sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

14
[email protected] 1 Sistem Semi Hydroponic dalam Pembibitan Tebu Seri Pembibitan Tebu [email protected] Harga gula di Indonesia setidaknya dalam duapuluh tahun terakhir, sebenarnya relatif “menarik” untuk memberikan gairah kepada para petani dan pengusaha dalam memperluas dan meningkatkan produktivitas tanaman tebu mereka. Bahkan untuk menanamkan investasi baru industri gula dan turunannya. Dari hasil penelitian, setiap varietas memiliki potensi rendemen masing masing. Secara sederhana “potensi rendemen” adalah jumlah potensi kilogram gula maksimal yang dapat diekstraksi dari setiap 100 kilogram tebu, sehingga satuannya adalah persen (%). Tugas planter adalah memaksimalkan potensi rendemen tersebut agar dapat diubah menjadi gula. Semakin tinggi potensi rendemen suatu varietas tebu, maka semakin “unggul” varietas tebu tersebut. “Unggul” di sini yang dimaksud sudah mempertimbangkan bahwa tebu tersebut memiliki daya tumbuh yang baik, tahan terhadap hama dan tahan terhadap penyakit serta faktor lainnya. Dalam penanaman tebu di kebun, tidak ada cara satu pun yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi rendemen tebu, baik itu di tingkat nursery, maupun plantation. Yang dapat dilakukan adalah mengupayakan agar sedapat mungkin tanaman tebu yang dihasilkan, dapat menjadi gula yang mendekati potensi rendemen maksimalnya. Sehingga jika kita sering mendengar istilah rendemen naik atau turun tersebut sebenarnya adalah semu (namun penulis tidak akan berpolemik dalam pemahaman istilah ini). Kembali lagi, bahwa rendemen (baca: rendemen nyata) adalah jumlah kilogram gula yang dapat diekstraksi dari setiap 100 kilogram tebu yang diolah. Selain rendemen yang selalu menjadi isu utama dalam membicarakan tanaman tebu, masih banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu terkait produktivitas tanaman tebu, seperti jumlah anakan, daya tumbuh, bobot per ruas tebu, dan panjang per ruas tebu. Produktivitas ini bermuara pada berapa ton tebu yang dihasilkan setiap hektarnya, ton cane per hectare (TCH). Perpaduan antara rendemen yang tinggi dan produktivitas tebu yang tinggi akan menghasilkan produksi gula per hektar atau yield yaitu ton sugar per hectare (TSH) yang tinggi tentunta. Tugas untuk memperoleh varietas tebu dengan yield (TSH) yang tinggi ini adalah tentunya departemen research and development untuk tanaman tebu (sebaiknya terpisah dengan departemen nursery). Sehingga pada

Upload: joko-herma-pramulyo

Post on 13-Aug-2015

80 views

Category:

Technology


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 1

Sistem Semi Hydroponic dalam Pembibitan Tebu Seri Pembibitan Tebu

[email protected]

Harga gula di Indonesia setidaknya dalam duapuluh tahun terakhir, sebenarnya

relatif “menarik” untuk memberikan gairah kepada para petani dan pengusaha dalam

memperluas dan meningkatkan produktivitas tanaman tebu mereka. Bahkan untuk

menanamkan investasi baru industri gula dan turunannya.

Dari hasil penelitian, setiap varietas memiliki potensi rendemen masing – masing.

Secara sederhana “potensi rendemen” adalah jumlah potensi kilogram gula maksimal

yang dapat diekstraksi dari setiap 100 kilogram tebu, sehingga satuannya adalah persen

(%). Tugas planter adalah memaksimalkan potensi rendemen tersebut agar dapat diubah

menjadi gula. Semakin tinggi potensi rendemen suatu varietas tebu, maka semakin

“unggul” varietas tebu tersebut. “Unggul” di sini yang dimaksud sudah

mempertimbangkan bahwa tebu tersebut memiliki daya tumbuh yang baik, tahan terhadap

hama dan tahan terhadap penyakit serta faktor lainnya. Dalam penanaman tebu di kebun,

tidak ada cara satu pun yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi rendemen tebu,

baik itu di tingkat nursery, maupun plantation. Yang dapat dilakukan adalah

mengupayakan agar sedapat mungkin tanaman tebu yang dihasilkan, dapat menjadi gula

yang mendekati potensi rendemen maksimalnya. Sehingga jika kita sering mendengar

istilah rendemen naik atau turun tersebut sebenarnya adalah semu (namun penulis tidak

akan berpolemik dalam pemahaman istilah ini). Kembali lagi, bahwa rendemen (baca:

rendemen nyata) adalah jumlah kilogram gula yang dapat diekstraksi dari setiap 100

kilogram tebu yang diolah.

