skenario tn. palkis.docx

34
SKENARIO Jenazah Tn. Palkis (24 th) dibawa oleh managemen Perusahaan Gula ke Departemen Kedokteran Forensik untuk dilakukan pemeriksaan autopsi. Dr. BS menganjurkan lapor ke penyidik untuk dibuat Visum et Repertum. Pihak managemen mengatakan tidak perlu, karena hanya untuk kepentingan perusahaan. Tn. Palkis setelah makan siang, (10-15) menit kemudian, mual-mual, muntah, terasa pusing, sakit perut oleh temannya dibawa ke puskesmas, di tengah jalan Tn. Palkis kejang-kejang sampai di puskesmas sesak napas, baru dipasang infus meninggal dunia. Pemeriksaan Pemeriksaan Luar: - Pembuluh darah balik leher dilatasi, ujung-ujung jari sianosis, bintik perdarahan pada kedua bola mata. - Lebam mayat lebih gelap warna kemerahan mudah hilang pada penekanan. - Kaku mayat terdapat pada mulut dan leher mudah di lawan, belum terdapat pada kedua lengan + tungkai. Pemeriksaan Dalam: - Alat-alat dalam (paru, hati, ginjal, limfa) distended, congestive (bendungan), pada pengirisan keluar darah agak cair merah terang. - Lambung berisi makanan baru dicerna, dinding lambung hiperemis. Laboratorium: 1

Upload: febyanne-vasilefa

Post on 06-Feb-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario Tn. Palkis.docx

SKENARIO

Jenazah Tn. Palkis (24 th) dibawa oleh managemen Perusahaan Gula ke Departemen

Kedokteran Forensik untuk dilakukan pemeriksaan autopsi. Dr. BS menganjurkan lapor ke

penyidik untuk dibuat Visum et Repertum. Pihak managemen mengatakan tidak perlu, karena

hanya untuk kepentingan perusahaan.

Tn. Palkis setelah makan siang, (10-15) menit kemudian, mual-mual, muntah, terasa

pusing, sakit perut oleh temannya dibawa ke puskesmas, di tengah jalan Tn. Palkis kejang-

kejang sampai di puskesmas sesak napas, baru dipasang infus meninggal dunia.

Pemeriksaan

Pemeriksaan Luar:

- Pembuluh darah balik leher dilatasi, ujung-ujung jari sianosis, bintik perdarahan pada

kedua bola mata.

- Lebam mayat lebih gelap warna kemerahan mudah hilang pada penekanan.

- Kaku mayat terdapat pada mulut dan leher mudah di lawan, belum terdapat pada

kedua lengan + tungkai.

Pemeriksaan Dalam:

- Alat-alat dalam (paru, hati, ginjal, limfa) distended, congestive (bendungan), pada

pengirisan keluar darah agak cair merah terang.

- Lambung berisi makanan baru dicerna, dinding lambung hiperemis.

Laboratorium:

Diambil darah, urine, isi lambung, usus ginjal, limfa, otak. Untuk pemeriksaan Lab.

Toksitologi.

Klarifikasi istilah

1. Autopsi : pemeriksaan terhadap tubuh jenazah yang meliputi

pemeriksaan luar dan dalam dengan tujuan menemukan proses

penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi,

menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan

sebab akibat

2. Departemen kedokteran forensic: Salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran,

yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk

kepentingan penegakan hukum serta keadilan.

1

Page 2: Skenario Tn. Palkis.docx

3. Penyidik : polisi/ pejabat negara yang diatur oleh undang-undang untuk

mencari dan mengumpulkan bukti atas pelaku tindak pidana

4. Visum et repertum : surat keterangan yang dibuat oleh dokter atas apa yang dilihat

dan ditemukan berdasarkan pemintaan dari pihak penyidik,

pada barang bukti yang diperiksanya serta memuat pula

kesimpulan atas pemeriksaan tersbut guna kepentingan

peradilan

5. Lebam mayat : pengumpulan sel-sel darah (eritrosit) pada pembuluh darah

kapiler/ vena karena adanya gaya gravitasi pada bgian tubuh

terendah setelah kematian klinis.

6. Kaku mayat : kekakuan pada otot yang kadang-kadang disertai dengan

pemendekan serabut otot yang terjadi setelah oeriode

pelemasan yang terjadi karena perubahan kimiawi pada protein

dalam serabut otot.

7. Pemeriksaan luar : Pemeriksaan yang dilakukan dengan sangat hati-hati terhadap

ciri identitas fisik mayat, pakaian, benda disamping mayat, ciri

tanatologis, perlukaan dan patah tulang.

8. Pemeriksaan dalam : Pemeriksaan yang dilakukan dengan membuka dan memeriksa

isi rongga kepala, leher, dada, perut, panggul atau bagian tubuh

lain apabila diperlukan.

Identifikasi masalah

1. Jenazah Tn. Palkis (24 th) dibawa oleh managemen Perusahaan Gula ke Departemen

Kedokteran Forensik untuk dilakukan pemeriksaan autopsi. Dr. BS menganjurkan

lapor ke penyidik untuk dibuat Visum et Repertum. Pihak managemen mengatakan

tidak perlu, karena hanya untuk kepentingan perusahaan.

2. Setelah makan siang (10-15) menit kemudian Tn. Palkis mual-mual, muntah, terasa

pusing, sakit perut, Tn. Palkis dibawa oleh temannya ke puskesmas. Di tengah jalan

2

Page 3: Skenario Tn. Palkis.docx

Tn. Palkis kejang-kejang sampai di puskesmas sesak napas, baru dipasang infus

meninggal dunia.

