sikap dan kebijakan pemerintah terhadap koperasi
DESCRIPTION
Makalah ini membahas tentang definisi koperasi secara singkat dan menerangkan lebih banyak tentang sikap dan kebijakan pemerintah terhadap koperasi.. keep reading :)TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koperasi adalah salah satu pelaku ekonomi, artinya koperasi
merupakan bagian dari penyelenggara perekonomian yang berdasar demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Sejarah kelahiran dan
berkembangnya koperasi di negara maju (barat) dan negara berkembang
memang sangat diametral. Di barat koperasi lahir sebagai gerakan untuk
melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam
suasana persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu koperasi meraih
posisi tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi
termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan yang
mengatur koperasi tumbuh kemudian sebagai tuntutan masyarakat koperasi
dalam rangka melindungi dirinya.
Di negara berkembang koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka
membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan
pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu
kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi
dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di
negara berkembang, baik oleh pemerintah kolonial maupun pemerintahan
bangsa sendiri setelah kemerdekaan. Berbagai peraturan perundangan yang
mengatur koperasi dilahirkan dengan maksud mempercepat pengenalan
koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan koperasi serta
dukungan/perlindungan yang diperlukan.
Koperasi yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan
kinerja yang semakin baik tidak terlepas dari sikap dan kebijakan pemerintah
yang menggambarkan sikap yang berbeda dengan tindakan Negara lainnya.
Pertumbuhan gerakan koperasi dietntukan oleh sikap yang dierlihatkan
pemerintah terhadap koperasi. Sikap-sikap pemeritah terhadap setiap koperasi
berbeda-beda sesuai dengan kondisi koperasi tersebut. Sikap pemerintah dapat
bersifat berlawanan, acuh tak acuh, simpati berlebihan dan seimbang. Sikap ini
tergantung dari kondisi koperasi. Pada umumnya sikap pemerintah terhadap
koperasi yang diterapkan di Indonesia adalah sikap over sympathy dan well
balance. Kedua sikap tersebutlah yang mendasari perkembangan dan pasang
surut koperasi sampai saat ini. Pada dasarnya pemerintah, berupaya untuk
menumbuhkembangkan koperasi menjadi alternatif gerakan kekuatan ekonomi
rakyat. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan dipahami sikap dan kebijakan
pemerintah mana yang paling cocok untuk diterapkan pada Koperasi Indonesia
untuk menghadapi gempuran globalisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja seluk-beluk tentang koperasi?
2. Bagaimana sajakah sikap pemerintah terhadap koperasi?
3. Bagaimanakah kebijakan yang diterapkan pemerintah dalam koperasi?
C. Tujuan Penyusunan Makalah
1. Untuk mengetahui seluk-beluk tentang koperasi
2. Untuk mengetahui sikap pemerintah terhadap koperasi
3. Untuk mengetahui kebijakan yang diterapkan pemerintah dalam koperasi
II. PEMBAHASAN
A. Seluk Beluk Koperasi
Penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa bangunan usaha yang sesuai
dengan kepribadian bangsa indonesia adalah koperasi. Koperasi merupakan
gerakan ekonomi rakyat yang dijalankan berdasarkan asas kekeluargaan. inti
dari koperasi adalah kerja sama, yaitu kerja sama diantara anggota dan para
pengurus dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anggota dan masyarakat
serta membangun tatanan perekonomian nasional. Sebagai gerakan ekonomi
rakyat, koperasi bukan hanya milik orang kaya melainkan juga milik oleh
seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Berikut ini adalah landasan koperasi
Indonesia yang melandasi aktifitas koperasi di Indonesia.
1. Landasan Idiil ( pancasila )
Landasan idiil koperasi Indonesia adalah Pancasila. Kelima sila dari
Pancasila, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa,
Perikemanusiaan ,Kebangsaan, Kedaulatan Rakyat, dan Keadilan Sosial
harus dijadikan dasar serta dilaksanakan dalam kehidupan koperasi, karena
sila-sila tersebut memang menjadi sifat dan tujuan koperasi dan selamanya
merupakan aspirasi anggota koperasi.