Selain rendemen yang selalu menjadi isu utama dalam membicarakan tanaman

tebu, masih banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu terkait produktivitas

tanaman tebu, seperti jumlah anakan, daya tumbuh, bobot per ruas tebu, dan panjang per

ruas tebu. Produktivitas ini bermuara pada berapa ton tebu yang dihasilkan setiap

hektarnya, ton cane per hectare (TCH). Perpaduan antara rendemen yang tinggi dan

produktivitas tebu yang tinggi akan menghasilkan produksi gula per hektar atau yield yaitu

ton sugar per hectare (TSH) yang tinggi tentunta. Tugas untuk memperoleh varietas tebu

dengan yield (TSH) yang tinggi ini adalah tentunya departemen research and development

untuk tanaman tebu (sebaiknya terpisah dengan departemen nursery). Sehingga pada

Page 2: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 2

dasarnya untuk mendapatkan produksi gula yang optimal, maka bibit tebu yang digunakan

harus baik, yaitu yang memiliki daya tahan terhadap hama yang baik, tahan terhadap

penyakit, memiliki potensi rendemen tinggi dan produktivitas tinggi.

Langkah selanjutnya dalam usaha perkebunan tebu adalah pengembangan bibit tebu

oleh bagian nursery. Perbanyakan bibit tebu untuk komersial (tebu giling) dilakukan secara

vegetatif, baik dalam bentuk stek yaitu batang tebu yang mempunyai ruas beserta bakal

tunasnya maupun sistem kultur jaringan. Tugas utama dari bagian nursery sudah barang

tentu menyediakan bibit tebu dengan varietas yang memiliki potensi rendemen tinggi,

potensi produktivitas tinggi, bibit yang sehat, bebas hama, bebas penyakit, ketersediaan

yang cukup, dan tepat waktu. Kesemuanya ini diharapkan bermuara pada produksi gula

yang optimal dan maksimal. Jika hal ini terpenuhi maka “biaya” kehilangan gula dari

potensinya dalam tebu akan semakin kecil.

Salah satu hambatan dalam pengadaan bibit tebu saat ini adalah sistem pembibitan

konvensional yang berjenjang. Pada pola ini dimulai dengan kebun bibit pokok (KBP)

yang dilakukan oleh balai penelitian, kebun bibit nenek (KBN) di unit penelitian dan

pengembangan pabrik gula, kebun bibit induk (KBI) di rayon/ wilayah/ divisi (afdeling)

yang masing – masing ditanam pada bulan Mei hingga Oktober, dan kebun bibit datar

(KBD) yang ditanam pada bulan November – April. Dengan demikian pola konvensional

ini jelas menjadi hambatan bagi sistem produksi, yang menghendaki beroperasi kontinyu

pada kondisi optimal dan jika dimungkinkan dalam waktu produksi yang relatif lama. Pola

pembibitan konvensional ini tidak ada yang salah, namun menurut penulis pola ini lebih

sesuai untuk penelitian dan pengembangan varietas baru tetapi kurang efektif dan efisien

dalam perbanyakan bibit tebu untuk kebun komersial (untuk giling). Pada kesempatan ini

akan disajikan sistem semi hydroponic (semifloat) dalam pembibitan tebu.

Pada sistem semi hydroponic dalam pembibitan tebu, maka hanya dikenal dua

tahap pembibitan yaitu kebun penelitian (KP) di balai penelitian dan pengembangan

(research and development station) dan kebun bibit (KB) yang dilakukan oleh petani,

rayon, wilayah, atau divisi (afdeling) di kebun pembibitan (nursery station). Dengan sistem

semi hydroponic maka akan mempermudah dalam memuliakan atau memurnikan varietas

tebu tersebut dan mendapatkan tebu yang lebih sehat dengan waktu lebih fleksible sesuai

kebutuhan serta lahan pembibitan relatif tidak luas. Pada tanaman bibit, plant cane (PC)

dapat dilanjutkan dengan ratoon hingga lima kali (dua – tiga tahun) dan dapat diambil dari

Page 3: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 3

kebun penelitian maupun kebun pembibitan yang telah dimuliakan (dimurnikan). Sebagai

catatan penting bahwa perbanyakan bibit tebu di KP dan KB dalam sistem semi

hydroponic ini dapat dilakukan setiap 4 bulan dan maksimal 6 bulan.

