sikap dan kebijakan pemerintah terhadap koperasi

24
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi adalah salah satu pelaku ekonomi, artinya koperasi merupakan bagian dari penyelenggara perekonomian yang berdasar demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Sejarah kelahiran dan berkembangnya koperasi di negara maju (barat) dan negara berkembang memang sangat diametral. Di barat koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan yang mengatur koperasi tumbuh kemudian sebagai tuntutan masyarakat koperasi dalam rangka melindungi dirinya. Di negara berkembang koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan dan

Upload: zameda-igga-elzsio

Post on 24-Oct-2015

1.098 views

Category:

Documents


76 download

DESCRIPTION

Makalah ini membahas tentang definisi koperasi secara singkat dan menerangkan lebih banyak tentang sikap dan kebijakan pemerintah terhadap koperasi.. keep reading :)

TRANSCRIPT

Page 1: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi adalah salah satu pelaku ekonomi, artinya koperasi

merupakan bagian dari penyelenggara perekonomian yang berdasar demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Sejarah kelahiran dan

berkembangnya koperasi di negara maju (barat) dan negara berkembang

memang sangat diametral. Di barat koperasi lahir sebagai gerakan untuk

melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam

suasana persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu koperasi meraih

posisi tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi

termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan yang

mengatur koperasi tumbuh kemudian sebagai tuntutan masyarakat koperasi

dalam rangka melindungi dirinya.

Di negara berkembang koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka

membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan

pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu

kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan tujuan negara dan gerakan koperasi

dalam memperjuangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat ditonjolkan di

negara berkembang, baik oleh pemerintah kolonial maupun pemerintahan

bangsa sendiri setelah kemerdekaan. Berbagai peraturan perundangan yang

mengatur koperasi dilahirkan dengan maksud mempercepat pengenalan

koperasi dan memberikan arah bagi pengembangan koperasi serta

dukungan/perlindungan yang diperlukan.

Koperasi yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan

kinerja yang semakin baik tidak terlepas dari sikap dan kebijakan pemerintah

yang menggambarkan sikap yang berbeda dengan tindakan Negara lainnya.

Pertumbuhan gerakan koperasi dietntukan oleh sikap yang dierlihatkan

pemerintah terhadap koperasi. Sikap-sikap pemeritah terhadap setiap koperasi

Page 2: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

berbeda-beda sesuai dengan kondisi koperasi tersebut. Sikap pemerintah dapat

bersifat berlawanan, acuh tak acuh, simpati berlebihan dan seimbang. Sikap ini

tergantung dari kondisi koperasi. Pada umumnya sikap pemerintah terhadap

koperasi yang diterapkan di Indonesia adalah sikap over sympathy dan well

balance.  Kedua sikap tersebutlah yang mendasari perkembangan dan pasang

surut koperasi sampai saat ini. Pada dasarnya pemerintah, berupaya untuk

menumbuhkembangkan koperasi menjadi alternatif gerakan kekuatan ekonomi

rakyat. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan dipahami sikap dan kebijakan

pemerintah mana yang paling cocok untuk diterapkan pada Koperasi Indonesia

untuk menghadapi gempuran globalisasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja seluk-beluk tentang koperasi?

2. Bagaimana sajakah sikap pemerintah terhadap koperasi?

3. Bagaimanakah kebijakan yang diterapkan pemerintah dalam koperasi?

C. Tujuan Penyusunan Makalah

1. Untuk mengetahui seluk-beluk tentang koperasi

2. Untuk mengetahui sikap pemerintah terhadap koperasi

3. Untuk mengetahui kebijakan yang diterapkan pemerintah dalam koperasi

Page 3: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

II. PEMBAHASAN

A. Seluk Beluk Koperasi

 Penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa bangunan usaha yang sesuai

dengan kepribadian bangsa indonesia adalah koperasi. Koperasi merupakan

gerakan ekonomi rakyat yang dijalankan berdasarkan asas kekeluargaan. inti

dari koperasi adalah kerja sama, yaitu kerja sama diantara anggota dan para

pengurus dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anggota dan masyarakat

serta membangun tatanan perekonomian nasional. Sebagai gerakan ekonomi

rakyat, koperasi bukan hanya milik orang kaya melainkan juga milik oleh

seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Berikut ini adalah landasan koperasi

Indonesia yang melandasi aktifitas koperasi di Indonesia.

