praktik 7 (makalah sifat koligatif larutan)

27
S LA JU LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR SIFAT KOLIGATIF LARUTAN MAKALAH Oleh : Nama : Firni Rismawati NRP : 113020021 Kelompok :A No. Meja : 11 (sebelas) Tanggal Percobaan : 8 Desember 2011 Assisten : Rika Ayustika ABORATORIUM KIMIA DASAR URUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2011

Upload: firni-rismawati

Post on 25-Oct-2015

2.270 views

Category:

Documents


59 download

TRANSCRIPT

LAPORAN MINGGUANPRAKTIKUM KIMIA DASAR

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

MAKALAH

Oleh :

Nama : Firni RismawatiNRP : 113020021Kelompok : ANo. Meja : 11 (sebelas)Tanggal Percobaan : 8 Desember 2011Assisten : Rika Ayustika

LABORATORIUM KIMIA DASARJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG2011

LAPORAN MINGGUANPRAKTIKUM KIMIA DASAR

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

MAKALAH

Oleh :

Nama : Firni RismawatiNRP : 113020021Kelompok : ANo. Meja : 11 (sebelas)Tanggal Percobaan : 8 Desember 2011Assisten : Rika Ayustika

LABORATORIUM KIMIA DASARJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG2011

LAPORAN MINGGUANPRAKTIKUM KIMIA DASAR

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

MAKALAH

Oleh :

Nama : Firni RismawatiNRP : 113020021Kelompok : ANo. Meja : 11 (sebelas)Tanggal Percobaan : 8 Desember 2011Assisten : Rika Ayustika

LABORATORIUM KIMIA DASARJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG2011

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat

terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat

koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan

sifat koligatif larutan nonelektrolit. Sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih

rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit.

Pelarut murni (air) memiliki sifat titik beku, titik didih, dan tekanan uap. Bila

zat non elektrolit seperti gula, urea, dan gliserol dimasukkan kedalam pelarut

murni, maka akan mengubah sifat-sifat larutan tersebut. Perubahan tersebut

meliputi penurunan titik beku, kenaikan titik didih, penurunan tekanan uap, dan

memiliki tekanan osmosis.

Apabila suatu senyawa nonelekrolit terlarut di dalam pelarut. Sifat-sifat

pelarut murni berubah dengan adanya zat terlarut. Sifat-sifat fisika seperti titik

didih, titik beku, tekanan uap berbeda dengan pelarut murni. Adanya perubahan

ini tergantung pada jumlah partikel-partikel pelarut yang terdapat di dalam larutan.

Makin berat larutan, makin rendah titik beku, dan makin tinggi titik didih.

1.2.Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan penurunan

tekanan uap larutan, menentukan titik beku larutan, menetukan titik didih larutan

dan menentukan tekanan osmotik suatu larutan.

1.3.Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini berdasarkan hukum Roult yang menyatakan bahwa

penurunan titik beku larutan, sebanding dengan konsentrasi larutan yang

dinyatakan dengan metode molaritas.

1. penurunan tekanan uap

∆P = XP0

2. penurunan titik beku

∆Tf = Kf . m

3. kenaikan titik didih

∆Td = Kd . m

4. tekanan osmotik

π = M . R . T

II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan megenai (1) sifat koligatif larutan, (2) penurunan

tekanan uap, (3) kenaikan titik didih, (4) penurunan titik beku, (5) tekanan

osmosis, (6) kemolaran dan kemolalan, (7) fraksi mol, (8) pelarut naftalena,

(9) gula, dan (10) diagram fase zat.

2.1. Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada

macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat

terlarut (konsentrasi zat terlarut). Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu

sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit. Hal itu

disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena

terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit

jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-

hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat

koligatif larutan elektrolit.

Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud

padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah

larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan

yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.

Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu

ialah:

1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.

2. Peningkatan titik didih

3. Penurunan titik beku

4. Gejala tekanan osmotik.

2.2. Penurunan Tekanan Uap

Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas.

Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan

penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan

semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi.

Tekanan uap larutan adalah salah satu sifat fisik yang dipengaruhi oleh

adanya suatu solut. Sedangkan penurunan tekanan uap adalah kecenderungan

molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di

sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut

yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut

saja yang menguap karena sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat

terlarut.Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai

berikut :

∆P= P0 . Xterlarut atau P = P0 . Xpelarut

Keterangan : ∆P = penurunan tekanan uap jenuh larutan

P0 = tekanan uap jenuh pelarut

P = tekanan uap jenuh larutan

Xterlarut = fraksi mol zat terlarut

Xpelarut = fraksi mol zat pelarut

2.3. Kenaikan Titik didih

Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 0C. Hal itu berarti

tekanan uap air murni akan mencapai 1 atm (sama dengan tekanan udara luar)

pada saat air dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar

kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari

100 C.Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka

pada suhu 100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum

mendidih. Untuk dapat mendidih (tekanan uap air mencapai 1 atm) maka

diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut

kenaikan titik didih.Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih

pelarut. Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding

dengan hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb).

Dapat dirumuskan sebagai:

Δ Tb = Kb . m Jika M = n x 1000P

Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:

∆Tb = Kb ( n x 1000 )p

∆Tb = besar penurunan titik beku

Kb = konstanta kenaikan titik didih

m = molalitas dari zat terlarut

n = jumlah mol zat terlarut

p = massa pelarut

Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan

mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui

(artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa

molalnya). Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah

dengan kenaikan titik didihnya atau Tb = Tb0 + ∆Tb

2.4. Penurunan Titik Beku

Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak

antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik

menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut

akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang,

akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih

rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan

titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan

terjadi penurunan titik beku larutan tersebut.

Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan

penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya

peningkatan titik didih,penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali

molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf) dinyatakan

dengan persamaan:

ΔTf = Kf . m atau Tf = Kf (n x 1000)p

Tf = penurunan titik beku

Kf = tetapan ttitik beku molal

n = jumlah mol zat terlarut

p = massa pelarut

2.5. Tekanan Osmosis

Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari

larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis

dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut

tekanan osmotik.Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan

memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada

permukaan sebelumnya. Tekanan osmotik dirumuskan :

π = M R T

Keterangan : π = tekanan osmotik

M = konsentrasi molar

R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol)

T = suhu mutlak (K)

Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff.

Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air

menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini

dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan

sebagai berikut :

π = M R T i i = {1-(n-1)α}

Keterangan : n = jumlah ion

α = derajat ionisasi (0 < α< 1)

2.6. Kemolaran dan Kemolalan

Kemolaran adalah konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol zat

terlarut dalam 1 Liter larutan. Sedangkan kemolalan adalah konsentrasi larutan

yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 Kg larutan.

Berdasarkan pengertian diatas maka terdapat kesamaan dan perbedaan antara

Molaritas dan Molalitas. Kesamaan dari keduanya adalah sama – sama

menentukan suatu ukuran konsentrasi larutan, tetapi yang membedakan keduanya

adalah satuan larutan yang berbeda antara molaritas dan molalitas. Pada Molaritas,

konsentrasi suatu larutan diukur dalam 1 liter lautan, sedangkan pada Molalitas,

konsentrasi suatu larutan diukur dalam 1 kg larutan.

Kemolalan = m = jumlah mol zat terlarut / 1 kg pelarut.

Kemolaran = 'M' = jumlah mol zat terlarut / 1 liter larutan.

Maka dapat disimpulkan bahwa Molaritas bergantung pada Volume larutan

sedangkan Molalitas bergantung pada massa Pelarut.

M = g × 1000 m = g × 1000

Mr V Mr p

Keterangan: M = kemolaran (M)

m= kemolalan (m)

Mr=massa molekul relatif zat terlarut

g= massa zat terlarut (g)

V = volume (ml)

p=massa zat pelarut (g)

2.7. Fraksi Mol

Fraksi mol merupakan pernyataan konsentrasi suatu larutan yang menyatakan

perbandingan jumlah mol zat terlarut terhadap jumlah mol zat pelarut.

