filsafat politik islam
DESCRIPTION
tugas makalah kelompok filsafat politikTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kalau kita pelajarai dengan seksama ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-
Nya yang terdapat di dalam Alquran dan ktiab-kitab hadis yang sahih, kita segera
dapat mengethaui tujuan hukum Islam. Secara umum sering dirumuskan bahwa
tujuan hukm Islam adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat
kelak, dengan jalan mengambil (segala) yang bermanfaat dan mencegah atau
menolak yang mudarat, yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan.
Dengan kata lain, tujua hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik
rohani maupun jasmani, individual dan social. Kemaslahatan itu tidak hanya
tuntuk kehiduapan di dunia saja teapi jug auntuk kehidupan yang kekal di akhirat
kelak. Abu Ishaq al Shatibi merumuskan Lima tujuan hukum Islam, yakni1 (1)
memelihara agama, (2) jiwa, (3) akal, (4) keturunan, (5) harta, yang (kemudian)
disepakati oleh ilmuan hukum islam lainnya.
Tujuan hukum islam tersebut di atas dapat dilihat dari dua segi yakni (1)
segi pembuat hukum Islam yaitu Allah dan Rasul-Nya (2) segi manusia yang
menjadi pelaku dan pelaksana hukum islam itu.
Politik senantiasa diperlukan oleh masyarakat manapun. Ia memandang
seseorang dalam sosoknya sebagai manusia (sifat manusiawinya), ataupun sebagai
individu yang hidup dalam komunitas tertentu, maka sebenarnya ia bisa disebut
sebagai seorang politikus. Di dalam hudpnya, manusia tidak pernah berhenti dan
mengurusi urusannya sendiri, urusan orang lain yang menjadi tangun jawabnya,
urusan bangsanya, ideology dan pemikiran-pemikirannya. Oleh karena itu, setiap
individu, kelompok, oraganisasi ataupun negara yang memperhatikan urusan umat
(dalam lingkup negara dan wilayah mereka) bisa desebut sebagia politikus. Kita
1 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011 hlm.61
1
bisa mengenal ini dari tabiat aktivitasnya, kehidupan yang meraka hadapi serta
tanggung jawabnya.
Oleh karena itu setiap kaum muslimin harus senantiasa memikirkan urusan
umat, termasuk menjaga arar seluruh urusan tidak melanggar aturan islam. Bentuk
kepedulian kaum muslimin dengan segala urusan umat ini bisa berarti mengurusi
kepentingan dan kemaslahatan mereka, mengetahui apa yang diberlakukan
pemerintah terhadap rakyat, mengingkarai kejahatan dan kezhaliman pemerintah,
peduli terhadap kepentingan dan peroalana umat, menasehati pemimpin yang
lalim, mendongkrak otoritas penguasa yang melanggar aturan, membeberkan
indikasi-indikasi jahat negera-negara musuh serta hal-hal lain yang berkenaan
dengan urusan umat.2
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Negara Islam di Madinah?
2. Bagaimana Pemerintahan Tuhan?
3. Apa yang dimaksud dengan Sistem Musyawarah?
4. Bagaimana Demokrasi dalam Islam?
5. Bagaimana Interaksi dalam Masyarakat Islam?
6. Bagaimana Kedudukan Wanita dalam Islam?
7. Perbudakan dan Perdamaian?
8. Peperangan dan Perdamaian?
2 Budi Sukantar ed. , Membangun Negara dan Masyarakat Madani, Bapusipda Jawa Barat, Bandung, 2011, hlm.IV
2
1.3. Tujuan Penulisan
Untuk memahami dan mengerti mengenai ke delapan point di atas yang
diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman lebih dalam
mengenai Filsafat Politik Islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Negara Islam di Madinah
Pemerintahan silam telah berdiri di Madinah dengan fungsinya sebagai
sebuah organisasi pertahanan, mempersiapkan mekanisme untuk melaksanakan
keadilan di atara manusia, menyebarkan ilmu, menghidupkan sektor ekonomi,
mengikat perjanjianm dan melakukan berbagai kerja sama. Nabi Muhammad
SAW. Adalah kepala negara ini, dan pada waktu yang bersamaan, ia adalah nabi,
manusia biasa, dan utusan Allah.
Dalam membangun masyarakat Islam di Madinah ini, usaha –usaha pokok
yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW. Antara lain:3
a. Mendirikan masjid bersama para sahabat (622 M)
Di dalam masjid, Nabi Muhammad saw dapat menyusun benteng
pertahanan yang bersifat moral dan spiritual, yaitu semangat jihad, di
jalan Allah swt, sehingga kaum muslimin yang kala itu jumlahnya
belum begitu banyak, rela mengorbankan harta benda dan segala
kesenangan materi. Di dalam masjid, beliau senantiasa mendidik umat
dengan dokrin tauhid, dan mengajarkan esensi agama Islam kepada
komunitas Muhajirin dan Anshar.