1. Landasan Idiil ( pancasila )

Landasan idiil koperasi Indonesia adalah Pancasila. Kelima sila dari

Pancasila, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa,

Perikemanusiaan ,Kebangsaan, Kedaulatan Rakyat, dan Keadilan Sosial

harus dijadikan dasar serta dilaksanakan dalam kehidupan koperasi, karena

sila-sila tersebut memang menjadi sifat dan tujuan koperasi dan selamanya

merupakan aspirasi anggota koperasi.

2. Landasan Mental ( Setia kawan dan kesadaran diri sendiri )

Landasan mental koperasi Indonesia adalah setia kawan dan

kesadaran berpribadi (rasa harga diri). Setia kawan telah ada dalam

masyarakat Indonesia dan tampak keluar sebagai gotong-royong. Akan

tetapi landasan setia kawan saja hanya dapat memelihara persekutuan dalam

masyarakat yang statis, dan karenanya tidak dapat mendorong kemajuan.

Kesadaran berpribadi, keinsyafan akan harga diri dan percaya pada diri

sendiri adalah mutlak untuk menunaikan derajat kehidupan dan

kemakmuran. Dalam koperasi harus tergabung kedua landasan mental tadi

sebagai dua unsur yang dorong mendorong, hidup menghidupi, dan awas

mengawasi. Koperasi bukan hanya bertindak sebagai aparat yang

Page 4: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

membawakan perbaikan ekonomis, namun harus mampu merealisir watak

sosialnya.

3. Landasan Struktural dan gerak ( UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 )

Landasan strukturil koperasi Indonesia adalah UUD 1945 dan

landasan geraknya adalah pasal 33 ayat (1) UUD 1945 beserta

penjelasannya. Pasal 33 ayat (1) berbunyi: ” Perekonomian disusun sebagai

usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan”. Dan penjelasannya

berbunyi: “Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi

dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan

anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang

diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu, perekonomian

disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.

Bangun yang sesuai dengan itu ialah Koperasi.”.

Tujuan utama koperasi adalah mewujudkan masyarakat adil makmur

material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar

1945. Dalam BAB II Pasal 3 Undang – undang RI No. 25 Tahun 1992,

menyatakan bahwa koperasi bertujuan untuk: “Memajukan kesejahteraan

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun

tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang

maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang – undang Dasar

1945”. Menurut Bang Hatta, tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang

sebesar-besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah

partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Selanjutnya fungsi koperasi tertuang

dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, yaitu:

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

Page 5: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai gurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

Prinsip-prinsip koperasi adalah garis-garis penuntun yang digunakan

oleh koperasi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam praktik.

1. Keanggotaan Sukarela dan Terbuka

Koperasi-koperasi adalah perkumpulan-perkumpulan sukarela,

terbuka bagi semua orang yang mampu menggunakan jasa-jasa

perkumpulan dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa

diskriminasi jender, social, rasial, politik atau agama.

2. Pengendalian oleh Anggota Secara demokratis

Koperasi-koperasi adalah perkumpulan-perkumpulan demokratis

yang dikendalikan oleh para anggota secara aktif berpartisipasi dalam

penetapan kebijakan-kebijakan perkumpulan dan mengambil keputusan- 

keputusan. Pria dan wanita mengabdi sebagai wakil-wakil yang dipilih,

bertanggung jawab kepada para anggota. Dalam koperasi primer anggota-

anggota mempunyai hak-hak suara yang sama ( satu anggota, satu suara ),

dan koperasi pada tingkatan-tingkatan lain juga di atur secara demokratis.

