terjemahan sinonim dalam terjemahrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43492/1/agus...
TRANSCRIPT
i
Terjemahan Sinonim - dalam Terjemah
- - Karya Aam
Amiruddin: Studi Akurasi dan Makna
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh :
AGUS NAWAWI
1110024000009
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah
dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya bukan hasil karya asli atau
jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta, 28 Juli 2015
Agus Nawawi
NIM: 1110024000009
Terjemahan Sinonim Yaum ol-Qiyftmah dalam Terjemalt
ul-Qur'ftn Kontemporer al-Mu'ftsir Karya Aam
Amiruddin: Studi Akurasi dan Makna
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniorauntuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sa{ana Sastra (S.S)
Oleh:
AGUS NAWAWI
1r10024000009
Dosen Pembimbing
$*dArDr. Moch. Syarif llidavatullah. M.Hum.NIP: 1 979 1 2 29 -2Q0 501 -l -004
JURUS$I TARJAMAH
F'AKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF' HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 Mll436 H
lil
NIP: I 9690415 1997 03- I -004
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Terjemahan Sinonim Yaum al-Qiydmah dalam Terjemah al-
Qur'6n Kontemporer al-Mu'Asir Karya Aam Amiruddin: Studi Akurasi dan
Makna telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah pada tanggal 06 Agustus 2015. Slcripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada
program studi Tarjamah.
Ciputat 22 Agustus 2015
Sidang Munaqasyah
TIM PENGUJI
Dr. Moch. Syarif Hidayatullah. M.Hum.
(Ketua Sidang)
Rizki Handayani. MA
(Sekretaris Sidang)
Prof.Dr. Sukron K-amil. MA.
(Pembimbing I)
Dr. Moch. Syarif Hidayatullah. M.Hum.
(Pembimbing It)
Dr. Akhmad Saehudin" M.Ag.
(Penguji I)
Drs. Ahmad Syatibi, M.Ag.
(Peneuji II)
tv
v
PRAKATA
Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang
penuh dengan berbagai tantangan serta hambatan.
Dibuatnya skripsi ini semata-mata untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Segenap kemampuan sudah
saya lakukan dalam proses penulisan skripsi ini dan tentunya membutuhkan
konsentrasi tinggi dan dukungan moril. Saya sadari atas segala kekurangan yang
ada, dan mengharapkan saran dan kritik untuk skripsi ini.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh
civitas akademik UIN Syarif Hidayatullah, kepada Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.
selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil,
MA. selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora yang merangkap menjadi dosen
pembimbing skripsi saya, Dr. Moch. Syarif Hidayatullah M.Hum. Ketua Jurusan
Tarjamah sekaligus merangkap menjadi dosen pembimbing skripsi saya, dan Ibu
Rizki Handayani, MA. selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah. Serta ucapan terima
kasih kepada dosen-dosen jurusan Tarjamah atas segala ilmu dan pengetahuan
yang diberikan kepada saya selama ini.
Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.
Sukron Kamil, MA. dan Bapak Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum. selaku
dosen pembimbing skripsi yang sudah banyak meluangkan waktu di tengah
vi
kesibukannya untuk membaca, memeriksa, dan memberi referensi, serta tak henti-
hentinya memotivasi saya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Terima kasih yang sebesarnya kepada Bapak Drs. Akhmad Saehudin,
M.Ag. dan Drs. Ahmad Syatibi, M.Ag. telah menjadi penguji dalam sidang
munaqasyah skripsi ini, serta memberikan saran serta kritik yang membangun.
Terima kasih kepada Ibu Amelia Hidayat, S.Pd. & Bapak Kyai Utob
Tobroni, Lc, M.Cl. serta Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah yang tak
hentinya membimbing saya selama mendapatkan beasiswa BUMN. Begitu pula
kepada Bang Eddy Najmuddien Aqdhiwijaya, S.Pd.I yang banyak membantu
mengarahkan dalam penyelesaian skripsi ini.
Ayahanda dan ibunda, orang tua saya, Bapak Sarmedi Sudirja & Ibu Ratna
Isyah yang telah membesarkan dan mendidik saya. Saya mutlak berterima kasih
atas dukungan beliau berdualah saya dapat melanjutkan pendidikan hingga
perguruan tinggi.
Semoga skripsi yang amat sederhana ini bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, terutama Terjemahan Sinonim Yaum al- mah dalam
Terjemah a - n Kontemporer al-Mu’ sir studi Akurasi dan Makna. Saran
dan kritik yang membangun, saya harapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Ciputat, 28 Juli 2015
Penulis
Agus Nawawi
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pada skripsi ini, terdapat penulisan Arab yang ditransliterasikan ke dalam
huruf latin. Translitrasi yang digunakan sebagai acuan dalam skripsi ini adalah
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Maka transliterasi dari aksara Arab ke aksara latin, sebagai berikut.
Konsonan Tunggal
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j je ج
h h dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r er ر
z zet ز
s es س
viii
sy es dan ye ش
s es dengan garis di bawah ص
d de dengan garis di bawah ض
t te dengan garis di bawah ط
z zet dengan garis dibawah ظ
ع
‘
koma terbalik di atas
hadap kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q qi ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
apostrof ء
y ye ي
ix
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
‒‒ a ah
‒‒ i kasrah
‒‒ u
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي ‒‒ ai a dan i
au a dan u ‒‒ و
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a dengan topi di atas ىا
x
i dengan topi di atas ىي
u dengan topi di atas ىو
Kata Sedang
Kata sedang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu ا ل, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah
maupun huruf qamariyyah. Contoh: - l bukan - l, - n bukan -
n.
Syaddah d)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ( ‒), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu, seperti : .(Allah) اهلل
Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda
syaddah itu terletak setelah kata sedang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.
Misalnya, kata tidak ditulis a - ’ melainkan al- ’ , demikian
seterusnya.
ah
xi
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. Hal
yang sama juga berlaku jika ah tersebut diikuti oleh kata sifat (n ’ ).
Namun jika huruf ah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf
terseut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.
Misalnya:
No Kata Arab
Alih Aksara
madrasah مدرسة 1
a - - yah المدرسة اإلسالمية 2
-at al حديقة األستاذ 3
Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara
lain untuk menuliskan permmulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri, dan lain-lain.
Namun, jika nama diri didahului oleh kata sedang, maka yang ditulis
dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau
kata sedangnya. Misalnya, al-Mahalli bukan Al-Mahalli, al-Kindi bukan Al-Kindi.
xii
Dalam hal penulisan nama untuk nama-nama tokoh yang berasal dari
Nusantara, itu tidak dialihaksarakan, meski akar katanya berasal dari bahasa Arab.
- - -
.
Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja ( ’ ), kata benda (ism), maupun huruf ( arf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di
atas:
Kata Arab Alih Aksara
- ذهب األستاذ
′-arakah al - الحركة العصرية
xiii
ABSTRAK
Agus Nawawi
Terjemahan Sinonim - dalam Terjemah -
Kontemporer - Karya Aam Amiruddin: Studi Akurasi dan Makna.
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana penerjemahan -
yang dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan - ’ n
n - ’ . Al- g e pe pe c
dalam memahami ayat didalamnya. Hal ini cukup menarik untuk dianalisis
keakuratan makna yang terkandung didalamnya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui keakuratan makna terjemahan sinonim - dalam
Terjemah - ’ n n - ’ . Metode penelitian yang dilakukan
dalam skripsi ini adalah kualitatif deskriptif dan bersifat kajian pustaka (library
research). Cara yang dilakukan dengan mengidentifikasi terjemahan sinonim
Yaum - yang diambil dari Terjemah - ’ n n -
’ dari ayat dan surat yang berbeda-beda. Lalu mengklasifikasikannya
antara terjemahan sinonim yang akurat dan yang tidak akurat. Setelah melalui
proses analisis data, akan didapat temuan bahwa terjemahan sinonim Yaum -
tidak semua akurat hasil terjemahannya. Kesimpulannya bahwa
terjemahan sinonim Yaum - maknanya tidak mutlak sama antara kata
yang satu dengan lainnya, hanya memiliki kemiripan makna saja.Dari segi
frasanya, maka frasa ajektiva dan verbal merupakan jenis frasa yang banyak
terdapat pada sinonim yang dikaji dalam analisis ini.
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL…………………………..…………………………………..i
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………... iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN………………….……...…......iv
PRAKATA…………………………………………………………………...…vi
PEDOMAN TRANSLITRASI……………………………………………...... vii
ABSTRAK…………………………………………………………………..... xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................5
C. Tujuan Peneliti …………………………………......……...5
D. Manfaat Penelitian...................................................................5
E. Metode Penelitian....................................................................6
F. Sistematika Penulisan..............................................................7
BAB II TEORI SINONIM BERMAKNA BEDA...........................................9
A. Sinonim...................................................................................9
1. Hakikat Sinonim.................................................................9
2. Sifat-sifat Sinonim..............................................................12
a. Absolut..........................................................................12
b. Persial............................................................................13
3. Jenis-jenis Sinonimi............................................................13
xv
4. Faktor Penyebab munculnya Sinonimi...............................16
5. Penerjemahan Sinonimi......................................................21
6. e e e - n.....................................................22
B. Hari Kiamat..............................................................................27
1. Pengertian...........................................................................27
2. - e p ……..29
3. Nama-nama Hari Kiamat...................................................33
BAB III BIOGRAFI PENERJEMAH AL- UR N NTEMP RER
- .........................................................................................37
A. Riwayat Hidup dan Pendidikan..............................................37
B. Buku dan Karya Tulis..............................................................38
C. Karir.........................................................................................40
BAB IV TERJEMAHAN SINONIM - DALAM TER-
JEMAH - KARYA
AAM AMIRUDDIN: STUDI AKURASI DAN MAKNA.................41
A. Te e o g ……………………..…….41
B. Terjemahan Sinonim yang Tidak Akurat…………………….57
C. o - ...................................72
BAB V PENUTUP..............................................................................................76
A. Kesimpulan..............................................................................76
B. Saran........................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menerjemahkan bahasa asing, termasuk bahasa Arab, terkadang ada saja
masalah yang ditemui. Seperti adanya kesulitan dalam hal menerjemahkan
sinonim. Masalah dalam menerjemahkan sinonim diantaranya adalah akurasi
terjemahannya serta makna yang dihasilkannya. Di sini, problem sinonim yang
saya share adalah bahwa sebenarnya tidak ada dua buah kata atau lebih yang
memiliki makna yang sama, melainkan hanya saja “kurang lebih” sama namun
tidak sama persis.
Secara semantik Verhaar (1983) mengatakan,“Sinonim adalah ungkapan
(biasanya sebuah kata tetapi dapat pula frase atau malah kalimat) yang kurang
lebih sama maknanya dengan suatu ungkapan lain”.1 Misalnya kata buruk dan
jelek adalah dua kata yang bersinonim; bunga, kembang dan puspa adalah tiga
buah kata yang bersinonim; mati, wafat, meninggal dan mampus adalah empat
buah kata yang bersinonim. Hubungan kata bunga dan kembang adalah dua buah
kata yang bersinonim bersifat dua arah. Jadi, kalau kata bunga bersinonim dengan
kata kembang, maka kata kembang juga bersinonim dengan kata bunga. Di dalam
bahasa Arab kata yang bersinonim disebut dengan al-ta duf الترادف) ).
1 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 223.
2
2داللة واحدة او عبارة عن وجود كلمتين فأكثر لهه الترادف
l- a duf الترادف) ) adalah dua kata atau lebih yang maknanya kurang
lebih sama. Dikatakan “kurang lebih” karena memang, tidak akan ada dua buah
kata yang persis sama. Yang sama sebenarnya hanya informasinya saja,
sedangkan maknanya tidak persis sama. Misalnya, dalam contoh sinonim lainnya
adalah hamil dan mengandung atau pada kata jenazah, bangkai, mayat, kata-kata
ini tidak persis sama maknanya. Buktinya kata-kata yang bersinonim tidak bebas
dipertukarkan secara bebas. Misalnya,”Aku melihat bangkai anjing”, tidak bisa
ditukar dengan “Aku meliat jenazah anjing”. Sinonim bisa saja terjadi antara lain
akibat adanya pengaruh kosakata serapan (dakh l) dari bahasa asing seperti,
الهاتف yang aslinya sebenarnya dari bahasa Eropa dan التليفون .الهاتف danالتليفون
yang merupakan ta b (terjemahan ke Arab) sehingga kedua kata itu dianggap
bersinonim.3
Misalnya saja salah satu contoh sinonim dalam al- ur n seperti“al-
iy mah” bersinonim dengan “al- qi’ah” dan maknanya tetaplah sama yaitu
hari kiamat. Sebagaimana seperti dalam al- ur n:
2 H.R Taufiqurrochman, Leksikografi Bahasa Arab, (Yogyakarta: UIN Malang Press,
2008), h.73. 3 H.R Taufiqurrochman, Leksikografi Bahasa Arab, h.73.
3
Artinya: Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak
mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang
Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," Padahal mereka (sama-sama)
membaca Al-Kitab. demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui,
mengatakan seperti Ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara
mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.
Artinya: Apabila terjadi hari kiamat,tidak seorang pun dapat berdusta tentang
kejadiannya. al- i ah: 1-2)4
Pada contoh dua ayat tersebut, saya menemukan perbedaan makna kata
yang jelas berbeda tentunya secara penulisan dari kata al-qiy mah dan al-
qi’ah. al-Qiy mah dan al- qi’ah mempunyai makna yang berbeda namun
pada intinya memiliki kemiripan bahwa keduanya menjelaskan dan memberikan
informasi tentang hari kiamat.
Yaum al- iy mah diambil dari kata q ma-yaq mu-qiy man, yang artinya
adalah berdiri, bangun, atau bangkit. Kata ini mendapat imbuhan al ali l m lit
4 Aam Amiruddin, al- u ’ n e emah ontempo e al- u’ si , (Bandung: Khazanah
Intelektual: 2013), h. 534.
4
ta’ i ) di awalnya yang berfungsi menjadikannya sesuatu yang diketahui dan ta
marb tah pada akhirnya yang berfungsi mengisyaratkan betapa hebat dan
sempurnanya peristiwa itu. Kata al-qiy mah, karenanya mesti diartikan sebagai
peristiwa kebangkitan para manusia yang telah mati. Kata ini disebut sebagai
ma’ i ah (yang sudah diketahui) untuk mengisyaratkan bahwa kebangkitan itu
pasti akan terjadi5.
Kata al-w qi’ah dalam bahasa Arab diambil dari kata qi’ ism ’il)
yang berasal dari aqa’a-yaqa’u, yang bermakna terjadi. Diberi awalan al
lit’ta’ i ) untuk menjadikannya definit (atau sesuatu yang diketahui), dan diakhiri
dengan ta’ ma b tah sebagai isyarat kesempurnaan dan kehebatan peristiwa hari
kiamat. Oleh karena itu, al- qi’ah mesti diartikan peristiwa sangat hebat yang
tidak dapat disamakan dengan peristiwa apa pun dan dengan keadaan apa pun.
Kata ini berbentuk ma’ i ah, meskipun disebut di awal surat dan belum diungkap
sebelumnya. Isi pesan yang terkandung didalamnya adalah, bahwasanya ini
mengisyaratkan sebuah peristiwa yang pasti akan datang dan terjadi. Kedua kata
tersebut berbeda baik dari sisi bentuknya dan maknanya walau pun menjelaskan
tentang hari kiamat namun tidak persis sama. Dengan demikian terjemahan al-
w qi’ah menjadi kata kiamat cukup akurat.
Beragam makna yang diuraikan dari tiap sinonim-sinonim kata ‘yaum al-
qiy mah’ oleh karena itu, saya merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan
mempelajari lebih dalam khususnya mengenai
5 Diklat Kementerian Agama RI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kiamat
dalam Perspektif al- u ’ n dan Sains. Jakarta: Lajna entashihan Al- ur n, 2011), h. 73.
5
“Terjemahan Sinonim Yau - dalam Terjemah -
- Karya Aam Amiruddin: Studi Akurasi dan Makna”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan ini saya hanya membatasi dan merumuskan masalah
sinonim dalam terjemahan al- ur n Kontemporer al-Mu’ sir karya Aam
Amiruddin, dan sinonim dalam buku Pengantar Semantik Bahasa Indonesia karya
Abdul Chaer dan kamus Mu jam al- sit .
Adapun ayat-ayat yang mengandung unsur sinonim dari kata yaum al-
qiy mah ‘hari kiamat akan dipaparkan pada bab IV. Perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a. Apakah penerjemahan sinonim yaum al-qiy mah dalam terjemah al- ur n
kontemporer al-Mu’ sir sudah akurat dalam ukuran tataran bahasa Indonesia?
b. Bagaimana bentuk dan makna dari sinonim yaum al-qiy mah dalam
terjemahan al- ur n kontemporer al-Mu’ si ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan:
1. Mengetahui keakuratan makna terjemahan sinonim yaum al- iy mah dalam
al- ur n Terjemah Kontemporer al- u’ si dalam tataran bahasa Indonesia.
2. Mengetahui bentuk dan makna dari sinonim yaum al- iy mah dalam
terjemahan al- ur n Kontemporer al-Mu’ sir.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan yang lebih mengenai akurasi terjemahan sinonim
6
kata yaum al-qiy mah.
2. Menambah wawasan penerjemah dalam menerjemahkan teks Arab.
3. Menjadi bahan rujukan untuk para penerjemah teks Arab agar terhindar dari
kesalahan menerjemahkan sinonim.
E. Metodelogi Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah al-Qur
- karya Aam Amiruddin. alam
penyajiannya, al- ur n terjemah ini disajikan dengan bahasa yang lebih lugas
dan mudah dicerna maknanya ke dalam bahasa yang lebih kontemporer. Al-
Mu sir yang artinya adalah modern, kekinian, dan kontekstual. enerjemahan
yang dilakukan dalam al- ur n ini menggunakan pendekatan ma na iyyah,
artinya terjemah bahasa Indonesia yang lebih mengutamakan mengikuti struktur
bahasa Indonesia. Sehingga, hasil terjemahan lebih kontekstual dan kontemporer.
