Download - SILABUS333STPP CETAK
1
Silabus
Materi Pembelajaran
Komkat, Komlit, KKS
Keuskupan Agung Medan
2
Sekolah Kader Pastoral
Silabus
Materi Pembelajaran
Pendamping – Peanggungjawab Program:
KomKat, KomLit, KKS
K A Medan
3
Kata Pengantar
Sejak dibukanya Sekolah Porhanger di Kabanjahe 2007 dan diikuti oleh Dewil
Parbasa dengan Sekolah Tenaga Pastoral Paroki, banyak teman-teman yang terlibat
dalam tugas pastoral memintakan gambaran umum materi pembelajaran kedua
sekolah ini. Pemikiran untuk membuat arah dasar pembinaan dengan gambaran
materi pembinaan memang sudah dari semula dipikirkan. Modul dicetak setelah
selesai pembinaan. Tetapi arah dasar pembinaan dengan segala subjek yang
hendak didalami masih tinggal dikalangan penanggungjawab program dan
penyelenggara. Karena memang sambil pembinaan berlanjut diskusi tetap berjalan
untuk memikirkan pembinaan yang tepat dan materi yang cocok untuk para
pemuka jemaat awam.
Setelah berlangsung tiga sekolah kami pun merasa sudah waktunya membuat
silabus sebagai gambaran materi pembelajaran. Trikom (Komkat, Komlit, KKS)
dan para nara sumber lain studi bersama untuk menyatukan persepsi dan rumusan.
Rumusan silabus ini bukan seperti yang dirumuskan oleh para akademisi yang
membuat segala uraian yang mendetail. Silabus ini lebih merupakan gambaran
umum pembelajaran.
Maksud dari silabus ini tentu agar paroki-paroki yang menjadi pembina dan
penanggungjawab utama pembinaan bagi para umat dan para pengurus secara
khusus semakin tertolong untuk memikirkan pembinaan kepada umatnya. Dengan
melihat materi umum dalam buku kecil ini sudah terbantu untuk menghubungi
komisi terkait untuk memintakan pendampingan dari komisi.
Dengan terbitnya silabus ini diharapkan para teman-teman yang lebih terlibat di
akar rumput untuk pembinaan semakin dapat memberi sumbangan pemikiran
untuk melengkapi materi pembinaan kita yang semakin komprehensif pada umat.
Kami sebagai penanggungjawab sekolah pembinaan Pemuka Jemaat sungguh
mengharapkan sumbang saran untuk melengkapi materi pembinaan kita depan ini.
Atas Nama Trikom
Komkat, Komlit, KKS
4
Pendahuluan
Pengantar.
Keterlibatan kaum awam harus diyakini sebagai salah satu ciri khas hidup
menggereja KAM. Dari dulu hingga sekarang para awam telah menyatakan
partisipasinya yang sangat menentukan perkembangan Gereja partikular ini.
Kebanyakan komunitas umat beriman terutama yang di pedesaan atau stasi-
stasi, hidup matinya ditentukan oleh kesediaan, kerelaan dan pengorbanan
pemuka jemaat tak tertahbis. Para pengurus Gereja setempat berupaya
memenuhi kebutuhan pelayanan rohani umat. Dalam kaitan ini gagasan
pemberdayaan tenaga pastoral awam menjadi salah satu agenda yang
diperhatikan. Tahun 1993 telah muncul gagasan ‟Tenaga Pastoral Awam‟
dan para alumninya telah berkiprah di tengah umat. Kini beberapa pastor
paroki telah menyelenggarakan Sekolah Tenaga Pastoral Paroki – Sekolah
Kader Pastoral di paroki-paroki maupun di Depwil (Vikariat).
Sekolah Tenaga Pastoral Paroki – Sekolah Kader Pastoral
Gerakan Sekolah Tenaga Pastoral Paroki – Sekolah Kader Pastoral ini
merupakan kerinduan kembali para pastor di paroki-paroki yang berusaha
sekuat tenaga meningkatkan mutu para pemuka jemaat agar peran serta
mereka semakin memberi dampak dan pengaruh yang nyata bagi umat
maupun untuk masyarakat. Ada tekad bersama melalui sekolah ini menjadi
”gerakan pembinaan pemuka jemaat awam yang beriman tangguh dan
berdedikasi sebagai rekan kerja imam dalam pelayanan yang kontekstual di
tengah umat dan masyarakat”.
Dalam rangka mewujudkan maksud di atas ini „sekolah‟ diharapkan agar
dapat mewujudkan hal-hal berikut:
a. Meningkatkan mutu pelayanan para pemuka jemaat
b. Menanamkan nilai-nilai otentik iman Katolik seturut panca
kehidupan menggereja
c. Mengembangkan penghayatan akan peran dan tanggungjawab
sebagai pemuka jemaat awam
d. Mengembangkan ketrampilan dalam upaya membina dan
penyadaran umat secara integral
5
e. Meningkatkan ketrampilan dalam memimpin berbagai kegiatan
gerejawi dan kemasyarakatan yang berkaitan dengan tugas sebagai
pemuka jemaat
f. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkomunikasi secara
internal dan eksternal
g. Memberikan pembekalan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
administrasi paroki dan stasi
Deskripsi Singkat Materi Pembelajaran
Dalam rangka mewujudkan misi di atas ini, penanggungjawab program
pembinaan para peserta Sekolah Kader Pastoral Paroki – Sekolah Kader
Pastoral dalam hal ini “Trikom” (Komkat, Komlit, KKS) bersama para nara
sumber lainnya mencoba merancang materi pembinaan sbb:
a. Kursus Dasar.
Pembinaan untuk penyadaran diri, kharisma serta kemampuan pribadi.
Dengan kursus ini para peserta diajak untuk menyadari panggilan
mereka dan meningkatkan kualitas komunikasi, kerjasama dan sikap
kepemimpinan
b. Pengertian Gereja
Cara orang mengerti dan mengalami Gereja menentukan sikap dan
karya pelayanannya dalam hidup menggereja. Dalam topik ini
dibicarakan dan didalami pengertian Gereja, segi-segi hidupnya, tugas
perutusan, penampakannya dalam Gereja partikular dan universal.
c. Kepemimpinan
Memahami arti dan tujuan kepemimpinan secara umum dan
kepemimpinan Gereja secara khusus. Aspek spiritualitas kepemimpinan
menjadi tekanan sehubungan dengan peranan peserta sebagai pemuka
jemaat. Juga dibicarakan dan didalami beberapa keterampilan
kerjasama, pemecahan kasus, latihan komunikasi efektif dan mencipta
bahan sederhana pendalaman imam.
d. Kursus Kotbah
Dalam kursus ini, peserta diarahkan untuk tahu dan mampu mengolah
intisari dan pesan teks Kitab Suci menjadi bahan kotbah-renungan.
6
Dengan ini tentu peserta dibekali dengan latihan mengolah dan
menghadapkan situasi aktual pada pesan teks. Sekaligus tentu peserta
mengalami praktek menyusun dan menyampaikan kotbah.
e. Kursus Kitab Suci
Dalam kursus ini peserta diberi pemahaman umum akan Kitab Suci
sebagai sumber iman dan ajaran. Arti dan tujuan Kitab Suci dalam
hidup kekristenan dan juga mengetahui secara umum akan terjadinya
Kitab Suci itu. Lebih jauh dari situ adalah mendekatkan Kitab Suci itu
pada umat dan mendekatkan peserta pada Kitab Suci itu sendiri
sehingga secara pribadi mampu memetik pesan Kitab Suci dan akhirnya
dapat melihat pengalaman hidupnya dalam terang Sabda Allah.
f. Liturgi
Dalam kursus ini peserta dituntun untuk mengerti liturgi dan bagaimana
peserta menghayati liturgi itu sebagai lex credendi, lex orandi, lex
vivendi dan juga ars celebrandi. Dengan kursus ini para peserta pada
akhirnya dapat memahami liturgi sebagai perayaan hidup dan iman,
menata liturgi dalam ragam peristiwa hidup umat dan juga dapat
mengajarkan arti liturgi pada umatnya.
g. Analisis Sosial
Lewat kursus ini peserta dibekali dengan kesadaran dan kemampuan
analisis sosial sederhana sehingga iman mereka semakin berdampak
sosial. Masalah-masalah dibaca dan dicermati dalam kaca mata iman.
Kursus ini ditekankan bahwa ansos sebagai perangkat pastoral untuk
memudahkan petugas pastoral lebih tepat guna menjawab kebutuhan
umat.
h. Moral
Peserta sekolah kader pastoral ini juga diberi introduksi umum moral
agar memahami pengertian moral itu. Dengan ini diharapkan bahwa
mereka mengetahui membedakan baik dan jahat, benar dan salah lebih
dari itu dia melakukan yang baik secara benar yang didorong oleh iman
dan pikiran yang jernih.
7
i. Sakramentologi
Dalam materi kursus ini peserta diajak mencari arti dan menggali makna
sakramen secara umum dan secara khusus ketujuh sakramen. Topik ini
sungguh didalami sangat serius karena peserta ini juga nantinya akan
cukup sering mengajarkan hal ini. Pengertian dan makna sakramen
dalam Gereja dan penghayatan sakramen itu sebagai tanda rahmat Allah
yang kelihatan dan bagaimana sakramen itu dirayakan dalam setiap
acara liturgi.
j. Kitab Hukum Kanonik (KHK)
Pada bagian ini peserta dibekali dengan pemahaman tentang KHK,
dasar dan tujuannya, dan secara lebih khusus mendalami hukum Gereja
di bidang Perkawinan. Beberapa ketrampilan juga menjadi tekanan
dalam bentuk latihan penyelesaian kasus-kasus perkawinan.
k. Pastoral Kounseling
Lewat kursus ini peserta kiranya dapat memperoleh keterampilan
pastoral dalam mendampingi maupun menanggapi umat yang setiap kali
datang untuk minta pendapat atau bimbingan dari pengurus jemaat.
l. Ketrampilan Pastoral
Selain topik pendalaman yang sifatnya refleksif dan rational juga ada
keterampilan lain yang mendukung pelayanan para pemuka jemaat ini
seperti kursus dirigen, memimpin doa lingkungan, kursus pembina
anak-anak, dsb.
m. Retret dan Rekoleksi
Hal yang tidak dapat dilupakan dari kegiatan sekolah ini adalah selalu
diadakan saat teduh berupa rekoleksi – retret. Kesempatan ini menjadi
moment pengendapan dan pendalaman akan fungsi mereka di hadapan
umat dan sikap mengemban misi Gereja. Rekoleksi ini diadakan 2 kali
setiap tahun.
