sinonim (mutarĀdif) dalam al-qurʹan studi kata...

62

Click here to load reader

Upload: dangdieu

Post on 12-Mar-2019

281 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN

STUDI KATA GULUW DAN ISRĀF DALAM TAFSIR AL-BAḤR AL-MUḤĪṬ

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ahmad Jaelani

1111034000056

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURʹAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2018 M

Page 2: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf
Page 3: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf
Page 4: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf
Page 5: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

iv

ABSTRAK

Ahmad Jaelani

Sinonim (Mutarādif) dalam Al-Qurʹan (Studi Kata Guluw dan Isrāf dalam

Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ)

Di dalam al-Qurʹan kata guluw dengan bentuk fi’il nahyi (bentuk kata kerja

larangan) disebutkan sebanyak 2 kali. Sedangkan kata isrāf dengan bentuk fi’il

nahyi (bentuk kata kerja larangan) disebutkan sebanyak 2 kali.

Kajian ini telah dikaji oleh para ulama, baik klasik maupun kontemporer.

Pandangan para ulama terkait mutarādif dalam al-Qurʹan dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu pandangan yang menetapkan adanya mutarādif dalam al-Qurʹan

dan pandangan yang menetapkan tidak adanya mutarādif dalam al-Qurʹan.

Penelitian dalam skripsi ini berkisar mengenai makna kata Guluw dan Isrāf

dalam tafsir al-baḥr al-muḥīṭ. Data yang digunakan adalah ayat-ayat al-Qurʹan yang

di dalamnya terdapat kata guluw dan isrāf dengan bentuk fi’il nahyi. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu mensistematikakan data atau

keterangan yang terkumpul dalam sebuah penjelasan terperinci disertai dengan

analisis penulis.

Mutarādif dalam al-Qurʹan adalah setiap kata yang memiliki makna yang

sama, akan tetapi tidak dapat disamakan sepenuhnya. Hal ini dikarenakan susunan

kata dalam al-Qurʹan selain memiliki kekhususan dalam setiap maknanya, juga

memiliki arti yang berbeda dengan yang lainya, di samping itu kata tersebut

memiliki kesesuaian dalam susunannya.

Abū Ḥayyān menafsirkan kata guluw adalah segala sesuatu yang berkaitan

dengan berlebih-lebihan dalam urusan berkeyakinan. Sedangkan beliau

menafsirkan kata isrāf tentunya berbeda dengan makna guluw, karena makna isrāf

sendiri adalah berlebih-lebihan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang timbul dari

diri sendiri maupun dengan segala sesuatu yang ia miliki.

Kata Kunci: Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ, mutarādif, guluw, dan isrāf.

Page 6: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

v

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم للا الر

Segala puja, puji, dan rasa syukur, penulis haturkan kepada Allah SWT.,

atas segala nikmat dan pertolongan yang telah, sedang, dan yang akan selalu Ia

berikan kepada penulis. Dialah Tuhan tempat penulis mengadu ketika penulis sudah

merasa lelah dan Putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada-Nya penulis

meminta kekuatan agar selalu dikuatkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Atas

petunjuk dan rahmat dari-Nya penulis dapat mengolah data menjadi kata, mengolah

kata menjadi kalimat, mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf yang berisi ide,

kemudian dari kumpulan paragraf menjadi bab-bab dan akhirnya jadilah skripsi ini.

Salawat dan salam seiring kecintaan, akan senantiasa tercurah limpahkan

pada baginda Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga dan para sahabatnya.

Sesungguhnya Ia dan merekalah yang sangat berjasa dalam menyampaikan pesan-

pesan Allah SWT., sampai akhirnya pesan itu sampai kepada kita semua saat ini.

Dalam perjalanan penelitian ini, penulis menyadari betul bahwa skripsi

yang berjudul “ SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI

KATA GULUW DAN IṢRĀF DALAM TAFSIR AL-BAḤR AL-MUḤĪṬ ” ini

tidak akan selesai dengan daya dan upaya penulis sendiri, melainkan ada banyak

sosok kerabat, dan orang-orang spesial dari berbagai pihak yang secara langsung

maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis, sehingga akhirnya tulisan

ini selesai. Maka, pada kesempatan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

vi

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Lilik. Ummi Kultsum, MA., selaku ketua Jurusan Ilmu Al-Qurʹan

dan Tafsir dan Ibu Dra. Banun Binaningrum. M.Pd., selaku Sekretaris

Jurusan Ilmu Al-Qurʹan dan Tafsir, serta Civitas Akademik Fakultas

Ushuluddin.

4. Dosen penasihat akademik, Bapak Hanafi, MA., yang banyak memberi

masukan kepada penulis selama studi di kampus UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Bapak Dr. Abdul Hakim Wahid, MA., selaku pembimbing, yang dengan

ikhlas dan sabar dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Rasa terima kasih penulis ucapkan juga kepada

bapak Eva Nugraha MA., beliaulah yang telah meluangkan waktu di

tengah kesibukannya untuk mengoreksi, memberikan arahan serta

memberikan nasihat-nasihat yang bermanfaat bagi penulis.

6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin khususnya Jurusan Ilmu Al-Qurʹan

dan Tafsir yang dengan sabar dan ikhlas telah mengajarkan dan

membagikan berbagai wawasan, ilmu, serta pengalaman kepada penulis

selama penulis kuliah di kampus tercinta ini.

7. Ayahku Asmari dan Ibuku Siti Makiyah yang telah mendidik dan

membesarkanku menjadi manusia yang berguna untuk masyarakat.

8. Segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah,

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan Pusat Studi al-

Page 8: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

vii

Qurʹan (PSQ) Ciputat yang telah memberikan fasilitas serta rujukan-

rujukan sebagai sumber referensi.

9. Kelurga besar El-Haq yang telah mensupport baik materi maupun moril

sehingga bisa terselesaikannya skripsi ini.

10. Teman terbaikku Aniesa Maqbullah yang selalu menemaniku di kala suka

maupun duka dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman satu Jurusan Ilmu al-Qurʹan dan Tafsir yang senantiasa

menemani penulis dalam menimba ilmu pengetahuan di kampus UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Di antara mereka adalah Toib, Asep, Arif,

Rifai, Fuad, Ulil, Jamil, Iyan, Saiful, Ceceng, Subhan, Zulfikar, Seman,

Ilham, Hilman, Gandi, Bazit, Eka, Dayat, Akrom, Yasir, Yaqin, Fahmi,

Ramdan dan mereka yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini.

Perjumpaan dengan kalian semua adalah sesuatu yang akan selalu

terkenang. Terima kasih dan semoga Tuhan selalu menemani kita semua

dalam segala hal.

Akhirnya, penulis berharap kepada Allah SWT., Semoga karya ini dapat

menambah wawasan mengenai al-Qurʹan dan bermanfaat bagi semua yang mau

membacanya, terkhusus bagi penulis. Semoga tulisan ini menjadi tulisan pertama

penulis dan dicatat sebagai amal baik bagi penulis.

Jakarta, 25 Juli 2018

Hormat saya

Ahmad Jaelani

Penulis

Page 9: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................ ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................ iii

ABSTRAK ................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7

D. Manfaaat Penelitian .................................................................... 8

E. Kajian Pustaka ............................................................................ 8

F. Metodologi Penelitian ................................................................. 10

G. Sistematika Penulisan ................................................................. 11

BAB II GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Sinonim (Mutarādif) ..................................... 13

1. Pengertian Sinonim (Mutarādif) ........................................... 13

2. Sebab-sebab Munculnya Sinonim (Mutarādif) ..................... 16

3. Pro Kontra Para Ulama Terhadap Sinonim (Mutarādif)

dalam Al-Qur′an .................................................................... 18

B. Gambaran Umum Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ ................................. 23

1. Riwayat Hidup Pengarang .................................................... 23

2. Metode Tafsir ........................................................................ 25

3. Corak Tafsir .......................................................................... 29

4. Sistematika Penafsiran .......................................................... 30

C. Gambaran Umum Kata Guluw dan Isrāf ................................... 31

BAB III ANALISIS KATA GULUW DAN ISRĀF

A. Kata Guluw dan Berbagai Derivasinya dalam Al-Qur′an .......... 34

B. Kata Isrāf dan Berbagai Derivasinya dalam Al-Qur′an ..............

C. Penafsiran Kata Guluw dalam Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ .............. 41

D. Penafsiran Kata Isrāf dalam Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ .................

E. Kata Guluw dalam Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ ................................ 47

Page 10: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

ix

F. Kata Isrāf dalam Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ ................................... 47

G. Perbedaan kata Guluw dan Isrāf .................................................

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan ........................................................................... 49

2. Saran-saran ............................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 50

Page 11: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K

No. 158 Tahun 1987-Nomor: 0543 b/u/1987.

1. Konsonan

No Arab Latin No Arab Latin

Ṭ ط .Tidak dilambangkan 16 ا .1

Ẓ ظ .B 17 ب .2

‘ ع .T 18 ت .3

G غ .Ṡ 19 ث .4

F ف .J 20 ج .5

Q ق .Ḥ 21 ح .6

K ك .Kh 22 خ .7

L ل .D 23 د .8

M م .Ż 24 ذ .9

N ن .R 25 ر .10

W و .Z 26 ز .11

H ه .S 27 س .12

′ ء .Sy 28 ش .13

Y ي .Ṣ 29 ص .14

Ḍ ض .15

2. Vokal Pendek

= a ت ب Kataba ك

= i سئ ل Su′ila

= u ي ذه ب Yażhabu

3. Vokal Panjang

ا = ā ق ال Qāla

Qīla ق يل ī = ا ى

Yaqūlu يقول ū = أو

4. Diftong

Kaifa ك يف ia = أ ي

ول au = أ و Ḥaula ح

Page 12: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw.

dinyatakan sebagai wahyu dari Allah. Wahyu ini membantu manusia untuk

memperdalam pemahaman dan penghayatan tentang Islam dan meruapakan pelita

bagi umat Islam dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Kitab suci ini

memperkenalkan dirinya sebagai hudan li an-nās (petunjuk bagi seluruh umat

manusia). Dari sini kitab suci al-Qur’an berfungsi sebagai mukjizat, yakni bukti

kebenaran yang Allah turunkan untuk manusia.1

Al-Qur’an juga adalah kalam Allah yang merupakan mukjizat, yang

diturunkan kepada nabi Muhammad saw dalam bahasa Arab, yang disampaikan

kepada umat manusia. Bahasa yang demikian indah, redaksinya yang demikian

teliti, dan mutiara pesan-pesannya yang demikian agung, telah menyentuh kalbu

masyarakat yang berdecak kagum, walaupun nalar atau paham sebagian dari

mereka menolaknya. Dan fungsinya sebagai hudan li an-nās ditujukan kepada

seluruh umat manusia.2

Dari segi balaghah, al-Qur’an juga memiliki makna yang sangat

mendalam. Setiap kata dalam al-Qur’an memiliki makna tersendiri, yang itu

berbeda dengan kata lain meskipun secara tekstual memiliki arti yang sama.

Sehingga, bisa dikatakan bahwa ada sinonimitas dalam setiap kata yang ada dalam

al-Qur’an. Banyak contoh dalam al-Qur’an yang redaksinya yang berbeda, tetapi

1Achmad Yasir Arrojab , “Makna Kata Ṣirat, Sabil, dan Tariq”, Skripsi S1 Faultas

Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta, 2017), Hal. 1. 2Achmad Yasir Arrojab , “Makna Kata Ṣirat, Sabil, dan Tariq”, Hal. 1.

Page 13: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

2

secara terminologi memiliki arti yang sama. Namun, jika dipandang dari segi

balaghahnya memiliki makna yang berbeda. Seperti kata boleh/bisa/dapat dalam

kata tersebut berbeda penulisannya namun maknanya sama. Tapi jika dipahami

dari segi balaghah, dua kata ini memiliki makna dan maksud yang berbeda.

Kemudian kata hudan dan rasydan yang dua kata itu, secara bahasa memiliki arti

petunjuk, namun dilihat dari balaghahnya, dua kata tersebut juga memiliki

kandungan yang berbeda.3

Dalam kajian al-Qurʹan persoalan sinonim (mutarādif) merupakan salah

satu bagian penting dalam metode penafsiran. Problematika ta‘āruḍ (secara lahir

teks ayat yang satu tampak bertentangan dengan teks ayat yang lain) yang sering

diselesaikan dengan metode nāsikh dan mansūkh (menghapus dan dihapus) dapat

dihindari dengan metode subtitusi dalam mutarādif.4

Sinonim (Mutarādif) ialah ragam kata yang mempunyai makna yang sama.

Seperti kata saif ( ي س

ف ), ḥusām ( ح ام س ), muhannad ( ن ه م د ) dan lain-lain. Ketiga

kata tersebut memiliki arti yang sama yaitu pedang. Menurut M. Quraish Shihab,

keunikan bahasa Arab terlihat juga pada kekayaannya, bukan saja pada

bilangannya, yaitu tunggal (mufrad), dua (Musannā), dan lebih dari dua (jama’),

tetapi juga pada kekayaan kosakata dan sinonimnya.5

Al-Qurʹan selalu memberikan makna baru bagi setiap orang yang

menafsirkannya, tanpa mengubah makna yang terkandung di dalamnya dan tanpa

mengurangi nilai-nilai yang hendak disampaikan kepada manusia sebagai

petunjuk. Sementara itu, al-Qurʹan merupakan kitab wahyu yang yufassiru

3Achmad Yasir Arrojab , “Makna Kata Ṣirat, Sabil, dan Tariq”, Hal. 2. 4Rofiq Nurhadi, “Pro Kontra Sinonim dalam Al-Qur’an,” Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Vol 2, no. 4 (2015): h. 7. 5Ahmad Toib, “Mutarādif dalam al-Qur’an: Studi Kata Tayyib dan Hasan dalam Tafsir

al-Baḥr al-Muḥīṭ”, Skripsi S1 Faultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta, 2018), h. 1.

Page 14: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

3

ba’ḍuhu ba’ḍān (sebagian ayatnya menjelaskan ayat yang lainnya).6 Jika dilihat

dari ungkapan tersebut, sebenarnya al-Qurʹan telah menjelaskan dirinya sendiri,

hanya saja tergantung kepada para mufassir tentang bagaimana ia bisa mengaitkan

antara satu ayat dengan ayat yang lain sesuai dengan tema dan permasalahan yang

sama.

Hal tersebut berlaku bagi setiap penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qurʹan.

Tak terkecuali dengan penafsiran ayat-ayat yang di dalamnya terdapat kata guluw7

( و ل ) dan iṣrāf 8 (غ

اف ر kedua kata ini sering kali diartikan dengan melampaui ,(اس

batas atau berlebih-lebihan. Seperti dalam kamus bahasa Arab Al-Munawwir,

ketika dicari arti dari kedua kata tersebut, maka arti yang ditemukan adalah

“melampaui batas atau berlebih-lebihan”.

