skizofrenia case report dr richardo gana
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS PSIKIATRI
Oleh : Richardo Dedy Gana,S.Ked
Pembimbing : dr. D. A. P. Shinta Widari, Sp. KJ
Bagian/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
RSUD Prof. Dr. dr. W. Z. Johannes – Kupang
2012
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. KB
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Lamaole, 29 April 1989
Suku : Flores
Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen Katolik
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan/Pekerjaan : Tamat SMA/-
Alamat : Solor - Flores
Tanggal pemeriksaan : 15 Juli 2012
Tempat pemeriksaan : Ruang Tenang Wanita
Pasien masuk rumah sakit melalui poliklinik jiwa RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes –
Kupang tanggal 29 Juni 2012 pukul 12.00 WITA dan dirawat di bangsal empati.
II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Riwayat perjalanan penyakit didapatkan melalui autoanamnesis dengan pasien
sendiri (Nn. KB) dan alloanamnesis dengan Ibu kandung pasien (Ny.LK) dan tanggal
12 Juli 2012 di bangsal Empati.
A. Keluhan Utama
- Sering merasa takut dan mendengar suara-suara yang berbisik
B. Riwayat Gangguan Sekarang
a. Autoanamnesis
2
Pasien datang ke bangsal Empati melalui poliklinik jiwa RSUD Prof. Dr.
W. Z. Johannes Kupang diantar oleh keluarganya pada tanggal 29 Juli 2012 untuk
dirawat inap di ruang tenang wanita.
Pada tanggal 12 juli 2012 jam 20.00 WITA pemeriksa datang menemui
pasien yang sedang duduk di tempat tidur ditemani ibu kandung pasien yang
sedang duduk di tempat tidur sebelah pasien. Saat itu pasien menggunakan baju
kaos berwarna biru dengan jaket berwarna hitam serta celana jeans pendek
berwarna hitam polos.
Saat ditanyakan bagaiamana suasana perasaan pasien saat itu, pasien saat
itu mengatakan perasaannya biasa saja, saat ini senang – senang saja menurut
pasien karena ia selalu ditemani ibunya. Pasien mengatakan dirinya dibawa ke
rumah sakit atas rujukan dari seorang kerabat yang bekerja sebagai seorang guru
karena mengetahui kondisi pasien yang sering terlihat ketakutan tanpa sebab dan
sering berbicara sendiri terkadang menangis tanpa alasan yang jelas. pasien
menceritakan sering mendengar bisikan – bisikan di telinganya dengan nada
memerintah seperti saat pasien ingin makan, suara tersebut mengatakan “tidak
boleh makan, kau tidak boleh makan” atau ketika pasien ingin duduk bersama
keluarga, suara tersebut memerintah agar pasien tidak duduk bersama
keluarganya. pasien mengatakan suara tersebut terdengar jelas di telinga dan
dialami hampir setiap saat sejak bulan februari 2012. Pasien mengatakan suara
tersebut terkadang muncul hanya 1 orang namun terkadang muncul 2 orang, dan
lebih sering terdengar suara laki – laki. Ketika ditanyakan bagaimana cara pasien
menghilangkan suara – suara yang terus berbisik di telinganya, pasien
mengatakan “saya tidak mau pikir itu suara, saya diam – diam saja lalu saya
berdoa terus tidur” dan saat ditanyakan apakah suara tersebut biasanya hilang
setelah itu, pasien mengatakan “kalau saya sudah terlelap, itu suara hilang”.
Pasien juga mengatakan ketika awal mulai muncul gejala, pasien sering mencium
bau darah yang tidak jelas dimana sehingga pasien sering ketakutan dan juga
menangis – menangis sendiri. Menurut keluarga pasien, pasien juga sering
mencium makanan dan minuman terlebih dahulu sebelum dimakan karena
menurut pasien bau nya tidak mengenakan dan membuat pasien terkadang tidak
3
mau makan. Ketika ditanyakan bau yang tidak mengenakan seperti apa dan
apakah bau darah yang ia cium, pasien mengatakan “saya tidak tahu juga, saya
cuma tidak suka saja” Pasien juga sering tiba-tiba takut dan cemas jika ada orang
yang meninggal dan jantungnya berdebar-debar cepat jika perasaan takutnya
muncul. Ketika ditanyakan apakah pasien merasa sering terancam atau merasa
ingin dicelakai, pasien mengatakan bahwa ia memang seperti merasa ingin
dicelakai dan sangat terganggu dengan suara – suara yang sering datang tersebut
namun pasien tidak tahu penyebabnya apa dan tidak bisa menerangkan dari mana
ia tahu bahwa ia ingin dicelakai tetapi pasien hanya bilang “saya juga tidak tahu,
saya hanya takut kalau mereka mau bikin celaka saya”. Saat ditanyakan apakah
pasien pernah melihat dengan jelas orang atau sesuatu tersebut pernah datang dan
mencelakai pasien, ia hanya mengatakan “tidak tahu lagi, saya hanya rasa
mereka mau bikin celaka saya dan itu bikin saya takut setengah mati. Saya juga
tidak tahu kenapa begitu”. Kemudian pemeriksa menanyakan apakah pasien
memiliki kekuatan atau kelebihan khusus yang tidak dimiliki orang lain, pasien
mengatakan tidak. Pasien juga mengatakan dirinya sulit tidur namun tidak pernah
mimpi buruk ataupun terbangun di malam hari karena takut. Pasien tidak pernah
mengamuk – amuk ataupun merusak barang, tidak ada perilaku aneh yang dialami
pasien sejak muncul gejala. Pasien hanya sering terlihat ketakutan.
Pasien menceritakan bahwa sebenarnya ia sudah mengalami ketakutan-
ketakutan dan kecemasan yang terkadang tidak jelas penyebabnya sejak tahun
1999. pasien mengatakan saat itu, seorang teman pasien meninggal karena
serangan jantung. Sejak saat itu pasien mulai sering merasakan ketakutan yang
tidak jelas penyebabnya, dan jika ketakutan tersebut datang, pasien biasanya
sampai keringat dingin, bahkan pasien menceritakan dirinya sempat pingsan
karena rasa takut tersebut. Pasien mengatakan bahwa sejak saat tersebut, pasien
memang cenderung menjadi lebih cepat cemas dan takut akan segala sesuatu
namun hal tersebut masih dapat pasien atasi dan belum muncul suara – suara yang
berbisik di telinga pasien. Saat wawancara, pasien tampak tenang menceritakan
alur kisah keluhan pasien, namun saat ibunya menceritakan tentang ular yang
pernah mengejar pasien, pasien tiba-tiba kaget dan berteriak “ular apa? Mama
4
jangan omong itu ular. Saya takut”. Hal tersebut terjadi sebanyak 3 kali jika
pasien mendengar kata ular. Saat ditanyakan pengalaman apa yang ia alami
dengan ular tersebut, pasien menceritakan sekitar beberapa tahun lalu ia pernah
dikejar ular hijau di kebun saat ia membantu ibunya berkebun, ular tersebut
berwarna hijau. Namun ular tersebut tidak sampai mengigit pasien. Sejak saat itu
menurut pasien dan ibu pasien, pasien sering terkejut apabila mendengar kata
ular.
Untuk penilaian kesadaran dan fungsi kognisi, pasien diberikan beberapa
pertanyaan dan perintah sederhana. Saat pemeriksa menanyakan waktu
pemeriksaan apakah pagi siang atau malam dan hari apakah hari pemeriksaan,
pasien menjawab dengan tepat yaitu malam hari dan hari tersebut adalah hari Saat
wawancara pasien sering kali terlihat tenang, mampu menceritakan kronologis
peristiwa dengan sangat baik. Untuk pemeriksaan daya ingat jangka panjang,
pemeriksa mengevaluasi dari alur cerita yang diceritakan pasien dimana pasien
masih mengingat setiap kejadian sewaktu ia mulai merasakan ketakutan
berlebihan saat di SMP dan seterusnya. Untuk pemeriksaan daya ingat jangka
sedang, pemeriksa bertanya mengenai kejadian satu minggu sebelum masuk
rumah sakit dan pasien menceritakan bahwa ia sempat dibawa berobat ke pendoa.
