sk abies

39
SKABIES Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim: Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo. Epidemiologi Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Insidensi: pria = wanita Di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat. Faktor predisposisi Keadaan sosial ekonomi yang rendah. Hygiene perorangan yang buruk Kepadatan penduduk yang tinggi Hubungan sex promiskuitas sering berganti pasangan seksual termasuk dalam PMS Minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit scabies Kesalahan diagnosa dan penatalaksanaannya DERMATITIS, dimana pasien dengan skabies akan datang berobat kepada dokter jika telah terjadi infeksi sekunder pada kulitnya, akibat garukan yang dicetuskan oleh rasa gatal akibat sensitisasi sekret dan eksreta tungau. Etiologi Penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei. Hospes : manusia Klasifikasi Filum: Arthropoda Kelas: Arachida Ordo: Acrarima Super family: Sarcoptes

Upload: malinda-priskasari

Post on 26-Jul-2015

37 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sk Abies

SKABIES

Definisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.

Sinonim: Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo.

Epidemiologi

Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Insidensi: pria = wanita

Di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat.

Faktor predisposisi

Keadaan sosial ekonomi yang rendah. Hygiene perorangan yang buruk Kepadatan penduduk yang tinggi Hubungan sex promiskuitas sering berganti pasangan seksual termasuk dalam

PMS Minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit scabies

Kesalahan diagnosa dan penatalaksanaannya DERMATITIS, dimana pasien dengan skabies akan datang berobat kepada dokter jika telah terjadi infeksi sekunder pada kulitnya, akibat garukan yang dicetuskan oleh rasa gatal akibat sensitisasi sekret dan eksreta tungau.

Etiologi

Penyebabnya adalah Sarcoptes scabiei. Hospes : manusia

Klasifikasi Filum: Arthropoda Kelas: Arachida Ordo: Acrarima Super family: Sarcoptes

Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei Var Hominis. Selain Sarcoptes scabiei, misalnya pada kambing dan sapi dapat menginfestasi manusia, tetapi tidak dapat hidup lama.

Morfologi Tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata Transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Mulut seperti mulut penyu. Mempunyai chelicera bergigi dan pedipalp.

Page 2: Sk Abies

Ukurannya berkisar ♀ 330-450 x 250-350 µ(micron) dan ♂ 200-240 x 150-200 µ(lebih kecil).

Bentuk dewasa : 4 pasang kaki; 2 pasang kaki di depan (ambulacra) sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki belakang

♀ 2 pasang kaki kedua berakhir dengan rambut

♂ pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

AMBULACRA berfungsi untuk melekat, dimana terdapat alat hisap “pulvilli”. Sarcoptes scabiei pada manusia tergolong dalam ECTOPARASIT, yang berarti spesies

tersebut berada pada bagian luar dari tubuh manusia yang akan menyebabkan sebuah INVESTASI bukan infeksi. Selain itu, Sarcoptes scabiei juga tidak akan selamanya hidup pada stratum corneum dari kulit manusia, tetapi parasit tersebut akan keluar dari stratum korneum manusia, menuju permukaan kulit pada suatu keadaan saat tungau tersebut akan melakukan KOPULASI.

Bersifat TRANSIENT Termasuk dalam parasit TRANSIENT karena bersifat pathogen atau nonpatogen dan bukan merupakan organism yang secara teratur terdapat di permukaan kulit. Flora ini tidak dapat mempertahankan dirinya secara tetap pada kulit normal dan tidak dapat memperbanyak diri. Flora transien juga mudah dihilangkan dari kulit normal dengan cara menghapus atau dengan desinfektan, tetapi lebih sukar dihilangkan dari kulit yang sakit.

Cara penularan (transmisi)

Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva.

kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual.

kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dll.

Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga.

Anatomi Kulit

Kulit merupakan organ terbesar di tubuh yang melapisi seluruh bagian tubuh. Beratnya

sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu : epidermis (kulit

ari), dermis (kulit jangat atau korium) dan lapisan subkutan.

Epidermis (kulit ari)

Page 3: Sk Abies

Epidermis merupakan bagian kulit paling luar, epitel berlapis gepeng dengan lapisan

tanduk, dan cepat membelah diri. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian

tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki,

dan yang paling tipis berukuran 0,05 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut.

Epidermis tidak mendapatkan pasokan darah secara langsung. Sel-selnya hanya mendapat

makanan melalui difusi nutrient dari dinding kapiler dermis di bawahnya. Pada epidermis

dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :

a. Lapisan tanduk ( stratum corneum )

Merupakan lapisan epidermis yang paling atas. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa

lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna

dan sangat sedikit mengandung air.

Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak, karena

di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal. Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas

keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-

bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang

mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel

biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai

muncul lapisan baru.

Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk

mencegah terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga mampu

memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup

besar.

b. Lapisan bening ( stratum lucidum )

Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap

sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari

protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati

sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.

c. Lapisan berbutir ( stratum granulosum )

Page 4: Sk Abies

Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di

dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas

pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.

d. Lapisan bertaju ( stratum spinosum )

Disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan

perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling

berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang

terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris.

Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke arah

permukaan kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus

yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir

melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu

tahap mitosis. Kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti inti sel dalam

bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino dan glutation

e. Lapisan benih ( stratum germinativum atau stratum basale )

Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder)

dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan

bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang

membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap

pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-

sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan

lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening

(clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.

Dermis

Kulit jangat atau dermis adalah lapisan jaringan ikat yang mengandung banyak serat

elastin (fungsinya membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula) dan serat kolagen

(fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan

kulit) serta menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar

keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah

bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di

Page 5: Sk Abies

dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar

palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai

permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya

dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan

antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat

di telapak tangan dan telapak kaki.

Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan

berbagai rangsangan dari luar. Reseptor di ujing perifer serat saraf aferen mendeteksi tekanan,

suhu, nyeri dan masukan somatosensorik lainnya. Ujung serat saraf eferen mengontrol caliber

pembuluh darah, ereksi rambut dan sekresi oleh kelenjar eksokrin kulit. Saraf perasa juga

memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita

mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di

kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar

palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit

dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar

keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori

kulit. Di permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut acid

mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar asam merupakan penghalang alami

yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan berbagai jasad renik

lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus

dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika.

Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah

mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia

atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi

kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat

menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan

memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari.

Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan

kelenjar palit.

a. Kelenjar keringat

Page 6: Sk Abies

Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran

semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua

bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan

telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu

badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama

dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar

keringat yaitu :

1. Kelenjar keringat ekrin , kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang

mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium

klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar keringat ini

terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala.

Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24

jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan

salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.

2. Kelenjar keringat apokrin , yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar,

daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental,

berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak

dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara

kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu

banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif

setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.

b. Kelenjar palit (sebasea)

Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut

terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel).

Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut.

Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak

kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.

Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar

sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit atau

kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala. Pada

kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar sebasea membesar

Page 7: Sk Abies

sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika

produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih

berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.

3. Lapisan Subkutan / jaringan penyambung

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-

saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh

dan saraf-saraf menuju lapisan dermis. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan

atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan

sebagai cadangan makanan.

Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling

tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja

liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi

banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilangan

kontur. Sel lemak ini dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan terdalam banyak

mengandung sel limposit yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa

yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Sel lemak berfungsi juga sebagai bantalan antara

kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang, sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur

tubuh dan penyekatan panas, sebagai bantalan terhadap trauma, tempat penumpukan energi.

4. Vaskularisasi Kulit

Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler

dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil

meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri

asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat

nutrient dari dermis melalui membran epidermis. Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu

pleksus superfisialis dan pleksus profunda.

Fisiologi Kulit

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh, antara lain:

1. Fungsi proteksi

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

Page 8: Sk Abies

Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di permukaan kulit.

Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi; selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.

Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat, akan menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba.

Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul keganasan.

Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel Langerhans.

2. Fungsi absorpsi

Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri. Beberapa obat  juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan.Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.

3. Fungsi ekskresi

Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:

Kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolit. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin.

Kelenjar keringat

Page 9: Sk Abies

Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea.

Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.

1. Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan bau yang khas. Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke permukaan luar.

2. Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan dan kaki. Sekretnya mengandung  air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah metabolisme. Kadar pH-nya berkisar 4.0 – 6.8. Fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.

4. Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.

6. Fungsi pembentukan vitamin D

Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.

Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

Page 10: Sk Abies

Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit.

Keratinisasi kulit

Keratinisasi merupakan suatu proses pembentukan lapisan keratin dari sel-sel yang membelah. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, lalu sel basal akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang, mengalami apoptosis dan menjadi sel tanduk yang amorf. Sel-sel yang sudah mengalami keratinisasi akan meluruh dan digantikan dengan sel di bawahnya yang baru saja mengalami keratinisasi untuk kemudian meluruh kembali, begitu seterusnya. Proses ini memakan waktu sekitar empat minggu untuk epidermis dengan ketebalan 0.1 mm. Apabila kulit di lapisan terluar tergerus, seperti pada abrasi atau terbakar, maka sel-sel basal akan membelah lebih cepat. Mekanisme pertumbuhan ini terutama dipengaruhi oleh hormon epidermal growth factor (EPF).

Proses perbaikan pada kulit yang cedera

Kerusakan (cedera) pada kulit akan memicu suatu sekuens yang akan memperbaiki jaringan yang rusak. Terdapat dua jenis penyembuhan: (1) penyembuhan epidermis untuk cedera yang tidak terlalu dalam dan (2) penyembuhan mendalam, yaitu apabila cedera tidak hanya merusak jaringan epidermis saja, tapi juga ikut merusak jaringan dermis dan subkutan.

1. Penyembuhan epidermis

Penyembuhan epidermis terjadi apabila cedera terdapat hanya sebatas epidermis. Sel-sel basal yang dipisahkan oleh daerah cedera akan menyatu, dan berkembang mengisi daerah yang mengalami cedera. Mekanisme pengisian daerah cedera ini diperantarai oleh EGF (epidermal growth factor) yang akan menyebabkan sel basal berproliferasi dan menyebabkan penebalan epidermis yang rusak.

2. Penyembuhan mendalam

Penyembuhan mendalam terjadi apabila cedera meliputi hingga ke daerah dermis dan subkutis. Karena cederanya lebih luas dibandingkan dengan cedera epidermis saja, maka proses penyembuhannya lebih kompleks dibanding penyembuhan epidermis. Selain itu, terbentuknya jaringan parut dapat membuat daerah penyembuhan kehilangan fungsi fisiologisnya. Penyembuhan mendalam ini meliputi empat fase:

1. Fase inflamatorik

Pada fase inflamatorik, terjadi peristiwa inflamasi (respons selular dan vaskular) yang meliputi antara lain vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, serta rekrutmen sel-sel fagosit untuk mengeliminasi agen penyebab cedera/jejas. Selain itu pada fase inflamatorik juga terjadi penggumpalan darah untuk menyatukan daerah yang terpisah akibat cedera.

2. Fase migratorik

Pada fase migratorik, terjadi perpindahan fibroblas untuk membentuk jaringan parut. Juga akan terbentuk keropeng di daerah cedera.

3. Fase proliferatif

Page 11: Sk Abies

Pada fase proliferatif, terjadi pertumbuhan sel-sel epitel di bawah keropeng, deposisi fibroblas yang semakin banyak dan pembentukan kapiler-kapiler baru.

4. Fase maturasi

Pada fase maturasi, keropeng yang terbentuk akan meluruh dan digantikan dengan jaringan sehat dan kulit kembali ke ketebalannya semula. Kolagen menjadi lebih tersusun, fibroblas berkurang, dan kapiler darah telah normal kembali.

Hubungan fisiologi kulit dengan organ-organ lain

Sistem kulit membentuk permukaan eksternal tubuh dan melindungi dari dehidrasi, kimia lingkungan, dan pajanan terhadap agen asing. Sistem kulit dipisahkan dari sistem tubuh yang lain oleh jaringan subkutan namun tetap terhubung dengan sistem tubuh yang lain dengan sistem sirkulasi, limfatik serta sistem saraf. Hasilnya, aktifitas fisiologis kulit selalu terintegrasi dengan sistem-sistem tubuh yang lain.

1. Sistem skeletal

Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium dan fosfor di saluran cerna. Kalsium dan fosfor berfungsi unuk membangun dan memelihara tulang.

Sistem skeletal menyediakan dukungan struktural untuk kulit.2. Sistem muskular

Kulit, melalui produksi vitamin D (calcitriol) membantu menyediakan ion kalsium yang berguna untuk kontraksi otot.

Kontraksi otot di daerah kulit muka menghasilkan ekspresi wajah.

3. Sistem saraf

Ujung saraf pada kulit akan menghantarkan sinyal terkait sentuhan, tekanan, suhu, dan nyeri.

Sistem saraf pusat mengatur aliran darah dan pengeluaran keringat untuk termoregulasi.

Sistem saraf menstimulasi kontraksi muskulus arektor pili untuk menegakkan rambut.

4. Sistem endokrin

Keratinosit pada kulit membantu mengaktivasi vitamin D menjadi calcitriol, sebuah hormon yang mempermudah penyerapan kalsium dan fosfor di saluran cerna.

Hormon seks menstimulasi aktivitas kelenjar sebasea, mempengaruhi pertumbuhan, distribusi lemak subkutan, dan aktifitas kelenjar keringat.