3. Pemeriksaan Luar:

- Pembuluh darah balik leher dilatasi, ujung-ujung jari sianosis, bintik perdarahan pada

kedua bola mata.

- Lebam mayat lebih gelap warna kemerahan mudah hilang pada penekanan.

- Kaku mayat terdapat pada mulut dan leher mudah di lawan, belum terdapat pada

kedua lengan + tungkai.

4. Pemeriksaan Dalam:

- Alat-alat dalam (paru, hati, ginjal, limfa) distended, congestive (bendungan), pada

pengirisan keluar darah agak cair merah terang.

- Lambung berisi makanan baru dicerna, dinding lambung hiperemis.

Analisis Masalah

1. a. Apa itu Visum et Repertum?

b. Apa dasar hukumVisum et Repertum?

c. Bagaimana pembagian visum et repertum?

d. Apakah tujuan Visum et repertum?

e. Mengapa Dr. BS menganjurkan lapor ke penyidik untuk dibuat Visum et Repertum?

f. Apakah boleh dilakukan autopsi tanpa disertai permintaan dari penyidik?

g. Mengapa harus pihak berwenang yang meminta visum et repertum?

2. a. Mengapa timbul gejala mual mual, muntah, terasa pusing, sakit perut setelah makan

siang di pabrik gula?

b. Makanan/ zat apa yang dimakan oleh Tn. Palkis?

c. Adakah hubungan antar gejala yang dialami Tn. Palkis dengan kematiannya?

3. Apa yang menyebabkan timbulnya :

a. Pembuluh darah balik leher dilatasi, ujung-ujung jari sianosis, bintik perdarahan pada

kedua bola mata.

b. Lebam mayat lebih gelap warna kemerahan mudah hilang pada penekanan.

c. Kaku mayat terdapat pada mulut dan leher mudah di lawan, belum terdapat pada

kedua lengan + tungkai.

3

Page 4: Skenario Tn. Palkis.docx

d. Bagaimana perkiraan saat kematian berdasarkan hasil PL yang ditemukan dan

disesuaikan dengan anamnesis dari pihak manajemen?

4. Apa yang menyebabkan timbulnya :

a. Alat-alat dalam (paru, hati, ginjal, limfa) distended, congestive (bendungan), pada

pengirisan keluar darah agak cair merah terang.

b. Lambung berisi makanan baru dicerna, dinding lambung hiperemis.

c. Apakah penyebab pasti kematian berdasarkan hasil autopsi? Bagaimana cara

membuktikannya?

Hipotesis

Tn Palkis, laki-laki 24 tahun, meninggal dunia akibat keracunan makanan setelah

makan siang di pabrik gula.

4

Page 5: Skenario Tn. Palkis.docx

Sintesis Learning Issue

1. a. Apa itu Visum et Repertum?

Visum et Repertum (VeR) adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik

yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun

mati, ataupun bagian / diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan

dibawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.

b. Apa dasar hukum Visum et Repertum?

Pasal 133 KUHAP menyebutkan:

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,

keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,

ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran

kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas u.ntuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat

c. Bagaimana pembagian visum et repertum?

Ada 3 jenis visum et repertum, yaitu:

1 . VeR hidup

VeR hidup dibagi lagi menjadi 3, yaitu:

a. VeR definitif, yaitu VeR yang dibuat seketika, dimana korban tidak memerlukan

perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga tidak menghalangi pekerjaan korban,

Kualifikasi luka yang ditulis pada bagian kesimpulan yaitu luka derajat I atau luka

golongan C.

b.VeR sementara, yaitu VeR yang dibuat untuk sementara waktu, karena korban

memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga menghalangi pekerjaan

korban. Kualifikasi luka tidak ditentukan dan tidak ditulis pada kesimpulan.

Ada 5 manfaat dibuatnya VeR sementara, yaitu

· Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak

· Mengarahkan penyelidikan

· Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan sementara terhadap

terdakwa

5

Page 6: Skenario Tn. Palkis.docx

· Menentukan tuntutan jaksa

c. VeR lanjutan, yaitu VeR yang dibuat dimana luka korban telah dinyatakan sembuh

atau pindah rumah sakit atau pindah dokter atau pulang paksa. Bila korban meninggal,

maka dokter membuat VeR jenazah. Dokter menulis kualifikasi luka pada bagian

kesimpulan VeR.

2. VeR jenazah , yaitu VeR yang dibuat terhadap korban yang meninggal. Tujuan

pembuatan VeR ini adalah untuk menentukan sebab, cara, dan mekanisme kematian.

3. Ekspertise , yaitu VeR khusus yang melaporkan keadaan benda atau bagian tubuh

korban, misalnya darah, mani, liur, jaringan tubuh, tulang, rambut, dan lain-lain. Ada

sebagian pihak yang menyatakan bahwa ekspertise bukan merupakan VeR.

d. Apakah tujuan Visum et repertum?

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis

dalam Pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian

suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana VeR

menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam

bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti.

e. Apakah boleh dilakukan autopsi tanpa disertai permintaan dari penyidik?

Tidak boleh, karena definisi Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang

dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis

terhadap seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh

manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk

kepentingan peradilan.

f. Mengapa harus pihak berwenang yang meminta visum et repertum?

