sistem politik islam

23
BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Sistem politik adalah suatu bagian yang pasti ada di setiap Negara yang berfungsi sebagai pengatur dan membuat peraturan untuk dipatuhi oleh seluruh warga negaranya. Ada beberapa sistem politik yaitu sistem politik komunis, liberal dan demokrasi dari beberapa sistem politik tersebut masih ada juga sistem politik Islam. Setiap Negara pasti memiliki sistem politiknya masing- masing. Kitab suci agama Islam yaitu Al-Quran, menjelaskan tentang system politik Islam dan menjadi pedoman dalam berpolitik. Segala hal tentang politik dijelaskan secara gamblang di dalam Al-Quran. Disini kita akan membahas tentang peranan agama Islam dalam perkembangan politik di dunia saat ini, dengan mengkaji berbagai informasi berdasarkan Al-Qur’an, Al Hadits dan sejarah sistem politik di masa Rasulullah SAW. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa itu Politik Islam? 1

Upload: okky-dwi-setiawan

Post on 08-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

politik islam

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Politik Islam

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Sistem politik adalah suatu bagian yang pasti ada di setiap Negara yang

berfungsi sebagai pengatur dan membuat peraturan untuk dipatuhi oleh seluruh warga

negaranya.

Ada beberapa sistem politik  yaitu sistem politik komunis, liberal dan

demokrasi dari beberapa sistem politik tersebut masih ada juga sistem politik Islam.

Setiap Negara pasti memiliki sistem politiknya masing-masing.

Kitab suci agama Islam yaitu Al-Quran, menjelaskan tentang system politik

Islam dan menjadi pedoman dalam berpolitik. Segala hal tentang politik dijelaskan

secara gamblang di dalam Al-Quran.

Disini kita akan membahas tentang peranan agama Islam dalam

perkembangan politik di dunia saat ini, dengan mengkaji berbagai informasi

berdasarkan Al-Qur’an, Al Hadits dan sejarah sistem politik di masa Rasulullah

SAW.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang

dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa itu Politik Islam?

2. Apa saja prinsip dasar politik Islam?

3. Apa saja prinsip politik luar negeri dalam Islam?

4. Bagaimana peran umat Islam dalam perpolitikan nasional?

5. Bagaimana kepemimpinan dan manajemen dalam Islam?

TUJUAN

Dalam menyusun makalah ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Ingin mengetahui bagaimana sistem politik dalam Islam

2. Ingin mengetahui prinsip dasar politik Islam

3. Ingin mengetahui cri kepemimpinan dan manajemen dalam Islam

1

Page 2: Sistem Politik Islam

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Politik Islam

Politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Asalnya makna

siyasah (politik) tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan gembalaan. Lalu,

kata tersebut digunakan dalam pengaturan urusan-urusan manusia; dan pelaku

pengurusan urusan-urusan manusia tersebut dinamai politikus (siyasiyun). Dalam

realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulil amri mengurusi (yasûsu) rakyatnya saat

mengurusi urusan rakyat, mengaturnya, dan menjaganya. Begitu pula dalam perkataan

orang Arab dikatakan : ‘Bagaimana mungkin rakyatnya terpelihara (masûsah) bila

pemeliharanya ngengat (sûsah)’, artinya bagaimana mungkin kondisi rakyat akan baik

bila pemimpinnya rusak seperti ngengat yang menghancurkan kayu. Dengan

demikian, politik merupakan pemeliharaan (ri’ayah), perbaikan (ishlah), pelurusan

(taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan pendidikan (ta`dib).

Rasulullah SAW sendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam sabdanya :

"Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi (tasusuhumul anbiya).

Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi

setelahku, namun akan ada banyak para khalifah" (HR. Bukhari dan Muslim).

