cetak langsung

43
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI II TABLET KALSIUM LACTAT Oleh: Kelompok IV Intan Khadijah 131524002 Rizki Arismawati 131524008 Afrina Panggabean 131524022 Agus Salim 131524030 Dinda Nadya 131524100 Dwi Ega Astria 131525136 PROGRAM STUDI : EKSTENSI FARMASI KELOMPOK/ HARI : IV/ RABU NAMA ASISTEN : POMPI KARINA

Upload: chichi2406

Post on 19-Jul-2016

273 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

s

TRANSCRIPT

Page 1: cetak langsung

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI II

TABLET KALSIUM LACTAT

Oleh:Kelompok IV

Intan Khadijah 131524002Rizki Arismawati 131524008Afrina Panggabean 131524022Agus Salim 131524030Dinda Nadya 131524100Dwi Ega Astria 131525136

PROGRAM STUDI : EKSTENSI FARMASIKELOMPOK/ HARI : IV/ RABUNAMA ASISTEN : POMPI KARINA

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI IIFAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN

2014

Page 2: cetak langsung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat

berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan

dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode

pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral

atau melalui mulut (Ansel, 1989).

Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga

banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan

sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah

pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain.

Bahan obat dan zat tambahan umumnya berupa serbuk yang tidak dapat langsung

dicampur dan dicetak menjadi tablet karena akan langsung hancur dan tablet

menjadi mudah pecah. Campuran serbuk itu harus dirubah menjadi granul-granul

yang saling melekat satu sama lain. Cara mengubah serbuk menjadi granul ini

disebut granulasi.

Kekurangan kalsium dapat menyebabkan rachitis, osteomalacia, tetanya,

dan spasmophylia. Kalsium berguna untuk pemeliharaan fungsi jantung, saraf,,

otot, dan system rangka. Kalsium juga dapat mencegah karies dan bermain dalam

pembentukan gigi.

Pada ibu hamil, kalsium laktat berguna untuk pertumbuhan cabang bayi,

pada anak anak, kebutuhan kalsium dapat diperoleh dari garam kalsium yang

dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalsium tubuh. Berbagai cara yang

dapat dilakukan untuk menentukan kadar suatu obat, tergantung dari struktur

kimia dan sifat kimia fisikanya. Kalsium laktat dapat ditentukan secara titrimetri

yaitu dengan titrasikompleksometri. Titrasikompleksometri merupakan titrasi

yang berdasarkan kemampuan ion-ion logam membentuk senyawa kompleks yang

mantap yang larutdalam air (Lachman dkk, 1994).

Page 3: cetak langsung

1.2 Tujuan

Formulasi sediaan yang kami buat bertujuan:

Untuk mengetahui metode pembuatan tablet dengan metode cetak

langsung.

Untuk mengetahui hasil uji preformulasi tablet yang dibuat dengan

metode cetak langsung.

Untuk mengetahui hasil evaluasi tablet yang dibuat dengan metode

cetak langsung.

Page 4: cetak langsung

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet

2.1.1 Tablet Secara Umum

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata

atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih

dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 1994). Tablet adalah sediaan padat

kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler,

kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih

dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi

sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau

zat lain yang cocok (Ditjen POM, 1979).

Tablet (compressi) merupakan sediaan padat kompak dibuat secara

kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata atau

cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan

tambahan (Ditjen POM, 1995). Tablet adalah sediaan padat ukuran tunggal.

Sediaan ini dicetak dari serbuk kering, kristal atau granul. Umumnya dengan

penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan

tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, dan cakram,

serta bentuk seperti telur atau peluru. Kesempurnaan dimiliki bentuk bundar,

bentuk melengkung cembung ganda atau bentuk cakram. Garis tengah tablet pada

umunya berukuran 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voight, 1995).

Dari obat-obat yang diberikan melalui mulut, maka sediaan padat

merupakan bentuk yang lebih disenangi, karena di dalam tablet dan kapsul

terdapat ukuran yang tepat dari dosis lazim. Namun dibandingkan kapsul, tablet

lebih memiliki keuntungan, salah satunya adalah tablet merupakan sediaan yang

tahan terhadap pemasukan (tamperproof). Beberapa masalah zat lain yang lebih

berbahaya dari zat farmasi, produk itu telah mengalami perubahan setelah keluar

dari pabrik dan pedagang besar atau distributor lainnya (Lachman dkk, 1994).

Syarat-syarat tablet, yaitu :

Ukuran seragam : diameter tablet 1 ½-3 kali tebal tablet.

Page 5: cetak langsung

Bobot seragam : penyimpangan rata-rata untuk tablet dengan berat 300 mg

atau lebih, ialah 5-10%.

Waktu hancur / disintegrasi tablet : harus hancur dalam air dalam waktu tidak

lebih dari 15 menit pada suhu 36º – 38º C.

Waktu hancur tablet bersalut gula atau bersalut selaput : harus hancur dalam

air dalam waktu tidak lebih dari 60 menit.

Waktu hancur tablet bersalut enteric : zat penyalut dilarutkan dulu dalam

HCL 0,06 N selama 3 jam, kemudian tablet dimasukkan ke dalam dapar pH

6,8. Tablet harus hancur dalam waktu 60 menit pada suhu 36º- 38ºC (Zaman,

N,1990).