Di dalam masjid pula, kaum muslimin melakukan ibadah secara
berjamaah dan senantiasa saling bertemu, bermusyawarah untuk
merundingkan masaslah-masalah yang bersama-sama mereka hadapi.
Masjid selain lokasi untuk bersujud kepada Allah juga dikelola oleh
Nabi Muhammad saw. Sebagai sarana pembinaan umat Islam yang
berjiwa tauhid. Karena masjid adalah tempat yang paling efektif untuk
dan menghimpun potensi umat Isla. Disinilah segala strategi
kehidupan didesain oleh Nabi saw. bersama para sahabat.
3 Mohammad Baharun, Islam Idealitas Islam Realitas, Gema Insani, Jakarta, 2012, hlm. 55-60
4
b. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar (622/623 M)
Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan kampong halaman,
dipererat oleh Nabi SAW. Dengan mempersaudarakannya dengan
kaum Anshar, karena Anshar telah menolong mereka dengan ikhlas
tanpa memperhitungkan keuntungan yang bersifat materi, melainkan
hanya mencari keridhoan Allah semata. Tiap-tiap orang
dipersaudarakan yang hukumnya seperti saudara kandung dan mereka
merasa tenteram dan aman menjalankan syariat agamanya. Ditempat
yang baru itu sebagian dari mereka ada yang berniaga, bertani, dan
mengerjakan tanah kaum Anshar.
Dengan ikatan yang teguh ini Rasulullah mengikat setiap pengikut
Islam yang terdiri dari bermacam-macam kabilah dan suku itu,
kedalam satu ikatan masyarakat Islam yang solid dengan semangat
gotong royong, senasib dan sepenanggunggan, dengan semangat
persaudaraan islam.
Persaudaraan ini menimbulkan hubungan ekonomi secara spontan.
Kaum Muhajirin yang berasal dari Mekah cukup piawaidalam
berdagang dan kaum Anshar penduduk dari Madinah begitu canggih
dalam bertani.
c. Perjanjian perdamaian dengan nonmuslim (628 M)
Kedudukan Nabi Muhammad saw. Bukan saja sebagai seorang Nabi
dan Rasul, tetapi juga dalam masyarakat Islam beliau sebagai politkus,
diplomat yang bijak, di tengah-tengah medan perang beliau sebagai
pahlawan yang gagah berani, dan di dalam memperlakukan msuh yang
sudah kalah, beliau sebagi seorang ksatria yang tidak ada taranya.
Diantara isi perjanjian yang dibuat Nabi dengan kaum Yahudi itu
antara lain: (1) Siapa saja yang tinggal di dalam atau di luar kota
Madinah, wajib dilindungi keamanan dirinya, kecuali orang yang
zalim dan bersalah, sebab Allah menjadi pelindung orang yang baik;
(2) kaum Yahudi hidup damai bersama-sama dengan kaum mulimin;
kedua-belah pihak bebas memluk dan menjalankan agamanya masing-
5
masing; (3) kaum muslimin dan kaum Yahui wajib saling menasehati,
tolong-menolong, serta melaksanakan kebijaksanaan dan keutamaan;
(4) kalau terjadi perselisihan di antara kaum Yahudi dan kaum
muslimin, sekiranya dikhawatirkan akan mengakibatkan hal-hal yang
tidak diinginkan, urusan itu hendaklah diserahkan kepada Allah dan
Rasul-Nya.
2.2 Pemerintahan Tuhan (Teokrasi)
Sebagai penegak kedaulatan Tuhan di dalam negara, diwakilkan dan
dipercayakan kepada kepala Negara, karenanya kepala negara memiliki otoritas
mutlak atas nama Tuhan. Asas kedaulatan negara atas nama Tuhan, menjadi
paham pemujaan terhadap negara (Etatisme, serba negara) diktatorial,
totalitarianisme, authoritarianisme.
Dalam sistim pemerintahan tuhan, negara teokrasi dipimpin oleh
seseorang atau sekelompok orang dari golongan pemimpin agama (clergy) dan
menjalankan ketentuan agama yang diakui negara dalam pemerintahannya. Pada
beberapa negara tertentu, pemimpin negara ini malah dianggap sebagai wakil
tuhan atau bahkan terkadang jelmaan tuhan.
Konsekuensinya, pemimpin negara adalah dari kalangan agamawan.
Ketentuan yang dijalankan adalah amanah tuhan yang tersurat dalam kitab suci
dan diperuntukan untuk rakyat. Sehingga rakyat tidak lebih sebagai kelompok
penderita dan menerima apa adanya segala ketentuan dan kebijakan dalam negara.