Prosedur Permintaan, Penerimaan, dan Penyerahan Visum et Repertum

Pihak yang berhak meminta VeR

1. Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian yang diangkat negara

untuk menjalankan undang-undang.

2. Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.

3. Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah lewat.

4. Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C.

6

Page 7: Skenario Tn. Palkis.docx

Syarat pembuat:

· Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)

· Di wilayah sendiri

· Memiliki SIP

· Kesehatan baik

Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk

membuat VeR korban hidup, yaitu:

1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.

2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau

keluarganya. Juga tidak boleh melalui jasa pos.

3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter.

4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.

5. Ada identitas korban.

6. Ada identitas pemintanya.

7. Mencantumkan tanggal permintaan.

8. Korban diantar oleh polisi atau jaksa.

Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk

membuat VeR jenazah, yaitu:

1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.

2. Harus sedini mungkin.

3. Tidak bisa permintaannya hanya untuk pemeriksaan luar.

4. Ada keterangan terjadinya kejahatan.

5. Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki.

6. Ada identitas pemintanya.

7. Mencantumkan tanggal permintaan.

8. Korban diantar oleh polisi.

Saat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan

jam, penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang mengantar

korban. Batas waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR kepada penyidik

selama 20 hari. Bila belum selesai, batas waktunya menjadi 40 hari dan atas

persetujuan penuntut umum.

7

Page 8: Skenario Tn. Palkis.docx

2. a. Mengapa timbul gejala mual mual, muntah, terasa pusing, sakit perut setelah

makan siang di pabrik gula?

Gejala yang timbul ini adalah gejala yang biasa ditemukan pada kasus keracunan

makanan yang biasanya disebabkan oleh golongan sianida dan pestisida.

8

Enzim tidak aktif

Enzim cytochrom oksidase (cytochrom a-a3komplek) + sistem transport elektron

Transport elektron dari cytochrom a3 diblok

Oksigen sel menurun

Sel mengikat PO2 (racun) sel cukup oksigen ttp tdk dapat digunakan

Penurunan respirasi aerobik sel

Hipoksia

Sianida mengikat trivalen Fe

Page 9: Skenario Tn. Palkis.docx

Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik, cara masuk ke dalam tubuh

dapat secara :

- inhalasi, misalnya gas HCN (gas penerangan, sisa pembakaran seluloid,

fumigasi kapal)

- oral, yaitu garam CN yang dipakai pada peyepuhan emas, pengelasan besi dan

baja, serta fotografi dan amigdalin yang didapat dari singkong, ubi dan biji apel

Setelah diabsorbsi, CN masuk ke dalam sirkulasi sebagai CN bebas dan tidak dapat

berikatan dengan Hb kecuali dalam bentuk methemoglobin akan terbentuk

sianmethemoglobin. CN akan mengaktifkan enzim oksidatif beberapa jaringan secara

radikal, terutama sitokrom oksidase juga merangsang pernapasan bekerja pada ujung

sensorik sinus (kemoreseptor) sehingga pernapasan cepat. Dengan demikian proses

oksidasi-reduksi dalam sel tidak berlangsung dan oksihemoglobin tidak dapat

berdisosiasi melepaskan O2 ke sel jaringan sehingga timbul anoksia jaringan. Hal ini

merupakan keadaan paradoksal karena korban meninggal akibat hipoksia tetapi darahnya

kaya akan O2.

Takaran toksik per oral untuk HCN adalah 60-90 mg, sedangkan KCN atau NaCN

adalah 200 mg. Gas CN 200-400 ppm akan menyebabkan kematian dalam 30 menit

sedangkan gas CN 20000 ppm akan menyebabkan meninggal seketika.

Mual muntah disebabkan karena terjadinya iritasi pada mukosa lambung yang

disebabkan oleh zat yang terdapat pada makanan yang dimakan oleh Tn. Palkis.

Kejang berupa gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh otot tubuh,

kesadaran hilang dengan cepat, spinkter mengalami relaksasi sehingga feses dan urin

dapat keluar spontan. Denyut nadi dan tekanan darah masih tinggi, sianosis makin jelas.

Bila kekurangan O2 ini terus berlanjut, maka penderita akan masuk ke stadium apnoe.

b. Makanan/ zat apa yang dimakan oleh Tn Palkis?Dilihat dari gejala yang dialami olehnya, kemungkinan Tn. Palkis mengalami

keracunan sianida.Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik karena garam

sianida dalam takaran kecil saja sudah cukup untuk menimbulkan kematian pada

seseorang dengan cepat.

Sianida dapat masuk ke tubuh melalui mulut, inhalasi maupun melalui kulit.

Sianida mempunyai afinitas yang kuat terhadap enzim pernafasan yaitu enzim

9

Page 10: Skenario Tn. Palkis.docx

cytochrome oxydase, kemudian mengikat Fe (ferril heme), sehingga sel tidak dapat

menggunakan zat asam dari HbO akibatnya terbentuk CN bebas sehingga terjadi

gangguan pada transportasi dan pemakaian oksigen dalam sel mengakibatkan anoksia

(sitotoksik anoksia).

Untuk terjadi tanda dan gejala keracunan pada korban tentu sangat bergantung

pada posisi dan lamanya korban terpapar (akut dan kronik).

Gejala-gejala yang sering dijumpai pada keracunan akut antara lain perasaan

seperti terbakar pada kerongkongan dan lidah, sesak nafas, hipersalivasi, mual,

muntah, sakit kepala, vertigo, fotofobia, tinnitus, pusing dan kelelahan.

