filsafat politik islam

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kalau kita pelajarai dengan seksama ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya yang terdapat di dalam Alquran dan ktiab-kitab hadis yang sahih, kita segera dapat mengethaui tujuan hukum Islam. Secara umum sering dirumuskan bahwa tujuan hukm Islam adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat kelak, dengan jalan mengambil (segala) yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudarat, yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan. Dengan kata lain, tujua hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik rohani maupun jasmani, individual dan social. Kemaslahatan itu tidak hanya tuntuk kehiduapan di dunia saja teapi jug auntuk kehidupan yang kekal di akhirat kelak. Abu Ishaq al Shatibi merumuskan Lima tujuan hukum Islam, yakni 1 (1) memelihara agama, (2) jiwa, (3) akal, (4) keturunan, (5) harta, yang (kemudian) disepakati oleh ilmuan hukum islam lainnya. Tujuan hukum islam tersebut di atas dapat dilihat dari dua segi yakni (1) segi pembuat hukum Islam yaitu 1 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011 hlm.61 1

Upload: asih45

Post on 29-Jan-2016

56 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

tugas makalah kelompok filsafat politik

TRANSCRIPT

Page 1: Filsafat Politik Islam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kalau kita pelajarai dengan seksama ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-

Nya yang terdapat di dalam Alquran dan ktiab-kitab hadis yang sahih, kita segera

dapat mengethaui tujuan hukum Islam. Secara umum sering dirumuskan bahwa

tujuan hukm Islam adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat

kelak, dengan jalan mengambil (segala) yang bermanfaat dan mencegah atau

menolak yang mudarat, yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan.

Dengan kata lain, tujua hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik

rohani maupun jasmani, individual dan social. Kemaslahatan itu tidak hanya

tuntuk kehiduapan di dunia saja teapi jug auntuk kehidupan yang kekal di akhirat

kelak. Abu Ishaq al Shatibi merumuskan Lima tujuan hukum Islam, yakni1 (1)

memelihara agama, (2) jiwa, (3) akal, (4) keturunan, (5) harta, yang (kemudian)

disepakati oleh ilmuan hukum islam lainnya.

Tujuan hukum islam tersebut di atas dapat dilihat dari dua segi yakni (1)

segi pembuat hukum Islam yaitu Allah dan Rasul-Nya (2) segi manusia yang

menjadi pelaku dan pelaksana hukum islam itu.

Politik senantiasa diperlukan oleh masyarakat manapun. Ia memandang

seseorang dalam sosoknya sebagai manusia (sifat manusiawinya), ataupun sebagai

individu yang hidup dalam komunitas tertentu, maka sebenarnya ia bisa disebut

sebagai seorang politikus. Di dalam hudpnya, manusia tidak pernah berhenti dan

mengurusi urusannya sendiri, urusan orang lain yang menjadi tangun jawabnya,

urusan bangsanya, ideology dan pemikiran-pemikirannya. Oleh karena itu, setiap

individu, kelompok, oraganisasi ataupun negara yang memperhatikan urusan umat

(dalam lingkup negara dan wilayah mereka) bisa desebut sebagia politikus. Kita

1 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011 hlm.61

1

Page 2: Filsafat Politik Islam

bisa mengenal ini dari tabiat aktivitasnya, kehidupan yang meraka hadapi serta

tanggung jawabnya.

Oleh karena itu setiap kaum muslimin harus senantiasa memikirkan urusan

umat, termasuk menjaga arar seluruh urusan tidak melanggar aturan islam. Bentuk

kepedulian kaum muslimin dengan segala urusan umat ini bisa berarti mengurusi

kepentingan dan kemaslahatan mereka, mengetahui apa yang diberlakukan

pemerintah terhadap rakyat, mengingkarai kejahatan dan kezhaliman pemerintah,

peduli terhadap kepentingan dan peroalana umat, menasehati pemimpin yang

lalim, mendongkrak otoritas penguasa yang melanggar aturan, membeberkan

indikasi-indikasi jahat negera-negara musuh serta hal-hal lain yang berkenaan

dengan urusan umat.2

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Negara Islam di Madinah?

2. Bagaimana Pemerintahan Tuhan?

3. Apa yang dimaksud dengan Sistem Musyawarah?

4. Bagaimana Demokrasi dalam Islam?

5. Bagaimana Interaksi dalam Masyarakat Islam?

6. Bagaimana Kedudukan Wanita dalam Islam?

7. Perbudakan dan Perdamaian?

8. Peperangan dan Perdamaian?

2 Budi Sukantar ed. , Membangun Negara dan Masyarakat Madani, Bapusipda Jawa Barat, Bandung, 2011, hlm.IV

2

Page 3: Filsafat Politik Islam

1.3. Tujuan Penulisan

Untuk memahami dan mengerti mengenai ke delapan point di atas yang

diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman lebih dalam

mengenai Filsafat Politik Islam.