Karena undang-undangnya dari tuhan, maka sudah sewajarnya bila peraturan-
peraturannya ditujukan hanya untuk kalangan warga negara yang percaya pada
kitab suci agama tersebut.
Sebagian besar produk hukum dan kebijakan negara, baik ditingkat
nasional maupun daerah, juga merupakan bukti implementasi sistim teokrasi.
Sebut saja yang paling jelas terang benderang: syariat Islam dengan beragam
bentuk dan wujudnya. Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan
dan Undang-undang Nomor 17 tahun 1999 tentang urusan haji, yang justru
6
merupakan pengejawantahan “keinginan tuhan” yang tertuang dalam kitab suci
agama Islam.
Perda-perda juga tidak luput dari distorsi “menjalankan perintah tuhan”,
seperti peraturan hukum cambuk di Aceh dan perda larangan keluar malam di
Tangerang. Yang paling aktual dan santrer diperdebatkan saat ini, RUU Anti
Pornografi dan Pornoaksi yang jelas-jelas hanya mengakomodasi ketentuan tuhan
dalam agama Islam merupakan calon UU penambah deretan ketentuan hukum
negara teokrasi.
Kenyataanya di Indonesia, pemilihan kepemimpinan negara masih
didominasi oleh pengaruh kelompok keagamaan. Bahkan secara sadar atau tidak,
kita sering terjebak pada ketentuan agama tertentu untuk menentukan memenuhi
syarat atau tidaknya seorang calon pemimpin, seperti yang dialami oleh mantan
presiden Megawati dengan polemik wanita tidak boleh menjadi pemimpin dalam
agama Islam. Secara tersirat, ketentuan bahwa calon presiden RI harus beragama
Islam juga sangat kental, tapi tidak disuarakan. Ada keyakinan bahwa bila saja
terdapat kandidat presiden non-muslim hal ini akan menjadi perbincangan hangat
tentang sah tidaknya sang calon karena agamanya.
2.3 Sistem Musyawarah
Meskipun Al-qur’an mencakup segala persoalan dan Rasulullah memutus
perkara dengan Al-Qur’an, tetapi Islam tidak menutup rapat-rapat pintu Ijtihad.
Musyawarah adalah sistem yang diperkenalkan negara Islam. Para teolog telah
berbeda pendapat tentang perintah Allah kepada Rasulullah tentang
bermusyawarah, padahal telah senantiasa memberinya petunjuk. Sebagian mereka
mengatakan Rasulullah SAW, diperintahkan bermusyawarah dengan para sahabat
untuk menghargai keberadaan mereka. Sebagiannya lagi mengatakan bahwa
Rasulullah SAW, diperintahkan bermusyawarah dengan para sahabat dalam
masalah perang untuk menemukan gagasan yang tepat. Sebagiannya lagi
mengatakan bahwa Rasulullah SAW, diperintahkan bermusyawarah dengan para
7
sahabat untuk menemukan sesuatu yang bermanfaat. Sebagiannya lagi
mengatakan bahwa Rasulullah SAW diperintahkan bermusyawarah dengan para
sahabat agar kemudian menjadi tradisi yang diikuti oleh generasi berikutnya.
Dengan demikian, Al-Qur’an memerintahkan penerapan prinsip-prinsip
musyawarah. Rasul pun menerapkan prinsip ini sepanjang hidupnya.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, ia berkata, “Tidak ada seorangpun melebihi
intensitas musyawarah Rasul dengan para sahabatnya.” Bahkan dalam banyak
kesempatan, Rasul memilih gagasan teman musyawarahnya walaupun berbeda
dengan gagasannya sendiri.
Sebenarnya bisa saja Allah menurunkan wahyu berupa gagasan yang benar
kepada Rasul sehingga tidak diperlukan lagi musyawarah. Namun Allah
menghendaki supaya prinsip musyawarah ini menjadi prinsip umum bagi setiap
politik dan sosial umat. Untuk tujuan itu, Allah menjadikan Rasul sebagai teladan
bagi orang-orang yang beriman. Allah memerintahkan Rasul untuk
bermusyawarah dalam memecahkan suatu permasalahan.
Banyak hadist yang memperkuat isyarat Al-Quran tentang prinsip
musyawarah ini. Rasulullah SAW, bersabda, “Selesaikan urusan kalian dengan
bermusyawarah. Dengan musyawarah, suatu kaum akan ditunjukkan pada jalan
penyelesaian yang paling baik.”Orang yang bermusyawarah tidak akan menyesal.
Orang yang melaksanakan shalat Istiqharah tidak akan gagal.”
Jejak Rasul diatas kemudian diikuti oleh Khulafaur Rasyidin. Mereka
tidak memutuskan sesuatu, kecuali setelah bermusyawarah. Bahkan di Andalusia
(Spanyol) ada seuah majlis bernama Majlis Syura yang beranggotakan pembesar
negara dan para pemimpin.”
