sifat koligatif larutan

Upload: made-ayu

Post on 08-Jan-2016

38 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Laporan PraktikumSifat Koligatif Larutan

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan1. Menentukan pengaruh penambahan zat terlarut terhadap kenaikan titik didih.2. Menentukan kd (tetapan kenaikan titik didih) dari masing-masing larutan.3. Menentukan pengaruh penambahan zat elektrolit dan non elektrolit terhadap kenaikan titik didih.

1.2 Dasar Teori1.2.1 Sifat KoligatifSifat koligatif adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat pelarut, tetapi hanya pada konsentrasi pertikel pelarutnya. Istilah koligatif berasal dari bahasa latin yang artinya kolega atau kelompok. Sifat koligatif hanya bergantung pada jumlah partikel atau kelompok partikel atau kelompok partikel zat pelarut didalam larutan. Oleh kerena itu, sifat koligati larutan elektrolit akan berbeda dengan sifat koligatif larutan non elektrolit, meski jumlah mol zat terlarutnya sama ( Purba, 2006 ).Sifat koligatif memiliki sumber yang sama dengan kata lain, semua sifat tersebut bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut yang ada, apakah partikel-partikel tersebut atom, ion, atom molekul. Yang disebut dengan sifat koligatif ialah penurunan tekanan uap ( P ), kenaikan didih (Td),penurunan titik beku ( Tb ), dan tekanan osmotic ( ) ( Ngatin,1996 ).Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat latutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasinya sama. Hal ini dikarenakan laruran elektrolit terurai menjadi ion-ionnya,sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit ( Ratna, dkk , 2009 )

1.2.2 Tekanan uap ( p )Tekanan uap semua larutan yang mengandung zat terlarut yang mudah menguap atau atsiri ( volatile ) di dalam suatu pelarut selalu lebih rendah dari tekanan uap pelarut murni. Jika membuat larutan dari berbagai zat terlarut di dalam suatu pelarut tertentu dengan menambahkan macam-macam zat terlarut yang kualitas molekulnya sama ke delam pelarut yang kualitasnya tetap (JasJfi,1992).Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap (nonvolatile, artinya tidak memiliki tekanan uap yang dapat di ukur), tekanan uap dari larutan selalu lebih kecil dari pada pelarut murninya. Jadi, hubungan antara tekanan uap larutan dan tekanan uap pelarut bergantung pada konsentrasi zat terlarut pada larutan. Hubungan ini di rumuskan dalam hukum Raoult ( dari nama kimiawan Perancis Francois Raoult ),Yang menyatakan bahwa tekanan persial pelarut dari larutan, P : adalah tekanan uap pelarut murni, P1o, dikalikan fraksi mol pelarut dalam larutan, x1 dengan persamaan : P1 = x1.p1o. Dalam larutan yang mengandung hanya satu zat terlarut, x1 = 1 x2 , di mana x2 adalah fraksi mol zat terlarut. Berikut persamaannya adalah : p1 = (1 x2) p1oP1o p1 = p = x2.p1oPenurunan tekanan uap p berbanding lurus terhadap konsentrasi ( diukur dalam fraksi mol ) zat terlarut yang ada. ( chang, 2004 )Salah satu penyebab terjadinya proses fisis dan proses kimia ialah meningkatnya ketidakteraturan, semakin besar kecenderungan berlangsungnya suatu proses. Penguapan meningkatnya ketidakteraturan suatu sistem sebab molekul dalam fase uap kurang teratur dibandingkan molekul dalam fase cairan. Karena larutan lebih tidak teratur dibandingkan pelarut murni, maka selisih ketidakteraturan antara larutan dan uap lebih kecil dibandingkan pelarut murni dan uap. Dengan demikian, molekul pelarut lebih kecil kecenderungannya untuk meninggalkan larutan dibandingkan meninggalkan pelarut murni untuk menjadi uap, dan tekanan uap larutan lebih kecil dibandingkan tekanan uap pelarut ( chang, 2004 )Hukum Raoult dapat diterangkan dengan hipotesis bahwa molekul-molekul zat terlarut pada permukaan zat cair menghalangi lepasnya molekul pelarut ke fase uap. Oleh karena berkurangnya tekanan uap, titik didih larutan itu bertambah tinggi dan titik bekunya bertambah rendah dibandingkan dengan pelarut murni ( Jasjfi, 1992 ).Penerapan hukum Roult untuk larutan nyata mempunyai ketahanan berikut ini : Hukum Raoult diterapkan hanya untuk larutan yang sangat encer yang mendekati sifat ideal. Pada larutan yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi terjadi gaya tarik intermolekul dan menyebabkan terjadi penyimpangan. Hukum Raoult dapat diterapkan untuk larutan yang berisi zat terlarut yang tidak mudah menguap ( non volatif ). Jika zat terlarutnya mudah menguap, tekanan uap yang menyebar di atas larutan akan bertambah dan menyebabkan penyimpanan penurunan tekanan uap. Hukum Raoult tidak berlaku untuk zat terlarut yang terionisasi dalam larutan. Sebagai contoh molekul AB terionisasi menjadi A+ dan B-, berarti jumlah partikel zat terlarut dalam larutan menjadi dua kali dibandingkan dengan zat yang tidak mengalami peristiwa ionisasi. Hukum Raoult tidak berlaku untuk molekul zat terlarut yang dapat bergabung dalam larutan, misalnya 2A A2. Hal ini akan menyebabkan penurunan tekanan uap menjadi setengahnya ( Ngatin, 1996 ).