8
Garis-garis Besar Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran Sekolah Tenaga Pastoral Paroki atau Sekolah Kader
Pastoral ini memang mencakup beberapa bidang study yang dirasa sungguh
memberi pengetahuan maupun penghayatan. Gambaran umum tentang
materi pembelajaran peserta Sekolah Tenaga Pastoral Paroki atau Sekolah
Kader Pastoral ini telah disebutkan di atas secara deskriptif. Tetapi untuk
melihat cakupan materi pendalamannya lebih jauh akan disebutkan sub
materi atau sub judul dari setiap materi pembahasan berikut. Dengan
melihat uraian berikut ini sepintas kita sudah dapat melihat lebih jauh luas
dan dalamnya pendalaman setiap materi yang ditawarkan komisi maupun
para nara sumber yang memberi perhatian untuk pembinaan pemuka jemaat
dan umat secara umum. Semoga dengan uraian lanjut ini kita semakin
terbantu melihat arah pembinaan dan cakupan materi pembelajaran
sekaligus memberi masukan lagi demi pengembangan pemahaman para
pemuka jemaat kita di masa depan.
9
I. BIDANG KATEKETIK
Materi Pembekalan-pembinaan para peserta Sekolah Tenaga Pastoral
Paroki–Sekolah Kader Pastoral mencakup beberapa bidang yang dirasa
menghantar mereka pada pemahaman dan penghayatan iman dan ajaran
Gereja Katolik. Selain itu mereka diharapkan terampil dalam tugasnya.
Untuk itu dirancang materi pembinaan sebagai berikut:
Materi Kursus-kursus:
I. Penyadaran Diri Materi ini merefleksikan „Human Relationship‟. Kesadaran akan
keberadaan diri sendiri dalam kaitan dengan orang lain dan kesadaran akan
perbedaan setiap pribadi baik cara pikir, memandang, merasa dan
menanggapi realita. Setiap pribadi itu ada bersama orang lain sebagai
mahluk sosial yang saling menghargai sebagai pribadi yang bermartabat dan
unik, serta bersama-sama pula membangun kebersamaan. Materi ini
merupakan fondasi bagi pemimpin jemaat agar lebih efektif berkomunikasi
dengan sesamanya serta membangun kerjasamanya.
Dalam dinamika kelompok ini berbagai kegiatan digunakan dalam bentuk
latihan seperti mendengarkan, berkomunikasi dan bekerjasama.
Materi Pendalaman:
1. Persepsi: Menyadari perbedaan - keunikan, perbedaan tanggapan.
Perbedaan pribadi dipengaruhi macam aspek seperti sejarah,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, kebiasaan sehari-hari, bahkan
agama pun, dsb. Ini menjadi bagian dari diri sendiri yang
membatasi cara seseorang itu menanggapi. Tetapi menerima
perbedaan itu sebagai kekayaan atau rahmat yang disyukuri dalam
kebersamaan. Perbedaan akan menghantar orang pada sikap
menghormati dan melengkapi satu sama lain.
10
2. Komunikasi: Menjembatani perbedaan dan membuka jalan
kerjasama, menyambungkan gagasan atau pikiran, melancarkan
relasi, memecahkan persoalan dan mencari solusi dan kesediaan
mendengar dengan hati serta memberi pendapat
3. Membangun Hidup Bersama: Kerelaan berbagi atau memberi,
meringankan pekerjaan dengan kehadiran orang lain, menghargai
sesama, meningkatkan kepekaan akan kebutuhan orang lain,
menghargai atau mengakui potensi orang lain, kesediaan
mendengar dan menerima pemikiran orang lain.
4. Merencanakan Bersama: Berbicara untuk menentukan tujuan
bersama dan sekaligus berbagi tugas akan tanggungjawab bersama,
evaluasi pelaksanaan tugas.
5. Pengenalan Diri: Refleksi kepemimpinan, panggilan dan perutusan
di tengah sesama atau jemaat yang dibangun atas pendasaran
kutipan Kitab Suci.
Metode
Kegiatan ini lebih menekankan metode eksperiensial yaitu bertitik tolak dari
pengalaman nyata di dalam kegiatan dan kemudian pengalaman itu
direfleksikan bersama. Dengan ini pembimbing mengusahakan peserta
belajar bukan dengan mendengar teori-teori dari pembimbing tetapi
pembimbing menyediakan sarana supaya peserta sendiri mengalami sendiri
arti atau makna kegiatan itu sendiri untuk diri sendiri.
II. Hidup Menggereja Topik Hidup Menggereja ini secara khusus mendalami dan merefleksikan
arti, sifat dan tugas Gereja. Gereja adalah persekutuan umat beriman yang
melayani, beribadat, mengajar dan mewartakan Sabda Tuhan yang pada
akhirnya menuntun setiap umat beriman itu sampai kepada kesaksian iman
kristiani. Dalam hal ini cara hidup Gereja Purba dibicarakan lebih
mendalam sebagai model Gereja yang dicita-citakan agar Gereja itu
sungguh hadir dan dialami oleh umat. Selain itu peserta juga diajak untuk
11
mengenal profil Gereja Partikular KAM sebagai bagian Gereja universal
dan tempat dimana mereka ikut ambil bagian mengemban misi Gereja itu.
Pendalaman Hidup Menggereja ini merupakan lanjutan dari kursus dasar.
Salah satu tugas orang beriman adalah membangun Gereja. Setiap pribadi
beriman itu menempatkan diri di tengah jemaat sebagai persekutuan.
Dengan pembahasan ini peserta melihat Gereja yang sedang dilayani
sekarang dan bagaimana aplikasi teori dalam praksis.
Materi pendalaman:
1. Pengertian dan Segi-segi Hidup Gereja: Gereja menurut
pengalaman/praksis, Gereja menurut dokumen resmi, Gereja dalam
praksis jemaat perdana
2. Tugas Perutusan Gereja: Koinonia, diakonia, kerugma, liturgi,
martiria (panca tugas) dan membandingkan dengan tugas
perutusan Kristus di dunia
3. Sifat dan Hirarki Gereja: Memahami isi pengakuan iman, dan
kepemimpinan resmi Gereja universal
4. Model-model Gereja: Penalaran teologis akan hidup menggereja
dalam perjalanan sejarah.
5. Profil Gereja KAM, Visi – Misi KAM: Menyimak keberadaan
Gereja KAM dengan kekhasannya yang tamapk dalamkebijakan dan
praksisnya melalui peristiwa-peristiwa penting dalam perjalannya.
6. Komunitas Basis Gerejawi: Salah satu hakekat hidup menggereja
dalam mewujudkan segi-segi hidupnya, kesempatan berpastoral
secara kelompok dalam semangat hidup Gereja perdana, sumber
dan alasan ketertarikan bergabung dengan kelompok
7. Merancang Gambaran Gereja yang Dicita-citakan: Memikirkan
dan merefleksikan segi-segi hidup Gereja yang harus
diprioritaskan dalam komunitas umat beriman.
12
III. Kepemimpinan Pemuka Jemaat adalah pemimpin, pelayan, animator dan motivator di
tengah-tengah umat. Dinamika setiap organisasi sangat ditentukan oleh
peranan dan cara memimpin oleh pemimpin itu sendiri, demikian juga
komunitas umat beriman itu sungguh ditentukan oleh sikap pemimpinnya.
Melalui materi ini juga para peserta sekolah ini selain mendalamai teori
kepemiminan juga diberi cukup waktu untuk mendalami spiritualitas
kepemimpinan.
Materi Pendalaman:
1. Kepemimpinan: Pengertian kepemimpinan, pemimpin yang efektif
dan kompeten, sikap-sikap kepemimpinan dan fungsi pemimpin
2. Model-model Kepemimpinan: Level-level kepemimpinan,
pemahaman akan ragam kepemimpinan
3. Spiritualitas Kepemimpinan: Kepemimpinan Kristiani, praksis
kepemimpinan Yesus, kepemimpinan Pemuka Jemaat sebagai
pelayan
4. Fungsi dan Peran Pemimpin Katekese: Pengarah dan pemudah
atau fasilitator.
5. Latihan Kepemimpinan: Memimpin rapat, memimpin katekese
umat, merumuskan tujuan, merangkum pendapat, merumuskan
pertanyaan pendalaman, menyusun bahan katekese umat dan
evaluasi
6. Refleksi Gaya Kepemimpinan: Test melihat keseimbangan
membangun komunitas dan pelaksanaan tugas kecenderungan gaya
kepemimpina, karakter kepemimpnan pribadi.
7. Memimpin dan Mengelola Jemaat, Petunjuk dan indikator
menuntun kebijakan: Hubungan–komunikasi sebagai faktor
penentu dinamika hidup bersama, kesetiakawanan–solidaritas
sebagai keperduliaan dan keterlibatan bagian inti hidup Gereja,
kewibawan sebagai daya pengaruh yang membuat pemimpin
13
semakin dapat melaksanakan tugas lebih efektif, penyehatan-
evaluasi sebagai kesempatan melihat gerak hidup bersama dan
pengorbanan sebagai kesadaran kerelaan mengabdi dan
mengutamakan kepentingan umum.
Catatan: Praktik kepemimpinan (berupa latihan) diberi porsi waktu yang
lebih cukup seperti:
- Memimpin rapat-rapat
- Merangkum pendapat
- Merumuskan kesimpulan atau kesepakatan
- Merumuskan pertanyaan pendalaman teks
- Teknik bertanya
- Testing kepemimpinan
- Dan sebagainya
Pokok-pokok ini langsung disatukan pada pembahasan kepemimpinan, dan
juga pada kesempatan tersendiri.
Metode Penyajian:
Analisa kasus, sharing, metode mimbar, praktek memimpin rapat, refleksi
pribadi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, dsb.
