ASURANSI KESEHATAN

“SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL”

OLEH :FITRIYATI IRVIANA, Sked – P2CC10035

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALPROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMENUNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN PURWOKERTO© 2011

LATAR BELAKANG KEBIJAKAN PEMBIAYAAN KESEHATAN YANG

BERLAKU DI INDONESIA TIDAK KONSISTEN DENGAN UU YANG MENGATURNYA.

DISATU PIHAK, PERATURAN YANG MENGATUR KEBIJAKAN INI YAITU UU NO. 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL MENYATAKAN BAHWA SYSTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN BERBASIS ASURANSI SOSIAL

NAMUN DALAM IMPLEMENTASINYA SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN DIDOMINASI OLEH PEMBIAYAAN DARI SUMBER PAJAK

SISTEM ASURANSI SOSIAL MEWAJIBKAN PESERTANYA MEMBAYARKAN PREMI KE LEMBAGA NEGARA YANG DITUNJUK NEGARA.

TUJUAN PENYUSUNAN MAKALAH INI DIBUAT

BERDASARKAN REALITA BAHWA PELAKSANAAN UU SJSN YANG TIDAK PARIPURNA.

SEHINGGA SEKELUMIT PEMBAHASAN TENTANG UU TERSEBUT AGAR DAPAT MENJADI PERHATIAN BAGI PARA PEMBACA SUPAYA DAPAT DILAKSANAKAN DAN MEMBERI DUKUNGAN BAGI PARA PEJABAT BERWENANG AGAR BERANI UNTUK MENGAMBIL LANGKAH UNTUK MENJALANKAN UU TERSEBUT.

PENTINGNYA PERMASALAHAN

INDONESIA NEGARA YG KURANG PERHATIAN PD SEKTOR KESEHATAN

TERBUKTI DARI ALOKASI PEMBIAYAAN KESEHATAN HANYA 2 % REKOMENDASI WHO SEBESAR 5%

JAMKESMAS HANYA MENCAPAI MASYARAKAT URBAN POOR, TIDAK SAMPAI RURAL POOR

UU SJSN DIANGGAP SBG SEBUAH SISTEM YG SENTRALISTIK

UU SJSN ADALAH SISTEM PEMBIAYAAN BERBASIS ASURANSI SOSIAL, SEDANGKAN JAMKESMAS DAN JUGA SEBAGIAN JAMKESDA ADALAH SYSTEM BERBASIS PAJAK TANPA PERHITUNGAN ASURANSI.

SUATU NEGARA BIASANYA HANYA MEMPUNYAI SATU SISTEM YANG UTAMA, YAITU SYSTEM PAJAK ATAU SISTEM ASURANSI.

INGGRIS MISALNYA, HANYA MENGGUNAKAN SYSTEM PAJAK, SEDANGKAN JERMAN MEMILIH SISTEM ASURANSI.

INDONESIA DENGAN “DUALISME” SYSTEM INI MENYEBABKAN PERMASALAHAN DALAM IMPLEMENTASINYA,

KONTEKS PENYUSUNAN SJSN DISUSUN DALAM SITUASI TRANSISI SENTRALISASI

DESENTRALISASI AKIBATNYA TERJADI KEKACAUAN PEMAHAMAN

MENGENAI FUNGSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH YANG MEMPENGARUHI SEKTOR JAMINAN DAN ASURANSI KESEHATAN.

DIPANDANG DARI TUJUANNYA, ISI UU SJSN BERSIFAT TANGGUNG. APAKAH SEBAGAI UU YANG BERTUJUAN MENGATUR BERBAGAI JAMINAN SOSIAL SEPERTI AMANAH KONVESI ILO SECARA GARIS BESAR, ATAUKAH BERTUJUAN MENGATUR SAMPAI KE URUSAN OPERASIONAL PELAKSANAAN?

DI DALAM UU SJSN JUGA TIDAK JELAS PERAN PEMERINTAH PROPINSI DAN KABUPATEN. HANYA DISEBUT SEBAGAI PEMERINTAH. KONOTASINYA ADALAH PEMERINTAH PUSAT (APBN).

SEMENTARA ITU DE FACTO SAAT INI, PEMERINTAH PROPINSI DAN KABUPATEN MEMPUNYAI ANDIL BESAR DALAM JAMINAN KESEHATAN. KETIDAKJELASAN INI MEMICU JUDICIAL REVIEW DI MK DAN SAMPAI SEKARANG MASIH MENJADI KONTROVERSI.

APABILA UU SJSN BERTUJUAN MENGATUR HAL OPERASIONAL UNTUK ASURANSI DAN JAMINAN KESEHATAN, TERLIHAT BAHWA HANYA SEDIKIT PASAL YANG MENGATURNYA (10 PASAL, DARI NOMOR 19 SAMPAI 28). PASAL-PASAL TERSEBUT TIDAK CUKUP KARENA ASURANSI/KESEHATAN DAN JAMINAN KESEHATAN SANGAT KOMPLEKS.

UU SJSN YANG DISAHKAN PADA TAHUN 2004 DIHARAPKAN BANYAK PIHAK AKAN EFEKTIF UNTUK MENGATUR ASURANSI/JAMINAN KESEHATAN DI INDONESIA.