3

Page 4: Filsafat Politik Islam

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Negara Islam di Madinah

Pemerintahan silam telah berdiri di Madinah dengan fungsinya sebagai

sebuah organisasi pertahanan, mempersiapkan mekanisme untuk melaksanakan

keadilan di atara manusia, menyebarkan ilmu, menghidupkan sektor ekonomi,

mengikat perjanjianm dan melakukan berbagai kerja sama. Nabi Muhammad

SAW. Adalah kepala negara ini, dan pada waktu yang bersamaan, ia adalah nabi,

manusia biasa, dan utusan Allah.

Dalam membangun masyarakat Islam di Madinah ini, usaha –usaha pokok

yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW. Antara lain:3

a. Mendirikan masjid bersama para sahabat (622 M)

Di dalam masjid, Nabi Muhammad saw dapat menyusun benteng

pertahanan yang bersifat moral dan spiritual, yaitu semangat jihad, di

jalan Allah swt, sehingga kaum muslimin yang kala itu jumlahnya

belum begitu banyak, rela mengorbankan harta benda dan segala

kesenangan materi. Di dalam masjid, beliau senantiasa mendidik umat

dengan dokrin tauhid, dan mengajarkan esensi agama Islam kepada

komunitas Muhajirin dan Anshar.

Di dalam masjid pula, kaum muslimin melakukan ibadah secara

berjamaah dan senantiasa saling bertemu, bermusyawarah untuk

merundingkan masaslah-masalah yang bersama-sama mereka hadapi.

Masjid selain lokasi untuk bersujud kepada Allah juga dikelola oleh

Nabi Muhammad saw. Sebagai sarana pembinaan umat Islam yang

berjiwa tauhid. Karena masjid adalah tempat yang paling efektif untuk

dan menghimpun potensi umat Isla. Disinilah segala strategi

kehidupan didesain oleh Nabi saw. bersama para sahabat.

3 Mohammad Baharun, Islam Idealitas Islam Realitas, Gema Insani, Jakarta, 2012, hlm. 55-60

4

Page 5: Filsafat Politik Islam

b. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar (622/623 M)

Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan kampong halaman,

dipererat oleh Nabi SAW. Dengan mempersaudarakannya dengan

kaum Anshar, karena Anshar telah menolong mereka dengan ikhlas

tanpa memperhitungkan keuntungan yang bersifat materi, melainkan

hanya mencari keridhoan Allah semata. Tiap-tiap orang

dipersaudarakan yang hukumnya seperti saudara kandung dan mereka

merasa tenteram dan aman menjalankan syariat agamanya. Ditempat

yang baru itu sebagian dari mereka ada yang berniaga, bertani, dan

mengerjakan tanah kaum Anshar.

Dengan ikatan yang teguh ini Rasulullah mengikat setiap pengikut

Islam yang terdiri dari bermacam-macam kabilah dan suku itu,

kedalam satu ikatan masyarakat Islam yang solid dengan semangat

gotong royong, senasib dan sepenanggunggan, dengan semangat

persaudaraan islam.

Persaudaraan ini menimbulkan hubungan ekonomi secara spontan.

Kaum Muhajirin yang berasal dari Mekah cukup piawaidalam

berdagang dan kaum Anshar penduduk dari Madinah begitu canggih

dalam bertani.

c. Perjanjian perdamaian dengan nonmuslim (628 M)

Kedudukan Nabi Muhammad saw. Bukan saja sebagai seorang Nabi

dan Rasul, tetapi juga dalam masyarakat Islam beliau sebagai politkus,

diplomat yang bijak, di tengah-tengah medan perang beliau sebagai

pahlawan yang gagah berani, dan di dalam memperlakukan msuh yang

sudah kalah, beliau sebagi seorang ksatria yang tidak ada taranya.

Diantara isi perjanjian yang dibuat Nabi dengan kaum Yahudi itu

antara lain: (1) Siapa saja yang tinggal di dalam atau di luar kota

Madinah, wajib dilindungi keamanan dirinya, kecuali orang yang

zalim dan bersalah, sebab Allah menjadi pelindung orang yang baik;

(2) kaum Yahudi hidup damai bersama-sama dengan kaum mulimin;

kedua-belah pihak bebas memluk dan menjalankan agamanya masing-

5

Page 6: Filsafat Politik Islam

masing; (3) kaum muslimin dan kaum Yahui wajib saling menasehati,

tolong-menolong, serta melaksanakan kebijaksanaan dan keutamaan;

(4) kalau terjadi perselisihan di antara kaum Yahudi dan kaum

muslimin, sekiranya dikhawatirkan akan mengakibatkan hal-hal yang

tidak diinginkan, urusan itu hendaklah diserahkan kepada Allah dan

Rasul-Nya.

2.2 Pemerintahan Tuhan (Teokrasi)

Sebagai penegak kedaulatan Tuhan di dalam negara, diwakilkan dan

dipercayakan kepada kepala Negara, karenanya kepala negara memiliki otoritas

mutlak atas nama Tuhan. Asas kedaulatan negara atas nama Tuhan, menjadi

paham pemujaan terhadap negara (Etatisme, serba negara) diktatorial,

totalitarianisme, authoritarianisme.