1.2.3 kenaikan titik didih ( td )karena keberadaan zat terlarut yang tidak mudah menguap menurunkan tekanan uap larutan, maka titik didih larutan pasti berpengaruh. Titik didih larutan ialah suhu pada saat tekanan uap larutan sama dengan tekanan atmosfir luar. ( chang,2004 ) Dalam larutan encer, kenaikan titik didih berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut ( atau molnya ) didalam massa s tertentu pelarut. Persamaan kenaikan titik didih : td = Td TqoDimana Td merupakan titik didih larutan dan Tqo merupakan titik didih pelarut. ( jasjfi,1992 )Karena td berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap, maka juga berbanding lurus dengan konsentrasi ( molalitas ) larutan. ( chang,2004 )td = kd.m

Gambar 1.1 Kenaikan Titik Didih LarutanP = tekanan uap pelarutP = tekanan uap larutan

1.2.4 Penurunan titik beku (Tb) Titik beku larutan adalah temperatur tepat fasa padat mulai terbentuk dari fasa cair pada saat larutan setimbang. Titik beku larutan akan lebih rendah dari titik beku pelarutnya. ( Jasjfi,1992 )Penurunan titik beku (Tb) didefinisikan sebagai berikut :Tb = Tbo TbDimana Tbo adalah titik beku pelarut murni, dan Tb adalah titik beku larutan. Penurunan titik beku juga berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Persamaannya adalah sebagai berikut : Tb = Kb . mDimana dalam persamaan ini, m adalah konsentrasi dari zat terlarut dalam satuan molalitas, dan Kb ialah konstanta penurunan titik beku molal. Seperti halnya Kd, Kb mempunyai satuan oC/m.Penjelasan kualitatif untuk fenomena penurunan titik beku ialah pembekuan melibatkan transisi dari keadaan tidak teratur ke keadaan teratur. Agar proses ini terjadi energi harus diambil dari system. Jadi, larutan memiliki titik beku lebih rendah dibandingkan pelarut. Apabila larutan membeku, padatan yang memisah ialah komponen pelarutnya. ( Chang,2004 )