Pemurnian atau seleksi minimal dilakukan tiga kali pada kebun penelitian,

sedangkan pada kebun bibit cukup dilakukan dua kali. Jika pada pembibitan di kebun

penelitian kemurnian varietas 100 persen, dan pada pembibitan di kebun bibit seharusnya

kemurniannya minimal 99 persen. Waktu seleksi adalah pada umur 2, 4, dan 6 bulan pada

kebun penelitian. Seleksi pada kebun pembibitan pada umur 2 dan 4 bulan.

Persiapan bibit tebu satu mata (single budded)

Perlu diperhatian juga yaitu komposisi varietas masak awal, masak tengah, dan

masak akhir agar pada rendemen tebu giling dapat diperoleh produksi optimalnya. Pada

tebu bibit secara konvensional pelepahnya tidak perlu dibuang (klethek) dengan tujuan

untuk melindungi tunas. Sedangkan pada sistem semi hydroponic, penulis justru

menyarankan dilakukan klethek, dengan tujuan untuk mengendalikan hama dan penyakit

serta mempercepat bibit “matang”. Perhitungan luas kebun bibit harus sesuai dengan luas

lahan tebu giling yang akan ditanam (plant cane).

Dalam sistem konvensional, idealnya bibit dipanen pada umur 6 hingga 7 bulan.

Sedangkan dalam sistem semi hydroponic dapat dilakukan lebih cepat dengan tujuan untuk

mempercepat persediaan bibit, maka bibit dapat dipanen sebelum usia 6 bulan. Bahkan

untuk kebun bibit ratoon, umur 4 bulan pun sudah dapat dipanen. Dengan demikian dalam

satu tahun bisa saja dilakukan 2 – 3 kali panen bibit. Kapan waktu panen bibit dilakukan,

sangat tergantung kebutuhan atau disesuaikan dengan kondisi lapangan. Tebu bibit

sebaiknya dalam waktu 24 jam harus ditanam untuk mengurangi kerusakan dan

menurunnya prosentasi daya tumbuh.

[email protected]

[email protected]

Page 4: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 4

Penting sekali bibit tebu yang sehat, maka pada saat penyiapan single buddet harus

diakukan seleksi. Sebenarnya seleksi sudah dimulai pada saat pengambilan bibit dari

research station. Seleksi bibit tebu tidak hanya bertujuan untuk memuliakan tanaman

(memurnikan varietas), tetapi juga harus dilakukan dalam rangka mendapatkan bibit tebu

yang sehat. Tidak boleh ada toleransi terkait bibit tebu yang carrier terhadap hama dan

penyakit. Harus diingat bahwa bibit yang tidak sehat sebelum ditanam akan menyebabkan

bertambahnya biaya tanam dan pemeliharaan (baca: biaya produksi). Dampak dari bibit

tebu yang tidak sehat antara lain, biaya karyawan untuk melakukan operasi “pembebasan

hama dan penyakit,” biaya semprot hama, penurunan potensi rendemen, tanaman tidak

tumbuh optimal (penurunan produktivitas). Bahkan dampaknya akan terbawa di dalam

proses produksi di pabrik gula. Tebu panen yang tidak sehat sudah jelas akan memerlukan

biaya ekstraksi yang lebih mahal untuk setiap kilogram gula yang dihasilkan. Dengan tebu

tidak sehat potensi rendemennya lebih rendah, diperlukan biaya handling ekstra, biaya

giling lebih tinggi, biaya evaporasi lebih mahal, biaya pemurnian lebih mahal dan biaya

chemical lebih tinggi untuk setiap kilogram gula yang dihasilkan oleh pabrik gula.

Gmbar 1. Persiapan tray di green house pada sistem semi hydroponic

Dalam mempersiapkan tray di green house, maka tray harus diletakkan di atas

lembaran plastik (sebagai kolam kecil) untuk tempat air (media hydroponic) yang disusun

di atas papan seperti meja ataupun juga langsung di atas lantai di green house. Sebagai

catatan adalah bahwa level meja ataupun lantai untuk menempatkan lembaran plastik ini

harus rata agar level air nantinya sama untuk setiap sudut sehingga semua tanaman dalam

tray dapat menyerap air dan sari makanan dengan baik. Pastikan plastik yang digunakan

dalam kualitas baik, tidak ada satu lubang pun yang ada sehingga berkurangnya air yang

digunakan nantinya dapat dipastikan sebagai akibat penyerapan oleh tanaman melalui

kapilaritas media dan sedikit akibat penguapan.