AKAN TETAPI KENYATAAN ADALAH SEBALIKNYA: UU SJSN SUDAH LEBIH DARI 5 TAHUN TIDAK EFEKTIF, DAN MEMPUNYAI PROSPEK YANG SULIT DIJALANKAN SECARA TEKNIS.

ASPEK IDEOLOGI NAMPAKNYA CUKUP BERPERAN DALAM PENYUSUNAN KEBIJAKAN KESEHATAN DI INDONESIA.

ADANYA PEMILIHAN PRESIDEN DAN KEPALA DAERAH LANGSUNG NAMPAKNYA JUGA BERPENGARUH TERHADAP KEBIJAKAN YANG CENDERUNG MENGANDUNG CIRI-CIRI “SOSIALIS” INI.

HAL INI NAMPAK PADA JANJI JANJI KAMPANYE YANG SERINGKALI BERUPA “PENGOBATAN GRATIS”. KEMUDIAN DISUSUL DENGAN ADANYA PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL).

PROSES PENYUSUNAN & PELAKSANAAN UU SJSN

AKHIR TAHUN 1990 UGM PERNAH MENYUSUN DOKUMEN AKADEMIK (BERSAMA PT ASKES INDONESIA) MENGENAI RUU SISTEM ASURANSI KESEHATAN NASIONAL.

PROSES INI KEMUDIAN TIDAK BERJALAN DAN BERGANTI DENGAN RUU SJSN. PENGEMBANGAN RUU SJSN BERJALAN SECARA BERAT DAN MENCAKUP TIDAK HANYA ASURANSI KESEHATAN.

MATERI ASURANSI KESEHATAN DIGABUNGKAN DENGAN BERBAGAI JAMINAN SOSIAL LAIN SEPERTI YANG DIMAKSUD DENGAN ILO.

PROSES PENYUSUNAN UU SJSN PENUH KOMPROMI DAN PENGESAHANNYA CUKUP MENARIK: DI HARI TERAKHIR PRESIDEN MEGAWATI.

SELANJUTNYA SELAMA 5 TAHUN DARI TAHUN 2004 SAMPAI DENGAN 2009, UU SJSN TIDAK BERJALAN DENGAN BAIK.

PROSES INI MENUNJUKKAN ADANYA KETERGESAAN DALAM PENGESAHANNYA.

AKTOR PELAKU PROSES PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN UU SJSN

MELIBATKAN BERBAGAI AKTOR DAN TERKAIT. BERBAGAI STAKEHOLDER TERSEBUT ADALAH

MASYARAKAT PENERIMA, PEMERINTAH (PUSAT, PROPINSI, DAN KABUPATEN) DPR DAN DPRD, PIHAK SWASTA (BERBAGAI PT YANG MENJALANKAN JAMINAN SOSIAL), PIHAK PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN, ORGANISASI IKATAN PROFESI DAN LAIN-LAIN.

AKTOR PELAKU SANGAT BANYAK DAN MEMPUNYAI PANDANGAN POLITIK DAN PANDANGAN TERKAIT DENGAN KEUANGAN DAN KEPENTINGAN EKONOMI YANG BERBEDA-BEDA.

DALAM KONTEKS BERBAGAI JAMINAN SOSIAL, PARA AKTOR PELAKU SUDAH BERADA DALAM POSISI YANG SULIT DIKELOLA SECARA BERSAMA-SAMA.

REKOMENDASI KEBIJAKAN1. PILIHAN PERTAMA

APABILA INGIN MEMPERLUAS KEPESERTAAN JAMKESMAS (MELALUI MEKANISME PAJAK TANPA MENGGUNAKAN PRINSIP ASURANSI SOCIAL) MAKA PERLU ADA REVISI UU TENTANG JAMINAN KESEHATAN BERDIRI SENDIRI, TERPISAH DARI UU SJSN. HAL INI KEMUDIAN DIIKUTI DENGAN PENINGKATAN PENDAPATAN SECTOR PAJAK UNTUK MENJAGA AGAR TERSEDIA ANGGARAN KESEHATAN YANG MEMADAI GUNA MENJAMIN KEBERLANGSUNGAN JAMKESMAS.

2. PILIHAN KEDUA

APABILA INGIN KONSISTEN DENGAN UU SJSN (UAITU MELALUI MEKANISME ASURANSI KESEHATAN SOCIAL) SEBAIKNYA SEGERA DISUSUN PERATURAN PEMERINTAH (PP), KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN (KEPMENKES) ATAU ATURAN PERUNDANGAN TEKNIS YANG LAIN YANG MENDUKUNG AGAR UU SJSN INI DAPAT DIBERLAKUKAN.

KESIMPULAN

MASALAH JAMINAN SOSIAL & KESEHATAN DI INDONESIA MERUPAKAN SUATU MASALAH YG RUMIT.

BERBAGAI JAMINAN SOSIAL MEMPUANYAI MASALAH, YG CUKUP BERAT & MENGANDUNG UNSUR POLITIS.

SELAIN ITU, SISTEM PEMBIAYAAN JUGA HARUS MENJAMIN ADANYA EQUITY ATAU KESETARAAN AKSES LAYANAN KESEHATAN PADA MASYARAKAT.

SARAN

DIBUAT BP JAMINAN SOSIAL DIAMANDEMEN DIBUAT PP-PP TAMBAHAN

MATUR NUWUN…