Menurut Lachman, dkk., (1994), tablet memiliki kelebihan dibandingkan

dengan sediaan padat lainnya, diantaranya:

a. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan

terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas

kandungan yang paling rendah.

b. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.

c. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.

d. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk

dikemas serta dikirim.

e. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah.

f. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di

tenggorokan, terutama bila bersalut yang kemungkinan pecah / hancurnya

tablet tidak segera terjadi.

g. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pengelepasan khusus, seperti

pengelepasan di usus atau produk lepas lambat.

h. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi

secara besar-besaran.

i. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,

mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

Pada pembuatannya tablet memerlukan bahan-bahan tambahan atau

eksipien, eksipien yang terdapat dalam pembuatan tablet adalah:

a) Bahan Pengisi

Page 6: cetak langsung

Bahan pengisi perlu ditambahkan bila dosis obat tidak cukup untuk

membuat bulk dan memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung

atau untuk memacu aliran. Bahan pengisi harus mempunyai beberapa kriteria

yaitu: harus non-toksik, tersedia dalam jumlah yang cukup di semua negara

tempat produk dibuat, harganya harus cukup murah, tidak boleh

berkontraindikasi (misalnya sukrosa), atau karena komponen (misalnya natrium)

dalam tiap segmen/bagian dari populasi, secara fisiologis harus inert/netral, harus

stabil secara fisika-kimia baik dalam kombinasi dengan berbagai obat atau

komponen tablet lain, harus bebas dari segala jenis mikroba, tidak boleh

mengganggu warna obat. Beberapa bahan pengisi yang sering digunakan yaitu

laktosa yang dapat dikombinasi dengan zat aktif sebanyak 20-25%, tepung

jagung, gandum atau kentang (Lachman dkk, 1994).

b) Bahan Pengikat dan Perekat

Kedua zat ini ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama

granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi

bagi tablet yang dicetak langsung. Akasia dan tragakan adalah gum alam dan

digunakan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 10-25%, tunggal atau

dikombinasi. Bahan ini lebih efektif bila ditambahkan dalam bentuk larutan pada

pembuatan granul daripada bentuk kering ke formula pencetakan langsung. Selain

bahan di atas bahan pengikat yang sering digunakan adalah gelatin dan pasta

kanji (Lachman dkk, 1994).

c) Bahan Penghancur

Fungsi bahan penghancur dalam formulasi tablet adalah untuk memecah

tablet dan granul menjadi partikel zat aktifnya dan eksipien, yang beraglomerasi

dan kemudian dikempa. Bahan penghancur yang sering digunakan dan

konsentrasi penggunaannya adalah Avicel PH 101 pada granulasi basah atau

kempa langsung konsentrasinya 5-20%, Amilum NF pada granulasi kering

konsentrasinya 5-10% sebagai pengikat sedang pada granulasi basah

konsentrasinya 5-20% sebagai penghancur (Agoes, 2006).

d) Bahan Pelincir

Bahan pelincir dapat memenuhi berbagai fungsi yang berbeda sehingga

akan menjadi lebih bermanfaat jika diklasifikasikan sebagai 3 kelompok yaitu:

Page 7: cetak langsung

1) Pelicin (Bahan pengatur aliran)

Bahan ini memperbaiki daya luncur massa atau granulat yang ditabletasi

dan menjamin bahwa yang ditabletasi mudah mengalir dari sepatu pengisi ke

dalam ruang cetak. Dengan mengurangi gesekan antar partikel dijamin terjadinya

pengisian serba sama dari lubang ruang cetak sehingga konstannya masa tablet

yang disyaratkan dapat dicapai. Bahan yang digunakan antara lain Talk 2%, asam

stearat, parafin, magnesium stearat dengan konsentrasi 0,2-0,3% (Voigt, 1995).

2) Bahan pelincir (lubrikan)

Bahan pelincir berfungsi untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet

dengan dinding ruang cetak (die) pada saat tablet ditekan keluar (Lachman dkk,

1994)

3) Bahan anti lekat (antiadheran)

Bahan anti lekat berfungsi untuk mengurangi melengket atau adhesi

bubuk atau granul pada permukaan punch atau dinding die (Lachman dkk,

1994).

2.1.2 Metode pembuatan Tablet

Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan zat-zat lain kecuali pelican

dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan

tablet dengan baik maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta

menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 1994).

Ada tiga metode pembuatan tablet, yaitu:

a. Metode granulasi basah

Masing-masing zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur

dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk dicampur

bersama-sama dalam alat pencampur, lalu dibasahi dengan larutan bahan

pengikat. Setelah itu massa lembab diayak menjadi granul menggunakan ayakan 6

atau 8 mesh, dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 50o-60oC.

Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang

diperlukan (biasanya digunakan ayakan 12-20 mesh). Tambahkan bahan pelicin

(lubrikan) kemudian dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet (Ansel, 1989).

b. Metode Granulasi Kering (slugging)

Page 8: cetak langsung

Dilakukan dengan mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat

penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin hingga

menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan yang

tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian

digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang

diinginkan. Setelah itu dicetak sesuai ukuran tablet yang diinginkan (Syamsuni,

2006).

c. Metode Cetak Langsung

Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah

mengalir sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk langsung

dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering. Kempa

langsung dapat diartikan sebagai pembuatan tablet dari bahan-bahan yang

berbentuk kristal atau serbuk tanpa merubah karakter fisiknya setelah dicampur

dengan ukuran tertentu. Metode ini digunakan pada bahan-bahan (baik obat

maupun bahan tambahan) yang mudah mengalir dan memiliki kompresibilitas

yang baik yang memungkinkan untuk langsung ditablet dalam mesin tablet tanpa

memerlukan proses granulasi. Pada umumnya obat yang dapat dibuat dengan

metode kempa langsung hanya sedikit, karena bahan-bahan yang memiliki sifat-

sifat tersebut di atas tidak banyak. Cara kempa langsung ini sangat disukai karena

banyak keuntungan yaitu secara ekonomi merupakan penghematan besar karena

relatif hanya menggunakan sedikit alat, energi dan waktu (Lachman et al, 1994).

Metode cetak langsung adalah proses pembuatan tablet dengan cara

mengempa langsung zat aktif atau campuran zat aktif dan eksipien tanpa

penanganan pendahuluan baik granulasi basah maupun kering.

Perkembangan metode cetak langsung digunakan karena perkembangan

teknologi mulai dari mesin tablet hingga bahan – bahan yang digunakan dalam

pembuatan tablet yang mempunyai kompresibilitas dan aliran baik. Titik kritis

dalam proses kempa langsung adalah pemilihan bahan pembantu baik dari segi

sifat aliran masa cetak maupun ketepatan formulasi terhadap kompresibilitas.

Kempa langsung digunakan pada pembuatan tablet dengan zat aktif dosis tinggi

yang memiliki sifat aliran dan kompresibilitas baik (umumnya garam – garam

organik dengan bentuk kristal kubus ). Namun pada percobaan kali ini didapatkan

Page 9: cetak langsung

sifat alir dan kompresibilitas yang kurang baik, sehingga meragukan untuk naik

cetak. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :

- Kualitas bahan yang kurang baik

- Bahan yang digunakan berbentuk serbuk bukan granul

- Kesalahan dalam formulasi

Pencegahan dari hal ini dapat dilakukan 2 hal yaitu :

- Penggunaan aerosil

- Memasukan komponen luar ( Talk, Mg stearat ) ke dalam campuran

kemudian di lanjutkan dengan evaluasi. Hal ini dapat membantu

meningkatkan sifat alir dan kompresibilitas.

Cetak langsung juga dapat digunakan pada zat aktif dengan sifat aliran

dan kompresibilitas kurang baik asalkan dosis relatif kecil. Keterbatasan zat aktif

untuk dikempa diatasi dengan pemilihan bahan pembantu yang mempunyai sifat

aliran dan kompresibilitas baik dan menjamin homogen campuran disarankan

bahan pembantu terutama pengisi, yang mempunyai kapasitas pegang besar.

Keuntungan dari metode cetak langsung adalah kepraktisan prosesnya,

keuntungan lainnya adalah :

- Efisiensi ruangan, proses, tenaga , tahap manufaktur, mesin , proses validasi

dan konsumsi energi.

- Menjamin stabilita yang baik pada zat aktif yang tidak tahan panas dan

lembab karena tidak melibatkan pelarut maupun pemanasan/ pengeringan.

- Pemberian tekanan saat pencetakann tidak berlebihan sehingga sifat kristal

tetap sehingga tidak terjadi polimorfisme akibat pengaruh mekanik.

- Dalam media disolusi, tablet dapat langsung hancur menjadi partikel –

partikel kecil karena tidak adanya proses granulasi sehingga diharapkan

memberikan kecepatan disolusi yang lebih tinggi.

Keterbatasan metode cetak langsung adalah:

- Bahan harus memiliki sifat aliran yang baik, namun banyak sekali zat aktif

dibentuk dalam ukuran mikron (halus) sehingga alirannya cenderung kurang

baik.

Page 10: cetak langsung

- Harus ditunjang dengan mesin cetak berteknologi tinggi.

- Pengisi harus memiliki kapasitas pegang ( holding capacity ) yang memadai,

memiliki sifat aliran dan kompresibilitas yang baik. Umumnya bahan pembantu

untuk metode cetak langsung didisain khusus berbentuk granul dan kandungan

lembab rendah sehingga harganya relatif lebih mahal dibandingkan eksipien

umum untuk metode granulasi.

- Perbedaan ukuran partikel dalam masa cetak dapat mengakibatkan terjadinya

pemisahan.

- Jika digunakan pewarna, maka homogenitas warna sulit dicapai.

Pada pembuatan tablet dengan metode cetak langsung, karakteristik

bahan baku harus ditetapkan dengan lebih hati-hati karena tidak ada perlakuan

khusus sebelum dikompresi atau dicetak dengan menggunakan mesin cetak. Hal

ini menyebabkan metode cetak langsung membutuhkan biaya yang lebih mahal

dari metode granulasi.