Namun setelah diteliti dan dikaji dari sisi terjemahannya, khususnya dalam
sinonim hari kiamat dari berbagai ayat yang berbeda, terdapat beberapa
terjemahan ayat yang sulit dipahami dan dimengerti padahal penyusun
mengatakan bahwa terjemahan al-Qur n ini disajikan lebiih lugas dan
kontemporer agar mudah untuk dipahami. leh karena itu al- ur n erjemah
ontemporer al-Mu sir ini saya jadikan sebagai sumber utama untuk dikaji.
Proses pengumpulan data yang saya ambil adalah berupa ayat-ayat yang
mengandung sinonim hari kiamat dari berbagai ayat dan surat yang berbeda.
Disamping itu, data yang dijadikan sebagai bahan pendukung dalam penelitian ini
adalah buku-buku dan tulisan lain yang berkaitan dengan masalah yang menjadi
objek studi ini, misalnya buku-buku seperti penerjemahan al- ur n, wawasan
7
tentang hari kiamat, kamus-kamus terkait seperti kamus Mu jam al- sit , dan
buku tata bahasa Arab dan Indonesia, hingga mencari data terkait penelitian pada
internet.
Penelitian yang saya lakukan ini bersifat kajian pustaka (library research).
Adapun jenis riset yang digunakan adalah metodelogi kualitatif dan deskriptif.6
Untuk teknis penulisan riset ini, saya merujuk kepada “ edoman enulisan arya
Ilmiah Skripsi, esis, dan isertasi)” yang diterbitkan oleh Center for Quality
Development and Assurance (CeQDA UIN Jakarta) tahun 2007. Adapun teks
dalam riset ini yang tidak saya ubah dan tidak sesuai dengan buku edoman
enulisan arya Ilmiah e A I akarta adalah teks asli dari al- ur n yang
menjadi sumber utama khususnya pada arti/terjemahan dalam sebuah ayat.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan lebih mudah dan terarah, maka sistematika penulisan
skripsi ini terdiri dari lima bab, dan yang akan saya rincikan sebagai berikut:
Pada bab satu, saya menempatkan pendahuluan sebagai awal dari sebuah
gambaran pembuka penelitian skripsi ini. Bab ini juga akan dibahas tentang latar
belakang masalah yang akan diteliti, dengan harapan agar pembaca dapat
membentuk asumsi dan pola pikir secara sistematis untuk bab-bab analisis
selanjutnya.
ada bab dua akan dibahas macam-macam terjemahan al- ur n,
kemudian mengenai sinonim. Tidak hanya itu saja, dalam bab ini pun akan
6 Bogdon dan Taylor (1975), sebagaimana yang dikutip Rahmat Kriyantono, menyatakan
bahwa metode kualitatif adalah sebagai sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati
menyangkut pokok permasalahan. Maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan penelitian kualitatif adalah sebuah riset yang tidak mengutamakan besar atau
banyaknya populasi atau sampling. Riset ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-
dalamnya melalui pengumpulan data. Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 58.
8
dipaparkan mengenai pengertian makna dan jenis-jenis makna. Ini merupakan
sumber acuan untuk membantu mengenali penelitian ini. Selain itu, akan dibahas
jenis-jenis penerjemahan dengan syarat-syarat penerjemah, guna mengetahui
pegangan bagi seseorang penerjamah, karena penelitian ini membahas tentang
ayat-ayat al- ur n.
Pada bab tiga memuat sekilas biografi penerjemah al- ur n Kontemporer
al-Mu’ sir. Ini menjadi acuan saya dalam penelitian ini.
Pada bab empat yang merupakan inti dari penelitian ini. Dalam bab ini,
saya menganalisis akurasi terjemahan ayat-ayat yang mengandung sinonim kata
yaum al-qiy mah, kemudian menganalisisnya dengan cara mencari bentuk dasar
dari tiap kata yang dianalisis dan mencari makna yang sesuai dengan konteksnya.
Sehingga pada akhirnya akan tampak perbedaan bentuk kata dan maknanya.
Agar didapat kesimpulan akhir, maka pada bab lima ini memuat tentang
kesimpulan dan saran dari penelitian ini.
9
BAB II
TEORI SINONIM BERMAKNA BEDA
A. Sinonim
1. Hakikat Sinonim
Sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu syn yang berarti ‘dengan’
dan onoma yang berarti ‘nama’. Maka secara harfiah kata sinonim berarti ‘nama’
lain untuk benda atau hal yang sama.7 Walaupun sinonim memiliki makna yang
sama, akan tetapi persamaan makna itu hanya merupakan kemiripan atau kurang
lebih sama. Jadi meskipun maknanya sama tetapi tetap memperlihatkan
perbedaan-perbedaan apalagi jika dihubungkan dengan pemakaian kata tersebut
dalam kalimat.8
Kesamaan makna kata dalam bersinonim tidak mutlak seratus persen,
tetapi masih terdapat perbedaan. Perbedaan makna dapat dilihat dengan
memperhatikan dua hal yaitu makna dasar dengan makna tambahan dan nilai
rasanya. Sebagai contoh dan bukti bahwa sinonim memperlihatkan perbedaan
adalah kata bokap dan ayah. Kata nyokap dan ibu memiliki makna sama yaitu
perempuan yang melahirkan anak, baik anak laki-laki atau pun perempuan. Kata
nyokap biasanya digunakan oleh para pemakai bahasa gaul, sedangkan ibu
digunakan untuk bahasa yang lebih santun ataupun dipakai dalam bahasa resmi.9
Kita dapat mencatat bahwa symbol bahasa atau kata yang tidak
mempunyai sinonim ialah kata-kata yang merujuk: benda yang khusus, binatang,
ukuran, senjata, hiasan, dan sebagian nasabah keluarga. Kesinoniman dalam
7 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, cet. Ke-5, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), h. 82. 8 Abdul Chaer, Linguistik Umum, cet. Ke-1, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 297.
9 J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 66.
10
sebuah bahasa lebih banyak terjadi akibat serapan antar bahasa, antar dialek,
dan antarragam bahasa. Ini berarti bahasa yang tidak pernah berkontak dengan
bahasa atau dialek yang lain tidak akan mempunyai banyak sinonim.
Bahasa Arab begitu kaya akan makna, ketika kita mencoba mengkaji dan
mempelajarinya, maka kita akan menemukan banyak kosa kata yang mempunyai
makna yang sama. Kata dalam bahasa arab yang mempunyai makna sama disebut
dengan sinonim atau al-ta duf الترادف) ). Terkait dengan al-ta du , beberapa
pakar bahasa Arab memberikan definisi yang berbeda-beda. Fakhru al-Razi yang
mendefinisikan ta du dengan kata yang mempunyai makna yang sama.10
ةداللة واحداهو عبارة عن وجود كلمتين فأكثر له الترادف
“al- a du adalah dua kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama.”
Dikatakan “kurang lebih” karena tidak akan ada dua buah kata yang persis
sama. Yang sama sebenarnya hanya informasinya saja, sedangkan maknanya
tidak persis sama.11
Ahli bahasa lainnya yaitu Emil Badi Ya kub yang
mendefinisikan ta du dengan dua buah kata atau lebih yang berbeda lafalnya,
tetapi mempunyai makna yang sama. Contohnya adalah kata, الحسام dan السيف
yang kedua kata tersebut maknanya sama yaitu bermakna pedang.12
10
Mukhtar Umar, Ilmu ad Dalalah, cet. Ke-1, (Kuwait: Maktabah Dar Urubah, 1982), h.
215. 11
H.R Taufiqurrochman, Leksikografi Bahasa Arab, h. 73. 12
Emil Badi Ya kub, Fiqh al-Lughah al-Arabiyah wa khashaishuha, cet. Ke-4, (Beirut: Dar
al-Tsaqafah al-Islamiyah, t.t.), h. 173.
11
Beberapa pakar linguistik mengungkapkan pendapatnya tentang sinonim,
seperti yang dikatakan oleh Fromkin dan Rodman dalam buku Pengantar
Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) bahwa, “sinonim adalah beberapa kata
yang mampunyai kemiripan makna tapi bunyi pelafalannya sound) be beda”.13
Tidak hanya itu saja, mengutip perkataan Zgusta dalam buku Semantik Leksikal
karya Mansoer Pateda, ia mengatakan, “Synonymy: they are words which
di e ent o ms but identical meaning,” Verhaar berpendapat bahwa, “Sinonim
adalah ungkapan (biasanya sebuah kata tetapi dapat pula frase atau malah
kalimat) yang kurang lebih sama maknanya dengan suatu ungkapan lain.”14
Jika dilihat dari definisi yang dikatakan oleh Verhaar bahwa ada
penggunaan urutan kata, yang lebih sama maknanya. Hal itu jelas memiliki
alasan, karena kesamaan makna tidak berlaku secara sempurna. Dengan
demikian, meskipun maknanya sama tetapi memperlihatkan perbedaan-
perbedaan, apalagi jika dihubungkan dengan pemakaian kata-kata tersebut. Maka
dari itu Lyons membedakan kata yang bersinonim sempurna, dan kata yang
bersinonim secara absolut.15
Sinonimi merupakan kata-kata yang bermakna pusat (denotasi) sama
tetapi berbeda nilai, rasa, nuansa, atau konotasinya. Sinonim berwujud kata-kata
yang maknanya sama atau mirip dengan bahasa lain.16
Dalam ilmu bahasa murni,
sebenarnya tidak diakui adanya sinonim-sinonim. Setiap kata mempunyai makna
13
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern), (Jakarta: Penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, 2010), h. 122. 14
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 223. 15
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 223. 16
L. Mildred Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman Pemadanan
Antarbahasa, (Jakarta: Penerbit Arcan, 1989), h. 167.
12
atau nuansa makna yang berlainan, walaupun ada ketumpang-tindihan antara satu
kata dengan kata yang lain. Ketumpang-tindihan inilah yang pada akhirnya
membuat orang menerima konsep sinonimi atau sinonim seperti yang telah
dikemukakan oleh para pakar linguistik. Di samping itu, konsep ini juga diterima
untuk tujuan praktis guna mempercepat memahami makna sebuah kata yang
baru, yang dikaitkan dengan kata-kata lama yang sudah dikenal. Dengan
demikian, proses perluasan kosa kata seseorang juga akan berjalan lebih lancar.17
2. Sifat-sifat Sinonimi
Mengutip perkataan Mathews yang dikemukakan dalam buku Pengantar
Linguistik Bahasa Arab (Klasik/modern) bahwasanya ia membagi sinonim ke
dalam dua bagian. Dua bagian itu adalah sinonim absolut dan sinonim persial.
Sinonim absolut yakni maknanya dalam semua konteks antara konteks satu
dengan konteks lainnya selalu sesuai dengan maknanya. Sinonim persial adalah
makna yang terdapat antara satu konteks dengan konteks lainnya tidak selalu
mempunyai makna yang sama.18
a. Sinonimi Absolut
Sinonim Absolut merupakan sinonim yang mengacu pada dua kata yang
mana dua kata tersebut dapat saling menggantikan dalam semua konteks atau bisa
disebut dengan sinonim mutlak dan lengkap. Di karenakan keterbatasan dalam hal
pertukaran kata yang bersinonim dalam penggunaan kontekstualnya, maka
sinonim absolut sangat sulit, atau mungkin tidak mudah untuk ditemukan. Suatu
17
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 34. 18
Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik
Modern), h. 123.
13
kata dapat dikatakan sinonum absolut apabila kata-kata tersebut mempunyai
distribusi yang sama dan bermakna secara sempurna didalam kehadirannya pada
semua konteks.
ontoh kalimat yang bersinonim absolut seperti, “kami berusaha agar
pembangunan berjalan terus”, “kami berupaya agar pembangunan berjalan terus”.
Kata berusaha bersinonim dengan kata berupaya, kedua kata tersebut masuk ke
dalam kelompok sinonim absolut karena kata-kata tersebut mempunyai distribusi
yang sama dan bermakna secara sempurna didalam kehadirannya pada semua
konteks.
b. Sinonimi Persial
Sinonim Persial adalah sinonim yang mengacu kepada hubungan dua kata
yang dapat saling menggantikan pada konteks tertentu. Maksudnya adalah bahwa
sinonim ini tidak dalam semua konteks (x) dapat dipertukar balikkan dengan apa
yang ada pada konteks (y)
3. Jenis-jenis Sinonimi
John Lyons menjelaskan bahwa ia tidak mengelakkan kaitan sinonimi
dengan leksem dan bukan hanya untuk kesamaan makna. Dari aspek peristilahan
dan perkamusan termasuk Roge t’s hesau us, ungkapan sinonim yang digunakan
merupakan sinonim terdekat; ungkapan yang lebih kurang sama, tetapi berlainan
identiti dari segi makna. Sinonim terdekat tidak harus dikelirukan dengan sinonim
separo yang memenuhi kriteria makna beridentiti. Sinonim terdekat juga sering
digantikan dengan istilah-istilah lain seperti ‘sinonim mutlak , ‘sinonim penuh ,
‘sinonim keseluruhan dan ‘sinonim lengkap . Sinonim mutlak ialah ungkapan
14
yang bersinonim secara penuh, keseluruhan dan lengkap; manakala sinonim
separo ialah sinonim, tetapi tidak secara mutlak. Lyons menjelaskan sinonim
mutlak dan sinonim separo boleh dibedakan dengan berpandukan sama ada
syarat-syarat berikut dapat dipenuhi atau tidak:19
i. Sinonim itu bersinonimi penuh, jika dan hanya jika, ke semua maknanya
sama. Maksaudnya adalah apabila ada dua sinonim yang ketika keduanya
dipertukarbalikkan maka maknanya tetap sama.
ii. Sinonim itu bersinonimi secara keseluruhan, jika dan hanya jika, pasangan itu
bersinonim dalam semua konteks. Maksudnya adalah apabila makna yang
terkandung dalam dua sinonim tersebut digunakan dalam berbagai konteks,
kemudian maknanya tetap sesuai dan cocok walau dalam konteks apa pun.
iii. Sinonim itu bersinonim secara lengkap, jika dan hanya jika, pasangan itu
bersinonim bagi ke semua dimensi makna (yang relevan). Maksudnya adalah
pasangan sinonim yang maknanya sesuai dan relefan walaupun ditafsirkan
bermacam-macam makna.
Adenan Ayob dan S. Nathesan (2010:71-72) pun menjelaskan dalam
semantik ada beberapa jenis sinonim yaitu sinonim pinjaman, konteks, laras
sosial, dan kolokasi. 20
Semua jenis sinonim tersebut dijelaskan dalam tabel
berikut:
Jenis Sinonim Contoh
19
John Lyons, Pengantar Teori Linguistik, terj. Soetikno, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama: t.t), h. 48. 20
T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna, (Bandung: Refika,1993),
h. 78.
15
Sinonim Pinjaman
‘Belalang bermakna pepatung dalam kebanyakan dialek
Melayu. Walau bagaimanapun, dalam dialek Perak,
‘belalang bermakna ‘cakcibau .
Dalam dialek Kedah, ‘batas ialah ‘jalan raya , yang
maksud konvensionalnya ialah ‘timbunan tanah yang
menjadi sempadan petak-petak sa ah .
Sinonim Konteks
erkataan ‘jemput dan ‘undang banyak digunakan dalam
konteks protokol.
Sebenarnya, ‘jemput digunakan dalam konteks lisan,
manakala ‘undang dalam konteks tulisan.
Note: Konteks mewujudkan perkataan yang sama makna.
Sinonim Laras
Sosial
Perkataan-perkatan tersebut digunakan dengan
berdasarkan status. Misalnya ‘penyanyi ialah orang yang
‘bernyanyi , manakala ‘biduan bermaksud ‘status yang
tinggi dalam profesionalisme seni.
Sinonim Kolokasi
Sinonim jenis ini wujud dalam konteks penggunaan yang
tersendiri. ontohnya perkataan ‘banyak dan ‘ramai
mempunyai makna yang sama. Contohnya:
“Banyak kilang kekurangan tenaga pekerja mahir”, dan
“Ramai pelajar yang gembira setelah memperoleh
pencapaian baik dalam pemeriksaan tersebut”.
16
erkataan ‘banyak boleh digunakan sama ada bagi
‘manusia , ‘tumbuh-tumbuhan , ‘he an dan ‘benda ,
tetapi pastikan perkataan tersebut bermakna apabila
digunakan tanpa kata sifat.
ika menyebut “Banyak pelajar yang gembira setelah
memperoleh pencapaian baik dalam pemeriksaan
tersebut” akan menunjukkan makna yang salah.
Alasannya, ramai (untuk manusia saja) hanya bermakna
jika ada kata sifat (gembira) dalam kalimat tersebut.
4. Faktor Penyebab Munculnya Sinonimi
Dalam membahas sinonim tentu seorang penganalisis memerlukan
pengetahuan yang mendalam dan menyeluruh atau bisa dikatakan harus menguasi
tentang perkembangan makna kata. Baik penggunaan makna kata oleh para
pengarang sastra, pemilihan makna kata oleh para pengarang yang kurang
memahami makna kata, implikasi-implikasi dalam pemilihan makna kata dan
lain-lain. Pengetahuan yang demikian itu tentunya harus dimiliki oleh
penganalisis sinonim untuk membedakan dengan benar makna-makna kata yang
sama, mirip sama, dan penggunaan makna kata-kata tersebut oleh pemakai
bahasa.21
Kata-kata yang berasal dari bahasa daerah, bahasa nasional, dan bahasa
asing, merupakan faktor-faktor penyebab sinonim muncul. Sinonim juga dapat
21
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 64-65.
