sedang

    Kata Kunci: Akurasi, Cedera kepala berat, Kematian dini, Model skor prognostik

    Gomez

  • 3

    OUTPUT OF GOMEZ PROGNOSTIC SCORE MODEL FOR EARLY

    MORTALITY IN SEVERE HEAD INJURY IN DR. HASAN SADIKIN

    HOSPITAL PERIOD JANUARY 2014- DECEMBER 2014

    El Ikli Raisyi1, Muhammad Arifin Zafrullah2 Resident Department of Surgery Faculty of Medicine, University of Padjadjaran

    Lecturer Department of Neurosurgery, Faculty of Medicine, University of Padjadjaran

    Abstract

    Introduction: Head injury, especially severe head injury is the cause of death and disability

    in many countries. Severe head injury is the cause of early mortality, so it is important to

    assess the prognosis of patients. Severe head injury and early mortality (

  • 4

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i

    DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

    Abstrak .......................................................................................................... .. iv

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Penelitian ......................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

    1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

    1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................................. 3

    BAB II. KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Definisi ..................................................................................................... 4

    2.2 Klasifikasi Cedera Kepala ......................................................................... 4

    2.3 Glasgow Coma Scale (GCS).................................................................... . 6

    2.4 Model Prognostik ......................................... ............................................ 8

    BAB III. SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

    3.1 Subjek Penelitian ...................................................................................... 13

    3.1.1 Populasi ........................................................................................... 13

    3.2.1 Kriteria Inklusi ................................................................................. 13

    3.2.1 Kriteria Eksklusi .............................................................................. 13

    3.2 Metode Penelitian ..................................................................................... 13

    3.2.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 13

    3.2.2 Variabel ........................................................................................... 13

  • 5

    3.2.3 Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data. .... 14

    3.2.4 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 15

    3.2.5 Rencana Pengolahan dan Rancangan Analisis Data ........................ 16

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil .......................................................................................................... 17

    4.1.1 Karakteristik pasien ......................................................................... 17

    4.1.2 Kesesuaian Model Skor Prognostik Gomez .......................................... 19

    4.1.3 Diskriminasi Model Skor Prognosis Gomez ......................................... 20

    4.2 Pembahasan ............................................................................................... 22

    BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan ......................................................................................... 25

    5.2 Saran ............................................................................................... 25

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26

  • 6

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang penelitian

    Cedera kepala traumatik merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial

    ekonomi, dan merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada

    masyarakat di banyak negara. Insidensi cedera kepala meningkat tajam, terutama

    karena meningkatnya pengendara motor di negara-negara berpenghasilan rendah

    dan menengah. Secara global, lebih dari 10 juta orang mengalami cedera kepala

    cukup serius yang mengakibatkan kematian atau masuk rumah sakit setiap

    tahunnya.1 Prevalensi cedera kepala di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 5,3

    juta kasus per tahun. Di Uni Eropa dengan 330 juta penduduk, sekitar 7.775.000

    kasus cedera kepala baru terjadi setiap tahunnya. Di Indonesia, kejadian cedera

    kepala berat adalah antara 6 hingga 12% dari semua kasus cedera kepala, dengan

    angka kematian berkisar antara 25 dan 37%.2 Di seluruh dunia, cedera kepala akan

    melampaui banyak penyakit sebagai penyebab utama kematian dan kecacatan pada

    tahun 20203

    Insidensi cedera kepala sedang dan berat berkisar 10% 20% dari seluruh

    cedera kepala, selanjutnya membutuhkan ruang intensive untuk perawatan. Pada

    pasien cedera kepala berat satu dari dua pasien meninggal dan hidup dengan

    dissabilitas berat.

    Klinisi secara rutin membuat diagnostik dan keputusan terapeutik berdasarkan

    prognosis pasien. Pentingnya menggunakan model yang akurat untuk memprediksi

  • 7

    cedera kepala terhadap kematian dini telah dirintis oleh Jennett et al.4 Prediksi

    cedera kepala berat mendukung pengambilan keputusan klinisi dalam manajemen

    pasien, komunikasi dengan keluarga, dan alokasi sumber daya. Publikasi model

    prognostik pada pasien cedera kepala berat telah menjadi tantangan dalam satu

    dekade ini. Selain itu, model prognostik dapat digunakan untuk meningkatkan

    klasifikasi dari cedera kepala berdasarkan risiko prognostik, yang akan

    meningkatkan pemahaman tentang mekanisme penyakit yang lebih baik dan

    menentukan pilihan penanganannya.5

    systematic reviews model prognostik untuk cedera kepala yang telah

    dipublikasi dalam 20 tahun terakhir telah menghasilkan kritik tentang validitas

    klinis atau metodologinya; hanya beberapa studi yang melakukan validasi internal

    dan eksternal.6

    Beberapa penelitian telah menganalisis karakteristik pasien yang berhubungan

    dengan kematian dini pada pasien cedera kepala berat. Tahun 2014 Gomez dkk

    mempublikasikasi model skor prognosis kematian dini (dalam waktu 48 jam). pada

    pasien cedera kepala berat, dengan tujuh variabel prediktor dan telah dilakukan

    validasi interna dan eksterna.7

    Tujuan free paper ini, yaitu untuk mengetahui ketepatan prediksi kematian dini

    berdasarkan model skoring prognostik Gomez pada pasien cedera kepala berat di

    RSHS.

