silabus333stpp cetak

48
Silabus Materi Pembelajaran Komkat, Komlit, KKS Keuskupan Agung Medan

Upload: calvinders

Post on 19-Jan-2016

92 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Silabus

TRANSCRIPT

Page 1: SILABUS333STPP CETAK

1

Silabus

Materi Pembelajaran

Komkat, Komlit, KKS

Keuskupan Agung Medan

Page 2: SILABUS333STPP CETAK

2

Sekolah Kader Pastoral

Silabus

Materi Pembelajaran

Pendamping – Peanggungjawab Program:

KomKat, KomLit, KKS

K A Medan

Page 3: SILABUS333STPP CETAK

3

Kata Pengantar

Sejak dibukanya Sekolah Porhanger di Kabanjahe 2007 dan diikuti oleh Dewil

Parbasa dengan Sekolah Tenaga Pastoral Paroki, banyak teman-teman yang terlibat

dalam tugas pastoral memintakan gambaran umum materi pembelajaran kedua

sekolah ini. Pemikiran untuk membuat arah dasar pembinaan dengan gambaran

materi pembinaan memang sudah dari semula dipikirkan. Modul dicetak setelah

selesai pembinaan. Tetapi arah dasar pembinaan dengan segala subjek yang

hendak didalami masih tinggal dikalangan penanggungjawab program dan

penyelenggara. Karena memang sambil pembinaan berlanjut diskusi tetap berjalan

untuk memikirkan pembinaan yang tepat dan materi yang cocok untuk para

pemuka jemaat awam.

Setelah berlangsung tiga sekolah kami pun merasa sudah waktunya membuat

silabus sebagai gambaran materi pembelajaran. Trikom (Komkat, Komlit, KKS)

dan para nara sumber lain studi bersama untuk menyatukan persepsi dan rumusan.

Rumusan silabus ini bukan seperti yang dirumuskan oleh para akademisi yang

membuat segala uraian yang mendetail. Silabus ini lebih merupakan gambaran

umum pembelajaran.

Maksud dari silabus ini tentu agar paroki-paroki yang menjadi pembina dan

penanggungjawab utama pembinaan bagi para umat dan para pengurus secara

khusus semakin tertolong untuk memikirkan pembinaan kepada umatnya. Dengan

melihat materi umum dalam buku kecil ini sudah terbantu untuk menghubungi

komisi terkait untuk memintakan pendampingan dari komisi.

Dengan terbitnya silabus ini diharapkan para teman-teman yang lebih terlibat di

akar rumput untuk pembinaan semakin dapat memberi sumbangan pemikiran

untuk melengkapi materi pembinaan kita yang semakin komprehensif pada umat.

Kami sebagai penanggungjawab sekolah pembinaan Pemuka Jemaat sungguh

mengharapkan sumbang saran untuk melengkapi materi pembinaan kita depan ini.

Atas Nama Trikom

Komkat, Komlit, KKS

Page 4: SILABUS333STPP CETAK

4

Pendahuluan

Pengantar.

Keterlibatan kaum awam harus diyakini sebagai salah satu ciri khas hidup

menggereja KAM. Dari dulu hingga sekarang para awam telah menyatakan

partisipasinya yang sangat menentukan perkembangan Gereja partikular ini.

Kebanyakan komunitas umat beriman terutama yang di pedesaan atau stasi-

stasi, hidup matinya ditentukan oleh kesediaan, kerelaan dan pengorbanan

pemuka jemaat tak tertahbis. Para pengurus Gereja setempat berupaya

memenuhi kebutuhan pelayanan rohani umat. Dalam kaitan ini gagasan

pemberdayaan tenaga pastoral awam menjadi salah satu agenda yang

diperhatikan. Tahun 1993 telah muncul gagasan ‟Tenaga Pastoral Awam‟

dan para alumninya telah berkiprah di tengah umat. Kini beberapa pastor

paroki telah menyelenggarakan Sekolah Tenaga Pastoral Paroki – Sekolah

Kader Pastoral di paroki-paroki maupun di Depwil (Vikariat).

Sekolah Tenaga Pastoral Paroki – Sekolah Kader Pastoral

Gerakan Sekolah Tenaga Pastoral Paroki – Sekolah Kader Pastoral ini

merupakan kerinduan kembali para pastor di paroki-paroki yang berusaha

sekuat tenaga meningkatkan mutu para pemuka jemaat agar peran serta

mereka semakin memberi dampak dan pengaruh yang nyata bagi umat

maupun untuk masyarakat. Ada tekad bersama melalui sekolah ini menjadi

”gerakan pembinaan pemuka jemaat awam yang beriman tangguh dan

berdedikasi sebagai rekan kerja imam dalam pelayanan yang kontekstual di

tengah umat dan masyarakat”.

Dalam rangka mewujudkan maksud di atas ini „sekolah‟ diharapkan agar

dapat mewujudkan hal-hal berikut:

a. Meningkatkan mutu pelayanan para pemuka jemaat

b. Menanamkan nilai-nilai otentik iman Katolik seturut panca

kehidupan menggereja

c. Mengembangkan penghayatan akan peran dan tanggungjawab

sebagai pemuka jemaat awam

d. Mengembangkan ketrampilan dalam upaya membina dan

penyadaran umat secara integral

Page 5: SILABUS333STPP CETAK

5

e. Meningkatkan ketrampilan dalam memimpin berbagai kegiatan

gerejawi dan kemasyarakatan yang berkaitan dengan tugas sebagai

pemuka jemaat

f. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkomunikasi secara

internal dan eksternal

g. Memberikan pembekalan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

administrasi paroki dan stasi

Deskripsi Singkat Materi Pembelajaran

Dalam rangka mewujudkan misi di atas ini, penanggungjawab program

pembinaan para peserta Sekolah Kader Pastoral Paroki – Sekolah Kader

Pastoral dalam hal ini “Trikom” (Komkat, Komlit, KKS) bersama para nara

sumber lainnya mencoba merancang materi pembinaan sbb:

a. Kursus Dasar.

Pembinaan untuk penyadaran diri, kharisma serta kemampuan pribadi.

Dengan kursus ini para peserta diajak untuk menyadari panggilan

mereka dan meningkatkan kualitas komunikasi, kerjasama dan sikap

kepemimpinan

b. Pengertian Gereja

Cara orang mengerti dan mengalami Gereja menentukan sikap dan

karya pelayanannya dalam hidup menggereja. Dalam topik ini

dibicarakan dan didalami pengertian Gereja, segi-segi hidupnya, tugas

perutusan, penampakannya dalam Gereja partikular dan universal.

c. Kepemimpinan

Memahami arti dan tujuan kepemimpinan secara umum dan

kepemimpinan Gereja secara khusus. Aspek spiritualitas kepemimpinan

menjadi tekanan sehubungan dengan peranan peserta sebagai pemuka

jemaat. Juga dibicarakan dan didalami beberapa keterampilan

kerjasama, pemecahan kasus, latihan komunikasi efektif dan mencipta

bahan sederhana pendalaman imam.

d. Kursus Kotbah

Dalam kursus ini, peserta diarahkan untuk tahu dan mampu mengolah

intisari dan pesan teks Kitab Suci menjadi bahan kotbah-renungan.

Page 6: SILABUS333STPP CETAK

6

Dengan ini tentu peserta dibekali dengan latihan mengolah dan

menghadapkan situasi aktual pada pesan teks. Sekaligus tentu peserta

mengalami praktek menyusun dan menyampaikan kotbah.

e. Kursus Kitab Suci

Dalam kursus ini peserta diberi pemahaman umum akan Kitab Suci

sebagai sumber iman dan ajaran. Arti dan tujuan Kitab Suci dalam

hidup kekristenan dan juga mengetahui secara umum akan terjadinya

Kitab Suci itu. Lebih jauh dari situ adalah mendekatkan Kitab Suci itu

pada umat dan mendekatkan peserta pada Kitab Suci itu sendiri

sehingga secara pribadi mampu memetik pesan Kitab Suci dan akhirnya

dapat melihat pengalaman hidupnya dalam terang Sabda Allah.

f. Liturgi

Dalam kursus ini peserta dituntun untuk mengerti liturgi dan bagaimana

peserta menghayati liturgi itu sebagai lex credendi, lex orandi, lex

vivendi dan juga ars celebrandi. Dengan kursus ini para peserta pada

akhirnya dapat memahami liturgi sebagai perayaan hidup dan iman,

menata liturgi dalam ragam peristiwa hidup umat dan juga dapat

mengajarkan arti liturgi pada umatnya.

g. Analisis Sosial

Lewat kursus ini peserta dibekali dengan kesadaran dan kemampuan

analisis sosial sederhana sehingga iman mereka semakin berdampak

sosial. Masalah-masalah dibaca dan dicermati dalam kaca mata iman.

Kursus ini ditekankan bahwa ansos sebagai perangkat pastoral untuk

memudahkan petugas pastoral lebih tepat guna menjawab kebutuhan

umat.

h. Moral

Peserta sekolah kader pastoral ini juga diberi introduksi umum moral

agar memahami pengertian moral itu. Dengan ini diharapkan bahwa

mereka mengetahui membedakan baik dan jahat, benar dan salah lebih

dari itu dia melakukan yang baik secara benar yang didorong oleh iman

dan pikiran yang jernih.

Page 7: SILABUS333STPP CETAK

7

i. Sakramentologi

Dalam materi kursus ini peserta diajak mencari arti dan menggali makna

sakramen secara umum dan secara khusus ketujuh sakramen. Topik ini

sungguh didalami sangat serius karena peserta ini juga nantinya akan

cukup sering mengajarkan hal ini. Pengertian dan makna sakramen

dalam Gereja dan penghayatan sakramen itu sebagai tanda rahmat Allah

yang kelihatan dan bagaimana sakramen itu dirayakan dalam setiap

acara liturgi.

j. Kitab Hukum Kanonik (KHK)

Pada bagian ini peserta dibekali dengan pemahaman tentang KHK,

dasar dan tujuannya, dan secara lebih khusus mendalami hukum Gereja

di bidang Perkawinan. Beberapa ketrampilan juga menjadi tekanan

dalam bentuk latihan penyelesaian kasus-kasus perkawinan.

k. Pastoral Kounseling

Lewat kursus ini peserta kiranya dapat memperoleh keterampilan

pastoral dalam mendampingi maupun menanggapi umat yang setiap kali

datang untuk minta pendapat atau bimbingan dari pengurus jemaat.

l. Ketrampilan Pastoral

Selain topik pendalaman yang sifatnya refleksif dan rational juga ada

keterampilan lain yang mendukung pelayanan para pemuka jemaat ini

seperti kursus dirigen, memimpin doa lingkungan, kursus pembina

anak-anak, dsb.

m. Retret dan Rekoleksi

Hal yang tidak dapat dilupakan dari kegiatan sekolah ini adalah selalu

diadakan saat teduh berupa rekoleksi – retret. Kesempatan ini menjadi

moment pengendapan dan pendalaman akan fungsi mereka di hadapan

umat dan sikap mengemban misi Gereja. Rekoleksi ini diadakan 2 kali

setiap tahun.