IV. Kotbah Kotbah merupakan bagian penting dalam liturgi. Selain menerima komuni
dalam perayan Ekaristi umat juga mengharapkan Sabda Tuhan yang
diperdengarkan lewat bacaan-bacaan berbicara dalam hatinya. Umat
mengharapkan sebuah kotbah yang dapat dijadikan sebagai “santapan”
rohani. Hal ini memberi indikasi bahwa kotbah merupakan inti dalam
perayaan liturgi. Perhatian akan kotbah ini perlu semakin diperhatikan
dalam konteks Gereja KAM dimana kebanyakan umat tidak dapat
mengikuti perayaan Ekaristi setiap minggunya. Tetapi mereka tetap
berkumpul setiap minggu sekeliling Sabda Tuhan. Para peserta sekolah
14
Tenaga Pastoral Paroki ini dibekali tentang tehnik berkotbah, mengambil
pesan bacaan, menyusun kotbah dan membawakan kotbah di tengah umat.
Materi pendalaman:
- Arti Kotbah: Definisi kotbah berdasarkan pengalaman peserta dan
juga berdasarkan pemahaman Gereja, tujuan kotbah
- Mempersiapkan Kotbah: membaca, merenungkan bacaan, mencari
inspirasi, melihat aplikasi, menyusun rencana kotbah
- Kaitan Bacaan dengan Kotbah: Mencari inti, merumuskan pesan
kutipan Kitab Suci, dan aplikasi kontekstual
- Struktur/Skema Kotbah: Mempelajari bagian-bagian kotbah,
proporsionalitas kotbah, metode pendekatan kotbah, fungsi pembukaan
dan penutupan kotbah
- Menyusun Kotbah: Kotbah dalam liturgi dan aneka pertemuan umat
- Teknik Berkotbah: Latihan berkotbah, evaluasi, catatan kepada
pengkotbah.
Ctt:
- Dalam memimpin ibadat selama sekolah: diupayakan agar selalu ada
renungan dari peserta yang dipersiapkan pribadi maupun bersama
sebagai kelompok.
- Menambah porsi waktu untuk pendalaman kotbah
Metode:
Brainstorming, praktek mengambil pesan Kitab Suci, praktek menyusun
kotbah dan berkotbah dihadapan para peserta
Kegiatan Lain:
- Internalisasi: Rekoleksi - Retret
- Pekerjaan Rumah
- Ibadat-ibadat dan kerja kelompok
- Peserta Sekolah Tenaga Pastoral Paroki Bertanya dan Tutor Menjawab
15
V. Analisis Sosial Efektifitas pelayanan mengandaikan pengamatan yang lebih tajam. Analisis
Sosial sebagai perangkat pastoral menjadi bantuan penting bagi pemuka
jemaat sehingga pelayanan semakin menjawab kebutuhan umat dan
pengajarannya pun semakin kontekstual. Kursus ini memberi pendasaran
akan analisis dan juga memberi perhatian yang cukup untuk latihan-latihan
menganalisa masalah dan mencari solusi dari masalah.
Materi Pendalaman:
- Metode SWOT: Metode SWOT = Strength, Weakness, Opportunity dan Threat
artinya Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Metode ini
agak umum dikenal dan digunakan dalam menganalisa suatu
keadaan baik itu yang menyangkut organisasi, lembaga, sekelompok
masyarakat dsb. Dengan metode ini dapat diketahui apa yang jadi
kekuatan dan peluang untuk maju sekaligus tentu disikapi ancaman
serta mencari solusi akan kelemahan.
- Metode ABCD
Asset Based Community Development yang berarti Pengembangan
Komunitas Berdasarkan Asset. Metode yang berfokus pada
personalia (manusia) dan materi atau asset benda. Dalam
pengembangan paroki atau stasi metode ini dapat dan akan sangat
membantu untuk menentukan program yang berkaitan dengan
pengembangan SDM atau penentuan pengadaan fasilitas untuk
menunjang kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan sumber
daya manusia.
- Metode Pendekatan Informasi: CIPS (Community Information
dan Planning System)
Metode yang dapat diartikan sebagai suatu „sistem perencanaan
atas informasi dari suatu kelompok atau komunitas.’ Untuk
mendapatkan suatu informasi yang hendak dijadikan sebagai bahan
16
pertimbangan dalam merancang suatu kegiatan didapat dari
komunitas atau kelompok yang bersangkutan.
- Metode Pendekatan 5W + H (What, Why, When, Who, Where dan
How: Suatu perencanaan adalah penentuan dan pemilihan tujuan
serta merumuskan tindakan atau tugas yang dianggap perlu untuk
mencapainya. Untuk perencanaan harus dilakukan secara baik agar
memungkinkan kegiatan dapat berjalan baik. Untuk perencanaan
diharapkan mampu menjawab enam pertanyaan berikut yaitu “apa,
mengapa, kapan, dimana, siapa, kapan dan bagaimana”
- Curah Gagasan
Salah satu tehnik untuk mengetahui masalah atau menelurkan
gagasan dalam mendapatkan gambaran yang semakin jelas akan
suatu realitas itu adalah dengan cara „curah gagasan‟
(brainstorming). Curah gagasan ini dapat juga diartikan secara bebas
untuk menyebutkan segala situasi di mana sekelompok orang
membuat daftar.
Metode:
Ada beberapa metode digunakan dalam penyajian materi ini sepeti:
Penjelasan teoretis, praktek mengamplikasikan metode analisis,
merumuskan hasil analisis dan menyimpulkannya untuk dijadikan sebagai
bahan untuk menyusun renstra.
17
II. BIDANG LITURGI
Dalam kursus ini para peserta Sekolah Kader Pastoral akan mendalami
materi-materi bidang liturgi yang dilihat lebih kena dengan situasi mereka
sebagai petugas pastoral di lapangan. Kursus ini hendak mengajak para
peserta agar semakin mendalami liturgi sehingga mereka semakin mampu
menghayati liturgi sebagai saat penyelamatan.
Materi Kursus-kursus itu antara lain:
I. Pengertian Liturgi dan Devosi Dalam kalangan Katolik, doa dikelompokkan dalam tiga bagian yakni doa
pribadi, liturgi dan devosi. Kedua bentuk doa ini sama-sama
mengungkapkan iman dan kebaktian khas Katolik. Keduanya saling
melengkapi. Roh Kudus juga berkarya dalam devosi. Karena itu Konsili
Vatikan II tetap mengarahkan agar devosi itu mengalir dari dan untuk
liturgi. Ada juga perbedaan antara keduanya, yakni bahwa devosi itu
bernada privat, dapat dilaksanakan secara bersama dan pribadi. Sementara
liturgi itu selalu dirayakan dalam kebersamaan. Devosi memiliki bentuk
bebas, sedangkan liturgi merupakan ketetapan resmi oleh magisterium
Gereja. Gaya bahasa devosi lebih pada bahasa rakyat dan sederhana,
sedangkan liturgi memiliki gaya bahasa teologi yang kadang sulit
dimengerti, devosi tidak selalu memiliki aspek kristologis, trinitaris,
ekklesiologis atau pneumatologis sebagaimana terdapat dalam lliturgi.
Penjabaran Materi
1. Manusia Sebagai Makhluk Religius
2. Pengertian dan Hakekat Liturgi: Asal-usul istilah liturgi, hakekat
liturgi, jenis-jenis liturgi, paraliturgi.
3. Devosi - Ulah Kesalehan: asal-muasal devosi, kilasan lahirnya
devosi, jenis-jenis devosi.
Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan Liturgi dan Devosi
ialah agar umat mengetahui arti liturgi dan devosi. Mereka juga mampu
18
membedakan arti dan makna liturgi dalam hidupnya yang akan
ditampakkan dalam hidup sehari-hari.
Metode
Ada beberapa metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini,
yakni: tanya jawab, sharing dan kerja kelompok (praktek devosi).
II. Unsur-Unsur Liturgi Liturgi adalah berdoa, tepatnya: berdoa bersama. Liturgi ialah suatu ritual
yang dibangun berdasar beberapa unsur, antara lain: kata, simbol/tanda,
tindakan, doa, nyanyian, bahkan diam/hening. Dalam liturgi resmi, kita
berdoa bersama sebagai Gereja dengan isi dan tata cara yang sama. Doa-doa
(baca: teks) liturgis resmi itu disusun berdasarkan pertimbangan asas tradisi,
unitas, dan universalitas Gereja, serta tanpa mengurangi penghargaan
kepada kebiasaan budaya setempat (Gereja lokal). Seperti halnya umat
kristiani perdana, kita pun berdoa kepada Allah sebagai Bapa kita dan
kepada Yesus, Sang Putera.
Penjabaran Materi
1. Kata: Doa dan Bacaan
2. Tata Gerak, Sikap Tubuh
3. Tata Ruang Liturgi: Gereja,altar,Ambo,Kursi Pemimpin,Salib, Lilin
4. Suasana Liturgis; Cahaya, Warna, Aroma dan Suara
5. Busana dan Peranti Liturgis: Amik, alba, superpli, singel, stola,
kasula, dalmatik, velum, pluviale.
Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan Sub Judul Unsur-
Unsur Liturgi adalah agar umat mengetahui makna doa liturgis, memahami
fungsi bacaan Kitab Suci dalam liturgi, memahami makna yang terkandung
dalam PUMR 43, mengerti makna tata gerak, tata ruang dan busana liturgi.
Mengenal peranti liturgis dan fungsinya, serta memahami suasana liturgis
yang anggun dan menawan dalam liturgi. Dengan demikian umat dapat
menerapkan tata gerak yang baik dan benar dalam perayaan liturgi, menata
19
gereja dengan baik dan benar sesuai dengan kondisi ruang liturgi yang
tersedia.
Metode
Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini, yakni: tanya jawab,
sharing, praktek tata gerak dalam liturgi, mengamati gambar/benda.
III. Musik Liturgi Musik Liturgi adalah musik yang digunakan untuk ibadat / liturgi,
mempunyai kedudukan yang integral dalam ibadat, serta mengabdi pada
kepentingan ibadat. Dalam Sacrosanctum Concilium (SC) art. 112
dikatakan: “Musik Liturgi semakin suci, bila semakin erat berhubungan
dengan upacara ibadat, entah dengan mengungkapkan doa-doa secara
lebih mengena, entah dengan memupuk kesatuan hati, entah dengan
memperkaya upacara suci dengan kemeriahan yang lebih semarak.”