  • 8

    1.2.Rumusan Masalah

    Bagaimana nilai prediksi kematian dini model skoring prognostik Gomez pada

    pasien cedera kepala berat di RSHS

    1.3.Tujuan Penelitian

    Mengetahui sensitifitas, spesifisitas dan akurasi model skoring prognostik

    Gomez terhadap kematian dini pada pasien cedera kepala berat di RSHS

    1.4. Kegunaan Penelitian

    Model skoring prognostik Gomez pada pasien cedera kepala berat terhadap

    kematian dini dapat digunakan dalam pelayanan dan referensi

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Definisi

    Cedera Kepala Traumatik memiliki arti yang sangat luas. Walaupun secara

    anatomis memiliki arti suatu trauma terhadap bagian tubuh diatas batas bawah mandibula

    namun secara umum trauma maksilofacial dibedakan dari cedera kepala. Tidak ada

    kesepakatan khusus mengenai arti dari cederaa kepala untuk keperluan epidemiologi

    namun Cedera Kepala diartikan suatu jejas pada kepala atau jaringan yang berada dalam

    struktur kepala yang diakibatkan oleh sebuah energi eksternal seperti energi mekanik.

    Menurut Field (1976) cedera kepala adalah trauma yang menyebabkan beberapa resiko

    kerusakan pada otak. Sedangkan menurut Brookes et all (1990) cedera kepala adalah

    suatu cedera pada scalp termasuk pembengkakan, aberasi atau kontusi dan laserasi, atau

    riwayat pasti adanya benturan terhadap kepala, atau pasien yang telah dilakukan foto x-

    ray kepala segera setelah trauma dan pasien yang mempunyai bukti klinis mengalami

    fraktur dasar kepala.8

    2.2. Klasifikasi Cedera Kepala

    Meskipun cedera kepala diklasifikasikan kedalam beberapa pembagian namun

    penggolongan praktis yg sering digunakan adalah berdasarkan mekanisme, keparahan

    (severity), dan Morfologi.9

  • 10

    Berdasarkan mekanisme diklasifikasikan menjadi:

    1. Cedera Kepala Tertutup

    a. Kecepatan tinggi (kecelakaan)

    b. Kecepatan rendah (jatuh, kekerasan)

    2. Cedera Kepala Penetrasi

    a. Luka tembak senjata

    b. Cedera terbuka lainnya

    Berdasarkan keparahan diklasifikasikan menurut Glasgow Coma Scale (GCS)

    menjadi :

    1. Cedera Kepala Ringan (GCS 14-15)

    2. Cedera Kepala Sedang (GCS 9-13)

    3. Cedera Kepala Berat (GCS 3-8)

    Berdasarkan morfologi diklasifikasikan menjadi :

    1. Fraktur Tulang

    a. Tengkorak: linier atau stelate, depres atau tidak depres

    b. Dasar Tengkorak : Dengan atau tanda kebocoran LCS, dengan

    atau tanpa kelumpuhan nervus VII

    2. Lesi Intraakranial

    a. Fokal : epidural, subdural, intracranial

    b. Difus : konkusi ringan, konkusi klasik, dan cedera otak difus

  • 11

    2.3. Glasgow Coma Scale (GCS)

    Pada tahun 1974, Teasdale dan Jennet mengidentifikasikan tanda klinis yang

    dapat memprediksikan hasil yang baik dan menghasilkan sedikit variasi apabila diperiksa

    oleh pemeriksa yang lain yang dikenal dengan Skala Coma Glasgow atau Glasgow Coma

    Scale (GCS). GCS ini memberikan keseragaman dalam memeriksa tingkat kesadaran

    pasien. Tingkat kesadaran dibagi kedalam kemampuan pasien untuk membuka mata,

    mengikuti perintah dan berbicara. Masing-masing komponen pemeriksaan diberikan

    nilai sesuai fungsi dari pasien tersbut. Pasien yang mampu membuka mata secara

    spontan, mengikuti perintah dan berbicara dengan orientasi baik diberi nilai tertinggi

    yaitu 15 dan pasien yang tidak bisa membuka mata, tidak ada gerakan atau flasid dan

    tidak bisa berbicara diberikan nilai terendah yaitu 3, dimana keadaan ini disebut koma.9

    Tabel 2.1. Glasgow Coma Scale 9

  • 12

    Komponen Penilaian Nilai

    Eye Opening (E)

    Spontan

    Respon suara (perintah)

    Respon nyeri

    Tidak ada respon

    4

    3

    2

    1

    Motor Response (M)

    Mengikuti perintah

    Lokalisasi nyeri

    Menghindari nyeri

    Fleksi abnormal (Dekortikasi)

    Ekstensi (Deserebrasi)