2. Landasan Mental ( Setia kawan dan kesadaran diri sendiri )
Landasan mental koperasi Indonesia adalah setia kawan dan
kesadaran berpribadi (rasa harga diri). Setia kawan telah ada dalam
masyarakat Indonesia dan tampak keluar sebagai gotong-royong. Akan
tetapi landasan setia kawan saja hanya dapat memelihara persekutuan dalam
masyarakat yang statis, dan karenanya tidak dapat mendorong kemajuan.
Kesadaran berpribadi, keinsyafan akan harga diri dan percaya pada diri
sendiri adalah mutlak untuk menunaikan derajat kehidupan dan
kemakmuran. Dalam koperasi harus tergabung kedua landasan mental tadi
sebagai dua unsur yang dorong mendorong, hidup menghidupi, dan awas
mengawasi. Koperasi bukan hanya bertindak sebagai aparat yang
membawakan perbaikan ekonomis, namun harus mampu merealisir watak
sosialnya.
3. Landasan Struktural dan gerak ( UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 )
Landasan strukturil koperasi Indonesia adalah UUD 1945 dan
landasan geraknya adalah pasal 33 ayat (1) UUD 1945 beserta
penjelasannya. Pasal 33 ayat (1) berbunyi: ” Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan”. Dan penjelasannya
berbunyi: “Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi
dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan
anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang
diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu, perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.
Bangun yang sesuai dengan itu ialah Koperasi.”.
Tujuan utama koperasi adalah mewujudkan masyarakat adil makmur
material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar
1945. Dalam BAB II Pasal 3 Undang – undang RI No. 25 Tahun 1992,
menyatakan bahwa koperasi bertujuan untuk: “Memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang – undang Dasar
1945”. Menurut Bang Hatta, tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang
sebesar-besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah
partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Selanjutnya fungsi koperasi tertuang
dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, yaitu:
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
Prinsip-prinsip koperasi adalah garis-garis penuntun yang digunakan
oleh koperasi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam praktik.
1. Keanggotaan Sukarela dan Terbuka
Koperasi-koperasi adalah perkumpulan-perkumpulan sukarela,
terbuka bagi semua orang yang mampu menggunakan jasa-jasa
perkumpulan dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa
diskriminasi jender, social, rasial, politik atau agama.
2. Pengendalian oleh Anggota Secara demokratis
Koperasi-koperasi adalah perkumpulan-perkumpulan demokratis
yang dikendalikan oleh para anggota secara aktif berpartisipasi dalam
penetapan kebijakan-kebijakan perkumpulan dan mengambil keputusan-
keputusan. Pria dan wanita mengabdi sebagai wakil-wakil yang dipilih,
bertanggung jawab kepada para anggota. Dalam koperasi primer anggota-
anggota mempunyai hak-hak suara yang sama ( satu anggota, satu suara ),
dan koperasi pada tingkatan-tingkatan lain juga di atur secara demokratis.
3. Partisipasi Ekonomi Anggota
Anggota-anggota menyumbang secara adil dan mengendalikan
secara demokrasi modal dari koperasi mereka. Sekurang-kurangnya
sebagian dari modal tersebut biasanya merupakan milik bersama dari
koperasi. Anggota-anggota biasanya menerima kompensasi yang terbatas,
bilamana ada, terhadap modal. Anggota-anggota membagi surplus-surplus
untuk sesuatu atau tujuan-tujuan sebagai berikut :
a. Pengembangan koperasi-koperasi mereka
b. Kemungkinan dengan membentuk cadangan sekurang-kurangnya
sebagian padanya tidak dapat dibagi-bagi
c. Pemberian manfaat kepada anggota-anggota sebanding dengan transaksi-
transaksi mereka dengan koperasi
d. Mendukung kegiatan-kegiatan yang disetujui oleh anggota
4. Otonomi Dan Kebebasan
Koperasi-koperasi bersifat otonom, merupakan perkumpulan-
perkumpulan yang menolong diri sendiri dan dikendalikan oleh anggota-
anggotanya. Koperasi-koperasi mengadakan kesepakatan-kesepakatan
dengan perkumpulan-perkumpulan lain, termasuk pemerintah, atau
memperoleh modal dari sumber-sumber luar, dan hal itu dilakukan dengan
persyaratan-persyaratan yang menjamin adanya pengendalian anggota-
anggota serta dipertahankannya ekonomi koperasi.