Teranglah bahwa politik atau siyasah itu makna awalnya adalah mengurusi urusan

masyarakat. Berkecimpung dalam politik berarti memperhatikan kondisi kaum

muslimin dengan cara menghilangkan kezhaliman penguasa pada kaum muslimin dan

melenyapkan kejahatan musuh kafir dari mereka. Untuk itu perlu mengetahui apa

yang dilakukan penguasa dalam rangka mengurusi urusan kaum muslimin,

mengingkari keburukannya, menasihati pemimpin yang mendurhakai rakyatnya, serta

memeranginya pada saat terjadi kekufuran yang nyata seperti ditegaskan dalam

banyak hadits terkenal. Ini adalah perintah Allah SWT melalui Rasulullah SAW.

Berkaitan dengan persoalan ini Nabi Muhammad SAW bersabda :

"Siapa saja yang bangun pagi dengan gapaiannya bukan Allah maka ia bukanlah

(hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namum tidak memperhatikan urusan

kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka." (HR.Al Hakim).

2

Page 3: Sistem Politik Islam

Rasulullah ditanya oleh sahabat tentang jihad apa yang paling utama. Beliau

menjawab : "Kalimat haq yang disampaikan pada penguasa." (HR. Ahmad).

Berarti secara ringkas Politik Islam memberikan pengurusan atas urusan

seluruh umat Muslim.

Namun, realitas politik demikian menjadi pudar saat terjadi kebiasaan umum

masyarakat dewasa ini baik perkataan maupun perbuatannya menyimpang dari

kebenaran Islam yang dilakukan oleh mereka yang beraqidahkan sekularisme, baik

dari kalangan non muslim atau dari kalangan umat Islam. Jadilah politik disifati

dengan kedustaan, tipu daya, dan penyesatan yang dilakukan oleh para politisi

maupun penguasa. Penyelewengan para politisi dari kebenaran Islam, kezhaliman

mereka kepada masyarakat, sikap dan tindakan sembrono mereka dalam mengurusi

masyarakat memalingkan makna lurus politik tadi. Bahkan, dengan pandangan seperti

itu jadilah penguasa memusuhi rakyatnya bukan sebagai pemerintahan yang shalih

dan berbuat baik. Hal ini memicu propaganda kaum sekularis bahwa politik itu harus

dijauhkan dari agama (Islam). Sebab, orang yang paham akan agama itu takut kepada

Allah SWT sehingga tidak cocok berkecimpung dalam politik yang merupakan dusta,

kezhaliman, pengkhianatan, dan tipu daya. Cara pandang demikian, sayangnya, sadar

atau tidak mempengaruhi sebagian kaum muslimin yang juga sebenarnya ikhlas

dalam memperjuangkan Islam. Padahal propaganda tadi merupakan kebenaran yang

digunakan untuk kebathilan (Samih ‘Athief Az Zain, As Siyasah wa As Siyasah Ad

Dauliyyah, hal. 31-33). Jadi secara ringkas Islam tidak bisa dipisahkan dari politik.

Politik sendiri sebenarnya bermakna sangat luas, tidak saklek, tidak sempit.

1.2 Prinsip-Prinsip Dasar Politik (Siyasah Islam)

Pertama, kedaulatan, yakni kekuasaan itu merupakan amanah.  Kedaulatan

yang mutlak dan legal adalah milik Allah. Abu al-A’la al-Maududi menyebutnya

dengan “asas pertama dalam teori politik Islam.” Al-Maududi dalam bukunya It’s

Meaning and Message (1976: 147-148) menegaskan,”Kepercayaan terhadap keesaan

(tauhid) dan kedaulatan Allah adalah landasan dari sistem  sosial dan moral yang

dibawa oleh Rasul Allah. Kepercayaan itulah yang merupakan satu-satunya titik awal

dari filsafat politik dalam Islam.”

3

Page 4: Sistem Politik Islam

   Kedaulatan ini terletak di dalam kehendak-Nya seperti yang dapat dipahami

dari syari’ah. Syari’ah sebagai sumber dan kedaulatan yang aktual dan konstitusi

ideal, tidak boleh dilanggar. Sedang masyarakat Muslim, yang diwakili oleh

konsensus rakyat (ijma’ al-ummah), memiliki kedaulatan dan hak untuk mengatur diri

sendiri.

Kedua, syura dan ijma’. Mengambil keputusan di dalam semua urusan

kemasyarakatan dilakukan melalui konsensus dan konsultasi dengan semua pihak.