Di dalam al-Qurʹan kata guluw ( و ل التغلو dengan bentuk fi’il nahyi (غ

(bentuk kata kerja larangan) disebutkan sebanyak 2 kali.9 Begitu pula kata isrāf

(

اف ر disebutkan (bentuk kata kerja larangan) التسرفو dengan bentuk fi’il nahyi (اس

sebanyak 2 kali.10

Di antaranya ialah :

1. Q.S. al-Nisā ayat 171

ى سيح عيس ا ٱل م إن

ق ح ٱل

ه إل

ى ٱلل

ل ع

وا

ول ق

ت

ل م و

في دينك

وا

لغ

ت

ب ل

كت هل ٱل

أي

نه

وح م ر م و ري ى م إل

ا ه ى

ق

ل ۥ أ ه ت لم

ك ه و

ول ٱلل س م ر ري ٱبن م

أ ف

ل لهۦ و س ر ه و

بٱلل

وا من

6Abdul Mustaqim, Pergeseran Epistomologi Tafsir (Yogyakarta: Pustakak Pelajar, 2008),

h. 40. 7Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta:

Pustaka Progressif, 1984), h. 1015. 8Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, h. 628. 9Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu‘jam al-Mufahras lī alfāẓi al-Qurʹān al-Kārīm

(Mesir: Matba’ah Dār al-Kutub al-Misriyyah, 1364 H), h. 504. 10Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu‘jam al-Mufahras lī alfāẓi al-Qurʹān al-Kārīm, h.

349.

Page 15: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

4

ل

د

ل ۥ و ه

ل

ون ك ن ي

ۥ أ ه ن

بح س حد

ه و ه إل

ا ٱلل م إن

م

ك

يرا ل

خ

وا ه ٱنت

ة

ث ل ث

وا

ول ق

ا في ت ۥ م ه

كيل ه و ى بٱلل

ف

ك رض و

ا في ٱل م ت و و م ٱلس

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan

janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.

Sesungguhnya Al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan

(yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada

Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu

kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan:

"(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.

Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari

mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-

Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.

2. Q.S. al-A’raf 31

حب ي

ۥ ل ه إن ا و

سرف

ت

ل و

وا ب ر

ٱش و

وا

ل ك سجد و م

ل م عند ك

ك ت

زين

وا

ذ

م خ اد ني ء ب ي

سرفين ٱل

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)

mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah melampaui batas.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Jika diperhatikan dengan seksama kedua ayat di atas, terdapat kata guluw

dan iṣrāf dengan arti “melampaui batas atau berlebih-lebihan”, untuk sementara

dapat disimpulkan bahwa al-Qurʹan menggunakan kata guluw dan isrāf untuk

menunjukkan kata yang bermakna “melampaui batas atau berlebih-lebihan”.

Ayat di atas memerintahkan kepada manusia untuk memanfaatkan rejeki

yang telah Allah berikan untuk manusia tanpa berlebihan. Maksud sebaliknya dari

ayat tersebut ialah larangan untuk melakukan perbuatan melampaui batas, yaitu

tidak berlebihan dalam menikmati apa yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan

pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.

Dalam terminologi syari’at, kata guluw bisa bermakna berlebih-lebihan

dalam suatu perkara atau bersikap ekstrem pada suatu masalah dengan melampaui

Page 16: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

5

batas yang telah disyari’atkan. Adapun guluw secara istilah adalah model atau tipe

keberagamaan yang mengakibatkan seseorang melenceng dari agama tersebut.11

Guluw merupakan suatu fenomena yang ada pada setiap umat, dan dapat

menghancurkan seluruh umat. Contohnya antara lain adalah kaum yahudi, yang di

dalam sejarah diceritakan terdapat ekstremitas di antara mereka, sehingga

melahirkan terorisme. Mereka telah mendustakan para Nabi dan bahkan sampai

membunuhnya. Dalam berakidah sebagian dari kaum Nasrani juga telah bertindak

guluw, sehingga membangun kepatuhan totalitas kepada para pastor dan pendeta

mereka.12

Dalam bukunya yang berjudul iqāmah al-Hujjah ‘alā anna al-ikhtisār fi

al-‘ibadah, Syekh Abul Hasanat Abdul Hayy al-Lacknawi menjelaskan bahwa

yang termasuk tindakan ekstrem adalah tuduhan melakukan bid’ah terhadap para

ahli ibadah yang memfokuskan diri dalam beribadah.13

Adapun isrāf berasal dari kata al-sarf berarti melampaui ukuran dan batas

dalam setiap perbuatan yang dilakukan manusia. Menurut Mustafa al-Maragi, kata

isrāf maksudnya adalah suatu sifat atau tindakan yang melebihi batas dalam

membelanjakan harta serta tidak sesuai dengan batas naluri, batas ekonomi dan

batas Syar’i. Menurut Quraish Shihab kata isrāf terambil dari kata sarafa yang

berarti melampaui batas kewajaran sesuai dengan kondisi yang bernafkah dan

diberi nafkah. Sifat ini larangan untuk melakukan perbuatan yang melampaui

batas, yaitu berlebih-lebihan dalam hal apapun.14

11Sihabuddin Afroni, “Makna Guluw dalam Islam: Benih Ekstremisme Beragama ” Jurnal

Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, Vol. 1, No. 1 (Januari, 2016): h. Hal. 7. 12Abdullah Machmud Hendropriyono, Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan

Islam (Jakarta: Kompas, 2009), hal. 95. 13Abdullah Machmud Hendropriyono, Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi, dan

Islam, hal. 96. 14 Nurfaziah, “Penafsiran Kata Isrāf dalam Al-Qur’an Menurut Ibnu Katsir dan Al-

Maragi” Skripsi S1 Faultas Ushuluddin, UIN Syarif Kasim (Riau, 2014), Hal. 3.

Page 17: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

6

Lalu pertanyaan yang muncul ialah apakah al-Qurʹan menggunakan

banyak kata untuk menunjukkan satu makna. Sebagaimana diketahui bahwa al-

Qurʹan ini adalah sebuah mukjizat, maka tidaklah mungkin al-Qurʹan

menggunakan beberapa kata yang memiliki makna yang sama, untuk maksud dan

tujuan yang sama pula, ini merupakan sesuatu yang sia-sia, dan pastinya akan

mengurangi sisi kemukjizatan al-Qurʹan dari segi bahasa.

Muhammad Quraish Shihab menjelaskan, bahwa tidak ada dua kata atau

lebih yang memiliki makna yang sama kecuali pasti ada perbedaan maknanya.

Karena al-Qurʹan bagaikan berlian yang memancarkan cahaya dari setiap sisinya.

Gaya bahasa yang tinggi dan penempatannya bukanlah ditempatkan oleh Allah

begitu saja, namun mengandung banyak muatan dan konsep-konsep yang tidak

hanya menunjukkan satu makna, akan tetapi dapat menampung sekian banyak

makna.15

Berangkat dari hal inilah penulis merasa perlu untuk membahas hal ini.

Bagaimana memahami makna kata guluw dan isrāf dalam al-Qurʹan ?

Untuk mempertajam penelitian ini, penulis melakukan kajian pustaka

dengan menggunakan kitab tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ, karena kitab tafsir ini adalah

salah satu kitab tafsir yang bercorak bahasa. Sebagaimana yang dikatakan oleh

Rusydi Khalid dalam artikelnya bahwa metode pendekatan atau corak penafsiran

yang digunakan oleh Abū Ḥayyān dalam kitab tafsir al-Bahr al-Muḥīṭ kebanyakan

memuat masalah kebahasaan khususnya nahwu, juga masalah Qirāʹat, dan

15 Ahmad Toib, “Mutarādif dalam al-Qur’an: Studi Kata Tayyib dan Hasan dalam Tafsir

al-Baḥr al-Muḥīṭ”, h. 4.

Page 18: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

7

masalah fiqh.16 Berlandaskan inilah kitab tafsir ini sangat cocok dijadikan rujukan

utama dalam penelitian ini.

Oleh karena itu penulis terdorong melakukan penelitian skripsi dengan

judul “Sinonim (Mutarādif) dalam al-Qurʹan (Studi Kata Guluw dan Isrāf

dalam Tafsir Al-Baḥr Al-Muḥīṭ).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat banyaknya bentuk kata guluw dan iṣrāf dengan berbagai

derivasinya dalam al-Qurʹan, maka untuk memperjelas dan menghindari

pembahasan yang tidak mengarah pada maksud dan tujuan penulisan skripsi ini,

penulis menginventarisir ayat-ayat al-Qurʹan yang di dalamnya terdapat kata-kata

tersebut, lalu mendapati bahwa makna yang paling menyerupai ialah kata lā taglū

dengan bentuk fi’il nahyi (bentuk kata kerja (التسرفوا) dan lā tusrifū (التغلو)

larangan).

Dari pembatasan masalah yang tercantum diatas maka penulis

merumuskannya, bagaimana sinonim kata guluw dan isrāf menurut Abu Hayyan

dalam kitab tafsir al-Bahr al-Muhit?

C. Tujuan Penelitian

1. Menguraikan definisi sinonim dalam al-Qurʹan

2. Menguraikan kata guluw dan isrāf dalam al-Qurʹan.

3. Menjelaskan makna kata guluw dan isrāf dalam tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ.

16H.M. Rusydi Khalid, ”Al-Baḥr al-Muḥīṭ: Tafsir Bercorak Nahwu Karya Abū Ḥayyān

al-Andalūsī” Jurnal Adabiyah, Vol. 15, No. (2015): h. 180.

Page 19: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

8

D. Manfaat Penelitian

Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk melengkapi penelitian

sebelumnya yang membahas mengenai konsep berlebih-lebihan,17 atau lebih

khusus yang membahas konsep ghuluw dan isrāf dalam al-Qur’an.18

E. Kajian Pustaka

Sepanjang penelitian dan pengamatan yang penulis lakukan, penulis

menemukan beberapa skripsi yang berkaitan dengan skripsi ini :

Nurfaizah19 menulis tentang “Penafsiran kata Isrāf dalam Al-Qur’an

menurut Ibn Katsīr dan al-Maraghi.” Ia menguraikan kata israf dalam al-Qur’an

dengan menggunakan data dari kamus Mu’jam al-Mufahras. Berikutnya Nur

Faizah menjelaskan penafsiran Ibn Katsīr dan al-Maraghi terkait persamaan dan

perbedaan dari kedua kata tersebut. Menurutnya penggunaan kata israf sering

berkaitan dengan makanan atau rizki.

Umi Alifah20 menulis tentang “Makna Tabzir dan Isrāf dalam Al-Qur’an”.

Penulis mengumpulkan berbagai penafsiran khususnya yang bercorak kebahasaan.

Di antara tafsir yang banyak di rujuk olehnya ialah: M. Quraish Shihab, al-

Maraghi, Hamka dan Ibn Katsīr. Dengan penelitian ini penulis memperkuat

17Penelitian terkait berlebih lebihan sering mengacu pada kata israf dan tabzir, diantara

yang membahas ini adalah Umi Alifah, “Makna Tabzir dan Israf dalam al-Qur’an” Skripsi S1

Faultas Ushuluddin (Uin Yogyakarta, 2016). Nurfaizah, Penafsiran kata Israf dan Tabzir menurut

Ibn Katsir dan al-Maraghi” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin (UIN Sultan Syarif Kasim, 2014). 18Sihabuddin Afroni, “Makna Ghuluw dalam Islam: Benih Ekstremisme Beragama”

Jurnal: Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1(Januari 2016): h. 70-85. Dan Ahmad Fauzan, “Ghuluw

(Berlebih lebihan dalam agama): Sebuah Kajian Atas Q.s. al-Nisāʹ/4: 171 dan al-Māʻidah/5: 77 “

Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003 19Nurfaizah, “Penafsiran kata Israf dan Tabzir menurut Ibn Katsir dan al-Maraghi”,

Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Sultan Syarif Kasim (Riau, 2014). 20Umi Alifah, “Makna Tabzir dan Israf dalam al-Qur’an” Skripsi S1 Faultas Ushuluddin,

UIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta, 2016).

Page 20: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

9

pendapat penelitian sebelumnya tentang persamaan dan perbedaan kata tabzir dan

israf dalam al-Qur’an secara makna dan penafsiran. Namun dengan penelitian ini

penulis meyakini bahwa tabzir dapat dipahami juga sebagai dampak dari israf.

Syihabuddin Afroni21 menulis sebuah artikel dengan Judul “Makna

Ghuluw dalam Islam: Benih Extrimisme Beragama”. Data yang digunakan penulis

adalah penafsiran para ulama. Ia mengakomodir beberapa pendapat cendikiawan

modern terkait penafsiran ayat tentang ghuluw. Dengan penelitian ini penulis

meyakini bahwa sikap ghuluw berdampak pada ekstrimisme agama. Bahkan lebih

dari itu sikap ghuluw adalah pangkal dari ekstrimisme itu sendiri.

Menurut Ahmad Fauzan,22 sikap berlebih-lebihan dalam agama (Ghuluw)

mengarah pada segala sesuatu yang dimiliki manusia. Tidak hanya pada aqidah

melaikan pada sikap dan hubungan antara sesama manusia. Ahmad Fauzan

berkesimpulan bahwa ghuluw dan seperangkat kata lain memiliki konsep yang

berbeda, perbuatan ibadah seperti makan dan minum yang berlebihan tidak

dianggap sebagai ghuluw. Karena hal ini tidak membuat sesorang menjadi

musryik.

Aulatun Ni’mah23 membahas mengenai sikap berlebih-lebihan perspektif

hadist. Menurutnya hadist melarang sikap ini dengan berbagai redaksi yang

memiliki beberapa perbedaan. Apabila dibandingkan dengan redaksi yang

digunakan al-Qur’an, redaksi hadits terkait sikap berlebih-lebihan lebih mengarah

pada Isrāf dan tabzir. Sedangkan kata ghuluw menurutnya memiliki beberapa

21Sihabuddin Afroni, “Makna Ghuluw dalam Islam: Benih Ekstremisme Beragama”

Jurnal: Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1(Januari 2016): h. 70-85. 22Ahmad Fauzan, “Ghuluw (Berlebih lebihan dalam Agama): Sebuah Kajian Atas Q.s. al-

Nisāʹ/4: 171 dan al-Māʻidah/5: 77 “ Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif

Hidayatullah (Jakarta, 2003). 23Aulatun Ni’mah, “Larangan berlebih-lebihan dalam perspektif Hadits”, Skripsi S1

Fakultas Ushuluddin, UIN Walisongo (Semarang 2014)

Page 21: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

10

konteks, diantaranya boros dalam memakai harta, dan sikap nekat dalam bertindak

serta melampaui batas.

Dari beberapa penelitian di atas maka penulis mencoba menganalisis kata-

kata yang memiliki makna melampau batas atau berlebih-lebihan, penulis

menemukan hanya dua kata yang benar-benar memiliki kesamaan makna

(mutarādif) yaitu kata guluw dan isrāf. Dan untuk membedakan penelitian ini,

maka penulis menggunakan tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ, karena tafsir ini begitu dalam

penjelasannya ketika membahas aspek kebahasaan. Dengan ini, penulis berharap

bisa menganalisis makna kata guluw dan isrāf dalam al-Qurʹan melalui tafsir al-

Baḥr al-Muḥīṭ.

F. Metodoogi Penelitian

1. Metode

Metode yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah:

a. Metode penelitian kuantitatif, yakni metode yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, sebagai lawannya adalah

eksperimen. Dalam hal ini penulis mencoba untuk mengedepankan

sistematika data dengan kajian telaah pustaka (library research), yaitu

menelusuri dan mengkaji data-data yang berhubungan dengan masalah

penelitian dari sumber-sumber buku.24

24Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.