    Tidak ada respon

    6

    5

    4

    3

    2

    1

    Verbal Response (V)

    Orientasi baik

    Disorientasi

    Kata-kata yang tidak sesuai

    Suara

    Tidak ada respon

    5

    4

    3

    2

    1

    2.4. Model Prognostik

  • 13

    Sebuah model prognostik adalah model statistik, atau persamaan

    matematika, yang mencakup dua atau lebih faktor prognostik atau variabel, untuk

    menghitung probabilitas. Dalam penelitian medis, hasilnya adalah sering dikotomi;

    contoh termasuk memprediksi probabilitas menjadi hidup atau mati pada titik

    waktu tertentu, tumor menjadi jinak atau ganas.10

    Idealnya, faktor yang digunakan untuk membuat Model prognosis yang

    secara statistik dan klinis terkait dengan hasilnya harus semua individu tercakup,

    meskipun hal ini tidak selalu terjadi. variabel harus dipilih dengan hati-hati;

    dianjurkan dengan memulai variabel kandidat, diketahui dari studi sebelumnya

    Populasi Umumnya, lebih tinggi jumlah variabel meningkatkan model explanatory

    effect, tetapi menggunakan variabel lebih banyak juga meningkatkan risiko

    overfitting dan menurun penerapan klinis. Oleh karena itu, banyak peneliti

    menyarankan bahwa model yang baik harus mencakup tidak lebih dari lima sampai

    tujuh prediktor.10

    Namun, hal yang lebih penting daripada metode statistik adalah pemilihan

    prediktor, Sebuah tinjauan sistematis menyarankan perbaikan metodologi untuk

    model prognostik pada cedera kepala ketika dibuat untuk memperhatikan cara

    development nya dan cara validasi.10

    2.4.1. Validasi Internal

    Validasi internal mengacu pada pengujian model untuk reproduktifitas

    dalam dataset serupa dengan yang digunakan untuk mengembangkan model. semua

    prognostik model harus setidaknyadilakukan internal validasi sebelum dilakukan

  • 14

    publikasi. Split-sampel, cross-validasi, jackknifing, dan bootstrap adalah teknik

    statistik umum yang paling sering untuk internal validasi.10

    Teknik split-sampel mungkin metode yang paling sederhana dan mudah

    untuk validasi internal. dataset dibagi acak menjadi dua kelompok, membuat

    kelompok yang sama tetapi independen; satu Kelompok digunakan untuk

    pengembangan Model (pengembangan set) dan kelompok lainnya digunakan untuk

    validasi model (validasi set). Dengan cara ini model diuji pada sejenis tapi masih

    data independen. teknik split-sampel, bagaimanapun, sangat tergantung pada

    ukuran sampel dan membutuhkan cukup besar kelompok pasien. Selanjutnya, data

    pemisahan selalu menghasilkan data yang hilang, dan dengan demikian,

    mengurangi kekuatan statistik.

    Teknik cross-validasi adalah perpanjangan teknik split-sampel, di mana

    pasien secara acak dibagi menjadi dua bagian, satu untuk pengembangan model dan

    lainnya untuk validation. Dalam cross-validasi, prosedur ini diulang dengan Model

    sekarang dikembangkan di dataset lain dan divalidasi dalam dataset pengembangan

    asli. Sehingga menjalani dua tahap sebagai perkiraan kinerja. Teknik cross-validasi

    selanjutnya dapat diperpanjang untuk mengambil 90% dari data untuk

    pengembangan model dan 10% untuk validasi. Prosedur diulang untuk total sepuluh

    kali untuk penilaian estimasi kinerja.10

    Bootstrap adalah teknik resampling komputer-intensif yang menarik sampel

    acak dengan penggantian dari dataset aslinya Teknik bootstrap dapat diterapkan

    pada berbagai ukuran kinerja, termasuk AUC, calibration slopes, and Nagelkerke

  • 15

    R2. Untuk menilai validitas internal Sebuah model dengan menggunakan teknik

    bootstrap, yang dinilai adalah optimism-corrected performance.10

    2.4.2. Validasi Eksternal

    Sebuah model prognostik umumnya penampilannya lebih baik pada dataset

    dari mana ia berasal dari pada data baru. Tujuan validasi eksternal adalah untuk

    menilai kinerja dari Model prognostik dalam ruang, tempat dan waktu yang berbeda

    , tapi masih masuk kriteria yang masih terkait. Validasi eksternal sangat penting