Page 6: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

3. Partisipasi Ekonomi Anggota

Anggota-anggota menyumbang secara adil dan mengendalikan

secara demokrasi modal dari koperasi mereka. Sekurang-kurangnya

sebagian dari modal tersebut biasanya merupakan milik bersama dari

koperasi. Anggota-anggota biasanya menerima kompensasi yang terbatas,

bilamana ada, terhadap modal. Anggota-anggota membagi surplus-surplus

untuk sesuatu atau tujuan-tujuan sebagai berikut :

a. Pengembangan koperasi-koperasi mereka

b. Kemungkinan dengan membentuk cadangan sekurang-kurangnya

sebagian padanya tidak dapat dibagi-bagi

c. Pemberian manfaat kepada anggota-anggota sebanding dengan transaksi-

transaksi mereka dengan koperasi

d. Mendukung kegiatan-kegiatan yang disetujui oleh anggota

4. Otonomi Dan Kebebasan

Koperasi-koperasi bersifat otonom, merupakan perkumpulan-

perkumpulan yang menolong diri sendiri dan dikendalikan oleh anggota-

anggotanya. Koperasi-koperasi mengadakan kesepakatan-kesepakatan

dengan perkumpulan-perkumpulan lain, termasuk pemerintah, atau

memperoleh modal dari sumber-sumber luar, dan hal itu dilakukan dengan

persyaratan-persyaratan yang menjamin adanya pengendalian anggota-

anggota serta dipertahankannya ekonomi koperasi.

5. Pendidikan, Pelatihan, dan Informasi

Koperasi-koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi

anggota-anggotanya, para wakil yang dipilih, manajer dan karyawan,

sehingga mereka dapat memberikan sumbangan yang efektif bagi

perkembangan koperasi-koperasi mereka. Mereka memberi informasi

kepada masyarakat umum, khususnya orang-orang muda pemimpin-

pemimpin opini masyarakat mengenai sifat dan kemanfaatan-kemanfaatan

kerjasama.

Page 7: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

6. Kerjasama diantara Koperasi

Koperasi-koperasi akan dapat memberikan pelayanan paling efektif

kepada para anggota dan memperkuat gerakan koperasi dengan cara bekerja

sama melalui struktur-struktur lokal, nasional, regional, dan internasional.

7. Kepedulian Terhadap Komunitas

Koperasi-koperasi bekerja bagi pembangunan yang

berkesinambungan dari komunikasi-komunitas mereka melalui kebijakan-

kebijakan yang disetujui oleh anggota-anggotanya.

B. Sikap Pemerintah Terhadap Koperasi

1. Antagonism

Pada mulanya timbul gerakan Koperasi di negara-negara, pemerintah

pada waktu itu memperlihatkan sikap merintangi atau melakukan

pengawasan yang keras terhadap koperasi. Sikap-sikap tersebut ditunjukkan

dengan sistem perpajakan yang tidak adil , peraturan-peraturan atau undang-

undang yang mencegah atau menyulitkan dalam hal menjalankan teknik ke-

koperasian. Di negara-negara totaliter terlihat pengawasan Pemerintah yang

berlebihan terhadap gerakan Koperasi. Koperasi di Italia Facis dan Jerman

Nazi sangat dicurigai dan agaknya dibatasi gerakan Koperasi melancarkan

ajaran persamaan ras agama di dalam lapangan perekonomian.

2. Indiference

Sikap “acuh tak acuh” atau tidak memperhatikan ternyata dari

tidak adanya peraturan-peraturan yang memungkinkan koperasi bekerja

secara wajar. Sikap pemerintah tersebut sepertinya tidak menggambarkan

sikap menghalangi geakan, tetapi tidak pula mengerti bahwa gerakan

koperasi itu merupakan bagian yang dinamis dalam perekonomian serta

sosial negara-negara dan negara berlaku seolah-olah gerakan ini tidak ada.

Sikap ini sering muncul di negara-negara Eropa dimana koperasi baru lahir.

Page 8: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

3. Over Sympaty

Ada beberapa negara yang memberikan perhatian sangat besar

terhadap gerakan koperasi. Pemerintah ingin sekali menjalankan segala

sesuatu sedapat –dapatnya bahkan memberikan bantuan yang berlebih-

lebihan untuk gerakan koperasi. Semua itu dilakukan karena sistem koperasi

dianggap sebagai organisasi rakyat yang baik dan tepat untuk mengadakan

perbaikan ekonomi dan sosial masyarakat di negara-negara bersangkutan.