Untuk pemeriksaan daya ingat jangka pendek, pemeriksa bertanya makanan apa
yang dimakan pasien saat pagi dan pasien menjawab sudah makan bubur, daging
perkedel dan sayur serta sudah minum obat.
Untuk penilaian konsentrasi dan perhatian, pemeriksa meminta pasien
untuk melakukan pengurangan 100-7 sebanyak 7 kali berturut-turut dan pasien
hanya mampu menjawab benar 100 – 7 = 93 dan setelah itu pasien tidak ada
jawaban pasien yang benar. Untuk penilaian kemampuan visuospasial, pemeriksa
meminta pasien meniru gambar jajaran genjang dan menggambar bentuk bola dan
bunga. Pasien kemudian mengikuti dengan benar gambar jajaran genjang yang
telah digambar sebelumnya oleh pemeriksa dan mampu menggambar bentuk bola
dan bunga dengan baik. Untuk penilaian pikiran abstrak, pemeriksa bertanya pada
pasien apa perbedaan panjang tangan dan tangan panjang. Pasien kemudian
menjawab dengan benar yaitu panjang tangan artinya pencuri dan tangan panjang
5
artinya ukuran tangan yang panjang. Untuk penilaian intelegensi dan kemampuan
informasi, pemeriksa mengevaluasi dari cerita anmnesis dan disesuaikan dengan
tingkat pendidikan pasien. Pasien mampu menceritakan tentang riwayat masuk
kuliah, kepanjangan dari nama tempat kuliahnya sehingga informasi yang
diberikan sesuai. Ketika pemeriksa pemeriksa bertanya tentang bakat dan
kemampuan apa yang pasien miliki, pasien mengatakan tidak memiliki bakat
khusus tetapi pasien suka membaca. Pasien juga mengatakan bahwa ia masih
mampu mengurus diri sendiri seperti mandi, makan dan lainnya walau terkadang
harus dimotivasi terlebih dahulu.
Saat wawancara pasien sering kali terlihat tenang, mampu menceritakan
kronologis peristiwa dengan sangat baik. Pasien juga menunjukkan sikap yang
baik dengan pemeriksa, setiap pertanyaan dijawab dengan baik dan lancar.
Terkadang pasien terkejut jika mendengar kata ular, namun setelah itu pasien
tampak tenang kembali. Pasien juga terkadang tertawa lepas jika menceritakan
peristiwa lucu yang ia alami.
b. Heteroanamnesis
Ibu pasien mengatakan sejak bulan februari saat gejala tersebut muncul,
pasien menjadi lebih cepat marah jika keinginan, terkadang pasien juga bicara-
bicara sendiri namun hal tersebut tidak terlalu sering, ketika ditanyakan mengapa
ia berbicara sendiri pasien hanya bilang supaya suruh mereka (suara tersebut)
jangan datang kembali. Pasien juga tidak suka makan hanya ketika dipaksa baru
pasien mau makan, sulit tidur, pasien tidak suka mandi sehingga harus dipaksa
terus menerus, sering menangis tiba – tiba dan selalu terlihat ketakutan. Pasien
juga sering terlihat tegang dan mengatakan kalau kepalanya sering pusing dan
sakit kepala. Pasien mengatasi hal tersebut dengan beristirahat. Aktivitas di rumah
sejak saat itu mulai terganggu karena pasien jika ketakutan lebih banyak berdiam
diri di kamar dan tidak suka bila diganggu. Hal ini juga mengakibatkan pergaulan
dan aktivitas pasien juga terganggu. Bila saat tenang, pasien dapat beraktivitas
seperti biasanya namun hal tersebut juga jarang. Pasien sempat dibawa berobat ke
rumah sakit sekitar bulan maret 2012 karena keluhan semakin berat, pasien tidak
6
mau mandi, menangis – menangis sendiri dan cepat takut. Oleh rumah sakit diberi
obat untuk rawat jalan di rumah tetapi ibu pasien lupa nama obat tersebut dan
warna obatnya pun ibu tidak ingat. Menurut ibu pasien, obat tersebut tidak terlalu
memberikan hasil yang baik. Akhirnya, sekitar bulan juni seorang kerabat pasien
menyarankan keluarga pasien untuk membawa pasien ke kupang untuk diperiksa
dan diberi obat langsung oleh dokter spesialis jiwa di kupang. Pasien kemudian
dibawa ke kupang tanggal 10 Juni 2012 dan sempat tinggal beberapa hari di
rumah keluarga pasien di liliba sebelum tanggal 29 Juni 2012 pasien mulai
dirawat inap di bangsal empati. Selama tinggal di kupang, pasien masih
mendengar suara – suara tersebut, berbisik – bisik seperti menakuti pasien
sehingga pasien terkadang suka terkejut sendiri dan terkadang bicara – bicara
sendiri. Pasien juga masih sulit makan, sulit tidur dan aktivitasnya juga terbatas
namun pasien masih dapat mengurus dirinya sendiri. Karena kondisi seperti ini,
pasien pernah dibawa untuk didoakan kepada tim doa beberapa kali dan oleh tim
doa dikatakan bahwa yang terjadi dengan pasien disebabkan karena leluhur
mereka sedang marah karena tidak pernah dikunjungi. Selama upaya
penyembuhan melalui tim doa, kondisi pasien tidak menunjukkan perbaikan yang
berarti sehingga tanggal 29 juni 2012 pasien dibawa ke RSU Prof. Dr. dr. W.Z.
Johannes Kupang untuk ditangani langsung oleh dokter spesialis kejiwaan.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Menurut pasien, ia sudah mulai mengalami ketakutan yang berlebihan
sejak tahun 1999 saat ada seorang temannya yang meninggal karena serangan
jantung. Sejak saat itu ia menjadi sangat takut, jantung berdebar-debar,
berkeringat dingin bahkan pernah sampai pingsan. Pasien juga sering memikirkan
ketakutan tersebut sehingga menyebabkan pasien terkadang mendengar suara
bisikan dalam hati bahwa pasien juga akan celaka. Karena ketakutan inilah,
hingga tahun 2001 pasien sering cepat merasa ketakutan jika mendengar cerita-
cerita tentang penyakit dan hal mengerikan lainnya karena pasien merasa
memiliki sakit yang sama dan takut jika suatu saat akan mengalami hal buruk.
Pasien menceritakan ketakutan tersebut sampai menyebabkan pasien kencing di
7
celana. Pasien menceritakan jika ia takut, ia tidak bisa menahannya dan ia hanya
bisa berlari menceritakan perasaannya kepada ibu pasien karena menurut pasien ia
hanya bisa tenang jika bersama ibunya.
Pada tahun 2004, pasien pernah menangis secara tiba-tiba, leher tegang
dan tidak bisa tidur karena memikirkan bahwa dirinya menderita penyakit
tertentu. Pasien kemudian ke dokter dan oleh dokter pasien didiagnosis menderita
sakit lambung tetapi pasien juga diberitahukan bahwa sebenarnya ketakutan
berlebihan pasien itulah yang menjadi penyebab sehingga oleh dokter pasien juga
diberikan obat tidur. Dengan obat tidur tersebut, pasien merasa lebih tenang dan
pola tidurnya membaik. Tetapi hal tersebut hanya berlangsung beberapa hari saja,
dan ketakutan pasien mulai muncul kembali, pasien kemudian mencoba berobat
ke dukun namun tidak terlalu membuahkan hasil yang baik.