Dalam sistim pemerintahan tuhan, negara teokrasi dipimpin oleh

seseorang atau sekelompok orang dari golongan pemimpin agama (clergy) dan

menjalankan ketentuan agama yang diakui negara dalam pemerintahannya. Pada

beberapa negara tertentu, pemimpin negara ini malah dianggap sebagai wakil

tuhan atau bahkan terkadang jelmaan tuhan.

Konsekuensinya, pemimpin negara adalah dari kalangan agamawan.

Ketentuan yang dijalankan adalah amanah tuhan yang tersurat dalam kitab suci

dan diperuntukan untuk rakyat. Sehingga rakyat tidak lebih sebagai kelompok

penderita dan menerima apa adanya segala ketentuan dan kebijakan dalam negara.

Karena undang-undangnya dari tuhan, maka sudah sewajarnya bila peraturan-

peraturannya ditujukan hanya untuk kalangan warga negara yang percaya pada

kitab suci agama tersebut.

Sebagian besar produk hukum dan kebijakan negara, baik ditingkat

nasional maupun daerah, juga merupakan bukti implementasi sistim teokrasi.

Sebut saja yang paling jelas terang benderang: syariat Islam dengan beragam

bentuk dan wujudnya. Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan

dan Undang-undang Nomor 17 tahun 1999 tentang urusan haji, yang justru

6

Page 7: Filsafat Politik Islam

merupakan pengejawantahan “keinginan tuhan” yang tertuang dalam kitab suci

agama Islam.

Perda-perda juga tidak luput dari distorsi “menjalankan perintah tuhan”,

seperti peraturan hukum cambuk di Aceh dan perda larangan keluar malam di

Tangerang. Yang paling aktual dan santrer diperdebatkan saat ini, RUU Anti

Pornografi dan Pornoaksi yang jelas-jelas hanya mengakomodasi ketentuan tuhan

dalam agama Islam merupakan calon UU penambah deretan ketentuan hukum

negara teokrasi.

Kenyataanya di Indonesia, pemilihan kepemimpinan negara masih

didominasi oleh pengaruh kelompok keagamaan. Bahkan secara sadar atau tidak,

kita sering terjebak pada ketentuan agama tertentu untuk menentukan memenuhi

syarat atau tidaknya seorang calon pemimpin, seperti yang dialami oleh mantan

presiden Megawati dengan polemik wanita tidak boleh menjadi pemimpin dalam

agama Islam. Secara tersirat, ketentuan bahwa calon presiden RI harus beragama

Islam juga sangat kental, tapi tidak disuarakan. Ada keyakinan bahwa bila saja

terdapat kandidat presiden non-muslim hal ini akan menjadi perbincangan hangat

tentang sah tidaknya sang calon karena agamanya.

2.3 Sistem Musyawarah

Meskipun Al-qur’an mencakup segala persoalan dan Rasulullah memutus

perkara dengan Al-Qur’an, tetapi Islam tidak menutup rapat-rapat pintu Ijtihad.

Musyawarah adalah sistem yang diperkenalkan negara Islam. Para teolog telah

berbeda pendapat tentang perintah Allah kepada Rasulullah tentang

bermusyawarah, padahal telah senantiasa memberinya petunjuk. Sebagian mereka

mengatakan Rasulullah SAW, diperintahkan bermusyawarah dengan para sahabat

untuk menghargai keberadaan mereka. Sebagiannya lagi mengatakan bahwa

Rasulullah SAW, diperintahkan bermusyawarah dengan para sahabat dalam

masalah perang untuk menemukan gagasan yang tepat. Sebagiannya lagi

mengatakan bahwa Rasulullah SAW, diperintahkan bermusyawarah dengan para

7

Page 8: Filsafat Politik Islam

sahabat untuk menemukan sesuatu yang bermanfaat. Sebagiannya lagi

mengatakan bahwa Rasulullah SAW diperintahkan bermusyawarah dengan para

sahabat agar kemudian menjadi tradisi yang diikuti oleh generasi berikutnya.

Dengan demikian, Al-Qur’an memerintahkan penerapan prinsip-prinsip

musyawarah. Rasul pun menerapkan prinsip ini sepanjang hidupnya.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, ia berkata, “Tidak ada seorangpun melebihi

intensitas musyawarah Rasul dengan para sahabatnya.” Bahkan dalam banyak

kesempatan, Rasul memilih gagasan teman musyawarahnya walaupun berbeda

dengan gagasannya sendiri.

Sebenarnya bisa saja Allah menurunkan wahyu berupa gagasan yang benar

kepada Rasul sehingga tidak diperlukan lagi musyawarah. Namun Allah

menghendaki supaya prinsip musyawarah ini menjadi prinsip umum bagi setiap

politik dan sosial umat. Untuk tujuan itu, Allah menjadikan Rasul sebagai teladan

bagi orang-orang yang beriman. Allah memerintahkan Rasul untuk

bermusyawarah dalam memecahkan suatu permasalahan.

