silvikultur ok bgt

13
18 9 KELOLA TEKNIS HUTAN TANAMAN 9.1. Wawasan Pembangunan hutan tanaman merupakan investasi jangka panjang yang secara ekonomis berrisiko besar. Oleh karena itu segala tahapan investasi harus dikaji benar: (1) Biaya pembangunan harus ditekan semurah mungkin karena dibebani bunga modal dalam jangka panjang. Setiap rupiah hanyaboleh dikeluarkan untuk pekerjaan yang mutlak perlu saja. (2) Untuk mengoptimalkan investasi, tegakan hutan yang terbentuk harus menghasilkan produktivitas maksimal. (3) Tegakan harus dibuat sebaik mungkin agar menghasilkan kayu olahan dengan rendemen maksimum. Untuk memaksimumkan keuntungan digunakan siasat sbb: a. Memilih jenis dan provenansi yang tepat (rendemen kayu olahan/selulosa tertinggi dengan biaya pengolahan/ekstraksi terrendah) dengan melalui ujicoba jenis dan provenansi. b. Memilih teknik penyiapan lahan termurah, terbaik bagi pertumbuhan tanaman, dan tepat waktu dalam penyelesaian dengan cara manual, semi mekanis, mekanis lengkap. c. Menyelenggarakan perawatan tanaman dan tegakan secara optimal berupa: rehabilitasi, penyiangan, pembersihan, pemupukan, dan penjarangan. 9.2. Persiapan awal hutan tanaman Dalam pembangunan hutan tanaman, ditempuh urutan prosedur baku yang dapat diringkaskan sebagai berikut. (1) Penyusunan studi kelayakan oleh konsultan mampu. (2) Penyusunan Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (RKP-HTI) untuk masa 20 tahun, oleh konsultan mampu. (3) Penyusunan Rencana Karya Tahunan oleh perusahaan yang merupakan jabaran dari RKP-HTI untuk masa kerja satu tahun. (4) Membuat tatabatas unit HTI oleh konsultan yang dikukuhkan oleh Departemen Kehutanan. Dianjurkan untuk membagi unit HTI menjadi 3 kelas kelestarian untuk menghindari risiko ekologis dari perubahan alam yang terlampau luas. Kelas kelestarian dibagi menjadi petak-petak yang luasnya sekitar 25 ha dengan batas-batas alam (sungai, jalan, punggung bukit). (5) Pembukaan wilayah hutan berupa pembangunan jalan-jalan baru dan perbaikan jalan bekas pembalakan yang telah ada. Kerapatan jalan yang dianjurkan sekurang-kurangnya 20 m per ha tanaman. Kawasan unit dibagi menjadi kawasan tanaman, pemukiman karyawan/transmigrasi, persemaian, tempat penimbunan kayu, persemaian, hutan kemasyarakatan, hutan penelitian, kebun transmigrasi, dll. 9.3. Struktur organisasi pengelolaan hutan tanaman Organisasi ideal hutan tanaman adalah seperti organisasi usaha kebun, yaitu campuran antara organisasi fungsional di tingkat direksi dan mandor, sedangkan level tengah merupakan organisasi wilayah. Sebagai contoh:

Upload: purnomo

Post on 27-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

oke bener

TRANSCRIPT

  • 18

    9 KELOLA TEKNIS HUTAN TANAMAN

    9.1. Wawasan

    Pembangunan hutan tanaman merupakan investasi jangka panjang yang secara ekonomis berrisiko besar. Oleh karena itu segala tahapan investasi harus dikaji benar:

    (1) Biaya pembangunan harus ditekan semurah mungkin karena dibebani bunga modal dalam jangka panjang. Setiap rupiah hanyaboleh dikeluarkan untuk pekerjaan yang mutlak perlu saja.

    (2) Untuk mengoptimalkan investasi, tegakan hutan yang terbentuk harus menghasilkan produktivitas maksimal.

    (3) Tegakan harus dibuat sebaik mungkin agar menghasilkan kayu olahan dengan rendemen maksimum.

    Untuk memaksimumkan keuntungan digunakan siasat sbb: a. Memilih jenis dan provenansi yang tepat (rendemen kayu olahan/selulosa tertinggi dengan biaya

    pengolahan/ekstraksi terrendah) dengan melalui ujicoba jenis dan provenansi. b. Memilih teknik penyiapan lahan termurah, terbaik bagi pertumbuhan tanaman, dan tepat waktu dalam

    penyelesaian dengan cara manual, semi mekanis, mekanis lengkap. c. Menyelenggarakan perawatan tanaman dan tegakan secara optimal berupa: rehabilitasi, penyiangan,

    pembersihan, pemupukan, dan penjarangan.

    9.2. Persiapan awal hutan tanaman

    Dalam pembangunan hutan tanaman, ditempuh urutan prosedur baku yang dapat diringkaskan sebagai berikut. (1) Penyusunan studi kelayakan oleh konsultan mampu. (2) Penyusunan Rencana Karya Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (RKP-HTI) untuk masa 20 tahun, oleh

    konsultan mampu. (3) Penyusunan Rencana Karya Tahunan oleh perusahaan yang merupakan jabaran dari RKP-HTI untuk masa

    kerja satu tahun. (4) Membuat tatabatas unit HTI oleh konsultan yang dikukuhkan oleh Departemen Kehutanan. Dianjurkan

    untuk membagi unit HTI menjadi 3 kelas kelestarian untuk menghindari risiko ekologis dari perubahan alam yang terlampau luas. Kelas kelestarian dibagi menjadi petak-petak yang luasnya sekitar 25 ha dengan batas-batas alam (sungai, jalan, punggung bukit).

    (5) Pembukaan wilayah hutan berupa pembangunan jalan-jalan baru dan perbaikan jalan bekas pembalakan yang telah ada. Kerapatan jalan yang dianjurkan sekurang-kurangnya 20 m per ha tanaman. Kawasan unit dibagi menjadi kawasan tanaman, pemukiman karyawan/transmigrasi, persemaian, tempat penimbunan kayu, persemaian, hutan kemasyarakatan, hutan penelitian, kebun transmigrasi, dll.