Ulil Amri umat ini adalah mereka yang memiliki kemampuan
berpendapat, pakar disetiap bidang kehidupan, dan para analis dalam bidang
kehidupan yang berbeda-beda, mulai dari bidang politik, baik dalam atau luar
negeri, bidang peperangan dan perdamaian, bidang finansial dan perekonomian,
bidang peradilan, bidang agama, dan bidang-bidang lainnya. Setiap bidang ini
8
tentu memiliki pakar yang dapat berpikir secara mendalam dan akurat. Kepakaran
mereka dikenal oleh masyarakat. Kumpulan pakar ini adalah ulil amri umat
Muhammad ini. Merekalah yang memiliki tonggak politik dalam rangka
menangani urusan-urusan umat.
2.4 Demokrasi dalam Islam
Sistem musyawarah, sebagaimana dijelaskan diatas, sekilas
menggambarkan keberadaan demokrasi. Diantara makna demokrasi adalah
memberikan ruang apapun kondisinya bagi rakyat untuk berpendapat dan tidak
memutuskan sesuatu, kecuali melalui musyawarah. Sebenarnya demokrasi Islam
telahh tegak di atas sistem musyawarah ini. Indikasinya Islam mengakui adanya
pertanggungjawaban individual, menjadikan hak-hak umum sebagai sesuatu yang
sama diantara manusia, dan menguatkan solidaritas antar rakyat meskipun
berbeda-beda kelas sosialnya. Demokrasi Islam tegak diatas dua prinsip berikut
ini:
1. Pertanggungjawan Individual
Islam mengakui keberadaan pertanggungjawaban individual dan
menegaskan secara jelas. Banyak ayat yang memperkuat pandangan
tersebut.
Pertama, manusia tidak dimintai pertanggungjawaban atas dosa
yang dilakukan orang lain.
Kedua, manusia tidak dimintai pertanggungjawaban atas dosa
bapak atau kakeknya, atau dosa yang terjadi sebelum kelahirannya.
Ketiga, manusia tidak dimintai pertanggungjawaban atas dosa yang
tidak dilakukannya, dan anak-anaknya. Ia akan bertanggungjawab
terhadap mereka. Seorang hamba adalah penjaga harta tuannya an
dia juga akan bertanggung jawab terhadap jagaannya. Ingatlah,
kamu semua adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab
terhadap apa yang kamu pimpin,” (Muttafaq ‘alaih).
2. Persamaan Antarmanusia
9
Al-Quran pun menegaskan persamaan antar manusia. Persamaan ini
adalah penopang yang paling dominan bagi demokrasi.
Terdapat banyak ayat yang mengajak orang-orang beriman untuk
mengikat tali persaudaraan, kasih sayang, saling menanggung beban dan
solidaritas untuk melawan orang-orang murtad.
Inilah dasar-dasar tempat bertopang demokrasi Islam, pertanggung
jawaban individual, persamaan, menolah pembelengguan terhadap akhlak,
dan saling bekerja sama menangkis keburukan.
3. Pemerintahan dengan Sistem Musyawarah
Pemerintahan dengan sistem musyawarah sebagaimana telah dijelaskan
adalah karakteristik pokok, bahkan substansi demokrasi. Ini dengan
sendirinya berbeda dengan kostitusi monarki atau pemerintahan tirani.
Berbeda pula dengan konstitusi oligarki, atau pemerintahan minoritas.
Dalam Islam seorang pemimpin harus bermusyawarah dengan
bawahannya untuk menyerap aspirasi. Inilah makna demokrasi yang
muncul dari pemerintahan denan sistem musyawarah.
4. Solidaritas antara Semua Golongan dan Tingkatan
Islam menetapkan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk
menghindarkan keburukan dari dirinya dan dari orang lain.
2.5 Interaksi dalam Masyarakat Islam
Dalam Islam ada tiga hubungan yang harus dilakukan yaitu hubungan
kepada Allah SWT, hubungan kepada sesama manusia dan hubungan kepada alam
semesta. Ketiga hubungan ini harus seimbang dan bersinegri. Artinya, tidak boleh
fokus pada satu bentuk hubungan saja. Misalnya, mengutamakan hubungan
kepada Allah saja tetapi hubungan sesaama manusia di abaikan. Apabila hal itu
diabaikan maka tidak lah sempurna keimanan sesorang. Hubungan kepada Allah
dari sudut sosiologi disebut dengan hubungan vertikal dan hubungan sesama
manusia disebut hubungan horizontal. Hubungan kepada sesama manusia dalam
istilah sosiologi disebut dengan interaksi sosial. Hubungan kepada alam semesta
10
yaitu tidak dibenarkan merusak lingkungan tetapi melestrikan dan menjaga
dengan baik.