[email protected] [email protected]

Page 5: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 5

Ukuran tray harus menjamin perakaran bibit tebu berkembang dengan baik, lubang

tray bagian atas lebih besar dibanding bagian bawah dengan tujuan unruk memberi ruang

pada bagian bawah untuk air maupun mengikuti prinsip perakaran tanaman.

Bibit tebu setelah diseleksi sebelum tanam terlebih dahulu direndam dalam cairan

anti jamur (fungicide treatment). Treatment dengan merendam dalam air hangat juga baik

dilakukan, yang terpenting adalah suhu air yang digunakan harus terjaga, tidak boleh

terlalu panas agar bakal tunas tidak mati “kepanasan”. Langkah – langkah ini dimaksudkan

untuk membebaskan bibit dari jamur dan bakteri, baik yang berasal dari kebun pembibitan

maupun akibat handling bibit maupun dari peralatan yang digunakan. Sedangkan untuk

virus, meskipun bersifat carrier dalam tanaman tebu, namun dengan perlakuan ini

setidaknya akan berkurang virus sekian persen sehingga pada akhirnya dapat juga

mengoptimalkan potensi rendemen tebu tersebut.

Gmbar 2. Seleksi bibit tebu yang sehat dan perlakuan merendam dalam larutan anti jamur

(fungicide treatment)

Tray diisi media tanam sekitar setengah level dan setelah bibit tebu single buddet

ditanam dalam tray kemudian ditutup dengan media. Bibit tebu single buddet yang sudah

diberikan perlakuan selanjutnya ditanam dalam tray yang telah dipersiapkan. Media tanam

yang dapat digunakan dalam sistem semi hydroponic di dalam tray pada prinsipnya harus

memiliki daya kapilaritas yang baik. Kapalaritas ini dibutuhkan agar daya serap air dan

unsur hara oleh tanaman tebu dapat berjalan dengan baik. Media tanam yang baik yang

dapat digunakan antara lain cocopit, bagasse yang sudah ditreatment, top soil dan kompos

yang dengan perbandingan tertentu.

[email protected]

[email protected]

Page 6: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 6

Gmbar 3. Media tanam untuk sistem semi hydroponic dan pengisian air untuk pengecekan

level papan

Tray diisi media tanam sekitar setengah level dan setelah bibit tebu single buddet

ditanam dalam tray kemudian ditutup dengan media. Bibit tebu single buddet yang sudah

diberikan perlakuan selanjutnya ditanam dalam tray yang telah dipersiapkan. Media tanam

yang dapat digunakan dalam sistem semi hydroponic di dalam tray pada prinsipnya harus

memiliki daya kapilaritas yang baik. Kapalaritas ini dibutuhkan agar daya serap air dan

unsur hara oleh tanaman tebu dapat berjalan dengan baik. Media tanam yang baik yang

dapat digunakan antara lain cocopit, bagasse yang sudah ditreatment, top soil dan kompos

yang dengan perbandingan tertentu.

Gmbar 4. Pengisian media tanam dalam tray dan penanaman bibit tebu single buddet

dalam tray

Tujuan utama dalam sistem pembibitan ini adalah:

1. Melakukan seleksi bibit tebu yang sehat.

2. Mendapatkan bibit tebu yang sehat pada waktu yang diatur sesuai keinginan.

3. Percepatan perbanyakan bibit tebu yang sehat.

4. Pengaturan masa panen untuk hasil yang optimal

[email protected] [email protected]

[email protected] [email protected]

Page 7: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 7

Dengan pola pembibitan semi hydroponic ini maka akan dapat dilakukan

penanaman tebu sesuai dengan pola panen yang diharapkan. Di setiap perkebunan akan

memiliki pola tanam yang psesifik sesuai dengan waktu musim gilingnya.