Avicel PH 102 berfungsi sebagai filler-binder, dalam konsentrasi 20-90%

sebagai diluen dan adsorben. Avicel PH 102 dapat menghasilkan tablet dengan

kekerasan yang memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena Avicel mempunyai

kadar lembab tinggi, sehingga dapat membuat ikatan yang cukup kuat antara

molekul obat dan eksipien.

Pada uji kompresibilitas diharapkan penurunan volume yang rendah,

sehingga akan didapatkan kompresibilitas yang baik, dan akan menghasilkan

tablet yang baik.

Kelemahan dari metode cetak langsung adalah waktu hancur yang sangat

cepat, hal ini disebabkan karena pengunaan pengikat yang dicampurkan secara

kering menyebabkan waktu hancur dari tablet sangat cepat. Hal ini dapat

disebabkan karena:

- Kualiatas bahan yang kurang baik terutama kualitas dari Avicel PH 102

- Kekerasan dari tablet kurang.

2.1.3 Penggolongan Tablet

Menurut Syamsuni (2006), penggolongan tablet dapat dibedakan

berdasarkan atas:

Page 11: cetak langsung

a. Berdasarkan metode pembuatan:

Berdasarkan metode pembuatannya, dikenal dua jenis tablet, yaitu tablet

cetak dan tablet kempa.

1) Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya

mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa

serbuk dibasahi dengan etanol persentase tinggi. Kadar etanol tergantung

pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam sistem pelarut, serta derajat

kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembab ditekan dengan

tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan

dibiarkan kering.

2) Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau

granul menggunakan cetakan baja.

b. Berdasarkan Cara Pemakaian

Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi menjadi:

1) Tablet biasa / tablet telan. Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan

cara ditelan, pecah dilambung.

2) Tablet kunyah (chewable tablet). Bentuknya seperti tablet biasa, cara

pemakaiannya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya tidak

pahit.

3) Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles) adalah sediaan padat yang

mengandung satu atau lebih bahan obat, umunya dengan bahan dasar beraroma

dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam

mulut.

4) Tablet larut (effervescent tablet) adalah tablet yang sebelum digunakan

dilarutkan terlebih dahulu dalam air dan akan menghasilkan buih. Tablet ini

selain mengandung zat aktif juga mengandung asam (asam sitrat, asam tartrat)

dan Na2CO3.

5) Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan berisi

hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit,

kemudian tablet dimasukkan, kemudian dijahit kembali.

6) Tablet hipodermik adalah tablet kempa, dibuat dari bahan yang mudah larut

atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya digunakan untuk membuat

Page 12: cetak langsung

sediaan injeksi hipodemik segar dengan melarutkan tablet dalam air steril

untuk injeksi.

7) Tablet bukal adalah tablet yang diletakkan antara pipi dan gusi.

8) Tablet sublingual adalah tablet yang diletakkan di bawah lidah.

9) Tablet vagina (ovula) adalah tablet sisipan yang didesain untuk terdisolusi dan

pelepasan lambat zat aktif dalam rongga vagina.Tablet ini berbentuk telur atau

berbentuk (buah) pir untuk memudahkan penahanan dalam vagina, untuk

melepaskan zat antibakteri, antiseptik, atau zat astringen guna mengobati

infeksi vagina atau mungkin melepaskan steroid untuk absorpsi sistemik.

2.2 Evaluasi Granul

a) Granul

Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil.

Ukuran biasanya berkisar antara ayakan nomor 4-12, walaupun demikian granul

dari macam-macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat tergantung pada

tujuan pemakaian (Ansel, 1989).

Beberapa sifat karakteristik dari granul jadi merupakan ciri yang penting,

karena akan memberikan pengaruh nyata pada pelaksanaan urutan proses

penabletan dan sifat-sifat dari tablet yang akan diproduksi. Sifat-sifat karakteristik

ini meliputi, kemampuan pengempaan dan sifat aliran dari bahan kasar (Banker

dan Anderson, 1994).

Menurut Voigt (1995), Persyaratan granul yang baik, yaitu :

a. Dalam bentuk dan warna yang sedapat mungkin homogen.

b. Sedapat mungkin memiliki distribusi butiran yang sempit tidak lebih dari 10%

mengandung komponen yang terbentuk serbuk.

c. Memiliki daya hancur yang baik dan menunjukkan kekompakan mekanis yang

memuaskan.

d. Tidak terlampau kering (sisa lembab 3%-5%).

e. Mudah hancur dalam air.

b) Sifat Fisik Granul

a. Waktu alir

Page 13: cetak langsung

Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk mengalir

dalam suatu alat. Sifat ini dapat dipakai untuk menilai efektifitas bahan pelicin,

mudah tidaknya granul mengalir dan sifat permukaan granul. Semakin kecil

ukuran partikel granul akan memperbesar daya kohesinya sehingga akan

menyulitkan aliran karena granul akan mengalir dalam bentuk gumpalan. Untuk

menentukan sifat aliran, digunakan sudut kemiringan aliran yaitu sudut yang

dihasilkan bila suatu zat berupa serbuk dibiarkan mengalir bebas dari atas corong

ke dasar. Sudut tersebut akan membentuk suatu kerucut yang kemudiaan sudut

kemiringannya diukur. Semakin datar sudut yang dihasilkan, artinya sudut

kemiringannya semakin kecil, dan semakin baik sifat aliran serbuk tersebut

(Voigt, 1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat alir granul adalah bentuk dan

ukuran partikel granul, distribusi ukuran partikel, kekasaran atau tekstur

permukaan, penurunan energy permukaan dan luas permukaan. Ukuran partikel

granul makin kecil akan memperbesar daya kohesinya, sehingga granul akan

menggumpal dan menghambat kecepatan alirannya (Banker dan Anderson, 1994).