Pasien juga menceritakan pada sekitar tahun 2006, pasien pernah ikut
bersama-sama sepupunya ke daerah Lamanabi untuk berlibur. Disana pasien
pernah menangis ketakutan secara tiba-tiba karena pasien merasakan kampung
tersebut suasananya sangat primitif dan mengerikan. Oleh kerabat, pasien diberi
akar-akaran untuk mengatasi ketakutan pasien, namun pasien justru menjadi
semakin takut, badan lemas dan dingin sehingga akhirnya pasien dibawa ke
dukun. Di tempat dukun tersebut, pasien kemudian dipijat dan digosok-gosok
pada badan, leher dan kepala dengan air ludah. Menurut pasien, keluhannya mulai
berkurang dan akhirnya lebih tenang.
Pasien sempat putus sekolah selama 5 tahun sejak tahun 2003 hingga
tahun 2008 karena kondisi pasien yang sering sakit-sakitan. Selama 5 tahun
tersebut, pasien sering dibawa keluarganya ke dokter dan dukun untuk mengobati
sakit pasien. Namun menurut keluarga pasien, obat tersebut hanya mengobati
beberapa hari dan kemudian sering kambuh lagi sehingga pasien lebih banyak
diberi istirahat di rumah. Pasien pernah dibawa ke Ende selama 1 tahun untuk
menenangkan pikiran.
Pada tahun 2007, pasien pernah berobat ke dokter spesialis jantung karena
merasakan gangguan pada jantungnya. Tetapi ketika diperiksa, pasien ternyata
tidak memiliki penyakit jantung dan menurut dokter apa yang dialami pasien
8
karena kecemasan dan ketakutan pasien saja yang berlebihan. Dokter kemudian
menyarankan pasien untuk menguatkan diri sendiri supaya tidak takut terhadap
hal-hal yang tidak jelas dan pasien juga diberi nasihat untuk banyak olahraga.
Setelah diberi nasihat, pasien merasa lebih tenang, lebih nyaman dan juga mulai
tumbuh kekuatan dalam diri untuk membangun kekuatan diri sendiri. Selepas
tahun 2008, pasien kembali masuk sekolah. Pasien diterima masuk langsung di
kelas 3 SMP. Pasien mengatakan banyak perubahan yang terjadi dalam hidupnya.
Pasien merasa lebih ceria dan ketakutan-ketakutan hanya muncul sesekali. Pasien
mengatakan dirinya senang karena bertemu teman-teman baru dan ia tidak merasa
kesepian lagi. Pernah sekitar tahun 2008, pasien menceritakan ia melihat seekor
anjing besar berwarna hitam, anjing tersebut lewat didepannya namun tidak
mencelakannya. Ia mengatakan hanya ia yang melihat anjing tersebut. Kejadian
tersebut hanya terjadi 1 kali dan tidak pernah lagi ia melihat anjing itu. Pasien
juga menceritakan bahwa ia pernah merasa ada temannya yang ingin mencelakai
pasien dengan menaruh obat (racun) di air minum pasien. Ketika ditanyakan
bagaimana ia bisa yakin hal tersebut padahal teman yang lain juga meminum air
tersebut, pasien mengatakan memang ia tidak melihat apakah ada temannya yang
menaruh obat dalam air minumnya, namun menurut pasien air minum tersebut
rasa nya berubah tidak enak sehingga pasien merasa ada sesuatu yang dimasukkan
dalam air minumnya. Pasien mengatakan sejak tahun 2008 hingga 2011 tidak ada
keluhan yang berarti namun ketakutan berlebihan pasien memang masih ia alami
hingga tahun 2012 sebelum pada akhirnya bulan februari 2012 keluhan pasien
makin memberat. Pasien tidak merokok, jarang minum kopi, tidak mengkonsumsi
alkohol dan tidak pernah mengkonsumsi narkoba.
D. Riwayat Sifat Kepribadian Sebelumnya
Menurut ibu pasien, pasien merupakan anak yang suka bergaul dan
berperilaku baik terhadap semua orang. Pasien memang sedikit pendiam dan
sering tertutup dengan keluarganya jika ia memiliki masalah yang berat. Menurut
ibu pasien, pasien merupakan anak yang manja karena sejak kecil permintaan
pasien selalu dituruti oleh ibunya disaat saudaranya yang lain tidak dituruti
9
kemauan mereka. Karena sifatnya inilah, pasien dikatakan memiliki jiwa kecil
dan penakut karena jika dimarahi sedikit, Pasien lebih cepat menangis. Pasien
merupakan anak yang sopan dan suka membantu orang tuanya dan pasien jarang
menyendiri. Pasien tidak suka marah – marah dan suka bercanda. Pasien sendiri
mengatakan dirinya sejak dulu suka bercanda dengan teman – temannya, dan ia
bisa sampai tertawa terbahak – bahak jika mendengarkan cerita lucu. Pasien juga
senang berkeliling dan jalan – jalan dengan teman-temannya jika waktu luang
atau liburan. Namun menurut ibunya, sejak kejadian tahun 2001, pasien menjadi
lebih cepat cemas dan takut terhadap segala sesuatu seperti bila pasien mendengar
ada orang yang meninggal atau mendengar cerita-cerita tentang penyakit yang
mengerikan dan berbahaya. Pasien juga sering merasakan ketakutan jika ia
mengalami gangguan pada tubuhnya karena pasien merasa ia sedang menderita
penyakit yang berbahaya. hal inilah yang membuat pasien beberapa kali berobat
ke dokter dan dukun. Namun menurut ibunya, ketakutan tersebut tidak
mempengaruhi akitivitas dan pergaulan pasien baik di rumah dan di lingkungan
pasien.
E. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Pasien merupakan
anak yang diinginkan. Ibu pasien mengatakan pernah sakit kuning saat hamil.
Ibu tidak pernah mengkonsumsi alkohol, rokok, dan obat-obatan lain selain
yang didapatnya dari Puskesmas. Pasien lahir secara persalinan normal di
rumah dan ditolong oleh dukun beranak. Pasien lahir cukup bulan. Saat lahir
pasien langsung menangis, tidak biru, tidak ada kelainan fisik dan tidak ada
kesulitan.
2. Masa kanak dini (0-3 tahun)
Pasien sewaktu umur 0-3 tahun mendapat kasih sayang yang baik dari
kedua orang tua. Pasien mendapatkan ASI sejak lahir hingga usia 4 tahun. ASI
diberikan ketika menangis dan berhenti saat pasien melepasnya sendiri. Pasien
10
diberikan makanan pendamping ASI berupa bubur saring sejak usian 4 bulan.
Pasien juga bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai anak usianya.
Pasien mulai balik badan usia 7-8 bulan, mulai duduk usia 9 bulan, usia 1
tahun lebih pasien mulai belajar berjalan dan berbicara. Pasien mulai diajar
buang air besar dan buang air kecil di WC sejak usia 2-3 tahun dan pasien
selalu minta ditemani jika ingin buang air besar dan buang air kecil sejak usia
3 tahun.
3. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien merupakan anak yang aktif dan suka bergaul sehingga mempunyai
banyak teman di sekolahnya. Pasien sering bermain bersama teman-temannya
sewaktu kecil. Pasien lebih senang bermain boneka dan main masak-masakan
dengan teman-teman perempuannya. Namun pasien tidak pernah memilih-
milih teman, pasien bergaul dengan siapa saja. Pasien jika memiliki masalah
biasanya ia ceritakan pada ibu pasien. Pasien tidak memiliki masalah berat
atau pengalaman buruk pada masa ini. Pasien saat usia ini bertumbuh dan
berkembang selayaknya anak yang lain. Pasien diasuh oleh kedua orang
tuanya dengan disiplin dan bertanggung jawab dan ia mengatakan ibunya
memang keras dalam menegakkan disiplin dan peraturan namun tetap
menyayangi dan mendidik dengan baik. pasien mengatakan ibunya hanya
menghukum jika mereka melakukan kesalahan. Pasien merupakan anak yang
rajin, penurut dan sering membantu orang tuanya. Prestasi pasien di sekolah
dasar baik. Pasien selalu mendapat peringkat 2 dan 3, pasien tidak pernah
memiliki masalah akademik selama di sekolah dasar dan selalu menyelesaikan
jenjang pendidikan tepat waktu.