Kepemimpinan negara dan pemerintahan harus ditegakkan  berdasarkan persetujuan

rakyat melalui pemilihan secara adil, jujur, dan amanah. Sebuah pemerintahan atau

sebuah otoritas (sulthan) yang ditegakkan dengan cara-cara non-syari’ah adalah tidak

dapat ditolerir dan tidak dapat memaksa kepatuhan rakyat.

Ketiga, semua warga negara dijamin  hak-hak pokok tertentu. Menurut Subhi

Mahmassani dalam bukunya Arkan Huquq al-Insan, beberapa hak warga negara yang

perlu dilindungi adalah: jaminan terhadap keamanan pribadi, harga diri  dan harta

benda, kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat dan berkumpul, hak untuk

mendapatkan pelayanan hukum secara adil tanpa diskriminasi, hak untuk

mendapatkan pendidikan yang layak, pelayanan medis dan kesehatan, serta keamanan

untuk melakukan aktifitas-aktifitas ekonomi.

Keempat,  hak-hak negara. Semua warga negara, meskipun yang oposan atau

yang bertentangan pendapat dengan pemerintah sekalipun, mesti tunduk  kepada

otoritas negara yaitu kepada hukum-hukum dan peraturan negara.

Kelima, hak-hak khusus dan batasan-batasan bagi warga negara yang non-

Muslim—memiliki hak-hak sipil yang sama. Karena negara ketika itu adalah negara

ideologis, maka tokoh-tokoh pengambilan keputusan yang memiliki posisi

kepemimpinan dan otoritas (ulu al-amr), mereka harus sanggup menjunjung tinggi

syari’ah. Dalam sejarah politik Islam, prinsip  dan kerangka  kerja konstitusional

pemerintahan seperti ini, terungkap dalam Konstitusi Madinah atau “Piagam

Madinah” pada era kepemimpinan Rasulullah di Madinah, yang mengayomi

masyarakat yang plural.

4

Page 5: Sistem Politik Islam

Keenam, ikhtilaf  dan konsensus yang menentukan. Perbedaan-perbedaan

pendapat diselesaikan berdasarkan keputusan dari suara mayoritas yang harus ditaati

oleh seluruh masyarakat. Prinsip mengambil keputusan menurut suara mayoritas ini

sangat penting untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam buku M. Tahir Azhary, Negara Hukum, Suatu Studi tentang Prinsip-

prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasi Pada Periode Madinah dan

Masa Kini, yang berasal dari disertasi doktor pada Pascasarjana UI Jakarta, di dalam

al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah terkandung sembilan prinsip negara hukum, yakni:

(1) Prinsip kekuasaan sebagai amanah (QS. 4 : 58, 14-13); 

(2) Prinsip musyawarah (42 : 38, 3 : 159);

(3) Prinsip keadilan (4:135, 5:8, 16:90, 6:160);

(4) Prinsip persamaan (9 :13);

(5) Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (17 :

70, 17 : 33, 5 : 32, 88 : 21, 88 : 22, 50 : 45, 4 : 32);

(6) Prinsip pengadilan bebas (dialog Mu’adz dengan Rasulullah SAW ketika

akan diangkat menjadi hakim di Yaman);

(7) Prinsip perdamaian (2 : 194, 2 : 190, 8 : 61 –62);

(8) Prinsip kesejahteraan (34 : 15);

(9) Prinsip ketaatan rakyat (4 : 59).

Para pakar politik dan hukum Islam yang menguraikan prinsip-prinsip negara

dalam syari’at Islam sangat bervariasi. Namun dapat diformulasikan bahwa prinsip-

prinsip negara dalam Islam itu adalah : 

(1) prinsip tauhid (kekuasaan/jabatan pemerintahan itu sebagai amanah);

(2) Prinsip keadilan;

(3) Prinsip kedaulatan rakyat;

(4) Prinsip musyawarah;

(5) Prinsip kesamaan di hadapan hukum (equality before the law);

(6) Prinsip kebebasan rakyat;

(7) Prinsip persatuan;

(8) Prinsip persaudaraan;

(9) Prinsip gotong-royong dalam ridha Ilahi;

(10) Prinsip kepatuhan rakyat;

(11) Prinsip perdamaian;

5

Page 6: Sistem Politik Islam

(12) Prinsip kesejahteraan;

(13) Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.