(Bandung: Alfabeta, 2013). h. 15.

Page 22: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

11

b. Metode deskriptif analisis, yaitu mensistematikakan data atau

keterangan yang terkumpul dalam sebuah penjelasan terperinci disertai

dengan analisis penulis.25

c. Metode telaah pustaka, yakni membaca dan memahami referensi

penelitian, baik itu dari sumber data bersifat primer, maupun sumber

data yang bersifat sekunder.

2. Sumber Data

Sumber data yang akan penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini

terbagi dua:

a. Sumber data primer, yaitu data yang sangat mendukung dan menjadi

pokok pembahasan dalam skripsi ini, atau sumber data utama, yang

dalam hal ini adalah tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ.

b. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang bersifat menunjang

terkait tema yang akan dibahas, sumber data ini dapat berupa buku-

buku, jurnal, karya ilmiah lainnya terkait dengan masalah yang akan

dibahas.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari empat bab, masing-masing bab akan diperincikan ke

dalam subbab, dengan sistematika sebagai berikut :

Bab satu merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,

batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka,

metode penelitian dan teknik penulisan, dan sistematika penulisan. Urgensi bab

ini adalah sebagai landasan dasar pencarian masalah.

25Sudarto. M. Hum, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: PT. raja Grafindo Persada,

2002). h. 62.

Page 23: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

12

Bab dua merupakan gambaran umum tentang sinonim dalam al-Qurʹan,

gamaran umum tafsir al-baḥr al-muḥīṭ, dan gambaran umum tentang kata guluw

dan isrāf. Urgensi Bab ini adalah sebagai pratinjau kata kunci yang akan dibahas

pada bab berikutnya.

Bab tiga merupakan analisis terhadap kata guluw dan isrāf dalam al-

Qurʹan beserta tafsirannya yang terdiri dari kata guluw dalam al-Qur’an,

penafsiran kata guluw dalam tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ, kata isrāf dalam al-Qur’an,

dan penafsiran kata isrāf dalam tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ. Urgensi bab ini adalah

sebagai analisa dari semua kata kunci yang dibahas pada bab sebelumnya, serta

menjawab dari permasalahan yang dibahas pada bab pendahuluan.

Bab Empat merupakan penutup yang berisi kesimpulan yang dilakukan

oleh penulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan saran untuk

melakukan riset lanjutan dari penulis. Urgensi bab ini adalah sebagai jawaban

ringkas dari rumusan masalah yang ada pada bab pendahuluan.

Page 24: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

13

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Sinonim (Mutarādif)

1. Pengertian Sinonim (Mutarādif)

Istilah sinonim atau sinonimi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu onoma

yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Makna harfiahnya adalah nama lain

untuk benda yang sama. Adapun secara leksikal sinonim adalah he fact of two or

more words or expressions having the same meaning (fakta bahwa dua atau lebih

kata atau ungkapan memiliki kesamaan makna).1

Dalam pengertian yang lebih luas dalam kamus linguistik menjelaskan

bahwa sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan

bentuk lain. Kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat,

walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja. Sinonim juga

adalah ungkapan, baik sebuah kata, frase ataupun kalimat yang kurang lebih sama

maknanya dengan suatu ungkapan lain.2

Kata sinonim dalam bahasa Arab adalah al-tarāduf ( اد ر الت

ف ) berasal dari

akar kata ( ف -د -ر ) dan berasal dari fi‘il ( ر د

د ر ي - ف

ف ) yang bentuk masdar-nya

adalah ( د الر

ف ) ialah segala sesuatu yang mengikuti sesuatu lainnya di belakangnya.

Bentuk jama’-nya ( ي اف د الر ), telah dikatakan telah datang rombongan kaum berturut-

turut ( ا اء ج ل ي اف د ر م و ق ) maksudnya ialah bagian satu mengikuti bagian yang lainnya.

Lalu Mutarādif ( ال ر ت اد

ف ) merupakan ism al-Fā‘il dari kata (

اد ر ت

ي –ف

اد ر ت

- ف

اد ر ت

اف ), yang memiliki arti ( اب ت الت ع ) yang berarti saling mengikuti. Pengertian ini

1Rofiq Nurhadi, “Pro Kontra Sinonim dalam al-Qurʹan”, Surya Bahtera: Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Vol 2, No. 04 (2015), h. 2. 2Rofiq Nurhadi, “Pro Kontra Sinonim dalam al-Qurʹan”, hal. 3.

Page 25: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

14

tidak jauh berbeda dengan yang terdapat dalam kamus Lisān al-‘Arab. Kata

mutarādif diartikan “setiap sesuatu yang mengikuti sesuatu yang lain”.3

Makna al-Mutarādif ( ال ر ت اد

ف ) ialah mengendarai sesuatu di belakang

pengendara atau membonceng. Perkataan bagi malam dan siang berurutan, karena

setiap salah satu dari keduanya mengikuti yang lain.4 Maksud dari tarāduf al-

syakhsān ( اد ر ت

ف

الش

ص خ ان ) ialah saling membantu atau gotong royong, dapat

dipahami juga dengan saling mengikuti atau membonceng.5 Al-Tarāduf dilihat dari

sisi istilah tidak ditemukan kesepakatan umum diantara para ulama, akademisi

klasik dan kontemporer. Imam Sibawaih (w. 180 H.) diduga sebagai orang pertama

yang menampakkan penjelasan mengenai tarāduf dalam ilmu bahasa. Ia membagi

konteks hubungan antara lafadz dengan makna, menjadi tiga macam yakni: lafadz-

lafadz yang beraneka ragam dan mempunyai makna yang beraneka ragam pula, satu

lafadz mempunyai aneka makna yang berbeda-beda dan beragam lafadz namun

hanya mempunyai satu makna. Pembagian tersebut disinyalir sebagai awal

munculnya konsep musytarak lafzi dan al-Mutarādif.6

Menurut al-Murtada al-Zabadi (w. 1205 H.) ia mendefinisikan mutarādif

dengan menjadikan banyak nama pada satu hal. Pengertian ini tidak keluar dari

pernyataan yang disampaikan oleh imam Sibawaih dalam klasifikasi hubungan

antara lafadz dengan makna.7 Hal yang berbeda disampaikan oleh al-Suyuti bahwa

mutarādif ialah beberapa dengan satu arti, namun beliau membatasi pada beberapa

kata yang memang mempunyai batasan tertentu, seperti kata al-Insān dengan al-

3Muhammad Ibn Makram Ibn ‘Ali Ibn Manẓur, Lisān al-‘Arab, Vol. 19 (Kairo: Dār al-

Ma’ārif, t.th), h.1625. 4Muḥammad Nūr al-Dīn al-Munajjad, al-Tarāduf fī al-Qurʹān (Beirut: Dār al-Fikr, 1997),

h. 29. 5Emīl Badi’ Ya’qūb, Mausū’ah Ulūm al-Lugāh al-‘Arābiyah, (Beirut: Dār al-Kutūb al-

‘Ilmiyah, 2006), h. 294. 6Nūruddīn al-Munajjad, al-Tarāduf fî al-Qur′ān al-Karīm, h. 30. 7Nūruddīn al-Munajjad, al-Tarāduf fî al-Qur′ān al-Karīm, h. 32.

Page 26: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

15

Basyar dan al-Saif dengan al-Sārim. Kedua kata ini mempunyai batasan dari segi

zat dan sifatnya.8

Mutarādif menurut istilah bahasa adalah beraneka ragamnya kata berjumlah

dua atau lebih dengan disepakati satu makna. Seperti kata ,

ث ي ع , ال ب د , الس س

لا

ة ام س

yang menunjukkan mempunyai satu makna yaitu singa. Begitu juga dengan أ

kata , ام س ح ال ي ان

م ي د , ال ن ه

, ال

ف ي الس memiliki satu makna yaitu pedang. Mutarādif

yaitu lafaẓ bermacam-macam dengan kesesuaian makna. Bangsa Arab adalah

bangsa yang paling kaya bahasa dengan sinonim (mutarādif). Misalnya kata

ف ي الس

memiliki lebih dari seribu nama. Kata د س mempunyai lima ratus nama. Kata لا

ل س ع namanya lebih dari delapan puluh nama.9 ال

Ada yang berpendapat bahwa mutarādif serupa dengan al-Nazāir dan

Musytarak serupa dengan al-Wujūh. Sebenarnya ada sedikit perbedaan antara al-

Musytarak dan al-Wujūh, antara lain al-Wujūh dapat terjadi pada lafadz tunggal dan

dapat juga akibat rangkaian kata-kata, berbeda dengan Musytarak yang tertuju

kepada satu lafadz saja. Ada juga perbedaan antara mutarādif dengan al-Nazāir.

Kendati keduanya serupa, tetapi letak perbedaannya pada kedalaman analisa.

Ketika seseorang berkata insān ا ن (انس ) nazir serupa dengan kata basyar ( ب

رش ),

sekedar berhenti di sana, tidak menganalisa lebih jauh apa kesamaan dan

perbedaannya. Seharusnya ada penjelasan lebih jauh.10

Bagi al-Jurjānī, mutarādif adalah setiap kata yang memiliki satu makna dan

memiliki beberapa nama, dan mutarādif merupakan antonim dari musytarak.11 Lain

halnya dengan al-Suyūṭī yang menyatakan bahwa mutarādif adalah dua kata yang

8Jalāl al-Dīn al-Suyūti, al-Muzhīr fî ‘ulūm al-Lugah wa ‘Anwaā’uhā, (Kairo: Maktabah Dār

al-Turās,) h. 403. 9Amīl Badi’ Ya’qūb, Mausū’ah Ulūm al-Lugāh al-‘Arābiyah, h. 294. 10M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir , ed: Abd. Syakur. DJ, (Tangerang: Lentera Hati,

2015), h. 120. 11Abū al-Ḥasan al-Ḥusaini al-Jurjānī, Kītab al-Ta‘rifāt (Beirut: Dār al-Fikr, 1998 ), h. 138.

Page 27: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

16

memiliki arti serupa atau berdekatan.12 Sementara al-A‘rabi memiliki definisi yang

hampir berbeda. Menurutnya, mutarādif adalah dua kata berbeda yang biasanya

digunakan orang Arab untuk menyebutkan satu nama atau benda yang sama dengan

penggunaan yang berbeda.13 Tampaknya al-A‘rabi membedakan dua kata tersebut

dalam penggunaannya, kendatipun memiliki makna yang sama.

2. Sebab-sebab Munculnya Sinonim (Mutarādif)

Ada beberapa alasan yang menjadikan sejumlah kata memiliki persamaan

makna, antara lain:14

a. Banyaknya kata-kata yang berdialek Arab berpindah ke dialek Quraisy.

Dari sekian banyak kosakata yang banyak jumlahnya, tidak sedikit kata

yang tidak menjadi kehendak dialek Quraisy. Sehingga sampai

menimbulkan persamaan dalam nama-nama, sifat-sifat dan bentuk-

bentuknya.

b. Sumber kosakata yang diambil oleh kamus-kamus berasal dari

bermacam-macam dialek suku (suku Qais, Ailān, Tamīm, Asad, Huzail,

Quraisy, dan sebagian suku Kinānah). Kesempurnaan kamus-kamus

atas kosakatanya bukan berasal dari Quraisy saja. Namun didapati

mayoritas kosakatanya berasal dari bahasa ini.

c. Penulisan kata-kata dalam kamus-kamus banyak yang tidak digunakan

lagi dalam penggunaannya, kemudian tergantikan dengan kosakata yang

lain.

d. Tidak adanya pembeda dalam peletakan kosakata di kamus-kamus

antara makna ḥaqīqī dengan makna majāzī, banyak kosakata yang

12Jalal al-Dīn al-Suyūṭī, al-Muzhīr fî ‘ulūm al-Lugah wa ‘Anwaā’uhā, h. 403. 13Khalid Abd al-Raḥmān al-‘Akk, Uṣūl al-Tafsīr wa Qawā’iduh (Beirut: Dār al-Nafāʹis

1986), h. 271. 14Amīl Badi’ Ya’qūb, Mausū’ah Ulūm al-Lugāh al-‘Arābiyah, h. 299-300.

Page 28: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

17

belum diletakkan pada maknanya yang tepat. Namun kebanyakan

digunakan pada makna majāzī.

e. Banyaknya kata yang berpindah ke dalam makna kata benda yang

sebenarnya menyifatkannya. Seperti kata ي ان م ي

د , ال ن ه

ع , ال اط

ق

ام , ال س ح

ال

merupakan nama-nama

ف ي yang menunjukkan setiap dari (pedang) الس

nama-nama tersebut sesungguhnya ialah sifat-sifat khusus kata

ف ي . الس

kata

ف ي terganti dengan sifat-sifatnya tersebut kemudian الس

menunjukkan bahwa sifat-sifatnya adalah al-saif itu sendiri.

f. Sesungguhnya banyak dari kosakata yang hakikatnya bukan benar-

benar sama. Akan tetapi setiap darinya memiliki keadaan yang khusus

kemudian menunjukkan perbedaan konteks yang dimiliki setiap kata

sehingga terlihatlah perbedaannya antara satu dengan lainnya. Seperti

kata kerja ج د , ح ظ ح

ق , ل م ا, ر

ن ن , ر

ف

ش . Dari sekian kata kerja tersebut

menunjukkan persamaan pada kata kerja ر ظ

yang (melihat) ن

sesungguhnya memiliki ciri khasnya masing-masing yakni memiliki

konteks yang berbeda. Ramaqa menunjukkan pada penglihatan yang

menggunakan kedua mata. Laḥaẓa menunjukkan pada memandang dari

samping telinga atau melirik. Hadaja bermakna melihat dengan cara

terbelalak. Syafana menunjukkan pada cara melihat dengan takjub. Dan

ranā adalah cara memandang dengan kedamaian atau keterangan.

g. Banyak lembaran-lembaran dalam kitab-kitab bahasa Arab masa

lampau yang ditulis dengan tulisan Arab (khat al-‘Arabi) yang terbebas

dari tanda atau sykl (harakat).

Page 29: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

18

3. Pro Kontra Para Ulama Terhadap Sinonim (Mutarādif) dalam Al-Qur′an

Pandangan para ahli tafsir terkait mutarādif dalam al-Qurʹan dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu pandangan yang menetapkan adanya

mutarādif dalam al-Qurʹan dan pandangan yang menetapkan tidak adanya

mutarādif dalam al-Qurʹan. Secara teologis kedua pandangan ini bisa dicarikan

alasannya. Di antaranya, bila dikaitkan dengan sifat kemahatahuan Zat yang

menciptakannya,. Kalangan pro mutarādif mengapresiasi banyaknya kata dengan

satu makna sebagai bagian dari kemukjizatan al-Qurʹan dari segi keindahan

sastranya. Sedangkan kalangan kontra mutarādif menganggap banyaknya kata

hanya dengan satu makna itu bertentangan dengan kemukjizatan al-Qurʹan dari sisi

keluasan hikmahnya. Allah yang Maha Tahu dan Maha Luas Ilmu-Nya tidak

mungkin menciptakan banyak kata hanya dengan satu makna saja, bervariasinya

simbol tentu dimaksudkan membedakan makna.15

Pandangan yang menetapkan adanya mutarādif dalam al-Qurʹan di

antaranya didasarkan pada:16

a. Mutarādif dipahami sebagai sab‘ah al-aḥruf

Riwayat al-Bukhari dalam Ṣaḥih al-Bukhari kitāb faḍāil al-Qur’an bāb

unzila al-Qur’an ‘ala sab’ah al-aḥruf. Bahwasanya Rasulullah brsabda

“sesungguhnya al-Qurʹan ini diturunkan atas tujuh macam bacaan (sab‘ah al-aḥruf)

maka bacalah apa yang termudah darinya”.