4. Masa remaja
Pasien memiliki banyak teman dan suka bergaul serta tidak memilih
teman. Prestasi pasien tidak sebaik saat di sekolah dasar namun semua tugas
mata pelajarannya diselesaikan hingga tuntas. Pasien sering membantu orang
tuanya dan tidak tertutup jika memiliki masalah walaupun terkadang pasien
11
juga seringkali menyembunyikan masalah yang berat yang tidak mau orang
tuanya ketahui. Pada usia sekitar 12 tahun, pasien mulai menjadi anak yang
cepat takut dan cemas saat ada seorang teman pasien yang meninggal karena
penyakit jantung.
5. Masa dewasa
a. Riwayat pendidikan
Pasien masuk SD tahun 1995 ketika ia berusia 6 tahun. Pasien memiliki
kegemaran membaca semua buku yang ia miliki dan mencari buku – buku
seperti cerita rakyat dan yang lainnya sebagai bahan bacaan. Pasien sempat
putus sekolah selama 5 tahun (sejak tahun 2003-2008) karena kondisi
kesehatan pasien yang tidak stabil. Saat itu, pasien duduk di bangku kelas 1
SMP. Pasien kemudian melanjutkan sekolahnya pada tahun 2008 dan
langsung duduk dibangku kelas 3 SMP. Pasien kemudian masuk SMA tahun
2009 dan Tamat SMA pada tahun 2011. Pasien sebenarnya sudah lulus
diterima kuliah di salah satu institut keguruan di Larantuka namun keinginan
untuk melanjutkan kuliah tidak sempat terlaksana karena pasien membantu
mengurusi kakak kandung pasien yang sakit setelah pulang dari Malaysia.
Pasien memiliki cita – cita untuk menjadi guru karena ia senang kepada anak-
anak dan senang mengajar.
b. Riwayat pekerjaan
Pasien tidak memiliki pekerjaan tetap dan hanya membantu orangtuanya
di rumah dan membantu berkebun. Pasien sempat ingin membantu mengajar
dan ingin kursus untuk menambah ketrampilan namun hal tersebut tidak
sempat terlaksana.
c. Riwayat psikoseksual
Pasien mulai mendapat haid pertama usia 12 tahun. Pasien awalnya
cemas akan hal tersebut namun kemudian setelah pasien mendapat penjelasan
dari ibu pasien tentang hal tersebut akhirnya pasien mengerti dan tidak lagi
merasa risih akan hal tersebut. Pasien mendapatkan pendidikan seksual sejak
SMA dan dari informasi di media massa. Dalam keluarga, pasien kurang
mendapat pengetahuan seksual. Ia memiliki ketertarikan dengan lawan jenis
12
dan pernah berpacaran sebanyak 3 kali. Pertama kali pacaran saat ia duduk di
bangku kelas 1 SMP. Pasien mengatakan hal tersebut hanya berlangsung
beberapa minggu. Pasien juga sempat menjalin hubungan jarak jauh dengan
seorang pria yang dikenalkan oleh sepupunya. Namun hal tersebut tidak
berlangsung lama karena saat bertemu secara langsung, pasien langsung
menolak melanjutkan hubungan karena belum siap pacaran. Pada tahun 2005,
pasien pernah menjalin hubungan dengan seorang pria. Hubungan pacaran
tersebut menurut pasien tidak terlalu baik dan dengan pria tersebut pasien
pertama kali berhubungan seks. Pasien merasa dipaksa saat melakukannya
namun tidak bisa menolak dan seakan-akan dibodohi sehingga pasien
mengikuti semua kemauan laki-laki tersebut. Pasien menceritakan bahwa ia
sudah beberapa kali berhubungan intim dengan pria tersebut, dan merasa
menyesal setelah melakukannya. Hubungan pasien dengan pria tersebut hanya
berlangsung beberapa bulan dan sejak putus, pria tersebut pergi bekerja ke
Malaysia dan sekarang sudah berkeluarga. Sejak saat itu, pasien tidak pernah
memiliki hubungan khusus dengan seseorang.
d. Riwayat agama
Pasien merupakan umat yang taat beragama. Pasien selalu rajin untuk
pergi beribadah di gereja. Pasien juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
keagamaan dan tergabung dalam kelompok paduan suara dan organisasi
muda-mudi Katolik.
e. Aktivitas sosial
Pasien mudah bergaul dengan teman-teman sebayanya dan walaupun
pasien seorang yang pendiam namun seringkali ia bertukar pikiran dengan
teman-temannya jika ada masalah. Pasien memiliki kegemaran untuk jalan-
jalan berkeliling bersama teman-temannya jika ada waktu luang. Aktivitas
sosial di lingkungan sekitar juga tergolong baik. Pasien aktif dalam kegiatan
sosial di masyarakat dan senantiasa membantu setiap kali ada kegiatan kerja
bhakti. Pasien juga sering menemani ibunya jika berbelanja ke pasar maupun
melakukan pekerjaan di kebun.
f. Riwayat pelanggaran hukum
13
Pasien tidak pernah terlibat dalam pelanggaran hukum.
F. Situasi kehidupan sekarang
Pasien dirumahnya tinggal bersama ayah, ibu, kakak perempuan beserta
suami dan kedua anaknya serta adik kandung pasien sehingga keseluruhannya
berjumlah 8 orang. Rumah pasien berukuran seluas ± 8 x 9 meter dan memiliki
halaman yang cukup luas yang berisikan pohon-pohonan seperti kopi, kakao,
alpukat dan beberapa jenis pohon lainnya. Di dalam halaman rumah juga terdapat
taman bunga kecil yang ditanam dan dirawat oleh pasien sendiri. Halaman rumah
pasien tidak dibatasi oleh pagar dan jarak antara setiap rumah sekitar 10-11 meter.
Rumah pasien sendiri terdiri dari 3 kamar tidur, 1 teras, 1 ruang tamu dan 1
ruang keluarga. Kamar mandi pasien berada terpisah dengan rumahnya yaitu
jaraknya sekitar ± 4 meter. Setiap kamar hanya dibatasi oleh kain penutup tanpa
pintu. Pasien sendiri tidur bersama adik perempuannya. Pasien mengatakan jika ia
sangat nyaman tinggal di rumahnya dan tidak pernah merasa takut jika harus pergi
sendirian ke kamar mandi. Pasien biasanya mandi di kali bersama teman-teman
sekampung dan saudara-saudaranya. Sumber penghasilan di rumah berasal dari
uang hasil bertani kedua orang tua pasien. Di rumah, ibu pasien yang memiliki
kendali lebih besar dibanding dengan ayah pasien. Hal ini dikarenakan ayah
pasien memiliki sifat yang pendiam dan tidak suka mengatur-atur urusan dalam
rumah tangga sehingga urusan dalam rumah lebih didominasi oleh ibunya.
Namun hal ini tidak menyebabkan pertikaian ataupun masalah-masalah serius
antara kedua orangtuanya karena rasa saling percaya dan saling membantu jika
ada masalah.
14
WC
Kamar tidur II
R. Keluarga
Kamar tidur I
Kamar tidur
Pasien
Teras
Ruang Tamu
G. Riwayat keluarga
Keluarga ayah kandung pasien Keluarga ibu kandung pasien
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: kakak kandung pasien yang pernah bicara-bicara sendiri
: Perempuan yang mengalami gangguan jiwa
: Meninggal
Menurut ibu pasien, didalam keluarga tiga generasinya tidak ada yang memiliki
keluhan dan gejala seperti yang dialami pasien. Orang tua kandung pasien sampai
saat ini masih hidup dan sehat. Dari generasi keluarga ayahnya, tidak ada yang
memiliki riwayat gangguan jiwa begitupun generasi keluarga ibunya. Namun
menurut ibunya, kakak kandung pasien pernah menunjukkan gejala seperti pasien
yaitu suka bicara-bicara sendiri dan terkejut tanpa sebab. Hal tersebut terjadi
beberapa tahun yang lalu ketika kakaknya pulang dari Malaysia. Kakak pasien juga
memang memiliki sifat pendiam dan cepat takut tetapi keluhan dan gejala pada
kakaknya tidak seberat yang dialami oleh pasien dan gejala tersebut hanya dialami
15
?