    9.3. Struktur organisasi pengelolaan hutan tanaman

    Organisasi ideal hutan tanaman adalah seperti organisasi usaha kebun, yaitu campuran antara organisasi fungsional di tingkat direksi dan mandor, sedangkan level tengah merupakan organisasi wilayah. Sebagai contoh:

  • 19

    Organisasi fungsional Direktur Utama Direktur Produksi Direktur Keuangan Direktur Pemasaran

    Organisasi wilayah Wilayah 30.000-50.000 ha

    Wilayah 5.000-10.000 ha

    Wilayah 1.000-2.500 ha

    Organisasi fungsional Mandor tanam Mandor Pemeliharaan Mandor Keuangan Mandor Penjarangan Mandor Pemanenan, dll.

    9.4. Penataan areal kerja

    Sebelum penyiapan lahan harus diadakan orientasi dan inventarisasi dengan foto udara dan terestris untuk memisahkan lahan tanaman dan lahan bukan tanaman. Lahan bukan tanaman misalnya hutan tepi sungai, lereng curam, rawa, jalan, persemaian, gedung, TPn, TPK). Pembuatan petak-petak tanaman dengan luas 25 ha dengan batas-batas alam (bukit, alur air) dan batas buatan (jalan).

    Jalan yang telah ada bekas panen pilih harus ditambah dan diperbaiki agar mencapai kerapatan 30-40 m per ha areal tanaman.

    9.5. Pembenihan dan pembibitan jenis pohon pionir

    Bahan tanaman kehutanan di Indonesia pada umumnya harus disiapkan sendiri oleh perusahaan kehutanan. Sampai saat ini belum umum terjadi perdagangan bibit siap tanam karena luasnya wilayah Indonesia dan letak perusahaan kehutanan yang saling berjauhan tanpa hubungan jalan darat. Hanyalah benih yang lazim diangkut dari dan ke wilayah perusahaan lainnya, dan bukannya bibit.

    Benih pohon dapat dikumpulkan sendiri dari kebun benih atau dari tegakan hutan dan kadang-kadang harus dibeli dari perusahaan lain kalau tegakan induknya belum dimiliki. Kemudian benih yang sudah tersedia harus dibibitkan di persemaian yang harus dibangun sendiri oleh setiap perusahaan pembangun hutan tanaman.

    9.6. Cara pengadaan bibit meranti dari biji

    Sebagai acuan dapat digunakan metode pembibitan meranti seperti dirinci Anonim (1993). (1) Pengadaan benih.

    a. Biji seyogyanya dikumpulkan dari pohon yang berbatang lurus, percabangan tinggi, bertajuk lebat, sehat dan sudah cukup umur. Biji dapat diperoleh melalui pemanjatan pohon induk, atau pemungutan biji yang telah jatuh di bawah pohon induknya.

    b. Biji yang telah terkumpul segera diangkut ke persemaian dan diseleksi untuk memilih biji yang baik (bersih).

    (2) Persiapan media semai. a. Media semai dari tanah harus memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang baik. b. Bila tanahnya kurang gembur, dapat digemburkan dengan pencampuran dengan pasir yang

    perbandingannya 3 : 1, dan sebaiknya media perlu dicampur dengan tanah lapisan olah yang diambil dari bawah tegakan induk.

    DIREKSI

    ADMINISTRATUR

    ASISTEN WILAYAH

    MANTRI

    MANDOR

  • 20

    c. Media semai yang sudah siap pakai, sesuai dengan jenis biji yang akan disemaikan diperlakukan sebagai berikut: 1) Dapat langsung ditabur pada bedeng tabur yang selanjutnya diratakan dan dibuat larikan untuk

    mempermudah penaburan benih. 2) Dimasukan langsung ke dalam kantong plastik (ukuran diameter 5,5 cm x tinggi 15 cm) yang

    telah diberi lubang antara 12 - 18 lubang, pada pinggir yang berdekatan dengan dasar kantong plastik tersebut. Setelah plastik diisi media kemudian disusun pada bedeng semai dengan ukuran bedeng 5 meter x 1 meter.

    d. Apabila diperlukan, media persemaian disterilisasi dengan menyemprotkan fungisida. e. Beberapa perusahaan dengan persemaian komersial telah lama juga menggunakan media sapih dari

    gambut dengan hasil lebih baik daripada dengan media tanah. (3) Penyemaian benih.

    a. Media semai yang telah tersedia pada bedeng tabur atau dalam kantong plastik perlu disiram air terlebih dahulu sebelum dilakukan penaburan /penyapihan.

    b. Penyemaian benih pada bedeng tabur yang telah diisi media semai. 1) Benih ditabur pada bedeng tabur dengan memasukan benih pada lubang atau larikan yang telah

    dibuat. 2) Benih yang sudah ditabur ditutup dengan tanah yang halus dan gembur setipis mungkin. 3) Pada permukaan tanah diletakan daun atau serasah yang berguna untuk menjaga kelembaban dan

    gangguan dari luar. 4) Benih yang telah tumbuh menjadi bibit tanaman dipelihara dengan baik dan setelah mencapai

    tinggi 15 cm, maka bibit tanaman tersebut dipindah ke bedeng sapih yaitu ke dalam kantong plastik yang telah diisi media semai.

    c. Penyemaian langsung pada kantong plastik yang telah diisi media semai. 1) Biji dimasukan ke dalam lubang yang telah disediakan. 2) Benih yang telah dimasukan tersebut ditutup dengan tanah halus setipis mungkin.