Xp = np Xt = nt

np+nt np +nt

Keterangan : Xp= fraksi mol zat pelarut

Xt = fraksi mol zat terlarut

np= jumlah mol zat pelarut

nt= jumlah mol zat terlarut

2.8. Pelarut Naftalena

Naftalena adalah hidrokarbon kristalin aromatik berbentuk padatan berwarna

putih dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua cincin benzena yang

bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk

padatan. Uap yang dihasilkan bersifat mudah terbakar.

Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguapwalau dalam bentuk padatan.

Uap yang dihasilkan bersifat mudahterbakar. Naftalena paling banyak dihasilkan

dari destilasi tar batu bara, dan sedikit darisisa fraksionasi minyak bumi.

Naftalena merupakan suatu bahan keras yang putih dengan bau tersendiri, dan

ditemui secara alami dalam bahan bakar fosil seperti batu bara danminyak.

Struktur molekul naftalena :

Gambar 1. Struktur Molekul Naftalena

2.9. Gula

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan

komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk

kristalsukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan

keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang

diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi

yang akan digunakan oleh sel.

Gula sebagai sukrosa (C12H22O11) diperoleh dari niratebu, bit gula, atau aren.

Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa.

Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga

menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa. Proses

untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan

pemurnian melalui distilasi (penyulingan). Struktur molekul sukrosa :

Gambar 2. Struktur Molekul Sukrosa

2.10. Diagram Fase Zat

Wujud zat dibedakan menjadi tiga, yaitu padat, cair, dan gas.Zat padat

memiliki sifat rigid, yaitu mempertahankan volume dan bentuknya seperti

bebatuan dan es. Zat cair mempertahankan volumenya tapi bentuknya berubah-

ubah sesuai dengan wadahnya. Air misalnya, menyerupai bentuk gelas ketika di

dalam gelas. Terakhir gas, baik volume dan bentuknya berubah-ubah sesuai

dengan wadahnya. Udara di dalam balon misalnya, volumenya bertambah ketika

balon membesar, begitu juga bentuknya.

Yang membedakan satu dengan yang lain adalah jarak antarmolekul

penyusun zat tersebut.Pada zat padat, jarak antarmolekul penyusunnya sangat

dekat (rapat) sehingga molekul-molekulnya tidak dapat bebas bepergian. Ini

seperti sebuah orang-orang yang berdesakan di dalam lift sempit, mereka tidak

dapat ke mana-mana kecuali berdiri di tempat. Kalau pun dapat bergerak, hanya

sedikit. Jika sebagian orang tadi keluar dari lift, maka sebagian yang

tinggal merasa lega dan dapat bergerak relatif lebih leluasa. Ini analogi dengan

zat cair, yang jarak antarmolekulnya relatif lebih besar daripada zat padat. Dengan

demikian, sejumlah air dapat berubah-ubah bentuknya menyesuaikan wadah yang

ditempatiny. Terakhir, jika jarak antarmolekul sangat jauh (renggang) sehingga

molekul bebas bergerak, maka wujud zatnya adalah gas seperti udara. Dia tidak

dapat mempertahankan bentuk dan volumenya.

Zat juga dapat berubah wujud dari satu ke yang lain yang disebut

denganperubahan fase zat (phase change). Wujud padat ke cair melewati proses

pencairan (melting) seperti es mencair menjadi air — kebalikannya disebut

pembekuan (freezing). Wujud cair ke gas melewati proses penguapan

(vaporation) seperti air mendidih menjadi uap air — kebalikannya disebut

pengembunan atau kondensasi (condensation). Wujud gas juga dapat menjadi

padat lewat proses deposisi (deposition) — kebalikannya disebut penyubliman

(sublimation) seperti pada kasus kapur barus.