Penjabaran Materi:
1. Definisi Musik Liturgi, Perbedaan Musik Liturgi, rohani dan Profan
2. Fungsi Nyanyian dalam Liturgi, Kriteria Nyanyian menurut
fungsinya.
3. Tanggungjawab Seorang Dirigen
4. Latihan Solmisasi, membirama, Mencari Tone, Memilih Nyanyian
dalam Perayaan
Metode Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini, yakni: tanya jawab,
sharing, praktek bernyanyi (bernyanyi, membaca, berdirigen).
IV. Perayaan Sabda Hari Minggu Tanpa Imam Hari Minggu adalah hari Gereja dan ekaristi. Hal itu sudah dilaksanakan
dan dihayati sejak awal adanya Gereja. Gereja perdana berkumpul pada hari
Minggu untuk merayakan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Mereka
bertekun dalam pengajaran para rasul (pewartaan Injil) dan memecah-
mecahkan roti. Telah sejak awal mereka merayakan Ekaristi. Gereja
20
mengidealkan Ekaristi sebagai kegiatan orang kristen pada hari Minggu.
Dari awalnya, Gereja tidak mengenal perayaan sabda terpisah dari ekaristi.
Perkembangan kemudian, di banyak tempat Ekaristi tidak mungkin untuk
dilaksanakan karena jumlah imam tidak mencukupi. Untuk tetap
menjadikan hari Minggu sebagai hari Paskah dan hari Gereja, perlu dicari
bentuk perayaan alternatif. Perayaan Sabda menjadi pilihan ketika Ekaristi
tak dapat dilaksanakan karena ketiadaan imam. Sangat dianjurkan agar
perayaan ini dipimpin oleh seorang diakon atau awam yang dilantik.
Penjabaran Materi
1. Nilai Perayaan Sabda Hari Minggu
2. Sejarah TPS
3. Struktur TPS dan makna setiap bagiannya
4. Praktek Memimpin Ibadat Sabda
Tujuan Pembelajaran
Tujuan yang ingin dicapai adalah umat mampu mengetahui cara menyusun
doa dan kata pembuka serta teknik membacakan Sabda Allahsehingga
mereka mampu menjadi seorang petugas (pemimpin, lektor, dirigen, dll.)
yang terampil dalam perayaan liturgi.
Metode
Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini, yakni: sharing,
ceramah, praktek dan diskusi.
V. Memahami Makna Hari Minggu Hari Minggu di kebanyakan belahan dunia ini dikenal sebagai hari
istirahat. Orang Kristen pada hari ini biasanya menggunakan hari Minggu
untuk berkumpul sebagai jemaat atau pergi ke Gereja. Alasan berkumpul
pada hari Minggu adalah sebagai persekutuan: tradisi rasuli untuk
mengenangkan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus, berliturgi-
merayakan iman, mendengarkan sabda Allah yang penting dalam hidup
kita, karena melaluinya Allah hadir dan tinggal bersama kita, memperdalam
21
iman dalam persekutuan, mempererat persaudaraan sesama umat, mengucap
syukur, dan banyak lagi. Yang mendorong kita pergi ke gereja pada hari
Minggu adalah rasa terpanggil untuk memenuhi undangan Allah, mengakui
kekurangan dan dosa serta memohon pengampunan, kesadaran sebagai
makhluk religius, tanggungjawab iman dan baptisan, dan lainnya.
Materi Pembelajaran:
1. Arti dan Makna Hari Minggu
2. Istilah hari Minggu
3. Teologi Hari Minggu
4. Spritualitas Hari Minggu
Tujuan Pembelajaran
Tujuan yang ingin dicapai adalah umat mampu memahami arti pentingnya
hari Minggu bagi umat beriman, mengetahui alasan berkumpul pada hari
Minggu di Gereja, memahami makna hari Minggu dan menyadari bahwa
hari Minggu adalah hari Tuhan, hari Paska (Kebangkitan Tuhan). Dengan
demikian umat dapat berpartisipasi aktif dan menghayati Perayaan
Sabda/Ekaristi sebagai perayaan misteri iman, serta merayakannya pada
setiap hari Minggu. Dalam perayaan ini, tentunya membutuhkan persiapan,
baik secara jasmani maupun rohani, sehingga semakin merasakan kehadiran
Tuhan dalam liturgi pada hari Minggu
Metode
Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini, yakni: tanya jawab,
sharing, kerja kelompok, mengamati dan membahas gambar.
VI. Liturgi Sekitar Kematian Hidup sebagai anugerah sangat terbatas. Batasannya adalah kematian.
Kematian merupakan sesuatu yang tidak terelakkan dalam kehidupan
manusia. Setiap manusia yang hidup mau tidak mau, suatu saat akan mati.
Memang, secara manusiawi kematian adalah peristiwa yang menyakitkan,
mengecewakan, menakutkan dan menyedihkan. Namun dalam kaca mata
iman kematian adalah rahmat dari Allah sendiri yang menghendaki manusia
22
kembali kerumahNya yang abadi. Kematian bagi seorang Katolik bukan
semata-mata sebagai titik akhir dari kehidupan, bukan pula akhir dari
segalanya tetapi sebagai titik mula menuju kehidupan yang lain, yakni suatu
awal kehidupan yang baru.
Bagi orang yang percaya, kematian merupakan peristiwa iman. Pada waktu
dibaptis, manusia sudah digabungkan dengan Kristus yang wafat dan
bangkit, maka pada saat kematian bersama dengan Kristus kita beralih dari
dunia fana ini kepada kehidupan kekal. Kita disucikan dari dosa dan
diterima dalam keluarga Allah yang berbahagia, sambil menantikan dengan
penuh pengharapan kedatangan Kristus yang mulia serta kebangkitan semua
orang pada akhir zaman.
Kematian hanya dapat diterima sebagai rahmat berdasarkan iman kepada
Yesus Kristus yang bangkit dari antara orang mati. Dengan demikian,
sebagai umat beriman, hendaknya mampu menerima kematian sebagai
rahmat. Caranya adalah dengan mengimani Kristus dan percaya bahwa
Dialah kebangkitan. Yesus sendiri menegaskan, "Akulah kebangkitan dan
hidup barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah
mati (Yoh 11:25). Sehubungan dengan ini, Gereja Katolik memiliki struktur
liturgi seputar kematian. Setiap bagian memiliki makna tertentu.
Materi Pembelajaran
1. Mempelajari Struktur Liturgi sekitar kematian
2. Latihan Memakai Buku Rituale
Tujuan Pembelajaran
Sehubungan dengan kematian, umat beriman sebagai petugas pastoral
hendaknya memahami dengan jelas makna kematian serta memahami
makna tata cara/ritus pada liturgi seputar kematian, sehingga mampu dan
terampil dalam memimpin liturgi sekitar kematian dengan baik.
Metode
Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini, yakni: tanya jawab,
sharing, kerja kelompok, dan praktek memimpin liturgi pemakaman.
23
VII. Perayaan Ekaristi Ekaristi berasal dari bahasa Yunani eukharistia: ucapan syukur. Perayaan
Ekaristi adalah pusat dan puncak liturgi Katolik, dan karena itu menjadi
pusat dan puncak kehidupan Gereja. Ekaristi merupakan pusat dari semua
sakramen dan sakramentali, dan merupakan mahkota dari Ibadat Harian.
Ada beberapa nama untuk perayaan Ekaristi, seperti; Perjamuan Tuhan,
Oblatio=Sacrificum (Latin)-Kurbons (Syria)=Prophora (Yunani),
Pemecahan Roti, Dominicum (di Afrika dan Roma), Anafora (Yunani),
Collecta (Afrika), dan Missa (di Barat). Setiap nama dapat mengungkapkan
sebagian dari misteri Ekaristi atau menekankan salah satu aspeknya, namun
tak dapat mencakup seluruh hakikatnya.
Penjabaran Materi
1. Berbagai Istilah untuk Menyebut Ekaristi
2. Pokok-pokok Sejarah Ekaristi
3. Mengenal Beberarapa TPE yang ada di Indonesia
4. Struktur TPE dan maknanya
Tujuan Pembelajaran
Mengingat bahwa hidup orang Kristen berdasar dari liturgi, maka melalui
pembahasan ini, umat diharapkan mampu memahami makna perayaan
Ekaristi dan melihat hubungan yang terkait antara keempat bagian TPE
serta ikut ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi. Nama-nama untuk
perayaan ini sangat bervariasi. Umat juga diharapkan mampu
mengungkapkan beberapa istilah untuk perayaan Ekaristi dan memahami
maknanya. Dengan demikian mereka dapat mewujudkan hidup beriman
sesuai dengan spiritiualitas liturgi (lex orandi, lex credendi dan lex vivendi).
Metode
Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini, yakni: tanya jawab
dan kerja kelompok.
24
III. BIDANG KITAB SUCI
A. Pengenalan Dasar Kitab Suci Kitab Suci merupakan sumber iman tertinggi bagi Umat Kristiani. Karena
itu, selayaknya umat Kristiani mendekatkan diri pada Kitab Suci. Pewartaan
bernuansa kristiani yang sering diperdengarkan pada umumnya bersumber
dari Kitab Suci, untuk itu pemahaman tentang Kitab Suci sangat diperlukan.
Pemahaman itu antara lain mengenai: pengertian Kitab Suci, nama-nama
yang biasa dipakai untuk menyebutkan Kitab Suci, isi Kitab Suci, fungsi
(makna) Kitab Suci dan aplikasi Kitab Suci secara sederhana.
- Pengertian Kitab Suci: memahami Kitab Suci sebagai buku iman.
Kitab Suci menjadi sumber iman tertinggi bagi umat Kristiani. Kita
perlu mengetahui nama-nama yang dipakai untuk menyebutkan Kitab
Suci. Kitab Suci dituliskan oleh manusia dan diinspirasikan oleh Roh
Kudus. Kitab Suci pada awalnya muncul dari tradisi lisan, baru akhirnya
beralih menuju tradisi tulisan.