Banyak hadist yang memperkuat isyarat Al-Quran tentang prinsip

musyawarah ini. Rasulullah SAW, bersabda, “Selesaikan urusan kalian dengan

bermusyawarah. Dengan musyawarah, suatu kaum akan ditunjukkan pada jalan

penyelesaian yang paling baik.”Orang yang bermusyawarah tidak akan menyesal.

Orang yang melaksanakan shalat Istiqharah tidak akan gagal.”

Jejak Rasul diatas kemudian diikuti oleh Khulafaur Rasyidin. Mereka

tidak memutuskan sesuatu, kecuali setelah bermusyawarah. Bahkan di Andalusia

(Spanyol) ada seuah majlis bernama Majlis Syura yang beranggotakan pembesar

negara dan para pemimpin.”

Ulil Amri umat ini adalah mereka yang memiliki kemampuan

berpendapat, pakar disetiap bidang kehidupan, dan para analis dalam bidang

kehidupan yang berbeda-beda, mulai dari bidang politik, baik dalam atau luar

negeri, bidang peperangan dan perdamaian, bidang finansial dan perekonomian,

bidang peradilan, bidang agama, dan bidang-bidang lainnya. Setiap bidang ini

8

Page 9: Filsafat Politik Islam

tentu memiliki pakar yang dapat berpikir secara mendalam dan akurat. Kepakaran

mereka dikenal oleh masyarakat. Kumpulan pakar ini adalah ulil amri umat

Muhammad ini. Merekalah yang memiliki tonggak politik dalam rangka

menangani urusan-urusan umat.

2.4 Demokrasi dalam Islam

Sistem musyawarah, sebagaimana dijelaskan diatas, sekilas

menggambarkan keberadaan demokrasi. Diantara makna demokrasi adalah

memberikan ruang apapun kondisinya bagi rakyat untuk berpendapat dan tidak

memutuskan sesuatu, kecuali melalui musyawarah. Sebenarnya demokrasi Islam

telahh tegak di atas sistem musyawarah ini. Indikasinya Islam mengakui adanya

pertanggungjawaban individual, menjadikan hak-hak umum sebagai sesuatu yang

sama diantara manusia, dan menguatkan solidaritas antar rakyat meskipun

berbeda-beda kelas sosialnya. Demokrasi Islam tegak diatas dua prinsip berikut

ini:

1. Pertanggungjawan Individual

Islam mengakui keberadaan pertanggungjawaban individual dan

menegaskan secara jelas. Banyak ayat yang memperkuat pandangan

tersebut.

Pertama, manusia tidak dimintai pertanggungjawaban atas dosa

yang dilakukan orang lain.

Kedua, manusia tidak dimintai pertanggungjawaban atas dosa

bapak atau kakeknya, atau dosa yang terjadi sebelum kelahirannya.

Ketiga, manusia tidak dimintai pertanggungjawaban atas dosa yang

tidak dilakukannya, dan anak-anaknya. Ia akan bertanggungjawab

terhadap mereka. Seorang hamba adalah penjaga harta tuannya an

dia juga akan bertanggung jawab terhadap jagaannya. Ingatlah,

kamu semua adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab

terhadap apa yang kamu pimpin,” (Muttafaq ‘alaih).

2. Persamaan Antarmanusia

9

Page 10: Filsafat Politik Islam

Al-Quran pun menegaskan persamaan antar manusia. Persamaan ini

adalah penopang yang paling dominan bagi demokrasi.

Terdapat banyak ayat yang mengajak orang-orang beriman untuk

mengikat tali persaudaraan, kasih sayang, saling menanggung beban dan

solidaritas untuk melawan orang-orang murtad.

Inilah dasar-dasar tempat bertopang demokrasi Islam, pertanggung

jawaban individual, persamaan, menolah pembelengguan terhadap akhlak,

dan saling bekerja sama menangkis keburukan.

3. Pemerintahan dengan Sistem Musyawarah

Pemerintahan dengan sistem musyawarah sebagaimana telah dijelaskan

adalah karakteristik pokok, bahkan substansi demokrasi. Ini dengan

sendirinya berbeda dengan kostitusi monarki atau pemerintahan tirani.

Berbeda pula dengan konstitusi oligarki, atau pemerintahan minoritas.

Dalam Islam seorang pemimpin harus bermusyawarah dengan

bawahannya untuk menyerap aspirasi. Inilah makna demokrasi yang

muncul dari pemerintahan denan sistem musyawarah.

4. Solidaritas antara Semua Golongan dan Tingkatan

Islam menetapkan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk

menghindarkan keburukan dari dirinya dan dari orang lain.

2.5 Interaksi dalam Masyarakat Islam

Dalam Islam ada tiga hubungan yang harus dilakukan yaitu hubungan

kepada Allah SWT, hubungan kepada sesama manusia dan hubungan kepada alam

semesta. Ketiga hubungan ini harus seimbang dan bersinegri. Artinya, tidak boleh

fokus pada satu bentuk hubungan saja. Misalnya, mengutamakan hubungan

kepada Allah saja tetapi hubungan sesaama manusia di abaikan. Apabila hal itu

diabaikan maka tidak lah sempurna keimanan sesorang. Hubungan kepada Allah

dari sudut sosiologi disebut dengan hubungan vertikal dan hubungan sesama

manusia disebut hubungan horizontal. Hubungan kepada sesama manusia dalam

istilah sosiologi disebut dengan interaksi sosial. Hubungan kepada alam semesta

10

Page 11: Filsafat Politik Islam

yaitu tidak dibenarkan merusak lingkungan tetapi melestrikan dan menjaga

dengan baik.