    dalam mendukung generalisasi model prognostik dan memberikan bukti bahwa

    Model sebenarnya akurat dalam memprediksi outcomes. beberapa jenis variasi

    validasi eksternal, apakah metodologis (temporal, geografis, sepenuhnya

    independen) atau karakteristik (calon pengujian dengan pasien yang lebih baru,

    multi-tempat pengujian, peneliti lain di tempat lain).10

    2.4.3. Performance Assessment

    2.4.3.1 Diskriminasi

    Diskriminasi mengacu pada kemampuan model untuk membedakan pasien

    dengan hasil tertentu dari pasien tanpa itu (misalnya korban dan non-korban),

    sebuah model prediksi yang baik akan mampu memprediksi hasil sesuai dengan

    probabilitasnya, yaitu pada pasien probabilitas rendah akan menghasilkan outcome

    yang rendah.10

    Diskriminasi meliputi akurasi, sensitivitas, dan spesifitas dan sering diukur

    (untuk model prognostik dengan binary outcome) oleh area under the receiver

    operator characteristic curve (AUC, juga disebut C-statistik untuk model dengan

    binary outcome) .10

  • 16

    Diskriminasi adalah kemampuan suatu model untuk membedakan individu

    dengan dan tanpa kondisi yang diteliti. Kemampuan ini dievaluasi menggunakan

    kurva receiver operating characterisctics (ROC). Kurva ROC meghubungkan true

    positive (sensitivitas) dan false positive ( 1 Spesifisitas) berbagai titik potong

    probabilitas yang dihasilkan oleh suatu model. Daerah di bawah kurva (AUC)

    berkisar mulai 0,5, yang berarti model tidak memiliki kemampuan diskriminasi,

    hingga 1,0 (diskriminasi yang sempurna).10

    AUC 0,5 menunjukkan nilai prediksi dari Model menjadi tidak lebih baik

    dari kenyataan, sementara AUC 1.0 adalah sempurna (100% sensitivitas dan 100%

    spesifik). Diskriminasi sempurna dicapai ketika probabilitas untuk semua kasus

    dengan hasil yang lebih tinggi dari probabilitas tanpa tumpang tindih. Umumnya

    cut off yang dipakai, untuk AUC> 0,75 > 0.80 interpretasinya > 0,90 sangat baik

    , > 0,80 baik, '> 0.70 memuaskan' dan

  • 17

    menghubungkan probabilitas diprediksi (aksis X) dengan proporsi luaran yang

    diamati (aksis Y) Dengan menggunakan perangkat lunak S-Plus atau R, peneliti

    bisa mendapatkan garis kalibrasi. Kalibrasi yang sempurna dilambangkan dengan

    garis yang memiliki slope=1, intercept=0, dan melintang 45 memotong sumbu Y=0.

    Kalibrasi juga dapat dievaluasi menggunakan uji goodness of fit Hosmer-

    Lemeshow. Nilai P > 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara

    probabilitas yang diprediksi dengan frekuensi outcome yang diamati.10

    Sebuah p-value 0,05 (tidak ada statistik

    deviasi yang signifikan antara yang diamati dan hasil prediksi) kesimpulannya

    kalibrasi yang baik.10

  • 18

    BAB III

    SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

    3.1. Subjek Penelitian

    3.1.1 Populasi

    Populasi yang diambil merupakan populasi terjangkau yaitu: Pasien dengan

    cedera kepala berat yang datang ke RSHS pada Januari 2014 Desember 2014.

    3.1.2 Kriteria Inklusi

    Semua pasien cedera kepala berat ( GCS 8 ) yang datang ke RSHS pada

    Januari 2014 Desember 2014 yang dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala.

    3.1.3 Kriteria Eksklusi

    Subyek dikeluarkan bila berumur dibawah 15 tahun, GCS 9, pasien

    dengan multiple trauma dan data pasien pada rekam medik tidak lengkap.

    3.2. Metode Penelitian

    3.2.1. Rancangan Penelitian

    Desain penelitian yang dipakai adalah retrospective study pada pasien

    dengan cedera kepala berat yang datang ke RSHS pada Januari 2014 Desember

    2014.

    3.2.2. Variabel

    Variabel bebas:

    o Umur

  • 19

    o Motorik

    o Reaksi Pupil

    o Syok

    o Perdarahan Sub dural

    o Penekanan Sisternal

    o Perdarahan Epidural

    o Jumlah total skoring

    Variabel tergantung:

    o Kematian dini

    3.2.3 Cara Kerja dan teknik pengambilan data

    Data penelitian diambil dari rekam medik pasien dengan cedera kepala berat

    yang datang ke RSHS mulai 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember 2014.

    Data yang dikumpulkan dari rekam medik adalah usia ketika masuk rumah

    sakit, motorik, reaksi pupil, syok, perdarahan sub dural, penekanan sisternal,

    perdarahan epidural, kemudian data tersebut di berikan masing masing bobot nilai

    sesuai dengan skoring prognostik Gomez terhadap kematian dini pada pasien

    cedera kepala berat, nilai tersebut dijumlahkan dan dilihat status kematian pasien

    dalam 48 jam.

  • 20

    Tabel. Prediktor kematian dan nilai bobot

    Dari data yang dikumpulkan didapatkan nilai total skoring masing masing

    pasien dengan rentang nilai terkecil 0 dan terbesar 20, kemudian dari rekam medik

    dilihat status kematian pasien dalam 48 jam. Data tersebut dibandingkan dengan

    probabilitas kematian dari model skoring prognostik Gomez.