- Isi Kitab Suci: memahami Kitab Suci sebagai buku yang berisi
kesaksian (pengalaman) iman tentang kehadiran Allah yang
menyelamatkan. Kata kesaksian iman menjadi kata kunci untuk
memahami isi Kitab Suci.
- Fungsi (makna) Kitab Suci: Kitab Suci itu bermakna (2Tim 3:15-17).
Kitab Suci mampu menumbuhkan dan mengembangkan iman orang
yang mau membacanya dengan tulus dan setia.
- Aplikasi Kitab Suci dengan cara sederhana: memahami Kitab Suci memang sebaiknya dengan dukungan pengetahuan yang cukup. Akan
tetapi baiklah kita menyadari bahwa selama ini mungkin pengetahuan
kita akan Kitab Suci masih teramat minim. Menjadi pertanyaan: Apakah
selama ini kita tidak bisa menangkap isi Kitab Suci?
B. Sejarah Perkembangan Kitab Suci Kristen
Kitab Suci Kristiani bukanlah kitab yang baru muncul. Kitab-kitab itu sudah
muncul sejak dahulu. Untuk lebih mengenal Kitab Suci, maka perlu
25
mengetahui seluk beluk munculnya Kitab Suci. Agar isi Kitab Suci semakin
dihayati sebagai kitab orang beriman, tentulah kita perlu mengetahui
sejarahnya. Topik-topik yang termasuk ke dalam itu antara lain:
- Sejarah yang berkaitan dengan Perjanjian Lama Sejarah dan tradisi iman bangsa Israel sebagai pengantar menuju
perkembangan Kitab Suci umat Kristiani. Sejarah itu dibagi ke dalam 4
periode penting: periode bapa-bapa bangsa, periode keluaran sampai
pada penaklukan, periode pembuangan dan periode sesudah
pembuangan. Periode-periode ini dirangkum dalam satu kronologi.
Dalam topik ini disinggung juga sedikit tentang munculnya golongan-
golongan Yahudi yang akan sering di perbincangkan dalam Perjanjian
Baru.
- Sejarah yang berkaitan dengan Perjanjian Baru Kelahiran Yesus mengawali sejarah Perjanjian Baru. Perkembangan
pewartaan iman dalam Perjanjian Baru, secara khusus sangat
dipengaruhi oleh teologi Paulus. Dalam Kitab Suci surat-suratnya
menempati urutan pertama sebagai surat terbanyak jumlahnya.
Pewartaan Perjanjian baru adalah tentang Yesus Kristus.
- Menuju Perkembangan Kitab Suci Kristen Zaman kebudayaan Latin, Zaman kebudadaan Nasional, Reformasi
Marthin Luther, Ekumenis.
C. Kanonisasi Kitab Suci Kitab Suci agama Kristen Protestan dan Katolik berbeda jika dilihat dari
segi jumlahnya. Deuterokanonika menjadi pembedanya. Agama Kristen
Protestan tidak mencantumkan Deuterokanonika sebagai bagian dari Kitab
Suci. Untuk menetapkan satu kitab menjadi Kitab Suci perlu proses
kanonisasi sampai akhirnya tercipta kumpulan kitab-kitab yang tersusun
seperti sekarang ini. Topik-topik yang berhubungan dengan itu, antara:
- Pengertian kanonisasi
- Kriteria dalam proses kanonisasi
- Kanon-kanon yang pernah ada
26
D. Mendalami Jenis dan Bentuk Sastra Kitab Suci
Kitab Suci dituliskan oleh pengarang pada zaman dahulu dengan
menggunakan gaya penulisan yang popular pada masa penulisannya. Gaya
bahasa penulisan yang satu dengan yang lain tentu tak sama, sekalipun
terkadang hal yang mau disampaikan sama. Sebagaimana buku-buku yang
beredar pada umumnya, Kitab Suci juga dituliskan dengan menggunakan
sastra (gaya bahasa). Topik-topik yang berhubungan dengan itu, antara lain:
- Manusia sebagai makhluk berkomunikasi: tulisan (komunikasi tidak
langsung) merupakan salah satu media yang dipakai untuk
menyampaikan pesan tertentu. Pesan itu disampaikan lewat bahasa yang
dituliskan. Agar pesan itu bisa ditangkap dan dipahami oleh si penerima
pesan, maka dibutuhkan bahasa yang bisa dimengerti oleh kedua belah
pihak, baik si pemberi pesan maupun si penerima pesan.
- Jenis dan bentuk sastra secara umum: mengenal sastra yang biasa
dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
- Jenis dan Bentuk Sastra Kitab Suci: mengenal sastra yang dipakai
dalam menuliskan Kitab Suci serta memahami bahwa Kitab Suci
dituliskan dalam budaya yang berbeda dengan pendengar maupun
pembacanya. Kemudian mendalami kutipan-kutipan Kitab Suci dengan
memperhatikan jenis sastranya.
- Mendalami sastra perumpamaan, kisah panggilan, mukjizat dan mitos
dalam Kitab Suci
E. Nabi dan Kitab Nabi-Nabi
Dalam Kitab Suci kita sering mendengar kata nabi. Yesus pun pernah
mendapat sebutan ini. Dalam Kitab Suci, secara khusus Perjanjian Lama,
kita juga melihat sekian nama kitab yang juga merupakan nama seorang
nabi. Apa yang perlu dilihat dari seorang nabi? Topik-topik yang
berhubungan dengan itu, antara lain:
27
- Siapakah Nabi itu: juru bicara Allah, manusia rohani dan pejuang
keadilan dan kebenaran.
- Aneka Pembedaan Nabi: sebagai gelar/sebutan, nabi penulis dan non
penulis, nabi besar dan nabi kecil.
- Kitab Nabi-Nabi: berisi warta yang berhubungan dengan seruan akan
keadilan, kritik sosial, kritik terhadap pemimpin, kritik praktek agama,
pengharapan dan janji mesianis.
F. Menggali Amanat Kitab Suci
Hal yang paling penting dari memahami Kitab Suci adalah untuk
menemukan pesan iman yang ada di dalamnya. Selain pengetahuan yang
sudah diperoleh, kepada peserta diberikan hal-hal prkatis yang bisa
digunakan untuk mendalami Kitab Suci, untuk semakin mempermudah kita
menemukan pesan. Topik-topik yang berhubungan dengan itu, antara lain:
- Hal-hal praktis mendalami Kitab Suci: cara membaca singkatan,
memperhatikan kutipan sejajar dan ayat sejajar, kamus Kitab Suci.
- Prinsip Dasar mendalami Kitab Suci: setia dan bersumber dari Kitab
Suci.
- Metode mengambil pesan Kitab Suci sebagai metode pendalaman:
tidak semua kutipan bisa didalami dengan menggunakan metode yang
sama. Untuk itu perlu memperkaya diri dengan mengenal metode-
metode pendalaman yang lain.
28
IV. BIDANG GEREJA PERDANA DAN PARA
MARTIR
Sebuah animasi
Kursus ini adalah sebuah animasi yang bertujuan membangkitkan semangat
juang yang tak kenal takut untuk mengusahakan cita-cita ideal Gereja. Cita-
cita tersebut bukanlah suatu utopia. Perjuangan gigih dalam iman pasti
berbuah.
Secara teoritis tujuan perjalanan dan kehidupan Gereja sepanjang masa
sangat jelas. Cita-cita ideal selalu terang bagi pikiran para pemimpin Gereja.
Tetapi dalam praksis hidup, yang jelas ini tidak selalu menjadi stimulus dan
motivasi yang menggerakkan tindakan konkrit. Ketegangan antara cita-cita
dan kenyataan saat ini seringkali membuat para pemimpin Gereja dalam
semua tingkatannya menjadi lemah dan tidak jarang bersikap pesimis. Sikap
destruktif ini coba dikonfrontir dengan pengalaman nyata kehidupan Gereja
perdana yang sering kali menjadi referensi ideal bagi setiap diskursus yang
ada kaitannya dengan Gereja.
Kursus ini akan melukiskan situasi Gereja Perdana dan zaman para Martir
seraya menyodorkan berapa kisah martir. Tema ini diharapkan bisa
menganimasi para peserta kursus untuk mewujudkan imannya pada saat ini
dengan penambahan pengetahuan perjuangan para pendahulu kita dalam
mempertahankan iman. Tema ini juga diharapkan bisa membangkitkan
semangat kemartiran bagi para Pemuka Jemaat yang sangat dibutuhkan
demi pengembangan Gereja dan Kerajaan Allah. Pada bagian akhir kursus
ini akan ditampilkan proses perkembangan Gereja hingga menjadi agama
resmi kerajaan Romawi yang kemudian tidak lagi mentolerir agama yang
bukan Kristen. Tanpa menghilangkan sudut pandang lain, perkembangan ini
bisa dilihat sebagai buah kemartiran sejati yang merupakan campur tangan
ilahi dalam mendirikan kerajaan-Nya. Sebagai aktualisasi dari kemartiran,
kursus ini dilengkapi dengan beberapa poin yang menghantar peserta pada
pemahaman akan tugasnya sebagai orang beriman dan memberinya
motivasi untuk bangkit dalam perjuangan iman yang militant.
29
KEHIDUPAN SOSIAL DAN GEREJANI KRISTEN AWAL
Gereja lahir dalam masyarakat yang telah memiliki perangkat-perangkat
sosial yang baku dan struktur sosial dan budaya yang menjiwai kehidupan
secara khas. Budaya Yahudi dan Yunani adalah dua struktur budaya yang
memiliki pengaruh besar dalam pergerakan kristiani yang baru lahir dan
kemudian mendapat bentuk budayanya sendiri. Ke dalam pergerakan ini
berdatangan orang-orang yang berasal dari berbagai tingkatan masyarakat
pada saat itu. Tuduhan bahwa pergerakan kekristenan hanya diminati oleh
golongan rendah dalam masyarakat tidaklah benar. Kelompok yang
kemudian berkembang ini mampu menyebarkan semerbak yang
membukakan mata orang akan satu alternatif lain dalam kehidupan di dunia
ini. Pokok bahasan ini akan menghantar peserta untuk mampu melukiskan
status sosial umat Kristen awal yang menjadi latar belakang lahirnya
pergerakan kekristenan, sehingga mereka memiliki keteguhan iman dalam
mengusahakan pertumbuhan Gereja ke arah yang ideal
Penjabaran materi:
1. Posisi sosial
2. Tingkat sosial umat Kristen awal.
3. Munculnya sub budaya Kristen
Metode penyajian:
Materi ini akan disajikan dengan menggunakan metode kuliah mimbar
dengan bantuan tampilan power poin dan tanya jawab.