Page 8: SILABUS333STPP CETAK

8

Garis-garis Besar Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran Sekolah Tenaga Pastoral Paroki atau Sekolah Kader

Pastoral ini memang mencakup beberapa bidang study yang dirasa sungguh

memberi pengetahuan maupun penghayatan. Gambaran umum tentang

materi pembelajaran peserta Sekolah Tenaga Pastoral Paroki atau Sekolah

Kader Pastoral ini telah disebutkan di atas secara deskriptif. Tetapi untuk

melihat cakupan materi pendalamannya lebih jauh akan disebutkan sub

materi atau sub judul dari setiap materi pembahasan berikut. Dengan

melihat uraian berikut ini sepintas kita sudah dapat melihat lebih jauh luas

dan dalamnya pendalaman setiap materi yang ditawarkan komisi maupun

para nara sumber yang memberi perhatian untuk pembinaan pemuka jemaat

dan umat secara umum. Semoga dengan uraian lanjut ini kita semakin

terbantu melihat arah pembinaan dan cakupan materi pembelajaran

sekaligus memberi masukan lagi demi pengembangan pemahaman para

pemuka jemaat kita di masa depan.

Page 9: SILABUS333STPP CETAK

9

I. BIDANG KATEKETIK

Materi Pembekalan-pembinaan para peserta Sekolah Tenaga Pastoral

Paroki–Sekolah Kader Pastoral mencakup beberapa bidang yang dirasa

menghantar mereka pada pemahaman dan penghayatan iman dan ajaran

Gereja Katolik. Selain itu mereka diharapkan terampil dalam tugasnya.

Untuk itu dirancang materi pembinaan sebagai berikut:

Materi Kursus-kursus:

I. Penyadaran Diri Materi ini merefleksikan „Human Relationship‟. Kesadaran akan

keberadaan diri sendiri dalam kaitan dengan orang lain dan kesadaran akan

perbedaan setiap pribadi baik cara pikir, memandang, merasa dan

menanggapi realita. Setiap pribadi itu ada bersama orang lain sebagai

mahluk sosial yang saling menghargai sebagai pribadi yang bermartabat dan

unik, serta bersama-sama pula membangun kebersamaan. Materi ini

merupakan fondasi bagi pemimpin jemaat agar lebih efektif berkomunikasi

dengan sesamanya serta membangun kerjasamanya.

Dalam dinamika kelompok ini berbagai kegiatan digunakan dalam bentuk

latihan seperti mendengarkan, berkomunikasi dan bekerjasama.

Materi Pendalaman:

1. Persepsi: Menyadari perbedaan - keunikan, perbedaan tanggapan.

Perbedaan pribadi dipengaruhi macam aspek seperti sejarah,

lingkungan, pendidikan, pekerjaan, kebiasaan sehari-hari, bahkan

agama pun, dsb. Ini menjadi bagian dari diri sendiri yang

membatasi cara seseorang itu menanggapi. Tetapi menerima

perbedaan itu sebagai kekayaan atau rahmat yang disyukuri dalam

kebersamaan. Perbedaan akan menghantar orang pada sikap

menghormati dan melengkapi satu sama lain.

Page 10: SILABUS333STPP CETAK

10

2. Komunikasi: Menjembatani perbedaan dan membuka jalan

kerjasama, menyambungkan gagasan atau pikiran, melancarkan

relasi, memecahkan persoalan dan mencari solusi dan kesediaan

mendengar dengan hati serta memberi pendapat

3. Membangun Hidup Bersama: Kerelaan berbagi atau memberi,

meringankan pekerjaan dengan kehadiran orang lain, menghargai

sesama, meningkatkan kepekaan akan kebutuhan orang lain,

menghargai atau mengakui potensi orang lain, kesediaan

mendengar dan menerima pemikiran orang lain.

4. Merencanakan Bersama: Berbicara untuk menentukan tujuan

bersama dan sekaligus berbagi tugas akan tanggungjawab bersama,

evaluasi pelaksanaan tugas.

5. Pengenalan Diri: Refleksi kepemimpinan, panggilan dan perutusan

di tengah sesama atau jemaat yang dibangun atas pendasaran

kutipan Kitab Suci.

Metode

Kegiatan ini lebih menekankan metode eksperiensial yaitu bertitik tolak dari

pengalaman nyata di dalam kegiatan dan kemudian pengalaman itu

direfleksikan bersama. Dengan ini pembimbing mengusahakan peserta

belajar bukan dengan mendengar teori-teori dari pembimbing tetapi

pembimbing menyediakan sarana supaya peserta sendiri mengalami sendiri

arti atau makna kegiatan itu sendiri untuk diri sendiri.

II. Hidup Menggereja Topik Hidup Menggereja ini secara khusus mendalami dan merefleksikan

arti, sifat dan tugas Gereja. Gereja adalah persekutuan umat beriman yang

melayani, beribadat, mengajar dan mewartakan Sabda Tuhan yang pada

akhirnya menuntun setiap umat beriman itu sampai kepada kesaksian iman

kristiani. Dalam hal ini cara hidup Gereja Purba dibicarakan lebih

mendalam sebagai model Gereja yang dicita-citakan agar Gereja itu

sungguh hadir dan dialami oleh umat. Selain itu peserta juga diajak untuk

Page 11: SILABUS333STPP CETAK

11

mengenal profil Gereja Partikular KAM sebagai bagian Gereja universal

dan tempat dimana mereka ikut ambil bagian mengemban misi Gereja itu.

Pendalaman Hidup Menggereja ini merupakan lanjutan dari kursus dasar.

Salah satu tugas orang beriman adalah membangun Gereja. Setiap pribadi

beriman itu menempatkan diri di tengah jemaat sebagai persekutuan.

Dengan pembahasan ini peserta melihat Gereja yang sedang dilayani

sekarang dan bagaimana aplikasi teori dalam praksis.

Materi pendalaman:

1. Pengertian dan Segi-segi Hidup Gereja: Gereja menurut

pengalaman/praksis, Gereja menurut dokumen resmi, Gereja dalam

praksis jemaat perdana

2. Tugas Perutusan Gereja: Koinonia, diakonia, kerugma, liturgi,

martiria (panca tugas) dan membandingkan dengan tugas

perutusan Kristus di dunia

3. Sifat dan Hirarki Gereja: Memahami isi pengakuan iman, dan

kepemimpinan resmi Gereja universal

4. Model-model Gereja: Penalaran teologis akan hidup menggereja

dalam perjalanan sejarah.

5. Profil Gereja KAM, Visi – Misi KAM: Menyimak keberadaan

Gereja KAM dengan kekhasannya yang tamapk dalamkebijakan dan

praksisnya melalui peristiwa-peristiwa penting dalam perjalannya.

6. Komunitas Basis Gerejawi: Salah satu hakekat hidup menggereja

dalam mewujudkan segi-segi hidupnya, kesempatan berpastoral

secara kelompok dalam semangat hidup Gereja perdana, sumber

dan alasan ketertarikan bergabung dengan kelompok

7. Merancang Gambaran Gereja yang Dicita-citakan: Memikirkan

dan merefleksikan segi-segi hidup Gereja yang harus

diprioritaskan dalam komunitas umat beriman.

Page 12: SILABUS333STPP CETAK

12

III. Kepemimpinan Pemuka Jemaat adalah pemimpin, pelayan, animator dan motivator di

tengah-tengah umat. Dinamika setiap organisasi sangat ditentukan oleh

peranan dan cara memimpin oleh pemimpin itu sendiri, demikian juga

komunitas umat beriman itu sungguh ditentukan oleh sikap pemimpinnya.

Melalui materi ini juga para peserta sekolah ini selain mendalamai teori

kepemiminan juga diberi cukup waktu untuk mendalami spiritualitas

kepemimpinan.

Materi Pendalaman:

1. Kepemimpinan: Pengertian kepemimpinan, pemimpin yang efektif

dan kompeten, sikap-sikap kepemimpinan dan fungsi pemimpin

2. Model-model Kepemimpinan: Level-level kepemimpinan,

pemahaman akan ragam kepemimpinan

3. Spiritualitas Kepemimpinan: Kepemimpinan Kristiani, praksis

kepemimpinan Yesus, kepemimpinan Pemuka Jemaat sebagai

pelayan

4. Fungsi dan Peran Pemimpin Katekese: Pengarah dan pemudah

atau fasilitator.

5. Latihan Kepemimpinan: Memimpin rapat, memimpin katekese

umat, merumuskan tujuan, merangkum pendapat, merumuskan

pertanyaan pendalaman, menyusun bahan katekese umat dan

evaluasi

6. Refleksi Gaya Kepemimpinan: Test melihat keseimbangan

membangun komunitas dan pelaksanaan tugas kecenderungan gaya

kepemimpina, karakter kepemimpnan pribadi.

7. Memimpin dan Mengelola Jemaat, Petunjuk dan indikator

menuntun kebijakan: Hubungan–komunikasi sebagai faktor

penentu dinamika hidup bersama, kesetiakawanan–solidaritas

sebagai keperduliaan dan keterlibatan bagian inti hidup Gereja,

kewibawan sebagai daya pengaruh yang membuat pemimpin

Page 13: SILABUS333STPP CETAK

13

semakin dapat melaksanakan tugas lebih efektif, penyehatan-

evaluasi sebagai kesempatan melihat gerak hidup bersama dan

pengorbanan sebagai kesadaran kerelaan mengabdi dan

mengutamakan kepentingan umum.

Catatan: Praktik kepemimpinan (berupa latihan) diberi porsi waktu yang

lebih cukup seperti:

- Memimpin rapat-rapat

- Merangkum pendapat

- Merumuskan kesimpulan atau kesepakatan

- Merumuskan pertanyaan pendalaman teks

- Teknik bertanya

- Testing kepemimpinan

- Dan sebagainya

Pokok-pokok ini langsung disatukan pada pembahasan kepemimpinan, dan

juga pada kesempatan tersendiri.