Denah Rumah Pasien
Pasien
?
beberapa minggu saja. Sekarang kakak pasien tidak lagi bicara-bicara sendiri dan
sudah beraktivitas normal.
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : seorang perempuan, usia muda, mengenakan baju kaos berwarna
biru dengan jaket berwarna hitam serta celana jeans pendek berwarna hitam
polos, rapi, memakai sandal, kuku jari tangan dan kaki tidak bersih, rambut
terlihat tersisir namun kurang rapi, berpakaian sesuai usia
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor : selama wawancara pasien tampak tenang,
tampak sedikit tegang, duduk di pinggir tempat tidur, tidak banyak melakukan
gerakan saat bicara, sesekali pasien tampak terkejut dengan sedikit berteriak,
dan menghindar saat mendengar kata “ular”, sesekali pasien tertawa saat
mengingat peristiwa lucu yang pernah ia alami
3. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif, ada kontak mata saat berbicara namun
terkadang menunduk dan melihat kearah lain
B. Pembicaraan
Pasien cenderung bicara tidak spontan,lebih banyak berbicara saat ditanya, pasien
berbicara dengan cukup lancar dan jelas, volume bicara sedang, intonasi suara
stabil, kecepatan bicara normal
C. Mood dan afek
+ Mood : disforik, cenderung cemas dan sedih
+ Afek : terbatas
+ Keserasian : serasi
D. Persepsi
Halusinasi auditorik. Pasien masih mendengar suara-suara yang berbisik-bisik
di telinga namun tidak jelas apa yang diucapkan tanpa ada orang/sesuatu yang
dilihat.
E. Proses pikir
Bentuk : tidak logis
16
Arus : koheren, relevan
F. Isi pikir
Ditemukan waham kejar dan curiga. Pasien merasa sangat ketakutan dengan
suara-suara yang ia dengar dan selalu merasa curiga hal-hal buruk akan terjadi
padanya namun tidak tahu penyebab yang jelas.
G. Kesadaran dan kognisi
1. Taraf kesadaran dan kesigapan : compos mentis, GCS : E4 V5 M6
2. Orientasi :
a) Waktu : baik (pasien masih tahu kalau saat itu adalah malam hari dan
pasien masih bisa mengetahui hari saat itu)
b) Tempat : baik (pasien tahu dirinya berada di rumah sakit untuk berobat).
c) Orang : baik ( pasien dapat mengenali ibu kandungnya, pasien di sebelah
tempat tidurnya dengan baik).
3. Daya ingat :
Daya ingat jangka panjang : baik (pasien dapat menceritakan sewaktu pasien
di sekolah dasar)
Daya ingat jangka sedang : baik (pasien bisa menceritakan tentang kejadian
saat dirinya berobat ke pendoa satu minggu sebelum dibawa ke rumah sakit)
Daya ingat jangka pendek : baik (pasien dapat memberitahukan makanan
yang pasien makan sebelumnya dan sudah minum obat)
4. Konsentrasi dan perhatian
kurang. Pasien hanya mampu menjawab benar pengurangan 100-7 (dijawab
93), tapi kemudian salah menjawab 93-7 dan selanjutnya.
5. Kemampuan visuospasial
Baik. karena pasien dapat menggambar bentuk jajargenjang bersusun dengan
tepat. Pasien juga mampu menggambar bentuk bola dan bunga yang
diperintahkan pemeriksa.
6. Pikiran abstrak
17
Baik. pasien mampu mengetahui arti dari panjang tangan (dijawab pencuri)
dan tangan panjang (dijawab ukuran tangan yang panjang).
7. Intelegensi dan kemampuan informasi
Berdasarkan latar belakang pendidikan pasien, informasi yang diberikan
sesuai.
8. Bakat kreatif
Pasien tidak memiliki bakat spesifik
9. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik. Pasien dapat makan sendiri, minum obat sehabis makan secara teratur,
mandi sendiri.
H. Pengendalian impuls
Terkendali. Sewaktu diwawancarai pasien fokus pada pertanyaan dan tidak
melakukan gerakan-gerakan aneh dan tanpa tujuan.
I. Daya nilai dan tilikan
Penilaian realita : terganggu
Tilikan : II. Pasien merasa bahwa suara-suara yang berbisik di telinga dan
rasa curiganya tersebut merupakan suatu gangguan sehingga pasien sulit tidur
namun pasien juga terkadang tidak mau minum obat dan tidak tahu minum
obat untuk apa dan pasien mengatakan dirinya baik-baik saja.
J. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya.
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internistik
Status present
Keadaaan umum : baik
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : normal dalam perabaan
Pernapasan : 24x/ menit
Status general
18
Kepala : normocephali
Mata : anemia -|- , ikterus -|-, refleks pupil +|+, isokor
THT : cerumen telinga +|-, sekret hidung -|-, deviasi septum (-),
hiperemis (-)
Leher : jejas (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks : pengembangan dada simetris
Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +|+, rhonci -|-, wheezing -|-
Abdomen : bising usus normal, distensi (-)
Hepar : tidak ada pembesaran
Lien : tidak ada pembesaran
Ekstremitas : akral sedikit dingin, tidak terdapat edema
Kulit : tidak ada kelainan
B. Status Neurologis
Kesadaran : compos mentis (GCS E4 V5 M6)
Rangsangan selaput otak : kaku kuduk (-), kernig sign (-), brudzinski I (-),
brudzinski II (-).
N. Cranialis : dalam batas normal
Refleks fisiologis : dalam batas normal
Refleks patologis : tidak ditemukan kelainan
C. Laboratorium : tidak dilakukan pemeriksaan
D. Psikologi : tidak dilakukan pemeriksaaan
V. RESUME
Nn. KB umur 23 tahun diantar oleh keluarganya ke Rumah Sakit Umum Prof.
Dr. W. Z. Johannes Kupang dengan sering berbicara sendiri, mendengar bisik-
bisikan dan sering merasa ketakutan. Keluhan ini dialami pasien sejak 6 bulan
sebelum masuk RS.
Pasien menceritakan dirinya mendengar bisik – bisik di telinganya dan merasa
takut akan bisikan tersebut dan merasakan ketakutan bilamana dirinya akan
dicelakai namun tidak tahu apa penyebabnya.
19
Pasien menceritakan awal mula perasaan ketakutan berlebihannya muncul saat
ia berumur 12 tahun ketika ada seorang teman pasien meninggal karena penyakit
jantung dan sejak saat itu pasien lebih cenderung menjadi penakut dan
mencemaskan segala sesuatu yang tidak jelas.
Saat wawancara pasien duduk tenang, sesekali pasien merasa terkejut. Perasaan
pasien biasa saja dan intonasi suara pasien cenderung stabil. Ekspresi wajah pasien
terkadang datar namun sesekali pasien tersenyum dan tertawa. Saat wawancara
tingkah laku, pembicaraan dan aktifitas pasien tidak mencerminkan kepribadian
pasien. Keluarga juga mengeluhkan pasien yang selalu bicara sendiri, terlihat
ketakutan, berteriak-teriak, tidak mau makan, dan sulit tidur. Pasien sebelumnya
termasuk pribadi yang cenderung pendiam terutama bila ada masalah berat pasien
jarang menceritakan kepada keluarganya, pasien juga seorang yang manja namun
penurut, rajin membantu orang tua. Sejak kecil pasien cenderung berjiwa kecil dan
cepat menangis bila dibentak.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang wanita, penampilan rapi
dan bersih, sesuai usia. Pasien tampak tenang namun sesekali terkejut, menjawab
pertanyaan dengan baik, jelas, volume sedang dengan intonasi stabil. Mood
disforik, afek terbatas dan tidak serasi. Ditemukan persepsi halusinasi auditorik dan
waham curiga serta kejaran. Saat ini tidak ada perilaku kompulsif, konsentrasi dan
perhatian kurang, penilaian realita terganggu. Tilikan derajat 2.
