filsafat ilmu islam

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki masalah dalam hidupnya. Dia tidak bisa menghindar dari masalah. Dengan masalah manusia bisa mencapai kebahagiaan, apabila dia tepat dalam menyikapi masalah tersebut. Seballiknya apabila manusia salah dalam menghadapi dan menyikapi masalah, ia bisa celaka dan sengsara. Agar manusia dapat menghadapi dan menyikapi masalah dengan tepat, ia perlu mendayagunakan potensi pikir yang dimilikinya. Ilmu yang mempelajari cara atau teknik berpikir disebut logika (mantik). Bagi orang yng berkecimpung dalam dunia pendidikan mempelajari logka merupakan suatu kebutuhan. Dalam dunia Islam logika memegang peranan penting, hal ini terbukti dengan banyaknya karya para cendekiawan muslim muslim tentang logika. Salah satu cendekiawan 1

Upload: bayu-andhana

Post on 20-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ilmu islam

TRANSCRIPT

Page 1: Filsafat Ilmu Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya setiap manusia memiliki masalah dalam hidupnya. Dia

tidak bisa menghindar dari masalah. Dengan masalah manusia bisa

mencapai kebahagiaan, apabila dia tepat dalam menyikapi masalah tersebut.

Seballiknya apabila manusia salah dalam menghadapi dan menyikapi

masalah, ia bisa celaka dan sengsara.

Agar manusia dapat menghadapi dan menyikapi masalah dengan

tepat, ia perlu mendayagunakan potensi pikir yang dimilikinya. Ilmu yang

mempelajari cara atau teknik berpikir disebut logika (mantik). Bagi orang yng

berkecimpung dalam dunia pendidikan mempelajari logka merupakan suatu

kebutuhan.

Dalam dunia Islam logika memegang peranan penting, hal ini terbukti

dengan banyaknya karya para cendekiawan muslim muslim tentang logika.

Salah satu cendekiawan muslim yang sangat berperan dalam perkembangan

logika adalah Al Farabi.

Mengingat pentingnya peranan Al Farabi dalam perkembangan logika,

penulis bsrmaksud menelusuri dan mengkaji “Kontribusi Al Farabi terhadap

Perkembangan Logika dalam Islam”.

1

Page 2: Filsafat Ilmu Islam

B. Perumusan Masalah

Mengingat besarnya peranan Al Farabi dalam perkembangan ilmu

terutama dalam bidang filsafat dan logika, maka yang akan dibahas dalam

makalah ini penulis batasi sebagai berikut:

1. Al Farabi hidup dan karyanya.

2. Asal mula logika (mantik) dan perkembangannya.

3. Manfaat mempelajari logika.

C. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab I mengemukakan latar belakang

masalah, perumusan masalah, dan sistematika penulisan. Bab II membahas

Al Farabi hidup dan karyanya, asal muala logika dan perkembangannya serta

manfaat mempelajari logika. Bab III mengemukakan kesimpulan dan

rekomendasi yang dianggap perlu.

2

Page 3: Filsafat Ilmu Islam

BAB II

AL FARABI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP

PERKEMBANGAN LOGIKA (MANTIK)

DALAM ISLAM

A. Al Farabi Hidup dan Karyanya

Ia adalah Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tharchan.

Sebutan Al Farabi diambil dari nama kota Farabi, dimana ia dilahirkan pada

tahun 257 H (870 M). Ayahnya adalah seorang Iran dan kawin dengan

seorang wanita Turkestan. Sejak kecil Al Farabi suka belajar dan punya

kecakapan dalam bidang bahasa. Setelah besar, Al Farabi meninggalkan

negerinya untuk menuju kota Baghdad, pusat pemerintahan dan ilmu

pengetahuan pada masanya. Selama berada di Baghdad ia memusatkan

perhatiannya kepada ilmu logika.

Sesudah itu ia pndah ke Harran, sebagai salah satu pusat kebudayaan

Yunani di Asia kecil. Tetapi tidak lama kemudian ia meninggalkan kota itu

untuk kembali ke Baghdad dan untuk mendalami filsafat sesudah mendalami

ilmu mantik, dan di Baghdad ia berdiam selama 30 tahun. Selama waktu itu

ia memakai waktunya untuk mengarang, memberikan pelajaran, dan

mengulas buku-buku filsafat. Pada tahum 330 H (941 M), ia pindah ke

Damsyik dan menetap di kota ini sampai wafatnya pada tahun 337 H (950 M)

pada usia 80 tahun.