    (4) Pemeliharaan bibit. a. Pemberian naungan terhadap persemaian perlu diperhatikan, dimana tergantung kepada jenis pohon perlu

    naungan ataukah perlu sinar penuh. b. Penyiraman benih dilakukan pagi dan sore dengan percikan air halus (dapat digunakan embrat atau

    sprayer) dan setelah bibit cukup umur, dapat dilakukan sehari sekali pada pagi atau sore hari, penyiraman dilakukan tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering.

    c. Pemupukan dilakukan apabila terjadi kekurangan unsur hara atau pertumbuhannya terlambat. Jenis pupuk yang dipakai tergantung darigejala defisiensi yang terjadi, tapi pada umumnya diberikan pupuk majemuk NPK (15:15:15).

    d. Pengendalian gulma seperti jenis rumput yang tumbuh didalam pembibitan perlu dilakukan setiap saat. e. Pengendalian hama dan penyakit harus dilihat dari gejala yang ada.

    (5) Pengangkutan bibit. a. Penanaman dilakukan setelah bibit mencapai ukuran siap tanam, yaitu dengan tinggi 30 cm. b. Pengangkutan bibit hendaknya menggunakan container yang terbuat dari kayu atau plastik. c. Sebelum bibit diangkut perlu disiram dulu. d. Pengangkutan jarak jauh hendaknya memakai kendaraan tertutup, agar mengurangi penguapan.

    9.7. Cara pengadaan bibit meranti dari cabutan

    (1) Pengadaan bahan bibit cabutan. a. Pengumpulan dilakukan terhadap anakan alam di sekitar pohon induk dengan radius maksimum 10 m

    dari proyeksi tajuk pohon induk. b. Anakan alam biasanya sudah memiliki tinggi 15 - 20 cm dengan berdaun 2 - 5 lembar tetapi dalam

    pengumpulan yang lebih baik digunakan anakan dengan tinggi kurang dari 15 cm dan sebaiknya dalam pengadaan bibit cabutan ini anakan baru mempunyai daun antara 2 - 3 lembar dengan tinggi kurang dari 10 cm.

    c. Hanya dapat dilakukan pada saat tanah basah. d. Anakan dicabut langsung dengan hati-hati yang dilakukan dengan pencabutan lurus sejajar batangnya

    dan diusahakan akarnya tidak ada yang putus. e. Anakan yang telah dipungut hendaknya segera di angkut ke lokasi bedengan sapih di dalam kantong

    plastik tertutup rapat atau di tutup dalam peti. f. Anakan yang telah dipungut, diatur/disusun searah dimana akar dengan akar dan daun dengan daun.

    (2) Persiapan dan pengisian media.

  • 21

    a. Media penyapihan harus memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang baik dan sesuai dengan kondisi tanah di sekitar pohon induk.

    b. Sebelum anakan hasil cabutan disemai, media harus sudah siap diisikan ke dalam kantong-kantong plastik yang sudah diberi lubang antara 16 - 18 lubang pada bagian pinggir sebelah bawah.

    (3) Penyapihan/penyediaan anakan. a. Anakan yang telah dipungut jangan ditahan lebih dari 5 hari. b. Sebelum anakan ditanam terlebih dahulu dilakukan pemangkasan daun dengan tujuan untuk

    menghindari penguapan yang berlebihan. c. Sebaiknya segera ditanam pada media dalam kantong plastik. d. Media dilubangi terlebih dahulu sedalam panjang akar dan masukan dengan hati-hati anakan tersebut

    sedikit di bawah kotiledon. e. Anakan setelah ditanam disiram dan disungkup plastik, dengan tutup plastik dipasang sedikit di atas

    daun anakan. Penyungkupan dilakukan selama 3 pekan. (4) Pemeliharaan bibit.

    a. Penyiraman dilakukan apabila tanah agak kering atau embun hilang pada atap plastik. b. Setelah kelihatan anakan membentuk daun baru maka plastik peneduh ibuka sedikit demi sedikit. c. Pengendalian gulma perlu dilakukan terus menerus. d. Pemupukan dapat dilakukan sewaktu pencampuran media dengan NPK dengan dosis 28 gr yang

    dilarutkan dalam 4,5 liter air untuk 300 pot/plastik. e. Setelah sungkup dibuka, bibit dinaungi sarlon selama 30 hari. Setelah itu sarlonpun dibuka dan bibit

    dirawat tanpa naungan selama 2 bulan. Pada dua minggu terakhir bibit tidak boleh disiram. (5) Pengangkutan bibit.

    a. Penanaman dapat dilakukan apabila lebih dari 75% anakan sudah membentuk daun baru. b. Pengangkutan bibit hendaknya memakai container yang terbuat dari kayu atau plastik. c. Sebelum bibit diangkut perlu disiram dulu sampai media dalam pot jenuh air. d. Pengangkutan jarak jauh hendaknya menggunakan kendaran tertutup agar mengurangi penguapan.

    9.8. Pengadaan bibit meranti dari stek (Leppe dan Smits, 1988; Yasman dan Smits, 1988).

    (1) Pengadaan bibit stek. Bahan dari cabutan atau kebun pangkas harus muda dari tunas orthotrop (bukan cabang). Umur tanaman bahan stek maksimum 5 tahun. Dianjurkan membangun kebun pangkas untuk penghasil stek dalam jumlah besar dan mutu terjamin.

    a. Cara memotong stek. Tunas orthotrop (vertikal) dipotong dengan gunting tajam. Pada tunas harus tersisa 2-3 helai daun, dan

    pada stek juga ada 2-3 helai daun. Tunas dipotong hanya pada masa istirahat, yaitu bila kuncup sudah terbuka dan menjadi daun semua dan belum membentuk perpanjangan batang baru. Stek itu kemudian dipotong lagi tepat atau sedikit di bawah nodum (buku). Daun dipotong sehingga tersisa 1/3 atau 1/2 saja.

    b. Perlakuan stek setelah digunting. Stek yang telah siap harus diletakkan di dalam air, agar tidak menjadi kekeringan dan proses osmose tidak terjadi sebelum pemberian hormon akibat perbedaan tekanan. Stek disusun dan diikat untuk dicelupkan ke dalam hormon tepung sedalam 2 cm sebelum ditanam dalam media padat. Untuk kultur air, hormon dilarutkan langsung kepada media air, sehingga stek yang telah siap, segera dipasang pada propil ijuk.