5. Pendidikan, Pelatihan, dan Informasi
Koperasi-koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi
anggota-anggotanya, para wakil yang dipilih, manajer dan karyawan,
sehingga mereka dapat memberikan sumbangan yang efektif bagi
perkembangan koperasi-koperasi mereka. Mereka memberi informasi
kepada masyarakat umum, khususnya orang-orang muda pemimpin-
pemimpin opini masyarakat mengenai sifat dan kemanfaatan-kemanfaatan
kerjasama.
6. Kerjasama diantara Koperasi
Koperasi-koperasi akan dapat memberikan pelayanan paling efektif
kepada para anggota dan memperkuat gerakan koperasi dengan cara bekerja
sama melalui struktur-struktur lokal, nasional, regional, dan internasional.
7. Kepedulian Terhadap Komunitas
Koperasi-koperasi bekerja bagi pembangunan yang
berkesinambungan dari komunikasi-komunitas mereka melalui kebijakan-
kebijakan yang disetujui oleh anggota-anggotanya.
B. Sikap Pemerintah Terhadap Koperasi
1. Antagonism
Pada mulanya timbul gerakan Koperasi di negara-negara, pemerintah
pada waktu itu memperlihatkan sikap merintangi atau melakukan
pengawasan yang keras terhadap koperasi. Sikap-sikap tersebut ditunjukkan
dengan sistem perpajakan yang tidak adil , peraturan-peraturan atau undang-
undang yang mencegah atau menyulitkan dalam hal menjalankan teknik ke-
koperasian. Di negara-negara totaliter terlihat pengawasan Pemerintah yang
berlebihan terhadap gerakan Koperasi. Koperasi di Italia Facis dan Jerman
Nazi sangat dicurigai dan agaknya dibatasi gerakan Koperasi melancarkan
ajaran persamaan ras agama di dalam lapangan perekonomian.
2. Indiference
Sikap “acuh tak acuh” atau tidak memperhatikan ternyata dari
tidak adanya peraturan-peraturan yang memungkinkan koperasi bekerja
secara wajar. Sikap pemerintah tersebut sepertinya tidak menggambarkan
sikap menghalangi geakan, tetapi tidak pula mengerti bahwa gerakan
koperasi itu merupakan bagian yang dinamis dalam perekonomian serta
sosial negara-negara dan negara berlaku seolah-olah gerakan ini tidak ada.
Sikap ini sering muncul di negara-negara Eropa dimana koperasi baru lahir.
3. Over Sympaty
Ada beberapa negara yang memberikan perhatian sangat besar
terhadap gerakan koperasi. Pemerintah ingin sekali menjalankan segala
sesuatu sedapat –dapatnya bahkan memberikan bantuan yang berlebih-
lebihan untuk gerakan koperasi. Semua itu dilakukan karena sistem koperasi
dianggap sebagai organisasi rakyat yang baik dan tepat untuk mengadakan
perbaikan ekonomi dan sosial masyarakat di negara-negara bersangkutan.
Wujud sikap over sympaty ini ialah memberikan dorongan secara aktif
untuk pembentukan koperasi-koperasi secara cepat. Namun hal ini justru
merugikan koperasi itu sendiri karena kelangsungan hidupnya tergantung
oleh bantuan pemerintah.