Dalam Islam, interaksi sosial berarti hubungan sosial. Bentuk hubungan

yang mencakup populer yaitu silaturrahim. Yang artinya hubungan kasih sayang.

Silaturrahim sebagai bentuk interaksi sosial banyak dilakukan umat islam pada

kegiatan majlis taklim, menyambut bulan suci ramadahan, penyambutan tahun

baru Islam, hari Raya Idhul Fitri dan hari Raya Idul Adha serta halal bi halal.

Namun, harus digaris bawahi bahwa kegiatan silaturrahim tidak hanya kegiatan

itu saja. Tetapi dalam bentuk wirid yassin, atau serikat tolong menolong juga

dapat dikelompokkan kedalam silaturrahim karena setiap kamis malam selalu

antara jama’ah, saling kontak, saling bebicara dan saling berdiskusi4.

Istilah yang lebih luas dari interaksi sosial yakni ukhwah Islamiyah.

Artinya, persaudaraan yang dijalin sesama muslim. Persaudaraan itu dibagi empat,

yaitu:

1. Ukwah ‘Ubudiyah yaitu ukhwah berdasarkan sama-sama hamba Allah

2. Ukhwah Al Insaniyah, artinya ukwah yang didasarkan karena sama-

sama manusia sebagai makhluk Allah yang bersumber dari seorang

ayah dan ibu yaitu nabi Adam Dan Siti Hawa.

3. Ukhwah al-Wathaniyah. Yaitu, ukhwah yang didasarkan pada negara

dan kebangsaan yang sama.

4. Ukhwan fin din Al-Islam, yaitu: ukhwah yang didasarkan karena

sama-sama satu akidah.

Dasar terbentuknya ukhwah Islamiyah, firman Allah SWT dalam Surat Al-

Hujarat, pada ayat 10, yaitu:

Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah

terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”

Bentuk persaudaraan yang di ajarkan oleh al-quran tidak hanya karena

faktor satu aqidah Islam. Tetapi juga disuruh juga untuk melakukan ukhwah

dengan umat lain. Menurut Ali Nurdin, Istilah yang disebut oleh al-quran untuk

4 Sahrul, Sosiologi Islam (Medan: Perdana Mulya Sarana), 2011 hal. 75

11

Page 12: Filsafat Politik Islam

menjalin ukhwah dengan umat lain tidaklah memakai ukhwah tetapi lebih tepat

memakai istilah toleransi. Toleransi maksudnya adalah tolong menolong dan

saling menghargai antara penganut agama. Tolerasnsi yang dibenarkan yaitu

toleransi dalam bidang kehidupan sosial sedangkan dalam bidang aqidah dan

ibadah tidaklah dibenarkan.

2.6 Kedudukan Wanita dalam Islam

Sebagian ulama mengira bahwa Islam mengabaikan hak-hak wanita ketika

memberikan kepadanya setengah dari jumlah warisan yang diberikan kepada pria;

ketika memperbolehkan pria menikahi lebih dari satu wanita; ketika menjadikan

perceraian ada pada kuasa laki-laki; dan ketika memberikan kekuasaan politik

pada pria. Islam dikesani menutup bagi wanita hak-hak yang dinikmati pria5.

Padahal, Islam menyamakan hak antara wanita dan laki-laki dalam semua

hak. Dalam hal pembagian warisan yang terkesan merugikan wanita, ternyata

bahwa bagian wanita akan bertambah dengan melihat kenyataan sebagian besar

biaya hidup wanita ditanggung oleh pria (suaminya), atau dengan melihat

kenyataan bahwa suami berkewajiban untuk memberikan nafkah kepada istrinya

dan bertanggungjawab atas keluarganya. Dalam hal ini Islam berlaku adil dan

sangat toleran terhadap wanita.

Islam membolehkan perceraian jika dianggap penting untuk dilakukan.

Rasulullah SAW. Bersabda, “kehalalan yang paling dibenci Allah adalah

perceraian”. Oleh karena itu, para ulama fiqih mengharamkan talak bagi pasangan

suami istri yang harmonis. Islam menjatuhkan hak cerai kepada pria karena dialah

yang bertanggungjawab terhadap keluarganya, biaya rumah tangga, dan

pendidikan anak-anaknya. Faktor lainnya adalah karena wanita memiliki watak

tergesa-gesa dan cepat terpancing emosinya oleh hal-hal yang bersifat sepele.