    (2) Persiapan dan pengisian media. a. Sistem stek dengan media padat. 1) Media pasir.

    Pasir yang baik adalah berdiameter 0,5-1,0 mm, atau pasir sungai. pH media yang baik 5-6, yang dapat diatur dengan pemberian asam HCl atau basa KOH. Sifat fisik media seperti tekstur dan aerasi lebih penting daripada sifat kimianya. Sebelum digunakan sebagai media stek, pasir harus dicuci dan dipasteurisasi untuk membunuh jamur penyebab penyakit. Pasteurisasi dilakukan dengan menjemur pasir selama 3 jam dengan suhu 50C. 2) Media vermikulit. Vermikulit terdiri dari lapisan-lapisan mika dengan banyak ruang di antaranya yang terbuat dari asbes. Diameter yang baik untuk stek adalah 0,5 cm. Vermikulit mempunyai pH 7 sehingga perlu diturunkan pHnya menjadi sekitar 5-6 dengan larutan asam HCl. Tekstur vermikulit sudah baik dan steril sehingga tidak perlu pasteurisasi sebelum digunakan, hanya perlu pembersihan bila sudah dipakai lama, yaitu dengan dicuci dengan air dan kemudian dijemur 3 jam. 3) Medium gambut.

  • 22

    Gambut untuk media stek harus tanpa bahan-bahan yang mudah busuk di dalamnya, struktur harus menjamin aerasi baik, daya tahan air cukup tinggi, gambutnya harus cukup halus sehingga akar stek tidak masuk ke dalam potongan besar tersebut. Sebelum digunakan gambut harus dipasteurisasi dengan penjemuran. Begitu pula bila telah dipakai.

    Bak media padat harus dinaungi sehingga intensitas sinar mencapai 50% saja. Temperatur udara di antara media dengan atap plastik tidak boleh lebih dari 40C. Temperatur media dijaga agar berada di antara 27-30C. Bila terlampau panas, tutup bak dapat dibuka sementara, namun harus dijaga agar kelembaban udara tetap konstan mendekati 100% selama proses perakaran berlangsung. Kalau tutup plastik dibuka, semua stek dan bak bagian dalam harus disemprot dengan semprotan air yang halus agar kelembaban udara cepat kembali menjadi 100%. Sebelum ditanam, stek dan medianya sebaiknya disemprot fungisida berupa larutan Benlate (benomyl) dengan konsentrasi 1 mg per liter. b. Sistem stek dengan media air.

    Air digunakan sebagai media perakaran stek. Sistem aerasinya diatur dengan kompressor untuk menambah oksigen yang diperlukan selama proses perakaran. 1) Air untuk media harus dipasteurisasi dengan cara meletakkan slang air di atas beton terjemur sebelum

    mengisi bak stek sehingga temperatur air mencapai 45-60C. Air diganti setiap dua minggu agar tidak tercemar jamur. Temperatur air dipertahankan 27-30C.

    2) Kelembaban udara harus dipertahankan tinggi terus melalui basahnya ijuk. Kelembaban cukup ditandai dengan menempelnya embun pada tutup plastik.

    3) Udara yang dialirkan melalui kompresor harus berjumlah cukup. Kalau terlampau sedikit, stek akan busuk, kalau terlampau banyak, proses perakaran terhambat.

    4) Keadaan di bawah stek (dalam media air) harus selalu gelap selama proses perakaran berlangsung. Susunan propil ijuk harus rapat, agar tidak tumbuh lumut yang menghabiskan oksigen dan pertumbuhan akar tidak terhambat.

    5) Pemberian oksigen cukup 12 jam sehari dengan interval 15 menit. 6) Intensitas sinar dan dan temperatur sama seperti untuk bak media padat. 7) Propil ijuk penahan stek harus dicuci setiap digunakan sebelum digunakan kembali agar jamur tidak

    tumbuh. (3) Pemberian hormon.

    Hormon auksin buatan yang telah terbukti baik untuk stek pohon adalah IBA (Indole Butyric Acid). Proses pemberian hormon ini menentukan keberhasilan pembiakan dengan stek. a. Cara oles baik digunakan untuk hormon tepung atau pasta bagi stek yang akan ditanam dalam media

    padat. Stek dioleskan, kelebihan tepung dipukulkan, langsung stek ditanamkan ke dalam media. Media dilubangi dulu, baru dirapatkan kembali bila stek telah dimasukkan, agar hormon tidak terlepas dari ujung stek. Setelah semua stek tertanam, media dapat disiram.

    b. Cara celup digunakan untuk hormon cair atau tablet yang dicairkan. Cara celup ini dapat digunakan baik untuk stek yang akan ditanam pada media padat atau media air.

    c. Cara langsung digunakan dengan cara memasukkan hormon ke dalam media air. Patokan penggunaan hormon adalah sebagai diringkas dalam Tabel 1.1. berikut. (4) Pemeliharaan bibit dari stek.

    a. Pemeliharaan selama proses perakaran. Pemeliharaan terpenting adalah menjaga lingkungan sistem stek agar tetap bersih sehingga tidak terdapat jamur-jamur liar. Untuk bak stek dengan sistem "water rooting" yang perlu dijaga adalah kebersihan airnya. Serangga mati dan daun gugur dalam bak harus senantiasa disingkirkan. Volume air dalam bak harus selalu membasahi ijuk. Air diganti setiap 2 minggu. Sistem aerasi diperiksa. Begitu pula pemeriksaan media padat, agar media selalu lembab. Siram setiap hari. Ruangan bak di bawah plastik harus selalu lembab.

    Tabel 1.1. Dosis hormon untuk pengakaran meranti (Yasman dan Smits, 1988).