17
timbul disebabkan antarkata (frasa dan kalimat) yang berbeda ragam bahasanya,
seperti kata ayah (ragam resmi) dengan kata bokap (ragam bahasa remaja). Kata-
kata yang mendapat nilai rasa (konotasi) yang berbeda juga dapat bersinonim,
seperti partai gurem (perasaan negatif) dengan partai kecil (perasaan netral).22
a. Sinonimi Muncul antara Kata Asli dan Kata Serapan
Salah satu ciri kata serapan ialah serapan kata yang bermakna dengan kata
bahasa penyerap. Bahasa Indonesia mengalami proses serapan dengan bercirikan
sinonim.23
Beberapa contoh kata-kata asli dan kata-kata serapan:
KATA SERAPAN KATA ASLI
Aktivitas Kegiatan
Presiden Kepala Negara
Akselerasi Percepatan
Kompetensi Kemampuan
Relasi Kausal/biasa Hubungan Sebab
Contoh lain misalnya, dalam bahasa Arab kontemporer kata التليفون
(telepon) yang sebenarnya kata tersebut berasal dari bahasa Eropa dan kata الهاتف
yang merupakan terjemahan ke dalam bahasa Arabnya, sehingga kedua kata itu
dapat dikatakan sebagai sinonim. Tidak hanya itu saja, contoh lainnya lagi
adalah 24. اإلذاعة المرئية bersinonim dengan kata ونالتليفيز Tidak dapat dipungkiri
bahwasanya pengenalan dengan bahasa lain membawa dampak penerimaan
22
Kushartanti dkk, Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta: Pustaka
Utama, 2005), h. 118. 23
J. D. Parera, Teori Semantik, h. 65. 24
H. R. Taufiqurrochman, Leksikografi Bahasa Arab, h. 74.
18
bahasa kata-kata baru yang sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa
sendiri. Dalam bahasa Indonesia yang kita gunakan sudah ada kata hasil kita
masih menerima kata prestasi dan produksi, dalam bahasa Indonesia pun sudah
ada kata karangan tapi masih dianggap perlu untuk menerima istilah baru seperti
risalah, artikel, makalah, atau esai.25
Terkait dengan bahasa serapan, maka bukan saja menyangkut referen yang
sudah ada katanya dalam bahasa sendiri, tetapi juga menyangkut referen yang
belum ada katanya dalam bahasa sendiri. Penyerapan kata-kata yang berasal dari
bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia, juga menjadi faktor penyebab adanya
sinonim. Tempat kediaman yang berlainan mempengaruhi pula perbedaan kosa
kata yang digunakan, walaupun referennya sama. Kita mengetahui kata tali dan
tambang, parang dan golok, ubi kayu dan singkong, lempung dan tanah liat, dan
lain-lain.26
b. Sinonimi Muncul antara Bahasa Umum dan Dialek
Sinonim bisa saja terjadi disebabkan karena kata-kata yang sering
digunakan dalam dialek yang berbeda-beda. Kata pena dan rika dalam bahasa
Jawa dialek Surabaya memiliki terjemahan dalam bahasa Indonesia yang persis
sama dengan koen atau kowe dalam bahasa Jawa dialek malang. Begitu juga
dengan kata cacak dan kakang memiliki terjemahan yang persis sama, yakni
“kakak”. Akan tetapi, apabila dalam setiap dialek masing-masing kata tersebut
memiliki makna dasar berbeda-beda, kata-kata tersebut tidak dapat ditentukan
25
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 35. 26
Ali, Lukman, Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Cermin Manusia Indonesia
Baru, (Jakarta: Gunung Jati, 1967), h. 44
19
sebagai sinonim.27
Adapun contoh lainnya seperti kata saya dan beta adalah
bersinonim. Tetapi kata beta hanya cocok digunakan dalam konteks pemakaian
bahasa Indonesia Timur (Maluku, Ambon, NTT), sedangkan kata saya dapat
digunakan dimana saja.28
Contoh dalam bahasa Arab yang merupakan terjadinya sinonim
disebabkan karena faktor dialek adalah, kata مجدد (pembaharu), kata tersebut
mempunyai makna yang positif, berkelas tinggi dan diterima oleh beberapa
negara Arab. Akan tetapi, kata مجدد tidak bisa digantikan dengan kata تقدمي atau
ثوري atau تقدمي walupun ketiganya bersinonim. Dikarenakan, kata ثوري
mempunyai makna yang menggambarkan seseorang yang reaksioner,
pemberontak dan sebagainya, walaupun demikian kedua kata-kata tersebut masih
tetap digunakan dibeberapa wilayah Arab. Contoh lain dalam bahasa Indonesia
adalah patung-patung sinonim dengan cakcibau, Ibu sinonim dengan emak atau
encik, nggak dengan tidak (percakapan), dan kaya bersinonim dengan seperti
(percakapan).
c. Sinonimi Muncul untuk Membedakan Kata Umum dan Kata Ilmiah
Sinonim terkadang sengaja dimunculkan tak lain sebagai pembeda antara
kata umum dan kata istilah dalam suatu ilmu tertentu. Dalam hal ini sinonim
menjadi pembatas yang jelas dan memberikan definisi antara kata umum dan kata
istilah. Khususnya dalam ilmu teknologi atau pun ilmu kedokteran dan ilmu
27
J. D. Parera, Teori Semantik, h. 66. 28
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h.86.
20
lainnya, sinonim begitu diperlihatkan secara bahasa umum dan bahasa ilmiahnya
guna mendefinisikan kata-kata yang dimaksud. Contohnya seperti kata buta
disinonimkan secara ilmiah dengan kata tunanetra, air kencing disinonimkan
secara bahasa ilmiah dengan urine, pengangguran yang disebut dalam bahasa
ilmiahnya adalah tunawisma.29
d. Sinonimi Muncul antara Bahasa Kekanak-kanakan dan Bahasa Orang
Dewasa
Faktor penyebab munculnya sinonim tak lain adalah disebabkan
penyinoniman yang dikeluarkan dari bahasa anak-anak dan orang dewasa.
Penyinoniman ini diutarakan untuk mempermudah pemahaman antara yang satu
dengan yang lain terlebih dari bahasa yang diutarakan orang dewasa kepada
anak-anak. Biasanya bahasa yang diutarakan orang-orang dewasa terhadap anak-
anak lebih banyak diutarakan secara berulang suku katanya.30
Misalnya adalah
papa, mama, pipi, gigi, dada. Kemudian juga dikeluarkan kembali bahasa pipis
(kencing), mimi (minum), mamam (makan), e’e (buang hajat besar). Dengan
bahasa-bahasa pengulangan seperti inilah yang pada akhirnya menyebabkan
terjadinya sinonim yang dimunculkan anak-anak dan orang dewasa guna
memahami bahasa yang disampaikan.
e. Sinonimi Muncul untuk Kerahasiaan
Untuk faktor berikut ini yaitu sinonim muncul untuk kerahasiaan biasanya
digunakan oleh para pemakai bahasa gaul seperti bokap, nyokap yang tak lain
bersinonim dengan ayah dan ibu, woles yang makna sebenarnya adalah santai
29
J. D. Parera, Teori Semantik, h. 66. 30
J. D. Parera, Teori Semantik, h. 66.
21
atau tenang, cius makna sebenarnya serius, dan masih banyak lagi kata-kata gaul
lainnya yang sebenarnya semua itu memunculkan sinonim. Hal ini pun dijelaskan
oleh Debby Sahertian dalam karyanya yaitu Kamus Gaul.31
Munculnya sinonim
untuk kerahasiaan pun tidak hanya itu saja melainkan juga sering dimunculkan
oleh sebuah instansi keamanan (intel), dalam profesi (seperti profesi penjahat)
antargeng, dan antarremaja.32
f. Sinonimi Muncul karena Kolokasi
Beberapa contoh terkait munculnya sinonim karena kolokasi diantaranya
adalah, kata indah dan cantik memiliki kesinoniman namun dibatasi kolokasinya.
Kata indah lebih banyak dihubungkan dengan kondisi alam, misalnya bunga
yang indah, gunung yang indah, pemandangan yang indah, sedangkan kata
cantik lebih dihubungkan dengan perempuan, contohnya gadis yang cantik, putri
yang cantik, ratu yang cantik.33
5. Penerjemahan Sinonim
Menerjemahkan berarti kegiatan manusia dalam mengalihkan informasi
atau pesan baik verbal ataupun non verbal dari informasi asal atau informasi
sumber ke dalam informasi sasaran. Terjemah bisa diartikan sebagai suatu proses
pengalihan pesan yang terdapat dalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber
dengan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran (Bsa).34
31
J. D. Parera, Teori Semantik, h. 66. 32
J. D. Parera, Teori Semantik, h. 67. 33
J. D. Parera, Teori Semantik, h. 67. 34
Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah; Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab, cet
ke-1, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), h. 10.
22
Secara populer dikatakan bahwa kata-kata sinonim adalah kata-kata yang
sama artinya. Secara garis besar memang demikian, namun bila diteliti lebih
cermat, sebenarnya tidak ada kata yang seratus persen bersinonim. Antara dua
kata selalu terdapat perbedaan, walau pun sedikit saja, entah perbedaan itu berupa
perasaan kata saja maupun perbedaan makna dan perbedaan lingkungan yang
boleh dimasukinya. Misalnya saja kata buas bersinonimkan galak, ganas. Kita
tahu bahwa binatang yang buas adalah binatang yang ganas dan galak, tetapi
binatang yang galak dan buas belum tentu binatang buas.35
6. Penerjemahan a - n
alam menerjemahkan nash al- ur n tentunya berbeda dengan
menerjemahkan nash sastra, nash ilmiah, dan nash-nash lainnya. alam
menerjemahkan nash al- ur n tentu harus ada penanganannya sendiri. Bagi kita
selaku orang Islam, al- ur n tentunya merupakan kitab suci yang di dalamnya
terdapat banyak ungsi dan aneka dimensi yang sangat perlu untuk dijaga dan
diraih man aatnya. engan demikian, agar semua kebaikan yang terdapat dalam
al- ur n tetap terjaga dan terpelihara, maka segala aspek yang terkait dengan
prosedur, metode, dan teknik penerjemahannya pun perlu dirumuskan terlebih
dahulu.36
Menurut Marry M. F. Massoud penerjemahan tidak cukup hanya
mengasilkan kembali makna yang tepat dalam bahasa yang lain. Makna tersebut
haruslah disampaikan dalam gaya bahasa yang otentik atau wajar dan sekaligus
sedekat-dekatnya dengan karya asli. Jadi yang terpenting dalam penerjemahan
35
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, h. 58. 36
Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung: Humaniora,
2005), h. 163.
23
yaitu kepentingan merupakan tujuan utama, maka isi terjemahan seutuh mungkin
harus sama dengan isi karya asli, dan gaya bahasa terjemahan terasa wajar bagi
pembaca yang dituju.37
Menerjemahkan al- ur n merupakan tugas yang begitu suci dan sangat
berat, karena yang diterjemahkan adalah al- ur n. leh karena itu ajar apabila
sebagian ulama menghindari menerjemahkan al- ur n. Kekha atiran mereka itu
sebenarnya adalah sikap kehati-hatian dan rasa tanggung ja ab terhadap kitab
sucinya dari penyele engan yang tidak diinginkan. arena redaksi al- ur n
tidak dijangkau secara pasti, kecuali Allah sendiri. Hal ini menghasilkan
keanekaragaman penerjemah maupun penafsir. Bahkan para sahabat Nabi pun
sering berbeda pendapat dalam menerjemahkan dan menafsirkan serta menangkap
maksud firman-firman Allah Swt.38
Terjemahan merupakan sarana yang penting dalam usaha transformasi
ajaran kitab suci ke dalam bahasa dan budaya yang lain. Setiap penerjemahan
yang dilakukan, ia setidaknya akan masuk kepada salah satu dari dua kategori,
yaitu pertama yang berusaha menjelaskan makna al- ur n ke bahasa lain selain
Arab. Model seperti ini telah dilakukan sejak masa Islam awal dan mayoritas
Muslim menerima model penerjemahan tersebut.39
Dijelaskan oleh al-Shabuni dalam buku al- iby n l m al- u ’ n,
mengalihkan al- ur n kepada bahasa asing selain bahasa Arab dan terjemahan,
dicetak dengan tujuan agar dapat dikaji oleh mereka yang tidak menguasai bahasa
37
Vero Sudiati dan Aloys Widyamartaya, Panggilan Menjadi Penerjemah, (Yogyakarta:
Pustaka Widyamartaya, 2005), h. 9. 38
M. Quraish Shihab, embumikan al- u ’ n, (Bandung: Mizan, 1997), h. 75. 39
Erfan Nurtawab, Tafsir al- u ’an Nusanta a empo Doeloe, (Ciputat: Ushul Press,
2009), h. 55.
24
Arab sehingga dapat mengerti maksud dari irman Allah dengan bantuan dari
terjemahan tadi, sehingga ia bisa memahami maksud al- ur n dengan melalui
terjemahan tersebut.40
Ada beberapa macam penerjemahan al- ur n menurut Syaikh Abdul
‘Alim az-Zarqani yang dipaparkan dalam buku Teori Penerjemahan Arab-
Indonesia yang diantara penerjemahan-penerjemahan al- ur n dan hukumnya
adalah:
Yang pertama yaitu, penerjemahan al- ur n dengan cara menyampaikan
al- ur n itu sendiri. Sebagaimana semasa hidup Rasulullah saw, bahwasanya
Rasul membaca al- ur n dan memperdengarkannya, baik itu kepada
keluarganya, para sahabat atau pun kepada musuh-musuhnya, dalam kondisi apa
pun. Sehingga dengan demikian sampailah al- ur n kepada generasi-generasi
setelahnya ataupun kepada kelompok demi kelompok.
alu yang kedua adalah menerjemahkan al- ur n dengan cara
menafsirkannya dengan bahasa Arab bukan dengan bahasa lain. Hal ini
berlandaskan kepada surat an-Nahl ayat 144 yang didalamnya menerangkan
bah asanya menerangkan al- ur n dengan menggunakan bahasa Arab dengan
sangat baik sehingga Sunnah abi dinilai sebagai penjelasan atas al- ur n.
emudian yang ketiga yaitu mena sirkan al- ur n menggunakan bahasa
asing, bukan dengan bahasa Arab. Menerjemahkan dengan cara seperti ini
diperbolehkan karena tidak ada bedanya dengan mena sirkan al- ur n dengan
40
Muhammad Ali al-Shabuni, al-Tibyan fi lum al u ’ n, (Beirut, Alam al Kutub,1985),
h. 205.
25
bahasa Arab kepada orang yang mengerti bahasa Arab.41
Tentunya penerjemah
harus mampu dan memiliki keahlian dalam menguasi bahasa sumber yakni bahasa
al- ur n itu sendiri dan bahasa sasaran yang tak lain adalah bahasa asing yang
akan ia gunakan untuk mena sirkan al- ur n. Namun dalam menggunakan
penerjemahan ini seorang penerjemah harus mengikuti beberapa ketentuan
sebagai berikut:
a) alam mena sirkan al- ur n menggunakan metode penafsiran yang telah
disepakati oleh para ulama.
b) idak mentransliterasi al- ur n yang akan dite sirkan ke huru lain.
c) Menerjemah dilakukan atas ta siran ayat bukan terhadap nash al- ur n.
d) Ayat yang ditafsirkan dicantumkan.
e) alam menerjemahkan ta sir al- ur n diawali dengan muqaddimah yang
menjelaskan terkait status terjemahan.
emudian yang terakhir yaitu, menerjemahkan al- ur n dengan cara
memaparkan makna dan maksudnya ke dalam bahasa lain, baik itu secara harfiah
maupun secara tafsiriah.42
alam menerjemahkan al- ur n berarti penerjemah mengalihkan
kandungan pesan yang terdapat dalam al- ur n, ke bahasa lain selain bahasa
Arab. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk memudahkan mereka yang tidak
menguasai bahasa Arab dalam mengkaji dan mempelajari al- ur n, sehingga
41
Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung: Humaniora,
2005), h. 164. 42
Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), h. 164-165.
26
mereka mampu menyerap kandungan dari ayat-ayat al- ur n dengan adanya
terjemahan tersebut.43
Ada lima hal yang harus diperhatikan oleh seorang penerjemah ketika
menerjemahkan al- ur n44
yang di antaranya adalah:
a) etika menerjemahkan al- ur n seorang penerjemah bertumpu pada syarat
syarat penafsiran rasional.
b) Ketepatan terjemah harus diperhatikan oleh penerjemah dengan melihat
beberapa tingkatan berikut: 1. Terjemah kata per kata dengan melihat
padanannya; 2. Memberikan beberapa penjelasan dan gambaran tambahan atas
makna kata yang ditrjemahkan; 3. Memaparkan dengan dalil dan pemilihan
makna terjemahan yang tepat.
c) Penerjemah fokus pada redaksi (األلفاظ) serta makna pada al-Qur n, bukan
pada susunan al- ur n.
d) Melakukan proses penerjemahan al- ur n dengan metode yang benar dengan
kriteria sebagai berikut: 1. Menerjemahkan dengan bahasa yg mudah difahami
dan sesuai kemampuan pembaca pada umumnya; 2. Berhati-hati dalam
memilih padanan dari kalimat dalam al- ur n; 3. Sempurna dalam
menuliskan makna ayat al- ur n; 4. Meminta bantuan ahli bahasa sasaran
untuk dikoreksi.
e) Penerjemah menggunakan tafsir sebagai rujukan dalam menerjemahkan.45
43
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-an Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia,
(Tangerang: Penerbit Dikara, 2011), h. 54. 44
H.B Jassin, al- u ’ n al-Karim Bacaan Mulia, (Jakarta: Jambatan, 1977), h. 44. 45
H.B Jassin, al- u ’ n al-Karim Bacaan Mulia, h. 47.