Al Farabi luas pengetahuannya, mendalami ilmu-ilmu yang ada pada

masanya dan mengarang buku-buku dalam ilmu-ilmu tersebut. Buku-

3

Page 4: Filsafat Ilmu Islam

bukunya, baik yang sampai kepada kita maupun yang tidak, menunjukkan

bahwa ia mendalami ilmu-ilmu bahasa, matenatika, kimia, astronomi,

kemiliteran, musik, ilmu alam, Ketuhanan, fiqh dan mantik. Diantara

karangan-karangannya (A. Hanafi, 1969:89-90), yaitu:

1. Aghradlu Ma Ba’da at-Thabi’ah.2. Al-Jam’u baina Ra’jai al-Hakimain (Mempertemukan pendapat

kedua filosof: Maksudnya Plato dan Aristoteles).3. Tahsil as-Sa’adah (Pokok-pokok Persoalan).4. ‘Ujun ul-Masail (Pokok-pokok Persoalan).5. Ara-u Ahl-il-Madinah Al-Fadlilah (Pikiran-pikiran Penduduk Kota

Utama = Negeri Utama).6. Ih-sha’u al-Ulum (Statistik Ilmu).

Pada abad pertengahan, AlFarabi menjadi sangat terkenal, sehingga

orang-orang Yahudi banyak yang mempelajari karangan-karangannya dan

disalin pula kedalam bahasa Ibrani. Sampai sekarang salinan tersebut masih

tersimpan di perpustakaan-perpustakaan Eropa, disamping salinan-salinan

dalam bahasa Latin, baik yang disalin langsung dari bahasa Arab atau dari

bahasa Ibrani tersebut.

Menurut Massignon, seorang orientalis berkebangsaan Prancis

sebagaimana dikutip oleh A. Hanafi (1969:89) menyatakan bahwa: “Al Farabi

adalah seorang filosof Islam yan pertama dengan sepenuh arti kata”.

Sebelum dia memang Al Kindi telah membuka filsafat Yunani bagi dunia

Islam. Akan tetapi ia tidak menciptakan sistem (mazhab) filsafat tertentu,

sedang persoalan-persoalan yang dibicarakannya masih banyak yang belum

memperoleh pemecahan yang memuaskan. Sebaliknya Al Farabi telah dapat

menciptakan sistem filsafat yang lengkap dan telah memaikan peranan

penting dalam dunia Islam.

4

Page 5: Filsafat Ilmu Islam

B. Asal-usul Logika (Mantik) dan Perkembangannya

Logika berasal dari bahasa Yunani yaitu logos yang berarti perkataan

sebagai manipestasi dari pikiran manusia. Dengan demikian terdapatlah

suatu jalinan yang kuat antara pikiran dan kata yang dimanipestasikandalam

bahasa. Secara etimologis dapatlah diartikan bahwa logika itu adalah ilmu

yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.

Menurut Poedjawiatna (1992:14) “Logika itu mengutamakan teknik

berpikir”. Menurut Endang Saefudin Anshari (1987:94) “Logika adalah filsafat

tentang pikiran yang benar dan yang salah”. Sedangkan menurut Abdur

Rohman Al-Akhdhoriy :

“Ilmu mantik bagi pikiran, adalah sebagai ilmu Nahwu bagi lisan, artinya ilmu mantik digunakan sebagai alat berpikir (memikirkan sesuatu) jangan sampai cara berpikir itu keliru, disamping digunakan untuk menguak tabir/penutupnya pengertian yang rumit-rumit (Cholil Bisri Mustofa, 1991:6)”.

Dari pendapat di atas jelas bahwa logika adalah ilmu yang

mempelajari cara atau teknik berpikir dengan benar. Dengan berpikir yang

benar kita akan terhindar dari kesalahpahaman dan pesan dari pikiran kita

mudah dimengerti oleh pihak lain.

Logika merupakan hasil karya ahli-ahli filsafat Yunani kuno sejak abad

kelima sebelum masehi. Peletak pertamanya Socrates, kemudian dilanjutkan

oleh Plato dan dilengkapi lagi oleh Aristoteles, yang menyusun ilmu ini

dengan pembahasan-pembahasan yang teratur dan dibuat dari ilmu falsafah.