4. Wheel Balance
Sikap ini yang oleh gerakan Koperasi benar-benar diharapkan dari
pemerintah sesuai dengan prinsip self-help dari gerakan koperasi sebagai
perkumpulan sukarela. Sikap yang wajar diberikan Pemerintah terhadap
gerakan koperasi yaitu memberikan bantuan dalam batas-batas prinsip-
prinsip koperasi yaitu tidak menghalangi tetapi juga tidak memberi bantuan
yang berlebihan. Bantuan pemerintah antara lain berupa peraturan
perpajakan yang adil mengingat koperasi bukan perusahaan yang mengejar
keuntungan sebesar-besarnya.
Pada umumnya sikap pemerintah terhadap koperasi yang diterapkan
di Indonesia adalah sikap over sympathy dan well balance. Namun yang
lebih tepat adalah sikap wheel balance agar koperasi tetap memegang
prinsip kemandirian dan tidak terjadi ketergantungan terhadap pemerintah.
Salah satu koperasi yang banyak berdiri di Indonesia adalah Koperasi Unit
Desa (KUD). Koperasi Unit Desa adalah suatu Koperasi serba usaha yang
beranggotakan penduduk desa dan berlokasi didaerah pedesaan, daerah
kerjanya biasanya mencangkup satu wilayah kecamatan. Pembentukan
KUD ini merupakan penyatuan dari beberapa Koperasi pertanian yang kecil
dan banyak jumlahnya dipedesaan. Selain itu KUD memang secara resmi
didorong perkembangannya oleh pemerintah.
Pemerintah menerapkan tiga tahap dalam pembinaan KUD yaitu
tahap pertama adalah tahap dimana semua modal berasal dari bantuan
pemerintah. Ini terjadi saat awal terbentuknya koperasi, koperasi masih
belum berkembang pesat sehingga belum bisa mandiri. Tahap kedua adalah
koperasi dilepaskan sedikit demi sedikit. Modal koperasi dari bantuan
pemerintah diambil sebagian modal sumbangan pemerintah.Hal ini terjadi
bla koperasi sudah mulai berkembang namun belum bisa mandiri secara
sepenuhnya dan membutuhkan sedikit campur tangan pemerintah. Tahap
ketiga dimana pemerintah benar-benar melepas bantuannya pada koperasi.
Hal ini terjadi bila koperasi sudah benar-benar mandiri dan berkemabang
pesat.
Sebelum itu di Indonesia juga terdapat Badan Usaha Unit Desa
(BUUD). BUUD merupakan badan kerja sama atau badan federasi dari pada
koperasi pertanian primer (koperta), yang ada di desa-desa di dalam suatu
wilayah unit desa. BUUD menjalankan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
oleh masyarakat tani terutama dalam usaha meningkatkan produksi
usahatani yang sekaligus dapat mempertinggi tingkat kemakmurannya.
Awalnya BUUD bukanlah koperasi, karena yang ditampung bukanya
anggota, melainkan hasil produksi di daerah tersebut. Selanjutnya BUUD
diharapkan dapat dikembangkan menjadi KUD, sehingga dalam tiap-tiap
wilayah unit desa hanya terdapat satu koperasi primer saja, yang
mempunyai wilayah kerja yang sama besarnya dengan luas wilayah unit
desa.
Pemerintah berharap bahwa BUUD/KUD akan memulihkan
kepercayaan petani kepada koperasi desa. Jadi lembaga desa ini didasarkan
pada reorganisasi yang dilakukan terhadap organiasi yang telah ada dalam
wilud, di rancang untuk memperbaiki citra lembaga desa dan untuk
mengelola berbagai aspek dari program-program pembangunan desa.