Selanjutnya dapat pula ditemukan sianosis pada muka, busa keluar dari mulut, nadi

cepat dan lemah, pernafasan yang tidak teratur, pupil dilatasi, refleks melambat, udara

pernafasan berbau “amandel” dan juga dari muntahan. Menjelang kematian, timbul

kejang – kejang dengan inkontinensia urin.

c. Adakah hubungan antar gejala yang dialami Tn Palkis dengan kematiannya?

Gejala yang dialami Tn. Palkis berhubungan dengan kematiannya, karena

gejala tersebut merupakan tanda telah terjadi toksikasi (keracunan) di dalam tubuhnya

yang menyebabkan asfiksia.

Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan

dalam 4 stadium (Amir, 2008), yaitu:

1. Stadium Dispnea

Terjadi karena kekurangan O2 disertai meningkatnya kadar CO2 akan

merangsang pusat pernafasan, gerakan pernafasan (inspirasi dan ekspirasi)

bertambah dalam dan cepat disertai bekerjanya otot-otot pernafasan tambahan.

Wajah cemas, bibir mulai kebiruan, mata menonjol, denyut nadi dan tekanan

darah meningkat. Bila keadaan ini berlanjut, maka masuk ke stadium kejang.

2. Stadium Kejang

Berupa gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh otot tubuh, kesadaran

hilang dengan cepat, spinkter mengalami relaksasi sehingga feses dan urin

dapat keluar spontan. Denyut nadi dan tekanan darah masih tinggi, sianosis

makin jelas. Bila kekurangan O2ini terus berlanjut, maka penderita akan

masuk ke stadium apnoe.

3. Stadium Apnea

10

Page 11: Skenario Tn. Palkis.docx

Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, otot menjadi lemah,

hilangnya refleks, dilatasi pupil, tekanan darah menurun, pernafasan dangkal

dan semakin memanjang, akhirnya berhenti bersamaan dengan lumpuhnya

pusat-pusat kehidupan. Walaupun nafas telah berhenti dan denyut nadi hampir

tidak teraba, pada stadium ini bisa dijumpai jantung masih berdenyut beberapa

saat lagi.

4. Stadium akhir

Paralise total pusat pernafasan, jantung masih berdenyut beberapa saat

postapneu.Pernafasan berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernafasan

kecil pada leher.

3. Apa yang menyebabkan timbulnya :

a. Pembuluh darah balik leher dilatasi, ujung-ujung jari sianosis, bintik

perdarahan pada kedua bola mata.

Terdapatnya sianosis pada ujung-ujung jari tangan dan kaki mengindikasikan

adanya gangguan perfusi oksigen ke jaringan perifer akibat hipoksia.

Terdapatnya bintik perdarahan pada kedua bola mata (tardieus’s spot)

merupakan gambaran adanya kerusakan endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang

terdiri dari selapis sel akan pecah dan menimbulkan bintik- bintik perdarahan. Kapiler

yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya pada

konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Gambaran kerusakan ini khas pada

kasus asfiksia.

b. Lebam mayat lebih gelap warna kemerahan mudah hilang pada penekanan.

Hal ini terjadi akibat pengumpulan darah dalam pembuluh-pembuluh darah

kecil, kapiler, dan venule pada bagian tubuh terendah akibat tekanan gravitasi. Warna

yang ditemukan pada pemeriksaan : merah keunguan (livide), akan tetapi pada

beberapa keadaan tertentu dapat ditemukan perbedaan. Hal tersebut memberikan

informasi bahwa pada korban telah terjadi sesuatu yang dapat berkaitan dengan

penyebab kematian korban. Pada keracunan sianida, akan memberikan warna lebam

yang merah terang, hal ini disebabkan oleh kadar oksi-hemoglobin dalam darah vena

tetap tinggi.

11

Page 12: Skenario Tn. Palkis.docx

Terdapatnya lebam mayat warna kemerahan, mudah hilang pada penekanan.

Lebam mayat dengan warna lebih terang tersebut dapat dikarenakan kadar

oxyhaemoglobin berlebihan (karena jaringan tidak dapat menggunakan oksigen) pada

pembuluh vena kapiler dan adanya cyanmethaemoglobin

Lebam mayat akan mulai tampak sekitar 20-30 menit setelah kematian somatis

dan intensitas bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 6-7 jam post

mortal. Dengan demikian, jika waktu kematian diatas 6-7 jam, pada penekanan tidak

akan menghilang. Pada kasus ini, ditemukan lebam mayat yang mudah hilang pada

penekanan. Sehingga, disimpulkan bahwa waktu kematian saat dilakukan

pemeriksaan lebih dari 30 menit dan kurang dari 6 jam post-mortal.

c. Kaku mayat terdapat pada mulut dan leher mudah di lawan, belum terdapat

pada kedua lengan + tungkai.

Kaku mayat merupakan kekakuan pada otot yang kadang-kadang disertai

dengan pemendekan serabut otot yang terjadi setelah periode pelemasan yang terjadi

karena perubahan kimiawi pada protein dalam serabut otot, baik otot lurik maupun

otot polos. Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortal dan mencapai

puncaknya setelah 10-12 jam post mortal, keadaan ini akan menetap sekitar 24 jam,

setelah 24 jam kaku mayat akan menghilang. Urutan menghilangnya kaku mayat

sesuai dengan pertama kalinya terdapat kaku mayat. Urutan terjadinya adalah wajah,

leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.