Metode Penyajian:

Analisa kasus, sharing, metode mimbar, praktek memimpin rapat, refleksi

pribadi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, dsb.

IV. Kotbah Kotbah merupakan bagian penting dalam liturgi. Selain menerima komuni

dalam perayan Ekaristi umat juga mengharapkan Sabda Tuhan yang

diperdengarkan lewat bacaan-bacaan berbicara dalam hatinya. Umat

mengharapkan sebuah kotbah yang dapat dijadikan sebagai “santapan”

rohani. Hal ini memberi indikasi bahwa kotbah merupakan inti dalam

perayaan liturgi. Perhatian akan kotbah ini perlu semakin diperhatikan

dalam konteks Gereja KAM dimana kebanyakan umat tidak dapat

mengikuti perayaan Ekaristi setiap minggunya. Tetapi mereka tetap

berkumpul setiap minggu sekeliling Sabda Tuhan. Para peserta sekolah

Page 14: SILABUS333STPP CETAK

14

Tenaga Pastoral Paroki ini dibekali tentang tehnik berkotbah, mengambil

pesan bacaan, menyusun kotbah dan membawakan kotbah di tengah umat.

Materi pendalaman:

- Arti Kotbah: Definisi kotbah berdasarkan pengalaman peserta dan

juga berdasarkan pemahaman Gereja, tujuan kotbah

- Mempersiapkan Kotbah: membaca, merenungkan bacaan, mencari

inspirasi, melihat aplikasi, menyusun rencana kotbah

- Kaitan Bacaan dengan Kotbah: Mencari inti, merumuskan pesan

kutipan Kitab Suci, dan aplikasi kontekstual

- Struktur/Skema Kotbah: Mempelajari bagian-bagian kotbah,

proporsionalitas kotbah, metode pendekatan kotbah, fungsi pembukaan

dan penutupan kotbah

- Menyusun Kotbah: Kotbah dalam liturgi dan aneka pertemuan umat

- Teknik Berkotbah: Latihan berkotbah, evaluasi, catatan kepada

pengkotbah.

Ctt:

- Dalam memimpin ibadat selama sekolah: diupayakan agar selalu ada

renungan dari peserta yang dipersiapkan pribadi maupun bersama

sebagai kelompok.

- Menambah porsi waktu untuk pendalaman kotbah

Metode:

Brainstorming, praktek mengambil pesan Kitab Suci, praktek menyusun

kotbah dan berkotbah dihadapan para peserta

Kegiatan Lain:

- Internalisasi: Rekoleksi - Retret

- Pekerjaan Rumah

- Ibadat-ibadat dan kerja kelompok

- Peserta Sekolah Tenaga Pastoral Paroki Bertanya dan Tutor Menjawab

Page 15: SILABUS333STPP CETAK

15

V. Analisis Sosial Efektifitas pelayanan mengandaikan pengamatan yang lebih tajam. Analisis

Sosial sebagai perangkat pastoral menjadi bantuan penting bagi pemuka

jemaat sehingga pelayanan semakin menjawab kebutuhan umat dan

pengajarannya pun semakin kontekstual. Kursus ini memberi pendasaran

akan analisis dan juga memberi perhatian yang cukup untuk latihan-latihan

menganalisa masalah dan mencari solusi dari masalah.

Materi Pendalaman:

- Metode SWOT: Metode SWOT = Strength, Weakness, Opportunity dan Threat

artinya Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Metode ini

agak umum dikenal dan digunakan dalam menganalisa suatu

keadaan baik itu yang menyangkut organisasi, lembaga, sekelompok

masyarakat dsb. Dengan metode ini dapat diketahui apa yang jadi

kekuatan dan peluang untuk maju sekaligus tentu disikapi ancaman

serta mencari solusi akan kelemahan.

- Metode ABCD

Asset Based Community Development yang berarti Pengembangan

Komunitas Berdasarkan Asset. Metode yang berfokus pada

personalia (manusia) dan materi atau asset benda. Dalam

pengembangan paroki atau stasi metode ini dapat dan akan sangat

membantu untuk menentukan program yang berkaitan dengan

pengembangan SDM atau penentuan pengadaan fasilitas untuk

menunjang kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan sumber

daya manusia.

- Metode Pendekatan Informasi: CIPS (Community Information

dan Planning System)

Metode yang dapat diartikan sebagai suatu „sistem perencanaan

atas informasi dari suatu kelompok atau komunitas.’ Untuk

mendapatkan suatu informasi yang hendak dijadikan sebagai bahan

Page 16: SILABUS333STPP CETAK

16

pertimbangan dalam merancang suatu kegiatan didapat dari

komunitas atau kelompok yang bersangkutan.

- Metode Pendekatan 5W + H (What, Why, When, Who, Where dan

How: Suatu perencanaan adalah penentuan dan pemilihan tujuan

serta merumuskan tindakan atau tugas yang dianggap perlu untuk

mencapainya. Untuk perencanaan harus dilakukan secara baik agar

memungkinkan kegiatan dapat berjalan baik. Untuk perencanaan

diharapkan mampu menjawab enam pertanyaan berikut yaitu “apa,

mengapa, kapan, dimana, siapa, kapan dan bagaimana”

- Curah Gagasan

Salah satu tehnik untuk mengetahui masalah atau menelurkan

gagasan dalam mendapatkan gambaran yang semakin jelas akan

suatu realitas itu adalah dengan cara „curah gagasan‟

(brainstorming). Curah gagasan ini dapat juga diartikan secara bebas

untuk menyebutkan segala situasi di mana sekelompok orang

membuat daftar.

Metode:

Ada beberapa metode digunakan dalam penyajian materi ini sepeti:

Penjelasan teoretis, praktek mengamplikasikan metode analisis,

merumuskan hasil analisis dan menyimpulkannya untuk dijadikan sebagai

bahan untuk menyusun renstra.

Page 17: SILABUS333STPP CETAK

17

II. BIDANG LITURGI

Dalam kursus ini para peserta Sekolah Kader Pastoral akan mendalami

materi-materi bidang liturgi yang dilihat lebih kena dengan situasi mereka

sebagai petugas pastoral di lapangan. Kursus ini hendak mengajak para

peserta agar semakin mendalami liturgi sehingga mereka semakin mampu

menghayati liturgi sebagai saat penyelamatan.

Materi Kursus-kursus itu antara lain:

I. Pengertian Liturgi dan Devosi Dalam kalangan Katolik, doa dikelompokkan dalam tiga bagian yakni doa

pribadi, liturgi dan devosi. Kedua bentuk doa ini sama-sama

mengungkapkan iman dan kebaktian khas Katolik. Keduanya saling

melengkapi. Roh Kudus juga berkarya dalam devosi. Karena itu Konsili

Vatikan II tetap mengarahkan agar devosi itu mengalir dari dan untuk

liturgi. Ada juga perbedaan antara keduanya, yakni bahwa devosi itu

bernada privat, dapat dilaksanakan secara bersama dan pribadi. Sementara

liturgi itu selalu dirayakan dalam kebersamaan. Devosi memiliki bentuk

bebas, sedangkan liturgi merupakan ketetapan resmi oleh magisterium

Gereja. Gaya bahasa devosi lebih pada bahasa rakyat dan sederhana,

sedangkan liturgi memiliki gaya bahasa teologi yang kadang sulit

dimengerti, devosi tidak selalu memiliki aspek kristologis, trinitaris,

ekklesiologis atau pneumatologis sebagaimana terdapat dalam lliturgi.

Penjabaran Materi

1. Manusia Sebagai Makhluk Religius

2. Pengertian dan Hakekat Liturgi: Asal-usul istilah liturgi, hakekat

liturgi, jenis-jenis liturgi, paraliturgi.

3. Devosi - Ulah Kesalehan: asal-muasal devosi, kilasan lahirnya

devosi, jenis-jenis devosi.

Tujuan Pembelajaran

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan Liturgi dan Devosi

ialah agar umat mengetahui arti liturgi dan devosi. Mereka juga mampu

Page 18: SILABUS333STPP CETAK

18

membedakan arti dan makna liturgi dalam hidupnya yang akan

ditampakkan dalam hidup sehari-hari.

Metode

Ada beberapa metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini,

yakni: tanya jawab, sharing dan kerja kelompok (praktek devosi).

II. Unsur-Unsur Liturgi Liturgi adalah berdoa, tepatnya: berdoa bersama. Liturgi ialah suatu ritual

yang dibangun berdasar beberapa unsur, antara lain: kata, simbol/tanda,

tindakan, doa, nyanyian, bahkan diam/hening. Dalam liturgi resmi, kita

berdoa bersama sebagai Gereja dengan isi dan tata cara yang sama. Doa-doa

(baca: teks) liturgis resmi itu disusun berdasarkan pertimbangan asas tradisi,

unitas, dan universalitas Gereja, serta tanpa mengurangi penghargaan

kepada kebiasaan budaya setempat (Gereja lokal). Seperti halnya umat

kristiani perdana, kita pun berdoa kepada Allah sebagai Bapa kita dan

kepada Yesus, Sang Putera.

Penjabaran Materi

1. Kata: Doa dan Bacaan

2. Tata Gerak, Sikap Tubuh

3. Tata Ruang Liturgi: Gereja,altar,Ambo,Kursi Pemimpin,Salib, Lilin

4. Suasana Liturgis; Cahaya, Warna, Aroma dan Suara

5. Busana dan Peranti Liturgis: Amik, alba, superpli, singel, stola,

kasula, dalmatik, velum, pluviale.

Tujuan Pembelajaran

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan Sub Judul Unsur-

Unsur Liturgi adalah agar umat mengetahui makna doa liturgis, memahami

fungsi bacaan Kitab Suci dalam liturgi, memahami makna yang terkandung

dalam PUMR 43, mengerti makna tata gerak, tata ruang dan busana liturgi.

Mengenal peranti liturgis dan fungsinya, serta memahami suasana liturgis

yang anggun dan menawan dalam liturgi. Dengan demikian umat dapat

menerapkan tata gerak yang baik dan benar dalam perayaan liturgi, menata

Page 19: SILABUS333STPP CETAK

19

gereja dengan baik dan benar sesuai dengan kondisi ruang liturgi yang

tersedia.

Metode

Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini, yakni: tanya jawab,

sharing, praktek tata gerak dalam liturgi, mengamati gambar/benda.