Mayoritas ulama mengatakan bahwa sab‘ah al-aḥruf adalah tujuh bahasa

atau dialek dalam bahasa Arab yang memiliki satu makna.17 Al-Zarkasyi

berpendapat bahwa yang dimaksud dengan mutarādif adalah kata yang terdapat

15Rofiq Nurhadi, “Pro Kontra Sinonim dalam al-Qurʹan”, h. 8. 16Al-Munajjad, al-Tarāduf fī al-Qurʹān (Beirut: Dār al-Fikr, 1997), h. 109. 17Mannā’ Khalīl al-Qaṭṭān, Mabāhits fī ‘Ulūm al-Qurʹān (Kairo: Maktabah Wahbah, 2000),

h. 158.

Page 30: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

19

dalam tujuh dialek Kabilah Arab dan memiliki arti sama. Seperti kata aqbil,

ḥalumma, dan ta‘al. Lebih lanjut, Al-Zarkasyi menguatkan pendapatnya dengan

menyitir ayat al-Qurʹan in kānat illā ṣaiḥatan wāḥidah,18 dalam dialek lain dibaca

in kānat illā zaqīyan wāḥidah. Demikian juga dengan ayat ka al-‘ihn al-manfūsy19

yang dalam dialek lain dibaca ka al-ṣauf al-manfūsy.20

Sesuai dengan perkembangannya, enam dialek dari sab‘ah al-aḥruf dihapus

dan ditetapkan menjadi satu dialek sebagai patokan mushaf Usmani, yaitu dialek

Quraisy. Namun jika yang dimaksud dengan sab’ah al-aḥruf adalah tujuh dialek

dari berbagai suku Arab, maka sab’ah al-aḥruf tidak dapat digolongkan sebagai

mutarādif.

b. Mutarādif dipahami sebagai taukīd

Sebagian ulama tafsir memahami mutarādif sebagai taukīd, karena dalam

taukīd ada pengulangan kata yang memiliki makna sama (al-taukīd bi al-alfāẓ al-

murādif). Ini sebagaimana ayat dalam al-Qurʹan “wa jā‘a rabbuka wa al-malak

ṣaffan ṣaffān”.21 Kata ṣaffan ṣaffān diulang dua kali dengaan menunjuk pada makna

yang sama, yaitu “berbaris-baris”. Taukīd dengan pengertian pengulangan kata

terkadang juga dipisah dengan huruf ‘aṭaf. Seperti dalam surat Ṭāhā ayat 112:

ضما ه

ل ما و ل ظ

اف

خ ي

ل

ن ف م

ؤ و م ه ت و

ح ل ن ٱلص ل م عم ن ي م و

Dan barang siapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan

beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil

(terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya

Taukīd model seperti ayat di atas dinamakan taukīd ma‘nawī, Kata ẓulmān

dan haḍmān itu memiliki arti yang saling berdekatan.

18Al-Qurʹan, 36 (Yāsīn): 29. 19Al-Qurʹan, 101 (al-Qāri‘ah): 5 20Badr al-Dīn Muhammad Ibn ‘Abdillah al-Zarkasyī, al-Burhān fī ‘Ulūm al-Qurʹān, Vol.

1 (Beirut: Dār al-Fikr, 1972), h. 228. 21Al-Qurʹan, 89 (al-Fajr: 22)

Page 31: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

20

c. Mutarādif dipahami sebagai mutasyābih

Selain dari sab’ah al-aḥruf dan taukīd, ada pendapat yang mengatakan

bahwa mutarādif dalam al-Qur’an itu berupa tasyābuh, yaitu satu kisah yang

diceritakan dalam banyak bentuk dalam al-Qur’an.22 Ini seperti dalam surat al-

Baqarah ayat 36:

ا نه ن ع يط

ا ٱلش م ه

ل ز

أ الخ . . .ف

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu. . .

Dalam bentuk yang lain diungkapkan dengan redaksi yang lain, seperti

dalam surat al-A‘rāf ayat 20:

...الخ ن يط

ا ٱلش م ه

س ل سو و

ف

Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya. . .

Bagi al-Suyūṭī, adanya beberapa kata yang memiliki makna sinonim tidak

menjadi persoalan, jika disebabkan faktor perbedaan bahasa atau dialek.23 Yang

menjadi persoalan adalah ketika makna sinonim tersebut bukan karena faktor

perbedaan bahasa, atau hanya karena faktor perbedaan kecil saja dalam pengujaran.

Makna sinonim muncul dapat disebabkan fenomena tidak adanya indra bahasa dan

ketidakmampuan untuk menentukan dan membatasi makna kalimat itu sendiri, atau

karena faktor lain yang tidak substansial.24

Sementara kelompok yang mengingkari adanya mutarādif dalam al-Qurʹan

melihat bahwa susunan kata yang digunakan al-Qurʹan dalam setiap ayatnya

memiliki karakteristik yang berbeda dan tidak bisa diganti dengan kata lain

walaupun maknanya sama, sebab setiap susunan redaksi ayat-ayat al-Qurʹan

22Al-Zarkasyī, al-Burhān fī ‘Ulūm al-Qurʹān, Vol. 1, h. 43. 23Al-Suyūṭī, al-Muzhir fī al-‘Ulūm al-Lugah, h. 405. 24Aḥmad Ibn Fāris, al-Ṣāḥibī fī Fiqh al-Lugah al-‘Arabiyyah wa Masāʹilihā wa Sunan al-

‘Arab fī Kalāmihā (Mesir: Dār al-Ma‘ārif t.th), h. 8.

Page 32: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

21

terdapat keserasian dan keindahan di dalamnya. Seperti kata raib dalam surat al-

Baqarah ayat 2:

ين ق ت م

ل دى ل ه

يه يب ف ر

ب لت ك

ك ٱل ل

ذ

Kitab (al-Qurʹan) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka

yang bertakwa

Kata raib di dalam ayat tersebut tidak dapat diganti dengan kata syakka

sehingga menjadi lā syakka fīh. Demikian pula dengan kata tatlū dalam surat al-

Ankabūt ayat 48:

إ ك ين م

ي ۥ ب ه ط

خ

ت

ل ب و

ت ن ك ۦ م ه بل ن ق م

وا

تل

نت ت

ا ك م و

ون ل بط

اب ٱل

رت

ا ل

ذ

Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-Qurʹan) sesuatu Kitab pun

dan kamu tidak (pernah) menulis sebuah Kitab dengan tangan kananmu,

andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang

yang mengingkari(mu).

Kata tatlū di dalam ayat tersebut tidak dapat diganti dengan kata taqraʹ

sehingga ayat tersebut berubah menjadi wamā kunta taqraʹ min qablihi min kitāb.

Di samping itu, ada spesifikasi makna tertentu dari dua kata yang dianggap sama

maknanya. Seperti dalam surat al-Fāṭir ayat 35 :

ا ل يه ا ف ن س م ي

ل ب و ص

ا ن يه ا ف ن س م ي

ۦ ل ه ضل

ن ف ة م

ام ق ار ٱل ا د ن

ل ح

ي أ ذ

وبٱل

غ

Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-

Nya, di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu"

kata al-Naṣb dan al-Lugūb memiliki makna yang sama, akan tetapi memiliki

keutamaan masing-masing.

Al-Aṣfahānī berpendapat bahwa setiap kata yang memiliki makna yang

sama di dalam al-Qurʹan tidak dapat disamakan sepenuhnya. Hal ini dikarenakan

susunan kata dalam al-Qurʹan selain memiliki kekhususan dalam setiap maknanya,

juga memiliki arti yang berbeda dengan yang lainnya, di samping itu kata tersebut

memiliki kesesuaian dalam susunannya. Karyanya yang berjudul Mu‘jam Mufradāt

Page 33: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

22

li Alfāz al-Qurʹān didedikasikan untuk menjelaskan beberapa kata yang dianggap

mirip maknanya dalam al-Qurʹan.25

Beberapa ulama kontemporer juga tidak sedikit yang memiliki pandangan

yang sama dengan al-Aṣfahānī, di antaranya ialah Abd al-Raḥmān al-Akk, Mannā’

Khalīl al-Qaṭṭān, dan ‘Āisyah bint al-Syāṭi’. Al-Akk berpendapat bahwa dalam al-

Qur’an tidak ada kata-kata yang sama kecuali memiliki makna dan maksud yang

berbeda.26 Hal ini senada dengan pendapat al-Qaṭṭān yang mengatakan, “sesuatu

yang dianggap sinonim (mutarādif) dalam al-Qurʹan sejatinya bukanlah sinonim,

seperti kata al-khasyyah, kata ini lebih dalam maknanya dari pada kata al-khauf.27

Bint al-Syāṭi‘ dalam al-I‘jāz al-Bāyānī li Alfāz al-Qurʹān wa Masāil Ibn al-

Azraq secara tegas mengkritik ulama yang sejak lama disibukkan oleh perdebatan

seputar eksistensi sinonim (mutarādif) di dalam al-Qurʹan sehingga melahirkan

banyak pendapat. Kitab al-Iʹjāz al-Bayāni ini diuji untuk memecahkan perbedaan

itu dengan menjelaskan makna filosofis kata yang tidak bisa digantikan dengan kata

lain yang dinilai sebagai sinonimnya.28

Menurut Bint Syāṭi′, konsep mutarādif dalam al-Qurʹan sebagaimana

konsep ziyādah dalam huruf, mengundang pertanyaan dari perspektif bayānī,

apakah dua kata yang memiliki makna yang sama mengandung pengertian bahwa

salah satu dari keduanya tidak bermakna lagi, atau mengapa Tuhan memfirmankan

dua kata yang memiliki makna yang sama? Bukankah itu menunjukkan bahwa

penggunaan kata yang tidak efisien. Jika demikian, mungkinkah Tuhan

memfirmankannya. Karena itu sejak awal Bint Syāṭi‘ menolak konsep huruf

25Al-Rāgib al-Aṣfahānī, Mu‘jam Mufradāt li Alfāz al-Qurʹān (Beirut: Dār al-Fikr, 2008),

h. 7. 26Al-‘Akk, Uṣūl al-Tafsīr wa Qawā‘iduh, h. 271. 27Al-Qaṭṭān, Mabāhits fī ‘Ulūm al-Qurʹān, h. 194. 28‘Āisyah ‘Abd al-Raḥmān bint Syāṭi‘, al-I‘jāz al-Bāyānī li Alfāz al-Qurʹān wa Masāil Ibn

al-Azraq (Kairo: Dār al-Ma‘ārif, 1971), h. 209.

Page 34: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

23

ziyādah dan konsep makna sinonim (mutarādif), karena hanya akan mengurangi

i‘jāz bayānī dalam al-Qurʹan.29

B. Gambaran Umum Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ

1. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkap Abū Ḥayyān pengarang kitab Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ adalah

Abū ‘Abdillah Aṡīruddin Muḥammad ibn Yūsuf ibn ‘Alī ibn Ḥayyān al-Gharnaṭī

al-Jayyānī al-Nifzī al-Andalūsī.30 Beliau lahir di kota Granada pada akhir bulan

Syawwāl 654 H (1256 M) dan wafat kota Kairo pada tahun 745 H (1344 M).31

Beliau adalah seorang ulama besar dalam beberapa disiplin ilmu seperti Hadis,

Tafsir, Bahasa Arab, Qirāʹat, Adab, Sejarah, dan Naḥw Ṣarf. Abū Ḥayyān diberi

gelar ustāż al-mufassirīn (guru besar para mufassir), dan juga syaikh al-nuḥāt (guru

para ahli naḥw). Sejak kecil beliau telah belajar membaca al-Qurʹan dan

menghafalnya dibawah bimbingan Syaikh al-Khaṭīb ‘Abd al-Ḥaqq ibn ‘Alī. Setelah

itu ia berguru kepada al-Khaṭīb Abū Ja‘far ibn al-Ṭiba. Beliaupun belajar aneka

qirāʹat pada al-Ḥāfiz Abū al-Ḥusain ibn Abd al-‘Azīz ibn Abī al-Ahwasy (w. 705

H) di Maliqah.32

Abu Ḥayyān merupakan ulama yang berwawasan luas dan suka

mengembara demi menuntut ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu keislaman.

Beliau berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain untuk belajar pada ulama

terkenal. Ia belajar hadis di Andalusia dan Afrika. Ia belajar ilmu Qirāʹat kepada

‘Abd al-Nāṣir ibn ‘Alī al-Maryūṭī di Iskandariah. Ia belajar tentang kitab-kitab

29Bint Syāṭi‘, al-I‘jāz al-Bāyānī li Alfāz al-Qurʹān wa Masāil Ibn al-Azraq, h. 412. 30Muḥammad Ḥusain al-Żahabī, al-Tafsīr wa al-Mufassirūn, Juz 1 (Kairo: Maktabah

Wahbah, 1995), h.325. 31Ḥasan Yūnus Ḥasn Ubaid, Dirāsah wa Mabāhits fī Tārikh al-Tafsīr wa Manḥaj al-

Mufassirīn (Kairo: Markaz al-Kitāb wa al-Nasyr, t.th), h. 128. 32Muhammad Rusydi Khalid, “al-Baḥr al-Muḥīṭ: Tafsir bercorak Nahwu Karya Abū

Ḥayyān al-Andalūsī”, Jurnal Adabiyah, Vol 15, No. 2 (2015), h. 1.

Page 35: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

24

Adab (sastra) kepada Abū Ṭāhir Ismā‘īl ibn Abdullah al-Mulayji dan Syaikh Bahāʹ

al-Dīn ibn al-Nahhās di Mesir. Guru-guru tempatnya berguru dari satu kota ke kota

lain berjumlah sekitar 450 orang, sedangkan yang memberinya Ijazah sekitar

seratus orang.33

Di antara guru-guru Abū ḥayyān adalah:34

a. Aḥmad ibn Ibrāhīm ibn Zubair ibn Ḥasan ibn al-Ḥusain al-Tsaqafī al-

Asyimī. Beliau seorang yang ahli dalam bidang hadis, naḥw, uṣūl, dan

adab. Abū Ḥayyān banyak mengutip pendapat Aḥmad ibn Ibrāhīm

dalam tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ

b. Al-Ḥusain ibn ‘Abd al-‘Azīz ibn Muḥammad ibn ‘Abd al-‘Azīz ibn

Muḥammad al-Imām Abū ‘Alī ibn al-Aḥwās al-Qarsyī. Beliau seorang

yang fāqih, ahli hadis, ahli naḥw dan banyak menyusun buku yang

berkaitan dengan qirāʹat

c. ‘Alī ibn Muḥammad ibn ‘Abd al-Raḥīm al-Khasynī

d. Muḥammad ibn ‘Alī ibn Yūsuf al-‘Allāmah Raḍī al-Dīn Abū Abdillah

al-Anṣarī al-Syātibī

e. Muḥammad ibn Ibrāhīm ibn Muḥammad ibn Abī Naṣr

f. Syaikh al-Khaṭīb ‘Abd al-Ḥaqq ibn ‘Alī

g. Al-Khaṭīb Abū Ja‘far ibn al-Ṭiba

33Rusydi Khalid, “al-Baḥr al-Muḥīṭ: Tafsir bercorak Nahwu Karya Abū Ḥayyān al-

Andalūsī”, h. 2. 34Muhammad Hasdin Has, “Karakteristik Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ: Telaah Metodologi

Penafsiran Abū Ḥayyān al-Andalūsī”, Jurnal Shautut Tarbiyah, Vol 27, No. 18 (2012), h. 45.