Gambar 3. Diagram Fase Zat

III ALAT, BAHAN, DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini menguraikan mengenai (1) Alat yang digunakan, (2) Bahan yang

digunakan, dan (3) Metode Percobaan.

3.1. Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan untuk melakukan percobaan adalah gelas kimia, tabung

reaksi, termometer, tali, penjepit tabung reaksi, klem dan statif, neraca, kaki tiga,

kawat kasa, bunsen, dan batang pengaduk.

3.2. Bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah aquadest, serbuk

belerang, naftalena, dan gula dapur (sukrosa).

3.3. Metode Percobaan

3.3.1. Percobaan Penentuan Titik Beku Naftalena

Gambar 1. Percobaan Penentuan Titik Beku Naftalen

Timbang 5 gram naftalena, kemudian masukkan naftalena kedalam tabung

reaksi yang bersih dan kering. Masukkan 200 ml aquadest kedalam gelas kimia.

Simpan gelas kimia diatas kaki tiga yang dialasi oleh kawat kasa. Masukkan

termometer kedalam tabung reaksi. Masukkan tabung reaksi kedalam gelas kimia,

jepit tabung reaksi menggunakan penjepit tabung reaksi, lalu tali penjepit tabung

reaksi ke klem dan statif. Nyalakan pembakar bunsen dan panaskan gelas kimia

hingga semua naftalen mencair. Padamkan bunsen jika semua naftalen sudah

mencair. Catatlah suhu yang menurun hingga suhunya ±700C. Buatlah grafik

mengenai perubahan suhu naftalena sebagai fungsi waktu, dan tentukan titik beku

pelarut naftalen dari grafik tersebut.

3.3.2. Percobaan Penentuan Titik Beku Belerang

Gambar 2. Percobaan Penentuan Titik Beku Belerang

Timbang 1 gram serbuk belerang. Panaskan kembali gelas kimia hingga

semua naftalen mencair. Masukkan serbuk belerang kedalam tabung reaksi yang

berisi naftalena yang sudah mencair, amati hingga belerang larut dalam naftalen.

Padamkan bunsen jika belerang sudah larut. Catatlah suhu yang menurun hingga

suhunya ±700C. Buatlah grafiknya dan tentukan titik beku belerang dalam

naftalena.

3.3.3. Percobaan Penentuan Titik Didih Sukrosa

Gambar 3. Percobaan Penentuan Titik Didih Sukrosa

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang : (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan.

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Penentuan Titik Beku NaftalenaNo. t(menit) T(suhu)

1. 1menit 860C2. 2menit 830C3. 3menit 810C4. 4menit 790C5. 5menit 78,50C6. 6menit 780C7. 7menit 760C8. 8menit 740C9. 9menit 720C10. 10 menit 700C

(Sumber : Meja 11, Kelompok A, 2011)

Grafik 1. Penentuan Titik Beku Naftalena

1; 86

7071727374757677787980818283848586

1 2

suhu

(0 C

)

Grafik Penentuan Titik Beku Naftalena

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang : (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan.

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Penentuan Titik Beku NaftalenaNo. t(menit) T(suhu)

1. 1menit 860C2. 2menit 830C3. 3menit 810C4. 4menit 790C5. 5menit 78,50C6. 6menit 780C7. 7menit 760C8. 8menit 740C9. 9menit 720C10. 10 menit 700C

(Sumber : Meja 11, Kelompok A, 2011)

Grafik 1. Penentuan Titik Beku Naftalena

1; 86

2; 83

3; 81

4; 795; 78,5

6; 78

7; 76

8; 74

2 3 4 5 6 7 8

waktu (menit)

Grafik Penentuan Titik Beku Naftalena

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang : (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan.