III. Musik Liturgi Musik Liturgi adalah musik yang digunakan untuk ibadat / liturgi,

mempunyai kedudukan yang integral dalam ibadat, serta mengabdi pada

kepentingan ibadat. Dalam Sacrosanctum Concilium (SC) art. 112

dikatakan: “Musik Liturgi semakin suci, bila semakin erat berhubungan

dengan upacara ibadat, entah dengan mengungkapkan doa-doa secara

lebih mengena, entah dengan memupuk kesatuan hati, entah dengan

memperkaya upacara suci dengan kemeriahan yang lebih semarak.”

Penjabaran Materi:

1. Definisi Musik Liturgi, Perbedaan Musik Liturgi, rohani dan Profan

2. Fungsi Nyanyian dalam Liturgi, Kriteria Nyanyian menurut

fungsinya.

3. Tanggungjawab Seorang Dirigen

4. Latihan Solmisasi, membirama, Mencari Tone, Memilih Nyanyian

dalam Perayaan

Metode Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini, yakni: tanya jawab,

sharing, praktek bernyanyi (bernyanyi, membaca, berdirigen).

IV. Perayaan Sabda Hari Minggu Tanpa Imam Hari Minggu adalah hari Gereja dan ekaristi. Hal itu sudah dilaksanakan

dan dihayati sejak awal adanya Gereja. Gereja perdana berkumpul pada hari

Minggu untuk merayakan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Mereka

bertekun dalam pengajaran para rasul (pewartaan Injil) dan memecah-

mecahkan roti. Telah sejak awal mereka merayakan Ekaristi. Gereja

Page 20: SILABUS333STPP CETAK

20

mengidealkan Ekaristi sebagai kegiatan orang kristen pada hari Minggu.

Dari awalnya, Gereja tidak mengenal perayaan sabda terpisah dari ekaristi.

Perkembangan kemudian, di banyak tempat Ekaristi tidak mungkin untuk

dilaksanakan karena jumlah imam tidak mencukupi. Untuk tetap

menjadikan hari Minggu sebagai hari Paskah dan hari Gereja, perlu dicari

bentuk perayaan alternatif. Perayaan Sabda menjadi pilihan ketika Ekaristi

tak dapat dilaksanakan karena ketiadaan imam. Sangat dianjurkan agar

perayaan ini dipimpin oleh seorang diakon atau awam yang dilantik.

Penjabaran Materi

1. Nilai Perayaan Sabda Hari Minggu

2. Sejarah TPS

3. Struktur TPS dan makna setiap bagiannya

4. Praktek Memimpin Ibadat Sabda

Tujuan Pembelajaran

Tujuan yang ingin dicapai adalah umat mampu mengetahui cara menyusun

doa dan kata pembuka serta teknik membacakan Sabda Allahsehingga

mereka mampu menjadi seorang petugas (pemimpin, lektor, dirigen, dll.)

yang terampil dalam perayaan liturgi.

Metode

Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini, yakni: sharing,

ceramah, praktek dan diskusi.

V. Memahami Makna Hari Minggu Hari Minggu di kebanyakan belahan dunia ini dikenal sebagai hari

istirahat. Orang Kristen pada hari ini biasanya menggunakan hari Minggu

untuk berkumpul sebagai jemaat atau pergi ke Gereja. Alasan berkumpul

pada hari Minggu adalah sebagai persekutuan: tradisi rasuli untuk

mengenangkan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus, berliturgi-

merayakan iman, mendengarkan sabda Allah yang penting dalam hidup

kita, karena melaluinya Allah hadir dan tinggal bersama kita, memperdalam

Page 21: SILABUS333STPP CETAK

21

iman dalam persekutuan, mempererat persaudaraan sesama umat, mengucap

syukur, dan banyak lagi. Yang mendorong kita pergi ke gereja pada hari

Minggu adalah rasa terpanggil untuk memenuhi undangan Allah, mengakui

kekurangan dan dosa serta memohon pengampunan, kesadaran sebagai

makhluk religius, tanggungjawab iman dan baptisan, dan lainnya.

Materi Pembelajaran:

1. Arti dan Makna Hari Minggu

2. Istilah hari Minggu

3. Teologi Hari Minggu

4. Spritualitas Hari Minggu

Tujuan Pembelajaran

Tujuan yang ingin dicapai adalah umat mampu memahami arti pentingnya

hari Minggu bagi umat beriman, mengetahui alasan berkumpul pada hari

Minggu di Gereja, memahami makna hari Minggu dan menyadari bahwa

hari Minggu adalah hari Tuhan, hari Paska (Kebangkitan Tuhan). Dengan

demikian umat dapat berpartisipasi aktif dan menghayati Perayaan

Sabda/Ekaristi sebagai perayaan misteri iman, serta merayakannya pada

setiap hari Minggu. Dalam perayaan ini, tentunya membutuhkan persiapan,

baik secara jasmani maupun rohani, sehingga semakin merasakan kehadiran

Tuhan dalam liturgi pada hari Minggu

Metode

Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini, yakni: tanya jawab,

sharing, kerja kelompok, mengamati dan membahas gambar.

VI. Liturgi Sekitar Kematian Hidup sebagai anugerah sangat terbatas. Batasannya adalah kematian.

Kematian merupakan sesuatu yang tidak terelakkan dalam kehidupan

manusia. Setiap manusia yang hidup mau tidak mau, suatu saat akan mati.

Memang, secara manusiawi kematian adalah peristiwa yang menyakitkan,

mengecewakan, menakutkan dan menyedihkan. Namun dalam kaca mata

iman kematian adalah rahmat dari Allah sendiri yang menghendaki manusia

Page 22: SILABUS333STPP CETAK

22

kembali kerumahNya yang abadi. Kematian bagi seorang Katolik bukan

semata-mata sebagai titik akhir dari kehidupan, bukan pula akhir dari

segalanya tetapi sebagai titik mula menuju kehidupan yang lain, yakni suatu

awal kehidupan yang baru.

Bagi orang yang percaya, kematian merupakan peristiwa iman. Pada waktu

dibaptis, manusia sudah digabungkan dengan Kristus yang wafat dan

bangkit, maka pada saat kematian bersama dengan Kristus kita beralih dari

dunia fana ini kepada kehidupan kekal. Kita disucikan dari dosa dan

diterima dalam keluarga Allah yang berbahagia, sambil menantikan dengan

penuh pengharapan kedatangan Kristus yang mulia serta kebangkitan semua

orang pada akhir zaman.

Kematian hanya dapat diterima sebagai rahmat berdasarkan iman kepada

Yesus Kristus yang bangkit dari antara orang mati. Dengan demikian,

sebagai umat beriman, hendaknya mampu menerima kematian sebagai

rahmat. Caranya adalah dengan mengimani Kristus dan percaya bahwa

Dialah kebangkitan. Yesus sendiri menegaskan, "Akulah kebangkitan dan

hidup barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah

mati (Yoh 11:25). Sehubungan dengan ini, Gereja Katolik memiliki struktur

liturgi seputar kematian. Setiap bagian memiliki makna tertentu.

Materi Pembelajaran

1. Mempelajari Struktur Liturgi sekitar kematian

2. Latihan Memakai Buku Rituale

Tujuan Pembelajaran

Sehubungan dengan kematian, umat beriman sebagai petugas pastoral

hendaknya memahami dengan jelas makna kematian serta memahami

makna tata cara/ritus pada liturgi seputar kematian, sehingga mampu dan

terampil dalam memimpin liturgi sekitar kematian dengan baik.

Metode

Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini, yakni: tanya jawab,

sharing, kerja kelompok, dan praktek memimpin liturgi pemakaman.

Page 23: SILABUS333STPP CETAK

23

VII. Perayaan Ekaristi Ekaristi berasal dari bahasa Yunani eukharistia: ucapan syukur. Perayaan

Ekaristi adalah pusat dan puncak liturgi Katolik, dan karena itu menjadi

pusat dan puncak kehidupan Gereja. Ekaristi merupakan pusat dari semua

sakramen dan sakramentali, dan merupakan mahkota dari Ibadat Harian.

Ada beberapa nama untuk perayaan Ekaristi, seperti; Perjamuan Tuhan,

Oblatio=Sacrificum (Latin)-Kurbons (Syria)=Prophora (Yunani),

Pemecahan Roti, Dominicum (di Afrika dan Roma), Anafora (Yunani),

Collecta (Afrika), dan Missa (di Barat). Setiap nama dapat mengungkapkan

sebagian dari misteri Ekaristi atau menekankan salah satu aspeknya, namun

tak dapat mencakup seluruh hakikatnya.

Penjabaran Materi

1. Berbagai Istilah untuk Menyebut Ekaristi

2. Pokok-pokok Sejarah Ekaristi

3. Mengenal Beberarapa TPE yang ada di Indonesia

4. Struktur TPE dan maknanya

Tujuan Pembelajaran

Mengingat bahwa hidup orang Kristen berdasar dari liturgi, maka melalui

pembahasan ini, umat diharapkan mampu memahami makna perayaan

Ekaristi dan melihat hubungan yang terkait antara keempat bagian TPE

serta ikut ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi. Nama-nama untuk

perayaan ini sangat bervariasi. Umat juga diharapkan mampu

mengungkapkan beberapa istilah untuk perayaan Ekaristi dan memahami

maknanya. Dengan demikian mereka dapat mewujudkan hidup beriman

sesuai dengan spiritiualitas liturgi (lex orandi, lex credendi dan lex vivendi).

Metode

Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini, yakni: tanya jawab

dan kerja kelompok.

Page 24: SILABUS333STPP CETAK

24

III. BIDANG KITAB SUCI

A. Pengenalan Dasar Kitab Suci Kitab Suci merupakan sumber iman tertinggi bagi Umat Kristiani. Karena

itu, selayaknya umat Kristiani mendekatkan diri pada Kitab Suci. Pewartaan

bernuansa kristiani yang sering diperdengarkan pada umumnya bersumber

dari Kitab Suci, untuk itu pemahaman tentang Kitab Suci sangat diperlukan.

Pemahaman itu antara lain mengenai: pengertian Kitab Suci, nama-nama

yang biasa dipakai untuk menyebutkan Kitab Suci, isi Kitab Suci, fungsi

(makna) Kitab Suci dan aplikasi Kitab Suci secara sederhana.

- Pengertian Kitab Suci: memahami Kitab Suci sebagai buku iman.