Selama ini penanaman tebu di kebun tebu giling dilakukan pada saat akhir musim

hujan atau awal musim hujan. Tanaman tebu biasa ditanam pada akhir musim hujan di

bulan Maret-April (atau April-Mei), dan dilakukan pada awal musim hujan di bulan

Oktober-November (atau Nopember-Desember). Dengan pola tanam ini, maka akan ada

kemungkinan didapatkan tebu siap giling yang memiliki potensi rendemen belum masak

(pre mature), tepat waktu masak (mature) dan over waktu masak (over mature). Memang

ada istilah tebu masak awal, masak tengah dan masak akhir yang merujuk pada waktu

panen di awal, tengah dan akhir musim giling. Namun tetap saja pengedalian umur

tanaman tebu di panen pada umur optimalnya tidak selalu dapat dilaksanakan. Jika pola

tanam ini dilakukan di luar bulan – bulan tersebut, seperti bulan Juni, Juli, Agustus dan

September maka akan diperlukan pengairan yang membutuhkan biaya cukup besar agar

tanaman bisa tumbuh dengan baik. Jika tidak cukup air maka akibatnya tanaman tebu akan

mati atau kerdil serta prosentase sulaman yang tinggi.

Dengan cara pembibitan sistem semi hydroponic maka akan dapat dilakukan

penanaman tebu yang dapat direncanakan agar mendapatkan tebu giling yang memiliki

potensi rendemen optimal dan produktivitas yang tinggi. Kita dapat merencanakan

penanaman bibit tebu pada bulan apa saja, misalnya pada bulan Juni sampai dengan

September. Kita dapat menanam bibit dalam tray dua bulan lebih awal sebelum tanaman

dipindahkan ke lahan. Mungkin ada sanggahan bahwa hal itu juga bisa dilakukan dengan

menanam single buddet pada polybag. Namun dengan menggunakan polybag kurang

fleksibel dan masih membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal untuk jangka panjang.

Page 8: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 8

Berikut gambaran perbandingan pemakaiana tray dan polybag.

No Uraian Tray Polybag

1 Areal dibutuhkan (space requiremen) 325 bibit/m² 100 bibit/m² 2 Pengisian media tanam 5.000 lubang/manday 1.000 bag/manday

3 Kecepatan inspeksi 5.000 bibit/manday 2.500 bibit/manday

4 Konsumsi air Otomatis (< 5%)

(0,01 liter/bibit/hari)

Dua kali sehari

(0,5 liter/bibit/hari)

5 Masalah gulma Minimum Bisa besar

6 Pemupukan Presisi, tidak banyak

terbuang, murah

Tenaga kerja,

banyak terbuang

7 Efektivitas pestisida Terkontrol, tidak

buangan yang bahaya

Harus dicuci dan

buangan dapat

membahayakan di

irigasi

8 Penggunaan tray / polybag Dapat berkali-kali Sekali pakai

9 Otomatisasi Ya (pengairan) Tidak

10 Lokasi pembibitan Bersih dan kering Kotor dan becek

11 Transplanting

Cepat dan sedikit

kerusakan

(560 bibit/manday)

Lambat dan berat

(70 bibit/manday)

Tabel 1. Perbandingan penggunaan tray dan polybag

Berikut disajikan gambar – gambar pembibitan (pre nursery) dengan menggunakan

tray untuk mengatasi sebagian permasalahan pembibitan dalam perkebunan tebu.

Gambar 5. Penutupan media tanam setelah bibit dimasukkan dalam tray

[email protected]

Page 9: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 9

Gambar 6. Tanaman umur 5 dan 7 hari setelah tanam

Gambar 7. Tanaman umur 14 dan 21 hari setelah tanam

Gambar 8. Tanaman umur 30 hari setelah tanam

[email protected] [email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

Page 10: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 10

Gambar 9. Daun dilakukan pemotongan sebelum transplanting pada usia 35 hari

Gambar 10. Transplanting tanaman pada tanaman umur 35 hari

Kapan dilakukan transplanting dan pada umur berapa dilakukan transplanting

sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan perlu diatur dengan baik. Transplanting dapat

dilakukan pada umur tanaman 35 hari hingga 50 hari, mempertimbangkan ukuran tray,

musim tanam dan kebutuhan bibit. Sebagaimana dijelaskan dalam tabel 1 bahwa jika

menggunakan tray maka akan bisa digunakan berkali – kali, sedangkan jika menggunakan

polybag maka cukup sekali digunakan.

Hal – hal penting yang dapat dilakukan pada saat pembibitan di tray antara lain,

seleksi bibit yang sehat, pertumbuhan yang normal dan pengendalian hama dan penyakit

yang lebih teliti. Bibit yang sehat tentu akan menghasilkan tanaman tebu di kebun yang

sehat pula. Sehingga pengendalian hama dan penyakit di kebun tidak berasal dari

pembibitan dan hanya yang terjadi di lahan. Sehingga harapan untuk memperoleh hasil

panen yang optimal dapat diharapkan pada saat menanam tebu di lahan. Dengan cara ini

maka dapat diharapkan tidak perlu melakukan sulaman atau sangat kecil prosentasenya.