1.2.5 tekanan osmotic ( )gerakan bersih molekul pelarut melewati membran semipermiabel dari pelarut murni atau dari larutan encer kelarutan yang lebih pekat disebut osmosi. Tekanan osmotic ( ) suatu larutan adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan osmosis. ( chang,2004 ) Hubungan tekanan osmotic dengan konsentrasi larutan Tekanan osmotic tergolong sifat koligatif karena harganya bergantung pada konsentrasi dan bukan pada jenis partikel zat terlarut. Menurut Van hoff, tekanan osmotic larutan-larutan encer dapat dihitung dengan rumus yang serupa dengan persamaan gas ideal yaituV = nRTdimana V merupakan volume larutan dalam ( dalam inter ) n merupakan jumlah mol zat terlarut, T adalah suhu absolut larutan ( dalam Kelvin ) dan R adalah tetapan gas yaitu ( 0.08205 L atm mol-1 K-1 ). Persamaan diatas dapat ditata ulang menjadi = dengan n/V menyatakan kemolaran larutan ( M ) , oleh karena itu, persamaan diatas dapat ditulis : = M.R.T Osmosis dalam kehidupan sehari-hariContohnya adalah sel darah merah. Dinding sel darah merah mempunyai ketebalan kira-kira 10 nm dan pori dengan diameter 0.8 nm. Molekul air berukuran kurang dari setengah diameter tersebut, sehingga dapat lewat dengan mudah. Ion K+ yang terdapat dalam sel juga berukuran lebih kecil dari pada pori dinding sel itu, tetapi karena dinding sel tersebut bermuatan positif, maka ino K+ akan ditolak. Jadi, selain ukuran partikel, muatan dapat juga merupakan factor penentu untuk dapat melalui pori sebuah selaput semipermiabel. ( Purba,2006 ) Sifat koligatif larutan elektrolit Sifat koligatif elektrolit memerlukan pendekatan yang sedikit berbeda dari pada yang digunakan untuk sifat koligatif non elektrolit. Alasannya karena elektrolit terurai menjadi ion-ion dalam larutan, dan dengan demikian satu satuan senyawa elektrolittrpisah menjadi dua atau lebih partikel bila dilarutkan. Contohnya, tiap satuan NaCl terurai menjadi dua ion, Na+ dan Cl. Jadi sifat koligatif 0.1 m larutan NaCl akan dua kali lebih besar dibandingkan 0.1 m larutan yang mengandung non elektrolit, seperti sukrosa. Untuk menjelaskan pengaruh ini dibuat persamaan sifat koligatif sebagai berikut :Td = 1oKd.m Tb = 1oKb.m = 1o MRTVariabel 1o ialah factor van hoff yang didefinisian Io = I + ( n I ) Dengan n = jumlah ion yang didapat dari senyawa elektrolitDan adalah derajat ionisasi. ( Cheng,2004 )

1.2.6 Penggunaan sifat koligatif larutanSifat koligatif larutan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, ilmu pengetahuan, dan industry. Itu semua menyangkut dengan ( Purba, 2006 ) : Membuat campuran pendingin Cairan anti beku Pencairan salju di jalan raya Menentukan massa molekul relative Membuat cairan infuse Desalinasi air laut ( osmosis balik )

1.2.7 Kemolalan larutanKemolalan atau molalitas ( m ) adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu kilogram ( sama dengan 1000 gram ) pelarut. Kemolalan dinyatakan dalam mol/kg. dengan rumus :m = m = kemolalan larutann = jumlah mol zat terlarutp = massa pelarut ( dalam kilogram )jika massa larutan dinyatakan dalam gram, maka rumus kemolalan menjadi (Purba , 2006) :m = n x Untuk larutan non elektrolit dinyatakan dengan rumus : m = x im = kemolalan larutann = jumlah mol zat terlarutp = massa pelarut ( dalam kilogram )i = faktor van hoff

Jika massa larutan dinyatakan dalam gram, maka rumus kemolalan menjadi :m = n x x i

BAB IIMETODOLOGI2.1.Alat1. gelas kimia2. hot plate3. thermometer4. kaca arloji5. pipet volum6. bulp7. spatula8. batang pengaduk9. neraca digital

2.2Bahan1. aquades2. gula3. garam

2.3 Prosedur kerjaMenentukan titik didih aquades1. menyiapkan larutan aquades sebanyak 25 ml selanjutnya mesukkan kedalam gelas kimia lalu panaskan sampai mendidih dan ukur temperaturnya2. melakukan percobaan secara duplountuk larutan gula pasir :1. menimbang sebanyak 1 gram, di masukkan kedalam gelas kimia yang berisi 25 ml aquades selanjutnya dipanaskan sampai mendidih lalu diukur temperaturnya2. menimbang 2 gram gula pasir dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi 25 ml aquadest selanjutnya di panaskan sampai mendidih lalu di ukur temperaturnya.3. Selanjutnya menentukan kd (tetapan kenaikan titik didihnya)4. Melakukan percobaan selama 2 kali.

Untuk larutan garam :1. Melakukan cara yang sama seperti gula

Diagram alirMenyiapkan larutan aquadest 25 ml di masukkan kedalam gelas kimia lalu di panaskan sampai mendidih dan di ukur temperatur

Melakukan percobaan secara duplo

Selanjutnya menimbang sebanyak 1 gram gula di masukkan kedalam gelas kimia yang berisi 25 ml aquadest selanjutnya di panaskan sampai mendidih lalu di ukur temperaaturnya.