    Pasien dengan data tidak lengkap pada rekam medik tidak dimasukkan

    kedalam subjek penelitian. Hasil data tersebut diolah dengan SPSS edisi 18,

    dianalisis, dan dibuat laporan penelitiannya.

    3.2.4 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data dari rekam medis pasien

    di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Hasan Sadikin. Bandung. Waktu penelitian

    dilakukan pada bulan April - Mei 2015.

  • 21

    3.2.5 Rencana Pengolahan dan Rancangan Analisis Data

    Data diolah secara statistik dengan menggunakan SPSS versi 18. Ketepatan

    prediksi kematian dini model skoring prognosis Gomez pada pasien cedera kepala

    berat dianalisis dengan dua pendekatan, yaitu: analisis kesesuaian model prediksi

    kematian dini Gomez dengan analisis regresi logistik dan analisis diskriminasi skor

    prognosis Gomez dalam memprediksi kematian dini dengan analisis kurva ROC

    (Receiver Operating Characteristic) yang dilanjutkan dengan analisis tabulasi

    silang Chi-Square.

    Kesesuaian model prediksi kematian dini Gomez, sebagai fungsi regresi

    logistik, diuji berdasarkan kemampuan prediksinya melalui pengukuran

    Nagelkerke R Square, kalibrasi atau kecocokan prediksinya melalui uji goodness-

    of-fit (uji Hosmer and Lemewshow), dan akurasi prediksinya melalui pengukuran

    akurasi, sensitivitas, dan spesifisitasnya. Kalibrasi dari skor total prognosis Gomez

    dalam memprediksi kematian dini diukur melalui Area Under Curve (AUC) dalam

    analisis kurva ROC. Sedangkan akurasi dan kemampuan diskriminasinya dianalisis

    dan diuji melalui analisis tabulasi silang Chi-Square.

  • 22

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    Hasil penelitian yang disajikan meliputi karakteristik pasien, hasil analisis

    kesesuaian model prediksi kematian dini Gomez, dan hasil analisis diskriminasi skor

    prognosis Gomez dalam memprediksi kematian dini pada cedera kepala berat di RSUP dr.

    Hasan Sadikin Bandung.

    4.1.1 Karakteristik Pasien

    Karakteristik pasien terdiri dari status kematian dini, skor prognosis Gomez, dan

    karakteristik prediktor kematian dini model skoring prognosis Gomez. Dari sampel

    sebanyak 94 pasien, 30 pasien diantaranya mati (31,9%) dan 64 pasien lainnya hidup

    (68,1%). Rata-rata skor prognosis Gomez untuk seluruh pasien adalah: 4,71 2,81 dengan

    median 5 dan rentang skor antara 0-11. Pasien yang mati memiliki rata-rata skor 5,50

    2,64 dengan median 6 dan rentang skor antara 0-11. Adapun pasien yang hidup memiliki

    rata-rata dan median skor yang lebih rendah daripada pasien yang mati, yaitu 4,34 283

    dan median 4,5; namun memilik rentang skor yang sama dengan pasien yang mati, yaitu

    antara 0-11.

    Mayoritas pasien berusia antara 15-35 tahun (46,8%) dengan karakteristik dominan

    untuk motorik: lainnya (96,8%), reaksi pupil: lainnya (59,6%), syok: tidak (97,9%),

    perdarahan subdural: tidak (60,6%), penekanan sisternal: ya (55,3%), dan perdarahan

    epidural: tidak (74,5%).

  • 23

    Tabel 4.1. Karakteristik Pasien

    Karakteristik Statistik

    Jumlah Pasien

    Kematian Dini

    Mati

    Hidup

    Skor Gomez

    Seluruh Pasien

    Mean SD

    Median

    Rentang

    Pasien Mati

    Mean SD

    Median

    Rentang

    Pasien Hidup

    Mean SD

    Median

    Rentang

    Usia

    15-35 th.

    36-55 th.

    56-75 th.

    94

    30 (31,9%)

    64 (68,1%)

    4,71 2,81

    5

    0-11

    5,50 2,64

    6

    0-11

    4,34 2,83

    4,5

    0-11

    44 (46,8%)

    35 (37,2%)

    15 (16,0%)

    Motorik

    Lainnya

    Tidak ada respon

    Reaksi Pupil

    Lainnya

    1 pupil bereaksi

    Tidak ada reaksi pupil

    Syok

    Tidak

    Ya

    Perdarahan Subdural

    Tidak

    Ya

    Penekanan Sisternal

    Tidak

    Ya

    Perdarahan Epidural

    Tidak

    Ya

    91 (96,8%)

    3 (3,2%)

    56 (59,6%)

    26 27,7%)

    12 (12,8%)

    92 (97,9%)

    2 (2,1%)

    57 (60,6%)

    37 39,4%)

    42 (44,7%)

    52 55,3%)

    70 (74,5%)

    24 (25,5%)

  • 24

    4.1.2 Kesesuaian Model Skor Prognostik Dini Gomez

    Kesesuaian model prediksi kematian dini Gomez pada cedera kepala berat

    dianalisis melalui regresi logistik binomial. Fungsi prediksi probabilitas terjadinya

    kematian dini yang diperoleh adalah: p(mati)^ = 1 / (1+ e-(-0,019 - 0,074xUsia + 0,672xMotorik

    + 0,255xPupil + 10,906xSyok + 0,493xSDH- 0,153xSisternal + 0,054xEDH)).