4. Apa yang menyebabkan timbulnya :

a. Alat-alat dalam (paru, hati, ginjal, limfa) distended, congestive (bendungan),

pada pengirisan keluar darah agak cair merah terang.

Alat dalam distended, warna merah agak gelap, pada pengirisan darah

berwarna merah agak gelap pada pengirisan darah, berwarna merah gelap dan kental .

Ini merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptekie. Kongesti

adalah terbendungnya pembuluh darah, sehingga terjadi akumulasi darah dalam organ

yang diakibatkan adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh darah. Pada kondisi vena

yang terbendung, terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular (tekanan yang

mendorong darah mengalir di dalam vaskular oleh kerja pompa jantung)

menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma

12

Page 13: Skenario Tn. Palkis.docx

ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi

oedema)

Pada pengirisan, keluar darah agak cair merah terang, Darah berwarna merah

agak cair merah terang diakibatkan oleh proses kematian yang diakibatkan oleh

asfiksia, dan biasanya ditemukan dalam bentuk lebih cair, namun pada kasus ini darah

yang ditemukan kental.

b. Lambung berisi makanan baru dicerna, dinding lambung hiperemis.

Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi, sehingga tidak dapat

digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan saat

mati. Namun, keadaan lambung dapat membantu tentang keputusan dalam

pemeriksaan dalam. Ditemukannya makanan tertentu dapat digunakan untuk

informasi, namun dalam kasus ini terdapat makan yang sudah dicerna. Tidak

dijelaskan jenis makanan apa yang terdapat didalam lambung, jadi susah untuk

menyimpulkan apa makanan yang terakhir kali dimakan oleh Tn. Fatris.

Menurut literatur lainnya, terdapat standar untuk waktu pengosongan

lambung, yakni sekitar 4-6 jam. Dengan demikian penafsiran waku kematian atas

pemeriksaan isi lambung dapat dilihat dari ada tidaknya makanan yang dicerna dalam

lambung, Dalam kasus ini, makanan masih terdapat, sehingga disimpulkan waktu

kematiannya dibawah 4 jam.

Hiperemis pada lapisan dalam lambung, perubahan warna pada jaringan

tubuh, khususnya lapisan dalam lambung menandakan adanya sesuatu yang tertelan.

Pada kasus tertelannya racun sianida terspat perubahan dari lapisan mukosa dalam

lambung. Karena termasuk dari zat korosif, makan akan tampak perubahan dari

bagian dalam lambung, khususnya di daerah kurvatura mayor.

c. Apakah penyebab pasti kematian berdasarkan hasil autopsi? Bagaimana cara

membuktikannya?

Penyebab pasti kematian Tn.Fatris berdasarkan hasil autopsi disebabkan oleh asfiksia

yang dikarenakan keracunan zat makanan. Untuk membuktikannya harus dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut berupa analisa toksikologi.

13

Page 14: Skenario Tn. Palkis.docx

TOKSIKOLOGI FORENSIK

DEFINISI

Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sumber,

karakteristik dan kandungan racun, gejala dan tanda yang disebabkan racun, dosis fatal,

periode fatal,dan penatalaksanaan kasus keracunan. Periode fatal merupakan selang waktu

antara masuknya racun dalam dosis fatal rata-rata sampai menyebabkan kematian pada rata-

rata orang sehat.

Dalam berbagai kepustakaan, terdapat berbagai pengertian tentang keracunan

(poisoning) dan intoksikasi. Beberapa kepustakaan menyatakan pengertian keracunan dan

intoksikasi berbeda, dimana keracunan dinyatakan sebagai overdosis yang mempunyai efek

sentral sedangkan intoksikasi merupakan overdosis yang bersifat umum baik sentral maupun

perifer. Namun kepustakaan lain menyatakan keracunan dan intoksikasi memiliki pengertian

yang sama.

Berbagai definisi racun telah dipublikasikan berdasarkan sudut pandang yang

berbeda dari berbagai ahli. Semua definisi memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri

dalam interpretasi dan banyak definisi yang tumpang tindih satu dengan lainnya. Paracelcus

(1493-1541) yang lebih dikenal sebagai Theopraxis Bombastus von Honhenheim, orang yang

pertama mendefinisikan racun, menyatakan semua substansi di alam adalah racun hanya

dosis yang membedakan substansi tersebut racun atau bukan (sola dosis facit venenum). Ahli

toksikologi SEINEN (1989) menyatakan racun adalah substansi yang diberikan secara

berlebihan sehingga toksikologi dianggap sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang

berlebihan (toxicology is the knowledge of too much).

SANGSTER secara lebih rinci menyatakan tentang sumber substansi yang dianggap

racun. Keracunan dianggap sebagai cidera yang diakibatkan konsentrasi berlebihan dari

substansi eksogenous (dari luar tubuh manusia).

Toksikologi forensik Pemeriksaan racun dan keracunan yang berhubungan dengan perkara

pidana atau perdata.

14

Page 15: Skenario Tn. Palkis.docx

Kata Racun, tidak disebutkan dalam undang-undang yang berlaku di Indonesia

KUHAP ps 133 ayat 1 : hanya ada kata “keracunan”

KUHP ps 356 : ada kata “meracuni” penyaniayaan

Racun zat/bahan yang dalam jumlah tertentu bila terjadi kontak atau masuk kedalam tubuh

akan menyebabkan penyakit dan/atau kematian.