Dalam Islam, interaksi sosial berarti hubungan sosial. Bentuk hubungan
yang mencakup populer yaitu silaturrahim. Yang artinya hubungan kasih sayang.
Silaturrahim sebagai bentuk interaksi sosial banyak dilakukan umat islam pada
kegiatan majlis taklim, menyambut bulan suci ramadahan, penyambutan tahun
baru Islam, hari Raya Idhul Fitri dan hari Raya Idul Adha serta halal bi halal.
Namun, harus digaris bawahi bahwa kegiatan silaturrahim tidak hanya kegiatan
itu saja. Tetapi dalam bentuk wirid yassin, atau serikat tolong menolong juga
dapat dikelompokkan kedalam silaturrahim karena setiap kamis malam selalu
antara jama’ah, saling kontak, saling bebicara dan saling berdiskusi4.
Istilah yang lebih luas dari interaksi sosial yakni ukhwah Islamiyah.
Artinya, persaudaraan yang dijalin sesama muslim. Persaudaraan itu dibagi empat,
yaitu:
1. Ukwah ‘Ubudiyah yaitu ukhwah berdasarkan sama-sama hamba Allah
2. Ukhwah Al Insaniyah, artinya ukwah yang didasarkan karena sama-
sama manusia sebagai makhluk Allah yang bersumber dari seorang
ayah dan ibu yaitu nabi Adam Dan Siti Hawa.
3. Ukhwah al-Wathaniyah. Yaitu, ukhwah yang didasarkan pada negara
dan kebangsaan yang sama.
4. Ukhwan fin din Al-Islam, yaitu: ukhwah yang didasarkan karena
sama-sama satu akidah.
Dasar terbentuknya ukhwah Islamiyah, firman Allah SWT dalam Surat Al-
Hujarat, pada ayat 10, yaitu:
Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”
Bentuk persaudaraan yang di ajarkan oleh al-quran tidak hanya karena
faktor satu aqidah Islam. Tetapi juga disuruh juga untuk melakukan ukhwah
dengan umat lain. Menurut Ali Nurdin, Istilah yang disebut oleh al-quran untuk
4 Sahrul, Sosiologi Islam (Medan: Perdana Mulya Sarana), 2011 hal. 75
11
menjalin ukhwah dengan umat lain tidaklah memakai ukhwah tetapi lebih tepat
memakai istilah toleransi. Toleransi maksudnya adalah tolong menolong dan
saling menghargai antara penganut agama. Tolerasnsi yang dibenarkan yaitu
toleransi dalam bidang kehidupan sosial sedangkan dalam bidang aqidah dan
ibadah tidaklah dibenarkan.
2.6 Kedudukan Wanita dalam Islam
Sebagian ulama mengira bahwa Islam mengabaikan hak-hak wanita ketika
memberikan kepadanya setengah dari jumlah warisan yang diberikan kepada pria;
ketika memperbolehkan pria menikahi lebih dari satu wanita; ketika menjadikan
perceraian ada pada kuasa laki-laki; dan ketika memberikan kekuasaan politik
pada pria. Islam dikesani menutup bagi wanita hak-hak yang dinikmati pria5.
Padahal, Islam menyamakan hak antara wanita dan laki-laki dalam semua
hak. Dalam hal pembagian warisan yang terkesan merugikan wanita, ternyata
bahwa bagian wanita akan bertambah dengan melihat kenyataan sebagian besar
biaya hidup wanita ditanggung oleh pria (suaminya), atau dengan melihat
kenyataan bahwa suami berkewajiban untuk memberikan nafkah kepada istrinya
dan bertanggungjawab atas keluarganya. Dalam hal ini Islam berlaku adil dan
sangat toleran terhadap wanita.
Islam membolehkan perceraian jika dianggap penting untuk dilakukan.
Rasulullah SAW. Bersabda, “kehalalan yang paling dibenci Allah adalah
perceraian”. Oleh karena itu, para ulama fiqih mengharamkan talak bagi pasangan
suami istri yang harmonis. Islam menjatuhkan hak cerai kepada pria karena dialah
yang bertanggungjawab terhadap keluarganya, biaya rumah tangga, dan
pendidikan anak-anaknya. Faktor lainnya adalah karena wanita memiliki watak
tergesa-gesa dan cepat terpancing emosinya oleh hal-hal yang bersifat sepele.
Dengan demikian, Islam telah menyelamatkan dan melindungi wanita dari hal
yang mungkin akan membuatnya menyesal dengan menjatuhkan hak cerai kepada
pria. Islam telah meletakkan diataas pundak pria berbagai ikatan, dan
5 Ali Abdul, Filsafat Politik Antara Barat dan Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2010 hal 264
12
menggariskannya untuk tetap mempertahanka ikatan suami-istri dan
menghindarkan perceraian dari sebab-sebab yang tidak masuk akal.