Tujuan utama dari organisasi petani yang di dukung pemerintah ini adalah
untuk melibatkan koperasi desa dalam pembangunan pertanian dengan
menggunakan pendekatan yang lebih realistik dan pragmatis berdasarkan
pada prinsip-prinsip pembangunan pertanian. Tiga tahapan yang sering
disebut dengan pola KUD terdiri dari :
1. Pemerintah memperkenalkan konsep Koperasi, mengambil inisiatif
berdirinya, membimbing pertumbuhan disertai dengan bantuan fasilitas
(tahap oficialisasi)
2. Kooperasi diharapkan semakin “mandiri”. Koperasi harus dapat
mengambil rencana kegiatan usaha dan pelaksanaan serta
permodalannya sendiri untuk mengurangi ketergantungan pada
pemerintah (tahap de-oficialisasi/debirokratisasi)
3. Koperasi sudah benar-benar mencapai kedudukan otonomi berswadaya
dan berdiri di aatas kaki sendiri (tahap otonomi)
Para perencana dan pembuat kebijakan pembangunan desa
berpandangan bahwa pemerintah dapat memilih satu diantara tiga cara yang
ada untuk medorong pertumbuhan koperasi desa:
1. Pemerintah dapat membubarkan semua koperta dan kemudian
menciptakan koperasi unit desa baru,
2. usaha kedua dilakukan dengan cara menempatkan unit koperta yang
paling baik dalam wilayah unit desa dengan tugas melayani
kepentingan semua penduduk desa.
3. Pemerintah dapat memerintahkan semua koperta yang sudah ada dalam
unit desa untuk bergabung kedalam sebuahlembaga desa yang baru.
C. Kebijakan Pemerintah Terhadap Koperasi
Kebijakan pemerintah adalah tindakan-tindakan yang dilakukan
Pemerintah dibidang ke-koperasian baik yang berupa “rintangan” terhadap
pertumbuhan gerakan koperasi maupun yang bersifat “membantu” memajukan
gerakan koperasi. Kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah umumnya dapat
dikelompokkan ke dalam dua besar yaitu :
a. Kebijakan yang merintangi (termasuk di dalamnya Antagonism dan yang
menunjukkan sikap acuk tak acuh (Indefference). Sebagai contoh di Jerman
pada waktu Bismark berkuasa melarang diadakannya Koperasi tahun 1859
dimana tokoh koperasi kredit Schultze Delitch yang duduk dalam parlemen
dikerja selama hidupnya karena dianggap membayakan. Di Norwegia
gerakan koperasi dihalang-halangi pada awal pertumbuhannya, tokohnya
Marcus Thrane pelopor gerakan koperasi dan penggerak serikat buruh di
pandang berbahaya bagi yang berkuasa.
b. Kebijakan yang membantu (termasuk pula Over Sympaty atau Well
Balance). Tiap-tiap negara mempunyai campur tangan dalam kehidupan
koperasi, walaupun intensitasnya berbeda. Mengenai seberapa campur
tangan pemerintah dapat kita lihat contoh berikut, yakni: Di negara-negara
dimana perekonomian diatur oleh pemerintah, tugas memberi dorongan
dengan pengawasan dijalankan terutama melalui perencanaan nasional,
dimana tiap koperasi mengambil bagian tertentu dan pengawasan dijalankan
secara sentral oleh suatu badan dimana duduk wakil-wakil dari Pusat
Koperasi disamping petugas-petugas resmi. Di negara-negara yang sedang
berkembang peranan dipegang pemerintah lebih aktif. Karena cita-cita
koperasi dalam bentuknya yang modern adalah asing bagi masyarakat dan
pertumbuhan yang spontan tidak terlalu bisa diharapkan sehingga perlu
diaktifkan.
Selain bersifat politis maka bantuan bisa berupa:
a. financial (keuangan): subsidi, kredit, jaminan khususnya menyangkut
pengembalian, dan permodalan.
b. Bantuan lain dapat berupa keringanan pajak, kontrak dan lain-lain fasilitas,
dan bantuan dalam bentuk tanah atau bangunan untuk meringankan beban
perkumpulan koperasi yang modalnya tidak memadai.
Sikap dan kebijaksanaan pemerintah Indonesia terhadap Koperasi
dibagi dalam dua bagian besar yaitu :
a. Sebelum adanya peraturan koperasi di Indonesia
b. Setelah adanya peraturan-peraturan koperasi yang terddiri dari :
1. Sebelum ada peraturan koperasi
1895 : R. Aria Wiriaatmadja mendirikan semacam koperasi Simpan
Pinjam yang diperuntukkan bagi priyayi
1898 : Idea ini dikembangkan oleh de Volff J.V. Westerode dengan
menambah petani sebagai anggota koperasi
1908 : dengan tumbuhnya gerakan kebangsaan , maka dikembangkan
type Rochdale.
1912 : Serikat Dagang Islam mulai mengembangkan Koperasi Simpan
Pinjam type Schultze
2. Setelah ada peraturan koperasi
2.1 Masa sebelum kemerdekaan
1915 : Diterbitkan Peraturan Raja No.413/1915 yang isinya
menetapkan Badan Usaha yang menamakan diri Koperasi harus
memenuhi syarat tertentu :
Akte dalam bahasa Belanda
Membayar materai F 50,-
Banyak Koperasi berguguran sebab tidak mampu memenuhi
persyaratan tsb.
1927 : dikeluarkan Peraturan Perkoperasian No. 91 tahun 1927
yang isinya mengatur pertumbuhan Koperasi dan hanya berlaku
bagi Bumi Putera.
1933 : dikeluarkan Peraturan perkoperasian No. 108 tahun 1933
yang isinya tidak jauh berbeda dengan Peraturan perkoperasian No.
91 tahun 1927. Bedanya kalau Peraturan Perkoperasian No.91
tahun 1927 mereka harus taat pada hukum adat, maka Peraruran
Perkoperasian No. 108 tahun 1933 mereka harus tunduk pada
hukum barat.
1942 : zaman penjajahan Jepang, yang berlaku adalah peraturan-
peraturan darurat Perang dan Koperasi merupakan alat saja dari
Pemerintah
1965 : pada tahun ini dikeluarkan Undang-undang No.14
tahun 1965 tentang Perkoperasian dan Undang-undang ini
hanya berlaku 2 tahun karena tahun 1967 dicabut.
1967 : pada tahun ini diundangkan Undang-undang Pokok
Perkoperasian No. 12 tahun 1967 .
1992 : pada tahun ini diundangkan Undang-undang Perkopersian
No. 25 tahun 1992 menggantikan undang-undang
Perkoperasian No. 12 tahun 1967.
ORDE BARU : kebijaksanaan dasar pengembangan Koperasi
dinamakan kebijaksanaan tiap tahap.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Koperasi adalah salah satu pelaku ekonomi, artinya koperasi merupakan
bagian dari penyelenggara perekonomian yang berdasar demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
2. Sikap dan kebijakan pemerintah saling berkaitan antara lain
a. Kebijakan yang merintangi mencakup sikap pemerintah yang
Antagonism dan yang menunjukkan sikap acuk tak acuh
(Indefference).
b. Kebijakan yang membantu mencakup sikap Over Sympaty atau Well
Balance.
3. Pada umumnya sikap pemerintah terhadap koperasi yang diterapkan di
Indonesia adalah sikap over sympathy dan well balance.
4. Salah satu koperasi yang banyak terdapat di Indonesia adalah Koperasi
Unit Desa (KUD). Selain itu juga terdapat BUUD yang mulanya bukan
merupakan koperasi, tetapi kemudian dirahkan menjadi Koperasi Unit
Desa (KUD).
B. Saran
Campur tangan pemerintah tidak selamanya memberi damapak yang
positif. Sikap yang berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan dan bisa
menuju kea rah negative. Oleh karena itu pemerintah sebaiknya bersikap
sewajarnya terhadap koperasi, memberikan bantuan dalam batas-batas prinsip-
prinsip koperasi yaitu tidak menghalangi tetapi juga tidak memberi bantuan
yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Soesastro, Hadi. 2005. Pemikiran dan permasalahan ekonomi di Indonesia dalam
setengah abad terakhir . Yogyakarta: Kanisius
Winarno, Budi. 2003. Komparasi organisasi pedesaan dalam pembangunan:
Indonesia vis-à-vis Taiwan. Yogyakarta: Media Pressindo