    Jenis Metode Konsentrasi (%) Waktu Meranti putih < 2 th (Shorea cf. polyandra) celup

    langsung oles

    0,01 0,00001 0,5-1,0

    20-25 selamanya

    Mersawa < 2 th (Hopea sp.) Celup Langsung oles

    0,01 0,0001 0,5-1,0

    60-90 selamanya

    Markabang < 1 th (Shorea pauciflora). langsung 0,0001 Selamanya Gmelina arborea < 8 th. Celup

    Langsung oles

    0,01 0,00001 0,5-1,0

    15-45 selamanya

  • 23

    Resak < 1 th (Vatica sp.). Celup langsung

    0,01 0,0001

    60-90 selamanya

    Kapur < 2 th (Dryobalanops sp.). celup 0,01 60-90 Meranti putih < 4 th (Shorea lamellata) celup 0,01 60-90 Keruing < 2 th (Dipterocarpus spp.). langsung 0,0001 selamanya

    b. Penyapihan dan inokulasi mikorisa.

    Untuk penyapihan stek yang telah berakar sebaiknya digunakan media pot yang ideal dari campuran tanah atasan, pupuk kandang, pasir, gambut dengan perbandingan 1:1:1:1. Akar harus kontak langsung dengan media. Stek harus memiliki akar cukup panjang sekurang-kurangnya 2,5 cm. Setelah stek selesai ditanam, lalu disiram dan masih harus disungkup untuk mempertahankan kelembaban tinggi selama 3 minggu, atau terbentuk tunas-tunas baru. Untuk menularkan mikorisa, ditaburkan tanah dari sekitar banir pohon induk sejenis, atau potongan akar-akar yang telah mempunyai mikorisa dicampurkan ke dalam media pot. Inokulasi bisa juga dengan menaburkan bubuk jamur mikorisa, atau seperti biasa dilakukan dengan Pinus, yaitu meletakkan bibit di sekitar pohon muda yang telah memiliki mikorisa.

    c. Pemeliharaan di bedeng sapih. Pada bulan pertama diperlukan naungan 50%. Pemupukan diperlukan setiap 2 minggu sekali.

    (5) Pengangkutan bibit. Diperlakukan sebagaimana bibit cabutan atau puteran.

    9.9. Sketsa dan contoh (Yasman dan Smits, 1988).

    Gambar 9.1. Penjemuran media pasir.

    Cara penjemuran media pasir. a. Pada saat matahari terik, medium ditaburkan di antara dua lapis plastik bening, di atas beton, selama 1,5 jam. b. Selanjutnya plastik berisi medium ditarik ke bagian beton yang telah panas. c. Media tambah panas dari atas dan bawah untuk selama 1,5 jam lagi. Suhu media harus mencapai > 45C.

    Gambar 9.2. Bak stek dengan dinding batu tebal, penutup kaca (plastik), pasir dan kerikil dengan lubang air di bawahnya.

    Beton dingin beton panas aliran panas

    Kaca/plastik embun tembok tebal Pasir Kerikil Lubang air

  • 24

    Gambar 9.3. Bak stek untuk medium vermikulit atau gambut.

    Gambar 9.4. Alat dan perlengkapan untuk bak stek dengan sistem "water rooting".

    Gambar 9.5. Gambar 9.6. Cara pemotongan pucuk dan Cara mengikat stek untuk pemberian pengguntingan daun stek. Hormon celup.

    9.10. Penyiapan lahan Penyiapan lahan untuk hutan tanaman di pulau-pulau selain Jawa dilakukan dengan dua cara, yaitu cara

    manual dan cara mekanis. Cara manual umum dipakai di hutan tanaman untuk penghasil kayu pertukangan,

    Aluminium siku bak air dari tembok

    Kabel listrik

    ijuk

    slang air

    Gambut/vermikulit

  • 25

    sedangkan cara mekanis ditempuh banyak hutan tanaman untuk kayu serat. Perbedaan cara penyiapan lahan itu bukan keharusan, melainkan disebabkan oleh kebutuhan. Target penyiapan lahan tanaman kayu serat biasanya melebihi 10.000 ha per th, menyebabkan harus digunakannya pembersihan bekas bakaran dengan buldoser agar lebih cepat.

    9.11.1. Cara manual Pembersihan lahan yang masih berhutan untuk dijadikan hutan tanaman, pada umumnya meliput 4

    tahap kegiatan, yaitu merintis, menebang, mencincang, dan membakar. Merintis adalah memotong semua tumbuhan yang bergaristengah lebih kecil dari 10 cm, tinggi tonggak

    maksimum 25 cm dari permukaan tanah. Alat yang digunakan adalah mandau/golok dan kapak. Dalam prakteknya, para perintis sering hanya mengerjakan pohon-pohon yang berdiameter sampai 15 m saja. Apalagi bila pohon-pohon berkayu keras, sehingga jatah pekerjaan penebangan selanjutnya lebih banyak.

    Menebang adalah istilah untuk pemotongan pohon berdiri yang bergaristengah 11 cm ke atas, dengan tinggi tonggak serendah mungkin sesuai dengan garistengah pohon namun tidak lebih dari 1,5 m. Penebangan harus menghindari rebahnya pohon ke jalan. Apabila terpaksa karena keadaan harus jatuh ke jalan, harus segera dibersihkan kembali sehingga jalan tidak tertutup. Arah rebah pohon diatur ke arah tengah petak.

    Mencincang adalah pekerjaan memotong batang, dahan dan ranting dari pohon-pohon yang telah ditebang sampai rata dengan tanah untuk siap dibakar. Setelah dicincang, tumpukan tidak boleh lebih dari 1 m tingginya.

    Biaya di PT ITCI, Balikpapan (prestasi tahun 1988) untuk pembersihan lahan: merintis 8 HOK/ha, menebang 2 HOK chainsaw/ha termasuk mencincang, yang keseluruhan setara dengan 30 HOK/ha.

    Gambar 9.7. Cara pemeriksaan hasil penyiapan lahan cara manual oleh PT ITCI terhadap hasil penyiapan lahan yang telah dikerjakan oleh pemborong.

