sistem politik indonesia
TRANSCRIPT
Tugas Akhir
Sistem Politik Indonesia
Oleh.
Gomadi David stone
D1D 007049
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Bengkulu
2011
“Sistem Politik Indonesia”, merupakan mata kuliah “wajib” fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
di Universitas Bengkulu, yang di asuh oleh dosen senior kita Dra.Titiek Kartika,M.si. Saya
mengambil mata kuliah tersebut [SPI] pada semester 8 [delapan], padahal untuk mata kuliah SPI
diharuskan pada semester 2 [dua].
Menurut teori modern saai ini, bentuk negara yang terpenting ialah negara kesatuan dan
negara federasi (serikat). Indonesia sebagai suatu negara termasuk negara kesatuan dengan
sistem pemerintahan yang berbentuk republik dan kedaulatan berada ditangan rakyat yang
ilaksanakan menurut UUD Negara tahun 1945.
Bangsa Indonesia adalah rakyat Indonesia yang secara sosiopolitis (komunitas-politik)
telah mempunyai kesatuan tekad sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, mendirikan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan telah mendapat pengakuan internasional, diantaranyaa
mula-mula datang dari Inggris pada tahun 1947 kemudian disusul oleh berpuluh-puluh negara
lainya di dunia.
Setelah kita mempelajari lebih dalam, apa itu sistem politik ? maka kita akan ketahuai
bahwa sistem politik sebenarnya adalah kerangka atau bahan dasar atau patokan suatu negara
[sah] dalam menjalankan “kehidupan” politik dalam negara tersebut. Dalam hal ini, kita negara
Indonesia, sistem politiknya tertuang dan diatur dalam Per-Undang-undangan [UUD’45].
Tertuang dalam “Preambule” butir ke-4, “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara berdasarkan
Kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Kemudian dari pada itu, kita akan temuai ahli-ahli Filsafat dengan berbagai macam
tingkat dan kemampuan daya pikir mereka, yang masing- masing bebas
mengemukakan pendapat mereka dan menganggap benar [mendewakan] pendapatnya tersebut.
Contohnya: Socrates, dianggap penghianat terhadap pendahulunya Plato, karena pemikiran
mereka yang pada mulanya sama terus berlanjut pada perbedaan.
Salah satu alasan mengapa para filsuf tidak sadar akan dasar filsafat mereka berkaitan
dengan ungkapan filsuf Nietzsche. Saat seorang filsuf menggunakan gagasan-gagasan yang
bersifat mendasar, seperti Descartes’Aku berpikir’atau Schopenhauer’Aku berkehendak’, mereka
percaya bahwa mereka telah mencapai kepantian atau memperoleh akses langsung menuju
segala sesuatu sebagaimana adanya. Filsafat Dogmatis adalah salah satu karikatur para filsuf,
misalnya ajaran-ajaran weda di Asia, atau Platonisme di eropa. Akan tetapi, kita masih tetap
harus berterima-kasih kepada mereka, meskipun kita tentunya juga harus mengakui bahwa dari
semua kesalahan yang terjadi sejauh ini, kesalahan paling mengerikan, berlarut-larut, dan yang
paling berbahaya adalah kesalahan dogmatis: penemuan Plato tentang jiwa sejati dan kebaikan
transendental.
Mengetahui Struktur atau bagan Pemerintahan yang dari atas [Presiden] sampai
kebawahnya [Rt] dengan tugas, peran serta, dan wewenang masing-masing. Mengetahuai cara
agar dapat berparsitifasi dalam kancah/ranah politik di tanah air, seperti mendirikan Partai
Politik, gambaran berlangsungnya pemilu, dan lain-lain.
Sejalan dengan paradigma baru dalam administrasi negara dan untuk memberantaskan
TAP MPR NO.XI/MPR/1998 telah diterbitkan Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam
Undang-Undang ini ditetapkan asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas
kepastian hukum, asas keterbukaan, asas proporsionalisme, asas akuntabilitas. Dengan
memperhatikan dan melaksanakan asas-asas penyelenggaraan negara ini diharapkan para
penyelenggara negara mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan
penuh tanggung jawab.
Disamping itu untuk mengetahui kinarja aparatus pemerintahan telah diterbitkan Instruksi
Presiden No.7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntatabilitas
Kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai
tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara
periodik.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, pemerintahan membentuk
lembaga-lembaga pemerintahan baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang terkait.
Setiap lembaga-lembaga pemetintahan melaksanakan urusan pemerintahan tertentu.
Urusan-urusan yang menjadi kewenangan pemerintahan pusat adalah politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, moneter dan fiskal, yustisi, dan agama. Sedangkan urusan-urusan yang
menjadi kewenangan daerah terbagi kedalam dua pula, yaitu; wajib dan pilihan.
Lembaga pemerintahan tingkat pusat meliputi: kementrian koordinator, Departemen,
Kementrian Negara, LPND, Kesekretariatan yang membantu presiden, Kejaksaan Agung,
Perwakilan RI di Luar Negeri, TNI, POLRI, Lembaga Ekstra Struktural. Lembaga pemerintahan
tingkat daerah meliputi: Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis
Daerah, Kecamatan, dan kelurahan. Lembaga Perekonomian negara Meliputi: Badan Usahan
Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah. BUMN berbentuk Persero dan Perum. Sedangkan
BUMD berbentuk Perseroda dan Perumda.
Terlepas dari semua itu, apapun, bagaimanapun, atau sehebat manapun teori dalam suatu
sistem yang diterapkan dalam dunia politik [Negara], tidak akan menghasilkan pencapaian
tujuannya tersebut, dan apabila unsur utamanya [manusia] sendiri yang tidak menyadari
bagaimana sebenarnya menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari hasil analisis saya [awam/bodoh] menanggapi berbagai peristiwa di Tanah air ini,
seperti KKN[korupsi, kolusi, nepotisme] di berbagai bidang, merupakan cerminan Rakyat yang
sangat-sangat sudah tidak bermartabat[adab], entah hanya para birokratnya saja, separuh, atau
seluruh rakyat Indonesia [yang mayoritasnya muslim].
Apa sesungguhnya yang dibutuhkan bangsa ini [kesalahan] ?? perubahan sistem politik-
kah ?? atau ketidak mampuan sang pemimpim negara ?? atau kegagalan para pendidik ?? atau
mungkin lebih ekstim lagi merupakan takdir Tuhan ??
Pancasila yang begitu “agung” telah gagal menuntun masyarakat Indonesia dengan ke-
Tinggian derajat “Panca Sila”nya, Para pemimpin tidak lebih dari seorang pembual dan mulut
besar, “pintar” dalam berbagai disiplin ilmu akal, menguasai berbagai teori dari pakar-pakar
terdahulu [Karl Marx, Friedrich Nietzsche, Sigmund Freud, Jean Paul Sartre dan sejenisnya], tapi
ilmu yang sesungguhnya telah terlupakan, suatu ilmu kebenaran yang bersumber dari hati
nurani…