Kitab Suci menjadi sumber iman tertinggi bagi umat Kristiani. Kita

perlu mengetahui nama-nama yang dipakai untuk menyebutkan Kitab

Suci. Kitab Suci dituliskan oleh manusia dan diinspirasikan oleh Roh

Kudus. Kitab Suci pada awalnya muncul dari tradisi lisan, baru akhirnya

beralih menuju tradisi tulisan.

- Isi Kitab Suci: memahami Kitab Suci sebagai buku yang berisi

kesaksian (pengalaman) iman tentang kehadiran Allah yang

menyelamatkan. Kata kesaksian iman menjadi kata kunci untuk

memahami isi Kitab Suci.

- Fungsi (makna) Kitab Suci: Kitab Suci itu bermakna (2Tim 3:15-17).

Kitab Suci mampu menumbuhkan dan mengembangkan iman orang

yang mau membacanya dengan tulus dan setia.

- Aplikasi Kitab Suci dengan cara sederhana: memahami Kitab Suci memang sebaiknya dengan dukungan pengetahuan yang cukup. Akan

tetapi baiklah kita menyadari bahwa selama ini mungkin pengetahuan

kita akan Kitab Suci masih teramat minim. Menjadi pertanyaan: Apakah

selama ini kita tidak bisa menangkap isi Kitab Suci?

B. Sejarah Perkembangan Kitab Suci Kristen

Kitab Suci Kristiani bukanlah kitab yang baru muncul. Kitab-kitab itu sudah

muncul sejak dahulu. Untuk lebih mengenal Kitab Suci, maka perlu

Page 25: SILABUS333STPP CETAK

25

mengetahui seluk beluk munculnya Kitab Suci. Agar isi Kitab Suci semakin

dihayati sebagai kitab orang beriman, tentulah kita perlu mengetahui

sejarahnya. Topik-topik yang termasuk ke dalam itu antara lain:

- Sejarah yang berkaitan dengan Perjanjian Lama Sejarah dan tradisi iman bangsa Israel sebagai pengantar menuju

perkembangan Kitab Suci umat Kristiani. Sejarah itu dibagi ke dalam 4

periode penting: periode bapa-bapa bangsa, periode keluaran sampai

pada penaklukan, periode pembuangan dan periode sesudah

pembuangan. Periode-periode ini dirangkum dalam satu kronologi.

Dalam topik ini disinggung juga sedikit tentang munculnya golongan-

golongan Yahudi yang akan sering di perbincangkan dalam Perjanjian

Baru.

- Sejarah yang berkaitan dengan Perjanjian Baru Kelahiran Yesus mengawali sejarah Perjanjian Baru. Perkembangan

pewartaan iman dalam Perjanjian Baru, secara khusus sangat

dipengaruhi oleh teologi Paulus. Dalam Kitab Suci surat-suratnya

menempati urutan pertama sebagai surat terbanyak jumlahnya.

Pewartaan Perjanjian baru adalah tentang Yesus Kristus.

- Menuju Perkembangan Kitab Suci Kristen Zaman kebudayaan Latin, Zaman kebudadaan Nasional, Reformasi

Marthin Luther, Ekumenis.

C. Kanonisasi Kitab Suci Kitab Suci agama Kristen Protestan dan Katolik berbeda jika dilihat dari

segi jumlahnya. Deuterokanonika menjadi pembedanya. Agama Kristen

Protestan tidak mencantumkan Deuterokanonika sebagai bagian dari Kitab

Suci. Untuk menetapkan satu kitab menjadi Kitab Suci perlu proses

kanonisasi sampai akhirnya tercipta kumpulan kitab-kitab yang tersusun

seperti sekarang ini. Topik-topik yang berhubungan dengan itu, antara:

- Pengertian kanonisasi

- Kriteria dalam proses kanonisasi

- Kanon-kanon yang pernah ada

Page 26: SILABUS333STPP CETAK

26

D. Mendalami Jenis dan Bentuk Sastra Kitab Suci

Kitab Suci dituliskan oleh pengarang pada zaman dahulu dengan

menggunakan gaya penulisan yang popular pada masa penulisannya. Gaya

bahasa penulisan yang satu dengan yang lain tentu tak sama, sekalipun

terkadang hal yang mau disampaikan sama. Sebagaimana buku-buku yang

beredar pada umumnya, Kitab Suci juga dituliskan dengan menggunakan

sastra (gaya bahasa). Topik-topik yang berhubungan dengan itu, antara lain:

- Manusia sebagai makhluk berkomunikasi: tulisan (komunikasi tidak

langsung) merupakan salah satu media yang dipakai untuk

menyampaikan pesan tertentu. Pesan itu disampaikan lewat bahasa yang

dituliskan. Agar pesan itu bisa ditangkap dan dipahami oleh si penerima

pesan, maka dibutuhkan bahasa yang bisa dimengerti oleh kedua belah

pihak, baik si pemberi pesan maupun si penerima pesan.

- Jenis dan bentuk sastra secara umum: mengenal sastra yang biasa

dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

- Jenis dan Bentuk Sastra Kitab Suci: mengenal sastra yang dipakai

dalam menuliskan Kitab Suci serta memahami bahwa Kitab Suci

dituliskan dalam budaya yang berbeda dengan pendengar maupun

pembacanya. Kemudian mendalami kutipan-kutipan Kitab Suci dengan

memperhatikan jenis sastranya.

- Mendalami sastra perumpamaan, kisah panggilan, mukjizat dan mitos

dalam Kitab Suci

E. Nabi dan Kitab Nabi-Nabi

Dalam Kitab Suci kita sering mendengar kata nabi. Yesus pun pernah

mendapat sebutan ini. Dalam Kitab Suci, secara khusus Perjanjian Lama,

kita juga melihat sekian nama kitab yang juga merupakan nama seorang

nabi. Apa yang perlu dilihat dari seorang nabi? Topik-topik yang

berhubungan dengan itu, antara lain:

Page 27: SILABUS333STPP CETAK

27

- Siapakah Nabi itu: juru bicara Allah, manusia rohani dan pejuang

keadilan dan kebenaran.

- Aneka Pembedaan Nabi: sebagai gelar/sebutan, nabi penulis dan non

penulis, nabi besar dan nabi kecil.

- Kitab Nabi-Nabi: berisi warta yang berhubungan dengan seruan akan

keadilan, kritik sosial, kritik terhadap pemimpin, kritik praktek agama,

pengharapan dan janji mesianis.

F. Menggali Amanat Kitab Suci

Hal yang paling penting dari memahami Kitab Suci adalah untuk

menemukan pesan iman yang ada di dalamnya. Selain pengetahuan yang

sudah diperoleh, kepada peserta diberikan hal-hal prkatis yang bisa

digunakan untuk mendalami Kitab Suci, untuk semakin mempermudah kita

menemukan pesan. Topik-topik yang berhubungan dengan itu, antara lain:

- Hal-hal praktis mendalami Kitab Suci: cara membaca singkatan,

memperhatikan kutipan sejajar dan ayat sejajar, kamus Kitab Suci.

- Prinsip Dasar mendalami Kitab Suci: setia dan bersumber dari Kitab

Suci.

- Metode mengambil pesan Kitab Suci sebagai metode pendalaman:

tidak semua kutipan bisa didalami dengan menggunakan metode yang

sama. Untuk itu perlu memperkaya diri dengan mengenal metode-

metode pendalaman yang lain.

Page 28: SILABUS333STPP CETAK

28

IV. BIDANG GEREJA PERDANA DAN PARA

MARTIR

Sebuah animasi

Kursus ini adalah sebuah animasi yang bertujuan membangkitkan semangat

juang yang tak kenal takut untuk mengusahakan cita-cita ideal Gereja. Cita-

cita tersebut bukanlah suatu utopia. Perjuangan gigih dalam iman pasti

berbuah.

Secara teoritis tujuan perjalanan dan kehidupan Gereja sepanjang masa

sangat jelas. Cita-cita ideal selalu terang bagi pikiran para pemimpin Gereja.

Tetapi dalam praksis hidup, yang jelas ini tidak selalu menjadi stimulus dan

motivasi yang menggerakkan tindakan konkrit. Ketegangan antara cita-cita

dan kenyataan saat ini seringkali membuat para pemimpin Gereja dalam

semua tingkatannya menjadi lemah dan tidak jarang bersikap pesimis. Sikap

destruktif ini coba dikonfrontir dengan pengalaman nyata kehidupan Gereja

perdana yang sering kali menjadi referensi ideal bagi setiap diskursus yang

ada kaitannya dengan Gereja.

Kursus ini akan melukiskan situasi Gereja Perdana dan zaman para Martir

seraya menyodorkan berapa kisah martir. Tema ini diharapkan bisa

menganimasi para peserta kursus untuk mewujudkan imannya pada saat ini

dengan penambahan pengetahuan perjuangan para pendahulu kita dalam

mempertahankan iman. Tema ini juga diharapkan bisa membangkitkan

semangat kemartiran bagi para Pemuka Jemaat yang sangat dibutuhkan

demi pengembangan Gereja dan Kerajaan Allah. Pada bagian akhir kursus

ini akan ditampilkan proses perkembangan Gereja hingga menjadi agama

resmi kerajaan Romawi yang kemudian tidak lagi mentolerir agama yang

bukan Kristen. Tanpa menghilangkan sudut pandang lain, perkembangan ini

bisa dilihat sebagai buah kemartiran sejati yang merupakan campur tangan

ilahi dalam mendirikan kerajaan-Nya. Sebagai aktualisasi dari kemartiran,

kursus ini dilengkapi dengan beberapa poin yang menghantar peserta pada

pemahaman akan tugasnya sebagai orang beriman dan memberinya

motivasi untuk bangkit dalam perjuangan iman yang militant.

Page 29: SILABUS333STPP CETAK

29

KEHIDUPAN SOSIAL DAN GEREJANI KRISTEN AWAL

Gereja lahir dalam masyarakat yang telah memiliki perangkat-perangkat

sosial yang baku dan struktur sosial dan budaya yang menjiwai kehidupan

secara khas. Budaya Yahudi dan Yunani adalah dua struktur budaya yang

memiliki pengaruh besar dalam pergerakan kristiani yang baru lahir dan

kemudian mendapat bentuk budayanya sendiri. Ke dalam pergerakan ini

berdatangan orang-orang yang berasal dari berbagai tingkatan masyarakat

pada saat itu. Tuduhan bahwa pergerakan kekristenan hanya diminati oleh

golongan rendah dalam masyarakat tidaklah benar. Kelompok yang

kemudian berkembang ini mampu menyebarkan semerbak yang

membukakan mata orang akan satu alternatif lain dalam kehidupan di dunia

ini. Pokok bahasan ini akan menghantar peserta untuk mampu melukiskan

status sosial umat Kristen awal yang menjadi latar belakang lahirnya

pergerakan kekristenan, sehingga mereka memiliki keteguhan iman dalam

mengusahakan pertumbuhan Gereja ke arah yang ideal

Penjabaran materi:

1. Posisi sosial

2. Tingkat sosial umat Kristen awal.

3. Munculnya sub budaya Kristen

Metode penyajian:

Materi ini akan disajikan dengan menggunakan metode kuliah mimbar

dengan bantuan tampilan power poin dan tanya jawab.