Dalam satu tahun terakhir, pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-
harinya dengan baik. Pasien sempat mendaftarkan diri ke salah satu institut
pendidikan didaerahnya dan lulus pada program studi yang diminatinya namun
tidak sempat mengikuti perkuliahan karena alasan kondisi kesehatan salah satu
anggota keluarganya. Enam bulan terakhir pasien mulai jarang beraktivitas diluar
rumah, aktivitas dalam rumahpun terganggu karena pasien lebih banyak berdiam di
kamar, berbicara sendiri, teriak-teriak sendiri dan ketakutan yang tidak jelas.
Pada pemeriksaan status interna dan neurologi tidak ditemukan adanya
kelainan. Pemeriksaan laboratorium dan psikologi tidak dilakukan.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
20
Pada pasien ini ditemukan gejala perilaku dan psikologis yang secara klinis cukup
bermakna dan menimbulkan penderitaan (distress) serta hendaya (disabilitas) dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak memenuhi kriteria sehat jiwa sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.1
Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Pasien tidak memiliki keluhan fisik. Dari hasil anamnesis pasien tidak mengalami
demam, kejang, dan keluhan fisik lainnya. Hal ini menyebabkan diagnosis F.00-
F09 (Gangguan Mental Organik) dapat disingkirkan. Selain itu, pasien tidak
pernah mengkonsumsi alkohol dan tidak mengkonsumsi obat-obatan atau zat
adiktif dan zat psikoaktif. Hal ini menyebabkan diagnosis F10-F19 (Gangguan
Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat Psikoaktif) dapat disingkirkan.
Pasien dapat didiagnosis sebagai gangguan Skizofrenia Paranoid karena keadaan
pasien memenuhi kriteria pedoman diagnostik dalam PPDGJ III antara lain yakni :
- Memenuhi kriteria umum skizofrenia diagnosa skizofrenia (adanya halusinasi
auditorik yang berkomentar terus menerus tentang pasien, adanya waham
menetap pada pasien dimana pasien merasa akan dicelakai, dan onset gejala
berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih dimana pasien sudah
mengalami gangguan selama ± 6 bulan yang kesemuanya secara nyata terjadi
penurunan kualitas keseluruhan kehidupan pasien)
- Sebagai tambahan : halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien dan atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
(pada pasien ditemukan halusinasi auditorik yang mengancam pasien
dan memberi perintah kepada pasien)
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol. (pasien pernah merasa mencium bau darah namun hal
tersebut hanya sesekali terjadi dan tidak menetap)
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau
21
“passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang
beraneka ragam, adalah yang paling khas (pasien merasa dikejar-kejar
akan dicelakai dan selalu mencurigai bahwa hal buruk akan terjadi
pada pasien).
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata tidak menonjol (pasien tidak menunjukkan gangguan
suasana perasaan yang tidak stabil, pasien dapat mengendalikan perilaku dan
pembicaraan serta tidak menunjukkan perilaku dan gerakan-gerakan aneh
tanpa tujuan) 1,2
Axis II : Ciri Kepribadian Cemas (Menghindar)
Pada anamnesis dan pemeriksaan juga tidak ditemukan adanya gangguan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan pasien, serta gangguan dalam intelegensi
pasien sebelum mengalami gangguan. Dengan demikian diagnosis F.70-F79
(Retardasi Mental) dapat disingkirkan.
Ciri kepribadian pasien adalah cemas menghindar karena pasien cenderung
memiliki kecemasan dan ketakutan yang berlebihan, cenderung menghindar dan
menarik diri terhadap kritik.
Axis III : Tidak ada gangguan atau penyakit fisik
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis tidak ditemukan adanya gangguan atau
penyakit fisik pada pasien.
Axis IV : Tidak ada diagnosis
dari anamnesis tidak ditemukan adanya gangguan atau masalah psikososial dan
lingkungan yang menjadi penyebab gangguan pada pasien.
Axis V :
GAF scale sekarang : 70 - 61 karena pasien masih memiliki gejala menetap
namun ringan, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
GAF scale 1 tahun yang lalu : 90-81 karena gejala minimal, berfungsi baik, cukup
puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.
22
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Axis II : Ciri Kepribadian Cemas (Menghindar)
Axis III : tidak ada gangguan atau penyakit fisik
Axis IV : Tidak ada diagnosis
Axis V : GAF scale sekarang : 70 – 61
GAF scale 1 tahun yang lalu : 90 – 81
VIII. RENCANA TERAPI
Psikofarmaka :
Risperidon 2 mg – 0 – 3 mg per oral
Trihexiphenidil 3 X 2 mg per oral bila perlu / muncul efek samping
Diazepam 1 x 5 mg pada malam hari per oral
Psikoedukasi:
a. Mengedukasi pasien untuk mengenal penyakit yang diderita dan mengalihkan
ketakutan dan kecemasannya dengan melakukan aktivitas yang bermanfaat serta
berkomunikasi intensif dengan orangtua serta orang sekitar
b. Mengedukasi pasien tentang pentingnya minum obat dan akibat yang terjadi jika
obat diminum tidak teratur.
c. Memotivasi pasien untuk meminum obat secara teratur dengan membuat jadwal
minum obat.
Psikoedukasi pada keluarga:
a. Mengedukasi keluarga untuk memberikan suasana yang kondusif bagi pasien
b. Mengedukasi keluarga untuk selalu memotivasi pasien dalam berkomunikasi,
menghindari diri dari perasaan ketakutan dan kecemasan dengan melakukan
aktivitas yang bermanfaat dan dapat dilakukan oleh pasien
c. Mengedukasi keluarga mengenai efek samping obat serta untuk mengawasi
pasien minum obat secara teratur sehingga tidak terjadi putus obat.