Ada beberapa gaya yang dapat bekerja diantara partikel-partikel padat,

yakni gaya gesekan atau friksi, gaya tegangan permukaan, gaya mekanik yang

disebabkan oleh saling menguncinya partikel yang bentuknya tidak teratur, gaya

elektrostatik dan gaya kohesi. Semua gaya tersebut dapat mempengaruhi sifat

mengalir dari zat padat. Sifat-sifat granul seperti ukuran partikel , distribusi

ukuran partikel, bentuk partikel, kekerasan atau tekstur permukaan, penurunan

energi permukaan dan luas permukaan juga dapat dipengaruhi (Baker dan

Anderson,1994).

b. Sudut diam

Sudut diam adalah sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk

kerucut dengan bidang horizontal. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh

bentuk, ukuran, dan kelembaban granul. Sudut yang maksimum dibentuk

Page 14: cetak langsung

permukaan serbuk dengan permukaan horizontal pada waktu berputar diambil

sebagai sudut diam. Bila sudut baring lebih kecil atau sama dengan 30o biasanya

menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudut diam lebih besar atau

sama dengan 40o biasanya daya mengalirnya kurang baik.

Sudut diam adalah: tan α=h

r ,

α = sudut diam, h = tinggi kerucut/gundukan granul, dan r = jari-jari

kerucut. (Banker dan Anderson,1994)

Tabel Kriteria Sudut Diam

Sudut

Istirahat

Sifat Aliran

< 25 Sangat baik

25 – 30 Baik

30 – 40 Cukup

> 40 Sangat sukar

Sumber : Aulton, 2002

c. Kompresibilitas

Kompresibilitas sangat penting kaitannya dengan kemudahan suatu serbuk

untuk dikempa sehingga dapat menghasilkan tablet yang keras. Serbuk yang

kompresibilitasnya jelek akan membutuhkan tekanan yang tinggi untuk dapat

dikempa menjadi tablet dan seringkali setelah menjadi tablet, tablet yang

dihasilkan akan mudah terjadi capping atau laminating. Kompresibilitas adalah

kemampuan serbuk untuk berkurang atau menurun volumenya setelah diberi

tekanan atau perlakuan lainnya (pressure of source) (Sulaiman, 2007).

Tabel Hubungan antara Indeks Kompresibilitas dan Kemampuan Alir Granul

Indeks kompresibilitas (%) Sifat alir

5-12 Istimewa

12-16 Baik

Page 15: cetak langsung

18-21 Sedang

23-35 Kurang Baik

33-38 Sangat buruk

> 40 Sangat sangat buruk

Sumber : Farmakope Indonesia edisi IV, 1995

Ditimbang gelas ukur 100 ml kosong (W1), lalu diisi granul sampai

volume 100 ml (V1) dan ditimbang (W2). Gelas yang berisi granul tersebut

dihentakkan sebanyak 500 kali. Pada akhir proses, volume granul didalam gelas

ukur dibaca (V2).

Bj nyata = W 2−W 1

V 0 dan BJ mampat = W 2−W 1

V 1

Kompresibilitas = [1+ BJ nyataBJ mampat ] x100 %

Keterangan W1 : berat gelas ukur kosong

W2 : berat gelas ukur yang berisi granul

V0 : Volume granul awal (sebelum penghentakan)

V1 : Volume granul akhir (sesudah penghentakan)

2.3 Evaluasi Tablet

Untuk menjaga mutu tablet tetap sama, dilakukan uji-uji sebagai berikut:

2.3.1 Uji keseragaman bobot

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini

ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet-

tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat

yang sama, sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama. Keseragaman bobot

dapat ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot rata-rata

tiap tablet.Kemudian timbang tablet satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet

bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari yang ditetapkan pada

Page 16: cetak langsung

kolom A dan tidak boleh satu tablet pun bobotnya menyimpang dari bobot rata-

rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom B. Jika perlu gunakan 10 tablet

yang lain dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot

rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B (Ditjen POM, 1995):

Tabel Penyimpangan bobot rata-rata

Bobot rata-rataPenyimpangan bobot rata-rata

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%

151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%

Lebih dari 300 mg 5% 10%

2.3.2 Uji kekerasan

Ketahanan tablet terhadap goncangan pada waktu pembuatan,

pengepakan dan distribusi bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan

dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang diperlukan untuk memecahkan

tablet. Alat yang digunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini

diharapkan dapat mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet.

ersyaratan kekerasan tablet umumnya berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap

sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan (Soekemi, A.

R., 1987).

2.3.3 Uji keregasan

Kekerasan tablet bukanlah indikator yang mutlak dari kekuatan tablet.

Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur

keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi

hancur. Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat roche friabilator. Sebelum

tablet dimasukkan kedalam alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu.