Sumber Racun :

Racun rumah tangga : desinfektan, detergen, insektisida

Racun pertanian : pestisida, herbisida

Racun kedokteran : hipnotika, sedatif, analgetika, obat

o penenang, antidepresan, antibiotika

Racun industri : asam dan basa kuat, logam berat

Racun bebas : opium, ganja, sianida, racun pada jamur

Cara Masuk :

Mulut/peroral

Saluran pernafasan/inhalasi

Suntikan/parenteral

Perrektal

pervaginal

Melalui kulit

15

Page 16: Skenario Tn. Palkis.docx

BENTUK KERACUNAN BERDASARKAN MOTIF

Salah satu tujuan pelayanan forensik klinik adalah memberikan informasi atau fakta-

fakta yang membuat terang kasus keracunan yang mencurigakan termasuk motif yang

melatarbelakangi kasus tersebut. Dalam kasus tindak pidana harus dibuktikan adanya

perbuatan yang salah (actua rheus) dan situasi batin yang melatarbelakangi tindakan tersebut

(men rhea). Motif keracunan harus ditentukan sebagai unsur men rhea, apakah timbul akibat

kecerobohan (recklessness), kealpaan (negligence) atau kesengajaan (intentional).

Secara umum, motif keracunan dapat dibedakan menjadi dua bentuk (tipe)

berdasarkan korban keracunan, yaitu:

1. Tipe S (spesific target)

Menunjukkan bahwa korban keracunan hanya orang tertentu dan biasanya antara pelaku

dan korban sudah saling kenal. Motivasi yang biasanya melatarbelakangi, antara lain:

uang, membunuh, pembunuhan lawan politik dan balas dendam. Keracunan tipe S

berdasarkan terjadinya dibagi ke dalam dua sub grup yaitu:

a. Sub grup S tipe S/S (spesific/slow) dimana keracunan terjadi secara perlahan dan

direncanakan oleh pelaku.

b. Sub grup Q tipe S/Q (spesific/quick) dimana keracunan terjadi secara mendadak dan

tanpa perencanaan sebelumnya.

Pemeriksaan terhadap korban keracunan tipe S/S perlu mendapat perhatian lebih sebab

kegagalan pembuktian tanda-tanda keracunan oleh dokter sangat sering membuat kasus

tersebut menjadi kasus tersebut menjadi kasus pembunuhan yang sempurna (the perfect

murder). Pembunuhan yang sempurna adalah kematian korban yang sesungguhnya akibat

tindaan pidana tetapi dokter menyatakan sebagai kematian wajar karena faktor penyakit.

Kasus pembunuhan yang sempurna terjadi bukan karena keahlian si pembunuh, tetapi

akibat kegagalan dokter mengenali tanda-tanda keracunan pada korban.

2. Tipe R (random target)

Terjadi pada korban yang acak. Motivasi bentuk keracunan ini biasanya ego, sadistik, dan

teror. Berdasarkan kejadiannya keracunan tipe R dibagi:

a. Sub grup S tipe R/S (random/slow), terorisme merupakan salah satu benuk keracunan

tipe ini bila racun yang dipakai sebagai alat untuk menjalankan teror.

b. Sub tipe Q tipe R/Q (random/quick).

16

Page 17: Skenario Tn. Palkis.docx

PEMERIKSAAN FORENSIK KASUS KERACUNAN TERHADAP KOBAN YANG

SUDAH MENINGGAL

Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan keracunan pada

korban yang sudah meninggal antara lain:

1. Pemeriksaan post mortem

a. Pemeriksaan luar

Pada pemeriksaan luar untuk kasus keracunan, kemungkinan didapatkan:

- Racun jenis tertentu mengeluarkan bau aroma yang khas, misalnya asam

hidrosianida, asam karbonat, kloroform, alkohol, dll. Untuk menjaga keutuhan

jenazah tidak boleh menggunakan cairan desinfektan yang mempunyai bau

(aroma).

- Pada permukaan tubuh jenazah mungkin ditemukan bercak-bercak yang berasal

dari muntahan, feses dan kadang-kadang jenis racun itu sendiri.

- Perubahan warna kulit, misalnya menjadi kuning pada keracunan fosfor dan

keracunan akut akibat unsur tembaga sulfat.

- Keadaan pupil mata dan jari tangan yang lemas atau mengepal.

- Pemeriksaan lubang pada tubuh jenazah untuk melihat adanya tanda-tanda bekas

zat korosif atau benda asing.

- Livor mortis yang khas, merah terang, cherry red atau merah coklat (bila

racunnya menyebabkan perubahan warna darah sehingga warna lebam jenazah

mengalami perubahan.

b. Pemeriksaan dalam

Pada umumnya tanda-tanda keracunan tampak pada traktus gastrointestinal, terutama

jika keracunan akibat zat korosif atau iritan. Perubahan yang terjadi adalah:

- Hiperemia

Warna kemerahan pada membran mukosa paling jelas terlihat pada bagian

cardiac lambung dan pada bagian curvatura major. Warnanya adalah merah gelap

dan hiperemia ini bentuknya bisa merata atau bercak, misalnya pada keracunan

arsen hiperemia adalah merah merata.