Menimbang 2 gram gula di masukkan kedalam gelas kimia yang berisi 25 ml aquadest selanjutnya di panaskan sampai mendidih di ukur temperaturnya

Selanjutnya menentukan kd C tetaqpkan kenaikan titik didihnya

Melakukan percobaan selama 2 kali

Melakukan cara yang sama seperti gula untuk larutan garam

Membandingkan kenaikan titik didih dari ketiganya mana yang lebih besar dari ketiganya

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Data pengamatan dan perhitunganlarutanVolume/massaTitik didih ocMrTdiKd

AquadesGulaGulaGaramgaram25 ml1 gr2 gr1 gr2 gr95oc98oc100oc99oc101oc1818018058.558.5-3546---22-12.98510.8212.812.11

3.2 PembahasanPercobaan ini bertujuan untuk menentukan pengaruh penambahan zat terlarut terhadap kenaikan titik didih, menentukan kd ( ketetapan titik didih ) dari masing-masing larutan. Serta menentukan pengaruh penambahan zat elektrolit dan non elektrolit terhadap kenaikan titik didih.Dari percobaan di peroleh titik didik aquades sebesar 95oC. pada dasar teori menyebutkan air menunjukkan hasil pengukuran yang tepat, dan suhu yang di gunakan untuk mendidihkan naik Dari percobaan yang dilakukan di dapatkan titik didih gula 1 g sebesar 98oc dan larutan gula 2 g sebesar 100oc. untuk larutan NaCL di peroleh titik didih larutan NaCL 1 g sebesar 99oc dan NaCL 29 sebesar 101oc.Sifat koligatif suatu larutan hanya bergantung pada banyaknya partikel yang terdapat dalam larutan. Titik didih suatu larutan akan semakin tinggi apabila jumlah zat terlarutnya semakin bertambah. Itu terbukti dari hasil percobaan larutan gula dan larutan NaCL. Semakin banyak penambahan massanya semakin tinggi titik didihnya.Pada larutan elektrolit ( larutan NaCL ) dan larutan non elektrolit (gula) memiliki sifat koligatif yang berbeda meskipun zat terlarutnya sama. Dari data yang di peroleh dari percobaan menunjukkan bahwa larutan NaCL (elektrolit) memiliki titik didih yang lebih tinggi dari pada larutan gula ( non elektrolit ). Hal ini sesuai dengan dasar teori yang menyebutkan bahwa titik didih larutan elektrolit lebih besar dari pada titik didih larutan non elektrolit. Hal ini disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion sedangkan zat terlarut dalam larutan non elektrolit tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion.

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan Larutan NaCL lebih tinggi titik didihnya daari pada larutan gula. Kd gula lebih tinggi dari pada NaCL Penambahan zat terlarut mempengaruhi titik didihnya semakin banyak zat terlarut semakin tinggi titik didihnya. Pengaruh penambah zat elektrolit tehadap kenaikan titik didih larutan lebih besar dari pada pengaruh penambahan zat non elektrolit.

DAFTAR PUSTAKA

Chang.R.2004. kimia dasar edisi ketiga jilid 2. Jakarta : erlanggaJasjfi,E.Ir.M.Se.1992. kimia dasar edisi keenam. Jakarta : erlangga Ngatin,A.drs,dkk.1996. kimia fisika. Bandung : pusat pengembangan politektik.Purba,M.Drs.M.S.2006. kimia 3 untuk SMA. Jakarta : erlanggaRatna,dkk.2009. chem-is-try-situskimiaindonesia.org , 06 oktober 2011. 19.45

LAMPIRAN

PERHITUNGAN Massa AquadestDiket: Td1 = 95C Td2 = 95C Td rata rata = 95CDitanya: massa aquadest ?Jawab: Massa aquadest = . V = 0,96189 . 25 = 24,04725 gram

Kd gula 1 gramDiket: Td = 98C Td = 98C - 95C = 2C Wp = 24,04725 gram Wt = 1 gram Mr = 180Ditanya: Kd?Jawab: Kd = = = 12,985

Kd gula 2 gramDiket: Td = 100C Td = 100C - 95C = 5C Wp = 24,04725 gram Wt = 2 gram Mr = 180Ditanya: Kd?Jawab: Kd = = = 10,821

Kd garam 1 gramDiket: Td = 99C Td = 99C - 95C = 4C Wp = 24,04725 gram Wt = 1 gram Mr = 58,5 = 2Ditanya: Kd?Jawab: Kd = = = 2,81

Kd garam 2 gramDiket: Td = 101C Td = 101C - 95C = 6C Wp = 24,04725 gram Wt = 2 gram Mr = 58,5 = 2Ditanya: Kd?Jawab: Kd = = = 2,11

GAMBAR ALAT

Laboratorium Kimia DasarDasar Proses KimiaPoliteknik Negeri SamarindaPage 18