Kemudiann tablet dimasukkan kedalam alat, lalu alat dioperasikan selama 4 menit

atau 100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat

Page 17: cetak langsung

mula-mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan

harus lebih kecil dari 0,8% (Ansel, 1989).

2.3.4 Uji waktu hancur

Agar bahan obat dapat secara utuh diserap pada sistem pencernaan,

maka tablet harus hancur dan melepaskan bahan obat kecairan tubuh. Waktu

hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk menjadi partikel-partikel

kecil. Tablet biasanya diformulasikan dengan bahan pengembang yang

menyebabkan tablet hancur didalam air atau cairan lambung (Soekemi, A. R.,

1987).

Peralatan uji waktu hancur terdiri dari rak keranjang yang mempunyai

enam lubang yang terletak vertikal diatas ayakan mesh nomor 10. Selama

percobaan tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang, kemudian keranjang

tersebut bergerak naik turun dalam larutan transparan dengan kecepatan 29-32

putaran permenit. Interval waktu hancur adalah 5-30 menit (Ansel, 1989).

BAB III

METODE PERCOBAAN

Page 18: cetak langsung

3.1 Alat

Mortir

Stamfer

Gelas Ukur

Beaker Glass

Perkamen

Timbangan Analitik

Sudip

Spatula

Pot Plastik

Termometer

Kuas

Cawan

Hot Plate

Desintegration Tester

Ronche Friabilator

Hardness test

Lemari Pengering

Mesin Pencetak Tablet

Label

Penggaris

3.2 Resep

R/ Kalsium Laktat 500 mg

m.f.dtd tab No.C

3.3 Formula Lengkap

R/ Kalsium Laktat 500 mg

Amilum 10 %

Mg Stearat 1 %

Talkum 1 %

Page 19: cetak langsung

Avicel qs

M f dtd tab No.C

3.4 Rencana Kerja

Metode : Cetak Langsung

Diameter : 13 mm

Bobot Tablet: 600 mg

Jumlah Tablet : 100 tablet

Maka berat 100 tablet = 100 x 600 mg = 60.000 mg = 60 g

3.5 Perhitungan Bahan

Zat Berkhasiat

Kasium Laktat : 500 mg x 100 = 50.000 mg = 50 g

Pengembang

Amilum :10

100x600 mg x100 = 6000 mg

Pelicin

Mg Stearat :1

100x600 mg x100=¿ 600 mg = 0,6 g

Talkum :1

100x600 mg x100=¿ 600 mg = 0,6 g

Pengisi

Avicel : (0,6 g x 100) – (50 g + 6 g + 0,6 g + 0,6 g)

: 2,8 g = 2800 mg

3.6 Prosedur Percobaan

a. Cetak Langsung

Cara pengerjaan cetak langsung yaitu;

Bahan obat, bahan pengembang dalam dan bahan pengisi ditimbang

Bahan-bahan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam lumpang kemudian

dihomogenkan

Bahan obat ditambahkan bahan pengisi dan bahan pengembang dengan

jumlah yang sama sedikit demi sedikit sampai habis dan homogenkan

Page 20: cetak langsung

Dilakukan uji preformulasi

Indeks Tap

Waktu Alir

Sudut Diam

Dicetak massa menjadi tablet

b. Uji Preformulasi Tablet

Sudut Diam

Ke dalam corong alir yang ditutup bagian bawahnya, dialirkan granul

kering yang akan dicetak

Lalu dibuka dan granul dibiarkan mengalir

Dihitung sudut diam

Rumus :

Syarat : 200 < θ < 400

Waktu alir

Ke dalam corong alir dimasukkan granul yang akan dicetak.

Dialirkan hingga seluruh granul mengalir.

Ditentukan waktu alir mulai dari granul mengalir sampai seluruh granul

mengalir keluar.

Syarat : t alir < 10 detik

Indeks Tap

Sejumlah granul dimasukkan ke dalam gelas ukur. Kemudian di Tapping

sebanyak 20 kali.

Ditentukan penurunan volume

Dilakukan tapping sampai hasil penurunan granul stabil

Rumus :

Tg θ = 2hD

I = Vo-V tap x 100%

Vo

Page 21: cetak langsung

Syarat : I < 20 %

c. Proses Pencetakan Tablet

Proses pendetakan tablet dilakukang dengan cara:

Mesin pencetak tablet single punch disiapkan. Dipasang punch bawah

dengan dimeter sesuai tablet yang akan dicetak dan diatur dienya.

Masukkan masaa tablet dalam hopper, lalu diatur skrup atas dan bawah

untuk menentukan volume dan tekanan.

Dicetak 1 buah tablet, dicek beratnya (pengatur punch bawah) dan

tekanannya (pengatur punch atas).

Jika tablet sudah memenuhi syarat, dicetak 10 tablet lagi, di uji kembali

berat serta kekerasannya, jika tidak mengalami perubahan dapat dicetak

seluruhnya.

Tablet yang dipakai sebagai sampel dapat digranulasi.

Dicatat jumlah tablet yang tercetak.

d. Uji Evaluasi Tablet

Keseragaman Bobot

Cara:

1. Dibersihkan tablet, diambil 20 tablet kemudian ditimbang.

2. Tentukan bobot rata-rata satu-persatu, hitung deviasi dan diambil 3 berat

tablet yang berdeviasi tertinggi.