Dengan demikian, Islam telah menyelamatkan dan melindungi wanita dari hal

yang mungkin akan membuatnya menyesal dengan menjatuhkan hak cerai kepada

pria. Islam telah meletakkan diataas pundak pria berbagai ikatan, dan

5 Ali Abdul, Filsafat Politik Antara Barat dan Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2010 hal 264

12

Page 13: Filsafat Politik Islam

menggariskannya untuk tetap mempertahanka ikatan suami-istri dan

menghindarkan perceraian dari sebab-sebab yang tidak masuk akal.

Islam memerintahkan suami untuk menggauli dan memperlakukan istrinya

dengan sebaik mungkin. Islam pun mengancam pria dengan kerugian agama dan

materi ketika memperlakukan istrinya dengan tidak baik. Para penyusun Undang-

undang Eropa mulai mengadopsi apa yang dahulu mereka tolak dari islam, dan

saat ini mereka melegalkan perceraian setelah melihat sisi positifnya.

Adapun dalam persoalan poligami berpulang pada upaya untuk

memperbanyak keturunan, khususnya di lingkungan yang membutuhan banyak

tenaga untuk berperang dan bekerja, seperti negara-negara agrarian. Mekipun

memperbolehkan poligami Islam tetap mengatur dan memberikan persyaratan

ketat, yaitu keasilan diantara para istri.

Nasib wanita pada abad pertengahan bagi Yunani, Romawi, negara lainnya

adalah bagaikan barang atau hewan. Ia tidak memiliki hak-hak apapun dalam

kepemilikan dengan cara apapun. Ia tidak mempunyai hak waris sama ssekali,

juga tidak mempunyai hak untuk memperoleh pelajaran.

Adapun Islam telah mewajibkan setiap muslim, baik pria maupun wanita

untuk menuntut ilmu. Islam pun telah mewajibkan kaumnya untuk membaca A-

Qur’an dan menuntut ilmu.

Sebagai contoh, Aisyah terkenal dengan kepiawaiannya dalam bidang

periwayatan, fiqh, sejarah, geneologi, syair, kedokteran, dan astronomi. Bahkan

Aisyah terlibat dalam urusan poliitik ketika terjadi peristiwa perang Jamal. Selain

itu pada peperangan antara Ali (wafat/terbunuh 40 H/661 M) dengan pasukan

Mu’awiyah, muncul pula banyak pahlawan dar kalangan wanita, seperti Umm Al-

Khair binti Al-Harisy Al-Bariqiyah dan lain-lain.

Menurut ajaran Islam6:

6 https://gitayuni.wordpress.com/profile/kedudukan-wanita-dalam-islam/ di akses pada Senin, 07 Desember 2015 pukul 12.30

13

Page 14: Filsafat Politik Islam

1. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam pandangan Allah (QS Al-

Ahzab:35, Muhammad:19). Persamaan ini jelas dalam kesempatan

beriman, beramal saleh atau beribadah (shalat, zakat, berpuasa, berhaji)

dan sebagainya;

2. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam berusaha untuk memperoleh,

memiliki, menyerahkan atau membelanjakan harta kekayaannya (QS An-

Nisa:4 dan 32);

3. Kedudukan wanita sama dengan pria untuk menjadi ahli waris dan

memperoleh warisan, sesuai pembagian yang ditentukan (QS An-Nisa:7);

4. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam memperoleh pendidikan dan

ilmu pengetahuan: “Mencari/menuntut ilmu pengetahuan adalah

kewajiban muslim pria dan wanita”;

5. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam kesempatan untuk

memutuskan ikatan perkawinan, kalau syarat untuk memutuskan ikatan

perkawinan itu terpenuhi atau sebab tertentu yang dibenarkan ajaran

agama, misalnya melalui lembaga fasakh dan khulu’, seperti suaminya

zhalim, tidak memberi nafkah, gila, berpenyakit yang mengakibatkan

suami tak dapat memenuhi kewajibannya dan lain-lain;

6. Wanita adalah pasangan pria, hubungan mereka adalah kemitraan,

kebersamaan dan saling ketergantungan (QS An-Nisa: 1, At-Taubah: 71,

Ar-Ruum: 21, Al-Hujurat: 13). QS Al-Baqarah:2 menyimbolkan hubungan

saling ketergantungan itu dengan istilah pakaian; “Wanita adalah pakaian

pria, dan pria adalah pakaian wanita”;

7. Kedudukan wanita sama dengan kedudukan pria untuk memperoleh pahala

(kebaikan bagi dirinya sendiri), karena melakukan amal saleh dan

beribadah di dunia (QS Ali Imran: 195, An-Nisa: 124, At-Taubah: 72 dan

Al-Mu’min:40). Amal saleh di sini maksudnya adalah segala perbuatan

baik yang diperintahkan agama, bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat,

lingkungan hidup dan diridhai Allah SWT;

8. Hak dan kewajiban wanita-pria, dalam hal tertentu sama (QS Al-Baqarah:

228, At-Taubah: 71) dan dalam hal lain berbeda karena kodrat mereka

14

Page 15: Filsafat Politik Islam

yang sama dan berbeda pula (QS Al-Baqarah: 228, An-Nisa: 11 dan 43).