ZAMAN PARA MARTIR

Iman yang diwariskan oleh para rasul berbuah dan berakar kuat dalam

kelompok orang Kristen yang berusaha menghidupinya dalam kehidupan

konkrit. Berhadapan dengan pemerintah kerajaan, usaha mempertahankan

iman yang sejati menuntut pengorbanan yang tidak sedikit. Jiwa dan raga

adalah taruhannya. Perjuangan iman ini hendak digali dengan menampilkan

kisah beberapa martir. Dengan mempelajari sub bab ini para peserta akan

mampu melukiskan beberapa kisah martir yang bisa membangkitkan

semangat kemartiran pada saat ini dalam hidupnya masing-masing

Page 30: SILABUS333STPP CETAK

30

Penjabaran Materi:

1. Maximilianus dan Marcellus

2. Phileas dan Philoromus.

3. Agape, Irene dan Chione

4. Motivasi menjadi martir

Metode Penyajian:

Bercerita, kuliah mimbar, presentasi power poin, diskusi

BUAH-BUAH KEMARTIRAN

Perjuangan iman tidak sia-sia. Darah yang ditumpahkan oleh para martir

menciptakan perubahan fundamental dalam kehidupan menggereja. Orang

Kristen mendapat kebebasan untuk melaksanakan ibadahnya. Dengan ikut

secara aktif dalam kajian ini peserta mampu menerangkan perkembangan

yang dicapai oleh gerakan kekristenan setelah beberapa martir

menumpahkan darah demi mempertahankan iman, sambil melihat konteks

sosial dan politisnya.

Penjabaran Materi:

1. Krisis sistem Tetrarch Diocletianus

2. Pengakuan pertama bagi Kekristenan: Edik Galerius (311)

3. Penaklukan Massenzius. Konstantinus dan Licinius. Campur Tangan

Kaisar dalam Kontroversi Donatisme dan Arianisme

Metode Penyajian:

Bercerita, presentasi power poin, diskusi

Dari “Agama Halal” kepada Agama Resmi Kekaisaran

Setelah diakui sebagai agama yang bebas menjalankan ibadahnya yang

khas, kekristenan akhirnya dijadikan sebagai agama resmi kerajaan. Status

baru ini membuat kekristenan mendapat pembenahan yang signifikan dalam

banyak unsurnya. Perkembangan yang sangat penting ini mempunyai

Page 31: SILABUS333STPP CETAK

31

pengaruhnya hingga saat ini. Lewat pelajaran ini peserta mampu

menerangkan perjalanan Gereja dari status agama halal kepada agama resmi

kekaisaran sambil menimba semangat darinya.

Penjabaran Materi:

1. Politik religius dari Konstantinus sampai Teodosius

2. Orang Kristen yang tidak toleran

Metode penyajian:

Bercerita, presentasi power poin, diskusi

Kemartiran pada Zaman Ini Kemartiran tetap hadir dalam Gereja sepanjang masa. Semangatnya tetap

mengacu pada semangat kemartiran Gereja perdana. Bentuk dan

perwujudannya bisa saja beraneka ragam. Dalam bagian ini akan

ditampilkan konteks gereja sekarang yang dibandingkan dengan situasi

Gereja awal dan zaman para martir. Beberapa martir zaman modern dan

kontemporer akan diteropong dalam bagian ini. Semangat kemartiran ini

harus dihadirkan kembali pada saat ini. Pokok bahasan ini akan menyiapkan

peserta untuk menerangkan bahwa kemartiran adalah jiwa fundamental

yang harus mendasari setiap kehidupan kita dalam usaha menghidupi iman.

Penjabaran Materi:

1. Konteks Gereja sekarang dan Gereja awal dan para martir

2. Martir di Amerika dan Asia

3. Munculnya sekte-sekte yang memecah kesatuan

4. Tokoh-tokoh (“martir”) lokal (paroki, stasi, dsb) (bahan diskusi)

Metode Penyajian:

“Kuliah mimbar, bercerita, presentasi power poin, diskusi

Page 32: SILABUS333STPP CETAK

32

V. SAKRAMENTOLOGI

A. Sakramen Secara Umum, Mengenal asal usul kata

Sakramen

Sub Pokok Bahasan:

1. Mysterium sebagai yang tersembunyi sejak awal,

2. Mysterium sebagai yang menyatakan diri secara semesta dalam diri

Yesus,

3. Mysterium diwartakan oleh para rasul dalam kerygma Paskah,

4. Mysterium yang dirayakan oleh Gereja dalam bentuk sakramen.

Tujuan:

Peserta Sekolah Kader Pastoral mampu menguraikan Mysterium sebagai

asal usul sakramen. (Dengan ini para peserta diharapkan mampu mengenali

Mysterium sebagai asal-usul sakramen)

B. Manusia dan Penghadiran Diri yang Simbolis

Sub Pokok Bahasan:

1. Bahasa dan Simbol

2. Manusia sebagai makhluk yang berbahasa

3. Ada dan ada bersama, Tubuh sebagai Simbol Real

4. Alam Simbolis dari Bahasa Manusia

Tujuan:

Peserta Sekolah Kader Pastoral dapat menjelaskan bahwa dirinya sendiri

juga merupakan “ada” yang menghadirkan diri secara simbolis. (Dengan

cara ini Kader Pastoral diharapkan akhirnya mampu melihat dimensi

terdalam dari realitas, dan akhirnya melihat realitas dibalik simbol)

C. Sakramen Dalam Sejarah Manusia

Sub Pokok Bahasan:

1. Dunia sebagai Sakramen

Page 33: SILABUS333STPP CETAK

33

2. Sakramen dalam Sejarah Manusia: Sebuah Sejarah dalam

Kehadiran Allah

3. Israel “Sakramen” Allah dalam Sejarah

Tujuan:

Kader Pastoral dapat menjelaskan kehadiran Allah yang simbolis realitas

dunia, dalam sejarah dan peristiwa hidupnya, dan juga sanggup

menerangkan bagaimana Allah hadir dalam sejarah bangsa Israel. (Dengan

ini Kader Pastoral memahami sejarah kehadiran Allah lewat tanda dan

peristiwa hidup)

D. Sakramen Sebagai Aksi Profetis Yesus

Sub Pokok:

1. Kristus adalah prinsip dinamis dari penciptaan

2. Kristus sebagai pengantara

3. Ciptaan dipanggil kepada “ada” yang lebih tinggi yakni Kristus yang

adalah “gambaran” Allah Bapa dan prinsip segala ciptaan baru,

yang melalui Dia Bapa telah menciptakan dunia

4. Gereja sebagai Sakramen Kristus yang mulia.

Tujuan:

Kader Pastoral dapat menjelaskan dan memaparkan bahwa dasar dari setiap

sakramen adalah aksi profetis Yesus Kristus.

E. Dasar Biblis Setiap Sakramen

Sub pokok Bahasan:

1. Dasar Injili Sakramen Inisiasi (Baptis, Krisma dan Ekaristi)

2. Dasar Injili Sakramen Pelayanan (Imamat dan Perkawinan)

3. Dasar Injili Sakramen Pendamaian (Tobat dan Pengurapan Orang

Sakit)

Tujuan:

Kader Pastoral dapat menemukan dasar Injili dari setiap sakramen yang

dirayakan.

Page 34: SILABUS333STPP CETAK

34

Metode

Pertemuan ini adalah mencari dan membahas teks-teks Kitab Suci yang

diberikan. Demikian para sekolah kader pastoral sendiri menemukan dasar

Injili dari setiap sakramen.

F. Inisiasi Budaya Setempat

Peserta diberi tugas untuk bertanya di kampung masing-masing mengenai

“INISIASI DALAM BUDAYA SETEMPAT” dicari ritus (rangkaian acara

inisiasi, barangkali tidak tertulis tetapi sudah lazim dijalankan sesuai

dengan aturan yang ada), yang mencakup:

- materi (hal-hal apa saja yang dipakai, benda-benda, dalam ritus

inisiasi budaya setempat)

- forma (doa-doa atau nasihat) yang dipakai dalam inisiasi itu.

Metode:

Bertanya menggali informasi seputar tradisi setempat, Diskusi kelompok

untuk membicarakan tradisi inisiasi budaya setempat. Masing-masing

kelompok mencoba membuat ritus (rangkaian acara untuk inisiasi

setempat), Mendata materi yang dipakai dalam inisiasi dan mencoba

mencari arti dari materi itu. Peserta juga mencoba merumuskan forma yang

dipakai dalam inisiasi setempat, serta mencoba menggali makna religius

dari forma itu.

Hasil kelompok diplenokan dan pada akhir diskusi tutor memberi

kesimpulan umum.

G. Inisiasi Kristen ( Baptis, Krisma dan Ekaristi). Setelah mendalami bersama dasar Injili dari Inisiasi Kristen, maka dalam

pertemuan ini peserta memperoleh keterangan mengenai makna Inisiasi

Kristen.

Sub Pokok Bahasan Baptis:

1. Baptisan mempersekutukan kita dengan Yesus Kristus

Page 35: SILABUS333STPP CETAK

35

2. Baptisan mempersekutukan kita dengan Allah Tritunggal.

3. Baptisan memasukkan kita ke dalam persekutuan Gereja

4. Baptisan sebagai ikatan kesatuan ekumenis

Sub Pokok Bahasan Krisma:

1. Krisma sebagai pentakosta personal

2. Menang atas keputusasaan manusia

3. Pemenuhan Baptis (aspek Pneumatologis): karisma yang beraneka

ragam dari Roh yang satu.