[email protected] [email protected]

[email protected] [email protected]

Page 11: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 11

Gambar 11. Tanaman tebu sehat umur 10 hari setelah transplanting

Gambar 12. Tanaman tebu umur 35 hari setelah transplanting

[email protected]

[email protected]

Page 12: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 12

Gambar 13. Tanaman tebu umur 50 hari setelah transplanting

Gambar 14. Tanaman tebu umur 120 hari (4 bulan) setelah transplanting

Pada umur 120 hari (4 bulan) setelah transplanting, maka sudah bisa dilakukan

perbanyakan untuk bibit. Hal ini dapat dilakukan jika dipertimbangkan untuk pengaturan

kebutuhan bibit dan pertimbangan musim tanam yang optimal. Perbanyakan dilakukan

utamanya untuk memenuhi kebutuhan bibit dengan sistem semi hydroponic. Pada umur ini

maka setiap batang akan diperoleh antara 6 – 8 mata bibit baru secara selektif.

[email protected]

[email protected]

Page 13: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 13

Gambar 15. Tanaman tebu umur 150 (5 bulan) hari setelah transplanting

Gambar 16. Tanaman tebu umur 180 hari (6 bulan) setelah transplanting

[email protected]

[email protected]

Page 14: Sistim semi hydroponic dalam pembibitan tebu

[email protected] 14

Pada umur 150 hari hingga 180 hari (5 – 6 bulan) setelah transplanting, maka sudah

bisa dilakukan perbanyakan bibit tebu baik untuk sistem semi hydroponic maupun sistem

konvensional. Pada umur 5 bulan biasanya bisa didapatkan bibit sebanyak 10-12 mata bibit

per batang. Sedangkan pada umur bibit 6 bulan, kita bisa mendapatkan 13-15 mata bibit

untuk setiap batang tebu.

Selanjutnya untuk penyebaran dan perbanyakan bibit tebu dapat dilakukan baik

dengan sistem semi hydroponic maupun konvensional. Cara konvensional dilakukan

utamanya pada masa tanam dengan curah hujan cukup seperti biasa pada awal musim

hujan atau akhir musim hujan dengan tujuan pada masa giling, tebu telah mencapai pada

masa masak optimalnya pada umur tanaman 10 – 14 bulan.

Berikut perhitungan sederhana cara perbanyakan (multiply) tanaman tebu dengan

sistem semi hydroponic, dengan asumsi jarak juring 135 cm dan jarak antar bibit tebu

dalam satu juring 50 cm dengan sasaran luas lahan tebu giling 20.000 hektar.

No Uraian Luas, ha Single

Buddet Bulan Transplanting, ha

1 Sistem semi hydroponic 1 0,005 14.542 0 1

2 Sistem semi hydroponic 2 0,005 14.542 0 1

3 Sistem semi hydroponic 3 0,005 14.542 1 1

4 Sistem semi hydroponic 4 0,005 14.542 1 1

5 Sistem semi hydroponic 1’ 0,215 698.016 6 48

6 Sistem semi hydroponic 2’ 0,215 698.016 6 48

7 Sistem semi hydroponic 3’ 0,215 698.016 7 48

8 Sistem semi hydroponic 4’ 0,215 698.016 7 48

9 Sistem konvensional 1” 480 - 12 480

10 Sistem konvensional 2” 480 - 12 480

11 Sistem konvensional 3” 480 - 13 480

12 Sistem konvensional 4” 480 - 13 480

13 Plant cane konvensional 1 4.800 - 18 4.800

14 Plant cane konvensional 2 4.800 - 18 4.800

15 Plant cane konvensional 3 4.800 - 19 4.800

16 Plant cane konvensional 4 4.800 - 19 4.800

Kebutuhan lahan 21.316

Dalam kurun waktu 18 – 19 bulan dengan umur rata – rata panen bibit 6 bulan maka

dari pengembangan bibit 4 hektar dengan sistem semi hydroponic akan didapatkan 21.316

hektar tebu giling. Dari perhitungan ini kita dapat mengatur berapa luas lahan yang akan

kita kembangkan untuk kebutuhan giling. Perlu konsistensi dan kesabaran bagian

pembibitan agar tujuan dan sasaran pengembangan kebun tebu dapat berjalan dengan baik.