Hormon adrenal mengatur aliran darah di dermis dan membantu memobilisasi lemak di adiposit.

5. Sistem kardiovaskular

Page 12: Sk Abies

Perubahan kimia setempat di kulit (dermis) akan menyebabkan perubahan vaskular (melebar atau menyempit) yang mempengaruhi aliran darah setempat.

Sistem kardiovaskular menyediakan oksigen dan nutrien, menghantarkan hormon dan sel-sel imun.

Pembuluh darah menghantarkan karbondioksida, sampah metabolisme, dan toksin.

Sistem kardiovaskular menyediakan panas untuk mengatur suhu kulit.

6. Sistem pernapasan

Rambut hidung berfungsi menyaring partikel debu dari udara yang dihirup.

Stimulasi pada ujung saraf nyeri dapat mengubah laju pernapasan.

Sistem pernapasan menyediakan oksigen untuk jaringan dan mengeliminasi karbondioksida.

7. Sistem pencernaan

Kulit mengaktifkan vitamin D3 (calcitriol) yang akan membantu penyerapan kalsium dan fosfor di saluran cerna.

Sistem pencernaan menyediakan nutrien untuk sel dan simpanan lipid di adiposit.8. Sistem saluran kemih

Ginjal menerima sebagian hormon vitamin D dari kulit dan mengubahnya menjadi calcitriol.

Ekskresi sampah metabolisme melalui kelenjar keringat turut berperan dalam menentukan jumlah ekskresi melalui tubulus ginjal.

9. Sistem reproduksi

Ujung saraf di kulit dan subkutan berespon terhadap stimulus erotik dan berkontribusi terhadap kepuasan seksual.

Gerakan menghisap bayi pada puting susu ibu menstimulasi ujung saraf di kulit dan menyebabkan keluarnya ASI.

Kelenjar susu (modifikasi dari kelenjar keringat) memproduksi ASI.

Kulit mengalami pelebaran (hiperplasia) selama kehamilan terkait pertumbuhan fetus.

Hormon-hormon seks mempengaruhi distribusi rambut, sel adiposa dan perkembangan kelenjar payudara.

10. Sistem limfatik dan imunologi

Kulit adalah pertahanan pertama dalam imunitas, menyediakan sawar mekanik dan sekret kimia untuk menghalau penetrasi mikroba. Komponen system imun di epidermis secara kolektif disebut sebagai skin associated lymphoid tissue (SALT).

Page 13: Sk Abies

Makrofag memfagosit mikroba yang berhasil mempenetrasi permukaan kulit.

Sistem limfatik melindungi integumen dengan menyediakan makrofag tambahan dan memobilisasi limfosit.

Histologi kulit

Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis dan dermis dapat terikat satu sama lain akibat adanya papilare dermis dan rabung epidermis.

1. Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:

Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.

Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.

Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.

Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam  sebagai berikut:

1. Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin.

2. Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat gepeng, dan sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat desmosom.

3. Stratum Granulosum, terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang

Sel imun di kulit

Keratinosit Sel Langerhans Sel Granstein

Membentuk lapisan keratinisasi di bagian

luar kulit yang bersifat protektif

Menghasilkan rambut dan

kuku

Mengeluarkan interleukin 1

Mempengaruhi pematangan sel T yang

berada di kulit

Mengolah dan menyajikan antigen ke

sel T penolong

Mempermudah respons terhadap

antigen-antigen terkait kulit

Mengolah dan menyajikan antigen

ke sel T penekan

Menghentikan respons imun yang diaktifkan oleh kulit

Page 14: Sk Abies

mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.

4. Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling terikat dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.

5. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid. Pada stratum basal terjadi aktivitas mitosis, sehingga stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinambungan.

Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.

Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).

Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I)

Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea

Rambut, merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis, yaitu folikel rambut. Pada folikel ini terdapat pelebaran terminal yang berbentuk benjolan pada sebuah papilla dermis. Papila dermis tersebut mengandung kapiler dan ditutupi oleh sel-sel yang akan membentuk korteks rambut, kutikula rambut, dan sarung akar rambut

Kelenjar keringat, yang terdiri atas kelenjar keringat merokrin dan kelenjar keringat apokrin1. Kelenjar keringat merokrin, berupa kelenjar tubular sipleks bergelung dengan

saluran bermuara di permukaan kulit. Salurannya tidak bercabang dan memiliki diameter lebih kecil dari bagian sekresinya 0,4 mm. Terdapat dua macam sel mioepitel yang mengelilingi bagian sekresinya, yaitu sel gelap yang mengandung granula sekretoris dan sel terang yang tidak mengandung granula sekretoris.

2. Kelenjar keringat apokrin, memiliki ukuran lebih besar (3-5 mm) dari kelenjar keringat merokrin. Kelenjar ini terbenam di bagian dermis dan hipodermis, dan duktusnya bermuara ke dalam folikel rambut. Terdapat di daerah ketiak dan anus.

3. Kelenjar sebacea, yang merupakan kelenjar holokrin, terbenam di bagian dermis dengan jumlah bervariasi mulai dari seratus hingga sembilan ratus per centimeter persegi. Sekret dari kelenjar sebacea adalah sebum, yang tersusun atas campuran

4. lipid meliputi trigliserida, lilin, squalene, dan kolesterol beserta esternya.

Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan subkutan dan mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini disebut juga fasia superficial, atau panikulus adiposus. Jaringan ini mengandung jalinan yang kaya akan pembuluh darah dan pembuluh limfe. Arteri yang terdapat membentuk dua plexus, satu di antara stratum papilare dan retikulare, satu lagi di antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang-cabang plexus tersebut mendarahi papila dermis. Sedangkan vena membentuk tiga plexus, dua berlokasi seperti arteri,

Page 15: Sk Abies

satu lagi di pertengahan dermis. Adapun pembuluh limfe memiliki lokasi sama dengan pembuluh arteri.

Untuk mendukung fungsi kulit sebagai penerima stimulus, maka terdapat banyak ujung saraf, antara lain di epidermis, folikel rambut, kelenjar kutan, jaringan dermis dan subkutis, serta papila dermis. Ujung saraf ini tanggap terhadap stimulus seperti rabaan-tekanan, sensasi taktil, suhu tinggi/rendah, nyeri, gatal, dan sensasi lainnya. Ujung saraf ini meliputi ujung Ruffini, Vaterpacini, Meissner, dan Krause.

Selain itu turunan kulit yang lain adalah kuku. Kuku merupakan lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falang distal. Lempeng kuku terletak pada stratum korneum, sedangkan dasar kuku terletak pada stratum basal dan spinosum.