Page 36: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

25

Adapun di antara murid-murid Abū Ḥayyān adalah :35

a. ‘Alī ibn ‘Abd al-Kāfī ibn ‘Alī ibn Tamām ibn Yūsuf ibn Mūsa ibn Hāmis

ibn Yaḥya ibn ‘Umar ibn ‘Usmān ibn ‘Alī ibn Siwār ibn Sālim al-Subkī

b. Muḥammad ibn ‘Abd al-Birr ibn Yaḥya ibn ‘Alī ibn Tamām Bahāʹ al-

Dīn

c. Aḥmad ibn Yūsuf ibn ‘Abd al-Dāim ibn Muḥammad al-Halabī Syihāb

al-Dīn

d. Abdullah ibn ‘Abd al-Raḥmān ibn Abdullah ibn Muḥammad ibn ‘Āqil

al-Qarsyī.

2. Metode Tafsir

Metode yang digunakan oleh Abū Ḥayyān dalam tafsirnya adalah metode

tahlīlī, yaitu metode penafsiran al-Qurʹan ayat demi ayat sesuai dengan susunannya

dalam mushaf. Mulai surat al-Fātihah sampai al-Nās semuanya ditafsirkan secara

berturut-turut secara rinci dan lengkap. Metode ini telah digunakan oleh para

mufassir sejak masa kodifikasi tafsir, yang oleh sementara ahli diduga dimulai oleh

al-Farra‘ (w. 207 H) sampai tahun tahun 1960. 36

Dalam mengumpulkan data, Abū Ḥayyān banyak menggunakan metode

riwāyah yang dalam hal ini adalah al-Qurʹan dan hadis-hadis nabi sehingga tafsir

ini masuk dalam kaategori tafsir bi al-ma’sūr. Abū Ḥayyān menyebutkan hadis

yang betul-betul dari nabi maupun dari sahabat dan tābi‘īn yang ṡiqqah. Akan tetapi

beliau tidak menyebutkan dari mana sumber hadis tersebut, malah pada sebagian

tempat beliau tidak menyebutkan rāwi hadis sehingga besar kemungkinan ada

beberapa hadis ḍaīf yang dipakai dalam menafsirkan ayat. Di samping tafsir ini

35Hasdin Has, “Karakteristik Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ: Telaah Metodologi Penafsiran Abū

Ḥayyān al-Andalūsī”, h. 45. 36Muhammad Quraish shihab, membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1995), h. 112.

Page 37: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

26

dikategorikan sebagai tafsir bi al-ma’sūr, juga dikategorikan sebagai tafsir bi al-

ra’yi. Hal ini bisa dilihat dari metode Abū Ḥayyān dalam menjelaskan i‘rāb ayat

demi ayat secara rinci sehingga secara sepintas ketika dibaca tafsir ini seperti buku

i‘rāb.37

Dalam menganalisis sebuah ayat, Abū Ḥayyān memilih satu ayat menjadi

beberapa bagian. Misalnya ketika menafsirkan māliki yaumi al-dīn, dipilah

menjadi tiga bagian mālik, yaum, dan al-dīn. Kemudian setiap kata tersebut

ditafsirkan tersendiri. Setelah penafsiran kata perkata dalam sebuah ayat sudah

lengkap Abū Ḥayyān menjelaskan makna ayat dengan terlebih dahulu menyebutkan

asbab al-nuzūl, i‘rāb, dan qirāʹat-nya, akan tetapi terkadang juga beliau

mengelompokkan beberapa ayat dalam satu kelompok kemudian dijelaskan ayat-

ayat tersebut dengan tetap mengutamakan aspek kebahasaan. Misalnya

mengelompokkan dari ayat 104 sampai 113 dari surat al-Baqarah. Setelah

pengelompokkan ini barulah beliau menjelaskan makna setiap kalimat dari setiap

ayat secara rinci. Dan surat-surat yang pendek hanya dikelompokkan dalam satu

kelompok setelah itu beliau tafsirkan.38

Ada beberapa teknik interpretasi yang digunakan oleh Abū Ḥayyan dalam

menafsirkan al-Qur’an:

1. Interpretasi Tekstual

Yaitu interpretasi dengan menggunakan teks al-Qurʹan dan hadis.39

Misalnya surat al-Baqarah ayat 36 ا و ذ

ق ا اد ن ل

خ ه ا هذ و ل

ال ي ر ق

. . .ة , kata

ال ي ر ق

ة dalam

ayat ini banyak ditafsirkan oleh para ulama dengan penafsiran yang berbeda-beda.

37Hasdin Has, “Karakteristik Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ: Telaah Metodologi Penafsiran Abū

Ḥayyān al-Andalūsī”, h. 48. 38Hasdin Has, “Karakteristik Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ: Telaah Metodologi Penafsiran Abū

Ḥayyān al-Andalūsī”, h. 49. 39Abdul Muin Salim, Metodologi Tfasir: Sebuah Rekonstruksi Epistimologi Memantapkan

Keberadaan Ilmu Tafsir Sebagai Disiplin Ilmu (Ujung Pandang: 1999).

Page 38: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

27

Akan tetapi penafsiran yang paling rājiḥ (unggul) yaitu dengan melihat ayat lain

yang ada hubungannya dengan ayat ini yaitu dalam surat al-Māidah ayat 21 , د ا

خ او ل

ر ا ض

ال ق د س

. . . ة . Jadi kata

ا

ي ر لق

ة dalam surat al-Baqarah ditafsirkan dengan Bait

al-Maqdis sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Māidah ayat 21.

2. Interpretasi Linguistik

Yaitu interpretasi dengan menggunakan pengertian dan kaedah-kaedah

kebahasaan.40 Teknik ini mencakup semantik etimologis yang membahas arti dari

struktur dasar bahasa Arab. Semantik morfologis ialah makna yang diperoleh

berdasarkan bentuk taṣrīf lafẓ, misalnya kata ض ف

ت ل

م ك dalam surat al-Baqarah ayat

47 dijelaskan dengan mengemukakan struktur dasar kata ل ض ف

ل yang fi’il-nya ال ض

ف

. Begitupula kata ال ض ف

ل

ة yang berasal dari fi‘il

ف ل ض . Kemudian kedua bentuk ini

dijelaskan sesuai dengan makna yang diperoleh berdasarkan bentuk taṣrīf lafẓ.

Semantik leksikal yaitu makna yang diperoleh dari kamus. Misalnya ketika Abū

Ḥayyān menafsirkan ayat 76 dari surat al-Raḥmān:

ك ت ان م س خ ح

ر ي بق ع ضر و

فخ خ ر

ف ر

ى ين ع

Mereka bersandar pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani

yang indah

Ketika menafsirkan kata ر ر ف

ف beliau berpedoman pada makna yang

diperoleh dari kamus. Bahwa yang dimaksud dengan kalimat ini adalah tempat

yang bagus dan lapang, atau bisa berarti taman surga yang penuh dengan

kenikmatan dan kebaikan.41

40Abdul Muin Salim, Metodologi Tafsir: Sebuah Rekonstruksi Epistimologi Memantapkan

Keberadaan Ilmu Tafsir Sebagai Disiplin Ilmu (Ujung Pandang: 1999). 41Abū Ḥayyān al-Andalusī, al-Baḥr al-Muḥīṭ, Juz VIII (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah,

1993), h. 197.

Page 39: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

28

3. Interpretasi Sosio Historis

Ialah penafsiran dengan menggunakan riwayat mengenai kehidupan sosial

politik dan kultural bangsa Arab pada saat turunnya al-Qurʹan, dengan kata lain ayat

ditafsirkan berdasarkan asbāb al-nuzūl.42 Interpretasi ini ditempuh dengan

mengemukakan asbāb al-nuzūl suatu ayat yang ingin ditafsirkan apabila ayat

tersebut turun berdasarkan satu peristiwa. Misalnya Abū Ḥayyān ketika

menafsirkan surat al-Muzammil maka terlebih dahulu beliau mengemukakan asbāb

al-nuzūl ayat ini. Dijelaskan bahwa ayat ini turun ketika Rasulullah sedang

menyendiri di Gua Hira tiba-tiba beliau didatangi oleh malaikat jibril

menyampaikan wahyu pertama. Ketika Rasulullah pulang menemui istrinya

Khadijah beliau minta diselimuti seraya berkata زملوني زملوني , maka turunlah ayat

ini ياايها الزمل.

4. Interpretasi Logis

Ialah interpretasi dengan menggunakan prinsip-prinsip logika dalam

menafsirkan sebuah ayat. Misalnya firman Allah SWT:

ن ۦ م ه ب ر ج

خ

أ ء ف

ا ء م

ا م ن ٱلس ل م نز

أ ء و

ا ن ب

ء ا م ٱلس ا و

ش ر رض ف

م ٱل

ك

ل ل ع ي ج ذ

ٱل

ون م

عل

م ت نت

أ ادا و ند

ه أ

ل ل

وا

ل جع

ت

ل

ف

م

ك

ا ل

زق ت ر

ر م ٱلث

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai

atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan

dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu

janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu

mengetahui

Dalam ayat ini Allah memulai dengan menyebutkan langit, kemudian hujan

dan terakhir tumbuhan. Abū Ḥayyān kemudian menjelaskan bahwa dalam ayat ini

42Abū Ḥayyān, al-Baḥr al-Muḥīṭ, Juz VIII, h. 197.

Page 40: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

29

ada sebab akibat. Dari sebab adanya langit yang mengeluarkan air hujan sehingga

tumbuhlah tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan rezeki bagi manusia.43

5. Interpretasi Sistemik

dengan kata lain interpretasi ini bisa dipahami dengan munāsabah

(keterkaitan) ayat yang satu dengan ayat yang lainnya atau munāsabah surat dengan

surat yang lain. Contohnya ketika Abū Ḥayyān mengaitkan ayat 20 dan 21 dari surat

al-Ḥadīd. Dalam ayat 20 disebutkan bahwa di akhirat nanti ada magfirah yang

dijanjikan oleh Allah, maka di ayat 21 Allah memerintahkan kita berlomba-lomba

untuk meraih mag firah itu melalui iman, amal shaleh dan ketaatan. Begitu juga

keterkaitan antara satu surat dengan surat yang lain. Misalnya ketika Abū Ḥayyān

menafsirkan surat al-Taḥrīm, beliau terlebih dahulu mengemukakan adanya

keterkaitan surat ini dengan surat sebelumnya yaitu surat al-Ṭalāq. Dalam hal ini

beliau mengemukakan bahwa pada surat sebelumnya (al-Ṭalāq) telah disebutkan

beberapa hukum yang berkaitan dengan istri-istri orang mukmin, maka dalam surat

al-Taḥrīm Allah SWT menyebutkan sebagian hukum-hukum yang berlaku pada

istri-istri Rasul.44

3. Corak Tafsir

Pendekatan yang paling dominan digunakan dalam tafsir ini adalah

pendekatan lugawī (bahasa), kemudian pendekatan fiqh. Dalam menggunakan

pendekatan bahasa beliau banyak menukil penafsiran al-Zamakhsyarī dan Ibn

Atiyyah. Yang mana kedua mufassir tersebut cenderung menafsirkan al-Qur’an

dengan pendekatan kebahasaan. Al-Zamakhsyarī misalnya, ia banyak menyikap

keindahan bahasa al-Qur’an dan ketinggian unsur balagah-nya melalui pendekatan

43Hasdin Has, “Karakteristik Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ: Telaah Metodologi Penafsiran Abū

Ḥayyān al-Andalūsī”, h. 50. 44Hasdin Has, “Karakteristik Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ: Telaah Metodologi Penafsiran Abū

Ḥayyān al-Andalūsī”, h. 450.

Page 41: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

30

ilmu al-Ma’ānī, ilmu al-Bayān, ilmu Naḥw, dan Ṣarf. Al-Zamakhsyarī berpendapat

bahwa untuk menyikap kandungan al-Qurʹan maka yang paling penting untuk

dikuasai adalah ilmu bahasa Arab dengan berbagai macam cabang-cabangnya.45

Sementara dalam menggunakan pendekatan fiqh, Abū Ḥayyān ketika

menafsirkan ayat-ayat hukum beliau menyebutkan pendapat sahabat dan tabi‘īn.

Begitupula beliau menukil pendapat dari imam mażhab yang empat, Abū Hanīfah,

Mālik, Syāfi‘ī dan Aḥmad. Akan tetapi karena pada saat itu di Andalusia banyak

menganut mazhab Mālikī sehingga dalam mengistimbatkan hukum ia banyak

berpedoman pada mażhab Mālikī. Namun setelah ia meninggalkan Andalusia ia

berpindah ke mażhab Al-Syāf‘ī.46

4. Sistematika Penafsiran

Dalam menafsirkan al-Qurʹan, terkadang Abū Ḥayyān menyebutkan satu

ayat secara langsung kemudian ditafsirkan, dan terkadang juga ia mengelompokkan

dua atau beberapa ayat dalam satu kelompok, kemudian ia menguraikan semua ayat

yang telah dikelompokkan itu dengan penjelasan yang rinci. Mulai dari makna

mufradat, i’rāb, asbāb al-nuzūl apabila ayat tersebut dilandasi oleh sebab

diturunkannya dan selanjutnya dijelaskan makna dan kandungan dari ayat

tersebut.47

Ada satu hal yang menarik dari tafsir ini adalah banyaknya syair-syair Arab

yang digunakan oleh Abū Ḥayyān dalam menjelaskan ayat sekalipun tidak

disebutkan sumber syair tersebut. Kemudian beliau menjelaskan yang menjadi

syawāhid dalam syair tersebut. Contoh ketika Abū Ḥayyān menafsirkan surat al-

45Muṣṭafa al-Ḍawī al-Juwainī, Manhaj al-Zamakhsyarī fī Tafsīr al-Qur’ān wa Bayān

I’jāzih (Kairo: Dār al-Ma’ārif, t.th), h. 77. 46Abū Ḥayyān, al-Baḥr al-Muḥīṭ, Juz 1, h. 57. 47Hasdin Has, “Karakteristik Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ: Telaah Metodologi Penafsiran Abū

Ḥayyān al-Andalūsī”, h. 51.

Page 42: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

31

Baqarah ayat 173. Kata al-mayyitah dalam ayat tersebut dijelaskan dengan

mengemukakan syair Arab terlebih dahulu:

ي ل م س م ن ات

ف اس

ر ت م ب اح

ي ا تخم ن

ا الي م ت

ي ت اء ي ح ا

Bukan orang mati itu orang yang istirahat karena kematiannya, akan tetapi

orang mati adalah orang yang telah mati perasaan malunya

Setelah itu barulah beliau menjelaskan makna dan arti sesungguhnya kata

al-mayyitah dalam ayat itu.