Prinsip-prinsip negara tersebut  sangat representatif pada periode Negara

Madinah era kepemimpinan Rasulullah. Dalam Piagam Madinah, digalang suatu

perjanjian untuk menetapkan persamaan hak dan kewajiban semua komunitas dalam

kehidupan sosial politik. Muatan piagam ini menggambarkan hubungan antara Islam

dan ketatanegaraan dan undang-undang yang diletakkan oleh Nabi SAW, untuk

menata  kehidupan sosial-politik masyarakat Madinah. Bahkan untuk dewasa ini pun 

relevan karena nilai-nilainya universal. Sebab prinsip-prinsip tersebut telah menjadi

tuntunan berbagai bangsa di dunia, agar tegak dalam hidup bermasyarakat dan

bernegara, yaitu tatanan masyarakat yang demokratis, adil, dan damai. Karena pada

hakikatnya implementasi prinsip-prinsip tersebut merupakan penghargaan terhadap

hak-hak asasi manusia, dan akan menumbuhkan sikap demokratis dalam berbagai

aspek kehidupan.

1.3Prinsip-prinsip Politik Luar Negeri dalam Islam

Kebijakan luar negeri sebuah negara Islam atau akan berakar pada prinsip-

prinsip agama diterapkan dalam konteks dan dalam keterbatasan keadaan yang

berlaku. . Prinsip-prinsip ini, ditetapkan dalam Qur'an dan dicontohkan dalam

kehidupan Nabi Muhammad, didahulukan atas segala pertimbangan lain, tetapi, pada

saat yang sama, contoh dari nabi sendiri mengajarkan Muslim untuk menjadi realis,

menilai setiap situasi di semangat objektivitas tenang. Hal ini sering dikatakan bahwa

politik adalah "seni kemungkinan", dan ini bahkan lebih benar dari hubungan

internasional dan antar-kelompok. Sebuah kebijakan Islam tidak dari sudut pandang

ini, berbeda dari setiap kebijakan berprinsip lain, tetapi ia beroperasi tunduk pada

takut akan Allah dan penghakiman-Nya. Tidak ada perbedaan dapat dibuat antara cara

di mana manusia bertindak dalam kehidupan pribadinya dan cara di mana ia bertindak

sebagai seorang negarawan, ia akan dinilai sama pada kedua jumlah dan selalu dalam

hal keadilan. Bagaimanapun harus dipahami bahwa konsep negara-bangsa adalah

sebuah konsep yang murni sekuler, dan itu akan lebih baik untuk berbicara keadilan

antara komunitas yang berbeda dan dalam setiap komunitas. Dalam situasi ini berarti

manusia, di tempat pertama, hubungan intim dan saling mendukung dalam keluarga

6

Page 7: Sistem Politik Islam

dan, erat bersekutu dengan ini, antara mereka yang memiliki kepentingan umum;

kemudian datang hubungan dalam masyarakat yang keluarga atau kelompok

merupakan komponen, dan di sini juga hubungan memiliki karakter suci, akhirnya

ada hubungan antara komunitas yang berbeda, apakah kita menyebut mereka bangsa

atau tidak. Al-Qur'an mengajarkan bahwa berbagai ras manusia dan budaya yang

dikehendaki oleh Allah dan karena itu harus dihormati, persatuan adalah tidak sama

dengan keseragaman. Prinsip "hidup dan biarkan hidup" adalah salah satu bahwa

umat Islam dapat mengadopsi tanpa kesulitan, tetapi tidak mungkin bagi umat Islam

untuk menganggap gagasan sekuler diganggu gugat "kedaulatan nasional" sebagai

suci. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip Islam untuk berdiri di pinggir dan peras

tangan kita sementara kita menonton seorang diktator yang telah merebut kekuasaan

dalam pembantaian jutaan orang tertentu negara sendiri (seperti yang memang terjadi

di Kamboja pada 1970-an). . Ketika ketidakadilan terlihat terjadi itu adalah kewajiban

Muslim untuk melakukan apapun yang mungkin dalam kekuasaannya untuk

memperbaiki situasi. Jika ia tidak dapat melakukannya dengan tindakan langsung,

maka ia memiliki kewajiban untuk mengecam ketidakadilan dan, jika mungkin, untuk

membujuk orang lain untuk bergabung dengan dia dalam tindakan yang efektif.