Mekanisme Terjadi Gatal (Pruritus)

PRURITUS

DefinisiPruritus didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman pada kulit yang menimbulkan keinginan untuk menggaruk daerah tertentu untuk mendapatkan kelegaan. Pruritus bersinonim dengan gatal, dan memiliki prevalensi yang meningkat pada orang tua. Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit kulit. Bila tidak disertai kelainan kulit, maka disebut pruritus esensial atau pruritus sine material. Penyebab pasti pruritus tidak diketahui secara jelas. Rasa gatal yang timbul melibatkan suatu proses rumit yang melibatkan kerja saraf yang merespon terhadap mediator tertentu, seperti histamine, dan proses yang melibatkan pemrosesan sinyal saraf di otak. Garukan yang konstan atau terus menerus untuk mendapatkan kelegaan dapat merusak kulit (ekskoriasi, likenifikasi) dan dapat mengurangi keefektivan kulit sebagai lapisan pelindung.

Klasifikasi Gatal • Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya, inflamasi, kering, dan kerusakan kulit.• Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral. Misalnya, pada herpes dan tumor.• Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun terdapat transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit sistemik (ginjal kronis, jaundice)• Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia.

Page 16: Sk Abies

Jaras Sensoris Kulit

Serabut saraf A merupakan penghantar sinyal saraf yang cepat. Kecepatan hantarannya mencapai

30m/detik. Sedangkan serabut saraf C merupakan penghantar sinyal saraf yang lambat. Kecepatan

hantarannya hanya 12m/detik, terlebih lagi pada serabut saraf C mekanoinsensitif yang hanya 0,5m/detik.

Hal ini menjelaskan mengapa seseorang dapat merasakan rasa gatal beberapa saat setelah stimulus terjadi.

Bandingkan saat tangan kita terkena benda panas.

Gatal dapat timbul apabila pruritoseptor terangsang dan reseptor lainnya tidak terangsang. Tidak mungkin

pada penghantaran sinyal, terdapat dua reseptor sekalgus yang terangsang oleh satu stimulus. Saat

pruriseptor terangsang, seseorang akan mulai merasakan sensasi gatal sehingga timbul hasrat untuk

menggaruk. Saat menggaruk, polimodal nosiseptor akan terangsang sehingga pruritoseptor akan berhenti

terangsang. Hal ini memberikan penjelasan mengapa ketika seseorang menggaruk tubuhnya yang gatal,

maka rasa gatal akan menghilang. Setelah garukan dihentikan, yang artinya polimodal nosiseptor berhenti

terangsang, pruritoseptor sangat mungkin untuk kembali terangsang sehingga gatal akan timbul kembali.

Polimodal nosiseptor juga dapat menimbulkan gatal, misalnya pada baju baru yang labelnya kasar akan

menimbulkan sensasi gatal.Stimulus pada serabu saraf C melalui ganglion dorsal dan menyilang pada saraf

tulang belakang ke sisi kontralateral dan masuk ke jalur spinotalamikus lateral menuju thalamus dan

akhirnya mencapai korteks serebri sensori.

Mediator Penyebab Gatal pada Kulit

• Histamin

Konsentrasi histamin yang rendah pada lapisan dermo-epidermal menyebabkan sensasi gatal, namun injeksi

yang lebih dalam (deeper intracutaneus) menyebabkan nyeri. Histamin disintesis di dalam sel mast dan

tersimpan pada granula sel mast. Ketika terjadi reaksi radang, sel mast terdegranulasi dan keluarlah

histamin tersebut. Histamin terdiri dari dua macam, H1 dan H2. Histamin yang menyebabkan gatal adalah

H1.

• Serotonin

Amina jenis ini ditemukan pada platelet tapi tidak terdapat pada sel mast manusia. Serotonin dapat

menyebabkan gatal melalui pelepasan histamine dari sel mast dermal.

Page 17: Sk Abies

• Endopeptidase

Endopeptidase seperti tripsin atau papain dapat menyebabkan gatal. Tripsin adalah komponen penting dari

sel mast dermal dan dilepaskan akibat aktivasi sel mast. Sel mast memperoleh triptase, dari kerja

proteinase-activated receptor-2 (PAR-2) pada terminal saraf C yang berdekatan sehingga membangkitkan

neuropeptida pruritogenik dari terminal yang sama. Hal ini memperlihatkan interaksi sistem imun dan sistem

saraf dalam menyebabkan sensasi gatal. Selain tripsin, reaksi inflamasi juga menghasilkan interleukin-2 (IL-

2) yang ikut berperan dalam timbulnya gatal.

• Neuropeptida

Substansi P yang terdapat pada terminal neuron C dilepaskan sebagai akibat dari kerja triptase sel mast

pada PAR-2 dan menyebabkan gatal dengan baik dengan aksi langsung maupun memicu pelepasan histamin

oleh sel mast melalui reseptor NK-1. Dosis rendah dari morphin menyebabkan gatal dan efeknya adalah

pelepasan prostaglandin dan degranulasi sel mast. Reseptor agonis opioid adalah pada saraf tulang

belakang atau ganglia dorsal karena dosis rendah dari morphine dapat menyebakan gatal segmental.

• Eicosanoid

Transformasi asam arakidonat (prostaglandin, leukotrin) memliki peran yang kuat dalam mediator inflamasi

tapi tidak secara langsung menyebabkan gatal. Prostaglandin E (PGE) menyebabkan gatal melalui mediator

lain. Konsentrasi rendah PGE pada satu area kulit menurunkan ambang batas timbulnya sensasi gatal akibat

kerja histamin pada area tersebut.

Patofisiologi Pruritus

Pruritogen menyebabkan ujung serabut saraf C pruritoseptif teraktivasi. Serabut saraf C tersebut kemudian

menghantarkan impuls sepanjang serabut saraf sensoris. Terjadi input eksitasi di Lamina-1 kornu dorsalis

susunan saraf tulang belakang. Hasil dari impuls tersebut adalah akson refleks mengeluarkan transmiter

yang menghasilkan inflamasi neurogenik (substansi P, CGRP, NKA, dll). Setelah impuls melalui pemrosesan

di korteks serebri, maka akan timbul suatu perasaan gatal dan tidak enak yang menyebabkan hasrat untuk

menggaruk bagian tertentu tubuh.

Exerts histamin yang tindakan dengan menggabungkan dengan spesifik reseptor histamin selular. Keempat reseptor histamin yang telah ditemukan ditunjuk H1 melalui H4.

Jenis Lokasi Fungsi

1reseptor histamin H

Ditemukan pada otot polos, endotel, dan jaringan sistem saraf pusat

Penyebab vasodilatasi, bronkokonstriksi, kontraksi otot polos bronkus, pemisahan sel-sel endotel (bertanggung jawab untuk gatal-gatal), dan rasa sakit dan gatal-gatal karena sengatan serangga, reseptor utama yang terlibat dalam gejala rhinitis alergi dan penyakit gerakan.