IX. PROGNOSIS
23
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Prognosis yang memperingan :3
a. Diagnosis gangguan Skizofrenia Paranoid : Kriteria prognosis baik
b. Penyakit organik tidak ada : Kriteria prognosis baik
c. Tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan NAPZA : Kriteria prognosis baik
d. Respon terhadap pengobatan baik : Kriteria prognosis baik
e. Tidak ada riwayat keluarga skizofrenia : Kriteria prognosis baik
f. Adanya dukungan keluarga : Kriteria prognosis baik
g. Gejala positif menonjol : Kriteria prognosis baik
Prognosis yang memperberat :3
a. Onset umur saat usia dewasa muda : Kriteria prognosis buruk
b. Stressor tidak jelas : Kriteria prognosis buruk
c. Onset tidak jelas : Kriteria prognosis buruk
d. Ketidakpatuhan terhadap terapi : Kriteria prognosis buruk
e. Riwayat pola asuh yang cenderung keras : Kriteria prognosis buruk
f. Tilikan derajat 2 : Kriteria prognosis buruk
X. DISKUSI
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang kronik, berat dan ditemukan adanya
gangguan pada otak.4 Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir
1% penduduk di dunia menderita skizofrenia dalam hidup mereka.1 Sejarah perjalanan
skizofrenia telah dimulai dari penemuan – penemuan teori tentang skizofrenia itu sendiri
dimuali oleh Emil Krepelin hingga Ewol Hecker yang mengemukakan teori mengenai
skizofrenia.3 Menurut teori yang telah dikemukakan oleh para ahli, orang dengan skizofrenia
memiliki perpecahan (schism) antara pikiran, emosi, dan perilaku. Namun istilah-istilah dan
pengertian baru terus diperbaharui sehingga oleh PPDGJ III dan DSM IV diambil pengertian
skizofrenia sebagai suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab yang banyak dan
perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan
24
pengaruh genertik, fisik dan budaya.2,3 Yang terutama disini adalah terjadinya kemunduran
kognitif, gangguan pikiran dan persepsi serta afek yang tidak wajar atau tumpul..2
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang dapat ditemukan diseluruh dunia.1,3,4
prevalensi dan insidensnya cenderung mengalami peningkatan seiring dengan pesatnya
kemajuan global. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa
muda.1,4 Beberapa sumber menyebutkan skizofrenia dapat terjadi pada anak diatas usia 5
tahun tetapi kasus ini sangat jarang terjadi begitupun pada usia diatas 40 tahun.1,4 Onset
kejadian biasanya pada usia 15-25 tahun pada pria dan 25-35 tahun pada wanita.1 Dikatakan
bahwa skizofrenia lebih sering dialami oleh pria dibanding wanita dan prognosisnya lebih
buruk jika terjadi pada pria.1,4 Secara umum, terdapat beberapa tipe skizofrenia antara
lain :1,2,3,4
1. Tipe paranoid. Tipe ini paling stabil dan paling sering. Gejala terlihat sangat konsisten,
sering paranoid, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Waham dan
halusinasi menonjol sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh
2. Tipe disorganisasi atau hebefrenik. Ditandai oleh regresi yang nyata ke perilaku primitif,
terdisinhibisi, dan tidak teratur oleh tidak adanya gejala yang memenuhi kriteria tipe
katatonik. Onset biasanya pada usia 15-25 tahun. Gejalanya antara lain afek tumpul, tidak
serasi, terlihat tolol, sering inkoheren, waham tidak sistematis dan perilaku disorganisasi
dan manerisme
3. Tipe katatonik. Ditandai adanya perilaku katatonik seperti stupor, mutisme, negativisme,
rigiditas, flexibilitas cerea dan kegembiraan katatonik yang seringkali dapat mengancam
jiwa
4. Tipe tak terperinci. Pasien mempunyai gejala psikosis aktif yang menonjol atau
memenuhi kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan pada tipe-tipe diatas
5. Tipe residual. Pasien dalam keadaan remisi dan keadaan akut tetapi masih
memperlihatkan gejala-gejala residual (penarikan diri secara sosial, afek datar atau tak
serasi, perilaku ekstrensik, asosiasi melonggar atau pikiran tak logis)
6. Depresi pasca skizofrenia. Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan
timbul sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia
7. Skizofrenia simpleks. Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat karena bergantung pada
pemastian perkembangan yang berlangsung perlahan, progresif dari gejala negatif yang
25
khas dari skizofrenia residual tanpa adanya riwayat halusinasi, waham atau manifestasi
lain tentang adanya suatu episode psikotik sebelumnya dan disertai perubahan perilaku
perorangan yang bermakna.
8. Skizofrenia lainnya dan skizofrenia yang tidak tergolongkan.
Etiologi skizofrenia sendiri belum pasti namun dikatakan bahwa penyebabnya
merupakan gabungan dari faktor biologis dan faktor psikosial serta lingkungan yang disebut
sebagai model diatesis-stress.1,3 beberapa penelitian menemukan bahwa daerah otak yang
terlibat dalam skizofrenia adalah struktur limbik, lobus frontalis, dan ganglia basalis3 Selain
itu terdapat hipotesis yang paling sering dikemukakan yaitu Hipotesis Dopamin dimana
dikatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik
selain itu juga ditemukan adanya peningkatan aktivitas neurotransmitter lainnya seperti
serotonin, norepinefrin serta asam amino.3 selain itu, dikatakan pula adanya pengaruh
genetika dan juga faktor keluarga yang berperan penting dalam perkembangan kejiwaan
seseorang dimana terdapat faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan hal tersebut.1
secara umum, faktor resiko orang dengan skizofrenia dapat dilihat pada gambar berikut
Skizofrenia merupakan penyakit kronik dimana sebagian kecil kehidupan mereka
berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-tahun)
dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan.1 Tanda
dan gejala klinis skizofrenia menimbulkan tiga masalah inti. Secara umum, dikatakan bahwa
tidak ada gejala umum yang patognomonik untuk skizofrenia dimana setiap tanda dan gejala
26
yang ditemukan pada skizofrenia dapat ditemukan di gangguan psikiatrik atau neurologis
lainnya.3 Kedua, gejala pasien berubah dengan berjalannya waktu dan klinisi harus mampu
memperhitungkan tingkat pendidikan pasien, kemampuan intelektual dan keanggotaan
kultural dan subkultural. Selain itu juga harus diketahun bagaimana riwayat kepribadian
prepsikotik atau premorbid pasien.1,3 Beberapa pasien, sebelum didiagnosis skizofrenia,
biasanya ditemukan adanya gangguan kepribadian skizoid, ambang, anti sosial dan
skizotipal.1 Riwayat premorbid yang tipikal tetapi tidak tanpa kecuali dari pasien adalah
bahwa mereka mempunyai kepribadian skizoid atau skizotipal.3
Skizofrenia sering memperlihatkan gejala campuran seperti gangguan proses pikir
dimana pikiran mereka sering tidak dapat dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis.
Dapat ditemukan pula adanya gangguan isi pikir yaitu waham atau keyakinan palsu yang
menetap dan dipertahankan oleh pasien, dimana yang paling sering adalah waham kejaran,
kebesaran, rujukan dan sebagainya. Selain itu ditemukan pula gangguan persepsi seperti
halusinasi, ilusi dan depersonalisasi serta gangguan emosi dan perilaku.1,3,4
Skizofrenia diobati dengan antipsikotik (AP). Setelah berkembangnya hipotesis
dopamin, pengobatan skizofrenia lebih ditujukan pada penghambatan neurotransmitter yang
berperan dalam patofisiologis skizofrenia yaitu dopamin dan serotonin.5 Obat antipsikotik
dibagi dalam dua kelompok yaitu dopamine receptor antagonist (DRA) atau antipsikotik
generasi I (APG-I) dan serotonin-dopamine antagonist (SDA) atau antipsikotik generasi II
(APG-II).1 Obat APG-I disebut juga antipsikotika konvensional atau tipikal sedangkan APG-
II disebut juga antispikotika baru atau atipikal.1 Secara umum, mekanisme kerja APG-1
adalah memblokade dopamin pada reseptor pasca sinaps neuron di otak, khususnya sistem
limbik, dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonist) sedangkan APG-II
disamping berafinitas terhadap dopamine D2 receptor juga terhadap Serotonin 5 HT2
Receptor.6 Obat APG-1 berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif sedangkan
untuk gejala negatif hampir tidak bermanfaat sedangkan obat APG-II bermanfaat baik untuk
gejala positif maupun negatif.1 Standar emas baru pengobatan skizofrenia adalah dengan