    Tabel 4.2. Hasil Analisis Regresi Logistik

    Sebagaimana dapat dilihat pada persamaan fungsi dan tabel di atas, fungsi

    logistik tersebut menunjukkan besarnya prediksi probabilitas terjadinya kematian

    dini yang diprediksikan tujuh prediktor dalam sistem skoring prognosis Gomez,

    yaitu: usia, motorik, reaksi pupil, syok, SDH (perdarahan subdural), penekanan

    sisternal, dan EDH (perdarahan epidural). Tampak bahwa koefisien regresi untuk

    motorik (0,672), reaksi pupil (0,255), syok (10,906), SDH (0,496), dan EDH

    Nagelkerke

    R Square

    Hosmer and

    Lemeshow

    Test

    Kemampuan

    Prediksi 0,175

    Kalibrasi 0,750

    Prediksi Akurasi

    Kematian Mati Hidup

    Observasi Mati 10 20 33,3%

    Hidup 6 58 90,6%

    Overall 72,3%

    Koefisien Wald p

    Usia -0,074 0,044 0,833

    Motorik 0,672 2,431 0,119

    Pupil 0,255 4,722 0,030

    Syok 10,906 0,000 0,999

    SDH 0,493 0,671 0,413

    Sisternal -0,153 0,555 0,456

    EDH 0,054 0,029 0,856

    Konstanta -0,196 5,699 0,017

  • 25

    (0,054) terhadap kematian bernilai positif. Secara deskriptif hal ini menunjukkan

    bahwa probabilitas mati pada pasien dengan motorik dan rekasi pupil yang lebih

    buruk serta ada syok, SDH dan EDH adalah lebih tinggi daripada probabilitas mati

    pada pasien dengan tingkat usia yang lebih rendah dan tidak ada penekanan

    sisternal. Sedangkan koefisien regresi untuk usia (-0,074) dan sisternal (-0,153)

    terhadap kematian bernilai negatif. Secara deskriptif hal ini menunjukkan bahwa

    probabilitas mati pada pasien dengan tingkat usia yang lebih tinggi dan ada

    penekanan sisternal adalah lebih rendah daripada probabilitas mati pada pasien

    dengan tingkat usia yang lebih rendah dan tidak ada penekanan sisternal. Walaupun

    demikian, berdasarkan uji Wald, hanya reaksi pupil yang berhubungan secara

    signifikan dengan kematian dini pada cedera kepala berat (p = 0,030), sedangkan

    keenam prediktor lainnya tidak signifikan.

    Hasil analisis juga menunjukkan bahwa model prediksi kematian dini

    Gomez memiliki kemampuan prediksi yang moderat, yaitu sebesar 17,5%

    (Nagelkerke R Square), dan kalibrasi (goodness-offit) yang dapat diterima

    (Hosmer and Lemewshow Test, p = 0,750) memiliki kalibrasi yang baik . Secara

    fungsional, akurasi prediksi dari fungsi regresi logistik yang diperoleh adalah

    sebesar 72,3% dengan sensitivitas dan spesifisitas sebesar 33,3% dan 90,6%.

    4.1.3 Diskriminasi Skor Prognosis Gomez dalam Memprediksi Kematian Dini

    Diskriminasi skor prognosis Gomez dalam memprediksi kematian dini pada

    cedera kepala berat dianalisis melalui analisis kurva ROC (Receiver Operating

    Characteristic) yang dilanjutkan dengan analisis tabulasi silang Chi-Square. Hasil

  • 26

    analisis kurva ROC menunjukkan bahwa skor prognosis Gomez memiliki tingkat

    diskriminasi sebesar 62,6% (Area Under Curve).

    Tabel 4.3. Kategori Jumlah Skor dengan Kematian

    ROC

    Area Under Curve 0,626

    Cut-off 6

    Kematian p

    Mati Hidup

    Skor Gomez >= 6

    16

    53,3%

    20

    31,3% 0,068#

    < 6

    14

    46,7%

    44

    68,8%

    # Chi-Quare (Continuity Correction)

    Berdasarkan perbandingan kombinasi sensitivitas dan spesifisitas antar cut-

    off skor Gomez dalam menghasilkan akurasi yang optimal diperoleh cut-off skor

    Gomez sebesar 6, yaitu: >=6 dan

  • 27

    4.2 Pembahasan

    Jumlah terbesar dari informasi prognostik yang terkandung dari tiga prediktor:

    usia, skor motorik, dan reaksi pupil saat pasien masuk. Karakteristik ini sudah

    dipertimbangkan dalam model pertama untuk cedera kepala4 dan dalam banyak model

    prognostik berikutnya.11 Informasi dari CT scan memberikan informasi prognostik

    tambahan, meskipun tidak semua informasi prognostiknya dari CT scan. Kehadiran EDH