H 2reseptor histamin

Terletak pada sel parietalTerutama merangsang sekresi asam lambung

H 3reseptor histamin

Ditemukan pada sistem saraf pusat dan sistem jaringan tingkat rendah saraf perifer

Penurunan neurotransmitter rilis: histamin, asetilkolin, norepinefrin, serotonin

H 4reseptor histamin

Ditemukan terutama di basofil dan di sumsum tulang. Hal ini juga

Memainkan peran dalam chemotaxis.

Page 18: Sk Abies

ditemukan pada timus, usus kecil, limpa, dan usus besar.

MORFOLOGI KULIT PADA SKABIES

Kebiasaan hidup

Sarcoptes scabiei betina dapat hidup di luar pada suhu kamar selama lebih kurang 2-3 hari tanpa hospes. Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan, bahu dan daerah kemaluan. Pada pria khas ditemukan pada penis sedangkan pada wanita di aerola mammae. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.

Siklus hidup

Tungau atau Sarcoptes scabiei akan menginvasi kulit manusia, dengan penyebaran melalui KONTAK LANGSUNG maupun TIDAK LANGSUNG. Setelah mengINVASI kulit manusia, jika tungau yang berhasil mengINVASI KULIT terdiri dari JANTAN dan BETINA, Tungau akan melakukan KOPULASI diatas permukaan kulit manusia. Dipermukaan kulit, tungau-tungau tersebut akan mempertahankan posisinya dengan menggunakan alat penghisap yang bernama “PULVILLI” yang melekat pada kedua kaki terdepannya (AMBULACRA). KOPULASI antara tungau jantan dan tungau betina yang fertile hanya dapat terjadi 1X selama siklus hidup dari tungau tersebut. Setelah melakukan KOPULASI, tungau jantan dapat mengalami 2 keadaan. PERTAMA, Tungau jantan akan segera mati setelah berkopulasi dengan tungau betina. KEDUA, Tungau jantan tidak segera mati setelah tungau berkopulasi dengan tungau betina, tetapi untuk beberapa waktu sebelum kematiannya, tungau jantan akan kembali membuat terowongan pada kulit untuk tempat hidup dan sumber makanannya.

Tetapi, jika yang mengINVASI kulit manusia adalah TUNGAU BETINA yang telah dibuahi oleh tungau jantan sebelumnya, maka tungau betina yang telah dibuahi tersebut akan menggali terowongan pada kulit dengan menembus STRATUM KORNEUM, dengan kecepatan 2-3 mm/hari yang diikuti dengan PELETAKAN TELUR 2-4 butir perhari pada setiap terowongan yang dibuat oleh TUNGAU BETINA tersebut hingga telur tersebut berjumlah 40-50 buah. Karakteristik tungau betina dalam membentuk terowongan adalah, dimana setelah mendapatkan tempat yang cocok untuk membentuk terowongan permanen, tungau betina yang telah fertile tersebut akan membentuk terowongan yang berkelok-kelok membentuk huruf “S” yang menjadi ciri khasnya. Terowongan pada kulit yang dibuat oleh tungau betina dapat terbentuk sampai ke

Page 19: Sk Abies

perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Tungau BETINA yang telah dibuahi tersebut dapat bertahan hidup selama 4-5 minggu, dan tungau betina yang telah fertile tersebut kemudian akan terus membuat terowongan dengan bentuk khas sambil bertelur selama sisa hidupnya.

TELUR-TELUR yang terdapat dalam terowongan, akan segera menetas dalam waktu 3-5 hari setelah peletakkan oleh induknya dalam terowongan, dan akan segera menjadi bentuk LARVA yang mempunyai 3 pasang kaki. LARVA hasil dari telur yang meneta dapat tetap hidup dalam terowongan, maupun dapat hidup bermigrasi menuju permukaan kulit. LARVA yang bermigrasi pada permukaan kulit dapat berpindah tempat dan akan menyebabkan INVASI pada KULIT dari individu lain. Larva yang bermigrasi ke permukaan kulit, untuk kemudiannya akan menggali terowongan baru dengan melubangi kulit hingga stratum korneum, yang biasanya dibentuk pada sekitar folikel rambut untuk membuat suatu bangunan yang disebut “MOLTING POUCHES”. Molting pouches akan bersifat lebih kecil dan lebih pendek dari terowongan dewasa. Tujuan pembentukan lubang tersebut adalah untuk tempat hidup bagi larva tersebut dan untuk mendapat makanan. Pada stadium LARVA, Tungau belum dapat ditentukan jenis kelaminnya, apakah jantan atau betina, dimana secara morfologipun dapat diketahui bahwa bentuk tungau jantan dan betina dapat dibedakan melalui mrofologi pada kaki ke-4nya.

Setelah 2-3 hari, larva akan menetas menjadi bentuk nimfa yang telah mempunyai 4 pasang kaki, dan berdasarkan keadaan tersebut, tungau pada stadium nimfa telah dapat dipastikan untuk jenis kelaminnya, apakah tungau tersebut akan berkembang menjadi tungau jantan ataupun menjadi tungau betina. Bentuk NIMFA dari tungau akan menjadi sedikit lebih besar sebelum akhirnya menetas dan berkembang menjadi bentuk dewasa.

Larva dan Nimfa akan sering ditemukan pada “MOLTING POUCHES” dan pada folikel-folikel rambut dengan morfologi yang sangat mirip dengan bentuk dewasanya, hanya memiliki ukuran lebih kecil.

Bentuk Jantan dalam kehidupannya akan jarang terlihat, karena mereka akan membuat lubang yang lebih dangkal dikulit untuk hidup dan makan, hingga menemukan betina dewasa. Untuk perkawinan selanjutnya antara jantan dan betina, akan terjadi setelah jantan yang aktif akan melakukan penetrasi ke molting pouches betina dewasa.

Sarcoptes scabiei akan mengalami METAMORFOSIS TIDAK SEMPURNA dalam perjalanan hidupnya dari TELUR HINGGA DEWASA dalam waktu 8-15 hari. Adapun siklus hidupnya adalah TELUR – LARVA – NIMFA – DEWASA. Pada Jantan, hanya akan melalui satu bentuk siklus nimfa, sedangkan pada betina akan melalui 2 bentuk nimfa, yaitu nimfa 1 dan 2.Yang mempengaruhi proses nifma dari betina lebih lama, dan hingga terbagi dalam dua fase nimfa dalam siklus hidupnya adalah akibat tungau betina yang memiliki ukuran dan komplesifitas tubuh lebih besar dibandingkan tungau jantan,

Page 20: Sk Abies

sehingga dibutuhkan proses “moulting” atau peluruhan yang lebih lama untuk bentuk nimfa berkembang menjadi tungau dewasa.

*Metamorfosis sempurna : T-L-PUPA-D

*Metamorfosis Tidak Sempurna : T-L-NIMFA-D

Pada proses INVASI kulit, Tungau akan menyerang bagian kulit yang bersifat tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis,maka seluruh badan dapat terserang.