Wujud sikap over sympaty ini ialah memberikan dorongan secara aktif

untuk pembentukan koperasi-koperasi secara cepat. Namun hal ini justru

merugikan koperasi itu sendiri karena kelangsungan hidupnya tergantung

oleh bantuan pemerintah.

4. Wheel Balance

Sikap ini yang oleh gerakan Koperasi benar-benar diharapkan dari

pemerintah sesuai dengan prinsip self-help dari gerakan koperasi sebagai

perkumpulan sukarela. Sikap yang wajar diberikan Pemerintah terhadap

gerakan koperasi yaitu memberikan bantuan dalam batas-batas prinsip-

prinsip koperasi yaitu tidak menghalangi tetapi juga tidak memberi bantuan

yang berlebihan. Bantuan pemerintah antara lain berupa peraturan

perpajakan yang adil mengingat koperasi bukan perusahaan yang mengejar

keuntungan sebesar-besarnya.

Pada umumnya sikap pemerintah terhadap koperasi yang diterapkan

di Indonesia adalah sikap over sympathy dan well balance. Namun yang

lebih tepat adalah sikap wheel balance agar koperasi tetap memegang

prinsip kemandirian dan tidak terjadi ketergantungan terhadap pemerintah.

Salah satu koperasi yang banyak berdiri di Indonesia adalah Koperasi Unit

Desa (KUD). Koperasi Unit Desa adalah suatu Koperasi serba usaha yang

beranggotakan penduduk desa dan berlokasi didaerah pedesaan, daerah

kerjanya biasanya mencangkup satu wilayah kecamatan. Pembentukan

KUD ini merupakan penyatuan dari beberapa Koperasi pertanian yang kecil

dan banyak jumlahnya dipedesaan. Selain itu KUD memang secara resmi

didorong perkembangannya oleh pemerintah.

Page 9: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

Pemerintah menerapkan tiga tahap dalam pembinaan KUD yaitu

tahap pertama adalah tahap dimana semua modal berasal dari bantuan

pemerintah. Ini terjadi saat awal terbentuknya koperasi, koperasi masih

belum berkembang pesat sehingga belum bisa mandiri. Tahap kedua adalah

koperasi dilepaskan sedikit demi sedikit. Modal koperasi dari bantuan

pemerintah diambil sebagian modal sumbangan pemerintah.Hal ini terjadi

bla koperasi sudah mulai berkembang namun belum bisa mandiri secara

sepenuhnya dan membutuhkan sedikit campur tangan pemerintah. Tahap

ketiga dimana pemerintah benar-benar melepas bantuannya pada koperasi.

Hal ini terjadi bila koperasi sudah benar-benar mandiri dan berkemabang

pesat.

Sebelum itu di Indonesia juga terdapat Badan Usaha Unit Desa

(BUUD). BUUD merupakan badan kerja sama atau badan federasi dari pada

koperasi pertanian primer (koperta), yang ada di desa-desa di dalam suatu

wilayah unit desa. BUUD menjalankan kegiatan-kegiatan yang diperlukan

oleh masyarakat tani terutama dalam usaha meningkatkan produksi

usahatani yang sekaligus dapat mempertinggi tingkat kemakmurannya.

Awalnya BUUD bukanlah koperasi, karena yang ditampung bukanya

anggota, melainkan hasil produksi di daerah tersebut. Selanjutnya BUUD

diharapkan dapat dikembangkan menjadi KUD, sehingga dalam tiap-tiap

wilayah unit desa hanya terdapat satu koperasi primer saja, yang

mempunyai wilayah kerja yang sama besarnya dengan luas wilayah unit

desa.

Pemerintah berharap bahwa BUUD/KUD akan memulihkan

kepercayaan petani kepada koperasi desa. Jadi lembaga desa ini didasarkan

pada reorganisasi yang dilakukan terhadap organiasi yang telah ada dalam

wilud, di rancang untuk memperbaiki citra lembaga desa dan untuk

mengelola berbagai aspek dari program-program pembangunan desa.