    9.12.2. Cara mekanis Pembersihan lahan dalam cara mekanis meliputi pekerjaan: - penebasan (imas, rintis). - penebangan. - pencincangan. - pembakaran. - perumpukan. - pencincangan dan perumpukan ulang. - pembakaran ulang. Sasaran kerja adalah areal tanaman menjadi bebas hambatan untuk semua pekerjaan lanjutan yang berupa pengangkutan bibit, menanam cepat, rehabilitasi dan penyiangan, tanpa pembongkaran tanah atasan, dengan biaya minimal. Urutan pekerjaan berdasarkan pengalaman di tempat lain adalah sbb. Penebasan adalah memotong semua vegetasi yang berdiameter < 10 cm, dilakukan dengan parang, atau yang berdiameter < 30 cm dengan buldoser, agar tidak ada sisa tumbuhan yang kelak menjadi gulma. Acuan prestasi kerja per petak 25 ha adalah: dengan parang (manual) 250 hari orang kerja (HOK), dan dengan buldoser 38-45 jam buldoser (JB). Penebangan adalah memotong semua pohon dengan chainsaw, dilanjutkan dengan mencincang (memotong dahan). Sasaran kerjanya adalah tidak lagi terdapat dahan mencuat yang menyulitkan pembakaran. Tinggi

    25m 25m

    25m 25m

    50m

    1 2

  • 26

    tonggak harus < 50 cm. Acuan prestasi kerja per petak 25 ha adalah: dengan chainsaw (bagi pohon berdiameter > 10 cm) 25 hari chainsaw, dengan buldoser (bagi pohon berdiameter > 30 cm) 20,75 jam buldoser. Pengeringan adalah pekerjaan menjemur hasil penebasan dan penebangan pada musim kemarau (Juni, Juli, Agustus, September) selama 4-8 pekan. Sasaran kerja adalah biomasa menjadi kering sempurna agar mudah dan bersih dibakar. Acuan prestasi kerja: penebasan dan penebangan harus selesai pada bulan Juli. Pembakaran I. Agar hasil pembakaran sempurna dan aman, pembakaran dibuat per petak. Pada setiap petak, pembakaran diawali dari tengah. Artinya api disulutkan pertama kali di tengah petak ybs. agar di tengah petak terbentuk udara bertekanan rendah untuk menarik angin dari sekitarnya (tepi petak). Kemudian diikuti secara serempak oleh beberapa orang, api disulut di sekeliling tepi petak. Arah rambatan api harus menuju ke tengah petak. Penyulutan dilakukan dengan obor besar yang dibuat dari bambu. Petak yang pertama kali dibakar adalah petak yang berada di ujung arah angin (melawan arah angin). Pembakaran harus dimulai pada waktu pagi hari, saat cuaca masih teduh. Cara pembakaran ini diskemakan dalam Gambar 1.1. Perumpukan I dilakukan dengan buldoser. Batang-batang besar (berdiameter > 20 cm) biasanya tidak habis sekali bakar. Sisa-sisa bakaran ini harus ditumpuk menuju batang atau tunggul besar terdekat atau dirumpuk menjadi larikan-larikan berjarak 50 m. Arah larikan pada bukit menyabuk gunung. Buldoser menggunakan implemen "rake blade" (berbentuk garpu besar), mendorong ke arah atas dan ke bawah lereng. Tidak perlu sengaja membongkar tunggul-tunggul besar (berdiameter > 50 cm), tapi semua tunggul kecil harus habis terseret waktu merumpuk. Rumpukan harus padat agar bahan yang dirumpuk itu kelak terbakar habis. Peringatan: rake blade tidak boleh menggusur permukaan tanah, sehingga harus dipasang sekurang-kurangnya pada ketinggian 10 cm di atas permukaan tanah. Acuan prestasi kerja per petak 25 ha: 15 hari buldoser dengan 10 jam kerja per hari.

    Gambar 9.8. Skema pembakaran Gambar 9.9. Skema perumpukan sebuah sebuah petak. petak.

    Pembakaran II dilakukan pada setiap rumpuk dari arah pangkal angin. Penyulut: obor besar. Pencincangan dan perumpukan II dilakukan secara manual. Pekerjaan berupa pemotongan batang dan

    cabang yang masih ada dilakukan dengan chainsaw. Hasil potongan ditumpuk di atas batang atau tunggul yang belum terbakar, dan tidak perlu berupa larikan, dikerjakan dengan tenaga manusia. Sasaran kerja adalah agar semua sisa batang dan cabang terkumpul dalam rumpuk-rumpuk. Medan tanaman harus menjadi bebas hambatan. Tidak boleh ada tunggul tinggi yang menghambat perentangan tali pengatur jarak tanam. Acuan prestasi kerja per petak 25 ha adalah 75 HOK.

    Pembakaran III adalah merupakan pekerjaan membakar setiap rumpuk. Setelah pembakaran ulang tidak boleh lagi terdapat sisa batang dan tunggul-tunggul kecil. Sasaran kerja adalah medan tanaman bersih tinggal abu, bebas hambatan dan siap ditanami.

    Pemeriksaan hasil kerja dilakukan di setiap petak, dicocokan dengan sasaran kerja setiap tahap kegiatan. Pekerjaan dapat dibayar sepenuhnya bilamana sasaran kerja telah dipenuhi.

    Alternatif metoda dan biaya penyiapan lahan disajikan dalam Tabel 1.2.

    Tabel 9.2. Daftar biaya penyiapan lahan menurut metodanya.

    Tahap kegiatan Semi mekanis Mekanis lengkap 1. Penebasan 12 HOK 1,51-1,81 JB 2. Penebangan 1 HCK 0,83 JB 3. Pembakaran I 1 HOK 1 HOK 4. Perumpukan I 4-5 JB 4-5 JB

    50m

    50m

  • 27

    5. Pembakaran II 1 HOK 1 HOK 6. Perumpukan II 3 HOK 3 HOK 7. Pembakaran III 1 HOK

    Sumber: Natadiwirya, 1992. HOK = hari orang kerja, HCK = hari chainsaw kerja, JB = jam buldoser.