C. Gambaran Umum Kata Guluw dan Isrāf

1. Pengertian Kata Guluw

Secara bahasa, guluw bermakna : "Hal yang melewati batas atau

hal-hal yang berlebih-Iebihan."48 Dalam kamus kontemporer, lafaz-lafaz

guluw sernakna dengan ifraṭ, taṭarruf yang artinya keterlaluan (perbuatan),

hal yang melampaui batas.49 Guluw secara bahasa juga bermakna

menambahkan, meninggikan, dan melampaui batas serta kadar ukuran yang

biasa pada segala sesuatu, atau berlebihan padanya, seperti kalimat “ghola

fiddin wal amru yaghlu” kalimat ini artinya adalah melampaui batas.50

Sedangkan guluw menurut istilah syara' ialah perbuatan atau sikap

yang keterlaluan, berlebih-lebihan dalam memuliakan atau meninggikan

derajat seseorang sehingga ditempatkan pada kedudukan yang bukan

semestinya.51

Maksudnya, janganlah kalian mengangkat derajat makhluk

48Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progrcssif, 1997), h.

1015. 49Alabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdiar, Kamus Komtemporer Arab-Indonesia,

(Yogyakarta: Yayasan Ali Makmur Pondok Pcsantren Krapyak, 1996), h. 1357. 50Abul Fadal Jamaluddin Muhammad bin Makram bin Manzur al-Afriqi al-Misri, Lisan al-

Arab, jilid 15 (Beirut : Dar al-Ṣādir, t.th) h. 131-132. 51Mansur Said, Bahava Syirik dalam Islam. (Jakarta: Pustaka Panjimas. 1996), h. 97.

Page 43: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

32

melebihi kedudukan yang telah ditetapkan Allah, karena jika berbuat demikian

berarti telah menetapkan pada kedudukan yang tidak sepatutnya dimiliki oleh

selain Allah. Atau dapat juga dikatakan bahwa guluw ialah melampaui

batas-batas syariat baik berupa amal atau keyakinan.52

Al-Qur′an, hadis, dan bahasa menunjukan bahwa guluw artinya

melampaui batas dan kadar (ukuran). Sehingga setiap orang yang mengatakan

kenabian untuk orang yang bukan Nabi, atau menuhankan manusia, atau

mengakui kepemimpinan seseorang yang bukan pemimpin, maka ia layak

untuk dikatakan bahwa ia telah melakukan guluw.

Dengan demikian, dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa guluw

merupakan suatu sikap berlebih-lebihan seseorang dalam memposisikan

makhluk lain baik dengan amal perbuatan maupun keyakinan.

2. Pengertian Kata Isrāf

Kata isrāf berasal dari bahasa arab yang merupakan isim masdar dari kata

asrafa-yusrifu-isrāfan ( ا

ف ر -س

ر فس ا -ي

اف ر س ا ), yang berarti berlebih-lebihan,

melampaui batas, pemborosan, dan menghambur-hamburkan harta.53

Di dalam kamus kontemporer disebutkan bahwa kata isrāf bermakna

pemborosan. Kata isrāf berasal dari kata sarafa yang artinya suatu hal yang

melampaui batas, ketidaksengajaan, dan kekeliruan.54

Kata asrafa berarti melampaui batas. Para ulama membedakan antara isrāf

dan tabżīr dengan menyatakan bahwa tabżīr berkaitan dengan kadar pemberian,

52Muhammad Afifuddin, "Guluw dalam Dien". Majalah Salafy. edisi VII,

(Yogyakarta: Yayasan as-sunnah, 1996), h. 40. 53Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzurriyyah,

19..), h. 168. 54Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Yogyakarta:

Multi Karya Grafika, 2003), h. 308.

Page 44: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

33

dalam arti memberi melebihi kadar yang seharusnya diberikan, sedangkan isrāf

adalah memberi siapa saja yang seharusnya tidak diberi. Oleh karena itu, pelaku

tabżīr dinilai lebih sedikit keburukannya oleh sementara orang, dibandingkan

dengan pelaku isrāf.55

Kata al-isrāf secara bahasa bisa berarti kesalahan. Contohnya, ketika

seorang Arab pedalaman yang ingin menemui suatu kaum ia berkata, “ṭalabtukum

fasariftukum”, artinya “aku telah mencari kalian namun aku salah mendatangi

tempat”.56

Imam Abu Ja’far menyebutkan di dalam kitab tafsirnya, Ath-Thabari,

bahwa di dalam kitab tafsir al-Qurthubi disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

isrāf yaitu memakan makanan yang haram. Hal ini juga dijelaskan oleh Ibnu Abu

Hatim di dalam tafsirnya.57

Di dalam skripsinya Aris Muh. Syadzili disebutkan bahwa menurut

Mustafa al-Khairi, kata isrāf bermakna jauh dari keseimbangan atau kesederhanaan,

baik dalam urusan harta maupun urusan duniawi lainnya.58

55M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an vol. 12,

h. 209. 56Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi jilid 15, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h.

276. 57Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari jilid 11, h. 31. 58Aris Muh. Syadzili, Konsep Israf dalam Tafsir al-Qur’an al-Azim Karya Ibnu Katsir,

Skripsi, h. 33.

Page 45: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

34

BAB III

ANALISIS KATA GULUW DAN ISRĀF

A. Kata Guluw dengan Berbagai Derivasinya dalam Al-Qur′an

Kata guluw dalam al-Qur′an hanya disebutkan sebanyak dua kali, kata

guluw tersebut disebutkan hanya dalam bentuk fi‘il nahyi (kata kerja larangan).

Adapun ketika kata guluw menjadi fi‘il nahyi maka akan menjadi lā taglū.

1. Q.S Al-Nisā′: 171

ى سيح عيس ما ٱل إن

حق ٱل

ه إل

ى ٱلل

عل

وا

قول

ت

م ول

في دينك

وا

لغ

ت

ب ل

كت

هل ٱل

أي

ٱبن مريم ف

نه

ى مريم وروح م إل

ها ى

ق

للمتهۥ أ

ه وك

رسول ٱلل

ه ورسله ول

بللل

امنوا

ل

د

هۥ ول

ون ل

ن يك

نهۥ أ

سبح

حد

ه و

ه إل

ما ٱلل إن

م

ك

يرا ل

خ

ٱنتهوا

ة

ثل ث

وا

قول

ي ا فهۥ مت

ه وكيلى بللل

ف

رض وك

ت وما في ٱل و م ٱلس

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan

janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.

Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan

(yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada

Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada

Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu)

tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya

Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak,

segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah

menjadi Pemelihara.

2. Q.S Al-Māidah: 77

في وا

لغ

ت

ب ل

كت

هل ٱل

أل ي

بل ق

من ق

وا

د ضل

وم ق

ء ق

هوا

أ

ا بعو

ت ت

ول

حق ير ٱل

م غ

دينك

بيل ء ٱلس عن سوا

وا

ثيرا وضل

ك

وا

ضل

وأ

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui

batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu

mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum

kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan

(manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus".

Page 46: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

35

B. Kata Isrāf dengan Berbagai Derivasinya dalam Al-Qur′an

Kata isrāf dengan berbagai derivasinya disebutkan sebanyak 23 kali dalam

al-Qur′an. Di antaranya dalam bentuk fi‘il māḍī sebanyak 2 kali. Dalam bentuk fi‘il

nahyi sebanyak 2 kali. Dalam bentuk fi‘il muḍāri‘ sebanyak 2 kali. Dalam bentuk

isim maṣdar sebanyak 2 kali. Dalam bentuk isim fā‘il sebanyak 15 kali.

1. Kata isrāf dalam bentuk fi‘il māḍī

Q.S Ṭāha: 127

من بم يؤ

ول

سرف

جزي من أ

لك ن

ذ

د ووك

د

خر أ

ا ٱل

عذ

ه ول

ر ى ايبق

أ

Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak

percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu

lebih berat dan lebih kekal.

Q.S Al-Zumar: 53

نفسهم أ

ى عل

وا

سرف

ذين أ

عبادي ٱل

ل ي

فر ق

ه يغ

ه إن ٱلل

حمة ٱلل من ر

وا

قنط

ت

ل

حيم فور ٱلرغ

هۥ هو ٱل إن

و جميعا

ن ٱلذ

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri

mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.

Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya

Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

2. Kata isrāf dalam bentuk fi‘il nahyi

Q.S al-An‘ām: 141

رع ل وٱلزخ وٱلن

ير معرود

وغ

عرود م

جنأ

نش

ذي أ

هۥ وهو ٱل

لكتلفا أ

مخ

هۥ ي حقوا

مر وءات

ث أ

امره إذ

من ث

وا

لبه ك

ش

ير مت

بها وغ

ش

ان مت م يتون وٱلر م ووٱلز

سرفين يحب ٱل

هۥ ل إن

ا و

سرف

ت

حصاده ول

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak

berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam

buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak

sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila

dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan

disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan

Page 47: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

36

Q.S al-A‘rāf: 31

ل

م عند ك

تك

زين

وا

ذ

بني ءادم خ يحب ي

هۥ ل إن

ا و

سرف

ت

ول

وا ر

وٱد

وا

لمسجد وك

سرفين ٱل

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)

mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan

3. Kata isrāf dalam bentuk fi‘il muḍāri‘

Q.S al-Isrā′: 33

ه نا لولي

د جعل

ق

وما ف

لتل مظ

ومن ق

حق

بلل

ه إل

م ٱلل تي حر

فس ٱل ٱلن

وا

قتل

ت

ول

هۥ تل إنق

ي ٱل

يسرف ف

ل

نا ف

ط

ان منصورا سل

ك

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan

barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi

kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui

batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat

pertolongan

Q.S al-Furqān: 67

واما لك ق

ان بين ذ

وك

روا

م يقت

ول

وا

م يسرف

ل

قوا

نف

أ

اذين إذ

وٱل

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak

berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-

tengah antara yang demikian

4. Kata isrāf dalam bentuk isim maṣdar

Q.S al-Nisā′: 6

إن اح ف

ك

ٱلن وا

غ

ا بل

إذ

ى مى حتيت

ٱل

وا

وٱبتل

هم

ل مو

يهم أ

إل

ا عو

لدف

دا ف

نهم رد

ستم م ءان

يلقيرا ف

ان ف

ومن ك

يستعفف

لا ف

ني ان غ

ومن ك

بروا

ن يك

دارا أ ا و

إسراف

وها

لكأ ت

ول

ل أك

ل مو

يهم أ

عتم إل

ا دف

إذ

ف

عروف

ه حسيبابلل

ى بللل

ف

وك

يهم

عل

هدوا

د

أ هم ف

Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.

Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai

memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan

janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan

Page 48: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

37

(janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka

dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia

menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang

miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian

apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu

adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah

Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).

Q.S al-Imrān: 147

داق

أ

ب ا وث

مرن

نا في أ

نا وإسراف و

ننا ذ

فر ل

نا ٱغ ر

وا

ال

ن ق

أ

هم إل

ول

ان ق

نا موما ك

فرين ك

وم ٱل

ق

ى ٱل

ا عل

وٱنصرن

Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa

kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami

dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang

kafir"

5. Kata isrāf dalam bentuk isim fā‘il

Q.S Gāfir: 28

ن من م

ؤ ال رجل م

د وق

ه وق

ي ٱلل

ن يقول رب أ

ون رجل

قتل

تنهۥ أ تم إيم

ءال فرعون يك

م بعض ا يصبك

ذبهۥ وإن يك صادق

يه ك

عل

ذبا ف

وإن يك ك

م

ك

من رن بي

م بلل

ءك

جا

ذي ي ٱل

ه ل

إن ٱلل

م

ا يعدك

ذ

ك

هدي من هو مسرف

Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir´aun

yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh

seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah padahal dia

telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari

Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung

(dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian

(bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu".

Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas

lagi pendusta

Q.S Gāfir: 34

ا إذ

ى م به حتءك

ا جا م

م ك

تم في د

ما زل

ف

ن بي

بل بلل

من ق

م يوسف

ءك

د جا

ق

ول

ه من بعده ٱلل

ن يبعث

تم ل

لك ق

ه هل

لك يضل ٱلل

ذ

ك

رسول ا

رت م

من هو مسرف

Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa

keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa

Page 49: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

38

yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata:

"Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya. Demikianlah

Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu

Q.S al-Māidah: 32

ساد في ٱل

و ف

فس أ

ير ن

ا بغ فس

تل ن

هۥ من ق ن

ءيل أ

ى بني إسرتبنا عل

لك ك

جل ذ

ض رمن أ

ءتهم د جا

ق

ول

اس جميعا حيا ٱلن

أ

ما ن

أك

حياها ف

اس جميعا ومن أ تل ٱلن

ما ق ن

أك

ف

نون رسل

سرف

رض ل

لك في ٱل

نهم بعد ذ

ثيرا م م إن ك

ث

ن بي

ا بلل

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:

barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu

(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka

bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan

barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-

olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan

sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan

(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara

mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat

kerusakan dimuka bumi

Q.S al-A‘rāf: 81

م هو

جال د

ون ٱلر تتأ

م ل

ك ونإن

سرف وم م

نتم ق

ء بل أ

سا

ن دون ٱلن

Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada

mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang

melampaui batas

Q.S Yāsīn: 19

ئن ذ

م أ

عك م م

ئرك

ط

وا

ال

ون ق

سرف وم م

نتم ق

م بل أ

رت

ك

Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri.

Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya

kamu adalah kaum yang melampui batas"

Q.S al-An′ām: 141

هۥ لكتلفا أ

رع مخ ل وٱلز

خ وٱلن

ير معرود

وغ

عرود م

جنأ

نش

ذي أ

وهو ٱل

هۥ ي حقوا

مر وءات

ث أ

امره إذ

من ث

وا

لبه ك

ش

ير مت

بها وغ

ش

ان مت م يتون وٱلر م ووٱلز

سرفين حصاده يحب ٱل

هۥ ل إن

ا و

سرف

ت

ول

Page 50: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

39

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak

berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam

buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak

sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila

dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan

disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan

Q.S al-A‘rāf: 31

يحب

هۥ ل إنا و

سرف

ت

ول

وا ر

وٱد

وا

ل مسجد وك

ل م عند ك

تك

زين

وا

ذ

بني ءادم خ ي

سرفين ٱل

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)

mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan

Q.S Yūnus: 12

هۥ مر فنا عنه ضر

شا ك م

لئما ف

او ق

اعدا أ

و ق

ا لجنبه أ

ر دعان ن ٱلض نس

ا مس ٱل

وإذ

ون ك

يعمل

وا

ان

مسرفين ما ك

ن لل

لك زي ذ

هۥ ك س م

ى ضر إل

م يدعنا

ن ل

أ

Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam

keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan

bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-

olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya

yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu

memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan

Q.S Yūnus: 83

وإن يفتنهم

يهم أ

ن فرعون ومل

وف م ى خ

ومه عل

ن ق

م ة ي

ر ذ

إل

ى وس ءامن ل

ما

ف ن

سرفين ن ٱل

هۥ ل رض وإن

عال في ٱل

فرعون ل

Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda

dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir´aun dan pemuka-

pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir´aun itu

berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk

orang-orang yang melampaui batas

Page 51: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

40

Q.S al-Anbiya: 9

سرفين نا ٱل

ك

هل

ء وأ

ا

ش

هم ومن ن

نجين

أوعد ف

هم ٱل

نم صدق

ث

Kemudian Kami tepati janji (yang telah Kami janjikan) kepada mereka.

Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki dan

Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas

Q.S al-Syu‘ara: 151

سرفين مر ٱل

أ

ا طيعو

ت

ول

dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas.

Q.S Gāfir: 43

في ٱلدهۥ دعو

يس ل

يه ل

ني إل

دعون

ما ت ن

جرم أ

ه ل

ى ٱلل

إل

ان ن مرد

خر وأ

في ٱل

يا ول

ن

ار ب ٱلنصح

سرفين هم أ

ن ٱل

وأ

Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku (beriman) kepadanya

tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di

akhirat. Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya

orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka

Q.S al-Zukhruf: 5

ر صفحا أ

ك

م ٱلذ

نضر عنك

ف

سرفينأ وما م

نتم ق

ن ك

Maka apakah Kami akan berhenti menurunkan Al-Quran kepadamu, karena

kamu adalah kaum yang melampaui batas

Q.S al-Dukhān: 31

سرفين ن ٱل

ان عاليا م هۥ ك إن

من فرعون

dari (azab) Fir´aun. Sesungguhnya dia adalah orang yang sombong, salah

seorang dari orang-orang yang melampaui batas

Page 52: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

41

Q.S al-Zāriyāt: 34

مسرفين ك لل

عند ر مة سو م

yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang yang

melampaui batas".

Dari pemaparan ayat-ayat di atas maka penulsi menemukan bahwa titik

temu antara kedua kata guluw dan isrāf adalah pada fi‘il nahyi karena kedua kata

tersebut dalam bentuk fi‘il nahyi terdapat dalam al-Qur′an. sehingga penulis hanya

membatasi kata guluw dan isrāf hanya yang berbentuk fi′il nahyi.

C. Penafsiran Kata Guluw dalam Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ

Kata guluw ( و ل di dalam al-Qurʹan dengan bentuk fi’il nahyi (bentuk kata (غ

kerja larangan) disebutkan sebanyak 2 kali.1

1. Al-Nisa: 171

ى سيح عيس ما ٱل إن

حق ٱل

ه إل

ى ٱلل

عل

وا

قول

ت

م ول

في دينك

وا

لغ

ت

ب ل

كت

هل ٱل

أبن ٱ ي

ف

نه

ى مريم وروح م إل

ها ى

ق

للمتهۥ أ

ه وك

ومريم رسول ٱلل

قول

ت

ه ورسله ول

بللل

امنوا

ا

د

هۥ ول

ون ل

ن يك

نهۥ أ

سبح

حد

ه و

ه إل

ما ٱلل إن

م

ك

يرا ل

خ

ٱنتهوا

ة

ثلو ث م هۥ ما في ٱلس

ت ل

هى بللل

ف

رض وك

وكيل وما في ٱل

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas)

dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali

yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan

Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya

kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu

kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan:

"(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.

Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari

mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.

Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.

Penafsiran Abū Ḥayyān:

1Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu‘jam al-Mufahras lī alfāẓi al-Qurʹān al-Kārīm

(Mesir: Matba’ah Dār al-Kutub al-Misriyyah, 1364 H), h. 504.

Page 53: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

42

ال ، ولابن، وق

ون: لا

وت يقول

ال

هم يعتقدون الث إن

صارى، ف ة الن جمهور: في عام

ال

عنى: . وال

حد جاوز ال

صارى، نهاهم عن ت يهود والن

. وقيل: في ال ه واحد

قدس إل

وروح ال

ذي أ

م ال

مروا في دينك

أ

ل، ول

ضل

ى دينهم ال

إل

ار

د

يس لا

ون به، ول و

لتم مط

ن

لق. وغ

ل

ط

ى لا

ه عل

في دين الل

و لغ

رك ال

مروا بت

ما أ ، وإن

و ليه دون غ

بوت عل

بالث

سيح عل

ال

يهود في حط

ال

لده، وغ

ير رد

ودا لغ

ته مول

جعل

ته حيث

زل

م عن من

ل يه الس

ا كتا خط

هل ال

ه: يا أ

ول

ن ق

هر أ

ذي يظ

ها. وال

وه إل

جعل

صارى فيه حيث الن

جا ا أ

ية. ول

صارى، بدليل آخر لا ون في للن

ذين يبالغ

يهود ال

به ال

ى عن د

عال

ه ت

الل

عوا ى اد سيح حت عظيم ال

ون في ت

ط

ر ذين يف

صارى ال مر الن

في أ

ذ

خ

سيح أ

ى ال

عن عل

الط

عوا. 2فيه ما اد

Jumhur ulama berkata: secara umum orang-orang Nasrani meyakini konsep

trinitas. Allah SWT melarang orang-orang yahudi dan nasrani agar tidak

melampaui batas. Adapun maksud di dalam agama kalian adalah agama

yang kalian anut. Secara mutlak Allah memerintahkan agar tidak berlebih-

lebihan dalam agama. Orang-orang Yahudi dianggap berlebih-lebihan

dalam agamanya karena mereka menganggap bahwa kelahiran nabi Isa itu

bukanlah termaksud dari petunjuk Allah. Orang-orang Nasrani dianggap

berlebih-lebihan dalam agamanya karena mereka menggap bahwa Nabi Isa

adalah Tuhan. Secara jelas ayat ini adalah jawaban Allah atas orang-orang

Yahudi yang mencela atas kelahiran Nabi Isa. Ayat ini juga jawaban dari

Allah atas sikap orang-orang Nasrani yang mengagung-agungkan Nabi Isa

secara berlebih-lebihan.

Pada ayat ini Abu Hayyan menafsirkan kata guluw yaitu berlebih-lebihan

dalam aspek keyakinan, dalam hal ini ialah pengingkaran orang-orang Yahudi

terhadap kenabian Nabi Isa dan keyakinan orang-orang Nasrani bahwa Nabi Isa

adalah Tuhan. Menurut Abu Hayyan ini merupakan sesuatu yang berlebih-lebihan

dan dalam hal ini disebut dengan guluw.

2. Al-Maidah: 77

موا

د ضل

وم ق

ء ق

هوا

أ

ا بعو

ت ت

ول

حق ير ٱل

م غ

في دينك

وا

لغ

ت

ب ل

كت

هل ٱل

أل ي

بل نق

ق

عن سووا

ثيرا وضل

ك

وا

ضل

بيل وأ ء ٱلس

ا

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui

batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu

2Abū Ḥayyān al-Andalusī, al-Baḥr al-Muḥīṭ, Juz III (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah,

1993), h. 416.

Page 54: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

43

mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum

kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan

(manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus".

Penafsiran Abū Ḥayyān:

حاضرين كتا ال

هل ال

اهره نداء أ

ظ

حق ير ال

م غ

وا في دينك

لغ

ت

كتا ل

هل ال

ل يا أ

ق

ىه صل

ول في زمان رسول الل

ق

ا سبق ال

ناول من جاء بعدهم. ول

م، ويت

يه وسل

ه عل

الل

ين. في الد

و لغ

هي عن ال ان في الن

ريق

ف

صارى، جمع ال باطيل الن

يهود وأ

باطيل ال

أ

و الغ

وهو ال

حق ير ال

تصب غ

راد وان

يه، بل ال

ين هنا ما هم عل

راد بالد يس ال

باطل، ول

ل

ان: ولين غ

و في الد لغ

: ال ري

ش

مخ ال الز

ى وعيس ى. ق ذي جاء به موس

حق ال

ين ال

الد

تائقه ويف

ن يفحص عن حق

، وهو أ و حق

لحصيل غ

باعد معانيه ويجتهد في ت

ش عن أ

ن يجاوز و باطل وهو أ

لوحيد، وغ عدل والت

هل ال

مون من أ

لتك

ما يفعل ال

حججه ك

به ك

باع الش

ة وات

دل

عراض عن لا

اه بال حق ويتعد

بدع ال

هواء وال

هل لا

ما يفعل أ

بدع عنده هم أ

هواء وال

هل لا

ة، وأ

زل

عت

ال

ة ئم

وحيد هم أ عدل والت

هل ال

تهى. وأ

هلان

ة، و ن . ومالسة

زل

عت

من عدا ال

ار ن

ك

يهود إن

ال

و له. ن غ

ه الل ن

هم فيه أ

عاؤ

ى، واد عيس بو

حد آلهةه أ ن

ه، وبعضهم أ

ه الل ن

اد بعضهم فيه أ

م من اعتق د

ق

صارى ما ت الن

و ل ومن غ

يرا غ و

لي: غ

ة أ

ف

ى الص ير هنا عل

تصا غ

ة. وان

ث

ل

ها ث ن

ى أ

هب إل

بعد من ذ

. وأ

حق ال

بعوه. اتحق ف

كن ال

ره: ل

د ناء ويق

ها استث ن

ى أ

هب إل

، ومن ذ صل ناء مت

3استث

Wahai ahli kitab janganlah kalian berlebih-lebihan (melampaui batas)

dengan cara tidak benar dalam agamamu. Secara jelas ayat ini adalah seruan

kepada Ahli kitab yang ada pada zaman Rasulullah dan juga Ahli kitab

setelah mereka. Tatkala dahulu ada perkatan yang mengatakan tentang

kekeliruan orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka terbentuklah dua

kelompok terkait larangan atas guluw (berlebih-lebihan) dalam agama.

Adapun yang dimaksud agama adalah agama yang dibawa oleh Nabi Musa

dan Isa. Guluw (berlebih-lebihan) dalam agama itu ada dua, yaitu guluw hak

dan guluw batil. Guluw hak adalah sikap selalu mecari kebenaran-

kebenaran dari agama dan mencari alasan-alasan atas kebenaran tersebut

sehingga menghasilkan sebuah kebenaran-kebenaran yang bisa mereka

gunakan sebagai hujjah mereka, seperti yang dilakukan oleh para

mutakallim yaitu mereka yang merupakan golongan Mu’tazilah. Sedangkan

guluw batil adalah sikap berlebih-lebihan terhadap kebenaran yang ada dan

mengikuti sesuatu yang hujjah-nya belum jelas, seperti yang dilakukan oleh

golongan ahli bid’ah dari golongan ahli sunnah dan selain golongan

mu’tazilah. Adapun guluw yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi adalah

sikap mereka yang mengingkari atas kenabian Nabi Isa. Sedangkan guluw

yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani adalah sikap mereka yang terlalu

3Abū Ḥayyān, al-Baḥr al-Muḥīṭ, Juz III, h. 546-547.

Page 55: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

44

mengagung-agungkan Nabi Isa sehingga menggap Nabi Isa adalah salah

satu dari Tuhan mereka yang tiga.

Pada ayat ini Abu Hayyan menafsirkan kata guluw tidak jauh berbeda

dengan ayat yang sebelumnya. Guluw pada ayat ini juga bermakna berlebih-lebihan

dalam aspek keyakinan. Pada ayat ini Abu Hayyan menafsirkan kata guluw ialah

berlebih-lebihannya orang-orang Mu’tazilah yang menganggap bahwa sesuatu

berlebihan yang dilakukan oleh orang-orang Ahli Sunnah dalam hal ibadah

merupakan sebuah bid’ah.

D. Penafsiran Kata Isrāf dalam Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ

Kata iṣrāf (

di dalam al-Qurʹan dengan bentuk fi’il nahyi (bentuk kata (اسراف

kerja larangan) disebutkan sebanyak 2 kali.4

1. Al-A’raf: 31

يحب

هۥ ل إنا و

سرف

ت

ول

وا ر

وٱد

وا

ل مسجد وك

ل م عند ك

تك

زين

وا

ذ

بني ءادم خ ي

سرفين ٱل

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)

mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan

Penafsiran Abū Ḥayyān:

حريم وا في ت

سرف

ت

يضا ل

ال أ

لاستواء، وق

روج عن حد خ

ال

سراف

اس: لا ال ابن عب

ق

تان سرفصل

ك خ

تأط

خ

ما أ

بس ما دئ

وال

ل ما دئ

يضا: ك

ال أ

م، وق

ك

حل ل

ما أ

ال ابن ز، وق

ة

ل من ومخيل

ك لا

سراف

اج لا ج ال الز

حرام، وق

ل ال

ك أ

سراف

يد: لا

مر أ

ة

ف

ال

مخ

سراف

راك، وقيل: لا

د

لا

سراف

: لا اتل

ال مق

حاجة، وق

وق ال

ل ف

حل

ال

قون ويصف يصف

وافهم عرا

ه في ط

ل الل

حل

يس في ال

يضا: ل

اس أ ال ابن عب

رون، وق

صد ق

ل ال

حل

: يريد في ال

ة ال ابن عطي

ي، ق عاص

ا ال

في ارتك

رف ما الس إن

سرف

4Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu‘jam al-Mufahras lī alfāẓi al-Qurʹān al-Kārīm, h.

349.

Page 56: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

45

س بفعل بلقا فيمن ت

لرف مط هي عن الس ي الن قتض

ت

ة

فظ

ب والل

لل ت و

تأ

سه به حرام ف

ى ى فيه عل

إن مش

س بفعل مباح ف ب

ليه ومن ت

هي عل ه الن وج

سرفين وت

حصل من ال

يضا منرر حصل أ ل الض

ى دخ حت

رط

ف

حسن وإن أ

مور ف

وساط لا

صد وأ

ق

ال

سرفين 5ال

Ibnu Abbas berkata: isrāf adalah keluar dari batasan yang telah ditentukan.

Beliau juga berkata janganlah berlebih-lebihan dalam mengharamkan

sesuatu yang Allah halalkan. Ibnu zaid berkata: yang dimaksud isrāf adalah

memakan sesuatu yang haram. Zajāj berkata isrāf adalah memakan sesuatu

yang halal melebihi yang dibutuhkan. Muqātil berkata isrāf adalah

menyekutukan Allah. Dikatakan pula bahwa isrāf adalah bertentangan

dengan perintah Allah. Ibnu Abbas berkata bahwa isrāf itu tidak ada pada

perkara yang halal. Sesungguhnya isrāf itu pada perkara maksiat kepada

Allah.

Pada ayat ini Abu Hayyan menafsirkan kata isrāf dengan banyak makna.

Isrāf bisa berlebih-lebihan dalam mengharamkan sesuatu yang Allah halalkan.

Isrāf juga bisa bermakna memakan sesuatu yang halal melebihi dari yang

dibutuhkan. Isrāf juga bisa bermakna menyekutukan Allah.

2. Al-An’am: 141

هلكتلفا أ

رع مخ ل وٱلز

خ وٱلن

ير معرود

وغ

عرود م

جنأ

نش

ذي أ

ۥ وهو ٱل

هۥ ي حقوا

مر وءات

ث أ

امره إذ

من ث

وا

لبه ك

ش

ير مت

بها وغ

ش

ان مت م يتون وٱلر م ووٱلز

سرفين يحب ٱل

هۥ ل إن

ا و

سرف

ت

حصاده ول

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak

berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam

buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak

sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila

dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan

disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan

5Abū Ḥayyān, al-Baḥr al-Muḥīṭ, Juz IV, h. 292.