    dikaitkan dengan hasil yang lebih baik setelah trauma, dapat dijelaskan dengan

    kemungkinan akan dilakukan evakuasi hematoma. Adanya EDH sering mengganggu

    fungsi otak karena kompresi otak meskipun umumnya ada sedikit kerusakan setelah

    dilakukan evakuasi.12

    Sejak pada tahun 1974, GCS menjadi yang paling sering digunakan untuk

    klasifikasi keparahan cedera kepala. Pada pasien dengan cedera yang lebih berat,

    komponen motor pada GCS memiliki nilai prediktif terbesar karena respon mata dan verbal

    umumnya tidak ada pada pasien ini. Marmarou melaporkan hubungan yang kuat dengan

    hasil untuk respon motorik.

    Episode hipotensi umumnya dikaitkan dengan tingkat kematian dua kali lipat dan

    peningkatan morbiditas dari cedera kepala. Hipotensi adalah salah satu dari beberapa

    variabel yang berhubungan dengan tampilan klinis, terutama dengan hipoksia dan dikaitkan

    dengan hasil akhir yang tidak menguntungkan. Penurunan tekanan darah, MAP dan suhu

    akan menyebabkan sel-sel otak iskemia mengakibatkan efek sekunder. Cushing respon

    (hipertensi arteri, bradikardia, ketidakteraturan bernafas) memiliki implikasi klinis yang

    penting, dimana ICP mungkin menunjukkan beberapa disproporsi dan kerusakan biasanya

    tak terkendali.

  • 28

    Temuan Kelainan CT , cysternal basal pada otak tengah, kehadiran SAH dan

    pergeseran garis tengah. Kehadiran SAH atau lesi intradural dan kompresi dari cysternal

    basal adalah salah satu kriteria yang paling penting dalam memprediksi kematian pasien

    cedera kepala. Namun pada studi tidak didapatkan hubungan bermakna, hanya reaksi pupil

    yang mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kematian dini, hasil ini bisa

    dimungkinkan karena ukuran sampel yang kecil. Sebuah studi prospektif yang lebih besar

    dengan jangkauan yang lebih luas diperlukan untuk memberikan informasi lebih lanjut

    mengenai nilai prediksi terhadap model skoring prognosis Gomez terhadap kematian dini

    pada pasien cedera kepala berat.

    Pada studi ini model skoring prognosis Gomez diterapkan pada data pasien cedera

    kepala berat di RSHS kemudian dinilai probabilitas kematian dan fakta yang terjadi. Hasil

    studi pada model skor prognosis Gomez di dapatkan sensitifitas 33,3 %, spesifisitas 90,6%

    akurasi 72,3% . Hal tersebut dapat juga dihubungkan dengan cara pembuatan model yang

    seragam, salah satunya penilaiaan seluruh variabel saat enam jam dari kejadian, sedangkan

    kondisi pasien yang datang ke RSHS tidak seragam, bahkan banyak yang datang terlambat,

    hal ini berhubungan dengan hasil penilaian.

    Studi lainnya juga menyatakan diskriminasi dari sebuah model akan muncul

    dengan nilai diskriminasi yang berbeda, untuk prediksi kematian pada skoring IMPACT

    dan CRASH, AUC bervariasi antara 0,65 dan 0,83 untuk IMPACT dan antara 0,66 dan

    0,85 untuk model CRASH. Menilai kinerja sebuah model skoring prognosis membutuhkan

    prosedur yang kompleks, yang melibatkan beberapa tingkat. Banyak faktor selain yang

    langsung berkaitan dengan model itu sendiri yang dapat mempengaruhi kinerja model. Ini

    termasuk perubahan epidemiologi, organisasi trauma, kebijakan perlakuan yang berbeda,

    tetapi juga perubahan dalam pendekatan untuk penilaian hasil. Faktor eksternal bisa

    mempengaruhi keabsahan efek prediktor (koefisien regresi) dan distribusi prediktor pada

  • 29

    populasi baru (kasus-mix). Steyerberg mengamati efek diskriminasi yang jelas dari kasus-

    campuran: AUCs lebih tinggi ditemukan di seri observasional (TARN dan APOE)

    dibandingkan dengan RCT. AUC lebih tinggi mencerminkan kriteria inklusi yang lebih

    longgar: semakin besar heterogenitas, semakin baik model.13

    Berkenaan dengan kalibrasi, Steyerberg mengamati beberapa perbedaan efek

    prediktor antara pembangunan dataset dan validasi. Mungkin pendekatan untuk penilaian

    hasil, dan khususnya kategori hasil, hal ini dapat merubah nilai kalibrasi.13

    Secara umum, model diagnostik atau prognostik menunjukkan akurasi yang lebih

    rendah pada populasi baru.14 Oleh karena itu, sebelum suatu model dapat digunakan dalam

    kenyataan, tidak setiap saat kita bisa mendapatkan data untuk melakukan validasi eksternal.