    Tabel 9.3. Produktivitas buldoser Komatsu D65E-8.

    Nomor buldoser Sarad kayu (jam/m3)

    Perbaikan jalan (jam/km)

    Rumpuk* (jam/ha)

    Tumbang dan rumpuk ** (jam/ha) Sekat bakar (jam/ha)

    1 0,18 8,7 4,2 5,67 4,4 2 0,19 9,2 5,0 4,60 3,2 3 0,18 8,4 4,4 5,18 3,2

    Rata2 0,18 8,8 4,5 5,15 3,6 * Rumpuk dengan buldoser setelah penebangan dengan chainsaw. ** Penebangan dan perumpukan dengan buldoser yang sama. Sumber: Natadiwirya, 1992.

    Tabel 9.4. Estimasi biaya pemilikan dan operasi alat per jam: buldoser dengan attachment rake blade.

    Uraian D65E-8 D85E-SS-1 1. Harga alat (loko Jakarta, termasuk PPn) 2. Nilai jual kembali (20%) 3. Nili penyusutan 4. Umur pakai 5. Taksiran pemakaian alat per tahun

    145.000 US$ 29.000 US$

    116.000 US$ 12.000 jam

    2.000 jam

    145.000 US$ 32.000 US$

    128.000 US$ 12.000 jam

    2.000 jam A. Biaya pemilikan alat: 1. biaya penyusutan 2. bunga modal 12%, pajak pendapatan daerah 0,5%, asuransi 1% Jumlah biaya pemilikan alat

    9,67 $/j 6,53 $/j

    16,19 $/j

    10,67 $/j 7,2 $/j

    17,87 $/j B. Biaya operasi alat: 1. Bahan bakar 2. Minyak pelumas 3. Minyak hidraulis 4. Gemuk 5. Filter Jumlah 1-5 6. Biaya perbaikan 7. Upah operator Jumlah 1-7

    3,68 $/j 0,53 $/j 0,20 $/j 0,04 $/j 0,37 $/j 4,82 $/j 9,06 $/j 1,00 $/j

    14,88 $/j

    4,26 $/j 0,64 $/j 0,20 $/j 0,04 $/j 0,42 $/j 5,57 $/j

    10,00 $/j 1,00 $/j

    16,57 $/j C. Jumlah biaya pemilikan dan operasi alat 31,08 $/j 34,44 $/j

    9.11. Penanaman

    Cara penanaman yang umum dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pembangunan Hutan Tanaman Industri adalah dengan tenaga manusia. Bila menggunakan jaraktanam 3 x 3 m, PT ITCI mengeluarkan biaya 8 HOK/ha. Di PT Kiani Hutani Lestari: pasang ajir 8 HOK/ha, pembuatan lubang tanam dan penanaman 11 HOK/ha.

    Beberapa patokan praktis yang seyogyanya diingat oleh penanam adalah: (1) Itikad: siap menanam sampai tumbuh, dengan kasih sayang. (2) Siram bibit sampai jenuh, sebelum diangkut ke medan tanam. (3) Gunakan keranjang rotan/bambu untuk mengangkut bibit yang bermedia tanah dan kantong plastik yang

    kuat untuk bibit yang bermedia gambut. (4) Angkutlah bibit dengan hati-hati, tidak terbentur-bentur ataupun patah dalam keranjang. (5) Lubang tanam digali dengan cangkul kecil. (6) Hancurkan tanah pengisi lubang. Bibit harus tertanam tepat sampai leher akar, tidak kurang, tidak lebih. (7) Padatkan lubang dengan ujung kaki. Kalau tidak, bibit akan segera mati layu karena kehilangan

    kelembaban akibat penggemburan tanah galian.

  • 28

    (8) Pasang ajir yang tingginya 1-1,5 m. Sangkutkan plastik bekas pot di atasnya untuk memudahkan pengenalan kelak dalam pekerjaan penyiangan.

    (9) Berhentilah menanam bila musim sudah menjadi kemarau.

    Bibit ditanam tanpa pot plastik, gantungkan pot bekas pada ajir. Tatacara penanaman yang baik adalah sebagai berikut. - Remas kantong plastik dengan hati-hati agar media di dalamnya menjadi lebih kompak. - Balikkan bibit dan tarik pot plastik agar media tidak pecah. - Apabila pot sulit ditarik, maka ujung kantong dapat disobek secukupnya. - Masukkan bibit ke dalam lubang tanam, pegang dengan tangan kiri, tangan lainnya memasukkan tanah

    penutup lubang. - Padatkan tanah di sekitar bibit dengan cara menginjaknya, agar bibit tegak berdiri dan kelembaban tanah

    dalam lubang tanam tidak cepat hilang. Susunan regu tanam yang baik adalah: 1 ketua regu, 5 penanam, 3 pengecer. Prestasi penanaman dipengruhi oleh kebersihan lahan dengan data seperti disajikan dalam Tabel 9.5.

    Tabel 9.5. Prestasi penanaman menurut kebersihan lahan (Soetomo, 1988). Intensitas pengolahan tanah Prestasi regu per hari (bt) Prestasi per HOK (bt) land clearing (lc) 2.109 264 lc + bajak (b) 1.638 205 lc + b + b 1.806 226 lc + b + garu (g) 1.881 235 lc + b + b + garu (g) 2.066 258 Rataan 1.900 238

    Regu = 8 orang.