Syarat :

1. Jika ditimbang satu persatu,tidak boleh lebih dari 2 tablet menyimpang

lebih besar dari kolom A.

2. Tidak boleh satu tablet pun lebih besar dari kolom B.

BOBOT RATA-RATAPENYIMPANGAN

A B

25 mg atau kurang 15 % 30 %

26 mg s/d 150 mg 10 % 20 %

Page 22: cetak langsung

151 mg s/d 300 7,5 % 15 %

Lebih dari 300 mg 5 % 10 %

Waktu Hancur

Alat : Desintegration tester

Cara :

1. Dimasukkan 6 tablet pada masing masing tabung di keranjang,lalu

diletakkan 3 tablet di atas cakram penuntun,dan dijalankan alat.

2. Dicelupkan pada air dengan suhu 37ºC (lebih kurang 1ºC) dengan tinggi

air tidak boleh kurang dari 15 cm,sehingga tabung dapat dinaik turunkan

secara teratur 30 kali permenit.

3. Pada kedudukan tertinggi,kawat kasa tepat pada permukaan air, angkat

keranjang dan di amati seluruh tablet.

4. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada lagi tablet yang tertinggal pada

kawat kasa.

5. Dicatat waktu setiap tablet hancur.

Syarat :

- Waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan 3 tablet dengan cakram

penuntun tidak boleh lebih dari 15 menit.

- Waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan 3 tablet tidak dengan

cakram penuntun tidak bolehlebih dari 30 menit

- Bila tidak memenuhi syarat,percobaan diulangi untuk tablet yang memakai

cakram penuntun,sedangkan untuk tablet yang tidak memakai cakram

penuntun,percobaan di ulangi dengan cakram penuntun ditempatkan diatas

tablet.

Uji Kekerasan Tablet

Alat : strong cobb

Cara :

1. Sebuah tabletdimasukkan diantara anvil dengan punch.

2. Tablet dijepit dengan cara memutar sekrup sampai lampu stop menyala.

3. Tekan tombol sampai tablet retak atau pecah.

Page 23: cetak langsung

4. Pada saat tersebut,angka yang ditunjukan pada skala adalah harga dari

kekerasan tablet,lalu di catat.

5. Percoban dilakukan untuk 5 tablet dengan mengembalikan jarum ke angka

nol dan alat dibersihkan.

Syarat : Kekerasan tablet = 4-8 kg.

Percobaan dilakukan untk 5 tablet.

Uji Friabilitas

Alat : Roche friabilitor.

Cara:

1. Bersihkan 20 tablet dari debu dan ditimbang yang merupakan berat

awal,misalkan A gram.

2. Tablet dimasukkan ke dalam alat dengan putaran 100 kali selama 4 menit.

3. Dikeluarkan 20 tablet tadi,dibersihkan dari debu dan ditimbang berat

akhirnya,misalnya B gram.

Syarat : Kehilagan berat tidak boleh lebih dari 0,8 %

Rumus :

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

A-B x 100% A

Page 24: cetak langsung

4.1.1 Uji Preformulasi

a. Sudut Diam

No Tinggi (h = cm) Diameter (d = cm)

1 2,8 10,1

2 2,7 10,5

3 2,6 10,5

Rata-rata 2,7 10,36

Tg θ=2hd

¿ 2(2,7)10,36

= 0.521

θ = 27.52°

Kesimpulan : Granul memenuhi syarat karena sudut diam berada dalam rentang

20° < θ < 40° yaitu 27,52°.

b. Waktu Alir

No Waktu Alir (detik)

1 3,79

2 3.42

3 3,79

Rata-rata 3,67

Kesimpulan : Granul memenui syarat karena rata-rata waktu alir kurang dari 10

detik yaitu 3,67 detik.

c. Indeks Tap

No V0 Vtap IRata-rata

1 25 21,5 14 %

2 25 21,5 14%

3 25 22,5 10 %

Rata-rata 12,6 %

I.1 = (V 0−Vtap

v 0 ) x 100 % = 25−21,5

25 x 100 % = 14 %

I.2 = (V 0−Vtap

v 0 ) x 100 % = 25−21,5

25 x 100 % = 14 %

Page 25: cetak langsung

I.3 = (V 0−Vtap

v 0 ) x 100 % = 25−22,5

25 x 100 % = 10 %

Rata-rata = 1.1+1.2+1.3

3=14 %+14%+10 %

3 = 12,6 %

Kesimpulan : Granul memenuhi syarat karena rata-rata indeks tap nya kurang

dari 20 % yaitu 12,6 %.