27
B. Hari Kiamat
1. Pengertian
Asal mula kata “kiamat” adalah kata serapan dari kosa kata bahasa Arab,
q ma-yaq mu-qiy man ( قياما-يقوم-قام) yang berarti berdiri, berhenti, atau berada
di tengah. Kiamat (al-qiy mah) diartikan sebagai kebangkitan dari kematian, yaitu
dihidupkannya semua manusia setelah kematiannya. Hari kiamat (yaum al-
qiy mah) berarti hari atau saat terjadinya kebangkitan (manusia) dari kubur.46
Kata ini mendapat imbuhan al ali l m lit ta’ i ) di awalnya yang
berfungsi menjadikannya sesuatu yang diketahui dan ta ma b tah pada akhirnya
yang berfungsi mengisyaratkan betapa hebat dan sempurnanya peristiwa itu. Kata
al-qiy mah, karenanya mesti diartikan sebagai peristiwa kebangkitan yang terkait
dengan makhluk sesudah kematiannya. Kata ini disebut sebagai ma′rifah (yang
sudah diketahui) untuk mengisyaratkan bahwa kebangkitan itu pasti akan terjadi.47
Seperti pada yang tertera dalam al- ur n:
46
Diklat Kementerian Agama RI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kiamat
dalam Perspektif al- u ’ n dan Sains, akarta ajnah entashihan Al- ur n, 2011), h. 8. 47
Naufal Abdurrazaq, Hari Kiamat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 10-11.
28
Orang Yahudi berkata: "Orang Nasrani itu tidak memiliki pedoman." Orang-
orang Nasrani pun berkata,"Orang-orang Yahudi tidak memiliki pedoman."
Padahal, mereka membaca Kitab. Begitu pula orang-orang yang tidak berilmu.
Mereka berkata seperti ucapan orang Yahudi dan Nasrani itu. Maka, Allah akan
mengadili perselisihan mereka pada hari kiamat. (al-Baqarah/2: 113)48
Dalam agama Islam, pengertian tentang hari akhir adalah hari kiamat
yang didahului dengan hancurnya alam semesta ini. Jadi, pada hari ini seluruh
makhluk yang masih hidup akan musnah. Bumi pun akan berganti, bukannya
bumi atau langit yang ada disaat sekarang ini (Sayyid Sabiq). Beriman kepada
hari akhir termasuk rukun yang kelima dari enam rukun Iman dalam aqidah
agama kita, yaitu agama Islam.49
Setelah ditiupnya sangkakala yang ketiga kali
manusia akan dibangkitkan dari kuburnya. Arwah mereka akan dikembalikan ke-
jasadnya, lalu mereka akan dibangkitkan untuk menghadap kepada Sang Pencipta
alam semesta.50
Selanjutnya, Allah swt. menciptakan alam lain yang disebutnya alam
akhirat. Saat itulah makhluk akan dibangkitkan yakni dihidupkan lagi setelah
mereka mati, ruhnya dikembalikan dalam tubuhnya dan dengan demikian mereka
akan mengalami kehidupan yang kedua kalinya. Setelah dibangkitkan (diba'ats)
lalu setiap jiwa akan dihisab (dipertunjukkan) seluruh amal yang berupa kebaikan
dan keburukan, maka barang siapa yang kebaikannya melebihi keburukannya,
tentunya oleh Allah Ta'ala akan dimasukkan dalam surga, sedangkan barang siapa
48
Aam Amiruddin, al- u ’ n e emah ontempo e al- u’ si , cet. 1, h. 18. 49
Sayyid Sabiq, al- q ’id al- sl miyyah, terjemahan, cet. 2 (Bandung: Diponegoro, 1976),
h. 55. 50
mi Humairoh, “ ebangkitan Manusia dari ubur” artikel diakses pada 27 anuari 2013
dari muslimah.or.id/aqidah/manusia-dibangkitkan-dari-kubur-dan-dihadapkan-kepada-rabbnya.
html
29
yang keburukannya lebih banyak dari pada kebaikannya, maka ia akan
dimasukkan ke dalam neraka.
Keadaan pada hari kiamat itu penuh bahaya dan kesengsaraan yang
mengerikan, kecuali bagi orang yang beriman. Akan ada miliaran orang, namun
kerumunan besar ini tidak akan memberikan kesempatan bagi orang-orang kafir
untuk melarikan diri dari penghisaban.51
Keadaan yang sangat berbahaya itu (pada
hari kiamat) wajib kita imani, artinya percaya bahwa akan terjadi keadaan yang
demikian itu, kemudian sadar akan tergugah hatinya mengerjakan iman, ibadah
dan amal shaleh. Iman dan amal saleh itulah penyebab utama bagi keselamatan
manusia dari bahaya-bahaya yang dahsyat pada hari kiamat dan dari siksa neraka.
2. -
alam al- ur n digambarkan proses a al kedatangan hari kiamat yang
ditandai dengan tiupan sangkakala Malaikat Israfil. Ada dua tiupan yang
dilakukan malaikat Israfil diantaranya, tiupan pertama menghancurkan tatanan
alam semesta, sedang tiupan kedua membangkitkan manusia dari kuburnya.
Tiupan pertama Israfil demikian dahsyatnya sehingga seluruh jagad raya kalang
kabut dan hancur.Tatanan alam semesta (pelanet, bintang, dan galaksi) yang
selama ini bergerak teratur mengitari pusat massanya selama milyaran tahun
menjadi tak beraturan dan tak menentu. Benturan antara benda-benda langit
(bumi, matahari, rembulan, dan lainnya) tak terelakkan. Semua itu mengakibatkan
ledakan yang sangat dahsyat dan tak terkirakan.52
51
Sae udin aza, “ khi at, empat inggal anusia yang Sebena nya”, artikel diakses
pada bulan Agustus 2012, diambil dari www.saefudin.info/2012/08/alam-akhirat-tempat-kita-
yang-abadi.html. 52
Taufik Damas, dkk., al- u ’ n Tafsir Jalalain Per Kata (Jakarta: Suara Agung,2013),
h.568.
30
Artinya: Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup. Dan diangkatlah
bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada
hari itu terjadilah hari kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit
menjadi lemah. al-H qqah/69:13-16)53
Artinya: Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, Maka terkejutlah
segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki
Allah. dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. Dan
kamu Lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya, Padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat
53
Taufik Damas, dkk., al- u ’ n Tafsir Jalalain Per Kata, h.568.
31
dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (an-Naml/27: 87-88)54
ika merujuk kepada al- ur n, maka banyak ditemukan bah a hampir
semua pernyataan yang menyangkut kiamat dija ab baik secara tersurat maupun
secara tersirat oleh al- ur n. Sesekali secara serius kaum musyrik menanyakan
tentang hari kiamat dan berkali-kali sebagai ejekan, mereka bertanya “ apan
terjadinya kiamat?” dan al- ur n menanggapi hal tersebut dengan ja aban yang
selalu sama “Hanya Allah Yang Maha ahu”.55
Sebagaimana Allah berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya Hari Kiamat akan datang. Aku hampir saja
menyembunyikannya. Kiamat Aku adakan agar supaya tiap-tiap jiwa yang
mukalla dibalas dengan apa yang ia usahakan”. (Thaha/20: 15)
Dalam terjemahan ayat diatas makna yang terkandung di dalamnya banyak
menimbulkan perbedaan penafsiran oleh para ulama dari segi kemiripan makna.
Ada yang memahami kata “hampi sa a” sebagai sisipan yang tidak mengandung
makna kecuali sebagai penguat dan dengan demikian ayat ini menyatakan “Aku
merahasiakannya sehingga dia akan datang secara tiba-tiba”. Ada lagi yang
berpendapat bah a ayat ini seakan menyatakan “Aku hampir saja menampakkan
masa jadinya”. Ini dapat berarti bah a kedatangan hari kiamat tidak akan lama
lagi, atau bisa dikatakan bahwa kepercayaan akan datangnya kiamat sangat jelas
54
Taufik Damas, dkk., al- u ’ n Tafsir Jalalain Per Kata, h. 385. 55
Aam Amiruddin, al- u ’ n e emah Kontemporer al- u’ si , h. 313.
32
dan tanda-tandanya pun silih berganti sehingga kerahasiaannya pun sebenarnya
tidak menjadi rahasia lagi.56
Pendapat ketiga menyatakan bahwa yang dimaksud adalah “Aku hampir
saja merahasiakan dan tidak membicarakan lagi persoalan iamat ini”. Ini karena
membicarakannya tidak banyak manfaatnya bagi orang-orang kafir yang mau
bagaimana pun diingatkan akan selalu saja menolak sambil mencemoohkannya.
Ada lagi yang memahami ayat diatas dengan pengertian “ ku hampi sa a tidak
menguraikan soal Kiamat, agar ia benar-benar menjadi rahasia dan
kedatangannya benar-bena me upakan dadakan.”
Sayyid Sabiq menjelaskan dalam bukunya al- q ’id al- sl miyyah bahwa
hari kiamat adalah suatu keadaan yang didahului dengan musnahnya alam
semesta. Saat itu, seluruh makhluk yang masih hidup akan mati. Bumi pun akan
berganti, bukannya bumi dan langit yang ada sekarang.57
Sayyid Quthub seorang sastra an, pemikir, sekaligus pena sir al- ur n ia
menggaris bawahi bahwasanya yang dimaksud dengan hari kiamat adalah
dinginnya matahari, pudarnya cahaya matahari, serta terhentinya jilatan-jilatan api
dari matahari yang letaknya ribuan mil di angkasa raya seperti yang dirasakan
seperti saat ini. Semua berubah saat datangnya hari kiamat, matahari berubah
menjadi membeku seperti kulit bumi kita dan berputar pada porosnya tanpa
percikan api dari dalamnya.58
56
Aam Amiruddin, al- u ’ n e emah Kontemporer al- u’ si , h. 313. 57
Sayyid Sabiq, al- qa’id al- sl miyyah, terjemahan, cet. 2, (Bandung: Diponegoro, 1976)
h. 68. 58
M. Quraish Shihab, Kematian adalah Nikmat, (Tangerang: Lentera hati, 2013), h. 175.
33
3. Nama-nama Hari Kiamat
Percaya kepada hari akhir merupakan salah satu rukun atau sendi dari
rukun iman, akar dan merupakan bagian pokok dari aqidah, bahkan sebagai unsur
terpenting di samping kepercayaan kepada Allah Ta'ala. Yang demikian itu
sebabnya ialah karena percaya kepada Allah Ta'ala akan dapat meyakinkan
sumber pertama yang dari padanya itulah timbul segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini, sedangkan percaya kepada hari kiamat akan dapat meyakinkan
bagaimana kejadian yang terakhir bagi segenap makhluk yang pernah ada.59
Al- ur n memberikan perhatian yang sangat istimewa terhadap
penetapan keimanan pada hari akhir itu. Perhatian yang besar ini dapat diketahui
antara lain Allah Ta'ala tidak mengemukakan hari kiamat itu dengan satu sebutan
nama saja, tetapi menggunakan nama-nama yang berlainan dan setiap nama
menunjukkan pengertian apa yang terjadi pada hari itu, sebagaimana tersebut di
bawah ini:
1. Hari Ba'ats (yaum al-Ba'ts), sebagaimana firman-Nya dalam surat ar-Rum
30) ayat 56 Artinya “Da sebagaimana irman- ya dalam al- ur n surat al-
Qamar (54) ayat 1: Artinya orang-orang yang diberi ilmu dan keimanan berkata
(kepada orang-orang kafir), sungguh kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut
ketetapan Allah, sampai hari berbangkit. Maka inilah hari berbangkit itu, tetapi
(dahulu) kamu tidak meyakini nya).”
2. Saat (yaum al-Sa'ah: "Saat (hari kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah.”
59
M. Abdul Ghoffar, Sudah Ada dan Pasti Akan Tiba, (Jakarta: Firdaus, 1993), h. 42.
34
3. Akhirat yaum al- khir), sebagaimana irman- ya dalam al- ur n surat al-
A la 87) ayat 16-17 Artinya “Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih
kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal.”
4. Hari Din yaum al-D n), sebagaimana irman- ya dalam al- ur n surat al-
Fatihah (1) ayat 4: Artinya “ emilik hari pembalasan.”
5. Hari Hisab (yaum al- is b), sebagaimana irman- ya dalam al- ur n surat
al-Mu'min (40) ayat 27, yang artinya: “Dan (Musa) berkata, sesungguhnya aku
berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang
menyombongkan diri, tidak beriman kepada hari (perhitungan amal).”
6. Hari Fath (yaum al-Fathi), sebagaimana irman- ya dalam al- ur n surat as-
Sajdah (32) ayat 29 Artinya “Katakanlah, pada hari (kemenangan) itu, tidak
berguna lagi bagi orang-orang kafir keimanan mereka dan mereka tidak diberi
penangguhan.”
7. Hari Talaq yaum al- al q), sebagaimana irman- ya dalam al- ur n surat
al-Mu'min (40) ayat 15-16 yang artinya “Dialah Yang Maha Tinggi derajat-Nya,
yang memiliki Arsy', yang menurunkan (wahyu) dengan perintah-Nya kepada
siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, agar memperingatkan
(manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat), (yaitu) pada hari (ketika) mereka
keluar (dari kubur); tiada sesuatu pun keadaan mereka yang tersembunyi di sisi
Allah.”
8. aum al- asrah, artinya hari penyesalan, sebagaimana firman Allah swt.
dalam surat Maryam 19) ayat 39, yang artinya “Dan berilah mereka peringatan
tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus, sedang
mereka dalam kelalaian dan mereka tidak beriman.”
35
9. aum al- qqah, artinya hari yang pasti terjadi, sebagaimana firman Allah
swt. dalam al- ur n surat an-Naba' (78) ayat 39. Artinya “Itulah hari yang pasti
terjadi. Maka barang siapa menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali
kepada uhannya.”
10. Yaum al-Jam', artinya hari berkumpul, sebagaimana disebutkan dalam surat
asy-Syura 42) ayat 7 yang artinya “Dan demikianlah Kami wahyukan al- ur n
kepadamu dalam bahasa Arab agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk
ibu kota Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya serta memberi
peringatan tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak diragukan adanya.”
11. aum al- hul d, artinya hari kekekalan, sebagaimana firman Allah dalam
surat a 50) ayat 34, yang artinya “Masuklah ke dalam surga dengan aman dan
damai. Itulah hari yang abadi.”
12. aum al- as l, artinya hari keputusan, sebagaimana firman-Nya dalam surat
ad-Dukhan (44) ayat 40, yang artinya: “Sungguh hari keputusan hari kiamat)
adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya.”
13. aum al- a d, artinya hari terlaksananya ancaman, sebagimana firman-Nya
dalam al-Qur n surat a 50) ayat 20. Artinya “Dan ditiuplah sangkakala. Itulah
hari yang diancamkan.”
14. aum al- hu j, artinya hari keluar dari kubur, sebagaimana firman Allah
swt. dalam al-Qur n surat Qaf (50) ayat 42. Artinya “(Yaitu) pada hari (ketika)
mereka mendengar suara dahsyat dengan sebenarnya. Itulah hari keluar (dari
kubur).”
15. Yaum al- ag bun, artinya hari ditampakkan kesalahan-kesalahan,
sebagaimana firman Allah SWT dalam surat at-Tagabun (64) ayat 9. Artinya:
36
“(Ingatlah) pada hari ketika Allah mengumpulkan kamu pada hari berhimpun,
itulah hari pengungkapan kesalahan-kesalahan....”
16. aum al- an d, artinya hari pemanggilan, sebagaimana firman Allah swt.
dalam surat al-Mu min 23) ayat 32. Artinya “Dan wahai kaumku. Sesungguhnya
aku benar-benar khawatir terhadapmu akan (siksaan) hari saling memanggil.”
17. Yaum al-Mau'ud, artinya hari yang dijanjikan, sebagaimana disebutkan dalam
surat al-Buruj 85) ayat 2 yang artinya “ an demi hari yang dijanjikan.”
18. Yaum al-Kab r, artinya hari yang besar. Firman Allah swt dalam surat Hud
11) ayat 3. Artinya “Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu
akan ditimpa siksaan yang besar hari kiamat).”
19. aum al- s r, artinya hari yang sulit. Firman Allah swt. dalam surat al-
Muddassir (74) ayat 9. Artinya “Maka itulah hari yang serba sulit.”
Demikian nama-nama dari aum al- iy mah yang tersebut dalam al- ur n.
37
BAB III
BIOGRAFI PENERJEMAH - -
A. Riwayat Hidup dan Pendidikan
Aam Amiruddin, di kenal di masyarakat sebagai seorang Ustadz dengan
panggilan Ustadz Aam. Ustadz Aam memiliki pribadi yang sederhana, santun dan
lemah lembut sehingga di kalangan masyarakat beliau di senangi. Beliau adalah
Anak pertama dari dua belas bersaudara pasangan bapak Nurdin (alm) dan ibu Siti
Asiah. Ustadz Aam banyak menghabiskan masa kecilnya di Bandung. Ustadz
Aam lahir di Bandung, 14 Agustus 1965. Saat ini tinggal di Bandung. Menikah
dengan Sasa Esa Agustiana dan diamanahi satu putra yang bernama (Iqbal Rasyid
Ridha) dan dua putri yang bernama (Tsania Shofia Afifa dan Tsalisa Syifa Afia).60
Perjalanan pendidikannya ia mulai dengan menamatkan sekolah di
Bandung dari SD Pabaki I, kemudian ia pun melanjutkan sekolahnya ke jenjang
Tsanawiyyah dan Mualimin Persantren Persatuan Islam Bandung. Setelah lulus di
sekolahnya, ia pun memutuskan hijrah ke Jakarta Pada tahun 1984 untuk
menimba ilmu di sekolah milik kedutaan Saudi Arabia yaitu Ma had a lim
Lughah al-Arabiyyah, FISIP UI, dan IKIP Jakarta.61
Pada Tahun 1986, Aam Amiruddin mendapatkan beasiswa dari
pemerintah Saudi Arabia untuk menekuni bidang Islamic Studies di International
60
im Humas ercikan Iman, ” ro il embina Yayasan,” artikel diakses pada bulan
Oktober 2014 dari http:/www.percikaniman.org/staticpage/profil-pembina yayasan.html 61
Nunik,” ro il r. H. Aam Amiruddin, Msi engusaha & enceramah,” artikel diakses
pada bulan Agustus 2014 dari http://www.profildunia.com/2014/08/profil-dr-h-aam-amiruddin-
msi-pengusaha.html
38
Islamic Educational Institute. Karenanya, Aam Amiruddin hanya sempat
mengenyam kuliah di UI selama dua semester dan IKIP Jakarta empat semester.