Dengan demikian maka Aristoteles diberi gelar Guru Pertama dari ilmu

pengetahuan. Ilmu ini sejak dari Aristoteles tidak ada tambahan apa-apa.

5

Page 6: Filsafat Ilmu Islam

Baru setelah lahir ahli-ahli filsafat Islam di abad pertengahan, di situlah

banyak tambahan dalam persoalan-persoalan, apalagi pembahasan

mengenai lafadhnya banyak di tambah oleh ahli-ahli filsafat Islam. Tetapi

menurut Burhanudin Salam (1988:3) bahwa:

“Sebelum Aristoteles sebenarnya sudah ada kaidah-kaidah yang merupakan ajaran-ajaran tentang berpikir benar (logika), yaitu di negeri-negeri Timur Kuno (Babylon, Mesir, India, Tionghoa dan lain-lain). Tetapi menurut tradisi Aristoteleslah yang berhasil merumuskan ilmu tentang kaidah-kaidah berpikir benar ini secara sistematis”.

Kalau Aristoteles diberi gelar guru pertama ilmu pengetahuan, maka

gelar keduanya adalah Al Farabi. Hal ini karena Al Farabi berhasil

memperbaharui pembahasan ilmu mantik, dimana ilmu mantik dulu hanya

merupakan teori-teori belaka, tetapi sejak Al Farabi kemudian dimulainya

ilmu mantik ini dipelajari secara amali (praktek, dalam arti tiap-tiap qodhiyah

di uji kebenarannya).

Buku-buku Aristoteles dalam bidang logika terkenal dengan nama

Organon dan telah diterjemahkan oleh para cendekiawan muslim ke dalam

bahasa Arab. Keenam buku tersebut, yaitu sebagai berikut:

“Pertama, buku Catagoriae (al Maqulat), berisi sepuluh macam predikat (keterangan). Kedua, buku Interpretatione (tafsiran-tafsiran), berisi keterangan tentang bahasa, yaitu tentang proposisi dan bagian-bagiannya. Ketiga, buku Analytica Priora (Uraian pertama), yang membicarakan tentang qiyas (Syllogisme). Keempat, buku Analytica Posteriora (Uraian kedua), yang

membicarakan cara pembuktian ilmiah. Kelima, buku Topika, yang berisi qiyas dialektika dan pemikiran dari hal-hal ynag belum pasti. Keenam, buku Sophistici Elenchi (Kesalahan-kesalahan Sofistis), yang berisi kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh orang-orang Sofist, penolakan terhadap mereka dan pemecahannya” (A. Hanafi, 1969:52-53).

6

Page 7: Filsafat Ilmu Islam

Keenam buku tersebut oleh Al Farabi diberi tafsiran dan ulasan-

ulasan, sehingga orang-orang yang berminat mempelajari filasat khususnya

logikamudah untuk memahaminya. Untuk itu kiranya tidak berlebihan kiranga

pengalaman Ibnu Sina dalam mempelajari filsafat sebagaimana dikutip oleh

A. Hanafi (1969:89), yaitu:

“Ibnu Sina pernah mempelajari buku Metafisika karangan Aristoteles lebih dari 40 kali, tetapi belum juga mengerti maksudnya. Setelah ia membaca buku Al Farabi yang berjudul Intisari Buku Metafisika, baru ia mengerti apa yang selama ini dirasakan sukar”.

Inilah salah satu kelebihan Al Farabi, yang sangat besar sekali

pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.

Maka tidaklah berlebihan apabila ia diberi julukan Guru Kedua dalam

ilmu pengetahuan setelah Aristoteles.

Al Farabi memberi perhatian khusus terhadap logika. Pendapat-

pendapatnya tentang logika sebagaimana dikutip oleh A. Hanafi (1969:96),

yaitu sebagai berikut:

“1. Definisi logika: Logika ialah ilmu tentang pedoman (peraturan) yang dapat menegakkan pikiran dan menunjukkan kepada kebenaran dalam lapangan yang tidak bisa dijamin kebenarannya.

2. Guna logika: Maksud logika ialah agar kita dapat membetulkan pikiran orang lain, atau agar orang lain dapat membenarkan pemikiran kita, atau kita dapat membetulkan pemikiran kita sendiri.

3. Lapangan logika: Lapangannya ialah segala macam pemikiran yang bisa diutarakan dengan kata-kata, dan juga segala macam kata-kata dalam kedudukannya sebagai alat menyatakan pikiran.