Kodratnya yang menimbulkan peran dan tanggung jawab antara pria dan

wanita, maka dalam kehidupan sehari-hari –misalnya sebagai suami-isteri–

fungsi mereka pun berbeda. Suami (pria) menjadi penanggungjawab dan

kepala keluarga, sementara isteri (wanita) menjadi penanggungjawab dan

kepala rumah tangga.

2.7 Perbudakan

Islam memandang sam antar manusia meskipun memiliki keragaman

tertentu. Islam memendang sama antara kulit hitam dan kulit putih; orang

kampong dan orang kota; hakim dan orang yang diberi hukuman, serta pria dan

wanita.s sebagaimana islam memandang sama antara orang Yahudi, Nasrani, dan

orang Islam selama berada dalam situasi yang damai.

Orang- orang muslim mempekerjakan hamba sahaya denagan baik.

Bahkan, mantan-mantan hamba sahaya memperoleh kedudukan tinggi. Namun,

syariat Islam tidak mengijinkan menjadikan seorang muslim sebagai hamba

sahaya. Perbudakan diperbolehkan hanya untuk para tawanan perang di jalan

Allah. Itupun dengan syarat bahwa peperangan itu didahului oleh tindakan

pelanggaran terhadapa umat Islam.

Islam telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk membatalkan

peraturan tentang tawanan itu dengan berbagai cara. Para ulama fiqih mengatakan

bahwa sesungguhnya setiap tawanan yang memeluk Islam maka harta dan

jiwanya terpelihara. Tawanan yang tidak mau memeluk Islam pun tidak tidak

akan diperlakukan dengan semena-mena.

Dalam Al-Quran terdapat ayat banyak yang menyatakan bahwa

memerdekakan hamba sahaya adalah ibadah paling utama untuk mendekatkan diri

kepada Tuhan. Walaupun bersikap permisif terhadap sistem perbudakan, islam

tetap berusaha menetapkan berbagai cara ujntuk menghapuskan sistem itu. Islam

menganggap sistem itu bersifat aksiden, yang karenanya berusaha untuk

mengembalikan kebebasan mereka.

15

Page 16: Filsafat Politik Islam

2.8 Peperangan dan Perdamaian

Islam adalah agama perdamaian dan kasih saying. Para peneliti bahkan

menyatakan bahwa Islam adalah agama toleransi, yang mempermudah, mencintai

perdamaian, bukan peperangan. Dakwah islam menekan pentingnya berdebat

dengan cara yang baik. Allah berfirman dalam QS. Al-Ankabut ayat 47 yang

artinya ; “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan

cara yang paling baik…”

Al-Quran juga menetapkan tidak adanya paksaan untuk memeluk agama

Islam. Allah SWT. Berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 257 yang artinya:

“Tidak ada paksaaan untuk (memasuki) agama (islam)…..”

Kehidupan Rasulullah SAW. Pun memberikan contoh paling baik untuk

toleransi, saling memaafkan, kasih sayang, dan perdamaian. Meskipun umatnya

terus mendapat tekanan dari kaum kafir Quraisy, rasul tetap mendoakan musuh-

musuh islam dengan penuh kasih sayang, toleransi, memaafkan, “Ya Alllah,

ampunilah kaumku karena mereka tidak mengetahui”.

Islam memerintahakan perdamaian, bahkan Rasul memohon kepada Allah

SWT. Agar musuh-musuhnya cenderung pada perdamaian. Alla SWT. berfirman

dalam QS. Al-Anfal ayat 61 yang artinya:

“Dan jika mereka condong pada perdamaian, condonglah kepadanya dan

bertawakkalah kepadda Allah.”

Paling tidak ada beberapa ajaran Islam yang berorientasi kepada pembentukan

perdamaian di tengah umat manusia, sehingga mereka dapat hidup sejahtera dan

harmonis, diantaranya :

1. Larangan Melakukan Kedzaliman.

Islam sebagai agama yang membawa misi perdamaian dengan tegas

mengharamkan kepada umat manusia melakukan kedzaliman, kapan dan

16

Page 17: Filsafat Politik Islam

di mana saja. Firman Allah: Dan barangsiapa di antara kamu yang

berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. (QS.

Al-furqan:19)

Kedzaliman adalah sumber petaka yang dapat merusak stabilitas

perdamaian dunia. Penindasan, penyiksaan, pengerusakan, pengusiran,

imperialisme modern yang kerap terjadi pada negara-negara Muslim saat

ini membuahkan reaksi global melawan tindakan bejat itu dengan berbagai

macam cara, hingga perdamaian semakin sulit terwujud. Maka selayaknya

setiap insan sadar bahwa kedzaliman adalah biang kemunduran. Dengan

demikian jika menghendaki kehidupan yang damai maka tindakan

kedzaliman harus dijauhi.