Yudisium Cum Laude program S1 bidang Islamic Studies dapat ia selesaikan
dalam tempo tiga setengah tahun. Tahun 1991-1995, Aam Amiruddin, Msi pun
menekuni bidang ilmu Public Relations di Fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA.
Pada Mei 2004, ia menamatkan program Magister Sains (M.Si) bidang kajian
utama Ilmu Komunikasi di Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran, bidang
kajian utama Ilmu Komunikasi. Lalu, pada Agustus 2004, namanya tercatat
kembali sebagai “santri” program oktor S3) dengan konsentrasi Ilmu
Komunikasi di Universitas yang sama, yaitu Universitas Padjajaran.62
B. Buku dan Karya Tulis
Beberapa buku dan karya tulis hasil Aam Amirudin dalam perjalanan
hidupnya diantaranya terbagi menjadi beberapa kategori yaitu Tafsir dan
Terjemahan, Pendidikan dan Keluarga:63
1. Terkait Tafsir dan Terjemah
Tafsir ontemporer uz ‘Amma berjumlah 3 jilid dan diterbitkan tahun 2004
sebanyak 956 halaman, yaitu diantaranya “An- aas a sir al- ur n
ontemporer or ids”, “Al-Ikhlas a sir al- ur n ontemporer or ids” laku
ada juga buku karangan beliau tentang “Mudah & Cepat Pahami al- ur n” terbit
2010.
62
Inayatul mmah,” stadz Aam sang stadz Bandung,” artikel diakses pada 06 Agustus
2011 dari salmanitb.com/2011/08/06/ustadz-aam-sang-ustadz-bandung.html 63
Aam Amiruddin, a si ontempo e Juz ‘ mma, (Bandung: Khazanah Intelektual,
2004) h.955-956.
39
2. Pendidikan dan Keluarga
Buku “Dzikir Orang-Orang Sukses” terbit tahun 2008 berjumlah 250
halaman, buku “Kunci Sukses Meraih Cinta Ilahi” terbit pada tahun 2008
berjumlah 240 halaman, lalu kemudian buku “Melangkah ke Surga dengan Shalat
Sunnah” terbit tahun 2009 dengan tebal 160 halaman. Lalu buku“ o a Orang-
orang Sukses” diterbitkan pada 200 setebal 128 halaman. “Bedah Masalah
Kontemporer” 2 jilid dan telah diterbitkan pada tahun 2005 sebanyak 542
halaman. Jilid pertama mengupas tentang pendidikan Aqidah dan Akhlak. Lalu
pada jilid kedua membedah tentang pendidikan Ibadah dan Muamalah. Karya
berikutnya dengan judul “Sudah Benarkah Shalatku?” yang diterbitkan pada tahun
2008, setebal 274 halaman, Buku karyanya yang diangkat dari prilaku anaknya
dengan judul “Ketika Shofie Bertanya (Buku For Tenager)” terbit di tahun 2005,
setebal 172 halaman, “Fiqih Kecantikan” terbit 2011berikutnya buku yang
mengupas “Menelanjangi Strategi Jin” terbit 2005 sebanyak 200 halaman. Karya
lainnya adalah , “Seks Tak Sekadar Birahi” ditulis bersama Hanny Ronosulistyo
dan diterbitkan pada tahun 2005 setebal 216 halaman, “Kehamilan yang
Didamba” ditulis bersama Hanny Ronosulistyo terbit 2007 dengan tebal 132
halaman, “Cinta dan Seks Rumah Tangga Muslim” ditulis bersama Untung
Sentosa terbit 2006 dengan 226 halaman, “Anak anda bertanya seks?” ditulis
bersama Alfa Handayani diterbitkan tahun 2008 dengan tebal 160 halaman,
“Membingkai Surga dalam Rumah Tangga” ditulis bersama Priyatna Muhlis terbit
pada tahun 2006 setebal 194 halaman, “Menuju Surga dengan Shalat Sunnah”
terbit tahun 2010, dan “Golden Parenting : Sudahkah Kudidik Anakku dengan
Benar?” diterbitkan pada tahun 2011.
40
C. Karir
Kegiatan keseharian Aam Amiruddin yang panggilan akrabnya adalah
Ustadz Aam cukup beragam; sebagai narasumber di sejumlah media cetak dan
elektronik, ia pula seorang pendidik, konsultan, jurnalis, penulis buku dan sebagai
professional.64
Di antara kegiatannya itu adalah :
Aam Amiruddin merupakan narasumber di acara dakwah pada sejumlah
televisi (Tv) swasta, seperti Tv One, Trans TV, dan juga narasumber pada acara
Hikmah Fajar di RCTI. Ia pun seorang narasumber dalam acara Percikan Iman
yang disiarkan oleh Radio OZ 103,1 FM – Bandung setiap pagi jam 05.15-06.00
WIB. Sisi lain dari sosok Aam Amiruddin selain menjadi narasumber pada
sejumlah siaran TV, ia pun menjabat sebagai Komisaris Utama PT. Khazanah
Intelektual, direktur Utama PT. Percikan Iman Tour & Travel, Ketua Pembina
Yayasan Dakwah Percikan Iman.
Dalam menapaki karirnya, Aam Amiruddin pun memimpin Konsultan
Corporate Religious di sejumlah perusahaan swasta dan pemerintah. Beliau juga
dosen luar biasa pada Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung,dan
menjadi penceramah di berbagai Pesantren.
64
im Humas ercikan Iman, ” ro il embina Yayasan,” artikel diakses pada bulan
Oktober 2014 www.percikaniman.org/staticpage/profil-pembina-yayasan.html
41
BAB IV
ANALISIS
TERJEMAHAN SINONIM - DALAM TERJEMAH AL-
N KONTEMPORER AL-MU SIR KARYA AAM AMIRUDIN:
STUDI AKURASI DAN MAKNA
A. Terjemahan Sinonim yang Akurat
Kiamat adalah kata serapan dari kosa kata bahasa Arab, q ma-yaq mu-
qiy man ( قياما-يقوم-قام) yang berarti berdiri, berhenti, atau berada di tengah.
Kiamat (al-qiy mah) diartikan sebagai kebangkitan dari kematian, yaitu
dihidupkannya semua manusia setelah kematiannya. Hari kiamat (yaum al-
qiy mah) berarti hari atau saat terjadinya kebangkitan (manusia) dari kubur yang
didahului dengan hancurnya alam semesta ini.
alam al- ur n digambarkan proses a al kedatangan hari kiamat yang
ditandai dengan tiupan sangkakala Malaikat Israfil. Tiupan yang dilakukan
malaikat Israfil diantaranya, tiupan pertama menghancurkan tatanan alam
semesta, tiupan kedua mematikan semua makhluk ciptaanNYA kecuali yang
Allah kehendaki, sedang tiupan ketiga membangkitkan manusia dari kuburnya.
Tiupan pertama Israfil demikian dahsyatnya sehingga seluruh jagad raya kalang
kabut dan hancur.Tatanan alam semesta (pelanet, bintang, dan galaksi) yang
selama ini bergerak teratur mengitari pusat massanya pada saat itu menjadi tak
beraturan dan tak menentu. Benturan antara benda-benda langit tak terelakkan.
42
Semua itu mengakibatkan ledakan yang sangat dahsyat dan tak terkirakan.65
Jadi,
pada hari ini seluruh makhluk yang masih hidup akan musnah. Setelah ditiupnya
sangkakala yang ketiga kali manusia akan dibangkitkan dari kuburnya. Arwah
mereka akan dikembalikan ke jasadnya, lalu mereka akan dibangkitkan untuk
menghadap kepada Sang Pencipta alam semesta.
Pada al- ur n Terjemah Kontemporer al-Mu’ sir karya Aam Amiruddin,
saya menemukan sejumlah ayat yang bersinonim dengan kata yaum al-qiy mah
(Hari Kiamat) dengan makna terjemahan baik yang akurat atau pun yang tidak
akurat. Adapun terjemahan sinonim yang saya analisis dalam studi kasus ini
berjumlah sembilan belas terjemahan sinonim yaum al-qiy mah.
Terjemahan sinonim dari kata yaum al-qiy mah yang dianalisis
diantaranya adalah: al- aum al- khi , al-S ’ah, al- i’ah, al- qqah, al-
qi’ah, al-Gh syiyah, al-S khakhah, Yaum al-Ba’ts, aum al- hu , aum al-
as l, al- mmah al- ub , aum al- asrah, Yaum al- is b, Yaum al- a′ d,
aum al- zi ah, Yaum al-Jam′, aum al- al q, aum al- an d, dan Yaum al-
Tagh bun. Perhatikan contoh ayat berikut ini:
65
43
Artinya: Sungguh rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah.
Karenanya, apabila Kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka
be kata,” langkah besa nya penyesalan kami ka ena kelalaian kami tentang ha i
iamat.” e eka be kata sambil memikul dosa-dosa di atas punggung mereka.
Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu. (al-An am/7 31)66
Menurut saya, kata al-S ′ah yang diterjemahkan menjadi kiamat sudah
cukup akurat dalam ukuran tataran bahasa Indonesia karena penyampaian pesan
ke dalam Bsa (bahasa sasaran) disesuaikan dengan Bsu (bahasa sumber) serta
mudah untuk dimengerti. Jika dilihat dari makna sesungguhnya secara tunggal,
kata al-S ′ah diterjemahkan waktu, yang rusak, dan bisa pula bermakna binasa.
Kata al-S ′ah dalam konteks diterjemahkan waktu dimana akan datangnya hari
kehancuran bagi alam semesta beserta isinya. alam al- ur n, saya menemukan
kata al-s ’ah disebutkan dalam dua bentuk, yang pertama adalah bentuk nakirah
(indefinit/umum) dan yang kedua bentuk ma′rifah (definit/tertentu). Di antara
kedua bentuk itu, yang bermakna hari kiamat adalah yang berbentuk ma′rifah. Hal
ini mengisyaratkan bahwasanya hari kehancuran alam pasti akan datang dan
terjadi. Salah satu ayat yang menyebutkan dalam bentuk ma′rifah adalah contoh
ayat tersebut di atas.
ada kasus ini saya ungkapkan bah a kata “Hari Berakhirnya Alam
Semesta” merupakan jenis rasa ajektiva, karena pada kata-kata tersebut
pembentukannya berinti pada kata sifat. itinjau dari ungsinya kata “Hari
66
Aam Amiruddin, al- u ’an e emah ontempo e al-Mu’ si , (Bandung; Khazanah
Intelektual, 2013), h.131.
44
Berakhirnya Alam Semesta” adalah frasa yang menerangkan dan diterangkan
(MD), Hari Berakhirnya (M) dan Alam Semesta (D).
Dari ayat tersebut di atas, pesan tersirat yang dapat saya ambil adalah
bahwa orang-orang yang mengingkari kedatangan hari kiamat al-s ’ah)
sangatlah merugi karena telah mendustakan pertemuannya kepada Allah. Ketika
hari kiamat itu tiba, mereka ternyata tidak siap, sehingga pada akhirnya yang
muncul adalah penyesalan, karena mereka banyak melakukan keburukan dan
kemaksiatan. Dengan demikian pada saat datangnya hari itu, semua dosa yang
telah mereka lakukan harus dipertanggungjawabkan.
Kasus berikutnya terdapat pada contoh ayat sebagai berikut ini:
Artinya: Hari kiamat, Apakah hari kiamat itu? tahukah kamu apakah hari
kiamat itu? al- ri ah/101:1-3).67
Kata al-q i’ah diterjemahkan oleh penerjemah ke Bsa menjadi Hari
Kiamat, sehingga hasil terjemahan ayat tersebut bisa dikatakan cukup akurat
karena pesan pada ayat tersebut tersampaikan dan mudah dipahami. Seperti yang
kita ketahui bersama bahwa kata al-q i’ah diambil dari kata qa a’a-yaq a’u-
qa ’an, yang artinya adalah mengetuk. Andaikan penerjemah hanya melihat dari
teksnya saja tanpa melihat konteksnya, maka akan sangat membingungkan dan
67
Aam Amiruddin, al- u ’an e emah ontempo e al-Mu’ si , (Bandung: Khazanah
Intelektual, 2013), h.600.
45
tidak akan akurat hasil terjemahannya jika kata hari kiamat diganti dengan kata
mengetuk.
Dari hasil analisa saya, arti al-q i’ah tidak hanya mengetuk, melainkan
juga bisa bermakna suara keras yang memekakkan telinga. Secara bentuknya al-
q i’ah memiliki asal usul yang jelas secara pentasrifan, yang berarti hari kiamat
atau bencana. l- i’ah adalah mu′annas dari kata q i‘un yang merupakan ism
a’il dari i’il m hi qa a’a yang maknanya bisa menjadi malapetaka, atau
bencana.
ilihat dari segi rasanya, maka “Suara Ketukan yang Keras” tergolong
pada jenis frasa ajektiva, karena pembentukannya berinti pada kata sifat. Dari segi
fungsinya kata tersebut adalah diterangkan dan menerangkan (DM). Kata suara
ketukan (D) yang keras (M), dan berdasarkan makna yang terkandung di
dalamnya maka ia termasuk pada pembentukan frasa konotasi karena memiliki
makna yang bukan makna sebenarnya. Karena pada dasarnya makna dari kata
suara ketukan yang keras adalah suara sangkakala milik malaikat Israfil.
Al- i’ah terjadi di saat awal datangnya kiamat. Pada saat itu, terdengar
suara yang menggelegar yang diakibatkan dari kehancuran yang begitu dahsyat.
Al- i’ah atau suara yang sangat memekakkan telinga inilah yang merupakan
tanda awal kehancuran alam semesta.
alam al- ur n, al-q i’ah menjadi salah satu nama di dalamnya dan
disebut sebanyak empat kali: tiga kali dalam surat al- i’ah, dan sekali dalam
46
surat al- qqah. Dari hasil kajian saya , kata al-q i’ah disebut dalam bentuk
nakirah pada surat ar-Ra′d ayat 31.
Pada kasus berikutnya, al- qqah disebut sebanyak tiga kali dalam surat
al-H ah:
Artinya: Hari kiamat.68
Apakah hari kiamat itu? Dan tahukah kamu Apakah hari
kiamat itu? al-H ah /69: 1-3)69
Pada ayat tersebut diatas penerjemah mengartikan kata al- qqah sebagai
“Hari iamat” dan terjemahan ini saya anggap sangat akurat. Terjemahan kata
tersebut sudah tepat dan dapat dipahami maknanya oleh pembaca. Akan sulit
dipahami apabila penerjemah mengartikan kata al- qqah dengan makna yang
sebenarnya yaitu “yang benar dan pasti”.
Kata al- qqah diambil dari kata aqqa-ya uqqu- aqqan artinya yang
benar dan pasti. al- qqah adalah mu′annas dari kata qqun yang merupakan
ism ’l dari i’l m hi ‘ aqqa’. Dari hasil pencarian data, saya mengutarakan
bahwa hari kiamat disebut juga al- qqah, karena makna yang terkandung di
dalam kata tersebut adalah kiamat yang pasti akan terjadi, atau benar-benar akan
datang. Walaupun benar dan pasti akan terjadi, akan tetapi tak seorang manusia
pun yang tahu kapan dan bagaimana kejadiannya. Sebabnya adalah karena kiamat
merupakan hal yang gaib yang hanya diketahui Allah saja.
68
al- aqqah menurut bahasa, berarti “yang pasti terjadi.” Hari iamat dinamai al-
aqqah karena pasti terjadi. Aam Amiruddin, al- u ’ n e emah ontempo e al-Mu’ si ,
(Bandung; Khazanah Intelektual, 2013), h. 566. 69
Aam Amiruddin, al-Qu ’ n e emah ontempo e al-Mu’ si , h.566.
47
Hari yang pasti terjadi al- qqah) merupakan termasuk jenis frasa
ajektiva, karena inti dari pembentukannya adalah merujuk kepada kata sifat.
Secara struktur pembentukannya hari yang pasti terjadi menggunakan pola DM,
hari (D) yang pasti terjadi (M). Pada kasus ini hari yang pasti terjadi merupakan
tergolong frasa konotasi karena tidak menunjukkan makna yang sebenarnya,
melainkan makna yang di maksud adalah Hari Kiamat. Pada pola (M)
menerangkan kejadian yang terjadi pada pola (D).
Sangatlah jelas bahwa ayat di atas berbicara tentang hari kiamat yang
diingkari dan didustakan oleh kaum Sam d dan ′ d akan kepastian terjadinya.70
Karenanya, mereka akan dituntut untuk bertanggungjawab atas segala perbuatan
yang mereka lakukan semasa hidupnya di dunia.
Sinonim berikutnya terdapat pada surat al-W i ah ayat satu sampai tiga
berbunyi:
70 aum Sam d dan ′ d mendustakan dan mengingkari akan datangnya hari kiamat.
alam surah al- a ah ini tepatnya pada ayat ke-4 dan ke-5 mengandung pesan tersirat bah a
pada ayat ke-4 menjelaskan al- ri ah menurut bahasa, berarti “yang menggetarkan hati.” Hari
iamat dinamai al- ri ah karena menggetarkan hati. emudian pada ayat ke-5 menjelaskan
bah asanya petir sangat keras yang menyebabkan suara mengguntur dan dapat menghancurkan
kaum Sam d. Aam Amiruddin, al- u ’an e emah ontempo e al-Mu’ si , (Bandung;
Khazanah Intelektual, 2013), h. 566.
48
Artinya: Apabila terjadi hari Kiamat, terjadinya tidak dapat didustakan.
Kejadian itu merendahkan satu golongan dan meninggikan golongan71
yang lain.
al- i ah/56: 1-3)
Pada ayat ini, penerjemah menerjemahkan kata al-w qi’ah menjadi Hari
Kiamat. Menurut saya hasil terjemahan sudah cukup akurat dan memenuhi
standarisasi terjemahan yaitu pesan dari hasil terjemahan dapat tersampaikan
dengan jelas bahwa ayat tersebut menerangkan tentang Hari Kiamat.