Menurut Alquran, kita semua masalah "satu jiwa tunggal", dan Muslim tidak bisa

mengabaikan tanggung jawab mereka terhadap sesama makhluk.

Jika memiliki sarana untuk mengakhiri penindasan, di mana pun ini dapat

terjadi, maka memiliki kewajiban untuk melakukannya, jika memungkinkan dengan

persuasi damai, jika tidak oleh seperti "tekanan" (sanksi ekonomi misalnya) yang

mungkin tersedia. Military force is a last resort. Kekuatan militer adalah pilihan

terakhir. . Apapun keadaannya, dan tindakan apapun yang mungkin diperlukan,

Muslim yang setia kepada iman mereka harus selalu diingat bahwa hasil dari setiap

tindakan dan setiap berada di tangan Tuhan. Hal berikut bahwa mereka tidak memiliki

alasan baik untuk putus asa atau panik ketika berhadapan dengan masalah yang

tampaknya tak teratasi. Mereka hanya diperlukan untuk membentuk niat yang benar

dan kemudian melakukan apa yang mereka dapat, mengetahui bahwa ada tetapi

Akankah tunggal yang menentukan peristiwa, termasuk perubahan-perubahan yang

terjadi dalam urusan negara. Muslim berkomitmen untuk Jihad, yang tidak, dalam

contoh pertama, berarti perang, tetapi hanya usaha benar dan tindakan yang benar.

Menurut ajaran Al Qur'an, tindakan yang benar yang subur dan produktif, dan

7

Page 8: Sistem Politik Islam

buahnya bertahan. Tindakan yang salah adalah steril. Dalam pandangan Islam, pidato

termasuk kategori tindakan, dan Islam, lebih dari agama lain, mengakui kekuatan

kata. Untuk menyatakan kebenaran dan untuk mengecam penindasan, ketidakadilan

dan korupsi adalah tugas politik serta satu pribadi. Selain itu, pengalaman sejarah

kaum muslim 'menunjukkan kepada mereka bahwa kebenaran dan realisme sering

bertepatan. Dengan melihat ke belakang jelas bahwa negarawan yang bertindak murni

dalam hal realpolitik, menyisihkan semua prinsip yang lebih tinggi, telah terbukti

salah lebih sering daripada benar bahkan pada tingkat politik praktis. Prinsip tidak

"ideal", mereka menyediakan kerangka kerja untuk tindakan yang efektif.

Dalam terang pertimbangan ini, apa yang bisa fungsi, di bidang hubungan

luar negeri, dari Partai Islam di negara di mana umat Islam hanya merupakan

minoritas kecil? . Fungsinya adalah untuk memberikan suara kepada minoritas yang

dan keprihatinan seluruh dunia, sementara, pada saat yang sama, menyatakan prinsip

dan nilai-nilai yang berlaku universal. Itu ada juga untuk membawa untuk

menanggung mempengaruhi seperti itu mungkin memperoleh pada mereka yang

memegang kekuasaan dalam bangsa dan untuk berbicara persuasif untuk pria dan

wanita yang baik akan di komunitas mayoritas. Hal ini, pada saat yang sama, hak -

bertindak atas nama minoritas Muslim - untuk mencari representasi dalam "koridor

kekuasaan".