Islam memerintahkan suami untuk menggauli dan memperlakukan istrinya
dengan sebaik mungkin. Islam pun mengancam pria dengan kerugian agama dan
materi ketika memperlakukan istrinya dengan tidak baik. Para penyusun Undang-
undang Eropa mulai mengadopsi apa yang dahulu mereka tolak dari islam, dan
saat ini mereka melegalkan perceraian setelah melihat sisi positifnya.
Adapun dalam persoalan poligami berpulang pada upaya untuk
memperbanyak keturunan, khususnya di lingkungan yang membutuhan banyak
tenaga untuk berperang dan bekerja, seperti negara-negara agrarian. Mekipun
memperbolehkan poligami Islam tetap mengatur dan memberikan persyaratan
ketat, yaitu keasilan diantara para istri.
Nasib wanita pada abad pertengahan bagi Yunani, Romawi, negara lainnya
adalah bagaikan barang atau hewan. Ia tidak memiliki hak-hak apapun dalam
kepemilikan dengan cara apapun. Ia tidak mempunyai hak waris sama ssekali,
juga tidak mempunyai hak untuk memperoleh pelajaran.
Adapun Islam telah mewajibkan setiap muslim, baik pria maupun wanita
untuk menuntut ilmu. Islam pun telah mewajibkan kaumnya untuk membaca A-
Qur’an dan menuntut ilmu.
Sebagai contoh, Aisyah terkenal dengan kepiawaiannya dalam bidang
periwayatan, fiqh, sejarah, geneologi, syair, kedokteran, dan astronomi. Bahkan
Aisyah terlibat dalam urusan poliitik ketika terjadi peristiwa perang Jamal. Selain
itu pada peperangan antara Ali (wafat/terbunuh 40 H/661 M) dengan pasukan
Mu’awiyah, muncul pula banyak pahlawan dar kalangan wanita, seperti Umm Al-
Khair binti Al-Harisy Al-Bariqiyah dan lain-lain.
Menurut ajaran Islam6:
6 https://gitayuni.wordpress.com/profile/kedudukan-wanita-dalam-islam/ di akses pada Senin, 07 Desember 2015 pukul 12.30
13
1. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam pandangan Allah (QS Al-
Ahzab:35, Muhammad:19). Persamaan ini jelas dalam kesempatan
beriman, beramal saleh atau beribadah (shalat, zakat, berpuasa, berhaji)
dan sebagainya;
2. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam berusaha untuk memperoleh,
memiliki, menyerahkan atau membelanjakan harta kekayaannya (QS An-
Nisa:4 dan 32);
3. Kedudukan wanita sama dengan pria untuk menjadi ahli waris dan
memperoleh warisan, sesuai pembagian yang ditentukan (QS An-Nisa:7);
4. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam memperoleh pendidikan dan
ilmu pengetahuan: “Mencari/menuntut ilmu pengetahuan adalah
kewajiban muslim pria dan wanita”;
5. Kedudukan wanita sama dengan pria dalam kesempatan untuk
memutuskan ikatan perkawinan, kalau syarat untuk memutuskan ikatan
perkawinan itu terpenuhi atau sebab tertentu yang dibenarkan ajaran
agama, misalnya melalui lembaga fasakh dan khulu’, seperti suaminya
zhalim, tidak memberi nafkah, gila, berpenyakit yang mengakibatkan
suami tak dapat memenuhi kewajibannya dan lain-lain;
6. Wanita adalah pasangan pria, hubungan mereka adalah kemitraan,
kebersamaan dan saling ketergantungan (QS An-Nisa: 1, At-Taubah: 71,
Ar-Ruum: 21, Al-Hujurat: 13). QS Al-Baqarah:2 menyimbolkan hubungan
saling ketergantungan itu dengan istilah pakaian; “Wanita adalah pakaian
pria, dan pria adalah pakaian wanita”;
7. Kedudukan wanita sama dengan kedudukan pria untuk memperoleh pahala
(kebaikan bagi dirinya sendiri), karena melakukan amal saleh dan
beribadah di dunia (QS Ali Imran: 195, An-Nisa: 124, At-Taubah: 72 dan
Al-Mu’min:40). Amal saleh di sini maksudnya adalah segala perbuatan
baik yang diperintahkan agama, bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat,
lingkungan hidup dan diridhai Allah SWT;
8. Hak dan kewajiban wanita-pria, dalam hal tertentu sama (QS Al-Baqarah:
228, At-Taubah: 71) dan dalam hal lain berbeda karena kodrat mereka
14
yang sama dan berbeda pula (QS Al-Baqarah: 228, An-Nisa: 11 dan 43).