    Pada kondisi seperti itu, setidaknya peneliti melakukan validasi internal dengan

    menggunakan teknik bootstrapping. Dari teknik itu akan dihasilkan faktor koreksi yang

    nilainya berkisar antara 0 dan 1, koefisien koreksi dan intercept ini digunakan untuk

    mencegah terjadinya over optimism (prediksi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah).14

    Model yang memiliki faktor koreksi mendekati angka satu dikatakan memiliki validitas

    internal yang baik.

  • 30

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Simpulan

    Nilai prediksi skor prognosis Gomez mempunyai nilai sensifitas rendah, spesifisitas

    sedang dan akurasi sedang

    5.2. Saran

    Saran dari penulis untuk dilakukan penelitian yang lebih lengkap dan

    mendalam mengenai nilai prediksi skor prognosis Gomez di departemen Bedah

    Saraf RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung dikarenakan penelitian ini masih banyak

    kekurangan, mengingat data rekam medik pasien yang tidak lengkap, serta

    penelitian relative singkat maka untuk mempermudah penelitian selanjutnya, perlu

    dilakukan perbaikan dan kelengkapannya.

  • 31

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Bruns J, Hauser WA. The epidemiology of traumatic brain injury a review.

    Epilepsia 2003;44:2-10.

    2. Cole TB. Global road safety crisis remedy sought: 1 .2 million killed, 50

    million Injured annually. JAMA. 2004;291:2531 - 2.

    3. Arifin MZ, Faried A, Shahib MN, et al. Inhibition of activated NR2B gene-

    and caspase-3 protein-expression by glutathione following traumatic brain

    injury in a rat model. Asian Journal Neurosurgery 2011;6(2):72 - 7.

    4. Jennett B, Teasdale G, Braakman R, et al. Predicting outcome in individual

    patients after severe head injury. Lancet. 1976;1:1031 - 4.

    5. Hukkelhoven CW, Steyerberg EW, Habbema JD, et al. Predicting outcome

    after traumatic brain injury: development and validation of a prognostic

    score based on admission characteristics. Journal Neurotrauma.

    2005;22:1025 - 39.

    6. Cremer OL, Moons KG, Dijk GWv, et al. Prognosis following severe head

    injury: development and validation of a model for prediction of death,

    disability, and functional recovery. Journal Trauma. 2006;61:1484 - 91.

    7. Gmez PA, de-la-Cruz J, Lora D, et al. Validation of a prognostic score for

    early mortality in severe head injury cases. Journal Neurosurgery

    2014;121:1314 - 22.

    8. Fearnside MR, Simpson DA. patofisiology and management of severe

    closed injury: Chapman & Hall; 1997.

  • 32

    9. Houseman CM, Belverud SA, Narayan RK. Closed Head Injury in

    Principles of Neurosurgery. Philadelpia: Elsevier Saunders; 2012.

    10. Cook NR. Use and misuse of the receiver operating characteristic curve in

    risk prediction. Circulation. 2007;115:928 - 35.

    11. Perel P, Edwards P, Wentz R, et al. Systematic review of prognostic models

    in traumatic brain injury. BMC Med. 2006;6(6):38.

    12. Maas AI, Hukkelhoven CW, Marshall LF, et al. Prediction of outcome in

    traumatic brain injury with computed tomographic characteristics: a

    comparison between the computed tomographic classification and

    combinations of computed tomographic predictors. Neurosurgery.

    2005;57:1173 - 82.

    13. Steyerberg EW, Mushkudiani N, Perel P, et al. Predicting Outcome after

    Traumatic Brain Injury: Development and International Validation of

    Prognostic Scores Based on Admission Characteristics. PLoS Medicine.

    2008;5(8):1251 - 61.

    14. Harrell FE, Lee KL, Mark DB. Multivariable prognostic models: issues in

    developing models, evaluating assumptions and adequacy, and measuring

    and reducing errors. Stat Med. 1996;15(4):361 - 87.

  • 33

    Deskripsi Kematian Dini, Skor Pedro, dan Prediktor Kematian Dini

    Model Skoring Prognosis Pedro

    -

  • 34

  • 35

  • 36

    Ketepatan Prediksi Kematian Dini Model Skoring Prognostik Pedro

    pada Cedera Kepala Berat

    Analisis Regresi Logistik (Binomial)

    Prediksi Kematian Dini Model Skoring Prognostik Pedro pada Cedera

    Kepala Berat

    Model:

    Y* = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e

    Kematian* = b0 + b1Usia + b2Motorik + b3Pupil + b4Syok + b5SDH + b6Siternal +

    b7EDH + e

    Logistic Regression

    Block 1: Method = Enter

  • 37

  • 38

  • 39

    Analisis Receiver Operating Characteristic (ROC) Curve

    Penentuan Nilai Cut-Off Skor Prognostik Pedro sebagai Prediktor Kematian

    Dini pada Cedera Kepala Berat

    ROC Curve

  • 40

  • 41

    Analisis Crosstabs

    Skor Prognostik Gomez sebagai Prediktor Kematian Dini pada Cedera

    Kepala Berat

    Crosstabs

  • 42