ZAMAN PARA MARTIR
Iman yang diwariskan oleh para rasul berbuah dan berakar kuat dalam
kelompok orang Kristen yang berusaha menghidupinya dalam kehidupan
konkrit. Berhadapan dengan pemerintah kerajaan, usaha mempertahankan
iman yang sejati menuntut pengorbanan yang tidak sedikit. Jiwa dan raga
adalah taruhannya. Perjuangan iman ini hendak digali dengan menampilkan
kisah beberapa martir. Dengan mempelajari sub bab ini para peserta akan
mampu melukiskan beberapa kisah martir yang bisa membangkitkan
semangat kemartiran pada saat ini dalam hidupnya masing-masing
30
Penjabaran Materi:
1. Maximilianus dan Marcellus
2. Phileas dan Philoromus.
3. Agape, Irene dan Chione
4. Motivasi menjadi martir
Metode Penyajian:
Bercerita, kuliah mimbar, presentasi power poin, diskusi
BUAH-BUAH KEMARTIRAN
Perjuangan iman tidak sia-sia. Darah yang ditumpahkan oleh para martir
menciptakan perubahan fundamental dalam kehidupan menggereja. Orang
Kristen mendapat kebebasan untuk melaksanakan ibadahnya. Dengan ikut
secara aktif dalam kajian ini peserta mampu menerangkan perkembangan
yang dicapai oleh gerakan kekristenan setelah beberapa martir
menumpahkan darah demi mempertahankan iman, sambil melihat konteks
sosial dan politisnya.
Penjabaran Materi:
1. Krisis sistem Tetrarch Diocletianus
2. Pengakuan pertama bagi Kekristenan: Edik Galerius (311)
3. Penaklukan Massenzius. Konstantinus dan Licinius. Campur Tangan
Kaisar dalam Kontroversi Donatisme dan Arianisme
Metode Penyajian:
Bercerita, presentasi power poin, diskusi
Dari “Agama Halal” kepada Agama Resmi Kekaisaran
Setelah diakui sebagai agama yang bebas menjalankan ibadahnya yang
khas, kekristenan akhirnya dijadikan sebagai agama resmi kerajaan. Status
baru ini membuat kekristenan mendapat pembenahan yang signifikan dalam
banyak unsurnya. Perkembangan yang sangat penting ini mempunyai
31
pengaruhnya hingga saat ini. Lewat pelajaran ini peserta mampu
menerangkan perjalanan Gereja dari status agama halal kepada agama resmi
kekaisaran sambil menimba semangat darinya.
Penjabaran Materi:
1. Politik religius dari Konstantinus sampai Teodosius
2. Orang Kristen yang tidak toleran
Metode penyajian:
Bercerita, presentasi power poin, diskusi
Kemartiran pada Zaman Ini Kemartiran tetap hadir dalam Gereja sepanjang masa. Semangatnya tetap
mengacu pada semangat kemartiran Gereja perdana. Bentuk dan
perwujudannya bisa saja beraneka ragam. Dalam bagian ini akan
ditampilkan konteks gereja sekarang yang dibandingkan dengan situasi
Gereja awal dan zaman para martir. Beberapa martir zaman modern dan
kontemporer akan diteropong dalam bagian ini. Semangat kemartiran ini
harus dihadirkan kembali pada saat ini. Pokok bahasan ini akan menyiapkan
peserta untuk menerangkan bahwa kemartiran adalah jiwa fundamental
yang harus mendasari setiap kehidupan kita dalam usaha menghidupi iman.
Penjabaran Materi:
1. Konteks Gereja sekarang dan Gereja awal dan para martir
2. Martir di Amerika dan Asia
3. Munculnya sekte-sekte yang memecah kesatuan
4. Tokoh-tokoh (“martir”) lokal (paroki, stasi, dsb) (bahan diskusi)
Metode Penyajian:
“Kuliah mimbar, bercerita, presentasi power poin, diskusi
32
V. SAKRAMENTOLOGI
A. Sakramen Secara Umum, Mengenal asal usul kata
Sakramen
Sub Pokok Bahasan:
1. Mysterium sebagai yang tersembunyi sejak awal,
2. Mysterium sebagai yang menyatakan diri secara semesta dalam diri
Yesus,
3. Mysterium diwartakan oleh para rasul dalam kerygma Paskah,
4. Mysterium yang dirayakan oleh Gereja dalam bentuk sakramen.
Tujuan:
Peserta Sekolah Kader Pastoral mampu menguraikan Mysterium sebagai
asal usul sakramen. (Dengan ini para peserta diharapkan mampu mengenali
Mysterium sebagai asal-usul sakramen)
B. Manusia dan Penghadiran Diri yang Simbolis
Sub Pokok Bahasan:
1. Bahasa dan Simbol
2. Manusia sebagai makhluk yang berbahasa
3. Ada dan ada bersama, Tubuh sebagai Simbol Real
4. Alam Simbolis dari Bahasa Manusia
Tujuan:
Peserta Sekolah Kader Pastoral dapat menjelaskan bahwa dirinya sendiri
juga merupakan “ada” yang menghadirkan diri secara simbolis. (Dengan
cara ini Kader Pastoral diharapkan akhirnya mampu melihat dimensi
terdalam dari realitas, dan akhirnya melihat realitas dibalik simbol)
C. Sakramen Dalam Sejarah Manusia
Sub Pokok Bahasan:
1. Dunia sebagai Sakramen
33
2. Sakramen dalam Sejarah Manusia: Sebuah Sejarah dalam
Kehadiran Allah
3. Israel “Sakramen” Allah dalam Sejarah
Tujuan:
Kader Pastoral dapat menjelaskan kehadiran Allah yang simbolis realitas
dunia, dalam sejarah dan peristiwa hidupnya, dan juga sanggup
menerangkan bagaimana Allah hadir dalam sejarah bangsa Israel. (Dengan
ini Kader Pastoral memahami sejarah kehadiran Allah lewat tanda dan
peristiwa hidup)
D. Sakramen Sebagai Aksi Profetis Yesus
Sub Pokok:
1. Kristus adalah prinsip dinamis dari penciptaan
2. Kristus sebagai pengantara
3. Ciptaan dipanggil kepada “ada” yang lebih tinggi yakni Kristus yang
adalah “gambaran” Allah Bapa dan prinsip segala ciptaan baru,
yang melalui Dia Bapa telah menciptakan dunia
4. Gereja sebagai Sakramen Kristus yang mulia.
Tujuan:
Kader Pastoral dapat menjelaskan dan memaparkan bahwa dasar dari setiap
sakramen adalah aksi profetis Yesus Kristus.
E. Dasar Biblis Setiap Sakramen
Sub pokok Bahasan:
1. Dasar Injili Sakramen Inisiasi (Baptis, Krisma dan Ekaristi)
2. Dasar Injili Sakramen Pelayanan (Imamat dan Perkawinan)
3. Dasar Injili Sakramen Pendamaian (Tobat dan Pengurapan Orang
Sakit)
Tujuan:
Kader Pastoral dapat menemukan dasar Injili dari setiap sakramen yang
dirayakan.
34
Metode
Pertemuan ini adalah mencari dan membahas teks-teks Kitab Suci yang
diberikan. Demikian para sekolah kader pastoral sendiri menemukan dasar
Injili dari setiap sakramen.
F. Inisiasi Budaya Setempat
Peserta diberi tugas untuk bertanya di kampung masing-masing mengenai
“INISIASI DALAM BUDAYA SETEMPAT” dicari ritus (rangkaian acara
inisiasi, barangkali tidak tertulis tetapi sudah lazim dijalankan sesuai
dengan aturan yang ada), yang mencakup:
- materi (hal-hal apa saja yang dipakai, benda-benda, dalam ritus
inisiasi budaya setempat)
- forma (doa-doa atau nasihat) yang dipakai dalam inisiasi itu.
Metode:
Bertanya menggali informasi seputar tradisi setempat, Diskusi kelompok
untuk membicarakan tradisi inisiasi budaya setempat. Masing-masing
kelompok mencoba membuat ritus (rangkaian acara untuk inisiasi
setempat), Mendata materi yang dipakai dalam inisiasi dan mencoba
mencari arti dari materi itu. Peserta juga mencoba merumuskan forma yang
dipakai dalam inisiasi setempat, serta mencoba menggali makna religius
dari forma itu.
Hasil kelompok diplenokan dan pada akhir diskusi tutor memberi
kesimpulan umum.
G. Inisiasi Kristen ( Baptis, Krisma dan Ekaristi). Setelah mendalami bersama dasar Injili dari Inisiasi Kristen, maka dalam
pertemuan ini peserta memperoleh keterangan mengenai makna Inisiasi
Kristen.
Sub Pokok Bahasan Baptis:
1. Baptisan mempersekutukan kita dengan Yesus Kristus
35
2. Baptisan mempersekutukan kita dengan Allah Tritunggal.
3. Baptisan memasukkan kita ke dalam persekutuan Gereja
4. Baptisan sebagai ikatan kesatuan ekumenis
Sub Pokok Bahasan Krisma:
1. Krisma sebagai pentakosta personal
2. Menang atas keputusasaan manusia
3. Pemenuhan Baptis (aspek Pneumatologis): karisma yang beraneka
ragam dari Roh yang satu.