Kodratnya yang menimbulkan peran dan tanggung jawab antara pria dan
wanita, maka dalam kehidupan sehari-hari –misalnya sebagai suami-isteri–
fungsi mereka pun berbeda. Suami (pria) menjadi penanggungjawab dan
kepala keluarga, sementara isteri (wanita) menjadi penanggungjawab dan
kepala rumah tangga.
2.7 Perbudakan
Islam memandang sam antar manusia meskipun memiliki keragaman
tertentu. Islam memendang sama antara kulit hitam dan kulit putih; orang
kampong dan orang kota; hakim dan orang yang diberi hukuman, serta pria dan
wanita.s sebagaimana islam memandang sama antara orang Yahudi, Nasrani, dan
orang Islam selama berada dalam situasi yang damai.
Orang- orang muslim mempekerjakan hamba sahaya denagan baik.
Bahkan, mantan-mantan hamba sahaya memperoleh kedudukan tinggi. Namun,
syariat Islam tidak mengijinkan menjadikan seorang muslim sebagai hamba
sahaya. Perbudakan diperbolehkan hanya untuk para tawanan perang di jalan
Allah. Itupun dengan syarat bahwa peperangan itu didahului oleh tindakan
pelanggaran terhadapa umat Islam.
Islam telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk membatalkan
peraturan tentang tawanan itu dengan berbagai cara. Para ulama fiqih mengatakan
bahwa sesungguhnya setiap tawanan yang memeluk Islam maka harta dan
jiwanya terpelihara. Tawanan yang tidak mau memeluk Islam pun tidak tidak
akan diperlakukan dengan semena-mena.
Dalam Al-Quran terdapat ayat banyak yang menyatakan bahwa
memerdekakan hamba sahaya adalah ibadah paling utama untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan. Walaupun bersikap permisif terhadap sistem perbudakan, islam
tetap berusaha menetapkan berbagai cara ujntuk menghapuskan sistem itu. Islam
menganggap sistem itu bersifat aksiden, yang karenanya berusaha untuk
mengembalikan kebebasan mereka.
15
2.8 Peperangan dan Perdamaian
Islam adalah agama perdamaian dan kasih saying. Para peneliti bahkan
menyatakan bahwa Islam adalah agama toleransi, yang mempermudah, mencintai
perdamaian, bukan peperangan. Dakwah islam menekan pentingnya berdebat
dengan cara yang baik. Allah berfirman dalam QS. Al-Ankabut ayat 47 yang
artinya ; “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan
cara yang paling baik…”
Al-Quran juga menetapkan tidak adanya paksaan untuk memeluk agama
Islam. Allah SWT. Berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 257 yang artinya:
“Tidak ada paksaaan untuk (memasuki) agama (islam)…..”
Kehidupan Rasulullah SAW. Pun memberikan contoh paling baik untuk
toleransi, saling memaafkan, kasih sayang, dan perdamaian. Meskipun umatnya
terus mendapat tekanan dari kaum kafir Quraisy, rasul tetap mendoakan musuh-
musuh islam dengan penuh kasih sayang, toleransi, memaafkan, “Ya Alllah,
ampunilah kaumku karena mereka tidak mengetahui”.
Islam memerintahakan perdamaian, bahkan Rasul memohon kepada Allah
SWT. Agar musuh-musuhnya cenderung pada perdamaian. Alla SWT. berfirman
dalam QS. Al-Anfal ayat 61 yang artinya:
“Dan jika mereka condong pada perdamaian, condonglah kepadanya dan
bertawakkalah kepadda Allah.”
Paling tidak ada beberapa ajaran Islam yang berorientasi kepada pembentukan
perdamaian di tengah umat manusia, sehingga mereka dapat hidup sejahtera dan
harmonis, diantaranya :
1. Larangan Melakukan Kedzaliman.
Islam sebagai agama yang membawa misi perdamaian dengan tegas
mengharamkan kepada umat manusia melakukan kedzaliman, kapan dan
16
di mana saja. Firman Allah: Dan barangsiapa di antara kamu yang
berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. (QS.
Al-furqan:19)
Kedzaliman adalah sumber petaka yang dapat merusak stabilitas
perdamaian dunia. Penindasan, penyiksaan, pengerusakan, pengusiran,
imperialisme modern yang kerap terjadi pada negara-negara Muslim saat
ini membuahkan reaksi global melawan tindakan bejat itu dengan berbagai
macam cara, hingga perdamaian semakin sulit terwujud. Maka selayaknya
setiap insan sadar bahwa kedzaliman adalah biang kemunduran. Dengan
demikian jika menghendaki kehidupan yang damai maka tindakan
kedzaliman harus dijauhi.