Al-W qi’ah merupakan mu’annas yang diambil dari kata al- qi’72 ism
’l) yang artinya adalah hari Kiamat. Asal katanya dari aqa’a-yaqa’u, yang
bermakna terjadi. Diberi awalan al lit’ta’ i ) untuk menjadikannya definit (atau
sesuatu yang diketahui), dan diakhiri dengan ta’ ma b tah sebagai isyarat
kesempurnaan dan kehebatan peristiwa hari kiamat. Karenanya, al-w qi’ah mesti
diartikan peristiwa sangat hebat yang tidak dapat disamakan dengan peristiwa apa
pun dan dengan keadaan apa pun. Dalam hasil analisis saya, kata ini berbentuk
ma’ i ah, meskipun disebut di awal surat dan belum diungkap sebelumnya. Pesan
yang terkandung di dalamnya adalah bahwasanya ini mengisyaratkan sebuah
peristiwa yang pasti akan datang dan terjadi.
Peristiwa Hebat yang menjadi kasus saya kali ini merupakan jenis frasa
ajektiva. Saya mengutarakan demikian karena pada pembentukkannya berinti
pada kata sifat, yaitu peristiwa yang begitu dahsyat. Adapun fungsi yang terdapat
71
Maksud merendahkan satu golongan dan meninggikan satu golongan” bah a pada hari
kiamat, orang-orang takwa akan mendapatkan kemuliaan dan orang-orang yang mengkufuri-Nya
akan mendapatkan kehinaan. Ibid., h. 534. 72
Syauqi Dhaif, amus u am al- as t , (Mesir: Maktabah Shurouq ad-Dauliyyah,
2011). h. 1051.
49
dalam kata peristiwa hebat adalah tergolong frasa atributif yang penggunaan
polanya yaitu diterangkan dan menerangkan (DM), peristiwa (D) hebat (M).
Seperti pada konteksnya, kata hebat menerangkan tentang kedahsyatan yang
terjadi pada peristiwa (D) tak lain dan tak bukan maksudnya tertuju pada
peristiwa hari kiamat.
Kemudian pada ayat berikutnya yang terkait dengan sinonim kata yaum al-
qiy mah dan memiliki terjemahan yang sangat akurat adalah ayat berikut ini, surat
al- h syiyah ayat 1 dan 2.
Artinya: Sudahkah sampai kepadamu berita tentang hari kiamat? Pada saat itu
banyak wajah yang tertunduk hina. (al-Gh syiyah/88: 1-2)73
Kata al-Gh syiyah sangat bersinonim dengan yaum al-qiy mah, dengan
ditunjukkannya ayat tersebut yang menerangkan bahwa kata al-Gh syiyah
diterjemahkan oleh penerjemah menjadi Hari Kiamat. Terjemahan kata al-
Gh syiyah menjadi sangat akurat sesuai dengan ukuran tataran bahasa Indonesia.
Dengan terjemahan seperti itu maka terjemahan ayat lebih mudah untuk dipahami.
Jika mengikuti makna sesungguhnya dari kata al-Gh syiyah yaitu
bermakna malapetaka yang menyelimuti perasaan manusia, maka hasil
terjemahan kurang layak didengar dan sulit untuk dipahami terjemahan ayatnya.
al-Gh syiyah diambil dari kata gh syiya, kata ini merupakan ism ’l yang berasal
73
Amiruddin, al- u ’an e emah ontempo e al- u’ si , h. 592.
50
dari ghasyiya-yaghsya, dan bermaka menutupi atau menyelimuti. Pada kata al-
ghasyiya diberi awalan al dan akhiran ta’ ma b tah untuk menunjuk makna
sebagaimana dijelaskan pada kata al- qi’ah. Dengan demikianlah makna al-
gh syiyah menjadi malapetaka hebat yang menyelimuti perasaan manusia,
sehingga mereka merasa begitu sangat ketakutan. Kata ini berbentuk ma′rifah,
meski disebut di awal surat dan belum diungkap sebelumnya.
Pada teks malapetaka yang menyelimuti perasaan manusia yang
merupakan makna dari kata al-gh syiyah, adalah termasuk pada jenis frasa
ajektiva karena bermuara pada kata sifat, yaitu prasaan kacau yang menyelimuti
manusia. Pada kasus frasa ini terdapat dua fungsi, yang pertama adalah
diterangkan dan menerangkan (DM), kemudian menerangkan dan diterangkan
(MD). Yang pertama adalah malapetaka (D) menjadi yang diterangkan dan yang
menyelimuti perasaan manusia (M) yang menerangkannya. Kemudian yang
kedua jika yang dipenggal adalah perasaan manusia, maka hasilnya memiliki
fungsi perasaan (M) yang menerangkan, dan manusia (D) menjadi yang
diterangkan.
Pada kata malapetaka yang menyelimuti perasaan manusia, jika ditinjau
dari segi pembentukan katanya maka memiliki satuan makna baru yaitu kejadian
hari kiamat yang begitu meresahkan perasaan manusia. Dengan demikian saya
menyimpulkan bahwa kasus pada frasa ini tergolong pada frasa idiomatik yaitu
memiliki makna konotasi. Kemudian jika pada penggalan frasa perasaan manusia
maka fungsinya termasuk pada frasa atributif yang merupakan salah satu dari
jenis frasa endosentris dan berpola menerangkan dan diterangkan (MD).
51
Saya mengungkapkan bahwasanya al-gh syiyah dalam konteks ini
bermakna waktu saat dimana semua manusia dilanda kekacauan hingga membuat
mereka tak mampu lagi memikirkan suatu hal apa pun selain keberadaanya yang
kacau saat itu.
Ayat ini menjelaskan bahwa kiamat diawali dengan kehancuran alam
semesta. Kejadian itu merupakan malapetaka yang sangat besar bagi siapa pun,
sehingga para manusia tertunduk karena takut dan merasa hina. Semua itu adalah
balasan bagi mereka yang kufur atas ajaran-ajaran Allah SWT.
Ayat berikutnya yang memiliki sinonim dengan kata yaum al-qiy mah
serta memiliki makna yang akurat adalah pada firman Allah berikut ini:
Artinya: Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah
datang. (an- azi at/79 34)74
Penerjemah menerjemahkan kata al- mmah al-kub dengan makna
malapetaka yang sangat yang besar (hari kiamat). Kata hari kiamat yang dalam
ayat ini diberi tanda kurung merupakan bentuk penekanan dari kata-kata
sebelumnya dan menerangkan bahwa kejadian yang di maksudkan itu adalah
kejadian hari kiamat. Menurut saya kata al- mmah al- ub sudah cukup akurat
diterjemahkan sebagai hari kiamat dan sesuai tataran bahasa Indonesia. Dengan
74
Amiruddin, al- u ’ n e emah ontempo e al- u’ si , h. 584.
52
demikian bisa dikatakan bahwa kata tersebut sangat bersinonim dengan yaum al-
qiy mah.
Saya meneliti dari segi asal usul bentuknya maka didapatkan bahwa al-
mmah adalah ism ’l yang merupakan mas da dari i’l ma hi dari kata amma-
ya ummu- h mmun yang artinya secara tunggal adalah malapetaka dan al-kub
berarti besar, sehingga jika dijadikan satu maka akan bermakna peristiwa besar.
Jika kata amma ditambahkan kata al-amra setelahnya, sehingga menjadi amma
al-amra maka arti dalam bahasa Arabnya adalah ‘a uma yang artinya adalah
kejadian atau perkara besar. Al- mmah dalam bahasa Arabnya berarti d hiyah
yang artinya adalah bencana besar.
Saya mencoba mengkaji makna dari kata al- mmah al-kub yaitu
“malapetaka yang besar” dan didapatkan bah a kata tersebut merupakan
termasuk jenis frasa ajektiva. Disebut frasa ajektiva karena unsur pembentukkan
katanya berinti pada kata sifat. Apabila dikaji dari sisi fungsinya maka frasa ini
masuk ke dalam salah satu jenis frasa endosentris yaitu pada frasa atributif karena
menggunakan pola diterangkan dan menerangkan dan pada kasus ini terdapat dua
pola yang sama dalam frasa atributif. Pola pertama terdapat pada penggalan frasa
hari malapetaka. Pada penggalan frasa tersebut hari berpola sebagai yang
diterangkan (D) dan malapetaka sebagai pola yang menerangkan (D). Kemudian
pola yang kedua terdapat pada penggalan frasa malapetaka besar, yang jika
dipenggal kata-katanya akan menjadi pola diterangkan dan menerangkan. Kata
malapetaka menjadi pola yang diterangkan dan besar menjadi pola yang
53
menerangkan. Jika digabungkan maka polanya adalah hari menjadi pola yang
diterangkan dan malapetaka besar sebagai pola yang menerangkan.
Analisis saya dari segi satuan makna yang terkandung dalam frasa hari
malapetaka besar yaitu bahwa frasa tersebut dalam pembentukkan katanya
termsuk pada frasa idiomatik karena belum memberikan makna jelas atau bisa
dikatakan menimbulkan makna baru yaitu “hari yang menimbulkan peristi a
besar”.
Selanjutnya pada firman Allah berikut ini, yang di dalamnya mengandung
unsur sinonim dari yaum al-qiy mah adalah:
Artinya: Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat ) yaitu
ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan.
orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak
(pula) mempunyai seorang pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya. (Al-
Mu min/40 18)
Yaum al- zifah telah diterjemahkan oleh penerjemah dengan makna hari
yang dekat (hari kiamat). Hasil terjemahan tersebut menunjukkan kesinoniman
antara yaum al-qiy mah dengan yaum al- zifah yang intinya bermakna Hari
Kiamat dan telah menunjukkan makna yang akurat sesuai ukuran tataran bahasa
Indonesia. Kata hari kiamat yang berada dalam tanda kurung memberikan
54
penekanan pada kata sebelumnya yaitu hari yang dekat bahwa yang dimaksudkan
adalah kejadian Hari Kiamat.
Yaum al- zifah jika dikaji dan dikupas dari segi bentuknya maka
kedudukannya adalah ism ’l. Yaum al- zifah, berasal dari dua kata yaitu yaum
dan al- zi ah. Yaum berasal dari bahasa Arab yang definisinya telah jelas yaitu
hari. al- zi ah yang dalam hal ini merupakan mu’annas yang bermula dari asal
kata i’l mad hi azifa-ya’za u-azafan atau bisa diartikan dalam bahasa Arabnya
iqtaraba atau ‘ajila bermakna dekat.75
Di karenakan kata al- zi ah diakhiri
dengan ta’ma b tah yamaka maknanya menjadi kejadian yang sangat dekat.
Pada kasus ini kata “Hari yang ekat” yang merupakan makna dari yaum
al- zi ah merupakan termasuk jenis frasa ajektiva karena dalam pembentukkan
katanya berinti pada kata sifat. Jika ditinjau dari segi fungsinya, maka hari yang
dekat tergolong pada salah satu jenis frasa endosentris, yaitu frasa atributif yang
dalam penggunaan katanya berpola diterangkan dan menerangkan (DM). Pada
kasus ini frasa dari kata hari yang dekat menimbulkan makna lain dan bukan
makna sebenarnya sesuai teks yang tertulis melainkan bermakna bahwa hari
kiamat telah dekat. Maka kesimpulannya adalah satuan makna dari frasa ini
termasuk pada makna konotasi.
Ditinjau dari segi maknanya, maka yaum al- zi ah adalah hari yang dekat,
yang dalam hal ini adalah hari kiamat telah dekat. Sesuatu yang akan terjadi di
masa yang akan datang. Dikatakan dekat karena kepastiannya yang akan terjadi
walaupun tak ada seorang pun yang mengetahuinya kapan waktu terjadinya.
75
Syauqi Dhaif, amus u am al- as t , h. 16.
55
Berikutnya kata yang bersinonim dengan yaum al-qiy mah dan memiliki
terjemahan yang akurat adalah yaum al-Jam′ ditunjukkan dengan ayat berikut ini:
Artinya: Demikianlah ami ahyukan kepadamu al- u ’ n dalam bahasa ab,
supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan
penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang
hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk
surga dan masuk jahannam. Asy-Sy ra/42: 7)76
Makna yaum al-jam′ pada ayat di atas diterjemahkan sebagai hari
berkumpul dengan kata dalam tanda kurung hari kiamat. Terjemahan kata
tersebut sangat akaurat sesuai dengan tataran bahasa Indonesia dan memiliki
kesinoniman kata yang jelas. Kata hari kiamat menjadi penekanan dan menjadi
penjelas terhadap kata hari berkumpul yang bahwasanya hal tersebut terjadi saat
hari kiamat.
Hari berkumpul yang merupakan arti dari yaum al-jam′ merupakan
merupakan mas da dari i’l ma hi ama‘a-yajma‘u-jam‘an yang artinya adalah
berkumpul.77
Yaum al-Jam′ merupakan frasa yang terbentuk dari dua buah kata
dan termasuk pada jenis frasa verbal. Disebut demikian karena dari hasil analisa
76
Amiruddin, al-Qur’an Terjemah Kontempporer - , h. 483. 77
Syauqi Dhaif, amus u am al- as t , h. 135.
56
saya mendapati kata tersebut berpusat pada kata kerja. Dikaji dari sudut
fungsinya maka “hari berkumpul” termasuk dalam frasa atributif karena unsur
pembentukkan katanya menggunakan pola diterangkan dan menerangkan (DM).
Jika dipenggal tiap katanya maka hasilnya sebagai berikut: Hari berpola sebagai
yang diterangkan (D), dan berkumpul berpola yang menerangkan (M). Dari hasil
analisis ini maka saya menyimpulkan bahwa kata hari berkumpul adalah frasa
idiomatik yang bermakna konotatif atau memiliki makna lain dari teks yang
tertulis.
Studi kasus berikutnya adalah pada ayat berikut ini:
Artinya: (Dialah) yang Maha Tinggi derajat-Nya, yang mempunyai 'Arsy, yang
mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya Dia memperingatkan
(manusia) tentang hari Pertemuan (hari kiamat).78
( ir/40: 15)
al-Tal q pada ayat diatas diterjemahkan dengan Hari Pertemuan (Hari
Kiamat). al-Tal q bersinonim dengan kata yaum al-qiy mah dan terjemahannya
sangat akurat sesuai ukuran tataran bahasa Indonesia. Kata Hari Kiamat menjadi
penjelas dari kata hari pertemuan sehingga terjemahan ayat tersebut lebih mudah
dipahami oleh pembaca.
78
Amiruddin, al- u ’an e emah ontempo e al- u’ si , h.468.
57
Dilihat dari bentuknya al-tal q adalah mas ar dari i’l ma hi tal q -
yatal q -tal qiyan yang artinya adalah pertemuan dan merupakan ma d
biziy dah ha aini “ta dan ali ”. Secara mu a a’ah makna al-tal q artinya adalah
menjadi bertemu, dan secara musyarakah artinya menjadi saling bertemu. Dengan
begitu penulis menyimpulkan bahwa yaum al-tal q bermakna Hari Pertemuan.
Yaum al- al q yang bermakna “hari pertemuan” menjadi pembahasan
saya kali ini termasuk ke dalam jenis frasa verbal karena unsur pembentukan
katanya berinti pada kata kerja. Apabila ditinjau dari ungsinya “hari pertemuan”
merupakan termasuk ke dalam jenis frasa atributif yang dalam pembentukkan
katanya memiliki pola diterangkan dan menerangkan (DM). Frasa ini terbentuk
dari dua buah kata, dan satuan makna yang terkandung di dalamnya
menjadikannya frasa idiomatik, karena hari pertemuan menimbulkan makna baru
atau bisa disebut dengan makna kolokasi. Hari pertemuan yang dimaksud dalam
konteks ini adalah hari dimana semua manusia, baik yang kafir dan mukmin, yang
zalim dan yang dizalimi akan bertemu untuk diadili dihadapan Allah SWT Yang
Maha Adil.
B. Terjemahan Sinonim yang Tidak Akurat
Pada kasus kali ini akan saya paparkan sinonim kata yaum al-qiy mah
namun makna terjemahan yang ditampilkan dalam ayatnya tidak akurat sehingga
menimbulkan kesulitan bagi pembaca untuk dapat memahaminya. Sebagai dalil
saya hadirkan ayat yang berkaitan dangan hal tersebut dalam al- ur n surah
‘Abasa/80 33-37:
58
Artinya: Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala),
pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, serta dari
istri dan anak-anaknya. Pada hari itu setiap orang sibuk menyelamatkan dirinya
sendiri.(‘ basa/80: 33-37)79
Pada ayat tersebut diatas, kata al-S khkhah merupakan sinonim dari yaum
al-qiy mah namun pada hasil terjemahan ayatnya, saya anggap kurang akurat
karena pada terjemahan tersebut tidak terdapat penekanan yang menjelaskan
bahwa kejadian yang dimaksud adalah hari kiamat. Sehingga bagi pembaca yang
awam akan kesulitan untuk memahaminya.
l-S khkhah juga salah satu nama dari hari kiamat yang secara maknanya
berarti suara teriakan yang begitu keras dan begitu menggelegar suara yang
timbulkannya saat itu sehingga sangat memekakkan telinga hingga hampir-hampir
membuat telinga menjadi tuli. Dari segi bentuk dan maknanya saya mengatakan
bahwa kata al-S khkhah berasal dari kata s akhkha-yas ukhkhu-s akhkhan,80
artinya
adalah suara benturan besi yang dihasilkan dari besi dengan besi yang sangat
keras sekali, bencana atau malapetaka yang begitu besar, juga disebut kiamat. l-
S khkhah merupakan bentuk mu′annas dari kata s khun.
79
Isyarat yang hendak disampaikan ayat ini kepada manusia adalah bahwa manusia
belum melaksanakan kewajibannya. Manusia belum mengingat asal kejadiannya. Manusia belum
bersyukur kepada penciptanya. Manusia belum mempersiapkan diri menghadapi penghisaban-
Nya. Amiruddin, al- u ’ n e emah ontempo e al- u’ si , h. 585. 80
Syauqi Dhaif, amus u am al- as t , h. 508.
59
Dikaji dari sisi frasanya, kata bunyi gelegar yang keras sekali yang
merupakan makna dari al-S khkhah, termasuk ke dalam jenis frasa ajektiva.