Dalam proses invasinya pada stratum korneum dari epidermis kulit, tungau akan menghasilkan protease yang akan menyebabkan terjadinya degradasi atau penguraian protein dari sturuktur stratum korneum. Proses penggalian terowongan pada epidermis oleh tungau betina dilakukan dengan menggunakan mulut dan permukaan khusus untuk memotong pada dua pasang kaki depannya. Sedangkan untuk proses fiksasi dalam proses penggalian, akan digunakan pulvilli sebagai alat penghisap. Tungau tidak bekerja menghisap darah dari pembuluh darah layaknya pedikulosis, tetapi tungau akan bekerja memakan jaringan kulit untuk mempertahankan hidupnya.

Tungau ♀ akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau ♂ mati setelah kopulasi.

Patogenesis

Masa sensitisasi 2-4 minggu. Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

Tungau atau Sarcoptes scabiei dalam bentuk larva, maupun dewasa dapat mengINVASI kulit melalui beberapa cara penularan, baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Pada pasien dewasa, tungau tersebut akan menginvasi bagian-bagian kulit yang bersifat tipis dan lembab, sedangkan pada bayi, skabies dapat terjadi pada seluruh badan, dan penyebaran akan dapat terjadi lebih cepat, karena seluruh kulit pada tubuhnya masih bersifat tipis, sehingga tungau penyebab skabies akan lebih mudah menginvasi seluruh bagian kulit dari bayi. Karena tungau tersebut memiliki kinerja dengan cara menginvasi bagian kulit yang lembab dan tipis, maka predileksi dari invasi tungau pada orang dewasa dapat terjadi pada lipatan-lipatan kulit, seperti pada sela jari, siku, axilla/ketiak, pergelangan tangan, lipat paha, areola mammae, umbilicus, penis, pundak, penggung, dan pantat.

Setelah menginvasi kulit, tungau tersebut akan melakukan beberapa aktivitas pada kulit hospesnya yang dalam hal ini adalah manusia, seperti melakukan KOPULASI, dan membentuk terowongan yang berfungsi untuk peletakan telur dari betina yang telah dibuahi, tempat tinggal

Page 21: Sk Abies

dan perkembangan dari metamorfosis tungau tersebut dalam kulit yang merupakan habitatnya, dan manusia yang merupakan hospes bagi tungau tersebut.

Akibat invasi tungau dalam kulit manusia, akan terdapat beberapa keadaan/kelainan yang timbul pada kulit manusia yang terinvasi, antara lain dalam bentuk PRURITUS NOKTURNA, dan terbentuknya KUNIKULUS pada kulit. PRURITUS NOKTURNA atau GATAL pada malam hari yang dialami pasien dengan skabies dapat terjadi akibat adanya tungau yang beraktivitas pada lapisan epidermis kulit yang menyebabkan iritan ataupun reaksi peradangan dalam tubuh. Gatal pada tubuh dapat disebabkan oleh dua mekanisme, yaitu pruritus primer dan pruritus sekunder. Pruritus primer merupakan gatal yang terjadi akibat respon primer tubuh terhadap iritan permukaan atau peradangan yang menyebabkan terjadinya mekanisme pelepasan histamin selama proses peradangan tersebut. Sedangkan pruritus sekunder merupakan rasa gatal yang ditimbulkan dari penyakit sistemik tertentu, seperti DM, penimbunan bilirubin pada kulit, dll. Pruritus primer merupakan mekanisme yang mendasari gatal pada pasien dengan skabies. Gatal yang terjadi juga dapat disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau terhadap kulit, yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi tungau pada kulit. Adanya pergerakan tungau pada stratum korneum epidermis kulit merupakan pencetus awal dari terjadinya gatal yang intens menyerupai reaksi alergi, dan hal tersebut diperberat dengan terjadinya peletakan telur-telur tungau di sepanjang burrow atau kunikulus yang dibuat oleh tungau betina pada epidermis kulit. Selain dua keadaan tersebut, reaksi gatal pada kulit juga dapat dicetuskan oleh terdapatnya substansi hasil proses moulting dari proses metamorfosis tungau didalam tubuh.

Ketika seseorang terinfestasi dengan tungau skabies untuk pertama kali, gejala gatal yang dialami baru akan muncul hingga 2-6 minggu pasca infestasi. Hal ini dapat terjadi, karena pada awalnya, parasit akan mengubah kode genetiknya, sehingga antibodi dari tubuh host tidak akan mengenali parasit tersebut sebagai antigen. Sedangakan, bagi seseorang yang pernah terinfestasi sebelumnya, gejala akan muncul lebih cepat, yaitu sekitar 1-4 hari setelah terpajan parasit tersebut.

Sistem imun dapat bekerja mengenali antigen pada kulit, akibat terdapatnya SALT (Skin Associated Lymphoid Tissue) yang terdiri dari sel langerhans pada stratum spinosum dari epidermis, keratinosit pada epidermis, saluran limfatik khusus yang terdapat diantara ruang interseluler epidermis dan pada lapisan dermis, serta adanya sel endotel kapiler khusus yang memiliki reseptor khusus untuk menarik limfosit T. Berdasarkan fungsinya dalam imunologis, keratinosit yang merupakan sel epidermis terbanyak akan berperan dalam mengeluarkan sitokin IL-1, yang akan mempengaruhi pematangan sel T yang cenderung terlokalisasi pada kulit. Selain itu, keratinosit juga akan bekerja memproduksi cairan yang mengandung protein yang akan berikatan dengan antigen yang masuk ke dalam epidermis untuk membentuk kompleks antigen. Sel langerhans akan berfungsi sebagai antigen presenting cell (APC) yang akan membawa antigen kepada sel limfatik dalam reaksi alergi kontak.

Alergi merupakan respon imun humoral yang bekerja tidak sesuai, sehingga disebut sebagai proses hipersensitivitas, dengan bahan penyebab yang disebut alergen. Pada infestasi tungau, diperkirakan bahwa tungau bukan merupakan alergen dari proses alergi yang terjadi, tetapi substansi-substansi lain yang dihasilkan oleh tungau, dapat diperkirakan menjadi penyebab dari tercetusnya reaksi alergi yang menyebabkan gatal. Hal ini didasarkan oleh adanya pernyataan bahwa parasit akan mengubah kode genetiknya, sehingga antibodi dari tubuh host tidak akan mengenali parasit tersebut sebagai antigen Pada proses alergi pada skabies, alergi yang terjadi adalah akibat dari infestasi substansi dari tungau penyebab skabies,

Page 22: Sk Abies

tergolong dalam hipersensitivitas tipe cepat. Pada hipersensitivitas tipe cepat, substansi dari parasit sebagai alergen, tanpa alasan yang diketahui akan berikatan dengan Naive B Cell sehingga terjadi proses aktivasi B cell dan terbentuklah IgE melalui proses “CLONAL EXPANSION”. Setelah IgE terbentuk, IgE tidak akan beredar bebas, dan peningkatan alergen yang terikat oleh IgE akan mencetuskan pengeluaran beberapa zat perantara kimiawi dari sel mast dan basofil yang melekat pada IgE. Salah satu zat kimia yang disintesis oleh sel mast akibat mekanisme tersebut adalah histamin yang menyebabkan rasa gatal.Hipersensitivitas tersebut termasuk dalam hipersensitivitas type 1 atau immediate type dengan mediator IgE.