2. Adanya Persamaan Derajat
Persamaan derajat di antara manusia merupakan salah satu hal yang
ditekankan dalam Islam. Tidak ada perbedaan antara satu gologan dengan
golongan lain, semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Kaya,
miskin, pejabat, pegawai, perbedaan kulit, etnis dan bahasa bukanlah
alasan untuk mengistimewakan kelompok atas kelompok lainnya. Allah
berfirman:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal” (Al-Hujurât [49]: 13)
Hal yang membedakan derajat seseorang atas yang lainnya hanyalah
ketakwaan. Yang paling bertakwa dialah yang paling mulia. Dengan
adanya persamaan derajat itu, maka semakin meminimalisir timbulnya
benih-benih kebencian dan permusuhan di antara manusia, sehingga
semuanya dapat hidup rukun dan damai.
3. Menjunjung Tinggi Keadilan
17
Islam sangat menekankan perdamaian dalam kehidupan sosial di tengah
masyarakat, keadilan harus diterapkan bagi siapa saja walau dengan
musuh sekalipun. Karena dengan ditegakkannya keadilan, maka tidak ada
seorang pun yang merasa dikecewakan dan didiskriminasikan sehingga
dapat meredam rasa permusuhan, dengan demikian konflik tidak akan
terjadi. Allah berfirman dalam Al- Qur’an: Hai orang-orang yang
beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mâidah [5]: 8) Ayat ini adalah
indikasi kuat bahwa risalah nabi Muhammad Saw sangat mulia karena
ajarannya itu dapat menyelamatkan manusia dari kebinasaan yang
disebabkan oleh hawa nafsu dan bisikan syetan.
4. Memberikan Kebebasan
Islam menjunjung tinggi kebebasan, terbukti dengan tidak adanya paksaan
bagi siapa saja dalam beragama, setiap orang bebas menentukan
pilihannya. Dengan adanya kebebasaan itu maka setiap orang puas untuk
menentukan pilihannya, tidak ada yang merasa terkekang hingga berujung
pada munculnya kebencian. Dengan kebebasan ini, jalan menuju
kehidupan damai semakin terbuka lebar.
5. Menyeru Hidup Rukun dan Saling Tolong Menolong.
Islam juga menyeru kepada umat manusia untuk hidup rukun saling tolong
menolong dalam melakukan perbuatan mulia dan mengajak mereka untuk
saling bahu membahu menumpas kedzaliman di muka bumi ini, dengan
harapan kehidupan yang damai dan sejahtera dapat terwujud. Allah
berfirman: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya. (Al-Mâidah [5]: 8)
18
6. Menganjurkan Toleransi
Islam menganjurkan kepada umatnya saling toleransi atas segala
perbedaan yang ada, dalam rangka mencegah terjadinya pertikaian yang
dapat merugikan semua pihak. Dalam firman-Nya : Dan tidaklah sama
kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat
yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai keberuntungan yang besar. (QS Fushshilat [41]: 34-35)
7. Meningkatkan Solidaritas Sosial.
Solidaritas sosial juga ditekankan oleh agama mulia ini untuk ditanamkan
kepada setiap individu dalam masyarakat, agar dapat memposisikan
manusia pada tempatnya serta dapat mengentaskan kefakiran, kebodohan
dan kehidupan yang tidak menentu. Maka Islam mewajibkan kepada orang
yang mampu untuk menyisihkan hartanya guna diberikan kepada mereka
yang membutuhkan. Allah berfirman: Dan orang-orang yang dalam
hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan
orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta). (QS Al-
Ma’ârij [70]: 24-25)
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Negara Islam berdiri di Madinah di bawah kepemimpinan Rasulullah
SAW. Selama sepuluh tahun. Selama jangka waktu itu, ia telah menetapkan dasar-
dasar dan pilar-pilar bagi negar Islam yang besar, melahirkan spirit bagi
kehidupan politik, dan menggariskan model-model keteladanan dan analogi.
Denan demikian, fase kenabian dalam perspektif sejarah Islam adalah periode
pendirian negara.
20
DAFTAR PUSTAKA
Losco, Joseph and Williams, Leonard. 2005. Political Theory Kajian Klasik dan
Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Ali Abdul. 2010. Filsafat Politik Antara Barat dan Islam. Bandung: CV Pustaka
Setia
Mohammad Daud Ali. 2011. Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Budi Sukantar ed. 2011. Membangun Negara dan Masyarakat Madani, Bandung:
Bapusipda Jawa Barat.
Sahrul. 2011. Sosiologi Islam. Medan: Perdana Mulya Sarana
Mohammad Baharun. 2012. Islam Idealitas Islam Realitas. Jakarta: Gema Insani
Ragib As-Sirjani. 2011. Rasulullah Teladan Untuk Semesta Alam. Sukoharjo:
Insan Kamil
INTERNET
http://iain-s.blogspot.co.id/2013/04/islam-dan-interaksi-sosial.html
21