Tujuan utama dari organisasi petani yang di dukung pemerintah ini adalah

untuk melibatkan koperasi desa dalam pembangunan pertanian dengan

menggunakan pendekatan yang lebih realistik dan pragmatis berdasarkan

Page 10: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

pada prinsip-prinsip pembangunan pertanian. Tiga tahapan yang sering

disebut dengan pola KUD terdiri dari :

1. Pemerintah memperkenalkan konsep Koperasi, mengambil inisiatif

berdirinya, membimbing pertumbuhan disertai dengan bantuan fasilitas

(tahap oficialisasi)

2. Kooperasi diharapkan semakin “mandiri”. Koperasi harus dapat

mengambil rencana kegiatan usaha dan pelaksanaan serta

permodalannya sendiri untuk mengurangi ketergantungan pada

pemerintah (tahap de-oficialisasi/debirokratisasi)

3. Koperasi sudah benar-benar mencapai kedudukan otonomi berswadaya

dan berdiri di aatas kaki sendiri (tahap otonomi)

Para perencana dan pembuat kebijakan pembangunan desa

berpandangan bahwa pemerintah dapat memilih satu diantara tiga cara yang

ada untuk medorong pertumbuhan koperasi desa:

1. Pemerintah dapat membubarkan semua koperta dan kemudian

menciptakan koperasi unit desa baru,

2. usaha kedua dilakukan dengan cara menempatkan unit koperta yang

paling baik dalam wilayah unit desa dengan tugas melayani

kepentingan semua penduduk desa.

3. Pemerintah dapat memerintahkan semua koperta yang sudah ada dalam

unit desa untuk bergabung kedalam sebuahlembaga desa yang baru.

C. Kebijakan Pemerintah Terhadap Koperasi

Kebijakan pemerintah adalah tindakan-tindakan yang dilakukan

Pemerintah dibidang ke-koperasian baik yang berupa “rintangan” terhadap

pertumbuhan gerakan koperasi maupun yang bersifat “membantu” memajukan

gerakan koperasi. Kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah umumnya dapat

dikelompokkan ke dalam dua besar yaitu :

a. Kebijakan yang merintangi (termasuk di dalamnya Antagonism dan yang

menunjukkan sikap acuk tak acuh (Indefference). Sebagai contoh di Jerman

pada waktu Bismark berkuasa melarang diadakannya Koperasi tahun 1859

dimana tokoh koperasi kredit Schultze Delitch yang duduk dalam parlemen

Page 11: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

dikerja selama hidupnya karena dianggap membayakan. Di Norwegia

gerakan koperasi dihalang-halangi pada awal pertumbuhannya, tokohnya

Marcus Thrane pelopor gerakan koperasi dan penggerak serikat buruh di

pandang berbahaya bagi yang berkuasa.

b. Kebijakan yang membantu (termasuk pula Over Sympaty atau Well

Balance). Tiap-tiap negara mempunyai campur tangan dalam kehidupan

koperasi, walaupun intensitasnya berbeda. Mengenai seberapa campur

tangan pemerintah dapat kita lihat contoh berikut, yakni: Di negara-negara

dimana perekonomian diatur oleh pemerintah, tugas memberi dorongan

dengan pengawasan dijalankan terutama melalui perencanaan nasional,

dimana tiap koperasi mengambil bagian tertentu dan pengawasan dijalankan

secara sentral oleh suatu badan dimana duduk wakil-wakil dari Pusat

Koperasi disamping petugas-petugas resmi. Di negara-negara yang sedang

berkembang peranan dipegang pemerintah lebih aktif. Karena cita-cita

koperasi dalam bentuknya yang modern adalah asing bagi masyarakat dan

pertumbuhan yang spontan tidak terlalu bisa diharapkan sehingga perlu

diaktifkan.

Selain bersifat politis maka bantuan bisa berupa:

a. financial (keuangan): subsidi, kredit, jaminan khususnya menyangkut

pengembalian, dan permodalan.

b. Bantuan lain dapat berupa keringanan pajak, kontrak dan lain-lain fasilitas,

dan bantuan dalam bentuk tanah atau bangunan untuk meringankan beban

perkumpulan koperasi yang modalnya tidak memadai.