Perubahan warna juga bisa muncul karena berbagai unsur lainnya seperti sari

buah. Asam nitrat menyebabkan warna kuning pada usus. Hiperemia harus

17

Page 18: Skenario Tn. Palkis.docx

dibedakan dengan kongesti vena secara menyeluruh yang terjadi pda kematian

akibat asfiksia. Gambaran yang membedakan dengan hiperemia yang disebabkan

oleh penyakit adalah pada hiperemia karena penyakit sifatnya merata dan terdapat

pada seluruh permukaan serta tidak berupa bercak, selain itu gambaran membran

mukosa lebih banyak terkena pada kasus keracunan.

- Perlunakan

Keadaan ini terjadi pada keracunan korosif, lebih sering terlihat pada kardiak

lambung, kurvatura mayor, mulut, tenggorokan dan esofagus. Jika disebabkan

karena penyakit, gambaran ini hanya tampak pada lambung. Juga harus

dibedakan dengan perlunakan post mortem yang terdapat pada bagian yang lebih

rendah dan mengenai seluruh lapisan dinding lambung. Pada bagian yang

mengalami perlunakan tidak ada tanda-tanda inflamasi.

- Ulserasi

Paling sering ditemukan ditemukan pada curvatura major lambung dan harus

dibedakan dengan tukak peptik yang paling sering terdapat di curvatura minor

lambung dan ditandai dengan adanya hiperemia di sekitar tukak tersebut.

- Perforasi

Sangat jarang terjadi, kecuali pada kasus keracunan asam sulfat. Perforasi juga

bisa terjadi akibat tukak kronis, tetapi bentuk perforasi pada kasus ini biasannya

lonjong atau bulat, pinggirnya melekuk ke arah luar dan lambung menunjukkan

tanda-tanda perlekatan dengan jaringan sekitar.

2. Pemeriksaan kimia/toksikologi pada organ tubuh bagian dalam

Ditemukannya jenis racun pada darah, feses, urin atau dalam organ tubuh merupakan

bukti yang memastikan bahwa telah terjadi keracunan. Racun bisa ditemukan dalam

lambung, usus halus, dan kadang-kadang pada hati, limpa dan ginjal. Organ tubuh dan

bahan yang diperiksa antara lain :

- Urin dan feses

- Darah

- Lambung dan isinya

- Bagian dari usus halus (duodenum dan jejunum)

- Hati

18

Page 19: Skenario Tn. Palkis.docx

- Setengah bagian dari masing-masing ginjal

- Otak dan medulla spinalis, terutama pada keracunan striknin

- Uterus dan organ-organ yang berkaitan dengan uterus, jika ada kecurigaan abortus

kriminalis

- Paru-paru terutama pada keracunan kloroform

- Tulang, rambut, gigi dan kuku

- Organ tubuh lainnya yang dicurigai mengandung racun.

3. Pengumpulan bukti-bukti dari sekitar tempat kejadian

KERACUNAN SIANIDA

Sianida adalah racun yang digunakan baik untuk bunuh diri, kecelakaan atau

pembunuhan. Meskipun diagnosis autopsi tentang keracunan sianida sangat jarang diragukan,

analisis toksikologi mungkin sulit untuk interpretasi akibat destruksi maupun produk sianida

dalam tubuh yang sudah mati dan bahkan pada sampel darah yang disimpan untuk menunggu

diperiksa. Keracunan sianida akut merupakan kasus yang paling sering dilaporkan sendiri,

dalam beberapa kasus biasanya garam natrium maupun kalium ikut masuk ke saluran cerna.

Hal ini bisa tiba-tiba maupun dalam kecelakaan kerja (industri) yang dalam beberapa kasus

garam-garam tersebut ikut dilibatkan, atau mungkin gas-gas yang dibebaskan dari beberapa

proses komersil.

Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik, cara masuk ke dalam tubuh dapat

secara :

- inhalasi, misalnya gas HCN (gas penerangan, sisa pembakaran seluloid, fumigasi kapal)

- oral, yaitu garam CN yang dipakai pada peyepuhan emas, pengelasan besi dan baja, serta

fotografi dan amigdalin yang didapat dari singkong, ubi dan biji apel

Setelah diabsorbsi, CN masuk ke dalam sirkulasi sebagai CN bebas dan tidak dapat

berikatan dengan Hb kecuali dalam bentuk methemoglobin akan terbentuk

sianmethemoglobin. CN akan mengaktifkan enzim oksidatif beberapa jaringan secara radikal,

terutama sitokrom oksidase juga merangsang pernapasan bekerja pada ujung sensorik sinus

(kemoreseptor) sehingga pernapasan cepat. Dengan demikian proses oksidasi-reduksi dalam

sel tidak berlangsung dan oksihemoglobin tidak dapat berdisosiasi melepaskan O2 ke sel

19

Page 20: Skenario Tn. Palkis.docx

jaringan sehingga timbul anoksia jaringan. Hal ini merupakan keadaan paradoksal karena

korban meninggal akibat hipoksia tetapi darahnya kaya akan O2.

Takaran toksik per oral untuk HCN adalah 60-90 mg, sedangkan KCN atau NaCN

adalah 200 mg. Gas CN 200-400 ppm akan menyebabkan kematian dalam 30 menit

sedangkan gas CN 20000 ppm akan menyebabkan meninggal seketika.