Disebut frasa ajektiva karena unsur pembentukannya berinti pada kata sifat, yaitu
suara yang sangat keras sekali. Jika ditinjau dari fungsinya, maka saya
menyimpulkan bahwa kata bunyi gelegar yang keras sekali menggunakan pola
diterangkan dan menerangkan (DM). Jika dipenggal maka hasilnya adalah bunyi
gelegar sebagai yang diterangkan (D) dan yang keras sekali sebagai yang
menerangkan (M). Frasa semacam ini memiliki makna yang tergolong ke dalam
frasa idiomatik yaitu frasa yang memiliki makna baru atau bukan makna
sebenarnya. Makna yang sebenarnya dari bunyi gelegar yang keras sekali adalah
suara terompet sangkakala milik malaikat Israfil.
Kasus berikutnya terdapat pada surat al-Hajj ayat 5 sebagai berikut:
Artinya: Hai manusia! Jika kamu meragukan Hari Kebangkitan, sesungguhnya
Kami telah menjadikanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
60
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurnanya dan yang
tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu. Kami tetapkan kamu dalam
Rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang telah ditentukan. Kemudian,
Kami keluarkan kamu sebagai bayi dan berangsur-angsur sampai usia dewasa.
Di antara kamu ada yang diwafatkan dan ada pula yang sampai usia lanjut
(pikun) sehingga ia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Kamu
lihat bumi ini kering. Jika Kami turunkan air hujan di atasnya, bumi menjadi
hidup dan subur serta menumbuhkan berbagai jenis pasangan tumbuhan yang
indah. (al-Hajj/22: 5)81
Al-Ba′ts pada ayat tesebut diatas diterjemahkan menjadi hari kebangkitan,
walaupun makna lain dari al-ba′ts itu sendiri sebenarnya adalah hari kiamat.
Apabila al-ba′ts pada ayat tersebut diterjemahkan sebagai hari kiamat, maka hasil
terjemahan akan lebih akurat dan lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti. Al-
Ba′ts disebut al-nasyru yang artinya yaum al-qiy mah (hari kiamat). 82
Al-Ba′ts
memiliki asal usul yang sempurna dan jelas. Ia merupakan mas da yang bermula
dari b′atsa-yab′atsu-b′tsan yang artinya adalah kebangkitan, sehingga apabila
menjadi yaum al-ba′s maknanya menjadi hari dibangkitkan kembali.
Dalam kasus ini kata hari kebangkitan manusia dari kubur merupakan
termasuk dalam jenis frasa verbal. Saya mengatakan demikian karena dari hasil
analisis kata hari kebangkitan manusia dari kubur unsur pembentukannya berinti
pada kata kerja. Kata kerja yang dimaksud saya dalam frasa ini terdapat pada hari
kebangkitan. Secara fungsinya saya dapatkan pada kata hari kebangkitan manusia
81
Amiruddin, al- u ’ n e emah ontempo e al- u’ si , h. 332. 82
Syauqi Dhaif, amus u am al- as t , h. 62.
61
dari kubur terdapat dua frasa. Fungsi frasa yang pertama terdapat pada hari
kebangkitan, dan ini tergolong frasa atributif karena unsur pembentukannya
menggunakan pola diterangkan dan menerangkan (DM). Jika tiap katanya
dipenggal, maka hasilnya menjadi hari (D) dan kebangkitan (M). Fungsi frasa
yang kedua adalah frasa eksosentris terdapat pada kata dari kubur, yang mana
salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata tugas yaitu dari.
Berikutnya pada firman Allah:
Artinya: Yaitu pada hari mereka mendengar suara dahsyat dengan sebenarnya.
Itulah hari keluarnya manusia dari kubur. /50: 42)83
Pada kasus berikut ini yaum al-khu diterjemahkan sebagai hari
keluarnya manusia dari kubur. Tidak terdapat penekanan seperti kata hari kiamat
pada terjemahan ayat tersebut. Hal ini membuat hasil terjemahan menjadi tidak
akurat dan membuat pembaca kurang dapat memahami makna sebenarnya yang
dimaksudkan oleh ayat tersebut. Saya menemukan makna dari yaum al-khu
yang tak lain dan tak bukan ini pun merupakan sinonim dari yaum al-qiy mah.84
Kata al-khu memiliki asal usul dari i’l ma hi, kha a a-yakh u u-khu an, kata
ini dikatakan nakirah jika tidak terdapat huruf alif dan lam (ال), akan tetapi jika
83
Amiruddin, al- u ’ n e emah ontempo e al- u’ si , h. 520. 84
Syauqi Dhaif, amus u am al- as t , h. 225.
62
kata al-khu ini ditambahkan atau pun terdapat huruf ( ال) diawalnya, maka ia
bukan lagi menjadi nakirah melainkan menjadi ma’ i ah.
Dalam kasus ini, arti dari yaum al-khu yaitu hari keluarnya manusia
dari kubur memiliki dua jenis frasa. Jenis frasa yang pertama adalah frasa verbal
yaitu hari keluarnya manusia karena penggunaan katanya berinti pada kata kerja.
Frasa ini tergolong pada salah satu jenis frasa endosentris yaitu frasa atributif
yang unsur pembentukkannya menggunakan pola menerangkan dan diterangkan
(MD). Lebih jelasnya adalah hari keluarnya menerangkan (M) dan manusia yang
diterangkan (D). Kemudian jenis frasa yang ke dua adalah frasa preposisional
yaitu terdapat pada kata dari kubur, disebut demikian karena dalam
pembentukkan katanya menggunakan kata depan “da i”. Frasa ini pun tergolong
ke dalam salah satu bagian dari fungsi frasa endosentris yaitu frasa eksosentris
yaitu unsur pembentukkannya menggunaan kata tugas.
Berikutnya studi kasus kata yaum al-fas l yang merupakan sinonim dari
yaum al-qiy mah. Hal ini terdapat pada ayat berikut:
Artinya: Ini adalah hari keputusan; (pada hari ini) Kami mengumpulkan kamu
dan orang-orang terdahulu. al-Mursal t/77: 38)85
85
Amiruddin, al- u ’ n e emah ontempo e al- u’ si , h. 581.
63
Artinya: Sungguh hari keputusan adalah suatu waktu yang telah ditetapkan. (an-
aba /78 17)
Dari dua ayat diatas, yaum al-fas l sudah benar diterjemahkan secara
maknanya sebagai hari keputusan, namun tidak akurat karena masih dibutuhkan
pemahaman oleh pembaca. Jika pada terjemahan tiap ayat diatas diberikan
penekanan dengan menambahkan kata Hari Kiamat, hal ini bisa lebih
memudahkan pembaca memahami ayat tesebut. Dari hasil kajian yang saya
lakukan dengan menelaah kamus, didapatkan bahwa yaum al-fas l berarti yaum
adalah hari dan al-fas l adalah keputusan sehingga maknanya menjadi hari
keputusan. Jika dikaji dari bentuknya, maka al-fas l adalah mas da dari i’l ma hi
as hala yang artinya jika secara tunggal dalam kamus adalah pengesahan,
keputusan, dan ketetapan.86
Dalam kasus ini saya temukan bahwa hari keputusan adalah termasuk
jenis frasa verbal karena dalam pembentukannya berinti pada kata kerja. Dari
fungsinya frasa ini merupakan bagian dari frasa endosentris, yaitu tepatnya pada
frasa atributif yang dalam pembentukkan katanya menggunakan pola diterangkan
dan menerangkan (DM). Lebih jelasnya adalah hari merupakan yang diterangkan
karena maksud dari hari ini adalah “Hari Kiamat” dan keputusan dalam struktur
ini sebagai yang menerangkan, karena ia menjelaskan bahwa pada hari kiamat
itulah hari keputusan tentang amal ibadah dan segala perbuatan manusia semasa
hidupnya. Ditinjau dari satuan makna yang terkandung pada hari keputusan maka
86
Syauqi Dhaif, amus u am al- as t , h. 691.
64
akan menghasilkan makna baru dan ini disebut dengan frasa idiomatik, karena
pada teks belum memberikan makna sebenarnya.
Jadi, jika ditinjau dari segi konteks maknanya maka yaum al-fas l
merupakan hari dimana Allah memutuskan seluruh persoalan yang telah
dilakukan oleh manusia semasa hidup mereka dan dipertentangkan oleh mereka.
Maksudnya adalah hari dimana Allah swt memberi keputusan dan pembalasan
kepada hamba-Nya.
Studi kasus berikutnya tedapat pada irman Allah S dalam al- ur n
surah Maryam ayat ke 39.
Artinya: Berilah mereka peringatan tentang Hari Penyesalan, (yaitu) ketika
segala perkara telah diputus. Sedangkan mereka dalam keadaan lalai dan tidak
beriman. (Maryam/19: 39)87
Yaum al- asrah pada ayat diatas diterjemahkan dengan Hari Penyesalan
yang dipertegas dengan penjabaran setelahnya. Terjemahan akan akurat jika pada
terjemahan ayat tersebut ditekankan kembali degan dicantumkan kata Hari
Kiamat. Hal ini akan memberikan penjelasan yang sangat jelas dan akurat
sehingga akan lebiih mudah dipahami oleh para pembaca.
aum al- iy mah dapat pula di sinonimkan dengan yaum al-h asrah. Saya
mengatakan demikian karena jika dikaji dari bentuknya maka al-h asrah bermula
87
Amiruddin, al- u ’ n e emah ontempo e al-Mu’ si , h. 308.
65
dari i’l ma hi h asi a-yah sa u-h asrah,88
kata ini pada dasarnya memiliki tiga arti
yang diantaranya adalah menyesal, bersedih ataupun letih. aum al-h asrah adalah
mu’annas yang merupakan mas da dari i’l ma hi h asira. Huruf alif dan lam (ال)
diawal kata al-h asrah merupakan bukti bahwa kata ini adalah berbentuk ma’ i ah
bukan nakirah.
enis rasa yang terkandung pada kata “Hari enyesalan” adalah rasa
verbal karena dalam pembentukkan unsur katanya berpusat pada kata kerja.
Dilihat dari fungsinya maka hari penyesalan termasuk pada salah satu jenis frasa
endosentris tepatnya pada frasa atributif karena pada struktur pembentukkan
katanya menggunakan pola diterangkan dan menerangkan (DM). Lebih jelasnya
hari sebagai pola yang diterangkan (D), dan penyesalan sebagai pola yang
menerangkan. Kemudian dari segi satuan maknanya, maka saya dapatkan bahwa
hari penyesalan menimbulkan makna baru dan bukan makna sebenarnya sehingga
disebut sebagai frasa idiomatik yang maknanya adalah konotatif.
Yaum al-h asrah atau yang berarti hari penyesalan pada ayat diatas ini
maksudnya adalah hari dimana semua manusia yang bersalah karena telah banyak
melakukan dosa semasa hidupnya, mereka merasakan penyesalan yang amat
sangat dalam.
Berikutnya pada surat al-Mu min pada ayat ke dua puluh tujuh yang
berbunyi:
88
Syauqi Dhaif, amus u am al- as t , h. 566.
66
Artinya: Musa berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan
Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri dan tidak beriman kepada
Hari Perhitungan".89
(al-Mu min/40 27)
Yaum al- is b pada ayat diatas diterjemahkan sebagai Hari Perhitungan.
Hari Perhitungan akan sangat akurat apabila diberikan penekanan dengan kata
(Hari Kiamat), dengan demikian hasil terjemahan akan sangat mudah untuk
dipahami oleh pembaca terlebih lagi kepada mereka yang masih awam dan sangat
butuh pemahaman tentang terjemahan ayat tersebut.
Yaum al- is b merupakan bahasa Arab yang jika dikaji dari struktur
bentuknya gabungan dari kata yaum dan al-h is b. Kata yaum sudah jelas berarti
hari dan al-h is b adalah mas da yag berasal dari i’l ma hi h asiba-yah sibu-
h usb nan yang artinya adalah menduga, meghitung, dan menganggap.90
Huruf
alif dan lam (ال) di awal kata al-h is b berarti menandakan bahwa ia merupakan
termasuk dalam bentuk ma’ i ah.
Dilihat dari kata “Hari erhitungan” maka saya ungkapkan bahwa kata
tersebut termasuk ke dalam jenis frasa verbal karena unsur pembentukan katanya
89
Ayat ini adalah ucapan nabi Musa yang berkaitan dengan ayat sebelumnya bahwa raja
Fir aun ingin membunuhnya dan menyuruh Musa memohon kepada uhannya Allah). ejahatan
rezim Fir aun tidak terbatas dalam membunuh anak laki-laki Bani Israil, tapi mereka juga hendak
membunuh nabi Musa beserta pengikutnya. amun, rencana Fir aun untuk membunuh Musa dan
pengikutnya selalu gagal. Amiruddin, al- u ’ n e emah ontempo e al- u’ si , h. 470. 90
Syauqi Dhaif, amus u am al- as t , h. 171.
67
berinti kepada kata kerja. Analisis yang saya dapat dari sisi fungsinya sebagai
frasa, maka ia termasuk ke salah satu dari fungsi frasa endosentris yaitu frasa
atributif. Disebut kata tersebut karena pembentukkan katanya menggunakan pola
diterangkan dan menerangkan (DM). Penggalan katanya yaitu hari sebagai pola
yang diterangkan (D) dan perhitungan sebagai pola yang menerangkan (M).
Satuan makna yang terkandung dalam frasa ini adalah bahwa kata hari
perhitungan masih menimbulkan makna lain atau bisa dikatakan memiliki makna
konotatif (bukan makna sebenarnya).
Dengan demikian, saya mengambil kesimpulan bahwa yaum al-h isab
(Hari Perhitungan) merupakan hari kiamat karena pada hari inilah semua amal
baik dan buruk manusia semasa hidup akan diperhitungkan dengan sangat teliti
dan diadili dengan seadil-adilnya.
Studi kasus berikutnya pada terjemahan surat al- ayat 20 ini:
Artinya: Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. f/50:
20)
Pada terjemahan ayat tersebut, yaum al- a’ d diterjemahkan menjadi
‘Hari erlaksananya Ancaman . erjemahan ini masih membutuhkan pemahaman
terkait terjadinya hari ancaman, akan sangat akurat dan sesuai dengan ukuran
tataran Bahasa Indonesia jika setelah kata ‘Hari erlaksananya Ancaman
ditambahkan (Hari Kiamat). Sehingga pembaca dapat memahami bahwa
terjadinya hari ancaman itu saat hari kiamat.
68
Yaum al- a’ d diartikan sebagai Hari Ancaman, karena jika dilihat dari
segi bentuk strukturnya, maka al- a’ d merupakan kata yang jelas dan sempurna
karena asal mula katanya dapat diketahui yaitu berasal dari kata a’ada-ya’idu-
‘idatan yang artinya adalah janji atau ancaman.91 aum al- a’ d merupakan ism
s i ah musabihah disebabkan karena ia dari mustaq i’l tsulatsi yang lazim.
aum al- a’ d yang artinya adalah “Hari Ancaman” merupakan termasuk
jenis frasa ajektiva karena dari struktur pembentukan katanya saya dapati kata
tersebut berinti kepada kata sifat. Hasil analisis saya dalam hal ini mengatakan
bahwa hari ancaman jika ditinjau dari fungsinya maka termasuk ke dalam frasa
atributif karena pembentukkan katanya menggunakan pola diterangkan dan
menerangkan (DM). Jika dipenggal tiap katanya, maka hasilnya sebagai berikut:
hari sebagai pola yang diterangkan (D), dan ancaman sebagai yang menerangkan
(M). Dalam satuan maknanya maka hari ancaman tergolong frasa idiomatik
karena dalam pembentukkan struktur katanya dapat memunculkan makna baru.
Dari hasil analisa bentuk struktur kata al- a’ d, maka saya mengambil
kesimpulan yang sesuai dengan konteks ini bahwa, yaum al-wa’ d adalah sinonim
dari yaum al-qiy mah. Karena saat itulah Allah SWT mengancam mereka yang
kafir dengan siksaan yang setimpal atas dosa-dosa yang telah mereka perbuat
semasa hidup.
Studi kasus sinonim yang tidak akurat terjemahannya adalah pada
terjemahan ayat berikut:
91
Syauqi Dhaif, amus u am al- as t , h. 1043.
69
Artinya: Hai kaumku, Sesungguhnya aku benar-benar khawatir terhadapmu akan
siksaan pada hari ketika kita saling memanggil.92
(Ga fir/40: 32)
Pada terjemahan ayat diatas kata yaum al-tan d merupakan sinonim dari
yaum al-qiy mah. Namun pada terjemahan ayat diatas yaum al-tan d hanya
diterjemahkan menjadi ‘Hari ketika kita saling memanggil . Apabila pada
terjemahan ayat tersebut diakhir terjemahannya diberi penekanan dengan kata
(Hari Kiamat) maka hasil terjemahan akan sangat akurat dan mudah untuk
dipahami oleh pembaca.
al- an d dari segi bentuknya merupakan mas dar dari i’l ma hi n d -
yun d -n diyan yang artinya memanggil. Akan tetapi dalam hal ini al-tan d
terdapat huruf tambahan ta dan alif, yang tak lain dan tak bukan kedua huruf
tersebut dimaksudkan untuk memberi faidah makna musyarakah (saling).
Sehingga yang pada dasarnya adalah tan d -yatan d -tan diyan jika ta dan alif-
nya dihilangkan maka menjadi n d -yun d -n diyan.
Saya mencoba mengkaji kasus kali ini dari segi frasanya, dan didapati
bah a kata “hari saling memanggil” yang merupakan makna dari yaum al- an d
adalah termasuk frasa verbal yang unsur pembentukkan katanya berinti pada kata
kerja. Jika dilihat dari fungsinya, kata hari saling memanggil terbentuk dari tiga
buah kata yang akhirnya membentuk pola diterangkan dan menerangkan.
92
Hari Kiamat dinamakan hari saling memanggil karena orang yang berkumpul di
Padang Mahsyar sebagian akan memanggil sebagian yang lain untuk meminta tolong. Amiruddin,
al- u ’ n e emah ontempo e al- u’ si , h. 470.