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Penentuan Titik Beku NaftalenaNo. t(menit) T(suhu)

1. 1menit 860C2. 2menit 830C3. 3menit 810C4. 4menit 790C5. 5menit 78,50C6. 6menit 780C7. 7menit 760C8. 8menit 740C9. 9menit 720C10. 10 menit 700C

(Sumber : Meja 11, Kelompok A, 2011)

Grafik 1. Penentuan Titik Beku Naftalena

8; 74

9; 72

10; 709 10

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penentuan Titik Beku BelerangNo. t(menit) T(suhu)

1. 1menit 950C2. 2menit 930C3. 3menit 900C4. 4menit 870C5. 5menit 840C6. 6menit 810C7. 7menit 780C8. 8menit 760C9. 9menit 740C10. 10menit 730C11. 11menit 700C

(Sumber : Meja 11, Kelompok A, 2011)

Grafik 1. Penentuan Titik Beku Naftalena

1; 95

7071727374757677787980818283848586878889909192939495

1 2

Suhu

(0 C

)

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penentuan Titik Beku BelerangNo. t(menit) T(suhu)

1. 1menit 950C2. 2menit 930C3. 3menit 900C4. 4menit 870C5. 5menit 840C6. 6menit 810C7. 7menit 780C8. 8menit 760C9. 9menit 740C10. 10menit 730C11. 11menit 700C

(Sumber : Meja 11, Kelompok A, 2011)

Grafik 1. Penentuan Titik Beku Naftalena

1; 95

2; 93

3; 90

4; 87

5; 84

6; 81

7; 78

8; 76

9; 74

2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu (menit)

Grafik Penentuan Titik Beku Belerang

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penentuan Titik Beku BelerangNo. t(menit) T(suhu)

1. 1menit 950C2. 2menit 930C3. 3menit 900C4. 4menit 870C5. 5menit 840C6. 6menit 810C7. 7menit 780C8. 8menit 760C9. 9menit 740C10. 10menit 730C11. 11menit 700C

(Sumber : Meja 11, Kelompok A, 2011)

Grafik 1. Penentuan Titik Beku Naftalena

9; 7410; 73

11; 7010 11

Grafik Penentuan Titik Beku Belerang

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penentuan Titik Didih SukrosaTawal 920CTakhir 950C∆Tb 30CKb 200C/m

(Sumber : Meja 11, Kelompok A, 2011)

4.2. Pembahasan

Hasil dari pengamatan penentuan titik beku naftalen adala naftalen meleleh

pada suhu 860C dan titik beku naftalen adalah pada suhu - 1, 326 0C.

Hasil dari pengamatan penentuan titik beku belerang adalah belerang larut

dalam naftalen pada suhu 950C dan titik beku belerang pada suhu - 1, 054 0C.

Hasil pengamatan penentuan titik didih sukrosa adalah air mendidih pada

suhu 920C, sukrosa larut dalam air adalah pada suhu 950C.

Fungsi termometer pada percobaan ini adalah untuk mengukur suhu naftalen,

belerang, dan sukrosa. Sedangkan fungsi tabung reaksi adalah sebagai media

tempat menyimpan naftalena dan belerang. Metode penggunaan termometer

adalah dengan cara memasukkan termometer pada tabung reaksi yang berisi

naftalena dan menggantungkan termometer pada klem. Sedangkan metode

penggunaan tabung reaksi adalah dengan cara memasukkan tabung reaksi

kedalam gelas kimia yang berisi air lalu dijepit oleh penjepit tabung reaksi dan

penjepit tabung reaksi ditalikan ke statif.

Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan

penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya

peningkatan titik didih,penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali

molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf).

Kenaikan titik didih merupakan hasil kali molaritas larutan dengan tetapan

kenaikan titik didih (Kb). Titik didih larutan akan lebih tinggi dari titik didih

pelarut murni. Hal ini disebabkan karena kesempatan air untuk menguap

terhalangi oleh adanya zat terlarut, sehingga titik didih larutan akan lebih tinggi

dibandingkan dengan titik didih air.

Tekanan uap larutan adalah salah satu sifat fisik yang dipengaruhi oleh

adanya suatu solut. Sedangkan penurunan tekanan uap adalah kecenderungan

molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di

sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut

yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut

saja yang menguap karena sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat

terlarut.

Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari

larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis

dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut

tekanan osmotik.Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan

memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada

permukaan sebelumnya.

Larutan hipotonik adalah larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih

rendah dibandingkan dengan larutan yang lain. Larutan hipertonik adalah larutan

yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar dibandingkan dengan larutan yang

lain. Sedangkan larutan isotonik adalah larutan yang mempunyai tekanan osmotik

sama dengan larutan yang lain.

Larutan ideal adalah bila interaksi antarmolekul komponen-komponen larutan

sama besar dengan interaksi antarmolekul komponen-komponen tersebut pada

keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi. Larutan ideal mematuhi hukum

Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair) berbanding tepat lurus dengan

fraksi mol pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal tidak terdapat di

alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai batas-batas

tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal adalah campuran benzena dan

toluena.Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan penjumlahan

tepat volume komponen-komponen penyusunnya. Pada larutan non-ideal,

penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut murni tidaklah sama dengan

volume larutan.

Reverse osmosis adalah suatu proses pembalikan dari proses osmosis.

Osmosis adalah proses perpindahan larutan dari larutan dengan konsentrasi zat

terlarut rendah menuju larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi sampai

terjadi kesetimbangan konsentrasi. Osmosis merupakan suatu fenomena alami,

tetapi aliran larutan dapat diperlambat, dihentikan, dan bahkan dapat dibalikkan

(hal ini dikenal dengan istilah Reverse Osmosis). Reverse osmosis dilakukan

dengan cara memberikan tekanan pada bagian larutan dengan konsentrasi tinggi

menjadi melebihi tekanan pada bagian larutan dengan konsentrasi rendah.

Sehingga larutan akan mengalir dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.

Proses perpindahan larutan terjadi melalui sebuah membran yang semipermeabel

dan tekanan yang diberikan adalah tekanan hidrostatik. Selaput semipermeabel

adalah selaput pemisah yang dapat dilalui oleh air dan zat terlarut yang ukurannya

lebih kecil dari ukuran selaput. Contoh peristiwa reverse osmosis adalah proses air

laut menjadi air tawar.

Fungsi air pada percobaan penentuan titik leleh naftalen dan belerang adalah

sebagai media pemanas agar naftalen dan belerang bisa mencair. Sedangkan

fungsi air pada percobaan penentuan titik didih sukrosa adalah sebagai pelarut.

Suhu ketika air mendidih kurang dari 1000C. hal ini dikarenakan pendidihan

air dilakukan di dataran tinggi yang mempunyai suhu dingin, sehingga dapat

mempengaruhi titik didih air yang seharusnya 1000C menjadi kurang dari 1000C.

Naftalen dan belerang yang digunakan pada percobaan ini bisa diganti,

misalnya diganti dengan lilin dan bisa juga menggunakan makanan seperti coklat.

Aplikasi sifat koligatif larutan di bidang pangan adalah pada proses

pembuatan telur asin, dan manisan yang merupakan peristiwa osmosis, proses

pembuatan es krim untuk megetahui titik leleh es krim, pada pembuatan coklat

V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan tentang : (1) Kesimpulan dan (2) Saran.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan penentuan titik beku naftalena dapat disimpulkan

bahwa naftalena mencair pada suhu 860C dan membaku pada suhu -1,3260C.

Sedangkan penurunan titik beku naftalena adalah 1,326 0C. Berdasarkan

percobaan penentuan titik beku belerang dapat disimpulkan bahwa belerang larut

dalam naftalena pada suhu 950C dan membeku pada -1,0540C. Sedangkan titik

beku campuran belerang dengan naftalena adalah -2,380C dan penurunan titik

beku belerang dalam naftalena adalah 2,380C. Berdasarkan percobaan penentuan

titik didih sukrosa dapat disimpulkan bahwa air mendidih (Tawal) pada suhu 930C,

sukrosa larut dalam air pada suhu 950C. Kenaikan titik didih sukrosa sebesar 30C.