4. Bagian-bagian logika: Bagian-bagiannya ada delapan, yaitu 1. Categori (al Maqulat al ‘asyr); 2. Kata-kata (al barah; terms); 3. Analogi pertama (al Qiyas); 4. Analogi kegua (al Burhan); 5. Jadal (debat); 6. Sofistika; 7. Retorika; dan 8. Putika (syair)”.

Dari kutipan di atas jelas, bahwa dalam bidang logika Al Farabi

berada dalam barisan terdepan setelah Aristoteles apalagi dikalangan

7

Page 8: Filsafat Ilmu Islam

cendekiawan muslim. Peran tersebut sangat berpengaruh terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan logika pada

khususnya serta menjadi acuan dan inspirasi bagi ilmuwan-ilmuwan

selanjutnya.

C. Manfaat Mempelajari Logika

Mempelajari logika banyak sekali manfaatnya baik bagi diri sendiri

maupun bagi orang lain. Dengan mengetahui dan memahami logika kita

dapat berpikir dengan benar begitu juga orang lain pun dapat memahami apa

maksud dari pikiran kita. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Al Farabi

bahwa: “Guna logika: Maksud logika ialah agar kita dapat membetulkan

pemikiran orang lain, atau agar orang lain dapat membenarkan pemikiran

kita, atau kita dapat membetulkan pemikiran diri kita sendiri” (A. Hanafi,

1969:96).

Dengan demikian jelas bahwa apabila kita menguasai logika, kita bisa

menilai atau mengukur hasil pemikiran kita dan orang lain apakah benar atau

salah. Apabila benar itu yang diharapkan dan apabila salah harus segera dan

siap dibetulkan. Sebab apabila pemikiran yang salah dibiarkan bisa

menimbulkan kesalahpahaman dan mencelakakan atau menyesatkan.

Besarnya manfaat mempelajari ilmu mantik (logika) ini dikemukakan

oleh Taib Thahira Abdul Mu’in (1995:15), yaitu:

“Mempelajari ilmu ini sungguh sangat berfaidah sekali untuk hal-hal berikut:

8

Page 9: Filsafat Ilmu Islam

1. Melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus jiwa pikirannya.2. Mendidik akal pikiran dan mengembangkannya yang sebaik-

baiknya dengan melatih dan membiasakan mengadakan penyelidikan-penyelidikan tentang cara berpikir”.

Dengan membiasakan latihan berpikir, manusia akan mudah dan

cepat untuk mengukur atau menilai pikirannya apakah benar atau salah,

apakah mudah dipahami atau membingungkan. Dengan demikian

mempelajari ilmu mantik ini sebagai perantara yang merupakan suatu

jembatan untuk ilmu-ilmu yang lain, juga untuk menimbang bagaimana

kebenaran ilmu-ilmu itu terutama dari sudut pandang teknik atau bentuk

pemikirannya.

Manfaat mempelajari ilmu mantik juga dikemukakan oleh Abdur

Rohman Al Akhdhoriy dalam kitabnya Assulamul Munauroq, yaitu:

“Maka, perlu bagimu mengkaji danmengerti qoidah-qoidah norma-norma pokok ilmu mantik, yang norma-norma itu menandung beberapa faidah yang penting (umpamanya mengkaji kitab ini) yang aku berinama Assulamul Munauroq, salah satu kitab mantik kecil tapi memadai; yang dengan kitab ini insya Alloh Ilmu Mantik yang tinggi, meninggi langit dapat diatasi” (Cholil Bisri Mustofa, 1991:7).

Dari kutipan di atas jelas bahwa dengan mempelajari ilmu mantik kita

dapat mendapatkan ilmu yang tinggi. Ketinggian ini bisa dari segi manfaatnya

juga bisa dari segi pemahamannya. Untuk itu bagi kita terutama bagi para

pendidik atau siapa saja yang berkecimpung dalam penyampaian suatu ilmu

atau informasi kepada orang lain, mempelajari dan memahami ilmu mantik

(logika) merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Bahkan di

Indonesia ilmu mantik menjadi materi kajian hampir di semua pesantren.