Sedangkan untuk waktu atau frekuensi gatal yang terjadi pada MALAM HARI, didasari oleh sifat dari tungau yang lebih senang beraktivitas tinggi pada keadaan yang lebih lembab dan panas, dimana pada malam hari saat manusia sedang beristirahat, lipatan tubuh yang menjadi predileksi dari invasi tungau akan berada pada posisi statis, dimana keadaan tersebut akan menyebabkan daerah tersebut lebih lembab dan lebih panas.

Kunikulus merupakan gambaran klinis yang ditimbulkan dari terowongan-terowongan (burrow) pada stratum korneum yang dibuat oleh tungau. Secara klinis, kunikulus akan terdapat pada tempat predileksi dari invasi tungau dengan gambaran berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, dengan rata-rata panjang 10mm -3cm, dan pada ujung dari terowongan tersebut akan ditemukan papul atau vesikel. Bentuk erupsi pada kulit yang terjadi pada pasien dengan skabies dipengaruhi oleh derajat sensitasi, lama investasi, hygiene perorangan, dan pengobatan yang dilakukan.

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan yang dilakukan secara tidak sadar akibat pruritus nokturna yang dialami oleh pasien dan menyebabkan infeksi sekunder pada kulit pasien. Garukan yang dilakukan untuk mengatasi gatal, akan menyebabkan terjadinya jejas pad sel-sel kulit yang mengalami garukan tersebut. Jejas yang terjadi pada sel, akan menyebabkan kerusakan sel, sehingga terjadilah proses inflamasi sel. Terjadinya inflamasi pada sel tersebut, akan kembali merangsang terjadinya pelepasan histamin oleh sel mast dari sistem imun alamiah, sehingga gatal akan menjadi lebih berat dirasakan.

Garukan yang dilakukan akibat rasa gatal yang timbul, dapat menyebabkan terjadinya erosi, ekskoriasi, bahkan hingga terbentuknya ulkus jika tidak ditangani dengan baik. Jika terjadi infeksi sekunder akibat keadaan tersebut, akan terbentuk ruam kulit yang bersifat polimorf. Pada saat itu kelainan kulit akan menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,vesikel, urtika, pustula dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau akibat garukan yang dilakukan oleh pasien.

Gejala Klinis 

Lesi Primer Skabies berupa Terowongan yang berisi TUNGAU,TELUR, dan hasil metabolisme tungau, dimana, saat terjadi proses penggalian terowongan, tungau akan MENGELUARKAN SEKRET yang dapat MELISISKAN STRATUM KORNEUM. SEKRET tersebut akan menyebabkan timbulnya PRURITUS dan LESI SEKUNDER. TUNGAU HANYA AKAN TERDAPAT PADA LESI PRIMER.Terowongan dapat ditemukan apabila belum terdapat infeksi sekunder.

Page 23: Sk Abies

LESI SEKUNDER berupa PAPUL,VESIKEL,PUSTUL,dan BULA

LESI TERSIER berupa EROSI, EKSKORIASI, EKSEMATISASI

Gejala subyektif: Rasa gatal yang sangat terutama pada malam hari atau jika berkeringat/panas gatal semakin bertambah karena Sarcoptes dewasa akan keluar dari lorong- lorong mencari pasangan biasanya terjadi pada malam hari.

Gejala Obyektif: Biasanya berupa terowongan yang nampak sebagai garis-garis halus, hitam berkelok-kelok, panjang beberapa mm-1cm, dengan papul kecil pada ujung yang terbuka. Pada tempat predileksi juga nampak bekas garukan, papul, papulovesikula, erosi, ekskoriasi,urtikaria, krusta seperti dermatitis bahkan kadang-kadang disertai dengan infeksi sekunder seperti ektima, impetigo selulitis dan pembesaran kgb. Keadaan ini memberikan gambaran pleimorf .

Terdapat empat tanda kardinal scabies (kriteria diagnosis):

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.

Status dermatologikus

Lesi skabies primer

1. Terowongan pathognomonic sign. Tungau bergerak menuju lapisan atas daripada kulit dengan mensekresi protease yang mendegradasi stratum korneum. Tungau ini hanya makan jaringan yang hancur dan tidak makan darah hospes. Skibala (feces) ditinggalkan sebaik saja tungau menuju ke epidermis, menghasilkan lesi linear (terowongan/burrow) yang nampak sebagai garis-garis halus, hitam berkelok-kelok, panjang kira-kira 2mm-10 mm, dengan papul kecil pada ujung yang terbuka (menandakan kehadiran tungau).

Page 24: Sk Abies

2. Dewasa : 1-3mm papul eritematous dan vesikel ditemukan. Vesikel merupakan lesi berasingan yang berisi cairan jernih dan juga bisa keruh jika vesikel lebih dari beberapa hari. Papul jarang sekali mengandung tungau dan sering menggambarkan sebagai reaksi hipersensitivitas. Papul sering ditemukan pada penis (pria) dan areola mamma (wanita).

3. Anak-anak : papul dan vesikel sering ditemukan pada muka dan leher.

4. Infant : erupsi eczematous tersebar luas yang biasanya bermula dari badan. Juga mungkin ditemukan 1-3mm papul, vesikel dan pustule pada tapak tangan dan tapak kaki.5. Neonates : tidak bisa menggaru maka nodul pink kecoklatan mungkin ditemukan dengan anggaran saiz dari 2-20mm. Tungau jarang ditemukan pada nodul.

6. Skabies Norwegian bermanifestasi dengan penebalan dan krusta pada kulit. Lesi sering kali hiperkeratotik, berkrusta dan mengcover area yang besar. Gambaran bersisik sering ditemukan dan pruritus minimal atau tidak ada. Distrofi kuku dan lesi kulit kepala mungkin ada. Dapat mengenai mana-mana lokasi tetapi tangan dan lengan merupakan lokasi yang biasa ditemukan. Jumlah tungau bisa mencapai ribuan hingga jutaan pada kulit. Orang dengan imunosupression dan neurological disorder banyak skali ditemukan.

Lesi skabies sekunder

Hasil dari garukan, infeksi sekunder dan atau respon imun hospes terhadap tungau dan produknya.