4. Krisma juga dimengerti sebagai ikatan yang lebih ketat dengan

hidup Gereja

5. Kekuatan Roh memungkinkan orang Kristen menjadi misionaris

6. Krisma adalah terarah secara lebih intensif pada kesaksian akan

pengharapan Gereja

Sub Pokok Bahasan Ekaristi:

1. Misteri Iman antara sudah dan belum penuh

2. Kenangan Paskah Kristus

3. Sakramen dari Kurban Salib

4. Jamuan komunitas

5. Kehadiran “antonomasia” dari Kristus yang bangkit

6. Gereja dan Perayaan Persekutuan Baru

7. Menuju Yerusalem Surgawi

H. Sakramen Pendamaian dan Pelayanan Orang Sakit

Sub pokok Bahasan Sakramen Pendamaian:

• Kuasa mengampuni dosa: Klaim Allah

• Yesus dalam hidup-Nya mengampuni dosa

• Kuasa mengampuni diserahkan kepada Gereja

• Gereja sebagai tubuh mistik Kristus diberi kuasa untuk mengampuni

dosa.

• Gereja mengatur dalam bentuk Sakramen

• Tobat dan POS

Page 36: SILABUS333STPP CETAK

36

Sub Pokok Bahasan Pengurapan Orang Sakit

• Pastoral Orang Sakit: Aktualisasi Keperdulian Yesus.

• Buah-buah rahmat Sakramen Pengurapan Orang Sakit:

- Persatuan dengan Sengsara Kristus

- Pengampunan Dosa,

- Penyembuhani Keselamatan Jiwa

- Persiapan Peralihan ke Hidup Abadi

I. Sakaramen Pelayanan

Sub Pokok Bahasan Sakramen Imamat

• Imamat Umum kaum Beriman

• Imamat Jabatan sebagai Partisipasi dalam Imamat Yesus Kristus

• Tiga Tugas Utama Imam: Mengajar, menguduskan, memimpin

• Tahbisan sebagai Karunia Allah

Sub Pokok Bahasan Sakramen Perkainan

• Perkawinan sebagai Panggilan Allah

• Perkawinan Ikatan Sakramental

• Perkawinan sebagai Sel Gereja

• Perkaiwnan sebagai Tanda Eskatologis Kasih Allah.

Tujuan:

Para peserta sekolah kader pastoral semakin dapat memahami dan

menghayati serta mengkatesekan makna setiap sakramen sakramen.

Page 37: SILABUS333STPP CETAK

37

VI. HIDUP BERMORAL

Deskripsi Hidup bermoral adalah hidup yang berisi kebiasaan melakukan perbuatan

baik dengan cara yang benar. Kebiasaan tersebut membentuk manusia

menjadi pribadi bermoral. Orang Katolik bermoral belajar dari Yesus

Kristus dengan bertanya, “Perbuatan baik apa yang harus kuperbuat?” (Mat

19, 16). Ajaran Kristus dikenal oleh hati nurani sehingga menjadi norma

interior dalam diri. Hati nurani merupakan kesadaran personal (berisi unsur

ilahi dan manusiawi) dalam situasi konkrit. Para Murid Kristus dipanggil

untuk menggali butir-butir keutamaan agar bertahan berlaku baik dan benar

pada hidup dan lingkungan hidupnya. Ajaran Gereja kita memiliki beberapa

prinsip untuk menghormati hidup dan untuk merawat lingkungan hidup.

Tujuan: Agar pemuka jemaat memahami hidup bermoral. Dengan paham tersebut

hati nurani mereka berperan dengan arif untuk mengenal, memilih dan

melaksanakan perbuatan baik secara benar pada hidup dan pada lingkungan

hidup.

Pengertian Hidup Moral

Deskripsi: Kata moral berasal dari bahasa Latin (mos), yang berarti kebiasaan.

Membicarakan moral berarti membicarakan kebiasaan baik secara

benar. Kebiasaan baik secara benar menjadikan manusia berpribadi

berkeutamaan. Murid Kristus dipanggil untuk hidup bermoral

dengan bertanya pada Tuhan setiap hari, ”Perbuatan baik apa yang

harus kuperbuat” (Mat 19, 16).

Tujuan: Pemuka jemaat mengerti hidup bermoral serta mampu membedakan

perbuatan bermoral dan perbuatan immoral.

Page 38: SILABUS333STPP CETAK

38

Hati Nurani Deskripsi:

Hati nurani adalah kemampuan kognitif yang dianugerahkan Allah

pada manusia yang bisa digunakan untuk membedakan yang baik

dan tidak baik. Hati nurani menjadi norma interior (dalam diri)

manusia. Dengan menggunakan pertimbangan hati nurani manusia

mengambil keputusan yang arif dalam hidupnya. Agar hati nurani

tajam dibutuhkan pembinaan yang berkesinambungan.

Tujuan: Pemuka jemaat mengerti hati nurani dan mengambil keputusan

setelah mengadakan pertimbangan hati nurani.

Keutamaan Moral dan Teologal

Deskripsi: Ada 7 butir keutamaan yang perlu digali agar manusia cakap dalam

kebiasaan berbuat baik secara benar, yaitu Keutamaan Moral:

kearifan, keadilan, keugaharian, keteguhan hati; Keutamaan

Teologal: iman, harap dan kasih. Keutamaan moral diperoleh

dengan usaha yang konsisten sedangkan Keutamaan Teologal ada

pada manusia karena dianugerahkan oleh Allah.

Tujuan: Pemuka jemaat mengenal 7 keutamaan dan berusaha menggali

keutamaan tersebut dan kemudian memilikinya.

Bioetika (Etika Kehidupan)

Deskripsi: Sejak pembuahan sampai mati manusia berharga untuk Allah

pemberi hidup tersebut. Manusia harus memelihara hidup dengan

baik. Berdasarkan keyakinan ini Gereja Katolik menolak: aborsi,

Metode Keluarga Berencana Buatan (KBB) yang bersifat abortif,

hukuman mati dan bunuh diri, eutanasia.

Page 39: SILABUS333STPP CETAK

39

Tujuan: Pemuka jemaat mengerti prinsip-prinsip penting etika kehidupan

dan berpartisipasi menolak tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran

moral Katolik.

Moral Lingkungan Hidup Deskripsi:

Hidup yang baik dan berharga bertumbuh normal dalam lingkungan

yang terawat baik. Lingkungan terawat baik kalau manusia

menyadari bahwa Allah mencipta (mengandung ciptaan dalam

rahim-Nya yang besar) dan ciptaan mengandung Allah. Ide

panenteisme mejelaskan bahwa semua ciptaan bernilai pada dirinya.

Ide ini mengundang panggilan agar manusia menghargai semua

ciptaan dan menjaga lingkungan yang menjadi rumah kehidupan (at

home on earth).

Tujuan:

Pemuka Jemaat memahami dan menghayati nilai spiritual alam

ciptaan serta semakin menghargai dan merawat alam ciptaan sebagai

rumah kehidupan.

Page 40: SILABUS333STPP CETAK

40

VII. PSIKOSPIRITUAL

Gembala Berorientasi Umat

Pengantar Umum Pengurus Gereja adalah pemimpin umat atau seorang gembala. Sebagai

seorang pemimpin atau gembala, pemuka jemaat perlu menyadari bahwa

mungkin dia sendiri adalah orang yang gampang terluka, yang akhirnya

terluka, namun mungkin mampu mengobati dirinya yang terluka. Dari

pengalaman itu dia bisa lebih mampu menggembalakan umatnya.

Karena itu, selain telah bisa mengolah keterlukaannya dia perlu pula

memiliki 1) kepekaan untuk mengenal kebutuhan umatNya; 2) cara hidup

yang lebih baik; 3) kepribadian yang lebih matang dengan spiritualitas yang

lebih dalam; dan 4) ketrampilan untuk menolong umat.

Pengantar Khusus Dalam kursus ini akan dilihat beberapa hal secara lebih dalam baik

dengan refleksi pribadi dan bersama maupun dengan input atau masukan.

MATERI-MATERI DAN TUJUANNYA

1. Mengenal Luka-luka Batin Pengurus Gereja dalam Konteks Hidup Bermasyarakat dan Gereja.

Materi ini bertujuan:

1. Membantu vorhanger untuk mengenal keterlukaan pribadi yang

disebabkan oleh banyak faktor (dalam dan luar)

2. Menolong vorhanger untuk menggunakan pengalaman akan

penyembuhan luka-luka pribadi itu menjadi model penyembuhan

bahkan pendekatan bagi para umat

Page 41: SILABUS333STPP CETAK

41

2. Peka Terhadap Kebuthan Umat. a. Pesta-pesta;

b. Sakit dan duka;

c. Kemiskinan dan sekolah;

d. Cara hidup yang tidak sehat.

Materi ini bertujuan:

1. Membantu pelayan pastoral untuk lebih mampu mengamati dan

mengetahui kebutuhan umat khususnya dalam hal: a) pesta-

pesta; b) sakit dan duka, c) Kemiskinan dan sekolah, d) cara

hidup yang tidak sehat.

2. Memberikan pelayanan pastoral sesuai dengan kebutuhan umat

tersebut di atas.

3. Memiliki Cara Hidup yang Lebih Baik Menjaga pola makan dan minum yang sehat, istirahat yang cukup,

pikiran yang yang lebih positip, kebersihan diri dan lingkungan,

rajin berolahraga.

Materi ini bertujuan:

1. Agar pemimpin pastoral semakin menyadari pentingnya hidup

sehat untuk bisa melayani dengan baik.

2. Agar pemimpin pastoral bisa menjadi contoh atau model dalam

menjaga cara hidup yang lebih baik.

4. Memiliki Kepribadian dan Spiritualitas Karakter seorang gembala yang dialami dan diajarkan oleh Rasul

Paulus.

Materi ini bertujuan:

1. Agar pemimpin pastoral semakin mengetahui beberapa karakter

kepribadian matang untuk seorang Pemimpin jemaat.

2. Agar pemimpin pastoral makin mengetahui dan menghidupi ciri-

ciri spiritualitas dari seorang pemimpin jemaat.

Page 42: SILABUS333STPP CETAK

42

5 Memiliki Ketrampilan Menolong Umat

Materi ini bertujuan:

1. Agar semakin menyadari bahwa untuk memimpin, pemimpin

jemaat musti memiliki ketrampilan.

2. Agar semakin menguasai tehnik menginterview sederhana dan

menolong kelurga-keluarga Katolik yang kesulitan dalam hal

menjalankan ibadatnya.

Metode Penyajian

Penyajian kursus ini dibuat dengan pertanyaan refleksi pribadi dan

bersama, presentasi di kelas dengan power point, diskusi kelompok

dan pleno, latihan-latihan menginterview dan meditasi dengan

metode sederhana.