    Hasil penanaman akan selalu diperiksa oleh Bagian Perencanaan/Pengawasan dari perusahaan, apakah tanaman yang ditanam itu mempunyai persen jadi yang tinggi atau perlu penanaman kembali beberapa tempat yang kosong. Penyulaman harus selesai segera, biasanya setelah penyiangan, agar tanaman yang disulamkan dapat tumbuh sama besar atau tidak terlalu ketinggalan dibandingkan dengan yang ditanam semula. Pemeriksaan keberhasilan penanaman harus dilakukan segera setelah selesai penanaman (dua pekan setelah penanaman). Sebagai contoh dapat digunakan cara pemeriksaan di PT ITCI, Balikpapan, yang urut-urutannya sebagai berikut. (1) Pemeriksaan menggunakan pencuplikan 5% dengan plot-plot ukur dalam jalur. (2) Metode yang dipakai adalah systematic sampling with random start, dimana penentuan plot ukur pertama

    dilakukan secara acak, sedangkan penentuan jalur pertama diletakkan 15 m dari batas petak. (3) Peletakan plot ukur selanjutnya berjarak 30 m dari plot ukur pertama. Jalur berikutnya berjarak 30 m dari

    jalur sebelumnya. (4) Plot ukur berbentuk lingkaran dengan jari-jari 3,99 m atau luas plot 50 m2. (5) Penentuan jumlah plot ukur ditetapkan dengan rumus: I = Pi/L x P I = derajat pencuplikan. Pi = jumlah plot ukur yang harus dibuat. P = luas plot ukur. L = luas areal yang diperiksa. Sehingga untuk setiap ha tanaman diperlukan plot ukur sebanyak: 5/100 = Pi/10000 x 50. Pi = 5/100 x 200 = 10 buah.

  • 29

    Gambar 9.10. Cara pemeriksaan hasil penanaman oleh PT ITCI di Balikpapan terhadap hasil kerja penanaman yang telah dilakukan pemborong.

    9.12. Penyiangan

    Sebagaimana pekerjaan-pekerjaan silvikultur lainnya, teknik penyiangan tidak begitu saja dapat diseragamkan untuk pelbagai jenis tanaman pokok. Weinland (1987) telah meganjurkan teknik khusus penyiangan pilih untuk tanaman pokok mangium (Acacia mangium) yang memerlukan naungan samping. Di samping itu ada cara penyiangan bersih untuk jenis-jenis pohon yang sangat suka cahaya seperti leda (Eucalyptus deglupta) dan sengon (Paraserianthes falcataria). Dalam keadaan idealnya, keadaan medan yang disiang bersih dan disiang pilih dapat dibagankan seperti dalam Gambar 9.11.

    Gambar 9.11. Hasil penyiangan bersih dan penyiangan pilih pada hutan tanaman.

    Tidak mudah untuk mengelompokkan jenis-jenis tanaman lainnya memerlukan teknik penyiangan yang mana, karena belum semua tuntutan silvikultur jenis-jenis HTI diketahui dengan pasti. Beberapa patokan dapat dikemukakan sebagai berikut:

    Siang bersih: leda, sengon, sungkai, jati. Siang pilih: mangium, meranti, mahoni, gmelina, agathis.

    Alat penyiangan di hutan tanaman berbeda di setiap daerah tergantung kebiasaan para pekerja. Ada yang menggunakan mandau seperti biasa dipakai masyarakat Dayak. Ada yang menggunakan golok, yaitu oleh masyarakat Jawa, Bugis, atau Toraja. Ada pula yang menggunakan sabit panjang seperti dipakai orang Sunda. Belum ada penelitian alat mana yang paling efektif untuk penyiangan. Bentuk alat-alat penebas gulma itu diperlihatkan dalam Gambar 9.12.

    Gambar 9.12. Mandau, golok, dan sabit panjang sebagai alat penyiangan.

    15m

    Plot ukur r=3,99m (50 m2)

    100m

    30m

    Ditentukan secara acak 30m 100m

    Siang bersih siang pilih Tanpa menebas gulma pendek

  • 30

    Pemeriksaan hasil pekerjaan penyiangan, sekaligus untuk mengetahui jumlah dan mutu tanaman dapat digunakan cara praktis yang dipakai PT ITCI, Balikpapan (Gambar 9.13), sbb:

    Gambar 9.13. Cara pemeriksaan PT ITCI di Balikpapan terhadap hasil kerja penyiangan yang telah dilakukan pemborong kerja.

    (1) Pemeriksaan dengan pencuplikan 20% dari luas wilayah, dengan unit pengukuran berupa plot ukur dalam jalur.

    (2) Metode pencuplikan adalah systematic sampling with random start, yang penentuan plot ukur pertamanya diacak, sedangkan penentuan jalur pertama diletakkan 25 m dari batas petak.

    (3) Plot ukur selanjutnya diletakkan 50 m dari plot ukur pertama, demikian juga untuk

    jalur berjarak 50 m dari jalur pertama, demikian seterusnya. (4) Plot ukur berbentuk lingkaran dengan jari-jari 11,28 m atau luas 400 m2. (5) Jumlah plot ukur yang dibuat untuk setiap ha tanaman dihitung dengan rumus: 20/100 = Pi/10000 x 400 Pi = 20/100 x 25 = 20/4 = 5 buah.

    Kekerapan penyiangan tanaman jenis bagur, dapat ditunjukkan cara di PT Kiani Hutani Lestari sbb: Tahun berjalan 1x, dan penyulaman. Tahun pertama 3x. Tahun kedua 2x. Tahun ketiga 2x.

    Pustaka

    Anonim, 1993. Petunjuk teknis Sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia untuk hutan alam daratan. Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, Departemen kehutanan. Jakarta.

    Kustiawan, W., Sutisna, M. Ruchaemi, A. Ruhiyat, D., Soedirman, S., Kuncoro, I. 1992. Laporan hasil penilaian pembangunan unit HTI PT Kiani Lestari, Batuampar, Kalimantan Timur.

    Leppe, D., Smits, W.T.M. 1988. Metoda pembuatan dan pemeliharaan kebun pangkas dipterocarpaceae. Balai Penelitian Kehutanan Samarinda. 49 hal.

    Natadiwirya, M. Yasman, I., Smits, W.T.M. 1988. Metoda pembuatan stek dipterocarpaceae. Balai Penelitian Kehutanan

    Samarinda. 26 hal.

    50m plot ukur r=11,28m

    50m

    Jarak diacak 25m

    100m