Sikap dan kebijaksanaan pemerintah Indonesia terhadap Koperasi

dibagi dalam dua bagian besar yaitu :

a. Sebelum adanya peraturan koperasi di Indonesia

b. Setelah adanya peraturan-peraturan koperasi yang terddiri dari :

1. Sebelum ada peraturan koperasi

1895 : R. Aria Wiriaatmadja mendirikan semacam koperasi Simpan

Pinjam yang diperuntukkan bagi priyayi

Page 12: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

1898 : Idea ini dikembangkan oleh de Volff J.V. Westerode dengan

menambah petani sebagai anggota koperasi

1908 : dengan tumbuhnya gerakan kebangsaan , maka dikembangkan

type Rochdale.

1912 : Serikat Dagang Islam mulai mengembangkan Koperasi Simpan

Pinjam type Schultze

2. Setelah ada peraturan koperasi

2.1 Masa sebelum kemerdekaan

1915 : Diterbitkan Peraturan Raja No.413/1915 yang isinya

menetapkan Badan Usaha yang menamakan diri Koperasi harus

memenuhi syarat tertentu :

Akte dalam bahasa Belanda

Membayar materai F 50,-

Banyak Koperasi berguguran sebab tidak mampu memenuhi

persyaratan tsb.

1927 : dikeluarkan Peraturan Perkoperasian No. 91 tahun 1927

yang isinya mengatur pertumbuhan Koperasi dan hanya berlaku

bagi Bumi Putera.

1933 : dikeluarkan Peraturan perkoperasian No. 108 tahun 1933

yang isinya tidak jauh berbeda dengan Peraturan perkoperasian No.

91 tahun 1927. Bedanya kalau Peraturan Perkoperasian No.91

tahun 1927 mereka harus taat pada hukum adat, maka Peraruran

Perkoperasian No. 108 tahun 1933 mereka harus tunduk pada

hukum barat.

1942 : zaman penjajahan Jepang, yang berlaku adalah peraturan-

peraturan darurat Perang dan Koperasi merupakan alat saja dari

Pemerintah

Page 13: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

1965 : pada tahun ini dikeluarkan Undang-undang No.14

tahun 1965 tentang Perkoperasian dan Undang-undang ini

hanya berlaku 2 tahun karena tahun 1967 dicabut.

1967 : pada tahun ini diundangkan Undang-undang Pokok

Perkoperasian No. 12 tahun 1967 .

1992 : pada tahun ini diundangkan Undang-undang Perkopersian

No. 25 tahun 1992 menggantikan undang-undang

Perkoperasian No. 12 tahun 1967.

ORDE BARU : kebijaksanaan dasar pengembangan Koperasi

dinamakan kebijaksanaan tiap tahap.

Page 14: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Koperasi adalah salah satu pelaku ekonomi, artinya koperasi merupakan

bagian dari penyelenggara perekonomian yang berdasar demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan

menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

2. Sikap dan kebijakan pemerintah saling berkaitan antara lain

a. Kebijakan yang merintangi mencakup sikap pemerintah yang

Antagonism dan yang menunjukkan sikap acuk tak acuh

(Indefference).

b. Kebijakan yang membantu mencakup sikap Over Sympaty atau Well

Balance.

3. Pada umumnya sikap pemerintah terhadap koperasi yang diterapkan di

Indonesia adalah sikap over sympathy dan well balance.

4. Salah satu koperasi yang banyak terdapat di Indonesia adalah Koperasi

Unit Desa (KUD). Selain itu juga terdapat BUUD yang mulanya bukan

merupakan koperasi, tetapi kemudian dirahkan menjadi Koperasi Unit

Desa (KUD).

B. Saran

Campur tangan pemerintah tidak selamanya memberi damapak yang

positif. Sikap yang berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan dan bisa

menuju kea rah negative. Oleh karena itu pemerintah sebaiknya bersikap

sewajarnya terhadap koperasi, memberikan bantuan dalam batas-batas prinsip-

prinsip koperasi yaitu tidak menghalangi tetapi juga tidak memberi bantuan

yang berlebihan.

Page 15: Sikap dan Kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi

DAFTAR PUSTAKA

Soesastro, Hadi. 2005. Pemikiran dan permasalahan ekonomi di Indonesia dalam

setengah abad terakhir . Yogyakarta: Kanisius

Winarno, Budi. 2003. Komparasi organisasi pedesaan dalam pembangunan:

Indonesia vis-à-vis Taiwan. Yogyakarta: Media Pressindo