BAB III

9

Page 10: Filsafat Ilmu Islam

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Peranan Al Farabi dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya

logika sangat besar, begitu juga karya-karyanya layak dijadikan bahan kajian

dan pedoman bagi ilmuwan-ilmuwan selanjutnya. Untuk itu tidaklah

berlebihan terhadap julukan yang diberikan kepada Al Farabi sebagai Guru

Kedua dalam ilmu pengetahuan setelah Aristoteles.

Ulasan-ulasan Al Farabi terhadap karya Aristoteles banyak membantu

ilmuwan-ilmuwan lain untuk memahami karya Aristoteles tersebut, seperti

Ibnu Sina. Ini karena ketajaman Al Farabi dalam membahas suatu masalah,

sehingga masalah yang susah menjadi mudah untuk dipahami.

Melalui Al Farabi logika berkembang dengan pesat dan membumi

bukan saja hanya dikalangan dunia Islam tetapi juga di belahan dunia lain

terutama di Eropa.

Mempelajari dan memahami logika banyak sekali manfaatnya. Dengan

mempelajari logika kita dapat mengetahui dan memahami cara dan teknik

berpikir yang benar, sehingga apa yang kita pikirkan mudah dipahami baik

oleh kita sendiri maupun oleh orang lain. Dengan memahami cara berpikir

yang benar kita akan terhindar dari kesalahpahaman yang dapat

menyesatkan.

B. Rekomendasi

10

Page 11: Filsafat Ilmu Islam

Mengingat besarnya manfaat logika bagi kehidupan manusia, maka

mempelajari logika bagi kita merupakan suatu kebutuhan, lebih-lebih bagi

mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan atau siapa saja yang

terkait dengan dalam penyampaian ilmu atau informasi kepada orang lain.

Untuk itu pendidikan logika perlu ditingkatkan di setiap jenjang dan

jenis lembaga pendidikan , terutama di Perguruan Tinggi, sehingga berbagai

bentuk kesalahpahaman dalam kehidupan sehari-hari akibat dari kesalahan

berpikir dapat diminimalisir.

11

Page 12: Filsafat Ilmu Islam

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, E.S. (1987). Ilmu, Filsafat Agama. Surabaya:Bina Ilmu.

Hanafi, A. (1969). Pengantar Filsafat Islam. Jakarta:Bulan Bintang.

Mu’in, T.T.A. (1995). Ilmu Mantiq. Jakarta:Widjaya.

Mustofa, C.B. (1991). Ilmu Mantiq. Bandung:Alma’arif.

Poedjawiatna, I..R. (1992). Logika (Filsafat Berpikir). Jakarta:Rineka Cipta.

Salam, B. (1998). Logika Formal. Jakarta:Bina Aksara.

12

Page 13: Filsafat Ilmu Islam

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi, karena hanya

dengan Taufik dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul Al Farabi dan Kontribusinya terhadap Perkembangan Logika

(Mantik) dalam Islam.

Melalui makalah ini penulis bermaksud mengajak para pembaca atau

siapa saja yang berminat mempelajari logika untuk membuka cakrawala

tentang Al Farabi dan kiprahnya sebagai tokoh yang besar sekali jasa dan

peranannya terhadap perkembangan logika khususnya di dunia Islam.

Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.

Untuk itu saran-saran yang bersifat konstruktif untuk perbaikan sangat

penulis harapkan.

Terbentuknya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan

berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih, terutama kepada Ibu

Prof. Dr. Hj. Rochiati Wiriaatmadja, M.A. selaku dosen Filsafat Ilmu yang

telah memberikan dorongan dan bimbingannya. Juga kepada rekan-rekan

mahaiswa Program Magister (S2) PPS UPI Bandung Program Studi

Pendidikan IPS atas kerjasama yang selama ini terjalin dengan baik. Semoga

apa yang telah diberikannya kepada penulis menjadi amal baik yang akan

mendapat balasan-Nya.

Bandung, Oktober 2003

Penulis,

13

Page 14: Filsafat Ilmu Islam

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................

B. Perumusan Masalah .......................................................

C. Sistematika Penulisan .....................................................

BAB II AL FARABI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN LOGIKA (MANTIK) DALAM ISLAM ....

A. Al Farabi Hidup dan Karyanya .........................................

B. Asal-Usul Logika (Mantik) dan Perkembangannya .........

C. Manfaat Mempelajari Logika ...........................................

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................

A. Kesimpulan .....................................................................

B. Rekomendasi ..................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

14

Page 15: Filsafat Ilmu Islam

15