Page 43: SILABUS333STPP CETAK

43

VIII. Kitab Hukum Kanonik

Pengantar Gereja adalah persekutuan umat beriman tetapi juga yang tampak sebagai

institusi. Untuk mencapai kebersamaan itu diperlukan adanya aturan hidup.

Dengan ini hukum mempunyai tempat hidup dan berperan dalam Gereja.

Namun hukum ini adalah hukum dari dan untuk orang beriman, maka

dalam pembuatan dan penafsirannya tidak bisa diberlakukan norma-norma

yang sama dengan hukum sipil; dalam hukum Gereja iman memberikan

warna. Hukum Gereja dibuat dengan mendasarkan diri pada kesadaran iman

dan refleksi iman Gereja serta demi menjaga, memelihara dan mewartakan

kebenaran iman dari zaman ke zaman.

Dalam kursus singkat ini para peserta Sekolah Kader Pastoral atau Sekolah

Tenaga Pastoral Paroki akan dituntun untuk mengenal KHK 1983 dari

dekat, mengerti kedudukan KHK dalam Gereja, dan selanjutnya mampu

mengambil sikap yang benar terhadap KHK 1983 tersebut.

Bagian I – Umum

1. Peranan Hukum dalam Gereja

Gereja (=persekutuan iman, harapan dan cinta) membawa serta dalam

dirinya sifat-sifat manusiawi, kelihatan, institusional, namun sekaligus

merupakan suatu realitas Ilahi, tak kelihatan, rohani. Demi tercapainya

kebersamaan perlu adanya aturan hidup bersama.

2. Sejarah Singkat Hukum Gereja

Sebelum sampai pada bentuknya yang sekarang ini Kitab Hukum Kanonik

telah melewati sejarah yang panjang. Konsili Vatikan II menjadi salah satu

tanggal penting dalam perjalanan sejarah hukum Gereja, karena ternyata

menjadi pendorong kuat untuk pembaharuan Hukum Kanonik.

3. Penggunaan KHK

KHK 1983 harus digunakan sebagai:

Page 44: SILABUS333STPP CETAK

44

* Sarana untuk mencapai kebebasan sejati yang memungkinkan

semua warga Gereja menghidupi panggilan hidup mereka yang

bermacam-macam dalam suasana damai dan harmonis;

* Hukum yang secara positif akan membantu karya pastoral kita;

* Hukum dari suatu persekutuan umat yang sekaligus berdimensi ilahi

dan manusiawi;

* Hukum dari suatu persekutuan manusia yang tak hanya ingin saling

mengkomunikasikan nilai-nilai yang sama, tetapi juga perjalanan

manusia menuju keselamatan kekal. Tujuan hukum kanonik dalam

Gereja dirumuskan dalam kan. 1752: “salus animarum”

(keselamatan jiwa-jiwa).

4. Hal-hal yang Baru dalam KHK 1983

Sifat “baru” KHK 1983 tidak boleh hanya dilihat secara kuantitatif, yaitu

berapa banyak ketentuan atau peraturan yang baru bila dibandingkan

dengan KHK 1917. Sifat “baru” mempunyai bobot yang berbeda dan

nuansa yang bermacam-macam pula. Sifat-sifat “baru” KHK 1983

misalnya:

* Teologi yang melatar belakangi KHK 1983;

* Semangat dan iklim yang menjiwai seluruh KHK 1983;

* Gagasan yang mendasari suatu ketentuan hukum;

5. Isi Ringkas Masing-masing Buku

Pengelompokan terbesar dalam KHK 1983 diberi nama BUKU. Ada tujuh

BUKU dalam KHK 1983, dengan masing-masing sebutan:

BUKU I : NORMA-NORMA UMUM

BUKU II : UMAT ALLAH

BUKU III : TUGAS GEREJA

BUKU IV : TUGAS GEREJA MENGUDUSKAN

BUKU V : HARTA BENDA GEREJA

BUKU VI : SANKSI-SANKSI DALAM GEREJA

BUKU VII : HUKUM ACARA (De Processibus ).

Page 45: SILABUS333STPP CETAK

45

Bagian II – Khusus (Perkawinan)

Pada bagian II ini yang mendapat tekanan ialah perkawinan. Dengan

sengaja hal ini dipilih/didalami karena urusan atau masalah perkawinan

sering dihadapi pengurus Gereja. Dengan mempelajari topik ini para

pengurus gereja semakin cakap dan terampil dalam menjalankan tugasnya.

1. Kodrat Perkawinan Kristiani

Dalam tahun-tahun setelah Konsili Vatikan II, pemahaman tentang kodrat

perkawinan Kristiani mengalami perkembangan pesat. Perkawinan sebagai

perjanjian (covenant, foedus) atau fakta yang membentuk suatu

persekutuan hidup dan cinta yang mesra.

2. Ajaran Konsili Vatikan II Tentang Perkawinan: GS 48-52 (Perkawinan sebagai suatu perjanjian (covenant, foedus)); Ensiklik

Humanae Vitae (HV) Paus Paulus VI (Paus dalam ensiklik ini berbicara

tentang ciri khas cinta manusiawi dalam perkawinan yang menurutnya ada

5: harus manusiawi penuh, utuh, setia dan eksklusif, subur, bermoral;

Seruan Apostolik Familiaris Consortio (FC) dari Paus Yohanes Paulus II.

Paus menekankan bahwa keluarga sebagai komunitas hidup dan cinta.

3. Doktrin KHK Atas Perkawinan (Kanon 1055-1062)

a. Kodrat Fundamental perkawinan (Kan. 1055)

b. Sifat-sifat Hakiki Perkawinan (Kan. 1056)

c. Konsensus Perkawinan (Kan. 1057)

d. Hak untuk Perkawinan (Kan. 1058)

e. Wewenang Gereja atas Perkawinan Orang-orang Katolik (Kan.

1059)

f. Keraguan atas Sahnya Suatu Perkawinan (Kan. 1060)

Beberapa Pedoman Praktis Pastoral Perkawinan

I. Perhatian Pastoral dan Hal-hal yang Harus Mendahului Peneguhan

Perkawinan

Page 46: SILABUS333STPP CETAK

46

1. Persiapan Perkawinan: jangka panjang, menengah dan pendek

2. Sakramen Krisma (Penguatan) cfr kanon 1065

3. Pastoral Berkelanjutan: agar para mempelai tetap setia melindungi

konsensus, perjanjian dan kesucian perkawinannya hingga akhir hayat

(cfr. Kan. 1063,4)

II. Syarat-syarat untuk Sahnya Perkawinan Katolik

1. Bebas dari Halangan-halangan Kanonik

a. Halangan pada umumnya

(1) Absolut atau relatif. Halangan yang sifatnya absolut menyebabkan

seseorang tidak mampu memasuki suatu perkawinan yang sah

dengan siapa saja (semua orang)..

(2) Publik atau tersembunyi (Kan. 1074). Suatu halangan disebut

publik kalau keberadaannya dapat dibuktikan dalam tata lahir

(external forum).

(3) Tetap atau sementara. Halangan bersifat tetap artinya tidak

berakhir atau tak tersembuhkan. Halangan bersifat sementara artinya

dapat berakhir atau dapat disembuhkan.

(4) Dapat diberi dispensasi atau tidak. Halangan yang tidak dapat

diberi dispensasi adalah halangan yang berasal dari hukum ilahi.

Halangan semata-mata gerejawi (mere ecclesiastica) dapat diberi

dispensasi.

b. Halangan pada khususnya (ada sekitar 12):

(1) Belum mencapai umur kanonik (kanon 1083)

(2) Impotensi (Kanon 1084)

(3) Ligamen/ikatan perkawinan terdahulu (Kanon 1085)

(4) Perkawinan beda Agama/disparitas cultus (Kanon 1086)

(5) Tahbisan suci (kanon 1087)

(6) Kaul kemurnian publik dan kekal (kanon 1088)

(7) Penculikan (kanon 1089)

(8) Pembunuhan teman perkawinan (kanon 1090)

(9) Kelayakan publik (Kanon 1093)

Page 47: SILABUS333STPP CETAK

47

(10) Konsanguinitas/Hubungan darah (kanon 1091)

(11) Hubungan semenda/afinitas (kanon 1092)

(12) Hubungan adopsi (kanon 1094)

2. Adanya Konsensus atau Kesepakatan Perkawinan

a. Pengertian Konsensus menurut Kan. 1057,§2 adalah perbuatan

kemauan dengan mana pria dan wanita saling menyerahkan diri dan

saling menerima untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian

yang tak dapat ditarik kembali.

b. Faktor penyebab tak adanya konsensus

(1) Ketidakmampuan psikologis (kanon 1095)

(2) Tak ada pengetahuan yang cukup mengenai hakekat perkawinan

(kanon 1096)

(3) Kekeliruan mengenai pribadi (kanon 1097)

(4) Penipuan (kanon 1098)

(5) Kekeliruan mengenai sifat perkawinan dan martabat

sakramental perkawinan (kanon 1099)

(6) Simulasi (kanon 1101)

(7) Konsensus bersyarat (kanon 1102)

(8) Paksaan dan ketakutan (kanon 1103)

3. Dirayakan dalam “Forma Canonica” (Kan. 1108-1123)

a. Pengertian “Forma Canonica”:

Tata peneguhan nikah. Suatu perkawinan harus dirayakan atau

diresmikan di hadapan tiga orang, yakni seorang petugas resmi

Gereja (Ordinaris wilayah, pastor, imam, diakon) sebagai peneguh,

dan dua orang saksi.

b. Dua macam forma canonica:

(1) Forma canonica ordinaria (tata peneguhan nikah biasa): terjadi

di hadapan sekurang-kurangnya tiga orang dan salah satu

diantaranya petugas resmi Gereja sebagai peneguh perkawinan.

Page 48: SILABUS333STPP CETAK

48

(2) Forma Canonica Extra-Ordinaria (tata peneguhan nikah luar

biasa) (kanon 1116). Peneguh nikah, yakni petugas resmi Gereja,

yang berwenang tak dapat hadir maka perkawinan dirayakan di

depan dua saksi saja.

Catatan:

Jika salah satu dari ketiga persyaratan yang terurai di atas (yakni: bebas dari

halangan-halangan, adanya konsensus, dan perayaan dalam forma

canonica) tidak terpenuhi, dan kalau ada bukti-bukti yang memadai setelah

diproses menurut norma hukum yang berlaku, maka suatu perkawinan dapat

dinyatakan tidak sah (secara hukum tidak pernah ada).