Karakteristik ditemukan ekskoriasi, eczema yang meluas, krusta yang warnanya seperti madu, hiperpigmentasi post inflamasi, eritroderma, prurigo nodul dan pyoderma.

Klasifikasi Skabies

Terdapat beberapa bentuk skabies apitik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain:

1. Skabies pada Orang BersihTerdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.

2. Skabies InkognitoObat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini disebabkan mungkin oleh karena penurunan respon imum seluler.3. Skabies NodularPada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.

4. Skabies yang ditularkan melalui hewanDi Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi

Page 25: Sk Abies

biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena Sarcoptes scabiei pada binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

5. Skabies Norwegia Skabies Norwegia atau skabies krustosa merupakan hasil dari infestasi ribuan atau jutaan tungau dan biasanya terjadi pada pasien dengan AIDS atau penyakit immunocompromised lainnya. Skabies ini ditandai oleh eritema difus, lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan), oleh karena itu pasien ini harus diisolasi dengan ketat sampai sembuh. Pasien dengan AIDS dan scabies beresiko terjadi selulitis dan bakteremia akibat dari celah kulit. Penyakit terdapat pada penderita dengan retardasi mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik, dan psikosis. Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.

6. Skabies pada bayi dan anak Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.

7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.

8. Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain Skabies sering dijumpai bersama penyakit menular seksual yang lain seperti gonore, sifilis, pedikulosis pubis, herpes genitalis dan lainnya.

Diagnosis Banding

Ada pendapat yang mengatakan penyakit scabies merupakan the great imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal.

1. PrurigoDimana pada prurigo akan didapatkannya lesi papul, rasa gatal, tanda-tanda bekas garukan dalam bentuk erosi, ekskoriasi, maupun krusta. Dapat terjadi juga infeksi sekunder. Yang membedakan adalah, dimana pada prurigo dapat ditemukan adanya pembesaran KGB regional walaupun tidak diikuti dengan infeksi, dan pada prurigo tidak akan ditemukan kunikulus dan tungau.

2. Gigitan serangga

Biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria popular.

3. Folikulitis

Page 26: Sk Abies

Nyeri, efloresensi berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eritema.

4. Pedikulosis KorporisKelainan berupa bekas-bekas garukan pada badan dan kadang-kadang timbul infeksi

sekunder. Merupakan INFEKS pada kulit OLEH PARASIT. Dominan disertai dengan rasa gatal yang menyebabkan adanya lesi akibat garukan dalam bentuk erosi,ekskoriasi, dan infeksi sekunder. Perbedaannya, dimana pada pedikulosis akan didapatkan pembesaran KGB regional, dan akan ditemukannya Pediculus humanus (kutu) yang bersifat menyerap darah pada lesi yang mengalami rasa gatal.

5. Dermatitis/peradangan kulit

kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuam,

likenifikasi) dan keluhan gatal. Akan memiliki gejala yang sama, apabila skabies telah berkembang dengan komplikasi infeksi sekunder. Tetapi pada dermatitis, penyebab terjadinya peradangan pada kulit bukan disebabkan oleh invasi tungau pada kulit.

Pembantu Diagnosis

Cara menemukan tungau:

1. Mencari awal terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca obyek, lalu ditutup dengan penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.

2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan di tampung di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.

3. Denga membuat biopsy irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.

4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE.

Melihat adanya sarcoptes dengan cara mikroskopis, yaitu ; Atap vesikelnya diambil lalu diletakkan di atas gelas obyek terus ditetesi KOH 30%,

ditutup dengan gelas penutup dan diamati dengan mikroskop. Papula dikorek dengan skalpel pada ujungnya kemudian diletakkan pada gelas obyek

lalu ditutup dan diamati dengan mikroskop.

Diagnosa dapat ditegakkan dengan ditemukannya kutu melalui pemeriksaan dengan mikroskop yang diambil dari saluran atau terowongan pada lesi kulit. Hati-hati sewaktu memilih lesi kulit untuk diambil spesimennya, pilihlah lesi yang belum pernah digaruk. Pemberian minyak mineral akan memudahkan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan mikroskopis. Spesimen diperiksa dibawah mikroskop setelah ditutup denngan dek glass. Lesi pada kulit yang diberi tinta kemudian dicuci akan menyingkap saluran-saluran yang ada.

Page 27: Sk Abies

Metoda diagnostik lain mencakup dermoskopi yang dapat digunakan untuk memeriksa tungau secara in vivo.Pada situasi diagnostik yang sulit dan kasus atipik, polymerase chain reaction (PCR) dapat digunakan sebagai alat diagnostik, dengan cara mendeteksi DNA tungau dari krusta kutaneus.

Pengobatan

Syarat obat yang ideal:

1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau

2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik

3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian

4. Mudah diperoleh dan harganya murah

Cara pengobatannya adalah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk yg tanpa gejala).

Farmakologis Topical/khusus

1. Permetrin 5% (Elimite lini pertama) dalam krim merupakan obat pilihan untuk saat ini. Aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.

*ivermectin (oral agent antiscabietic) dapat digunakan pada kasus skabies yang tidak efektif dengan permetrin 5% atau skabies berat dengan koreng seluruh tubuh. Mekanisme kerjanya adalah dengan mempengaruhi sel otot dan saraf parasit menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Dosisnya adalah 200-250mcg / kgBB 1x / hari diulang setelah 7-14 hari.

2. Krotamion 10% dalam krin atau losio merupakan obat pilihan, mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.3. Emulsi benzyl-benzoas 20-25%, efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering myebabkan iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

4. Gama Benzene Heksa Klorida (gameksan/ Lindanelini kedua bila yg lain gagal) kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.

5. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari,

Page 28: Sk Abies

beebau, mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

6. Malation 0,5% dalam bentuk lotion digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian. Diberikan sekiranya permetrin terbukti tidak efektif.

7. Monosulfiran (Tetmosol) tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2 – 3 bagian dari air dan digunakan selam 2 – 3 hari. Juga terdapat dalam bentuk medicated soap.

Sistemik 1. Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal, misalnya klorfeniramin maleat

0.34 mg/kg BB 3 x sehari.2. Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin, amoksisilin, eritromisin.3. Kortikosteroid (diberikan 1-2 minggu) sampai lesi mereda.

Komplikasi

Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.

PencegahanSelain menggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

Mencuci bersih atau merebus dengan air panas handuk, seprai maupun baju penderita skabies (yg dipakai dalam 5 hari terakhir), kemudian menjemurnya hingga kering.

Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan penyuluhan mengenai higiene perorangan dan lingkungan.

Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.

Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi memutuskan rantai penularan.

Menghindari kontak langsung dengan penderita mengingat parasit mudah menular pada kulit biasa, tidak membahayakan jiwa namun sangat mengganggu kehidupan sehari-hari

Prognosis

Baik jika faktor predisposisi dapat di atasi dan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatannya.