skor apgar
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam praktek menentukan tingkat asfiksia bayi dengan tepat
membutuhkan pengelaman dan observasi klinis yang cukup. Pada tahun lima
puluhan digunakan kriteria “breathing time” dan “crying time” untuk menilai
keadaan bayi. Kriteria ini lalu ditinggalkan karena tidak dapat memberikan
informasi yang tepat pada keadaan tertentu. Virginia Apgar (1953,1958) lalu
mengusulkan beberapa kriteria klinis untuk menentukan keadaan bayi baru
lahir. Skor APGAR dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir
menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu dan dua.
Kelima nilai kriteria tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan
angka nol hingga 10. Kata APGAR kemudian dibuatkan jembatan keledai
sebagai singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration
( warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan dan
pernapasan). Kriteria ini ternyata berguna karena berhubungan erat dengan
perubahan keseimbangan asam-basa pada bayi (Drage dan Berendes, 1966).
Di samping itu, kriteria ini dapat pula memberikan gambaran beratnya
perubahan kardiovaskuler yang ditemukan. Cara ini dianggap yang paling
ideal dan telah banyak digunakan dimana-mana.
Asfiksia neonatorum itu sendiri ialah suatu keadaan bayi baru lahir
yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
(Hutchinson,1976). Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan
berakhir dengan sianosis. Penialaian statistik dan pengalaman klinis atau
patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage
dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah
1
sebagai manifestasi hipoksia b erat pada bayi saat lahir akan memeperlihatkan
angka kematian yang tinggi.
Saat ini penulis melihat masih banyak praktisi kesehatan yang kurang
memahami fungsi dan cara menggunakan skor Apgar dengan benar. Padahal
penilaian terhadap kondisi bayi batu lahir sangat penting dan harus dinilai
dengan seksama demi kesejahteraan bayi baru lahir tersebut. Oleh karena itu,
penulis memutuskan untuk membuat tulisan tentang skor Apgar ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menilai skor Apgar yang benar?
2. Adakah cara lain untuk menilai kondisi bayi selain dengan skor
Apgar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menilai skor Apgar yang benar
2. Untuk mengetahui cara lain yang dapat digunakan untuk menilai
kondisi bayi selain dengan skor Apgar
2
BAB II
SKOR APGAR
Skor Apgar digunakan untuk menggambarkan kondisi bayi selama beberapa
menit pertama kehidupan. Skor ini dinilai pada menit pertama dan kelima kehidupan.
Jika skor masih di bawah 7 atau bayi memerlukan resusitasi maka penilaian ini
diteruskan setiap 5 menit sampai normal atau sampai 20 menit.
Tabel 1. Skor Apgar
Tanda 0 1 2
Denyut jantung Tidak ada < 100 x/menit >100 x/menit
Pernapasan Tidak ada Lambat, ireguler Bagus,menangis
Tonus otot Lemah Sedikit fleksi pada
ekstremitas
Gerakan aktif
Kepekaan refleks Tidak ada Meringis Batuk, bersin,
menangis
Warna Biru atau pucat Badan merah muda,
ekstremitas biru
Merah muda
Atas dasar pengalaman klinis, skor Apgar dapat dibagi dalam beberapa
rentang untuk menilai asfiksia neonatorum :
1. Vigarous baby
Skor Apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.
3
2. Mild-moderate asphyxia
Skor Apgar 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
>100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas
tidak ada.
3. Severe asphyxia
Skor Apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
<100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat,
refleks iritabilitas tidak ada.
Skor Apgar dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan
resusitasi pada neonatus. Skor Apgar pada menit 15 dan 20 lebih bernilai dalam
prognosis neonatus dibandingkan skor Apgar pada menit 1 dan 5.