Penemuan Autopsi pada Keracunan Sianida

Tanda dan gejala keracunan akut CN yang ditelan dapat dengan cepat menyebabkan

kegagalan pernafasan dan kematian dapat timbul dalam beberapa menit. Dalam interval yang

pendek antara menelan racun sampai kematian, korban mengeluh merasa terbakar pada

kerongkongan dan lidah, hipersalivasi, mual, muntah, sakit kepala, vertigo, photophobia,

tinitus, pusing, kelelahan dan sesak napas. Dapat pula ditemukan sianosis pada muka, keluar

busa dari mulut, nadi cepat dan lemah, napas cepat dan kadang-kadang tidak teratur, refleks

melambat, udara pernapasan berbau amandel. Menjelang kematian sianosis nyata dan timbul

kedutan otot-otot berlanjut dengan kejang dengan inkontinensia urin dan alvi. Racun yang

diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran bernapas, mual muntah sakit kepala, salivasi,

lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing, kelemahan ekstremitas, kolaps, kejang,

koma, dan meninggal.

Pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang merupakan tanda

patognomonik untuk keracunan CN. Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa

keluar dari mulut, dan lebam jenazah berwarna merah terang. Pemeriksaan selanjutnya

biasanya tidak memberikan gambaran yang khas.

Dari luar, ada banyak variasi dalam penampilanya. Yang klasik, lebam mayat

dikatakan menjadi berwarna merah bata, sesuai dengan kelebihan oksi hemoglobin (karena

jaringan dicegah dari penggunaan oksigen) dan ditemukannya cyanmethemoglobin. Banyak

deskripsi lebam mayat yang mengarah pada kulit yang berwarna merah muda gelap atau

bahkan merah terang, terutama bergantung pada daerahnya, yang mana dapat dibingungkan

dengan karboksi hemoglobin.

Mungkin bau sianida ada pada tubuh dan dapat dikenal, tapi perlu diketahui bahwa

banyak orang tidak bisa mendeteksi bau ini, kemampuan menciumnya berhubungan dengan

genetik (bukan berdasarkan pengalaman). Ini penting diketahui oleh ahli patologi dan

pegawai kamar mayat, bahwa keracunan sianida dapat membawa resiko. Para petugas terkait

20

Page 21: Skenario Tn. Palkis.docx

menjadi sakit dan untuk sementara mengalami gangguan fungsi setelah mengautopsi mayat

bunuh diri yang telah menelan sejumlah besar kalium sianida. Diasumsikan mungkin akibat

menghirup hidrogen sianida dari isi perut mayat ketika melakukan pemeriksaan organ dalam.

Pada autopsi dapat tercium bau amandel waktu membuka rongga dada, perut dan

otak. Darah, otot dan penempang organ berwarna merah terang. Juga ditemukan tanda-tanda

asfiksia. Pemastian diagnosis keracunan CN dilakukan dengan pemeriksaan toksikologis

terhadap isi lambung dan darah.

Perut dapat berisi darah maupun rembesan darah akibat erosi maupun pendarahan di

dinding perut. Jika sianida berada dalam larutan encer, mungkin ada sedikit kerusakan pada

perut, terpisah dari warna merah muda pada mukosa dan mungkin beberapa pendarahan

berupa petechiae. Mungkin juga sianida tersebut menjadi kristal / bubuk putih yang tidak

dapat larut, dengan bau seperti almond.

Seperti kematian yang biasanya berlangsung cepat, sedikit bagian dari sianida dapat

sudah melewati masuk ke dalam sel cerna. Esofagus dapat mengalami kerusakan, terutama

pada bagian mukosa esofagus yang ketiga yang lebih bawah, yang bisa mengalami perubahan

post mortem dari regurgitasi isi perut melalui relaksasi sphincter jantung setelah mati. Organ

lain tidak menunjukkan perubahan yang spesifik dan diagnosis dibuat berdasarkan ceritanya,

bau dan warna kemerahan pada jaringan dalam tubuh maupun kulit.

Analisis Toksikologi

Darah, isi perut, urin dan muntahan harus diserahkan ke laboratorium, membutuhkan

perhatian khusus bahwa sampel terhindar dari resiko dalam pengemasannya, transportasinya

atau tidak dikemasnya sampel tersebut. Pemerikasaan laboratorium harus dilakukan dan

diperhatikan jika ada kemungkinan terjadinya keracunan sianida.

Jika kematian mungkin disebabkan oleh inhalasi gas hidrogen sianida, paru-parunya

harus dikirim utuh, dibungkus dalam kantong yang terbuat dari nilon (bukan polivinil

klorida).

Penting untuk membawa sampel ke laboratorium sesegera mungkin (dalam beberapa

hari) untuk menghindari struktur sianida yang tidak seperti aslinya lagi dalam sampel darah

yang telah disimpan. Hal ini biasanya dapat terjadi akibat suhu ruangannya, sehingga jika ada

penundaan, adanya kulkas pendingin menjadi penting. Jika dibandingkan, beberapa sampel

21

Page 22: Skenario Tn. Palkis.docx

positif sesungguhnya dapat menurun kualitasnya pada penyimpanan. Lebih dari 70% isi

sianida dapat hilang setelah beberapa minggu, akibat reaksi dengan komponen jaringan dan

konversi menjadi thiosianad. Dikatakan bahwa tidak ada struktur sianida  yang tidak seperti

aslinya lagi, sianida yang ditemukan dalam jumlah cukup adalah bukti bahwa sianida masuk

dalam tubuh yang mana hal itu sendiri tidak normal dan dikonfermasi sebagai barang bukti

dari terjadinya keracunan.

22