Sedangkan Kb sukrosa adalah 20 0C/m.

5.2. Saran

Saran yang ingin penulis sampaikan adalah teliti ketika melakukan percobaan,

jangan sampai termometer menyentuh dinding tabung reaksi karena akan

mempengaruhi hasil akhirnya. Berhati-hati ketika mengaduk belerang dalam

tabung reaksi agar tabung reaksi tidak pecah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Gula. http://id.wikipedia.org/wiki/Gula. diakses : 10 Desember2011

Anonim. 2011. Larutan. http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan. diakses : 10Desember 2011

Anonim. 2011. Naftalena. http://kimia-master.blogspot.com/2011/11/definisi-naftalena-adalah-hidrokarbon.html. diakses : 3 Desember 2011

Anonim. 2010. Perbedaan Kemolaran dan Kemolalan.http://tendyblackcatdead.blogspot.com/2010/10/perbedaan-kemolaran-dan-kemolalan.html. diakses : 10 Desember 2011

Anonim. 2011. Sifat Koligatif Larutan.http://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_koligatif_larutan. diakses : 10 Desember2011

Brady, E. J. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara.Jakarta

Maryphysics. 2011. Sifat Koligatif Larutan.http://profmaryphysics.blogspot.com/2011/03/sifat-koligatif-larutan.html.diakses : 10 Desember 2011

Ratna. 2009. Sifat Koligatif Larutan. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/sifat-koligatif-larutan/. diakses : 3Desember 2011

Rusydi, A. F. 2006. Membran Reverse Osmosis.http://www.geotek.lipi.go.id/?p=262. diakses : 10 Desember 2011

Sutrisno, E. T, dan I. S. Nurminabari. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar.Universitas Pasundan. Bandung

LAMPIRAN

1. Penentuan Titik Beku Nartalena

Dik : g = 5 gram

Mr Naftalena = 128

Kf = 6,8 0C/m

p = 200 ml

Dit : ∆Tf dan Tf = ...?

Jwb : ∆Tf = Kf . m

∆Tf = 6,8 . g × 1000

Mr p

∆Tf = 6,8 . 5 × 1000

128 200

∆Tf = 6.8 . 0,039. 5

∆Tf = 1,326 0C

Tf = Tf pelarut - ∆Tf

Tf = 0 – 1,326

Tf = - 1, 326 0C

2. Penentuan Titik Beku Belerang

Dik : gnaftalen = 5 gram

gbelerang = 1 gram

Mr Naftalena = 128

Ar belerang = 32

Kf = 6,8 0C/m

p = 200 ml

Dit : ∆Tf campuran, Tf campurandan Tf belerang = ...?

Jwb : ∆Tf campuran = [ (mol C10H8 + mol S) × 1000 : p] × Kf naftalena

∆Tf campuran = [ (5 : 128 + 1 : 32) × 1000 : 200] × 6,8

∆Tf campuran = (0,04 + 0,03) 5 × 6,8

∆Tf campuran = 0,07 × 34

∆Tf campuran = 2,38 0C

Tf campuran = ∆Tf pelarut - ∆Tf campuran

Tf campuran = 0 – 2,38

Tf campuran = - 2,38 0C

Tf belerang = Tf campuran - Tf naftalena

Tf belerang = - 2,38 – (-1,326)

Tf belerang = - 1, 054 0C

3. Pennetuan Titik Didih Sukrosa

Dik : Tawal= 92 0C

Takhir = 95 0C

g = 10 gram

p = 200 ml

Mrsukrosa = 342

Dit : ∆Tf, ∆Tb dan Kb = ...?

Jwb : ∆Tf = Takhir - Tawal

∆Tf = 95 – 92 = 3 0C

m = g × 1000

Mr p

m = 10 × 1000

342 200

m = 0,15 m

Kb = ∆T

m

Kb = 3

0,15

Kb = 20 0C/m

∆Tb = m . Kb

∆Tb = 0,15 . 20

∆Tb = 3 0C