4. Krisma juga dimengerti sebagai ikatan yang lebih ketat dengan
hidup Gereja
5. Kekuatan Roh memungkinkan orang Kristen menjadi misionaris
6. Krisma adalah terarah secara lebih intensif pada kesaksian akan
pengharapan Gereja
Sub Pokok Bahasan Ekaristi:
1. Misteri Iman antara sudah dan belum penuh
2. Kenangan Paskah Kristus
3. Sakramen dari Kurban Salib
4. Jamuan komunitas
5. Kehadiran “antonomasia” dari Kristus yang bangkit
6. Gereja dan Perayaan Persekutuan Baru
7. Menuju Yerusalem Surgawi
H. Sakramen Pendamaian dan Pelayanan Orang Sakit
Sub pokok Bahasan Sakramen Pendamaian:
• Kuasa mengampuni dosa: Klaim Allah
• Yesus dalam hidup-Nya mengampuni dosa
• Kuasa mengampuni diserahkan kepada Gereja
• Gereja sebagai tubuh mistik Kristus diberi kuasa untuk mengampuni
dosa.
• Gereja mengatur dalam bentuk Sakramen
• Tobat dan POS
36
Sub Pokok Bahasan Pengurapan Orang Sakit
• Pastoral Orang Sakit: Aktualisasi Keperdulian Yesus.
• Buah-buah rahmat Sakramen Pengurapan Orang Sakit:
- Persatuan dengan Sengsara Kristus
- Pengampunan Dosa,
- Penyembuhani Keselamatan Jiwa
- Persiapan Peralihan ke Hidup Abadi
I. Sakaramen Pelayanan
Sub Pokok Bahasan Sakramen Imamat
• Imamat Umum kaum Beriman
• Imamat Jabatan sebagai Partisipasi dalam Imamat Yesus Kristus
• Tiga Tugas Utama Imam: Mengajar, menguduskan, memimpin
• Tahbisan sebagai Karunia Allah
Sub Pokok Bahasan Sakramen Perkainan
• Perkawinan sebagai Panggilan Allah
• Perkawinan Ikatan Sakramental
• Perkawinan sebagai Sel Gereja
• Perkaiwnan sebagai Tanda Eskatologis Kasih Allah.
Tujuan:
Para peserta sekolah kader pastoral semakin dapat memahami dan
menghayati serta mengkatesekan makna setiap sakramen sakramen.
37
VI. HIDUP BERMORAL
Deskripsi Hidup bermoral adalah hidup yang berisi kebiasaan melakukan perbuatan
baik dengan cara yang benar. Kebiasaan tersebut membentuk manusia
menjadi pribadi bermoral. Orang Katolik bermoral belajar dari Yesus
Kristus dengan bertanya, “Perbuatan baik apa yang harus kuperbuat?” (Mat
19, 16). Ajaran Kristus dikenal oleh hati nurani sehingga menjadi norma
interior dalam diri. Hati nurani merupakan kesadaran personal (berisi unsur
ilahi dan manusiawi) dalam situasi konkrit. Para Murid Kristus dipanggil
untuk menggali butir-butir keutamaan agar bertahan berlaku baik dan benar
pada hidup dan lingkungan hidupnya. Ajaran Gereja kita memiliki beberapa
prinsip untuk menghormati hidup dan untuk merawat lingkungan hidup.
Tujuan: Agar pemuka jemaat memahami hidup bermoral. Dengan paham tersebut
hati nurani mereka berperan dengan arif untuk mengenal, memilih dan
melaksanakan perbuatan baik secara benar pada hidup dan pada lingkungan
hidup.
Pengertian Hidup Moral
Deskripsi: Kata moral berasal dari bahasa Latin (mos), yang berarti kebiasaan.
Membicarakan moral berarti membicarakan kebiasaan baik secara
benar. Kebiasaan baik secara benar menjadikan manusia berpribadi
berkeutamaan. Murid Kristus dipanggil untuk hidup bermoral
dengan bertanya pada Tuhan setiap hari, ”Perbuatan baik apa yang
harus kuperbuat” (Mat 19, 16).
Tujuan: Pemuka jemaat mengerti hidup bermoral serta mampu membedakan
perbuatan bermoral dan perbuatan immoral.
38
Hati Nurani Deskripsi:
Hati nurani adalah kemampuan kognitif yang dianugerahkan Allah
pada manusia yang bisa digunakan untuk membedakan yang baik
dan tidak baik. Hati nurani menjadi norma interior (dalam diri)
manusia. Dengan menggunakan pertimbangan hati nurani manusia
mengambil keputusan yang arif dalam hidupnya. Agar hati nurani
tajam dibutuhkan pembinaan yang berkesinambungan.
Tujuan: Pemuka jemaat mengerti hati nurani dan mengambil keputusan
setelah mengadakan pertimbangan hati nurani.
Keutamaan Moral dan Teologal
Deskripsi: Ada 7 butir keutamaan yang perlu digali agar manusia cakap dalam
kebiasaan berbuat baik secara benar, yaitu Keutamaan Moral:
kearifan, keadilan, keugaharian, keteguhan hati; Keutamaan
Teologal: iman, harap dan kasih. Keutamaan moral diperoleh
dengan usaha yang konsisten sedangkan Keutamaan Teologal ada
pada manusia karena dianugerahkan oleh Allah.
Tujuan: Pemuka jemaat mengenal 7 keutamaan dan berusaha menggali
keutamaan tersebut dan kemudian memilikinya.
Bioetika (Etika Kehidupan)
Deskripsi: Sejak pembuahan sampai mati manusia berharga untuk Allah
pemberi hidup tersebut. Manusia harus memelihara hidup dengan
baik. Berdasarkan keyakinan ini Gereja Katolik menolak: aborsi,
Metode Keluarga Berencana Buatan (KBB) yang bersifat abortif,
hukuman mati dan bunuh diri, eutanasia.
39
Tujuan: Pemuka jemaat mengerti prinsip-prinsip penting etika kehidupan
dan berpartisipasi menolak tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran
moral Katolik.
Moral Lingkungan Hidup Deskripsi:
Hidup yang baik dan berharga bertumbuh normal dalam lingkungan
yang terawat baik. Lingkungan terawat baik kalau manusia
menyadari bahwa Allah mencipta (mengandung ciptaan dalam
rahim-Nya yang besar) dan ciptaan mengandung Allah. Ide
panenteisme mejelaskan bahwa semua ciptaan bernilai pada dirinya.
Ide ini mengundang panggilan agar manusia menghargai semua
ciptaan dan menjaga lingkungan yang menjadi rumah kehidupan (at
home on earth).
Tujuan:
Pemuka Jemaat memahami dan menghayati nilai spiritual alam
ciptaan serta semakin menghargai dan merawat alam ciptaan sebagai
rumah kehidupan.
40
VII. PSIKOSPIRITUAL
Gembala Berorientasi Umat
Pengantar Umum Pengurus Gereja adalah pemimpin umat atau seorang gembala. Sebagai
seorang pemimpin atau gembala, pemuka jemaat perlu menyadari bahwa
mungkin dia sendiri adalah orang yang gampang terluka, yang akhirnya
terluka, namun mungkin mampu mengobati dirinya yang terluka. Dari
pengalaman itu dia bisa lebih mampu menggembalakan umatnya.
Karena itu, selain telah bisa mengolah keterlukaannya dia perlu pula
memiliki 1) kepekaan untuk mengenal kebutuhan umatNya; 2) cara hidup
yang lebih baik; 3) kepribadian yang lebih matang dengan spiritualitas yang
lebih dalam; dan 4) ketrampilan untuk menolong umat.
Pengantar Khusus Dalam kursus ini akan dilihat beberapa hal secara lebih dalam baik
dengan refleksi pribadi dan bersama maupun dengan input atau masukan.
MATERI-MATERI DAN TUJUANNYA
1. Mengenal Luka-luka Batin Pengurus Gereja dalam Konteks Hidup Bermasyarakat dan Gereja.
Materi ini bertujuan:
1. Membantu vorhanger untuk mengenal keterlukaan pribadi yang
disebabkan oleh banyak faktor (dalam dan luar)
2. Menolong vorhanger untuk menggunakan pengalaman akan
penyembuhan luka-luka pribadi itu menjadi model penyembuhan
bahkan pendekatan bagi para umat
41
2. Peka Terhadap Kebuthan Umat. a. Pesta-pesta;
b. Sakit dan duka;
c. Kemiskinan dan sekolah;
d. Cara hidup yang tidak sehat.
Materi ini bertujuan:
1. Membantu pelayan pastoral untuk lebih mampu mengamati dan
mengetahui kebutuhan umat khususnya dalam hal: a) pesta-
pesta; b) sakit dan duka, c) Kemiskinan dan sekolah, d) cara
hidup yang tidak sehat.
2. Memberikan pelayanan pastoral sesuai dengan kebutuhan umat
tersebut di atas.
3. Memiliki Cara Hidup yang Lebih Baik Menjaga pola makan dan minum yang sehat, istirahat yang cukup,
pikiran yang yang lebih positip, kebersihan diri dan lingkungan,
rajin berolahraga.
Materi ini bertujuan:
1. Agar pemimpin pastoral semakin menyadari pentingnya hidup
sehat untuk bisa melayani dengan baik.
2. Agar pemimpin pastoral bisa menjadi contoh atau model dalam
menjaga cara hidup yang lebih baik.
4. Memiliki Kepribadian dan Spiritualitas Karakter seorang gembala yang dialami dan diajarkan oleh Rasul
Paulus.
Materi ini bertujuan:
1. Agar pemimpin pastoral semakin mengetahui beberapa karakter
kepribadian matang untuk seorang Pemimpin jemaat.
2. Agar pemimpin pastoral makin mengetahui dan menghidupi ciri-
ciri spiritualitas dari seorang pemimpin jemaat.
42
5 Memiliki Ketrampilan Menolong Umat
Materi ini bertujuan:
1. Agar semakin menyadari bahwa untuk memimpin, pemimpin
jemaat musti memiliki ketrampilan.
2. Agar semakin menguasai tehnik menginterview sederhana dan
menolong kelurga-keluarga Katolik yang kesulitan dalam hal
menjalankan ibadatnya.
Metode Penyajian
Penyajian kursus ini dibuat dengan pertanyaan refleksi pribadi dan
bersama, presentasi di kelas dengan power point, diskusi kelompok
dan pleno, latihan-latihan menginterview dan meditasi dengan
metode sederhana.