2. Adanya Persamaan Derajat

Persamaan derajat di antara manusia merupakan salah satu hal yang

ditekankan dalam Islam. Tidak ada perbedaan antara satu gologan dengan

golongan lain, semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Kaya,

miskin, pejabat, pegawai, perbedaan kulit, etnis dan bahasa bukanlah

alasan untuk mengistimewakan kelompok atas kelompok lainnya. Allah

berfirman:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa

dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang

paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

lagi Maha Mengenal” (Al-Hujurât [49]: 13)

Hal yang membedakan derajat seseorang atas yang lainnya hanyalah

ketakwaan. Yang paling bertakwa dialah yang paling mulia. Dengan

adanya persamaan derajat itu, maka semakin meminimalisir timbulnya

benih-benih kebencian dan permusuhan di antara manusia, sehingga

semuanya dapat hidup rukun dan damai.

3. Menjunjung Tinggi Keadilan

17

Page 18: Filsafat Politik Islam

Islam sangat menekankan perdamaian dalam kehidupan sosial di tengah

masyarakat, keadilan harus diterapkan bagi siapa saja walau dengan

musuh sekalipun. Karena dengan ditegakkannya keadilan, maka tidak ada

seorang pun yang merasa dikecewakan dan didiskriminasikan sehingga

dapat meredam rasa permusuhan, dengan demikian konflik tidak akan

terjadi. Allah berfirman dalam Al- Qur’an: Hai orang-orang yang

beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan

(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah

sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk

berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada

taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mâidah [5]: 8) Ayat ini adalah

indikasi kuat bahwa risalah nabi Muhammad Saw sangat mulia karena

ajarannya itu dapat menyelamatkan manusia dari kebinasaan yang

disebabkan oleh hawa nafsu dan bisikan syetan.

4. Memberikan Kebebasan

Islam menjunjung tinggi kebebasan, terbukti dengan tidak adanya paksaan

bagi siapa saja dalam beragama, setiap orang bebas menentukan

pilihannya. Dengan adanya kebebasaan itu maka setiap orang puas untuk

menentukan pilihannya, tidak ada yang merasa terkekang hingga berujung

pada munculnya kebencian. Dengan kebebasan ini, jalan menuju

kehidupan damai semakin terbuka lebar.

5. Menyeru Hidup Rukun dan Saling Tolong Menolong.

Islam juga menyeru kepada umat manusia untuk hidup rukun saling tolong

menolong dalam melakukan perbuatan mulia dan mengajak mereka untuk

saling bahu membahu menumpas kedzaliman di muka bumi ini, dengan

harapan kehidupan yang damai dan sejahtera dapat terwujud. Allah

berfirman: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa

dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya

Allah amat berat siksa-Nya. (Al-Mâidah [5]: 8)

18

Page 19: Filsafat Politik Islam

6. Menganjurkan Toleransi

Islam menganjurkan kepada umatnya saling toleransi atas segala

perbedaan yang ada, dalam rangka mencegah terjadinya pertikaian yang

dapat merugikan semua pihak. Dalam firman-Nya : Dan tidaklah sama

kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih

baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada

permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat

yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang

sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang

mempunyai keberuntungan yang besar. (QS Fushshilat [41]: 34-35)

7. Meningkatkan Solidaritas Sosial.

Solidaritas sosial juga ditekankan oleh agama mulia ini untuk ditanamkan

kepada setiap individu dalam masyarakat, agar dapat memposisikan

manusia pada tempatnya serta dapat mengentaskan kefakiran, kebodohan

dan kehidupan yang tidak menentu. Maka Islam mewajibkan kepada orang

yang mampu untuk menyisihkan hartanya guna diberikan kepada mereka

yang membutuhkan. Allah berfirman: Dan orang-orang yang dalam

hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan

orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta). (QS Al-

Ma’ârij [70]: 24-25)

19

Page 20: Filsafat Politik Islam

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Negara Islam berdiri di Madinah di bawah kepemimpinan Rasulullah

SAW. Selama sepuluh tahun. Selama jangka waktu itu, ia telah menetapkan dasar-

dasar dan pilar-pilar bagi negar Islam yang besar, melahirkan spirit bagi

kehidupan politik, dan menggariskan model-model keteladanan dan analogi.

Denan demikian, fase kenabian dalam perspektif sejarah Islam adalah periode

pendirian negara.

20

Page 21: Filsafat Politik Islam

DAFTAR PUSTAKA

Losco, Joseph and Williams, Leonard. 2005. Political Theory Kajian Klasik dan

Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Ali Abdul. 2010. Filsafat Politik Antara Barat dan Islam. Bandung: CV Pustaka

Setia

Mohammad Daud Ali. 2011. Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Budi Sukantar ed. 2011. Membangun Negara dan Masyarakat Madani, Bandung:

Bapusipda Jawa Barat.

Sahrul. 2011. Sosiologi Islam. Medan: Perdana Mulya Sarana

Mohammad Baharun. 2012. Islam Idealitas Islam Realitas. Jakarta: Gema Insani

Ragib As-Sirjani. 2011. Rasulullah Teladan Untuk Semesta Alam. Sukoharjo:

Insan Kamil

INTERNET

http://iain-s.blogspot.co.id/2013/04/islam-dan-interaksi-sosial.html

21