Page 57: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

46

Penafsiran Abū Ḥayyān:

مر ا أ

سرفين ل

يحب ال

ه ل وا إن

سرف

هى عنول ت

ه، ن

إيتاء حق ل من ثماره وك ى بال

عال

ت

ل فيه يدخ

سراف ف

راد لا

ن إف هي يتضم ا الن

وا وهذ

سرف

ت

ال: ل

ق

ف

حد مجاوز ال

يء ل

ى منها ش يبق

ى ل مر حت

ل الث

ك في أ

سراف

ة بها حتلا

دق في الص

سراف

ا ، ولا

ك ى لز

ة بجميع ال

دق عالية وابن جريج بالص

بو ال

ده أ ي

يئا وق

لعياله د

يبقي لنفسه ول

ال ل

ال ابن جرياس. وق ى الن

عل

ل

ه ك

ى هو وعيال

يبق

ل ف

كيأ

ل ف

ك هي في لا

يضا: هو ن

ج: أ

عصية. وقيل: في ة في ال

ق

ف هي عن الن

: هو ن هري ال الز

جب فيه. وق

ى ما ت

يبق

ى ل حت

رك

ش

ال

ما صرف

رض ، ك

تتي اف

جهة ال

ير ال

ى غ

ة إل

دق صنامصرف الص

ى جهة أ

هم. ون إل

اب بن ن ث

اس أ ائد. وروي عن ابن عب ذ الز

خ

ة عن أ

دق ى الص

عاملين عل

هي لل

وقيل: ن

هرك ل

م يت

سمها في يوم واحد ول

ة وق

لخ

ة ن

مسمائ

خ

اس جذ م

يس بن د

يئا ق

له د

م يزل ل بن جبل ف

معاذ

ه، وعن ابن جريج جذ

لوا ك

عط

ت

ي ل

وا أ

سرف

ول ت

زل

نف

ون وا يعط

ان

عالية: ك

بو ال

ال أ

وا. وق

سرف

ت

ل

زل

نم يبق منها ديئا ف

ى ل ق حت يتصد

يئا عند

بيس دبو ق

ان أ

و ك

: ل ال مجاهد

. وق

زل

نوا ف

سرف

أتماروا فيه ف

اذ ف

جذ

ال

ق درهما واحدا في معصية ف

نو أ

ا ول

ن مسرف

م يك

ه ل

اعة الل

ه في ط

ق

ف

نأهبا ف

لرجل ذ

ال إا. وق

ان مسرف

ه ك

.الل

هو سرف

ه ف

مر الل

ل ما جاوزت فيه أ

: ك

6ياس بن معاوية

Janganlah kalian berlebih-lebihan karena Allah tidak menyukai orang-

orang yang berlebih-lebihan, ayat ini ialah dalam konteks ketika Allah

memerintahkan untuk memakan buah-buahan dengan tidak berlebih-

lebihan sampai tidak tersisah buah yang untuk dizakatkan. Dan isrāf yang

dimaksud ialah berlebih-lebihan dalam bersedekah sehingga tidak tersisah

untuk dirinya dan keluarganya. Ibnu Juraij berkata isrāf juga bermakna

berlebih-lebihan dalam makan sampai tidak tersisa sesuatu yang diwajibkan

dalam makanan tersebut. Al-Zuhrī berkata isrāf yang dimaksud adalah

larangan untuk saling membantu dalam kemaksiatan. Dikatakan juga bahwa

isrāf yang dimaksud adalah bersedekah dalam perkara yang tidak diridoi

Allah, seperti sedekahnya orang-orang musyrik untuk patung-patung yang

mereka sembah. Dikatakan pula ini adalah larangan bagi orang-orang yang

bersedekah agar tidak berlebih-lebihan atau melampaui batas dalam

bersedekah. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa asbāb al-nuzūl ayat ini

adalah suatu ketika Sābit ibn Qais menyedekahkan 500 dirham hartanya

dalam satu hari lalu ia tidak menyisahkan apapun untuk keluarganya maka

turunlah ayat ini. Mujāhid berkata jika Abū Qais menyedekahkan seluruh

hartanya di jalan Allah maka itu tidaklah disebut isrāf (berlebih-lebihan),

dan walaupun ia hanya menyedekahkan satu dirham untuk bermaksiat maka

itu bisa dikatakan isrāf. Iyās ibn Mu’awiyah mengatakan bahwa setiap

6Abū Ḥayyān, al-Baḥr al-Muḥīṭ, Juz IV, h. 240.

Page 58: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

47

sesuatu yang melebihi dari standard perintah yang Allah tetapkan maka itu

disebut isrāf.

Pada ayat ini Abu Hayyan menafsirkan kata isrāf tidak jauh berbeda dengan

ayat sebelumnya. Beliau menafsirkan bahwa makna kata isrāf ialah berlebih-

lebihan dalam memakan sesuatu, sampai tidak tersisah yang untuk dizakatkan. Isrāf

juga bermakna menyedekahkan harta dengan cara yang berlebih-lebihan sampai

tidak tersisah untuk dirinya dan keluarganya.

E. Kata Guluw dalam Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ

Setelah melakukan penelusuran terhadap kata guluw dalam al-Qur’an dan

mencari penafsirannya dalam tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ, maka penulis menemukan

bahwa kata guluw memiliki beberapa makna. Diantaranya ialah guluw bermakna

belebih-lebihan dalam meyakini sesuatu. Pada konteks ini adalah pengingkaran

orang-orang Yahudi terhadap kenabian Nabi Isa dan keyakinan orang-orang

Nasrani yang meyakini bahwa Nabi Isa adalah Tuhan.

F. Kata Isrāf dalam Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ

Setelah melakukan penelusuran terhadap kata isrāf dalam al-Qurʹan dan

mencari penafsirannya dalam tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ, maka penulis menemukan

bahwa kata isrāf memiliki beberapa makna. Isrāf bisa bermakna berlebih-lebihan

dalam mengharamkan sesuatu yang Allah halalkan. Isrāf juga bisa bermakna

memakan sesuatu yang halal akan tetapi melebihi dari yang dibutuhkan. Isrāf juga

bisa bermakna belebih-lebihan dalam memakan sesuatu sehingga tidak tersedia

sesuatu yang untuk dizakatnya. Isrāf juga bisa bermakna bersedekah dengan cara

berlebih-lebihan sehingga tidak tersisah sesuatu untuk dirinya dan keluarganya.

Page 59: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

48

G. Perbedaan kata Guluw dan Isrāf

Dari analisa yang telah penulis lakukan, maka penulis mendapatkan bahwa

kata guluw dan isrāf memiliki perbedaan. Kata guluw maknanya lebih condong

untuk sesuatu yang berlebih-lebihan dalam segi keyakinan. Sedangkan kata isrāf

yaitu sesuatu yang berlebih-lebihan dalam aspek yang lebih umum, tidak hanya

dalam aspek keyakinan melainkan juga pada aspek kehidupan sehari-hari, baik

yang berkaitan dengan diri sendiri maupun berkaitan dengan apa yang dimilki.

Page 60: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

49

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sinonim (mutarādif) dalam al-Qurʹan adalah setiap kata yang memiliki

makna yang sama, akan tetapi tidak dapat disamakan sepenuhnya. Hal ini

dikarenakan susunan kata dalam al-Qurʹan selain memiliki kekhususan dalam

setiap maknanya, juga memiliki arti yang berbeda dengan yang lainya, di samping

itu kata tersebut memiliki kesesuaian dalam susunannya.

Abū Ḥayyān menafsirkan kata guluw adalah segala sesuatu yang berkaitan

dengan berlebih-lebihan dalam urusan berkeyakinan. Sedangkan beliau

menafsirkan kata isrāf tentunya berbeda dengan makna guluw, karena makna isrāf

sendiri adalah berlebih-lebihan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang timbul dari

diri sendiri maupun dengan segala sesuatu yang ia miliki.

B. Saran-saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini, penulis sangat menyadari

bahwa penelitian ini jauh dari kata cukup apalagi sempurna. Sehingga penulis yakin

bahwa penelitian ini meninggalkan banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya.

Karena itu penelitian ini sesungguhnya tidak dapat dikatakan telah selesai, masih

banyak hal yang dapat dikaji dari penelitian ini lebih dalam lagi. Di antaranya yaitu

pengkajian secara mendetail mengenai kata-kata yang dianggap bersinonim di

dalam al-Qur’an. Mengingat masih banyaknya kata dalam al-Qur’an yang memiliki

kesamaan makna, akan tetapi memiliki perbedaan dari segi penggunaan kata.

Page 61: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

50

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Ibn Faris Ibn Zakariya Abū al-Husain. Mu‘jam Maqāyis al-Lugah, III.

Beirut: Dār al-Fikr, 1979.

al-‘Akk, Khālid Abd al-Raḥmān, Uṣūl al-Tafsīr wa Qawāʹiduh. Beirut: Dār al-

Nafāʹis 1986.

al-Andalūsī, Abū Ḥayyan. al-Baḥr al-Muḥīṭ, Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah,

1413 /1992.

al-Aṣfahānī, Al-Rāgib, Mu‘jam Mufradāt li Alfāz al-Qurʹān. Beirut: Dār al-Fikr,

2008.

Bāqī, Muhammad Fuad Abdul. Al-Mu‘jam al-Mufahras li alfāẓ al-Qurʹān al-

Karīm. Beirut: Dār al-Fikr, 1987.

al-Bustanī, Fuad Afrain, Munjid al-Ṭullāb. Beirut: Dār al-Masyriq, 1986.

al-Dzahabī, Muḥammad Ḥusain, al-Tafsīr wa al-Mufassirūn, Juz. Kairo: Maktabah

Wahbah, 1995.

Fāris, Aḥmad Ibn, al-Ṣāḥibī fī Fiqh al-Lugah al-‘Arabiyyah wa Masāʹilihā wa

Sunan al-‘Arab fī Kalāmihā. Mesir: Dār al-Ma‘ārif t.th.

Gulami, Gulan Reza, Hati yang Bersih: Kunci Ketenangan Jiwa. Jakarta: Pustaka

Zahra, 2004.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offest, 1994.

Has, Muhammad Hasdin, “Karakteristik Tafsir al-Baḥr al-Muḥīṭ: Telaah

Metodologi Penafsiran Abū Ḥayyān al-Andalūsī”, Jurnal Shautut Tarbiyah,

Vol 27, No. 18 (2012).

al-Jurjānī, Abū Bakr Ibn ‘Abd al-Qāhir Ibn ‘Abd al-Raḥmān Ibn Muḥammad, Kitāb

al-Ta‘rifāt. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmīyyah, 2009.

al-Juwainī, Muṣṭafa al-Ḍawī, Manhaj al-Zamakhsyarī fī Tafsīr al-Qurʹān wa Bayān

I‘jāzih. Kairo: Dār al-Ma‘ārif, t.th.

Khalid, Muhammad Rusydi, “al-Baḥr al-Muḥīṭ: Tafsir bercorak Nahwu Karya Abū

Ḥayyān al-Andalūsī”, Jurnal Adabiyah, Vol 15, No. 2 (2015).

Manẓūr , Muḥammad Ibn Makram ‘Ali Ibn, Lisān al-‘Arab, Jilid. 19. Kairo: Dār

al-Ma‘ārif, t.th.

Marjuni, Kamaluddin Nurdin, Kamus Syawarifiyyah: Kamus Modern Sinonim Arab

– Indonesia. Jakarta: Ciputat Press Group, 2007.

Mukhtār ‘Umar, Ahmad. al-Mu‘jam al-Mausū‘ī lī alfāẓi al-Qurʹān al-Kārīm wa

Qirāʹatihi. al-Riyāḍ: Mu‘asisah Sutūr al-Ma‘rifah, 1423.

al-Munajjad, Muḥammad Nūr al-Dīn, al-Tarāduf fī al-Qurʹān. Beirut: Dār al-Fikr,

1997.

Page 62: SINONIM (MUTARĀDIF) DALAM AL-QURʹAN STUDI KATA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40647/1/AHMAD... · SINONIM (MUTARĀDIF) ... mengolah kalimat menjadi paragraf-paragraf

51

Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta:

Pustaka Progressif, 1984.

Mustaqim, Abdul. Pergeseran Epistomologi Tafsir. Yogyakarta: Pustakak Pelajar,

2008.

Nurhadi, Rofiq, “Pro Kontra Sinonim dalam al-Qurʹan”, Surya Bahtera: Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 2, No. 04 (2015).

al-Qaṭṭān, Mannāʹ Khalīl, Mabāhiṡ fī ‘Ulūm al-Qurʹān. Kairo: Maktabah Wahbah,

2000.

al-Rāzī, Abu ‘Abdillah Muḥammad Ibn ‘Umar. Mafātiḥ al-Gaib. Beirut: Dār Ihyaʹ

al-Turaṡ al-‘Arabī. 1990.

Salim, Abdul Muin, Metodologi Tafsir: Sebuah Rekonstruksi Epistimologi

Memantapkan Keberadaan Ilmu Tafsir Sebagai Disiplin Ilmu. Ujung

Pandang: 1999.

Shihab, M. Quraish, Eksiklopedia Al-Qurʹan: Kajian Kosakata, Cet, 1. Jakarta:

Lentera Hati, 2007.

_ _ _ _ , Mu’jizat al-Qurʹan : Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan

Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan, 1998.

Shihab, M. Quraish, Kaidah Tafsir, ed., Abdul Syakur, Tangerang: Lentera Hati,

2015.

Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: PT. raja Grafindo Persada, 2002.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta, 2013.

al-Suyūṭī, Jalāl al-Dīn, al-Muzhir fī al-‘Ilm al-Lugah. Kairo: Maktabah Dār al-

Turaṡ, t.th.

Syāṭiʹ, ‘Āisyah ‘Abd al-Raḥmān Bint, al-I‘jāz al-Bāyānī li Alfāz al-Qurʹān wa

Masāʹil Ibn al-Azraq. Kairo: Dār al-Ma‘ārif, 1971.

_ _ _ _. al-Itqān Fī ‘Ulūm al-Qurʹān. Kairo: Dār al-Turāṡ, 1405/1985.

Ubaid, Ḥasan Yūnus Ḥasan, Dirāsah wa Mabāhiṡ fī Tārikh al-Tafsīr wa Manḥaj

al-Mufassirīn. Kairo: Markaz al-Kitāb wa al-Nasyr, t.th.

Ya’qūb, Amīl Badi‘, Mausū‘ah ‘Ulūm al-Lugāh. Beirut: Dār al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 2006.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus

Wadzuriyah, 1989.

Zakaria, Abū al-Ḥusain Aḥmad Ibn Fāris Ibn, Mu‘jam Maqāyis al-Lugah. Beirut:

Dār al-Turāṡ al-‘Arabī, 2001.

al-Zarkasyī, Badr al-Dīn Muḥammad Ibn ‘Abdillah, al-Burhān fī ‘Ulūm al-Qurʹān.

Beirut: Dār al-Fikr, 1972.