43
VIII. Kitab Hukum Kanonik
Pengantar Gereja adalah persekutuan umat beriman tetapi juga yang tampak sebagai
institusi. Untuk mencapai kebersamaan itu diperlukan adanya aturan hidup.
Dengan ini hukum mempunyai tempat hidup dan berperan dalam Gereja.
Namun hukum ini adalah hukum dari dan untuk orang beriman, maka
dalam pembuatan dan penafsirannya tidak bisa diberlakukan norma-norma
yang sama dengan hukum sipil; dalam hukum Gereja iman memberikan
warna. Hukum Gereja dibuat dengan mendasarkan diri pada kesadaran iman
dan refleksi iman Gereja serta demi menjaga, memelihara dan mewartakan
kebenaran iman dari zaman ke zaman.
Dalam kursus singkat ini para peserta Sekolah Kader Pastoral atau Sekolah
Tenaga Pastoral Paroki akan dituntun untuk mengenal KHK 1983 dari
dekat, mengerti kedudukan KHK dalam Gereja, dan selanjutnya mampu
mengambil sikap yang benar terhadap KHK 1983 tersebut.
Bagian I – Umum
1. Peranan Hukum dalam Gereja
Gereja (=persekutuan iman, harapan dan cinta) membawa serta dalam
dirinya sifat-sifat manusiawi, kelihatan, institusional, namun sekaligus
merupakan suatu realitas Ilahi, tak kelihatan, rohani. Demi tercapainya
kebersamaan perlu adanya aturan hidup bersama.
2. Sejarah Singkat Hukum Gereja
Sebelum sampai pada bentuknya yang sekarang ini Kitab Hukum Kanonik
telah melewati sejarah yang panjang. Konsili Vatikan II menjadi salah satu
tanggal penting dalam perjalanan sejarah hukum Gereja, karena ternyata
menjadi pendorong kuat untuk pembaharuan Hukum Kanonik.
3. Penggunaan KHK
KHK 1983 harus digunakan sebagai:
44
* Sarana untuk mencapai kebebasan sejati yang memungkinkan
semua warga Gereja menghidupi panggilan hidup mereka yang
bermacam-macam dalam suasana damai dan harmonis;
* Hukum yang secara positif akan membantu karya pastoral kita;
* Hukum dari suatu persekutuan umat yang sekaligus berdimensi ilahi
dan manusiawi;
* Hukum dari suatu persekutuan manusia yang tak hanya ingin saling
mengkomunikasikan nilai-nilai yang sama, tetapi juga perjalanan
manusia menuju keselamatan kekal. Tujuan hukum kanonik dalam
Gereja dirumuskan dalam kan. 1752: “salus animarum”
(keselamatan jiwa-jiwa).
4. Hal-hal yang Baru dalam KHK 1983
Sifat “baru” KHK 1983 tidak boleh hanya dilihat secara kuantitatif, yaitu
berapa banyak ketentuan atau peraturan yang baru bila dibandingkan
dengan KHK 1917. Sifat “baru” mempunyai bobot yang berbeda dan
nuansa yang bermacam-macam pula. Sifat-sifat “baru” KHK 1983
misalnya:
* Teologi yang melatar belakangi KHK 1983;
* Semangat dan iklim yang menjiwai seluruh KHK 1983;
* Gagasan yang mendasari suatu ketentuan hukum;
5. Isi Ringkas Masing-masing Buku
Pengelompokan terbesar dalam KHK 1983 diberi nama BUKU. Ada tujuh
BUKU dalam KHK 1983, dengan masing-masing sebutan:
BUKU I : NORMA-NORMA UMUM
BUKU II : UMAT ALLAH
BUKU III : TUGAS GEREJA
BUKU IV : TUGAS GEREJA MENGUDUSKAN
BUKU V : HARTA BENDA GEREJA
BUKU VI : SANKSI-SANKSI DALAM GEREJA
BUKU VII : HUKUM ACARA (De Processibus ).
45
Bagian II – Khusus (Perkawinan)
Pada bagian II ini yang mendapat tekanan ialah perkawinan. Dengan
sengaja hal ini dipilih/didalami karena urusan atau masalah perkawinan
sering dihadapi pengurus Gereja. Dengan mempelajari topik ini para
pengurus gereja semakin cakap dan terampil dalam menjalankan tugasnya.
1. Kodrat Perkawinan Kristiani
Dalam tahun-tahun setelah Konsili Vatikan II, pemahaman tentang kodrat
perkawinan Kristiani mengalami perkembangan pesat. Perkawinan sebagai
perjanjian (covenant, foedus) atau fakta yang membentuk suatu
persekutuan hidup dan cinta yang mesra.
2. Ajaran Konsili Vatikan II Tentang Perkawinan: GS 48-52 (Perkawinan sebagai suatu perjanjian (covenant, foedus)); Ensiklik
Humanae Vitae (HV) Paus Paulus VI (Paus dalam ensiklik ini berbicara
tentang ciri khas cinta manusiawi dalam perkawinan yang menurutnya ada
5: harus manusiawi penuh, utuh, setia dan eksklusif, subur, bermoral;
Seruan Apostolik Familiaris Consortio (FC) dari Paus Yohanes Paulus II.
Paus menekankan bahwa keluarga sebagai komunitas hidup dan cinta.
3. Doktrin KHK Atas Perkawinan (Kanon 1055-1062)
a. Kodrat Fundamental perkawinan (Kan. 1055)
b. Sifat-sifat Hakiki Perkawinan (Kan. 1056)
c. Konsensus Perkawinan (Kan. 1057)
d. Hak untuk Perkawinan (Kan. 1058)
e. Wewenang Gereja atas Perkawinan Orang-orang Katolik (Kan.
1059)
f. Keraguan atas Sahnya Suatu Perkawinan (Kan. 1060)
Beberapa Pedoman Praktis Pastoral Perkawinan
I. Perhatian Pastoral dan Hal-hal yang Harus Mendahului Peneguhan
Perkawinan
46
1. Persiapan Perkawinan: jangka panjang, menengah dan pendek
2. Sakramen Krisma (Penguatan) cfr kanon 1065
3. Pastoral Berkelanjutan: agar para mempelai tetap setia melindungi
konsensus, perjanjian dan kesucian perkawinannya hingga akhir hayat
(cfr. Kan. 1063,4)
II. Syarat-syarat untuk Sahnya Perkawinan Katolik
1. Bebas dari Halangan-halangan Kanonik
a. Halangan pada umumnya
(1) Absolut atau relatif. Halangan yang sifatnya absolut menyebabkan
seseorang tidak mampu memasuki suatu perkawinan yang sah
dengan siapa saja (semua orang)..
(2) Publik atau tersembunyi (Kan. 1074). Suatu halangan disebut
publik kalau keberadaannya dapat dibuktikan dalam tata lahir
(external forum).
(3) Tetap atau sementara. Halangan bersifat tetap artinya tidak
berakhir atau tak tersembuhkan. Halangan bersifat sementara artinya
dapat berakhir atau dapat disembuhkan.
(4) Dapat diberi dispensasi atau tidak. Halangan yang tidak dapat
diberi dispensasi adalah halangan yang berasal dari hukum ilahi.
Halangan semata-mata gerejawi (mere ecclesiastica) dapat diberi
dispensasi.
b. Halangan pada khususnya (ada sekitar 12):
(1) Belum mencapai umur kanonik (kanon 1083)
(2) Impotensi (Kanon 1084)
(3) Ligamen/ikatan perkawinan terdahulu (Kanon 1085)
(4) Perkawinan beda Agama/disparitas cultus (Kanon 1086)
(5) Tahbisan suci (kanon 1087)
(6) Kaul kemurnian publik dan kekal (kanon 1088)
(7) Penculikan (kanon 1089)
(8) Pembunuhan teman perkawinan (kanon 1090)
(9) Kelayakan publik (Kanon 1093)
47
(10) Konsanguinitas/Hubungan darah (kanon 1091)
(11) Hubungan semenda/afinitas (kanon 1092)
(12) Hubungan adopsi (kanon 1094)
2. Adanya Konsensus atau Kesepakatan Perkawinan
a. Pengertian Konsensus menurut Kan. 1057,§2 adalah perbuatan
kemauan dengan mana pria dan wanita saling menyerahkan diri dan
saling menerima untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian
yang tak dapat ditarik kembali.
b. Faktor penyebab tak adanya konsensus
(1) Ketidakmampuan psikologis (kanon 1095)
(2) Tak ada pengetahuan yang cukup mengenai hakekat perkawinan
(kanon 1096)
(3) Kekeliruan mengenai pribadi (kanon 1097)
(4) Penipuan (kanon 1098)
(5) Kekeliruan mengenai sifat perkawinan dan martabat
sakramental perkawinan (kanon 1099)
(6) Simulasi (kanon 1101)
(7) Konsensus bersyarat (kanon 1102)
(8) Paksaan dan ketakutan (kanon 1103)
3. Dirayakan dalam “Forma Canonica” (Kan. 1108-1123)
a. Pengertian “Forma Canonica”:
Tata peneguhan nikah. Suatu perkawinan harus dirayakan atau
diresmikan di hadapan tiga orang, yakni seorang petugas resmi
Gereja (Ordinaris wilayah, pastor, imam, diakon) sebagai peneguh,
dan dua orang saksi.
b. Dua macam forma canonica:
(1) Forma canonica ordinaria (tata peneguhan nikah biasa): terjadi
di hadapan sekurang-kurangnya tiga orang dan salah satu
diantaranya petugas resmi Gereja sebagai peneguh perkawinan.
48
(2) Forma Canonica Extra-Ordinaria (tata peneguhan nikah luar
biasa) (kanon 1116). Peneguh nikah, yakni petugas resmi Gereja,
yang berwenang tak dapat hadir maka perkawinan dirayakan di
depan dua saksi saja.
Catatan:
Jika salah satu dari ketiga persyaratan yang terurai di atas (yakni: bebas dari
halangan-halangan, adanya konsensus, dan perayaan dalam forma
canonica) tidak terpenuhi, dan kalau ada bukti-bukti yang memadai setelah
diproses menurut norma hukum yang berlaku, maka suatu perkawinan dapat
dinyatakan tidak sah (secara hukum tidak pernah ada).