70
Penggalan katanya adalah hari sebagai pola yang diterangkan (D), dan saling
memanggil merupakan pola yang menerangkannya (M). Dari satuan makna yang
terkandung dalam kata tersebut, maka hasilnya adalah bahwa yaum al-tan d (hari
saling memanggil) merupakan frasa idiomatik yang bermakna konotasi atau bisa
dikatakan memiliki makna lain yang bukan makna sebenarnya sesuai teks tertulis.
Dalam hal ini saya mengambil kesimpulan bahwa hari kiamat juga disebut
yaum al-tan d yang dalam bahasa Indonesia adalah Hari Saling Memanggil, yang
mana dikala itu sebagaian manusia saling memanggil yang lain untuk meminta
pertolongan, karena kedahsyatannya kejadian itu.
Studi kasus berikutnya irman Allah S pada surah al- ag bun ayat ke-
9 yang terdapat sinonim dari yaum al-qiy mah dan terjemahannya kurang akurat,
sebagaimana termaktub dalam al- ur n:
Artinya: Ingatlah, pada hari ketika Allah mengumpulkanmu pada Hari
Berhimpun. Itulah hari pengungkapan kesalahan-kesalahan. Siapapun yang
beriman kepada Allah dan mengerjakan kebajikan, pasti Allah akan menghapus
kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke surga yang mengalir sungai-
71
sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan agung. at-
ag bun/64: 9)93
Yaum al-Tag bun pada ayat tersebut diatas merupakan sinonim dari yaum
al-qiy mah dan diterjemahkan menjadi ‘hari pengungkapan kesalahan-kesalahan .
Yaum al-tag bun yang diterjemahkan menjadi ‘hari pengungkapan kesalahan-
kesalahan akan akurat jika setelah kata-kata tersebut diberikan penekanan dengan
memberikan kata (Hari Kiamat), dengan demikian hasil terjemahan akan sangat
akurat dan mudah dipahami oleh para pembaca .
al-Tag bun merupakan mas da dari i’l ma hi tag bana-yatag banu-
tag bunan, dan pada kata al-tag bun terdapat huruf tambahan berupa alif dan ta.
Fungsi alif dan ta pada kata tersebut memberi arti muta a’ah yang mulanaya
berwazan ‘ala (فاعل) . makna g bana pada dasarnya adalah ‘me ela be buat
lalai , lalu kemudian berubah artinya menjadi ‘me eka me asa me ugi’ ketika
kata g bana berubah menjadi fatag bana (فثغابن).
Frasa yang terkandung pada kasus ini tidak jauh berbeda dengan kasus
sebelumnya yaitu tergolong jenis frasa ajektiva karena dalam pembentukkan
katanya bermuara pada kata sifat. Saya mendapatkan kata “hari kerugian” yang
tak lain dan tak bukan merupakan makna dari yaum al-tag bun fungsi dari tiap
unsurnya menjadikannya frasa atributif. Disebut dengan frasa atributif karena
unsur di dalamnya memiliki pola diteranagkan (D) dan menerangkan. Dalam hal
93
Amiruddin, al- u ’ n e emah ontempo e al- u’ si , h. 556.
72
ini yang diterangkan (D) adalah kata hari, dan yang menjadi pola menerangkan
(M) adalah kata kerugian. Hari kerugian terbentuk dari dua buah kata yang dalam
hal ini tergolong pada frasa idiomatik yang maknanya adalah konotasi karena
menimbulkan makna baru atau makna yang bukan sebenarnya seperti yang tertulis
pada teks.
Saya menganggap al-tag bun bersinonim dengan hari kiamat karena hari
ini dianggap sebagai hari kerugian bagi orang-orang kafir, karena pada saat itu
Allah perlihatkan kesalahan-kesalahan mereka. Kesalahan karena menjual
(melepaskan) kebenaran yang telah sampai kepadanya dengan kekafiran sehingga
merugilah mereka karena telah diperlihatkan kesalahan-kesalahannya.
C. Makna dari Sinonim -
Sebagaimana yang kita tahu bersama bahwa objek studi semantik adalah
makna, atau lebih tepatnya makna yang terdapat dalam satuan ujaran seperti kata,
klausa, dan kalimat.94
Maka dari itu pada pembahasan ini saya tampilkan table
makna dari sinonim aum al- iy mah guna menunjukkan bahwa sinonim
walaupun maknanya sama namun tetap menampilkan perbedaan antara makna
satu kata dengan kata lainnya. Jadi, tiap nama dari aum al- iy mah pada makna
aslinya memiliki makna yang berbeda-beda. Pada kesempatan ini saya uraikan
makna asli dari nama-nama sinonim yaum al-qiy mah dan dibandingkan dengan
makna dalam terjemahan ayat pada al-Qur n erjemah ontemporer al- u’ si .
Berikut ini saya tampilkan bagan yang memuat sinonim dari nama-nama aum al-
iy mah kemudian makna sebenarnya yang terdapat dalam Kamus Mu’ am yang
94
Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 2.
73
diterjemahkan melalui Kamus al-Asri dan makna yang ditampilkan penerjemah
al- ur n pada ayat-ayat yang bersangkutan.
Sinonim Yaum
-
Makna Leksikal
(Kamus - &
al-Asry)
Makna dalam
Terjemahan Ayat
( - - )
al-S ’ah
Hari berakhirnya alam
semesta/ waktu/binasa
Kiamat
al- i’ah Suara ketukan yang keras Hari Kiamat
al- qqah Hari yang pasti terjadi Hari Kiamat
al- qi’ah Peristiwa hebat Hari Kiamat
al- h syiyah
Malapetaka yang
menyelimuti perasaan
manusia
Hari Kiamat
al- mmah al-
ub
Malapetaka besar
Malapetaka yang sangat
besar (Hari Kiamat)
aum al- zi ah Hari yang dekat
Hari yang dekat (Hari
Kiamat)
Yaum al-Jam’ Hari berkumpul
Hari berkumpul (Hari
Kiamat)
aum al- al q Hari pertemuan
Hari pertemuan (Hari
Kiamat)
Yaum al-Akhir Hari yang terakhir Hari akhir
74
al-S khkhah
Bunyi gelegar yang keras
sekali
Suara yang memekakkan
al-Ba’ts
Hari kebangkitan manusia
dari kubur
Hari kebangkitan
aum al- hu
Hari keluarnya manusia dari
kubur
Hari keluarnya manusia
dari kubur
aum al- as l Hari keputusan Hari keputusan
aum al- as ah Hari penyesalan Hari penyesalan
aum al- is b Hari perhitungan Hari perhitungan
aum al- a’ d Hari ancaman
Hari terlaksananya
ancaman
aum al- an d Hari saling memanggil
Hari ketika kita saling
memanggil
Yaum al- ag bun Hari kerugian
Hari pengungkapan
kesalahan-kesalahan
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bah a penyusun
terjemahan al- ur n ontemporer al- u’ si ini disusun dengan bahasa yang
lugas dan kekinian agar para pembaca terlebih kepada mereka yang belum bisa
memahami al- ur n agar dapat dengan mudah memahaminya. Namun dilihat
dari table yang saya tampilkan ini, pada kolom “Makna dalam erjemahan Ayat”
tidak semua maknanya sama karena penyusun belum konsisten dalam
menampilkan makna hari kiamat dari terjemahan ayat-ayatnya. Ada beberapa ayat
yang makna aslinya tidak diubah menjadi “Hari iamat” ataupun tidak diberikan
penekanan dengan menuliskan kata Hari Kiamat diakhir terjemahan ayatnya.
75
Sehingga hal yang demikian dapat membuat pembaca belum tentu dapat
memahami makna ayatnya.
alam hal ini, penyusun terjemah al- ur n kontemporer al- u’ si telah
berupaya menghadirkan makna-makna yang lugas dengan mencari persamaan
kata dari tiap kata atau frase yang digunakan dari makna sesungguhnya. Ini
menunjukkan bahwa faktor penyebab hadirnya al- ur n kontemporer al- u’ si
ini adalah karena aktor penyusun yang menampilkan kata-kata yang hampir sama
naumn tidak persis sama pada terjemahan ayat-ayat dalam al- ur n tersebut.
Adanya faktor penyebab berubahnya makna yang digunakan penyusun
terjemah al- ur an bisa saja merujuk pada aktor bahasa, sejarah, masyarakat.
Perubahan makna lainnya pun nampaknya dikarenakan kebutuhan. Ketika
masyarakat memiliki ide bahasa atau selainnya, dia ingin menciptakan yang baru
sehingga timbul dampaknya yaitu lahirnya bahasa-bahasa baru dengan makna
sama namun penyebutannya berbeda.95
95
Gorys Keraf, Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia: Untuk Tingkat Pendidikan
Menengah, (Jakarta: Grasindo, 1991), h. 159-160.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil studi kasus yang saya lakukan terkait ayat-ayat yang
mengandung unsur sinonim kata aum al- iy mah (Hari Kiamat) pada
terjemahan al- ur n kontemporer al-Mu’ sir karya Aam Amiruddin, saya
menyimpulankan bahwa tidak mudah dalam mengkaji dan mencari kebenaran
makna kata yang bersinonim. Saya menemukan makna yang hampir sama dari
setiap sinonim yang dikaji walau pun maknanya tidak mutlak sama.
Penerjemah haruslah teliti dalam menganalisis makna dan bentuk serta
memilih frasa atau kalimat dalam ayat-ayat yang bersinonim untuk dianalisis.
Karena hal tersebut akan mempengaruhi hasil terjemahannya. Akankah makna
kata atau kalimat yang dianalisis akan sesuai pesan yang disampaikan dengan
bahasa asalnya atau sebaliknya, dan akankah terjemahannya akurat atau justru
sebaliknya.
Dalam menganalisis kata, frasa atau kalimat yang bersinonim dalam ayat
al-qur n yang mengandung sinonim, diperlukan adanya kesesuaian makna yang
sebenarnya dari setiap kata atau kalimat yang dianalisis sebelum dibandingkan arti
kata diantara keduanya. Dalam menganalisis sinonim sangat dibutuhkan makna
dasar dari setiap kata atau kalimat yang dianalisis, karena dalam hal ini
penerjemah menentukan kemiripan arti kata yang hampir sama namun tidak persis
sama.
77
Terkadang dalam menganalisis sinonim ada kalanya terjemahan tidak
akurat dengan makna sebenarnya dari bahasa sumbernya sehingga menimbulkan
kesulitan bagi pembaca dalam memahaminya. Namun dari hasil analisis yang
telah saya lakukan ini, semua kata yang dianalisis akurat dengan makna asli yang
dimiliki bahasa sumbernya.
Dalam terjemahan al- ur n kontemporer ini, saya menemukan
kurangnya kekonsistenan penerjemah dalam melakukan penerjemahan kata-kata
yaum al-qiy mah karena setiap kali penjelasan tentang sinonim nama-nama hari
kiamat diberbagai ayat dan surat, penerjemah tidak selalu menegaskan dalam
terjemahan ayat tersebut bahwa yang dimaksud merupakan hari kiamat dan inilah
mengakibatkan hasil terjemahan tidak akurat.
Dari beberapa jenis frasa yang ada, frasa ajektiva dan frasa verbal
merupakan jenis frasa yang banyak terdapat pada korpus yang saya analisis.
Kemudian fungsi-fungsi dari frasa yang dianalisis lebih kepada frasa atributif
yaitu salah satu bagian adri frasa endosentris yang berpola diterangkan dan
menerangkan (DM) atau sebaliknya menerangkan dan diterangkan (MD). Lalu,
pada satuan makna dari seluruh sinonim yang dianalisis lebih kepada frasa
idiomatik karena masih menimbulkan makna lain dan bukan menunjukkan makna
sebenarnya.
Sinonim dari nama-nama lain selain yaum al-qiy mah dalam analisis ini
sebenarnya untuk mempublikasikan bahwasanya makna kata dan frasa yang
ditemukan dalam analisis ini tidak mutlak bermakna sama antara kata yang satu
dengan lainnya atau bisa dikatakan kata-kata yang dibandingkan makna
78
sinonimnya hanya memiliki kemiripan makna saja dan tidak persis sama seperti
sumbernya.
79
B. Saran
Ditinjau dari hasil kesimpulan yang telah saya paparkan, maka hal yang
harus digaris bawahi oleh para penerjemah adalah untuk lebih teliti dalam
memperhatikan makna setiap kata, frasa ataupun kalimat dari ayat-ayat yang
mengandung unsur sinonim serta konsisten dalam menerjemahkan. Karena
dengan keuletan dan ketelitian dalam menganalisis akan menghasilkan pesan yang
akurat dan kesesuaian makna seperti kandungan makna ayat-ayat yang dijelaskan
dalam bahasa asal atau bahasa sumber. Di samping itu penerjemah pun harus
memiliki pengetahuan tentang teks dan konteks dari setiap ayat-ayat yang
dianalisis. Kerap sekali disetiap ayat yang dianalisis memiliki keterkaitan makna
dengan ayat sebelum dan sesudahnya. Dengan demikian, hal-hal yang memiliki
kandungan makna yang mirip bisa lebih jelas untuk dipahami dan tidak
menyimpang dari kaidah-kaidah ketatabahasaan yang sudah berlaku.
80
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrazaq, Naufal. Hari Kiamat. Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
Ali, Lukman. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Cermin Manusia
Indonesia Baru. Jakarta: Gunung Jati, 1967.
al-Shabuni, Muhammad Ali. al-Tibyan fi lum al u ’ n. Beirut: Alam al Kutub,
1985.
Amiruddin, Aam. al- u ’ n e emah ontempo e al- u’ si , cet. 1. Bandung:
Khazanah Intelektual, 2013.
Amiruddin, Aam. a si ontempo e Juz ‘ mma. Bandung: Khazanah
Intelektual, 2004.
Arifin, Zaenal. dan Tasai S. Amran. Cermat Bahasa Indoonesia Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo, 2009.
Burdah, Ibnu. Menjadi Penerjemah; Metode dan Wawasan Menerjemah Teks
Arab, cet ke-1. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004.
Chaer, Abdul. Linguistik Umum, cet. ke-1. Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, cet. ke-5. Jakarta: Rineka
Cipta, 1995.
Damas, Taufik. dkk. al- u ’ n Tafsir Jalalain Per Kata. Jakarta: Suara Agung,
2013.
Dhaif, Syauqi. amus u am al- as t. Mesir: Maktabah Shurouq ad-Dauliyyah,
2011.
Diklat Kementerian Agama RI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Kiamat dalam Perspektif al- u ’ n dan Sains. Jakarta: Lajnah
entashihan Al- ur n, 2011.
81
Djajasudarma, T. Fatimah. Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung:
Refika, 1993.
Ghoffar, M. Abdul. Sudah Ada dan Pasti Akan Tiba. Jakarta: Firdaus, 1993.
Hidayatullah, Moch. Syarif dan Abdullah. Pengantar Linguistik Bahasa Arab
(Klasik Modern). Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri
(UIN) Jakarta, 2010.
Hidayatullah, Moch. Syarif. Tarjim Al-an Cara Mudah Menerjemahkan Arab
Indonesia. Tangerang: Penerbit Dikara, 2011.
Humairoh, Umi. “ ebangkitan Manusia dari Kubur.” Artikel diakses pada 27
Januari 2013 dari muslimah.or.id/aqidah/manusia-dibangkitkan-dari
kubur-dan-dihadapkan-kepada-rabbnya.html.
aza, Sae udin. “ khi at, empat inggal anusia yang Sebena nya.” Artikel
diakses pada bulan Agustus 2012, diambil dari www.saefudin.info
/2012/08/alam-akhirat-tempat-kita-yang-abadi.html.
Jassin, H.B. al- u ’ n al-Karim Bacaan Mulia. Jakarta: Jambatan, 1977.
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Kriyantono, Rahmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006.
Kushartanti. dkk. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta:
Pustaka Utama, 2005.
Larson, L. Mildred. Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman Pemadanan
Antarbahasa. Jakarta: Penerbit Arcan, 1989.
Lyons, John . Pengantar Teori Linguistik, terj. Soetikno. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, t.t.
82
Nunik. ” ro il r. H. Aam Amiruddin, Msi engusaha & enceramah.” Artikel
diakses pada bulan Agustus 2014 dari http://www.profildunia.com
/2014/08/profil-dr-h-aam-amiruddin-msi-pengusaha.html.
Nurtawab, Erfan. Tafsir al- u ’an Nusanta a empo Doeloe. Ciputat: Ushul
Press, 2009.
Parera, J.D. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga, 2004.
Pateda, Mansoer. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
R, Kunjana Rahardi. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Erlangga, 2010.
Sabiq, Sayyid. al- qa’id al- sl miyyah, terjemahan, cet. ke-2. Bandung:
Diponegoro, 1976.
Shihab, M. Quraish. embumikan al- u ’ n. Bandung: Mizan, 1997.
Shihab, M. Quraish. Kematian adalah Nikmat. Tangerang: Lentera hati, 2013.
Sudiati, Vero dan Aloys Widyamartaya. Panggilan Menjadi Penerjema.
Yogyakarta: Pustaka Widyamartaya, 2005.
Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek). Bandung:
Humaniora, 2005.
Taufiqurrochman, H.R. Leksikografi Bahasa Arab. Yogyakarta: UIN Malang
Press, 2008.
im Humas ercikan Iman, ” ro il embina Yayasan.” Artikel diakses pada bulan
Oktober 2014 dari http:/www.percikaniman.org/staticpage/profil-pembina
yayasan.html.
Umar, Mukhtar. Ilmu ad Dalalah, cet. ke-1. Kuwait: Maktabah Dar Urubah, 1982.
Ummah, Inayatul. ” stadz Aam sang stadz Bandung.” Artikel diakses pada 06
83
Agustus 2011 dari salmanitb.com/2011/08/06/ustadz-aam-sang-ustadz
bandung.html
Ya kub, Emil Badi. Fiqh al-Lughah al-Arabian wa khashaishuha, cet. ke-4.
Beirut: Dar al-Tsaqafah al-Islamiyah, t.t.