Dalam memberikan pengaruh seperti itu mungkin, sebuah Partai Islam

memiliki kewajiban untuk berbicara juga atas nama minoritas muslim lain yang

menderita penindasan. Sebuah kasus di titik pada saat ini adalah situasi yang

menyakitkan dari kaum muslimin di Bulgaria dan, meskipun pada tingkat lebih

rendah, di bagian lain dari Eropa Timur. Tapi perhatian utama dari partai semacam

itu, seperti juga organisasi-organisasi Muslim lainnya, di manapun mereka berada,

hanya bisa perjuangan berani rakyat Palestina terhadap pendudukan militer. Hal ini

pada hal ini bahwa Partai Islam berharap untuk membuat suaranya didengar paling

efektif. Mereka yang sangat yakin pada kekuatan kata harus memupuk kefasihan dan

persuasi, tidak hanya dalam kepentingan komunitas mereka sendiri tetapi juga, lebih

umum, di jalan perdamaian dan keadilan antara bangsa-bangsa. Sudah saatnya, ketika

kita mendekati tahun 1990-an, untuk suara muslim untuk diberikan mendengar di

negara ini dan di tempat lain di Eropa Barat. Masyarakat tuan rumah mungkin

8

Page 9: Sistem Politik Islam

menemukan bahwa prinsip-prinsip Islam telah banyak untuk menawarkan kepada

mereka di era ketidakpastian moral.

Menurut Ali Anwar (2002:195), ada beberapa prinsip politik luar negeri dalam

Islam yaitu :

1. Saling menghormati fakta-fakta dan tarikat-tarikat (Q.S 8:58, 9:4, 16: 91,

17:34)

2. Kehormatan dan integrasi nasional (Q.S 16:92)

3. Keadilan universal/internasional (Q.S 5:8)

4. Menjaga perdamaian abadi (Q.S 5:61)

5. Menjaga kenetralan negara-negara lain (Q.S 4:89-90)

6. Larangan terhadap ekploitasi para imperialis (QS.6:92)

7. Memberikan perlindungan dan dukungan kepadaorang-orang Islam yang hidup

di negara lain (QS.8:72)

8. Bersahabat dengan kekuasaan-kekuasaan netral (Q.S 60:8-9)

9. Kehormatan dalam hubungan internasional (QS. 55:60)

10. Persamaan keadilan untuk para penyerang (QS.2:195, 16:126, 42:40)

1.4 Kontribusi Umat Islam dalam Perpolitikan Nasional

Kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional tidak bisa dipandang

sebelah mata. Di setiap masa dalam kondisi perpolitikan bangsa ini, Islam selalu

punya pengaruh yang besar. Sejak bangsa ini belum bernama Indonesia, yaitu era

berdirinya kerajaan-kerajaan hingga saat ini, pengaruh perpolitikan bangsa kita tidak

lepas dari pengaruh umat Islam.

Salah satu penyebabnya adalah karena umat Islam menjadi penduduk

mayoritas bangsa ini. Selain itu, dalam ajaran Islam sangat dianjurkan agar

penganutnya senantiasa memberikan kontribusi sebesar-besarnya bagi orang banyak,

bangsa, bahkan dunia. Penguasaan wilayah politik menjadi sarana penting bagi umat

Islam agar bisa memberikan kontribusi bagi bangsa ini.

Sekarang mari kita amati kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional di

setiap era/ masa bangsa ini.

9

Page 10: Sistem Politik Islam

1. Era Kerajaan-Kerajaan Islam Berjaya

Pengaruh Islam terhadap perpolitikan nasional punya akar sejarah yang cukup

panjang. Jauh sebelum penjajah kolonial bercokol di tanah air, sudah berdiri beberapa

kerajaan Islam besar. Kejayaan kerajaan Islam di tanah air berlangsung antara abad

ke-13 hingga abad ke-16 Masehi.

2. Era Kolonial dan Kemerdekaan (Orde Lama)

Peranan Islam dan umatnya tidak dapat dilepaskan terhadap pembangunan

politik di Indonesia baik pada masa kolonial maupun masa kemerdekaan. Pada masa

kolonial Islam harus berperang menghadapi ideologi kolonialisme sedangkan pada

masa kemerdekaan Islam harus berhadapan dengan ideologi tertentu macam

komunisme dengan segala intriknya.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sejarah secara tegas menyatakan kalau

pemimpin-pemimpin Islam punya andil besar terhadap perumusan NKRI. Baik itu

mulai dari penanaman nilai-nilai nasionalisme hingga perumusan Undang-Undang

Dasar Negara.