obat APG-II. Meskipun harganya mahal tetapi manfaat sangat besar dan efek samping
minimal dibandingkan dengan obat APG-I yang memiliki potensi besar menyebabkan efek
samping sindroma ekstrapiramidal, sindroma malignan neuroleptik serta tardive dyskinesia
yang membahayakan nyawa pasien jika tidak ditangani secara tepat.1,6 Obat APG-II pilihan
27
pertama adalah clozapine namun karena efek agranulositosisnya yang besar sehingga sering
digunakan risperidone dengan dosis berkisar antara 4-8 mg/hari.1,4,5,6 Untuk mencegah gejala
ekstrapiramidal/sindrom parkinson karena penggunaan antipsikotik yang kuat, dapat
diberikan tablet trihexyphenidil 3-4 x 2 mg/hari.1,6 penggunaan obat anti psikosis long acting
parenteral (fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc im, untuk
2-4 minggu) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat
ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral.6 Sebaiknya sebelum penggunaan
parenteral diberikan per oral dahulu beberapa minggu untuk melihat apakah terdapat efek
hipersensitivitas.6 Dosis mulai dengan ½ cc setiap minggu pada bulan pertama, kemudian
baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan. Pemberian antipsikosis long acting hanya untuk
terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap kasus skizofrenia. Selain itu, dapat juga
diberikan terapi kejang listrik (TKL) atau electric convulsion therapy (ECT) pada kasus
psikosis akut dan juga dengan terapi psikosial.1 Terapi psikosial terdiri dari terapi perilaku,
terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok dan psikoterapi intrapersonal.3
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 5 sampai 10 tahun setelah
perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skizofrenia, hanya kira-kira 10
sampai 20% pasien memiliki hasil yang baik.3 Baik tidaknya prognosis bergantung pada
beberapa faktor. Perjalanan penyakit, onset usia, adanya stressor yang jelas, dukungan
keluarga dan kepatuhan pasien secara umum menjadi faktor yang mempengaruhi prognosis
skizofrenia.1 Tipe disorganisasi secara umum mempunyai prognosis yang buruk, tetapi tipe
paranoid dan katatonik mempunyai prognosis yang baik. Prognosis menjadi lebih buruk
apabila pasien menyalahgunakan zat atau hidup dalam keluarga yang tidak harmonis.1
Pasien ini didiagnosis mengalami gangguan jiwa yaitu Skizofrenia paranoid dengan
tanda dan gejala yang memenuhi kriteria diagnosis Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) berdasarkan gambaran klinis yang khas memenuhi kriteria
umum diagnosis skizofrenia yaitu adanya halusinasi auditorik yang menonjol, adanya
gangguan waham menetap berupa waham kejaran dan perilaku cenderung menarik diri yang
kesemuanya terjadi dalam kurun waktu satu bulan atau lebih. Secara rinci, pasien
didiagnosis menderita skizofrenia paranoid dimana gejala halusinasi terutama halusinasi
auditorik verbal dan waham kejaran lebih menonjol dibandingkan gangguan afektif dan
perilaku. Pasien juga telah diberi pengobatan sesuai pengoabatan terbaru yaitu dengan
28
risperidone. Untuk mencegah dan mengatasi efek samping antipsikosis, pasien juga telah
diberi trihexiphenidil dibawah pengawasan. Gangguan sulit tidur pasien telah diatasi dengan
pemberian diazepam. Kepada pasien juga telah diberikan edukasi intrapersonal dan
berorientasi keluarga untuk memberikan motivasi dan kenyamanan pada pasien dalam
proses pemulihan. Secara umum, prognosis pasien baik, memenuhi kriteria prognosis yang
telah disebutkan diatas.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, N. Skizofrenia. Dalam : Elvira, S. Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FKUI. 2010 : 13, 170-8, 83-4,6, 8, 92-4
2. Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Bagian Penerbit FK-Unika Atmajaya. 2001 : 46-51
3. Kaplan, H. Sadock, B. Grebb, J. Skizofrenia. Dalam : Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara. 2010 : 701-2. 8-11. 17, 29, 37-9
4. Anonim. Overview of Schizophrenia. http://www.schizophrenia.com/family/sz.overview.htmDiakses pada tanggal 26 Juli 2012
5. Waterman, B. The Past, Present, and Future of Schizophrenia Treatment. 2003 : 5-22
6. Maslim, R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropika. 1999 : 15-21
30
FOLLOW UP (Saat dirawat di ruang tenang wanita RSU Prof.Dr.dr. W.Z. Johannes Kupang)
13 Juli 2012 14 juli 2012 16 Juli 2012 17 Juli 2012 18 Juli 2012
Keluhan
Pasien mengatakan dirinya baik-baik saja, sesekali mendengar bisikan tapi tidak lama, rasa takut masih sering muncul sering terbangun malam hari dan sulit tidur lagi, lebih banyak diam, cepat marah terhadap ibunya karena merasa wajah ibunya sering berubah-ubah, sulit makan
Pasien mengatakan baik-baik saja, dengar bisikan disangkal pasien tetapi sesekali muncul, rasa takut mulai berkurang, sering terbangun malam dan sulit tidur, merasa badan lemas, rasa takut mulai berkurang, sesekali cepat marah, kadang tidak mau makan
Pasien mengatakan keluhan sudah berkurang, dirinya baik-baik saja, ingin selalu mandi karena rasa gerah, kesulitan tidur berkurang, pasien sesekali masih mendengar bisikan, rasa takut sesekali ada
Pasien mengatakan tidak ada keluhan, pasien cenderung emosi dengan ibunya, kesulitan tidur mulai berkurang, nafsu makan kurang tapi bisa makan, suara bisikan sesekali ada tapi mengecil, rasa takut berkurang
Pasien mengatakan perasaan mulai tenang, marah berkurang, tapi gigi sakit dari semalam namun sudah berkurang, sempat terbangun malam namun tidur kembali nyenyak, mulai mau makan, mulai minum obat dengan baik, bisik sejak kemarin malam sudah mulai hilang, rasa takut sesekali muncul
Mood/afek/keserasian Iritabel/terbatas/tidak serasi Disforik/terbatas/tidak serasi Iritable/adekuat/serasi Iritable/adekuat/serasi Senang/terbatas/tidak serasiPersepsi Halusinasi auditorik (+) Halusinasi auditorik (?) Halusinasi auditorik (+) Halusinasi auditorik (+) Halusinasi auditorik (-)Bentuk Pikir Tidak logis Tidak logis Tidak logis Tidak logis Tidak logisArus pikir Koheren Koheren Koheren, Koheren KoherenIsi pikir Waham kejar (+) Waham sulit dievaluasi Waham kejar (+) Waham kejar (+) Waham kejar (+) tidak konsistenPsikomotor & sikap Tenang, kooperatif Sedikit tegang, kooperatif tenang, kooperatif Tenang, kooperatif Tenang, kooperatifDiagnosa Kerja Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid
Terapi Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg
Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg
Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg
Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg
Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg
19 Juli 2012 20 juli 2012 21 Juli 2012 23 Juli 2012Keluhan Pasien mengatakan dirinya
senang, tidur baik, tidak ada gangguan, sudah mau makan, emosi sesekali naik turun, rasa takut berkurang
Pasien mengatakan tubuh sebelah kanan sakit seperti baru jatuh, pasien lebih banyak diam, pasien mengatakan tidak mau ditanya banyak karena kepalanya sakit
Pasien mengatakan perasaannya tidak senang karena dilarang keluar oleh pasien lain, sesekali mendengar bisikan menyuruh keluar jalan-jalan
Pasien mengatakan dirinya tidak senang dan sempat memukul ibunya karena merasa ibunya seperti laki-laki, dengar suara bisikan disangkal, rasa takut tidak dirasakan sejak semalam
Mood/afek/keserasian senang/adekuat/serasi disforik/terbatat/tidak serasi disforik/terbatas/tidak serasi Disforik/terbatas/tidak serasiPersepsi Halusinasi (-) Halusinasi auditorik (-) Halusinasi auditorik (+) Halusinasi (-), ilusi tidak
konsistenBentuk Pikir logis Tidak logis Tidak logis Tidak logisArus pikir Koheren Koheren Koheren, KoherenIsi pikir Waham kejar (+) berkurang Waham kejar (+) tidak konsisten Waham kejar (+) Waham (-)Psikomotor & sikap Tenang, kooperatif tenang, kooperatif tenang, kooperatif Sedikit tegangDiagnosa Kerja Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid Skizofrenia Paranoid Skizofrenia ParanoidTerapi Risperidon 2-0-3 mg
Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg
Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg
Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 3x2 mg Diazepam 0-0-5 mg
Risperidon 2-0-3 mg Trihexiphenidil 2x2 mg Diazepam 0-0-5 mgPasien boleh pulang tetapi kontrol poliklinik