4.1.2 Uji Evaluasi Tablet

a. Keseragaman Bobot

Berat 20 tablet = 14,39 gram = 14390 mg

Berat rata−rata=berat seluruhnya20 tablet

¿ 1439020

= 719,5 mg

No Bobot (mg) Deviasi No Bobot (mg) Deviasi

1 720 0,5 11 720 0,5

2 720 0,5 12 710 9,5

3 730 10,5 13 710 9,5

4 720 0,5 14 710 9,5

5 720 0,5 15 710 9,5

6 720 0,5 16 730 10,5

7 710 9,5 17 720 0,5

8 730 10,5 18 720 0,5

9 730 10,5 19 720 0,5

10 720 0,5 20 720 0,5

A1 = 10,5

719,5 X 100 % = 1,46 %

A2 = 10,5

719,5 X 100 % = 4,16 %

B = 10,5

719,5 X 100 % = 4,16%

Page 26: cetak langsung

Kesimpulan : Tablet memenuhi syarat dengan berat rata-rata berat tablet 719,5

mg (>300 mg) dengan syarat (A≤5% dan B≤10%).

b. Waktu hancur

No Dengan Cakram

1 33 detik

2 47 detik

3 58 detik

4 41 detik

5 42 detik

6 96 detik

Rata-rata 52,83 detik

Kesimpulan :Tablet memenuhi syarat dengan waktu hancur 6 tablet 52,83 detik,

syarat waktu hancur < 15 menit.

c. Kekerasan Tablet

No Kekerasan (kg)

1 4,54

2 4,97

3 5,36

4 5,53

5 5,39

Rata-rata 5,2

Kesimpulan : Tablet memenuhi syarat dengan rata-rata kekerasannya 5,2 kg,

syarat kekerasan 4-8 kg.

d. Uji Friabilitas

A = 14,39 gram

B = 14,08 gram

Maka Friabilitas tablet = A−B

A x 100%

= 14,39−14,08

14,39 x 100%

Page 27: cetak langsung

= 2,15 %

Kesimpulan : Tablet tidak memenuhi syarat karena kehilangan berat 2,15 % .

syarat tidak boleh lebih dari 0,8%.

4.2 Pembahasan

Dari uji preformulasi tablet yang terdiri dari sudut diam, waktu alir dan

indeks tap diperoleh hasil sebagai berikut sudut diam 27,52º, waktu alir 3,67 detik

dan indeks tap 12,6 %. Hasil ini menunjukkan bahwa granul yang akan dicetak

menjadi tablet secara cetak langsung memenuhi syarat ui preformulasi

Pada uji evaluasi tablet yang terdiri dari keseragaman bobot, waktu hancur,

kekerasan dan friabilitas diperoleh hasil sebagai berikut keseragaman bobot

dengan nliai A=1.46%, waktu hancur 52,83 detik, kekerasam 5,2 Kg dan frabilitas

2,15%. Hasil ini menunjukkan bahwa pada uji keseragaman bobot, waktu hancur

dan kekerasan memenuhi syarat namun pada uji friabilitas tidak memenuhi syarat.

Tablet yang dibuat dengan cara cetak lansung mempunyai waktu hancur atau

waktu larut yang lebih cepat karena tidak adanya koloida pelindung dari bahan

pengikat. Hal ini sesuai dengan hasil uji evaluasi tablet dimana tablet Ca laktat

yang dibaut dengan cara cetak langsung mempunyai waktu hancur yang sangat

cepat yaitu 52,83 detik.

Syarat-syarat bahan yang dapat dibuat dengan metode cetak lansung adalah

mempunyai sifat alir yang baik, kompresibilitas baik, tidak tahan pemanasan,

rusak oleh adanya air dan dapat ditambahkan pengisi yang mempuyai sifat alir

dan kompresibilitas baik.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 28: cetak langsung

5.1 Kesimpulan

Pembuatan tablet dengan cara cetak langsung sangat sederhana dan mudah

yaitu bahan aktif yang telah berbentuk granul dicampur sejumlah bahan

dan kemudian dicetak menjadi tablet.

Hasil uji preformulasi tablet memenuhi persyaratan,yaitu :

o Sudut diam : = 27,52 ° (20°<27,52°<40°)

o Waktu alir : 3,67 detik (< 10 detik )

o Indeks tab : 12,6 % (I ≤ 20 % )

Hasil uji evaluasi tablet memenuhi persyaratan, yaitu :

o Keseragaman bobot : 1,46 (< 5%)

o Waktu hancur : 52,83 (< 15 menit)

o Kekerasan tablet : 5,2 kg (4-8 kg)

o Friabilitas : 2,15 % (< 0,8 %)

5.2 Saran

Sebaiknya juga ditambahkan pewarna kedalam campuran massa tablet

sehingga tablet yang dihasilkan lebih menambah nilai estetika tablet.

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: cetak langsung

Agoes, G., 2006, Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung Institut Teknologi Bandung Press.

Anief, Moh (1994). Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi keempat. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Aulton, M.E. 2002. Pharmaceutics: The Science Of Dossage From Design Second Edition. England: Churchill Livingstone.

Banker, G.S. dan N.R. Anderson. 1995. Teori Dan Praktek Farmasi Industri Edisi II. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Lachman, dkk. (1994). Teori dan Praktik Farmasi Industri edisi III. Jakarta: UI Press.

Soekemi, R.A., dkk., 1987, Tablet. Medan: P.T. Mayang Kencana

Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Voight, R. (1999). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V. Penerjemah: Volk, VEB., dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wade, Ainley, and Paul J. Weller., 1994, Handbook of Pharmaceutical Recipients, second edition. Washington: American Pharmaceutical Association