Para pemimpin Islam terutama dari Serikat Islam pernah mengusulkan agar

Indonesia berdiri di atas Daulah Islamiyah yang tertuang di dalam Piagam Jakarta.

Namun, format tersebut hanya bertahan selama 57 hari karena adanya protes dari

kaum umat beragama lainnya. Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 1945, Indonesia

menetapkan Pancasila sebagai filosofis negara.

3. Era Orde Baru

Pemerintahan masa orde baru menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas

di dalam negara. Ideologi politik lainnya dipasung dan tidak boleh ditampilkan,

termasuk ideologi politik Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi depolitisasi

politik di dalam perpolitikan Islam.

Politik Islam terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama di sebut

kaum skripturalis yang hidup dalam suasana depolitisasi dan konflik dengan

pemerintah. Kelompok kedua adalah kaum subtansialis yang mendukung

pemerintahan dan menginginkan agar Islam tidak terjun ke dunia politik.

10

Page 11: Sistem Politik Islam

4. Era Reformasi

Bulan Mei 1997 merupakan awal dari era reformasi. Saat itu rakyat Indonesia

bersatu untuk menumbangkan rezim tirani Soeharto. Perjuangan reformasi tidak lepas

dari peran para pemimpin Islam pada saat itu. Beberapa pemimpin Islam yang turut

mendukung reformasi adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua Nahdatul

Ulama.

Muncul juga nama Nurcholis Majid (Cak Nur), cendikiawan yang lahir dari

kalangan santri. Juga muncul Amin Rais dari kalangan Muhamadiyah. Bertahun-

tahun reformasi bergulir, kiprah umat Islam dalam panggung politik pun semakin

diperhitungkan.

Umat Islam mulai kembali memunculkan dirinya tanpa malu dan takut lagi

menggunakan label Islam. Perpolitikan Islam selama reformasi juga berhasil

menjadikan Pancasila bukan lagi sebagai satu-satunya asas. Partai-partai politik juga

boleh menggunakan asas Islam.

Kemudian bermunculanlah berbagai partai politik dengan asas dan label Islam.

Partai-partai politik yang berasaskan Islam, antara lain PKB, PKU, PNU, PBR, PKS,

PKNU, dan lain-lain.

Dalam kondisi bangsa yang sangat memprihatinkan sekarang, sudah waktunya

umat Islam untuk terjun dalam perjuangan politik yang lebih serius. Umat islam tidak

boleh lagi bermain di wilayah pinggiran sejarah. Umat Islam harus menyiapkan diri

untuk memunculkan pemimpin-pemimpin yang handal, cerdas, berahklak mulia,

profesional, dan punya integritas diri yang tangguh.

Umat Islam di Indonesia diharapkan tidak lagi termarginalisasi dalam

panggung politik. Politik Islam harus mampu merepresentasikan idealismenya sebagai

rahmatan lil alamin dan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa ini.

Umat Islam mutlak diperlukan dalam rangka membina stbilitas politik yang

merupakan tumpuan harapan bangsa. Pada hakikatnya ini juga metupakan tumpuan

agama dalam kehidupan bernegara. Karenanya, para intelektual muslim dituntut oleh

kemampuan ilmiahnya, bahkan oleh agama, untuk memelihara dan menaggulangi

11

Page 12: Sistem Politik Islam

problem-problem yang dapat mengeruhkan stabilitas tersebut. Hal ini secara

gamblang dinyatakan oleh Nabi dalam sabdanya : “ imam (pemerintah) yang berlaku

aniaya lebih baik dari kekacauan. Walaupun keduanya jelek, namun dalam beberapa

kejelekan hendaknya terdapat pilihan.”