Tindakan resusitasi berdasarkan skor Apgar :
Skor Apgar Resusitasi
8,9,10 Tidak ada
5,6,7 Hanya masker O2
2,3,4 Bagging dan masker O2
0 Akselerasi jantung (RJP)
Penilaian Skor Apgar
1. Skor Apgar berguna dalam menilai kondisi bayi saat lahir
2. Skor Apgar saja tidak dapat dijadikan bukti adanya kerusakan neurologis yang
disebabkan oleh hipoksia
4
3. Bayi yang lahir dengan asfiksia yang cukup berat sehingga dapat
menyebabkan kerusakan neurologis akut harus menunjukan semua tanda di
bawah ini:
a. Ditemukan acidemia metabolik atau campuran (pH 7.00) pada contoh
arteri umbilicus.
b. Skor Apgar 0-3 selama lebih dari 5 menit
c. Manifestasi neurologi seperti kejang, koma, atau hipotonik
d. Bukti adanya disfungsi multiorgan
Kita membedakan antara penggunaan terminologi depresi neonatus dengan
asfiksia neonatorum. Depresi neonatus merupakan suatu kondisi dimana neonatus itu
memiliki skor Apgar yang rendah, kurang dari 5 dalam menit pertama atau kurang
dari 7 dalam menit ke-5. Bayi yang menunjukkan tanda-tanda tonus yang lemah,
warna yang jelek, respons yang buruk, dan depresi. Asfiksia perinatal adalah kondisi
dimana bayi memiliki manifestasi abnormalitas gas darah, dan pH lebih rendah dari
7,1 pada arteri dan 7,2 pada vena. Jadi asfiksia hanya dapat dinyatakan apabila benar-
benar telah ditemui abnormalitas pada gas darah, karena asfiksia berarti interupsi dari
respirasi. Mayoritas bayi-bayi dengan skor APGAR yang rendah tidak memiliki pH
darah yang rendah.
Kekurangan skor Apgar
Apgar skor tidak menunjukan prognosis jangka panjang dari bayi. Skor ini
hanyalah suatu perkiraan semikuantitatif dari pemeriksaan fisik dan respon bayi saat
dilakukan pemeriksaan. Untuk mendiagnosa depresi neonatus sebagai suatu asfiksia
dan hipoksikiskemia encephalopati, selain skor Apgar yang rendah, juga diperlukan
bukti adanya asidosis metabolik, kerusakan multisistem organ, dan mungkin kejang.
5
Penilaian terhadap bayi baru lahir selain dengan skor Apgar
a. Skor Ballard
Ballard score memiliki 2 komponen penilaian, yaitu kematangan
neuromuskuler dan fisik.
B. Klasifikasi BBL Neonatus:
Berikut Klasifikasi berat badan neonatus yang ditimbang satu jam
sesudah lahir:
a) Bayi berat lahir cukup
Bayi dengan berat lahir > 2500 g.
b) Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant :
Bayi dengan berat badan lahir < 1500 - 2500 g.
c) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) / Very low birthweight
infant :
Bayi dengan berat badan lahir 1000 - 1500 g.
d) Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLSR) / Extremely very low
birthweight infant :
Bayi lahir hidup dengan berat badan lahir < 1000 g.
Neonatus dalam kasus tergolong ke dalam kategori BBLSR.
6
b. Downe’s score
Melakukan pemeriksaan fisik yang esensial untuk menentukan skor Down
agar dapat diketahui derajat distress pernapasan neonatus pada kasus. Berikut
table kriteria penilaian skor Down:
Score < 4 No respiratory distress
Score 4 -7 Respiratory distress
Score > 7 Impending respiratory failure (Blood gases should be obtained)
7
Audible with ear
Audible by
stethoscope
No grunting
Grunting
No air entry
Mild decrease
in air entry
Good bilateral air entry
Air Entry
Cyanosis on O2
Cyanosis relieved
by O2
No cyanosis
Cyanosis
Severe retracti
ons
Mild retractio
ns
No retractio
n
Retractions
> 80/min
60 – 80/min
< 60/minRespiratory Rate
210Criteria
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Skor Apgar dinilai pada menit pertama dan kelima kehidupan. Jika skor
ini masih di bawah 7 atau bayi memerlukan resusitasi maka penilaian ini
diteruskan setiap 5 menit sampai normal atau sampai 20 menit.
2. Penilaian lain terhadap kondisi bayi baru lahir antara lain dengan skor
Ballard untuk menilai kematangan fisik dan neurologi serta skor Downe
untuk menilai ada tidaknya distres pernapasan.
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Lissauer, Tom and Avroy Fanaroff. At a Glance: Neonatologi. Penerbit
Erlangga.
2. AAP/ACOG: Guidelines for perinatal care. 3rd edition, 1992. ,Antepartum
Care pp 49-66.
3. The American Journal of Medicine
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
nnnasphyxia. Neonatal depression
9