Islam sebagai sebuah ajaran yang mencakup persoalan spiritual dan politik

telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kehidupan politik di

Indonesia. Pertama ditandai dengan munculya partai-partai berasaskan Islam serta

partai nasionalis berbasis umat islam dan kedua dengan ditandai sikap pro aktif tokoh-

tokoh politik islam dan umat islam terhadap keutuhan negara kesatuan Republik

Indonesia, sejak proses awal kemerdekaan sampai jaman reformasi. Berkaitan dengan

keutuhan negara, misalnya Muhammad Natsir pernah menyerukan umat islam agar

tidak mempertentangkan Pancasila dengan Islam.Dalam pandangan islam, perumusan

Pancasila bukan merupakan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Al qur’an,

karena nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila juga merupakan bagian dari nilai-

nilai yang terdapat dalam al qur’an. Demi keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa,

umat Islam rela menghilangkan tujuh kata dari sila pertama pancasila yaitu kata-kata “

kewajiban melaksanakan syariat islam bagi para pemeluknya”

Umat Islam Indonesia dapat menyetujui Pancasila dan UUD 1945 setidak-

tidaknya atas dua pertimbangan. Pertama. Nilai-nilainya dibenarkan oleh ajaran

agama Islam, Kedua, fungsinya sebagai nuktahnuktah kesepakatan antar berbagai

golongan untuk mewujudkan kesatuan politik bersama.

1.5 Kepemimpinan Dan Manajemen

Apa itu kepemimpinan, dan apa perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen?

perbedaan adalah:

Kepemimpinan adalah menetapkan arah baru atau visi untuk kelompok yang

mereka ikuti, yaitu: pemimpin adalah ujung tombak untuk itu arah baru

Manajemen kontrol atau mengarahkan orang / sumber daya dalam kelompok

sesuai dengan prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang telah ditetapkan.

12

Page 13: Sistem Politik Islam

Perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen dapat digambarkan dengan

mempertimbangkan apa yang terjadi bila Anda memiliki satu tanpa yang lain.

Kepemimpinan tanpa manajemen

Menetapkan arah atau visi yang lainnya mengikuti, tanpa mempertimbangkan terlalu

banyak bagaimana arah baru akan dicapai. Orang lain maka harus bekerja keras dalam

jejak yang tertinggal, mengambil potongan-potongan dan membuatnya bekerja.

Misalnya: di Lord of the Rings, di dewan Elrond, menyelamatkan Frodo Baggins

dewan dari konflik dengan mengambil tanggung jawab untuk pencarian

menghancurkan cincin - tetapi sebagian besar manajemen kelompok datang dari orang

lain.

Manajemen tanpa kepemimpinan

Kontrol sumber daya untuk mempertahankan status quo atau memastikan sesuatu

terjadi sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. Misalnya: wasit mengelola

sebuah permainan olahraga, tetapi tidak biasanya memberikan "kepemimpinan"

karena tidak ada perubahan baru, tidak ada arah baru - wasit adalah mengendalikan

sumber daya untuk memastikan bahwa hukum dari permainan diikuti dan status quo

dipertahankan.

Kepemimpinan dikombinasikan dengan manajemen

Tidak baik - itu baik menetapkan arah baru dan mengelola sumber daya untuk

mencapainya. Misalnya: seorang presiden baru terpilih atau perdana menteri.

Kepemimpinan dan Manajemen Ringkasan

Kepemimpinan adalah tentang pengaturan arah baru untuk kelompok, manajemen

adalah tentang memimpin dan mengendalikan sesuai dengan prinsip yang ditetapkan.

Namun, seseorang dapat menjadi pemimpin simbolis jika mereka muncul sebagai

ujung tombak arah kelompok set untuk dirinya sendiri.

13

Page 14: Sistem Politik Islam

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah yang telah kami buat adalah Islam mengajarkan

system politik dan prinsip-prinsipnya serta mengatur tentang kepemimpinan dalam

berpolitik menurut islam.

Saran

Diharapkan dengan materi yang telah kami sampaikan melalui makalah ini,

dapat menjadi pedoman bagi umat Islam untuk menjalankan politik di Negara ini agar

sesuatu yang dikerjakan bernilaikan ibadah dan mendapatkan pahala serta tidak terjadi

penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan berbagai pihak.

14